62
berupa proses penyusunan zat kompleks dari zat yang lebih sederhana. Katabolisme merupakan kebalikan dari anabolisme yakni zat kompleks serangkaian reaksi kimia berupa proses pemecahan zat kompleks menjadi zat lebih sederhana yang disertai dengan pelepasan energi berupa adenosin triphosphate. 2. Peran Enzim dalam Metabolisme Enzim merupakan senyawa protein yang berfungsi sebagai katalisator reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam sistem biologi (makhluk hidup). Oleh karena merupakan katalisator dalam sistem biologi, enzim sering disebut biokatalisator. Katalisator adalah suatu zat yang mempercepat reaksi kimia, tetapi tidak mengubah kesetimbangan reaksi atau tidak mempengaruhi hasil akhir reaksi. Zat itu sendiri (enzim) tidak ikut dalam reaksi sehingga bentuknya tetap atau tidak berubah. Contoh-contoh enzim dalam proses metabolism: Enzim katalase.

epid

Embed Size (px)

DESCRIPTION

teory

Citation preview

Page 1: epid

berupa proses penyusunan zat kompleks dari zat yang lebih sederhana. Katabolisme

merupakan kebalikan dari anabolisme yakni zat kompleks serangkaian reaksi kimia berupa

proses pemecahan zat kompleks menjadi zat lebih sederhana yang disertai dengan pelepasan

energi berupa adenosin triphosphate.

2. Peran Enzim dalam Metabolisme

Enzim merupakan senyawa protein yang berfungsi sebagai katalisator reaksi-reaksi

kimia yang terjadi dalam sistem biologi (makhluk hidup). Oleh karena merupakan katalisator

dalam sistem biologi, enzim sering disebut biokatalisator. Katalisator adalah suatu zat yang

mempercepat reaksi kimia, tetapi tidak mengubah kesetimbangan reaksi atau tidak

mempengaruhi hasil akhir reaksi. Zat itu sendiri (enzim) tidak ikut dalam reaksi sehingga

bentuknya tetap atau tidak berubah.

Contoh-contoh enzim dalam proses metabolism:

Enzim katalase.

Enzim katalase berfungsi membantu pengubahan hidrogen peroksida menjadi air dan

oksigen. Katalase 2H2O2 → 2H2O + O2

Enzim oksidase.

Enzim oksidase berfungsi mempergiat penggabungan O2 dengan suatu substrat yang

pada saat bersamaan juga mereduksikan O2, sehingga terbentuk H2O. Enzim hidrase. Enzim

Page 2: epid

hidrase berfungsi menambah atau mengurangi air dari suatu senyawa tanpa menyebabkan

terurainya senyawa yang bersangkutan. Contoh: fumarase, enolase, akonitase.

Enzim dehidrogenase.

Enzim dehidrogenase berfungsi memindahkan hidrogen dari suatu zat ke zat yang lain.

Enzim transphosforilase. Enzim transphosforilase berfungsi memindahkan H3PO4 dari molekul

satu ke molekul lain dengan bantuan ion Mg2+.

Enzim karboksilase.

Enzim karboksilase berfungsi dalam pengubahan asam organik secara bolak-balik.

Contoh pengubahan asam piruvat menjadi asetaldehida dibantu oleh karboksilase piruvat.

Enzim desmolase.

Enzim desmolase berfungsi membantu dalam pemindahan atau penggabungan ikatan

karbon. Contohnya, aldolase dalam pemecahan fruktosa menjadi gliseraldehida dan

dehidroksiaseton.

Enzim peroksida.

Enzim peroksida berfungsi membantu mengoksidasi senyawa fenolat, sedangkan

oksigen yang dipergunakan diambil dari H2O2.

3. Metabilisme senyawa-senyawa :

a. Asetilaminoflurene

N-asetilaminofluoren, keduanya sangat karsinogen begitu dikonversi menjadi

hidroksilamida. Carilah metabolism ketiga senyawa tersebut.

b. benzidine

Benzidine adalah suatu senyawa kimia organic turunan dari benzene yang diproduksi tidak

secara alami. Benzidine memiliki nama lain yaitu Benzidine-based dyes; 4,4'-Bianiline; 4,4'

Biphenyldiamine; 1,1'-Biphenyl-4,4'-diamine; 4,4'-Diaminobiphenyl; p-Diaminodiphenyl. Rumus

kimia dari benzidine adalah NH2C6H4C6H4NH2 atau (C6H4NH2)2 atau C12H12N2. Bentuk dari

molekul dari benzidine adalah CAS number : 92-87-5. Benzidine akan terurai melalui proses

pemanasan dan jika dibakaar aakan menghasilkan asap yang bersifat toksik yaitu nitrogen

Page 3: epid

oksida. Benzidine dapat bereaksi dengan oksidan kuat, secara khusus dengan asam nitrat.

Contoh produk dari benzidine adalah Direct Blue 6, Direct Black 38, dan Direct Brown 95.

Di udara benzidine ditemukan melekat pada partikel atau sebagai uap. Dahulu benzidine

digunakan oleh industry dalam jumlah besar sebagai bahan celup untuk memproduksi baju,

kertas atau bahan dari kulit. Namun saat ini benzidine tidak lagi digunakan lagi sebagai bahan

celup dalam industry karena telah terbukti dapat menyebabkan kanker pada manusia.

Benzidine saat ini hanya digunakan sebagai bahan penelitian.

SIKOKINETIKA (ADME)

Proses absorpsi benzidine ke dalam tubuh manusia melalui beberapa cara, yaitu melalui

inhalasi, kontak dermal, dan hanya sedikit melalui ingesti. Walaupun salah satu rute signifikan

untuk pajanan benzidine melalui inhalasi, tetapi itu berasal dari serbuk atau debu benzidine di

udara yang memang secara fisik berbentuk bubuk, karena jika dari uapnya, benzidine

cenderung memiliki tekanan uap rendah.

Secara umum, dengan cepat dinding plasma mengizinkan benzidine untuk terabsorbsi

dan diikuti oleh metabolit benzidine secara bertahap. Tidak studi yang telah dilaporkan yang

mengindikasikan benzidine diserap oleh beberapa proses lain selain dari proses difusi pasif.

Benzidine diserap dan melewati dinding usus. Belum ada bukti yang menunjukkan distribusi

benzidine melalui perantara carrier atau berikatan dengan protein, meskipun konjugasi dari

sebagian metabolit benzidine di bioaktivasi oleh glukoronat yang membantu untuk menuju

target organ. Selanjutnya, sirkulasi enterohepatic berkontribusi untuk membuat toksisitas

metabolit benzidine persisten di empedu. Metabolisme benzidine melibatkan sistem enzim

yang kompleks dan rumit. Di dalam hati benzidine akan dirubah menjadi N-acetylated dan

kemudian N-hydroxylated oleh sitokrom P-450 atau enzim flavin monooksigenase, sedangkan

pada jaringnan ekstrahepatik, peroksidasi oleh prostaglandin H sintase atau oksidasi oleh

lipoxygenases mungkin memainkan peran yang signifikan pada tahap metabolisme benzidine.

Ekskresi benzidine, metabolit, dan konjugatnya kira-kira memiliki jumlah perbandingan yang

sama antara di urin atau di empedu/feses.

Page 4: epid

Target Organ and Efek Kesehatan :

Target organ dari benzidine adalah kandung kemih, kulit, ginjal, hati, dan darah.

Menurut NIOSH, gejala dan tanda-tanda orang yang keracunan benzidine, antara lain hematuria

(darah dalam urin), anemia sekunder dari hemolisis, sistitis akut, gangguan hati akut,

dermatitis, dan gangguan buang air kecil tidak teratur.

Potensial efek kesehatan kronik yaitu benzidine termasuk ke dalam tipe A1 (penyebab kanker

pada manusia) yang dikeluarkan oleh ACGIH. Dari literatur yang diperoleh benzidine sangat

berpengaruh menjadi penyebab kanker kandung kemih. Berdasarkan survey yang dilakukan

pada pekerja yang terpajan benzidine mengindikasikan bahwa mereka yang memiliki lebih

rendah properdin serum normal akan lebih mungkin untuk berkembang menjadi tumor

kandung kemih.

Banyak penelitian telah dilakukan untuk menjelaskan mekanisme dan etiologi kanker

kandung kemih dan kanker lainnya yang disebabkan oleh benzidine pada hewan. Toksisitas

benzidine dan eliminasi dari tubuh secara substansial dimediasi oleh transformasi metabolic.

Ketika beberapa metabolit menjadi produk yang didetoksifikasi, yang lainnya dapat menjadi

tanda yang dekat dan akhir yang bersifat karsinogen. Terakhir menjadi DNA adduct yang

menjadi asumsi awal sebagai calon menjadi karsinogenesis. Perbedaan target organ pada tikus,

anjing dan manusia dalah perbedaan spesifik pada system metabolism dan aktivitas enzim.

Sebuah skema metabolisme yang diperlihatkan melibatkan N-acetylation, N-hydroxylation di

hati.

Pada manusia benzidine dan N-acetilbenzidineadalah glucuronidated di hati dan

diangkut ke lumen kandung kemih, mereka di hidrolisis oleh air kencing yang bersifat asam.

Aktivasi di kandung kemih termasuk peroksidasi oleh prostaglandin H sintetase, oksidasi oleh

sitokrom P-450 dan O-esterifikasi oleh O-asetiltransferase , atau N, O-asetiltransferase.

DNA adduct dianggap dibentuk oleh O-asetilasi N'-hidroksi-N-acetylbenzidine dan selajutnya

akan berikatan dengan basa DNA. Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa air kencing yang

bersifat asam diduga untuk melepaskan amina dari glucoronide, maka amina menjadi aktif ,

contohnya prostaglandin synthase H untuk meninisiasi karsinogenesis. Gen Hypomethylation

diduga meningkatkan trankripsi dan dengan demikian benzidine mungkin akan mampu untuk

Page 5: epid

memfasilitasi ekspresi gen untuk menyimpang yang kemudian terlibat dalam proses

karsinogenesis.

c. Dimetilamin azobenzen

Zat warna azo

Dimethylaminoazobenzene (butter yellow) dapat menimbulkan kanker hati pada tikus, bila ada

defisiensi vitamin riboflavin. Vitamin ini merupakan ko-enzim untuk memecag zat warnas

tersebut.

Jawablah pertanyaan ini :

1. Jelaskan dengan menggunakan skema metabolism dari senyawa-senyawa

diatas ?

- benzidine Di dalam hati benzidine akan dirubah menjadi N-acetylated dan

kemudian N-hydroxylated oleh sitokrom P-450 atau enzim flavin monooksigenase,

sedangkan pada jaringnan ekstrahepatik, peroksidasi oleh prostaglandin H sintase

atau oksidasi oleh lipoxygenases mungkin memainkan peran yang signifikan pada

tahap metabolisme benzidine

Page 6: epid

-

2. Sebutkan enzim-enzim yang berperan dalam metabolism senyawa di atas ?

Page 7: epid

PERTEMUAN 7

MATERI POKOK:

Metabolisme karsinogen dan enzim – enzim yang berperan:

a. Benzo (a)pyren

b. Benz (a) anrasen

c. Dialkilnitrosamin

d. Aflatoxin

e. Estragol

f. Safrol

A. Benzo(a)pyren

Merupakan komponen asap dari kelompok senyawa hidrokarbon aromatik polisiklik

(polycyclic aromatic hydrocarbons -PAH) yang bersifat karsinogenik. Struktur kimia dari

senyawa ini relatif stabil karena memiliki sistim pi terlokalisasi (pada gugus aromatiknya).

Ketika daging dimasak di atas bara (pengasapan panas), sebagian lemak daging yang menetes

pada bara api akan teroksidasi oleh CO2 and H20, membentuk hidrokarbon aromatik polisiklik.

Komponen ini lalu dibawa oleh asap ke daging yang sedang diasap dan terakumulasi di

permukaan daging yang diasap.

Jika dikonsumsi, maka hati akan mengoksidasi komponen benzo-a-pyrene dan PAH

lainnya menjadi berbagai komponen, diantaranya adalah epoksida. Bentuk diol epoksida

benzo-a-pyrene merupakan komponen toksik yang jika terdapat dalam jumlah besar bisa

menyerang DNA (membentuk ikatan kovalen dengan DNA).

Page 8: epid

Konsumsi satu porsi produk pangan dengan kadar benzo-a-pyrene besar (bar-BQ, sate,

ikan asap), mungkin tidak akan menjadi masalah. Tubuh manusia mempunyai enzim khusus

yang bisa mengeliminasi molekul benzo-a-pyrene. Masalah akan terjadi, jika produk ini

dikonsumsi terus-menerus sehingga terjadi akumulasi senyawa ini didalam DNA dalam jumlah

besar, sehingga dapat menyebabkan kanker. Untuk mencegah masalah ini, hendaknya dijaga

agar lelehan lemak daging tidak jatuh ke bara api, sehingga tidak terjadi reaksi pembentukan

komponen PAH yang bersifat karsinogenik ini. Caranya, dengan memisahkan antara proses

pembentukan asap dengan lokasi pengasapan sehingga lelehan lemak daging tidak kontak

dengan bara api.

Reaksi pembentukan benzo-a-pyrene selama pengasapan dan produk turunannya

melalui metabolisme di dalam hati dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 9: epid

B. Benz (a) antrasen

Gambar. Benzo(a)antrasen

Definisi: senyawa organic industri pencemar yang berasal dari kelompok hidrokarbon

aromatic dengan polisiklik ( PAHs ).

C. Dialkilnitrosamin

D. Aflatoxin

Aflatoxin merupakan senyawa yang diproduksi oleh jamur dari genus Aspergillus.

Aspergillus ini dapat ditemukan secara luas pada setiap jenis makanan, Aflatoxin merupakan

Page 10: epid

toxin yang berbahaya bagi liver (hati) kita, pada konsumsi makanan yang mengandung Alfatoxin

dalam jangka waktu lama aflatoxin ini dapat menyebabkan Sirosis hati dan bahkan kanker hati.

Bahan karsinogenik pada aflatoxin memiliki kekuatan 100 kali lipat daripada nitrosamine.

Secara alamiah, Aflatoxin terdiri dari 4 komponen induk yaitu aflatoxin B1 (AFB1), aflatoxin B2

(AFB2), aflatoxin G1 (AFG1) dan aflatoxin G2 (AFG2).

Aflatoksin berasal dari singkatan Aspergillus flavus toxin. Aflatoxin dihasilkan oleh jamur

aspergillus flavus, A. paracitikus dan Penicillium puberulum, bersifat sangat beracun dan

karsinogenik. Jenis jamur ini banyak terdapat di mana-mana sehingga dapat mudah mencemari

tanaman di tempat manapun. Namun, produksi aflatoxin tergantung pada faktor iklim saat

tanaman tertentu tumbuh dan disimpan sebagai bahan baku ransum. Di daerah tropis dan

subtropis, resiko pencemaran Mikotoksin pada tanaman selalu lebih tinggi karena iklim tropika

mempunyai kadar air dan kelembapan yang relatif tinggi. Jamur ini memerlukan suhu 36, 2-37,

8 darjah C dan kelembaban relatif 80-85% untuk pertumbuhan optimal dan memproduksi

racun. Toksin ini pertama kali diketahui berasal dari kapang Aspergillus flavus yang berhasil

diisolasi pada tahun 1960.

A. flavus sebagai penghasil utama aflatoksin umumnya hanya memproduksi aflatoksin B

1 dan B2 (AFB1 dan AFB2) sedangkan A. parasiticus menghasilkan AFB 1, AFB 2, AFG 1, dan AFG

2. A. flavus dan A. parasiticus ini tumbuh pada kisaran suhu yang jauh, yaitu berkisar dari 10-

120 C sampai 42-43 0◦C dengan suhu optimum 320-330 C dan pH optimum 6.

Diantara keempat jenis aflatoksin tersebut AFB 1 memiliki efek toksik yang paling tinggi.

Mikotoksin ini bersifat karsinogenik, hepatatoksik dan mutagenik sehingga menjadi perhatian

badan kesehatan dunia (WHO) dan dikategorikan sebagai karsinogenik gol 1A. Selain itu,

aflatoksin juga bersifat immunosuppresif yang dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh. Di

Indonesia, aflatoksin merupakan mikotoksin yang sering ditemukan pada produk- produk

pertanian dan hasil olahan (Muhilal dan Karyadi, 1985, Agus et al., 1999).

Selain itu, residu aflatoksin dan metabolitnya juga ditemukan pada produk peternak

seperti susu (Bahri et al ., 1995), telur (Maryam et al ., 1994), dan daging ayam (Maryam, 1996).

Sudjadi et al (1999) melaporkan bahwa 80 diantara 81 orang pesakit (66 orang pria dan 15

Page 11: epid

orang wanita) menderita kanser hati karena mengkonsumsi oncom, tempe, kacang goreng,

bumbu kacang, kecap dan ikan asin.

AFB 1 , AFG 1, dan AFM 1 terdapat pada contoh hati dari 58% pesakit tersebut dengan

kepekatan di atas 400 µg/kg. Perubahan patologi anatomi yang dapat diakibatkan oleh

aflatoksin adalah: hati dan limpa membesar, radang dan bengkak pada duodenum (usus kecil).

Hati kelihatan pucat akibat penimbunan lemak dan perdarahan berbentuk titik-titik. Jaringan

limfoid (bursa Fabricius dantymus) mengecil. Ginjal dan kantung empedu biasanya membesar

dan terjadi perdarahan usus. Lemak pada ampela dan lemak tubuh yang lain berlebihan. Pada

kasus kronis kronis, hati mengecil, keras dan terdapat nodula berisi getah empedu.

E. Estragol

Estragole (p-allylanisole, metil chavicol) adalah phenylpropene, senyawa organik alami.

Struktur kimia yang terdiri dari cincin benzena diganti dengan grup methoxy dan grup propenyl.

Ini adalah sebuah isomer anethole, berbeda sehubungan dengan lokasi ikatan ganda.

Mempunyai ciri cairan tak berwarna.

F. Safrol

Safrole (5-(2-propenyl)-1,3-benzodioxole) adalah senyawa fenil propana salah satu

golongan dari senyawa aromatik fenilpropanoid. Untuk itu Safrole mempunyai cincin benzena

yang diapit oleh cincin dioxolane dan gugus metilen terminal yang sangat reaktif.

Biomarker Safrole dapat berupa 1’-hidroxysafrole. Biomarker ini dapat di ambil dari

contoh hati dan urin tikus percobaan ditreatment oleh safrole. Selain itu biomarker dan hasil

metabolisme safrole dapat berupa dihydrosafrole (p-n-propil-methylenedioxybenzene),

Page 12: epid

isosafrol (1-propenil-3,4methylene dioxy benzene), dan eugenol (4-alil-2-metoksifenol) (Heikes

1994).. Tes genotosisitas konvensional, termasuk pertukaran kromatit dan tes mikronukleus,

menyatakan toksisitas safrol positif in vitro, dan dalam tes in vivo safrole sudah dapat

ditetapkan dosis karsinogeniknya, baik melalui menggabungkan safrol ke diet dan injeksi (Jin et

al., 2011; SCF 2002). Safrole diserap secara pasif dari saluran pencernaan, tetapi diperkirakan

bahwa safrole tidak beracun dalam bentuk tetapnya. Aktivitas metabolik safrole untuk turunan

karsinogenik yang dapat disederhanakan menjadi empat transformasi yang berbeda.

Transformasi yang pertama, melibatkan oksidasi rantai samping alil dalam sitokrom P450 oleh

enzim CYP2A6 untuk membentuk 1'-hydroxysafrole. Senyawa ini dapat menjalani sulfasi untuk

membentuk 1'-hydroxysafrole sulfat (Daimon et al, 1997/8,. De Vries 1997; Jeurissen et al,

2004;.. Zhou et al, 2007). Reaksi elektrofilik, ester asam sulfat membentuk DNA adduct safrole

pada sel hepatoma manusia (HepG2) dan menginduksi formasi kanker (Liu et al, 1999;. Miller et

al, 1983;.. Zhou et al, 2007). DNA adduct safrole menyebabkan induksi pertukaran kromatid dan

penyimpangan kromosom, yang menyebabkan kesalahan dalam replikasi DNA dan mutasi yang

memiliki kemungkinan karsinogenesis, serta sitotoksisitas (Daimon et al., 1997).

Transformasi yang kedua, berada dalam jalur yang berbeda dengan bahan kimia karsinogenesis

yaitu stres oksidatif, yang menyebabkan penggabungan selama replikasi DNA. Safrol dapat

menjalani pembelahan cincin dioxolane untuk membentuk hydroxychavicol (4-alil-1,2-

Dihydroxybenzene), yang ditunjukkan dalam studi Benedetti terdapat pada metabolit tikus dan

manusia.

Benedetti et al, meneliti efek safrole pada manusia dengan paparan oral. Hydroxychavicol,

dideteksi ada pada saat menyirih, memiliki potensi untuk mengubah ke elecrophiles reaktif

orto-kuinon atau para-kuinon methide. Metabolit ini lebih lanjut dapat bertransformasi

menjadi spesies oksigen reaktif yang dapat menyebabkan kerusakan oksidatif. Hydroxychavicol

lebih beracun dari safrol dan telah terkait dengan disfungsi mitokondria. Kerusakan diprakarsai

oleh hydroxychavicol juga dapat dicegah secara in vivo dengan antioksidan seperti vitamin E

(Liu et al., 1999).

Transformasi ketiga melibatkan epoksidasi safrole dengan ikatan rangkap dari kelompok

propenil untuk membentuk safrol-2 ', 3'-epoksida (de Vries 1997).

Page 13: epid

Transformasi keempat adalah oksidasi gamma dari rantai samping alil mengarah ke asam

karboksilat, yang dapat konjugasi dengan glisin. DNA adduct safrole yang berikatan dengan

glisin ini adalah N 2-(trans-isosafrol-3'-il) 2'-deoxyguanosine dan N 2-(safrol-1'-il) 2'-

deoxyguanosine (Gupta et al., 1993).

Safrol dan isosafrol bersifat karsinogenik pada mencit dan tikus, mereka menghasilkan

tumor hati setelah pemberian oral. Safrol juga menghasilkan tumor hati dan paru- paru pada

bayi mencit jantan setelah penyuntikan. Dihydrosafrole diberikan secara oral bersifat

karsinogenik pada tikus, di mana ia menghasilkan tumor esofagus.

Karsinogenitas safrole dimediasi melalui pembentukan 1’ -hidroxysafrole, dan diikuti

oleh sulfonasi pada ester asam sulfat yang tidak stabil yang bereaksi dan menjadi DNA adduct

Safrole yang lebih stabil. 1’-Hidroxysafrole, dideteksi pada hati, urine dan cairan empedu dari

hewan yang diberikan safrole. Namun, 1’-Hidroxysafrole tidak dideteksi pada manusia dengan

1,66 mg Safrole. Teknik yang dapat digunakan adalah teknik 32P-post-labeling, dengan teknik

ini dapat ditentukan adanya DNA adduct safrole pada jaringan oral pengguna daun sirih.

Jawablah Pertanyaan berikut ini:

1. Gambarkan secara skematis dari masing-masing senyawa diatas!

a. Benoapirane

Benzo[a]piren menginduksi sitokrom P4501A1 (CYP1A1) pada konsentrasi yang tinggi

dengan berikatan dengan reseptor aromatik hidrokarbon dalam sitosol. Selama berikatan

reseptor transformer mentranslokasikan pada nukleus dimana terjadi dimerisasi dengan

AHNT (aryl hydrocarbon nuclear translocator) kemudian berikatan dengan bagian respon

xenobiotik pada lokasi upstream DNA pada gen tertentu. Proses ini meningkatkan

transkripsi pada gen tertentu, seperti CYP1A1, yang diikuti dengan peningkatan produksi

protein CYP1A1. Proses ini sama dengan induksi CYP1A1 dengan biphenyl polyclorinasi

tertentu dan dioxin. Benzo[a]piren telah ditemukan unuk mengaktivasi transposon, LINE 1

pada maanusia.

Page 14: epid

v

2. Sebutkan enzim-enzim yang berperan dalm metabolism senywa diatas!

Page 15: epid

PERTEMUAN 8

MATERI POKOK :

Karsinogenesis

1. Definisi karsinogenesis

2. Karsinogenesis karena fisik

3. karsinogenesis karena virus

4. karsinogenesis karena senyawa kimia

KARSINOGENESIS

Pada umumnya, kanker timbul karena paparan terhadap suatu karsinogen secara

berkali-kali dan aditif pada dosis tertentu, tetapi pada keadaan tertentu dapat juga timbul dari

dosis tunggal karsinogen. Penyebab kanker dapat satu karsinogen yang sama misalnya asap

rokok (kanker paru), dapat dua karsinogen yang berlainan misalnya asap rokok dan debu asbes

(kanker paru), asap rokok dan radiasi sinar X (kanker paru), asap rokok dan alkohol (kanker

orofarings, larings dan esofagus) , gen kanker dan karsinogen lingkungan. Dari penyelidikan

epidemiologis didapatkan bahwa asap rokok sebagai karsinogen dan debu asbes sebagai

kokarsinogen menimbulkan kanker paru lebih cepat pada pekerja perokok yang menghirup

debu asbes dibandingkan mereka yang mengisap asap rokok saja, karena kokarsinogen

membantu karsinogen menimbulkan kanker lebih efektif. Dari penyelidikan epidemiologis juga

didapatkan bahwa bahan yang menghambat mekanisme pertahanan tubuh membantu

timbulnya kanker.

Untuk beberapa macam kanker terdapat satu faktor yang dominan misalnya sinar

ultraviolet yang menimbulkan kanker kulit dan kelainan kromosom yang menimbulkan

retinoblastoma. Karsinogenesis yang diinduksi karsinogen kimia atau fisik maupun biologik

memerlukan waktu yang disebut periode laten yaitu waktu dari pertama kali terpapar suatu

karsinogen sampai terlihat kanker secara klinis. Periode laten dari kebanyakan kanker seringkali

20 tahun atau lebih. Efek karsinogen yang lemah dapat tidak terlihat, sebab periode latennya

Page 16: epid

melampaui masa hidup seseorang. Karsinogenesis dapat dibagi dalam tiga fase utama yaitu fase

inisiasi, promosi dan progresi.

2. Karsinogenesis karena fisik

Radiasi

Terdapat 2 macam radiasi yaitu radiasi ionisasi (misalnya sinar X) dan non-ionisasi (sinar

ultraviolet). Keduanya adalah bagian dari spektrum gelombang elektromagnetik. Sinar X berasal

dari tambang uranium, kosmik, alat diagnostik penyakit, alat terapi radiasi, kecelakaan nuklir,

bom atom dan sampah radioaktif. Sinar ultraviolet berasal dari matahari. Risiko terkena kanker

meningkat pada anak yang waktu masa fetusnya terkena radiasi sinar X dari pelvimetri ibunya

atau pada anak yang sel benih ibunya sebelum kehamilan mengalami mutasi. Peningkatan

penggunaan enersi nuklir dan percobaan senjata nuklir mempunyai efek jangka panjang dan

pendek radiasi sinar X. Efek jangka pendek menginduksi kanker, sedangkan jangka panjang

menyebabkan kerusakan gen yang diteruskan kepada generasi mendatang. Dosis kecilpun

dapat menimbulkan kerusakan jaringan, tetapi berapa besar dosis belum dapat dipastikan.

Page 17: epid

Risiko menderita lekemia akut adalah yang pertama diketahui dan sumsum tulang dulu

dianggap organ yang paling sensitif tetapi sekarang diketahui risiko untuk menderita tumor

ganas padat lebih besar yaitu kanker kelenjar tiroid, payu dara, paru, kulit, tulang dan lambung

serta organ pencernaan lainnya. Periode laten untuk lekemia adalah beberapa tahun (2-5

tahun) sedangkan untuk tumor ganas padat pada umumnya 5-10 tahun dapat sampai lebih dari

30 tahun. Zat radioaktif lain misalnya radium, phosphorus (P32), mesothorium dan thorotrast

dapat menimbulkan lekemia, osteosarkoma, kanker sinus dan angiosarkoma hati. Radon dari

elemen tanah menimbulkan kanker paru pada penambang. Batu-batuan rumah banyak yang

mengandung materi radioaktif antara lain radon, bila kadar gas ini dalam rumah meningkat 100

kali melebihi batas aman, kemungkinan menyebabkan kanker paru pada yang bukan asap rokok

sebagai penyebabnya. Radon merupakan 10-20% penyebab kanker paru. Sinar ultraviolet

menyebabkan tumor pada paparan berulang dan dosis tertentu. Jaringan yang terkena adalah

kulit, biasanya kulit pelaut dan petani, dapat timbul karsinoma sel basal, karsinoma sel

skwamosa atau melanoma malignum. Lebih dari 75% kanker kulit adalah karsinoma sel basal

muka dan leher. Pada bibir terutama karsinoma sel skuamosa dan paling jarang melanoma

malignum tetapi merupakan penyebab kematian utama kanker kulit. CFC (chlorofluorocarbon)

menyebabkan berkurang tebalnya lapisan ozon di stratosfer sehingga radiasi ultraviolet

matahari lebih banyak sampai ke permukaan bumi. Orang yang genetik melaninnya lebih sedikit

lebih tinggi risiko terkena kanker kulit.

Radikal bebas

Radikal bebas adalah suatu atom, gugus atom, atau molekul yang mempunyai electron

bebas yang tidak berpasangan dilingkaran luarnya. Sumber - sumber radikal bebas yaitu :

1. Radikal bebas terbentuk sebagai produk sampingan dari proses metabolisme.

2. Radikal bebas masuk kedalam tubuh dalam bentuk racun-racun kimiawi dari

makanan ,minuman, udara yang terpolusi, dan sinar ultraviolet dari matahari.

3. Radikal bebas diproduksi secara berlebihan pada waktu kita makan berlebihan (berdampak

pada proses metabolisme) atau bila kita dalam keadaan stres berlebihan,

baik stress secara fisik, psikologis, maupunbiologis.

Page 18: epid

3. Karsinogenesis karena Virus

Virus yang dapat dan dicurigai menyebabkan kanker antaralain :

- Virus Papilloma menyebabkan kutil alatk elamin (genitalis) agaknya merupakan salah satu

penyebab kanker leher rahim pada wanita.

- Virus Sitomegalo menyebabkan Sarkoma Kaposi (kanker sistem pembuluh darah yang ditandai

oleh lesi kulit berwarna merah)

- Virus Hepatitis B dapat menyebabkan kanker hati.

- Virus Epstein-Bar (di Afrika) menyebabkan Limfoma Burkitt, sedangkan di China virus ini

menyebabkan kanker hidung dan tenggorokan. Ini terjadi karena faktor lingkungan dan genetik.

- Virus Retro pada manusia misalnya virus HIV menyebabkan limfoma dan kanker darah lainnya.

4. Karsinogenesis karena senyawa Kimia

Polycyclic aromatic hydrocarbon. Contoh: benzopyrene terdapat dalam asap rokok, asap

mobil dan sebagai produk pembakaran tumbuh-tumbuhan yang menyebabkan kanker paru;

dalam jelaga cerobong asap dan ter batu bara menyebabkan kanker kulit. Asap rokok juga

menyebabkan kanker orofarings, esofagus, larings, kandung kemih, ginjal dan pankreas.

Tembakau yang dikunyah menimbulkan kanker orofarings. Benzopyrene juga terbentuk bila

daging dan ikan dipanggang dengan arang, diasap atau digoreng dengan minyak yang sudah

dipakai berkali-kali. Benzopyrene juga terdapat dalam macam-macam makanan. Beberapa

jenis kerang dan ikan dari air yang terpolusi dapat mengandung benzopyrene, tetapi dari

penelitian epidemiologis dan percobaan binatang belum ditemukan hubungannya dengan

kanker. Golongan ini di-hidroksilasi oleh enzim arylhydrocarbon hydroxylase (dalam limfosit)

menjadi karsinogen yang reaktif.

Aromatic amine. Contoh: butter yellow (dulu dipakai sebagai pewarna mentega sebelum

efek karsinogeniknya pada binatang diketahui), insektisida naphthylamine, benzidine dan 3-

acetylaminofluorene. Naphthylamine menyebabkan kanker hati pada rodentia dan kanker

kandung kemih pada anjing, juga karsinogenik untuk manusia. Benzidine menyebabkan kanker

kandung kemih pada pekerja industri zat warna. Golongan ini diaktifkan dulu oleh enzim dalam

sel hati atau ginjal atau sel tubuh lainnya menjadi karsinogen yang reaktif.

Page 19: epid

Alkylating. Contoh: epoxide, lactone, nitrogen mustard dan derivatnya. Nitrogen

mustard untuk pengobatan penyakit Hodgkin menimbulkan kanker lain pada penderita

tersebut misalnya lekemia, kanker kandung kemih dan limfoma. Termasuk dalam golongan ini

chlorambucil dan busulphan menimbulkan leukemia sedangkan cyclophosphamide

menimbulkan kanker kandung kemih. Untuk lekemia periode latennya singkat sedangkan

kanker solid lebih lama. Telah lama diketahui golongan ini bersifat mutagenik berikatan dengan

bagian-bagian molekul DNA menyebabkan kesalahan pada replikasi DNA.

Nitrosamine. Terbentuk dari nitrit dengan sejumlah amin. Garam nitrit dan nitrat

alamiah terdapat dalam sayur-sayuran, ikan dan daging. Nitrit digunakan sebagai aditif

makanan (pengawet daging) sejak abad ke 19 dan peptisida, juga terdapat dalam makanan

sebagai residu obat-obatan. Sumber amin adalah obat tertentu dan nikotin. Nitrosamine juga

terbentuk pada proses memanggang dan terdapat dalam asap rokok. Nitrosamine

menyebabkan macam-macam kanker pada spesies binatang percobaan yang berbeda yaitu

kanker hati, ginjal, paru, esofagus, vesika urinaria, pankreas, trakea, sinus dan saraf tepi. Di

beberapa bagian dunia misalnya India, mengunyah buah pinang dapat menyebabkan kanker

mulut, farings atau esofagus, kemungkinan karena nitrosamine dalam buah pinang.

Penyelidikan epidemiologis membuktikan tidak konsistennya hubungan nitrosamine dengan

kanker lambung. Golongan ini diaktifkan dulu oleh enzim sel hati atau ginjal atau sel tubuh

lainnya menjadi karsinogen yang reaktif. Berdasar pengetahuan saat ini nitrosamine pada

manusia belum pasti menimbulkan kanker.

Aflatoxin B1. Pada permulaan tahun 1960 diisolasi dari jamur Aspergillus flavus yang

tumbuh pada makanan yang disimpan yaitu kacang tanah, jagung, gandum, kacang polong,

beras, kacang kedelai, buah, daging tertentu, susu dan keju. Aflatoxin adalah karsinogen hati

pada beberapa spesies binatang. Pada manusia menyebabkan kanker hati (hepatoma primer),

terdapat bukti bahwa aflatoxin mempunyai peranan utama untuk terbentuknya kanker hati, di

negara tropis sebagai kontaminan dari makanan karbohidrat, terutama biji-bijian dan kacang-

kacangan. Aflatoxin juga ditransformasikan dulu oleh enzim sel hati atau ginjal menjadi

karsinogen yang reaktif.

Page 20: epid

Logam berat. Senyawa kromium (Cr), Nikel (Ni) dan uranium (Ur) diduga menyebabkan

kanker paru dan sinus sedangkan kadmium (Cd) diduga menyebabkan kanker prostat.

Vinylchloride, pada pekerja pabrik bahan dasar plastik, polyvinylchloride (PVC) dapat

menyebabkan kanker hati (angiosarkoma), kanker paru, otak, darah dan limfa. Bungkus plastik

dan tempat makanan plastik yang menggunakan bahan dasar vinylchloride menguatirkan

konsumen. Chloromethylmethylether digunakan secara luas pada industri kimia sebagai

perantara sintesa organik dapat menyebabkan kanker paru. Carbontetrachloride pada pekerja

plastik dan pekerja cuci kering menyebabkan kanker hati, thiourea (zat aditif makanan) pernah

digunakan sebelum diketahui sifat karsinogeniknya pada binatang dan urethane (zat aditif

makanan) diduga karsinogenik. Hidrocarbonchloride sebagai peptisida misalnya DDT, eldrin,

dieldrin menyebabkan kanker hati pada tikus dan lain spesies, pada manusia belum jelas

menyebabkan kanker, mungkin karena periode latennya belum diketahui berapa tahun.

Penggunaan pewarna rambut meningkatkan risiko terkena limfoma non-Hodgkin, penyakit

Hodgkin dan multiple myeloma. Beberapa jenis kanker diduga disebabkan beberapa produk

seperti deterjen, kosmetik, plastik padat atau busa, cat, pewarna, semir, pelarut, kertas dan

tinta cetak. Mungkin setelah paparan lama risiko ini dapat dideteksi di masa yang akan datang.

Phenacetin diduga penyebab kanker pelvis renis dan kandung kemih, methoxypsoralen

penyebab kanker kulit, arsen penyebab kanker kulit dan chlornaphazine penyebab kanker

kandung kemih.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Jawablah Pertanyaan ini :

1. Jelaskan dengan menggunkan table perbedaan karsinogenesis

2. Karsinogenesis karena fisik

3. karsinogenesis karena virus

4. karsinogenesis karena senyawa kimia

Page 21: epid

PERTEMUAN 9

MATERI POKOK :

Obat anti Kanker

1. obat herbal ( Flavonoid)

2. obat sintetis (doxorubicin), dan contoh lainya.

1. Obat Herbal sebagai Obat Kanker (Kandungan kimia Flavonoid)

Benalu Teh (Loanthus Parasiticus)

Benalu teh merupakan tanaman parasit yang tumbuh pada tanaman teh. Disebut juga benalu

atau parsilan dalam bahasa jawa-sunda. Tinggi tanaman ini berkisar antara 10 hingga 50 cm.

batangnya berbentuk bulat berwarna agak hijau kecoklatan. Daunnya berbentuk clips,

bertangkai warnanya hijau serta mempunyai letak yang saling berhadapan. Bunganya berwarna

merah yang muncul pada ketiak daun serta memiliki biji yang mengandung getah.

Kandungan avicularin atau senyawa flavonoid berkhasiat sebagai obat anti kanker. Ekstrak dari

benalu teh telah dibuktikan mampu menghambat perbanyakan dan penyebaran sel kanker. Ia

juga memiliki efek menenangkan serta meluruhkan air seni. Selain itu, benalu juga dapat

digunakan sebagai obat sakit pinggang, kekakuan punggung, memperbesar pembuluh arteri

jantung, pencegah keguguran, anti demam, anti radang serta dapat mencegah osteoporosis.

Seluruh bagian dari tanaman ini dapat digunakan untuk sebagai obat anti kanker. Benalu teh

dalam bentuk ekstrak telah banyak dijual di toko-toko jamu.

Temu putih (Curcuma zedoaria (Christm.) Roscoe syn. Curcuma pallida Lour. (Heyne))

Rimpang temu putih rasanya sangat pahit, pedas dan sifatnya hangat, berbau aroamtik,

dengan afinitas ke meridian hati dan limpa. Temu putih termasuk tanaman obat yang

menyehatkan darah dan menghilangkan sumbatan, melancarkan sirkulasi vital energi (qi) dan

menghilangkan nyeri. Rimpang temu putih berkasiat antikanker, anti radang (antiflogistik),

melancarkan aliran darah, fibrinolitik, tonik pada saluran cerna, peluru haid (emenagong), dan

peluru kentut.

Page 22: epid

Kandungan Kimia

Rimpangan temu putih mengandung 1-2,5% minyak menguap dengan komposisi utama

sesquiterpene. Minyak menguap tersebut mengandung lebih dari 20 komponen seperti

curzerenone (zedoarin) yang merupakan komponen terbesar, curzerene, pyrocurcuzerenone,

curcumin, curcumemone, epicurcumenol, curcumol (curcumenol), isocurcumenol,

procurcumenol, dehydrocurdone, furanodienone, isofuranodienone, furanodiene, zederone,

dan curdione. Selain itu mengandung flavonoid, sulfur, gum, resin, tepung, dan sedikit lemak.

Curcumol dan curdione berkasiat antikanker.

Daun Dewa (Gynura divaricata)

Daun Dewa memiliki panjang 20 cm, lebar 10 cm, dengan tangkai pendek, bulat lonjong

berdaging, berbulu halus, ujung daunnya lancip, bertoreh pada tepi daun serta warna hijau

keunguan. Daun dewa juga memiliki bunga majemuk yang tumbuh di ujung batang, berkelopak

hijau berbentuk cawan, dan benang sari berwarna kuning berbentuk jarum.

Efek farmakologis yang dimiliki tanaman Daun dewa diyakini ampuh melancarkan peredaran

darah, mengatasi luka memar, peradangan dan pembengkakan yang terjadi; menghentikan

perdarahan, menurunkan panas, antinyeri, menurunkan kolesterol jahat, menghilangkan kutil,

mengatasi gangguan ginjal, melawan serangan bakteri dan virus, menetralkan racun dalam

tubuh, bahkan tumor dan kanker bisa diatasinya.

Beberapa senyawa aktif yang diperoleh dari ekstrak Daun dewa seperti flavonoid, monoterpen,

dan seskuiterpen lakton, diketahui berperan penting dalam menghambat pertumbuhan dan

perkembangan sel tumor/kanker dalam tubuh.

Selain sifat antitumor dan antikanker yang dimilikinya, tentu saja, sifat farmakologis Daun dewa

lainnya juga turut bersumbangsih dalam pengobatan kanker, dimana rasa nyeri dan

peradangan yang terjadi akibat keberadaan tumor dan kanker dapat ditekan sehingga

meringankan rasa sakit yang diderita penderita kanker.

Page 23: epid

2. Obat Sintesis

a. Doksorubisin

Doksorubisin HCl adalah salah satu dari antibiotik anthracycline, terisolasi dari strain

Streptomyces peucetius caesius var. Hal ini dapat menembus dinding sel cepat dan intercalate

dengan DNA dalam nukleus. Kehadiran doksorubisin HCl dalam inti membekukan DNA

topoisomerase II enzim dan protein istirahat terkait DNA untai. Tindakan ini menyebabkan

penghambatan aktivitas mitosis, sintesis asam nucleid, mutagenesis dan penyimpangan

kromosom. Tindakan lain Doksorubisin HCl adalah reaksi dengan sitokrom P450 untuk

menghasilkan peroksida hidrogen dan radikal hidroksil yang sangat merusak sel.

Selain bertindak sebagai sitotoksik, Doksorubisin Kalbe memiliki aktivitas lain dari studi hewan.

Its kegiatan lain seperti kekebalan, induksi efek toksik termasuk toksisitas jantung, myelosupresi

di semua jenis dan testis athropy pada tikus dan anjing. Setelah i.v. administrasi, Doksorubisin

Kalbe, ditampilkan clearance plasma cepat. ekskresi urin sekitar 4-5% dari dosis diekskresikan

administrasi dalam empedu atau feses dalam 7 hari dan 75% dari sekarang obat dalam plasma

terikat dengan protein. Penurunan meningkatkan fungsi retensi hati dan akumulasi dalam

plasma dan jaringan.

Indikasi

Doksorubisin Kalbe diindikasikan untuk regresi dalam kondisi neoplastik disebarluaskan seperti

leukemia akut, tumor Wilms, neuroblastoma, jaringan lunak dan sarkoma tulang, karsinoma

payudara, karsinoma ovarium, karsinoma sel kandung kemih transisi, karsinoma tiroid, kanker

paru-paru, penyakit Hodgkin dan limfoma non-Hodgkin , bronchogenic karsinoma dan

karsinoma lambung.

Kontra Indikasi

Myelosupresi · menginduksi oleh perlakuan agen antitumor atau radioterapi.

· Pasien dengan penyakit jantung yang sudah ada.

· Pasien yang menerima pengobatan sebelumnya dengan dosis kumulatif lengkap doxorubicin

atau daunorubisin.

·Pasien yang hipersensitif terhadap hydroxybenzoate.

Page 24: epid

· Kehamilan.

Peringatan

Untuk menggunakan infus saja. Parah nekrosis jaringan lokal akan terjadi jika ada ekstravasasi

selama administrasi. Doksorubisin tidak harus diberikan oleh tingkat intramuskular atau

subkutan.

· Dosis harus dikurangi pada pasien dengan gangguan fungsi hati.

· Toksisitas untuk direkomendasikan dosis Doksorubisin adalah enchaned oleh gangguan hati,

karena itu, sebelum dosis individu, evaluasi fungsi hati dianjurkan menggunakan klinis

konvensional.

· Uji laboratorium (seperti SGOT, SGPT, Alkaline fosfat dan Bilirubine).

· Myelosupresi berat dapat terjadi.

· Doksorubisin harus diberikan hanya di bawah pengawasan seorang dokter yang

berpengalaman dalam penggunaan agen kanker chemoterapeutic.

· Doksorubisin dapat mempotensiasi di toksisitas terapi antikanker lain. Eksaserbasi

cyclophospamide cystitis disebabkan perdarahan dan peningkatan hepatotoksisitas 6-

mercaptopurine telah dilaporkan. Radiasi yang disebabkan toksisitas ke, mukosa kulit

miokardium,, dan hati telah dilaporkan meningkat administrasi Doksorubisin.

· Doksorubisin Kalbe dapat menyebabkan gagal jantung meskipun risiko yang sangat rendah

pada batas yang dianjurkan 550 mg/m2. Risiko menjadi lebih tinggi ketika total dosis obat

melebihi batas yang direkomendasikan. Batas yang direkomendasikan menjadi lebih rendah,

400 mg/m2, pada pasien yang menerima radioterapi untuk daerah mediastinum atau terapi

bersamaan dengan agen lain kardiotoksik.

· Kongestif gagal jantung dapat terjadi, beberapa minggu setelah penghentian terapi Kalbe

Doksorubisin, yang tidak menguntungkan dipengaruhi oleh terapi fisik yang sekarang dikenal

untuk dukungan jantung.

Pemantauan EKG sebelum dan sesudah perlakuan, untuk memprediksi cardiotoxicity yang

ditandai dengan penurunan gelombang QRS.

Page 25: epid

· Karena kejadian depresi sumsum tulang tinggi, pemantauan hematologi dianjurkan hati-hati.

toksisitas hematologi mungkin memerlukan pengurangan dosis atau menunda terapi Kalbe

Doksorubisin.

· Evaluasi atau infus harus dihentikan, bila gejala ekstravasasi telah terjadi. Terapi harus dimulai

kembali dalam vena lain.

· Suka lain agen sitotoksik, Doksorubisin Kalbe telah menunjukkan sifat mutagenik dan

teratogenik dalam evaluasi hewan. Meskipun tidak ada studi yang memadai pada manusia,

penggunaan Doksorubisin Kalbe dalam kehamilan dihindari.

· Doksorubisin Kalbe dapat mendorong hyperuricemia sekunder untuk lisis cepat sel-sel

neoplastik. Oleh karena itu kadar urat harus dimonitor untuk mengontrol masalah.

· Doksorubisin terapi Kalbe menyebabkan warna merah untuk air seni selama 1-2 hari setelah

pemberian.

Adverse Reaksi

· Terutama reaksi merugikan dari Doksorubisin Kalbe adalah myelosupresi dan cardiotoxicity.

Reaksi yang merugikan lainnya adalah:

· Cutaneous: alopecia Reversible, hiperpigmentasi dermal nailbeeds dan lipatan terutama pada

anak-anak. Oncholysis mungkin jarang terjadi.

· Gastrointestinal: Mual, muntah, stomatitis yang dimulai sebagai sensasi terbakar dengan

eritema dari mukosa mulut yang mengarah ke koreng, anoreksia dan diare telah dilaporkan.

· Vascular: Ketika vena kecil yang digunakan untuk administrasi, dapat menyebabkan

phlebosclerosis.

· Lokal: bengkak, nekrosis jaringan, dan selulitis parah kadang-kadang terjadi selama

administrasi. Parah selulitis, eritematosa melesat sepanjang vena proksimal tempat suntikan

telah dilaporkan.

· Hipersensitivitas: Demam, menggigil, urtikaria dan anafilaksis dapat terjadi.

Lainnya o: Jarang konjungtivitis dan lakrimasi terjadi.

Page 26: epid

Interaksi Obat

pengobatan · Bersamaan dengan Cyclophospamide, Dactinomycin atau Mytomycin dapat

menyadarkan hati untuk efek kardiotoksik dari Doksorubisin.

· Propanolol dapat meningkatkan cardiotoxicity dari Doksorubisin sebagai kedua obat telah

terbukti dapat menghambat jantung mitokondria co-dan 10-enzim.

· Doksorubisin dapat meningkatkan konsentrasi penyesuaian dosis asam urat darah agen

antigout (misalnya Allopurinol, Kolkisin) mungkin diperlukan untuk mengendalikan

hyperuricaemia. Efek depresan leucopenic, thrombocytopenic dan tulang sumsum dari

Doksorubisin akan meningkat dengan terapi bersamaan atau baru-baru ini dengan obat lain

yang menyebabkan efek ini.

· Doksorubisin dapat menurunkan respons antibodi pasien untuk vaksin dan / atau dapat

meningkatkan efek merugikan dari vaksin virus hidup karena imunosupresi. efek ini dapat

bertahan dari tiga bulan sampai satu tahun.

· Hepatotoksik obat (misalnya Metotreksat dosis tinggi) dapat mengganggu fungsi hati dan,

oleh karena itu, meningkatkan toksisitas Doksorubisin subsequantly diberikan.

Dosis

° dosis yang direkomendasikan adalah 60-75 mg/m2 sebagai iv tunggal administrasi selama 21

hari, dosis rendah (60 mg/m2) harus diberikan kepada pasien dengan cadangan sumsum

memadai karena infiltrasi sumsum neoplastik atau usia tua atau terapi sebelumnya.

· Sebuah alternatif dosis 20 mg/m2 mingguan atau 30 mg/m2 setiap hari berturut-turut diulang

setiap 4 minggu untuk mengurangi toksisitas

¨ dosis Doksorubisin Kalbe bila digunakan dalam kombinasi dengan obat myelosuppresive lain

adalah 30-40 mg/m2 setiap 3 sampai 4 minggu dan 60-75 mg/m2 jika digunakan dengan obat

yang tidak myelosuppressive.

· Dosis Doksorubisin Kalbe harus dikurangi jika kenaikan bilirubin sebagai berikut:

½ dosis normal Doksorubisin Kalbe jika bilirubin serum 20-50 mmol / L dan retensi BSP 9-15%.

¼ dosis normal Doksorubisin Kalbe jika bilirubin serum> 50 mmol / L dan retensi BSP> 5%.

° prosedur berikut ini:

Page 27: epid

kandung kemih harus catheterized dan dikosongkan. Suatu larutan yang mengandung 80 mg

Doksorubisin dalam 100 ml Saline normal, harus ditanamkan melalui kateter ke dalam kandung

kemih. Kateter harus daripada dihapus dan pasien diinstruksikan untuk berbaring di samping.

Pada 15 menit interval, pasien harus diinstruksikan untuk alternatif ke sisi lain selama periode 1

jam. Pasien seharusnya tidak buang air kecil selama 1 jam setelah kandung kemih harus

dikosongkan dari solusi. Prosedur ini diulang pada interval bulanan.

b. Metrotexat

NAMA KIMIA : 4-amino-4-deoxy--10-methylpteoryl-L-glutamic acid

STRUKTUR KIMIA : C20H22N8O5

SIFAT FISIKOKIMIA: Serbuk kristal berwarna kuning atau oranye, higroskopis. Praktis tidak larut

dalam air, alkohol, diklorometan, terurai dalam larutan asam mineral, basa hidroksida dan

karbonat.

FARMAKOLOGI: Onset kerja: Antirematik: 3-6 minggu; tambahan perbaikan bisa dilanjutkan

lebih lama dari 12 minggu.;Absorpsi: Oral: cepat : diserap baik pada dosis rendah (<30 mg/m2);

tidak lengkap setelah dosis tinggi ; I.M.: Lengkap; Distribusi: Penetrasi lambat sampai cairan

fase 3 (misal pleural efusi, ascites), eksis lambat dari kompartemen ini (lebih lambat dari

plasma), melewati plasenta, jumlah sedikit masuk kelenjar susu, ;konsentrasi berangsur-angsur

dikeluarkan di ginjal dan hati.;Ikatan protein: 50%.;Metabolisme: <10%: Degradasi dengan flora

intestinal pada DAMPA dengan karboksipeptida, oksidasi aldehid konversi metotreksat menjadi

7-OH metotreksat di hati; ;poliglutamat diproduksi secara mempunyai kekuatan samadengan

metotreksat, produksinya tergantung dosis, durasi dan lambat dieliminasi oleh sel..;T eliminasi:

Dosis rendah: 3-10 jam; I.M.: 30-60 menit.; Ekskresi: Urin (44%-100%); feses (jumlah kecil)

KONTRA INDIKASI :Hipersensitifitas dari metotreksat dan komponan lain dari sediaan;

kerusakan hebat ginjal dan hati,pasien yang mengalami supresi sum-sum tulang dengan

psoriasis atau reumatoid artritits, penyakit alkoholik hati, AIDS, darah diskariasis, kehamilan,

menyusui.

Page 28: epid

EFEK SAMPING: Efek samping beragam sesuai rute pemberian dan dosis. ;Hematologi dan/atau

toksisitas gastrointestinal biasanya sering terjadi pada penggunaan umum dari dosis umum

metotreksat; reaksi ini lebih sedikit terjadi ketika digunakan pada dosis topikal untuk reumatoid

artritis.;>10%;SSP: (dengan pemberian intratekal atau terapi dosis tinggi): Arachnoides:

Manifestasi reaksi akut sebagai sakit kepala hebat, rigidity nuchal, muntah dan demam, dapat

alleviated dengan pengurangan dosis. ;Subakut toksisitas: 10% pasien diobat dengan 12-15

mg/m2 dari intratekal metotreksat bisa membuat ini dalam minggu kedua atau ketiga dari

terapi; konsis dari paralisis motor dari ekstremites,palsy nerve kranial, seizure, atau koma. ;Hal

ini juga terlihat pada pediatrik yang menerima dosis tinggi IV metotreksat.;Demyelinating

enselopati: telihat dalam bulan atau tahun setelah menerima metotreksat; biasanya

diasosiasikan dengan iradiasi kranial atau kemoterapi sistemik yang lain.;Dermatologi: Kulit

menjadi kemerahan.Endokrin dan metabolik: Hipoerurikemia,detektif oogenesis, atau

spermatogenesis.;GI: Ulserativ stomatitis, glossitis, gingivitis, mual, muntah, diare, anoreksia,

perforasi intestinal, mukositis (tergantung dosis; terlihat pada 3-7 hari setelah terapi, terhenti

setelah 2 minggu);Hematologi: Leukopenia, trombositopenia.Ginjal: Gagal ginjal,

azotemia,nefropati.Pernafasan: Faringitis.;1%-10%;Kardiovaskular: Vaskulitis.SSP: pusing,

malaise, enselopati, seizure, demam, chills.Dermatologi: Alopesia, rash, fotosensitivias,

depigmentasi atau hiperpigmentasi kulit.;Endokrin dan metabolik: Diabetes.Genital:

Cystitis.Hematologi: pendarahan.;Myelosupresif: Terutama faktor batas-dosis (bersama dengan

mukositis) dari metotreksat, terjadi sekitar 5-7 hari setelah terapi, dan harus dihentikan selama

2 minggu. ; WBC: Ringan, Platelet: Sedang, Onset: 7 hari, Nadir: 10 hari, Recovery: 21

hari;Hepatik: Sirosis dan fibrosis portal pernah diasosiasikan dengan terapi kronik metotreksat,

evaliasi akut dari enzym liver adalah biasa terjadi setelah dosis tinggi dan biasanya resolved

dalam 1 hari.Neuromuskular dan skeletal: Arthalgia.Okular: Pandanga;Renal: Disfungsi ginjal:

Manifestasi karena abrupt rise pada serum kreatinin dan BUN dan penurunan output urin, biasa

terjadi pada dosis tinggi dan berhubungan dengan presipitasi dari obat.;Respiratori:

Penumositis: Berhubungan dengan demam, batuk, dan interstitial pulmonari infitrates;

pengobatan dengan metotreksat selama reaksi akut;;interstitial pneumisitis pernah dilaporkan

terjadi dengan insiden dari 1% pasien dengan RA (dosis 7.5-15 mg/minggu).;<1% (terbatas

Page 29: epid

sampai penting untuk penyelamatan hidup): Neurologi akut sindrom (pada dosis tinggi-

simptom termasuk kebingungan, hemiparesis, kebutaan transisi,dan koma); anafilaksis

alveolitis; disfungsi kognitif (pernah dilaporkan pada dosis rendah), ;penurunan resistensi

infeksi,eritema multiforma, kegagalan hepatik, leukoenselopati (terutama mengikuti irasiasi

spinal atau pengulangan terapi dosis tinggi),disorder limpoproliferatif, osteonekrosis dan

nekrosis jaringan lunak (dengan radioterapi),;perikarditis, erosions plaque (Psoriasis), seizure

(lebih sering pada pasien dengan ALL), sindrom Stevens Johnson, tromboembolisme.

INTERAKSI OBAT: Efek meningkatkan/toksisitas: Pengobatan bersama dengan NSAID telah

menghasilkan supresi sum-sum tulang berat, anemia aplastik dan toksisitas pada saluran

gastrointestinal. NSAID tidak boleh digunakan selama menggunakan ;metotreksat dosis sedang

atau tinggi karena dapat meningkatkan level metotreksat dalam darah (dapat menaikkan

toksisitas): ;NSAID digunakan selama pengobatan dari reumatoid artritis tidak pernah amati,

tapi kelanjutan dari regimen terdahulu pernah diikuti pada beberapa keadaan, dengan

peringatan monitoring. Salisilat bisa meningkatkan level metotreksat, ;bagaimanapun

penggunaan salisilat untuk profilaksis dari kejadian kardiovaskular tidak mendapat

perhatian.;Penisilin, probenesid, sulfonamid, tetrasiklin dapat meningkatkan konsentrasi

metotreksat karena adanya penurunan sekresi pada tubular ginjal. ;Zat hepatoksik (asitretin,

retinoid, sulfasalazin) bisa meningkatkan resiko hepatotoksik dari metotreksat. Penggunaan

bersama dengan siklosforin dapat meningkatkan level dan toksisitas keduanya.;Metotreksat

bisa meningkatkan level merkaptopurin atau teofilin. ;Metotreksat ketika diberikan dengan

sitarabin, dapat mengubah efikasi dan toksisitas dari sitarabin, beberapa regimen kombinasi

(misalnya hiper-CVAD) pernah di desain untuk mendapatkan keuntungan dari interaksi ini.;Efek

Penurunan: Kolestiramin bisa menurunkan level metotreksat. Kortikosteroid menurunkan

pengambilan metotreksat pada leukimia sel. ;Pemberian obat ini seharusnya dipisah selama 12

jam. Deksametason pernah dilaporkan tidak menyebabkan masuknya metotreksat ke dalam sel.

PERINGATAN: Senyawa berbahaya gunakan dengan perhatian penuh untuk penanganan dan

pembuangan limbah . Dapat potensial menyebabkan pneumositis yang membahayakan (bisa

terjadi selama terapi pada dosis berapun); monitoring secara ketat simptom pulmonari,

Page 30: epid

khususnya batuk kering atau produktif,. Metotreksat potensial menyebabkan reaksi

dermatologi - tanpa tergantung dosis.;Metotreksat pernah diasosiasikan dengan

hepatotoksisitas akut dan kronik, fibrosis dan sirosis. Risiko berhubungan dengan dosis

kumulatif dan pemaparan berkepanjangan. ;Penyalahgunaan alkohol, obesitas, usia lanjut,

diabetes dapat meningkatkan reaksi risiko hepatotoksis.;Metotreksat dapat menyebabkan

kegagalan ginjal, gastointestinal toksisitas, atau supresi sum-sum tulang. Gunakan dengan

peringatan pada pasien dengan kegagalan ginjal, penyakit ulkus lambung, kolitis ulseratif atau

supresi sum-sum tulang. ;Diare dan stomatitis ulseratif dapat menyebabkan interupsi terapi;

kematian akibat hemorargi enteritis atau intestinal perforasi pernah dilaporkan.;Penetrasi

metotreksat lambat pada cairan fase ketiga, seperti efusi pleural atau ascites dan eksis lambat

dari kompartemen ini (lebih lambat dari plasma). ;Pengurangan dosis dapat diperlukan pada

pasien dengan kerusakan ginjal dan hati, ascites, dan efusi pleural. Toksisitas dari metotreksat

atau imunosupresan lain meningkat pada orang dewasa.;Supresi sum-sum tulang berat, anemia

aplastik, dan toksisitas GI pernah terjadi selama pemberian bersama NSAID. ;Gunakan dengan

peringatan ketika digunakan dengan zat hepatotoksik yang lain (azatioprin, retinoids,

sulfasalazin). ;Metotreksat diberikan secara bersama dengan radioterapi dapat meningkatkan

infeksi oportunistik.;Untuk reumatoid artritis dan psoriasis, terapi imunosupresan sebaiknya

hanya digunakan ketika penyakit aktif dan kurang toksis; terapi tradisional tidak

efektif. ;Pemberhentian terapi pada reumatoid artritis dan psoriasis jika ada penurunan

komponen hematologi yang signifikan.;Formulasi metotreksat dan/atau pelarut yang

mengandung pengawet sebaiknya tidak digunakan untuk intratekal atau dosis tinggi. ;Injeksi

metotreksat bisa mengandung benzil alkohol dan tidak boleh digunakan pada bayi baru lahir.

MEKANISME AKSI: Metotreksat adalah antimetabolit folat yang menginhibisi sintesis DNA.

Metotreksat berikatan dengan dihidrofolat reduktase, menghambat pembentukan reduksi folat

dan timidilat sintetase, menghasilkan inhibisi purin dan sintesis asam timidilat. ;Metotreksat

bersifat spesifik untuk fase S pada siklus sel.

Page 31: epid

c. Bleomisin

FARMAKOLOGI: Absorpsi: I.M dan intrapleural: 30% sampai 50% dari konsentrasi serum;

Intraperitonial dan subkutan menghasilkan konsentrasi serum setara dengan IV;Distribusi: Vd:

22L/m2, konsentrasi tertinggi di kulit, ginjal, paru, jantung, kensentrasi rendah di testes dan GI,

tidak dapat melewati sawar otak.;Ikatan protein: 1%;Metabolisme: Melewati beberapa jaringan

termasuk hepatik, saluran GI, kulit, pulmonari, ginjal, dan serum;T eliminasi: Biphasic

(tergantung fungsi ginjal):; Fungsi ginjal normal: Awal: 1-3 jam, terminal 9 jam; End-stage ginjal:

Awal: 2 jam; terminal 30 jam;Waktu puncak, serum: I.M.: Sekitar 30 menit;Ekskresi : Urin (50%-

70% sebagai zat aktif).

KONTRA INDIKASI: Hipersensitifitas terhadap bleomisin sulfat atau komponen lain dalam

sediaan, penyakit pulmonari hebat, kehamilan.

EFEK SAMPING: > 10%;Kardiovaskular: Fenomena Raynaud;Dermatologi: Nyeri pada lokasi

tumor, plebitis. Sekitar 50% pasein mengalami eritema, indurasi, hiperkeratosis, dan

pengelupasan pada kulit terutama pada bagian permukaan palmar dan plantar tangan dan kaki.

;Hiperpigmentasi (50%), alopesia, perubahan pada kuku juga bisa terjadi. Efek yang terjadi

tergantung dosis dan bersifat reversibel jika obat dihentikan.;GI: Stomatitis dan mukositis

(30%), anoreksia, kehilangan berat badan.;Pernafasan: Tachypenia, akut atau kronik interstitial

pneumositis dan pulmonari fibrosis (5%-10%), hipoksia dan kematian (1%).;Gejala meliputi

batuk, sesak nafas, dan infiltrasi biletral pulmonari. Patogenisisnya tidak pasti, tetapi mungkin

berhubungan dengan kerusakan pulmonary, vaskular, atau konektif jaringan. ;Respons dengan

terapi steroid bervariasi dan beberapa masih kontroversial.;Miscelleneous: Reaksi demam akut

(25%-50%), reaksi anafilaktik dengan karakter sebagai berikut:hipotensi, bingung, demam,

menggigil, dan wheezing. Onset bisa langsung atau tertunda beberapa jam.;1% -

10%:;Dermatologi: Kemerahan (8%), penipisan kulit , difusi skleroderma,

onikolisis.;Miscellanoues: Reaksi anafilaktik akut.;< 1% (terbatas sampai life-threatening):

Angioedema, kecelakaan cerebrovaskular, hepatotoksik, ;MI, mual, muntah; myelosupresif

(jarang); Onset: 7 hari, nadir: 14 hari, recovery: 21 hari.

Page 32: epid

INTERAKSI OBAT: Peningkatan efek/toksisitas: Lomustin dapat memperparah leukopenia.

Cisplatin bisa menurunkan eliminasi bleomisin.;Penurunan efek : bleomisin menurunkan level

plasma digoksin. Pemberian bersama dengan fenitoin menghasilkan penurunan kadar fenitoin

dalam darah.

PENGARUH MENYUSUI: Distribusi bleomisin dalam air susu tidak diketahui,bleomisin tidak

direkomendasikan untuk ibu menyusui.

PERINGATAN: FDA merekomendasikan untuk prosedur penanganan yang memadai dan

pembuangan limbah antineoplastik harus diperhatikan. ;Kejadian pulmonari fibrosis tinggi pada

pasien geriatri, pada pasien yang menerima dosis > 400 unit total, perokok dan pasien dengan

terapi radiasi sebelumnya. ;Reaksi idiosinkratik hebat berupa: hipotensi, konfusi mental,

demam, chills dan wheezing (sama dengan anafilaksis) pernah dilaporkan pada 1% pasien

limfoma yang mendapat terapi dengan bleomisin. ;Jika reaksi ini terjadi setelah dosis pertama

atau kedua, monitoring harus lebih hati-hati. Periksa kondisi paru setiap sebelum mulai

terapi . ;Direkomendasi untuk pemberian O2 selama operasi pada pasien yang menerima

bleomisin.

MEKANISME AKSI: Menghambat sintesis DNA, ikatan-ikatan DNA untuk selanjutnya terjadinya

pemutusan untai tunggal dan ganda

d. ALKERAN (Melphalan 2 mg/tablet.)

In: Untuk multiple myeloma, ovarian adenocarcinoma tingkat lanjut, kanker payudara.

e. ANZATAX ( Paklitaksel 30 mg.)

In: Terapi kanker ovarium metastase, kanker payudara.

KI: hipersensitivitas PEG 35, minyak jarak, pasien dengan neutropenia berat.

Perh: premedikasi dengan kortikosteroid, antihistamin dan antagonis reseptor H2, pasien

dengan abnormalitas konduksi di jantung, pasien dengan keluhan abdominal dan perforasi usus

besar, gangguan fungsi hati dan ginjal, hamil dan menyusui.

Page 33: epid

ES: reaksi hipersensitivitas, neutropenia, trombositopenia, anemia, infesi saluran napas atas,

infeksi saluran urin, sepsis, hipotensi dan bradikardia, aritmia, penyumbatan atrioventrikular,

perubahan EKG, peningkatan enzim hati, arthralgia, myalgia, gangguan gastrointestinal, reaksi

di tempat suntikan.

IO: Sisplatin, ketokonazol, obat yang dimetabolisme di hati.

Ds: terapi agen tunggal: 175 mg/m2 IV periode lebih dari 3 jam selama 3 minggu. Terapi

kombinasi: 175 mg/m2 IV periode lebih dari 3 jam selama 3 minggu diikuti oleh senyawa

platinum atau 135 mg/m2 IV periode 24 jam diikuti dengan senyawa platinum.

f. ARIMIDEX

Anastrazol 1 mg/tablet.

In: Kanker payudara lanjut wanita paska menopause penyakit berkembang setelah penggunaan

tamoksifen atau anti estrogen lain.

KI: Wanita premenopause, wanita hamil atau menyusui; penderita kerusakan ginjal berat

(klirens kreatinin <20 ml/min); penderita penyakit hati sedang dan berat, hipersensitif.

Perh: Tidak dianjurkan untuk anak-anak.

ES: kekeringan vagina, gangguan saluran cerna, astenia, somnolens, sakit kepala.

Ds: Dewasa: Sekali sehari 1 tablet.

g. AVASTIN *(Bevakizumab)*

In: terapi kanker metastatik di kolon atau anus pada kombinasi dengan 5-FU intravena/asam

folat atau 5-FU/asam folat/irinotecan.

KI: kanker metastasis, ibu hamil dan menyusui, produk sel ovari hamster cina atau gen

rekombinan atau antibodi manusia.

Perh: perforasi sistem pencernaan, penyembuhan komplikasi luka, proteinuria, tromboamboli

arteri, hemorhagik, kardiomiopatik.

ES: inflamasi perut bagian dalam, luka lambung, tumor nekrosis, diverticulitis (inflamasi kolon),

pendarahan, hipertensi, proteinuria, tumor yang menyebabkan haemorhagik, tromboemboli

arterial, keadaan abnormal.

Page 34: epid

Ds: 5 mg/kg/BB dalam infus intravena sekali dalam 14 hari. Dosis awal diberikan 90 menit

setelah kemoterapi infus. Dosis kedua diberikan infus selama 60 menit dan kemudian seluruh

dosis diberikan 30 menit sebelum atau sesudah kemoterapi.

Km: Vial 25 mg/ml x 4 ml x 1’s. 16 ml x 1’s.

h. BREXEL (Doksataxel.)

In: Terapi lini kedua atau kombinasi dengan doxorubicin sebagai terapi lini pertama karsinoma

payudara stadium lanjut/metastatik. Terapi lini kedua (monoterapi) atau terapi lini pertama

dalam kombinasi dengan cisplatin/carboplatin kanker paru jenis bukan sel kecil stadium lokal

lanjut/metastatik. Terapi lini kedua karsinoma ovarium metastatik.

KI: Pasien dengan riwayat hipersensitif terhadap docetaxel atau obat lain yang mengandung

polysorbate 80. Pasien dengan jumlah neutrophil <1500 sel/mm3. Wanita hamil dan menyusui.

Gangguan hati berat. Pemberian kombinasi docetaxel dengan obat lain.

Perh: reaksi hipersensitivitas dapat terjadi beberapa menit setelah dimulainya infus docetaxel.

Hindari kontak dengan bahan PVC. Sebelum diberikan, harus dilakukan prosedur 2 kali

pelarutan. Setelah dilarutkan, preparat harus diberikan dalam 4 jam. Docetaxel tidak boleh

diberikan pada pasien dengan peningkatan kadar bilirubin atau SGOT dan/atau SGPT > 1,5 x

ULN disertai kadar fosfatase alkali > 2,5 x ULN.

IO: Doksorubisin, carboplatin. Obat yang dimetabolisme dengan sitokrom P450 3A4 seperti

cyclosporine, terfenadin, ketokonazol, eritromisin, dan troleandomycin.

ES: Supresi susmsum tulang reversibel. Reaksi hipersensitivitas. Reaksi kutaneus. Retensi cairan.

Gangguan neurologis. Gangguan pencernaan. Hipotensi. Reaksi pada tempat infus. Peningkatan

kadar bilirubin, SGOT, SGPT, alkalin fosfatase serum. Anoreksia, mata berair, mialgia, arthralgia,

dyspneu.

Ds: Kanker payudara monoterapi: 100 mg/m2 IV selama 1 jam setiap 3 minggu. Pada terapi ini

pertama: 75 mg/m2 diberikan kombinasi dengan doxorubicin 50 mg/m2. Kanker paru jenis

bukan sel kecil 75 mg/m2 secara IV selama 1 jam tiap 3 minggu. Kanker ovarium 100 mg/m2

infus 1 jam setiap 3 minggu. Premedikasi: Dexamethasone 16 mg/hari (8 mg 2x/hari) selama 3

hari mulai 1 hari sebelum pemberian docetaxel.

Page 35: epid

j. CAMPTO (Irinotesan HCl trihidrat 20 mg/ml.)

In: Pengobatan pertama pada pasien dewasa penderita kanker kolorektal, dikombinasikan

dengan 5-fluorourasil dan asam folinat tanpa sebelumnya mendapat kemoterapi; pengobatan

kedua pada pasien dewasa penderita kanker metastatic kolorektal yang telah gagal dengan

pengobatan yang mengandung 5-fluorourasil.

KI: Penyakit inflamasi isi perut kronik, bilirubin > 3 kali normal, wanita hamil dan menyusui.

ES: Diare berkepanjangan, demam kelainan darah, mual, muntah.

Ds: Pengobatan pertama 180 mg/m2 iv diinfuskan selama 30-90 menit setiap 2 minggu, diikuti

oleh infuse dengan asam folinat dan 5-fluorourasil; pengobatan kedua 350 mg/m2 iv diinfuskan

selama 30-90 menit setiap 3 minggu.

Km: Dos 1 vial 40 mg/ml Rp. 1. 331. 429.-; 1 vial 100 mg/5 ml Rp. 2. 911.997.-

k. CARBOPLATIN (Karboplatin 10 mg/ml larutan untuk injkesi.)

In: kanker ovarium epitel lanjut.

KI: hipersensitif, gagal ginjal berat, mielosupresi berat.

Perh: harus diberikan oleh dan pengawasan dokter pengalaman menggunakan obat

kemoterapi, perhitungan darah periferal dan fungsi ginjal harus diamati secara teliti; jangan

diberikan pada ibu hamil dan menyusui.

ES: Mielosupresi, intoksikasi darah, intoksikasi ginjal.

Ds: 400 mg/m2 infus iv tunggal. Penggunaan tidak boleh diulangi selama 4 minggu. Pasien yang

sebelumnya mendapat pengobatan mielosupresi atau lanjut usia, dosis dapat dikurangi 20

sampai 25%.

l. CASODEX *(Bikalumatida 50 mg.)*

In: pengobatan kanker prostat lanjut dikombinasikan dengan terapi analogi LHRH atau

pembedahan kastration.

KI: wanita dan anak-anak, hipersensitif.

Perh: harus diberikan secara hati-hati pada penderita kerusakan hati ringan sampai dengan

berat.

Page 36: epid

ES: rasa panas di wajah, pruritus, mual, muntah, diare.

IO: terpenadin, astemizol, kisaprida.

Ds: 1x sehari, harus dimulai paling sedikit 3 hari sebelum memulai pengobatan dengan analogi

LHRH atau bersamaan dengan pembedahan kastration.

m. CISPLATIN DBL (Sisplatin 10 mg/10 ml, 50 mg/50 ml injeksi).

In: meringankan kanker testis, ovarium, kandung kencing, kepala dan leher.

KI: hipersensitif, gagal ginjal, gangguan pendengaran atau surpresi sumsum tulang belakang,

wanita hamil dan menyusui.

ES: intoksikasi ginjal, intoksikasi darah, intoksikasi saluran cerna, ototoksisitas, intoksikasi fungsi

saraf, hipomagnesemia dan hipokalsemia.

Ds: infus iv selama 6-8 hari. Dewasa dan anak: 50-100 mg/m2/hari dosis tunggal selama 3-4

minggu atau 15-20 mg/m2/hari iv selama 5 hari dan diberikan selama 3-4 minggu.

n. CYTOXAN (Siklofosfamida 200 mg/vial injeksi.)

In: keganasan pada sumsum tulang dan jaringan limfoid, adenokarsima ovarium,

neuroblastoma, retinoblastoma, Ca mammae dan kanker paru.

ES: neoplasia sekunder, leukemia, anorexia, mual dan muntah, alopecia, interstatial pulmonary

fibrosis dan cardiotoxicity.

o. CYTOSAR (Sitarabin 100 mg/vial serbuk steril untuk injeksi.)

In: leukimia nonlimfositik akut; limfositik, leukimia kronik mielositik; dapat dikombinasikan

dengan antineoplastik lain.

KI: hipersensitif; jangan diberikan pada pasien menerima pengobatan penekanan sumsum

tulang, penmberian harus di bawah pengawasan dokter, selama pengobatan harus

dilaksanakan perhitungan leukosit dan platelet setiap hari; pemberian pada wanita hamil harus

dengan sangat hati-hati.

Ds: tidak aktif diberikan secara oral; pengobatan nonlinfositik leukimia akut yang

dikombinasikan dengan obat anti kanker lain 100 mg/m2 iv setiap 12 jam selama 1-7 hari;

Page 37: epid

leukimia akut diberikan secara intratekal dengan alat 5-75 mg/m2 dari luas permukaan tubuh

1x sehari sampai 1x4 hari.

q. DACARBAZIN DBL (Dakarbazin 10 mg, asam sitrat 10 mg, manitol 3,75 mg tiap ml

larutan/200 mg vial.)

In: kemoterapi melanoma metastatik dan berbagai sarkoma; untuk jenis kanker lain tidak atau

kurang efektif.

KI: kehamilan, menyusui, peka terhadap dakarbazin; pasien yang sebelumnya menderita

mielosupresi.

Perh: bentuk toksisitas paling lazim adalah depresi kematopoitik dan gangguan hematologi lain.

Ds: dewasa: 4,5 mg selama 10 hari; dapat diulang tiap 4 minggu; atau 250 mg/m2/hari selama 5

hari; dapat diulang tiap 3 minggu.

r. DAUNABLASTINA (Daunorubisin HCl 20 mg setara daunorubisin 18,7 mg/vial.)

In: remisi induksi pada non leukimia limfositik akut (miklogenus, monositik, eritoid) untuk

dewasa dan remisi induksi pada leukimia limfositik akut pada anak, dan dewasa,

“neuroblastina”.

KI: penyakit jantung atau pasien dengan penyakit gawat.

Ds: dosis tunggal dari 30-60 mg/m2 sahri selama 3 hari, diulangi dengan interval 3-6 minggu.

Km: dos vial 20 mg Rp. 203. 500.

s. ENDROLIN (Leuprolid acetate 3,75 mg.)

In: Endometriosis genital dan ekstragenital, kanker prostat dengan metastatis.

Ds: endometriosis: satu suntikan s.c atau i.m, diulang setiap 4 minggu. Kanker prostat: satu

suntikan s.c, diulang setiap 4 minggu.

t. ERBAKAR (Karboplatin 150 mg; 450 mg/ml injeksi.)

In: antineoplastik.

Page 38: epid

u. FARMORUBICI ( Epirubisin 10 mg ; 50 mg/vial.)

In: induksi regresi aneka kondisi neoplastik karsinoma payudara, limfoma, karsinoma paru sel

kecil, leukimia kronik atau akut, indung telur, leher rahim, kanker lambung, kolon, rektum

pankreas, kaker leher dan kepala; terapi paliatif pada pasien usia lanjut dan resiko tinggi.

Km: 1 vial 10 mg Rp. 231.000 ; 1 vial 50 mg Rp. 1.127.500.

v. FLUDARA (Fludarabin fosfat 50 mg, manitol 50 mg.)

In: leukimia limfositik kronik sel B yang sudah tidak bereaksi lagi terhadap atau mereka yang

penyakitnya memburuk selama atau setelah pengobatan.

KI: hipersensitivitas, pasien gangguan ginjal dengan klirens kreatinin < 30 ml/menit, anemia

hemolitik dekompensasi, wanita hamil dan menyusui.

Ds: dosis anjuran 25 mg/m2 permukaan tubuh, diberikan tiap hari melalui i.v, 5 hari berturut-

turut setiap 28 hari.

w. FLUOROURACIL 500 mg/10 ml DBL (Fluorourasil 500 mg/10 ml injeksi.)

In: pengobatan paliatif terhadap neoplasma malignan terutama pada saluran cerna, payudara,

pankreas.

x. FUGEREL (Flutamid 250 mg/tablet.)

In: pengobatan paliatif kanker prostat yang lanjut pada penderita yang sebelumnya tidak

diobati atau yang tidak memberikan respon atau bereaksi pada pemverian hormon.

Ds: 3x sehari 1 tablet.

Km: dos 100 tablet.

y. FUTRAFUL (Tegafur 200 mg.)

In: kanker sistem pencernaan (kanker perut, usus dan rektum); kanker payudara.

ES: leukopenia, anemia, trombositopenia, pendarahan perut, kelelahan umum, vertigo,

hemoptisis, alopesia, pigmentasi, erupsi.

Page 39: epid

Ds: 800-1200 mg sehari 2-4 x pemberian ; dosis dapat disesuaikan berdasarkan usia dan kondisi

pasien.

z. GLIVEC (Imatinib 100 mg.)

In: leukimia mieloid kronik pada awal krisis, fase percepatan, fase kronik setelah kegagalan

pengobatan dengan interferon alfa.

KI: hipersensitif.

Perh: diminum dengan makanan dam segelas besar air untuk mengurangi intoksikasi saluran

cerna, hati-hati pada pasien dengan kerusakan hati, dapat menyebabkan pleura efusi edema,

uden paru. Jangan digunakan wanita hamil dan menyusui.

ES: intoksikasi saluran cerna, mialgia dan keram otot, intoksikasi darah dan sistem limpa,

intoksikasi sistem saraf.

Ds: pasien pada fase kronik leukimia mieloid kronik 400 mg/hari, pasien pada fase awal krisis

dan fase percepatan 600 mg/hari, dosis harus digunakan secara oral, sekali sehari.

aa. HOLOXAN (Ifosfamid 200 mg; 500 mg; 1 g; 2 g/vial injeksi.)

In: mammary carcinoma, cervical replace ovarian carcinoma, bronchial carcinoma, soft tissue

sarcoma, terticular tumor, malignant lymfoma, hipernefroma, pancreatic carcinoma,

endometrial carcinoma.

Ds: 250-300 mg/kgBB/hari.

bb. HYDREA (Hidroksi urea 500 mg.)

In: melanoma, mielositik leukimia kronik resisten, kanker ovarium metastatic recurrent

inoperable.

ES: depresi sumsum tulang dan gangguan saluran cerna.

c. INTRON-A (Interferon alfa 2b 3 MIU; 30 MIU/vial.)

In: pengobatan hairy cell leukimia penderita 18 thn atau lebih.

dd. IRESSA (Gefitinib 250 mg/tablet.)

Page 40: epid

In: pengobatan sel kanker paru yang besar dan telah mendapatkan atau tidak cocok dengan

kemoterapi standar.

KI: hipersensitif, wanita hamil dan menyusui, tidak dianjurkan untuk anak-anak.

Perh: jika pasien memperoleh masalah pernapasan seperti dispnea, batuk dan demam

pengobatan harus dihentikan.

ES: diare, mual dan muntah.

Ds: 250 mg sehari dengan atau tanpa makanan.

e. KREBIN (Vinkristin sulfatn1 mg; 2 mg/ml injeksi).

In : Antineoplastik Km : 1 vial 1 mg Rp. 117.700,-; 1 vial 2 mg Rp. 187.000,-

ff. ECTRUM (Leuprrorelin asetat 3,75 mg.)

In : Terapi untuk kanker prostat dengan metastasis dan endometriosis pada organ orginal dan

ekstragenital stadium 1-4 pada wanita diatas 18 tahun. KI : Hipersensitivitas dengan analog

GnRH, asam poliglikosida, asam polilaktis. Suntikan intra – arteri. Hormon prostat carcinoma,

premaglinant atau malignant pada endometrium, perdarahan vagina tanpa sebab. Wanita

hamil dan menyusui. Perh : Dilakukan monitoring terhadap pasien depresi atau menunjukan

gejala depresi, fosfatase atau PSA (Prostate-spesific Antigen) dan testosterone, pasien dengan

potensi komplikasi gangguan saluran urine, HTN. Meningkatkan gejala osteoporosis. ES :

Kenaikan kadar tostesteron/estradiol. Nyeri pada tulang, hiperkalsemia, ganggan saluran urine,

tekanan pada sum-sum tulang, otot kaki lemas, limfodema. Ds : Kanker prostat : 3,75 mg/vial

secara SK/IM perbulan; Endometriosis : 3,75 mg secara SK/IM per bulan selama 6 bulan

diberikan pada mulai 5 hari pertama dari siklus menstruasi. Km : vial 3,75 mg Rp. 800.000,-

g. LEUNASE ( L-Asparaginase)

In : leukemia akut termasuk leukemia kronik yang berubah menjadi jauh, lymphoma malignan.

ES : Syok, koagulopati, pankreatitis akut, diabetes, abnormalitas fungsi hati, hipoalbuminemia,

hiperanomia, uremia, gangguan gastrointestinal dan system saraf pusat, koma, gagal ginjal. Ds :

Page 41: epid

50-200 KU/kg BB IV tiap hari atau selang sehari. Perh : pasien dengan koagulopati, pancreas

akut, diabetes akut, diabetes, penyakit infeksi, tendensi pendarahan.

h. MABCAMPATH (Alemtuzumab.)

In : Leukemia limfositik yang diterapi dengan agen alkilating dan gagal mencapai respons

lengkap atau sebagian atau haya mencapai remisi singkat (< 6 bulan) setelah terapi fludarabin

fostat. KI : Hipersensitivitas atau reaksi terhadap protein murin, infeksi sistemik, HIV, keganasan

sekunder aktif, pemakaian sama dengan obat kemoterapi lain dalam waktu 3 minggu, vaksin

virus hidup min 12 bulan setelah terapi, kehamilan, laktasi. Perh : injeksi, keganasan, gangguan

darah dan linfatik, gangguan imun, metabolism, nutrisi, osikiatrik, SSP, mata, telinga dan labrin,

kardiovaskuler, pernafasan, toraks dan mediastinal, GI, hepatobiler, musculoskeletal da jaringan

konektif, ginjal dan urinary. IO : Obat kemoterapi lain, faksin virus hidup. Ds : Dewasa: minggu

pertama 3 minggu pada hari 1, 10mg pada hari 2 dan 30mg pada hari 3. Dosis yg dianjurkan :

30mg 3x seminggu slang sehari selama maksimum 12 minggu.

ii. MEGACE (Megestrol asetat 40mg/tablet; 40mg/ml suspense)

In : Tablet: Kanker payudara, kanker endometrium. Suspense oral : Aoreksia, kekheksia,

penurunan berat badan yg idak dapat dijelaskan pada pasien dgn AIDS.

Es : Gangguan saluran cerna, hetensi cairan, edema, skin rash, urtikaria, depresi mental,

ginekomastia.

Ds : Tablet : Kanker payudara 40mg 4x sehari; kanker endometrium, 40-320mg/hari dalam dosis

bagi, untuk 2 bulan. Suspense oral 20ml sehari.

jj. NAVELBINE (Vinorelbin tatrat 10 mg/ml (50 mg/5 ml) injeksi.)

In : Terapi sel kanker paru yang tidak kecil, kanker payudara lanjut, dikombinasikan dengan

kemoterapi standar.

Ds : 25-30 mg/ml diberikan pada hari ke 1 dan 8, atau tiap minggu.

kk. NEXAVAR (Sorafenib 200 mg, tablet salut film)

In : Renal Cell Carcinoma stadium lanjut. KI : gangguan fungsi hati.

Page 42: epid

Ds : dosis rekomendasi harian Sorafenib 400 mg(2 x 200 mg tablet), diminum 2 kali sehari tanpa

makanan (sedikitnya 1 jam atau sebelum makan atau 2 jam sesudah makan). Pengobatan harus

dilanjutkan sampai pasien tidak mendapatkan perbaikan klinis dari terapi atau sampai terjadi

tingkat toksik yang tidak dapat ditoleransi oleh pasien.

ll. NOLVADEX (Tromoksifen 10 mg/tablet.)

In : Pengobatan paliatif kanker payudara.

KI : Kehamilan.

Ds : Sehari 2-4 tablet.

1. Sebutkan contoh senyawa dari tanaman herbal yang dapat digunakan untuk

mengobati kanker selai senyawa yang telah disebutklan!

- senyawa inhibitor protease kedelai, yang punya nama khusus inhibitor Bowman-Birk

- capsaicin pada cabai

- allium yang terkandung dalam bawang putih polifenol pada teh hijau

- kurkumin pada kunyit

- xanthone pada manggis

2. Jelaskan mekanisme aksi dari obat sintetik dan obat herbal dalam pengobatan kanker!

a. Sintetik

- Doksorubisin memiliki mekanisme dalam inti sel dengan cara membekukan DNA

topoisomerase II enzim dan protein istirahat terkait DNA untai. Tindakan ini

menyebabkan penghambatan aktivitas mitosis, sintesis asam nucleid, mutagenesis dan

penyimpangan kromosom. Selain itu, Doksorubisin HCl adalah reaksi dengan sitokrom

P450 untuk menghasilkan peroksida hidrogen dan radikal hidroksil yang sangat merusak

sel.

- Metotreksat adalah antimetabolit folat yang menginhibisi sintesis DNA. Metotreksat berikatan

dengan dihidrofolat reduktase, menghambat pembentukan reduksi folat dan timidilat sintetase,

Page 43: epid

menghasilkan inhibisi purin dan sintesis asam timidilat. ;Metotreksat bersifat spesifik untuk fase

S pada siklus sel.

- Bleomisin Menghambat sintesis DNA, ikatan-ikatan DNA untuk selanjutnya terjadinya

pemutusan untai tunggal dan ganda

b. Herbal

- Senyawa-senyawa yang banyak ditemukan pada tanaman yang berkhasiat sebagai anti

kanker memiliki mekanisme aksi dengan menghambat penyebaran dan pertumbuhan sel

kanker, seperti pada senyawa kurkumin pada kunyit, allium pada bawang putih

- Senyawa yang berasal dari tanaman sebagai anti kanker ada pula yang memiliki

mekanisme aksi dengan cara menetralisir senyawa-senyawa di dalam tubu yang dapat

memicu kanker, seperti pada capsaicin pada cabai

Page 44: epid

c.

cara in vivo, secara berkelompok (3 mhs)!