12
Katak (Amphibi) Pada lingkungan yang panas hewan ini beradaptasi secara morfologi dengan cara menguapkan panas dari dalam tubuhnya . Sedangkan secara tingkah laku yan dilakukan katak adalah bersembunyi pada bongkahan tanah yang dianggap lebih rendah suhunya. Namun jika suhu lingkungan ekstrim panas katak menggunakannya untuk memaksimalkan reproduksinya. Dengan tujuan melestarikan spesiesnya. Telur yang dihasilkan ditempelkan pada daun atau ranting pohon. Ketika lingkungan sudah memungkinkan seperti pada saat musim penghujan, Maka telur tersebut akan berkembang menjadi berudu yang akhirnya akan menjadi katak dewasa yang baru. HEWAN EKTOTERM DAN HEWAN ENDOTERM A. Pengaturan Suhu Tubuh (Termoregulasi) Kepekaan terhadap stimulus merupakan salah satu ciri utama kehidupan. Tujuan akhir dari respon adalah untuk mempertahankan hidupnya. Respon hewan terhadap lingkungannya bervariasi tergantung dari jenis dan intensitas stimulus, jenis spesies, stadium perkembangan, umur, kondisi fisiologis dan kisaran toleransi terhadap lingkungannya. Pengaturan suhu tubuh merupakan salah satu respon dasar makhluk hidup yang dilakukan agar tetap exist. Pengaturan suhu tubuh merupakan bentuk dari adaptasi terhadap perubahan lingkungan. Pengaturan suhu tubuh adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk mempertahankan suhu internal agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir. Proses yang terjadi pada hewan untuk mengatur suhu tubuhnya agar tetap konstan dinamis. Mekanisme termoregulasi terjadi dengan mengatur keseimbangan antara perolehan panas dengan pelepasan panas. Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen dari homeostasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin (cold-blood animals) dan hewan berdarah panas (warm-blood animals). Namun, ahli-ahli biologi lebih suka menggunakan istilah ektoterm dan endoterm yang berhubungan dengan sumber panas utama tubuh hewan. Ektoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari lingkungan (menyerap panas lingkungan). Suhu tubuh hewan ektoterm cenderung berfluktuasi, tergantung pada suhu lingkungan. Hewan dalam kelompok ini

ekwan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ekwan

Citation preview

Page 1: ekwan

Katak (Amphibi)

Pada lingkungan yang panas hewan ini beradaptasi secara morfologi dengan cara menguapkan panas dari dalam

tubuhnya . Sedangkan secara tingkah laku yan dilakukan katak adalah bersembunyi pada bongkahan tanah yang

dianggap lebih rendah suhunya. Namun jika suhu lingkungan ekstrim panas katak menggunakannya untuk

memaksimalkan reproduksinya. Dengan tujuan melestarikan spesiesnya. Telur yang dihasilkan ditempelkan

pada daun atau ranting pohon. Ketika lingkungan sudah memungkinkan seperti pada saat musim penghujan,

Maka telur tersebut akan berkembang menjadi berudu yang akhirnya akan menjadi katak dewasa yang baru.

HEWAN EKTOTERM DAN HEWAN ENDOTERM

A.    Pengaturan Suhu Tubuh (Termoregulasi)

      Kepekaan terhadap stimulus merupakan salah satu ciri utama kehidupan. Tujuan akhir dari respon adalah

untuk mempertahankan hidupnya. Respon hewan terhadap lingkungannya bervariasi tergantung dari jenis dan

intensitas stimulus, jenis spesies, stadium perkembangan, umur, kondisi fisiologis dan kisaran toleransi terhadap

lingkungannya. Pengaturan suhu tubuh merupakan salah satu respon dasar makhluk hidup yang dilakukan agar

tetap exist. Pengaturan suhu tubuh merupakan bentuk dari adaptasi terhadap perubahan lingkungan.

        Pengaturan suhu tubuh adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk mempertahankan suhu internal agar

berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir. Proses yang terjadi pada hewan untuk mengatur suhu tubuhnya

agar tetap konstan dinamis. Mekanisme termoregulasi terjadi dengan mengatur keseimbangan antara perolehan

panas dengan pelepasan panas.

        Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen dari

homeostasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin (cold-blood animals) dan hewan

berdarah panas (warm-blood animals). Namun, ahli-ahli biologi lebih suka menggunakan istilah ektoterm dan

endoterm yang berhubungan dengan sumber panas utama tubuh hewan. Ektoterm adalah hewan yang panas

tubuhnya berasal dari lingkungan (menyerap panas lingkungan). Suhu tubuh hewan ektoterm cenderung

berfluktuasi, tergantung pada suhu lingkungan. Hewan dalam kelompok ini adalah anggota invertebrata, ikan,

amphibia, dan reptilia. Sedangkan endoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari hasil metabolisme.

Suhu tubuh hewan ini lebih konstan. Endoterm umum dijumpai pada kelompok burung (aves), dan mamalia.

      Dalam pengaturan suhu tubuh, hewan harus mengatur panas yang diterima atau yang hilang ke lingkungan.

Mekanisme perubahan panas tubuh hewan dapat terjadi dengan 4 proses, yaitu konduksi, konveksi, radiasi, dan

evaporasi. Konduksi adalah perubahan panas tubuh hewan karena kontak dengan suatu benda. Konveksi adalah

transfer panas akibat adanya gerakan udara atau cairan melalui permukaan tubuh. Radiasi dapat mentransfer

panas antar obyek yang tidak kontak langsung. Sebagai contoh, radiasi sinar matahari. Evaporasi proses

kehilangan panas dari permukaan cairan yang ditranformasikan dalam bentuk gas.

           Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Sebagai contoh, pada

suhu dingin, mamalia dan burung akan meningkatkan laju metabolism dengan perubahan hormon yang terlibat

di dalamnya, sehingga meningkatkan produksi panas. Pada ektoterm (misal pada lebah madu), adaptasi terhadap

suhu dingin dengan cara berkelompok dalam sarangnya. Hasil metabolisme lebah secara kelompok mampu

menghasilkan panas di dalam sarangnya.

          Beberapa adaptasi hewan untuk mengurangi kehilangan panas, misalnya adanya bulu dan rambut pada

burung dan mamalia, otot, dan modifikasi sistim sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah di bagian

Page 2: ekwan

kulit dan countercurrent heat exchangeadalah salah satu cara untuk mengurangi kehilangan panas tubuh.

Perilaku adalah hal yang penting dalam hubungannya dengan termoregulasi. Migrasi, relokasi, dan sembunyi

ditemukan pada beberapa hewan untuk menurunkan atau menaikkan suhu tubuh. Gajah di daerah tropis untuk

menurunkan suhu tubuh dengan cara mandi atau mengipaskan daun telinga ke tubuh.

B.     Hewan Endoterm

         Hewan endoterm adalah kelompok hewan yang dapat mengatur produksi panas dari dalam tubuhnya untuk

mengkonstankan atau menaikkan suhu tubuhnya, karena mempunyai daya mengatur yang tinggi. Hewan

endoterm memiliki rentang toleransi terhadap lingkungan yang lebih panjang dibandingkan hewan ektoterm

sehingga niche pokok hewan jenis ini pun panjang. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan untuk mengatur

produksi dan pelepasan panas yang dimilikinya. Kemampuan untuk mengatur produksi dan pelepasan panas

melalui mekanisme metabolisme ini dikarenakan hewan–hewan endoterm memiliki organ sebagai pusat

pengaturnya, yakni otak khususnya hipotalamus sebagai thermostat atau pusat pengatur suhu tubuh. Suhu

konstan untuk tubuh hewan–hewan endoterm biasanya terdapat di antara 35-40 derajat celcius. Karena

kemampuannya mengatur suhu tubuh sehingga selalu konstan, maka kelompok ini disebut hewan regulator.

Misalnya golongan aves dan mamalia, termasuk manusia. Dalam istilah lain kelompok hewan ini disebut juga

sebagai kelompok homeoterm. Hewan endoterm adalah hewan-hewan yang dapat mengatur suhu tubuhnya

sehingga selalu konstan berada pada kisaran suhu optimumnya.

      Kekonstanan suhu tubuh tersebut mengakibatkan hewan endoterm mampu menunjukkan kinerja konstan. 

Daya pengatur suhu tubuh itu memerlukan biaya (energi) yang relatif tinggi sehingga persyaratan masukan

makanan untuk energinya pun relatif tinggi pula. Dibandingksn dengan suatu hewan ektoterm yang sebanding

ukuran tubuhnya, bahkan dalam kisaran suhu zona termonetral, suatu hewan endoterm memerlukan energi yang

jauh lebih besar. Dibandingkan dengan hewan-hewan ektoterm yang menunjukkan strategi biaya-rendah yang

kadang-kadang memberikan keuntungan rendah, hewan–hewan endoterm mempunyai strategi biaya tinggi yang

memberi keuntungan yang lebih tinggi.

         Hewan–hewan endoterm, dalam  kondisi suhu lingkungan yang berubah–ubah, suhu tubuhnya konstan.

Hal ini karena hewan–hewan ini mempunyai kemampuan yang tinggi untuk mengatur suhu tubuhnya melalui

perubahan produksi panas (laju metabolisme) dalam tubuhnya sendiri (terkait dengan sifat endoterm).

Unta sebagai Hewan Endoterm

       Unta hidup pada habitat gurun, dan tempat lain yang memiliki suhu panas yang ekstrem. Banyak adaptasi

telah memungkinkan unta bertahan hidup pada lingkungan gurun yang sangat keras, misalnya penyimpanan

panas dalam tubuh unta, otak selektif dalam mengontrol panas agar tetap pada suhu normal, bulu, pengaturan

ginjal yang unik dalam hal mengatur urin, mekanisme respirasi, dan pengaturan semua hormon sebagai ciri

penting bagi unta dalam hal thermoregulasi. Adaptasi-adaptasi ini adalah bentuk respon dasarnya terhadap

perubahan suhu lingkungan dan jenis adaptasinya adalah adaptasi fisiologis.

           Unta dapat secara signifikan meningkatkan suhu tubuh mereka ketika berada di gurun yang panas dan

menyimpan panas selama suhu gurun panas. Tujuan menyimpan panas adalah untuk menghemat air yang

seharusnya dapat hilang unuk penguapan. Konservasi air di padang pasir sangat penting bagi unta pada waktu

Page 3: ekwan

air langka. Pada malam hari ketika suhu turun, terlihat panas yang disimpan unta berkurang sehingga suhu tubuh

unta kembali ke tingkat normal.

        Otak adalah salah satu bagian yang sensitif dari tubuh. Akibatnya unta selektif dalam menggunakan

pendinginan otak sehigga dapat menjaga otak pada suhu yang lebih rendah selama masa stres panas, jika   otak

sudah mengalami suhu yang sangat tinggi maka berbahaya bagi seluruh tubuh unta.

        Peran ginjal pada unta menjadi penting dalam hal konsentrasi urin. Ginjal dapat menghasilkan urine yang

sangat pekat pada kebutuhan air. Kemampuan untuk mengatur urin dapat ditentukan oleh lengkung Henle dan

struktur medula ginjal. Semakin lama lengkung Henle bekerja biasanya menunjukan kemampuan untuk

menghasilkan urin yang lebih pekat.

        Kehilangan air dapat meningkatkan suhu tubuh dan frekuensi pernafasan. Untuk alasan ini, unta memiliki

mekanisme pernapasan khusus. Kehilangan air dapat dikurangi dengan pendinginan dari proses penghembusan

udara di bagian hidung yang memungkinkan untuk pemulihan air.

          Hormon memainkan peranan penting dalam konservasi air di masa panas tinggi dan dehidrasi,  dimana

konsentrsi urin pada ginjal juga merupakan sebagai hasil dari hormon. Peningkatan suhu yang tinggi

menyebabkan hewan melakukan osmoregulator tubuh agar tetap nyaman, dalam makalah ini hanya membahas

tentang osmoregulasi tubuh unta dalam menghadapi perubahan suhu yang ektrim karena ketika siang maka suhu

menjadi sangat tinggi dan malam menjadi sangat rendah.

Penyimpanan Panas dan Konservasi Air pada Unta

     Pada saat air langka maka unta akan terkena dehidrasi, sehingga suhu tubuh unta berbeda secara signifikan

dibandingkan dengan unta yang sudah dalam keadaan terhidrasi. Dalam keadaan telah terhidrasi maka suhu

badan hariannya berfluktuasi dengan hanya 2 derajat celsius, sementara suhu unta dehidrasi akan berbeda

sebanyak 7 derajat celsius. Begitu besar variasi suhu tubuh berhubungan dengan kebutuhan untuk menghemat

air.

      Dehidrasi unta akan meningkatkan suhu tubuh dalam upaya untuk mencegah kehilangan air melalui

penguapan (evaporasi). Unta dapat mentolerir suhu tinggi, dan oleh karena itu unta menyimpan panas di siang

hari sehingga menyebabkan fluktiasi suhu tubuh yang drastis karena ketika malam yang dingin, tubuh telah

memilliki panas yang cukup agar bisa terjadi konduksi dan difusi.

Pendinginan Otak Unta

         Pada unta, darah dari arteri ke jaringan otak melewati pembuluh rete sebelum memasuki otak. Dalam

rongga hidung terjadi penguapan panas yang kemudian mendinginkan darah vena (rongga hidung menjadi

dingin). Pendinginan darah vena ini bergerak dari tempat vena hidung ke vena oftalmia yang terhubung ke sinus

cavernous.

        Sinus cavernous tergabung dengan karotis rete, namun darah arteri karotis rete tidak bercampur dengan

darah vena yang dingin dari carvenous sinus. Hal ini merupakan sistem pendingin dari kepala dan otak seekor

unta, karena dengan cara ini, darah didinginkan sebelum memasuki otak sehingga suhu otak tetap beberapa

derajat lebih rendah dibandingkan suhu tubuh.

Peran Bulu dalam Mengatur Panas (Evaporasi)

Page 4: ekwan

      Bulu tebal yang dimiliki unta dapat secara signifikan mengurangi jumlah panas dari lingkungan yang

diperoleh, namun ada batas efektifnya, lapisan bulu tidak bisa terlalu tebal agar panas metabolik unta tidak cepat

habis. Mantel bulu tidak hanya membatasi jumlah panas yang diperoleh di dalam tubuh, tetapi dengan berbuat

demikian unta juga dapat mengurangi jumlah air yang digunakan untuk mengatur suhu tubuhnya.

         Mantel bulu melayani tujuan ganda. dalam musim panas, lapisan bulu yang cukup tebal untuk mencegah

jumlah perpindahan panas eksternal yang berlebihan. Namun, pada waktu musim dingin unta yang

menggunakan mantel musim dinginnya untuk mencegah hilangnya panas ke lingkungan. Bulu unta mungkin

tampak agak tidak penting pada awalnya, tetapi dalam kenyataan itu memainkan peran utama dalam suhu dan

control air.

Peran Ginjal Pada Unta

       Dehidrasi unta yang terkena kondisi panas gurun memiliki kemampuan untuk menghemat air dengan

mempekatkan urin sehingga konsentrasi air kencing unta secara signifikan lebih besar dari air laut. Selain

mempertahankan lebih banyak air, tingkat garam yang terkonsentrasi dalam urin memungkinkan unta untuk

minum air asin misalnya unta memakan tanaman segar pada sungai yang telah mengering dan biasanya tanaman

ini mengandung konsentrasi  garam  tinggi.

      Ketebalan relatif medula dalam ginjal Unta camelian menunjukkan bahwa ketebalan ini memiliki hubungan

langsung dengan kemampuan untuk menghasilkan urin yang sangat pekat. Ketebalan relatif medulla dan ukuran

panjang lengkung Henle yang merupakan indikator konsentrasi urin. Ketebalannya adalah 7,89 Abdalla (1979)

menyimpulkan dari temuan dan perbandingan dengan mamalia lain bahwa ginjal Unta camelian ternyata

memang memiliki ciri-ciri anatomi yang diperlukan dalam memproduksi urin pekat

         Etzion dan Yagil (1986) menyelidiki ginjal unta rehidrasi. Ketika unta yang mengalami dehidrasi dan

sesegera meminum air maka air dengan cepat diserap ke dalam aliran darah, sehingga ADH ginjal menurun dan

ginjal akan berfungsi normal kembali hanya dalam waktu 30 menit setelah minum. Dapat simpulkan bahwa unta

tidak hanya beradaptasi dengan baik dalam menahan air, tetapi juga dengan kemampuannya dengan cepat

mengembalikan fungsi ginjal serta beberapa fungsi tubuh lain.

Mekanisme Respirasi Unta

       Kehilangan air akibat pernafasan dihubungkan dengan kemampuan hidung unta ketika air yang berkurang

dan pada temperatur udara yang rendah serta hilangnya uap air dari hembusan udara. Ketika mencoba untuk

mengkonservasi air, unta memiliki kemampuan untuk mengurangi kehilangan air akibat pernapasan dengan

menurunkan suhu udara yang dihembuskan dan dengan menangkap uap air dari udara. Unta mengurangi suhu

udara yang dihembuskan oleh pertukaran panas sederhana di dalam hidung. Kemampuan menyimpan air

biasanya akan hilang untuk penguapan di bawah temperatur tinggi. Unta yang dehidrasi memiliki bagian lubang

hidung yang bersifat higroskopik karena permukaan akan menyerap uap air dari udara.

Hormon

           Ben Goumi et al. (1993) melakukan studi mengenai pengendalian air oleh hormon dan natrium pada unta

yang mengalami dehidrasi. Ketika unta dehidrasi, terjadi penurunan volume plasma sehingga dilawan oleh

peningkatan konsentrasi natrium plasma. Unta yang dehidrasi mengurangi produksi urin dan juga meningkatkan

Page 5: ekwan

konsentrasi urine mereka ketika dihadapkan dengan situasi kekurangan air. Peningkatan konsentrasi natrium

dalam plasma karena dehidrasi parah sebagai sinyal untuk sekresi hormon yang bertanggung jawab untuk

menjaga kadar air.arrginin vasopresin (AVP) dan aktivitas renin plasma (PRA) meningkat secara signifikan di

unta ketika mengalami dehidrasi.

         Hormon AVP menunjukkan cukup efektif dalam meningkatkan konsentrasi urin. AVP menjadi lebih

tinggi secara bermakna ketika unta itu dehidrasi. Namun, dalam beberapa jam menjadi terhidrasi tingkat AVP

turun kembali normal. Meskipun ginjal itu sendiri memainkan peran utama dalam proses melestarikan air

melalui peningkatan osmolaritas urin, peran hormon pada seluruh proses memainkan peran yang signifikan.

D.    Hewan Ektoterm

         Hewan-hewan ektoterm, yaitu semua jenis hewan kecuali aves dan mamalia, merupakan kelompok hewan

yang panas tubuhnya tergantung dari panas dari luar tubuhnya, yaitu lingkungan. Daya mengatur yang

dipunyainya sangat terbatas sehingga suhu tubuhnya bervariasi mengikuti suhu lingkungannya. Hal ini

menyebabkan hewan poikiloterm memiliki rentang toleransi yang rendah, dalam artian niche pokok hewan ini

sempit. Ketika suhu lingkungan tinggi, di luar batas toleransinya, hewan ektoterm akan mati sedangkan ketika

suhu lingkungan yang lebih rendah dari suhu optimumnya, aktivitasnya pun rendah dan hewan menjadi sangat

lambat, sehingga mudah bagi predatornya untuk menangkapnya.

          Daya mengatur pada hewan ektoterm, bukan dari adaptasi fisiologis melainkan lebih berupa adaptasi

perilaku. Misalnya, bergerak mencari tempat yang teduh apabila hari terlalu panas dan berjemur dipanas

matahari bila hari dingin. Diantara suhu yang terlalu rendah dan terlau tinggi, laju metabolisme hewan ektoterm

meningkat dengan naiknya suhu dalam hubungan eksponensial.

E. Katak sebagai Hewan Ektoterm

          Katak merupakan binatang ektoterm, karena katak menghasilkan panas sangat sedikit, dan sebagian besar

dari mereka kehilangan panas dengan sangat cepat melalui evaporasi dari permukaan tubuhnya, sehingga hewan

tersebut sangat sulit untuk mengontrol suhu tubuh, ini berarti mereka mendapatkan panas dari sumber-sumber

eksternal. Dengan kata lain, katak tidak dapat mempertahankan suhu inti tubuhnya sehingga terpengaruh oleh

suhu lingkungan. Suhu lingkungan yang tinggi menyebabkan suhu inti katak menjadi tinggi pula begitu juga

sebaliknya suhu lingkungan yang rendah juga menyebabkan suhu inti katak menjadi rendah.

           Adaptasi perilaku memungkinkan katak untuk mempertahankan suhu tubuhnya di dalam suatu kisaran

yang memuaskan selama sebagian besar waktu, misalnya dengan mengubah warna mereka untuk mempengaruhi

berapa banyak radiasi matahari (panas dari matahari) mereka menerima, atau menyerap atau menguapkan air

melalui kulit mereka. Karena perubahan suhu pada waktu yang berbeda dari siang dan malam, mereka bergerak

di sekitar lingkungan mereka untuk mengatur suhu tubuh mereka. Pergi ke bawah naungan atau air dingin dan

berjemur di bawah sinar matahari untuk pemanasan.

F.     Perbedaan Hewan Endoterm dan Ektoterm

            Perbedaan hewan ektoterm dan hewan endoterm

Suhu lingkungan

Page 6: ekwan

          Pada suhu yang sangat rendah, hewan ektoterm cenderung mengikuti suhu lingkungan tersebut. Hal ini

menyebabkan laju metabolisme ektoterm menjadi turun drastis sedangkan pada hewan endoterm yang mampu

mempertahankan suhu intinya, laju metabolismenya tidak terlalu terganggu dengan penurunan suhu selama

penurunan suhu tersebut masih di batas toleransi.

Avaibilitas makanan (energi)

          Hewan endoterm menggunakan energi untuk melakukan regulasi temperatur. Sebagai konsekuensinya

jika hewan endoterm memiliki cadangan energi cukup banyak, maka hewan endoterm dapat mempertahankan

suhu tubuhnya dan laju metabolismenya, namun jika cadangan energi terbatas, maka hewan endoterm akan

kesulitan mempertahankan suhu intinya. Begitu pula sebaliknya keadaan hewan ektoterm Jadi metabolisme

energi hewan ektoterm cenderung lebih efisien karena porsi energi yang berubah menjadi energi panas sangat

sedikit.

Gambar 1. Grafik jumlah energi yang dikeluarkan hewan endoterm(tikus) dan hewan ektoterm (cicak) terhadap

perubahan suhu

Kontrol hipotalamus pada termoregulasi mamalia

       Mamalia memiliki neuron di hipotalamus yang sensitif pada suhu sirkulasi darah. Hipotalamus juga

menerima input dari termoreseptor di seluruh tubuh. Hipotalamus memiliki set point, yang berfungsi seperti

thermostat.

          Jika suhu sirkulasi darah ke hipotalamus lebih tinggi daripada set point, maka akan ada sinyal yang

menginisiasi mekanisme pendinginan (vasodilatasi kapiler, berkeringat, napas cepat, dll), sedangkan bila suhu

darah lebih rendah daripada suhu set point, maka sinyal neural akan menginisiasi peningkatan suhu dengan

vasokonstriksi kapiler, menggigil, termogenesis lemak, dll).

             Pada hewan ektoterm mekanisme tersebut tidak berjalan, sehingga ektoterm tidak mampu mengatur

suhu tubuhnya sendiri, dan mengandalkan suhu lingkungan. Beberapa hewan ektoterm mengatur suhu tubuhnya

dengan cara berjemur saat matahari baru terbit sehingga terjadi peningkatan laju metabolisme untuk aktivitas

dan menghindari matahari yang sedang terik di siang hari dengan cara berteduh.

G. Kesimpulan

        Makhluk hidup memliki respon dasar yang digunakan untuk menanggapi perubahan lingkungan. Respon

dasar ini dapat berupa adaptasi baik secara fsiologis maupun perilaku. Hewan endoterm memiliki rentang

toleransi d terhadap lingkungan an juga niche yang lebih panjang dibandingkan hewan ektoterm. Unta sebagai

hewan endoterm memiliki adaptasi fisiologis sebagai tanggapan terhadap keadaan suhu lingkungan. Unta adalah

hewan yang panas tubuhnya berasal dari hasil metabolisme. Suhu tubuh hewan ini lebih konstan dibanding

hewan ektoterm. Katak sebagai hewan ektoterm memiliki adaptasi perilaku sebagai tanggapan terhadap keadaan

suhu lingkungan. Katak adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari lingkungan (menyerap panas

lingkungan). Suhu tubuh hewan ektoterm cenderung berfluktuasi, tergantung pada suhu lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 7: ekwan

Anonim. 2011. Homeotherm, Poikilotherm, Endotherm, dan

Ektotherm..http://www.berbagimanfaat.com/2011/03/homeoterm-poikiloterm-endoterm-ektoterm.html. Diakses

tanggal 27 April 2013.

Intitut Pertanian Bogor. Tanpa tahun. Pengaturan Suhu

Tubuh.http://web.ipb.ac.id/~tpb/files/materi/bio100/Materi/suhu_tubuh.html. Diakses tanggal 27 April 2013.

Homeoterm, Poikiloterm, Endoterm, Ektoterm

7:19 AM  fisiologi, kedokteran  No comments

Homeotherm, Poikilotherm, Endotherm, dan Ektotherm. 

Homeotherm adalah hewan yang memiliki suhu inti yang relatif stabil dan perubahan suhu intinya tidak

signifikan terjadi. Homeotherm mampu menjaga suhu intinya dengan melalui panas yang dilepaskan saat

melakukan metabolisme, kemampuan homeotherm ini disebut dengan termoregulasi. Contoh hewan

homeotherm adalah hewan dari kelas mamalia dan aves.

Poikilotherm adalah hewan yang memiliki suhu tubuh yang berubah-ubah sesuai dengan suhu lingkungan,

perubahan suhu bersifat fluktuatif dengan range yang besar. Pada umumnya semua jenis hewan selain hewan

dari kelas mamalia dan aves merupakan poikilotherm. Poikilotherm sering disebut juga dengan hewan berdarah

dingin, karena sebagian besar poikilotherm memiliki suhu tubuh rata-rata yang lebih rendah daripada

homeotherm di tempat yang sama. Hal ini disebabkan oleh suhu lingkungan yang relatif lebih rendah daripada

suhu homeotherm di tempat yang sama, sebagai contoh suhu tubuh mamalia memiliki suhu tubuh 37-40°C dan

Aves memiliki suhu tubuh berkisar antara 39-43°C, sedangkan suhu lingkungan tidak lebih dari 30°C.

Poikilotherm di gurun bisa saja memiliki suhu tubuh yang lebih tinggi dari pada homeotherm di tempat yang

sama. Hal ini terjadi karena paparan sinar matahari dapat mengubah suhu tubuh poikilotherm dengan drastis,

contoh suhu tubuh kadal gurun relatif lebih tinggi daripada suhu tubuh unta di tempat yang sama pada siang

hari, sedangkan pada malam hari suhu tubuh kadal gurun dapat turun drastis, seiring dengan penurunan suhu

lingkungan. Jadi penyebutan hewan berdarah dingin untuk poikilotherm tak selamanya benar. Istilah

Poikilotherm berkaitan erat dengan ektotherm. Ektotherm adalah hewan yang suhu tubuhnya bergantung dari

luar tubuhnya. Pengaturan suhu pada ektotherm disebut dengan thermoconformer (suhu tubuh menjadi

fluktuatif). 

Endotherm adalah hewan yang mampu menghasilkan panas dari dalam tubuhnya dan menjaga suhu tersebut

sehingga tidak terjadi perubahan yang signifikan walaupun terdapat perubahan suhu lingkungan yang cukup

signifikan namun masih dalam batas toleransi

Perbedaan Poikilotherm ektotermik dan Homeotherm endotermik

1. Suhu lingkungan

Pada suhu yang sangat rendah, suhu poikilotherm cenderung mengikuti suhu lingkungan tersebut. Hal ini

menyebabkan laju metabolisme poikilotherm menjadi turun drastic Sedangkan homeotherm yang mampu

mempertahankan suhu intinya, laju metabolismenya tidak terlalu terganggu dengan penurunan suhu selama

penurunan suhu tersebut masih di batas toleransi.

Page 8: ekwan

2. Avaibilitas makanan (energi)

Endotherm menggunakan energy untuk melakukan regulasi temperature. Sebagai konsekuensinya endotherm

(homeotherm) memiliki BMR sampai 17 kali lipat ektoterm (poikilotherm) yang memiliki ukuran yang sama.

Jika cadangan energi cukup banyak, homeotherm dapat mempertahankan suhu tubuhnya dan laju

metabolismenya, namun jika cadangan energi terbatas, maka homeotherm akan kesulitan mempertahankan suhu

intinya. Jadi metabolisme energi poikilotherm cenderung lebih efisien karena porsi energi yang berubah menjadi

energi panas sangat sedikit.

3. Kontrol hipotalamus pada termoregulasi mamalia

Mamalia memiliki neuron di hipotalamus yang sensitive pada suhu sirkulasi darah. Hipotalamus juga menerima

input dari termoreseptor di seluruh tubuh. Hipotalamus memiliki set point, yang berfungsi seperti thermostat.

Jika suhu sirkulasi darah ke hipotalamus lebih tinggi daripada set point, maka akan ada sinyal yang menginisiasi

mekanisme pendinginan (vasodilatasi kapiler, berkeringat, napas cepat, dll) Sedangkan bila suhu darah lebih

rendah daripada suhu set point, maka sinyal neural akan menginisiasi peningkatan suhu dengan vasokonstriksi

kapiler, menggigil, termogenesis lemak, dll). Pada poikilotherm mekanisme tersebut tidak berjalan, sehingga

poikilotherm tidak mampu mengatur suhu tubuhnya sendiri, dan mengandalkan suhu lingkungan. Beberapa

poikilotherm mengatur suhu dengan cara berjemur saat matahari baru terbit sehingga terjadi peningkatan laju

metabolisme untuk aktivitas dan menghindari matahari yang sedang terik di siang hari dengan cara berteduh.

Email This