21
TUGAS TERSTRUKTUR BIOFARMASETIKA PROTOKOL EVALUASI KETERSEDIAAN HAYATI KAPLET ASAM MEFENAMAT 500 mg Disusun oleh : Yudha Fahmi A G1F008036 Awaliyatun Nikmah G1F011018 Heppi Purnomo G1F011024 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN FARMASI PURWOKERTO 2013

Evaluasi Ketersediaan Hayati Kaplet Asam Mefenamat HAPPILY

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Evaluasi Ketersediaan Hayati Kaplet Asam Mefenamat HAPPILY

TUGAS TERSTRUKTUR BIOFARMASETIKA

PROTOKOL EVALUASI KETERSEDIAAN HAYATI

KAPLET ASAM MEFENAMAT 500 mg

Disusun oleh :

Yudha Fahmi A G1F008036

Awaliyatun Nikmah G1F011018

Heppi Purnomo G1F011024

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN FARMASI

PURWOKERTO

2013

Page 2: Evaluasi Ketersediaan Hayati Kaplet Asam Mefenamat HAPPILY

PROTOKOL EVALUASI KETERSEDIAAN HAYATI KAPLET ASAM

MEFENAMAT 500mg

Asam mefenamat merupakan derivat asam antranilat dan termasuk kedalam

golongan obat Anti Inflamasi Nonsteroid (AINS). Dalam pengobatan, asam

mefenamat digunakan untuk meredakan nyeri dan rematik. Obat ini cukup toksik

terutama untuk anak-anak dan janin, karena sifat toksiknya, Asam mefenamat

tidak boleh dipakai selama lebih dari 1 minggu dan sebaiknya jangan digunakan

untuk anak-anak yang usianya di bawah 14 tahun (Munaf,1994).

Stuktur asam mefenamat

Rumus Molekul : C15H15NO2

Berat Molekul : 241.29

Pemerian : serbuk hablur putih atau hampir putih. Melebur pada suhu

lebih kurang 230 ºC disertai peruraian.

Kelarutan : larut dalam alkali hidroksida, agak sukar larut dalam

klorofom, sukar larut dalam etanol dan methanol, praktis tidak larut

dalam air.

Persyaratan Kadar : mengandung asam mefenamat tidak kurang dari

90.0% dan tidak lebih dari 110% dari jumlah yang tertera pada etiket

(Anonim,1995).

Asam mefenamat mempunyai khasiat sebagai analgetik dan anti inflamasi.

Asam mefenamat merupakan satu-satunya fenamat yang menunjukkan kerja pusat

dan juga kerja perifer. Mekanisme kerja asam mefenamat adalah dengan

menghambat kerja enzim sikloogsigenase (Goodman, 2007). Tablet asam

mefenamat diberikan secara oral. Diberikan melalui mulut dan diabsorbsi pertama

kali dari lambung dan usus selanjutnya obat akan melalui hati diserap darah dan

dibawa oleh darah sampai ke tempat kerjanya. konsentrasi puncak asam

mefenamat dalam plasma tercapai dalam 2 sampai 4 jam. Pada manusia, sekitar

50% dosis asam mefenamat diekskresikan dalam urin sebagai metabolit 3-

hidroksimetil terkonjugasi dan 20% obat ini ditemukan dalam feses sebagai

metabolit 3-karboksil yang tidak terkonjugasi (Goodman, 2007).

Page 3: Evaluasi Ketersediaan Hayati Kaplet Asam Mefenamat HAPPILY

Parameter farmakokinetik Keterangan

T1/2 eliminasi 2-4 jam

t max 2 jam

C max 20 µg/mL

Steady state tercapai dalam 2 hari

Vd 1,06 L/kg

Protein binding Lebih dari 90 %

ekskresi ± 50 % dosis dikeluarkan di urin

20 % dosis dikeluarkan dalam feses

Efek samping dari asam mefenamat terhadap saluran cerna yang sering

timbul adalah diare, diare sampai berdarah dan gejala iritasi terhadap mukosa

lambung, selain itu dapat juga menyebabkan eritema kulit, memperhebat gejala

asma dan kemungkinan gangguan ginjal (Setiabudy, 2009).

TUJUAN EVALUASI KETERSEDIAAN HAYATI OBAT

Produk obat yang mengandung zat aktif berupa zat kimia baru (new

chemical entity = NCE) dibutuhkan penilaian mengenai efikasi, keamanan dan

mutu secara lengkap. NCE ini yang dipatenkan oleh pabrik penemunya disebut

juga obat inovator. Sedangkan untuk produk obat yang merupakan produk “copy”

hanya dibutuhkan standar mutu yang antara lain berupa bioekivalensi dengan

produk obat innovator sebagai produk pembanding (reference product) yang

merupakan baku mutu (BPOM,2005)

Evaluasi produk farmasetik perlu dilakukan guna untuk menjamin efikasi,

keamanan dan mutu produk obat yang beredar serta untuk menjamin produk obat

”copy” yang akan mendapat izin edar bioekivalen dengan produk obat

inovatornya juga untuk menentukan bioavailabilitas absolut dan relatif suatu zat

kimia baru, serta bioekivalensi zat tersebut dalam formulasi untuk uji klinik dan

dalam produk yang akan dipasarkan. Untuk mengetahui perbandingan kualitas

produk copy dengan sediaan inovator perlu diketahui bioekuivalensi antara dua

sediaan tersebut. Masing-masing sediaan diukur bioavailabilitasnya. Perbandingan

bioavailabilitas ini disebut bioekivalansi obat (BPOM,2005).

Page 4: Evaluasi Ketersediaan Hayati Kaplet Asam Mefenamat HAPPILY

Dasar untuk menentukan bioavailabilitas suatu obat terlebih dahulu harus

diketahui profil disolusinya. Disolusi tablet ialah jumlah atau persen zat aktif dari

sediaan padat yang larut pada waktu tertentu dalam kondisi baku. Kondisi yang

dimaksud misalnya, dalam suhu, kecepatan, pengadukan, dan komposisi media

tertentu. Uji disolusi merupakan suatu metode fisika kimia yang penting sebagai

parameter dalam pengembangan produk dan pengendalian mutu sediaan obat

yang didasarkan pada pengukuran kecepatan pelepasan dan melarut zat aktif dari

sediaannya. Uji disolusi digunakan untuk uji bioavailabilitas secara in vitro,

karena hasil uji disolusi berkorelasi dengan ketersediaan hayati obat dalam tubuh

(Ari,2006).

Studi bioekivalensi (BE) adalah studi bioavailabilitas (BA) komparatif yang

dirancang untuk menunjukkan bioekivalensi antara produk uji (suatu produk obat

”copy”) dengan produk obat inovator /pembandingnya. Caranya dengan

membandingkan profil kadar obat dalam darah atau urin antara produk-produk

obat yang dibandingkan pada subyek manusia. Karena itu desain dan pelaksanaan

studi BE harus mengikuti Pedoman Cara Uji Klinik yang Baik (CUKB), termasuk

harus lolos Kaji Etik.Ekivalensi farmaseutik Dua produk obat mempunyai

ekivalensi farmaseutik jika keduanya mengandung zat aktif yang sama dalam

jumlah yang sama dan bentuk sediaan yang sama. Alternatif farmaseutik adalah

dua produk obat merupakan alternatif farmaseutik jika keduanya mengandung zat

aktif yang sama tetapi berbeda dalam bentuk kimia (garam, ester, dsb) atau bentuk

sediaan atau kekuatan (BPOM,2005).

Dua produk obat disebut bioekivalen jika keduanya mempunyai ekivalensi

farmaseutik atau merupakan alternatif farmaseutik dan pada pemberian dengan

dosis molar yang sama akan menghasilkan bioavailabilitas yang sebanding

sehingga efeknya akan sama, dalam hal efikasi maupun keamanan. Jika

bioavailabilitas nya yang tidak memenuhi kriteria bioekivalen maka kedua produk

obat tersebut disebut bioinekivalen. Dua produk obat mempunyai ekivalensi

terapeutik jika keduanya mempunyai ekivalensi farmaseutik atau merupakan

alternatif farmaseutik dan pada pemberian dengan dosis molar yang sama akan

menghasilkan efikasi klinik dan keamanan yang sebanding. Dengan demikian,

ekivalensi/inekivalensi terapeutik seharusnya ditunjukkan dengan uji klinik.Akan

tetapi, untuk produk obat yang bekerja sistemik, uji klinik mempunyai kendala

berikut :

pada penyakit ringan tidak terlihat, pada penyakit berat tidak etis;

endpoint yang diukur seringkali kurang akurat sehingga variabilitasnya besar

sekali, dengan akibat dibutuhkan sampel yang besar;

Page 5: Evaluasi Ketersediaan Hayati Kaplet Asam Mefenamat HAPPILY

sebagai uji klinik untuk menunjukkan ekivalensi dibutuhkan sampel yang

besar sekali.

Oleh karena itu, sebagai alternatif dilakukan uji bioekivalensi yang

endpointnya sangat akurat (yakni kadar obat dalam plasma) sehingga

variabilitasnya rendah, dan dengan demikiansampel yang dibutuhkan jauh lebih

kecil. Jika terdapat perbedaan yang bermakna secara klinik dalam

bioavailabilitasnya, maka kedua produk obat tersebut dinyatakan inekivalen

secara terapeutik (inekivalensi terapeutik) (BPOM,2005).

PROTOKOL EVALUASI KETERSEDIAAN HAYATI KAPLET ASAM

MEFENAMAT 500mg

Evaluasi ketersediaan hayati kaplet asam mefenamat dilakukan dengan

beberapa tahapan, yaitu evaluasi ekivalensi farmasetik, uji disolusi terbanding (uji

in vitro) dan uji ketersediaan hayati secara in vivo.

1. EKIVALENSI FARMASETIK

Uji pertama yang dilakukan untuk mengevaluasi ketersediaan hayati

suatu obat adalah uji ekivalensi farmasetik. Uji ini akan menunjukkan

kadar zat aktif dalam suatu sediaan. Dua produk obat memiliki ekivalensi

farmasetik jika kedua obat tersebut mengandung zat aktif yang sama

dalam jumlah yang sama dan bentuk sediaan yang sama. Suatu pengujian

ekivalensi farmasetik dapat dilakukan dengan cara membandingkan

kandungannya, yaitu

PROTOKOL PENGUJIAN

Metode pengukuran kadar : spektrofotometri UV (Singh,2011)

Instrumen : Perkin Elmer UV-Visible Spektrovotometri model

lambda 25 dengan spektral band width 1 nm

Akurasi panjang gelombang : 0,5 nm dan 1 cm yang cocok dengan

sel kuarta.

Panjang gelombang analisis : 285 nm

Larutan induk

Larutan induk memiliki konsentrasi 1 mg/ml yang dibuat dengan

melarutkan 50 mg obat murni dalam 0,1 M HCl dan diencerkan

dengan 50 ml 0,1 M HCl.

Penentuan kurva baku asam mefenamat

Pembuatan kurva baku dilakukan dengan mengambil larutan induk

sebanyak 7 titik yaitu 0, 1, 2 ,3 , 4, 5, 6 dan 7.0 mL dan diletakkan

pada labu ukur 100 mL, kemudian ditambahkan 0.1 M HCl sampai

Page 6: Evaluasi Ketersediaan Hayati Kaplet Asam Mefenamat HAPPILY

tanda batas. Kemudian larutan tersebut diukur panjang gelombangnya

pada rentang 200‐400 nm. Panjang gelombang yang dihasilkan adalah

285 nm. Dari data yang dihasilkan lalu ditentukan persamaan kurva

baku dari asam mefenamat standar.

Pengukuran kadar / kandungan tablet asam mefenamat

Dua puluh kaplet ditimbang secara akurat dan digerus sampai halus

menjadi serbuk. Serbuk asam mefenamat sebanyak 100mg ditimbang

secara akurat dan dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml, kemudian

ditambahkan 60 ml HCl 0,1 M. campuran tersebut dikocok selama 15-

20 menit dan di add sampai volume 100 ml. Larutan disaring dengan

kertas Whatman No. 42 kemudian 10 mL alikuot yang didapat

digunakan untuk analisis kadar dengan metode spektrofotometri yang

telah ditetapkan.

2. UJI DISOLUSI TERBANDING (UJI IN VITRO)

Dasar untuk menentukan bioavailabilitas suatu obat terlebih dahulu

harus diketahui profil disolusinya. Uji disolusi digunakan untuk uji

bioavailabilitas secara in vitro, karena hasil uji disolusi berkorelasi dengan

ketersediaan hayati obat dalam tubuh.

Potensi dan karakteristik disolusi in vitro dari produk obat uji dan

pembanding dipastikan dulu sebelum dilakukan studi BE. Hasilnya harus

dilaporkan sebagai profil persen obat yang terlarut terhadap waktu. Nomor

batch kedua produk harus dicantumkan, demikian juga tanggal kadaluarsa

produk pembanding. Kandungan zat aktif antara kedua produk tidak boleh

berbeda lebih dari 5%. Jika potensi produk pembanding menyimpang >

5% dari kandungan 100% yang tercantum dalam label, perbedaan ini dapat

digunakan kemudian untuk koreksi dosis pada perhitungan parameter

bioavailabilitas pada studi BE (BPOM,2005).

PROTOKOL PENGUJIAN

Uji dilaksanakan secara analitik observasional dengan sampel 1 jenis

kaplet asam mefenamat 500mg sediaan copy dan sediaan inovator

(Ponstan). Masing - masing sediaan 4 tablet.

Bahan yang diperlukan adalah kaplet asam mefenamat 500mg 8 buah

masing – masing dalam sediaan copy dan inovator (ponstan) sebanyak

4 kaplet,aquades 7200 ml untuk mengisi 8 vessel sebagai media

disolusi dan sebanyak 16 liter aquadessebagai penangas air pada

disolusi tester.

Pada tahap pertama sampel akan mengalami uji disolusi. Alat uji

disolusi yang digunakan adalah Disolution Tester tipe 1 ERWEKA

Page 7: Evaluasi Ketersediaan Hayati Kaplet Asam Mefenamat HAPPILY

DT600HH, diset pada suhu 370C, kecepatan 100 rpm selama 20

menit.

900 ml media disolusi disiapkan untuk uji disolusi. Media yang

dianjurkan untuk pengujian terdiri dari :

HCL 0,1 N atau media simulated gastric fluid (SGF) bebas enzim

Buffer pH 4,5

Buffer fosfat pH 6,8 atau media simulated intestinal fluid (SIF)

bebas enzim

Kaplet asam mefenamat 500mg dimasukkan dalam 8 vessel pada

tiap-tiap media disolusi masing – masing 1 buah. Sampel diambil

dengan spuit tiap 5 menit sehingga dalam waktu 20 menit,total data

yang didapat untuk asam mefenamat 500mg sediaan copy dan sediaan

inovator (Ponstan) adalah 48 data.

Setelah semua data didapat kemudian dilanjutkan dengan pembacaan

hasil uji disolusi melalui aspirasi pada spektrofotometer. Alat yang

digunakan adalah Spektrofotometer UV. Alat diatur pada panjang

gelombang 254 nm dengan memasukkan media disolusi sebagai

larutan blangko, kemudian dilihat absorbansi produk copy maupun

produk inovator pada tiap titik pengambilan sample.. Dari hasil

tersebut dapat dihitung kadar zat aktif yang terlarut (%).

Kadar zat aktif yang terlarut (%) =

Fu Au Cb

V x Mb x ---- x ---- x ---- x 100 %

Fb Ab Ke

V = volum media disolusi (dalam ml)

Mb = penimbangan baku (dalam mg)

Fu = faktor pengenceran sampel

Fb = faktor pengenceran larutan baku

Au = absorbansi larutan sampel

Ab = absorbansi larutan baku

Cb = kadar larutan baku yang diukur (dalam mg per ml)

Ke = kadar asam mefenamat per tablet yang tertera pada etiket ( mg)

(Ari,2006)

Dari rumus diatas,dapat diketahui persen obat terlepas dari sediaan

yang diuji.jika produk yang diuji merupakan produk inovator maka profil

disolusi yang didapat tidak perlu dibandingkan. Namun jika produk yang

diuji disolusinya adalah produk copy maka profil disolusi produk copy

yang didapat dibandingkan dengan profil disolusi produk inovator, Profil

Page 8: Evaluasi Ketersediaan Hayati Kaplet Asam Mefenamat HAPPILY

disolusi dibandingkan dengan menggunakan faktor kemiripan f2 yang

dihitung dengan persamaan berikut :

Rt = persentase kumulatif obat yang larut pada setiap waktu sampling

dari produk pembanding (R =reference)

Tt = persentase kumulatif obat yang larut pada setiap waktu sampling

dari produk uji (T = test)

Nilai f2 50 atau lebih besar (50–100) menunjukkan kesamaan

atau ekivalensi ke – 2 kurva, yang berarti kemiripan profil

disolusi ke-2 produk;

Jika produk ”copy” dan produk pembanding memiliki disolusi

yang sangat cepat (> 85% melarut dalam waktu < 15 menit

dalam ke-3 media dengan metode uji yang dianjurkan),

perbandingan profil disolusi tidak diperlukan.

Disamping itu harus ditunjukkan bahwa eksipien dalam komposisi

produk obat sudah dikenal, bahwa tidak ada efek terhadap motilitas

saluran cerna atau proses lain yang mempengaruhi absorpsi, juga

diperkirakan tidak ada interaksi antara eksipien dan zat aktif yang dapat

mengubah farmakokinetik zat aktif. Jika digunakan eksipien baru atau

eksipien yang biasa digunakan tapi dalam jumlah yang luar biasa besar,

diperlukan tambahan informasi yang menunjukkan tidak adanyadampak

terhadap bioavailabilitas.

Uji disolusi terbanding juga dapat digunakan untuk memastikan

kemiripan kualitas dan sifat-sifat produk obat dengan perubahan minor

dalam formulasi atau pembuatan setelah izin pemasaran obat

(BPOM,2005).

3. PELAKSANAAN EVALUASI KETERSEDIAAN HAYATI

Bioavailabilitas (ketersediaan hayati) adalah persentase dan kecepatan

zat aktif dalam suatu produk obat yang mencapai/tersedia dalam sirkulasi

sistemik dalam bentuk utuh/aktif setelah pemberian produk obat tersebut,

diukur dari kadarnya dalam darah terhadap waktu atau dari ekskresinya

dalam urin

1. Bioavailabilitas absolut

Bioavailabilitas absolut adalah bila dibandingkan dengan sediaan

intravena yang bioavailabilitasnya 100 % ( F = 1)

Page 9: Evaluasi Ketersediaan Hayati Kaplet Asam Mefenamat HAPPILY

2. Uji bioavailabilitas relatif

Bioavailabilitas relatif adalah bila suatu sediaan dibandingkan dengan

sediaan bukan intravena.

Bioavailabilitas produk copy asam mefenamat 500mg ditentukan

bioavailabilitas relatifnya dibandingkan dengan tablet Ponstan 500mg

(produk inovator)

Evaluasi ketersediaan hayati dilakukan dengan studi bioekivalensi

(BE),yaitu studi bioavailabilitas (BA) komparatif yang dirancang untuk

menunjukkan bioekivalensi antara produk uji (suatu produk obat ”copy”)

dengan produk obat inovator /pembandingnya. Caranya dengan

membandingkan profil kadar obat dalam darah atau urin antara produk-

produk obat yang dibandingkan pada subyek manusia. Karena itu desain

dan pelaksanaan studi BE harus mengikuti Pedoman Cara Uji Klinik yang

Baik (CUKB), termasuk harus lolos Kaji Etik.

Produk obat uji yang digunakan dalam studi BE harus dibuat sesuai

dengan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), dan catatan

batchnya harus dilaporkan.

Produk uji yang digunakan dalam studi BE untuk tujuan registrasi

harus identik dengan produk obat yang akan dipasarkan. Karena

itu, tidak hanya komposisi dan sifat-sifatnya (termasuk stabilitas),

tetapi juga cara produksinya harus sama dengan cara produksi rutin

yang akan datang.

Idealnya, produk uji harus diambil dari batch skala industri. Jika ini

tidak mungkin, batch produksi berskala kecil atau pilotbatch dapat

digunakan asalkan tidak lebih kecil dari 10% batch skala industri

atau 100.000 unit (pilih yang besar), kecuali jika ada alasan khusus.

Sponsor harus menyimpan sampel dari semua produk yang diteliti

dalam studi (dalam jumlah yang cukup) selama 2 tahun setelah

selesainya studi atau 1 tahun lebih lama dari masa pakai (shelflife)

produk atau sampai keluarnya izin edar (mana yang lebih lama)

agar dapat dilakukan pemeriksaan ulang jika diminta oleh Badan

POM.

Kaji Etik

Oleh karena studi BA/BE dilakukan pada subyek manusia (suatu uji

klinik) maka protokol studi harus lolos kaji etik terlebih dahulu sebelum

studi dapat dimulai.

Page 10: Evaluasi Ketersediaan Hayati Kaplet Asam Mefenamat HAPPILY

DESAIN

Pelaksanaan uji in vivo dilaksanakan sesuai dengan panduan yang

dibuat oleh dunia internasional. Pengujian bioavailabilitas dari asam

mefenamat dievaluasi dari ploting kadar obat dalam darah terhadap waktu

pengambilan sampel setelah pemberian obat secara oral,yang kemudian

diikuti dengan perhitungan parameter-parameter farmakokinetiknya.

Studi dilakukan pada subyek yang sama (dengan desain menyilang)

untuk menghilangkan variasi biologik antar subyek (karena setiap

subyek menjadi kontrolnya sendiri), hal ini sangat memperkecil

jumlah subyek yang dibutuhkan. Jadi untuk membandingkan 2 produk

obat, dilakukan studi menyilang 2-way (2 periode untuk pemberian 2

produk obat pada setiap subyek).

Tiap Subjek uji mendapatkan 500mg asam mefenamat 5 kali interval

pemberian terlebih dahulu dengan asumsi pada 5 kali pemberian kadar

obat dalam darah sudah steady state.

Pengambilan sampel darah dilakukan pada saat kadar obat plasma

sudah steady state,sehingga memberikan nilai farmakokinetika yang

konstan.

Pemberian produk obat yang pertama (obat inovator/ponstan) harus

dilakukan secara acak agar efek urutan (order effect) maupun efek

waktu (period effect), bila ada, dibuat seimbang.

Kedua perlakuan dipisahkan oleh periode washout yang cukup untuk

eliminasi produk obat inovator yang diberikan pertama kali diberikan

dalam hal ini periode washout pemberian asam mefenamat adalah 10

jam (5 kali t1/2 asam mefenamat,t1/2 = 2 jam)

(USP,2013)

Subjek

Kriteria seleksi

o Sukarelawan sehat (untuk mengurangi variasi antar subyek);

o Sedapat mungkin pria dan wanita (jika wanita pertimbangkan risiko

pada wanita usia subur;

o Umur antara 18 – 55 tahun

o Berat badan dalam kisaran normal (47-87 kg)

o Kriteria sehat berdasarkan uji laboratorium klinis yang baku

(hematologi rutin, fungsi hati, fungsi ginjal, gula darah, dan

urinalisis), riwayat penyakit, dan pemeriksaan fisik;

o Pemeriksaan khusus mungkin harus dilakukan sebelum, selama

dan setelah studi selesai, bergantung pada kelas terapi dan profil

keamanan obat yang diteliti.

Page 11: Evaluasi Ketersediaan Hayati Kaplet Asam Mefenamat HAPPILY

o Sebaiknya bukan perokok. Jika perokok sedang (kurang dari 10

batang sehari) diikutsertakan, harus disebutkan dan efeknya pada

hasil studi harus didiskusikan;

o Tidak mempunyai riwayat ketergantungan pada alkohol atau

penyalahgunaan obat;

o Tidak kontraindikasi atau hipersensitif terhadap asam mefenamat

o Uji serologis terhadap Hepatitis B (HBsAg), Hepatitis C (anti-

HCV) dan HIV (anti-HIV) optinal B.

(Alil,2004)

Jumlah subjek

Jumlah subyek yang dibutuhkan dihitung berdasarkan parameter

bioavailabilitas yang utama, yakni AUC atau luas area dibawah kurva

kadar obat dalam darah terhadap waktu, yang menunjukkan jumlah

obat yang masuk peredaran darah sistemik.

Jumlah subjek berjumlah 12 orang dimana 6 orang mendapatkan

pemberian obat produk inovator dan 6 orang mendapatkan

pemberian produk copy

Standardisasi kondisi studi

Kondisi studi harus dibakukan (untuk mengurangi variabilitas

berbagai faktor yang terlibat kecuali produk yang diuji) :

o subjek uji dipuasakan selama 10 jam sebelum pemberian obat asam

mefenamat yang diujikan

o studi BE asam mefenamat harus dilakukan bersama makanan

standar;karena makanan dapat menikan kadar asam mefenamat

dalam darah

o Volume air yang diminum bersama produk harus konstan (antara

150 – 200 ml) karena dapat mempengaruhi pengosongan lambung;

o Semua makanan dan minuman yang dikonsumsi setelah pemberian

produk harus dibakukan komposisi dan waktu pemberiannya

selama periode pengambilan sampel darah :

Air boleh diminum kapan saja kecuali 1 jam sebelum dan 2 jam

sesudah pemberian produk;

Makanan standar diberikan tidak kurang dari 4 jam setelah

pemberian produk;

Page 12: Evaluasi Ketersediaan Hayati Kaplet Asam Mefenamat HAPPILY

o Subyek tidak boleh makan obat lain apapun (termasuk obat bebas

dan obat tradisional) selama beberapa waktu sebelum penelitian

(minimal 1 minggu) dan selama penelitian.

o Subyek tidak boleh mengkonsumsi makanan dan minuman yang

dapat berinteraksi dengan fungsi sirkulasi, saluran cerna, hati atau

ginjal (misal : merokok, minum alkohol, kopi, teh, kola, coklat atau

jus buah) selama 24 jam sebelum penelitian dan selama periode

pengambilan sampel darah;

o Subjek uji diatur agar dalam posisi duduk pada hari pengujian

karena posisi tubuh dan aktivitas fisik juga harus distandardisir

sepanjang hari penelitian karena akan mempengaruhi motilitas dan

aliran darah saluran cerna.

(Alil,2004)

Genetic phenotyping

Menurut (Alil,2004),Phenotyping subyek harus dilakukan

karena diketahui asam mefenamat memiliki beberapa veriabilitas pada

beberapa gen terkait seperti CYP3A4.Dosis harus disesuaikan pada

subyek yang bersangkutan :

untuk alasan keamanan pada studi menyilang maupun studi paralel;

untuk menghindari terjadinya bias/variasi pada studi paralel

Dosis pemberian

Dosis asam mefenamat yang diberikan adalah 500mg

500mg asam mefenamat diberikan 5 kali interval pemberian (5 x 8

jam) terlebih dahulu untuk mencapai kadar obat dalam plasma yang

steady state.

Pengambilan sample dilakukan saat obat mencapai kadar steady

state.

Pengambilan sempel darah

o sample darah digunakan untuk analisa kadar obat dalam sirkulasi

sistemik

o kadar obat atau metabolit diukur dalam serum atau plasma setelah

obat dalam plasma sedah pada kondisi steady state.

o Sampel darah harus diambil pada waktu-waktu tertentu sehingga

dapat menggambarkan fase-fase absorpsi,distribusi, dan eliminasi

obat;

Page 13: Evaluasi Ketersediaan Hayati Kaplet Asam Mefenamat HAPPILY

o Untuk kebanyakan obat diperlukan 12-18 sampel darah, yakni :

1 sampel sebelum obat : pada waktu nol (t0) ;

2-3 sampel sebelum kadar maksimal (Cmax) ;

4-6 sampel sekitar Cmax ;

5-8 sampel setelah Cmax, sampai sedikitnya 3 atau lebih waktu

paruh eliminasi obat dalam plasma (> 3 x t1/2).

Dengan demikian akan diperoleh AUC (luas area dibawah kurva

kadar obat terhadap waktu) sedikitnya 80% dari AUC yang

diekstrapolasi ke tidak terhingga (∞)

o Estimasi waktu paruh eliminasi harus diperoleh dari sedikitnya 3-4

sampel selama fase log linear terminal;

o Untuk obat atau metabolit aktifnya yang mempunyai waktu paruh

eliminasi (t1/2) yang panjang (> 24 jam), sampel darah harus

diambil sampai sedikitnya 72 jam jika variabilitas intra-subyek

kecil, atau lebih lama jika variabilitas intra-subyek besar;

o Pada studi keadaan tunak, untuk obat dengan kronofarmakologi,

jika ritme sirkadian diketahui mempengaruhi bioavailabilitas, maka

sampel darah harus diambil selama 1 siklus 24 jam penuh,namun

asam mefenamat tidak terpengaruh siklus sirkardian.

(Lo,1997)

Pengambilan sampel urin

o Sample unrin di kumpulkan dari subjek uji.

Sample urin digunakan karena 50% dosis asam mefenamat

diekskresikan dalam urin sebagai metabolit 3-hidroksimetil

terkonjugasi Sampel urin hanya digunakan eliminasi obat melalui

ginjal cukup besar (> 40%);

o Urin dikumpulkan di tempat studi secara periodik sampai

sedikitnya 3 x waktu paruh eliminasi obat (3 x t1/2).atau sampai

obat dalam tubuh sudah pada kondisi steady state.

o Studi dilakukan selama 24 jam, waktu sampling dilakukan pada

jam 0, 1, 2, 4, 6, 8, 10, 12, 16 dan 24 jam. Volume urin setiap

interval waktu tersebut harus diukur dan dilaporkan;

o Dibuat kurva jumlah obat kumulatif yang diekskresi dalam urin

terhadap waktu.

(Hirai,1997)

Page 14: Evaluasi Ketersediaan Hayati Kaplet Asam Mefenamat HAPPILY

Kadar yang diukur

1. Sampel darah

Kadar yang diukur dalam plasma/serum adalah senyawa induk

atau dalam hal ini adalah zat aktif dari asam mefenamat atau N-2,3-

xililantranilat. asam mefenamat dalam serum terdapat dalam bentuk

utuh karena belum di metabolisme (bukan merupakan prodrug),asam

mefenamat baru di metabolisme saat peroses eliminasi.

(Lo,1997)

2. Sampel urin

Kadar yang diukur dalam urin adalah metabolit 3-hidroksimetil

terkonjugasi, karena sekitar 50% dosis asam mefenamat

diekskresikan dalam urin sebagai metabolit 3-hidroksimetil

terkonjugasi. (Goodman, 2007)

Metode bioanalitik

1. Sampel darah (Lo,1997)

Sampel asam mefenamat stabil dalam darah untuk dilakukan

analisis selanjutnya

Metode : microbore high-performance liquid chromatography–

diode array detection dan capillary gas chromatography–flame

ionization detection.

HPLC (HPLC-DAD):

HPLC tipe Hewlett-Packard 1090 yang dilengkapi dengan

detektor diode array

Kolom : 200 mm x 2.1 mm I.D. microbore ODS-Hypersil

(ukuran partikel 5 mm )

Fase gerak : sistem elusi gradien dengan larutan A: 2 mM

bufer fosfst pH 3.2 dan larutan B: Acetonitrile

Panjang gelombang analisis : 210 nm

Flow-rate fase gerak : 0.4 ml/min

Total waktu analisis : 35 menit

Pengaturan gradien eluen :

Time (min) % Acetonitrile

0 5

20 50

30 50

31 5

Page 15: Evaluasi Ketersediaan Hayati Kaplet Asam Mefenamat HAPPILY

GC (kromatografi gas) / GC-FID

Gas kromatografi tipe Hewlett-Packard 5890 dengan detektor

flame ionisasi

Kolom : 25 m narrow-bore x 0.25 mm I.D. HP-5 (tebal film

0.33 mm)

Kondisi analisis GC : suhu awal : 100 0C selama 1 menit ; suhu

hingga akhir analisis : 3000C sampai 14menit, suhu injector :

3000C; suhu detector temperature: 310

0C; tekanan gas N2: 250

kPa; tekanan gas H2: 105 kPa; tekanan udara: 300 kPa; column

flow: 1 ml /min, kecepatan alir gas: 5 ml /min.

Preparasi sempel

Sample darah yang dianalisis harus bebas dari Human

Immunodeficiency Virus I dan II, Treponema Pallidum dan

virus Hepatitis B

Disiapkan sample darah kontrol (tidak mengandung asam

mefenamat yang dianalisis),darah diambil dari subjek sebelum

pemberian obat.sampel disimpan pada suhu 40C selama 3 hari

sebelum proses selanjutnya.

Sampel darah di tambahkan 0.5 ml larutan NH4Cl jenuh

Divortex selama 10 detik,lalu ditambahkan 5 ml extracting

solvent (ethyl acetate mengandung 4.0 mg/ml heptabarbitone)

Dikocok selama 15 menit

Disentrifugasi pada 2500rpm selama 4 menit

Supernatan diambil dan dipindahkan tabung reaksi,dan dikenai

paparan gas nitrogen untuk menghilangkan pelarut organik

pada sampel.

Sampel di vortex dengan ditambahkan campuran 1 ml

acetonitrile- hexane selama 10 s pada vortex.

Pindahkan sampel pada vial sebanyak 2ml untuk siap dianalisis

dengan HPLC-DAD dan GC–FID

Analisis sempel dengan HPLC-DAD

Sistem HPLC yang digunakan dikalibrasi dengan cara

menganalisa sampel darah kontrol lalu ditentukan linearitas

pembacaan dengan penentuan korelasi relatif tinggi peak vs

konsentrasi

Sampel yang dianalisis dilakukan kuantifikasi dengan teknik

penambahan internal standar.

Internal standar yang dipakai adalah heptabarbitone (wktu

retensi=15.837 min )

Page 16: Evaluasi Ketersediaan Hayati Kaplet Asam Mefenamat HAPPILY

Sample dianalisis kualitatif dengan parameter waktu retensi

dan analisis kuantitatif (kadar) dengan menghitung luas peak

yang dihasilkan.

Analisis sempel dengan GC-FID

Sampel yang dianalisis dilakukan kuantifikasi dengan teknik

penambahan internal standar.

Internal standar yang dipakai adalah heptabarbitone (wktu

retensi=15.350 min )

Analisis kualitatif sampel menggunakan waktu retensi relati

dan analisis kuantitatif (kadar) dengan menghitung luas peak

yang dihasilkan.

Kontrol kualitas metode analisis

Analisis dilakukan dengan menganalisa sample darah standar

dari Cardiff Bioanalytical Services, UK yang mengandung

kadar asam mefenamat 5 μg/ml

Presisi metode analisis cukup baik dengan nilai CV berkisar

5.4 sampai 21.8%.

2. Sampel urin (Hirai et al,1997)

Metode : high performance liquid chromatography dengan normal

solid-phase extraction.

HPLC :

HPLC : sistem kromatografi terdiri dari waters 600E solvent

delivery pump dengan JASCO 851-AS intelligent autosampler

dan Shimadzu SPD-6AV variable-wavelenght detector.

Millenium 2010 Chromatography Manager digunakan untuk

integrasi puncak kromatografi.

Kolom : reversed phase (fase terbalik) kolom Inertsil ODS-2

150 x 4.6 mm I.D. (ukuran partikel 5 µm )

Fase gerak : sistem elusi gradien dengan larutan 50 mM buffer

fosfat dan asetonitril (58:42,v/v) pada pH 5.0

Panjang gelombang analisis : 230 nm

Flow-rate fase gerak : 0.9 ml/min

Standar internal : indometasin

Pembuatan larutan

Larutan stok asam mefenamat dengan konsentrasi 1 mg/ml

dibuat dengan pelarut metanol. Larutan ini akan stabil selama 1

bulan ketika disimpan pada -20 0C dalam freezer.

Page 17: Evaluasi Ketersediaan Hayati Kaplet Asam Mefenamat HAPPILY

Larutan kerja I digunakan untuk recovery study yang dibuat

dengan mencampurkan larutan stok asam mefenamat yang

telah dibuat yang diikuti dengan pengenceran menggunakan

metanol sampai memiliki konsentrasi 50 µg/ml.

Larutan kerja II digunakan untuk persiapan kurva kalibrasi

standar dan kontrol kualitas sampel yang disiapkan seperti

larutan kerja I, tanpa penggunaan indometasin sebagai internal

standar. Larutan ini dibuat dengan konsentrasi 50 µg/ml.

Larutan standar internal dibuat dengan cara mengencerkan

larutan stok indometasin menggunakan metanol sampai

memiliki konsentrasi 20 µg/ml.

Preparasi sampel

Sep - Pak Silica cartridge yang digunakan untuk analisa

sampel dicuci dengan 10 ml etil asetat dan dikeringkan.

Sebanyak 100 µl larutan internal standar diuapkan sampai

kering pada suhu 37 °C.

Sebanyak 1,0 ml sampel urin ditambahkan, dan divortex.

Sebanyak 250 µl dari 1 M buffer asetat pH 5.0 ditambahkan

ke sampel, dan divortex.

Sebanyak 250 µl dari larutan yang dihasilkan dimasukkan ke

Sep-Pak silica cartride dan dikeringkan.

Cartridge dielusi dengan 3 ml etil asetat, dan eluat diuapkan

sampai kering di bawah aliran nitrogen pada 37 °C.

Residu kering dilarutkan dengan 200 µl fase gerak.

Sebanyak 10-30 µl dari reconstituent tersebut diinjeksikan ke

HPLC.

Sampel urin yang ditambahkan dengan asam mefenamat

dengan konsentrasi yang telah diketahui, disiapkan sebanyak

larutan kerja I dan II yang telah diencerkan, kemudian

diuapkan sampai kering di bawah aliran nitrogen pada water

bath 37 °C.

Sebanyak 1,0 ml urin yang bebas asam mefenamat

ditambahkan dan divortex.

Pembuatan sample biologis

Sample kontrol menggunakan urin bebas obat yang diperoleh

dari subjek uji sebelum pemberian obat asam mefenamat.

Urin dari subjek uji diambil setelah obat berada pada keadaan

tunak didalam tubuh (5 kali interfal pemberian)

Setelah pemberian asam mefenamat 500mg maka sampel urin

diambil pada interval waktu yang sudah ditentukan di awal

Page 18: Evaluasi Ketersediaan Hayati Kaplet Asam Mefenamat HAPPILY

Sample urin diukur volume dan pH tiap kali pengambilan

Sample lalu disimpan pada suhu -20°C sampai akan dianalisis.

Metode Validasi

Recovery dan reproducibility

Dibuat latutan asam mefenamat dengan konsentrasi 0.2, 1.0

dan 5.0 μg/ml.

Tiap konsentrasi dibuat menjadi 6 replikasi.

Setiap replikasi yang sudah dibuat lalu dianalisis yang mana

setelah itu peak yang muncul pada kromatogram dibandingkan

tingginya dengan larutan asam mefenamat standar pada

konsentrasi yang sama.

metode yang digunakan harus mempunyai nilai recovery >78%

Linearitas

Dibuat larutan asam mefenamat dengan seri konsentrasi pada

rentang 0.05-10.0 μg/ml

Tiap konsentrasi dibuat menjadi 7 replikasi.

Setiap replikasi yang sudah dibuat lalu dianalisis kadarnya.

metode yang digunakan harus mempunyai linearitas dengan r

lebih besar dari 0,99

Akurasi dan presisi

Dibuat latutan asam mefenamat dengan konsentrasi 0.05, 0.5

dan 5.0 μg/ml.

Tiap konsentrasi dibuat menjadi 3 replikasi.

Setiap replikasi yang sudah dibuat lalu dianalisis kadarnya.

Dari kadar yang diukur pada setiap konsentrasi,nilai relatif

standar deviasi yang diperoleh tidak boleh lebih dari 5%.

Kuantifikasi

Sampel dianalisis menggunakan HPLC ddengan cara

menginjeksikannya ke kolom.

Panjang gelombang yang digunakan adalah 230 nm.

Konsentrasi dari asam mefenamat dalam sampel urin dihitung

dengan membandingkan rasio tinggi puncak dari asam

mefenamat/standar internal dengan kalibrasi sampel urin yang

mengandung konsentrasi asam mefenamat yang diketahui.

Parameter farmakokinetik yang diukur

Bentuk dan luas area di bawah kurva kadar plasma terhadap waktu

(data darah), serta profil ekskresi ginjal kumulatif dan kecepatan

ekskresi (data urin) digunakan untuk menilai jumlah dan kecepatan

absorpsi / jumlah yang bioavailabel dalam tubuh.

Page 19: Evaluasi Ketersediaan Hayati Kaplet Asam Mefenamat HAPPILY

1. Data Darah

o AUCt = Area di bawah kurva kadar asam mefenamat dalam plasma

(atau serum atau darah) terhadap waktu dari waktu 0 sampai waktu

terakhir kadar obat diukur – dihitung secara trapezoidal.

o AUC∞ = AUC dari waktu 0 sampai waktu tidak terhingga = AUCt

+ Ct / ke (menggambarkan jumlah obat yang bioavailabel)

o Cmax = kadar puncak (maksimal) asam mefenamat dalam plasma

(atau serum atau darah) yang teramati.

o tmax = waktu sejak pemberian asam mefenemat sampai dicapai

Cmax

o t1/2 = waktu paruh asam mefenamat dalam plasma (atau serum

atau darah)

AUC∞ dan Cmax merupakan parameter yang paling relevan

untuk penilaian BE. AUCt paling dapat dipercaya untuk

menggambarkan besarnya absorpsi (jumlah obat yang bioavailabel)

2. Data Urin

o Aet = jumlah kumulatif metabolit asam mefenamat yang

dikeluarkan atau ditemukan dalam urin dari waktu 0 sampai waktu

terakhir kadar diukur

o Ae∞ = Ae dari waktu 0 sampai waktu tidak terhingga, diperoleh

dengan cara ekstrapolasi = jumlah obat maksimal yang diekskresi

dalam urin – sebanding dengan jumlah obat yang bioavailabel

o dAe/dt = kecepatan ekskresi metabolit asam mefenamat dalam urin

o (dAe/dt)max = Kecepatan maksimal ekskresi obat dalam urin –

terjadi pada waktu tmax (plasma) dan besarnya sebanding dengan

Cmax (plasma),sehingga besarnya bergantung pada jumlah dan

kecepatan absorpsi.

Ae∞ dan (dAe/dt)max merupakan parameter yang paling

relevan untuk penilaian BE. Aet paling dapat dipercaya untuk

menggambarkan besarnya absorpsi (jumlah obat yang bioavailabel).

Analisis data

Data farmakokinetik yang telah dikumpulkan dari setiap subjek

dilakukan analisa lebih lanjut dengan analisis statistik yang sesuai untuk

menghitung perbedaan bioavailabilitas antara produk uji dan produk

pembanding, dan untuk menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang

bermakna secara klinik.

Page 20: Evaluasi Ketersediaan Hayati Kaplet Asam Mefenamat HAPPILY

1. Data Darah

Parameter bioavailabilitas yang dibandingkan untuk penilaian

bioekivalensi adalah AUC,Cmax dan tmax. Cara menghitung AUC0-

t ; AUC0-∞ ; ke , t1/2 harus dicantumkan.

AUC dan Cmax, ditransformasi logaritmik (ln) terlebih dulu

sebelum dilakukan analisis statistik karena kinetik obat mengikuti

kinetik first order sehingga dalam skala logaritmik akan diperoleh

distribusi yang normal dan varians yang homogen.

nilai nilai ln AUC ke-2 produk dibandingkan menggunakan analisis

varians (ANOVA).

2. Data Urin

Parameter yang dibandingkan adalah Ae dan (dAe/dt)max

Kriteria Bioekivalen (BPOM,2005)

Produk uji asam mefenamat (test = T) dan produk pembanding

ponstan (reference = R) dikatakan bioekivalen jika :

a. Rasio nilai rata-rata geometrik (AUC)T / (AUC)R = 1.00 dengan

90% Cl = 80 – 125%.

b. Rasio nilai rata-rata geometrik (Cmax)T / (Cmax)R juga = 1.00

dengan 90% C I = 80-125%. Oleh karena Cmax lebih bervariasi

dibanding AUC, maka interval yang lebih lebar mungkin cocok.

Interval ini harus ditetapkan sebelumnya,

c. Perbandingan tmax dilakukan hanya jika ada claim yang relevan

secara klinik mengenai pelepasan atau kerja yang cepat atau adanya

tanda-tanda yang berhubungan dengan efek samping obat. 90% CI dari

perbedaan tmax harus terletak dalam interval yang relevan secara

klinik.

Catatan :

Nilai confidence interval (CI) tidak boleh dibulatkan ; jadi untuk CI 80-

125, nilainya harus minimal 80.00 dan tidak lebih dari 125.00.

Page 21: Evaluasi Ketersediaan Hayati Kaplet Asam Mefenamat HAPPILY

DAFTAR PUSTAKA

AliI,obaid et al, 2004, Pharmacokinetics Differences Of Tab Mefenamic Acid

(Ma) 5oomg (One Pill) And 250mg (Two Pill) With And Without Food, Inti.

Chem. Pharm. Med. J. Vol. 1, pp.63-68 (2004).

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Jakarta, Departemen Kesehatan

RI.

Ari,Ardiarini ,2006 , Perbandingan Bioavailabilitas ( Bioekivalensi ) Obat asam

mefenamat Dalam Sediaan Generik Dan Paten Secara In Vitro. artikel

karya tulis ilmiah, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.

BPOM,2005, Pedoman Uji Bioekuivalensi, Peraturan Kepala Badan Pengawas

Obat Dan MakananRepublik IndonesiaNomor : Hk.00.05.3.1818 , Badan

Pengawas Obat Dan Makanan, Jakarta.

Goodman dan Gilman, 2007, Dasar Farmakologi Terapi, Jakarta, Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Hirai T., Shozo M., Ikuo K., 1997, Simultaneous analysis of several non-steroidal

anti-inflammatory drugs in human urine by high-performance liquid

chromatography with normal solid-phase extraction, Elsevier Science B.V.

S0378-4347(96)00509-9.

Lo, T.C. Chao, S.E. Ng-Ong, Y.J. Yao, T.H. Koh , 1997 , Acidic and neutral

drugs screen in blood with quantitation using microbore high-performance

liquid chromatography–diode array detection and capillary gas

chromatography–flame ionization detection. Forensic Science International

90 (1997) 205–214.

Munaf S, 1994, Catatan Fuliah Farmakologi Bagian II, Jakarta, Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Setiabudy, R, 2009, Farmakologi dan Terapi E V, Jakarta, Balai Penerbit Fakultas

Kedokteran UI.

Singh H, Rajnish K, Pinderjith S, 2011, Development Of Uv Spectrophotometric

Method For Estimation Of Mefenamic Acid In Bulk And Pharmaceutical

Dosage Forms. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical

Sciences ISSN- 0975-1491 Vol 3.

USP , 2013, Mefenamic Acid Tablet. Compendium.html, The United States

Pharmacopeial Convention. Diakses tanggal 3 januari 2013.