Upload
others
View
16
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT TUKAK PEPTIK PADA PASIEN
DEWASA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT BETHESDA
YOGYAKARTA TAHUN 2016 - 2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Ni Luh Made Indiantari Dewi
NIM :158114043
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT TUKAK PEPTIK PADA PASIEN
DEWASA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT BETHESDA
YOGYAKARTA TAHUN 2016 - 2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Ni Luh Made Indiantari Dewi
NIM :158114043
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRAK
Tukak peptik merupakan penyakit dengan gangguan pada saluran
gastrointestinal atas yang disebabkan oleh asam lambung dan pepsin yang
disekresi berlebihan oleh mukosa lambung. Di Indonesia dari beberapa penelitian
antar 6-15% pada usia 20-50 tahun. Penyebab utama dari penyakit tukak peptik
ialah infeksi dari bakteri Helicobacter pylori, selain bakteri efek samping dari
penggunaan obat – obatan dapat menjadi penyebab tukak peptik seperti non-
steroid anti-inflammatory drug (NSAID) ditandai dengan gejala perut terasa
perih, mual, dan muntah. Ketidakrasionalan penggunaan obat tukak peptik masih
dijumpai di pusat – pusat kesehatan seperti di Rumah Sakit, Puskesmas maupun di
praktek swasta. Ketidaktepatan indikasi, dosis, obat, dan pasien dapat
menyebabkan kegagalan dalam terapi.
Penelitian ini dilakukan untuk memberikan informasi mengenai evaluasi
penggunaan obat tukak peptik pada pasien dewasa dengan aspek tepat obat, tepat
dosis, tepat indikasi, dan tepat pasien. Penelitian ini menggunakan rancangan
penelitian non eksperimental, pengambilan data dilakukan secara retrospektif dan
metode analisis bersifat deskriptif. Subjek penelitian yang digunakan pasien
kelompok dewasa (18-65 tahun) yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta tahun 2016-2018. Pada Penelitian ini menggunakan data
sebanyak 18 kasus dengan 44 peresepan. Seluruh peresepan (100%) dengan
parameter tepat pasien, tepat indikasi, dan tepat obat sudah sesuai berdasarkan
Pusat Informasi Obat Nasional (PIONAS). Pada tepat regimen dosis sebanyak 31
peresepan (70,45%) sudah tepat regimen dosis dan sebanyak 13 peresepan
(29,55%) tidak tepat regimen dosis berdasarkan Pusat Informasi Obat Nasional
(PIONAS).
Kata kunci: tukak peptik, kerasionalan obat, Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRACT
Peptic ulcer is a disease with disorders of the digestive tract caused by
stomach acid and pepsin which is excessively excreted by the gastric mucosa. In
Indonesia, from several studies between 6-15% at the age of 20-50 years. The
main cause of peptic ulcer disease is an infection of the bacterium Helicobacter
pylori, in addition to bacterial side effects from drug use - drugs can be a cause of
peptic ulcers such as non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) that are
associated with pain, nausea and spray. The irrationality of the use of peptic ulcer
drugs is still found in health centers such as hospitals, Puskesmas are also in
private practice. Inaccurate indications, dosages, medications, and patients can
cause failure in therapy.
This study was conducted to provide information on evaluating the use of
peptic ulcer drugs in adult patients with the right aspects of the drug, the right
dosage, the right indication, and the right patient. This study uses a non-
experimental research design, data retrieval is done retrospectively and the
analytical method is descriptive. The subjects of the study were adult patients (18-
65 years) who were hospitalized at the Bethesda Hospital Yogyakarta in 2016-
2018. In this study using data as many as 18 cases with 44 prescriptions. All
prescriptions (100%) with the right parameters of the patient, right indication,
and the right medication is according to the Pusat Informasi Obat Nasional
(PIONAS). At the right dosage regimen as many as 31 prescriptions (70.45%) had
the right dosage regimen and as many as 13 prescriptions (29.55%) were not
appropriate dosage regimens based on the Pusat Informasi Obat Nasional
(PIONAS).
Keywords: peptic ulcer, drug rationality, Bethesda Hospital Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL…………………………………………………… i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………….. iii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………….. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………………. v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI…………….. vi
ABSTRAK …………………………………............................................ vii
ABSTRACT ……………………………………………………………….. viii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… ix
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… x
DAFTAR TABEL………………………………………………………… xi
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………… xii
PENDAHULUAN………………………………………………………… 1
METODE PENELITIAN…………………………………………………. 2
Desain dan Subjek Penelitian……………………………………….... 2
Pengambilan Data……………………………………………………. 3
Analisis Data…………………………………………………………. 4
HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………………. 4
KESIMPULAN……………………………………………………………. 11
SARAN…………………………………………………………………..... 11
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………... 12
LAMPIRAN……………………………………………………………...... 14
BIOGRAFI PENULIS…………………………………………………….. 25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR TABEL
Tabel I. Persentase Jenis Obat yang Digunakan Pasien Tukak Peptik
Dewasa di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta Tahun 2016-2018………………….……………
5
Tabel II. Evaluasi Berdasarkan Ketepatan Pasien pada Pengobatan
Pasien Tukak Peptik Dewasa di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2016-2018………………
5
Tabel III. Evaluasi Berdasarkan Ketepatan Indikasi pada Pengobatan
Pasien Tukak Peptik Dewasa di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2016-2018………………
6
Tabel IV. Evaluasi Berdasarkan Ketepatan Obat pada Pengobatan
Pasien Tukak Peptik Dewasa di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2016-2018………………
6
Tabel V. Evaluasi Berdasarkan Ketepatan Dosis pada Pengobatan
Pasien Tukak Peptik Dewasa di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2016-2018………………
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Populasi Penelitian Pasien Tukak Peptik Dewasa di
Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2016-2018.......
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Ethical Clearance………………...……………………… 14
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian Dari Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta…………………………………………….....
15
Lampiran 3. Definisi Operasional……………………………………... 16
Lampiran 4. Kasus 2…………………………………………………... 17
Lampiran 5. Kasus 4…………………………………………………… 19
Lampiran 6. Kasus 8…………………………………………………… 21
Lampiran 7. Kasus 14………………………………………………….. 23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Lambung terletak di perut kiri rongga perut dan di atas diafragma.
Lambung memiliki pH yang bersifat asam (Guyton and Hall, 2014). Asam
lambung dan pepsin disekresi oleh lambung sehat, jika asam lambung
disekresikan secara berlebihan akibatnya dapat merusak mukosa lambung dan
berkurangnya faktor pelindung mukosa. Salah satu kasus yang terkait pada
kerusakan integritas mukasa lambung adalah kasus tukak peptik (Hadi, 2013).
Peptik ulcer atau tukak peptik merupakan penyakit dengan gangguan pada saluran
gastrointestinal atas yang disebabkan oleh asam lambung dan pepsin yang
disekresi berlebihan oleh mukosa lambung. Penyebab utama dari penyakit tukak
peptik ialah infeksi dari bakteri Helicobacter pylori, selain bakteri efek samping
dari penggunaan obat – obatan dapat menjadi penyebab tukak peptik seperti non-
steroid anti-inflammatory drug (NSAID) ditandai dengan gejala perut terasa
perih, mual, dan muntah (Dipiro et al., 2012).
Pada kondisi normal, keseimbangan fisiologis antara sekresi asam
lambung dan pertahanan mukosa gastroduodenal. Ulkus peptik terjadi ketika
keseimbangan antara faktor agresif dan mekanisme pertahanan terganggu. Faktor
agresif, seperti non-steroid anti-inflammatory drug (NSAID), infeksi H. pylori,
alkohol, garam empedu, asam, dan pepsin, dapat mengubah pertahanan mukosa
dengan memungkinkan difusi balik ion hidrogen dan cedera sel epitel berikutnya.
Mekanisme pertahanan termasuk sambungan interseluler yang ketat, lendir, aliran
darah mukosa, restitusi selular, dan pembaharuan epitel (Anand, 2017).
Prevalensi penyakit tukak peptik di Indonesia dari beberapa penelitian
antar 6-15% pada usia 20-50 tahun. Prevalensi Penyakit ini dapat disebabkan
karena penggunaan aspirin (NSAID) dan dapat juga karena infeksi bakteri. Tukak
peptik di Indonesia sebanyak 30.154 dengan angka kematian sebanyak 235 pasien
pada kasus rawat inap. Pada tahun 2009 kasus rawat jalan tukak peptik menempati
10 penyakit terbanyak di rumah sakit (Kemenkes R.I., 2010).
Kesalahan cara penanganan sangat besar, sehingga perlu dilakukan
evaluasi pola penggunaan obat tukak peptik pada pasien dengan aspek tepat
indikasi, tepat dosis, tepat obat, dan tepat pasien sehingga dapat diharapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
keberhasilan dalam terapi. Tujuan terapi tukak peptik adalah untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien, mengurangi keluhan, menyembuhkan ulcer, dan dapat
mencegah komplikasi dan kekambuhan (Sanusi, 2011). Pemilihan obat yang tepat
untuk penyakit tukak peptik tergantung dari penyebabnya. Terapi kombinasi
diperlukan pada penyakit ini seperti kombinasi 2 jenis antibiotik dengan Proton
Pump Inhibitor (PPI), antibiotik diberikan untuk eradikasi bakteri Helicobacter
pylori, sedangkan PPI sebagai terapi yang disebabkan oleh NSAID.
Ketidaktepatan indikasi, dosis, obat, dan pasien dapat menyebabkan
kegagalan dalam terapi. Gaya hidup yang tidak sehat dapat menyebabkan
kekambuhan pada penyakit seperti merokok, minum alkohol, sering konsumsi
makan cepat saji, dan makanan yang asam. Selain kekambuhan penyakit, dapat
terjadi komplikasi pendarahan pada saluran cerna bahkan dapat menyebabkan
kanker dan kematian (Sanusi, 2011).
Berdasarkan penelitian Rizqah yang berjudul Evaluasi Penggunaan Obat
Tukak Peptik Pada Pasien Tukak Peptik (Peptic Ulcer Disease) Di Rumah Sakit
Bhayangkara Brimob Tahun 2015 diperoleh kerasionalan terapi pada pasien tukak
peptik tepat obat 55%, dan tepat dosis 45% dari 20 kasus (Rizqah, 2016).
Berdasarkan permasalahan di atas, sehingga penelitian dilakukan untuk
mengevaluasi penggunaan obat tukak peptik pada pasien rawat inap di Rumah
Sakit Bethesda Yogyakarta. Pemilihan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta dalam
melakukan penelitian ini dikarenakan belum adanya penelitian terkait pola
penggunaan obat tukak peptik pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta, sehingga keinginan penulis untuk meneliti kerasionalan penggunaan
obat pada penyakit tukak peptik.
METODE PENELITIAN
Desain dan Subjek Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian non eksperimental
dengan subjek penelitian tidak diberikan perlakuan tertentu. Metode analisis yang
digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan data retrospektif.
Pengambilan data dilakukan dengan melihat data rekam medis pasien tukak peptik
yang memenuhi kriteria inklusi di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Kriteria
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
inklusi pada penelitian ini adalah pasien tukak peptik kelompok dewasa usia ≥18
– 65 tahun (ICD 10 : K27.9) menjalankan rawat inap di instalasi rawat inap
Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2016 – 2018, pasien yang mendapatkan
terapi tukak peptik selama menjalani rawat inap. Kriteria eksklusi pada penelitian
ini adalah pasien dengan data rekam medis yang tidak lengkap, ibu hamil dan atau
menyusui, dan pasien komplikasi yang memerlukan penyesuaian dosis (gangguan
ginjal, hati, dan kelainan berat badan).
Gambar 1. Bagan Populasi Penelitian Pasien Tukak Peptik Dewasa
di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2016-2018.
Pengambilan Data
Pengambilan data rekam medis dilakukan dengan mengambil seluruh
populasi pasien tukak peptik yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta tahun 2016-2018 yang sudah memenuhi kriteria inklusi. Data yang
diambil terdiri dari nama, nomor rekam medis, jenis kelamin, usia, tanggal masuk
dan pulang, status pulang, anamnesa, diagnosa, tanda vital, pemeriksaan
penunjang (jika ada), nama obat, dosis obat, cara dan waktu pemberian obat
selama rawat inap. Penelitian ini telah mendapatkan izin dari Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta dengan nomor surat 949/KC. 325/2018 dan Komisi Etik
Jumlah pasien
tukak peptik
periode Januari
2016-Desember
2018 sebanyak 48
data
Eksklusi = 27
- 5 data dengan umur pasien di atas 65
tahun
- 3 data dengan umur pasien dibawah
18 tahun
- 13 data dengan diagnosis tukak
peptik sekunder
- 6 data rekam medis yang tidak
lengkap
Jumlah rekam
medis yang
digunakan dalam
penelitian sebanyak
18 data dengan 44
peresepan
Rekam medis yang
ditemukan sebanyak
45 data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana
dengan nomor surat 854/C.16/FK/2018.
Analisis Data
Data yang didapatkan dianalisis secara deskriptif menjadi dua bagian yaitu
pola pengobatan dan evaluasi kerasionalan penggunaan obat tukak peptik. Pada
jenis obat tukak peptik yang digunakan dilakukan dengan menghitung jumlah
kasus kemudian dibagi jumlah seluruh kasus yang kemudian dikali 100%. Tahap
selanjutnya, dilakukan evaluasi penggunaan tukak peptik pada pasien tukak peptik
berdasarkan tepat pasien, tepat indikasi, tepat obat, dan tepat dosis yang
disesuaikan dengan menggunakan standar Pusat Informasi Obat Nasional
(PIONAS) sebagai acuan utama dalam praktek klinis di Rumah Sakit serta Drug
Information Handbook 20th
Edition sebagai acuan pelengkap. Hasil analisis data
disajikan dalam bentuk persentase dalam tabel. Pada penelitian ini dilakukan
tahap penelusuran informasi dimana pada tahap ini melakukan wawancara dengan
Apoteker yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor pemilihan antibiotik yang
diberikan kepada pasien.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini terdapat 18 kasus dengan 44 peresepan obat tukak
peptik pada pasien tukak peptik dewasa di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta Tahun 2016 – 2018. Evaluasi pada penelitian ini berfokus
pada 4 parameter kerasionalan penggunaan obat yaitu tepat pasien, tepat indikasi,
tepat obat, dan tepat regimen dosis obat yang didapatkan oleh pasien pada saat
rawat inap.
Jenis obat yang digunakan oleh pasien tukak peptik dewasa di Instalasi
Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2016 – 2018 yaitu
Golongan antagonis reseptor H2 (H2RA) yaitu Ranitidine; penghambat pompa
proton (PPI) yaitu Omeprazole, Lansoprazole, Pantoprazole, Esomeprazole
(Nexium®); dan agen sitoprotektif yaitu Sucralfate (Inpepsa® dan Ulsafate®)
tersaji pada Tabel I.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Tabel I. Persentase Jenis Obat yang Digunakan Pasien Tukak Peptik Dewasa di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2016 – 2018
Nama Obat Jumlah Persentase (%)
Antagonis Reseptor H2 (H2RA)
Ranitidine 3 6,82
Penghambat Pompa Proton (PPI)
Omeprazole 6 13,64
Lansoprazole 5 11,36
Pantoprazole 15 34,09
Esomeprazole 4 9,09
Sitoprotektif
Sucralfate 11 25
Total 44 100
Tabel II. Evaluasi Berdasarkan Ketepatan Pasien pada Pengobatan Pasien Tukak
Peptik Dewasa di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun
2016-2018
Parameter Jumlah dan Persentase Total
Tepat Tidak Tepat
Tepat Pasien 18 (100 %) 0 (0 %) 18 (100 %)
Berdasarkan Tabel II mengenai penggunaan obat tukak peptik
berdasarkan parameter tepat pasien menunjukan bahwa dari keseluruhan kasus
yaitu sebanyak 18 kasus dengan persentase 100 % tepat pasien. Dalam hal ini
dikatakan sebagai tepat pasien karena berdasarkan terapi pengobatan yang
ditujukan pada pasien menunjukan tanda dan gejala sesuai gambaran klinis dari
tukak peptik sehingga timbulnya diagnosis tukak peptik. Gambaran klinis dari
tukak peptik ditandai dengan gejala perut terasa perih (nyeri perut), mual, muntah,
dan nyeri pada ulu hari (Dipiro et al., 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Tabel III. Evaluasi Berdasarkan Ketepatan Indikasi pada Pengobatan Pasien
Tukak Peptik Dewasa di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
Tahun 2016-2018
Parameter Jumlah dan Persentase Total
Tepat Tidak Tepat
Tepat Indikasi 18 (100 %) 0 (0 %) 18 (100 %)
Tabel IV. Evaluasi Berdasarkan Ketepatan Obat pada Pengobatan Pasien Tukak
Peptik Dewasa di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun
2016-2018
Nama Obat Jumlah Total
Tepat Tidak Tepat
Pantoprazole 15 0 15
Sucralfate 6 0 6
Inpepsa® (Sucralfate) 3 0 3
Ulsafat® (Sucralfate) 2 0 2
Nexium®
(Esomeprazole)
3 0 3
Esomeprazole 1 0 1
Lansoprazole 5 0 5
Omeprazole 6 0 6
Ranitidine 3 0 3
Total 44 0 44
Persentase 100 % 0 % 100 %
Berdasarkan Tabel III mengenai penggunaan obat tukak peptik
berdasarkan parameter tepat indikasi menunjukkan bahwa dari keseluruhan kasus
yaitu sebanyak 18 kasus dengan persentase 100 % tepat indikasi. Dalam hal ini
dikatakan sebagai tepat indikasi dapat dilihat dari diagnosa yang diberikan dan
terapi yang diresepkan dapat dilihat dari catat rekam medis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Berdasarkan Tabel IV mengenai penggunaan obat tukak peptik
berdasarkan parameter tepat obat menunjukan bahwa dari keseluruhan kasus yaitu
sebanyak 18 kasus dengan 44 peresepan dengan persentase 100 % tepat obat. Obat
yang diresepkan sesuai dengan pedoman yang digunakan di Rumah Sakit yaitu
Pusat Informasi Obat Nasional (PIONAS).
Evaluasi ketepatan regimen dosis obat tukak peptik pada pasien tukak
peptik dewasa di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun
2016 – 2018 yaitu sebanyak 31 peresepan obat tukak peptik dengan persentase
70,45 % tepat regimen dosis sedangkan sebanyak 13 peresepan obat tukak peptik
dengan persentase 29,55 % tidak tepat regimen dosis berdasarkan Pusat Informasi
Obat Nasional (PIONAS), Drug Information Handbook 20th
Edition, dan.
Peresepan obat tukak peptik yang tidak tepat regimen dosis meliputi Pantoprazole,
Esomeprazole (Nexium®), Lansoprazole, Ranitidine tersaji pada Tabel V.
Tabel V. Evaluasi Berdasarkan Ketepatan Dosis Regimen pada Pengobatan
Pasien Tukak Peptik Dewasa di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta Tahun 2016-2018
Nama Obat Jumlah Total
Tepat Tidak Tepat
Pantoprazole 10 5 15
Sucralfate 6 0 6
Inpepsa® (Sucralfate) 3 0 3
Ulsafat® (Sucralfate) 2 0 2
Nexium®
(Esomeprazole)
2 1 3
Esomeprazole - 1 1
Lansoprazole 2 3 5
Omeprazole 6 0 6
Ranitidine - 3 3
Total 31 13 44
Persentase 70,45 % 29,55 % 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Penggunaan Pantoprazole pada kasus 2 (Lampiran 4); 6; 9; 14;16
yaitu 40 mg/ 12 jam. Menurut Drug Information Handbook 20th
Edition
penggunaan dosis dewasa pantoprazole yang dianjurkan yaitu 40 mg/ hari
(Lacy et al., 2011). Menurut Apoteker, dokter menaikkan frekuensi
pemberian pantoprazole menjadi 40 mg/ 12 jam dapat dilihat dari kondisi
masing-masing pasien. Pada kasus 2 karena pasien mengalami nyeri serta
mengalami BAB berwarna hitam sejak 5 hari dan pada kasus lainnya juga
sama mengalami muntah darah dan mengalami nyeri pada perut sehingga
frekuensi pemberian pantoprazole dinaikan menjadi 40 mg/12 jam supaya
mempercepat efek obat. Pemberian pantoprazole 40 mg/ 12 jam digunakan
sebagai regimen terapi Helicobacteri pylori dengan kombinasi antibiotik
(BNF, 2009). Pada kasus ini tidak dilakukan tes bakteri sehingga tidak
diketahui penyebab dari tukak peptik yang dialami pasien.
Peningkatan frekuensi pemberian pantoprazole diperlukan pada
beberapa hari pertama terapi untuk mempercepat pencapaian hambatan
asam maksimal akibatnya pada dosis pertama tidak semua pompa dapat
diinaktifkan (McQuaid, 2009; Alexander, 2011). Menurut PIONAS
pedoman pemberian pantoprazole yaitu 40 mg/hari dikarenakan durasi dari
pantoprazole bertahan 24 jam, sehingga cukup diberikan satu kali sehari
tetapi frekuensi pemberian dapat disesuaikan dengan kondisi masing –
masing pasien.
Pengguaan Nexium® pada kasus 4 (Lampiran 5) dengan dosis 40
mg/ 12 jam. Nexium® yang berisi Esomeprazole dengan penggunaan
dosis dewasa yaitu 20-40 mg/ hari (MIMS, 2014). Penggunaan
esomeprazole pada kasus 7 dengan dosis 40 mg/12 jam. Menurut Drug
Information Handbook 20th
Edition penggunaan dosis esomeprazole pada
pasien dewasa yang dianjurkan yaitu 20-40 mg/ hari selama kurang dari
10 hari dan dianjurkan mengganti ke sediaan oral bila pasien sudah dapat
konsumsi obat secara oral (Lacy et al., 2011). Esomeprazole bekerja
dengan menghambat sekresi asam lambung dengan memblok H+/K+
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
ATPase dari sel parietal lambung (MedScape, 2019). Frekuensi
pemberian dosis 40mg/ hari tepat, karena sesuai farmakokinetika
penghambat pompa proton. Esomeprazole memiliki waktu paruh yang
singkat yaitu 60-90 menit sehingga obat dengan cepat dapat tereliminasi
dari sirkulasi sitemik, tetapi durasi hambatan terhadap asam dapat bertahan
selama 24 jam dikarenakan terjadi inaktivasi pompa secara ireversibel.
Waktu yang diperlukan minimal 18 jam untuk pembentukan molekul
pompa H+/K+ ATPase, sehingga dapat diberikan satu kali dalam sehari
(McQuaid, 2009; Alexander, 2011). Menurut Apoteker, pada kasus 4 dan
7 pasien mengalami nyeri perut dan muntah darah, sehingga dokter
memberikan terapi esomeprazole 40 mg/ 12 jam karena melihat dari
kondisi pasien yang membutuhkan efek obat yang cepat. Menurut
pedoman PIONAS yaitu dosis esomeprazole diturunkan menjadi 40 mg/
hari karena durasi dari obat ini ialah 24 jam tetapi frekuensi pemberian
dapat disesuaikan dengan kondisi pasien (Mirdathilah, 2015).
Penggunaan Lansoprazole pada kasus 3; 8 (Lampiran 6); 12 yaitu
30mg/ 12 jam. Berdasarkan Pusat Informasi Obat Nasional penggunaan
lansoprazole pada pasien dewasa yaitu 15-30 mg sehari (BPOM RI, 2015).
Lansoprazole bekerja menghambat sekresi asam lambung yang secara
spesifik menghambat H+/K+-ATPase (pompa proton) dari sel parietal
mukosa lambung pada pH <4 (MedScape, 2019). Pada kasus ini pasien
diberikan pantoprazole secara intravena pada hari petama dan kedua rawat
inap, kemudian penggunaan obat tersebut digantikan menjadi lansoprazole
secara oral pada hari ketiga sampai akhir rawat inap. Hal ini terjadi pada
kasus 3; 8 (Lampiran 6); 18. Menurut Apoteker, pada kasus dokter
meresepkan lansoprazole 2x30mg karena keadaan pasien sudah membaik
nyeri pada perut, BAB sudah tidak menunjukan pendarahan, sudah tidak
mengalami perut kembung, dan sudah tidak mual dan muntah. Pemberian
lansoprazole 30mg/ 12 jam digunakan sebagai regimen terapi
Helicobacteri pylori dengan kombinasi antibiotik (BNF, 2009). Eliminasi
lansoprazole sangat singkat (60-90 menit) sehingga obat dengan cepat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
tereliminasi. Durasi dari lansoprazole bertahan hingga 24 jam sehingga
cukup diberikan sekali dalam sehari. Menurut PIONAS pemberian
lansoprazole yaitu 15-30 mg sehari karena durasi obat ini yaitu 24 jam,
tetapi frekuensi pemberian dapat di sesuaikan dengan kondisi masing-
masing pasien.
Penggunaan Ranitidine pada kasus 13; 14 (Lampiran 7); 18
menggunakan injeksi Ranitidine dengan dosis 50 mg/12 jam secara
intravena. Menurut Drug Information Handbook 20th
Edition, dosis
Ranitidine untuk pasien dewasa yaitu 50 mg/6-8 jam dengan dosis
maksimal tidak lebih dari 400 mg/ hari secara intravena maupun
intramuskular (Lacy et al., 2011). Ranitidine merupakan antagonis
kompetitif histamin yang khas pada reseptor H2 sehingga secara efektif
dapat menghambat sekresi asam lambung, menekan kadar asam dan
volume sekresi lambung. Menurut Apoteker, pemberian dosis 50mg/ 12
jam dapat terjadi karena untuk mengatasi efek samping dari obat lain, di
rumah sakit biasanya menggunakan ranitidine dengan dosis 50mg/ 12 jam
tetapi frekuensi pemberiannya dapat dinaikan. Dalam kasus ini terdapat
pemberian terapi kombinasi ranitidine dan pantoprazole, sehingga adanya
penyesuaian dosis. Kombinasi H2RA dan PPI tidak disarankan karena
dapat menambah biaya pengobatan tanpa meningkatkan khasiatnya
(Dipiro, 2012)
Ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini yaitu jumlah data yang
didapatkan oleh peneliti sedikit (<30 data), wawancara untuk penggalian
informasi hanya dilakukan dengan apoteker sehingga alasan dokter penulis resep
dalam menentukan terapi untuk pasien tidak diketahui, dan keterbatasan untuk
mengakses pedoman yang digunakan di Rumah Sakit sehingga sulit untuk
menetukan penggunaan terapi tukak peptik yang digunakan di Rumah Sakit
Bethesda. Beberapa tulisan dalam rekam medis tidak dapat dibaca sehingga sulit
untuk melakukan pencatatan, sehingga peneliti harus menanyakan ke petugas
rekam medis agar data yang didapatkan tidak salah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
KESIMPULAN
Berdasasarkan hasil penelitian mengenai evaluasi penggunaan obat tukak
peptik pada pasien dewasa di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta tahun 2016-2018 data yang digunakan sebanyak 18 kasus dengan 44
peresepan. Seluruh peresepan (100%) dengan parameter tepat pasien, tepat
indikasi, dan tepat obat sudah sesuai berdasarkan Pusat Informasi Obat Nasional
(PIONAS). Pada tepat regimen dosis sebanyak 31 peresepan (70,45%) sudah tepat
regimen dosis dan sebanyak 13 peresepan (29,55%) tidak tepat regimen dosis
berdasarkan Pusat Informasi Obat Nasional (PIONAS).
SARAN
Saran dari penelitian ini untuk penelitian selanjutnya yaitu perlu adanya
wawancara yang terstruktur dan mendalam dengan dokter dan apoteker terkait
penentuan terapi yang diberikan. Diperlukan penulisan data dalam rekam medis
secara jelas sehingga mempermudah dilakukannya pembacaan untuk kepentingan
penelitian atau evaluasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
DAFTAR PUSTAKA
Anand, B.S., Katz, J., 2017. Peptic Ulcer Disease, Medscape Reference,
Professor. Department of Internal Medicine, Division of
Gastroenterology, Baylor College of Medicine. Available
from:http://emedicine.medscape.com/. Diakses pada tanggal 3 April
2018.
Badan POM RI, 2015. Sistem Saluran Cerna: Antitukak. Pusat Informasi Obat
Nasional http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-1-sistem-saluran-cerna-0/13-
antituk accessed February 30th 2019.
BNF, 2009. British National Formulary, Edisi 57. England: British Medical
Association Royal Pharmacetical of Great Britain.
Dipiro, Joseph T, Talbert, Robert L, Gary C. Yee, Gary R. Matzke, Barbara G.
Wells, and L. Michael Posey (Ed.), 2012. Pharmacotherapy A
Phatopysiologic Approach 9th Edition. USA: The McGraw-Hill
Companies.
Guyton A.C, dan Hall, J.E, 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.
Penterjemah: Ermita I, Ibrahim I. Singapura: Elsevier.
Hadi, S., 2013. Gastroenterologi (204–206). Bandung: PT Alumni.
McQuaid, K.R., 2009. Drug Used in The Treatment of Gastrointestinal Disease.
In: B.G. Katzung,S.B. Masters, A.J. Trevor, eds. Basic and Clinical
Pharmacology 11th
Edition. New York: McGraw-Hill, 1071-1075.
MedScape, 2019. Ranitidine. MedScape (online)
https://reference.medscape.com/drug/zantac-ranitidine-342003 accessed
April 30th 2019.
MedScape, 2019. Lansoprazole. MedScape (online)
https://reference.medscape.com/drug/prevacid-solu-tab-lansoprazole-
341991 accessed April 30th 2019.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
MIMS, 2014. MIMS Petunjuk Konsultasi Edisi 14. Jakarta: PT Bhuana Ilmu
Populer.
Miradathilah, S., 2015. Kajian Penggunaan Penghambat Pompa Proton di Ruang
Rawat Inap Ilmu Penyakit Dalam RSCM. Tesis. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 40-41.
Kementerian Kesehatan R.I., 2010. Profil Kesehatan Indonesia 2009,
Kementerian Kesehatan R.I. Jakarta.
Lacy, C.F., Armstrong, L.L., Goldman, M.P., and Lance, L., 2011. Drug
Information Handbook 20th
Edition. New York: Lexicomp.
Rizqah, Nur’aini, dan Noviyanto, Fajrin, 2016. Evaluasi Penggunaan Obat Tukak
Peptik Pada Pasien Tukak Peptik (Peptic Ulcer Disease) Di Rumah Sakit
Bhayangkara Brimob Tahun 2015. Farmagazine. Vol. III No.2, hal. 33-
38.
Sanusi, I. A., 2011. Tukak Lambung. In A. A. Rani, M. S. K., & A. F. Syam
(Eds.). Buku Ajar Gastroenterologi. Jakarta: Interna Publishing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Lampiran 1. Ethical Clearance
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian dari Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Lampiran 3. Definisi Operasional
1. Subjek penelitian adalah pasien dengan diagnosis tukak peptik pasien dewasa
dengan kode ICD 10 : K27.9 yang menggunakan obat tukak peptik di instalasi
rawat inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta tahun 2016-2018 yang dapat
dilihat melalui rekam medis.
2. Karakteristik pasien adalah tukak peptik berdasarkan umur (18-65 tahun) dan
jenis kelamin.
3. Data rekam medis adalah data yang didapatkan dari bagian rekam medis
Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang berkaitan dengan data pasien tukak
peptik yang mencantumkan data pengobatan dan perawatan pasien seperti
nomor rekam medis, usia, jenis kelamin, berat badan, tanggal masuk dan
keluar rumah sakit, keadaan pasien saat pulang, anamnesis, diagnosa,
pemeriksaan fisik (suhu tubuh, kecepatan denyut nadi, dan kecepatan nafas),
catatan penggunaan obat pasien.
4. Tepat obat adalah kesesuaian pemilihan jenis dan golongan obat dengan
standar pengobatan PIONAS 2015, Drug Information Handbook 20th
Edition,
dan MIMS Petunjuk Konsultasi Edisi 14. Tepat indikasi dan tepat pasien
adalah alasan pemberian obat didasarkan pada indikasi adanya suatu gejala
serta diagnosis tukak peptik dan disesuaikan dengan PIONAS 2015, Drug
Information Handbook 20th
Edition, dan MIMS Petunjuk Konsultasi Edisi 14.
Tepat regimen dosis adalah kesesuaian takaran pemberian obat dengan standar
pengobatan berdasarkan Pionas, 2015, Drug Information Handbook 20th
Edition, dan MIMS Petunjuk Konsultasi Edisi 14.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Lampiran 4. Kasus 2
FORMULIR PENGAMBILAN DATA REKAM MEDIS
Nomor RM: 00150513 Tanggal Masuk: 25.05.2018
Nama Ny. K Tanggal Keluar : 29.05.2018
Jenis Kelamin P Status Pulang : Perbaikan
Umur/ BB 64 tahun/ 65 kg
Anamnesa Keluhan : LPB, pinggang nyeri, BAB hitam sudah 5 hari
Riwayat alergi : Tidak ada
Riwayat pengobatan : Tidak ada
Diagnosa Utama Anemia ec stres ulcer
Tanda Vital TD : 140/80 mmHg
S : 36,4 0C
N : 64x/menit
R : 20x/menit
Pengobatan
Nama Obat Dosis
Obat
Rute Waktu Pemberian obat
25/5 26/5 28/5 29/7
Perimperan 3x1 iv v v v v v v v v v v v
Pantoprazole 40 mg/ 12
jam
iv v v v v v v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Lasix 1 amp/hari iv v
Kalnex 3x1 iv v v v v v v
Mecobal 3 x 1 iv v v v v v v v v v
Informasi Tambahan
Tidak ada
Ketepatan Pasien
Diagnosa dari sudah sesuai dengan gambaran klinis tukak peptik yaitu mual, muntah, LPB, pinggang nyeri, BAB hitam
sudah 5 hari
Ketepatan Indikasi
Indikasi obat sudah tepat sebagi terapi tukak peptik
Ketepatan Obat
Pemberian pantoprazole tepat untuk mengatasi stress ulcer
Ketepatan Dosis
Dosis pantoprazole berlebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Lampiran 5. Kasus 4
FORMULIR PENGAMBILAN DATA REKAM MEDIS
Nomor RM: 01159271 Tanggal Masuk: 06.01.2018
Nama Bp. P Tanggal Keluar :09.01.2018
Jenis Kelamin L Status Pulang : Perbaikan
Umur/ BB 59 tahun
Anamnesa Keluhan : BAB berdarah hitam, mengeluh lemas, mual, muntah
Riwayat alergi : Tidak ada
Riwayat pengobatan : Tidak ada
Diagnosa Utama Melena ec peptic ulcer
Tanda Vital TD : 110/60 mmHg
S : 36,7 0C
N : 84x/menit
R : 20x/menit
Pengobatan
Nama Obat Dosis
Obat
Rute Waktu Pemberian obat
6/1 7/1 8/1 9/1
Asam
Tranexamat
3x1 iv v v v v v v v v
Vitamin K 2x1 iv v v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Pantoprazole 40 mg/
hari
iv v v v
Nexium 40mg/hari iv v v v v v v
Primperan 2x1 iv v v v v v v
Informasi Tambahan
Nexium petama kali diberika pada tanggal 6/1 sore hari
Ketepatan Pasien
Diagnosa dari sudah sesuai dengan gambaran klinis tukak peptik yaitu mual, muntah, BAB berdarah hitam, mengeluh
lemas
Ketepatan Indikasi
Indikasi obat sudah tepat untuk tukak peptik
Ketepatan Obat
Pemberian Pantoprazole dan Nexium (Esomeprazole) sudah tepat untuk terapi tukak peptik
Ketepatan Dosis
Dosis Nexium (Esomeprazole) berlebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Lampiran 6. Kasus 8
FORMULIR PENGAMBILAN DATA REKAM MEDIS
Nomor RM: 02068296 Tanggal Masuk : 04.10.2018
Nama Bp. A Tanggal Keluar : 06.10.2018
Jenis Kelamin L Status Pulang : Perbaikan
Umur/ BB 31 tahun/ 80 kg
Anamnesa Keluhan : BAB berdarah, mual, muntah
Riwayat alergi : Tidak ada
Riwayat pengobatan : Tidak ada
Diagnosa Utama Ulcer peptikum
Tanda Vital TD : 110/80 mmHg
S : 37 0C
N : 80x/menit
R : 20x/menit
Pengobatan
Nama Obat Dosis
Obat
Rute Waktu Pemberian obat
4/10 5/10 6/10
Asam
Tranexamat
3x 500 mg iv v v v v v v v v v
Pantoprazole 40 mg/ iv v v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
hari
Ceftriaxone 2 x 1 gram po v v v v
Sucralfate 3 x 30 ml po v v v v v v
Domperidon 3x1 oral v v v
Lansoprazole 2 x 30 mg oral v v
Informasi Tambahan
Pemeriksaan GDS rutin
Ketepatan Pasien
Diagnosa dari sudah sesuai dengan gambaran klinis tukak peptik yaitu mual, muntah, nyeri perut
Ketepatan Indikasi
Indikasi obat sudah tepat sebagi terapi tukak peptik
Ketepatan Obat
Pemberian obat Sucralfat, Pantoprazole, Lasoprasole sudah tepat sebagai terapi tukak peptik
Ketepatan Dosis
Dosis Lansoprazole berlebih
Dosis Sucralfate berlebih
dalam rentang 2X10 mL/hari sebagai profilaksis duodenal ulcer dengan dosis maksimal 4X10 mL/hari (Lacy, et al., 2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Lampiran 7. Kasus 14
FORMULIR PENGAMBILAN DATA REKAM MEDIS
Nomor RM: 02066449 Tanggal Masuk : 28.09.2018
Nama Bp. A Tanggal Keluar : 01.10.2018
Jenis Kelamin L Status Pulang : Perbaikan
Umur/ BB 65 tahun/70 kg
Anamnesa Keluhan : BAB hitam, mual, muntah
Riwayat alergi : Tidak ada
Riwayat pengobatan : Tidak ada
Diagnosa Utama Melena ec stress ulcer
Tanda Vital TD : 130/70 mmHg
S : 36,1 0C
N : 84x/menit
R : 20x/menit
Pengobatan
Nama Obat Dosis
Obat
Rute Waktu Pemberian obat
28/9 29/9 30/9 1/10
Ondancentron 2 x1 iv v v v v
Pantoprazole 40 mg/ 12
jam
iv v v v v v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Ranitidine 50 mg/ 12
jam
iv v v v v v
Omeprazole 40 mg/
hari
po v v v
Tracodia 3x1 po v v v v v v v v
Asam
Tranexamat
3 x 500
mg
iv v v v v v v v v v
Sucralfate 3 x 10 ml po v v v
Informasi Tambahan
Tidak ada
Ketepatan Pasien
Diagnosa dari sudah sesuai dengan gambaran klinis tukak peptik yaitu mual, muntah, BAB hitam
Ketepatan Indikasi
Indikasi obat sudah tepat sebagi terapi tukak peptik
Ketepatan Obat
Pemberian obat Ranitidine, Pantoprazole, Omeprazole, Sucralfate sudah tepat sebagai terapi tukak peptik
Ketepatan Dosis
Dosis Pantoprazole berlebih
Dosis Ranitidine berlebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi berjudul “Evaluasi Penggunaan Obat Tukak
Peptik Pada Pasien Dewasa di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Bethesda Yogyakarta Tahun 2016-2018” bernama
lengkap Ni Luh Made Indiantari Dewi, lahir di Abiansemal, 23
Oktober 1996. Penulis merupakan anak kedua dari dua
bersaudara dari pasangan Bapak I Putu Baskara dan Ibu Ni
Nyoman Mukiani. Jenjang pendidikan penulis diawali di TK
Dewi Gandawati (2002-2003), melanjutkan pendidikan ke SD Negeri 5 Abiansemal
(2003-2009), kemudian pendidikan menengah di SMP Negeri 1 Abiansemal (2009-
2012) dan SMK Farmasi Bintang Persada (2012-2015). Pendidikan dilanjutkan
hingga perguruan tinggi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi, penulis pernah terlibat dalam
beberapa kegiatan kepanitiaan dan Organisasi yaitu menjadi Koordinator divisi
Pengabdian Masyarakat Organisasi BEMF Farmasi 2016-2017; anggota divisi
Pendaftaran PEPTIDA 2016; koordinator divisi Liasson Officer PROTON 2017;
koordinator divisi Hubungan Masyarakat Desa Mitra I tahun 2016 anggota relawan
bakti sosial kerja sama dengan Rotary Club Yogyakarta tahun 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI