94
Evaluasi kebijakan kebijakan JKN: Apakah diperlukan di tahun 2017? Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Evaluasi kebijakan kebijakan JKN - pdpersi.co.id · Contoh Debat Ideologis: Siapa pengguna dana pajak? APBN ... Pajak Non-PBI Mandiri Pelayanan Primer: ... Catatan tentang Pajak •Pajak

Embed Size (px)

Citation preview

Evaluasi kebijakan kebijakan JKN:

Apakah diperlukan di tahun 2017?

Laksono TrisnantoroKetua Departemen Kebijakan dan

Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran

Universitas Gadjah Mada

Tujuan penulisan paper

• Memahami mengenai Monitoring dan Evaluasi kebijakan yang diaplikasikan ke JKN

• Membahas mengenai relevansi Monitoring dan Evaluasi Kebijakan JKN

• membahas rencana Monitoring dan Evaluasi Kebijakan JKN di tahun 2017

Catatan:

PKMK UGM tidak “anti” JKN. Tahun 1997, menyusun

naskah akademik untuk RUU Askes

Isi

Bagian 1. Memahami Proses Kebijakan danEvaluasi Kebijakan

Bagian 2: Situasi saat ini: Apakah kebijakan JKN ini dapat mencapai sasarannya?

Bagian 3. Risiko tanpa Evaluasi Kebijakan di tahun 2017

Bagian 4: Brainstorming kemungkinanperubahan kebijakan di masa mendatang

Penutup: Bagaimana alur dari Hasil Studi Evaluasi Kebijakan?

Bagian 1:Memahami Proses

Kebijakan dan Evaluasi Kebijakan

• Konsep Evaluasi Kebijakan

• Apa perspektif evaluasi?

• Apa indikatornya?

Siklus Kebijakan

5

Proses Kebijakan

Penetapan

agenda

Perumusan Kebijakan

Pelaksanaan Kebijakan

Monitoring Pelaksanaan

Evaluasi Kebijakan

6

UU SJSN: 2004

UU BPJS: 2011

2014 - 2016

Hal yang alamiah: Tidak ada UU yang sempurna

Penetapan

agenda

Perumusan Kebijakan

Pelaksanaan Kebijakan

Monitoring Pelaksanaan

Evaluasi Kebijakan

7

UU SJSN: 2004

UU BPJS: 2011

2014 - 2016

Hal yang alamiah: Tidak ada UU yang sempurna

Penetapan

agenda

Perumusan Kebijakan

Pelaksanaan Kebijakan

Monitoring Pelaksanaan

Evaluasi Kebijakan

8

UU SJSN: 2004

UU BPJS: 2011

2014 - 2016

Proses

kebijakan

yang sangat

dinamis dan

butuh waktu

lama

Evaluasi dan Monitoring Kebijakan

• Monitoring : Pemantauanterus menerus

• Evaluasi Formatif : Memberimasukan mengenai bagaimanamemperbaiki rancangankebijakan, pembagian tugasdan peran dalam implementasikebijakan

• Evaluasi Sumatif : Memberimasukan mengenai bagaimanakebijakan telah atau belummencapai tujuannya

9

Model Evidence Based Policy Making

Cookson R. Evidence-based policy making in health care: what it is and what it isn’t. Journal of Health Service Research Policy. Vol 10 No 2 April 2005

Bukti Ilmiah

Nilai-nilaiKepercayaan

Pengalaman

Bukti Anekdot

Opini

Hambatan: Politis, ekonomi, hukum, dan etika

Keputusan

Model Evidence Based Policy Making

Cookson R. Evidence-based policy making in health care: what it is and what it isn’t. Journal of Health Service Research Policy. Vol 10 No 2 April 2005

Bukti Ilmiah

Nilai-nilaiKepercayaan

Pengalaman

Bukti Anekdot

Opini

Hambatan: Politis, ekonomi, hukum, dan etika

Keputusan

Pengalaman JKN

2014-2016

Perspektif Monitoring dan Evaluasi

• Kinerja Operasional

• Efisiensi

• Pemerataan

Mengapa perspektif pemerataan perlu?

UUD 1945:

Pasal 34 ayat 1: Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.

Ayat 2: Negara mengembangkan jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan

.

UU SJSN

• UU SJSN menetapkan asuransi sosial dan ekuitas sebagai prinsip penyelenggaraan JKN

• Iuran sesuai dengan besaran pendapatan

• UU SJSN menyatakan bahwa subsidi iuran JKN harus untuk orang miskin dan orang tidak mampu

Apa indikator pemerataan pelayanan?

Misal,

• Perbaikan Rasio Klaim dan dana kapitasi antarKelompok

• Perbaikan Rasio Klaim dan dana kapitasi antarkabupaten/kota

• Menurunnya kesenjangan supply side (jumlahdan distribusi faskes, dan SDM)

Apakah ideologiberperan dalamevaluasikebijakan JKN?

Ideologi

• A set of doctrines or beliefs that form the basis of a political, economic, or other system

• Ideologi negara dan partai politik

• Ideologi sektor kesehatan

• Ideologi dalam kehidupan seorang manusia (budaya)

17

Ideologi Pasar

Input yang

dibutuhkan

firma

Firm

Product Market

Household

Production factors

market

Pengeluaran

rupiah oleh

rumah tangga

Barang dan jasa

yang dibutuhkan

Pemasukan

rupiah dari

produksi

Pasokan input

dari

rumahtangga

Penerimaan

Pasokan

Barang

Biaya Produksi

yang dibayar firma

18

Intervensi Pemerintah untuk mengatasi kegagalan pasar

Input yang

dibutuhkan

firma

Firm

Product Market

Household

Production factors

market

Pengeluaran

rupiah oleh

rumah tangga

Barang dan jasa

yang dibutuhkan

Pemasukan

rupiah dari

produksi

Pasokan input

dari

rumahtangga

Penerimaan

Pasokan

Barang

Biaya Produksi

yang dibayar firma

Sistem

JKN

Subsidi pendirian

dan

penyelenggaraan

faskes

Ideologi: Meningkatkan peran pemerintah dalam pembiayaan

Insentif para

dokter

19

Dimana letak ideologi kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional?

Sosialisme

Sosial

Demokrat

Neoliberal

Ideologi KiriIdeologi Kanan

Jaminan Kesehatan NasionalNawacita

Ke arah pemerataan

20

Contoh Debat Ideologis:Siapa pengguna dana

pajak?

APBN

BPJS

Pajak

Pendapatan

Negara bukan

Pajak

Non-PBI Mandiri

Pelayanan Primer:

Pelayanan Rujukan

Non-PBi PNS,

Jamsostek dll dll

Kemenkes

Dana dari Masyarakat langsung

Kementerian

lain

PBI

Pemda

21

Rp

R

p

R

p

Pendapatan

Asli Daerah

Askes

Swasta

Apakah boleh dana PBI yang sebagian dari pajak

dipakai oleh Non-PBI mandiri (PBPU)?

APBN

BPJS

Pajak

Pendapatan

Negara bukan

Pajak

Non-PBI Mandiri

Pelayanan Primer:

Pelayanan Rujukan

Non-PBi PNS,

Jamsostek dll dll

Kemenkes

Dana dari Masyarakat langsung

Kementerian

lain

PBI

Pemda

22

Rp

R

p

R

p

Pendapatan

Asli Daerah

Askes

Swasta

Apakah memenuhi

nilai keadilan

sosial?

Catatan tentang Pajak

• Pajak Langsung.

• Pajak Tidak Langsung.

• Kekuatan pajak langsung di Indonesia tidak tinggi

• Kekuatan pajak tidak langsung kuat, termasuk yang berasal dari cukai rokok

Penggunaan Kubus WHO saat ini

Penggunaan Jika Menggunakan lensa

Ideologi pro-pemerataan

Regional 1

Regional 5

Bagian 2:Situasi saat ini

Antara lain:

a. Tantangan Pembiayaan

b. Perkembangan Supply-side;

c. Problem Klaim PBPU, danpotensi melebarnya jurangpemisah antar daerah ( Desentralisasi dan SentralisasiJaminan Kesehatan);

d. Kemungkinan tercapainyasasaran 2019.

27

"Saya minta pemerintah pusat

dan daerah bisa berbagi peran

dan tanggung jawab

berdasarkan semangat gotong

royong. Namun, pembagian

tugasnya harus jelas antara

pusat, daerah, dan BPJS

Kesehatan,” (Presiden Jokowi)

Pada 2015, pemerintah menanggung defisit anggaran BPJS Kesehatan

Rp 10 T. Tahun ini, pemerintah harus menutup defisit BPJS Kesehatan

yang hingga bulan September mencapai Rp 6,7 T. Hingga akhir tahun

2016, defisit anggaran BPJS Kesehatan diperkirakan Rp 7 T. (sumber :

Kompas, 2016)

a. Tantangan pembiayaan di BPJS

Sumber : http://setkab.go.id/

APBN

BPJS Non-PBI Mandiri (PBPU)

Pelayanan Dasar/FKTP

Rujukan/FKTL

Non-PBI eks

PT Askes dll

PB

I

Prof. dr. Laksono Trisnantoro

Gambaran Masalah dipandang dari

pemasukan BPJS

- BPJS Defisit

- PBI

- PBPU merugikan......

Pemda

Masih belum adapagar di dalam BPJS

yang single pool

APBN

BPJS

Pajak

Pendapatan

Negara bukan

Pajak

Non-PBI Mandiri

Pelayanan Primer:

Pelayanan Rujukan

Non-PBi PNS,

Jamsostek dll dll

Kemenkes

Dana dari Masyarakat langsung

Kementerian

lain

PBI

Pemda

29

Rp

R

p

R

p

Pendapatan

Asli Daerah

Askes

Swasta

Akibatnya:Dana untuk PBI

dipergunakan oleh PBPU

APBN

BPJS

Pajak

Pendapatan

Negara bukan

Pajak

Non-PBI Mandiri

Pelayanan Primer:

Pelayanan Rujukan

Non-PBi PNS,

Jamsostek dll dll

Kemenkes

Dana dari Masyarakat langsung

Kementerian

lain

PBI

Pemda

30

Rp

R

p

R

p

Pendapatan

Asli Daerah

Askes

Swasta

Apakah memenuhi

nilai keadilan

sosial?

b. perkembangan Supply Side (khusus RS)

31

RS di Indonesia terdiri dari rumah sakit publik dan rumah sakit privat

dengan jumlah total 2,591 buah. Pertumbuhan RS publik selama 5 tahun

terakhir tidak sepesat pertumbuhan RS privat. Rata-rata pertumbuhan RS

publik sebesar 3%, sedangkan RS privat sebesar 35%.

Publik, 1,405 Publik, 1,540 Publik, 1,562 Publik, 1,592 Publik, 1,607

Privat, 314

Privat, 543 Privat, 666

Privat, 870 Privat, 984

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

1,800

2012 2013 2014 2015 Updated (Dec2016)

Jumlah RS di Indonesia

Berdasarkan kepemilikan, pertumbuhan RS swasta profit lebih agresif

dibandingkan jenis RS lainnya. Rata-rata pertumbuhan sebesar 44%.

Sedangkan rata-rata pertumbuhan RS swasta non profit hanya sebesar 2%.

RS publik milik Pemprov hanya sebesar 9%, dan RS lain pertumbuhannya

tidak terlalu signifikan.

- 100 200 300 400 500 600 700 800 900

1,000

Trend Jumlah RS di Indonesia Berdasar Kepemilikan

Pertumbuhan RS per Regional

Keterangan:Region 1: DKI, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Banten

Region 2: Sumbar, Riau, Sumsel, Lampung, Bali, NTB

Region 3: NAD, Sumut, Jambi, Bengkulu, Kepri, Kalbar, Sulut, Sulteng, Sulsel, Sultra, Gorontalo,

Sulbar

Region 4: Kalteng, Kalsel

Region 5: Kep. Babel, NTT, Kaltim, Kaltara, Maluku, Malut, Papua Barat, Papua

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

2012 2013 2014 2015 Updated (Dec2016)

Pertumbuhan RS per Regional

Region 1

Region 2

Region 3

Region 4

Region 5

Sebagian

besar RS

Kelas A dan B

di Regional 1

Letak Kelas-Kelas RS

No Region A B C D Non Class

Per Dec 2015

1 Region 1 39 208 442 240 3552 Region 2 8 32 140 70 813 Region 3 8 78 213 86 1894 Region 4 2 6 25 11 115 Region 5 2 16 67 67 65

Region 1: DKI, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Banten

Region 2: Sumbar, Riau, Sumsel, Lampung, Bali, NTB

Region 3: NAD, Sumut, Jambi, Bengkulu, Kepri, Kalbar, Sulut, Sulteng, Sulsel, Sultra,

Gorontalo, Sulbar

Region 4: Kalteng, Kalsel

Region 5: Kep. Babel, NTT, Kaltim, Maluku, Malut, Papua Barat, Papua

Mempengaruhi

besaran klaim

RS

Perkembangan Dokter Spesialis dan Dokter Layanan Primer

• Belum ada data yang menunjukkan perubahan signifikan dokter spesialis

• Penyebaran dokter spesialis oleh Kemenkes masih tertunda. Baru berjalan di tahun 2017

• Residen sudah mulai disebut sebagai pekerja

• Untuk DLP Pemerintah dan IDI tetap ada konflik; Permasalahan di Gate Keeper terus berjalan

36

c. Problem Klaim PBPU, dan

potensi melebarnya jurang pemisah antar daerah ( Desentralisasi dan Sentralisasi Jaminan Kesehatan);

Data dari MenteriKesehatan

di Konas IAKMI di Makassar, 2016

Rasio Klam PBPU

bermasalah karena

adanya Adverse

Selection dan yang

sudah mendaftar

kemudian menunggak

PBPU:

Di awal

JKN: 2014

1300%

PBPU: Di

akhir tahun

2015:

284 %

PPU: DI bawah

100%

PBI: Paliing rendah

Catatan: Subsidi untukmasyarakat miskin dipakai

yang menengah ke atas

Isu Pemerataan dan Ketidak adilan menonjol:

• Dana PBI tidak dipakai seluruhnya oleh mereka yang miskin (Klain Rasio PBI 80%, PBPU di atas 250%)

• Dana Kompensasi tidak berjalan; Kebijakan pusat belum ada.

• Dana PBI dari Pemda, di berbagai daerah sulit tidak bisa dipakai sepenuhnya karena kesulitan Akses faskes dan SDM Kesehatan. Dana ini (karena sifat single pool BPJS) mungkin dipakai oleh Propinsi/Kab yang overshot

Situasi yang dihadapi JKN dalam hal klaim dan premi

- BPJS Defisit

- PBPU merugikan...Dana

PBI, dipergunakan oleh

PBPU

- Dana Pemda yang

terpencil ke BPJS pusat,

dipergunakan oleh daerah

lain. (Iuran sama, fasilitas

jauh berbeda)

- Benefit Package terlalu

lebar

- ...

Masalah

Inequity

Masalah

Mutu

d. Apakah sasaran 2019 dapat tercapai?

Sebuah penilaian subyektif untuk pencapaian

Sasaran 1: BPJS Kesehatan beroperasi dengan baik.

Mungkin tidak tercapai.

Argumen:

• Data menunjukkan bahwa terjadi defisit (mismatch) yang besar di BPJS selama 3 tahun pertama pelaksanaannya.

• Defisit ini merupakan indikator ketidak baikan operasional BPJS.

Sasaran 2: Seluruh penduduk Indonesia mendapat jaminan kesehatan melalui BPJS Kesehatan.

Sulit dicapai di tahun 2019

Argumen:

•Sampai dengan akhir tahun 2016, peserta yang mendaftar adalah sekitar 170 juta. Masih kurang 80 juta.

•Disamping itu peserta Mandiri-PBPU yang sudah mendaftar sebagian drop-out.

Sasaran 3. Paket Manfaat medis dan non-medis sudah sama , tidak ada perbedaan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia.

Tidak akan tercapai

Argumen:

• Sampai sekarang belum ada kebijakan yang menyatakan mengenai Paket Manfaat Dasar yang harus tersedia.

• Paket-manfaat yang menggunakan teknologi canggih dan klaim besar-besar hanya dapat dimanfaatkan oleh penduduk di sekitar kota besar.

• Perkembangan Supply side sangat berbeda antara daerah yang maju dan yang belum maju.Penyebaran spesialis baru akan berjalan di tahun 2017

• Kebijakan kompensasi sampai tahun 2016 belum berjalan

Sasaran 4. Jumlah dan sebaran fasilitas pelayanan kesehatan (termasuk tenaga dan alat-alat) sudah memadai untuk menjamin

seluruh penduduk memenuhi kebutuhan medis mereka.

Tidak akan tercapai

Argumen:• Sampai pada tahun 2016, hasil monitoring mengenai

supply-side menunjukkan bahwa belum terjadi keseimbangan pelayanan kesehatan.

• Yang terjadi adalah justru kebalikannya. Terjadi pertumbuhan yang sangat kuat dalam jumlah RS di Pulau Jawa.

• Di daerah-daerah sulit, dana PBI tidak terpakai karena masih kekurangan tenaga dan fasilitas kesehatan.

• Kebijakan kompensasi belum berjalan

Sasaran 5. Semua peraturan pelaksanaan telah disesuaikan secara berkala untuk menjamin kualitas yang memadai dengan

harga keekonomian yang layak

Sulit dicapai

Argumen:

- Masih banyak perdebatan tentangharga keekonomian dengan provider

- Konsep CoB dan cost-sharing masihterus menjadi perdebatan

- Sistem kapitasi masih belummemberikan pengaruh pada kinerja

Sasaran 6. Paling sedikit 85% peserta menyatakan puas, baik dalam layanan di BPJS maupun dalam

layanan di fasilitas kesehatan yang dikontrak BPJS.

Dapat tercapai

Argumen

- Survei yang dilakukan oleh BPJS memberikan hal ini.

- Dukungan dana BPJS sangatdibutuhkan saat sakit

- Jaminan dana saat sakit sangatdibutuhkan masyarakat

Sasaran 7. Paling sedikit 80% tenaga dan fasilitas pelayanan kesehatan menyatakan puas atau mendapat pembayaran yang layak dari BPJS.

Belum tentu dapat dicapai

Argumen:

- Belum ada data mengenai hal ini.

- Keluhan dokter dan RS semakin sering

- Debat tentang PMK no 64

Sasaran 8. BPJS dikelola secara terbuka efisien dan akuntabel.

Belum tentu dapat dicapai

Argumen:• Sampai sekarang masyarakat, Kementerian

Kesehatan dan Pemerintah Propinsi/Kabupaten/Kota masih kesulitan mendapatkan data pelayanan dan data keuangan dari BPJS.

• Walaupun sudah ada kerjasama yang membaik untuk penelitian, sebagian peneliti masih kesulitan akses ke data BPJS.

Ringkasan situasi saat ini: Bagaimana skenario di tahun 2019?

Perspektif pemerataan

Pencapaian Universal Coverage

2014 2015 2016 2017 2018 2019

I: Maret

II: Nov maret Nov Maret Nov Maret Nov Maret Nov

Daerah yang

baik

Daerah yang

buruk

Zero

Skenario

Optimis3 dimensi UC

menurut WHO

tercapai

Pencapaian Universal Coverage

2014 2015 2016 2017 2018 2019

I: Maret

II: Nov maret Nov Maret Nov Maret Nov Maret Nov

DIY

NTT

Zero

Skenario

Pesimis 2

Skenario

Pesimis

53

BPJS menjadi lembaga yang mempunyai

risiko semakin tinggi:

- Benefit Package besar

- Open-ended

- Penetapan premi PBPU pertimbangan

politik

- Risiko ditanggung oleh BPJS dan

pemerintah

- Potensi masyarakat diabaikan

Bagian 3. Risiko tanpa Evaluasi Kebijakan di

tahun 2017

Pemerintah:

Mengabaikan pemerataan

Risiko yang dihadapi:

2014 2015 2016 2017 2018 2019

I: Maret

II: Nov maret Nov Maret Nov Maret Nov Maret Nov

DIY

NTT

Zero

Skenario

Pesimis 2

Skenario

Pesimis

Memburuknya pemerataan

APBN

BPJS

Pendap

atan dari

Pajak

Pendapatan

Bukan dari

Pajak

Non-PBI Mandiri (PBPU)

Pelayanan Dasar/FKTP

Rujukan/FKTL

55

Non-PBI eks

PT Askes (PPU)

Kemenkes

Out of pocket

Kementerian

Lain terkait

Kesehatan

PB

I

Pemda

Asuransi

Swasta

10%

Prof. dr. Laksono Trisnantoro

• Dana dari Pajak akan mengalir ke

PBPU terus

• Pemberi Pelayanan Kesehatan

kekurangan dana akibat

keterbatasan kemampuan BPJS

• Konsep Single Pool memperparah

ketidak adilan

Dana

Kemanusiaan

Dana

Asing

5%

Dana PBI akan terusdipergunakan oleh

PBPU

APBN

BPJS

Pajak

Pendapatan

Negara bukan

Pajak

Non-PBI Mandiri

Pelayanan Primer:

Pelayanan Rujukan

Non-PBi PNS,

Jamsostek dll dll

Kemenkes

Dana dari Masyarakat langsung

Kementerian

lain

PBI

Pemda

56

Rp

R

p

R

p

Pendapatan

Asli Daerah

Askes

Swasta

Apakah memenuhi

nilai keadilan

sosial?

Dana PBI akan terusdipergunakan oleh

PBPU

APBN

BPJS

Pajak

Pendapatan

Negara bukan

Pajak

Non-PBI Mandiri

Pelayanan Primer:

Pelayanan Rujukan

Non-PBi PNS,

Jamsostek dll dll

Kemenkes

Dana dari Masyarakat langsung

Kementerian

lain

PBI

Pemda

57

Rp

R

p

R

p

Pendapatan

Asli Daerah

Askes

Swasta

Apakah memenuhi

nilai keadilan

sosial?

Ada

Adverse

Selection

Situasi Pooling Risiko di BPJS

• Non-PBI-Mandiri (PBPU)

Sebagian tidak miskin, dapat kaya.

mempunyai risiko lebih besar .

Akses baik.

• Anggota PBI yang miskin:

• Resiko sakit tersebar merata, namun akses relatifrendah.

• Jumlah banyak

• Eks PT Askes

• Resiko sakit dan sehat tersebar merata, akses lebihbaik dibanding PBI

Kelompok

sakit

Kelompok

sehat

Kelompok

sakitKelompok

sehat

Kelompok

sakitKelompok

sehat

58

Sebagian dana PBI dari pajak (yang rendah) dipergunakan oleh PBPU: Gotong Royong terbalik

GDP

Tax

RevenueNon-Tax

Revenue

-

2,000,000.00

4,000,000.00

6,000,000.00

8,000,000.00

10,000,000.00

12,000,000.00

14,000,000.00

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016*)

MiliarRupiah

Tahun

GDPNasional(hargaberlaku)

PenerimaanPajak

PenerimaanBukanPajak

Hibah

Sumber:IndonesiadalamAngka2015,BPS;UUAPBN2016

Potensi dana di masyarakat tidak dimanfaatkan oleh sektor kesehatan karena tarif PBBU rendah dan cost sharing sulit

GDP

Tax

RevenueNon-Tax

Revenue

Pemburukan In-equity antar daerah karena tarif PBI daerah sama, faskes dan SDM jauh

berbeda• Ada kemungkinan dana

iuran PBI daerah tidak bisa dipergunakan kembali oleh daerah yang bersangkutan karena akses;

• Masuk ke BPJS pusat dan dipergunakan untuk daerah-daerah yang kekurangan dana (khususnya Jawa, Regional 1)

• Tidak ada pelaksanaan kebijakan kompensasi

Kasus di Kabupaten Melaka, NTT:1 D-Class hospital with 1 specialist:

180.000 people. Member of BPJS PBI: around 101 ribu. BPJS-Non-PBI: around 12.500

Expenditure by BPJS in 2015:•Capitation Rp 7.5 Billion•Claim Rp 5.5 B di RS Kab A •Claim in Hospital B in District is assumed around Rp 4 Billion•Total expenditure: around Rp 17 B.

How much BPJS budget should be spent in this district?• PBI: 101.000 x Rp 19.500 x 12

month= around RP 24 B. • Non-PBI: 12.500 x Rp 45.ribu (on

average) x 12 month = Rp 6 B . • Total budget from BPJS: around Rp 30

B.

62

Unspent budget: Rp

13 B (Rp 30 B – 17 B)

Ada kemungkinan:Dana PBI dari Pemda di Regional 5

akan masuk ke Regional 1

Regional 1

Regional 5

Ada kemungkinan:Dana PBI dari Pemda di Regional 5

akan masuk ke Regional 1

Regional 1

Regional 5

Regional 1

semakin

mendapat

banyak dari

BPJS

Regional 5

meningkat

sedikit

BPJS kekurangan dana terus menerus

• Benefit Package sangat luas. Tidakada batas untuk benefit

• Tidak ada batas atas untuk PBPU yang kaya

• Tidak ada batas atas untuk RS

• Tidak ada batas untuk propinsi dankabupaten

Tidak adanya Manfaat Dasar

66

Benefit

Package

Propinsi-propinsi maju

seperti DKI

Propinsi-propinsi sulit

At current:

No Basic Benefit Package

67

BenefitPackage AtCurrent

InpatientServices

Tertiary/Superspecialtyinpatientservices YesSecondary-levelInpatienthospitalservices Yes

EmergencyServices Yes

ChildBirth/Maternity/Delivery YesOutpatientServices

Publichealthservices,suchasimmunizations Yes

Outpatientprimarycarecontacts Yes

Outpatientspecialistcontacts Yes

Pharmaceuticalsforoutpatientservices Yes

Clinicallaboratorytests Yes

Diagnosticimagingforoutpatientservices Yes

Otherservices

Eyeglasses Yes

Dentalcare Yes

Mentalhealth/behavioral Yes

Dialysis Yes

Home-careservices No

Benefit Package

yang lebar

dengan INA-

CBG tinggi

menjadi

semakin

dipergunakan

oleh

masyarakat

dengan akses

yang baik

(PPU dan

PBPU)

Penggunaan Paket Dasar

68

Paket Dasar

Benefit

Package

Propinsi-propinsi maju

seperti DKI

Propinsi-porpinsi sulit

Tanpa ada batas atas untuk perorangan

69

Standard minimum

package

Benefit

Package

Propinsi-propinsi maju

seperti DKI

Propinsi-propinsi sulit

Penanganan-penanganan medik dengan INACBG

tinggi akan dipergunakan oleh masyarakat kaya

anggota BPJS di propinsi-propinsi maju

Memperburuk in-equity

Tanpa ada kebijakan kompensasi,

di berbagai tempat mendapatkan

pelayanan dasar ..sulit

Pemberlakuan batas atas untuk PBPU kelas 1 dan 2

70

Standard minimum

package

Benefit

Package

Catastrophic Insurance atau

bayar sendiri

Propinsi-propinsi maju

seperti DKI

Propinsi-porpinsi sulit

Kebijakan kompensasi untuk

mendatangkan tenaga

kesehatan

• Di atas pengeluaran Jumlah tertentu, akan menjadi tanggung jawab Pemda

• Diharapkan Pemda (Propinsi dan Kab/Kota) bergotong royong membayarnya.

• Memberi motivasi untuk pengendalian pengeluaran dan pencegahan penyakit

• Dibayar

• Pemda

2014 15 16 17

Batas Atas untuk Pemda

• Di atas pengeluaran yang direncanakan akan menjadi tanggung jawab RS yang bersangkutan

• Memberi motivasi bagi RS untuk pengendalian pengeluaran

• Dibayar

• RS

2014 15 16 17

Batas Atas untuk Rumahsakit

Q: Evaluasi kebijakan JKN.Apakah diperlukan di tahun 2017?

•Ya…• Secara alamiah dan menjawab kebutuhan

situasi saat ini

Poin Evaluasi Kebijakan

• Bagaimana menjamin Pemerataan Sistem Kesehatan?

• Bagaimana menjamin mutu pelayanan kesehatan?

• Bagaimana meningkatkan pendanaan untuk sektor kesehatan (aturan JKN membikin “sesak napas”)?

• Bagaimana keberlangsungan JKN dan BPJS?

• Apakah pencapaian UHC harus melalui BPJS semua Apakah tidak lebih baik masyarakat menengah atas dipisahkan dari BPJS?

Bagian 4:

Pengumpulan Ide (brainstorming) untuk kemungkinan perubahan kebijakan di masa mendatang

Brainstorming:Berbagai Opsi Kebijakan terkait BPJS

1 BPJS tanpa PBPU kelas 1 dan kelas 2. Masyarakat kaya mencari sendiri. Tidak bertumpu ke BPJS. Meninggalkan kebijakan Single Pool. Perlu perubahan UU.

2 BPJS dengan PBPU, namun menaikkan Premi kelas 1 dan 2 dengan perhitungan aktuarial. Kelas III tetap sama, dengan tidak boleh naik kelas.

3 Untuk ketimpangan Geografis: Sistem BPJS tidak diberlakukan di propinsi-propinsi sulit. Mungkin perlu merubah UU

Klaim Rasio Kapan Rasio Klaim

PBPU bisa di bawah

100%?

PBPU:

Di awal

JKN: 2014

1300%

PBPU: Di

akhir tahun

2015:

284 %

PPU: DI bawah

100%

PBI: Paliing rendah

Opsi 1:

• Memisahkan ciri “Askes Komersial” dari BPJS

• Skema askes komersial bisa dilakukan perusahaan swasta

• Pola Premi berbeda (Regional)

• Membutuhkan aktuarial

- BPJS tanpa PBPU kelas 1 dan kelas 2.

- PBU kelas 3 menjadi kelas BPJS. Tidak boleh naik

kelas.

- Masyarakat kaya mencari sendiri. Tidak menjadi

anggota BPJS.

JKN meninggalkan kebijakan Single Pool di

BPJS.

Masyarakat atas boleh tidak mengikuti BPJS

Opsi 2

BPJS tetap dengan PBPU.

Menaikkan Premi kelas 1 dan 2 dengan perhitungan aktuarial yang full-cost.

Kelas III tetap sama, dengan tidak boleh naik kelas

• Tetap Single Pool

• Kompartemenisasi tegas

• Tidak boleh ada dana yang cross-kelompok

• Premi Regional yang berbeda sesuai kondisi daerah

BPJSPB

I

JKN tetap Single Pool di

BPJS.

Ada Kompartemen tegas

Untuk mengurangi ketimpangan Geografis: Sistem BPJS tidak

diberlakukan di propinsi-propinsi sulit

Perlu dilakukan

kebijakan untuk

penyeimbangan

supply side dulu

Regional 1

Regional 5

Opsi 3

Penutup:

Bagaimana alur dari Hasil Studi Evaluasi

Kebijakan?

Penetapan

agenda

Perumusan Kebijakan

Pelaksanaan Kebijakan

Monitoring Pelaksanaan

Evaluasi Kebijakan

81

UU SJSN: 2004

UU BPJS: 2011

2014 - 2016

Apakah Yudisial Review, Review UU,

atau Review berbagai peraturan di

bawah UU?

Produk Hukum apa yang perlu di ubah?

• UU SJSN dan UU BPJS

• Peraturan Pemerintah

• Peraturan Presiden

• Peraturan Menteri Kesehatan

• Peraturan BPJS

• …..

Kegiatan Hukum apa

yang akan ditempuh?

- Yudisial Review ke

MK.

- Legislative Review dan

masuk ke Prolegnas.

Tahun berapa?

- Review kebijakan-

kebijakan.

Judicial review:

• upaya pengujian oleh MK terhadap berbagai pasal dalam UU SJSN dan UUBPJS

• Harus ada yang memulai proses hukum ini

• Membutuhkan support akademi dan bukti-bukti kuat bahwa asa aspek dalam Kebijakan JKN (UU SJSN dan UUBPJS) yang bertentangan dengan UUD

Legislative review:

– DPR melakukan revisi terhadap UU SJSN dan UU BPJS, karena pelaksanaannya tidak sesuai dengan tujuan, atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau sederajat.

– Membutuhkan naskah akademik yang baik dengan bukti-bukti yang kuat. Bukti-bukti tersebut dapat berasal dari penelitian Monitoring dan Evaluasi Kebijakan JKN

Plus pengujian berbagai kebijakan di bawah UU

• Executiver Review

Pertanyaan penutup:

• Siapa pelaku Evaluasi Kebijakan yang independen?

• Apa tantangan tim independen? Anggaran, kepercayaan, akses data, kecurigaan

• Bagaimana mengatasinya?

• Apa program di tahun 2017?

Siapa yang akan melakukan Monev Kebijakan?

Power besar Power sedang Power kecil Tidak ada power

Interest tinggi DJSNBPJSKementerian Kesehatan?

Asosiasi RS? (PERSI)Perhimpunan Professi

NGOs

RS Pemerintah?FKTP Pemerintah?Akademisi

Masyarakat?RS Swasta?FKTP swasta?

Interest sedang

Kementerian Keuangan?

Media? Asosiasi Profesi?

Asuransi swasta?

Interest rendah

Tidak ada interest

87

Bagaimana strategi Monev JKN 2017?

Semua kegiatan akan dikomunikasikan melalui Web

• www.kebijakankesehatanindonesia.net

• www.manajemen-pembiayaankesehatan.net

Kegiatan Monev JKN di tahun 2017

• Februari 2017

Tema

• Seminar: Ideologi dalam kebijakan JKN

• Seminar dan Workshop: Stakeholders JKN dan Kemampuan Lobbying dalam proses kebijakan: Dimana peran Asosiasi Fasilitas Kesehatan dan Perhimpunan Profesi.

• Workshop 1. Protokol Penelitian Monev JKN

Maret 2017

• Seminar: Kerjasama Pusat dan Daerah dalam Jaminan Kesehatan dalam perspektif keadilan sosial

• Workshop 2. Protokol Penelitian Monev JKN dan Uji-coba.

• Workshop: Strategi Penyusunan Agenda Kebijakan ke berbagai pihak: Eksekutif dan Yudikatif (1) : Apakah akan Judicial Review ataukah Legislative Review.

Kuartal 1

Kuartal 2

April 2017

•Seminar: Proses penyusunan UU SJSN dan UU BPJS: Telahan akademik dari peneliti asing.

•Diskusi dan Workshop Hasil Uji-coba: Data monitoring tahun 2014 – triwulan 1 2017. (Presentasi Hasil Uji-coba Penelitian)

Mei 2017

•Seminar: Proses Revisi kebijakan yang memperhatikan mereka yang dipinggiran.

Juni 2017:

•Seminar: Sentralisasi JKN dan Desentralisasi sektor kesehatan

•Workshop: Strategi Penyusunan Agenda Kebijakan ke berbagai pihak: Eksekutif dan Yudikatif (2) : Apakah akan Judicial Review ataukah Legislative Review.

Kegiatan Monev JKN di tahun 2017

Kuartal ke 3

Juli 2017

•Diskusi dan Workshop: Data monitoring tahun 2014 –triwulan 2 2017.

Agustus 2017

•Seminar: Kesiapan supply side di berbagai daerah

•Seminar: Kesiapan SDM kesehatan di berbagai daerah

September 2017

•Seminar: Conflict of Interest dalam Proses Monitoring dan Evaluasi Kebijakan

Kegiatan Monev JKN di tahun 2017

Kuartal ke 4

Oktober 2017

•Diskusi Monitoring: tahun 2014 – triwulan 3 2017.

•Pertemuan Nasional Jaringan Kebijakan Keehatan Indonesia:

•Apakah Kebijakan JKN dapat mencapai tujuan?

November 2017

•Workshop 3: Strategi Penyusunan Agenda Kebijakan ke berbagai pihak: Eksekutif dan Yudikatif.

Desember 2017: Outlook 2018

Kegiatan Monev JKN di tahun 2017

terimakasih