15
p-ISSN: 2550-0058 e-ISSN: 2615-1642 Erizal Barnawi, dkk 78 | Jurnal Warna Vol. 4, No. 1, Juni (2020) SISTEM PELARASAN GITAR KLASIK LAMPUNG PEPADUN Erizal Barnawi, 1 Hasyimkan, 2 Agung Hero Hernanda 3 Dosen Prodi Pendidikan Musik, FKIP, Universitas Lampung 1,2,3 [email protected] [email protected], [email protected] Abstrak Gitar Klasik Lampung or Peting Tunggal is an acculturation music between Portuguese music and Lampung music. The form of acculturation is the guitar instrument from Portuguese and lyrics, the tuning system, and grenek from Lampung Pepadun people's culture and intelligence. Gitar Klasik Lampung Pepadun is also known as a type of vocal instrument performance art which has long been an instrument of expression and a part of people's lives that are currently following the times. Until now, Gitar Klasik Lampung Pepadun has developed very rapidly due to the presence of indirect social media to promote this art. Finally, many young people have emerged to learn and show their expertise on Instagram and their personal Facebook. Already began to emerge sanggar's from the original village of Lampung who studied and became a pioneer of the Gitar Klasik Lampung Pepadun. Gitar Klasik Lampung Pepadun has a different tuning system than the standard guitar. The tuning system is called Stem Pal, Stem Kembang kacang, Stem Be, Stem sanak mewang, and Stem hawayang. Excerpts (tetti ') consist of tetti' pal, Tetti' kembang kacang, tetti' Stambul, tetti' Keroncong Pandan, tetti' Tiga serangkai, tetti' Las Bas, tetti' Sanak Mewang di Ejan, tetti' Sai Kris, Tetti 'Hawayang' and Sandung. Keywords: Gitar Klasik Lampung Pepadun, Tuning system, Acculturation Music A. Pendahuluan Persentuhan dan kehadiran suku bangsa lain beserta segala bentuk hasil kebudayaannya, telah membuat seni pertunjukan yang tumbuh di Lampung adalah sebentuk seni pertunjukan akulturasi, baik antara suku asli Lampung dengan suku bangsa lain, maupun antara sesama suku bangsa yang lain. Persentuhan dan pola saling mempengaruhi ini telah berjalan berabad-abad, sehingga hampir semua bentuk kebudayaan menorehkan warnanya di wilayah ini, mulai dari kebudayaan megalitikum, Hindu, Budha, Cina, Islam, Portugis, hingga Belanda. 1 Semua memberikan jejaknya masing-masing, termasuk Belanda yang sejak tahun 1608 hingga 1942 menjajah Indonesia, tetapi sedikit sekali persentuhan kebudayaan yang terjadi, yang mengutip Manuel Saragosa adalah "tiga abad yang tersisa hanyalah sedikit 1 Zulyani Hidayah, Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia (Jakarta: LP3ES, 1996), 148, Seperti dikutip oleh Misthohizzaman, Gitar Klasik Lampung Musik dan Identitas Masyarakat Tulang Bawang (Yogyakarta: Tesis UGM, 2006).

Erizal Barnawi, dkk SISTEM PELARASAN GITAR KLASIK …

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Erizal Barnawi, dkk SISTEM PELARASAN GITAR KLASIK …

p-ISSN: 2550-0058

e-ISSN: 2615-1642

Erizal Barnawi, dkk

78 | Jurnal Warna Vol. 4, No. 1, Juni (2020)

SISTEM PELARASAN

GITAR KLASIK LAMPUNG PEPADUN

Erizal Barnawi,1 Hasyimkan,

2 Agung Hero Hernanda

3

Dosen Prodi Pendidikan Musik, FKIP, Universitas Lampung1,2,3

[email protected] [email protected], [email protected]

Abstrak

Gitar Klasik Lampung or Peting Tunggal is an acculturation music between Portuguese music and

Lampung music. The form of acculturation is the guitar instrument from Portuguese and lyrics, the

tuning system, and grenek from Lampung Pepadun people's culture and intelligence. Gitar Klasik

Lampung Pepadun is also known as a type of vocal instrument performance art which has long been

an instrument of expression and a part of people's lives that are currently following the times.

Until now, Gitar Klasik Lampung Pepadun has developed very rapidly due to the presence of

indirect social media to promote this art. Finally, many young people have emerged to learn and

show their expertise on Instagram and their personal Facebook. Already began to emerge sanggar's

from the original village of Lampung who studied and became a pioneer of the Gitar Klasik

Lampung Pepadun.

Gitar Klasik Lampung Pepadun has a different tuning system than the standard guitar. The tuning

system is called Stem Pal, Stem Kembang kacang, Stem Be, Stem sanak mewang, and Stem

hawayang. Excerpts (tetti ') consist of tetti' pal, Tetti' kembang kacang, tetti' Stambul, tetti'

Keroncong Pandan, tetti' Tiga serangkai, tetti' Las Bas, tetti' Sanak Mewang di Ejan, tetti' Sai Kris,

Tetti 'Hawayang' and Sandung.

Keywords: Gitar Klasik Lampung Pepadun, Tuning system, Acculturation Music

A. Pendahuluan

Persentuhan dan kehadiran suku bangsa lain beserta segala bentuk hasil

kebudayaannya, telah membuat seni pertunjukan yang tumbuh di Lampung adalah sebentuk

seni pertunjukan akulturasi, baik antara suku asli Lampung dengan suku bangsa lain, maupun

antara sesama suku bangsa yang lain. Persentuhan dan pola saling mempengaruhi ini telah

berjalan berabad-abad, sehingga hampir semua bentuk kebudayaan menorehkan warnanya di

wilayah ini, mulai dari kebudayaan megalitikum, Hindu, Budha, Cina, Islam, Portugis, hingga

Belanda.1 Semua memberikan jejaknya masing-masing, termasuk Belanda yang sejak tahun

1608 hingga 1942 menjajah Indonesia, tetapi sedikit sekali persentuhan kebudayaan yang

terjadi, yang mengutip Manuel Saragosa adalah "tiga abad yang tersisa hanyalah sedikit

1 Zulyani Hidayah, Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia (Jakarta: LP3ES, 1996), 148, Seperti dikutip oleh

Misthohizzaman, Gitar Klasik Lampung Musik dan Identitas Masyarakat Tulang Bawang (Yogyakarta: Tesis UGM,

2006).

Page 2: Erizal Barnawi, dkk SISTEM PELARASAN GITAR KLASIK …

p-ISSN: 2550-0058

e-ISSN: 2615-1642

Erizal Barnawi, dkk

79 | Jurnal Warna Vol. 4, No. 1, Juni (2020)

warisan kebudayaan”.2 Oleh karena itu musik tradisional Lampung yang kini kita kenal saat ini

terbentuk melalui proses akulturasi dengan bentuk kesenian suku bangsa lain.

Budaya akulturasi dapat juga dilihat pada sebuah objek ilmu musik seperti di Provinsi

Lampung yang terdapat pengabungan dua budaya yang pertama budaya portugis dari gitarnya

dan budaya Lampung yang diadopsi dari lirik vocal, grenek vocal, dan sistem tuning serta

teknik petikan dalam gitar klasik Lampungnya.3 Ada kesamaan konsep beberapa daerah yang

memakai kesenian gitar klasik ini seperti Sumatera Selatan, Jambi, dan Bengkulu penamaan

gitar klasik mereka dengan sebutan Sahilin/Sahilinan, dan di Provinsi Sulawesi Barat

penyebutan gitar klasiknya yakni Sayang-Sayang Mandar.4

Lampung memiliki kebudayaan yang sangat banyak diantaranya musik, dialektika,

dan rupa-rupa corak Lampung. Akan tetapi, di era yang modern saat ini masih banyak

kurangnya tertarik masyarakat terkhusus kaula muda dalam menggemari dan melestarikan

kebudayaan Lampung.5 Salah satunya ialah Gitar Klasik Lampung atau bahasa daerahnya

peting tunggal. Beberapa permasalahannya ialah sulitnya memainkan gitar karena metode

pembelajaran atau literasi yang sangat minim dan masih sangat kurang dalam bentuk notasi

baik angka maupun notasi balok. Akhirnya, menyebabkan pola pelatihan masih menerapkan

oral language atau diucapkan secara langsung oleh pelatih tanpa ada metode atau alat bantu

dalam pelatihannya.6 Disamping itu Gitar Klasik merupakan salah satu instrumen yang dapat

menghasilkan bunyi dengan indah bagi penikmatnya. Menurut Fikra Zaky dalam Wicaksono

mengatakan untuk pemain gitar tunggal (klasik) yang baik tidak hanya memiliki keterampilan

saja, namun juga diperlukan teknik permainan yang baik pula sehingga dalam memainkan

sebuah musik akan lebih sempurna serta untuk bermain gitar klasik diperlukan teknik yang

benar sehingga karya yang dimainkan benar-benar sempurna.7

2 Manuel Saragosa and Ronald Van de Krold, "Most Indonesian Buried Dutch Past a Long Time Ago," dalam

Triyono Bramantyo, Diseminasi Musik Barat di Timur (Yogyakarta: Yayasan untuk Indonesia, 2004), xxii. 3 Ricky Irawan, “Ritme Inti Pada Gambus Dan Gitar Lampung Pesisir : Sebuah Kajian Transformasi Musikal”

di sampaikan dalam “Konferensi Internasional VI, Bahasa, Sastra, dan Budaya Daerah. Lampung 24-26 Sepetember

2016 (Lampung: Ikatan Dosen Budaya Daerah Indonesia Komisariat Lampung), 461. 4 Philip Yampolsky, “Music of Indonesian 20 dalam Ricky Irawan, “Ritme Inti Pada Gambus Dan Gitar

Lampung Pesisir : Sebuah Kajian Transformasi Musikal” di sampaikan dalam “Konferensi Internasional VI, Bahasa,

Sastra, dan Budaya Daerah. Lampung 24-26 September 2016 (Lampung: Ikatan Dosen Budaya Daerah Indonesia

Komisariat Lampung), 462. 5Erizal Barnawi, “Jelajah Bagi Guru; Mengenal Lebih Dekat, Alat Musik Tradisional Lampung” dalam

Majalah Eduspot: Edisi 22/2019, (Bandar Lampung: EDUSPOT, 2019), 11-12. 6 Wawancara langsung dengan pelaku pemetik peting tunggal Nopri pada tanggal 04/01/2020.

7 Herwin Wicaksono, “Praktik individual mayor 1 gitar”, 2004, dalam Fikra Zaky, “Analisis Teknik

Permainan Gitar Pada Komposisi Gitar “Sunburst” Karya Andrew York” dalam Jurnal VIRTUOSO Vol 2, Nov 2019,

100.

Page 3: Erizal Barnawi, dkk SISTEM PELARASAN GITAR KLASIK …

p-ISSN: 2550-0058

e-ISSN: 2615-1642

Erizal Barnawi, dkk

80 | Jurnal Warna Vol. 4, No. 1, Juni (2020)

Berbicara eksistensi Gitar Klasik Lampung sudah banyak di jumpai baik rekaman video

amatir maupun profesional di media aplikasi Youtube, Facebook dan Instagram dengan

keyword “gitar klasik lampung” maka akan banyak sekali muncul beragam petikan khas dari

peting tunggal dan vocalnya. Baik berdialek A (Api) atau yang berdialek O (Nyow) yang sama

banyaknya di aplikasi media sosial tersebut. Akan tetapi peneliti telah mengamati banyaknya

yang bisa bernyanyi dalam lagu-lagu peting tunggal akan tetapi sedikit dan minimnya pemeting

(pemetik gitar) atau pemain yang bisa bermain tunggal (vocal sekaligus bergitar).8 Sebab, pada

sejarahnya bahwa gitar klasik Lampung ini ialah suatu bentuk vocal instrumen tunggal yang

hanya dimainkan oleh seorang saja baik memetiknya, maupun menyanyikannya.9 Maka bentuk

pertunjukkan biasanya ada pesan dari si pemeting untuk menyampaikan isi hati dan kelu kesah

hidupnya dalam memainkan peting tunggal.10

Sebenarnya dari hasil pengamatan penulis bahwa untuk para remaja yang asli Lampung

sangat tinggi minatnya untuk memainkan gitar sambil bernyanyi. Akan tetapi karena teknik dan

caranya yang banyak belum diketahui akhirnya beberapa muli (gadis) dan menganai (bujang)

Lampung hanya bisa mendalami petikan gitarnya saja atau hanya mendalami teknik vocalnya

saja secara otodidak. Akhirnya, bentuk dan wujud asli peting tunggal yang beresensi tunggal

menjadi ganda atau duet dalam pertunjukkannya bukan lagi tunggal. Artinya, apabila ini

dibiarkan secara terus menerus tanpa diberikan solusi dalam metode pembelajarannya maka

akan menjadi hilang pakem atau idiom keaslian dalam pertunjukkan atau penampilannya.

Walaupun kemajuan pertunjukan dalam ranah kreasi dan kreatifitas sangat mendukung untuk

duet dan grup akan tetapi alangkah bijaknya pakemnya didalami terlebih dahulu baru ke ranah

kreasi atau kontemporer.

Dari keterangan di atas harapan peneliti nantinya penelitian ini akan membuat sebuah

metode pembejalaran dengan tetap menerapkan oral language akan tetapi membantu para

pengajar gitar tunggal klasik Lampung untuk menggunakan bahan media transkripsi (notasi

balok atau notasi angka). Dengan demikian akan mempermudah jalannya pembelajaran serta

semakin mudah di pahami oleh si pemain gitar pemula. Selain dari pada itu, menjadikan sebuah

bentuk pendokumentasian dalam pentranskrip notasi dalam gitar klasik Lampung Pepadun.

8Erizal Barnawi, “Eksistensi Gitar Klasik Lampung Tulang Bawang dan Pengembangannya”. Dalam Prosiding

Seminar Nasional: Temu AP2SENI 2019, (Makkasar: Asosisasi Prodi Pendidikan SENDRATASIK Indonesia, 2019),

Hal 52-56. 9 Wawancara dengan Hila Hambala, tanggal 05 Januari 2020 di rumah kediamannya.

10

Wawancara dengan Edi Pulampas, tanggal 21 Januari 2020 di acara Festival Gitar Klasik Lampung yang di

adakan Dinas Pariwisata Kota Bandar Lampung.

Page 4: Erizal Barnawi, dkk SISTEM PELARASAN GITAR KLASIK …

p-ISSN: 2550-0058

e-ISSN: 2615-1642

Erizal Barnawi, dkk

81 | Jurnal Warna Vol. 4, No. 1, Juni (2020)

Sebab, yang diketahui sampai saat ini masih belum banyak para sarjanawan baik di bidang

musik, karawitan, maupun etnomusikologi belum menyentuh penelitian keranah penotasian

pada tiap-tiap petikan dan sistem tuning gitar klasik Lampung Pesisir

B. Metode Penelitian

Penelitian ini secara umum menggunakan model penelitian kualitatif dengan

pendekatan studi kasus.11

Penggunaan metodelogi kualitatif berdasar pada jenis data penelitian

yang membutuhkan interpretasi konseptual. Dengan kata lain kajian analisis musikologis akan

digunakan dalam menganalsisi petikan dan system tuning. Sedangkan metode studi kasus

dipilih karena memiliki relevansi dengan objek yang dikaji yaitu Gitar Klasik Lampung

Pepadun yang diterapkan oleh para pemain gitar klasik di daerah Pepadun Lampung seperti

Kabupaten Tulang Bawang, Kabupaten Tulang Bawang Barat, Kabupaten Way Kanan,

Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Lampung Utara.

Data penelitian ini terdiri dari dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer

diperoleh dari hasil observasi dan wawancara mendalam dengan para informan. Sedangkan

data sekunder merupakan data penunjang yang didapatkan dari hasil mempelajari dokumen

yang berupa artikel, buku dan hasil rekaman audio-visual mengenai Gitar Klasik Lampung

Pepadun. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data penelitian dilakukan

dengan beberapa cara, antara lain: pertama, mengumpulkan data hasil observasi, wawancara,

catatan dokumen dan rekaman audio-visual kemudian dikelompokkan dalam kategori.

Pengelompokkan kategori dilakukan dengan cara membuat tabel sesuai dengan kategori

pertanyaan. Setelah mendapatkan hasil dari pengkategorian tersebut, maka dilakukanlah

perbandingan dengan data hasil wawancara mendalam.

Langkah kedua, yaitu melakukan analisis berdasarkan metode analisis domain. Pada

tahap ini, hasil data kategori ditempatkan dalam kategori baru berdasarkan ruang, sebab-akibat,

alasan, lokasi, atribut dan sistem. Setelah itu dilakukan reduksi data sesuai dengan keperluan

penelitian. Hasil reduksi tersebut kembali dihubungkan dengan data yang sesuai permasalahan.

Langkah ketiga, data hasil reduksi dianalisis berdasarkan kerangka teori yang digunakan oleh

konsep Alan P Marriam untuk mengetahui system tuning dan petikan yang digunakan Cikdin

Syahri SM dan Damanhori. Hasil analisis tersebut akan dihubungkan dengan kerangka

11

John W. Creswell, Penelitian Kualitatif & Desain Riset. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), 135.

Page 5: Erizal Barnawi, dkk SISTEM PELARASAN GITAR KLASIK …

p-ISSN: 2550-0058

e-ISSN: 2615-1642

Erizal Barnawi, dkk

82 | Jurnal Warna Vol. 4, No. 1, Juni (2020)

pemikiran Karl Edmund Prier SJ tentang suatu bentuk musik gitar klasik Lampung Pepadun

yang berada dan hidup dimasyarakat. Keempat adalah membuat kesimpulan hasil analisis.

C. Pembahasan

Kajian musikal ini difokuskan pada sistem penyeteman/pelarasan (tuning system), lagu,

teknik petikan, dan bentuk penyajian gitar klasik Lampung Pepadun serta transkripsi notasi

balok untuk membantu proses belajar gitar klasik berbasis literasi. Hasil pengamatan dan

penelitian penulis bahwa terdapat enam steman dan sepuluh petikan. Keenam steman yang

terdapat pada gitar klasik Lampung Pepadun, adalah (1) steam pal; (2) steam kembang kacang;

(3) steam be; (4) steam hawaiang; (5) steam sanak mewang; dan (6) steam sandung. Petikan

gitar klasik Lampung Pepadun terdiri atas: (1) petikan pal; (2) petikan kembang kacang; (3)

petikan stambul; (4) petikan keroncong pandan; (5) petikan tiga serangkai; (6) petikan las bas;

(7) petikan sanak mewang di ijan; (8) petikan sai kris; (9) petikan hawaiang; dan 10) sandung.

Sistem pelarasan gitar yang digunakan masyarakat Lampung Pepadun dalam

memainkan lagu-lagu klasik Lampung berbeda dengan dari yang lazimnya penalaan gitar

standar. Sistem penalaan ini ditinjau dari segi praktis empiris, mengedepankan semangat

mencari kemudahan dan efisiensi dalam memetik gitar, yang hal itu diakui para pelakunya.

Tinjauan praktis terhadap teknik penjarian memang mengutamakan efisiensi dalam berkarya,

mengolah kondisi secara minimal untuk mencapai hasil maksimal. Pembahasan sistem

pelarasan didahulukan karena menurut Supanggah, melalui laras jauh lebih mudah mengenali

musik dibandingkan lewat kualitas suara, komposisi musik, bentuk, ritme, atau pola permainan

musikal.12

Sistem pelarasan Gitar Klasik Lampung Pepadun adalah (1) stem pal; (2) stem kembang

kacang; (3) stem be; (4) stem hawaiang; dan (5) stem sanak mewang di ejan, dengan tinggi

nada dawai masing-masing sebagai berikut.

Tabel 1.

Sistem pelarasan dawai gitar klasik Lampung Pepadun (1--5) dan sistem pelarasan gitar

standar.

No Nama Sistem Pelarasan Tinggi Nada Dawai Ke

1 2 3 4 5 6

1 Stem Pal e’ c’ g d Bb F

2 Stem Kembang Kacang e’ b f# c# A F#

3 Stem Be e’ b g d A G

4 Stem Hawayang d’ b g d A G

12

Supanggah, Rahayu. Bothekan Karawitan I (Jakarta: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, 2002), 85.

Page 6: Erizal Barnawi, dkk SISTEM PELARASAN GITAR KLASIK …

p-ISSN: 2550-0058

e-ISSN: 2615-1642

Erizal Barnawi, dkk

83 | Jurnal Warna Vol. 4, No. 1, Juni (2020)

5 Stem Sanak Mewang di Ejan e’ b g d B G

6 Stem Standar e’ b g d A E

Sistem pelarasan berbeda juga dikenal oleh marga lain, seperti oleh masyarakat Abung

Siwo Migo di Lampung Utara dan etnis lain, seperti masyarakat Mandar di Sulawesi Selatan.

Demikian juga halnya dengan masyarakat Manado, bahkan di Hawaii, hampir setiap kepala

keluarga memiliki sistem pelarasan mereka sendiri-sendiri.13

Dawai pertama disebut bernada e’ sebagai pemudah perbandingan, karena pada

praktiknya gitar klasik Lampung Pepadun dapat dilaras sesuai keinginan pemainnya, yakni

dapat bernada e’ dan dapat juga bukan. Dawai pertama selalu menjadi patokan dalam melaras,

baik melaras untuk permainan Gitar Klasik Lampung Pepadun maupun melaras gitar lain di

seluruh dunia.

Penyesuaian tinggi nada dawai pertama pada gitar klasik Lampung biasanya dilakukan

dengan beberapa pertimbangan, yaitu penyesuaian: (1) terhadap ambitus suara penyanyi; dan

(2) terhadap ketegangan dawai yang rentan memutuskan dawai gitar, pada saat bermain lebih-

lebih pada saat bermain kolektif. Dalam permainan kolektif, pelarasan merujuk pada gitar yang

terendah kekuatan dawai dan kondisi organologinya.

Pola pelarasan itu menyiratkan keterbukaan terhadap unsur asing yang datang dari luar

lingkungannya, menyerap, kemudian mengolahnya menjadi pertunjukan yang tidak

mengindikasikan kelemahan salah satu komponennya, tetapi lebih menunjukan kekuatan

kolektif yang muncul dari sekumpulan keadaan yang berbeda-beda kekuatannya itu. Sikap

kolektivitas itu menunjukkan toleransi yang tinggi terhadap hadirnya pendatang dan sekaligus

menghormati tatanan yang sudah mapan apabila memasuki wilayah lain. Prinsip toleransi ialah

mencari persamaan dalam perbedaan dan toleransi itulah wujud pandangan hidup masyarakat

Lampung Pepadun nemui nyimah ‘suka menerima tamu dan suka memberi sesuatu kepada

orang lain’.

Penyamaan laras gitar yang dimiliki dengan gitar orang lain juga dapat dimaknai karena

dilandasi falsafah nengah nyappur ‘ke tengah dan bergaul’, yaitu kehendak untuk masuk ke

tengah komunitas lain dan bergaul aktif di dalamnya dengan menghormati segala aturan

komunitas tersebut. Selain itu, munculnya kesadaran dan kiat untuk mengolah bahan yang ada

(gitar dengan kemampuan terendah) dan menampilkannya dengan tampilan terbaik, yang pada

13

Menurut Ricardo D. Trimillos kepala Asian Studies University of Hawai’i.

Page 7: Erizal Barnawi, dkk SISTEM PELARASAN GITAR KLASIK …

p-ISSN: 2550-0058

e-ISSN: 2615-1642

Erizal Barnawi, dkk

84 | Jurnal Warna Vol. 4, No. 1, Juni (2020)

dasarnya didorong oleh positivisme penafsiran atas pi’il pasenggiri, yakni upaya menjaga

kebesaran nama, keagungan martabat, dan menjunjung tinggi harga diri.

Dalam genre Gitar Klasik Lampung Pepadun dikenal sembilan lagu dengan petikan atau

tetti’, yang masing-masing bermelodi baku dan biasanya dimainkan dengan pelarasan tertentu.

Kesembilan lagu tersebut adalah tetti’ pal, tetti’ kembang kacang, tetti’ stambul, tetti’

keroncong pandan, tetti’ tiga serangkai; tetti’ sanak mewang di ejan; tetti’ las bas; tetti’ satu

kris; dan tetti’ hawaiang. Kesembilan tetti’ itu dimainkan dalam sistem pelarasan tertentu.

Selain itu, dikenal juga beberapa istilah lain seperti terlihat pada table berikut.

Tabel 2

Nama sistem pelarasan (steam) dan petikan (tetti’) gitar klasik Lampung Pepadun

Nama

Pelarasan

(Steman)

No Nama tetti’ atau petikan menurut versi

Daman Hori B.S. Cikdin Syahri SM Masyarakat

Stem pal 1 Pal Pal Pal

Kembang

Kacang

2 Kembang Kacang Kembang Kacang Kembang Kacang

Stem B

3 Stambul Be Stambul Mol Stambul

4 Keroncong Pandan Keroncong Pandan Keroncong Pandan

5 Tiga Serangakai Tiga Serangkai Tiga Serangkai

6 Las Bas Las Bas Las Bas

7 Satu Kris Satu Kris Satu kris

8 Serai Kasih Cerai Kasih Sri Kasih

9 Hawayang Hawayang Hawayang

Hawayang 10 Hawayang Hawayang Hawayang

Sanak Mewang 11 Serai Kasih Cerai Kasih Sri Kasih

Domisili

Narasumber

Lampung Utara Tulang Bawang Lampung Pepadun

Ada dua jenis sistem pelarasan, yaitu stem pal dan stem kembang kacang masing-

masing hanya digunakan untuk memainkan satu tetti’. Stem pal dengan tetti’ pal dan stem

kembang kacang dengan tetti’ kembang kacang, sedangkan tujuh tetti’ lainnya biasa dimainkan

dalam stem be. Tetti’ hawaiang dahulu biasa dimainkan dengan sistem pelarasan stem

hawaiang, tetapi dilakukan oleh seniman pelakunya atau masyarakatnya, antara lain karena

lupa akan istilah aslinya atau karena ingin memperkenalkan istilah baru. Istilah baru itu

menjadi mapan jika masyarakatnya tidak lagi dapat mengendalikan terhadap istilah yang

diajukan seniman karena seniman tersebut dianggap memiliki otoritas sosial menyangkut hal-

Page 8: Erizal Barnawi, dkk SISTEM PELARASAN GITAR KLASIK …

p-ISSN: 2550-0058

e-ISSN: 2615-1642

Erizal Barnawi, dkk

85 | Jurnal Warna Vol. 4, No. 1, Juni (2020)

hal yang berkaitan dengan kesenian tersebut. Istilah baru dapat terjadi karena dorongan

psikologi seniman itu dalam membentuk atau mempertahankan sosial dirinya di masyarakat.

Teknik pelarasan gitar klasik Lampung Pepadun umunya dilakukan sebagai berikut: 1)

menentukan tinggi nada dawai pertama; 2) menyamakan tinggi nada dawai kedua dengan

dawai pertama dengan menekan fret tertentu; 3) menyamakan tinggi nada dawai ketiga dengan

dawai kedua dengan menekan fret tertentu; 4) menyamakan tinggi nada dawai keempat dengan

dawai ketiga dengan menekan fret tertentu; 5) menyamakan tinggi nada dawai kelima dengan

dawai keempat dengan menekan fret tertentu; dan 6) menyamakan tinggi nada dawai keenam

dengan dawai kelima dengan menekan fret tertentudan menjadi pemandu vokal dalam

bernyanyi satu bait; dan bait selanjutnya mengulang melodi, tetapi dengan syair baru dan tidak

ada refrain.

1. Stem Pal (Tetti’ Pal)

Gabat-Gibut14

Gabat-Gibut kain celana yang mengipas-ngipas ke lantai

(Gabat Gibut)

Celano jaman tano Celana zaman sekarang

(jaman tano)

Geleu no cut berai Namanya celana model cut brai

(cut berai)

Cawo tiyan sanak modow Kata mereka anak muda

14

Cikdin Syahri, “Gabat-Gibut” dalam album kaset lagu-lagu Daerah Lampung. (Kotabumi: Sai Betik Records,

1997), Link youtube https://www.youtube.com/watch?v=IwuMI9D9HrM.

Page 9: Erizal Barnawi, dkk SISTEM PELARASAN GITAR KLASIK …

p-ISSN: 2550-0058

e-ISSN: 2615-1642

Erizal Barnawi, dkk

86 | Jurnal Warna Vol. 4, No. 1, Juni (2020)

2. Stem Kembang Kacang (Tetti’ Kembang Kacang)

Ragah Baleu15

Laki-Laki Duda (ditinggal istri meninggal)

Lamen kak debei-debei Jika telah sore hari

Nyak mejeng benahhabou Saya duduk di pelataran

(Nyak mejeng benahhabou)

Ngenangken nasib direi Mengenangkan nasib diri

(Nasib direi)

Ragah baleu lagi modou Menjadi duda masih muda

Ngenangken nasib direi Mengenangkan nasib diri

(Nasib direi)

Ragah baleu lagi modou Menjadi Duda masih muda

3.1. Stem Be (Tetti’ Tiga Serangkai)

Dang Mewang16

Jangan Menangis

Dang niku mewang- mewang Janganlah kamu menangis-nangis

Dang mewang baayuk-ayuk Janganlah kamu nangis tersedu-sedu

Niku lain kubuang Kamu bukan kubuang

Taday agoumu lak? mak tengguk Keinginanmu belum sampai

15

Cikdin Syahri, “Ragah Baleu” dalam album kaset lagu Daerah Lampung. (Kotabumi: Sai Betik Records,

1997). Link youtube https://www.youtube.com/watch?v=RUeImoRIUQU. 16

Cikdin Syahri, “Dang Mewang” dalam album klasik Lampung Tulang Bawang. (Tanjung Karang: Sai Betik

Records, 1999).

Page 10: Erizal Barnawi, dkk SISTEM PELARASAN GITAR KLASIK …

p-ISSN: 2550-0058

e-ISSN: 2615-1642

Erizal Barnawi, dkk

87 | Jurnal Warna Vol. 4, No. 1, Juni (2020)

3.2. Stem Be (Sai Kris)

Mejong di puppik tebing17

‘Duduk di bibir tebing’

Mejong di puppik tebing ‘Duduk di bibir tebing’

(Mejong di puppik tebing)

Nyincing telesan basoh ‘Memegang kain basahan basah’

(Di puppik tebing) ‘Di bibir tebing’

Nyincing telesan basoh ‘Memegang kain basahan basah’

Wat ingok kilu bimbing ‘Ketika minta bimbing’

(kilu bimbing) ‘Minta bimbing’

Makwat sangon kak jawoh ‘Kalau tidak, memang (kita) sudah (berpisah) jauh’

(kilu bimbing) ‘Minta bimbing’

Makwat sangon kak jawoh ‘Kalau tidak, memang (kita) sudah (berpisah) jauh’.

17

Lagu dari masyarakat Lampung Wai Kanan dan Sungkai yang juga melestarikan gitar klasik Lampung

Pepadun. Ciptaan None Name. Diperkirakan lirik ini adalah lagu Lampung yang hidup di tengah masyarakat dan

dirangkai menjadi lagu yang utuh.

Page 11: Erizal Barnawi, dkk SISTEM PELARASAN GITAR KLASIK …

p-ISSN: 2550-0058

e-ISSN: 2615-1642

Erizal Barnawi, dkk

88 | Jurnal Warna Vol. 4, No. 1, Juni (2020)

3.3. Stem Be (Tetti’ Stambul)

Tiyuh Menggalou18

Kampung Menggala

Sangon tiyuh Menggalou Di (Kampung) Menggala Tempat

(Sangon tiyuh Menggalou)

Enou pok kelahiran Tempat daku dilahirkan

(kelahiran)

Tapi direi ku tano Tapi diriku sekarang

Melap tengah rantawan Hilang di tanah rantauan

3.4. Stem Be (Tetti’ Keroncong Pandan)

Juwarih Diatei19

Terbayang di hati

Waktu Malam Jemahat Waktu malam Jumat

(waktu malam jemahat)

Kirou-kirou jam tujeu (jam tujeu) Sekitar pukul tujuh

Wat Bakhou ulun lewat Saat ada orang yang lewat

Juwarih nyak bakhou meu Jelas sekali itu adalah suaramu

(lewat juwarih nyak bakhou meu)

18

Daman Hori B.S, “Tiyuh Menggalou” dalam album kelasik Lampung Menggala Tulang Bawang: Wawai

Atei – Tegou Beriring (Kotabumi: Sai Betik Record, 1999), side A no 5. 19

Daman Hori B.S, “Juwarih Diatei” dalam album kelasik Lampung Menggala Tulang Bawang: Wawai Atei –

Tegou Beriring (Kotabumi: Sai Betik Record, 1999), side B no 1.

Page 12: Erizal Barnawi, dkk SISTEM PELARASAN GITAR KLASIK …

p-ISSN: 2550-0058

e-ISSN: 2615-1642

Erizal Barnawi, dkk

89 | Jurnal Warna Vol. 4, No. 1, Juni (2020)

3.5. Stem Be (Tetti’ Las Bas)

Mak Wayah Mulei Lagei Usahlah kau mulai lagi

Matei kak ngagak taduk Alangkah indah si jantung pisang

(ngagak taduk)

Sayang dilakep tebak Sayang tertutup dedaunan pisang

Janjei kak agon tengguk Janji akan segera ditunaikan

(agou tengguk)

Tanggal satu bulan pak Tanggal satu bulan keempat

Page 13: Erizal Barnawi, dkk SISTEM PELARASAN GITAR KLASIK …

p-ISSN: 2550-0058

e-ISSN: 2615-1642

Erizal Barnawi, dkk

90 | Jurnal Warna Vol. 4, No. 1, Juni (2020)

3.6. Stem Be (Tetti’ Sanak Mewang Di Ejan)

Pagun di Carey Atey Masih tersimpan dalam hati

Yang goyang atei cadang Rapuh hati nan rawan

Dawah iduh debingei Tak jejak siang atau pun malam

(dawah iduh debingei)

Nikeu tabayang-bayang Dirimu merasuk pikiran

Mak lopou jak lem matey Tak kikis hingga usia padam

(Nikeu tabayang-bayang

Mak lopou jak lem matey)

3.7. Stem Be (Tetti’ Hawayang)

Jaman Anak Ram Na'an20

Masa Anak Kita Kelak

Telebak ngacing bukeu Lewat buku yang kau pegang

(telebak ngacing bukeu)

Laju nulis di anak ejan Di anak tangga kusiratkan pesan

(nggak ejan)

Cintaku jamo nikeu Cintaku kepada dinda tersayang

(Jamou nikeu)

Gegoh pakeu nandok papan Bagai paku menancap di papan

20

Raja Tihang Aneu, “Jaman Anak Ram Na’an” dalam Raja Tihang Aneu, 1997, 7.

Page 14: Erizal Barnawi, dkk SISTEM PELARASAN GITAR KLASIK …

p-ISSN: 2550-0058

e-ISSN: 2615-1642

Erizal Barnawi, dkk

91 | Jurnal Warna Vol. 4, No. 1, Juni (2020)

D. Kesimpulan

Gitar Klasik Lampung adalah pengabungan dua kebudayaan besar dunia. Pertama

kebudayaan Portugis dan yang kedua kebudayaan Lampung. Kebudayaan Portugisnya dari

instrumen Gitar Klasik dan kebudayaan Lampung dari lirik, teknik vocal (grenek), teknik

petikan dan sistem pelarasan. Selain itu, kostum menjadi daya tarik dalam pertunjukan serta

sajian yang di buat bukan hanya vocal instrumen saja melainkan bergrup bahkan di sampai saat

ini dipadukan orgen tunggal. Kesemuaan tersebut dinamakan musik Akulturasi. Serta, masih

banyak juga di provinsi Lampung jenis musik akulturasi semacam ini.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terdapat 6 sistem pelarasan dan 10 petikan

yang ada di dalam Gitar Klasik Lampung Pepadun. Ke 6 sistem pelarasan tersebut yakni 1)

Stem Pal dengan sistem pelaran (e’, c’, g, d, Bb, F); 2) Stem Kembang Kacang dengan sistem

pelarasan (e’, b, f#, c#, A, F#); 3) Stem Be (e’, b, g, d, A, G); 4) Stem Hawayang (d’, b, g,

d, A, G); 5) Stem Sanak Mewang di Ejan dengan sistem pelarasan (e’, b, g, d, B, G); 6) Stem

Sandung (Stem Pal dan Stem Be). Sedangkan untuk 10 petikan yakni 1) Petikal Pal; 2) Petikan

Kembang Kacang; 3) Petikan Sai Kruis; 4) Petikan Stambul; 5) Petikan Sanak Mewang di

Ejan; 6) Petikan Kerocong Pandan; 7) Petikan Las Bas; 8) Petikan Hawayang; 9) Petikan Tiga

Serangkai; dan 10) Petikan Sandung. Untuk nuansa lagu biasanya berisi nasehat, peristiwa diri,

dan pengalaman pribadi si pelaku Gitar Klasik Lampung Pepadun.

Daftar Pustaka

Barnawi, Erizal. 2019 .“Jelajah Bagi Guru; Mengenal Lebih Dekat, Alat Musik Tradisional

Lampung”. (Bandar Lampung: EDUSPOT).

Barnawi, Erizal. 2019. “Eksistensi Gitar Klasik Lampung Tulang Bawang dan

Pengembangannya”. (Makkasar: Asosisasi Prodi Pendidikan SENDRATASIKI Indonesia).

Page 15: Erizal Barnawi, dkk SISTEM PELARASAN GITAR KLASIK …

p-ISSN: 2550-0058

e-ISSN: 2615-1642

Erizal Barnawi, dkk

92 | Jurnal Warna Vol. 4, No. 1, Juni (2020)

Bramantyo, Triyono. Diseminasi Musik Barat di Timur. (Yogyakarta: Yayasan untuk Indonesia.

Creswell, John W. 2015. Penelitian Kualitatif & Desain Riset. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar).

Cikdin Syahri, “Gabat-Gibut” dalam album kaset lagu-lagu Daerah Lampung. (Kotabumi: Sai Betik

Records, 1997), Link youtube https://www.youtube.com/watch?v=IwuMI9D9HrM.

Cikdin Syahri, “Ragah Baleu” dalam album kaset lagu Daerah Lampung. (Kotabumi: Sai Betik

Records, 1997). Link youtube https://www.youtube.com/watch?v=RUeImoRIUQU.

Cikdin Syahri, “Dang Mewang” dalam album klasik Lampung Tulang Bawang. (Tanjung Karang:

Sai Betik Records, 1999).

Daman Hori B.S, “Tiyuh Menggalou” dalam album kelasik Lampung Menggala Tulang Bawang:

Wawai Atei – Tegou Beriring (Kotabumi: Sai Betik Record, 1999), side A no 5.

Daman Hori B.S, “Juwarih Diatei” dalam album kelasik Lampung Menggala Tulang Bawang:

Wawai Atei – Tegou Beriring (Kotabumi: Sai Betik Record, 1999), side B no 1.

Hidayah, Zulyani. 1996. Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia. Jakarta: LP3ES.

Irawan, Ricky. 2016. “Ritme Inti Pada Gambus Dan Gitar Lampung Pesisir : Sebuah Kajian

Transformasi Musikal. (Lampung: Ikatan Dosen Budaya Daerah Indonesia Komisariat

Lampung).

Rahayu.Supanggah. 2002. Bothekan Karawitan I. (Jakarta: Masyarakat Seni Pertunjukan

Indonesia).

Raja Tihang Aneu, “Jaman Anak Ram Na’an” dalam Raja Tihang Aneu, 1997, 7.

Misthohizzaman, 2006. Gitar Klasik Lampung Musik dan Identitas Masyarakat Tulang Bawang.

Yogyakarta: Tesis UGM.

Yampolsky, Philip. “Music of Indonesian 20

Zaky, Fikra. 2019. “Analisis Teknik Permainan Gitar Pada Komposisi Gitar “Sunburst” Karya

Andrew York”. Jurnal VIRTUOSO Vol 2, Nov, 100.