116
1 BUKU MODUL BLOK SISTEM PERKEMIHAN (NS 351) Koordinator Erfin Firmawati, Ns., MNS Penyusun Erfin Firmawati, Ns., MNS Arianti, Ns., M.Kep., Sp.Keb.MB Fahni Haris, Ns., M.Kep Ambar Relawati, Ns., M.Kep Rahmah, Ns., M.Kep., Sp.An Dinasti Pudang Binoriang, Ns., M.Kep., Sp.Kep.Kom Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2016

erfin blok 13 2016.PDF

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: erfin blok 13 2016.PDF

1

BUKU MODUL

BLOK SISTEM PERKEMIHAN

(NS 351)

Koordinator

Erfin Firmawati, Ns., MNS

PenyusunErfin Firmawati, Ns., MNS

Arianti, Ns., M.Kep., Sp.Keb.MBFahni Haris, Ns., M.Kep

Ambar Relawati, Ns., M.KepRahmah, Ns., M.Kep., Sp.An

Dinasti Pudang Binoriang, Ns., M.Kep., Sp.Kep.Kom

Program Studi Ilmu KeperawatanFakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta

2016

Page 2: erfin blok 13 2016.PDF

2

GAMBARAN BLOK

Blok perkemihan merupakan blok pertama di semester pertama pada tahun ketiga

dari kurikulum blok PBL Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UMY, yang terdiri dari 6 SKS; 3 SKS PBC/PBD, 1 SKS PBT, 1 SKS

PBP, dan 1 SKS PBS. Kedalaman bahan kajian disesuaikan dengan visi, misi program

studi dan kompetensi yang harus dicapai mahasiswa sebagai ners generalis dengan

menekankan kemampuan klinik dan integrasi nilai-nilai keislaman. Blok ini membahas

tentang prinsip-prinsip teoritis dan keterampilan klinis keperawatan tentang system

perkemihan semua tingkat usia manusia. Secara umum, topik yang dibahas dalam blok

ini meliputi pengetahuan dasar tentang sistem perkemihan (anatomi, fisiologi, histology,

biokimia), pengkajian sistem perkemihan, hingga kondisi patologis pada sistem

perkemihan akut dan kronik pada berbagai usia mulai dari neonatus hingga lansia. Proses

keperawatan menjadi dasar asuhan keperawatan pada pasien sesuai dengan gangguan

perkemihan yang dialaminya. Selain itu, nilai-nilai Islam juga diintegrasikan dalam

pembelajaran ini.

Kegiatan belajar mahasiswa berorientasi pada pencapaian kemampuan berfikir

sistematis dan komprehensif dalam mengaplikasikan konsep sistem perkemihan dengan

pendekatan asuhan keperawatan. Selain menggunakan metode kuliah atau ceramah,

mahasiswa dituntut untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran tutorial atau small group

discussion dan praktikum baik praktikum biomedis maupun skills di mini hospital PSIK

FKIK UMY yang telah menggunakan pendekatan student centered learning. Selain itu,

mahasiswa juga dituntut untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar pada blok

kardiovaskuler ini dengan mengerjakan beberapa penugasan dan presentasi di depan

kelas. Kompetensi akhir dalam blok ini adalah mahasiswa mampu menganalisis dan

mendemonstrasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem

perkemihan di semua tingkat usia baik kondisi akut maupun kronik dalam upaya

preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.

Yogyakarta, September 2016

Tim Penyusun Blok 13

Page 3: erfin blok 13 2016.PDF

3

DAFTAR ISI

Hal

Halaman judul …………………………………………………….. 1

Halaman Pengesahan …………………………………………………….. 2

Gambaran Blok …………………………………………………….. 3

Daftar Isi …………………………………………………….. 4

Visi dan Misi Program Studi …………………………………………………….. 5

Rancangan Pembelajaran

Semester …………………………………………………….. 6

Suplemen …………………………………………………….. 24

Petunjuk Teknis Tutorial …………………………………………………….. 25

Skenario Tutorial …………………………………………………….. 29

Tata Tertib Praktikum Skills Lab …………………………………………………….. 37

Panduan Praktikum Skills Lab …………………………………………………….. 40

Panduan Praktikum Biomedis …………………………………………………….. 86

Page 4: erfin blok 13 2016.PDF

4

VISI MISI PROGRAM STUDI

Visi Program Studi

Menjadi Program Studi Pendidikan Ners yang unggul dalam pengembangan keperawatan

klinik berdasarkan nilai-nilai ke-Islaman untuk kemaslahatan umat di Asia Tenggara pada

2022.

Misi Program Studi

1. Menyelenggarakan pendidikan ners yang unggul dan Islami.

2. Mengembangkan penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan praktik

keperawatan.

3. Menerapkan ilmu keperawatan sebagai bagian dari pengabdian kepada masyarakat

untuk kemaslahatan umat.

Tujuan

1. Menghasilkan ners yang memiliki kemampuan klinik dan mampu menerapkan nilai-

nilai Islami dalam memberikan asuhan keperawatan.

2. Menghasilkan produk penelitian yang dapat digunakan untuk meningkatkan mutu

pelayanan dan meningkatkan ilmu keperawatan.

3. Menghasilkan kegiatan pelayanan berbasis hasil penelitian untuk meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat.

Page 5: erfin blok 13 2016.PDF

5

RANCANGAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

Mata Kuliah : Blok Perkemihan

Kode : NS 351

SKS : 6 SKS (3 SKS PBD/PBC; 1 SKS PBT; 1 PBP; 1 SKS PBS)

Semester : V

Area Kompetensi

Kompetensi Ke

Uraian

Kompetensi Utama1 Mampu melakukan asuhan keperawatan professional di tatanan klinik dan

komunitas

2 Mampu menjalin hubungan interpersonal3 Mampu melakukan komunikasi efektif

4 Mampu melaksanakan pendidikan kesehatan5 Mampu menerapkan aspek etik legal dalam praktik keperawatan6 Mampu melakukan praktik keperawatan yang holistic

7 Mampu bersikap caring dan empatiKompetensi Pendukung

1 Mampu menginternalisasikan nilai Islam di pelayanan keperawatanKompetensi lainnya

1 Mampu mengaplikasikan teknologi informasi

Learning Outcome Blok Sistem Perkemihan

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran pada blok sistem perkemihan mahasiswa

mampu:

1) Memahami ilmu dasar keperawatan tentang perkemihan

2) Memahami patofisiologi gangguan sistem perkemihan

3) Melakukan simulasi asuhan keperawatan dengan kasus gangguan perkemihan pada

berbagai tingkat usia dengan memperhatikan aspek legal dan etis

4) Melakukan simulasi pendidikan kesehatan dengan kasus gangguan sistem perkemihan

pada berbagai tingkat usia

Page 6: erfin blok 13 2016.PDF

6

5) Mendemonstrasikan intervensi keperawatan pada kasus dengan gangguan sistem

perkemihan pada berbagai tingkat usia sesuai standar yang berlaku dengan berfikir

kreatif dan inovatif sehingga menghasilkan pelayanan yang efisien dan efektif

6) Melakukan simulasi pengelolaan asuhan keperawatan pada sekelompok klien dengan

gangguan sistem perkemihan pada berbagai tingkat usia dengan memperhatikan aspek

legal etis

7) Mengidentifikasi masalah-masalah penelitian yang berhubungan dengan sistem

perkemihan dan menggunakan hasil-hasil penelitian dalam mengatasi masalah

gastrologi dan endokrin

8) Mengintegrasikan nilai Islam dalam melakukan asuhan keperawatan pada sistem

perkemihan

Karakteristik Mahasiswa

Blok gastrologi dan endokrin ditujukan bagi mahasiswa Ilmu Keperawatan tahun

ke 3 pada semester ke 5 yang telah mendapat ilmu tentang keperawatan profesional

(profesional nurse), teori keperawatan, proses keperawatan, Blok Hematologi dan

Imunologi, Blok Persepsi Sensori, Blok Integumen, Blok Tumbuh Kembang, Blok

Kardiovaskuler, Blok Respirasi, dan Blok Gastrologi dan Endokrinologi pada blok

sebelumnya. Blok perkemihan berada pada blok ke 13 di semester ke 5 pada kurikulum

S1 Ilmu Keperawatan UMY.

Pre-Assessment

Evaluasi yang digunakan adalah evaluasi proses (formatif) dan evaluasi akhir

(sumatif) terdiri dari ujian blok, penugasan, tutorial, dan nilai praktikum. Syarat untuk dapat

mengikuti ujian praktikum maupun ujian blok adalah dengan kehadiran minimal sebagai

berikut:

a. Kuliah : 75%

b. Tutorial : 100%

c. Praktikum dan atau Skill Lab : 100 %

Page 7: erfin blok 13 2016.PDF

7

Metode Evaluasi

Evaluasi yang digunakan adalah evaluasi proses (formatif) dan evaluasi akhir (sumatif)

terdiri dari ujian blok/MCQ, penugasan, tutorial, nilai praktikum biomed, dan nilai skillalab.

Penilaian formatif adalah penilaian aktifitas harian menggunakan checklist, laporan,

mini kuis, dll. Penilaian sumatif menggunakan mutiple choise question (MCQ) dan OSCE .

Nilai akhir dari Blok terdiri atas :

a. 40% hasil pre-test, post-test, dan MCQ

b. 10% penugasan

c. 20% hasil Tutorial, terdiri dari:

1) Proses selama tutorial

2) Minikuis

d. 10 % hasil praktikum biomedis

1) Pre-test

2) Diskusi

3) Post-test

4) Laporan

5) Responsi

e. 20% hasil skill lab

1) Pre-test

2) Proses skill lab

3) Post-test

4) OSCE

: 60%

: 40 %

: 20%

: 20%

: 20%

: 20%

: 20%

: 15%

: 40%

: 15%

: 30%

Page 8: erfin blok 13 2016.PDF

8

Area Kompe

tensi

Kemampuan akhir Yang diharapkan

Bahan kajian Materi/Pokok Bahasan Strategi pembelajar

an

Indikator Penilaian

Bobot Nilai

Jumlah Jam

1 2 3 4 5 6 7 8U1 Mampu menjelaskan

anatomi dan fisiologi sistem perkemihan1. Mampu menjelaskan

anatomi dan fisiologi sistem perkemihan

2. Mampu menjelaskan transcapillar fluid exchange

3. Mampu menjelaskan pengaturan asam basa pada sistem perkemihan

4. Mampu menjelaskan proses pembentukan urin

5. Mampu menjelaskan mekanisme koping pada injuri sistem perkemihan

Anatomi sistem perkemihanStruktur sistem perkemihan

a. Ginjalb. Ureterc. Vesica Urinariad. Urethra dan meatuse. Prostatf. Vaskularisasi sistem

perkemihang. Persyarafan sistem

perkemihan

Presentasi KelompokCeramah,

diskusi

- Pre test- Post test- Rubrik

Presentasi- Rubrik

Makalah- MCQ

2% 2x50

Anatomi sistem perkemihan

Anatomi system perkemihan:a. Renb. Ureterc. Vesika urinariad. Urethrae. Arteri dan vena system

perkemihan

Praktikumbiomedis

- Pre test- Post test- Diskusi- Rubrik

Laporan- Responsi

2,5% 2x60

Histologi sistem perkemihan

Histologi sistemperkemihan:a. Renb. Ureterc. Vesika Urinariad. Urethra

Praktikumbiomedis

- Pre test- Post test- Diskusi- Laporan- Responsi

2,5% 2x60

Fisiologi sistem perkemihan

a. Mekanisme tubular ginjal untuk filtrasi, sekresi, ekskresi, dan reabsorbsi

b. Komposisi urinc. Mekanisme pembentukan

urind. Pengaturan tekanan darah

Presentasi KelompokCeramah,

diskusi

- Pre test- Post test- Rubrik

Presentasi- Rubrik

Makalah- MCQ

2% 2x50

Page 9: erfin blok 13 2016.PDF

9

Area Kompe

tensi

Kemampuan akhir Yang diharapkan

Bahan kajian Materi/Pokok Bahasan Strategi pembelajar

an

Indikator Penilaian

Bobot Nilai

Jumlah Jam

1 2 3 4 5 6 7 8Fisiologi system perkemihan

a. Pengaturan asam basa pada ginjal

b. Keseimbangan cairan dan elektrolit

c. Fisiologi transport cairan dan elektrolit

Presentasi KelompokCeramah,

diskusi

- Pre test- Post test- Rubrik

Presentasi- Rubrik

Makalah- MCQ

2% 2x50

Balance cairan dan monitoring cairan (anak, dewasa dan lansia)

Balance cairan dan monitoring cairan (anak, dewasa dan lansia)

Skills lab(demonstrasi, diskusi)

- Pre test- Proses- Post test- OSCE

2x60

Perubahan fisiologis sistem perkemihanberdasarkan rentang usia

a. Perubahan anatomib. Faktor yg mempengaruhi

ekskresi dan urin: genetic, aktivitas. makanan, gaya hidup, usia

Belajar mandiri

kelompok

- Makalah 2x50

Fisiologi sistem perkemihan

Uji fungsi eksresi ginjal Praktikum biomedis

- Pre test- Post test- Diskusi- Laporan- Responsi

2,5% 2x60

Pemeriksaan urin (urinalisis)

Pemeriksaan urin (urinalisis)a. Pemeriksaan urin

makroskopikb. Pemeriksaan urin

mikroskopik

Praktikum biomedis

- Pre test- Post test- Diskusi- Laporan- Responsi

2,5% 2x60

Peran hormone dalam mengatur cairan tubuh (eksresi)

Mekanisme pengaturan hormon sistem ekskresi:RAA dan ADH

Tutorial - Tutorial assessment

- Mini Quiz

2% 2x60

Page 10: erfin blok 13 2016.PDF

10

Area Kompe

tensi

Kemampuan akhir Yang diharapkan

Bahan kajian Materi/Pokok Bahasan Strategi pembelajar

an

Indikator Penilaian

Bobot Nilai

Jumlah Jam

1 2 3 4 5 6 7 8

U1 –U4

Mampu mendemonstrasikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem perkemihan pada berbagai tingkat usia dengan memperhatikan aspek legal etik sesuai dengan standar yang berlaku dengan berfikir kreatif dan inovatif sehingga menghasilkan pelayanan yang efisien dan efektif1. Mampu menjelaskan

pengkajian pada system perkemihan

2. Mampu mendemonstrasikan pemeriksaan fisik pada system perkemihan

Asuhan keperawatan pada system perkemihan

a. Pengkajian sistem perkemihan- Riwayat kesehatan- Pengkajian - Pemeriksaan fisik- Pemeriksaan diagnostic

b. Gangguan pola BAKc. Diagnosa keperawatan

pada system perkemihand. Intervensi keperawatan

Presentasi KelompokCeramah,

diskusi

- Pre test- Post test- Rubrik

Presentasi- Rubrik

Makalah- MCQ

2% 2x50

Pemeriksaan fisik system perkemihan

a. Inspeksib. Palpasic. Perkusid. Auskultasi

Skills lab(demonstrasi, diskusi)

- Pre test- Proses- Post test- OSCE

2x60

Pengkajian system perkemihan - Rubrik Makalah

2x60

Page 11: erfin blok 13 2016.PDF

11

Area Kompe

tensi

Kemampuan akhir Yang diharapkan

Bahan kajian Materi/Pokok Bahasan Strategi pembelajar

an

Indikator Penilaian

Bobot Nilai

Jumlah Jam

1 2 3 4 5 6 7 83. Mampu mengidentifikasi

diagnosis keperawatan dan intervensi keperawatan pada system perkemihan

Pemeriksaan diagnostic pada gangguan system perkemihan

a. Pemeriksaan laboratorium ; urinalisis,

b. Pemeriksaan darah : darah rutin, faal ginjal, elektrolit,

c. Analisis batud. Kultur urine. Pemeriksaan radiologi :

foto polos abdomen, sistografi, uretrografi, RPG, USG, CT, BNO IVP

f. Peran perawat dalam pemeriksaan diagnostic

Presentasi KelompokCeramah,

diskusi

- Pre test- Post test- Rubrik

Presentasi- Rubrik

Makalah- MCQ

2% 2x50

U1 –U4

1. Mampu menjelaskan kembali patofisiologi gangguan sistem perkemihan non infeksi dan infeksi pada berbagai tingkat usiaa. Mampu menjelaskan

kembali patofisiologi gangguan perkemihan non infeksi

b. Mampu menjelaskan kembali patofisiologi gangguan perkemihan infeksi

2. Mampu mendemonstrasikan

Gangguan perkemihan infeksi (Urethritis, Cystitis, Pyelonephritis, Glomerulonephritis)

a. Definisib. Mindmap (etiologi/faktor

resiko, tanda dan gejala,masalah keperawatan)

c. Pemeriksaan diagnosticd. Penatalaksanaane. Asuhan keperawatanf. EBNg. IRK

Presentasi KelompokCeramah,

diskusi

- Pre test- Post test- Rubrik

Presentasi- Rubrik

Makalah- MCQ

2% 2x50

Gangguan perkemihan non infeksi: hipospadia, hidrokel dan phimosis

a. Definisib. Mindmap (etiologi/faktor

resiko, tanda dan gejala,masalah keperawatan)

c. Pemeriksaan diagnosticd. Penatalaksanaane. Asuhan keperawatan

Presentasi KelompokCeramah,

diskusi

- Pre test- Post test- Rubrik

Presentasi- Rubrik

Makalah- MCQ

2% 2x50

Page 12: erfin blok 13 2016.PDF

12

Area Kompe

tensi

Kemampuan akhir Yang diharapkan

Bahan kajian Materi/Pokok Bahasan Strategi pembelajar

an

Indikator Penilaian

Bobot Nilai

Jumlah Jam

1 2 3 4 5 6 7 8asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem perkemihan pada berbagai tingkat usia dengan memperhatikan aspek legal etik sesuai dengan standar yang berlaku dengan berfikir kreatif dan inovatif sehingga menghasilkan pelayanan yang efisien dan efektifa. Mampu menjelaskan

pengkajian pada gangguan system perkemihan infeksi maupun non infeksi

b. Mampu menganalisis dan menegakkan diagnosis keperawatan berdasarkan NANDA

c. Mampu menyusun rencana keperawatan berdasarkan NOC dan NIC

d. Mampu menganalisis tindakan keperawatan berdasarkan EBN

f. EBNg. IRK

Gangguan perkemihan non infeksi (gangguan genetic; Polycistic kidney disease)

a. Definisib. Mindmap (etiologi/faktor

resiko, tanda dan gejala,masalah keperawatan)

c. Pemeriksaan diagnosticd. Penatalaksanaane. Asuhan keperawatanf. EBNg. IRK

Presentasi KelompokCeramah,

diskusi

- Pre test- Post test- Rubrik

Presentasi- Rubrik

Makalah- MCQ

2% 2x50

Gangguan perkemihan non infeksi; obstruktif (nefrolithiasis, urolithiasis)

a. Definisib. Mindmap (etiologi/faktor

resiko, tanda dan gejala,masalah keperawatan)

c. Pemeriksaan diagnosticd. Penatalaksanaane. Asuhan keperawatanf. EBNg. IRK

Tutorial - Tutorial assessment

- Mini Quiz

5% 2x60

Gangguan perkemihan non infeksi; obstruktif (BPH)

a. Definisib. Mindmap (etiologi/faktor

resiko, tanda dan gejala,masalah keperawatan)

c. Pemeriksaan diagnosticd. Penatalaksanaane. Asuhan keperawatanf. EBN

Tutorial - Tutorial assessment

- Mini Quiz

5% 2x60

Page 13: erfin blok 13 2016.PDF

13

Area Kompe

tensi

Kemampuan akhir Yang diharapkan

Bahan kajian Materi/Pokok Bahasan Strategi pembelajar

an

Indikator Penilaian

Bobot Nilai

Jumlah Jam

1 2 3 4 5 6 7 8yang meliputi upaya prefentif, promotif, dan rehabilitative

e. Mampu mendemonstrasikan beberapa tindakan keperawatan untuk mengatasi gangguan perkemihan

3. Mampu Mengidentifikasi masalah-masalah penelitian yang berhubungan dengan sistem perkemihan dan menggunakan hasil-hasil penelitian dalam mengatasi masalah perkemihan

g. IRK

Gangguan perkemihan non infeksi (Nephrotic Syndrome)

a. Definisib. Mindmap (etiologi/faktor

resiko, tanda dan gejala,masalah keperawatan)

c. Pemeriksaan diagnosticd. Penatalaksanaane. Asuhan keperawatanf. EBNg. IRK

Presentasi KelompokCeramah,

diskusi

- Pre test- Post test- Rubrik

Presentasi- Rubrik

Makalah- MCQ

2% 2x50

Gangguan perkemihan non infeksi (keganasan; Ca Bladder)

a. Definisib. Mindmap (etiologi/faktor

resiko, tanda dan gejala,masalah keperawatan)

c. Pemeriksaan diagnosticd. Penatalaksanaane. Asuhan keperawatanf. EBNg. IRK

Presentasi KelompokCeramah,

diskusi

- Pre test- Post test- Rubrik

Presentasi- Rubrik

Makalah- MCQ

2% 2x50

Gangguan perkemihan non infeksi (Gagal Ginjal Akut)

a. Definisib. Mindmap (etiologi/faktor

resiko, tanda dan gejala,masalah keperawatan)

c. Pemeriksaan diagnosticd. Penatalaksanaane. Asuhan keperawatanf. EBN

Presentasi KelompokCeramah,

diskusi

- Pre test- Post test- Rubrik

Presentasi- Rubrik

Makalah- MCQ

2% 2x50

Page 14: erfin blok 13 2016.PDF

14

Area Kompe

tensi

Kemampuan akhir Yang diharapkan

Bahan kajian Materi/Pokok Bahasan Strategi pembelajar

an

Indikator Penilaian

Bobot Nilai

Jumlah Jam

1 2 3 4 5 6 7 8g. IRK

Gangguan perkemihan non infeksi (Gagal Ginjal Kronik)

a. Definisib. Mindmap (etiologi/faktor

resiko, tanda dan gejala,masalah keperawatan)

c. Pemeriksaan diagnosticd. Penatalaksanaane. Asuhan keperawatanf. EBNg. IRK

Presentasi KelompokCeramah,

diskusi

- Pre test- Post test- Rubrik

Presentasi- Rubrik

Makalah- MCQ

2% 2x50

Gangguan perkemihan non infeksi (Bladder Trauma)

a. Definisib. Mindmap (etiologi/faktor

resiko, tanda dan gejala,masalah keperawatan)

c. Pemeriksaan diagnosticd. Penatalaksanaane. Asuhan keperawatanf. EBNg. IRK

Presentasi KelompokCeramah,

diskusi

- Pre test- Post test- Rubrik

Presentasi- Rubrik

Makalah- MCQ

2% 1x50

Renal Replacement Therapy (RRT)

a. Dialysis therapy (HD, CAPD)

b. Renal Transplantation

Presentasi KelompokCeramah,

diskusi

- Pre test- Post test- Rubrik

Presentasi- Rubrik

Makalah- MCQ

2% 2x50

- Manajemen cairan dan nutrisi pada pasien dengan hemodialisa

Tutorial - Tutorial assessment

- Mini Quiz

5% 2x60

Page 15: erfin blok 13 2016.PDF

15

Area Kompe

tensi

Kemampuan akhir Yang diharapkan

Bahan kajian Materi/Pokok Bahasan Strategi pembelajar

an

Indikator Penilaian

Bobot Nilai

Jumlah Jam

1 2 3 4 5 6 7 8Asuhan keperawatan pada pasien dengan hemodialisa (HD)

a. Pengkajian pada pasien dengan HD

b. Pemeriksaan fisik pada pasien dengan HD

c. Diagnosa keperawatan pada pasien dengan HD

d. Intervensi keperawatan pada pasien dengan HD

Presentasi KelompokCeramah,

diskusi

- Pre test- Post test- Rubrik

Presentasi- Rubrik

Makalah- MCQ

2% 2x50

Farmakologi untuk gangguan system perkemihan

a. Macam-macam obatb. Mekanisme kerja obatc. Indikasi dan kontra indikasi

obatd. Cara pemberian obate. Peran perawat dalam

pemberian obat

Presentasi KelompokCeramah,

diskusi

- Pre test- Post test- Rubrik

Presentasi- Rubrik

Makalah- MCQ

1,5% 2x50

Pemasangan dan perawatan kateter

Pemasangan dan perawatan kateter

Skills Lab(demonstrasi, diskusi)

- Pre test- Proses- Post test - OSCE

(check list)

2x60

Bladder Training Bladder Training Skills Lab(demonstrasi, diskusi)

- Pre test- Proses- Post test - OSCE

(check list)

2x60

Health promotiom pada gangguan sistem perkemihan (GGK, urolithiasis, ISK)

a. Primary preventionb. Secondary preventionc. Tertiary preventiond. Peran perawat komunitas

Presentasi KelompokCeramah,

diskusi

- Rubrik Makalah

- Rubrik Media ajar

1,5% 2x50

Page 16: erfin blok 13 2016.PDF

16

Area Kompe

tensi

Kemampuan akhir Yang diharapkan

Bahan kajian Materi/Pokok Bahasan Strategi pembelajar

an

Indikator Penilaian

Bobot Nilai

Jumlah Jam

1 2 3 4 5 6 7 8pada pasien dengan gangguan system perkemihan

Jurnal EBN pada sistem perkemihan (Nursing intervention)

a. Bladder training pada pasien dengan kateter

b. Kegel excersie pada pasien dengan gangguan system perkemihan

c. Perawatan kateterd. Irigasi kateter pada pasien

post TURP

Presentasi KelompokCeramah,

diskusi

- Rubrik Presentasi

- Rubrik Makalah

1,5% 2x50

Kajian Islam dalam sistem perkemihan

a. Sirkumsisi/khitanb. Najisc. Thaharahd. Ibadah praktis pada orang

sakit: pasien terpasang kateter

Presentasi KelompokCeramah,

diskusi

- Pre test- Post test- Rubrik

Presentasi- Rubrik

Makalah- MCQ

1,5% 2x50

- Thoharoh dan cara beribadah pasien terpasang kateter

Demonstrasi, diskusi

- Pre test- Proses- Post test- OSCE

Page 17: erfin blok 13 2016.PDF

17

Jadwal Proses Belajar Mengajar Blok 13 Perkemihan

Jam SENIN (19/9/16) SELASA (20/9/16) RABU (21/9/16) KAMIS (22/9/16) JUMAT (23/9/16) SABTU (24/9/16)

07.30-08.30 Biomedis anatomi Praktikum Blok 13 Kuliah fisiologi (NR) Kuliah fisiologi (NR)

09.00-09.30 Biomedis anatomi Praktikum Blok 13 Kuliah fisiologi (NR) Kuliah fisiologi (NR)

09.30-10.30 Biomedis anatomi B.Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13 Praktikum Blok 13 Bahasa Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13

11000-11.30 Biomedis anatomi B.Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13 Praktikum Blok 13 Bahasa Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13

11.30-12.30 ISTIRAHAT & SHOLAT

12.30-13.30 Biomedis anatomi Kuliah anatomi (DP) Pengumpulan Tugas

13.30-14.30 Biomedis anatomi Kuliah anatomi (DP)

14.30-15.15 ISTIRAHAT & SHOLAT

15.15-16.15 Pancasila

16.15-17.15 Pancasila

Jam SENIN (26/9/16) SELASA (27/9/16) RABU (28/9/16) KAMIS (29/9/16) JUMAT (30/9/16) SABTU (24/9/16)07.30-08.30 Biomedis urin rutin Praktikum Blok 13 Pemeriksaan diagnostic (AMG) Hipospadia, hidrokel

dan phimosis (RH)09.00-09.30 Biomedis urin rutin Praktikum Blok 13 Pemeriksaan diagnostic (AMG) Hipospadia, hidrokel

dan phimosis (RH)09.30-10.30 Biomedis urin rutin B.Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13 Praktikum Blok 13 Bahasa Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13

11000-11.30 Biomedis urin rutin B.Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13 Praktikum Blok 13 Bahasa Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13

11.30-12.30 ISTIRAHAT & SHOLAT

12.30-13.30 Biomedis urin rutin Askep system perkemihan (EF)

Urethritis, Cystitis, Pyelonephritis,

Glomerulonephritis (FH)13.30-14.30 Biomedis urin rutin Askep system

perkemihan (EF)Urethritis, Cystitis,

Pyelonephritis, Glomerulonephritis (FH)

14.30-15.15 ISTIRAHAT & SHOLAT

15.15-16.15 Pancasila

16.15-17.15 Pancasila

Page 18: erfin blok 13 2016.PDF

18

Jam SENIN (3/10/16) SELASA (4/10/16) RABU (5/10/16) KAMIS (6/10/16) JUMAT (7/10/16) SABTU (8/10/16)

07.30-08.30 Biomedis anatomi Praktikum Blok 13 Nephrotic Syndrome (RH) GGA (FH)

09.00-09.30 Biomedis anatomi Praktikum Blok 13 Nephrotic Syndrome (RH) GGA (FH)

09.30-10.30 Biomedis anatomi B.Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13 Praktikum Blok 13 Bahasa Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13

11000-11.30 Biomedis anatomi B.Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13 Praktikum Blok 13 Bahasa Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13

11.30-12.30 ISTIRAHAT & SHOLAT

12.30-13.30Biomedis anatomi Polycistic kidney

disease (A) Ca Bladder (A)

13.30-14.30Biomedis anatomi Polycistic kidney

disease (A) Ca Bladder (A)

14.30-15.15 ISTIRAHAT & SHOLAT

15.15-16.15 Pancasila

16.15-17.15 Pancasila

Jam SENIN 1010/16) SELASA (11/10/16) RABU (12/10/16) KAMIS (13/10/16) JUMAT (14/10/16) SABTU (15/10/16)

07.30-08.30 Biomedis anatomi Praktikum Blok 13 Trauma bladder (A) Askep HD (AR)

09.00-09.30 Biomedis anatomi Praktikum Blok 13 Trauma bladder (A) Askep HD (AR)

09.30-10.30 Biomedis anatomi B.Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13 Praktikum Blok 13 Bahasa Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13

11000-11.30 Biomedis anatomi B.Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13 Praktikum Blok 13 Bahasa Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13

11.30-12.30 ISTIRAHAT & SHOLAT

12.30-13.30Biomedis anatomi

GGK (AR)Renal Replacement Therapy

(AR)

13.30-14.30Biomedis anatomi

GGK (AR)Renal Replacement Therapy

(AR)

14.30-15.15 ISTIRAHAT & SHOLAT

15.15-16.15 Pancasila

16.15-17.15 Pancasila

Page 19: erfin blok 13 2016.PDF

19

Jam SENIN (17/10/16) SELASA (18/10/16) RABU (1910/16) KAMIS (20/10/16) JUMAT (21/10/16) SABTU (22/10/16)

07.30-08.30 Biomedis anatomi Praktikum Blok 13 Health promotiom (DPB) Kajian Islam (EF)

09.00-09.30 Biomedis anatomi Praktikum Blok 13 Health promotiom (DPB) Kajian Islam (EF)

09.30-10.30 Biomedis anatomi B.Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13 Praktikum Blok 13 Bahasa Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13

11000-11.30 Biomedis anatomi B.Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13 Praktikum Blok 13 Bahasa Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13

11.30-12.30 ISTIRAHAT & SHOLAT

12.30-13.30 Biomedis anatomi Farmasi (NM) Jurnal EBN (EF)

13.30-14.30 Biomedis anatomi Farmasi (NM) Jurnal EBN (EF)

14.30-15.15 ISTIRAHAT & SHOLAT

15.15-16.15 Pancasila

16.15-17.15 Pancasila

Page 20: erfin blok 13 2016.PDF

20

A. TOPIK TUTORIAL

No Topik Durasi

1 Efek hormone pada proses berkemih 2 pertemuan x 2 x 60 menit

2 Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Nephrolithiasis

2 pertemuan x 2 x 60 menit

3 Asuhan Keperawatan pada pasien dengan BPH

2 pertemuan x 2 x 60 menit

4 Asuhan keperawatan: manajemen cairan dan nutrisi pada pasien hemodialisa

2 pertemuan x 2 x 60 menit

B. TOPIK PRAKTIKUM

No Topik Waktu Tempat Durasi

1 Anatomi sistem perkemihan 19-Sep-16 Lab Biomedis 2 x 60 menit

2Pemeriksaan urin rutin (urinalisis) 26/9/2016 Lab Biomedis 2 x 60 menit

3 Histology system perkemihan 3/10/2016 Lab Biomedis 2 x 60 menit

4Fisiologi system perkemihan:Uji fungsi ekskresi ginjal

10/10/2016 Lab Biomedis 2 x 60 menit

5 Inhal 17/10/2016 Lab Biomedis

C. TOPIK SKILL LAB

No Topik Tempat Durasi1 Pemeriksaan fisik system

perkemihanMini Hospital 2 x 60 menit

2 Pemasangan kateter Mini Hospital 2 x 60 menit3 Bladder training dan pelepasan

kateterMini Hospital 2 x 60 menit

4 Kegel exercise, Tata cara ibadah pasien dengan dower kateter

Mini Hospital 2 x 60 menit

5 Balance cairan dan monitoring cairan (anak, dewasa dan lansia)

Mini Hospital 2 x 60 menit

Page 21: erfin blok 13 2016.PDF

21

FASILITAS

Prodi Ilmu Keperawatan FKIK UMY telah dilengkapi fasilitas pendukung pembelajaran yang terdiri dari:a. Amphiteater untuk perkuliahan yang dilengkapi dengan komputer, LCD projector, audio

recorder, internetb. Ruang kuliah ber-AC untuk perkuliahan yang dilengkapi dengan komputer, LCD projector,

audio recorder, internetc. 15 ruang tutorial untuk small group discussion (SGD) dengan kapasitas 12-15 mahasiswa.

Ruang tutorial dilengkapi dengan mini perpustakaan, peralatan audiovisual, internetd. Mini hospital dan laboratorium komunikasie. Enam (6) laboratoriumf. Satu (1) ruang perpustakaan PBL bersamag. Hot-spot area

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume II. Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Guyton & Hall, 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9, EGC. Jakarta

Ganong, W.F. 1999. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . Jakarta : EGC

Hall, J. E. 2010. Buku Saku Fisiologi Kedokteran Guyton & Hall, edisi 11. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta

Ignatavicius & Workman. 2006. Medical Surgical Nursing: Critical Thingking For Collaborative Care. 5th Ed. Vol 1. Elsevier Saunders. St. Louis, Missouri. USA.

Kowalak, P, dkk. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta

Kozier, B. (2008). Fundamental of nursing: concept, process and practice. Pearson Education.

Marion Johnson, dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) SecondEdition. Mosby.

Mc. Closkey dan Buleccheck. 2000. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. Mosby.

NANDA. 2005. Nursing Diagnosis: Definition and Classification. Philadelphia: North American Nursing Diagnosis Association.

O’Callaghan, Chris. 2012. At Glance Sistem Ginjal, edisi 2. Penerbit Erlangga : Jakarta

Page 22: erfin blok 13 2016.PDF

22

Perry, A.G., & Potter, P.A. 2000. Buku saku keterampilan dan prosedur dasar. Monika Ester (translater). Jakarta: EGC.

Pramono, B. B. 2011. Dasar-Dasar Urologi, edisi 3. Sagung Seto: Jakarta

Price Sylvia Anderson, PhD, RN, Wilson Lorraine, PhD, RN, 2002, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit (Pathophysiology clinical concept of disease processes),EGC: Jakarta

Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth, edisi 8. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta

Weber & Kelley, 2003, Health assessment in Nursing, Second edition, Lippincott Williams and Wilkins.

Page 23: erfin blok 13 2016.PDF

23

SUPLEMEN

1. Petunjuk Teknis Tutorial

2. Skenario Tutorial

3. Tata Tertib Praktikum Skills Lab

4. Panduan Praktikum Skills Lab

5. Panduan Praktikum Biomedis

6. Uraian Tugas dan Penilaian Tugas

Page 24: erfin blok 13 2016.PDF

24

1. PETUNJUK TEKNIS TUTORIAL

Proses tutorial menggunakan metode seven jump dalam menganalisa skenario, meliputi:

1. Clarifying unfamiliar terms/ mengklarifikasi istilah atau konsep : istilah-istilah dalam skenario yang

belum jelas atau menyebabkan timbulnya banyak interpretasi perlu ditulis dan diklarifikasi lebih dulu

dengan bantuan kamus keperawatan, kamus kedokteran, tutor.

2. Problem definition/mendefinisikan permasalahan: masalah-masalah yang ada dalam skenario

diidentifikasi dan dirumuskan dengan jelas berisi pertanyaan-pertanyaan.

3. Brainstorming: langkah ini berisi jawaban singkat atau hipotesis dari pertanyaan pada langkah ke-2

4. Analyzing the problem/menganalisis masalah : masalah-masalah yang telah ditetapkan dianalisa

dengan membuat skemaatau bagan yang merupakan alat untuk menghubungkan pemahaman

mahasiswa dalam kelompok tersebut.. Pada langkah ini setiap anggota kelompok dapat

mengemukakan penjelasan tentative, mekanisme, hubungan sebab akibat dan lain-lain tentang

permasalahan.

5. Formulating learning issue/menetapkan tujuan belajar: informasi yang dibutuhkan untuk menjawab

permasalahan dirumuskan dan disusun sistematis sebagai tujuan belajar.

6. Self study/mengumpulkan informasi tambahan (belajar mandiri) : kebutuhan pengetahuan yang

ditetapkan sebagai tujuan belajar untuk memecahkan masalah dalam belajar mandiri dapat dilakukan

dengan mengakses informasi melalui internet, jurnal, perpustakaan, kuliah dan konsultasi pakar.

7. Reporting/mensintesis/menguji informasi baru : mensintesis, mengevaluasi dan menguji informasi

baru hasil belajar mandiri setiap anggota kelompok

SEVEN JUMP

1. Clarifying unfamiliar terms2. Problem definition3. Brainstorming4. Analyzing the problem5. Formulating learning issue6. Self study7. Reporting

Page 25: erfin blok 13 2016.PDF

25

Setiap skenario diselesaikan dalam satu minggu dengan dua kali pertemuan skenario dimana langkah

1s/d 5 dilaksanakan pada pertemuan pertama, langkah 6 dilakukan diantara pertemuan pertama dan

kedua. Langkah 7 dilaksanakan pada pertemuan ke2.

Tutor yang bertugas sebagai fasilitator akan mengarahkan diskusi dan membantu mahasiswa dalam

cara memecahkan masalah tanpa harus menjelaskan penjelasan atau kuliah mini. Ketua diskusi

memimpin diskusi dengan memberikan kesempatan setiap anggota kelompok untuk dapat menyampaikan

ide dan pertanyaan, mengingatkan bila ada anggota kelompok yang mendominasi serta memancing

anggota kelompok yang pasif selama proses diskusi. Ketua dapat mengakhiri brainstorming bila dirasa

sudah cukup dan melihat bersama sekretaris apakah semua hal yang penting sudah

dicatat/didokumentasikan. Ketua dibantu sekretaris menulis hasil diskusi pada white board/flipchart.

Dalam diskusi tutorial perlu dimunculkan learning athmosphere, keterbukaan dan kebersamaan yan

kuat. Mahasiswa bebas mengemukakan pendapatnya tanpa khawatir dianggap salah, diremehkan atau

tidak bermutu oleh teman-temannya, karena metode tutorial ini mengedepankan proses atau langkah-

langkah yang harus dicapai dlm pemecahan masalah bukan benar tidaknya jawaban yang dihasilkan.

Metode tutorial ini menuntut mahasiswa secara aktif dalam mencari informasi atau belajar mandiri untuk

memecahkan masalah.

Skill Mahasiswa Dalam Tutorial

Langkah

Deskripsi Ketua Sekretaris

1. Clarifying unfamiliar terms/Istilah-istilah asing

dalam teks diklarifikasi

Mengajak anggota kelompok untuk membaca permasalahan

Mengecek anggota sudah membaca permasalahan Mengecek jika terdapat istilah asing dalam

permasalahan Menyimpulkan dan meneruskan langkah

selanjutnya

Membagi papan tulis menjadi tiga bagian

Menuliskan istilah-istilah asing

2. Problem definitionKelompok tutorial mendefinisikan permasalahan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan

Bertanya pada kelompok tentang definisi permasalahan yang mungkin terjadi

Mengakomodir berbagai pendapatanggota kelompok

Mengecek apakah anggota puas dengan definisi permasalahan

Menyimpulkan dan meneruskan langkah selanjutnya

Menuliskan definisi permasalahan

3. BrainstormingMengaktifkan dan menentukan pengetahuan dasar yang telah dimiliki, serta membuat hipotesis

Memperkenankan semua anggota kelompok untuk berkontribusi satu persatu

Meringkas kontribusi anggota kelompok Menstimulasi semua anggota kelompok untuk

berkontribusi Menyimpulkan pada akhir langkah brainstorm Memastikan bahwa proses analisis kritis dari

Membuat ringkasan singkat dan jelas dari kontribusi

Membedakan antara poin-poin utama dan persoalan tambahan

Page 26: erfin blok 13 2016.PDF

26

Langkah

Deskripsi Ketua Sekretaris

seluruh kontribusi ditunda sampai langkah selanjutnya

4. Analyzing the problemPenjelasan dan hipotesis didiskusikan secara mendalam dan dianalisis secara sistematis dan berhubungan satu sama lain

Memastikan bahwa semua poin dari brainstormdidiskusikan

Meringkas kontribusi anggota kelompok Mengajukan pertanyaan untuk memperdalam

diskusi Memastikan bahwa diskuis kelompok tidak

menyimpang dari subyek Menstimulasi anggota kelompok untuk mencari

hubungan antar topik Menstimulasi semua anggota kelompok untuk

berkontribusi

Membuat ringkasan singkat dan jelas dari kontribusi

Mengindikasi hubungan antara topik dan membuat skema

5. Formulating learning issue/Menentukan pengetahuan yang kurang dimiliki oleh kelompok dan membuat tujuan pembelajaran berdasarkan topik

Menanyakan tujuan pembelajaran yang mungkin dicapai

Mengakomodir berbagai pendapatanggota kelompok

Mengecek apakah anggota puas dengan tujuan pembelajaran yang dibuat

Mengecek apakah semua ketidakjelasan dan kontradiksi dari analisis permasalahan telah dikonversi menjadi tujuan pembelajaran

Menulis tujuan pembelajaran

6 Self Study7 Reporting

Setelah mencari dari literatur, dilaporkan dan jawaban tujuan pembelajaran didiskusikan

Mempersiapkan struktur tahap pelaporan Menginventaris sumber yang telah digunakan Mengulangi setiap tujuan pembelajaran dan

menanyakan apa yang telah ditemukan Meringkas kontribusi anggota kelompok Mengajukan pertanyaan untuk memperdalam

diskusi Menstimulasi anggota kelompok untuk mencari

hubungan antar topik Menstimulasi semua anggota kelompok untuk

berkontribusi Menyimpulkan diskusi tiap tujuan pembelajaran

beserta ringkasan

Membuat ringkasan singkat dan jelas dari kontribusi

Mengindikasi hubungan antara topik dan membuat skema

Membedakan antara poin-poin utama dan persoalan tambahan

Page 27: erfin blok 13 2016.PDF

27

RUBRIK INSTRUMEN PENILAIAN TUTORIAL

Blok : Nama:

Tutorial : NIM:

Petunjuk Pengisian :

Berilah nilai terhadap anggota kelompok Anda sesuai dengan petunjuk rubrik penilaian (skor 1-4) Diperbolehkan memberikan nilai dengan pecahan desimal (misal 3,5)

NoAspek yang diobservasi

Skenario 1Skenario

2Skenario

3Skenario

4

1. Dealing with work

2. Dealing with others

3. Dealing with one self

Jumlah Skor

Nilai Akhir

Minikuis

Tanda tangan Tutor

Nama Tutor

Rumus Nilai Akhir (NA) :

Page 28: erfin blok 13 2016.PDF

28

Rubrik Penilaian Tutorial

Aspek Kriteria Skor

Dealing with work

- Pada pertemuan pertama mahasiswa memperlihatkan pengetahuan hasil belajar tentang topik terkait. Pada pertemuan kedua, mahasiswa membawa minimal 2 text books dan 2 jurnal sesuai kasus/skenario

- Pada saat diskusi, mahasiswa mampu menunjukkan kemampuan sesuai materi yang telah dipelajari

- Aktif mengungkapkan ide-ide terkait topik/kasus (brainstorming) - Berpartisipasi aktif dalam kelompok ( minimal 3 x dalam masing-masing

langkah : 3,4, dan 7) - Memberikan tanggapan terhadap pendapat anggota kelompok

4

Terdapat 3 – 4 kriteria pada kelengkapan materi dari 5 kriteria yang terpenuhi 3

Terdapat 2 kriteria pada kelengkapan materi dari 5 kriteria yang terpenuhi 2

Terdapat 1 kriteria pada kelengkapan materi dari 5 kriteria yang terpenuhi 1

Dealing with others

- Bekerjasama dalam tim - Menjadi pendengar yang baik - Mampu berperan sebagai ketua/sekretaris/anggota dengan baik - Mampu membuat kesimpulan dari hasil diskusi - Komunikasi dengan santun

4

Terdapat 3 kriteria pada kelengkapan materi dari 5 kriteria yang terpenuhi 3

Terdapat 2 kriteria pada kelengkapan materi dari 5 kriteria yang terpenuhi 2

Terdapat 1 kriteria pada kelengkapan materi dari 5 kriteria yang terpenuhi 1

Dealing with ne self

- Mampu mempertahankan pendapatnya disertai dengan sumber-sumber yang valid

- Mampu memberikan tanggapan atau masukan pada pendapat anggota lain - Mampu merefleksikan hasil diskusi - Mampu meningkatkan kemampuan sesuai masukan dari tutor - Datang tepat waktu - Berpenampilan syar’i

4

Terdapat 3 – 4 kriteria pada kelengkapan materi dari 6 kriteria yang terpenuhi 3

Terdapat 2 kriteria pada kelengkapan materi dari 6 kriteria yang terpenuhi 2

Terdapat 1 kriteria pada kelengkapan materi dari 6 kriteria yang terpenuhi 1

Page 29: erfin blok 13 2016.PDF

29

2. SKENARIO TUTORIAL

Scenario 1

General Learning Objective: After completing the tutorial process, the students are able

to analyze the effect of hormones in the urinate process

Students’ task:

Make question as many as possible related to the scenario!

Method of study:

Small Group Discussion (SGD) employing the seven jumps step.

A man 22 years old went to the mountain for vacation. The cold condition made himdiuresis for more than twelve times during 6 hours eventhough no drinking. When he went back to the city, he drank much than before because hot climate but he didn’t urinate more (oliguria). He asked to his friend as a nurse, and his friend said that phenomenon happened because of body hormon. He said “Allohu Akbar”

Page 30: erfin blok 13 2016.PDF

30

MINIMAL THEORETICAL QUESTION AND ALTERNATIVE ANSWER

Page 31: erfin blok 13 2016.PDF

31

Scenario 2

General Learning Objective: After completing the tutorial process the students are ableto understand nursing care patient with nephrolithiasis

Students task:

Make question as many as possible related to the scenario!

Method of study:

Small Group Discussion (SGD) employing the seven jumps step.

A man, 65 years old was admitted in surgical wards because of pain in during urinate since 3 days ago. That patient said he had been smoked for 10 years and drank little fresh water every day. He also suffer from pain with scale 8, continuous abdominal pain in his right lower quadrant. Physical assessment resulted pain in his right kidney percussion. Laboratory examination: BP 120/90 mmHg, RR 20x/menit, P 90x/menit, T36,5oC, Hb 13,8 gr%, albumin=3,7 mg/dL. USG examination showed nephrolitiasis in his right kidney.

Page 32: erfin blok 13 2016.PDF

32

MINIMAL THEORETICAL QUESTION AND ALTERNATIVE ANSWER

Page 33: erfin blok 13 2016.PDF

33

Scenario 3

General Learning Objective: After completing the tutorial process the students are able to analyze nursing care plan patient with BPH

Students task:

Make question as many as possible related to the scenario!

Method of study:

Small Group Discussion (SGD) employing the seven jumps step.

A man, 68 years old was admitted to the surgical ward. He complained pain duringurinate since one week ago, incomplete urinate, drips and took a long time to urinate. Results of USG showed prostate enlargement. Patient was diagnosed BPH. TURP was conducted 6 hours ago. Urine catheter was inserted. The patient had irrigation with NaCl1000 cc, 60 drops/minute. Nurse measured the fluid balance and observed the color of the discharge. Patient did not pray because he confused if it was appropriate to pray when having catheterization.

Page 34: erfin blok 13 2016.PDF

34

MINIMAL THEORETICAL QUESTION AND ALTERNATIVE ANSWER

Page 35: erfin blok 13 2016.PDF

35

Scenario 4

General Learning Objective: After completing the tutorial process the students are able to analyze nursing care plan fluid and nutrition nursing management of patient undergoing hemodialysis (HD)

Students task:

Make question as many as possible related to the scenario!

Method of study:

Small Group Discussion (SGD) employing the seven jumps step.

A man 45 years old had been doing renal replacement therapy (hemodialysis) for 2 years caused by end stage renal disease. According to that patient and the nurse there, at his first year, the patient should only got hemodialysis twice a week. From the evaluation, body weight gain always > 3 kg, ureum dan creatinin level always high, and patient couldn’t control his meal and drink, so the doctor gave new hemodialysis prescription for 3 times per week.

Now, the patient condition like dry and dark colour in his skin, abdominal ascites, body weight pre hemodialysis 75 kg, body weight post hemodialysis 73 kg with body height 160 cm, blood pressure 180/100 mmHg, pulse 80x/minute, RR 16 x/minute, Albumin level 2.5, Hb 9 g/dL, Hematocrite 39,6%, Ureum 100 mg/dl, Creatinin 13,30 mg/dL. His wife said that until now her husband still can’t manage for eating and drinking, so she consulted to the nurse about fluid and nutritional management for patient with hemodialysis, and also how to motivate her husband for keeping his pray.

Page 36: erfin blok 13 2016.PDF

36

MINIMAL THEORETICAL QUESTION AND ALTERNATIVE ANSWER

Page 37: erfin blok 13 2016.PDF

37

3. TATA TERTIB PRAKTIKUM SKILLS LAB

A. Penjelasan Umum

Praktikum Skills Lab dilakukan di Mini Hospital PSIK FKIK UMY sesuai pada

jadwal yang telah ditentukan. Mahasiswa akan dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil

dengan jumlah mahasiswa sebanyak maksimal 10 mahasiswa per kelompok. Masing-masing

kelompok akan dibimbing secara intensif oleh instruktur praktikum dengan fasilitas yang

tersedia di Mini Hospital. Mahasiswa dituntut untuk berperan aktif dalam proses praktikum

dan diharapkan semua mahasiswa mampu mendemonstrasikan skill yang sedang di

praktikumkan. Selain kegiatan praktikum dibawah bimbingan instruktur, mahasiswa juga

mempunyai kesempatan untuk belajar mandiri sesuai jadwal yang telah ditentukan maupun

belajar mandiri diluar jadwal yang telah ditentukan dengan seijin coordinator Mini Hospital.

Diakhir kegiatan praktikum, mahasiswa wajib untuk mengikuti ujian skills (OSCE).

B. Ujian Skills Lab

Ujian praktikum Blok 6 dilakukan pada akhir masa praktikum. Ujian ini untuk

mengetahui penyerapan mahasiswa tentang praktikum yang telah dijalankan dan

mengetahui kemampuan mahasiswa dalam melakukan praktikum. Bahan–bahan ujian

terutama dari bahan praktikum dan teori.

C. Sistem Penilaian

Penilaian praktikum meliputi :

1. Ujian OSCE sebesar 30 %

2. Praktikum sebesar 70 %

a. Pretes : 15%

b. Proses Praktikum : 40%

c. Postes : 15%

D. Tata Tertib Skill’s Lab

Sebelum praktikum, mahasiswa:

1. Datang 15 menit sebelum praktikum dimulai.

2. Memakai seragam biru-biru.

Page 38: erfin blok 13 2016.PDF

38

3. Memakai name tag.

4. Baju atasan menutupi pantat dan tidak ketat.

5. Bagi mahasiswa putri:

a. Baju bawahan longgar dan menutupi mata kaki.

b. Memakai jilbab biru polos, tanpa poni dan buntut.

c. Memakai sepatu tertutup dan berhak rendah, bukan sepatu karet, warna sepatu hitam,

memakai kaos kaki.

d. Tidak berkuku panjang dan tidak menggunakan pewarna kuku.

e. Tidak memakai cadar.

Bagi mahasiswa putra:

a. Memakai seragam biru-biru.

b. Celana longgar, bukan celana pensil.

c. Rambut rapi, tidak melebihi krah baju, tidak menutupi mata dan telinga.

d. Tidak beranting dan bertato.

e. Memakai sepatu tertutup berwarna hitam dan memakai kaos kaki.

f. Tidak berkuku panjang dan memakai perhiasan dalam bentuk apapun.

6. Mahasiswa sudah siap didalam ruangan maksimal 15 menit sebelum praktikum dimulai.

7. Apabila alat, bahan, dan mahasiswa belum siap dalam 15 menit setelah jam praktikum

berjalan, maka mahasiswa tidak diijinkan untuk mengikuti praktikum.

Selama praktikum, mahasiswa:

1. Melakukan pretes.

2. Mengikuti praktikum dari awal sampai akhir dengan aktif dan baik.

3. Melakukan postes.

4. Apabila mahasiswa terlambat lebih dari 15 menit, maka tidak diperkenankan mengikuti

praktikum.

Setelah praktikum, mahasiswa:

1. Mengembalikan dan merapikan alat, bahan dan ruangan dengan rapi pada tempatnya.

2. Mengisi daftar presensi mahasiswa.

3. Memberikan evaluasi terhadap proses berjalannya praktikum melalui instruktur masing-

masing.

Page 39: erfin blok 13 2016.PDF

39

4. PANDUAN PRAKTIKUM SKILLS LAB

TOPIK-TOPIK PRAKTIKUM:

1. Pemeriksaan Fisik System Perkemihan

2. Pemasangan Kateter

3. Perawatan Kateter Dan Bladder Training

4. Kegel Exercise Dan Tata Cara Ibadah Pasien Dengan Terpasang Kateter

5. Balance Cairan Dan Monitoring Cairan (Anak, Dewasa Dan Lansia)

Page 40: erfin blok 13 2016.PDF

40

Erfin Firmawati, Ns.,MNSYuni Permata Sari Istanti, Ns., MKep.,Sp.KMB., HNC

Learning Objective:

Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa dapat :1. Melakukan pemeriksaan fisik pada pasien dengan gangguan system eliminasi2. Melakukan interpretasi data hasil pemeriksaan

Pertanyaan mInimal:

1. Jelaskan pemeriksaan palpasi ginjal2. Jelaskan interpretasi hasil pemeriksaan inspeksi

Scenario

A man, 70 years old is admitted to hospital because of difficult to urinate for 2 days. This patient is diagnosed with Benign Prostate Hyperplasia. In order to help the patient to urinate, you are ordered to insert urine catheter. But, nurse will do physical examination first

1st TOPICPEMERIKSAAN FISIK SISTEM PERKEMIHAN

Page 41: erfin blok 13 2016.PDF

41

PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PERKEMIHAN

Pemeriksaan fisik sistem perkemihan adalah pemeriksaan yang dilakukan pada ginjal, vesika urinaria, dan meatus urinaria. Pemeriksaan fisik sistem perkemihan dilakukan dengan metode inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi.

Tujuan pemeriksaan fisik abdomen:1. Mendapatkan kesan kondisi dan fungsi organ perkemihan.

2. Mengetahui keluhan klien yang muncul dari sistem perkemihan

Langkah-langkah pemeriksaan fisik system perkemihan

Langkah pemeriksaan fisik:

A. Persiapan Alat1. Stetoskop2. Sarung tangan bersih3. Alat tulis4. Bengkok

B. Pemeriksaan Inspeksi

Posisi pasien terlentang. Inspeksi pada abdomen, catat ukuran, kesimetrisan, warna kulit,

tekstur, turgor kulit, adanya massa atau pembengkakan, distensi, dan luka. Kulit dan membran

mukosa yang pucat, indikasi gangguan ginjal yang menyebabkan anemia. Penurunan turgor

kulit merupakan indikasi dehidrasi. Edema, indikasi retensi dan penumpukkan cairan.

C. Pemeriksaan Auskultasi

Gunakan diafragma/bel stetoskop untuk mengauskultasi bagian atas sudut kostovertebral dan

kuadran atas abdomen. Jika terdengar bunyi bruit (bising) pada aorta abdomen dan arteri

renalis, maka indikasi adanya gangguan aliran darah ke ginjal (stenosis arteri ginjal).

Page 42: erfin blok 13 2016.PDF

42

D. Pemeriksaan Ginjal

1. Palpasi Ginjal

Ginjal kanan- Atur posisi klien supinasi, palpasi dilakukan dari sebelah kanan.- Letakkan tangan kiri di bawah costa 12- Letakkan tangan kanan dibagian atas, sedikit di bawah lengkung iga kanan- Anjurkan pasien nafas dalam dan tangan kanan menekan ke bawah sementara tangan

kiri mendorong ke atas. Pada puncak inspirasi tekan tangan kanan kuat dan dalam. Raba ginjal kanan antara 2 tangan. Tentukan ukuran, nyeri tekan.

Ginjal kiriPrinsipnya sama dengan ginjal kanan, bedanya : - Pemeriksa pindah ke sisi kiri penderita - Gunakan tangan kanan untuk menyangga dan mengangkat dari belakang - Letakkan tangan kiri di kuadran kiri atas - Anjurkan pasien nafas dalam dan tangan kiri menekan ke bawah sementara tangan

kanan mendorong ke atas. Pada puncak inspirasi tekan tangan kiri kuat dan dalam. Raba ginjal kanan antara 2 tangan. Tentukan ukuran, nyeri tekan. Normalnya jarang teraba.

2. Perkusi GinjalPerkusi ginjal dilakukan untuk mengkaji adanya nyeri. Perkusi ginjal dilakukan pada akhir

pemeriksaan.

Perkusi costovertebral ginjal (costovertebral angle)

- Atur posisi klien berbaring dengan posisi miring/duduk

- Letakkan telapak tangan kiri di atas sudut

costovertebral/costovertebral angel (setinggi vertebra

torakalis 12 dan lumbal 1) dan perkusi dengan tangan

kanan yang mengepal. Lakukan kanan dan kiri.

Lakukan perkusi ginjal dengan cukup kekuatan sampai

Page 43: erfin blok 13 2016.PDF

43

pasien dapat merasakan pukulan.

- Hasil normal, klien tidak merasakan nyeri, jika terdapat

nyeri mengindikasikan adanya batu atau pyelonephritis

E. Pemeriksaan Vesika Urinaria

1. Palpasi Vesika Urinaria

Palpasi vesika urinary untuk memeriksa adanya kesimetrisan, lokasi, ukuran, dan sensasi.

Dalam kondisi normal, vesika urinaria tidak teraba. Adanya distensi/pembesaran vesika

urinaria dapat dipalpasi di area antara simfisi pubis dan umbilical. Langkah-langkah

palpasi vesika urianaria:

- Atur posisi pasien supinasi

- Lakukan palpasi di bawah umbilikus ke arah bawah

mendekati simfisis.

- Palpasi adanya distensi kandung kemih/vesika urinaria.

Page 44: erfin blok 13 2016.PDF

44

2. Perkusi Vesika Urinaria

Secara normal, vesika urinaria tidak dapat diperkusi, kecuali volume urin di atas 150 ml.

Jika terjadi distensi, maka kandung kemih dapat diperkusi sampai setinggi umbilicus.

Sebelum melakukan perkusi vesika urinaria, lakukan palpasi untuk mengetahui fundus

vesika urinaria. Setelah itu lakukan perkusi di atas area suprapubic. Jika vesika urinaria

penuh atau sedikitnya volume urin 500 ml, maka akan terdengar bunyi dullness (redup) di

atas simphysis pubis. Langkah-langkah perkusi vesika urinaria:

- Atur posisi pasien supinasi

- Lakukan perkusi dimulai dari suprapubic sampai ke area umbilicus.Vesika urinaria

dalam keadaan penuh akan terdengar “dullness”.

F. Pemeriksaan Meatus

Pemeriksaan meatus bukan pemeriksaan rutin dalam pemeriksaan fisik system perkemihan.

Pemeriksaan ini sering dilakukan pada pasien dengan gangguan system perkemihan infeksi.

Langkah-langkah pemeriksaan dengan inspeksi pada meatus

1. Pada pasien laki-laki

- Atur pasien dalam posisi duduk atau berdiri

- Gunakan sarung tangan

- Pegang penis dengan dua tangan, tekan ujung gland penis untuk membuka meatus

urinary. Lihat meatus adanya kemerahan, pembengkakan, discharge/cairan, luka,

pada meatus.

2. Pada pasien perempuan

- Atur pasien dalam posisi litotomi

- Gunakan sarung tangan

Page 45: erfin blok 13 2016.PDF

45

- Buka labia mayora dengan tangan yang dominan, lihat meatus adanya kemerahan,

pembengkakan, discharge/cairan, luka, pada meatus.

Page 46: erfin blok 13 2016.PDF

46

Nama Pasien :

TTL/Umur :

Alamat :

Diagnosa medis :

Pengkajian

1. Riwayat kesehatan sekarang:

2. Pengkajian pola Gordon

- Pola kebutuhan eliminasi BAK

3. Pemeriksaan Fisik

- Inspeksi:

Warna: , turgor kulit: , distensi ( ), bengkak ( ), luka ( ),

……………………………………………………………………………………………….

- Auskultasi:

- Pemeriksaan ginjal

Kanan: palpasi

perkusi

Kiri: palpasi

perkusi

- Pemeriksaan vesika urinaria

Palpasi:

Perkusi:

- Pemeriksaan meatus urinaria:

Kemerahan ( ), bengkak ( ), luka ( ), discharge/cairan ( )

Page 47: erfin blok 13 2016.PDF

47

Checklist Pemeriksaan Fisik Sistem Perkemihan

Performance ProcedureRaw Score

Critically1,2,3

Difficulty1,2,3

Score

0 1 2 3 4 5 ActualRxCxD

MaxScore

Tahap pre interaksi

1. Baca catatan keperawatan/catatan medis2. Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan

dengan menggunakan hand rub)3. Persiapan Alat:

- Stetoskop, Alat tulis, Sarung tangan- Bengkok

00

0

11

1

33

3

11

1

33

3

Tahap Orientasi

1. Ucapkan salam dan perkenalkan diri2. Klarifikasi nama dan umur atau nama dan

alamat klien3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang

akan dilakukan 4. Kontrak waktu5. Beri kesempatan pada pasien/keluarga

untuk bertanya6. Minta persetujuan klien/keluarga7. Dekatkan alat8. Jaga privacy klien dengan menutup

tirai/pintu

00

0

00

000

11

1

11

111

22

2

13

2

11

211

11

1

11

111

26

4

11

211

Tahap Kerja Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan menggunakan hand rub)

0 1 3 1 3

Baca Basmalah 0 1 2 1 2

InspeksiAtur posisi supinasi 0 1 3 1 3

Amati kesimetrisan, warna kulit, tekstur, turgor kulit, adanya massa atau pembengkakan, distensi, dan luka

0 1 2 2 4

Auskultasi suara bising pembuluh darah (bruits)Letakkan stetoskop bagian bell pada sudut kostovertebral dan kuadran atas abdomen(aorta abdomen dan arteri renalis)Dengarkan bising pembuluh darah

0 1 2 3 2 12

Palpasi GinjalLetakkan tangan kiri di bawah sela iga 12 dan ujung jari tepat di sudut kostovertebra kanan

0 1 2 3 4 3 3 36

Letakkan tangan kanan sedikit di bawah lengkung costa kanan

0 1 2 3 3 2 18

Anjurkan klien untuk nafas dalam. Pada saat akhir inspirasi, tangan kanan menekan kebawah sementara tangan kiri mendorong ke atas. Raba ginjal kanan anatara dua tangan

0 1 2 3 3 3 27

Perkusi GinjalAtur posisi klien berbaring dengan posisi miring/duduk

0 1 2 1 2

Letakkan telapak tangan kiri di atas sudut costovertebral (setinggi vertebra torakalis 12 dan lumbal 1). Perkusi dengan tangan kanan yang mengepal. Lakukan kanan dan kiri.

0 1 2 3 4 3 3 36

Palpasi Vesika Urinaria \

Page 48: erfin blok 13 2016.PDF

48

Performance ProcedureRaw Score

Critically1,2,3

Difficulty1,2,3

Score

0 1 2 3 4 5 ActualRxCxD

MaxScore

Lakukan palpasi di bawah umbilikus ke arah bawah mendekati simfisis. Palpasi adanya distensi kandung vesika urinaria.

0 1 2 3 3 1 9

Perkusi Vesika UrinariaLakukan perkusi dimulai dari suprapubic sampai ke area umbilicus. Vesika urinaria dalam keadaan penuh akan terdengar “dullness”.

0 1 2 3 3 1 9

Inspeksi Meatus urinariMeatus laki-laki- Atur pasien dalam posisi duduk atau berdiri- Gunakan sarung tangan- Pegang penis dengan dua tangan, tekan

ujung gland penis untuk membuka meatus urinary. Lihat meatus adanya kemerahan, pembengkakan, discharge/cairan, luka, pada meatus.

Meatus perempuan- Atur pasien dalam posisi litotomi- Gunakan sarung tangan- Buka labia mayora dengan tangan yang

dominan, lihat meatus adanya kemerahan, pembengkakan, discharge/cairan, luka, pada meatus.

0 1 2 3 4 3 2 24

Lepaskan sarung tangan 0 1 1 1 1Bereskan alat 0 1 1 1 1Baca Hamdalah setelah kegiatan selesai 0 1 2 1 2Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan menggunakan hand scrub)

0 1 3 1 3

Tahap terminasi

1. Evaluasi respon klien2. Menyimpulkan hasil prosedur yang

dilakukan3. Berikan reinforcement sesuai dengan

kemampuan klien4. Doa kesembuhan klien dengan

mengucapkan syafakalloh (laki-laki) dan syafakillah (perempuan)

5. Melakukan kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya

6. Mengakhiri kegiatan dengan cara memberi salam

00

0

0

0

0

11

1

1

1

1

21

1

2

2

1

11

1

1

1

1

21

1

2

2

1

Dokumentasi 1. Nama dan umur atau nama dan alamat klien2. Diagnosa keperawatan3. Tindakan keperawatan yang sudah

dilakukan4. Evaluasi:

S: Respon klienO:hasil pemeriksaan (inpeksi,auskultasi, perkusi, dan palpasi)A:P:

5. Tanggal dan jam pelaksanaan6. Nama dan tanda tangan ners

000

0

00

111

1

11

2

2

12

222

2

22

111

1

11

422

4

24

Page 49: erfin blok 13 2016.PDF

49

Shanti Wardaningsih, Ns., M.Kep., Sp.JiwaYanuar Primanda, Ns., MNS., HNC

Erfin Firmawati, Ns.,MNS

Learning Objective:

Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa dapat:1. Melakukan persiapan alat untuk pemasangan kateter dengan tepat sesuai

indikasi2. Melakukan pemasangan kateter urin dengan benar

Pertanyaan mInimal:

2. Sebutkan indikasi pemasangan kateter urin!3. Sebutkan tujuan pemasangan kateter urin!

Masalah keperawatan:

1. Altered urinary elimination2. Urinary retention3. Risk for infection4. Dependence on urinary catheter

Scenario

A man, 70 years old is admitted to hospital because of difficult to urinate for 2 days. This patient is diagnosed with Benign Prostate Hyperplasia. In order to help the patient to urinate, you are ordered to insert urine catheter.

2nd TOPICPEMASANGAN KATETER

Page 50: erfin blok 13 2016.PDF

50

PEMASANGAN KATETER

A. DEFINISI

Kateterisasi urin adalah pemasukan selang yang terbuat dari plastik atau karet melalui uretha menuju ke

kandung kemih (vesica urinaria).

B. TUJUAN

Kateterisasi urin bertujuan:

¤ Melancarkan pengeluaran urin pada klien yang tidak dapat mengontrol miksi atau mengalami obstruksi pada saluran kemih.

¤ Memantau pengeluaran urin pad aklien yang mengalami gangguan hemodinamik.

Karena kateterisasi urin meresiko bagi klien untuk mengalami Urinaria Tractus Infection (UTI) atau Infeksi

Saluran Kemih (ISK) dan menyebabkan trauma pada uretra, maka kateterisasi lebih dianjurkan untuk

pemasangan sementara.

C. INDIKASI PEMASANGAN KATETER

Pemasangan kateter merupakan tindakan yang sangat penting bagi beberapa pasien. Tetapi penelitian

menunjukkan bahwa 21-54% pemasangan kateter dilakukan atas indikasi yang kurang tepat (CDC, 2012).

Keputusan dilakukan tindakan pemasangan kateter harus berdasarkan pengkajian yang komprehensif terkait

resiko dan kebutuhan pasien. Secara umum, indikasi pemasangan kateter adalah:

1. Pasien yang mengalami retensi urin akut dan kronis

2. Menjaga keteraturan pengeluaran urin pada pasien yang mengalami kesulitan berkemih, sebagai akibat

gangguan neurologis yang menyebabkan paralisis atau kehilangan sensasi berkemih yang berefek pada

proses berkemih

3. Pasien dengan penyakit gawat yang membutuhkan pengukuran urin output

4. Pasien yang menjalani pembedahan urologi atau operasi lain yang terkait dengan saluran genitourinary

5. Untuk antisipasi proses operasi yang panjang

Page 51: erfin blok 13 2016.PDF

51

6. Pasien yang membutuhkan monitoring urine output pada saat pembedahan

7. Untuk membantu proses penyembuhan luka di area sacral dan perineal pada pasien yang mengalami

inkontinensia

8. Pasien yang mengalami imobilisasi jangka panjang seperti pasien yang mengalami fraktur spinal atau

lumbar, multiple fracture, multiple trauma di area pelvis, dll

9. Untuk irigasi kandung kemih

10.Untuk memasukkan obat atau untuk proses pemeriksaan diagnostic terkait system urologi (contoh:

cystogram)

11.Untuk memfasilitasi proses berkemih dan menjaga integritas kulit

12.Untuk meningkatkan kenyamanan pada pasien terminal (palliative care)

D. KONTRAINDIKASI PEMASANGAN KATETER

1. Pasien dengan prostatitis akut

2. Pasien dengan suspek trauma urethral

3. Pasien dengan riwayat striktur urethra

4. Pasien yang baru selesai penjalani TURP (Trans-Urethral Reserction of the Prostate) dalam jangka waktu 24

jam

5. Pasien yang mengalami phymosis

6. Pasien yang mengalami riwayat sulit dipasang kateter

7. Pasien yang dicurigai mengalami hematuria

8. Pasien yang mengalami atau menunjukkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih

E. DURASI KATETERISASI URIN

Secara umum, durasi kateterisasi urin dibagi menjadi sementara (intermitten), tetap jangka pendek, dan

tetap jangka panjang. Pemasangan kateter dalam jangka waktu yang pendek akan meminimalkan infeksi.

¤ Kateter Sementara

Kateter sementara adalah pemasangan dan pelepasan kateter segera setelah kandung kemih kososng.

Kateter sementara biasanya menggunakan kateter satu lumen dan hanya memerlukan waktu 5 – 10 menit

sampai kandung kemih. Penggunaan kateter sementara dapat diulangi penggunaannya tetapai penggunaan

yang terus menerus akan meningkatkan resiko infeksi dan trauma pada uretra. Kateter sementara dapat

digunakan untuk:

o Mengurangi ketidaknyamanan pada distensi Vesica Urinaria

o Mengatasi retensi urin akut

o Pengambilan specimen urin

o Pengambilan urine residu setelah pengosongan Vesica Urinaria

Page 52: erfin blok 13 2016.PDF

52

¤ Kateter Tetap Jangka Pendek

Kateter tetap jangka pendek dibiarkan terpasang pada pasien selama 1 minggu. Untuk keperluan ini,

biasanya bahan kateter yang digunakan berbahan latex kecuali ada alergi terhadap latex. Kateter tetap

jangka pendek digunakan untuk:

o Obstruksi saluran kemih (pembesaran kelenjar prostat)

o Pembedahan untuk memperbaiki organ perkemihan, seperti Vesica Urinaria, uretra dan organ

sekitarnya

o Preventif pada obstruksi uretra dari perdarahan

o Untuk memantau output urin

o Irigasi Vesica Urinaria

¤ Kateter Tetap Jangka Panjang

Pemasangan kateter tetap dalam jangka waktu yang lama dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan.

Termasuk dalam kategori ini jika pasien memerlukan kateter untuk durasi 6 minggu hingga 3 bulan.

Kateter yang digunakan untuk kateter jangka panjang harus diganti secara teratur sesuai dengan batas

waktu pemasangan dari setiap produk kateter (sesuai pabrik) dan sesuai kebutuhan dan kondisi individu

dan tidak berbatas waktu secara kaku. Pertimbangan penggantian kateter adalah berdasarkan: fungsi

kateter, banyaknya kerak atau kotoran yang menempel pada kateter, frekuensi sumbatan pada kateter, dan

kenyamanan pasien. Kateter tetap jangka panjang digunakan untuk:

o Retensi urin pada penyembuhan penyakit ISK/UTI

o Skin rash, ulcer dan luka yang iritatif apabila kontak dengan urin

o Klien dengan penyakit terminal

F. TIPE KATETER

1. One-way catheter/single lumen catheter/kateter 1 jalur

Kateter ini hanya mempunyai saluran yang berfungsi untuk mengeluarkan urin, tidak memeiliki balon

untuk fiksasi dan tersedia dalam sediaan berlapis silicon atau tidak dan biasa disebut dengan kateter

langsung. Tipe ini tidak digunakan dalam jangka waktu lama di kandung kemih tetapi sangat berfungsi

untuk:

Kateterisasi intermitten atau sementara dan

pengambilan specimen urin

Mengatasi striktur urethra

Memasukkan obat ke dalam vesica urinaria

Proses pemeriksaan penunjang seperti urodinamik

Kateterisasi suprapubik tanpa balon

Page 53: erfin blok 13 2016.PDF

53

2. Two-way catheter/double lumen catheter/kateter double lumen

Kateter ini terdiri dari 2 saluran pada ujung kateternya. Satu saluran untuk keluarnya urine dan satu

saluran untuk mengembangkan balon yang berfungsi sebagai fiksasi kateter di dalam kandung kemih

pasien. Tipe kateter ini paling sering digunakan.

3. Three-way catheter/triple lumen catheter/kateter triple lumen

Kateter 3 lumen memiliki lumen ketiga (selain untuk urin dan untuk mengembangkan balon) yang

berfungsi untuk proses irigasi kandung kemih secara terus menerus. Kateter ini terutama digunakan pada

pasien yang menjalani pembedahan saluran kemih atau perdarahan dari kandung kemih atau tumor prostat

sehingga kandung kemih membutuhkan baik irigasi terus menerus atau irigasi sementara untuk

membersihkan dari gumpalan darah atau debris.

4. Catheter with integrated temperature sensor

Kateter ini mempunyai fasilitas sensor pengukur

suhu yang terintegrasi didalam kateter yang terletak di

ujung proksimal. Kateter ini khususnya digunakan pada

pasien yang membutuhkan perawatan intensif atau pada

saat menjalani operasi tertentu. Fungsi dari sensor suhu

adalah untuk mengukur suhu urine di dalam kandung

kemih dan merupakan alat yang efektif untuk

mengetahui suhu tubuh bagian dalam (core

temperature).

G. JENIS KATETER

¤ Kateter plastik: digunakan sementara karena mudah rusak dan tidak fleksibel

Page 54: erfin blok 13 2016.PDF

54

¤ Kateter Latex/Karet: berbahan dasar karet, fleksibel tetapi kurang nyaman karena gesekan permukaan,

mudah terjadi pengerakan akibat mineral yang terkumpul dari urin, dan alergi yang menyebabkan urethritis

dan urethral stricture. Digunakan untuk pemakaian dalam jangka waktu pendek.

¤ Kateter Silicon murni (100% silicon): sangat lembut untuk jaringan dan hipoalergenik. Ukuran

lumen/saluran besar karena tidak ada lapisan karet dan tidak mudah menggumpal. Kerugiannya adalah

mudahnya balon mengempes sehingga sering terjadi kateter terlepas atau tidak sesuai pada tempatnya lagi.

Kateter ini lebih sering digunakan untuk penggunaan jangka waktu selama 2-3 bulan.

¤ PTFE (Polytetrafluoroethylene)/teflon: PTFE-coated latex catheter adalah kateter latex yang dilapisi teflon

pada bagian dalam maupun luar. Kateter ini lebih lembut daripada kateter latex karena adanya lapisan

Teflon yang membantu mencegah pengerakan dan iritasi. Jangan menggunakan jenis ini untuk pasien yang

alergi terhadap latex.

¤ Silicone-coated/silicone elastomer-coated: adalah kateter latex yang dilapisi silicon pada bagian dalam dan

luar. Kateter ini memiliki kekuatan dan fleksibilitas sejenis kateter latex tetapi lebih awet dan tidak mudah

mengerak seperti jenis silicon murni (100% silicon).

¤ Hydrogel-coated: merupakan kateter yang lembut dan biocompatible. Kateter ini bersifat hidrofilik

sehingga menyerap cairan yang akan membentuk kerak di sekitar kateter dan karena tidak terlalu banyak

gesekan maka tidak menyebabkan iritasi.

¤ Silver-coated catheter: merupakan jenis kateter dengan kombinasi lapisan silver alloy dan hydrogel yang

berfungsi sebagai antiseptic. Silver-hydrogel coated catheter tersedia dalam bahan dasar latex dan silicon.

Jenis ini terbukti menurunkan insiden bekteriurea asimtomatik dalam jangka waktu 1 minggu.

¤ Kateter Logam : digunakan untuk pemakaian sementara, biasanya pada pengosongan kandung kemih pada

ibu yang melahirkan

Page 55: erfin blok 13 2016.PDF

55

Jenis Kateter, Keuntungan, dan Kerugiannya

H. UKURAN KATETER

Prinsip pemilihan ukuran kateter adalah memilih ukuran yang terkecil yang mampu mengalirkan urin

secara adekuat. Meskipun demikian, ukuran kateter tetap harus disesuaikan dengan indikasi dan kondisi klinis

pasien. Ukuran kateter bervariasi antara 5 – 24 French (Fr). Secara umum, ukuran yang disarankan adalah:

¤ Anak : 8 – 10 Fr

¤ Wanita : 12 – 14 Fr

¤ Laki-laki : 16 – 18 Fr

¤ Hematuria : 20 – 24 Fr

Pasien yang mengalami hematuria sebaiknya menggunakan kateter 3 jalur sehingga memungkinkan

dilakukannya irigasi kandung kemih tanpa mengganti kateter.

I. PANJANG KATETER

Panjang kateter terdiri dari 3 ukuran: ukuran anak, anak, perempuan, dan laki-laki. Ukuran kateter laki-

laki standar dengan panjang 41-45 cm dapat digunakan untuk laki-laki dan perempuan, tetapi ukuran

perempuan yang lebih pendek yaitu 25 cm dianggap lebih nyaman pada beberapa wanita yang bias beraktivitas

dan membutuhkan pemasangan kateter dalam jangka waktu yang lama. Ukuran wanita yang pendek tidak sesuai

Page 56: erfin blok 13 2016.PDF

56

untuk wanita yang obese atau imobilisasi karena akan mudah terlepas dan menyebabkan trauma bada kandung

kemih.

J. UKURAN BALON

Kembangkan balon dengan ukuran yang sekecil mungkin. Hal ini akan mencegah adanya residu urine di

kandung kemih, menurunkan resiko spasme kandung kemih dan meminimalkan trauma pada leher kandung

kemih. Ukuran balon berkisar antara 5 – 30 ml tergantung produksi pabrikan. Ukuran yang biasa digunakan

adalam 10 ml. kembangkan balon sesuai dengan yang direkomendasikan oleh pabrik pembuatnya. Ukuran

balon 30 ml digunakan untuk haemostat post prosedur urologi dan tidak dianjurkan untuk peggunaan rutin.

Gunakan air steril untuk mengembangkan balon.

K. SISTEM DRAINASE

Sistem drainase tertutup dimana saluran yang menghubungkan antara kateter dan urin bag selalu

tersambung dan urin dikeluarkan dari urine bag melalui saluran pembuangan pada urin bag, menurunkan resiko

infeksi, tetpi efektifitas system ini tergantung pada kebersihan dan perawatan kateter.

Sistem drainase yang baik dapat mencegah munculnya infeksi akibat pemasangan kateter (CaUTI).

Manajemen system drainase yang baik adalah sebagai berikut:

1. Jaga agar system drainase atau urin bag tetap berada di bawah/lebih rendah daripada kandung kemih

2. Minimalkan kontaminasi dari urine bag dan hindarkan kontak antara urin bag dengan lantai atau dengan

permukaan lainnya

3. Kaji secara rutin kondisi urin bag dang anti jika perlu

4. Kosongkan urin bag secara rutin atau jika telah mencapai 2/3 kantong untuk mencegah reflux dan mencegah

urine bag terlalu berat

Page 57: erfin blok 13 2016.PDF

57

5. Saat mengosongkan urin bag, jangan sampai konektor pembuangan pada urin bag menyentuh penampung.

Gunakan penampung yang bersih dan terpisah antara satu pasien dengan pasien yang lainnya

6. Anjurkan pasien untuk banyak minum jika tidak ada kontraindikasi secara klinis

L. PEDOMAN UMUM PEMASANGAN KATETER- Pemasangan kateter dilakukan atas program dari dokter.

- Prinsip pemasangan kateter menggunakan tehnik aseptik/steril

- Kateter tetap dan sementara menggunakan prinsip yang sama, perbedaannya adalah pada kateter tetap

difiksasi dengan balon.

- Setelah pemasangan kateter perawat menjaga sistem drainase untuk meminimalkan resiko infeksi

- Urine bag terbuat dari plastik yang dapat menampung 1.000 – 1.500 ml urin. Urine bag harus digantung

pada tepi tempat tidur atau kursi roda tanpa menyentuh lantai. Jangan pernah menggantungkan urine bag

pada posisi lebih tinggi dari abdomen. Jika klien berjalan, klien atau perawat membawa urine bag dibawah

lutut klien. Hal ini karena urin didalam kantong dapat menjadi medium bagi hidupnya mikroorganisme dan

infeksi dapat terjadi apabila urin kembali (refluk) ke Vesica Urinaria. Sebagian Urine Bag dirancang

menjadi antirefluk untuk menjaga kembalinya urin pada Vesica Urinaria.

- Karena urin dapat menjadi media bagi tumbuhnya mikroorganisme, maka pengosongan urine bag

dilakukan setiap 6 – 8 jam sekali.

M. KOMPLIKASI PEMASANGAN KATETER- Trauma urethral akibat peniupan balon fiksasi ketika kateter belum sampai di vesica urinaria

- Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Catheter-associated Urinary Tract Infection (CaUTI)

- Trauma psikologi

- Perdarahan diakibatkan proses insersi kateter atau peniupan balon

- Salah saluran akibat trauma saat insersi kateter

- Striktur urethra merupakan komplikasi lanjutan akibat adanya cedera kronis pada uretra

- Paraphimosis (terjadi pada laki-laki yang tidak sirkumsisi dimana preputium terjebak di belakang kepala

penis dan tidak dapat ditarik kembali ke posisi normal) akibat kegagalan pengembalian kulit permukaan ke

posisi normal setelah pemasangan kateter sehingga kulit di sekitar gland penis membengkak

Page 58: erfin blok 13 2016.PDF

58

Performance

ProcedureRaw Score

Critically1,2,3

Difficulty1,2,3

Score

0 1 2 3 4 5ActualRxCxD

MaxScore

Tahap pre interaksi

1. Baca catatan keperawatan/catatan medis2. Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan

dengan menggunakan hand rub)3. Persiapan Alat (sebutkan 5 alat utama)

- Foley catheter - Urine bag- Sarung tangan steril- Korentang- Kom steril- Plester/hypavix- Bengkok- Duk steril- Gunting- Perban/plester - Pinset steril- Pinset sirurgis

- Perlak dan pengalas

- NaCl- Kapas/kassa steril- Kassa gulung - Bak instrument- Spuit 10cc 1 buah- Spuit 3 cc 1 buah- Lydocain Jelly- Aquabidest 30 ml

4. Buka 1 spuit 3cc, masukkan ke dalam bak instrument dengan menjaga kesterilan spuit

5. Tampung jelly ke dalam kom steril yang ada di bak instrument, jaga kesterilan saat mengeluarkan jelly dari tube dan menampung dalam bak instrument

6. Buka 1 spuit 10cc dan isi dengan aquadest untuk fiksasi folley catheter, letakkan di luar bak instrument

00

0

0

0

0

11

1

1

1

1

2

2

2

2

33

3

1

1

1

11

1

1

1

1

33

6

2

2

2

Tahap Orientasi

1. Ucapkan salam dan perkenalkan diri2. Klarifikasi nama dan umur atau nama dan

alamat klien3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan

dilakukan (pemasangan kateter, nafas dalam saat kateter dipasang)

4. Kontrak waktu5. Beri kesempatan pada pasien/keluarga untuk

bertanya6. Minta persetujuan klien/keluarga7. Dekatkan alat8. Jaga privacy klien dengan menutup tirai/pintu

00

0

00

000

11

1

11

111

22

2

11

111

13

2

11

211

11

1

11

111

26

4

11

211

Tahap Kerja

Baca Basmalah 0 1 2 1 2Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan menggunakan hand rub)

0 1 3 1 3

Atur posisi yang nyaman- Pasien anak atau pasien tidak sadar dengan

bantuan- Pasien wanita dengan posisi dorsal recumbent- Pasien laki-laki dengan supine

0 1 3 1 3

Memasang pengalas/perlak dibawah pantat klien 0 1 1 1 1

Pakaian bagian bawah klien dikeataskan/dilepas 0 1 1 1 1Bengkok diletakkan didekat bokong klien 0 1 1 1 1Sambungkan ujung folley catheter dengan urine bag, buka sedikit pembungkus luar dari folley catheter dan jaga kesterilan folley catheter

0 1 2 1 2

Pakai sarung tangan steril 0 1 2 3 3 1 9Persiapkan jelly:* - Untuk klien laki-laki: ambil 1 buah spuit 3ml,

0 1 2 3 3 2 18

Page 59: erfin blok 13 2016.PDF

59

Performance

ProcedureRaw Score

Critically1,2,3

Difficulty1,2,3

Score

0 1 2 3 4 5ActualRxCxD

MaxScore

lepaskan jarumnya, isi dengan lydocain jelly yang ada di kom steril sebanyak 5 – 10 ml untuk diinjeksikan kedalam urethra*

- Untuk klien perempuan, ambil jelly yang ada pada kom steril dengan menggunakan kassa steril*

Membersihkan bagian genitalia:*- Klien laki-laki: Penis dipegang dengan tangan

non dominan. Penis dibersihkan dengan menggunakan kapas steril/ kassa steril yang diolesi NaCl oleh tangan dominan dengan gerakan memutar dari meatus ke luar dengan menggunakan pinset, dilanjutkan dengan membersihkan gland penis. Tindakan bisa dilakukan beberapa kali hingga bersih. Kemudian pinset diletakkan dalam bengkok*

- Klien perempuan: Gunakan tangan yang tidak dominan untuk membuka labia mayora, dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk. Kemudian bersihkan labia mayora dengan menggunakan kapas sublimat atau kassa steril yang diolesi cairan antiseptik dengan menggunakan pinset dari arah atas kebawah, dilanjutkan ke daerah labia minora, dan selanjutnya meatus urethra (dari luar ke dalam), sekali usap pada satu sisi kapas atau kassa. Tindakan bisa dilakukan beberapa kali hingga bersih. Kemudian pinset diletakkan dalam bengkok*

0 1 2 3 3 2 18

Pasang duk steril dengan menggunakan tangan kanan dan tangan kiri memegang penis, jaga kesterilan duk

0 1 2 2 1 4

Pasang selang kateter:*- Klien laki-laki: pegang penis dengan tangan non

dominan, injeksikan jelly ke dalam uretra klien tanpa menggunakan jarum. Keluarkan folley catheter dengan hati-hati dan menjaga kesterilannya. Pegang penis dengan tangan non dominan, masukkan kateter kedalam uretra secara perlahan-lahan sampai urine keluar. Pasien diminta tarik napas dalam selama pemasangan *

- Klien perempuan: oleskan jelly yang telah disiapkan di kassa pada ujung kateter dengan menggunakan kassa steril minimal sepanjang 6 inchi dari ujung kateter. Gunakan tangan yang tidak dominan untuk membuka labia mayora, dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk temukan meatus uretra. Masukkan kateter kedalam uretra secara perlahan-lahan sampai urine keluar. Pasien diminta tarik napas dalam selama pemasangan*

0 1 2 3 4 5 3 3 45

Masukkan cairan aquades 20-30 cc dimasukkan atau sesuai ukuran yang tertulis untuk fiksasi kateter di dalam vesica urinaria. Kateter sedikit ditarik sampai ada tahanan*

0 1 2 3 4 3 2 24

Lepaskan duk dengan menarik ke bawah, hati-hati saat melewati urin bag. Jika urine bag penuh, urin bag

0 1 1 1 1

Page 60: erfin blok 13 2016.PDF

60

Performance

ProcedureRaw Score

Critically1,2,3

Difficulty1,2,3

Score

0 1 2 3 4 5ActualRxCxD

MaxScore

dikosongkan dulu dengan membuang urine di bengkok atau pispotFiksasi kateter ke pasien- Untuk laki-laki di bawah abdomen- Untuk wanita ke paha atau dengan longgar diatas

kaki tanpa fiksasi

0 1 2 2 1 4

Gantung urine bag ditempatnya 0 1 1 1 1Lepaskan sarung tangan 0 1 1 1 1Bantu pasien untuk posisi yang nyaman dan rapikan kembali pakaian pasien

0 1 1 1 1

Bereskan alat 0 1 1 1 1Baca Hamdalah setelah kegiatan selesai 0 1 1 1 1Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan menggunakan hand scrub)

0 1 3 1 3

Tahap terminasi

- Evaluasi respon klien- Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan- Berikan reinforcement atas kemampuan klien- Berikan pendidikan kesehatan singkat tentang

tidak meninggikan urine bag diatas paha ketika berjalan, menjaga kebersihan, cara thoharoh, beribadah dengan kateter dan urine bag melekat)

- Doa kesembuhan klien dengan mengucapkan syafakalloh (laki-laki) dan syafakillah (perempuan)

- Melakukan kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya

- Mengucapkan Alhamdulillah setelah selesai tindakan

- Mengakhiri kegiatan dengan cara memberi salam

00

0

0

0

0

0

0

11

1

1

1

1

1

1

22

22

1

1

2

2

1

1

11

1

1

1

1

1

1

22

1

1

2

1

1

1

Dokumentasi

- Nama dan umur atau nama dan alamat klien- Diagnosa keperawatan- Tanggal dan jam tindakan keperawatan- Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan- Evaluasi: DS (respon klien), DO: tipe dan ukuran

kateter, deskripsi urine: warna, jumlah- Nama dan tanda tangan ners

00000

0

11111

1

22222

2

11111

1

11111

1

22222

2

Keterangan: * critical point dari prosedur. Jika critical point tidak dilakukan, otomatis mahasiswa tidak lulus

Page 61: erfin blok 13 2016.PDF

61

BLADDER TRAINING

Erfin Firmawati, Ns.,MNSYuni Permata Sari Istanti, Ns., MKep.,Sp.KMB., HNC

Learning Objective:

Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa dapat:1. Melatih bladder training sesuai indikasi2. Melakukan bladder training

Pertanyaan mInimal:

1. Sebutkan indikasi latihan bladder training!

Masalah keperawatan:

1. Altered urinary elimination2. Urinary retention3. Risk for infection4. Dependence on urinary catheter

Pada pasien yang terpasang kateter dalam jangka waktu yang lama, pasien mungkin

mengalami penurunan sensasi ingin berkemih atau miksi. Jika hal ini terjadi, maka pasien

dapat mengalami kesulitan mengontrol rasa berkemih sehingga mengompol atau mengalami

Scenario

A man, 70 years old is admitted to hospital because of post TURP procedure. This patient is diagnosed with Benign Prostate Hyperplasia. The nurse will open the Foley catheter. Before, nurse open the catheter, nurse will train of bladder training to patient.

3nd TOPICBLADDER TRAINING & PELEPASAN KATETER

Page 62: erfin blok 13 2016.PDF

62

inkontinensia urin. Untuk mencegah hal itu terjadi, maka pasien perlu menerima bladder

training.

Bladder training merupakan prosedur yang dilakukan untuk mengembalikan kontrol

terhadap keinginan berkemih. Secara umum, bladder training dilakukan sejak sebelum

kateter hingga setelah kateter dilepas.

Secara umum, panduan bladder training sebelum kateter dilepas adalah sebagai berikut:

1. Perawat harus mengkaji rencana perawatan pasien termasuk kemungkinan durasi

terpasang kateter

2. Prosedur bladder training harus dengan persetujuan dokter

3. Jadwal pelaksanaan baldder training perlu didiskusikan dengan pasien

4. Bladder training bisa memakan waktu hingga 4 hari atau setelah pasien mampu

mengontrol miksi dengan baik

5. Kosongkan urin bag saat selang penghubung kateter ke urin bag di klem

6. Saat klem dilepas, catat warna, kejernihan, dan jumlah urin.

7. Sebelum benar-benar dilepas, pasien harus mampu mentoleransi minimal 250 cc urin

di kandung kemih

Alat yang digunakan:

1. Klem kateter/klem arteri

2. Penampung urin

3. Sarung tangan bersih

Prosedur bladder training:

1. Jaga privacy pasien

2. Cuci tangan dengan 6 langkah, gunakan sarung tangan bersih

3. Jelaskan prosedur pada pasien

4. Pada hari pertama, klem selang kateter 1-2 jam (disarankan bisa mencapai waktu 2

jam kecuali pasien merasa kesakitan)

5. Kosongkan urin bag

6. Cek dan evaluasi kondisi pasien, jika pasien merasa kesakitan atau tidak toleran

terhadap waktu 2 jam yang ditentukan, maka kurangi waktunya dan tingkatkan

secara bertahap

Page 63: erfin blok 13 2016.PDF

63

7. Lepaskan klem setelah 2 jam dan biarkan urine mengalir dari kandung kemih

menuju urine bag hingga kandung kemih kosong

8. Biarkan klem tidak terpasang sekitar 15 menit, setelah itu klem lagi 1-2 jam.

9. Lanjutkan prosedur ini hinggal 24 jam pertama

10. Pada hari kedua, tingkatkan lama klem menjadi 2-3 jam, lepaskan klem 15 menit dan

klem ulang. Lakukan prosedur ini higga 24 jam

11. Pada hari ketika, tingkatkan lagi lama klem menjadi 3-4 jam, lepaskan klem 15

menit dan klem ulang. Lakukan prosedur ini higga 24 jam

12. Pada hari ke 4, lepas kateter dan amati seksama respon pasien setelah kateter dilepas

13. Anjurkan pasien untuk ke toilet setiap 2 jam

14. Setelah kateter dilepas, maka lakukan proses selanjutnya yaitu dengan melakukan:

kegel exercise, penundaan berkemih, dan penjadwalan berkemih

15. Kegel exercise adalah latihan untuk penguatan otot pelvis agar mampu

menghentikan aliran urin. Berikut langkah-langkah melakukan kegel exercise:

16. Penundaan berkemih: pada pasien yang mengalami inkontinensia, penundaan

berkemih dapat membantu mengontrol urin. Caranya, saat merasa ingin berkemih,

tunda berkemih selama 5 menit. Jika berhasil, maka tingkatkan waktu penundaan

berkemih misalnya menjadi 10 menit. Lakukan hal tersebut secara bertahap hingga

mencapai waktu 3-4 jam. Jika keinginan berkemih sering muncul sebelum batas

waktu yang anda targetkan, lakukan teknik relaksasi. Tarik nafas anda dalam-dalam

dan pelan. Kegel exercise bisa diakukan juga untuk membantu menunda berkemih

17. Penjadwalan berkemih: beberapa orang mengontrol inkontinensia dengan pergi

berkemih secara teratur. Hal ini berarti bahwa pasien pergi berkemih pada jam yang

telah ditentukan meskipun belum merasa ingin berkemih. Pasien bisa dijadwalkan

berkemih setiap jam, lalu secara bertaham ditingkatkan hingga waktu yang sesuai

untuk pasien.

18. Perawat dapat menganjurkan pasien untuk:

a. Minum secara normal, minimal 6-8 gelas per hari (1000-1500ml) kecuali ada

anjuran lain dari dokter. Pasien harus minum dengan normal dan tidak mengurangi

jumlah minum. Mengurangi asupan cairan tidak akan memperbaiki inkontinensia,

tetapi justru akan membuat urin menjadi sangat pekat. Hal ini dapat mengiritasi

Page 64: erfin blok 13 2016.PDF

64

kandung kemih dan membuatnya semakin sering ingin berkemih sementara urin

yang tertampung dalam kandung kemih sangat sedikit. Kondisi ini juga dapat

menyebabkan infeksi saluran kemih.

b. Minum secara bertahap. Hindari minum banyak dalam sekali waktu. Minum

banyak dalam sekali waktu, keinginan untuk berkemih akan lebih susah

dikendalikan karena kandung kemih segera penuh, sehingga keinginan berkemih

akan segera muncul setelah minum banyak.

c. Beberapa minuman dapat mengiritasi kandung kemih dan menyebabkan keinginan

untuk berkemih semakin sering. Minuman beralkohon dan mengandung kafein

harus dihindari. Minuman jenis lain yaitu minuman bersoda, coklat, dan minuman

berkabonasi.

d. Hindari banyak minum 2 jam menjelang tidur karena banyak minum sebelum tidur

akan meningkatkan keinginan berkemih saat malam hari.

19. Anjurkan pasien untuk segera mencari pertolongan medis jika setelah dilepas

kateternya pasien mengalami:

a. Tidak dapat berkemih selama 6 jam

b. Ada perasaan ingin berkemih tetapi tidak dapat berkemih

c. Mengalami nyeri hebat di punggung (back pain)

d. Perut membesar

e. Demam (> 37.5oC)

f. Mual dan muntah

Page 65: erfin blok 13 2016.PDF

65

PELEPASAN KATETER

Erfin Firmawati, Ns.,MNS

Pengertian:

Melakukan tindakan perawatan melepaskan kateter uretra dari kandung kemih

Tujuan: Mencegah infeksi

Indikasi:

1. Pasien yang terpasang kateter lebih dari 7 hari

2. Pasien yang tidak memerlukan pemasangan kateter menetap

Peralatan:

1. Perlak

2. Sarung tangan

3. Kom kecil berisi Cairan NaCl

4. Kassa

5. Pinset chirurgis

6. Spuit 10 atau 20 cc

7. Bengkok/nierbeken

8. Kantung plastik

Pelaksanaan:

1. Mengucapkan basmalah

2. Cuci tangan dengan 6 langkah

3. Menjaga privacy pasien

4. Menyiapkan pasien dengan posisi dorcal recumbent dan melepaskan pakaian bawah pasien

5. Memasang perlak/pengalas

6. Memakai sarung tangan

7. Melepas plester dan membersihkan sisa plester

8. Melakukan aspirasi balon kateter hingga habis isinya

9. Mengarahkan penis keatas (laki-laki)/ memegang selang kateter sejajar dengan meatus

urethra (perempuan)

10. Menarik kateter perlahan-lahan hingga lepas, pasien diminta nafas dalam dan rileks

Page 66: erfin blok 13 2016.PDF

66

11. Buang kateter dan urin bag kedalam kantong plastik

12. Bersihkan ujung penis/meatus urethra dengan kasa yang dibasahi NaCl dan keringkan

13. Observasi ujung penis/meatus urethra adanya kemerahan, discharge, dan bengkak. Tanyakan

kepada pasien adanya nyeri, demam

14. Melepas sarung tangan

15. Merapikan pasien dan alat

16. Cuci tangan dengan 6 langkah

17. Mengucapkan Alhamdulillah setelah selesai kegiatan

Performance

ProcedureRaw Score

Critically1,2,3

Difficulty

1,2,3

Score

0 1 2 3 4 5ActualRxCxD

MaxScore

Tahap pre interaksi

1. Baca catatan keperawatan/catatan medis2. Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan

dengan menggunakan hand rub)3. Persiapan Alat:

Bladder training:- Sarung tangan bersih- Klem kateter/klem arteri- Penampung urinPelepasan kateter:- Perlak- Sarung tangan- Kom kecil berisi Cairan NaCl- Kassa - Pinset chirurgis- Spuit 10 atau 20 cc- Bengkok/nierbeken - Kantung plastik

00

0

11

1

33

3

11

1

33

3

Tahap Orientasi

1. Ucapkan salam dan perkenalkan diri2. Klarifikasi nama dan umur atau nama dan

alamat klien3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang

akan dilakukan 4. Kontrak waktu5. Beri kesempatan pada pasien/keluarga untuk

bertanya6. Minta persetujuan klien/keluarga7. Dekatkan alat8. Jaga privacy klien dengan menutup tirai/pintu

00

0

00

000

11

1

11

111

22

2

11

111

13

2

11

211

11

1

11

111

26

4

11

211

Tahap Kerja

Baca Basmalah 0 1 2 1 2Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan menggunakan hand rub)

0 1 3 1 3

Gunakan sarung tangan bersih 0 1 3 1 3Pada hari pertama, klem selang kateter 1-2 jam (disarankan bisa mencapai waktu 2 jam kecuali

0 1 1 1 1

Page 67: erfin blok 13 2016.PDF

67

Performance

ProcedureRaw Score

Critically1,2,3

Difficulty

1,2,3

Score

0 1 2 3 4 5ActualRxCxD

MaxScore

pasien merasa kesakitan)

Kosongkan urin bag 0 1 1 1 1Cek dan evaluasi kondisi pasien, jika pasien merasa kesakitan atau tidak toleran terhadap waktu 2 jam yang ditentukan, maka kurangi waktunya dan tingkatkan secara bertahap

0 1 1 1 1

Lepaskan klem setelah 2 jam dan biarkan urine mengalir dari kandung kemih menuju urine bag hingga kandung kemih kosong

0 1 2 1 2

Biarkan klem tidak terpasang sekitar 15 menit, setelah itu klem lagi 1-2 jam.

0 1 2 3 3 1 9

Lanjutkan prosedur ini hinggal 24 jam pertama 0 1 2 3 3 2 18Pada hari kedua, tingkatkan lama klem menjadi 2-3 jam, lepaskan klem 15 menit dan klem ulang. Lakukan prosedur ini higga 24 jam

0 1 2 3 3 2 18

Pada hari ketiga, tingkatkan lagi lama klem menjadi 3-4 jam, lepaskan klem 15 menit dan klem ulang. Lakukan prosedur ini higga 24 jam

0 1 2 1 2

Pada hari keempat, lepas kateter dan amati seksama respon pasien setelah kateter dilepasPelepasan kateterCuci tangan dengan 6 langkah 0 1 3 1 3Menjaga privacy pasien 0 1 1 1 1Menyiapkan pasien dengan posisi dorcal recumbent dan melepaskan pakaian bawah pasien

0 1 2 1 1 2

Memasang perlak/pengalas 0 1 1 1 1

Melepas plester dan membersihkan sisa plester 0 1 3 1 3Melakukan aspirasi balon kateter hingga habis isinya 0 1 2 3 3 1 9Mengarahkan penis keatas (laki-laki)/ memegang selang kateter sejajar dengan meatus urethra (perempuan)

0 1 3 1 3

Menarik kateter perlahan-lahan hingga lepas, pasien diminta nafas dalam dan rileks

0 1 2 3 3 2 18

Buang kateter dan urin bag kedalam kantong plastik

0 1 3 1 3

Bersihkan ujung penis/meatus urethra dengan kasa yang dibasahi NaCl dan keringkan

0 1 2 3 3 1 9

Observasi ujung penis/meatus urethra adanya kemerahan, discharge, dan bengkak. Tanyakan kepada pasien adanya nyeri, demam

0 1 2 3 3 1 9

Setelah kateter dilepas, anjurkan pasien untuk ke toilet setiap 2 jam

0 1 3 1 3

Lepaskan sarung tangan 0 1 1 1 1Bantu pasien untuk posisi yang nyaman dan rapikan kembali pakaian pasien

0 1 1 1 1

Bereskan alat 0 1 1 1 1Baca Hamdalah setelah kegiatan selesai 0 1 1 1 1Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan menggunakan hand scrub)

0 1 3 1 3

Page 68: erfin blok 13 2016.PDF

68

Performance

ProcedureRaw Score

Critically1,2,3

Difficulty

1,2,3

Score

0 1 2 3 4 5ActualRxCxD

MaxScore

Tahap terminasi

- Evaluasi respon klien- Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan- Berikan reinforcement atas kemampuan klien- Berikan pendidikan kesehatan; banyak minum,

tidak menunda berkemih- Doa kesembuhan klien dengan mengucapkan

syafakalloh (laki-laki) dan syafakillah (perempuan)

- Melakukan kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya: kegel exercise

- Mengucapkan Alhamdulillah setelah selesai tindakan

- Mengakhiri kegiatan dengan cara memberi salam

0000

0

0

0

0

1111

1

1

1

1

22

2211

2

1

1

1

1111

1

1

1

1

22112

1

1

1

Dokumentasi

- Nama dan umur atau nama dan alamat klien- Diagnosa keperawatan- Tanggal dan jam tindakan keperawatan- Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan- Evaluasi: S (respon klien;kemampuan

berkemih), O: warna dan jumlah urin; A;P- Nama dan tanda tangan ners

00000

0

11111

1

22222

2

11111

1

11111

1

22222

2

Page 69: erfin blok 13 2016.PDF

69

KEGEL EXERCISE

Erfin Firmawati, Ns.,MNSYuni Permata Sari Istanti, Ns., MKep.,Sp.KMB., HNC

Learning Objective:

Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa dapat :1. Melakukan persiapan alat untuk mengajarkan kegel exercise kepada pasien

sesuai indikasi2. Mengajarkan kegel exercise dengan benar

Pertanyaan mInimal:

1. Sebutkan indikasi kegel exercise2. Sebutkan langkah-langkah kegel exercise

Masalah keperawatan:

1. Altered urinary elimination2. Urinary retention3. Risk for infection4. Dependence on urinary catheter

A. DEFINISI

Latihan kegel atau latihan otot panggul adalah latihan yang bertujuan untuk menguatkan otot perianal (pubococcygeus).

B. LANGKAH-LANGKAH KEGEL EXERCISE

Berikut langkah-langkah melakukan kegel exercise:

Scenario

A woman, 65 years old was diagnose urinary incontinence. Nurse will teach patient how to do kegel exercise.

4th TOPICKEGEL EXERCISE

THAHARAH PASIEN YANG DIPASANG KATETER

Page 70: erfin blok 13 2016.PDF

70

1. Temukan otot yang tepat. Kegel exercise melatih otot pelvis agar lebih kuat. Untuk menentukan otot

pelvis yang tepat, maka hentikan urin saat sedang berkemih. Jika urin dapat dihentikan, maka otot pelvis

yang dimaksud telah ditemukan. Otot tersebut yang harus dikontraksikan saat melakukan kegel

exercise.

2. Ketika sudah berhasil mengidentifikasi otot pelvis, kosongkan kandung kemih. Setelah itu kegel

exercise bisa dimulai. Dilarang melakukan kegel exercise saat sedang berkemih karena hal tersebut

justru akan melemahkan otot pelvis dan menyebabkan pengosongan kandung kemih yang tidak

sempurna dan meningkatkan resiko infeksi saluran kemih.

3. Mulai kegel exercise dengan mengontraksikan otot pelvis, tahan kontraksi hingga 5 detik dan relaks

selama 5 detik. Ulangi proses tersebut hingga 4-5 set. Lakukan terus latihan secara bertahap hingga

dapat menahan kontraksi selama 10 detik sebanyak 10 set.

4. Untuk hasil yang maksimal, fokuslah mengkontraksikan hanya bagian pelvis. Jangan melakukan

kontraksi pada area perut, panggul, pantat atau paha, tetapi konsentrasi hanya bagian otot pelvis.

Hindari menahan nafas saat melakukan kegel exercise, sebaliknya bernafaslah secara bebas dan rileks

pada saat melakukan kegel exercise.

5. Lakukan kegel exercise minimal 3 kali sehari sebanyak 10 set.

Penundaan berkemih: pada pasien yang mengalami inkontinensia, penundaan berkemih dapat

membantu mengontrol urin. Caranya, saat merasa ingin berkemih, tunda berkemih selama 5 menit. Jika

berhasil, maka tingkatkan waktu penundaan berkemih misalnya menjadi 10 menit. Lakukan hal tersebut

secara bertahap hingga mencapai waktu 3-4 jam. Jika keinginan berkemih sering muncul sebelum batas

waktu yang anda targetkan, lakukan teknik relaksasi. Tarik nafas anda dalam-dalam dan pelan. Kegel

exercise bisa diakukan juga untuk membantu menunda berkemih

Penjadwalan berkemih: beberapa orang mengontrol inkontinensia dengan pergi berkemih secara teratur.

Hal ini berarti bahwa pasien pergi berkemih pada jam yang telah ditentukan meskipun belum merasa

ingin berkemih. Pasien bisa dijadwalkan berkemih setiap jam, lalu secara bertaham ditingkatkan hingga

waktu yang sesuai untuk pasien.

Perawat dapat menganjurkan pasien untuk:

1. Minum secara normal, minimal 6-8 gelas per hari (1000-1500ml) kecuali ada anjuran lain dari

dokter. Pasien harus minum dengan normal dan tidak mengurangi jumlah minum. Mengurangi

asupan cairan tidak akan memperbaiki inkontinensia, tetapi justru akan membuat urin menjadi

sangat pekat. Hal ini dapat mengiritasi kandung kemih dan membuatnya semakin sering ingin

berkemih sementara urin yang tertampung dalam kandung kemih sangat sedikit. Kondisi ini juga

dapat menyebabkan infeksi saluran kemih.

Page 71: erfin blok 13 2016.PDF

71

2. Minum secara bertahap. Hindari minum banyak dalam sekali waktu. Minum banyak dalam sekali

waktu, keinginan untuk berkemih akan lebih susah dikendalikan karena kandung kemih segera

penuh, sehingga keinginan berkemih akan segera muncul setelah minum banyak.

3. Beberapa minuman dapat mengiritasi kandung kemih dan menyebabkan keinginan untuk berkemih

semakin sering. Minuman beralkohon dan mengandung kafein harus dihindari. Minuman jenis lain

yaitu minuman bersoda, coklat, dan minuman berkabonasi.

4. Hindari banyak minum 2 jam menjelang tidur karena banyak minum sebelum tidur akan

meningkatkan keinginan berkemih saat malam hari.

Page 72: erfin blok 13 2016.PDF

72

Performance

ProcedureRaw Score

Critically1,2,3

Difficulty1,2,3

Score

0 1 2 3 4 5ActualRxCxD

MaxScore

Tahap pre interaksi

1. Baca catatan keperawatan/catatan medis2. Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan

dengan menggunakan hand rub)3. Persiapan Alat: matras

00

0

11

1

33

1

11

1

33

1

Tahap Orientasi

1. Ucapkan salam dan perkenalkan diri2. Klarifikasi nama dan umur atau nama dan alamat

klien3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan

dilakukan 4. Kontrak waktu5. Beri kesempatan pada pasien/keluarga untuk

bertanya6. Minta persetujuan klien/keluarga7. Dekatkan alat8. Jaga privacy klien dengan menutup tirai/pintu

00

0

00

000

11

1

11

111

22

2

11

111

13

2

11

211

11

1

11

111

26

4

11

211

Tahap Kerja

Baca Basmalah 0 1 2 1 2Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan menggunakan hand rub)

0 1 3 1 3

Anjurkan pasien untuk mengkosongkan kandung kemih

0 1 3 1 3

Kontraksikan otot pelvis, tahan kontraksi hingga 5 detik dan relaks selama 5 detik. Ulangi proses tersebut hingga 4-5 set.

0 1 2 3 4 5 3 2 30

Lakukan terus latihan secara bertahap hingga dapat menahan kontraksi selama 10 detik sebanyak 10 set.

0 1 2 1 1 2

Hindari menahan nafas saat melakukan kegel exercise, sebaliknya bernafaslah secara bebas dan rileks pada saat melakukan kegel exercise.

0 1 2 1 2

Bantu pasien untuk posisi yang nyaman dan rapikan kembali pakaian pasien

0 1 1 1 1

Bereskan alat 0 1 1 1 1Baca Hamdalah setelah kegiatan selesai 0 1 1 1 1Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan menggunakan hand scrub)

0 1 3 1 3

Tahap terminasi

- Evaluasi respon klien- Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan- Berikan reinforcement atas kemampuan klien- Berikan pendidikan kesehatan singkat tentang

pelaksanaan kegel exerxise secara rutin- Doa kesembuhan klien dengan mengucapkan

syafakalloh (laki-laki) dan syafakillah (perempuan)

- Melakukan kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya

- Mengucapkan Alhamdulillah setelah selesai tindakan

- Mengakhiri kegiatan dengan cara memberi salam

0000

0

0

0

0

1111

1

1

1

1

22

2211

2

2

1

1

1111

1

1

1

1

2211

2

1

1

1

Dokumentasi

- Nama dan umur atau nama dan alamat klien- Diagnosa keperawatan- Tanggal dan jam tindakan keperawatan- Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan

0000

1111

2222

1111

1111

2222

Page 73: erfin blok 13 2016.PDF

73

Performance

ProcedureRaw Score

Critically1,2,3

Difficulty1,2,3

Score

0 1 2 3 4 5ActualRxCxD

MaxScore

- Evaluasi: S (respon klien), O: kemampuan melakukan kegel exercise; A;P

- Nama dan tanda tangan ners

0

0

1

1

2

2

1

1

1

1

2

2

Page 74: erfin blok 13 2016.PDF

74

THAHARAH PASIEN YANG DIPASANG KATETER

Yuni Permata Sari Istanti, Ns., MKep.,Sp.KMB., HNCErfin Firmawati, Ns.,MNS

Learning Objective:

Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa dapat :1. Melakukan persiapan alat untuk mengajarkan kegel exercise kepada pasien

sesuai indikasi2. Mengajarkan kegel exercise dengan benar

Pertanyaan mInimal:

1. Bagaimana cara toharoh pasien yang terpasang kateter ?2. Bagaimana cara melakukan sholat pada pasien yang terpasang kateter ?

Masalah keperawatan:

1. Distress spiritual

Definisi Thaharah

Thaharah adalah menyucikan badan, pakaian, serta tempat dari najis dan menyucikan

diri dari hadast.

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang

yang bersuci “(QS. al-Baqarah/2: 222)

Scenario

A man, 45 years old was diagnose Urinary retention after he got surgery 5 days ago. He inserted a folley catheter and urine output 1500 ml/day. For 5 days, he can not pray because he don’t know how to pray.

Page 75: erfin blok 13 2016.PDF

75

Langkah-langkah thaharah pada pasien dengan kateter:

1. Lakukan pengosongan urine bag terlebih dahulu

2. Usap ujung tempat pengeluaran urin pada urine bag dengan kasa atau kain bersih

yang telah dibasahi dengan air

3. Jika pasien mampu, wudhu dilakukan sendiri dengan air suci, jika pasien tidak

mampu beruwudhu sendiri, maka perawat/keluarga membantu pasien untuk

berwudhu dengan air suci

4. Tata cara berwudhu:

- Berniat wudhu

- Mengucapkan bismillah.

- Membasuh dua telapak tangan

- Membasuh seluruh wajah

- Membasuh tangan kanan dan kiri hingga siku

- Menyapu seluruh kepala

- Membasuh kaki kanan hingga mata kaki.

Page 76: erfin blok 13 2016.PDF

76

Performance

ProcedureRaw Score

Critically1,2,3

Difficulty1,2,3

Score

0 1 2 3 4 5ActualRxCxD

MaxScore

Tahap pre interaksi

1. Baca catatan keperawatan/catatan medis2. Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan

dengan menggunakan hand rub)3. Persiapan Alat: sarung tangan bersih,

penampung urin, air bersih, kassa bersih, kain bersih, handuk

00

0

11

1

33

1

11

1

33

1

Tahap Orientasi

1. Ucapkan salam dan perkenalkan diri2. Klarifikasi nama dan umur atau nama dan alamat

klien3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan

dilakukan 4. Kontrak waktu5. Beri kesempatan pada pasien/keluarga untuk

bertanya6. Minta persetujuan klien/keluarga7. Dekatkan alat8. Jaga privacy klien dengan menutup tirai/pintu

00

0

00

000

11

1

11

111

22

2

11

111

13

2

11

211

11

1

11

111

26

4

11

211

Tahap Kerja

Baca Basmalah 0 1 2 1 2Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan menggunakan hand rub)

0 1 3 1 3

Gunakan sarung tangan bersih 0 1 2 1 2Lakukan pengosongan urine bag terlebih dahulu

0 1 2 3 1 6

Usap ujung tempat pengeluaran urin pada urine bag dengan kasa atau kain bersih yang telah dibasahi dengan air

0 1 2 3 1 6

Jika pasien mampu, wudhu dilakukan sendiri dengan air suci, jika pasien tidak mampu beruwudhu sendiri, maka perawat/keluarga membantu pasien untuk berwudhu dengan air suci

0 1 2 3 1 6

Ajarkan berniat wudhu (dalam hati) untuk menghilangkan hadats.

0 1 2 3 1 6

Mengucapkan bismillah. 0 1 2 3 1 6

Membasuh dua telapak tangan 0 1 2 3 1 6

Membasuh seluruh wajah 0 1 2 3 1 6

Membasuh tangan kanan dan kiri hingga siku 0 1 2 3 1 6

Menyapu seluruh kepala 0 1 2 3 1 6

Membasuh kaki kanan hingga mata kaki 0 1 2 3 1 6

Keringkan dengan handuk 0 1 1 1 1

Bantu pasien untuk posisi yang nyaman dan rapikan kembali pakaian pasien

0 1 1 1 1

Bereskan alat 0 1 1 1 1Baca Hamdalah setelah kegiatan selesai 0 1 1 1 1Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan menggunakan hand scrub)

0 1 3 1 3

Tahap terminasi

- Evaluasi respon klien- Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan- Berikan reinforcement atas kemampuan klien- Berikan pendidikan kesehatan singkat tentang

0000

1111

22

2211

1111

2211

Page 77: erfin blok 13 2016.PDF

77

Performance

ProcedureRaw Score

Critically1,2,3

Difficulty1,2,3

Score

0 1 2 3 4 5ActualRxCxD

MaxScore

thaharah- Doa kesembuhan klien dengan mengucapkan

syafakalloh (laki-laki) dan syafakillah (perempuan)

- Melakukan kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya

- Mengucapkan Alhamdulillah setelah selesai tindakan

- Mengakhiri kegiatan dengan cara memberi salam

0

0

0

0

1

1

1

1

2

2

1

1

1

1

1

1

2

1

1

1

Dokumentasi

- Nama dan umur atau nama dan alamat klien- Diagnosa keperawatan- Tanggal dan jam tindakan keperawatan- Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan- Evaluasi: S (respon klien), O: kemampuan

melakukan thaharoh;A;P- Nama dan tanda tangan ners

00000

0

11111

1

22222

2

11111

1

11111

1

22222

2

Page 78: erfin blok 13 2016.PDF

78

Tujuan Umum:

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu menjelaskan tatalaksana pada pasien dengan gangguan cairan

Tujuan Khusus:

Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:

a. Menjelaskan pengertian Dehidrasib. Menjelaskan tingkatan dan tanda dehidrasic. Menghitung kebutuhan cairan pada pasiend. Melakukan tata laksana pada pasien dengan kebutuhan cairan

Bayi Ny R, baru berusia 2 minggu, dibawa ke puskesmas karena bayinya terlihat lemah dan malas minum , saat ditimbang BB bayi Ny R 2, 7Kg, padahal BB saat lahir 3,2 Kg , Hasil pemeriksaan pada bayi Ny.R didapatkan mata cekung, bibir kering, dan turgor kulit 8 detik

MATERI VIEW

KESEIMBANGAN CAIRAN PADA NEONATUS

Bayi : cairan tubuh 70 - 75% berat badan (dewasa 60-65%)Kebutuhan balans, berdasarkan : intake - output, insensible loss, kebutuhan tumbuh kembang.

Pemberian air susu ibu (ASI) pada bayi baru lahir :

ASI sedini mungkin. Jika ASI belum keluar, bayi tidak usah diberi apa-apa, biarkan bayi mengisap payudara ibu sebagai stimulasi keluarnya ASI. Cadangan nutrisi dalam tubuh bayi cukup bulan dapat sampai selama 4 hari pascapersalinan.

Hindari penggantian PASI (pengganti ASI) KECUALI ada indikasi medis, misalnya ASI tidak keluar dan bayi prematur dan sebagainya

Scenario

5th TOPICBALANCE CAIRAN DAN MONITORING CAIRAN

(ANAK, DEWASA DAN LANSIA)

Page 79: erfin blok 13 2016.PDF

79

Tidak boleh diberi ASI hanya pada indikasi medis ketat, misalnya ibu penderita penyakit infeksi tertentu dan bayi belum tertular. Tetapi jika tidak ada PASI, ASI tetap diberikan. Pertimbangan-pertimbangan lain tetap diperhatikan.

Pemberian pengganti air susu ibu (PASI) : PASI : berbagai produk formula, untuk adaptasi maupun

formula komplit. Komposisi mendekati ASI, kecuali dalam hal komposisi mineral dan imunoglobulin.

usia 0 - 6 bulan : formula awal. Pada diare kronik / sindrom panmalabsorpsi : susu progestimil alergi protein susu sapi : soya (bahan susu kedelai) usia 6 bulan - 1 tahun : formula lanjutan, sudah bisa menerima susu full-cream yang dijual bebas.

Gunakan SENDOK TAKAR yang tepat !!

Jika keseimbangan gizi dan cairan tidak terpenuhi : pertumbuhan natural defense mechanism terganggu potensi tumbuh kembang tidak optimal

Nutrition Committee, Canadian Paediatric Society. Oral Rehydration Therapy and Early Refeeding in the Management of Childhood Gastroenteritis. The Canadian Journal of Paediatrics 1994; 1(5): 160-164.

DEHIDRASI PADA BAYI BARU LAHIR

Prinsip Dasar

□ Kadar air dalam lean body mass bayi (tubuh tanpa jaringan lemak) lebih kurang 82%. Apabila bayi kehilangan cairan 5% atau lebih akan terjadi dehidrasi.

□ Pada masa gestasi akhir sampai minggu pertama sesudah kelahiran, fungsi ginjal mengalami perubahan sedemikian rupa sehingga mempengaruhi keseimbangan air dn garam. Air di dalam tubuh terdapat di dalam sek (cairan intra seluler) atau di luar sel (cairan ekstraseluler). Dengan semakin maturnya ginjal, dan adaptasi dengan kehidupan ekstrauterin, ekskresi urin semakin bertambah mengakibatkan berkurangnya cairan ekstraseluler (sebagai salah satu penyebab turunnya berat badan bayi baru lahir pada minggu minggu pertama). Kecepatan filtrasi glomerolus berkurang, sehingga kehilangan Natrium melalui urin berkurang dan kecepatan reabsorbsi tubular juga berkurang, sehingga reabsorbsi ginjal melalui tubulus juga berkurang. Sebagai akibatnya, terjadilah keseimbangan cairan dan elektrolit yang negatif dan dapat berlanjut sampai minggu ke dua bahkan ketiga. Pada bayi prematur karena fungsi ginjal yang imatur, ketidakseimbangan ini lebih berat.

PenilaianGejala/tanda dehidrasi pada bayi antara lain meliputi: bayi mengantuk, tampak kehausan, kulit, bibir dan lidah kering, saliva menjadi kental, mata dan ubun-ubun cekung, warna kulit pucat atau sianosis, turgor kulit berkurang, ekstramitas dingin, banyaknya air kemih berkurang, apatik, gelisah, kadang-kadang kejang kemudian syok, asidosis dan pernafasan kusmaul.

Page 80: erfin blok 13 2016.PDF

80

KlasifikasiDehidrasi ringan Kehilangan cairan berkisar 5% Beratt badn

Dehidrsi sedang Kehilangan cairan antara 5-10% berat badan

Dehidrasi berat Kehilangan cairan >10% berat badan

PenangananPrinsip Penanganan dehidrasi

Mengatasi dehidrasi Mencegah terjadinya syok Menjaga jalan nafas tetap bebas Memperbaki curah jantung Mencari faktor penyebab Mengobati penyebab Mencegah terjadinya kejang

Tabel 1. Kebutuhan dasar cairan dan kalori pada neonatus

Hari Kelahiran ml Cairan/kg/hari Kalori/kg/hari

Hari ke-1 60 40

Hari ke- 2 70 50

Hari ke- 3 80 60

Hari ke- 4 90 70

Hari ke- 5 100 80

Hari ke- 6 110 90

Hari ke- 7 120 100

Hari ke >10 150-200 >120

Page 81: erfin blok 13 2016.PDF

81

Tabel 2. Bagan penanganan dehidrasi pada BBL

Tanda-tanda Mengantuk, sukar dibangaunkan, mata cekung, konjungtiva kering, bibir dan lidah ering, turgor berkurag, (cubitan pada kulit lambat kembalinya)

Kategori Dehidrasi sedang Dehidrasi Berat

Penilaian

Berat badan Kesadaran Mata Mulut Turgor

Turun < 10% BB sebelumnya

Gelisah Mata Cekung Bibir dan ludah kering Turgor kurang (cubitan

kulit kembalinya lambat)

Turun > 10 % BB sebelumnya

Mengantuk/sukar dibangunkan

Mata sangat cekung dan kering

Bibir dn lidah kering Turgor Jelek (cubitan

kulit sangat lambat sekali)Penanganan

Puskesmas Pertahankan tetap hangat Cegah hipotermia ASI tetap diberikan sesering mungkin ASI terus diberikan secara langsung atau diteteskan langsung Rujuk bila tidak mau menghisap/ada tanda infeksi Rujuk bila masih mencret, muntah,panas (minimum salah

satuRumah sakit Cegah hipotermia

ASI/RL dapat diberikan secara langsung atau per sonde

Antibiotika Infus RL atau N4 150 ml

per hari, ¼ nya diberikan 4 jam pertama, ¾ nya diberikan 20 jam berikutnya.

Koreksi Bicnat 8,4% 10x 0,3 xBB (diencerkan aa dengan NaCl 0,9%)

Cegah hipotermiaASI?RL dapat diberikan

secara langsung atau personde

Antobiotika Infus RL atau N4Koreksi cairan 30 cc/kg/1

jam, 20cc/kg/2jam, dilanjutkan 10 cc.kg

Koreksi BicNat 8,4%, 20 x 0,3 x BB (diencerkan aa dengan NaCl 0,9%)

Page 82: erfin blok 13 2016.PDF

82

DEHIDRASI PADA PENDERITA DIARE

Terapi ORALIT yang diberikan pada penderita diare dengan dehidrasi ringan /sedang pada 3 jam pertama adalah 75 ml/kg BB. Bila BB anak tidak diketahui, dapat dberikan oralit paling sedikit sesuai table di bawah:

Umur < 1 tahun 1-5 tahun > 5 tahun Dewasa

Jumlah Oralit 300 ml 600 ml 1200 ml 2400 ml

Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, maka berikan. Untuk anak di bawah 6 bulan yang tidak mendapat ASI, berikan juga 100-200 ml air masak pada masa ini.

Setalah 3 jam, nilai kembali penderita, untuk mendapatkan pengobatan selanjutnya.

Bila anak mengalami dehidrasi berat, maka cairan intra vena perlu diberikan.

Bila penderita bias minum, berikan oralit, sewaktu cairan IV dimulai. Cairan yang sebaiknya diberikan adalah Ringer Laktat, dibagi sbb:

Umur Pemberian I 30 ml/kg BB dalam:

Kemudian 70 ml/kgBB dalam:

Bayi < 12 bulan 1 jam* 5 jam

Anak > 1 tahun ½ - 1 jam* 2½ -3 jam

*Ulangi bila nadi lemah atau tidak teraba

Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam, Bila rehidrasi belum tercapai, percepat tetesan IV.

Berikan larutan oralit (5 ml/kg BB/jam) bila penderita bisa minum, biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak).

Setalah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi penderita menggunakan bagan penilian. Kemudian pilih rencana terapi yang sesuai.

Page 83: erfin blok 13 2016.PDF

83

Kebutuhan Cairan Rumatan

BB Jumlah Cairan per 24 jam Jumlah cairan per jam

<10 kg 100 ml/kg 4 ml/kg

10-20 kg 1000 ml+ 50 ml/kg tiap kenaikan per kg di atas 10

2 ml/kg tiap kenaikan perkilo di atas 10

>20 kg 1500 ml + 20 ml/kg tiap kenaikan per kg di atas 20

1 ml /kg tiap kenaikan perkilo di ats 20

Perhitungan IWL ( Insensible water loss)

IWL 10-30 cc/kg BB Perhatian

Neonatus 50 cc/kg BB IWL meningkat 12 % tiap kenaikan 1 di atas 38 C IWL meningkat 40-50% pada bayi < 1500 gr 1-5 th 40 cc/kg BB

>5 th 20 cc/kg

Balance Cairan =

Jumlah cairan yang masuk – jumlah cairan yang keluar – IWL

Jika memungkinkan, jalur enteral digunakan untuk cairan. Panduan ini hanya digunakan pada anakyang tidak dapat menerima cairan melalui mulut.

Pemberian Cairan Infus pada Anak

Berapa Banyak Cairan yang Dibutuhkan Anak Sehat?

Anak sehat dengan asupan cairan normal, tanpa memperhitungkan kebutuhan cairan yang masuk melalui mulut, membutuhkan sejumlah cairan yang disebut dengan “maintenance”. Cairan maintenance adalah volume (jumlah) asupan cairan harian yang menggantikan “insensible loss” (kehilangan cairan tubuh yang tak terlihat, misalnya melalui keringat yang menguap, uap air dari hembusan napas dalam hidung, dan dari feses/tinja), ditambah ekskresi/pembuangan harian kelebihan zat terlarut (urea, kreatinin, elektrolit, dll) dalam urin/air seni yang osmolaritasnya/kepekatannya sama dengan plasma darah.

Page 84: erfin blok 13 2016.PDF

84

Kebutuhan cairan maintenance anak berkurang secara proporsional seiring meningkatnya usia (dan berat badan). Perhitungan berikut memperkirakan kebutuhan cairan maintenance anak sehat berdasarkan berat bdan dalam kilogram (kg).

Cairan yang digunakan untuk infus maintenance anak sehat dengan asupan cairan normal adalah:NaCl 0.45% dengan Dekstrosa 5% + 20mmol KCl/liter

Pemberian cairan infus banyak disalahgunakan (overused) di Unit Gawat Darurat (UGD) karena persepsi yang salah bahwa jenis rehidrasi ini lebih cepat menangani diare, dan mengurangi lama perawatan di RS.

Terapi cairan yang diberikan harus mempertimbangkan tiga komponen: rehidrasi (mengembalikan cairan tubuh), mengganti kehilangan cairan yang sedang berlangsung, dan “maintenance”. Terapi cairan ini berdasarkan penilaian derajat dehidrasi yang terjadi.

American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan pemberian CRO dalam penatalaksanaan diare (gastroenteritis) pada anak dengan dehidrasi derajat ringan-sedang. Penggunaan cairan infus hanya dibatasi pada anak dengan dehidrasi berat, syok, dan ketidakmampuan minum lewat mulut.

Daftar Pustaka

Intravenous Fluids. Clinical Practice Guidelines. Royal Children’s Hospital Melbourne. http://www.rch.org.au/clinicalguide/cpg.cfm

C Waitt, P Waitt, M Pirmohamed. Intravenous Therapy. Postgrad. Med. J. 2004; 80; 1-6.

LATIHAN

Hawa, seorang anak 3 tahun dengan BB 12 kg, dibawa ke puskesmas karena diare. Diarenya dimulai kemarin dan telah BAB 8 kali dengn jumlah yang sangat banyak. Saat diperiksa, matanya cekung dan kering, lidahnya sangat kering, cubitan kulitnya sangat lambat. BB turun 2 Kg.

Page 85: erfin blok 13 2016.PDF

5. Panduan Praktikum Biomedis

a.Praktikum Anatomi

b.Praktikum Fisiologi

c. Praktikum Histologi

d.Praktikum Urinalisa

Page 86: erfin blok 13 2016.PDF

PETUNJUK PRAKTIKUM ANATOMIPSIK BLOK 13

1. ANATOMI SYSTEMA URINARIA

A. Tujuan Umum : Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa dapat mengetahui struktur anatomi organ penyusun systema urinaria

B. Tujuan Khusus :Setelah mahasiswa mengikuti praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat :1. Memahami dan mengidentifikasi bangunan anatomi pada ren, vesica urinaria,

ureter dan urethra2. Memahami vascularisasi, aliran vena, aliran limfe dan inervasi organ penyusun

systema urinaria

Skenario:Seorang laki-laki berusia 45 tahun, sopir bis AKAP yang tinggal di Wonosari, datang ke UGD dalam keadaan kesakitan . Nyeri dirasakan di perut kanan seperti diremas-remas dan menjalar sampai ke lipat paha kanan. Sebelumnya Pak Karta sering merasa pegal-pegal di pinggang. Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeriketok costovertebra (+) dan pada x photo abdomen didapatkan gambaran batu di ginjal kanan. Menurut dokter UGD ada batu ginjal yang turun dan tersangkut di ureter.

Pertanyaan:1. Ginjal (ren) termasuk dalam systema urinaria, sebutkan organ penyusun systema

urinaria lainnya !2. Jalaskan topographi ginjal !3. Jelaskan bangunan dari ren mulai dari tempat filtrasi darah sampai saluran

pembuangan urin !4. Pada kasus diatas terdapat batu yang tersangkut diureter, dimana sering terjadi

hal demikian ?5. Jelaskan aspek anatomis hubungan antara tersangkutnya batu di ureter dan nyeri

seperti diremas-remas dan menjalar sampai ke lipat paha !

C. Petunjuk Identifikasi

SYSTEMA URINARIA

Terdiri atas : Ren, Ureter , Vesicae urinaria dan Urethra

1. REN

- terletak retroperitoneal pada bagian superior sulcus para vertebralis- bentuknya seperti kacang buncis dengan ukuran 10x5x2,5 cm,- ren sinister biasanya lebih panjang- pembungkus ren (dari luar - dalam) : fascia renalis membungkus ren dan glandula

suprarenalis – capsula adiposa renalis – capsula fibrosa renalis- capsula fibrosa melanjutkan diri sebagai dinding calices renalis

Page 87: erfin blok 13 2016.PDF

Bangunan pada ren :

- hilum renalis, adalah tempat lalunya: a. renalis, v. renalis dan pelvis renalis- margo medialis, margo lateralis- extremitas superior dan extremitas inferior- facies anterior, facies posterior- sinus renalis : pelvis renalis, 2 calices renalis major, 7-14 calix renalis minor,

papilla renalis- potongan coronal : cortex, medulla, pyramis renalis, columna renalis, basis

pyramidis, papilla renalis, calyces renalis minor, calyces renalis major

Vaskularisasi :

- a. renalis bercabang cabang secara berurutan : – a. segmentalis – a. lobaris – a. interlobaris – a. arquata ( diantara cortex dan medulla) – a. interlobularis – a. glomerularis

Aliran vena :v. renalis

Aliran limpha : mengikuti vasa renalis nll. aortici

Inervasi :

- sensoris : melalui n. splanchnicus inferior ke medulla spinalis segmen T12 - L1- plexus renalis (simpatis dan para simpatis dari n. splanchnicus minor dan n.

splanchnicus inferior), menuju ke medula spinalis T12-L1

2. URETER

Ureter terbagi menjadi 2 bagian :

1. Pars abdominal , panjangnya12,5 cm, retroperitoneal, terletak di sepanjang m. psoas dan berjalan secara vertikal

2. Pars pelvina, berjalan pada dinding lateral pelvis. Brmuara ke vesica urinaria di sebelah superior tuberculum pubicum- pada laki-laki : berjalan di dalam plica sacrogenitale dan lig. vesicale laterale- pada perempuan : berjalan di dalam lig. uterosacrale, lig. cervicale laterale

(bersama a. uterina)Vaskularisasi :

- arteria dari aortae, a, renalis, a. iliaca communis, a. uterina (a. ovarica, a. testicularis, a. iliaca interna)

- v. renalisAliran lympha :

- bagian superior : nll. aortici- bagian media : nll. iliaci communis- bagian inferior : nll. iliaci communis, nll. iliaci externi, nll. iliaci interniInervasi :

- sensoris ke n. splanchnicus inferior ke MS segmen T12 dan L1

Page 88: erfin blok 13 2016.PDF

- plexus renalis (simpatis dan para simpatis dari n. splanchnicus minor dan n. splanchnicus inferior)

Kelainan :

- kolik ureter- calculus ureterica sering terjadi pada tempat ureter menyilangi vasa iliaca dan

apertura pelvis superior dan pada waktu ureter berjalan miring pada dinding vesica urinaria

3. VESICAE URINARIA

Berbentuk piramid dengan 3 sisi yang terletak di sebelah kranial prostata

Dinding vesicae urinaria tersusun atas :

1. tunica fibrosa dan tunica serosa2. tunica muscularis

- m. detrusor vesicae - m. trigonalis (lanjutan dari stratum longitudinale ureter)- m. spinchter vesicae (di keliling ostium urethrae internum)- m. pubovesicalis (lanjutan m. spinchter vesicae ke os pubis)- m. rectovesicalis (dari fundus ke rectum)

3. tunica mucosa- dapat digerakkan dari tunica muscularis kecuali pada trigonum vesicae

Bangunan-bangunan pada permukaan luar vesicae urinaria :

- apex vesicae (puncak piramid), melanjutkan diri ke kranial sebagai lig. vesicoumbilicale mediale

- fundus vesicae (basis piramid)- corpus vesicae- facies cranialis- facies caudolateralis dextra dan sinistraBangunan-bangunan pada permukaan dalam vesicae urinaria :

- muara ureter pada sudut kanan dan kiri basis vesicae : ostium ureteris- plicae interureterica- orificium urethrae internum : pada sudut caudal- trigonum vesicae (Liautandi) : tunica mucosanya melekat pada tunica muscularis

(pada daerah m. trigonalis)- uvula vesicae (proximal dorsal dari orificium urethrae internum)Penggantung vesicae urinaria :

- diafragma pelvis (bagian cervix vesicae)

- lig. puboprostaticum mediale (pubovesicale)

- lig. puboprostaticum laterale- lig. vesicale laterale- lig. umbilicale medianum- lig. umbilicale laterale

Arteria :

- a. vesicalis superior (a. umbilicalis)- a. vesicalis inferior

- a. ductus deferentis (laki-laki)- a. vaginalis (perempuan)

Page 89: erfin blok 13 2016.PDF

Vena : ke plexus venosus prostaticus (vesicalis) v. iliaca interna

Aliran limpha :

- ke lnn. iliaci interni, lnn. iliaci externi, lnn. sacralis, lnn. iliaci communisInervasi :

- plexus vesicalis dan plexus prostaticus (cabang plexus hypogastricus inferior)4. URETHRA

Pada Perempuan :

- panjangnya hanya 3-4 cm- dindingnya tersusun atas tunica muscularis dan tunica mucosa- pada tunica mucosanya terdapat plicae longitudinales- ke dalamnya bermuara glandula urethrales- bangunan : ostium urethae internum, ostium urethrae externum, crista urethralisPada laki-laki :

Urethraenya terbagi atas :

1. Pars prostatica urethrae, pada waktu urethrae menembus glandula prostata. Bangunannya:- ostium urethrae internum (ostium vesicae), disekelilingnya terdapat m.

sphinchter urethrae internum- crista urethralis (lanjutan dari uvula vesicae)- colliculus seminalis (lanjutan dari crista urethralis), merupakan muara ductus

ejaculatorius- sinus prostaticus (sebelah lateral crista urethralis dan colliculus seminalis),

merupakan muara ductus glandula prostata2. Pars membranacea urethrae, pada waktu urethrae melalui trigonum urogenitale

- plicae longitudinale - di sekelilingnya terdapat m. sphinchter urethrae externum

3. Pars spongiosa urethrae, pada waktu melewati corpus spongiosum penis- fossa infrabulbaris (pada permulaan pars spongiosa urethrae)- fossa terminalis (fossa navicularis) – pada bagian distal urethrae- plicae longitudinale- ke dalamnya bermuara glandula urethrales- ostium urethrae externum

Arteria :

- a. vesicalis inferior- a. rectalis media- a. bulbi penis (laki-laki)- a. urethralis- a. profunda penis (laki-laki)- a. dorsalis penis (laki-laki)

Vena : ke plexus venosus prostaticus dan v. pudenda interna

Inervasi : plexus prostaticus (nn. cavernosi penis dan n. pudendus)

Page 90: erfin blok 13 2016.PDF

PRAKTIKUM FISIOLOGI

UJI FUNGSI EKSKRESI GINJAL

Tujuan Praktikum adalah mahasiswa dapat menjelaskan fungsi ginjal dalam pengaturan cairan tubuh

Dasar Teori

Ginjal memiliki berbagai fungsi penting bagi tubuh kita antara lain :Pertama, ginjal mengatur kadar air dalam tubuh. Kalau kurang, ginjal menahan agar air tidak keluar dari tubuh kita. Sebaliknya, kalau berlebih, ginjal akan mengeluarkan air itu. Ini yang dikenal dengan fungsi eksresi ginjal. Kedua, ginjal akan menyaring hasil / sisa metabolisme tubuh untuk kemudian dikeluarkan. Ketiga, memproduksi serta mengatur sejumlah hormon penting dalam tubuh seperti hormon eritropoitin pembentuk sel darah merah, hormon renin yang mengatur tekanan darah serta hormon yang berperan untuk mengaktifkan vitamin D (metabolisme tulang). Kemudian, ginjal mengatur sejumlah proses kimia dalam tubuh meliputi menjaga keseimbangan garam, air, asam basa, serta mineral.

Prinsip pengaturan homeostasis air tubuh adalah keseimbangan intake dengan kehilangan. Dalam keadaan normal, total intake (2100 ml) dan air metabolit (200 ml). Kehilangan air tubuh melalui urin (1400 ml), keringat (100 ml), penguapan insensibel kulit (350 ml) dan pernafasan (350 ml), dan defekasi (100 ml). Pusat pengaturan cairan tubuh adalah osmoreseptor di n.preoptik hipotalamus Rangsang berupa mukosa mulut kering, hiperosmotis cairan ekstrasel akan menimbulkan refleks haus, sekresi ADH, aldosteron meningkat untuk retensi air. Sebaliknya, Jika terjadi peningkatan volume dan penurunan tekanan osmotic cairan tubuh, akan terjadi peningkatan Atrial Natretik peptide (ANP) dari sel-sel dinding atrium yang akan menghambat retensi air di tubulus ginjal. Peran Ginjal dalam homeostasis volume maupun konsentrasi cairan tubuh terlaksana karena system transport di tubulus ginjal memiliki kemampuan transport maksimal (Tm) untuk tiap komponen substansi yang akan ditransport, baik reabsorbsi maupun sekresi.

ALAT DAN BAHAN

1. Air minum hipotonis, isotonis2. Alat ukur volume urin3. Alat ukur BJ urin (urinometer)4. pispot

PROSEDUR PRAKTIKUM

1. Minum Air Tawar

Page 91: erfin blok 13 2016.PDF

Petunjuk bagi probandus minum air tawar

Untuk percobaan ini diperlukan seorang sukarelawan/wati sebagai probandus. Probandus berpuasa sekurang-kurangnya 12 jam sebelum percobaan dilakukan. Makanan terakhir mengandung air tidak lebih dari 200 ml.

Contoh untuk Praktikum jam 07.30:

- Probandus menghentikan makan minum jam 20.00- Kosongkan/keluarkan urin jam 07.00 dan urin tidak ditampung- Kosongkan/keluarkan urin pada jam 08.00, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel I- Probandus minum air tawar sebanyak 1200 ml- Kosongkan/keluarkan urin pada jam 08.30, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel

II- Selanjutnya kosongkan/keluarkan urin selang 30 menit , tampung, ukur volume dan BJ, catat

sebagai sampel III, IV, dst

2. Minum air isotonis

Petunjuk bagi probandus minum air isotonis

Untuk percobaan ini diperlukan seorang sukarelawan/wati sebagai probandus. Probandus berpuasa sekurang-kurangnya 12 jam sebelum percobaan dilakukan. Makanan terakhir mengandung air tidak lebih dari 200 ml.

Contoh untuk Praktikum jam 07.30:

- Probandus menghentikan makan minum jam 20.00- Kosongkan/keluarkan urin jam 07.00 dan urin tidak ditampung- Kosongkan/keluarkan urin pada jam 08.00, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel I- Probandus minum air oralit sebanyak 1200 ml- Kosongkan/keluarkan urin pada jam 08.30, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel

II- Selanjutnya kosongkan/keluarkan urin selang 30 menit , tampung, ukur volume dan BJ, catat

sebagai sampel III, IV, dst

3. PuasaPetunjuk bagi probandus puasa

Untuk percobaan ini diperlukan seorang sukarelawan/wati sebagai probandus. Probandus berpuasa sekurang-kurangnya 12 jam sebelum percobaan dilakukan. Makanan terakhir mengandung air tidak lebih dari 200 ml.

Contoh untuk Praktikum jam 07.30:

Page 92: erfin blok 13 2016.PDF

- Probandus menghentikan makan minum jam 20.00- Kosongkan/keluarkan urin jam 07.00 dan urin tidak ditampung- Kosongkan/keluarkan urin pada jam 08.00, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel I- Probandus tetap berpuasa- Kosongkan/keluarkan urin pada jam 09.00, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel

II- Selanjutnya kosongkan/keluarkan urin selang 60 menit , tampung, ukur volume dan BJ, catat

sebagai sampel III, IV, dst

4. KontrolPetunjuk bagi probandus kontrol

Untuk percobaan ini diperlukan seorang sukarelawan/wati sebagai probandus. Probandus tetap makan minum seperti biasa

Contoh untuk Praktikum jam 07.30:

- Kosongkan/keluarkan urin jam 07.00 dan urin tidak ditampung- Kosongkan/keluarkan urin pada jam 08.00, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel I- Kosongkan/keluarkan urin pada jam 08.30, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel

II- Selanjutnya kosongkan/keluarkan urin selang 30 menit , tampung, ukur volume dan BJ, catat

sebagai sampel III, IV, dst

Cara Pengukuran BJ

- masukkan urin ke dalam gelas pengukur BJ kita-kira 2/3 tabung- masukkan pengukur BJ (urinometer)- Baca angka yang bertepatan dengan meniscus air, itulah Bj cairan yang diukur.- Koreksi dengan suhu. Urinometer disetting untuk pengukuran suhu 20oC. Jika suhu urin lebih

atau kurang dari 20oC, perlu dilakukan koreksi sebab suhu mempengaruhi nilai BJ. Perubahan suhu sebesar 3oC setara dengan perubahan BJ sebesar 0,001. Gunakan rumus berikut untuk menghitung koreksi.

BJ terkoreksi suhu= BJ terbaca +/- (selisih suhu terbaca ke 20oC) x 0,001

3

Jika suhu urin lebih 20oC koreksinya ditambah, dan jika kurang dari 20oC koreksi dengan dikurangi.

Volume urin sedikit

- Jika volume urin tidak mencapai 2/3 tabung pengukur BJ, maka perlu ditambahkan air- Ukur BJ air terlebih dahulu

Page 93: erfin blok 13 2016.PDF

- Gunakan rumus sebagai berikutSC.VC – SA.VA

SU =_________________

VU

SU= BJ urinSC= BJ campuran urin dan airVC= volume campuran urin dan airSA= BJ airVA= volume air yang ditambahkanVU= volume urin sebelum dicampur air

Catatan: nilai BJ yang dimasukkan rumus adalah BJ terkoreksi suhu

Daftar PustakaGuyton, A.C dan Hall, JE. (2006). Textbook of Medical Physiology, 11 th Ed. Elsevier Saunders.Manual Penggunaan Urinometer

Page 94: erfin blok 13 2016.PDF

LEMBAR KERJA FISIOLOGI GINJAL

Golongan :

Nama Praktikan :

Jenis Kelamin :

Tanggal :

NO PROBANDUS AWAL 30 MENIT 60 MENIT 90 MENIT

1 TIDAK PUASA VOL BJ VOL BJ VOL BJ VOL BJ

2 PUASA

3 PUASA +CAIRAN HIPOTONIS

4 PUASA + CAIRAN ISOTONIS

PEMBAHASAN :

KESIMPULAN :

Yogyakarta,Tanda Tangan Asisten Tanda Tangan Praktikan

Page 95: erfin blok 13 2016.PDF

( …………………………..) (…………………………)

PRAKTIKUM HISTOLOGISYSTEMA UROPOETICA

Sistema ini terdiri dari ren (ginjal), ureter, vesica urinaria dan uretra.Sistem ini mempunyai tugas utama menghasilkan urine, yaitu cairan yang membawa sisa-sisa metabolisme yang harus dikeluarkan dari tubuh. Dengan cara itu keseimbangan cairan tubuh dapat diatur sebaik-baiknya

I. REN atau GINJALGinjal berperan dalam filtrasi, absorbsi aktif dan pasif dan sekresi.Ultrafiltrat darah dibentuk di glomerolus sedangkan absorbsi substansia diperankan oleh tubulus dari nephron terutama tubulus convolutus proximalis. Seperti kelenjar lain, maka sistem ini terdiri atas 2 komponen pokok, yaitu komponen penghasil sekret dan saluran penyalur sekret. Berbeda dengan kelenjar umum, alat ini sebenarnya membuat urine tidak melalui produksi sekret oleh epitel kelenjar, melainkan membuat urine dengan cara mengambil cairan dan menyaring substansi yang berasal dari aliran darah. Dari arah proksimal ke distal.Struktur ginjal :Capsula sebagai jaringan ikat padat membungkus ren, kecuali pada hilum, tempat pembuluh-pembuluh keluar dari dan masuk ke dalam ren.

Ren terdiri atas 2 bagian, yaitu: CORTEX dan MEDULLA

A. CORTEX Bagian sebelah luar, di bawah capsula, sampai mencapai basis pyramidis, pada perbatasan dengan medulla. Cortex meluas ke medulla di antara pyramis renalis sebagai columna renalis. Cortex renalis penuh berisi unit-unit fungsional yaitu Nephronum, jumlahnya ± 2 juta dalam setiap ginjal, masing-masing terdiri atas: 1) corpusculum renale, yang mempunyai 2 ujung, yaitu :

- Polus vascularis. Ujung corpusculum, renale tempat arteriola afferentia masuk dan arteriola afferentia meninggalkan kapiler glomeruli. - Polus urinaris. Ujung corpusculum renale tempat dimulainya tubulus contortus proximalis.

Corpusculum renale terdiri atas 2 komponen: a) glomerulus, kapiler arteri terakit seperti benang kusut, dinamakan rete capillare

glomerulare. Dinding kapiler dilengkapi dengan endotheliocytus fenestratus. Di antaranya anyaman kapiler-terdapat sel mesangial merupakan modifikasi sel otot polos.

Page 96: erfin blok 13 2016.PDF

b) capsula glomeruli, berbentuk mangkuk, berdinding dua lapis : - paries externa: epithel simplex squamosum. - paries interna: epithelium simplex squamosum. Dilihat dengan mikroskop elektron ternyata sel memiliki tonjolan cytoplasma sebagai kaki-kaki, maka sel disebut podocytus. Tonjolan dinamakan : - cytotrabecula. - cytorodium. Kedua dinding saling dipisahkan oleh lumen cansulae (spatium urinarium), yang akan mengumpulkan cairan kencing yang tersaring.

1. tubuli nephroni. Sistem pembuluh ini mulai pada corpusculum renale di polus vascularis.Berturut-turut dari proksimal ke distal adalah

a. tubulus contortus proximalis - berkelok-kelok dalam cortex. - dinding : epithelium simplex cuboideum atau simplex columnare rendah, sel

asidofil kuat, banyak mengandung mitochondria. Dengan mikroskop elektron sel bersifat epitheliocytus microvillosus, sehingga dengan mikroskop optik deretan microvilli tampak sebagai limbus disebut limbus Peniciliatus. Dasar sel juga menunjukkan gambaran bergaris disebut limbus striatus basalis (ciri khas bagi sel yang bertugas absorpsi).

b. tubulus attenatus, tubulus yang tidak berkelok-kelok terdiri atas : 1) pars discendens bagian tebal, bagian yang lurus dari tubulus proximalis turun

ke arah medulla. Dinding dilengkapi epithelicytus simplex cuboideum. 2) pars discendens bagian tipis, bagian yang lurus dari pars descendens bagian

tebal. Dinding dilengkapi epitheliocytus simplex squamosum. 3) pars ascendens bagian tipis, bagian yang naik ke pars acsendens bagian tebal.

Dinding dilengkapi epitheliocytus simplex squamosum. 4) pars ascendens bagian tebal, bagian yang naik ke arah cortex. Dinding

dilengkapiepitheliocytus simplex cuboideum. Tubulus attenatus yang berbentuk huruf U dulu dikenal sebagai ANSA NEPHRONI.

c. tubulus contortus distalis - berkelok-kelok lagi, di dalam cortex. - merupakan ruas terdistal nephronum. - dinding : epithelium simplex cuboideum. dibandingkan dengan tubulus

contortus proximal, tubulus ini mempunyai ciri : lebih pendek dan lebih tipis. mempunyai lumen lebih besar, karena sel dinding lebih kecil. pada epitheliocytus: microvilli tidak ada atau sedikit. epitheliocytus kurang asidofil. sepanjang perjalanan cortex, tubulus contortus distalis menempel pada arteriola glomerularis afferens atau

efferens.

Page 97: erfin blok 13 2016.PDF

Pada tempat itu sel-sel epitel dinding tubulus menjadi kolumnare, inti saling berapatan, sehingga deretan sel tampak lebih gelap, padat; gambaran ini disebut macula densa (noda padat). Diduga struktur ini berfungsi untuk menghantarkan data-data osmolaritas cairan dalam tubulus contortus distalis ke arteriole afferentia. Tunica media pada arteriola glomeru-laris afferens di dekat corpusculum renale men-galami modifikasi, sel epitel dinamakan Juxta glomerulocytus, yang bersifat endocrinocytus dengan cytoplasma bergranulae. Granula terpulas positif dengan teknik P.A.S. Macula densa bersama-sama dengan dinding arteriola yang dilengkapi dengan juxta glomerulocytus membentuk apparatus juxtaglomerularis. Pada apparatus :Terdapat sel-sel berwarna pucat, dinamakan mesangiocytus extra glumerularis. Membrana elastica interna arteriolae menghilang pada daerah juxta glomerulocytus. Juxtaglomerulocytus menghasilkan renin, yang dapat mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I. Jika zat terakhir ini diubah menjadi angiotensin II maka sekresi hormon aldosteron meningkat oleh cortex glandula adrenalis. Dengan demikian reabsorpsi dan resorpsi natrium dan khlorida dalam tubuli nephroni dapat diatur dan tensi darah dapat dipengaruhi.

B. MEDULLA Medulla terisi oleh pyramis medularis, 10-18 buah,, dengan : - basis pyramidis menghadap ke arah cortex. - apex pyramidis menjulang ke dalam sinus renalis.

Pada puncak apex, yang disebut papilla renalis, terdapat daerah berlobang-lobang seperti tapisan : area cribrosa. Tiap lobang, foramen papillare merupakan muara tubulus renalis colligens.

Tubulus renalis colligens : - lanjutan dari tubulus contortus distalis, epitel selapis kuboid- terdiri atas 2 bagian, yaitu bagian ujung proksimal melengkung : tubulus renalis

arcuatus. bagian lanjutan yang lurus tubulus colligens rectus. Ductus papillaris: lanjutan tubulus renalis colligens di papilla renalis.

II. URETER Dinding ureter disusun oleh Tunica mucosa : - epthelium tansitionale di ureter 4-5 lapis. - lamina propria berlembar 2 buah :

bagian luar : jaringan ikat padat, tanpa papilla, mengandung serabut elastis, sedikit noduli lymphatici kecil-kecil.

bagian dalam : jaringan ikat longgar.

Kedua lapisan ini menyebabkan tunica mucosa ureter dan vesica urinaria melipat-lipat membujur pada waktu kosong. Tunica submucosa : tidak jelas.

Page 98: erfin blok 13 2016.PDF

Tunica muscularis : otot polos, longgar, saling dipisahkan oleh jaringan ikat longgar dan anyaman serabut elastis. Otot membentuk 3 lapis : - stratum longitudinale internum, - stratum circulare, dan - stratum longitudinale externum. Tunica adeventitia : jaringan ikat longgar.

III. VESICA URINARIA Dinding tersusun serupa dinding ureter. epithelium transitionale. Di daerah trigonum vesicae : - tunica mucosa memiliki glandula trigoni vesicae. - berkas otot polos membentuk bangunan melingkar, mengelilingi muara ostium urethrae

internum, membentuk musculus spincter internus. Di sebelah luar tunica muscularis dijumpai tunica subserosa, tunica serosa atau tunica adventitia.

IV. URETHRA 1. URETHRA FEMININA pada wanita

Tunica mucosa: - epithelium pseudostratificatum, makin ke distal menjadi epithelium stratificatum squamosum. - lamina propria : jaringan ikat longgar dilengkapi dengan glandula urethralis dan lacuna urethrales, serabut elastis. Karena bagian ini ditempati oleh plexus venosus, maka disebut juga stratum spongiosum.

Tunica muscularis, membentuk : - stratum longitudinale : sebelah dalam. - stratum circulare : sebelah luar.

2. URETHRA MASCULINA, pada pria. Lebih lanjut akan dijelaskan pada Blok system reproduksi.

PETUNJUK PRAKTIKUM

1. REN Sediaan : SU-1; H E Perhatikan pada perbesaran lemah dan kuat : a. capsula fibrosa b. cortex dan medulla c. nephronum, sebagai suatu sistem, tersusun oleh komponen-komponen :

1) corpusculum renale, terdiri atas

Page 99: erfin blok 13 2016.PDF

- glomerulus - capsula glomeruli, terdiri atas :

pars externa pars interna lumen capsulae Perhatikan bentuk sel-sel penyusun epithelium di situ.

2) tubuli. Ini sesuai dengan wilayahnya terdiri atas : - pars proximalis, tersusun oleh - pars convolutus : berkelok - pars-rectus : lurus - Sel epitel dilengkapi dengan limbus peniciliatus (perhatikan pada sediaan

demonstrasi terpulas khusus untuk memperagakan fosfatase alkalis). Bangunan ini tampak hitam intensif. Bandingkan dengan ansa nephroni dan pars distalis yang tidak terpulas hitam karena tidak mempunyai limbus peniciliatus.

- ansa nephroni : epitel pipih - pars distalis : epitel kuboid - tubulus renalis colligens : - tubulus renalis arcuatus. Epitel yang kuboid selapis terdiri atas 2 jenis sel - cellula densa : cytoplasma padat - cellula lucida : cytoplasma jernih

tubulus colligens rectus, melanjutkan diri menjadi ductus papillaris. Tubulus ini dilengkapi epitel kuboid selapis.

2. URETER Sediaan : SU-2; H E Perhatikan pada perbesaran lemah dan kuat

1. Dinding - tunica mucosa : berlipat-lipat membujur, dilengkapi epithelium transitionale membrana basalis lamina propria : jaringan ikat longgar.

- tunica muscularis : otot polos di sela jaringan ikat longgar. Tersusun 3 lapis : stratum longitudinale internum stratum circulare stratum longitudinale externum.

- tunica adventitia : jaringan ikat longgar

2. Lumen : pada penampang melintang tampak kosong, berbentuk bintang.

3. VESICA URINARIASediaan : SU-3; H E Perhatikan : -Tunica mucosa

Page 100: erfin blok 13 2016.PDF

* epithelium transitionale dengan sel- sel payung di permukaan; inti kadang-kadang 2 buah. kuboid di bagian dasar

* lamina propria : jaringan ikat longgar berserabut. - Tunica serosa dan tunica adventitia : jaringan ikat longgar.

PRAKTIKUM URINALISA URIN RUTIN

A. PEMERIKSAAN URIN MAKROSKOPIK

Adalah pemeriksaan urin tanpa menggunakan alat, dilihat dengan mata telanjang, dengan penerangan sinar matahari. Hal yang dilaporkan :

VOLUME Diukur dengan gelas ukur. Normal rata rata orang dewasa 800-1300 ml (variasi 600 –2000) dalam 24 jam. “Poliuri” bilamana pengeluaran urin lebih dari 2000 ml. Dalam 24 jam. Dibedakan dengan poliuresis, yaitu peningkatan baik sewaktu maupun 24 jam. Terdapat keadaan fisiologis pada polidipsi, obat diuretik, minuman tertentu, nervous, kedinginan, cairan parenteral IVFD. Patologis pada penyakit Diabetes mellitus, Diabetes insipidus, Gagal ginjal, Kerusakan tubulus ginjal. Diuresis malam disebut “Nokturi”, yaitu urin yang keluar pada malam hari lebih dari 400 ml. Keadaan ini terdapat pada semua keadaan poliuri, resorpsi cairan edema, kapasitas kandung seni yang berkurang, seperti pada infeksi, batu atau tumor, iritasi kandung kemih, obstruksi partial saluran kemih karena prostat, striktura,batu dan tumor. Pengeluaran urin kurang dari 500 ml dalam sehari, disebut “oliguri”. Sama sekali tidakmengeluarkan urin, disebut “anuri”. Keadaan ini bisa terjadi pre-renal, renal, maupun post renal.

WARNA Dilihat dengan cahaya tembus dalam tabung reaksi, dilihat dengan posisi serong dalam penerangan terang matahari. Biasanya dilihat bersama kekeruhan dan ada benang-benang lendir (nubecula). Normal urin berwarna kuning muda sampai kuning tua.

Page 101: erfin blok 13 2016.PDF

Perubahan warna urin dapat diperoleh juga dari anamnesis. Penafsiran hasil pemeriksaan urin makroskopik, harus diperhatikan keadaan hidrasi pasien, pigmen saat warna normal, penyimpanan lama menjadi lebih gelap, warna makanan, minuman dan obat-obatan. Urin “merah” merupakan tanda yang penting bagi penderita, harus dicari sebabnya. Kelainan penting yang menyebabkan urin merah, yaitu : hematuri, hemoglobinuri, mioglobinuri. Jangan lupa kontaminasi darah menstruasi pada pasien wanita. Urin “kuning tua-coklat-kehitaman seperti teh tua” , disebabkan oleh urin yang pekat, pigmen bilirubin. Untuk memantapkan adanya bilirubin, biasanya kehijauan dan dapat dilakukan percobaan busa, busa berwarna sama.

KEKERUHAN Caranya sama dengan pemeriksaan warna. Dilaporkan sebagai jernih, agak keruh, keruh, sangat keruh. Normal disebabkan fosfat, karbonat, urat, cairan semen, kontaminasi talk, antiseptik, feses. Abnormal pada lipiduria, chyluri, kuman bakteri pada infeksi saluran kemih, bisa juga oleh karena unsur2 sedimen dalam jumlah besar.

BAUNormal bau khusus lunak. Bau abnormal menusuk terdapat pada urin yang disimpan

lama, makanan, obat2an dan penyakit kongenital asam amino. Bau buah buahan pada ketosis Diabetes Melitus. Bau busuk pada infeksi saluran kemih. Bau anyir pada keganasan.

BERAT JENISSecara manual diperiksa dengan urinometer. Secara praktis dengan menggunakan

dipstisk. Hasil pemeriksaan berat jenis urin dapat dipakai untuk menilai kemampuan ginjal dalam memekatkan urin. Nilai rujukan berat jenis urin pagi = 1,015 – 1,025. Defek fungsi dini yang tampak pada kerusakan tubulus adalah kehilangan kemampuan untuk memekatkan urin. Berat jenis urin yang rendah persisten menunjukkan gangguan fungsi reabsorpsi tubulus. Nokturia dengan ekskresi urin malam > 500 ml dan berat jenis < 1,018 memberi pertanda gangguan fungsi ginjal dini. Sedangkan berat jenis urin yang menetap sama dengan berat jenis plasma (= 1,010) yang disebut isostenuri, menunjukkan sudah terjadi gangguan fungsi pemekatan dan pengenceran urin.

B. PEMERIKSAAN URIN MIKROSKOPIKAdalah pemeriksaan elemen elemen dalam urin dengan menggunakan mikroskop

cahaya biasa, fase kontras atau polarisasi, setelah sampel urin disentrifus. Indikasi pemeriksaan : 1) membantu menetapkan proses patologis di ginjal atau non ginjal; 2) Bila diperlukan diagnosis untuk mioglobinuri. 3) Untuk mengetahui apakah hematuri atau hemoglobinuri.

Alat dan bahan yang diperlukan, adalah : sentrifus, tabung sentrifus, kaca objek kaca penutup, Pewarna Sternheimer Malbin dan pelaporan hasil. Pemeriksaan mikroskopik membutuhkan standarisasi sentrifus 1500 rpm selama 5 menit, yaitu volume urin 10-15ml dalam tabung sentrifus. Bilamana menggunakan mikroskop cahaya

Page 102: erfin blok 13 2016.PDF

biasa, dibuat cahaya redup, kondensor diturunkan maksimal, diafragma diperkecil dan menggunakan pengecatan supravital (Steinheimer Malbin).

ALAT / REAGEN :

1. Tabung sentrifus2. Sentrifus3. Pipet Pasteur4. Kaca objek5. Kaca penutup6. Mikroskop cahaya 7. Reagen Steinheimer Malbin.

CARA :

1. Kocoklah urin sampel dalam botol penampung, supaya sedimen tercampur dengan cairan diatasnya.

2. Masukkan urin 10 – 12 ml kedalam tabung sentrifus3. Masukkan kedalam sentrifus dan putar dengan kecepatan 1.500 rpm selama 5

menit atau 3.000 rph selama 3 menit.4. Angkat dari sentrifus, tuanglah cairan bagian atas kembali ketempat asalnya

secara cepat tapi lembut, kemudian segera tegakkan kembali tabung sehingga diperoleh sisa ± 0,5 ml

5. Kocok kembali tabung untuk meresuspensi sedimen. 6. Tambahkan 1 tetes reagen Steinheimer Malbin. Campurlah dengan cara

mengetuk-ketukan tabung ke tangan.7. Dengan pipet Pasteur taruhlah 1 tetes sedimen diatas kaca objek dan tutup dengan

kaca penutup8. Amati di bawah mikroskop dengan pembesaran objektif 10 x untuk menghitung

silinder dan epitel.9. Gantilah perbesaran objektif 40 x untuk menghitung lekosit, eritrosit, kristal dan

bakteri

PELAPORAN :

Pembesaran 10 X

Silinder :

Hialin : ………. / lpk (lapangan pandang kecil) Granuler : ………. / lpk Lekosit : ………. / lpk

Page 103: erfin blok 13 2016.PDF

Eritrosit : ………. / lpk Lilin : ………. / lpk Dll : ………. / lpk

Epitel : - / + / ++ / +++ (jenis ……………..(squamosa, transitional, kuboid)

Pembesaran 40 X

Lekosit : ………. / lpb,

Eritrosit : ………. / lpb, ( eumorfik / dismorfik)

Kristal : ………. - / + / ++ / +++ (jenis……………)

Lain-lain : ………. - / + / ++ / +++ (jamur, bakteri, parasit)

C. Pemeriksaan Urin Kimia StikPemeriksaan urin kimia stik adalah pemeriksaan urin, tanpa sentrifus, menggunakan reagen kimia kering berupa multistik dengan parameter pengukuran meliputi: pH, berat jenis, protein, glukosa, bilirubin, urobilinogen, keton, nitrit, lekosit esterase, dan darah.

Prosedur:

1. Masukkan urin ke dalam tabung sebanyak 10 – 12 ml.2. Celupkan multistik kedalam urin sampai semua pita tercelup, angkat dan tiriskan melalui

dinding tabung/miringkan sebentar diatas kertas tissue untuk menghilangkan kelebihan urin pada pita.

3. Tunggu selama 2 menit.4. Segera baca hasil reaksi / perubahan warna dari masing-masing indikator multistik

dicocokkan dengan indikator pada tabung stik5. Catat hasil di blangko hasil

PELAPORAN :

1. pH : 5.0 ; 6.0 ; 6.5 ; 7.0 ; 7,5 ; 8.0 ; 8.52. Berat Jenis :1.000 ; 1.005 ; 1.010 ; 1.015 ; 1.020 ; 1.025;1.0303. Protein : - / ±/+ / ++ / +++/++++4. Glukosa : - / ±/ + / ++ / +++/++++ 5. Bilirubin : - / + / ++ / +++6. Urobilinogen : - / ±/+ / ++ / +++ 7. Keton : - / + / ++ / +++8. Nitrit : - / + / ++ / +++

Page 104: erfin blok 13 2016.PDF

9. Lekosit esterase : - / ±/+ / ++ / 10. Darah : - / ±/+ / ++ / +++

Prinsip Kimiawi,

I. BERAT JENISPrinsip kimia reagen kering ini adanya konsentrasi ion dalam urin. Adanya kation, proton akan melepaskan bahan komplek & membentuk perubahan warna (biru hijau kuning).Sumber kesalahan positip palsu disebakan ok proteinuri, ketoasidosis dan kation divalen dalam jumlah besar. Terjadi negatip palsu pada kadar glukosa >1000mg/dl. Pada pH >7 hasil harus ditambah 0,005.Indikasi dan interpretasi: menilai fungsi ginjal. Check penyebab lisis sel sedimen. Diabetes Mellitus. Diabetes Insipidus. Urin pagi setelah semalam puasa air, normal minimal 1,020.

II. LEKOSITPrinsip kimia adalah esterase Indoxyl ester dengan diazonium dye menjadi violet dye.Sumber kesalahan : Meningkat palsu pada warna urin ok bilirubin dan nitrofurantoin. Urin dengan pengawet formaldehyde. Rendah palsu terdapat pada proteinuri > 500mg/dl dan terapi Cephalexin dosis tinggi.Pembacaan sesudah 2 menit. Hasil positip memberi warna violet. Positip satu sesuai dengan 10-25 sel/ul, ++ sesuai dengan 75 sel/ul dan +++ sesuai dengan 500 sel/ul. Kesesuaian dengan pemeriksaan mikroskopik sedimen 1 lekosit/lpb = 10 sel/ul.Indikasi interpretasi : adanya “inflamasi” ginjal atau saluran kemih bawah. Mendeteksi kesembuhan dan kronisitas. Tidak selalu berkorelasi dengan “bakteriuri”. Pemeriksaan kultur perlu dilakukan setiap adanya lekosituri, bukan sebaliknya. Pada wanita sering terjadikontaminasi fluor albus.

III. NITRIT

Adanya nitrit dalam urin akan bereaksi dengan aromatik amin, diazonium dan garam benzoquinoline menimbulkan warna merah.

Sumber kesalahan: negatip palsu terdapat pada peningkatan diuresis, pengenceran urin, puasa lama, tidak mengkonsumsi sayuran dan konsumsi vitamin C dosis tinggi. Positip palsu terdapat pada urin yang tidak segera diperiksa > 4 jam dan obat Phenazopyridin.

Indikasi dan interpretasi setelah ditunggu 30 – 60 detik. Positip warna dari pink sampai merah, menunjukkan bakteri pembentuk nitrit. Negatip tidak menyingkirkan, mungkin infeksi disebabkan oleh bakteri yang tidak membentuk nitrit, jumlah bakteri sedikit ok pemberian antibiotika kemoterapeutika atau tidak ada bahan nitrit dalam urin oleh karena tidak makan sayur.

IV. KEASAMAN (pH)

Page 105: erfin blok 13 2016.PDF

Prinsip kimia adalah perubahan warna double indikator bervariasi antara 5 – 9.Sumber kesalahan: terlalu alkalis pada urin lama, pertumbuhan dan kontaminasi bakteri.Pembacaan segera. Normal pH 5 – 6. Pada UTI urin alkalis pH 7 – 8.

V. PROTEIN

Prinsip kimia adanya protein akan mengubah warna indikator dari kuning menjadi hijau.Sumber kesalahan positip palsu pada infus polivinylpyrrolidone dan botol penampung tercemar bahan deterjen yang mengandung ammonium atau chlorhexidine.Pembacaan setelah 60 detik. Positip satu sesuai dengan 0,3 g/l. Mulai ++ dianggap nefropati (glomerular atau tubular) kecuali pada DM dan Hipertensi bisa mulai Mikroalbuminuri. Fisiologis atau orthostatik biasanya positip terbatas satu.

VI. GLUKOSA

Prinsip kimia adalah reaksi ensimatik spesifik glukosa oksidase menimbulkan warna hijau.Sumber kesalahan negatip palsu karena adanya vitamin C, obat. Positip palsu pada penampung yang terkontaminasi detergen atau residu peroksida.Pembacaan setelah 60 detik. Normal, +,++,+++. ++++.

VII. KETON

Adanya benda keton (acetoacetic, acetone) menimbulkan kompleks bewarna ungu. Sumber kesalahan positip karena phenylketon dan phthaleins.

VIII. UROBILINOGEN Reaksi kimia dengan garam diazonium dalam suasana asam memberi warna merah.

Sumber kesalahan negatip palsu pada sampel terpapar sinar matahari, penyimpanan lama, konsentrasi formaldehyde pengawet urin, nitrit karena UTI. Positip palsu pada obat2an.

Pembacaan setelah 10 menit. Abnormal + 33, ++ 66,++131 umol/l atau hasil negatif

IX. BILIRUBINPrinsip reaksi adalah bilirubin denghan garam diazo memberikan warna merah-ungu dalam suasana asam.Sumber kesalahan negatip palsu ok vitamin C, nitrit dalam urin, penyimpanan lama dan paparan sinar matahari. Positip palsu pada obat-obatan yang memberi warna merah pada urin.Pembacaan +, ++, dan +++ adalah warna merah muda sampai violet.

X. DARAHPrinsip kimia adalah adanya hemoglobin dan mioglobin yang mempunyai sifat seperti peroksida, mereduksi H2O2 memberikan warna biru-hijau.

Sumber kesalahan negatip palsu adanya nitrit dalam urin, pengawet formalin dan proteinuri > 5g/l. Positip palsu adanya residu detergen.

Page 106: erfin blok 13 2016.PDF

Pembacaan ada dua macam : Eritrosit hijau kompak: + (5 – 15), ++ (30 – 100), +++ (150 –300) sel/ul. Hemoglobin dan Mioglobin warna hijau rata. Rentang dinyatakan sama dengan Eritrosit. Lakukan konfirmasi / perbandingan dengan mikroskopik bila ada dugaan hemoglobinuri pada Sindroma Hemolitik intra vaskuler, dan mioglobinuri pada trauma atau penyakit otot.

Page 107: erfin blok 13 2016.PDF

6. URAIAN TUGAS DAN PENILAIAN TUGAS

A. TUGAS1. TUGAS 1 TUGAS PENGKAJIAN SISTEM PERKEMIHAN

1) Tugas merupakan tugas kelompok sesuai dengan kelompok praktikum skill lab blok 132) Mahasiswa membuat format pengkajian system perkemihan3) Mahasiswa wajib mencari bayi/anak, remaja, dewasa, dan lansia di sekitar

asrama/kos/saudara4) Lakukan pengkajian fisik pada bayi/anak, remaja, dewasa, dan lansia tersebut5) Bandingkan hasil pengkajian yang diperolah terkait system perkemihan pada bayi/anak,

remaja, dewasa, dan lansia dan lakukan analisis mengapa terjadi perbedaan tersebut6) Wajib menyertakan foto bayi/anak, remaja, dewasa, dan lansia yang dikaji7) Tulis hasil pengkajian,kumpulkan tugas ke PJ Blok 13 dan diupload via ELS pada minggu

kedua8) Format pengkajian meliputi identitas diri, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan lalu,

pengkajian pola Gordon (spesisfik berhubungan dengan system perkemihan) dan pemeriksaan fisik

9) Format laporan:a. Cover (sertakan nama dan no mahasiswa anggota kelompok)b. Hasil pengkajian masing-masing pada bayi/anak, remaja, dewasa, dan lansia.c. Analisa temuan hasil pengkajiand. Daftar pustaka

10) Komponen penilaian

No Komponen Bobot

1 Kelengkapan data pengkajian 40%

2 Ketajaman analisis 40%

3 Kesesuaian format 10%

4 Kesesuaian content 10%

2. TUGAS 2 BLOK PERKEMIHAN PRESENTASI DAN MAKALAH1) Tugas merupakan tugas kelompok kecil. setiap kelompok terdiri dari 4-5 mahasiswa.2) Buat makalah presentasi 3) Isi makalah presentasi meliputi:

a. Definisib. Mindmap (lihat contoh) meliputi; etiologi/faktor resiko, mekanisme/patofisiologi,

tanda dan gejala, masalah keperawatan, intervensi keperawatan dan EBNc. Terapi komplementer d. Kajian Islam

Page 108: erfin blok 13 2016.PDF

4) Format makalah

a. Coverb. Kata pengantarc. Isi makalahd. Kesimpulane. Daftar pustaka

5) Bagi penugasan tentang jurnal, bagian isi makalah meliputi; judul penelitian, pengarang, tujuan penelitian, desain/metode penelitian, P (population) I (intervention) C (comparation) O (outcomes), manfaat bagi keperawatan. Bagian intervention dijelaskan dengan detail.

6) Tata tulis

a. Font: Times New Roman, 12pt, 1.5 spasib. Margin: Kiri dan Atas: 4cm, Kanan dan bawah: 3 cmc. Jumlah halaman: isi maksimal 10 halamand. Menggunakan EYD

7) Tugas dikumpulkan dan di upload di ELS pada minggu pertama blok 8) Komponen penilaian

Komponen Item penilaian Bobota. Struktur 1. Menyusun makalah dengan terstruktur

2. Menggunakan heading dan sub heading dengan tepat3. Menyimpulkan makalah

10%

b. Writing style

1. Menjelaskan makalah dengn kalimat terstruktur, argumen yang jelas, dan menggunakan EYD

10%

c. Isi makalah 1. Sesuai dengan kajian teori 60%d. References 1. Daftar pustaka akurat dan lengkap, 10 tahun terakhir

2. Melakukan kutipan referensi dengan tepat3. Menyebutkan semua sumber informasi4. Kutipan langsung hanya untuk point yang penting

20%

9) Topik:

Kelompok Bahan kajian Materi/Pokok Bahasan Dosen1 Asuhan

keperawatan pada system perkemihan

a. Pengkajian sistem perkemihan- Riwayat kesehatan- Pengkajian - Pemeriksaan fisik- Pemeriksaan diagnostic

b. Diagnosa keperawatan pada system perkemihan

c. Intervensi keperwatan

Erfin Firmawati, Ns., MNS

Page 109: erfin blok 13 2016.PDF

2 Asuhan keperawatan pada system perkemihan

a. Gangguan Pola BAKb. Diagnosa keperawatan pada

system perkemihanc. Intervensi keperwatan

Erfin Firmawati, Ns., MNS

3 Pemeriksaan diagnostic pada gangguan system perkemihan

a. Pemeriksaan laboratorium ; urinalisis,

b. Pemeriksaan darah : darah rutin, faal ginjal, elektrolit,

c. Analisis batud. Kultur urine. Peran Perawat dalam

pemeriksaan diagnostik

dr. Adang M.Gugun, Sp.K,

M.Kes

4 Pemeriksaan diagnostic pada gangguan system perkemihan

a. Pemeriksaan radiologi : foto polos abdomen, sistografi, uretrografi, RPG, USG, CT, BNO IVP

b. Peran perawat dalam pemeriksaan diagnostic

dr. Adang M.Gugun, Sp.K,

M.Kes

5 Gangguan perkemihan infeksi (Urethritis, Cystitis, Pyelonephritis, Glomerulonephritis)

a. Definisib. Pathway (etiologi/faktor resiko,

tanda dan gejala,masalah keperawatan)

c. Pemeriksaan diagnosticd. Penatalaksanaane. Asuhan keperawatanf. EBNg. IRK

Fahni Haris, Ns., M.Kep

6 Gangguan perkemihan non infeksi: hipospadia, hidrokel dan phimosis

a. Definisib. Pathway (etiologi/faktor resiko,

tanda dan gejala,masalah keperawatan)

c. Pemeriksaan diagnosticd. Penatalaksanaane. Asuhan keperawatanf. EBNg. IRK

Rahmah, Ns., M.Kep.,Sp.An

7 Gangguan perkemihan non infeksi (gangguan genetic; Polycistic kidney disease)

a. Definisib. Pathway (etiologi/faktor resiko,

tanda dan gejala,masalah keperawatan)

c. Pemeriksaan diagnosticd. Penatalaksanaane. Asuhan keperawatanf. EBNg. IRK

Arianti, Ns., Sp.Kep.MB

Page 110: erfin blok 13 2016.PDF

8 Gangguan perkemihan non infeksi (Nephrotic Syndrome)

a. Definisib. Pathway (etiologi/faktor resiko,

tanda dan gejala,masalah keperawatan)

c. Pemeriksaan diagnosticd. Penatalaksanaane. Asuhan keperawatanf. EBNg. IRK

Rahmah, Ns., M.Kep.,Sp.An

9 Gangguan perkemihan non infeksi (keganasan; Ca Bladder)

a. Definisib. Pathway (etiologi/faktor resiko,

tanda dan gejala,masalah keperawatan)

c. Pemeriksaan diagnosticd. Penatalaksanaane. Asuhan keperawatanf. EBNg. IRK

Arianti, Ns., Sp.Kep.MB

10 Gangguan perkemihan non infeksi (Gagal Ginjal Akut)

a. Definisib. Mindmap (etiologi/faktor resiko,

tanda dan gejala,masalah keperawatan)

c. Pemeriksaan diagnosticd. Penatalaksanaane. Asuhan keperawatanf. EBNg. IRK

Fahni Haris, Ns., M.Kep

11 Gangguan perkemihan non infeksi (Gagal Ginjal Kronik)

a. Definisib. Pathway (etiologi/faktor resiko,

tanda dan gejala,masalah keperawatan)

c. Pemeriksaan diagnosticd. Penatalaksanaane. Asuhan keperawatanf. EBNg. IRK

Ambar Relawati, Ns., MKep

12 Gangguan perkemihan non infeksi (Bladder Trauma)

a. Definisib. Pathway (etiologi/faktor resiko,

tanda dan gejala,masalah keperawatan)

c. Pemeriksaan diagnosticd. Penatalaksanaane. Asuhan keperawatanf. EBNg. IRK

Arianti, Ns., Sp.Kep.MB

Page 111: erfin blok 13 2016.PDF

13 Renal Replacement Therapy (RRT)

Dialysis therapy (HD) Ambar Relawati, Ns., MKep

14 Renal Replacement Therapy (RRT)

CAPD dan Renal Transplantation

Ambar Relawati, Ns., MKep

15 Asuhan keperawatan pada pasien dengan hemodialisa (HD)

a. Pengkajian pada pasien dengan HD

b. Pemeriksaan fisik pada pasien dengan HD

c. Diagnosa keperawatan pada pasien dengan HD

d. Intervensi keperawatan pada pasien dengan HD

Ambar Relawati, Ns., MKep

16 Farmakologi untuk gangguan system perkemihan

a. Macam-macam obatb. Mekanisme kerja obatc. Indikasi dan kontra indikasi obatd. Cara pemberian obate. Peran perawat dalam pemberian

obat

Farmasi

17 Health promotiom pada gangguan sistem perkemihan (GGK, urolithiasis, ISK)

a. Primary preventionb. Secondary preventionc. Tertiary preventiond. Peran perawat komunitas pada

pasien dengan gangguan system perkemihan

Dinasti Pudang Binoriang, Ns.,

M.Kep., Sp.Kep.Kom

18 Jurnal EBN pada sistem perkemihan (Nursing intervention)

a. Bladder training pada pasien dengan kateter

b. Kegel excersie pada pasien dengan gangguan system perkemihan

Erfin Firmawati, Ns., MNS

19 Jurnal EBN pada sistem perkemihan (Nursing intervention)

a. Perawatan kateterb. Irigasi kateter pada pasien post

TURP

Erfin Firmawati, Ns., MNS

20 Kajian Islam dalam sistem perkemihan

a. Sirkumsisi/khitanb. Najisc. Thaharahd. Ibadah praktis pada orang sakit:

pasien terpasang kateter

Erfin Firmawati, Ns., MNS

Page 112: erfin blok 13 2016.PDF

3. TUGAS 3 PEMBUATAN MEDIA PENDIDIKAN KESEHATAN/KONSELING1) Tugas merupakan tugas kelompok dengan anggota 10-12 orang mahasiswa2) Buatlah media ajar untuk pendidikan kesehatan pada klien dengan gangguan system

perkemihan pada berbagai kelompok usia dan permasalahannya.3) Media ajar dapat berupa: leaflet, lembar balik, booklet, atau video4) Topik media ajar dapat dipilih salah satu dari perkemihan sebagai berikut:

1. BPH

2. Urolithiasis/vesikolithiasis

3. Urethritis

4. Deteksi Ca Bladder

5. Nefrotik Syndrome

6. Gagal Ginjal Akut

7. Gagal Ginjal Kronik

8. Pasien dengan Hemodialisa

9. Perawatan kateter di rumah

10. Kegel Exercise pada Inkontinesia

b. Tugas diupload di ELS dan dikumpulkan langsung pada PJ Blok 13 pada minggu ketigac. Komponen penilaian

Komponen Item penilaian Bobota. Struktur 1. Tulisan mudah dibaca

2. Warna menarik3. Disertai gambar atau objek yang mendukung

memudahkan memahami materi

20%

b. Writing style

1. Menggunakan kata dan kalimat yang mudah dipahami2. Menggunakan EYD

15%

c. Isi media ajar

1. Menunjukkan kesesuaian dengan teori/evidence based2. Sesuai dengan nila-nilai islami3. Mudah dipahami oleh pembaca4. Jelas

65%

Page 113: erfin blok 13 2016.PDF

RUBRIK PENILAIAN PRESENTASI LISAN

Aspek Kriteria SkorOrganisasi Presentasi terorganisasi dengan baik dan menyajikan fakta yang

meyakinkan untuk mendukung kesimpulan-kesimpulan.3

Presentasi mempunyai fokus dan menyajikan beberapa bukti yang mendukung kesimpulan-kesimpulan.

2

Tidak ada organisasi yang jelas. Fakta tidak digunakan untuk mendukung pernyataan.

1

Isi Isi akurat dan lengkap. Para pendengar menambah wawasan baru tentang topik tersebut.

3

Isi secara umum akurat, tetapi tidak lengkap. Para pendengar bisa mempelajari beberapa fakta yang tersirat, tetapi mereka tidak menambah wawasan baru tentang topik tersebut

2

Isinya tidak akurat atau terlalu umum. Pendengar tidak belajar apapun atau kadang menyesatkan.

1

Gaya presentasi

Pembicara tenang dan menggunakan intonasi yang tepat, berbicara tanpa bergantung pada catatan, dan berinteraksi secara intensif dengan pendengar. Pembicara selalu kontak mata dengan pendengar.

3

Secara umum pembicara tenang, tetapi dengan nada yang datar dan cukup sering bergantung pada catatan. Kadang-kadang kontak mata

2

Page 114: erfin blok 13 2016.PDF

dengan pendengar diabaikanPembicara cemas dan tidak nyaman, dan membaca berbagai catatan daripada berbicara. Pendengar sering diabaikan. Tidak terjadi kontak mata karena pembicara lebih banyak melihat ke papan tulis atau layar.

1

RUMUS NILAI AKHIR (NA):

Mencatat kegiatan dalam lembar catatan/Dokumentasi tindakan.

KELOMPOK TUTORIAL PSIK BLOK 2013

T. 1 T. 2 20130320011 Ferika Madani 20130320012 Siska Pratiwi20130320021 Ade Palin Salmah 20130320035 Gita Mila Wulansari20130320038 Nurhuda Surya Pratama 20130320039 Rizky Shodiqurrahman20130320055 Eyasintri 20130320040 Didik Iman Margatot20130320067 Satrio Budi Raharjo P 20130320054 Labib Alfikri20130320069 Deby Gita Purnamasari 20130320060 Nurbaiti Arifin20130320084 Muhamad Andre FA 20130320082 Miftahul Jannah S20130320090 Pawit Puji Astuti 20130320092 Romadlon Hadi K20130320112 Ifan Nurhidayat 20130320113 Arifka Dwi Astuti20130320115 Risti Rahayu 20130320132 Nurul Arifah20130320126 Aneta Putri Arlindasari 20130320137 Anindea Bucika Putri20130320135 Mia Nur Wahyu D.

T. 3 T. 420130320017 Lisa Andriani 20130320033 Putri Argalita Tri U20130320027 Milatul Afifah 20130320046 Sushmitha Lantu Aryani

NA: Σ Skor X 100 3

Page 115: erfin blok 13 2016.PDF

20130320042 Muhammad Shahibul M 20130320066 Laely Hidayati20130320056 Serly Widia Ningsih 20130320075 Nurita Febriani20130320065 Riska Apriliyadani H 20130320088 Tri Ayu Lestari20130320103 Agus Purwanto 20130320096 Arifudin20130320105 Muhammad Nuruddin 20130320119 Probo Adi Saputro20130320108 Anisa Purbarani 20130320122 Novita Nur Hasanah20130320118 Anovita Kurnia Irianti 20130320133 Johan20130320129 M. Daroji Tahmidullah 20130320138 Nur Intan Indriyati O20130320142 Pramesti Frinatikasari 20130320149 Nurul Wahyuningsih

T. 5 T. 620130320001 Bambang Sugiarto 20130320007 Eka Asti Wijaya20130320005 Jefry Leo Sandy 20130320010 Dian Pepriana W20130320008 Sekar Sari 20130320019 Ilham Ridwan Yassin20130320025 Dina Oktaviana 20130320032 Rizka Wuryaningsih20130320036 Maulin Halimatunnisa' 20130320047 Anggi Novinda Aryani20130320050 Nia Retno Falupi 20130320053 Robain20130320098 Sri Marta Mei W 20130320061 Selviyani Safrudin20130320099 Kurnia Dwi Safitri 20130320071 Okta Jaka Purnama20130320109 Magenda Bisma Yudha 20130320104 Tresna Astiariny20130320125 Wisni Pratiwi 20130320106 Indah Anggraeni20130320141 Ledia Teja Kesuma 20130320145 Amalina Mazaya Karcy

T. 7 T. 820130320015 Merlisa Kesuma Intani 20130320003 Dwi Arini20130320037 Dinda Santi Putri Utami 20130320029 Erna Kurniawati20130320041 Rizki Rahmadani Putri 20130320048 Yunita Restiasa M20130320043 Yunita Nurpuspa Sari 20130320059 Karina Saraswati20130320049 Selvi Astuti 20130320064 Alviana Devita20130320070 Sholeh Arry Wibowo 20130320068 Ahmad Syakur Banafif20130320083 Fitri Wahyuni Mz. 20130320072 Riyo Nurihsan20130320095 Rizka Putri Aprelia 20130320087 Romi Kurniawan20130320116 Sri Andini Widya N 20130320114 Gunadiah Annisa S20130320124 Nurul Latifah 20130320117 Ati Purwaningsih20130320136 Muhammad Bayu Arisa 20130320151 Rahayu

T. 9 T. 1020130320006 Lisyah Bonita Paputungan 20130320016 Ena Septiningsih20130320023 Wiga Eryzha Fajarwati P. 20130320018 Wahid Afrizal20130320026 Retno Wulandari 20130320020 Tegar Rizky Nur M

Page 116: erfin blok 13 2016.PDF

20130320073 Ghulam Najiih Naadir 20130320034 Anisa Ratnasari20130320081 Ayu Cucuk Iskandar 20130320045 Nur Afni Sharfina20130320085 Riska Ayu Melinda D 20130320091 Eki Rusmayanti20130320089 Irwan Fauzi 20130320101 Lusi Anika20130320093 Nadya Rianda 20130320102 Diah Rahmawati20130320097 Andira Azzahra 20130320127 M. Bagus Wibisono20130320120 M. Ade Luthfi Hanan 20130320131 Rizka Saputri20130320128 Desy Rahmayani 20130320139 Indri Lestari

T. 1120130320002 Muhammad Rofiqul M20130320004 Ahmad Firdaus20130320009 Fathiyyah Intan Niryani20130320028 Pradika Fatwa Khoirul H20130320051 Iin Rahmayanti Soamole20130320058 Rina Widiya Hasim20130320086 Astuti Rismawati20130320110 Ristyo Utari20130320123 Cristanti20130320130 Dwi Astuti20130320147 Novelinda Permata Sari