Upload
wisnu-j-whardana
View
218
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
ERGONOMI
(Ergonomi Dalam Bidang Industri)
Oleh:
Nama : Wisnu Jaya Wardhana
NPM : 240110130046
DEPARTEMEN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2016
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah menjadi
kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi merupakan
penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis
pekerjaan. Disamping itu, disisi lain akan terjadi dampak negatifnya bila kita kurang waspada
menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul. Hal ini tidak akan terjadi jika dapat
diantisipasi dan tidak akan ada risiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja. Berbagai
risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja. Penyakit yang berhubungan
dengan pekerjaan dan kecelakaan akibat kerja yang dapat menyebabkan kecacatan atau
kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara
pekerja, proses kerja, dan lingkungan kerja. Maka dari masalah tersebut dibutuhkan bidang ilmu
untuk mengatur hal tersebut sehingga tercipta kenyamanan kerja agar dapat menimalisir
kecelakaan dan meningkatkan produktivitas dari pekerja yaitu ergonomi yang dalam hal ini
berkaitan dengan bidang industri
1.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Ergonomi
Natasia, 2009 dalam makalahnya menyebutkan pengertian ergonomi menurut pusat
kesehatan kerja departemen kesehatan kerja RI, ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku
manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah
penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang
akan dihadapi.
Menurut pusat kesehatan kerja departemen kesehatan RI, upaya ergonomic antara lain
berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan,
pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh
manusia.
Definisi lain menyebutkan bahwa ergonomi adalah sebuah ilmu untuk “fitting the job to the
worker”. Sementara itu ILO antara lain menyatakan, sebagai ilmu biologi manusia dan
hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya., agar mendapatkan
kepuasan kerja yang makasimal selain meningkatkan produktivitas.
2.2 Aplikasi Ergonomi Dalam Bidang Industri
Aplikasi ergonomi dalam bidang industri salah satunya adalah dalam perancangan stasiun
kerja. Asmuliyawan, 2013 dalam blognya menyebutkan berkaitan dengan perancangan areal atau
stasiun kerja dalam suatu rancangan industri, menurut (Wignjosoebroto, 2003), ada beberapa
aspek ergonomis yang harus dipertimbangkan sebagai berikut:
1. Sikap dan posisi kerja
Pertimbangan ergonomis yang berkaitan dengan sikap atau posisi kerja sangat penting, tidak
peduli apakah pekerjaan tersebut dilakukan dengan posisi kerja berdiri, duduk, atau posisi kerja
yang lainnya. Beberapa pertimbangan-pertimbangan ergonomis antara lain menyarankan hal-hal
sebagai berikut:
a. Antropometri dan mengurangi keharusan operator untuk bekerja dengan sikap membungkuk
dengan frekuensi kegiatan yang sering atau dalam jangka waktu lama. Untuk mengatasi hal
ini maka stasiun kerja harus dirancang dengan mempertimbangkan fasilitas kerja seperti
meja, kursi, dan lain-lain yang sesuai dengan data antropometri. Hal ini agar operator dapat
menjaga sikap dan posisi kerjanya tetap normal.
b. Operator tidak seharusnya menggunakan jarak jangkauan maksimum yang bisa dilakukan.
Pengaturan posisi kerja dalam hal ini dilakukan dalam jarak jangkauan normal.
c. Operator tidak seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja untuk waktu yang lama
dengan kepala, leher, dada atau kaki berada pada posisi miring, sedapat mungkin
menghindari cara kerja yang memaksa operator harus bekerja dengan posisi terlentang dan
tengkurap.
d. Operator tidak seharusnya dipaksa dalam frekuensi atau periode waktu yang lama dengan
tangan atau lengan berada dalam posisi diatas level siku normal.
e. Dimensi Ruang Kerja
Antropometri pada dasarnya akan menyangkut ukuran fisik atau fungsi dari tubuh manusia
termasuk disini adalah ukuran linier, berat, volume, ruang gerak, dan lain-lain.
Persyaratan ergonomis mensyaratkan supaya peralatan dan fasilitas kerja sesuai dengan
orang yang menggunakannya, khususnya menyangkut dimensi ukuran tubuh.
Dalam memperhatikan dimensi ruang kerja perlu diperhatikan antara lain jarak jangkau yang
bisa dilakukan oleh perator, batasan-batasan ruang yang enak cukup memberikan keleluasaan
gerak operator dan kebutuhan area minimum yang harus dipenuhi untuk kegiatan-kegiatan
tertentu.
2. Kondisi Lingkungan Kerja
Operator diharapkan mampu beradaptasi dengan situasi dan kondisi lingkungan fisik kerja yang
bervariasi dalam hal temperature, kelembaban, getaran, kebisingan dan lain-lain. Adanya
lingkungan fisik kerja yang bising, panas bergetar atau atmosfir yang tercemar akan memberikan
dampak negatif terhadap ferforma maupun moral dan motifasi operator.
3. Efisiensi ekonomi gerakan dan pengaturan fasilitas kerja
Perancangan sistem kerja haruslah mempertimbangkan prosedur-prosedur untuk
mengkombinasikan gerakan-gerakan kerja sehingga dapat memperbaiki efisiensi dan
mengurangi kelelahan kerja. Pertimbangan mengenai prinsip ekonomi gerakan diberikan selama
tahap perancangan sistem kerja dari suatu industi, karena hal ini akan memudahkan modifikasi
yang diperlukan terhadap hard ware, prosedur kerja dan lain-lain.
Beberapa ketentuan-ketentuan pokok yang berkaitan dengan prinsip-prinsip ekonomi gerakan
yang perlu dipertimbangkan dalam perancangan stasiun kerja adalah:
a) Organisasi fasilitas kerja sehingga operator mudah akan mengetahui lokasi penempatan
material (bahan baku, produk akhir, atau scrap), suku cadang, peralatan kerja, mekanisme
kontrol, display, dan lain-lain.
b) Buat rancangan fasilitas kerja (mesin, meja kerja, kursi dan lain-lain) dengan dimensi yang
sesuai dengan antropometri pekerja dalam range 5 persentil sampai 95 persentil. Biasanya
untuk merancang lokasi jarak jangkauan yang akan dipergunakan oleh operator dengan
menggunakan jarak jangkauan persentil terpendek (5 persentil), sedangkan untuk lokasi kerja
yang membutuhkan clearance akan dipergunakan data terbesar (95 persentil)
c) Atur pengiriman material ataupun peralatan secara teratur ke stasiun-stasiun kerja yang
membutuhkan. Disini operator tidak seharusnya membuang waktu dan energi untuk
mengambil material atau peralatan kerja yang dibutuhkan
d) Buat rancangan kegiatan kerja sedemikian rupa sehingga akan terjadi keseimbangan kerja
antara tangan kiri dan tangan kanan. Diharapkan operator dapat memulai dan mengakhiri
gerakan kedua tangannya secara serentak dan menghindari jangan sampai kedua tangan
menganggur pada saat yang bersamaan.
e) Atur tata letak fasilitas pabrik sesuai dengan aliran proses produksi. Caranya adalah dengan
mengatur letak mesin atau fasilitas kerja sesuai dengan aliran proses yang ada. Hal ini
berguna untuk meminimalkan jarak perpindahan material selama proses produksi
berlangsung.
f) Energi kerja yang dikonsumsikan
Energi kerja yang dikonsumsikan pada saat seseorang melakukan kegiatan merupakan salah
satu faktor yang harus diperhatikan. Dengan adanya perancangan kerja seharusnya dapat
menghemat energi yang harus dikonsumsikan. Aplikasi prinsip-prinsip ekonomi gerakan dalam
tahap perancangan dan pengembangan sistem kerja secara umum akan dapat meminimalakan
energi yang harus di konsumsikan dan dapat meningkatkan efisiensi sehingga bisa meningkatkan
output yang dihasilkan.
BAB III
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
3.1 Pembahasan
Penerapan ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu dalam keadaan
sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu
kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam hal
ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap kesehatan
masyarakat, membuat berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3 di tempat kerja serta
menjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektor terkait dalam pembinaannya. Resiko
ergonomi yang menyebabkan kecelakaan kerja kebanyakan disebabkan oleh faktor dari pekerja
sendiri atau dari pihak manajemen, karena pekerja tidak hati hati atau mereka tidak
mengindahkan peraturan kerja yang telah di buat oleh pihak manajemen. Sedangkan faktor
penyebab yang di timbulkan dari pihak manajemen, biasanya tidak adanya alat alat keselamatan
kerja atau bahkan cara kerja yang dibuat oleh pihak manajemen masih belum
mempertimbangkan segi ergonominya.
3.2 Kesimpulan
Ergonomi merupakan bidang studi yang berhubungan dengan mencari cara untuk membuat
orang produktif, efisien, aman, dan nyaman sementara mereka melakukan tugas-tugas. Premis
dasarnya adalah untuk membuat tugas sesuai orang, bukan membuat orang menyesuaikan diri
dengan tugas.
DAFTAR PUSTAKA
Natasia. 2009. Gambaran Penerapan Ergonomi. Universitas Indonesia
Asmuliyawan. 2013. Ergonomi. http://science-industryengineering.blogspot.co.id/2013/03/ergonomi.html diakses pada 23 Februari 2016
Hariyanto, Rizqa, Trio. 2009. Aplikasi Konsep Ergonomi Di Industri. Universitas Negeri Malang