Upload
andra-sah-putra
View
25
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
teory
Citation preview
berupa proses penyusunan zat kompleks dari zat yang lebih sederhana. Katabolisme
merupakan kebalikan dari anabolisme yakni zat kompleks serangkaian reaksi kimia berupa
proses pemecahan zat kompleks menjadi zat lebih sederhana yang disertai dengan pelepasan
energi berupa adenosin triphosphate.
2. Peran Enzim dalam Metabolisme
Enzim merupakan senyawa protein yang berfungsi sebagai katalisator reaksi-reaksi
kimia yang terjadi dalam sistem biologi (makhluk hidup). Oleh karena merupakan katalisator
dalam sistem biologi, enzim sering disebut biokatalisator. Katalisator adalah suatu zat yang
mempercepat reaksi kimia, tetapi tidak mengubah kesetimbangan reaksi atau tidak
mempengaruhi hasil akhir reaksi. Zat itu sendiri (enzim) tidak ikut dalam reaksi sehingga
bentuknya tetap atau tidak berubah.
Contoh-contoh enzim dalam proses metabolism:
Enzim katalase.
Enzim katalase berfungsi membantu pengubahan hidrogen peroksida menjadi air dan
oksigen. Katalase 2H2O2 → 2H2O + O2
Enzim oksidase.
Enzim oksidase berfungsi mempergiat penggabungan O2 dengan suatu substrat yang
pada saat bersamaan juga mereduksikan O2, sehingga terbentuk H2O. Enzim hidrase. Enzim
hidrase berfungsi menambah atau mengurangi air dari suatu senyawa tanpa menyebabkan
terurainya senyawa yang bersangkutan. Contoh: fumarase, enolase, akonitase.
Enzim dehidrogenase.
Enzim dehidrogenase berfungsi memindahkan hidrogen dari suatu zat ke zat yang lain.
Enzim transphosforilase. Enzim transphosforilase berfungsi memindahkan H3PO4 dari molekul
satu ke molekul lain dengan bantuan ion Mg2+.
Enzim karboksilase.
Enzim karboksilase berfungsi dalam pengubahan asam organik secara bolak-balik.
Contoh pengubahan asam piruvat menjadi asetaldehida dibantu oleh karboksilase piruvat.
Enzim desmolase.
Enzim desmolase berfungsi membantu dalam pemindahan atau penggabungan ikatan
karbon. Contohnya, aldolase dalam pemecahan fruktosa menjadi gliseraldehida dan
dehidroksiaseton.
Enzim peroksida.
Enzim peroksida berfungsi membantu mengoksidasi senyawa fenolat, sedangkan
oksigen yang dipergunakan diambil dari H2O2.
3. Metabilisme senyawa-senyawa :
a. Asetilaminoflurene
N-asetilaminofluoren, keduanya sangat karsinogen begitu dikonversi menjadi
hidroksilamida. Carilah metabolism ketiga senyawa tersebut.
b. benzidine
Benzidine adalah suatu senyawa kimia organic turunan dari benzene yang diproduksi tidak
secara alami. Benzidine memiliki nama lain yaitu Benzidine-based dyes; 4,4'-Bianiline; 4,4'
Biphenyldiamine; 1,1'-Biphenyl-4,4'-diamine; 4,4'-Diaminobiphenyl; p-Diaminodiphenyl. Rumus
kimia dari benzidine adalah NH2C6H4C6H4NH2 atau (C6H4NH2)2 atau C12H12N2. Bentuk dari
molekul dari benzidine adalah CAS number : 92-87-5. Benzidine akan terurai melalui proses
pemanasan dan jika dibakaar aakan menghasilkan asap yang bersifat toksik yaitu nitrogen
oksida. Benzidine dapat bereaksi dengan oksidan kuat, secara khusus dengan asam nitrat.
Contoh produk dari benzidine adalah Direct Blue 6, Direct Black 38, dan Direct Brown 95.
Di udara benzidine ditemukan melekat pada partikel atau sebagai uap. Dahulu benzidine
digunakan oleh industry dalam jumlah besar sebagai bahan celup untuk memproduksi baju,
kertas atau bahan dari kulit. Namun saat ini benzidine tidak lagi digunakan lagi sebagai bahan
celup dalam industry karena telah terbukti dapat menyebabkan kanker pada manusia.
Benzidine saat ini hanya digunakan sebagai bahan penelitian.
SIKOKINETIKA (ADME)
Proses absorpsi benzidine ke dalam tubuh manusia melalui beberapa cara, yaitu melalui
inhalasi, kontak dermal, dan hanya sedikit melalui ingesti. Walaupun salah satu rute signifikan
untuk pajanan benzidine melalui inhalasi, tetapi itu berasal dari serbuk atau debu benzidine di
udara yang memang secara fisik berbentuk bubuk, karena jika dari uapnya, benzidine
cenderung memiliki tekanan uap rendah.
Secara umum, dengan cepat dinding plasma mengizinkan benzidine untuk terabsorbsi
dan diikuti oleh metabolit benzidine secara bertahap. Tidak studi yang telah dilaporkan yang
mengindikasikan benzidine diserap oleh beberapa proses lain selain dari proses difusi pasif.
Benzidine diserap dan melewati dinding usus. Belum ada bukti yang menunjukkan distribusi
benzidine melalui perantara carrier atau berikatan dengan protein, meskipun konjugasi dari
sebagian metabolit benzidine di bioaktivasi oleh glukoronat yang membantu untuk menuju
target organ. Selanjutnya, sirkulasi enterohepatic berkontribusi untuk membuat toksisitas
metabolit benzidine persisten di empedu. Metabolisme benzidine melibatkan sistem enzim
yang kompleks dan rumit. Di dalam hati benzidine akan dirubah menjadi N-acetylated dan
kemudian N-hydroxylated oleh sitokrom P-450 atau enzim flavin monooksigenase, sedangkan
pada jaringnan ekstrahepatik, peroksidasi oleh prostaglandin H sintase atau oksidasi oleh
lipoxygenases mungkin memainkan peran yang signifikan pada tahap metabolisme benzidine.
Ekskresi benzidine, metabolit, dan konjugatnya kira-kira memiliki jumlah perbandingan yang
sama antara di urin atau di empedu/feses.
Target Organ and Efek Kesehatan :
Target organ dari benzidine adalah kandung kemih, kulit, ginjal, hati, dan darah.
Menurut NIOSH, gejala dan tanda-tanda orang yang keracunan benzidine, antara lain hematuria
(darah dalam urin), anemia sekunder dari hemolisis, sistitis akut, gangguan hati akut,
dermatitis, dan gangguan buang air kecil tidak teratur.
Potensial efek kesehatan kronik yaitu benzidine termasuk ke dalam tipe A1 (penyebab kanker
pada manusia) yang dikeluarkan oleh ACGIH. Dari literatur yang diperoleh benzidine sangat
berpengaruh menjadi penyebab kanker kandung kemih. Berdasarkan survey yang dilakukan
pada pekerja yang terpajan benzidine mengindikasikan bahwa mereka yang memiliki lebih
rendah properdin serum normal akan lebih mungkin untuk berkembang menjadi tumor
kandung kemih.
Banyak penelitian telah dilakukan untuk menjelaskan mekanisme dan etiologi kanker
kandung kemih dan kanker lainnya yang disebabkan oleh benzidine pada hewan. Toksisitas
benzidine dan eliminasi dari tubuh secara substansial dimediasi oleh transformasi metabolic.
Ketika beberapa metabolit menjadi produk yang didetoksifikasi, yang lainnya dapat menjadi
tanda yang dekat dan akhir yang bersifat karsinogen. Terakhir menjadi DNA adduct yang
menjadi asumsi awal sebagai calon menjadi karsinogenesis. Perbedaan target organ pada tikus,
anjing dan manusia dalah perbedaan spesifik pada system metabolism dan aktivitas enzim.
Sebuah skema metabolisme yang diperlihatkan melibatkan N-acetylation, N-hydroxylation di
hati.
Pada manusia benzidine dan N-acetilbenzidineadalah glucuronidated di hati dan
diangkut ke lumen kandung kemih, mereka di hidrolisis oleh air kencing yang bersifat asam.
Aktivasi di kandung kemih termasuk peroksidasi oleh prostaglandin H sintetase, oksidasi oleh
sitokrom P-450 dan O-esterifikasi oleh O-asetiltransferase , atau N, O-asetiltransferase.
DNA adduct dianggap dibentuk oleh O-asetilasi N'-hidroksi-N-acetylbenzidine dan selajutnya
akan berikatan dengan basa DNA. Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa air kencing yang
bersifat asam diduga untuk melepaskan amina dari glucoronide, maka amina menjadi aktif ,
contohnya prostaglandin synthase H untuk meninisiasi karsinogenesis. Gen Hypomethylation
diduga meningkatkan trankripsi dan dengan demikian benzidine mungkin akan mampu untuk
memfasilitasi ekspresi gen untuk menyimpang yang kemudian terlibat dalam proses
karsinogenesis.
c. Dimetilamin azobenzen
Zat warna azo
Dimethylaminoazobenzene (butter yellow) dapat menimbulkan kanker hati pada tikus, bila ada
defisiensi vitamin riboflavin. Vitamin ini merupakan ko-enzim untuk memecag zat warnas
tersebut.
Jawablah pertanyaan ini :
1. Jelaskan dengan menggunakan skema metabolism dari senyawa-senyawa
diatas ?
- benzidine Di dalam hati benzidine akan dirubah menjadi N-acetylated dan
kemudian N-hydroxylated oleh sitokrom P-450 atau enzim flavin monooksigenase,
sedangkan pada jaringnan ekstrahepatik, peroksidasi oleh prostaglandin H sintase
atau oksidasi oleh lipoxygenases mungkin memainkan peran yang signifikan pada
tahap metabolisme benzidine
-
2. Sebutkan enzim-enzim yang berperan dalam metabolism senyawa di atas ?
PERTEMUAN 7
MATERI POKOK:
Metabolisme karsinogen dan enzim – enzim yang berperan:
a. Benzo (a)pyren
b. Benz (a) anrasen
c. Dialkilnitrosamin
d. Aflatoxin
e. Estragol
f. Safrol
A. Benzo(a)pyren
Merupakan komponen asap dari kelompok senyawa hidrokarbon aromatik polisiklik
(polycyclic aromatic hydrocarbons -PAH) yang bersifat karsinogenik. Struktur kimia dari
senyawa ini relatif stabil karena memiliki sistim pi terlokalisasi (pada gugus aromatiknya).
Ketika daging dimasak di atas bara (pengasapan panas), sebagian lemak daging yang menetes
pada bara api akan teroksidasi oleh CO2 and H20, membentuk hidrokarbon aromatik polisiklik.
Komponen ini lalu dibawa oleh asap ke daging yang sedang diasap dan terakumulasi di
permukaan daging yang diasap.
Jika dikonsumsi, maka hati akan mengoksidasi komponen benzo-a-pyrene dan PAH
lainnya menjadi berbagai komponen, diantaranya adalah epoksida. Bentuk diol epoksida
benzo-a-pyrene merupakan komponen toksik yang jika terdapat dalam jumlah besar bisa
menyerang DNA (membentuk ikatan kovalen dengan DNA).
Konsumsi satu porsi produk pangan dengan kadar benzo-a-pyrene besar (bar-BQ, sate,
ikan asap), mungkin tidak akan menjadi masalah. Tubuh manusia mempunyai enzim khusus
yang bisa mengeliminasi molekul benzo-a-pyrene. Masalah akan terjadi, jika produk ini
dikonsumsi terus-menerus sehingga terjadi akumulasi senyawa ini didalam DNA dalam jumlah
besar, sehingga dapat menyebabkan kanker. Untuk mencegah masalah ini, hendaknya dijaga
agar lelehan lemak daging tidak jatuh ke bara api, sehingga tidak terjadi reaksi pembentukan
komponen PAH yang bersifat karsinogenik ini. Caranya, dengan memisahkan antara proses
pembentukan asap dengan lokasi pengasapan sehingga lelehan lemak daging tidak kontak
dengan bara api.
Reaksi pembentukan benzo-a-pyrene selama pengasapan dan produk turunannya
melalui metabolisme di dalam hati dapat dilihat pada Gambar 1.
B. Benz (a) antrasen
Gambar. Benzo(a)antrasen
Definisi: senyawa organic industri pencemar yang berasal dari kelompok hidrokarbon
aromatic dengan polisiklik ( PAHs ).
C. Dialkilnitrosamin
D. Aflatoxin
Aflatoxin merupakan senyawa yang diproduksi oleh jamur dari genus Aspergillus.
Aspergillus ini dapat ditemukan secara luas pada setiap jenis makanan, Aflatoxin merupakan
toxin yang berbahaya bagi liver (hati) kita, pada konsumsi makanan yang mengandung Alfatoxin
dalam jangka waktu lama aflatoxin ini dapat menyebabkan Sirosis hati dan bahkan kanker hati.
Bahan karsinogenik pada aflatoxin memiliki kekuatan 100 kali lipat daripada nitrosamine.
Secara alamiah, Aflatoxin terdiri dari 4 komponen induk yaitu aflatoxin B1 (AFB1), aflatoxin B2
(AFB2), aflatoxin G1 (AFG1) dan aflatoxin G2 (AFG2).
Aflatoksin berasal dari singkatan Aspergillus flavus toxin. Aflatoxin dihasilkan oleh jamur
aspergillus flavus, A. paracitikus dan Penicillium puberulum, bersifat sangat beracun dan
karsinogenik. Jenis jamur ini banyak terdapat di mana-mana sehingga dapat mudah mencemari
tanaman di tempat manapun. Namun, produksi aflatoxin tergantung pada faktor iklim saat
tanaman tertentu tumbuh dan disimpan sebagai bahan baku ransum. Di daerah tropis dan
subtropis, resiko pencemaran Mikotoksin pada tanaman selalu lebih tinggi karena iklim tropika
mempunyai kadar air dan kelembapan yang relatif tinggi. Jamur ini memerlukan suhu 36, 2-37,
8 darjah C dan kelembaban relatif 80-85% untuk pertumbuhan optimal dan memproduksi
racun. Toksin ini pertama kali diketahui berasal dari kapang Aspergillus flavus yang berhasil
diisolasi pada tahun 1960.
A. flavus sebagai penghasil utama aflatoksin umumnya hanya memproduksi aflatoksin B
1 dan B2 (AFB1 dan AFB2) sedangkan A. parasiticus menghasilkan AFB 1, AFB 2, AFG 1, dan AFG
2. A. flavus dan A. parasiticus ini tumbuh pada kisaran suhu yang jauh, yaitu berkisar dari 10-
120 C sampai 42-43 0◦C dengan suhu optimum 320-330 C dan pH optimum 6.
Diantara keempat jenis aflatoksin tersebut AFB 1 memiliki efek toksik yang paling tinggi.
Mikotoksin ini bersifat karsinogenik, hepatatoksik dan mutagenik sehingga menjadi perhatian
badan kesehatan dunia (WHO) dan dikategorikan sebagai karsinogenik gol 1A. Selain itu,
aflatoksin juga bersifat immunosuppresif yang dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh. Di
Indonesia, aflatoksin merupakan mikotoksin yang sering ditemukan pada produk- produk
pertanian dan hasil olahan (Muhilal dan Karyadi, 1985, Agus et al., 1999).
Selain itu, residu aflatoksin dan metabolitnya juga ditemukan pada produk peternak
seperti susu (Bahri et al ., 1995), telur (Maryam et al ., 1994), dan daging ayam (Maryam, 1996).
Sudjadi et al (1999) melaporkan bahwa 80 diantara 81 orang pesakit (66 orang pria dan 15
orang wanita) menderita kanser hati karena mengkonsumsi oncom, tempe, kacang goreng,
bumbu kacang, kecap dan ikan asin.
AFB 1 , AFG 1, dan AFM 1 terdapat pada contoh hati dari 58% pesakit tersebut dengan
kepekatan di atas 400 µg/kg. Perubahan patologi anatomi yang dapat diakibatkan oleh
aflatoksin adalah: hati dan limpa membesar, radang dan bengkak pada duodenum (usus kecil).
Hati kelihatan pucat akibat penimbunan lemak dan perdarahan berbentuk titik-titik. Jaringan
limfoid (bursa Fabricius dantymus) mengecil. Ginjal dan kantung empedu biasanya membesar
dan terjadi perdarahan usus. Lemak pada ampela dan lemak tubuh yang lain berlebihan. Pada
kasus kronis kronis, hati mengecil, keras dan terdapat nodula berisi getah empedu.
E. Estragol
Estragole (p-allylanisole, metil chavicol) adalah phenylpropene, senyawa organik alami.
Struktur kimia yang terdiri dari cincin benzena diganti dengan grup methoxy dan grup propenyl.
Ini adalah sebuah isomer anethole, berbeda sehubungan dengan lokasi ikatan ganda.
Mempunyai ciri cairan tak berwarna.
F. Safrol
Safrole (5-(2-propenyl)-1,3-benzodioxole) adalah senyawa fenil propana salah satu
golongan dari senyawa aromatik fenilpropanoid. Untuk itu Safrole mempunyai cincin benzena
yang diapit oleh cincin dioxolane dan gugus metilen terminal yang sangat reaktif.
Biomarker Safrole dapat berupa 1’-hidroxysafrole. Biomarker ini dapat di ambil dari
contoh hati dan urin tikus percobaan ditreatment oleh safrole. Selain itu biomarker dan hasil
metabolisme safrole dapat berupa dihydrosafrole (p-n-propil-methylenedioxybenzene),
isosafrol (1-propenil-3,4methylene dioxy benzene), dan eugenol (4-alil-2-metoksifenol) (Heikes
1994).. Tes genotosisitas konvensional, termasuk pertukaran kromatit dan tes mikronukleus,
menyatakan toksisitas safrol positif in vitro, dan dalam tes in vivo safrole sudah dapat
ditetapkan dosis karsinogeniknya, baik melalui menggabungkan safrol ke diet dan injeksi (Jin et
al., 2011; SCF 2002). Safrole diserap secara pasif dari saluran pencernaan, tetapi diperkirakan
bahwa safrole tidak beracun dalam bentuk tetapnya. Aktivitas metabolik safrole untuk turunan
karsinogenik yang dapat disederhanakan menjadi empat transformasi yang berbeda.
Transformasi yang pertama, melibatkan oksidasi rantai samping alil dalam sitokrom P450 oleh
enzim CYP2A6 untuk membentuk 1'-hydroxysafrole. Senyawa ini dapat menjalani sulfasi untuk
membentuk 1'-hydroxysafrole sulfat (Daimon et al, 1997/8,. De Vries 1997; Jeurissen et al,
2004;.. Zhou et al, 2007). Reaksi elektrofilik, ester asam sulfat membentuk DNA adduct safrole
pada sel hepatoma manusia (HepG2) dan menginduksi formasi kanker (Liu et al, 1999;. Miller et
al, 1983;.. Zhou et al, 2007). DNA adduct safrole menyebabkan induksi pertukaran kromatid dan
penyimpangan kromosom, yang menyebabkan kesalahan dalam replikasi DNA dan mutasi yang
memiliki kemungkinan karsinogenesis, serta sitotoksisitas (Daimon et al., 1997).
Transformasi yang kedua, berada dalam jalur yang berbeda dengan bahan kimia karsinogenesis
yaitu stres oksidatif, yang menyebabkan penggabungan selama replikasi DNA. Safrol dapat
menjalani pembelahan cincin dioxolane untuk membentuk hydroxychavicol (4-alil-1,2-
Dihydroxybenzene), yang ditunjukkan dalam studi Benedetti terdapat pada metabolit tikus dan
manusia.
Benedetti et al, meneliti efek safrole pada manusia dengan paparan oral. Hydroxychavicol,
dideteksi ada pada saat menyirih, memiliki potensi untuk mengubah ke elecrophiles reaktif
orto-kuinon atau para-kuinon methide. Metabolit ini lebih lanjut dapat bertransformasi
menjadi spesies oksigen reaktif yang dapat menyebabkan kerusakan oksidatif. Hydroxychavicol
lebih beracun dari safrol dan telah terkait dengan disfungsi mitokondria. Kerusakan diprakarsai
oleh hydroxychavicol juga dapat dicegah secara in vivo dengan antioksidan seperti vitamin E
(Liu et al., 1999).
Transformasi ketiga melibatkan epoksidasi safrole dengan ikatan rangkap dari kelompok
propenil untuk membentuk safrol-2 ', 3'-epoksida (de Vries 1997).
Transformasi keempat adalah oksidasi gamma dari rantai samping alil mengarah ke asam
karboksilat, yang dapat konjugasi dengan glisin. DNA adduct safrole yang berikatan dengan
glisin ini adalah N 2-(trans-isosafrol-3'-il) 2'-deoxyguanosine dan N 2-(safrol-1'-il) 2'-
deoxyguanosine (Gupta et al., 1993).
Safrol dan isosafrol bersifat karsinogenik pada mencit dan tikus, mereka menghasilkan
tumor hati setelah pemberian oral. Safrol juga menghasilkan tumor hati dan paru- paru pada
bayi mencit jantan setelah penyuntikan. Dihydrosafrole diberikan secara oral bersifat
karsinogenik pada tikus, di mana ia menghasilkan tumor esofagus.
Karsinogenitas safrole dimediasi melalui pembentukan 1’ -hidroxysafrole, dan diikuti
oleh sulfonasi pada ester asam sulfat yang tidak stabil yang bereaksi dan menjadi DNA adduct
Safrole yang lebih stabil. 1’-Hidroxysafrole, dideteksi pada hati, urine dan cairan empedu dari
hewan yang diberikan safrole. Namun, 1’-Hidroxysafrole tidak dideteksi pada manusia dengan
1,66 mg Safrole. Teknik yang dapat digunakan adalah teknik 32P-post-labeling, dengan teknik
ini dapat ditentukan adanya DNA adduct safrole pada jaringan oral pengguna daun sirih.
Jawablah Pertanyaan berikut ini:
1. Gambarkan secara skematis dari masing-masing senyawa diatas!
a. Benoapirane
Benzo[a]piren menginduksi sitokrom P4501A1 (CYP1A1) pada konsentrasi yang tinggi
dengan berikatan dengan reseptor aromatik hidrokarbon dalam sitosol. Selama berikatan
reseptor transformer mentranslokasikan pada nukleus dimana terjadi dimerisasi dengan
AHNT (aryl hydrocarbon nuclear translocator) kemudian berikatan dengan bagian respon
xenobiotik pada lokasi upstream DNA pada gen tertentu. Proses ini meningkatkan
transkripsi pada gen tertentu, seperti CYP1A1, yang diikuti dengan peningkatan produksi
protein CYP1A1. Proses ini sama dengan induksi CYP1A1 dengan biphenyl polyclorinasi
tertentu dan dioxin. Benzo[a]piren telah ditemukan unuk mengaktivasi transposon, LINE 1
pada maanusia.
v
2. Sebutkan enzim-enzim yang berperan dalm metabolism senywa diatas!
PERTEMUAN 8
MATERI POKOK :
Karsinogenesis
1. Definisi karsinogenesis
2. Karsinogenesis karena fisik
3. karsinogenesis karena virus
4. karsinogenesis karena senyawa kimia
KARSINOGENESIS
Pada umumnya, kanker timbul karena paparan terhadap suatu karsinogen secara
berkali-kali dan aditif pada dosis tertentu, tetapi pada keadaan tertentu dapat juga timbul dari
dosis tunggal karsinogen. Penyebab kanker dapat satu karsinogen yang sama misalnya asap
rokok (kanker paru), dapat dua karsinogen yang berlainan misalnya asap rokok dan debu asbes
(kanker paru), asap rokok dan radiasi sinar X (kanker paru), asap rokok dan alkohol (kanker
orofarings, larings dan esofagus) , gen kanker dan karsinogen lingkungan. Dari penyelidikan
epidemiologis didapatkan bahwa asap rokok sebagai karsinogen dan debu asbes sebagai
kokarsinogen menimbulkan kanker paru lebih cepat pada pekerja perokok yang menghirup
debu asbes dibandingkan mereka yang mengisap asap rokok saja, karena kokarsinogen
membantu karsinogen menimbulkan kanker lebih efektif. Dari penyelidikan epidemiologis juga
didapatkan bahwa bahan yang menghambat mekanisme pertahanan tubuh membantu
timbulnya kanker.
Untuk beberapa macam kanker terdapat satu faktor yang dominan misalnya sinar
ultraviolet yang menimbulkan kanker kulit dan kelainan kromosom yang menimbulkan
retinoblastoma. Karsinogenesis yang diinduksi karsinogen kimia atau fisik maupun biologik
memerlukan waktu yang disebut periode laten yaitu waktu dari pertama kali terpapar suatu
karsinogen sampai terlihat kanker secara klinis. Periode laten dari kebanyakan kanker seringkali
20 tahun atau lebih. Efek karsinogen yang lemah dapat tidak terlihat, sebab periode latennya
melampaui masa hidup seseorang. Karsinogenesis dapat dibagi dalam tiga fase utama yaitu fase
inisiasi, promosi dan progresi.
2. Karsinogenesis karena fisik
Radiasi
Terdapat 2 macam radiasi yaitu radiasi ionisasi (misalnya sinar X) dan non-ionisasi (sinar
ultraviolet). Keduanya adalah bagian dari spektrum gelombang elektromagnetik. Sinar X berasal
dari tambang uranium, kosmik, alat diagnostik penyakit, alat terapi radiasi, kecelakaan nuklir,
bom atom dan sampah radioaktif. Sinar ultraviolet berasal dari matahari. Risiko terkena kanker
meningkat pada anak yang waktu masa fetusnya terkena radiasi sinar X dari pelvimetri ibunya
atau pada anak yang sel benih ibunya sebelum kehamilan mengalami mutasi. Peningkatan
penggunaan enersi nuklir dan percobaan senjata nuklir mempunyai efek jangka panjang dan
pendek radiasi sinar X. Efek jangka pendek menginduksi kanker, sedangkan jangka panjang
menyebabkan kerusakan gen yang diteruskan kepada generasi mendatang. Dosis kecilpun
dapat menimbulkan kerusakan jaringan, tetapi berapa besar dosis belum dapat dipastikan.
Risiko menderita lekemia akut adalah yang pertama diketahui dan sumsum tulang dulu
dianggap organ yang paling sensitif tetapi sekarang diketahui risiko untuk menderita tumor
ganas padat lebih besar yaitu kanker kelenjar tiroid, payu dara, paru, kulit, tulang dan lambung
serta organ pencernaan lainnya. Periode laten untuk lekemia adalah beberapa tahun (2-5
tahun) sedangkan untuk tumor ganas padat pada umumnya 5-10 tahun dapat sampai lebih dari
30 tahun. Zat radioaktif lain misalnya radium, phosphorus (P32), mesothorium dan thorotrast
dapat menimbulkan lekemia, osteosarkoma, kanker sinus dan angiosarkoma hati. Radon dari
elemen tanah menimbulkan kanker paru pada penambang. Batu-batuan rumah banyak yang
mengandung materi radioaktif antara lain radon, bila kadar gas ini dalam rumah meningkat 100
kali melebihi batas aman, kemungkinan menyebabkan kanker paru pada yang bukan asap rokok
sebagai penyebabnya. Radon merupakan 10-20% penyebab kanker paru. Sinar ultraviolet
menyebabkan tumor pada paparan berulang dan dosis tertentu. Jaringan yang terkena adalah
kulit, biasanya kulit pelaut dan petani, dapat timbul karsinoma sel basal, karsinoma sel
skwamosa atau melanoma malignum. Lebih dari 75% kanker kulit adalah karsinoma sel basal
muka dan leher. Pada bibir terutama karsinoma sel skuamosa dan paling jarang melanoma
malignum tetapi merupakan penyebab kematian utama kanker kulit. CFC (chlorofluorocarbon)
menyebabkan berkurang tebalnya lapisan ozon di stratosfer sehingga radiasi ultraviolet
matahari lebih banyak sampai ke permukaan bumi. Orang yang genetik melaninnya lebih sedikit
lebih tinggi risiko terkena kanker kulit.
Radikal bebas
Radikal bebas adalah suatu atom, gugus atom, atau molekul yang mempunyai electron
bebas yang tidak berpasangan dilingkaran luarnya. Sumber - sumber radikal bebas yaitu :
1. Radikal bebas terbentuk sebagai produk sampingan dari proses metabolisme.
2. Radikal bebas masuk kedalam tubuh dalam bentuk racun-racun kimiawi dari
makanan ,minuman, udara yang terpolusi, dan sinar ultraviolet dari matahari.
3. Radikal bebas diproduksi secara berlebihan pada waktu kita makan berlebihan (berdampak
pada proses metabolisme) atau bila kita dalam keadaan stres berlebihan,
baik stress secara fisik, psikologis, maupunbiologis.
3. Karsinogenesis karena Virus
Virus yang dapat dan dicurigai menyebabkan kanker antaralain :
- Virus Papilloma menyebabkan kutil alatk elamin (genitalis) agaknya merupakan salah satu
penyebab kanker leher rahim pada wanita.
- Virus Sitomegalo menyebabkan Sarkoma Kaposi (kanker sistem pembuluh darah yang ditandai
oleh lesi kulit berwarna merah)
- Virus Hepatitis B dapat menyebabkan kanker hati.
- Virus Epstein-Bar (di Afrika) menyebabkan Limfoma Burkitt, sedangkan di China virus ini
menyebabkan kanker hidung dan tenggorokan. Ini terjadi karena faktor lingkungan dan genetik.
- Virus Retro pada manusia misalnya virus HIV menyebabkan limfoma dan kanker darah lainnya.
4. Karsinogenesis karena senyawa Kimia
Polycyclic aromatic hydrocarbon. Contoh: benzopyrene terdapat dalam asap rokok, asap
mobil dan sebagai produk pembakaran tumbuh-tumbuhan yang menyebabkan kanker paru;
dalam jelaga cerobong asap dan ter batu bara menyebabkan kanker kulit. Asap rokok juga
menyebabkan kanker orofarings, esofagus, larings, kandung kemih, ginjal dan pankreas.
Tembakau yang dikunyah menimbulkan kanker orofarings. Benzopyrene juga terbentuk bila
daging dan ikan dipanggang dengan arang, diasap atau digoreng dengan minyak yang sudah
dipakai berkali-kali. Benzopyrene juga terdapat dalam macam-macam makanan. Beberapa
jenis kerang dan ikan dari air yang terpolusi dapat mengandung benzopyrene, tetapi dari
penelitian epidemiologis dan percobaan binatang belum ditemukan hubungannya dengan
kanker. Golongan ini di-hidroksilasi oleh enzim arylhydrocarbon hydroxylase (dalam limfosit)
menjadi karsinogen yang reaktif.
Aromatic amine. Contoh: butter yellow (dulu dipakai sebagai pewarna mentega sebelum
efek karsinogeniknya pada binatang diketahui), insektisida naphthylamine, benzidine dan 3-
acetylaminofluorene. Naphthylamine menyebabkan kanker hati pada rodentia dan kanker
kandung kemih pada anjing, juga karsinogenik untuk manusia. Benzidine menyebabkan kanker
kandung kemih pada pekerja industri zat warna. Golongan ini diaktifkan dulu oleh enzim dalam
sel hati atau ginjal atau sel tubuh lainnya menjadi karsinogen yang reaktif.
Alkylating. Contoh: epoxide, lactone, nitrogen mustard dan derivatnya. Nitrogen
mustard untuk pengobatan penyakit Hodgkin menimbulkan kanker lain pada penderita
tersebut misalnya lekemia, kanker kandung kemih dan limfoma. Termasuk dalam golongan ini
chlorambucil dan busulphan menimbulkan leukemia sedangkan cyclophosphamide
menimbulkan kanker kandung kemih. Untuk lekemia periode latennya singkat sedangkan
kanker solid lebih lama. Telah lama diketahui golongan ini bersifat mutagenik berikatan dengan
bagian-bagian molekul DNA menyebabkan kesalahan pada replikasi DNA.
Nitrosamine. Terbentuk dari nitrit dengan sejumlah amin. Garam nitrit dan nitrat
alamiah terdapat dalam sayur-sayuran, ikan dan daging. Nitrit digunakan sebagai aditif
makanan (pengawet daging) sejak abad ke 19 dan peptisida, juga terdapat dalam makanan
sebagai residu obat-obatan. Sumber amin adalah obat tertentu dan nikotin. Nitrosamine juga
terbentuk pada proses memanggang dan terdapat dalam asap rokok. Nitrosamine
menyebabkan macam-macam kanker pada spesies binatang percobaan yang berbeda yaitu
kanker hati, ginjal, paru, esofagus, vesika urinaria, pankreas, trakea, sinus dan saraf tepi. Di
beberapa bagian dunia misalnya India, mengunyah buah pinang dapat menyebabkan kanker
mulut, farings atau esofagus, kemungkinan karena nitrosamine dalam buah pinang.
Penyelidikan epidemiologis membuktikan tidak konsistennya hubungan nitrosamine dengan
kanker lambung. Golongan ini diaktifkan dulu oleh enzim sel hati atau ginjal atau sel tubuh
lainnya menjadi karsinogen yang reaktif. Berdasar pengetahuan saat ini nitrosamine pada
manusia belum pasti menimbulkan kanker.
Aflatoxin B1. Pada permulaan tahun 1960 diisolasi dari jamur Aspergillus flavus yang
tumbuh pada makanan yang disimpan yaitu kacang tanah, jagung, gandum, kacang polong,
beras, kacang kedelai, buah, daging tertentu, susu dan keju. Aflatoxin adalah karsinogen hati
pada beberapa spesies binatang. Pada manusia menyebabkan kanker hati (hepatoma primer),
terdapat bukti bahwa aflatoxin mempunyai peranan utama untuk terbentuknya kanker hati, di
negara tropis sebagai kontaminan dari makanan karbohidrat, terutama biji-bijian dan kacang-
kacangan. Aflatoxin juga ditransformasikan dulu oleh enzim sel hati atau ginjal menjadi
karsinogen yang reaktif.
Logam berat. Senyawa kromium (Cr), Nikel (Ni) dan uranium (Ur) diduga menyebabkan
kanker paru dan sinus sedangkan kadmium (Cd) diduga menyebabkan kanker prostat.
Vinylchloride, pada pekerja pabrik bahan dasar plastik, polyvinylchloride (PVC) dapat
menyebabkan kanker hati (angiosarkoma), kanker paru, otak, darah dan limfa. Bungkus plastik
dan tempat makanan plastik yang menggunakan bahan dasar vinylchloride menguatirkan
konsumen. Chloromethylmethylether digunakan secara luas pada industri kimia sebagai
perantara sintesa organik dapat menyebabkan kanker paru. Carbontetrachloride pada pekerja
plastik dan pekerja cuci kering menyebabkan kanker hati, thiourea (zat aditif makanan) pernah
digunakan sebelum diketahui sifat karsinogeniknya pada binatang dan urethane (zat aditif
makanan) diduga karsinogenik. Hidrocarbonchloride sebagai peptisida misalnya DDT, eldrin,
dieldrin menyebabkan kanker hati pada tikus dan lain spesies, pada manusia belum jelas
menyebabkan kanker, mungkin karena periode latennya belum diketahui berapa tahun.
Penggunaan pewarna rambut meningkatkan risiko terkena limfoma non-Hodgkin, penyakit
Hodgkin dan multiple myeloma. Beberapa jenis kanker diduga disebabkan beberapa produk
seperti deterjen, kosmetik, plastik padat atau busa, cat, pewarna, semir, pelarut, kertas dan
tinta cetak. Mungkin setelah paparan lama risiko ini dapat dideteksi di masa yang akan datang.
Phenacetin diduga penyebab kanker pelvis renis dan kandung kemih, methoxypsoralen
penyebab kanker kulit, arsen penyebab kanker kulit dan chlornaphazine penyebab kanker
kandung kemih.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jawablah Pertanyaan ini :
1. Jelaskan dengan menggunkan table perbedaan karsinogenesis
2. Karsinogenesis karena fisik
3. karsinogenesis karena virus
4. karsinogenesis karena senyawa kimia
PERTEMUAN 9
MATERI POKOK :
Obat anti Kanker
1. obat herbal ( Flavonoid)
2. obat sintetis (doxorubicin), dan contoh lainya.
1. Obat Herbal sebagai Obat Kanker (Kandungan kimia Flavonoid)
Benalu Teh (Loanthus Parasiticus)
Benalu teh merupakan tanaman parasit yang tumbuh pada tanaman teh. Disebut juga benalu
atau parsilan dalam bahasa jawa-sunda. Tinggi tanaman ini berkisar antara 10 hingga 50 cm.
batangnya berbentuk bulat berwarna agak hijau kecoklatan. Daunnya berbentuk clips,
bertangkai warnanya hijau serta mempunyai letak yang saling berhadapan. Bunganya berwarna
merah yang muncul pada ketiak daun serta memiliki biji yang mengandung getah.
Kandungan avicularin atau senyawa flavonoid berkhasiat sebagai obat anti kanker. Ekstrak dari
benalu teh telah dibuktikan mampu menghambat perbanyakan dan penyebaran sel kanker. Ia
juga memiliki efek menenangkan serta meluruhkan air seni. Selain itu, benalu juga dapat
digunakan sebagai obat sakit pinggang, kekakuan punggung, memperbesar pembuluh arteri
jantung, pencegah keguguran, anti demam, anti radang serta dapat mencegah osteoporosis.
Seluruh bagian dari tanaman ini dapat digunakan untuk sebagai obat anti kanker. Benalu teh
dalam bentuk ekstrak telah banyak dijual di toko-toko jamu.
Temu putih (Curcuma zedoaria (Christm.) Roscoe syn. Curcuma pallida Lour. (Heyne))
Rimpang temu putih rasanya sangat pahit, pedas dan sifatnya hangat, berbau aroamtik,
dengan afinitas ke meridian hati dan limpa. Temu putih termasuk tanaman obat yang
menyehatkan darah dan menghilangkan sumbatan, melancarkan sirkulasi vital energi (qi) dan
menghilangkan nyeri. Rimpang temu putih berkasiat antikanker, anti radang (antiflogistik),
melancarkan aliran darah, fibrinolitik, tonik pada saluran cerna, peluru haid (emenagong), dan
peluru kentut.
Kandungan Kimia
Rimpangan temu putih mengandung 1-2,5% minyak menguap dengan komposisi utama
sesquiterpene. Minyak menguap tersebut mengandung lebih dari 20 komponen seperti
curzerenone (zedoarin) yang merupakan komponen terbesar, curzerene, pyrocurcuzerenone,
curcumin, curcumemone, epicurcumenol, curcumol (curcumenol), isocurcumenol,
procurcumenol, dehydrocurdone, furanodienone, isofuranodienone, furanodiene, zederone,
dan curdione. Selain itu mengandung flavonoid, sulfur, gum, resin, tepung, dan sedikit lemak.
Curcumol dan curdione berkasiat antikanker.
Daun Dewa (Gynura divaricata)
Daun Dewa memiliki panjang 20 cm, lebar 10 cm, dengan tangkai pendek, bulat lonjong
berdaging, berbulu halus, ujung daunnya lancip, bertoreh pada tepi daun serta warna hijau
keunguan. Daun dewa juga memiliki bunga majemuk yang tumbuh di ujung batang, berkelopak
hijau berbentuk cawan, dan benang sari berwarna kuning berbentuk jarum.
Efek farmakologis yang dimiliki tanaman Daun dewa diyakini ampuh melancarkan peredaran
darah, mengatasi luka memar, peradangan dan pembengkakan yang terjadi; menghentikan
perdarahan, menurunkan panas, antinyeri, menurunkan kolesterol jahat, menghilangkan kutil,
mengatasi gangguan ginjal, melawan serangan bakteri dan virus, menetralkan racun dalam
tubuh, bahkan tumor dan kanker bisa diatasinya.
Beberapa senyawa aktif yang diperoleh dari ekstrak Daun dewa seperti flavonoid, monoterpen,
dan seskuiterpen lakton, diketahui berperan penting dalam menghambat pertumbuhan dan
perkembangan sel tumor/kanker dalam tubuh.
Selain sifat antitumor dan antikanker yang dimilikinya, tentu saja, sifat farmakologis Daun dewa
lainnya juga turut bersumbangsih dalam pengobatan kanker, dimana rasa nyeri dan
peradangan yang terjadi akibat keberadaan tumor dan kanker dapat ditekan sehingga
meringankan rasa sakit yang diderita penderita kanker.
2. Obat Sintesis
a. Doksorubisin
Doksorubisin HCl adalah salah satu dari antibiotik anthracycline, terisolasi dari strain
Streptomyces peucetius caesius var. Hal ini dapat menembus dinding sel cepat dan intercalate
dengan DNA dalam nukleus. Kehadiran doksorubisin HCl dalam inti membekukan DNA
topoisomerase II enzim dan protein istirahat terkait DNA untai. Tindakan ini menyebabkan
penghambatan aktivitas mitosis, sintesis asam nucleid, mutagenesis dan penyimpangan
kromosom. Tindakan lain Doksorubisin HCl adalah reaksi dengan sitokrom P450 untuk
menghasilkan peroksida hidrogen dan radikal hidroksil yang sangat merusak sel.
Selain bertindak sebagai sitotoksik, Doksorubisin Kalbe memiliki aktivitas lain dari studi hewan.
Its kegiatan lain seperti kekebalan, induksi efek toksik termasuk toksisitas jantung, myelosupresi
di semua jenis dan testis athropy pada tikus dan anjing. Setelah i.v. administrasi, Doksorubisin
Kalbe, ditampilkan clearance plasma cepat. ekskresi urin sekitar 4-5% dari dosis diekskresikan
administrasi dalam empedu atau feses dalam 7 hari dan 75% dari sekarang obat dalam plasma
terikat dengan protein. Penurunan meningkatkan fungsi retensi hati dan akumulasi dalam
plasma dan jaringan.
Indikasi
Doksorubisin Kalbe diindikasikan untuk regresi dalam kondisi neoplastik disebarluaskan seperti
leukemia akut, tumor Wilms, neuroblastoma, jaringan lunak dan sarkoma tulang, karsinoma
payudara, karsinoma ovarium, karsinoma sel kandung kemih transisi, karsinoma tiroid, kanker
paru-paru, penyakit Hodgkin dan limfoma non-Hodgkin , bronchogenic karsinoma dan
karsinoma lambung.
Kontra Indikasi
Myelosupresi · menginduksi oleh perlakuan agen antitumor atau radioterapi.
· Pasien dengan penyakit jantung yang sudah ada.
· Pasien yang menerima pengobatan sebelumnya dengan dosis kumulatif lengkap doxorubicin
atau daunorubisin.
·Pasien yang hipersensitif terhadap hydroxybenzoate.
· Kehamilan.
Peringatan
Untuk menggunakan infus saja. Parah nekrosis jaringan lokal akan terjadi jika ada ekstravasasi
selama administrasi. Doksorubisin tidak harus diberikan oleh tingkat intramuskular atau
subkutan.
· Dosis harus dikurangi pada pasien dengan gangguan fungsi hati.
· Toksisitas untuk direkomendasikan dosis Doksorubisin adalah enchaned oleh gangguan hati,
karena itu, sebelum dosis individu, evaluasi fungsi hati dianjurkan menggunakan klinis
konvensional.
· Uji laboratorium (seperti SGOT, SGPT, Alkaline fosfat dan Bilirubine).
· Myelosupresi berat dapat terjadi.
· Doksorubisin harus diberikan hanya di bawah pengawasan seorang dokter yang
berpengalaman dalam penggunaan agen kanker chemoterapeutic.
· Doksorubisin dapat mempotensiasi di toksisitas terapi antikanker lain. Eksaserbasi
cyclophospamide cystitis disebabkan perdarahan dan peningkatan hepatotoksisitas 6-
mercaptopurine telah dilaporkan. Radiasi yang disebabkan toksisitas ke, mukosa kulit
miokardium,, dan hati telah dilaporkan meningkat administrasi Doksorubisin.
· Doksorubisin Kalbe dapat menyebabkan gagal jantung meskipun risiko yang sangat rendah
pada batas yang dianjurkan 550 mg/m2. Risiko menjadi lebih tinggi ketika total dosis obat
melebihi batas yang direkomendasikan. Batas yang direkomendasikan menjadi lebih rendah,
400 mg/m2, pada pasien yang menerima radioterapi untuk daerah mediastinum atau terapi
bersamaan dengan agen lain kardiotoksik.
· Kongestif gagal jantung dapat terjadi, beberapa minggu setelah penghentian terapi Kalbe
Doksorubisin, yang tidak menguntungkan dipengaruhi oleh terapi fisik yang sekarang dikenal
untuk dukungan jantung.
Pemantauan EKG sebelum dan sesudah perlakuan, untuk memprediksi cardiotoxicity yang
ditandai dengan penurunan gelombang QRS.
· Karena kejadian depresi sumsum tulang tinggi, pemantauan hematologi dianjurkan hati-hati.
toksisitas hematologi mungkin memerlukan pengurangan dosis atau menunda terapi Kalbe
Doksorubisin.
· Evaluasi atau infus harus dihentikan, bila gejala ekstravasasi telah terjadi. Terapi harus dimulai
kembali dalam vena lain.
· Suka lain agen sitotoksik, Doksorubisin Kalbe telah menunjukkan sifat mutagenik dan
teratogenik dalam evaluasi hewan. Meskipun tidak ada studi yang memadai pada manusia,
penggunaan Doksorubisin Kalbe dalam kehamilan dihindari.
· Doksorubisin Kalbe dapat mendorong hyperuricemia sekunder untuk lisis cepat sel-sel
neoplastik. Oleh karena itu kadar urat harus dimonitor untuk mengontrol masalah.
· Doksorubisin terapi Kalbe menyebabkan warna merah untuk air seni selama 1-2 hari setelah
pemberian.
Adverse Reaksi
· Terutama reaksi merugikan dari Doksorubisin Kalbe adalah myelosupresi dan cardiotoxicity.
Reaksi yang merugikan lainnya adalah:
· Cutaneous: alopecia Reversible, hiperpigmentasi dermal nailbeeds dan lipatan terutama pada
anak-anak. Oncholysis mungkin jarang terjadi.
· Gastrointestinal: Mual, muntah, stomatitis yang dimulai sebagai sensasi terbakar dengan
eritema dari mukosa mulut yang mengarah ke koreng, anoreksia dan diare telah dilaporkan.
· Vascular: Ketika vena kecil yang digunakan untuk administrasi, dapat menyebabkan
phlebosclerosis.
· Lokal: bengkak, nekrosis jaringan, dan selulitis parah kadang-kadang terjadi selama
administrasi. Parah selulitis, eritematosa melesat sepanjang vena proksimal tempat suntikan
telah dilaporkan.
· Hipersensitivitas: Demam, menggigil, urtikaria dan anafilaksis dapat terjadi.
Lainnya o: Jarang konjungtivitis dan lakrimasi terjadi.
Interaksi Obat
pengobatan · Bersamaan dengan Cyclophospamide, Dactinomycin atau Mytomycin dapat
menyadarkan hati untuk efek kardiotoksik dari Doksorubisin.
· Propanolol dapat meningkatkan cardiotoxicity dari Doksorubisin sebagai kedua obat telah
terbukti dapat menghambat jantung mitokondria co-dan 10-enzim.
· Doksorubisin dapat meningkatkan konsentrasi penyesuaian dosis asam urat darah agen
antigout (misalnya Allopurinol, Kolkisin) mungkin diperlukan untuk mengendalikan
hyperuricaemia. Efek depresan leucopenic, thrombocytopenic dan tulang sumsum dari
Doksorubisin akan meningkat dengan terapi bersamaan atau baru-baru ini dengan obat lain
yang menyebabkan efek ini.
· Doksorubisin dapat menurunkan respons antibodi pasien untuk vaksin dan / atau dapat
meningkatkan efek merugikan dari vaksin virus hidup karena imunosupresi. efek ini dapat
bertahan dari tiga bulan sampai satu tahun.
· Hepatotoksik obat (misalnya Metotreksat dosis tinggi) dapat mengganggu fungsi hati dan,
oleh karena itu, meningkatkan toksisitas Doksorubisin subsequantly diberikan.
Dosis
° dosis yang direkomendasikan adalah 60-75 mg/m2 sebagai iv tunggal administrasi selama 21
hari, dosis rendah (60 mg/m2) harus diberikan kepada pasien dengan cadangan sumsum
memadai karena infiltrasi sumsum neoplastik atau usia tua atau terapi sebelumnya.
· Sebuah alternatif dosis 20 mg/m2 mingguan atau 30 mg/m2 setiap hari berturut-turut diulang
setiap 4 minggu untuk mengurangi toksisitas
¨ dosis Doksorubisin Kalbe bila digunakan dalam kombinasi dengan obat myelosuppresive lain
adalah 30-40 mg/m2 setiap 3 sampai 4 minggu dan 60-75 mg/m2 jika digunakan dengan obat
yang tidak myelosuppressive.
· Dosis Doksorubisin Kalbe harus dikurangi jika kenaikan bilirubin sebagai berikut:
½ dosis normal Doksorubisin Kalbe jika bilirubin serum 20-50 mmol / L dan retensi BSP 9-15%.
¼ dosis normal Doksorubisin Kalbe jika bilirubin serum> 50 mmol / L dan retensi BSP> 5%.
° prosedur berikut ini:
kandung kemih harus catheterized dan dikosongkan. Suatu larutan yang mengandung 80 mg
Doksorubisin dalam 100 ml Saline normal, harus ditanamkan melalui kateter ke dalam kandung
kemih. Kateter harus daripada dihapus dan pasien diinstruksikan untuk berbaring di samping.
Pada 15 menit interval, pasien harus diinstruksikan untuk alternatif ke sisi lain selama periode 1
jam. Pasien seharusnya tidak buang air kecil selama 1 jam setelah kandung kemih harus
dikosongkan dari solusi. Prosedur ini diulang pada interval bulanan.
b. Metrotexat
NAMA KIMIA : 4-amino-4-deoxy--10-methylpteoryl-L-glutamic acid
STRUKTUR KIMIA : C20H22N8O5
SIFAT FISIKOKIMIA: Serbuk kristal berwarna kuning atau oranye, higroskopis. Praktis tidak larut
dalam air, alkohol, diklorometan, terurai dalam larutan asam mineral, basa hidroksida dan
karbonat.
FARMAKOLOGI: Onset kerja: Antirematik: 3-6 minggu; tambahan perbaikan bisa dilanjutkan
lebih lama dari 12 minggu.;Absorpsi: Oral: cepat : diserap baik pada dosis rendah (<30 mg/m2);
tidak lengkap setelah dosis tinggi ; I.M.: Lengkap; Distribusi: Penetrasi lambat sampai cairan
fase 3 (misal pleural efusi, ascites), eksis lambat dari kompartemen ini (lebih lambat dari
plasma), melewati plasenta, jumlah sedikit masuk kelenjar susu, ;konsentrasi berangsur-angsur
dikeluarkan di ginjal dan hati.;Ikatan protein: 50%.;Metabolisme: <10%: Degradasi dengan flora
intestinal pada DAMPA dengan karboksipeptida, oksidasi aldehid konversi metotreksat menjadi
7-OH metotreksat di hati; ;poliglutamat diproduksi secara mempunyai kekuatan samadengan
metotreksat, produksinya tergantung dosis, durasi dan lambat dieliminasi oleh sel..;T eliminasi:
Dosis rendah: 3-10 jam; I.M.: 30-60 menit.; Ekskresi: Urin (44%-100%); feses (jumlah kecil)
KONTRA INDIKASI :Hipersensitifitas dari metotreksat dan komponan lain dari sediaan;
kerusakan hebat ginjal dan hati,pasien yang mengalami supresi sum-sum tulang dengan
psoriasis atau reumatoid artritits, penyakit alkoholik hati, AIDS, darah diskariasis, kehamilan,
menyusui.
EFEK SAMPING: Efek samping beragam sesuai rute pemberian dan dosis. ;Hematologi dan/atau
toksisitas gastrointestinal biasanya sering terjadi pada penggunaan umum dari dosis umum
metotreksat; reaksi ini lebih sedikit terjadi ketika digunakan pada dosis topikal untuk reumatoid
artritis.;>10%;SSP: (dengan pemberian intratekal atau terapi dosis tinggi): Arachnoides:
Manifestasi reaksi akut sebagai sakit kepala hebat, rigidity nuchal, muntah dan demam, dapat
alleviated dengan pengurangan dosis. ;Subakut toksisitas: 10% pasien diobat dengan 12-15
mg/m2 dari intratekal metotreksat bisa membuat ini dalam minggu kedua atau ketiga dari
terapi; konsis dari paralisis motor dari ekstremites,palsy nerve kranial, seizure, atau koma. ;Hal
ini juga terlihat pada pediatrik yang menerima dosis tinggi IV metotreksat.;Demyelinating
enselopati: telihat dalam bulan atau tahun setelah menerima metotreksat; biasanya
diasosiasikan dengan iradiasi kranial atau kemoterapi sistemik yang lain.;Dermatologi: Kulit
menjadi kemerahan.Endokrin dan metabolik: Hipoerurikemia,detektif oogenesis, atau
spermatogenesis.;GI: Ulserativ stomatitis, glossitis, gingivitis, mual, muntah, diare, anoreksia,
perforasi intestinal, mukositis (tergantung dosis; terlihat pada 3-7 hari setelah terapi, terhenti
setelah 2 minggu);Hematologi: Leukopenia, trombositopenia.Ginjal: Gagal ginjal,
azotemia,nefropati.Pernafasan: Faringitis.;1%-10%;Kardiovaskular: Vaskulitis.SSP: pusing,
malaise, enselopati, seizure, demam, chills.Dermatologi: Alopesia, rash, fotosensitivias,
depigmentasi atau hiperpigmentasi kulit.;Endokrin dan metabolik: Diabetes.Genital:
Cystitis.Hematologi: pendarahan.;Myelosupresif: Terutama faktor batas-dosis (bersama dengan
mukositis) dari metotreksat, terjadi sekitar 5-7 hari setelah terapi, dan harus dihentikan selama
2 minggu. ; WBC: Ringan, Platelet: Sedang, Onset: 7 hari, Nadir: 10 hari, Recovery: 21
hari;Hepatik: Sirosis dan fibrosis portal pernah diasosiasikan dengan terapi kronik metotreksat,
evaliasi akut dari enzym liver adalah biasa terjadi setelah dosis tinggi dan biasanya resolved
dalam 1 hari.Neuromuskular dan skeletal: Arthalgia.Okular: Pandanga;Renal: Disfungsi ginjal:
Manifestasi karena abrupt rise pada serum kreatinin dan BUN dan penurunan output urin, biasa
terjadi pada dosis tinggi dan berhubungan dengan presipitasi dari obat.;Respiratori:
Penumositis: Berhubungan dengan demam, batuk, dan interstitial pulmonari infitrates;
pengobatan dengan metotreksat selama reaksi akut;;interstitial pneumisitis pernah dilaporkan
terjadi dengan insiden dari 1% pasien dengan RA (dosis 7.5-15 mg/minggu).;<1% (terbatas
sampai penting untuk penyelamatan hidup): Neurologi akut sindrom (pada dosis tinggi-
simptom termasuk kebingungan, hemiparesis, kebutaan transisi,dan koma); anafilaksis
alveolitis; disfungsi kognitif (pernah dilaporkan pada dosis rendah), ;penurunan resistensi
infeksi,eritema multiforma, kegagalan hepatik, leukoenselopati (terutama mengikuti irasiasi
spinal atau pengulangan terapi dosis tinggi),disorder limpoproliferatif, osteonekrosis dan
nekrosis jaringan lunak (dengan radioterapi),;perikarditis, erosions plaque (Psoriasis), seizure
(lebih sering pada pasien dengan ALL), sindrom Stevens Johnson, tromboembolisme.
INTERAKSI OBAT: Efek meningkatkan/toksisitas: Pengobatan bersama dengan NSAID telah
menghasilkan supresi sum-sum tulang berat, anemia aplastik dan toksisitas pada saluran
gastrointestinal. NSAID tidak boleh digunakan selama menggunakan ;metotreksat dosis sedang
atau tinggi karena dapat meningkatkan level metotreksat dalam darah (dapat menaikkan
toksisitas): ;NSAID digunakan selama pengobatan dari reumatoid artritis tidak pernah amati,
tapi kelanjutan dari regimen terdahulu pernah diikuti pada beberapa keadaan, dengan
peringatan monitoring. Salisilat bisa meningkatkan level metotreksat, ;bagaimanapun
penggunaan salisilat untuk profilaksis dari kejadian kardiovaskular tidak mendapat
perhatian.;Penisilin, probenesid, sulfonamid, tetrasiklin dapat meningkatkan konsentrasi
metotreksat karena adanya penurunan sekresi pada tubular ginjal. ;Zat hepatoksik (asitretin,
retinoid, sulfasalazin) bisa meningkatkan resiko hepatotoksik dari metotreksat. Penggunaan
bersama dengan siklosforin dapat meningkatkan level dan toksisitas keduanya.;Metotreksat
bisa meningkatkan level merkaptopurin atau teofilin. ;Metotreksat ketika diberikan dengan
sitarabin, dapat mengubah efikasi dan toksisitas dari sitarabin, beberapa regimen kombinasi
(misalnya hiper-CVAD) pernah di desain untuk mendapatkan keuntungan dari interaksi ini.;Efek
Penurunan: Kolestiramin bisa menurunkan level metotreksat. Kortikosteroid menurunkan
pengambilan metotreksat pada leukimia sel. ;Pemberian obat ini seharusnya dipisah selama 12
jam. Deksametason pernah dilaporkan tidak menyebabkan masuknya metotreksat ke dalam sel.
PERINGATAN: Senyawa berbahaya gunakan dengan perhatian penuh untuk penanganan dan
pembuangan limbah . Dapat potensial menyebabkan pneumositis yang membahayakan (bisa
terjadi selama terapi pada dosis berapun); monitoring secara ketat simptom pulmonari,
khususnya batuk kering atau produktif,. Metotreksat potensial menyebabkan reaksi
dermatologi - tanpa tergantung dosis.;Metotreksat pernah diasosiasikan dengan
hepatotoksisitas akut dan kronik, fibrosis dan sirosis. Risiko berhubungan dengan dosis
kumulatif dan pemaparan berkepanjangan. ;Penyalahgunaan alkohol, obesitas, usia lanjut,
diabetes dapat meningkatkan reaksi risiko hepatotoksis.;Metotreksat dapat menyebabkan
kegagalan ginjal, gastointestinal toksisitas, atau supresi sum-sum tulang. Gunakan dengan
peringatan pada pasien dengan kegagalan ginjal, penyakit ulkus lambung, kolitis ulseratif atau
supresi sum-sum tulang. ;Diare dan stomatitis ulseratif dapat menyebabkan interupsi terapi;
kematian akibat hemorargi enteritis atau intestinal perforasi pernah dilaporkan.;Penetrasi
metotreksat lambat pada cairan fase ketiga, seperti efusi pleural atau ascites dan eksis lambat
dari kompartemen ini (lebih lambat dari plasma). ;Pengurangan dosis dapat diperlukan pada
pasien dengan kerusakan ginjal dan hati, ascites, dan efusi pleural. Toksisitas dari metotreksat
atau imunosupresan lain meningkat pada orang dewasa.;Supresi sum-sum tulang berat, anemia
aplastik, dan toksisitas GI pernah terjadi selama pemberian bersama NSAID. ;Gunakan dengan
peringatan ketika digunakan dengan zat hepatotoksik yang lain (azatioprin, retinoids,
sulfasalazin). ;Metotreksat diberikan secara bersama dengan radioterapi dapat meningkatkan
infeksi oportunistik.;Untuk reumatoid artritis dan psoriasis, terapi imunosupresan sebaiknya
hanya digunakan ketika penyakit aktif dan kurang toksis; terapi tradisional tidak
efektif. ;Pemberhentian terapi pada reumatoid artritis dan psoriasis jika ada penurunan
komponen hematologi yang signifikan.;Formulasi metotreksat dan/atau pelarut yang
mengandung pengawet sebaiknya tidak digunakan untuk intratekal atau dosis tinggi. ;Injeksi
metotreksat bisa mengandung benzil alkohol dan tidak boleh digunakan pada bayi baru lahir.
MEKANISME AKSI: Metotreksat adalah antimetabolit folat yang menginhibisi sintesis DNA.
Metotreksat berikatan dengan dihidrofolat reduktase, menghambat pembentukan reduksi folat
dan timidilat sintetase, menghasilkan inhibisi purin dan sintesis asam timidilat. ;Metotreksat
bersifat spesifik untuk fase S pada siklus sel.
c. Bleomisin
FARMAKOLOGI: Absorpsi: I.M dan intrapleural: 30% sampai 50% dari konsentrasi serum;
Intraperitonial dan subkutan menghasilkan konsentrasi serum setara dengan IV;Distribusi: Vd:
22L/m2, konsentrasi tertinggi di kulit, ginjal, paru, jantung, kensentrasi rendah di testes dan GI,
tidak dapat melewati sawar otak.;Ikatan protein: 1%;Metabolisme: Melewati beberapa jaringan
termasuk hepatik, saluran GI, kulit, pulmonari, ginjal, dan serum;T eliminasi: Biphasic
(tergantung fungsi ginjal):; Fungsi ginjal normal: Awal: 1-3 jam, terminal 9 jam; End-stage ginjal:
Awal: 2 jam; terminal 30 jam;Waktu puncak, serum: I.M.: Sekitar 30 menit;Ekskresi : Urin (50%-
70% sebagai zat aktif).
KONTRA INDIKASI: Hipersensitifitas terhadap bleomisin sulfat atau komponen lain dalam
sediaan, penyakit pulmonari hebat, kehamilan.
EFEK SAMPING: > 10%;Kardiovaskular: Fenomena Raynaud;Dermatologi: Nyeri pada lokasi
tumor, plebitis. Sekitar 50% pasein mengalami eritema, indurasi, hiperkeratosis, dan
pengelupasan pada kulit terutama pada bagian permukaan palmar dan plantar tangan dan kaki.
;Hiperpigmentasi (50%), alopesia, perubahan pada kuku juga bisa terjadi. Efek yang terjadi
tergantung dosis dan bersifat reversibel jika obat dihentikan.;GI: Stomatitis dan mukositis
(30%), anoreksia, kehilangan berat badan.;Pernafasan: Tachypenia, akut atau kronik interstitial
pneumositis dan pulmonari fibrosis (5%-10%), hipoksia dan kematian (1%).;Gejala meliputi
batuk, sesak nafas, dan infiltrasi biletral pulmonari. Patogenisisnya tidak pasti, tetapi mungkin
berhubungan dengan kerusakan pulmonary, vaskular, atau konektif jaringan. ;Respons dengan
terapi steroid bervariasi dan beberapa masih kontroversial.;Miscelleneous: Reaksi demam akut
(25%-50%), reaksi anafilaktik dengan karakter sebagai berikut:hipotensi, bingung, demam,
menggigil, dan wheezing. Onset bisa langsung atau tertunda beberapa jam.;1% -
10%:;Dermatologi: Kemerahan (8%), penipisan kulit , difusi skleroderma,
onikolisis.;Miscellanoues: Reaksi anafilaktik akut.;< 1% (terbatas sampai life-threatening):
Angioedema, kecelakaan cerebrovaskular, hepatotoksik, ;MI, mual, muntah; myelosupresif
(jarang); Onset: 7 hari, nadir: 14 hari, recovery: 21 hari.
INTERAKSI OBAT: Peningkatan efek/toksisitas: Lomustin dapat memperparah leukopenia.
Cisplatin bisa menurunkan eliminasi bleomisin.;Penurunan efek : bleomisin menurunkan level
plasma digoksin. Pemberian bersama dengan fenitoin menghasilkan penurunan kadar fenitoin
dalam darah.
PENGARUH MENYUSUI: Distribusi bleomisin dalam air susu tidak diketahui,bleomisin tidak
direkomendasikan untuk ibu menyusui.
PERINGATAN: FDA merekomendasikan untuk prosedur penanganan yang memadai dan
pembuangan limbah antineoplastik harus diperhatikan. ;Kejadian pulmonari fibrosis tinggi pada
pasien geriatri, pada pasien yang menerima dosis > 400 unit total, perokok dan pasien dengan
terapi radiasi sebelumnya. ;Reaksi idiosinkratik hebat berupa: hipotensi, konfusi mental,
demam, chills dan wheezing (sama dengan anafilaksis) pernah dilaporkan pada 1% pasien
limfoma yang mendapat terapi dengan bleomisin. ;Jika reaksi ini terjadi setelah dosis pertama
atau kedua, monitoring harus lebih hati-hati. Periksa kondisi paru setiap sebelum mulai
terapi . ;Direkomendasi untuk pemberian O2 selama operasi pada pasien yang menerima
bleomisin.
MEKANISME AKSI: Menghambat sintesis DNA, ikatan-ikatan DNA untuk selanjutnya terjadinya
pemutusan untai tunggal dan ganda
d. ALKERAN (Melphalan 2 mg/tablet.)
In: Untuk multiple myeloma, ovarian adenocarcinoma tingkat lanjut, kanker payudara.
e. ANZATAX ( Paklitaksel 30 mg.)
In: Terapi kanker ovarium metastase, kanker payudara.
KI: hipersensitivitas PEG 35, minyak jarak, pasien dengan neutropenia berat.
Perh: premedikasi dengan kortikosteroid, antihistamin dan antagonis reseptor H2, pasien
dengan abnormalitas konduksi di jantung, pasien dengan keluhan abdominal dan perforasi usus
besar, gangguan fungsi hati dan ginjal, hamil dan menyusui.
ES: reaksi hipersensitivitas, neutropenia, trombositopenia, anemia, infesi saluran napas atas,
infeksi saluran urin, sepsis, hipotensi dan bradikardia, aritmia, penyumbatan atrioventrikular,
perubahan EKG, peningkatan enzim hati, arthralgia, myalgia, gangguan gastrointestinal, reaksi
di tempat suntikan.
IO: Sisplatin, ketokonazol, obat yang dimetabolisme di hati.
Ds: terapi agen tunggal: 175 mg/m2 IV periode lebih dari 3 jam selama 3 minggu. Terapi
kombinasi: 175 mg/m2 IV periode lebih dari 3 jam selama 3 minggu diikuti oleh senyawa
platinum atau 135 mg/m2 IV periode 24 jam diikuti dengan senyawa platinum.
f. ARIMIDEX
Anastrazol 1 mg/tablet.
In: Kanker payudara lanjut wanita paska menopause penyakit berkembang setelah penggunaan
tamoksifen atau anti estrogen lain.
KI: Wanita premenopause, wanita hamil atau menyusui; penderita kerusakan ginjal berat
(klirens kreatinin <20 ml/min); penderita penyakit hati sedang dan berat, hipersensitif.
Perh: Tidak dianjurkan untuk anak-anak.
ES: kekeringan vagina, gangguan saluran cerna, astenia, somnolens, sakit kepala.
Ds: Dewasa: Sekali sehari 1 tablet.
g. AVASTIN *(Bevakizumab)*
In: terapi kanker metastatik di kolon atau anus pada kombinasi dengan 5-FU intravena/asam
folat atau 5-FU/asam folat/irinotecan.
KI: kanker metastasis, ibu hamil dan menyusui, produk sel ovari hamster cina atau gen
rekombinan atau antibodi manusia.
Perh: perforasi sistem pencernaan, penyembuhan komplikasi luka, proteinuria, tromboamboli
arteri, hemorhagik, kardiomiopatik.
ES: inflamasi perut bagian dalam, luka lambung, tumor nekrosis, diverticulitis (inflamasi kolon),
pendarahan, hipertensi, proteinuria, tumor yang menyebabkan haemorhagik, tromboemboli
arterial, keadaan abnormal.
Ds: 5 mg/kg/BB dalam infus intravena sekali dalam 14 hari. Dosis awal diberikan 90 menit
setelah kemoterapi infus. Dosis kedua diberikan infus selama 60 menit dan kemudian seluruh
dosis diberikan 30 menit sebelum atau sesudah kemoterapi.
Km: Vial 25 mg/ml x 4 ml x 1’s. 16 ml x 1’s.
h. BREXEL (Doksataxel.)
In: Terapi lini kedua atau kombinasi dengan doxorubicin sebagai terapi lini pertama karsinoma
payudara stadium lanjut/metastatik. Terapi lini kedua (monoterapi) atau terapi lini pertama
dalam kombinasi dengan cisplatin/carboplatin kanker paru jenis bukan sel kecil stadium lokal
lanjut/metastatik. Terapi lini kedua karsinoma ovarium metastatik.
KI: Pasien dengan riwayat hipersensitif terhadap docetaxel atau obat lain yang mengandung
polysorbate 80. Pasien dengan jumlah neutrophil <1500 sel/mm3. Wanita hamil dan menyusui.
Gangguan hati berat. Pemberian kombinasi docetaxel dengan obat lain.
Perh: reaksi hipersensitivitas dapat terjadi beberapa menit setelah dimulainya infus docetaxel.
Hindari kontak dengan bahan PVC. Sebelum diberikan, harus dilakukan prosedur 2 kali
pelarutan. Setelah dilarutkan, preparat harus diberikan dalam 4 jam. Docetaxel tidak boleh
diberikan pada pasien dengan peningkatan kadar bilirubin atau SGOT dan/atau SGPT > 1,5 x
ULN disertai kadar fosfatase alkali > 2,5 x ULN.
IO: Doksorubisin, carboplatin. Obat yang dimetabolisme dengan sitokrom P450 3A4 seperti
cyclosporine, terfenadin, ketokonazol, eritromisin, dan troleandomycin.
ES: Supresi susmsum tulang reversibel. Reaksi hipersensitivitas. Reaksi kutaneus. Retensi cairan.
Gangguan neurologis. Gangguan pencernaan. Hipotensi. Reaksi pada tempat infus. Peningkatan
kadar bilirubin, SGOT, SGPT, alkalin fosfatase serum. Anoreksia, mata berair, mialgia, arthralgia,
dyspneu.
Ds: Kanker payudara monoterapi: 100 mg/m2 IV selama 1 jam setiap 3 minggu. Pada terapi ini
pertama: 75 mg/m2 diberikan kombinasi dengan doxorubicin 50 mg/m2. Kanker paru jenis
bukan sel kecil 75 mg/m2 secara IV selama 1 jam tiap 3 minggu. Kanker ovarium 100 mg/m2
infus 1 jam setiap 3 minggu. Premedikasi: Dexamethasone 16 mg/hari (8 mg 2x/hari) selama 3
hari mulai 1 hari sebelum pemberian docetaxel.
j. CAMPTO (Irinotesan HCl trihidrat 20 mg/ml.)
In: Pengobatan pertama pada pasien dewasa penderita kanker kolorektal, dikombinasikan
dengan 5-fluorourasil dan asam folinat tanpa sebelumnya mendapat kemoterapi; pengobatan
kedua pada pasien dewasa penderita kanker metastatic kolorektal yang telah gagal dengan
pengobatan yang mengandung 5-fluorourasil.
KI: Penyakit inflamasi isi perut kronik, bilirubin > 3 kali normal, wanita hamil dan menyusui.
ES: Diare berkepanjangan, demam kelainan darah, mual, muntah.
Ds: Pengobatan pertama 180 mg/m2 iv diinfuskan selama 30-90 menit setiap 2 minggu, diikuti
oleh infuse dengan asam folinat dan 5-fluorourasil; pengobatan kedua 350 mg/m2 iv diinfuskan
selama 30-90 menit setiap 3 minggu.
Km: Dos 1 vial 40 mg/ml Rp. 1. 331. 429.-; 1 vial 100 mg/5 ml Rp. 2. 911.997.-
k. CARBOPLATIN (Karboplatin 10 mg/ml larutan untuk injkesi.)
In: kanker ovarium epitel lanjut.
KI: hipersensitif, gagal ginjal berat, mielosupresi berat.
Perh: harus diberikan oleh dan pengawasan dokter pengalaman menggunakan obat
kemoterapi, perhitungan darah periferal dan fungsi ginjal harus diamati secara teliti; jangan
diberikan pada ibu hamil dan menyusui.
ES: Mielosupresi, intoksikasi darah, intoksikasi ginjal.
Ds: 400 mg/m2 infus iv tunggal. Penggunaan tidak boleh diulangi selama 4 minggu. Pasien yang
sebelumnya mendapat pengobatan mielosupresi atau lanjut usia, dosis dapat dikurangi 20
sampai 25%.
l. CASODEX *(Bikalumatida 50 mg.)*
In: pengobatan kanker prostat lanjut dikombinasikan dengan terapi analogi LHRH atau
pembedahan kastration.
KI: wanita dan anak-anak, hipersensitif.
Perh: harus diberikan secara hati-hati pada penderita kerusakan hati ringan sampai dengan
berat.
ES: rasa panas di wajah, pruritus, mual, muntah, diare.
IO: terpenadin, astemizol, kisaprida.
Ds: 1x sehari, harus dimulai paling sedikit 3 hari sebelum memulai pengobatan dengan analogi
LHRH atau bersamaan dengan pembedahan kastration.
m. CISPLATIN DBL (Sisplatin 10 mg/10 ml, 50 mg/50 ml injeksi).
In: meringankan kanker testis, ovarium, kandung kencing, kepala dan leher.
KI: hipersensitif, gagal ginjal, gangguan pendengaran atau surpresi sumsum tulang belakang,
wanita hamil dan menyusui.
ES: intoksikasi ginjal, intoksikasi darah, intoksikasi saluran cerna, ototoksisitas, intoksikasi fungsi
saraf, hipomagnesemia dan hipokalsemia.
Ds: infus iv selama 6-8 hari. Dewasa dan anak: 50-100 mg/m2/hari dosis tunggal selama 3-4
minggu atau 15-20 mg/m2/hari iv selama 5 hari dan diberikan selama 3-4 minggu.
n. CYTOXAN (Siklofosfamida 200 mg/vial injeksi.)
In: keganasan pada sumsum tulang dan jaringan limfoid, adenokarsima ovarium,
neuroblastoma, retinoblastoma, Ca mammae dan kanker paru.
ES: neoplasia sekunder, leukemia, anorexia, mual dan muntah, alopecia, interstatial pulmonary
fibrosis dan cardiotoxicity.
o. CYTOSAR (Sitarabin 100 mg/vial serbuk steril untuk injeksi.)
In: leukimia nonlimfositik akut; limfositik, leukimia kronik mielositik; dapat dikombinasikan
dengan antineoplastik lain.
KI: hipersensitif; jangan diberikan pada pasien menerima pengobatan penekanan sumsum
tulang, penmberian harus di bawah pengawasan dokter, selama pengobatan harus
dilaksanakan perhitungan leukosit dan platelet setiap hari; pemberian pada wanita hamil harus
dengan sangat hati-hati.
Ds: tidak aktif diberikan secara oral; pengobatan nonlinfositik leukimia akut yang
dikombinasikan dengan obat anti kanker lain 100 mg/m2 iv setiap 12 jam selama 1-7 hari;
leukimia akut diberikan secara intratekal dengan alat 5-75 mg/m2 dari luas permukaan tubuh
1x sehari sampai 1x4 hari.
q. DACARBAZIN DBL (Dakarbazin 10 mg, asam sitrat 10 mg, manitol 3,75 mg tiap ml
larutan/200 mg vial.)
In: kemoterapi melanoma metastatik dan berbagai sarkoma; untuk jenis kanker lain tidak atau
kurang efektif.
KI: kehamilan, menyusui, peka terhadap dakarbazin; pasien yang sebelumnya menderita
mielosupresi.
Perh: bentuk toksisitas paling lazim adalah depresi kematopoitik dan gangguan hematologi lain.
Ds: dewasa: 4,5 mg selama 10 hari; dapat diulang tiap 4 minggu; atau 250 mg/m2/hari selama 5
hari; dapat diulang tiap 3 minggu.
r. DAUNABLASTINA (Daunorubisin HCl 20 mg setara daunorubisin 18,7 mg/vial.)
In: remisi induksi pada non leukimia limfositik akut (miklogenus, monositik, eritoid) untuk
dewasa dan remisi induksi pada leukimia limfositik akut pada anak, dan dewasa,
“neuroblastina”.
KI: penyakit jantung atau pasien dengan penyakit gawat.
Ds: dosis tunggal dari 30-60 mg/m2 sahri selama 3 hari, diulangi dengan interval 3-6 minggu.
Km: dos vial 20 mg Rp. 203. 500.
s. ENDROLIN (Leuprolid acetate 3,75 mg.)
In: Endometriosis genital dan ekstragenital, kanker prostat dengan metastatis.
Ds: endometriosis: satu suntikan s.c atau i.m, diulang setiap 4 minggu. Kanker prostat: satu
suntikan s.c, diulang setiap 4 minggu.
t. ERBAKAR (Karboplatin 150 mg; 450 mg/ml injeksi.)
In: antineoplastik.
u. FARMORUBICI ( Epirubisin 10 mg ; 50 mg/vial.)
In: induksi regresi aneka kondisi neoplastik karsinoma payudara, limfoma, karsinoma paru sel
kecil, leukimia kronik atau akut, indung telur, leher rahim, kanker lambung, kolon, rektum
pankreas, kaker leher dan kepala; terapi paliatif pada pasien usia lanjut dan resiko tinggi.
Km: 1 vial 10 mg Rp. 231.000 ; 1 vial 50 mg Rp. 1.127.500.
v. FLUDARA (Fludarabin fosfat 50 mg, manitol 50 mg.)
In: leukimia limfositik kronik sel B yang sudah tidak bereaksi lagi terhadap atau mereka yang
penyakitnya memburuk selama atau setelah pengobatan.
KI: hipersensitivitas, pasien gangguan ginjal dengan klirens kreatinin < 30 ml/menit, anemia
hemolitik dekompensasi, wanita hamil dan menyusui.
Ds: dosis anjuran 25 mg/m2 permukaan tubuh, diberikan tiap hari melalui i.v, 5 hari berturut-
turut setiap 28 hari.
w. FLUOROURACIL 500 mg/10 ml DBL (Fluorourasil 500 mg/10 ml injeksi.)
In: pengobatan paliatif terhadap neoplasma malignan terutama pada saluran cerna, payudara,
pankreas.
x. FUGEREL (Flutamid 250 mg/tablet.)
In: pengobatan paliatif kanker prostat yang lanjut pada penderita yang sebelumnya tidak
diobati atau yang tidak memberikan respon atau bereaksi pada pemverian hormon.
Ds: 3x sehari 1 tablet.
Km: dos 100 tablet.
y. FUTRAFUL (Tegafur 200 mg.)
In: kanker sistem pencernaan (kanker perut, usus dan rektum); kanker payudara.
ES: leukopenia, anemia, trombositopenia, pendarahan perut, kelelahan umum, vertigo,
hemoptisis, alopesia, pigmentasi, erupsi.
Ds: 800-1200 mg sehari 2-4 x pemberian ; dosis dapat disesuaikan berdasarkan usia dan kondisi
pasien.
z. GLIVEC (Imatinib 100 mg.)
In: leukimia mieloid kronik pada awal krisis, fase percepatan, fase kronik setelah kegagalan
pengobatan dengan interferon alfa.
KI: hipersensitif.
Perh: diminum dengan makanan dam segelas besar air untuk mengurangi intoksikasi saluran
cerna, hati-hati pada pasien dengan kerusakan hati, dapat menyebabkan pleura efusi edema,
uden paru. Jangan digunakan wanita hamil dan menyusui.
ES: intoksikasi saluran cerna, mialgia dan keram otot, intoksikasi darah dan sistem limpa,
intoksikasi sistem saraf.
Ds: pasien pada fase kronik leukimia mieloid kronik 400 mg/hari, pasien pada fase awal krisis
dan fase percepatan 600 mg/hari, dosis harus digunakan secara oral, sekali sehari.
aa. HOLOXAN (Ifosfamid 200 mg; 500 mg; 1 g; 2 g/vial injeksi.)
In: mammary carcinoma, cervical replace ovarian carcinoma, bronchial carcinoma, soft tissue
sarcoma, terticular tumor, malignant lymfoma, hipernefroma, pancreatic carcinoma,
endometrial carcinoma.
Ds: 250-300 mg/kgBB/hari.
bb. HYDREA (Hidroksi urea 500 mg.)
In: melanoma, mielositik leukimia kronik resisten, kanker ovarium metastatic recurrent
inoperable.
ES: depresi sumsum tulang dan gangguan saluran cerna.
c. INTRON-A (Interferon alfa 2b 3 MIU; 30 MIU/vial.)
In: pengobatan hairy cell leukimia penderita 18 thn atau lebih.
dd. IRESSA (Gefitinib 250 mg/tablet.)
In: pengobatan sel kanker paru yang besar dan telah mendapatkan atau tidak cocok dengan
kemoterapi standar.
KI: hipersensitif, wanita hamil dan menyusui, tidak dianjurkan untuk anak-anak.
Perh: jika pasien memperoleh masalah pernapasan seperti dispnea, batuk dan demam
pengobatan harus dihentikan.
ES: diare, mual dan muntah.
Ds: 250 mg sehari dengan atau tanpa makanan.
e. KREBIN (Vinkristin sulfatn1 mg; 2 mg/ml injeksi).
In : Antineoplastik Km : 1 vial 1 mg Rp. 117.700,-; 1 vial 2 mg Rp. 187.000,-
ff. ECTRUM (Leuprrorelin asetat 3,75 mg.)
In : Terapi untuk kanker prostat dengan metastasis dan endometriosis pada organ orginal dan
ekstragenital stadium 1-4 pada wanita diatas 18 tahun. KI : Hipersensitivitas dengan analog
GnRH, asam poliglikosida, asam polilaktis. Suntikan intra – arteri. Hormon prostat carcinoma,
premaglinant atau malignant pada endometrium, perdarahan vagina tanpa sebab. Wanita
hamil dan menyusui. Perh : Dilakukan monitoring terhadap pasien depresi atau menunjukan
gejala depresi, fosfatase atau PSA (Prostate-spesific Antigen) dan testosterone, pasien dengan
potensi komplikasi gangguan saluran urine, HTN. Meningkatkan gejala osteoporosis. ES :
Kenaikan kadar tostesteron/estradiol. Nyeri pada tulang, hiperkalsemia, ganggan saluran urine,
tekanan pada sum-sum tulang, otot kaki lemas, limfodema. Ds : Kanker prostat : 3,75 mg/vial
secara SK/IM perbulan; Endometriosis : 3,75 mg secara SK/IM per bulan selama 6 bulan
diberikan pada mulai 5 hari pertama dari siklus menstruasi. Km : vial 3,75 mg Rp. 800.000,-
g. LEUNASE ( L-Asparaginase)
In : leukemia akut termasuk leukemia kronik yang berubah menjadi jauh, lymphoma malignan.
ES : Syok, koagulopati, pankreatitis akut, diabetes, abnormalitas fungsi hati, hipoalbuminemia,
hiperanomia, uremia, gangguan gastrointestinal dan system saraf pusat, koma, gagal ginjal. Ds :
50-200 KU/kg BB IV tiap hari atau selang sehari. Perh : pasien dengan koagulopati, pancreas
akut, diabetes akut, diabetes, penyakit infeksi, tendensi pendarahan.
h. MABCAMPATH (Alemtuzumab.)
In : Leukemia limfositik yang diterapi dengan agen alkilating dan gagal mencapai respons
lengkap atau sebagian atau haya mencapai remisi singkat (< 6 bulan) setelah terapi fludarabin
fostat. KI : Hipersensitivitas atau reaksi terhadap protein murin, infeksi sistemik, HIV, keganasan
sekunder aktif, pemakaian sama dengan obat kemoterapi lain dalam waktu 3 minggu, vaksin
virus hidup min 12 bulan setelah terapi, kehamilan, laktasi. Perh : injeksi, keganasan, gangguan
darah dan linfatik, gangguan imun, metabolism, nutrisi, osikiatrik, SSP, mata, telinga dan labrin,
kardiovaskuler, pernafasan, toraks dan mediastinal, GI, hepatobiler, musculoskeletal da jaringan
konektif, ginjal dan urinary. IO : Obat kemoterapi lain, faksin virus hidup. Ds : Dewasa: minggu
pertama 3 minggu pada hari 1, 10mg pada hari 2 dan 30mg pada hari 3. Dosis yg dianjurkan :
30mg 3x seminggu slang sehari selama maksimum 12 minggu.
ii. MEGACE (Megestrol asetat 40mg/tablet; 40mg/ml suspense)
In : Tablet: Kanker payudara, kanker endometrium. Suspense oral : Aoreksia, kekheksia,
penurunan berat badan yg idak dapat dijelaskan pada pasien dgn AIDS.
Es : Gangguan saluran cerna, hetensi cairan, edema, skin rash, urtikaria, depresi mental,
ginekomastia.
Ds : Tablet : Kanker payudara 40mg 4x sehari; kanker endometrium, 40-320mg/hari dalam dosis
bagi, untuk 2 bulan. Suspense oral 20ml sehari.
jj. NAVELBINE (Vinorelbin tatrat 10 mg/ml (50 mg/5 ml) injeksi.)
In : Terapi sel kanker paru yang tidak kecil, kanker payudara lanjut, dikombinasikan dengan
kemoterapi standar.
Ds : 25-30 mg/ml diberikan pada hari ke 1 dan 8, atau tiap minggu.
kk. NEXAVAR (Sorafenib 200 mg, tablet salut film)
In : Renal Cell Carcinoma stadium lanjut. KI : gangguan fungsi hati.
Ds : dosis rekomendasi harian Sorafenib 400 mg(2 x 200 mg tablet), diminum 2 kali sehari tanpa
makanan (sedikitnya 1 jam atau sebelum makan atau 2 jam sesudah makan). Pengobatan harus
dilanjutkan sampai pasien tidak mendapatkan perbaikan klinis dari terapi atau sampai terjadi
tingkat toksik yang tidak dapat ditoleransi oleh pasien.
ll. NOLVADEX (Tromoksifen 10 mg/tablet.)
In : Pengobatan paliatif kanker payudara.
KI : Kehamilan.
Ds : Sehari 2-4 tablet.
1. Sebutkan contoh senyawa dari tanaman herbal yang dapat digunakan untuk
mengobati kanker selai senyawa yang telah disebutklan!
- senyawa inhibitor protease kedelai, yang punya nama khusus inhibitor Bowman-Birk
- capsaicin pada cabai
- allium yang terkandung dalam bawang putih polifenol pada teh hijau
- kurkumin pada kunyit
- xanthone pada manggis
2. Jelaskan mekanisme aksi dari obat sintetik dan obat herbal dalam pengobatan kanker!
a. Sintetik
- Doksorubisin memiliki mekanisme dalam inti sel dengan cara membekukan DNA
topoisomerase II enzim dan protein istirahat terkait DNA untai. Tindakan ini
menyebabkan penghambatan aktivitas mitosis, sintesis asam nucleid, mutagenesis dan
penyimpangan kromosom. Selain itu, Doksorubisin HCl adalah reaksi dengan sitokrom
P450 untuk menghasilkan peroksida hidrogen dan radikal hidroksil yang sangat merusak
sel.
- Metotreksat adalah antimetabolit folat yang menginhibisi sintesis DNA. Metotreksat berikatan
dengan dihidrofolat reduktase, menghambat pembentukan reduksi folat dan timidilat sintetase,
menghasilkan inhibisi purin dan sintesis asam timidilat. ;Metotreksat bersifat spesifik untuk fase
S pada siklus sel.
- Bleomisin Menghambat sintesis DNA, ikatan-ikatan DNA untuk selanjutnya terjadinya
pemutusan untai tunggal dan ganda
b. Herbal
- Senyawa-senyawa yang banyak ditemukan pada tanaman yang berkhasiat sebagai anti
kanker memiliki mekanisme aksi dengan menghambat penyebaran dan pertumbuhan sel
kanker, seperti pada senyawa kurkumin pada kunyit, allium pada bawang putih
- Senyawa yang berasal dari tanaman sebagai anti kanker ada pula yang memiliki
mekanisme aksi dengan cara menetralisir senyawa-senyawa di dalam tubu yang dapat
memicu kanker, seperti pada capsaicin pada cabai
c.
cara in vivo, secara berkelompok (3 mhs)!