Upload
nova-aldianova
View
41
Download
10
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ekwan
Citation preview
Katak (Amphibi)
Pada lingkungan yang panas hewan ini beradaptasi secara morfologi dengan cara menguapkan panas dari dalam
tubuhnya . Sedangkan secara tingkah laku yan dilakukan katak adalah bersembunyi pada bongkahan tanah yang
dianggap lebih rendah suhunya. Namun jika suhu lingkungan ekstrim panas katak menggunakannya untuk
memaksimalkan reproduksinya. Dengan tujuan melestarikan spesiesnya. Telur yang dihasilkan ditempelkan
pada daun atau ranting pohon. Ketika lingkungan sudah memungkinkan seperti pada saat musim penghujan,
Maka telur tersebut akan berkembang menjadi berudu yang akhirnya akan menjadi katak dewasa yang baru.
HEWAN EKTOTERM DAN HEWAN ENDOTERM
A. Pengaturan Suhu Tubuh (Termoregulasi)
Kepekaan terhadap stimulus merupakan salah satu ciri utama kehidupan. Tujuan akhir dari respon adalah
untuk mempertahankan hidupnya. Respon hewan terhadap lingkungannya bervariasi tergantung dari jenis dan
intensitas stimulus, jenis spesies, stadium perkembangan, umur, kondisi fisiologis dan kisaran toleransi terhadap
lingkungannya. Pengaturan suhu tubuh merupakan salah satu respon dasar makhluk hidup yang dilakukan agar
tetap exist. Pengaturan suhu tubuh merupakan bentuk dari adaptasi terhadap perubahan lingkungan.
Pengaturan suhu tubuh adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk mempertahankan suhu internal agar
berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir. Proses yang terjadi pada hewan untuk mengatur suhu tubuhnya
agar tetap konstan dinamis. Mekanisme termoregulasi terjadi dengan mengatur keseimbangan antara perolehan
panas dengan pelepasan panas.
Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen dari
homeostasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin (cold-blood animals) dan hewan
berdarah panas (warm-blood animals). Namun, ahli-ahli biologi lebih suka menggunakan istilah ektoterm dan
endoterm yang berhubungan dengan sumber panas utama tubuh hewan. Ektoterm adalah hewan yang panas
tubuhnya berasal dari lingkungan (menyerap panas lingkungan). Suhu tubuh hewan ektoterm cenderung
berfluktuasi, tergantung pada suhu lingkungan. Hewan dalam kelompok ini adalah anggota invertebrata, ikan,
amphibia, dan reptilia. Sedangkan endoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari hasil metabolisme.
Suhu tubuh hewan ini lebih konstan. Endoterm umum dijumpai pada kelompok burung (aves), dan mamalia.
Dalam pengaturan suhu tubuh, hewan harus mengatur panas yang diterima atau yang hilang ke lingkungan.
Mekanisme perubahan panas tubuh hewan dapat terjadi dengan 4 proses, yaitu konduksi, konveksi, radiasi, dan
evaporasi. Konduksi adalah perubahan panas tubuh hewan karena kontak dengan suatu benda. Konveksi adalah
transfer panas akibat adanya gerakan udara atau cairan melalui permukaan tubuh. Radiasi dapat mentransfer
panas antar obyek yang tidak kontak langsung. Sebagai contoh, radiasi sinar matahari. Evaporasi proses
kehilangan panas dari permukaan cairan yang ditranformasikan dalam bentuk gas.
Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Sebagai contoh, pada
suhu dingin, mamalia dan burung akan meningkatkan laju metabolism dengan perubahan hormon yang terlibat
di dalamnya, sehingga meningkatkan produksi panas. Pada ektoterm (misal pada lebah madu), adaptasi terhadap
suhu dingin dengan cara berkelompok dalam sarangnya. Hasil metabolisme lebah secara kelompok mampu
menghasilkan panas di dalam sarangnya.
Beberapa adaptasi hewan untuk mengurangi kehilangan panas, misalnya adanya bulu dan rambut pada
burung dan mamalia, otot, dan modifikasi sistim sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah di bagian
kulit dan countercurrent heat exchangeadalah salah satu cara untuk mengurangi kehilangan panas tubuh.
Perilaku adalah hal yang penting dalam hubungannya dengan termoregulasi. Migrasi, relokasi, dan sembunyi
ditemukan pada beberapa hewan untuk menurunkan atau menaikkan suhu tubuh. Gajah di daerah tropis untuk
menurunkan suhu tubuh dengan cara mandi atau mengipaskan daun telinga ke tubuh.
B. Hewan Endoterm
Hewan endoterm adalah kelompok hewan yang dapat mengatur produksi panas dari dalam tubuhnya untuk
mengkonstankan atau menaikkan suhu tubuhnya, karena mempunyai daya mengatur yang tinggi. Hewan
endoterm memiliki rentang toleransi terhadap lingkungan yang lebih panjang dibandingkan hewan ektoterm
sehingga niche pokok hewan jenis ini pun panjang. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan untuk mengatur
produksi dan pelepasan panas yang dimilikinya. Kemampuan untuk mengatur produksi dan pelepasan panas
melalui mekanisme metabolisme ini dikarenakan hewan–hewan endoterm memiliki organ sebagai pusat
pengaturnya, yakni otak khususnya hipotalamus sebagai thermostat atau pusat pengatur suhu tubuh. Suhu
konstan untuk tubuh hewan–hewan endoterm biasanya terdapat di antara 35-40 derajat celcius. Karena
kemampuannya mengatur suhu tubuh sehingga selalu konstan, maka kelompok ini disebut hewan regulator.
Misalnya golongan aves dan mamalia, termasuk manusia. Dalam istilah lain kelompok hewan ini disebut juga
sebagai kelompok homeoterm. Hewan endoterm adalah hewan-hewan yang dapat mengatur suhu tubuhnya
sehingga selalu konstan berada pada kisaran suhu optimumnya.
Kekonstanan suhu tubuh tersebut mengakibatkan hewan endoterm mampu menunjukkan kinerja konstan.
Daya pengatur suhu tubuh itu memerlukan biaya (energi) yang relatif tinggi sehingga persyaratan masukan
makanan untuk energinya pun relatif tinggi pula. Dibandingksn dengan suatu hewan ektoterm yang sebanding
ukuran tubuhnya, bahkan dalam kisaran suhu zona termonetral, suatu hewan endoterm memerlukan energi yang
jauh lebih besar. Dibandingkan dengan hewan-hewan ektoterm yang menunjukkan strategi biaya-rendah yang
kadang-kadang memberikan keuntungan rendah, hewan–hewan endoterm mempunyai strategi biaya tinggi yang
memberi keuntungan yang lebih tinggi.
Hewan–hewan endoterm, dalam kondisi suhu lingkungan yang berubah–ubah, suhu tubuhnya konstan.
Hal ini karena hewan–hewan ini mempunyai kemampuan yang tinggi untuk mengatur suhu tubuhnya melalui
perubahan produksi panas (laju metabolisme) dalam tubuhnya sendiri (terkait dengan sifat endoterm).
Unta sebagai Hewan Endoterm
Unta hidup pada habitat gurun, dan tempat lain yang memiliki suhu panas yang ekstrem. Banyak adaptasi
telah memungkinkan unta bertahan hidup pada lingkungan gurun yang sangat keras, misalnya penyimpanan
panas dalam tubuh unta, otak selektif dalam mengontrol panas agar tetap pada suhu normal, bulu, pengaturan
ginjal yang unik dalam hal mengatur urin, mekanisme respirasi, dan pengaturan semua hormon sebagai ciri
penting bagi unta dalam hal thermoregulasi. Adaptasi-adaptasi ini adalah bentuk respon dasarnya terhadap
perubahan suhu lingkungan dan jenis adaptasinya adalah adaptasi fisiologis.
Unta dapat secara signifikan meningkatkan suhu tubuh mereka ketika berada di gurun yang panas dan
menyimpan panas selama suhu gurun panas. Tujuan menyimpan panas adalah untuk menghemat air yang
seharusnya dapat hilang unuk penguapan. Konservasi air di padang pasir sangat penting bagi unta pada waktu
air langka. Pada malam hari ketika suhu turun, terlihat panas yang disimpan unta berkurang sehingga suhu tubuh
unta kembali ke tingkat normal.
Otak adalah salah satu bagian yang sensitif dari tubuh. Akibatnya unta selektif dalam menggunakan
pendinginan otak sehigga dapat menjaga otak pada suhu yang lebih rendah selama masa stres panas, jika otak
sudah mengalami suhu yang sangat tinggi maka berbahaya bagi seluruh tubuh unta.
Peran ginjal pada unta menjadi penting dalam hal konsentrasi urin. Ginjal dapat menghasilkan urine yang
sangat pekat pada kebutuhan air. Kemampuan untuk mengatur urin dapat ditentukan oleh lengkung Henle dan
struktur medula ginjal. Semakin lama lengkung Henle bekerja biasanya menunjukan kemampuan untuk
menghasilkan urin yang lebih pekat.
Kehilangan air dapat meningkatkan suhu tubuh dan frekuensi pernafasan. Untuk alasan ini, unta memiliki
mekanisme pernapasan khusus. Kehilangan air dapat dikurangi dengan pendinginan dari proses penghembusan
udara di bagian hidung yang memungkinkan untuk pemulihan air.
Hormon memainkan peranan penting dalam konservasi air di masa panas tinggi dan dehidrasi, dimana
konsentrsi urin pada ginjal juga merupakan sebagai hasil dari hormon. Peningkatan suhu yang tinggi
menyebabkan hewan melakukan osmoregulator tubuh agar tetap nyaman, dalam makalah ini hanya membahas
tentang osmoregulasi tubuh unta dalam menghadapi perubahan suhu yang ektrim karena ketika siang maka suhu
menjadi sangat tinggi dan malam menjadi sangat rendah.
Penyimpanan Panas dan Konservasi Air pada Unta
Pada saat air langka maka unta akan terkena dehidrasi, sehingga suhu tubuh unta berbeda secara signifikan
dibandingkan dengan unta yang sudah dalam keadaan terhidrasi. Dalam keadaan telah terhidrasi maka suhu
badan hariannya berfluktuasi dengan hanya 2 derajat celsius, sementara suhu unta dehidrasi akan berbeda
sebanyak 7 derajat celsius. Begitu besar variasi suhu tubuh berhubungan dengan kebutuhan untuk menghemat
air.
Dehidrasi unta akan meningkatkan suhu tubuh dalam upaya untuk mencegah kehilangan air melalui
penguapan (evaporasi). Unta dapat mentolerir suhu tinggi, dan oleh karena itu unta menyimpan panas di siang
hari sehingga menyebabkan fluktiasi suhu tubuh yang drastis karena ketika malam yang dingin, tubuh telah
memilliki panas yang cukup agar bisa terjadi konduksi dan difusi.
Pendinginan Otak Unta
Pada unta, darah dari arteri ke jaringan otak melewati pembuluh rete sebelum memasuki otak. Dalam
rongga hidung terjadi penguapan panas yang kemudian mendinginkan darah vena (rongga hidung menjadi
dingin). Pendinginan darah vena ini bergerak dari tempat vena hidung ke vena oftalmia yang terhubung ke sinus
cavernous.
Sinus cavernous tergabung dengan karotis rete, namun darah arteri karotis rete tidak bercampur dengan
darah vena yang dingin dari carvenous sinus. Hal ini merupakan sistem pendingin dari kepala dan otak seekor
unta, karena dengan cara ini, darah didinginkan sebelum memasuki otak sehingga suhu otak tetap beberapa
derajat lebih rendah dibandingkan suhu tubuh.
Peran Bulu dalam Mengatur Panas (Evaporasi)
Bulu tebal yang dimiliki unta dapat secara signifikan mengurangi jumlah panas dari lingkungan yang
diperoleh, namun ada batas efektifnya, lapisan bulu tidak bisa terlalu tebal agar panas metabolik unta tidak cepat
habis. Mantel bulu tidak hanya membatasi jumlah panas yang diperoleh di dalam tubuh, tetapi dengan berbuat
demikian unta juga dapat mengurangi jumlah air yang digunakan untuk mengatur suhu tubuhnya.
Mantel bulu melayani tujuan ganda. dalam musim panas, lapisan bulu yang cukup tebal untuk mencegah
jumlah perpindahan panas eksternal yang berlebihan. Namun, pada waktu musim dingin unta yang
menggunakan mantel musim dinginnya untuk mencegah hilangnya panas ke lingkungan. Bulu unta mungkin
tampak agak tidak penting pada awalnya, tetapi dalam kenyataan itu memainkan peran utama dalam suhu dan
control air.
Peran Ginjal Pada Unta
Dehidrasi unta yang terkena kondisi panas gurun memiliki kemampuan untuk menghemat air dengan
mempekatkan urin sehingga konsentrasi air kencing unta secara signifikan lebih besar dari air laut. Selain
mempertahankan lebih banyak air, tingkat garam yang terkonsentrasi dalam urin memungkinkan unta untuk
minum air asin misalnya unta memakan tanaman segar pada sungai yang telah mengering dan biasanya tanaman
ini mengandung konsentrasi garam tinggi.
Ketebalan relatif medula dalam ginjal Unta camelian menunjukkan bahwa ketebalan ini memiliki hubungan
langsung dengan kemampuan untuk menghasilkan urin yang sangat pekat. Ketebalan relatif medulla dan ukuran
panjang lengkung Henle yang merupakan indikator konsentrasi urin. Ketebalannya adalah 7,89 Abdalla (1979)
menyimpulkan dari temuan dan perbandingan dengan mamalia lain bahwa ginjal Unta camelian ternyata
memang memiliki ciri-ciri anatomi yang diperlukan dalam memproduksi urin pekat
Etzion dan Yagil (1986) menyelidiki ginjal unta rehidrasi. Ketika unta yang mengalami dehidrasi dan
sesegera meminum air maka air dengan cepat diserap ke dalam aliran darah, sehingga ADH ginjal menurun dan
ginjal akan berfungsi normal kembali hanya dalam waktu 30 menit setelah minum. Dapat simpulkan bahwa unta
tidak hanya beradaptasi dengan baik dalam menahan air, tetapi juga dengan kemampuannya dengan cepat
mengembalikan fungsi ginjal serta beberapa fungsi tubuh lain.
Mekanisme Respirasi Unta
Kehilangan air akibat pernafasan dihubungkan dengan kemampuan hidung unta ketika air yang berkurang
dan pada temperatur udara yang rendah serta hilangnya uap air dari hembusan udara. Ketika mencoba untuk
mengkonservasi air, unta memiliki kemampuan untuk mengurangi kehilangan air akibat pernapasan dengan
menurunkan suhu udara yang dihembuskan dan dengan menangkap uap air dari udara. Unta mengurangi suhu
udara yang dihembuskan oleh pertukaran panas sederhana di dalam hidung. Kemampuan menyimpan air
biasanya akan hilang untuk penguapan di bawah temperatur tinggi. Unta yang dehidrasi memiliki bagian lubang
hidung yang bersifat higroskopik karena permukaan akan menyerap uap air dari udara.
Hormon
Ben Goumi et al. (1993) melakukan studi mengenai pengendalian air oleh hormon dan natrium pada unta
yang mengalami dehidrasi. Ketika unta dehidrasi, terjadi penurunan volume plasma sehingga dilawan oleh
peningkatan konsentrasi natrium plasma. Unta yang dehidrasi mengurangi produksi urin dan juga meningkatkan
konsentrasi urine mereka ketika dihadapkan dengan situasi kekurangan air. Peningkatan konsentrasi natrium
dalam plasma karena dehidrasi parah sebagai sinyal untuk sekresi hormon yang bertanggung jawab untuk
menjaga kadar air.arrginin vasopresin (AVP) dan aktivitas renin plasma (PRA) meningkat secara signifikan di
unta ketika mengalami dehidrasi.
Hormon AVP menunjukkan cukup efektif dalam meningkatkan konsentrasi urin. AVP menjadi lebih
tinggi secara bermakna ketika unta itu dehidrasi. Namun, dalam beberapa jam menjadi terhidrasi tingkat AVP
turun kembali normal. Meskipun ginjal itu sendiri memainkan peran utama dalam proses melestarikan air
melalui peningkatan osmolaritas urin, peran hormon pada seluruh proses memainkan peran yang signifikan.
D. Hewan Ektoterm
Hewan-hewan ektoterm, yaitu semua jenis hewan kecuali aves dan mamalia, merupakan kelompok hewan
yang panas tubuhnya tergantung dari panas dari luar tubuhnya, yaitu lingkungan. Daya mengatur yang
dipunyainya sangat terbatas sehingga suhu tubuhnya bervariasi mengikuti suhu lingkungannya. Hal ini
menyebabkan hewan poikiloterm memiliki rentang toleransi yang rendah, dalam artian niche pokok hewan ini
sempit. Ketika suhu lingkungan tinggi, di luar batas toleransinya, hewan ektoterm akan mati sedangkan ketika
suhu lingkungan yang lebih rendah dari suhu optimumnya, aktivitasnya pun rendah dan hewan menjadi sangat
lambat, sehingga mudah bagi predatornya untuk menangkapnya.
Daya mengatur pada hewan ektoterm, bukan dari adaptasi fisiologis melainkan lebih berupa adaptasi
perilaku. Misalnya, bergerak mencari tempat yang teduh apabila hari terlalu panas dan berjemur dipanas
matahari bila hari dingin. Diantara suhu yang terlalu rendah dan terlau tinggi, laju metabolisme hewan ektoterm
meningkat dengan naiknya suhu dalam hubungan eksponensial.
E. Katak sebagai Hewan Ektoterm
Katak merupakan binatang ektoterm, karena katak menghasilkan panas sangat sedikit, dan sebagian besar
dari mereka kehilangan panas dengan sangat cepat melalui evaporasi dari permukaan tubuhnya, sehingga hewan
tersebut sangat sulit untuk mengontrol suhu tubuh, ini berarti mereka mendapatkan panas dari sumber-sumber
eksternal. Dengan kata lain, katak tidak dapat mempertahankan suhu inti tubuhnya sehingga terpengaruh oleh
suhu lingkungan. Suhu lingkungan yang tinggi menyebabkan suhu inti katak menjadi tinggi pula begitu juga
sebaliknya suhu lingkungan yang rendah juga menyebabkan suhu inti katak menjadi rendah.
Adaptasi perilaku memungkinkan katak untuk mempertahankan suhu tubuhnya di dalam suatu kisaran
yang memuaskan selama sebagian besar waktu, misalnya dengan mengubah warna mereka untuk mempengaruhi
berapa banyak radiasi matahari (panas dari matahari) mereka menerima, atau menyerap atau menguapkan air
melalui kulit mereka. Karena perubahan suhu pada waktu yang berbeda dari siang dan malam, mereka bergerak
di sekitar lingkungan mereka untuk mengatur suhu tubuh mereka. Pergi ke bawah naungan atau air dingin dan
berjemur di bawah sinar matahari untuk pemanasan.
F. Perbedaan Hewan Endoterm dan Ektoterm
Perbedaan hewan ektoterm dan hewan endoterm
Suhu lingkungan
Pada suhu yang sangat rendah, hewan ektoterm cenderung mengikuti suhu lingkungan tersebut. Hal ini
menyebabkan laju metabolisme ektoterm menjadi turun drastis sedangkan pada hewan endoterm yang mampu
mempertahankan suhu intinya, laju metabolismenya tidak terlalu terganggu dengan penurunan suhu selama
penurunan suhu tersebut masih di batas toleransi.
Avaibilitas makanan (energi)
Hewan endoterm menggunakan energi untuk melakukan regulasi temperatur. Sebagai konsekuensinya
jika hewan endoterm memiliki cadangan energi cukup banyak, maka hewan endoterm dapat mempertahankan
suhu tubuhnya dan laju metabolismenya, namun jika cadangan energi terbatas, maka hewan endoterm akan
kesulitan mempertahankan suhu intinya. Begitu pula sebaliknya keadaan hewan ektoterm Jadi metabolisme
energi hewan ektoterm cenderung lebih efisien karena porsi energi yang berubah menjadi energi panas sangat
sedikit.
Gambar 1. Grafik jumlah energi yang dikeluarkan hewan endoterm(tikus) dan hewan ektoterm (cicak) terhadap
perubahan suhu
Kontrol hipotalamus pada termoregulasi mamalia
Mamalia memiliki neuron di hipotalamus yang sensitif pada suhu sirkulasi darah. Hipotalamus juga
menerima input dari termoreseptor di seluruh tubuh. Hipotalamus memiliki set point, yang berfungsi seperti
thermostat.
Jika suhu sirkulasi darah ke hipotalamus lebih tinggi daripada set point, maka akan ada sinyal yang
menginisiasi mekanisme pendinginan (vasodilatasi kapiler, berkeringat, napas cepat, dll), sedangkan bila suhu
darah lebih rendah daripada suhu set point, maka sinyal neural akan menginisiasi peningkatan suhu dengan
vasokonstriksi kapiler, menggigil, termogenesis lemak, dll).
Pada hewan ektoterm mekanisme tersebut tidak berjalan, sehingga ektoterm tidak mampu mengatur
suhu tubuhnya sendiri, dan mengandalkan suhu lingkungan. Beberapa hewan ektoterm mengatur suhu tubuhnya
dengan cara berjemur saat matahari baru terbit sehingga terjadi peningkatan laju metabolisme untuk aktivitas
dan menghindari matahari yang sedang terik di siang hari dengan cara berteduh.
G. Kesimpulan
Makhluk hidup memliki respon dasar yang digunakan untuk menanggapi perubahan lingkungan. Respon
dasar ini dapat berupa adaptasi baik secara fsiologis maupun perilaku. Hewan endoterm memiliki rentang
toleransi d terhadap lingkungan an juga niche yang lebih panjang dibandingkan hewan ektoterm. Unta sebagai
hewan endoterm memiliki adaptasi fisiologis sebagai tanggapan terhadap keadaan suhu lingkungan. Unta adalah
hewan yang panas tubuhnya berasal dari hasil metabolisme. Suhu tubuh hewan ini lebih konstan dibanding
hewan ektoterm. Katak sebagai hewan ektoterm memiliki adaptasi perilaku sebagai tanggapan terhadap keadaan
suhu lingkungan. Katak adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari lingkungan (menyerap panas
lingkungan). Suhu tubuh hewan ektoterm cenderung berfluktuasi, tergantung pada suhu lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Homeotherm, Poikilotherm, Endotherm, dan
Ektotherm..http://www.berbagimanfaat.com/2011/03/homeoterm-poikiloterm-endoterm-ektoterm.html. Diakses
tanggal 27 April 2013.
Intitut Pertanian Bogor. Tanpa tahun. Pengaturan Suhu
Tubuh.http://web.ipb.ac.id/~tpb/files/materi/bio100/Materi/suhu_tubuh.html. Diakses tanggal 27 April 2013.
Homeoterm, Poikiloterm, Endoterm, Ektoterm
7:19 AM fisiologi, kedokteran No comments
Homeotherm, Poikilotherm, Endotherm, dan Ektotherm.
Homeotherm adalah hewan yang memiliki suhu inti yang relatif stabil dan perubahan suhu intinya tidak
signifikan terjadi. Homeotherm mampu menjaga suhu intinya dengan melalui panas yang dilepaskan saat
melakukan metabolisme, kemampuan homeotherm ini disebut dengan termoregulasi. Contoh hewan
homeotherm adalah hewan dari kelas mamalia dan aves.
Poikilotherm adalah hewan yang memiliki suhu tubuh yang berubah-ubah sesuai dengan suhu lingkungan,
perubahan suhu bersifat fluktuatif dengan range yang besar. Pada umumnya semua jenis hewan selain hewan
dari kelas mamalia dan aves merupakan poikilotherm. Poikilotherm sering disebut juga dengan hewan berdarah
dingin, karena sebagian besar poikilotherm memiliki suhu tubuh rata-rata yang lebih rendah daripada
homeotherm di tempat yang sama. Hal ini disebabkan oleh suhu lingkungan yang relatif lebih rendah daripada
suhu homeotherm di tempat yang sama, sebagai contoh suhu tubuh mamalia memiliki suhu tubuh 37-40°C dan
Aves memiliki suhu tubuh berkisar antara 39-43°C, sedangkan suhu lingkungan tidak lebih dari 30°C.
Poikilotherm di gurun bisa saja memiliki suhu tubuh yang lebih tinggi dari pada homeotherm di tempat yang
sama. Hal ini terjadi karena paparan sinar matahari dapat mengubah suhu tubuh poikilotherm dengan drastis,
contoh suhu tubuh kadal gurun relatif lebih tinggi daripada suhu tubuh unta di tempat yang sama pada siang
hari, sedangkan pada malam hari suhu tubuh kadal gurun dapat turun drastis, seiring dengan penurunan suhu
lingkungan. Jadi penyebutan hewan berdarah dingin untuk poikilotherm tak selamanya benar. Istilah
Poikilotherm berkaitan erat dengan ektotherm. Ektotherm adalah hewan yang suhu tubuhnya bergantung dari
luar tubuhnya. Pengaturan suhu pada ektotherm disebut dengan thermoconformer (suhu tubuh menjadi
fluktuatif).
Endotherm adalah hewan yang mampu menghasilkan panas dari dalam tubuhnya dan menjaga suhu tersebut
sehingga tidak terjadi perubahan yang signifikan walaupun terdapat perubahan suhu lingkungan yang cukup
signifikan namun masih dalam batas toleransi
Perbedaan Poikilotherm ektotermik dan Homeotherm endotermik
1. Suhu lingkungan
Pada suhu yang sangat rendah, suhu poikilotherm cenderung mengikuti suhu lingkungan tersebut. Hal ini
menyebabkan laju metabolisme poikilotherm menjadi turun drastic Sedangkan homeotherm yang mampu
mempertahankan suhu intinya, laju metabolismenya tidak terlalu terganggu dengan penurunan suhu selama
penurunan suhu tersebut masih di batas toleransi.
2. Avaibilitas makanan (energi)
Endotherm menggunakan energy untuk melakukan regulasi temperature. Sebagai konsekuensinya endotherm
(homeotherm) memiliki BMR sampai 17 kali lipat ektoterm (poikilotherm) yang memiliki ukuran yang sama.
Jika cadangan energi cukup banyak, homeotherm dapat mempertahankan suhu tubuhnya dan laju
metabolismenya, namun jika cadangan energi terbatas, maka homeotherm akan kesulitan mempertahankan suhu
intinya. Jadi metabolisme energi poikilotherm cenderung lebih efisien karena porsi energi yang berubah menjadi
energi panas sangat sedikit.
3. Kontrol hipotalamus pada termoregulasi mamalia
Mamalia memiliki neuron di hipotalamus yang sensitive pada suhu sirkulasi darah. Hipotalamus juga menerima
input dari termoreseptor di seluruh tubuh. Hipotalamus memiliki set point, yang berfungsi seperti thermostat.
Jika suhu sirkulasi darah ke hipotalamus lebih tinggi daripada set point, maka akan ada sinyal yang menginisiasi
mekanisme pendinginan (vasodilatasi kapiler, berkeringat, napas cepat, dll) Sedangkan bila suhu darah lebih
rendah daripada suhu set point, maka sinyal neural akan menginisiasi peningkatan suhu dengan vasokonstriksi
kapiler, menggigil, termogenesis lemak, dll). Pada poikilotherm mekanisme tersebut tidak berjalan, sehingga
poikilotherm tidak mampu mengatur suhu tubuhnya sendiri, dan mengandalkan suhu lingkungan. Beberapa
poikilotherm mengatur suhu dengan cara berjemur saat matahari baru terbit sehingga terjadi peningkatan laju
metabolisme untuk aktivitas dan menghindari matahari yang sedang terik di siang hari dengan cara berteduh.
Email This