Upload
elvinarabbani
View
7
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
EPIDEMIOLOGI
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Anthrax atau radang limpa adalah salah satu penyakit zoonosis penting yang
saat ini banyak menjakit hewan ternak di seluruh dunia. Penyakit zoonosis berarti dapat
menular dan hewan ke manusia. Penyakit inii hampir setiap tahun selalu muncul di daerah
endemis, yang akibatnya dapat membawa kerugian bagi peternak dan masyarakat luas.
Hampir semua jenis ternak (sapi, kerbau, kuda, babi, kambing dan domba) dapat diserang
anthrax, termasuk juga manusia.
Penyakit Anthrax diketahui sudah ada sejak zaman Mesir Kuno. Di tahun 1613, Eropa
dilanda wabah penyakit ini dan tercatat sekitar 60 ribu orang tewas. Penyakit anthrax sangat
ditakuti, karena bakteri penyebabnya dapat mematikan, mudah menyebar, sulit dimusnahkan
dan bersifat zoonotik (dapat menular pada manusia). Pada tahun 1877, Robert Koch mencoba
mengembangbiakan bakteri ini untuk pertama kali. Penelitiannya menunjukkan adanya jamur
sporadis pada jenis Bacillus yang terdapat dalam tubuh hewan.
Bakteri ini berbentuk spora bertangkai dan suka hidup serta berkembang biak di
dalam tanah. Keluarnya bakteri tersebut bisa terjadi di musim kemarau panjang, karena
ternak suka menarik rerumputan kering hingga keakar-akarnya. Akibatnya spora anthrax
yang selama ini bertahan hidup dalam tanah dan menempel di rumput, terbawa keluar dan
berubah menjadi bakteri ganas. Kondisi tubuh ternak yang lemah akibat kekurangan makanan
dan stres oleh suhu udara yang panas, juga semakin memudahkan serangan anthrax.Menurut
catatan, anthrax sudah dikenal di Indonesia sejak jaman penjajahan Belanda, tepatnya pada
tahun 1884 di daerah Teluk Betung. Selama tahun 1899 - 1900 di daerah Karesidenn Jepara
tercatat sebanyak 311 ekor sapi terserang anthrax, dan sejumlah 207 ekor mati. Pada tahun
1975, penyakit itu ditemukan di enam daerah : Jambi, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur,
Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. Kemudian, 1976-1985,
anthrax berjangkit di 9 propinsi dan menyebabkan 4.310 ekor ternak mati.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ANTRAKS
Antraks adalah penyakit menular akut dan sangat mematikan yang disebabkan bakteri
Bacillus anthracis dalam bentuknya yang paling ganas. Antraks bermakna "batubara" dalam
bahasa Yunani, dan istilah ini digunakan karena kulit para korbanakan berubah hitam.
Antraks paling sering menyerang herbivora-herbivora liar dan yang telah dijinakkan.Penyakit
ini bersifat zoonosis yang berarti dapat ditularkan dari hewan ke manusia, namun tidak dapat
ditularkan antara sesama manusia. Penyakit Antraks atau disebut juga Radang Lympha,
Malignant pustule, Malignant edema, Woolsorters disease, Rag pickersdisease, Charbon.
Penyakit Antraks merupakan salah satu penyakit menular yang dapat menimbulkan
wabah, sesuai dengan undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang wabah penyakit menular
dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 1501 tahun 2010.
Spora Bacillus Anthrax tahan pada suhu panas di atas 43 derajat Celcius.Di dalam
tanah, diketahui spora mampu bertahan sampai dengan 40 tahun. Apabila lingkungan
memungkinkan, yaitu panas dan lembab maka spora dapat menjadi bentuk bakteri biasa
(vegetatif) yang mampu berkembang biak (membelah diri) dengan sangat cepat. Itulah
sebabnya, penyakit ini cenderung berjangkit pada musim kemarau.
Penyakit antraks merupakan salah satu penyakit dengan prevalensi yang tinggi di
Benua Asia, dengan sifat serangan sporadik. Kawasan endemik antraks di Indonesia meliputi
Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,
Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara.
Penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan, oleh karena itu yang diserang pada
umumnya pekerja peternakan, petani, pekerja tempat pemotongan hewan, dokter hewan,
pekerja pabrik yang menangani produk-produk hewan yang terkontaminasi oleh spora
antraks, misalnya pabrik tekstil, makanan ternak, pupuk, dan sebagainya.
Antraks adalah penyakit yang disebabkan bakteri Bacillus anthracis, yang hidup di
tanah.Sel bakteri tersebut seperti spora untuk bertahan dari ganasnya kondisi.Spora tumbuh
subur secara berkoloni dalam tubuh binatang atau manusia.Penularan atraks melalui daging
atau kulit binatang yang terkena antraks yang dimakan oleh manusia.
B. ETIOLOGI
Bacillus anthracis, kuman berbentuk batang ujungnya persegi dengan sudut-sudut
tersusun berderet sehingga nampak seperti ruas bambu atau susunan bata, membentuk spora
yang bersifat gram positif.
Basil bentuk vegetatif bukan merupakan organisme yang kuat, tidak tahan hidup
untuk berkompetisi dengan organisme saprofit.Basil Antraks tidak tahan terhadap oksigen,
oleh karena itu apabila sudah dikeluarkan dari badan ternak dan jatuh di tempat terbuka,
kuman menjadi tidak aktif lagi, kemudian melindungi diri dalam bentuk spora.
Apabila hewan mati karena Antraks dan suhu badannya antara 28 -30 °C, basil
antraks tidak akan didapatkan dalam waktu 3-4 hari, tetapi kalau suhu antara 5 -10 °C
pembusukan tidak terjadi, basil antraks masih ada selama 3-4 minggu. Basil Antraks dapat
keluar dari bangkai hewan dan suhu luar di atas 20°C, kelembaban tinggi basil tersebut cepat
berubah menjadi spora dan akan hidup. Bila suhu rendah maka basil antraks akan membentuk
spora secara perlahan - lahan (Christie 1983).
Bacillus antracis penyebab penyakit antraks mempunyai dua bentuk siklus hidup,
yaitu fase vegetatif dan fase spora
Fase Vegetatif
Berbentuk batang, berukuran panjang 1-8 mikrometer, lebar 1-1,5 mikrometer. Jika
spora antraks memasuki tubuh inang (manusia atau hewan memamah biak) atau keadaan
lingkungan yang memungkinkan spora segera berubah menjadi bentuk vegetatif, kemudian
memasuki fase berkembang biak. Sebelum inangnya mati, sejumlah besar bentuk vegetatif
bakteri antraks memenuhi darah.Bentuk vegetatif biasa keluar dari dalam tubuh melalui
pendarahan di hidung, mulut, anus, atau pendarahan lainnya.Ketika inangnya mati dan
oksigen tidak tersedia lagi di darah bentuk vegetatif itu memasuki fase tertidur (dorman/tidak
aktif).Jika kemudian dalam fase tertidur itu terjadi kontak dengan oksigen di udara bebas,
bakteri antraks membentuk spora (prosesnya disebut sporulasi). Pada fase ini juga dikaitkan
dengan penyebaran antraks melalui serangga, yang akan membawa bakteri dari satu inang ke
inang lainnya sehingga terjadi penularan antraks kulit, akan tetapi hal tersebut masih harus
diteliti lebih lanjut.
Fase Spora
Berbentuk seperti bola golf, berukuran 1-1,5 mikrometer. Selama fase ini bakteri
dalam keadaan tidak aktif (dorman), menunggu hingga dapat berubah kembali menjadi
bentuk vegetatif dan memasuki inangnya.Hal ini dapat terjadi karena daya tahan spora
antraks yang tinggi untuk melewati kondisi tak ramah--termasuk panas, radiasi ultraviolet dan
ionisasi, tekanan tinggi, dan sterilisasi dengan senyawa kimia.Hal itu terjadi ketika spora
menempel pada kulit inang yang terluka, termakan, atau--karena ukurannya yang sangat
kecil--terhirup.Begitu spora antraks memasuki tubuh inang, spora itu berubah ke bentuk
vegetatif.
C. GEJALA
Gejala umum penyakit antraks terjadinya demam dengan suhu badan yang tinggi dan
hewan kehilangan nafsu makan. Sedangkan gejala yang bersifat khas: gemetar, ngantuk,
lumpuh, lelah, kejang-kejang, mulas, bercak merah pada membran mukosa, mencret disertai
darah, sulit bernapas sehingga mati lemas dan terdapat bisul yang makin membesar berisi
nanah kental berwarna kuning. Manusia yang terinfeksi dan menderita penyakit antraks
ditandai dengan gejala: suhu badan tinggi, mual-mual dan terjadi pembengkakan kelenjar
getah bening di sekitar leher, dada dan ketiak
Gejala klinis antraks pada manusia dibagi menjadi 4 bentuk yaitu antraks kulit,
antraks saluran pencernaan, antraks paru dan antraks meningitis.
1. Antraks Kulit (Cutaneus Anthrax)
Kejadian antraks kulit mencapai 90% dari keseluruhan kejadian antraks di Indonesia.
Masa inkubasi antara 1-5 hari ditandai dengan adanya papula pada inokulasi, rasa gatal tanpa
disertai rasa sakit, yang dalam waktu 2-3 hari membesar menjadi vesikel berisi cairan
kemerahan, kemudian haemoragik dan menjadi jaringan nekrotik berbentuk ulsera yang
ditutupi kerak berwarna hitam, kering yang disebut Eschar (patognomonik). Selain itu
ditandai juga dengan demam, sakit kepala dan dapat terjadi pembengkakan lunak pada
kelenjar limfe regional.Apabila tidak mendapat pengobatan, angka kematian berkisar 5-20%.
2. Antraks Saluran Pencernaan (Gastrointestinal Anthax)
Masa inkubasi 2-5 hari.Penularan melalui makanan yang tercemar kuman atau spora
misal daging, jerohan dari hewan, sayur- sayuran dan sebagainya, yang tidak dimasak dengan
sempurna atau pekerja peternakan makan dengan tengan yang kurang bersih yang tercemar
kuman atau spora antraks.Penyakit ini dapat berkembang menjadi tingkat yang berat dan
berakhir dengan kematian dalam waktu kurang dari 2 hari.Angka kematian tipe ini berkisar
25-75%.
Gejala antraks saluran pencernaan adalah timbulnya rasa sakit perut hebat, mual,
muntah, tidak nafsu makan, demam, konstipasi, gastroenteritis akut yang kadang-kadang
disertai darah, hematemesis. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pembesaran kelenjar limfe
daerah inguinal (lipat paha), perut membesar dan keras, kemudian berkembang menjadi
ascites dan oedem scrotum serta sering dijumpai pendarahan gastrointestinal..
3. Antraks Paru-paru (Pulmonary Anthrax)
Masa inkubasi : 1-5 hari (biasanya 3-4 hari). Gejala klinis antraks paru-paru sesuai
dengan tanda-tanda bronchitis.Dalam waktu 2-4 hari gejala semakin berkembang dengan
gangguan respirasi berat, demam, sianosis, dispneu, stridor, keringat berlebihan, detak
jantung meningkat, nadi lemah dan cepat.Kematian biasanya terjadi 2-3 hari setelah gejala
klinis timbul.
4. Antraks Meningitis (Meningitis Anthrax)
Terjadi karena komplikasi bentuk antraks yang lain, dimulai dengan adanya lesi
primer yang berkembang menjadi meningitis hemoragik dan kematian dapat terjadi antara 1-
6 hari. Gambaran klinisnya mirip dengan meningitis purulenta akut yaitu demam, nyeri
kepala hebat, kejang-kejang umum, penurunan kesadaran dan kaku kuduk.
D. MASA INKUBASI DAN MASA PENULARAN
Bacillus anthracis, bakteri gram positif, berkapsul, membentuk spora, berbentuk
batang yang tidak bergerak.
a. Masa inkubasi : Dari 1 – 7 hari. Walaupun masa inkubasi dapat mencapai 60
hari (di Sverdlovsk masa inkubasi mencapai 43 hari).
b. Masa penularan : Penularan dari orang ke orang sangat jarang. Barang dan tanah
yang terkontaminasi oleh spora bisa tetap infektif hingga puluhan tahun.
E. CARA PENULARAN
Sumber penyakit antraks adalah hewan ternak herbivora.Manusia terinfeksi antraks
melalui kontak dengan tanah, hewan, produk hewan yang tercemar spora antraks.Penularan
juga bisa terjadi bila menghirup spora dari produk hewan yang sakit seperti kulit dan bulu.
Pada hewan-hewan pemakan rumput, lapangan penggembalaan yang tercemar
Bacillus Anthrax merupakan media penyaluran penyakit yang paling efektif Bacillus
anthracis,. masuk ke dalam tubuh lewat pakan atau air minum melalui mulut. Nanah yang
keluar dari bisul pecah banyak mengandung Bacillus anthracis, dapat mencemari lingkungan
sekitarnya. Darah ternak yang positif sakit antraks banyak mengandung Bacillus anthracis,
sehingga melakukan penyembelihan memungkinkan darah menyebar dan merupakan sumber
penularan penyakit.
Penularan penyakit antraks pada manusia pada umumnya karena manusia
mengonsumsi daging yang berasal dari ternak yang mengidap penyakit tersebut. Meskipun
hanya mengonsumsi dalam jumlah kecil, Bacillus Anthrax mempunyai daya menimbulkan
penyakit sangat tinggi. Terlebih pada saat pertahanan tubuh manusia menjadi rendah akibat:
kelaparan, defisiensi vitamin A, keracunan (alkohol), kepayahan, iklim yang jelek (sangat
dingin/panas) dan cekaman (stres).
Disamping itu penularan pada manusia dapat melalui luka.Seyogianya peternak yang
memiliki luka pada bagian tubuhnya tidak masuk kandang ternak atau merawat ternak yang
diduga terserang penyakit antraks.Penularan penyakit dari manusia ke manusia jarang terjadi
meskipun ada kontak langsung dengan penderita.
Antraks atau dikenal dengan radang limpa pada hewan dapat menyerang hewan: Sapi,
Babi, Kuda, Kerbau, Kambing, Domba, Binatang buas, Burung unta, itik dan Angsa.
Tanda-tanda Ternak Terserang Antraks adalah kematian mendadak tanpa disertai
tanda-tanda sebelumnya, keluar darah dari dubur, mulut, dan lubang hidung, darah berwarna
merah tua seperti ter. Pembengkakan di daerah leher, dada dan sisi lambung (limpa),
pinggang dan alat kelamin luar.
Pada penyakit antraks yang berlangsung perakut domba dan sapi banyak yang
mengalami kematian dalam waktu singkat. Proses yang berlangsung perakut tersebut
biasanya ditandai dengan gejala klinis berupa hewan tiba-tiba menjadi lemah secara
mendadak, demam, sesak nafas dapat juga disertai kekejangan dan keluarnya darah dari
lubang-lubang tubuh. Kematian berlangsung dalam beberapa menit sampai beberapa hari.
Beberapa penderita dapat pula mengalami keluhann dan mungkin akan mengalami
pembengkakan oedematous yang lunak dan panas pada jaringan di bawah kulit, terutama
pada bagian bawah perut dan pinggang. Lesi tersebut tidak menghasilkan suara krepitasi pada
saat dilakukan palpasi, hal ini disebabkan karena bacillus anthracis tidak membentuk
gas.Pada beberapa kasus juga ditemukan adanya tinja berdarah.
Kejadian antraks pada kuda juga memiliki gejala klinis sebagaimana
disebutkan.Hewan biasanya juga menunjukkan gejala klinis seperti kolik.Kematian dapat
terjadi sehari ataupun lebih lama bila dibandingkan dengan penyakit pada ruminansia.
Pada Babi, penyakit biasanya berlangsung lebih ringan dan berbentuk sebagai
faringitis dan bersifat subakut. Septisemia tidak ditemukan pada babi Radang yang terdapat
pada kelenjar limferegional yang bersifat septic akan menghilang secara spontan, meskipun
tidak ada pemberian antibiotika.
Penyakit yang ditimbulkan oleh Bacillus anthracis yaitu antraks kulit, saluran
pencernaan, saluran pernapasan, dan dapat sampai ke otak yang disebut antraks otak atau
meningitis. Antraks kulit terjadi karena disebabkan infeksi pada kulit sehingga spora Bacillus
anthracis dapat masuk melalui kulit.Antraks saluran pencernaan yang disebabkan karena
spora Bacillus anthracis yang tebawa oleh makanan yang telah terinfeksi dan sampai ke
saluran pencernaan.Antraks saluran pencernaan yang disebabkan karena spora Bacillus
anthracis yang terhirup.
Adapun pada manusia penularan penyakit antraks seringnya melalui hal-hal sebagai berikut :
1. Kontak langsung dengan bibit penyakit yang ada di tanah atau rumput, hewan yang
sakit, maupun bahan-bahan yang berasal dari hewan yang sakit seperti kulit, daging,
tulang dan darah.
2. Bibit penyakit terhirup orang yang mengerjakan bulu hewan (domba dll) pada waktu
mensortir. Penyakit dapat ditularkan melalui pernapasan bila seseorang menghirup
spora Antraks.
3. Memakan daging hewan yang sakit atau produk asal hewan seperti dendeng, abon dll.
F. PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN
1. Langkah Pencegahan
Langkah pencegahan dimaksudkan agar ternak-ternak yang ada tidak tertular
penyakit antraks selama jangka waktu tertentu.Dengan meningkatkan kekebalan ternak
setelah dilakukan suntikan pencegahan menggunakan vaksin tertentu secara periodik.Untuk
kawasan endemik antraks, vaksinasi seharusnya diulang setiap tahun secara
kontinyu.Keberhasilan langkah ini sangat ditentukan oleh kemudahan dan ketersediaan
vaksin.Untuk itu, Dinas Peternakan atau Pertanian harus bertanggung jawab dalam
pengadaan vaksin.
Pemberian vaksin antraks, kepada :
1. Orang yang bekerja langsung di laboratorium
2. Orang yang bekerja dengan kulit atau bulu hewan yang diimpor atau di daerah
dimana standar tidak cukup untuk mencegah infeksi spora antraks
3. Orang yang menangani produk hewan yang berpotensi terinfeksi di daerah daerah
insiden tinggi
2. Langkah pengobatan
Bacillus anthracis kerentanannya terhadap hampir semua antibiotika sangatlah
tinggi. Peniciline masih merupakan antibiotika yang paling ampuh.
3. Langkah Pengawasan
Langkah ini untuk memantau kesehatan ternak secara umum di suatu wilayah (dukuh,
desa, kecamatan), khususnya terhadap penyakit antraks.Petugas Dinas Peternakan/Pertanian
harus mampu merangkul seluruh anggota kelompok tani ternak di wilayahnya agar mau
melaporkan kondisi kesehatan ternaknya dari waktu ke waktu.Peternak harus diyakinkan
bahwa ternak yang keluar (dijual) atau yang masuk (dibeli) benar-benar dalam keadaan sehat.
Pengawasan lalu lintas ternak antarprovinsi hendaknya lebih diperketat, agar ternak-
ternak yang sakit tidak berpindah wilayah sehingga penyebaran penyakit dapat
dicegah.Pemerintah hendaknya menerapkan dengan ketat pengawasan kesehatan masyarakat
veteriner, dengan penyembelihan ternak dilakukan di Rumah Pemotongan Hewan melalui
pemeriksaan kesehatan prapenyembelihan dan pascapenyembelihan.Hanya daging yang
berasal dari ternak yang sehat yang boleh diperdagangkan dan dikonsumsi.Pelanggaran dari
larangan ini dapat dikenakan pidana berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.
4. Pembinaan dan Bimbingan
Hubungan baik antara petugas atau tim pembina dan pembimbing dengan masyarakat
peternak harus tetap dipelihara dan dipupuk, melalui kegiatan pendidikan atau pelatihan,
penyuluhan maupun sarasehan secara berkala, utamanya di kawasan endemik antraks.
Langkah pembinaan dan pembimbingan tersebut antara lain dengan mengadakan kegiatan:
a. Sosialisasi Undang-undang Republik Indonesia No 6 Tahun 1967 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan dan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No 22 Tahun 1983 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner. Sosialisasi
hendaknya dilakukan secara menarik sehingga hak dan kewajiban peternak dapat dipahami
dan disadari dengan baik.
b. Penyuluhan tentang manajemen zooteknis ternak potong (sapi, kerbau, kambing,
domba dan babi) dengan tekanan pada manajemen pencegahan dan penanganan penyakit.
c. Pelatihan usaha ternak potong guna meningkatkan keterampilan peternak, meliputi:
sistem perkandangan, pakan, pemeliharaan, penyakit dan penanggulangannya, pengaturan
produksi/panen serta analisis ekonomi.
Dengan kegiatan ini maka peternak akan merasa diperhatikan dan menjadi lebih tahu
sehingga lebih mudah dilibatkan dalam upaya pengendalian penyakit antraks.(Dr.Ir. Djarot
Harsojo Reksowardojo MS/ Fakultas Peternakan Undip-35)
Langkah Penanganan terhadap Kawasan Penyakit Antraks:
1. Penutupan wilayah terhadap lalu lintas (keluar-masuk) ternak maupun lalu lintas
umum.
2. Mengisolasi ternak yang sakit pada suatu tempat yang terpindah dari lalu lintas ramai.
3. Penyucihamaan ternak yang sakit, dengan cara: lantai ditaburi kapur, membuka atap
kandang hingga sinar matahari dapat menjangkau seluruh luasan kandang selama
pengistirahatan kandang dan gunakan desinfektan yang sesuai untuk seluruh
permukaan dan bagian kandang.
4. Segera lakukan vaksinasi terhadap seluruh ternak yang masih sehat di seluruh
kawasan.
5. Jangan melakukan otopsi atau bedah mayat karena berisiko tinggi terhadap
penyebaran Bakteri.
6. Yakinkan tidak ada ternak sakit yang disembelih dan dagingnya dikonsumsi oleh
masyarakat. Bila ada, segera bawa konsumen ke rumah sakit untuk mendapat
penanganan atau perawatan selanjutnya.
7. Bakar bangkai ternak yang mati sampai habis atau kubur pada kedalaman 2,50 m di
dalam tanah. Sebelum bangkai ditimbun dengan tanah, tutuplah dengan kapur atau
disiram dengan larutan formalin.
8. Bunuh segera ternak yang dalam keadaan sakit parah.
9. Obati ternak yang terserang pada gejala awal dan isolasikan
10. Tutup padang atau lapangan penggembalaan dari aktivitas merumput.
G. SEGITIGA EPIDEMIOLOGI
1. Agent
Pada penyakit antraks agent utamanya yaitu bakteri Bacillus anthracis. Bacillus
anthracis adalah organisme berbentuk batang yang sifatnya aerobik, gram positif, tidak
bergerak, dan mampu membentuk spora . Dalam kondisi tidak kondusif untuk tumbuh dan
memperbanyak diri, maka kuman akan mulai membentuk spora. Untuk pembentukan spora
diperlukan keberadaan oksigen bebas. Dalam situasi alamiah, siklus vegetatif terjadi dalam
lingkungan rendah oksigen dari induk semang terinfeksi, dan dalam tubuh induk semang
organisme tersebut secara khas berada dalam bentuk vegetatif. Begitu berada di luar tubuh
induk semang, spora mulai terbentuk dengan terdedahnya bentuk vegetatif terhadap udara.
Bentuk spora esensialnya adalah fase eksklusif di lingkungan.
Meskipun belum pernah diteliti di Indonesia, lalat dianggap mempunyai peran penting
dalam menyebarkan antraks secara mekanis terutama pada situasi wabah hebat di daerah
endemis. Kebanyakan lalat pengigit (biting flies) dari spesies Hippobosca dan Tabanus
bertindak sebagai penular yang bertanggung jawab terhadap terjadinya perluasan wabah besar
di Zimbabwe pada 1978-1979, dimana lalat meloncat dari satu komunitas ternak ke
komunitas lainnya. Lalat makan cairan tubuh bangkai ternak terjangkit antraks dan kemudian
mendepositkan feses atau muntahan yang mengandung kontaminan kuman dalam jumlah
besar pada helai daun pepohonan dan semak-semak di sekitarnya.
2. Host
Dalam hal ini yang menjadi host pada penyakit antraks yaitu manusia dan hewan
ternak itu sendiri. Manusia yang terkena penyakit antraks ditularkan melaui Kontak langsung
dengan hewan sakit, Menghirup spora dari hewan yang sakit, spora antraks yang ada di
tanah/rumput dan lingkungan yang tercemar spora antraks maupun bahan-bahan yang berasal
dari hewan yang sakit, seperti kulit, daging, tulang, dan darah., Mengkonsumsi daging hewan
yang sakit/mati dan produknya karena antraks dan Pernah dilaporkan melalui gigitan
serangga Afrika yang telah memakan bangkai hewan yang tertular kuman Antraks, serta
Penularan dari manusia ke manusia jarang terjadi.
3. Lingkungan
Lingkungan yang kemungkinan penyebaran penyakita ntraks lebih cepat yaitu pada
daerah peternakan dan pada iklim kering dan cuaca panas. Dalam hal ini, iklim kemungkinan
mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung cara bagaimana ternak kontak dengan
spora antraks. Sebagai contoh, selama periode kering ternak merumput lebih dekat dengan
tanah oleh karena kebanyakan tanaman atau vegetasi menjadi layu dan juga meranggas,
sehingga membuka lebih besar kemungkinan spora antraks tertelan oleh ternak. Begitu juga
pola perilaku musim meningkatkan kemungkinan pendedahan terhadap spora antraks.
Terjadinya wabah antraks dilaporkan seringkali didahului dengan perubahan ekologi atau
iklim yang jelas, seperti banjir atau hujan yang diikuti dengan kekeringan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Antraks merupakanpenyakit menular akut dan sangat mematikan yang disebabkan
bakteri Bacillus anthracis dalam bentuknya yang paling ganas. Sel bakteri tersebut
seperti spora untuk bertahan dari ganasnya kondisi. Spora tumbuh subur secara
berkoloni dalam tubuh binatang atau manusia.
2. Sumber penyakit antraks adalah hewan ternak herbivora. Manusia terinfeksi antraks
melalui kontak dengan tanah, hewan, produk hewan yang tercemar spora antraks.
Penularan juga bisa terjadi bila menghirup spora dari produk hewan yang sakit seperti
kulit dan bulu. Penularan penyakit antraks pada manusia pada umumnya karena
manusia mengonsumsi daging yang berasal dari ternak yang mengidap penyakit
tersebut. Meskipun hanya mengonsumsi dalam jumlah kecil, B.a. mempunyai daya
menimbulkan penyakit sangat tinggi. Terlebih pada saat pertahanan tubuh manusia
menjadi rendah akibat: kelaparan, defisiensi vitamin A, keracunan (alkohol),
kepayahan, iklim yang jelek (sangat dingin/panas) dan cekaman (stres).
Disamping itu penularan pada manusia dapat melalui luka. Seyogianya peternak yang
memiliki luka pada bagian tubuhnya tidak masuk kandang ternak atau merawat ternak
yang diduga terserang penyakit antraks. Penularan penyakit dari manusia ke manusia
jarang terjadi meskipun ada kontak langsung dengan penderita.
3. Cara penanggulangan antraks dapat melalui upaya – upaya , antara lain pemberian
vaksin kepada orang – orang yang dapat menjadi agent penular antraks, pemberian
obat misalnya penicilin dengan dosis yang tepat, melakukan pengawasan, bimbingan
dan penyuluhan.
B. Saran
Masyarakat dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan ternak harus
berhati – hati.Selalu memakai alat pelindung diri dan menjaga hygiene perorangan agar tidak
terkena spora Bacillus anthracis.Banyak membaca informasi tentang antraks diharapkan
dapat lebih meningkatkan pemahaman dan pecegahan secara dini. Jika terjadi infeksi segera
di bawa ke rumah sakit agar segera mendapatkan pertolongan dan di harapkan tidak menular
kepada yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
http://rahmahpublichealth.blogspot.com/2011/11/anthrax.html
Akbid.2010.AnthraxPenyakitHewanyangPerluDiwaspadaiBadanLitbangPertanian.htt
p://uchenk-korzlet01.blogspot.com/2008/11/makalah-akbid-anthrax.html
Anonim.2008.MengenalBacillusanthracis.http://witarto.wordpress.com/2008/01/16/
mengenal-bacillus-anthracis/
http://alloybluebird.blogspot.com/2012/05/makalah-epidemiologi-tentang-wabah.html
http://enrisyu-publichealth.blogspot.com/2012/11/penyakit-anthrax.html
EPIDEMIOLOGI
PENYAKIT ANTRAKS
DISUSUN OLEH :
SUB 1 KELOMPOK B
SWADANA / SEMESTER IV
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
SURABAYA
TAHUN 2014
ANGGOTA SUB 1 :
Embun Fitria P (P27833112014)
Faizah Pertiwi (P27833112016)
Antika Navya E (P27833112021)
Restty Andhani (P27833112022)
Leoni Puspita A (P27833112023)