14
827 Evaluasi kesesuaian lahan untuk budidaya ... (Rezki Antoni Suhaimi) EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK BUDIDAYA RUMPUT LAUT ( Kappaphycus alvarezii) DI KAWASAN PESISIR KABUPATEN POHUWATO PROVINSI GORONTALO Rezki Antoni Suhaimi, Makmur, dan Akhmad Mustafa Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail: [email protected] ABSTRAK Pengkajian mengenai potensi suatu wilayah, khususnya wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil diperlukan dalam sebuah perencanaan untuk pemanfaatan potensi sumberdaya yang ada dapat lebih terarah. Pemilihan lokasi yang tepat merupakan langkah penting untuk memastikan keberlangsungan kegiatan budidaya yang berwawasan lingkungan. Penelitian dilaksanakan di perairan Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo, pada bulan Mei 2011. Penelitian ini diharapkan menjadi dasar bagi pengembangan dan pembangunan berbasiskan kelautan dan perikanan, terutama rumput laut, serta analisis kesesuaian lahan yang diperuntukkan bagi pengembangan budidaya rumput laut ( Kappaphycus alvarezii ) di perairan pesisir Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo. Metode penelitian yang diaplikasikan adalah metode survai berdasarkan sistem informasi geografis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi kualitas perairan (fisik, kimia) masih dalam kisaran yang baik. Analisis SIG melalui pembobotan, skoring, dan overlay menunjukkan area dengan luas total 93.697,42 ha; memiliki lahan pengembangan untuk budidaya rumput laut yang tergolong kelas S1 (sangat sesuai) seluas 11.821,11 ha atau 12,62%; kelas S2 (sesuai) seluas 14.112,11 ha atau 15,06%; dan sisanya seluas 67.764,20 berada pada kelas N (tidak sesuai) atau 72,32%. KATA KUNCI: kesesuaian, budidaya, Kappaphycus alvarezii, Kabupaten Pohuwato PENDAHULUAN Wilayah pesisir memiliki arti strategis karena merupakan wilayah peralihan ( interface) antara ekosistem darat dan laut, serta memiliki potensi sumberdaya dan jasa-jasa lingkungan yang sangat kaya dan beragam. Kekayaan ini melahirkan minat berbagai pemangku kepentingan (stakeholder) untuk memanfaatkannya. Kawasan pesisir dan laut termasuk pulau-pulau kecil memiliki potensi sumberdaya alam yang sangat besar apabila kita mampu mengeksplorasi khususnya bagi daerah di mana potensi tersebut berada, tentu saja dengan tetap mengacu dan mempertimbangkan daya dukung lingkungan setempat. Namun demikian selain potensi besar yang dikandungnya, kawasan ini juga memiliki berbagai macam konflik kepentingan sehingga tidak mengherankan apabila kawasan pantai dan pesisir merupakan daerah yang kompleks baik dari segi pemanfaatan lahan maupun dari segi ilmu pengetahuan, oleh sebab itu, diperlukan suatu penanganan yang komperehensif dan lintas sektoral. Perikanan merupakan sektor yang sangat berpotensi untuk menghasilkan devisa di negeri ini. Hal ini didukung oleh luas Indonesia yang 2/3 wilayahnya merupakan lautan, dengan garis pantai terpanjang di dunia. Dengan diapit oleh dua samudera, perikanan di Indonesia bertekad untuk menjadi produsen produk perikanan nomor satu dunia. Indonesia saat ini menempati posisi ke-16 sebagai negara industri perikanan, dan menempati posisi ketiga sebagai negara penghasil ikan terbesar dunia.Indonesia juga menempati peringkat ke-6 untuk volume ekspor (Anonim, 2010). Kawasan Timur Indonesia merupakan kawasan yang sebagian besar terdiri atas laut, yang perkembangan kelautannya pada abad XXI diproyeksikan akan menjadi penting (Agoes, 2001). Secara geografis wilayah Provinsi Gorontalo yang meliputi Teluk Tomini dan Laut Sulawesi memiliki kekayaan diversitas biota laut sangat tinggi, di samping kekayaan jasa-jasa lingkunganya. Sehingga pemanfaatan yang tidak mempertimbangkan aspek ekologis tersebut akan mengesklarasi depresi sumberdaya alam pesisir khususnya biota perikanan.

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK BUDIDAYA RUMPUT … · Kawasan pesisir dan laut termasuk pulau-pulau kecil memiliki potensi sumberdaya alam yang sangat besar apabila kita mampu mengeksplorasi

  • Upload
    lybao

  • View
    227

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

827 Evaluasi kesesuaian lahan untuk budidaya ... (Rezki Antoni Suhaimi)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Kappaphycusalvarezii) DI KAWASAN PESISIR KABUPATEN POHUWATO PROVINSI GORONTALO

Rezki Antoni Suhaimi, Makmur, dan Akhmad MustafaBalai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau

Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi SelatanE-mail: [email protected]

ABSTRAK

Pengkajian mengenai potensi suatu wilayah, khususnya wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil diperlukandalam sebuah perencanaan untuk pemanfaatan potensi sumberdaya yang ada dapat lebih terarah. Pemilihanlokasi yang tepat merupakan langkah penting untuk memastikan keberlangsungan kegiatan budidaya yangberwawasan lingkungan. Penelitian dilaksanakan di perairan Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo,pada bulan Mei 2011. Penelitian ini diharapkan menjadi dasar bagi pengembangan dan pembangunanberbasiskan kelautan dan perikanan, terutama rumput laut, serta analisis kesesuaian lahan yangdiperuntukkan bagi pengembangan budidaya rumput laut (Kappaphycus alvarezii) di perairan pesisir KabupatenPohuwato Provinsi Gorontalo. Metode penelitian yang diaplikasikan adalah metode survai berdasarkansistem informasi geografis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi kualitas perairan (fisik, kimia)masih dalam kisaran yang baik. Analisis SIG melalui pembobotan, skoring, dan overlay menunjukkan areadengan luas total 93.697,42 ha; memiliki lahan pengembangan untuk budidaya rumput laut yang tergolongkelas S1 (sangat sesuai) seluas 11.821,11 ha atau 12,62%; kelas S2 (sesuai) seluas 14.112,11 ha atau 15,06%;dan sisanya seluas 67.764,20 berada pada kelas N (tidak sesuai) atau 72,32%.

KATA KUNCI: kesesuaian, budidaya, Kappaphycus alvarezii, Kabupaten Pohuwato

PENDAHULUAN

Wilayah pesisir memiliki arti strategis karena merupakan wilayah peralihan (interface) antaraekosistem darat dan laut, serta memiliki potensi sumberdaya dan jasa-jasa lingkungan yang sangatkaya dan beragam. Kekayaan ini melahirkan minat berbagai pemangku kepentingan (stakeholder)untuk memanfaatkannya.

Kawasan pesisir dan laut termasuk pulau-pulau kecil memiliki potensi sumberdaya alam yangsangat besar apabila kita mampu mengeksplorasi khususnya bagi daerah di mana potensi tersebutberada, tentu saja dengan tetap mengacu dan mempertimbangkan daya dukung lingkungan setempat.Namun demikian selain potensi besar yang dikandungnya, kawasan ini juga memiliki berbagai macamkonflik kepentingan sehingga tidak mengherankan apabila kawasan pantai dan pesisir merupakandaerah yang kompleks baik dari segi pemanfaatan lahan maupun dari segi ilmu pengetahuan, olehsebab itu, diperlukan suatu penanganan yang komperehensif dan lintas sektoral.

Perikanan merupakan sektor yang sangat berpotensi untuk menghasilkan devisa di negeri ini. Halini didukung oleh luas Indonesia yang 2/3 wilayahnya merupakan lautan, dengan garis pantaiterpanjang di dunia. Dengan diapit oleh dua samudera, perikanan di Indonesia bertekad untuk menjadiprodusen produk perikanan nomor satu dunia. Indonesia saat ini menempati posisi ke-16 sebagainegara industri perikanan, dan menempati posisi ketiga sebagai negara penghasil ikan terbesardunia.Indonesia juga menempati peringkat ke-6 untuk volume ekspor (Anonim, 2010).

Kawasan Timur Indonesia merupakan kawasan yang sebagian besar terdiri atas laut, yangperkembangan kelautannya pada abad XXI diproyeksikan akan menjadi penting (Agoes, 2001). Secarageografis wilayah Provinsi Gorontalo yang meliputi Teluk Tomini dan Laut Sulawesi memiliki kekayaandiversitas biota laut sangat tinggi, di samping kekayaan jasa-jasa lingkunganya. Sehingga pemanfaatanyang tidak mempertimbangkan aspek ekologis tersebut akan mengesklarasi depresi sumberdayaalam pesisir khususnya biota perikanan.

Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 828

Pemilihan lokasi yang tepat merupakan faktor yang penting dalam menentukan kelayakan usahabudidaya (Milne, 1979). Demi keberhasilan budidaya, ada beberapa pertimbangan yang perludiperhatikan dalam penentuan lokasi adalah kondisi teknis yang terdiri atas peubah fisik, kimia, danbiologi dan non-teknis yang berupa pangsa pasar, keamanan, dan sumberdaya manusia (Pillay, 1990).Salah satu kesalahan dalam pengembangan budidaya adalah lingkungan perairan yang tidak cocok.Kenyataan bahwa, penentuan lokasi pengembangan budidaya, lebih berdasarkan feeling atau trialand error (Hartoko & Helmi, 2004). Pengelolaan sumberdaya perairan yang tepat, mengharapkankesesuaian yang cocok untuk setiap tujuan penggunaan sumberdaya tersebut, karena itu, pengawasandan pengaturan perlu dilakukan (Zonneveld et al., 1991).

Data atau informasi tentang kesesuaian lahan sangatlah diperlukan untuk memecahkan dalamkompetisi pemanfaatan pesisir (Radiarta et al., 2005). Persoalan ini, dapat menyebabkan kegiatanpemanfaatan ruang, pada zona tersebut menjadi tidak tepat. Perkembangan teknologi pemetaanmerupakan salah satu pilihan dalam penentuan lokasi budidaya (Budiyanto, 2005). Aplikasi teknologiini, dipergunakan untuk menggambarkan lokasi bagi pengembangan budidaya laut yang dipadukandengan peubah ekosistem perairan.

Menurut Zatnika (2011), rumput laut tergolong tanaman berderajat rendah, tidak mempunyaiakar, batang, maupun daun sejati, melainkan hanya menyerupai batang yang disebut talus. Rumputlaut tumbuh di alam dengan melekatkan dirinya pada karang, pasir, batu, lumpur, kulit kerang, kayu,dan benda keras lainnya.

Peningkatan produksi perikanan budidaya di Indonesia melalui program Minapolitan telahmenentukan beberapa komoditas unggulan di antaranya rumput laut (Kappaphycus alvarezii). Produksirumput laut di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat signifikan yaitu sekitar 3.000 tonpada tahun 2000 menjadi 2,8 juta ton di tahun 2009 (Ditjen Perikanan Budidaya, 2010).

Pengkajian mengenai potensi suatu wilayah, khususnya wilayah pesisir dan pulau-pulau kecildiperlukan untuk mendapatkan semua informasi tersebut, sehingga dalam sebuah perencanaan untukpemanfaatan potensi sumberdaya yang ada dapat lebih terarah dan dapat menjaga kelestariannya.Hal ini sekaligus akan menjaga keberlanjutan program perencanaan yang telah disusun. Informasiyang dibutuhkan untuk dapat memberikan gambaran menyeluruh tentang potensi sumberdaya pesisirdan laut, haruslah digali melalui pengkajian yang menyeluruh.

Pengkajian ini akan meliputi kajian data-data terdahulu dan survai langsung di lapangan.Berdasarkan kajian data terdahulu (literatur), potensi sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil diProvinsi Gorontalo, cukup besar baik potensi sumberdaya non-hayati maupun potensi sumberdayahayati sehingga kajian potensi sumberdaya kelautan dan perikanan perlu dilakukan.

Hasil pengkajian ini diharapkan menjadi dasar bagi pengembangan dan pembangunan berbasiskankelautan dan perikanan, terutama rumput laut. Sehingga pusat-pusat pertumbuhan dengan arahaninvestasi dapat berkembang dengan baik. Hal ini sangat penting bila mengingat keterkaitan denganinformasi spasial yang mutakhir, baik berupa data spasial maupun atribut yang menggambarkankondisi terakhir wilayah yang bersangkutan, serta kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir. Danpada akhirnya analisis kesesuaian lahan yang diperuntukkan bagi pengembangan budidaya rumputlaut (Kappaphycus alvarezii) di perairan Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di perairan Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo (Gambar 1) padabulan Mei 2011. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai berdasarkansistem informasi geografis (SIG) (Clark & Hosking, 1986; Morain, 1999).

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan data sekunder.Pengumpulan data sekunder meliputi Peta Rupabumi untuk Kabupaten Pohuwato skala 1:50.000(Lembar 2216-13/Litokundata, Lembar 2216-14/Marissa, Lembar 2216-23/Paguat, Lembar 2216-14/Tilamuta, Lembar 2216-41/Lemito); Peta Hasil Interpretasi Citra ALOS tahun 2010; dan Peta ZonasiKabupaten Pohuwato dari Bappeda 2010. Pengumpulan data tersebut dilakukan sebelum dilaksanakansurvai. Peta-peta tersebut digunakan untuk proses analisis awal pembuatan peta dasar digital yang

829 Evaluasi kesesuaian lahan untuk budidaya ... (Rezki Antoni Suhaimi)

berguna sebagai peta kerja di lapangan saat survai. Data sekunder lainnya, misalnya data pasangsurut, dan pola arus air laut dikumpulkan dari instansi terkait berupa hasil penelitian dan tulisan-tulisan laporan yang berkaitan dengan penelitian ini.

Data primer yaitu data mengenai kualitas perairan diperoleh melalui pengukuran langsung dilapangan dengan menentukan titik-titik secara acak dan representatif pada perairan KabupatenPohuwato Provinsi Gorontalo. Penentuan titik pengamatan dirancang dengan menggunakan metodepurposive sampling dengan jarak 0,5 km (arah vertikal dan horizontal) antara titik pengamatan. Efisiensiwaktu dan biaya yang didasari pada interpretasi awal lokasi penelitian dan pengambilan contohhanya terbatas pada unit contoh yang sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan menuruttujuan penelitian. Penyusuran titik pengamatan dilakukan dengan menggunakan alat GPS.

Pengukuran peubah secara in situ seperti: suhu, oksigen terlarut, salinitas, dan pH denganmenggunakan DO-meter YSI 650. Untuk kedalaman perairan dilakukan dengan menggunakan GPSMap178C Sounder, data yang didapat kemudian dikoreksi dengan data pasang surut yang ada saatpengukuran untuk mendapatkan nilai kedalaman perairan. Kecerahan ditentukan denganmenggunakan secchi disk dan kecepatan arus menggunakan alat ukur arus (Flow-meter). Selanjutnyabeberapa peubah lain dianalisis di laboratorium, seperti, substrat dasar perairan diambil denganmenggunakan grab sampler dan dianalisis dengan metode pengayakan sederhana. Untuk muatanpadatan tersuspensi menggunakan penyaring milipora sedangkan fosfat, nitrat, dan klorofil-amenggunakan metode spektrofotometer.

Metode analisis yang dipakai untuk menganalisis kualitas fisika, kimia, dan biologi perairan dalampenelitian ini mengacu pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004 tentangBaku Mutu Air Laut.

Data Lapangan yang berupa titik perngamatan terlebih dahulu dikonversi menjadi data raster.Data tersebut kemudian diinterpolasi dengan menggunakan teknik krigging yang terdapat padaProgram Surfer 9. Tahapan yang berikut adalah analisis kesesuaian perairan dengan pembuatan matrikskesesuaian untuk peubah fisik, kimia, dan biologi (Tabel 1). Dalam menentukan tingkat kesesuaianperairan untuk budidaya rumput laut ditentukan dengan metode skoring dengan mengambil beberapapeubah kemudian disatukan (overlay). Program yang digunakan dalam proses overlay hingga menjadisebuah peta adalah ArcGIS v.9.3 (The Environmental System Research Institute (ESRI), USA). Selanjutnyamenentukan tingkat kesesuaian lahan dengan memberikan bobot pada setiap peubah yang terukurberdasarkan hasil studi pustaka atau informasi dari para ahli.

Gambar 1. Titik-titik pengamatan di kawasan pesisir KabupatenPohuwato Provinsi Gorontalo

Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 830

Kriteria yang digunakan dalam penyusunan matriks kesesuaian dan pembobotan untuk penentuankesesuaian lahan budidaya rumput laut mengacu pada kriteria yang telah disusun oleh beberapapeneliti di antaranya budidaya ikan dalam keramba jaring apung (Ahmad et al., 1995; Imanto et al.,1995; Ismail et al., 1998; Mayunar et al., 1995; dan Beveridge, 1996), budidaya rumput laut (Mubaraket al., 1990). Tabel 1 menyajikan matriks kesesuaian dan pembobotan data untuk penentuan kelayakanlahan budidaya laut.

Analisis data dilakukan dengan cara overlay dari beberapa peta tematik yang diperlukan. Penilaiansecara kuantitatif terhadap tingkat kesesuaian lahan dilakukan melalui skoring dengan faktorpembobot. Peubah yang mempunyai pengaruh dominan dan relatif tidak dapat diubah memilikifaktor pembobot yang paling besar, sebaliknya peubah yang kurang dominan memiliki faktorpembobot yang lebih kecil. Lahan yang masuk kategori sangat sesuai (S1) memiliki nilai total 30,kategori cukup sesuai (S2) memiliki nilai total 20 dan kategori tidak sesuai (N) memiliki nilai total10. Analisis secara kuantitatif menggunakan pendekatan:

di mana:Y : nilai akhirai : faktor pembobotXn : nilai tingkat kesesuaian lahan

Untuk mendapatkan selang nilai pada setiap kategori ditentukan dari nilai persentase dari hasilperhitungan rumus. Dengan demikian akan diperoleh kisaran persentase setiap kategori sebagaiberikut:§ Kategori sangat sesuai (S1): Y > 85%§ Kategori cukup sesuai (S2): Y = 50%-85%§ Kategori tidak sesuai (N): Y < 50%

HASIL DAN BAHASAN

Keadaan Umum

Berdasarkan Undang-Undang No. 38/2000 telah menetapkan Gorontalo sebagai provinsi baruyang merupakan pemekaran dari Provinsi Sulawesi Utara (Anonim, 2002). Sesuai dengan nafas otonomidaerah dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah, makaprovinsi ini harus mampu merencanakan, melaksanakan, dan mengelola pembangunannya secara

30 20 10

Morfologi 15 Terlindung Cukup terlindung TerbukaKedalaman m 15 1-10 11-15 < 1 dan > 15Arus cm/dt 10 20-30 31-40 < 20 dan > 40Substrat dasar 10 Pasir dan pecahan karang Pasir berlumpur LumpurKecerahan m 10 > 3 01-Mar < 1Salinitas ppt 10 32-34 28-31 < 28 dan > 34Hewan herbivora 5 Tidak ada Sedang TinggiPencemar 10 Tidak ada Sedang TinggiKeamanan 5 Aman Agak aman Tidak amanKeterjangkauan 5 Mudah Agak sulit SulitTenaga kerja 5 Mudah Agak sulit Sulit

SatuanBobot

(%)

NilaiPeubah

Tabel 1. Matriks kesesuaian dan pembobotan untuk pemilihan lokasi budidaya rumput laut

ai.Xn Y

831 Evaluasi kesesuaian lahan untuk budidaya ... (Rezki Antoni Suhaimi)

mandiri. Dalam rangka pemanfaatan wilayah pantai dan laut, melalui undang-undang ini pemerintahdaerah diberikan pula kewenangan di wilayah laut yaitu 12 mil untuk pemerintah provinsi dansepertiganya untuk pemerintah kabupaten/kota. Kewenangan yang dimiliki daerah ini merupakanmodal awal untuk melaksanakan pengelolaan secara terpadu. Provinsi Gorontalo yang memiliki luaslaut 50.500 km2 dengan panjang garis pantai 590 km, mempunyai potensi perikanan budidaya yangcukup besar (mencapai 16.675 ha), di antaranya budidaya laut yang meliputi rumput laut 2.450 ha,ikan 1.050 ha, dan mutiara 1.500 ha (Anonim, 2002). Potensi yang dimiliki ini merupakan dayadukung potensial bagi pengembangan sumberdaya hayati pantai dan laut.

Kabupaten Pohuwato merupakan pemekaran dari Kabupaten Boalemo yang dilakukan pada tahun2001. Secara geografis kabupaten ini terletak di antara 121°07¢-122°09¢ Bujur Timur dan 0°22¢-01°01¢ Lintang Utara, yang masuk dalam kawasan pengelolaan Teluk Tomini. Dengan banyakterdapatnya pulau-pulau kecil di sekitar perairan kabupaten ini merupakan lokasi yang berpotensiuntuk pengembangan budidaya laut. Berdasarkan analisis Dinas Perikanan dan Kelautan KabupatenBoalemo (setelah dimekarkan kabupaten ini menjadi dua yaitu Kabupaten Boalemo dan Pohuwato)menyebutkan bahwa Kabupaten Pohuwato mempunyai potensi budidaya laut yang cukup besarmencapai 1.450 ha, (Anonim, 2002a). Potensi yang dimiliki Kecamatan Lemito ini sebagian keciltelah dimanfaatkan baik oleh masyarakat setempat maupun oleh pengusaha.

Kondisi Oseanografi Perairan

Karakteristik fisik perairan berperan penting dalam menentukan kesesuaian wilayah untuk budidayarumput laut dan saling berkaitan.Organisme laut memiliki syarat-syarat lingkungan agar dapat hidupdan tumbuh dengan baik. Semakin sesuai kondisi lingkungan perairan maka akan semakin baikpertumbuhan suatu organisme. Rumput laut merupakan salah satu organisme laut yang memerlukanhabitat lingkungan untuk tumbuh dan berkembang biak. Pertumbuhan rumput laut sangat tergantungdari faktor-faktor oseanografi seperti peubah fisika, kimia, dan biologi.

Penentuan lokasi untuk budidaya rumput laut dilakukan berdasarkan pengamatan karakteristikperairan sebagai syarat tumbuh rumput laut (Gambar 2). Karakterisitik perairan yang diamati meliputikondisi ekologis perairan yang terdiri atas peubah fisika, kimia, dan biologi perairan.

Secara umum kualitas perairan permukaan terutama peubah fisik dan kimia di 45 titik pengamatanmasih dalam batas toleransi kegiatan budidaya rumput laut. Perbedaan waktu pengukuran ini jugasangat berpengaruh pada beberapa peubah kualitas perairan. Data kisaran kualitas perairan peubahfisik dan kimia hasil pengukuran di lapangan disajikan pada Tabel 2.

Gambar 2. Kondisi pasang surut perairan Kabupaten Pohuwato bulan Mei 2011, stasiunpengamatan Kota Marissa, Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo

Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 832

Berdasarkan hasil survai kondisi perairan Kabupaten Pohuwato pada 45 titik pengamatan, terlihatbahwa secara umum daerah Kabupaten Pohuwato memiliki kondisi yang memungkinkan untukbudidaya rumput laut. Menurut Ahmad et al. (1996), pengembangan usaha budidaya perikanan pesisirberbasis budidaya laut dapat dilakukan pada kawasan pesisir seperti selat, teluk, laguna, dan muarasungai yang terlindung dari, pengaruh arus yang kuat, gelombang yang besar angin yang kencang,serta bebas cemaran.

Kedalaman perairan pada titik pengamatan di zona rencana pengembangan budidaya rumputlaut Kabupaten Pohuwato berkisar antara 1,40 m sampai 32,50 m; dengan rata-rata sebesar10,95±8,637 m (Gambar 3). Kedalaman perairan di atas memperlihatkan kisaran nilai yang cukupmendukung bagi kegiatan budidaya laut, terutama bagi rumput laut.

Kedalaman antara organisme dengan substrat merupakan hal yang penting untuk diketahui karenaberkaitan dengan kondisi substrat perairan (berkarang, berlumpur, berpasir) dan nutrisi yangmendukung pertumbuhan rumput laut. Pada kondisi ini yang perlu diperhatikan adalah jarak antaraorganisme dengan substrat untuk menjaga agar tidak terjadi kekeruhan berkepanjangan yangmenghambat pertumbuhan dari rumput laut tersebut. Dengan perkataan lain agar ada pengadukanyang mensuplai nutrisi bagi rumput laut tetapi tidak sampai suatu kekeruhan.

Tabel 2. Data pengukuran lapangan perairan Kabupaten Pohuwato ProvinsiGorontalo

Peubah Minimum Maksimum Kisaran Rataan Standar deviasi

Suhu (oC) 29,81 32 2,19 30,771 0,4947Salinitas (ppt) 30,24 33,41 3,17 32,555 0,6101Oksigen terlarut (mg/L) 4,22 9,98 5,76 5,4 0,877pH 7,35 8,63 1,28 7,97 0,192Potensial redoks (mV) -104,5 -66,2 38,3 -92,62 7,535Kecerahan (m) 0,6 13 12,4 4,95 3,013Kedalaman (m) 1,4 32,5 31,1 10,95 8,637Arus (m/dt) 0,1 0,2 0,1 0,11 0,025

Gambar 3. Peta sebaran kedalaman untuk pengembangan budidayarumput laut Kabupaten Pohuwato Kabupaten Gorontalo

833 Evaluasi kesesuaian lahan untuk budidaya ... (Rezki Antoni Suhaimi)

Arus merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan rumput laut di mana arus mempunyaiperanan dalam transportasi unsur hara sebagai sumber makanan. Jika gerakan air yang bagus makaakan membawa nutrien yang cukup dan dapat mencuci kotoran-kotoran halus yang menempel padatalus. Sebaliknya dalam pengembangan usaha budidaya rumput laut perlu diperhatikan kondisi lokasiagar terlindung dari arus yang kuat.

Kecepatan arus di zona rencana pengembangan budidaya rumput laut Kabupaten Pohuwatobervariasi antara < 0,1 m/dt sampai 0,2 m/dt dengan rata-rata sebesar 0,11±0,025 m/dt. Variasinilai kecepatan arus ini kemungkinan juga dipengaruhi oleh alat ukur yang digunakan. Perbedaankecepatan arus diduga disebabkan oleh letak lokasi titik pengamatan dan kondisi pasang surut saatdilakukan pengukuran. Hasil pengukuran rata-rata kecepatan arus di perairan zona rencanapengembangan budidaya rumput laut Kabupaten Pohuwato masih berada pada nilai yang dianjurkan,walaupun bukan pada kisaran yang ideal.

Arus air sangat mempengaruhi pertukaran air pada perairan, sehingga nutrien ataupun polutandapat berpindah mengikuti pola pergerakan arus. Arus yang terlalu kuat dapat menyebabkan rusaknyainstalasi budidaya rumput laut, sehingga tidak akan didapat hasil yang maksimal dalam kegiatanbudidaya.

Kecerahan perairan adalah suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan cahaya untuk menembuslapisan air pada kedalaman tertentu. Pada perairan alami kecerahan sangat penting karena eratkaitannya dengan aktivitas fotosintesis. Kecerahan merupakan faktor penting bagi proses fotosintesisdan produksi primer dalam suatu perairan. Seperti diketahui fotosintesis rumput laut sangatmembutuhkan cahaya dan apabila aktivitas fotosintesis terganggu maka akan mengakibatkanpertumbuhan rumput laut yang tidak optimal.

Kecerahan perairan di zona rencana pengembangan budidaya rumput laut Kabupaten Pohuwatoberkisar antara 0,6 m hingga 13,0 m dengan rata-rata 4,95±3,013 m (Gambar 4). Perairan yangmemiliki kecerahan yang bagus menyebabkan sinar matahari dapat menembus jauh ke dalam perairan.Artinya nilai kecerahan adalah indikator terhadap kejernihan sebuah perairan dan sangat baik untukdigunakan sebagai lokasi budidya rumput laut. Budidaya rumput laut membutuhkan perairan yangmempunyai kecerahan tinggi. Hal ini disebabkan energi sinar matahari yang menembus perairandibutuhkan dalam mekanisme fotosintesis.

Perbedaan nilai kecerahan dapat dipengaruhi oleh waktu pengukuran dan kedalaman perairan.Muatan padatan tersuspensi juga turut mempengaruhi dalam pengamatan kecerahan perairan,

Gambar 4. Peta sebaran kecerahan untuk pengembangan budidayarumput laut Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo

Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 834

dikarenakan akan menghalangi mata saat pengamatan. Dimungkinkan bahwa semakin berkurangnyakedalaman akan membuat gelombang semakin mudah untuk mengaduk substrat dasar perairan.

Suhu mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan dan pertumbuhan rumput laut.Suhu air dapat berpengaruh terhadap beberapa fungsifisiologis rumput laut seperti fotosintesa,respirasi, metabolisme, pertumbuhandan reproduksi (Dawes, 1981). Suhu perairan sangatberhubungan dengan kemampuan pemanasan oleh sinar matahari, waktu, dan lokasi. Hal ini diperkuatoleh Hutabarat (2000) yang mengatakan bahwa, air lebih lambat menyerap panas tetapi akanmenyimpan panas lebih lama dibandingkan dengan daratan. Pada daerah yang semi atau tertutup,umumnya akan terjadi peningkatan suhu perairan karena tidak terjadi pergerakan massa air. Suhuakan memperlihatkan fluktuasi yang lebih bervariasi, di daerah pesisir yang mempunyai kedalamanrelatif dangkal karena terjadi kontak dengan substrat yang terekspos (Kinne, 1964 dalam Supriharyono,2001).

Suhu perairan di zona rencana pengembangan budidaya rumput laut Kabupaten Pohuwatomempunyai kisaran antara 29,81 sampai 32,00ºC dengan rata-rata sebesar 30,771±0,4947ºC (Gambar5). Dari hasil pengukuran in situ di lokasi, dapat dilihat bahwa kondisi suhu masih dalam batas yangdisarankan untuk budidaya rumput laut pada daerah perairan Kabupaten Pohuwato.

Secara umum nilai salinitas pada zona rencana pengembangan budidaya rumput laut KabupatenPohuwato memperlihatkan kisaran yang mendukung kegiatan budidaya laut.

Peubah kimia lain yang sangat berperan dalam budidaya rumput laut adalah salinitas. Salinitasmerupakan faktor yang penting bagi pertumbuhan rumput laut. Mekanisme osmoregulasi padarumput laut dapat terjadi dengan menggunakan asam amino atau jenis-jenis karbohidrat. Kisaransalinitas yang rendah dapat menyebabkan pertumbuhan rumput laut menjadi tidak normal.

Salinitas perairan di zona pemanfaatan umum Kabupaten Pohuwato mempunyai kisaran 30,24dan 33,41 ppt dengan rata-rata sebesar 32,55±0,6101 ppt (Gambar 6). Nilai salinitas yang didapatpada saat pengukuran in situ di lokasi dianggap optimal untuk budidaya rumput laut yang berkisarantara 30 dan 35 ppt (Radiarta et al., 2003).

Doty (1985) menyatakan bahwa salinitas yang dikehendaki oleh rumput laut Eucheuma sp. yaituberkisar antara 29 dan 34 ppt. Sedangkan Kadi & Atmadja (1988) menyatakan bahwa kisaran salinitasuntuk pertumbuhan rumput laut yaitu 30 dan 34 ppt. Berdasarkan kisaran tersebut maka evaluasisecara keseluruhan terhadap salinitas dengan kisaran 30,24 dan 33,41 ppt di lokasi penelitian dapatdikatakan berada dalam batas kisaran untuk pertumbuhan rumput laut jenis Kappaphycus alvarezii.

Gambar 5. Peta sebaran suhu untuk pengembangan budidaya rumputlaut Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo

835 Evaluasi kesesuaian lahan untuk budidaya ... (Rezki Antoni Suhaimi)

Pengukuran in situ terhadap peubah pH perairan zona rencana pengembangan budidaya rumputlaut Kabupaten Pohuwato memperlihatkan kisaran nilai sebesar 7,35 sampai 8,63; dengan rata-rata7,97±0,192. Perbedaan nilai pH dalam perairan diduga, disebabkan oleh adanya perbedaan waktupengukuran. Perubahan nilai pH dalam perairan mempunyai siklus harian. Siklus ini merupakanfungsi dari karbondioksida. Effendi (2003) mengatakan bahwa, jika perairan mengandungkarbondioksida bebas dan ion karbonat maka pH cenderung asam, dan pH akan kembali meningkatjika CO2 dan HCO3 mulai berkurang. pH perairan dapat mempengaruhi tingkat kesuburan perairankarena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Hal ini senada dengan Kordi (2005) yang menyatakanpH rendah maka konsentrasi oksigen terlarut akan berkurang, sebagai akibatnya konsumsi oksigenmenurun, dan aktivitas pernafasan akan naik.

Hasil pengukuran terhadap peubah nitrat (NO3) memperlihatkan nilai yang bervariasi antara 0,03dan 2,20 mg/L dengan nilai rata-rata sebesar 0,385±0,5215 mg/L (Gambar 7). Hutabarat (2000)

Gambar 6. Peta sebaran salinitas untuk pengembangan budidayarumput laut Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo

Gambar 7. Peta sebaran NO3 untuk pengembangan budidaya rumputlaut Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo

Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 836

menyatakan bahwa konsentrasi nitrat akan semakin besar dengan bertambahnya kedalaman. Secaranormatif keberadaan nitrat dalam perairan ditunjang pada transpor nitrat ke daerah tersebut, oksidasiamoniak oleh mikroorganisme, dan kebutuhan produktivitas primer.

Sementara itu, untuk konsentrasi amonia (NH3) pada titik pengukuran berkisar antara 0,002 dan1,142, dengan rata–rata sebesar 0,182±0,1825 mg/L (Gambar 8).

Nitrat merupakan bentuk nitrogen yang berperan sebagai nutrien bagi pertumbuhan alga danfitoplankton dan sifatnya cenderung stabil. Walaupun sangat berperan terhadap kadar nitrogen dalamsuatu perairan, beberapa fitoplankton cenderung lebih menyukai amonia untuk digunakan dalamproses pertumbuhan (Odum, 1971). Besarnya kadar amonia, nitrat, dan nitrit dapat dipengaruhioleh alam (batu dan tanah) atau bisa juga berasal dari limbah organik (tinja dan urin).

Konsentrasi fosfat dalam perairan zona rencana pengembangan budidaya rumput laut di KabupatenPohuwato mempunyai nilai yang bervariasi antara 0,004 dan 5,843 mg/L; dengan nilai rata-rata0,150±0,8679 mg/L (Gambar 9).

Menurut Effendi (2003) dan Supriharyono (2001), sebagian besar fosfat berasal dari masukanbahan organik melalui darat berupa limbah industri maupun domestik (deterjen). Ditambahkan olehBrotowidjoyo et al. (1995) dan Hutabarat (2000) bahwa, sumber fosfat di perairan juga berasal dariproses pengikisan batuan di pantai. Konsentrasi fosfat di perairan zona rencana pengembanganbudidaya rumput laut di Kabupaten Pohuwato memperlihatkan kisaran yang masih mendukungkegiatan budidaya, walaupun tidak berada dalam nilai yang ideal.

Amonia, nitrat, dan fosfat sendiri dalam perairan berperan sebagai nutrien. Akan tetapi tingginyakonsentrasi zat kimia tersebut di perairan dapat berdampak pada peledakan plankton.

Karakteristik ukuran butir pada sedimen dasar sangat berpengaruh terhadap daya cengkram jangkaryang nantinya akan dipasang pada rakit. Sehingga nantinya diharapkan dengan semakin kuat jangkartertancap, maka kestabilan instalasi rumput laut terhadap dinamika arus, gelombang, pasut, anginakan tercipta. Dari hasil analisis ukuran butir untuk contoh sedimen dasar pada tiap lokasi titikpengamatan di perairan Kabupaten Pohuwato, didapat bahwa jenisnya cenderung dominan pasir(Tabel 3). Hal ini membuktikan bahwa dasar perairan Kabupaten Pohuwato dianggap cukup cocokuntuk tempat budidaya rumput laut. Dasar perairan yang berupa pasir akan meminimalisir padatanyang akan terangkat karena pengadukan, sehingga kondisi air akan relatif jernih dan bagus untukperkembangan budidaya rumput laut.

Gambar 8. Peta sebaran NH3 untuk pengembangan budidaya rumputlaut Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo

837 Evaluasi kesesuaian lahan untuk budidaya ... (Rezki Antoni Suhaimi)

Biota Pengganggu

Biota pengganggu (hama) merupakan salah satu hambatan dalam pengembangan budidaya rumputlaut. Hama yang sering menyerang rumput laut dikelompokkan berdasarkan ukurannya yaitu hamamikro (micro graze) dan hama makro (macro grazer). Hama mikro umumnya berukuran kurang dari2 cm dan melekat pada talus tanaman seperti larva bulu babi dan larva teripang sedangkan hamamakro umumnya berukuran lebih dari 2 cm seperti ikan baronang (Siganus spp.) dan penyu hijau(Chelonia midas) (Anggadireja et al., 2006).

Berdasar hasil pengamatan di lokasi penelitian, tidak terlihat adanya biota pengganggu untukbudidaya rumput laut. Hal ini juga dikuatkan dengan hasil wawancara dengan masyarakat pesisiryang menyatakan hal senada.

Akses

Sarana transportasi (aksessibilitas) memiliki peranan dan pengaruh yang penting dalam rangkapemilihan lokasi pengembangan budidaya laut (transportasi benih, produksi, dan lain-lain) di daerahini. Umumnya jalan menuju lokasi sudah tersedia yaitu melalui trans Sulawesi yang dilanjutkandengan jalan kabupaten dan desa. Jarak dari lokasi ke ibukota provinsi sekitar 150-200 km yangdapat ditempuh selama 4-5 jam dengan angkutan darat. Sedangkan jarak dari lokasi budidaya keBandar Udara Jalaludin, Provinsi Gorontalo dapat ditempuh sekitar 3-4 jam. Selain melalui darat,transportasi laut merupakan pilihan yang sangat efektif.

Gambar 9. Peta sebaran PO4 untuk pengembangan budidaya rumput lautKabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo

Tabel 3. Persentase jenis substrat dasar pada saatpengukuran di perairan Kabupaten PohuwatoProvinsi Gorontalo

Jenis substrat dasar Persentase

Lumpur 11,11Karang 4,44Pasir 77,78Karang berlumpur 2,22Karang berpasir 4,44

Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 838

Pemilihan Lokasi Budidaya Rumput Laut

Dari hasil skoring dan pembobotan data kualitas air serta didukung oleh berbagai pertimbangansosial ekonomi serta pemanfaatan lahan bagi sektor lainnya, maka terwujud suatu peta tingkatkelayakan lahan bagi kegiatan budidaya luat. Peta tingkat kelayakan lahan yang ditampilkan terdiriatas tiga kriteria, yaitu S1 (sangat sesuai), S2 (cukup sesuai), dan N (tidak sesuai). Total luasan daerahpenelitian di perairan Kabupaten Pohuwato mencapai 93.697,42 ha; memiliki lahan pengembanganuntuk budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii yang tergolong kelas S1 (sangat sesuai) seluas11.821,11 ha atau 12,62%; kelas S2 (cukup sesuai) seluas 14.112,11 ha atau 15,06%; dan sisanyaseluas 67.764,20 berada pada kelas N (tidak sesuai) atau 72,32%. Peta tematik kesesuaian lahanbudidaya rumput laut dapat dilihat pada Gambar 10.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kabupaten Pohuwato adalah kabupaten pemekaran dari kabupaten induk yaitu Bualemo.Kabupaten Pohuwato berada kawasan Teluk Tomini, sehingga memungkinkan untuk diadakannyapengembangan kegiatan budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii. Hal ini dikuatkan dengan kondisiperairan yang masih baik serta banyaknya pulau-pulau kecil sekitar perairan menjadikan tempat inisangat cocok bagi kegiatan budidaya laut.

Hasil pengukuran kualitas perairan yang meliputi: peubah fisik, kimia, kualitas substrat, sertadipadukan dengan data inderaja (Landsat-7 ETM+) menunjukkan perairan ini masih mempunyai dayadukung yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya rumput laut. Analisis SIG melaluipembobotan, skoring, dan overlay menunjukkan area dengan luas total 93.697,42 ha; memiliki lahanpengembangan untuk budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii yang tergolong kelas S1 (sangatsesuai) seluas 11.821,11 ha atau 12,62%; kelas S2 (cukup sesuai) seluas 14.112,11 ha atau 15,06%;dan sisanya seluas 67.764,20 ha berada pada kelas N (tidak sesuai) atau 72,32%.

DAFTAR ACUAN

Ahmad, T., Mustafa, A., & Hanafi, A. 1996. Konsep Pengembangan Desa Pantai MendukungKeberlanjutan Produksi Perikanan Pesisir. Dalam Poernomo, A., Irianto, H.E., Nurhakim, S., Murniyati,& Pratiwi, E. (Eds.) Prosiding Rapat Kerja Teknis Peningkatan Visi Sumberdaya Manusia Peneliti PerikananMenyongsong Globalisasi IPTEK, Serpong, 19-20 November 1996. Badan Litbang Pertanian, PuslitbangPerikanan, Jakarta.

Gambar 10. Peta kesesuaian lahan budidaya rumput laut KabupatenPohuwato Provinsi Gorontalo

839 Evaluasi kesesuaian lahan untuk budidaya ... (Rezki Antoni Suhaimi)

Ahmad, T., Rukyani, A., & Wijono, A. 1995. Teknik budi daya laut dengan keramba jaring apung.Dalam Sudradjat et al. (Eds.). Prosiding Temu Usaha Pemasyarakatan Teknologi Keramba Jaring ApungBagi Budi Daya Laut. Puslitbang Perikanan, Badan Litbang Pertanian, hlm. 69-87.

Agoes. E.R. 2001. Desentralisasi Pengelolaan Wilayah Laut Perspektif Hukum Laut. DepartemenKelautan dan Perikanan, Jakarta.

Anggadiredja, J.T., Zatnika, A., Purwanto, H., & Istini, S. 2006. Rumput Laut. Pembudidayaan,Pengelolaan, dan Pemasaran Komoditas Perikanan Potensial. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.

Anonim. 2002. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Gorontalo 2002-2016. Buku I: Fakta dan Analisis.Bappeda, 185 hlm.

Anonim. 2002a. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pohuwato 2004-2012. Bappeda KabupatenBoalemo, 104 hlm.

Beveridge, M.C.M. 1996. CageAqua-culture (Eds. 2nd). Fishing News Books LTD. Farnham, Surrey,England, 352 pp.

Brotowijoyo, M.D., Tribawono, Dj., & Mulbyantoro, E. 1995. Pengantar Lingkungan Perairan danBudidaya Air. Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Budiyanto, E. 2005. Pemetaan Kontur dan Pemodelan Spatial 3 Dimensi Surfer. Andi, Yogyakarta.Clark, W.A.V. & Hosking, P.L. 1986. Statistical Methods for Geographers. John Wiley & Sons, Inc., 513 pp.Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius,

Yogyakarta.Ghufron, M. & Kordi, H. 2005. Budidaya Ikan Laut di Keramba Jaring Apung. Rineka Cipta, Jakarta.Hartoko, A. & Helmi, M. 2004. Development of Digital Multilayer Ecological Model for Padang Coastal

Water (West Sumatera). Journal of Coastal Development, 7(3): 129-136.Hutabarat, S. 2000. Peranan Kondisi Oceanografi terhadap Perubahan Iklim, Produktivitas dan Distribusi

Biota Laut. UNDIP, Semarang.Imanto, P.T., Listyanto, N., & Priono, B. 1995. Desain dan kontruksi keramba jaring apung untuk budi

daya ikan laut. Dalam Sudradjat et al. (Ed.) Prosiding Temu Usaha Pemasyarakatan Teknologi KerambaJaring Apung bagi Budi daya Laut. Puslitbang Perikanan, Badan Litbang Pertanian, hlm. 216-230.

Ismail, W., Wardoyo, S.E., & Priono, B. 1998. Lokasi-lokasi potensial bagi panti benih terapung ikankarang di selatan P. Bintan dan Karimun Jawa. J. Pen. Perik. Indonesia, IV(1): 36-46.

Mayunar, R.P. & Imanto, P.T. 1995. Pemilihan lokasi untuk usaha budi daya ikan laut. Dalam Sudradjatet al. (Ed.) Prosiding Temu Usaha Pemasyarakatan Teknologi Keramba Jaring Apung bagi Budi daya Laut.Puslitbang Perikanan, Badan Litbang Pertanian, hlm. 179-189.

Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2004. Baku Mutu Air Laut. Keputusan Meneg. KLH No. 51 tahun2004, tanggal 8 April 2004, Jakarta.

Milne, P.H. 1979. Fish and Shellfish Farming in Coastal Waters. Fishing News Book Ltd, FarnhamSurrey.

Mubarak, H., Ilyas, S., Ismail, W., Wahyuni, , Hartati, S.H., Pratiwi, E., Jangkaru, Z., & Arifuddin, R.1990. Petunjuk Teknis Budi Daya Rumput Laut. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, PHP/KAN/PT/13/1990, Jakarta, 93 hlm.

Odum, E.P. 1979. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press. Original EnglishEdition. Fundamental of Ecology Thurd Edition, Yogyakarta.

Pillay, T.V.R. 1990. Quality Criteria for Water.US Enviromental Protection Agency, Washington D.C.Radiarta, N., Saputra, A., & Johan, O. 2005. Penentuan Kelayakan Lahan untuk Mengembangkan Usaha

Budidaya Laut dengan Aplikasi Inderaja dan Sistem Informasi Geografis di Perairan Lemito ProvinsiGorontalo.

Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. PenerbitPT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Zonneveld, N., Huisma, E.A., & Boon, J.H. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan. PT Gramedia PustakaUtama, Jakarta.

Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2012 840

DISKUSI

1. Adang Saputra

Pertanyaan:

Ada atau tidak parameter yang membedakan antara musim kemarau dan penghujan

Tanggapan:

Salinitas dapat dipengaruhi oleh musim hujan

TSS dari sungai pada saat musim hujan akan lebih tinggi