Upload
vhickthizar-assegaf
View
54
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1.1 IDENTITAS
Nama : Tn. M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 65 tahun
Alamat : Sukapura
No. RM : 18xxxx
Tanggal Pemeriksaan : 2 Agustus 2013
1.2 ANAMNESIS (AUTOANAMNESIS)
Keluhan Utama :
Nyeri menelan sejak kemarin
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Poli THT mengeluh tenggorokan terasa nyeri sewaktu
menelan, hal ini dirasakan sejak kemarin. Sebelumnya pasien mengatakan
tertelan tulang ikan. Riwayat mengorek tenggorokan (+). Demam, batuk pilek
dan suara serak disangkal. Telinga dan hidung tidak ada keluhan.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Os tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Keluhan yang sama di keluarga disangkal
Riwayat Alergi :
Alergi makanan, obat-obatan, debu disangkal
Riwayat Pengobatan :
Pasien belum mengkonsumsi obat apapun pada sakit sekarang ini
1.3 PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
Tekanan darah : tidak diukur
Pernafasan : 20 x/ menit
Nadi : 84 x/menit
Suhu : Afebris
Status Lokalis
Telinga
Bagian KelainanAuris
Dextra SinistraPreaurikula Kelainan kongenital
RadangTumorTraumaNyeri tekan
-----
-----
Aurikula Kelainan kongenitalRadangTumorTraumaNyeritarik
-----
-----
Retroaurikula EdemaHiperemisNyeri tekanTumorSikatriksFistula
------
------
Canalis Acustikus Externa
Kelainan kongenitalKulitSekretSerumenEdemaJaringan granulasiMassaCholesteatoma
--------
--------
Membrana Timpani IntakReflek cahaya
perforasi subtotal-
perforasi sentral-
Hidung
Bentuk : Normonasi
Cavum nasi : lapang (+/+), perdarahan mengalir (-/-)
Mukosa : hiperemis (-/-)
Concha : Concha inferior Eutrofi (+/+)
Septum : tidak ada deviasi
Sinus paranasal : Nyeri tekan pada: pangkal hidung (-), pipi (-), dahi
(-), tidak terlihat pembengkakan pada daerah muka
Tenggorokan :
Mukosa : Hiperemis (-/-), Granul (-/-)
Uvula : Deviasi (-/-)
Tonsil : T1 – T1, Hiperemis (-), kripta melebar (-/-), detritus
(-/-)
Epiglotis : hiperemis (+), udem (+)
1.4 RESUME
Pasien datang ke Poli THT mengeluh tenggorokan terasa nyeri sewaktu
menelan, hal ini dirasakan sejak kemarin. Sebelumnya pasien mengatakan
tertelan tulang ikan. Riwayat mengorek tenggorokan (+).
Pada pemeriksaan tenggorok ditemukan epiglotis hiperemis dan udem.
Tidak terlihat adanya tulang.
1.5 DIAGNOSIS
Epiglotitis
Diagnosis banding : laringitis
1.6 PENATALAKSANAAN
Epiglotitis adalah kegawatdaruratan medis yang bila tidak ditangani akan
berakibat fatal. Prinsip penanganan dan pengobatan pasien dengan epiglotitis
adalah semakin cepat penanganan prognosa semakin baik dikarenakan
berhubungan dengan jalan napas.
Segera diberikan antibiotik parenteral dan kortikosteroid untuk
mengurangi peradangan dan menyembuhkan secepat mungkin.
EPIGLOTITIS
PENDAHULUAN
Epiglotis merupakan tulang rawan yang tipis, fleksibel, berbentuk daun
dan fibroelastik. Epiglotitis adalah inflamasi akut dari epiglotis dan struktur
sekitarnya termasuk lipatan–lipatan aryepiglotis dan jaringan lunak arytenoids.
Penyakit saluran nafas atas ini dapat menjadi parah dan mengancam jiwa. Melalui
riwayat penyakit pada anak–anak, epidemiologi terbaru menyatakan bahwa
penyakit ini sekarang sering terjadi pada anak – anak .
Spektrum penyakit ini telah mengalami perubahan signifikan sejak
diperkenalkannya vaksin haemophilus influenzae type b (Hib ) pada tahun
1985.Penyakit ini terjadi pada anak berusia 2-7 tahun dan paling sering
disebabkan oleh Hib .Banyak patogen patogen lain yang dapat menyebabkan
epiglotis termasuk Streptococcus group A,B dan C , Streptococcus pneumoniae ,
Klebsiella pneumoniae , Candida albicans , Staphylococcus aureus , Haemophilus
parainfluenzae , Neisseria Meningitidis , Varicella zoster , dan beberapa virus
lainnya.Trauma langsung dan cedera akibat suhu juga dapat menyebabkan
inflamasi pada epiglotis .
ANATOMI
Epiglotis adalah tulang
rawan yang berfungsi sebagai
katup pada pita suara (laring ) dan
tabung udara (trakea ) yang akan
menutup selama proses menelan
berlangsung Epiglotis merupakan
tulang rawan yang tipis , fleksibel ,
berbentuk daun dan fibroelastik
yang terletak di belakang radix
linguae. Dalam pembahasan anatomi epiglotis, tidak terlepas dari pembahasan
anatomi laring.
Laring merupakan bagian yang terbawah dari saluran napas bagian atas.
Bentuknya menyerupai limas segitiga terpancung, dengan bagan atas lebih besar
daripada bagian bawah.
Batas atas laring adalah aditus laring, sedangkan batas bawahnya ialah
batas kaudal kartilago krikoid.
Laring terdiri dari 9 kartilago (6 kartilago kecil dan 3 kartilago besar)
terbesar adalah kartilago Tyroid yang terdiri dari rangkaian cincin tulang rawan
yang dihubungkan oleh otot–otot dan mengandung pita suara dan di sebelah
depannya terdapat benjolan subkutaneus yang dikenal sebagai jakun. Laring
terdiri atas dua lempeng atau lamina yang tersambung di garis tengah. Di tepi atas
terdapat lekukan berupa tulang rawan krikoid yang terletak di bawah tiroid,
Tulang rawan lainnya ialah kedua tulang rawan aritenoid dan kanan dan kiri
tulang rawan kuneiform dan tulang rawan kornikulatayang sangat kecil. .Arytenoid pada laring memiliki fungsi yang besar untuk membuka dan menutup
pita suara (vocal cords), memiliki bentuk segitiga yang terletak di tepi atas krikoid
di perbatasan posterior laring
Pada puncak tulang rawan tiroid terdapat epiglotis yang berupa katup
tulang rawan dan membantu menutup laring sewaktu orang menelan .Laring
dilapisi oleh jenis selaput lendir yang sama dengan yang di trakea , kecuali pita
suara dan bagian epiglotis yang dilapisi oleh sel epitelium berlapis.
Laring dipersyarafi oleh cabang-cabang nervus vagus, yaitu n.laringis
superior dan n.laringis inferior. Kedua saraf ini merupakan campuran saraf
sensorik dan motorik.
Nervus laringis superior mempersarafi m.krikotiroid, sehingga
memberikan sensasi pada mukosa laring di bawah pita suara. Saraf ini mula-mula
terletak di atas m.konstriktor faring medial, disebelah medial a.karotis interna dan
eksterna, kemudian menuju ke kornu mayor tulang hioid, dan setelah menerima
hubungan dengan ganglion servikal superior, membagi diri dalam 2 cabang, yaitu
ramus eksternus dan ramus internus.
Ramus eksternus berjalan pada permukaan luar m.konstriktor faring
inferior dan menuju ke m.krikotiroid, sedangkan ramus internus tertutup oleh
m.tirohioid terletak disebelah medial a.tiroid superior, menembus membran
hiotiroid, dan bersama-sama dengan a.laringis superior dan menuju ke mukosa
laring.
Nervus laringis inferior merupakan lanjutan dari n.rekuren setelah saraf itu
memberikan cabangnya menjadi ramus kardia inferior. Nervus rekuren merupakan
cabang dari n.vagus.
Nervus rekuren kanan akan menyilang a.subclavia kanan di bawahnya
sedangkan n.rekuren kiri akan menyilang arkus aorta. Nervus laringis inferior
berjalan diantara cabang-cabang a.tiroid inferior, dan melalui permukaan
mediodorsal kelenjar tiroid akan mencapai permukaan medial m.krikofaring.
disebelah posterior dari sendi krikoaritenoid, saraf ini bercabang dua menjadi
ramus anterior dan ramus posterior. Ramus anterior akan mempersarafi otot-otot
intrinsik laring bagian lateral, sedangkan ramus posterior mempersarafi otot-otot
intrinsik laring bagian superior dan mengadakan anastomosis dengan n.laringis
superior ramus internus.
Pita suara terletak di sebelah dalam larinx, berjalan dari tulang rawan
tiroid di sebelah depan sampai di kedua tulang rawan aritenoid.Dengan gerakan
dari tulang rawan aritenoid yang ditimbulkan oleh berbagai otot laringeal , pita
suara ditegangkan atau dikendorkan.Dengan demikian lebar sela – sela antara pita
– pita atau rima glottidis , berubah ubah sewaktu bernafas dan berbicara.Karena
getaran pita yang disebabkan udara yang melalui glottis maka suara
dihasilkan.Berbagai otot yang terkait pada larinx mengendalikan suara , dan juga
menutup lubang atas larinx sewaktu menelan.
Pada waktu menelan , gerakan laring keatas , penutupan glotis dan fungsi
seperti pintu dari epiglotis yang berbentuk daun pada pintu masuk laring, berperan
untuk mengarahkan makanan dan cairan masuk kedalam aesofagus. .
DEFENISI
Epiglotitis adalah suatu infeksi pada epiglotitis , yang dapat menyebabkan
penyumbatan saluran pernafasan dan kematian. Infeksi pada epiglotis ini
merupakan penyakit yang sama berbahayanya dengan croup yaitu suatu infeksi
laring yang menimbulkan stridor dan obstruksi jalan nafas
Epiglotis akut menggambarkan infeksi yang sangat cepat dan progresif
yang menyebabkan peradangan pada epiglotis (flap yang mencakup trakea) dan
jaringan di sekitar epiglotis yang dapat menyebabkan penyumbatan mendadak
dari saluran nafas atas dan kematian.
SINONIM
Sinonim dari Epiglotitis adalah supraglotitis
EPIDEMIOLOGI
Epiglotitis paling sering pada anak anak berusia antara usia 2 dan 8 tahun,
meskipun penyakit ini dapat mengenai usia berapapun. Pria lebnih sering terkena
dibandingkan wanita dengan perbandingan 2,5:1. Pada orang dewasa, merokok
dan kurangnya imun tubuh dapat menjadi faktor resiko, dan ada beberapa bukti
yang mendukung peningkatan resiko pada penderita diabetes. Sejak terjadi
kemajuan dalam hal vaksinasi melawan haemophilus influenza type b pada anak-
anak, insidensi epiglotitis akut pada anak telah berkurang. Selama beberapa tahun
terakhir kejadian epiglotitis pada orang dewasa terlihat mengalami peningkatan
ETIOLOGI
Penyebab epiglotitis adalah berbagai mikroorganisme yang menyebabkan
infeksi akut jalan nafas. Epiglotitis hampir selalu disebabkan oleh bakteri
haemophilus influenza tipe b. Pada anak–anak yang lebih tua dan orang dewasa
kadang disebabkan oleh streptokokus.
Penyebab lain yang menimbulkan epiglotitis adalah pneumpococci ,group
A beta haemolytic streptococcu, pseudomonas, mycobacterium tuberculosis,
virus, trauma lokal, seperti terhirup benda asing atau setelah intubasi
PATOFISIOLOGI
Epiglotitis biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri. Infeksi yang berat
menyebabkan peradangan dan edema epiglotis, supraepiglotic dan jaringan sekitar
lainnya. Bakteri secara langsung menyerang selaput lendir epiglotis dimana sub
mukosa menjadi longgar. Jalan nafas menjadi tersumbat akibat pembengkakan
epiglotis yang berkembang dengan cepat. Terjadi gangguan pernafasan dan
obstruksi jalan nafas total. Walau jarang, penyebab non infeksi bisa disebabkan
oleh adanya trauma luka bakar dan trauma kaustik yang dapat menyebabkan
epiglotitis. Anak–anak dengan luka bakar terutama akibat air panas juga harus
diamati dengan hati–hati agar tidak terjadi komplikasi. Penyebab lain epiglotittis
seperti tertelan benda asing, cedera akibat inhalasi dan angioneuretik edema
GEJALA KLINIS
Banyak tanda dan gejala yang dapat terjadi pada epiglotitis, dan gejala
nya dapat berkembang pesat dan dapat terjadi dalam beberapa jam. Gejala klinis
epiglotitis yang paling umum adalah sakit tenggorokan ringan atau infeksi saluran
pernafasan atas. Hal ini diakibatkan karena infeksi bermula di saluran pernafasan
atas. Kemudian infeksi bergerak ke bawah yaitu di epiglotis.
Epiglotitis dapat segera berakibat fatal karena pembengkakan jaringan
yang terinfeksi dan dapat menyumbat saluran udara dan menghentikan
pernafasan. Peradangan pada faring menyebabkan terjadi pembengkakan
epiglotis. Hal ini disebabkan karena edema jaringan longgar pada permukaan atas,
yang kemudian dapat menyebar untuk ke daerah supraglotis yang lebih luas.
Epiglotitis dapat segera berakibat fatal karena pembengkakan jaringan yang
terinfeksi dapat menyumbat saluran udara dan menghentikan pernafasan.
Infeksi biasanya dimulai secara tiba–tiba dan berkembang dengan cepat.
Gejalanya terdiri dari :
a.sulit menelan
b.air liur keluar berlebihan (drooling)
c.odinofagi
d.stidor (suara pernafasan yang kasar)
e.suara serak
f.anak tampak sakit keras dan gelisah
g.demam
h.sianosis (warna kulit kebiruan)
Gejala lain dapat berupa :
a.batuk
b.nyeri telinga
c.tripod sign (badan membungkuk ke depan, sebagai upaya untuk bernafas)
Pada epiglotitis yang lebih parah dapat berupa :
a.dypsnoe
b.dyspagia
c.disfonia
d.stridor (mendadak adanya obstruksi jalan nafas)
e.respiratory disease
DIAGNOSIS
Diagnosa ditegakkan bedasarkan. Anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
Anamnesa
Dari anamnesa yang dapat ditemukan adalah biasanya pasien akan mengeluh
demam (suhu tinggi) bisasanya merupakan gejala pertama. Seseorang dengan
epiglotitis juga akan mengeluh sangat sakit tenggorokan. Pasien dapat juga
memiliki suara yang serak dan nyeri menelan. Karena sakit pada waktu
menelan, pasien mungkin mengeluarkan banyak air liur. Batuk juga
merupakan gejala yang umum yang dapat dijumpai.
Trauma akibat benda asing merupakan penyebab lain dari epiglotis yang
jarang terjadi. Pasien akan datang dengan keluhan stridor dan kesulitan
menelan. Suara serak dan perubahan suara akan menjadi kecurigaan akibat
tertelan benda asing pada anamnesa awal.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada epiglotitis merupakan gejala dan hasil pemeriksaan
dengan laringoskopi yang menunjukan pembengkakan epiglotis.
- Laringoskopi
Laringoskopi adalah cara terbaik untuk mengkonfirmasi diagnosis
epiglotitis. Fibreoptic laryngoscopi adalah “Gold standard“ untuk
mendiagnosa epiglotitis karena epiglotitis dapat langsung dilihat.
Namun hal ini digunakan dengan melihat kondisi pasien dengan
hemodinamik yang stabil dan memiliki jalan nafas yang baik. Namun
hal ini menjadi kekawatiran akan terjadinya obstruksi jalan nafas
sehingga laringoskopi pada pasien ini harus dilakukan di tempat–
tempat misalnya kamar operasi diamana tersedia intubasi atau
trakeostomi jika terjadi obstruksi jalan nafas.
Pemeriksaan Penunjang
- B.X-Ray leher
Foto polos leher dengan melihat soft tissue lateral
- Pemeriksaan Laboratorium
a.Pemeriksaan darah lengkap
Pembiakan darah atau lendir tenggorokan dapat menunjukan adanya
bakteriPada pemeriksaan darah lengkap tampak peningkatan jumlah
sel darah putih. Rontgen leher dapat menunjukan adanya
pembengkakan epiglotis.
b.Kultur darah dan sensivitas
Kultur darah digunakan untuk memastikan antibiotik yang adekuat
terhadap bakteri penyebab
DIAGNOSA BANDING
Diagnosa banding tergantung pada gejala–gejala yang timbul dan usia
pasien, tetapi pada umumnya termasuk :
a.Faringitis
b.Laringitis
c.Terhirup benda asing
d.Croup
e.Abses retrofaring
PENANGANAN
Epiglotitis adalah kegawatdaruratan medis yang bila tidak ditangani akan
berakibat fatal. Prinsip penanganan dan pengobatan pasien dengan epiglotitis
adalah semakin cepat penanganan prognosa semakin baik. Pasien harus dirawat di
rumah sakit segera jika diagnosis klinis dicurigai. Visualisasi langsung dari
epiglotis adalah diagnostik. Obstruksi jalan nafas dapat tiba tiba terjadi sehingga
airway (jalan nafas) harus segera ditangani dengan pemasangan tuba endotrakeal.
Hal ini diakibatkan pada epiglotis yang meradang mekanismenya adalah
menghalangi jalan nafas, kerja nafas menjadi meningkat dan retensi karbon
dioksida dan hipoksia (oksigen rendah) dapat terjadi. Clereance sekresi juga
terganggu. Faktor–faktor ini dapat mengakibatkan asfiksia fatal dalam beberapa
jam dan dapat menyebabkan kematian. Untuk meningkatkan hidrasi dilakukan
pemasangan iv line (cairan infus).
Dalam kasus yang lebih parah, jika epiglotis bengkak dan memblokir jalan
nafas, bahkan oksigen tidak mampu menanggulangi, prosedur yang dapat
dilakukan tim medis adalah trakeostomi. Ini adalah tindakan dengan membuat
lubang kecil di trakea (tenggorokan). Hal ini memungkinkan tabung untuk masuk
ke epiglotis yang membengkak sehingga oksigen dapat masuk ke paru .Sementara
bantuan ventilator penting untuk pasien dengan trakeostomi dengan perawatan
intensif dengan pemberian antibiotik.
TERAPI MEDIKAMENTOSA
Setelah penanganan umum telah dilakukan, pemberian antibiotik
parenteral khusus harus segera diberikan.Pemberian antibiotik digunakan untuk
melawan infeksi sehingga mengurangi pembengkakan epiglotis yang dapat
menyebabkan obstruksi total jalan nafas. Antibiotik dapat diberikan
ampisillin/sulbactam, sefuroksim, ceftriaxone, aztreonam, dan chlorampenicol.
Obat steroid juga dapat diberikan unntuk mengurangi peradangan disekitar
epiglotis.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi :
a.Pembentukan abses
b.Meningitis
c.Septikemia
d.Gagal nafas
PROGNOSA
Sebagian besar pasien akan sembuh tanpa gejala jika pengobatan
dilakukan dengan dini dan pengobatan yang tepat. Kematian dapat terjadi bila
terjadi obstruksi jalan nafas yang tidak ditangani segera. Penanganan yang cepat
menghasilkan prognosa yang baik.
PENCEGAHAN
Pencegahan dapat berupa imunisasi pertama untuk mencegah infeksi
H.Influenzae, biasanya diberikan pada anak saat usia 2 tahun. Vaksinasi
Haemophilus influenza type B (HIB) telah mengurangi insidensi epiglotitis secara
dramatis pada anak–anak di Negara yang menerapkan vaksinasi tersebut sebagai
vaksinasi rutin.
KESIMPULAN
Epiglotitis merupakan penyakit kegawatdaruratan medik bila tidak
ditangani dengan segera, sebab dapat menyebabkan obstruksi total jalan nafas,
sehingga dapat menyebabkan kematian. Penyakit ini sulit terdeteksi pada awalnya,
dimana Penderita akan mengalami keluhan sakit tenggorokan seperti sulit
menelan dan demam. Hal ini menimbulkan kecurigaan terhadap penyakit
tenggorokan lain yang tidak berbahaya sehingga ahli medis harus memiliki
ketelitian dalam menegakkan diagnosa.
Epiglotitis akut merupakan suatu peradangan dan pembengkakan epiglotis
yang terjadi secara tiba–tiba dan hilang dengan pemberian antibiotik dan
kortikosteroid.
Namun hal ini bisa menimbulkan sesak nafas dan sianosis dalam waktu
beberapa jam setelah keluhan tenggorokan. Bila terjadi obstruksi jalan nafas,
pasien harus segera ditangani dengan memberi oksigen untuk melebarkan jalan
nafas, dan ini efektif bila digunakan di kamar operasi sebab sering sekali oksigen
tidak mampu menangulangi obstruksi jalan nafas. Bila hal ini terjadi maka
sebaiknya dilakukan tindakan trakeostomi atau membuat suatu lubang udara
dengan membuka trakea. Bila pasien sudah mampu bernafas dengan
hemodinamik yang stabil dapat dilanjutkan dengan terapi medikamentosa.
Prognosa penyakit ini baik bila dapat didiagnosa dengan cepat dan diberi
antibiotik dan kortikosteroid yang adekuat, dan mampu menjadi buruk bila tidak
ditangani dengan cepat.
Penyakit ini dapat dicegah dengan vaksinasi haemophilus influenzae pada
umur 2 bulan sehingga penyakit ini jarang ditemukan.
BAB III
PEMBAHASAN
Pada pasien ini didiagnosis dengan epiglotitis dikarenakan pada
pemeriksaan tenggorok ditemukan epiglotis yang meradang dengan tanda
hiperemis dan udem. Penyebab pada pasien diduga karena trauma akibat
tenggorokannya dikorek-korek karena merasa adanya tulang ataupun terinfeksi
pada saat dikorek dengan tangan yang tidak bersih.
Pada kasus ini harus segera diterapi dengan pemberian antibiotik
parenteral dan kortikosteroid agar bekerja secara cepat untuk menghindari
terjadinya obstruksi saluran napas akibat epiglotis yang menutup karena bengkak
dan meradang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Thane D, Kern R, Pearson B. Penyakit telinga, Hidung dan Tenggorokan :
Penuntun untuk Diagnosis dan Penatalaksanaan. Jakarta: EGC. 1991. p.310
2. Boies A, Goerge LA, Lawrence RB, Peter HH. Boies Buku Ajar Penyakit
THT. Edisi 6. Jakarta: EGC. 1997. p.370-1,375-6,383-5.
3. Jaffe J. Epiglottitis, Acute. [online]. 2008.. Available from:
http://www.emedicine.com
4. Khan FH. Pediatrics, Epiglottitis. [online]. 2008. Available from:
http://www.emedicine.com
5. Ballenger JJ, Snow JB. Otorhinolaryngology: Head and Neck Surgery, 15th
edition. London: Willian & Willkins. 1996. p.537-539.
6. Putz R, Pabst.Atlas Anatomi Manusia Sobotta: Kepala, Leher, Ekstremitas
Atas Edisi 21. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2000. p.125-33.