88
i EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR SKRIPSI Diajukan dan dipertahankan untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan program pendidikan pada program Studi Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana Oleh: ANGELINUS W. KUSUMA 0604040024 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA Kupang, 2012

EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Skripsi, oleh: Angelinus W. Kusuma, mahasiswa PS IHPT Faperta Undana, versi final menjelang ujian sebelum mahasiswa yang bersangkutan meninggal dunia karena kecelakaan lalu lintas di Jembatan Liliba, Kota Kupang, Provinsi NTT

Citation preview

Page 1: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

i

EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK

MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN

JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH

SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA,

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

SKRIPSI

Diajukan dan dipertahankan untuk memenuhi salah satu persyaratan

menyelesaikan program pendidikan pada program Studi Ilmu Hama dan Penyakit

Tumbuhan, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian

Universitas Nusa Cendana

Oleh:

ANGELINUS W. KUSUMA

0604040024

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Kupang,

2012

Page 2: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

ii

LEMBARAN PENGESAHAAN

JUDUL PENELITIAN : Evaluasi Penggunaan Bubur Kalifornia untuk

Mengendalikan Penyakit Diplodia pada Tanaman

Jeruk Keprok Soe di Kabupaten Timor Tengah

Selatan dan Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi

Nusa Tenggara Timur

NAMA/NIM : Angelinus W. Kusuma/0604040024

Dosen pembimbing : Ir. I Wayan Mudita, M.Sc.

: Sri Widinugraheni, SP, M.Sc.

JURUSAN : Budidaya Pertanian

PROGRAM STUDI : Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan

Menyetujui

Pembimbing I

Ir. I Wayan Mudita, M.Sc.

NIP. 19590721 198601 1 002

Pembimbing II

Sri Widinugraheni, SP. M.Sc.

NIP. 197207202 199703 2 002

Ketua Jurusan Budidaya Pertanian

Ir. J. E. R. Markus, M.App.Sc.

NIP. 19640701 199009 2 001

Dekan Fakultas Pertanian

Ir. Marten R. Pellokila, MP, Ph.D.

NIP. 19650317 198903 1 002

Tanggal Lulus:

Page 3: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

iii

RINGKASAN

EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK

MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN

JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH

SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA,

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Oleh:

Angelinus Warta Kusuma

Di bawah Bimbingan:

Ir. I Wayan Mudita, M.Sc., dan Sri Widinugraheni, SP. M.Sc.

Penyakit diplodia telah menjadi kendala utama dalam usaha pengembangan dan

peningkatan produksi jeruk keprok soe. Kebijakan pengendalian yang telah dilakukan

oleh pemerintah adalah pengendalian penyakit dengan menggunakan Bubur Kalifornia

sebagai bagian dari program pengembangan jeruk keprok soe. Walaupun program

tersebut sudah dilaksanakan, sejak lama, sampai saat ini belum tersedia informasi

mengenai efektifitas penggunaan Bubur Kalifornia tersebut. Sebagaimana dengan

program pemerintah dan program pembangunan lainnya, pelaksanaan program

pengendalian penyakit diplodia dengan menggunakan Bubur Kalifornia tersebut perlu

ditindaklanjuti dengan evaluasi. Oleh karena itu, penelitian ini dilaksanakan, untuk

mengkaji seberapa efektif penggunaan Bubur Kalifornia sebagai teknik pengendalian

penyakit diplodia pada jeruk keprok soe.

Penelitian lapangan telah dilaksanakan di pusat produksi jeruk keprok soe di

Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dan di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU)

sejak bulan Oktober sampai November 2010. Di Kabupaten TTS dilakukan di

Kecamatan Molo Tengah (Desa Oelbubuk), Kecamatan Molo Utara (Desa O’besi,

Tunua dan Ajaobaki), sedangkan di Kabupaten TTU di Kecamatan Miomaffo Barat

(Desa Lemon dan Desa Suanae). Dari setiap desa ditentukan 10 petani jeruk, masing-

masing 5 petani yang menggunakan Bubur Kalifornia dan 5 petani yang tidak

menggunakan Bubur Kalifornia, untuk diwawancarai mengenai cara aplikasi Bubur

Kalifornia. Dari setiap petani diambil satu kebun, dan di setiap kebun dibuat tiga transek

uantuk melakukan pengamatan insidensi penyakit. Wawancara dilakukan mengenai: (1)

jumlah pohon yang diberi perlakuan Bubur Kalifornia, (2) cara aplikasi bubur

kalifornia, 3) waktu dan frekuensi aplikasi bubur kalifornia, (4) cara memperoleh bubur

kalifornia, dan (5) dosis yang dibutuhkan dalam mengaplikasikan. Pengamatan

dilakukan terhadap: (1) gejala dan tanda busuk diplodia, (2) insidensi tanaman yang

diberi perlakuan dan tanpa perlakuan Bubur Kalifornia, (3) ketinggian tempat (elevasi),

(4) dimeter batang, dan (5) populasi tanaman. Analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisisis kualitatif

dilakukan dengan mengolah transkip rekaman hasil wawancara dan kemudian

menentukan tema yang terdapat dalam transkrip hasil wawancara dengan analisis temati

dan analisis kuantitatif dengan uji t dan analisis regresi linier sederhana dan berganda.

Page 4: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

iv

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan aplikasi Bubur

Kalifornia pada tanaman jeruk di Kabupaten TTS dan Kabupaten TTU ternyata tidak

efektif dalam mengendalikan penyakit diplodia pada tanaman jeruk keprok soe. Hasil

analisis tematik menunjukkan bahwa, sekalipun hampir semua petani mendapatkan

penyuluhan sebelum melakukan aplikasi, ternyata tidak semuanya mengikuti cara

menyiapkan dan mengaplikasikan Bubur Kalifornia sebagaimana yang

direkomendasikan, demikian juga dengan waktu dan frekuensi pengaplikasian.

Frekuensi aplikasi bervariasi, ada petani yang hanya melakukan aplikasi sekali saja, ada

pula yang mengaplikasikannya berulang-ulang tetapi pada musim hujan. Dosis aplikasi

yang digunakan oleh petani tidak sesuai dengan rekomendasi. Hasil uji t menunjukan

bahwa tanaman tanpa perlakuan dan dengan perlakuan Bubur Kalifornia ternyata

menderita busuk diplodia dengan insidensi yang tdak berbeda nyata. Keadaan tidak

berbeda nyata ini tidak berhubungan dengan ketinggian tempat, jarak tanam, dan

populasi tanaman, baik secara sindiri-sendiri maupun secara berganda. Hal ini

menunjukkan bahwa ketidakefektifan Bubur Kalifornia dalam mengendalikan busuk

diplodia pada jeruk soe di Kabupaten TTS dan Kabupaten TTU berhubungan dengan

faktor pelaksanaan kebijakan, bukan dengan kondisi fisik lingkungan.

Kata Kunci :

Bubur Kalifornia, penyakit diplodia, evaluasi, jeruk keprok soe, Kabupaten TTS dan

TTU

Page 5: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

LEMBARAN PENGESAHAAN ......................................................................... ii

RINGKASAN ...................................................................................................... iii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ v

DAFTAR TABEL ................................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1

1.2 Tujuan dan Kegunaan dari Penelitian ........................................................ 2

1.2.1. Tujuan ...................................................................................................... 2

1.2.2. Kegunaan ................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengendalian Penyakit sebagai Bagian dari Perlindungan Tanaman......... 3

2.1.1. Kebijakan perlindungan Tanaman ............................................................ 3

2.1.2 Kewajiban Pemerintah dan Masyarakat

dalam Perlindungan Tanaman .................................................................. 4

2.2 Evaluasi sebagai Unsur Penting Program Perlidungan Tanaman ............. 5

2.3 Penggunaan Bubur Kalifornia untuk Pengendalian Penyakit ................... 6

2.3.1 Bubur Kalifornia, Cara Penggunaan dan Cara Pembuatanya ................ 6

2.3.2 Penyakit-Penyakit yang Dilaporkan Dapat Dikendalikan

dengan Bubur Kalifornia ........................................................................... 6

2.3.2.1 Berbagai Penyakit yang Pernah Dilaporkan ............................... 6

2.3.2.2 Gejala dan Tanda Busuk Diplodia ............................................... 7

2.3.2.3 Penyebab Penyakit dan Morfologi Patogen ................................. 7

2.3.2.4 Daur Busuk Penyakit Diplodia .................................................... 9

2.3.2.5 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Busuk Diplodia ............... 9

2.4 Arti Penting dan Budidaya Jeruk Keprok Soe ............................................ 9

2.4.1. Arti Penting Jeruk Keprok Soe ................................................................. 10

2.4.2. Budidaya Jeruk Keprok Soe di TTS dan TTU .......................................... 10

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Teoritis ...................................................................................... 12

3.2. Rancangan Pengambilan Sampel .............................................................. 13

3.3. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................... 14

3.3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 14

3.3.2. Alat dan Bahan ........................................................................................... 14

3.3.3. Wawancara dan Pengamatan di Lapangan .............................................. 14

3.4. Peubah Penelitian ....................................................................................... 15

3.5. Analisis Data ............................................................................................... 16

Page 6: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

vi

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Lokasi Penelitian dan Pertanaman Jeruk ................................................. 17

4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................................... 17

4.1.2. Kedaan Umum Tanaman Jeruk Keprok Soe ............................................ 18

4.2. Evaluasi Kualitatif ..................................................................................... 19

4.2.1. Jumlah Tanaman dengan dan Tanpa Perlakuan ...................................... 19

4.2.2. Penyiapan dan Pengaplikasian Bubur Kalifornia ..................................... 20

4.2.3. Waktu dan Frekuensi Pengaplikasian Bubur Kalifornia ......................... 21

4.2.4. Cara Memperoleh Bubur Kalifornia ......................................................... 23

4.2.5. Dosis yang Dibutuhkan dalam Pengaplikasian ......................................... 24

4.3. Evaluasi Kuantitatif .................................................................................. 24

4.3.1. Gejala Penyakit Diplodia pada Jeruk Keprok Soe

di Lokasi Penelitian .................................................................................. 24

4.3.2. Efektivitas Bubur Kalifornia

dalam Mengendalikan Penyakit Diplodia ............................................... 25

4.3.3. Faktor-Faktor yang Berhubungan Efektivitas Bubur Kalifornia .......... 26

4.3.3.1. Hubungan Insidensi dengan Faktor Tunggal ............................. 26

4.3.3.2. Hubungan Insidensi dengan Faktor Berganda .......................... 29

4.4. Pembahasan Umum ................................................................................... 30

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................. 32

5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 32

5.2 Saran ......................................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 33

LAMPIRAN ......................................................................................................... 35

Page 7: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Curah Hujan Kecamatan Mollo Utara

Kabupaten Timor Tengah Selatan .............................................................. 17

Tabel 2. Curah Hujan Kecamatan Miomafo Barat

Kabupaten Timor Tengah Utara .................................................................. 18

Page 8: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 (a) Diplodia Kering Membentuk Koloni yang Berwarna

Hitam Kecoklatan dan Tersebar Disebar di bagian Batang Jeruk .............. 8

Gambar 1 (b) Diplodia Basah, Infeksi Patogen

pada bagian Batang Muncul Luka ............................................................ 8

Gambar 2. Alur dan Skema Pengambilan Sampel Secara Bertingkat untuk

Menentukan Sampel Rumah Tangga dan Sampel Pengamatan ................. 13

Gambar 3. (a) Infeksi Diplodia: (a) Infeksi Lanjutan Diplodia Basah pada Batang .. 25

Gambar 3. (b) (b) Infeksi Lanjutan Diplodia Kering pada Batang ........................... 25

Gambar 4. Plot Hasil Analisis Regresi Ketinggian Tempat

dan Insidensi Penyakit Diplodia ................................................................ 27

Gambar 5. Plot Hasil Analisis Regresi Ketinggian Tempat dan

Insidensi Penyakit Diplodia ...................................................................... 28

Gambar 6. Ringkasan Hasil Analisis Regresi Populasi Tanaman dan

Insidensi Perlakuan ................................................................................... 29

Page 9: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Lokasi Penelitian ................................................................................ 35

Lampiran 2a. Daftar Pertanyaan yang Ditujuakn Kepada Petani Jeruk Keprok Soe

di Lokasi Penelitian yang menggunakan Bubur Kalifornia ...................... 36

Lampiran 2b. Daftar Pertanyaan yang Ditujukan Kepada Petani Jeruk Keprok Soe

di Lokasi Penelitian yang menggunakan Bubur Kalifornia ...................................... 38

Lampiran 3. Lembar Pengamatan Lapangan ........................................................... 39

Lampiran 4a Contoh Transkripsi Wawancara dengan Petani yang

Menggunakan Bubur Kalifornia (tidak semua dilampirkan) .................... 40

Lampiran 4b Contoh Transkripsi Wawancara dengan Petani yang

Tidak Menggunakan Bubur Kalifornia (tidak semua dilampirkan) .......... 55

Lampiran 5a Data Insidensi Perlakuan dan Tanpa Perlakuan .................................. 58

Lampiran 5b. Hasil Analisis Uji T .......................................................................... 59

Lampiran 6a. Data Regresi Ketinggian Tempat dengan Insiden Perlakuan .............. 60

Lampiran 6b. Hasil Analisis Regresi Ketinggian Tempat dengan

Insidensi Perlakuan ................................................................................. 62

Lampiran 7a. Data Diameter Batang dengan Insidensi Perlakuan ............................ 63

Lampiran 7b. Hasil Analisis Regresi Diameter Batang dengan

Insidensi Perlakuan ................................................................................ 67

Lampiran 8a. Data Populasi Tanaman dengan Insidensi Perlakuan ........................ 68

Lampiran 8b. Hasil Analisis Regresi Populasi Tanaman dengan

Insidensi Perlakuan ................................................................................ 72

Lampiran 9a. Data Berganda Ketingian Tempat, Diameter Batang,

Populasi Tanaman dengan Insidensi Perlakuan ....................................... 73

Lampiran 9b. Hasil Analisis Regresi Berganda Ketinggian Tempat,

Diameter Batang, Populasi Tanaman dengan Insidensi Perlakuan ........... 80

Page 10: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu masalah utama dalam membudidayakan tanaman adalah ancaman

serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang dapat mengakibatkan

kerusakan dan kehilangan hasil tanaman. Demikian pula pada budidaya jeruk keprok

soe, tidak terlepas dari gangguan penyebab penyakit. Menurut laporan Bora (2001) 25–

75%, petani mengalami kehilangan hasil, yang disebabkan oleh penyakit baik secara

kualitatif maupun secara kuantitatif. Berbagai upaya pengendalian telah dilakukan,

tetapi hasilnya belum memadai.

Pengendalian penyakit dilakukan untuk mengurangi menurunkan tingkat infeksi,

menghindari kematian tanaman, dan kehilangan hasil. Kebijakan pengendalian yang

telah diberikan oleh pemerintah adalah pengendalian penyakit dengan menggunakan

Bubur Kalifornia dengan melalui program pengembangan jeruk keprok soe (Badan

Litbang Pertanian, 2010). Pemerintah memandang perlu untuk mengambil kebijakan ini

mengingat jeruk merupakan komoditas penting bagi petani di wilayah TTS dan TTU

karena merupakan sumber penghasilan tunai rumah tangga.

Bubur Kalifornia merupakan fungisida sintetik yang diformulasikan dari

belerang kapur dan air (Wudianto, 1990). Bubur Kalifornia mempunyai kelebihan

dalam hal mudah dibuat dengan bahan yang mudah diperoleh di daerah dan murah

sehingga ketika harga pestisida sintetik mahal maka Bubur Kalifornia menjadi

alternatif. Menurut Wudianto (1990), Bubur Kalifornia dapat mengendalikan penyakit,

busuk diplodia basah dan diplodia kering (Botryodiplodia theobromae). Pemerintah

menganjurkan pengendalian dengan Bubur Kalifornia, dengan alasan Bubur Kalifornia

merupakan fungisida alami dan mudah diperoleh. Bubur Kalifornia juga sangat praktis

dalam pembuatan dan penggunaannya (Badan Litbang Pertanian, 2010).

Walaupun sudah lama diaplikasikan sebagai langkah pengendalian, tetapi sejak

Bubur Kalifornia mulai digunakan, sampai saat ini belum tersedia informasi mengenai

evektifitas penggunaan Bubur Kalifornia tersebut untuk mengendalikan penyakit jeruk.

Menurut Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi NTT (2000), penggunaan

Bubur Kalifornia untuk mengendalikan penyakit-penyakit jeruk merupakan program

Page 11: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

2

pemerintah. Sebagaimana dengan program pemerintah dan program pembangunan

lainnya, pelaksanaan program perlu dan ditindak-lanjuti dengan evaluasi. Oleh karena

itu, penggunaan Bubur Kalifornia untuk mengendalikan penyakit busuk diplodia perlu

dievaluasi untuk mengetahui seberapa efektif Bubur Kalifornia dalam mengendalikan

penyakit-penyakit tersebut. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengkaji evektifitas

penggunaan Bubur Kalifornia sebagai teknik pengendalian penyakit diplodia pada jeruk

keprok soe.

1.2 Tujuan dan Kegunaan dari Penelitian

1.2.1. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui evektifitas penggunaan

Bubur Kalifornia dalam mengendalikan penyakit diplodia pada tanaman jeruk keprok

soe yang ada di Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Kabupaten Timor Tengah Utara.

1.2.2. Kegunaan

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan bagi

pihak-pihak yang berkepentingan dalam melakukan pengendalian penyakit tanaman

jeruk keprok, khususnya petani dan pemerintah sebagai pengambil kebijakan

Page 12: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengendalian Penyakit sebagai Bagian dari Perlindungan Tanaman

2.1.1 Kebijakan Perlindungan Tanaman

Perumusan kebijakan yang berhubungan dengan perlindungan tanaman

didasarkan pada Undang-undang (UU) No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya

Tanaman dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan

Tanaman.

.Menurut Pasal 20 UU No. 12 Tahun. 1992, “perlindungan tanaman

dilaksanakan dengan sistem pengendalian hama terpadu”. Selanjutnya, Pasal 21

menyatakan bahwa “perlindungan tanaman dilaksanakan melalui kegiatan berupa: (a)

pencegahan masuknya organisme pengganggu tumbuhan ke dalam dan tersebarnya dari

suatu area ke area lain di dalam wilayah negara Republik Indonesia sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku, (b) pengendalian organisme pengganggu

tumbuhan, dan (c) eradikasi organisme pengganggu tumbuhan”. Dalam melakukan

tindakan perlindungan tanaman tersebut, Pasal 22 menyatakan bahwa “setiap orang

atau badan hukum dilarang menggunakan sarana dan/atau cara yang dapat mengganggu

kesehatan dan/atau mengancam keselamatan manusia, menimbulkan gangguan dan

kerusakan sumberdaya alam dan/atau lingkungan hidup, ketentuan mengenai

penggunaan sarana dan/atau cara diatur lebih lanjut oleh pemerintah”. Mengenai

keterlibatan pemerintah, Pasal 24 menyatakan bahwa “apabila serangan organisme

pengganggu tumbuhan merupakan eksplosi, maka pemerintah bertanggungjawab

menanggulanginya bersama masyarakat”. Selajutnya, Pasal 25 menyatakan bahwa

“pemerintah dapat melakukan atau memerintahkan dilakukannya eradikasi terhadap

tanaman dan/atau benda lain yang menyebabkan tersebarnya organisme pengganggu

tumbuhan, apabila organisme pengganggu tumbuhan tersebut dianggap sangat

berbahaya dan mengancam keselamatan tanaman secara meluas” (UU No. 12 Tahun.

1992).

PP No. 6 Tahun 1995, mengatur pelaksanaan pengendalian organisme

pengganggu tumbuhan. Menurut Pasal 8, “pengendalian organisme pengganggu

tumbuhan dilaksanakan dengan memadukan satu atau lebih teknik pengendalian yang

Page 13: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

4

dikembangkan dalam satu kesatuan”, sedangkan menurut Pasal 9, “pengendalian

organisme pengganggu tumbuhan dilaksanakan melalui tindakan pemantauan dan

pengamatan terhadap organisme pengganggu tumbuhan dan faktor yang mempengaruhi

perkembangannya serta perkiraan terjadinya serangan organisme pengganggu

tumbuhan”. Mengenai pelaksanaan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan

Pasal 10 menyatakan bahwa “tindakan pengendalian organisme pengganggu tumbuhan

dilaksanakan dengan: (1) cara fisik, melalui pemanfaatan unsur fisika tertentu; (2) cara

mekanik, melalui penggunaan alat dan atau kemampuan fisik manusia; (3) cara

budidaya, melalui pengaturan kegiatan bercocok tanam; (4) cara biologi, melalui

pemanfaatan musuh alami organisme pengganggu tumbuhan; (5) cara genetik, melalui

manipulasi gen baik terhadap organisme pengganggu tumbuhan maupun terhadap

tanaman; (6) cara kimiawi, melalui pemanfaatan pestisida; dan/atau (7) cara lain sesuai

perkembangan teknologi”. Selanjutnya, Pasal 22 menyatakan bahwa “pengendalian

organisme pengganggu tumbuhan dilakukan secara efektif, efisien dan aman sesuai

petunjuk teknis yang ditetapkan” (PP No. 6 Tahun 1995).

Kebijakan yang ditetapkan menurut UU No. 12 Tahun 1992 dan PP No. 6 Tahun

1995 mengamanatkan bahwa perlindungan tanaman terdiri atas tindakan pencegahan,

pengendalian dan eradikasi untuk menanggulangi OPT. Kebijakan yang berhubungan

dengan penelitian ini adalah tindakan pengendalian melalui cara kimiawi. Penggunaan

Bubur Kalifornia merupakan aplikasi kebijakan, khususnya kebijakan pengendalian

dengan cara kimiawi. Dalam UU No. 12 Tahun 1992 maupun PP No. 6 Tahun 1995,

pasal yang mengatur tentang evaluasi belum ada. Namun demikian, tersirat dari Pasal

22 UU No. 12 Tahun 1992 bahwa setiap tindakan perlindungan tanaman perlu

dievaluasi.

2.1.2 Kewajiban Pemerintah dan Masyarakat dalam Perlindungan

Tanaman

Perlindungan tanaman merupakan kewajiban dan tanggungjawab bersama

masyarakat maupun pemerintah. Ketentuan yang mengatur kewajiban dan

tanggungjawab bersama pemerintah dan masyarakat dalam perlindungan tanaman

tersebut adalah Pasal 20 UU No. 12 Tahun 1992 yang menyatakan bahwa “pelaksanaan

perlindungan tanaman menjadi tanggung jawab masyarakat dan pemerintah”. Mengenai

Page 14: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

5

tanggung jawab pemerintah, Pasal 24 UU No 12 Tahun 1992 mengatur bahwa “apabila

serangan organisme pengganggu tumbuhan merupakan eksplosi, pemerintah

bertanggung jawab menanggulanginya bersama masyarakat”. Selajutnya, Pasal 25

menyatakan bahwa “pemerintah dapat melakukan atau memerintahkan dilakukannya

eradikasi terhadap tanaman dan/atau benda lain yang menyebabkan tersebarnya

organisme pengganggu tumbuhan, khususnya apabila organisme pengganggu tumbuhan

tersebut dianggap sangat berbahaya dan mengancam keselamatan tanaman secara

meluas”. Mengenai pelaksanaan oleh masyarakat, Pasal 11 menyatakan bahwa

pengendalian organisme pengganggu tumbuhan dilaksanakan oleh perorangan atau

badan hukum yang memiliki dan/atau menguasai tanaman (UU No. 12 Tahun 1992).

Peran aktif pemerintah dalam mengambil kebijakan perlindungan tanaman

merupakan bentuk tanggungjawab pemerintah atas perlindungan tanaman. Masyarakat

sebagai salah satu komponen dalam perlindungan tanaman perlu mendukung kebijakan

pemerintah, yaitu dengan cara melaksanakan tindakan perlindungan sebagaiman

kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

2.2 Evaluasi sebagai Unsur Penting Program Perlindungan Tanaman

Evaluasi adalah suatu tindakan pengambilan keputusan untuk menilai suatu

obyek, keadaan peristiwa atau kegiatan tertentu yang sedang diamati atau yang telah

dilaksanakan (Wikipedia Indonesia, 2010). Evaluasi suatu kegiatan pengendalian

merupakan proses penilaian terhadap hasil yang dicapai dari pelaksanaan pengendalian

yang telah dilaksanakan, evaluasi tersebut meliputi keberhasilan dan kegagalan. Melalui

evaluasi maka dapat dinilai evektifitas dari tindakan perlindungan tanama yang

dilakukan (Wikipedia Indonesia 2010).

Menurut Resminingsih (2010), evaluasi merupakan pemikiran terhadap

keberhasilan dan kekurangan dalam sebuah program. Evaluasi juga merupakan suatu

proses dalam merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat

diperlukan untuk membuat suatu keputusan (Lelman, 1978). Ditambahkan lagi, menurut

Wong (2011), evaluasi adalah langkah terakhir dalam proses pembuatan keputusan.

Evaluasi merupakan unsur penting dalam program perlindungan tanaman.

Evaluasi bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan atau kegagalan dari suatu

kegiatan yang telah dilaksanakan. Kegiatan evaluasi dapat meliputi wawancara terhadap

Page 15: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

6

orang atau instansi tertentu obsevasi (pengamatan) langsung terhadapa apa yang telah

dilaksanakan (Wikipedia Indonesia, 2010).

2.3 Penggunaan Bubur Kalifornia untuk Pengendalian Penyakit

2.3.1 Bubur Kalifornia, Cara Penggunaan dan Cara Pembuatanya

Bubur Kalifornia merupakan fungisida yang telah diperkenalkan sejak abad ke-

18. Di luar negeri, termasuk di beberapa negara maju, fungisida ini masih digunakan.

Bahan yang digunakan dalam pembuatan Bubur Kalifornia adalah belerang, kapur dan

air (Wudianto, 1990). Bubur Kalifornia (lime sulphur) terdiri atas Bubur Kalifornia

yang kering (dry lime-sulphur) dan Bubur Kalifornia yang masak sendiri (self-boiled

lime sulphur) (Badan Litbang Pertanian, 2012).

Cara kerja Bubur Kalifornia adalah dengan menghambat pertumbuhan dan

perkembangan jamur. Racun Bubur Kaliforia membunuh patogen dengan menghambat

perkembangan dan penularan patogen serta dengan mempercepat kematian dari jamur

yang menginfeksi tanaman (Badan Litbang Pertanian, 2012).

Konsentrasi aplikasi Bubur Kalifornia yang direkomendasikan adalah 1 kg kapur

dalam ±10 liter air untuk 50-100 pohon (Dinas Pertanian TTS, 2001). Waktu yang tepat

dalam pengaplikasian Bubur Kalifornia adalah pada saat musim kemarau dengan

frekuensi 1 kali dalam satu musim (Badan Litbang Pertanian, 2011). Pembuatan Bubur

Kalifornia dilakukan dengan cara: (1) memannaskan 10 bagian air dalam periuk tanah,

kaleng cat atau drum besi sampai mendidih, (2) memasukan satu bagian serbuk belerang

sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai benar-benar merata dan (3) merebus selama

kurang lebih 15 menit (Wudianto, 1990). Hasil Bubur Kalifornia yang berkualitas baik

akan berwarna kuning kemerahan dan pada saat didinginkan akan terpisah endapan

berwarna kuning dan larutan di atasnya berwarna merah. (Wudianto, 1990).

2.3.2 Penyakit-Penyakit yang Dilaporkan Dapat Dikendalikan dengan

Bubur Kalifornia

2.3.2.1 Berbagai Penyakit yang Pernah Dilaporkan

Menurut Murdolelono dkk. (2000), tanaman jeruk keprok soe di Kabupaten TTS

dan Kabupaten TTU menderita beberapa penyakit berbahaya, di antaranya busuk

diplodia, busuk phytophthora dan penyakit psorosis. Di antara penyakit-penyakit

Page 16: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

7

tersebut, busuk diplodia merupakan penyakit yang paling penting di Kabupaten TTS

dan Kabupaten TTU karena menurut Murdolelono (2000) menyebabkan kematian

sebagian besar pohon jeruk keprok soe.

2.3.2.2 Gejala dan Tanda Busuk Diplodia

Pada jeruk dikenal dua macam busuk diplodia yaitu, diplodia basah dan diplodia

kering. Gejala penyakit ini dapat ditemukan pada akar, batang, serta ranting dan dapat

berupa busuk akar, busuk leher, dan mati ranting.

Gejala diplodia basah mudah dikenali karena menyebabkan tanaman sakit

mengeluarkan blendok yang berwarna kuning emas dari batang atau cabang. Kulit

batang tanaman sakit, setelah beberapa lama, dapat sembuh kembali, tetapi sebagian

besar akan mengering dan mengelupas. Pada perkembangan lebih lanjut, pada batang

timbul luka-luka yang tidak beraturan, kadang-kadang terbatas pada jalur yang sempit,

memanjang dan bahkan dapat berkembang melingkari batang atau cabang sehingga

menyebabkan kematian cabang atau tanaman. Jamur berkembang di antara kulit batang

dan kayu, dan merusak lapisan kambium tanaman. Kayu yang telah mati berwarna hijau

sampai hitam (Semangun, 1989).

Gejala awal diplodia kering sukar diketahui sehingga menyebabkan penyakit ini

menjadi lebih berbahaya dibandingkan dengan diplodia basah yang mudah diketahui.

Kulit batang atau cabang tanaman yang menderita diplodia kering tiba-tiba mengering

dengan celah-celah kecil pada permukaan kulit. Pada bagian celah-celah kulit yang

mengelupas tampak adanya massa spora berwarna putih atau hitam. Kulit yang

mengering meluas sangat cepat dan bila sudah mengelilingi batang atau cabang maka

daun-daun akan menguning dan cabang di bagian atasnya akan mati (Murdolelono,

2000).

2.3.2.3 Penyebab Penyakit dan Morfologi Patogen

Penyebab penyakit diplodia menurut Semangun (1989) adalah jamur Diplodia

natalensisi. dengan sinonim Botryodiplodia natalensis. Jamur ini mempunyai kisaran

inang yang sangat luas. Patogen patogenik ini menyebar pada bagian batang tanaman

jeruk dengan membentuk koloni. Koloni yang terbentuk akan berwarna hitam

kecoklatan (Gambar 1a). Hal tersebut menyebabkan batang tanaman yang terinfeksi

patogen membusuk dan akan menimbulkan gejala seperti luka pada batang (Gambar

Page 17: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

8

1b). Infeksi pada tingkatan tinggi dapat menyebabkan tanaman jeruk mengering dan

lama kelamaan mati secara keseluruhan. (Semangun, 1989).

Menurut Species Fungorum (2012a), nama saat ini (current name) untuk jamur

Diplodia natalensis Pole-Evans adalah Lasiodiplodia theobromae (Pat.) Griffon &

Maubl. Jamur Lasiodiplodia theobromae (Pat.) Griffon & Maubl. bersinonim dengan

dengan sinonim Botryodiplodia ananassae (Sacc.) Petr., Botryodiplodia elasticae Petch,

Botryodiplodia gossypii Ellis & Barthol., Botryodiplodia theobromae Pat.,

Botryodiplodia tubericola (Ellis & Everh.) Petr., Botryosphaeria rhodina (Berk. &

M.A. Curtis) Arx, Chaetodiplodia grisea Petch, Cryptostictis glandicola (Schwein.)

Starbäck, Diplodia ananassae Sacc., Diplodia cacaoicola Henn., Diplodia gossypina

Cooke, Diplodia natalensis Pole-Evans, Diplodia theobromae (Pat.) W. Nowell,

Diplodia tubericola (Ellis & Everh.) Taubenh., Lasiodiplodia nigra Griffon & Maubl.,

Lasiodiplodia triflorae B.B. Higgins, Lasiodiplodia tubericola Ellis & Everh.,

Lasiodiplodiella triflorae (B.B. Higgins) Zambett., Macrophoma vestita Prill. &

Delacr., Phoma glandicola (Schwein.) Cooke, Physalospora glandicola N.E. Stevens,

Physalospora gossypina F. Stevens, Physalospora rhodina Berk. & M.A. Curtis,

Pyreniella rhodina (Berk. & M.A. Curtis) Theiss., dan Sphaeria glandicola Schwein,

dengan posisi dalam klasifikasi sebagai berikut: Botryosphaeriaceae, Botryosphaeriales,

Incertae sedis, Dothideomycetes, Ascomycota, Fungi (Species Fungorum, 2012b).

(a) (b)

. Gambar 1. Penyakit diplodia pada jeruk keprok: (a) Diplodia Kering Infeksi Patogen

pada bagian Batang Muncul Luka (b) Diplodia Basah Infeksi Patogen

Membentuk Koloni yang Berwarna Hitam Kecoklatan dan Tersebar Disebar di

bagian Batang Jeruk

Sumber: Mudita (2008).

Page 18: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

9

2.3.2.4 Daur Penyakit Busuk Diplodia

Menurut Semangun (1989), Diplodia natalensis mempunyai kisaran inang yang

sangat luas. Perkembangan penyakit diplodia terjadi pada awal musim hujan (antara

bulan Oktober–November). Patogen masuk melalui luka baik secara alamiah maupun

luka buatan serta alat-alat pertanian. Infeksi penyakit diplodia banyak terdapat di

dataran rendah dengan kelembaban tinggi. (Semangun, 1989).

2.3.2.5 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Busuk Diplodia

Infeksi patogen pada jeruk keprok bergantung pada umur tanaman, umur

tanaman yang lebih muda akan menyebabkan jamur Diplodia natalensis akan

berkembang dengan baik dan cepat. Tanaman jeruk yang lebih tua umurnya akan

bertahan dari infeksi patogen. Faktor lingkungan juga mempengaruhi perkembangan

penyakit diplodia. Suhu dan kelembaban merupakan faktor yang penting dalam

perkembangan penyakit. Pengaruh suhu dan kelembaban dapat menghambat dan

mempercepat pertumbuhan dan perkembangan penyakit dalam menginfeksi tanaman

jeruk (Semanngun, 1989).

2.4 Arti Penting dan Budidaya Jeruk Keprok Soe

2.4.1. Arti Penting Jeruk Keprok Soe

Sebagai salah satu komoditas utama, jeruk keprok soe sangat berpeluang untuk

menjadi sumber penambahan pendapatan asli daerah. Dalam hal ini jeruk keprok soe

memiliki keunggulan komparatif yang dapat bersaing dengan jeruk lainnya, mempunyai

peluang pasar yang luas (lokal, antar kota, kabupaten, provinsi, dan nasional), dan

mempunyai peluang pengembangan karena ditunjang oleh kesesuaian kondisi

agroklimatik (Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika, 2010).

Keberadaan jeruk keprok soe menjadi kebanggaan masyarkat NTT, khususnya

masyarakat TTS dan TTU. Kebanggaan masyarakat ini dikarenakan jeruk keprok soe

merupakan tanaman asli yang telah dibudidayakan secara turun temurun. Oleh karena

itu, masyarakat merasa kerusakan akan sangat merugikan (Dinas Pertanian dan

Tanaman Pangan , 2001).

2.4.2. Budidaya Jeruk Keprok Soe di TTS dan TTU

Page 19: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

10

Teknik perbanyakan tanaman jeruk keprok soe lebih banyak dilakukan dengan

perbanyakan vegetatif dalam bentuk okulasi. Dengan demikian, pembibitan merupakan

tahap awal dalam upaya membudidayakan tanaman jeruk. Batang bawah bersumber dari

biji sapuan, sedangkan batang atas berasal dari mata tunas jeruk keprok soe dari pohon

induk yang telah disertifikasi oleh UPTPSB. Perbanyakan dengan cara ini mengalami

kendala karena terjadinya ketidak-sesuaian antara batang atas dengan batang bawah,

dan membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkan bibit yang siap tanam. Salah

satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan teknik

kultur jaringan melalui embriogenesis somatik dan penggandaan tunas aksiler (Mudita,

2008).

Bibit jeruk keprok soe dikembangkan oleh petani penangkar dan oleh Dinas

Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Timor Tengah Selatan lewat

pengelolaan Kebun Dinas. Permasalahan yang dihadapi dalam rangka mendapatkan

bibit yang berkualitas antara lain adalah keterbatasan dalam mendapatkan mata tunas

dari pohon induk yang dijadikan sebagai batang atas (Seran & Hau, 2003).

Bibit bermutu berasal dari perbanyakan vegetatif bebas penyakit sistemik, dan

mempunyai karakteristik tanaman mirip dengan karakteristik pohon induknya. Untuk

memperoleh bibit yang sehat bermutu, terjamin keasliannya, dan terkontrol maka proses

pembibitan dengan cara okulasi harus melalui beberapa tahapan kegiatan yaitu: seleksi

varietas pohon induk, pembersihan tanaman yang sakit melalui metode penyambungan

tunas pucuk, analisis patogen, blok fondasi, blok penggandaan mata tempel, dan

distribusi mata tempel kepada penangkar, serta distribusi bibit dari penangkar ke petani

(Bora & Murdolelono, 2000).

Page 20: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

11

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Teoritis

Evaluasi adalah suatu tindakan pengambilan keputusan untuk menilai suatu

obyek, keadaan peristiwa atau kegiatan tertentu yang sedang diamati atau yang telah

dilaksanakan (Wikipedia Indonesia, 2010). Menurut Resminingsih (2010), evaluasi

merupakan pemikiran terhadap keberhasilan dan kekurangan dalam sebuah program.

evaluasi merupakan pemikiran terhadap keberhasilan dan kekurangan dalam sebuah

program. Evaluasi juga merupakan suatu proses dalam merencanakan, memperoleh, dan

menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat suatu keputusan

(Lelman, 1978). Menurut Wong (2011), evaluasi adalah langkah terakhir dalam proses

pembuatan keputusan.

Evaluasi merupakan unsur penting dalam program perlindungan tanaman dan

dapat dilakukan dengan obsevasi (pengamatan) secarah langsung terhadapa apa yang

telah dikerjakan dapatpula dilakukan dengan mewawancara terhadap komponen-

komponen yang bersangkutan yang telah melaksanakan kegiatan tersebut. Proses

evaluasi suatu kegiatan, dalam hal ini adalah pengendalian, maka yang menjadi tujuan

adalah penilaian keberhasilan dan kegagalan apa yang telah dilaksanakan sebelumnya.

Melalui evaluasi maka dapat dinilai evektifitas dari tindakan perlindungan tanama yang

dilakukan.

Evaluasi pelaksanaan pengendalian penyakit dengan menggunakan Bubur

Kalifornia dilakukan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pengendalian serta

kemampuan Bubur Kalifornia yang digunakan dalam mengendalikan penyakit jeruk

keprok soe. Dasar hukum yang digunakan sebagai dasar dalam melakukan evaluasi,

tersirat pada Pasal 22 UU No. 12 Tahun 1992.

Page 21: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

12

3.2. Rancangan Pengambilan Sampel

Rancangan pengambilan sampel yang digunakan adalah rancangan sistematik

bertingkat. Pengambilan sampel penelitian dapat dilihat pada skema sebagaimana

disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Alur dan skema pengambilan sampel secara bertingkat untuk menentukan

sampel rumah tangga dan sampel pengamatan

Pengamatan insidensi dilakukan dengan membuat tiga transek di setiap kebun,

satu di bagian tengah dan dua di bagian pinggir. Transek dibuat dari bagian kebun yang

Kabupaten

5 Responden yang Tidak

MenggunakanBubur

Kalifornia

5 Responden

Pengguna Bubur

Kalifornia

Transek (3 bagian)

Kebun yang Paling

Banyak Tanaman

Jeruk

Pengamatan Insidensi

Desa

Kecamatan

10 Responden

Transek (3 bagian)

Kebun yang Paling

Banyak Tanaman Jeruk

Page 22: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

13

lebih tinggi ke bagian yang lebih rendah. Pada setiap transek kemudian diambil empat

pohon sebagai pohon sampal. Keempat pohon tersebut diambil secara sistematik dengan

posisi pada jarak yang sama di sepanjang transek.

3.3. Pelaksanaan Penelitian

3.3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di dua Kabupaten, yaitu Kabupaten Timor Tengah

Selatan (TTS) dan Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU). Di Kabupaten TTS

penelitian dilasanakan di Desa Tunua, Ajobaki, dan O’besi di Kecamatan Mollo Utara

dan di Desa Oelbubuk di Kecamatan Mollo Tengah, sedangkan di Kabupaten TTU

dilasanakan di Desa Lemon dan Desa Suanae di Kecamatan Miomafo Barat. Peta lokasi

penelitian disajikan pada Lampiran 1. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober-

Desember 2011.

3.3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: alat tulis menulis, untuk

mencatat data, alat ukur (meter) untuk mengukur diameter batang tanaman jeruk,

kamera untuk mengambil gambar tanaman jeruk dan GPS (Global Positioning System)

untuk mengukur ketinggian tempat tiap lokasi pengamatan tanaman jeruk. Bahan yang

digunakan adalah daftar pertanyaan untuk dilakukan wawancara.

3.3.3. Wawancara dan Pengamata di Lapangan

Wawancara dilakukan terhadap petani sampel dengan panduan daftar pertanyaan

sebagaimana dicantumkan pada (Lampiran 2). Daftar pertanyaan disusun dalam bentuk

pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka mengenai pelaksanaan pengendalian dengan

menggunakan Bubur Kalifornia. Wawancara dilaksanakan sedapat mungkin dengan

petani tanpa kehadiran pihak ketiga, atau dipengaruhi oleh orang lain yang tidak

berkepentingan baik bertempat di rumah maupun di kebun sebelum pelaksanaan

penelitian.

Pengamatan lapangan dilakukan di kebun yang ditentukan oleh pemilik kebun.

Bila petani responden memilki lebih dari satu kebun, maka pengamatan dilakukan pada

kebun yang tanaman jeruknya paling banyak diberikan perlakuan pengendalian dengan

Page 23: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

14

Bubur Kalifornia. Pengamatan lapangan dilakukan dengan mengamati dan mencatat

insidensi penyakit pada tanaman baik yang diberi perlakuan, maupun yang tidak diberi

perlakuan Bubur Kalifornia. Pengamatan tersebut dilakukan dengan menggunakan

lembaran pencatat data (Lampiran 3).

3.4. Peubah Penelitian

Peubah yang datanya dikumpulkan melalui pengamatan lapangan adalah:

1) Tingkat keberhasilan pengendalian dengan Bubur Kalifornia dengan cara melakukan

pengamatan insidensi penyakit yang diberi perlakuan dan yang tidak diberi

perlakuan Bubur Kalifornia. Insidensi penyakit adalah penyakit yang menginfeksi

tanaman

2) Cara menyiapkan dan mengaplikasikan Bubur Kalifornia, dilakukan dengan

wawancara.

3) Waktu dan frekuensi aplikasi Bubur Kalifornia, dilakukan dengan wawancara.

4) Cara memperoleh Bubur Kaliforia, dilakukan dengan wawancara.

5) Dosis yang dibutuhkan dalam mengaplikasikan Bubur Kalifornia dilakukan dengan

wawancara.

Peubah yang datanya dikumpulkan melalui pengamatan lapangan adalah :

1) Tingkat keberhasilan pengendalian dengan Bubur Kalifornia dengan cara melakukan

pengamatan insidensi penyakit yang diberi perlakuan dan yang tidak diberi

perlakuan Bubur Kalifornia.

2) Ketinggian tempat lokasi pengamatan, dengan cara mengukur ketinggian tempat

(elevasi)

3) Dimeter batang tanaman diukur ± 50 cm dari permukaan tanah atau sebelum

percabangan

4) Populasi tanamaan diukur setiap jarak tanaman sampel dengan empat tanaman

terdekat

Page 24: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

15

3.5. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan

analisis kuantitatif.

Analisisis kualitatif dilakukan dengan mentranskripsi rekaman wawancara dan

kemudian menentukan tema yang terdapat dalam transkripsi dengan analisis tematik.

Tema-tema analisis ditetapkan bukan dari data, melainkan ditetapkan terlebih dahulu,

yaitu jumlah pohon yang diberi perlakuan terhadap seluruh jumlah pohon yang dimiliki,

cara menyiapkan dan mengaplikasikan Bubur Kalifornia, waktu dan frekuensi aplikasi

Bubur Kalifornia, cara memperoleh Bubur Kalifornia dan dosis yang dibutuhkan dalam

mengaplikasikan Bubur Kalifornia.

Analisis kuantitatif dilakukan untuk menentukan evektifitas pengendalian

Bubur Kalifornia. Pertama-tama, dilakukan pembandingan insidensi antara tanaman

yang diberi dan yang tidak diberi perlakuan Bubur Kalifornia dengan menggunakan uji

t. Bila pembandingan menunjukkan bahwa penggunaan Bubur Kalifornia ternyata

menyebabkan insidensi penyakit atau secara nyata dengan tanpa penggunaan Bubur

Kalifornia, maka dilakukan analisis regresi faktor tunggal dan kemudian analisis regresi

faktor berganda. Menurut Mudita (2012), analisis regresi dilakukan untuk mengetahui

ada tidaknya hubungan satu faktor tertentu dengan satu atau beberapa faktor lain.

Page 25: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

16

BAB IV.

PEMBAHASAN

4.1. Lokasi Penelitian dan Pertanaman Jeruk

4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) memiliki luas wilayah 394.700 ha,

dengan batas sebelah utara adalah Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), sebelah

timur Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kabupaten Belu, sebelah selatan Laut

Timor, dan sebelah barat Kabupaten Kupang (BPS TTS, 2010). Wilayah Kabupaten

TTS terdiri atas barisan penggunungan yang terletak di bagian utara, dengan dataran

tinggi di bagian tengah dan barisan pegunungan di sebelah Selatan. Kondisi geografis

Kabupaten TTS memiliki struktur geografis yang berbukit-bukit dengan tingkat

kemiringan 49-51o. Kabupten TTS berada pada ketinggian 0-1.500 m dpl (BPS TTS,

2010).

Kabupaten TTU mempunyai luas wilayah 2.669,66 km2, dengan batas-batas

sebelah Utara dengan Republic Democratic Timor Leste (RDTL), sebelah Timur

dengan Kabupaten Belu, sebelah Selatan dengan Kabupaten TTS, dan sebelah Barat

dengan Kabupaten Kupang ( BPS TTU, 2010). Wilayah Kabupaten TTU terdiri atas

kawasan pesisir Utara dan dataran tinggi berada pada bagian tengah.

Desa-desa yang menjadi sampel penelitian seluruhnya terletak di barisan

pegunungan Utara kabupaten TTS dan Kabupaten TTU.

Data curah hujan lokasi penelitian di Kabupaten TTS dan TTU perkecamatan dalam

sepuluh tahun terakir disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Curah Hujan Kecamatan Mollo Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan

Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Curah Hujan

(Milimeter)

1428 2668 2668 1884 2211 2211 - 180 5670 313

Sumber: BPS Kabupaten TTS (2011)

Page 26: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

17

Tabel 2. Curah Hujan Kecamatan Miomafo Barat, Kabupaten Timor Tengah Utara

Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Curah

Hujan

(Milimeter)

742 2042 989 715 356 501 292 3026 675 -

Sumber: BPS Kabupaten TTU (2011).

Tanaman jeruk ditanam di daerah yang memiliki curah hujan tahunan antara

1000-3.000 mm/tahun (optimum 1.500-2.500 mm/tahun). Induksi pembungaan jeruk

membutuhkan kondisi tanah kering (strees air) paling sedikit sekitar 2 bulan yang

biasanya akan tercapai jika terjadi bulan kering (curah hujan < 60 mm) minimal 3 bulan

berurutan. (Badan Litbang Pertanian, 2011).

Curah hujan pada daerah penelitian berkisar antara 292-5670 mm/tahun. Kisaran

curah hujan tersebut cukup lembab untuk perkembangan tanaman jeruk keprok. Curah

hujan yang tinggi akan berpengaruh terhadap kelembaban tanah, sehingga tanaman

jeruk akan cepat terinfeksi jamur busuk diplodia. Pada tanah yang tidak kelebihan air,

tanaman akan lebih tahan terhadap perkembangan penyakit daripada pada tanah yang

kelebihan air (Badan Litbang Pertanian, 2011).

4.1.2. Kedaan Umum Tanaman Jeruk Keprok Soe

Hasil pengamatan menunjukan bahwa tanaman jeruk keprok soe yang ada di

lokasi penelitian menunjukan insidensi penyakit diplodia sangat tinggi. Hal ini sesuai

dengan hasil pengamatan insidensi perlakuan yang lebih tinggi dari insidensi tanpa

perlakuan Bubur Kalifornia. Pada umumnya petani mempunyai masalah yang sama

terhadap tanaman jeruk keprok soe yang mereka miliki, yakni sebagian besar tanaman

mereka telah terinfeksi penyakit busuk diplodia. Selain penyakit diplodia, juga terdapat

penyakit lain, yaitu penyakit phytophthora dan penyakit psorosis. Menurut seorang

petani, ”ketong punya jeruk ni tidak sama ke dulu. Sekarang su hilang semua, tu kerena

penyakit pu kerja” Petani tersebut mengalami kesulitan untuk mengendalikan penyakit

yang dari tahun ketahun menurunkan kualitas dan bahkan hampir memusnahkan

tanaman jeruk keprok soe yang meraka miliki. Menurut petani tersebut, tanaman jeruk

keprok soe yang mereka miliki saat ini sudah berkurang jumlahnya dibandingkan

dengan jumlah tahun-tahun sebelumnya.

Page 27: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

18

Dari hasil wawancara serta pengamatan secara langsung, jeruk keprok soe yang

ada saat ini ternyata telah mengalami kerusakan. Petani mengakui bahwa tanaman jeruk

keprok soe sekarang ini jauh dari harapan. Jeruk keprok soe yang dahulu menjadi

kebanggaan, sekarang justeru meresahkan mereka.

4.2. Evaluasi Kualitatif

4.2.1. Jumlah Tanaman dengan dan Tanpa Perlakuan

Hasil wawancara dan pengamatan secara langsung terhadap petani sampel jeruk

keprok soe (Lampiran 4a dan Lampiran 4b) menunjukkan bahwa petani telah

menggunakan Bubur Kalifornia. Seorang petani menjelaskan bahwa dia telah

memberikan perlakuan Bubur Kalifornia terhadap sembilan pohon yang terinfeksi

diplodia sebanyak dua puluh pohon. Menurut petani tersebut:

Kalau tanaman jeruk keprok yang saya oleskan itu sembilan pohon sudah kena

[terinfeksi] penyakit dan saya lihat parah sekali. Jeruk yang saya punya itu ada

dua puluh pohon (Transkip Wawancara, 2011).

Seorang petani petani lain lagi menjelaskan bahwa dia memberikan perlakuan

Bubur Kalifornia terhadap dua belas pohon dari dua puluh lima pohon yang

dimilikinya:

Saya hanya oleskan [pada] dua belas pohon, dari dua puluh lima pohon yang

saya punya [miliki] (Transkip Wawancara 2011).

Seorang petani lain menjelaskan bahwa, tanaman jeruk keprok soe yang diberi

perlakuan Bubur Kalifornia bejumlah dua puluh satu pohon yang terinfeksi diplodia dari

tiga puluh tiga pohon yang dimiliki. Seorang petani lain juga menjelaskan bahwa

tanaman jeruk keprok soe yang diberi perlakuan Bubur Kalifornia sebanyak lima belas

pohon yang terinfeksi diplodia dari dua puluh tiga pohon:

Saya oleskan lima belas pohon yang sudah kena [terinfeksi] penyakit diplodia,

kalau tanaman yang saya punya [miliki] semuanya ada dua puluh tiga pohon.

(Transkip Wawancara 2011).

Seorang petani yang tidak menggunakan Bubur Kalifornia menjelaskan tanaman

jeruk keprok soe yang terinfeksi diplodia sebanyak delapan pohon dari sebelas pohon

yang dimilkinya:

Saya punya [miliki] jeruk sebanyak sebelas pohon, sedangkan yang kena

[terinfeksi] penyakit delapan pohon (Transkip Wawancara 2011).

Page 28: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

19

Seorang petani yang lain yang tidak menggunakan Bubur Kalifornia juga

menjelaskan bahwa jeruk keprok soe yang terinfeksi diplodia sebanyak sebelas pohon,

dari lima belas pohon yang dimiliki:

Jeruk yang ada sekarang sebanyak lima belas pohon, sedangkan yang kena

[terinfeksi] penyakit sembilan pohon (Transkip Wawancara 2011).

Dari hasil wawancara dan pengamatan, jumlah pohon sampel, baik yang diberi

maupun yang tidak diberi perlakuan Bubur Kalifornia, berbeda antar petani. Contoh

sampel wawancara serta pengamatan dari kutipan di atas menunjukan jumlah pohan

yang diberi perlakuan lebih banyak dari jumlah pohon yang tidak diberi perlakuan.

Hasil wawancara dan pengamatan dari keseluruhan pohon dari keseluruhan petani

sampel yang ada di enam desa menunjukan jumlah petani sampel yang menggunakan

Bubur Kalifornia lebih banyak dari yang tidak menggunakan.

4.2.2. Penyiapan dan Pengaplikasian Bubur Kalifornia

Hasil analisis tematik data hasil wawancara (Lampiran 4a dan Lampiran 4b)

menunjukan hampir semua petani jeruk keprok soe melakukan hal yang sama

sehubungan dengan penyiapan dan pengaplikasian Bubur Kalifornia.

Seorang petani di desa Tunua menjelaskan penyiapan dan pengaplikasian Bubur

Kalifornia dengan cara sebagai berikut:

Kami petani yang menggunakan bubur ini, diberi penyuluhan bagaimana cara

mencampurkan larutan dari Bubur Kalifornia, cara kerja dan cara

mengaplikasikannya pada tanaman yang terinfeksi diplodia. Kami siapkan dulu

jerigen, ember atau gentong untuk tempat campuran. Setelah kami campur kami

aduk-aduk larutan [maksudnya campuran] tersebut sampai rata, kemudian

dimasak [di dalam] di periuk. Kalau sudah panas [mendidih] kami angka, setelah

sudah dingin baru kami oleskan di jeruk yang sakit. Sebelum aplikasi kami

bersihkan dulu jeruk yang akan kami oles nanti [baru kemudian] siapkan alat

serta bahan yang akan kami gunakan (Transkip Wawancara 2011).

Kutipan wawancara di atas menunjukan bahwa petani jeruk keprok soe

mendapatkan penyuluhan sebelum petani tersebut mengaplikasikan Bubur Kalifornia

pada tanaman jeruk keprok soe yang terinfeksi penyakit diplodia. Sebelum

mengaplikasikan Bubur Kalifornia, petani perlu terlebih dahulu menyiapkan alat dan

bahan untuk pembuatan Bubur Kalifornia tersebut. Berkaitan dengan hal ini seorang

petani dari Desa Oelbubuk menjelaskan:

Kami petani selalu ikut apa yang dijelaskan oleh penyuluh dari pihak

pemerintahan. Kalau kami bikin [kerjakan] sendiri, takutnya salah. Kalau

Page 29: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

20

caranya itu, kami oleskan bubur yang sudah siapkan secara merata di bagian

jeruk yang kena [terinfeksi] sakit itu (Transkip wawancara 2011).

Aplikasi yang dilakukan oleh petani sesuai dengan prosedur dan cara kerja yang

diberikan penyuluh pertanian sebagaimana diungkapkan oleh seorang petani:

Selalu kami oleskan yang sakit duluan, supaya cepat terobati, kami takut jeruk

mati (Transkip Wawancara 2011).

Aplikasi yang dilakukan selalu mendahulukan tanaman jeruk keprok soe yang

sudah terinfeksi diplodia dengan harapan tanaman dapat pulih sehingga tidak menjadi

sumber penular bagi tanaman lainnya. Semua yang berhubungan dengan menyiapkan

dan mengaplikasikan dilakukan petani sesuai dengan aturan. Hal tersebut dilakukan

oleh petani dengan harapan agar pengendalian dengan menggunakan Bubur Kalifornia

dapat memberikan hasil yang efektif.

4.2.3. Waktu dan Frekuensi Pengaplikasian Bubur Kalifornia

Hasil analisis tematik data hasil wawancara (Lampiran 4a dan Lampiran 4b)

menunjukan bahwa waktu dan frekuensi pemberian Bubur Kalifornia tidak sama antar

petani. Bebepara petani mengaplikasikan pada saat musim kemarau, petani lainnya

mengaplikasikannya pada saat musim hujan. Demikian juga dengan frekuensi aplikasi,

juga berbeda antar petani.

Seorang petani di Desa Oelbubuk menjelaskan waktu dan frekuensi

pengaplikasian Bubur Kalifornia adalah sebagai berikut:

Kami sebagai petani ikut aturan yang ada, aturan yang kami dapatkan saat

penyuluhan. Kami oleskan sesuai waktu yang telah dijelaskan dalam

penyuluhan, itu tu [waktu] pada saat panas [kemarau] supaya itu bubur dapat

meresap bagian [di dalam] yang kami oleskan. Kami biasanya oleskan satu kali

saja selama musim panas (Transkip Wawancara 2011).

Waktu dan frekuensi pengapliksian yang dilakukan oleh petani sesuai dengan

ketentuan, yaitu waktunya pada saat musim kemarau dan minimal satu kali aplikasi

dalam satu tahun. Petani tersebut juga mengaplikasikan Bubur Kalifornia sesuai dengan

apa yang mereka dapatkan saat mengikuti penyuluhan. Menurut Badan Litbang

Pertanian (2011), waktu yang tepat adalah pada saat musim kemarau dengan frekuensi

satu kali aplikasi dalam musim kemarau.

Seorang petani dari Desa Suanae menjelaskan waktu dan frekuensi

pengaplikasian sebagai berikut:

Page 30: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

21

Penyuluh pertania datang jelaskan di kami petani ini, kapan kami harus oleskan,

mereka jelaskan waktu di kami. Mereka [penyuluh] kasih tau

[menginformasikan] di kami itu tu [waktu] harus pada saat panas,mereka juga

omong [menjelaskan] ke kami selang waktu yang harus kami oleskan satu kali

selama masih [musim] panas supaya kami punya [miliki] bubur itu di bias resap

ke jeruk [di bagian] yang kami oleskan (Transkip Wawancara 2011).

Sama halnya dengan petani sebelumnya, penjelasan yang diberikan pada saat

wawancara menunjukan bahwa petani mengikuti aturan serta ketentuan yang diberikan

oleh penyuluh pertania. Aplikasi Bubur Kalifornia diaplikasikan satu kali pada saat

musim kemarau. Menurut Wudianto (1990), waktu yang tepat untuk pengaplikasian

adalah pada saat musim kemarau.

Seorang petani dari Desa O’besi menjelaskan bahwa waktu dan frekuensi

pengaplikasian Bubur Kalifornia adalah sebagai berikut:

Kami biasanya oleskan itu barang [Bubur Kalifornia] saat matahari panas atau

musim panas juga, saya oles tidak [bukan] sati kali saja, lebih dari satu kali.

Saya pikir kalau saya oles terus-terus pasti dia berubah, dia sembuh [terobati]

denga cepat (Transkip Wawancara 2011).

Petani tersebut melakukan aplikasi pada musim kemarau. Hal tersebut sudah

sesuai ketentuan, tetapi frekuensi aplikasi tidak sesuai dengan ketentuan. Frekuensi

yang tepat menurut Badan Litbang Pertania (2011) adalah satu kali aplikasi pada musim

kemarau.

Seorang petani dari Desa Ajobaki menjelaskan waktu dan frekuensi

pengaplikasian Bubur Kalifornia sebagai berikut :

Kami dapat penyuluhan menyangkut waktu yang tepat untuk oles itu bubur

[pengolesan], saya biasa oles bubur di musim panas juga,tapi saya lihat saya

punya jeruk tidak baik [terobati] saya oles lagi di musim hujan, karena yang saya

lihat saya punya jeruk ini di musim hujan banyak rusak [terinfeksi] ada juga

yang mati [Transkip Wawancara 2011].

Petani tersebut tidak mengikuti aturan waktu dan frekuensi aplikasi dengan baik.

Petani tersebut cendrung melihat perubahan pada tanaman jeruk keprok soe yang

dimilki dari keadaan luar saja. Dia juga melakukan pengendalian dengan hanya melihat

keadaan tanaman jeruk yang sudah semakin sakit (terinfeksi). Menurut Badan Litbang

Pertanian (2011), waktu yang tepat untuk mengaplikasikan Bubur Kalifornia adalah

pada musim kemarau. Hal yang dilakukan petani tersebut menyalahi ketentuan waktu

pengaplikasian Bubur Kalifornia. Waktu yang kurang tepat dalam pengaplikasian dapat

menyebabkan aplikasi Bubur Kalifornia menjadi tidak efektif.

Page 31: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

22

4.2.4. Cara Memperoleh Bubur Kalifornia

Hasil analisi tematik data wawancara (Lampiran 4a dan Lampiran 4b)

menunjukan adanya ketidaksamaan antar petani dalam memperoleh Bubur Kalifornia.

Hal tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara dengan petani yang menggunakan Bubur

Kalifornia.

Seorang petani yang menggunakan Bubur Kalifornia di Desa Oelbubuk

menjelaskan bahwa:

Kami dapat ini barang [Bubur Kalifornia] dari pemerintah. Pemerintah kasi kami

waktu itu hari ada program, mereka [pemerintah] mau kembangkan kami punya

jeruk keprok ini. Mereka [pemerintah] bilang program pemberdayaan jeruk

keprok soe. Mereka bagi kasi kami lewat kelompok tani, saya dapat itu bahan-

bahan untuk buat itu bubur karena saya ikut kelompok tani (Transkip

Wawancara 2011).

Petani tersebut memperoleh Bubur Kalifornia langsung melalui program

pemerintah, yaitu program pengembangan jeruk keprok soe, yang dibagiakan melalui

kelompok-kelompok tani yang ada di Desa.

Seorang petani lain dari Desa O’besi menjelaskan bagaimana cara memperoleh

Bubur Kalifornia, sebagai berikut:

Saya dapat itu barang [Bubur Kalifornia] pake beli di pegawe [petugas]

pertanian yang kerja di Kecamatan. Mereka [petugas] suruh saya masuk

kelompok tani, supaya bias dapat gratis (Transkip Wawancara 2011).

Petani tersebut memperoleh Bubur Kalifornia dengan jalan membeli di petugas

pertanian yang bekerja di kecamatan.

Seorang petani dari desa yang sama menjelaskan, bagaiman petani tersebut

mendapatakan Bubur Kalifornia.

Saya dapat itu bahan-bahan [Bubur Kalifornia] dari tetangga saya, dia punya

banyak, makanya dia bagi dengan [kepada] saya. Saya tidak pake beli, dia kasi

saya frei-frei [gratis] sa [saja] (Transkip Wawancara 2011).

Petani tersebut memperoleh Bubur Kalifornia melalui tetangganya, tanpa

membeli atau mendapat pembagian gratis dari pemerintah.

Page 32: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

23

4.2.5. Dosis yang Digunakan dalam Aplikasi

Hasil analisi tematik data wawancara (Lampiran 4a dan Lampiran 4b)

menunjukan dosis yang digunakan dalam pengaplikasian berbeda antara satu petani

dengan petani yang lain. Hal tersebut dapat disimak dari hasil wawancara dengan petani

Seorang petani di desa Tunua menjelaskan bahwa dosis yang digunakan dalam

pengaplikasian Bubur Kalifornia adalah sebagai berikut:

Saya ini ikut saja aturan pakai yang telah dijelas waktu saya terima penyuluhan,

saya takut buat salah lagi [aturaan salah]. Mereka [penyuluh] kastau [beritakan]

kami saat penyuluhan, kalau mau pake itu bubur harus sesuai dengan aturan, jadi

saya taru kapur [dan belerang] ditambah dengan air ±10 liter, terus saja adu-

aduk baru saya masak sampai dia [campuran] itu masak (Transkip wawancara

2011).

Petani tersebut mengikuti rekomendasi yang diberikan penyuluh pertanian saat

Bubur Kalifornia dibagikan. Dosis yang direkomendasikan oleh penyuluh pertanian

adalah 1 kg kapur dicampurkan dengan air ± 10 liter. Menurut Dinas Pertanian TTS

(2001), konsentrasi yang digunakan adalah ±10 liter air dan 1 kg kapur untuk 50-100

pohon.

Seorang petani lain dari Desa Lemon menjelaskan dosis yang digunakan sebagai

berikut:

Kalau aturan pake barang itu [Bubur Kalifornia] saya tau, mereka kastau

[diinformasihkan] penyuluh pertania, tapi saya campurkan itu barang [bahan-

bahan] sebanyak-banyaknya, supaya saya tidak cape-cape kalau saya mau oles

ke jeruk [Transkip Wawancara 2011].

Dosis yang diberikan tidak sesuai rekomendasi. Petani menggunakan dosis yang

berlebihan, hanya karena ingin meringankan dalam pekerjaan. Seharusnya konsentrasi

yang tepat adalah 10 liter air dan 1 kg kapur (Dinas Pertanian TTS, 2001) untuk 50-100

pohon. Hal yang dilakukan petani tersebut mempengaruhi evektifitas Bubur Kalifornia,

dalam mengendalikan penyakit sasaran.

4.3. Evaluasi Kuantitatif

4.3.1. Gejala Penyakit Diplodia pada Jeruk Kerpok di Lokasi Penelitian.

Pengamatan secara langsung ditemukan penyakit diplodia telah merusak jeruk

keprok soe. Hal ini tampak dari gejala dan tanda yang ditemukan pada tanaman. Bagian

batang dan ranting tanaman kelihatan kering dan mengeluarkan blendok (Gambar 3).

Warna daun menguning dan timbul pada bagian jeruk secara berkelompok dan infeksi

Page 33: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

24

diplodia tersebar di seluruh bagian batang maupun cabang tanaman. Penyakit diplodia

tersebut kemudian berkembang dan menyebabkan kematian tanaman.

(a) (b)

Gambar 3. Infeksi Diplodia: (a) Infeksi Lanjutan Diplodia Basah pada Batang, (b)

Infeksi Lanjutan Diplodia Kering pada Batang.

Sumber: Foto Penelitian 2011.

4.3.2. Efektivitas Bubur Kalifornia dalam Mengendalikan Penyakit

Diplodia

Suatu pengendalian dapat dikatakan berhasil atau efektif apabila tanaman yang

diberi perlakuan menunjukkan insidensi yang lebih rendah daripada tanaman tanpa

perlakuan. Untuk mengukur keberhasilan Bubur Kalifornia, telah disajikan dan dibahas

hasil wawancara dengan petani pengguna dan bukan pengguna Bubur Kalifornia.

Namun untuk melengkapinya diperlukan data pengamatan langsung di lapangan, yaitu

pengamatan insidensi penyakit pada tanaman yang diberikan perlakuan dan pada

tanaman tanpa perlakuan.

Data pengamatan insidensi disajikan pada Lampiran 5a, sedangkan hasil uji t

dapat disajikan pada Lampiran 5b. Hasil uji t terhadap data insidensi penyakit

menunjukan tidak terdapat perbedaan nyata (P(T<=t) satu-arah>0,05) antara tanaman

yang diberikan perlakuan dan tanpa diberikan perlakuan Bubur Kalifornia. Berdasarkan

atas hasil uji ini dapat disimpulkan bahwa ternyata perlakuan Bubur Kalifornia tidak

efektif dalam mengendalikan buduk diplodia pada tanaman jeruk keprok soe di

Kabupaten TTS dan Kabupaten TTU.

Page 34: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

25

Penggunaan Bubur Kalifornia yang tidak efektif tersebut terjadi karena beberapa

faktor. Hasil analisis tematik menunjukkan bahwa petani melakukan penyimpangan

dalam waktu aplikasi, yakni waktu pengaplikasian yang salah oleh petani. Bubur

Kalifornia seharusnya diaplikasikan pada musim kemarau, tetapi petani

mengaplikasikan pada musim hujan. Selain itu, petani melakukan aplikasi terhadap

tanaman yang sakit, padahal Bubur Kalifornia bersifat mencegah penyebaran penyakit,

bukan mengobati tanaman yang telah sakit. Seharusnya, tanaman yang sudah sakit

parah ditebang dan dibasmi dan aplikasi Bubur Kalifornia dilakukan terhadap tanaman

yang sakit ringan dan terutama terhadap tanaman sehat untuk melindungi tanaman dari

infeksi oleh jamur. Aplikasi juga tidak dilakukan terhadap seluruh tanaman dan tidak

oleh semua petani secara serentak. Dengan demikian, tanaman yang tidak memperoleh

aplikasi Bubur Kalifornia akan menjadi sumber inokulum bagi tanaman sehat dan

tanaman yang telah diberi aplikasi Bubur Kalifornia.

4.3.3. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Efektivitas Bubur

Kalifornia

4.3.3.1. Hubungan Insidensi Penyakit dengan Faktor Tunggal

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan ketidakefektifan

Bubur Kalifornia dalam mengendalikan penyakit diplodia pada tanaman jeruk Keprok

soe di Kabupten TTS dan kabupaten TTU, dilakukan analisis regresi antara ketinggian

tempat, diameter batang, dan populasi tanaman dengan insidensi penyakit. Ketinggian

tempat merupakan proksi suhu, diameter tanaman merupakan proksi umur tanaman, dan

populasi tanaman merupakan proksi kelembaban udara. Suhu, umur tanaman, dan

kelembaban udara merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit

(Semangun, 1989) sehingga dapat menentukan evektifitas pengendalian dengan

menggunakan Bubur Kalifornia.

Data ketinggian tempat dan insidensi penyakit diplodia disajikan pada Lampiran

6a, sedangkan hasil analisis regresi antara keduanya disajikan pada Lampiran 6b. Plot

hasil analisis regresi disajikan pada Gambar 3.

Page 35: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

26

Gambar 4. Plot Hasil Analisis Regresi Ketinggian Tempat dan Insidensi Penyakit

Diplodia

Hasil analisis regresi menunjukan signifikan model p>0,05 dan signifikan

parameter model p>0,05. Hasil analisis regresi tersebut menunjukkan bahwa ketinggian

tempat tidak berhubungan dengan insidensi penyakit diplodia pada tanaman jeruk

keprok soe. Hal ini juga berarti bahwa efektivitas Bubur Kalifornia dalam

mengendalikan penyakit diplodia tanaman jeruk keprok soe tidak berhubungan dengan

ketinggian tempat. Karena ketinggian tempat merupakan proksi suhu maka ini juga

berarti bahwa ketidakefektifan penggunaan Bubur Kalifornia tidak berhubungan dengan

suhu.

Data diameter batang dan insidensi penyakit diplodia disajikan pada Lampiran

7a, sedangkan hasil analisis regresi antara keduanya disajikan pada Lampiran 7b. Plot

hasil analisis regresi disajikan pada Gambar 4

-23

-3

17

37

57

940

970

1000

1030

1060

1090

1120

1150

1180

Insi

den

si P

erla

ku

an (

%)

Ketinggian Tempat (m dpl)

Page 36: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

27

Gambar 5. Plot Hasil Analisis Regresi Ketinggian Tempat dan Insidensi Penyakit

Diplodia

Hasil analisis menunjukan signifikan model p>0,05 dan signifikan parameter

model p>0,05. Berdasarkan hasil analisis ini dapat disimpulkan bahwa diameter batang

tidak berhubungan dengan insidensi penyakit diplodia pada jeruk keprok soe dan

dengan demikian juga dengan efektivitas Bubur Kalifornia dalam mengendalikan

penyakit tersebut. Mengingat diameter batang merupakan proksi umur tanaman maka

ini juga berarti bahwa ketidakefektifan penggunaan Bubur kalifornia untuk

mengendalikan penyakit diplodia di Kabupaten TTS dan kabupaten TTU tidak

berhubungan dengan umur tanaman.

Data populasi tanaman dan insidensi penyakit diplodia disajikan pada Lampira

8a, sedangkan hasil analisis regresi antara keduanya dapat disajikan pada Lampiran 8b.

Plot hasil analisis regresi disajikan pada Gambar 5.

-23

-13

-3

7

17

27

37

47

57

67

5.73

7.73

9.73

11.73

13.73

15.73

17.73

19.73

Insi

den

si P

erla

kuan

(%

)

Diameter Batang (cm)

Page 37: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

28

Gambar 6. Ringkasan Hasil Analisis Regresi Populasi Tanaman dan Insidensi Perlakuan

Hasil analisis menunjukan signifikan model p>0,05 dan signifikan parameter

model p>0,05. Berdasarkan hasil analisis ini dapat disimpulkan bahwa populasi

tanaman tidak berhubungan dengan insidensi penyakit diplodia. Hal ini juga dapat

berarti bahwa ketidakefektifan penggunaan Bubur Kalifornia untuk mengendalikan

penyakit diplodia pada tanaman jeruk keprok soe di Kabupaten TTS dan kabupaten

TTU tidak berhubungan dengan populasi tanaman. Mengingat populasi tanaman

merupakan proksi kelembaban udara maka hal ini juga dapat diartikan bahwa

ketidakefektifan penggunaan Bubur Kalifornia untuk mengendalikan penyakit diplodia

pada tanaman jeruk keprok soe di Kabupaten TTS dan kabupaten TTU tidak

berhubungan dengan kelembaban udara mikro di areal pertanaman.

4.3.3.2. Hubungan Insidensi Penyakit dengan Faktor Berganda

Hasil analisis regresi yang dijasikan sebelumnya dilakukan terhadap ketinggian

tempat, diameter batang, dan populasi tanaman secara sendiri-sendiri. Padahal, insidensi

penyakit dapat dipengaruhi oleh ketinggian tempat, diameter batang, dan populasi

tanaman secara bersamaan. Untuk menguji apakah terjadi hubungan seperti ini atau

tidak maka dilakukan analisis regresi berganda antara insidensi penyakit dengan

ketinggian tempat, diameter batang, dan populasi tanaman secara berganda. Data

ketinggian tempat, diameter batang, dan populasi tanaman serta insidensi penyakit

-23

-13

-3

7

17

27

37

47

57

67

2 502

1,002

1,502

2,002

2,502

3,002

3,502

4,002

4,502Insi

den

si P

erla

kuan

(%)

Populasi Tanaman (pohon)

Page 38: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

29

disajikan pada Lampiran 9a, sedangkan hasil analisis regresi berganda disajikan pada

Lampiran 9b.

Hasil analisi regresi berganda menunjukan tidak terdapar hubungan yang nyata

antara ketinggian tempat, diameter batang dan populasi tanaman dengan insidensi

penyakit. Hal tersebut ditunjukan oleh signifikan model p>0,05 dan signifikan

parameter model p>0,05. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa insidensi penyakit

diplodia tidak berhubungan secara berganda dengan faktor ketinggian tempat, diameter

batang, dan populasi tanaman. Dengan kata lain, efektivitas penggunaan Bubur

Kalifornia untuk mengendalikan penyakit diplodia tidak berhubungan secara berganda

dengan faktor ketinggian tempat, diameter batang, dan populasi tanaman.. Dengan kata

lain, ketidakefektifan penggunaan Bubur Kalifornia dalam mengendalikan penyakit

diplodia pada tanaman jeruk keprok soe di Kabupaten TTS dan Kabupaten TTU tidak

berhubungan dengan ketinggian tempat, diameter batang, dan populasi tanaman yang

masing-masing merupakan proksi suhu udara, umur tanaman, dan kelembaban udara

mikro.

4.4. Pembahasan Umum

Wilayah Kabupaten TTS dan TTU merupakan pusat produksi jeruk kerpok soe

yang merupakan kebanggaan dan unggulan masyarakat NTT. Namun dalam beberapa

tahun terakhir, populasi keprok soe yang dibudidayakan semakin berkurang dan

produksinya pun menurun. Penurunan populasi dan produksi tersebut dapat terjadi

karena penyakit diplodia sehingga pemerintah daerah setempat mencanangkan program

pengendalian dengan menggunakan Bubur Kalifornia.

Untuk menentukan keberhasilan program perlindungan tanaman, termasuk

program pengendalian penyakit diplodia dengan menggunakan Bubur Kalifornia, perlu

dilakukan evaluasi, bukan hanya untuk mengetahui tingkat keberhasilan, tetapi juga

untuk menentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan program

tersebut. Evaluasi suatu program seharusnya dilakukan sebagai bagian yang tidak

terpisahkan dengan daur pengelolaan program, tetapi sejauh ini pemerintah daerah

setempat tidak pernah melakukan evaluasi tersebut dengan sebagaimana mestinya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan aplikasi Bubur

Kalifornia untuk mengendalikan penyakit diplodia pada tanaman jeruk keprok soe di

Page 39: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

30

TTS dan TTU tidak efektif. Hal itu ditunjukan dengan tidak terdapatnya perbedaan

insidensi yang nyata antara tanaman yang diberikan aplikasi dengan tanaman yang tidak

diberikan aplikasi Bubur Kalifornia. Hasil yang tidak efektif ini terjadi karena

penyimpangan dalam pelaksanaan aplikasi Bubur Kalifornia. Penyimpangan terjadi

bukan saja oleh petani, tetapi juga oleh petugas dalam memberikan penyuluhan kepada

petani terutama dalam hal waktu aplikasi dan tanaman yang dijadikan sasaran aplikasi.

Hal ini dikonfirmasi pula dengan hasil analisis regresi yang menunjukkan bahwa

insidensi penyakit pada tanaman yang diberikan maupun yang tidak diberikan perlakuan

Bubur Kalifornia tidak berhubungan dengan ketinggian tempat, diameter batang,

maupun populasi tanaman. Dengan kata lain, program penggunaan Bubur Kalifornia

untuk mengendalikan penyakit diplodia pada tanaman jeruk keprok soe di kabupaten

TTS dan kabupaten TTU tidak berhasil ternyata tidak berhubungan dengan faktor

lingkungan fisik. Dengan demikian maka ketidakberhasilan program pengendalian

penyakit diplodia pada tanaman jeruk keprok di Kabupaten TTS dan Kabupaten TTU

berkaitan terutama dengan faktor lingkungan sosial, dalam hal ini pelaksanaan

kebijakan pemerintah melalui program penggunaan Bubur Kalifornia untuk

mengendalikan penyakit diplodia.

Page 40: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

31

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pengendalian penyakit diplodia pada tanaman jeruk keprok soe dengan

menggunakan Bubur Kalifornia kurang efektif. Insidensi penyakit diplodia pada

tanaman Keprok soe yang diberikan dan tidak diberikan aplikasi Bubur Kalifornia

ternyata tidak berbeda secara nyata. Ketidak berhasilan aplikasi Bubur Kalifornia untuk

mengendalikan penyakit diplodia tersebut ternyata tidak berhubungan dengan

lingkungan fisik, melainkan dengan faktor sosial. Dalam hal ini, faktor sosial tersebut

berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan pemerintah daerah setempat menggunakan

Bubur Kalifornia untuk mengendalikan penyakit diplodia pada jeruk Keprok soe.

5.2 Saran

Mengingat keterbatasan lingkup penelitian ini maka diperlukan penelitian

lanjutan untuk menunjukkan apakah tanaman jeruk keprok soe, selain terinfeksi oleh

penyakit diplodia, juga terinfeksi oleh penyakit lain yang memang tidak dapat

dikendalikan dengan Bubur Kalifornia.

Page 41: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

32

DAFTAR PUSTAKA

BPS TTU. 2010. Statistik Pertanian Kabupaten TTU dalam Angka. Kupang: BPS

Provinsi NTT. 2010.

Badan Litbang Pertanian, 2010 . Bubur Kalifornia dan Penggunaanya diakses 5/5/2010.

Propinsi NTT.

Badan Litbang Pertanian, 2010. Keprok Soe Bebas penyakit. diakses 5/5/2010). Provinsi

NTT.

Bora & Murdolelono. (2000). Prosiding Masalah dan Alternatif Pengendalian Penyakit

Jeruk Keprok Soe Di Nusa Tenggara Timur. Strategi Program Pengkajian

Jeruk Keprok Soe. Kupang: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT.

BPS TTS. (2010). Staistik Pertanian Kabupaten TTS dalm Angka. Kupang: BPS

Provinsi NTT.

Cardozo, 2002. Penyakit Diplodia Jeruk. diakses 24/11/2012.

Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan .(2001). Pengembangan Jeruk Keprok Soe

Propinsi NTT.

Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan, 2010. Prosiding seminar Nasional. Budidaya

Jeruk Unggulan Indonesia. Yokyakarta.

Husein dalam Wikipedia Indonesia, 2010 Cara Kerja dan Evaluasi. diakses 15/09/2010

.

Lelman, 1978. Pengertian dan Evaluasi. Carapedia diakses 24/11/2012.

Mudita, I W. (2008). Penyakit Diplodia pada Jeruk Keprok Soe.. Picasa Web Album,

siakses dari:

Mudita. 2012. Analisi Regresi, dalam Sumberdayaskripsi. diakses 10/092012

Resminingsih, A. d, 2010. Pengertian dan evaluasi. carapedia. diakses 24/11/2012

Semangun. (1989). Penyakit penting tanaman Hortikultura. Jakarta: Gramedia.

Seran & Hau. (2003). Pengelolaan Sisitem Usaha Tani Menunjang Perkembangan Jeruk

Keprok Soe Secara Berkelanjutan. Seminar Nasional Jeruk Keprok Soe.

Kupang: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT.

Species Fungoeum, 2012a. Diplodia natalensis Pole-Evans. Diakses dari:

http://www.speciesfungorum.org/Names/NamesRecord.asp?RecordID=227722

Species Fungoeum, 2012b. Lasiodiplodia theobromae (Pat.) Griffon & Maubl., Diakses

dari:

http://www.speciesfungorum.org/Names/GSDSpecies.asp?RecordID=188476

Page 42: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

33

Winarto, 1997. Infeksi Penyakit Diplodia. dalam Prosiding Seminar Infeksi penyakit

yang Membahayakan jeruk .Yokyakarta

Wong, D. L, 2011. Pengertian dan Evaluasi. carapedia. diakses 24/11/2012

Wudianto. (1990). Bubur Kalifornia dan Penggunaanya. Yokyakarta : Kanisius. Tambuan, H. dan Hapsoro, W. A. 2007. Jeruk Keprok Soe (JKS). Pemerintah Provinsi Nusa

Tenggara Timur Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura UPTD Proteksi

Tanaman. Kupang

Undang-undang No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman. Lembaran

Negara Republik Indonesia No. 12. Tahun 1992. Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46

Page 43: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

34

Lampiran 1. Lokasi Penelitian

Page 44: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

35

Lampiran 2a. Daftar Pertanyaan yang Ditujuakn Kepada Petani Jeruk Keprok Soe di

Lokasi Penelitian yang menggunakan Bubur Kalifornia.

1) Nama Bapak/Ibu siapa, umur berapa tahun? Sudah menikah atau belum?

2) Apakah Bapak/Ibu dahulu pernah sekolah? Sekolah terakhir sekolah apa? Sampai

tamat atau tidak dari sekolah yang paling terakhir itu?

3) Tempat tinggal Bapak/Ibu ini termasuk dusun berapa, desa apa?

1) Dari mana Bapak/Ibu memperoleh BK? Apakah memperoleh pembagian dari

pemerintah atau membeli sendiri?

2) Tolong Bapak/Ibu menceritakan bagaimana cara mempersiapkanBK?

3) Bagaimana cara menggunakan BK? Apakah ada yang memberitahu cara

menggunakannya? Dari instansi mana yang memberitahu? Apa saja yang

diberitahukan?

4) Tolong Bapak/Ibu menceritakan bagaimana cara menggunakan BK?

5) Berapa banyak BK yang diperlukan untuk mengolesi satu tanaman? Apakah

tergantung ukuran tanamannya?

6) Dengan kebutuhan BK seperti itu, berapa banyak BK yang diperlukan untuk satu

kali mengolesi seluruh tanaman yang Bapak Ibu miliki? Berapa kali Bapak/Ibu

mengolesi tanaman dalam satu tahun?\

7) Apakah sebelum diolesi BK, batang dibersihkan terlebih dahulu?

8) Pada saat mana sebaiknya digunakan, pada akhir musim kemarau sebelum musim

hujan, pada saat musim hujan, pada awal musim kemarau, atau pada saat musim

kemarau?

9) Apakah pada saat memberi perlakuan BK, seluruh tanaman Bapak/Ibu berikan

perlakuan? Atau, apakah hanya tanaman tertentu saja?

10) Tanaman yang bagaimana yang Bapak/Ibu dahulukan untuk diolesi BK, tanaman

yang masih sehat atau yang sudah sakit? Mengapa?

11) Apakah BK cukup diberikan satu kali saja atau harus secara berulang? Bila harus

berulang, setiap barapa hari atau minggu?

12) Selama ini, apakah menurut Bapak/Ibu pengendalian dengan BK ada hasilnya?

Bagaimana hasilnya? Apakah tanaman yang sakit bisa menjadi sehat kembali

setelah diberi perlakuan BK? Bagaimana Bapak/Ibu bisa menyimpulkan demikian?

Page 45: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

36

13) Bagaimana keadaan tanaman sebelum diolesi BK? Bagaimana keadaan batangnya,

cabangnya, daunnya?

14) Bagaimana keadaan tanaman setelah diolesi BK? Bagaimana keadaan batangnya,

cabangnya, daunnya?

15) Setelah berapa lama perubahan sebagaimana yang Bapak/Ibu sebutkan tadi terjadi?

Apakah Bapak/Ibu puas dengan perubahan tersebut?

16) Kalau BK memang dapat menyembuhkan tanaman, apakah Bapak/Ibu pernah

membeli sendiri BK? Di mana membeli? Berapa harganya?

17) Apakah setelah memberikan perlakuan BK masih ada tanaman Bapak/Ibu yang

mati? Menurut Bapak/Ibu, apakah matinya tanaman tersebut terjadi karena

Bapak/Ibu terlambat memberikan perlakuan BK atau bagaimana?

Page 46: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

37

Lampiran 2b. Daftar Pertanyaan yang Ditujukan Kepada Petani Jeruk Keprok Soe di

Lokasi Penelitian yang menggunakan Bubur Kalifornia.

1) Saya mendengar, petani jeruk lainnya menggunakan BK untuk mengendalikan

penyakit jeruk keprok. Bagaimana dengan Bapak/Ibu, mengapa tidak ikut

menggunakan?

2) Atau, apakah Bapak/Ibu memang tidak bersedia menggunakan BK karena alasan

lain? Mohon Bapak/Ibu menjelaskan alasan tidak menggunakan BK.

3) Atau, apakah dahulu Bapak/Ibu pernah menggunakan BK dan karena suatu alasan

Bapak/Ibu kemudian tidak mau menggunakannya lagi? Apakah memang begitu?

4) Bila memang begitu, apakah alasan Bapak/Ibu tidak lagi menggunakan BK padahal

dahulu pernah menggunakan?

5) Apakah Bapak/Ibu yakin BK dapat mengobati segala macam penyakit? Atau apakah

Bapak yakin bahwa penyakit tanaman jeruk keprok saat ini memang disebabkan

oleh penyakit yang dapat diobati dengan BK?

6) Bila Bapak/Ibu yakin bahwa BK tidak dapat mengobati semua macam penyakit atau

bila ibu yakin bahwa penyakit tanaman jeruk keprok bukanlah penyakit yang dapat

diobati dengan BK, bagaimana Bapak/Ibu bisa berpikir demikian? (Apa alasannya

sehingga Bapak/Ibu mengatakan demikian)?

Page 47: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

38

Lampiran 3. Lembar Pengamatan Lapangan

Lembar Pengamatan Pohon diberi Perlakuan Bubur Kalifornia

Nama :

Dusun :

Desa :

Ketinggian Tempat :

Peubah Pengamatan Uraian Pohon Sampel ke

1 2 3 4 5

1. Jumlah pohon total dalam transek

(pohon)

2. Jumlah pohon bergejala penyakit

diplodia dalam transek (pohon)

3 Penyebaran gejala diplodia pada pohon

Bagian terinfeksi

4. Tanda penyakit pada pohon sampel

(patogen yang tampak, tulis uraian pada

buku kerja terpisah)

5. Lingkar batang pohon sampel (cm)

Lembar Pen#gamatan Pohon tidak diberi Perlakuan Bubur Kalifornia

Nama :

Dusun :

Desa :

Ketinggian Tempat :

Peubah Pengamatan Uraian Pohon Sampel ke

1 2 3 4 5

1. Jumlah pohon total dalam transek

(pohon)

2. Jumlah pohon bergejala penyakit

diplodia dalam transek (pohon)

3. Penyebaran gejala pada pohon

Bagian terinfeksi

4. Tanda penyakit pada pohon sampel

(patogen yang tampak, tulis uraian pada

buku kerja terpisah

5. Lingkar batang pohon sampel (cm)

Page 48: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

39

Lampiran 4a Contoh Transkripsi Wawancara dengan Petani yang Menggunakan Bubur

Kalifornia (tidak semua dilampirkan)

Nama : Petani X

Desa : X

Kabupaten : X

1) Dari mana Bapak/Ibu memperoleh BK? Apakah memperoleh pembagian dari

pemerintah atau membeli sendiri?

Jawaban : “Itu bubur kami dapat dari pemerintah. Pemerintah berikan kami lewat

kelompok kelompok tani, lewat program pemberdayaan dan pengembangan jeruk

keprok yang ada di kabupaten TTS. Petani yang tidak ada kelompok tidak dapat.

2) Tolong Bapak/Ibu menceritakan bagaimana cara mempersiapkanBK?

Jawaban : “Kami petani yang menggunakan bubur ini, diberi penyuluhan, bagai

mana cara mencampurkan larutan dari Bubur kalifornia, cara kerja dan bagaimana

cara mengaplikasikannya pada tanaman yang terinfeksi penyakit diplodia. . Kami

siapkan dulu jerigen, ember atau gentong untuk tempat campuran dan belerang,

kapur siri dan air. Setelah kami campur kami aduk-aduk larutan tersebut sampai

rata, kemudian dimasak diperiuk. Kalau sudak panas (mendidih) kami angkat,

setelah sudah dingin baru kami oleskan di jeruk yang sakit. Sebelum aplikasi kami

bersihkan dulu jeruk yang akan kami oles nanti dan siapkan alat serta bahan yang

akan kami gunakan

3) Bagaimana cara menggunakan BK? Apakah ada yang memberitahu cara

menggunakannya? Dari instansi mana yang memberitahu? Apa saja yang

diberitahukan?

Jawaban : “Kami petani ini selalu ikut apa yang dijelaskan oleh penyuluh pertanian

dari pemerintah kalau kami bikin sendiri takunya salah. Kalau caranya itu kami

oleskan bubur yang kami sudah siapkan secarah merata di bagian jeruk yang kena

sakit. Mereka dari penyuluh dari dinas pertania, yang kerja di kecamatan. Penyuluh

jelaskan cara-cara campur larutan, terus cara oles, kemudian saat kapan harus kami

oleskan.

4) Tolong Bapak/Ibu menceritakan bagaimana cara menggunakan BK?

Jawaban : “Kalau caranya itu kami oleskan bubur yang kami sudah siapkan secarah

merata di bagian jeruk yang kena sakit itu

Page 49: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

40

5) Berapa banyak BK yang diperlukan untuk mengolesi satu tanaman? Apakah

tergantung ukuran tanamannya?

Jawaban : “ ya, tergantung ukuran tanamannya, kalau dia banyak maka kami campur

banyak dan oleskan. Biasaanya kami campur bukan untuk satu pohon saja, tetapi

kami siapkan untuk banyak pohon.

6) Dengan kebutuhan BK seperti itu, berapa banyak BK yang diperlukan untuk satu

kali mengolesi seluruh tanaman yang Bapak Ibu miliki? Berapa kali Bapak/Ibu

mengolesi tanaman dalam satu tahun?

Jawaban : “kalau itu, untuk seluruh tanaman yang saya punya, yang saya gunaka

sekitar dua jergen.

7) Apakah sebelum diolesi BK, batang dibersihkan terlebih dahulu?

Jawaban : “kami petani ini selalu ikut penjelasan yang diberikan oleh penyuluh dari

pemeritah. Kami selalu bersikan dulu pada bagin batang, ranting dan pada bagian-

bagian yang akan dioleskan.

8) Pada saat mana sebaiknya digunakan, pada akhir musim kemarau sebelum musim

hujan, pada saat musim hujan, pada awal musim kemarau, atau pada saat musim

kemarau?

Jawaban : “Kami ikut arahan dari penyuluh pertania, kami biasanya melakukan

pengendalian pada saat musim kemarau, sehingga Bubur Kalifornia yang kami

oleskan dapat bermanfaat dengan baik mematikan penyakit yang menyerang. Musim

kemarau bubur cepat kering dan dia pasti meresap ke bagian jeruk yang kami

oleskan tadi

9) Apakah pada saat memberi perlakuan BK, seluruh tanaman Bapak/Ibu berikan

perlakuan? Atau, apakah hanya tanaman tertentu saja?

Jawaban : “Selalu kami oleskan yang sakit duluan, supaya cepat terobati, kami takut

nanti jeruk mati.

10) Tanaman yang bagaimana yang Bapak/Ibu dahulukan untuk diolesi BK, tanaman

yang masih sehat atau yang sudah sakit? Mengapa?

Jawaban : penyuluh jelaskan di kami, harus yang sakit duluan, tapi kami takut yang

sehat juga kena, makanya kami oleskan juga yang masih sehat.

11) Apakah BK cukup diberikan satu kali saja atau harus secara berulang? Bila harus

berulang, setiap barapa hari atau minggu?

Page 50: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

41

Jawaban : “Selalu kami oleskan yang sakit duluan, supaya cepat terobati, kami takut

nanti jeruk mati.

12) Selama ini, apakah menurut Bapak/Ibu pengendalian dengan BK ada hasilnya?

Bagaimana hasilnya? Apakah tanaman yang sakit bisa menjadi sehat kembali

setelah diberi perlakuan BK? Bagaimana Bapak/Ibu bisa menyimpulkan demikian?

Jawaban : “khusus yang kami oleskan banyak yang sehat, tapi ada beberapa pohon

yang tidak bias bertahan, tetap sakit terus

13) Bagaimana keadaan tanaman sebelum diolesi BK? Bagaimana keadaan batangnya,

cabangnya, daunnya?

Jawaban : “kelihatan warnanya agak putih-putih, kunung-kuning, dia kelihatan

macam luka-luka itu. Macam keluar lender begitu

14) Bagaimana keadaan tanaman setelah diolesi BK? Bagaimana keadaan batangnya,

cabangnya, daunnya?

Jawaban : “kalau yang sudah kami oleskan kelihatan seperti biasa warnanya, dia

tidak luka-luka. Lender juga tidak keluar lagi.

15) Setelah berapa lama perubahan sebagaimana yang Bapak/Ibu sebutkan tadi terjadi?

Apakah Bapak/Ibu puas dengan perubahan tersebut?

Jawaban : “kalau soal puas, kami puas juga. Tapi ada sebagin pohon yang mati,

kami harap supaya semua pohon sehat terus

16) Kalau BK memang dapat menyembuhkan tanaman, apakah Bapak/Ibu pernah

membeli sendiri BK? Di mana membeli? Berapa harganya?

Jawaban : “Itu bubur kami dapat dari pemerintah. Pemerintah berikan kami lewat

kelompok-kelompok tani, lewat program pemberdayaan dan pengembangan jeruk

keprok yang ada di kabupaten TTS dan TTU. Petani yang tidak ada kelompok tidak

dapat. Saya pernah beli di petugas yang kerja di dinas pertania.

17) Apakah setelah memberikan perlakuan BK masih ada tanaman Bapak/Ibu yang

mati? Menurut Bapak/Ibu, apakah matinya tanaman tersebut terjadi karena

Bapak/Ibu terlambat memberikan perlakuan BK atau bagaimana?

Jawaban : “sebagian masih ada, tapi sampai saat ini jeruk di kami punya kampung

sebagian besar tidak ada lagi. Mungkin kami terlambat kasi obat juga,mungkin juga

ada penyakit lain. Kami petani tidak tau kalau jeruk yang kami punya ini sudah

berkurang sekarang.

Page 51: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

42

Nama : Petani X

Desa : X

Kabupaten : X

1) Dari mana Bapak/Ibu memperoleh BK? Apakah memperoleh pembagian dari

pemerintah atau membeli sendiri?

Jawaban : “ade kami dapat dari pemerintah. Mereka kasi kami lewat kelompok

kelompok tani, dong pemerrintah punya program pemberdayaan dan

pengembangan jeruk keprok di ketong punya kabupaten.

2) Tolong Bapak/Ibu menceritakan bagaimana cara mempersiapkanBK?

Jawaban : “sebelum ketong pake, ketong dapa penyuluhan, dong ajar ketong cara

mencampur larutan, ajar ketong cara kerja, terus cara ketong oles di jeruk yang kena

penyakit busuk tu ade. Mereka kami siapkan jerigen, ember, atau gentong untuk

tempat ketong belerang, kapur siri dan air. Ketong campur abis aduk-aduk dia

sampai rata. Habis itu ketong masak di periuk sampai dia panas. Kalau sudah panas

ketong angka periuk, terus lepas sampai dingin, baru ketong oles di jeruk yang kena

itu panyakit.

3) Bagaimana cara menggunakan BK? Apakah ada yang memberitahu cara

menggunakannya? Dari instansi mana yang memberitahu? Apa saja yang

diberitahukan?

Jawaban : “ketong petani ini ikut sa apa yang mereka omong (penyuluh pertanian)

dari pemerintah kalau kami bikin sendiri takunya salah. Kalau caranya itu kami

oleskan bubur yang kami sudah siapkan secarah merata di bagian jeruk yang kena

sakit itu. Dong kastau cara penggunaanya, cara campurnya, terus cara olesnya, terus

kapan ketong harus oles.

4) Tolong Bapak/Ibu menceritakan bagaimana cara menggunakan BK?

Jawaban : “Kalau caranya itu kami oleskan bubur yang kami sudah siapkan secarah

merata di bagian jeruk yang kena sakit itu.

5) Berapa banyak BK yang diperlukan untuk mengolesi satu tanaman? Apakah

tergantung ukuran tanamannya?

Jawaban : “ ya ade, tergantung ukuran tanamannya, kalau dia banyak maka kami

campur banyak dan oleskan. Biasaanya ketong campur bukan untuk satu pohon saja,

tetapi kami siapkan untuk banyak pohon.

Page 52: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

43

6) Dengan kebutuhan BK seperti itu, berapa banyak BK yang diperlukan untuk satu

kali mengolesi seluruh tanaman yang Bapak Ibu miliki? Berapa kali Bapak/Ibu

mengolesi tanaman dalam satu tahun?

Jawaban : “ade kalau untuk saya punya pohon hanya dua ember bokor tu ade, itu

untuk seluruh jeruk.

7) Apakah sebelum diolesi BK, batang dibersihkan terlebih dahulu?

Jawaban : “ketong bersikan dulu ade, dia punya bagian-bagian jeruk tu.

8) Pada saat mana sebaiknya digunakan, pada akhir musim kemarau sebelum musim

hujan, pada saat musim hujan, pada awal musim kemarau, atau pada saat musim

kemarau?

Jawaban : “beta su omong tadi ade, ketong ikut arahan dari penyuluh pertania,

kaetong biasanya oles saat musim panas.

9) Apakah pada saat memberi perlakuan BK, seluruh tanaman Bapak/Ibu berikan

perlakuan? Atau, apakah hanya tanaman tertentu saja?Jawaban : “ketong oleskan

yang sakit duluan,ketong takut nanti jeruk mati.

10) Tanaman yang bagaimana yang Bapak/Ibu dahulukan untuk diolesi BK, tanaman

yang masih sehat atau yang sudah sakit? Mengapa?

Jawaban : be su kastau tadi ade, yang sake dahulu ade,supaya dia biasa sembuh.

11) Apakah BK cukup diberikan satu kali saja atau harus secara berulang? Bila harus

berulang, setiap barapa hari atau minggu?

Jawaban : “Selalu kami oleskan yang sakit duluan. Ade tu aturan dong jelaskan tu

cukup satu kali saja, kalu dia su kering. Biasa oles lagi kalau ketong lihat jeruk

masih parah.

12) Selama ini, apakah menurut Bapak/Ibu pengendalian dengan BK ada hasilnya?

Bagaimana hasilnya? Apakah tanaman yang sakit bisa menjadi sehat kembali

setelah diberi perlakuan BK? Bagaimana Bapak/Ibu bisa menyimpulkan demikian?

Jawaban : “khusus yang kami oleskan banyak yang sehat, tapi ada beberapa pohon

yang tidak bias bertahan, tetap sakit terus

13) Bagaimana keadaan tanaman sebelum diolesi BK? Bagaimana keadaan batangnya,

cabangnya, daunnya?

Jawaban : “kelihatan warnanya agak putih-putih, kunung-kuning, dia kelihatan

macam luka-luka itu. Macam keluar lender begitu.

Page 53: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

44

14) Bagaimana keadaan tanaman setelah diolesi BK? Bagaimana keadaan batangnya,

cabangnya, daunnya?

Jawaban : “kalau yang sudah kami oleskan kelihatan seperti biasa warnanya, dia

tidak luka-luka. Lender juga tidak keluar lagi.

15) Setelah berapa lama perubahan sebagaimana yang Bapak/Ibu sebutkan tadi terjadi?

Apakah Bapak/Ibu puas dengan perubahan tersebut?

16) Jawaban : “kalau soal puas, kami puas juga. Tapi ada sebagin pohon yang mati,

kami harap supaya semua pohon sehat terus.

17) Kalau BK memang dapat menyembuhkan tanaman, apakah Bapak/Ibu pernah

membeli sendiri BK? Di mana membeli? Berapa harganya?

Jawaban : “Itu bubur kami dapat dari pemerintah. Pemerintah berikan kami lewat

kelompok-kelompok tani, lewat program pemberdayaan dan pengembangan jeruk

keprok yang ada di kabupaten TTS dan TTU. Petani yang tidak ada kelompok tidak

dapat. Saya pernah beli di petugas yang kerja di dinas pertania.

18) Apakah setelah memberikan perlakuan BK masih ada tanaman Bapak/Ibu yang

mati? Menurut Bapak/Ibu, apakah matinya tanaman tersebut terjadi karena

Bapak/Ibu terlambat memberikan perlakuan BK atau bagaimana?

Jawaban : “separuh yang masih ada ade, mungkin ketong terlambat kasi tu barang

juga ade, tapi ketong petani ne tidak tau ade. Mungkin pengaruh tu ko atu pengaruh

laen, ade dong yang tau.

Nama : Petani X

Desa : X

Kabupaten : X

1) Dari mana Bapak/Ibu memperoleh BK? Apakah memperoleh pembagian dari

pemerintah atau membeli sendiri?

Jawaban : “saya pake beli ade, be beli di tu penyuluh pertaniaan yang kerja di kantor

camat.

Tu hari be beli seratus ribu, dong bilang untuk uang rook sa.

2) Tolong Bapak/Ibu menceritakan bagaimana cara mempersiapkanBK?

Jawaban : “sebelum beta bawa pulang, tu pegawe penyulu jelaskan di beta dulu,

bagaimana dia pung aturan mainnya. Tu penyuluh bilang siapkan dulu tempa

kosong di jerigen ato ember, atau gentong. Tempat itu untuk ketong campur

belerang, kapur siri dan air. Dia bilang, setelah campur baru di eok-eok sampai rata,

Page 54: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

45

habis itu masak di periuk sampai dia mendidih. Kalau sudah mendidih baru angkat.

Lepas dia sampai dingin baru biasa oles di jeruk.

3) Bagaimana cara menggunakan BK? Apakah ada yang memberitahu cara

menggunakannya? Dari instansi mana yang memberitahu? Apa saja yang

diberitahukan?

Jawaban : “ kalau beta sendiri lansung dijelaskan di kantor camat, langsung dengan

petugasnya memang. Tu dia kastau beta yang tadi tu cara-caranya tu, terus waktu

kapan saya harus oleskan.

4) Tolong Bapak/Ibu menceritakan bagaimana cara menggunakan BK?

Jawaban : “Kalau caranya itu kami seperti yang dijelaskan petugas tadi oles bubur

yang sudah disiapkan, kita oles secarah merata di bagian jeruk yang kena penyakit

busuk tu

5) Berapa banyak BK yang diperlukan untuk mengolesi satu tanaman? Apakah

tergantung ukuran tanamannya?

Jawaban : “ tu hari beta beli hanya 1 ember ade. Aturanya seperti itu, harus

tergantung ukuranya ade, tapi beta oles sedik-sedikit, karena kurang tow ade.

6) Dengan kebutuhan BK seperti itu, berapa banyak BK yang diperlukan untuk satu

kali mengolesi seluruh tanaman yang Bapak Ibu miliki? Berapa kali Bapak/Ibu

mengolesi tanaman dalam satu tahun?

jawaban : “be punya kurang ade,,jadi beta olessadikit-sadikit, soalnya b punya jeruk

yang kana panyakit banyak na.

7) Apakah sebelum diolesi BK, batang dibersihkan terlebih dahulu?

Jawaban : “ketong bersikan dulu ade, dia punya bagian-bagian jeruk tu.

8) Pada saat mana sebaiknya digunakan, pada akhir musim kemarau sebelum musim

hujan, pada saat musim hujan, pada awal musim kemarau, atau pada saat musim

kemarau?

Jawaban : “beta su omong tadi ade, ketong ikut arahan dari penyuluh pertania,

kaetong biasanya oles saat musim panas.

9) Apakah pada saat memberi perlakuan BK, seluruh tanaman Bapak/Ibu berikan

perlakuan? Atau, apakah hanya tanaman tertentu saja?

Jawaban : “be oles yang su parah sekali ade.

10) Tanaman yang bagaimana yang Bapak/Ibu dahulukan untuk diolesi BK, tanaman

yang masih sehat atau yang sudah sakit? Mengapa?

Page 55: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

46

Jawaban : be su kastau tadi ade, yang sake dahulu ade,supaya dia biasa sembuh.

11) Apakah BK cukup diberikan satu kali saja atau harus secara berulang? Bila harus

berulang, setiap barapa hari atau minggu?

Jawaban : “be kasi satu kali saja ade..

12) Selama ini, apakah menurut Bapak/Ibu pengendalian dengan BK ada hasilnya?

Bagaimana hasilnya? Apakah tanaman yang sakit bisa menjadi sehat kembali

setelah diberi perlakuan BK? Bagaimana Bapak/Ibu bisa menyimpulkan demikian

Jawaban : “ada yang sehat ade, tapi ada yang mati na.

13) Bagaimana keadaan tanaman sebelum diolesi BK? Bagaimana keadaan batangnya,

cabangnya, daunnya?

Jawaban : ketong lihat kering, batang macam ke orang potong tu ade.

14) Bagai mana keadaan setelah dioleskan?

Jawaban : “kalau yang sembuh tu, dia punya batang ketong lihat sehat, terus macam

luka-luka tu tidak ada, tapi ada yang masih noe-noe, kering, terus dia punya luka ju

masih ada na.

15) Setelah berapa lama perubahan sebagaimana yang Bapak/Ibu sebutkan tadi terjadi?

Apakah Bapak/Ibu puas dengan perubahan tersebut?

Jawaban : “beta puas kalau tidak ada yang mati,

16) Apakah setelah memberikan perlakuan BK masih ada tanaman Bapak/Ibu yang

mati? Menurut Bapak/Ibu, apakah matinya tanaman tersebut terjadi karena

Bapak/Ibu terlambat memberikan perlakuan BK atau bagaimana?

Jawaban : “sebagiannya masih ada ade, mungkin ketong terlambat kasi tu barang

juga ade, mungkin juga penyakit lain yang kena ketong punya panyakit ade.

Nama : Petani X

Desa : X

Kabupaten : X

1) Dari mana Bapak/Ibu memperoleh BK? Apakah memperoleh pembagian dari

pemerintah atau membeli sendiri?

Jawaban : “Dapat dari pemerintah.

2) Tolong Bapak/Ibu menceritakan bagaimana cara mempersiapkanBK?

Jawaban : “Kami, diberi penyuluhan, bagai mana cara mencampurkan larutan, cara

kerja dan bagaimana cara mengaplikasikannya pada tanaman yang terinfeksi

Page 56: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

47

penyakit busuk batang. . Kami siapkan dulu jerigen, ember atau gentong untuk

tempat campuran dan belerang, kapur siri dan air. Setelah kami campur kami aduk-

aduk larutan tersebut sampai rata, kemudian dimasak diperiuk. Kalau sudak panas

(mendidih) kami angkat, setelah sudah dingin baru kami oleskan di jeruk yang sakit.

Sebelum aplikasi kami bersihkan dulu jeruk yang akan kami oles nanti dan siapkan

alat serta bahan yang akan kami gunakan.

3) Bagaimana cara menggunakan BK? Apakah ada yang memberitahu cara

menggunakannya? Dari instansi mana yang memberitahu? Apa saja yang

diberitahukan?

Jawaban : “Kami ikut apa yang dijelaskan oleh penyuluh pertanian dari pemerintah

kalau kami bikin sendiri takunya salah. Kalau caranya itu kami oleskan bubur yang

kami sudah siapkan secarah merata di bagian jeruk yang kena sakit. Mereka dari

penyuluh dari dinas pertania, yang kerja di kecamatan. Penyuluh jelaskan cara-cara

campur larutan, terus cara oles, kemudian saat kapan harus kami oleskan.

4) Tolong Bapak/Ibu menceritakan bagaimana cara menggunakan BK?

Jawaban : “Kalau caranya itu kami oleskbu bur yang kami sudah siapkan secarah

merata di bagian jeruk yang kena sakit itu.

5) Berapa banyak BK yang diperlukan untuk mengolesi satu tanaman? Apakah

tergantung ukuran tanamannya?

Jawaban : “ ya, tergantung ukuran tanamannya, kalau dia banyak maka kami campur

banyak dan oleskan. Biasaanya kami campur bukan untuk satu pohon saja, tetapi

kami siapkan untuk banyak pohon.

6) Dengan kebutuhan BK seperti itu, berapa banyak BK yang diperlukan untuk satu

kali mengolesi seluruh tanaman yang Bapak Ibu miliki? Berapa kali Bapak/Ibu

mengolesi tanaman dalam satu tahun?

Jawaban : “kalau itu, untuk seluruh tanaman yang saya punya, yang saya gunaka

sekitar dua jergen.

7) Apakah sebelum diolesi BK, batang dibersihkan terlebih dahulu?

Jawaban : “kami petani ini selalu ikut penjelasan yang diberikan oleh penyuluh dari

pemeritah. Kami selalu bersikan dulu pada bagin batang, ranting dan pada bagian-

bagian yang akan dioleskan.

Page 57: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

48

8) Pada saat mana sebaiknya digunakan, pada akhir musim kemarau sebelum musim

hujan, pada saat musim hujan, pada awal musim kemarau, atau pada saat musim

kemarau?

Jawaban : “Kami ikut arahan dari penyuluh pertania, kami biasanya melakukan

pengendalian pada saat musim kemarau, sehingga Bubur Kalifornia yang kami

oleskan dapat bermanfaat dengan baik mematikan penyakit yang menyerang. Musim

kemarau bubur cepat kering dan dia pasti meresap ke bagian jeruk yang kami

oleskan tadi.

9) Apakah pada saat memberi perlakuan BK, seluruh tanaman Bapak/Ibu berikan

perlakuan? Atau, apakah hanya tanaman tertentu saja?

Jawaban : “Selalu kami oleskan yang sakit duluan, supaya cepat terobati, kami takut

nanti jeruk mati.

10) Tanaman yang bagaimana yang Bapak/Ibu dahulukan untuk diolesi BK, tanaman

yang masih sehat atau yang sudah sakit? Mengapa?

Jawaban : yang sakit duluan, kalau yang sehat juga kena baru kita oleskan. Karena

kami takut yang parah itu mati.

11) Apakah BK cukup diberikan satu kali saja atau harus secara berulang? Bila harus

berulang, setiap barapa hari atau minggu?

Jawaban : “Selalu kami oleskan yang sakit duluan, supaya cepat terobati, kami takut

nanti jeruk mati.

12) Selama ini, apakah menurut Bapak/Ibu pengendalian dengan BK ada hasilnya?

Bagaimana hasilnya? Apakah tanaman yang sakit bisa menjadi sehat kembali

setelah diberi perlakuan BK? Bagaimana Bapak/Ibu bisa menyimpulkan demikian?

Jawaban : “khusus yang kami oleskan banyak yang sehat, tapi ada beberapa pohon

yang tidak bias bertahan, tetap sakit terus.

13) Bagaimana keadaan tanaman sebelum diolesi BK? Bagaimana keadaan batangnya,

cabangnya, daunnya?

Jawaban : “kelihatan warnanya agak putih-putih, kunung-kuning, dia kelihatan

macam luka-luka itu. Macam keluar lender begitu

14) Bagaimana keadaan tanaman setelah diolesi BK? Bagaimana keadaan batangnya,

cabangnya, daunnya?

Jawaban : “kalau yang sudah kami oleskan kelihatan seperti biasa warnanya, dia

tidak luka-luka. Lender juga tidak keluar lagi.

Page 58: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

49

15) Setelah berapa lama perubahan sebagaimana yang Bapak/Ibu sebutkan tadi terjadi?

Apakah Bapak/Ibu puas dengan perubahan tersebut?

Jawaban : “kalau soal puas, kami puas juga. Tapi ada sebagin pohon yang mati,

kami harap supaya semua pohon sehat terus.

16) Kalau BK memang dapat menyembuhkan tanaman, apakah Bapak/Ibu pernah

membeli sendiri BK? Di mana membeli? Berapa harganya?

Jawaban : “kami pake hanya itu kali saja, tidak beli lagi ade.

17) Apakah setelah memberikan perlakuan BK masih ada tanaman Bapak/Ibu yang

mati? Menurut Bapak/Ibu, apakah matinya tanaman tersebut terjadi karena

Bapak/Ibu terlambat memberikan perlakuan BK atau bagaimana?

Jawaban : “masih ada ,yang mati, kami tidak tau mungkin bukan dia punya obat

yang ini, atau ada penyakit lain ade,,ade dong yang tau,,kami petani ne tidak terlalu

tau.

Nama : Petani X

Desa : X

Kabupaten : X

1) Dari mana Bapak/Ibu memperoleh BK? Apakah memperoleh pembagian dari

pemerintah atau membeli sendiri?

Jawaban : “dapa dari pemerintah, lewat kelompok kelompok tani.

2) Tolong Bapak/Ibu menceritakan bagaimana cara mempersiapkanBK?

Jawaban : “kami dapa penyuluhan, bagaiman cara mencampur larutan,cara kerja,

terus cara oles di jeruk yang kena penyakit. kami siapkan jerigen, ember, atau

gentong untuk tempat campur belerang, kapur siri dan air, campur abis aduk-aduk

dia sampai rata. Habis itu masak di periuk sampai dia panas. Kalau sudah panas

kami angka periuk, terus lepas sampai dingin, baru kami oles di jeruk yang kena itu

panyakit.

3) Bagaimana cara menggunakan BK? Apakah ada yang memberitahu cara

menggunakannya? Dari instansi mana yang memberitahu? Apa saja yang

diberitahukan?

Jawaban : “ seperti saya jelaskan tadi, dari dinas pertania melalui penyuluh pertania

di Kecamatan. Caranya seperti tadi.

4) Tolong Bapak/Ibu menceritakan bagaimana cara menggunakan BK?

Page 59: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

50

Jawaban : “Kalau caranya itu kami oleskan bubur yang kami sudah siapkan secarah

merata di bagian jeruk yang kena sakit itu.

5) Berapa banyak BK yang diperlukan untuk mengolesi satu tanaman? Apakah

tergantung ukuran tanamannya?

Jawaban : “ ya ade, tergantung ukuran tanamannya, kalau dia banyak maka kami

campur banyak dan oleskan. Biasaanya ketong campur bukan untuk satu pohon saja,

tetapi kami siapkan untuk banyak pohon.

6) Dengan kebutuhan BK seperti itu, berapa banyak BK yang diperlukan untuk satu

kali mengolesi seluruh tanaman yang Bapak Ibu miliki? Berapa kali Bapak/Ibu

mengolesi tanaman dalam satu tahun?

Jawaban : “ade kalau untuk saya punya pohon hanya dua ember bokor tu ade, itu

untuk seluruh jeruk.

7) Apakah sebelum diolesi BK, batang dibersihkan terlebih dahulu?

Jawaban : “ketong bersikan dulu ade, dia punya bagian-bagian jeruk tu.

8) Pada saat mana sebaiknya digunakan, pada akhir musim kemarau sebelum musim

hujan, pada saat musim hujan, pada awal musim kemarau, atau pada saat musim

kemarau?

Jawaban : “beta su omong tadi ade, ketong ikut arahan dari penyuluh pertania,

kaetong biasanya oles saat musim panas.

9) Apakah pada saat memberi perlakuan BK, seluruh tanaman Bapak/Ibu berikan

perlakuan? Atau, apakah hanya tanaman tertentu saja?

Jawaban : “ketong oleskan yang sakit duluan,ketong takut nanti jeruk mati.

10) Tanaman yang bagaimana yang Bapak/Ibu dahulukan untuk diolesi BK, tanaman

yang masih sehat atau yang sudah sakit? Mengapa?

Jawaban : be su kastau tadi ade, yang sake dahulu ade,supaya dia biasa sembuh.

11) Apakah BK cukup diberikan satu kali saja atau harus secara berulang? Bila harus

berulang, setiap barapa hari atau minggu?

12) Jawaban : “Selalu kami oleskan yang sakit duluan. Ade tu aturan dong jelaskan tu

cukup satu kali saja, kalu dia su kering. Biasa oles lagi kalau ketong lihat jeruk

masih parah.

13) Selama ini, apakah menurut Bapak/Ibu pengendalian dengan BK ada hasilnya?

Bagaimana hasilnya? Apakah tanaman yang sakit bisa menjadi sehat kembali

setelah diberi perlakuan BK? Bagaimana Bapak/Ibu bisa menyimpulkan demikian?

Page 60: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

51

Jawaban : “khusus yang kami oleskan banyak yang sehat, tapi ada beberapa pohon

yang tidak bias bertahan, tetap sakit terus.

14) Bagaimana keadaan tanaman sebelum diolesi BK? Bagaimana keadaan batangnya,

cabangnya, daunnya?

Jawaban : “kelihatan warnanya agak putih-putih, kunung-kuning, dia kelihatan

macam luka-luka itu. Macam keluar lender begitu.

15) Bagaimana keadaan tanaman setelah diolesi BK? Bagaimana keadaan batangnya,

cabangnya, daunnya?

Jawaban : “kalau yang sudah kami oleskan kelihatan seperti biasa warnanya, dia

tidak luka-luka. Lender juga tidak keluar lagi.

16) Setelah berapa lama perubahan sebagaimana yang Bapak/Ibu sebutkan tadi terjadi?

Apakah Bapak/Ibu puas dengan perubahan tersebut?

Jawaban : “kalau soal puas, kami puas juga. Tapi ada sebagin pohon yang mati,

kami harap supaya semua pohon sehat terus.

17) Kalau BK memang dapat menyembuhkan tanaman, apakah Bapak/Ibu pernah

membeli sendiri BK? Di mana membeli? Berapa harganya?

Jawaban : “Itu bubur kami dapat dari pemerintah. Pemerintah berikan kami lewat

kelompok-kelompok tani, lewat program pemberdayaan dan pengembangan jeruk

keprok yang ada di kabupaten TTS dan TTU. Petani yang tidak ada kelompok tidak

dapat. Saya pernah beli di petugas yang kerja di dinas pertania.

18) Apakah setelah memberikan perlakuan BK masih ada tanaman Bapak/Ibu yang

mati? Menurut Bapak/Ibu, apakah matinya tanaman tersebut terjadi karena

Bapak/Ibu terlambat memberikan perlakuan BK atau bagaimana?

Jawaban : “separuh yang masih ada ade, mungkin ketong terlambat kasi tu barang

juga ade, tapi ketong petani ne tidak tau ade. Mungkin pengaruh tu ko atu pengaruh

laen, ade dong yang tau.

Page 61: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

52

Nama : Petani X

Desa : X

Kabupaten : X

1) Dari mana Bapak/Ibu memperoleh BK? Apakah memperoleh pembagian dari

pemerintah atau membeli sendiri?

Jawaban : “saya punya tu tetangga yang kasi, soalnya mereka punya ada banyak

na.

2) Tolong Bapak/Ibu menceritakan bagaimana cara mempersiapkanBK?

Jawaban : “saya tidak terlalu tau, tetangga yang kasi juga tiddak menjelaskan cara-

cara bagaiman. Hanya dia bilang, kau campur itu barang-barang (larutan) terus kau

adu, kau buat di ember atu bokor besar. Terus itu dia bilang masak sampai mendidi

terus oles di jeruk

3) Bagaimana cara menggunakan BK? Apakah ada yang memberitahu cara

menggunakannya? Dari instansi mana yang memberitahu? Apa saja yang

diberitahukan?

Jawaban : “saya tidak ada informasi dari instansi manapun, hanya tetangga saya

yang beritakan seperti saya omong tadi.

4) Tolong Bapak/Ibu menceritakan bagaimana cara menggunakan BK

Jawaban : “caranya macam tadi itu.

5) Berapa banyak BK yang diperlukan untuk mengolesi satu tanaman? Apakah

tergantung ukuran tanamannya?

Jawaban : “ tu hari dia kasi saya lumayan juga, jadi saya oleskan di saya punya jeruk

hamper semua.

6) Dengan kebutuhan BK seperti itu, berapa banyak BK yang diperlukan untuk satu

kali mengolesi seluruh tanaman yang Bapak Ibu miliki? Berapa kali Bapak/Ibu

mengolesi tanaman dalam satu tahun?

jawaban : “saya oleskan secarah keseluruh di saya punya tanaman jeruk ade, yang

sakit dengan yang belum sakit tu, alasanya saya takut yang sehat juga kena penyakit

lagi.

7) Apakah sebelum diolesi BK, batang dibersihkan terlebih dahulu?

Jawaban : “saya bersihkan bagian-bagian tertentu saja.

Page 62: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

53

8) Pada saat mana sebaiknya digunakan, pada akhir musim kemarau sebelum musim

hujan, pada saat musim hujan, pada awal musim kemarau, atau pada saat musim

kemarau?

Jawaban : “ saya oles pada saat mau hujan ade.

9) Apakah pada saat memberi perlakuan BK, seluruh tanaman Bapak/Ibu berikan

perlakuan? Atau, apakah hanya tanaman tertentu saja?

Jawaban : “be oles yang su parah sekali ade.

10) Tanaman yang bagaimana yang Bapak/Ibu dahulukan untuk diolesi BK, tanaman

yang masih sehat atau yang sudah sakit? Mengapa?

Jawaban : saya oles semua ade, saya sudah kastau tadi. Takut yang sehat juga kena

lagi,lebeh baik saya oles semua.

11) Apakah BK cukup diberikan satu kali saja atau harus secara berulang? Bila harus

berulang, setiap barapa hari atau minggu?

Jawaban : “saya hanya kasi satu kali.

12) Selama ini, apakah menurut Bapak/Ibu pengendalian dengan BK ada hasilnya?

Bagaimana hasilnya? Apakah tanaman yang sakit bisa menjadi sehat kembali

setelah diberi perlakuan BK? Bagaimana Bapak/Ibu bisa menyimpulkan demikian

Jawaban : “adu ade, saya punya hamper sebagian mati.

13) Bagaimana keadaan tanaman sebelum diolesi BK? Bagaimana keadaan batangnya,

cabangnya, daunnya?

Jawaban : kelihatan pucat-pucat ade, keluar macam nana tu ade, di bagian batangnya

14) Bagai mana keadaan setelah dioleskan?

Jawaban : “lebih banyak yang mati, ada yang sembuh sebentar saja terus kena lagi

ade.

15) Setelah berapa lama perubahan sebagaimana yang Bapak/Ibu sebutkan tadi terjadi?

Apakah Bapak/Ibu puas dengan perubahan tersebut?

Jawaban : “puas bagimana, ko mati semua ne ade.

16) Apakah setelah memberikan perlakuan BK masih ada tanaman Bapak/Ibu yang

mati? Menurut Bapak/Ibu, apakah matinya tanaman tersebut terjadi karena

Bapak/Ibu terlambat memberikan perlakuan BK atau bagaimana?

Jawaban : “sebagian besar mati, mungkin saya terlambat atau saya salah pake, atau

mungkin ada sebab lain. Ada penyakit lain mungkin ade.

Page 63: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

54

Lampiran 4b Contoh Transkripsi Wawancara dengan Petani yang Tidak Menggunakan

Bubur Kalifornia (tidak semua dilampirkan)

Nama : Petani X

Desa : X

Kabupaten : X

1) Saya mendengar, petani jeruk lainnya menggunakan BK untuk mengendalikan

penyakit jeruk keprok. Bagaimana dengan Bapak/Ibu, mengapa tidak ikut

menggunakan?

Jawaban : “itu bubur dibagian pada mereka yang punya kelompok tani. Kami yang

tidak ikut kelompok tani tidak dapat.

2) Atau, apakah Bapak/Ibu memang tidak bersedia menggunakan BK karena alasan

lain? Mohon Bapak/Ibu menjelaskan alasan tidak menggunakan BK.

Jawaban : “ yang pertama kami tidak ikut kelompok tani, kalau diberikan kami

bersedia. Kalau menurut kami petani yang tidak sekolah, kami lihat meraka yang

menggunakan itu obat, jeruknya juga mati. Mungkin itu obat tidak cocok dengan

penyakit itu barang kali.

3) Atau, apakah dahulu Bapak/Ibu pernah menggunakan BK dan karena suatu alasan

Bapak/Ibu kemudian tidak mau menggunakannya lagi? Apakah memang begitu?

Jawaban : “kami tidak pernah menggunakan itu bubur, kami tidak mau pake karena

tidak cocok dengan penyakit yang dialami jeruk kami.

4) Bila memang begitu, apakah alasan Bapak/Ibu tidak lagi menggunakan BK padahal

dahulu pernah menggunakan?

Jawaban : kami tidak gunakan dari dulu. Yang menggunakanpun tidak pake lagi

karena tidak cocok dengan penyakit yang dialami oleh jeruk keprok soe kami.

5) Apakah Bapak/Ibu yakin BK dapat mengobati segala macam penyakit? Atau apakah

Bapak yakin bahwa penyakit tanaman jeruk keprok saat ini memang disebabkan

oleh penyakit yang dapat diobati dengan BK?

Jawaban : “kami petani ini tidak tau ade, tapi kami lihat merak yang menggunaka itu

bubur jeruknya juga sekarang sudah berkurang, padahal dulu banyak juga seperti

kami punya. Mungki ada penyakit atau penyebab yang lain sampai kami punya

tanaman mati semu.

6) Bila Bapak/Ibu yakin bahwa BK tidak dapat mengobati semua macam penyakit atau

bila ibu yakin bahwa penyakit tanaman jeruk keprok bukanlah penyakit yang dapat

Page 64: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

55

diobati dengan BK, bagaimana Bapak/Ibu bisa berpikir demikian? (Apa alasannya

sehingga Bapak/Ibu mengatakan demikian)?

Jawaban : kalau jeruk yang bias diobati atau disembuhkan dengan itu bubur berarti

dia cocok. Kami tidak tau itu bubur cocok untuk penyakit apa, soalnya kami ini

tidak sekolah dan tidak ada juga yang menjelaskan di kami petani ini ade. Pasti ada

penyakit lain atau penyebab lain sehingga jeruk kami mati.

Nama : Petani X

Desa : X

Kabupaten : X

1) Saya mendengar, petani jeruk lainnya menggunakan BK untuk mengendalikan

penyakit jeruk keprok. Bagaimana dengan Bapak/Ibu, mengapa tidak ikut

menggunakan?

Jawaban : “itu bubur dibagian pada mereka yang punya kelompok tani. Kami yang

tidak ikut kelompok tani tidak dapat.

2) Atau, apakah Bapak/Ibu memang tidak bersedia menggunakan BK karena alasan

lain? Mohon Bapak/Ibu menjelaskan alasan tidak menggunakan BK.

Jawaban : “ yang pertama kami tidak ikut kelompok tani, kalau diberikan kami

bersedia. Kalau menurut kami petani yang tidak sekolah, kami lihat meraka yang

menggunakan itu obat, jeruknya juga mati. Mungkin itu obat tidak cocok dengan

penyakit itu barang kali.

3) Atau, apakah dahulu Bapak/Ibu pernah menggunakan BK dan karena suatu alasan

Bapak/Ibu kemudian tidak mau menggunakannya lagi? Apakah memang begitu?

Jawaban : “kami tidak pernah menggunakan itu bubur, kami tidak mau pake karena

tidak cocok dengan penyakit yang dialami jeruk kami.

4) Bila memang begitu, apakah alasan Bapak/Ibu tidak lagi menggunakan BK padahal

dahulu pernah menggunakan?

Jawaban : kami tidak gunakan dari dulu. Yang menggunakanpun tidak pake lagi

karena tidak cocok dengan penyakit yang dialami oleh jeruk keprok soe kami.

5) Apakah Bapak/Ibu yakin BK dapat mengobati segala macam penyakit? Atau apakah

Bapak yakin bahwa penyakit tanaman jeruk keprok saat ini memang disebabkan

oleh penyakit yang dapat diobati dengan BK?

Jawaban : “kami petani ini tidak tau ade, tapi kami lihat merak yang menggunaka itu

bubur jeruknya juga sekarang sudah berkurang, padahal dulu banyak juga seperti

Page 65: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

56

kami punya. Mungki ada penyakit atau penyebab yang lain sampai kami punya

tanaman mati semu.

6) Bila Bapak/Ibu yakin bahwa BK tidak dapat mengobati semua macam penyakit atau

bila ibu yakin bahwa penyakit tanaman jeruk keprok bukanlah penyakit yang dapat

diobati dengan BK, bagaimana Bapak/Ibu bisa berpikir demikian? (Apa alasannya

sehingga Bapak/Ibu mengatakan demikian)?

Jawaban : kalau jeruk yang bias diobati atau disembuhkan dengan itu bubur berarti

dia cocok. Kami tidak tau itu bubur cocok untuk penyakit apa, soalnya kami ini

tidak sekolah dan tidak ada juga yang menjelaskan di kami petani ini ade. Pasti ada

penyakit lain atau penyebab lain sehingga jeruk kami mati.

Page 66: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

57

Lampiran 5a Data Insidensi Perlakuan dan Tanpa Perlakuan

Petani

Insidensi

Perlakuan (%) Petani

Insidensi Tanpa

Perlakuan (%)

Mikael Gebe Tanu 45.00 Nao Mitan Tanesi 60.00

Imanuel Banu 48.00 Lambertus Naben 42.31

Marten Naben 55.00 Zakeus Pit'ay 85.00

Gerson Nahas 40.91 Yohanes Pit'ay 35.00

Yustus Tanu 40.00 Mikael Banu 52.38

Dikson Selan 42.11 Ananias Pa'i 35.00

Jidron Nomleni 50.00 Martinus Fallo 47.62

Marten Talan 70.00 Marten Selan 60.00

Kornelis Benu 36.00 Yefta Yap 54.17

Samgar Benu 52.17 Yosua Talan 39.13

Yohanis Babis 63.64 Elliaser Besi 56.25

Yonatan Naben 35.29 Fredik Teek 48.28

Yohanes Takaeb 60.00 Martinus Lasa 52.38

Sefna Pit'ay 67.74 Alexsander Sunbanu 33.33

Yafet Lasa 63.64 Filipus Oematan 59.09

Benyamin Banfatin 51.35 Stefanus Banoet 36.36

Zakaris Oematan 36.36 Godlif Kase 45.83

Heskiel Ollin 37.50 Anton Lasa 80.00

Martinus Lasfeto 47.37 Kirinus Banfatin 35.14

Thobias Oematan 50.00 Koenelis Oematan 68.75

Yosep Salu 23.53 Mika Naben 65.22

Kris Na'if 36.84 Ose Naben 73.33

Ruben Naben 63.64 David Fallo 40.00

Nikson Taus 40.00 Guido Ce 45.00

Mikael Tau 36.36 Thomas Kuil 43.75

Wili Taus 31.58 Maksi Banfatin 41.18

Agus Tael 54.55 Nikson Kosat 40.91

Vinsen Fallo 57.14 Manuel Fallo 66.67

Lambertus Fallo 41.18 Rikson Talaan 23.53

Agus Naif 48.00 Petrus Anduli Kosat 33.33

Page 67: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

58

Lampiran 5b. Hasil Analisis Uji T

t-Test: Two-Sample

Assuming Unequal

Variances

Insidensi

Perlakuan (%)

Insidensi Tanpa

Perlakuan (%)

Mean 47,49667 49,96467

Variance 134,6391 224,8916

Observations 30 30

Hypothesized Mean

Difference 0

df 55

t Stat -0,71292

P(T<=t) one-tail 0,239456

t Critical one-tail 1,673034

P(T<=t) two-tail 0,478912

t Critical two-tail 2,004045

Page 68: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

59

Lampiran 6a. Data Regresi Ketinggian Tempat dengan Insiden Perlakuan

Petani Desa Elevasi

Mikael Gebe Tanu Tunua 1121

Imanuel Banu Tunua 1102

Marten Naben Tunua 998

Gerson Nahas Tunua 1125

Yustus Tanu Tunua 987

Dikson Selan Ajobaki 1167

Jidron Nomleni Ajobaki 1168

Marten Talan Ajobaki 1155

Kornelis Benu Ajobaki 1106

Samgar Benu Ajobaki 1135

Yohanis Babis O'besi 1179

Yonatan Naben O'besi 1165

Yohanes Takaeb O'besi 1094

Sefna Pit'ay O'besi 1023

Yafet Lasa O'besi 1022

Benyamin Banfatin Oelbubuk 1037

Zakaris Oematan Oelbubuk 1011

Heskiel Ollin Oelbubuk 1065

Martinus Lasfeto Oelbubuk 1036

Thobias Oematan Oelbubuk 1052

Yosep Salu Lemon 1100

Kris Na'if Lemon 1109

Ruben Naben Lemon 1110

Nikson Taus Lemon 1100

Mikael Tau Lemon 1077

Wili Taus Suanae 998

Agus Tael Suanae 1050

Vinsen Fallo Suanae 1055

Lambertus Fallo Suanae 1030

Agus Naif Suanae 1020

Nao Mitan Tanesi Tunua 1121

Lambertus Naben Tunua 1182

Zakeus Pit'ay Tunua 975

Yohanes Pit'ay Tunua 987

Mikael Banu Tunua 1105

Ananias Pa'i Ajobaki 1147

Martinus Fallo Ajobaki 1121

Marten Selan Ajobaki 1103

Yefta Yap Ajobaki 1150

Page 69: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

60

Yosua Talan Ajobaki 1150

Elliaser Besi O'besi 1034

Fredik Teek O'besi 1054

Martinus Lasa O'besi 1036

Alexsander Sunbanu O'besi 1023

Filipus Oematan O'besi 1033

Stefanus Banoet Oelbubuk 1054

Godlif Kase Oelbubuk 1060

Anton Lasa Oelbubuk 1066

Kirinus Banfatin Oelbubuk 1024

Koenelis Oematan Oelbubuk 1000

Mika Naben Lemon 1103

Ose Naben Lemon 1119

David Fallo Lemon 1075

Guido Ce Lemon 1107

Thomas Kuil Lemon 1109

Maksi Banfatin Suanae 1025

Nikson Kosat Suanae 991

Manuel Fallo Suanae 970

Rikson Talaan Suanae 955

Petrus Anduli Kosat Suanae 946

Page 70: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

61

Lampiran 6b. Hasil Analisis Regresi Ketinggian Tempat dengan Insidensi Perlakuan

SUMMAR

Y

OUTPUT

Regression

Statistics

Multiple R 0.06532718

R Square 0.1426764

Adjusted R

Square 0.00053831

Standard

Error 11.4638881

Observation

s 269

ANOVA

df SS MS F

Signifi

cance

F

Regression 1

150.39

04856

150.3904

856

1.1

44

34

0.2857

0246

Residual 267

35089.

3352

131.4207

311

Total 268

35239.

72568

Coeffi

cients

Standa

rd

Error t Stat

P-

value

Lower

95%

Uppe

r 95%

Lower

95.0%

Upper

95.0%

Intercept

33.102

7543

13.430

18267

2.4648

02979

0.014

34

6.6602

2119

59.54

5287

6.6602

2119

59.545

2873

1121

0.0132

8887

0.0124

22521

1.0697

40015

0.285

7

-

0.0111

6969

0.037

7474

-

0.0111

697

0.0377

4743

1

Page 71: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

62

Lampiran 7a. Data Diameter Batang dengan Insidensi Perlakuan

Petani

Diameter

Batang Petani

Diameter

Batang

Mikael Gebe Tanu 18.45 Benyamin Banfatin 15.91

Mikael Gebe Tanu 15.59 Benyamin Banfatin 17.18

Mikael Gebe Tanu 8.91 Benyamin Banfatin 18.45

Mikael Gebe Tanu 9.23 Benyamin Banfatin 18.77

Mikael Gebe Tanu 18.14 Benyamin Banfatin 18.14

Mikael Gebe Tanu 9.55 Benyamin Banfatin 19.09

Mikael Gebe Tanu 11.14 Benyamin Banfatin 17.18

Mikael Gebe Tanu 10.18 Benyamin Banfatin 17.82

Mikael Gebe Tanu 9.55 Zakaris Oematan 18.14

Imanuel Banu 9.23 Zakaris Oematan 15.91

Imanuel Banu 8.91 Zakaris Oematan 14.32

Imanuel Banu 8.59 Zakaris Oematan 14.64

Imanuel Banu 9.23 Zakaris Oematan 19.09

Imanuel Banu 10.18 Zakaris Oematan 18.14

Imanuel Banu 11.14 Zakaris Oematan 18.77

Imanuel Banu 10.82 Zakaris Oematan 17.18

Imanuel Banu 10.82 Zakaris Oematan 15.91

Imanuel Banu 9.23 Zakaris Oematan 16.23

Marten Naben 9.23 Heskiel Ollin 13.36

Marten Naben 9.55 Heskiel Ollin 15.59

Marten Naben 12.73 Heskiel Ollin 14.64

Marten Naben 13.36 Heskiel Ollin 19.09

Marten Naben 7.95 Heskiel Ollin 19.73

Marten Naben 18.45 Heskiel Ollin 20.05

Marten Naben 6.36 Heskiel Ollin 19.09

Marten Naben 8.91 Heskiel Ollin 18.14

Marten Naben 9.23 Heskiel Ollin 18.77

Gerson Nahas 18.14 Martinus Lasfeto 17.18

Gerson Nahas 9.55 Martinus Lasfeto 15.91

Gerson Nahas 11.14 Martinus Lasfeto 16.23

Gerson Nahas 10.18 Martinus Lasfeto 19.09

Gerson Nahas 9.55 Martinus Lasfeto 18.14

Gerson Nahas 9.23 Martinus Lasfeto 18.77

Gerson Nahas 8.91 Martinus Lasfeto 17.18

Gerson Nahas 8.59 Martinus Lasfeto 15.91

Gerson Nahas 9.23 Martinus Lasfeto 16.23

Yustus Tanu 10.18 Thobias Oematan 9.55

Yustus Tanu 11.14 Thobias Oematan 8.91

Page 72: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

63

Yustus Tanu 10.82 Thobias Oematan 11.14

Yustus Tanu 10.82 Thobias Oematan 14.64

Yustus Tanu 9.23 Thobias Oematan 7.95

Yustus Tanu 9.23 Thobias Oematan 7.64

Yustus Tanu 9.55 Thobias Oematan 7.95

Yustus Tanu 12.73 Thobias Oematan 9.86

Yustus Tanu 13.36 Thobias Oematan 8.27

Dikson Selan 7.95 Yosep Salu 8.59

Dikson Selan 9.55 Yosep Salu 17.50

Dikson Selan 11.14 Yosep Salu 13.68

Dikson Selan 10.18 Yosep Salu 7.64

Dikson Selan 9.55 Yosep Salu 10.82

Dikson Selan 9.23 Yosep Salu 7.00

Dikson Selan 8.91 Yosep Salu 13.68

Dikson Selan 8.59 Yosep Salu 17.18

Dikson Selan 9.23 Yosep Salu 7.95

Jidron Nomleni 10.18 Kris Na'if 6.36

Jidron Nomleni 11.14 Kris Na'if 14.32

Jidron Nomleni 10.82 Kris Na'if 11.14

Jidron Nomleni 10.82 Kris Na'if 11.14

Jidron Nomleni 9.23 Kris Na'if 7.95

Jidron Nomleni 9.23 Kris Na'if 6.36

Jidron Nomleni 9.55 Kris Na'if 7.95

Jidron Nomleni 12.73 Kris Na'if 10.18

Jidron Nomleni 13.36 Kris Na'if 7.64

Marten Talan 7.95 Ruben Naben 12.73

Marten Talan 9.55 Ruben Naben 5.73

Marten Talan 11.14 Ruben Naben 5.73

Marten Talan 10.18 Ruben Naben 7.95

Marten Talan 9.55 Ruben Naben 8.27

Marten Talan 9.23 Ruben Naben 7.64

Marten Talan 8.91 Ruben Naben 7.32

Marten Talan 8.59 Ruben Naben 6.68

Marten Talan 9.23 Ruben Naben 6.36

Kornelis Benu 10.18 Nikson Taus 6.36

Kornelis Benu 11.14 Nikson Taus 6.36

Kornelis Benu 10.82 Nikson Taus 7.95

Kornelis Benu 10.82 Nikson Taus 7.95

Kornelis Benu 9.23 Nikson Taus 7.95

Kornelis Benu 9.23 Nikson Taus 6.68

Kornelis Benu 9.55 Nikson Taus 6.68

Page 73: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

64

Kornelis Benu 12.73 Nikson Taus 7.64

Kornelis Benu 13.36 Nikson Taus 7.32

Samgar Benu 9.23 Mikael Tau 7.64

Samgar Benu 9.23 Mikael Tau 7.32

Samgar Benu 9.55 Mikael Tau 7.95

Samgar Benu 12.73 Mikael Tau 8.27

Samgar Benu 13.36 Mikael Tau 7.95

Samgar Benu 7.95 Mikael Tau 7.95

Samgar Benu 9.55 Mikael Tau 7.32

Samgar Benu 11.14 Mikael Tau 8.27

Samgar Benu 10.18 Mikael Tau 6.68

Yohanis Babis 8.91 Wili Taus 8.91

Yohanis Babis 8.59 Wili Taus 8.59

Yohanis Babis 8.59 Wili Taus 8.59

Yohanis Babis 9.23 Wili Taus 8.91

Yohanis Babis 8.59 Wili Taus 9.23

Yohanis Babis 7.95 Wili Taus 9.55

Yohanis Babis 8.91 Wili Taus 10.18

Yohanis Babis 9.55 Wili Taus 8.91

Yohanis Babis 9.86 Wili Taus 9.23

Yonatan Naben 9.55 Agus Tael 10.18

Yonatan Naben 11.14 Agus Tael 6.36

Yonatan Naben 9.86 Agus Tael 7.32

Yonatan Naben 9.55 Agus Tael 13.68

Yonatan Naben 7.95 Agus Tael 8.27

Yonatan Naben 8.27 Agus Tael 8.91

Yonatan Naben 8.59 Agus Tael 10.50

Yonatan Naben 7.64 Agus Tael 6.36

Yonatan Naben 8.27 Agus Tael 14.00

Yohanes Takaeb 12.73 Vinsen Fallo 10.50

Yohanes Takaeb 13.05 Vinsen Fallo 12.73

Yohanes Takaeb 13.68 Vinsen Fallo 10.82

Yohanes Takaeb 12.09 Vinsen Fallo 7.32

Yohanes Takaeb 12.41 Vinsen Fallo 7.95

Yohanes Takaeb 14.64 Vinsen Fallo 10.82

Yohanes Takaeb 12.73 Vinsen Fallo 14.00

Yohanes Takaeb 14.64 Vinsen Fallo 7.64

Yohanes Takaeb 15.91 Vinsen Fallo 9.23

Sefna Pit'ay 7.95 Lambertus Fallo 7.95

Sefna Pit'ay 7.64 Lambertus Fallo 14.32

Sefna Pit'ay 8.91 Lambertus Fallo 11.14

Page 74: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

65

Sefna Pit'ay 9.23 Lambertus Fallo 14.32

Sefna Pit'ay 8.59 Lambertus Fallo 8.27

Sefna Pit'ay 9.86 Lambertus Fallo 8.27

Sefna Pit'ay 9.55 Lambertus Fallo 9.86

Sefna Pit'ay 7.64 Lambertus Fallo 8.59

Sefna Pit'ay 8.27 Lambertus Fallo 9.23

Yafet Lasa 8.91 Agus Naif 7.32

Yafet Lasa 9.55 Agus Naif 7.64

Yafet Lasa 9.23 Agus Naif 7.64

Yafet Lasa 18.77 Agus Naif 6.36

Yafet Lasa 9.23 Agus Naif 7.00

Yafet Lasa 8.59 Agus Naif 6.05

Yafet Lasa 8.91 Agus Naif 7.95

Yafet Lasa 8.59 Agus Naif 7.32

Yafet Lasa 9.55 Agus Naif 7.95

Page 75: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

66

Lampiran 7b. Hasil Analisis Regresi Diameter Batang dengan Insidensi Perlakuan

SUMMAR

Y

OUTPUT

Regression

Statistics

Multiple R

0.1324

3

R Square

0.1754

9

Adjusted R

Square

0.0138

6

Standard

Error

11.387

2

Observation

s 269

ANOVA

df SS MS F

Signific

ance F

Regression 1

618.05

68608

618.

057

4.7664

1

0.2989

1126

Residual 267

34621.

66882

129.

669

Total 268

35239.

72568

Coeffi

cients

Standa

rd

Error

t

Stat

P-

value

Lower

95%

Upper

95%

Lower

95.0%

Upper

95.0%

Intercept

52.123

1

2.2502

27249

23.1

635

7.9E-

66

47.692

67356

56.553

5669

47.692

6736

56.553

5669

18.4545454

5

-

0.4349

0.1991

84225

-

2.18

32

0.2989

1126

-

0.8270

3287

-

0.0426

898

-

0.8270

329

-

0.0426

898

1

Page 76: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

67

Lampiran 8a. Data Populasi Tanaman dengan Insidensi Perlakuan

Petani

Populasi

Tanam

Insidensi

Perlakua

n Petani

Populasi

Tanam

Insidensi

Perlakuan

Mikael G.Tanu 2,667 45.00 Benyamin B. 2,222 51.35

Mikael G.Tanu 2,667 45.00 Benyamin B. 2,222 51.35

Mikael G.Tanu 2,222 45.00 Benyamin B. 4,444 51.35

Mikael G.Tanu 2,667 45.00 Benyamin B. 2,222 51.35

Mikael G.Tanu 2,667 45.00 Benyamin B. 2,500 51.35

Mikael G.Tanu 2,222 45.00 Benyamin B. 2,500 51.35

Mikael G.Tanu 3,333 45.00 Benyamin B. 2,500 51.35

Mikael G.Tanu 2,667 45.00 Benyamin B. 2,500 51.35

Mikael G.Tanu 2,222 45.00 Zakaris Oematan 2,500 36.36

Imanuel Banu 3,333 48.00 Zakaris Oematan 2,500 36.36

Imanuel Banu 3,333 48.00 Zakaris Oematan 2,500 36.36

Imanuel Banu 2,222 48.00 Zakaris Oematan 2,500 36.36

Imanuel Banu 2,222 48.00 Zakaris Oematan 2,000 36.36

Imanuel Banu 3,333 48.00 Zakaris Oematan 2,000 36.36

Imanuel Banu 3,333 48.00 Zakaris Oematan 3,333 36.36

Imanuel Banu 2,222 48.00 Zakaris Oematan 2,500 36.36

Imanuel Banu 2,222 48.00 Zakaris Oematan 2,500 36.36

Imanuel Banu 3,333 48.00 Zakaris Oematan 2,500 36.36

Marten Naben 2,222 55.00 Heskiel Ollin 2,500 37.50

Marten Naben 2,222 55.00 Heskiel Ollin 2,500 37.50

Marten Naben 2,222 55.00 Heskiel Ollin 3,333 37.50

Marten Naben 2,222 55.00 Heskiel Ollin 3,333 37.50

Marten Naben 2,222 55.00 Heskiel Ollin 3,333 37.50

Marten Naben 2,222 55.00 Heskiel Ollin 3,333 37.50

Marten Naben 2,222 55.00 Heskiel Ollin 3,333 37.50

Marten Naben 4,444 55.00 Heskiel Ollin 3,333 37.50

Marten Naben 2,222 55.00 Heskiel Ollin 3,333 37.50

Gerson Nahas 2,500 40.91 Martinus Lasfeto 3,333 47.37

Gerson Nahas 2,500 40.91 Martinus Lasfeto 3,333 47.37

Gerson Nahas 2,500 40.91 Martinus Lasfeto 3,333 47.37

Gerson Nahas 2,500 40.91 Martinus Lasfeto 3,333 47.37

Gerson Nahas 2,500 40.91 Martinus Lasfeto 4,444 47.37

Gerson Nahas 2,500 40.91 Martinus Lasfeto 4,444 47.37

Gerson Nahas 2,500 40.91 Martinus Lasfeto 4,444 47.37

Gerson Nahas 2,500 40.91 Martinus Lasfeto 4,444 47.37

Gerson Nahas 2,500 40.91 Martinus Lasfeto 4,444 47.37

Yustus Tanu 3,333 40.00 Thobias Oematan 4,444 50.00

Page 77: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

68

Yustus Tanu 3,333 40.00 Thobias Oematan 4,444 50.00

Yustus Tanu 3,333 40.00 Thobias Oematan 4,444 50.00

Yustus Tanu 2,500 40.00 Thobias Oematan 4,444 50.00

Yustus Tanu 2,500 40.00 Thobias Oematan 2,667 50.00

Yustus Tanu 2,500 40.00 Thobias Oematan 2,667 50.00

Yustus Tanu 2,500 40.00 Thobias Oematan 2,222 50.00

Yustus Tanu 3,333 40.00 Thobias Oematan 2,667 50.00

Yustus Tanu 3,333 40.00 Thobias Oematan 2,667 50.00

Dikson Selan 3,333 42.11 Yosep Salu 2,222 23.53

Dikson Selan 3,333 42.11 Yosep Salu 2,667 23.53

Dikson Selan 3,333 42.11 Yosep Salu 2,667 23.53

Dikson Selan 3,333 42.11 Yosep Salu 2,222 23.53

Dikson Selan 3,333 42.11 Yosep Salu 3,333 23.53

Dikson Selan 3,333 42.11 Yosep Salu 3,333 23.53

Dikson Selan 3,333 42.11 Yosep Salu 2,222 23.53

Dikson Selan 3,333 42.11 Yosep Salu 2,222 23.53

Dikson Selan 3,333 42.11 Yosep Salu 3,333 23.53

Jidron N. 4,444 50.00 Kris Na'if 3,333 36.84

Jidron N. 4,444 50.00 Kris Na'if 2,222 36.84

Jidron N. 4,444 50.00 Kris Na'if 2,222 36.84

Jidron N. 4,444 50.00 Kris Na'if 3,333 36.84

Jidron N. 4,444 50.00 Kris Na'if 2,222 36.84

Jidron N. 4,444 50.00 Kris Na'if 2,222 36.84

Jidron N. 4,444 50.00 Kris Na'if 2,222 36.84

Jidron N. 4,444 50.00 Kris Na'if 2,222 36.84

Jidron N. 4,444 50.00 Kris Na'if 2,222 36.84

Marten Talan 1,667 70.00 Ruben Naben 2,222 63.64

Marten Talan 1,667 70.00 Ruben Naben 2,222 63.64

Marten Talan 1,667 70.00 Ruben Naben 4,444 63.64

Marten Talan 2,667 70.00 Ruben Naben 2,222 63.64

Marten Talan 2,667 70.00 Ruben Naben 2,500 63.64

Marten Talan 2,667 70.00 Ruben Naben 2,500 63.64

Marten Talan 1,667 70.00 Ruben Naben 2,500 63.64

Marten Talan 1,667 70.00 Ruben Naben 3,333 63.64

Marten Talan 2,000 70.00 Ruben Naben 3,333 63.64

Kornelis Benu 2,667 36.00 Nikson Taus 3,333 40.00

Kornelis Benu 2,222 36.00 Nikson Taus 3,333 40.00

Kornelis Benu 2,222 36.00 Nikson Taus 2,500 40.00

Kornelis Benu 4,444 36.00 Nikson Taus 2,500 40.00

Kornelis Benu 3,333 36.00 Nikson Taus 2,500 40.00

Kornelis Benu 3,333 36.00 Nikson Taus 2,500 40.00

Page 78: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

69

Kornelis Benu 4,444 36.00 Nikson Taus 2,500 40.00

Kornelis Benu 3,333 36.00 Nikson Taus 2,500 40.00

Kornelis Benu 4,444 36.00 Nikson Taus 2,500 40.00

Samgar Benu 2,500 52.17 Mikael Tau 2,500 36.36

Samgar Benu 2,500 52.17 Mikael Tau 2,500 36.36

Samgar Benu 2,500 52.17 Mikael Tau 2,000 36.36

Samgar Benu 2,500 52.17 Mikael Tau 3,333 36.36

Samgar Benu 3,333 52.17 Mikael Tau 3,333 36.36

Samgar Benu 3,333 52.17 Mikael Tau 3,333 36.36

Samgar Benu 2,500 52.17 Mikael Tau 3,333 36.36

Samgar Benu 2,500 52.17 Mikael Tau 3,333 36.36

Samgar Benu 3,333 52.17 Mikael Tau 3,333 36.36

Yohanis Babis 3,333 63.64 Wili Taus 3,333 31.58

Yohanis Babis 3,333 63.64 Wili Taus 3,333 31.58

Yohanis Babis 2,500 63.64 Wili Taus 3,333 31.58

Yohanis Babis 3,333 63.64 Wili Taus 3,333 31.58

Yohanis Babis 4,444 63.64 Wili Taus 4,444 31.58

Yohanis Babis 4,444 63.64 Wili Taus 3,333 31.58

Yohanis Babis 4,444 63.64 Wili Taus 3,333 31.58

Yohanis Babis 4,444 63.64 Wili Taus 4,444 31.58

Yohanis Babis 4,444 63.64 Wili Taus 2,667 31.58

Yonatan N. 3,333 35.29 Agus Tael 2,667 54.55

Yonatan N. 3,333 35.29 Agus Tael 2,222 54.55

Yonatan N. 3,333 35.29 Agus Tael 1,600 54.55

Yonatan N. 3,333 35.29 Agus Tael 1,600 54.55

Yonatan N. 4,444 35.29 Agus Tael 1,333 54.55

Yonatan N. 4,444 35.29 Agus Tael 2,667 54.55

Yonatan N. 4,444 35.29 Agus Tael 2,667 54.55

Yonatan N. 4,444 35.29 Agus Tael 2,222 54.55

Yonatan N. 4,444 35.29 Agus Tael 3,333 54.55

Yohanes T. 2,222 60.00 Vinsen Fallo 3,333 57.14

Yohanes T. 2,222 60.00 Vinsen Fallo 2,222 57.14

Yohanes T. 2,222 60.00 Vinsen Fallo 2,667 57.14

Yohanes T. 2,222 60.00 Vinsen Fallo 2,667 57.14

Yohanes T. 2,667 60.00 Vinsen Fallo 2,667 57.14

Yohanes T. 2,667 60.00 Vinsen Fallo 2,667 57.14

Yohanes T. 2,222 60.00 Vinsen Fallo 4,444 57.14

Yohanes T. 2,667 60.00 Vinsen Fallo 4,444 57.14

Yohanes T. 2,667 60.00 Vinsen Fallo 4,444 57.14

Sefna Pit'ay 2,222 67.74 Lambertus Fallo 2,667 41.18

Sefna Pit'ay 2,667 67.74 Lambertus Fallo 2,667 41.18

Page 79: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

70

Sefna Pit'ay 2,667 67.74 Lambertus Fallo 2,667 41.18

Sefna Pit'ay 2,222 67.74 Lambertus Fallo 3,333 41.18

Sefna Pit'ay 3,333 67.74 Lambertus Fallo 3,333 41.18

Sefna Pit'ay 2,667 67.74 Lambertus Fallo 3,333 41.18

Sefna Pit'ay 2,667 67.74 Lambertus Fallo 4,444 41.18

Sefna Pit'ay 2,667 67.74 Lambertus Fallo 2,222 41.18

Sefna Pit'ay 3,333 67.74 Lambertus Fallo 2,500 41.18

Yafet Lasa 3,333 63.64 Agus Naif 2,500 48.00

Yafet Lasa 2,222 63.64 Agus Naif 2,500 48.00

Yafet Lasa 2,222 63.64 Agus Naif 2,500 48.00

Yafet Lasa 3,333 63.64 Agus Naif 2,500 48.00

Yafet Lasa 2,222 63.64 Agus Naif 2,500 48.00

Yafet Lasa 2,222 63.64 Agus Naif 2,500 48.00

Yafet Lasa 2,000 63.64 Agus Naif 2,500 48.00

Yafet Lasa 2,000 63.64 Agus Naif 2,500 48.00

Yafet Lasa 1,667 63.64 Agus Naif 2,500 48.00

Page 80: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

71

Lampiran 8b. Hasil Analisis Regresi Populasi Tanaman dengan Insidensi Perlakuan

SUMMAR

Y

OUTPUT

Regression

Statistics

Multiple R

0.1508

28241

R Square

0.2227

49158

Adjusted R

Square

0.0190

89043

Standard

Error

11.357

00078

Observation

s 269

ANOVA

df SS MS F

Signific

ance F

Regression 1

801.67

40953

801.6

741

6.215

421

0.1132

70348

Residual 267

34438.

05159

128.9

815

Total 268

35239.

72568

Coeffici

ents

Standar

d Error t Stat

P-

value

Lower

95%

Uppe

r

95%

Lowe

r

95.0

%

Upper

95.0%

Intercept

54.007

54744

2.7198

90831

19.85

651

1.65

E-54

48.652

38549

59.36

271

48.65

239

59.362

70939

2666.66666

7

-

0.0022

22759

0.0008

91573

-

2.493

07

0.113

27

-

0.0039

78167

-

0.000

47

-

0.003

98

-

0.0004

6735

2

Page 81: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

72

Lampiran 9a. Data Berganda Ketingian Tempat, Diameter Batang, Populasi Tanaman

dengan Insidensi Perlakuan

Petani Transek

Pohon

n Insidensi Elevasi

Diameter

Batang

Populas

i Tanam

Mikael G. Tanu 1 1 45.00 1121 18.45 2,667

Mikael G. Tanu 1 2 45.00 1121 15.59 2,667

Mikael G. Tanu 1 3 45.00 1121 8.91 2,222

Mikael G. Tanu 2 1 45.00 1121 9.23 2,667

Mikael G. Tanu 2 2 45.00 1121 18.14 2,667

Mikael G. Tanu 2 3 45.00 1121 9.55 2,222

Mikael G. Tanu 3 1 45.00 1121 11.14 3,333

Mikael G. Tanu 3 2 45.00 1121 10.18 2,667

Mikael G. Tanu 3 3 45.00 1121 9.55 2,222

Imanuel Banu 1 1 48.00 1102 9.23 3,333

Imanuel Banu 1 2 48.00 1102 8.91 3,333

Imanuel Banu 1 3 48.00 1102 8.59 2,222

Imanuel Banu 2 1 48.00 1102 9.23 2,222

Imanuel Banu 2 2 48.00 1102 10.18 3,333

Imanuel Banu 2 3 48.00 1102 11.14 3,333

Imanuel Banu 3 1 48.00 1102 10.82 2,222

Imanuel Banu 3 2 48.00 1102 10.82 2,222

Imanuel Banu 3 3 48.00 1102 9.23 3,333

Marten Naben 1 1 55.00 998 9.23 2,222

Marten Naben 1 2 55.00 998 9.55 2,222

Marten Naben 1 3 55.00 998 12.73 2,222

Marten Naben 2 1 55.00 998 13.36 2,222

Marten Naben 2 2 55.00 998 7.95 2,222

Marten Naben 2 3 55.00 998 18.45 2,222

Marten Naben 3 1 55.00 998 6.36 2,222

Marten Naben 3 2 55.00 998 8.91 4,444

Marten Naben 3 3 55.00 998 9.23 2,222

Gerson Nahas 1 1 40.91 1125 18.14 2,500

Gerson Nahas 1 2 40.91 1125 9.55 2,500

Gerson Nahas 1 3 40.91 1125 11.14 2,500

Gerson Nahas 2 1 40.91 1125 10.18 2,500

Gerson Nahas 2 2 40.91 1125 9.55 2,500

Gerson Nahas 2 3 40.91 1125 9.23 2,500

Gerson Nahas 3 1 40.91 1125 8.91 2,500

Gerson Nahas 3 2 40.91 1125 8.59 2,500

Gerson Nahas 3 3 40.91 1125 9.23 2,500

Yustus Tanu 1 1 40.00 987 10.18 3,333

Page 82: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

73

Yustus Tanu 1 2 40.00 987 11.14 3,333

Yustus Tanu 1 3 40.00 987 10.82 3,333

Yustus Tanu 2 1 40.00 987 10.82 2,500

Yustus Tanu 2 2 40.00 987 9.23 2,500

Yustus Tanu 2 3 40.00 987 9.23 2,500

Yustus Tanu 3 1 40.00 987 9.55 2,500

Yustus Tanu 3 2 40.00 987 12.73 3,333

Yustus Tanu 3 3 40.00 987 13.36 3,333

Dikson Selan 1 1 42.11 1167 7.95 3,333

Dikson Selan 1 2 42.11 1167 9.55 3,333

Dikson Selan 1 3 42.11 1167 11.14 3,333

Dikson Selan 2 1 42.11 1167 10.18 3,333

Dikson Selan 2 2 42.11 1167 9.55 3,333

Dikson Selan 2 3 42.11 1167 9.23 3,333

Dikson Selan 3 1 42.11 1167 8.91 3,333

Dikson Selan 3 2 42.11 1167 8.59 3,333

Dikson Selan 3 3 42.11 1167 9.23 3,333

Jidron Nomleni 1 1 50.00 1168 10.18 4,444

Jidron Nomleni 1 2 50.00 1168 11.14 4,444

Jidron Nomleni 1 3 50.00 1168 10.82 4,444

Jidron Nomleni 2 1 50.00 1168 10.82 4,444

Jidron Nomleni 2 2 50.00 1168 9.23 4,444

Jidron Nomleni 2 3 50.00 1168 9.23 4,444

Jidron Nomleni 3 1 50.00 1168 9.55 4,444

Jidron Nomleni 3 2 50.00 1168 12.73 4,444

Jidron Nomleni 3 3 50.00 1168 13.36 4,444

Marten Talan 1 1 70.00 1155 7.95 1,667

Marten Talan 1 2 70.00 1155 9.55 1,667

Marten Talan 1 3 70.00 1155 11.14 1,667

Marten Talan 2 1 70.00 1155 10.18 2,667

Marten Talan 2 2 70.00 1155 9.55 2,667

Marten Talan 2 3 70.00 1155 9.23 2,667

Marten Talan 3 1 70.00 1155 8.91 1,667

Marten Talan 3 2 70.00 1155 8.59 1,667

Marten Talan 3 3 70.00 1155 9.23 2,000

Kornelis Benu 1 1 36.00 1106 10.18 2,667

Kornelis Benu 1 2 36.00 1106 11.14 2,222

Kornelis Benu 1 3 36.00 1106 10.82 2,222

Kornelis Benu 2 1 36.00 1106 10.82 4,444

Kornelis Benu 2 2 36.00 1106 9.23 3,333

Kornelis Benu 2 3 36.00 1106 9.23 3,333

Page 83: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

74

Kornelis Benu 3 1 36.00 1106 9.55 4,444

Kornelis Benu 3 2 36.00 1106 12.73 3,333

Kornelis Benu 3 3 36.00 1106 13.36 4,444

Samgar Benu 1 1 52.17 1135 9.23 2,500

Samgar Benu 1 2 52.17 1135 9.23 2,500

Samgar Benu 1 3 52.17 1135 9.55 2,500

Samgar Benu 2 1 52.17 1135 12.73 2,500

Samgar Benu 2 2 52.17 1135 13.36 3,333

Samgar Benu 2 3 52.17 1135 7.95 3,333

Samgar Benu 3 1 52.17 1135 9.55 2,500

Samgar Benu 3 2 52.17 1135 11.14 2,500

Samgar Benu 3 3 52.17 1135 10.18 3,333

Yohanis Babis 1 1 63.64 1179 8.91 3,333

Yohanis Babis 1 2 63.64 1179 8.59 3,333

Yohanis Babis 1 3 63.64 1179 8.59 2,500

Yohanis Babis 2 1 63.64 1179 9.23 3,333

Yohanis Babis 2 2 63.64 1179 8.59 4,444

Yohanis Babis 2 3 63.64 1179 7.95 4,444

Yohanis Babis 3 1 63.64 1179 8.91 4,444

Yohanis Babis 3 2 63.64 1179 9.55 4,444

Yohanis Babis 3 3 63.64 1179 9.86 4,444

Yonatan Naben 1 1 35.29 1165 9.55 3,333

Yonatan Naben 1 2 35.29 1165 11.14 3,333

Yonatan Naben 1 3 35.29 1165 9.86 3,333

Yonatan Naben 2 1 35.29 1165 9.55 3,333

Yonatan Naben 2 2 35.29 1165 7.95 4,444

Yonatan Naben 2 3 35.29 1165 8.27 4,444

Yonatan Naben 3 1 35.29 1165 8.59 4,444

Yonatan Naben 3 2 35.29 1165 7.64 4,444

Yonatan Naben 3 3 35.29 1165 8.27 4,444

Yohanes Takaeb 1 1 60.00 1094 12.73 2,222

Yohanes Takaeb 1 2 60.00 1094 13.05 2,222

Yohanes Takaeb 1 3 60.00 1094 13.68 2,222

Yohanes Takaeb 2 1 60.00 1094 12.09 2,222

Yohanes Takaeb 2 2 60.00 1094 12.41 2,667

Yohanes Takaeb 2 3 60.00 1094 14.64 2,667

Yohanes Takaeb 3 1 60.00 1094 12.73 2,222

Yohanes Takaeb 3 2 60.00 1094 14.64 2,667

Yohanes Takaeb 3 3 60.00 1094 15.91 2,667

Sefna Pit'ay 1 1 67.74 1023 7.95 2,222

Sefna Pit'ay 1 2 67.74 1023 7.64 2,667

Page 84: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

75

Sefna Pit'ay 1 3 67.74 1023 8.91 2,667

Sefna Pit'ay 2 1 67.74 1023 9.23 2,222

Sefna Pit'ay 2 2 67.74 1023 8.59 3,333

Sefna Pit'ay 2 3 67.74 1023 9.86 2,667

Sefna Pit'ay 3 1 67.74 1023 9.55 2,667

Sefna Pit'ay 3 2 67.74 1023 7.64 2,667

Sefna Pit'ay 3 3 67.74 1023 8.27 3,333

Yafet Lasa 1 1 63.64 1022 8.91 3,333

Yafet Lasa 1 2 63.64 1022 9.55 2,222

Yafet Lasa 1 3 63.64 1022 9.23 2,222

Yafet Lasa 2 1 63.64 1022 18.77 3,333

Yafet Lasa 2 2 63.64 1022 9.23 2,222

Yafet Lasa 2 3 63.64 1022 8.59 2,222

Yafet Lasa 3 1 63.64 1022 8.91 2,000

Yafet Lasa 3 2 63.64 1022 8.59 2,000

Yafet Lasa 3 3 63.64 1022 9.55 1,667

Benyamin B. 1 1 51.35 1037 15.91 2,222

Benyamin B. 1 2 51.35 1037 17.18 2,222

Benyamin B. 1 3 51.35 1037 18.45 4,444

Benyamin B. 2 1 51.35 1037 18.77 2,222

Benyamin B. 2 2 51.35 1037 18.14 2,500

Benyamin B. 2 3 51.35 1037 19.09 2,500

Benyamin B. 3 1 51.35 1037 17.18 2,500

Benyamin B. 3 2 51.35 1037 17.82 2,500

Zakaris Oematan 3 3 36.36 1011 18.14 2,500

Zakaris Oematan 1 1 36.36 1011 15.91 2,500

Zakaris Oematan 1 2 36.36 1011 14.32 2,500

Zakaris Oematan 1 3 36.36 1011 14.64 2,500

Zakaris Oematan 2 1 36.36 1011 19.09 2,000

Zakaris Oematan 2 2 36.36 1011 18.14 2,000

Zakaris Oematan 2 3 36.36 1011 18.77 3,333

Zakaris Oematan 3 1 36.36 1011 17.18 2,500

Zakaris Oematan 3 2 36.36 1011 15.91 2,500

Zakaris Oematan 3 3 36.36 1011 16.23 2,500

Heskiel Ollin 1 1 37.50 1065 13.36 2,500

Heskiel Ollin 1 2 37.50 1065 15.59 2,500

Heskiel Ollin 1 3 37.50 1065 14.64 3,333

Heskiel Ollin 2 1 37.50 1065 19.09 3,333

Heskiel Ollin 2 2 37.50 1065 19.73 3,333

Heskiel Ollin 2 3 37.50 1065 20.05 3,333

Heskiel Ollin 3 1 37.50 1065 19.09 3,333

Page 85: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

76

Heskiel Ollin 3 2 37.50 1065 18.14 3,333

Heskiel Ollin 3 3 37.50 1065 18.77 3,333

Martinus Lasfeto 1 1 47.37 1036 17.18 3,333

Martinus Lasfeto 1 2 47.37 1036 15.91 3,333

Martinus Lasfeto 1 3 47.37 1036 16.23 3,333

Martinus Lasfeto 2 1 47.37 1036 19.09 3,333

Martinus Lasfeto 2 2 47.37 1036 18.14 4,444

Martinus Lasfeto 2 3 47.37 1036 18.77 4,444

Martinus Lasfeto 3 1 47.37 1036 17.18 4,444

Martinus Lasfeto 3 2 47.37 1036 15.91 4,444

Martinus Lasfeto 3 3 47.37 1036 16.23 4,444

Thobias Oematan 1 1 50.00 1052 9.55 4,444

Thobias Oematan 1 2 50.00 1052 8.91 4,444

Thobias Oematan 1 3 50.00 1052 11.14 4,444

Thobias Oematan 2 1 50.00 1052 14.64 4,444

Thobias Oematan 2 2 50.00 1052 7.95 2,667

Thobias Oematan 2 3 50.00 1052 7.64 2,667

Thobias Oematan 3 1 50.00 1052 7.95 2,222

Thobias Oematan 3 2 50.00 1052 9.86 2,667

Thobias Oematan 3 3 50.00 1052 8.27 2,667

Yosep Salu 1 1 23.53 1100 8.59 2,222

Yosep Salu 1 2 23.53 1100 17.50 2,667

Yosep Salu 1 3 23.53 1100 13.68 2,667

Yosep Salu 2 1 23.53 1100 7.64 2,222

Yosep Salu 2 2 23.53 1100 10.82 3,333

Yosep Salu 2 3 23.53 1100 7.00 3,333

Yosep Salu 3 1 23.53 1100 13.68 2,222

Yosep Salu 3 2 23.53 1100 17.18 2,222

Yosep Salu 3 3 23.53 1100 7.95 3,333

Kris Na'if 1 1 36.84 1109 6.36 3,333

Kris Na'if 1 2 36.84 1109 14.32 2,222

Kris Na'if 1 3 36.84 1109 11.14 2,222

Kris Na'if 2 1 36.84 1109 11.14 3,333

Kris Na'if 2 2 36.84 1109 7.95 2,222

Kris Na'if 2 3 36.84 1109 6.36 2,222

Kris Na'if 3 1 36.84 1109 7.95 2,222

Kris Na'if 3 2 36.84 1109 10.18 2,222

Kris Na'if 3 3 36.84 1109 7.64 2,222

Ruben Naben 1 1 63.64 1110 12.73 2,222

Ruben Naben 1 2 63.64 1110 5.73 2,222

Ruben Naben 1 3 63.64 1110 5.73 4,444

Page 86: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

77

Ruben Naben 2 1 63.64 1110 7.95 2,222

Ruben Naben 2 2 63.64 1110 8.27 2,500

Ruben Naben 2 3 63.64 1110 7.64 2,500

Ruben Naben 3 1 63.64 1110 7.32 2,500

Ruben Naben 3 2 63.64 1110 6.68 3,333

Ruben Naben 3 3 63.64 1110 6.36 3,333

Nikson Taus 1 1 40.00 1100 6.36 3,333

Nikson Taus 1 2 40.00 1100 6.36 3,333

Nikson Taus 1 3 40.00 1100 7.95 2,500

Nikson Taus 2 1 40.00 1100 7.95 2,500

Nikson Taus 2 2 40.00 1100 7.95 2,500

Nikson Taus 2 3 40.00 1100 6.68 2,500

Nikson Taus 3 1 40.00 1100 6.68 2,500

Nikson Taus 3 2 40.00 1100 7.64 2,500

Nikson Taus 3 3 40.00 1100 7.32 2,500

Mikael Tau 1 1 36.36 1077 7.64 2,500

Mikael Tau 1 2 36.36 1077 7.32 2,500

Mikael Tau 1 3 36.36 1077 7.95 2,000

Mikael Tau 2 1 36.36 1077 8.27 3,333

Mikael Tau 2 2 36.36 1077 7.95 3,333

Mikael Tau 2 3 36.36 1077 7.95 3,333

Mikael Tau 3 1 36.36 1077 7.32 3,333

Mikael Tau 3 2 36.36 1077 8.27 3,333

Mikael Tau 3 3 36.36 1077 6.68 3,333

Wili Taus 1 1 31.58 998 8.91 3,333

Wili Taus 1 2 31.58 998 8.59 3,333

Wili Taus 1 3 31.58 998 8.59 3,333

Wili Taus 2 1 31.58 998 8.91 3,333

Wili Taus 2 2 31.58 998 9.23 4,444

Wili Taus 2 3 31.58 998 9.55 3,333

Wili Taus 3 1 31.58 998 10.18 3,333

Wili Taus 3 2 31.58 998 8.91 4,444

Wili Taus 3 3 31.58 998 9.23 2,667

Agus Tael 1 1 54.55 1050 10.18 2,667

Agus Tael 1 2 54.55 1050 6.36 2,222

Agus Tael 1 3 54.55 1050 7.32 1,600

Agus Tael 2 1 54.55 1050 13.68 1,600

Agus Tael 2 2 54.55 1050 8.27 1,333

Agus Tael 2 3 54.55 1050 8.91 2,667

Agus Tael 3 1 54.55 1050 10.50 2,667

Agus Tael 3 2 54.55 1050 6.36 2,222

Page 87: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

78

Agus Tael 3 3 54.55 1050 14.00 3,333

Vinsen Fallo 1 1 57.14 1055 10.50 3,333

Vinsen Fallo 1 2 57.14 1055 12.73 2,222

Vinsen Fallo 1 3 57.14 1055 10.82 2,667

Vinsen Fallo 2 1 57.14 1055 7.32 2,667

Vinsen Fallo 2 2 57.14 1055 7.95 2,667

Vinsen Fallo 2 3 57.14 1055 10.82 2,667

Vinsen Fallo 3 1 57.14 1055 14.00 4,444

Vinsen Fallo 3 2 57.14 1055 7.64 4,444

Vinsen Fallo 3 3 57.14 1055 9.23 4,444

Lambertus Fallo 1 1 41.18 1030 7.95 2,667

Lambertus Fallo 1 2 41.18 1030 14.32 2,667

Lambertus Fallo 1 3 41.18 1030 11.14 2,667

Lambertus Fallo 2 1 41.18 1030 14.32 3,333

Lambertus Fallo 2 2 41.18 1030 8.27 3,333

Lambertus Fallo 2 3 41.18 1030 8.27 3,333

Lambertus Fallo 3 1 41.18 1030 9.86 4,444

Lambertus Fallo 3 2 41.18 1030 8.59 2,222

Lambertus Fallo 3 3 41.18 1030 9.23 2,500

Agus Naif 1 1 48.00 1020 7.32 2,500

Agus Naif 1 2 48.00 1020 7.64 2,500

Agus Naif 1 3 48.00 1020 7.64 2,500

Agus Naif 2 1 48.00 1020 6.36 2,500

Agus Naif 2 2 48.00 1020 7.00 2,500

Agus Naif 2 3 48.00 1020 6.05 2,500

Agus Naif 3 1 48.00 1020 7.95 2,500

Agus Naif 3 2 48.00 1020 7.32 2,500

Agus Naif 3 3 48.00 1020 7.95 2,500

Page 88: EVALUASI PENGGUNAAN BUBUR KALIFORNIA UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT DIPLODIA PADA TANAMAN JERUK KEPROK SOE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN DAN KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA, PROVINSI

79

Lampiran 9b. Hasil Analisis Regresi Berganda Ketinggian Tempat, Diameter Batang,

Populasi Tanaman dengan Insidensi Perlakuan.

SUMM

ARY

OUTPU

T

Regressi

on

Statistics

Multiple

R

0.20844

689

R

Square

0.04345

0106

Adjusted

R

Square

0.03262

1239

Standard

Error

11.2783

9074

Observat

ions 269

ANOVA

df SS MS F

Signific

ance F

Regressi

on 3

1531.

17

510.389

9401

4.01243

3362

0.08123

156

Residual 265

3370

8.56

127.202

0976

Total 268

3523

9.73

Coeffici

ents

Stand

ard

Error t Stat P-value

Lower

95%

Upper

95%

Lowe

r

95.0

%

Uppe

r

95.0

%

Intercept

41.7326

5748

14.13

682

2.95205

3545

0.00343

9551

13.8978

7252

69.5674

4245

13.89

787

69.56

744

1121

0.01529

5054

0.012

81

1.19400

6081

0.23354

3295

-

0.00992

7005

0.04051

7113

-

0.009

93

0.040

517

18.4545

4545

-

0.35559

9091

0.202

754

-

1.75384

8831

0.08061

2403

-

0.75481

1972

0.04361

3789

-

0.754

81

0.043

614

2666.66

6667

-

0.00236

4157

0.000

909

-

2.60176

5923

0.09796

115

-

0.00415

3297

-

0.00057

5018

-

0.004

15

-

0.000

58

12112