26
VII. Hasil Pengamatan No Spesies Nama Daerah Famil i Jumlah patokan Pi LnPi PiLnPi 1. Gallus gallus jantan Ayam kampung Gallu s 20 0,45 -0,79 -0,35 2. Gallus gallus betina Ayam kampung Gallu s 16 0,36 -1,02 -0,36 3. Anak Gallus gallus Ayam kampung Gallu s 8 0,18 -1,71 -0,3 Jumlah 44 0,99 -3,72 -1,01 Spesies Klasifikasi Ayam kampung (Gallus gallus) Kingdom : Animalia Filum : Chord ata Kelas : Aves Ordo : Galli formes Famili : Phasi anidae Genus : Gallus Spesies : G.

laporan sndiri ekwan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ekologi hewan

Citation preview

Page 1: laporan sndiri ekwan

VII. Hasil Pengamatan

No SpesiesNama

DaerahFamili

Jumlah patokan

Pi LnPi PiLnPi

1.Gallus gallus jantan

Ayam kampung

Gallus 20 0,45 -0,79 -0,35

2.Gallus gallus betina

Ayam kampung

Gallus 16 0,36 -1,02 -0,36

3.Anak Gallus gallus  

Ayam kampung

Gallus 8 0,18 -1,71 -0,3

Jumlah 44 0,99 -3,72 -1,01

Spesies Klasifikasi

Ayam kampung (Gallus gallus)

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Aves

Ordo : Galliformes

Famili : Phasianidae

Genus : Gallus

Spesies : G. gallus

Subspesies : G. g.

domesticus

Page 2: laporan sndiri ekwan

VIII. Pembahasan

Predator mengembangkan mekanisme untuk meningkatkan efisiensinya

untuk menemukan dan menangkap mangsa. Prey itu sendiri mengalami tekanan

selektif yang kuat untuk mengurangi peluang dapat termakan. Sifat-sifat dasar untuk

suksesnya pelarian prey tersebut yaitu kecepatan yang lebih besar dibandingkan

predator, kemempuan untuk melakukan manufer terhadap predator, menghindar

terhadap predator ketika sedang diburu dan lain sebagainya.

Pada pengamatan anti predator, praktikan mengamati tingkah laku ayam

kampung serta reaksi yang dilakukan ketika mereka merasa terancam. Perilaku

tersebut dalam ekologi dinamakan anti-predator, yaitu suatu bentuk kewaspadaan

dari prey terhadap gangguan yang ditimbulkan dari luar (predator).

Reaksi anti predator yang dapat diamati pada beberapa perilaku ayam

kampung diantaranya ketika ayam kampung menengok ke kanan dan ke kiri serta

pergi menjauh ketika praktikan mendekati pada jarak tertentu. Sedangkan perilaku

mematuk-matuk pada ayam kampung merupakan suatu tanda bahwa sikap

kewaspadaan ayam kampung tersebut sedang rendah.

Ketiga perilaku tersebut dapat dijadikan indikator dalam mengamati tingkat

kewaspadaan pada ayam kampung dalam menghadapi pemangsanya. Pengamatan

dilakukan terhadap ayam kampung yang terdapat di sekitar wilayah anoi hitam

sabang. ayam kampung ini dijadikan sebagai objek pengamatan anti predator

dikarenakan mudah ditemukan berkelompok dan sudah beradaptasi dengan

lingkungan dan keberadaan manusia sehingga praktikan dapat mengamati perilaku

Page 3: laporan sndiri ekwan

ayam kampung tersebut dengan jelas dalam jarak tertentu karena tingkat

kewaspadaanya kurang.

IX. Kesimpulan

1. Sifat-sifat dasar untuk suksesnya pelarian prey tersebut yaitu kecepatan yang

lebih besar dibandingkan predator, kemempuan untuk melakukan manufer

terhadap predator, menghindar terhadap predator ketika sedang diburu dan

lain sebagainya.

2. Reaksi anti predator yang dapat diamati pada beberapa perilaku burung gereja

(Passer montanus) diantaranya ketika burung menengok ke kanan dan ke kiri

serta pergi menjauh ketika praktikan mendekati pada jarak tertentu.

3. Sedangkan perilaku mematuk matuk pada burung merupakan suatu tanda

bahwa sikap kewaspadaan burung tersebut sedang rendah.

4. Burung gereja menjadi objek dikarenakan mudah ditemukan berkelompok

dan sudah beradaptasi dengan lingkungan dan keberadaan manusia.

Page 4: laporan sndiri ekwan

VIII. Pembahasan

Habitat yaitu tempat dimana suatu makhluk hidup biasanya diketemukan.

Semua makhluk hidup mempunyai tempat hidup yang biasa disebut habitat. Untuk

menemukan suatu organism tertentu, perlu diketahui dulu tempat hidupnya

(habitatnya). Sehingga ke habitat itulah pergi mencari atau berjumpa dengan

organism tersebut. Semua makhluk hidup mempunyai habitat atau tempat hidup.

Contoh habitat ikan hiu dan paus adalah air laut, ikan mujair air tawar dan

sebagainya.

Istilah habitat dapat juga dipakai untuk menunjukkan tempat tumbuh

sekelompok organism dari berbagai spesies yang membentuk suatu komunitas.

Sebagai contoh untuk menyebut tempat hidup suatu padang rumputdapat

menggunakan habitat padang rumput. Dalam hal seperti ini maka habitat sekelompok

organisme mencakup organism lain yang merupakan komponen lingkungan.

IX. Kesimpulan

1. Relung (niche) menunjukkan peranan fungsional dan posisi suatu organisme

dalam ekosistem.

2. Relung yaitu posisi atau status organisme dalam suatu komunitas atau

ekosistem tertentu.

3. Relung suatu organisme ditentukan oleh tempat hidupnya dan oleh berbagai

fungsi yang dikerjakannya.

4. Profesi organisme menunjukkan fungsi organisme dalam habitatnya.

5. Makin besar kesamaan relung dari organisme-organisme yang hidup bersama

dalam satu habitat, maka makin intensif persaingannya.

Page 5: laporan sndiri ekwan

VII. Hasil Pengamatan

No SpesiesNama

DaerahFamili

Stasiun I

JumlahRata-rata

Pi LnPiPiLn

Pi

1Lumbricus terrestris  

Cacing Tanah

Lumbricidae

2 2 2 1 0 0

Jumlah 2 2 1 0 0

Spesies Klasifikasi

Cacing Tanah (Lumbricus terrestris)

Kingdom : Animalia

Filum : Annelida

Kelas : Chaetopoda

Ordo : Oligochaeta        

Famili : Lumbricidae

Genus : Lumbricus

Spesies : Lumbricus terrestris 

Page 6: laporan sndiri ekwan

VIII. Pembahasan

Cacing tanah termasuk hewan tingkat rendah karena tidak mempunyai tulang

belakang (invertebrata). Cacing tanah termasuk kelas Oligochaeta. Famili terpenting

dari kelas ini Megascilicidae dan Lumbricidae Cacing tanah bukanlah hewan yang

asing bagi masyarakat kita, terutama bagi masyarakat pedesaan. Namun hewan ini

mempunyai potensi yang sangat menakjubkan bagi kehidupan dan kesejahteraan

manusia.

Jenis-jenis yang paling banyak dikembangkan oleh manusia berasal dari

famili Megascolicidae dan Lumbricidae dengan genus Lumbricus, Eiseinia,

Pheretima, Perionyx, Diplocardi dan Lidrillus. Beberapa jenis cacing tanah yang kini

banyak diternakan antara lain: Pheretima, Periony dan Lumbricus. Ketiga jenis

cacing tanah ini menyukai bahan organik yang berasal dari pupuk kandang dan sisa-

sisa tumbuhan. Cacing tanah jenis Lumbricus mempunyai bentuk tubuh pipih.

Jumlah segmen yang dimiliki sekitar 90-195 dan klitelum yang terletak pada

segmen 27-32. Biasanya jenis ini kalah bersaing dengan jenis yang lain sehingga

tubuhnya lebih kecil. Tetapi bila diternakkan besar tubuhnya bisa menyamai atau

melebihi jenis lain. Cacing tanah jenis Pheretima segmennya mencapai 95-150

segmen. Klitelumnya terletak pada segmen 14-16. Tubuhnya berbentuk gilik panjang

dan silindris berwarna merah keunguan. Cacing tanah yang termasuk jenis Pheretima

antara lain cacing merah, cacing koot dan cacing kalung. Cacing tanah jenis Perionyx

berbentuk gilik berwarna ungu tua sampai merah kecokelatan dengan jumlah segmen

75-165 dan klitelumnya terletak pada segmen 13 dan 17. Cacing ini biasanya agak

manja sehingga dalam pemeliharaannya diperlukan perhatian yang lebih serius.

Page 7: laporan sndiri ekwan

Cacing jenis Lumbricus Rubellus memiliki keunggulan lebih dibanding kedua jenis

yang lain di atas, karena produktivitasnya tinggi (penambahan berat badan, produksi

telur/anakan dan produksi bekas cacing “kascing”) serta tidak banyak bergerak.

IX. Kesimpulan

1. Dari hasil pengamatan dapat disimpulakan bahwa Cacing tanah termasuk

hewan tingkat rendah karena tidak mempunyai tulang belakang (invertebrata).

2. Jenis-jenis yang paling banyak dikembangkan oleh manusia berasal dari

famili Megascolicidae dan Lumbricidae dengan genus Lumbricus, Eiseinia,

Pheretima, Perionyx, Diplocardi dan Lidrillus.

3. Beberapa jenis cacing tanah yang kini banyak diternakan antara lain:

Pheretima, Periony dan Lumbricus. Jumlah segmen yang dimiliki sekitar 90-

195 dan klitelum yang terletak pada segmen 27-32.

4. Cacing tanah jenis Pheretima segmennya mencapai 95-150 segmen.

Klitelumnya terletak pada segmen 14-16.

Page 8: laporan sndiri ekwan

VIII. Pembahasan

Dari praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa kukang adalah hewan

mamalia besar yang hidup di hutan. Kukang termasuk hewan nokturnal. Kukang

bangun di malam hari untuk makan daun dan buah. Bulunya terjuntai dari perut

sampai ke punggung. Sehingga air hujan dapat mengalir jatuh dari tubuhnya dengan

mudah. Ada kukang yang bulunya ditumbuhi alga sehingga mereka terlihat kehijauan

dan berkamuflase dipepohonan. Seperti mamalia lainnya, kukang menyusui anaknya,

karena kukang memiliki kelenjar mamae.

Praktikum pengamatan kukang dilakukan di desa krueng Jreu pada tanggal 02

Mei 2015. Pengamatan dilakukan langsung dengan menyelusuri hutan, tetapi tidak

masuk ke hutan yang dalam, tetapi berjalan disekeliling hutan yang sudah pernah

dilalui orang. Pengamatan dilakukan pada malam hari, karena kukang merupakan

hewan nokturnal. Pengamatan kukang dilakukan selama 2 jam, namun tidak

ditemukan adanya kukang. Hal ini dikarenakan jumlah pengamat yang banyak dan

menggunakan senter, sehingga hutan terang dan mengganggu aktifitas kukang,

sehingga sehingga kukang yang seharusnya sedang beraktifitas dipinggir hutan

masuk ke dalam hutan.

Page 9: laporan sndiri ekwan

IX. Kesimpulan

1. Kukang termasuk hewan nokturnal. Kukang bangun di malam hari untuk

makan daun dan buah.

2. Bulunya terjuntai dari perut sampai ke punggung. Sehingga air hujan dapat

mengalir jatuh dari tubuhnya dengan mudah.

3. Ada kukang yang bulunya ditumbuhi alga sehingga mereka terlihat kehijauan

dan berkamuflase dipepohonan.

4. Seperti mamalia lainnya, kukang menyusui anaknya, karena kukang memiliki

kelenjar mamae.

5. Pengamatan kukang dilakukan selama 2 jam, namun tidak ditemukan adanya

kukang. Hal ini dikarenakan jumlah pengamat yang banyak dan

menggunakan senter, sehingga hutan terang dan mengganggu aktifitas

kukang, sehingga sehingga kukang yang seharusnya sedang beraktifitas

dipinggir hutan masuk ke dalam hutan.

Page 10: laporan sndiri ekwan

VIII. Pembahasan

Primata merupakan salah satu satwa penghuni hutan yang memiliki arti

penting dalam kehidupan alam. Sumatera merupakan tempat penyebaran primata

dengan jumlah terbanyak, yaitu sekitar 14-16 jenis dari 2233 jenis yang ada di

Indonesia. Salah satu hewan primata yang ada di Sumatera, yaitu ungko (Hylobates

agilis), yang termasuk kedalam family Hylobatidae. Primata mempunyai peran

dalam menjaga kelestarian hutan karena membantu penyebaran biji tumbuhan di

hutan tak lain karena sebagian besar primata di alam mengkonsumsi buah dan daun,

dari sisa makanan yang dicerna oleh primata yang berupa biji dari buah-buahan yang

dikeluarkan pada saat membuang kotoran, hal tersebut yang dapat membantu

penyebaran tumbuhan. Sehingga perlu penyebaran informasi akan pentingnya

pelestarian alam.

Primata adalah kelompok mamalia yang paling terkenal yang hidup di hutan

tropis dan informasi ekologi spesies primata ini cukup banyak diketahui. Namun

demikian, kebanyakan primate Borneo lebih menyangkut perilaku, kondisi populasi,

dan pola pergerakannya. Sementara data yang berkaitan dengan respon terhadap

gangguan habitat masih sedikit. Banyaknya jumlah individu primata di hutan

sekunder, karena kecocokan kondisi lingkungan (kemampuan primata beradaptasi

dengan lingkungan), hal ini didukung oleh ketersediaan makanan, tempat berlindung

yang memadai serta jarak yang jauh dari penduduk sekitar.

Praktikum yang kami lakukan di Anoi Itam, Sabang pada waktu malam hari

setelah isya, kami mengelilingi wilayah hutan yang dekat dengan daerah penginapan

kami. Kami memasuki wilayah hutan satu persatu, dengan syarat tanpa suara, karena

Page 11: laporan sndiri ekwan

kalau terdengar suara kukang yang ingin diamati akan pergi dan tidak menampakkan

dirinya. Kukang tersebut sangat suka terhadap cahaya yang berwarna kuning, karna

kalau cahaya yang berwarna putih, matanya akan silau dan kukang tersebut tidak

dapat melihat. Setelah melewati beberapa hutan, tampak lah seekor kukang yang

sedang bergantungan di atas pohon mangga. Hanya 1 ekor yang kami temui kukang

tersebut. Saat disenter ke matanya, mata kukang tersebut bersinar sangat cantik,

berwarna coklat kehitaman, dan ekornya panjang. Kukang ini berbeda sekali dengan

monyet.

IX. Kesimpulan

1. Primata adalah kelompok mamalia yang paling terkenal yang hidup di hutan

tropis dan informasi ekologi spesies primata ini cukup banyak diketahui.

2. Namun demikian, kebanyakan primata Borneo lebih menyangkut perilaku,

kondisi populasi, dan pola pergerakannya. Sementara data yang berkaitan

dengan respon terhadap gangguan habitat masih sedikit.

3. Banyaknya jumlah individu primata di hutan sekunder, karena kecocokan

kondisi lingkungan (kemampuan primata beradaptasi dengan lingkungan), hal

ini didukung oleh ketersediaan makanan, tempat berlindung yang memadai

serta jarak yang jauh dari penduduk sekitar.

4. Pengamatan yang tepat dilakukan pada pukul 17.00 wib sampai 18.00 wib.

Pengamatan dilakukan dengan menggunakan teropong. Monyet memilih

cabang yang tinggi dengan posisi yang sedikit ketengah untuk

bermalam/tidur.

Page 12: laporan sndiri ekwan

VII. Hasil Pengamatan

Gambar Jejak Keterangan

Jejak kaki babi

Jejak kaki ayam

Feses kambing

Feses sapi

Page 13: laporan sndiri ekwan

VIII. Pembahasan

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa jejak merupakan

peninggalan atau bekas suatu hewan yang menandakan adanya spesies hewan

tertentu pada waktu tertentu di daerah tersebut. Jejak biasanya dilakukan untuk

mengidentifikasi keberadaan hewan, terutama hewan besar atau mamalia. Golongan

satwa liar biasanya susah untuk diidentifikasi langsung, jadi untuk mengamati

keberadaannya maka digunakan peninggalan jejak. Kebanyakan mamalia besar

mudah dideteksi dengan menggunakan jejak dan tanda – tanda keberadaannya.

Banyak jejak hewan yang dapat diidentifikasi, berupa kotoran, sisa makanan dan

sarang.

Kotoran mudah untuk dijumpai, keberadaan atau ketidakaadaannya dapat

dicatat. Hal ini sangat membantu tetapi juga memiliki keterbatasan karena bisa saja

suatu hewan memiliki kotoran yang hampir sama dan ada juga beberapa hewan

tersebut yang tidak diketahui karakteristik dari fesesnya sehingga tidak diketahui

jenis hewan tersebut. Selain feses, jejak juga diamati dari sisa makanan. Sisa

makanan yang ditinggalkan hewan menandakan adanya hewan tersebut.

Pada pengamatan identifikasi jejak satwa didapatkan beberapa jenis jejak,

berupa feses dan jejak kaki. Pengamatan dilakukan dengan cara menyusuri hutan dan

jika terdapat jejak, maka difoto, kemudian diidentifikasi jenis jejak tersebut. Dari

proses pengidentifikasian diperoleh adanya bekas jejak kaki pada babi dan ayam, dan

pada kotoran terdapat kotoran hewan sapi dan kambing.

Page 14: laporan sndiri ekwan

IX. Kesimpulan

1. Jejak biasanya dilakukan untuk mengidentifikasi keberadaan hewan, terutama

hewan besar atau mamalia.

2. Golongan satwa liar biasanya susah untuk diidentifikasi langsung, jadi untuk

mengamati keberadaannya maka digunakan peninggalan jejak.

3. Kebanyakan mamalia besar mudah dideteksi dengan menggunakan jejak dan

tanda – tanda keberadaannya. Banyak jejak hewan yang dapat diidentifikasi,

berupa kotoran, sisa makanan dan sarang.

4. Pada pengamatan identifikasi jejak satwa didapatkan beberapa jenis jejak,

berupa feses dan jejak kaki. Pengamatan dilakukan dengan cara menyusuri

hutan dan jika terdapat jejak, maka difoto, kemudian diidentifikasi jenis jejak

tersebut.

5. Dari proses pengidentifikasian diperoleh adanya bekas jejak kaki pada babi

dan ayam, dan pada kotoran terdapat kotoran hewan sapi dan kambing.

Page 15: laporan sndiri ekwan

VIII. Pembahasan

Hewan nokturnal adalah hewan yang aktif di saat malam hari dan tidur di saat

siang hari. Berbeda dengan kebanyakan hewan lain yang biasanya aktif di saat siang

hari dan tidur di saat malam hari. Menurut waktu beraktivitas, hewan dapat

dibedakan menjadi hewan diurnal, hewan krepuskular, dan hewan nokturnal. Hewan

krepuskular aktif di saat fajar dan senja. Sedangkan hewan diurnal adalah hewan

yang aktif di saat siang hari daan tidur di malam hari.

Hewan nokturnal memiliki indra pendengaran, penglihatan, dan penciuman

yang sangat tajam yang tentunya diperlukan saat beraktivitas di malam hari yang

gelap. Beberapa hewan nokturnal punya penglihatan yang beradaptasi untuk

penerangan siang hari maupun malam hari, tetapi beberapa hewan seperti kelelawar

hanya bisa aktif di malam hari. Hewan nokturnal menggunakan indera mereka yang

tajam untuk bertahan hidup dan mencari mangsa. Tetapi beberapa hewan nokturnal

punya kemampuan khusus, seperti kemampuan ekolokasi milik kelelawar.

Dalam pola aktivitas dan jarak edar hewan nokturnal digunakan bekicot, aktivitas

yang dilakukan bekicot antara lain makan, kawin, bergerak, dan diam. Sebelum

digunakan bekicot ditimbang dulu dan diukur lebar cangkang dan panjang

cangkangnya. Berat yang diukur adalah berat awal dan berat akhir.

Ketika dilakukan praktikum diukur faktor fisiknya yaitu suhu udara, suhu

tanah, kelembaban udara, kelembaban tanah, dan intensitas cahaya. Lebar cangkang

dihitung hubungannya dengan suhu udara, suhu tanah, kelembaban udara,

kelembaban tanah, dan intensitas cahaya. Panjang cangkang juga dilihat

hubungannya dengan suhu udara, suhu tanah, kelembaban udara, kelembaban tanah,

Page 16: laporan sndiri ekwan

dan intensitas cahaya. Jarak edar juga dilihat hubungannya dengan panjang cangkang

dan lebar cangkangnya. Terdapat hubungan antara jarak edar bekicot dengan panjang

cangkang dan lebar cangkang. Tidak terdapat hubungan antara panjang cangkang

dengan suhu udara, suhu tanah, kelembaban udara, dan kelembaban tanah.

IX. Kesimpulan

1. Hewan nokturnal adalah hewan yang aktif di saat malam hari dan tidur di saat

siang hari.

2. Berbeda dengan kebanyakan hewan lain yang biasanya aktif di saat siang hari

dan tidur di saat malam hari.

3. Menurut waktu beraktivitas, hewan dapat dibedakan menjadi hewan diurnal,

hewan krepuskular, dan hewan nokturnal.

4. Hewan krepuskular aktif di saat fajar dan senja. Sedangkan hewan diurnal

adalah hewan yang aktif di saat siang hari daan tidur di malam hari.

5. Dalam pola aktivitas dan jarak edar hewan nokturnal digunakan bekicot,

aktivitas yang dilakukan bekicot antara lain makan, kawin, bergerak, dan

diam. Sebelum digunakan bekicot ditimbang dulu dan diukur lebar cangkang

dan panjang cangkangnya.

6. Berat yang diukur adalah berat awal dan berat akhir. Ketika dilakukan

praktikum diukur faktor fisiknya yaitu suhu udara, suhu tanah, kelembaban

udara, kelembaban tanah, dan intensitas cahaya.