44
JALAN PANJANG PERTAMINA DRILLING WAY EDISI TAHUN I VOL 10

EnergiaPEP Edisi 10.pdf

  • Upload
    dothien

  • View
    259

  • Download
    4

Embed Size (px)

Citation preview

JALAN PANJANG PERTAMINA DRILLING WAY

EDISI TAHUN I VOL 10

2 TAHUN I VOLUME 10pep.pertamina.com

Implementasi BPMS

3VOLUME 10 TAHUN I

D ALAM industri migas, Fungsi Drilling tak ubahnya sebagai gelandang ataupun midfi elder dalam permainan sepakbola. Seorang gelan-dang bukanlah kreator serangan ataupun pentuntas serangan. Dia adalah penghubung yang mengalirkan bola dari pemain belakang

ke pemain depan sekaligus penyeimbang permainan tim.Begitu juga dengan Fungsi Drilling. Dia meneruskan rencana

tim subsurface (Fungsi Eksplorasi), mengebor lapisan demi lapisan perut bumi, sehingga minyak bisa diangkat ke permukaan untuk diproduksikan. Tanpa adanya kegiatan pengeboran, keberadaan minyak bumi dan gas sebagai hasil kajian tim subsurface tidak dapat dibuktikan dan diproduksikan ke permukaan.

Posisinya memang sangat vital. Kegiatannya membutuhkan Investasi yang tidak sedikit (high cost). Untuk sewa rig saja, misalnya, per hari mencapai 30 ribu dollar. Belum lagi dari sisi safety. Aktivitas drilling termasuk beresiko tinggi dari sisi keselamatan (high risk ). Dua kasus terakhir menjadi contoh paling sahih. Satu di luar negri yakni, kejadian di Teluk Mexico yang hampir membangkrutkan BP. Satu lagi dari dalam negri, yakni kasus Lapindo, tragedi memilukan yang sampai sekarang belum berkesudahan.

Wajar belaka jika Direktorat Hulu PT Pertamina (Persero) mau bersusah payah menyusun Pertamina Drilling Way yang menjadi panduan seluruh anak perusahaan Pertamina dalam melakukan pengeboran. Selama ini ada tiga perusahaan yang melaksanakan aktivitas tersebut, yakni PHE, PGE, dan PEP. Selama ini, pengeboran dilakukan mengikuti kebiasaan masing-masing yang berbeda satu sama lain yang boleh jadi belum sepenuhnya menerapkan best practices.

PDW tak otomatis menjamin kenaikan produksi. Ada tidaknya minyak tergantung dari kondisi sub surface dan izin Yang Maha Kuasa. PDW hanya memastikan pengeboran berlangsung sesuai dengan rencana. Tak ada cerita di tengah jalan rig rusak sehingga pengeboran molor atau pengeboran terpaksa dihentikan karena didemo masyarakat. PDW mengatur tak hanya persoalan teknis seperti rig juga persoalan non teknis, seperti persoalan safety dan environment. Dengan pengeboran sesuai rencana, tentunya tak ada lagi cerita pengeboran yang over budget.

Pada edisi kali ini, kita mencoba mendedahkan persoalan Pertamina Drilling Way dalam Laporan Utama. Seperti diniatkan semula, majalah ini salah satunya ditujukan sebagai ajang sharing. Untuk itu salah satu bagian dari Laporan Utama secara khusus menyorot pengeboran di Bunyu yang berhasil melewati penilaian Komite Drilling. Mudah-mudahan yang dilakukan di Bunyu bisa menular pada yang lain. Selamat Membaca!

DRILLING

cover : Aktivitas pengeboran PT Pertamina EP Difoto oleh Tatan Agus RST.

D A R I R E D A K S I

4 TAHUN I VOLUME 10

Pemimpin Redaksi: Aji Prayudi (VP Legal Relations) Redaktur Pelaksana: Arya Dwi Paramita, Panjie Galih Anoraga Redaksi: Hidayat Tantan, Tatan Agus RST, Sigit Widihardono, Humas Asset 1, Humas Asset 2, Humas Asset 3, Humas Asset 4, Humas Asset 5, Humas Pangkalan Susu, Humas Rantau, Humas Lirik, Humas Jambi, Humas Adera, Humas Ramba, Humas Pendopo, Humas Prabumulih, Humas Limau, Humas Tambun, Humas Jatibarang, Humas Subang, Humas Cepu, Humas Tarakan, Humas Sangatta, Humas Sangasanga, Humas Tanjung, Humas Bunyu, Humas Sorong.Alamat Redaksi: Menara Standard Chartered, Lantai 21-29, Jl. Prof. Dr. Satrio No. 164 Jakarta Selatan email: [email protected]

S U R A T P E M B A C A

Redaksi menerima kiriman artikel dan foto seputar kegiatan dunia migas dan hal yang berkaitan, maksimal 6.000 karakter. Kirim ke: [email protected]

Apresiasi Untuk CSR Pertamina EP

KEGIATAN Corporate Social Responsibility (CSR) sebenar-nya bukan suatu yang asing di negara ini. Undang-Undang No.40/2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dengan tegas mengamanatkan setiap perusahaan untuk memperhatikan tanggung jawab sosial. Namun de-mikian buat saya apa yang dilakukan anak usaha BUMN Migas, Pertamina EP sebagai bentuk kegiatan CSR patut diapresiasi. Segala aspek diperhatikan mulai dari eko-

KEBIJAKAN QUALITY, HEALTH, SAFETY, SECURITY & ENVIRONMENT (Q H S S E)

KEBIJAKAN QUALITY, HEALTH, SAFETY, SECURITY & ENVIRONMENT (Q H S S E)

nomi, pendidikan, kesehatan dan lingkungan.Ketika saya mengunjungi salah satu wilayah operasi

Pertamina EP di Jawa Barat. Ketika bertemu dengan ma-syarakat sekitar, saya mendapat cerita menarik tentang apa yang mereka lakukan bersama Pertamina EP. Di bi-dang ekonomi, perusahaan ini memilih untuk fokus pada upaya peningkatan kemampuan masyarakat mulai dari ketrampilan sampai pada kemampuan fi nansial. Mereka tidak hadir sebagai sinterklas yang memberi uang tetapi sebagai mitra yang bekerja sama membangun masyarakat menuju kemandirian secara ekonomi.

Kegiatan yang dipilih pun biasanya yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat setempat. Sehingga masyarakat pun merasa bahwa kegiatan tersebut benar-benar bermanfaat bagi masyarakat setempat. Tidak hanya di bidang ekonomi, sektor pendidikan pun menjadi perha-tian mulai dari pelatihan para guru dan bantuan perlengka-pan sekolah. Sementara di bidang kesehatan salah satu prioritas perusahaan yang saya lihat dan dengar dari ma-syarakat lebih mengarah pada membangun kesadaran ma-syarakat untuk hidup sehat. Perusahaan juga tidak meng-abaikan bantuan pada sarana dan prasarana kesehatan.

Dan yang tidak kalah menarik, perusahaan juga mena-ruh perhatian pada pelestarian hutan dan hewan langka. Ini terlihat dari kegiatan perseroan yang peduli pada peles-tarian Beruang Madu di Kalimantan Timur dan Si Amang di Jawa Barat.

Buat saya, kegiatan CSR Pertamina ini menawarkan perspektif baru. CSR bukan lagi menjadi kegiatan charity dan derma tetapi lebih fokus pada pemberdayaan dan pe-ningkatan kapasitas masyarakat lokal. Diharapkan ketika Pertamina EP mengakhiri kegiatannya di suatu tempat ma-syarakat sudah mandiri. Dan lagi dengan membuat perenca naan selama lima tahun saya yakin CSR Pertamina akan sampai pada visinya yakni menjadi lebih baik. Diharapkan semangat ini pun menular pada perusahaan migas dan perusahaan lainnya. Sehingga manfaat dari ke-giatan CSR semakin dirasakan masyarakat.

Ahmad BustomiCirebon.

5VOLUME 10 TAHUN I

“Saya merasakan ada yang masih belum pas dengan pengelolaan energi yang cenderung parsial karena ego sektoral yang besar.”

ENERGI HARUS JADITOP OF BUSINESS

24

WAWANCARA:

Abadi PoernomoKETUA ASOSIASI PANAS BUMI INDONESIA

TATA

N A

GU

S R

ST

Kick off Piala Dunia belum bergulir, Kolumbia sudah jadi “juara”. Daniella Ocoro, dara jelita dari negara tersebut ditahbiskan sebagai Miss World World Cup Brasil 2014.

DANIELLA PERUNTUNGAN KOLUMBIA

39

32WISATA: Hello Osaka! Konichiwa Kyoto!

CD

N.S

ALZ

BU

RG

.CO

M

TATA

N A

GU

S R

ST

Pertamina Drilling Way menjadi panduan pengeboran anak-anak perusahaan di lingkungan Pertamina EP. Memastikan pengeboran tepat sasaran, lebih murah dan lebih berkualitas. Bunyu menjadi pilot project di lingkungan Pertamina EP.

RIG WANGI DI BN34

BIAR TAK MOGOK DI JALAN

JALAN PANJANGPERTAMINA DRILLING WAY

◆ Mencegah Bumi Makin Panas 18

◆ Inspirasi: Tertawan Mata Lensa 20

◆ Rana: Aksi Ribut Cs Pindahkan Rusa Jawa 28

◆ CSR: Dari Wisata Alam Sampai Srikandi Khayangan 36

◆ Lensa Peristiwa 40

D A F T A R I S I

6

11

14

JUH

RI

SELA

ME

T

Pertamina Drilling Way (DW) merupakan strategi untuk menciptakan pendekatan yang terstandar, best practice untuk drilling execution end-to-end. Memastikan pengeboran sesuai rencana. Terbukti efektif menurunkan NPT (non productive time).

6 TAHUN I VOLUME 10

JALAN PANJANG PERTAMINA

DRILLING WAY

L A P O R A N U T A M A

7VOLUME 10 TAHUN I

Pertamina Drilling Way menjadi panduan pengeboran anak-anak perusahaan di lingkungan Pertamina EP. Memastikan pengeboran tepat sasaran, lebih murah dan lebih berkualitas. Dibentuk Komite Drilling untuk melaksanakannya. Bunyu menjadi pilot project di lingkungan Pertamina EP.

K ARIR profesional-nya sebagai tukang insinyur minyak ba-nyak dihabiskan di atas rig. Lebih dari dua puluh tahun, dia

mengebor perut bumi, mulai dari ra-wa-rawa Kalimantan sampai padang gurun di Timur Tengah. Berbagai ka-rakter lapisan bumi sudah dihapalnya di luar kepala. “Keterampilan seorang drilling engineer ditempa di lapangan,” ujar Hendrazid.

Setelah menamatkan pendidikan di teknik Perminyakan ITB, Pria kela-hiran Medan 51 tahun lalu ini sempat mampir sebagai reservoir engineer pe-rusahan yang menjadi produsen mi-nyak terbesar di Indonesia. Hendrazid saat itu ditempatkan di ladang mi-nyak Rumbai dan Minas, Riau. Tetapi nasib kemudian menuntunnya men-jadi seorang drilling engineer yang di-anggapnya lebih memuaskan hasrat-nya. “Mungkin karena tugas akhir saya tentang drilling. Jadi lebih terta-rik ke situ,” ujarnya.

Dia memulai perjalanan sebagai drilling engineer di perusahaan asal Perancis yang mengoperasikan Blok Mahakam. Dua tahun pertama be-kerja di perusahaan multinasional yang merupakan produsen gas terbe-sar di tanah air tersebut, Hendrazid ditempa dengan berbagai kursus drill-ing, yang langsung dipraktekkannya di atas rig. Seperti calon jenderal yang harus merasakan “jaga monyet”, se-butan untuk tugas menjaga pos, berdiri seharian dengan senapan di pundak, Hendrazid juga harus menci-cipi pekerjaan paling bawah di rig, “ Dua minggu pertama tugas saya ber-sih-bersih dan ngecat-ngecat,” ujar Hendrazid.

Dari situ, dia pindah menjadi tu-kang angkat pipa untuk keperluan drilling sampai akhirnya dipercaya menjadi asisten driller dan seterusnya, sampai akhirnya diakui sebagai drilling engineer. Setelah merasa cukup “berta-rung” di dalam negeri Hendrazid berkelana di luar negri di Middle East TA

TAN

AG

US

RS

T

8 TAHUN I VOLUME 10

selama delapan tahun. Sebelum pulang ke Indonesia pada 2012, dia sempat bekerja di negri jiran Malaysia selama setahun.

Hendrazid bersyukur akhirnya bisa kembali ke tanah air, setidaknya dia sekarang punya waktu untuk meneruskan pendidikannya ke tingkat lebih tinggi. Sebelumnya, karena kesi-bukannya menjalani berbagai aktivitas operasi maupun management service pengeboran di luar negeri, dia tak punya waktu untuk kembali ke bangku pendidikan. Ia kini tercatat sebagai ma-hasiswa S2 Universitas Trisakti. Pen-didikannya ini mungkin bukan untuk karirnya, tetapi untuk menggenapkan angannya semasa kuliah menapak jen-jang akademis tertinggi.

Dengan pengalaman panjang di bidang drilling, masuk akal jika Direktur Hulu Pertamina M Husen memilihnya sebagai anggota Komite Drilling Pertamina, meski dia baru dua tahun mengabdikan diri di BUMN Energi tersebut. Dia menjabat sebagai

Senior Drilling Engineering Specialist di Pertamina EP, sejak November 2011

Komite Drilling Pertamina ber-anggotakan sepuluh orang dari berba-gai anak perusahaan Pertamina. Dari Pertamina EP, selain Hendrazid yang juga masuk anggota Komite adalah VP HSSE, Lelin Eprianto.

“Komite ini bertugas untuk me-ngawal Pertamina Drilling Way,” ujar Hendrazid. Pertamina Drilling Way adalah panduan uintuk semua anak perusahaan yang melakukan penge-boran, Di bawah Pertamina ini ada tiga anak perusahaan yang melakukan aktivitas pengeboran, yakni Pertamina Hulu Energi, Pertamina Geothermal, dan Pertamina EP. Sebelum disusun Pertamina Drilling Way, pengeboran dilakukan berdasarkan kebiasaan yang selama ini dijalankan yang belum sempurna menjalankan best practices. Terbukti, dengan molornya penge-boran dari jadwal yang sudah ditentu-kan. NPT (non productive time) pun membengkak.

Telatnya bervariasi bisa satu bulan, dua bulan atau bahkan ada pengeboran yang baru selesai setelah tujuh bulan. Telatnya pengeboran beimplikasi pada budget. Setiap pengeboran bisa dipasti-kan over budget. Nilainya 10%-20% di atas estimasi. Sewa rig itu sekarang rata-rata 30 ribu dollar per hari. Kalau ka-rena satu sebab pekerjaan delay, sewa harus tetap dibayar, meskipun keru-sakan itu karena persoalan rig yang no-tabene dimiliki pihak ketiga. “Penyewa harus tetap bayar 80% dari nilai sewa,” ujar Hendrazid.

Anggaran pun jebol. Pertamina sempat mengalaminya pada 2012. Tak hanya di PEP, juga di PHE dan PGE. Untuk mengimbangi target produksi, saat itu aktivitas pengeboran digenjot. Saat itu, di PEP saja rig yang aktif bisa sampai 30-an. Fungsi drilling pun pon-tang-panting. Seorang drilling engineer bisa menjadi company man di beberapa rig. Padahal, idealnya biar fokus satu orang hanya menangani satu rig, kecu-ali kalau lokasinya berdekatan.

L A P O R A N U T A M A

TATA

N A

GU

S R

ST.

9VOLUME 10 TAHUN I

PERTAMINA Drilling Way dibuat untuk menyeragam-kan pengeboran di anak-anak perusahaan yang berbeda-be-

da, mengikujti kebiasaan masing-ma-sing. Dalam skala yang lebih luas, yang terjadi di Pertamina berlaku di dunia migas Indonesia. Desain pengeboran bergantung pada KKKS masing-ma-sing. Semuanya mengklaim yang paling benar karena mengacu best practices.

Kondisi ini berimplikasi pada bujet yang tidak seragam yang semuanya harus diganti negara melalui meka-nisme cost recovery. Untuk blok yang sama, yang diajukan kontraktor bisa berbeda, Yang paling ekstrem kejadian di Blok Cepu, Exxon Mobil, misalnya menghabiskan dana 20 juta dolar untuk setiap pengeboran, sedangkan PPEJ 7 juga, dan Pertamina hanya menghabis-kan 5 juta.

“SKK Migas Belum mengatur de-sain Sumur di Indonesia seperti apa se-hingga angka yang diajukan kontraktor berbeda,” ujar Ketua Dewan Pakar Drilling IATMI, Hendrazid.

Untuk menghindari kesimpang-siur an itu, harus segera dibakukan de-sain sumur Indonesia. “IATMI meminta SKK Migas untuk segera membikin aturan yang jelas tentang desain sumur,” ujarnya. Di dunia ini, terkait dengan hal tersebut, ada dua mazhab yang menjadi kiblat perusahaan migas dalam pengeboran, yakni mazhab Amerika dan Eropa. Keduanya menitik-beratkan pada masalah safety.

Tak sekadar meminta, IATMI ber-sedia berkeringat membantu meru-muskan. Untuk keperluan itu, organisi profesi ahli perminyakan itu mengge-lar beberapa kali workshop. “Kita kum-pulkan pakar-pakar drilling dari KKKS, Kita lepaskan baju perusahaan masing-masing demi Indonesia ,” u jar Hendrazid. Berbagai hal dibicarakan dan dikerucutkan menjadi usulan. Misalnya, untuk kedalaman tertentu kekuatan chasing yang dibutuhkan berapa biar bisa menahan pressure dari dalam sumur.

“Usulan dari IATMI sudah kita kirim. Mudah-mudahan SKK Migas segera memutuskan,” ujar Hendrazid. Dengan desain sumur tersebut, tragedi pengeboran, seperti kasus Lapindo yang sampai sekarang belum terselesai-kan tak terulang lagi di tempat lain.

MERUMUSKAN DESAINSUMUR KHAS INDONESIA

Direktorat Hulu pun cari akal untuk mengatasinya. Akhirnya, diun-danglah konsultan. Setelah melewati berbagai workshop dan masukan dari pakar-pa kar drilling di berbagai anak perusahaan di Pertamina, disusunlah Pertamina Drilling Way yang dilaunch-ing oleh Dirut Pertamina Karen Agustiawan pada awal 2013. Sejak itu-lah sosialisasi tentang tatacara drilling yang baik digencarkan, melalui berba-gai macam workshop (lihat tulisan ba-gian 3). PDW memastikan pengeboran sesuai sasaran, lebih cepat dan lebih berkualitas.

Untuk mengawalnya dibentuk Komite Drilling Pertamina pada perte-ngahan Juni 2013. “Komite ini, untuk

sementara hanya menilai,” ujar Lelin, sejawat Hendrazit di Pertamina EP yang sama-sama dipercaya sebagai anggota Komite Drilling. Hasil Penilai-an itu kemudian disampaikan ke Direktur Hulu. Jika ada yang harus di-benahi, Direktur Hulu akan memang-gil anak perusahaan terkait dan kon-traktor (PDSI) untuk dilakukan pem-benahan. “Direktur Hulu minta kita semua masuk pada semua lokasi pe-ngeboran,” Lelin menambahkan.

Komite ini lebih bersifat preventif. Dia akan masuk pada tahap awal pe-rencanaan pengeboran, bukan saat pe-ngeboran sedang berlangsung. Jika di-anggap belum memenuhi syarat, pe-ngeboran ditunda dulu sampai mele-

wati passing grade yang ditetapkan Komite.” “Minimal bisa mencapai 60 dari nilai ideal 100, pengeboran baru dilaksanakan,” ujar Lelin.

Ke depan, tak menutup kemung-kinan otoritas komite lebih besar lagi. “Pak DH (sebutan untuk Direktur Hulu-red), minta komite juga sebagai auditor drilling,” ujarnya. Jika ada pe-ngeboran bermasalah, harus dicari pe-nyebabnya dan siapa yang bertang-gung jawab. “Tapi karena keterbatasan waktu, permintaan ini belum bisa kita lakukan,” ujar Lelin. Anggota Komite Drilling bersifat adhoc. Mereka tetap harus melakukan tugas utamanya se-bagai karyawan Pertamina sesuai de-ngan jabatannya masing-masing.

Hendrazid

TATA

N A

GU

S R

ST

10 TAHUN I VOLUME 10

Setelah dibentuk Juni 2013, Komite Drilling menyusun matrik untuk memudahkan impelementasi Pertamina Drilling Way. “Tak semua diambil, Kita pilih yang krusial,” ujar Hendrazid. Dalam matrik itu, ada sekitar 70 item yang akan dinilai untuk dipenuhi sebelum melakukan pengeboran.

Idealnya, semua pengeboran harus melewati penilaian Komite Drilling. Di Pertamina, jumlahnya bisa ratusan tiap tahun. Tapi karena personilnya masih terbatas, baru be-berapa saja yang dimasuki. Untuk se-mentara, yang dipelototi adalah pe-ngeboran yang berdampak signifi kan pada kenaikan produksi. Dari masing-masing anak perusahaan dipilih satu proyek pengeboran.

Dari Pertamina EP, misalnya, dipi-

lih Bunyu. Lapangan ini menargetkan tambahan produksi sekitar 5000 BOPD. Sedangkan dari PHE adalah Lapangan Tomori di Luwuk dan PGE Lahendong “Setelah diinspeksi PHE nilainya paling baik, sedangkan Bunyu 72. Itupun setelah inspeksi kedua. Sedangkan PGE hanya 44,” kata Hendrazid.

Yang menyebabkan Bunyu ter-tinggal dari PHE adalah sertifikasi pihak ketiga terhadap rig yang dipa-kai. Dalam matriks yang disusun Komite Drilling, rig yang digunakan harus sudah disertifi kasi lembaga in-dependen. Bobotnya lumayan besar. Tak mudah untuk mendapatkan serti-fikasi tersebut. Di dunia ini hanya empat lembaga yang bisa melakukan-nya masing-masing Modu-Spec, GL, Velosi dan EOS. Dalam setiap peme-

L A P O R A N U T A M A

riksaan, lembaga ini punya standard tersendiri tak mau gegabah demi menjaga kredibilitas mereka.

Tak perlu heran, jika rig yang di-pakai di Indonesia, meski sudah men-dapat SKPI dari Dirjen Migas sebagai tanda bahwa rig layak digunakan, se-telah jeroannya dibongkar banyak yang harus diperbaiki. “Rig di PGE itu sudah mengantongi SKPI tapi setelah diinspeksi Modu-Spec. Ada sekitar 300 item yang harus diperbaiki,” ujar Hendrazid.

Inspeksi itu, sesuai dengan keten-tuan API (American Pretroleum Institute) harus dilakukan secara berkala. Atas dasar itulah, Hendrazid berani mengatakan performa sebuah rig ditentukan bukan dari umurnya. Rig uzur bukan berarti tak bisa kin-clong. “Tergantung perawatan. Kalau rutin diinspeksi dan dirawat, maka performance tetap bisa diandalkan,” ujar Hendrazid yang juga menjabat se-bagai Ketua Dewan Pakar Drilling Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI).

Secara kasatmata bisa dengan mudah diterka rig yang terawat atau yang tidak terawat. Jika cat bopal-bo-pal penuh karat, bisa dipastikan yang punya mengabaikan maintenance, lebih gemar membeli tapi malas merawat. Hendrazid menceritakan pengalamannya saat bekerja di per-usahaan jasa kelas dunia. “Setiap sele-sai bekerja, langsung disemprot dan dicat,” ujarnya. Floor juga selalu meng-kilat sehingga kalau ada ceceran mi-nyak, oli ataupun lumpur dengan mudah bisa terlihat.

Ia yakin, Pertamina bisa mencapai tingkat drilling excelence dengan memenuhi semua panduan yang dii-kuti Pertamina Drilling Way. “Pasti tidak gampang. Tapi kalau tidak di-mulai sekarang kapan lagi,” ujar Hendrazid. Ibarat sebuah perjalanan, Pertamina Drilling Way baru start. Untuk mencapai tujuan jalan yang harus ditempuh masih panjang dan berliku.

ZA

KY

AR

SY

11VOLUME 10 TAHUN I

R IG bopal-bopal dengan cat terkelupas di sana sini? Floor rig belepo-tan lumpur dan cecer-an minyak? Lupakan. Lokasi pengeboran

dan rig pun bisa “wangi”. Tengoklah Rig NUE/ di lokasi BN- Bunyu. “Bersih banget. Ini paling Ok,” ujar salah seorang teman yang sudah ber-keliling di berbagai lokasi pengeboran di Wilayah Kerja PEP.

Pengeboran di Bunyu menjadi pilot project penerapan Pertamina

Drilling Way PDW) di Wilayah Kerja PEP. Komite Drilling menetapkan tiga lokasi. yang mewakili masing-masing anak perusahaan. Selain Bunyu dari PEP, ada Tomori PHE dan dan Lahendong PGE. “Yang lolos passing grade baru Bunyu dan Tomori,” ujar Hendrazid, salah seorang anggota Komite Drilling.

Bunyu mendapat nilai 72,27. Komite Drilling menetapkan angka 60 sebagai batas minimal. Penilaian ini didapat Bunyu pada kesempatan kedua. Pada kesempatan pertama,

RIG WANGI DI BN-34mereka mendapat nilai di bawah batas minimal. Komite Drilling pertama kali turun ke Bunyu pada tangggal 25 – 27 Maret 2014 saat pengeboran Lokasi B-1307 Sumur BN-41. Saat itu. Ketika itu Komite Drilling pulang dengan tidak terlalu puas. Salah satu yang yang jadi catatan adalah akses masuk yang masih belum rapi dan pengelo-laan limbah pengeboran yang masih belum sempurna.

Catatan merah dari Komite Drilling itu tak melunturkan sema-ngat. Sebaliknya, jadi pemacu jajaran tim Drilling KTI, Field Bunyu dan PT. PDSI selaku penyedia jasa rig untuk memperbaikinya. Saat ditanya butuh berapa lama untuk menyempurnakan kekurangan tersebut, mereka hanya minta sebulan.

Benar saja, pada kunjungan kedua, pada 7 Mei, Komisi Drilling disuguhi kondisi berbeda. Dalam kun-jungannya Komite Drilling yang di-

L A P O R A N U T A M A

Pengeboran di Bunyu berhasil melewati passing grade Komite Drilling. Bisa menjadi model pengeboran di seluruh wilayah Pertamina EP dalam menerapkan Pertamina Drilling Way.

Peninjauan Komisi Drilling di lokasi BN-34.

12 TAHUN I VOLUME 10

pimpin oleh D. Priyo Wibowo dan Djohardi Angga Kusumah selaku SVP Upstream Strategi Planning & Operation Evaluation Pertamina (Persero) tiba di lokasi Sumur BN-34 ditemani oleh Field Manager Bunyu Rizal Risnul Wathan dan Drilling Manager Kawasan Timur Indonesia (KTI) Aziz Muslim.

Dalam sambutannya, Djohardi Angga Kusumah sangat antusias de-ngan kondisi lokasi pengeboran Sumur BN-34 yang rapi, bersih dan tertata sehingga dapat memberikan keamanan dan kenyamanan seluruh pekerja yang terlibat dalam penge-boran ini. Dengan kondisi ini, penge-boran sumur migas di Field Bunyu di-harapkan dapat menjadi contoh dan diterapkan pada kegiatan pengeboran lainnya di seluruh Asset wilayah kerja PT. Pertamina EP sesuai kaidah Pertamina Drilling Way.

Bunyu dipilih menjadi pilot pro-ject PDW karena target yang ditetap-kan lapangan ini sangat signifikan. “Janji saya kepada Presdir utk menca-pai 10.000 BOPD pada tahun 2014 ini,” ujar Field Manager Bunyu Rizal Risnul Wathan Dengan tingkat pro-duksi yang sekarang berada di ki-saran 5.500-an BOPD target yang di-canangkan tersebut membutuhkan eff ort luar biasa.

Angka produksi sebesar itu sebe-tulnya pernah dicapai Bunyu pada 1959, tetapi terus menyusut pada dekade-dekade berikutnya sampai pada 1.400-an BOPD. Bahkan sempat menyentuh titik nadir 400 BOPD. Bunyu pun ibarat kerakap di atas batu, hidup segan mati tak mau. Sampai akhirnya pada 2010, pengeboran BN-18 berhasil meningkatkan pro-duksi secara signifi kan.

Di masa-masa awal, dibanding-kan sumur di seantero Pertamina EP, Bunyu tercatat sebagai sumur yang paling banyak menyemburkan minyak sekitar 5.000 BOPD. Dari sumbangan produksi BN-18, Lapangan Bunyu pada Mei 2012 sempat berproduksi sampai 12. 137 BOPD.

Berkaca pada keberhasilan terse-but, bukan hal mustahil jika Bunyu bisa kembali menaikkan produksi sebesar 10.000 BOPD seperti ditar-getkan Presdir. Kenaikan itu tentunya akan membantu Asset 5 secara kese-luruhan yang ditargetkan bisa ber-produksi seebesar 22.600 BOPD untuk mencapai 22.600 BOPD untuk mencapai Produksi Pertamina EP se-cara keseluruhan 128.000 BOPD.

Dengan target yang lumayan besar tersebut, Bunyu mendapat per-hatian khusus dari Direktorat Hulu. Direktur Hulu M. Husen secara khu-sus sempat meminta kontraktor me-nyediakan terbaik seperti yang dipa-kai mengebor di Blok Cepu. Di sana PDSI mengoperasikan rig DS #9 dari jenis skidding rig berkekuatan 1500 HP. Rig yang dibuat selama lima belas bulan di CET Batam ini terbilang pa-

L A P O R A N U T A M A

ZA

KY

AR

SY

13VOLUME 10 TAHUN I

di Blok Cepu tak tersedia. Akhirnya. memakai rig konvensional. Meski be-gitu, rig ini ternyata mampu meme-nuhi passing grade Komite Drilling.

Dari dulu, Bunyu, pulau kecil di sebelah timur laut Tarakan sudah lama mewangi sebagai penghasil migas. Potensi minyak di sana perta-ma kali ditemukan Perusahaan Belanda Battafsche Petroleum Maatchappij (BPM) pada 1896. Eksplorasi mulai dilaksanakan pada 1901 dengan melakukan pengeboran beberapa sumur, kini dikenal dengan sumur B-001 sampai B-016. Para pen-cari migas dari seantero jagat di-datangkan. Salah satunya adalah Wolfgang Leopold, eks plorasionis dari Swiss. Dia lah yang memimpin pen-carian migas. Eksplorasi itu menemu-kan cadang yang besar di Bunyu pada 1923-1924, seperti ditulis buku “Memories from Borneo”, karangan Andreas Isler, dosen di Universitas Zurich.

Sejak penemuan itu, Bunyu jadi pulau internasional. Yang datang ke situ dari berbagai suku bangsa di dunia. Pada periode 1922-1937, BPM mulai memproduksi pada sumur B-107. Saat perang dunie berke-camuk perusahaan berhenti berope-rasi. Tapi bumi Bunyu tetap disedot. Jepang yang sempat menguasai Asia Pasifi k memompanya untuk keprluan perang. Setelah era kemerdekaan, BPM kembali pada 1957. Produksi Bunyu saat itu langsung meroket 10.000 BOPD

Sampai 1961, pengelolaan beralih dari BPM ke Nederlandsche Indische Aardolie Maatschappj bekerja sama dengan Permindo. Pada periode ini-lah, Bunyu memasuki masa keemasan dengan produksi 10.510, terbesar se-panjang sejarah Bunyu. Pada 1993-1994, ladang minyak bumi dioperasi-kan oleh PT Ustraindo, Produksi an-jlok sampai 2.000 BOPD. Pada 1994, Pertamina mengambil alih pengelo-laan lapangan tersebut sampai kini.

ling canggih di Indonesia. Rig yang di-bangun melalui penerapan alih teknologi dengan beberapa perusa-haan internasional seperti Lee C Moore, Lee Tourneau dan NOV ini mampu mengebor hingga kedalaman 6.000 meter.

Keunggulan rig ini tidah usah di-rebahkan (lay down) ataupun dibong-kar (rig down) ketika hendak dipindah ke sumur berikutnya dalam saru area pengeboran. Rig ini dilengkap perang-kat mekanis yang menyebabkan dia bisa bergerak ke depan ke belakang, ke kiri dan ke kanan sehingga bisa berpindah cepat dari satu titik penge-boran ke titik pengeboran lainnya. Dengan kemampuan tersebut me-mungkinkan dilakukan pengeboran dengan teknik batch operation, yaitu mengebor sumur secara bersamaan bagian per bagian.

Misalnya, kalau mau mengebor lebih dari satu sumur, bisa diawali dari top hole section terlebih dahulu, setelah selesai semua kembali ke sumur pertama untuk meneruskan

pengeboran pada intermediate section sampai seterusnya. Semen tara kalau pengeboran konvensional, satu sumur diselesaikan terlebih dahulu s e b e l u m b e r a l i h k e s u m u r berikutnya.

Seperti disebutkan Direktur Utama PDSI, Farid Rudiono, kelebih-an batch operation, tidak perlu pergan-tian lumpur tiap pergantian bagian. Begitupun juga dengan handling tool dan mata bornya tak perlu diganti se-hingga waktu pengeboran lebih cepat. Biaya yang dibutuhkan juga lebih hemat. Dengan rig konvensio nal, untuk merebahkan butuh waktu dua hari dan untuk menaikkan kembali butuh waktu empat hari. Kalau ada enam sumur yang dibor dalam satu areal cluster seperti di Bunyu untuk merubuhkan dan mendirikan rig bisa memakan waktu 36 hari. Masuk akal jika Direktur Hulu ngotot ingin dite-rapkan batch operation untuk penge-boran di cluster Bunyu. Sayang, karena ada mis komunikasi dengan kontrak-tor, rig yang fl eksibel seperti dipakai

Suasana dock house yang bersih di rig N80UE/22

ISTI

ME

WA

14 TAHUN I VOLUME 10

BIAR TAK MOGOK DI Pertamina Drilling Way (DW) merupakan strategi untuk menciptakan pendekatan yang terstandar, best practice untuk drilling execution end-to-end. Memastikan pengeboran sesuai rencana. Terbukti efektif menurunkan NPT (non productive time).

V P H S S E L e l i n Eprianto menga-so siasikan rig de-ngan sebuah mobil. Sebe lum mudik , untuk sampai ke tu-

juan, pemilik akan memasukkan-nya ke bengkel, diperiksa mulai ban sampai tune up mesin. Tanpa peme-riksaan, mobil itu mungkin masih bisa jalan. Tapi bisa saja di Tegal

L A P O R A N U T A M A

ISTI

ME

WA

Rig N80UE/22 di lokasi BN-34 Bunyu.

15VOLUME 10 TAHUN I

bikin lubang” ujar Lelin. Jika ngebornya bermasalah tentunya akan mempenga-ruhi produksi. “Sebelum adanya PDW, data kinerja rig masih belum memuas-kan. NPT (non productive time) agak tinggi,” Lelin menambahkan.

PDW mer upakan strateg i Pertamina untuk menciptakan pen-dekatan yang ter-standar, best prac-tice untuk drilling execution end-to-end . Pe d o m a n prak tis ini akan di-laksanakan di se-mua anak perusa-haan Pertamina yang melakukan aktivitas penge-boran, yakni PEP, PHE dan PGE. PDW merupakan solusi atas perma-salahan drilling yang paling kriti-kal di Pertamina, disusun bersama lebih dari 100 orang dari seluruh Pertamina. Penge-tahuan dan peng-alaman mereka dikompilasi best practice dari dalam dan luar Pertamina.

Pertamina Drilling Way mengatur bagaimana suatu safety behaviour monitoring dilakukan. Salah satunya dengan penerapan safety card practices di lokasi pengeboran. Sedangkan dalam perencanaan dan desain, diatur perencanaan yang baik dimulai dari pemenuhan pre drilling data package yang komprehensif, tata waktu yang cukup untuk membuat drilling prog-ram dan peer review, sehingga drilling program yang dibuat telah memenuhi aspek kaidah teknis dan biaya yang optimum, juga telah memenuhi aspek keselamatan operasional.

Untuk memastikan pelaksanaan

non operasional yang baik sesuai de-ngan rencana perlu adanya dukungan kinerja yang baik dari services compa-ny. Untuk itu, PDW juga mengatur bahwa harus mencakup elemen-ele-men kritikal seperti scope and works dan contract terms yang lebih detail,

vendor selection dan technical eval-uation yang robust, acceptance criteria yang lebih detail dan penggunaan independent in-spector. Selain itu diatur juga hal-hal yang dibutuhkan untuk meningkat-kan kinerja service company seperti penggunaan per-formance evalua-tion form dan SQM sehingga akan di-dapatkan services company yang ber-kinerja baik.

Sedangkan da lam aspek pe-laksanaan non operasional diatur koordinasi antar-fungsi di perusa-haan dalam hal persiapan lokasi,

penggunaan tracking tool untuk me-monitor kesiapan lokasi, material, jasa, dan sebagainya sebelum penge-boran. Dalam pelaksanaan operasi pe-ngeboran dijabarkan juga mengenai detail prosedur penanganan masalah utama dalam pengeboran seperti hi-lang sirkulasi dan pipa terjepit.

Tidak lupa dibahas juga perihal performance monitoring untuk menge-tahui kinerja, permasalahan yang tim-bul selama operasi dan bagaimana solusi yang terbaik yang diperlukan. Monitoring kinerja ini dilakukan se-cara mingguan dan bulanan dengan menggunakan war room dashboard. Monitoring kinerja mencakup para-

JALANsudah mogok, padahal tujuannya ke Surabaya. “Tentunya lebih confi dence mobil dicek dulu daripada di tengah jalan bermasalah,” ujar Lelin.

Perasaan “lebih confi dence” itulah yang ingin dibangun oleh Pertamina Drilling Way, panduan pengeboran untuk seluruh anak perusahaan di bawah Direktorat Hulu. “Pertamina Drilling Way sangat penting karena kunci produksi di Pertamina itu ngebor,

Dengan adanya penerapan PDW,

diharapkan kegiatan

pengeboran terjamin

kualitasnya sehingga kinerja

pengeboran di Pertamina akan

lebih meningkat, sumur terjamin keamanannya

dan sasaran produksi dari pengeboran

tercapai.

16 TAHUN I VOLUME 10

meter HSSE operations, biaya, kinerja sumur (NPT) dan juga kinerja vendor.

Dengan adanya penerapan PDW, diharapkan kegiatan pengeboran ter-jamin kualitasnya sehingga kinerja pengeboran di Pertamina akan lebih meningkat, sumur terjamin ke-amanannya dan sasaran produksi dari pengeboran tercapai.

Untuk mensosialisasikannya ber-bagai workshop terus digelar. Salah satunya pada Selasa (22/4) diadakan di Ceria Room Shangrila Hotel Jakarta, Dalam kesempatan itu, VP Drilling PT Pertamina EP yang saat itu dijabat Bambang Widjanarko menye-butkan Pertamina EP mencoba mene-rapkan PDW sejak Desember 2012. “Sejauh ini beberapa elemen PDW telah diimplementasikan, ada juga yang sedang berjalan, namun ada be-berapa yang belum diimplementasi-kan,” terang Bambang.

Praktis baru Field Bunyu yang menerapkan PDW dengan mencoba memenuhi matrik yang disusun Komite Drilling yang juga bertindak sebagai assesor. Komite yang dibentuk Direktur Hulu untuk mengawal pelak-sanaan PDW ini boleh dibilang saklek, tak ada kompromi. Pada penilaian pertama, Bunyu masih di bawah layak, hanya 54. Salah satunya, jalan akses ke pengeboran diangap masih belum layak.

Tanpa bermaksud membela, Bambang menyebutkan bahwa selama ini, pengeboran selalu dihadapkan de-ngan tuntutan untuk segera produksi, meski infrastruktur belum sepenuh-nya sempurna. “Semuanya sudah siap sementara kondisi jalan belum excel-lent. Saya akan mengambil keputusan, jika dari safety aman, pengeboran jalan,” terang Bambang. Perbaikan, menurut Bambang bisa dilakukan sambil jalan “Anda bisa lihat, hari ini diberi nilai 54 dan kemudian ketika be-soknya jalan diperbaiki maka nilainya langsung melejit di atas 70,” tandas Bambang. Menurut Bambang mung-kin lapangan off shore akan lebih bagus

karena kesalahan kecil saja akan berim-plikasi luar biasa. Untuk mengambil risiko akan sangat hati-hati. “Semen-tara di darat kita masih berpikir punya pilihan lain,” Bambang menambahkan.

Pemahaman yang lebih baik pada PDW menjadi penting apalagi bagi Pertamina EP dalam sisa tahun ini akan ada pekerjaan rumah maha berat yang harus ditunaikan. Salah satunya jumlah pengeboran yang akan lebih ba-nyak dibanding triwulan sebelumnya. “Kesuksesan drilling diperlukan untuk membantu Pertamina EP mencapai

target produksi 2014,” jelas Bambang.Tahun ini Pertamina EP dibebani

target oleh korporat sebesar 128.000 BOPD. PDW memang tak menjamin secara otomatis produksi akan naik. Untuk produksi, masih tergantung kondisi sub surfacenya. Tapi setidaknya dengan PDW, NPT bisa dikurangi. Tak ada lagi pengeboran yang tertunda ka-rena rig “mogok” di tengah jalan. Di Beberapa pengeboran sudah terbukti terbukti NPT bisa turun sehingga ang-garan bisa dihemat.

Menurut Bambang, PDW hadir untuk memastikan pengeboran sesuai dengan rencana. Setiap proses harus dijamin dan berjalan secara bersama-sama. Jika dulu mindsetnya, ngebor dulu masalah belakangan. Dengan PDW, setiap resiko yang mungkin timbul diidentifi kasi.

Setelah PDW diluncurkan pada Desember 2012, menurut Bambang, telah ada perubahan yang dilakukan pada perencanaan pengeboran di ling-kungan Pertamina EP, seperti mema-sukan KPI Vendor, bagaimana memi-lih vendor yang bermitra, menentu-kan batasan legal dalam proses kon-traktual. Ia menyebutkan tak mudah melaksanakan PDW, apalagi di tengah

L A P O R A N U T A M A

Lelin Eprianto.

“Kontraktor yang akan ikut harus

mempunyai riwayat

maintetenance rig. Seperti

mobil harus ada buku service.”

WA

HY

U S

.

17VOLUME 10 TAHUN I

TAK hanya menung gu Pertamina EP juga melaku-kan upaya penyempurnaan kualitas pengeboran untuk

hal-hal yang belum diatur PDW. Salah satunya, membenahi aspek kesehatan pekerja. “Saya heran mengapa para pe-kerja di atas rig cenderung bertambah gemuk,” ujar VP HSSE Lelin Eprianto. Kondisi ini jika dibiarkan tentun-ya akan berpengaruh pada kinerja. Kegemukan cenderung menyebabkan seseorang menjadi malas.

Untuk menjawab pertanyaan terse-but, Fungsi HSSE bekerjasama dengan lembaga independen melakukan survey

terhadap semua pegawai di atas rig. Mereka diamati pola makannya selama 2x24 jam. Hasilnya mencengangkan. “Mereka gemuk karena banyak meng-konsumsi mie instan,” ujar Lelin.

Mereka mengkonsumsi mie instan bukan berarti tak ada makanan di atas rig. Menunya pun beragam dengan tingkat gizi terjaga. Persoalannya kerap saat mereka pulang untuk makan, makanan sudah dingin. Selera pun melayang. Akhirnya mereka teriak minta dibikinkan mie instan versi jumbo plus dua telor. “Ini tidak sehat. Kita akan cari cara untuk memperbai-kinya,” ujarnya.

MENGHINDARI PERUT BUNCIT DI RIG

tuntutan harus menaikkan produksi. “Akhirnya, kita berlindung pada kata darurat,” ujar Bambang

PDW mungkin tidak bisa menghi-langkan sesuatu yang bersifat darurat. PDW hanya bisa meminimalkan risiko. “Yang namanya darurat tetap bisa dikerjakan sebagai darurat tetapi

makin berkurang. Beberapa penge-boran bisa diselesaikan di bawah ang-garan yang sudah ditetapkan. Karena anggarannya bisa hemat, Pertamina EP bisa menambah lagi 10 penge-boran pada 2014 dari rencana semula yang hanya 80 pengeboran.

Modul PDW terus menerus di-sempurnakan. Salah satunya seperti dikatakan Lelin adalah, penyempur-naan tender rig. “Kontraktor yang akan ikut harus mempunyai riwayat maintetenance rig. Seperti mobil harus ada buku service,” ujar Lelin. Tentu tak sembarangan. Maintenance itu harus dilakukan lembaga-lembaga kredibel yang di dunia ini jumlahnya tak banyak.

Yang diakui reputasinya bisa dihi-tung dengan jari. Lelin menyadari pe-nambahan ini akan berimplikasi pada biaya. Untuk inspeksi rig, ongkos yang harus dikeluarkan sekitar 50.000 dol-lar. Tapi jumlah ini tak seberapa jika di-bandingkan dengan sewa yang harus dibayar. Tiap hari sewa rig sekitar 30.000 ribu dollar. Jadi ongkos mainte-nance itu hanya senilai dua hari sewa rig. “Dengan rig yang maintenancenya terjaga, pengeboran akan lebih tepat waktu,” Lelin menambahkan.

Jika ini diberlakukan, vendor-ven-dor tentunya harus bersiap-siap. “Orang Indonesia itu paling bisa mem-beli, tapi malas merawat,” ujar Lelin. Ia lalu megutip istilah dari disiplin HSSE, yakni broken window, untuk menyebut kondisi yang membiarkan sebuah ke-rusakan kecil sehingga memantik ke-rusakan yang lebih besar.

Ia mencontohkan, sebuah kereta api yang kacanya pecah akan meman-cing orang untuk melemparinya jika tidak segera diperbaiki. “Kalau lang-sung diperbaiki, orang jadi segan,” ujarnya. Begitu juga dengan rig yang tak akan bopal dan berkarat jika se-tiap yang terkelupas langsung dicat ulang. Setiap cuku cadang yang ber-masalah langsung diganti biar perfor-ma tetap kinclong, meski sudah ber-umur.

kalau semua bersifat emergency ber-arti ada yang salah.

Bambang menilai penerapan PDW sebagai sebuah proses. Kondisi tak serta merta ideal. Meski begitu, dengan terus digencarkannya PDW, Fungsi pengeboran sudah mulai aware. Terbukti dengan NPT yang se-

TATA

N A

GU

S R

ST

18 TAHUN I VOLUME 10

P ANAS sekali ya hari ini!” Sering sekali kita mendengar pernyataan tersebut terlon-tar dari orang-orang di sekitar kita atau-pun daridiri kita sendiri. Tidak salah, da-ta-data yang ada memang menunjukkan planet bumi terus mengalami peningkatan

suhu yang mengkhawatirkan dari tahun ke tahun. Selain makin panasnya cuaca, kita tentu juga menyadar imakin banyaknya bencana alam dan fenomena-fenomena alam yang cenderung semakin tidak terkendali belakangan ini, mulai dari banjir, putting beliung, semburan gas, hingga curah hujan yang tidak menentu dari tahun ke tahun. Semua ini adalah tanda-tanda alam yang menunjukkan bahwa planet bumi sedang mengalami proses kerusakan yang menuju pada kehancuran. Hal ini terkait langsung dengan isu global yang belakangan ini marak dibicarakan oleh masyarakatdunia yaitu Global Warming (Pemanasan Global). Apakahpemanasan global itu? Secarasingkat pe-manasan global adalah peningkatan suhu rata-rata per-mukaan bumi. Pertanyaannya adalah mengapa suhu per-mukaan bumi bisameningkat?

Apa Penyebab Pemanasan Global ?Penelitian yang telah dilakukan para ahli selama be-

berapa dekade terakhir ini menunjukkan bahwa ternyata makin panasnya planet bumi terkait langsung dengan gas-gas rumahkaca yang dihasilkan oleh aktifi tas manusia. Khusus untuk mengawasi sebab dan dampak yang dihasilkan oleh pema-nasan global, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) membentuk sebuah ke-lompok peneliti yang disebut dengan International Panel on Climate Change (IPCC).

Setiap beberapa tahunsekali, ribuan ahli dan peneliti-peneliti terbaikdunia yang tergabungdalam IPCC menga-dakan pertemuan untuk mendiskusikan penemuan-pen-emuan terbaru yang berhubungan dengan pemanasan global, dan membuat kesimpulan dari laporan dan pene-muan- penemuan baru yang berhasil dikumpulkan, ke-mudian membuat persetujuan untuk solusi dari masalah tersebut. Salah satu hal pertama yang mereka temukan bahwa beberapa jenis gas rumah kaca bertanggungjawab langsung terhadap pemanasan yang kita alami, dan ma-nusialah contributor terbesar dari terciptanya gas-gas rumah kaca tersebut. Kebanyakan dari gas rumah kaca ini dihasilkan oleh peternakan, pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor, pabrik-pabrik modern, peternakan, serta pembangkit tenaga listrik.

Apa Penyebab Utama Pemanasan Global ?DalamlaporanPBB (FAO) yang berjudul Livestock’s

Long Shadow: Enviromental Issues and Options (dirilisbulan November 2006), PBB mencatat bahwa industri peternakan adalah penghasil emisi gas rumah kaca terbesar (18%), jumlah ini lebih banyak dari ga-

bungan emisi gas rumah kaca seluruh transportasi di se-luruh dunia (13%). Emisi gas rumah kaca industri peter-nakan meliputi 9% karbon dioksida (CO2), 37% gas metana (CH4 dengan efek pemanasan 72 kali lebih kuat dari CO2), 65% nitrogen oksida (NO efek pemanasan 296 kali lebih kuat dariCO2), serta 64% amonia (NH3) penye-bab hujan asam.

Peternakan menyita 30% dari seluruh permukaan tanah kering di bumi dan 33% dari area tanah yang subur dijadikan ladang untuk menanam pakan ternak, peternakan juga penyebab dari 80% penggundulan hutan Amazon.

MENCEGAH BUMI MAKIN PANAS

H S S E

19VOLUME 10 TAHUN I

Apaitu Gas Rumah Kaca?At mosfer bumi terdiri dari bermacam-macam gas

denganfungsi yang berbeda-beda. Kelompok gas yang menjaga suhu permukaan bumi agar tetap hangat dikenal dengan istilah “gas rumah kaca”. Disebut gas rumah kaca karena sistem kerja gas-gas tersebut di atmosfer bumi mirip dengan cara kerja rumah kaca yang berfungsi me-nahan panas matahari di dalamnya agar suhu di dalam rumah kaca tetap hangat, dengan begitu tanaman di dalamnya pun akan dapat tumbuh dengan baik karena memiliki panas matahari yang cukup.

Planet kita pada dasarnya membutuhkan gas-gas terse-but untuk menjaga kehidupan di dalamnya. Tanpa ke-beradaan gas rumah kaca, bumi akan menjadi terlalu dingin untuk ditinggali karena tidak adanya lapisan yang mengiso-lasi panasmatahari. Sebagai perbandingan, planet mars yang memiliki lapisan atmosfer tipis dan tidak memiliki efek rumah kaca memiliki temperatur rata-rata -32°Celcius.

Kontributor terbesar pemanasan global saat ini ada-lah Karbondioksida (CO2), metana (CH4) yang dihasilkan agrikultur dan peternakan (terutama dari sistem pencer-naan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari pupuk, dan gas-gas yang digunakan untuk kulkas dan pendingin ruangan (CFC). Rusaknya hutan-hutan yang seharusnya berfungsi sebagai penyimpanCO2 juga makin memperparah keadaan ini karena pohon-pohon yang mati akan melepaskan CO2 yang tersimpan di dalam ja-ringannya ke atmosfer. Setiap gas rumah kaca memiliki efek pemanasan global yang berbeda-beda, beberapa gas menghasilkan efek pemanasan lebih parah dari CO2. Sebagai contoh, sebuah molekul metana menghasilkan efek pemanasan 23 kali dari molekul CO2, molekul NO bahkan menghasilkan efek pemanasan sampai 300 kali dari molekul CO2. Gas-gas lain seperti chlorofl uorocar-bons (CFC) ada yang menghasilkan efek pemanasan hingga ribuan kali dari CO2 tetapi untungnya pemakaian CFC telah dilarang di banyak negara karena CFC telah lama diketahui sebagai penyebab rusaknya lapisan ozon.

Bagaimana Cara Mengatasi Pemanasan Global?Masalah global ini tidak akan dapatdiselesaikan jika

hanya terus berharap pada pemerintah. Masyarakat harus berperan serta untuk mengurangi sekaligus memperlam-bat terjadinya pemanasan global. Ada banyak cara yang dapat kita lakukan untuk mengurangi dampak pema-nasan global, seperti :1. HematPemakaianListrik Beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menghe-

mat pemakaian listrik seperti: mematikan lampu dan listrik ketika sedang tidak digunakan, menggunakan lampu hemat energi, matikan pemanas nasi selama be-berapa jam untuk mengurangi penggunaan listrik, ja-ngan sering memasukkan makanan panas langsung ke-

dalam lemari es, serta jangan sering-sering membuka pintu lemari es terlalu lama.

2. Hemat Pemakaian Air Matikan kran air jika tidak digunakan, pakailah air

secukupnya.3. Reduce (Mengurangi/Menghemat) Belilah barang-barang mebel atau peralatandapur yang

benar-benar dibutuhkan, kurangi makanan cepat saji, kurangi penggunaan pestisida, hindari membeli produk dari hewan/tumbuhan langka, kurangi pro-duksi limbah rumah tangga, dll.

4. Reuse (Menggunakan Kembali) Gunakan kembali kantong plastik untuk membawa be-

lanjaan, membawa tas kertas sendiri dari rumah saat berbelanja, belilah produk-produk yang bisa diisi ulang, gunakan koran atau kertas bekas untuk membungkus barang, dll.

5. Recycle (Mendaur Ulang) Mulailah gunakan bahan yang cukup ramah bagi ling-

kungan, gunakan botol-botol bekas untuk keperluan lain, misaljadi vas bunga, kreasikan barang bekas men-jadi barang yang memiliki nilai jual, pisahkan sampah organik dan anorganik, buatlah pupuk kompos dari limbah dapur dan daun/ranting pohon yang berterba-ran di sekitar rumah, dll.

6. Usahakan lakukan penghijauan/reboisasi Salah satu cara termudah adalah dengan menanam

pohon pelindung di sekitar rumah atau membuat taman di sekitar rumah agar rumah jadi tampak hijau.

7. Kurangi menggunakan kendaraan pribadi Jika memungkinkan untuk naik angkutan umum, lebih

baik mulai dibiasakan untuk melakukannya. Selain menghemat bahan bakar, juga dapat mengurangi jum-lah polusi udara yang dihasilkan dari kendaraan bermo-tor yang telah menyebabkan semakin seringnya terjadi hujan asam yang merusak lingkungan.

8. Membangun rumah dengan fentilasi yang cukup Rumah merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manu-

sia, dengan rumah kita bisa hidup dengan tenang dan damai. Saat membangun rumah harap perhatikan venti-lasi dan tata cahaya yang tepat. Saat siang hari pula de-sainlah rumah anda agar bisa terang tanpa harus meng-hidupkan lampu dan desain pula agar sejuk tanpa harus menghidupkan AC atau kipas angin.

Masih banyak cara lain yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengurangi dampak pemanasan global yang terus mengancam kehidupan makhluk hidup di dunia ini. Setiap hal kecil yang dilakukan untuk mengatasi pemanasan global tentunya akan semakin membuat hidup dan kehi-dupan anak cucu kita di masa mendatang menjadi lebih baik dan tidak terpuruk karena ulah yang kita lakukan di masa lampau. Mari kita atasi pemanasan global bersama-sama!

20 TAHUN I VOLUME 10

Demi kamera, Yulianus Firmansyah Ladung meninggalkan pekerjaannya di Microsoft. Dari hanya sekadar hobi, omzetnya kini ratusan juta bahkan lebih. Mengasah nurani dengan street photography (fotografi jalanan). Menempatkan pertemanan di atas segalanya.

TERTAWAN MATA LENSA

I N S P I R A S I

ada yang kurang,” ujarnya. Bukan urus-an penghasilan. Di Microsoft, pria tinggi besar ini sudah menduduki po-sisi penting. Gaji sebagai seorang manajer lebih dari cukup untuk mem-biayai hidupnya. “Apalagi saya masih belum berkeluarga,” ujar pria yang akrab dipanggil Ladung tersebut.

Bukan juga karena bosan dengan rutinitas, Perusahan sudah memba-ngun sistem agar karyawan tidak ter-perangkap dengan kebosanan. Misalnya, pindah pada bagian lain. Jam kerja pun dibikin fl eksibel. Jika karyawan perusahaan lain tiap pagi sudah bersungut-sungut karena harus berjibaku dengan kemacetan, karya-wan Microsofoft bisa mengatur jam kerja. Secara resmi, perusahaan me-ngeluarkan kebijakan Office Out-of-Offi ce atau Offi ce OOF.

Karyawan didorong untuk tidak hadir di kantor untuk bekerja namun tetap aktif mengerjakan pekerjaan se-perti biasanya dari berbagi lokasi yang tersebar di seluruh Jakarta. Dengan memanfaatkan perangkat lunak kola-borasi dan platform produktivitas besu-tan Microsoft, semua staf Microsoft Indonesia tetap dapat saling terhu-bung dan bekerja dari tempat lain se-perti kafe, kantor klien, pameran bah-kan di dalam kendaraan.

Jadi apa yang masih kurang? Ladung terdiam sejenak. “Passion saya sudah sejak lama tidak di situ lagi, tapi ada di bidang lain,” ujar Ladung dalam

WA

HY

U S

.

S IAPA tak kenal Microsoft yang didirikan inovator dan penderma sejati, Bill Gates yang mewangi ke seantero jagat? Tak seka-dar nama perusahaan, dia

adalah simbol era modern yang me-nyatukan dunia menjadi tanpa batas. Sejak awal berdiri perusahaan ini me-nempatkan kreativitas sebagai energi utama untuk melaju. Microsoft tak pernah menggunakan hal-hal formal, seperti absensi karyawan untuk men-dapatkan hasil maksimal. Karyawan bebas untuk bekerja darimana saja, Masuk kantor bercelana pendek pun OK saja selama hasilnya ada.

Tak aneh jika Microsoft termasuk 13 perusahaan yang terus masuk dalam daftar 100 perusahaan terbaik untuk bekerja versi majalah Fortune sejak indeks tersebut diluncurkan 1998. Bahkan, Microsoft juga didapuk jadi nomor satu dalam hal ‘Great Place to Work Institute’s World’s Best Multinational Workspace List’. Sarjana-sarjana Teknologi Informasi merasa ada yang kurang jika CV-nya belum mencantumkan pernah bekerja di Microsoft.

Toh semua kenyamanan dan ke-mewahan identitas itu tak berlaku bagi Yulianus Firmansyah Ladung. “Setiap bangun dari tidur saya selalu merasa

Ladung sedang memotret di salah satu lapangan migas milik Pertamina EP.

21VOLUME 10 TAHUN I

kan ingatan dengan tempat bekerja.” Kita sepertinya pernah ketemu di rig .. di lokasi perusahaan..,” begitu selalu.

Pada awal-awal, pengalaman be-kerja diatas rig, diayun-ayun ombak memuaskannya, menjejakan kaki di-tempat-tempat yang belum pernah di-kunjunginya. Ladung seolah mene-mukan dunia yang diimpikannya sejak kecil. Masa kecil Ladung banyak dihabiskan di ladang-ladang minyak sesuai dengan penugasan ayahnya yang bekerja di Pertamina. Setiap kali menatap rig yang menjulang ke ang-kasa, Ladung kecil berdecak kagum.

Toh lama kelamaan, hidup di atas rig yang semuanya serba “prosedural” itu membosankannya. Lelaki kela-hiran Balikpapan, 9 Januari 1977 itu merasa pekerjaan sudah merampok hal yang paling esensial dari hidup-nya, yakni kehidupan sosial dimana Ladung lebih banyak menghabiskan waktu di lokasi pengeboran daripada berkumpul bersama dengan keluarga atau kawan. “Dalam satu tahun, pa-ling satu bulan saya berada di rumah,” Ladung menegaskan.

Ia pun kemudian memutuskan untuk berhenti saat itu. Banyak yang kaget dengan keputusannya. Maklum, dunia migas dengan segala keglam-ourannya dipersepsikan sebagai dunia yang bergelimang kemewahan. Bekerja di perusahaan migas adalah impian dan harapan banyak orang. Yang keluar dari situ dianggap sebagai orang aneh.

Meski banyak yang menyarankan untuk membatalkan keputusannya, Ladung tak beringsut. Dia pun kemu-dian berkelana di beberapa perusahaan IT, misalnya. Bahkan sempat juga men-cicipi bekerja di Perbankan. Comfort zone-nya didapat saat bekerja di Micro-soft yang akhirnya ditinggalkannya.

Banyak yang bertanya, dia akan hidup dengan dengan apa setelah ber-henti? Apakah bidang baru yang di-jalaninya bisa menggantikan pengha-silan sebelumnya. “Banyak yang bi-lang saya gila ketika menyebutkan akan melanjutkan hidup dengan ka-mera,” kata Ladung. Untuk sekadar hidup mungkin bisa, tapi memberi-kan penghasilan layak seperti yang diterimanya sebelumnya, banyak yang sangsi. Dalam benak kebanyakan orang, fotografi adalah hobi, bukan ladang mencari penghidupan.

Ladung terus melangkah dengan keputusannya. Bekerja dengan passion-nya. “Rezeki itu sudah ada yang meng-atur,” begitu dia selalu membisiki diri-nya agar terus berjalan, meski onak duri menghadang. Ladung tahu persis keputusan itu membutuhkan kerja keras. “Banyak orang yang bisa moto. Saya harus cari cara agar saya berbeda,” ujar Ladung. Ia pun akhirnya mengi-barkan bendera Ideam Aeternam Photography yang mengkhususkan pada fotografi industri dan korporat. Pilihan yang jeli.Di Indonesia belum banyak yang menekuni fotografi indus-

sebuah perbincangan santai dengan ENERGIA di sebuah kedai kopi di ka-wasan Sudirman. Darah Dayak yang mengucur di tubuhnya menuntunnya untuk mengikuti kata hatinya tanpa harus dicari rasionalisasinya. Ladung yang dilekatkan di belakang namanya adalah identitasnya sebagai seorang putra dari suku Dayak Bahau Busang yang ada di Kalimantan Timur, terse-bar sepanjang hulu dan anak sungai Mahakam) dan Kalimantan Tengah.

Banyak yang tak paham saat di penghujung 2013 Ladung mengirim-kan surat pengunduran diri dari per-usahaan yang banyak diimpikan orang tersebut. “Ini kedua kalinya saya me-ninggalkan wilayah comfort zone,” Ladung menegaskan. Yang pertama di-lakukannya saat mengundurkan diri sebagai karyawan salah satu kontrak-tor migas multi nasional, Weatherford. Dia bekerja di perusahaan itu setelah menamatkan pendidikannya di Sekolah Tinggi Informatika dan Komputer Indonesia Malang, Jawa Timur. “Saya merasa asosial,” ujarnya.

Hidupnya banyak di atas rig, baik off shore maupun on shore. Dia menje-lajah, tak hanya seluruh WK permi-nyakan di Indonesia, tapi juga di belah-an dunia lain. Hidup dijalankan nyaris serba mekanis, termasuk dengan per-gaulan sehari-hari. “Saya hapal wajah, tak pernah hapal nama,” ujarnya. Sering kalau bertemu, dia menyapa bukan dengan namanya tapi berdasar-

FOTO

-FO

TO:

ISTI

ME

WA

Ladung (tengah) dan jepretan saat hunting street photography.

22 TAHUN I VOLUME 10

tri. Jumlahnya masih bisa dihitung de-ngan jari. Selain kompetensi teknis, fotografi industri mensyaratkan pema-haman terhadap industri. Misalnya, untuk industrii migas, ada pengeta-huan dasar yang harus dimiliki foto-grafer terutama yang menyangkut safety. Misalnya objek apa yang di-izinkan memakai flash, jenis kamera seperti apa yang dapat dipergunakan apabila akan mengambil gambar diatas rig-floor, dll. Di sinilah Ladung yang sempat bekerja di migas mempunyai nilai plus. “Emosi pekerja di rig pun harus jadi perhatian,” ujarnya.

Banyak yang mengganggap men-jadi seorang fotografer itu hanya cukup paham mengenai fotografi itu sendiri, padahal misalnya ketika memutuskan untuk menjadi seorang fotografer in-dustrial, pemahaman mengenai indus-try yang digeluti juga wajib dimiliki. Oleh sebab itulah, Ladung tetap mem-pertahankan komunikasi dan jaringan

I N S P I R A S I

sosialnya dalam wadah organisasi se-perti SPE (Society of Petroleum Engine-er), IPA (Indonesia Petroleum Associ-ation), atau organisasi seperti AOP (Asso ciation Of Photographer, UK).

Ladung saklek dengan pilihannya untuk berada di garis fotografi indus-tri. Di luar itu, misalnya untuk wed-ding dibayar berapapun dia tidak akan mengerjakannya. “Kalaupun motret wedding karena diminta bantuan oleh teman. Dan itu gratis,” ujar Ladung yang menempatkan pertemanan di atas segala-galanya ( lihat box: Jangan makan periuk nasi orang).

Pilihan hidup dengan kamera tak serta merta. Ladung menjepret sejak usia remaja, Dia tak pernah berhenti. Kamera seolah menjadi pasangan se-tianya, Ke mana pun pergi, selalu dia bawa. “Saya gak pernah belajar formal ataupun kursus. Saya otodidak.” ujar Ladung. Saat masih sebagai “orang ga-jian”, dia suka menyempatkan menger-

jakan orderan foto. Honornya tak se-berapa. Ladung ingat honor pertama dari memotret diterimanya pada 2006 sebesar Rp 1,5 juta. Saat itu, dia dimin-ta sebuah warung martabak kubang milik salah seorang kawannya di Balikpapan.

KIni honornya sudah berlipat-lipat. Kliennya juga perusahaan-per-usahaan berkelas, Sebut saja, misalnya, Citibank, Coca-Cola, FIFA, Liebherr, Mandala Airlines, Microsoft, biro iklan Ogilvy Today & Mather, Sumberdaya Sewatama, Yahoo!, bahkan Pertamina juga. Yang terakhir adalah project video clip Coca-Cola Song untuk Piala Dunia 2014 Brazil yang akan ditayangkan di Myanmar dan Brazil.

Seorang teman yang juga foto-grafer menyebutkan Ladung sebagai fotografer miliarder. Omzetnya per tahun miliaran. Betulkah? Ladung ha-nya tertawa. “Yang pasti orang-orang yang dulu menyebut saya gila waktu

ISTI

ME

WA

Hasil jepretan Ladung yang mengkhususkan pada fotografi industri dan korporat.

23VOLUME 10 TAHUN I

MEMORINYA berputar ke kejadian setahun lalu, tepatnya pada April . Telepon genggam-

nya berdering. Khabar duka datang: ayahnya di Kalimantan meninggal dunia. “Besoknya saya harus motret salah satu maskapai penerbangan,” ujarnya. Dia tak bisa membatalkan ka-rena pemotretan di bandara butuh waktu, perlu izin khusus tak bisa sem-barangan. Padahal kliennya butuh cepat, skedulnya ketat. Di sisi lain, ia juga tak mungkin kalau tidak pulang, melihat ayahnya terakhir kali. “Malam-malam saya meminta teman menggan-tikan,” ujar Ladung. Si teman tanpa bertanya ini itu, langsung mengiyakan. Semua itu bisa terjadi karena “perte-manan” yang tak melulu mengukur se-suatu dengan materi.

Ladung senantiasa menjaga per-kawanan, baik dengan yang baru mau-pun yang sudah lama dikenalnya. Ia

sadar di atas langit masih ada langit. Kaki tak selalu bisa berdiri tegak. Suatu saat mungkin tersungkur dan membu-tuhkan bantuan orang lain. “Jangan pernah makan periuk nasi orang” ujar Ladung saat ditanya kiatnya menjaga perkawanan. Dalam sebuah pitching, meski sudah dinyatakan sebagai pemenang, dia sering menyerahkannya pada yang lain kalau dianggapnya se-dang membutuhkan

Bagi Ladung, uang bukan segala-galanya, Ia tahu persis, pada satu titik uang bisa menjebaknya menjadi rakus. Untuk itulah sejak awal ia melatih diri-nya untuk berani menolak pekerjaan jika dianggap yang dilakukannya sudah cukup. “Dalam setahun paling banyak saya hanya menerima lima order s/d maksimum 10,” ujarnya. Sisa waktunya, digunakan untuk melakukan street street photography atau fotografi jalanan. Dia berburu objek, kebanyakan kaum marjinal di sudut-sudut ibukota. “Biar

nurani saya tetap menyala,” ujar LadungToh, godaan kerap datang. Pernah

hasil berburunya ditawar orang hampir seratus juta untuk sebuah foto yang sa-ngat humanis. Di gambar, Seorang ibu dengan mengendong anaknya berdiri mematung di jalur bus way, di depannya antreaan mobil berpuluh meter. Sebuah realitas kehidupan di ibukota. Tawaran itu ditampiknya. “Ini wilayah yang ber-beda. Saya mencari duitnya biar di foto-grafi industri saja,” ujar Ladung.

Ia masih tak puas dengan semua pencapaiannya. Ladung masih ingin terus berlari dan merenda mimpi. “Saya ingin menulis buku, bisa pameran foto sendiri. Khususnya fotografi mengenai industri migas di Indonesia berikut de-ngan kehidupan sosial, keragaman bu-daya, potensi pariwisata dan ekonomi kreatif yang terdapat disekitar daerah operasi migas,” ujarnya. Dengan buku, jejaknya akan tercatat, tak hilang ka-rena terbatasnya ingatan.

JANGAN MAKAN PERIUK NASI ORANG

keluar dari Microsoft salah,” ujarnya. Ladung mengaku setiap tahun paling banyak hanya menerima maksimum sepuluh pesanan pekerjaan fotografi . Jadi silakan hitung, berapa tarif Ladung sekali motret.

Sama dengan pelaku bisnis yang

lain, Ladung sangat serius dengan bis-nisnya. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, setiap kali pemotretan Ladung selalu menyertakan sejumlah kru plus peralatan terbaru. Tergantung dari jenis penugasan. Tidak jarang tim yang terlibat dalam pekerjaan yang

Ladung tangani terdiri dari minimal 6 sam pai dengan 10 orang yang terdiri dari antara lain seorang atau beberapa orang produser, lighting engineer, light-ing assistant, production assistant, sec-ond shooter. Lantas untuk pekerjaan yang membutuhkan keterlibatan mo-del, ma ka Ladung menyerahkan hal-hal yang terkait soal penampilan kepa-da fashion-stylist/pengarah gaya, make-up artist, hair-stylist, yang bertugas mengurusi pakaian, rambut, dan, gaya. Setelah foto dihasilkan, dan bila diang-gap perlu maka akan dilibatkan pula seorang atau bahkan beberapa orang digital artist, yang bertugas melakukan post-production editing terhadap foto sesuai kebutuhan.

“Dengan kompetensi kru seperti itu, foto yang dihasilkan dapat maksi-mal dan sesuai dengan kebutuhan dan kehendak pelanggan. Serta segala per-tanyaan yang berasal dari pelanggan terkait harga dapat terjawab dengan sendirinya,” kata Ladung.

ISTI

ME

WA

24 TAHUN I VOLUME 10

ENERGIHARUS JADITOP OF BUSINESS

Abadi PoernomoKETUA ASOSIASI PANAS BUMI INDONESIA

TATA

N A

GU

S R

ST

W A W A N C A R A

25VOLUME 10 TAHUN I

D ENGAN nada lirih, seperti sedang ber-bisik pada dirinya sendiri, pria yang berusia hampir genap tahun ini

mengingatkan tentang kuasa rakyat. “Saya dipilih rakyat. Kalau tak ber-buat apa-apa sama denga meng-khianati mereka,” ujarnya. Kalimat itu terus dirapalnya dalam berbagai kesempatan, dijadikan penyema-ngat untuk bisa berbuat sesuatu.

Karena tanggung jawab itulah, dia tak mau leha-leha, tak pernah absen se-tiap rapat dan senantiasa memberikan masukan yang konstruktif. Tensi kesi-bukannya pun berlipat. “Setelah pen-siun, saya malah lebih sibuk,” ujarnya.

Pria itu adalah Abadi Poernomo, mantan Presiden Direktur Pertamina Geothermal Energy.

Sejak muda, pria kelahiran Malang ini memang meletakkan tang-gung jawab pada kasta teratas. Dia melecut dirinya dengan menekuni olahraga ekstrem terjun payung. Dia baru berhenti setelah kakinya patah dalam sebuah insiden penerjunan.

Abadi bersama dengan istrinya pada masanya sempat tercatat seba-gai salah satu penerjun andalan Aves, klub terjun payung asal Bandung yang banyak menelorkan atlet nasio-nal. Setelah gulung parasut, Abadi menekuni olahraga ekstrem yang lain: menembak. Seperti juga terjun pa-yung, olahraga ini menuntut konsen-trasi dan kedisplinan tingkat tinggi.

Jika sekarang bicara tentang pentingnya suara rakyat, bukan ka-rena baru terplih sebagai anggota legislatif. Abadi tak begitu tertarik dengan politik yang disebutnya seba-gai dunia yang butuh bakat khusus. “Sebagai anggota DEN (Dewan Energi Nasio nal), saya dipilih DPR yang me-rupakan wakil rakyat,” ujar Abadi. Bersama delapan tokoh lainnya, Abadi dipilih menjadi anggota lem-baga yang bertangung jawab menga-wal ketersediaan energi di Indonesia, kini dan masa yang akan datang.

Kenapa Anda tertarik masuk DEN ?

Kondisi energi kita sudah lampu kuning. Produksi minyak yang sam-pai sekarang masih menjadi sumber utama energi produksinya terus me-nyusut sampai 800 ribu-an sementara konsumsi naik terus. Saya merasakan ada yang masih belum pas dengan pengelolaan energi yang cenderung parsial karena ego sektoral yang besar. DEN, sesuai dengan amanat UU bisa menjembatani seluruh fungsi dalam mengatasi kondisi kritis. Ini menjadi tantangan buat saya untuk memberikan masukan-masukan posi-tif kepada pemerintah. Tak sekedar kritik, juga memberikan solusinya

Biar kondisi energi yang sudah lampu kuning tidak menjadi lampu merah, apa yang harus dilakukan?

Sekarang ini energi masih diletak-kan di level bawah. Padahal seharus-nya diletakkan sebagai top of business. Paradigma berpikirnya harus energi,

energi, dan energi. Sekarang ini ba-nyak kebijakan yang tidak match. Misalnnya, kebijakan low cost green car. Dari persepsi perindustrian menam-bah lapangan kerja, tapi tidak dihitung dampaknya pada energi. Sudah diberi intensif pajak, tetap makan BBM subsidi. Sekarang Pertamina diminta menggantikan mulut selang. Kenapa tidak dipikirkan dari awal. Lagipula, jika betul green car tidak mungkin low cost karena ini menyangkut teknologi.

Subsidi adalah persoalan laten yang tak pernah selesai. Tiap tahun angkanya terus mem-bengkak. Solusi apa yang Anda tawarkan?

Subsidi harus dikurangi bertahap. Dari yang 300 triliun yang dibayarkan untuk subsidi, sebagian besar, mi-salnya 200 triliun dialihkan untuk membangunan infrastrtktur, misalnya mass rapid transportation. Rakyat pasti happy, semua lapisan bisa me-nikmati. Sekarang subsidi BBM hanya dinikmati golongan tertentu.

Biar tidak ribut setiap tahun, yang harus dilakukan pemerintah adalah mematok subsidi, berapa subsidi yang diberikan tiap liter. Kalau sudah dipatok tinggal diatur volumenya berapa. Dengan harga yang dipatok, tidak akan terpenga-ruh harga minyak. Angkanya akan tetap seperti direncanakan semula

Banyak yang beranggapan DEN itu seperti macan ompong ?

Sifat pengawasan DEN tidak se-perti DPR, Kita hanya memberikan rekomendasi. Jika ada kebijakan Energi yang salah, kita tunjukkan, berikut dengan usulan perbaikan-nya. Tapi harus kita akui bahwa itu memang belum optimal dilakukan. Saya dan teman-teman mencoba membangun suasana baru. Kita coba benahi apa yang masih kurang, baik di dalam maupun yang diluar .

Apa yang krusial yang harus dibenahi?

Keanggotaan DEN itu terbagi menjadi AUP yang terdiri atas tujuh

“Kondisi energi kita sudah lampu kuning. Produksi minyak yang sampai sekarang masih menjadi sumber utama energi produksinya terus menyusut sampai 800 ribu-an sementara konsumsi naik terus. Saya merasakan ada yang masih belum pas dengan pengelolaan energi yang cenderung parsial karena ego sektoral yang besar.” Abadi Poernomo

26 TAHUN I VOLUME 10

menteri, dan AUPK yang dipilih DPR. AUP ini karena kesibukannya dalam rapat kerap hanya diwakili eselon I, Tapi arena bukan AUP, me-reka tak bisa membuat keputusan. Karena kesebukan kita bisa mema-hami jika para eseon I tak langsung melaporkan dinamika yang terjadi di DEN sehingga keputusan tak cepat dieksekusi. Agar lebih efektif tentunya harus dipikirkan meka-nisme yang paling baik seperti apa.

***

DARI Pertamina, Abadi sebenar-nya sudah pensiun empat tahun lalu. Abadi mulai masuk pada 1983, sete-lah selama lima tahun mengabdikan dirinya sebagai PNS di Kementrian Perindustrian, yang saat itu masih bernama Departemen Perindustrian.

Bekerja di Departemen Perindus-trian sebetulnya sesuai dengan latar belakang pendidikannya di Jurusan Teknik Matalurgi, ITB, Abadi bekerja di Balai Besar Metal dan Logam. Dia pindah ke Pertamina yang diang-gapnya menjanjikan masa depan lebih baik. “Saat itu yang membu-tuhkan tenaga metalurgis adalah Pertamina Geothermal, ” ujar Abadi.

Pertamina betul-betul menyiap-kan dirinya untuk menjadi seorang geothermalis. Untuk meningkatkan kemampuannya, dia disekolahkan di Auckland, Selandia baru, khusus untuk mendalami panas bumi. Di Dunia ini, tak banyak Perguruan Tinggi yang khusus menawarkan studi panas bumi, Hanya ada di dua tempat. Selain di Auckland juga di Eslandia. Kedua negara tersebut, terutama Eslandia memang paling terdepan dalam memanfaatkan Panas Bumi.

Dengan ditunjang pendidikan plus pengalaman panjang di la-pangan, Abadi sangat paham sisik melik panas bumi. Dia bisa mengu-raikan dengan sangat detail problem-probloem yang dihadapi dalam pengembangan energi Panas Bumi di tanah air. Dengan jejak panjang

Itu, para pemangku kepentingan panas bumi mempercayainya untuk menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Panas Bumi Indonesia

Sesuai Dengan Kebijakan Energi Nasional (KEN) pada 2025 Panas Bumi harus terbangun sekitar 9. 500 MW. Menurut Anda, apakah target ini bisa dipenuhi ?

KEN itu sudah disetujui DPR sehingga harus dilaksanakan. Kita lihat target tinggal 11 tahun lagi. Kita akan bongkar lagi, dalam pengertian kenapa dulu teman-teman menar-getkan angka-angka tersebut pasti ada rasionalisasi, disertai langkah-langkah bagaimana mencapainya. Khusus panas bumi, saya pesimistis

akan tercapai, Tapi saya apresiasi yang sudah dikerjakan teman-teman anggota DEN periode sebelumnya, Visi itu harus setinggi langit.

Menurut Anda, dengan segala problema yang diha-dapi Panas Bumi, berapa yang bisa dibangun pada 2025?

Yang realistis, menurut saya seki-tar 6.500 sampai 7.000 MW. Sekarang ini banyak yang salah kaprah soal panas bumi. Orang selalu menyebut-nyebut angka 28 ribu MW panas bumi yang bisa dihasilkan di Indonesia. Padahal itu baru angka potensi, belum cadangan. Saya kira yang sudah bisa disebut cadangan sekitar 16.000. Itupun tak semua dikembangkan. Silakan tanya ke ahli-ahli panas bumi

Indonesia. Jangan tanya ke bule. Kalau mereka pasti akan jawab sesuai teori ini-itu yang bisa dikembangkan ya 28 ribu MW. Padahal, kita orang la-pangan punya hitungan yang berbeda.

Banyak orang beranggap-an pengembangan panas bumi di Indonesia tertinggal dari ne-gara lain, termasuk Filipina?

Sama dengan Malaysia, Filipina itu belajar ngebor dari Indonesia (baca Pertamina –red). Kalau di sana perkembangannya lebih cepat ka-rena disana tak ada alternatif sumber energi lain. Mau tak mau mereka harus fokus pada pengembangan panas bumi. Sementara kita masih punya minyak, gas, batubara dan yang lainnya. Jadi di kita mungkin ada yang masih berpikir pakai aja yang sudah jelas daripada mengembangkan sum-ber energi baru. Tapi paradigma ini harus diubah. Harus terus menerus dibangun kesadaran bahwa kita sudah tak kaya minyak lagi. Kasihan anak cucu kita nanti tak kebagian. Minyak habis, sementara sumber energi lain tak sempat dikembangkan

Tapi bukan berati perkem-bangan panas bumi stagnan kan?

Ada yang polsitif dari panas bumi, Pemerintah (ESDM) se-lalu open mendengar masukan dari Asosiasi. Kolaborasi ini yang penting. Selama bisa koordinasi, progrees pasti akan dicapai. Kita usulkan berbagai hal mulai dari soal tarif sampai regulasi. Kita sampaikan beberapa hal dari UU yang perlu direvisi karena tak mungkin diek-sekusi. Misalnya, soal geothermal fund yang tadinya ditujukan untuk mempercepat pengembangan panas bumi. Meski butuh, pengusaha tak ada yang berani mengambil ka-rena di situ dipersyaratkan proven reserve. Padahal, ngebor tiga sumur, misalnya belum tentu dapat uap.

Kalau di Migas untuk penge-boran greenfi eld, sukses rasionya sekitar 30%. Bagaimana untuk panas bumi ?

W A W A N C A R A

Saya kira yang sudah bisa

disebut cadangan sekitar 16.000.

Itupun tak semua dikembangkan. Silakan tanya ke

ahli-ahli panas bumi Indonesia. Jangan

tanya ke bule.

27VOLUME 10 TAHUN I

Geotehrmal sama sekitar 33 %. Cuma di kita, kerap yang dijadikan referensi itu Kamojang, sehingga sukses rasio untuk penentuan tarif sekitar 55%. Padahal, Kamojang itu the best fi eld in the world. Di Indonesia sulit mendapat lapangan dengan kualitas seperti itu. Begitu kita turunkan, mengikuti best prac-tices, sukses ratio 30 %, PLN gak mau karena otomatis harga akan naik. Pencarian uap panas bumi tak sesederhana yang dipikirkan orang. Banyak yang beranggap-

an begitu ada air panas dan ada uap mengepul, panas bumi bisa dikembangkan. Padahal belum tentu. Yang kita ingin kan itu adalah temperatur uap di atas 220 derajar celcius sehingga terangkat ke atas. Kurang dari itu tak bisa diangkat.

Soal tarif panas bumi yang kerap menjadi ganjalan antara PLN dan Perusahaan. Akar ma-salahnya sebenarnya dimana ?

PLN sebagai persero harus tun-duk pada UU BUMN dan UU PT. Di situ disebutkan setiap persero

harus menghasilkan laba. Kalau suatu produk dibeli di atas harga jual. PLN akan disalahkan dan akan menjadi subjek pemeriksaan KPK dan BPK. Karena ini PSO, setiap ke-naikan pembelian di atas harga jual, PLN tak bisa memutuskan sendiri. Dia harus mengemis ke Kementrian Keuangan. Di lain pihak Kementrian Keuangan tidak mau dan menyuruh PLN untuk menekan harga lagi, Sementara perusahaan tetap minta return yang tinggi karena panas bumi membuthkan karena investasinya besar dengan resiko tinggi. Kalau ada satu perusahaan ngebor satu sumur sudah dapat 40 MW, ya untung-nya dia. Tapi tak bisa digeneralisasi untuk semua lapangan begitu

Kamojang sepertinya se-ring dijadikan benchmark untuk penentuan tarif panas bumi ?

Teman-teman di ESDM dan PLN sebetulnya sudah sepaham. Pengembangan panas bumi tak bisa mengacu ke Kamojang karena karakteristiknya berbeda. Cuma Kementrian Keuangan yang masih berbeda pendapat. Ketika PLN mengemis untuk meminta per-setujuan untuk pembelian listrik di atas harga jual, mereka langsung teriak kemahalan dan menunjuk Kamojang sebagai perbandingan

Solusi yang Anda ta-warkan apa ?

APBN harus mencantumkan sub-sidi untuk EBT, Sekarang ini subsidi itu hanya didefi nisikan untuk subsidi BBM dan subsidi listrik. Tak perlu anmggraan baru. Cukup diambil dari subsidi BBM dan subsidi listrik. Dengann dicantumkan subsidi untuk EBT, PLN tak harus lagi mengemis lagi karena pos anggarannya sudah ada. Kita juga mengusulkan soal PSO itu di atur badan layan umum (BLU), tidak seperi sekarang. Di satu sisi PLN dan P:ertamina itu berstatus PT yang harus mengejar laba, di sisi lain juga harua men-jalankan penujgasan PSO.

TATA

N A

GU

S R

ST.

Abadi Poernomo (Kiri) bersama Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan saat meninjau Kamojang.

SAAT Ribut bertepuk tangan, puluhan rusa itu mun-cul dari balik semak-semak dan membuntuti lelaki tua dengan karung dipunggung, dia berbagi gigitan

singkong dengan rusa-rusa itu.Tepukan itu pertanda jam makan, sudah sekitar lima-

belas tahun Ribut (56) di wana wisata Maliran, Blitar, Jawa Timur ini merawat rusa jawa, dari jumlah 23 ekor hingga kini 70 ekor.

Hari itu Ribut punya misi menangkap 6 ekor untuk dipin-dahkan ke kandang baru di Parengan, Malo, buah kerjasama konservasi Aset 4 Pertamina EP dengan Perhutani Parengan di Malo. Dengan dibantu Kemad, Jumani, dan Trianto, empat sekawan ini menyiapkan teknis penangkapannya.

Mereka memilih penangkapan secara konvensional, tek-nis ini dianggap paling tepat, karena tanpa menggunakan pembiusan, tetapi lewat pendekatan para pawangnya.

Teks dan Foto: Tatan Agus RST.

R A N A

28 TAHUN I VOLUME 10

Aksi Ribut Cs Pindahkan Rusa

29VOLUME 10 TAHUN I

Jawa

30 TAHUN I VOLUME 10

R A N A

31VOLUME 10 TAHUN I

32 TAHUN I VOLUME 10

“From the splendour of a Kyoto geisha dance to the spare beauty of a Zen rock

garden, Japan has the power to enthrall even the most jaded traveller.” –

Chris Rowthorn, Lonely Planet Writer.

HELLO OSAKA!

KONICHIWA KYOTO!

AWAL lalu, saya memasuk-kan Jepang dalam list negera pertama yang akan saya kun-jungi di tahun .

Negara ini menyusup ke memori saya sejak kecil, selain Belanda. Dua negara yang dihadirkan buku seja-rah sebagai penjajah. Seiring dengan waktu, “saudara tua” menampilkan wajahnya yang lain: keperkasaan eko-nomi, eksotisme sakura, kepahlawa-nan samurai seperti direkam dengan sangat bagus oleh novel Musashi ataupun fi lm Th e Last Samurai yang dibintangi Tom Cruise, cita rasa kuliner tinggi seperti sushi dan sashimi yang menari-nari di lidah, sampai kartun Manga dengan mata besarnya yang menjadi idola anak muda. Semuanya menggoda saya, ne-geri itu terasa menjadi sangat dekat.

Teks & foto: Juhri Selamet

W I S A T A

33VOLUME 10 TAHUN I

melintasi lapangan-lapangan baseball, melihatpohon-pohon Sakura di Osaka. Semua terasa familiar. Saya adalah ge-nerasi yang besarbersama manga, saya seperti mengunjungi tempat-tempat yang saya mimpikan dimasa kecil dulu.

Osaka, Kyoto, Tokyo dan Nagoya adalah 4 kota target saya selama di Jepang. Dan saya punya waktu 9 hari dengan target tidur maksimal 6 jam per hari. Pertualangan saya di Jepang akan menguras lemak di perut saya yang selama ini duduk di depan com-puter. Nah, traveling itu menyehatkan bukan? Tidak perlu diet, jika ingin kurus, traveling saja. Bawa peta, ikuti transportasi umum, kemudian leng-kapi jalan kaki. Dan ya, Budayajepang yang teratur, hidup sehat, rajin berolah raga patut di acungi jempol.

Ah, ingin betul saya membaui ne-geri yang oleh orang-orang tua dulu suka dibahsakan sebagai Jepun itu.

Saya browsing dan membooking tiket pesawat, saya mencari ako-modasi yang saya anggap strategis, saya mempelajari ‘how to get there!” ke semua tempat wisata yang ingin saya kunjungi di Jepang. Minggu ke-2 April, sedikit pamer di media social Path yang berisi banyak rekan kerja saja, saya Path, “Hello Osaka!”. Saya di Kansai, menikmati kopi pagi, dan hey, ini April adalah bulan terbaik jika ingin melihat bunga Sakura bermekaran di Jepang.

Berada di kota terbesar ke-3 di Jepang; Osaka membuat saya sedikit berdebar-debar. Berpikir, oh kenapa saya tidak membaca manga yang ada setting kota Osaka atau oh kenapa saya tidak menonton fi lm yang dilatari Osaka. Tetapi semua debaran menjadi dramatis ketika saya naik Kareta,

ISTANA OSAKAOSAKA Castle atau Istana Osaka dikelilingi oleh sungai dan taman. Dari gerbang masuk, pengunjung dimanjakan dengan pohon-pohon cantik dan bunga-bunga sakura yang berumpal-gumpal. Masyarakat ber-hanami di bawah-bawah pohon Bunga Sakura ini, memanggang da-ging, meminum sake, bernyanyi.

Osaka-Jo, dulunya diman-faatkan sebagai istana sekali-gus benteng dari zaman Azuchi Momoyama hingga zaman Edo. Padatahun 1496, pendetabudhay-ang bernama Rennyo membangun rumah kediaman pendeta di lokasi yang bernama Osaka (tanjakan besar). Pendeta Rennyo yang mem-punyai banyak pengikut kemudian memperluas rumah kediamannya menjadi kuil besar bernama Osaka Honganji (Ishiyama Honganji).

34 TAHUN I VOLUME 10

Di zaman Sengoku (tahun 1583), Oda Nobunaga membangun istana di lokasi yang menempati reruntuhan kuil Osaka Honganji. Pada waktu itu, benteng utama (Honmaru) yang dibangundaribatu-batubesar disele-saikan dalam waktu satu setengah tahun. Istana ini kemudian dinama-kan Istana Osaka. Pada abad ke-17, pemukiman pendudukyang berlokasi di sekitar Istana Osaka berkembang

menjadi sebuah kota, yang kemudian menjadi semakin luas hingga dijadi-kan sebuah prefektur di abad ke-19.

Jika ingin masuk kedalam istana Osaka ini pengunjung membayar 500 yens. Ada banyak yang bisa di ekplorasi dari lantai terbawah hingga puncak istans yang pengunjung dapat melihat kota Osaka dari atas. Nah jika lapar, di halaman istana ada kios-kios penjual makanan khas jepang seperti mie

ramen. Dan juga, adatoko souvenir sampai tempat untuk memanah.

Selesai mengunjungi Istana Osaka, saya bergegas naik kereta menuju Kyoto. Dengan jarak tempuh kurang lebih 1 jam dari pusat kota Osaka, saya sam-paike Kyoto Central Station. Inilah kota terfavorit saya di Jepang, saya langsung jatuh hati dengan budaya tradisonal Jepang yang masih sangat kental di Kota ini. Kyoto memiliki bunga-bunga

LATITUDES.N

U

W I S A T A

35VOLUME 10 TAHUN I

sakura yang menawan, kuil-kuil tua yang megah, Meiko anggun di Gion. Sulit untuk menahan hasrat saya untuk tinggal lebih lama di Kyoto dan me-nyusuri setiap jengkal kota antic ini.

Pilihan saya sangatlah tepat de-ngan menginap di area Gion, saya mempatrikan Gionadalahtempat central budaya di Kyoto. Nah di Kyoto, kita tidak bisa mengandalkan subway. Ilmu sakti yang harus dikuasai untuk

menaklukkan Kyoto adalah route BUS. Dengan Kyoto Bus Maps saya men-datangi destinasi menarik di Kyoto, dari Kuil Fushimi hingga Ginkaku-ji.

Fushimi Inari Taisha adalah kuil Shinto yang berada di Fushimi-ku, Kyoto, Jepang. Kuil ini merupakan kuil pusat bagi sekitar 40. 000 kuil Inari yang memuliakan Inari. Kuil utama (honden) terletak di kaki Gunung Inari, dan tanah milik kuil mencakup

gunung yang tingginya 233 meter. Di kuil ini dimuliakan Ukanomitama bersama pendampingnya, Satahiko no Ōkami, Ōmiyanome no ōkami, Tanaka no ōkami, dan Shi no ōkami. Inari dipercaya sebagai dewa pertanian, sehingga kuil ini dipercaya membawa berkah bagi panen palawija, kesukesan dalam perdagangan bisnis, dan ke-selamatan di bidang transportasi.

Terowongan torii berwarna orange yang panjang menuju puncak gunungi-ni sangat terkenal di Fushimi, pernah menjadi setting fi lm terkenal garapan Rob Marshall “Memoirs of a Geisha”.

Saya tidak puas dengan traveling saya yang singkat di Jepang. Saya punya daftarpanjangtempat di Jepang yang belum sempat saya kunjungi. Saya me-miliki niat dan keyakinan kuat bahwa di masa mendatang saya akan kembali berkunjung keJepang. Sayayakin, hu-bungan baik Indonesia dan Jepang berbuah manis, daribanyaknyapener-bangandaritanah air menuju Jepang dengan berbagai tingkatan harga yang manapelancong bisa menyesuaikan dengan kantong masing-masing sam-pai harapan besar saya, WNI bebas VISA Jepang. Pada tempat-tempat yang saya kunjungi itu, saya tak ingin mengucapkan sayonara.

36 TAHUN I VOLUME 10

E KONOM dan peraih nobel Jeff rey Sach sempat mengingatkan tentang jebakan SDA. Negara-negara yang kekeyaan SDA-nya melimpahm menurut dia kerap terlena dan malas sehingga masyarakat-nya kerap lebih miskin dibandingkan ne-

gara yang tidak mempunyai SDA. Pernyataan Jeff rey Sach ini dikuatkan dengan penelitian Acemoglu dkk yang diungkap dalam buku Why Nation Fail, “Negara yang institusi politik-ekonominya bersifat inklu-sif cenderung berpotensi untuk menjadi negara kaya. Sementara negara yang institusi politik-ekonomin-ya bersifat ekstraktif, cenderung tinggal menunggu waktu untuk terseret kedalam jurang kemiskinan, instabilitas politik dan menjadi negara gagal”

Bom waktu seperti itu disadari betul oleh manaje-men Pertamina EP. Untuk itulah, di setiap wilayah operasi didesain program-program pemberdayaan ma-syarakat berkelanjutan. Harapannya, jika minyak sudah kering, masyarakat punya alternatif sumber penghasilan

baru. Berikut kami tampilkan program CSR di Tiga Lapangan Minyak yang dikelola PT Pertamina EP:

MELIRIK WISATA ALAM LIRIKPERNAH dengan Derendan? Ini adalah buah asli Bengkalis, Riau. Bentuknya mirip duku atau langsat. Tapi kulitnya lebih tipis dan liat. Rasanya pun lebih manis. Buahnya kerap digayuti semut saking manisnya. Jika Puan dan Tuan ingin melihatnya, silakan mampir ke Kawasan CSR Pertamina Terpadu-Program PPMP Field Lirik yang baru diresmikan pertengahan Juni 2014. Lokasinya mudah di jangkau, terletak di pinggir jalan lin-tas Timur Sumatera.

Selain buah langka, kawasan ini dilebati ribuan pohon berdaun rimbun seperti trembesi, sungkai. Mahoni, dll. Tak syak lagi kawasan ini menjadi salah satu andalan untuk membentengi penipisan lapisan ozon. Di lokasi ini juga pada 2015, menurut Field manager Lirik Heru Irianto akan ditangkarkan satwa langka.

DARI WISATA ALAM SAMPAI SRIKANDI KHAYANGAN

C S R

Kelompok C-73, kelompok binaaan CSR Pertamina EP Field Tambun.

37VOLUME 10 TAHUN I

Kawasan CSR ini didesain menjadi kawasan terpadu. Selain wisata alam juga menjadi tempat pelatihan perikanan karamba untuk 17 Desa se-Kecamatan Lirik, dengan jumlah anggota 34 orang, olah raga dan perdagangan. Untuk per-dagangan menjual produk-produk binaan CSR Pertamina dan penjualan produk masyarakat umum lainnya.

Tempat Wisata alam ini juga dijadikan sebagai tempat edukasi mencintai lingkungan untuk masyarakat mulai dari tingkat TK, SD, SMA, dan masyarakat umum lain-nya. Dengan demikian seluruh masyarakat akan langsung merasakan di wisata alam tersebut apabila kita dapat merawat lingkungan, maka udara yang kita rasakan sangat sejuk dan bersih seperti di lokasi wisata alam tersebut.

Untuk memperkenalkan lingkungan bagi anak-anak usia dini yaitu tingkat TK (taman kanak-kanak), maka di ka wasan wisata alam ini juga tersedia berbagai macam permain an anak-anak, sehingga anak-anak usia dini dibe-rikan pe mahaman terhadap lingkungan diimbangi dengan bermain.

Diwilayah sekitar wisata alam terdapat galeri CSR Pertamina Lirik. (Masih dalam satu kawasan CSR per-tamina Terpadu-Program PPMP), Galeri tersebut akan menampilkan proses operasi perusahaan dan hasil-hasil produk CSR Pertamina.

BANDENG MADE IN TAMBUNLIMA perempuan setengah baya ini punya base camp, se-perti layaknya remaja. Halaman belakang rumah Mat Nio menjadi tempat rendezvous, Tapi bukan untuk bergosip. Meski diselingi canda tawa, tangan mereka sigap mem-bersihkan ikan bandeng, kemudian memasukkannya ke mesin giling.

Mereka adalah Ibu Mat Nio, Ibu Sawitem, Ibu Uryati, Ibu Sarmi, Ibu Rumsinah, dan Ibu Mat Nio, pengelola ke-lompok home industry Bandeng C73 yang memproduksi makanan olahan berbahan dasar bandeng. Dalam sebulan, 150 kg ikan bandeng segar mereka olah menjadi produk makanan unggulan mereka yakni sate bandeng, presto dan sarden bandeng.

Sebelumnya, mereka adalah ibu rumah tangga biasa yang beraktivitas seperti perempuan pada umumnya di Dusun Cisoma, Desa Tambaksari, Kabupaten Karawang yang mengisi hari-hari dengan mengasuh anak, mema-sak dan mengurus rumah. Hingga pada tahun 2011, PT Pertamina EP menggerakkan mereka untuk meningkat-kan kapabilitas diri dengan melakukan pembinaan kepada masyarakat rentan seperti perempuan agar bisa produktif menghasilkan pundi-pundi rupiah untuk menambah pen-dapatan keluarga.

Pertamina EP menyadari, sebagai perusahaan yang menjalankan usaha di bidang eksplorasi, eksploitasi serta produksi minyak bumi dan gas alam dalam memenuhi

hajat hidup orang banyak, rentan bersinggungan dengan isu sosial dan lingkungan. Oleh karena itu, PT Pertamina EP memiliki komitmen tinggi dalam menjaga keharmoni-san antara kepentingan perusahaan dengan keseimbangan ekosistem dan masyarakat. Salah satunya melalui prog-ram Corporate Social Responsibility (CSR), dimana PT. Pertamina EP Asset 3 khususnya Tambun Field secara berkelanjutan turut mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah operasi ring I, seperti yang telah di-lakukan di Dusun Cisoma.

Dusun Cisoma merupakan desa yang mayoritas penduduknya masih berada di bawah garis kemiskinan. Pendapatan masyarakat sekitar berasal dari hasil buruh tani, hasil tambak, berdagang, dan jasa pengupasan udang, dengan nominal berkisar Rp 300. 000 hingga Rp 1. 000. 000 per bulan, dan itu pun tidak pasti. Kebanyakan masyarakat tidak memiliki keterampilan berusaha, modal yang terbatas dan pendidikan yang rendah.

Padahal jika dilihat dari sisi geografi s, Desa Tambaksari merupakan desa yang menyimpan potensi besar sebagai penghasil bandeng serta udang terbesar. Akan tetapi, pros-pek cerah di bisnis perikanan ini hanya dikuasai oleh pemilik modal yang kuat, sedangkan masyarakat lokal menjadi ter-marginalkan. Dengan adanya kesenjangan ini, PT Pertamina EP Tambun Field tergerak untuk mengembangkan pereko-nomian masyarakat lokal, terutama masyarakat yang tinggal berdekatan dengan wilayah operasi perusahaan.

Pengembangan masyarakat itu didesain berkelan-jutan. Tahap awal ialah pembangunan infrastruktur dan pengetahuan sumber daya manusia melalui pelatihan serta pembentukan kelompok usaha olahan makanan untuk memupuk anggota binaan menjadi solid. Diikuti dengan peningkatan produktifi tas dan kualitas serta kemampuan entepreneurship dan inovasi produk. Ke depannya, akan dibentuk Kelompok Usaha Bersama (KUB) sebagai sentra olahan ikan bandeng. Tak hanya berhenti disitu, pada tahun 2015 mendatang PT Pertamina EP Tambun Field akan menyusun strategi lanjutan yakni melalui pemben-tukan koperasi untuk memenuhi kebutuhan kelompok hingga titik kulminasinya ialah terbentuknya kemandirian masyarakat. (pramantiputri)

DO

K.

PER

TAM

INA

EP

38 TAHUN I VOLUME 10

K ERIUHAN tawa dan canda para Srikandi di Pusat Pemberdayaan Masyarakat Pertamina (PPMP) Pangkalan Susu menjadi pengisi waktu di sore hari itu Tampak beberapa remaja dengan serius memperhatikan para Ibu di samping-

nya memasang pita payet dan aksesoris ke atas kain yang akan disulap menjadi sarung bantal, sesekali ber-tanya ini dan itu sambil mengangguk tanda mengerti.

Sekolompok wanita umur 20 – 40 tahun ini adalah salah satu kelompok binaan PT Pertamina EP Pangkalan Susu dengan sebutan Srikandi Khayangan. Pada awalnya Perusahaan bekerjasama dengan Yayasan Srikandi Medan mengadakan Pelatihan Pemanfaatan Limbah Konveksi, Sulam Pita, dan Payet pada 20 Juni 2012, kegiatan ini menjaring 16 peserta yang memiliki latar belakang sebagai penjahit di Kelurahan Bukit Jengkol, Kecamatan Pangkalan Susu.

“Kami memilih peserta yang berprofesi sebagai penjahit agar mereka lebih mudah menangkap materi yang diberikan selama seminggu penuh, serta mampu merekrut tenaga lainnya menjadi bagian dari pengembangan program”, ujar Victorio, Staff CSR.

Dua tahun perjalanan kelompok ini bukanlah tanpa hambatan, bukan hal mudah untuk dapat memperkenalkan sulam payet khas Melayu ini, semangat para Srikandi untuk terus berinovasi menciptakan kreasi baru terus bertumbuh, kesulitan hasil pemasaran dan modal menjadi hambatan lain berkembangnya usaha ini.

“Jumlah anggota sudah bertambah, dari yang semula 20 menjadi 30 orang, Ibu Rumah Tangga dan siswa lulusan SMAmenjadianggota Kami, pengembangan usaha dan berbagi ilmu adalah mimpi Kami”, ujar Ratna, Ketua Kelompok Srikandi Khayangan.

Cita – cita mulia lain dariKelompokSrikandi Khayangan ini adalah memperkenalkan sulam pita payetagar menjadi produk unggulan khas daerah khususnya untuk Sumatera Utara, salah satu upaya yang telah ditempuh adalah mengikuti kegiatan Pekan Raya Lingkungan Hidup tahun2012 di Universitas Sumatera Utara dan Pameran Internal Perusahaan tahun 2013.

“Walau motif sulam pita dan payet di Indonesia beragam, tapi motif Melayu cukup digemari di pameran ini, ada beberapa permintaan selama pameran berlangsung.”

Saat ini Srikandi Khayangan masih terus dikuatkan baik secara kemampuan, keterampilan, hingga keorganisasian. Inovasi yang dikembangkan oleh kelompok Srikandi Khayangan antara lain pemanfaatan pakaian bekas dan kain perca menjadi suatu produk yang memiliki nilai. Limbah konveksi yang berasal dari para penjahit di Pangkalan Susu mereka kumpulkan untuk kemudian dimanfaatkan sesuai produk yang akan mereka hasilkan, seperti tas, bros, kalung, dan lain sebagainya.

“Kami sadar bahwa barang bekas pun memiliki nilai jika bisa dimanfaatkan dengan baik, walau hasilnya belum maksimal tapi Kami masih terus berkreasi agar mendapatkan hasil yang maksimal, upaya Kami terus berkembang untuk menjadi lebih baik”.

Sulam pita dan payet memang belum terdengar popular di kalangan masyarakat, upaya mereka tidak berhenti sampai di sini saja.

“Kami ingin Ibu Negara bisa pakai produk sulam pita Melayu buatan kami, bukan hanya batik saja tapi Sulam Melayu, Kami juga berencana mendaftarkan diri ke Dinas Koperasi sebagai UKM di Pangkalan Susu”, ujar Maulida, salah satu anggota Srikandi Khayangan.

Kelompok Srikandi Khayangan paham, bahwa perlu usaha yang keras untuk memasarkan produk buatan tangan terampil mereka, walau masih sebatas pemasaran door to door, produk mereka mulai di kenal oleh masyarakat Pangkalan Susu. “Tunggu produk kami hadir di media sosial, ya,” tutup Maulida.

Menunggu Srikandi Khayangan di Media Sosial

C S R

39VOLUME 10 TAHUN I

K ICK off Piala Dunia belum bergulir, Kolumbia sudah jadi “juara”. Daniela Ocoro, dara jelita dari negara terse-

but ditahbiskan sebagai Miss World World Cup Brasil . Seperti Piala-piala dunia sebelumnya, untuk menyambut perhelatan akbar terse-but digelar kontes kecantikan yang diikuti oleh perwakilan negara-ne-gara yang ikut dalam perhelatan empat tahun-an tersebut. Tahun ini kontes dilangsungkan di Jerman.

Daniela, 25 tahun menyingkirkan 31 orang wanita cantik yang jadi pesaingnya. Berada di tempat kedua adalah wakil Amerika Serikat, Felicia Kitchings. Sementara Laritza Parrag dari Ekuador menempati peringkat ketiga. Selain cantik, Daniela juga pintar. Pengetahuannya tentang sepakbola juga di atas rata-rata peserta lain.

Tanpa bermaksud jumawa, Daniela mengaku senang bisa mengalahkan para pesaingnya di ajang tersebut. Ia pun berharap negaranya bisa meraih hal serupa dengan apa yang telah ia raih saat ini.

“Saya amat bangga dengan gelar ini, dan saya yakin Kolombia akan menjadi juara dunia,” ungkap Daniela yang tercatat sebagai mahasiswa di salah satu Perguruan Tinggi di negaranya dengan

bidang studi yang serius: arsitektur, dengan

kekhususan pada desain bangunan ramah lingkungan.

Bagi Kolumbia, Daniela Ocoro adalah peruntungan kedua. Yang pertama saat dilakukan pengundian pembagian grup. Kolumbia masuk grup C yang relatif ringan dibandingkan grop lain. Meski mewakili empat benua, yang tergabung dalam grup ini adalah negara-negara yang tak punya “darah biru” piala dunia, kolumbia yang mewakili Amerika Selatan akan bersaing dengan Yunani dari Eropa, Pantai Gading dari Afrika dan Jepang dari Asia. Banyak pengamat memprediksi Kolumbia akan lolos dari fase grup. Akankah peruntungan lain bakal menghampir Kolumbia?

DanielaPERUNTUNGAN KOLUMBIA

M.J

ET

SE

T.C

OM

.CO

A P A & S I A P A

40 TAHUN I VOLUME 10

PERTAMINA EP Asset 1 Field Ramba gelar syuku-ran tajak sumur Mangunjaya AA-10 di desa Beruge Kecamatan Babat Toman (21/05). Acara tersebut dihad-iri unsur pemerintah ,tokoh masyarakat dan masyarakat di desa Beruge. “Field Ramba menargetkan pada tahun 2014 ini dapat mencapai 7.119 Bopd dan tajak sumur ini adalah salah satu upaya dalam mempercepat pencapaian itu” ungkap Safril Syarif selaku Asman WO/WS.

Penajakan yang rencananya berlangsung selama 16 hari tersebut ,menggunakan Rig PDSI Nt-45 berkekuatan 550 HP. “ Untuk kegiatan rencananya 10 hari untuk pengeboran dan sisanya untuk tes produksi, dengan target yang diha-rapkan mencapai 60-70 Bopd “ ujar Yoyok Sukaryo selaku Company Man usai kegiatan syukuran dan penyerahan san-tunan bagi siswa kurang mampu di lokasi MJ AA-10.

Sementara itu, Field Manager Ramba Bustanul Fikri melalui Asman Legal & Relation Yuniawan H menjelaskan bahwa direncanakan akan ada tiga pengeboran dalam tahun 2014 ini. “ Untuk tahun ini, setelah sumur MJ AA10 akan berlanjut ke sumur MJ AA-3 dan sumur BN AA-16 di wilayah Bentayan. Kita harapkan dukungan dan doanya dari segenap masyarakat agar target pengeboran dapat tercapai “ pungkasnya

Ramba merupakan lapangan alih kelola yang kembali bersinar. Pertamina EP mengambil alih dari. TAC-P Elnusa Tristar Ramba Ltd pada tanggal 16 Oktober 2010. Saat itu produksinya hanya 3.313 bopd. Setelah ditangani Pertamina EP, produksinya melonjak lebih dari seratus persen, mencapai angka 7.000-an

General ManagerAsset 1, Irwansyah menyebutkan bahwa kinerja Field Ramba, sangat mempengaruhi ki-nerja Asset. Saat ini Produksi Asset 1 secara keseluruhan baru mencapai 97 persen. “Ini lampu kuning bagi Asset 1, “ ujarnya. Ia meminta setiap Field, terutama Field Ramba diminta terus memacu peningkatan jumlah pro-duksinya. “Mari kita membuat komitmen untuk terus bekerja keras, cerdas dan ikhlas, terutama dari segi pro-duksi, banyak yang perlu kita lakukan.”

Menurut Irwansyah, untuk hasil yang lebih, diperlu-kan pula usaha yang lebih, “jika kawan-kawan di Lapangan memerlukan sesuatu, jangan ragu-ragu untuk meminta bantuan ke Asset 1, “ ungkapnya. Ia mengatakan tugas tugas Assset untuk memberikan support bagi rekan-rekan di Field dalam menyelesaikan permasalahan. “ Fokus rekan-rekan di lapangan adalah pada peningkatan kinerja

produksi” ujar IrwansyahMasih di wilayah kerja Asset 1, pengeboran juga di-

lakukan Field Pangkalan Susu dengan pengeboran sumur Benggala-02 di Desa Tanjung Jati, Kabupaten Langkat. Pengeboran diawali dengan pelaksanaan tajak sumur, Kamis (9/5).

Pangkalan Susu Field Manager, Dirasani Th aib menjelaskan secara singkat tentang kegiatan pengeboran yang dimulai dengan pemasangan casing, tubing dan pe-makaian pahat bor. Kegiatan pengeboran akan berlang-sung selama 122 hari dengan melibatkan 150 pekerja bor dengan kedalaman 3.100 meter.

“Kami meminta doa dan dukungan agar kegiatan ini dapat berlangsung dengan aman dan lancar, serta menda-patkan hasil yang menggembirakan.” ungkapnya.

Harapannya, pengeboran ini tentu dapat menambah ca-dangan minyak nasional yang diperkirakan habis sekitar sepu-luh sampai 12 tahun mendatang, oleh sebab itu upaya pencar-ian cadangan minyak terus dilakukan, melalui survey seismik sepanjang 1.000 km di Kabupaten Langkat yang menghasil-kan rencana pengeboran baru di Kecamatan Besitang dan Benggala-03 di Desa Mancang, Kecamatan Selesai.

“Pengeboran ini akan selalu mengedapankan aspek kese-lamatan dan lingkungan, tak lupa ucapan terimakasih untuk Bupati Langkat dan jajarannya telah bekerjasama dalam pengurusan Perizinan dan dukungan lain sehingga penge-boran Benggala 02 dapat berjalan.” Katanya ketika ditanya

BOR DI SINI BOR DI SANA

L E N S A A S E T

DO

K.

PER

TAM

INA

EP

Siap-siap mengebor sumur Benggala 02.

41VOLUME 10 TAHUN I

Tujuan dari pengeboran ini adalah sebagai sumur injektor (water fl ood) EOR Struktur Rantau khususnya pada lapisan Z.600, kemudian Sumur R-165TW ini nan-tinya menjadi sumur P – 444.

Rantau Field Manager Agus Amperianto dalam sambutannya mengharapkan dukungan dari pemerin-tah Daerah, seluruh lapisan masyarakat Kampung Alur Cucur, Alur Manis dan Kebun Rantau yang berada diling-kungan operasional R-165TW untuk dapat bersama-sa-ma mendo’akan dan mendukung terlaksananya kegiatan pengeboran ini berjalan baik, dengan tetap memperhati-kan keselamatan operasi dan lingkungan.

Kegiatan pengeboran R-165TW ini merupakan salah satu upaya PERTAMINA EP untuk terus meningkat-kan produksi secara organik dengan sejumlah inovasi, sehingga dukungan dari para pemangku kepentingan di-perlukan sebagai bentuk kerjasama simetris yang meng-untungkan bangsa Indonesia ke depan, pungkas Agus Amperianto mengakhiri sambutannya.

Bupati Aceh Tamiang Hamdan Sati dalam sam-butannya mengatakan Pemerintah daerah Kabupaten Aceh Tamiang sangat mendukung kegiatan operasi PT Pertamina EP Field Rantau dalam upaya mencari Migas untuk penambahan Devisa bagi Negara yang juga ber-dampak terhadap pendapatan daerah khususnya dalam pembangunan Kabupaten Aceh Tamiang.

Pada kesempatan tersebut, dalam konteks kepedu-lian sosial kepada masyarakat dilingkungan PERTAMINA EP memberikankan santunan kepada 150 orang anak yatim piatu dan kaum dhuafa yang berdomisili di sekitar lokasi Pengeboran R-165TW yang diserahkan langsung oleh Field Manager Rantau Agus Amperianto bersama Bupati Kabupaten Aceh Tamiang Hamdan Sati ST di dampingi Muspida/Muspika dan Tim Manajemen. Selain itu, diserahkan juga dua ekor sapi untuk disembelih dan dagingnya dibagikan kepada masyarakat yang berada disekitar lokasi tajak.

tentang aspek keselamatan di daerah operasi.Turut hadir dalam acara tersebut, Wakil Bupati

Langkat H. Drs Sulistianto beserta Pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Muspida Langkat, Muspika Kecamatan Binjai dan Kecamatan Selesai, jajaran tim Managemen PT Pertamina EP serta masyarakat sekitar.

Dalam sambutannya, Wakil Bupati Langkat Drs. H. Sulistianto, MSi. menyampaikan ucapan dari Bupati Langkat yang merasa bangga dengan keseriusan insan perminyakan atas upaya menambah pasokan produksi migas di Kabupaten Langkat.

“Harapan kami semua, Langkat dapat kembali pada zaman keemasan industri perminyakan Indonesia, melalui keberhasilan tersebut diharapkan dana bagi hasil migas dapat terus meningkat guna mengatasi defi sit APDB Langkat sebesar 120Milyar yang diharapkan mampu me-ningkatkan kesejahteraan masyarakat Langkat dan seba-gai pendapatan daerah.”

Kegiatan eksplorasi dan produksi memang tidak lepas dari peran aktif dan dukungan pemerintah setempat maupun masyarakat sekitar daerah operasi Perusahaan. Kegiatan yang dilaksanakan ini merupakan bagian dari kepedulian terhadap masyarakat serta ungkapan syukur atas dimulainya pengeboran baru yang diharapkan membe-rikan hasil untuk mengatasi krisis gas di Sumatera Utara.

Selain Ramba dan Pangkalan Susu, yang juga agresif melakukan pengeboran adalah Field Rantau. Terakhir, dilakukan penajakan Sumur R-165TW dilaksanakan di Lokasi R-165TW Desa Alur Ccucur, Kecamatan Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang, sekitar 9 km arah Timur kota Kuala Simpang, dan kegiatan tersebut merupakan pena-jakan RK (Rencana Kerja) tahun 2014 (5/5).

Lokasi R-165TW ini ditajak dengan menggunakan Rig. Skytop milik PDSI (Pertamina Drilling Service Indonesia) berkapasitas 450 HP hingga mencapai kedalaman akhir 834 mTVD (meter True Vertical Deep) dari lantai bor, dengan jangka waktu pelaksanaan selama 27 hari kerja operasi.

DO

K.

PER

TAM

INA

EP

Rantau Field Manager Agus Amperianto bersama Bupati Aceh Tamiang memberikan santunan kepada anak yatim sebagai salah satu bentuk rasa syukur atas penajakan Sumur R-165TW.

42 TAHUN I VOLUME 10

L E N S A A S E T

KESATUAN Pemangku Hutan ( KPH) Parengan, di Desa Malo, Bojonegoro, Jawa Timur sejak Kamis 7 Mei lalu lebih semarak dengan kehadiran enam ekor rusa jawa, yang terdiri atas dua jantan dan empat betina. Hewan-hewan itu lincah berlarian di kandang seluas 0,4 hektar tersebut. Bagi warga sekitar ini menjadi pemandangan unik. “Dulu masih banyak berkeliaran di sekitar hutan jati. Sekarang sudah gak ada,” ujar Kepala KPH Parengan Daniel Budi Cahyono.

Enam rusa Jawa yang dikenal dengan istilah Cervus timorensis baru dipindahkan dari Wana Wisata Maliran, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Tempat ini sejak 1999 khusus menangkarkan Rusa Jawa untuk menyelamatkan dari kepunahan.

Lembaga konservasi dunia (IUCN) memasukkan status Rusa Jawa dalam kategori rentan punah atau vul-nerable. Pemerintah kemudian memasukkannya sebagai satwa yang dilindungi. Kendati tersebar hampir di selu-ruh Indonesia, Rusa Jawa diyakini asli Pulau Jawa dan Bali. Tapi di kedua pulau itu, populasinya tertekan.

Menurut data hingga Maret 2014, di sana kini hidup 32 pejantan dan 38 betina. Populasi pertama berasal dari kawasan hutan PT Perhutani di Sumber Pucung, Malang, yang dipindahkan ke Maliran. Rusa tangkaran dari Maliran ini telah dikirim ke sejumlah daerah seperti Bogor, Jawa Barat, ataupun Banyuwangi, Jawa Timur.

Karena statusnya yang rentan punah itu, bekerja-

sama dengan Perum Perhutani, PT Pertamina EP men-coba mengembangbiakannya. “Semula saya pikir meles-tarikan jenis monyet di kawasan hutan, yang ternyata populasinya masih cukup banyak.” ujar Field Manager Cepu Wresniwiro. Pilihan akhirnya jatuh ke Rusa Jawa. “Selain populasinya, habitat alaminya juga ternyata ting-gal sedikit,” Wiro menabahkan.

Tentu tak sekadar pengembangbiakan. Sebelum me-mindahkan enam rusa tersebut, para pakar dari Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada meneliti kelayakan habitat bagi penangkaran rusa jawa. Baik sumber pakan, air, perlindungan dan keamanan satwa.

“Kita ingin dari jumlah yang sedikit akan berkem-bang menjadi banyak, bukan sebaliknya,” ujar Wiro ihwal perlunya kajian bagi tempat penangkaran itu. Dari tiga lokasi yang diusulkan, kandang penangkaran akhirnya dipilih yang berada di samping kantor Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Malo, KPH Parengan. Berada dekat kantor tentunya memudahkan pengawasan dan pemoni-toran populasi rusa.

Di kandang baru tersebut terdapat 12 jenis vegetasi tumbuhan bawah yang bisa menjadi sumber pakan bagi Rusa Jawa. Untuk menambah makanan, di dalam kan-dang juga ditanami lamtoro dan rumput gajah. Jika sudah berkembang biak, kelak Rusa Jawa akan dilepasliarkan di sekitar hutan jati Bojonegoro biar masyarakat bisa ber-cengkrama lagi dengan hewan ini seperti dulu.

MENGEMBALIKAN RUSA JAWA KE HUTAN JATI

pep.pertamina.com

Safetyis

Everybody’s Business