Upload
phamkien
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Evaluasi kebijakan kebijakan JKN:
Apakah diperlukan di tahun 2017?
Laksono TrisnantoroKetua Departemen Kebijakan dan
Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada
Tujuan penulisan paper
• Memahami mengenai Monitoring dan Evaluasi kebijakan yang diaplikasikan ke JKN
• Membahas mengenai relevansi Monitoring dan Evaluasi Kebijakan JKN
• membahas rencana Monitoring dan Evaluasi Kebijakan JKN di tahun 2017
Catatan:
PKMK UGM tidak “anti” JKN. Tahun 1997, menyusun
naskah akademik untuk RUU Askes
Isi
Bagian 1. Memahami Proses Kebijakan danEvaluasi Kebijakan
Bagian 2: Situasi saat ini: Apakah kebijakan JKN ini dapat mencapai sasarannya?
Bagian 3. Risiko tanpa Evaluasi Kebijakan di tahun 2017
Bagian 4: Brainstorming kemungkinanperubahan kebijakan di masa mendatang
Penutup: Bagaimana alur dari Hasil Studi Evaluasi Kebijakan?
Bagian 1:Memahami Proses
Kebijakan dan Evaluasi Kebijakan
• Konsep Evaluasi Kebijakan
• Apa perspektif evaluasi?
• Apa indikatornya?
Proses Kebijakan
Penetapan
agenda
Perumusan Kebijakan
Pelaksanaan Kebijakan
Monitoring Pelaksanaan
Evaluasi Kebijakan
6
UU SJSN: 2004
UU BPJS: 2011
2014 - 2016
Hal yang alamiah: Tidak ada UU yang sempurna
Penetapan
agenda
Perumusan Kebijakan
Pelaksanaan Kebijakan
Monitoring Pelaksanaan
Evaluasi Kebijakan
7
UU SJSN: 2004
UU BPJS: 2011
2014 - 2016
Hal yang alamiah: Tidak ada UU yang sempurna
Penetapan
agenda
Perumusan Kebijakan
Pelaksanaan Kebijakan
Monitoring Pelaksanaan
Evaluasi Kebijakan
8
UU SJSN: 2004
UU BPJS: 2011
2014 - 2016
Proses
kebijakan
yang sangat
dinamis dan
butuh waktu
lama
Evaluasi dan Monitoring Kebijakan
• Monitoring : Pemantauanterus menerus
• Evaluasi Formatif : Memberimasukan mengenai bagaimanamemperbaiki rancangankebijakan, pembagian tugasdan peran dalam implementasikebijakan
• Evaluasi Sumatif : Memberimasukan mengenai bagaimanakebijakan telah atau belummencapai tujuannya
9
Model Evidence Based Policy Making
Cookson R. Evidence-based policy making in health care: what it is and what it isn’t. Journal of Health Service Research Policy. Vol 10 No 2 April 2005
Bukti Ilmiah
Nilai-nilaiKepercayaan
Pengalaman
Bukti Anekdot
Opini
Hambatan: Politis, ekonomi, hukum, dan etika
Keputusan
Model Evidence Based Policy Making
Cookson R. Evidence-based policy making in health care: what it is and what it isn’t. Journal of Health Service Research Policy. Vol 10 No 2 April 2005
Bukti Ilmiah
Nilai-nilaiKepercayaan
Pengalaman
Bukti Anekdot
Opini
Hambatan: Politis, ekonomi, hukum, dan etika
Keputusan
Pengalaman JKN
2014-2016
Mengapa perspektif pemerataan perlu?
UUD 1945:
Pasal 34 ayat 1: Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.
Ayat 2: Negara mengembangkan jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan
.
UU SJSN
• UU SJSN menetapkan asuransi sosial dan ekuitas sebagai prinsip penyelenggaraan JKN
• Iuran sesuai dengan besaran pendapatan
• UU SJSN menyatakan bahwa subsidi iuran JKN harus untuk orang miskin dan orang tidak mampu
Apa indikator pemerataan pelayanan?
Misal,
• Perbaikan Rasio Klaim dan dana kapitasi antarKelompok
• Perbaikan Rasio Klaim dan dana kapitasi antarkabupaten/kota
• Menurunnya kesenjangan supply side (jumlahdan distribusi faskes, dan SDM)
Ideologi
• A set of doctrines or beliefs that form the basis of a political, economic, or other system
• Ideologi negara dan partai politik
• Ideologi sektor kesehatan
• Ideologi dalam kehidupan seorang manusia (budaya)
17
Ideologi Pasar
Input yang
dibutuhkan
firma
Firm
Product Market
Household
Production factors
market
Pengeluaran
rupiah oleh
rumah tangga
Barang dan jasa
yang dibutuhkan
Pemasukan
rupiah dari
produksi
Pasokan input
dari
rumahtangga
Penerimaan
Pasokan
Barang
Biaya Produksi
yang dibayar firma
18
Intervensi Pemerintah untuk mengatasi kegagalan pasar
Input yang
dibutuhkan
firma
Firm
Product Market
Household
Production factors
market
Pengeluaran
rupiah oleh
rumah tangga
Barang dan jasa
yang dibutuhkan
Pemasukan
rupiah dari
produksi
Pasokan input
dari
rumahtangga
Penerimaan
Pasokan
Barang
Biaya Produksi
yang dibayar firma
Sistem
JKN
Subsidi pendirian
dan
penyelenggaraan
faskes
Ideologi: Meningkatkan peran pemerintah dalam pembiayaan
Insentif para
dokter
19
Dimana letak ideologi kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional?
Sosialisme
Sosial
Demokrat
Neoliberal
Ideologi KiriIdeologi Kanan
Jaminan Kesehatan NasionalNawacita
Ke arah pemerataan
20
Contoh Debat Ideologis:Siapa pengguna dana
pajak?
APBN
BPJS
Pajak
Pendapatan
Negara bukan
Pajak
Non-PBI Mandiri
Pelayanan Primer:
Pelayanan Rujukan
Non-PBi PNS,
Jamsostek dll dll
Kemenkes
Dana dari Masyarakat langsung
Kementerian
lain
PBI
Pemda
21
Rp
R
p
R
p
Pendapatan
Asli Daerah
Askes
Swasta
Apakah boleh dana PBI yang sebagian dari pajak
dipakai oleh Non-PBI mandiri (PBPU)?
APBN
BPJS
Pajak
Pendapatan
Negara bukan
Pajak
Non-PBI Mandiri
Pelayanan Primer:
Pelayanan Rujukan
Non-PBi PNS,
Jamsostek dll dll
Kemenkes
Dana dari Masyarakat langsung
Kementerian
lain
PBI
Pemda
22
Rp
R
p
R
p
Pendapatan
Asli Daerah
Askes
Swasta
Apakah memenuhi
nilai keadilan
sosial?
Catatan tentang Pajak
• Pajak Langsung.
• Pajak Tidak Langsung.
• Kekuatan pajak langsung di Indonesia tidak tinggi
• Kekuatan pajak tidak langsung kuat, termasuk yang berasal dari cukai rokok
Bagian 2:Situasi saat ini
Antara lain:
a. Tantangan Pembiayaan
b. Perkembangan Supply-side;
c. Problem Klaim PBPU, danpotensi melebarnya jurangpemisah antar daerah ( Desentralisasi dan SentralisasiJaminan Kesehatan);
d. Kemungkinan tercapainyasasaran 2019.
27
"Saya minta pemerintah pusat
dan daerah bisa berbagi peran
dan tanggung jawab
berdasarkan semangat gotong
royong. Namun, pembagian
tugasnya harus jelas antara
pusat, daerah, dan BPJS
Kesehatan,” (Presiden Jokowi)
Pada 2015, pemerintah menanggung defisit anggaran BPJS Kesehatan
Rp 10 T. Tahun ini, pemerintah harus menutup defisit BPJS Kesehatan
yang hingga bulan September mencapai Rp 6,7 T. Hingga akhir tahun
2016, defisit anggaran BPJS Kesehatan diperkirakan Rp 7 T. (sumber :
Kompas, 2016)
a. Tantangan pembiayaan di BPJS
Sumber : http://setkab.go.id/
APBN
BPJS Non-PBI Mandiri (PBPU)
Pelayanan Dasar/FKTP
Rujukan/FKTL
Non-PBI eks
PT Askes dll
PB
I
Prof. dr. Laksono Trisnantoro
Gambaran Masalah dipandang dari
pemasukan BPJS
- BPJS Defisit
- PBI
- PBPU merugikan......
Pemda
Masih belum adapagar di dalam BPJS
yang single pool
APBN
BPJS
Pajak
Pendapatan
Negara bukan
Pajak
Non-PBI Mandiri
Pelayanan Primer:
Pelayanan Rujukan
Non-PBi PNS,
Jamsostek dll dll
Kemenkes
Dana dari Masyarakat langsung
Kementerian
lain
PBI
Pemda
29
Rp
R
p
R
p
Pendapatan
Asli Daerah
Askes
Swasta
Akibatnya:Dana untuk PBI
dipergunakan oleh PBPU
APBN
BPJS
Pajak
Pendapatan
Negara bukan
Pajak
Non-PBI Mandiri
Pelayanan Primer:
Pelayanan Rujukan
Non-PBi PNS,
Jamsostek dll dll
Kemenkes
Dana dari Masyarakat langsung
Kementerian
lain
PBI
Pemda
30
Rp
R
p
R
p
Pendapatan
Asli Daerah
Askes
Swasta
Apakah memenuhi
nilai keadilan
sosial?
RS di Indonesia terdiri dari rumah sakit publik dan rumah sakit privat
dengan jumlah total 2,591 buah. Pertumbuhan RS publik selama 5 tahun
terakhir tidak sepesat pertumbuhan RS privat. Rata-rata pertumbuhan RS
publik sebesar 3%, sedangkan RS privat sebesar 35%.
Publik, 1,405 Publik, 1,540 Publik, 1,562 Publik, 1,592 Publik, 1,607
Privat, 314
Privat, 543 Privat, 666
Privat, 870 Privat, 984
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
1,800
2012 2013 2014 2015 Updated (Dec2016)
Jumlah RS di Indonesia
Berdasarkan kepemilikan, pertumbuhan RS swasta profit lebih agresif
dibandingkan jenis RS lainnya. Rata-rata pertumbuhan sebesar 44%.
Sedangkan rata-rata pertumbuhan RS swasta non profit hanya sebesar 2%.
RS publik milik Pemprov hanya sebesar 9%, dan RS lain pertumbuhannya
tidak terlalu signifikan.
- 100 200 300 400 500 600 700 800 900
1,000
Trend Jumlah RS di Indonesia Berdasar Kepemilikan
Pertumbuhan RS per Regional
Keterangan:Region 1: DKI, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Banten
Region 2: Sumbar, Riau, Sumsel, Lampung, Bali, NTB
Region 3: NAD, Sumut, Jambi, Bengkulu, Kepri, Kalbar, Sulut, Sulteng, Sulsel, Sultra, Gorontalo,
Sulbar
Region 4: Kalteng, Kalsel
Region 5: Kep. Babel, NTT, Kaltim, Kaltara, Maluku, Malut, Papua Barat, Papua
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
2012 2013 2014 2015 Updated (Dec2016)
Pertumbuhan RS per Regional
Region 1
Region 2
Region 3
Region 4
Region 5
Sebagian
besar RS
Kelas A dan B
di Regional 1
Letak Kelas-Kelas RS
No Region A B C D Non Class
Per Dec 2015
1 Region 1 39 208 442 240 3552 Region 2 8 32 140 70 813 Region 3 8 78 213 86 1894 Region 4 2 6 25 11 115 Region 5 2 16 67 67 65
Region 1: DKI, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Banten
Region 2: Sumbar, Riau, Sumsel, Lampung, Bali, NTB
Region 3: NAD, Sumut, Jambi, Bengkulu, Kepri, Kalbar, Sulut, Sulteng, Sulsel, Sultra,
Gorontalo, Sulbar
Region 4: Kalteng, Kalsel
Region 5: Kep. Babel, NTT, Kaltim, Maluku, Malut, Papua Barat, Papua
Mempengaruhi
besaran klaim
RS
Perkembangan Dokter Spesialis dan Dokter Layanan Primer
• Belum ada data yang menunjukkan perubahan signifikan dokter spesialis
• Penyebaran dokter spesialis oleh Kemenkes masih tertunda. Baru berjalan di tahun 2017
• Residen sudah mulai disebut sebagai pekerja
• Untuk DLP Pemerintah dan IDI tetap ada konflik; Permasalahan di Gate Keeper terus berjalan
36
c. Problem Klaim PBPU, dan
potensi melebarnya jurang pemisah antar daerah ( Desentralisasi dan Sentralisasi Jaminan Kesehatan);
Data dari MenteriKesehatan
di Konas IAKMI di Makassar, 2016
Rasio Klam PBPU
bermasalah karena
adanya Adverse
Selection dan yang
sudah mendaftar
kemudian menunggak
PBPU:
Di awal
JKN: 2014
1300%
PBPU: Di
akhir tahun
2015:
284 %
PPU: DI bawah
100%
PBI: Paliing rendah
Catatan: Subsidi untukmasyarakat miskin dipakai
yang menengah ke atas
Isu Pemerataan dan Ketidak adilan menonjol:
• Dana PBI tidak dipakai seluruhnya oleh mereka yang miskin (Klain Rasio PBI 80%, PBPU di atas 250%)
• Dana Kompensasi tidak berjalan; Kebijakan pusat belum ada.
• Dana PBI dari Pemda, di berbagai daerah sulit tidak bisa dipakai sepenuhnya karena kesulitan Akses faskes dan SDM Kesehatan. Dana ini (karena sifat single pool BPJS) mungkin dipakai oleh Propinsi/Kab yang overshot
Situasi yang dihadapi JKN dalam hal klaim dan premi
- BPJS Defisit
- PBPU merugikan...Dana
PBI, dipergunakan oleh
PBPU
- Dana Pemda yang
terpencil ke BPJS pusat,
dipergunakan oleh daerah
lain. (Iuran sama, fasilitas
jauh berbeda)
- Benefit Package terlalu
lebar
- ...
Masalah
Inequity
Masalah
Mutu
Sasaran 1: BPJS Kesehatan beroperasi dengan baik.
Mungkin tidak tercapai.
Argumen:
• Data menunjukkan bahwa terjadi defisit (mismatch) yang besar di BPJS selama 3 tahun pertama pelaksanaannya.
• Defisit ini merupakan indikator ketidak baikan operasional BPJS.
Sasaran 2: Seluruh penduduk Indonesia mendapat jaminan kesehatan melalui BPJS Kesehatan.
Sulit dicapai di tahun 2019
Argumen:
•Sampai dengan akhir tahun 2016, peserta yang mendaftar adalah sekitar 170 juta. Masih kurang 80 juta.
•Disamping itu peserta Mandiri-PBPU yang sudah mendaftar sebagian drop-out.
Sasaran 3. Paket Manfaat medis dan non-medis sudah sama , tidak ada perbedaan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Tidak akan tercapai
Argumen:
• Sampai sekarang belum ada kebijakan yang menyatakan mengenai Paket Manfaat Dasar yang harus tersedia.
• Paket-manfaat yang menggunakan teknologi canggih dan klaim besar-besar hanya dapat dimanfaatkan oleh penduduk di sekitar kota besar.
• Perkembangan Supply side sangat berbeda antara daerah yang maju dan yang belum maju.Penyebaran spesialis baru akan berjalan di tahun 2017
• Kebijakan kompensasi sampai tahun 2016 belum berjalan
Sasaran 4. Jumlah dan sebaran fasilitas pelayanan kesehatan (termasuk tenaga dan alat-alat) sudah memadai untuk menjamin
seluruh penduduk memenuhi kebutuhan medis mereka.
Tidak akan tercapai
Argumen:• Sampai pada tahun 2016, hasil monitoring mengenai
supply-side menunjukkan bahwa belum terjadi keseimbangan pelayanan kesehatan.
• Yang terjadi adalah justru kebalikannya. Terjadi pertumbuhan yang sangat kuat dalam jumlah RS di Pulau Jawa.
• Di daerah-daerah sulit, dana PBI tidak terpakai karena masih kekurangan tenaga dan fasilitas kesehatan.
• Kebijakan kompensasi belum berjalan
Sasaran 5. Semua peraturan pelaksanaan telah disesuaikan secara berkala untuk menjamin kualitas yang memadai dengan
harga keekonomian yang layak
Sulit dicapai
Argumen:
- Masih banyak perdebatan tentangharga keekonomian dengan provider
- Konsep CoB dan cost-sharing masihterus menjadi perdebatan
- Sistem kapitasi masih belummemberikan pengaruh pada kinerja
Sasaran 6. Paling sedikit 85% peserta menyatakan puas, baik dalam layanan di BPJS maupun dalam
layanan di fasilitas kesehatan yang dikontrak BPJS.
Dapat tercapai
Argumen
- Survei yang dilakukan oleh BPJS memberikan hal ini.
- Dukungan dana BPJS sangatdibutuhkan saat sakit
- Jaminan dana saat sakit sangatdibutuhkan masyarakat
Sasaran 7. Paling sedikit 80% tenaga dan fasilitas pelayanan kesehatan menyatakan puas atau mendapat pembayaran yang layak dari BPJS.
Belum tentu dapat dicapai
Argumen:
- Belum ada data mengenai hal ini.
- Keluhan dokter dan RS semakin sering
- Debat tentang PMK no 64
Sasaran 8. BPJS dikelola secara terbuka efisien dan akuntabel.
Belum tentu dapat dicapai
Argumen:• Sampai sekarang masyarakat, Kementerian
Kesehatan dan Pemerintah Propinsi/Kabupaten/Kota masih kesulitan mendapatkan data pelayanan dan data keuangan dari BPJS.
• Walaupun sudah ada kerjasama yang membaik untuk penelitian, sebagian peneliti masih kesulitan akses ke data BPJS.
Pencapaian Universal Coverage
2014 2015 2016 2017 2018 2019
I: Maret
II: Nov maret Nov Maret Nov Maret Nov Maret Nov
Daerah yang
baik
Daerah yang
buruk
Zero
Skenario
Optimis3 dimensi UC
menurut WHO
tercapai
Pencapaian Universal Coverage
2014 2015 2016 2017 2018 2019
I: Maret
II: Nov maret Nov Maret Nov Maret Nov Maret Nov
DIY
NTT
Zero
Skenario
Pesimis 2
Skenario
Pesimis
53
BPJS menjadi lembaga yang mempunyai
risiko semakin tinggi:
- Benefit Package besar
- Open-ended
- Penetapan premi PBPU pertimbangan
politik
- Risiko ditanggung oleh BPJS dan
pemerintah
- Potensi masyarakat diabaikan
Bagian 3. Risiko tanpa Evaluasi Kebijakan di
tahun 2017
Pemerintah:
Mengabaikan pemerataan
Risiko yang dihadapi:
2014 2015 2016 2017 2018 2019
I: Maret
II: Nov maret Nov Maret Nov Maret Nov Maret Nov
DIY
NTT
Zero
Skenario
Pesimis 2
Skenario
Pesimis
Memburuknya pemerataan
APBN
BPJS
Pendap
atan dari
Pajak
Pendapatan
Bukan dari
Pajak
Non-PBI Mandiri (PBPU)
Pelayanan Dasar/FKTP
Rujukan/FKTL
55
Non-PBI eks
PT Askes (PPU)
Kemenkes
Out of pocket
Kementerian
Lain terkait
Kesehatan
PB
I
Pemda
Asuransi
Swasta
10%
Prof. dr. Laksono Trisnantoro
• Dana dari Pajak akan mengalir ke
PBPU terus
• Pemberi Pelayanan Kesehatan
kekurangan dana akibat
keterbatasan kemampuan BPJS
• Konsep Single Pool memperparah
ketidak adilan
Dana
Kemanusiaan
Dana
Asing
5%
Dana PBI akan terusdipergunakan oleh
PBPU
APBN
BPJS
Pajak
Pendapatan
Negara bukan
Pajak
Non-PBI Mandiri
Pelayanan Primer:
Pelayanan Rujukan
Non-PBi PNS,
Jamsostek dll dll
Kemenkes
Dana dari Masyarakat langsung
Kementerian
lain
PBI
Pemda
56
Rp
R
p
R
p
Pendapatan
Asli Daerah
Askes
Swasta
Apakah memenuhi
nilai keadilan
sosial?
Dana PBI akan terusdipergunakan oleh
PBPU
APBN
BPJS
Pajak
Pendapatan
Negara bukan
Pajak
Non-PBI Mandiri
Pelayanan Primer:
Pelayanan Rujukan
Non-PBi PNS,
Jamsostek dll dll
Kemenkes
Dana dari Masyarakat langsung
Kementerian
lain
PBI
Pemda
57
Rp
R
p
R
p
Pendapatan
Asli Daerah
Askes
Swasta
Apakah memenuhi
nilai keadilan
sosial?
Ada
Adverse
Selection
Situasi Pooling Risiko di BPJS
• Non-PBI-Mandiri (PBPU)
Sebagian tidak miskin, dapat kaya.
mempunyai risiko lebih besar .
Akses baik.
• Anggota PBI yang miskin:
• Resiko sakit tersebar merata, namun akses relatifrendah.
• Jumlah banyak
• Eks PT Askes
• Resiko sakit dan sehat tersebar merata, akses lebihbaik dibanding PBI
Kelompok
sakit
Kelompok
sehat
Kelompok
sakitKelompok
sehat
Kelompok
sakitKelompok
sehat
58
Sebagian dana PBI dari pajak (yang rendah) dipergunakan oleh PBPU: Gotong Royong terbalik
GDP
Tax
RevenueNon-Tax
Revenue
-
2,000,000.00
4,000,000.00
6,000,000.00
8,000,000.00
10,000,000.00
12,000,000.00
14,000,000.00
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016*)
MiliarRupiah
Tahun
GDPNasional(hargaberlaku)
PenerimaanPajak
PenerimaanBukanPajak
Hibah
Sumber:IndonesiadalamAngka2015,BPS;UUAPBN2016
Potensi dana di masyarakat tidak dimanfaatkan oleh sektor kesehatan karena tarif PBBU rendah dan cost sharing sulit
GDP
Tax
RevenueNon-Tax
Revenue
Pemburukan In-equity antar daerah karena tarif PBI daerah sama, faskes dan SDM jauh
berbeda• Ada kemungkinan dana
iuran PBI daerah tidak bisa dipergunakan kembali oleh daerah yang bersangkutan karena akses;
• Masuk ke BPJS pusat dan dipergunakan untuk daerah-daerah yang kekurangan dana (khususnya Jawa, Regional 1)
• Tidak ada pelaksanaan kebijakan kompensasi
Kasus di Kabupaten Melaka, NTT:1 D-Class hospital with 1 specialist:
180.000 people. Member of BPJS PBI: around 101 ribu. BPJS-Non-PBI: around 12.500
Expenditure by BPJS in 2015:•Capitation Rp 7.5 Billion•Claim Rp 5.5 B di RS Kab A •Claim in Hospital B in District is assumed around Rp 4 Billion•Total expenditure: around Rp 17 B.
How much BPJS budget should be spent in this district?• PBI: 101.000 x Rp 19.500 x 12
month= around RP 24 B. • Non-PBI: 12.500 x Rp 45.ribu (on
average) x 12 month = Rp 6 B . • Total budget from BPJS: around Rp 30
B.
62
Unspent budget: Rp
13 B (Rp 30 B – 17 B)
Ada kemungkinan:Dana PBI dari Pemda di Regional 5
akan masuk ke Regional 1
Regional 1
Regional 5
Regional 1
semakin
mendapat
banyak dari
BPJS
Regional 5
meningkat
sedikit
BPJS kekurangan dana terus menerus
• Benefit Package sangat luas. Tidakada batas untuk benefit
• Tidak ada batas atas untuk PBPU yang kaya
• Tidak ada batas atas untuk RS
• Tidak ada batas untuk propinsi dankabupaten
Tidak adanya Manfaat Dasar
66
Benefit
Package
Propinsi-propinsi maju
seperti DKI
Propinsi-propinsi sulit
At current:
No Basic Benefit Package
67
BenefitPackage AtCurrent
InpatientServices
Tertiary/Superspecialtyinpatientservices YesSecondary-levelInpatienthospitalservices Yes
EmergencyServices Yes
ChildBirth/Maternity/Delivery YesOutpatientServices
Publichealthservices,suchasimmunizations Yes
Outpatientprimarycarecontacts Yes
Outpatientspecialistcontacts Yes
Pharmaceuticalsforoutpatientservices Yes
Clinicallaboratorytests Yes
Diagnosticimagingforoutpatientservices Yes
Otherservices
Eyeglasses Yes
Dentalcare Yes
Mentalhealth/behavioral Yes
Dialysis Yes
Home-careservices No
Benefit Package
yang lebar
dengan INA-
CBG tinggi
menjadi
semakin
dipergunakan
oleh
masyarakat
dengan akses
yang baik
(PPU dan
PBPU)
Penggunaan Paket Dasar
68
Paket Dasar
Benefit
Package
Propinsi-propinsi maju
seperti DKI
Propinsi-porpinsi sulit
Tanpa ada batas atas untuk perorangan
69
Standard minimum
package
Benefit
Package
Propinsi-propinsi maju
seperti DKI
Propinsi-propinsi sulit
Penanganan-penanganan medik dengan INACBG
tinggi akan dipergunakan oleh masyarakat kaya
anggota BPJS di propinsi-propinsi maju
Memperburuk in-equity
Tanpa ada kebijakan kompensasi,
di berbagai tempat mendapatkan
pelayanan dasar ..sulit
Pemberlakuan batas atas untuk PBPU kelas 1 dan 2
70
Standard minimum
package
Benefit
Package
Catastrophic Insurance atau
bayar sendiri
Propinsi-propinsi maju
seperti DKI
Propinsi-porpinsi sulit
Kebijakan kompensasi untuk
mendatangkan tenaga
kesehatan
• Di atas pengeluaran Jumlah tertentu, akan menjadi tanggung jawab Pemda
• Diharapkan Pemda (Propinsi dan Kab/Kota) bergotong royong membayarnya.
• Memberi motivasi untuk pengendalian pengeluaran dan pencegahan penyakit
• Dibayar
• Pemda
2014 15 16 17
Batas Atas untuk Pemda
• Di atas pengeluaran yang direncanakan akan menjadi tanggung jawab RS yang bersangkutan
• Memberi motivasi bagi RS untuk pengendalian pengeluaran
• Dibayar
• RS
2014 15 16 17
Batas Atas untuk Rumahsakit
Q: Evaluasi kebijakan JKN.Apakah diperlukan di tahun 2017?
•Ya…• Secara alamiah dan menjawab kebutuhan
situasi saat ini
Poin Evaluasi Kebijakan
• Bagaimana menjamin Pemerataan Sistem Kesehatan?
• Bagaimana menjamin mutu pelayanan kesehatan?
• Bagaimana meningkatkan pendanaan untuk sektor kesehatan (aturan JKN membikin “sesak napas”)?
• Bagaimana keberlangsungan JKN dan BPJS?
• Apakah pencapaian UHC harus melalui BPJS semua Apakah tidak lebih baik masyarakat menengah atas dipisahkan dari BPJS?
Brainstorming:Berbagai Opsi Kebijakan terkait BPJS
1 BPJS tanpa PBPU kelas 1 dan kelas 2. Masyarakat kaya mencari sendiri. Tidak bertumpu ke BPJS. Meninggalkan kebijakan Single Pool. Perlu perubahan UU.
2 BPJS dengan PBPU, namun menaikkan Premi kelas 1 dan 2 dengan perhitungan aktuarial. Kelas III tetap sama, dengan tidak boleh naik kelas.
3 Untuk ketimpangan Geografis: Sistem BPJS tidak diberlakukan di propinsi-propinsi sulit. Mungkin perlu merubah UU
Klaim Rasio Kapan Rasio Klaim
PBPU bisa di bawah
100%?
PBPU:
Di awal
JKN: 2014
1300%
PBPU: Di
akhir tahun
2015:
284 %
PPU: DI bawah
100%
PBI: Paliing rendah
Opsi 1:
• Memisahkan ciri “Askes Komersial” dari BPJS
• Skema askes komersial bisa dilakukan perusahaan swasta
• Pola Premi berbeda (Regional)
• Membutuhkan aktuarial
- BPJS tanpa PBPU kelas 1 dan kelas 2.
- PBU kelas 3 menjadi kelas BPJS. Tidak boleh naik
kelas.
- Masyarakat kaya mencari sendiri. Tidak menjadi
anggota BPJS.
JKN meninggalkan kebijakan Single Pool di
BPJS.
Masyarakat atas boleh tidak mengikuti BPJS
Opsi 2
BPJS tetap dengan PBPU.
Menaikkan Premi kelas 1 dan 2 dengan perhitungan aktuarial yang full-cost.
Kelas III tetap sama, dengan tidak boleh naik kelas
• Tetap Single Pool
• Kompartemenisasi tegas
• Tidak boleh ada dana yang cross-kelompok
• Premi Regional yang berbeda sesuai kondisi daerah
BPJSPB
I
JKN tetap Single Pool di
BPJS.
Ada Kompartemen tegas
Untuk mengurangi ketimpangan Geografis: Sistem BPJS tidak
diberlakukan di propinsi-propinsi sulit
Perlu dilakukan
kebijakan untuk
penyeimbangan
supply side dulu
Regional 1
Regional 5
Opsi 3
Penutup:
Bagaimana alur dari Hasil Studi Evaluasi
Kebijakan?
Penetapan
agenda
Perumusan Kebijakan
Pelaksanaan Kebijakan
Monitoring Pelaksanaan
Evaluasi Kebijakan
81
UU SJSN: 2004
UU BPJS: 2011
2014 - 2016
Apakah Yudisial Review, Review UU,
atau Review berbagai peraturan di
bawah UU?
Produk Hukum apa yang perlu di ubah?
• UU SJSN dan UU BPJS
• Peraturan Pemerintah
• Peraturan Presiden
• Peraturan Menteri Kesehatan
• Peraturan BPJS
• …..
Kegiatan Hukum apa
yang akan ditempuh?
- Yudisial Review ke
MK.
- Legislative Review dan
masuk ke Prolegnas.
Tahun berapa?
- Review kebijakan-
kebijakan.
Judicial review:
• upaya pengujian oleh MK terhadap berbagai pasal dalam UU SJSN dan UUBPJS
• Harus ada yang memulai proses hukum ini
• Membutuhkan support akademi dan bukti-bukti kuat bahwa asa aspek dalam Kebijakan JKN (UU SJSN dan UUBPJS) yang bertentangan dengan UUD
Legislative review:
– DPR melakukan revisi terhadap UU SJSN dan UU BPJS, karena pelaksanaannya tidak sesuai dengan tujuan, atau bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau sederajat.
– Membutuhkan naskah akademik yang baik dengan bukti-bukti yang kuat. Bukti-bukti tersebut dapat berasal dari penelitian Monitoring dan Evaluasi Kebijakan JKN
Pertanyaan penutup:
• Siapa pelaku Evaluasi Kebijakan yang independen?
• Apa tantangan tim independen? Anggaran, kepercayaan, akses data, kecurigaan
• Bagaimana mengatasinya?
• Apa program di tahun 2017?
Siapa yang akan melakukan Monev Kebijakan?
Power besar Power sedang Power kecil Tidak ada power
Interest tinggi DJSNBPJSKementerian Kesehatan?
Asosiasi RS? (PERSI)Perhimpunan Professi
NGOs
RS Pemerintah?FKTP Pemerintah?Akademisi
Masyarakat?RS Swasta?FKTP swasta?
Interest sedang
Kementerian Keuangan?
Media? Asosiasi Profesi?
Asuransi swasta?
Interest rendah
Tidak ada interest
87
Semua kegiatan akan dikomunikasikan melalui Web
• www.kebijakankesehatanindonesia.net
• www.manajemen-pembiayaankesehatan.net
Kegiatan Monev JKN di tahun 2017
• Februari 2017
Tema
• Seminar: Ideologi dalam kebijakan JKN
• Seminar dan Workshop: Stakeholders JKN dan Kemampuan Lobbying dalam proses kebijakan: Dimana peran Asosiasi Fasilitas Kesehatan dan Perhimpunan Profesi.
• Workshop 1. Protokol Penelitian Monev JKN
Maret 2017
• Seminar: Kerjasama Pusat dan Daerah dalam Jaminan Kesehatan dalam perspektif keadilan sosial
• Workshop 2. Protokol Penelitian Monev JKN dan Uji-coba.
• Workshop: Strategi Penyusunan Agenda Kebijakan ke berbagai pihak: Eksekutif dan Yudikatif (1) : Apakah akan Judicial Review ataukah Legislative Review.
Kuartal 1
Kuartal 2
April 2017
•Seminar: Proses penyusunan UU SJSN dan UU BPJS: Telahan akademik dari peneliti asing.
•Diskusi dan Workshop Hasil Uji-coba: Data monitoring tahun 2014 – triwulan 1 2017. (Presentasi Hasil Uji-coba Penelitian)
Mei 2017
•Seminar: Proses Revisi kebijakan yang memperhatikan mereka yang dipinggiran.
Juni 2017:
•Seminar: Sentralisasi JKN dan Desentralisasi sektor kesehatan
•Workshop: Strategi Penyusunan Agenda Kebijakan ke berbagai pihak: Eksekutif dan Yudikatif (2) : Apakah akan Judicial Review ataukah Legislative Review.
Kegiatan Monev JKN di tahun 2017
Kuartal ke 3
Juli 2017
•Diskusi dan Workshop: Data monitoring tahun 2014 –triwulan 2 2017.
Agustus 2017
•Seminar: Kesiapan supply side di berbagai daerah
•Seminar: Kesiapan SDM kesehatan di berbagai daerah
September 2017
•Seminar: Conflict of Interest dalam Proses Monitoring dan Evaluasi Kebijakan
Kegiatan Monev JKN di tahun 2017
Kuartal ke 4
Oktober 2017
•Diskusi Monitoring: tahun 2014 – triwulan 3 2017.
•Pertemuan Nasional Jaringan Kebijakan Keehatan Indonesia:
•Apakah Kebijakan JKN dapat mencapai tujuan?
November 2017
•Workshop 3: Strategi Penyusunan Agenda Kebijakan ke berbagai pihak: Eksekutif dan Yudikatif.
Desember 2017: Outlook 2018
Kegiatan Monev JKN di tahun 2017