129
EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING DAN OPTIMASI PENGGUNAAN LAHAN KERING BERKELANJUTAN DENGAN USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN SUNGAI RAYA KABUPATEN PONTIANAK D I A N A SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING DAN OPTIMASI PENGGUNAAN

LAHAN KERING BERKELANJUTAN DENGAN USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN SUNGAI RAYA

KABUPATEN PONTIANAK

D I A N A

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2007

Page 2: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING DAN OPTIMASI PENGGUNAAN

LAHAN KERING BERKELANJUTAN DENGAN USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN SUNGAI RAYA

KABUPATEN PONTIANAK

D I A N A

Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains Pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2007

Page 3: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

Judul Tesis : Evaluasi Kesesuaian Lahan Eksisting dan Optimasi Penggunaan Lahan Kering Berkelanjutan Dengan Usahatani Tanaman Pangan Di Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Pontianak.

Nama : D I A N A

Nomor Pokok: : P. 052020381

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL)

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr Ir Santun R.P. Sitorus Dr Ir R. Sunsun Saefulhakim, M.Agr

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Pengelolaan Sumberdaya Alam

Dan Lingkungan

Dr Ir Surjono H. Sutjahjo, M.S Prof. Dr Ir Khairil Anwar Notodiputro, M.S

Tanggal Ujian : 15 Februari 2007 Tanggal Lulus :

Page 4: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Sehubungan dengan telah selesainya penyusunan tesis ini, maka dengan

ini saya :

Nama : Diana

NRP : P052020381

Progran Studi : Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul : “Evaluasi Kesesuaian Lahan

Eksisting dan Optimasi Penggunaan Lahan Kering Berkelanjutan Dengan

Usahatani Tanaman Pangan Di Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Pontianak”

adalah benar merupakan hasil karya ilmiah saya sendiri dan belum pernah

dipublikasikan. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan berasal dari penulis lain telah disebutkan

dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Demikian pernyataan ini dibuat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Bogor, Februari 2007

Diana NRP. P052020381

Page 5: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2007 Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau keseluruhan dalam

bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya

Page 6: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

ABSTRAK

DIANA. Evaluasi Kesesuaian Lahan Eksisting dan Optimasi Penggunaan Lahan Kering Berkelanjutan dengan Usahatani Tanaman Pangan Di Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Pontianak”. Dibawah bimbingan SANTUN R.P. SITORUS dan R. SUNSUN SAEFULHAKIM

Kalimantan Barat terdapat lahan kering seluas 1.588.711 ha yang belum dimanfaatkan. Dengan cukup besarnya lahan yang tersedia maka peluang untuk berinvestasi di Subsektor ini masih luas. Apabila potensi tersebut dapat dioptimalkan pemanfaatannya akan memberikan sumbangan yang cukup besar dalam peningkatan produksi pertanian. Pola usahatani dengan konsep pembangunan pertanian berkelanjutan sangat diperlukan karena memiliki keunggulan teknis, berimplikasi sosial, ekonomi, dan lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah menginventarisasi berbagai macam pola penggunaan lahan kering yang terdapat di daerah penelitian termasuk komoditas yang diusahakan dan pola tanam dan pergiliran tanaman, mengevaluasi kesesuaian penggunaan lahan pada saat ini, menganalisis struktur input dan output serrta tingkat kelayakan usahatani dari berbagai pola pada tujuan 1, menyusun pola optimal penggunaan lahan untuk usahatani tanaman pangan lahan kering. Metode yang digunakan yaitu dengan menganalisis penggunaan lahan dan pola tanam, mengevaluasi kesesuaian lahannya dengan mencocokkan sifat fisik dan kimia lingkungan dari lahan usahatani yang ada dengan persyaratan tumbuh komoditi yang umum diusahakan oleh petani, dan menghitung tingkat kelayakan usahataninya, serta optimalisasi pola usahatani dengan program linier dengan fungsi tujuan memaksimumkan pendapatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa petani mengusahakan lahan tegal/ladang dengan dua musim tanam dan tiga pola tanam yaitu monokultur padi, tumpangsari padi-jagung dan tumpang sari padi-ubi kayu., dengan kesesuaian lahannya sesuai marjinal (S3) untuk semua komoditi yang diusahakan. Sedangkan hasil analisis program linier pola tanam optimal menunjukkan hasil bahwa musim tanam satu dan musim tanam dua petani dianjurkan menanam padi. Jika petani menjalankan usahatani dengan pola optimal maka pendapatan yang dihasilkan akan meningkat. Pendapatan petani pertahun pada pola aktual sebesar Rp. 6,8 juta per tahun sedangkan pendapatan bila petani menjalankan dengan pola optimal maka hasil yang akan diperoleh sebesar Rp. 89 milyar per tahun. Kata Kunci : kesesuaian lahan, lahan kering, tanaman pangan, program linier

Page 7: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

ABSTRACT

DIANA. A Suitability Evaluation of the Exsisting Land Use and Sustainable Usage Optimization for Food Crops in Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Pontianak. Under supervision of SANTUN R.P. SITORUS dan R. SUNSUN SAEFULHAKIM

There are over one million underutilized marginal lands in Kalimantan Barat. Due to that the posibility to set investments in this sub sector is considerably high. Any effort to optimize the land will be greatly contribute to the intensification of farm productions. Farming systim with suitainability as a main objective is elemental for the reason of its implication in the context of social economic and environment. The purposes of this study are firstly to invent dryland use patterns, crops production including cropping patterns and crop rotations. Secondly, to evaluate the suitability of eksisting cropland. Thirdly, to analyze input-output structure of crops production and its feasibility, and fourthly, to foster an optimal model for dryland cropping system. Due to those, several methods are utilized ; including analysis of suitability based on physical and chemical characteristics of the existing land, analysis of crop production feasibility and optimation of farming system with linear programming method to attain highest revenue. The study reveals that farmers do cropping within two seasons and three farming patterns. Those are monoculturely paddy and mixed between corn and cassava which all are in marginally suitable (S3) land. Linear programming confirms that the optimal systems is paddy-paddy is more favorable for all season. The revenue from actual farming system is Rp. 6,8 millions per hectare per annum, but if farmers implement the optimal system then it is estimated that revenue will increse to the level of Rp 89 billions per hectare per annum.

Key words : land suitability, dry lands, food crops, linear programming

Page 8: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

PRAKATA

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-

Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam

penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2004 ini ialah penggunaan

lahan, dengan judul “Evaluasi Kesesuaian Lahan Eksisting dan Optimasi

Penggunaan Lahan Kering Berkelanjutan dengan Usahatani Tanaman Pangan Di

Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Pontianak”.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr Ir Santun R.P.

Sitorus selaku ketua komisi pembimbing dan Dr Ir R Sunsun Saefulhakim, M.Agr

selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberi saran. Spesial

terimah kasih untuk Ibunda yang selalu mendoakan keberhasilan anak-anaknya,

juga Kakanda H. Syafruddin dan Hj. Gusfaily atas bantuan dana pendidikan. Di

samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Syafarudin W.G dari

Kantor Kecamat Sungai Raya, Stap Stasiun Klimatologi Kecamatan Sungai Raya,

serta petani di Kecamatan Sungai Raya yang telah membantu selama

pengumpulan data. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada seluruh

keluarga besar H. Tinaung dan H. Yakup, atas segala doa dan kasih sayangnya,

dan kepada teman-teman di program studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan

Lingkungan 2002 atas dukungan, saran dan bantuannya dalam penulisan tesis ini,

serta Ikatan Keluarga Teluk Pakedai.

Akhir kata, penulis menerima segala saran dan kritik yang membangun

demi perbaikan tulisan ini. Semoga tulisan ini dapat berguna.

Bogor, Februari 2007

D i a n a

Page 9: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai

anak ke sembilan dari sepuluh bersaudara dari Ayah H. Muhammad Kasim TN

(almarhum) dan Ibu Hj. Badariyah.

Menamatkan Sekolah Dasar paeda tahun 92 di SD 38 (Pontianak). Tiga

tahun kemudian menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 5

Pontianak. Sekolah Menengah Atas diselesaikan tahun 1995 di Pontianak. Pada

Tahun yang sama penulis melanjutkan ke Perguruan Tinggi Negeri Universitas

Tanjungpura Pontianak pada Program Studi Ilmu Tanah. Sejak bulan Agustus

2002, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pascasarjana di Institut Pertanian

Bogor Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan.

Page 10: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan sykur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-

Nya sehingga penelitian ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini berjudul “Evaluasi

Kesesuaian Lahan Eksisting dan Optimasi Penggunaan Lahan Kering

Berkelanjutan dengan Usahatani Tanaman Pangan Di Kecamatan Sungai Raya

Kabupaten Pontianak”.

Dalam penulisan tesis ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih dan

penghargaan pada:

1. Bapak Prof. DR Ir Santun R.P. Sitorus, selaku Ketua Komisi Pembimbing

dan Bapak DR Ir R. Sunsun Saefulhakim, M.Agr selaku Anggota Komisi

Pembimbing yang telah banyak memberi bantuan dan saran.

2. Yang tercinta Ayahanda H. Muhammad Kasim TN. (almarhum) dan

Ibunda Hj. Badariyah.

3. Spesial teruntuk yang kusanyangi kakak-kakakku Hj. Misnariawati, H.

Syafruddin, Hj. Dwi Sulastri, M. Taufik (almarhum), Kartinawati,

Nurhayati, Kasdrianto dan ipar-iparku Hj. Gusfaily, Usman Ismail, Ya’

Samsuddin, Nuralinuddin, Jamalia, Agus (calon ipar), serta ponakan-

ponakanku yang lucu-lucu Yeli, Nila, Devi, Rian, Mimin, Fahmi, Ihsan,

Raka, Putri, Ita, Dhali, Nanda, Via, Adli dan Nina.

4. Spesial terimah kasih untuk Kakanda H. Syafruddin dan Hj. Gusfaily atas

bantuan dana pendidikan utama, juga bantuan dana dari saudara-saudara

yang lain.

5. Teruntuk paman-pamanku Ahmad, Rafid, Hamid, dan tante-tanteku

Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman, Herman, Devi, Asma, Iman,

Uul, Mai, Ari, Uji, Im, Tai, Wi, Won Dedi, Tami, Hen, Fii, Adi, Yanti,

Sar, ponakanku Fatih, Bang Dian, Bang Yanto, serta abang dan kakak

sepupuku.

6. Teman-teman di Pontianak Mus, Wahyu, Rifda, Ratna, Sari, Indah,

Jimmy, Ayu, Iwan, Rini, Udin, Rudi, Iit, Azan, Dayat, Udin, Bang Mul,

Page 11: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

Aan, Bary, K’ ida, B’ Sap, Umar, Mar, Bang Reza dan Anggota Viadri

Band.

7. Terima kasih spesial untuk Juki, Febi, Yuyun, Mas Elyun, Ruslan, K’Ita,

P’ Basir, P’ Jamlis, P’ Ochid, Diana Yogya, Rafli, Novi, Mas Andre,

Diding, Mas Hafis, M’ Ami, M’ Ning, Ester, Mas Kamal, Uci, Liza rekan-

rekan keluarga besar PSL 2002 (ganjil dan genap), serta teman-teman

Radar 6, Virandi, Q_Shop, pengajian kamis malam Aqwati Center dan

Mas-mas Tri Mulia.

8. Terimah kasih juga Izal, Iyet, Da Hen dan Uni roza, serta kepada seluruh

masyarakat Desa Teluk Pakedai (atas doanya).

9. Untuk bayangan seseorang yang selalu memberi inspirasi dan menemani

hari-hariku.

Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi dalam

khasanah ilmu pengetahuan.

Page 12: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL............................................................................................ iv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... vi

I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2. Kerangka Pemikiran............................................................................ 4

1.3. Perumusan Masalah ............................................................................ 8

1.4. Tujuan Penelitian ................................................................................ 9

1.5. Manfaat Penelitian .............................................................................. 10

II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 10

2.1. Lahan dan Penggunaan Lahan ............................................................ 10

2.2. Usahatani Lahan Kering...................................................................... 14

2.3. Usahatani Berkelanjutan ..................................................................... 16

2.4. Pengembangan Usahatani Lahan Kering ............................................ 18

2.5. Kendala Usahatani Lahan Kering ....................................................... 20

2.6. Struktur Klasifikasi ............................................................................. 22

2.7. Optimasi Penggunaan Sumberdaya Lahan ......................................... 26

III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .................................. 28

3.1. Administrasi dan Geografis................................................................. 28

3.2. Penggunaan Lahan .............................................................................. 29

3.3. Keadaan Topografi ............................................................................. 31

3.4. Jenis Tanah.......................................................................................... 32

3.5. Kondisi Iklim ...................................................................................... 32

3.6. Kependudukan .................................................................................... 33

3.7. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat .................................................. 35

3.8. Penguasaan Lahan............................................................................... 36

Page 13: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

ii

IV. METODE PENELITIAN........................................................................ 37

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 37

4.2. Bahan dan Alat.................................................................................... 37

4.3. Rancangan Penelitian .......................................................................... 37

4.3.1. Analisis Penggunaan Lahan dan Pola Tanam ........................... 39

4.3.1.1. Tujuan Penelitian ......................................................... 39

4.3.1.2. Metode Pengumpulan Data .......................................... 39

4.3.1.3. Variabel yang Diamati ................................................. 39

4.3.1.4. Metode Analisis Data................................................... 39

4.3.2. Analisis Kesesuaian Lahan ........................................................ 39

4.3.2.1. Tujuan Penelitian ......................................................... 39

4.3.2.2. Metode Pengumpulan Data .......................................... 39

4.3.2.3. Variabel yang Diamati ................................................. 40

4.3.2.4. Metode Analisis Data................................................... 40

4.3.3. Penentuan Kualitas Lahan.......................................................... 43

4.3.3.1. Tujuan Penelitian ......................................................... 43

4.3.3.2. Metode Pengumpulan Data .......................................... 43

4.3.3.3. Variabel yang Diamati ................................................. 44

4.3.3.4. Metode Analisis Data................................................... 44

4.3.4. Analisis Usahatani...................................................................... 44

4.3.4.1. Tujuan Penelitian ......................................................... 44

4.3.4.2. Metode Pengumpulan Data .......................................... 45

4.3.4.3. Variabel yang Diamati ................................................. 45

4.3.4.4. Metode Analisis Data................................................... 45

4.3.5. Analisis Pola Usahatani Optimal ............................................... 46

4.3.5.1. Tujuan Penelitian ......................................................... 46

4.3.5.2. Metode Pengumpulan Data .......................................... 46

4.3.5.3. Variabel yang Diamati ................................................. 46

4.3.5.4. Metode Analisis Data................................................... 47

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 51

5.1. Penggunaan Lahan dan Pola Tanam ................................................... 51

5.2. Evaluasi Kesesuaian Lahan................................................................. 55

Page 14: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

iii

5.3. Penentuan Kualitas Lahan................................................................... 62

5.4. Analisis Usahatani............................................................................... 63

5.5. Pola Usahatani Optimal ...................................................................... 72

VI. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 77

6.1. Kesimpulan ......................................................................................... 77

6.2. Saran.................................................................................................... 78

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 79

LAMPIRAN.................................................................................................... 84

Page 15: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Teks Halaman

1. Luas Lahan Berdasarkan Penggunaan di Kalimantan Barat ...................... 12

2. Luas Lahan Sawah dan Lahan Kering di Propinsi Kalimantan Barat........ 13

3. Rataan Produksi Panen Padi dan Palawija di Kalimantan Barat dari Tahun 1996 sampai dengan Tahun 2000............................................................... 15

4. Luas Tanam dan Rataan Produksi Padi dan Palawija Setahun Terakhir di Kabupaten Pontianak ............................................................................. 15 5. Jenis Tanah Tiap Kabupaten dan Kota di Kalimantan Barat ..................... 21

6. Jenis Masukan dan Kemungkinan Perbaikan yang Dapat Dilakukan untuk Masing-masing Karakteristik Lahan................................................ 25

7. Penggunaan Lahan di Kecamatan Sungai Raya Pontianak........................ 30

8. Kondisi Rataan Cuaca Daerah Penelitian pada Periode 1995-2005 .......... 33

9. Data Kependudukan Menurut Desa di Kecamatan Sungai Raya............... 34

10. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencahariannya di Kecamatan Sungai Raya Tahun 2005 ........................................................................... 39

11. Tujuan Penelitian, Data yang Dikumpulkan dan Analisis Data................. 38

12. Karakteristik Lahan yang Digunakan untuk Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Metode Pengumpulan dan Pengukuran Data ...................................... 43

13. Jenis dan Penggunaan Lahan Kering di Kecamatan Sungai Raya .......... 51 14. Rata-rata Produksi Pertanian di 4 Desa Penelitian..................................... 52

15. Data Rataan Sampel Hasil Evaluasi Kesesuaian Lahan di Lokasi Penelitian.................................................................................................... 56

16. Hasil Analisisi Komponen Utama.............................................................. 63

17. Koefisien Fungsi Diskriminan Antar Kualitas Lahan................................ 63

18. Sebaran Kebutuhan Tenaga Kerja per ha untuk setiap Bulannya pada Musim Tanam I di Kecamatan Sungai Raya............................................... 65

19. Sebaran Kebutuhan Tenaga Kerja per ha untuk setiap Bulannya pada Musim Tanam II di Kecamatan Sungai Raya..................................... ....... 65

20. Rata-rata Kebutuhan Tenaga Kerja per ha Tiap Tahunnya dari Berbagai Pengusahaan Komoditi di Kecamatan Sungai Raya........................ 6

21. Rata-rata Kebutuhan Input Produksi untuk setiap Musim Tanam di Kecamatan Sungai Raya ........................................................................ 67

Page 16: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

v

Tabel Teks Halaman

22. Rata-rata Kebutuhan per ha Input Produksi untuk setiap Musim Tanam di Kecamatan Sungai Raya ........................................................................ 68

23. Jumlah Produksi Rata-rata Setiap Jenis Tanaman Per Musim Tanam di Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Pontianak ..................................... 69

24. Rata-rata Penerimaan Usahatan Setiap Pola Tanam di Kecamatan Sungai Raya ........................................................................................................... 70

25. Tingkat Pendapatan Bersih Setiap Pola Tanam di Kecamatan Sungai Raya ........................................................................................................... 71

26. Luas Penggunaan Lahan Hasil Optimasi ................................................... 73

27. Sebaran Penggunaan Tenaga Kerja Hasil Optimasi .................................. 74

28. Penggunaan Modal Usahatani Hasil Optimasi .......................................... 74

29. Kebutuhan Input Produksi Pola Usahatani Optimal ................................. 75

30. Produksi Komoditi Hasil Optimasi Tiap Musim Tanam .......................... 76

Page 17: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Teks Halaman

1. Kerangka Pemikiran.................................................................................... 7

2. Peta Lokasi Penelitian ................................................................................. 29

3. Peta Penggunaan Lahan .............................................................................. 31

4. Diagram Alir Metode Penelitian ................................................................. 50

5. Pola Tanam Dihubungkan dengan Curah Hujan dan Evapotranspirasi ...... 54

Page 18: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Teks Halaman

1. Nilai Faktor C dari Berbagai Tanaman dan Pengelolaan atau Penggunaan Lahan ..................................................................................... 84

2. Nilai Faktor P dari Berbagai Tindakan Konservasi dan Pengelolaan Tanaman..................................................................................................... 85

3. Penilaian Ukuran Butir (M), Struktur Tanah dan Permeablitas Tanah Untuk Digunakan Dalam Rumus (Hammer, 1978) ................................. 86

4. Kriteria Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Padi Gogo (Oryza sativa) ..... 87

5. Kriteria Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Jagung (Zea mays) ................ 88

6. Kriteria Evaluasi Kesesuaian Lahan Ubi Kayu (Manihot utilissima).... .... 89

7. Evaluasi Kesesuaian Penggunaan Lahan di Kecamatan Sungai Raya...... 90 8. Kondisi Curah Hujan di Kecanmatan Sungai Raya (Nilai Erosivitas-R) .. 91

9. Faktor Erodibiltas Tanah (K) di Kecamatan Sungai Raya......................... 93

10. Nilai Kemiringan dan Panjang Lereng (LS) .............................................. 94

11. Nilai Prediksi Erosi dan Erosi Yang Dapat Ditoleransikan (ETol) Pada Unit Lahan di Daerah Penelitian ....................................................... 95

12. Hasil Analisis Tanah Pada Unit Lahan di Daerah Penelitian..................... 96

13. Bagian Data Input yang digunakanan untuk Model Linier Programming Struktur Program Komputerisasi dengan GAMS di Kecamatan Sungai Raya ........................................................................................................... 97

14. Hasil Analisis Optimasi Usahatani Tanaman Pangan di Kecamatan Sungai Raya ......................................................................................................... 96

Page 19: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan penduduk Kalimantan Barat dari tahun 1980 – 1990

menunjukkan angka pertumbuhan rata-rata sebesar 2,6 % per tahun. Angka ini

berada di atas rata-rata pertumbuhan penduduk nasional pada periode yang sama

(1,98 %) dan laju pertumbuhan penduduk pada dasawarsa sebelumnya.

Berdasarkan pola kecenderungan perkembangan penduduk dapat diperkirakan

jumlah penduduk Kalimantan Barat hingga tahun 2008 akan mencapai sekitar

1.189.900 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sekitar 1,84 % per tahun

(BPS, 2000).

Dengan bertambahnya jumlah penduduk maka kebutuhan akan pangan

tentu akan meningkat pula. Pertambahan jumlah penduduk yang makin meningkat

juga memicu adanya pergeseran dalam pemanfaatan lahan pertanian ke non

pertanian. Banyak lahan pertanian yang subur telah mengalami perubahan fungsi

sebagai tempat pemukiman, daerah industri, perluasan sarana transportasi ataupun

pemindahan hak milik tanah dari petani kepada bukan petani yang tidak berminat

untuk memanfaatkan lahannya sebagai penghasil tanaman pangan.

Meningkatnya kebutuhan dan persaingan dalam penggunaan lahan baik

untuk keperluan produksi pertanian maupun untuk keperluan lainnya memerlukan

pemikiran yang seksama dalam mengambil keputusan pemanfaatan yang paling

menguntungkan dari sumberdaya lahan yang terbatas, dan sementara itu juga

melakukan tindakan konservasinya untuk penggunaan masa mendatang.

Kecenderungan seperti dikemukakan di atas telah mendorong pemikiran para ahli

akan pentingnya suatu perencanaan atau penataan kembali penggunaan lahan agar

lahan dapat dimanfaatkan secara lebih efisien (Sitorus, 1998).

Pengembangan sektor pertanian terutama subsektor tanaman pangan dan

hortikultur tidak dapat terlepas dari ketersediaan lahan di suatu wilayah. Di

Kalimantan Barat terdapat lahan yang belum dimanfaatkan seluas 1.588.711 ha.

Lahan ini merupakan lahan kering yang cukup luas yang cocok untuk

mengembangkan komoditas tanaman pangan. Dengan cukup besarnya lahan yang

tersedia maka peluang untuk berinvestasi di subsektor ini masih luas. Apabila

Page 20: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

2

potensi tersebut dapat dioptimalkan pemanfaatannya akan memberikan

sumbangan yang cukup besar dalam peningkatan produksi pertanian.

Hasil penelitian Hikmatullah et al. (2001) menunjukkan bahwa

ketersediaan lahan untuk ekstensifikasi jauh lebih luas dibandingkan untuk

intensifikasi. Namun demikian usaha intensifikasi masih dapat dilakukan melalui

peningkatan pengelolaan dan perbaikan kualitas lahan. Potensi yang besar ini

perlu dikembangkan, untuk memantapkan swasembada pangan, penunjang

agroindustri, sumber pendapatan daerah serta meningkatkan kesejahteraan petani.

Petani dengan segala keterbatasannya untuk bertahan hidup, dalam

berusahatani di lahan kering kurang mempertimbangkan aspek kelestarian yang

dapat mengakibatkan produktivitas lahan menurun dan pada gilirannya

menyebabkan pendapatan petani menjadi rendah. Masalah ini akan menjebak

petani kembali ke dalam siklus yang memiskinkan. Kemiskinan petani pada lahan

kering akan menimbulkan ancaman terhadap upaya-upaya konservasi, karena

petani pada akhirnya hanya mampu mengeksploitasi sumberdaya lahan tanpa

mampu melakukan perbaikan atau pemeliharaan.

Upaya memanfaatkan lahan kering secara optimal penting dalam upaya

mendayagunakan sumberdaya lahan secara keseluruhan, mengingat lahan kering

relatif luas dibandingkan dengan lahan rawa dan lahan sawah. Optimalisasi ini

seyogyanya dilaksanakan terhadap semua tipe penggunaan lahan, tidak terbatas

hanya untuk tanaman pangan saja, tetapi juga untuk perkebunan besar. Namun

demikian, tanaman pangan perlu mendapat prioritas utama untuk menjamin

ketahanan pangan nasional (Abdurrahman et al., 1995).

Pertanian lahan kering mempunyai kondisi fisik dan potensi lahan sangat

beragam dengan kondisi sosial ekonomi petani umumnya kurang mampu.

Sudharto et al. dalam Syam et al. (1996), mengemukakan bahwa lahan kering

merupakan sumberdaya pertanian terbesar ditinjau dari segi luasnya. Namun,

usahatani pada agroekosistem ini sebagian masih diwarnai dengan rendahnya

produktivitas lahan. Di beberapa daerah telah terjadi degradasi lahan karena

kurang cermatnya pengelolaan lahan yang menyebabkan petani tidak mampu

meningkatkan pendapatannya.

Page 21: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

3

Menurut Sumantri (1991), banyak tantangan yang harus dihadapi oleh

petani dalam mengusahakan lahan kering. Tantangan tersebut justru timbul

dengan adanya masalah-masalah yang dihadapi dalam mengelola lahan kering itu

sendiri. Masalah tersebut antara lain; (1) sumber air yang sangat terbatas karena

hanya tergantung dari curah hujan, (2) umumnya merupakan tanah marginal, (3)

sangat peka terhadap erosi, dan (4) rumitnya penataan pertanaman yang beraneka

ragam serta (5) menurunnya kesuburan tanah.

Permasalahan utama yang umum dihadapi dalam mengelola sumberdaya

lahan di Kalimantan Barat dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan

kesejahteraan masyarakat adalah penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan

kemampuannya dan pengelolaan yang tidak mengikuti kaidah-kaidah konservasi

tanah. Hal ini dapat berakibat terhadap kerusakan tanah. Kerusakan atau degradasi

tanah merupakan proses berkurangnya atau hilangnya kegunaan suatu tanah,

sehingga sangat berpengaruh dalam upaya meningkatkan produksi pertanian.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan tanah menurut Oldeman (1994)

adalah : (1) pembukaan lahan (deforestration) dan penebangan kayu hutan secara

berlebihan, (2) penggunaan lahan untuk kawasan peternakan/ pengembalaan

secara berlebihan (over grazing), dan (3) aktivitas pertanian dengan penggunaan

pupuk dan pestisida secara berlebihan.

Selanjutnya Tohir (1983) mengemukakan bahwa masalah pokok yang

dihadapi dalam penanganan lahan kering adalah rumitnya penataan pertanaman

yang beranekaragam di samping menurunnya kesuburan tanah. Dengan penataan

pertanaman diharapkan dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil panen

secara rasional, efisien dan ekonomis. Untuk memahami penataan pola

pertanaman ini berbagai aspek perlu diperhatikan baik secara teknis biologis

maupun sosial ekonomi. Selanjutnya ditetapkan pola pertanaman yang

memberikan keuntungan yang optimal bagi luas garapan tertentu, serta sesuai

dengan kondisi fisik setempat.

Dari uraian-uraian di atas timbul suatu pertanyaan yang mendasar,

bagaimana pola usahatani lahan kering yang dapat memberikan pendapatan

maksimal bagi petani pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dalam

hubungan ini, perlu adanya data dan informasi mengenai potensi, kesesuaian

Page 22: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

4

penggunaan lahan dan perencanaan pengelolaan lahan yang tepat agar

sumberdaya lahan tersebut dapat digunakan secara produktif untuk jangka waktu

yang tidak terbatas atau berkelanjutan.

Pola usahatani dengan konsep pembangunan pertanian berkelanjutan,

sangat diperlukan karena memiliki kriteria mantap secara ekologis, yang berarti

bahwa kualitas sumberdaya alam dipertahankan dan kemampuan ekosistem secara

keseluruhan. Berlanjut secara ekonomis, yang berarti petani bisa cukup

menghasilkan untuk pemenuhan kebutuhan dan pendapatan sendiri, serta

mendapatkan penghasilan yang mencukupi untuk mengembalikan tenaga dan

biaya yang dikeluarkan.

Pola usahatani yang baik nantinya diharapkan lebih dapat dikembangkan

di daerah lahan kering, karena memiliki keunggulan teknis, berimplikasi sosial,

ekonomi, dan lingkungan. Atas dasar pemikiran tersebut maka dilakukan

penelitian pola usahatani berkelanjutan pada lahan kering untuk tanaman pangan

yang dilakukan petani di Kecamatan Sungai Raya.

1.2. Kerangka Pemikiran

Pertanian lahan kering dibentuk oleh 2 komponen utama, yaitu komponen

sosial dan komponen sumberdaya alam. Kedua komponen sub sistem tersebut

saling berinteraksi dalam membentuk ekosistem pertanian lahan kering. Oleh

karena itu, dalam mengkaji masalah lahan kering tidak dapat hanya dilakukan dari

satu sisi, misalnya dari sub sistem biofisik tanpa memperhatikan sub sistem sosial

dan sebaliknya. Isu pengelolaan sumberdaya lahan pertanian dan sosial-ekonomi

yang rumit semakin memerlukan perhatian dan pendekatan antar disiplin ilmu

yang melibatkan bidang-bidang biofisik, sosial-ekonomi dan pembuat keputusan.

Pada umumnya petani tanaman pangan di lahan kering kurang

memperhatikan konservasi dalam pengelolaan lahan. Keadaan ini merupakan

ancaman masa depan pengembangan tanaman pangan lahan kering di daerah

Kalimantan Barat khususnya di Kecamatan Sungai Raya. Sebagian besar petani

lahan kering di daerah tersebut masih mengandalkan komoditi pangan terutama

untuk konsumsi keluarga, sedangkan usaha konservasi masih dianggap belum atau

bahkan tidak perlu dilakukan.

Page 23: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

5

Pengelolaan lahan secara umum menyangkut aspek iklim, fisiografi

(bentang lahan), tanah, manusia, unsur teknologi dan perekonomian di daerah

sekitarnya. Dengan demikian kegiatan pengelolaan sangatlah dipengaruhi oleh

kemampuan dan kesesuaian lahan, tingkat sosial – ekonomi, dan tingkat teknologi

yang dikuasai oleh masyarakat setempat. Berbagai konflik-konflik kepentingan

dalam penggunaan dan pemanfaatan lahan pada akhirnya dapat menimbulkan

permasalahan terhadap kerusakan lahan, seperti : erosi tanah, penurunan produksi

pertanian, berkurangnya alternatif penggunaan lahan, pendangkalan/ sedimentasi

pada sungai, kerusakan pada ekosistem perairan, bencana banjir dan kekeringan,

serta tanah longsor.

Salah satu tujuan utama dari proses pengelolaan lahan adalah pencapaian

hasil pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan secara optimal dan

berkelanjutan. Untuk mencapai hasil tersebut di atas dan juga dalam rangka

menjaga dan mempertahankan produktivitas lahan di perlukan perencanaan dan

pengelolaan lahan secara tepat dan bijaksana, seperti : (1) perencanaan

penggunaan lahan yang disesuaikan dengan kemampuannya, (2) tindakan-

tindakan khusus konservasi tanah dan air, (3) menyiapkan lahan dalam keadaan

olah tanah yang baik, (4) penggunaan sistim pergiliran tanaman yang tersusun

baik, dan (5) penyediaan unsur hara yang cukup dan seimbang bagi tanaman

(Karama dan Abdurrachman, 1993; Sitorus, 2003).

Usahatani di lahan kering berbeda dengan di lahan sawah. Usahatani di

lahan kering sangat beragam sehingga permasalahan usahatani di lahan kering

lebih rumit. Untuk pengembangan pertanian lahan kering perlu adanya perbaikan-

perbaikan teknologi baik produksi, sosial maupun ekonomi yang sesuai dengan

daya dukung lahannya. Pengembangan pertanian dewasa ini berorientasi pada

peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Hal ini sejalan dengan upaya

pengentasan kemiskinan. Di sisi lain tantangan yang dihadapi dalam

pembangunan pertanian semakin kompleks, sementara kebutuhan akan produksi

pertanian terus meningkat sejalan dengan laju pertambahan jumlah penduduk dan

peningkatan pendapatan. Hal ini mengindikasikan perlunya dilakukan kajian

menyeluruh terhadap usahatani terpadu yang dijalankan oleh petani agar

sumberdaya yang dimiliki dapat dialokasikan secara optimal.

Page 24: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

6

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah menyangkut

pengembangan sistem usahatani secara optimal yang mampu memanfaatkan

sumberdaya yang tersedia sehingga menghasilkan pendapatan maksimum bagi

petani, serta meningkatkan lapangan pekerjaan, usaha konservasi dan akhirnya

tercukupinya kebutuhan akan pangan. Selain itu, pendayagunaan lahan kering

harus tetap memperhatikan keseimbangan lingkungan, sehingga bermanfaat bukan

saja bagi kesejahteraan masyarakat pada masa sekarang tetapi juga harus tetap

bermanfaat bagi generasi yang akan datang.

Pemanfaatan sumberdaya lahan pertanian perlu ditata dengan menentukan

sistem produksi yang sesuai. Penilaian tingkat kesesuaian lahan dilakukan

berdasarkan data dari lahan usahatani yang diamati. Setiap unit lahan memiliki

sifat-sifat yang berbeda, sehingga hasil kesesuaian lahan pada setiap unit lahan

digunakan sebagai pertimbangan untuk menetukan potensi satuan unit lahan

petani tersebut.

Selain kondisi fisik lingkungan, keadaan sosial ekonomi petani juga

merupakan faktor penyebab terhambatnya pengembangan usahatani. Pada

umumnya petani lahan kering adalah petani miskin dengan pengusahaan lahan

yang sempit dan bermodal rendah. Aspek sosial-ekonomi untuk mendukung

pengembangan lahan pertanian perlu didukung oleh analisis usahatani untuk

mengetahui kelayakan sehingga dapat mengurangi kemungkinan kegagalan.

Prinsip sistem usahatani berkelanjutan adalah sistem pertanian yang

mengelola sumberdaya alam (lahan) secara efisien, yaitu arus manfaat sosial

secara keseluruhan dari suatu bentuk pengelolaan yang maksimum dalam jangka

panjang. Di dalam sistem usahatani, terkait beberapa sub-sistem yang sangat

kompleks. Oleh karena itu, untuk menganalisisnya dibutuhkan pemahaman yang

mendalam. Model optimasi bertujuan untuk mengoptimalkan aktivitas

berdasarkan kendala-kendala sumberdaya yang ada agar dapat dicapai suatu

tujuan terbaik.

Pendekatan sistem usahatani yang berkelanjutan diharapkan dapat

digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk meningkatkan pendapatan petani,

kecukupan pangan, mencegah terjadinya degradasi lahan dengan usaha konservasi

serta mampu menciptakan lapangan pekerjaan. Dalam merencanakan teknologi

Page 25: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

7

yang tepat perlu tetap mempertimbangkan keragaman karakteristik utama lahan

kering pada masing-masing wilayah, karena lahan kering memiliki keragaman

yang tinggi seperti keragaman aspek fisik, biologi, maupun sosial ekonomi dan

budaya.

Hasil rakitan teknologi tersebut diharapkan bermanfaat bagi perencanaan

dan pengendalian penggunaan lahan serta pengelolaan pertanian yang memiliki

keunggulan dari segi teknis, ekonomi dan lingkungan. Secara ringkas kerangka

pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dengan bagan alir seperti

tertera pada Gambar 1.

Gambar 1 : Kerangka Pemikiran

Alokasi Sumberdaya

Optimal Program Linier

Sosial – Ekonomi Petani - Modal - Tenaga kerja - Pasar - Input

Kelayakan Fisik Evaluasi Kesesuaian

Lahan

Analisis Kelayakan Usahatani

Peningkatan Pendapatan

Kecukupan Pangan

Pengggunaan Lahan Kering

Biofisik Lahan - Topografi wilayah - Kemiringan Lereng - Jenis Tanah - Curah Hujan - Vegetasi

Peningkatan Lapangan Kerja

Usaha Konservasi

Pengembangan Usahatani Lahan Kering

Berkelanjutan

Page 26: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

8

1.3. Perumusan Masalah

Pada umumnya pengelolaan usahatani tanaman pangan di lahan kering

banyak menghadapi permasalahan, baik segi teknis maupun sosial ekonomi

petani. Sebagai akibatnya, pengelolaan usahatani tanaman pangan di lahan kering

ini belum mencapai hasil seperti yang diharapkan, karena tingkat pendapatan

petani per satuan luas masih relatif rendah. Selain itu hal ini juga disebabkan

karena belum optimalnya penggunaan sumberdaya yang dimiliki oleh petani

sedangkan petani memiliki sumberdaya yang terbatas, meskipun di Kalimantan

Barat masih banyak terdapat lahan kering yang belum dimanfaatkan.

Sekalipun secara luasan (kuantitatif) sangat potensial, tetapi secara

kualitatif lahan kering mempunyai cukup banyak kendala dan permasalahan bagi

pembangunan pertanian. Rendahnya tingkat kesuburan tanah dan kemiringan

lereng yang umumnya bergelombang merupakan kendala utama pengelolaan

lahan kering untuk usahatani yang berkelanjutan. Sifat-sifat kimia tanah tersebut

umumnya dicirikan oleh reaksi masam (pH rendah), miskin unsur hara, kapasitas

tukar kation (KTK) dan kandungan bahan organiknya rendah, serta kandungan

aluminiumnya tinggi, sehingga dapat meracuni tanaman. Sedangkan sifat-sifat

fisik tanah dicirikan oleh daya memegang air rendah dan peka erosi.

Lahan pertanian yang ada pada umumnya belum dikelola dengan baik,

sehingga produktivitas lahannya masih rendah. Petani dalam menentukan

teknologi yang digunakan termasuk penentuan jenis komoditas yang

dikembangkan lebih didasarkan pada pengalaman secara turun temurun dan bukan

didasarkan atas pertimbangan efisiensi. Dengan kondisi demikian maka alokasi

sumberdaya yang dikuasai oleh petani seringkali belum optimal dan pengelolaan

usaha menjadi tidak efisien dengan tingkat produktifitas relatif rendah. Implikasi

selanjutnya adalah tingkat pendapatan petani belum optimal.

Selain itu, terjadinya konflik kepentingan antara sektor pertanian dengan

berbagai sektor lainnya mengakibatkan lahan pertanian sering dialihfungsikan

untuk kepentingan lain sehingga lahan pertanian yang subur semakin berkurang

luasnya. Masalah tersebut semakin dipertajam oleh kurangnya informasi tentang

potensi lahan, kesesuaian penggunaan lahan dan terbatasnya sumberdaya yang

Page 27: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

9

dimiliki oleh petani serta tindakan pengelolaan yang diperlukan bagi setiap areal

lahan yang dapat digunakan sebagai pegangan dalam pemanfaatan lahan tersebut.

Dari permasalahan tersebut di atas timbul pemikiran-pemikiran untuk

mengantisipasi permasalahan tersebut dalam menentukan keputusan pemanfataan

sumberdaya lahan kering yang paling menguntungkan, termasuk bagaimana

memilih komoditas dan menyusun pola tanam yang tepat, serta menyusun

alternatif pola usahatani yang optimal berdasarkan kesesuaian lahan agar tidak

terjadi kerusakan lingkungan dan memberikan keuntungan usahatani yang tinggi.

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menginventarisasi berbagai jenis penggunaan lahan kering yang terdapat di

daerah penelitian termasuk komoditas yang diusahakan, pola tanam dan

pergiliran tanaman.

2. Mengevaluasi kesesuaian penggunaan lahan tanaman pangan pada saat ini.

3. Menganalisis struktur input dan output serrta tingkat kelayakan usahatani dari

berbagai pola pada tujuan 1.

4. Menyusun pola optimal penggunaan lahan untuk usahatani tanaman pangan

lahan kering.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Dapat memberikan gambaran mengenai pola usahatani sekarang dan

penggunaan sumberdaya lahan yang optimal sehingga dapat memberikan hasil

yang maksimal ditinjau dari segi kesesuaian lahan serta biaya yang

dikeluarkan.

2. Sebagai masukan bagi pembuat kebijakan dalam upaya mengembangkan

usahatani di lahan kering untuk meningkatkan perekonomian petani,

menambah lapangan pekerjaan, kecukupan pangan dan kelestarian

lingkungan.

Page 28: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lahan dan Penggunaan Lahan

Tanah dan lahan merupakan dua istilah yang berbeda. Tanah diartikan

sebagai suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-komponen padat,

cair dan gas, yang mempunyai sifat dan perilaku yang dinamik. Adapun istilah

lahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lingkungan fisik yang terdiri

dari iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada diatasnya sepanjang

ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan. Termasuk di dalamnya juga hasil

kegiatan manusia di masa lalu dan sekarang (Sitorus, 2003).

Sedangkan Lichfied dan Darin-Drabkin (1980) dalam Saefulhakim (1994),

menyatakan bahwa dari segi geografi fisik, lahan didefinisikan sebagai terra firma

yang merupakan tempat pemukiman dan ditntukan oleh kualitas fisiknya. Karena

setiap bidang lahan adalah : (1) lokasi tetap, (2) tidak dapat dipindahkan, (3) tidak

bertambah atau berkurang (kecuali reklamasi), dimana tanah yang hilang karena

tererosi tidak dapat digantikan sehingga kebijaksanaan lahan harus berorientasi

pada konservasi.

Dari pengertian ekonomi, lahan merupakan sumberdaya yang tidak hanya

sebagai terra firma, namun juga kandungan mineral, air disekitarnya, flora dan

fauna yang yang hidup diatasnya, cahaya, udara dan lain-lain. Pengertian ini lebih

luas dari pengertian geografi fisik diatasnya (Lichfied dan Darin-Drabkin, 1980)

dalam (Saefulhakim, 1994).

Dalam literatur ekonomi, lahan dipandang sebagai suatu sumberdaya,

yaitu sumberdaya lahan (Barlowe, 1978) dalam (Saefulhakim, 1994). Dalam

pengertian ini, lahan dipandang sebagai komoditas yang dapat menghasilkan

barang dan jasa untuk dikonsumsi sehingga memiliki biaya, nilai dan harga.

Lahan memiliki pengertian yang lebih luas dari tanah, walaupun dalam

banyak hal kata tanah sering digunakan dalam makna yang setara. Lahan

merupakan matrik dasar kehidupan manusia dan pembangunan (Saefulhakim,

1997), karena hampir semua aspek dari kehidupan manusia dan pembangunan,

baik langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan permasalahan lahan

(Saefulhakim dan Nasoetion, 1999a).

Page 29: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

11

Mengingat fungsi lahan yang demikian penting, maka manusia harus

membangun hubungan yang saling menguntungkan antara manusia dan lahan,

sehingga lahan dapat digunakan dengan sebaik-baiknya. Agar tercapai hubungan

tersebut, harus dilakukan berbagai upaya agar penggunaan lahan sesuai dengan

kemampuannya (Hardjowigeno, 1983). Menurut Sitorus (1996) penggunaan lahan

(land use) merupakan setiap bentuk campur tangan (intervensi) manusia terhadap

lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material maupun

spiritual.

Penggunaan lahan merupakan proses yang dinamis, perubahan yang terus

menerus sebagai hasil perubahan pola dan besarnya aktivitas manusia sepanjang

waktu, sehingga masalah yang berkaitan dengan lahan merupakan masalah yang

kompleks (Saefulhakim dan Nasoetion, 1995b).

Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar

yaitu : (1) penggunaan lahan pertanian; dan (2) penggunaan lahan bukan

pertanian. Untuk keberhasilan penggunaan dan pemanfaatan lahan diperlukan

perencanaan pengembangan sumberdaya lahan dengan baik. Menurut Soil Survey

Staff dalam Adiningsih (1996), perencanaan penggunaan lahan pada dasarnya

adalah inventarisasi dan penilaian keadaan (status), potensi dan pembatas-

pembatas dari suatu daerah setempat atau dengan orang-orang yang menaruh

perhatian terhadap daerah tersebut, terutama dalam menentukan kebutuhan

mereka serta aspirasi dan keinginan pada masa mendatang. Menurut

Hardjowigeno dan Widiatmaka (2001), perencanaan penggunaan lahan

merupakan rencana pemanfaatan lahan di suatu daerah agar lahan dapat

digunakan secara optimal, yaitu memberikan hasil yang tertinggi dan tidak

merusak lahan dan lingkungan. Tabel 1 menunjukkan luas lahan yang terdapat di

empat Propinsi di Kalimantan menurut penggunaannya.

Perencanaan penggunaan lahan memberikan petunjuk atau pengarahan

dalam proses pengambilan keputusan untuk penggunaan lahan sehingga lebih

efisien dan menguntungkan bagi manusia dan penggunaan masa yang akan datang

(Jones dan Davies dalam Sitorus 1989). Oleh sebab itu, perencanan penggunaan

lahan bertujuan untuk : (1) mencegah penggunaan lahan yang salah tempat dalam

mengupayakan terciptanya penggunaan lahan yang optimal, (2) mencegah adanya

Page 30: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

12

salah urus yang menyebabkan lahan rusak dalam mengupayakan penggunaan

lahan yang berkesinambungan, (3) mencegah adanya tuna kendali dalam

mengupayakan penggunaan lahan yang senantiasa diserasikan oleh adanya

kendali, (4) menyediakan lahan untuk keperluan pembangunan yang terus

meningkat, dan (5) memanfaatkan lahan sebesar-besarnya untuk kemakmuran

manusia (Sandi 1984; Silalahi, 1985 dalam Sitorus, 1989).

Tabel 1 : Luas Penggunaan Lahan di Kalimantan Kalimantan

No.

Jenis Penggunaan Barat (ha)

Tengah (ha)

Selatan (ha)

Timur (ha)

1 Pekarangan (Lahan untuk bangunan dan halaman)

251.388 194.246 165.675 186.743

2 Lahan tegal/kebun 427.632 150.400 217.405 137.419

3 Lahan ladang/huma 258.987 248.739 153.225 147.492

4 Lahan pengembalaan/padang rumput 23229 128.720 246.128 30.737

5 Rawa-rawa (yang tidak ditanami) 217.672 588.530 201.023 820.123

6 Tambak 4.056 3.682 8.423 38.670

7 Kolam/tebat/empang 18.263 3.560 2.905 11.468

8 Lahan sementara tidak ditanami 1.803.154 1.518.680 784.703 1.292.376

9 Lahan kayu-kayuan/hutan rakyat 1.432996 327.231 247.603 758.814

10 Perkebunan 1.743.188 975.934 480.044 585.000

11 Sawah 374.711 247.502 307.492 542.00

12 Hutan Negara 7.411.103 878.100 960.503 770.973

Sumber : Badan Pusat Statistik (2000)

Makin tinggi tingkat kegiatan manusia, makin tinggi pula kebutuhan

manusia akan lahan, baik dalam arti peningkatan luas penggunaan lahan maupun

dalam jenis dan intensitas penggunaannya. Jenis-jenis penggunaan lahan di luar

perkotaan secara umum dapat dibagi atas : (1) hutan, meliputi hutan lebat, hutan

satu jenis dan hutan belukar; (2) perkebunan; (3) kebun, terdiri dari kebun

campuran dan kebun sayur; (4) tegalan dan ladang; (5) sawah satu kali setahun;

(6) sawah dua kali setahun; dan (7) perkampungan, termasuk kampung, kuburan

dan lainnya.

Page 31: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

13

Dalam menentukan perencanaan penggunaan lahan haruslah disesuaikan

atau tergantung dari kemampuan sumberdaya lahan itu sendiri untuk dapat

diusahakan bagi suatu penggunaan tertentu. Untuk mendukung suatu kegiatan

usahatani haruslah diketahui potensi dari sumberdaya lahan itu sendiri serta

tindakan-tindakan konservasi yang diperlukan agar memberikan hasil yang baik

secara berkesinambungan. Fungsi utama dari perencaanaan penggunaan lahan

adalah untuk memberikan petunjuk atau pengarahan dalam proses pengambilan

keputusan tentang penggunaan lahan sehingga sumberdaya lahan dan lingkungan

tersebut ditempatkan pada penggunaan yang paling menguntungkan/efisien bagi

manusia, dan dalam waktu yang bersamaan juga mengkoservasikannya untuk

penggunaan pada masa yang akan dating (Dent, 1978; Jones dan Davies, 1983

dalam Sitorus, 1989).

Tabel 2 menunjukkan bahwa berdasarkan luasnya, lahan kering yang

tersedia di Kalimantan Barat sangat potensial untuk pengembangan pertanian baik

pertanian tanaman, perkebunan dan hortikultura dengan mempertimbangkan

karakteristik tanah dan agroklimatnya dalam pemilihan komoditas yang akan

dikembangkan. Maka dari itu perlunya suatu perencanaan penggunaan lahan yang

tepat dan memberikan hasil yang optimal tanapa merusak lahan.

Tabel 2. Luas Lahan Sawah dan Lahan Kering di Propinsi Kalimantan Barat

No. Kabupaten dan Kota di

Kalimantan Barat

Lahan Sawah

(ha)

Lahan Kering

(ha)

Jumlah

(ha) 1 Sambas 93.443 1.092.212 1.229.600 2 Pontianak 98.361 1.383.745 1.187.120 3 Sanggau 50.402 1.734.296 1.830.200 4 Ketapang 77.125 3.281.809 3.580.900 5 Sintang 29.664 3.159.624 3.227.900 6 Kapuas Hulu 25.630 2.928.289 2.984.200 7 Kota Pontianak 86 10.693 10.700

Jumlah 374.711 13.560.668 13.965.379 Sumber : Potensi Investasi Subsektor Tanaman Pangan dan Hortikultur di Kalimantan Barat,

Disperta Propinsi Kalimantan Barat (2000).

Pada tingkat usahatani, perencanaan penggunaan lahan akan

mengemukakan kemungkinan yang paling sesuai dari bentuk pertanian dan pola

tanam yang cocok, ditinjau dari keadaan lahan dan keberadaan petani itu sendiri.

Sebagai langkah terakhir adalah merencanakan system pertanian yang paling

Page 32: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

14

sesuai dengan keadaan lahan di dalam kerangka pembatas ekonomi pemakai lahan

atau petani. Hal ni mencakup tata ruang seperti penentuan letak lahan pertanian,

padang rumput, jalan, penyediaan air, saluran drainase, dan sebagainya.

2.2. Usahatani Lahan Kering

Usahatani yang harus dikembangkan pada suatu daerah harus diarahkan

pada pola usahatani terpadu yang dapat meningkatkan produksi, pendapatan,

kesempatan kerja dan sekaligus mempertahankan produktivitas lahan dan

menstabilkan kelestarian lingkungannya. Dalam meningkatkan produktivitas

usahataninya bukan saja ditujukan untuk menghasilkan komoditas pangan bagi

keluarganya, tetapi juga dapat menghasilkan surplus secara menyeluruh di daerah

pertanian yang dikembangkan, sehingga usahataninya bukan lagi usahatani

subsisten tetapi usahatani komersial yang menetap (Suryatna et al., 1982).

Soewardi (1977) menjelaskan bahwa suatu usahatani adalah bentuk

pemanfaatan sumberdaya dengan tujuan ganda dan berimbang. Seleksi jenis

tanaman didasarkan pada suatu pemenuhan keseluruhan tujuan dengan

memperhatikan skala prioritas. Usahatani tersebut merupakan suatu sistem yang

di dalamnya terdiri dari hamaparan-hamparan usahatani yang saling terkait dan

berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan, yaitu keuntungan yang maksimal,

sesuai dengan jumlah sumberdaya yang tersedia dan kemampuan petani dalam

mengelolanya.

Jones dan Egli (1984) mengemukakan bahwa usahatani yang baik untuk

dikembangkan di suatu daerah harus merupakan usahatani yang memberikan

keuntungan yang tinggi, sesuai dengan sumberdaya yang tersedia dan kemampuan

petani dalam mengelolanya. Dengan demikian usahatani yang dilaksanakan

tersebut harus sesuai dengan jumlah tenaga kerja yang tersedia. Agar dalam

usahanya memperoleh keuntungan maksimal atau merupakan pola usahatani yang

optimal, maka harus merupakan suatu sistem yang berinteraksi, baik antar

komponen usahanya maupun dengan keadaan sosial-ekonomi petani dan

lingkungannya. Apabila pola usahatani ini berjalan demikian, maka diharapkan

dapat memberikan keuntungan maksimal secara berkesinambungan dalam jangka

panjang, sehingga merupakan pola usahatani yang mantap dan menetap.

Page 33: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

15

Menurut Sudaryono (1997), model usahatani pilihan di lahan kering harus

memenuhi asas kemantapan dan ketepatan pemanfaatan lahan menurut matra

(dimensi) ruang dan waktu serta terjaminnya kelestarian sumberdaya lahan dan

lingkungan. Pilihan usahjatani harus bersifat rasional untuk memperbesar peluang

keberhasilan sistem produksi yang berkelanjutan. Model usahatani yang dipakai di

lahan kering pada dasarnya adalah penerapan asas diversifikasi.

Upaya rehabilitasi yang banyak dilakukan di lahan kering antara lain

perbaikan kualitas tanah, perbaikan pola tanam, dan pengendalian erosi tanah.

Sejauh ini usaha tersebut belum banyak dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari

menurunnya produksi beberapa komoditas tanaman pangan yang ada di

Kalimantan Barat, seperti tertera pada Tabel 3 dan Tabel 4.

Tabel 3. Rataan Produksi Panen Padi dan Palawija di Kalimantan Barat dari

Tahun 1996 sampai dengan Tahun 2000.

Tahun (Ton/ ha) No.

Jenis Tanaman

1996 1997 1998 1999 2000

1 Padi 838.563 829.106 827.499 969.658 876.618 2 Jagung 37.307 40.984 32.614 37.848 30.458 3 Kacang Tanah 2.235 2.087 1.586 1.642 1.631 4 Kedelai 7.115 5.629 4.065 5.236 2.140

Sumber : Badan Pusat Statistik (2000)

Tabel 4. Luas Tanam dan Rataan Produksi Padi dan Palawija setahun terakhir di Kabupaten Pontianak.

No. Jenis Tanaman Luas Tanam

(ha) Produksi

(Ton) 1 Padi 40.165,2 57.939,3 2 Jagung 2.918,0 5.803,2 3 Kedelai 550,4 134,2 4 Ubi Kayu 1.637,9 17.591,2 5 Ubi Jalar 680,8 835,0 6 Kacang Tanah 567,7 184,2

Sumber : Badan Pusat Statistik (2000)

Sebenarnya bila lahan kering diolah secara intensif akan menghasilkan

produksi yang tidak kalah dengan produktivitas lahan yang beririgasi. Hal ini

dibuktikan oleh penelitian Suryatna et al. (1983) di Banjarjaya, Lampung yang

menunjukkan bahwa pola pertanaman introduksi padi gogo, jagung, ketela pohon

dan kacang tanah dapat memberikan pangan dan kalori yang cukup bagi petani

Page 34: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

16

transmigran. Hasil kalori dan protein dari pertanaman tersebut, sebanding dengan

produksi dua kali padi sawah yang baik di Jawa, dengan pemberian pupuk yang

sama. Tujuan pengelolaan usahatani pada dasarnya adalah memilih berbagai

alternatif penggunaan sumberdaya yang tersedia meliputi lahan, tenaga kerja,

modal, waktu dan pengelolaan, dengan maksud mencapai tujuan yang sebaik-

baiknya dalam lingkungan yang penuh resiko dan kesulitan-kesulitan yang

dihadapi dalam melaksanakan usahataninya. Apabila pola usahatani ini berjalan

demikian, maka diharapkan dapat memberikan keuntungan maksimal secara

berkesinambungan dalam jangka panjang, sehingga merupakan pola usahatani

yang mantap dan menetap.

2.3. Usahatani Berkelanjutan

Ciri utama yang menonjol di lahan kering adalah terbatasnya air, makin

menurunnya produktivitas lahan dan tingginya keragaman atau variabilitas:

kesuburan tanah, macam spesies tanaman yang ditanam, serta aspek sosial,

ekonomi dan budaya. Pendekatan sistem usahatani yang berkelanjutan adalah

merupakan pendekatan yang paling sesuai untuk pengembangan lahan kering.

Pada pendekatan ini keberlanjutan aspek biofisik, budaya, social-ekonomi diberi

prioritas utama secara komprehensif berdasarkan keterpaduan antar disiplin ilmu

secara holistik.

Kata keberlanjutan sekarang ini digunakan secara meluas dalam lingkup

program pembangunan. Keberlanjutan dapat diartikan menjaga agar suatu upaya

terus berlangsung, kemampuan untuk bertahan dan menjaga agar tidak merosot.

Berkelanjutan adalah pengelolaan sumberdaya yang berhasil untuk usaha

pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus

mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan

sumberdaya alam (Technical Advisory Committe of the CGIAR, dalam Reijntjes et

al. 1999). Menurut Amien (1999), keberlanjutan juga dapat diartikan sebagai

menjaga agar suatu upaya terus berlangsung, kemampuan untuk bertahan dan

menjaga agar tidak merosot. Dalam konteks pertanian, keberlanjutan pada

dasarnya berarti kemampuan untuk tetap produktif sekaligus tetap

mempertahankan basis sumberdaya.

Page 35: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

17

Reijntjes et al. (1999) mengemukakan bahwa pertanian bisa dikatakan

pertanian berkelanjutan jika mencakup beberapa hal antara lain:

1) Mantap secara ekologis, yang berarti bahwa kualitas sumberdaya alam

dipertahankan dan kemampuan agroekosistem secara keseluruhan dari

manusia, tanaman, dan hewan sampai organisme tanah ditingkatkan. Kedua

hal ini akan terpenuhi jika tanah dikelola dan kesehatan tanaman, hewan serta

masyarakat dipertahankan melalui proses biologi. Sumberdaya local

digunakan sedemikian rupa sehingga kehilangan unsur hara, biomassa, dan

energi bisa ditekan serendah mungkin agar tercapai efisiensi pemakaian input

serta mampu mencegah pencemaran terhadap lingkungan.

2) Berlanjut secara ekonomis, yang berarti petani bisa cukup menghasilkan untuk

pemenuhan kebutuhan dan pendapatan sendiri, serta mendapatkan penghasilan

yang mencukupi untuk mengembalikan tenaga dan biaya yang dikeluarkan.

Keberlanjutan ekonomis ini bisa diukur bukan hanya dalam hal produk

usahatani yang berlangsung, namun juga dalam hal fungsi seperti melestarikan

sumberdaya alam dan meminimalkan resiko.

3) Adil, yang berarti bahwa sumberdaya dan kekuasaan didistribusikan

sedemikian rupa sehingga dasar semua anggota masyarakat terpenuhi dan hak-

hak mereka dalam penggunaan lahan, modal yang memadai, bantuan teknis

serta peluang pemasaran terjamin.

4) Luwes, yang berarti bahwa masyarakat pedesaan mampu menyesuaikan diri

dengan perubahan kondisi usahatani yang berlangsung terus, misalnya

pertambahan jumlah penduduk, kebijakan, permintaan pasar dan lain-lain

Semaoen et al. (1991), berpendapat bahawa sistem usahatani yang

berkelanjutan merupakan sistem usahatani yang dirancang dengan memperhatikan

kaidah-kaidah kelestarian produktivitas sumberdaya lahan. Dimensi waktu

merupakan unsur yang diperhitungkan dalam usahatani berkelanjutan. Produksi

dan manfaat dalam pengelolaan sumberdaya lahan mungkin tidak dapat dibuat

maksimal dalam waktu pendek, karena akan berakibat pada penurunan

produktivitas di masa yang akan datang. Kerusakan pada pengelolaan lahan kering

biasa disebut lahan kritis. Timbulnya lahan kritis disebabkan oleh karena

Page 36: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

18

sumberdaya lahan yang dikelola melebihi batas kemampuannya tanpa

memperhatikan unsur-unsur konservasi sehingga terjadi degradasi lahan.

Pertanian berkelanjutan hanya adapat dicapai apabila lahan digunakan

dengan tepat dan pengelolaan yang sesuai. Penggunaan lahan yang salah sering

menyebabkan kerusakan lahan, produktivitasnya akan cepat menurun dan

ekosistem lahan akan terancam oleh bahaya kerusakan tersebut. Penggunaan lahan

yang tidak tepat hanya akan memberikan kerugian untuk pemakai pada saat ini,

juga terhadap generasi penerus di masa-masa mendatang. Reijntjes et al. (1999)

mengatakan langkah pertama dalam mencari keseimbangan baru itu adalah

evaluasi secara seksama terhadap kelangsungan cara usahatani yang ada. Teknik-

teknik usahatani yang ada harus dinilai dari segi keberlanjutan ekonomis,

ekologis, dan sosiopolitiknya.

2.4. Pengembangaan Usahatani Lahan Kering

Pembangunan pertanian saat ini dihadapkan pada berbagai tantangan,

seperti meningkatnya permintaan akan bahan pangan, menyusutnya lahan

pertanian subur, pertumbuhan produktivitas beberapa komoditas pertanian yang

relatif lambat, pemilikan lahan pertanian yang semakin sempit, keterbatasan

investasi dan pemodalan, tingkat pendidikan petani dan nelayan yang relatif

rendah, dan lambatnya penggunaan iptek maju (Karama, 1999).

Namun demikian, masih terdapat peluang yang besar untuk membangun

sektor pertanian yang tangguh, modern, dan efisien, misalnya masih tersedianya

areal pertanian dan lahan potensial yang belum dimanfaatkan secara optimal,

adanya kesenjangan hasil antara produktivitas riil dengan produktivitas potensial,

masih besarnya kehilangan dan kerusakan hasil pada waktu panen dan pasca

panen serta meningkatnya daya saing hasil-hasil pertanian akibat depresi nilai

rupiah (Karama, 1999).

Salah satu potensi lahan yang dapat dikembangkan adalah lahan kering.

Lahan kering adalah lahan yang pemenuhan kebutuhan air tanamannya

tergantung sepenuhnya dari air hujan dan tidak pernah tergenang air sepanjang

tahun. Pada definisi ini lahan kering dapat berada di dataran rendah, sedang

maupun dataran tinggi (Semaoen, et al., 1991).

Page 37: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

19

Peluang pengembangan lahan kering dalam arti luas masih terbuka

terutama pada lahan-lahan yang memiliki hambatan teknis tingkat sedang dan

ringan. Lahan kering yang belum digunakan untuk budidaya tanaman pangan

masih cukup luas, terutama di luar Jawa. Dengan demikian dalam rangka

mempertahankan swasembada pangan posisi lahan kering sangat penting artinya

mengingat potensi yang besar sebagai penyangga alih fungsi lahan sawah di pulau

Jawa, tetapi mengingat permasalahannya yang spesifik dalam penanganannya

dibutuhkan perencanaan yang matang dan komprehensif melalui koordinasi secara

aktif dengan semua instansi terkait secara lintas sub sektoral maupun lintas

sektoral. Dalam pengembangan usahatani lahan kering diperlukan kebijakan,

strategi dan pola pengembangannya (Kahar, 1995).

Kebijakan pengembangan usahatani lahan kering ditujukan untuk

pengembangan sumberdaya manusia agar menjadi petani kreatif dan fleksibel,

menerapkan ilmu dan teknologi tepat guna dalam upaya memantapkan

swasembada pangan, dan pengembangan usahatani yang didasarkan atas analisis

ekonomi serta berorientasi pada pasar dalam upaya meningkatkan pendapatan

petani dan pengentasan kemiskinan, serta pengembangan agribisnis dan

agroindustri dalam memperoleh nilai tambah dari hasil-hasil pertanian yang dapat

dijadikan komoditi ekspor.

Pengembangan lahan kering dilakukan dalam bentuk usaha besar,

menengah atau kecil yang dibina melalui kerjasama dalam kelompok tani. Strategi

pengembangan pertanian di lahan kering dalam pemantapan swasembada pangan

adalah sebagai berikut : 1) pewilayahan komoditi unggulan tanaman pangan yang

akan dikembangkan didasarkan atas agroklimat, sosial budaya dan secara

ekonomi menguntungkan, 2) pengembangan sumberdaya manusia para petugas

harus memiliki keahlian dan ketrampilan melalui pelatihan dan pendidikan, 3)

menumbuh-kembangkan penangkar/ pengusaha benih atau bibit, 4)

pengembangan mekanisasi pertanian, 5) pemanfaatan teknologi, 6) pengembangan

sentra produksi tanaman pangan, 7) pengembangan kemitraan antara petani

dengan mitra usaha, 8) menggerakkan peran swasta/PMA dan PMDN (Kahar,

1995)

Page 38: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

20

Untuk menjamin tercapainya sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan

perlu menggunakan berbagai pola pengembangan sebagai berikut : 1) pola insus

(pendekatan kelompok dengan program Bimas), 2) pola sekolah lapang (belajar

sendiri dalam kelompok tani dengan bimbingan penyuluh lapangan), 3) pola

sentra (komoditi yang dipilih disesuaikan dengan agroklimat serta

menguntungkan petani), 4) pola kemitraan (kerjasama petani dengan pengusaha)

(Kahar, 1995).

Karakteristik pertanian lahan kering, terutama usahatani tanaman pangan

dan hortikultura, sangat berbeda dengan pertanian lahan sawah. Misalnya,

keadaan yang sangat tergantung iklim atau curah hujan, biasanya hanya ditanami

sekali setahun, serangan hama dan penyakit tanaman jauh lebih sukar dikontrol,

produktivitas per hektar sangat rendah, dan sebagainya. Lebih parah lagi, jika

pada lahan yang memang tidak subur dan berproduktivitas rendah itu dilakukan

kegiatan intensifikasi yang berlebihan, maka fenomena degradasi lahan akan

senantiasa mengancam keberlanjutan pertanian lahan kering (Amien, 1999).

Menurut Hikmatullah et al. (2001) dalam rangka pengembangan lahan

kering menuju pembangunan berkelanjutan berbagai rakitan teknologi usahatani

telah berhasil ditemukan, pola usahatani tersebut antara lain : (1) pola usahatani

berorientasi pangan, (2) pola usahatani konservasi dan (3) pola usahatani terpadu.

2.5. Kendala Usahatani Lahan Kering

Sumber-sumber alam yang terbatas dan jumlah penduduk yang semakin

bertambah besar dengan tingkat pendapatan yang belum memadai, dapat

menimbulkan masalah-masalah dalam pengelolaan sumberdaya alam dan

lingkungan hidup. Tekanan kepadatan penduduk yang terjalin erat dengan

kemiskinan, telah mendorong penduduk untuk mengolah tanah dengan cara-cara

yang merusak kelestarian dan kesuburannya (Haeruman, 1979).

Masalah-masalah yang dihadapi dalam pengelolaan lahan kering antara

lain : (1) sumber air yang sangat terbatas dan hanya tergantung dari curah hujan,

(2) umumnya merupakan tanah marginal, dan (3) sangat peka terhadap erosi

(Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat, 1983).Selanjutnya Tohir (1983)

mengemukakan bahwa masalah pokok yang dihadapi dalam penanganan lahan

Page 39: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

21

kering adalah rumitnya penataan pertanaman yang beraneka ragam di samping

rendahnya kesuburan tanah. Dengan penataan pertanaman diharapkan dapat

meningkatakan kualitas dan kuantitas hasil panen secara rasional, efisien dan

ekonomis.

Apabila diperhatikan secara seksama, ternyata kemunduran kesuburan

tanah, timbulnya hama penyakit, timbulnya tanah bera dan sebagainya sering

disebabkan karena kesalahan dalam penataan tanaman. Untuk memahami

penataan pola pertanaman ini berbagai aspek perlu diperhatikan, baik secara

teknis, biologis maupun sosial ekonominya. Selain itu, kendala utama yang

dihadapi dalam pengelolaan usahatani lahan kering adalah terbatasnya pemilikan

modal dan tenaga kerja keluarga yang tersedia, sempitnya lahan usahatani, dan

menurunnya tingkat kesuburan tanah lahan kering.

Data keragaan tanah di Kalimantan Barat menunjukan bahwa, lahan

Podsolik Merah Kuning (PMK) mendominasi jenis tanah di Kalimantan Barat

yang luasnya mencapai 67,783 Km2. Jenis tanah ini merupakan jenis tanah yang

bermasalah, sehingga perlu masukan teknologi tinggi dan khusus untuk daerah

lahan kering. Jenis-jenis tanah yang lain dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jenis Tanah Tiap Kabupaten dan Kota di Kalimantan Barat

No. Kabupaten

Organosol, Gley dan Humus

(ha)

Aluvial (ha)

Regosol (ha)

PMK (ha)

Podsolik

(ha)

Litosol (ha)

1 Sambas 1.280 3.600 - 546 432 1.520 2 Pontianak 6.187 3.934 - 6.176 1.408 416 3 Ketapang 7.360 4.336 448 21.953 1.712 - 4 Sanggau 1.056 144 - 15.296 992 192 5 Sintang 480 912 - 15.296 - - 6 Kapuas Hulu 3.968 2.064 - 3.584 - - 7 Kota Pontianak 36 72 - - - - Keseluruhan 19.935 15.112 448 67.783 4.544 2.128

Sumber : Kalimantan Barat dalam Angka (2000) Keterangan : PMK = Podsolik Merah Kuning

Pada umumnya kondisi petani lahan kering memiliki sumberdaya yang

terbatas. Mereka harus membuat keputusan dengan menggunakan sumberdaya

(tanah, tenaga kerja dan modal) yang terbatas untuk memperoleh hasil yang

setinggi-tingginya sesuai dengan kondisi usahataninya. Keterbatasan sumberdaya

Page 40: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

22

tersebut terutama adalah terbatasnya modal dan rendahnya tingkat kesuburan

tanah. Padahal modal merupakan unsur yang esensial dalam mendukung

peningkatan produksi dan taraf hidup masyarakat pedesaan itu sendiri. Menurut

Hardwood (1982) faktor modal merupakan faktor pembatas dalam pengembangan

pertanian. Hal ini membuat semakin sulitnya usaha-usaha untuk meningkatkan

taraf hidup masyarakat pedesaan dengan cepat.

2.6. Struktur Klasifikasi Lahan

Evaluasi sumberdaya merupakan proses untuk menduga potensi

sumberdaya untuk berbagai penggunaan . Dengan demikian evaluasi sumberdaya

adalah membandingkan persyaratan yang diperlukan untuk penggunaan suatu

sumberdaya dengan sifat yang dimiliki oleh sumberdaya tersebut. Hasil dari suatu

evaluasi sumberdaya menjadi suatu dasar bagi perencanaan dan pengembangan

wilayah (Saefulhakim et al., 2003).

Menurut FAO dalam Sitorus (1998) struktur klasifikasi kesesuaian lahan

dibagi menjadi empat kategori yaitu : Ordo, Kelas, Sub-kelas dan Unit kesesuaian

lahan. Ordo kesesuaian lahan mencerminkan macam kesesuaiannya. Kelas

kesesuaian lahan mencerminkan derajat kesesuaian lahan dalam Ordo, Sub-kelas

kesesuaian lahan mencerminkan macam hambatan atau perbaikan utama yang

dibutuhkan dalam kelas, dan Unit kesesuaian lahan mencerminkan perbedaan-

perbedaan minor yang dibutuhkan dalam pengelolaan Sub-kelas.

Ordo kesesuaian lahan dapat dibagi menjadi dua yaitu ; Sesuai (S) dan

Tidak Sesuai (N). Ordo Sesuai (S) adalah lahan yang dapat digunakan secara

berkesinambungan untuk tujuan yang dipertimbangkan. Keuntungan dari hasil

pengelolaan akan memuaskan setelah dikalkulasi dengan masukan, tanpa adanya

resiko kerusakan terhadap sumberdaya lahannya. Ordo Tidak Sesuai (N) adalah

lahan yang apabila dikelola mempunyai kesulitan sedemikian rupa sehingga

menghambat penggunaannya untuk tujuan yang direncanakan.

Ordo Sesuai dapat dibagi menjadi beberapa kelas. Jumlah kelas pada ordo

sesuai tidak ditentukan, tetapi diusahakan sesedikit mungkin untuk memudahkan

interpretasi. Jika terdapat tiga kelas dalam ordo Sesuai (S) maka definisi masing-

masing kelas dapat dijelaskan sebagai berikut :

Page 41: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

23

Ordo S (Sesuai) terdiri atas tiga kelas :

1. Kelas S1 (Sangat Sesuai) adalah lahan yang tidak mempunyai pembatas serius dalam pengelolaannya atau hanya mempunyai faktor pembatas yang tidak berarti dan tidak berpengaruh terhadap produksinya dan tidak menaikkan masukan yang telah biasa diberikan.

2. Kelas S2 (Cukup Sesuai) adalah lahan yang mempunyai pembatas-pembatas

agak berat untuk suatu penggunaan yang lestari. Pembatas akan mengurangi produktivitas dan keuntungan, sebab akan meningkatkan masukan yang diperlukan.

3. Kelas S3 (Sesuai Marjinal) adalah lahan yang mempunyai pembatas-pembatas

yang sangat berat untuk penggunaan yang lestari. Pembatas akan mengurangi produktivitas atau keuntungan karena akan menaikkan masukan yang diperlukan.

Order N (Tidak Sesuai) terdiri atas dua kelas :

1. Kelas N1 (Tidak Sesuai Saat Ini) adalah lahan yang mempunyai pembatas yang sangat berat, tetapi masih memungkinkan untuk diatasi, hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan saat ini dengan biaya yang rasional.

2. Kelas N2 (Tidak Sesuai Permanen) adalah lahan yang mempunyai pembatas

yang sangat berat sehingga tidak memungkinkan digunakan bagi suatu penggunaan yang lestari.

Sub-kelas kesesuaian lahan mencerminkan jenis pembatas. Tiap kelas

dapat dibagi menjadi satu atau lebih sub-kelas tergantung dari jenis pembatas

yang ada, tetapi untuk S1 tidak ada faktor pembatas. Jenis pembatas ini

ditunjukkan dengan simbol huruf kecil yang diletakkan setelah simbol kelas.

Sebagai contoh, kelas S2 yang mempunyai faktor pembatas kedalaman tanah

efektif (s) akan menyebabkan kelas masuk ke sub-kelas S2s.

Kesesuaian lahan pada tingkat satuan lahan merupakan pembagian lebih

lanjut dari sub-kelas. Semua satuan yang berada dalam sub-kelas mempunyai

tingkat kesesuaian yang sama pada tingkat sub-kelas. Satuan-satuan berbeda satu

dengan yang lainnya dalam sifat-sifat atau aspek-aspek tambahan pengelolaan

yang diperlukan dan sering merupakan rincian bagi pembatasnya. Dengan

diketahuinya pembatas secara rinci akan memudahkan penafsiran perencanaan

pada tingkat usahatani. Tingkat kesesuaian lahan dapat berupa gambaran keadaan

lahan pada saat penelitian, yang disebut kesesuaian lahan aktual, ataupun

Page 42: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

24

kesesuaian lahan setelah dilakukan perbaikan, atau input tertentu, yang disebut

kesesuaian lahan potensial (Dent dan Young, 1983).

Sehubungan dengan kesesuaian lahan potensial Hardjowigeno et al.(2001)

menggolongkan masukan tersebut atas tiga bagian. Pertama masukan rendah,

kedua masukan sedang, dan ketiga adalah masukan tinggi, Jenis masukan dan

kemungkinan perbaikan yang dapat dilakukan untuk masing-masing karakteristik

lahan tertera pada Tabel 6.

Berdasarkan Tabel 6 tersebut kemungkinan akan ditemui beberapa

kombinasi masukan. Jika kombinasi dari beberapa tingkat masukan ditemui maka

kombinasi dari dua tingkat masukan rendah akan menghasilkan tingkat masukan

menengahApabila dengan kombinasi dua tingkat masukan yang ditemui memiliki

tingkat yang berbeda, maka yang digunakan adalah input yang tertinggi.

Perbaikan yang dilakukan akan menghasilkan peningkatan kelas

kesesuaian lahan satu tingkat atau lebih dari kesesuaian lahan aktual. Penjelasan

mengenai kelas kesesuaian lahan potensial ini adalah sebagai berikut :

1. Jika kelas kesesuaian lahan aktual adalah kelas S2 dan memungkinkan untuk diperbaiki, maka kelas kesesuaian lahan potensial adalah kelas S1.

2. Jika kelas kesesuaian lahan aktual adalah kelas S3 dan memungkinkan untuk

diperbaiki, tapi faktor pembatas pada kelas S2 masih ada, maka kelas kesesuaian lahan potensial adalah kelas S2.

3. Jika kelas kesesuaian lahan aktual adalah kelas S3 dan memungkinkan untuk

diperbaiki, dan faktor pembatas untuk kelas S3 tidak ada lagi, maka kelas kesesuaian lahan potensial adalah kelas S1.

4. Jika kelas kesesuaian lahan aktual adalah N dan memungkinkan untuk

diperbaiki, tapi faktor pembatas untuk S3 masih ada, maka kelas kesesuaian lahan potensial adalah kelas S3.

5. Jika kelas kesesuaian lahan aktual adalah N dan memungkinkan untuk diperbaiki, tapi faktor pembatas untuk S2 masih ada, maka kelas kesesuaian lahan potensial adalah kelas S2.

4. Jika kelas kesesuaian lahan aktuala adalah N dan memungkinkan untuk

diperbaiki, dan tidak ditemukan faktor pembatas lain, maka kelas kesesuaian lahan potensial adalah S1.

7. Jika tidak memungkinkan untuk diperbaiki (simbol x) maka kelas kesesuaian

lahan aktual dan potensial adalah sama.

Page 43: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

25

Tabel 6. Jenis Masukan dan Kemungkinan Perbaikan yang Dapat Dilakukan untuk Masing-masing Karakteristik Lahan.

Karakteristik Lahan Yang

Dikelompokkan Berdasarkan Kualitas Lahan

Perbaikan dan Simbolnya Tingkat

Input

t – Regim Temperatur

1. Rata-rata temperatur tahunan

w- Ketersediaan Air 2. Bulan kering 3. Curah hujan rata-rata tahunan

r – Keadaan Perakaran 1. Kelas drainase 2. Tekstur 3. Kedalaman perakaran

f – Retensi Unsur Hara 1. KTK me/ 100 g (subsoil) 2. pH (Lapisan atas) n – Ketersediaan Unsur Hara

1. Nitrogen total (Lapisan atas) 2. P2O5 tersedia (Lapisan atas)

3. K2O tersedia (Lapisan Atas) x – Toksisitas 1. Salinitas s – Lahan 1. Lereng (%) 2. Batuan lepas 3. Batuan tersingkap

Tidak dapat diperbaiki Irigasi (I) Irigasi (I) Drainase buatan Tidak dapat diperbaiki Umumnya tidak dapat diperbaiki jika lapisan yang menghambat tebal dan tidak dapat ditembus, tetapi jika lapisan yang menghambat tipis dan dapat diperbaiki maka masih dapat diperbaiki (I) Pengapuran dengan sumber disekitar Lokasi (L) Pengapuran dengan sumber jauh dari Lokasi (L) -sda- Pemupukan (M) Pemupukan untuk kelas S2 (M) Pemupukan untuk kelas S3/N (M) -sda- Reklamasi untuk tanah salin kelas S2/S3 (N) Reklamasi untuk kelas N (N) Kontruksi sawah kemiringan < 3 % (P) Kontruksi sawah kemiringan 3 - 8 % (P) Kontruksi sawah kemiringan 8 - 15 % (P) Penanaman strip rumput pada kontur kemiringan 0 – 8 % (O) Teras tanpa SPA, kemiringan > 8 % ® Teras dengan SPA, kemiringan >8 % (T) Pengambilan batuan untuk kelas S2/S3 (S) Tidak dapat diperbaiki

Hi

Hi

Hi

Hi Mi

Li Li Mi

Mi Mi

Li Mi Hi

Li Li

Mi Mi

Sumber : Hardjowigeno et al., (2001) Keterangan : Hi = Masukan Tinggi Mi = Masukan Sedang Li = Masukan Rendah

2.7. Optimasi Penggunaan Sumberdaya Lahan

Penggunaan sumberdaya lahan sering dilakukan tanpa memperhatikan

kesesuaian lahan atau asas-asas konservasi tanah sehingga mempercepat

kemerosotan produktivitas lahan. Untuk mempertahankan dan meningkatkan

kualitas sumberdaya lahan dan lingkungan dapat dilakukan dengan penggunaan

Page 44: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

26

sumberdaya lahan yang optimal dalam pengertian sumberdaya lahan dan

lingkungan akan dapat memberikan manfaat yang tinggi kepada penduduk dalam

jangka panjang. Dengan demikian, penggunaan sumberdaya lahan yang optimal

mengandung makna azas pelestarian sumberdaya lahan dan lingkungan.

Optimalisasi penggunaan sumberdaya lahan atau penggunaan sumberdaya

yang optimal akan memperkecil atau mencegah banjir pada musim hujan dan

mencegah kekeringan pada musim kemarau, menekan kehilangan tanah (erosi),

memberikan pendapatan yang tinggi kepada penduduk, serta mendukung sejumlah

penduduk dalam keadaan hidup layak.

Menurut Verinumbe, et al. (1984), dalam menentukan pola usahatani

dapat menggunakan alat matematik, yaitu melalui perencanaan atau program

linier (linier programming). Dengan metode ini kita dapat menentukan suatu pola

usahatani yang optimal dan menghasilkan keuntungan yang maksimal. Metode ini

juga dapat digunakan untuk memilih beberapa alternatif jika ada fungsi tujuan dan

sumberdaya sebagai pembatas.

Soekartawi et al. (1985) mengemukakan bahwa program linier dapat

digunakan untuk memilih kombinasi beberapa kegiatan yang dapat

memaksimalkan pendapatan kotor. Metode ini juga dapat memberikan tambahan

informasi ekonomi yang berguna mengenai pemecahan optimal.

Menurut Kasryno dalam Sumantri (1991) metode program linier untuk

membahas persoalan optimasi mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan

dengan metode lainnya, yaitu : (1) lebih efisien dalam penggunaan waktu, biaya

dan kemampuan menganalisis hasil penggunaan data, (2) analisis ekonomi dapat

dikembangkan sekaligus walaupun kegiatan ekonomi dikategorikan atas dasar

wilayah, sektor serta waktu, (3) solusi programasi linier dapat memberikan

informasi tentang struktur kait-mengait dan keuntungan komparatif dalam sektor

pertanian, potensi produksi dan kesempatan kerja, pola produksi dan konsistensi

dari kebijakan pertanian.

Hasil yang maksimum dapat dicapai dengan menggunakan lahan pada

intensitas maksimum dan tingkat pengeluaran korbanan (input) yang rendah,

diperoleh keuntungan yang optimum. Dalam hal ini perbandingan antara harga

hasil dengan harga korbanan adalah tertinggi (Cooke, 1982).

Page 45: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

27

Sumberdaya petani meliputi faktor fisik berupa tanah, sinar matahari, air

dan faktor sosial ekonomi seperti uang tunai dan kredit, tenaga kerja

(mekanik/hewan), dan pasar (Hardwood, 1979). Suatu sumberdaya lahan dapat

digunakan untuk berbagai keperluan, sehingga pemilihan peruntukan tersebut

menjadi sangat penting. Dalam hal ini perlu diperhatikan agar pemilihan

peruntukan tersebut dilakukan atas dasar : (1) efisiensi dan efektivitas penggunaan

yang optimum dalam batas-batas kelestarian yang mungkin, (2) tidak mengurangi

kemampuan dan kelestarian sumberdaya alam lain yang berkaitan dalam suatu

ekosistem, dan (3) memberikan kemungkinan untuk mempunyai pilihan

penggunaan di masa depan, perombakan ekosistem tidak dilakukan secara drastis

(Haeruman, 1979).

Model analisis yang digunakan untuk mencapai tujuan adalah model

Program Linier. Model ini digunakan untuk memperoleh kombinasi optimal dari

aktivitas-aktivitas produksi dan menjadi pilihan pada kondisi sumberdaya tersedia

dalam jumlah terbatas.

Page 46: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3.1. Administrasi dan Geografis

Daerah penelitian secara administratif terletak di Kecamatan Sungai Raya

yang merupakan salah satu dari 23 wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten

Pontianak, Propinsi Kalimantan Barat. Secara geografis daerah Kecamatan Sungai

Raya terletak pada 109 0 – 21’ 00 0 BT dan 1090 – 52’ 30 0 LU yang dilintasi Garis

Khatulistiwa dengan iklim Tropis. Luas wilayah Kecamatan Sungai Raya

926.750 KM yang berjarak 180 km dari Kotamadya Pontianak.

Wilayah Kecamatan Sungai Raya mempunyai batas-batas sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Kapur, Kelurahan Parit Mayor

Kecamatan Pontianak Timur Kodya Pontianak dan

Kecamatan Sungai Ambawang.

- Sebelah Timur : Berbatasan dengan Gunung Tamang Belungai Kecamatan

Toba dan Kecamatan Tayan Kabupaten Sanggau.

- Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Sungai Asam, Desa Sungai

Bulan, Desa Jongkong Kecamatan Toba dan Kecamatan

Tayan Kabupaten Sanggau.

- Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Sungai Raya, Kelurahan Bangka

Belitung Kecamatan Pontianak Selatan Kodya Pontianak

dan Desa Punggur Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten

Pontianak.

Kecamatan Sungai Raya terletak dipinggir Sungai Kapuas, dimana untuk

menuju ke desa-desa dapat ditempuh dengan kendaraan air dan sebagian lagi

dapat ditempuh dengan kendaraan darat. Luas wilayah daerah penelitian 92.675

hektar atau 5,10 % dari luas wilayah Kabupaten Pontianak. Kecamatan Sungai

Raya terdiri dari 10 desa yaitu : Desa Sungai Raya, Desa Kapur, Desa Arang

Limbung, Desa Kuala Dua, Desa Sungai Ambangah, Desa Tembang Kacang,

Desa Sungai Bulan, Sungai Asam, Desa Limbung dan Desa gunung Tamang.

Letak lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Page 47: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

29

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

3.2. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan dalam konteks ini diartikan sebagai perwujudan fisik

penggunaan lahan, baik bersifat alamiah maupun sebagai aktivitas manusia.

Variasi wujud penggunaan lahan di suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh

aktivitas manusia diatas lahan yang bersangkutan. Makin banyak jumlah

penduduk yang mengusahakan lahan untuk aneka ragam kegiatan dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya, makin bervariasi pula wujud penggunaan lahan

yang terjadi. Pola penyebaran penduduk juga ikut berperan dalam membentuk

pola penggunaan lahan, baik diperkotaan maupun di pedesaan.

Jenis dan luas penggunaan lahan di Kabupaten Pontianak berdasarkan peta

skala 1 : 50.000 tahun 2005 disajikan pada Tabel 7.

Page 48: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

30

Tabel 7. Penggunaan Lahan di Kecamatan Sungai Raya

No. Penggunaan Lahan Luas (ha)

Luas (%)

1. Hutan (hutan lebat dan hutan belukar) 45.567 44,44

2. Kebun Karet 10.980 10,61

3. Kebun Campuran 876 0,85

4. Kebun Masyarakat 3.245 3,14

5. Ladang 13.407 12,94

6. Pemukiman 10.032 9,69

7. Semak 19.383 18,73

Jumlah 1.817.120 100 Sumber : Badan Pertanahan Nasional Kalimantan Barat (2005)

Jenis dan luas penggunaan lahan di Kabupaten Pontianak berdasarkan peta

skala 1 : 50.000 adalah sebagai berikut : hutan lebat dan hutan belukar (44,44 %),

kebun karet (10,61 %), kebun campuran (0,85 %), kebun masyarakat (3,14 %),

ladang (12,94 %), Pemukiman (9,69%), dan semak (18,73 %).

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa penggunaan lahan dominan adalah

hutan lebat dan hutan belukar. Selain itu penggunaan lahan untuk ladang/tegalan,

yang merupakan kebiasaan bertani di daerah pedalaman masih menunjukkan

peran yang berarti dalam memberi corak penggunaan lahan diwilayah Kabupaten

Pontianak. Umumnya penutupan lahan oleh semak belukar cukup mendominasi

wilayah ini yaitu sekitar 18,73 % dari luas kecamatan. Sebagian besar dari luasan

semak, pemukiman, hutan dan ladang di daerah ini diklasifikasikan sebagai lahan

kering.

Penggunaan lahan berupa semak yang secara umum dipandang sebagai

penggunan lahan yang tidak ekonomis atau bahkan terkesan sebagai penelantaran

lahan masih menunjukkan angka luasan yang cukup tinggi. Umumnya

penggunaan lahan seperti ini merupakan bekas perladangan yang ditinggalkan

sementara, dan pada suatu ketika akan diusahakan kembali dengan periode

putaran tertentu. Jenis-jenis penggunaan lahan secara umum di Kecamatan Sungai

Raya dapat dilihat pada Gambar 3.

Page 49: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

31

Gambar 3. Peta Penggunaan Lahan

3.3. Keadaan Topografi

Secara umum, wilayah Kabupaten Dati II Pontianak dapat digolongkan

atas 2 (dua) unit fisiografi yaitu ; datar dan landai sampai bergunung. Kecamatan

Sungai Raya termasuk kedalam fisiografi datar yang merupakan dataran rendah

dan rawa-rawa. Menurut Badan Pertanahan Nasional (2000), daerah dengan

fisiografi datar mencapai areal seluas ± 1.058.695 ha atau 58 % dari luas wilayah

Kabupaten Pontianak.

Berdasarkan peta topografi skala 1 : 200.000, diperkirakan ketinggian

tempat di wilayah Kecamatan Sungai Raya 0 sampai dengan 1 meter diatas

permukaan laut dengan lereng/kemiringan lahan 2 %, yang merupakan daerah

subur untuk pertanian tanaman pangan. Sebagian tanahnya merupakan dataran

rendah kering dengan rawa-rawa dan dataran tinggi dengan variasi perbukitan

bergelombang yang terdapat di sekitar daerah hutan gua sikafir, sehingga

merupakan salah satu kendala untuk di kembangkan menjadi lahan pertanian.

Page 50: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

32

3.4. Jenis Tanah

Berdasarkan hasil survei Badan Pertanahan Nasional Kabupaten

Pontianak tahun 2002 pada peta tanah eksplorasi skala 1 : 1.000.000 diketahui

bahwa tanah-tanah yang menyebar di Kecamatan Sungai Raya diantaranya jenis

tanah Aluvial dalam system USDA disebut Entisol.

Pada keempat desa pengamatan yang terdiri dari 40 unit lahan contoh di

Kecamatan Sungai Raya terdapat jenis tanah Aluvial (Entisol). Tanah Aluvial

terbentuk sebagai hasil pengendapan material yang terangkut air sungai. Bahan-

bahan yang relatife kasar dan berat mengendap sepanjang pinggiran sungai,

sementara bahan-bahan halus diendapkan pada tempat-tempat yang lebih jauh dari

sungai. Karena merupakan hasil endapan, umumnya jenis tanah ini menunjukkan

lapisan-lapisan yang jelas.

3.5. Kondisi Iklim

Kondisi iklim yang paling menentukan dalam penelitian ini adalah curah

hujan dan temperatur. Curah hujan sangat menentukan kondisi untuk usahatani di

suatu wilayah. Keadaan curah hujan Kecamatan Sungai Raya didasarkan pada

data curah hujan dari stasiun penakar hujan milik Badan Meteorologi dan

Geofisika (BMG) Provinsi Kalimantan Barat yaitu Stasiun Meteorologi Supadio

yang terletak di Kecamatan Sungai Raya. Pada daerah penelitian ini data curah

hujan tahunan selama sepuluh (10) tahun terakhir (1995-2005) Kondisi iklim di

daerah penelitian tertera pada Tabel 8.

Kondisi iklim di daerah penelitian dengan sudu bulanan rata-rata berkisar

antara 26,13 oC – 26,87 oC dengan susu udara tahunan sebesar 26,57 oC.

Kelembaban udara rata-rata tahunan sebesar 94,94 %, dengan kelembaban nisbi

berkisar anatara 57,46 % - 96,77 %. Kecepatan angin rata-rata tahunan sebesar

53,08 km/jam. Lama penyinaran matahari rata-rata tahunan sebesar 651,48 jam.

Berdasarkan klasifikasi Oldeman dalam Kartasapoetra (2004) (BB = CH

rata-rata > 200 mm/bulan ; BK = CH rata-rata < 100 mm/bulan), iklim di wilayah

Kecamatan Sungai Raya tergolong Zona A, yaitu terdapat bulan basah yang lebih

dari 9 kali berturut-turut. Menurut klasifikasi Scmidt-Fergusson (BB = CH > 100

Page 51: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

33

mm/bulan ; BK = < 60 mm/bulan) bahwa Kecamatan Sungai Raya tergolong tipe

iklim C, yaitu sangat basah.

Tabel 8. Kondisi Rataan Cuaca di Daerah Penelitian pada Periode 1995-2005

Bulan Curah Hujan (mm)

Suhu (oC)

Lama Penyinaran

(jam)

Kelembaban (%)

Hari Hujan (hari)

Januari 379,09 26,31 50,10 87,60 18,30

Februari 224,75 26,16 58,40 85,30 13,50

Maret 261,99 26,69 60,70 85,80 14,80

April 345,04 26,53 60,60 86,10 20,50

Mei 213,50 27,33 67,50 85,80 14,20

Juni 205,03 26,85 69,50 84,50 12,70

Juli 207,70 26,74 68,80 84,30 11,10

Agustus 217,50 26,87 66,20 84,10 12,30

September 185,26 26,43 51,80 86,10 14,70

Oktober 303,50 26,52 50,20 87,80 20,60

November 293,50 26,13 54,20 87,30 20,80

Desember 276,70 26,28 52,70 88,10 19,40

Rata-rata 311,34 26,57 59,23 96,77 16,08

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Supadio Pontianak (2005)

3.6. Kependudukan

Berdasarkan data pada Kecamatan Sungai Raya dalam Angka (2005)

jumlah penduduk yang ada pada Kecamatan Sungai Raya adalah 182.987 jiwa

terdiri dari 85739 jiwa laki-laki dan 97248 jiwa perempuan. Dengan kepadatan

penduduk di Kecamatan Sungai Raya adalah 4804 jiwa per km2.

Data kependudukan menurut desa tertera pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa

jumlah penduduk terbesar 59.520 jiwa dan kepadatan tertinggi 1.965 hiwa/km2

terdapat di Desa Sungai Raya, yaitu salah satu desa yang berbatasan langsung

dengan Ibukota Propinsi Kalimantan Barat yaitu Kota Pontianak dan juga

merupakan Kota Kecamatan Sungai Raya, sedangkan jumlah penduduk paling

sedikit 1.698 jiwa adalah Desa Gunung Tamang.

Page 52: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

34

Tabel 9. Data Kependudukan Menurut Desa di Kecamatan Sungai Raya

Jumlah Penduduk (jiwa) No Nama Desa

Luas

(km2) Pria Wanita Jumlah

Kepadatan

(jiwa/km2)

1. Sungai Raya 28,6 29.274 27.246 59.520 1.965

2. Kapur 12,4 6.291 5.422 11.713 947

3. Arang Limbung 21,5 7.991 7.960 15.951 738

4. Kuala Dua 46,9 13.675 14.801 28.476 607

5. Sungai Ambangah 33,8 4.105 3.792 7.897 233

6. Tebang Kacang 162,5 9.599 9.267 18.866 116

7. Sungai Bulan 37,5 1.168 1.328 2.496 66

8. Sungai Asam 401,3 10.439 24.393 21.393 53

9. Pulau Limbung 81,3 2.309 2.229 4.538 55

10. Gunung Tamang 68,7 888 810 1.698 24

Jumlah 894,5 85.739 97.248 182.987 4.804

Sumber : Kecamatan Sungai Raya dalam Angka (2005)

Keadaan penduduk berdasarkan mata pencahariannya dapat dilihat pada

Tabel 10, menunjukkan bahwa pada umumnya mata pencaharian penduduk di

daerah penelitian adalah petani. Dari data ini dapat ditarik kesimpulan, bahwa

daerah penelitian masih tetap mengandalkan sektor pertanian sebagai tulang

punggung perekonomian.

Tabel 10. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencahariannya di Kecamatan

Sungai Raya

No. Mata Pencaharian Jumlah (Orang)

1. Tani 42.233 2. Buruh/ Swasta 24.186 3. Pegawai Negeri Sipil 1.682 4. Pengrajin 295 5. Pedagang 3.085 6. Peternak 1.185 7. Nelayan 266 8. Montir 109 9. Doktor 24 10. Lainnya 109.522

Sumber : Kecamatan Sungai Raya dalam Angka (2005)

Page 53: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

35

3.7. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Karakteristik rumah tangga merupakan keragaan kondisi rumah tangga

yang dinilai berdasarkan penguasaan lahan, pendidikan, pengalaman usahatani,

produktivitas, ketersediaan tenaga kerja, tingkat adopsi teknologi, pemasaran dan

lain-lain. Karakteristik keluarga pada setiap unit lahan yang dijadikan contoh

menggambarkan kondisi usahatani yang sedang dilakukan oleh petani.

Unit lahan yang dijadikan contoh untuk perencanaan usahatani lahan

kering di Kecamatan Sungai Raya terdapat di Desa Sungai Raya, Kuala Dua,

Tembang Kacang dan Sungai Asam karena dari berbagai penggunaan lahan,

tingkat kelerengan dan jenis tanah yang ada dapat terwakili.

Dari semua unit lahan yang telah ditentukan dipilih responden sebanyak

40 KK yang merupakan pemilik dari unit lahan contoh dan dilakukan wawancara

dengan menggunakan kuisioner untuk mengetahui karakteristik keluarga petani

responden (KK) meliputi : pendidikan, jumlah anggota keluarga, pekerjaan utama,

status penguasaan lahan, luas tanah garapan, sumber pendapatan utama,

pengalaman usahatani, sumber modal, peruntukan produksi, hambatan usahatani,

pemahaman tentang erosi dan tindakan konservasi, intensitas pengolahan tanah,

pemupukan, pengendalian hama, penyakit dan gulma, persepsi petani tentang

usahatani sekarang, komoditi yang diusahakan dan pola tanam. Komponen

pendapatan meliputi : jumlah produksi dan harga. Komponen biaya produksi

meliputi : biaya bibit/benih, peralatan, pupuk, pestisida, upah tenaga kerja dan

biaya lainnya.

Sebanyak 44 persen dari jumlah penduduk di daerah penelitian

mempunyai mata pencaharian sebagai petani pemilik ataupun buruh tani. Jumlah

ini ternyata merupakan bagian terbesar dari angkatan kerja yang ada. Sebagian

besar dari petani yang ada menggantungkan usahanya dibidang tanaman pangan.

Sedangkan bidang usahatani lainnya adalah memelihara ternak dan hanya

sebagian kecil saja itupun hanya merupakan kegiatan usahatani sampingan.

Penanaman tanaman tahunan hanya dilakukan petani di pekarangan rumah dengan

jarak yang tidak teratur.

Page 54: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

36

3.8. Penguasaan Lahan

Status penguasaan lahan merupakan penguasaan lahan garapan yaitu

sebagai pemilik, penggarap dan penyewa. Keadaan penguasaan lahan penduduk

Desa Sungai Raya, Kuala Dua, Tembang Kacang dan Sungai Asam yang terdiri

dari masyarakat asli pribumi menunjukkan semua penguasaan lahan adalah

berstatus pemilik. Dengan keadaan tersebut dapat dikatakan bahwa lahan yang

dimiliki petani di Desa Sungai Raya, Kuala Dua, Tembang Kacang dan Sungai

Asam cukup luas. Pewarisan lahan umumnya tidak bersifat fragmentatif yaitu

lahan milik kepala keluarga dibagi-bagi kepada anak-anaknya yang telah berumah

tangga, tetapi di daerah ini dengan cara membuka lahan baru oleh kepala keluarga

dan anak-anaknya yang sudah berumah tangga sehingga kecenderungannya lahan

untuk usahatani semakin luas.

Desakan pertambahan penduduk dari tingkat kelahiran dan perpindahan

penduduk sangat mempengaruhi meluasnya penguasaan lahan ke wilayah yang

mempunyai lereng-lereng yang curam untuk lahan-lahan pertanian sehingga di

daerah ini banyak terjadi konversi lahan hutan menjadi lahan pertanian tanaman

pangan atau perkebunan sawit dan karet di daerah ini.

Page 55: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Sungai Raya Kabupaten

Pontianak, Propinsi Kalimantan Barat. Penelitian dilaksanakan selama 9 bulan

mulai dari bulan Juni 2004 sampai dengan bulan Februari 2005.

4.2. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan dan alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Munsell soil color chart, kantong plastik, pisau lapangan, sekop, meteran, busur

derajat, label, sekop, karet gelang, kompas, abney hand level, alat tulis, kamera

dan film, serta alat dan bahan analisis laboratorium untuk analisis sifat-sifat tanah.

Peta-peta seperti peta tanah semi detil, peta penggunaan lahan, peta lereng dan

peta topografi.

4.3. Rancangan Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Pontianak

dengan pertimbangan lahan kering di kecamatan ini cukup luas dan belum

dimanfaatkan secara optimal untuk pengembangan tanaman pangan terlihat dari

tingkat produktifitas yang masih rendah. Metode penelitian yang digunakan

adalah metode survei. Penetapan desa ditentukan dengan cara purposive sampling

yaitu Desa Sungai Raya, Kuala Dua, Tembang Kacang dan Sungai Asam dengan

pertimbangan memiliki lahan kering paling luas dan produksinya rendah. Jumlah

petani.responden dipilih secara acak sebanyak 40 petani responden terdiri dari 10

petani dari tiap desa, dengan kriteria responden adalah petani pemilik dan

penggarap yang menanam tanaman pangan di daerah penelitian.

Penelitian ini ditujukan untuk mengkaji pola usahatani yang optimal.

Tujuan usahatani adalah untuk memperoleh pendapatan bersih yang setinggi-

tingginya dan lahan usahatani dapat terus memberikan hasil dalam jangka waktu

yang lama. Rancangan penelitian yang digunakan untuk menjawab tujuan-tujuan

yang ingin dicapai atau rekomendasi rencana penggunaan lahan terdiri atas :

Page 56: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

38

(1) analisis penggunaan dan pola tanam, (2) analisis kesesuaian lahan, (3)

penentuan tipologi wilayah, (3) analisis usahatani dan (3) optimasi pemanfaatan

lahan, dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Tujuan Penelitian, Data yang Dikumpulkan dan Analisis Data

No.

Tujuan

Variabel yang

Diamati

Metode

Pengumpulan Data

Metode

Analisis Data

1.

Inventarisasi penggunaan lahan, pola tanam dan pergiliran tanaman

1. Penggunaan lahan 2. Pola tanam 3. Pergiliran tanaman 4. Jenis tanaman

Wawancara, pengamatan di lapangan, studi pustaka

Analisis deskriftif

2.

Evaluasi Kesesuaian Lahan

Data biofisisk tanah dari pengambilan sampel tanah di lahan petani responden kemudian dianalisis di laboratorium Prediksi Erosi : 1. Erosivitas (R) 2. Erodibilitas (K) 3. Kelerengan (LS) 4. Faktor peng.tanaman 5. Teknik konservasi

Wawancara, pengamatan di lapangan, studi pustaka dan analisis lab. Sample tanah. Tabulasi data curah hujan dan hari hujan, observasi lapangan, kajian pustaka dan wawancara

Perpaduan antara Atlas Format Procedurs (CSR/FAO, 1983) dan Djaenuddin et all. (2000) Model USLE (Universal Soil Loss Equation) Wischmeier dan Smith, 1978

3.

Analisis Usahatani

1. Biaya usahatani 2. Penerimaan

usahatani 3. Pendapatan usahatani

Pengamatan lapang, wawancara, studi pustaka dan kajian pustaka

Analisis usahatani Soekartawi, 1995

4.

Pola Usahatani Optimal

Data sosial-ekonomi dan usahatani tanaman pangan

Pengamatan lapang, wawancara, studi pustaka.

Linier Programming menggunakan Soft ware GAMS IDE: Versi 22.2

Page 57: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

39

4.3.1. Analisis Penggunaan Lahan dan Pola Tanam

4.3.1.1. Tujuan Penelitian

Menginventarisasi berbagai macam pola penggunaan lahan kering yang

terdapat di daerah penelitian termasuk komoditas yang diusahakan, pola tanam

dan pergiliran tanaman.

4.3.1.2. Metode Pengumpulan Data

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Penggunaan

lahan dengan pengamatan di lapangan, studi pustaka, data-data dari instansi yang

terkait dan wawancara dengan petani sampel.

4.3.1.3. Variabel yang Diamati

Data-data yang diamati dilapangan yaitu ; penggunaan lahan, pola tanam,

pergiliran tanaman dan jenis tanaman pangan yang diusahakan oleh petani di

lokasi penelitian.

4.3.1.4. Metode Analisis Data

Untuk keperluan inventarisasi pola penggunaan lahan kering yang

terdapat di daerah penelitian termasuk komoditas yang diusahakan, pola tanam

dan pergiliran tanam dilakukan penyusunan data hasil observasi lapang dan studi

pustaka serta data-data dari instansi yang berkait.

4.3.2. Analisis Kesesuaian Lahan

4.3.2.1. Tujuan Penelitian

Mengevaluasi kesesuaian penggunaan lahan pada saat ini untuk

mengetahui tingkat kesesuaian lahan serta faktor penghambat pertumbuhan

tanaman.

4.3.2.2. Metode Pengumpulan Data

Pengambilan sampel tanah dilakukan dilahan petani responden, kemudian

dianalisis di laboratorium untuk mengetahui kondisi biofisik lahan. Sampel tanah

diambil secara komposit pada kedalaman 0 – 20 cm masing-masing 1 sampel

tanah dari lahan petani responden. Contoh tanah tesebut dianalisis sifat fisik-

kimianya di laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Hasil

dari analisis tanah tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat kesesuaian

lahannya dan tindakan pengelolaan lahan.

Page 58: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

40

4.3.2.3. Variabel yang Diamati

Untuk keperluan evaluasi kesesuaian penggunaan lahan diukur besarnya

erosi yang terjadi di lapangan. Untuk prediksi erosi data-data yang dikumpulkan

adalah sebagai berikut :

Erosivitas hujan (R) diambil dari stasiun penakar hujan terdekat yaitu di

Kecamatan Sungai Raya, untuk melihat curah hujan, banyaknya hari hujan,

kelembaban, lamaya penyinaran dan suhu udara.

Nilai erodibilitas tanah (K) ditentukan dari tekstur tanah, struktur tanah,

permeabilitas dan bahan organik tanah.

Faktor panjang dan kemiringan lereng (LS) ditentukan dengan mengukur

langsung dilapangan, yaitu panjang dan kemiringan lahan petani responden. Hasil

pengukuran digunakan untuk menentukan nilai indeks LS.

Pengelolaan tanaman (C) ditentukan berdasarkan sifat perlindungan

tanaman terhadap erosivitas hujan, ditentukan berdasarkan pola penutupan tanah.

Teknik konservasi tanah (P) ditentukan berdasarkan hasil pengamatan di

lapangan. Skor yang diperoleh dari pengamatan kualitas teras akan digunakan

untuk memperoleh indeks tindakan konservasi (P).

4.3.2.4. Metode Analisis Data

Untuk keperluan evaluasi lahan dilakukan penyusunan data hasil observasi

lapang serta studi peta tanah semi-detil dan analisis sifat fisik dan kimia sampel

tanah yang diambil pada lahan petani responden, kemudian disusun data yang

meliputi sifat fisik lingkungan yaitu: iklim, tanah, terrain yang terdiri dari lereng,

topografi, batuan di permukaan dan singkapan batuan, hidrologi dan persyaratan

tumbuh tanaman.

Kemudian, dilakukan pencocokan antara sifat fisik dan kimia tanah dari

lahan petani dengan persyaratan penggunaan dan pengembangan komoditi

tanaman pangan yang telah umum dikembangkan petani setempat. Analisis

kesesuaian lahan dilakukan didasarkan pada perpaduan antara Format Procedurs

(CSR/FAO, 1983) dan Djaenuddin et al. (1997). Untuk keperluan data bagi

analisis kesesuaian lahan dibutuhkan juga data prediksi erosi. Model yang

digunakan untuk memprediksi erosi adalah model USLE (Universal Soil Loss

Page 59: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

41

Equation). Nilai dugaan erosi tersebut dituangkan dengan rumus (Wischmeier dan

Smith, 1978) sebagai berikut :

A = f (R * K * LS * C * P) ...................................................... (4.1)

Dimana, A = Jumlah tanah hilang maksimum dalam ton/ha/tahun,

R = Faktor erosivitas hujan (dihitung berdasarkan data curah hujan)

Penjumlahan dari energi hujan selama setahun dengan intensitas

hujan maksimum 30 menit (EI30) atau dinyatakan dengan persamaan

(Wischmeier dan Smith, 1978) sebagai berikut:

∑=

=12

130

iEIR ....................................................................(4.2)

Lenvain (1975 dalam Bols, 1978) mengembangkan persamaan untuk

menghitung erosivitas hujan yaitu :

EI30 = 2,34 (RAIN)1,98....................................................(4.3)

dimana, EI30 = indeks erosivitas hujan RAIN = curah hujan rata-rata bulanan (cm)

K = Faktor erodibilitas tanah

Ditentukan dengan persamaan (Wischmeier dan Smith, 1978)

sebagai berikut:

( ) ( ) ( )( ){ }1,14 41, 292 2,1 10 12 3, 25 2 2,5 3

100

M a b cK

−× × − + − + −= ...(4.4)

dimana; K = faktor erodibilitas tanah M = persentase pasir halus dan debu x (100 - % liat) a = persentase bahan organik (%C x 1,724) b = kode struktur tanah c = kelas permeabilitas profil tanah

LS = Faktor indeks panjang dan kemiringan lereng

Faktor kemiringan dan panjang lereng (LS) merupakan nisbah antara

erosi dari tanah dengan suatu panjang tertentu terhadap erosi dari

tanah dengan panjang lereng 22,1 meter dan kemiringan 9 % di

Page 60: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

42

bawah keadaan identik. Faktor LS dapat ditentukan berdasarkan data

hasil pengukuran panjang dan kemiringan lereng dengan

menggunakan persamaan (Wischmeier dan Smith, 1978) sebagai

berikut:

( ) LssLS 200138,000965,00138,0 ++= .....................(4.5)

dimana; LS = faktor kelerengan

L = panjang lereng (M)

S = kemiringan lereng (%)

C = Faktor indeks pengelolaan tanaman

Merupakan nisbah antara tanah yang hilang pada pengelolaan

tanaman tertentu

P = Faktor indeks konservasi tanah.

Erosi yang dapat ditoleransikan (ETOL) ditentukan berdasarkan

persamaan (Hammer, 1981) sebagai berikut :

thhatonBDnTanahKelestaria

lenTanahlamanEkivaFaktorKedaETOL //10∗∗= ..........(4.6)

dimana ; BD = Bulk density tanah (1,2 g/cc)

Kualitas dan karakteristik lahan yang digunakan untuk evaluasi kesesuaian

lahan didasarkan pada Atlas Format Procedure (CSR/FAO, 1983) dan Djaenuddin

et al. (2000) seperti tertera pada Tabel 12.

Page 61: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

43

Tabel 12. Karakteristik Lahan yang Digunakan untuk Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Metode Pengumpulan dan Pengukuran Data

Karakteristik Lahan

Metode Pengumpulan dan Pengukuran Data

t – Regim Temperatur

Rata-rata temperatur (0C)

w- Ketersediaan Air Bulan kering (mm) Kelembaban (%)

r – Keadaan Perakaran Kelas drainase Tekstur Kedalaman perakaran

f – Ketersediaan Unsur Hara KTK liat (cmol) pH H2O Kejenuhan Basa (%) C-Organik n –Unsur Hara

Nitrogen total P2O5 tersedia

K2O tersedia e – Bahaya erosi Lereng (%) Bahaya erosi

Diambil dari stasiun penakar hujan terdekat yaitu di Kecamatan Siantan Diambil dari stasiun penakar hujan terdekat yaitu di Kecamatan Siantan Pengamatan lapangan Pengambilan contoh tanah dan dianalisa dilaboratorium Berdasarkan kedalaman tanah di lahan petani Pengambilan contoh tanah dan dianalisis dilaboratorium Pengambilan contoh tanah dan dianalisis dilaboratorium Pengambilan contoh tanah dan dianalisis dilaboratorium Pengambilan contoh tanah dan dianalisis dilaboratorium Pengambilan contoh tanah dan dianalisis dilaboratorium Pengambilan contoh tanah dan dianalisis dilaboratorium Pengambilan contoh tanah dan dianalisis dilaboratorium Diukur berdasarkan kemiringan lereng lahan petani Tingkat bahaya erosi (Rumus USLE)

Sumber : Atlas Format Procedure (CSR/FAO, 1983) dan Djaenuddin et al. (2000).

4.3.3. Penentuan Kualitas Lahan

4.3.3.1. Tujuan Penelitian

Penentuan tipologi wilayah berdasarkan kualitas lahan untuk tujuan

ortogonalisasi dan penyederhanaan variabel.

4.3.3.2. Metode Pengumpulan Data

Untuk menentukan tipologi wilayah berdasarkan kualitas lahan

pengumpulan data dilakukan dengan metode survei di lapangan untuk

Page 62: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

44

pengambilan sampel tanah di lahan petani responden kemudian dianalisis di

laboratorium untuk mengetahui sifat-sifat kimia tanahnya.

4.3.3.3. Variabel yang Diamati

Data-data hasil analisis laboratorium sifat-sifat kimia tanah dari sampel

tanah responden yang dianalisis di laboratorium kemudian disesuaikan dengan

peta penggunaan dan peta kesesuaian lahan di Kecamatan Sungai Raya.

4.3.3.4. Metode Analisis Data

Untuk menetukan tipologi wilayah berdasarkan kualitas lahannya dengan

menggunakan analisis komponen utama (Principal Components Analysis)) dengan

mentransformasikan suatu struktur data dengan variabel-variabel yang saling

berkorelasi menjadi struktur data baru dengan variabel baru (yang disebut sebagai

komponen utama/ faktor) yang tidak saling berkorelasi, dimana variabel baru yang

dihasilkan jauh lebih sedikit dari pada variabel asalnya, tapi total kandungan

informasinya (total ragamnya) relatif tidak berubah. Dengan analisis PCA kita

mereduksi variabel yang dalam hal ini adalah sifat kimia tanah, dari 13 sifat

kimia tanah dikelompokkan menjadi 3 komponen utaama/ faktor (Saefulhakim).

Kemudian dilanjutkan dengan analisis cluster untuk membatasi wilayah

berdasarkan kemiripan karakteristik tertentu dari suatu hamparan wilayah, dalam

hal ini adalah wilayah (Saefulhakim).

Selanjutnya dilakukan analisis fungsi diskriminan (Discriminat Function

Analysisi) untuk menentukan variabel mana yang membedakan secara nyata

kelompok yang telah ada secara alami atau variabel mana yang merupakan

penduga terbaik dari pembagian-pembagian kelompok-kelompok yang telah ada

(Saefulhakim).

4.3.4. Analisis Usahatani

4.3.4.1. Tujuan Penelitian

Menganalisis struktur input dan output serta tingkat kelayakan usahatani

dari berbagai pola pada tujuan 1.

Page 63: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

45

4.3.4.2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung terhadap petani

responden dan juga dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan. Data

primer yang dikumpulkan meliputi input produksi dan ouput yang dihasilkan.

4.3.4.3. Variabel yang Diamati

Analisis usahatani bertujuan untuk menentukan tingkat kelayakan sistem

usahatani yang dikembangkan petani dari hubungan ekonomi antara output yang

dihasilkan dengan input yang digunakan petani. Untuk keperluan analisis

usahatani dikumpulkan data dan informasi tentang: 1) berapa produksi, 2) berapa

biaya, dan 3) berapa besar pendapatan usahatani.

4.3.4.4. Metode Analisis Data

Analisis yang digunakan adalah analisis pendapatan usahatani

(Soekartawi, 1995) dengan persamaan sebagai berikut :

1. Struktur Penerimaan Usahatani

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh

dengan harga jual, yang dapat dituliskan dengan rumus :

jijij PYTR ⋅= ……………………………………………………………………………………………………..….. (4.7)

Dimana,

TRij = Total penerimaan dari suatu pengusahaan komoditas tanaman j

pada lahan ke-i (Rp).

yij = Produksi yang diperoleh dari suatu pengusahaan komoditas

tanaman j pada lahan ke-i (Ton/ Ha).

Pj = Harga produksi untuk setiap komoditas tanaman ke-j (Rp).

2. Struktur Biaya Usahatani

Biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : (a) Biaya tetap (fixed

cost), dan biaya tidak tetap (variable cost). Persamaan untuk menghitung biaya

tetap adalah :

jk

n

iijkijk CXFC ⋅= ∑

=1 …………………………………………….…...(4.8)

Page 64: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

46

Dimana,

FCijk = Biaya tetap input produksi ke-k dalam pengusahaan komoditas

tanaman j dengan kategori kualitas lahan ke-i (Rp)

Xijk = Kebutuhan input produksi ke-k dalam pengusahaan komoditas

tanaman j dengan kategori kualitas ke-i (Kg atau lt/ Ha)

Cjk = Rataan harga satuan input produksi ke-k di lokasi usahatani

dalam pengusahaan komoditas tanaman j (Rp).

Rumus (3) juga dapat dipakai untuk menghitung biaya tidak tetap, karena

total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya tidak tetap (VC).

3. Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua jenis

biaya. Persamaannya adalah :

Pdij = TRij - TCij …………………………………………........(4.9)

Dimana,

Pdij = Pendapatan usahatani pengusahaan komoditas tanaman j pada

lahan ke-i (Rp).

TRij = Total penerimaan dari suatu pengusahaan komoditas tanaman j

pada lahan ke-i (Rp).

TCij = Total biaya pengusahaan komoditas tanaman j pada lahan ke-i

(Rp).

4.3.5. Analisis Pola Usahatani Optimal

4.3.5.1. Tujuan Penelitian

Menyususun pola optimal penggunaan lahan untuk usahatani tanaman

pangan lahan kering dengan fungsi tujuan memaksimumkan pendapatan petani.

4.3.5.2. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan untuk teknik optimasi Program Linier melalui

wawancara dengan menggunakan kuesioner pada petani responden.

4.3.5.3. Variabel yang Diamati

Data yang dibutuhkan untuk teknik optimasi Program Linier melalui

wawancara dengan menggunakan kuesioner pada petani responden, meliputi :

Page 65: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

47

1. Data koefisen fungsi tujuan, yaitu : rataan output per hektar per tahun,

rataan harga satuan output, rataan kebutuhan input-input per hektar per

tahun, rataan harga satuan masing-masing input.

2. Data koefisien fungsi kendala, yaitu : rataan kebutuhan tenaga kerja

bulanan (HOK/ha), rataan kebutuhan input-input per hektar per tahun,.

3. Data konstanta kendala, yaitu : total lahan yang sesuai, total input dan

tenaga kerja tersedia di wilayah penelitian.

4.3.5.4. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini digunakan analisis program linier (linier

programming) yang merupakan salah satu cara atau alat untuk menyusun rencana

kegiatan usahatani optimal. Dalam penelitian ini digunakan model maksimisasi,

yaitu memaksimumkan pendapatan bersih atau keuntungan wilayah dari suatu

pola usahatani tanaman pangan di lahan kering yang memilki beberapa tipe

kualitas lahan, dengan kendala luas lahan, tenaga kerja dan modal usaha tersedia.

Dalam analisis program linier (linier programming) menggunakan Soft

ware GAMS IDE Versi 22.2. Susunan model didasarkan pada model baku

Program Linier (Saefulhakim, 2006), yaitu :

Fungsi Tujuan :

Fungsi tujuannya adalah menetukan pola tanam yang dapat memaksimumkan

pendapatan petani, yang secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

Max. Z = ⎟⎠

⎞⎜⎝

⎛⋅−⋅⋅ ∑ ∑∑∑∑∑

m ml

lijmlk

kijmk

i jij BxHyA .......... (4.10)

Fungsi-fungsi Kendala :

a. Kendala Lahan

Luas baku lahan yang diusahakan tidak dapat melebihi luas baku areal lahan

yang tersedia, yang secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

ij

ij LA ≤∑ ........................................................(4.11)

Luas baku areal lahan yang diusahakan oleh setiap petani pada masing-masing

kualitas lahan 1, 2 dan 3 adalah sebesar

b. Kendala Tenaga Kerja

Penggunaan tenaga kerja untuk masing-masing tahapan kegiatan usahatani

tanaman panagan tidak dapat melebihi tenaga kerja tersedia pada masing-

Page 66: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

48

masing periode tersebut. Dalam hal ini tahapan kegiatan usaha diagregasikan

ke dalam bulanan. Kendala ini secara matematis dapat dituliskan sebagai

berikut :

tiji j

ijt TNAKN ≤⋅∑∑ .............................................(4.12)

Ketersediaan tenaga kerja didasarkan atas jumlah tenaga kerja keluarga

dengan pendekatan sebagai berikut :

- Pada tiap keluarga terdapat empat anggota yang turut serta dalam usahatani,

terdiri dari ayah, ibu dan dua orang anak.

- Jumlah tenaga kerja dihitung dengan satuan hari orang kerja pria (hokp),

dengan konversi :

1 hokw (wanita) = 0,6 hokp

1 hoka (anak) = 0,5 hokp

- Anak-anak hanya mencurahkan sepertiga waktunya dalam usahatani karena

harus masih sekolah.

- Petani tidak menyewa tenaga kerja dari luar keluarga.

- Satu bulan terdiri dari 25 hari kerja.

Dengan demikian tenaga kerja yang tersedia per bulan adalah : (1 + 0,6) hokp

+ 2 (0,5 x 0,33) hokp x 25 hari/bulan = 48 hokp/bulan. Nilai sisi kanan untuk

kendala tenaga kerja adalah nilai yang tersedia dikali dengan jumlah keluarga

petani diseluruh wilayah Kecamatan Sungai Raya, sehingga tenaga kerja yang

tersedia adalah 878.325.

c. Kendala Keuangan

Pengeluaran-pengeluaran yang dibutuhkan untuk kegiatan usahatani tidak bisa

melebihi modal usaha yang dapat disediakan petani, yang secara matematis

dapat ditulis sebagai berikut :

ii j

ijm l

ijml LAx ≤⋅∑∑∑∑ ..................................(4.13)

Dalam hal ini pengeluaran-pengeluaran yang dibutuhkan untuk kegaiatan

usahatani tanaman pangan merupakan modal yang dimiliki petani.

Page 67: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

49

Syarat nonnegatifitas : 0≥ijA

Dimana,

Z : Variabel Tujuan, yaitu: nilai total pendapatan dari ushatani tanaman pangan di wilayah penelitian (Rp/tahun), yang dicari nilai maksimumnya

Aij : Variabel Keputusan, yaitu: luas areal lahan tiap pola tanam j pada pada tiap tipe lahan i (1,2,3)

Li : Perkiraan total dana yang dapat disediakan oleh seluruh petani dalam Rp/tahun di wilayah penelitian (ha)

KNijt : perkiraan rataan kebutuhan tenaga kerja pada bulan ke-t untuk menjalankan setiap satuan usahatani pola tanam ke-j pada tipe lahan ke-i di wilayah penelitian (HOK/ha)

TNt : perkiraan total ketersediaan tenaga kerja pada bulan ke-t untuk menjalankan seluruh kegiatan usahatani di wilayah penelitian (HOK)

xijl : perkiraan rataan kebutuhan input ke-l (selain tenaga kerja) pada musim tanam ke-m, pola tanam ke-j, pada tipe lahan ke-i di wilayah penelitian (satuan/ha); satuan ini bisa kg, liter, dll. Bergantung jenis pada input

Bl : perkiraan harga satuan input (selain tenaga kerja) jenis ke-l di wilayah penelitian (Rp/satuan); satuan ini bisa kg, liter, dll. Bergantung jenis pada input.

ALi : perkiraan total lahan tipe ke-I yang tersedia di wilayah penelitian.

yijmk : perkiraan produktifitas (yield) komoditas tanaman pangan jenis ke-k pada musim tanam m untuk pola tanam ke-j pada lahan tipe ke-i di wilayah penelitian (ton/ha)

Hk : perkiraan harga satuan komoditas tanaman pangan jenis ke-k di wilayah penelitian (Rp/ton)

Untuk lebih jelasnya rancangan penelitian dapat dilihat pada diagram Alir

Penelitian seperti pada Gambar 4

Page 68: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

50

Gambar 4. Diagram Alir Metode Penelitian

Pengumpulan data sekunder

Survey sosial-ekonomi

Inventarisasi pola

penggunaan lahan

Analisis usahatani

Evaluasi kesesuaian

lahan

Pola usahatani optimal

Pola optimal pengembangan usahatani

lahan kering

Pengambilan contoh tanah dan analisis

laboratorium

Penyusunan program linier

Data yang dikumpulkan : - Produksi usahatani - Biaya usahatani - Pendapatan usahatani

Data yang dikumpulkan : - Rata-rata temperatur - Ketersediaan air (bulan

kering dan kelembaban) - Keadaan perakaran (kelas

draenase, tekstur dan kedalaman perakaran)

- Ketersediaan unsure hara (KTK liat, pH H2O, kejenuhan basa dan C-Organik)

- Unsur hara (nitrogen total, P2O5 tersedia dan K2O tersedia)

- Bahaya erosi (lereng dan bahaya erosi)

Data yang dikumpulkan : - Fungsi tujuan : rataan

output/ha/th, harga satuan output, rataan kebutuhan input-input/ha/th, rataan harga satuan input dan total areal lahan tersedia.

- Fungsi kendala : rataan kebutuhan tenaga kerja bulanan (HOK/ha), rataan kebutuhan input-input/ha/th, rataaan harga satuan masing-masing input, dan total luas lahan tersedia.

- Konstanta kendala : total areal lahan tersedia, total tenaga kerja tersedia, dan total modal kerja.

Tingkat kesesuaian

lahan

Macam pola penggunaan

dan pergiliran tanaman

Data yang dikumpulkan : - Pola penggunaan

lahan - Jenis komoditi - Jenis penggunaan lahan

Page 69: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Jenis Penggunaan Lahan dan Pola Tanam

Luas lahan kering di Kecamatan Sungai Raya sekitar 88.389 ha (Dinas

Pertanian, 2004). Hutan negara mempunyai penyebaran terluas sebesar 45.567 ha

(51,55 %), sedangkan yang terkecil adalah pekarangan sebesar 3.694 ha (4,18 %).

Luas lahan kering yang digunakan untuk tegal/kebun/ladang/huma sebesar 13.407

ha (15,17 %) lebih kecil jika dibandingkan dengan lahan yang sementara tidak

digunakan sebesar 19.638 ha (15,17 %). Lahan yang sementara tidak digunakan

tersebut didominasi oleh semak belukar. Berdasarkan hasil verifikasi di lapangan

dan wawancara dengan masyarakat setempat, umumnya semak belukar berasal

dari lahan pertanian yang pernah diusahakan dan kemudian ditinggalkan untuk

beberapa tahun. Jenis dan luas penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Jenis dan Luas Penggunaan Lahan Kering di Kecamatan Sungai Raya No.

Jenis Penggunaan Lahan

Luas (ha)

Persen (%)

1. Pekarangan 3.694 4,182. Tegalan/kebun/ladang/huma 13.407 15,173. Sementara tidak digunakan (rumput,

alang-alang, semak belukar 19.638 22,22

4. Hutan Negara 45.567 51,555 Lainnya (kawasan terbangun) 6.083 6,88 Jumlah 88.389 100

Sumber : Dinas Pertanian Kecamatan Sngai Raya (2004)

Luas semak belukar ini mencirikan belum optimalnya pemanfaatan lahan

usahatani di lokasi penelitian. Hal ini terbukti dengan masih luasnya lahan ladang

dan semak belukar yang belum diusahakan. Hal ini dapat berakibat terhadap

rendahnya produksi tanaman pertanian terutama tanaman pangan dibandingkan

dengan kebutuhan masyarakat. Rata-rata produksi pertanian di 4 desa penelitian

tertera pada Tabel 14.

Page 70: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

52

Tabel 14. Rata-rata Produksi Pertanian di 4 Desa Penelitian

Rata-rataProduksi (Ton/ha)

No.

Desa

Padi Jagung Ubi Kayu 1 Sungai Raya 1080 12 5102 Kuala Dua 1242 80 4653 Tebang Kacang 480.6 348 9004 Sungai Asam 1881.9 44 675

Sumber : Dinas Pertanian Kecamatan Sungai Raya (2005)

Belum optimalnya pemanfaatan lahan usahatani tersebut juga

menyebabkan rendahnya pendapatan petani yang pada akhirnya mengurangi

keinginan masyarakat setempat untuk mengusahakan lahan pertaniannya dan

membiarkan lahannya menjadi lahan tidur yang pada akhirnya menjadi semak

belukar. Oleh karena itu perlu dicari alternatif pengelolaan lahan yang lebih baik

yang diharapkan dapat mengoptimalkan pemanfaatan lahan usahatani di lokasi

penelitian, sehingga petani tertarik mengusahakan lahannya, memperoleh

penghasilan yang relatif tinggi untuk jangka waktu yang tidak terbatas

(sustainable) dan disertai teknik pengelolaan tanah dan tanaman yang

menghasilkan erosi lebih kecil dari erosi yang diperbolehkan.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan umumnya lahan pertanian di

daerah penelitian sebagian besar terdiri dari lahan kering. Rata-rata luas lahan

kering yang diusahakan oleh setiap keluarga petani adalah 0,87 hektar. Lahan

kering yang dimiliki petani umumnya berbentuk datar dan terletak di daerah aliran

sungai. Tanaman pangan yang banyak di usahakan di lahan kering oleh petani

terbatas pada tanaman padi gogo, jagung dan ubi kayu. Pada umumnya pemilihan

jenis tanaman di lahan kering yang dilakukan petani dalam hal ini berkaitan

dengan karakteristik pola kosumsi masyarakat Indonesia yang menempatkan padi

sebagai sumber makanan pokok sehingga dapat memenuhi kebutuhan pangan

keluarga petani.

Jenis tanaman pangan yang umumnya diusahakan petani di lahan kering

ini adalah padi gogo, jagung dan ubi kayu. Jenis tanaman ini umumnya ditanam

petani di tegalan atau kebun. Sedangkan lahan kering yang berupa pekarangan,

petani menanam dengan tanaman buah-buahan atau tanaman perdagangan

Page 71: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

53

(kelapa) dengan jarak yang tidak teratur. Tanaman buah-buahan, terutama pisang

atau tanaman perdagangan jarang sekali diusahakan petani tegalan. Penanam

tanaman tersebut hanya dilakukan petani di pinggir-pinggir lahan yang mereka

miliki dan digunakan petani sebagai pagar atau pembatas.

Tanaman pangan yang diusahakan petani di lahan kering ini diusahakan

secara monokultur atau tumpangsari dengan tanaman pangan lainnya. Dari hasil

penelitian, ada suatu kecenderungan bahwa petani yang memiliki lahan relatif luas

(2 ha) menanami lahan usahanya tersebut dengan cara monokultur. Hal ini

disebabkan pengusahaan tanaman ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan

pangan bagi petani dan keluarganya, terutama tanaman padi gogo, karena pola

konsumsi masyarakat Indonesia yang menempatkan nasi sebagai bahan makanan

pokok sehari-hari.

Pemilihan jenis komoditi dan kombinasi tanaman oleh petani didasari oleh

pertimbangan harga pasar, walaupun sesungguhnya pasaran untuk semua jenis

komoditi pangan dan hortikultura di Pontianak relatif tinggi. Sifat pertanian yang

demikian dapat dikatakan sebagai pertanian subsisten.

Pada umumnya petani di Kecamatan Sungai Raya melakukan penanaman

komoditi tanaman pangan di lahan kering secara monokultur dan tumpangsari.

Pola tanam yang khas disini mencakup dua pertanaman atau musim tanam secara

berurutan sepanjang tahun. Musim tanam pertama dimulai pada bulan Oktober

sampai dengan bulan Februari tahun berikutnya (awal musim hujan) dan musim

kedua dimulai bulan April sampai dengan bulan Agustus (akhir musim hujan).

Jadi masa istrahat lahan (bera) kurang lebih dua bulan yaitu bulan Maret dan

September. Masa bera ini sebenarnya dapat digunakan petani untuk menanam

tanaman sayuran, untuk menambah pendapatan petani.

Pola pergiliran tanaman di lahan kering di Kecamatan Sungai Raya ada

tiga pola pergiliran tanaman yang kini digunakan petani, yaitu ; (1) padi gogo-padi

gogo, (2) padi gogo-padi.jagung dan (3) padi gogo-padi gogo.ubi kayu. Dalam

pola (1), (2) dan (3) musim tanam pertama padi gogo ditanam secara monokultur

ditanam pada bulan Oktober dan dipanen pada bulan Februari. Untuk musim

tanam kedua, pola (1) petani tetap menanam padi gogo secara monokultur, pada

pola (2) petani menanam padi gogo secara tumpangsari dengan jagung, dan pada

Page 72: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

54

pola (3) menanam padi gogo tumpangsari dengan ubi kayu. Penanaman jagung

biasanya dilakukan bersamaan dengan penanaman padi gogo, sedangkan tanaman

ubi kayu penanamannya dilakukan satu sampai dua minggu setelah penanaman

padi gogo.

Suatu sistim pergiliran tanaman yang tersusun baik, dari selain

mempertahankan kesuburan tanah dan menghindari kerusakan tanah, akan

mempertinggi produksi per satuan luas per musim per tahun (Arsyad, 1976)

Teknik bercocok tanam yang digunakan umumnya masih tradisional.

Kebanyakan petani menggunakan varietas lokal. Penanaman,penyiangan dan

pasca panen masih dilakukan secara tradisional. Pemupukan sudah dilakukan

walaupun dalam jumlah yang masih terbatas dan belum sesuai dengan

rekomendasi pemupukan. Persiapan tanam, pembuatan persemaian dan

penyiangan masih dlakukan secara tradisional. Pengolahan tanah dilakukan pada

bulan Oktober yaitu 7 – 15 hari sebelum tanam.

Perencanaan pola tanam sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air terutama

di lahan kering. Menurut FAO (1982), musim tanam adalah selang waktu dalam

setahun dengan curah hujan lebih besar dari setengah evapotranspirasi ditambah

waktu yang dibutuhkan untuk mengevapotranspirasi air setinggi 100 mm yang

dianggap masih tersimpan dalam profil tanah pada akhir musim hujan setelah

hujan sama atau mendekati setengah evapotranspirasi. Beberapa pola tanam yang

dilaksanakan petani disesuaikan dengan curah hujan seperti pada Gambar 5,

menunjukkan padi gogo merupakan tanaman pertama yang ditanam, sedangkan

tanaman palawija ditanam berikutnya.

Page 73: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

55

Curah Hujan Bulanan

0

50

100

150

200

250

300

350

400

Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Bulan

Rata

-rat

a Cu

rah

Huj

an (m

m)

Curah HujanBulanan

POLA TANAM

I Padi Bera Padi Bera

Monokultur Monokultur

II Padi Bera Padi + Jagung Bera

Monokultur Tumpangsari

III Padi Bera Padi + Ubi Kayu Bera

Monokultur Tumpangsari MUSIM TANAM I MUSIM TANAM II

Gambar 5. Pola Tanam Dihubungkan dengan Curah Hujan dan Evapotranspirasi

5.2. Evaluasi Kesesuaian Lahan

Kriteria yang digunakan dalam evaluasi kesesuaian lahan merupakan

kombinasi dari kriteria kesesuaian lahan menurut CSR/FAO STAFF (1983),

kriteria menurut Tim Biro Perencanaan Departemen Transmigrasi (1984) dan

kriteria menurut Tim Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (1994). Tanaman

yang dievaluasi kesesuaian lahannya adalah tanaman pangan yang diusahakan

oleh petani, yaitu : (1) Padi Gogo (Oryza sativa L.), (2) Jagung (Zea mays) dan (3)

Ubi Kayu (Manihot uttilissima). Hasil evaluasi kesesuaian lahan dapat dilihat

pada Tabel 15.

Page 74: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

56

Tabel 15. Data Rataan Sampel Evaluasi Kesesuaian Lahan di Lokasi Penelitian

Nama Desa Jenis Komoditi

Kelas Kesesuaian Faktor Pembatas Utama

Padi Kelembaban udara, tekstur, KB, pH

Sungai Raya Jagung Curah hujan, tekstur, KB, pH , C-organik

Ubi Kayu

Sesuai Marjinal (S3)

Curah hujan, tekstur, pH Padi Kelembaban udara, tekstur, KB,

pH, C-organik Kuala Dua Jagung Curah hujan, tekstur, KB, pH, C-

organik Ubi

Kayu

Sesuai Marjinal (S3)

Curah hujan, tekstur tanah, pH

Padi Kelembaban udara, drainase, KB, pH

Jagung Curah hujan, tekstur, KB, pH

Tembang Kacang

Ubi Kayu

Sesuai Marjinal (S3)

Curah hujan, tekstur, pH Padi Curah hujan, tekstur, pH Jagung Kelembaban udara, drainase, pH

Sungai Asam

Ubi Kayu

Sesuai Marjinal (S3) Curah hujan, tekstur tanah dan

pH Sumber : Data primer diolah (2006)

Untuk dapat memanfaatkan lahan secara optimal dan berkelanjutan, perlu

dilakukan tindakan-tindakan perbaikan sesuai dengan faktor-faktor pembatas yang

ada pada tiap kelas kesesuaian lahan. Untuk dapat menentukan jenis usaha

perbaikan yang perlu dilakukan, perlu diperhatikan karakteristik lahan yang

tergabung dalam masing-masing kualitas lahan. Pembatas-pembatas lahan yang

terdapat di lokasi penelitian adalah: ketersediaan air (curah hujan dan

kelembaban), media perakaran (drainase dan tekstur), serta ketersediaan unsur

hara (pH, kejenuhan basa dan C-organik). Pembatas ketersediaan air, menurut

Leiwakabessy (1988), dapat diatasi dengan pengaturan waktu tanam yang tepat

menurut pola tanam, sedangkan Hardjowigeno (1994) mengatakan bahwa kendala

air dapat diatasi dengan pengairan atau sistem irigasi.

Untuk faktor pembatas media perakaran, dapat dilakukan perbaikan sistem

drainase seperti pembuatan saluran drainase. Menurut Hakim, et al. (1986)

umumnya akar tanaman pangan lahan kering tidak mampu menembus lapisan

tanah yang jenuh air karena defisiensi oksigen, drainase yang baik memungkinkan

difusi oksigen CO2 ke akar tanaman. Faktor pembatas tekstur, tidak dapat

Page 75: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

57

dilakukan upaya perbaikan. Pembatas retensi hara yaitu pH, kejenuhan basa dan

C-organik, dapat diatasi dengan melalui pemberian kapur dan penambahan bahan

organik. Hakim, et al.(1986) mengatakan bahwa masalah bahan organik yang

dihadapi pada tanah yang ditanami terus menerus adalah merosotnya kadar bahan

organik tanah. Penurunan kandungan bahan organik tanah lebih dari 40 % sudah

berbahaya sekali karena dapat mengakibatkan penurunan produksi. Mengingat

peranan bahan organik tanah sangat penting maka tidak saja perlu dipertahankan,

tetapi juga harus ditingkatkan, sehingga perlu penambahan bahan organik ke

dalam tanah. Untuk mempertahankan dan meningkatkan bahan organik menurut

Hakim, et al.(1986) dapat dilakukan dengan memanfaatkan bahan-bahan organik

(membenamkan bahan hijauan sukulen, menambah pupuk kandang dan menutup

permukaan tanah).

Evaluasi kesesuaian lahan dapat digunakan untuk mencari lokasi yang

sesuai dalam hubungan dengan pengembangan pertanian atau bentuk penggunaan

lainnya. Potensi suatu wilayah untuk pengembangan pertanian pada dasarnya

ditentukan oleh sifat-sifat lingkungan fisik yang mencakup tanah, iklim,

relief/topografi, hidrologi dan persyaratan untuk penggunaan tertentu. Dalam

pemilihan lahan yang sesuai untuk tanaman tertentu, diperlukan kecocokan antara

sifat lingkungan fisik tersebut dengan persyaratan penggunaan atau komoditas

yang dievaluasi.

Evaluasi kesesuaian lahan di lokasi penelitian dilakukan dengan

melakukan kecocokan antara kualitas dan karakteristik lahan dengan persyaratan

penggunaan tertentu atau persyaratan tumbuh tanaman yang akan dikembangkan.

Jenis tanaman yang dievaluasi adalah tanaman pangan yang diusahakan oleh

petani di lahan kebun dan ladang. Evaluasi dilakukan pada 40 lahan petani sebagai

sampel mewakili lokasi penelitian. Jenis komoditi tanaman pangan yang

dievaluasi kesesuaian lahannya adalah tanaman pangan yang diusahakan petani

responden yaitu padi gogo (Oryza sativa), jagung (Zea mays) dan ubi kayu

(Manihot utilisima).

Tabulasi hasil evaluasi kesesuaian lahan dapat dilihat pada Lampiran 15.

Hasil klasifikasi kesesuaian lahan tertera pada Tabel 15. Berikut ini akan

diuraikan secara ringkas mengenai kelas kesesuaian lahan untuk komoditi

Page 76: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

58

tanaman pangan yang diusahakan petani di masing-masing desa di Kecamatan

Sungai Raya.

Berdasarkan hasil pencocokan kualitas dan karakteristik lahan dengan

persyaratan tumbuh tanaman keempat desa sampel di Kecamatan Sungai Raya

tegolong Sesuai Marjinal (S3) untuk tanaman padi, jagung dan ubi kayu. Lahan di

Desa Sungai Raya mempunyai faktor pembatas kesesuaian lahan untuk padi gogo

yaitu kelembaban udara, tekstur tanah dan retensi hara (kejenuhan basa, pH).

Faktor pembatas untuk jagung adalah curah hujan, tekstur tanah dan retensi hara (

kejenuhan basa, pH) serta C-organik. Sedangkan untuk tanaman ubi kayu faktor

pembatasnya adalah curah hujan, tekstur dan retensi hara (pH).

Di Desa Kuala Dua untuk tanaman padi faktor pembatas kesesuaian

lahannya berupa kelembaban udara, tekstur tanah, kejenuhan basa, pH serta C-

organik. Untuk tanaman jagung dengan faktor pembatas kesesuaian lahannya

adalah curah hujan, tekstur tanah, kejenuhan basa, pH dan C-organik, sedangkan

untuk tanaman ubi kayu faktor pembatas kesesuaian lahannya adalah curah hujan,

tekstur tanah dan pH.

Faktor pembatas kesesuaian lahan di Desa Tembang Kacang untuk

tanaman padi adalah kelembaban udara, drainase, kejenuhan basa dan pH. Untuk

tanaman jagung faktor pembatasnya adalah curah hujan, tekstur tanah, kejenuhan

basa dan pH, sedangkan untuk tanaman ubi kayu faktor pembatas kesesuaian

lahannya adalah curah hujan, tekstur tanah serta pH.

Faktor pembatas kesesuaian lahan di Desa Sungai Asam untuk tanaman

padi adalah curah hujan, tekstur tanah dan pH, untuk tanaman jagung adalah

kelembaban udara, draenase dan pH, dan untuk tanaman ubi kayu adalah curah

hujan, tekstur tanah dan pH Berdasarkan penggunaan lahan yang ada sekarang,

hasil evaluasi kesesuaian penggunaan lahan maka dapat disimpulkan bahwa

seluruh komoditi yang diusahakan oleh petani di Kecamatan Sungai Raya

tergolong kelas sesuai marjinal (S3). Untuk dapat memanfaatkan lahan secara

optimal dan berkelanjutan, maka perlu dilakukan tindakan-tindakan perbaikan

sesuai dengan faktor-faktor pembatas yang ada pada tiap kelas kesesuaian lahan.

Untuk dapat menentukan jenis usaha perbaikan yang dapat dilakukan,

perlu diperhatikan karakteristik lahan yang tergabung dalam masing-masing

Page 77: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

59

kualitas lahan. Faktor pembatas lahan yang terdapat di lokasi penelitian adalah

ketersediaan air (curah hujan dan kelembaban), media perakaran (drainase dan

tekstur), serta ketersediaan unsur hara (pH, kejenuhan basa dan c-organik).

Pembatas ketersediaan air terjadi pada tanaman padi, jagung dan ubi kayu.

Menurut Leiwakabessy (1988), kendala ketersediaan air dapat diatasi dengan

pengaturan waktu tanam yang tepat, sedangkan Hardjowigeno (1994) mengatakan

bahwa kendala ini dapat diatasi dengan pengairan atau sistem irigasi.

Untuk pembatas media perakaran yaitu drainase dapat dilakukan upaya

perbaikan dengan perbaikan sistem drainase seperti pembuatan saluran drainase.

Menurut Hakim, et al. (1986) umumnya akar tanaman lahan kering tidak mampu

menenbus lapisan tanah yang jenuh air karena defisiensi oksigen. Drainase yang

baik memungkinkan difusi oksigen ke CO2 ke akar tanaman. Faktor pembatas

tekstur terjadi pada tanaman jagung dan ubi kayu menyebabkan lahan tergolong

ke dalam kelas sesuai marjinal (S3). Faktor kendala ini tidak dapat dilakukan

upaya perbaikan.

Pembatas retensi hara yaitu pH, kejenuhan basa dan C-organik membatasi

pertumbuhan tanaman padi, jagung dan ubi kayu. Kendala ini dapat diatasi dengan

pemberian kapur dan penambahan bahan organik yang diharapkan dapat

meningkatkan ketersediaan hara di dalam tanah. Menurut Hakim, et al. (1986)

tanah yang pH rendah (< 6) diklasifikasikan sebagai tanah masam. Tujuan

pengapuran adalah untuk menaikkan pH menjadi 6,5. Secara umum pemberian

kapur dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah serta kegiatan jasad renik

tanah.

Hakim, et al. (1986) mengatakan bahwa masalah bahan organik yang

dihadapi pada tanah yang ditanami terus menerus adalah merosotnya kadar bahan

organik tanah. Penurunan kandungan bahan organik tanah lebih dari 40 % sudah

berbahaya sekali karena akan mengakibatkan penurunan produksi. Mengingat

peranan bahan organik tanah sangat penting maka tidak saja perlu dipertahankan,

tetapi juga harus ditingkatkan, sehingga perlu penambahan bahan organik ke

dalam tanah.

Untuk mempertahankan dan meningkatkan bahan organik menurut Hakim,

et al. (1986) dapat dilakukan dengan memanfaatkan bahan-bahan organik

Page 78: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

60

(membenamkan bahan hijau sukulen, menambah pupuk kandang dan menutup

sisa tanaman di atas tanah); menjaga reaksi tanah (pH), menciptakan drainase

yang baik dan menambahkan pupuk yang cukup); serta rotasi tanaman dengan

mengatur penanaman secara bergilir. Hal ini dapat mempertahankan bahan

organik tanah dimana setiap jenis akan menghasilkan jumlah bahan organik yang

berbeda sehingga dapat saling mengimbangi.

Prediksi erosi (A) dilakukan pada setiap titik pengamatan di lahan petani

dengan menggunakan model persamaan USLE (persamaan 4.1) Prediksi erosi

dilakukan sesuai dengan penggunaan dan kondisi pengelolaan lahan aktual.

Prediksi erosi dihitung dengan menggunakan data antara lain : (1) faktor erosivitas

hujan, (2) faktor erodibilitas tanah, (3) faktor panjang dan kemiringan lereng, (4)

faktor pengelolaan tanaman, (5) faktor teknik konservasi tanah. Perhitungan erosi

yang masih dapat ditoleransi (ETOL) dilakukan dengan menggunakan pendekatan

Hammer (1981) yang dihitung berdasarkan kedalaman ekivalen tanah dan umur

guna tanah (persamaan 4.6).

Faktor Erosivitas Hujan (R), didasarkan dari data yang diperoleh dari

stasiun penakar hujan Kecamatan Sungai Raya selama 10 tahun. Hasil analisisnya

adalah curah hujan rata-rata bulanan di daerah penelitian tergolong bervariasi

yaitu berkisar antara 185 mm sampai 379,1 mm dengan curah hujan tahunan

3113,35 mm. Dari data curah hujan rata-rata bulanan selanjutnya dihitung nilai

erosivitas hujan bulanan (EI30) dihitung dengan menggunakan rumus Lenvain

(1975 dalam Bols, 1978). Berdasarkan rumus tersebut, maka nilai erosivitas hujan

bulanan (EI30) sebesar 2017,44 (Lampiran 11). Faktor erosivitas hujan sangat

berpengaruh terhadap terjadinya proses erosi air.

Menurut Hudson (1971) erosi hampir seluruhnya disebabkan oleh hujan

dengan intensitas lebih dari 25 mm/jam (KE ≥ 25). Tanah yang terdispersi akibat

tekanan energi kinetik butir-butir hujan yang berupa butiran tanah akan larut

terbawa air.

Faktor Erodibilitas Tanah (K), berdasarkan hasil analisis sampel tanah

yang dilakukan di laboratorium terlihat bahwa tekstur tanah di lahan petani di 4

desa bervariasi. Di Desa Sungai Raya 70 % berstekstur liat berdebu, 20 %

lempung berpasir dan 10 % lempung berliat, Desa Kuala Dua 50 % bertekstur liat

Page 79: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

61

berdebu, 40 % bertekstur lempung berpasir dan 10 % bertekstur lempung liat

berpasir. Di Desa Tembang Kacang 50% bertekstur liat berdebu, 40% bertekstur

lempung liat berpasir dan 10 % bertekstur lempung berpasir, sedangkan Desa

Sungai Asam 70 % bertekstur lempung liat berdebu dan 30 % bertekstur lempung

liat berpasir. Penilaian ukuran butir untuk masing-masing tekstur liat berdebu,

lempung liat berpasir, lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung berpasir

dan lempung liat berdebu berturut-turut adalah 1213, 2160, 2830 dan 3245.

Hasil pengamatan struktur tanah dilapangan menunjukkan bahwa di Desa

Sungai Raya sekitar 42,5 % berstruktur halus, 40 % berstruktur agak halus dan

17,5 % berstruktur agak halus.

Nilai permeabilitas hasil pengamatan di lapangan didasarkan data

pengukuran laju infiltrasi tanah di lapangan. Di Desa Sungai Raya 80 % tergolong

dalam kelas permeabilitas sedang (kode-3) dan 20 % tergolong sedang sampai

lambat (kode-4). Di Desa Kuala Dua 50 % tergolong dalam kelas permeabilitas

sedang (kode-3) dan 50 % tergolong sedang sampai lambat (kode-4). Di Desa

Tembang Kacang 50 % tergolong dalam kelas permeabilitas sedang (kode-3) dan

50 % tergolong sedang sampai lambat (kode-4). Di Desa Sungai Asam sedang

100 % tergolong dalam kelas permeabilitas sedang sampai lambat (kode-4).

Rata-rata faktor erodibilitas tanah di desa Sungai Raya, Kuala Dua,

Tembang Kacang dan Sungai Asam berturut-turut adalah 0,03; 0,04; 0,09; 0,1;

0,2; 0,3; 0,4 dan 0,5. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa tingkat erodibilitas

tanah di lokasi penelitian tergolong rendah sampai sedang. Hasil perhitungan

faktor erodibilitas tanah (K) dapat dilihat pada Lampiran 9.

Faktor panjang dan kemiringan lereng (LS), hasil pengukuran di lapangan

menunjukkan bahwa kemiringan lereng di lokasi penelitian homogen, yaitu 2 %.

Panjang lereng dihitung berdasarkan pada panjang lahan yang ada di lapangan.

Nilai Faktor LS hasil perhitungan berkisar antara 0,12 sampai 0,33 (Lampiran 10).

Faktor pengelolaan Tanaman (C), didasarkan pada jenis tanaman aktual

berupa padi gogo dengan pola tanam monokultur mempunyai faktor C yaitu

0,561, padi tumpangsari dengan jagung mempunyai faktor C 0,588, sedangkan

padi tumpangsari dengan ubi kayu mempunyai faktor C yaitu 0,421.

Page 80: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

62

Faktor teknik konservasi (P), hanya tindakan konservasi secara mekanik

atau fisik saja, tetapi juga termasuk berbagai macam usaha yang bertujuan

mengurangi erosi tanah. Pemberian mulsa serasah atau jerami memberikan nilai P

sebesar 0,8 (Lampiran 2)

Selanjutnya hasil perhitungan prediksi erosi dan perhitungan ETOL pada

setiap titik pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 11.Berdasarkan Lampiran 11

nampak bahwa sebagian besar erosi yang terjadi lebih kecil dari erosi yang dapat

ditoleransi kecuali di desa Sungai Raya pada nomor lapangan I.8 erosi aktual lebih

besar dari pada erosi yang dapat ditoleransi (erosi > ETOL) yaitu 75,53 ton/ha/th

dan Desa Kuala Dua erosi aktual lebih besar dari erosi yang dapat ditoleransi

terjadi pada nomor lapangan II.10 yaitu 89,33 ton/ha/th. Di Desa Tembang

Kacang dan Sungai Asam erosi aktual yang terjadi masih dibawah erosi yang

dapat ditoleransi.

5.3. Penentuan Kualitas Lahan

Hasil analisis sifat kimia tanah dengan menggunakan analisis komponen

utama (PCA) menghasilkan 3 faktor utama dari 13 sifat kimia tanah. Sifat kimia

yang mencirikan faktor 1 adalah N-Total, K, Na, KTK dan tekstur (pasir, debu

dan liat) dengan faktor keragaman 32,0 %. Sifat kimia yang mencirikan faktor 2

adalah Ca, Mg dan KB, dengan faktor keragaman 19,7 %, dan sifat kimia yang

mencirikan faktor 3 adalah C-Organik dan P dengan faktor keragaman 12,7 %.

Hasil analisis faktor loading disajikan pada Tabel 16.

Dari analisis gerombol cluster diperoleh bahwa ke-40 sampel tanah dapat

dikelompokkan kedalam tiga cluster yang selanjutnya disebut kelompok kualitas

lahan. Koefisien fungsi diskriminan untuk masing-masing kualitas lahan disajikan

pada Tabel 17. Kualitas Lahan 1 dicirikan dengan N, dan K tinggi serta tekstur

halus, Kualitas Lahan 2 dicirikan dengan C-Organik tinggi, tekstur kasar dan

Kualitas Lahan 3 dicirikan dengan P tinggi, tekstur halus sampai sedang.

Page 81: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

63

Tabel 16. Hasil Analisis Komponen Utama

Factor Loading Sifat Kimia Tanah

Faktor 1 Faktor 2 Faktor 3

pH H2O -0.51 -0.51 0.36 C-Org 0.42 0.29 -0.67* N-Total 0.77* 0.10 -0.16 P 0.14 0.26 0.79* Ca 0.01 -0.87* -0.25 Mg 0.13 -0.84* -0.07 K 0.69* -0.07 0.09 Na 0.59* 0.03 -0.08 KTK 0.63* -0.29 -0.39 KB -0.06 -0.77* 0.12 Pasir -0.88* 0.06 0.09 Debu 0.79* 0.09 0.19 Liat 0.68* 0.05 -0.36 Akar Ciri 4.16 2.56 1.65 Proporsi Total 0.32 0.20 0.13

Sumber : Data primer diolah (2006) Keterangan : *=nyata pada p < 0,05 (factor loading > 0,70)

Tabel 17. Koefisien Fungsi Diskriminan Antar Kualitas Lahan

Gerombol (Cluster) Faktor 1 Faktor 2 Faktor 3

1 3.21 -3.18 0.25 2 1.92 -0.39 -1.91 3 -0.72 -1.25 2.62

Sumber : Data primer diolah (2006)

5.4. Analisis Usahatani

Analisis usahatani bertujuan untuk menentukan tingkat kelayakan sistem

usahatani yang dikembangkan petani. Analisis biaya dan pendapatan dihitung

berdasarkan selisih antara hasil penjualan (pendapatan kotor) setiap komoditi

dikurangi dengan input produksi yang dikeluarkan petani meliputi : pupuk,

pestisida dan pembelian bibit/benih. Dalam hal ini biaya tenaga kerja dan sewa

lahan tidak diperhitungkan sebagai biaya ouput produksi karena lahan yang

dikelola petani adalah lahan milik sendiri dan dikerjakan sendiri oleh anggota

keluarga. Analisis biaya dan pendapatan usahatani di lahan kering dilakukan

Page 82: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

64

dalam dua siklus penanaman (1 tahun) serta berdasarkan pola tanam yang

diterapkan oleh petani responden.

Jenis-jenis komoditi yang banyak ditanam adalah padi gogo (Oryza

sativa), jagung (Zea mays), ubi kayu (Manihot uttilisima). Pola tanam yang

diterapkan oleh petani di lokasi penelitian hampir sama yaitu : monokultur padi (2

kali setahun), tumpangsari padi dengan jagung dan tumpang sari padi dengan ubi

kayu. Petani menerapkan pola tanam yang hampir sama pada setiap daerah. Petani

di daerah penelitian merupakan pemilik sekaligus penggarap lahannya sendiri

dengan rata-rata luas kepemilikan lahan sebesar 0,87 ha lahan yang diusahakan

untuk tanaman semusim.

Untuk mengetahui total biaya dan pendapatan aktual masing-masing pola

tanam, dilakukan perhitungan biaya dan pendapatan. Tenaga kerja adalah jumlah

tenaga kerja yang tersedia, yang digunakan untuk bekerja di lahan usahatani.

Sewa tenaga kerja yang berlaku di daerah penelitian adalah sebesar Rp. 15.000

per HOK, sedangkan ketersediaan tenaga kerja keluarga per bulan dihitung dari

jumlah keluarga inti (kepala keluarga dan istri) dikalikan jumlah hari kerja (25

hari). Hasil perhitungan menunjukkan bahwa sebagian besar biaya usahatani

digunakan untuk tenaga kerja. Biaya ini sebenarnya cukup besar bagi petani

dengan modal yang terbatas, namun petani belum menyadarinya. Hal ini

disebabkan karena tenaga kerja yang digunakan umumnya bersumber dari tenaga

kerja keluarga. Oleh karena itu perlu diupayakan optimalisasi penggunaan sarana

produksi dan pengelolaan sistem atau pola tanam yang baik agar peningkatan

produksi dan pengelolaan sistem atau pola tanam yang baik agar peningkatan

produksi dapat dicapai dan akhirnya dapat memenuhi kebutuhan hidup yang layak

bagi petani itu sendiri.

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata-rata anggota keluarga yang

bekerja untuk kegiatan usahatani tanaman pangan di Kecamatan Sungai Raya

dalam tiap bulannya adalah 878.325 HOK. Ketersediaan tenaga kerja setiap

bulannya ini merupakan kendala dalam menentukan pola usahatani optimal dan

digunakan sebagai dasar perhitungan nilai sebelah kanan dalam analisis program

linier.

Page 83: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

65

Tabel. 18 dan Tabel 19 menunjukkan rincian penggunaan tenaga kerja

setiap bulannya berdasarkan pola tanam yang diusahakan petani dalam dua

musim tanam. Musim tanam pertama penggunaan tenaga kerja terbesar pada

bulan Oktober, karena pada bulan ini dilakukan pengolahan tanah dan penanaman.

Demikian juga pada musim tanam kedua penggunaan tenaga kerja terbesar terjadi

pada bulan April dimana pada bulan ini musim tanam kedua baru dimulai

sehingga dibutuhkan banyak tenaga kerja untuk pengolahan tanah dan

penanaman.

Tabel 18. Sebaran Kebutuhan Tenaga Kerja per ha Untuk Setiap Bulannya

pada Musim Tanam I di Kecamatan Sungai Raya

Kualitas Lahan Pola Tanam

Okt.

(HOK)

Nov.

(HOK)

Des.

(HOK)

Jan.

(HOK)

Feb.

(HOK) Pd-Pd 51,2 3,4 26,0 9,7 42,6

1 Pd-Pd.Jg 54,7 3,7 27,8 10,4 45,5 Pd-Pd.Uk 49,7 3,3 25,3 9,4 41,3

Pd-Pd 40,1 2,7 20,4 7,6 33,3 2 Pd-Pd.Jg 44,7 3,0 22,7 8,5 37,2 Pd-Pd.Uk 50,1 3,4 25,5 9,5 41,6 Pd-Pd 38,9 2,6 19,8 7,4 32,3

3 Pd-Pd.Jg 40,1 2,7 20,4 7,6 33,3 Pd-Pd.Uk 44,7 3,0 22,7 8,5 37,2

Sumber : Data primer diolah (2006) Keterangan : 1. Pd-Pd = padi-padi

2. Pd-Pd.Jg = padi-padi.jagung 3. Pd-Pd.Uk = padi-padi.ubi kayu

Tabel 19. Sebaran Kebutuhan Tenaga Kerja per ha Untuk Setiap Bulannya

pada Musim Tanam II di Kecamatan Sungai Raya

Kualitas Lahan

Pola Tanam

Apr.

(HOK)

Mei

(HOK)

Jun.

(HOK)

Jul.

(HOK)

Agt

(HOK) Pd-Pd 53,5 3,6 27,2 10,1 44,5

1 Pd-Pd.Jg 82,9 24,5 42,2 15,7 85,6 Pd-Pd.Uk 71,5 17,3 36,3 13,5 60,7

Pd-Pd 45,1 3,0 22,9 8,5 37,5 2 Pd-Pd.Jg 73,4 21,7 37,3 13,9 75,8 Pd-Pd.Uk 75,2 18,2 38,3 14,3 69,4 Pd-Pd 38,9 2,6 19,8 7,4 32,3

3 Pd-Pd.Jg 58,8 17,4 29,9 11,1 60,7 Pd-Pd.Uk 48,4 11,7 24,6 9,2 73,0

Sumber : Data primer diolah (2006) Keterangan : 1. Pd-Pd = padi-padi

2. Pd-Pd.Jg = padi-padi.jagung 3. Pd-Pd.Uk = padi-padi.ubi kayu

Page 84: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

66

Tabel 20 menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja terbesar setiap

tahunnya terjadi pada kualitas lahan 1, yaitu 393 HOK. Harga satuan untuk upah

tenaga kerja yang berlaku di Kecamatan Sungai Raya sebesar Rp. 15.000 per

HOK. Biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja untuk

pengusahaan tanaman di Kecamatan Sungai Raya tiap pola tanamnya dalam

setahun dimana upah tenaga kerja terbesar untuk membiayai kegiatan produksi

pola tanam padi-padi.jagung pada kualitas lahan 1, yaitu sebesar lebih dari Rp. 5

juta per hektar per tahun, sedangkan biaya tenaga kerja terkecil pada pola tanam

padi-padi pada kualitas lahan 2 sebesar Rp. 3 juta per hektar per tahun.

Apabila biaya tenaga kerja keluarga diperhitungkan dalam analisis

usahatani maka biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja merupakan yang

terbesar jika dibandingkan dengan biaya input yang dikeluarkan. Untuk itu

penggunaan tenaga kerja keluarga harus seefisien mungkin agar usahatani tetap

menguntungkan.

Tabel 20. Rata-rata Kebutuhan Tenaga Kerja per ha Tiap Tahunya dari Berbagai Pengusahaan Komoditi di Kecamatan Sungai Raya

Kualitas Lahan

Pola Tanam

Jumlah Tenaga Kerja (HOK/ha/th)

Harga satuan(Rp/HOK)

Upah Tenaga Kerja

(Rp) Pd-Pd 271,8 15.000 3.855.0001 Pd-Pd.Jg 393,0 15.000 5.895.000 Pd-Pd.Uk 337,0 15.000 5.055.000

Pd-Pd 221,1 15.000 3.316.5002 Pd-Pd.Jg 338,2 15.000 5.073.000 Pd-Pd.Uk 349,1 15.000 .5.236.500 Pd-Pd 202,0 15.000 3.030.0003 Pd-Pd.Jg 282,0 15.000 3.780.000 Pd-Pd.Uk 257,0 15.000 3.855.000

Sumber : Data primer diolah (2006) Keterangan : 1. Pd-Pd = padi-padi

2. Pd-Pd.Jg = padi-padi.jagung 3. Pd-Pd.Uk = padi-padi.ubi kayu

Salah satu korbanan yang diperlukan dalam usahatani adalah sarana

produksi (bibit/benih, pupuk dan pestisida). Pada umumnya petani membeli

sarana produksi ini di pasar-pasar ibukota propinsi Kalimantan Barat (Kota

Pontianak) yang letaknya tidak terlalu jauh dari Kecamatan Sungai Raya, karena

Page 85: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

67

sarana produksi tersebut tidak tersedia di Kecamatan Sungai Raya. Semua biaya

yang dikeluarkan petani untuk membeli sarana produksi ini dimasukkan ke dalam

biaya sarana produksi. Rataan penggunaan input produksi di lokasi penelitian

disajikan pada Tabel 21.

Bibit tanaman yang digunakan adalah bibit padi varietas lokal, bibit

jagung Bisi2 dan Pioner serta ubi kayu dari hasil stek batangnya. Pupuk anorganik

yang digunakan adalah Urea, SP-36 dan KCl serta pestisida yang digunakan

adalah Gandasil dan Furadan. Pupuk organik yang digunakan responden berasal

dari kotoran sapi yang dikelola oleh kelompok tani.

Tabel 21. Rata-rata Kebutuhan per ha Input Produksi Untuk Setiap Musim

Tanam di Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Pontianak

Sarana Produksi Kualitas Lahan Pola

Tanam

Benih Padi (kg)

Benih Jagung

(kg)

Pupuk Kandang

(kg)

Pupuk Urea (kg)

Pupuk SP-36 (kg)

Pupuk KCl (kg)

Pestisida

(lt) Pd-Pd 98,0 380,0 178,0 128,0 32,0 1,9

1 Pd-Pd.Jg 101,3 14,5 400,0 201,3 130,0 30,0 2,0 Pd-Pd.Uk 94,3 385,7 181,5 134,3 25,7 1,9

Pd-Pd 50,0 320,0 116,0 84,0 25,7 1,4 2 Pd-Pd.Jg 94,5 14,4 351,5 253,9 126,5 18,0 1,8 Pd-Pd.Uk 96,3 400,0 162,5 130,0 35,2 2,1 Pd-Pd 89,7 313,3 137,3 102,7 32,7 1,7

3 Pd-Pd.Jg 98,1 9,1 358,4 167,9 128,3 32,1 1,8 Pd-Pd.Uk 93,9 318,2 116,7 118,2 34,1 1,7

Sumber : Data primer diolah (2006) Keterangan : 1. Pd-Pd = padi-padi

2. Pd-Pd.Jg = padi-padi.jagung 3. Pd-Pd.Uk = padi-padi.ubi kayu

Menurut Soekartawi (1993) tersedianya faktor produksi atau input belum

berarti produktivitas yang diperoleh petani akan tinggi pula, tergantung dari

bagaimana petani melakukan usahataninya secara efisien. Salah satunya adalah

efisiensi teknis dapat terjadi apabila petani mampu meningkatkan produksinya

dengan harga faktor produksi yang dapat ditekan, dan selanjutnya menjual hasil

produksi tersebut dengan harga tinggi. Hal ini merupakan efisiensi teknis bahkan

sekaligus efisiensi ekonomis.

Semua sarana produksi tersebut dimasukan ke dalam biaya sarana

produksi. Rata-rata kebutuhan biaya sarana produksi per hektar di Kecamatan

Sungai Raya dapat dilihat pada Tabel 22. Dari Tabel 22 tersebut terlihat bahwa

Page 86: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

68

penggunaan pupuk kandang merupakan pengeluaran terbesar pada setiap pola

tanam dibandingkan dengan sarana produksi lainnya. Pengeluaran biaya produksi

terkecil adalah pada input benih.

Tabel 22. Rata-rata Kebutuhan per ha Input Produksi Untuk Setiap Musim Tanam di Kecamatan Sungai Raya

Sarana Produksi

Kualitas Lahan Pola

Tanam

Benih Padi (Rp)

Benih Jagung

(Rp)

Pupuk Kandang

(Rp

Pupuk Urea (Rp)

Pupuk SP-36 (Rp)

Pupuk KCl (Rp)

Pestisida

(Rp) Pd-Pd 245.000 380.000 356.000 320.000 287.000 111.915

1 Pd-Pd.Jg 296.750 43.500 400.000 402.600 325.000 288.750 161.655 Pd-Pd.Uk 235.750 385.700 363.000 335.750 254.800 157.510

Pd-Pd 125.000 320.000 232.000 210.000 133.000 116.060 2 Pd-Pd.Jg 279.450 43.200 351.500 507.800 316.250 303.800 149.220 Pd-Pd.Uk 240.750 400.000 325.000 325.000 315.350 169.945 Pd-Pd 224.250 313.300 274.600 256.750 263.900 136.785

3 Pd-Pd.Jg 272.550 27.300 358.400 335.800 320.500 284.200 145.075 Pd-Pd.Uk 234.750 318.200 233.400 295.500 302.050 140.930

Sumber : Data primer diolah (2006) Keterangan : 1. Pd-Pd = padi-padi

2. Pd-Pd.Jg = padi-padi.jagung 3. Pd-Pd.Uk = padi-padi.ubi kayu

Perbedaan jenis tanaman pada setiap musim tanam menyebabkan

perbedaan dalam jumlah produksi dan tingkat pendapatan. Tabel 23 menyajikan

jumlah produksi rata-rata per hektar per musim tanam. Produksi padi pada musim

tanam I memiliki jumlah yang paling besar dibandingkan produksi padi pada

musim tanam II, karena musim tanam I merupakan musim hujan sehingga

ketersediaan air bisa mencukupi. Musim tanam II produksi padi lebih sedikit

dibandingkan produksi pada nusim tanam I, karena musim tanam II jumlah air

terbatas sehingga sebagian lahannya ditumpangsarikan dengan tanaman palawija.

Dari Tabel 23 dapat dlihat bahwa produksi rata-rata yang dihasilkan oleh

tanaman padi tiap pola tanam selama dua musim tanam di kualitas lahan 1,

kualitas lahan 2 dan kualitas lahan 3 berturut-turut adalah 2.580 kg/ha/th, 2.400

kg/ha/th dan 2.299,7 kg/ha/th. Pada kualitas lahan 1 hasil produksi komoditi padi

lebih banyak dibandingkan dari kualitas lahan 2 dan 3. Hal ini karena perbedaan

karakteristik sifat kimia tanah, dimana tingkat kesuburan tanahnya tinggi karena

pada kualitas lahan 1 tekstur tanahnya halus dan kandungan unsur hara N dan K

tinggi.

Page 87: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

69

Tabel 23. Jumlah Produksi Rata-rata Setiap Jenis Tanaman Per Musim Tanam di Kecamatan Sungai Raya

Kualitas Lahan

Pola

Tanam

Musim

Tanam I

Musim

Tanam II

Padi (kg)

Padi (kg)

Jagung (kg)

Ubi Kayu (kg)

Pd-Pd 1.380,0 1.200,0 1 Pd-Pd.Jg 1.425,0 912,5 1.442,5 Pd-Pd.Uk 1.328,0 957,1 2.085,7

Pd-Pd 1.240,0 1.160,0 2 Pd-Pd.Jg 1.250,0 828,1 1.101,6 Pd-Pd.Uk 1.337,5 1.062,5 1.875,0 Pd-Pd 1.226,7 1.073,3 3 Pd-Pd.Jg 1.301,9 622,6 1.207,5 Pd-Pd.Uk 1.244,4 636,4 1.697,0

Sumber : Data primer diolah (2006) Keterangan : 1. Pd-Pd = padi-padi

2. Pd-Pd.Jg = padi-padi.jagung 3. Pd-Pd.Uk = padi-padi.ubi kayu

Produksi rata-rata yang dihasilkan oleh tanaman jagung pada kualitas

lahan 1, 2 dan 3 berturut-turut adalah 1.442,5 kg/ha/th, 1.101,6 kg/ha/th dan

1.207,5 kg/ha/th, sedangkan produktivitas untuk tanaman ubi kayu pada kualitas

lahan 1, 2 dan 3 berturut-turut adalah 2.085,7 kg/ha/th, 1.875,0 kg/ha/th dan

1.697,0 kg/ha/th.

Pada umumnya petani di Kecamatan Sungai Raya menjual hasil

produksinya ke pedagang pengumpul di kecamatan dengan mengikuti harga yang

ditetapkan oleh pedagang pengumpul tersebut. Sebagian hasil produksi tanaman

padi digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan sebagian lagi dijual,

sedangkan tanaman jagung dan ubi kayu seluruh hasil produksinya dijual.

Penerimaan hasil usahatani tiap pola tanam di Kecamatan Sungai Raya dapat

dilihat pada Tabel 24.

Petani dalam mengelola usahataninya menggunakan modal kerja sendiri.

Untuk melihat ketersediaan sumberdaya modal sendiri didekati dengan cara

menghitung rata-rata tingkat pendapatan petani selama setahun. Data yang

diperoleh menunjukkan bahwa pendapatan terbesar yang diperoleh dari usahatani

menunjukkan jumlah sumberdaya modal sendiri tersedia sebesar Rp. 6,8 juta/ha/th

Page 88: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

70

pada kualitas lahan 1, Rp. 5,4 juta/ha/th pada kualitas lahan 2 dan Rp.5,5

juta/ha/th pada kualitas lahan 3.

Tabel 24. Rata-rata Penerimaan Usahatani Setiap Pola Tanam Tanam di Kecamatan Sungai Raya

Kualitas Lahan

Pola

Tanam

Padi (Rp)

Jagung (Rp)

Ubi Kayu (Rp)

Total (Rp)

Pd-Pd 6.450.000 6.450.0001 Pd-Pd.Jg 5.846.250 2.825.000 8.671.250 Pd-Pd.Uk 5.714.250 1.029.350 6.743.600

Pd-Pd 6.000.000 6.000.0002 Pd-Pd.Jg 5.195.250 2.203.200 7.398.450 Pd-Pd.Uk 6.000.000 6.000.000 Pd-Pd 5.748.250 5.748.2503 Pd-Pd.Jg 4.811.250 2.415.000 7.226.250 Pd-Pd.Uk 4.697.000 848.500 5.545.500

Sumber : Data primer diolah (2006) Keterangan : 1. Pd-Pd = padi-padi

2. Pd-Pd.Jg = padi-padi.jagung 3. Pd-Pd.Uk = padi-padi.ubi kayu

Pendapatan bersih terbesar selama satu tahun diperoleh petani dari pola

tanam tumpangsari antara padi dan jagung pada pola pergiliran tanaman padi-

padi.jagung dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp. 6,8 juta/ha/th pada kualitas

lahan 1 dan terkecil pada pola pergiliran tanaman padi-padi pada kualitas lahan 3

sebesar Rp. 4,2 juta/ha/th. Nilai pendapatan yang positif ini menunjukkan bahwa

pengusahaan tanaman padi-padi.jagung yang dilakukan petani di Kecamatan

Sungai Raya layak secara finansial. Hasil analisis B/C ratio menunjukkan bahwa

di kualitas lahan 1 pada pola tanam padi-padi.jagung untuk setiap Rp. 1,00 biaya

yang dikeluarkan petani rata-rata memberikan imbalan penerimaan sebesar Rp.

5,12. Hasil perhitungan biaya dan pendapatan bersih pada setiap pola tanam di

lokasi penelitian disajikan pada Tabel 25

Page 89: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

71

Tabel 25. Tingkat Pendapatan Bersih Setiap Pola Tanam di Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Pontianak

Kualitas Lahan

Pola Tanam

Total Penerimaan (Rp/ha/th)

Total Biaya (Rp/ha/th)

Total Pendapatan (Rp/ha/th)

B/C Ratio

Pd-Pd 6.450.000 1.741.365 4.708.635 3,70 1 Pd-Pd.Jg 8.668.750 1.875.005 6.793.745 5,12 Pd-Pd.Uk 6.757.100 1.732.510 5.024.590 3,91

Pd-Pd 6.000.000 1.171.060 4.828.940 5,12 2 Pd-Pd.Jg 7.398.450 1.908.020 5.490.430 3,88 Pd-Pd.Uk 6.000.000 1.776.045 5.161.455 3,91 Pd-Pd 5.750.000 1.471.735 4.278.265 3,91

3 Pd-Pd.Jg 7.226.250 1.716.775 5.509.475 4,21 Pd-Pd.Uk 5.545.500 1.524.830 4.020.670 3,64

Sumber : Data primer diolah (2006) Keterangan : 1. Pd-Pd = padi-padi

2. Pd-Pd.Jg = padi-padi.jagung 3. Pd-Pd.Uk = padi-padi.ubi kayu

Menurut Sajogyo (1988), ukuran garis kemiskinan untuk wilayah

Indonesia dicirikan oleh spesifikasi atas tiga garis kemiskinan yang mencakup

konsepsi ”nilai ambang kecukupan pangan”. Garis kemiskinan tersebut

dinyatakan dalam Rp/bulan tetapi dalam bentuk ekivalen nilai tukar beras

(kg/orang/tahun) agar dapat saling dibandingkan nilai tukar antar daerah dan antar

zaman sesuai dengan harga beras setempat. Berdasarkan hasil beberapa penelitian,

Sajogyo mengklasifikasikan suatu wilayah menjadi tiga, yaitu : miskin, miskin

sekali dan paling miskin, baik untuk daerah pedesaan maupun untuk kota. Tingkat

pengeluaran rumah tangga di pedesaan sebesar 240 – 320 kg nilai tukar

beras/orang/tahun disebut ambang kecukupan, sedangkan untuk kota sebesar 360

– 480 nilai tukar beras kg/orang/tahun

Apabila diterapkan klasifikasi Sajogyo pada daerah penelitian dengan

asumsi tiap rumah tangga terdiri dari 4 orang, maka pendapatan yang layak untuk

setiap rumah tangga adalah sebesar 320 kg/orang/tahun x 4 orang x Rp. 2.500,-/kg

= Rp. 3.200.000,-/KK/tahun. Dengan demikian usahatani lahan kering di

Kecamatan Sungai Raya ini layak untuk dipertahankan, karena pendapatan petani

rata-rata di tiga kualitas lahan tersebut diatas standar kebutuhan hidup minimum

menurut Sajogyo (1988).

Page 90: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

72

5.5. Pola Usahatani Optimal

Optimalisasi pola usahatani dilakukan pada tingkat wilayah di Kecamatan

Sungai Raya dengan fungsi tujuan memaksimumkan pendapatan wilayah yang

memiliki lahan dengan berbagai tipe kualitas lahan dengan kendala luas lahan, ,

tenaga kerja dan modal usaha. Berdasarkan input data pada Lampiran 13, semua

faktor yang merupakan faktor pembatas dalam kegiatan usahatani sesuai keadaan

saat ini dimasukkan sebagai kendala. Jika pola optimal dapat dijalankan oleh

petani maka petani akan memperoleh tingkat pendapatan yang lebih besar

dibandingkan dengan apa yang sudah dilakukan selama ini, karena dalam solusi

optimal terjadi realokasi sumberdaya sehingga menjadi lebih efisien.

Pendapatan petani yang diperoleh jika menjalankan solusi optimal adalah

lebih dari Rp. 89,2 milyar per tahun di wilayah Kecamatan Sungai Raya.

Pendapatan optimum ini dapat dicapai apabila petani menanam padi-padi musim

tanam pertama dan kedua pada kualitas lahan 1 seluas 5.417,72 ha, pada kualitas

lahan 2 seluas 7.993 ha dan kualitas lahan 3 seluas 5.861 ha, tanpa menanam padi-

padi.jagung dan padi-padi.ubi kayu (musim tanam pertama dan kedua).

Hasil analisis pola usahatani optimal, menunjukkan pada kualitas lahan 1

dari jumlah keseluruhan lahan yang tersedia 7.460 ha hanya terpakai seluas

5.417,72 ha pada pola tanam padi-padi musim tanam pertama dan kedua seperti

terlihat pada Tabel 7, dan masih tersisa lahan seluas 2.042,28 ha. Sisa lahan ini

masih dapat dioptimalkan penggunaannya dengan menambah faktor kebijakan

baru. Pada kualitas lahan 2 dari luas lahan yang tersedia 7.993 ha dan kualitas

lahan 3 dari jumlah lahan yang tersedia 5.861 ha tidak ada lahan yang tersisa,

digunakan seluruhnya untuk pola tanam padi-padi musim tanam pertama dan

kedua.

Dari Tabel 26. dapat dilihat bahwa nilai Marjinal (harga bayangan) yang

negatif terjadi pada pola tanam padi-padi.jagung dan padi-padi.ubi kayu pada

kualitas lahan 1,2 dan 3. Hal ini berarti akan terjadi penurunan pendapatan pada

setiap penambahan 1 ha lahan untuk setiap komoditas, misalnya jika dipaksakan

menanam padi-padi.jagung musim tanam pertama dan kedua pada kualitas lahan

1, maka setiap 1 hektar yang ditanami maka petani akan rugi sebesar Rp. 50 juta

lebih.

Page 91: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

73

Tabel 26. Luas Penggunaan Lahan Hasil Optimasi Kualitas Lahan

Pola Tanam

Luas Lahan Tersedia

(ha)

Luas Lahan Terpakai pada

Level Optimal (ha)

Nilai Marjinal

Pd-Pd 5417,72 0 1 Pd-Pd.Jg 7460 0 -50.243.895 Pd-Pd.Uk 0 -12.682.590 Pd-Pd 7993.00 0

2 Pd-Pd.Jg 7993 0 -18.292.460 Pd-Pd.Uk 0 -23.166.420 Pd-Pd 5861.00 0

3 Pd-Pd.Jg 5861 0 -52.022.619 Pd-Pd.Uk 0 -10.937.080

Sumber : Data primer diolah (2006)

Sumberdaya yang digunakan dalam kegiatan usahatani dalam perencanaan

optimal adalah lahan, tenaga kerja dan modal. Modal yang termasuk disini yaitu

input produksi, dimana input produksi yang dipertimbangkan meliputi benih

tanaman, pupuk dan pestisida. Untuk benih tanaman terdiri atas benih padi dan

jagung. Adapun pupuk yang digunakan yaitu pupuk anorganik (Urea, SP-36 dan

KCl) sedangkan pupuk organik yang digunakan berasal dari limbah ternak sapi.

Semua faktor tadi dimasukkan sebagai kendala dalam penyusunan perencanaan

pola usahatani optimal.

Sebaran penggunaan tenaga kerja bulanan hasil optimasi disajikan pada

Tabel 24, hasilnya menunjukkan tidak semua tenaga kerja keluarga yang tersedia

dapat dialokasikan dalam kegiatan usahatani. Dari sebaran penggunaan tenaga

kerja bulanan ternyata pada bulan April semua tenaga kerja yang tersedia

(878.325 HOK), habis semua terpakai. Pada bulan April ini memasuki masa

tanam untuk komoditi padi pada musim tanam kedua, sehingga penggunaan

tenaga kerja banyak terkonsentrasi pada bulan ini.

Nilai marjinal (harga bayangan) pada bulan April yang positif

menunjukkan bahwa setiap penambahan 1 HOK tenaga kerja, maka pendapatan

optimum akan meningkat sebesar Rp. 88.001,87 /ha/th. Nilai marjinal yang positif

ini juga menunjukkan bahwa tenaga kerja merupakan sumberdaya yang langka

terutama pada bulan April. Pada bulan Oktober sampai Februari dan Mei sampai

Agustus sisa tenaga kerja cukup tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai marjinal

Page 92: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

74

(harga bayangan) sama dengan nol yang berarti tenaga kerja cukup tersedia dan

tidak habis digunakan pada bulan-bulan tersebut. Kelebihan tenaga kerja tersebut

dapat dimanfaatkan untuk bekerja di luar usahatani dengan menyewakan tenaga

kerja keluarga atau mengusahakan komoditi baru yang sesuai dengan karakteristik

lahan yang dapat ditanam sebagai tanaman sela diantara tanaman utama, sehingga

terbuka kemungkinan untuk menambah pendapatan petani.

Tabel 27. Sebaran Penggunaan Tenaga Kerja Hasil Optimasi

Bulan Jumlah Tenaga Kerja Terpakai pada Level Optimal (HOK)

Tenaga Kerja Tersedia (HOK)

Nilai Marjinal

Okt 825.899 878.325 0 Nov 55.239 878.325 0 Des 419.965 878.325 0 Jan 156.670 878.325 0 Feb 686.271 878.325 0 Apr 878.325 878.325 88.001 Mei 58.721 878.325 0 Jun 446.449 878.325 0 Jul 166.030 878.325 0 Agt 730.136 878.325 0

Sumber : Data primer diolah (2006) Penggunaan modal usahatani hasil optimasi ditunjukkan pada Tabel 28.

dimana nampak bahwa petani tidak memerlukan adanya tambahan modal dari

luar, karena modal yang tersedia bisa membiayai kegiatan usahatani yang

dilakukan petani. Nilai Marjinal (harga bayangan) sama dengan nol artinya dari

modal yang terpakai masih ada modal yang tersisa. Modal ini dapat digunakan

untuk membiayai kegiatan usahatani baru atau perluasan lahan usahatani.

Tabel 28. Penggunaan Modal Usahatani Hasil Optimasi

Modal Terpakai pada Level Optimal (Rp/th)

Modal Tersedia (Rp/th)

Nilai Marjinal

27.420.340.000 40.011.552.000 0

Sumber : Data primer diolah (2006)

Page 93: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

75

Apabila petani di Kecamatan sungai Raya ingin menjalankan kondisi

optimal seperti hasil optimasi maka petani harus mampu memenuhi kebutuhan

input produksi untuk usahatani tiap musim tanam. Kebutuhan input tiap musim

tanam dalam setahun dapat dilihat pada Tabel 29.

Tabel 29. Kebutuhan Input Produksi Pola Usahatani Optimal

Kebutuhan Input Produksi

Musim TanamI

Musim TanamII

Jumlah ( pertahun)

Benih Padi (kg) 787.901,0 670.175,0 1.458.076,0 Pupuk Kandang (kg) 3.646.348,0 2.806.394,0 6.452.742,0 Pupuk Urea (kg) 1.560.021,0 1.140.337,0 2.700.358,0 Pupuk SP-36 (kg) 1.151.334,0 815.469,0 1.966.803,0 Pupuk KCl (kg) 760.940,0 508.895,0 1.269.835,0 Pestisida (lt) 30.319,0 31.447,0 61.766,0

Sumber : Data primer diolah (2006)

Berdasarkan Tabel 29 dapat diketahui jumlah keseluruhan sarana produksi

yang dibutuhkan untuk kegiatan usahatani di Kecamatan sungai Raya pada

kondisi optimal. Jumlah keseluruhan bibit padi gogo yang dibutuhkan apabila

kondisi optimal dijalankan oleh petani tiap musim tanam masing-masing sebesar

787.901,0 kg dan 670.175,0 kg. Kebutuhan pupuk kandang tiap musim tanam

masing-masng sebesar 3.646.348,0 kg dan 2.806.394,0 kg. Total kebutuhan pupuk

urea tiap musim tanam masing-masng sebesar 1.560.021,0 kg dan 1.140.337,0 kg.

Kebutuhan pupuk SP-36 tiap musim tanam masing-masng sebesar 1.151.334,0 kg

dan 815.469,0 kg. Kebutuhan pupuk KCl tiap musim tanam masing-masng

sebesar 760.940,0 kg dan 508.895,0 kg. Kebutuhan pestisida tiap musim tanam

masing-masng sebesar 30.319,0 lt dan 31.447,0 lt.

Apabila hasil optimasi dijalankan yaitu petani menanam padi-padi dalam

setahun dengan dua musim tanam, maka petani di wilayah Kecamatan Sungai

Raya akan memperoleh hasil produksi padi sebanyak 24,6 ribu ton padi pada

musim tanam I dan 22,1 ribu ton pada musim tanam II. Hasil produksi komoditi

padi hasil optimasi ditunjukkan pada Tabel 30.

Page 94: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

76

Tabel 30. Produksi Komiditi Padi Hasil Optimasi Tiap Musim Tanam

Hasil Produksi Musim Tanam (Ton) I 24.577,5 II 22.063,8

Sumber : Data primer diolah

Page 95: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut :

1. Jenis penggunaan dan penutupan lahan di lokasi penelitian adalah :

pekarangan, tegal/kebun/ladang/huma, sementara tidak digunakan, hutan

Negara dan lainnya.

2. Petani di lokasi penelitian melakukan usahataninya selama dua musim,

dimana musim tanam pertama dimulai bulan Oktober – Februari (awal musim

hujan) petani menanam padi secara monokultur dan musim tanam kedua

dimulai bulan April – Agustus petani menanam padi monokultur dan padi

tumpangsari dengan palawija (jagung dan ubi kayu), dengan dua kali masa

bera yaitu Maret dan September.

3. Kesesuaian penggunaan lahan di Kecamatan Sungai Raya memiliki

kesesuaian lahan tergolong Sesuai Marjinal (S3) untuk seluruh komoditi padi

gogo, jagung dan ubi kayu yang dievaluasi kesesuaian lahannya. Faktor

pembatas utama adalah : curah hujan, kelembaban, draenase, tekstur, pH,

kejenuhan basa dan C- organik.

4. Berdasarkan hasil analisis usahatani menunjukkan bahwa struktur input yang

dibutuhakn untuk usahatani yaitu : benih (padi dan jagung), pupuk (kandang,

urea, SP-36 dan KCl) dan pestisida. Sedangkan struktur output yang

dikeluarkan untuk usahatani yaitu : tenaga kerja.

5. Biaya input benih terbesar yaitu untuk benih padi pada kualitas lahan 1 pada

pola tanam padi-padi.jagung sebesar Rp. 296 ribu per hektar per tahun, input

pupuk terbesar pada kualita lahan 2 pada pola tanam padi-padi.jagung sebesar

Rp. 507 ribu per hektar per tahun, sedangkan biaya pestisida terbesar pada

kualitas lahan 2 padaa pola tanam padi-padi.jagung sebesar Rp. 315 ribu per

hektar per tahun.

6. Hasil analisis usahatani pendapatan bersih terbesar selama satu tahun

diperoleh dari pola tanam tumpangsari antara tanaman padi dengan tanaman

jagung dengan rata-rata pendapatan Rp. 6,8 juta hektar tahun pada kualitas

Page 96: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

78

lahan 1, sedangkan pendapatan bersih terkecil diperoleh dari pola tanam padi-

padi.ubi kayu pada kualitas lahan 3 sebesar Rp. 3 juta per hektar per tahun.

7. Aktivitas menanam pada usahatani optimal tingkat petani meliputi aktivitas

menanam padi-padi pada kualitas lahan 1,2 dan 3, dimana hasil optimasi

menunjukkan bahwa pendapatan optimum yang dapat dicapai di wilayah

Kecamatan Sungai Raya sebesar Rp. 89,2 milyar/tahun apabila petani

menjalankan pola tanam optimal dari hasil optimasi.

6.2. . Saran

1. Agar tujuan pemanfaatan lahan kering untuk tanaman pangan dapat tercapai

yaitu meningkatkan pendapatan petani, maka petani disarankan untuk

mengusahakan tanaman pangan di lahan kering sesuai dengan kondisi optimal.

2. Disarankan untuk mempertimbangkan menggunakan jumlah responden yang

lebih luas dan lebih banyak, serta menambah beberapa data yang dapat

dimasukkan dalam model linier.

3. Disarankan adanya pembinaan secara intensif terhadap industri-industri rumah

tangga yang mengolah hasil-hasil pertanian tanaman pangan, sehingga

kelebihan produksi sebagai akibat pemanfaatan lahan kering secara optimal,

dapat dimanfaatkan secara efisien agar pendapatan keluarga petani dapat lebih

meningkat.

4. Berhubung koefisien-koefisien teknis yang digunakan dalam penelitian ini

bersifat statis, maka untuk penggunaannya, disarankan dilakukan penelitian

lebih lanjut mengenai koefisien-koefisien teknis dengan sifat dinamis.

Page 97: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman, A., K. Nugroho dan Sumarmo. 1995. Pengembangan Lahan

Kering untuk Menunjang Ketahanan Pangan Nasional Indonesia. Prosiding Diskusi Pengembangan Teknologi Tepat Guna Di Lahan Kering untuk Mendukung Pertanian Berkelanjutan. Dies Natalis XXXII Institut Pertanian Bogor 27 September. Jurusan Budidaya Pertanian.

Adiningsih, E. S. 1996. Studi Perencanaan Pengelolaan Lahan di Sub. DAS

Cimuntur DAS Citanduy Jawa Barat. Thesis Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Amien, I. 1999. Kesesuaian Tanaman dan dan Pemilihan Sistem Pertanian

Berkelanjutan Dengan Sistem Pakar. Penelitian dan Pengembangan Sistem Usahatani Lahan Kering yang Berkelanjutan. Prosiding Simposium Nasional Malang, 29-31 Agustus 1991. Puslittanak. Bogor. Hal. 64-71.

Arsyad, S. 1976. Pengawetan Tanah dan Air. Departemen Ilmu Tanah, Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Badan Pusat Statistik. 2000. Kalimantan Barat dalam Angka. Bols, P.L. 1978. The Isoerodent Map of Java and Madura. Belgium Technical

Assistance Projecy ATA 105. Soil Research Institute. Bogor.

Cooke, G.W. 1982. Fertilizing for Maximum Yield. 3rd Ed. Macmilian Publishing Co., Inc. New York.

Cerite foe Soil Research/ Food and Agriculture Organization (CSR/ FAO) Staff.

1983. Reconnaissance Land Resource Survey 1 : 250.000 Scale, Atlas Format Procedures. Centre For Soil Research Bogor. Indonesia.

Dent, D. and A. Young. 1983. Soil Survey and Land Evaluation. George Allen

and Unwin Pub. Ltd. London. Djaenudin, D., H. Marwan, H. Subagyo, A. Mulyani. 1997. Kriteria Kesesuaian

Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Pusat Penelitian Tanah dan Adroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat. 1983. Pengembangan Pola

Pertanaman dalam Usaha Peningkatan Produksi Tanaman Pangan di Jawa Barat. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat. Bandung.

Dinas Pertanian Kalimantan Barat. 2000. Potensi Investasi Subsektor Tanaman

Pangan dan Hortikultura di Kalimantan Barat. FAO. 1976. A Framework For Land Evaluation. FAO Soil Buletin. FAO. Rome.

Page 98: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

80

Haeruman, H. 1979. Perencanaan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Sekolah Pascasarjana Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.A. Diha, G.B. Hong,

H.H. Balley. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Andalas. Lampung.

Hammer, W.I. 1981. Second Soil Conservation Consultant Report.

Agol/Ins/78/606 note. No.10. Center for Soil Research. Bogor. Hardjowigeno, S. 1983. Ilmu Tanah. Mediyatama Perkasa. Jakarta. Hardjowigeno, S. dan Widiatmaka. 2001. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan

Tata Guna Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Harwood, R.R. 1979. Small Farm Development. Understanding and Improving

Farming System in the Humid Tropics. Westview Press. Boulder. Colorado.

Hikmatullah, B. H. Prasetyo dan N. Suharta. 2001. Identifikasi Potensi dan

Kendala Sumberdaya Lahan Untuk Mendukung Pengembanagan Pertanian Kawasan Andalan di Propinsi Kalimantan Timur Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Lahan dan Pupuk, Cisarua-Bogor, 30-31 Oktober 2001. Puslittanak. Bogor. Buku I. Hal. 111-116.

Hudson, H.W. 1971. Soil Conservation. Cornel University Press. Ithaca, New

York. Jones, W. I. and R. Egli. 1984. Farming System in Africa. The Great Lake

Highlands of Zaire, Rwanda, and Burundi. World Bank Paper. Number 27. Washington D. C. USA.

Kahar, A. 1995. Kebijakan Pengembangan Lahan Kering untuk Mendukung

Pemantapan Swasembada Pangan. Prosiding Diskusi Pengembangan Teknologi Tepat Di Lahan Kering untuk Mendukung Pertanian Berkelanjutan. Dies Natalis XXXII Institut Pertanian Bogor 27 September. Jurusan Budidaya Pertanian.

Karama, A.S. dan A. Abdurrachman. 1993. Optimasi Pemanfaatan Sumberdaya

Berwawasan Lingkungan. Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III. Puslitbangtan Tanaman Pangan dan Badan Litbang Deptan.

Karama, A.S. 1999. Kebijakan Departemen Pertanian dalam Pemanfaatan

Sumberdaya Lahan yang Optimal. Prosiding Diskusi Pengembangan Teknologi Tepat Di Lahan Kering untuk Mendukung Pertanian

Page 99: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

81

Berkelanjutan. Dies Natalis XXXII Institut Pertanian Bogor 27 September. Jurusan Budidaya Pertanian.

Kasryno, F. 1979. Analisis Linier Programming Sektor Pertanian di Indonesia.

Agro-Ekonomika II. Leiwakabessy, F. M. 1988. Bahan Kuliah Kesuburan Tanah. Jurusan Tanah,

faperta, IPB. Bogor. Nasendi, N. B. dan A. Anwar. 1985. Program Linier dan Variasinya. PT.

Gramedia, Jakarta. Oldeman, L.R. 1994. The Global Extent of Soil Degradation. In : Soil Resilience

and Sustainable Land Use. Proceding of A Symposium Held in Budapest, 28 September to 2 October 1992, Including the Second Workshop on The Ecological Foundations of Sustainable Agriculture (WEFSA II).

Reinjtjes, C., B. Haverkort and W. Bayer. 1999. Pertanian Masa Depan. Pengantar

untuk Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah. Terjemahan Kanisius. Yogyakarta.

Sandi, I,J. 1990. Pengaruh Sistem Usahatani Konservasi Lahan Kering terhadap

Produktivitas Tanah dan Pendapatan Usahatani di Sub DAS Jragung Kabupaten Semarang. Tesis Magister Sains. IPB. Bogor.

Sajogjo. 1988. Garis Kemiskinan dan Kebutuhan Minimum. Gramedia. Jakarta. Saefulhakim, R.S. 1994. A Land Availability Mapping Model for Suitainable

Land Use Management. Phd. Disertation of the Regional Planning Laboratory. Kyoto University. Japan.

Saefulhakim, R.S. dan Nasoetion, L.I. 1995a. Kebijaksanaan Pengendalian

Konservasi Sawah Beririgasi Teknis. Prosiding Penelitian Tanah, no.12/1996. Pusat Penelitian Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Saefulhakim, R.S. dan Nasoetion, L.I. 1995b. Rural Land Use Management for

Economic Development, Laboratory of Land Resources Development Planning. Departement of Soil Sciences, Faculty of Agriculture, Bogor Agriculture University. Bogor.

Saefulhakim, R.S. 1997. Konsep Dasar Penataan Ruang dan Pengembangan

Kawasan Pedesaan. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. Kerjasama Pusat Penelitian Pengembangan Wilayah dan kota (P3WK-ITB), Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, PTSP, ITB. Bandung. Ikatan Ahli Perencanaan (IAP). Bandung. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Page 100: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

82

Saefulhakim, R.S., E. Rustiadi, D.R. Panuju. 2003. Perencanaan Pengembangan Wilayah. Konsep Dasar dan Teori. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Semaoen, M. I., L. Agustina, L. Stroosnijder, Soemarmo, M. Munir, L. Hakim,

Daryono, E. Legowo. 1991. Pendekatan Sistem Usahatani Yang Berkelanjutan Di Lahan Kering. Prosiding Simposium Nasional. Malang, 27-29 Agustus. 1991. Penelitian dan Pengembangan Sistem Usahatani Lahan Kering Yang Berkelanjutan. Malang. Hal. 2-8.

Silalahi, S.B. 1985. Penggunaan Tanah Berencana (Land Use Planning). Bahan

Diskusi dalam Studi Ilmiah Tentang Agraria di Akademi Agraria Yogyakarta, 30 Desember 1985. Direktorat Tata Guna Tanah, Direktorat Jenderal Agraria, Departemen Dalam Negeri.

Sitorus, S.R.P. 1989. Survai Tanah dan Penggunaan Lahan. Laboratorium

Perencanaan Pengembangan Sumberdaya Lahan. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian.. Penelitian Institut Pertanian Bogor.

Sitorus, S.R.P. 1996. Dampak Pembangunan Terhadap Tanah, Lahan dan Tata

Ruang Serta Penanganannya. Kumpulan Materi AMDAL. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup. Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor.

Sitorus, S.R.P. 1998. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Tarsito. Bandung. Sitorus, S.R.P. 2003. Pengembangan Sumberdaya Lahan Berkelanjutan.

Laboratorium Perencanaan Pengembangan Sumberdaya Lahan. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian.. Penelitian Institut Pertanian Bogor.

Soekartawi, A. Soeharjo, J.L. Dillon dan J.B. Hardaker. 1985. Ilmu Usahatani dan

Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Universitas Indonesia. Jakarta.

Soekartawi. 1992. Linier Programming: Teori dan Aplikasi Khususnya dalam

Bidang Pertanian. Rajawali Press, Jakarta. Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Teori dan Aplikasi. Edisi

Revisi. Raja Grafindo. Jakarta. Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta. Soewardi, B.1977. Integrasi Peternakan dalam Sistem Usahatani Terpadu. Kertas

Kerja yang Disajikan pada Simposium Peranan Peternakan dalam Pemulihan Tanah Kritis di Daerah Padat Penduduk.

Sudaryono, 1997. Rekomendasi Sistem Usahatani Konservasi Di Wilayah Proyek

Pertanian Lahan Kering Jawa Timur. Konservasi Tanah dan Air Kunci Pemberdayaan Pertanian Pelestarian Sumberdaya Alam. Prosiding

Page 101: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

83

Konggres Ke-II dan Seminar Nasional MKTI. Yogyakarta, 27-28 Oktober 1993. Masyarakat Konservasi Tanah dan Air Indonesia. Bogor. Hal. 26-33.

Sumantri, B. 1991. Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Kering Untuk Tanaman

Pangan Di Daerah Tingkat II Kabupaten Banyumas. Tesis Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor

Suryatna, E.,I. Ismail, H. Nataatmadja dan I. Basa. 1982. Hasil Penelitian

Menunjang Program Transmigrasi. Departemen Pertanian. Badan Litbang Pertanian Proyek P3MT. Bogor.

Suryatna, E.S., J.L. McIntosh, A. Syarifuddin dan Imtias. 1983. Peningkatan

Produksi Pangan pada Lahan Kering Podsolik Merah Kuning Melalui Pola Tanam. Peranan Hasil Penelitian Padi dan Palawija dalam Pembangunan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Departemen Pertanian. Bogor.

Syam, A., K. Kariyasa, E. Sujitno dan Z. Zaini. 1996. Pengembangan Lahan

Kering untuk Menunjang Ketahanan Pangan Nasional Indonesia. Prosiding Lokakarya Evaluasi Hasil Penelitian Usahatani Lahan Kering. Bogor 1996. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Tim Biro Perencanaan Deptrans. 1984. Kriteria Kesesuaian Lahan Pola-pola

Pemukiman Transmigrasi dalam Rangka Survey dan Pemetaan Tingkat Tinjau Sumberdaya Lahan dan Sumberdaya Alam lainnya. Proyek Rencana Pemukiman Transmigrasi, Departemen Transmigrasi. Jakarta. 45 Halaman.

Tim Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 1993. Petunjuk Teknis Evaluasi

Lahan.Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bekerjasama dengan proyek {embangunan Penelitian Pertanian Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor.

Tohir, K. 1983. Seuntai Pengetahuan Tentang Usahatani di Indonesia. Bagian

Dua. Cara-cara Petani Indonesia Memanfaatkan Alam dan Cara-cara Pendekatan Pembangunan Usahatani Indonesia. PT. Bina Aksara. Jakarta.

Verinumbe, I., H.C. Knipscheer and E. E. Enabor 1984. The Economic Potensial

of Leguminose Tree Crops in Zero-Tillage Cropping in Nigeria. A Linier Programming Model. In Agroforestry System 2. Martinue Nijhoff-Dr. W. Junk Publishers. Dordrecht. Nederlands.

Wischmeier, W.H. and D.D. Smith. 1978. Predicting Rainfall Erosion Losses. US.

Dept. Agric. Handbook. No.537.

Page 102: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

84

Lampiran 1. Nilai faktor C dari Berbagai Tanaman dan Pengelolaan atau Penggunaan Lahan

No. Jenis Tanaman dan Pengelolaannya / Tipe penggunaan lahan

Nilai faktor C Sumber

1 Tanah bera tanpa tanaman, diolah 1,0 1 2 Sawah beririgasi 0.01 1, 2 3 Sawah tadah hujan 0,05 1 4 Tegalan, tanaman tidak spesifik 0,05 1

5

Rumput brachiaria • Tahun pertama • Tahun kedua • Tahun seterusnya

0,3 0,02

0,002

1, 2 2 2

6 Ubi kayu Ubi kayu

0,363 0,7

1 1

7 Jagung Jagung

0,7 0,637

1 2

8 Padi gogo, tegalan, lahan kering Padi gogo

0,5 0,565

1 2

9 Kacang-kacangan, tidak spesifik 0,6 1 10 Kacang jogo 0,161 2 11 Kacang tanah 0,452 2 12 Kedelai 0,399 2 13 Sorgum 0,242 2 14 Sereh wangi (Citronella) 0,434 1, 2 15 Kentang 0,4 1 16 Tebu 0,2 1 17 Pisang (jarang, sebagai monokultur) 0,6 1 18 Talas 0,85 1

19

Kebun campuran, tajuk bertingkat, penutup tanah bervariasi) • Kerapatan tinggi • Ubi kayu/kedelai • Kerapatan sedang • Kerapatan rendah (Cayamus sp, kacang tanah)

0,452

0,1 0,2 0,3 0,5

2 1 2 1 2

20 Tanaman perkebunan dengan tanaman penutup tanah (permanen) • Kerapatan tinggi • Kerapatan rendah

0,1 0,5

1 1

21 Reboisasi dengan penutup tanah, tahun pertama 0,3 1 22 Kopi dengan penutup tanah 0,2 1 23 Tanaman bumbu ( cabe, jahe) 0,9 1 24 Perladangan berpindah 0,4 1

25 Hutan, hutan alami (primer) berkembang baik : • Serasah tinggi • Serasah sedang

0,001 0,005

1, 2 1

26 Hutan produksi : • Tebang habis • Tebang pilih

0,5 0,2

1 1

Keterangan (Sumber) :

1. Hammer, 1981, dalam Sinukaban, 1989 2. Adimihardja, Abujamin dan Kurnia. U, 1981, dalam Sinukaban, 1989 3. Pusat Penelitian Tanah, 1973 – 1981, dalam Sinukaban, 1989.

Page 103: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

85

Lampiran 1. (Lanjutan)

(1) (2) (3) (4)

27

Kebun produksi (penutup tanah jelek) • Karet • Teh • Kelapa sawit • Kelapa

0,8 0,5 0,5 0.5

1 1 1 1

28 Kolam ikan 0,001 1 29 Lahan kritis, tanpa vegetasi 0,95 1 30 Semak, belukar 0,3 1 31 Sorgum – sorgum (terus menerus) 0,341 3 32 Padi gogo – jagung ( dalam rotasi) 0,209 3 33 Padi gogo – jagung ( dalam rotasi) + mulsa jagung 0,083 3

34 Padi gogo – jagung ( dalam rotasi) + mulsa jerami 2 ton/ha dan 10 – 20 ton pupuk kandang 0,030 3

35 Padi gogo tumpangsari jagung + ubi kayu dirotasikan dengan kedelai atau kacang tanah 0,421 3

36 Jagung dan kacang tanah, sisa tanaman jadi mulsa 0,014 3 37 Alang-alang permanen 0,021 3 38 Alang-alang dibakar satu kali 0,20 3 39 Semak, lamtoro 0,51 3 40 Albisia dengan semak campuran 0,012 3 41 Albisia tanpa tanaman bawah 1,0 3 42 Kentang ditanam mengikuti arah lereng 1,0 3 43 Kentang penanaman mengikuti kontur 0,35 3 44 Bawang, penanaman dalam kontur 0,08 3 45 Pohon tanpa semak 0,32 3 46 Ubi kayu tumpangsari dengan kedelai 0,181 2 47 Ubi kayu tumpangsari dengan kacang tanah 0,195 2 48 Ubi kayu + sorgum (tumpangsari) 0,345 2 49 Padi gogo + sorgum (tumpangsari) 0,417 2 50 Kacang tanah + kacang gude (tumpangsari) 0,495 2 51 Kacang tanah + kacang panjang (tumpangsari) 0,571 2 52 Kacang tanah + mulsa jerami 4 ton / ha 0,049 2 53 Kacang tanah + mulsa batang jagung 4 ton /ha 0,196 2 54 Kacang tanah , mulsa clotolaria 3 ton / ha 0,028 2 55 Kacang tanah, mulsa kacang panjang 0,259 2 56 Kacang tanah, mulsa jerami padi 0,377 2 57 Padi gogo, mulsa clotolaria 3 ton / ha 0,387 2

58 Padi gogo + jagung + ubi kayu , mulsa jerami 6 ton/ ha, setelah padi ditanami kacang tanah 0,079 2

59 Padi gogo - jagung – kacang tanah, dalam rotasi, dengan sisa tanaman jadi mulsa 0,347 2

60 Padi gogo – jagung – kacang tanah, dalam rotasi 0,496 2

61 Padi gogo + jagung + kacang tanah (tumpangsari), dengan mulsa sisa tanaman 0,357 2

62 Padi gogo + jagung + kacang tanah (tumpangsari) 0,588 2 Keterangan (Sumber) :

1. Hammer, 1981, dalam Sinukaban, 1989 2. Adimihardja, Abujamin dan Kurnia. U, 1981, dalam Sinukaban, 1989 3. Pusat Penelitian Tanah, 1973 – 1981, dalam Sinukaban, 1989.

Page 104: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

86

Lampiran 2. Nilai Faktor P Beberapa Tindakan Konservasi dan Pengelolaan Tanaman (CP)

No Tindakan Konservasi dan Pengelolaan Tanaman P dan CP Sumber

1

Teras Bangku Teras Bangku : • Konstruksi baik • Konstruksi sedang • Konstruksi buruk

0,037

0,04 0,15 0,35

2

1 1 1

2 Teras tradisional 0,35 1

3

Teras koluvial ditanami strip rumput/bambu atau rumput permanen seperti rumput bahia : • Disain baik, tahun pertama • Disain buruk, tahun pertama

0,04 0,40

1 1

4 Rorak (split pits) 0,6 1

5

Mulsa penahan air : • Serasah atau jerami 6 ton / tahun • Serasah atau jerami 3 ton / tahun • Serasah atau jerami 1 ton / tahun

0,3 0,5 0,8

1 1 1

6

Penanaman menurut kontur : • Pada lereng 0 – 8 % • Pada lereng • Pada lereng

0,5 0,75 0,90

1 1 1

7 Teras bangku ditanami kacang tanah – kacang tanah 0,009 2 8 Teras bangku ditanami jagung + mulsa jerami 4 ton/ha 0,006 2 9 Teras bangku ditanami sorgum - sorgum 0,012 2 10 Teras bangku ditanami jagung 0,048 2 11 Penanaman strip rumput bahia (1 thn) dalam tanaman kedelai 0,02 2 12 Penanaman strip crotalaria dalam pertanaman padi gogo 0,340 2 13 Penanaman strip crotalaria dalam keledai 0,111 2 14 Penanaman strip crotalaria dalam kacang tanah 0,389 2

15 Penanaman strip kacang tanah dalam petanaman jagung, menggunakan sisa tanaman sebagai mulsa 0,05 2

16 Teras guludan dengan rumput penguat 0,50 3 17 Teras guludan ditanami padi gogo dan jagung dalam rotasi 0,015 3 18 Teras guludan pada pertanaman sorgun - sorgum 0,041 3 19 Teras guludan pada pertanaman ubi kayu 0,063 3

20 Teras guludan pada pertanaman jagung – kacang tanah dalam rotasi, menggunakan mulsa sisa tanaman 0,006 3

21 Teras guludan, pada kacang tanah – kedelai dalam rotasi 0,105 3

22 Teras guludan, padi gogo – jagung – kacang panjang dalam rotasi dengan 2 ton/ha kapur 0,012 3

23 Teras bangku, ditanami jagung – ubi kayu/kedelai dalam rotasi 0,015 3 24 Teras bangku, ditanami sorgum - sorgum 0,041 3 25 Teras bangku , kacang tanah – kacang tanah 0,009 3 26 Teras bangku tanpa tanaman 0,039 3 27 Penanaman strip crotalaria dalam sorgum - sorgum 0,264 3 28 Penanaman strip crotalaria dalam kacang tanah – ubi kayu 0,405 3 29 Penanaman strip crotalaria dalam pertanaman padi gogo – ubi kayu 0,193 3 30 Penanaman strip rumput dalam padi gogo 0,841 3

Keterangan : 1. Hammer, 1981, dalam Sinukaban, 1989 2. Adimihardja, Abujamin dan Kurnia, 1981, dalam Sinukaban, 1989 3. Pusat Penelitian Tanah, 1973 – 1981, dalam Sinukaban, 1989.

Page 105: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

87

Lampiran 3. Penilaian Ukuran Butir (M) Struktur Tanah dan Permeabilitas untuk Digunakan Dalam Rumus (Hammer, 1978)

a. Ukuran Butir

Kelas Tekstur (USDA) Nilai M Kelas Tekstur

(USDA) Nilai M

Liat berat 210 Pasir 3035 Liat sedang 750 Lempung berpasir 3245 Liat berpasir 1213 Lempung liat berdebu 3770 Liat ringan 1685 Lempung berpasir 4005 Lempung liat berpasir 2160 Lempung 4390 Liat berdebu 2830 Lempung berdebu 6330 Lempung liat 2830 Debu 8245

b. Struktur Tanah

Tipe Struktur Nilai Granular sangat halus (very fine granular) 1 Granular halus (fine granular) 2 Granular sedang dan kasar (medium, coarse, granular) 3 Gumpal, lempeng, pejal (bloky, patty, massive) 4

c. Permeabilitas

Kelas Permeabilitas Cm/Jam Nilai Cepat (rapid) > 285,4 1 Sedang sampai cepat (moderate to rapid) > 12,7 – 25,4 2 Sedang (moserate) > 6,3 – 12,7 3 Sedang sampai lambat (moderate to slow) > 2,0 – 6,3 4 Lambat (slow) 0,5 – 2,0 5 Sangat lambat (very slow) < 0,5 6

Page 106: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

88

Lampiran 4. Kriteria Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Padi gogo (Oryza sativa)

KELAS KESESUAIAN LAHAN

KARAKTERISTIK

LAHAN S1 S2 S3 N

Regim Temperatur 1. Rata-rata temperatur

(oC) 22 - 29 29 – 32

18 - 22 32– 35 < 18

> 35

Ketersediaan Air (w) 1. Curah Hujan

(mm) > 1500 1000 – 1500

750– 1000

> 750 – 400

2. Kelembaban Udara (%)

33 - 90 30 - 33 < 30 > 90 -

Media Perakaran ( r ) 1. Kelas Draenase baik, agak

baik, agak cepat, agak terhambat

- terhambat, sangat terhambat

cepat

2. Tekstur h, ah, s - ak k 3. Kedalaman

Perakaran > 50 40 - 50 25 - 40 < 25

Ketersediaan Unsur Hara (f)

1. KTK Liat (cmol) > 16 < 6 - - 2. Kejenuhan Basa (%) > 35 20 - 35 < 20 -

3. pH H2O 5.5 – 7.5 5.0 – 5.5

7.5 – 7.9 < 5.0 > 7.9

4. C-Organik > 1.5 0.8 – 1.5 < 0.8 - Bahaya Erosi 1. Lereng (%) < 8 8 - 16 16 - 30 > 30 2. Bahaya Erosi sr r - sd b sb

Keterangan : Kriteria ini hasil dari perpaduan dari • CSR/FAO (1983) • Tim Biro Perencanaan Departemen Pertanian (1997)

Page 107: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

89

Lampiran 5. Kriteria Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Jagung (Zea mays)

KELAS KESESUAIAN LAHAN

KARAKTERISTIK

LAHAN S1 S2 S3 N

Regim Temperatur 1. Rata-rata temperatur

(oC) 20 - 26 -

26 - 30 16 – 20 30 - 32

< 16 > 32

Ketersediaan Air (w) 1. Curah Hujan (mm) 500 - 1200 1200 – 1600

400 - 500 3000 – 5000

300 - 400 -

< 300 2. Kelembaban Udara

(%) > 42 36 - 42 30 - 36 < 30

Media Perakaran ( r ) 1. Kelas Draenase baik sampai

agak terhambat

agak cepat terhambat sangat terhambat, cepat

2. Tekstur h, s ah ak k 3. Kedalaman

Perakaran > 60 40 - 60 25 - 40 < 25

Ketersediaan Unsur Hara (f)

1. KTK Liat (cmol) > 16 ≤ 16 - - 2. Kejenuhan Basa (%) > 50 35 - 50 < 35 - 3. pH H2O 5.8 – 7.8 5.5 – 5.8

7.8 – 8.2 < 5.5 > 8.2 -

4. C-Organik > 0.4 ≤ 0.4 - - Bahaya Erosi 1. Lereng (%) < 8 8 - 16 16 - 30 > 30 2. Bahaya Erosi sr r - sd b sb

Keterangan : Kriteria ini hasil dari perpaduan dari • CSR/FAO (1983) • Tim Biro Perencanaan Departemen Pertanian (1997)

Page 108: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

90

Lampiran 6. Kriteria Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Ubi Kayu (Manihot utilissima)

KELAS KESESUAIAN LAHAN

KARAKTERISTIK

LAHAN S1 S2 S3 N

Regim Temperatur 1. Rata-rata

temperatur (oC) 2 - 308 18 - 20 30 – 35

< 35 > 35

Ketersediaan Air (w)

1. Curah Hujan (mm) 600 - 1000 2000 – 3000 500 - 600

3000 – 5000 < 500

> 5000

2. Kelembaban Udara (%) - - - -

Media Perakaran ( r )

1. Kelas Draenase agak terhambat

terhambat agak capat, sangat terhambat

cepat

2. Tekstur h, ah, s h, ah, s ak ak 3. Kedalaman

Perakaran > 100 75 - 100 50 - 75 < 50

Ketersediaan Unsur Hara (f)

1. KTK Liat (cmol) > 16 ≤ 16 - - 2. Kejenuhan Basa (%)

3. pH H2O 5.2 – 7.0 4.8 – 5.2 < 4.8 - 4. C-Organik ≤ 0.8 - - - Bahaya Erosi 1. Lereng (%) < 8 8 - 16 16 - 30 > 30 2. Bahaya Erosi sr r - sd b sb

Keterangan : Kriteria ini hasil dari perpaduan dari • CSR/FAO (1983) • Tim Biro Perencanaan Departemen Pertanian (1997)

Page 109: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

91

Lampiran 7. Evaluasi Kesesuaian Penggunaan Lahan di Kecamatan Sungai Raya

Nama Desa Unit Jenis Komoditi Lahan Padi Gogo

(Oryza sativa) Jagung

(Zea mays) Ubi Kayu

(Manihot utilisima) I.1 S3.w2.r2.f3 S3.w1.r2.f3 S3.w1.r2.f3 I.2 S3.w2.r2.f2.3 S3.w1.r2.f2.3 S3.w1.r2.f3 I.3 S3.w2.r2.f2.3 S3.w1.r2.f2 S3.w1.r2 I.4 S3.w2.f3 S3.w1.f2.3 S3.w1 Sungai Raya I.5 S3.w2.f3 S3.w1.f2.3 S3.w1.f3 I.6 S3.w2 S3.w1 S3.w1 I.7 S3.w2.f3 S3.w1.f3 S3.w1 I.8 S3.w2.f3 S3.w1.f3 S3.w1 I.9 S3.w2 S3.w1 S3.w1 I.10 S3.w2.f4 S3.w1.f2.4 S3.w1 II.1 S3.w2.r2.f3 S3.w1.r2.f2.4 S3.w1.r2.f3 II.2 S3.w2.r2.f3 S3.w1.r2.f2.3 S3.w1.r2.f3 II.3 S3.w2.r2.f3 S3.w1.r2.f3 S3.w1.r2.f3 II.4 S3.w2.f3 S3.w1.f2.3 S3.w1.f.3 Kuala Dua II.5 S3.w2.f2.3 S3.w1.f2.3 S3.w1.f3 II.6 S3.w2.f3.4 S3.w1 S3.w1 II.7 S3.w2.f3.4 S3.w1.f2.3.4 S3.w1.f3 II.8 S3.w2 S3.w1 S3.w1 II.9 S3.w2.f3 S3.w1.f2.3 S3.w1 II.10 S3.w2.f3 S3.w1.f3 S3.w1 III.1 S3.w2.f2.3 S3.w1.f2.3 S3.w1.f3 III.2 S3.w2.f3 S3.w1.f2.3 S3.w1.f3 III.3 S3.w2.r1.f3 S3.w1.r1.f3 S3.w1.r1.f3 III.4 S3.w2.r1.f3 S3.w1.f2.3 S3.w1.f3 Tembang III.5 S3.w2 S3.w1 S3.w1.f.3 Kacang III.6 S3.w2.f3 S3.w1.f3 S3.w1 III.7 S3.w2.f3 S3.w1.r1.f2.3 S3.w1.r1.f3 III.8 S3.w2.r1.f3 S3.w1.f2.3 S3.w1 III.9 S3.w2.r1.f3 S3.w1.f2.3 S3.w1.f3 III.10 S3.w2.r1.f3 S3.w1.f3 S3.w1.f3 IV.1 S3.w2.f3 S3.w1.r1.f2.3 S3.w1.r1.f.3 IV.2 S3.w2.f3 S3.w1.f2.3 S3.w1.r1.f.3 IV.3 S3.w2.r1.f3 S3.w1.f2.3 S3.w1.r1.f3 IV.4 S3.w2.f3 S3.w1.f3 S3.w1.r1.f3 Sungai Asam IV.5 S3.w2 S3.w1 S3.w1 IV.6 S3.w2.r1.f3 S3.w1.f2 S3.w1 IV.7 S3.w2.r1.f3 S3.w1.f3 S3.w1 IV.8 S3.w2.r1.f3 S3.w1.f2.3 S3.w1.f3 IV.9 S3.w2.r1.f3 S3.w1.f2 S3.w1 IV.10 S3.w2.r1.f3 S3.w1.f2.3 S3.w1.f3

Sumber : Data primer diolah (2005) Keterangan : Kelas Kesesuaian Lahan Faktor Pembatas

S1 = Sangat sesuai t1 = Temperatur rata-rata f1 = KTK liat S2 = Cukup sesuai w1 = Curah hujan rata-rata f2 = pH H2O S3 = Sesuai marjinal w2 = Kelembaban f3 = Kejenuhan Basa N1 = Tidak sesuai e1 = Lereng f4 = C-Organik saat ini e2 = Bahaya erosi r1 = Kelas draenase

r2 = Tekstur tanah r3 = Kedalaman efektif

Page 110: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

92

Lampiran 8. Kondisi curah hujan di Kecamatan Sungai Raya (nilai erosivitas – R)

Jumlah hari hujan stasiun Supadio Pontianak tahun 1995-2004

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des Rerata

1995 22 18 18 18 17 14 14 22 18 18 25 13 18.08

1996 10 20 16 18 8 20 13 20 14 25 20 20 17.00

1997 14 11 12 23 11 10 5 0 6 16 16 23 12.25

1998 17 15 21 21 17 14 16 25 17 20 19 21 18.58

1999 17 10 16 17 24 12 7 13 12 27 16 19 15.83

2000 23 16 9 19 11 16 8 16 17 19 22 18 16.17

2001 20 11 13 18 12 14 15 6 19 24 24 16 16.00

2002 21 9 16 23 14 11 6 7 9 15 21 21 14.42

2003 18 15 15 25 11 11 12 12 14 25 23 18 16.58

2004 21 10 12 23 17 5 15 2 21 17 22 25 15.83 Rerata 18.3 13.5 14.8 20.5 14.2 12.7 11.1 12.3 14.7 20.6 20.8 19.4 16.08

Jumlah curah hujan (mm) stasiun Supadio Pontianak tahun 1995-2004

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des Rerata 1995 498 338 282 299 205 177 221 224 135 239 238 189 3045

1996 199 313 294 304 109 280 154 290 133 589 226 185 3076 1997 135 161 172 451 337 221 206 0 56 250 191 524 2704

1998 403 278 501 449 351 263 233 489 301 236 216 188 3908

1999 423 204 229 146 234 204 77 255 183 429 205 330 2919

2000 582 164 169 179 64 302 195 372 341 253 343 191 3155

2001 306 253 269 357 161 223 302 155 155 345 469 184 3179

2002 466,9 76,5 285,9 339,4 141,5 136 153.7 164 108 210 362 297 2740,50

2003 394 297 202 614 147 134 281 207 132 302 334 257 3301

2004 384 163 216 312 386 113 249 19 309 182 351 422 3106

Rerata 379,10 224,80 262,00 345,00 213,60 205,30 207,20 218,00 185,00 303,50 294,00 276,70 3113,4

Curah hujan maksimal 24 jam (mm) stasiun Supadio Pontianak tahun 1995-2004

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Rerata

1995 102 93 80 56 82 59 45 65 97 89 3 39 67,50

1996 79 75 92 52 46 68 38.4 43 72.6 58 57 24 58,75

1997 45 76 28 53 132 22 29 30 51 45 17 41 47,42

1998 52 42 77 49 67 19 35 54 23 43 61 72 49,50

1999 120 62 56 74 81 48 72 40 46 74 36 49 63,17

2000 62,4 60 113 74 48 28 115 65 58 66 29 23 61,78

2001 154 75 61 46 37 28 61 34 32 67 48 74 59,75

2002 55 60 52 48 77 50 33 86 61 32 56 128 61,50

2003 36 45 41 71 19 27 37 65 45 52 49 64 45,92

2004 54 88 35 20 13 54 46 58 85 122 32 49 54,67 Rerata 75,90 67,60 63,50 54,30 60,20 40,30 51,10 54,00 57,10 64,80 38,80 56,30 56,99

Page 111: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

93

Lampiran 8. (Lanjutan)

Temperatur ( 0 C)stasiun Supadio Pontianak tahun 1995-2004

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des Rerata

1995 26,3 26 26,4 26,8 27,0 27,1 26,9 26,5 26,2 26,9 26,2 26,6 26,58 1996 26,3 26,2 26,3 26,0 27,5 25.8 26,6 26,6 26,6 26,5 25,9 26,5 26,40 1997 26,1 24,0 26,9 25,9 27,4 26,4 27,0 27,7 25,4 26,3 25,6 26,4 26,26 1998 26,9 27,0 27,2 27,3 27,7 27,3 26,8 26,2 26,8 26,5 26,7 26,0 26,87

1999 26,3 26,4 26,3 26,2 26,6 26,8 26,5 26,6 26,5 26,1 25,2 26,1 26,30 2000 26,1 26,2 26,7 26,3 27,4 26,6 27,1 26,3 26,6 26,2 26,4 26,1 26,50 2001 26,1 26,0 26,6 26,6 27,2 26,7 26,5 27,2 26,1 26,5 26,2 26,1 26,48 2002 26,2 26,6 26,9 26,8 27,5 27 27,3 27,1 27,0 26,8 26,4 26,8 26,87 2003 26,4 26,5 26,7 26,6 27,7 27,4 26,7 27,3 26,7 26,7 26,4 26,2 26,78 2004 26,4 26,7 26,9 26,8 27,3 27,4 26,0 27,2 26,4 26,7 26,3 26,0 26,68

Rerata 26,30 26,20 26,70 26,50 27,33 26,85 26,74 26,90 26,40 26,50 26,10 26,30 26,57

Kelembabab Udara ( % ) udara stasiun Supadio Pontianak 1995 – 2004

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des Rerata 1995 86 86 85 85 86 85 82 86 87 86 86 86 93,17 1996 85 80 86 81 83 84 84 85 81 87 83 85 92,08 1997 85 77 84 83 84 80 82 79 83 89 82 87 92,25 1998 88 88 88 87 87 85 86 88 87 88 88 89 95,42 1999 88 87 88 85 87 86 84 87 87 90 88 91 95,58 2000 92 90 88 90 88 89 86 88 89 89 90 89 99,42 2001 87 87 85 87 86 84 84 81 88 88 89 88 94,33 2002 89 85 84 89 87 87 84 84 88 88 88 87 96,25 2003 88 88 85 87 84 83 84 84 85 87 89 89 95,42 2004 88 85 85 87 86 82 87 79 86 86 90 90 95,50

Rerata 87,60 85,30 85,80 86,10 85,80 84,50 84,0 84,10 86,10 87,80 87,30 88,10 94,94

Page 112: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

94

Lampiran 9. Faktor Erodibilitas Tanah ( K) di Kecamatan Sungai Raya

% Bahan Kode

Struktur Kelas

Permeabilitas Nilai Nilai No. Organik Tanah Tanah M K Lap. (a) (b) ( c )

Desa Sungai Raya I.1 10.41 2 3 2830 0.04 I.2 10.41 2 3 2830 0.04 I.3 13.02 2 3 2830 0.09 I.4 10.81 2 3 2830 0.03 I.5 10.55 2 3 2830 0.04 I.6 10.59 2 3 2830 0.03 I.7 6.40 3 4 3245 0.3 I.8 5.22 3 3 2830 0.39 I.9 6.15 3 3 2830 0.23 I.10 2.86 3 4 1213 0.52 Kuala Dua II.1 6.62 2 3 2830 0.09 II.2 8.62 2 3 2830 0.1 II.3 7.62 2 3 2830 0.13 II.4 6.69 2 3 2830 0.14 II.5 5.90 2 3 2830 0.14 II.6 5.45 3 4 3245 0.38 II.7 6.86 3 4 3245 0.33 II.8 6.15 3 4 2160 0.39 II.9 6.40 3 4 3245 0.34 II.10 5.95 3 4 3245 0.41 Tembang Kacang III.1 7.34 2 3 2830 0.16 III.2 11.00 3 4 3245 0.19 III.3 7.96 2 3 2830 0.2 III.4 4.10 2 3 2830 0.26 III.5 9.55 2 3 2830 0.11 III.6 11.14 3 4 2160 0.18 III.7 4.03 3 4 2160 0.43 III.8 5.00 3 4 2160 0.33 III.9 5.71 2 3 2830 0.21 III.10 3.57 3 4 2160 0.37 Sungai Asam IV.1 6.40 2 4 2830 0.26 IV.2 9.62 2 4 2830 0.12 IV.3 12.48 2 4 2830 0.06 IV.4 6.07 2 4 2830 0.22 IV.5 11.48 2 4 2830 0.09 IV.6 9.69 3 4 2160 0.25 IV.7 8.21 3 4 2160 0.3 IV.8 5.71 3 4 2160 0.39 IV.9 9.72 2 4 2830 0.09 IV.10 5.00 2 4 2830 0.32

Page 113: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

95

Lampiran 10. Nilai Kemiringan dan Panjang Lereng (LS) Kemiringan Panjang

No. Lereng Lereng Faktor LS Lap. (%) (m)

Desa Sungai Raya I.1 2 50 0.27 I.2 2 45 0.26 I.3 2 10 0.12 I.4 2 30 0.21 I.5 2 15 0.15 I.6 2 45 0.26 I.7 2 12.5 0.14 I.8 2 40 0.24 I.9 2 45 0.26 I.10 2 35 0.23 Desa Kuala Dua II.1 2 30 0.21 II.2 2 25 0.19 II.3 2 45 0.26 II.4 2 30 0.21 II.5 2 12.5 0.14 II.6 2 25 0.19 II.7 2 35 0.23 II.8 2 25 0.19 II.9 2 25 0.19 II.10 2 50 0.27 Desa Tembang Kacang III.1 2 40 0.24 III.2 2 35 0.23 III.3 2 12.5 0.14 III.4 2 35 0.23 III.5 2 75 0.33 III.6 2 45 0.26 III.7 2 40 0.24 III.8 2 25 0.19 III.9 2 30 0.21 III.10 2 50 0.27 Desa Sungai Asam IV.1 2 40 0.24 IV.2 2 35 0.23 IV.3 2 20 0.17 IV.4 2 50 0.27 IV.5 2 75 0.33 IV.6 2 45 0.26 IV.7 2 12.5 0.14 IV.8 2 25 0.19 IV.9 2 40 0.24 IV.10 2 25 0.19

Page 114: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

96

Lampiran 11. Nilai erosi yang dapat ditoleransikan (ETol)

No. Faktor EROSI (A) ETOL Lap. R K LS CP (Ton/ha/th) (Ton/ha/th)

Sungai Raya I.1 2017.44 0.04 0.27 0.40 8.72 72.00 I.2 2017.44 0.04 0.26 0.40 8.39 72.00 I.3 2017.44 0.09 0.12 0.22 4.79 72.00 I.4 2017.44 0.03 0.21 0.16 2.03 84.00 I.5 2017.44 0.04 0.15 0.16 1.94 84.00 I.6 2017.44 0.03 0.26 0.16 2.52 78.00 I.7 2017.44 0.30 0.14 0.16 13.56 66.00 I.8 2017.44 0.39 0.24 0.40 75.53 69.00 I.9 2017.44 0.23 0.26 0.40 48.26 69.00 I.10 2017.44 0.52 0.23 0.16 38.61 63.00 Kuala Dua II.1 2017.44 0.09 0.21 0.16 6.10 72.00 II.2 2017.44 0.10 0.19 0.16 6.13 66.00 II.3 2017.44 0.13 0.26 0.40 27.28 60.60 II.4 2017.44 0.14 0.21 0.22 13.05 71.40 II.5 2017.44 0.14 0.14 0.16 6.33 76.80 II.6 2017.44 0.38 0.19 0.16 23.31 71.40 II.7 2017.44 0.33 0.23 0.22 33.69 60.60 II.8 2017.44 0.39 0.19 0.22 32.89 63.30 II.9 2017.44 0.34 0.19 0.16 20.85 76.80 II.10 2017.44 0.41 0.27 0.40 89.33 66.00 Tembang Kacang III.1 2017.44 0.16 0.24 0.16 12.40 51.00 III.2 2017.44 0.19 0.23 0.22 19.40 63.00 III.3 2017.44 0.20 0.14 0.22 12.43 66.00 III.4 2017.44 0.26 0.23 0.22 26.54 78.00 III.5 2017.44 0.11 0.33 0.40 29.29 69.00 III.6 2017.44 0.18 0.26 0.22 20.77 72.00 III.7 2017.44 0.43 0.24 0.16 33.31 72.00 III.8 2017.44 0.33 0.19 0.40 50.60 84.00 III.9 2017.44 0.21 0.21 0.22 19.57 66.00 III.10 2017.44 0.37 0.27 0.22 44.34 69.00 Sungai Asam IV.1 2017.44 0.26 0.24 0.22 27.70 66.00 IV.2 2017.44 0.12 0.23 0.16 8.91 78.00 IV.3 2017.44 0.06 0.17 0.22 4.53 63.00 IV.4 2017.44 0.22 0.27 0.16 19.17 63.00 IV.5 2017.44 0.09 0.33 0.40 23.97 66.00 IV.6 2017.44 0.25 0.26 0.22 28.85 69.00 IV.7 2017.44 0.30 0.14 0.22 18.64 84.00 IV.8 2017.44 0.39 0.19 0.16 23.92 78.00 IV.9 2017.44 0.09 0.24 0.22 9.59 72.00 IV.10 2017.44 0.32 0.19 0.22 26.99 72.00

Page 115: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

97

Lampiran 12. Hasil Analisis Tanah pada Unit Lahan di Daerah Penelitian

Tekstur No. Lap.

pH H2O

C-Org

N-Total P Ca Mg K Na

KTK

KB (%) Pasir Debu Liat

(%) (%) (me/ 100 gr) (%)

I.1 4.75 2.04 0.75 3.8 8.30 7.56 0.20 0.37 20.95 78.42 10.92 47.35 41.73

I.2 3.93 3.55 0.62 2.0 3.33 0.33 0.10 0.25 20.76 19.32 12.6 44.82 42.58

I.3 5.22 2.27 0.63 2.8 2.80 0.88 0.62 0.60 24.58 19.61 10.68 56.72 32.60

I.4 4.98 2.14 0.76 7.1 2.48 0.80 0.72 0.15 19.43 23.67 13.43 54.11 42.46

I.5 4.02 1.00 0.86 7.9 0.34 0.15 0.05 0.57 17.56 33.93 11.92 55.96 42.12

I.6 5.30 1.44 0.13 1.6 6.66 4.22 0.33 0.61 23.74 49.79 16.45 42.52 41.03

I.7 4.80 1.8 0.06 0.3 2.59 2.00 0.09 0.47 14.43 35.69 31.26 38.22 30.52

I.8 4.90 1.12 0.11 3.7 3.77 2.75 0.21 0.43 15.18 47.16 15.66 50.53 13.81

I.9 5.10 1.28 0.13 15.2 4.46 2.88 0.31 0.49 15.63 52.08 26.86 40.49 32.66

I.10 5.20 0.4 0.05 11.0 2.82 0.80 0.10 0.39 16.38 25.09 31.00 45.22 23.78

II.1 4.45 4.42 0.42 0.1 7.13 1.13 0.20 0.60 16.20 56.44 11.92 42.69 55.87

II.2 4.74 3.88 0.33 12.5 2.32 0.80 0.39 0.98 15.89 25.37 11.44 54.85 42.70

II.3 4.32 3.42 0.31 1.8 2.82 2.28 0.62 0.80 27.60 48.46 12.45 55.59 42.65

II.4 3.70 3.16 0.90 3.0 3.06 2.07 0.92 0.96 25.92 24.82 11.7 54.13 44.17

II.5 3.63 2.85 0.66 4.3 1.13 0.65 0.60 0.67 16.38 12.89 11.91 50.20 47.89

II.6 5.20 1.44 0.15 7.4 1.47 0.30 0.12 0.35 6.28 35.67 59.54 25.81 14.65

II.7 4.80 0.32 0.04 20.1 1.02 0.28 0.08 0.13 10.18 34.83 35.82 39.28 24.90

II.8 5.10 0.96 0.11 0.3 7.38 1.05 0.13 0.35 22.24 40.06 28.91 46.13 24.96

II.9 4.80 3.11 0.29 2.4 1.62 0.80 0.10 0.15 12.02 22.21 18.36 54.07 37.57

II.10 4.80 2.38 0.06 0.1 4.61 2.62 0.08 0.57 16.38 50.73 33.78 44.12 22.10

III.1 4.65 4.62 0.38 4.8 1.47 0.18 0.15 0.60 21.72 19.21 19.39 49.86 30.75

III.2 4.47 2.38 0.21 5.1 3.49 0.52 0.22 0.98 17.91 25.85 49.74 30.89 19.37

III.3 4.75 1.54 0.52 6.6 3.22 2.20 0.26 0.80 17.91 35.06 12.28 65.50 22.22

III.4 4.38 2.46 0.62 6.0 3.23 1.53 0.36 0.96 16.73 34.67 16.99 51.18 31.83

III.5 5.20 1.36 0.10 6.0 3.99 0.32 0.77 0.61 13.95 37.88 18.93 64.24 26.83

III.6 4.70 1.56 0.06 3.0 0.58 0.37 0.10 0.28 15.03 50.83 27.88 42.62 29.50

III.7 4.80 1.28 0.13 1.9 3.92 2.35 0.28 0.40 17.52 17.69 26.93 45.23 27.84

III.8 4.70 1.96 0.11 0.2 3.21 2.47 0.21 0.39 20.74 33.51 24.38 41.80 33.82

III.9 4.50 1.64 0.05 0.2 1.25 0.85 0.18 0.30 17.73 33.51 13.68 52.97 33.35

III.10 4.35 1.48 0.53 8.5 1.32 2.26 0.41 0.77 13.88 37.88 25.18 41.09 33.73

IV.1 3.93 1.72 0.68 8.6 1.75 1.15 0.41 0.70 21.15 18.96 14.49 56.71 38.80

IV.2 3.66 3.52 0.33 7.8 0.70 0.48 0.26 0.68 19.24 11.02 11.29 52.30 46.41

IV.3 3.72 3.66 0.65 6.0 0.90 0.52 0.33 0.60 18.85 12.47 11.96 57.77 40.27

IV.4 4.52 1.62 0.54 5.4 3.58 2.98 0.82 0.62 20.96 38.17 14.54 50.68 44.78

IV.5 5.10 1.76 0.07 7.8 1.32 0.58 0.15 0.25 14.21 35.42 17.75 52.90 39.35

IV.6 5.10 1.36 0.07 0.5 3.09 1.80 0.15 0.28 14.73 18.59 50.87 32.08 17.05

IV.7 4.90 1.8 0.09 5.2 1.53 0.47 0.18 0.30 18.12 54.63 31.23 43.05 25.72

IV.8 4.20 1.72 0.03 3.3 1.22 0.38 0.08 0.28 10.28 30.54 36.67 40.51 22.82

IV.9 5.10 1.76 0.09 0.3 3.98 2.10 0.22 0.22 15.34 19.07 42.72 22.43 34.85

IV.10 4.56 2.42 0.90 2.5 3.23 0.47 0.15 0.56 23.45 42.50 14.99 52.82 32.19

Page 116: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

98

Lampiran 13. Bagian Data input yang Digunakan untuk Model Linier Programming Struktur Program Komputerisasi dengan GAMS di Kecamatan sungai Raya

G e n e r a l A l g e b r a i c M o d e l i n g S y s t e m 09/26/06 19:28:42 PAGE 1 C o m p i l a t i o n GAMS 2.50C Windows NT/95/98 1 * MODEL OPTIMASI USAHATANI TANAMAN PANGAN 2 * KECAMATAN SUNGAI RAYA KABUPATEN PONTIANAK KALIMANTAN BARAT 3 * MODEL & CODING: H. R. SUNSUN SAEFULHAKIM 4 * DATA: DIANA,PS PSL S2, IPB, 2006 5 6 SETS 7 I Tipe Lahan / 1*3 / 8 J Pola Tanam / Pd_Pd, Pd_PdJg, Pd_PdUk / 9 K Jenis Output / K_Pd, K_Jg, K_Uk / 10 L Jenis Input / BnPd, BnJg, PKnd, Urea, SP36, KCl, Pest / 11 M Musim Tanam / 1*2 / 12 T Bulan / Okt, Nov, Des, Jan, Feb, Mar, Apr, Mei, Jun, Jul, Agu, Sep / 13 ; 14 SCALARS 15 U Total dana dpt disediakan seluruh petani Rp per tahun / 40115520603 / 16 Uph Tingkat upah tenaga kerja Rp per HOK /15000 / 17 ; 18 PARAMETERS 19 AL(I) Total areal tiap tipe lahan ha 20 / 1 7460 21 2 7993 22 3 5861 / 23 TN(T) Total naker tersedia bulanan HOK 24 / Okt 878325 25 Nov 878325 26 Des 878325 27 Jan 878325 28 Feb 878325 29 Mar 878325 30 Apr 878325 31 Mei 878325 32 Jun 878325 33 Jul 878325 34 Agu 878325 35 Sep 878325 / 36 B(L) Harga satuan tiap jenis input Rp per satuan 37 / BnPd 2500 38 BnJg 3000 39 PKnd 1000 40 Urea 2000 41 SP36 2500 42 KCl 3500 43 Pest 41450 /

Page 117: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

99

Lampiran 13 (Lanjutan) 44 H(K) Harga jual tiap komoditi Rp per kg 45 / K_Pd 2500 46 K_Jg 2000 47 K_Uk 500 / 48 ; 49 TABLE KN(I,J,T) Kebutuhan naker bulanan pada tiap pola tanam dan tipe lahan HOK per ha 50 Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep 51 1.Pd_Pd 51.2 3.4 26.0 9.7 42.6 0.0 53.5 3.6 27.2 10.1 44.5 0.0 52 2.Pd_Pd 40.1 2.7 20.4 7.6 33.3 0.0 45.1 3.0 22.9 8.5 37.5 0.0 53 3.Pd_Pd 38.9 2.6 19.8 7.4 32.3 0.0 38.9 2.6 19.8 7.4 32.3 0.0 54 1.Pd_PdJg 54.7 3.7 27.8 10.4 45.5 0.0 82.9 24.5 42.2 15.7 85.6 0.0 55 2.Pd_PdJg 44.7 3.0 22.7 8.5 37.2 0.0 73.4 21.7 37.3 13.9 75.8 0.0 56 3.Pd_PdJg 40.1 2.7 20.4 7.6 33.3 0.0 58.8 17.4 29.9 11.1 60.7 0.0 57 1.Pd_PdUk 49.7 3.3 25.3 9.4 41.3 0.0 71.5 17.3 36.3 13.5 69.4 0.0 58 2.Pd_PdUk 50.1 3.4 25.5 9.5 41.6 0.0 75.2 18.2 38.3 14.3 73.0 0.0 59 3.Pd_PdUk 44.7 3.0 22.7 8.5 37.2 0.0 48.4 11.7 24.6 9.2 47.0 0.0 60 ; 61 TABLE X(I,J,M,L) Kebutuhan input Usahatani selain Tenaga Kerja Pest liter per ha lainnya kg per ha 62 BnPd BnJg PKnd Urea SP36 KCl Pest 63 1.Pd_Pd.1 50.0 0.0 220.0 104.0 76.0 50.0 1.8 64 2.Pd_Pd.1 30.0 0.0 180.0 68.0 50.0 30.0 1.4 65 3.Pd_Pd.1 47.3 0.0 173.3 77.3 58.0 42.7 1.6 66 1.Pd_PdJg.1 58.8 0.0 237.5 118.8 81.3 52.5 1.9 67 2.Pd_PdJg.1 53.9 0.0 203.1 140.6 74.2 51.6 1.8 68 3.Pd_PdJg.1 50.9 0.0 207.5 98.1 75.5 49.1 1.7 69 1.Pd_PdUk.1 55.7 0.0 228.6 108.6 81.4 47.1 1.9 70 2.Pd_PdUk.1 55.0 0.0 237.5 100.0 80.0 56.3 2.0 71 3.Pd_PdUk.1 54.5 0.0 181.8 69.7 66.7 51.5 1.7 72 1.Pd_Pd.2 48.0 0.0 160.0 74.0 52.0 32.0 1.9 73 2.Pd_Pd.2 20.0 0.0 140.0 48.0 34.0 18.0 1.4 74 3.Pd_Pd.2 42.7 0.0 140.0 60.7 44.7 32.7 1.7

Page 118: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

100

Lampiran 13 (Lanjutan) 75 1.Pd_PdJg.2 42.5 14.5 162.5 82.5 48.8 30.0 2.0 76 2.Pd_PdJg.2 40.6 14.4 148.4 113.3 52.3 35.2 1.8 77 3.Pd_PdJg.2 47.2 9.1 150.9 69.8 52.8 32.1 1.8 78 1.Pd_PdUk.2 38.6 0.0 157.1 72.9 52.9 25.7 1.9 79 2.Pd_PdUk.2 41.3 0.0 162.5 62.5 50.0 33.8 2.1 80 3.Pd_PdUk.2 39.4 0.0 136.4 47.0 51.5 34.8 1.7 81 ; 82 TABLE Y(I,J,M,K) Produktifitas tiap komoditi pada tiap pola tanam di tiap tipe lahan kg per ha 83 K_Pd K_Jg K_Uk 84 1.Pd_Pd.1 1380.0 0.0 0.0 85 2.Pd_Pd.1 1240.0 0.0 0.0 86 3.Pd_Pd.1 1226.7 0.0 0.0 87 1.Pd_PdJg.1 1425.0 0.0 0.0 88 2.Pd_PdJg.1 1250.0 0.0 0.0 89 3.Pd_PdJg.1 1301.9 0.0 0.0 90 1.Pd_PdUk.1 1328.6 0.0 0.0 91 2.Pd_PdUk.1 1337.5 0.0 0.0 92 3.Pd_PdUk.1 1242.4 0.0 0.0 93 1.Pd_Pd.2 1200.0 0.0 0.0 94 2.Pd_Pd.2 1160.0 0.0 0.0 95 3.Pd_Pd.2 1073.3 0.0 0.0 96 1.Pd_PdJg.2 912.5 1412.5 0.0 97 2.Pd_PdJg.2 828.1 1101.6 0.0 98 3.Pd_PdJg.2 622.6 1207.5 0.0 99 1.Pd_PdUk.2 957.1 0.0 2085.7 100 2.Pd_PdUk.2 1062.5 0.0 1875.0 101 3.Pd_PdUk.2 636.4 0.0 1697.0 102 ; 103 VARIABLES 104 Z Variabel tujuan _ total pendapatan usahatani wilayah tanpa memasukkan biaya naker Rp per tahun 105 A(I,J) Variabel keputusan _ areal tiap pola tanam pada tiap tipe lahan ha 106 ; 107 POSITIVE VARIABLE A 108 ; 109 EQUATIONS 110 FUNTUJ Fungsi tujuan _ total pendapatan usaha tani wilayah tanpa memasukkan biaya naker Rp per tahun 111 KDLLHN(I) Fungsi kendala lahan 112 KDLNKR(T) Fungsi kendala naker 113 KDLKEU Fungsi kendala dana tersedia 114 ; 115 FUNTUJ .. Z =E= SUM( (I,J), A(I,J) * ( SUM( (M,K), Y (I,J,M,K) * H(K) ) - 116 SUM( (M,L), X (I,J,M,L) * B(L) ) ) ) 117 ;

Page 119: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

101

Lampiran 13 (Lanjutan) 118 KDLLHN(I) .. SUM( J, A(I,J) ) =L= AL(I) 119 ; 120 KDLNKR(T) .. SUM( (I,J), KN(I,J,T) * A(I,J) ) =L= TN(T) 121 ; 122 KDLKEU .. SUM( (I,J,M,L), X(I,J,M,L) * B(L) * A(I,J) ) =L= U 123 ; 124 MODEL OptUshTn / FUNTUJ, KDLLHN, KDLNKR, KDLKEU / 125 ; 126 SOLVE OptUshTn USING LP MAXIMIZING Z 127 ; 128 PARAMETERS 129 Q_OUT(M,K) Total hasil komoditi tiap musim di wilayah penelitian kg 130 Q_INP(M,L) Total kebutuhan input tiap musim di wilayah penelitian l utk Pest kg utk lainnya 131 MODAL Total Kebutuhan Modal Usahatani di wilaah penelitian Rp 132 REV(I,J) Rataan Revenue tiap kombinasi pola tanam tipe lahan Rr per ha 133 COS(I,J) Rataan Cost tiap kombinasi pola tanam tipe lahan Rr per ha 134 RC(I,J) Revenue Cost Ratio tiap kombinasi pola tanam tipe lahan 135 INC(I,J) Rataan Pendapatan bersih tiap kombinasi pola tanam tipe lahan Rp per ha 136 INPN(I,J) Rataan Rasio pendapatan bersih per tenaga kerja Rp per HOK 137 ; 138 Q_OUT(M,K) = SUM( (I,J), Y(I,J,M,K) * A.L(I,J) ) ; 139 Q_INP(M,L) = SUM( (I,J), X(I,J,M,L) * A.L(I,J) ) ; 140 MODAL = SUM( (I,J,M,L), X(I,J,M,L) * B(L) * A.L(I,J) ) ; 141 REV(I,J) = SUM( (M,K), Y(I,J,M,K) * H(K) ) ; 142 COS(I,J) = SUM( (M,L), X(I,J,M,L) * B(L) ) ; 143 RC(I,J) = REV(I,J) / COS(I,J) ; 144 INC(I,J) = REV(I,J) - COS (I,J) ; 145 INPN(I,J) = INC(I,J) / SUM( (T), KN(I,J,T) ) ; 146 147 DISPLAY Z.L, A.L, A.M, Q_OUT, Q_INP, MODAL, REV, COS, RC, INC, INPN ; COMPILATION TIME = 0.000 SECONDS 0.7 Mb WIN-18-100

Page 120: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

102

Lampiran 13 (Lanjutan) G e n e r a l A l g e b r a i c M o d e l i n g S y s t e m 09/26/06 19:28:42 PAGE 2 Equation Listing SOLVE OPTUSHTN USING LP FROM LINE 126 GAMS 2.50C Windows NT/95/98 ---- FUNTUJ =E= Fungsi tujuan _ total pendapatan usaha tani wilayah tanpa memasukkan biaya naker Rp per tahun FUNTUJ.. Z - 4.708635E+6*A(1,Pd_Pd) - 6.793745E+6*A(1,Pd_PdJg) - 5.024590E+6*A(1,Pd_PdUk) - 4.828940E+6*A(2,Pd_Pd) - 5.490430E+6*A(2,Pd_PdJg) - 5.161455E+6*A(2,Pd_PdUk) - 4.278265E+6*A(3,Pd_Pd) - 5.509475E+6*A(3,Pd_PdJg) - 4.020670E+6*A(3,Pd_PdUk) =E= 0 ; (LHS = 0) ---- KDLLHN =L= Fungsi kendala lahan KDLLHN(1).. A(1,Pd_Pd) + A(1,Pd_PdJg) + A(1,Pd_PdUk) =L= 7460 ; (LHS = 0) KDLLHN(2).. A(2,Pd_Pd) + A(2,Pd_PdJg) + A(2,Pd_PdUk) =L= 7993 ; (LHS = 0) KDLLHN(3).. A(3,Pd_Pd) + A(3,Pd_PdJg) + A(3,Pd_PdUk) =L= 5861 ; (LHS = 0) ---- KDLNKR =L= Fungsi kendala naker KDLNKR(Okt).. 51.2*A(1,Pd_Pd) + 54.7*A(1,Pd_PdJg) + 49.7*A(1,Pd_PdUk) + 40.1*A(2,Pd_Pd) + 44.7*A(2,Pd_PdJg) + 50.1*A(2,Pd_PdUk) + 38.9*A(3,Pd_Pd) + 40.1*A(3,Pd_PdJg) + 44.7*A(3,Pd_PdUk) =L= 878325 ; (LHS = 0) KDLNKR(Nov).. 3.4*A(1,Pd_Pd) + 3.7*A(1,Pd_PdJg) + 3.3*A(1,Pd_PdUk) + 2.7*A(2,Pd_Pd) + 3*A(2,Pd_PdJg) + 3.4*A(2,Pd_PdUk) + 2.6*A(3,Pd_Pd) + 2.7*A(3,Pd_PdJg) + 3*A(3,Pd_PdUk) =L= 878325 ; (LHS = 0) KDLNKR(Des).. 26*A(1,Pd_Pd) + 27.8*A(1,Pd_PdJg) + 25.3*A(1,Pd_PdUk) + 20.4*A(2,Pd_Pd) + 22.7*A(2,Pd_PdJg) +

Page 121: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

103

Lampiran 13 (Lanjutan) 25.5*A(2,Pd_PdUk) + 19.8*A(3,Pd_Pd) + 20.4*A(3,Pd_PdJg) + 22.7*A(3,Pd_PdUk) =L= 878325 ; (LHS = 0) REMAINING 7 ENTRIES SKIPPED ---- KDLKEU =L= Fungsi kendala dana tersedia KDLKEU.. 1741365*A(1,Pd_Pd) + 1875005*A(1,Pd_PdJg) + 1732510*A(1,Pd_PdUk) + 1171060*A(2,Pd_Pd) + 1908020*A(2,Pd_PdJg) + 1776045*A(2,Pd_PdUk) + 1471735*A(3,Pd_Pd) + 1716775*A(3,Pd_PdJg) + 1524830*A(3,Pd_PdUk) =L= 4.011552E+10 ; (LHS = 0)

Page 122: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

104

Lampiran 13 (Lanjutan) G e n e r a l A l g e b r a i c M o d e l i n g S y s t e m 09/26/06 19:28:42 PAGE 3 Column Listing SOLVE OPTUSHTN USING LP FROM LINE 126 GAMS 2.50C Windows NT/95/98 ---- Z Variabel tujuan _ total pendapatan usahatani wilayah tanpa memasukkan biaya naker Rp per tahun Z (.LO, .L, .UP = -INF, 0, +INF) 1 FUNTUJ ---- A Variabel keputusan _ areal tiap pola tanam pada tiap tipe lahan ha A(1,Pd_Pd) (.LO, .L, .UP = 0, 0, +INF) -4.708635E+6 FUNTUJ 1 KDLLHN(1) 51.2 KDLNKR(Okt) 3.4 KDLNKR(Nov) 26 KDLNKR(Des) 9.7 KDLNKR(Jan) 42.6 KDLNKR(Feb) 53.5 KDLNKR(Apr) 3.6 KDLNKR(Mei) 27.2 KDLNKR(Jun) 10.1 KDLNKR(Jul) 44.5 KDLNKR(Agu) 1741365 KDLKEU A(1,Pd_PdJg) (.LO, .L, .UP = 0, 0, +INF) -6.793745E+6 FUNTUJ 1 KDLLHN(1) 54.7 KDLNKR(Okt) 3.7 KDLNKR(Nov) 27.8 KDLNKR(Des) 10.4 KDLNKR(Jan) 45.5 KDLNKR(Feb) 82.9 KDLNKR(Apr) 24.5 KDLNKR(Mei) 42.2 KDLNKR(Jun) 15.7 KDLNKR(Jul) 85.6 KDLNKR(Agu) 1875005 KDLKEU A(1,Pd_PdUk) (.LO, .L, .UP = 0, 0, +INF)

Page 123: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

105

Lampiran 13 (Lanjutan) -5.024590E+6 FUNTUJ 1 KDLLHN(1) 49.7 KDLNKR(Okt) 3.3 KDLNKR(Nov) 25.3 KDLNKR(Des) 9.4 KDLNKR(Jan) 41.3 KDLNKR(Feb) 71.5 KDLNKR(Apr) 17.3 KDLNKR(Mei) 36.3 KDLNKR(Jun) 13.5 KDLNKR(Jul) 69.4 KDLNKR(Agu) 1732510 KDLKEU REMAINING 6 ENTRIES SKIPPED

Page 124: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

106

Lampiran 13 (Lanjutan) G e n e r a l A l g e b r a i c M o d e l i n g S y s t e m 09/26/06 19:28:42 PAGE 4 Model Statistics SOLVE OPTUSHTN USING LP FROM LINE 126 GAMS 2.50C Windows NT/95/98 MODEL STATISTICS BLOCKS OF EQUATIONS 4 SINGLE EQUATIONS 15 BLOCKS OF VARIABLES 2 SINGLE VARIABLES 10 NON ZERO ELEMENTS 118 GENERATION TIME = 0.000 SECONDS 1.4 Mb WIN-18-100 EXECUTION TIME = 0.000 SECONDS 1.4 Mb WIN-18-100

Page 125: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

107

Lampiran 14. . Hasil Analisis Optimasi Usahatani Tanaman Pangan di Kecamatan Sungai Raya

G e n e r a l A l g e b r a i c M o d e l i n g S y s t e m 09/26/06 19:28:42 PAGE 5 GAMS 2.50C Windows NT/95/98 S O L V E S U M M A R Y MODEL OPTUSHTN OBJECTIVE Z TYPE LP DIRECTION MAXIMIZE SOLVER BDMLP FROM LINE 126 **** SOLVER STATUS 1 NORMAL COMPLETION **** MODEL STATUS 1 OPTIMAL **** OBJECTIVE VALUE 89182675234.5888 RESOURCE USAGE, LIMIT 0.023 1000.000 ITERATION COUNT, LIMIT 8 10000 BDMLP 1.1 Sep 30, 1999 WIN.BD.18.3 053.035.037.WAT A. Brooke, A. Drud, and A. Meeraus, Analytic Support Unit, Development Research Department, World Bank, Washington, D.C. 20433, U.S.A. Work space allocated -- 0.04 Mb EXIT -- OPTIMAL SOLUTION FOUND. LOWER LEVEL UPPER MARGINAL ---- EQU FUNTUJ . . . EPS FUNTUJ Fungsi tujuan _ total pendapatan usaha tani wilayah tanpa memasukkan biaya naker Rp per tahun ---- EQU KDLLHN Fungsi kendala lahan LOWER LEVEL UPPER MARGINAL 1 -INF 5417.7159 7460.0000 . 2 -INF 7993.0000 7993.0000 859604.7009 3 -INF 5861.0000 5861.0000 854603.2897 ---- EQU KDLNKR Fungsi kendala naker

Page 126: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

108

Lampiran 14 (Lanjutan) LOWER LEVEL UPPER MARGINAL Okt -INF 825899.2535 878325.0000 . Nov -INF 55239.9340 878325.0000 . Des -INF 419965.6131 878325.0000 . Jan -INF 156670.0441 878325.0000 . Feb -INF 686271.8968 878325.0000 . Apr -INF 878325.0000 878325.0000 88011.8692 Mei -INF 58721.3772 878325.0000 . Jun -INF 446449.3721 878325.0000 . Jul -INF 166030.8305 878325.0000 . Agu -INF 730136.1570 878325.0000 . LOWER LEVEL UPPER MARGINAL ---- EQU KDLKEU -INF 2.742034E+10 4.011552E+10 . KDLKEU Fungsi kendala dana tersedia LOWER LEVEL UPPER MARGINAL ---- VAR Z -INF 8.918268E+10 +INF . Z Variabel tujuan _ total pendapatan usahatani wilayah tanpa memasukkan biaya naker Rp per tahun ---- VAR A Variabel keputusan _ areal tiap pola tanam pada tiap tipe lahan ha LOWER LEVEL UPPER MARGINAL 1.Pd_Pd . 5417.7159 +INF . 1.Pd_PdJg . . +INF -502438.9533 1.Pd_PdUk . . +INF -1.268259E+6 2.Pd_Pd . 7993.0000 +INF . 2.Pd_PdJg . . +INF -1.829246E+6 2.Pd_PdUk . . +INF -2.316642E+6 3.Pd_Pd . 5861.0000 +INF . 3.Pd_PdJg . . +INF -520226.1963 3.Pd_PdUk . . +INF -1.093708E+6 **** REPORT SUMMARY : 0 NONOPT 0 INFEASIBLE 0 UNBOUNDED

Page 127: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

109

Lampiran 14 (Lanjutan) G e n e r a l A l g e b r a i c M o d e l i n g S y s t e m 09/26/06 19:28:42 PAGE 6 E x e c u t i o n GAMS 2.50C Windows NT/95/98 ---- 147 VARIABLE Z.L = 8.91827E+10 Variabel tujuan _ total pendapatan usahatani wilayah tanpa memasukkan biaya naker Rp per tahun ---- 147 VARIABLE A.L Variabel keputusan _ areal tiap pola tanam pada tiap tipe lahan ha Pd_Pd 1 5417.716 2 7993.000 3 5861.000 ---- 147 VARIABLE A.M Variabel keputusan _ areal tiap pola tanam pada tiap tipe lahan ha Pd_PdJg Pd_PdUk 1 -502438.953 -1.26826E+6 2 -1.82925E+6 -2.31664E+6 3 -520226.196 -1.09371E+6 ---- 147 PARAMETER Q_OUT Total hasil komoditi tiap musim di wilayah penelitian kg K_Pd 1 2.457746E+7 2 2.206375E+7 ---- 147 PARAMETER Q_INP Total kebutuhan input tiap musim di wilayah penelitian l utk Pest kg utk lainnya BnPd PKnd Urea SP36 KCl Pest 1 787901.094 3646348.795 1560021.752 1151334.407 760940.494 30319.689 2 670175.063 2806394.542 1140337.676 815469.926 508895.608 31447.560

Page 128: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

110

Lampiran 14 (Lanjutan) ---- 147 PARAMETER MODAL = 2.74203E+10 Total Kebutuhan Modal Usahatani di wilaah penelitian Rp ---- 147 PARAMETER REV Rataan Revenue tiap kombinasi pola tanam tipe lahan Rr per ha Pd_Pd Pd_PdJg Pd_PdUk 1 6450000.000 8668750.000 6757100.000 2 6000000.000 7398450.000 6937500.000 3 5750000.000 7226250.000 5545500.000 ---- 147 PARAMETER COS Rataan Cost tiap kombinasi pola tanam tipe lahan Rr per ha Pd_Pd Pd_PdJg Pd_PdUk 1 1741365.000 1875005.000 1732510.000 2 1171060.000 1908020.000 1776045.000 3 1471735.000 1716775.000 1524830.000 ---- 147 PARAMETER RC Revenue Cost Ratio tiap kombinasi pola tanam tipe lahan Pd_Pd Pd_PdJg Pd_PdUk 1 3.704 4.623 3.900 2 5.124 3.878 3.906 3 3.907 4.209 3.637 ---- 147 PARAMETER INC Rataan Pendapatan bersih tiap kombinasi pola tanam tipe lahan Rp per ha Pd_Pd Pd_PdJg Pd_PdUk 1 4708635.000 6793745.000 5024590.000 2 4828940.000 5490430.000 5161455.000 3 4278265.000 5509475.000 4020670.000 ---- 147 PARAMETER INPN Rataan Rasio pendapatan bersih per tenaga kerja Rp per HOK Pd_Pd Pd_PdJg Pd_PdUk 1 17323.896 17286.883 14909.763 2 21840.525 16234.270 14785.033 3 21179.530 19537.145 15644.630

Page 129: EVALUASI KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING … · Penulis dilahirkan di Teluk Pakedai pada tanggal 7 Januari 1975 sebagai anak ke ... Saenah, Fatimah, adek-adekku Linda, Iman,

111

Lampiran 14 (Lanjutan) EXECUTION TIME = 0.000 SECONDS 1.4 Mb WIN-18-100 USER: Basuki Sumawinata G000110:1210AV-WIN BOGOR AGRICULTURAL UNIVERSITY, FACULTY OF AGRICULTURE DC2588 **** FILE SUMMARY INPUT E:\S2PSL2006-DIANA-KALBAR\MODELOPTUSHTANI.GMS OUTPUT C:\WINDOWS\GAMSDIR\MODELOPTUSHTANI.L