Upload
fajar-mubarok
View
38
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
LOMBA ESAI NASIONAL 2012
UNYSEF 2012
PRESTASI GURU PROFESIONAL: AKU CERDAS DAN
BERKARAKTER
Diusulkan oleh :
Izzatur Rahmaniyah
105110103111008
2010
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
ABSTRAK
Dalam esai ini, penulis mengemukakan profesionalisme guru dalam
mendidik kecerdasan dan karakter peserta didik. Terdapat tiga sorotan yang
penulis bahas yakni pertama tentang kompetensi guru profesional yaitu guru yang
cerdas dan berkarakter. Kompetensi guru tersebut menjadi penting karena guru
yang menguasai bahan ajar dengan baik akan dengan maksimal menyalurkan ilmu
pengetahuannya kepada peserta didik. Selain itu, guru yang berkarakter akan
menjadi contoh atau panutan yang baik dalam pertumbuhan karakter anak
didiknya. Keberhasilan guru yang cerdas dan berkarakter dalam menumbuhkan
anak didik yang memiliki kecerdasan dan karakter yang baik akan meningkatkan
mutu pendidikan di sekolah. Kedua yakni metode pembelajaran yang
menyenangkan sebagai strategi guru dalam mendidik kecerdasan dan karakter
peserta didik. Metode belajar mengajar yang menyenangkan lebih disukai peserta
didik daripada metode ceramah yang monoton. Metode belajar mengajar
menyenangkan diharapkan mampu mendukung proses belajar peserta didik
sehingga mereka dapat menerima ilmu dengan baik dan mereka tertarik untuk
terus belajar. Yang ketiga adalah permasalahan bahan ajar yang menjadi
penghalang kreatifitas guru dalam menerapkan strategi mengajar. Bahan ajar yang
masih saja monoton membuat guru menerapkan cara mengajar yang sama
berulang kali. Hasil pembelajaran tidak akan maksimal apabila bahan ajar dan
strategi guru tidak memiliki variasi.
Prestasi Guru Profesional : Aku Cerdas dan Berkarakter
Mendidik anak sejatinya adalah tugas orang tua. Orang tua dituntut untuk
berperan ganda yakni sebagai orang tua yang mengasuh serta menjadi sosok guru
yang mendidik anaknya. Pendidikan yang diberikan oleh orang tua hanya terbatas
pada lingkungan rumah. Ketika anak mulai bersekolah maka peran pendidik akan
jatuh ke tangan guru sekolah. Walaupun tidak sepenuhnya pendidikan anak
berada di bawah kendali guru, pengaruh yang anak dapatkan dari pendidikan di
lembaga formal tersebut tidak dapat dianggap remeh. Baik buruknya prestasi
maupun sikap peserta didik dapat merupakan hasil dari pembelajaran yang mereka
terima dari guru mereka. Sebuah pepatah mengatakan Guru Kencing Berdiri,
Murid Kencing Berlari. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa segala tingkah
laku guru yang baik maupun buruk akan ditiru oleh muridnya. Dari arti pepatah
lama tersebut dapat disimpulkan bahwa guru adalah seorang role model yang
memiliki pengaruh besar dalam membentuk pribadi dan kecerdasan anak didiknya.
Namun, apa jadinya jika sosok guru yang dijadikan panutan ternyata tidak
memiliki profesionalisme dalam memberi contoh yang baik dan mengajar peserta
didiknya? Bisa dipastikan mutu pendidikan yang diterima oleh peserta didik tak
sesuai dengan harapan orang tua. Menurut Jerome S. Arcano dalam bukunya yang
berjudul Pendidikan Berbasis Mutu, tanggung jawab guru dalam mutu pendidikan
ada dalam lingkup perbaikan peringkat kenaikan kelas atau rapor. Secara umum
para guru terfokus lebih banyak pada aspek pendidikan seorang siswa yakni
membantu siswa belajar dan mendapatkan pengetahuan. Sebuah pertanyaan akan
muncul dari pernyataan Jerome yakni jika guru hanya terfokus pada mutu
pendidikan dari segi intelektual, lalu bagaimana dengan karakter peserta didik
yang terbentuk dari pendidikan yang diberikan oleh guru dan karakter guru itu
sendiri? Mutu karakter dan kepribadian peserta didik merupakan hal penting
lainnya selain mutu kecerdasan otak dalam menyelesaikan soal yang diberikan.
Karena itulah, guru yang memiliki profesionalisme dalam usahanya mendidik
kecerdasan dan karakter peserta didik dibutuhkan dalam peningkatan mutu
pendidikan di sekolah.
Profesionalisme guru digambarkan dengan guru yang memiliki rasa
dedikasi, loyalitas, dan kesungguhan dalam keberhasilan pekerjaannya. Pendidik
yang profesional dalam mendidik kecerdasan dan karakter peserta didik memiliki
kualifikasi pendidik yang cerdas secara intelektual dan berkarakter. Kompetensi
adalah kata yang tepat untuk mewakilkan kedua hal tersebut. Saat ini guru yang
berkompeten sangat dibutuhkan tenaga dan dedikasinya. Seperti yang termuat
dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1 Ayat 10 yang
menyatakan “Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan”. Pengetahuan adalah salah satu kompetensi
yang dimuat dalam pasal tersebut. Pengetahuan guru atau dosen akan ilmu
pengetahuan diharapkan dapat disalurkan dengan baik kepada peserta didik.
Paling tidak, guru menguasai satu jenis bidang studi yang dapat diajarkan kepada
peserta didiknya. Keberhasilan peserta didik dalam menerima ilmu yang diajarkan,
merupakan bukti bahwa sang guru telah berhasil dalam mengajar bahan ajar yang
dikuasainya. Semakin baik prestasi yang digapai peserta didik, maka semakin baik
pula kualitas pendidikan yang diberikan oleh guru. Selain mengamati keberhasilan
guru melalui tingkat kecerdasan yang dicapai oleh peserta didik, menilai guru
dapat diamati dari karakter peserta didiknya. Pada dasarnya, tugas seorang guru
adalah mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Namun, guru juga
memiliki kewajiban untuk membentuk watak dan jiwa mereka. Pembentukan
watak tersebut sangat membutuhkan masukan yang positif dari ajaran agama
maupun ideologi. Dalam buku yang berjudul Membangun Insan Berkarakter Kuat
dan Cerdas, M. Furqon menjelaskan bahwa pendidik berkarakter yakni pendidik
yang memiliki nilai dan keyakinan yang dilandasi hakikat dan tujuan pendidikan
serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam menjalankan tugasnya sebagai
pendidik. Nilai dan keyakinan itulah yang dibutuhkan guru dalam membentuk
karakter peserta didik. Nilai dan keyakinan guru dapat dijadikan contoh oleh
peserta didik. Segala tingkah laku dan nilai moralnya akan menjadi sorotan
mereka. Peserta didik akan dengan mudahnya meniru apa yang mereka lihat dari
guru mereka. Karakter peserta didik pun akan tumbuh seiring dengan semakin
seringnya mereka berinteraksi dengan guru. Maka dari itu, guru yang berkarakter
dan menerapkan pendidikan karakter sangat dibutuhkan dalam pendidikan. Baik
buruknya peserta didik merupakan cerminan dari guru yang mengajar dan
pendidikan yang diajarkan.
Metode mendidik yang diterapkan oleh guru merupakan salah satu faktor
yang menentukan bagus tidaknya mutu pendidikan. Bagaimanapun juga cara guru
mengajar mempengaruhi tingkat pemahaman peserta didik pada bidang studi yang
mereka pelajari. Kesiapan guru yang matang akan apa yang hendak dipelajari dan
bagaimana cara mengajar akan menentukan metode efektif apa yang akan
digunakan. Profesionalisme guru tentu dibutuhkan dalam hal ini. Guru yang tidak
bisa mengajar dengan baik akan mempengaruhi tingkat pemahaman dan sikap
murid. Sikap peserta didik akan menjadi sinis ketika mereka mengetahui guru
mereka tak bisa mengajar. Minat mereka untuk belajar turut menurun karenanya.
Untuk memperolah keterampilan mengajar yang tepat, guru dapat mengikuti
pelatihan yang diadakan oleh pemerintah. Namun, bukan berarti kemampuan
mengajar yang sebenarnya hanya didapat dari pelatihan semata. Guru yang
memiliki tekad mengajar yang tinggi dapat menemukan metode mengajarnya
sendiri. Untuk menemukan metode pembelajaran yang tepat hendaknya guru bisa
memperkirakan sendiri metode pembelajaran apa yang sesuai dengan kurikulum,
kemampuan, dan karakter peserta didik. Pada umumnya peserta didik menyukai
metode belajar yang menyenangkan dan tidak membuat stres. Menyenangkan di
sini bukan dalam artian memberi kebebasan pada peserta didik untuk melakukan
hal yang mereka sukai di kelas. Dalam buku The Accelerated Learning Handbook
karangan Dave Meier dikatakan bahwa menyenangkan atau membuat suasana
belajar dalam keadaan gembira bukan berarti menciptakan suasana ribut dan hura-
hura. Kegembiraan disini berarti bangkitnya minat, adanya keterlibatan penuh,
serta terciptanya makna pemahaman (penguasaan atas materi yang dipelajari), dan
yang membahagiakan pada diri si peserta didik. Sedangkan konsep Quantum
Teaching menyatakan bahwa cara agar pembelajaran berlangsung dengan suasana
menyenangkan, guru harus suka memuji hasil karya dan gagasan yang
diungkapkan peserta didik, tidak cuek, dan guru tidak mempermalukan peserta
didik tetapi memberi penguatan bahwa peserta didik tersebut bisa lebih baik. Jadi,
metode pembelajaran yang menyenangkan namun efektif merupakan solusi bagi
guru yang ingin meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Metode belajar
mengajar yang menyenangkan dapat berupa bermain sambil belajar, suasana kelas
yang santai tetapi serius, atau suasana belajar tenang dimana tidak ada bentakan
yang dapat menyakiti hati peserta didik. Namun perlu diingat bahwa metode
pembelajaran yang menyenangkan harus didukung oleh kondisi kelas yang
kondusif dan cara mengajar yang komunikatif. Ketika metode pembelajaran
menyenangkan ini berhasil diterapkan yang ditandai dengan prestasi dan sikap
peserta didik yang baik, maka mutu pendidikan kecerdasan maupun karakter akan
meningkat seiring dengan berhasilnya guru dalam mendidik peserta didiknya.
Profesionalisme guru dalam mengajar bahan ajar kepada peserta didik
dibutuhkan agar proses belajar mengajar berjalan efektif dan memberikan hasil
maksimal. Guru yang profesional juga memiliki kreatifitas dalam mengajar
peserta didiknya. Namun, kreatifitas guru sesungguhnya akan dihalangi oleh
kurikulum jika bahan ajar yang ditetapkan telalu monoton dan tanpa pembaharuan.
IPTEK, Politik, Sosial, dan Budaya mengalami perubahan seiring dengan
perubahan jaman. Sumber belajar pun sekarang dapat diakses dengan mudahnya.
Jika bahan ajar yang digunakan tidak disesuaikan dengan perubahan yang ada,
maka mutu pendidikan di sekolah tidak akan mengalami perubahan. Kurikulum
yang ada di Indonesia, sudah berkali-kali mengalami perubahan. Tetapi, bahan
ajar yang diajarkan masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Pada
kenyataannya perubahan kurikulum tersebut belum menunjukkan mutu
pendidikan yang baik. Jika dibandingkan dengan negara Asia Pasifik lainnya,
peringkat mutu pendidikan di Indonesia masih berada di urutan bawah. Lain lagi
dengan peringkat mutu guru di Indonesia, menurut Rektor IKIP PGRI Semarang,
Drs. Sulistyo, kualitas guru di Indonesia paling rendah se-Asia Pasifik.
Menyangkut hal ini, tindakan efektif dari jajaran pemerintah dibutuhkan dalam
mengatasi polemik tersebut. Pemerintah diharapkan dapat mengkaji kembali
tingkat keefektifan dan keberhasilan kurikulum yang diterapkan. Pemerintah juga
harus tanggap dengan perubahan yang dibutuhkan dalam bahan ajar. Sebagai
contoh masalah kurikulum dan bahan ajar yakni, telah dibuat kurikulum yang
memasukkan pendidikan karakter di dalam pembelajaran peserta didik, tetapi
bahan ajar untuk merealisasikan pendidikan karakter belum maksimal. Lalu, apa
gunanya kurikulum pendidikan karakter tanpa adanya bahan ajar yang memadai?
Brooks, (1999:3-4) berpendapat bahwa pembaharuan dalam bidang pendidikan
dimulai dari ‘bagaimana anak belajar’ dan ‘bagaimana cara guru mengajar’, bukan
dari ketentuan-ketentuan hasil. Bagaimana cara guru mengajar seperti yang
dikatakan oleh Brooks sejatinya dipengaruhi oleh bahan ajar. Dalam konteks
profesionalitas, guru dituntut untuk memiliki cara dan strategi yang sesuai dengan
konteks pengajaran. Strategi yang tepat dapat menuai hasil yang maksimal. Hasil
yang maksimal tersebut adalah keberhasilan guru dalam mendidik murid.
Keberhasilan guru ditunjukkan dengan mutu kecerdasan dan karakter mereka
yang sesuai dengan apa yang diharapkan.
Mendidik peserta didik membutuhkan sosok guru yang berdedikasi tinggi
dan dapat dijadikan panutan yang baik. Kualifikasi tersebut merupakan
profesionalisme guru yang penting dalam usaha guru meningkatkan mutu
pendidikan. Guru yang profesional dalam mendidik kecerdasan dan karakter
peserta didiknya adalah guru yang memiliki intelektual pada bidang studi yang
dikuasainya dan guru yang memiliki karakter yang dapat dijadikan contoh.
Penguasaan bidang studi yang baik akan membantu guru dalam menyalurkan ilmu
kepada anak didiknya. Sedangkan, guru yang berkarakter akan dijadikan contoh
atau role model bagi peserta didik dalam pertumbuhan karakter mereka. Guru
yang memiliki metode mengajar yang efektif menjadi satu kelebihan guru dalam
usahanya mendidik anak didiknya. Metode mengajar tersebut dapat berupa
metode menyenangkan yang disukai peserta didik. Dengan penerapan metode ini,
peserta didik diharapkan dapat menerima pelajaran dengan baik. Namun, segala
keprofesionalan guru tidak akan dapat diterapkan dengan baik apabila masih
terdapat penghalang berupa kurikulum yang berubah tanpa adanya perubahan
dalam bahan ajar. Bahan ajar yang masih monoton akan membatasi kreatifitas
guru dalam menerapkan strategi mengajar. Cita-cita meningkatkan mutu
pendidikan nasional pun akan tersendat seiring dengan kurangnya kreatifitas guru
dan kurang beragamnya bahan ajar. Karena itulah peran guru yang penting dan
berat tersebut harus didukung oleh semua pihak. Tanpa adanya guru maka tak ada
harapan indah pada masa depan bangsa ini.
Daftar Pustaka
Arcano, Jerome S. 2006. Pendidikan Berbasis Mutu. Diterjemahkan oleh Yosal
Iriantara. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Yogyakarta
Assegaf, Abd. Rachman. 2004. Pendidikan Tanpa Kekerasan Tipologi Kondisi,
Kasus, dan Konsep. Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya
Hernowo. 2005. Menjadi Guru Yang Mau dan Mampu Mengajar Secara
Menyenangkan. Bandung : Penerbit MLC
Hidayatullah, M. Furqon. 2009. Guru Sejati : Membangun Insan Berkarakter
Kuat dan Cerdas. Surakarta : Yuma Pustaka
Kartono, ST. 2009. Sekolah Bukan Pasar Catatan Otokritik Seorang Guru.
Jakarta : Buku Kompas
Prasetyo, Eko. 2006. Guru : Mendidik itu Melawan. Yogyakarta : Resist Book
Yogyakarta
Rusyan, A. Tabrani, Djaenudin, H., Junaedi, M., Sutardi, D. 2005. Guru Yang
Sejahtera. Bandung : CV Acarya Media Utama
Sagala, Syaiful. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.
Bandung : Alfabeta CV
Daftar Riwayat Hidup
Nama Lengkap : Izzatur Rahmaniyah
Tempat/Tanggal Lahir : Baturiti, 24 Agustus 1992
Karya Ilmiah :
1. Sikap Positif Demi Pendidikan Bangsa Indonesia (Esai)
2. Kreatifitas Pemuda Demi Jiwa Nasionalisme Berbahasa Indonesia (Esai)