63
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan resolusi PBB Nomor 39/248 tanggal 16 April 1985 memberikan gambaran kelemahan yang telah diakui bersama bahwa pada umumnya konsumen (Konsumen apapun) selalu berada dalam posisi yang lemah dan dalam hal ini dapat digambarkan sebagai Unbalances In Economic Term, Educational Level And Argining Power. Maka upaya untuk menjaga keseimbangan sangatlah penting, apabila tidak, negeri ini mungkin akan menjadi kaya, tetapi rakyatnya tetap akan menjadi bangsa yang konsumtif, selalu diingatkan kewajibannya tetapi diabaikan hak-haknya. Upaya menjaga keseimbangan sangat tergantung pada pemerintah, baik legislatif maupun eksekutif, di Indonesia, hal ini telah dibuktikan dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen serta aturan- aturan yang mengikutinya. 1 Undang-undang ini lahir dengan 1 Yusuf Shofie, Penyelesaian Sengketa Konsumen menurut UUPK (Teori dan Praktek Penegakan Hukum), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung 2003, hlm. 176. 1

elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejalan dengan resolusi PBB Nomor 39/248 tanggal 16 April 1985 memberikan

gambaran kelemahan yang telah diakui bersama bahwa pada umumnya

konsumen (Konsumen apapun) selalu berada dalam posisi yang lemah dan

dalam hal ini dapat digambarkan sebagai Unbalances In Economic Term,

Educational Level And Argining Power. Maka upaya untuk menjaga

keseimbangan sangatlah penting, apabila tidak, negeri ini mungkin akan menjadi

kaya, tetapi rakyatnya tetap akan menjadi bangsa yang konsumtif, selalu

diingatkan kewajibannya tetapi diabaikan hak-haknya.

Upaya menjaga keseimbangan sangat tergantung pada pemerintah, baik

legislatif maupun eksekutif, di Indonesia, hal ini telah dibuktikan dengan lahirnya

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen serta

aturan-aturan yang mengikutinya.1 Undang-undang ini lahir dengan mengusung

lima (5) Azas yakni: Azas Manfaat, Azas Keadilan, Azas Keseimbangan, Azas

Keamanan dan Azas Keselamatan Konsumen serta Azas Kepastian Hukum.

Namun demikian Undang-undang ini bukanlah merupakan awal atau akhir dari

hukum yang mengatur tentang Perlindungan Konsumen di Indonesia, sebab

sebelumnya telah lahir beberapa Undang-undang ini yang pada prinsipnya

melindungi kepentingan konsumen, diantaranya Undang-Undang Nomor 2

1 Yusuf Shofie, Penyelesaian Sengketa Konsumen menurut UUPK (Teori dan Praktek Penegakan Hukum), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung 2003, hlm. 176.

1

Page 2: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

Tahun 1994 Tentang Hygiene, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang

Kesehatan, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan, Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 1981 Tentang Metrology Legal dan lain-lain. Maka

Undang-Undang Perlindungan Konsumen ini adalah Undang-Undang yang

mengintegrasikan dan memperkuat penegakan hukum dibidang Perlindungan

Konsumen yang kemudian melahirkan dan memperkuat berbagai badan atau

Lembaga Perlindungan Konsumen.

Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) sebagai badan publik yang

berfungsi untuk menangani dan menyelesaikan sengketa konsumen diluar

pengadilan, keberadaanya merupakan salah satu amanat dari Undang-Undang

Perlindungan Konsumen yang diaktualisasikan melalui Keputusan Presiden.

Secara teknis operasional Balai Penyelesaian Sengketa Konsumen sebagai

sebuah wadah untuk menerima, mendengarkan berbagai macam keluhan-

keluhan persoalan yang dialami oleh konsumen terhadap pelaku usaha dan

menganalisa serta mencari solusi yang terbaik dalam penyelesaian masalah

tersebut.

Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) adalah Universitas yang ingin

mencetak ilmuwan yang ahli dibidangnya masing-masing serta profesional

dibidang Information Tecnology (IT) dan E-Commerce. Fakultas Hukum UNIKOM

memberikan materi kuliah dibidang hukum yang diarahkan dan disesuaikan

dengan perkembangan teknologi informasi, sehingga fakultas hukum UNIKOM

dirancang untuk menghasilkan sarjana hukum yang ahli dan mampu merancang,

menstimulasi dan mengkonstruksi masalah-masalah hukum dengan

menggunakan sistem komputerlisasi yang mutakhir selain tetap menjadi sarjana

hukum yang sesuai dengan etika profesi dibidangnya.

Page 3: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

Berawal dari keprihatinan akan banyaknya kasus yang merugikan kepentingan

konsumen serta didukung ketidakberdayaan konsumen dalam menuntut hak-

haknya, maka beberapa pihak yang menaruh kepedulian akan hal tersebut

kemudian berupaya dengan berbagai cara untuk dapat mewujudkan suatu

peraturan yang mengatur dan terutama dapat melindungi konsumen dari

berbagai hal yang dapat menimbulkan kerugian bagi mereka.

Perlindungan konsumen merupakan hal yang cukup baru dalam dunia peraturan

perundang-undangan di Indonesia meskipun aturan mengenai perlunya

perundang-undangan yang komprehensif bagi konsumen tersebut telah

digabungkan sejak lama. Praktik monopoli dan tidak adanya perlindungan

konsumen telah meletakkan posisi konsumen dalam tingkat yang rendah dalam

menghadapi para pelaku usaha (dalam arti seluas-luasnya). Tidak adanya

alternatif dalam penyelesaian sengketa yang diambil oleh konsumen telah

menjadi satu rahasia umum dalam dunia industri usaha di Indonesia.

Oleh karena itu, dengan dilaksanakan Kerja Praktek (KP) di BPSK, diharapkan

para Mahasiswa atau Mahasiswi memperoleh pengetahuan dan memperdalam

wawasan secara luas serta mendapatkan pengalaman selama kerja praktek di

BPSK, antara lain mendapat pengetahuan dan cara dalam menyelesaikan tugas

dan kendala-kendala atau masalah-masalah maupun perselisihan yang terjadi

antara konsumen. Pada era modernisasi, masalah perselisihan sengketa

konsumen menjadi semakin meningkat dan komplek, sehingga diperlukan

institusi dan mekanisme penyelesaian sengketa konsumen yang cepat , tepat

adil dan murah yang selama ini tidak dapat diwujudkan oleh peraturan

perundang-undangan yang ada. Berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, maka setiap

Page 4: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

perselisihan yang ada antara konsumen dengan pelaku usaha harus

diselesaikan dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

Tentang Perindungan Konsumen, melalui konsiliasi, mediasi atau arbitrase.

Balai Penyelesaian Sengketa Konsumen di kota Bandung telah berkiprah selama

hampir 5 (lima) tahun, sebelumnya telah dibentuk berdasarkan Keppres Nomor

90 Tahun 2000 dan dilantik pada tanggal 2 November 2002 yang dilatar

belakangi globalisasi dan perdagangan bebas, yang didukung kemajuan

teknologi dan informatika serta dapat memperluas ruang gerak transportasi

barang dan /atau jasa yang melintasi batas-batas wilayah suatu negara.

Di sisi lain, kemajuan dan kesadaran konsumen yang masih rendah sehingga

terjadi ketidakseimbangan antara konsumen dan pelaku usaha, dalam hal ini

menyebabkan masih rendahnya tingkat kesadaran, kepedulian dan rasa

tanggung jawab pelaku usaha tentang perlindungan konsumen baik di dalam

memproduksi, memperdagangkan maupun mengiklankan. Perlindungan

Konsumen pada hakekatnya adalah segala upaya untuk menjamin adanya

kepastian hukum.

Berdasarkan kondisi tersebut, diperlukan upaya pemberdayaan konsumen

melalui pembentukan Undang-undang yang dapat melindungi kepentingan

konsumen secara integratif dan komprehensif serta dapat diterapkan secara

efektif dalam masyarakat. Piranti hukum tersebut tidak dimaksudkan untuk

mematikan usaha, tetapi justru untuk mendorong iklim berusaha yang sehat dan

lahirnya perusahaan yang tangguh dalam menghadapi persaingan melalui

pelayanan dan penyediaan barang dan jasa yang berkualitas, sikap

keberpihakan kepada konsumen itu juga dimaksudkan sebagai wujud kepedulian

Page 5: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

yang tinggi terhadap konsumen. Oleh karena itu, pada tanggal 20 april 1999

Presiden Republik Indonesia Bacharuddin Yusuf Habibie dengan persetujuan

DPR telah mengesahkan dan mengundangkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1999 Tentang Perlindungan Konsumen, meskipun undang-undang tersebut baru

berlaku setelah satu tahun sejak diundangkan (berlaku efektif mulai tanggal 21

April 2000). Namun keberadaannya telah memberikan angin segar dalam usaha

menciptakan keseimbangan kedudukan antara pelaku.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas, penulis menemukan berbagai permasalahan yaitu :

1. Bagaimana prosedur penyelesaian sengketa konsumen dengan pelaku

usaha melalui Balai Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) ?

Page 6: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Ruang Lingkup dan Batasan Perlindungan Konsumen

Pada peraturan perundang-undangan di Indonesia, istilah konsumen sebagai

definisi yuridis formal ditemukan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen (selanjutnya disebut Undang-Undang

Perlindungan Konsumen atau UUPK) mengatakan bahwa konsumen adalah

setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat,

baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makluk hidup lain

yang tidak untuk diperdagangkan.

Sementara itu, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan

Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, memuat suatu definisi

tentang konsumen yaitu setiap pemakai dan atau pengguna barang dan jasa,

baik untuk kepentingan sendiri maupun kepentingan orang lain.

Istilah konsumen berasal dari kata Customer (Inggris), Costumer (Amerika) atau

Consument (Belanda). Pengertian dari Customer, Costumer atau Consument itu

adalah (lawan dari produsen) setiap orang yang menggunakan barang tujuan.

Tujuan penggunaan barang dan / jasa itu nanti menentukan termasuk konsumen

kelompok mana pengguna tersebut, begitu juga kamus bahasa Inggris-Indonesia

memberikan arti kata Customer sebagai pemakai atau konsumen.2

2 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta 2004, hlm. 2.

Page 7: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

Dengan demikian, sekali pun semua orang mengerti bahwa sulit untuk membuat

suatu batasan tanpa memuat berbagai kekurangan di dalamnya maka dapat

digunakan batasan untuk konsumen sebagai setiap orang yang mendapatkan

secara sah dan menggunakan barang dan atau jasa untuk suatu kegunaan

tertentu.

Pada hukum positif Indonesia terdapat pengertian konsumen diantaranya :

1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen atau UUPK. UUPK mengatakan bahwa Konsumen adalah

setiap orang pemakai barang dan/ atau jasa yang tersedia dalam

masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain

maupun makluk hidup lain yang tidak untuk diperdagangkan.

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.

Undang-Undang Kesehatan ini tidak menggunakan istilah konsumen

untuk pemakai atau pengguna barang tetapi lebih pada pemanfaat jasa

kesehatan. Maksud dari Undang-Undang ini adalah Setiap barang

kebutuhan pokok masyarakat, dalam hal ini seperti : makanan atau

minuman yang akan diperjualkan di pasar harus terlebih dahulu

dilakukan test laboratorium sehingga tidak akan menggangu kesehatan si

pemakai barang tersebut di kemudian hari.

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek

Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Page 8: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

Undang-Undang ini memuat suatu definisi Tentang Konsumen, yaitu

setiap pemakai dan pengguna barang dan jasa, untuk kepentingan sendiri

maupun kepentingan orang lain.

Ada beberapa hal yang penting mengenai konsumen yaitu :3

1. Konsumen dapat terdiri dari pengusaha swasta maupun pengusaha publik

yang menggunakan barang dan jasa lain, atau diperdagangkan kembali

untuk tujuan komersil.

2. Konsumen Antara yaitu Setiap orang yang mendapatkan barang dan atau

jasa lain atau untuk diperdagangkan (tujuan komersial). Melihat pada sifat

penggunaan barang atau jasa tersebut Konsumen Antara ini adalah

sesungguhnya tidak lain adalah pengusaha swasta maupun pengusaha

publik dan antara lain terdiri dari penyedia dana (Investor) pembuat produk

akhir (Produsen) atau penyedia atau penjual produk akhir (Distributor atau

Pedagang). Konsumen dapat terdiri dari mereka yang menggunakan produk

akhir untuk tujuan memenuhi kebutuhan hidup mereka, keluarga, atau rumah

tangga (sebagai konsumen akhir dan untuk tujuan non komersial).

Konsumen Akhir yaitu setiap orang alami yang mendapatkan dan

menggunakan barang atau jasa untuk tujuan memenuhi kebutuhan hidup

pribadi, keluarga dan atau rumah tangga dan tidak untuk diperdagangkan.

Bagi konsumen akhir, barang jasa itu adalah barang dan atau jasa

konsumen yang biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pribadi,

keluarga atau rumah tangga yang umumnya digunakan di dalam

3 AZ. Nasution, Perlindungan Konsumen : Suatu pengantar, Cet. II DIADIT MEDIA, Jakarta 2002, hlm.11.

Page 9: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

masyarakat. Melihat pada sifat penggunaan barang dan jasa tersebut,

konsumen akhir ini sesungguhnya adalah masyarakat.

Adapun hak dan kewajiban pelaku usaha dan konsumen diatur dalam Pasal 4, 5,

6 dan 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen sebagai berikut :

Menurut Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen, hak konsumen adalah :

1. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkomsumsi

barang atau pun jasa.

2. Hak untuk memilih barang dan jasa serta mendapatkan barang atau pun

jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang

dijanjikan.

3. Hak atas informasi yang benar, jasa, dan jujur mengenai kondisi jaminan

barang dan jasa.

4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan jasa yang

digunakannya.

5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian

sengketa perlindungan konsumen secara patut.

6. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendudukan konsumen.

7. Hak untuk diperlukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif.

Page 10: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

8. Hak untuk mendapatkan kompensasi ganti rugi / penggantian apabila

barang atau pun jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian yang

sebagaimana mestinya.

9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan

lainnya.

Sementara itu menurut Pasal 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen, kewajiban konsumen adalah :

1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian,

pemanfaatan barang dan jasa demi keamanan dan keselamatan.

2. Beritikad baik melakukan transaksi pembelian barang dan jasa.

3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.

4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen

secara patut.

Berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen, hak pelaku usaha adalah :

1. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan

mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan jasa yang diperdagangkan.

2. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang

beritikad tidak baik.

3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya didalam penyelesaian

hukum sengketa konsumen.

Page 11: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa

kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan jasa yang

diperdagangkan.

5. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan

lainnya.

Pasal 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen mengatur tentang kewajiban pelaku usaha yaitu :

1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.

2. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai penggunaan,

perbaikan dan pemeliharaan kondisi jaminan barang dan jasa serta memberi

penjelasannya.

3. Memperlakukan dan melayani konsumen secara benar, jujur serta tidak

diskriminatif.

4. Menjamin mutu barang dan jasa yang diproduksi atau pun diperdagangkan

berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan jasa yang berlaku.

5. Memberikan kesempatan kepada konsumen untuk menguji bahkan mencoba

barang dan jasa tertentu serta memberikan jaminan/garansi atas barang yang

dibuat atau pun diperdagangkan.

Page 12: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

B. Metode Penyelesaian Sengketa

Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK adalah suatu badan yang

bertugas menyelesaikan sengketa konsumen diluar pengadilan. Prinsip dalam

menyelesaikan sengketa dibadan ini, mudah, murah, cepat, dan sederhana.

Terdapat tiga cara dalam penyelesaian sengketa konsumen tersebut di

antaranya :4

1. Cara Mediasi

a. Pada sidang pertama, majelis mempersilakan para pihak untuk melakukan

negosiasi dalam mencari solusi atas sengketa yang dihadapi.

b. Majelis berupaya membantu para pihak untuk memberikan alternatif

penyelesaian sengketa yang dihadapi para pihak berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

c. Apabila tercapai kesepakatan diantara para pihak dalam penyelesaian

sengketa, maka hasil kesepakatan tersebut dituangkan dalam keputusan

BPSK yang ditandatangani oleh para pihak, Ketua dan anggota majelis

serta panitera.

d. Apabila tidak tercapai kesepakatan diantara para pihak dalam

penyelesaian sengketa, maka ketua majelis mengeluarkan surat keputusan

yang menyatakan bahwa para pihak telah sepakat untuk tidak sepakat

terhadap hasil penyelesaian sengketa.

4 Munir Fuady, Arbitrase Nasional Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis, PT. Citra Aditya Bakti Bandung, 2000, hlm. 2.

Page 13: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

2. Cara Konsiliasi

a. Pada sidang pertama, majelis mempersilakan para pihak untuk melakukan

negosiasi dalam mencari solusi atas sengketa yang dihadapi.

b. Majelis berupaya mengerahkan para pihak untuk mencari dan menentukan

alternatif penyelesaian sengketa yang dihadapi para pihak.

c. Apabila tercapai kesepakatan di antara para pihak dalam penyelesaian

sengketa, maka hasil kesepakatan tersebut dituangkan dalam keputusan

BPSK yang ditandatangani oleh para pihak, ketua dan anggota majelis

serta panitera.

d. Apabila tidak tercapai kesepakatan diantara para pihak dalam

penyelesaian sengketa, maka ketua majelis mengeluarkan surat keputusan

yang menyatakan bahwa para pihak telah sepakat untuk tidak sepakat

terhadap hasil penyelesaian sengketa.

3. Cara Arbitrase

a. Pada sidang pertama, majelis akan berusaha untuk mendamaikan para

pihak yang bersengketa.

b. Apabila upaya perdamaian tersebut berhasil, maka majelis akan

mengeluarkan putusan perdamaian.

c. Putusan perdamaian bersifat final dan mengikat.

d. Apabila upaya perdamaian tidak berhasil, maka majelis akan melanjutkan

persidangan untuk memutuskan sengketa tersebut.

Page 14: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

e. Putusan majelis bersifat final dan mengikat.

C. Visi dan Misi BPSK

1. Visi

Visi berkaitan dengan pandangan kedepan menyangkut kemana organisasi

harus dibawa dan diarahkan agar dapat berkarya secara konsisten dan tetap

eksis, artisipatif, inovatif serta produktif. Visi adalah suatu gambaran tentang

keadaan masa depan berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan

organisasi. Visi yang tepat bagi masa depan suatu organisasi dapat

menggerakkan unsur organisasi untuk bertindak lebih terarah oleh karena itu

organisasi dapat berkembang dan maju, kekuatan visi harus mampu

berperan sebagai perekat anggota organisasi dalam mencapai tujuan

organisasi.

Visi BPSK kota Bandung, menyelaraskan dengan visi kota Bandung dalam

jangka waktu tahun 2004-2008 adalah kota Bandung sebagai kota jasa yang

bermartabat (Bersih, Makmur, Taat dan Bersahabat). Untuk merealisasikan

keinginan, harapan serta tujuan, sebagaimana tertuang pada visi yang telah

ditetapkan, maka akan terwujudkan upaya penyelesaian sengketa konsumen

dalam rangka pemberdayaan dan perlindungan masyarakat sehingga

tercapainya peningkatan kualitas barang dan pelayanan jasa di Kota

Bandung dan sekitarnya.

Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan profesionalisme pegawai yang

mengabdikan diri pada kepentingan publik. Profesionalisme bermakna sikap

Page 15: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

dan tindakan setiap pegawai baik secara individual maupun kolektif

(organisasi) berbasis pada pengetahuan dan keahlian yang memadai untuk

memenuhi kepuasan masyarakat pada umumnya. Pengetahuan dan

keahliannya tersebut senantiasa ditanam dan dikembangkan atas dasar

pengabdian kepada profesi untuk mengantisipasi berbagai perubahan

lingkungan internal dan eksternal organisasi.

2. Misi

Untuk merealisasikan misi yang ditetapkan dalam lima tahun ke depan (2004-

2008) yang bertumpu pada potensi sumber daya dan kemampuan yang

dimiliki serta ditunjang dengan semangat kebersamaan, tanggung jawab

yang optimal dan proporsional dari seluruh komponen kota, maka misi yang

akan dilaksanakan sebagai berikut :

a. Mewujudkan kota Bandung sebagai kota jasa yang bermartabat sehingga

memacu terciptanya situasi ekonomi yang kondusif dan menguntungkan

dengan mengutamakan perlindungan konsumen.

b. Mewujudkan kemandirian dan keberdayaan konsumen dalam

mempertahankan hak dan menjalankan kewajiban sehingga terangkat

harkat dan martabatnya sebagai konsumen.

c. Mewujudkan sistem perlindungan yang mengandung unsur kepastian

hukum, keadilan dan manfaat secara berimbang bagi konsumen dan

pelaku usaha.

Page 16: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

d. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha untuk bersikap jujur dan

bertanggung jawab sehingga mampu menjamin kelangsungan usaha dan

perlindungan konsumen.

D. Sasaran

Adanya perlakuan yang seimbang terhadap konsumen dan pelaku usaha

sehingga tidak saling merugikan, dengan sasaran sebagai berikut :

1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk

melindungi diri.

2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya

dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa.

3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan

menuntut hak-haknya sebagai konsumen.

4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur

kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan

informasi.

5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan

konsumen sehingga tumbuh sikap jujur dan bertanggung jawab dalam

berusaha.

6. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan

usaha produksi barang dan/atau jasa kesehatan, kenyamanan, keamanan

dan keselamatan konsumen.

Page 17: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

E. Struktur Organisasi

STRUKTUR ORGANISASI BPSK KOTA BANDUNG

Berdasarkan pada gambar dari struktur organisasi diatas5, dapat dijelaskan

bahwa fungsi para elemen yang bekerja di BPSK saling terkait satu dengan

yang lainnya, dimulai dari :

1. Ketua BPSK yang fungsinya adalah memanggil pelaku usaha secara tertulis

dengan salinan permohonan penyelesaian sengketa paling lambat 3 (tiga)

hari kerja sejak permohonan tersebut diterima secara benar dan lengkap.

2. Ketua Majelis fungsinya adalah mengawasi secara pasif proses

penyelesaian sengketa oleh para pihak yang bersengketa dan bertindak

sebagai konsiliator.

5 Sumber diperoleh dari BPSK pada tanggal 27 September 2008.

Ketua BPSK

Wakil Ketua BPSK

Anggota

Majelis Ketua

Anggota Anggota

Sekretariat Kepala

Page 18: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

3. Sekretaris kepala fungsinya adalah memberikan tanda terima atas

permohonan penyelesaian sengketa konsumen baik secara tertulis maupun

lisan.

F. Program dan Kegiatan BPSK

Tujuan Umum

Kegiatan yang bertujuan untuk :

Implementasi UUPK, BPSK dan peningkatan kinerja BPSK adalah Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999, merupakan payung hukum yang

mengintegrasikan dan memperkuat penegakan hukum dan perlindungan

konsumen.

Tujuan Khusus

Kegiatan yang bertujuan untuk :

1. Mengimplementasikan UUPK dalam kehidupan ekonomi masyarakat.

2. Mengimplementasikan tugas pokok dan fungsi BPSK kota Bandung sebagai

badan publik yang mampu secara efektif dan efisien dan berfungsi untuk :

a. Menyelesaikan sengketa antara konsumen dengan pelaku usaha,

berdasarkan pengaduan yang disampaikan oleh konsumen baik secara

tertulis maupun secara lisan melalui sekretariat BPSK Kota Bandung.

Page 19: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

b. Menjadi alternatif bagi masyarakat luas yang memerlukan konsultasi

perlindungan konsumen.

c. Menjadi mitra pemerintah dalam melaksanakan pengawasan

pencantuman klausula baku.

d. Mampu menyajikan data atau informasi yang berkaitan dengan

kepentingan konsumen maupun pelaku usaha yang diharapkan dapat

menjadi bahan masukan bagi pihak yang berkepentingan dan bagi

pemerintah dalam menentukan kebijakan.

e. Melibatkan berbagai elemen masyarakat dalam upaya penyebarluasan

informasi mengenai Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen (UUPK) dan keberadaan BPSK Kota Bandung.

f. Menciptakan hubungan koordinasi antara BPSK dengan berbagai pihak.

g. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia yang ada di BPSK

secara profesional di bidang perlindungan konsumen.

G. Peran Dan Fungsi BPSK

Menurut pihak dari BPSK mengatakan bahwa dalam mengatasi kerumitan

proses pengadilan, UUPK memberi jalan alternatif dengan menyediakan

penyelesaian sengketa di luar pengadilan. BPSK merupakan suatu lembaga

khusus yang dibentuk diatur dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen,

yang tugas utamanya adalah menyelesaikan sengketa atau perselisihan antara

konsumen dan pelaku usaha.

Page 20: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

BPSK sebagai lembaga penyelesaian sengketa alternatif diluar peradilan diberi

kewenangan yudikatif untuk menyelesaikan sengketa konsumen secara cepat,

mudah dan murah. Kecepatan ditentukan dari 21 hari kerja wajib menghasilkan

sebuah putusan (Pasal 55 UUPK). Kemudahan terletak pada prosedur

administratif dan proses pengambilan putusan yang sangat sederhana.

Murahnya pembiayaan atas persidangan dibebankan kepada pelaku usaha

sesuai dengan nilai kerugian yang dibuktikan.

Peranan BPSK dalam menyelesaikan sengketa konsumen adalah menerima

sengketa yang diajukan oleh pihak yang bersengketa dimana para pihak

menginginkan sengketanya diselesaikan melalui Mediasi, Konsiliasi dan

Arbitrase. Penyelesaian Sengketa Konsumen dapat dilakukan di pengadilan atau

lembaga Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) karena sifatnya

sukarela.

Keberadaan BPSK dalam bilangan relatif mudah, harus menanggung beban

yang sangat berat, ditambah lagi cakupan layanan yang tidak dibatasi oleh

teritorial, karena menurut Keppres Nomor 90/2001, konsumen dalam hal ini

dapat mengadu atau mengajukan permohonan pengaduan kepada BPSK

terdekat, sepanjang di tempat konsumen berada belum terbentuk atau ada

BPSK.

Menurut Ketua BPSK kota Bandung, Rudy Sundaya, S.H.6 , terdapat : 2 (dua)

fungsi strategi BPSK, Pertama, BPSK berfungsi sebagai instrumen hukum

penyelesaian sengketa diluar pengadilan (Alternatif, Dispute, Resolution), yaitu

Konsiliasi, Mediasi dan Arbitrase. Kedua, secara nyata semestinya eksistensi

6 Sumber diperoleh dari wawancara dengan Ketua BPSK kota Bandung : Rudy Sundaya, S.H., pada tanggal 28 September 2008, Jam : 11. 45 WIB.

Page 21: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) tidaklah selalu berhubungan

dengan sengketa konsumen antara pelaku usaha dengan konsumen. Peranan

BPSK untuk melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula baku oleh

pelaku usaha, termasuk klausula baku (One-Side Standard Form Contract) di

bidang telekomunikasi, bank-bank milik pemerintah atau swasta, perusahaan

leasing atau pembiayaan dan masih banyak lagi. Boleh jadi salah satu fungsi ini

untuk menciptakan keseimbangan kepentingan-kepentingan pelaku usaha dan

konsumen, sehingga tidak hanya klausula baku yang dikeluarkan oleh pelaku

usaha perusahaan swasta, juga pelaku usaha perusahaan-perusahaan milik

negara.

BPSK berperan memperkecil makna perselisihan dan memperbesar

kesinambungan hubungan yang baik antara pelaku usaha dengan konsumen.

Eksistensi BPSK harus difasilitasi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

atau Kota di seluruh Indonesia dan pemerintah harus membuktikan pengakuan

eksisitensi pelaku usaha dan konsumen dalam menggerakkan roda

perekonomian di Indonesia. Di samping itu juga pengaduan yang disampaikan

konsumen, BPSK telah berhasil menyelesaikan beberapa kasus, diantara sektor

jasa 60%, Asuransi 3%, Perbankan 6%, Leasing 6%, dan Property 6%7.

Selain keberhasilan BPSK menyelesaikan berbagai sengketa konsumen,

dukungan politis, strategis dari pemkot, termasuk bantuan pembiayaan

operasional, dipantau dan dinilai pemerintah pusat, keberadaan institusi sangat

dirasakan manfaatnya juga dalam membantu program pusat. BPSK Bandung

berdiri sejak November 2002 yang pendiriannya dikukuhkan dengan Keppres

Nomor 90/2001 bersama-sama dengan sembilan BPSK di kota dan kabupaten

7 Ibid., pada tanggal 29 September 2008.

Page 22: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

lainnya (Medan, Palembang, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Semarang,

Yogyakarta, Surabaya, Malang, dan Makasar). Keppres tersebut kemudian

dikuatkan dengan Kepmen Indag Nomor 301/2001 Tentang pengangkatan dan

pemberhentian anggota BPSK dan Nomor 350/2001 Tentang pelaksanaan

Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. Pada awal

berdirinya, BPSK kota Bandung tidak hanya menangani kasus sengketa

konsumen di kota Bandung saja tetapi juga kasus-kasus di wilayah Banten, DKI,

Jakarta Barat secara luas. Namun sejak awal tahun 2006, BPSK kota Bandung

hanya menangani kasus diwilayah kota Bandung saja karena BPSK sudah

dibentuk dibeberapa kota lain, sehingga beban penanganan kasusnya pun tidak

seberat dulu, jika sebelumnya menangani empat sidang perminggu , kini sudah

berkurang. Dan dalam kurun waktu lima tahun keberadaan BPSK kota Bandung,

jumlah perkara yang masuk mencapai kurang lebih 100 kasus8. Dilaporkan juga

dalam harian Pikiran Rakyat, sengketa konsumen yang ditangani oleh BPSK

Bandung cukup beragam, mulai dari kasus roti kadarluarsa, seharga Rp 2500

sampai sistem penjualan paksa dengan janji bonus senilai jutaan rupiah9.

Kasus properti juga ditangani BPSK Bandung, misalnya kasus cicilan sudah

lunas tetapi sertifikat tak kunjung diserahkan. Bahkan ada juga kasus dimana

produsen menunjuk BPSK kota Bandung untuk menangani kasus sengketa

dengan konsumennya. Salah satunya PT. Telkom yang menunjuk BPSK untuk

menangani sengketa dengan konsumen. Tentunya sikap itu memberi

keuntungan dibandingkan dengan harus berperkara di pengadilan. Selain tidak

ada biaya perkara jika menyelesaikan di BPSK, putusan lebih cepat pembayaran

8 Ibid.9 Ibid.

Page 23: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

ganti rugi dilakukan secara proposional alias tidak ada gugatan kerugian non

material.

H. Nama Anggota BPSK Pemerintahan Kota Bandung

No UNSUR PEMERINTAHAN LEMBAGA / INSTANSI

1 Rudy Sundaya, S.H. DISPERINDAG

2 Ir. Elly Wasliah Dinas Pertanian

3 Dra. Hj.Salamatul Afiyah, M.Si DISNAKER

4 Drh. Ermariah Dinas Peternakan

5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian

No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA / INSTANSI

1 Johanes Sitepu, S.H. Anggota

2 Bennovel Situmeang, S.H. Anggota

3 Drs. H. Cucu Sutara Anggota

4 Ir. Bagoes Ellang Bagasari Anggota

5 H.C Hendarwan, S.H.,M.M Anggota

No UNSUR KONSUMEN LEMBAGA / INSTANSI

1 Yayan Sutarna, S.H.,M.H YLBKI

2 Drs. Cecep Suhaeli Unsur Konsumen

3 Dedi Hidayat, S.H. Bandung Bermartabat

4 Drs. Tatto Sutamto, M.Si YAPKINDO

5 Drs. H. Suherdi Sukandi Bandung Bermartabat

Page 24: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

Berdasarkan pada tabel di atas unsur pemerintahan, unsur pelaku usaha, unsur

konsumen maupun lembaga instansi saling terkait satu dengan yang lainnya

dengan bagian-bagiannya masing-masing dalam Proses Penyelesaian Kasus

Sengketa Konsumen yang ada di BPSK10.

BAB III

10 Ibid.

Page 25: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

PELAKSANAAN PROGRAM KERJA

A. Kegiatan Yang Dilakukan Selama Kerja Praktek

Pada pelaksanaan kuliah kerja praktek penulis, dimulai dari tanggal 11 Agustus

2008 sampai dengan 2 September 2008 yang bertempat di Badan Penyelesaian

Sengketa Konsumen (BPSK) dengan beban 3 SKS atau selama kurang lebih 100

jam.

Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan penulis selama kerja praktek di kantor

Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen antara lain :

1. Mengikuti Pra sidang yang diadakan oleh BPSK jikalau ada kasus sudah

waktunya untuk disidangkan dan pada saat itu penulis mengikuti pra sidang

antara nasabah dengan pelaku usaha (Bank) mengenai kasus adanya

penarikan dana dari ATM yang tidak diketahui oleh pemilik atau pemegang

ATM tersebut.

2. Mempelajari dan menganalisa data dari berbagai kasus yang masuk ditangan

BPSK salah satunya adalah kasus mengenai adanya penarikan dana dari

ATM yang tidak diketahui oleh pemilik atau pemegang ATM tersebut.

3. Mendampingi anggota BPSK untuk mengantarkan surat undangan mengenai

jadwal persidangan kepada pihak-pihak yang bermasalah.

4. Membantu melayani konsumen dan berbagai kasus yang dihadapi dengan

mencatat data dirinya dan kasus apa yang sedang dihadapinya.

B. Tata Cara Atau Kegiatan Teknis Yang Dilakukan Pada Saat Kerja Praktek

Page 26: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

1. Turut serta membantu dalam menyelesaikan sengketa antara konsumen

dengan pelaku usaha, berdasarkan pengaduan yang disampaikan oleh

konsumen baik secara tertulis maupun lisan melalui sekretariat BPSK kota

Bandung.

2. Turut serta dalam mencari alternatif bagi masyarakat luas yang memerlukan

konsultasi perlindungan.

3. Turut serta dalam menyajikan data atau informasi yang berkaitan dengan

kepentingan konsumen maupun pelaku usaha yang diharapkan dapat menjadi

bahan masukan bagi pihak yang berkepentingan dan bagi pemerintah dalam

menentukan kebijakan.

4. Turut serta dalam memberikan penyuluhan kepada elemen masyarakat dalam

upaya penyebarluasan informasi mengenai Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1999 Tentang Perlindungan Konsumen dan keberadaan BPSK kota Bandung.

5. Turut serta dalam membantu menciptakan hubungan koordinasi antara BPSK

dengan berbagai pihak.

6. Turut serta dalam membantu meningkatkan sumber daya yang ada di BPSK

secara profesional dibidang Perlindungan Konsumen.

C. Kendala- Kendala Yang Dihadapi Pada Saat Kerja Praktek

Page 27: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

Adapun kendala-kendala yang penulis hadapi antara lain :

1. Belum memahami secara mendalam tata cara atau kegiatan teknis yang ada

dilingkungan Kantor Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) kota

Bandung.

2. Belum memahami secara mendalam bagaimana cara menyelesaikan suatu

kasus tentang sengketa konsumen melalui proses Arbitrase dikarenakan

kurangnya kasus tersebut dikantor badan Penyelesaian Sengketa Konsumen

(BPSK) kota Bandung.

BAB IV

Page 28: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

ANALISIS

A. Penerapan Hukum Pada Penyelesaian Kasus-Kasus di BPSK.

Saat ini, kasus kejahatan yang menggunakan fasilitas informasi elektronik

semakin banyak terjadi dan telah tidak asing lagi dalam kehidupan masyarakat

yang terus mengalami kemajuan, khususnya dalam bidang informasi dan

teknologi komunikasi. Salah satu kasus yang ditangani oleh BPSK antara lain

kasus mengenai penarikan dana dari ATM yang tidak diketahui oleh nasabah

atau pemegang ATM tersebut. Kasus tersebut bermula ketika nasabah pada

tanggal 20 maret 2007 menabung di Bank BNI Capem Dago, mendapatkan print

out tentang adanya penarikan uang tunai melalui kartu ATM nasabah mulai

tanggal 16 Desember 2006 sebanyak Rp 4.800.000 dan ini diluar kebiasaan

pemilik ATM selaku nasabah dari BNI Soreang sejak tahun 2003 dan sejak ATM

didapatkan tahun 2004 belum pernah digunakan dan masih menggunakan PIN

dari BNI pusat. Parahnya lagi pada Card Detail ATM tersebut dinyatakan ditutup

dan hilang oleh pihak Costumer Services (Jasa pelayanan nasabah) BNI

Soreang, pada hal nasabah minta diblokir dan ATM tersebut tidak hilang, tapi

masih ada ditangan nasabah tersebut. Pada kasus ini juga nasabah itu menuntut

pengembalian uang, teguran kepada pelaku usaha dan pemulihan nama baik

karena dana tersebut milik kantor.

Upaya hukum yang dapat dilakukan oleh BPSK dalam mengatasi kasus ini

adalah memberikan jalan alternatif dengan menyediakan penyelesaian sengketa

diluar pengadilan. BPSK merupakan suatu lembaga khusus yang dibentuk dan

diatur dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen, yang tugas utamanya

Page 29: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

adalah menyelesaikan sengketa atau perselisihan antara konsumen dan pelaku

usaha.

Prinsip dalam menyelesaikan sengketa di BPSK ini murah, cepat dan sederhana.

Pada kasus di atas proses penyelesaian yang dapat dilakukan oleh pihak BPSK

sendiri seperti yang telah kita ketahui sebelumnya dapat melalui cara konsiliasi,

mediasi dan cara arbitrase. Namun, dalam kasus ini para pihak yang

bersengketa membuat kesepakatan berdasarkan pilihan sukarela memilih

persidangan dengan cara arbitrase setelah sebelumnya diupayakan perdamaian

diantara para pihak yang bersengketa namun karena upaya damai tidak tercapai

maka proses pun tetap berlanjut.

Adapun tahapan penyelesaian sengketa secara arbitrase antara lain :11

1. Para pihak yang bersengketa memilih sendiri persidangan dengan cara

arbitrase.

2. Konsumen atau ahli warisnya atau kuasa yang dirugikan mengajukan

permohonan penyelesaian sengketa kepada BPSK dengan cara tertulis atau

lisan melalui sekretariat BPSK.

3. Sekretariat BPSK memberikan tanda terima atas permohonan penyelesaian

sengketa konsumen baik secara tertulis maupun lisan.

4. Sekretariat BPSK mencatat permohonan tersebut dengan mencantumkan

tanggal dan nomor registrasi.

11 Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Tahapan Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Melalui Arbitrase, YLKI, Koran Sang Saka, Edisi 6 Agustus 2002, hlm. 10.

Page 30: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

5. Ketua BPSK memanggil pelaku usaha secara tertulis dengan salinan

permohonan penyelesaian sengketa paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak

permohonan tersebut diterima secara benar dan lengkap.

6. Surat panggilan ini berisikan secara jelas tentang hari, tanggal, jam dan

tempat persidangan serta kewajiban pelaku usaha untuk memberikan surat

jawaban dan disampaikan pada hari persidangan pertama.

7. BPSK kemudian membentuk majelis yang berjumlah 3 (tiga) orang mewakili

unsur pemerintahan, pelaku usaha dan konsumen dibantu seorang panitera.

8. Para pihak memilih sendiri arbiter dari anggota BPSK dan menentukan ketua

majelis dilakukan oleh arbiter terpilih tersebut dari unsur pemerintahan.

9. Ketua majelis wajib memberikan petunjuk kepada para pihak yang

bersengketa tentang upaya hukum yang digunakan serta memberikan

kesempatan para pihak untuk mempelajari semua berkas yang berkaitan

dengan persidangan dan membuat kutipan seperlunya.

10. Sidang pertama yaitu dilaksanakan selambat-lambatnya hari ke-7 (tujuh)

terhitung sejak diterimanya pemohonan penyelesaian sengeketa konsumen

oleh BPSK kepada pelaku usaha.

11. Pada sidang pertama, ketua majelis wajib mendamaikan kedua belah pihak

yang bersengketa dan bila tercapai perdamaian, maka sidang dimulai

dengan membacakan isi gugatan konsumen dan surat jawaban pelaku

usaha serta memberikan kesempatan kepada para pihak untuk menjelaskan

hal-hal yang dipersengketakan.

Page 31: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

12. Para pihak yang bersengketa tidak hadir pada sidang pertama, maka majelis

masih memberikan kesempatan untuk hadir pada sidang kedua dengan

membawa bukti yang diperlukan.

13. Sidang kedua ini diadakan selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak

setelah hari sidang pertama dengan pemberitahuan surat panggilan kepada

para pihak oleh sekretariat BPSK.

14. Apabila pada sidang kedua ternyata konsumen tidak juga hadir maka

gugatan konsumen tersebut batal demi hukum, tetapi jika yang tidak hadir

pelaku usaha gugatan konsumen dikabulkan tanpa kehadiran pelaku usaha.

Arbitrase merupakan institusi penyelesaian sengketa alternatif yang paling

terkenal dan paling luas digunakan orang dibandingkan dengan institusi

penyelesaian sengketa alternatif lainnya. Hal tersebut disebabkan banyaknya

kelebihan yang dimiliki oleh institusi arbitrase ini. Kelebihan-kelebihan itu adalah

sebagai berikut :12

1. Prosedur tidak berbelit dan keputusan dapat dicapai dengan waktu relatif

singkat.

2. Biaya lebih murah.

3. Hukum terhadap prosedur dan pembuktian lebih jelas.

4. Hukum terhadap prosedur dan pembuktian didepan umum.

5. Para pihak dapat memilih hukum mana yang akan diberlakukan oleh

arbitrase.

12 Op. Cit, Munir Fuady, hlm. 41.

Page 32: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

6. Para pihak dapat memilih sendiri para arbiter.

7. Dapat dipilih arbiter dari kalangan ahli dalam bidangnya.

8. Keputusan dapat lebih terkait dengan situasi dan kondisi.

9. Keputusan arbitrase umumnya final dan binding (tanpa harus naik banding

atau kasasi).

10. Keputusan arbitrase umumnya dapat diberlakukan dan diesekusi oleh

pengadilan dengan sedikit atau tanpa peninjauan sama sekali.

11. Prosedur atau proses arbitrase lebih mudah dimengerti oleh masyarakat

luas.

12. Menutup kemungkinan dilakukan forum shopping.

Adapun pasal-pasal yang terkait diantaranya :

Pasal 19 ayat 1, 2, 3, dan 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen yang berbunyi :

“ (1) Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran dan atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.

(2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang dan atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan atau pemberian santunan yang berlaku.

(3) Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal transaksi.

(4) Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur kesalahan.”

Page 33: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

Pasal ini dianggap relevan dalam kasus ini karena pelaku usaha harus

bertanggung jawab dalam memberikan ganti kerugian sebab ATM tersebut

berasal darinya.

Pasal 45 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen mengatur mengenai penyelesaian sengketa yang berbunyi :

“ (1) Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui

lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan

pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada dilingkungan peradilan

umum.”

Ketentuan ini dianggap mempunyai relevansi dalam kasus ini karena konsumen

berhak untuk menggugat pelaku usaha atas kerugian yang dialaminya berupa

sejumlah uang dalam ATMnya.

Pasal 1 ayat 16 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan

Transaksi Elektronik yang berbunyi :

“ (16) Kode akses adalah angka, huruf, simbol, karakter lainnya atau kombinasi

diantaranya, yang merupakan kunci untuk dapat mengakses komputer

dan atau sistem elektronik lainnya.”

Pasal ini dianggap relevan karena ATM tersebut menggunakan kode sehingga

otomatis yang mengetahui hanya konsumen dengan pihak pelaku usaha yang

memberikan kode tersebut.

Pasal 5 ayat 1, 2, 3, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi

Dan Transaksi Elektronik yang berbunyi :

Page 34: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

“ (1) Informasi elektronik dan atau dokumen elektronik dan atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah.

(2) Informasi elektronik dan atau dokumen elektronik dan atau hasil cetaknya sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan hukum acara yang berlaku.

(3) Informasi elektronik dan atau dokumen elektronik dinyatakan sah apabila menggunakan sistem elektronik sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang.”

Ketentuan ini dianggap relevan karena buku rekening yang digunakan oleh

nasabah tersebut merupakan cetakan elektronik yang dapat dijadikan sebagai

alat bukti.

BPSK adalah pengadilan khusus konsumen yang sangat diharapkan berjalan

cepat, sederhana dan murah. Proses penyelesaian kasus yang ada di BPSK

maka pihak tersebut lebih menitikberatkan pada pasal-pasal yang terkait dan alat

bukti yang ada, termasuk juga kasus yang diatas. Sehubungan dengan kasus

yang diatas penulis mau menyatakan bahwa kasus tersebut sampai sekarang

masih dalam proses pra sidang sehingga belum menemukan solusi yang terbaik

dalam menyelesaikannya.

Page 35: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Setelah dilakukan pengolahan dan analisis kasus tentang perlindungan hukum

terhadap konsumen dalam penyelesaian sengketa konsumen dengan pelaku

usaha melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK), maka dapat

diambil simpulan sebagai berikut :

1. BPSK adalah suatu lembaga yang berwenang untuk menyelesaikan sengketa

konsumen, apabila konsumen merasa dirugikan atas kerusakan, pencemaran,

atau kerugian akibat mengkonsumsi barang dan jasa yang dihasilkan atau

diperdagangkan oleh pelaku usaha maka berdasarkan Pasal 19 UUPK,

konsumen dapat menuntut ganti rugi. Atas tuntutan ganti rugi yang dilakukan

konsumen, pelaku usaha dapat memenuhinya dalam tenggang waktu 7 (tujuh)

hari setelah tanggal transaksi. Prosedur penyelesaian sengketa konsumen di

BPSK dapat melalui tiga cara yakni Konsiliasi, Mediasi dan Arbitrase,

pelaksanaannya berbeda antara satu dengan yang lainnya juga dapat dipilih

secara sukarela oleh kedua belah pihak yang bersengketa. Melalui ketiga cara

ini majelis sebelumnya bertindak aktif untuk mendamaikan para pihak yang

bersengketa bilamana tidak tercapai kesepakatan. Kesepakatan ini

dituangkan dalam perjanjian tertulis dan ditandatangani oleh kedua belah

pihak yang bersengketa, ini dimaksudkan sebagai bukti untuk pembuatan

berita acara oleh Panitera. Upaya selanjutnya yang dapat dilakukan dengan

memberikan penjelasan kepada para pihak yang bersengketa perihal

peraturan perundang-undangan bidang perlindungan konsumen maupun

Page 36: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

pasal-pasal lain yang terkait. Penolakan permohonan penyelesaian sengketa

konsumen melalui BPSK dapat saja ditolak apabila persyaratan permohonan

pengaduan tidak dipenuhi dan bukan merupakan kewenangan BPSK.

B. Saran

Setelah penelitian dilakukan dan mencari fakta-fakta yang ada, penulis

memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. BPSK adalah merupakan lembaga ekstra struktural sebagai badan publik

yang bersifat pengabdian sosial dan bertugas melayani kepentingan

perlindungan konsumen, sehingga untuk itu perlu mendapatkan perhatian dari

semua pihak terhadap pertumbuhan dan keberadaannya.

2. Anggota BPSK harus bersikap jujur, profesional dan menghormati kode etik

BPSK dalam menjalankan tugas dan fungsi BPSK.

3. Mensosialisasikan BPSK kepada masyarakat harus dilakukan terus menerus,

karena seluruh penduduk Indonesia adalah konsumen tapi hanya sebagian

kecil yang mengetahui keberadaan suatu lembaga yang dapat melindungi

konsumen dari pelaku usaha yang nakal.

4. Mengadakan perubahan terhadap UUPK sebagai Undang-undang yang

mengatur perlindungan konsumen, karena UUPK terdapat banyak kelemahan

yang dapat membuat konsumen dirugikan.

Page 37: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

5. Pembentukkan BPSK di DKI Jakarta supaya segera dilakukan. Jakarta adalah

barometer bagi daerah-daerah lain, disamping sebagai pusat ibukota, bisnis

dan industri, dengan beragam permasalahan konsumen.

6. BPSK perlu diberdayakan agar dapat lebih menguntungkan kepentingan

konsumen. Pemberdayaan ini menyangkut peningkatan kualitas SDM.

Page 38: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

DAFTAR PUSTAKA

BUKU-BUKU :

AZ. Nasution. Perlindungan Konsumen : Suatu Pengantar. Cet. II DIADIT MEDIA. Jakarta. 2002.

Munir Fuady. Arbitrase Nasional Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis. PT. Citra Aditya Bakti Bandung. 2000.

Shidarta. Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. 2004.

Yusuf Shofie. Penyelesaian Sengketa Konsumen menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen (Teori dan Praktek Penegakan Hukum). PT. Citra Aditya Bakti. Bandung. 2003.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN :

Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

SUMBER LAIN :

Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Tahapan Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Melalui Arbitrase, YLKI, Koran Sang Saka Edisi 6 Agustus 2002.

Sumber-Sumber Yang Diperoleh Dari BPSK Dalam Bentuk Data Maupun Wawancara.

Page 39: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan hasil kerja praktek yang

dilaksanakan penulis di Balai Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Kota

Bandung.

Penulis menyadari bahwa laporan kerja praktek ini jauh dari kesempurnaan, oleh

karena itu penulis meminta kritik, saran dan masukkan dari semua pihak yang

membaca laporan ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga

kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, Msc Selaku Rektor Universitas

Komputer Indonesia.

2. Ibu Prof. Dr. Hj. Ria Ratna Ariawati, S.E., Ak, Ms, Selaku Pembantu Rektor I

Universitas Komputer Indonesia.

3. Bapak Prof. Dr. H. Moh.Tadjuddin, MA. Selaku Pembantu Rektor II

Universitas Komputer Indonesia.

4. Ibu Dr. Aelina Surya Selaku Pembantu Rektor III Universitas Komputer

Indonesia.

5. Bapak Prof. Dr. H.R. Otje Salman Soemadiningrat, S.H. Selaku Dekan

Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia.

Page 40: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

6. Bapak Budi F. Supriadi, S.H.,M.Hum Selaku Ketua Jurusan Fakultas Hukum

Universitas Komputer Indonesia.

7. Ibu Hetty Hassanah S.H. Selaku Dosen Fakultas Hukum Sekaligus Dosen

Pembimbing.

8. Ibu Arinita Sandria S.H.,M.Hum Selaku Dosen Fakultas Hukum.

9. Ibu Febilita Wulan Sari S.H. Selaku Dosen Fakultas Hukum.

10. Bapak Suhaimi, S.H.,M.H Selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas

Komputer Indonesia.

11. Ibu Rachmani Puspita Dewi, S.H.,M.Hum, Selaku Dosen Fakultas Hukum

Unversitas Komputer Indonesia.

12. Ibu Rika Rosilawati, A. Md Selaku Staff Administrasi Fakultas Hukum

Universitas Komputer Indonesia.

13. Bapak Rudy Sundaya, S.H. Selaku Ketua Pada Kantor Penyelesaian

Sengketa Konsumen Kota Bandung.

14. Bapak Drs. Cecep Suhaeli Selaku Anggota Bagian Unsur Konsumen Pada

Kantor Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Bandung.

15. Bapak Murai Selaku Staff Pembersih Fakultas Hukum Universitas Komputer

Indonesia.

Kedua Orang Tua penulis, terima kasih atas do’a, saran, dukungan serta cinta

mereka yang begitu besar yang telah mereka berikan pada penulis hingga kini

dan bahkan nanti. Mom and Dad I Love U, sahabat-sahabat penulis di kampus,

Very, Berli, Ariska, Imas, Dety, Ozi, Oca, Aan dan Sandy yang telah bersedia

menampung keluh kesah penulis. I’m so proud being your best friend!!!!, teman-

teman seperjuangan Merlyn, Angga, Ucok, Zamal dan semuanya yang tidak

Page 41: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

mungkin penulis sebutkan satu persatu, my inspirator “Madalena”, thanks udah

mau bantu Palma selama ini.

Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya, apabila dalam tulisan ini ada kata-

kata maupun tulisan yang tidak berkenan.

Semoga apa yang penulis sajikan dalam Laporan Kerja Praktek ini dapat

memberikan manfaat bagi kita semua.

Bandung, Januari 2009

Penulis,

Palma Carlos Branco Da Piedade

Page 42: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................1

B. Identifikasi Masalah..........................................................................5

BAB II LANDASAN TEORI

A. Ruang Lingkup dan Batasan Perlindungan

Konsumen.........................................................................................6

B. Metode Penyelesaian Sengketa......................................................12

C. Visi dan Misi BPSK..........................................................................14

D. Sasaran...........................................................................................16

E. Struktur Organisasi..........................................................................17

F. Program dan Kegiatan BPSK..........................................................18

G. Peran dan Fungsi BPSK..................................................................19

H. Nama Anggota BPSK Pemerintahan Kota

Bandung..........................................................................................23

BAB III PELAKSANAAN PROGRAM KERJA

A. Kegiatan yang Dilakukan Selama

Kerja Praktek...................................................................................25

B. Tata Cara Atau Kegiatan Teknis Yang Dilakukan Pada Saat

Page 43: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

Kerja Praktek...................................................................................26

C. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Pada Saat

Kerja Praktek...................................................................................27

BAB IV ANALISIS

A. Penerapan Hukum Pada Penyelesaian Kasus-Kasus

di BPSK...........................................................................................28

BAB V PENUTUP

A. Simpulan..........................................................................................35

B. Saran...............................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................38

LAMPIRAN

Page 44: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

LEMBAR PENGESAHAN

PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN MELALUI BPSK DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

Oleh :Palma Carlos Branco Da Piedade

31607701

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah Kerja Praktek pada Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia ini telah disetujui

oleh pembimbing pada tanggal seperti tertera dibawah ini :

Bandung, Januari 2009

Pembimbing,

Drs. Cecep SuhaeliAnggota BPSK Bagian Unsur Konsumen

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Universitas Komputer Indonesia

Budi Fitriadi S, S.H., M.Hum

Page 45: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

NIP : 4127.33.00.002

PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN MELALUI BPSK DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Mata Kuliah Kerja Praktek

Oleh :

Palma Carlos Branco Da Piedade

31607701

JURUSAN ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

Page 46: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/349/jbptunikompp-gdl-palma... · Web viewDrh. Ermariah Dinas Peternakan 5 Dra. Ernawati, APT Dinas Pertanian No UNSUR PELAKU USAHA LEMBAGA

JANUARI 2009

LAMPIRAN