Upload
vuongkhanh
View
231
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
1
BUKU MODUL
BLOK SISTEM PERKEMIHAN
(NS 351)
Koordinator
Erfin Firmawati, Ns., MNS
PenyusunErfin Firmawati, Ns., MNS
Arianti, Ns., M.Kep., Sp.Keb.MBFahni Haris, Ns., M.Kep
Ambar Relawati, Ns., M.KepRahmah, Ns., M.Kep., Sp.An
Dinasti Pudang Binoriang, Ns., M.Kep., Sp.Kep.Kom
Program Studi Ilmu KeperawatanFakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta
2016
2
GAMBARAN BLOK
Blok perkemihan merupakan blok pertama di semester pertama pada tahun ketiga
dari kurikulum blok PBL Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UMY, yang terdiri dari 6 SKS; 3 SKS PBC/PBD, 1 SKS PBT, 1 SKS
PBP, dan 1 SKS PBS. Kedalaman bahan kajian disesuaikan dengan visi, misi program
studi dan kompetensi yang harus dicapai mahasiswa sebagai ners generalis dengan
menekankan kemampuan klinik dan integrasi nilai-nilai keislaman. Blok ini membahas
tentang prinsip-prinsip teoritis dan keterampilan klinis keperawatan tentang system
perkemihan semua tingkat usia manusia. Secara umum, topik yang dibahas dalam blok
ini meliputi pengetahuan dasar tentang sistem perkemihan (anatomi, fisiologi, histology,
biokimia), pengkajian sistem perkemihan, hingga kondisi patologis pada sistem
perkemihan akut dan kronik pada berbagai usia mulai dari neonatus hingga lansia. Proses
keperawatan menjadi dasar asuhan keperawatan pada pasien sesuai dengan gangguan
perkemihan yang dialaminya. Selain itu, nilai-nilai Islam juga diintegrasikan dalam
pembelajaran ini.
Kegiatan belajar mahasiswa berorientasi pada pencapaian kemampuan berfikir
sistematis dan komprehensif dalam mengaplikasikan konsep sistem perkemihan dengan
pendekatan asuhan keperawatan. Selain menggunakan metode kuliah atau ceramah,
mahasiswa dituntut untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran tutorial atau small group
discussion dan praktikum baik praktikum biomedis maupun skills di mini hospital PSIK
FKIK UMY yang telah menggunakan pendekatan student centered learning. Selain itu,
mahasiswa juga dituntut untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar pada blok
kardiovaskuler ini dengan mengerjakan beberapa penugasan dan presentasi di depan
kelas. Kompetensi akhir dalam blok ini adalah mahasiswa mampu menganalisis dan
mendemonstrasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
perkemihan di semua tingkat usia baik kondisi akut maupun kronik dalam upaya
preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.
Yogyakarta, September 2016
Tim Penyusun Blok 13
3
DAFTAR ISI
Hal
Halaman judul …………………………………………………….. 1
Halaman Pengesahan …………………………………………………….. 2
Gambaran Blok …………………………………………………….. 3
Daftar Isi …………………………………………………….. 4
Visi dan Misi Program Studi …………………………………………………….. 5
Rancangan Pembelajaran
Semester …………………………………………………….. 6
Suplemen …………………………………………………….. 24
Petunjuk Teknis Tutorial …………………………………………………….. 25
Skenario Tutorial …………………………………………………….. 29
Tata Tertib Praktikum Skills Lab …………………………………………………….. 37
Panduan Praktikum Skills Lab …………………………………………………….. 40
Panduan Praktikum Biomedis …………………………………………………….. 86
4
VISI MISI PROGRAM STUDI
Visi Program Studi
Menjadi Program Studi Pendidikan Ners yang unggul dalam pengembangan keperawatan
klinik berdasarkan nilai-nilai ke-Islaman untuk kemaslahatan umat di Asia Tenggara pada
2022.
Misi Program Studi
1. Menyelenggarakan pendidikan ners yang unggul dan Islami.
2. Mengembangkan penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan praktik
keperawatan.
3. Menerapkan ilmu keperawatan sebagai bagian dari pengabdian kepada masyarakat
untuk kemaslahatan umat.
Tujuan
1. Menghasilkan ners yang memiliki kemampuan klinik dan mampu menerapkan nilai-
nilai Islami dalam memberikan asuhan keperawatan.
2. Menghasilkan produk penelitian yang dapat digunakan untuk meningkatkan mutu
pelayanan dan meningkatkan ilmu keperawatan.
3. Menghasilkan kegiatan pelayanan berbasis hasil penelitian untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
5
RANCANGAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
Mata Kuliah : Blok Perkemihan
Kode : NS 351
SKS : 6 SKS (3 SKS PBD/PBC; 1 SKS PBT; 1 PBP; 1 SKS PBS)
Semester : V
Area Kompetensi
Kompetensi Ke
Uraian
Kompetensi Utama1 Mampu melakukan asuhan keperawatan professional di tatanan klinik dan
komunitas
2 Mampu menjalin hubungan interpersonal3 Mampu melakukan komunikasi efektif
4 Mampu melaksanakan pendidikan kesehatan5 Mampu menerapkan aspek etik legal dalam praktik keperawatan6 Mampu melakukan praktik keperawatan yang holistic
7 Mampu bersikap caring dan empatiKompetensi Pendukung
1 Mampu menginternalisasikan nilai Islam di pelayanan keperawatanKompetensi lainnya
1 Mampu mengaplikasikan teknologi informasi
Learning Outcome Blok Sistem Perkemihan
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran pada blok sistem perkemihan mahasiswa
mampu:
1) Memahami ilmu dasar keperawatan tentang perkemihan
2) Memahami patofisiologi gangguan sistem perkemihan
3) Melakukan simulasi asuhan keperawatan dengan kasus gangguan perkemihan pada
berbagai tingkat usia dengan memperhatikan aspek legal dan etis
4) Melakukan simulasi pendidikan kesehatan dengan kasus gangguan sistem perkemihan
pada berbagai tingkat usia
6
5) Mendemonstrasikan intervensi keperawatan pada kasus dengan gangguan sistem
perkemihan pada berbagai tingkat usia sesuai standar yang berlaku dengan berfikir
kreatif dan inovatif sehingga menghasilkan pelayanan yang efisien dan efektif
6) Melakukan simulasi pengelolaan asuhan keperawatan pada sekelompok klien dengan
gangguan sistem perkemihan pada berbagai tingkat usia dengan memperhatikan aspek
legal etis
7) Mengidentifikasi masalah-masalah penelitian yang berhubungan dengan sistem
perkemihan dan menggunakan hasil-hasil penelitian dalam mengatasi masalah
gastrologi dan endokrin
8) Mengintegrasikan nilai Islam dalam melakukan asuhan keperawatan pada sistem
perkemihan
Karakteristik Mahasiswa
Blok gastrologi dan endokrin ditujukan bagi mahasiswa Ilmu Keperawatan tahun
ke 3 pada semester ke 5 yang telah mendapat ilmu tentang keperawatan profesional
(profesional nurse), teori keperawatan, proses keperawatan, Blok Hematologi dan
Imunologi, Blok Persepsi Sensori, Blok Integumen, Blok Tumbuh Kembang, Blok
Kardiovaskuler, Blok Respirasi, dan Blok Gastrologi dan Endokrinologi pada blok
sebelumnya. Blok perkemihan berada pada blok ke 13 di semester ke 5 pada kurikulum
S1 Ilmu Keperawatan UMY.
Pre-Assessment
Evaluasi yang digunakan adalah evaluasi proses (formatif) dan evaluasi akhir
(sumatif) terdiri dari ujian blok, penugasan, tutorial, dan nilai praktikum. Syarat untuk dapat
mengikuti ujian praktikum maupun ujian blok adalah dengan kehadiran minimal sebagai
berikut:
a. Kuliah : 75%
b. Tutorial : 100%
c. Praktikum dan atau Skill Lab : 100 %
7
Metode Evaluasi
Evaluasi yang digunakan adalah evaluasi proses (formatif) dan evaluasi akhir (sumatif)
terdiri dari ujian blok/MCQ, penugasan, tutorial, nilai praktikum biomed, dan nilai skillalab.
Penilaian formatif adalah penilaian aktifitas harian menggunakan checklist, laporan,
mini kuis, dll. Penilaian sumatif menggunakan mutiple choise question (MCQ) dan OSCE .
Nilai akhir dari Blok terdiri atas :
a. 40% hasil pre-test, post-test, dan MCQ
b. 10% penugasan
c. 20% hasil Tutorial, terdiri dari:
1) Proses selama tutorial
2) Minikuis
d. 10 % hasil praktikum biomedis
1) Pre-test
2) Diskusi
3) Post-test
4) Laporan
5) Responsi
e. 20% hasil skill lab
1) Pre-test
2) Proses skill lab
3) Post-test
4) OSCE
: 60%
: 40 %
: 20%
: 20%
: 20%
: 20%
: 20%
: 15%
: 40%
: 15%
: 30%
8
Area Kompe
tensi
Kemampuan akhir Yang diharapkan
Bahan kajian Materi/Pokok Bahasan Strategi pembelajar
an
Indikator Penilaian
Bobot Nilai
Jumlah Jam
1 2 3 4 5 6 7 8U1 Mampu menjelaskan
anatomi dan fisiologi sistem perkemihan1. Mampu menjelaskan
anatomi dan fisiologi sistem perkemihan
2. Mampu menjelaskan transcapillar fluid exchange
3. Mampu menjelaskan pengaturan asam basa pada sistem perkemihan
4. Mampu menjelaskan proses pembentukan urin
5. Mampu menjelaskan mekanisme koping pada injuri sistem perkemihan
Anatomi sistem perkemihanStruktur sistem perkemihan
a. Ginjalb. Ureterc. Vesica Urinariad. Urethra dan meatuse. Prostatf. Vaskularisasi sistem
perkemihang. Persyarafan sistem
perkemihan
Presentasi KelompokCeramah,
diskusi
- Pre test- Post test- Rubrik
Presentasi- Rubrik
Makalah- MCQ
2% 2x50
Anatomi sistem perkemihan
Anatomi system perkemihan:a. Renb. Ureterc. Vesika urinariad. Urethrae. Arteri dan vena system
perkemihan
Praktikumbiomedis
- Pre test- Post test- Diskusi- Rubrik
Laporan- Responsi
2,5% 2x60
Histologi sistem perkemihan
Histologi sistemperkemihan:a. Renb. Ureterc. Vesika Urinariad. Urethra
Praktikumbiomedis
- Pre test- Post test- Diskusi- Laporan- Responsi
2,5% 2x60
Fisiologi sistem perkemihan
a. Mekanisme tubular ginjal untuk filtrasi, sekresi, ekskresi, dan reabsorbsi
b. Komposisi urinc. Mekanisme pembentukan
urind. Pengaturan tekanan darah
Presentasi KelompokCeramah,
diskusi
- Pre test- Post test- Rubrik
Presentasi- Rubrik
Makalah- MCQ
2% 2x50
9
Area Kompe
tensi
Kemampuan akhir Yang diharapkan
Bahan kajian Materi/Pokok Bahasan Strategi pembelajar
an
Indikator Penilaian
Bobot Nilai
Jumlah Jam
1 2 3 4 5 6 7 8Fisiologi system perkemihan
a. Pengaturan asam basa pada ginjal
b. Keseimbangan cairan dan elektrolit
c. Fisiologi transport cairan dan elektrolit
Presentasi KelompokCeramah,
diskusi
- Pre test- Post test- Rubrik
Presentasi- Rubrik
Makalah- MCQ
2% 2x50
Balance cairan dan monitoring cairan (anak, dewasa dan lansia)
Balance cairan dan monitoring cairan (anak, dewasa dan lansia)
Skills lab(demonstrasi, diskusi)
- Pre test- Proses- Post test- OSCE
2x60
Perubahan fisiologis sistem perkemihanberdasarkan rentang usia
a. Perubahan anatomib. Faktor yg mempengaruhi
ekskresi dan urin: genetic, aktivitas. makanan, gaya hidup, usia
Belajar mandiri
kelompok
- Makalah 2x50
Fisiologi sistem perkemihan
Uji fungsi eksresi ginjal Praktikum biomedis
- Pre test- Post test- Diskusi- Laporan- Responsi
2,5% 2x60
Pemeriksaan urin (urinalisis)
Pemeriksaan urin (urinalisis)a. Pemeriksaan urin
makroskopikb. Pemeriksaan urin
mikroskopik
Praktikum biomedis
- Pre test- Post test- Diskusi- Laporan- Responsi
2,5% 2x60
Peran hormone dalam mengatur cairan tubuh (eksresi)
Mekanisme pengaturan hormon sistem ekskresi:RAA dan ADH
Tutorial - Tutorial assessment
- Mini Quiz
2% 2x60
10
Area Kompe
tensi
Kemampuan akhir Yang diharapkan
Bahan kajian Materi/Pokok Bahasan Strategi pembelajar
an
Indikator Penilaian
Bobot Nilai
Jumlah Jam
1 2 3 4 5 6 7 8
U1 –U4
Mampu mendemonstrasikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem perkemihan pada berbagai tingkat usia dengan memperhatikan aspek legal etik sesuai dengan standar yang berlaku dengan berfikir kreatif dan inovatif sehingga menghasilkan pelayanan yang efisien dan efektif1. Mampu menjelaskan
pengkajian pada system perkemihan
2. Mampu mendemonstrasikan pemeriksaan fisik pada system perkemihan
Asuhan keperawatan pada system perkemihan
a. Pengkajian sistem perkemihan- Riwayat kesehatan- Pengkajian - Pemeriksaan fisik- Pemeriksaan diagnostic
b. Gangguan pola BAKc. Diagnosa keperawatan
pada system perkemihand. Intervensi keperawatan
Presentasi KelompokCeramah,
diskusi
- Pre test- Post test- Rubrik
Presentasi- Rubrik
Makalah- MCQ
2% 2x50
Pemeriksaan fisik system perkemihan
a. Inspeksib. Palpasic. Perkusid. Auskultasi
Skills lab(demonstrasi, diskusi)
- Pre test- Proses- Post test- OSCE
2x60
Pengkajian system perkemihan - Rubrik Makalah
2x60
11
Area Kompe
tensi
Kemampuan akhir Yang diharapkan
Bahan kajian Materi/Pokok Bahasan Strategi pembelajar
an
Indikator Penilaian
Bobot Nilai
Jumlah Jam
1 2 3 4 5 6 7 83. Mampu mengidentifikasi
diagnosis keperawatan dan intervensi keperawatan pada system perkemihan
Pemeriksaan diagnostic pada gangguan system perkemihan
a. Pemeriksaan laboratorium ; urinalisis,
b. Pemeriksaan darah : darah rutin, faal ginjal, elektrolit,
c. Analisis batud. Kultur urine. Pemeriksaan radiologi :
foto polos abdomen, sistografi, uretrografi, RPG, USG, CT, BNO IVP
f. Peran perawat dalam pemeriksaan diagnostic
Presentasi KelompokCeramah,
diskusi
- Pre test- Post test- Rubrik
Presentasi- Rubrik
Makalah- MCQ
2% 2x50
U1 –U4
1. Mampu menjelaskan kembali patofisiologi gangguan sistem perkemihan non infeksi dan infeksi pada berbagai tingkat usiaa. Mampu menjelaskan
kembali patofisiologi gangguan perkemihan non infeksi
b. Mampu menjelaskan kembali patofisiologi gangguan perkemihan infeksi
2. Mampu mendemonstrasikan
Gangguan perkemihan infeksi (Urethritis, Cystitis, Pyelonephritis, Glomerulonephritis)
a. Definisib. Mindmap (etiologi/faktor
resiko, tanda dan gejala,masalah keperawatan)
c. Pemeriksaan diagnosticd. Penatalaksanaane. Asuhan keperawatanf. EBNg. IRK
Presentasi KelompokCeramah,
diskusi
- Pre test- Post test- Rubrik
Presentasi- Rubrik
Makalah- MCQ
2% 2x50
Gangguan perkemihan non infeksi: hipospadia, hidrokel dan phimosis
a. Definisib. Mindmap (etiologi/faktor
resiko, tanda dan gejala,masalah keperawatan)
c. Pemeriksaan diagnosticd. Penatalaksanaane. Asuhan keperawatan
Presentasi KelompokCeramah,
diskusi
- Pre test- Post test- Rubrik
Presentasi- Rubrik
Makalah- MCQ
2% 2x50
12
Area Kompe
tensi
Kemampuan akhir Yang diharapkan
Bahan kajian Materi/Pokok Bahasan Strategi pembelajar
an
Indikator Penilaian
Bobot Nilai
Jumlah Jam
1 2 3 4 5 6 7 8asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem perkemihan pada berbagai tingkat usia dengan memperhatikan aspek legal etik sesuai dengan standar yang berlaku dengan berfikir kreatif dan inovatif sehingga menghasilkan pelayanan yang efisien dan efektifa. Mampu menjelaskan
pengkajian pada gangguan system perkemihan infeksi maupun non infeksi
b. Mampu menganalisis dan menegakkan diagnosis keperawatan berdasarkan NANDA
c. Mampu menyusun rencana keperawatan berdasarkan NOC dan NIC
d. Mampu menganalisis tindakan keperawatan berdasarkan EBN
f. EBNg. IRK
Gangguan perkemihan non infeksi (gangguan genetic; Polycistic kidney disease)
a. Definisib. Mindmap (etiologi/faktor
resiko, tanda dan gejala,masalah keperawatan)
c. Pemeriksaan diagnosticd. Penatalaksanaane. Asuhan keperawatanf. EBNg. IRK
Presentasi KelompokCeramah,
diskusi
- Pre test- Post test- Rubrik
Presentasi- Rubrik
Makalah- MCQ
2% 2x50
Gangguan perkemihan non infeksi; obstruktif (nefrolithiasis, urolithiasis)
a. Definisib. Mindmap (etiologi/faktor
resiko, tanda dan gejala,masalah keperawatan)
c. Pemeriksaan diagnosticd. Penatalaksanaane. Asuhan keperawatanf. EBNg. IRK
Tutorial - Tutorial assessment
- Mini Quiz
5% 2x60
Gangguan perkemihan non infeksi; obstruktif (BPH)
a. Definisib. Mindmap (etiologi/faktor
resiko, tanda dan gejala,masalah keperawatan)
c. Pemeriksaan diagnosticd. Penatalaksanaane. Asuhan keperawatanf. EBN
Tutorial - Tutorial assessment
- Mini Quiz
5% 2x60
13
Area Kompe
tensi
Kemampuan akhir Yang diharapkan
Bahan kajian Materi/Pokok Bahasan Strategi pembelajar
an
Indikator Penilaian
Bobot Nilai
Jumlah Jam
1 2 3 4 5 6 7 8yang meliputi upaya prefentif, promotif, dan rehabilitative
e. Mampu mendemonstrasikan beberapa tindakan keperawatan untuk mengatasi gangguan perkemihan
3. Mampu Mengidentifikasi masalah-masalah penelitian yang berhubungan dengan sistem perkemihan dan menggunakan hasil-hasil penelitian dalam mengatasi masalah perkemihan
g. IRK
Gangguan perkemihan non infeksi (Nephrotic Syndrome)
a. Definisib. Mindmap (etiologi/faktor
resiko, tanda dan gejala,masalah keperawatan)
c. Pemeriksaan diagnosticd. Penatalaksanaane. Asuhan keperawatanf. EBNg. IRK
Presentasi KelompokCeramah,
diskusi
- Pre test- Post test- Rubrik
Presentasi- Rubrik
Makalah- MCQ
2% 2x50
Gangguan perkemihan non infeksi (keganasan; Ca Bladder)
a. Definisib. Mindmap (etiologi/faktor
resiko, tanda dan gejala,masalah keperawatan)
c. Pemeriksaan diagnosticd. Penatalaksanaane. Asuhan keperawatanf. EBNg. IRK
Presentasi KelompokCeramah,
diskusi
- Pre test- Post test- Rubrik
Presentasi- Rubrik
Makalah- MCQ
2% 2x50
Gangguan perkemihan non infeksi (Gagal Ginjal Akut)
a. Definisib. Mindmap (etiologi/faktor
resiko, tanda dan gejala,masalah keperawatan)
c. Pemeriksaan diagnosticd. Penatalaksanaane. Asuhan keperawatanf. EBN
Presentasi KelompokCeramah,
diskusi
- Pre test- Post test- Rubrik
Presentasi- Rubrik
Makalah- MCQ
2% 2x50
14
Area Kompe
tensi
Kemampuan akhir Yang diharapkan
Bahan kajian Materi/Pokok Bahasan Strategi pembelajar
an
Indikator Penilaian
Bobot Nilai
Jumlah Jam
1 2 3 4 5 6 7 8g. IRK
Gangguan perkemihan non infeksi (Gagal Ginjal Kronik)
a. Definisib. Mindmap (etiologi/faktor
resiko, tanda dan gejala,masalah keperawatan)
c. Pemeriksaan diagnosticd. Penatalaksanaane. Asuhan keperawatanf. EBNg. IRK
Presentasi KelompokCeramah,
diskusi
- Pre test- Post test- Rubrik
Presentasi- Rubrik
Makalah- MCQ
2% 2x50
Gangguan perkemihan non infeksi (Bladder Trauma)
a. Definisib. Mindmap (etiologi/faktor
resiko, tanda dan gejala,masalah keperawatan)
c. Pemeriksaan diagnosticd. Penatalaksanaane. Asuhan keperawatanf. EBNg. IRK
Presentasi KelompokCeramah,
diskusi
- Pre test- Post test- Rubrik
Presentasi- Rubrik
Makalah- MCQ
2% 1x50
Renal Replacement Therapy (RRT)
a. Dialysis therapy (HD, CAPD)
b. Renal Transplantation
Presentasi KelompokCeramah,
diskusi
- Pre test- Post test- Rubrik
Presentasi- Rubrik
Makalah- MCQ
2% 2x50
- Manajemen cairan dan nutrisi pada pasien dengan hemodialisa
Tutorial - Tutorial assessment
- Mini Quiz
5% 2x60
15
Area Kompe
tensi
Kemampuan akhir Yang diharapkan
Bahan kajian Materi/Pokok Bahasan Strategi pembelajar
an
Indikator Penilaian
Bobot Nilai
Jumlah Jam
1 2 3 4 5 6 7 8Asuhan keperawatan pada pasien dengan hemodialisa (HD)
a. Pengkajian pada pasien dengan HD
b. Pemeriksaan fisik pada pasien dengan HD
c. Diagnosa keperawatan pada pasien dengan HD
d. Intervensi keperawatan pada pasien dengan HD
Presentasi KelompokCeramah,
diskusi
- Pre test- Post test- Rubrik
Presentasi- Rubrik
Makalah- MCQ
2% 2x50
Farmakologi untuk gangguan system perkemihan
a. Macam-macam obatb. Mekanisme kerja obatc. Indikasi dan kontra indikasi
obatd. Cara pemberian obate. Peran perawat dalam
pemberian obat
Presentasi KelompokCeramah,
diskusi
- Pre test- Post test- Rubrik
Presentasi- Rubrik
Makalah- MCQ
1,5% 2x50
Pemasangan dan perawatan kateter
Pemasangan dan perawatan kateter
Skills Lab(demonstrasi, diskusi)
- Pre test- Proses- Post test - OSCE
(check list)
2x60
Bladder Training Bladder Training Skills Lab(demonstrasi, diskusi)
- Pre test- Proses- Post test - OSCE
(check list)
2x60
Health promotiom pada gangguan sistem perkemihan (GGK, urolithiasis, ISK)
a. Primary preventionb. Secondary preventionc. Tertiary preventiond. Peran perawat komunitas
Presentasi KelompokCeramah,
diskusi
- Rubrik Makalah
- Rubrik Media ajar
1,5% 2x50
16
Area Kompe
tensi
Kemampuan akhir Yang diharapkan
Bahan kajian Materi/Pokok Bahasan Strategi pembelajar
an
Indikator Penilaian
Bobot Nilai
Jumlah Jam
1 2 3 4 5 6 7 8pada pasien dengan gangguan system perkemihan
Jurnal EBN pada sistem perkemihan (Nursing intervention)
a. Bladder training pada pasien dengan kateter
b. Kegel excersie pada pasien dengan gangguan system perkemihan
c. Perawatan kateterd. Irigasi kateter pada pasien
post TURP
Presentasi KelompokCeramah,
diskusi
- Rubrik Presentasi
- Rubrik Makalah
1,5% 2x50
Kajian Islam dalam sistem perkemihan
a. Sirkumsisi/khitanb. Najisc. Thaharahd. Ibadah praktis pada orang
sakit: pasien terpasang kateter
Presentasi KelompokCeramah,
diskusi
- Pre test- Post test- Rubrik
Presentasi- Rubrik
Makalah- MCQ
1,5% 2x50
- Thoharoh dan cara beribadah pasien terpasang kateter
Demonstrasi, diskusi
- Pre test- Proses- Post test- OSCE
17
Jadwal Proses Belajar Mengajar Blok 13 Perkemihan
Jam SENIN (19/9/16) SELASA (20/9/16) RABU (21/9/16) KAMIS (22/9/16) JUMAT (23/9/16) SABTU (24/9/16)
07.30-08.30 Biomedis anatomi Praktikum Blok 13 Kuliah fisiologi (NR) Kuliah fisiologi (NR)
09.00-09.30 Biomedis anatomi Praktikum Blok 13 Kuliah fisiologi (NR) Kuliah fisiologi (NR)
09.30-10.30 Biomedis anatomi B.Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13 Praktikum Blok 13 Bahasa Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13
11000-11.30 Biomedis anatomi B.Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13 Praktikum Blok 13 Bahasa Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13
11.30-12.30 ISTIRAHAT & SHOLAT
12.30-13.30 Biomedis anatomi Kuliah anatomi (DP) Pengumpulan Tugas
13.30-14.30 Biomedis anatomi Kuliah anatomi (DP)
14.30-15.15 ISTIRAHAT & SHOLAT
15.15-16.15 Pancasila
16.15-17.15 Pancasila
Jam SENIN (26/9/16) SELASA (27/9/16) RABU (28/9/16) KAMIS (29/9/16) JUMAT (30/9/16) SABTU (24/9/16)07.30-08.30 Biomedis urin rutin Praktikum Blok 13 Pemeriksaan diagnostic (AMG) Hipospadia, hidrokel
dan phimosis (RH)09.00-09.30 Biomedis urin rutin Praktikum Blok 13 Pemeriksaan diagnostic (AMG) Hipospadia, hidrokel
dan phimosis (RH)09.30-10.30 Biomedis urin rutin B.Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13 Praktikum Blok 13 Bahasa Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13
11000-11.30 Biomedis urin rutin B.Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13 Praktikum Blok 13 Bahasa Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13
11.30-12.30 ISTIRAHAT & SHOLAT
12.30-13.30 Biomedis urin rutin Askep system perkemihan (EF)
Urethritis, Cystitis, Pyelonephritis,
Glomerulonephritis (FH)13.30-14.30 Biomedis urin rutin Askep system
perkemihan (EF)Urethritis, Cystitis,
Pyelonephritis, Glomerulonephritis (FH)
14.30-15.15 ISTIRAHAT & SHOLAT
15.15-16.15 Pancasila
16.15-17.15 Pancasila
18
Jam SENIN (3/10/16) SELASA (4/10/16) RABU (5/10/16) KAMIS (6/10/16) JUMAT (7/10/16) SABTU (8/10/16)
07.30-08.30 Biomedis anatomi Praktikum Blok 13 Nephrotic Syndrome (RH) GGA (FH)
09.00-09.30 Biomedis anatomi Praktikum Blok 13 Nephrotic Syndrome (RH) GGA (FH)
09.30-10.30 Biomedis anatomi B.Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13 Praktikum Blok 13 Bahasa Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13
11000-11.30 Biomedis anatomi B.Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13 Praktikum Blok 13 Bahasa Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13
11.30-12.30 ISTIRAHAT & SHOLAT
12.30-13.30Biomedis anatomi Polycistic kidney
disease (A) Ca Bladder (A)
13.30-14.30Biomedis anatomi Polycistic kidney
disease (A) Ca Bladder (A)
14.30-15.15 ISTIRAHAT & SHOLAT
15.15-16.15 Pancasila
16.15-17.15 Pancasila
Jam SENIN 1010/16) SELASA (11/10/16) RABU (12/10/16) KAMIS (13/10/16) JUMAT (14/10/16) SABTU (15/10/16)
07.30-08.30 Biomedis anatomi Praktikum Blok 13 Trauma bladder (A) Askep HD (AR)
09.00-09.30 Biomedis anatomi Praktikum Blok 13 Trauma bladder (A) Askep HD (AR)
09.30-10.30 Biomedis anatomi B.Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13 Praktikum Blok 13 Bahasa Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13
11000-11.30 Biomedis anatomi B.Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13 Praktikum Blok 13 Bahasa Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13
11.30-12.30 ISTIRAHAT & SHOLAT
12.30-13.30Biomedis anatomi
GGK (AR)Renal Replacement Therapy
(AR)
13.30-14.30Biomedis anatomi
GGK (AR)Renal Replacement Therapy
(AR)
14.30-15.15 ISTIRAHAT & SHOLAT
15.15-16.15 Pancasila
16.15-17.15 Pancasila
19
Jam SENIN (17/10/16) SELASA (18/10/16) RABU (1910/16) KAMIS (20/10/16) JUMAT (21/10/16) SABTU (22/10/16)
07.30-08.30 Biomedis anatomi Praktikum Blok 13 Health promotiom (DPB) Kajian Islam (EF)
09.00-09.30 Biomedis anatomi Praktikum Blok 13 Health promotiom (DPB) Kajian Islam (EF)
09.30-10.30 Biomedis anatomi B.Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13 Praktikum Blok 13 Bahasa Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13
11000-11.30 Biomedis anatomi B.Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13 Praktikum Blok 13 Bahasa Inggris V (11.00-12.30) Tutorial Blok 13
11.30-12.30 ISTIRAHAT & SHOLAT
12.30-13.30 Biomedis anatomi Farmasi (NM) Jurnal EBN (EF)
13.30-14.30 Biomedis anatomi Farmasi (NM) Jurnal EBN (EF)
14.30-15.15 ISTIRAHAT & SHOLAT
15.15-16.15 Pancasila
16.15-17.15 Pancasila
20
A. TOPIK TUTORIAL
No Topik Durasi
1 Efek hormone pada proses berkemih 2 pertemuan x 2 x 60 menit
2 Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Nephrolithiasis
2 pertemuan x 2 x 60 menit
3 Asuhan Keperawatan pada pasien dengan BPH
2 pertemuan x 2 x 60 menit
4 Asuhan keperawatan: manajemen cairan dan nutrisi pada pasien hemodialisa
2 pertemuan x 2 x 60 menit
B. TOPIK PRAKTIKUM
No Topik Waktu Tempat Durasi
1 Anatomi sistem perkemihan 19-Sep-16 Lab Biomedis 2 x 60 menit
2Pemeriksaan urin rutin (urinalisis) 26/9/2016 Lab Biomedis 2 x 60 menit
3 Histology system perkemihan 3/10/2016 Lab Biomedis 2 x 60 menit
4Fisiologi system perkemihan:Uji fungsi ekskresi ginjal
10/10/2016 Lab Biomedis 2 x 60 menit
5 Inhal 17/10/2016 Lab Biomedis
C. TOPIK SKILL LAB
No Topik Tempat Durasi1 Pemeriksaan fisik system
perkemihanMini Hospital 2 x 60 menit
2 Pemasangan kateter Mini Hospital 2 x 60 menit3 Bladder training dan pelepasan
kateterMini Hospital 2 x 60 menit
4 Kegel exercise, Tata cara ibadah pasien dengan dower kateter
Mini Hospital 2 x 60 menit
5 Balance cairan dan monitoring cairan (anak, dewasa dan lansia)
Mini Hospital 2 x 60 menit
21
FASILITAS
Prodi Ilmu Keperawatan FKIK UMY telah dilengkapi fasilitas pendukung pembelajaran yang terdiri dari:a. Amphiteater untuk perkuliahan yang dilengkapi dengan komputer, LCD projector, audio
recorder, internetb. Ruang kuliah ber-AC untuk perkuliahan yang dilengkapi dengan komputer, LCD projector,
audio recorder, internetc. 15 ruang tutorial untuk small group discussion (SGD) dengan kapasitas 12-15 mahasiswa.
Ruang tutorial dilengkapi dengan mini perpustakaan, peralatan audiovisual, internetd. Mini hospital dan laboratorium komunikasie. Enam (6) laboratoriumf. Satu (1) ruang perpustakaan PBL bersamag. Hot-spot area
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume II. Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Guyton & Hall, 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9, EGC. Jakarta
Ganong, W.F. 1999. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . Jakarta : EGC
Hall, J. E. 2010. Buku Saku Fisiologi Kedokteran Guyton & Hall, edisi 11. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Ignatavicius & Workman. 2006. Medical Surgical Nursing: Critical Thingking For Collaborative Care. 5th Ed. Vol 1. Elsevier Saunders. St. Louis, Missouri. USA.
Kowalak, P, dkk. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Kozier, B. (2008). Fundamental of nursing: concept, process and practice. Pearson Education.
Marion Johnson, dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) SecondEdition. Mosby.
Mc. Closkey dan Buleccheck. 2000. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. Mosby.
NANDA. 2005. Nursing Diagnosis: Definition and Classification. Philadelphia: North American Nursing Diagnosis Association.
O’Callaghan, Chris. 2012. At Glance Sistem Ginjal, edisi 2. Penerbit Erlangga : Jakarta
22
Perry, A.G., & Potter, P.A. 2000. Buku saku keterampilan dan prosedur dasar. Monika Ester (translater). Jakarta: EGC.
Pramono, B. B. 2011. Dasar-Dasar Urologi, edisi 3. Sagung Seto: Jakarta
Price Sylvia Anderson, PhD, RN, Wilson Lorraine, PhD, RN, 2002, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit (Pathophysiology clinical concept of disease processes),EGC: Jakarta
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth, edisi 8. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Weber & Kelley, 2003, Health assessment in Nursing, Second edition, Lippincott Williams and Wilkins.
23
SUPLEMEN
1. Petunjuk Teknis Tutorial
2. Skenario Tutorial
3. Tata Tertib Praktikum Skills Lab
4. Panduan Praktikum Skills Lab
5. Panduan Praktikum Biomedis
6. Uraian Tugas dan Penilaian Tugas
24
1. PETUNJUK TEKNIS TUTORIAL
Proses tutorial menggunakan metode seven jump dalam menganalisa skenario, meliputi:
1. Clarifying unfamiliar terms/ mengklarifikasi istilah atau konsep : istilah-istilah dalam skenario yang
belum jelas atau menyebabkan timbulnya banyak interpretasi perlu ditulis dan diklarifikasi lebih dulu
dengan bantuan kamus keperawatan, kamus kedokteran, tutor.
2. Problem definition/mendefinisikan permasalahan: masalah-masalah yang ada dalam skenario
diidentifikasi dan dirumuskan dengan jelas berisi pertanyaan-pertanyaan.
3. Brainstorming: langkah ini berisi jawaban singkat atau hipotesis dari pertanyaan pada langkah ke-2
4. Analyzing the problem/menganalisis masalah : masalah-masalah yang telah ditetapkan dianalisa
dengan membuat skemaatau bagan yang merupakan alat untuk menghubungkan pemahaman
mahasiswa dalam kelompok tersebut.. Pada langkah ini setiap anggota kelompok dapat
mengemukakan penjelasan tentative, mekanisme, hubungan sebab akibat dan lain-lain tentang
permasalahan.
5. Formulating learning issue/menetapkan tujuan belajar: informasi yang dibutuhkan untuk menjawab
permasalahan dirumuskan dan disusun sistematis sebagai tujuan belajar.
6. Self study/mengumpulkan informasi tambahan (belajar mandiri) : kebutuhan pengetahuan yang
ditetapkan sebagai tujuan belajar untuk memecahkan masalah dalam belajar mandiri dapat dilakukan
dengan mengakses informasi melalui internet, jurnal, perpustakaan, kuliah dan konsultasi pakar.
7. Reporting/mensintesis/menguji informasi baru : mensintesis, mengevaluasi dan menguji informasi
baru hasil belajar mandiri setiap anggota kelompok
SEVEN JUMP
1. Clarifying unfamiliar terms2. Problem definition3. Brainstorming4. Analyzing the problem5. Formulating learning issue6. Self study7. Reporting
25
Setiap skenario diselesaikan dalam satu minggu dengan dua kali pertemuan skenario dimana langkah
1s/d 5 dilaksanakan pada pertemuan pertama, langkah 6 dilakukan diantara pertemuan pertama dan
kedua. Langkah 7 dilaksanakan pada pertemuan ke2.
Tutor yang bertugas sebagai fasilitator akan mengarahkan diskusi dan membantu mahasiswa dalam
cara memecahkan masalah tanpa harus menjelaskan penjelasan atau kuliah mini. Ketua diskusi
memimpin diskusi dengan memberikan kesempatan setiap anggota kelompok untuk dapat menyampaikan
ide dan pertanyaan, mengingatkan bila ada anggota kelompok yang mendominasi serta memancing
anggota kelompok yang pasif selama proses diskusi. Ketua dapat mengakhiri brainstorming bila dirasa
sudah cukup dan melihat bersama sekretaris apakah semua hal yang penting sudah
dicatat/didokumentasikan. Ketua dibantu sekretaris menulis hasil diskusi pada white board/flipchart.
Dalam diskusi tutorial perlu dimunculkan learning athmosphere, keterbukaan dan kebersamaan yan
kuat. Mahasiswa bebas mengemukakan pendapatnya tanpa khawatir dianggap salah, diremehkan atau
tidak bermutu oleh teman-temannya, karena metode tutorial ini mengedepankan proses atau langkah-
langkah yang harus dicapai dlm pemecahan masalah bukan benar tidaknya jawaban yang dihasilkan.
Metode tutorial ini menuntut mahasiswa secara aktif dalam mencari informasi atau belajar mandiri untuk
memecahkan masalah.
Skill Mahasiswa Dalam Tutorial
Langkah
Deskripsi Ketua Sekretaris
1. Clarifying unfamiliar terms/Istilah-istilah asing
dalam teks diklarifikasi
Mengajak anggota kelompok untuk membaca permasalahan
Mengecek anggota sudah membaca permasalahan Mengecek jika terdapat istilah asing dalam
permasalahan Menyimpulkan dan meneruskan langkah
selanjutnya
Membagi papan tulis menjadi tiga bagian
Menuliskan istilah-istilah asing
2. Problem definitionKelompok tutorial mendefinisikan permasalahan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan
Bertanya pada kelompok tentang definisi permasalahan yang mungkin terjadi
Mengakomodir berbagai pendapatanggota kelompok
Mengecek apakah anggota puas dengan definisi permasalahan
Menyimpulkan dan meneruskan langkah selanjutnya
Menuliskan definisi permasalahan
3. BrainstormingMengaktifkan dan menentukan pengetahuan dasar yang telah dimiliki, serta membuat hipotesis
Memperkenankan semua anggota kelompok untuk berkontribusi satu persatu
Meringkas kontribusi anggota kelompok Menstimulasi semua anggota kelompok untuk
berkontribusi Menyimpulkan pada akhir langkah brainstorm Memastikan bahwa proses analisis kritis dari
Membuat ringkasan singkat dan jelas dari kontribusi
Membedakan antara poin-poin utama dan persoalan tambahan
26
Langkah
Deskripsi Ketua Sekretaris
seluruh kontribusi ditunda sampai langkah selanjutnya
4. Analyzing the problemPenjelasan dan hipotesis didiskusikan secara mendalam dan dianalisis secara sistematis dan berhubungan satu sama lain
Memastikan bahwa semua poin dari brainstormdidiskusikan
Meringkas kontribusi anggota kelompok Mengajukan pertanyaan untuk memperdalam
diskusi Memastikan bahwa diskuis kelompok tidak
menyimpang dari subyek Menstimulasi anggota kelompok untuk mencari
hubungan antar topik Menstimulasi semua anggota kelompok untuk
berkontribusi
Membuat ringkasan singkat dan jelas dari kontribusi
Mengindikasi hubungan antara topik dan membuat skema
5. Formulating learning issue/Menentukan pengetahuan yang kurang dimiliki oleh kelompok dan membuat tujuan pembelajaran berdasarkan topik
Menanyakan tujuan pembelajaran yang mungkin dicapai
Mengakomodir berbagai pendapatanggota kelompok
Mengecek apakah anggota puas dengan tujuan pembelajaran yang dibuat
Mengecek apakah semua ketidakjelasan dan kontradiksi dari analisis permasalahan telah dikonversi menjadi tujuan pembelajaran
Menulis tujuan pembelajaran
6 Self Study7 Reporting
Setelah mencari dari literatur, dilaporkan dan jawaban tujuan pembelajaran didiskusikan
Mempersiapkan struktur tahap pelaporan Menginventaris sumber yang telah digunakan Mengulangi setiap tujuan pembelajaran dan
menanyakan apa yang telah ditemukan Meringkas kontribusi anggota kelompok Mengajukan pertanyaan untuk memperdalam
diskusi Menstimulasi anggota kelompok untuk mencari
hubungan antar topik Menstimulasi semua anggota kelompok untuk
berkontribusi Menyimpulkan diskusi tiap tujuan pembelajaran
beserta ringkasan
Membuat ringkasan singkat dan jelas dari kontribusi
Mengindikasi hubungan antara topik dan membuat skema
Membedakan antara poin-poin utama dan persoalan tambahan
27
RUBRIK INSTRUMEN PENILAIAN TUTORIAL
Blok : Nama:
Tutorial : NIM:
Petunjuk Pengisian :
Berilah nilai terhadap anggota kelompok Anda sesuai dengan petunjuk rubrik penilaian (skor 1-4) Diperbolehkan memberikan nilai dengan pecahan desimal (misal 3,5)
NoAspek yang diobservasi
Skenario 1Skenario
2Skenario
3Skenario
4
1. Dealing with work
2. Dealing with others
3. Dealing with one self
Jumlah Skor
Nilai Akhir
Minikuis
Tanda tangan Tutor
Nama Tutor
Rumus Nilai Akhir (NA) :
28
Rubrik Penilaian Tutorial
Aspek Kriteria Skor
Dealing with work
- Pada pertemuan pertama mahasiswa memperlihatkan pengetahuan hasil belajar tentang topik terkait. Pada pertemuan kedua, mahasiswa membawa minimal 2 text books dan 2 jurnal sesuai kasus/skenario
- Pada saat diskusi, mahasiswa mampu menunjukkan kemampuan sesuai materi yang telah dipelajari
- Aktif mengungkapkan ide-ide terkait topik/kasus (brainstorming) - Berpartisipasi aktif dalam kelompok ( minimal 3 x dalam masing-masing
langkah : 3,4, dan 7) - Memberikan tanggapan terhadap pendapat anggota kelompok
4
Terdapat 3 – 4 kriteria pada kelengkapan materi dari 5 kriteria yang terpenuhi 3
Terdapat 2 kriteria pada kelengkapan materi dari 5 kriteria yang terpenuhi 2
Terdapat 1 kriteria pada kelengkapan materi dari 5 kriteria yang terpenuhi 1
Dealing with others
- Bekerjasama dalam tim - Menjadi pendengar yang baik - Mampu berperan sebagai ketua/sekretaris/anggota dengan baik - Mampu membuat kesimpulan dari hasil diskusi - Komunikasi dengan santun
4
Terdapat 3 kriteria pada kelengkapan materi dari 5 kriteria yang terpenuhi 3
Terdapat 2 kriteria pada kelengkapan materi dari 5 kriteria yang terpenuhi 2
Terdapat 1 kriteria pada kelengkapan materi dari 5 kriteria yang terpenuhi 1
Dealing with ne self
- Mampu mempertahankan pendapatnya disertai dengan sumber-sumber yang valid
- Mampu memberikan tanggapan atau masukan pada pendapat anggota lain - Mampu merefleksikan hasil diskusi - Mampu meningkatkan kemampuan sesuai masukan dari tutor - Datang tepat waktu - Berpenampilan syar’i
4
Terdapat 3 – 4 kriteria pada kelengkapan materi dari 6 kriteria yang terpenuhi 3
Terdapat 2 kriteria pada kelengkapan materi dari 6 kriteria yang terpenuhi 2
Terdapat 1 kriteria pada kelengkapan materi dari 6 kriteria yang terpenuhi 1
29
2. SKENARIO TUTORIAL
Scenario 1
General Learning Objective: After completing the tutorial process, the students are able
to analyze the effect of hormones in the urinate process
Students’ task:
Make question as many as possible related to the scenario!
Method of study:
Small Group Discussion (SGD) employing the seven jumps step.
A man 22 years old went to the mountain for vacation. The cold condition made himdiuresis for more than twelve times during 6 hours eventhough no drinking. When he went back to the city, he drank much than before because hot climate but he didn’t urinate more (oliguria). He asked to his friend as a nurse, and his friend said that phenomenon happened because of body hormon. He said “Allohu Akbar”
30
MINIMAL THEORETICAL QUESTION AND ALTERNATIVE ANSWER
31
Scenario 2
General Learning Objective: After completing the tutorial process the students are ableto understand nursing care patient with nephrolithiasis
Students task:
Make question as many as possible related to the scenario!
Method of study:
Small Group Discussion (SGD) employing the seven jumps step.
A man, 65 years old was admitted in surgical wards because of pain in during urinate since 3 days ago. That patient said he had been smoked for 10 years and drank little fresh water every day. He also suffer from pain with scale 8, continuous abdominal pain in his right lower quadrant. Physical assessment resulted pain in his right kidney percussion. Laboratory examination: BP 120/90 mmHg, RR 20x/menit, P 90x/menit, T36,5oC, Hb 13,8 gr%, albumin=3,7 mg/dL. USG examination showed nephrolitiasis in his right kidney.
32
MINIMAL THEORETICAL QUESTION AND ALTERNATIVE ANSWER
33
Scenario 3
General Learning Objective: After completing the tutorial process the students are able to analyze nursing care plan patient with BPH
Students task:
Make question as many as possible related to the scenario!
Method of study:
Small Group Discussion (SGD) employing the seven jumps step.
A man, 68 years old was admitted to the surgical ward. He complained pain duringurinate since one week ago, incomplete urinate, drips and took a long time to urinate. Results of USG showed prostate enlargement. Patient was diagnosed BPH. TURP was conducted 6 hours ago. Urine catheter was inserted. The patient had irrigation with NaCl1000 cc, 60 drops/minute. Nurse measured the fluid balance and observed the color of the discharge. Patient did not pray because he confused if it was appropriate to pray when having catheterization.
34
MINIMAL THEORETICAL QUESTION AND ALTERNATIVE ANSWER
35
Scenario 4
General Learning Objective: After completing the tutorial process the students are able to analyze nursing care plan fluid and nutrition nursing management of patient undergoing hemodialysis (HD)
Students task:
Make question as many as possible related to the scenario!
Method of study:
Small Group Discussion (SGD) employing the seven jumps step.
A man 45 years old had been doing renal replacement therapy (hemodialysis) for 2 years caused by end stage renal disease. According to that patient and the nurse there, at his first year, the patient should only got hemodialysis twice a week. From the evaluation, body weight gain always > 3 kg, ureum dan creatinin level always high, and patient couldn’t control his meal and drink, so the doctor gave new hemodialysis prescription for 3 times per week.
Now, the patient condition like dry and dark colour in his skin, abdominal ascites, body weight pre hemodialysis 75 kg, body weight post hemodialysis 73 kg with body height 160 cm, blood pressure 180/100 mmHg, pulse 80x/minute, RR 16 x/minute, Albumin level 2.5, Hb 9 g/dL, Hematocrite 39,6%, Ureum 100 mg/dl, Creatinin 13,30 mg/dL. His wife said that until now her husband still can’t manage for eating and drinking, so she consulted to the nurse about fluid and nutritional management for patient with hemodialysis, and also how to motivate her husband for keeping his pray.
36
MINIMAL THEORETICAL QUESTION AND ALTERNATIVE ANSWER
37
3. TATA TERTIB PRAKTIKUM SKILLS LAB
A. Penjelasan Umum
Praktikum Skills Lab dilakukan di Mini Hospital PSIK FKIK UMY sesuai pada
jadwal yang telah ditentukan. Mahasiswa akan dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil
dengan jumlah mahasiswa sebanyak maksimal 10 mahasiswa per kelompok. Masing-masing
kelompok akan dibimbing secara intensif oleh instruktur praktikum dengan fasilitas yang
tersedia di Mini Hospital. Mahasiswa dituntut untuk berperan aktif dalam proses praktikum
dan diharapkan semua mahasiswa mampu mendemonstrasikan skill yang sedang di
praktikumkan. Selain kegiatan praktikum dibawah bimbingan instruktur, mahasiswa juga
mempunyai kesempatan untuk belajar mandiri sesuai jadwal yang telah ditentukan maupun
belajar mandiri diluar jadwal yang telah ditentukan dengan seijin coordinator Mini Hospital.
Diakhir kegiatan praktikum, mahasiswa wajib untuk mengikuti ujian skills (OSCE).
B. Ujian Skills Lab
Ujian praktikum Blok 6 dilakukan pada akhir masa praktikum. Ujian ini untuk
mengetahui penyerapan mahasiswa tentang praktikum yang telah dijalankan dan
mengetahui kemampuan mahasiswa dalam melakukan praktikum. Bahan–bahan ujian
terutama dari bahan praktikum dan teori.
C. Sistem Penilaian
Penilaian praktikum meliputi :
1. Ujian OSCE sebesar 30 %
2. Praktikum sebesar 70 %
a. Pretes : 15%
b. Proses Praktikum : 40%
c. Postes : 15%
D. Tata Tertib Skill’s Lab
Sebelum praktikum, mahasiswa:
1. Datang 15 menit sebelum praktikum dimulai.
2. Memakai seragam biru-biru.
38
3. Memakai name tag.
4. Baju atasan menutupi pantat dan tidak ketat.
5. Bagi mahasiswa putri:
a. Baju bawahan longgar dan menutupi mata kaki.
b. Memakai jilbab biru polos, tanpa poni dan buntut.
c. Memakai sepatu tertutup dan berhak rendah, bukan sepatu karet, warna sepatu hitam,
memakai kaos kaki.
d. Tidak berkuku panjang dan tidak menggunakan pewarna kuku.
e. Tidak memakai cadar.
Bagi mahasiswa putra:
a. Memakai seragam biru-biru.
b. Celana longgar, bukan celana pensil.
c. Rambut rapi, tidak melebihi krah baju, tidak menutupi mata dan telinga.
d. Tidak beranting dan bertato.
e. Memakai sepatu tertutup berwarna hitam dan memakai kaos kaki.
f. Tidak berkuku panjang dan memakai perhiasan dalam bentuk apapun.
6. Mahasiswa sudah siap didalam ruangan maksimal 15 menit sebelum praktikum dimulai.
7. Apabila alat, bahan, dan mahasiswa belum siap dalam 15 menit setelah jam praktikum
berjalan, maka mahasiswa tidak diijinkan untuk mengikuti praktikum.
Selama praktikum, mahasiswa:
1. Melakukan pretes.
2. Mengikuti praktikum dari awal sampai akhir dengan aktif dan baik.
3. Melakukan postes.
4. Apabila mahasiswa terlambat lebih dari 15 menit, maka tidak diperkenankan mengikuti
praktikum.
Setelah praktikum, mahasiswa:
1. Mengembalikan dan merapikan alat, bahan dan ruangan dengan rapi pada tempatnya.
2. Mengisi daftar presensi mahasiswa.
3. Memberikan evaluasi terhadap proses berjalannya praktikum melalui instruktur masing-
masing.
39
4. PANDUAN PRAKTIKUM SKILLS LAB
TOPIK-TOPIK PRAKTIKUM:
1. Pemeriksaan Fisik System Perkemihan
2. Pemasangan Kateter
3. Perawatan Kateter Dan Bladder Training
4. Kegel Exercise Dan Tata Cara Ibadah Pasien Dengan Terpasang Kateter
5. Balance Cairan Dan Monitoring Cairan (Anak, Dewasa Dan Lansia)
40
Erfin Firmawati, Ns.,MNSYuni Permata Sari Istanti, Ns., MKep.,Sp.KMB., HNC
Learning Objective:
Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa dapat :1. Melakukan pemeriksaan fisik pada pasien dengan gangguan system eliminasi2. Melakukan interpretasi data hasil pemeriksaan
Pertanyaan mInimal:
1. Jelaskan pemeriksaan palpasi ginjal2. Jelaskan interpretasi hasil pemeriksaan inspeksi
Scenario
A man, 70 years old is admitted to hospital because of difficult to urinate for 2 days. This patient is diagnosed with Benign Prostate Hyperplasia. In order to help the patient to urinate, you are ordered to insert urine catheter. But, nurse will do physical examination first
1st TOPICPEMERIKSAAN FISIK SISTEM PERKEMIHAN
41
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PERKEMIHAN
Pemeriksaan fisik sistem perkemihan adalah pemeriksaan yang dilakukan pada ginjal, vesika urinaria, dan meatus urinaria. Pemeriksaan fisik sistem perkemihan dilakukan dengan metode inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi.
Tujuan pemeriksaan fisik abdomen:1. Mendapatkan kesan kondisi dan fungsi organ perkemihan.
2. Mengetahui keluhan klien yang muncul dari sistem perkemihan
Langkah-langkah pemeriksaan fisik system perkemihan
Langkah pemeriksaan fisik:
A. Persiapan Alat1. Stetoskop2. Sarung tangan bersih3. Alat tulis4. Bengkok
B. Pemeriksaan Inspeksi
Posisi pasien terlentang. Inspeksi pada abdomen, catat ukuran, kesimetrisan, warna kulit,
tekstur, turgor kulit, adanya massa atau pembengkakan, distensi, dan luka. Kulit dan membran
mukosa yang pucat, indikasi gangguan ginjal yang menyebabkan anemia. Penurunan turgor
kulit merupakan indikasi dehidrasi. Edema, indikasi retensi dan penumpukkan cairan.
C. Pemeriksaan Auskultasi
Gunakan diafragma/bel stetoskop untuk mengauskultasi bagian atas sudut kostovertebral dan
kuadran atas abdomen. Jika terdengar bunyi bruit (bising) pada aorta abdomen dan arteri
renalis, maka indikasi adanya gangguan aliran darah ke ginjal (stenosis arteri ginjal).
42
D. Pemeriksaan Ginjal
1. Palpasi Ginjal
Ginjal kanan- Atur posisi klien supinasi, palpasi dilakukan dari sebelah kanan.- Letakkan tangan kiri di bawah costa 12- Letakkan tangan kanan dibagian atas, sedikit di bawah lengkung iga kanan- Anjurkan pasien nafas dalam dan tangan kanan menekan ke bawah sementara tangan
kiri mendorong ke atas. Pada puncak inspirasi tekan tangan kanan kuat dan dalam. Raba ginjal kanan antara 2 tangan. Tentukan ukuran, nyeri tekan.
Ginjal kiriPrinsipnya sama dengan ginjal kanan, bedanya : - Pemeriksa pindah ke sisi kiri penderita - Gunakan tangan kanan untuk menyangga dan mengangkat dari belakang - Letakkan tangan kiri di kuadran kiri atas - Anjurkan pasien nafas dalam dan tangan kiri menekan ke bawah sementara tangan
kanan mendorong ke atas. Pada puncak inspirasi tekan tangan kiri kuat dan dalam. Raba ginjal kanan antara 2 tangan. Tentukan ukuran, nyeri tekan. Normalnya jarang teraba.
2. Perkusi GinjalPerkusi ginjal dilakukan untuk mengkaji adanya nyeri. Perkusi ginjal dilakukan pada akhir
pemeriksaan.
Perkusi costovertebral ginjal (costovertebral angle)
- Atur posisi klien berbaring dengan posisi miring/duduk
- Letakkan telapak tangan kiri di atas sudut
costovertebral/costovertebral angel (setinggi vertebra
torakalis 12 dan lumbal 1) dan perkusi dengan tangan
kanan yang mengepal. Lakukan kanan dan kiri.
Lakukan perkusi ginjal dengan cukup kekuatan sampai
43
pasien dapat merasakan pukulan.
- Hasil normal, klien tidak merasakan nyeri, jika terdapat
nyeri mengindikasikan adanya batu atau pyelonephritis
E. Pemeriksaan Vesika Urinaria
1. Palpasi Vesika Urinaria
Palpasi vesika urinary untuk memeriksa adanya kesimetrisan, lokasi, ukuran, dan sensasi.
Dalam kondisi normal, vesika urinaria tidak teraba. Adanya distensi/pembesaran vesika
urinaria dapat dipalpasi di area antara simfisi pubis dan umbilical. Langkah-langkah
palpasi vesika urianaria:
- Atur posisi pasien supinasi
- Lakukan palpasi di bawah umbilikus ke arah bawah
mendekati simfisis.
- Palpasi adanya distensi kandung kemih/vesika urinaria.
44
2. Perkusi Vesika Urinaria
Secara normal, vesika urinaria tidak dapat diperkusi, kecuali volume urin di atas 150 ml.
Jika terjadi distensi, maka kandung kemih dapat diperkusi sampai setinggi umbilicus.
Sebelum melakukan perkusi vesika urinaria, lakukan palpasi untuk mengetahui fundus
vesika urinaria. Setelah itu lakukan perkusi di atas area suprapubic. Jika vesika urinaria
penuh atau sedikitnya volume urin 500 ml, maka akan terdengar bunyi dullness (redup) di
atas simphysis pubis. Langkah-langkah perkusi vesika urinaria:
- Atur posisi pasien supinasi
- Lakukan perkusi dimulai dari suprapubic sampai ke area umbilicus.Vesika urinaria
dalam keadaan penuh akan terdengar “dullness”.
F. Pemeriksaan Meatus
Pemeriksaan meatus bukan pemeriksaan rutin dalam pemeriksaan fisik system perkemihan.
Pemeriksaan ini sering dilakukan pada pasien dengan gangguan system perkemihan infeksi.
Langkah-langkah pemeriksaan dengan inspeksi pada meatus
1. Pada pasien laki-laki
- Atur pasien dalam posisi duduk atau berdiri
- Gunakan sarung tangan
- Pegang penis dengan dua tangan, tekan ujung gland penis untuk membuka meatus
urinary. Lihat meatus adanya kemerahan, pembengkakan, discharge/cairan, luka,
pada meatus.
2. Pada pasien perempuan
- Atur pasien dalam posisi litotomi
- Gunakan sarung tangan
45
- Buka labia mayora dengan tangan yang dominan, lihat meatus adanya kemerahan,
pembengkakan, discharge/cairan, luka, pada meatus.
46
Nama Pasien :
TTL/Umur :
Alamat :
Diagnosa medis :
Pengkajian
1. Riwayat kesehatan sekarang:
2. Pengkajian pola Gordon
- Pola kebutuhan eliminasi BAK
3. Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi:
Warna: , turgor kulit: , distensi ( ), bengkak ( ), luka ( ),
……………………………………………………………………………………………….
- Auskultasi:
- Pemeriksaan ginjal
Kanan: palpasi
perkusi
Kiri: palpasi
perkusi
- Pemeriksaan vesika urinaria
Palpasi:
Perkusi:
- Pemeriksaan meatus urinaria:
Kemerahan ( ), bengkak ( ), luka ( ), discharge/cairan ( )
47
Checklist Pemeriksaan Fisik Sistem Perkemihan
Performance ProcedureRaw Score
Critically1,2,3
Difficulty1,2,3
Score
0 1 2 3 4 5 ActualRxCxD
MaxScore
Tahap pre interaksi
1. Baca catatan keperawatan/catatan medis2. Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan
dengan menggunakan hand rub)3. Persiapan Alat:
- Stetoskop, Alat tulis, Sarung tangan- Bengkok
00
0
11
1
33
3
11
1
33
3
Tahap Orientasi
1. Ucapkan salam dan perkenalkan diri2. Klarifikasi nama dan umur atau nama dan
alamat klien3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang
akan dilakukan 4. Kontrak waktu5. Beri kesempatan pada pasien/keluarga
untuk bertanya6. Minta persetujuan klien/keluarga7. Dekatkan alat8. Jaga privacy klien dengan menutup
tirai/pintu
00
0
00
000
11
1
11
111
22
2
13
2
11
211
11
1
11
111
26
4
11
211
Tahap Kerja Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan menggunakan hand rub)
0 1 3 1 3
Baca Basmalah 0 1 2 1 2
InspeksiAtur posisi supinasi 0 1 3 1 3
Amati kesimetrisan, warna kulit, tekstur, turgor kulit, adanya massa atau pembengkakan, distensi, dan luka
0 1 2 2 4
Auskultasi suara bising pembuluh darah (bruits)Letakkan stetoskop bagian bell pada sudut kostovertebral dan kuadran atas abdomen(aorta abdomen dan arteri renalis)Dengarkan bising pembuluh darah
0 1 2 3 2 12
Palpasi GinjalLetakkan tangan kiri di bawah sela iga 12 dan ujung jari tepat di sudut kostovertebra kanan
0 1 2 3 4 3 3 36
Letakkan tangan kanan sedikit di bawah lengkung costa kanan
0 1 2 3 3 2 18
Anjurkan klien untuk nafas dalam. Pada saat akhir inspirasi, tangan kanan menekan kebawah sementara tangan kiri mendorong ke atas. Raba ginjal kanan anatara dua tangan
0 1 2 3 3 3 27
Perkusi GinjalAtur posisi klien berbaring dengan posisi miring/duduk
0 1 2 1 2
Letakkan telapak tangan kiri di atas sudut costovertebral (setinggi vertebra torakalis 12 dan lumbal 1). Perkusi dengan tangan kanan yang mengepal. Lakukan kanan dan kiri.
0 1 2 3 4 3 3 36
Palpasi Vesika Urinaria \
48
Performance ProcedureRaw Score
Critically1,2,3
Difficulty1,2,3
Score
0 1 2 3 4 5 ActualRxCxD
MaxScore
Lakukan palpasi di bawah umbilikus ke arah bawah mendekati simfisis. Palpasi adanya distensi kandung vesika urinaria.
0 1 2 3 3 1 9
Perkusi Vesika UrinariaLakukan perkusi dimulai dari suprapubic sampai ke area umbilicus. Vesika urinaria dalam keadaan penuh akan terdengar “dullness”.
0 1 2 3 3 1 9
Inspeksi Meatus urinariMeatus laki-laki- Atur pasien dalam posisi duduk atau berdiri- Gunakan sarung tangan- Pegang penis dengan dua tangan, tekan
ujung gland penis untuk membuka meatus urinary. Lihat meatus adanya kemerahan, pembengkakan, discharge/cairan, luka, pada meatus.
Meatus perempuan- Atur pasien dalam posisi litotomi- Gunakan sarung tangan- Buka labia mayora dengan tangan yang
dominan, lihat meatus adanya kemerahan, pembengkakan, discharge/cairan, luka, pada meatus.
0 1 2 3 4 3 2 24
Lepaskan sarung tangan 0 1 1 1 1Bereskan alat 0 1 1 1 1Baca Hamdalah setelah kegiatan selesai 0 1 2 1 2Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan menggunakan hand scrub)
0 1 3 1 3
Tahap terminasi
1. Evaluasi respon klien2. Menyimpulkan hasil prosedur yang
dilakukan3. Berikan reinforcement sesuai dengan
kemampuan klien4. Doa kesembuhan klien dengan
mengucapkan syafakalloh (laki-laki) dan syafakillah (perempuan)
5. Melakukan kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya
6. Mengakhiri kegiatan dengan cara memberi salam
00
0
0
0
0
11
1
1
1
1
21
1
2
2
1
11
1
1
1
1
21
1
2
2
1
Dokumentasi 1. Nama dan umur atau nama dan alamat klien2. Diagnosa keperawatan3. Tindakan keperawatan yang sudah
dilakukan4. Evaluasi:
S: Respon klienO:hasil pemeriksaan (inpeksi,auskultasi, perkusi, dan palpasi)A:P:
5. Tanggal dan jam pelaksanaan6. Nama dan tanda tangan ners
000
0
00
111
1
11
2
2
12
222
2
22
111
1
11
422
4
24
49
Shanti Wardaningsih, Ns., M.Kep., Sp.JiwaYanuar Primanda, Ns., MNS., HNC
Erfin Firmawati, Ns.,MNS
Learning Objective:
Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa dapat:1. Melakukan persiapan alat untuk pemasangan kateter dengan tepat sesuai
indikasi2. Melakukan pemasangan kateter urin dengan benar
Pertanyaan mInimal:
2. Sebutkan indikasi pemasangan kateter urin!3. Sebutkan tujuan pemasangan kateter urin!
Masalah keperawatan:
1. Altered urinary elimination2. Urinary retention3. Risk for infection4. Dependence on urinary catheter
Scenario
A man, 70 years old is admitted to hospital because of difficult to urinate for 2 days. This patient is diagnosed with Benign Prostate Hyperplasia. In order to help the patient to urinate, you are ordered to insert urine catheter.
2nd TOPICPEMASANGAN KATETER
50
PEMASANGAN KATETER
A. DEFINISI
Kateterisasi urin adalah pemasukan selang yang terbuat dari plastik atau karet melalui uretha menuju ke
kandung kemih (vesica urinaria).
B. TUJUAN
Kateterisasi urin bertujuan:
¤ Melancarkan pengeluaran urin pada klien yang tidak dapat mengontrol miksi atau mengalami obstruksi pada saluran kemih.
¤ Memantau pengeluaran urin pad aklien yang mengalami gangguan hemodinamik.
Karena kateterisasi urin meresiko bagi klien untuk mengalami Urinaria Tractus Infection (UTI) atau Infeksi
Saluran Kemih (ISK) dan menyebabkan trauma pada uretra, maka kateterisasi lebih dianjurkan untuk
pemasangan sementara.
C. INDIKASI PEMASANGAN KATETER
Pemasangan kateter merupakan tindakan yang sangat penting bagi beberapa pasien. Tetapi penelitian
menunjukkan bahwa 21-54% pemasangan kateter dilakukan atas indikasi yang kurang tepat (CDC, 2012).
Keputusan dilakukan tindakan pemasangan kateter harus berdasarkan pengkajian yang komprehensif terkait
resiko dan kebutuhan pasien. Secara umum, indikasi pemasangan kateter adalah:
1. Pasien yang mengalami retensi urin akut dan kronis
2. Menjaga keteraturan pengeluaran urin pada pasien yang mengalami kesulitan berkemih, sebagai akibat
gangguan neurologis yang menyebabkan paralisis atau kehilangan sensasi berkemih yang berefek pada
proses berkemih
3. Pasien dengan penyakit gawat yang membutuhkan pengukuran urin output
4. Pasien yang menjalani pembedahan urologi atau operasi lain yang terkait dengan saluran genitourinary
5. Untuk antisipasi proses operasi yang panjang
51
6. Pasien yang membutuhkan monitoring urine output pada saat pembedahan
7. Untuk membantu proses penyembuhan luka di area sacral dan perineal pada pasien yang mengalami
inkontinensia
8. Pasien yang mengalami imobilisasi jangka panjang seperti pasien yang mengalami fraktur spinal atau
lumbar, multiple fracture, multiple trauma di area pelvis, dll
9. Untuk irigasi kandung kemih
10.Untuk memasukkan obat atau untuk proses pemeriksaan diagnostic terkait system urologi (contoh:
cystogram)
11.Untuk memfasilitasi proses berkemih dan menjaga integritas kulit
12.Untuk meningkatkan kenyamanan pada pasien terminal (palliative care)
D. KONTRAINDIKASI PEMASANGAN KATETER
1. Pasien dengan prostatitis akut
2. Pasien dengan suspek trauma urethral
3. Pasien dengan riwayat striktur urethra
4. Pasien yang baru selesai penjalani TURP (Trans-Urethral Reserction of the Prostate) dalam jangka waktu 24
jam
5. Pasien yang mengalami phymosis
6. Pasien yang mengalami riwayat sulit dipasang kateter
7. Pasien yang dicurigai mengalami hematuria
8. Pasien yang mengalami atau menunjukkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
E. DURASI KATETERISASI URIN
Secara umum, durasi kateterisasi urin dibagi menjadi sementara (intermitten), tetap jangka pendek, dan
tetap jangka panjang. Pemasangan kateter dalam jangka waktu yang pendek akan meminimalkan infeksi.
¤ Kateter Sementara
Kateter sementara adalah pemasangan dan pelepasan kateter segera setelah kandung kemih kososng.
Kateter sementara biasanya menggunakan kateter satu lumen dan hanya memerlukan waktu 5 – 10 menit
sampai kandung kemih. Penggunaan kateter sementara dapat diulangi penggunaannya tetapai penggunaan
yang terus menerus akan meningkatkan resiko infeksi dan trauma pada uretra. Kateter sementara dapat
digunakan untuk:
o Mengurangi ketidaknyamanan pada distensi Vesica Urinaria
o Mengatasi retensi urin akut
o Pengambilan specimen urin
o Pengambilan urine residu setelah pengosongan Vesica Urinaria
52
¤ Kateter Tetap Jangka Pendek
Kateter tetap jangka pendek dibiarkan terpasang pada pasien selama 1 minggu. Untuk keperluan ini,
biasanya bahan kateter yang digunakan berbahan latex kecuali ada alergi terhadap latex. Kateter tetap
jangka pendek digunakan untuk:
o Obstruksi saluran kemih (pembesaran kelenjar prostat)
o Pembedahan untuk memperbaiki organ perkemihan, seperti Vesica Urinaria, uretra dan organ
sekitarnya
o Preventif pada obstruksi uretra dari perdarahan
o Untuk memantau output urin
o Irigasi Vesica Urinaria
¤ Kateter Tetap Jangka Panjang
Pemasangan kateter tetap dalam jangka waktu yang lama dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan.
Termasuk dalam kategori ini jika pasien memerlukan kateter untuk durasi 6 minggu hingga 3 bulan.
Kateter yang digunakan untuk kateter jangka panjang harus diganti secara teratur sesuai dengan batas
waktu pemasangan dari setiap produk kateter (sesuai pabrik) dan sesuai kebutuhan dan kondisi individu
dan tidak berbatas waktu secara kaku. Pertimbangan penggantian kateter adalah berdasarkan: fungsi
kateter, banyaknya kerak atau kotoran yang menempel pada kateter, frekuensi sumbatan pada kateter, dan
kenyamanan pasien. Kateter tetap jangka panjang digunakan untuk:
o Retensi urin pada penyembuhan penyakit ISK/UTI
o Skin rash, ulcer dan luka yang iritatif apabila kontak dengan urin
o Klien dengan penyakit terminal
F. TIPE KATETER
1. One-way catheter/single lumen catheter/kateter 1 jalur
Kateter ini hanya mempunyai saluran yang berfungsi untuk mengeluarkan urin, tidak memeiliki balon
untuk fiksasi dan tersedia dalam sediaan berlapis silicon atau tidak dan biasa disebut dengan kateter
langsung. Tipe ini tidak digunakan dalam jangka waktu lama di kandung kemih tetapi sangat berfungsi
untuk:
Kateterisasi intermitten atau sementara dan
pengambilan specimen urin
Mengatasi striktur urethra
Memasukkan obat ke dalam vesica urinaria
Proses pemeriksaan penunjang seperti urodinamik
Kateterisasi suprapubik tanpa balon
53
2. Two-way catheter/double lumen catheter/kateter double lumen
Kateter ini terdiri dari 2 saluran pada ujung kateternya. Satu saluran untuk keluarnya urine dan satu
saluran untuk mengembangkan balon yang berfungsi sebagai fiksasi kateter di dalam kandung kemih
pasien. Tipe kateter ini paling sering digunakan.
3. Three-way catheter/triple lumen catheter/kateter triple lumen
Kateter 3 lumen memiliki lumen ketiga (selain untuk urin dan untuk mengembangkan balon) yang
berfungsi untuk proses irigasi kandung kemih secara terus menerus. Kateter ini terutama digunakan pada
pasien yang menjalani pembedahan saluran kemih atau perdarahan dari kandung kemih atau tumor prostat
sehingga kandung kemih membutuhkan baik irigasi terus menerus atau irigasi sementara untuk
membersihkan dari gumpalan darah atau debris.
4. Catheter with integrated temperature sensor
Kateter ini mempunyai fasilitas sensor pengukur
suhu yang terintegrasi didalam kateter yang terletak di
ujung proksimal. Kateter ini khususnya digunakan pada
pasien yang membutuhkan perawatan intensif atau pada
saat menjalani operasi tertentu. Fungsi dari sensor suhu
adalah untuk mengukur suhu urine di dalam kandung
kemih dan merupakan alat yang efektif untuk
mengetahui suhu tubuh bagian dalam (core
temperature).
G. JENIS KATETER
¤ Kateter plastik: digunakan sementara karena mudah rusak dan tidak fleksibel
54
¤ Kateter Latex/Karet: berbahan dasar karet, fleksibel tetapi kurang nyaman karena gesekan permukaan,
mudah terjadi pengerakan akibat mineral yang terkumpul dari urin, dan alergi yang menyebabkan urethritis
dan urethral stricture. Digunakan untuk pemakaian dalam jangka waktu pendek.
¤ Kateter Silicon murni (100% silicon): sangat lembut untuk jaringan dan hipoalergenik. Ukuran
lumen/saluran besar karena tidak ada lapisan karet dan tidak mudah menggumpal. Kerugiannya adalah
mudahnya balon mengempes sehingga sering terjadi kateter terlepas atau tidak sesuai pada tempatnya lagi.
Kateter ini lebih sering digunakan untuk penggunaan jangka waktu selama 2-3 bulan.
¤ PTFE (Polytetrafluoroethylene)/teflon: PTFE-coated latex catheter adalah kateter latex yang dilapisi teflon
pada bagian dalam maupun luar. Kateter ini lebih lembut daripada kateter latex karena adanya lapisan
Teflon yang membantu mencegah pengerakan dan iritasi. Jangan menggunakan jenis ini untuk pasien yang
alergi terhadap latex.
¤ Silicone-coated/silicone elastomer-coated: adalah kateter latex yang dilapisi silicon pada bagian dalam dan
luar. Kateter ini memiliki kekuatan dan fleksibilitas sejenis kateter latex tetapi lebih awet dan tidak mudah
mengerak seperti jenis silicon murni (100% silicon).
¤ Hydrogel-coated: merupakan kateter yang lembut dan biocompatible. Kateter ini bersifat hidrofilik
sehingga menyerap cairan yang akan membentuk kerak di sekitar kateter dan karena tidak terlalu banyak
gesekan maka tidak menyebabkan iritasi.
¤ Silver-coated catheter: merupakan jenis kateter dengan kombinasi lapisan silver alloy dan hydrogel yang
berfungsi sebagai antiseptic. Silver-hydrogel coated catheter tersedia dalam bahan dasar latex dan silicon.
Jenis ini terbukti menurunkan insiden bekteriurea asimtomatik dalam jangka waktu 1 minggu.
¤ Kateter Logam : digunakan untuk pemakaian sementara, biasanya pada pengosongan kandung kemih pada
ibu yang melahirkan
55
Jenis Kateter, Keuntungan, dan Kerugiannya
H. UKURAN KATETER
Prinsip pemilihan ukuran kateter adalah memilih ukuran yang terkecil yang mampu mengalirkan urin
secara adekuat. Meskipun demikian, ukuran kateter tetap harus disesuaikan dengan indikasi dan kondisi klinis
pasien. Ukuran kateter bervariasi antara 5 – 24 French (Fr). Secara umum, ukuran yang disarankan adalah:
¤ Anak : 8 – 10 Fr
¤ Wanita : 12 – 14 Fr
¤ Laki-laki : 16 – 18 Fr
¤ Hematuria : 20 – 24 Fr
Pasien yang mengalami hematuria sebaiknya menggunakan kateter 3 jalur sehingga memungkinkan
dilakukannya irigasi kandung kemih tanpa mengganti kateter.
I. PANJANG KATETER
Panjang kateter terdiri dari 3 ukuran: ukuran anak, anak, perempuan, dan laki-laki. Ukuran kateter laki-
laki standar dengan panjang 41-45 cm dapat digunakan untuk laki-laki dan perempuan, tetapi ukuran
perempuan yang lebih pendek yaitu 25 cm dianggap lebih nyaman pada beberapa wanita yang bias beraktivitas
dan membutuhkan pemasangan kateter dalam jangka waktu yang lama. Ukuran wanita yang pendek tidak sesuai
56
untuk wanita yang obese atau imobilisasi karena akan mudah terlepas dan menyebabkan trauma bada kandung
kemih.
J. UKURAN BALON
Kembangkan balon dengan ukuran yang sekecil mungkin. Hal ini akan mencegah adanya residu urine di
kandung kemih, menurunkan resiko spasme kandung kemih dan meminimalkan trauma pada leher kandung
kemih. Ukuran balon berkisar antara 5 – 30 ml tergantung produksi pabrikan. Ukuran yang biasa digunakan
adalam 10 ml. kembangkan balon sesuai dengan yang direkomendasikan oleh pabrik pembuatnya. Ukuran
balon 30 ml digunakan untuk haemostat post prosedur urologi dan tidak dianjurkan untuk peggunaan rutin.
Gunakan air steril untuk mengembangkan balon.
K. SISTEM DRAINASE
Sistem drainase tertutup dimana saluran yang menghubungkan antara kateter dan urin bag selalu
tersambung dan urin dikeluarkan dari urine bag melalui saluran pembuangan pada urin bag, menurunkan resiko
infeksi, tetpi efektifitas system ini tergantung pada kebersihan dan perawatan kateter.
Sistem drainase yang baik dapat mencegah munculnya infeksi akibat pemasangan kateter (CaUTI).
Manajemen system drainase yang baik adalah sebagai berikut:
1. Jaga agar system drainase atau urin bag tetap berada di bawah/lebih rendah daripada kandung kemih
2. Minimalkan kontaminasi dari urine bag dan hindarkan kontak antara urin bag dengan lantai atau dengan
permukaan lainnya
3. Kaji secara rutin kondisi urin bag dang anti jika perlu
4. Kosongkan urin bag secara rutin atau jika telah mencapai 2/3 kantong untuk mencegah reflux dan mencegah
urine bag terlalu berat
57
5. Saat mengosongkan urin bag, jangan sampai konektor pembuangan pada urin bag menyentuh penampung.
Gunakan penampung yang bersih dan terpisah antara satu pasien dengan pasien yang lainnya
6. Anjurkan pasien untuk banyak minum jika tidak ada kontraindikasi secara klinis
L. PEDOMAN UMUM PEMASANGAN KATETER- Pemasangan kateter dilakukan atas program dari dokter.
- Prinsip pemasangan kateter menggunakan tehnik aseptik/steril
- Kateter tetap dan sementara menggunakan prinsip yang sama, perbedaannya adalah pada kateter tetap
difiksasi dengan balon.
- Setelah pemasangan kateter perawat menjaga sistem drainase untuk meminimalkan resiko infeksi
- Urine bag terbuat dari plastik yang dapat menampung 1.000 – 1.500 ml urin. Urine bag harus digantung
pada tepi tempat tidur atau kursi roda tanpa menyentuh lantai. Jangan pernah menggantungkan urine bag
pada posisi lebih tinggi dari abdomen. Jika klien berjalan, klien atau perawat membawa urine bag dibawah
lutut klien. Hal ini karena urin didalam kantong dapat menjadi medium bagi hidupnya mikroorganisme dan
infeksi dapat terjadi apabila urin kembali (refluk) ke Vesica Urinaria. Sebagian Urine Bag dirancang
menjadi antirefluk untuk menjaga kembalinya urin pada Vesica Urinaria.
- Karena urin dapat menjadi media bagi tumbuhnya mikroorganisme, maka pengosongan urine bag
dilakukan setiap 6 – 8 jam sekali.
M. KOMPLIKASI PEMASANGAN KATETER- Trauma urethral akibat peniupan balon fiksasi ketika kateter belum sampai di vesica urinaria
- Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Catheter-associated Urinary Tract Infection (CaUTI)
- Trauma psikologi
- Perdarahan diakibatkan proses insersi kateter atau peniupan balon
- Salah saluran akibat trauma saat insersi kateter
- Striktur urethra merupakan komplikasi lanjutan akibat adanya cedera kronis pada uretra
- Paraphimosis (terjadi pada laki-laki yang tidak sirkumsisi dimana preputium terjebak di belakang kepala
penis dan tidak dapat ditarik kembali ke posisi normal) akibat kegagalan pengembalian kulit permukaan ke
posisi normal setelah pemasangan kateter sehingga kulit di sekitar gland penis membengkak
58
Performance
ProcedureRaw Score
Critically1,2,3
Difficulty1,2,3
Score
0 1 2 3 4 5ActualRxCxD
MaxScore
Tahap pre interaksi
1. Baca catatan keperawatan/catatan medis2. Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan
dengan menggunakan hand rub)3. Persiapan Alat (sebutkan 5 alat utama)
- Foley catheter - Urine bag- Sarung tangan steril- Korentang- Kom steril- Plester/hypavix- Bengkok- Duk steril- Gunting- Perban/plester - Pinset steril- Pinset sirurgis
- Perlak dan pengalas
- NaCl- Kapas/kassa steril- Kassa gulung - Bak instrument- Spuit 10cc 1 buah- Spuit 3 cc 1 buah- Lydocain Jelly- Aquabidest 30 ml
4. Buka 1 spuit 3cc, masukkan ke dalam bak instrument dengan menjaga kesterilan spuit
5. Tampung jelly ke dalam kom steril yang ada di bak instrument, jaga kesterilan saat mengeluarkan jelly dari tube dan menampung dalam bak instrument
6. Buka 1 spuit 10cc dan isi dengan aquadest untuk fiksasi folley catheter, letakkan di luar bak instrument
00
0
0
0
0
11
1
1
1
1
2
2
2
2
33
3
1
1
1
11
1
1
1
1
33
6
2
2
2
Tahap Orientasi
1. Ucapkan salam dan perkenalkan diri2. Klarifikasi nama dan umur atau nama dan
alamat klien3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan
dilakukan (pemasangan kateter, nafas dalam saat kateter dipasang)
4. Kontrak waktu5. Beri kesempatan pada pasien/keluarga untuk
bertanya6. Minta persetujuan klien/keluarga7. Dekatkan alat8. Jaga privacy klien dengan menutup tirai/pintu
00
0
00
000
11
1
11
111
22
2
11
111
13
2
11
211
11
1
11
111
26
4
11
211
Tahap Kerja
Baca Basmalah 0 1 2 1 2Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan menggunakan hand rub)
0 1 3 1 3
Atur posisi yang nyaman- Pasien anak atau pasien tidak sadar dengan
bantuan- Pasien wanita dengan posisi dorsal recumbent- Pasien laki-laki dengan supine
0 1 3 1 3
Memasang pengalas/perlak dibawah pantat klien 0 1 1 1 1
Pakaian bagian bawah klien dikeataskan/dilepas 0 1 1 1 1Bengkok diletakkan didekat bokong klien 0 1 1 1 1Sambungkan ujung folley catheter dengan urine bag, buka sedikit pembungkus luar dari folley catheter dan jaga kesterilan folley catheter
0 1 2 1 2
Pakai sarung tangan steril 0 1 2 3 3 1 9Persiapkan jelly:* - Untuk klien laki-laki: ambil 1 buah spuit 3ml,
0 1 2 3 3 2 18
59
Performance
ProcedureRaw Score
Critically1,2,3
Difficulty1,2,3
Score
0 1 2 3 4 5ActualRxCxD
MaxScore
lepaskan jarumnya, isi dengan lydocain jelly yang ada di kom steril sebanyak 5 – 10 ml untuk diinjeksikan kedalam urethra*
- Untuk klien perempuan, ambil jelly yang ada pada kom steril dengan menggunakan kassa steril*
Membersihkan bagian genitalia:*- Klien laki-laki: Penis dipegang dengan tangan
non dominan. Penis dibersihkan dengan menggunakan kapas steril/ kassa steril yang diolesi NaCl oleh tangan dominan dengan gerakan memutar dari meatus ke luar dengan menggunakan pinset, dilanjutkan dengan membersihkan gland penis. Tindakan bisa dilakukan beberapa kali hingga bersih. Kemudian pinset diletakkan dalam bengkok*
- Klien perempuan: Gunakan tangan yang tidak dominan untuk membuka labia mayora, dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk. Kemudian bersihkan labia mayora dengan menggunakan kapas sublimat atau kassa steril yang diolesi cairan antiseptik dengan menggunakan pinset dari arah atas kebawah, dilanjutkan ke daerah labia minora, dan selanjutnya meatus urethra (dari luar ke dalam), sekali usap pada satu sisi kapas atau kassa. Tindakan bisa dilakukan beberapa kali hingga bersih. Kemudian pinset diletakkan dalam bengkok*
0 1 2 3 3 2 18
Pasang duk steril dengan menggunakan tangan kanan dan tangan kiri memegang penis, jaga kesterilan duk
0 1 2 2 1 4
Pasang selang kateter:*- Klien laki-laki: pegang penis dengan tangan non
dominan, injeksikan jelly ke dalam uretra klien tanpa menggunakan jarum. Keluarkan folley catheter dengan hati-hati dan menjaga kesterilannya. Pegang penis dengan tangan non dominan, masukkan kateter kedalam uretra secara perlahan-lahan sampai urine keluar. Pasien diminta tarik napas dalam selama pemasangan *
- Klien perempuan: oleskan jelly yang telah disiapkan di kassa pada ujung kateter dengan menggunakan kassa steril minimal sepanjang 6 inchi dari ujung kateter. Gunakan tangan yang tidak dominan untuk membuka labia mayora, dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk temukan meatus uretra. Masukkan kateter kedalam uretra secara perlahan-lahan sampai urine keluar. Pasien diminta tarik napas dalam selama pemasangan*
0 1 2 3 4 5 3 3 45
Masukkan cairan aquades 20-30 cc dimasukkan atau sesuai ukuran yang tertulis untuk fiksasi kateter di dalam vesica urinaria. Kateter sedikit ditarik sampai ada tahanan*
0 1 2 3 4 3 2 24
Lepaskan duk dengan menarik ke bawah, hati-hati saat melewati urin bag. Jika urine bag penuh, urin bag
0 1 1 1 1
60
Performance
ProcedureRaw Score
Critically1,2,3
Difficulty1,2,3
Score
0 1 2 3 4 5ActualRxCxD
MaxScore
dikosongkan dulu dengan membuang urine di bengkok atau pispotFiksasi kateter ke pasien- Untuk laki-laki di bawah abdomen- Untuk wanita ke paha atau dengan longgar diatas
kaki tanpa fiksasi
0 1 2 2 1 4
Gantung urine bag ditempatnya 0 1 1 1 1Lepaskan sarung tangan 0 1 1 1 1Bantu pasien untuk posisi yang nyaman dan rapikan kembali pakaian pasien
0 1 1 1 1
Bereskan alat 0 1 1 1 1Baca Hamdalah setelah kegiatan selesai 0 1 1 1 1Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan menggunakan hand scrub)
0 1 3 1 3
Tahap terminasi
- Evaluasi respon klien- Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan- Berikan reinforcement atas kemampuan klien- Berikan pendidikan kesehatan singkat tentang
tidak meninggikan urine bag diatas paha ketika berjalan, menjaga kebersihan, cara thoharoh, beribadah dengan kateter dan urine bag melekat)
- Doa kesembuhan klien dengan mengucapkan syafakalloh (laki-laki) dan syafakillah (perempuan)
- Melakukan kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya
- Mengucapkan Alhamdulillah setelah selesai tindakan
- Mengakhiri kegiatan dengan cara memberi salam
00
0
0
0
0
0
0
11
1
1
1
1
1
1
22
22
1
1
2
2
1
1
11
1
1
1
1
1
1
22
1
1
2
1
1
1
Dokumentasi
- Nama dan umur atau nama dan alamat klien- Diagnosa keperawatan- Tanggal dan jam tindakan keperawatan- Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan- Evaluasi: DS (respon klien), DO: tipe dan ukuran
kateter, deskripsi urine: warna, jumlah- Nama dan tanda tangan ners
00000
0
11111
1
22222
2
11111
1
11111
1
22222
2
Keterangan: * critical point dari prosedur. Jika critical point tidak dilakukan, otomatis mahasiswa tidak lulus
61
BLADDER TRAINING
Erfin Firmawati, Ns.,MNSYuni Permata Sari Istanti, Ns., MKep.,Sp.KMB., HNC
Learning Objective:
Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa dapat:1. Melatih bladder training sesuai indikasi2. Melakukan bladder training
Pertanyaan mInimal:
1. Sebutkan indikasi latihan bladder training!
Masalah keperawatan:
1. Altered urinary elimination2. Urinary retention3. Risk for infection4. Dependence on urinary catheter
Pada pasien yang terpasang kateter dalam jangka waktu yang lama, pasien mungkin
mengalami penurunan sensasi ingin berkemih atau miksi. Jika hal ini terjadi, maka pasien
dapat mengalami kesulitan mengontrol rasa berkemih sehingga mengompol atau mengalami
Scenario
A man, 70 years old is admitted to hospital because of post TURP procedure. This patient is diagnosed with Benign Prostate Hyperplasia. The nurse will open the Foley catheter. Before, nurse open the catheter, nurse will train of bladder training to patient.
3nd TOPICBLADDER TRAINING & PELEPASAN KATETER
62
inkontinensia urin. Untuk mencegah hal itu terjadi, maka pasien perlu menerima bladder
training.
Bladder training merupakan prosedur yang dilakukan untuk mengembalikan kontrol
terhadap keinginan berkemih. Secara umum, bladder training dilakukan sejak sebelum
kateter hingga setelah kateter dilepas.
Secara umum, panduan bladder training sebelum kateter dilepas adalah sebagai berikut:
1. Perawat harus mengkaji rencana perawatan pasien termasuk kemungkinan durasi
terpasang kateter
2. Prosedur bladder training harus dengan persetujuan dokter
3. Jadwal pelaksanaan baldder training perlu didiskusikan dengan pasien
4. Bladder training bisa memakan waktu hingga 4 hari atau setelah pasien mampu
mengontrol miksi dengan baik
5. Kosongkan urin bag saat selang penghubung kateter ke urin bag di klem
6. Saat klem dilepas, catat warna, kejernihan, dan jumlah urin.
7. Sebelum benar-benar dilepas, pasien harus mampu mentoleransi minimal 250 cc urin
di kandung kemih
Alat yang digunakan:
1. Klem kateter/klem arteri
2. Penampung urin
3. Sarung tangan bersih
Prosedur bladder training:
1. Jaga privacy pasien
2. Cuci tangan dengan 6 langkah, gunakan sarung tangan bersih
3. Jelaskan prosedur pada pasien
4. Pada hari pertama, klem selang kateter 1-2 jam (disarankan bisa mencapai waktu 2
jam kecuali pasien merasa kesakitan)
5. Kosongkan urin bag
6. Cek dan evaluasi kondisi pasien, jika pasien merasa kesakitan atau tidak toleran
terhadap waktu 2 jam yang ditentukan, maka kurangi waktunya dan tingkatkan
secara bertahap
63
7. Lepaskan klem setelah 2 jam dan biarkan urine mengalir dari kandung kemih
menuju urine bag hingga kandung kemih kosong
8. Biarkan klem tidak terpasang sekitar 15 menit, setelah itu klem lagi 1-2 jam.
9. Lanjutkan prosedur ini hinggal 24 jam pertama
10. Pada hari kedua, tingkatkan lama klem menjadi 2-3 jam, lepaskan klem 15 menit dan
klem ulang. Lakukan prosedur ini higga 24 jam
11. Pada hari ketika, tingkatkan lagi lama klem menjadi 3-4 jam, lepaskan klem 15
menit dan klem ulang. Lakukan prosedur ini higga 24 jam
12. Pada hari ke 4, lepas kateter dan amati seksama respon pasien setelah kateter dilepas
13. Anjurkan pasien untuk ke toilet setiap 2 jam
14. Setelah kateter dilepas, maka lakukan proses selanjutnya yaitu dengan melakukan:
kegel exercise, penundaan berkemih, dan penjadwalan berkemih
15. Kegel exercise adalah latihan untuk penguatan otot pelvis agar mampu
menghentikan aliran urin. Berikut langkah-langkah melakukan kegel exercise:
16. Penundaan berkemih: pada pasien yang mengalami inkontinensia, penundaan
berkemih dapat membantu mengontrol urin. Caranya, saat merasa ingin berkemih,
tunda berkemih selama 5 menit. Jika berhasil, maka tingkatkan waktu penundaan
berkemih misalnya menjadi 10 menit. Lakukan hal tersebut secara bertahap hingga
mencapai waktu 3-4 jam. Jika keinginan berkemih sering muncul sebelum batas
waktu yang anda targetkan, lakukan teknik relaksasi. Tarik nafas anda dalam-dalam
dan pelan. Kegel exercise bisa diakukan juga untuk membantu menunda berkemih
17. Penjadwalan berkemih: beberapa orang mengontrol inkontinensia dengan pergi
berkemih secara teratur. Hal ini berarti bahwa pasien pergi berkemih pada jam yang
telah ditentukan meskipun belum merasa ingin berkemih. Pasien bisa dijadwalkan
berkemih setiap jam, lalu secara bertaham ditingkatkan hingga waktu yang sesuai
untuk pasien.
18. Perawat dapat menganjurkan pasien untuk:
a. Minum secara normal, minimal 6-8 gelas per hari (1000-1500ml) kecuali ada
anjuran lain dari dokter. Pasien harus minum dengan normal dan tidak mengurangi
jumlah minum. Mengurangi asupan cairan tidak akan memperbaiki inkontinensia,
tetapi justru akan membuat urin menjadi sangat pekat. Hal ini dapat mengiritasi
64
kandung kemih dan membuatnya semakin sering ingin berkemih sementara urin
yang tertampung dalam kandung kemih sangat sedikit. Kondisi ini juga dapat
menyebabkan infeksi saluran kemih.
b. Minum secara bertahap. Hindari minum banyak dalam sekali waktu. Minum
banyak dalam sekali waktu, keinginan untuk berkemih akan lebih susah
dikendalikan karena kandung kemih segera penuh, sehingga keinginan berkemih
akan segera muncul setelah minum banyak.
c. Beberapa minuman dapat mengiritasi kandung kemih dan menyebabkan keinginan
untuk berkemih semakin sering. Minuman beralkohon dan mengandung kafein
harus dihindari. Minuman jenis lain yaitu minuman bersoda, coklat, dan minuman
berkabonasi.
d. Hindari banyak minum 2 jam menjelang tidur karena banyak minum sebelum tidur
akan meningkatkan keinginan berkemih saat malam hari.
19. Anjurkan pasien untuk segera mencari pertolongan medis jika setelah dilepas
kateternya pasien mengalami:
a. Tidak dapat berkemih selama 6 jam
b. Ada perasaan ingin berkemih tetapi tidak dapat berkemih
c. Mengalami nyeri hebat di punggung (back pain)
d. Perut membesar
e. Demam (> 37.5oC)
f. Mual dan muntah
65
PELEPASAN KATETER
Erfin Firmawati, Ns.,MNS
Pengertian:
Melakukan tindakan perawatan melepaskan kateter uretra dari kandung kemih
Tujuan: Mencegah infeksi
Indikasi:
1. Pasien yang terpasang kateter lebih dari 7 hari
2. Pasien yang tidak memerlukan pemasangan kateter menetap
Peralatan:
1. Perlak
2. Sarung tangan
3. Kom kecil berisi Cairan NaCl
4. Kassa
5. Pinset chirurgis
6. Spuit 10 atau 20 cc
7. Bengkok/nierbeken
8. Kantung plastik
Pelaksanaan:
1. Mengucapkan basmalah
2. Cuci tangan dengan 6 langkah
3. Menjaga privacy pasien
4. Menyiapkan pasien dengan posisi dorcal recumbent dan melepaskan pakaian bawah pasien
5. Memasang perlak/pengalas
6. Memakai sarung tangan
7. Melepas plester dan membersihkan sisa plester
8. Melakukan aspirasi balon kateter hingga habis isinya
9. Mengarahkan penis keatas (laki-laki)/ memegang selang kateter sejajar dengan meatus
urethra (perempuan)
10. Menarik kateter perlahan-lahan hingga lepas, pasien diminta nafas dalam dan rileks
66
11. Buang kateter dan urin bag kedalam kantong plastik
12. Bersihkan ujung penis/meatus urethra dengan kasa yang dibasahi NaCl dan keringkan
13. Observasi ujung penis/meatus urethra adanya kemerahan, discharge, dan bengkak. Tanyakan
kepada pasien adanya nyeri, demam
14. Melepas sarung tangan
15. Merapikan pasien dan alat
16. Cuci tangan dengan 6 langkah
17. Mengucapkan Alhamdulillah setelah selesai kegiatan
Performance
ProcedureRaw Score
Critically1,2,3
Difficulty
1,2,3
Score
0 1 2 3 4 5ActualRxCxD
MaxScore
Tahap pre interaksi
1. Baca catatan keperawatan/catatan medis2. Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan
dengan menggunakan hand rub)3. Persiapan Alat:
Bladder training:- Sarung tangan bersih- Klem kateter/klem arteri- Penampung urinPelepasan kateter:- Perlak- Sarung tangan- Kom kecil berisi Cairan NaCl- Kassa - Pinset chirurgis- Spuit 10 atau 20 cc- Bengkok/nierbeken - Kantung plastik
00
0
11
1
33
3
11
1
33
3
Tahap Orientasi
1. Ucapkan salam dan perkenalkan diri2. Klarifikasi nama dan umur atau nama dan
alamat klien3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang
akan dilakukan 4. Kontrak waktu5. Beri kesempatan pada pasien/keluarga untuk
bertanya6. Minta persetujuan klien/keluarga7. Dekatkan alat8. Jaga privacy klien dengan menutup tirai/pintu
00
0
00
000
11
1
11
111
22
2
11
111
13
2
11
211
11
1
11
111
26
4
11
211
Tahap Kerja
Baca Basmalah 0 1 2 1 2Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan menggunakan hand rub)
0 1 3 1 3
Gunakan sarung tangan bersih 0 1 3 1 3Pada hari pertama, klem selang kateter 1-2 jam (disarankan bisa mencapai waktu 2 jam kecuali
0 1 1 1 1
67
Performance
ProcedureRaw Score
Critically1,2,3
Difficulty
1,2,3
Score
0 1 2 3 4 5ActualRxCxD
MaxScore
pasien merasa kesakitan)
Kosongkan urin bag 0 1 1 1 1Cek dan evaluasi kondisi pasien, jika pasien merasa kesakitan atau tidak toleran terhadap waktu 2 jam yang ditentukan, maka kurangi waktunya dan tingkatkan secara bertahap
0 1 1 1 1
Lepaskan klem setelah 2 jam dan biarkan urine mengalir dari kandung kemih menuju urine bag hingga kandung kemih kosong
0 1 2 1 2
Biarkan klem tidak terpasang sekitar 15 menit, setelah itu klem lagi 1-2 jam.
0 1 2 3 3 1 9
Lanjutkan prosedur ini hinggal 24 jam pertama 0 1 2 3 3 2 18Pada hari kedua, tingkatkan lama klem menjadi 2-3 jam, lepaskan klem 15 menit dan klem ulang. Lakukan prosedur ini higga 24 jam
0 1 2 3 3 2 18
Pada hari ketiga, tingkatkan lagi lama klem menjadi 3-4 jam, lepaskan klem 15 menit dan klem ulang. Lakukan prosedur ini higga 24 jam
0 1 2 1 2
Pada hari keempat, lepas kateter dan amati seksama respon pasien setelah kateter dilepasPelepasan kateterCuci tangan dengan 6 langkah 0 1 3 1 3Menjaga privacy pasien 0 1 1 1 1Menyiapkan pasien dengan posisi dorcal recumbent dan melepaskan pakaian bawah pasien
0 1 2 1 1 2
Memasang perlak/pengalas 0 1 1 1 1
Melepas plester dan membersihkan sisa plester 0 1 3 1 3Melakukan aspirasi balon kateter hingga habis isinya 0 1 2 3 3 1 9Mengarahkan penis keatas (laki-laki)/ memegang selang kateter sejajar dengan meatus urethra (perempuan)
0 1 3 1 3
Menarik kateter perlahan-lahan hingga lepas, pasien diminta nafas dalam dan rileks
0 1 2 3 3 2 18
Buang kateter dan urin bag kedalam kantong plastik
0 1 3 1 3
Bersihkan ujung penis/meatus urethra dengan kasa yang dibasahi NaCl dan keringkan
0 1 2 3 3 1 9
Observasi ujung penis/meatus urethra adanya kemerahan, discharge, dan bengkak. Tanyakan kepada pasien adanya nyeri, demam
0 1 2 3 3 1 9
Setelah kateter dilepas, anjurkan pasien untuk ke toilet setiap 2 jam
0 1 3 1 3
Lepaskan sarung tangan 0 1 1 1 1Bantu pasien untuk posisi yang nyaman dan rapikan kembali pakaian pasien
0 1 1 1 1
Bereskan alat 0 1 1 1 1Baca Hamdalah setelah kegiatan selesai 0 1 1 1 1Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan menggunakan hand scrub)
0 1 3 1 3
68
Performance
ProcedureRaw Score
Critically1,2,3
Difficulty
1,2,3
Score
0 1 2 3 4 5ActualRxCxD
MaxScore
Tahap terminasi
- Evaluasi respon klien- Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan- Berikan reinforcement atas kemampuan klien- Berikan pendidikan kesehatan; banyak minum,
tidak menunda berkemih- Doa kesembuhan klien dengan mengucapkan
syafakalloh (laki-laki) dan syafakillah (perempuan)
- Melakukan kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya: kegel exercise
- Mengucapkan Alhamdulillah setelah selesai tindakan
- Mengakhiri kegiatan dengan cara memberi salam
0000
0
0
0
0
1111
1
1
1
1
22
2211
2
1
1
1
1111
1
1
1
1
22112
1
1
1
Dokumentasi
- Nama dan umur atau nama dan alamat klien- Diagnosa keperawatan- Tanggal dan jam tindakan keperawatan- Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan- Evaluasi: S (respon klien;kemampuan
berkemih), O: warna dan jumlah urin; A;P- Nama dan tanda tangan ners
00000
0
11111
1
22222
2
11111
1
11111
1
22222
2
69
KEGEL EXERCISE
Erfin Firmawati, Ns.,MNSYuni Permata Sari Istanti, Ns., MKep.,Sp.KMB., HNC
Learning Objective:
Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa dapat :1. Melakukan persiapan alat untuk mengajarkan kegel exercise kepada pasien
sesuai indikasi2. Mengajarkan kegel exercise dengan benar
Pertanyaan mInimal:
1. Sebutkan indikasi kegel exercise2. Sebutkan langkah-langkah kegel exercise
Masalah keperawatan:
1. Altered urinary elimination2. Urinary retention3. Risk for infection4. Dependence on urinary catheter
A. DEFINISI
Latihan kegel atau latihan otot panggul adalah latihan yang bertujuan untuk menguatkan otot perianal (pubococcygeus).
B. LANGKAH-LANGKAH KEGEL EXERCISE
Berikut langkah-langkah melakukan kegel exercise:
Scenario
A woman, 65 years old was diagnose urinary incontinence. Nurse will teach patient how to do kegel exercise.
4th TOPICKEGEL EXERCISE
THAHARAH PASIEN YANG DIPASANG KATETER
70
1. Temukan otot yang tepat. Kegel exercise melatih otot pelvis agar lebih kuat. Untuk menentukan otot
pelvis yang tepat, maka hentikan urin saat sedang berkemih. Jika urin dapat dihentikan, maka otot pelvis
yang dimaksud telah ditemukan. Otot tersebut yang harus dikontraksikan saat melakukan kegel
exercise.
2. Ketika sudah berhasil mengidentifikasi otot pelvis, kosongkan kandung kemih. Setelah itu kegel
exercise bisa dimulai. Dilarang melakukan kegel exercise saat sedang berkemih karena hal tersebut
justru akan melemahkan otot pelvis dan menyebabkan pengosongan kandung kemih yang tidak
sempurna dan meningkatkan resiko infeksi saluran kemih.
3. Mulai kegel exercise dengan mengontraksikan otot pelvis, tahan kontraksi hingga 5 detik dan relaks
selama 5 detik. Ulangi proses tersebut hingga 4-5 set. Lakukan terus latihan secara bertahap hingga
dapat menahan kontraksi selama 10 detik sebanyak 10 set.
4. Untuk hasil yang maksimal, fokuslah mengkontraksikan hanya bagian pelvis. Jangan melakukan
kontraksi pada area perut, panggul, pantat atau paha, tetapi konsentrasi hanya bagian otot pelvis.
Hindari menahan nafas saat melakukan kegel exercise, sebaliknya bernafaslah secara bebas dan rileks
pada saat melakukan kegel exercise.
5. Lakukan kegel exercise minimal 3 kali sehari sebanyak 10 set.
Penundaan berkemih: pada pasien yang mengalami inkontinensia, penundaan berkemih dapat
membantu mengontrol urin. Caranya, saat merasa ingin berkemih, tunda berkemih selama 5 menit. Jika
berhasil, maka tingkatkan waktu penundaan berkemih misalnya menjadi 10 menit. Lakukan hal tersebut
secara bertahap hingga mencapai waktu 3-4 jam. Jika keinginan berkemih sering muncul sebelum batas
waktu yang anda targetkan, lakukan teknik relaksasi. Tarik nafas anda dalam-dalam dan pelan. Kegel
exercise bisa diakukan juga untuk membantu menunda berkemih
Penjadwalan berkemih: beberapa orang mengontrol inkontinensia dengan pergi berkemih secara teratur.
Hal ini berarti bahwa pasien pergi berkemih pada jam yang telah ditentukan meskipun belum merasa
ingin berkemih. Pasien bisa dijadwalkan berkemih setiap jam, lalu secara bertaham ditingkatkan hingga
waktu yang sesuai untuk pasien.
Perawat dapat menganjurkan pasien untuk:
1. Minum secara normal, minimal 6-8 gelas per hari (1000-1500ml) kecuali ada anjuran lain dari
dokter. Pasien harus minum dengan normal dan tidak mengurangi jumlah minum. Mengurangi
asupan cairan tidak akan memperbaiki inkontinensia, tetapi justru akan membuat urin menjadi
sangat pekat. Hal ini dapat mengiritasi kandung kemih dan membuatnya semakin sering ingin
berkemih sementara urin yang tertampung dalam kandung kemih sangat sedikit. Kondisi ini juga
dapat menyebabkan infeksi saluran kemih.
71
2. Minum secara bertahap. Hindari minum banyak dalam sekali waktu. Minum banyak dalam sekali
waktu, keinginan untuk berkemih akan lebih susah dikendalikan karena kandung kemih segera
penuh, sehingga keinginan berkemih akan segera muncul setelah minum banyak.
3. Beberapa minuman dapat mengiritasi kandung kemih dan menyebabkan keinginan untuk berkemih
semakin sering. Minuman beralkohon dan mengandung kafein harus dihindari. Minuman jenis lain
yaitu minuman bersoda, coklat, dan minuman berkabonasi.
4. Hindari banyak minum 2 jam menjelang tidur karena banyak minum sebelum tidur akan
meningkatkan keinginan berkemih saat malam hari.
72
Performance
ProcedureRaw Score
Critically1,2,3
Difficulty1,2,3
Score
0 1 2 3 4 5ActualRxCxD
MaxScore
Tahap pre interaksi
1. Baca catatan keperawatan/catatan medis2. Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan
dengan menggunakan hand rub)3. Persiapan Alat: matras
00
0
11
1
33
1
11
1
33
1
Tahap Orientasi
1. Ucapkan salam dan perkenalkan diri2. Klarifikasi nama dan umur atau nama dan alamat
klien3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan
dilakukan 4. Kontrak waktu5. Beri kesempatan pada pasien/keluarga untuk
bertanya6. Minta persetujuan klien/keluarga7. Dekatkan alat8. Jaga privacy klien dengan menutup tirai/pintu
00
0
00
000
11
1
11
111
22
2
11
111
13
2
11
211
11
1
11
111
26
4
11
211
Tahap Kerja
Baca Basmalah 0 1 2 1 2Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan menggunakan hand rub)
0 1 3 1 3
Anjurkan pasien untuk mengkosongkan kandung kemih
0 1 3 1 3
Kontraksikan otot pelvis, tahan kontraksi hingga 5 detik dan relaks selama 5 detik. Ulangi proses tersebut hingga 4-5 set.
0 1 2 3 4 5 3 2 30
Lakukan terus latihan secara bertahap hingga dapat menahan kontraksi selama 10 detik sebanyak 10 set.
0 1 2 1 1 2
Hindari menahan nafas saat melakukan kegel exercise, sebaliknya bernafaslah secara bebas dan rileks pada saat melakukan kegel exercise.
0 1 2 1 2
Bantu pasien untuk posisi yang nyaman dan rapikan kembali pakaian pasien
0 1 1 1 1
Bereskan alat 0 1 1 1 1Baca Hamdalah setelah kegiatan selesai 0 1 1 1 1Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan menggunakan hand scrub)
0 1 3 1 3
Tahap terminasi
- Evaluasi respon klien- Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan- Berikan reinforcement atas kemampuan klien- Berikan pendidikan kesehatan singkat tentang
pelaksanaan kegel exerxise secara rutin- Doa kesembuhan klien dengan mengucapkan
syafakalloh (laki-laki) dan syafakillah (perempuan)
- Melakukan kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya
- Mengucapkan Alhamdulillah setelah selesai tindakan
- Mengakhiri kegiatan dengan cara memberi salam
0000
0
0
0
0
1111
1
1
1
1
22
2211
2
2
1
1
1111
1
1
1
1
2211
2
1
1
1
Dokumentasi
- Nama dan umur atau nama dan alamat klien- Diagnosa keperawatan- Tanggal dan jam tindakan keperawatan- Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan
0000
1111
2222
1111
1111
2222
73
Performance
ProcedureRaw Score
Critically1,2,3
Difficulty1,2,3
Score
0 1 2 3 4 5ActualRxCxD
MaxScore
- Evaluasi: S (respon klien), O: kemampuan melakukan kegel exercise; A;P
- Nama dan tanda tangan ners
0
0
1
1
2
2
1
1
1
1
2
2
74
THAHARAH PASIEN YANG DIPASANG KATETER
Yuni Permata Sari Istanti, Ns., MKep.,Sp.KMB., HNCErfin Firmawati, Ns.,MNS
Learning Objective:
Setelah menyelesaikan praktikum ini, mahasiswa dapat :1. Melakukan persiapan alat untuk mengajarkan kegel exercise kepada pasien
sesuai indikasi2. Mengajarkan kegel exercise dengan benar
Pertanyaan mInimal:
1. Bagaimana cara toharoh pasien yang terpasang kateter ?2. Bagaimana cara melakukan sholat pada pasien yang terpasang kateter ?
Masalah keperawatan:
1. Distress spiritual
Definisi Thaharah
Thaharah adalah menyucikan badan, pakaian, serta tempat dari najis dan menyucikan
diri dari hadast.
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang
yang bersuci “(QS. al-Baqarah/2: 222)
Scenario
A man, 45 years old was diagnose Urinary retention after he got surgery 5 days ago. He inserted a folley catheter and urine output 1500 ml/day. For 5 days, he can not pray because he don’t know how to pray.
75
Langkah-langkah thaharah pada pasien dengan kateter:
1. Lakukan pengosongan urine bag terlebih dahulu
2. Usap ujung tempat pengeluaran urin pada urine bag dengan kasa atau kain bersih
yang telah dibasahi dengan air
3. Jika pasien mampu, wudhu dilakukan sendiri dengan air suci, jika pasien tidak
mampu beruwudhu sendiri, maka perawat/keluarga membantu pasien untuk
berwudhu dengan air suci
4. Tata cara berwudhu:
- Berniat wudhu
- Mengucapkan bismillah.
- Membasuh dua telapak tangan
- Membasuh seluruh wajah
- Membasuh tangan kanan dan kiri hingga siku
- Menyapu seluruh kepala
- Membasuh kaki kanan hingga mata kaki.
76
Performance
ProcedureRaw Score
Critically1,2,3
Difficulty1,2,3
Score
0 1 2 3 4 5ActualRxCxD
MaxScore
Tahap pre interaksi
1. Baca catatan keperawatan/catatan medis2. Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan
dengan menggunakan hand rub)3. Persiapan Alat: sarung tangan bersih,
penampung urin, air bersih, kassa bersih, kain bersih, handuk
00
0
11
1
33
1
11
1
33
1
Tahap Orientasi
1. Ucapkan salam dan perkenalkan diri2. Klarifikasi nama dan umur atau nama dan alamat
klien3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan
dilakukan 4. Kontrak waktu5. Beri kesempatan pada pasien/keluarga untuk
bertanya6. Minta persetujuan klien/keluarga7. Dekatkan alat8. Jaga privacy klien dengan menutup tirai/pintu
00
0
00
000
11
1
11
111
22
2
11
111
13
2
11
211
11
1
11
111
26
4
11
211
Tahap Kerja
Baca Basmalah 0 1 2 1 2Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan menggunakan hand rub)
0 1 3 1 3
Gunakan sarung tangan bersih 0 1 2 1 2Lakukan pengosongan urine bag terlebih dahulu
0 1 2 3 1 6
Usap ujung tempat pengeluaran urin pada urine bag dengan kasa atau kain bersih yang telah dibasahi dengan air
0 1 2 3 1 6
Jika pasien mampu, wudhu dilakukan sendiri dengan air suci, jika pasien tidak mampu beruwudhu sendiri, maka perawat/keluarga membantu pasien untuk berwudhu dengan air suci
0 1 2 3 1 6
Ajarkan berniat wudhu (dalam hati) untuk menghilangkan hadats.
0 1 2 3 1 6
Mengucapkan bismillah. 0 1 2 3 1 6
Membasuh dua telapak tangan 0 1 2 3 1 6
Membasuh seluruh wajah 0 1 2 3 1 6
Membasuh tangan kanan dan kiri hingga siku 0 1 2 3 1 6
Menyapu seluruh kepala 0 1 2 3 1 6
Membasuh kaki kanan hingga mata kaki 0 1 2 3 1 6
Keringkan dengan handuk 0 1 1 1 1
Bantu pasien untuk posisi yang nyaman dan rapikan kembali pakaian pasien
0 1 1 1 1
Bereskan alat 0 1 1 1 1Baca Hamdalah setelah kegiatan selesai 0 1 1 1 1Cuci tangan (gerakan 6 langkah cuci tangan dengan menggunakan hand scrub)
0 1 3 1 3
Tahap terminasi
- Evaluasi respon klien- Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan- Berikan reinforcement atas kemampuan klien- Berikan pendidikan kesehatan singkat tentang
0000
1111
22
2211
1111
2211
77
Performance
ProcedureRaw Score
Critically1,2,3
Difficulty1,2,3
Score
0 1 2 3 4 5ActualRxCxD
MaxScore
thaharah- Doa kesembuhan klien dengan mengucapkan
syafakalloh (laki-laki) dan syafakillah (perempuan)
- Melakukan kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya
- Mengucapkan Alhamdulillah setelah selesai tindakan
- Mengakhiri kegiatan dengan cara memberi salam
0
0
0
0
1
1
1
1
2
2
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
Dokumentasi
- Nama dan umur atau nama dan alamat klien- Diagnosa keperawatan- Tanggal dan jam tindakan keperawatan- Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan- Evaluasi: S (respon klien), O: kemampuan
melakukan thaharoh;A;P- Nama dan tanda tangan ners
00000
0
11111
1
22222
2
11111
1
11111
1
22222
2
78
Tujuan Umum:
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu menjelaskan tatalaksana pada pasien dengan gangguan cairan
Tujuan Khusus:
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:
a. Menjelaskan pengertian Dehidrasib. Menjelaskan tingkatan dan tanda dehidrasic. Menghitung kebutuhan cairan pada pasiend. Melakukan tata laksana pada pasien dengan kebutuhan cairan
Bayi Ny R, baru berusia 2 minggu, dibawa ke puskesmas karena bayinya terlihat lemah dan malas minum , saat ditimbang BB bayi Ny R 2, 7Kg, padahal BB saat lahir 3,2 Kg , Hasil pemeriksaan pada bayi Ny.R didapatkan mata cekung, bibir kering, dan turgor kulit 8 detik
MATERI VIEW
KESEIMBANGAN CAIRAN PADA NEONATUS
Bayi : cairan tubuh 70 - 75% berat badan (dewasa 60-65%)Kebutuhan balans, berdasarkan : intake - output, insensible loss, kebutuhan tumbuh kembang.
Pemberian air susu ibu (ASI) pada bayi baru lahir :
ASI sedini mungkin. Jika ASI belum keluar, bayi tidak usah diberi apa-apa, biarkan bayi mengisap payudara ibu sebagai stimulasi keluarnya ASI. Cadangan nutrisi dalam tubuh bayi cukup bulan dapat sampai selama 4 hari pascapersalinan.
Hindari penggantian PASI (pengganti ASI) KECUALI ada indikasi medis, misalnya ASI tidak keluar dan bayi prematur dan sebagainya
Scenario
5th TOPICBALANCE CAIRAN DAN MONITORING CAIRAN
(ANAK, DEWASA DAN LANSIA)
79
Tidak boleh diberi ASI hanya pada indikasi medis ketat, misalnya ibu penderita penyakit infeksi tertentu dan bayi belum tertular. Tetapi jika tidak ada PASI, ASI tetap diberikan. Pertimbangan-pertimbangan lain tetap diperhatikan.
Pemberian pengganti air susu ibu (PASI) : PASI : berbagai produk formula, untuk adaptasi maupun
formula komplit. Komposisi mendekati ASI, kecuali dalam hal komposisi mineral dan imunoglobulin.
usia 0 - 6 bulan : formula awal. Pada diare kronik / sindrom panmalabsorpsi : susu progestimil alergi protein susu sapi : soya (bahan susu kedelai) usia 6 bulan - 1 tahun : formula lanjutan, sudah bisa menerima susu full-cream yang dijual bebas.
Gunakan SENDOK TAKAR yang tepat !!
Jika keseimbangan gizi dan cairan tidak terpenuhi : pertumbuhan natural defense mechanism terganggu potensi tumbuh kembang tidak optimal
Nutrition Committee, Canadian Paediatric Society. Oral Rehydration Therapy and Early Refeeding in the Management of Childhood Gastroenteritis. The Canadian Journal of Paediatrics 1994; 1(5): 160-164.
DEHIDRASI PADA BAYI BARU LAHIR
Prinsip Dasar
□ Kadar air dalam lean body mass bayi (tubuh tanpa jaringan lemak) lebih kurang 82%. Apabila bayi kehilangan cairan 5% atau lebih akan terjadi dehidrasi.
□ Pada masa gestasi akhir sampai minggu pertama sesudah kelahiran, fungsi ginjal mengalami perubahan sedemikian rupa sehingga mempengaruhi keseimbangan air dn garam. Air di dalam tubuh terdapat di dalam sek (cairan intra seluler) atau di luar sel (cairan ekstraseluler). Dengan semakin maturnya ginjal, dan adaptasi dengan kehidupan ekstrauterin, ekskresi urin semakin bertambah mengakibatkan berkurangnya cairan ekstraseluler (sebagai salah satu penyebab turunnya berat badan bayi baru lahir pada minggu minggu pertama). Kecepatan filtrasi glomerolus berkurang, sehingga kehilangan Natrium melalui urin berkurang dan kecepatan reabsorbsi tubular juga berkurang, sehingga reabsorbsi ginjal melalui tubulus juga berkurang. Sebagai akibatnya, terjadilah keseimbangan cairan dan elektrolit yang negatif dan dapat berlanjut sampai minggu ke dua bahkan ketiga. Pada bayi prematur karena fungsi ginjal yang imatur, ketidakseimbangan ini lebih berat.
PenilaianGejala/tanda dehidrasi pada bayi antara lain meliputi: bayi mengantuk, tampak kehausan, kulit, bibir dan lidah kering, saliva menjadi kental, mata dan ubun-ubun cekung, warna kulit pucat atau sianosis, turgor kulit berkurang, ekstramitas dingin, banyaknya air kemih berkurang, apatik, gelisah, kadang-kadang kejang kemudian syok, asidosis dan pernafasan kusmaul.
80
KlasifikasiDehidrasi ringan Kehilangan cairan berkisar 5% Beratt badn
Dehidrsi sedang Kehilangan cairan antara 5-10% berat badan
Dehidrasi berat Kehilangan cairan >10% berat badan
PenangananPrinsip Penanganan dehidrasi
Mengatasi dehidrasi Mencegah terjadinya syok Menjaga jalan nafas tetap bebas Memperbaki curah jantung Mencari faktor penyebab Mengobati penyebab Mencegah terjadinya kejang
Tabel 1. Kebutuhan dasar cairan dan kalori pada neonatus
Hari Kelahiran ml Cairan/kg/hari Kalori/kg/hari
Hari ke-1 60 40
Hari ke- 2 70 50
Hari ke- 3 80 60
Hari ke- 4 90 70
Hari ke- 5 100 80
Hari ke- 6 110 90
Hari ke- 7 120 100
Hari ke >10 150-200 >120
81
Tabel 2. Bagan penanganan dehidrasi pada BBL
Tanda-tanda Mengantuk, sukar dibangaunkan, mata cekung, konjungtiva kering, bibir dan lidah ering, turgor berkurag, (cubitan pada kulit lambat kembalinya)
Kategori Dehidrasi sedang Dehidrasi Berat
Penilaian
Berat badan Kesadaran Mata Mulut Turgor
Turun < 10% BB sebelumnya
Gelisah Mata Cekung Bibir dan ludah kering Turgor kurang (cubitan
kulit kembalinya lambat)
Turun > 10 % BB sebelumnya
Mengantuk/sukar dibangunkan
Mata sangat cekung dan kering
Bibir dn lidah kering Turgor Jelek (cubitan
kulit sangat lambat sekali)Penanganan
Puskesmas Pertahankan tetap hangat Cegah hipotermia ASI tetap diberikan sesering mungkin ASI terus diberikan secara langsung atau diteteskan langsung Rujuk bila tidak mau menghisap/ada tanda infeksi Rujuk bila masih mencret, muntah,panas (minimum salah
satuRumah sakit Cegah hipotermia
ASI/RL dapat diberikan secara langsung atau per sonde
Antibiotika Infus RL atau N4 150 ml
per hari, ¼ nya diberikan 4 jam pertama, ¾ nya diberikan 20 jam berikutnya.
Koreksi Bicnat 8,4% 10x 0,3 xBB (diencerkan aa dengan NaCl 0,9%)
Cegah hipotermiaASI?RL dapat diberikan
secara langsung atau personde
Antobiotika Infus RL atau N4Koreksi cairan 30 cc/kg/1
jam, 20cc/kg/2jam, dilanjutkan 10 cc.kg
Koreksi BicNat 8,4%, 20 x 0,3 x BB (diencerkan aa dengan NaCl 0,9%)
82
DEHIDRASI PADA PENDERITA DIARE
Terapi ORALIT yang diberikan pada penderita diare dengan dehidrasi ringan /sedang pada 3 jam pertama adalah 75 ml/kg BB. Bila BB anak tidak diketahui, dapat dberikan oralit paling sedikit sesuai table di bawah:
Umur < 1 tahun 1-5 tahun > 5 tahun Dewasa
Jumlah Oralit 300 ml 600 ml 1200 ml 2400 ml
Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, maka berikan. Untuk anak di bawah 6 bulan yang tidak mendapat ASI, berikan juga 100-200 ml air masak pada masa ini.
Setalah 3 jam, nilai kembali penderita, untuk mendapatkan pengobatan selanjutnya.
Bila anak mengalami dehidrasi berat, maka cairan intra vena perlu diberikan.
Bila penderita bias minum, berikan oralit, sewaktu cairan IV dimulai. Cairan yang sebaiknya diberikan adalah Ringer Laktat, dibagi sbb:
Umur Pemberian I 30 ml/kg BB dalam:
Kemudian 70 ml/kgBB dalam:
Bayi < 12 bulan 1 jam* 5 jam
Anak > 1 tahun ½ - 1 jam* 2½ -3 jam
*Ulangi bila nadi lemah atau tidak teraba
Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam, Bila rehidrasi belum tercapai, percepat tetesan IV.
Berikan larutan oralit (5 ml/kg BB/jam) bila penderita bisa minum, biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak).
Setalah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi penderita menggunakan bagan penilian. Kemudian pilih rencana terapi yang sesuai.
83
Kebutuhan Cairan Rumatan
BB Jumlah Cairan per 24 jam Jumlah cairan per jam
<10 kg 100 ml/kg 4 ml/kg
10-20 kg 1000 ml+ 50 ml/kg tiap kenaikan per kg di atas 10
2 ml/kg tiap kenaikan perkilo di atas 10
>20 kg 1500 ml + 20 ml/kg tiap kenaikan per kg di atas 20
1 ml /kg tiap kenaikan perkilo di ats 20
Perhitungan IWL ( Insensible water loss)
IWL 10-30 cc/kg BB Perhatian
Neonatus 50 cc/kg BB IWL meningkat 12 % tiap kenaikan 1 di atas 38 C IWL meningkat 40-50% pada bayi < 1500 gr 1-5 th 40 cc/kg BB
>5 th 20 cc/kg
Balance Cairan =
Jumlah cairan yang masuk – jumlah cairan yang keluar – IWL
Jika memungkinkan, jalur enteral digunakan untuk cairan. Panduan ini hanya digunakan pada anakyang tidak dapat menerima cairan melalui mulut.
Pemberian Cairan Infus pada Anak
Berapa Banyak Cairan yang Dibutuhkan Anak Sehat?
Anak sehat dengan asupan cairan normal, tanpa memperhitungkan kebutuhan cairan yang masuk melalui mulut, membutuhkan sejumlah cairan yang disebut dengan “maintenance”. Cairan maintenance adalah volume (jumlah) asupan cairan harian yang menggantikan “insensible loss” (kehilangan cairan tubuh yang tak terlihat, misalnya melalui keringat yang menguap, uap air dari hembusan napas dalam hidung, dan dari feses/tinja), ditambah ekskresi/pembuangan harian kelebihan zat terlarut (urea, kreatinin, elektrolit, dll) dalam urin/air seni yang osmolaritasnya/kepekatannya sama dengan plasma darah.
84
Kebutuhan cairan maintenance anak berkurang secara proporsional seiring meningkatnya usia (dan berat badan). Perhitungan berikut memperkirakan kebutuhan cairan maintenance anak sehat berdasarkan berat bdan dalam kilogram (kg).
Cairan yang digunakan untuk infus maintenance anak sehat dengan asupan cairan normal adalah:NaCl 0.45% dengan Dekstrosa 5% + 20mmol KCl/liter
Pemberian cairan infus banyak disalahgunakan (overused) di Unit Gawat Darurat (UGD) karena persepsi yang salah bahwa jenis rehidrasi ini lebih cepat menangani diare, dan mengurangi lama perawatan di RS.
Terapi cairan yang diberikan harus mempertimbangkan tiga komponen: rehidrasi (mengembalikan cairan tubuh), mengganti kehilangan cairan yang sedang berlangsung, dan “maintenance”. Terapi cairan ini berdasarkan penilaian derajat dehidrasi yang terjadi.
American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan pemberian CRO dalam penatalaksanaan diare (gastroenteritis) pada anak dengan dehidrasi derajat ringan-sedang. Penggunaan cairan infus hanya dibatasi pada anak dengan dehidrasi berat, syok, dan ketidakmampuan minum lewat mulut.
Daftar Pustaka
Intravenous Fluids. Clinical Practice Guidelines. Royal Children’s Hospital Melbourne. http://www.rch.org.au/clinicalguide/cpg.cfm
C Waitt, P Waitt, M Pirmohamed. Intravenous Therapy. Postgrad. Med. J. 2004; 80; 1-6.
LATIHAN
Hawa, seorang anak 3 tahun dengan BB 12 kg, dibawa ke puskesmas karena diare. Diarenya dimulai kemarin dan telah BAB 8 kali dengn jumlah yang sangat banyak. Saat diperiksa, matanya cekung dan kering, lidahnya sangat kering, cubitan kulitnya sangat lambat. BB turun 2 Kg.
5. Panduan Praktikum Biomedis
a.Praktikum Anatomi
b.Praktikum Fisiologi
c. Praktikum Histologi
d.Praktikum Urinalisa
PETUNJUK PRAKTIKUM ANATOMIPSIK BLOK 13
1. ANATOMI SYSTEMA URINARIA
A. Tujuan Umum : Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa dapat mengetahui struktur anatomi organ penyusun systema urinaria
B. Tujuan Khusus :Setelah mahasiswa mengikuti praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat :1. Memahami dan mengidentifikasi bangunan anatomi pada ren, vesica urinaria,
ureter dan urethra2. Memahami vascularisasi, aliran vena, aliran limfe dan inervasi organ penyusun
systema urinaria
Skenario:Seorang laki-laki berusia 45 tahun, sopir bis AKAP yang tinggal di Wonosari, datang ke UGD dalam keadaan kesakitan . Nyeri dirasakan di perut kanan seperti diremas-remas dan menjalar sampai ke lipat paha kanan. Sebelumnya Pak Karta sering merasa pegal-pegal di pinggang. Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeriketok costovertebra (+) dan pada x photo abdomen didapatkan gambaran batu di ginjal kanan. Menurut dokter UGD ada batu ginjal yang turun dan tersangkut di ureter.
Pertanyaan:1. Ginjal (ren) termasuk dalam systema urinaria, sebutkan organ penyusun systema
urinaria lainnya !2. Jalaskan topographi ginjal !3. Jelaskan bangunan dari ren mulai dari tempat filtrasi darah sampai saluran
pembuangan urin !4. Pada kasus diatas terdapat batu yang tersangkut diureter, dimana sering terjadi
hal demikian ?5. Jelaskan aspek anatomis hubungan antara tersangkutnya batu di ureter dan nyeri
seperti diremas-remas dan menjalar sampai ke lipat paha !
C. Petunjuk Identifikasi
SYSTEMA URINARIA
Terdiri atas : Ren, Ureter , Vesicae urinaria dan Urethra
1. REN
- terletak retroperitoneal pada bagian superior sulcus para vertebralis- bentuknya seperti kacang buncis dengan ukuran 10x5x2,5 cm,- ren sinister biasanya lebih panjang- pembungkus ren (dari luar - dalam) : fascia renalis membungkus ren dan glandula
suprarenalis – capsula adiposa renalis – capsula fibrosa renalis- capsula fibrosa melanjutkan diri sebagai dinding calices renalis
Bangunan pada ren :
- hilum renalis, adalah tempat lalunya: a. renalis, v. renalis dan pelvis renalis- margo medialis, margo lateralis- extremitas superior dan extremitas inferior- facies anterior, facies posterior- sinus renalis : pelvis renalis, 2 calices renalis major, 7-14 calix renalis minor,
papilla renalis- potongan coronal : cortex, medulla, pyramis renalis, columna renalis, basis
pyramidis, papilla renalis, calyces renalis minor, calyces renalis major
Vaskularisasi :
- a. renalis bercabang cabang secara berurutan : – a. segmentalis – a. lobaris – a. interlobaris – a. arquata ( diantara cortex dan medulla) – a. interlobularis – a. glomerularis
Aliran vena :v. renalis
Aliran limpha : mengikuti vasa renalis nll. aortici
Inervasi :
- sensoris : melalui n. splanchnicus inferior ke medulla spinalis segmen T12 - L1- plexus renalis (simpatis dan para simpatis dari n. splanchnicus minor dan n.
splanchnicus inferior), menuju ke medula spinalis T12-L1
2. URETER
Ureter terbagi menjadi 2 bagian :
1. Pars abdominal , panjangnya12,5 cm, retroperitoneal, terletak di sepanjang m. psoas dan berjalan secara vertikal
2. Pars pelvina, berjalan pada dinding lateral pelvis. Brmuara ke vesica urinaria di sebelah superior tuberculum pubicum- pada laki-laki : berjalan di dalam plica sacrogenitale dan lig. vesicale laterale- pada perempuan : berjalan di dalam lig. uterosacrale, lig. cervicale laterale
(bersama a. uterina)Vaskularisasi :
- arteria dari aortae, a, renalis, a. iliaca communis, a. uterina (a. ovarica, a. testicularis, a. iliaca interna)
- v. renalisAliran lympha :
- bagian superior : nll. aortici- bagian media : nll. iliaci communis- bagian inferior : nll. iliaci communis, nll. iliaci externi, nll. iliaci interniInervasi :
- sensoris ke n. splanchnicus inferior ke MS segmen T12 dan L1
- plexus renalis (simpatis dan para simpatis dari n. splanchnicus minor dan n. splanchnicus inferior)
Kelainan :
- kolik ureter- calculus ureterica sering terjadi pada tempat ureter menyilangi vasa iliaca dan
apertura pelvis superior dan pada waktu ureter berjalan miring pada dinding vesica urinaria
3. VESICAE URINARIA
Berbentuk piramid dengan 3 sisi yang terletak di sebelah kranial prostata
Dinding vesicae urinaria tersusun atas :
1. tunica fibrosa dan tunica serosa2. tunica muscularis
- m. detrusor vesicae - m. trigonalis (lanjutan dari stratum longitudinale ureter)- m. spinchter vesicae (di keliling ostium urethrae internum)- m. pubovesicalis (lanjutan m. spinchter vesicae ke os pubis)- m. rectovesicalis (dari fundus ke rectum)
3. tunica mucosa- dapat digerakkan dari tunica muscularis kecuali pada trigonum vesicae
Bangunan-bangunan pada permukaan luar vesicae urinaria :
- apex vesicae (puncak piramid), melanjutkan diri ke kranial sebagai lig. vesicoumbilicale mediale
- fundus vesicae (basis piramid)- corpus vesicae- facies cranialis- facies caudolateralis dextra dan sinistraBangunan-bangunan pada permukaan dalam vesicae urinaria :
- muara ureter pada sudut kanan dan kiri basis vesicae : ostium ureteris- plicae interureterica- orificium urethrae internum : pada sudut caudal- trigonum vesicae (Liautandi) : tunica mucosanya melekat pada tunica muscularis
(pada daerah m. trigonalis)- uvula vesicae (proximal dorsal dari orificium urethrae internum)Penggantung vesicae urinaria :
- diafragma pelvis (bagian cervix vesicae)
- lig. puboprostaticum mediale (pubovesicale)
- lig. puboprostaticum laterale- lig. vesicale laterale- lig. umbilicale medianum- lig. umbilicale laterale
Arteria :
- a. vesicalis superior (a. umbilicalis)- a. vesicalis inferior
- a. ductus deferentis (laki-laki)- a. vaginalis (perempuan)
Vena : ke plexus venosus prostaticus (vesicalis) v. iliaca interna
Aliran limpha :
- ke lnn. iliaci interni, lnn. iliaci externi, lnn. sacralis, lnn. iliaci communisInervasi :
- plexus vesicalis dan plexus prostaticus (cabang plexus hypogastricus inferior)4. URETHRA
Pada Perempuan :
- panjangnya hanya 3-4 cm- dindingnya tersusun atas tunica muscularis dan tunica mucosa- pada tunica mucosanya terdapat plicae longitudinales- ke dalamnya bermuara glandula urethrales- bangunan : ostium urethae internum, ostium urethrae externum, crista urethralisPada laki-laki :
Urethraenya terbagi atas :
1. Pars prostatica urethrae, pada waktu urethrae menembus glandula prostata. Bangunannya:- ostium urethrae internum (ostium vesicae), disekelilingnya terdapat m.
sphinchter urethrae internum- crista urethralis (lanjutan dari uvula vesicae)- colliculus seminalis (lanjutan dari crista urethralis), merupakan muara ductus
ejaculatorius- sinus prostaticus (sebelah lateral crista urethralis dan colliculus seminalis),
merupakan muara ductus glandula prostata2. Pars membranacea urethrae, pada waktu urethrae melalui trigonum urogenitale
- plicae longitudinale - di sekelilingnya terdapat m. sphinchter urethrae externum
3. Pars spongiosa urethrae, pada waktu melewati corpus spongiosum penis- fossa infrabulbaris (pada permulaan pars spongiosa urethrae)- fossa terminalis (fossa navicularis) – pada bagian distal urethrae- plicae longitudinale- ke dalamnya bermuara glandula urethrales- ostium urethrae externum
Arteria :
- a. vesicalis inferior- a. rectalis media- a. bulbi penis (laki-laki)- a. urethralis- a. profunda penis (laki-laki)- a. dorsalis penis (laki-laki)
Vena : ke plexus venosus prostaticus dan v. pudenda interna
Inervasi : plexus prostaticus (nn. cavernosi penis dan n. pudendus)
PRAKTIKUM FISIOLOGI
UJI FUNGSI EKSKRESI GINJAL
Tujuan Praktikum adalah mahasiswa dapat menjelaskan fungsi ginjal dalam pengaturan cairan tubuh
Dasar Teori
Ginjal memiliki berbagai fungsi penting bagi tubuh kita antara lain :Pertama, ginjal mengatur kadar air dalam tubuh. Kalau kurang, ginjal menahan agar air tidak keluar dari tubuh kita. Sebaliknya, kalau berlebih, ginjal akan mengeluarkan air itu. Ini yang dikenal dengan fungsi eksresi ginjal. Kedua, ginjal akan menyaring hasil / sisa metabolisme tubuh untuk kemudian dikeluarkan. Ketiga, memproduksi serta mengatur sejumlah hormon penting dalam tubuh seperti hormon eritropoitin pembentuk sel darah merah, hormon renin yang mengatur tekanan darah serta hormon yang berperan untuk mengaktifkan vitamin D (metabolisme tulang). Kemudian, ginjal mengatur sejumlah proses kimia dalam tubuh meliputi menjaga keseimbangan garam, air, asam basa, serta mineral.
Prinsip pengaturan homeostasis air tubuh adalah keseimbangan intake dengan kehilangan. Dalam keadaan normal, total intake (2100 ml) dan air metabolit (200 ml). Kehilangan air tubuh melalui urin (1400 ml), keringat (100 ml), penguapan insensibel kulit (350 ml) dan pernafasan (350 ml), dan defekasi (100 ml). Pusat pengaturan cairan tubuh adalah osmoreseptor di n.preoptik hipotalamus Rangsang berupa mukosa mulut kering, hiperosmotis cairan ekstrasel akan menimbulkan refleks haus, sekresi ADH, aldosteron meningkat untuk retensi air. Sebaliknya, Jika terjadi peningkatan volume dan penurunan tekanan osmotic cairan tubuh, akan terjadi peningkatan Atrial Natretik peptide (ANP) dari sel-sel dinding atrium yang akan menghambat retensi air di tubulus ginjal. Peran Ginjal dalam homeostasis volume maupun konsentrasi cairan tubuh terlaksana karena system transport di tubulus ginjal memiliki kemampuan transport maksimal (Tm) untuk tiap komponen substansi yang akan ditransport, baik reabsorbsi maupun sekresi.
ALAT DAN BAHAN
1. Air minum hipotonis, isotonis2. Alat ukur volume urin3. Alat ukur BJ urin (urinometer)4. pispot
PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Minum Air Tawar
Petunjuk bagi probandus minum air tawar
Untuk percobaan ini diperlukan seorang sukarelawan/wati sebagai probandus. Probandus berpuasa sekurang-kurangnya 12 jam sebelum percobaan dilakukan. Makanan terakhir mengandung air tidak lebih dari 200 ml.
Contoh untuk Praktikum jam 07.30:
- Probandus menghentikan makan minum jam 20.00- Kosongkan/keluarkan urin jam 07.00 dan urin tidak ditampung- Kosongkan/keluarkan urin pada jam 08.00, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel I- Probandus minum air tawar sebanyak 1200 ml- Kosongkan/keluarkan urin pada jam 08.30, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel
II- Selanjutnya kosongkan/keluarkan urin selang 30 menit , tampung, ukur volume dan BJ, catat
sebagai sampel III, IV, dst
2. Minum air isotonis
Petunjuk bagi probandus minum air isotonis
Untuk percobaan ini diperlukan seorang sukarelawan/wati sebagai probandus. Probandus berpuasa sekurang-kurangnya 12 jam sebelum percobaan dilakukan. Makanan terakhir mengandung air tidak lebih dari 200 ml.
Contoh untuk Praktikum jam 07.30:
- Probandus menghentikan makan minum jam 20.00- Kosongkan/keluarkan urin jam 07.00 dan urin tidak ditampung- Kosongkan/keluarkan urin pada jam 08.00, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel I- Probandus minum air oralit sebanyak 1200 ml- Kosongkan/keluarkan urin pada jam 08.30, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel
II- Selanjutnya kosongkan/keluarkan urin selang 30 menit , tampung, ukur volume dan BJ, catat
sebagai sampel III, IV, dst
3. PuasaPetunjuk bagi probandus puasa
Untuk percobaan ini diperlukan seorang sukarelawan/wati sebagai probandus. Probandus berpuasa sekurang-kurangnya 12 jam sebelum percobaan dilakukan. Makanan terakhir mengandung air tidak lebih dari 200 ml.
Contoh untuk Praktikum jam 07.30:
- Probandus menghentikan makan minum jam 20.00- Kosongkan/keluarkan urin jam 07.00 dan urin tidak ditampung- Kosongkan/keluarkan urin pada jam 08.00, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel I- Probandus tetap berpuasa- Kosongkan/keluarkan urin pada jam 09.00, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel
II- Selanjutnya kosongkan/keluarkan urin selang 60 menit , tampung, ukur volume dan BJ, catat
sebagai sampel III, IV, dst
4. KontrolPetunjuk bagi probandus kontrol
Untuk percobaan ini diperlukan seorang sukarelawan/wati sebagai probandus. Probandus tetap makan minum seperti biasa
Contoh untuk Praktikum jam 07.30:
- Kosongkan/keluarkan urin jam 07.00 dan urin tidak ditampung- Kosongkan/keluarkan urin pada jam 08.00, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel I- Kosongkan/keluarkan urin pada jam 08.30, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel
II- Selanjutnya kosongkan/keluarkan urin selang 30 menit , tampung, ukur volume dan BJ, catat
sebagai sampel III, IV, dst
Cara Pengukuran BJ
- masukkan urin ke dalam gelas pengukur BJ kita-kira 2/3 tabung- masukkan pengukur BJ (urinometer)- Baca angka yang bertepatan dengan meniscus air, itulah Bj cairan yang diukur.- Koreksi dengan suhu. Urinometer disetting untuk pengukuran suhu 20oC. Jika suhu urin lebih
atau kurang dari 20oC, perlu dilakukan koreksi sebab suhu mempengaruhi nilai BJ. Perubahan suhu sebesar 3oC setara dengan perubahan BJ sebesar 0,001. Gunakan rumus berikut untuk menghitung koreksi.
BJ terkoreksi suhu= BJ terbaca +/- (selisih suhu terbaca ke 20oC) x 0,001
3
Jika suhu urin lebih 20oC koreksinya ditambah, dan jika kurang dari 20oC koreksi dengan dikurangi.
Volume urin sedikit
- Jika volume urin tidak mencapai 2/3 tabung pengukur BJ, maka perlu ditambahkan air- Ukur BJ air terlebih dahulu
- Gunakan rumus sebagai berikutSC.VC – SA.VA
SU =_________________
VU
SU= BJ urinSC= BJ campuran urin dan airVC= volume campuran urin dan airSA= BJ airVA= volume air yang ditambahkanVU= volume urin sebelum dicampur air
Catatan: nilai BJ yang dimasukkan rumus adalah BJ terkoreksi suhu
Daftar PustakaGuyton, A.C dan Hall, JE. (2006). Textbook of Medical Physiology, 11 th Ed. Elsevier Saunders.Manual Penggunaan Urinometer
LEMBAR KERJA FISIOLOGI GINJAL
Golongan :
Nama Praktikan :
Jenis Kelamin :
Tanggal :
NO PROBANDUS AWAL 30 MENIT 60 MENIT 90 MENIT
1 TIDAK PUASA VOL BJ VOL BJ VOL BJ VOL BJ
2 PUASA
3 PUASA +CAIRAN HIPOTONIS
4 PUASA + CAIRAN ISOTONIS
PEMBAHASAN :
KESIMPULAN :
Yogyakarta,Tanda Tangan Asisten Tanda Tangan Praktikan
( …………………………..) (…………………………)
PRAKTIKUM HISTOLOGISYSTEMA UROPOETICA
Sistema ini terdiri dari ren (ginjal), ureter, vesica urinaria dan uretra.Sistem ini mempunyai tugas utama menghasilkan urine, yaitu cairan yang membawa sisa-sisa metabolisme yang harus dikeluarkan dari tubuh. Dengan cara itu keseimbangan cairan tubuh dapat diatur sebaik-baiknya
I. REN atau GINJALGinjal berperan dalam filtrasi, absorbsi aktif dan pasif dan sekresi.Ultrafiltrat darah dibentuk di glomerolus sedangkan absorbsi substansia diperankan oleh tubulus dari nephron terutama tubulus convolutus proximalis. Seperti kelenjar lain, maka sistem ini terdiri atas 2 komponen pokok, yaitu komponen penghasil sekret dan saluran penyalur sekret. Berbeda dengan kelenjar umum, alat ini sebenarnya membuat urine tidak melalui produksi sekret oleh epitel kelenjar, melainkan membuat urine dengan cara mengambil cairan dan menyaring substansi yang berasal dari aliran darah. Dari arah proksimal ke distal.Struktur ginjal :Capsula sebagai jaringan ikat padat membungkus ren, kecuali pada hilum, tempat pembuluh-pembuluh keluar dari dan masuk ke dalam ren.
Ren terdiri atas 2 bagian, yaitu: CORTEX dan MEDULLA
A. CORTEX Bagian sebelah luar, di bawah capsula, sampai mencapai basis pyramidis, pada perbatasan dengan medulla. Cortex meluas ke medulla di antara pyramis renalis sebagai columna renalis. Cortex renalis penuh berisi unit-unit fungsional yaitu Nephronum, jumlahnya ± 2 juta dalam setiap ginjal, masing-masing terdiri atas: 1) corpusculum renale, yang mempunyai 2 ujung, yaitu :
- Polus vascularis. Ujung corpusculum, renale tempat arteriola afferentia masuk dan arteriola afferentia meninggalkan kapiler glomeruli. - Polus urinaris. Ujung corpusculum renale tempat dimulainya tubulus contortus proximalis.
Corpusculum renale terdiri atas 2 komponen: a) glomerulus, kapiler arteri terakit seperti benang kusut, dinamakan rete capillare
glomerulare. Dinding kapiler dilengkapi dengan endotheliocytus fenestratus. Di antaranya anyaman kapiler-terdapat sel mesangial merupakan modifikasi sel otot polos.
b) capsula glomeruli, berbentuk mangkuk, berdinding dua lapis : - paries externa: epithel simplex squamosum. - paries interna: epithelium simplex squamosum. Dilihat dengan mikroskop elektron ternyata sel memiliki tonjolan cytoplasma sebagai kaki-kaki, maka sel disebut podocytus. Tonjolan dinamakan : - cytotrabecula. - cytorodium. Kedua dinding saling dipisahkan oleh lumen cansulae (spatium urinarium), yang akan mengumpulkan cairan kencing yang tersaring.
1. tubuli nephroni. Sistem pembuluh ini mulai pada corpusculum renale di polus vascularis.Berturut-turut dari proksimal ke distal adalah
a. tubulus contortus proximalis - berkelok-kelok dalam cortex. - dinding : epithelium simplex cuboideum atau simplex columnare rendah, sel
asidofil kuat, banyak mengandung mitochondria. Dengan mikroskop elektron sel bersifat epitheliocytus microvillosus, sehingga dengan mikroskop optik deretan microvilli tampak sebagai limbus disebut limbus Peniciliatus. Dasar sel juga menunjukkan gambaran bergaris disebut limbus striatus basalis (ciri khas bagi sel yang bertugas absorpsi).
b. tubulus attenatus, tubulus yang tidak berkelok-kelok terdiri atas : 1) pars discendens bagian tebal, bagian yang lurus dari tubulus proximalis turun
ke arah medulla. Dinding dilengkapi epithelicytus simplex cuboideum. 2) pars discendens bagian tipis, bagian yang lurus dari pars descendens bagian
tebal. Dinding dilengkapi epitheliocytus simplex squamosum. 3) pars ascendens bagian tipis, bagian yang naik ke pars acsendens bagian tebal.
Dinding dilengkapi epitheliocytus simplex squamosum. 4) pars ascendens bagian tebal, bagian yang naik ke arah cortex. Dinding
dilengkapiepitheliocytus simplex cuboideum. Tubulus attenatus yang berbentuk huruf U dulu dikenal sebagai ANSA NEPHRONI.
c. tubulus contortus distalis - berkelok-kelok lagi, di dalam cortex. - merupakan ruas terdistal nephronum. - dinding : epithelium simplex cuboideum. dibandingkan dengan tubulus
contortus proximal, tubulus ini mempunyai ciri : lebih pendek dan lebih tipis. mempunyai lumen lebih besar, karena sel dinding lebih kecil. pada epitheliocytus: microvilli tidak ada atau sedikit. epitheliocytus kurang asidofil. sepanjang perjalanan cortex, tubulus contortus distalis menempel pada arteriola glomerularis afferens atau
efferens.
Pada tempat itu sel-sel epitel dinding tubulus menjadi kolumnare, inti saling berapatan, sehingga deretan sel tampak lebih gelap, padat; gambaran ini disebut macula densa (noda padat). Diduga struktur ini berfungsi untuk menghantarkan data-data osmolaritas cairan dalam tubulus contortus distalis ke arteriole afferentia. Tunica media pada arteriola glomeru-laris afferens di dekat corpusculum renale men-galami modifikasi, sel epitel dinamakan Juxta glomerulocytus, yang bersifat endocrinocytus dengan cytoplasma bergranulae. Granula terpulas positif dengan teknik P.A.S. Macula densa bersama-sama dengan dinding arteriola yang dilengkapi dengan juxta glomerulocytus membentuk apparatus juxtaglomerularis. Pada apparatus :Terdapat sel-sel berwarna pucat, dinamakan mesangiocytus extra glumerularis. Membrana elastica interna arteriolae menghilang pada daerah juxta glomerulocytus. Juxtaglomerulocytus menghasilkan renin, yang dapat mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I. Jika zat terakhir ini diubah menjadi angiotensin II maka sekresi hormon aldosteron meningkat oleh cortex glandula adrenalis. Dengan demikian reabsorpsi dan resorpsi natrium dan khlorida dalam tubuli nephroni dapat diatur dan tensi darah dapat dipengaruhi.
B. MEDULLA Medulla terisi oleh pyramis medularis, 10-18 buah,, dengan : - basis pyramidis menghadap ke arah cortex. - apex pyramidis menjulang ke dalam sinus renalis.
Pada puncak apex, yang disebut papilla renalis, terdapat daerah berlobang-lobang seperti tapisan : area cribrosa. Tiap lobang, foramen papillare merupakan muara tubulus renalis colligens.
Tubulus renalis colligens : - lanjutan dari tubulus contortus distalis, epitel selapis kuboid- terdiri atas 2 bagian, yaitu bagian ujung proksimal melengkung : tubulus renalis
arcuatus. bagian lanjutan yang lurus tubulus colligens rectus. Ductus papillaris: lanjutan tubulus renalis colligens di papilla renalis.
II. URETER Dinding ureter disusun oleh Tunica mucosa : - epthelium tansitionale di ureter 4-5 lapis. - lamina propria berlembar 2 buah :
bagian luar : jaringan ikat padat, tanpa papilla, mengandung serabut elastis, sedikit noduli lymphatici kecil-kecil.
bagian dalam : jaringan ikat longgar.
Kedua lapisan ini menyebabkan tunica mucosa ureter dan vesica urinaria melipat-lipat membujur pada waktu kosong. Tunica submucosa : tidak jelas.
Tunica muscularis : otot polos, longgar, saling dipisahkan oleh jaringan ikat longgar dan anyaman serabut elastis. Otot membentuk 3 lapis : - stratum longitudinale internum, - stratum circulare, dan - stratum longitudinale externum. Tunica adeventitia : jaringan ikat longgar.
III. VESICA URINARIA Dinding tersusun serupa dinding ureter. epithelium transitionale. Di daerah trigonum vesicae : - tunica mucosa memiliki glandula trigoni vesicae. - berkas otot polos membentuk bangunan melingkar, mengelilingi muara ostium urethrae
internum, membentuk musculus spincter internus. Di sebelah luar tunica muscularis dijumpai tunica subserosa, tunica serosa atau tunica adventitia.
IV. URETHRA 1. URETHRA FEMININA pada wanita
Tunica mucosa: - epithelium pseudostratificatum, makin ke distal menjadi epithelium stratificatum squamosum. - lamina propria : jaringan ikat longgar dilengkapi dengan glandula urethralis dan lacuna urethrales, serabut elastis. Karena bagian ini ditempati oleh plexus venosus, maka disebut juga stratum spongiosum.
Tunica muscularis, membentuk : - stratum longitudinale : sebelah dalam. - stratum circulare : sebelah luar.
2. URETHRA MASCULINA, pada pria. Lebih lanjut akan dijelaskan pada Blok system reproduksi.
PETUNJUK PRAKTIKUM
1. REN Sediaan : SU-1; H E Perhatikan pada perbesaran lemah dan kuat : a. capsula fibrosa b. cortex dan medulla c. nephronum, sebagai suatu sistem, tersusun oleh komponen-komponen :
1) corpusculum renale, terdiri atas
- glomerulus - capsula glomeruli, terdiri atas :
pars externa pars interna lumen capsulae Perhatikan bentuk sel-sel penyusun epithelium di situ.
2) tubuli. Ini sesuai dengan wilayahnya terdiri atas : - pars proximalis, tersusun oleh - pars convolutus : berkelok - pars-rectus : lurus - Sel epitel dilengkapi dengan limbus peniciliatus (perhatikan pada sediaan
demonstrasi terpulas khusus untuk memperagakan fosfatase alkalis). Bangunan ini tampak hitam intensif. Bandingkan dengan ansa nephroni dan pars distalis yang tidak terpulas hitam karena tidak mempunyai limbus peniciliatus.
- ansa nephroni : epitel pipih - pars distalis : epitel kuboid - tubulus renalis colligens : - tubulus renalis arcuatus. Epitel yang kuboid selapis terdiri atas 2 jenis sel - cellula densa : cytoplasma padat - cellula lucida : cytoplasma jernih
tubulus colligens rectus, melanjutkan diri menjadi ductus papillaris. Tubulus ini dilengkapi epitel kuboid selapis.
2. URETER Sediaan : SU-2; H E Perhatikan pada perbesaran lemah dan kuat
1. Dinding - tunica mucosa : berlipat-lipat membujur, dilengkapi epithelium transitionale membrana basalis lamina propria : jaringan ikat longgar.
- tunica muscularis : otot polos di sela jaringan ikat longgar. Tersusun 3 lapis : stratum longitudinale internum stratum circulare stratum longitudinale externum.
- tunica adventitia : jaringan ikat longgar
2. Lumen : pada penampang melintang tampak kosong, berbentuk bintang.
3. VESICA URINARIASediaan : SU-3; H E Perhatikan : -Tunica mucosa
* epithelium transitionale dengan sel- sel payung di permukaan; inti kadang-kadang 2 buah. kuboid di bagian dasar
* lamina propria : jaringan ikat longgar berserabut. - Tunica serosa dan tunica adventitia : jaringan ikat longgar.
PRAKTIKUM URINALISA URIN RUTIN
A. PEMERIKSAAN URIN MAKROSKOPIK
Adalah pemeriksaan urin tanpa menggunakan alat, dilihat dengan mata telanjang, dengan penerangan sinar matahari. Hal yang dilaporkan :
VOLUME Diukur dengan gelas ukur. Normal rata rata orang dewasa 800-1300 ml (variasi 600 –2000) dalam 24 jam. “Poliuri” bilamana pengeluaran urin lebih dari 2000 ml. Dalam 24 jam. Dibedakan dengan poliuresis, yaitu peningkatan baik sewaktu maupun 24 jam. Terdapat keadaan fisiologis pada polidipsi, obat diuretik, minuman tertentu, nervous, kedinginan, cairan parenteral IVFD. Patologis pada penyakit Diabetes mellitus, Diabetes insipidus, Gagal ginjal, Kerusakan tubulus ginjal. Diuresis malam disebut “Nokturi”, yaitu urin yang keluar pada malam hari lebih dari 400 ml. Keadaan ini terdapat pada semua keadaan poliuri, resorpsi cairan edema, kapasitas kandung seni yang berkurang, seperti pada infeksi, batu atau tumor, iritasi kandung kemih, obstruksi partial saluran kemih karena prostat, striktura,batu dan tumor. Pengeluaran urin kurang dari 500 ml dalam sehari, disebut “oliguri”. Sama sekali tidakmengeluarkan urin, disebut “anuri”. Keadaan ini bisa terjadi pre-renal, renal, maupun post renal.
WARNA Dilihat dengan cahaya tembus dalam tabung reaksi, dilihat dengan posisi serong dalam penerangan terang matahari. Biasanya dilihat bersama kekeruhan dan ada benang-benang lendir (nubecula). Normal urin berwarna kuning muda sampai kuning tua.
Perubahan warna urin dapat diperoleh juga dari anamnesis. Penafsiran hasil pemeriksaan urin makroskopik, harus diperhatikan keadaan hidrasi pasien, pigmen saat warna normal, penyimpanan lama menjadi lebih gelap, warna makanan, minuman dan obat-obatan. Urin “merah” merupakan tanda yang penting bagi penderita, harus dicari sebabnya. Kelainan penting yang menyebabkan urin merah, yaitu : hematuri, hemoglobinuri, mioglobinuri. Jangan lupa kontaminasi darah menstruasi pada pasien wanita. Urin “kuning tua-coklat-kehitaman seperti teh tua” , disebabkan oleh urin yang pekat, pigmen bilirubin. Untuk memantapkan adanya bilirubin, biasanya kehijauan dan dapat dilakukan percobaan busa, busa berwarna sama.
KEKERUHAN Caranya sama dengan pemeriksaan warna. Dilaporkan sebagai jernih, agak keruh, keruh, sangat keruh. Normal disebabkan fosfat, karbonat, urat, cairan semen, kontaminasi talk, antiseptik, feses. Abnormal pada lipiduria, chyluri, kuman bakteri pada infeksi saluran kemih, bisa juga oleh karena unsur2 sedimen dalam jumlah besar.
BAUNormal bau khusus lunak. Bau abnormal menusuk terdapat pada urin yang disimpan
lama, makanan, obat2an dan penyakit kongenital asam amino. Bau buah buahan pada ketosis Diabetes Melitus. Bau busuk pada infeksi saluran kemih. Bau anyir pada keganasan.
BERAT JENISSecara manual diperiksa dengan urinometer. Secara praktis dengan menggunakan
dipstisk. Hasil pemeriksaan berat jenis urin dapat dipakai untuk menilai kemampuan ginjal dalam memekatkan urin. Nilai rujukan berat jenis urin pagi = 1,015 – 1,025. Defek fungsi dini yang tampak pada kerusakan tubulus adalah kehilangan kemampuan untuk memekatkan urin. Berat jenis urin yang rendah persisten menunjukkan gangguan fungsi reabsorpsi tubulus. Nokturia dengan ekskresi urin malam > 500 ml dan berat jenis < 1,018 memberi pertanda gangguan fungsi ginjal dini. Sedangkan berat jenis urin yang menetap sama dengan berat jenis plasma (= 1,010) yang disebut isostenuri, menunjukkan sudah terjadi gangguan fungsi pemekatan dan pengenceran urin.
B. PEMERIKSAAN URIN MIKROSKOPIKAdalah pemeriksaan elemen elemen dalam urin dengan menggunakan mikroskop
cahaya biasa, fase kontras atau polarisasi, setelah sampel urin disentrifus. Indikasi pemeriksaan : 1) membantu menetapkan proses patologis di ginjal atau non ginjal; 2) Bila diperlukan diagnosis untuk mioglobinuri. 3) Untuk mengetahui apakah hematuri atau hemoglobinuri.
Alat dan bahan yang diperlukan, adalah : sentrifus, tabung sentrifus, kaca objek kaca penutup, Pewarna Sternheimer Malbin dan pelaporan hasil. Pemeriksaan mikroskopik membutuhkan standarisasi sentrifus 1500 rpm selama 5 menit, yaitu volume urin 10-15ml dalam tabung sentrifus. Bilamana menggunakan mikroskop cahaya
biasa, dibuat cahaya redup, kondensor diturunkan maksimal, diafragma diperkecil dan menggunakan pengecatan supravital (Steinheimer Malbin).
ALAT / REAGEN :
1. Tabung sentrifus2. Sentrifus3. Pipet Pasteur4. Kaca objek5. Kaca penutup6. Mikroskop cahaya 7. Reagen Steinheimer Malbin.
CARA :
1. Kocoklah urin sampel dalam botol penampung, supaya sedimen tercampur dengan cairan diatasnya.
2. Masukkan urin 10 – 12 ml kedalam tabung sentrifus3. Masukkan kedalam sentrifus dan putar dengan kecepatan 1.500 rpm selama 5
menit atau 3.000 rph selama 3 menit.4. Angkat dari sentrifus, tuanglah cairan bagian atas kembali ketempat asalnya
secara cepat tapi lembut, kemudian segera tegakkan kembali tabung sehingga diperoleh sisa ± 0,5 ml
5. Kocok kembali tabung untuk meresuspensi sedimen. 6. Tambahkan 1 tetes reagen Steinheimer Malbin. Campurlah dengan cara
mengetuk-ketukan tabung ke tangan.7. Dengan pipet Pasteur taruhlah 1 tetes sedimen diatas kaca objek dan tutup dengan
kaca penutup8. Amati di bawah mikroskop dengan pembesaran objektif 10 x untuk menghitung
silinder dan epitel.9. Gantilah perbesaran objektif 40 x untuk menghitung lekosit, eritrosit, kristal dan
bakteri
PELAPORAN :
Pembesaran 10 X
Silinder :
Hialin : ………. / lpk (lapangan pandang kecil) Granuler : ………. / lpk Lekosit : ………. / lpk
Eritrosit : ………. / lpk Lilin : ………. / lpk Dll : ………. / lpk
Epitel : - / + / ++ / +++ (jenis ……………..(squamosa, transitional, kuboid)
Pembesaran 40 X
Lekosit : ………. / lpb,
Eritrosit : ………. / lpb, ( eumorfik / dismorfik)
Kristal : ………. - / + / ++ / +++ (jenis……………)
Lain-lain : ………. - / + / ++ / +++ (jamur, bakteri, parasit)
C. Pemeriksaan Urin Kimia StikPemeriksaan urin kimia stik adalah pemeriksaan urin, tanpa sentrifus, menggunakan reagen kimia kering berupa multistik dengan parameter pengukuran meliputi: pH, berat jenis, protein, glukosa, bilirubin, urobilinogen, keton, nitrit, lekosit esterase, dan darah.
Prosedur:
1. Masukkan urin ke dalam tabung sebanyak 10 – 12 ml.2. Celupkan multistik kedalam urin sampai semua pita tercelup, angkat dan tiriskan melalui
dinding tabung/miringkan sebentar diatas kertas tissue untuk menghilangkan kelebihan urin pada pita.
3. Tunggu selama 2 menit.4. Segera baca hasil reaksi / perubahan warna dari masing-masing indikator multistik
dicocokkan dengan indikator pada tabung stik5. Catat hasil di blangko hasil
PELAPORAN :
1. pH : 5.0 ; 6.0 ; 6.5 ; 7.0 ; 7,5 ; 8.0 ; 8.52. Berat Jenis :1.000 ; 1.005 ; 1.010 ; 1.015 ; 1.020 ; 1.025;1.0303. Protein : - / ±/+ / ++ / +++/++++4. Glukosa : - / ±/ + / ++ / +++/++++ 5. Bilirubin : - / + / ++ / +++6. Urobilinogen : - / ±/+ / ++ / +++ 7. Keton : - / + / ++ / +++8. Nitrit : - / + / ++ / +++
9. Lekosit esterase : - / ±/+ / ++ / 10. Darah : - / ±/+ / ++ / +++
Prinsip Kimiawi,
I. BERAT JENISPrinsip kimia reagen kering ini adanya konsentrasi ion dalam urin. Adanya kation, proton akan melepaskan bahan komplek & membentuk perubahan warna (biru hijau kuning).Sumber kesalahan positip palsu disebakan ok proteinuri, ketoasidosis dan kation divalen dalam jumlah besar. Terjadi negatip palsu pada kadar glukosa >1000mg/dl. Pada pH >7 hasil harus ditambah 0,005.Indikasi dan interpretasi: menilai fungsi ginjal. Check penyebab lisis sel sedimen. Diabetes Mellitus. Diabetes Insipidus. Urin pagi setelah semalam puasa air, normal minimal 1,020.
II. LEKOSITPrinsip kimia adalah esterase Indoxyl ester dengan diazonium dye menjadi violet dye.Sumber kesalahan : Meningkat palsu pada warna urin ok bilirubin dan nitrofurantoin. Urin dengan pengawet formaldehyde. Rendah palsu terdapat pada proteinuri > 500mg/dl dan terapi Cephalexin dosis tinggi.Pembacaan sesudah 2 menit. Hasil positip memberi warna violet. Positip satu sesuai dengan 10-25 sel/ul, ++ sesuai dengan 75 sel/ul dan +++ sesuai dengan 500 sel/ul. Kesesuaian dengan pemeriksaan mikroskopik sedimen 1 lekosit/lpb = 10 sel/ul.Indikasi interpretasi : adanya “inflamasi” ginjal atau saluran kemih bawah. Mendeteksi kesembuhan dan kronisitas. Tidak selalu berkorelasi dengan “bakteriuri”. Pemeriksaan kultur perlu dilakukan setiap adanya lekosituri, bukan sebaliknya. Pada wanita sering terjadikontaminasi fluor albus.
III. NITRIT
Adanya nitrit dalam urin akan bereaksi dengan aromatik amin, diazonium dan garam benzoquinoline menimbulkan warna merah.
Sumber kesalahan: negatip palsu terdapat pada peningkatan diuresis, pengenceran urin, puasa lama, tidak mengkonsumsi sayuran dan konsumsi vitamin C dosis tinggi. Positip palsu terdapat pada urin yang tidak segera diperiksa > 4 jam dan obat Phenazopyridin.
Indikasi dan interpretasi setelah ditunggu 30 – 60 detik. Positip warna dari pink sampai merah, menunjukkan bakteri pembentuk nitrit. Negatip tidak menyingkirkan, mungkin infeksi disebabkan oleh bakteri yang tidak membentuk nitrit, jumlah bakteri sedikit ok pemberian antibiotika kemoterapeutika atau tidak ada bahan nitrit dalam urin oleh karena tidak makan sayur.
IV. KEASAMAN (pH)
Prinsip kimia adalah perubahan warna double indikator bervariasi antara 5 – 9.Sumber kesalahan: terlalu alkalis pada urin lama, pertumbuhan dan kontaminasi bakteri.Pembacaan segera. Normal pH 5 – 6. Pada UTI urin alkalis pH 7 – 8.
V. PROTEIN
Prinsip kimia adanya protein akan mengubah warna indikator dari kuning menjadi hijau.Sumber kesalahan positip palsu pada infus polivinylpyrrolidone dan botol penampung tercemar bahan deterjen yang mengandung ammonium atau chlorhexidine.Pembacaan setelah 60 detik. Positip satu sesuai dengan 0,3 g/l. Mulai ++ dianggap nefropati (glomerular atau tubular) kecuali pada DM dan Hipertensi bisa mulai Mikroalbuminuri. Fisiologis atau orthostatik biasanya positip terbatas satu.
VI. GLUKOSA
Prinsip kimia adalah reaksi ensimatik spesifik glukosa oksidase menimbulkan warna hijau.Sumber kesalahan negatip palsu karena adanya vitamin C, obat. Positip palsu pada penampung yang terkontaminasi detergen atau residu peroksida.Pembacaan setelah 60 detik. Normal, +,++,+++. ++++.
VII. KETON
Adanya benda keton (acetoacetic, acetone) menimbulkan kompleks bewarna ungu. Sumber kesalahan positip karena phenylketon dan phthaleins.
VIII. UROBILINOGEN Reaksi kimia dengan garam diazonium dalam suasana asam memberi warna merah.
Sumber kesalahan negatip palsu pada sampel terpapar sinar matahari, penyimpanan lama, konsentrasi formaldehyde pengawet urin, nitrit karena UTI. Positip palsu pada obat2an.
Pembacaan setelah 10 menit. Abnormal + 33, ++ 66,++131 umol/l atau hasil negatif
IX. BILIRUBINPrinsip reaksi adalah bilirubin denghan garam diazo memberikan warna merah-ungu dalam suasana asam.Sumber kesalahan negatip palsu ok vitamin C, nitrit dalam urin, penyimpanan lama dan paparan sinar matahari. Positip palsu pada obat-obatan yang memberi warna merah pada urin.Pembacaan +, ++, dan +++ adalah warna merah muda sampai violet.
X. DARAHPrinsip kimia adalah adanya hemoglobin dan mioglobin yang mempunyai sifat seperti peroksida, mereduksi H2O2 memberikan warna biru-hijau.
Sumber kesalahan negatip palsu adanya nitrit dalam urin, pengawet formalin dan proteinuri > 5g/l. Positip palsu adanya residu detergen.
Pembacaan ada dua macam : Eritrosit hijau kompak: + (5 – 15), ++ (30 – 100), +++ (150 –300) sel/ul. Hemoglobin dan Mioglobin warna hijau rata. Rentang dinyatakan sama dengan Eritrosit. Lakukan konfirmasi / perbandingan dengan mikroskopik bila ada dugaan hemoglobinuri pada Sindroma Hemolitik intra vaskuler, dan mioglobinuri pada trauma atau penyakit otot.
6. URAIAN TUGAS DAN PENILAIAN TUGAS
A. TUGAS1. TUGAS 1 TUGAS PENGKAJIAN SISTEM PERKEMIHAN
1) Tugas merupakan tugas kelompok sesuai dengan kelompok praktikum skill lab blok 132) Mahasiswa membuat format pengkajian system perkemihan3) Mahasiswa wajib mencari bayi/anak, remaja, dewasa, dan lansia di sekitar
asrama/kos/saudara4) Lakukan pengkajian fisik pada bayi/anak, remaja, dewasa, dan lansia tersebut5) Bandingkan hasil pengkajian yang diperolah terkait system perkemihan pada bayi/anak,
remaja, dewasa, dan lansia dan lakukan analisis mengapa terjadi perbedaan tersebut6) Wajib menyertakan foto bayi/anak, remaja, dewasa, dan lansia yang dikaji7) Tulis hasil pengkajian,kumpulkan tugas ke PJ Blok 13 dan diupload via ELS pada minggu
kedua8) Format pengkajian meliputi identitas diri, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan lalu,
pengkajian pola Gordon (spesisfik berhubungan dengan system perkemihan) dan pemeriksaan fisik
9) Format laporan:a. Cover (sertakan nama dan no mahasiswa anggota kelompok)b. Hasil pengkajian masing-masing pada bayi/anak, remaja, dewasa, dan lansia.c. Analisa temuan hasil pengkajiand. Daftar pustaka
10) Komponen penilaian
No Komponen Bobot
1 Kelengkapan data pengkajian 40%
2 Ketajaman analisis 40%
3 Kesesuaian format 10%
4 Kesesuaian content 10%
2. TUGAS 2 BLOK PERKEMIHAN PRESENTASI DAN MAKALAH1) Tugas merupakan tugas kelompok kecil. setiap kelompok terdiri dari 4-5 mahasiswa.2) Buat makalah presentasi 3) Isi makalah presentasi meliputi:
a. Definisib. Mindmap (lihat contoh) meliputi; etiologi/faktor resiko, mekanisme/patofisiologi,
tanda dan gejala, masalah keperawatan, intervensi keperawatan dan EBNc. Terapi komplementer d. Kajian Islam
4) Format makalah
a. Coverb. Kata pengantarc. Isi makalahd. Kesimpulane. Daftar pustaka
5) Bagi penugasan tentang jurnal, bagian isi makalah meliputi; judul penelitian, pengarang, tujuan penelitian, desain/metode penelitian, P (population) I (intervention) C (comparation) O (outcomes), manfaat bagi keperawatan. Bagian intervention dijelaskan dengan detail.
6) Tata tulis
a. Font: Times New Roman, 12pt, 1.5 spasib. Margin: Kiri dan Atas: 4cm, Kanan dan bawah: 3 cmc. Jumlah halaman: isi maksimal 10 halamand. Menggunakan EYD
7) Tugas dikumpulkan dan di upload di ELS pada minggu pertama blok 8) Komponen penilaian
Komponen Item penilaian Bobota. Struktur 1. Menyusun makalah dengan terstruktur
2. Menggunakan heading dan sub heading dengan tepat3. Menyimpulkan makalah
10%
b. Writing style
1. Menjelaskan makalah dengn kalimat terstruktur, argumen yang jelas, dan menggunakan EYD
10%
c. Isi makalah 1. Sesuai dengan kajian teori 60%d. References 1. Daftar pustaka akurat dan lengkap, 10 tahun terakhir
2. Melakukan kutipan referensi dengan tepat3. Menyebutkan semua sumber informasi4. Kutipan langsung hanya untuk point yang penting
20%
9) Topik:
Kelompok Bahan kajian Materi/Pokok Bahasan Dosen1 Asuhan
keperawatan pada system perkemihan
a. Pengkajian sistem perkemihan- Riwayat kesehatan- Pengkajian - Pemeriksaan fisik- Pemeriksaan diagnostic
b. Diagnosa keperawatan pada system perkemihan
c. Intervensi keperwatan
Erfin Firmawati, Ns., MNS
2 Asuhan keperawatan pada system perkemihan
a. Gangguan Pola BAKb. Diagnosa keperawatan pada
system perkemihanc. Intervensi keperwatan
Erfin Firmawati, Ns., MNS
3 Pemeriksaan diagnostic pada gangguan system perkemihan
a. Pemeriksaan laboratorium ; urinalisis,
b. Pemeriksaan darah : darah rutin, faal ginjal, elektrolit,
c. Analisis batud. Kultur urine. Peran Perawat dalam
pemeriksaan diagnostik
dr. Adang M.Gugun, Sp.K,
M.Kes
4 Pemeriksaan diagnostic pada gangguan system perkemihan
a. Pemeriksaan radiologi : foto polos abdomen, sistografi, uretrografi, RPG, USG, CT, BNO IVP
b. Peran perawat dalam pemeriksaan diagnostic
dr. Adang M.Gugun, Sp.K,
M.Kes
5 Gangguan perkemihan infeksi (Urethritis, Cystitis, Pyelonephritis, Glomerulonephritis)
a. Definisib. Pathway (etiologi/faktor resiko,
tanda dan gejala,masalah keperawatan)
c. Pemeriksaan diagnosticd. Penatalaksanaane. Asuhan keperawatanf. EBNg. IRK
Fahni Haris, Ns., M.Kep
6 Gangguan perkemihan non infeksi: hipospadia, hidrokel dan phimosis
a. Definisib. Pathway (etiologi/faktor resiko,
tanda dan gejala,masalah keperawatan)
c. Pemeriksaan diagnosticd. Penatalaksanaane. Asuhan keperawatanf. EBNg. IRK
Rahmah, Ns., M.Kep.,Sp.An
7 Gangguan perkemihan non infeksi (gangguan genetic; Polycistic kidney disease)
a. Definisib. Pathway (etiologi/faktor resiko,
tanda dan gejala,masalah keperawatan)
c. Pemeriksaan diagnosticd. Penatalaksanaane. Asuhan keperawatanf. EBNg. IRK
Arianti, Ns., Sp.Kep.MB
8 Gangguan perkemihan non infeksi (Nephrotic Syndrome)
a. Definisib. Pathway (etiologi/faktor resiko,
tanda dan gejala,masalah keperawatan)
c. Pemeriksaan diagnosticd. Penatalaksanaane. Asuhan keperawatanf. EBNg. IRK
Rahmah, Ns., M.Kep.,Sp.An
9 Gangguan perkemihan non infeksi (keganasan; Ca Bladder)
a. Definisib. Pathway (etiologi/faktor resiko,
tanda dan gejala,masalah keperawatan)
c. Pemeriksaan diagnosticd. Penatalaksanaane. Asuhan keperawatanf. EBNg. IRK
Arianti, Ns., Sp.Kep.MB
10 Gangguan perkemihan non infeksi (Gagal Ginjal Akut)
a. Definisib. Mindmap (etiologi/faktor resiko,
tanda dan gejala,masalah keperawatan)
c. Pemeriksaan diagnosticd. Penatalaksanaane. Asuhan keperawatanf. EBNg. IRK
Fahni Haris, Ns., M.Kep
11 Gangguan perkemihan non infeksi (Gagal Ginjal Kronik)
a. Definisib. Pathway (etiologi/faktor resiko,
tanda dan gejala,masalah keperawatan)
c. Pemeriksaan diagnosticd. Penatalaksanaane. Asuhan keperawatanf. EBNg. IRK
Ambar Relawati, Ns., MKep
12 Gangguan perkemihan non infeksi (Bladder Trauma)
a. Definisib. Pathway (etiologi/faktor resiko,
tanda dan gejala,masalah keperawatan)
c. Pemeriksaan diagnosticd. Penatalaksanaane. Asuhan keperawatanf. EBNg. IRK
Arianti, Ns., Sp.Kep.MB
13 Renal Replacement Therapy (RRT)
Dialysis therapy (HD) Ambar Relawati, Ns., MKep
14 Renal Replacement Therapy (RRT)
CAPD dan Renal Transplantation
Ambar Relawati, Ns., MKep
15 Asuhan keperawatan pada pasien dengan hemodialisa (HD)
a. Pengkajian pada pasien dengan HD
b. Pemeriksaan fisik pada pasien dengan HD
c. Diagnosa keperawatan pada pasien dengan HD
d. Intervensi keperawatan pada pasien dengan HD
Ambar Relawati, Ns., MKep
16 Farmakologi untuk gangguan system perkemihan
a. Macam-macam obatb. Mekanisme kerja obatc. Indikasi dan kontra indikasi obatd. Cara pemberian obate. Peran perawat dalam pemberian
obat
Farmasi
17 Health promotiom pada gangguan sistem perkemihan (GGK, urolithiasis, ISK)
a. Primary preventionb. Secondary preventionc. Tertiary preventiond. Peran perawat komunitas pada
pasien dengan gangguan system perkemihan
Dinasti Pudang Binoriang, Ns.,
M.Kep., Sp.Kep.Kom
18 Jurnal EBN pada sistem perkemihan (Nursing intervention)
a. Bladder training pada pasien dengan kateter
b. Kegel excersie pada pasien dengan gangguan system perkemihan
Erfin Firmawati, Ns., MNS
19 Jurnal EBN pada sistem perkemihan (Nursing intervention)
a. Perawatan kateterb. Irigasi kateter pada pasien post
TURP
Erfin Firmawati, Ns., MNS
20 Kajian Islam dalam sistem perkemihan
a. Sirkumsisi/khitanb. Najisc. Thaharahd. Ibadah praktis pada orang sakit:
pasien terpasang kateter
Erfin Firmawati, Ns., MNS
3. TUGAS 3 PEMBUATAN MEDIA PENDIDIKAN KESEHATAN/KONSELING1) Tugas merupakan tugas kelompok dengan anggota 10-12 orang mahasiswa2) Buatlah media ajar untuk pendidikan kesehatan pada klien dengan gangguan system
perkemihan pada berbagai kelompok usia dan permasalahannya.3) Media ajar dapat berupa: leaflet, lembar balik, booklet, atau video4) Topik media ajar dapat dipilih salah satu dari perkemihan sebagai berikut:
1. BPH
2. Urolithiasis/vesikolithiasis
3. Urethritis
4. Deteksi Ca Bladder
5. Nefrotik Syndrome
6. Gagal Ginjal Akut
7. Gagal Ginjal Kronik
8. Pasien dengan Hemodialisa
9. Perawatan kateter di rumah
10. Kegel Exercise pada Inkontinesia
b. Tugas diupload di ELS dan dikumpulkan langsung pada PJ Blok 13 pada minggu ketigac. Komponen penilaian
Komponen Item penilaian Bobota. Struktur 1. Tulisan mudah dibaca
2. Warna menarik3. Disertai gambar atau objek yang mendukung
memudahkan memahami materi
20%
b. Writing style
1. Menggunakan kata dan kalimat yang mudah dipahami2. Menggunakan EYD
15%
c. Isi media ajar
1. Menunjukkan kesesuaian dengan teori/evidence based2. Sesuai dengan nila-nilai islami3. Mudah dipahami oleh pembaca4. Jelas
65%
RUBRIK PENILAIAN PRESENTASI LISAN
Aspek Kriteria SkorOrganisasi Presentasi terorganisasi dengan baik dan menyajikan fakta yang
meyakinkan untuk mendukung kesimpulan-kesimpulan.3
Presentasi mempunyai fokus dan menyajikan beberapa bukti yang mendukung kesimpulan-kesimpulan.
2
Tidak ada organisasi yang jelas. Fakta tidak digunakan untuk mendukung pernyataan.
1
Isi Isi akurat dan lengkap. Para pendengar menambah wawasan baru tentang topik tersebut.
3
Isi secara umum akurat, tetapi tidak lengkap. Para pendengar bisa mempelajari beberapa fakta yang tersirat, tetapi mereka tidak menambah wawasan baru tentang topik tersebut
2
Isinya tidak akurat atau terlalu umum. Pendengar tidak belajar apapun atau kadang menyesatkan.
1
Gaya presentasi
Pembicara tenang dan menggunakan intonasi yang tepat, berbicara tanpa bergantung pada catatan, dan berinteraksi secara intensif dengan pendengar. Pembicara selalu kontak mata dengan pendengar.
3
Secara umum pembicara tenang, tetapi dengan nada yang datar dan cukup sering bergantung pada catatan. Kadang-kadang kontak mata
2
dengan pendengar diabaikanPembicara cemas dan tidak nyaman, dan membaca berbagai catatan daripada berbicara. Pendengar sering diabaikan. Tidak terjadi kontak mata karena pembicara lebih banyak melihat ke papan tulis atau layar.
1
RUMUS NILAI AKHIR (NA):
Mencatat kegiatan dalam lembar catatan/Dokumentasi tindakan.
KELOMPOK TUTORIAL PSIK BLOK 2013
T. 1 T. 2 20130320011 Ferika Madani 20130320012 Siska Pratiwi20130320021 Ade Palin Salmah 20130320035 Gita Mila Wulansari20130320038 Nurhuda Surya Pratama 20130320039 Rizky Shodiqurrahman20130320055 Eyasintri 20130320040 Didik Iman Margatot20130320067 Satrio Budi Raharjo P 20130320054 Labib Alfikri20130320069 Deby Gita Purnamasari 20130320060 Nurbaiti Arifin20130320084 Muhamad Andre FA 20130320082 Miftahul Jannah S20130320090 Pawit Puji Astuti 20130320092 Romadlon Hadi K20130320112 Ifan Nurhidayat 20130320113 Arifka Dwi Astuti20130320115 Risti Rahayu 20130320132 Nurul Arifah20130320126 Aneta Putri Arlindasari 20130320137 Anindea Bucika Putri20130320135 Mia Nur Wahyu D.
T. 3 T. 420130320017 Lisa Andriani 20130320033 Putri Argalita Tri U20130320027 Milatul Afifah 20130320046 Sushmitha Lantu Aryani
NA: Σ Skor X 100 3
20130320042 Muhammad Shahibul M 20130320066 Laely Hidayati20130320056 Serly Widia Ningsih 20130320075 Nurita Febriani20130320065 Riska Apriliyadani H 20130320088 Tri Ayu Lestari20130320103 Agus Purwanto 20130320096 Arifudin20130320105 Muhammad Nuruddin 20130320119 Probo Adi Saputro20130320108 Anisa Purbarani 20130320122 Novita Nur Hasanah20130320118 Anovita Kurnia Irianti 20130320133 Johan20130320129 M. Daroji Tahmidullah 20130320138 Nur Intan Indriyati O20130320142 Pramesti Frinatikasari 20130320149 Nurul Wahyuningsih
T. 5 T. 620130320001 Bambang Sugiarto 20130320007 Eka Asti Wijaya20130320005 Jefry Leo Sandy 20130320010 Dian Pepriana W20130320008 Sekar Sari 20130320019 Ilham Ridwan Yassin20130320025 Dina Oktaviana 20130320032 Rizka Wuryaningsih20130320036 Maulin Halimatunnisa' 20130320047 Anggi Novinda Aryani20130320050 Nia Retno Falupi 20130320053 Robain20130320098 Sri Marta Mei W 20130320061 Selviyani Safrudin20130320099 Kurnia Dwi Safitri 20130320071 Okta Jaka Purnama20130320109 Magenda Bisma Yudha 20130320104 Tresna Astiariny20130320125 Wisni Pratiwi 20130320106 Indah Anggraeni20130320141 Ledia Teja Kesuma 20130320145 Amalina Mazaya Karcy
T. 7 T. 820130320015 Merlisa Kesuma Intani 20130320003 Dwi Arini20130320037 Dinda Santi Putri Utami 20130320029 Erna Kurniawati20130320041 Rizki Rahmadani Putri 20130320048 Yunita Restiasa M20130320043 Yunita Nurpuspa Sari 20130320059 Karina Saraswati20130320049 Selvi Astuti 20130320064 Alviana Devita20130320070 Sholeh Arry Wibowo 20130320068 Ahmad Syakur Banafif20130320083 Fitri Wahyuni Mz. 20130320072 Riyo Nurihsan20130320095 Rizka Putri Aprelia 20130320087 Romi Kurniawan20130320116 Sri Andini Widya N 20130320114 Gunadiah Annisa S20130320124 Nurul Latifah 20130320117 Ati Purwaningsih20130320136 Muhammad Bayu Arisa 20130320151 Rahayu
T. 9 T. 1020130320006 Lisyah Bonita Paputungan 20130320016 Ena Septiningsih20130320023 Wiga Eryzha Fajarwati P. 20130320018 Wahid Afrizal20130320026 Retno Wulandari 20130320020 Tegar Rizky Nur M
20130320073 Ghulam Najiih Naadir 20130320034 Anisa Ratnasari20130320081 Ayu Cucuk Iskandar 20130320045 Nur Afni Sharfina20130320085 Riska Ayu Melinda D 20130320091 Eki Rusmayanti20130320089 Irwan Fauzi 20130320101 Lusi Anika20130320093 Nadya Rianda 20130320102 Diah Rahmawati20130320097 Andira Azzahra 20130320127 M. Bagus Wibisono20130320120 M. Ade Luthfi Hanan 20130320131 Rizka Saputri20130320128 Desy Rahmayani 20130320139 Indri Lestari
T. 1120130320002 Muhammad Rofiqul M20130320004 Ahmad Firdaus20130320009 Fathiyyah Intan Niryani20130320028 Pradika Fatwa Khoirul H20130320051 Iin Rahmayanti Soamole20130320058 Rina Widiya Hasim20130320086 Astuti Rismawati20130320110 Ristyo Utari20130320123 Cristanti20130320130 Dwi Astuti20130320147 Novelinda Permata Sari