Click here to load reader
Upload
rian-wibowo
View
216
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
essay untuk lomba
Citation preview
Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh
dunia. Pada tahun 2012, sekitar 8,2 juta kematian disebabkan oleh kanker. Ada sekitar
14,1 juta kasus kanker didunia pada tahun 2012 menurut international agency for
research cancer dan akan meningkat menjadi 22 juta kasus pada dua dekade
berikutnya. Secara nasional prevalensi penyakit kanker pada penduduk semua umur di
Indonesia tahun 2013 sebesar 1,4‰ atau diperkirakan sekitar 347.792 orang. Penyakit
kanker terbanyak di RS Kanker Dharmais selama 4 tahun berturut-turut adalah kanker
payudara, serviks, paru, ovarium, rektum, tiroid, usus besar, hepatoma, dan nasofaring.
Selama tahun 2010-2013, kanker payudara, kanker serviks dan kanker paru merupakan
tiga penyakit terbanyak di RS Kanker Dharmais, dan jumlah kasus baru serta jumlah
kematian akibat kanker tersebut terus meningkat. Penyakit kanker adalah penyakit yang
timbul akibat pertumbuhan tidak normal sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel
kanker, sedangkan tumor adalah kondisi dimana pertumbuhan sel tidak normal
sehingga membentuk suatu lesi atau dalam banyak kasus, benjolan di tubuh. Penyakit
ini merupakan salah satu penyakit yang menakutkan bagi masyarakat karna angka
kematian yang cukup tinggi akibat penyakit ini dan juga ditambah dengan pengobatan
yang cukup berat dirasakan penderita kanker seperti kemoterapi yang sampai saat ini
masih menjadi andalan utama terapi kanker di Indonesia serta biaya yang tidak murah
untuk menjalani pengobatan kanker. Kanker yang paling sering terjadi di Indonesia
maupun di dunia adalah kanker paru, kanker payudara, kanker serviks dan kanker
colon. Terapi di Indonesia saat ini yang masih menjadi andalan adalah terapi bedah,
radioterapi dan kemoterapi. Kemoterapi merupakan salah satu terapi yang menakutkan
bagi masyarakat awam karena efek samping terapi ini cukup berat dirasakan pasien.
Kemoterapi bersifat ‘sitostatika’ yaitu obat-obat kemoterapi bekerja dengan
menghambat proliferasi sel kanker yang membelah secara cepat dan tidak terkontrol,
namun obat-obat kemoterapi juga menghambat proliferasi sel sehat tubuh pasien
seperti sel-sel pada sistem hemopoesis dan sistem gastrointestinal serta folikel rambut,
sehingga efek samping yang ditimbulkan seperti leukopenia, anemia, trombositopenia,
mual, muntah, anoreksia, hingga sampai yang berat seperti ulkus oral ataupun ulkus
intestinal. Kemoterapi berfungsi untuk mematikan sel kanker dengan menghambat
proliferasi dan mencegah terjadinya metastase sel kanker ke lokasi tubuh yang lainnya.
Seiring terus berjalannya penelitian mengenai kanker untuk mecapai terapi yang
maksimal serta efek samping yang seminimal mungkin, saat ini banyak penelitian yang
meneliti reseptor-reseptor yang ada di permukaan sel kanker untuk dapat diciptakan
obat-obat yang hanya menyerang sel kanker tanpa merusak sel sehat tubuh pasien
atau yang dikenal saat ini dengan nama “targeted therapy”. Namun reseptor-reseptor
yang sudah ditemukan saat ini masih belum terlalu banyak dan hanya bisa
diaplikasikan pada beberapa jenis kanker seperti kanker payudara dan kanker serviks
yang perkembangan sel kankernya dipengaruhi oleh hormonal. Sudah ditemukan
seperti esterogen reseptor, progesterone reseptor, human epidermal growth factor
reseptor 2 yang saat ini sudah ada obat yang menghambat reseptor-reseptor ini. Tetapi
masih banyak juga penyakit kanker yang dilakukan pemeriksaan histopatologi dan
immunohistokimia tidak menunjukkan hasil positif terhadap reseptor-reseptor tersebut,
sehingga jenis kanker seperti ini harus diberikan kemoterapi sebagai pilihan utama
terapi. Permasalahan pada penyakit kanker adalah bagaimana cara kita merusak sel-
sel kanker yang ada di tubuh penderita. Sepertinya jika untuk merusak ataupun
membunuh sel kanker dengan cara selnya yang menjadi target, itu suatu pekerjaan
yang tidak mudah karena sel kanker berproliferasi sangat cepat. Berdasarkan teori
yang saya pelajari selama menjadi mahasiswa kedokteran, ternyata sel kanker
menghasilkan suatu zat yang disebut Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) yang
berfungsi untuk membuat vaskularisasi baru untuk suplai nutrisi dan oksigen ke dalam
massa tumor agar sel-sel kanker dapat tetap tumbuh dengan baik. Hal ini bisa menjadi
salah satu inovasi terapi dengan cara menghambat zat tersebut agar tidak terjadi
vaskularisasi baru ke massa tumor atau yang disebut angiogenesis. Sehingga apabila
faktor pencetus angiogenesis pada massa tumor ini dihambat maka tidak terjadi
angiogenesis yang akan menyebabkan sel kanker tidak dapat menerima nutrisi maupun
oksigen dari darah dan diharapkan sel-sel kanker akan mati. Saat ini sudah ada
beberapa obat golongan anti-VEGF namun penggunaannya masih belum terlalu
banyak karena hasil penelitian menunjukkan outcome yang tidak terlalu signifikan. Satu
hal yang menarik lagi dari kanker dan mungkin bisa menjadi pemecahan masalah
kanker di Indonesia adalah suatu zat yang saya baca di Indonesian Journal of Cancer
yang diterbitkan oleh Pusat Kanker Nasional RS Kanker Dharmais yaitu ternyata
pelepasan faktor angiogenesis (VEGF) di induksi oleh faktor induksi yang disebut
Hypoxia Inducible Factor (HIF). HIF ini dihasilkan oleh setiap sel kanker yang
mengalami hipoksia atau kekurangan oksigen, sel kanker berproliferasi dengan cepat
tanpa terkontrol, akibat dari pembelahan yag cepat ini, suplai darah tidak mampu
mencukupi semua kebutuhan sel kanker, sehingga sel-sel ini mengeluarkan HIF
(Hypoxia Inducible Factor) yang akan merangsang pelepasan VEGF oleh sel kanker
untuk terjadinya angiogenesis sehingga kebutuhan oksigen dan nutrisi sel kanker
menjadi tercukupi dan sel kanker bisa terus membelah. Menurut pendapat saya apabila
terdapat obat yang bisa menghambat HIF (Hypoxia Inducible Factor) ini sehingga tidak
terjadi pelepasan VEGF oleh sel kanker yang akan berakibat kondisi hipoksia terus
menerus pada sel-sel kanker tersebut yang akan membuat sel kanker menjadi mati,
bisa menjadi inovasi terapi baru bagi penderita kanker sehingga bisa menurunkan
angka kematian akibat kanker, meningkatkan angka harapan hidup penderita kanker
dan guna mencapai terapi yang semaksimal mungkin dengan efek samping sekecil
mungkin. Selain dari segi terapi pemecahan masalah kanker di Indonesia bisa dengan
deteksi dini kanker karena pada kenyataanya pasien kanker datang kerumah sakit
sudah dalam stadium yang lanjut sehingga angka harapan hidupnya sudah kecil. Yang
menjadi masalah adalah ketidaktahuan masyarakat tentang penyakit kanker terutama
pada lapisan masyarakat dengan taraf sosioekonomi rendah. Hal yang mungkin bisa
dilakukan adalah dengan diadakannya penyuluhan-penyuluhan kesehatan mengenai
kanker dan mengenai deteksi dini kanker dan penyuluhan ini harus bisa sampai ke
lapisan masyarakat sosioekonomi rendah.