25
1.1 IDENTITAS Nama : Tn. M Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 65 tahun Alamat : Sukapura No. RM : 18xxxx Tanggal Pemeriksaan : 2 Agustus 2013 1.2 ANAMNESIS (AUTOANAMNESIS) Keluhan Utama : Nyeri menelan sejak kemarin Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke Poli THT mengeluh tenggorokan terasa nyeri sewaktu menelan, hal ini dirasakan sejak kemarin. Sebelumnya pasien mengatakan tertelan tulang ikan. Riwayat mengorek tenggorokan (+). Demam, batuk pilek dan suara serak disangkal. Telinga dan hidung tidak ada keluhan. Riwayat Penyakit Dahulu : Os tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya. Riwayat Penyakit Keluarga : Keluhan yang sama di keluarga disangkal

EPIGLOTITIS

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EPIGLOTITIS

1.1 IDENTITAS

Nama : Tn. M

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 65 tahun

Alamat : Sukapura

No. RM : 18xxxx

Tanggal Pemeriksaan : 2 Agustus 2013

1.2 ANAMNESIS (AUTOANAMNESIS)

Keluhan Utama :

Nyeri menelan sejak kemarin

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke Poli THT mengeluh tenggorokan terasa nyeri sewaktu

menelan, hal ini dirasakan sejak kemarin. Sebelumnya pasien mengatakan

tertelan tulang ikan. Riwayat mengorek tenggorokan (+). Demam, batuk pilek

dan suara serak disangkal. Telinga dan hidung tidak ada keluhan.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Os tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Keluhan yang sama di keluarga disangkal

Riwayat Alergi :

Alergi makanan, obat-obatan, debu disangkal

Riwayat Pengobatan :

Pasien belum mengkonsumsi obat apapun pada sakit sekarang ini

Page 2: EPIGLOTITIS

1.3 PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tanda Vital

Tekanan darah : tidak diukur

Pernafasan : 20 x/ menit

Nadi : 84 x/menit

Suhu : Afebris

Status Lokalis

Telinga

Bagian KelainanAuris

Dextra SinistraPreaurikula Kelainan kongenital

RadangTumorTraumaNyeri tekan

-----

-----

Aurikula Kelainan kongenitalRadangTumorTraumaNyeritarik

-----

-----

Retroaurikula EdemaHiperemisNyeri tekanTumorSikatriksFistula

------

------

Canalis Acustikus Externa

Kelainan kongenitalKulitSekretSerumenEdemaJaringan granulasiMassaCholesteatoma

--------

--------

Page 3: EPIGLOTITIS

Membrana Timpani IntakReflek cahaya

perforasi subtotal-

perforasi sentral-

Hidung

Bentuk : Normonasi

Cavum nasi : lapang (+/+), perdarahan mengalir (-/-)

Mukosa : hiperemis (-/-)

Concha : Concha inferior Eutrofi (+/+)

Septum : tidak ada deviasi

Sinus paranasal : Nyeri tekan pada: pangkal hidung (-), pipi (-), dahi

(-), tidak terlihat pembengkakan pada daerah muka

Tenggorokan :

Mukosa : Hiperemis (-/-), Granul (-/-)

Uvula : Deviasi (-/-)

Tonsil : T1 – T1, Hiperemis (-), kripta melebar (-/-), detritus

(-/-)

Epiglotis : hiperemis (+), udem (+)

1.4 RESUME

Pasien datang ke Poli THT mengeluh tenggorokan terasa nyeri sewaktu

menelan, hal ini dirasakan sejak kemarin. Sebelumnya pasien mengatakan

tertelan tulang ikan. Riwayat mengorek tenggorokan (+).

Pada pemeriksaan tenggorok ditemukan epiglotis hiperemis dan udem.

Tidak terlihat adanya tulang.

1.5 DIAGNOSIS

Epiglotitis

Diagnosis banding : laringitis

Page 4: EPIGLOTITIS

1.6 PENATALAKSANAAN

Epiglotitis adalah kegawatdaruratan medis yang bila tidak ditangani akan

berakibat fatal. Prinsip penanganan dan pengobatan pasien dengan epiglotitis

adalah semakin cepat penanganan prognosa semakin baik dikarenakan

berhubungan dengan jalan napas.

Segera diberikan antibiotik parenteral dan kortikosteroid untuk

mengurangi peradangan dan menyembuhkan secepat mungkin.

Page 5: EPIGLOTITIS

EPIGLOTITIS

PENDAHULUAN

Epiglotis merupakan tulang rawan yang tipis, fleksibel, berbentuk daun

dan fibroelastik. Epiglotitis adalah inflamasi akut dari epiglotis dan struktur

sekitarnya termasuk lipatan–lipatan aryepiglotis dan jaringan lunak arytenoids.

Penyakit saluran nafas atas ini dapat menjadi parah dan mengancam jiwa. Melalui

riwayat penyakit pada anak–anak, epidemiologi terbaru menyatakan bahwa

penyakit ini sekarang sering terjadi pada anak – anak .

Spektrum penyakit ini telah mengalami perubahan signifikan sejak

diperkenalkannya vaksin haemophilus influenzae type b (Hib ) pada tahun

1985.Penyakit ini terjadi pada anak berusia 2-7 tahun dan paling sering

disebabkan oleh Hib .Banyak patogen patogen lain yang dapat menyebabkan

epiglotis termasuk Streptococcus group A,B dan C , Streptococcus pneumoniae ,

Klebsiella pneumoniae , Candida albicans , Staphylococcus aureus , Haemophilus

parainfluenzae , Neisseria Meningitidis , Varicella zoster , dan beberapa virus

lainnya.Trauma langsung dan cedera akibat suhu juga dapat menyebabkan

inflamasi pada epiglotis .

ANATOMI

Epiglotis adalah tulang

rawan yang berfungsi sebagai

katup pada pita suara (laring ) dan

tabung udara (trakea ) yang akan

menutup selama proses menelan

berlangsung Epiglotis merupakan

tulang rawan yang tipis , fleksibel ,

berbentuk daun dan fibroelastik

yang terletak di belakang radix

Page 6: EPIGLOTITIS

linguae. Dalam pembahasan anatomi epiglotis, tidak terlepas dari pembahasan

anatomi laring.

Laring merupakan bagian yang terbawah dari saluran napas bagian atas.

Bentuknya menyerupai limas segitiga terpancung, dengan bagan atas lebih besar

daripada bagian bawah.

Batas atas laring adalah aditus laring, sedangkan batas bawahnya ialah

batas kaudal kartilago krikoid.

Laring terdiri dari 9 kartilago (6 kartilago kecil dan 3 kartilago besar)

terbesar adalah kartilago Tyroid yang terdiri dari rangkaian cincin tulang rawan

yang dihubungkan oleh otot–otot dan mengandung pita suara dan di sebelah

depannya terdapat benjolan subkutaneus yang dikenal sebagai jakun. Laring

terdiri atas dua lempeng atau lamina yang tersambung di garis tengah. Di tepi atas

terdapat lekukan berupa tulang rawan krikoid yang terletak di bawah tiroid,

Tulang rawan lainnya ialah kedua tulang rawan aritenoid dan kanan dan kiri

tulang rawan kuneiform dan tulang rawan kornikulatayang sangat kecil. .Arytenoid pada laring memiliki fungsi yang besar untuk membuka dan menutup

pita suara (vocal cords), memiliki bentuk segitiga yang terletak di tepi atas krikoid

di perbatasan posterior laring

Pada puncak tulang rawan tiroid terdapat epiglotis yang berupa katup

tulang rawan dan membantu menutup laring sewaktu orang menelan .Laring

dilapisi oleh jenis selaput lendir yang sama dengan yang di trakea , kecuali pita

suara dan bagian epiglotis yang dilapisi oleh sel epitelium berlapis.

Laring dipersyarafi oleh cabang-cabang nervus vagus, yaitu n.laringis

superior dan n.laringis inferior. Kedua saraf ini merupakan campuran saraf

sensorik dan motorik.

Nervus laringis superior mempersarafi m.krikotiroid, sehingga

memberikan sensasi pada mukosa laring di bawah pita suara. Saraf ini mula-mula

terletak di atas m.konstriktor faring medial, disebelah medial a.karotis interna dan

Page 7: EPIGLOTITIS

eksterna, kemudian menuju ke kornu mayor tulang hioid, dan setelah menerima

hubungan dengan ganglion servikal superior, membagi diri dalam 2 cabang, yaitu

ramus eksternus dan ramus internus.

Ramus eksternus berjalan pada permukaan luar m.konstriktor faring

inferior dan menuju ke m.krikotiroid, sedangkan ramus internus tertutup oleh

m.tirohioid terletak disebelah medial a.tiroid superior, menembus membran

hiotiroid, dan bersama-sama dengan a.laringis superior dan menuju ke mukosa

laring.

Nervus laringis inferior merupakan lanjutan dari n.rekuren setelah saraf itu

memberikan cabangnya menjadi ramus kardia inferior. Nervus rekuren merupakan

cabang dari n.vagus.

Nervus rekuren kanan akan menyilang a.subclavia kanan di bawahnya

sedangkan n.rekuren kiri akan menyilang arkus aorta. Nervus laringis inferior

berjalan diantara cabang-cabang a.tiroid inferior, dan melalui permukaan

mediodorsal kelenjar tiroid akan mencapai permukaan medial m.krikofaring.

disebelah posterior dari sendi krikoaritenoid, saraf ini bercabang dua menjadi

ramus anterior dan ramus posterior. Ramus anterior akan mempersarafi otot-otot

intrinsik laring bagian lateral, sedangkan ramus posterior mempersarafi otot-otot

intrinsik laring bagian superior dan mengadakan anastomosis dengan n.laringis

superior ramus internus.

Pita suara terletak di sebelah dalam larinx, berjalan dari tulang rawan

tiroid di sebelah depan sampai di kedua tulang rawan aritenoid.Dengan gerakan

dari tulang rawan aritenoid yang ditimbulkan oleh berbagai otot laringeal , pita

suara ditegangkan atau dikendorkan.Dengan demikian lebar sela – sela antara pita

– pita atau rima glottidis , berubah ubah sewaktu bernafas dan berbicara.Karena

getaran pita yang disebabkan udara yang melalui glottis maka suara

dihasilkan.Berbagai otot yang terkait pada larinx mengendalikan suara , dan juga

menutup lubang atas larinx sewaktu menelan.

Page 8: EPIGLOTITIS

Pada waktu menelan , gerakan laring keatas , penutupan glotis dan fungsi

seperti pintu dari epiglotis yang berbentuk daun pada pintu masuk laring, berperan

untuk mengarahkan makanan dan cairan masuk kedalam aesofagus. .

DEFENISI

Epiglotitis adalah suatu infeksi pada epiglotitis , yang dapat menyebabkan

penyumbatan saluran pernafasan dan kematian. Infeksi pada epiglotis ini

merupakan penyakit yang sama berbahayanya dengan croup yaitu suatu infeksi

laring yang menimbulkan stridor dan obstruksi jalan nafas

Epiglotis akut menggambarkan infeksi yang sangat cepat dan progresif

yang menyebabkan peradangan pada epiglotis (flap yang mencakup trakea) dan

jaringan di sekitar epiglotis yang dapat menyebabkan penyumbatan mendadak

dari saluran nafas atas dan kematian.

SINONIM

Sinonim dari Epiglotitis adalah supraglotitis

EPIDEMIOLOGI

Epiglotitis paling sering pada anak anak berusia antara usia 2 dan 8 tahun,

meskipun penyakit ini dapat mengenai usia berapapun. Pria lebnih sering terkena

dibandingkan wanita dengan perbandingan 2,5:1. Pada orang dewasa, merokok

dan kurangnya imun tubuh dapat menjadi faktor resiko, dan ada beberapa bukti

yang mendukung peningkatan resiko pada penderita diabetes. Sejak terjadi

kemajuan dalam hal vaksinasi melawan haemophilus influenza type b pada anak-

Page 9: EPIGLOTITIS

anak, insidensi epiglotitis akut pada anak telah berkurang. Selama beberapa tahun

terakhir kejadian epiglotitis pada orang dewasa terlihat mengalami peningkatan

ETIOLOGI

Penyebab epiglotitis adalah berbagai mikroorganisme yang menyebabkan

infeksi akut jalan nafas. Epiglotitis hampir selalu disebabkan oleh bakteri

haemophilus influenza tipe b. Pada anak–anak yang lebih tua dan orang dewasa

kadang disebabkan oleh streptokokus.

Penyebab lain yang menimbulkan epiglotitis adalah pneumpococci ,group

A beta haemolytic streptococcu, pseudomonas, mycobacterium tuberculosis,

virus, trauma lokal, seperti terhirup benda asing atau setelah intubasi

PATOFISIOLOGI

Epiglotitis biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri. Infeksi yang berat

menyebabkan peradangan dan edema epiglotis, supraepiglotic dan jaringan sekitar

lainnya. Bakteri secara langsung menyerang selaput lendir epiglotis dimana sub

mukosa menjadi longgar. Jalan nafas menjadi tersumbat akibat pembengkakan

epiglotis yang berkembang dengan cepat. Terjadi gangguan pernafasan dan

obstruksi jalan nafas total. Walau jarang, penyebab non infeksi bisa disebabkan

oleh adanya trauma luka bakar dan trauma kaustik yang dapat menyebabkan

epiglotitis. Anak–anak dengan luka bakar terutama akibat air panas juga harus

diamati dengan hati–hati agar tidak terjadi komplikasi. Penyebab lain epiglotittis

seperti tertelan benda asing, cedera akibat inhalasi dan angioneuretik edema

GEJALA KLINIS

Page 10: EPIGLOTITIS

Banyak tanda dan gejala yang dapat terjadi pada epiglotitis, dan gejala

nya dapat berkembang pesat dan dapat terjadi dalam beberapa jam. Gejala klinis

epiglotitis yang paling umum adalah sakit tenggorokan ringan atau infeksi saluran

pernafasan atas. Hal ini diakibatkan karena infeksi bermula di saluran pernafasan

atas. Kemudian infeksi bergerak ke bawah yaitu di epiglotis.

Epiglotitis dapat segera berakibat fatal karena pembengkakan jaringan

yang terinfeksi dan dapat menyumbat saluran udara dan menghentikan

pernafasan. Peradangan pada faring menyebabkan terjadi pembengkakan

epiglotis. Hal ini disebabkan karena edema jaringan longgar pada permukaan atas,

yang kemudian dapat menyebar untuk ke daerah supraglotis yang lebih luas.

Epiglotitis dapat segera berakibat fatal karena pembengkakan jaringan yang

terinfeksi dapat menyumbat saluran udara dan menghentikan pernafasan.

Infeksi biasanya dimulai secara tiba–tiba dan berkembang dengan cepat.

Gejalanya terdiri dari :

a.sulit menelan

b.air liur keluar berlebihan (drooling)

c.odinofagi

d.stidor (suara pernafasan yang kasar)

e.suara serak

f.anak tampak sakit keras dan gelisah

g.demam

h.sianosis (warna kulit kebiruan)

Gejala lain dapat berupa :

a.batuk

b.nyeri telinga

Page 11: EPIGLOTITIS

c.tripod sign (badan membungkuk ke depan, sebagai upaya untuk bernafas)

Pada epiglotitis yang lebih parah dapat berupa :

a.dypsnoe

b.dyspagia

c.disfonia

d.stridor (mendadak adanya obstruksi jalan nafas)

e.respiratory disease

DIAGNOSIS

Diagnosa ditegakkan bedasarkan. Anamnesa, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang.

Anamnesa

Dari anamnesa yang dapat ditemukan adalah biasanya pasien akan mengeluh

demam (suhu tinggi) bisasanya merupakan gejala pertama. Seseorang dengan

epiglotitis juga akan mengeluh sangat sakit tenggorokan. Pasien dapat juga

memiliki suara yang serak dan nyeri menelan. Karena sakit pada waktu

menelan, pasien mungkin mengeluarkan banyak air liur. Batuk juga

merupakan gejala yang umum yang dapat dijumpai.

Trauma akibat benda asing merupakan penyebab lain dari epiglotis yang

jarang terjadi. Pasien akan datang dengan keluhan stridor dan kesulitan

menelan. Suara serak dan perubahan suara akan menjadi kecurigaan akibat

tertelan benda asing pada anamnesa awal.

Pemeriksaan fisik

Page 12: EPIGLOTITIS

Pemeriksaan fisik pada epiglotitis merupakan gejala dan hasil pemeriksaan

dengan laringoskopi yang menunjukan pembengkakan epiglotis.

- Laringoskopi

Laringoskopi adalah cara terbaik untuk mengkonfirmasi diagnosis

epiglotitis. Fibreoptic laryngoscopi adalah “Gold standard“ untuk

mendiagnosa epiglotitis karena epiglotitis dapat langsung dilihat.

Namun hal ini digunakan dengan melihat kondisi pasien dengan

hemodinamik yang stabil dan memiliki jalan nafas yang baik. Namun

hal ini menjadi kekawatiran akan terjadinya obstruksi jalan nafas

sehingga laringoskopi pada pasien ini harus dilakukan di tempat–

tempat misalnya kamar operasi diamana tersedia intubasi atau

trakeostomi jika terjadi obstruksi jalan nafas.

Pemeriksaan Penunjang

- B.X-Ray leher

Foto polos leher dengan melihat soft tissue lateral

- Pemeriksaan Laboratorium

a.Pemeriksaan darah lengkap

Pembiakan darah atau lendir tenggorokan dapat menunjukan adanya

bakteriPada pemeriksaan darah lengkap tampak peningkatan jumlah

sel darah putih. Rontgen leher dapat menunjukan adanya

pembengkakan epiglotis.

Page 13: EPIGLOTITIS

b.Kultur darah dan sensivitas

Kultur darah digunakan untuk memastikan antibiotik yang adekuat

terhadap bakteri penyebab

DIAGNOSA BANDING

Diagnosa banding tergantung pada gejala–gejala yang timbul dan usia

pasien, tetapi pada umumnya termasuk :

a.Faringitis

b.Laringitis

c.Terhirup benda asing

d.Croup

e.Abses retrofaring

PENANGANAN

Epiglotitis adalah kegawatdaruratan medis yang bila tidak ditangani akan

berakibat fatal. Prinsip penanganan dan pengobatan pasien dengan epiglotitis

adalah semakin cepat penanganan prognosa semakin baik. Pasien harus dirawat di

rumah sakit segera jika diagnosis klinis dicurigai. Visualisasi langsung dari

epiglotis adalah diagnostik. Obstruksi jalan nafas dapat tiba tiba terjadi sehingga

airway (jalan nafas) harus segera ditangani dengan pemasangan tuba endotrakeal.

Hal ini diakibatkan pada epiglotis yang meradang mekanismenya adalah

menghalangi jalan nafas, kerja nafas menjadi meningkat dan retensi karbon

dioksida dan hipoksia (oksigen rendah) dapat terjadi. Clereance sekresi juga

terganggu. Faktor–faktor ini dapat mengakibatkan asfiksia fatal dalam beberapa

Page 14: EPIGLOTITIS

jam dan dapat menyebabkan kematian. Untuk meningkatkan hidrasi dilakukan

pemasangan iv line (cairan infus).

Dalam kasus yang lebih parah, jika epiglotis bengkak dan memblokir jalan

nafas, bahkan oksigen tidak mampu menanggulangi, prosedur yang dapat

dilakukan tim medis adalah trakeostomi. Ini adalah tindakan dengan membuat

lubang kecil di trakea (tenggorokan). Hal ini memungkinkan tabung untuk masuk

ke epiglotis yang membengkak sehingga oksigen dapat masuk ke paru .Sementara

bantuan ventilator penting untuk pasien dengan trakeostomi dengan perawatan

intensif dengan pemberian antibiotik.

TERAPI MEDIKAMENTOSA

Setelah penanganan umum telah dilakukan, pemberian antibiotik

parenteral khusus harus segera diberikan.Pemberian antibiotik digunakan untuk

melawan infeksi sehingga mengurangi pembengkakan epiglotis yang dapat

menyebabkan obstruksi total jalan nafas. Antibiotik dapat diberikan

ampisillin/sulbactam, sefuroksim, ceftriaxone, aztreonam, dan chlorampenicol.

Obat steroid juga dapat diberikan unntuk mengurangi peradangan disekitar

epiglotis.

KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi :

a.Pembentukan abses

b.Meningitis

c.Septikemia

d.Gagal nafas

Page 15: EPIGLOTITIS

PROGNOSA

Sebagian besar pasien akan sembuh tanpa gejala jika pengobatan

dilakukan dengan dini dan pengobatan yang tepat. Kematian dapat terjadi bila

terjadi obstruksi jalan nafas yang tidak ditangani segera. Penanganan yang cepat

menghasilkan prognosa yang baik.

PENCEGAHAN

Pencegahan dapat berupa imunisasi pertama untuk mencegah infeksi

H.Influenzae, biasanya diberikan pada anak saat usia 2 tahun. Vaksinasi

Haemophilus influenza type B (HIB) telah mengurangi insidensi epiglotitis secara

dramatis pada anak–anak di Negara yang menerapkan vaksinasi tersebut sebagai

vaksinasi rutin.

KESIMPULAN

Epiglotitis merupakan penyakit kegawatdaruratan medik bila tidak

ditangani dengan segera, sebab dapat menyebabkan obstruksi total jalan nafas,

sehingga dapat menyebabkan kematian. Penyakit ini sulit terdeteksi pada awalnya,

dimana Penderita akan mengalami keluhan sakit tenggorokan seperti sulit

menelan dan demam. Hal ini menimbulkan kecurigaan terhadap penyakit

tenggorokan lain yang tidak berbahaya sehingga ahli medis harus memiliki

ketelitian dalam menegakkan diagnosa.

Epiglotitis akut merupakan suatu peradangan dan pembengkakan epiglotis

yang terjadi secara tiba–tiba dan hilang dengan pemberian antibiotik dan

kortikosteroid.

Namun hal ini bisa menimbulkan sesak nafas dan sianosis dalam waktu

beberapa jam setelah keluhan tenggorokan. Bila terjadi obstruksi jalan nafas,

pasien harus segera ditangani dengan memberi oksigen untuk melebarkan jalan

Page 16: EPIGLOTITIS

nafas, dan ini efektif bila digunakan di kamar operasi sebab sering sekali oksigen

tidak mampu menangulangi obstruksi jalan nafas. Bila hal ini terjadi maka

sebaiknya dilakukan tindakan trakeostomi atau membuat suatu lubang udara

dengan membuka trakea. Bila pasien sudah mampu bernafas dengan

hemodinamik yang stabil dapat dilanjutkan dengan terapi medikamentosa.

Prognosa penyakit ini baik bila dapat didiagnosa dengan cepat dan diberi

antibiotik dan kortikosteroid yang adekuat, dan mampu menjadi buruk bila tidak

ditangani dengan cepat.

Penyakit ini dapat dicegah dengan vaksinasi haemophilus influenzae pada

umur 2 bulan sehingga penyakit ini jarang ditemukan.

BAB III

PEMBAHASAN

Pada pasien ini didiagnosis dengan epiglotitis dikarenakan pada

pemeriksaan tenggorok ditemukan epiglotis yang meradang dengan tanda

hiperemis dan udem. Penyebab pada pasien diduga karena trauma akibat

Page 17: EPIGLOTITIS

tenggorokannya dikorek-korek karena merasa adanya tulang ataupun terinfeksi

pada saat dikorek dengan tangan yang tidak bersih.

Pada kasus ini harus segera diterapi dengan pemberian antibiotik

parenteral dan kortikosteroid agar bekerja secara cepat untuk menghindari

terjadinya obstruksi saluran napas akibat epiglotis yang menutup karena bengkak

dan meradang.

Page 18: EPIGLOTITIS

DAFTAR PUSTAKA

1. Thane D, Kern R, Pearson B. Penyakit telinga, Hidung dan Tenggorokan :

Penuntun untuk Diagnosis dan Penatalaksanaan. Jakarta: EGC. 1991. p.310

2. Boies A, Goerge LA, Lawrence RB, Peter HH. Boies Buku Ajar Penyakit

THT. Edisi 6. Jakarta: EGC. 1997. p.370-1,375-6,383-5.

3. Jaffe J. Epiglottitis, Acute. [online]. 2008.. Available from:

http://www.emedicine.com

4. Khan FH. Pediatrics, Epiglottitis. [online]. 2008. Available from:

http://www.emedicine.com

5. Ballenger JJ, Snow JB. Otorhinolaryngology: Head and Neck Surgery, 15th

edition. London: Willian & Willkins. 1996. p.537-539.

6. Putz R, Pabst.Atlas Anatomi Manusia Sobotta: Kepala, Leher, Ekstremitas

Atas Edisi 21. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2000. p.125-33.