Upload
dangcong
View
282
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
ETNOBOTANI PANGAN DAN OBAT MASYARAKAT
SEKITAR TAMAN NASIONAL GUNUNG RINJANI
(Studi Kasus Pada Suku Sasak di Desa Jeruk Manis, Kecamatan
Sikur, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat)
ARYA ARISMAYA METANANDA
DEPARTEMEN
KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
ETNOBOTANI PANGAN DAN OBAT MASYARAKAT
SEKITAR TAMAN NASIONAL GUNUNG RINJANI
(Studi Kasus Pada Suku Sasak di Desa Jeruk Manis, Kecamatan
Sikur, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat)
ARYA ARISMAYA METANANDA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN
KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
RINGKASAN
ARYA ARISMAYA METANANDA. Etnobotani Pangan dan Obat Masyarakat
Sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani (Studi Kasus Pada Suku Sasak di Desa
Jeruk Manis, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara
Barat). Dibimbing oleh ERVIZAL A.M. ZUHUD dan AGUS HIKMAT.
Pemanfaatan tumbuhan secara tradisional untuk memenuhi kebutuhan
pangan dan obat-obatan oleh masyarakat sekitar hutan sudah berlangsung sejak
lama. Hanya saja, saat ini pengetahuan mengenai pemanfaatan tumbuhan secara
tradisional tersebut belum banyak terdokumentasikan. Pendokumentasian
pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan pangan dan obat dapat dilakukan dengan
kajian etnobotani. Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk
mengidentifikasi keanekaragaman spesies tumbuhan pangan dan obat serta
kearifan tradisional masyarakat Suku Sasak terkait dengan upaya konservasi
tumbuhan pangan dan obat.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Jeruk Manis pada bulan Maret-April
2012. Data yang dikumpulkan terutama keanekaragaman spesies tumbuhan
pangan dan obat, kearifan tradisional masyarakat Suku Sasak serta data penunjang
lainnya. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, survei
lapangan, pembuatan herbarium dan kajian pustaka.
Hasil penelitian teridentifikasi sebanyak 215 spesies dari 72 famili yang
terdiri dari tumbuhan pangan sebanyak 136 spesies dari 53 famili dan tumbuhan
obat sebanyak 156 spesies dari 62 famili. Sebanyak 77 spesies merupakan pangan
fungsional yakni tumbuhan yang berfungsi sebagai pangan juga obat. Sebagian
besar spesies tumbuhan pangan dan obat tersebut merupakan tumbuhan liar yang
juga berasal dari kawasan hutan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR). Famili
yang paling dominan ditemukan pada tumbuhan pangan ialah famili Fabaceae,
sementara tumbuhan obat berasal dari famili Asteraceae. Habitus tumbuhan
pangan dan obat didominasi oleh habitus herba. Buah merupakan bagian yang
paling banyak digunakan pada tumbuhan pangan, sementara itu daun merupakan
bagian yang lebih banyak digunakan pada tumbuhan obat. Tumbuhan pangan
digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan karbohidrat, protein, vitamin dan
mineral, bahan minum serta bumbu masakan sedangkan tumbuhan obat digunakan
untuk mengobati berbagai macam penyakit terutama kelompok penyakit sakit
kepala dan demam yang lebih banyak menyerang masyarakat. Padi (Oryza sativa)
merupakan sumber karbohidrat utama masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk
Manis. Sebagian besar tumbuhan pangan di desa ini diolah dengan cara direbus
sementara tumbuhan obat lebih banyak diolah dengan cara direbus dan ditumbuk.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tumbuhan pangan dan obat yang
diketahui dan digunakan oleh Suku Sasak di Desa Jeruk Manis cukup beragam,
sedangkan kearifan tradisional masyarakat dapat dilihat dari cara memperlakukan
padi dan sikap menghargai lingkungan.
Kata Kunci: Etnobotani, kearifan tradisional, Suku Sasak, pangan, obat.
SUMMARY ARYA ARISMAYA METANANDA. Food and Medicinal Ethnobotany of Communities around Gunung Rinjani National Park (Case Study on Sasak Tribe in Jeruk Manis Village, Sikur Sub-District, East Lombok District, West Nusa Tenggara). Under Supervision of ERVIZAL A.M. ZUHUD and AGUS HIKMAT.
Traditional utilization of plants to meet the needs of food and medicine in communities around the forests has been going since a long time ago. However, nowadays the knowledge of traditional utilization of plants has not been widely documented. Documentation of plants utilization as food and medicine can be done with the study of ethnobotany. The objective of this research is to identify the diversity of food and medicinal plant species as well as the traditional wisdom of the community related to conservation efforts of food and medicinal plants.
This study was conducted in Jeruk Manis Village from March to April 2012. The data collected were the diversity of plant species for food and medicine, the traditional wisdom of Sasak Tribe community and other supporting informations. The method used in the data collection were interview, field observation, herbarium creation and literature review.
The study was able to identify 215 species from 72 families consisting of 136 species of food plants from 53 families and 156 species of medicinal plants from 62 families. As many as 77 spesies were identified as functional food, which means that they are functioning as food and also as medicine. Most of food and medicinal plants are wild plants that comes from forest around the Gunung Rinjani National Park (TNGR). The most dominant family found in food plants is the Fabaceae family, while in medicinal plants is the Asteraceae family. Herbs is the most dominant habitus of food and medicinal plants that were found. The fruit is the most used part in food plants, while the foliage is the most used part in medicinal plants. Food plants are utilized to meet the demand for carbohydrate, protein, vitamins and minerals, also for drink ingredients and food seasoning. Medicinal plants are utilized to cure several kind of diseases, such as headache and fever. Rice (Oryza sativa) is the main source of carbohydrate for Sasak Tribe community in Jeruk Manis Village. Most of food plants in this village are processed by boiled, while medicinal plants are processed by boiled and pounded.
The conclusion of this research is that food and medicinal plants that have been known and used by Sasak Tribe in Jeruk Manis Village is quite diverse, while the traditional wisdom of the community can be seen from how they treat rice and the attitude of respecting environment.
Keywords: Ethnobotany, traditional wisdom, Sasak Tribe, food, medicine.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Etnobotani Pangan
dan Obat Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani (Studi Kasus Pada
Suku Sasak di Desa Jeruk Manis, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur,
Nusa Tenggara Barat)” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan
bimbingan dosen pemimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah
pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Bogor, September 2012
Arya Arismaya Metananda
NIM E34080002
Judul Skripsi
Nama
NIM
:
:
:
Etnobotani Pangan dan Obat Masyarakat Sekitar Taman
Nasional Gunung Rinjani (Studi Kasus Pada Suku Sasak di
Desa Jeruk Manis, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok
Timur, Nusa Tenggara Barat)
Arya Arismaya Metananda
E34080002
Menyetujui:
Mengetahui:
Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS
NIP. 195809 15 198403 1 003
Tanggal Lulus:
Pembimbing I,
Prof. Dr. Ir. H. Ervizal A.M. Zuhud, MS
NIP. 195906 18 198503 1 003
Pembimbing I I,
Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc.F
NIP. 196209 18 198903 1 002
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini berjudul “Etnobotani Pangan dan Obat Masyarakat Sekitar Taman
Nasional Gunung Rinjani (Studi Kasus Pada Suku Sasak di Desa Jeruk Manis,
Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat)” yang
dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. H. Ervizal A.M. Zuhud, MS dan Dr. Ir. Agus
Hikmat, M.Sc.F.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat khususnya
masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis sehingga kearifan tradisional dalam
hal pemanfaatan tumbuhan pangan dan obat tidak hanya dapat dilihat pada
generasi saat ini namun juga terus membudaya sampai dengan generasi
selanjutnya, juga bermanfaat bagi upaya pelestarian keanekaragaman hayati
tumbuhan di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani.
Bogor, September 2012
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sumbawa Besar, NTB pada tanggal 23
November 1989 sebagai anak pertama dari dua bersaudara
pasangan Bapak Irawan Syarifuddin dan Ibu Iyam Irawan.
Penulis memulai pendidikannya pada tahun 1995 di TK
Darmawanita, Taliwang, Kab. Sumbawa Barat dan lulus pada
tahun 1996, kemudian melanjutkan sekolah di SD Negeri 01
Kec. Alas Kab. Sumbawa. Tahun 2002 penulis melanjutkan pendidikan di SMP
Negeri 3 Sumbawa Besar dan SMA Negeri 1 Sumbawa Besar tahun 2005. Pada
tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB)
melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB), Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan.
Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif sebagai pengurus
Himakova dan anggota Kelompok Pemerhati Burung dan Kelompok Pemerhati
Mamalia Himakova periode 2009-2011 dan pernah menjadi Ketua Ekspedisi
Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Kerinci Seblat pada
tahun 2011. Penulis pernah melaksanakan praktek dan kegiatan lapangan antara
lain Eksplorasi Fauna, Flora dan Ekowisata Indonesia (RAFFLESIA) di Cagar
Alam Gunung Burangrang, Jawa Barat (2010) dan Taman Nasional Gunung
Halimun Salak, Jawa Barat (2011), SURILI di Taman Nasional Sebangau,
Kalimantan Tengah (2010) dan Taman Nasional Kerinci Seblat, Jambi (2011),
Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Cagar Alam Gunung Sawal dan
Taman Wisata Alam Pangandaran (2010), Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di
Hutan Pendidikan Gunung Walat (2011), serta Praktek Kerja Lapang Profesi
(PKLP) di Taman Nasional Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (2012).
Dalam usaha memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
di Fakultas Kehutanan IPB, penulis menyusun skripsi berjudul “Etnobotani
Pangan dan Obat Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani (Studi
Kasus Pada Suku Sasak di Desa Jeruk Manis, Kecamatan Sikur, Kabupaten
Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat)” di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. H.
Ervizal A.M. Zuhud, MS dan Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc.F.
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillahirabbil `aalamiin. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas
segala nikmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Salawat dan salam penulis
sampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, kepada keluarga dan
para sahabat serta para pengikutnya. Penulis menyadari bahwa terlaksananya
penelitian hingga penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan
berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung dalam bentuk moril
maupun materiil. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. H. Ervizal A.M. Zuhud, MS dan Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc.F
selaku dosen pembimbing, atas kesabaran dan keikhlasan dalam memberikan
ilmu, bimbingan dan nasehatnya.
2. Ir. Agus Budiono, M.Sc selaku Kepala Balai Taman Nasional Gunung
Rinjani, KSBTU, kepala seksi, kepala resort dan seluruh jajaran staff Taman
Nasional Gunung Rinjani yang telah memberikan izin, fasilitas dan informasi
kepada penulis.
3. Dr. Ir. Muhdin, M.Sc.F selaku dosen penguji dan Dr. Ir. Jarwadi Budi
Hernowo, M.Sc selaku ketua sidang yang telah menguji dan memberi
masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.
4. Bapak dan ibu dosen, staff dan pegawai di TPB juga di Fakultas Kehutanan,
khususnya Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata yang
telah mengajar, mendidikku dan membantuku selama berkuliah di IPB.
5. Nurhadi Muis, SH selaku Kepala Desa Jeruk Manis dan seluruh jajarannya
yang telah memberikan izin dan memberikan informasi tentang profil Desa
Jeruk Manis.
6. Kang Wasmat Cakradinata, Bapak Sahibudin, Mas Muhammad Faisyal MY,
Ama Mahlin dan semua jajaran Polhut/PEH yang tidak bisa disebutkan satu
persatu atas kesediaannya turut serta menemani selama kegiatan penelitian
serta mengajarkan arti hidup kepada penulis.
7. Sahabat-sahabat terbaik Rifki Putra, Putra Wibowo Malau, Setiawan, Febri El
Bari, Septiani Dian Arimukti, Rizka Novia Setyaning Rahayu, Erlinda
Mutiara, Siti Rayhani, Siti Nurika, Lintang Prada Ken Padma Rinjani, Ajeng
Miranti yang selalu ada sebagai teman diskusi dan membantu mengoreksi
karya kecil ini.
8. Saudari Meyla Dona Paramita, Lighar Dwinda Prisbitari dan Mega Haditia
yang selalu bersedia membantu saya dikala memerlukan bantuan.
9. Keluarga besar KSHE 45 “Edelweiss” atas kebersamaan, kerjasama,
kekompakan, kebaikan, canda tawa dan kegilaan selama ini.
10. Teristimewa Ayahanda, ibunda, adikku tersayang Intan Pertiwi Kencana dan
seluruh keluarga besarku atas doa, kasih sayang dan segala dukungan yang
diberikan hingga skripsi ini selesai.
11. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Semoga kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT,
Amin.
Bogor, September 2012
Arya Arismaya Metananda
NIM E34080002
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................ i
DAFTAR TABEL .................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian .................................................................. 2
1.3 Manfaat Penelitian ................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Etnobotani ............................................................................. 4
2.2 Kearifan Tradisional .............................................................. 6
2.3 Pemanfaatan Tumbuhan ........................................................ 7
2.3.1 Tumbuhan pangan ....................................................... 8
2.3.2 Tumbuhan obat ............................................................ 13
2.4 Tri-Stimulus Amar Konservasi .............................................. 14
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 16
3.2 Alat, Bahan dan Obyek Penelitian ......................................... 16
3.3 Jenis Data yang Dikumpulkan ............................................... 17
3.4 Metode Pengumpulan Data ................................................... 19
3.4.1 Wawancara .................................................................. 19
3.4.2 Survei lapangan ........................................................... 20
3.4.3 Pembuatan dan identifikasi contoh herbarium .............. 20
3.4.4 Kajian pustaka ............................................................. 21
3.5 Pengolahan Data dan Analisis Data ....................................... 21
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Kondisi Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) ............... 25
4.1.1 Letak ........................................................................... 25
4.1.2 Topografi..................................................................... 25
4.1.3 Geologi, tanah dan hidrologi ........................................ 26
ii
4.1.4 Iklim............................................................................ 26
4.1.5 Potensi flora dan fauna Resort Kembang Kuning ......... 27
4.2 Kondisi Desa Jeruk Manis .................................................... 28
4.2.1 Letak geografis dan luas .............................................. 28
4.2.2 Sosial ekonomi masyarakat .......................................... 28
4.2.3 Budaya masyarakat ...................................................... 30
4.2.4 Tata guna lahan ........................................................... 31
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden ....................................................... 33
5.1.1 Jenis kelamin ............................................................... 33
5.1.2 Kelompok umur........................................................... 35
5.1.3 Pendidikan ................................................................... 36
5.1.4 Pekerjaan ..................................................................... 38
5.2 Tumbuhan Pangan ................................................................. 40
5.2.1 Keanekaragaman spesies ............................................. 40
5.2.2 Keanekaragaman famili ............................................... 42
5.2.3 Keanekaragaman tipe habitat ....................................... 45
5.2.4 Bagian yang digunakan................................................ 47
5.2.5 Keanekaragaman habitus ............................................. 49
5.2.6 Sumber karbohidrat ..................................................... 50
5.2.7 Sumber protein ............................................................ 52
5.2.8 Sumber vitamin dan mineral ........................................ 54
5.2.9 Bahan minum .............................................................. 59
5.2.10 Bahan pelengkap/rempah/perasa ................................ 62
5.2.11 Cara pengolahan ........................................................ 63
5.2.12 Pola konsumsi pangan masyarakat ............................. 66
5.3 Tumbuhan Obat .................................................................... 69
5.3.1 Keanekaragaman spesies ............................................. 69
5.3.2 Keanekaragaman famili ............................................... 70
5.3.3 Keanekaragaman tipe habitat ....................................... 72
5.3.4 Kelompok penyakit ..................................................... 74
5.3.5 Bagian yang digunakan................................................ 78
iii
5.3.6 Keanekaragaman habitus ............................................. 79
5.3.7 Bentuk ramuan ........................................................... 80
5.3.8 Cara pengolahan ......................................................... 82
5.3.8 Cara pemakaian .......................................................... 85
5.4 Kondisi Kesehatan Masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk
Manis .................................................................................... 89
5.5 Kearifan Lokal Masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis 91
5.4.1 Cara memperlakukan padi ........................................... 92
5.4.2 Sikap menghargai lingkungan ...................................... 94
5.6 Sintesis Pengembangan Tumbuhan Pangan dan Obat
Potensial .............................................................................. 96
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ........................................................................... 101
6.2 Saran ..................................................................................... 101
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 102
LAMPIRAN .............................................................................................. 110
iv
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Jenis data dan metode pengumpulan data...................................... 18
2. Klasifikasi kelompok penyakit/penggunaan dan macam
penyakit/penggunaannya................................................................ 22
3. Tata guna lahan berdasarkan luasnya............................................. 31
4. Jumlah spesies dan persentase bagian tumbuhan pangan yang
digunakan........................................................................................ 48
5. Jumlah spesies dan persentase tumbuhan pangan berdasarkan
habitusnya....................................................................................... 49
6. Pemenuhan kebutuhan karbohidrat selain padi (Oryza sativa)...... 50
7. Sumber protein masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis....... 53
8. Tumbuhan pangan buah yang digunakan oleh warga masyarakat
di Desa Jeruk Manis....................................................................... 54
9. Tumbuhan pangan sayur yang digunakan oleh warga masyarakat
di Desa Jeruk Manis....................................................................... 57
10. Spesies tumbuhan yang digunakan untuk bahan minuman
oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis.................................. 59
11. Bahan pelengkap/perasa yang digunakan oleh warga
masyarakat di Desa Jeruk Manis.................................................... 62
12. Bahan yang digunakan pada setiap menu masakan Suku Sasak
di Desa Jeruk Manis....................................................................... 64
13. Beberapa jenis olahan tumbuhan pangan di Desa Jeruk Manis...... 65
14. Kelompok penyakit dan spesies tumbuhan obatnya...................... 75
15. Jumlah spesies dan persentase bagian tumbuhan obat
yang digunakan............................................................................... 78
16. Jumlah spesies dan persentase tumbuhan obat berdasarkan
habitus............................................................................................. 79
17. Bentuk ramuan berdasarkan jenis penyakit atau penggunaannya.. 81
18. Jumlah spesies tumbuhan obat dilihat dari cara pengolahannya.... 82
19. Jumlah spesies tumbuhan obat dilihat dari cara pemakaian........... 86
v
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
Peta lokasi penelitian...........................................................................
Persentase responden berdasarkan jenis kelamin................................
Perempuan turut membantu laki-laki dalam meningkatkan
pendapatan keluarga............................................................................
Jumlah responden berdasarkan kelompok umur..................................
Seorang nenek menjual pakis yang diambilnya dari kawasan hutan
Resort Kembang Kuning, TNGR.......................................................
Komposisi tingkat pendidikan responden............................................
Komposisi pekerjaan atau mata pencaharian responden.....................
Pengetahuan dan penggunaan tumbuhan berdasarkan status
budidaya...............................................................................................
Jumlah tumbuhan yang diketahui dan dimanfaatkan sebagai bahan
pangan dan obat tradisional.................................................................
Jumlah spesies tumbuhan pangan berdasarkan famili.........................
Sayur yang ditanam di pematang sawah..............................................
Sekur (Kaempferia galanga)...............................................................
Komposisi tumbuhan pangan berdasarkan tipe habitat.......................
Pengetahuan dan penggunaan tumbuhan pangan berdasarkan status
budidaya...............................................................................................
Tumbuhan liar: (a) Bebele (Centella asiatica); (b) umbe atau omba
(Piper umbellatum)..............................................................................
Spesies eksotik TNGR: terep ((Artocarpus elasticus).........................
Blincang: (a) Begonia isoptera; (b) Begonia grandis..........................
Spesies tumbuhan pangan hutan yang digunakan bagian daunnya.....
Pantek bale...........................................................................................
Durian (Durio zibethinus): buah dari hutan yang dijual dengan
sistem lolo............................................................................................
Warga masyarakat yang mengambil pakis..........................................
Spesies tumbuhan pangan yang jarang dikonsumsi.............................
Cara penggunaan tetandan ginantrum (Uncaria gambir)....................
Kayu sepang (Caesalpinia sappan).....................................................
Air enau atau air aren (Arenga pinnata)..............................................
Ceraken: tempat menyimpan bumbu masak........................................
16
33
34
35
36
37
39
40
41
42
43
44
45
46
47
47
48
49
51
55
57
58
60
60
61
63
vi
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
Tungku masak di Desa Jeruk Manis....................................................
Salah satu contoh olahan sayuran: kla pedis........................................
Jumlah spesies tumbuhan obat berdasarkan famili..............................
Kesembung (Elephantopus scaber).....................................................
Spesies tumbuhan obat di hutan dari famili Euphorbiaceae................
Persentase tumbuhan obat berdasarkan tipe habitat............................
Pengetahuan dan penggunaan tumbuhan obat berdasarkan status
budidaya...............................................................................................
Binahong (Anredera cordifolia)..........................................................
Kuyit (Curcuma domestica) yang diparut..........................................
Bubus: ramuan obat yang terbuat dari bahan dasar padi (Oryza
sativa)...................................................................................................
Para istri dilibatkan dalam kegiatan mencabut bibit padi (reas)..........
Diagram alir tri stimulus amar mewujudkan konservasi.....................
64
66
70
71
72
73
74
76
84
87
92
100
vii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Spesies tumbuhan pangan yang digunakan masyarakat Suku
Sasak di Desa Jeruk Manis............................................................
109
2. Spesies tumbuhan pangan fungsional yang digunakan
masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis................................
118
3. Tumbuhan pangan buah yang digunakan oleh warga masyarakat
di Desa Jeruk Manis.......................................................................
122
4. Tumbuhan pangan sayur yang digunakan oleh warga masyarakat
di Desa Jeruk Manis.......................................................................
124
5. Tumbuhan pangan pelengkap/perasa/bumbu yang digunakan
oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis.................................
127
6. Spesies tumbuhan obat yang digunakan masyarakat Suku Sasak
di Desa Jeruk Manis.......................................................................
129
7. Spesies tumbuhan obat yang digunakan berdasarkan kelompok
penyakit...........................................................................................
139
8. Bentuk ramuan berdasarkan jenis penyakit atau penggunaannya.. 155
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemanfaatan tumbuhan secara tradisional untuk memenuhi kebutuhan
pangan dan obat-obatan oleh masyarakat sekitar hutan sudah berlangsung sejak
lama. Hanya saja, saat ini pengetahuan mengenai pemanfaatan tumbuhan secara
tradisional tersebut belum banyak terdokumentasikan. Kenyataan saat ini banyak
tumbuhan yang belum diketahui demikian juga pemanfaatan tradisionalnya oleh
masyarakat, kemudian hilangnya sumberdaya alam dan pengetahuan tradisional
yang begitu cepat sebelum dikaji serta rusak dan berubahnya lingkungan akibat
pengaruh budaya modern dan pembangunan yang terus berkembang, menjadi isu
penting bagi upaya pengkajian pemanfaatan tumbuhan.
Masalah lainnya adalah meningkatnya harga kebutuhan hidup khususnya
pangan dan biaya kesehatan, menuntut masyarakat untuk mandiri dalam
pemenuhan kebutuhannya. Pemanfaatan tumbuhan lokal sebagai sumber pangan
dan obat-obatan merupakan alternatif ke depan yang dapat dikembangkan.
Keanekaragaman tumbuhan pangan dapat menjadi solusi program diversifikasi
guna mencapai kedaulatan pangan sedangkan keanekaragaman tumbuhan obat
dapat menjadi alternatif pilihan untuk mengobati berbagai jenis penyakit. Di
samping itu efek yang ditimbulkan dari penggunaan obat tradisional (jamu atau
herbal), lebih kecil dibandingkan penggunaan obat kimia buatan (modern).
Pendokumentasian mengenai pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan pangan dan
obat-obatan ini dapat dilakukan dengan kajian etnobotani.
Oleh karena itu kajian etnobotani perlu dilakukan agar segala informasi
mengenai pemanfaatan tumbuhan dapat terhimpun untuk dapat memberi
kesadaran banyak pihak agar memelihara, menjaga keutuhan dan keberadaan
tumbuhan. Kajian etnobotani pangan dan obat ini dapat menjadi solusi bagi upaya
pencapaian kemandirian dan kedaulatan masyarakat khususnya masyarakat desa
yang tinggal di sekitar hutan.
Salah satu masyarakat desa di sekitar hutan yang menarik untuk dikaji
dalam upaya pencapaian kemandirian dan kedaulatan pangan dan obat adalah
2
masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis. Desa Jeruk Manis ini berbatasan
langsung dengan kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR).
Masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis atau pada umumnya Suku
Sasak di Pulau Lombok memandang hutan memiliki fungsi ekologi dan
konservasi yang dilihat dari keanekaragaman hayati yang tumbuh dan
berkembang di kawasan hutan, fungsi sosial budaya yakni hutan sebagai pusat
pelaksanaan kegiatan-kegiatan sosial budaya dan tempat peninggalan sejarah para
leluhur serta fungsi ekonomi yaitu hutan dilihat dari potensi non kayu yang dapat
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti buah kemiri
(Aleurites moluccana), buah nangka (Artocarpus heterophyllus), buah kenari
(Canarium commune), pohon aren (Arenga pinnata), pakis (Diplazium
esculentum), cabe (Capsicum frutescens) dan lain sebagainya (BTNGR 2011). Hal
ini menunjukkan bahwa antara hutan dan kehidupan masyarakat Suku Sasak
memiliki hubungan yang erat.
Masyarakat Suku Sasak khususnya yang tinggal di Desa Jeruk Manis dalam
memanfaatkan sumberdaya hutan di atas tentu memiliki kearifan tersendiri atau
pengetahuan akan pemanfaatan sumberdaya tersebut. Salah satunya adalah
tumbuhan pangan dan tumbuhan obat. Namun demikian, saat ini data dan
informasi mengenai pengetahuan akan pemanfaatan tumbuhan pangan dan obat
tersebut belum tersedia. Oleh karena itu penelitian pemanfaatan tumbuhan pangan
dan tumbuhan obat oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis perlu
dilakukan.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi:
1. Keanekaragaman spesies tumbuhan pangan dan obat yang diketahui dan
digunakan oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis
2. Kearifan tradisional masyarakat terkait dengan upaya konservasi tumbuhan
pangan dan obat
3
1.3 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi
(dokumentasi) tentang tumbuhan pangan dan tumbuhan obat yang diketahui dan
digunakan oleh masyarakat Suku Sasak di sekitar Taman Nasional Gunung
Rinjani (TNGR) khususnya yang tinggal di Desa Jeruk Manis. Selain itu, data dan
informasi ini dapat berguna bagi pengembangan pemanfaatan pangan dan obat
berbasis kearifan tradisional masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Etnobotani
Etnobotani berasal dari Bahasa Yunani yang tersusun atas kata ethnos dan
botany. Ethnos berarti bangsa dan botany yang berarti tumbuh-tumbuhan,
sehingga etnobotani dapat diartikan sebagai disiplin ilmu yang mempelajari
hubungan langsung antara manusia dengan tumbuhan dalam pemanfaatan secara
tradisional. Istilah etnobotani pada awalnya diusulkan oleh Harsberger pada tahun
1893 dan didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari pemanfaatan tumbuhan
secara tradisional oleh suku bangsa yang masih primitif atau terbelakang
(Soekarman & Riswan 1992).
Rifai dan Walujo (1992) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
etnobotani adalah ilmu yang mendalami hubungan budaya suatu masyarakat
dengan komunitas alam hayati di sekitarnya (khususnya tumbuhan). Dharmono
(2007) mendefinisikan etnobotani sebagai ilmu botani mengenai pemanfaatan
tumbuhan dalam keperluan sehari-hari dan adat suku bangsa. Etnobotani ini
merupakan ilmu yang kompleks karena tidak hanya melibatkan satu disiplin ilmu.
Banyak disiplin ilmu yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan dan
pendekatan etnobotani, misalnya linguistik, antropologi, sejarah, pertanian,
kedokteran, farmasi dan lingkungan (Suwahyono et al. 1992).
Menurut Purwanto (2000) ruang lingkup kajian etnobotani, di antaranya : 1)
etnoekologi, mempelajari sistem pengetahuan tradisional tentang fenologi
tumbuhan, adaptasi dan interaksi dengan organisme lainnya, pengaruh
pengelolaan tradisional terhadap lingkungan alam; 2) pertanian tradisional,
mempelajari sistem pengetahuan tradisional tentang varietas tanaman dan sistem
pertanian, pengaruh alam dan lingkungan pada seleksi tanaman serta sistem
pengelolaan sumberdaya tanaman; 3) etnobotani kognitif, studi tentang persepsi
tradisional terhadap keanekaragaman sumberdaya alam tumbuhan, melalui
analisis simbolik dalam ritual dan mitos serta konsekuensi ekologinya, organisasi
dari sistem pengetahuan melalui studi etnoksonomi; 4) budaya materi,
mempelajari sistem pengetahuan tradisional dan pemanfaatan tumbuhan serta
5
produk tumbuhan dalam seni dan teknologi; 5) fitokimia tradisional, studi tentang
pengetahuan tradisional mengenai penggunaan berbagai spesies tumbuhan dan
kandungan bahan kimianya, contohnya insektisida lokal dan tumbuhan obat-
obatan; 6) paleobotani, studi tentang interaksi masa lalu antara populasi manusia
dengan tumbuhan yang mendasarkan pada interpretasi peninggalan arkeologi.
Disiplin ilmu lain yang terkait kajian etnobotani adalah ilmu taksonomi, ekologi
dan geografi tumbuhan, pertanian, kehutanan, sejarah, antropologi dan ilmu yang
lain (Soekarman & Riswan 1992).
Pengkajian etnobotani saat ini menjadi penting di tengah krisis dimensional
yang terjadi. Banyak di antara para ilmuan mengkaji aspek ini sebagai upaya
pencapaian kemakmuran dan kesejahteraan nasional juga upaya konservasi mulai
dari keanekaragaman flora yang ada, juga kearifan tradisional yang mulai
menghilang. Dengan kajian etnobotani diharapkan dapat menggali potensi
tumbuhan berguna dan pola pemanfaatannya. Dengan diketahuinya pola
pemanfaatan tradisional terhadap tumbuhan oleh masyarakat diharapkan dapat
mengimbangi perkembangan teknologi yang pesat.
Bentuk pemanfaatan tumbuhan disetiap daerah di Indonesia sangat beragam.
Hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan, potensi tumbuhan dan kebudayaan yang
dimiliki oleh masyarakat tersebut. Misalnya, pada masyarakat Papua, tumbuhan
yang banyak dijadikan sumber pangan adalah ubi dan sagu (Somantri 2008).
Kemudian masyarakat Etnis Dani yang menempati Lembah Baliem, Jaya Wijaya,
di sekitar Wamena dan Karulu. Mereka menganggap bahwa hutan tidak hanya
sebagai hal yang magis religius, tetapi juga sebagai sumber yang menguntungkan
dan memberi hidup bagi mereka. Mereka menggunakan sumberdaya alam sebagai
bahan sandang, pangan, obat tradisional dan lain-lain (Purwanto & Walujo 1992).
Pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan obat juga ditunjukkan oleh
masyarakat Suku Sasak di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Tidak kurang
dari 25 spesies tumbuhan yang digunakan untuk mengobati berbagai penyakit
rakyat seperti sakit batuk, diare, luka, cacingan, gatal karena jelateng, demam,
gatal, cacar, terkena gigitan kalajengking, malaria, mata merah, goaman, “keloh”,
disentri, sesak nafas dan terkena gigitan ular. Hal ini merupakan wujud bentuk
6
kearifan lokal masyarakat Suku Sasak yang berada di Desa Senaru dalam
memanfaatkan tumbuhan (Riswan & Andayaningsih 2008).
Beragamnya bentuk pemanfaatan tumbuhan dari berbagai daerah dapat
menjadi kekayaan bagi kebudayaan Indonesia. Selain perbedaan dalam pola
pemanfaatan tumbuhan, juga memungkinkan masyarakat dapat memanfaatkan
tumbuhan yang sama dalam manfaat yang berbeda maupun tumbuhan berbeda
dengan manfaat yang sama.
Terdapat empat usaha utama yang berkaitan erat dengan etnobotani, yaitu:
1) pendokumentasian pengetahuan etnobotani tradisional; 2) penilaian kuantitatif
tentang pemanfaatan dan pengelolaan sumber-sumber botani; 3) pendugaan
tentang keuntungan yang dapat diperoleh dari tumbuhan, untuk keperluan sendiri
maupun untuk tujuan komersial; dan 4) proyek yang bermanfaat untuk
memaksimalkan nilai yang dapat diperoleh masyarakat lokal dari pengetahuan
ekologi dan sumber-sumber ekologi (Martin 1998).
Dokumentasi sebagai salah satu usaha utama dalam etnobotani merupakan
pengumpulan bukti-bukti dan keterangan-keterangan. Dokumentasi tersebut dapat
berupa dokumen tertulis, rekaman foto, majalah, film dokumenter. Dalam hal
botani, dokumentasi juga dilakukan dengan cara pengumpulan spesimen
(herbarium).
2.2 Kearifan Tradisional
Kearifan tradisional adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan,
pemahaman atau wawasan, serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun
perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis (Keraf 2002).
Pengetahuan tradisional adalah pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat lokal
secara turun temurun (Soekarman & Riswan 1992).
Pengetahuan merupakan kapasitas manusia untuk memahami dan
menginterpretasikan baik hasil pengamatan langsung maupun pengalaman
sehingga dapat digunakan untuk meramalkan ataupun sebagai dasar pertimbangan
dalam pengambilan keputusan (Kartikawati 2004). Bangsa Indonesia yang
tersebar dari Sabang hingga Merauke terdiri dari suku-suku mempunyai
kebudayaan dan adat istiadat masing-masing yang berkembang dan diwariskan
7
secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Kehidupan suku-
suku tersebut terutama yang mempunyai interaksi dekat dengan sumberdaya dan
lingkungannya secara turun-temurun pula mewarisi pola hidup tradisional yang
dijalani oleh leluhurnya. Pola hidup tradisional inilah yang kemudian membentuk
kearifan tradisional.
Kearifan tradisional menyangkut pengetahuan, pemahaman adat dan
kebiasaan tentang manusia, alam dan bagaimana hubungan di antara semua
penghuni komunitas ekologis harus dibangun. Berdasarkan hal tersebut di atas
Keraf (2002) menyebutkan bahwa :
1. Kearifan tradisional adalah milik komunitas bukan individu.
2. Kearifan tradisional yang juga berarti pengetahuan tradisional, lebih bersifat
praktis mencakup bagaimana memperlakukan setiap kehidupan di alam
dengan baik.
3. Kearifan tradisional lebih bersifat holistik karena menyangkut pengetahuan
dan pemahaman tentang seluruh kehidupan dengan segala relasinya di alam
semesta.
4. Berdasarkan kearifan tradisional masyarakat adat juga memahami semua
aktivitasnya sebagai aktivitas moral.
2.3 Pemanfaatan Tumbuhan
Pemanfaatan tumbuhan tradisional dilakukan secara turun temurun oleh
masyarakat adat, tradisional maupun masyarakat sekitar kawasan yang masih
menurunkan warisan kearifan tradisional leluhurnya. Pemanfaatan ini bukan
dipandang sebagai suatu yang misterius, melainkan sebagai sumber yang
menguntungkan dan memberi hidup bagi masyarakat.
Menurut Soekarman dan Riswan (1992), baru sekitar 3-4% tumbuhan
bermanfaat yang ada di Indonesia sudah dibudidayakan dan ditanam, sementara
sisanya masih tumbuh liar di hutan-hutan. Pemanfaatan tumbuhan oleh
masyarakat yang berasal dari hutan digunakan sebagai bahan sandang, bahan
noken (anyaman), bahan pewarna, bahan obat tradisional, upacara adat dan
kegiatan sosial, bahan pangan, bahan bangunan, bahan tali-temali, kayu bakar,
8
bahan alat (tani, parang atau senjata) dan bahan lain-lain (Purwanto & Walujo
1992).
Menurut Zuhud et al. (2004), tumbuhan dapat diklasifikasikan dalam
beberapa kelompok kegunaan di antaranya tumbuhan obat, tumbuhan aromatik,
tumbuhan pangan, tumbuhan penghasil warna, tumbuhan penghasil pestisida
nabati, tumbuhan hias, tumbuhan penghasil pakan ternak, tumbuhan untuk
keperluan ritual dan keagamaan, tumbuhan penghasil tali, anyaman, kerajinan,
tumbuhan penghasil kayu bakar, tumbuhan penghasil minuman dan tumbuhan
penghasil bahan bangunan. Selain beragamnya pemanfaatan (fungsi) tumbuhan di
atas, setiap bagian tumbuhan yang dimanfaatkan juga berbeda-beda, misalnya saja
bagian yang dimanfaatkan adalah buah, daun, umbi, akar, kulit, bunga, biji, getah,
batang dan sebagainya.
Berdasarkan habitus tumbuhan yang dimanfaatkan, tumbuhan juga
dikelompokkan dalam beberapa habitus. Habitus merupakan penampakan luar dan
sifat tumbuh suatu tumbuhan. Adapun habitus berbagai spesies tumbuhan menurut
Tjitrosoepomo (1988) adalah sebagai berikut:
a) Pohon merupakan tumbuhan berkayu yang tinggi besar, memiliki satu batang
yang jelas dan bercabang jauh dari permukaan tanah.
b) Perdu merupakan tumbuhan berkayu yang tidak terlalu besar dan bercabang
dekat dengan permukaan tanah atau di dalam tanah.
c) Semak merupakan tumbuhan berkayu yang mengelompok dengan anggota
yang sangat banyak membentuk rumpun, tumbuh pada permukaan tanah dan
tingginya dapat mencapai 1 m.
d) Herba merupakan tumbuhan tidak berkayu dengan batang lunak dan berair.
e) Liana merupakan tumbuhan berkayu, yang batangnya menjalar/memanjat
pada tumbuhan lain.
f) Epifit merupakan tumbuhan yang menumpang pada tumbuhan lain sebagai
tempat hidupnya.
2.3.1 Tumbuhan pangan
Pangan merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Pangan
berasal dari bahan hewani dan nabati (tumbuh-tumbuhan). Menurut Kamus Besar
9
Bahasa Indonesia bahan pangan nabati atau lebih dikenal tumbuhan pangan
adalah segala sesuatu yang tumbuh, hidup, berbatang, berakar, berdaun dan dapat
dimakan atau dikonsumsi oleh manusia (apabila dikonsumsi hewan disebut
pakan).
Produk pangan yang telah lama diproduksi, berkembang dan dikonsumsi di
suatu daerah atau suatu kelompok masyarakat lokal tertentu, produk tersebut
umumnya diolah dari bahan baku lokal menggunakan teknologi lokal dikenal
dengan sebutan pangan lokal. Proses pengadaan pangan lokal tersebut
berdasarkan pengetahuan lokal dan biasanya dikembangkan sesuai dengan
preferensi konsumen lokal pula. Biasanya produk lokal sering menggunakan nama
daerah seperti dodol garut dan talas bogor.
Menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 menjelaskan pengertian
pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang
diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau
minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku
pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan,
dan/atau pembuatan makanan atau minuman. Menurut Depkes RI (1983)
pengertian tanaman pangan yaitu kelompok tanaman yang biasa dikonsumsi
sehari-hari oleh manusia, berupa sayuran dan buah-buahan, memiliki kandungan
nutrien, vitamin dan mineral yang berguna bagi kesehatan manusia serta
merupakan komponen penting untuk diet sehat.
Tumbuhan pangan ada yang berasal dari tumbuhan rendah dan tumbuhan
tingkat tinggi. Tumbuhan tingkat tinggi ini dapat diperoleh dari hasil hutan berupa
buah-buahan, dedaunan dan biji-bijian. Pada umumnya tumbuhan pangan berasal
dari kelompok buah-buahan, sayur-sayuran dan sereal (Sunarti et al. 2007) atau
mengandung karbohidrat, sayuran, buah-buahan dan kacang-kacangan
(Purwadarminta 1988). Tumbuhan penghasil pangan dapat dikelompokkan
menjadi tiga (Moeljopawiro & Manwan 1992) yaitu:
a) Komoditas utama: padi (Oryza sativa), jagung (Zea mays), kedelai (Glycine
max), kacang tanah (Arachis hypogaea), kacang hijau (Phaseolus radiatus),
ubi kayu (Manihot utilissima) dan ubi jalar (Ipomoea batatas).
10
b) Komoditas potensial: sorgum (Andropogon sorgum), kacang tunggak (Vigna
sinensis), kacang gude (Cajanus cajan), wijen (Sesamum orientale), talas
(Colocasia esculenta), ubi kelapa (Dioscorea alata) dan sagu (Metroxylon
spp.).
c) Komoditas introduksi: ganyong (Canna edulis), jawawut (Panicum viridae),
terigu (Triticum sativum) dan kara (Dolichos lablab).
Tumbuhan pangan di alam memiliki kandungan gizi yang dibutuhkan tubuh
seperti karbohidrat, protein, vitamin, mineral dan sebagainya. Kandungan tersebut
dapat ditemukan pada spesies tumbuhan seperti kacang-kacangan, buah-buahan,
sayuran dan sereal (sumber karbohidrat) (Kartikawati 2004).
a. Kacang-kacangan
Kacang-kacangan merupakan biji-bijian yang dapat diperoleh dari spesies
polong-polongan. Polong-polongan adalah anggota suku Fabaceae yang memiliki
polong/legum. Kacang-kacangan utama yang dapat dimakan termasuk ke dalam
anak suku Papilionoidae (anak suku terbesar dari Fabaceae) yang masih memiliki
450 marga dan 10000 spesies. Kacang-kacangan bermanfaat sebagai bahan
pangan yang kaya protein (Koswara 2010).
b. Buah-buahan
Buah-buahan merupakan komoditas yang besar dan beraneka ragam
(Kartikawati 2004). Buah dapat dimakan dalam keadaan segar, maupun yang telah
dikeringkan atau yang telah diolah. Buah-buahan umumnya dikonsumsi dalam
keadaan mentah (tidak dimasak, matang dari pohonnya). Buah-buahan
mengandung vitamin dan mineral yang baik bagi tubuh (Dhalimarta & Adrian
2011) menyeimbangkan menu makanan, kaya protein, energi dan ada yang
mengandung lemak.
c. Sayuran
Sayuran merupakan komoditas tumbuhan yang mengandung air. Menurut
Kartikawati (2004), beberapa contoh sayuran yang biasanya ditanam di kebun dan
merupakan spesies tumbuhan hortikultura di antaranya selada (Lactuca sativa),
11
katuk (Sauropus androgynus), berbagai spesies kobis, kol (Brassica oleraceae),
kangkung (Ipomea aqutica) dan spesies lainnya. Adapun sayuran yang digunakan
sebagai bumbu, yaitu bawang merah (Allium cepa), bawang putih (Allium
sativum), daun bawang (Allium ampeloprasum), seledri (Apium graveolens).
Spesies tumbuhan yang fungsi sekundernya sebagai sayuran adalah daun pepaya
(Carica papaya), daun ubi jalar (Ipomea batatas), jagung muda (Zea mays) dan
daun singkong (Manihot utillisima).
d. Palem-paleman dan umbi-umbian
Palem-paleman dan umbi-umbian merupakan sumber karbohidrat terpenting
(Sunarti et al. 2007). Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi manusia.
Beberapa spesies tumbuhan yang merupakan sumber karbohidrat di antaranya
adalah sagu (Metroxylon spp.), aren (Arenga pinnata) dan lain-lain yang
merupakan jenis palem berkarbohidrat, kemudian ubi jalar (Ipomea batatas),
singkong (Manihot utillisima) dan sebagainya yang merupakan umbi
berkarbohidrat.
2.3.1.1 Ketahanan Pangan
Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan
menjelaskan, ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah
tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, merata dan terjangkau. Ketahanan pangan merupakan konsep
yang multidimensional, yaitu adanya hubungan keterkaitan antara mata rantai
sistem pangan dan gizi mulai dari produksi, distribusi, konsumsi dan status gizi.
Menurut Hariyadi (2010), aspek utama dalam ketahanan pangan terdiri dari
4 hal yaitu (1) aspek ketersediaan pangan (food availibity), (2) aspek stabilitas
ketersediaan/pasokan pangan (stability supplies) (3) aspek keterjangkauan (acces
supplies) dan (4) aspek konsumsi (food utilization). Faktor-faktor struktur sosial,
budaya, politik dan ekonomi sangat penting dalam menentukan ketahanan pangan.
Faktor-faktor tersebut di atas merupakan faktor determinan dasar (basic
determinan) bagi ketahaan pangan.
12
Sumberdaya lokal termasuk di dalamnya pangan lokal erat kaitannya
dengan ketahanan pangan. Ketahanan pangan yang dikembangkan berdasarkan
kekuatan sumberdaya lokal akan menciptakan kemandirian pangan yang
selanjutnya akan melahirkan individu yang sehat, aktif dan berdaya saing
sebagaimana indikator ketahanan pangan. Di samping itu, juga akan melahirkan
sistem pangan dengan pondasi yang kokoh (Hariyadi 2010).
2.3.1.2 Kedaulatan pangan
Kedaulatan pangan memiliki peran penting sebagai strategi untuk mencegah
krisis pangan. Membangun kedaulatan pangan dapat dilakukan melalui
peningkatan produksi pangan dan pengurangan konsumsi yang berlebihan dan
tidak perlu, disertai pembangunan pedesaan terpadu. Ketidakberhasilan dalam
penerapan strategi ketahanan pangan menjadi inspirasi munculnya strategi
alternatif, yaitu kemandirian dan kedaulatan pangan.
Kemandirian pangan dapat dilihat dari kemampuan suatu bangsa untuk
menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan yang cukup, bermutu baik,
dan aman yang berbasis pada pemanfaatan secara optimal sumber daya lokal.
Lima komponen dalam mewujudkan kemandirian pangan yaitu ketersediaan yang
cukup, stabilitas ketersediaan, keterjangkauan, mutu/keamanan pangan yang baik,
dan tidak ada ketergantungan pada pihak luar. Membangun kemandirian dan
kedaulatan pangan merupakan strategi untuk mencegah krisis pangan dan
mengentaskan masyarakat tani dari kemiskinan.
Membangun kemandirian dan kedaulatan pangan di Indonesia diarahkan
untuk: (1) mewujudkan kemandirian dan kedaulatan negara dan rakyat dalam
menentukan kebijakan produksi, distribusi dan konsumsi pangan berdasarkan
pemanfaatan sumber daya lokal, tanpa pengaruh pihak luar; (2) mengurangi
ketergantungan pada pangan impor; (3) memanfaatkan keragaman sumber daya
hayati untuk memproduksi berbagai komoditas pangan non beras;
(4) menciptakan lapangan kerja pada industri pertanian di perdesaan;
(5) membebaskan petani tanaman pangan dari perangkap kemiskinan sehingga
mampu menyongsong masa depan yang lebih sejahtera dan bermartabat (Swastika
2011).
13
2.3.2 Tumbuhan obat
Tumbuhan obat menurut Depkes RI sebagaimana yang tercantum dalam
Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 149/SK/Menkes/IV/1978 adalah sebagai
berikut:
a) Tumbuhan atau bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bahan obat
tradisional atau jamu
b) Tumbuhan atau bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bahan pemula bahan
baku obat (prokursor)
c) Tumbuhan atau bagian tumbuhan yang diekstraksi dan ekstrak tumbuhan
tersebut digunakan sebagai obat
Zuhud et al. (1994) menjelaskan bahwa tidak kurang dari 1260 spesies
tumbuhan yang sudah diketahui bermanfaat sebagai bahan baku obat-obatan.
Tumbuhan obat tersebut dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar yakni:
1. Tumbuhan obat tradisional: spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercaya
memiliki khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan obat tradisional.
2. Tumbuhan obat modern: spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan
mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan
penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis.
3. Tumbuhan obat potensial: spesies tumbuhan yang diduga mengandung atau
memiliki khasiat obat tetapi belum dapat dibuktikan secara medis.
Tumbuhan obat sejak zaman dahulu memainkan peranan penting dalam
menjaga kesehatan, mempertahankan stamina dan mengobati penyakit. Oleh
karena itu penggunaan tumbuhan obat sebagai bahan baku obat tradisional masih
berakar kuat dalam kehidupan masyarakat saat ini. Semula, untuk kelangsungan
hidupnya, manusia menggantungkan semua keperluan pada alam sekitarnya,
termasuk untuk menjaga kesehatan (Pramesthi 2008). Sejalan dengan sejarah
perkembangan manusia, pengetahuan tentang penyakit dan pengalaman tentang
pengobatan penyakit, semakin lama semakin banyak ragamnya, sesuai dengan
budaya, kemampuan bangsa, lingkungan, serta ragam flora dan fauna yang ada.
Pengolahan tumbuhan obat sebelum dikonsumsi, dapat berbagai macam
cara. Mulai dari daun atau bunga yang direbus, sari yang diperas dari daun dan
tapal yang dapat diperoleh dari akar atau kulit kayu atau juga bahan simplisia
14
yakni bahan alam yang digunakan sebagai bahan obat yang belum mengalami
proses apapun kecuali dikeringkan (Depkes RI 1980). Pengetahuan tentang
pemanfaatan tumbuhan obat ini merupakan warisan budaya bangsa berdasarkan
pengalaman, yang secara turun-temurun telah diwariskan oleh generasi terdahulu
kepada generasi berikutnya termasuk generasi saat ini.
Rostiana et al. (1992) menambahkan bahwa di antara jenis-jenis simplisia
yang dominan penggunaannya, selama kurun waktu lima tahun (1985-1990)
terdapat enam spesies yang sudah memasyarakat pembudidayaannya yaitu
temulawak, jahe, lengkuas, kencur dan kunyit dari famili zingiberaceae serta ada
dari famili umbelliferae.
Setiap suku di Indonesia memiliki pengetahuan yang berbeda-beda tentang
pengobatan tradisional, termasuk pengetahuan mengenai tumbuhan obat. Hal ini
bisa dilihat dari perbedaan ramuan untuk mengobati penyakit yang sama. Semakin
beragam ramuan yang digunakan untuk mengobati penyakit tertentu, maka
peluang menyembuhkan suatu penyakit pun menjadi semakin besar. Hal ini
karena suatu ramuan belum tentu cocok untuk semua orang.
Berdasarkan intensitas pemanfaatannya, Aliadi dan Roemantyo (1994)
membagi masyarakat pemanfaat tumbuhan obat menjadi tiga kelompok, yaitu:
a) Kelompok masyarakat asli yang hanya menggunakan pengobatan tradisional,
umumnya tinggal di pedesaan atau daerah terpencil yang tidak memiliki
sarana dan prasarana kesehatan
b) Kelompok masyarakat yang menggunakan pengobatan tradisional dalam
skala keluarga, yang umumnya tinggal di daerah pedesaan dengan sarana dan
prasarana kesehatan terbatas
c) Kelompok industriawan obat tradisional
2.4 Tri-Stimulus Amar Pro-Konservasi
Konsep Tri-Stimulus Amar Konservasi digunakan sebagai alternatif
pengelolaan lingkungan hidup yang efektif demi terwujudnya keberlanjutan
sumberdaya alam hayati dan kesejahteraan masyarakat (Zuhud 2007). Tiga
komponen stimulus yang mendorong terwujudnya konservasi yaitu stimulus
15
“alamiah”, “manfaat” dan “religius-rela” yang merupakan kristalisasi dari nilai-
nilai: “kebenaran”, “kepentingan”, dan “kebaikan”.
Stimulus alamiah dapat diartikan sebagai nilai-nilai kebenaran dari alam,
kebutuhan keberlanjutan sumberdaya alam hayati sesuai dengan karakter
bioekologinya. Stimulus manfaat mengandung nilai-nilai kepentingan untuk
manusia di dalamnya, seperti memperoleh manfaat ekonomi, manfaat obat,
manfaat biologis atau ekologis dan manfaat lainnya. Stimulus religius-rela
mengandung nilai-nilai kebaikan yang di dalamnya mengharap ganjaran dari Sang
Pencipta Alam, nilai spiritual, nilai agama yang universal, pahala, kebahagiaan,
kearifan budaya/tradisional, kepuasan batin dan lainnya.
Tri-Stimulus Amar Konservasi pada awalnya diharapkan menimbulkan 3
sikap konservasi yakni: 1) Cognitive (persepsi, pengetahuan, pengalaman,
pandangan dan keyakinan), 2) Affective (emosi, senang, benci, dendam, sayang,
cinta, dan lain-lain), 3) Overt actions (kecenderungan bertindak). Ketiga sikap
konservasi tersebut, masing-masing diharapkan mengarah pada sikap yang positif
dan akhirnya menuju perilaku pro konservasi, hingga pada akhirnya konservasi
dapat terwujud di dunia nyata karena banyaknya partisipasi dan sikap pro
konservasi dari masyarakat ataupun instansi yang terkait dengan pengelolaan
lingkungan dan sumberdaya alam hayati.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Jeruk Manis, Kecamatan Sikur,
Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Desa ini berbatasan langsung
dengan Resort Kembang Kuning, Taman Nasional Gunung Rinjani. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Maret-April 2012. Lokasi penelitian dapat dilihat pada
Gambar 1.
Gambar 1 Peta lokasi penelitian.
3.2 Alat, Bahan dan Obyek Penelitian
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
a) Perlengkapan wawancara: pulpen, tape recorder, buku saku dan tally sheet
b) Perlengkapan untuk pembuatan herbarium (spesimen): alkohol 70%, benang,
gunting, kantong plastik (trash bag bening), kertas karton, koran, label dan
sprayer
Desa Jeruk Manis
17
c) Kamera untuk pendokumentasian
d) Dokumen atau pustaka yang terkait dengan penelitian
e) Buku identifikasi tumbuhan: Kitab Tumbuhan Obat Nusantara, Tumbuhan
Obat dan Khasiatnya, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Khasiat Buah dan
Sayur serta beberapa buku lainnya
Objek penelitian adalah spesies tumbuhan pangan dan obat yang diketahui dan
digunakan oleh masyarakat serta kearifan tradisional masyarakat Suku Sasak di
Desa Jeruk Manis.
3.3 Jenis Data yang Dikumpulkan
Data dan informasi yang dikumpulkan adalah data yang diperoleh langsung
dari informan/responden. Data dan informasi tersebut meliputi:
a) Karakteristik responden mencakup jenis kelamin, kelompok umur, pendidikan
dan pekerjaan
b) Etnobotani pangan dan obat masyarakat sekitar Taman Nasional Gunung
Rinjani (TNGR) yakni masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis
Terhadap tumbuhan pangan, variabel yang dikaji meliputi
keanekaragaman spesies tumbuhan pangan yang diketahui dan digunakan,
keanekaragaman famili, tipe habitat, status budidaya, bagian yang digunakan,
habitus, cara pengolahan dan pola konsumsi pangan oleh masyarakat.
Adapun kajian tumbuhan obat, variabel yang dikaji meliputi
keanekaragaman spesies tumbuhan obat yang diketahui dan digunakan,
keanekaragaman famili, tipe habitat, status budidaya, kelompok penyakit,
bagian yang digunakan, habitus, bentuk ramuan, cara pengolahan dan cara
pemakaian.
Kajian etnobotani pangan dan obat ini juga mengambil data tentang
kondisi kesehatan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis serta kearifan
tradisional mencakup tradisi-tradisi (upacara/ritual tertentu/kearifan lainnya)
yang menunjang upaya konservasi tumbuhan pangan dan obat.
c) Data dan informasi lainnya adalah kondisi umum lokasi penelitian. Data ini
didapat dari pustaka yang dipelajari dari beberapa dokumen yang mencakup
kondisi Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) dan kondisi Desa Jeruk
18
Manis. Adapun jenis data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian
ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis data dan metode pengumpulan data
No. Jenis data Aspek yang dikaji (data) Sumber data Metode
1 Kondisi
umum lokasi
penelitian
1. Kondisi TNGR
a. Letak
b. Topografi
c. Geologi dan vulkanologi
d. Tanah
e. Iklim
f. Potensi Resort Kembang
Kuning 2. Kondisi Desa Jeruk Manis
a. Letak geografis dan luas
b. Sosial ekonomi masyarakat
c. Budaya masyarakat
d. Tata guna lahan
Balai TNGR,
Kantor Desa
Jeruk Manis
Kajian pustaka,
wawancara
2 Karakteristik
responden
1. Jenis kelamin
2. Kelompok umur
3. Pendidikan
4. Pekerjaan
Warga
masyarakat
Suku Sasak
di Desa Jeruk
Manis
Wawancara
3
Etnobotani pangan dan
obat
1. Tumbuhan pangan a. Keanekaragaman spesies
tumbuhan pangan
b. Famili
c. Tipe habitat
d. Status budidaya
e. Bagian yang digunakan
f. Habitus
g. Cara pengolahan
h. Pola konsumsi pangan
2. Tumbuhan obat
a. Keanekaragaman spesies tumbuhan obat
b. Famili
c. Tipe habitat
d. Status budidaya
e. Kelompok penyakit
f. Bagian yang digunakan
g. Habitus
h. Bentuk ramuan
i. Cara pengolahan
j. Cara pemakaian
3. Kondisi kesehatan masyarakat
4. Kearifan tradisional yang mendukung upaya konservasi
tumbuhan pangan dan obat
5. Sintesis pengembangan
tumbuhan pangan dan obat
potensial
Warga masyarakat
Suku Sasakdi
Desa Jeruk
Manis,
Pengelola
TNGR, literatur
Wawancara survei
lapangan,
pembuatan
herbarium,
kajian pustaka
19
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Wawancara
Menurut Salerno et al. (2005) wawancara adalah teknik pengumpulan data
yang digunakan untuk mendapatkan keterangan lisan melalui percakapan dengan
orang atau responden tentang topik penelitian. Wawancara dilakukan terhadap
responden terpilih sebanyak minimal 30 orang (Sevilla 1993). Wawancara yang
digunakan dalam penelitian ini secara keseluruhan dengan teknik semi terstruktur.
Penerapan teknik wawancara ini dengan memberikan pilihan jawaban pada
beberapa pertanyaan namun juga ada pertanyaan yang tidak disediakan pilihan
jawaban sehingga dapat terlihat keragaman pendapat dalam menjawab setiap
pertanyaan atau diharap responden menjawab sesuai pengetahuan mereka
(Mardalis 2004).
Responden dipilih berdasarkan kombinasi teknik purposive sampling dan
snowball. Metode purposive sampling merupakan salah satu teknik dalam
penentuan sampel (responden) yang didasarkan atas pertimbangan/kriteria tertentu
dari sumber yang dianggap atau diketahui memanfaatkan tumbuhan pangan dan
obat.
Kriteria yang digunakan dalam penentuan responden adalah 1) responden
yang mengetahui dan dapat memberikan informasi tentang pemanfaatan
tumbuhan pangan dan obat misalnya dukun, petani, tokoh masyarakat dan lain-
lain, 2) responden yang menggunakan tumbuhan pangan dan tumbuhan obat, 3)
responden yang mengoleksi tumbuhan pangan dan obat, serta 4) responden yang
menjual atau mengusahakan tumbuhan pangan dan obat. Adapun metode
snowball merupakan metode yang penerapannya dimulai dari informen kunci (key
informan) yang kemudian dapat memberikan petunjuk lebih lanjut tentang adanya
individu lain yang dapat memberikan informasi yang diperlukan dalam penelitian.
Penentuan responden dimulai dari tokoh masyarakat seperti kepala desa atau
dukun yang dianggap mengetahui banyak informasi tentang tumbuhan (key
informan) (Abu & Rabia 2005). Dari keterangan responden tersebut dikumpulkan
calon responden lain sesuai kriteria sebagai persyaratan responden (Nasution
2003). Mereka yang memenuhi salah satu kriteria di atas yang kemudian dipilih
20
sebagai responden. Menurut Sugiyono (2006) teknik penentuan sampel
(responden) dapat disesuaikan dengan kondisi lapangan.
Data wawancara dari setiap spesies tumbuhan yang digunakan adalah
biodata responden, spesies tumbuhan pangan dan tumbuhan obat yang digunakan,
nama lokal, kegunaan, tipe habitat, status budidaya, habitus, bagian yang
digunakan, cara pengolahan serta cara meramunya. Data lainnya adalah bentuk
ramuan tumbuhan obat dan cara pemakaiannya.
3.4.2 Survei lapangan
Survei lapangan bertujuan untuk memverifikasi spesies-spesies tumbuhan
pangan dan tumbuhan obat yang diperoleh dari hasil wawancara dengan warga
masyarakat serta membuat dokumentasi termasuk sampel (herbarium) (Abu &
Rabia 2005).
3.4.3 Pembuatan dan identifikasi contoh herbarium
Herbarium merupakan salah satu cara mengawetkan bagian (baik daun,
bunga, ranting, kuncup, buah atau bagian lainnya) dari satu spesies tumbuhan.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi spesies tertentu yang belum
dikenali/diketahui atau untuk keperluan pengembangan pengetahuan mengenai
spesies tumbuhan tersebut.
Adapun tahapan pembuatan herbarium adalah sebagai berikut:
1. Pengambilan contoh bagian tumbuhan seperti ranting, daun, bunga, biji, buah
untuk dijadikan herbarium
2. Spesimen tumbuhan yang dijadikan herbarium dipotong dengan panjang
sekitar 40 cm
3. Spesimen herbarium tumbuhan diberi label gantung berukuran 3x5 cm. Label
gantung berisi nomor koleksi, inisial nama kolektor, tanggal pengambilan
spesimen, nama lokal spesimen dan lokasi pengambilan spesimen
4. Spesimen herbarium kemudian dirapikan dan dimasukkan ke dalam lipatan
kertas koran
5. Lipatan kertas koran yang berisi spesimen ditumpuk menjadi satu dan
dimasukkan dalam trash bag bening
21
6. Tumpukan spesimen disiram dengan alkohol 70% hingga seluruh bagian
tersiram merata, kemudian trash bag ditutup rapat agar alkohol tidak menguap
7. Setelah sampai di tempat koleksi herbarium, tumpukan herbarium dipres dalam
sasak, kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 700C selama 3 hari
8. Setelah kering, herbarium kemudian diidentifikasi nama ilmiahnya
3.4.4 Kajian pustaka
Selain dari data yang dikumpulkan di atas, juga dilakukan kajian pustaka.
Pustaka ini bersumber dari buku, jurnal, artikel, laporan atau data lainnya yang
sudah ada berhubungan dengan kondisi umum lokasi penelitian di TNGR dan
masyarakat sekitar taman nasional.
3.5 Pengolahan Data dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif
deskriptif dan tabulatif. Berikut rumusan penghitungan persentase famili, status
budidaya, bagian yang digunakan dan habitus tumbuhan pangan dan obat:
a. Persen famili
Persentase famili tertentu= ∑ spesies famili tertentu
∑ spesies semua famili ×100%
b. Persen status budidaya
Persentase status budidaya merupakan bentuk analisis terhadap tumbuhan
pada saat ditemukan. Artinya spesies tersebut merupakan hasil budidaya,
tumbuhan liar atau semi budidaya (sebagian sudah mulai ada yang dibudidayakan,
namun masih ada yang liar).
Persentase status budidaya= ∑ spesies budidaya
∑ total spesies ×100%
c. Persen bagian yang digunakan
Persen bag. yang digunakan =∑ bagian tertentu yang digunakan
∑ total spesies × 100%
22
d. Persen habitus
Persentase habitus tertentu = ∑ spesies habitus tertentu
∑ total spesies × 100%
e. Pembagian penggunaan tumbuhan pangan
Pembagian ini didasarkan atas kegunaan atau kandungan yang terdapat di
dalam tumbuhan, di antaranya karbohidrat, protein (kacang-kacangan), vitamin
dan mineral (buah dan sayur-sayuran), bahan minum, bahan pelengkap (rempah-
rempah/penyedap rasa).
f. Pembagian penggunaan tumbuhan obat
Pengklasifikasian data dilakukan terhadap keragaman kelompok
penyakit/penggunaan tumbuhan obat dengan cara melakukan penyaringan
(screening) terhadap khasiat masing-masing spesies tumbuhan obat berdasarkan
kelompok penyakit/penggunaannya. Menurut Oktaviana (2008) pembagian
berdasarkan kelompok penyakit/penggunaannya tersaji pada Tabel 2.
Tabel 2 Klasifikasi kelompok penyakit/penggunaan dan macam
penyakit/penggunaannya
No. Kelompok
Penyakit/Penggunaan
Macam Penyakit/Penggunaan
1 Gangguan Peredaran Darah
Darah kotor, kanker darah, kurang darah, pembersih darah, penasak, dan penyakit lainnya yang berhubungan
dengan darah
2
Keluarga Berencana
(KB)
Keluarga berencana (KB), membatasi kelahiran,
menjarangi kehamilan, pencegah kehamilan, dan
penggunaan lainnya yang berhubungan dengan KB
3 Penawar Racun Digigit lipan, digigit serangga, keracunan jengkol, keracunan makanan, penawar racun, dan penggunaan
lainnya yang berhubungan dengan keracunan
4 Pengobatan Luka Luka, luka bakar, luka baru, luka memar, luka bernanah,
infeksi luka, dan penggunaan lainnya yang berhubungan
dengan luka
5 Penyakit Diabetes Kencing manis (diabetes), menurunkan kadar gula darah,
sakit gula, dan penyakit lainnya yang berhubungan
dengan penyakit diabetes
6 Penyakit Gangguan Urat
Syaraf
Lemah urat syaraf, susah tidur (insomnia), dan
penggunaan lainnya yang berhubungan dengan gangguan
urat syaraf .7 Penyakit Gigi Gigi rusak, penguat gigi, sakit gigi, dan penggunaan
lainnya yang berhubungan dengan gigi
23
Tabel 2 Klasifikasi kelompok penyakit/penggunaan dan macam
penyakit/penggunaannya (lanjutan)
No. Kelompok
Penyakit/Penggunaan
Macam Penyakit/Penggunaan
8 Penyakit Ginjal Ginjal, sakit ginjal, gagal ginjal, batu ginjal, kencing batu,
dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan ginjal
9 Penyakit Jantung Sakit jantung, stroke, jantung berdebar-debar, tekanan
darah tinggi (hipertensi), tekanan darah tinggi, dan
penggunaan lainnya yang berhubungan dengan jantung.
10 Penyakit Kanker/Tumor Kanker rahim, kanker payudara, tumor rahim, tumor
payudara, dan penggunaan lainnya yang berhubungan
dengan tumor dan kanker.
11 Penyakit Kelamin Beser mani (spermatorea), gatal di sekitar alat kelamin,
impoten, infeksi kelamin, kencing nanah, lemah syahwat (psikoneurosis), rajasinga/sifilis, sakit kelamin, dan
penggunaan lainnya yang berhubungan dengan kelamin
12 Penyakit Khusus Wanita Keputihan, terlambat haid, haid terlalu banyak, tidak
datang haid, dan penggunaan lainnya
13 Penyakit Kulit Koreng, bisul, panu, kadas, kurap, eksim, cacar, campak,
borok, gatal, bengkak, luka bernanah, kudis, kutu air, dan
penggunaan lainnya yang berhubungan dengan kulit.
14 Penyakit Kuning Liver, sakit kuning, heoatitis, penyakit hati, hati bengkak,
dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan
penyakit kuning.
15 Penyakit Malaria Malaria, demam malaria, dan penggunaan lainnya yang
berhubungan dengan penyakit malaria. 16 Penyakit Mata Radang mata, sakit mata, trakoma, rabun senja, dan
penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit
mata
17 Penyakit Mulut Gusi bengkak, gusi berdarah, mulut bau dan mengelupas,
sariawan, dan penggunaan lainnya yang berhubungan
dengan penyakit mulut
18
Penyakit Otot dan
Persendian
Asam urat, bengkak kelenjar, kejang perut, kejang-kejang,
keseleo, nyeri otot, rematik, sakit otot, sakit persendian,
sakit pinggang, terkilir, dan penggunaan lainnya yang
berhubungan dengan otot dan persendian.
19 Penyakit telinga Congek, radang anak telinga, radang telinga, radang telinga tengah (otitis media), sakit telinga, telinga berair,
telinga berdenging, telinga merasa gatal, dan penggunaan
lainnya yang berhubungan dengan telinga.
20 Penyakit Tulang Patah tulang, sakit tulang, dan penggunaan lainnya yang
berhubungan dengan tulang.
21 Penyakit Saluran
Pembuangan
Ambeien, gangguan prostat, kencing darah, keringat
malam, peluruh kencing, peluruh keringat, sakit saluran
kemih, sembelit, susah kencing, wasir, wasir berdarah,
dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan
penyakit saluran pembuangan.
22
Penyakit Saluran
Pencernaan
Maag, kembung, masuk angin, sakit perut, cacingan,
mules, murus, peluruh kentut, karminatif, muntah, diare, mencret,
disentri, sakit usus, kolera, muntaber, berak darah, berak
lendir, usus buntu, dan penggunaan lainnya yang
berhubungan dengan saluran pencernaan.
23 Pernafasan/THT Asma, batuk, flu, influensa, pilek, pilek, sesak nafas, Sakit
tenggorokan, TBC, TBC paru, dan penggunaan lainnya
yang berhubungan dengan saluran pernafasan/THT.
24
Tabel 2 Klasifikasi kelompok penyakit/penggunaan dan macam
penyakit/penggunaannya (lanjutan)
No. Kelompok
Penyakit/Penggunaan
Macam Penyakit/Penggunaan
24 Perawatan Kehamilan
dan Persalinan
Keguguran, perawatan sebelum/sesudah
melahirkan/persalinan, uterine tonic, penyubur
kandungan, susu bengkak, ASI, dan penggunaan lainnya
yang berhubungan dengan kehamilan dan melahirkan
25 Perawatan Organ Tubuh
Wanita
Kegemukan, memperbesar payudara, mengencangkan
vagina, pelangsing, peluruh lemak, dan penggunaan
lainnya yang berhubungan dengan perawatan organ tubuh
wanita.
26 Perawatan Rambut,
Muka, Kulit
Penyubur rambut, penghalus kulit, menghilangkan
ketombe, perawatan muka, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan rambut, muka dan kulit.
27
Sakit Kepala dan Demam
Sakit kepala, pusing, pening, demam, demam pada anak-
anak, demam pada orang dewasa, demam menggigil,
penurun panas, dan penggunaan lainnya yang
berhubungan dengan sakit kepala dan demam.
28 Tonikum Obat kuat, tonik, tonikum, penambah nafsu makan,
kurang nafsu makan, meningkatkan enzim pencernaan,
patah selera, astringen/pengelat, dan penggunaan lainnya
yang berhubungan dengan tonikum.
29 Lain-lain Limpa bengkak, beri-beri, sakit kuku, sakit sabun, obat
tidur, obat gosok, penenang, dan penggunaan lainnya
yang tidak tercantum di atas
Sumber: Oktaviana (2008)
BAB IV
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Kondisi Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR)
Buklet tentang Sekilas Taman Nasional Gunung Rinjani 2011 menjelaskan
gambaran Taman Nasional Gunung Rinjani berikut ini.
4.1.1 Letak
Secara geografis TNGR terletak antara 116°21’30”-116º34’15” bujur timur
dan 8°18’18”-8º32’19” lintang selatan. Secara administratif TNGR berada di tiga
kabupaten yaitu Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Lombok Tengah dan
Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
4.1.2 Topografi
Kawasan TNGR merupakan daerah yang bergunung-gunung dengan
ketinggian beranekaragam antara 500 m dpl sampai 3.726 m dpl sedangkan
kelerengannya mulai sedang (0-< 25%), curam (25-40%), dan sangat curam
(> 40%). Luas masing-masing kelas lereng tersebut berturut-turut adalah 16.678
Ha, 15.882 Ha dan 7.645 Ha. Daerah yang relatif landai terdapat di bagian selatan
dan timur laut, terletak pada ketinggian 1.800-2.000 m dpl yaitu kaki Gunung
Rinjani. Puncak tertinggi terdapat di Gunung Rinjani (3.726 m dpl).
Gunung-gunung lain yang berdekatan letaknya dengan Gunung Rinjani
adalah Gunung Baru (2.376 m dpl), Gunung Sangkareang (2.914 m dpl), Gunung
Buang Mangge (2.895 m dpl), Gunung Kondo dan Gunung Manuk. Di antara
gunung-gunung tersebut dipisahkan oleh lembah yang luas dan jurang yang dalam
dengan kelerengan yang terjal dan berbatu. Di lembah sebelah barat Gunung
Rinjani terdapat Danau Segara Anak (2.100 m dpl) yang airnya berbau belerang
dengan suhu yang berbeda satu tempat dengan tempat lainnya, mulai dari dingin,
sedang, hangat sampai panas. Gunung Baru mempunyai keistimewaan tersendiri
karena gunung tersebut seakan-akan muncul dari tengah-tengah Danau Segara
Anak.
26
4.1.3 Geologi, tanah dan hidrologi
Dilihat dari sebaran geologi kawasan komplek hutan Gunung Rinjani lebih
didominasi oleh bahan vulkanis dengan klasifikasi tanah pembentuk yang
dominan yaitu andosol okrik dengan bahan induk abu dan pasir volkan (pada
bagian utara dan selatan) kemudian regosol eutrik dan litosol dengan bahan induk
abu dan pasir volkan (sekitar Danau Segara Anak dan Gunung Baru), andosol
okrik (abu dan pasir volkan sebagai bahan induk) di bagian selatan dan timur laut
batas kawasan taman nasional serta tanah litosol dan mediteran morik di bagian
barat daya dan tenggara batas kawasan.
Berdasarkan peta tanah tinjau tahun 1976 disajikan bahwa jenis tanah yang
ada di Pulau Lombok terdiri dari 26 jenis yang dikelompokkan menjadi 6
kelompok yaitu tanah aluvial, tanah regosol, tanah gromosol, tanah mediterant,
tanah litosol dan tanah branforest. Secara ekologis komposisi vegetasi pada
kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani dan hutan di sekitarnya mempunyai
arti yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan tata air di Pulau Lombok,
hal ini dimungkinkan karena hutan Gunung Rinjani mencakup wilayah yang
sangat luas dan merupakan daerah resapan air bagi wilayah-wilayah di sekitarnya,
tercatat lebih dari 85 mata air berasal dari Gunung Rinjani yang ditandai dengan
adanya pengelolaan daerah aliran sungai. terdapat 10 lokasi daerah aliran sungai
dan 5 lokasi sub daerah aliran sungai.
Beberapa lokasi DAS dengan sumber air utama dari Gunung Rinjani yaitu :
DAS Lekok Amor-amor, DAS Lekok Perla, DAS Lekok Putih, DAS Jurit, DAS
Gerengengan, DAS Lekok Kangan, DAS Terutuk, DAS Lekok Reak, DAS
Monongge, serta Sub DAS Kokoq Belek, Sub DAS Segara Anak, Sub DAS
Lenek (DAS Dodokan), Sub DAS Jaga dan Sub DAS Teratak (DAS Dodokan).
4.1.4 Iklim
Secara umum daerah kawasan TNGR mempunyai iklim tropis. Curah hujan
berkisar antara 1.750-2.000 mm di bagian barat laut, utara, timur laut dan tenggara
kawasan serta di bagian utara hingga barat daya Danau Segara Anak dengan curah
hujan berkisar antara 2.000-2.500 mm dan sebagian kecil dengan curah hujan
1.500-1.750 mm. Curah hujan tersebut bervariasi menurut ketinggian dan letak
27
geografis. Kecenderungannya adalah semakin tinggi letak dari permukaan laut
maka semakin besar curah hujannya dan daerah pantai utara serta timur relatif
lebih kering dibanding daerah pantai barat dan selatan. Perbedaan curah hujan
antara satu tempat dengan tempat lainnya bisa sangat tinggi, yaitu dari 700 mm di
daerah timur yang paling kering sampai melebihi 3.500 mm di daerah sekitar
Gunung Rinjani.
Menurut Schmidt dan Ferguson, TNGR termasuk tipe iklim C dan D di
sebelah barat dan tenggara dan tipe iklim E di sebelah timur laut, sedangkan
menurut Oldeman TNGR ini termasuk tipe iklim D3 dan D4. D3 dengan 3-4
bulan basah, 4-6 bulan kering untuk di sebelah barat daya, tipe iklim D4 dengan
3-4 bulan basah dan 6 bulan kering terjadi di bagian utara dan timur. Musim hujan
biasanya terjadi antara bulan November sampai Maret (musim muson barat laut).
Jika tiap kenaikan 100 m diikuti dengan penurunan suhu terbesar 0,5ºC, maka
temperatur di puncak Gunung Rinjani berkisar 1°-11º C terutama jika musim
kemarau dan bertiup angin yang kencang.
4.1.5 Potensi flora dan fauna Resort Kembang Kuning
Potensi Resort Kembang Kuning, TNGR sangat kaya akan keanekaragaman
hayati flora dan fauna. Beberapa spesies flora yang ditemukan di kawasan TNGR
Resort Kembang Kuning mulai tingkat semai sampai tingkat pohon yaitu lemokek
(Ficus fistulosa), iluh-iluh (Saurauia pendula), jukut (Eugenia claviflora),
kekosok (Ardisia javanica), rerangkong (Dichroa febrifuga), jelateng (Laporstea
stimulans), sesonggak (Melastoma malabaricum), lelopok (Beilshmiedia sp.),
dedurenan (Neonauclea calycina), bajur (Pterosperum javanicum), cemara
(Casuarina equisetifolia) dan beringin (Ficus benjamina).
Adapun fauna yang ditemukan di Resort Kembang Kuning, beberapa di
antaranya adalah rusa timur (Rusa timorensis floresiensis), kijang (Muntiacus
muntjak), babi hutan (Sus scrofa), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis),
lutung (Tracyphitecus auratus cristatus), musang rinjani (Paradoxurus
hermaphroditus rhindjanicus), leleko/congkok (Felis bengalensis javanensis),
landak (Hystrix javanica) serta jenis burung seperti koakiau (Philemon buceroides
neglectus) dan kacamata wallacea (Zosterops wallacea).
28
4.2 Kondisi Desa Jeruk Manis
Selayang Pandang Desa Jeruk Manis 2011 menjelaskan gambaran Desa
Jeruk Manis berikut ini.
4.2.1 Letak geografis dan luas
Secara administratif Desa Jeruk Manis berada di Kecamatan Sikur,
Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Desa ini memiliki luas wilayah
256,66 Ha. Desa Jeruk Manis terbagi dalam 4 dusun yaitu Kebun Baru, Barang
Panas, Gawah Buak dan Erat Tangge Mayung.
Desa Jeruk Manis ditetapkan sebagai desa persiapan sejak 10 November
2010 dan baru definitif sejak tanggal 9 November 2011. Desa Jeruk Manis
merupakan pemekaran dari Desa Kembang Kuning. Adapun batas-batas
administrasi Desa Jeruk Manis sebagai berikut:
Sebelah Utara : Resort Kembang Kuning, Taman Nasional Gunung Rinjani
Sebelah Selatan : Desa Kembang Kuning
Sebelah Timur : Desa Jurit
Sebelah Barat : Desa Tete Batu
4.2.2 Sosial ekonomi masyarakat
Pada bulan Februari tahun 2012 jumlah penduduk secara keseluruhan di
Desa Jeruk Manis sekitar 2033 jiwa dengan jumlah laki-laki 991 jiwa dan
perempuan 1042 jiwa. Dilihat dari tingkat pendidikan, umumnya masyarakat di
desa ini memiliki pendidikan yang relatif rendah. Hanya 7 orang yang mencapai
jenjang perguruan tinggi, 2 orang lulusan diploma serta lainnya mengaku pernah
mengenyam bangku sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP) atau
sekolah menengah atas (SMA). Sekalipun demikian dari sekian banyak
masyarakat yang ada di desa ini, tingkat pendidikan SD jauh lebih dominan,
itupun rata-rata tidak sampai menamatkan jenjang sekolah dasar (SD).
Sarana pendidikan di desa ini masih relatif minim. Terdapat hanya dua
sekolah dasar (SD) dan satu sekolah menengah pertama (SMP) yang berada di
Dusun Gawah Buak.
Selain sarana pendidikan yang minim, sarana kesehatan pun belum ada di
desa ini. Masyarakat yang sakit setidaknya harus menuju desa induk yakni di Desa
29
Kembang Kuning untuk mendapatkan pelayanan kesehatan atau di Desa Kota
Raja yang memiliki prasarana puskesmas.
Berdasarkan pekerjaan atau mata pencaharian, umumnya masyarakat di
Desa Jeruk Manis berprofesi sebagai petani dan peternak sapi, ayam dan bebek.
Masyarakat mengaku bahwa penghasilan yang diperoleh setiap harinya tidaklah
tentu. Hanya saja saat bekerja sebagai buruh tani di sawah, meraka mendapatkan
upah senilai Rp. 20.000/hari.
Beragam komoditi hasil pertanian warga masyarakat di desa ini. Tidak
hanya padi atau jagung namun juga masyarakat menanam tanaman buah di
antaranya kelapa, pisang, alpukat, nangka, rambutan, durian, manggis dan buah-
buahan lainnya. Apotek hidup seperti jahe, kencur, kunyit, lengkuas dan lain-lain
serta sayur-sayuran seperti kacang tanah, kacang panjang, komak, cabe, tomat dan
beberapa sayuran lainnya.
Interaksi masyarakat sekitar di Desa Jeruk Manis terhadap kawasan hutan
Resort Kembang Kuning, Taman Nasional Gunung Rinjani relatif tinggi.
Kebanyakan dari warga yang memasuki kawasan hutan merupakan warga yang
ingin mengambil pakis, kayu bakar atau mereka yang bekerja sebagai peternak
dengan mengambil rumput di dalam kawasan taman nasional.
Masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis adalah masyarakat yang
homogen. Keseluruhan warga di desa ini merupakan penduduk asli Pulau Lombok
bahkan asli dari desa tersebut (Suku Sasak). Tidak ditemukan warga pendatang
dari suku lainnya yang menetap di desa ini kecuali sesekali mereka yang berjualan
dan datang berwisata ke air terjun Jeruk Manis. Walaupun masyarakatnya relatif
homogen, masyarakat di Desa Jeruk Manis yang merupakan bagian dari Suku
Sasak, saat ini tidak begitu kental menjalankan adat/tradisi Suku Sasak. Berbeda
halnya dengan yang berlangsung di Desa Bayan atau Desa Adat Senaru. Hanya
tradisi-tradisi tertentu seperti prosesi nikah, bercocok tanam dan panen padi, serta
kearifan menghargai alam (hutan) yang saat ini masih ada dan dijalankan oleh
warga masyarakat di Desa Jeruk Manis. Keseluruhan warga masyarakat beragama
Islam.
Mobilitas warga di desa ini cukup tinggi, walaupun aksesibilitas jalan pada
beberapa lokasi masih banyak yang rusak. Bahkan pada beberapa penemuan jalan
30
yang dilewati warga masih berupa tanah liat yang barang tentu akan sangat susah
dilewati pada saat musim hujan tiba. Tidak kurang dari 12 km jarak yang harus
ditempuh warga setiap harinya bila ingin mencapai ibukota kecamatan yang
berada di Sikur. Jarak ini dapat ditempuh sekitar 0,5 jam dengan menggunakan
kendaraan bermotor. Biasanya masyarakat yang hilir mudik keluar desa adalah
masyarakat yang mencari rezeki di luar seperti menjual hasil panen atau sekedar
pergi berbelanja ke pasar untuk kebutuhan rumah tangga.
4.2.3 Budaya masyarakat
Penduduk asli yang mendiami Pulau Lombok adalah Suku Sasak, tidak
terkecuali masyarakat yang tinggal di desa-desa sekitar TNGR, seperti Desa
Jeruk Manis yang menjadi lokasi penelitian ini. Kata “Sasak” secara etimilogis
menurut Dr. Goris S. berasal dari kata “Sah” yang berarti pergi dan “Shaka” yang
berarti leluhur. Berarti pergi ke tanah leluhur orang Sasak (Lombok). Dari
etimologis ini di duga leluhur orang Sasak adalah orang Jawa. Terbukti pula dari
tulisan Sasak yang oleh penduduk Lombok disebut Jejawan, yakni aksara Jawa
yang selengkapnya diresepsi oleh kesusastraan Sasak (Aloevera 2011).
Mayoritas Suku Sasak beragama Islam, namun demikian dalam
kenyataannya pengaruh Islam juga berakulturasi dengan kepercayaan lokal
sehingga terbentuk aliran seperti wektu telu, jika dianalogikan seperti abangan di
Jawa. Pada saat ini keberadaan wektu telu sudah kurang mendapat tempat karena
tidak sesuai dengan syariat Islam. Pengaruh Islam yang kuat menggeser
kekuasaan Hindu di Pulau Lombok, hingga saat ini dapat dilihat keberadaannya
hanya di bagian barat Pulau Lombok saja khususnya di Kota Mataram.
Agama Islam yang dianut mayoritas Suku Sasak berdasarkan sejarahnya
berasal dari Jawa pada masa kerajaan Islam Demak abad ke 16. Konon agama
Islam disebarkan oleh Sunan Prapen, sehingga budaya masyarakat tidak lepas
dengan budaya Islam seperti peringatan maulid nabi, lebaran topat, selamatan, dan
perkawinan yang melebur menjadi satu dalam suatu akulturasi budaya.
Bagi masyarakat yang tinggal di sekitar Gunung Rinjani, kehidupan mereka
tidak lepas dari hutan. Di hutan mereka mencari buah-buahan, kayu untuk bahan
bangunan, kayu bakar, rumput pakan ternak dan berburu satwa liar, khususnya di
kawasan TNGR (Pramesthi 2008).
31
4.2.4 Tata guna lahan
Penataan lahan sangat penting untuk mempercepat konstruksi
pembangunan. Sebagian besar pemanfaatan lahan di Desa Jeruk Manis adalah
untuk area pusat desa, persawahan, pemukiman, perkebunan, pekarangan, kuburan
dan prasarana umum lainnya. Dari total luas desa yakni 256,66 Ha, pembagian
tersebut terdiri dari kantor desa 0,32 Ha, persawahan 160,67 Ha, pemukiman 9
Ha, perkebunan 75,49 Ha, pekarangan 6 Ha, kuburan 3 Ha dan prasarana umum
lainnya seluas 2,18 Ha (Tabel 3). Berikut diuraikan tentang tata guna lahan di
Desa Jeruk Manis.
Tabel 3 Tata guna lahan berdasarkan luasnya
No. Penggunaan lahan Luas (Ha)
1. Sawah 160,67
2. Kebun 75,49
3. Pemukiman 9
4. Pekarangan 6
5. Kuburan 3
6. Kantor 0,32
7. Prasarana lain 2,18
a. Area pusat Desa Jeruk Manis
Pusat kegiatan desa berada di Dusun Kebun Baru sebagai pusat pelayanan
pemerintahan desa. Pada area pusat Desa Jeruk Manis terdapat beberapa fasilitas
umum, yaitu:
1. Kantor desa
2. MCK umum
3. Sarana biogas dari kotoran ternak sapi
b. Areal persawahan
Persawahan berada menyebar merata di desa ini. Umumnya keberdaan
sawah berada di pinggir desa yang berbatasan langsung dengan desa lainnya.
Sawah juga bertempat pada lokasi-lokasi aliran air seperti sungai dan lain-lain.
Keseluruhan lahan persawahan ini digarap dengan sistem irigasi ½ teknis.
32
c. Areal pemukiman
Area perumahan dikembangkan dan diprioritaskan pada areal pemukiman
lama dan untuk pembangunan rumah baru diarahkan pada areal yang masih
kosong.
d. Areal perkebunan
Areal perkebunan di Desa Jeruk Manis umumnya tidak begitu jauh dari
sawah, bahkan kadang berdampingan. Namun beberapa kebun lebih dekat dengan
pemukiman bahkan terkadang pada beberapa warga lokasi kebunnya berada di
sebelah rumah atau di belakang rumahnya. Sektor perkebunan, di Desa Jeruk
Manis dapat dikembangkan kebun seperti coklat, pisang, pinang, kelapa,
tembakau atau dapat juga mengembangkan kebun campuran (tumpang sari) pada
lokasi yang sama.
e. Areal pekarangan
Bagian depan halaman atau pekarangan rumah di Desa Jeruk Manis
umumya ditanami dengan spesies tumbuhan pangan seperti sayuran dan buah.
Terkadang terdapat juga warga yang menempatkan tumbuhan hias. Selain untuk
penggunaan di atas, beberapa dari pekarangan warga khususnya dibagian
belakang rumah juga sering ditemukan kandang sapi atau ternak lainnya.
Masyarakat umumnya memelihara ternak tidak jauh dari rumah bahkan
pekarangan juga dijadikan tempat untuk memelihara ternak. Hal ini dilakukan
untuk memudahkan pemeliharaan serta pengawasan terhadap ternak tersebut.
f. Kuburan
Kuburan hanya digunakan sebagai tempat pemakaman warga yang
meninggal dunia. Kuburan ini bertempat di Dusun Kebun Baru dan berada di
pinggir desa.
g. Prasarana umum lainnya
Prasarana umum lainnya adalah lapangan olahraga dan bangunan sekolah.
Lapangan olahraga bertempat pada node yang menghubungkan 3 dusun yakni
Kebun Baru, Gawah Buak dan Erat Tangge Mayung. Sementara itu bangunan
sekolah berada di Dusun Kebun Baru (SD) dan Gawah Buak (SMP).
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden
5.1.1 Jenis kelamin
Hasil wawancara terhadap 32 responden di Desa Jeruk Manis menunjukkan
bahwa responden berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan
perempuan. Jumlah responden laki-laki sebanyak 23 orang (72%) dan jumlah
responden perempuan sebanyak 9 orang (28%) (Gambar 2). Jumlah responden
laki-laki lebih dominan karena laki-laki di desa ini lebih banyak berperan dalam
mencari, menyediakan serta meramu tumbuhan menjadi minyak oles yang
dipercaya dapat mengobati berbagai macam penyakit. Dua orang belian (dukun)
sebagai responden kunci (key informan) yang mengetahui banyak informasi
tentang pemanfaatan tumbuhan juga berjenis kelamin laki-laki.
Gambar 2 Persentase responden berdasarkan jenis kelamin.
Pembagian tugas dan kewajiban pada dasarnya tidak dipengaruhi oleh
perbedaan jenis kelamin. Hanya saja konstruksi di dalam kehidupan masyarakat
luas sejak dahulu menyatakan bahwa laki-laki identik dengan pekerjaan yang
membutuhkan kekuatan fisik sedangkan pekerjaan yang memerlukan ketelitian
dan ketekunan lebih banyak dikerjakan oleh perempuan.
Laki-laki dan perempuan sama-sama berperan dalam mengerjakan kegiatan
masing-masing. Bahkan dari bukti empiris, perempuan di Desa Jeruk Manis pun
turut membantu laki-laki dalam upaya pemenuhan kebutuhan atau meningkatkan
pendapatan keluarganya. Perempuan turut serta membantu laki-laki dalam
Laki-laki
72%
Perempuan
28%
34
memanen padi (Gambar 3a), berladang, atau mencari pakis di hutan (Gambar 3b).
Kegiatan ini dilakukan tanpa mengenyampingkan kewajiban perempuan sebagai
ibu rumah tangga.
(a) (b)
Gambar 3 Perempuan turut membantu laki-laki dalam meningkatkan pendapatan
keluarga: (a) membantu memanen padi; (b) mengambil pakis.
Kegiatan yang dilakukan untuk membantu perekonomian keluarga seperti
ditunjukkan pada Gambar 3 menjadi rutinitas setiap hari perempuan di Desa Jeruk
Manis, tanpa menganggapnya sebagai beban berat. Perempuan juga mencangkul,
merumput, menanam, mencari kayu bakar, menjadi buruh tani dan kegiatan
bertani lainnya sebagai rasa tanggung jawab pada keluarga. Hal tersebut
dijelaskan oleh Sajogyo (1987) bahwa beban kerja bagi perempuan pedesaan
seringkali tidak terlalu dipermasalahkan dan tidak dianggap beban melainkan
sebagai hobi dan didorong rasa tanggung jawab pada keluarga.
Rasa tanggung jawab yang dimaksud adalah perempuan di Desa Jeruk
Manis merasa terpanggil untuk membantu ekonomi keluarga. Keberadaan desa
yang berada di pinggir hutan dangan penghasilan masyarakat yang masih
marjinal, dari kegiatan bertani (mencangkul dan menanam), berladang, mencari
kayu bakar, mengambil pakis di hutan untuk lauk atau dijual, serta kegiatan
lainnya, perempuan dapat turut meningkatkan pendapatan keluarga mereka atau
setidaknya mengurangi biaya ketika memperkerjakan orang lain.
Peran serta perempuan dalam berbagai hal juga menandakan bahwa tidak
ada batasan bagi setiap masyarakat di Desa Jeruk Manis untuk beraktivitas atau
mengerjakan hal-hal tertentu. Akses perempuan memasuki kawasan hutan yang
dianggap keramat dan angker, menjadi pertanda bahwa pemanfaatan sumberdaya
35
hutan tidak hanya dapat dilakukan oleh laki-laki namun juga perempuan. Baik
laki-laki maupun perempuan, keduanya saling bahu membahu bekerja pada taraf
kemampuannya untuk menopang ekonomi keluarga.
5.1.2 Kelompok umur
Pengetahuan dan pemanfaatan tumbuhan, terutama untuk kebutuhan pangan
dan obat-obatan di Desa Jeruk Manis sudah diketahui sejak zaman dahulu yang
diwarisi dari nenek moyang atau orang tua mereka. Hal ini terlihat dari hasil
wawancara yang menunjukkan keberagaman umur responden, mulai dari umur 18
tahun hingga yang tertua umur 82 tahun (Gambar 4).
Gambar 4 Jumlah responden berdasarkan kelompok umur.
Responden dengan kelompok umur 40-49 tahun lebih banyak dari pada
kelompok umur lainnya yakni sebanyak 10 responden. Data ini tidak jauh berbeda
dengan kelompok umur 60 tahun ke atas yakni 9 responden (kelompok umur tua).
Jumlah yang relatif sama ini menunjukkan bahwa ada transfer ilmu pengetahuan
atau kearifan tradisional dari kelompok umur tua (orang tua) kepada anak atau
kelompok umur di bawahnya. Beragamnya kelompok umur ini juga menunjukkan
bahwa masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki regenerasi yang
diharapkan pun dapat menurunkan kearifan tradisional dalam pemanfaatan
tumbuhan pangan dan obat kepada generasi selanjutnya.
Bukti empiris menunjukkan bahwa mereka yang tergolong dalam kelompok
umur lebih dari 60 tahun, masih aktif bekerja seperti bertani di sawah ataupun
mengerjakan kegiatan lainnya sendiri, tanpa menyusahkan orang lain.
2
6
10
5
9
0
2
4
6
8
10
12
<30 thn 30-39 thn 40-49 thn 50-59 thn ≥ 60 thn
Ju
mla
h (o
ra
ng
)
Kelompok umur (tahun)
36
Produktivitas usia tua atau usia jompo, tidak dapat dilepaskan dari gaya hidup dan
kebiasaan pola konsumsi mereka yang tidak mengandung bahan pengawet, lemak
dan manis, kebiasaan lebih banyak mengkonsumsi buah dan sayuran serta
rutinitas di pagi hari sebelum beraktivitas mengkonsumsi secangkir kopi bubuk.
Minuman kopi mengandung kafein. Menurut Hardinsyah (2008), kafein
sering digunakan sebagai perangsang kerja jantung dan meningkatkan produksi
urin. Dalam dosis yang rendah, kafein dapat berfungsi sebagai bahan pembangkit
stamina dan penghilang rasa sakit. Kandungan kopi inilah yang kemudian menjadi
perangsang bagi masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis termasuk kelompok
umur tua untuk tetap semangat bekerja sehari-hari.
Tidak ada batasan spesifik dalam kebudayaan atau kebiasaan masyarakat
Desa Jeruk Manis mengenai usia produktif dan non produktif karena batasan-
batasan ekonomis atas usia seringkali tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan.
Sebagai ilustrasi, seorang anak berumur 10 tahun di Desa Jeruk Manis ternyata
telah bekerja dan secara ekonomis terlibat dalam sistem-sistem produksi seperti
mengambil pakis di hutan yang kemudian mereka jual atau seorang nenek
berumur lebih dari 70 tahun juga masih terlibat dalam kegiatan yang sama
(Gambar 5). Dengan kata lain, nenek tersebut masih menjalankan perilaku
ekonomis meski keadaan biologisnya dikatakan non produktif lagi.
Gambar 5 Seorang nenek menjual pakis yang diambilnya dari kawasan hutan
Resort Kembang Kuning, TNGR.
5.1.3 Pendidikan
Tingkat pendidikan responden di Desa Jeruk Manis umumnya rendah.
Sebagian besar responden tidak pernah mengenyam pendidikan formal atau hanya
37
sampai pada tingkat pendidikan sekolah dasar (SD), itu pun tidak sampai selesai.
Teridentifikasi masing-masing 37% (12 orang) responden tidak pernah sekolah
dan hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar SD, sedangkan sisanya sebanyak
4 orang (13%) lulus sekolah menengah atas (SMA) dan masing-masing sebanyak
2 orang (6%) yang pernah mengenyam pendidikan sekolah menengah pertama
(SMP) dan mencapai jenjang perguruan tinggi (Sarjana).
Rendahnya tingkat pendidikan tersebut disebabkan oleh minimnya sarana
pendidikan dan lokasi pemukiman di Desa Jeruk Manis yang berada jauh dari
pusat kota. Jarak tempuh desa ini dengan pusat kecamatan mencapai 12 km
dengan kondisi jalan yang sebagian rusak parah. Kondisi ini menyebabkan
masyarakat khususnya anak-anak kesulitan untuk mengikuti proses pendidikan.
Pada saat responden mengenyam pendidikan dasar, sekolah dasar inpres
hanya terdapat di Desa Kembang Kuning dan Desa Kota Raja dengan jarak
tempuh mencapai ± 8 km, sehingga tidaklah mudah untuk dijangkau dengan
hanya berjalan kaki. Sampai saat ini sarana pendidikan yang telah dibangun di
Desa Jeruk Manis adalah dua bangunan SD dan satu bangunan SMP di Dusun
Gawah Buak. Komposisi tingkat pendidikan responden berikut tersaji pada
Gambar 6.
Gambar 6 Komposisi tingkat pendidikan responden.
Keberadaan ekonomi keluarga juga menjadi faktor pembatas responden di
Desa Jeruk Manis untuk dapat terus melanjutkan pendidikannya. Hanya mereka
yang memiliki perekonomian mapan yang mampu menyekolahkan anaknya
2
12
4
2
12
0
2
4
6
8
10
12
14
Sarjana SD SMA SMP/MTS Tidak
Sekolah
Ju
mla
h r
esp
on
den
Tingkat pendidikan
38
sampai pada jenjang perguruan tinggi. Rendahnya tingkat pendidikan juga
disebabkan oleh masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya
pendidikan. Budaya berladang masyarakat yang lokasinya jauh dari pemukiman
juga menyulitkan proses peningkatan pendidikan bagi anak-anaknya karena anak-
anak tersebut sejak kecil sudah dilibatkan dalam kegiatan berladang. Setidaknya
inilah beberapa faktor yang memperkuat kondisi tingkat pendidikan di desa ini
yang masih rendah.
Kondisi pendidikan responden di Desa Jeruk Manis, tidak berpengaruh
besar terhadap pengetahuan dan penggunaan tumbuhan sebagai bahan pangan dan
obat tradisional. Hal ini karena dasar utama dalam pemenuhan kebutuhan akan
pangan dan obat-obatan tersebut didasarkan pada kebiasaan atau kearifan
tradisional masyarakat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka.
5.1.4 Pekerjaan
Mata pencaharian utama responden di Desa Jeruk Manis adalah bertani dan
berternak. Kegiatan bertani merupakan kebutuhan hidup bagi masyarakat di Desa
Jeruk Manis. Mereka memenuhi kebutuhan akan beras yang merupakan makanan
pokok masyarakat, bukan dari hasil membeli melainkan mengusahakannya sendiri
dengan cara bertani. Warisan nenek moyang berupa lahan dipergunakan secara
turun temurun untuk bertani. Beberapa di antaranya juga dijadikan sebagai ladang
atau kebun yang ditanami tumbuhan pangan seperti kopi, kelapa, mangga,
manggis dan tumbuhan lainnya.
Adapun kebiasaan berternak juga tidak bisa dilepaskan dari kehidupan
masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis. Masyarakat di desa ini biasa
memelihara ternak seperti sapi, ayam dan bebek. Kegiatan berternak dianggap
tidak menyusahkan dan dapat berjalan beriringan dengan kegiatan bertani. Ternak
sapi yang dipelihara dipergunakan untuk membantu membajak sawah juga limbah
(kotorannya) dimanfaatkan sebagai pupuk organik.
Setiap pagi hari umumnya responden berangkat menyabit rumput untuk
pakan ternak. Rumput-rumput tersebut ada yang berasal dari dalam kawasan hutan
Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), ada juga yang berasal dari pinggiran
hutan, pinggir kebun atau di sekitar sawah masyarakat. Sepulang menyabit
39
rumput, responden yang berprofesi sebagai petani pergi ke sawah atau berladang
sampai dengan sore hari.
Alasan lainnya yang menyebabkan responden di Desa Jeruk Manis
memelihara ternak khususnya sapi karena kesadaran mereka bahwa hasil panen
tidak dapat selalu diandalkan dan tidak dapat dipanen setiap saat, sementara itu
kebutuhan ekonomi terkadang tidak bisa diduga-duga. Terkadang mereka
dihadapkan pada keadaan atau persoalan yang membuat mereka harus
mengeluarkan uang tunai pada saat itu juga, seperti anak yang sakit atau hal tak
terduga lainnya. Ternak yang dipelihara ini, menjadi aset yang dapat dijual kapan
pun untuk memenuhi kebutuhan mendesak tersebut. Terhitung satu ekor sapi
dewasa dapat laku terjual berkisar Rp. 3.000.000,- – Rp. 5.000.000,- tergantung
pada kondisi sapi saat dijual.
Selain bertani dan berternak, mata pencaharian lain responden adalah
sebagai PNS (pegawai kantor desa), wiraswasta (pedagang), penjaga rumah,
pekasih (petugas pengatur air sawah penduduk) dan menjadi belian (dukun).
Penghasilan yang diperoleh dari beberapa profesi ini juga beragam dan cenderung
tidak tentu. Responden yang bekerja sebagai pekasih dan belian mengaku hanya
diupah dengan barang, hasil kebun atau hasil panen berupa gabah dan itu
tergantung pada keikhlasan pemberi. Gambar 7 berikut ini menunjukkan
komposisi pekerjaan responden.
Gambar 7 Komposisi pekerjaan atau mata pencaharian responden.
3
8
2
16
1
1
3
2
0 5 10 15 20
Buru Tani
Ibu Rumah Tangga
Belian (Dukun)
Tani dan Tenak
Tani, Pekasih (Pengatur Air)
Tani, Penjaga Rumah (Vila)
Wiraswasta
PNS
Jumlah responden
Pek
erja
an
ata
u m
ata
pen
ca
ha
ria
n
40
5.2 Tumbuhan Pangan
5.2.1 Keanekaragaman spesies
Keanekaragaman spesies tumbuhan pangan dan obat yang diketahui dan
digunakan oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis mencapai 215
spesies dari 72 famili. Spesies tumbuhan tersebut meliputi spesies liar, spesies
semi budidaya (sebagian sudah mulai ada yang dibudidayakan, namun masih ada
yang liar) dan tanaman budidaya.
Tumbuhan yang digunakan untuk bahan pangan teridentifikasi sebanyak
136 spesies dari 53 famili (Lampiran 1). Sebagian besar spesies tumbuhan yang
digunakan oleh masyarakat untuk pangan dan obat masih berupa tumbuhan liar.
Beberapa spesies yang biasa digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari juga
telah dibudidayakan dengan ditanam di kebun dan di sekitar pemukiman atau
pekarangan rumah. Tumbuhan semi budidaya merupakan tumbuhan yang oleh
sebagian warga masyarakat dianggap penting untuk menunjang kesehatan atau
sebagai sumber pangan tambahan sehingga ada yang dibudidayakan namun juga
beberapa ditemukan tumbuh liar di berbagai tempat. Pengetahuan dan penggunaan
tumbuhan berdasarkan status budidaya (liar, semi budidaya dan budidaya) tersaji
pada Gambar 8.
Gambar 8 Pengetahuan dan penggunaan tumbuhan berdasarkan status
budidaya.
Selain berfungsi sebagai pangan, ternyata beberapa tumbuhan pangan yang
yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis, juga berkhasiat
42%
52%
6%
Budidaya
Liar
Semi Budidaya
41
obat. Istilah ini lebih dikenal dengan sebutan pangan fungsional. Artinya bahan
pangan yang dikonsumsi bukan saja mempunyai komposisi gizi yang baik serta
penampilan dan cita rasanya menarik, tetapi juga memiliki fungsi fisiologis
tertentu bagi tubuh seperti mengobati penyakit-penyakit tertentu.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) menjelaskan, sebagaimana
yang diatur dalam Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI
No. HK 00.05.52.0685 Tentang Ketentuan Pokok Pengawasan Pangan
Fungsional, yang dimaksud dengan pangan fungsional adalah pangan olahan yang
mengandung satu atau lebih komponen fungsional yang berdasarkan kajian ilmiah
mempunyai fungsi fisiologis tertentu, terbukti tidak membahayakan dan
bermanfaat bagi kesehatan. Terdapat sebanyak 77 spesies tumbuhan pangan
fungsional yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat Suku Sasak di Desa
Jeruk Manis (Gambar 9). Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari 50% tumbuhan
pangan yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat Suku Sasak di desa ini,
selain untuk memenuhi kebutuhan pangan, juga berkhasiat obat yang dapat
mengobati berbagai macam penyakit. Daftar rinci tumbuhan pangan fungsional
tersaji pada Lampiran 2.
Gambar 9 Jumlah tumbuhan yang diketahui dan dimanfaatkan sebagai bahan
pangan dan obat tradisional.
Tumbuhan Obat Tumbuhan Pangan
59
spesies
77
spesies
79
spesies
Tumbuhan Pangan Fungsional
42
5.2.2 Keanekaragaman famili
Keanekaragaman tumbuhan pangan berdasarkan familinya dikelompokkan
ke dalam 53 famili. Gambar 10 menunjukkan bahwa urutan teratas jumlah spesies
berdasarkan famili adalah famili Fabaceae dengan jumlah 11 spesies.
Gambar 10 Jumlah spesies tumbuhan pangan berdasarkan famili.
Beberapa spesies dari famili Fabaceae seperti antap (Vigna sinensis), bage
(Tamarindus indica), botor (Psophocarpus tetragonolobus), buncis (Phaseolus
vulgaris), kacang tana` (Arachis hypogea), kedelai (Glycine max), ketujur
(Sesbania grandiflora) dan komak (Lablab purpureus) merupakan bahan pangan
yang digunakan sebagai sayur dan ditemukan cukup melimpah. Spesies dari famili
Fabaceae ini khususnya antap, botor, buncis dan komak merupakan spesies yang
telah dibudidayakan oleh masyarakat.
Masyarakat di Desa Jeruk Manis membudidayakan sayur-sayuran untuk
pemenuhan kebutuhan hidup atau kebutuhan rumah tangga sendiri. Warga
masyarakat menanam sayur-sayuran tersebut di pekarangan rumah, kebun atau
ladang. Bahkan sisa pematang sawah pun sering digunakan sebagai lahan
menanam sayuran (Gambar 11).
0 2 4 6 8 10 12
Araceae
Arecaceae
Cucurbitaceae
Euphorbiaceae
Fabaceae
Moraceae
Myrtaceae
Poaceae
Rubiaceae
Rutaceae
Solanaceae
Zingiberaceae
4
5
7
6
11
5
6
5
4
5
6
9
Jumlah spesies
Fam
ili
43
(a) (b)
Gambar 11 Sayur yang ditanam di pematang sawah: (a) antap (Vigna sinensis);
(b) botor (Psophocarpus tetragonolobus).
Dominasi spesies dari famili Fabaceae (polong-polongan) yang
dikembangkan dan ditanam oleh masyarakat di Desa Jeruk Manis karena kondisi
lingkungan wilayah ini. Menurut Wisnu et al. (2004), wilayah Desa Jeruk Manis
yang dulunya berada pada administrasi Desa Kembang Kuning masuk dalam
kategori agroekosistem lahan kering, terletak di daerah pinggiran hutan dengan
sistem pertanian berbasis perkebunan.
Soil Survey Staffs (1998), mendefinisikan lahan kering sebagai hamparan
lahan yang tidak pernah tergenang atau digenangi air selama periode sebagian
besar waktu dalam setahun. Hal ini juga dipertegas oleh Suwardji dan Tejowulan
(2002) yang mendefinisikan lahan kering sebagai hamparan lahan yang
didayagunakan tanpa penggenangan air, baik secara permanen maupun musiman
dengan sumber air berupa hujan atau air irigasi. Dengan kata lain struktur tanah,
siklus air, karbon dan hara, kurang menunjang bagi kualitas tanah yang baik
(tingkat kesuburan tanah rendah).
Penanaman spesies polong-polongan (famili Fabaceae) yang dapat
bersimbiosis dengan bakteri nitrogen yakni Rhizobium leguminosarum, maka
akan terjadi penambahan nitrogen yang dapat menambah kesuburan tanah. Bakteri
ini hidup dalam akar membentuk nodul atau bintil-bintil akar. Bintil-bintil akar
melepaskan senyawa nitrogen organik ke dalam tanah tempat tanaman polong
44
hidup. Senyawa nitrogen inilah yang dapat menambah kesuburan tanah
(Simanungkalit et al. 2006).
Kearifan tradisional masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis dalam hal
pemilihan spesies polong-polongan, menunjukkan bahwa sekalipun hal yang
mereka kerjakan tidaklah berlandas pada ilmu pengetahuan yang ilmiah, namun
kearifan tradisional tersebut telah membuktikan bahwa apa yang dikerjakan dapat
berhasil dan menjadi pekerjaan sampai dengan saat ini. Kebiasaan masyarakat di
Desa Jeruk Manis dengan menanam spesies polong-polongan ternyata telah
meningkatkan kesuburan tanah setempat.
Spesies lain yang banyak ditanam dan dipelihara oleh masyarakat di Desa
Jeruk Manis adalah spesies dari famili Zingiberaceae. Beberapa spesies dari famili
ini adalah jahe (Zingiber officinale), kunci (Gastrochilus panduratum), kunyit
(Curcuma domestica), kunyit asa (Curcuma xanthorrhiza), lengkuas/laos (Alpinia
galanga) dan sekur (Kaempferia galanga). Hal ini seperti yang dikemukakan oleh
Rostiana et al. (1992) bahwa temulawak, jahe, lengkuas, kencur dan kunyit
merupakan spesies yang telah memasyarakat pembudidayaannya dan banyak
digunakan. Spesies dari famili ini oleh masyarakat di Desa Jeruk Manis digunakan
sebagai bahan penyedap, perasa atau bumbu masak juga obat tradisional.
Spesies-spesies dari famili Zingiberaceae ini sering menjadi campuran
ramuan pada beberapa jenis penyakit. Salah satu spesies tersebut adalah sekur
(Kaempferia galanga) (Gambar 12). Sekur atau kencur ini digunakan sebagai
campuran (komplementer) untuk mengobati penyakit seperti sariawan, sakit
perut, batuk, panas bahkan kanker.
Gambar 12 Sekur (Kaempferia galanga).
45
Famili terbanyak ketiga yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat
Suku Sasak di Desa Jeruk Manis adalah famili Cucurbitaceae. Beberapa spesies
dari famili yang dikenal sebagai suku labu-labuan ini di antaranya adalah
bokar/sondak (Lagenaria leucantha), jebet/jepan (Sechium edule), pria
(Momordica charantia) dan wolu (Cucurbita moschata). Spesies-spesies ini lebih
banyak digunakan sebagai sayur mayur.
5.2.3 Keanekaragaman tipe habitat
Tumbuhan pangan yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat Suku
Sasak di Desa Jeruk Manis berasal dari berbagai tipe habitat, seperti hutan, kebun,
kolam ikan, lapangan bola, pekarangan, pingir jalan dan pinggir kali hingga di
sawah. Komposisi tumbuhan pangan berdasarkan tipe habitat tersaji dalam
Gambar 13 berikut ini.
Gambar 13 Komposisi tumbuhan pangan berdasarkan tipe habitat.
Penemuan tipe habitat atau lokasi tempat tumbuh paling banyak terdapat di
kebun. Hal ini dapat dijelaskan bahwa sebagian besar spesies yang diketahui dan
digunakan tersebut adalah spesies yang sebenarnya telah dibudidayakan di kebun.
Seperti data status budidaya spesies tumbuhan pangan yang diketahui dan
digunakan oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis yang menunjukkan
bahwa spesies budidaya lebih banyak dari pada spesies liar ataupun spesies semi
0 20 40 60 80 100
Hutan
Kebun
Kolam ikan
Lapangan bola
Pekarangan
Pinggir jalan
Pinggir kali
Sawah
64
91
2
1
59
10
9
25
Jumlah spesies
Tip
e h
ab
ita
t
46
budidaya (sebagian sudah mulai ada yang dibudidayakan, namun masih ada yang
liar) (Gambar 14).
Gambar 14 Pengetahuan dan penggunaan tumbuhan pangan berdasarkan status
budidaya.
Pada beberapa spesies tertentu, lokasi tempat tumbuh/tipe habitat yang
ditemukan tidak hanya berada pada satu tipe, tetapi bisa jadi pada beberapa tipe.
Salah satu spesies yang dapat ditemukan melimpah, bahkan tumbuh hampir di
seluruh tipe habitat adalah bebele (Centella asiatica) (Gambar 15a). Kondisi ini
seperti yang diungkapkan Dharmono (2007) bahwa Centella asiatica merupakan
tumbuhan liar yang banyak tumbuh di perkebunan, ladang, tepi jalan, maupun
kebun. Oleh warga masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis, spesies ini
digunakan sebagai tumbuhan pangan dan juga obat tradisional.
Bebele (Centella asiatica) sebagai tumbuhan pangan lebih banyak
digunakan sebagai sayuran. Penggunaan paling sederhana dari tumbuhan ini
adalah menjadi lalapan atau diolah dengan cara direbus dan dijadikan urap.
Biasanya bebele tumbuh dan berkembang dengan cara merayap di tanah dengan
daerah sebaran dekat dengan sumber air.
Spesies yang ditemukan di kebun, selain merupakan hasil budidaya, ternyata
terdapat spesies liar. Spesies tersebut adalah umbe atau omba (Piper umbellatum)
(Gambar 15b). Umbe atau omba merupakan tumbuhan liar hutan yang kadang
juga tumbuh di kebun. Warga masyarakat menjadikan spesies ini sebagai sayur.
Biasanya umbe atau omba dapat tumbuh pada tempat-tempat yang lembab atau
dekat dengan sumber air.
57%
35%
8%
Budidaya
Liar
Semi Budidaya
47
(a) (b)
Gambar 15 Tumbuhan liar: (a) bebele (Centella asiatica); (b) umbe atau omba
(Piper umbellatum).
5.2.4 Bagian yang digunakan
Bagian tumbuhan pangan yang digunakan oleh masyarakat Suku Sasak di
Desa Jeruk Manis terbagi dalam 10 bagian. Bagian tumbuhan pangan yang paling
banyak digunakan adalah buah (54%). Salah satu spesies liar hutan yang
digunakan buahnya adalah terep (Artocarpus elasticus). Buah terep serupa dengan
buah nangka kecil, dengan bau wangi yang kuat. Biasanya buah terep dimakan
dalam keadaan segar atau diolah sebagai kue. Taman Nasional Gunung Rinjani
(TNGR) memasukkan terep sebagai spesies eksotik taman nasional (Gambar 16).
Artinya bahwa spesies ini bukan merupakan spesies asli kawasan hutan Taman
Nasional Gunung Rinjani (TNGR), melainkan hasil introduksi dari tempat
lainnya.
Gambar 16 Spesies eksotik TNGR: terep ((Artocarpus elasticus).
48
Bagian lainnya dari tumbuhan pangan yang juga digunakan oleh masyarakat
Suku Sasak di Desa Jeruk Manis adalah daun (17%), umbi (8%),
rimpang/rhizoma (6%), seluruh bagian tumbuhan/herba (5%), batang (4%), umbut
(3%) dan sisanya masing-masing 1% yakni bunga, kulit batang dan tunas.
Selengkapnya jumlah spesies dan persentase tumbuhan pangan berdasarkan
bagian yang digunakan ditunjukkan oleh Tabel 4.
Tabel 4 Jumlah spesies dan persentase bagian tumbuhan pangan yang digunakan
No. Bagian Tumbuhan Pangan yang Digunakan Jumlah (spesies) Persentase (%)
1 Batang 6 4
2 Buah 80 54
3 Bunga 2 1
4 Daun 25 17
5 Kulit Batang 2 1
6 Rimpang/Rhizoma 8 6
7 Seluruh Bagian Tumbuhan (herba) 8 5
8 Tunas 1 1
9 Umbi 11 8
10 Umbut 4 3
Jumlah 147 100
Spesies lainnya yang juga berasal dari hutan dan digunakan buahnya adalah
blincang (Begonia sp.) (Gambar 17). Karena rasanya yang asam, tumbuhan ini
sering digunakan sebagai bumbu masak pengganti bage (asam). Tidak hanya
buahnya, blincang ini juga digunakan bagian batangnya.
(a) (b)
Gambar 17 Blincang: (a) Begonia isoptera; (b) Begonia grandis.
49
Beberapa spesies tumbuhan pangan yang digunakan bagian daunnya oleh
masyarakat di Desa Jeruk Manis, umumnya digunakan untuk memenuhi
kebutuhan sayur mayur. Dominasi terbanyak dari spesies yang digunakan
daunnya ini merupakan spesies liar yang salah satunya tumbuh dan berasal dari
kawasan hutan Resort Kembang Kuning, TNGR. Beberapa spesies tersebut di
antaranya adalah jaong (Rorippa indica), jukut hutan (Syzygium sp.), kayu pelina
(Ardisia lanceolata) (Gambar 18a), ketepu (Ophiorrhiza neglecta) (Gambar 18b)
dan banyut (Tricalysia singularis).
(a) (b)
Gambar 18 Spesies tumbuhan pangan hutan yang digunakan bagian daunnya: (a)
kayu pelina (Ardisia lanceolata); (b) ketepu (Ophiorrhiza neglecta).
5.2.5 Keanekaragaman habitus
Spesies tumbuhan pangan dibagi dalam 7 kelompok habitus yaitu
epifit/benalu, herba, liana, pakis-pakisan, perdu, pohon dan semak. Jumlah spesies
dan persentase tumbuhan pangan berdasarkan habitusnya terdapat pada Tabel 5.
Tabel 5 Jumlah spesies dan persentase tumbuhan pangan berdasarkan habitusnya
No. Habitus Tumbuhan Pangan Jumlah (spesies) Persentase (%)
1 Efipit/benalu 2 2
2 Herba 40 29
3 Liana 20 15
4 Pakis-pakisan 1 1
5 Perdu 25 18
6 Pohon 40 29
7 Semak 8 6
Jumlah 136 100
50
Habitus dengan jumlah spesies terbanyak adalah pohon dan herba yakni
sama-sama 40 spesies atau 29% dari total tumbuhan pangan yakni 136 spesies.
Beberapa spesies tumbuhan pangan yang berhabitus pohon adalah gumitri
(Elaeocarpus sp.), kayu manis (Cinnamomum burmannii), cengkeh (Syzygium
aromaticum), nangka (Artocarpus heterophyllus), pokat (Persea americana),
durian (Durio zibethinus), randu (Ceiba Pentandra) dan lekong (Aleurites
moluccana).
Spesies-spesies berhabitus pohon di atas merupakan spesies yang berada di
hutan. Bahkan oleh Taman Nasional Gunung Rinjani memasukkan nangka
(Artocarpus heterophyllus), pokat (Persea americana), durian (Durio zibethinus),
randu (Ceiba Pentandra) dan lokong (Aleurites moluccana) sebagai spesies-
spesies eksotik kawasan hutan Resort Kembang Kuning, TNGR.
Habitus yang memiliki jumlah spesies paling sedikit adalah pakis-pakisan (1
spesies). Spesies tersebut adalah pakis/paku bele atau paku manis (Diplazium
esculentum).
5.2.6 Sumber karbohidrat
Padi merupakan makanan pokok dan sumber karbohidrat utama masyarakat
Suku Sasak di Desa Jeruk Manis yang diperoleh dari mata pencaharian mereka
yaitu bertani. Pemenuhan kebutuhan akan karbohidrat lainnya selain padi (Oryza
sativa) terdapat pada Tabel 6 berikut ini.
Tabel 6 Pemenuhan kebutuhan karbohidrat selain padi (Oryza sativa)
No. Spesies Tipe habitat
1. Ambon gula (Ipomoea batatas) hutan, Kebun, Pinggir jalan (semi budidaya)
2. Ambon jawa (Manihot utilisima) kebun, pekarangan (budidaya)
3. Biraq (Alocasia 'Portora') hutan, kebun, pekarangan (semi budidaya)
4. Gadung (Dioscorea hispida) hutan, kebun (semi budidaya)
5. Jagung (Zea mays) kebun (budidaya)
6. Loma` (Xanthosoma violaceum) kebun, pekarangan, pinggir kali (semi budidaya)
7. Marus (Maranta arundinacea) pinggir kali (liar)
8. Tongei (Schismatoglottis rupestris) hutan, kebun (liar)
51
Padi yang sering ditanam oleh masyarakat di desa ini terbagi dalam empat
varietas. Keempat varietas tersebut biasa dikenal oleh masyarakat setempat
dengan nama padi bulu, padi gama, padi merah dan padi kombo. Hasil panen padi
biasanya tidak dijual oleh masyarakat melainkan disimpan untuk memenuhi
kebutuhan beras sampai dengan tiba masa panen selanjutnya. Hasil panen yang
disimpan tersebut tidak dalam bentuk beras langsung melainkan gabah kering. Hal
ini dilakukan agar beras yang dimakan tetap bagus dan tidak rusak.
Biasanya masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis menyimpan gabah di
suatu tempat semacam lumbung padi yang diberi nama “pantek bale” (Gambar
19). Struktur bangunan yang menyerupai saung ini berbahan dasar kayu. Bagian
yang digunakan sebagai tempat menyimpan gabah adalah bagian atas. Sementara
bagian bawahnya menjadi tempat peristirahatan atau sekedar untuk duduk dan
bercengkerama dengan keluarga.
Gambar 19 Pantek bale.
Proses pengolahan ambon gula, ambon jawa, biraq, gadung, jagung, loma`,
marus dan tongei dilakukan dengan cara direbus, dikukus atau dibakar. Dalam
pengolahan biraq ada sedikit perbedaan dengan sumber karbohidrat lainnya. Umbi
dari tumbuhan ini tidak sembarangan dapat langsung diolah karena bila salah akan
menimbulkan rasa gatal bagi orang yang memakannya. Kearifan tradisional atau
kebiasaan orang tua terdahulu dalam mengolah tumbuhan ini, menjadi
pengalaman berharga yang tidak ternilai harganya.
52
Biraq yang digunakan umbinya, saat akan diambil atau dipotong
menggunakan parang harus mengikuti arah bawah ke atas. Artinya ayunan parang
yang digunakan harus mengarah ke atas, bukan ke bawah. Kepercayaan ini ada
kaitannya dengan mitos bahwa arahan parang dari bawah ke atas, dapat
menghilangkan rasa gatal tumbuhan ini. Mereka mempercayai seiring dengan
tebasan parang tersebut yang diarahkan ke atas, maka rasa gatal pada tumbuhan
pun ikut pergi atau hilang.
Umbi biraq yang telah diambil juga dikupas lebih tebal dan direndam
beberapa saat agar rasa gatal tersebut semakin hilang. Kebiasaan seperti ini sudah
menjadi cerita dan sering dilakukan oleh beberapa masyarakat yang
mempercayainya ketika akan mengambil atau mengkonsumsi biraq.
Selain biraq, gadung yang dikonsumsi oleh masyarakat di Desa Jeruk Manis
ini tidak serta merta langsung dapat direbus. Diperlukan perlakuan khusus terlebih
dahulu karena bila salah pengolahannya dapat membuat orang yang memakannya
menjadi pusing atau keracunan. Menurut Kardinan (2002), kandungan yang
terdapat dalam umbi gadung adalah kandungan alkaloid yang dapat menimbulkan
rasa pusing, mual, bahkan dapat menyebabkan kematian.
Cara yang biasa dilakukan oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis
untuk menghilangkan efek tersebut dengan cara umbi gadung yang telah dikupas,
diiris kecil-kecil kemudian direndam dalam air yang telah dibuburi garam. Dalam
masa perendaman tersebut, gadung diinjak menggunakan lutut kaki. Hal ini
berlangsung selama satu hari. Setelah melewati semua proses tersebut, keesokan
harinya barulah gadung dicuci kembali (bilas) dengan air bersih dan direbus.
Tujuan perendaman adalah untuk menghilangkan zat beracun dalam gadung.
5.2.7 Sumber protein
Sumber protein masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis umumnya
berasal dari tumbuhan polong-polongan seperti antap (Vigna sinensis), bage
(Tamarindus indica), botor (Psophocarpus tetragonolobus), buncis (Phaseolus
vulgaris), kacang tana` (Arachis hypogea), kedelai (Glycine max), ketujur
(Sesbania grandiflora) dan komak (Lablab purpureus). Sumber protein
masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis tersaji pada Tabel 7 berikut ini.
53
Tabel 7 Sumber protein masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis
No. Spesies Tipe habitat
1. Antap (Vigna sinensis) kebun, pekarangan, sawah (budidaya)
2. Bage (Tamarindus indica) kebun (budidaya)
3. Botor (Psophocarpus tetragonolobus) kebun, pekarangan, sawah (budidaya)
4. Buncis (Phaseolus vulgaris) kebun, sawah (budidaya)
5. Kacang tana` (Arachis hypogea) kebun (budidaya)
6. Kedelai (Glycine max) kebun (budidaya)
7. Ketujur (Sesbania grandiflora) kebun, pekarangan, sawah (budidaya)
8. Komak (Lablab purpureus) kebun, pekarangan, sawah (budidaya)
Protein berfungsi sebagai zat gizi/nutrien yang mutlak dibutuhkan untuk
pertumbuhan. Asupan protein baik hewani maupun nabati sehari-hari dapat
digunakan untuk menyusun jaringan baru guna mengganti jaringan yang telah
rusak dan mati serta untuk menyusun enzim dan hormon yang dibutuhkan. Hal
ini seperti yang dikemukakan McGregor (2003), “When your body breaks down
damaged cells, the nutrients are reused within the body. This protein is available
for cells being rebuilt. Only small amounts of protein are needed for formations of
hormones, enzymes and antibodies”, bahwa ketika sel dalam tubuh dalam keadaan
rusak, protein memiliki kemampuan untuk membangun jaringan sel yang rusak
tersebut juga untuk formasi hormon, enzim dan antibodi.
Menurut Koswara (2010) kacang-kacangan (polong-polongan) mempunyai
keistimewaan yaitu berharga murah, berprotein tinggi, kandungan lemak pada
umumnya baik untuk kesehatan dan mengandung berbagai mineral dalam jumlah
yang cukup banyak. Menurutnya kacang-kacangan (polong-polongan)
memberikan sekitar 135 kkal per 100 gram bagian yang dapat dimakan. Jika
mengkonsumsi kacang-kacangan (polong-polongan) sebanyak 100 gram (1 ons),
maka jumlah itu akan mencukupi sekitar 20% kebutuhan protein dan 20%
kebutuhan serat per hari.
Tumbuhan pangan lainnya yang memiliki kandungan protein nabati di
antaranya adalah jamur-jamuran, rotan dan beberapa varietas talas atau keladi.
Spesies-spesies tersebut merupakan tumbuhan liar yang dominasinya ditemukan
di hutan khususnya di kawasan hutan Resort Kembang Kuning, TNGR.
54
5.2.8 Sumber vitamin dan mineral
Vitamin dan mineral adalah zat gizi yang mutlak dibutuhkan oleh tubuh
manusia. Kebutuhan akan vitamin dan mineral oleh warga masyarakat yang
tinggal di Desa Jeruk Manis berasal buah-buahan dan sayur-sayuran.
Melimpahnya buah dan sayur, baik liar maupun hasil budidaya membuat
masyarakat di desa ini terbiasa mengkonsumsi buah dan sayur-sayuran setiap
harinya. Menurut Dalimartha dan Adrian (2011) asupan vitamin dan mineral dapat
terpenuhi dari konsumsi buah dan sayur.
Vitamin dan mineral kadang-kadang disebut bahan gizi mikro. Vitamin dan
mineral dibutuhkan untuk mendukung kinerja sistem metabolisme tubuh (Putri
2012). Tubuh manusia hanya membutuhkan bahan gizi mikro dalam jumlah
sedikit, untuk mendukung reaksi kimia yang diperlukan oleh sel agar dapat hidup.
Manusia memperoleh vitamin dan mineral ini dari makanan atau suplemen,
karena tubuh manusia tidak mampu membuatnya. Berikut ini akan lebih
dijelaskan tentang tumbuhan penghasil buah-buahan dan sayur-sayuran sebagai
sumber vitamin dan mineral warga masyarakat di Desa Jeruk Manis.
5.2.8.1 Penghasil buah-buahan
Tumbuhan di kawasan hutan Resort Kembang Kuning, TNGR banyak
menyimpan hasil hutan non kayu berupa buah-buahan. Beberapa buah-buahan liar
di kawasan hutan tersebut pun menjadi konsumsi masyarakat di Desa Jeruk
Manis. Beberapa buah yang digunakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk
Manis untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral tersaji pada Tabel 8
berikut ini.
Tabel 8 Tumbuhan pangan buah yang digunakan oleh warga masyarakat di Desa
Jeruk Manis* No. Spesies Tipe habitat
1. Durian (Durio zibethinus) hutan, kebun, pekarangan (budidaya)
2. Gumitri (Elaeocarpus sp.) hutan (liar)
3. Klekes udang (Syzygium sp.) hutan (liar)
4. Nangka (Artocarpus heterophyllus) hutan, kebun, pekarangan (budidaya)
5. Nyambu batu (Psidium guajava) hutan, kebun, pekarangan (budidaya)
6. Pokat (Persea americana) hutan, kebun, pekarangan, sawah (budidaya)
*Catatan: Buah selengkapnya tersaji pada Lampiran 3
55
Buah durian (Durio zibethinus), nangka (Artocarpus heterophyllus),
nyambu batu (Psidium guajava) dan pokat (Persea americana) cukup dominan
ditemukan. Dominannya buah-buahan ini tidak terlepas dari sejarah masa lalu
yakni krisis multi dimensi yang terjadi pada tahun 1998.
Krisis ini dirasakan oleh masyarakat pinggiran hutan sekitar Taman
Nasional Gunung Rinjani. Salah satunya masyarakat di Desa Jeruk Manis.
Berawal dari permasalahan inilah kemudian Departemen Kehutanan memberikan
kebijaksanaan kepada masyarakat di sekitar kawasan TNGR dalam membantu
menangani krisis ekonominya, masyarakat diperbolehkan mengelola jalur hijau
selebar 20 m dari batas luar kawasan dengan menanam tanaman buah-buahan
seperti mangga, durian, alpukat, nangka, jambu dan kepundung.
Buah-buahan yang disebut di atas selain berada di hutan juga di kebun. Pada
saat musim panen tiba, beberapa warga memperoleh untung besar dari penjualan
durian dan manggis yang mereka tanam. Sepanjang jalan menuju kantor Resort
Kembang Kuning, TNGR durian dan manggis melimpah ditemukan.
Kebanyakan dari pemilik kebun menjual durian dan manggisnya pada saat
masih di pohon. Sistem ini dikenal oleh masyarakat di Desa Jeruk Manis dengan
sebutan “lolo”. Artinya total buah yang ada dalam satu pohon tersebut dinilai satu
lolo. Satu lolo pohon durian (Gambar 20) atau manggis dapat laku terjual jutaan
rupiah, tergantung pada produktifitas buah dan hasil negosiasi dengan pembeli.
Gambar 20 Durian (Durio zibethinus): buah dari hutan yang dijual dengan
sistem lolo.
56
Sebelum masa panen tiba, pohon durian dan manggis di Desa Jeruk Manis
ini biasanya telah laku terjual, atau dengan kata lain dipesan lebih dulu oleh para
tengkulak. Tengkulak ini berasal dari berbagai daerah. Tidak hanya dari sekitar
Lombok Timur namun ada juga yang berasal dari Kota Mataram. Biasanya warga
masyarakat di desa ini memiliki langganan setiap musim panennya, sehingga
mereka tidak perlu khawatir hasil panennya tidak laku.
Buah lainnya yang banyak dibudidayakan oleh warga masyarakat di Desa
Jeruk Manis adalah pisang (Musa spp.). Masyarakat di Desa ini gemar
mengkonsumsi buah pisang. Hal ini terlihat dari beragamnya varietas pisang yang
ditanam oleh warga. Setidaknya ada 9 spesies pisang atau dalam bahasa lokalnya
punti yang ditanam oleh masyarakat di Desa Jeruk Manis. Mulai dari punti
tembaga, punti ketip, punti kredi, punti lumut, punti gedang, punti mas, punti raja,
punti birah dan punti susu. Serupa dengan buah durian dan manggis, selain untuk
dikonsumsi sendiri, hasil dari panen pisang ini pun dijual ke tengkulak atau ke
pasar.
Beberapa dari buah-buahan yang dikonsumsi warga masyarakat Suku Sasak
di Desa Jeruk Manis mempunyai fungsi sekunder sebagai sayur-sayuran, di
antaranya adalah buah dan pucuk daun gedang (Carica papaya), jantung pisang
“kosong” (Musa spp.) dan nangka muda (Artocarpus heterophyllus). Sayur-
sayuran tersebut dapat diolah secara langsung menjadi masakan, terutama
disantan (kla santan).
5.2.8.2 Penghasil sayur-sayuran
Sayur-sayuran yang dikonsumsi oleh warga masyarakat di Desa Jeruk
Manis pada umumnya telah dibudidayakan dengan ditanam di kebun atau di
pekarangan rumah. Selain itu, di antara sayur-sayuran tersebut terdapat juga yang
masih tumbuh liar terutama di kawasan hutan Resort Kembang Kuning, TNGR.
Beberapa spesies sayur-sayuran yang digunakan oleh warga masyarakat Suku
Sasak di Desa Jeruk Manis untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral
tersaji pada Tabel 9 berikut ini.
57
Tabel 9 Tumbuhan pangan sayur yang digunakan oleh warga masyarakat di Desa
Jeruk Manis* No. Spesies Tipe habitat
1. Bilong (Solanum retroflexum) pekarangan, pinggir jalan, sawah (liar)
2. Emat (Daemonorops sp.) hutan (liar)
3. Jamur ekor (Pleurotus ostreatus) hutan (liar)
4. Jamur kuping (Auricularia auricula-judae) hutan, kebun (liar)
5. Pakis (Diplazium esculentum) hutan, pinggir kali (liar)
6. Pepao (Emilia sonchifolia) hutan, kebun, pinggir jalan, sawah (liar)
*Catatan: Sayuran selengkapnya tersaji pada Lampiran 4
Pakis/paku bele (Diplazium esculentum) merupakan tumbuhan pangan
potensial yang dapat dikembangkan. Spesies ini cukup melimpah dan setiap
harinya diburu oleh masyarakat di Desa Jeruk Manis. Mulai dari orang tua,
dewasa, remaja, bahkan anak kecil, laki-laki ataupun perempuan sering terlihat
hiruk pikuk memasuki kawasan hutan Resort Kembang Kuning, TNGR hanya
untuk mencari pakis (Gambar 21).
Gambar 21 Warga masyarakat yang mengambil pakis.
Tingginya antusiasme masyarakat Desa Jeruk Manis, memasuki kawasan
hutan untuk mencari pakis, bukan tanpa alasan. Pola konsumsi warga yang
terbiasa mengkonsumsi pakis merupakan alasan utamanya. Mereka menganggap
58
bahwa pakis merupakan sayur yang manis. Hal ini pula kemudian yang menjadi
penyebab pakis ini juga dinamai pakis manis oleh masyarakat setempat.
Menurut Cakradinata (2006), pakis merupakan salah satu potensi hasil hutan
non kayu yang cukup besar dan sampai saat ini belum tersentuh oleh teknologi
seperti dalam bentuk pengolahan atau pengemasannya karena tumbuhan ini tidak
tahan disimpan lama, maksimal hanya 24 jam. Pakis merupakan salah satu bahan
pokok makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat Pulau Lombok bahkan
sampai ke Pulau Sumbawa.
Tingginya tingkat permintaan akan pakis juga membuat beberapa warga
menjadikan komoditi ini sebagai sumber pendapatan finansial. Dari hasil
wawancara, beberapa warga masyarakat menjual pakis dengan harga
Rp. 1.000/ikat. Harga ini dikenakan untuk jumlah sekitar 20-25 batang pakis
dalam satu ikatan. Masyarakat pun menuturukan bahwa dalam satu hari mereka
dapat mendapatkan penghasilan sebesar rata-rata Rp. 20.000,- dari hasil mencari
pakis. Dalam perhitungan kasar, bila pengambilan pakis tersebut rutin dilakukan
setiap harinya selama satu bulan penuh maka terhitung setidaknya terdapat Rp.
600.000,- uang yang diperoleh dari hutan untuk satu komoditi yakni pakis.
Adapun sayur-sayuran yang dikonsumsi oleh masyarakat Suku Sasak di
Desa Jeruk Manis, di antaranya juga terdapat sayuran yang jarang dikonsumsi
yaitu jamur dan rotan atau emat (Gambar 22).
(a) (b)
Gambar 22 Spesies tumbuhan pangan yang jarang dikonsumsi: (a) jamur ekor
(Pleurotus ostreatus); (b) rotan atau emat (Daemonorops sp.).
59
Penyebab jamur jarang dikonsumsi warga adalah keberadaan jamur yang
tidak dapat diperoleh setiap saat. Pada musim-musim tertentu jamur tidak dapat
tumbuh. Biasanya pada musim-musim kering atau kemarau produksi jamur relatif
kecil dan bahkan tidak tumbuh. Hal ini seperti yang disampaikan Istuti dan
Nurbana (2006) bahwa terdapat syarat-syarat tertentu yang menjadi faktor utama
dalam pertumbuhan dan perkembangan jamur ekor (jamur tiram). Salah satunya
adalah suhu untuk pertumbuhan miselium berkisar antara 200C-30
0C dan
kelembapan 80%-85% (tidak terkena pancaran sinar matahari langsung).
Faktor yang menyebabkan rotan atau emat jarang dikonsusmi karena
ketersediaannya di alam. Keberadaan rotan di kawasan hutan Resort Kembang
Kuning, TNGR banyak ditemukan pada tanah yang miring sehingga menyusahkan
warga untuk mengambilnya. Menurut Kalima (2008), secara ekologis rotan
tumbuh dengan subur di berbagai tempat, terutama di daerah yang lembab seperti
pinggiran sungai. Selain itu penyebab rotan sehingga jarang dikonsumsi ialah cara
pengolahannya yang sulit. Rotan yang oleh masyarakat digunakan bagian
umbutnya (batang muda), tentu tidak mudah diambil karena batang rotan berduri.
5.2.9 Bahan minum
Beberapa spesies tumbuhan juga digunakan untuk bahan minuman. Adapun
spesies tumbuhan yang digunakan untuk bahan minuman oleh warga masyarakat
Suku Sasak di Desa Jeruk Manis, tersaji pada Tabel 10 berikut ini.
Tabel 10 Spesies tumbuhan yang digunakan untuk bahan minuman oleh warga
masyarakat di Desa Jeruk Manis
No. Spesies Tipe habitat
1. Aren (Arenga pinnata) kebun, pekarangan (budidaya)
2. Kayu sepang (Caesalpinia sappan) hutan (liar)
3. Kedelai (Glycine max) kebun (budidaya)
4. Kopi (Coffea robusta) hutan, kebun, pekarangan (budidaya)
5. Tetandan ginantrum (Uncaria gambir) hutan (liar)
Tetandan ginantrum (Uncaria gambir) biasa digunakan sebagai pengganti
sumber air saat berada di hutan. Dalam kawasan TNGR sumber mata air tidak
dapat ditemukan di setiap tempat, ataupun ada kadang lokasinya sangat sulit
60
dijangkau. Cara penggunaan tetandan ginantrum adalah batang liana tumbuhan ini
yang masih terlihat basah dipotong menyilang (diagonal) pada kedua sisi, setelah
itu batang yang telah terpotong, diarahkan secara vertikal tepat berada di atas
mulut (Gambar 23).
Gambar 23 Cara penggunaan tetandan ginantrum (Uncaria gambir).
Spesies lainnya yang digunakan sebagai bahan minum adalah kayu sepang
(Gambar 24). Spesies ini biasa digunakan oleh masyarakat Desa Jeruk Manis,
sebagai sirup karena kulit batangnya dapat memberikan warna merah pekat ketika
direbus dengan air putih. Tingkat kepekatan warna tersebut tergantung pada
jumlah kulit batang yang dimasukkan ke dalam rebusan air. Bila semakin pekat
warna yang diinginkan, maka jumlah kulit batang kayu sepang yang dimasukkan
juga harus semakin banyak.
(a) (b)
Gambar 24 Kayu sepang (Caesalpinia sappan): (a) kulit batang; (b) hasil olahan
berupa sirup.
61
Bahan minuman lainnya adalah kopi dan kedelai. Kedua spesies ini telah
dibudidayakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis. Biasanya kopi dan
kedelai diolah terlebih dahulu dengan cara disangrai menggunakan wajan. Setelah
itu ditumbuk sehingga menjadi serbuk halus. Keduanya diminum dengan cara
diseduh dengan air panas.
Kopi merupakan minuman wajib bagi setiap keluarga di Desa Jeruk Manis.
Hampir di setiap rumah menyiapkan minuman ini sebagai suguhan utama mereka
kepada tamu yang datang. Kebiasaan mengkonsumsi kopi juga terbentuk dari
sugesti mereka bahwa kopi sebagai penyemangat kerja. Sehari tidak
mengkonsumsi kopi maka mulut terasa sepet dan kepala bisa pusing. Oleh
karenanya sebelum beraktivitas seperti pergi ke sawah atau dalam keadaan santai,
warga masyarakat di desa ini terbiasa mengkonsumsi kopi terlebih dahulu.
Bahan minuman lainnya adalah air enau atau air aren (Gambar 25). Air enau
atau air aren ini diperoleh dari pelepah pohon enau. Biasanya masyarakat di Desa
Jeruk Manis mengkonsumsi air enau atau air aren dengan membelinya dari Desa
Tete Batu yang memproduksi air enau. Masyarakat percaya bahwa tidak semua
enau atau aren dapat menghasilkan air yang baik. Setiap pohon enau atau aren
yang ingin diambil airnya terlebih dahulu didoakan oleh belian (dukun) agar
pohon enau atau aren tersebut dapat mengeluarkan air setiap saat.
Gambar 25 Air enau atau air aren (Arenga pinnata).
62
Biasanya air enau diambil dua kali sehari yakni di pagi hari dan sore hari
menjelang magrib. Selama rentang waktu tersebut, bambu yang telah disiapkan di
pohon enau atau aren digunakan untuk menampung airnya. Air enau dalam satu
bungkus plastik setengah kilogram, dihargai Rp. 2.500,-.
5.2.10 Bahan pelengkap/rempah/perasa
Tumbuhan pangan sebagai bahan pelengkap/rempah/perasa merupakan
bahan pangan tambahan untuk melengkapi bahan pangan pokok pada saat akan
diolah atau dimasak. Bahan pangan pelengkap ini dimaksudkan untuk
memberikan cita rasa lain yang khas dari suatu menu masakan yang dibuat.
Terdapat sebanyak 29 spesies tumbuhan yang digunakan sebagai bumbu
masak (rempah) oleh warga masyarakat Desa Jeruk Manis. Beberapa spesies
tersebut di antaranya terdapat pada Tabel 11 berikut ini.
Tabel 11 Bahan pelengkap/perasa yang dikonsumsi oleh warga masyarakat di
Desa Jeruk Manis*
No. Spesies Tipe habitat
1. Bawang mira (Allium cepa) kebun, pekarangan (budidaya)
2. Bawang putih (Allium sativum) kebun (budidaya)
3. Cengkeh (Syzygium aromaticum) hutan, kebun, pekarangan (budidaya)
4. Lekong (Aleurites moluccana) hutan, kebun (semi budidaya)
5. Sebek (Canna edulis) hutan, pinggir kali (liar)
6. Sebia (Capsicum frutescens) kebun, pekarangan, sawah (budidaya)
*Catatan: Bahan pelengkap/perasa selengkapnya tersaji pada Lampiran 5
Bawang mira (Allium cepa), bawang putih (Allium sativum) dan sebia
(Capsicum frutescens) merupakan spesies yang hampir selalu ada dalam setiap
menu masakan. Bisa dikatakan bahwa bumbu masak ini merupakan bumbu masak
dasar (pokok) pada setiap masakannya. Selain dari bumbu masak tersebut,
terdapat bumbu masak lain yang juga selalu ada dalam setiap menu masakan
yakni terasi. Bumbu masak ini terbuat dari olahan udang dan ikan kecil yang
ditumbuk dan diolah sehingga menjadi terasi. Terasi ini berbeda dengan yang
digunakan oleh masyarakat Suku Dayak Kenyah yang terasinya berasal dari
tumbuh-tumbuhan seperti payang aka (Trichosanthes sp.), payang kure` (Aleuritas
63
moluccana), payang kayu (Pangium adule), payang lengu (Ricinus communis) dan
salap (Sumbaviopsis albicans) (Ayu 2012).
Bumbu masak yang digunakan oleh warga masyarakat di desa ini disimpan
di dalam wadah yang diberi nama ceraken (Gambar 26). Ceraken terbuat dari
anyaman lontar yang dibentuk dengan model persegi dengan banyak sekat-sekat
persegi kecil di dalamnya. Penempatan bumbu masak di dalam ceraken ini
dimaksudkan agar bumbu masak tersebut dapat lebih awet dan tidak diserang oleh
serangga seperti kecoa.
Gambar 26 Ceraken: tempat menyimpan bumbu masak.
5.2.11 Cara pengolahan
Sebagian besar tumbuhan pangan diolah oleh Masyarakat Suku Sasak di
Desa Jeruk Manis dilakukan dengan cara direbus. Masak atau dalam bahasa sasak
“kla” menjadi kata kunci utama bagi setiap nama menu masakan di desa ini.
Mulai dari nama kla bro (sayur bening), kla pedis, kla santan (sayur santan), kla
siak dan kla siak sebia.
Pada dasarnya tidak ada perbedaan spesifik di antara setiap menu masakan
tersebut. Semua menu masakan ini diolah dengan campuran utama bawang mira,
bawang putih, sebia, terasi dan garam. Hanya bahan baku utama yag digunakan
umumnya berbeda-beda, tergantung pada selera yang membuatnya. Berikut akan
disajikan bahan yang digunakan pada setiap menu masakan masyarakat Suku
Sasak di Desa Jeruk Manis, seperti tersaji pada Tabel 12 berikut ini.
64
Tabel 12 Bahan yang digunakan pada setiap menu masakan Suku Sasak di Desa
Jeruk Manis
No. Menu Masakan Bahan yang digunakan
1. Kla bro kangkung, terong, lomaq (keladi), bawang merah, bawang putih,
sebia (cabe), terasi, pitsin, sedikit minyak dan tomat
2. Kla pedis terasi, sebia (cabe), bawang merah, bawang putih, pitsin, bage (asam),
kunyit, laos, minyak, pakis atau gedeng ambon (daun singkong)
3. Kla santan hampir sama dengan kla pedis, hanya saja tidak pakai asam
melainkan pakai santan. Utama biasa pakai kosong “jantung pisang”
serta ditambahkan juga merica, sang dan ketumbar
4. Kla siak sebia (cabe), terasi, pitsin, garam dan sayur (Jebet “labu siam”, gegaok, pepaya, bayam, lembayin baqe “bayam hutan”, buncis “antap
ijo”, botor “kecipir”, kelor, sagar, ketujur “turi”). Sayur tersebut
hanya dipilih beberapa saja
5. Kla siak sebia Sebia (cabe), garam, bawang putih, bawang merah, sayur (biji antap
“biji kacang panjang” dan pakis)
Tumbuhan pangan yang akan diolah menjadi menu masakan tertentu lebih
banyak dimasak menggunakan tungku yang terbuat dari tanah liat (Gambar 27).
Bukan berarti warga tidak memiliki kompor melainkan mereka lebih percaya
bahwa hasil yang diperoleh dari memasak menggunakan tungku jauh lebih nikmat
di lidah. Memasak menggunakan tungku tidak memerlukan waktu lama dan lebih
ekonomis dari segi biaya karena keberadaan kayu bakar cukup melimpah.
Gambar 27 Tungku masak di Desa Jeruk Manis.
Menu masakan di desa ini selain direbus, juga ada yang diulak atau
ditumbuk (semacam karedok di Sunda). Menu tersebut bernama lelasuk. Bahan
dasar yang digunakan biasanya adalah antap (kacang panjang), bawang mira
65
(bawang merah), bawang putih, sebia (cabe) dan sedikit terasi. Mula-mula antap
dipotong kecil-kecil, setelah itu semua bahan-bahan tersebut diulak setengah
halus. Beberapa jenis olahan tumbuhan pangan tersaji pada Tabel 13.
Tabel 13 Beberapa jenis olahan tumbuhan pangan di Desa Jeruk Manis
No. Olahan Pangan Nama Makanan
Olahan
Spesies Tumbuhan
yang digunakan
Cara mengolah/membuat
1. Berkarbohidrat Nasi, bubur dan
kolak
Pade (Oryza
sativa), ambon jawa
(Manihot utilisima)
Ditanak seperti layaknya
memasak nasi biasa
2. Sayuran Kla bro (seperti
sayur bening),
kla pedis, kla
santan (sayur
santan), kla siak
dan kla siak
sebia
Kangkung
(Ipomoea aquatica
), terong (Solanum
melongena), loma`
(Xanthosoma
violaceum),
jebet/jepan
(Sechium edule),
pepao (Emilia
sonchifolia) dan
lain-lain
Umumnya seluruh bahan
(bumbu) dihaluskan
terlebih dahulu dengan
diulak, lalu ditumis
menggunakan minyak
goreng. Setelah itu
masukkan air dan sayur.
Cara lain , sayur direbus
lalu bahan (bumbu) yang
telah dihaluskan
dimasukkan dalam rebusan
sayur tersebut
3. pelengkap/
perasa
Keripik,
gorengan
Punti (Musa spp.),
sukun (Artocarpus
altilis), kulur
(Artocarpus
camansi), ambon
gula (Ipomoea
batatas) dan lain-
lain
Bahan dipotong sesuai
selera lalu dengan tepung
terigun digoreng
menggunakan minyak
4. Minuman Sirup dan kopi Tetandan ginantrum
(Uncaria gambir),
kopi (Coffea
robusta), kedelai
(Glycine max), aren
(Arenga pinnata)
dan kayu sepang
(Caesalpinia
sappan)
Kayu direbus terlebih
dahulu sampai mendidih
dan berubah warna, lalu
tambahkan gula. Cara lain
bila dalam bentuk serbuk
maka tinggal diseduh
dengan air panas
Berbeda dengan olahan pangan lainnya, minuman kopi dan kedelai diolah
tidak dengan cara direbus melainkan disangrai. Hasil panen kopi dan kedelai
terlebih dahulu dijemur lalu disangrai. Spesies lainnya yakni aren juga tidak
mengalami pengolahan karena air enau atau aren ini dapat langsung dikonsumsi.
66
Gambar 28 Salah satu contoh olahan sayuran: kla pedis.
5.2.12 Pola konsumsi pangan masyarakat
Masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis, umumnya memiliki pola
konsumsi yang teratur. Setiap harinya mereka memenuhi kebutahan pangan
dengan makan tiga kali sehari yakni pagi, siang dan malam. Hampir tidak ada
perbedaan menu yang dimakan oleh warga masyarakat di desa ini. Artinya baik
pagi, siang, maupun malam mereka sama mengkonsumsi nasi. Menurut
Hardinsyah (2008) makanan yang baik adalah menu lengkap yang terdiri dari
makanan pokok, lauk pauk, buah, sayur dan minuman.
Kebiasaan sarapan pagi warga masyarakat di desa ini karena pada umumnya
mereka sebagai pekerja kasar seperti bertani dan berternak. Oleh karenanya
asupan energi yang diperoleh dari sarapan tersebut diharapkan dapat menjadi
cadangan tenaga untuk bekerja. Menurut Silalahi (2011) pada pagi hari, tubuh
membutuhkan asupan energi yang banyak karena pada pagi hari seseorang
melakukan banyak aktivitas. Oleh karena itu, setiap orang sangat disarankan
untuk sarapan pagi agar dapat melakukan aktivitas tanpa merasa kelelahan.
Menu sarapan pagi tidak tentu, namun biasanya adalah sisa dari menu
makan malam sebelumnya. Biasanya juga sebelum berangkat bekerja (sekitar
pukul 07.00 WITA), warga masyarakat di desa ini terlebih dahulu meminum
secangkir kopi dan menghisap rokok. Mereka percaya bahwa rutinitas pola
konsumsi ini menjadi tambahan energi mereka saat bekerja.
Pada waktu makan siang yakni sekitar jam 13.00-15.00 WITA, warga yang
sibuk bekerja di sawah, kebun atau ladang sehingga tidak bisa pulang ke rumah,
biasanya selalu membawa bekal makan siang dari rumahnya. Ataupun tidak,
67
biasanya istri atau sanak saudara lainnya yang menyempatkan diri mengantarkan
menu makan siang tersebut. Sementara itu untuk makan malam biasa dilakukan
sekitar pukul 19.00 WITA, di antara waktu sholat magrib dan isya.
Pola konsumsi yang teratur ini juga ditunjang dari menu masakan dan
asupan nutrisi yang dikonsumsi setiap harinya oleh masyarakat di Desa Jeruk
Manis. Setiap menu masakan yang disajikan hampir memenuhi asupan gizi empat
sehat dari komposisi gizi empat sehat lima sempurna yakni makanan pokok, lauk-
pauk, sayur mayur, buah dan susu.
Pola konsumsi pangan masyarakat juga dapat diukur berdasarkan kebutuhan
energi dan sumber perolehan energi pada tingkat mikro/rumah tangga dan
individu, serta di tingkat makro/nasional. Kondisi saat ini menunjukkan bahwa
pola konsumsi pangan masyarakat Indonesia masih di bawah kecukupan energi
minimal yaitu 2.000 kilokalori/hari dan protein sebesar 52 gr/hari per kapita
(Dephut 2009). Pola konsumsi pangan di Indonesia masih belum sesuai dengan
pola pangan ideal yang tertuang dalam PPH (pola pangan harapan). Konsumsi
dari kelompok padi-padian (beras, jagung, terigu) masih dominan baik di kota
maupun di desa. Pangsa konsumsi energi seharusnya dari kelompok pangan padi-
padian hanya 50%, namun kenyataannya masih 60,7% di kota dan 63,9% di desa
(Ariani 2005).
Menu masakan yang selalu ada ditemukan pada masyarakat Suku Sasak di
Desa Jeruk Manis adalah sayur. Hal ini menunjukkan bahwa selain karena
keberadaan sayur yang melimpah di desa ini, masyarakatnya ternyata gemar
mengkonsumsi sayur, apapun sayurnya.
Selain gemar mengkonsumsi sayur, warga masyarakat di Desa Jeruk Manis
juga gemar mengkonsumsi buah-buahan, di antaranya adalah punti (Musa spp.),
pao (Mangifera indica), buluan (Nephelium lappaceum), manggis (Garcinia
mangostana), durian (Durio zibethinus) serta buah-buahan lainnya. Buah-buahan
ini diperoleh bukan dari hasil membeli melainkan dari hasil budidaya warga di
pekarangan rumah atau di kebun masing-masing.
Pola konsumsi seperti ini dilaksanakan tidak hanya oleh orang dewasa yang
bekerja di sawah, kebun atau ladang, melainkan seluruh kalangan umur kecuali
68
bayi. Bahkan anak berumur dua tahun pun terkadang mengkonsumsi menu yang
sama dengan menu orang tua mereka.
Menurut Hardinsyah (2008) setidaknya terdapat 10 syarat tentang pola
makan yang sehat. Syarat tersebut di antaranya selalu diawali dengan sarapan,
makan pada waktunya, memperhatikan ragam jenis dan jumlah pangan, cukup
karbohidrat dan lauk pauk, batasi gula (manis), lemak (gorengan) dan garam
(asin), banyak mengkonsumsi buah dan sayur, berhenti sebelum kenyang, sesuai
dengan kemampuan, nikmati dan pilih yang aman.
Berdasarkan pada pemahaman syarat pola makan sehat di atas, untuk
mencapai hidup sehat ternyata tidaklah sulit dilaksanakan oleh warga masyarakat
di Desa Jeruk Manis karena pada umumnya masyarakat telah melaksanakan pola
konsumsi tersebut. Hanya saja tentu pola konsumsi yang dilaksanakan oleh
masyarakat sampai dengan saat ini tidak didasarkan pada landasan saintifik gaya
ilmu farmasi barat, melainkan sepenuhnya atas dasar empiris yang teruji melalui
trial and error secara turun temurun.
Melihat pola konsumsi yang ada, terbukti setiap bahan pangan yang
dikonsumsi telah memberikan kesehatan bagi warga masyarakat tanpa tahu
kandungan gizi dari setiap pangan yang dikonsumsinya. Hal ini diperkuat oleh
Zuhud (2011) bahwa bukti empiris bukan suatu hal yang aib atau selalu keliru,
seperti halnya metodologi ilmiah farmasi barat yang belum tentu selalu baik dan
benar.
Berdasarkan pemenuhan kebutuhan pangan oleh masyarakat Suku Sasak di
Desa Jeruk Manis serta ketersediaan bahan pangan yang melimpah menunjukkan
bahwa masyarakat di desa ini tidak perlu bergantung terhadap pangan luar.
Tumbuhan pangan lokal yang ada sejak dahulu memainkan peranan penting
dalam pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat. Cukup dengan ketersedian
tumbuhan pangan lokal yang tumbuh melimpah di desa ini masyarakat dapat
mencapai kesejahteraannya di bidang pangan seperti yang disampaikan Mulvany
(2010) bahwa sesungguhnya masyarakat tradisional sudah sejak lama berdaulat di
bidang pangan (pangan tidak hanya terpenuhi dari segi jumlah dan gizinya
melainkan masyarakat setempat mampu memproduksi sendiri bahan pangan tanpa
bergantung pada sumber luar).
69
5.3 Tumbuhan Obat
5.3.1 Keanekaragaman spesies
Keanekaragaman spesies tumbuhan obat yang diketahui dan digunakan oleh
masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis sebanyak 156 spesies dari 62 famili
(Lampiran 6). Jumlah ini lebih banyak dari tumbuhan obat yang diketahui dan
digunakan oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Montong Betok, Resort Joben
TNGR yakni 77 spesies dari total potensi kawasan TNGR yakni 239 spesies
(Pramesthi 2008). Jumlah spesies tumbuhan obat yang diketahui dan digunakan
oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis juga lebih banyak dari pada
potensi tumbuhan obat di Resort Santong, TNGR karena hasil inventarisasi
tumbuhan obat di resort ini hanya menemukan 62 spesies tumbuhan (BTNGR
2005).
Beberapa spesies tumbuhan obat di Desa Jeruk Manis tidak hanya
digunakan untuk mengobati warga masyarakat yang sakit, namun juga hewan
ternak yang mereka pelihara. Dominannya warga masyarakat di desa ini yang
berprofesi sebagai peternak sejak dahulu hingga sekarang ternyata juga turut
membangun kearifan tradisional masyarakat dalam pemanfaatan tumbuhan
sebagai obat bagi ternak peliharaan. Spesies tumbuhan yang digunakan sebagai
obat ternak adalah jejengas (Lantana camara), ketujur (Sesbania grandiflora),
klayu (Syzygium cumini), lekong (Aleurites moluccana) dan srikaya belanda
(Annona muricata). Tumbuhan-tumbuhan ini digunakan untuk penambah tenaga
sapi agar kuat membajak sawah, untuk menambah nafsu makan sapi agar cepat
gemuk serta beberapa fungsi lainnya.
Daun jejengas sering digunakan sebagai pakan sapi yang mengalami berak
darah, kemudian rebusan daun ketujur sering digunakan sebagai minuman sapi
agar produksi susunya meningkat. Sementara itu, kulit batang klayu dan lekong
sama-sama digunakan untuk meningkatkan nafsu makan sapi dan meningkatkan
tenaga sapi agar kuat membajak sawah. Biasanya kulit batang yang telah
ditumbuk halus direndam dengan air selama sehari, baru kemudian diberikan
sebagai minuman sapi. Sementara itu srikaya belanda digunakan buahnya yang
telah diparut dengan tambahan air dan garam sebagai pakan sapi agar cepat
gemuk.
70
5.3.2 Keanekaragaman famili
Keanekaragaman tumbuhan obat berdasarkan familinya dikelompokkan ke
dalam 62 famili. Gambar 29 menunjukkan jumlah spesies tumbuhan obat
berdasarkan familinya. Berdasarkan jumlah spesies, famil Asteraceae lebih
dominan dibandingkan dengan famili lainnya dengan jumlah 12 spesies.
Selanjutnya secara berturut terbanyak kedua dan ketiga adalah famili
Euphorbiaceae dan Zingiberaceae dengan jumlah masing-masing 10 dan 8
spesies. Sementara itu, famili lainnya memiliki jumlah spesies antara 1 sampai 7
spesies tumbuhan dengan total jumlah yaitu 126 spesies dari 59 famili.
Gambar 29 Jumlah spesies tumbuhan obat berdasarkan famili.
Menurut Pujowati (2006) spesies dari famili Asteraceae adalah spesies yang
tumbuh liar, tersebar di mana-mana. Kebanyakan tumbuh secara liar di halaman,
ladang, kebun dan tepi-tepi jalan. Asteraceae merupakan famili tumbuhan dengan
keanekaragaman spesies yang cukup tinggi. Menurut Cronquist (1980) tumbuhan
famili Asteraceae merupakan kelompok tumbuhan yang terdiri dari 1.100 marga
yang meliputi 20.000 spesies. Lawrence dan George (1951) menyebutkan bahwa
famili ini merupakan famili yang memiliki anggota terbesar kedua dalam kingdom
plantae.
0 2 4 6 8 10 12
Apiaceae
Asteraceae
Cucurbitaceae
Euphorbiaceae
Fabaceae
Poaceae
Rubiaceae
Urticaceae
Verbanaceae
Zingiberaceae
6
12
5
10
7
6
7
5
5
8
Jumlah Spesies
Fa
mil
i
71
Salah satu spesies tumbuhan obat penting dan strategis bagi pembangunan
kesehatan masyarakat yang termasuk famili Asteraceae adalah kesembung
(Elephantopus scaber) (Gambar 30). Kesembung dapat tumbuh liar di berbagai
tempat, tidak hanya di hutan tetapi juga di perkampungan warga. Daun dan akar
tumbuhan ini oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis digunakan untuk
memelihara kesehatan pencernaan masyarakat dan berarti sekaligus dapat
membantu mencegah agar masyarakat terhindar dari penyakit-penyakit lainnya,
karena awal dari semua penyakit adalah bermula dari proses pencernaan yang
terganggu. Pernyataan ini diperkuat oleh Zuhud (2009) bahwa semua penyakit
bermula dari proses pencernaan yang terganggu.
Gambar 30 Kesembung (Elephantopus scaber).
Menurut Balai IPTEKnet (2005) kesembung atau lebih dikenal tapak liman
(Elephantopus scaber) memiliki kandungan kimia epifriedelinol, lupeol,
stiqmasterol, triacontan-1-ol, dotria-contan-1-ol, lupeol acetate,
deoxyelephantopin, isodeoxyelephantopin pada daun, kemudian luteolin-7-
glucoside pada bunga. Spesies ini dapat mengobati berbagai macam penyakit di
antaranya adalah influenza, demam, amandel, radang tenggorokan, radang mata,
disentri, diare, gigitan ular, batuk, sakit kuning, busung air, radang ginjal, bisul,
kurang darah, radang rahim dan keputihan. Masyarakat di Desa Jeruk Manis
menggunakan tumbuhan ini dengan cara dikunyah lalu ditelan daunnya. Cara
lainnya, akar tumbuhan ini ditumbuk bersama sekur (Kaempferia galanga) sampai
halus lalu dicampur dengan air matang. Setelah itu disaring sampai setengah gelas
dan diminum
72
Spesies lainnya yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat di Desa
Jeruk Manis adalah spesies dari famili Euphorbiaceae. Tidak kurang dari 151
spesies dari famili Euphorbiaceae yang tercakup dalam 44 marga berpotensi
sebagai obat tradisional (Djarwaningsih 2007). Bahkan menurut Zuhud (2009)
famili Euphorbiaceae merupakan suku terbanyak kedua spesies tumbuhan obat di
hutan tropika Indonesia dengan jumlah mencapai 94 spesies.
Spesies yang ditemukan di hutan dari famili Euphorbiaceae adalah ketumbi
(Phylanthus urinaria) (Gambar 31a) dan lekong (Aleurites moluccana) (Gambar
31b). Kedua spesies ini digunakan oleh masyarakat untuk mengobati penyakit
malaria, luka dan luka bakar, gatal-gatal serta menghaluskan kulit. Menurut
Djarwaningsih (2007), spesies Phylanthus urinaria dan Aleurites moluccana telah
dilakukan penelitian secara farmakologi dan hasilnya cukup signifikan dengan
pemanfaatannya secara empirik yakni sebagai penyubur rambut, diuretik dan
peluruh batu kandung kemih.
(a) (b)
Gambar 31 Spesies tumbuhan obat di hutan dari famili Euphorbiaceae: (a)
ketumbi (Phylanthus urinaria); (b) lekong (Aleurites moluccana).
5.3.3 Keanekaragaman tipe habitat
Tumbuhan obat yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat Suku Sasak
di Desa Jeruk Manis untuk mengobati berbagai macam penyakit berasal dari
berbagai tipe habitat. Ada yang tumbuh di hutan, kebun, kolam ikan, lapangan
bola, pekarangan, pingir jalan dan pinggir kali hingga di sawah, seperti tersaji
dalam Gambar 32.
73
Gambar 32 Persentase tumbuhan obat berdasarkan tipe habitat.
Tipe habitat paling banyak adalah di kebun. Jumlah spesiesnya mencapai
30%. Tipe habitat terbanyak kedua adalah di hutan mencapai 27%. Ada juga yang
tumbuh dan berkembang di pekarangan warga sebanyak 19%, sawah 10% dan
pinggir jalan 9%.
Spesies tumbuhan obat yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat di
desa ini, baik itu di kebun, pekarangan atau lokasi lainnya yang diindikasikan
sebagai hasil budidaya masyarakat, sebagian besar merupakan spesies liar yang
tumbuh dan berkembang di lokasi-lokasi tersebut. Artinya sekalipun berada di
kebun atau di pekarangan, spesies tumbuhan obat yang tumbuh tidak semua
merupakan hasil budidaya melainkan ada beberapa spesies liar yang tumbuh di
tempat itu.
Adapun spesies tumbuhan obat yang berada di kebun dan dibudidayakan
oleh masyarakat adalah tumbuhan obat yang juga berfungsi sebagai pangan
seperti buah-buahan, sayur-sayuran dan rempah-rempah atau juga tumbuhan obat
yang kayunya bernilai komersil. Beberapa spesies tersebut di antaranya
bengkoang (Pachyrhizus erosus) yang digunakan untuk mencerahkan muka,
bokar/sondak (Lagenaria leucantha) yang digunakan untuk panas dalam dan
tipus, kunyit (Curcuma domestica) untuk mengobati berbagai jenis penyakit
termasuk pengobatan ibu pasca melahirkan serta mahoni (Swietenia macrophylla)
yang bijinya digunakan sebagai anti nyamuk dan malaria.
Hutan
27%
Kebun
30%
Lapangan
bola
1%
Pinggir
jalan
9%
Pinggir kali
3%
Sawah
10%
Pekarangan
19%Kolam ikan
1%
74
Dominannya spesies liar terutama yang berasal dari hutan dibuktikan dari
data status budidaya spesies tumbuhan obat yang diketahui dan digunakan oleh
masyarakat seperti tersaji pada Gambar 33 berikut ini.
Gambar 33 Pengetahuan dan penggunaan tumbuhan obat berdasarkan status
budidaya.
Indikasi dominannya spesies liar yang diketahui dan digunakan oleh
masyarakat sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) khususnya yang
tinggal di Desa Jeruk Manis menunjukkan bahwa intensitas warga masyarakat
untuk memasuki kawasan hutan TNGR kaitannya dengan pengambilan tumbuhan
yang dipercaya berkhasiat obat tersebut juga cukup tinggi. Dari hal ini juga
menunjukkan bahwa masyarakat pinggiran hutan seperti di Desa Jeruk Manis
memiliki ketergantungan yang besar terhadap hutan beserta isinya untuk
memenuhi kebutuhan akan obat-obatan tradisional yang berlangsung sejak dahulu
dari nenek moyang mereka hingga saat ini. Bahkan menurut Zuhud (2011) hutan
telah menyediakan berbagai kebutuhan manusia sejak berabad-abad.
5.3.4 Kelompok penyakit
Penggunaan spesies tumbuhan obat oleh masyarakat di Desa Jeruk Manis
dapat dikelompokkan ke dalam 27 kelompok penyakit. Dilihat dari jumlah spesies
tumbuhan obatnya, kelompok penyakit/penggunaan tertinggi adalah sakit kepala
dan demam (52 spesies tumbuhan obat) dan yang terendah adalah pada kelompok
penyakit/penggunaan perawatan organ tubuh wanita (1 spesies tumbuhan obat).
Adapun kelompok penyakit dan spesies tumbuhan obatnya tersaji pada Tabel 14
berikut ini.
Budidaya
36%
Liar
57%
Semi
budidaya
7%
75
Tabel 14 Kelompok penyakit dan spesies tumbuhan obatnya*
No. Kelompok Penyakit Spesies
1. Gangguan Peredaran Darah Kayu sepang (Caesalpinia sappan), imba (Azadirachta
indica), jati (Tectona grandis)
2. Keluarga Berencana (KB) Kayu banten (Lannea coromandelica), pace (Morinda
citrifolia), memunti (Costus speciosus), punti lumut (Musa
acuminata)
3. Penawar Racun Memunti (Costus speciosus), nyambu batu (Psidium
guajava), nyiur (Cocos nucifera)
4. Penyakit Diabetes Binahong (Anredera cordifolia), kecepok atau klampokan
(Physalis angulata), lembayin jogang (Amaranthus
spinosus), sabo (Manilkara zapota), semet meyong
(Orthosiphon aristatus)
5. Penyakit Gigi Bebembe kuning (Synedrella nodiflora), blungadang
(Euphorbia puicherrima), jarak (Jatropha curcas), kumbi
(Tabernaemontana macrocarpa), lemaq (Ficus septica),
rengga/jarak (Jatropha multifida), tetandan gritik
(Alsomitra macrocarpa)
6. Penyakit Ginjal Belimbing bolo (Averrhoa bilimbi), Kelempui` (Amomum
subulatum), rampang siso (Drymaria cordata), rumput
gegarem (Sporobolus diander)
7. Penyakit Kanker/Tumor Eceng gondok (Eichhornia crassipes), kemutung (Rubus
rosaefolius), lemaq (Ficus septica), srikaya belanda
(Annona muricata)
8. Penyakit Kelamin Re (Imperata cylindrica)
9. Penyakit Kuning Bage (Tamarindus indica), bambu kuning (Bambusa
vulgaris), kelor (Moringa pterygosperma)
10. Penyakit Tulang Adas (Foeniculum vulgare), boro sapa (Erythrina
variegata), jahe (Zingiber officinale), kenderat (Mirabilis
jalapa), ketujur (Sesbania grandiflora), rengga/jarak
(Jatropha multifida), tetandan gritik (Alsomitra
macrocarpa)
*Catatan: Kelompok penyakit dan spesies tumbuhan obat selengkapnya tersaji pada Lampiran 7
Berdasarkan spesies tumbuhan obat yang digunakan oleh warga masyarakat,
menunjukkan bahwa penyakit yang banyak diidap adalah penyakit panas. Salah
satu spesies tumbuhan obat untuk sakit kepala dan demam yang berpotensi
dikembangkan adalah binahong (Anredera cordifolia) (Gambar 34). Pada
beberapa negara spesies ini sudah lama dikenal sebagai tanaman obat potensial
yang dapat mengatasi berbagai jenis penyakit. Bahkan di Vietnam tumbuhan ini
merupakan makanan wajib bagi masyarakat. Menurut Manoi (2009) tumbuhan
binahong mempunyai manfaat sangat besar dalam dunia pengobatan, secara
empiris dapat menyembuhkan berbagai penyakit berat.
76
Tumbuhan binahong mengandung beberapa senyawa aktif seperti
flavonoid, alkaloid, terpenoid dan saponin. Kemampuan binahong untuk
menyembuhkan berbagai jenis penyakit ini berkaitan erat dengan senyawa aktif
yang terkandung di dalamnya seperti flavonoid. Flavonoid dapat berperan
langsung sebagai antibiotik dengan menggangu fungsi dari mikroorganisme
seperti bakteri dan virus (Manoi 2009).
Gambar 34 Binahong (Anredera cordifolia).
Kelompok penyakit terbanyak kedua adalah penyakit saluran pencernaan.
Warga masyarakat di Desa Jeruk Manis mengaku sering mengidap penyakit
seperti maag, sakit perut, mules, mencret, diare, cacingan, berak darah dan
beberapa penyakit saluran pencernaan lainnya. Dalam pengobatannya warga
masyarakat di desa ini menggunakan tumbuhan atau ramuan yang bermacam-
macam.
Terdapat tidak kurang dari 32 spesies tumbuhan yang digunakan oleh warga
masyarakat di Desa Jeruk Manis untuk mengobati penyakit yang berawal dari
gangguan saluran pencernaan. Beberapa spesies tumbuhan obat tersebut di
antaranya bayam (Amaranthus caudatus), blandengan (Leucaena leucocephala),
sabo (Manilkara zapota), nyambu batu (Psidium guajava) dan jejengas (Lantana
camara).
Nyambu batu merupakan spesies yang lebih sering dan umum digunakan
oleh masyarakat di desa ini untuk mengatasi persoalan yang diakibatkan oleh
gangguan saluran pencernaan. Nyambu batu dianggap ampuh mengobati sakit
77
perut, mules atau mencret. Warga biasa menggunakan nyambu batu dengan cara
dikunyah daun mudanya atau memakan langsung buah mudanya.
Bukti empiris khasiat nyambu batu diperkuat oleh Adina (2012) bahwa daun
nyambu seringkali digunakan untuk pengobatan diare, gastroenteritis dan keluhan-
keluhan lain yang berhubungan dengan pencernaan. Menurutnya daun nyambu
batu kaya akan senyawa flavonoid, khususnya quercetin. Senyawa inilah yang
memiliki aktivitas antibakteri dan berkontribusi terhadap efek antidiare. Ekstrak
dari tanaman ini secara in vitro bersifat toksik terhadap beberapa bakteri penyebab
diare seperti Staphylococcus, Salmonella, Shigella, Bacillus, Escherichia coli,
Clostridium dan Pseudomonas. Sementara itu polifenol yang ditemukan pada
daun diketahui memiliki aktivitas sebagai antioksidan.
Nyambu batu banyak tumbuh di kawasan hutan Resort Kembang Kuning
TNGR, sisa dari program jalur hijau selebar 20 m dari batas luar kawasan pada
tahun 1998. Sebagai tanaman yang potensial untuk lebih dikembangkan, nyambu
batu memiliki banyak manfaat di antaranya merupakan sumber serat pangan
(dietary fiber) yang mampu mencegah penyakit degeneratif seperti kanker usus
besar (kanker kolon), divertikulosis, aterosklerosis, gangguan jantung, Diabetes
melitus, hipertensi dan penyakit batu ginjal. Selain itu tanaman ini memiliki
kandungan vitamin C yang tinggi yang berfungsi bagi sistem kerja tubuh manusia
(Balitbu 2008).
Kelompok penyakit/penggunaan terendah adalah untuk perawatan organ
tubuh wanita. Penyakit yang dimaksud adalah melangsingkan badan. Dari hal ini
dapat dijelaskan bahwa sebenarnya pola makan atau konsumsi yang terbentuk di
Desa Jeruk Manis membuat masyarakat khususnya wanita tidak mengidap
penyakit seperti obesitas atau kegemukan. Maka wajar bila penggunaan atau
pengetahuan mereka terhadap ramuan atau tumbuhan yang digunakan untuk
perawatan organ tubuh seperti melangsingkan badan, lebih rendah dibandingkan
dengan kelompok penyakit/penggunaan lainnya.
Beberapa di antaranya spesies tumbuhan obat dapat saling menggantikan
satu sama lain untuk mengobati jenis penyakit yang sama (mempunyai nilai
subtitusi). Misalnya untuk pengobatan tunggal, seperti obat panas dapat
menggunakan buluan (Nephelium lappaceum), bunga jepun (Plumeria alba),
78
bluntas (Pluchea indica), adas (Foeniculum vulgare) serta beberapa spesies-
spesies lainnya.
Berdasarkan penemuan yang ada, tidak ada satu pun di antara spesies
tumbuhan yang diketahui dan digunakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk
Manis yang spesifik berdiri sendiri mengobati penyakit tertentu atau dengan kata
lain tidak mempunyai tumbuhan penggantinya (subtitusi). Justru yang ada ialah
beberapa spesies dapat mengobati berbagai macam penyakit bahkan digunakan
sebagai campuran berbagai ramuan pengobatan untuk berbagai jenis penyakit
(komplementer) seperti sekur (Kaempferia galanga).
5.3.5 Bagian yang digunakan
Berdasarkan bagian yang digunakan, spesies tumbuhan obat dapat
dikelompokkan ke dalam 13 macam yaitu akar, batang, biji, buah, bunga, daun,
getah, kulit batang, lendir pada pakis, rimpang/rhizoma, seluruh bagian tumbuhan
(herba), tunas dan umbi. Secara keseluruhan dilihat dari bagian tumbuhan yang
digunakan tersebut, daun merupakan bagian yang paling banyak digunakan yaitu
sebanyak 89 spesies (38%). Jumlah dan persentase bagian tumbuhan yang
digunakan untuk pengobatan suatu jenis penyakit tersaji pada Tabel 15.
Tabel 15 Jumlah spesies dan persentase bagian tumbuhan obat yang digunakan
No. Bagian tumbuhan obat yang digunakan Jumlah (spesies) Persentase (%)
1 Akar 22 10
2 Batang 18 8
3 Biji 13 6
4 Buah 22 10
5 Bunga 17 7
6 Daun 89 38
7 Getah 8 3
8 Kulit batang 9 4
9 Lendir pada pakis 1 1
10 Rimpang/Rhizoma 9 4
11 Seluruh bagian tumbuhan (herba) 12 5
12 Tunas 2 1
13 Umbi 6 3
Jumlah 228 100
79
Dominasi bagian daun yang digunakan, menjadi pertanda bahwa kearifan
tradisional dari nenek moyang masyarakat di Desa Jeruk Manis telah menjunjung
tinggi nilai-nilai konservasi. Hal ini karena dilihat dari aspek kelestarian
pemanfaatan spesies tumbuhan obat pada bagian daun tidak begitu berdampak
terhadap regenerasi tumbuhan. Berbeda halnya bila pemanfaatan spesies
tumbuhan obat tersebut pada bagian akar dan batang yang dilakukan secara
berlebihan dikhawatirkan akan berdampak terhadap regenerasi tumbuhan
berikutnya, khususnya yang berhabitus pohon.
Pemanfaatan bagian daun ini menjadi bukti bahwa kearifan tradisional dapat
dijelaskan secara ilmiah karena daun mengandung berbagai macam zat mineral.
Daun merupakan organ tumbuhan yang penting, karena pada daun terdapat
komponen dan sekaligus tempat berlangsungnya proses fotosintesis, respirasi dan
transpirasi (Santoso & Hariyadi 2008).
5.3.6 Keanekaragaman habitus
Spesies tumbuhan obat yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat Suku
Sasak di Desa Jeruk Manis dikelompokkan juga berdasarkan habitusnya.
Berdasarkan habitusnya tersebut, spesies tumbuhan obat dibagi dalam 7 kelompok
habitus yaitu epifit/benalu, herba, liana, pakis-pakisan, perdu, pohon dan semak.
Jumlah spesies dan persentase tumbuhan obat berdasarkan habitusnya terdapat
pada Tabel 16 berikut ini.
Tabel 16 Jumlah spesies dan persentase tumbuhan obat berdasarkan habitus
No Habitus Jumlah (spesies) Persentase (%)
1 Epifit/benalu 2 1
2 Herba 60 39
3 Liana 19 12
4 Pakis-pakisan 2 1
5 Perdu 29 19
6 Pohon 35 22
7 Semak 9 6
Jumlah 156 100
Habitus dengan jumlah spesies terbanyak adalah herba yakni sebanyak 60
spesies (39%). Beberapa contoh spesies tumbuhan obat yang berhabitus herba
80
adalah blincang 1 (Begonia grandis), blincang 2 (Begonia isoptera), punti (Musa
spp.), ketepu (Ophiorrhiza neglecta), jahe (Zingiber officinale) dan sempol
(Hedychium coronarium). Spesies-spesies ini merupakan tumbuhan dari famili
Begoniaceae, Musaceae, Rubiaceae dan Zingiberaceae. Hal ini seperti yang
disampaikan oleh Mackinnon et al. (2000) bahwa banyak suku tumbuhan yang
memberikan sumbangan bagi lapisan herba, termasuk Monocotiledone seperti
jahe-jahean, pisang liar, begonia, Gesneriaceae, Melastomataceae, Rubiaceae,
berbagai spesies paku dan anggrek.
Spesies berhabitus herba memiliki daya adaptasi yang tinggi. Hal ini seperti
yang dijelaskan oleh Hutasuhut (2011) bahwa spesies herba memiliki daya saing
yang kuat dan adaptasi yang tinggi terhadap tumbuhan di sekitarnya (seperti
semak, perdu, bahkan pohon) sehingga mampu tumbuh di tempat yang kosong.
Herba berperan penting dalam siklus hara tahunan. Serasah herba yang
dikembalikan pada tanah mengandung unsur-unsur hara yang cukup tinggi.
Menurut Soeriaadmadja (1997), herba berfungsi sebagai penutup tanah yang
berperan penting dalam mencegah rintikan air hujan dengan tekanan keras yang
langsung jatuh ke permukaan tanah, sehinggga akan mencegah hilangnya humus
oleh air.
Habitus lainnya yang juga dominan digunakan adalah pohon. Banyaknya
pohon yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis,
mengungkapkan bahwa upaya konservasi tumbuhan obat juga harus didukung
dengan upaya konservasi ekosistem hutan yang tersusun atas berbagai struktur
vegetasi terutama pohon. Hal ini seperti yang dijelaskan Zuhud (2009) bahwa
konservasi keanekaragaman tumbuhan obat Indonesia mutlak memerlukan
ekosistem hutan yang alami dengan struktur vegetasi pohon dari berbagai spesies
dengan konstruksi strata tajuk yang berlapis-lapis.
5.3.7 Bentuk ramuan
Berdasarkan bentuk ramuannya, setidaknya ada 48 jenis penyakit dengan 86
bentuk ramuan tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat Suku Sasak di
Desa Jeruk Manis baik itu yang tumbuh liar, semi budidaya, maupun hasil
budidaya. Ramuan-ramuan tersebut berasal dari 75 spesies tumbuhan. Hal ini
81
menunjukkan dari total tumbuhan obat yang diketahui dan digunakan oleh warga
masyarakat yakni 156 spesies tumbuhan, maka terdapat 81 spesies tumbuhan
dalam bentuk obat tunggal. Beberapa bentuk ramuan tersaji pada Tabel 17 berikut
ini.
Tabel 17 Bentuk ramuan berdasarkan jenis penyakit atau penggunaannya*
No. Jenis
Penyakit atau Penggunaan
Ramuan Cara
Pengolahan
Cara
Pemakaian
1. Cacar Daun Beberas + Rimpang Sekur Dikuyah Disemprotin
2. Sihir atau
Guna-guna
Daun dan Batang Muda Kelor + Kapur Dikuyah Disemprotin
3. Kedinginan Rimpang Bujak + Rimpang Jahe Diparut Diminum
4. Membatasi
Kehamilan
Kulit Kayu Banten + Buah Nanas + Tape
+ Gula Merah
Diparut Diminum
5. Gatal-Gatal Daun Buaq + Daun Sirih Direbus Air Mandi
6. Kencing
Manis
Umbi Binahong + 7-11 Daun Sirih Direbus Diminum
7. Keputihan 1 Lembar Daun Pepaya + Akar Alang-
alang +Adas
Direbus Diminum
8 Keracunan 7 Lembar Daun Nyambu + Bebembe Putih Direbus Diminum
9. Letih dan
Lesu
Daun Cengkeh + Daun Laos + Daun Jarak
Pagar + Daun Pisang + Daun Merica
Direbus Air Mandi
*Catatan: Bentuk ramuan berdasarkan jenis penyakit atau penggunaannya, selengkapnya tersaji
pada Lampiran 8
Sebagian besar ramuan obat untuk mengobati penyakit menggunakan
campuran sekur (Kaempferia galanga). Beberapa juga ada yang menggunakan
bawang mira (Allium cepa), adas (Foeniculum vulgare) serta spesies-spesies
lainnya. Terkadang pada beberapa ramuan ditambahkan kapur, madu atau garam
untuk mempercepat proses penyembuhan.
Dominannya penggunaan sekur di berbagai ramuan obat, menjadi pertanda
bahwa khasiat dari tumbuhan ini sangat besar. Menurut Balai IPTEKnet (2005),
dalam rimpang kencur mengandung pati (4,14%), mineral (13,73%) dan minyak
atsiri (0,02%) berupa sineol, asam metil kanil dan penta dekaan, ethyl aster, asam
sinamic, borneol, kamphene, paraeumarin, asam anisic, alkaloid dan gom.
Sekur dapat mengobati berbagai macam penyakit. Menurut Wirapati (2008)
dalam kencur terdapat beberapa senyawa aktif saponin, flavonoid, polifenoid dan
alkaloid yang dalam jumlah sedikit mempunyai peranan pada proses metabolisme.
82
Artinya perananan tumbuhan sekur bagi pencernaan yang mengatur metabolisme
manusia sangatlah penting.
Saluran pencernaan merupakan sumber awal dari berbagai jenis penyakit.
Seperti yang disebutkan oleh Zuhud (2009) bahwa awal dari semua penyakit
adalah bermula dari proses pencernaan yang terganggu. Hal ini menunjukkan akan
peranan penting sekur sebagai komplementer ramuan yang dapat mengobati
berbagai macam penyakit.
5.3.8 Cara pengolahan
Terdapat sebanyak 21 cara pengolahan tumbuhan obat baik pada
penggunaan bentuk ramuan maupun obat tunggal. Pengolahan yang paling banyak
adalah dengan cara ditumbuk dan direbus seperti tersaji pada Tabel 18 berikut ini.
Tabel 18 Jumlah spesies tumbuhan obat dilihat dari cara pengolahannya
No. Cara Pengolahan Jumlah Spesies
Tunggal Ramuan
1 Dibakar lalu diparut 1 -
2 Dikeringkan 1 -
3 Dikunyah 2 2
4 Dipanaskan 3 -
5 Diparut lalu disaring 17 2
6 Diparut lalu direbus 2 -
7 Diremas lalu diseduh 1 -
8 Direbus 54 16
9 Direbus lalu ditumbuk 1 -
10 Diremas 12 14
11 Direndam 2 -
12 Disangrai lalu ditumbuk 2 -
13 Diseduh 2 -
14 Diteteskan dalam air 2 -
16 Ditumbuk 49 35
17 Ditumbuk lalu dijemur - 1
18 Ditumbuk lalu direbus - 2
19 Ditumbuk lalu direndam 1 1
20 Ditumbuk lalu diseduh 2 -
21 Langsung digunakan 33 2
Jumlah 187 75
83
Pengolahan tumbuhan obat dengan cara ditumbuk dapat dilihat saat
pengobatan luka dan patah tulang. Dalam mengobati luka dan patah tulang
tersebut, masyarakat Desa Jeruk Manis biasa menggunakan adas (Foeniculum
vulgare) dan sekur (Kaempferia galanga) yang ditumbuk lalu ditempelkan pada
bagian yang sakit. Pengolahan lainnya yang dilakukan dengan cara ditumbuk
adalah untuk mengobati sakit pada bagian sendi lutut yang menggunakan daun re
(Imperata cylindrica).
Adapun spesies yang pengolahannya dengan cara direbus adalah kecepok
(Physalis angulata). Rebusan herba tumbuhan ini dapat mengobati kencing manis,
panas dalam dan malaria. Selain itu mengkudu (Morinda citrifolia) yang
digunakan untuk mencegah kehamilan juga pengolahannya dilakukan dengan cara
direbus yakni satu buah mengkudu dan rimpang memunti (Costus speciosus)
secukupnya.
Biasanya obat yang ditumbuk digunakan untuk pemakaian obat luar yaitu
dengan cara ditempel atau dioles. Sementara itu tumbuhan yang diolah dengan
cara direbus, digunakan sebagai obat dalam dengan cara diminum. Dalam
mengolah tumbuhan obat, umumnya takaran yang digunakan untuk bahan yang
ditumbuk dan direbus adalah bagian tumbuhan yang berjumlah ganjil seperti tujuh
lembar daun. Hal ini karena masyarakat di Desa Jeruk Manis mempercayai bahwa
angka ganjil tersebut merupakan angka yang baik untuk pengobatan dan mereka
mempercayai bahwa Sang Khalik menyukai angka ganjil.
Adapun takaran yang digunakan saat merebus air umumnya adalah dari tiga
gelas air sampai bersisa kira-kira tinggal satu gelas. Tumbuhan obat yang direbus
ini bisa digunakan dua sampai tiga kali sehari yakni pagi dan sore atau pagi, siang
dan malam hari.
Selain cara pengolahan tumbuhan obat di atas, terdapat pula tumbuhan obat
yang tidak mengalami proses pengolahan atau dengan kata lain langsung
digunakan. Jumlah tumbuhan obat yang langsung digunakan adalah 33 spesies
untuk penggunaan tunggal dan 2 spesies tumbuhan berupa ramuan. Misalnya,
untuk obat malaria dapat menggunakan biji buah mahoni (Swietenia macrophylla)
dengan cara dimakan atau langsung ditelan. Daun nyambu batu (Psidium guajava)
yang masih muda ± 3-5 lembar dapat dimakan langsung untuk mengobati sakit
84
perut atau mencret. Sakit gigi dapat menggunakan getah kumbi
(Tabernaemontana macrocarpa) dengan cara diteteskan langsung pada gigi yang
sakit. Sedangkan untuk menghaluskan kulit dapat langsung menggunakan daun
lekong (Aleurites moluccana) yang telah gugur atau menguning dengan
digosokkan pada bagian kulit.
Spesies tumbuhan dalam bentuk ramuan yang langsung digunakan (tanpa
pengolahan) adalah lemaq (Ficus Septica) dan nyiur (Cocos nucifera). Dengan
campuran kapur, lemaq dioleskan pada bagian kulit yang terkena kutil.
Sebelumnya bagian kulit yang terkena kutil tersebut dilukai terlebih dahulu.
Sementara itu nyiur digunakan sebagai obat kuat dengan cara meminum airnya
yang telah dicampur dengan bubuk lada/merica (Piper nigrum).
Selain cara pengolahan direbus dan ditumbuk, tumbuhan obat juga ada yang
diparut lalu disaring. Biasanya spesies-spesies yang diolah dengan cara diparut ini
adalah spesies yang memiliki umbi atau rimpang seperti famili Zingiberaceae.
Misalnya, kunyit (Curcuma domestica) dengan cara diparut digunakan untuk sakit
pada bagian payudara ibu yang baru melahirkan (Gambar 35).
Gambar 35 Kunyit (Curcuma domestica) yang diparut.
Pengolahan tumbuhan obat dengan cara diparut di desa ini, relatif berbeda
dengan desa atau tempat lainnya. Masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis
dalam hal pengobatan lebih menggunakan “elong pari” (ekor pari) untuk memarut
tumbuhan obat. Mereka mempercayai bahwa penggunaan “elong pari” akan
membawa khasiat lebih baik untuk penyembuhan dibandingkan dengan
menggunakan alat parut biasa.
85
Cara pengolahan tumbuhan obat lainnya adalah ditumbuk lalu direbus atau
sebaliknya direbus baru ditumbuk. Masing-masing dapat dicontohkan dengan
spesies yang berbeda. Cara pengolahan ditumbuk lalu direbus adalah ketumbi
(Phylanthus urinaria) untuk mengobati luka bakar. 3-7 batang ketumbi lengkap
(akar, batang, daun dan bunga) dicampur dengan 1 rimpang sekur (Kaempferia
galanga), 3 buah cengkeh kering (Syzygium aromaticum) dan 1 potong kayu
manis (Cinnamomum burmannii). Ketumbi ditumbuk halus dan sekur diiris tipis-
tipis. Setelah itu semua bahan direbus dalam 3 gelas air sampai mendidih. Saring
dan setelah hangat diminum.
Pengolahan yang dilakukan dengan cara direbus lalu ditumbuk adalah
taruna semalam (Arthrophyllum javanicum). Buah dari tumbuhan ini direbus lalu
ditumbuk. Buat menyerupai pil dan diminum. Penggunaan tumbuhan ini untuk
obat kuat.
5.3.9 Cara pemakaian
Terdapat sebanyak 21 cara pemakaian tumbuhan obat baik pada penggunaan
bentuk ramuan maupun obat tunggal. Cara pemakaian yang paling banyak
digunakan adalah dengan diminum, yaitu 80 spesies obat tunggal dan 36 spesies
ramuan. Jumlah spesies tumbuhan obat dilihat dari cara pemakaiannya terdapat
pada Tabel 19.
Obat yang diminum ini diperoleh dari proses perebusan, peremasan,
ditumbuk, diseduh, diparut maupun kombinasi dari beberapa cara pengolahan.
Tumbuhan yang direbus contohnya adalah putri malu (Mimosa pudica). Semua
olahan tumbuhan ini dilakukan dengan cara direbus lalu diminum baik itu untuk
mengobati batuk berdahak, sulit tidur, menurunkan tekanan darah maupun
rematik.
Tumbuhan obat yang diremas contohnya adalah empet-empet (Ophiorrhiza
japonica). Untuk mengobati sakit panas dan anak bayi yang terus menerus
menangis dapat menggunakan daun empet-empet yang diremas dalam air lalu
airnya diminum.
Ada pula tumbuhan yang digunakan merupakan kombinasi dua cara
pemakaian seperti diminum dan dioleskan atau diusapkan pada seluruh badan.
86
Masyarakat Desa Jeruk Manis mempercayai bahwa penggunaan cara dalam
dengan diminum juga cara luar seperti dioleskan atau diusapkan ke badan dapat
mempercepat kesembuhan penyakit yang diidap.
Tabel 19 Jumlah spesies tumbuhan obat dilihat dari cara pemakaian
No. Cara Pemakaian Jumlah Spesies
Tunggal Ramuan
1 Air Mandi 3 2
2 Berkumur 2 -
3 Dibakar 1 -
4 Digantungkan 1 -
5 Digosok 2 -
6 Diinjak 1 -
7 Dikompres 2 -
8 Dikucek 2 1
9 Dimakan/Dikunyah 19 1
10 Diminum 80 36
11 Diminum dan Dioleskan 3 12
12 Diminum dan Disiram 1 -
13 Dioleskan/Lumuri/Diusapkan 13 7
14 Disemprotkan 1 2
15 Disiram 1 -
16 Ditelan 3 -
17 Ditempel 29 6
18 Diteteskan 10 1
19 Hisap Seperti Rokok 1 -
20 Kaki Direndam 1 1
21 Keramas Rambut 11 6
Jumlah 187 75
Punti (Musa spp.) merupakan salah satu spesies yang digunakan dengan
memadukan dua cara pemakaian. Punti digunakan untuk mengobati sakit panas
dan mencret. Dengan tunas punti bersama dengan bawang mira (Allium cepa),
keduanya diremas dalam piring yang telah berisi air. Air tersebut lalu diminum,
sisanya diusapkan pada seluruh bagian badan.
Selain punti, spesies yang diminum dan dioleskan adalah pade (Oryza
sativa). Tidak hanya berfungsi sebagai sumber karbohidrat, tanaman ini berfungsi
sebagai obat panas, badan yang tidak bisa gemuk serta batuk pada anak kecil.
Dengan ramuan berupa campuran sekur (Kaempferia galanga), adas (Foeniculum
87
vulgare), empet-empet (Ophiorrhiza japonica), iyu-iyu (Ophioglossum
reticulatum) dan rampang siso (Drymaria cordata), tumbuhan ini ditumbuk halus,
lalu dibentuk menyerupai pil kecil-kecil. Pil tersebut lalu dijemur agar kering dan
mengeras. Pil yang sudah mengering dan keras tersebut dikenal dengan nama
bubus (Gambar 36). Cara pemakaiannya adalah meminum bubus yang telah
dilarutkan dalam satu gelas air. Air tersebut tidak semuanya diminum melainkan
¼ nya digunakan untuk dioleskan atau diusapakan di badan.
Gambar 36 Bubus: ramuan obat yang terbuat dari bahan dasar padi (Oryza sativa)
Kombinasi lainnya adalah diminum dan disiram. Spesies yang diminum dan
disiram ini salah satunya adalah kayu putih (Melaleuca leucadendra) yang
digunakan untuk mengatasi masalah gatal-gatal pada kulit. Cara pemakaiannya
adalah hasil rebusan daun kayu putih sebanyak 1 panci (±3 genggam daun segar
kayu putih) diminum segelas. Sisanya disiram pada seluruh permukaan kulit.
Pemakaian dengan cara keramas, merupakan cara pemakaian khusus bagi
tumbuhan yang digunakan untuk kesehatan rambut seperti menghitamkan rambut,
mengilangkan ketombe, bau rambut, kutu rambut serta beberapa permasalahan
lainnya yang berkaitan dengan rambut. Beberapa contoh tumbuhan yang
digunakan untuk kesehatan rambut adalah pepait (Tagetes erecta), pakis lendir
(Pteris tripartita), nyiur (Cocos nucifera), lidah buaya (Aloe vera) serta spesies-
spesies lainnya.
88
Pemakaian tumbuhan obat dengan cara diteteskan, misalnya untuk
mengobati luka, sakit gigi atau sakit mata. Umumnya tumbuhan obat yang
digunakan ini diambil bagian getahnya atau air yang terdapat dalam tumbuhan
tersebut dan langsung diteteskan pada bagian yang sakit. Adapun pemakaian
tumbuhan obat dengan cara mengunyah, misalnya untuk sakit perut dan diare,
cukup dengan mengunyah daun nyambu batu (Psidium guajava) 3-5 lembar.
Pemakaian dengan cara dikunyah atau dimakan, umumnya merupakan spesies
tumbuhan obat yang juga digunakan sebagai bahan pangan sehingga aman untuk
dikonsumsi langsung (tanpa melewati proses pengolahan terlebih dahulu).
Pemakaian tumbuhan obat dengan cara ditelan, umumnya berbentuk biji
yang terasa pahit bila dikunyah. Misalnya, biji buah mahoni (Swietenia
macrophylla) yang digunakan untuk obat malaria dan anti nyamuk. Selanjutnya,
pemakaian tumbuhan obat dengan cara dikucek adalah tumbuhan obat yang
digunakan untuk mengobati sakit mata seperti mata merah atau terdapat kerikil di
dalam mata, seperti jamplung (Calophyllum inophyllum).
Adapun yang dipakai sebagai air mandi adalah tumbuhan obat yang biasa
digunakan untuk menghilangkan rasa pegal di badan sehabis kerja atau juga untuk
mengatasi permasalah kulit atau penyakit kulit seperti gatal-gatal (genit), kulit
kemerah-merahan (tiwang) dan borok (selamaq). Salah satu spesies tumbuhan
obat untuk mengatasi permasalahan kulit tersebut adalah dengan rebusan air daun
sirih monyet (Piper betle).
Pemakaian tumbuhan obat dengan cara merendam kaki umumnya
digunakan untuk mengobati penyakit rematik. Tumbuhan yang digunakan adalah
ketujur (Sesbania grandiflora) dan pace (Morinda citrifolia). Rebusan dari daun
tumbuhan ini, digunakan untuk merendam kaki yang terkena penyakit rematik.
Cara pemakaian dengan dihisap seperti rokok adalah spesies tumbuhan yang
digunakan sebagai obat penenang. Tumbuhan tersebut adalah kecubung (Datura
suaveolens). Bunga tumbuhan ini yang telah diiris layaknya tembakau,
dikeringkan lalu pintir menjadi batang rokok dan dihisap. Sedangkan tumbuhan
yang dipakai dengan hanya digantungkan adalah lombos (Amorphophallus
variabilis). Warga masyarakat Desa Jeruk Manis mempercayai dengan
89
menggantungkan batang dan daun tumbuhan ini di sekitar rumah, maka nyamuk
tidak akan datang.
Serupa dengan lombos yang digunakan untuk mengusir nyamuk, terep
(Artocarpus elasticus) juga memiliki fungsi yang sama, hanya saja cara
pemakaiannya yang berbeda. Cara pemakaian terep adalah dengan membakar
bunga yang telah kering dari tumbuhan ini di sekitar rumah. Bau yang dihasilkan
dari pembakaran bunga terep, diyakini oleh masyarakat menjadi racun yang dapat
mematikan nyamuk ketika menghirup baunya.
5.4 Kondisi Kesehatan Masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis
Masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memandang arti sehat apabila
badan terasa segar, makan terasa enak, kerja penuh semangat, tidak sakit atau
mengidap penyakit yang menjadi penghalang untuk beraktivitas (badan terasa
sakit, panas atau makan terasa pahit). Menurut UU No. 23 Tahun 1992 Tentang
Kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan,
jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Berdasarkan definisi yakni keadaan sejahtera dari badan dan tidak mengidap
penyakit maka dapat dijelaskan bahwa pada umumnya masyarakat Desa Jeruk
Manis tidak memiliki riwayat penyakit yang berat. Penyakit yang umum diidap
masyarakat adalah penyakit ringan. Kelompok penyakit yang sering diidap warga
masyarakat adalah sakit kepala dan demam seperti panas dan demam atau
penyakit saluran pencernaan seperti maag, sakit perut, mules, mencret, diare,
cacingan, berak darah dan beberapa penyakit saluran pencernaan lainnya.
Kajian etnobotani tumbuhan obat yang dilakukan pun menunjukkan hal
yang sama. Dari 156 spesies tumbuhan obat yang diketahui dan digunakan oleh
warga masyarakat di Desa Jeruk Manis, menunjukkan hasil bahwa sebagian besar
penggunaan tumbuhan adalah untuk mengobati penyakit panas, demam atau
kelompok penyakit yang berkaitan dengan saluran pencernaan.
Penyakit yang banyak diidap oleh masyarakat ini tidak bisa dilepaskan dari
pekerjaan atau aktivitas warga masyarakat setiap harinya yakni didominasi oleh
pekerjaan bertani dan berternak. Profesi ini bukanlah pekerjaan yang mudah.
90
Diperlukan fisik yang kuat dan tenaga ekstra untuk menjadi seorang petani atau
peternak.
Aktivitas yang tidak mengenal waktu, mulai pagi sampai sore atau bekerja
di terik matahari merupakan awal penyebab warga masyarakat mudah terserang
penyakit. Menurut Supardi dan Notosiswoyo (2005) penyebab sakit demam atau
panas adalah udara kotor, menghisap debu kotor, pergantian cuaca, kondisi badan
lemah, kehujanan, kepanasan cukup lama dan keletihan. Semua indikasi penyebab
ini, sangat mungkin dialami oleh warga yang bekerja sebagai petani dan peternak.
Oleh karenanya wajar bila warga masyarakat banyak yang terserang penyakit
panas dan demam. Hal ini juga sejalan dengan yang disampaikan Soejoeti (2008)
bahwa lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya
(dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat.
Selain dari aktivitas, pola konsumsi atau asupan nutrisi makanan juga dapat
menjadi faktor penting terhadap kondisi kesehatan seseorang. Hal ini seperti yang
dijelaskan oleh Soejoeti (2008) bahwa secara naturalistik seseorang menderita
sakit akibat pengaruh lingkungan, makanan (salah makan), kebiasaan hidup,
ketidakseimbangan dalam tubuh, termasuk juga masuk angin dan penyakit
bawaan. Sekalipun warga masyarakat di Desa Jeruk Manis memiliki pola
konsumsi yang teratur juga asupan nutrisi yang cukup baik, namun bila tidak
diimbangi dengan aktivitas atau kalori yang keluar maka juga dapat menjadi awal
penyebab munculnya penyakit.
Pendidikan juga dapat menjadi indikator penting dalam menilai tingkat
kesehatan masyarakat karena dengan pendidikan yang rendah maka
kemampuannya dalam menangkap informasi untuk meningkatkan kualitas gizi
keluarga pun akan lemah. Hal ini diperkuat dangan pernyataan Hanani (2009)
bahwa buta huruf menjadi indikator penting bagi rendahnya kualitas gizi keluarga.
Kondisi ini berbeda jauh dengan yang terjadi di Desa Jeruk Manis. Tidak
ada relevansi yang nyata antara tingkat pendidikan dengan kondisi kesehatan
masyarakat di Desa Jeruk Manis. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pengobatan
terhadap penyakit yang sering menyerang warga masyarakat merupakan hasil dari
fakta empiris nenek moyang yang teruji melalui trial and error mampu mengobati
suatu penyakit tertentu.
91
5.5 Kearifan tradisional Masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis
Kearifan tradisional yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat Suku
Sasak di Desa Jeruk Manis, terbungkus oleh aturan-aturan yang lebih dikenal oleh
masyarakat setempat dengan nama awig-awig. Menurut Sartini (2004) kearifan
tradisional merupakan suatu gagasan konseptual yang hidup dalam masyarakat,
tumbuh dan berkembang secara terus menerus dalam kesadaran masyarakat,
berfungsi dalam mengatur kehidupan masyarakat dari yang sifatnya berkaitan
dengan kehidupan yang sakral sampai yang profan.
Kearifan tradisional ini erat kaitannya dengan upaya mendukung konservasi
khususnya kelestarian kawasan karena sebagian besar kearifan tradisional tersebut
tumbuh dan berkembang pada masyarakat pelosok, pinggiran hutan yang jauh dari
pengaruh luar atau global. Menurut Suhartini (2009) dalam perkembangannya
masyarakat melakukan adaptasi terhadap lingkungannya dengan mengembangkan
suatu kearifan yang berwujud pengetahuan atau ide, peralatan, dipadu dengan
norma adat dan nilai budaya.
Keberagaman bentuk adaptasi terhadap lingkungan hidup yang ada dalam
satu komunitas masyarakat merupakan warisan secara turun temurun yang
kemudian menjadi pedoman dalam memanfaatkan sumberdaya alam dan
lingkungannya. Bentuk adaptasi inilah yang kemudian dikenal sebagai kearifan
tradisional. Pentingnya mempelajari kearifan tradisional merupakan wujud
penghormatan pada leluhur terdahulu juga menjaga keseimbangan dan kelestarian
lingkungan hidup.
Khusus untuk masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis tradisi/kearifan
tradisional tersebut tidaklah tertulis dan penerapannya pun tidak sekental
masyarakat yang masih memegang teguh ritual tradisi adat seperti yang
berlangsung di Desa Adat Senaru atau Desa Bayan. Masyarakat di desa ini
memahami awig-awig sebagai sebuah kepercayaan atau kebiasaan sosial yang
baik untuk diikuti namun tidak harus semua dilaksanakan. Adapun
kebiasaan/kearifan tradisional tersebut di antaranya adalah cara memperlakukan
padi dengan mengadakan upacara atau syukuran sebelum dan sesudah panen dan
sikap menghargai lingkungan.
92
5.5.1 Cara memperlakukan padi
Masyarakat Suku Sasak khususnya yang tinggal di wilayah Lombok Timur
seperti di Desa Jeruk Manis dalam hidupnya terkait sistem ketahanan pangan,
melakukan pola tanam pada waktu-waktu tertentu, biasanya pada waktu ton
(musim hujan). Tumbuhan yang ditanam tersebut seperti padi (Oryza sativa),
jagung (Zea mays) dan tanaman lain sebagai bahan makanan utama.
Salah satu tradisi Suku Sasak yang kini mungkin nyaris punah adalah
prosesi tanam (bercocok tanam) dan panen padi yang sarat dengan pesan dan
makna serta kearifan kearifan tradisional yang ada di dalamnya. Biasanya padi
yang digunakan oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis adalah jenis
padi bulu (Javonica). Masyarakat di desa ini juga mengenal beberapa nama padi
lainnya seperti padi gama, padi merah dan padi kombo.
Para petani di Desa Jeruk Manis masih percaya dengan adanya rezeki yang
berlimpah asalkan mau bekerja. Tuhan akan selalu merestui dan memberkati
umat-Nya kalau mau bekerja keras. Berdasarkan dalil dan kepercayaan ini, para
petani di Desa Jeruk Manis tidak mau berdiam diri. Mereka sadar bahwa rezeki
yang diberikan Tuhan harus dicari.
Berdasarkan dalil dan kepercayaan ini juga para petani tidak membiarkan
istri-istri mereka berdiam diri. Saat menanam padi, para istri turut dilibatkan
(Gambar 37). Selanjutnya pada saat panen dan syukuran atau selamatan, para ibu-
ibu memegang peranan yang sangat vital. Biasanya, mereka memasak makanan
untuk disuguhkan kepada para toaq lokaq (orang yang dituakan) dan juga para
keluarga.
Gambar 37 Para istri dilibatkan dalam kegiatan mencabut bibit padi (reas).
93
5.5.1.1 Upacara bercocok tanam
Masyarakat Lombok Timur khususnya di Desa Jeruk Manis sejak dahulu
kala bermata pencaharian dari bercocok tanam (bertani). Dalam budaya Sasak
sebelum menanam padi di sawah, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan:
a. Mempersiapkan bibit yang terbaik dari hasil panen tahun lalu yang
ditempatkan pada bagian atas lumbung (pantek bale), hal ini dimaksudkan
supaya bibit tetap terpelihara dengan baik dan tidak dimakan hama.
b. Jika musim hujan diperkirakan akan tiba para petani mempersiapkan diri
menurunkan bibit dengan menyiapkan daun bikan, sejenis rumput, daun
jeringo yang akan digunakan sebagai bubus, selanjutnya air rendaman empit
(kerak nasi).
c. Acara penanaman bibit dengan do'a dan harapan agar padi yang ditanam putih
seperti air beras. Baru kemudian bibit siap untuk ditanam.
d. Setelah tiba waktunya, bibit dicabut untuk ditanam secara bergotong royong,
tua muda, laki dan perempuan. Acara gotong royong sesuai jadwal yang
ditetapkan oleh pekasih (petugas pengatur air sawah penduduk). Disetiap sudut
petakan sawah juga ditempatkan tanaman bage (Tamarindus indica) sebagai
tanda gedeng nao (agar hama tidak masuk menyerang padi yang baru ditanam).
5.5.1.2 Upacara tong-tong suit (panen padi)
Upacara ini dilakukan apabila tanaman di sawah sudah waktunya dipanen.
Pemilik sawah kemudian mencari toaq lokaq (orang yang dituakan), ahli agama
(ustadz, ulama atau tuan guru), juga para tetangga untuk mengadakan upacara
syukuran atau selamatan. Prosesinya adalah:
a. Menyiapkan ancak yaitu anyaman dari bambu yang berbentuk segi empat yang
digunakan sebagai pengganti nare (dulang).
b. Ancak diisi dengan nasi sebatok (seperiuk kecil) dengan dialasi dengan
dedaunan. Selain dari tradisi ini, ada pula yang menggunakan seserahan
ketupat saat syukuran atau selamatan.
c. Di atas nasi atau ketupat diletakkan lekoq lekes yang terdiri dari daun
sirih, buah pinang, tembakau dan rokok.
94
d. Setelah selesai barulah tuan guru (ulama) memberikan do'a (memutah). Hal ini
sebagai bentuk rasa syukur kepada Sang Khalik karena masih diberikan rezeki
memanen padi. Selanjutnya, perlengkapan dibawah ke sawah untuk dipasang
atau digantung di tempat saluran air pertama yang masuk ke sawah. Pamong
desa mulai panen dengan membuat inaq pade (induk padi) yang diletakkan di
atas ancak. Setelah itu panen bisa dilaksanakan.
Lumbung penyimpan beras (pantek bale) dalam kehidupan sehari-hari tidak
boleh dalam keadaan kosong. Padi/gabah diambil dari lumbung pada saat
persedian beras yang ada sudah hampir habis atau bila ada upacara tertentu atau
keadaan darurat.
Begitulah cara masyarakat di Desa Jeruk Manis memperlakukan padi
sebagai sumber pangan dan mengelola ketahanan pangan secara tradisional. Jika
kearifan tradisional ini tetap dipertahankan, maka ketersediaan pangan yang
tersimpan dalam lumbung padi (pantek bale) dan kelestarian varietas padi yang
digunakan akan selalu terjaga. Hal ini menjadi ketahanan pangan tersendiri bagi
masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis dalam menghadapi isu permasalahan
pangan saat ini.
5.4.2 Sikap menghargai lingkungan
Sebelum memasuki kawasan hutan, terdapat kebiasaan-kebiasaan yang
sering dilaksanakan oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis. Mereka
mempercayai bahwa kawasan hutan TNGR merupakan rumah bagi makhluk
lainnya yang kasat mata. Bukan berarti syirik melainkan saling mengormati
sesama ciptaan Tuhan. Hal ini pula yang kemudian menentukan sikap dan tingkah
laku warga masyarakat di Desa Jeruk Manis sejak dahulu hingga sekarang yang
sangat menghargai lingkungan alam (hutan).
Saat ingin masuk hutan dengan tujuan tertentu seperti berburu atau mencari
ramuan tumbuhan obat biasanya warga masyarakat menempatkan daun muda
yang telah diiris lalu ditempatkan pada pohon yang besar. Biasanya pohon yang
dituju adalah pohon yang berada di sekitar mata air di dalam kawasan hutan
TNGR. Penempatan daun muda di pohon besar tersebut dimaksudkan sebagai
penyawiq atau pemberitahuan bahwa mereka ingin masuk hutan.
95
Selain itu, masyarakat di Desa Jeruk Manis juga terbiasa tidak menebang
pohon di dalam hutan. Bahkan di lahan milik pribadi, satu pohon yang ditebang
harus digantikan oleh sepuluh bibit pohon yang sama. Kebiasaan ini juga terlihat
saat masyarakat di Desa Jeruk Manis mengambil bahan dari hutan untuk dijadikan
ramuan obat.
Tumbuhan obat yang diambil dari hutan hanya digunakan untuk keperluan
pada saat sakit itu saja (pemanfaatan lestari). Beberapa tumbuhan obat yang
bernilai fungsional juga telah dibudidayakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk
Manis untuk mengurangi pengambilan langsung dari hutan. Hal ini mereka
lakukan untuk menjaga kelestarian hutan tersebut.
Menjaga kelestarian hutan merupakan wujud kesadaran warga di Desa Jeruk
Manis akan arti pentingnya hutan. Masyarakat di desa ini meyakini bahwa
kelestarian hutan akan sangat menentukan ketersedian mata air bagi desa mereka.
Air sangatlah penting bagi masyarakat di desa ini karena sebagian besar
masyarakatnya berprofesi sebagai petani dan keberdaan air sangat penting bagi
pengairan sawah mereka.
Masyarakat juga dilarang membuang sampah dan membakar di dalam
hutan, termasuk membuang sampah atau limbah rumah tangga di sungai, got atau
selokan. Kepedulian masyarakat terhadap lingkungan hutan dan kebersihan ini
tanpaknya karena ada rasa kebersamaan dan senasib sepenanggungan antara
warga.
Selain kepedulian warga terhadap lingkungan fisik, warga Desa Jeruk Manis
juga sangat peduli terhadap lingkungan sosialnya. Budaya gotong royong atau
saling tolong menolong (siru balas) masih kental terlihat di desa ini. Saat
menghadapi warga yang terkena musibah kematian atau saat mengadakan hajatan
tertentu, seperti pembangunan rumah, pesta perkawinan, sunatan, aqiqah dan lain
sebagainya, warga masyarakat turut berpartisipasi, baik dengan tenaga, barang
atau dengan uang.
Setiap yang membantu biasanya diberi makan sebagai bentuk ucapan terima
kasih. Hal ini sudah biasa berlangsung di Desa Jeruk Manis. Bahkan pada warga
yang tertimpah musibah atau terlihat kurang mampu setiap warga yang membantu
tersebut justru tidak ingin merepotkan dan cukup makan di rumah masing-masing.
96
5.6 Sintesis Pengembangan Tumbuhan Pangan dan Obat Potensial
Salah satu yang menjadi akar permasalahan konservasi adalah
ketidakberlanjutan pengetahuan lokal atau estafet local and tradisional
knowledge. Proses konservasi menjadi sulit ketika proses dari masa lalu tidak
bersambung ke masa kini. Pengalaman-pengalaman atau kearifan tradisional yang
diterapkan oleh nenek moyang terdahulu, kini banyak ditinggalkan dan dianggap
kuno. Budaya lokal nenek moyang kini telah banyak berganti dengan budaya
modern.
Kondisi umum budaya bangsa Indonesia juga diperparah dengan
dimanjanya bangsa Indoensia akan keanekaragaman hayati hutan tropika
Indonesia yang tinggi atau melimpah. Banyaknya pilihan yang dapat
dimanfaatkan dari hutan menjadi faktor yang mempengaruhi dan melonggarkan
daya juang serta semangat masyarakat untuk menggali, mengembangkan dan
memelihara pengetahuan tradisional tentang pemanfaatan keanekaragaman hayati
tersebut.
Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) yang juga memiliki
potensi keanekaragaman hayati yang tinggi juga seharusnya mampu
dimaksimalkan pemanfaatannya guna menunjang kesejahteraan masyarakat
sekitar. Salah satu masyarakat desa sekitar hutan yang masih memiliki kearifan
tradisional dalam hal pemanfaatan plasma nutfah tumbuhan dari kawasan TNGR
adalah masyarakat Suku Sasak yang tinggal di Desa Jeruk Manis.
Masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis memiliki kearifan tradisional
dalam pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan pangan dan obat. Hanya saja, saat ini
pengetahuan akan pemanfaatan tersebut belum menyebar merata di antara warga
masyarakat serta cenderung mulai ditinggalkan. Beberapa spesies potensial yang
banyak digunakan oleh industri jamu atau telah diteliti memiliki banyak
kandungan dan manfaat, belum banyak diketahui oleh masyarakat di desa ini.
Beberapa spesies tumbuhan yang potensial untuk dikembangkan oleh
masyarakat di Desa Jeruk Manis di antaranya pakis (Diplazium esculentum),
bebele (Centella asiatica), kayu sepang (Caesalpinia sappan) dan terong totok
(Solonum torvum). Dengan pengembangan spesies-spesies ini selain dapat
97
menjadi alternatif bagi terwujudnya kemandirian masyarakat lokal setempat juga
meningkatnya kesejahteraan mereka.
Pakis merupakan salah satu bahan makanan yang banyak di konsumsi
masyarakat di Pulau Lombok bahkan sampai ke Pulau Sumbawa. Permintaan
(demand) akan pakis pun begitu besar. Pakis ini banyak tumbuh di dalam kawasan
TNGR.
Saat ini masyarakat di Desa Jeruk Manis hanya memanen pakis dari dalam
kawasan hutan TNGR. Tidak hanya untuk dikonsumsi, pakis oleh masyarakat di
desa ini juga diperjualbelikan. Terhitung masyarakat dapat memperoleh
penghasilan tidak kurang Rp. 20.000,-/hari dari hasil mengambil pakis.
Tantangannya adalah sampai saat ini pakis belum tersentuh oleh teknologi seperti
dalam bentuk pengolahan atau pengemasannya karena spesies ini tidak tahan
disimpan lama maksimal hanya 24 jam.
Bebele merupakan tumbuhan liar yang melimpah tumbuh di Desa Jeruk
Manis. Selain berfungsi sebagai bahan pangan, secara empiris maupun ilmiah
tumbuhan ini dengan kandungannya terbukti mampu mengatasi berbagai macam
penyakit di antaranya kandungan triterpenoid saponin yaitu asiatic acid berfungsi
untuk meningkatkan aktivasi makrofag. Triterpenoids merupakan antioksidan
sebagai penangkap radikal bebas dan merevitalisasi pembuluh darah. Asiaticoside
dan senyawa sejenis juga berperan sebagai anti lepra (kusta).
Secara umum, bebele berkasiat sebagai hepatoprotektor yaitu melindungi sel
hati dari berbagai kerusakan akibat racun dan zat berbahaya. Bebele juga
mengandung beberapa macam vitamin yaitu A, B, E, G dan K, serta mengandung
nilai nutrisi yang membantu vitalitas tubuh dan berfungsi sedatif (Adina 2012).
Kayu sepang memiliki sebaran yang relatif kecil di kawasan sekitar TNGR.
Spesies ini dapat digunakan sebagai bahan minuman berupa sirup. Selain itu dari
bukti empiris tumbuhan ini telah lama digunakan oleh bangsawan Jawa untuk
mengobati berbagai macam penyakit khususnya penyakit yang berhubungan
dengan saluran pencernaan. Bahkan kayu sepang telah digunakan oleh beberapa
industri jamu ternama seperti PT. Bintang Toedjoe.
Terong totok selain berfungsi sebagai pemenuhan pangan berupa lalapan,
tumbuhan ini juga ternyata berfungsi sebagai antikanker, pengobatan penyakit
98
lambung, pinggang kaku dan bengkak terpukul, batuk kronis, bisul atau koreng,
jantung berdebar maupun nyeri jantung dan menurunkan tekanan darah tinggi.
Buah dan daun tumbuhan ini mengandung alkaloid steroid yaitu jenis
solasodin 0,84%, sedangkan kandungan buah kuning mengandung solasonin
0,1%, buah mentah mengandung chlorogenin, sisologenenone, torvogenin,
vitamin A dan mengandung neo-chlorogenine, panicolugenine dan akarnya
mengandung jurubine. Kandungan kimia yang terdapat pada tanaman obat ini
mampu bertindak sebagai antioksidan dan dapat melindungi jaringan tubuh dari
efek negatif radikal bebas. Terong totok memiliki aktivitas pembersih superoksida
yang tinggi yakni di atas 70% (Sirait 2009).
Spesies-spesies yang dijelaskan di atas dengan potensi yang ada perlu
didomestikasi dan dikembangkan lebih lanjut. Dengan konsep agro-forestry serta
pendekatan agro-industri skala rumah tangga yang tentunya dengan dukungan
IPTEK maka akan menjadikan komoditi di atas dapat langsung berimplikasi lebih
besar terhadap kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.
Tentunya hal ini juga dapat tercapai bila ada pendampingan yang bertahap
dan berkelanjutan dari pihak pengelola taman nasional serta perguruan tinggi
sebagai sumber ilmu dalam hal merancang serta memberikan pencerahan kepada
masyarakat akan pengembangan spesies-spesies potensial tersebut sehingga
manfaat atau dampak positif dapat dioptimalkan serta dampak negatif menjadi
minimal, height output internal and low input external.
Penerapan konkrit yang dapat diberikan sebagai upaya pengembangan
tumbuhan pangan dan obat antara lain:
1. Bentuk pengolahan atau pengemasan pakis yang ditunjang dengan teknologi
sehingga nilai jual pakis dapat lebih meningkat. Kemudian pengolahan lebih
lanjut dari komoditi bebele, kayu sepang dan terong totok sehingga menjadi
komoditi yang siap di jual seperti teh jamu bebele, sirup kayu sepang, simplisia
obat terong totok serta bentuk produk lainnya. Upaya domestikasi di kebun
terhadap spesies-spesies potensial merupakan wujud budidaya tumbuhan
menggunakan konsep agro-ferestry, juga perlu dilakukan khususnya tanaman
kayu sepang yang saat ini sebarannya relatif kecil di sekitar kawasan TNGR.
99
2. Pemanfaatan kembali kotoran sapi yang melimpah di Desa Jeruk Manis juga
perlu dilakukan. Fakta bahwa sebagian besar masyarakat di desa ini sebagai
petani dan peternak dengan produktifitas hasil pertanian yang masih kecil
karena tingkat kesuburan tanah yang rendah dan pengelolaan lahan pertanian
belum maksimal, dapat ditingkatkan dengan pemanfaatan limbah kotoran sapi
menjadi pupuk organik dan sumber energi. Dengan sistem pertanian terpadu
atau terintegrasi (Integrated Farming System) pemanfaatan limbah ternak sapi
menjadi sangat potensial. Oleh karenanya perlu didirikan pabrik olahan limbah
ternak serta dibuatkan aturan atau regulasi sebagai upaya pengoptimalan
pemanfaatan limbah ternak tersebut.
3. Pengembangan kapasitas SDM juga perlu dilakukan. Desain perencanaan
pengembangan tumbuhan pangan dan obat menggunakan teknologi untuk
meningkatkan nilai jual komoditi, mutlak ditunjang dengan SDM yang
mempuni. Pemberdayaan masyarakat Desa Jeruk Manis khususnya mereka
yang tergabung dalam kelompok masyarakat peduli hutan (KMPH) Kembang
Kuning perlu dilanjutkan karena rencana taman nasional dalam pengolahan
hutan bersama masyarakat seluas 2 Ha untuk menyabit rumput di sebelah barat
Resort Kembang Kuning, dikemudian hari menjadi lahan yang sangat potensial
untuk dijadikan tempat budidaya atau pengembangan spesies penting di atas.
4. Membangun program kampung konservasi pangan dan obat keluarga (POGA)
sebagai wadah yang mengorganisir masyarakat desa dalam pengoptimalan
pemanfaatan sumberdaya hutan setempat serta pengembangan kapasitas SDM.
Dari program ini juga dengan sendirinya akan terwujud konservasi hutan
Taman Nasional Gunung Rinjani.
5. Sistem pendidikan yang dijalankan bagi anak-anak di desa ini seharusnya tidak
hanya menitikberatkan pada kurikulum umum tapi juga merancang kurikulum
yang terintegrasi dengan kompetensi dan karakteristik sumberdaya alam serta
budaya masyarakat Desa Jeruk Manis. Fakta bahwa masyarakat Desa Jeruk
Manis sudah lama berinteraksi dan bergantung hidupnya dengan sumberdaya
hutan, tidak boleh dipisahkan dengan kurikulum saat ini yang cendrung
sekuler. Memadukan karakteristik sumberdaya alam dan budaya masyarakat
Desa Jeruk Manis dengan pendidikan yang dikembangkan dengan memberikan
100
materi seperti pendidikan tentang konservasi tumbuhan, pendidikan peramuan
tumbuhan obat atau aspek-aspek kajian lainnya yang mendukung
pengembangan pelestarian pemanfaatan tumbuhan bagi kesejahteraan dan
perekonomian masyarakat Desa Jeruk Manis.
Program peningkatan kapasitas SDM dan sistem pendidikan yang
ditawarkan di atas pada akhirnya diharapkan akan membentuk pilar Tri- Stimulus
Amar Konservasi yakni stimulus alamiah, stimulus manfaat dan stimulus relegius-
rela. Menurut Zuhud (2007) stimulus amar konservasi diharapkan menimbulkan 3
sikap konservasi yakni: 1) Cognitive (persepsi, pengetahuan, pengalaman,
pandangan dan keyakinan), 2) Affective (emosi, senang, benci, dendam, sayang,
cinta dan lain-lain), 3) Overt actions (kecenderungan bertindak). Ketiga sikap
konservasi tersebut diharapkan mengarah pada sikap yang positif dan akhirnya
menuju perilaku pro konservasi, hingga pada akhirnya konservasi dapat terwujud
di dunia nyata (Gambar 38).
Gambar 38 Diagram alir tri stimulus amar mewujudkan konservasi.
Ketika kekayaan sumber daya alam yang ada telah dimanfaatkan secara
maksimal dan menimbulkan kesadaran bahwa ternyata alam tersebut memiliki
nilai manfaat khususnya ekonomi bagi kesejahteraan masyarakat, maka stimulus
rela akan dengan sendirinya mengikuti.
Warga masyarakat akan menjaga kelestarian sumber daya alam yang
mereka miliki demi keberlangsungan pemanfaatan sumber daya alam tersebut.
Sikap dan perilaku pro konservasi secara tidak langsung akan terbentuk karena
masyarakat sadar akan nilai manfaat kekayaan sumber daya alam yang ada. Pada
akhirnya sikap dan perilaku ini menjadi jalan bagi terwujudnya konservasi di
dunia nyata.
Tri stimulus amar
Stimulus alamiah: kekayaan
sumber daya alam
Stimulus manfaat: nilai ekonomi
Stimulus relegius-rela
Sikap dan perilaku
pro konservasi
Konservasi
terwujud di
dunia nyata
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Teridentifikasi sebanyak 215 spesies dari 72 famili spesies tumbuhan pangan
dan obat yaitu sebanyak 136 spesies tumbuhan pangan dan 156 spesies
tumbuhan obat. Sebanyak 77 spesies di antara tumbuhan pangan dan obat
berfungsi ganda yakni sebagai tumbuhan pangan juga tumbuhan obat. Spesies
tumbuhan yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat Suku Sasak di Desa
Jeruk Manis untuk kebutuhan pangan dan obat-obatan cukup beragam dan
relatif tinggi. Beragamnya spesies ini menjadi tanda bahwa kawasan hutan
Taman Nasional Gunung Rinjani memiliki aset yang besar bagi pemenuhan
kehidupan dan pembangunan kesehatan khususnya masyarakat sekitar Taman
Nasional Gunung Rinjani.
2. Kearifan tradisional masyarakat di Desa Jeruk Manis cenderung hidup
menyesuaikan dengan potensi alam sekitarnya yaitu memanfaatkan
sumberdaya alam yang tersedia dan melakukan tindakan-tindakan konservasi.
Kearifan tradisional masyarakat dapat dilihat dari cara memperlakukan padi
dan sikap menghargai lingkungan. Tindakan konservasi yang dilakukan ini
merupakan wujud kearifan tradisional yang harus dipertahankan dan terus
dibudayakan demi kelangsungan sumberdaya alam yang dapat menjamin
keberlangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia.
6.2 Saran
1. Pengembangan program kampung konservasi pangan dan obat keluarga
(POGA) untuk mewujudkan kehidupan masyarakat Desa Jeruk Manis yang
sehat dan mandiri yang akhirnya berdampak pada kesejahteraan dan
kemakmuran mereka.
2. Pengembangan beberapa spesies tumbuhan pangan dan obat yang berpotensi
seperti pakis (Diplazium esculentum), bebele (Centella asiatica), kayu sepang
(Caesalpinia sappan) dan terong totok (Solonum torvum).
DAFTAR PUSTAKA
Abu A, Rabia. 2005. Urinary Diseases and Ethnobotany Among Pastoral Nomads
in The Middle East. Journal of Ethnobiology and Ethnomedicine 1 (4).
Adina. 2012. Daun Kaki Kuda atau Pegagan.
http://blog.unsri.ac.id/download1/33561.pdf [ 4 Juni 2012]
Adina. 2012. Multimanfaat Jambu Biji. Palembang: Universitas Sriwijaya.
Aliadi A, Roemantyo HS. 1994. Kaitan Pengobatan Tradisional dengan
Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Zuhud EAM dan Haryanto (editor).
Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika
Indonesia. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan IPB - (LATIN).
Aloevera N. 2011. Sejarah Lombok. http://nellyaloevera.student.umm.ac.id [1 Juli
2012].
Ariani M. 2005. Diversifikasi Pangan di Indonesia: Antara Harapan dan
Kenyataan. Bogor: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
Ayu FAP. 2012. Etnobotani Pangan Masyarakat Sekitar Suku Dayak Kenyah di
Sekitar Taman Nasional Kayan Mentarang, Kalimantan Timur [skripsi].
Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas
Kehutanan IPB.
[Balai IPTEKnet] Balai Jaringan Informasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
2005. Tanaman Obat Indonesia: Kencur (Kaempferia galanga, L.).
www.iptek.net.id/. [4 Juni 2012].
[Balai IPTEKnet] Balai Jaringan Informasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
2005. Tanaman Obat Indonesia: Tapak Liman (Elephantopus scaber L.).
www.iptek.net.id/. [4 Juni 2012].
[Balitbu] Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika. 2008. Tanaman yang
Berkhasiat Mengatasi Deman Berdarah Dengue. Warta Penelitian dan
Pengembangan Pertanian 30 (6): hlm. 17-18.
[BPOM RI] Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2005.
Peraturan Teknis Ketentuan Pokok Pengawasan Pangan Fungsional. Jakarta:
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
[BTNGR] Balai Taman Nasional Gunung Rinjani. 2005. Inventarisasi Tumbuhan
Obat di Resort Santong SKW I Lombok Barat. Mataram: Balai Taman
Nasional Gunung Rinjani.
[BTNGR] Balain Taman Nasional Gunung Rinjani. 2011. Masyarakat Adat.
http://rinjaninationalpark.org/obyek-wisata/masyarakat-adat. [4 Juni 2012).
[BTNGR] Balai Taman Nasional Gunung Rinjani. 2011. Sekilas Taman Nasional
Gunung Rinjani. Mataram: Balai Taman Nasional Gunung Rinjani.
Cakradinata Wasmat. 2006. Analisis Pemanfaatan Hutan Non Kayu Dalam
Pemberdayaan Masyarakat di Daerah Penyangga, TNGR. Mataram: Balai
Taman Nasional Gunung Rinjani.
103
Cronquist Arthur. 1980. Vascular Flora of The Southeastern United States
Volume 1: Asteraceae. USA: the University of North Corolina Press.
Desa Jeruk Manis. 2011. Selayang Pandang Desa Jeruk Manis 2011 (laporan).
Jeruk Manis, Lombok Timur.
[Dephut RI] Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 2009. Pangan Dari
Hutan (Kontribusi Sektor Kehutanan Dalam Mendukung Ketahanan Pangan
Nasional). Jakarta: Seminar Nasional “Hari Pangan Sedunia”.
[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal
Pengawas Obat dan Makanan. 1980. Materi Medika Indonesia. Jilid ke-4,
cetakan ke-1. Jakarta: Depkes RI.
[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal
Pengawas Obat dan Makanan. 1983. Peran Tumbuhan Obat.
http://www.pom.go.id/public/siker/desc/produk/racunalamitanaman.pdf. [20
Januari 2012].
Dhalimarta S, Adrian F. 2011. Khasiat Buah dan Sayur. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Dharmono. 2007. Kajian Etnobotani Tumbuhan Jalukap (Centella asiatica L.) di
Suku Dayak Bukit Desa Haratai 1 Loksado. Bioscientiae 4( 2): hlm. 71-78.
Djarwaningsih T. 2007. Jenis-Jenis Euphorbiaceae (Jarak-Jarakan) yang
Berpotensi Sebagai Obat Tradisional. Bogor: Herbarium Bogoriense Bidang
Botani, Puslit Biologi - LIPI.
Hanani NAR. 2009. Monitoring dan Evaluasi Ketahanan Pangan.
http://www.askep.net. [4 Juni 2012].
Hardinsyah. 2008. Pola Makan & Minum Sehat Optimalkan Stamina. Bogor:
Departemen Gizi Masyarakat Fema IPB.
Hariyadi P. 2010. Penguatan Industri Penghasil Nilai Tambah Berbasis Potensi
Lokal (Peranan Teknologi Pangan untuk Kemandirian Pangan). Jurnal
Pangan 19 (4): hlm. 295-301.
Hutasuhut MA. 2011. Studi Tumbuhan Herba di Hutan Sibayak 1 [tesis]. Medan:
Program Pascasarjana Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sumatera Utara.
Istuti W, Nurbana S. 2006. Budidaya Jamur Tiram. Info Teknologi Pertanian No.
88. Jawa Timur: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.
Kalima T. 2008. Keragaman Spesies Rotan yang Belum Dimanfaatkan di Hutan
Tumbang Hiran, Katingan, Kalimantan Tengah. Info Hutan 5(2): hlm.161-
175.
Kardinan A. 2002. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Kartikawati SM. 2004. Pemanfaatan Sumberdaya Tumbuhan Oleh Masyarakat
Dayak Meratus di Kawasan Hutan Pegunungan Meratus Kabupaten Hulu
Sungai Tengah [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB.
104
Keraf AS. 2002. Etika Lingkungan. Jakarta: Kompas.
Koswara S. 2010. Kacang-Kacangan, Sumber Serat yang Kaya Gizi. Dalam
www.ebookpangan.com. [20 Juni 2012].
Lawrence, George HM. 1951. Taxonomy of Vascular Plants. Third Edition. New
York: the Macmillan Company.
Mackinnon K, Hatta G, Halim H, Mangalik. 2000. Ekologi Kalimantan. Alih
Bahasa Gembong Tjitrosoepomo. Jakarta: Penerbit Prenhallindo.
Manoi F. 2009. Binahong (Anredera cordifolia) Sebagai Obat. Warta Penelitian
dan Pengembangan 15 (1): hlm. 3-6.
Mardalis. 2004. Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi
Aksara.
Martin GJ. 1998. Etnobotani: Sebuah Manual Pemeliharaan Manusia dan
Tumbuhan. Mohamed M, Penerjemah: Kinabalu: World Life Fund for
Nature. Terjemahan dari. Natural History Publication (Borneo).
McGregor Tom. 2003. Perfect Diet for Weight Loss, Vitality and Health
(Formerly North American Diet). North American: www.freedom-you.com.
[20 Juni 2012].
Moeljopawiro S, Manwan I. 1992. Pengembangan Pemanfaatan Tanaman Pangan
di Indonesia. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani.
Cisarua, 19-20 Februari 1992. Bogor: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia dan Perpustakaan RI. hlm: 288-299.
Mulvany Patrick. 2010. Agroecology Is The Answer for Rural Economics in
Developing Countries. Bogor: Stadium General Agroecology sebagai
Jawaban Ekonomi Negara-negara Berkembang di Kampus IPB Dramaga
Bogor.
Nasution S. 2003. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.
Oktaviana LM. 2008. Pemanfaatan Tradisional Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat
di Sekitar Kawasan Cagar Alam Gunung Tilu, Jawa Barat [skripsi]. Bogor:
Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan
IPB.
Pramesthi AY. 2008. Kajian Etnofitomedika dan Potensi Tumbuhan Obat di
Taman Nasional Gunung Rinjani (Studi Kasus di Desa Montong Betok,
Kecamatan Montong Gading, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara
Barat) [skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB.
Pujowati Penny. 2006. Pengenalan Ragam Tanaman Laskap Asteraceae
(Compositae) [laporan]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Departemen
Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian IPB.
Purwadarminta WJS. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
105
Purwanto Y, Walujo EB. 1992. Etnobotani Suku Dani di Lembah Baliem-Irian
Jaya: Suatu Telaah Tentang Pengetahuan dan Pemanfaatan Sumberdaya
Alam Tumbuhan. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani.
Cisarua, 19-20 Februari 1992. Bogor: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia dan Perpustakaan RI. hlm: 132-148.
Purwanto Y. 2000. Etnobotani dan Konservasi Plasma Nutfah Holtikultura: Peran
Sistem Pengetahuan Lokal Pada Pengembangan dan Pengelolaannya.
Prosiding Seminar Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional. Bogor:
Laboratorium Etnobotani, Puslitbang Biologi-LIPI dan Lembaga Etnobotani
Indonesia. hlm. 308-322.
Putri GM. 2012. Vitamin-Vitamin Penting Untuk Tubuh (II). Majalah Health.
Rifai MA, Walujo EB. 1992. Etnobotani dan Pengembangan Tetumbuhan
Pewarna Indonesia: Ulasan Suatu Pengamatan di Madura. Prosiding
Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani. Cisarua, 19-20 Februari 1992.
Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian
RI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Perpustakaan RI. hlm. 119-
126.
Riswan S, Andayaningsih D. 2008. Keanekaragaman Tumbuhan Obat yang
Digunakan dalam Pengobatan Tradisional Masyarakat Sasak Lombok Barat.
Farmasi Indonesia 4 (2): hlm. 96 -103.
Rostiana O, Hadipoentyanti E, Abdullah A. 1992. Potensi Bahan Pewarna Alam
di Indonesia. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani.
Cisarua, 19-20 Februari 1992. Bogor: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia dan Perpustakaan RI. hlm: 127-131.
Sajogyo P. 1987. Peranan Wanita dalam Pembangunan Suatu Tinjauan Sosiologi.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Salerno G, Guarrera PM, Caneva G. 2005. Agricultural, Domestic and Handicraft
Folk Uses of Plants in The Tyrrhenian Sector of Basilicata (Italy). Journal of
Ethnobiology and Ethnomedicine (1): 2.
Santoso BB, Hariyadi. 2008. Metode Pengukuran Luas Daun Jarak Pagar
(Jatropha curcas L.). Magrobis 8 (1): hlm. 17-22.
Sartini. 2004. Menggali Kearifan Lokal Nusantara Sebuah Kajian Filsafat. Jurnal
Filsafat 37 (2): hlm. 111-120.
Sevilla CG. 1993. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Silalahi RGH. 2011. Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi dengan Kesegaran
Jasmani Pada Murid SMP St. Thomas 3 Medan [skripsi]. Medan: Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.
Simanungkalit R, Suriadikarta D, Saraswati R, Setyorini D, Hartatik W. 2006.
Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Bogor: Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
106
Sirait Nursalam. 2009. Terong Cepoka (Solanum torvum) Herba yang Berkhasiat
Sebagai Obat. Warta Penelitian dan Pengembangan 15 (3): hlm. 10-11.
Soejoeti SZ. 2008. Konsep Sehat, Sakit dan Penyakit dalam Konteks Sosial
Budaya. Jakarta: Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
Soekarman, Riswan S. 1992. Status Pengetahuan Etnobotani di Indonesia.
Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani. Cisarua, 19-20
Februari 1992. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI,
Departemen Pertanian RI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan
Perpustakaan RI. hlm: 1-7.
Soeriaadmadja RE. 1997. Ilmu Lingkungan. Bandung: ITB.
Soil Survey Staff. 1998. Keys To Soil Taxonomy, 8th
Edition 1998. Nasional
Resources Conservation Service, USA.
Somantri L. 2008. Mengenal Suku Bangsa di Pegunungan Tengah Papua.
Seminar dengan Tema “Papua Sudah”; Gedung PKM UPI, 19 November
2008. Papua: UPI. hlm. 1-14.
Sugiyono. 2006. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suhartini. 2009. Kajian Kearifan Lokal Masyarakat dalam Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Seminar Nasional Penelitian,
Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA, Universitas Negeri
Yogyakarta, 16 Mei 2009. hlm. 206-218.
Sunarti S, Rugayah, Djarwaningsih T. 2007. Tumbuhan Berpotensi Bahan Pangan
di Cagar Alam Tangale. Biodiversitas 8(2): hlm. 88-91.
Supardi S, Notosiswoyo M. 2005. Pengobatan Sendiri Sakit Kepala, Demam,
Batuk dan Pilek Pada Masyarakat di Desa Ciwalen, Kecamatan
Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Majalah Ilmu
Kefarmasian 2 (3): hlm. 134–144.
Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 149/SK/Menkes/IV/1978 pada tanggal
28 April 1978.
Suwahyono N, Sudarsono B, Waluyo EB. 1992. Pengelolaan Data Etnobotani
Indonesia. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani. Cisarua,
19-20 Februari 1992. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI,
Departemen Pertanian RI, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan
Perpustakaan RI. hlm: 8-15.
Suwardji, Tejowulan. 2002. Pengembangan Wilayah Lahan Kering di Provinsi
NTB Untuk Mendukung Otonomi Daerah. Mataram: Pusat Pengkajian
Lahan Kering dan Rehabilitasi Lahan Fakultas Pertanian Unram.
Swastika DKS. 2011. Membangun Kemandirian dan Kedaulatan Pangan Untuk
Mengentaskan Petani Dari Kemiskinan. Jurnal Pengembangan Inovasi
Pertanian 4(2): hlm. 103-117.
Tjitrosoepomo G. 1988. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
107
Undang-Undang Republik Indonesia No.7 Tahun 1996 Tentang Pangan.
Undang-Undang Republik Indonesia No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.
Wirapati RD. 2008. Efektivitas Pemberian Tepung Kencur (Kaempferia galanga
Linn) Pada Ransum Ayam Broiler Rendah Energi dan Protein Terhadap
Performan Ayam Broiler, Kadar Kolestrol, Persentase Berat Hati, dan Bursa
Fabrisius [skripsi]. Bogor: Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak,
Fakultas Peternakan IPB.
Wisnu IMW, Prisdiminggo, Surachman A. 2004. Sistem Usahatani Untuk
Meningkatkan Ketahanan Pangan Pada Lahan Kering Dataran Tinggi di
Kabupaten Lombok Timur. Narmada: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
NTB.
Zuhud EAM, Ekarelawan, Riswan S. 1994. Hutan Tropika Indonesia Sebagai
Sumber Keanekaragaman Plasma Nutfah Tumbuhan Obat. Dalam
Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika
Indonesia. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas
Kehutanan IPB.
Zuhud EAM, Siswoyo, Sandra E, Soekmadi R, Adhiyanto E. 2004. Penyusunan
Rancangan dan Pengembangan Sumberdaya Alam Hayati Berupa
Tumbuhan di Kabupaten Sintang. Bogor: Kerjasama Fakultas Kehutanan
IPB dengan Bappeda Kabupaten Sintang.
Zuhud EAM. 2007. Sikap Masyarakat dan Konservasi: Suatu Analisis Kedawung
(Parkia timoriana (DC) Merr.) Sebagai Stimulus Tumbuhan Obat Bagi
Masyarakat, Kasus di Taman Nasional Meru Betiri [disertasi]. Bogor:
Sekolah Pascasarjana IPB.
___________. 2009. Potensi Hutan Tropika Indonesia sebagai Penyangga Bahan
Obat Alam untuk Kesehatan Bangsa. Jurnal Bahan Alam Indonesia 6 (6):
hlm. 227-232.
___________. 2011. Pengembangan Desa Konservasi Hutan Keanekaragaman
Hayati untuk Mendukung Kedaulatan Pangan dan Obat Keluarga (POGA)
Indonesia dalam Menghadapi Ancaman Krisis Baru Ekonomi Dunia di Era
Globalisasi. Orasi Ilmiah Guru Besar IPB. Bogor: IPB Press.
LAMPIRAN
109
Lampiran 1 Spesies tumbuhan pangan yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis
Famili No. Nama Lokal Nama Ilmiah Habitus Status
Budidaya
Kegunaan Tipe Habitat
Amaranthaceae 1 Bayam Amaranthus caudatus Rumph. Semak Semi
budidaya
Sayur Kebun
2 Bayam Hutan/Lembayin
Baqe
Cyathula prostrata (L.) Blume
Herba Liar Sayur Hutan, Kebun, Pinggir jalan, Sawah
Anacardiaceae 3 Jambu Monyet Anacardium occidentale L. Pohon Budidaya Buah Hutan, Kebun,
Pekarangan
4 Pao Mangifera indica L. Pohon Budidaya Buah Kebun, Pekarangan
Annonaceae 5 Srikaya Belanda Annona muricata L. Pohon Budidaya Buah Hutan, Kebun,
Pekarangan
6 Srikaya Tai Bembe
Annona squamosa L. Pohon Budidaya Buah Pekarangan
Apiaceae/
Umbelliferae
7 Saladri Apium graveolens L. Herba Budidaya Penyedap atau
bumbu masak
Pekarangan
8 Wortel Daucus carota L. Herba Budidaya Sayur Kebun
9 Bebele Centella asiatica, (L.), Urb. Herba Liar Sayur Hutan, Kebun,
Lapangan bola, Pinggir
jalan, Pinggir kali,
Sawah Araceae 10 Biraq Alocasia portora Bloom Herba Semi
budidaya
Karbohidrat Hutan, Kebun,
Pekarangan
11 Loma` Xanthosoma violaceum Schott Herba Semi
budidaya
Karbohidrat Kebun, Pekarangan,
Pinggir jalan, Sawah
12 Tojang Colocasia esculenta (L.)
Schott
Herba Liar Sayur Hutan, Pinggir jalan,
Pinggir kali
13 Tongei Schismatoglottis rupestris
Zoll. & Moritzi ex Zoll.
Herba Liar Karbohidrat Hutan, Kebun
Araliaceae 14 Pengeng Trevesia burckii Boerl. Perdu Liar Sayur Hutan, Kebun
110
Lampiran 1 Spesies tumbuhan pangan yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis (lanjutan)
Famili No. Nama Lokal Nama Ilmiah Habitus Status
Budidaya
Kegunaan Tipe Habitat
Arecaceae 15 Aren/ Enau Arenga pinnata (Wurmb)
Merr.
Pohon Budidaya Minuman, buah Kebun, Pekarangan
16 Buaq Areca catechu L. Pohon Semi budidaya
Buah Hutan, Kebun
17 Klempejing Areca sp. Pohon Liar Sayur Hutan
18 Nyiur Cocos nucifera L. Pohon Budidaya Buah Kebun, Pekarangan,
Sawah
19 Rotan Daemonorops sp. Liana Liar Sayur Hutan
Asteraceae 20 Bluntas Pluchea indica (L.) Less. Perdu Liar Sayur Kebun
21 Pepao Emilia sonchifolia (L.) DC. Herba Liar Sayur Hutan, Kebun, Pinggir
jalan, Sawah
22 Gegaok Erechtites valerianifolia (Link
ex Wolf) Less. ex DC.
Herba Liar Sayur Hutan, Kebun, Sawah
Auriculariaceae 23 Jamur Kuping Auricularia auricula-judae
Schrot
Efipit/
benalu
Liar Sayur Hutan, Kebun
Begoniaceae 24 Blincang 1 Begonia grandis Dryand. Herba Liar Penyedap atau bumbu masak
Hutan
25 Blincang 2 Begonia isoptera Dryand. ex
Sm.
Herba Liar Penyedap atau
bumbu masak
Hutan
Bombacaceae 26 Randu Ceiba Pentandra (L.) Gaertn Pohon Semi
budidaya
Buah Hutan, Kebun
Brassicaceae 27 Jaong Rorippa indica (L.) Hiern Herba Liar Sayur Hutan, Kebun, Sawah
Cactaceae 28 Buah Naga Hylocereus undatus (Haw.)
Britt.Et R
Liana Budidaya Buah Pekarangan
Cannaceae 29 Sebek Canna edulis Ker. Herba Liar Penyedap atau
bumbu masak
Hutan, Pinggir kali
111
Lampiran 1 Spesies tumbuhan pangan yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis (lanjutan)
Famili No. Nama Lokal Nama Ilmiah Habitus Status
Budidaya
Kegunaan Tipe Habitat
Caricaceae 30 Gedang Carica papaya L. Pohon Budidaya Buah Kebun, Pekarangan,
Sawah
Chloranthaceae 31 Beberas/Nenasi Hutan
Chloranthus spicatus (Thunb.) Makino
Perdu Liar Buah Hutan, Kebun
Clusiaceae 32 Manggis Garcinia mangostana L. Pohon Budidaya Buah Kolam ikan, Pinggir
kali
Convolvulaceae 33 Ambon Gula Ipomoea batatas Poir Liana Semi
budidaya
Karbohidrat Hutan, Kebun, Pinggir
jalan
34 Kangkung Ipomoea aquatica Forsk Liana Budidaya Sayur Kebun, Kolam ikan
Cucurbitaceae 35 Bokar/Sondak Lagenaria leucantha (Duch.)
Rusby
Liana Budidaya Sayur Kebun
36 Jebet/Jepan Sechium edule (Jacq.) Swartz, Liana Budidaya Sayur Kebun, Pekarangan
37 Pria Momordica charantia L. Liana Budidaya Sayur Kebun, Pekarangan,
Sawah
38 Semangka Citrullus lanatus(Thunb.)
Matsum. & Nakai
Liana Budidaya Buah Kebun
39 Teruok Gagak Luffa acutangula L. Roxb. Liana Budidaya Sayur Kebun
40 Timun Bolo Coccinia grandis (L.) Voigt Liana Liar Buah Hutan, Kebun, Sawah
41 Wolu Cucurbita moschata Durch Liana Budidaya Sayur Kebun
Dioscoreaceae 42 Gadung Dioscorea hispida Dennust Liana Semi
budidaya
Buah Hutan, Kebun
Elaocarpaceae 43 Gumitri Elaeocarpus sp. Pohon Liar Buah Hutan
Euphorbiaceae 44 Ambon Jawa Manihot utilisima Pohl Perdu Budidaya Karbohidrat, Sayur Kebun, Pekarangan
45 Cermen Phyllanthus acidus (L.)
Skeels.
Pohon Budidaya Buah Pekarangan
112
Lampiran 1 Spesies tumbuhan pangan yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis (lanjutan)
Famili No. Nama Lokal Nama Ilmiah Habitus Status
Budidaya
Kegunaan Tipe Habitat
Euphorbiaceae 46 Kepundung Baccaurea recemosa Muell.
Arg.
Pohon Budidaya Buah Kebun, Pekarangan
47 Lekong Aleurites moluccana (L.) Will Pohon Semi budidaya
Penyedap atau bumbu masak
Hutan, Kebun, Pekarangan
48 Sager Sauropus adrogynus (L.) Merr Perdu Budidaya Sayur Kebun, Pekarangan
49 Buni Antidesma bunius (L.) Spreng Pohon Liar Buah Hutan
Fabaceae 50 Antap Vigna sinensis (L.) Savi Ex
Has
Semak Budidaya Sayur Kebun, Pekarangan,
Sawah 51 Bage Tamarindus indica L. Pohon Budidaya Penyedap atau
bumbu masak
Kebun
52 Bengkoang Pachyrhizus erosus (L.)
Urban
Liana Budidaya Buah Kebun, Pekarangan
53 Boro Sapa Erythrina variegata L. Herba Liar Sayur Kebun, Pinggir kali
54 Botor Psophocarpus tetragonolobus
(L.) D.C.
Liana Budidaya Sayur Kebun, Pekarangan,
Sawah
55 Buncis Phaseolus vulgaris L. Semak Budidaya Sayur Kebun, Sawah
56 Kacang Tanah Arachis hypogea L. Semak Budidaya Sumber Vitamin
dan Mineral
Kebun
57 Kayu Sepang Caesalpinia sappan L. Perdu Liar Minuman Hutan
58 Kedelai Glycine max (L.) Merr. Herba Budidaya Minuman, Sayur Kebun
59 Ketujur Sesbania grandiflora (L.)
Pers.
Perdu Budidaya Sayur Kebun, Pekarangan,
Sawah
60 Komak Lablab purpureus (L.) Sweet Liana Budidaya Sayur Kebun, Pekarangan,
Sawah
Lamiaceae 61 Kemangi Ocimum basilicum L. Herba Budidaya Penyedap atau
bumbu masak
Pekarangan
Lauraceae 62 Kayu Manis Cinnamomum burmannii
(Nees &Th. Nees)
Pohon Budidaya Penyedap atau
bumbu masak
Hutan, Kebun
113
Lampiran 1 Spesies tumbuhan pangan yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis (lanjutan)
Famili No. Nama Lokal Nama Ilmiah Habitus Status
Budidaya
Kegunaan Tipe Habitat
Lauraceae 63 Pokat Persea americana Mill. Pohon Budidaya Buah, Sayur Hutan, Kebun,
Pekarangan, Sawah
Liliaceae 64 Bawang Daun Allium fistulosum L. Herba Budidaya Penyedap atau bumbu masak
Kebun, Pekarangan
65 Bawang Mira Allium cepa L. Herba Budidaya Penyedap atau
bumbu masak
Kebun, Pekarangan
66 Bawang Putih Allium sativum L. Herba Budidaya Penyedap atau
bumbu masak
Kebun
Limnocharitaceae 67 Mareng Limnocharis flava (L.)
Buchenau
Herba Liar Sayur Pinggir kali
Linderniaceae 68 Belimbing Bake Torenia fournieri Linden ex
E. Fourn.
Herba Liar Buah Hutan, Kebun,
Pekarangan, Sawah
Malvaceae/
(Sterculiaceae)
69 Durian Durio zibethinus Rumph. ex
Murray
Pohon Budidaya Buah Hutan, Kebun,
Pekarangan
70 Jamia Abelmoschus esculentus (L.) Moench
Perdu Budidaya Sayur Kebun, Pekarangan
71 Coklat Teobroma cacao L. Pohon Budidaya Buah Kebun, Pekarangan
Marantaceae 72 Marus Maranta arundinacea L. Herba Liar Karbohidrat Hutan, Kebun
Melastomataceae 73 Mas-mas Melastoma malabathricum L. Perdu Liar Buah Hutan
74 Srijate Medinilla speciosa (Reinw. ex Blume) Blume
Perdu Liar Sayur Hutan
Meliaceae 75 Cururung Lansium domesticum Corrêa Pohon Budidaya Buah Kebun
76 Sentul Sandoricum koetjape
(Burm.f.) Merr.
Pohon Budidaya Buah Kebun
Moraceae 77 Goak Ficus fistulosa Reinw. ex
Blume
Pohon Liar Buah Hutan
114
Lampiran 1 Spesies tumbuhan pangan yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis (lanjutan)
Famili No. Nama Lokal Nama Ilmiah Habitus Status
Budidaya
Kegunaan Tipe Habitat
Moraceae 78 Nangka Artocarpus heterophyllus
Lamk.
Pohon Budidaya Buah Hutan, Kebun,
Pekarangan
79 Sukun Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg
Pohon Budidaya Sayur Kebun
80 Terep Artocarpus elasticus Reinw.
ex Blume
Pohon Semi
budidaya
Buah Hutan
81 Kulur Artocarpus camansi (Park.)
Fsb
Pohon Budidaya Sayur Hutan, Kebun
Moringacaea 82 Kelor Moringa pterygosperma,
Gaertn.
Perdu Budidaya Sayur Kebun, Pekarangan
Muntingiaceae 83 Kersen Muntingia calabura L. Pohon Semi
budidaya
Buah Kebun, Pekarangan
Musaceae 84 Punti Musa spp. Herba Budidaya Buah, Sayur Kebun, Pekarangan
85 Punti Lumut Musa acuminata Colla Herba Budidaya Buah, Sayur Kebun, Pekarangan
Myrsinaceae 86 Kayu Pelina Ardisia lanceolata Roxb. Perdu Liar Sayur Hutan
Myrtaceae 87 Cengkeh Syzygium aromaticum (L.) Merr.
Pohon Budidaya Penyedap atau bumbu masak
Hutan, Kebun, Pekarangan
88 Jukut Hutan Syzygium sp. Pohon Liar Sayur Hutan
89 Klayu Syzygium cumini (L.) Skeels Pohon Budidaya Buah Hutan, Kebun, Sawah
90 Klekes Udang Syzygium sp. Pohon Liar Buah Hutan
91 Nyambu Batu Psidium guajava L. Perdu Budidaya Buah Hutan, Kebun,
Pekarangan
92 Salam Syzygium polyanthum
(Wight.) Walp
Pohon Budidaya Penyedap atau
bumbu masak
Kebun
Oxalidaceae 93 Belimbing Ble Averrhoa carambola L. Pohon Budidaya Buah Kebun, Pekarangan
115
Lampiran 1 Spesies tumbuhan pangan yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis (lanjutan)
Famili No. Nama Lokal Nama Ilmiah Habitus Status
Budidaya
Kegunaan Tipe Habitat
Oxalidaceae 94 Belimbing Bolo Averrhoa bilimbi L. Pohon Budidaya Penyedap atau
bumbu masak
Pekarangan
Pandanaceae 95 Pandan Pandanus amaryllifolius Roxb.
Herba Budidaya Penyedap atau bumbu masak
Pekarangan
Piperaceae 96 Lada Piper nigrum L. Liana Liar Penyedap atau
bumbu masak
Hutan, Kebun
97 Leko Kajol/Sirih
Monyet
Piper retrofractum Vahl Hab. Liana Liar Penyedap atau
bumbu masak
Hutan, Kebun
98 Umbe/Omba Piper umbellatum L. Perdu Liar Buah, Sayur Hutan, Kebun
Poaceae 99 Bambu Bambusa spp. Semak Semi
budidaya
Sayur Kebun
100 Jagung Zea mays L. Perdu Budidaya Buah Kebun
101 Pade Oryza sativa L. Semak Budidaya Makanan pokok Sawah
102 Sereh Cymbopogon nardus (L.)
Rendle.
Semak Budidaya Penyedap atau
bumbu masak
Pekarangan
103 Tebu Saccharum sp. Herba Budidaya Minuman Pekarangan
Polypodiaceae 104 Pakis/Paku Bele,
Paku Manis
Diplazium esculentum (Retz.)
Sw.
Pakis-
pakisan
Liar Sayur Hutan, Pinggir kali
Rosaceae 105 Kemutung Rubus rosaefolius Smith Semak Liar Buah Hutan, Kebun
106 Rerendem Rubus moluccanus L. Liana Liar Buah Hutan
107 Stroberi Fragaria ananassa Duchesne Herba Budidaya Buah Pekarangan
Rubiaceae 108 Ketepu Ophiorrhiza neglecta Blume
ex Dc
Herba Liar Sayur Hutan
109 Kopi
Hutan/Banyut
Tricalysia singularis K. Sch. Pohon Liar Sayur Hutan
116
Lampiran 1 Spesies tumbuhan pangan yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis (lanjutan)
Famili No. Nama Lokal Nama Ilmiah Habitus Status
Budidaya
Kegunaan Tipe Habitat
Rubiaceae 110 Tetandan
Ginantrum
Uncaria gambir (Hunter)
Roxb.
Liana Liar Minuman Hutan
111 Kopi Coffea robusta Lindl.Ex De Will
Perdu Budidaya Minuman Hutan, Kebun, Pekarangan
Rutaceae 112 Jeruk Bele Citrus maxima (Burm.) Merr. Pohon Budidaya Buah Pekarangan
113 Jeruk Lemon Citrus limon (L.) Burm.f. Perdu Budidaya Penyedap atau
bumbu masak
Pekarangan
114 Jeruk Nipis Citrus aurantifolia (Christm.)
Swingle
Perdu Budidaya Penyedap atau
bumbu masak
Pekarangan
115 Ketimis Clausena excavata Burm.f. Perdu Budidaya Sayur Kebun
116 Munte Citrus hystrix Dc Perdu Budidaya Penyedap atau
bumbu masak
Kebun, Pekarangan
Sapindaceae 117 Buluan Nephelium lappaceum L. Pohon Budidaya Buah Kebun, Pekarangan
Sapotaceae 118 Sabo Manilkara zapota (L.) Van
Royen
Pohon Budidaya Buah Kebun, Pekarangan,
Pinggir jalan, Sawah
Solanaceae 119 Bilong Solanum retroflexum Dunal Herba Liar Sayur Pekarangan, Pinggir jalan, Sawah
120 Kecepok/
Klampokan
Physalis angulata L. Herba Liar Sayur Pinggir jalan
121 Sebia Capsicum frutescens L. Perdu Budidaya Penyedap atau
bumbu masak
Kebun, Pekarangan,
Sawah
122 Terong Solanum melongena L. Perdu Budidaya Sayur Kebun, Pekarangan
123 Terong ace Solanum lycopersicum L. Perdu Budidaya Sayur Kebun, Pekarangan
124 Terong Totok Solonum torvum Swartz Perdu Budidaya Sayur Pekarangan
Tricholomataceae 125 Jamur Ekor Pleurotus ostreatus Champ.
Jura. Vosg.
Efipit/
benalu
Liar Sayur Hutan
117
Lampiran 1 Spesies tumbuhan pangan yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis (lanjutan)
Famili No. Nama Lokal Nama Ilmiah Habitus Status
Budidaya
Kegunaan Tipe Habitat
Verbenaceae 126 Jejengas Lantana camara L. Perdu Liar Buah Hutan, Kebun, Pinggir
jalan, Pinggir kali,
Sawah Vitaceae 127 Gegula Cissus verticillata(L.)
Nicolson & C.E. Jarvis
Liana Liar Sayur (Lalap) Hutan
Zingiberaceae 128 Bujak Zingiber sp. Herba Liar Penyedap atau
bumbu masak
Hutan, Kebun, Sawah
129 Jahe Zingiber officinale Roxb. Herba Budidaya Penyedap atau
bumbu masak,
Minuman
Hutan, Kebun,
Pekarangan
130 Kelempanas Amomum maximum Roxb. Herba Liar Buah Hutan
131 Kelempui` Amomum subulatum Roxb. Herba Liar Buah Hutan
132 Kunci Gastrochilus panduratum
(Roxb) Schult
Herba Budidaya Penyedap atau
bumbu masak
Hutan, Kebun
133 Kunyit Curcuma domestica Val. Herba Budidaya Penyedap atau bumbu masak
Kebun, Pekarangan, Sawah
134 Kunyit Asa Curcuma xanthorrhiza Roxb. Herba Budidaya Penyedap atau bumbu masak
Hutan, Kebun
135 Lengkuas/Laos Alpinia galanga (L.) Willd. Herba Budidaya Penyedap atau
bumbu masak
Kebun, Pekarangan,
Pinggir kali
136 Sekur Kaempferia galanga L. Herba Budidaya Penyedap atau
bumbu masak,
Minuman
Hutan, Pekarangan
118
Lampiran 2 Spesies tumbuhan pangan fungsional yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis
Famili No. Nama Lokal Nama Ilmiah Habitus Bag. yang digunakan
Amaranthaceae 1 Bayam Amaranthus caudatus Rumph. Semak Daun
2 Bayam hutan/lembayin
Baqe
Cyathula prostrata (L.) Blume Herba Daun
Annonaceae 3 Srikaya Belanda Annona muricata L. Pohon Daunnya, Buah
4 Srikaya Tai Bembe Annona squamosa L. Pohon Daun
Apiaceae/Umbelliferae 5 Saladri Apium graveolens L. Herba Batang, Daun.
6 Bebele Centella asiatica (L.), Urb. Herba Seluruh bagian
Araceae 7 Biraq Alocasia 'Portora' Bloom Herba Batang pelepah
8 Tongei Schismatoglottis rupestris Zoll. & Moritzi ex Zoll. Herba Umbi
Arecaceae 9 Buaq Areca catechu L. Pohon Daun, Biji
10 Nyiur Cocos nucifera L. Pohon Buah
11 Rotan Daemonorops sp Liana Air rotan
Asteraceae 12 Bluntas Pluchea indica (L.) Less. Perdu Daun
13 Pepao Emilia sonchifolia (L.) DC. Herba Daun
14 Gegaok Erechtites valerianifolia (Link ex Wolf) Less. ex
DC.
Herba Akar, Daun
Begoniaceae 15 Blincang 1 Begonia grandis Dryand. Herba Seluruh bagian
16 Blincang 2 Begonia isoptera Dryand. ex Sm. Herba Seluruh bagian
Bombacaceae 17 Randu Ceiba Pentanda (L.) Gaertn. Pohon Daun
Brassicaceae 18 Jaong Rorippa indica (L.) Hiern. Herba Daun
Caricaceae 19 Gedang Carica papaya L. Pohon Daun
Chloranthaceae 20 Beberas/Nenasi Hutan Chloranthus spicatus (Thunb.) Makino Perdu Daun, Akar
119
Lampiran 2 Spesies tumbuhan pangan fungsional yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis (lanjutan)
Famili No. Nama Lokal Nama Ilmiah Habitus Bag. yang digunakan
Clusiaceae 21 Manggis Garcinia mangostana L. Pohon Getah
Convolvulaceae 22 Ambon Gula Ipomoea batatas Poir Liana Daun, Umbi
23 Kangkung Ipomoea aquatica Forsk. Liana Daun
Cucurbitaceae 24 Bokar/Sondak Lagenaria leucantha (Duch.) Rusby Liana Buah
25 Semangka Citrullus lanatus(Thunb.) Matsum. & Nakai Liana Buah
26 Teruok Gagak Luffa acutangula (L.) Roxb. Liana Daun
27 Timun Bolo Coccinia grandis (L.) Voigt Liana Daun
Euphorbiaceae 28 Ambon Jawa Manihot utilisima Pohl. Perdu Batang
29 Cermen Phyllanthus acidus (L.) Skeels. Pohon Daun, Batang
30 Kepundung Baccaurea recemosa Muell. Arg. Pohon Daun
31 Lekong Aleurites moluccana (L.) Will. Pohon Buah, Daun
32 Sager Sauropus adrogynus (L.) Merr Perdu Daun
Fabaceae 33 Bage Tamarindus indica L. Pohon Buah
34 Bengkoang Pachyrhizus erosus (L.) Urban Liana Umbi
35 Boro Sapa Erythrina variegata L. Herba Kulit batang
36 Botor Psophocarpus tetragonolobus (L.) D.C. Liana Biji
37 Kayu Sepang Caesalpinia sappan L. Perdu Kulit batang
38 Ketujur Sesbania grandiflora (L.) Pers. Perdu Daun
Lamiaceae 39 Kemangi Ocimum basilicum L. Herba Daun, Biji, Akar
Lauraceae 40 Pokat Persea americana Mill. Pohon Daun, Biji
Liliaceae 41 Bawang Mira Allium cepa L. Herba Umbi
Linderniaceae 42 Belimbing bake Torenia fournieri Linden ex E. Fourn. Herba Daun, Bunga
120
Lampiran 2 Spesies tumbuhan pangan fungsional yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis (lanjutan)
Famili No. Nama Lokal Nama Ilmiah Habitus Bag. yang digunakan
Malvaceae 43 Jamia Abelmoschus esculentus (L.) Moench Perdu Biji
Moraceae 44 Nangka Artocarpus heterophyllus Lamk. Pohon Daun
45 Terep Artocarpus elasticus Reinw. ex Blume Pohon Bunga
Moringacaea 46 Kelor Moringa pterygosperma Gaertn. Perdu Daun, Batang
Musaceae 47 Punti Musa spp. Herba Buah, Tunas
48 Punti Lumut Musa acuminata Colla. Herba Akar
Myrsinaceae 49 Kayu Pelina Ardisia lanceolata Roxb. Perdu Daun, Bunga
Myrtaceae 50 Cengkeh Syzygium aromaticum, (Linn.) Merr. Pohon Daun, Buah
51 Klayu Syzygium cumini (L.) Skeels Pohon Kulit batang
52 Nyambu Batu Psidium guajava L. Perdu Daun, Buah
Oxalidaceae 53 Belimbing Ble Averrhoa carambola L. Pohon Daun, Bunga
54 Belimbing Bolo Averrhoa bilimbi L. Pohon Daun, Bunga, Buah
Pandanaceae 55 Pandan Pandanus amaryllifolius Roxb. Herba Daun
Piperaceae 56 Leko Kajol/Sirih Monyet Piper retrofractum Vahl Hab. Liana Seluruh bagian
57 Umbe/Omba Piper umbellatum L. Perdu Buah, Akar
Poaceae 58 Pade Oryza sativa L. Semak Selaput biji, biji
59 Sereh Cymbopogon nardus (L.) Rendle. Semak Akar
Rosaceae 60 Kemutung Rubus rosaefolius Smith Semak Bunga
Rubiaceae 61 Ketepu Ophiorrhiza neglecta Blume ex Dc Herba Daun, Bunga
62 Kopi Coffea robusta Lindl.Ex De Will Perdu Biji
121
Lampiran 2 Spesies tumbuhan pangan fungsional yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis (lanjutan)
Famili No. Nama Lokal Nama Ilmiah Habitus Bag. yang digunakan
Rutaceae 63 Jeruk Bele (jeruk Besar) Citrus maxima (Burm.) Merr. Pohon Kulit batang
64 Munte Citrus hystrix Dc Perdu Buah
Sapindaceae 65 Buluan Nephelium lappaceum L. Pohon Daun
Sapotaceae 66 Sabo Manilkara zapota (L.) Van Royen Pohon Getah, Buah
Solanaceae 67 Kecepok atau klampokan Physalis angulata L. Herba Seluruh Bagian
68 Sebia Capsicum frutescens L. Perdu Akar
69 Terong Totok Solonum torvum Swartz Perdu Daun, Akar
Verbenaceae 70 Jejengas Lantana camara L. Perdu Daun, Bunga, Akar
Zingiberaceae 71 Bujak Zingiber sp. Herba Rimpang
72 Jahe Zingiber officinale Roxb. Herba Rimpang
73 Kelempui` Amomum subulatum Roxb. Herba Batang, Daun,
Rimpang
74 Kunci Gastrochilus panduratum (Roxb) Schult Herba Rimpang
75 Kunyit Curcuma domestica Val. Herba Rimpang
76 Lengkuas/Laos Alpinia galanga (L.) Willd. Herba Rimpang
77 Sekur Kaempferia galanga L. Herba Daun, Rimpang
122
Lampiran 3 Tumbuhan pangan buah yang digunakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Tipe Habitat Status
Budidaya
1 Beberas/ Nenasi Hutan Chloranthus spicatus (Thunb.) Makino Hutan, Kebun Liar
2 Belimbing Ble Averrhoa carambola L. Kebun, Pekarangan Budidaya
3 Bengkoang Pachyrhizus erosus (L.) Urban Kebun, Pekarangan Budidaya
4 Buah Naga Hylocereus undatus (Haw.)Britt.Et R Pekarangan Budidaya
5 Buaq Areca catechu L. Hutan, Kebun Semi Budidaya
6 Buluan Nephelium lappaceum L. Kebun, Pekarangan Budidaya
7 Buni Antidesma bunius (L.) Spreng Hutan Liar
8 Cermen Phyllanthus acidus (L.) Skeels. Pekarangan Budidaya
9 Coklat Teobroma cacao L. Kebun, Pekarangan Budidaya
10 Cururung Lansium domesticum Corrêa (1807) Kebun Budidaya
11 Durian Durio zibethinus Rumph. ex Murray Hutan, Kebun, Pekarangan Budidaya
12 Gedang Carica papaya L. Kebun, Pekarangan, Sawah Budidaya
13 Goak Ficus fistulosa Reinw. ex Blume Hutan Liar
14 Gumitri Elaeocarpus sp. Hutan Liar
15 Jambu Monyet Anacardium occidentale L. Hutan, Kebun, Pekarangan Budidaya
16 Jejengas Lantana camara L. Hutan, Kebun, Pinggir jalan, Pinggir kali, Sawah Liar
17 Jeruk Bele Citrus maxima (Burm.) Merr. Pekarangan Budidaya
18 Kelempanas Amomum maximum Roxb. Hutan Liar
19 Kelempui` Amomum subulatum Roxb. Hutan Liar
20 Kemutung Rubus rosaefolius Smith Hutan, Kebun Liar
21 Kepundung Baccaurea recemosa Muell. Arg. Kebun, Pekarangan Budidaya
123
Lampiran 3 Tumbuhan pangan buah yang digunakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis (lanjutan)
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Tipe Habitat Status
Budidaya
22 Kersen Muntingia calabura L. Kebun, Pekarangan Semi Budidaya
23 Klayu Syzygium cumini (L.) Skeels Hutan, Kebun, Sawah Budidaya
24 Klekes Udang Syzygium sp. Hutan Liar
25 Manggis Garcinia mangostana L. Kebun, Pekarangan, Pinggir jalan, Sawah Budidaya
26 Mas-mas Melastoma malabathricum L. Hutan, Kebun Liar
27 Nangka Artocarpus heterophyllus Lamk. Hutan, Kebun, Pekarangan Budidaya
28 Nyambu Batu Psidium guajava L. Hutan, Kebun, Pekarangan Budidaya
29 Nyiur Cocos nucifera L. Kebun, Pekarangan, Sawah Budidaya
30 Pao Mangifera indica L. Kebun, Pekarangan Budidaya
31 Pokat Persea americana Mill. Hutan, Kebun, Pekarangan, Sawah Budidaya
32 Punti Musa spp. Kebun, Pekarangan Budidaya
33 Punti Lumut Musa acuminata Colla Kebun, Pekarangan Budidaya
34 Randu Ceiba Pentandra (L.) Gaertn. Hutan, Kebun Semi Budidaya
35 Rerendem Rubus moluccanus L. Hutan Liar
36 Sabo Manilkara zapota (L.) Van Royen Kebun, Pekarangan, Pinggir jalan, Sawah Budidaya
37 Semangka Citrullus lanatus(Thunb.) Matsum. & Nakai Kebun Budidaya
38 Sentul Sandoricum koetjape (Burm.f.) Merr. Kebun Budidaya
39 Srikaya Belanda Annona muricata L. Hutan, Kebun, Pekarangan Budidaya
40 Srikaya Tai Bembe Annona squamosa L. Pekarangan Budidaya
41 Stroberi Fragaria ananassa Duchesne Pekarangan Budidaya
42 Terep Artocarpus elasticus Reinw. ex Blume Hutan Semi Budidaya
43 Timun Bolo Coccinia grandis (L.) Voigt Hutan, Kebun, Sawah Liar
124
Lampiran 4 Tumbuhan pangan sayur yang digunakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Tipe Habitat Status Budidaya
1 Ambon Jawa Manihot utilisima Pohl. Kebun, Pekarangan Budidaya
2 Antap Vigna sinensis (L.) Savi Ex Has Kebun, Pekarangan, Sawah Budidaya
3 Bambu Bambusa spp. Kebun Semi Budidaya
4 Bayam Amaranthus caudatus Rumph. Kebun Semi Budidaya
5 Bayam Hutan/Lembayin Baqe Cyathula prostrata (L.) Blume Hutan, Kebun, Pinggir jalan, Sawah Liar
6 Bebele Centella asiatica, (L.), Urb. Hutan, Kebun, Lapangan bola, Pinggir jalan,
Pinggir kali, Sawah
Liar
7 Bilong Solanum retroflexum Dunal Pekarangan, Pinggir jalan, Sawah Liar
8 Bluntas Pluchea indica (L.) Less. Kebun Liar
9 Bokar/Sondak Lagenaria leucantha (Duch.) Rusby Kebun Budidaya
10 Boro Sapa Erythrina variegata L. Kebun, Pinggir kali Liar
11 Botor Psophocarpus tetragonolobus (L.) D.C. Kebun, Pekarangan, Sawah Budidaya
12 Buncis Phaseolus vulgaris L. Kebun, Sawah Budidaya
13 Gegaok Erechtites valerianifolia (Link ex Wolf) Less.
ex DC.
Hutan, Kebun, Sawah Liar
14 Gegula Cissus verticillata(L.) Nicolson & C.E. Jarvis Hutan Liar
15 Jamia Abelmoschus esculentus (L.) Moench Kebun, Pekarangan Budidaya
16 Jamur Ekor Pleurotus ostreatus Champ. Jura. Vosg. Hutan Liar
17 Jamur Kuping Auricularia auricula-judae Schrot Hutan, Kebun Liar
18 Jaong Rorippa indica (L.) Hiern Hutan, Kebun, Sawah Liar
19 Jebet/Jepan Sechium edule (Jacq.) Swartz, Kebun, Pekarangan Budidaya
20 Jukut Hutan Syzygium sp. Hutan Liar
125
Lampiran 4 Tumbuhan pangan sayur yang digunakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis (lanjutan)
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Tipe Habitat Status Budidaya
21 Kacang Tanah Arachis hypogea L. Kebun Budidaya
22 Kangkung Ipomoea aquatica Forsk. Kebun, Kolam ikan Budidaya
23 Kayu Pelina Ardisia lanceolata Roxb. Hutan Liar
24 Kecepok/Klampokan Physalis angulata L. Pinggir jalan Liar
25 Kedelai Glycine max (L.) Merr. Kebun Budidaya
26 Kelor Moringa pterygosperma, Gaertn. Kebun, Pekarangan Budidaya
27 Ketepu Ophiorrhiza neglecta Blume ex Dc Hutan Liar
28 Ketimis Clausena excavata Burm.f. Kebun Budidaya
29 Ketujur Sesbania grandiflora (L.) Pers. Kebun, Pekarangan, Sawah Budidaya
30 Klempejing Areca sp. Hutan Liar
31 Komak Lablab purpureus (L.) Sweet Kebun, Pekarangan, Sawah Budidaya
32 Kopi Hutan/Banyut Tricalysia singularis K. Sch. Hutan Liar
33 Kulur Artocarpus camansi (Park.) Fsb Hutan, Kebun Budidaya
34 Mareng Limnocharis flava (L.) Buchenau Kolam ikan, Pinggir kali Liar
35 Pakis/Paku Bele, Paku Manis Diplazium esculentum (Retz.) Sw. Hutan, Pinggir kali Liar
36 Pengeng Trevesia burckii Boerl. Hutan, Kebun Liar
37 Pepao Emilia sonchifolia (L.) DC. Hutan, Kebun, Pinggir jalan, Sawah Liar
38 Pokat Persea americana Mill. Hutan, Kebun, Pekarangan, Sawah Budidaya
39 Pria Momordica charantia L. Kebun, Pekarangan, Sawah Budidaya
40 Punti Musa spp. Kebun, Pekarangan Budidaya
41 Punti Lumut Musa acuminata Colla Kebun, Pekarangan Budidaya
126
Lampiran 4 Tumbuhan pangan sayur yang digunakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis (lanjutan)
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Tipe Habitat Status Budidaya
42 Rotan Daemonorops sp. Hutan Liar
43 Sager Sauropus adrogynus (L.) Merr Kebun, Pekarangan Budidaya
44 Srijate Medinilla speciosa (Reinw. ex Blume) Blume Hutan Liar
45 Sukun Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg Kebun Budidaya
46 Terong Solanum melongena L. Kebun, Pekarangan Budidaya
47 Terong ace Solanum lycopersicum L. Kebun, Pekarangan Budidaya
48 Terong Totok Solonum torvum Swartz Pekarangan Budidaya
49 Teruok Gagak Luffa acutangula L. Roxb. Kebun Budidaya
50 Tojang Colocasia esculenta (L.) Schott Hutan, Pinggir jalan, Pinggir kali Liar
51 Umbe/Omba Piper umbellatum L. Hutan, Kebun Liar
52 Wolu Cucurbita moschata Durch Kebun Budidaya
53 Wortel Daucus carota L. Kebun Budidaya
127
Lampiran 5 Tumbuhan pangan pelengkap/perasa/bumbu yang digunakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Tipe Habitat Status Budidaya
1 Bage Tamarindus indica L. Kebun Budidaya
2 Bawang Daun Allium fistulosum L. Kebun, Pekarangan Budidaya
3 Bawang Mira Allium cepa L. Kebun, Pekarangan Budidaya
4 Bawang Putih Allium sativum L. Kebun Budidaya
5 Belimbing Bolo Averrhoa bilimbi L. Pekarangan Budidaya
6 Blincang 1 Begonia grandis Dryand. Hutan Liar
7 Blincang 2 Begonia isoptera Dryand. ex Sm. Hutan Liar
8 Bujak Zingiber sp. Hutan, Kebun, Sawah Liar
9 Cengkeh Syzygium aromaticum (L.) Merr. Hutan, Kebun, Pekarangan Budidaya
10 Jahe Zingiber officinale Roxb. Hutan, Kebun, Pekarangan Budidaya
11 Jeruk Lemon Citrus limon (L.) Burm.f. Pekarangan Budidaya
12 Jeruk Nipis Citrus aurantifolia (Christm.) Swingle Pekarangan Budidaya
13 Kayu Manis Cinnamomum burmannii (Nees &Th. Nees) Hutan, Kebun Budidaya
14 Kemangi Ocimum basilicum L. Pekarangan Budidaya
15 Kunci Gastrochilus panduratum (Roxb) Schult Hutan, Kebun Budidaya
16 Kunyit Curcuma domestica Val. Kebun, Pekarangan, Sawah Budidaya
17 Kunyit Asa Curcuma xanthorrhiza Roxb. Hutan, Kebun Budidaya
18 Leko Kajol/Sirih Monyet Piper retrofractum Vahl Hab. Hutan, Kebun Liar
19 Lekong Aleurites moluccana (L.) Will. Hutan, Kebun Semi Budidaya
20 Lengkuas/Laos Alpinia galanga (L.) Willd. Hutan, Kebun, Pekarangan Budidaya
21 Merica Piper nigrum L. Hutan Liar
22 Munte Citrus hystrix DC Kebun, Pekarangan Budidaya
23 Pandan Pandanus amaryllifolius Roxb. Pekarangan Budidaya
128
Lampiran 5 Tumbuhan pangan pelengkap/perasa/bumbu yang digunakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis (lanjutan)
No. Nama Lokal Nama Ilmiah Tipe Habitat Status Budidaya
24 Saladri Apium graveolens L. Pekarangan Budidaya
25 Salam Syzygium polyanthum (Wight.) Walp Kebun Budidaya
26 Sebek Canna edulis Ker. Hutan, Pinggir kali Liar
27 Sebia Capsicum frutescens L. Kebun, Pekarangan, Sawah Budidaya
28 Sekur Kaempferia galanga L. Hutan, Pekarangan Budidaya
29 Sereh Cymbopogon nardus (L.) Rendle. Pekarangan Budidaya
129
Lampiran 6 Spesies tumbuhan obat yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis
Famili No. Nama lokal Nama ilmiah Habitus Bag. yang
digunakan
Penyakit yang dapat diobati
Amaranthaceae 1 Bayam Amaranthus caudatus
Rumph.
Semak Daun Memperbaiki Pencernaan
2 Bayam Hutan/Lembayin
Baqe
Cyathula prostrata (L.) Blume
Herba Daun Malaria
3 Lembayin Jogang Amaranthus spinosus L. Semak Akar, Daun Kencing Manis dan Panas
Anacardiaceae 4 Kayu Banten Lannea coromandelica
(Houtt) Merr.
Perdu Daun, Kambium
Kulit Batang
Mata yang bengkak atau terdapat
krikil, membatasi kehamilan dan Panas
Annonaceae 5 Srikaya Belanda Annona muricata L. Pohon Buah, Daun Kutu rambut, Panas, Kanker,
menggemukan sapi
6 Srikaya Tai Bembe Annona squamosa L. Pohon Daun Kutu Rambut, panas
Apiaceae/
Umbelliferae
7 Paku Prapa Oenanthe javanica (Blume)
DC.
Herba Buah, Bunga,
Daun,
keputihan akibat ASI ibu pada anak
bayi
8 Saladri Apium graveolens L. Herba Batang, Daun Batuk, Penyubur Rambut dan Rematik.
9 Semanggi 2 Hydrocotyle sibthorpioides
Lamk
Semak Batang, Daun Tidak nafsu makan
10 Adas Foeniculum vulgare Mill Herba Buah, Bunga, Daun Panas, Luka, Patah Tulang, Sakit Perut
(Mules) dan Diare
11 Bebele Centella asiatica (L.) Urb. Herba Seluruh bagian
tumbuhan
Panas Dalam dan Batuk, Letih dan
Lesu
12 Kesumbang Bawi Foetidum eryngium L. Herba Akar Sesak Nafas, Panas, Batuk, Obat Kuat,
Maag, Sakit Perut
Apocynaceae 13 Bunga Jepun Plumeria alba L. Pohon Bunga Panas
14 Kumbi Tabernaemontana macrocarpa Jack
Pohon Getah sakit gigi, gigi yang mau copot.
Araceae 15 Biraq Alocasia 'Portora' Bloom Herba Batang pelepah kaki nyilu
16 Lombos Amorphophallus variabilis
Bl.
Herba Batang, Daun,
Umbi
Bisul, anti nyamuk
130
Lampiran 6 Spesies tumbuhan obat yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis (lanjutan)
Famili No. Nama lokal Nama ilmiah Habitus Bag. yang
digunakan
Penyakit yang dapat diobati
Araceae 17 Memelong Epipremnum pinnatum (L.)
Engl.
Liana Kulit Batang Koreng, Kudis, Kurap
18 Tongei Schismatoglottis rupestris Zoll. & Moritzi ex Zoll.
Herba Umbi Tidak nafsu makan, perut mulas
Araliaceae 19 Taruna Semalam Arthrophyllum javanicum
Bl.
Perdu Buah, Bunga Pil kuat, obat pelet
Arecaceae 20 Buaq Areca catechu L. Pohon Biji, Daun Gatal (merah-merah), luka, kudis dan
sakit pinggang
21 Nyiur Cocos nucifera L. Pohon Buah Penghitam rambut, penyakit kulit kepala
pada bayi (krek), keracunan, sakit panas,
Tambah tenaga pria dewasa, nafsu
makan dan melancarkan kencing
22 Rotan Daemonorops sp. Liana Air Batang rotan Menyuburkan rambut
Asphodelaceae 23 Lidah buaya Aloe vera (L.) Burm.f. Herba Seluruh bagian
tumbuhan
Menyuburkan Rambut
Aspleniaceae 24 Kadaka/Sesak Asplenium nidus L. Epifit Daun Darah tinggi
Asteraceae 25 Ander Nyawa Anaphalis longifolia (Bl.)
DC.
Perdu Bunga Batuk, Tipes, Panas, Demam
26 Apur-Apur Mikania cordata (Burm.f.) B.L.Rob.
Liana Daun Luka-luka
27 Bebembe Putih Ageratum conyzoides L. Herba Akar, Daun Panas, bau badan, luka dan penyakit sihir
28 Bebutir Sigesbeckia orientalis L. Herba Daun Kutu Air
29 Bluntas Pluchea indica (L.) Less. Perdu Daun Panas dan bau badan
30 Dedilem Chromolaena odorata (L.)
R.M.King & H.Rob.
Herba Daun Luka
31 Kesembung Elephantopus scaber L. Herba Akar, Daun Mual, Mules, Panas dan Batuk
32 Kesumbang Putih Elephantopus spicatus
B.Juss. ex Aubl.
Herba Akar, Daun Pasca melahirkan, sesak nafas
131
Lampiran 6 Spesies tumbuhan obat yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis (lanjutan)
Famili No. Nama lokal Nama ilmiah Habitus Bag. yang
digunakan
Penyakit yang dapat diobati
Asteraceae 33 Pepait/Jempring Tagetes erecta L. Herba Daun Matikan kutu, panas dalam
34 Pepao Emilia sonchifolia (L.) DC. Herba Daun Mata, Panas
35 Bebembe Kuning Synedrella nodiflora (L.)
Gaertn.
Herba Akar, Bunga Sakit Gigi, Penyakit Kuning
36 Gegaok Erechtites valerianifolia
(Link ex Wolf) Less. ex DC.
Herba Akar, Daun Panas, luka, penumbuh rambut
Basellaceae 37 Binahong Anredera cordifolia (Ten.)
Steenis
Liana Daun, Umbi Panas, sakit perut, kencing manis
Begoniaceae 38 Blincang 1 Begonia grandis Dryand. Herba Seluruh bagian
tumbuhan
Menurunkan panas dan sakit haid
39 Blincang 2 Begonia isoptera Dryand. ex
Sm.
Herba Seluruh bagian
tumbuhan
Menurunkan panas dan sakit haid
Bombacaceae 40 Randu Ceiba Pentandra (L.)
Gaertn.
Pohon Daun Panas dalam, penyubur rambut
Brassicaceae 41 Jaong Rorippa indica (L.) Hiern Herba Daun Mencret
Caricaceae 42 Gedang Carica papaya L. Pohon Akar, Daun Panas, Cape/ letih, malaria, sesak nafas dan Sakit Keputihan
Caryophyllaceae 43 Rampang Siso Drymaria cordata (L.)
Willd. ex J
Herba Seluruh bagian
tumbuhan
Panas, sakit mata, mual, perut tidak
nyaman, tidak ada nafsu makan, kencing
batu (susah keluar air kencing), keseleo.
Chloranthaceae 44 Beberas/Nenasi Hutan
Chloranthus spicatus (Thunb.) Makino
Perdu Akar, Daun Cacar
Clusiaceae 45 Jamplung Calophyllum inophyllum L Pohon Daun Sakit mata
46 Manggis Garcinia mangostana L. Pohon Getah Sakit perut dan mencret
Convolvulaceae 47 Ambon Gula Ipomoea batatas Poir. Liana Daun, Umbi Bisul, Berak darah dan Maag
48 Kangkung Ipomoea aquatica Forsk. Liana Daun Obat supaya cepat ngantuk
132
Lampiran 6 Spesies tumbuhan obat yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis (lanjutan)
Famili No. Nama lokal Nama ilmiah Habitus Bag. yang
digunakan
Penyakit yang dapat diobati
Costaceae 49 Memunti Costus speciosus (Koenig)
J.E. Smith.
Herba Batang, Rimpang/
Rhizoma
Mencegah kehamilan, digigit ular, bengkak
dan gatal-gatal
Crassulaceae 50 Cocor Bebek Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers.
Herba Daun krikil di mata, sakit kepala
Cucurbitaceae 51 Bokar/Sondak Lagenaria leucantha
(Duch.) Rusby
Liana Buah Panas dalam, tipus
52 Semangka Citrullus lanatus(Thunb.)
Matsum. & Nakai
Liana Buah Darah tinggi
53 Teruok Gagak Luffa acutangula L. Roxb. Liana Biji, Buah, Daun Menyuburkan rambut serta menghitamkan
rambut, kutu rambut, Panas dalam, Malaria.
54 Tetandan Gritik Alsomitra macrocarpa
(Blume) M.Roem.
Liana Akar, Batang, Daun Patah Tulang, Sakit Pinggang, Lesu dan
Letih, sakit gigi
55 Timun Bolo Coccinia grandis (L.) Voigt Liana Daun Panas
Cyperaceae 56 Rumput Kupak Kau/
Rebu kekitir
Cyperus brevifolius (Rottb.)
Hassk.
Herba Seluruh bagian
tumbuhan
Luka, jantung
Euphorbiaceae 57 Ambon Jawa Manihot utilisima Pohl. Perdu Batang, Daun Luka, panas
58 Blungadang Euphorbia puicherrima
Willd. Et Klotzsch
Perdu Getah Sakit perut, sakit gigi
59 Cermen Phyllanthus acidus (L.) Skeels.
Pohon Batang, Daun Melangsingkan Badan, batuk, panas dan Racun Manusia
60 Jarak Jatropha curcas L. Perdu Daun, Getah Panas, Berak Darah, Mencret (sakit perut),
Sakit Gigi, Sariawan.
61 Kepundung Baccaurea recemosa Muell.
Arg.
Pohon Daun Keseleo, Mencret dan Peluruh Haid
62 Ketumbi Phylanthus urinaria L. Semak Seluruh bagian
tumbuhan
Malaria dan luka bakar
63 Klepeng/Lebui Euphorbia hirta L. Herba Daun Diare dan Kencing darah
133
Lampiran 6 Spesies tumbuhan obat yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis (lanjutan)
Famili No. Nama lokal Nama ilmiah Habitus Bag. yang
digunakan
Penyakit yang dapat diobati
Euphorbiaceae 64 Lekong Aleurites moluccana (L.)
Will.
Pohon Buah, Daun Luka dan Gatal-Gatal, Menghaluskan
Kulit
65 Rengga/Jarak Jatropha multifida L. Perdu Biji, Daun, Getah Bekak (lembam), Terkilir, Luka Berdarah, Memar, Tulang Patah, dan mampu
Mecegah Kerusakan Gigi
66 Sager Sauropus adrogynus (L.)
Merr
Perdu Daun Menyembuhkan bisul, borok, luka (cepat
rapat) dan Panas
Fabaceae 67 Bage Tamarindus indica L. Pohon Biji, Buah Penambah Nafsu Makan, Sakit Panas dan
Penyakit kuning
68 Bengkoang Pachyrhizus erosus (L.)
Urban
Liana Umbi Mencerahkan muka
69 Blandengan Leucaena leucocephala
(Lam.) de Wit
Pohon Buah Cacingan
70 Boro Sapa Erythrina variegata L. Herba Kulit Batang Patah Tulang, Berak Dara
71 Botor Psophocarpus
tetragonolobus (L.) D.C.
Liana Biji Asam urat
72 Kayu Sepang Caesalpinia sappan L. Perdu Kulit Batang Melancarkan Darah, darah kotor
73 Ketujur Sesbania grandiflora (L.)
Pers.
Perdu Batang, Daun Patah Tulang, pemutih wajar wanita,
rematik Lamiaceae/
Labiatae
74 Jati Tectona grandis L. Pohon Daun Darah beku
75 Kemangi Ocimum basilicum L. Herba Akar, Biji, Daun Bau Badan atau Bau Keringat, Badan Lesu
dan Bau Mulut, panas, Ari-ari susah keluar
76 Rerupa Coleus scutellarioides L. ex
Benth
Herba Daun Sakit mata
77 Semet Meyong Orthosiphon aristatus (B1)
Miq.
Herba Akar, Bunga, Daun Batuk, Kencing manis, Sesak nafas
Lauraceae 78 Pokat Persea americana Mill. Pohon Biji, Daun Darah tinggi
134
Lampiran 6 Spesies tumbuhan obat yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis (lanjutan)
Famili No. Nama lokal Nama ilmiah Habitus Bag. yang
digunakan
Penyakit yang dapat diobati
Liliaceae 79 Andong Merah Cordyline fruticosa (L.) A.
Cheval
Perdu Akar, Daun Kencing Berdarah
80 Bawang Mira Allium cepa L. Herba Umbi Panas, lesu
Linderniaceae 81 Belimbing Bake Torenia fournieri Linden ex
E. Fourn.
Herba Bunga, Daun panas, mecret
Malvaceae 82 Jamia Abelmoschus esculentus (L.)
Moench
Perdu Biji Meriang, panas, malaria
83 Kroton Hibiscus rosa-sinensis L. Perdu Daun Kutu rambut, menghaluskan rambut dan
susah BAB
Marsileaceae 84 Semanggi 1 Marsilea crenata Presl Semak Batang, Daun Tidak nafsu makan
Meliaceae 85 Imba Azadirachta indica A. Juss. Pohon Daun, Getah Kurang darah, Malaria, Berak Darah
86 Mahoni Swietenia macrophylla King Pohon Biji Nyamuk dan Malaria
Menispermaceae 87 Pleser Ular Stephania japonica (Thunb. ex Murr) Miers
Liana Daun Bisul, Gatal-gatal pada bagian pinggir luka (selama`)
88 Tetandan Gegiran Pericampylus glaucus
(Lam.) Merr.
Liana Daun Obat rambut (menumbuhin/menyuburkan
rambut)
Mimosaceae 89 Putri Malu Mimosa pudica L. Herba Seluruh bagian
tumbuhan
Sulit tidur, batuk berdahak, turunkan
tekanan darah dan rematik
Moraceae 90 Lemaq Ficus Septica Burm. L Pohon Daun, Getah Bisul, Sakit Gigi, Kutil
91 Nangka Artocarpus heterophyllus
Lamk.
Pohon Daun Pemutih kulit
92 Terep Artocarpus elasticus Reinw.
ex Blume
Pohon Bunga Anti nyamuk
Moringaceae 93 Kelor Moringa pterygosperma
Gaertn.
Perdu Batang, Daun Sakit Kuning, Sakit Mata, Luka Bernanah
dan Penyakit Guna-Guna
Musaceae 94 Punti Musa spp. Herba Buah, Tunas Panas, luka, mencret
135
Lampiran 6 Spesies tumbuhan obat yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis (lanjutan)
Famili No. Nama lokal Nama ilmiah Habitus Bag. yang
digunakan
Penyakit yang dapat diobati
Musaceae 95 Punti Lumut Musa acuminata Colla. Herba Akar Mencegah kehamilan
Myrsinaceae 96 Kayu Pelina Ardisia lanceolata Roxb. Perdu Bunga, Daun Sakit perut, Cacar
Myrtaceae 97 Cengkeh Syzygium aromaticum (L.)
Merr.
Pohon Buah, Daun Pegalinu, Letih
98 Kayu Putih Melaleuca leucadendra L. Pohon Daun Rematik, sakit perut, gatal-gatal
(tiwang), diare
99 Klayu Syzygium cumini (L.) Skeels Pohon Kulit Batang Pemulihan Pasca Melahirkan
100 Nyambu Batu Psidium guajava L. Perdu Buah, Daun Sakit perut,mencret penyakit dalam
(keracunan)
Nyctaginaceae 101 Kenderat Mirabilis jalapa L. Herba Akar, Biji Berak Darah, Jerawat dan patah tulang
Ophioglossaceae 102 Iyu-iyu Ophioglossum reticulatum
L.
Pakis-
pakisan
Daun Panas, susah gemuk. Anak nangis terus
Oxalidaceae 103 Belimbing Ble Averrhoa carambola L. Pohon Bunga, Daun, Kulit
Batang
Panas, Meriang dan Malaria
104 Belimbing Bolo Averrhoa bilimbi L. Pohon Buah, Bunga, Daun Sariawan, Kencing Batu, Obat Panas,
Penurun Darah dan Batuk
Pandanaceae 105 Pandan Pandanus amaryllifolius
Roxb.
Herba Daun Darah tinggi
106 Pandan Rangkang Pandanus tectorius Soland.
Ex Park
Perdu Daun Sakit mata
Piperaceae 107 Leko Kajol Piper retrofractum Vahl
Hab.
Liana Seluruh bagian
tumbuhan
Gatal-gatal, borok dan pegalinu
108 Sirih Moyet Piper betle L. Liana Semua bagian tumbuhan
Gatal-gatal, kulit kemerah-merahan, borok, pegal-pagal.
109 Umbe/ Omba Piper umbellatum L. Perdu Akar, Buah Gatal-gatal
Poaceae 110 Bambu Kuning Bambusa vulgaris Schrad. ex
J.C.Wendl.
Semak Tunas muda
(rebung)
Penyakit kuning
136
Lampiran 6 Spesies tumbuhan obat yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis (lanjutan)
Famili No. Nama lokal Nama ilmiah Habitus Bag. yang
digunakan
Penyakit yang dapat diobati
Poaceae 111 Betem Setaria italica (L.) P.
Beauvois
Herba Buah Tipes
112 Pade Oryza sativa L. Semak Biji, Selaput Biji Panas, tidak bisa gemuk, batuk pada anak kecil
113 Re Imperata cylindrica (L.)
Beauv.
Herba Akar, Daun Kaki silu terasa seperti jarum nusuk,
peluruh air seni, sakit di bagian sendi lutut
114 Rumput Gegarem Sporobolus diander (Retz.)
Beauv.
Herba Akar Kencing batu (Susuh keluar air kencing),
Pengobatan pasca melahirkan
115 Sereh Cymbopogon nardus (L.)
Rendle.
Semak Akar Penghangat badan, bau badan
Polygonaceae 116 Tetapis Persicaria orientalis (L.)
Spach
Herba Daun Menyuburkan rambut
Polypodiaceae 117 Ketepeng Drymoglossum piloselloides
(L.) Presl.
Epifit Daun Obat Panas, Obat Batuk, Sesak Napas dan
Sariawan
Pontederiaceae 118 Eceng Gondok Eichhornia crassipes (Mart.) Solms
Herba Batang, Daun Bengkak seperti gondok
Portulacaceae 119 Renggerang Portulaca oleracea L. Herba Seluruh bagian
tumbuhan
Badan sakit dan pegal, borok
Pteridaceae 120 Pakis Lendir/Pakis
Ilur-Ilur
Pteris tripartita Sw. Pakis-
pakisan
Lendir pada pakis Kesehatan rambut
Rhamnaceae 121 Kayu Pria Rhamnus nepalensis (Wall.)
Laws.
Pohon Daun Kutu rambut
Rosaceae 122 Kemutung Rubus rosaefolius Smith Semak Bunga Sariawan dan Kanker
Rubiaceae 123 Empet-Empet Ophiorrhiza japonica Blume Herba Daun Anak bayi terus menangis, Panas dan
Badan tidak bisa gemuk
124 Gegagak Borreria laevis (Lam.)
Griseb.
Herba Daun Menyuburkan rambut
125 Ilu-ilu Ixoura sp. Pohon Buah, Kambium
Kulit Batang
Luka dan Sakit Perut
137
Lampiran 6 Spesies tumbuhan obat yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis (lanjutan)
Famili No. Nama lokal Nama ilmiah Habitus Bag. yang
digunakan
Penyakit yang dapat diobati
Rubiaceae 126 Ketepu Ophiorrhiza neglecta Blume
ex Dc
Herba Bunga, Daun Sariawan
127 Pace Morinda citrifolia L. Pohon Buah, Daun Tidak enak perut, makan dan tidak enak badan, mencegah kehamilan, rematik, panas
128 Pepesu Paederia foetida L. Liana Daun Meriang (panas dingin), lesu, Maag dan
menambah nafsu makan
129 Kopi Coffea robusta Lindl.Ex De
Will
Perdu Biji Sakit Kepala, Tekanan darah tinggi,
melancarkan air kencing, panas
Rutaceae 130 Jeruk Bele Citrus maxima (Burm.)
Merr.
Pohon Biji, Kulit Batang Berak darah, panas
131 Munte Citrus hystrix Dc Perdu Buah Influenza dan rambut bau dan berketombe
Sapindaceae 132 Buluan Nephelium lappaceum L. Pohon Daun Panas
Sapotaceae 133 Sabo Manilkara zapota (L.) Van
Royen
Pohon Buah, Getah Sakit perut, mencret, kencing manis.
Solanaceae 134 Kecepok/Klampokan Physalis angulata L. Herba Seluruh bagian
tumbuhan
Kencing Manis, Panas dalam, Malaria
135 Kecubung/ Bunga
Terompet
Datura suaveolens Humb. Perdu Bunga Obat penenang
136 Sebia Capsicum frutescens L. Perdu Akar, Daun Badan bengkak, panas
137 Terong Totok Solonum torvum Swartz Perdu Akar, Daun Bisul dan koreng, Batuk dan Pinggang Kaku
atau Bengkak
Urticaceae 138 Glunak 1 Elatostema obtusidentatum
W.T.Wang
Herba Batang Menyuburkan rambut
139 Glunak 2 Elatostema platyphylloides
B.L.Shih & Yuen P.Yang
Herba Batang Menyuburkan rambut
140 Glunak 3 Elatostema sessile J.R.Forst.
& G.Forst.
Herba Batang Menyuburkan rambut
138
Lampiran 6 Spesies tumbuhan obat yang digunakan masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis (lanjutan)
Famili No. Nama lokal Nama ilmiah Habitus Bag. yang
digunakan
Penyakit yang dapat diobati
Urticaceae 141 Glunak 4 Pilea elegans Gay Herba Batang Menyuburkan rambut
142 Jelateng Kebo Laportea decumana Wedd. Pohon Kulit Batang Gatal-gatal
Verbanaceae 143 Glundih Vitex trifolia L. Pohon Buah, Daun bisul, ambeyen, patah tulang
144 Api-Api Clerodendrum japonicum
(Thunb.) Sweet.
Perdu Daun Kutu Rambut
145 Jejengas Lantana camara L. Perdu Akar, Bunga, Daun Berak Darah, Rematik dan Batuk Darah
146 Rarante Clerodendrum
speciosissimum Drapiez
Perdu Bunga, Daun Sakit mata (air bunga) dan kutu rambut
(Daun)
147 Rumput Ketangi Stachytarpheta jamaicensis
(L.) Vahl.
Perdu Daun Luka
Vitaceae 148 Sembala Kati Cissus discolor Blume Liana Daun Bengkak dibadan
Zingiberaceae 149 Bujak Zingiber sp. Herba Rimpang/Rhizoma Pengganti minyak telon dan wanita baru
melahirkan
150 Jahe Zingiber officinale Roxb. Herba Rimpang/Rhizoma Patah tulang, Keseleo, Penyegar rasa
badan (Kecapean), Mules
151 Kelempui` Amomum subulatum Roxb. Herba Batang, Daun,
Rimpang/ Rhizoma
Ginjal, maag, Menambah nafsu makan,
obat tambah tenaga (pil kita), tidak enak
badan. Sakit perut
152 Kunci Gastrochilus panduratum
(Roxb) Schult
Herba Rimpang/Rhizoma Penambah nafsu makan, batuk, jamu
153 Kunyit Curcuma domestica Val. Herba Rimpang/ hizoma sakit payudara
154 Lengkuas/Laos Alpinia galanga (L.) Willd. Herba Rimpang/Rhizoma Rematik, menambah nafsu makan
155 Sekur Kaempferia galanga L. Herba Daun,
Rimpang/Rhizoma
Berbagai macam penyakit
156 Sempol Hedychium coronarium J.
Koenig
Herba Rimpang/ hizoma Penghangat badan
139
Lampiran 7 Spesies tumbuhan obat yang digunakan berdasarkan kelompok penyakit
No. Kelompok Penyakit Nama Lokal Nama Ilmiah
1. Gangguan Peredaran Darah Imba Azadirachta indica A. Juss.
Jati Tectona grandis L.
Kayu Sepang Caesalpinia sappan L.
2. Keluarga Berencana (KB) Kayu Banten Lannea coromandelica (Houtt) Merr.
Memunti Costus speciosus [Koenig] J.E. Smith.
Pace Morinda citrifolia L.
Punti Lumut Musa acuminata Colla
3. Penawar Racun Memunti Costus speciosus [Koenig] J.E. Smith.
Nyambu Batu Psidium guajava L.
Nyiur Cocos nucifera L.
4. Pengobatan Luka Adas Foeniculum vulgare Mill
Ambon Jawa Manihot utilisima Pohl.
Apur-Apur Mikania cordata (Burm.f.) B.L.Rob.
Bebembe Putih Ageratum conyzoides L.
Buaq Areca catechu L.
Dedilem Chromolaena odorata (L.) R.M.King & H.Rob.
Gegaok Erechtites valerianifolia (Link ex Wolf) Less. ex DC.
Ilu-ilu Ixoura sp.
Kelor Moringa pterygosperma Gaertn.
Ketumbi Phylanthus urinaria L.
Lekong Aleurites moluccana (L.) Will.
140
Lampiran 7 Spesies tumbuhan obat yang digunakan berdasarkan kelompok penyakit (lanjutan)
No. Kelompok Penyakit Nama Lokal Nama Ilmiah
4. Pengobatan Luka Pleser Ular Stephania japonica (Thunb. ex Murr) Miers
Punti Musa spp.
Rengga/jarak Jatropha multifida L.
Rumput Ketangi Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl.
Rumput Kupak Kau/ Rebu kekitir Cyperus brevifolius (Rottb.) Hassk.
Sager Sauropus adrogynus (L.) Merr
5. Penyakit Diabetes Binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis
Kecepok atau klampokan Physalis angulata L.
Lembayin jogang Amaranthus spinosus L.
Sabo Manilkara zapota (L.) Van Royen
Semet Meyong Orthosiphon aristatus (B1) Miq.
6. Penyakit Gigi Bebembe Kuning Synedrella nodiflora (L.) Gaertn.
Blungadang Euphorbia puicherrima Willd. Et Klotzsch
Jarak Jatropha curcas L.
Kumbi Tabernaemontana macrocarpa Jack
Lemaq Ficus septica Burm. L
Rengga/jarak Jatropha multifida L.
Tetandan Gritik Alsomitra macrocarpa (Blume) M.Roem.
7. Penyakit Ginjal Belimbing Bolo Averrhoa bilimbi L.
Kelempui` Amomum subulatum Roxb.
Rampang Siso Drymaria cordata (L.) Willd. ex J
141
Lampiran 7 Spesies tumbuhan obat yang digunakan berdasarkan kelompok penyakit (lanjutan)
No. Kelompok Penyakit Nama Lokal Nama Ilmiah
7. Penyakit Ginjal Rumput Gegarem Sporobolus diander (Retz.) Beauv.
8. Penyakit Jantung Belimbing Bolo Averrhoa bilimbi L.
Kadaka/sesak Asplenium nidus L.
Kopi Coffea robusta Lindl.Ex De Will
Pandan Pandanus amaryllifolius Roxb.
Pokat Persea americana Mill.
Putri Malu Mimosa pudica L.
Rumput Kupak Kau/ Rebu kekitir Cyperus brevifolius (Rottb.) Hassk.
Semangka Citrullus lanatus(Thunb.) Matsum. & Nakai
9. Penyakit Kanker/Tumor Eceng gondok Eichhornia crassipes (Mart.) Solms
Kemutung Rubus rosaefolius Smith
Lemaq Ficus septica Burm. L.
Srikaya Belanda Annona muricata Linn.
10. Penyakit Kelamin Re Imperata cylindrica (L.) Beauv.
11. Penyakit Khusus Wanita Blincang Begonia isoptera Dryand. ex Sm.
Blincang Begonia grandis Dryand.
Gedang Carica papaya L.
Kepundung Baccaurea recemosa Muell. Arg.
Kunyit Curcuma domestica Val.
12. Penyakit Kulit Ambon Gula Ipomoea batatas Poir
Beberas/ Nenasi Hutan Chloranthus spicatus (Thunb.) Makino
142
Lampiran 7 Spesies tumbuhan obat yang digunakan berdasarkan kelompok penyakit (lanjutan)
No. Kelompok Penyakit Nama Lokal Nama Ilmiah
12. Penyakit Kulit Bebutir Sigesbeckia orientalis L.
Buaq Areca catechu L.
Glundih Vitex trifolia L.
Jelateng kebo Laportea decumana Wedd.
Kayu Pelina Ardisia lanceolata Roxb.
Kayu putih Meialeuca leucadendra L.
Leko Kajol Piper retrofractum Vahl Hab.
Lekong Aleurites moluccana (L.) Will.
Lemaq Ficus Septica Burm. L.
Lombos Amorphophallus variabilis Bl.
Memelong Epipremnum pinnatum (L.) Engl.
Memunti Costus speciosus [Koenig] J.E. Smith.
Munte Citrus hystrix DC
Pleser Ular Stephania japonica (Thunb. ex Murr) Miers
Renggerang Portulaca oleracea L.
Sager Sauropus adrogynus (L.) Merr
Sekur Kaempferia galanga L.
Sirih Moyet Piper betle L.
Terong Totok Solonum torvum Swartz
Umbe/ Omba Piper umbellatum L.
13. Penyakit Kuning Bage Tamarindus indica L.
143
Lampiran 7 Spesies tumbuhan obat yang digunakan berdasarkan kelompok penyakit (lanjutan)
No. Kelompok Penyakit Nama Lokal Nama Ilmiah
13. Penyakit Kuning Bambu kuning Bambusa vulgaris Schrad. ex J.C.Wendl.
Kelor Moringa pterygosperma Gaertn.
14. Penyakit Malaria Bayam hutan/lembayin Baqe Cyathula prostrata (L.) Blume
Belimbing Bele Averrhoa carambola L.
Gedang Carica papaya L.
Jamia Abelmoschus esculentus (L.) Moench
Kayu Sepang Caesalpinia sappan L.
Kecepok atau klampokan Physalis angulata L.
Ketumbi Phylanthus urinaria L.
Mahoni Daun Besar Swietenia macrophylla King
Teruok Gagak Luffa acutangula L. Roxb.
15. Penyakit Mata Cocor bebek Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers.
Jamplung Calophyllum inophyllum L
Kayu Banten Lannea coromandelica (Houtt) Merr.
Kelor Moringa pterygosperma Gaertn.
Pandan Rangkang Pandanus tectorius Soland.Ex Park
Pepao Emilia sonchifolia (L.) DC.
Rampang Siso Drymaria cordata (L.) Willd. ex J
Rarante Clerodendrum speciosissimum Drapiez
Rerupa Coleus scutellarioides L. ex Benth
16. Penyakit Mulut Belimbing Bolo Averrhoa bilimbi L.
144
Lampiran 7 Spesies tumbuhan obat yang digunakan berdasarkan kelompok penyakit (lanjutan)
No. Kelompok Penyakit Nama Lokal Nama Ilmiah
16. Penyakit Mulut Jarak Jatropha curcas L.
Kemangi Ocimum basilicum L.
Kemutung Rubus rosaefolius Smith
Ketepeng Drymoglossum piloselloides (L.) Presl.
Ketepu Ophiorrhiza neglecta Blume ex DC
`17. Penyakit Otot dan Persedian Biraq Alocasia 'Portora'
Botor Psophocarpus tetragonolobus (L.) DC
Buaq Areca catechu L.
Cengkeh Syzygium aromaticum (L.) Merr.
Jahe Zingiber officinale Roxb.
Jejengas Lantana camara L.
Kayu putih Meialeuca leucadendra L.
Kepundung Baccaurea recemosa Muell. Arg.
Ketujur Sesbania grandiflora (L.) Pers.
Leko Kajol Piper retrofractum Vahl Hab.
Lengkuas/Laos Alpinia galanga (L.) Willd.
Memunti Costus speciosus [Koenig] J.E. Smith.
Pace Morinda citrifolia L.
Putri Malu Mimosa pudica L.
Rampang Siso Drymaria cordata (L.) Willd. ex J
Re Imperata cylindrica (L.) Beauv.
145
Lampiran 7 Spesies tumbuhan obat yang digunakan berdasarkan kelompok penyakit (lanjutan)
No. Kelompok Penyakit Nama Lokal Nama Ilmiah
`17. Penyakit Otot dan Persedian Rengga/jarak Jatropha multifida L.
Renggerang Portulaca oleracea L.
Saladri Apium graveolens L.
Sebia Capsicum frutescens L.
Sekur Kaempferia galanga L.
Sembala Kati Cissus discolor Blume
Sirih Moyet Piper betle L.
Terong Totok Solonum torvum Swartz
Tetandan Gritik Alsomitra macrocarpa (Blume) M.Roem.
18. Penyakit Saluran Pembuangan Andong Merah Cordyline fruticosa (L.) A. Cheval
Glundih Vitex trifolia L.
Klepeng atau lebui Euphorbia hirta L.
Kopi Coffea robusta Lindl.Ex De Will
Kroton Hibiscus rosa-sinensis L.
Nyiur Cocos nucifera L.
Sekur Kaempferia galanga L.
19. Penyakit Saluran Pencernaan Adas Foeniculum vulgare Mill
Ambon Gula Ipomoea batatas Poir
Bayam Amaranthus caudatus Rumph.
Belimbing bake Torenia fournieri Linden ex E. Fourn.
Binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis
146
Lampiran 7 Spesies tumbuhan obat yang digunakan berdasarkan kelompok penyakit (lanjutan)
No. Kelompok Penyakit Nama Lokal Nama Ilmiah
19. Penyakit Saluran Pencernaan Blandengan Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit
Blungadang Euphorbia puicherrima Willd. Et Klotzsch
Boro Sapa Erythrina variegata L.
Ilu-ilu Ixoura sp.
Jahe Zingiber officinale Roxb.
Jaong Rorippa indica (L.) Hiern
Jarak Jatropha curcas L.
Jejengas Lantana camara Linn.
Jeruk Bele (jeruk Besar) Citrus maxima (Burm.) Merr.
Kayu Pelina Ardisia lanceolata Roxb.
Kayu putih Meialeuca leucadendra L.
Kayu Sepang Caesalpinia sappan L.
Kelempui` Amomum subulatum Roxb.
Kenderat Mirabilis jalapa L.
Kepundung Baccaurea recemosa Muell. Arg.
Kesembung Elephantopus scaber L.
Kesumbang Bawi Foetidum eryngium L.
Klepeng atau lebui Euphorbia hirta L.
Manggis Garcinia mangostana L.
Nyambu Batu Psidium guajava L.
Pace Morinda citrifolia L.
147
Lampiran 7 Spesies tumbuhan obat yang digunakan berdasarkan kelompok penyakit (lanjutan)
No. Kelompok Penyakit Nama Lokal Nama Ilmiah
19. Penyakit Saluran Pencernaan Pepesu Paederia foetida L.
Punti Musa spp.
Rampang Siso Drymaria cordata (L.) Willd. ex J
Sabo Manilkara zapota (L.) Van Royen
Sekur Kaempferia galanga L.
Tongei Schismatoglottis rupestris Zoll. & Moritzi ex Zoll.
20. Penyakit Tulang Adas Foeniculum vulgare Mill
Boro Sapa Erythrina variegata L.
Jahe Zingiber officinale Roxb.
Kenderat Mirabilis jalapa L.
Ketujur Sesbania grandiflora (L.) Pers.
Rengga/jarak Jatropha multifida L.
Tetandan Gritik Alsomitra macrocarpa (Blume) M.Roem.
21. Perawatan Kehamilan dan
Persalinan
Bujak Zingiber sp.
Kemangi Ocimum basilicum L..
Kesumbang Putih Elephantopus spicatus B.Juss. ex Aubl.
Klayu Syzygium cumini (L.) Skeels
Rumput Gegarem Sporobolus diander (Retz.) Beauv.
22. Perawatan Organ Tubuh Wanita Cermen Phyllanthus acidus (L.) Skeels.
23. Perawatan Rambut, Muka, Kulit Api-Api Clerodendrum japonicum (Thunb.) Sweet.
Bengkoang Pachyrhizus erosus (L.) Urban
148
Lampiran 7 Spesies tumbuhan obat yang digunakan berdasarkan kelompok penyakit (lanjutan)
No. Kelompok Penyakit Nama Lokal Nama Ilmiah
23. Perawatan Rambut, Muka, Kulit Gegagak Borreria laevis (Lam.) Griseb.
Gegaok Erechtites valerianifolia (Link ex Wolf) Less. ex DC.
Glunak Elatostema obtusidentatum W.T.Wang
Glunak Elatostema platyphylloides B.L.Shih & Yuen P.Yang
Glunak Elatostema sessile J.R.Forst. & G.Forst.
Glunak Pilea elegans Gay
Kayu Pria Rhamnus nepalensis (Wall.) Laws.
Kenderat Mirabilis jalapa L.
Ketujur Sesbania grandiflora (L.) Pers.
Kroton Hibiscus rosa-sinensis L.
Lekong Aleurites moluccana (L.) Will.
Munte Citrus hystrix DC
Nangka Artocarpus heterophyllus Lamk.
Nyiur Cocos nucifera, Linn
Pakis Lendir/ Pakis Ilur-Ilur Pteris tripartita Sw.
Pepait/ Jempring Tagetes erecta L
Randu Ceiba Pentanda (L.) Gaertn.
Rarante Clerodendrum speciosissimum Drapiez
Rotan Daemonorops melanochaetes L.
Saladri Apium graveolens L.
Sekur Kaempferia galanga L.
149
Lampiran 7 Spesies tumbuhan obat yang digunakan berdasarkan kelompok penyakit (lanjutan)
No. Kelompok Penyakit Nama Lokal Nama Ilmiah
23. Perawatan Rambut, Muka, Kulit Srikaya Belanda Annona muricata L.
Srikaya Tai Bembe Annona squamosa L.
Teruok Gagak Luffa acutangula L. Roxb.
Tetandan Gegiran Pericampylus glaucus (Lam.) Merr.
Tetapis Persicaria orientalis (L.) Spach
24. Pernafasan/THT Ander Nyawa Anaphalis longifolia (Bl.) DC.
Bebele Centella asiatica (L.), Urb.
Belimbing Bolo Averrhoa bilimbi L.
Cermen Phyllanthus acidus (L.) Skeels.
Gedang Carica papaya L.
Jejengas Lantana camara L.
Kesembung Elephantopus scaber L.
Kesumbang Bawi Foetidum eryngium L.
Kesumbang Putih Elephantopus spicatus B.Juss. ex Aubl.
Ketepeng Drymoglossum piloselloides (L.) Presl.
Kunci Gastrochilus panduratum (Roxb) Schult
Munte Citrus hystrix DC
Pade Oryza sativa L.
Putri Malu Mimosa pudica L.
Saladri Apium graveolens L.
Sekur Kaempferia galanga L.
150
Lampiran 7 Spesies tumbuhan obat yang digunakan berdasarkan kelompok penyakit (lanjutan)
No. Kelompok Penyakit Nama Lokal Nama Ilmiah
24. Pernafasan/THT Semet Meyong Orthosiphon aristatus (B1) Miq.
Terong Totok Solonum torvum Swartz
25. Sakit Kepala dan Demam Adas Foeniculum vulgare Mill
Ambon Jawa Manihot utilisima Pohl.
Ander Nyawa Anaphalis longifolia (Bl.) DC
Bage Tamarindus indica L.
Bawang Mira Allium cepa L.
Bebele Centella asiatica (L.), Urb.
Bebembe Putih Ageratum conyzoides L.
Belimbing bake Torenia fournieri Linden ex E. Fourn.
Belimbing Bele Averrhoa carambola L.
Belimbing Bolo Averrhoa bilimbi L.
Betem Setaria geniculata (Lam) Beauv.
Binahong Anredera cordifolia (Ten.) Steenis
Blincang Begonia grandis Dryand.
Blincang Begonia isoptera Dryand. ex Sm.
Bluntas Pluchea indica (L.) Less.
Bokar/sondak Lagenaria leucantha (Duch.) Rusby
Buluan Nephelium lappaceum L.
Bunga Jepun Plumeria alba L.
Cermen Phyllanthus acidus (L.) Skeels.
151
Lampiran 7 Spesies tumbuhan obat yang digunakan berdasarkan kelompok penyakit (lanjutan)
No. Kelompok Penyakit Nama Lokal Nama Ilmiah
25. Sakit Kepala dan Demam Cocor bebek Kalanchoe pinnata (Lam.) Pers.
Empet-Empet Ophiorrhiza japonica Blume
Gedang Carica papaya L.
Gegaok Erechtites valerianifolia (Link ex Wolf) Less. ex DC.
Iyu-iyu Ophioglossum reticulatum L.
Jamia Abelmoschus esculentus (L.) Moench
Jarak Jatropha curcas L.
Jeruk Bele (jeruk Besar) Citrus maxima (Burm.) Merr.
Kangkung Ipomoea aquatica Forsk.
Kayu Banten Lannea coromandelica (Houtt) Merr.
Kecepok atau klampokan Physalis angulata L.
Kemangi Ocimum basilicum L.
Kesembung Elephantopus scaber L.
Kesumbang Bawi Foetidum eryngium L.
Ketepeng Drymoglossum piloselloides (L.) Presl.
Kopi Coffea robusta Lindl.Ex De Will
Lembayin jogang Amaranthus spinosus L.
Nyiur Cocos nucifera L.
Pace Morinda citrifolia L.
Pade Oryza sativa L.
Pepait/ Jempring Tagetes erecta L.
152
Lampiran 7 Spesies tumbuhan obat yang digunakan berdasarkan kelompok penyakit (lanjutan)
No. Kelompok Penyakit Nama Lokal Nama Ilmiah
25. Sakit Kepala dan Demam Pepao Emilia sonchifolia (L.) DC.
Pepesu Paederia foetida L.
Punti Musa spp.
Rampang Siso Drymaria cordata (L.) Willd. ex J
Randu Ceiba Pentanda (L.) Gaertn.
Sager Sauropus adrogynus (L.) Merr
Sebia Capsicum frutescens L.
Sekur Kaempferia galanga L.
Srikaya Belanda Annona muricata L.
Srikaya Tai Bembe Annona squamosa L.
Teruok Gagak Luffa acutangula (L.) Roxb.
Timun Bolo Coccinia grandis (L.) Voigt
26. Tonikum Bage Tamarindus indica L.
Bawang Mira Allium cepa L.
Bebele Centella asiatica (L.), Urb.
Cengkeh Syzygium aromaticum (L.) Merr.
Empet-Empet Ophiorrhiza japonica Blume
Gedang Carica papaya L.
Iyu-iyu Ophioglossum reticulatum L.
Jahe Zingiber officinale Roxb.
Kangkung Ipomoea aquatica Forsk.
153
Lampiran 7 Spesies tumbuhan obat yang digunakan berdasarkan kelompok penyakit (lanjutan)
No. Kelompok Penyakit Nama Lokal Nama Ilmiah
26. Tonikum Kelempui` Amomum subulatum Roxb.
Kemangi Ocimum basilicum L.
Kesumbang Bawi Foetidum eryngium L.
Kunci Gastrochilus panduratum (Roxb) Schult
Lengkuas/Laos Alpinia galanga (L.), Willd.
Nyiur Cocos nucifera L.
Pace Morinda citrifolia L.
Pade Oryza sativa L.
Pepesu Paederia foetida L.
Rampang Siso Drymaria cordata (L.) Willd. ex J
Semanggi Marsilea crenata Presl
Semanggi Hydrocotyle sibthorpioides Lamk
Taruna Semalam Arthrophyllum javanicum Bl.
Tetandan Gritik Alsomitra macrocarpa (Blume) M.Roem.
Tongei Schismatoglottis rupestris Zoll. & Moritzi ex Zoll.
27. Lain-Lain Bebembe Putih Ageratum conyzoides L.
Bluntas Pluchea indica (L.) Less.
Bujak Zingiber sp.
Cermen Phyllanthus acidus (L.) Skeels.
Empet-Empet Ophiorrhiza japonica Blume
Iyu-iyu Ophioglossum reticulatum L.
154
Lampiran 7 Spesies tumbuhan obat yang digunakan berdasarkan kelompok penyakit (lanjutan)
No. Kelompok Penyakit Nama Lokal Nama Ilmiah
27. Lain-Lain Kecubung atau bunga terompet Datura suaveolens Humb.
Kelempui` Amomum subulatum Roxb.
Kelor Moringa pterygosperma Gaertn.
Kemangi Ocimum basilicum L.
Kunci Gastrochilus panduratum (Roxb) Schult
Lombos Amorphophallus variabilis Bl.
Mahoni Daun Besar Swietenia macrophylla King
Pace Morinda citrifolia L.
Paku Prapa Oenanthe javanica (Blume) DC.
Putri Malu Mimosa pudica L.
Sekur Kaempferia galanga L.
Sempol Hedychium coronarium J. Koenig
Sereh Cymbopogon nardus (L.) Rendle.
Taruna Semalam Arthrophyllum javanicum Bl.
Terep Artocarpus elasticus Reinw. ex Blume
155
Lampiran 8 Bentuk ramuan berdasarkan jenis penyakit atau penggunaannya
No. Jenis Penyakit atau Penggunaan Ramuan Cara Pengolahan Cara Pemakaian
1 Anak Bayi Menangis Tak Henti Daun Iyu-iyu + Beras Ditumbuk Diminum
2 Badan Bengkak Akar Sebia + Daun Sembala Kati + Merica Ditumbuk Dioleskan
3 Batuk Bebele + Rimpang Sekur Ditumbuk Diminum
Akar Kesembung + Rimpang Sekur Ditumbuk Diminum
Daun Ketepeng + Rimpang Sekur Ditumbuk Diminum
4 Batuk Pada Anak Kecil Beras + Rimpang Sekur + Adas + Empet-empet + Iyu-iyu +
Rampang Siso
Ditumbuk dan Dijemur Diminum Airnya &
Dioles Ampasnya
7 Bengkak Seperti Gondok Daun dan Batang Eceng Gondok + Rimpang Sekur Ditumbuk Ditempel
8 Berak Darah Biji Kenderat + Rimpang Sekur Diremas Diminum Airnya &
Dioles Ampasnya di
Perut
Kulit Batang Boro Sapa + Rimpang Sekur Ditumbuk Diminum
Kulit Jeruk Bele + Rimpang Sekur + Sedikit Garam Dapur Ditumbuk Diminum
9 Cacar Daun Beberas + Rimpang Sekur Dikuyah Disemprotin
Daun dan Bunga Kayu Pelina + Rimpang Sekur Ditumbuk Diminum Airnya &
Disemprot Ampasnya
10 Darah Beku Daun Jati Muda + Rimpang Jahe + Gula Mira Direbus Diminum
11 Gatal-Gatal Daun Buaq + Daun Sirih Direbus Air Mandi
Akar Umbe + Rimpang Sekur Ditumbuk Diminum
12 Kaki Silu 7 Daun Re + Rimpang Sekur Ditumbuk Dioleskan
13 Kanker Bunga Kemutung + Rimpang Sekur Ditumbuk Diminum
14 Kedinginan Rimpang Bujak + Rimpang Jahe Diparut Diminum
15 Kencing Batu Akar Rebu Gegarem + Nanas Muda + Rimpang Jahe + Gula Mira Direbus Diminum
16 Kencing Manis Umbi Binahong + 7-11 Daun Sirih Direbus Diminum
156
Lampiran 8 Bentuk ramuan berdasarkan jenis penyakit atau penggunaannya (lanjutan)
No. Jenis Penyakit atau Penggunaan Ramuan Cara Pengolahan Cara Pemakaian
16 Kencing Manis Akar dan Daun Lembayin Jogang + Rimpang Sekur Ditumbuk Diminum
17 Keputihan 1 Lembar Daun Gedang + Akar Re + Adas Direbus Diminum
18 Keracunan 7 Lembar Daun Nyambu + Bebembe Putih Direbus Diminum
19 Keseleo Rampang Siso + Rimpang Sekur Ditumbuk Dioleskan
20 Koreng Kulit Memelong + Kelapa Tua yang Dibakar Disangrai Lalu
Ditumbuk
Ditempel
21 Kudis Biji Buaq + Air Kapur Ditumbuk Dioles
Kulit Memelong + Kelapa Tua yang Dibakar Disangrai Lalu
Ditumbuk
Ditempel
22 Kurap Kulit Memelong + Kelapa Tua yang Dibakar Disangrai Lalu
Ditumbuk
Ditempel
23 Kutil Getah Lemaq + Kapur Langsung Digunakan Dioleskan
24 Kutu Air Daun Bebutir + Kapur Ditumbuk Ditempel
25 Kutu Rambut Daun api-api + Santan Kelapa Bakar Diremas Keramas
26 Letih dan Lesu Daun Cengkeh + Daun Laos + Daun Jarak Pagar + Daun Pisang +
Daun Merica
Direbus Air Mandi
Daun Gedang + Daun Nyambu Batu Direbus Dimakan
27 Luka Adas secukupnya + Rimpang Sekur Ditumbuk Ditempel
28 Luka Bakar Seluruh Bagian Ketumbi + 1 Rimpang Sekur + 5 Buah Cengkeh +
1 Potong Kayu Manis
Ditumbuk Lalu Direbus Diminum
29 Malaria Daun Lembayin Baqe + Daun Sekur Diremas Diminum Airnya &
Dioles Ampasnya
Seluruh Bagian Ketumbi + 5 Buah Cengkeh + 1 Potong Kayu
Manis
Ditumbuk Lalu Direbus Diminum
1 Lembar Daun Gedang + Sedikit Tempe Busuk Ditumbuk Diminum
30 Mata Bengkak Kambium Kayu Banten + Rimpang Sekur Diremas Mencuci Mata
157
Lampiran 8 Bentuk ramuan berdasarkan jenis penyakit atau penggunaannya (lanjutan)
No. Jenis Penyakit atau Penggunaan Ramuan Cara Pengolahan Cara Pemakaian
31 Membatasi Kehamilan Kulit Kayu Banten + Buah Nanas + Tape + Gula Merah Diparut Diminum
32 Menambah Nafsu Makan 1 Rimpang Lengkuas + 1 Rimpang Sekur + Seluruh Bagian
Ketumbi + Sedikit Adas
Direbus Diminum
2 polong buah bage + 1 Umbi Bawang Mira + Gula Mira Diremas Diminum
Batang dan Daun Semanggi + Umbi Bawang Mira Diremas Diminum
33 Mencegah Kehamilan Akar Punti Lumut + Rimpang Jahe Direbus Diminum
Akar Pacing + 1 Buah Mengkudu Direbus Diminum
34 Mencret Tunas Punti + Umbi Bawang Mira Diremas Dioleskan
Daun Jaong + Rimpang Sekur Ditumbuk Diminum
Daun dan Bunga Belimbing Bake + Rimpang Sekur Ditumbuk Diminum
35 Menyuburkan Rambut Daun Tentandan Gegiran + Daun Tetapis + Paku Belabar + Glunak Ditumbuk Keramas
Batang Glunak + Paku Blabar Ditumbuk Keramas
36 Meriang Daun Belimbing Bele + Umbi Bawang Mira + Rimpang Sekur Ditumbuk Diminum Airnya &
Dioles Ampasnya
37 Mual Akar Kesembung + Rimpang Sekur Ditumbuk Diminum
38 Muka Bayi Yang Putih Karena
ASI Ibu
Bunga , Buah dan Daun Paku Prapa + Rimpang Sekur Ditumbuk Dioleskan
39 Mules Akar Kesembung + Rimpang Sekur Ditumbuk Diminum
40 Obat Kuat Air Kelapa + Bubuk Merica Langsung Digunakan Diminum
41 Panas Daun Timon Bolo + Daun Sekur Diremas Diminum
Daun Bebembe Putih + 1 Buah Bawang Mira Diremas Diminum Airnya &
Dioles Ampasnya
Daun Srikaya Belanda + Umbi Bawang Mira Diremas Dioleskan
Tunas Punti + Umbi Bawang Mira Diremas Dioleskan
158
Lampiran 8 Bentuk ramuan berdasarkan jenis penyakit atau penggunaannya (lanjutan)
No. Jenis Penyakit atau Penggunaan Ramuan Cara Pengolahan Cara Pemakaian
41 Panas Daun Srikaya Tai Bembe + Umbi Bawang Mira Diremas Diminum
Adas secukupnya + Rimpang Sekur Ditumbuk Ditempel
Daun Papao + Rimpang Sekur Ditumbuk Diminum
Daun dan kulit batang Belimbing Bele + Umbi Bawang Mira +
Rimpang Sekur
Ditumbuk Diminum Airnya &
Dioles Ampasnya
Akar dan Daun Lembayin Jogang + Rimpang Sekur Ditumbuk Diminum
Akar Kesembung + Rimpang Sekur Ditumbuk Diminum
Daun Iyu-iyu + Beras Ditumbuk Diminum
Daun dan Bunga Belimbing Bake + Rimpang Sekur Ditumbuk Diminum
Daun Sagar + Rimpang Sekur Ditumbuk Diminum
Akar Gegaok + Rimpang Sekur Ditumbuk Dioleskan
Beras + Rimpang Sekur + Adas + Empet-empet + Iyu-iyu +
Rampang Siso
Ditumbuk dan Dijemur Diminum Airnya &
Dioles Ampasnya
Daun Ketepeng + Rimpang Sekur Ditumbuk Diminum
42 Panas Dalam Bebele + Rimpang Sekur Ditumbuk Diminum
43 Patah Tulang Daun Ketujur + Rimpang Jahe Ditumbuk Ditempel
Adas secukupnya + Rimpang Sekur Ditumbuk Ditempel
Kulit Batang Boro Sapa + Rimpang Sekur Ditumbuk Diminum Airnya &
Dioles Ampasnya
Akar Kenderat + Rimpang Jahe Ditumbuk Ditempel
44 Pemutih Kulit Daun Nangka Muda + Rimpang Kunyit + Minyak Kelapa Ditumbuk Dioleskan
45 Rematik Daun Mengkudu + Rimpang Jahe Direbus Direndam Kaki
46 Sakit Kuning Daun Kelor + Air Kelapa Muda + 1 Sendok Madu Ditumbuk Diminum
47 Sariawan Daun dan Bunga Ketepu + Rimpang Sekur Ditumbuk Ditempel
159
Lampiran 8 Bentuk ramuan berdasarkan jenis penyakit atau penggunaannya (lanjutan)
No. Jenis Penyakit atau Penggunaan Ramuan Cara Pengolahan Cara Pemakaian
48 Sesak Nafas Akar Kesumbang Putih + Rumput Gegarem + Buah Nanas Muda +
Rimpang Jahe + Gula Merah
Direbus Diminum
Daun Ketepeng + Rimpang Sekur Ditumbuk Diminum
49 Sihir atau Guna-guna Daun dan Batang Muda Kelor + Kapur Dikuyah Disemprotin
Akar Bebembe Putih + Daun Nyambu Batu Direbus Diminum
50 Tidak Bisa Gemuk Daun Empet-empet + Daun Iyu-iyu + Rimpang Sekur Ditumbuk Diminum Airnya &
Dioles Ampasnya
Beras + Rimpang Sekur + Adas + Empet-empet + Iyu-iyu +
Rampang Siso
Ditumbuk dan Dijemur Diminum Airnya &
Dioles Ampasnya