5
ETIOLOGI DM tipe 2 terjadi oleh karena adanya sekelompok campuran kelainan dengan karakteristik resistensi insulin, kegagalan sekresi insulin, dan peningkatan pembentukan glukosa darah. Adanya kelainan genetik dan metabolik pada mekanisme kerja insulin atau proses sekresinya menjadi penyebab terjadinya hiperglikemia pada DM tipe 2 (Powers, 2005). DM tipe 2 juga sering disebut sebagai Non Independent insulin Diabetes Mellitus (NIDDM), karena penderita DM tipe 2 tidak bergantung insulin untuk dapat bertahan hidup (Purnamasari,2009). FAKTOR RESIKO Faktor risiko DM tipe 2, dapat dibagi menjadi faktor risko yang dapat dimodifikasi, seperti riwayat keluarga, ras, jenis kelamin, dan usia serta yang tidak dapat dimodifikasi seperti obesitas, glukosa darah yang tinggi, hipertensi, metabolisme lemak yang abnormal, inflamasi dan hiperkoagulasi, kurangnya aktivitas fisik dan merokok. 1. Riwayat Keluarga Menderita DM tipe 2 Risiko terjadinya DM tipe 2 akan meningkat dua sampai enam kali pada individu yang memiliki riwayat keluarga menderita DM tipe 2 (Bennet, et al., 2005). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Alfiyah (2010), ditemukan bahwa riwayat keluarga menderita DM tipe 2 memang memiliki hubungan dengan terjadinya DM tipe 2. Individu dengan riwayat salah satu orang tua menderita DM tipe 2 akan meningkat risikonya untuk mengalami DM tipe 2 sebesar 40%, sedangkan jika kedua orang tua menderita DM tipe 2, risiko tersebut akan meningkat menjadi 70%. Menariknya, risiko lebih tinggi jika ibu yang menderita penyakit ini. Selain itu, pada kembar monozigot ditemukan terjadinya DM tipe 2 sebesar 70% sedangkan pada kembar dizigot sebesar 20%-30% (Ahlqvist, 2011). Seseorang yang menderita suatu penyakit kompleks kemungkinan memiliki beberapa faktor genetik yang mengakibatkannya menderita penyakit tersebut yang juga dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Penyakit-penyakit kompleks ini biasanya sulit dipelajari secara genetis karena memiliki banyak variabel (Taylor,2006). Perbedaan besar prevalensi antar kelompok etnis ditemukan dan tampaknya hal ini memang tergantung pada faktor genetik. Di Swedia, imigran dari Timur Tengah memiliki peningkatan

ETIOLOGI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

etiologi

Citation preview

Page 1: ETIOLOGI

ETIOLOGI DM tipe 2 terjadi oleh karena adanya sekelompok campuran kelainan dengan

karakteristik resistensi insulin, kegagalan sekresi insulin, dan peningkatan pembentukan glukosa darah. Adanya kelainan genetik dan metabolik pada mekanisme kerja insulin atau proses sekresinya menjadi penyebab terjadinya hiperglikemia pada DM tipe 2 (Powers, 2005). DM tipe 2 juga sering disebut sebagai Non Independent insulin Diabetes Mellitus (NIDDM), karena penderita DM tipe 2 tidak bergantung insulin untuk dapat bertahan hidup (Purnamasari,2009).

FAKTOR RESIKOFaktor risiko DM tipe 2, dapat dibagi menjadi faktor risko yang dapat dimodifikasi,

seperti riwayat keluarga, ras, jenis kelamin, dan usia serta yang tidak dapat dimodifikasi seperti obesitas, glukosa darah yang tinggi, hipertensi, metabolisme lemak yang abnormal, inflamasi dan hiperkoagulasi, kurangnya aktivitas fisik dan merokok.

1. Riwayat Keluarga Menderita DM tipe 2Risiko terjadinya DM tipe 2 akan meningkat dua sampai enam kali pada individu

yang memiliki riwayat keluarga menderita DM tipe 2 (Bennet, et al., 2005). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Alfiyah (2010), ditemukan bahwa riwayat keluarga menderita DM tipe 2 memang memiliki hubungan dengan terjadinya DM tipe 2. Individu dengan riwayat salah satu orang tua menderita DM tipe 2 akan meningkat risikonya untuk mengalami DM tipe 2 sebesar 40%, sedangkan jika kedua orang tua menderita DM tipe 2, risiko tersebut akan meningkat menjadi 70%. Menariknya, risiko lebih tinggi jika ibu yang menderita penyakit ini. Selain itu, pada kembar monozigot ditemukan terjadinya DM tipe 2 sebesar 70% sedangkan pada kembar dizigot sebesar 20%-30% (Ahlqvist, 2011).

Seseorang yang menderita suatu penyakit kompleks kemungkinan memiliki beberapa faktor genetik yang mengakibatkannya menderita penyakit tersebut yang juga dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Penyakit-penyakit kompleks ini biasanya sulit dipelajari secara genetis karena memiliki banyak variabel (Taylor,2006).

Perbedaan besar prevalensi antar kelompok etnis ditemukan dan tampaknya hal ini memang tergantung pada faktor genetik. Di Swedia, imigran dari Timur Tengah memiliki peningkatan risiko sebesar 2-3 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan penduduk asli Swedia. Imigran dari Timur Tengah tersebut juga memiliki bentuk DM tipe 2 yang sedikit berbeda dibanding penduduk asli Swedia berdasarkan onset awal dan konsentrasi C-peptida yang lebih rendah (Cho, 2011). Sebuah penelitian kasus-kontrol tanpa matching oleh Wicaksono (2011) di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Dr. Kariadi, Semarang, diperoleh hasil bahwa orang yang memiliki riwayat keluarga menderita DM mempunyai risiko terkena DM tipe 2 sebesar 42 kali dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita DM dan secara statistik hasil ini bermakna ( p=0,000) (Wicaksono, 2011).

Integrasi genotif dan ekspresi dapat membantu menemukan gen yang terkait dalam suatu penyakit namun kewaspadaan tetap diperlukan karena ada beberapa peluang untuk terjadi kesalahan serta adanya variasi dalam suatu teknik pemeriksaan. Banyak hal telah dilakukan di bidang genetika untuk mencoba untuk menemukan asal-usul genetik DM tipe 2.

Pada tahun 1996, sebuah genom yang secara signifikan berhubungan dengan DM tipe 2 ditemukan di kromosom 2q37 dalam data gabungan 330-Meksiko ASP Amerika dari Starr County, Texas. Lokus ini telah ditunjuk pada DM tipe 1. Selanjutnya pada populasi dari Botnia di Western Finland, sejumlah kecil silsilah keluarga yang terpilih dengan tingkat insulin yang tinggi setelah tes toleransi glukosa oral, menunjukkan bukti yang signifikan adanya hubungan DM tipe 2 pada kromosom 12q, dan lokus ini ditunjuk untuk DM tipe 2.

Page 2: ETIOLOGI

Tak satu pun dari penelitian yang dilaporkan tersebut menunjukkan tingkat signifikansi untuk setiap linkage. Atas dasar itu, tidak ada hubungan jelas yang dapat dibuktikan antara setiap lokus tertentu dengan DM tipe 2. Kaitan pada sejumlah gen telah dilaporkan oleh beberapa penulis, yang mana tidak dapat ditemukan oleh peneliti lain pada populasi yang berbeda. Bahkan ketika sebuah linkage telah ditemukan pada kromosom yang sama oleh lebih dari satu peneliti namun sering berada di tempat yang berbeda pada kromosom tersebut. Hanya pada kromosom 1q21-24 ditemukan adanya hubungan dengan DM tipe 2 meskipun lemah, tetapi telah ditemukan oleh penelitian yang sama pada populasi yang berbeda. Kemungkinan mutasi pada kromosom 1 ini adalah mutasi yang sudah lama terjadi pada manusia. Mutasi pada kromosom 1q ditambah dengan mutasi lain serta perubahan gaya hidup yang cenderung kebarat-baratan berhubungan dengan terjadinya DM tipe 2 (Taylor, 2006).

2. ObesitasObesitas adalah keadaan penyerta yang sangat sering bersamaaan dengan DM tipe 2.

Banyak penelitian menunjukkan obesitas merupakan prediktor kuat perkembangan penyakit ini. Pada individu yang tidak mengalami obesitas, insidensinya rendah sekalipun pada masyarakat Pima India yang memiliki risiko DM tipe 2 sangat tinggi. Hubngan antara obesitas dan DM tipe 2 bervariasi dengan berbagai faktor risiko laiinya (Benett, et al., 2005).

3. HipertensiPenelitian oleh Aksu et al. (2006) menemukan hubungan antara hipertensi dan DM

yang tidak tergantung pada faktor-faktor risiko lain. Orang dengan hipertensi memiliki prevalensi DM yang lebih tinggi dan mereka mengalami 3,2 kali lebih sering insiden DM ketika dievaluasi dengan faktor-faktor risiko lainnya. Berbagai survei juga menemukan hubungan antara diabetes dan hipertensi. WHO merekomendasikan skrining untuk diabetes pada individu dengan hipertensi.

4. Minimnya Aktivitas FisikBanyak penelitian membuktikan kurangnya aktivitas fisik memiliki peran penting

dalam terjadinya DM tipe 2. Beberapa penelitian juga menunjukkan bukti untuk hal ini. Aktivitas fisik atau olahraga dapat menurunkan risiko terjadinya DM pada individu yang mengalami kegagalan toleransi glukosa atau Impaired Glucose Tollerance (IGT) (Benett, et al.,2005). Laporan terbaru ahli bedah tentang aktivitas fisik dan kesehatan menggarisbawahi peran penting aktivitas fisik dalam promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Oleh karena itu, direkomendasikan untuk melakukan aktifitas fisik yang tidak terlalu berat tiga puluh menit per hari. Dalam konteks diabetes hal ini semakin memperjelas bahwa terjadinya peningkatan kejadian DM tipe 2 disebabkan oleh karena kurangnya aktivitas fisik serta meningkatnya angka obesitas (ADA, 2004).

5. Faktor Risiko LainnyaSelain yang tealah disebutkan di atas, factor risiko DM tipe 2 adala sebagai berikut:

a. Faktor Sebelumnya diidentifikasi IFG (Impaires Fasting Glucose) atau IGT (Impaired Glucose Tolerance).

b. Riwayat melahirkan bayi >4 kg atau mengalami diabetes gestasional.c. Tingkat kolesterol HDL <35 mg/dl atau kadar trigliserida >250 mg/dl.d. Sindrom ovarium pilikistik atau Akantosis nigrikans.e. Adanya riwayat kelainan darah (Powers, 2010).

DAFTAR PUSTAKA

Page 3: ETIOLOGI

1. Ahlqvist, E., Ahluwalia, T.S., & Groop, L., 2011. Genetics of Type 2 Diabetes. Clinical Chemistry 57:2 : 241–254.

2. Aksu, H., Pala, K., & Aksu, H., 2006. Prevalence and associated risk factors of type 2 diabetes mellitus in Nilufer District, Bursa, Turkey. Int J Diabetes & Metabolism 14 : 98-102.

3. Alfiyah, S.W., 2010. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Diabetes Mellitus pada Pasien Rawat jalan di Rumah Sakit Umum Pusat DR. Kariadi Seamarang Tahun 2010. Availaible from : http://lib.unnes.ac.id/2721/ [Accessed 15 April 2015]

4. ADA, 2004. Physical Activity/Exercise and Diabetes. Diabetes Care,Vol. 27 Supplement 1 : 58-62.

5. Benett, P.H., Rewers, M.J., & Knowler, W.C., 2005. Epidemiology of Type 2 Diabetes Mellitus. In : Inzucchi, S.E. The Diabetes Mellitus Mannual A Primary Care Companion to. 6th ed. USA : McGraw-Hill Companies, Inc., 15-28.

6. Powers, A.C., 2010. Diabetes Mellitus. In : Jameson J.L. Harrison Endocrinology. 2nd ed. USA: McGraw-Hill Companies, Inc., 267-313.

7. Pratiknya, A.W., 2011. Dasar-Dasar Metodelogi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. 1st ed. Jakarta : Rajawali Pers.

8. Purnamasari, D., 2009. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus. In: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., K. Simardibrata M., Setiati, S. Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. 5th ed. Jakarta: InternaPublishing, 1880-1883.

9. Taylor, A., 2006. The Genetic of Type 2 Diabetes : A review. Int J Diabetes & Metabolism 14 : 76-81.

10. Wicaksono, R.P., 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan kejadian Diabetes mellitus Tipe 2 ( Studi Kasus di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Dr. Kariadi). Available from: http://eprints.undip.ac.id/37104/1/Radio_P.W.pdf. [Accessed 2015]