Upload
santi-lestari
View
235
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
sss
Citation preview
Bab 1
Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)adalah penyakit infeksi yang menyerang
salah satu bagian atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga
alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga
tengah, danpleura.1
Menurut kelompok umur Balita, insidens ISPA diperkirakan 0,29 episode per
anak/tahun di negara berkembang dan 0,05 episode per anak/tahun di negara maju. Ini
menunjukkan bahwa terdapat 156 juta episode baru di dunia per tahun dimana 151 juta
episode (96,7%) terjadi di negara berkembang. Kasus terbanyak terjadi di India (43 juta),
China (21 juta) dan Pakistan (10juta) dan Bangladesh, Indonesia, Nigeria masing-masing
6 juta episode.Dari semua kasus yang terjadi di masyarakat, 7-13% kasus berat dan
memerlukan perawatan rumah sakit.2. ISPAmerupakan salah satu penyebab utama
kunjungan pasien di Puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%) . Ia juga
merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi penyebab utama kesakitan
dan kematian anak bawah lima tahun di Indonesia. Hasil dari RISKESDAS 2013, period
prevalence ISPA berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan keluhan penduduk adalah
25%. Lima provinsi yang mempunyai insidens dan prevalensi ISPA tertingggi adalah
Nusa Tenggara Timur, Papua, Nusa Tenggara Barat dan Jawa Timur.3
Berdasarkan gejala, ISPA dibagikan menjadi dua kelompok yaitu pneumonia dan
bukan pneumonia.Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
(alveoli) dan merupakan penyebab utama kematian Balita baik di Indonesia maupun di
dunia. Penyakit inimalah lebih banyak dibanding dengan gabungan penyakit AIDS,
malaria dan campak, namun tidak banyak perhatian terhadap penyakit ini.4 Oleh karena
itu penyakit ini sering disebut sebagai Pembunuh Balita Yang Terlupakan (The Forgotten
Killer of Children)menurutUnicef/WHO 2006, World Pneumonia Day 2011.
Menurut World Health Oranisation(WHO) setiap tahun, pneumonia telah
menyebabkan kematian kira-kira 1.1 juta balita di seluruh dunia yaitu sebanyak 18%.
Berdasarkan bukti bahwa faktor risiko pneumonia adalah kurangnya pemberian ASI
eksklusif,gizi buruk, polusi udara dalam ruangan (indoor air pollution), BBLR,
kepadatan penduduk dan kurangnya imunisasi campak. Kematian Balita karena
Pneumonia mencakup 19% dari seluruh kematian Balita dimana sekitar 70% terjadi di
1
Sub Sahara Afrika dan Asia Tenggara. Walaupun data yang tersedia terbatas, studi
terkini masih menunjukkan Streptococcuspneumonia, Haemophilus influenza dan
Respiratory Syncytial Virus sebagai penyebab utama pneumonia pada anak.1
Menurut Riskesdas 2013, Terjadi kecenderungan yang meningkat untuk period
prevalence pneumonia semua umur dari 2,1 persen (2007) menjadi 2,7 persen (2013).
Period prevalence pneumonia yang tinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun,
kemudian mulai meningkat pada umur 45-54 tahun dan terus meninggi pada kelompok
umur berikutnya.Period prevalence pneumonia balita di Indonesia adalah 18,5 per mil.
Balita pneumonia yang berobat hanya 1,6 per mil. Lima provinsi yang mempunyai
insiden pneumonia balita tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (38,5%), Aceh (35,6%),
Bangka Belitung (34,8‰), Sulawesi Barat (34,8‰), dan Kalimantan Tengah (32,7%) .
Insidens tertinggi pneumonia balita terdapat pada kelompok umur 12-23 bulan (21,7%). 5Pneumonia balita lebih banyak dialami oleh kelompok penduduk dengan kuintil indeks
pemilikan terbawah (27,4%).5
Pengendalian ISPA di Indonesia dimulai pada tahun 1984 dan sejak tahun 1990,
pengendalian penyakit ISPA menitikberatkan kegiatannya pada penanggulangan
pneumonia pada balita. Upaya pemerintah dalam menekan angka kematian dasar akibat
pneumonia diataranya melalui penemuan kasus Pneumonia balita di pelayanan kesehatan
dasar, penatalaksanaan kasus dan rujukan. Menurut Riskesdas Provinsi Jawa Barat tahun
2007, penemuan dan penanganan kasus pneumonia pada balita baru mencapai 43.7% di
Jawa Barat dan 82.7% dikabupaten Karawang. Pemerintah Indonesia telah berkomitmen
untuk mencapai Millenium Development Goals bidang kesehatan yang salah satunya
adalah menurunkan 2/3 kematian balita pada rentang waktu antara 1990-2015.4
Dalam usaha menurunkan angka kesakitan dan kematian balita akibat Pneumonia
di Indonesia maka, UPTD Puskesmas Kutawaluya saat ini turut melaksanakan Program
P2ISP yaitu kegiatan cakupan penderita pneumonia balita. Kegiatan ini bertujuan
meningkatkan cakupan penemuan dini dan tatalaksana pneumonia pada Balita di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Kutawaluya sekaligus menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas balita.Namun begitu,, kejadian penemuan penderita pneumonia balita masih
belum mencapai target yaitu 58,27% dari target 86%. Hal ini merupakan masalah di
Puskesmas Kutawaluya. Oleh karena itu, dilakukan evaluasi program mengenai cakupan
penderita pneumonia balita karena belum diketahuinya keberhasilan program
P2ISPA(Pneumonia Balita) untuk periode Januari 2014 sampai dengan Desember 2014.6
2
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya
adalah :
1. Insidens ISPA diperkirakan 156 juta episode baru di dunia per tahun dimana 151
juta episode (96,7%) terjadi di negara berkembang
2. ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di Puskesmas
(40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%)
3. MenurutWorld Health Oranisation(WHO)setiap tahun, pneumonia telah
menyebabkan kematian kira-kira 1.1 juta balita di seluruh dunia yaitu sebanyak
18%
4. Kematian Balita karena Pneumonia mencakup 19% dari seluruh kematian Balita
dimana sekitar 70% terjadi di Sub Sahara Afrika dan Asia Tenggara.
5. Menurut hasil Riskesdas 2013, period prevalence pneumonia paling tinggi pada
kelompok umur 1-4 tahun (25,8%)
6. Pada tahun 2012, penemuan dan penanganan kasus pneumonia pada balita di
Jawa Barat baru mencapai 43.7% dan di kabupaten Karawang 82.7%
7. Masih tinginya penderita kasus pneumonia pada bayi dan balita di wilayah kerja
Puskesmas Kutawaluya
8. Cakupan penemuan penderita pneumonia balita masih belum mencapai target
yaitu 58,27% dari 86%.
9. Belum diketahuinya keberhasilan program P2ISPA yaitu kegiatan cakupan
penderita pneumonia Balita di UPTD Puskesmas Kutawaluya untuk periode
Januari2014 sampai dengan Desember 2014
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui masalah-masalah yang ditemukan dalam unsur-unsur
pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan
Akut (Pneumonia Balita) secara menyeluruh agar dapat meningkatkan
cakupan penemuan dini dan tatalaksana pneumonia pada Balita serta
menurunkan angka mortalitas dan morbiditas Balita di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Kutawaluya periode Januari 2014 sampai dengan Desember 2014
dengan pendekatan sistem.
3
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya jumlah dan cakupan penderita pneumonia balita di
Puskesmas Kutawaluya Karawang periode Januari 2014 sampai dengan
Desember 2014.
2. Diketahuinya cakupan pelaksanaan penentuan diagnosis penderita
pneumonia balita di Puskesmas Kutawaluya Karawang periode Januari
2014 sampai dengan Desember 2014.
3. Diketahuinya cakupan pelaksanaan pengobatan penderita pneumonia
balitadi Puskesmas Kutawaluya Karawang periodeJanuari 2014 sampai
dengan Desember 2014.
4. Diketahuinya jumlah rujukan kasus pneumonia balitadi Puskesmas
Kutawaluya Karawang periode Januari 2014 sampai dengan Desember
2014.
5. Diketahuinya cakupan pelaksanaan penyuluhan baik secara kelompok
maupun perorangan mengenai Infeksi Saluran Pernapasan Akut khususnya
mengenai pneumonia balitadi Puskesmas Kutawaluya Karawang periode
Januari 2014 sampai dengan Desember 2014.
6. Diketahuinya cakupan pelaksanaan pelatihan kader untuk mendeteksi dini
penderita pneumonia balitadi Puskesmas Kutawaluya Karawang
periodeJanuari 2014 sampai dengan Desember 2014.
7. Diketahuinya cakupanpelaksanaan pencatatan dan pelaporan penderita
pneumonia balita di Puskesmas Kutawaluya Karawang periodeJanuari 2014
sampai dengan Desember 2014.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Evaluator
i. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat kuliah.
ii. Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur program, khususnya
program kesehatan.
iii. Mendapat pengetahuan dan pengalaman tentang program pemberantasan
penyakit infeksi saluran nafas akut.
4
iv. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam mengambil langkah-
langkah yang harus dilakukan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
antara lain perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.
1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi
i. Mengamalkan Tri Darma Perguruan Tinggi.
ii. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di
bidang kesehatan dan masyarakat.
1.4.3. Bagi Puskesmas yang Dievaluasi
i. Dengan adanya masukan-masukan berupa hasil evaluasi dan beberapa saran-
saran sederhana maka diharapkan dapat menjadi umpan balik positif bagi
UPTD Puskesmas Kutawaluya, dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas
program P2ISPA (Pneumonia Balita) maupun program-program lainnya,
sehingga mutu dari pada pelayanan Puskesmas ini dapat dirasakan oleh
seluruh masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan.
ii. Adanya dukungan pendidikan dan pelatihan sehingga dapat meningkatkan
kemampuan Puskesmas Kutawaluya untuk dapat melaksanakan program
pemberantasan ISPA (pneumonia balita) dengan lebih baik.
1.4.4. Bagi Masyarakat
i. Mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik di Puskesmas.
ii. Menjadi media informasi,komunikasi dan edukasi bagi masyarakat tentang
pentingnya Program P2ISPA (Pneumonia) Balita di UPTD Puskesmas
Kutawaluya, selain untuk mengetahui masalah kependudukan, juga untuk
meningkatkan kesejahteraan dan taraf ekonomi masyarakat itu sendiri.
1.5 Sasaran
Semua balita yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kutawaluya periode Januari 2014
sampai dengan Desember 2014.
5
Bab II
Materi dan Metode
2.1 Materi
Materi yang dievaluasi terdiri dari laporan bulanan hasil kegiatan Puskesmas mengenai
Program Pemberantasan Infeksi Saluran Pernapasan Akut(Pneumonia Balita) di UPTD
Puskesmas Kutawaluya periodeJanuari 2014 sampai dengan Desember 2014.
1. Antara lain:
a. Penemuan penderita pneumonia balita
b. Penentuan diagnosa pneumonia balita
c. Pengobatan penderita pneumonia balita
d. Rujukan penderita pneumonia balita
e. Penyuluhan ISPA khusnya pneumonia balita
f. Peran serta masyarakat melalui pelatihan dan pendidikan kader pneumonia
g. Pencatatan dan pelaporan mengenai kasus pneumonia balita
2. Data kependudukan (demografi) dari Kecamatan Kutawaluya tahun 2014( lampiran
II gambar 1 dan tabel 2)
2.2 Metode
Dilakukan pengumpulan data, analisis data dan pengolahan data sehingga dapat
digunakanuntuk menyelesaikan masalah P2ISPA yaitu kegiatan cakupan penderita
pneumonia balita di UPTD Puskesmas Kutawaluyaperiode Januari 2014 sampai dengan
Desember 2014 terhadap tolok ukur yang ditetapkan dengan pendekatan sistem. Evaluasi
dilakukan dengan cara mengetahui cakupan laporan bulanan program P2 ISPAdan PKP
(penilaian kinerja Puskesmas) di Puskesmas Kutawaluya lalu dibandingkan dengan tolok
ukur yang ditetapkan dalam mengevaluasi program P2ISPA (cakupan penderita
pneumonia Balita) sehingga dapat ditemukan masalah yang ada dari pelaksanaan
program. Hasil evaluasi disajikan dalam bentuk tekstular dan tabular.
6
MASUKAN (1) PROSES (2)
KELUARAN (3)
UMPAN BALIK (4)
DAMPAK (5)
Bab III
Kerangka Teoritis dan Tolok Ukur
3.1 Bagan Teori
Kegiatan ini dilakukan dengan metode pendekatan sistem. Pendekatan sistem adalah prinsip
pokok atau cara kerja sistem yang diterapkan pada waktu menyelenggarakan pekerjaan
administrasi. Yang dimaksud sistem ialah kumpulan elemen atau komponen yang saling
berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain serta memiliki tujuan yang jelas.
Bagan 1: Sistem menurut Ryan
Menurut Ryan, sistemadalah gabungan dari elemen-elemen yang saling berhubungan oleh
suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi dalam upaya
menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan. Elemen-elemen tersebut adalah:
i. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam
sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut.
ii. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam
sistem dan yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang
direncanakan.
iii. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem.
7
iv. Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang
merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem
tersebut.
v. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola
oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.
vi. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.
3.2 Tolok Ukur
Tolok ukur merupakan nilai acuan atau standar yang telah ditetapkan dan digunakan
sebagai target yang harus dicapai pada tiap-tiap variabel sistem, yang meliputi
masukan, proses, keluaran, lingkungan, dan umpan balik pada program
tertentu.Digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai dalam
program P2ISPA (Pneumonia Balita).
Tolok ukur yang dipakai dalam mengevaluasi program P2ISPA(Pneumonia Balita) ini
adalah sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
828/MENKES/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota(Lampiran I).
8
BAB IV
Penyajian Data
4.1. Sumber Data
Sumber data dalam evaluasi ini diambil dari data sekunder yang berasal dari:
1. Laporan Bulanan P2 ISPA(cakupan penderita pneumonia balita)dan PKP
Puskesmas Kutawaluya Januari 2014 sampai dengan Desember 2014 (Lampiran
VI ).
2. Data demografi dari Kutawaluya tahun 2014.
4.2. Data Umum
4.2.1. Geografi
1. Luas Wilayah dan Batas-batas
a. Lokasi : Gedung Puskesmas Kutawaluya terletak di Jl. Raya sampalan,
kecamatan Kutawaluya, kabupaten karawang. 7
Luas wilayah kerja puskesmas : 2.340 Ha ; yang terdiri dari tanah pertanian
1.638 Ha dan tanah darat 702 Ha, 7 desa, 29 Rw dan 96 RT, dan 29 dusun.
b. Batas wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya:
1) Sebelah Utara : Berbatasan dengan wilayah kerja PKM Kutamukti
2) Sebelah Selatan : Berbatasan dengan wilayah kerja PKM Rawamerta.
3) Sebelah Barat :Berbatasan dengan wilayah kerja PKM
Rengasdengklok
4) Sebelah Timur : Berbatasan dengan wilayah kerja PKM Cilebar.
2. Wilayah Administrasi
Luas wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya adalah 2.340 Ha, yang mencakup 7
desa yaitu:
Desa Waluya
Desa Sampalan
Desa Sindangsari
Desa Sindangmulya
Desa Sindangkarya
Desa Sindangmukti
Desa Mulyajaya
9
4.2.2 Topografi
Sebagian besar merupakan dataran rendah dan bersifat agraris yang terdiri dari
tanah pertanian seluas 1.638 Ha dan sisanya merupakan tanah darat (tanah dengan
berbagai kegunaan) seluas 702 Ha.
4.2.3 Geologi
Wilayah kerja UPTD Puskesmas Kutawaluya, kabupaten Karawang berada
pada dataran rendah berdekatan dengan laut.
4.2.4 Iklim
Sesuai dengan bentuk morfologinya Kutawaluya merupakan dataran rendah
dengan temperatur udara rata-rata 27-29 ºC.
4.2.5 Hidrografi
Kutawaluya mempunyai sedikit aliran sungai.
Gambar 1: Wilayah kerja UPTD Puskesmas Kutawaluya 6
4.2.6 Demografi
10
1. Jumlah penduduk Kelurahan Wilayah Kutawaluyaadalah 32991 jiwa, yang terdiri
dari :
a. Jumlah RT : 96 RT
b. Jumlah penduduk laki-laki : 17004 orang
c. Jumlah penduduk perempuan : 15987 orang
d. Jumlah KK : 16012 KK
e. Jumlah rumah tangga : 15643 rumah tangga
Data Umum selengkapnya terdapat pada lampiran II tabel 2.
2. Jumlah penduduk rentan di Wilayah Kutawaluya tahun 2014:
a. Jumlah bumil : 928 orang
b. Jumlah bulin : 887 orang
c. Jumlah Bayi : 859 orang
d. Jumlah Balita : 2012 orang
e. Neonatus : 102 orang
Data Umum selengkapnya terdapat pada lampiran II tabel 3
3. Jumlah desa yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Kutawaluya adalah 7 desa dengan luas wilayah 2.340 Ha, maka berarti rata-rata
kepadatan penduduk Kecamatan Kutawaluya adalah 14 Jiwa/ Ha.
4. Sebagian besar penduduk berpendidikan SD sebesar 40,35 % (13.311 orang).
Data umum selengkapnya terdapat pada lampiran II tabel 4
5. Sebagian besar penduduk mempunyai mata pencaharian sebagai petani sebesar
29,34% (9680 orang)
Data umum selengkapnya terdapat pada lampiran II tabel 5
6. Sebagian besar penduduk di Kutawaluya merupakan penduduk miskin yaitu
sebesar 67,93% (19250 orang)
Data umum selengkapnya terdapat pada lampiran II tabel 77
4.2.7 Jenis sarana kesehatan
11
Jenis sarana kesehatan yang tersedia di wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya, antara
lain : (Keterangan : Data umum secara lengkap terdapat pada Lampiran II tabel 6 )
1. Puskesmas pembantu : 2 buah
2. Praktek perorangan
a. Dokter Umum : 1
b. Dokter Gigi : 1
c. Bidan : 18
3. Klinik 24 jam : 0
4. Paraji : 20orang
5. Dokter praktek swasta: : 1 orang
4.3 Data Khusus
4.3.1. Masukan
1. Tenaga
a. Dokter : 2 orang (sesuai tolok ukur 1 orang )
b. Bidan : 18 orang (sesuai tolok ukur 1 orang )
c. Petugas P2M : 1 orang(sesuai tolok ukur 1 orang )
d. Petugas administrasi : 1 orang(sesuai tolok ukur 1 orang )
e. Kader pneumonia : 50 orang (Ada)
2. Dana
Dana untuk pelaksanaan program P2ISPA, pengadaan obat dan sarana tersedia cukup.
Dana berasal dari:
”Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah (APBD) ”
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).
3. Sarana
Sarana medis:
a) Stetoskop : 3 buah
b) Termometer : 2 buah
c) Timbangan berat badan bayi : 1 buah
d) Timbangan berat badan dewasa : 1 buah
e) Sound timer : 2 buah
f) Senter : 1 buah
g) Antibiotik
a. Kotrimoksazol 480 mg : Tersedia cukup
12
b. Kotrimoksazol 240 mg/5ml : Tersedia cukup
h) Analgetik-antipiretik
a. Paracetamol 500 mg : Tersedia cukup
b. Paracetamol sirup 120 mg/5ml : Tersedia cukup
i) Antitusif- anti sesak
a. Gliseril guaiakolat : Tersedia cukup
b. Salbutamol : Tersedia cukup
Sarana non medis:
1) Gedung Puskesmas
a) Ruang pendaftaran : Ada
b) Ruang tunggu : Ada
c) Ruang untuk pemeriksaan pasien : Ada
2) Meubel Puskesmas
a) Lemari arsip : Ada
b) Lemari obat : Ada
c) Meja periksa : Ada
d) Kursi : Ada
e) Tempat tidur untuk memeriksa : Ada
f) Ruang tunggu : Ada
3) Pedoman tatalaksana ISPA : Ada
4) Brosur atau poster P2 ISPA : Ada
5) Alat administrasi (buku, alat tulis) : Ada
4. Metode
Program Penanggulangan ISPA dalam pelaksanaanya di lapangan dilakukan dalam
bentuk:
a. Penemuan penderita ISPA .
Penemuan penderita ISPA (pneumonia) dilakukan secara pasif (passive case
finding) yaitu penemuan penderita ISPA (pneumonia) yang datang berobat ke
Balai Pengobatan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) Puskesmas
Kutawaluya.
Penemuan penderita ISPA secara aktif dilakukan oleh petugas kesehatan bersama
kader menemukan penderita baru dan penderita pneumonia yang seharusnya
datang untuk kunjungan ulang 2 hari setelah berobat.
13
Penemuan penderita dilakukan melalui proses sebagai berikut:6
Menanyakan balita yang batuk dan atau kesukaran bernapas
Melakukan pemeriksaan dengan melihat tarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam dan hitung napas
Melakukan penentuan tanda bahaya sesuai golongan umur <2 bulan dan 2
bulan – 5 tahun.
Melakukan klasifikasi balita batuk dan atau kesukaran bernapas;
pneumonia berat, pneumonia, dan batuk bukan pneumonia.
b. Penentuan Diagnosis ISPA.
Penegakan diagnosis ISPA pneumonia dan bukan pneumonia dilaksanakan
melalui anamnesa (mengajukan pertanyaan kepada ibu) dan pemeriksaan fisik
bayi dan balita dengan cara melihat dan mendengarkan pernapasan (saat Balita
tenang, tidak menangis, tidak meronta) dengan menghitung frekuensi napas
menggunakan sound timer selama 60 detik.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, diagnosis ISPA pada bayi dan balita
diklasifikasikan sesuai pedoman tatalaksana pneumonia bayi dan balita oleh
Depkes yaitu: 5,8,9
1) Golongan umur < 2 bulan
a) Pneumonia berat: Adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam yang kuat (TDDK kuat) atau adanya napas cepat, dengan
frekuensi napas lebih 60 kali per menit atau lebih.
b) Batuk bukan pneumonia (batuk, pilek biasa): Bila tidak disertai
tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang kuat atau tidak
adanya napas cepat, frekuensi napas kurang dari 60 kali per menit.
2) Golongan umur 2 bulan - < 5 tahun
a) Pneumonia berat: Adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam (TDDK) pada saat anak menarik napas (saat diperiksa anak
harus dalam keadaan tenang, tidak menangis/meronta).
b) Pneumonia: Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
(TDDK). Adanya napas cepat, dengan frekuensi napas:
2 bulan - 12 bulan : ≥ 50x/menit.
12 bulan - 5 tahun : ≥ 40x/ menit.
14
c) Batuk bukan pneumonia: Bila tidak disertai tarikan dada bagian
bawah ke dalam (TDDK) atau tidak adanya napas cepat, dengan
frekuensi napas :
2 bulan - 12 bulan : < 50x/menit.
12 bulan - 5 tahun : < 40x/menit.
c. Pelayanan pengobatan Penyakit ISPA:
1) Golongan umur < 2 bulan
a) Pneumonia berat :
Rujuk segera ke rumah sakit.
Beri 1 dosis antibiotik (Kotrimoksazol).
Obati demam, jika ada.
Obati wheezing, jika ada.
Anjurkan kepada ibu untuk tetap memberikan ASI.
b) Batuk bukan pneumonia :
Nasihati ibu untuk tindakan perawatan di rumah /menjaga bayi
tetap hangat.
Memberi ASI lebih sering.
Membersihkan lubang hidung jika menggangu pemberian ASI.
Anjurkan ibu kembali kontrol jika pernapasan menjadi cepat
atau sukar, kesulitan minum ASI, atau sakitnya bertambah
parah.
2) Golongan umur 2 bulan - 5 tahun
a) Pneumonia berat :
Rujuk segera ke rumah sakit.
Beri 1 dosis antibiotik (Kotrimoksasol).
Obati demam, jika ada.
Obati wheezing, jika ada.
b) Pneumonia :
Nasihati ibu untuk tindakan perawatan di rumah.
Beri antibiotik (Kotrimoksasol/Amoksilin) selama 3 hari.
Anjurkan ibu untuk kembali kontrol 2 hari atau lebih cepat bila
keadaan anak memburuk.
Obati demam, jika ada.
Obati wheezing, jika ada.
15
c) Batuk bukan pneumonia :
Jika batuk > 3 minggu rujuk.
Nasihati ibu untuk tindakan perawatan di rumah.
Obati demam, jika ada.
d. Rujukan Penderita ISPA.5
Setiap bayi dan Balita dengan pneumonia berat dengan tanda bahaya umum
harus segera dirujuk ke Rumah Sakit. Tanda bahaya yang perlu diwaspadai :
1) Anak dengan batuk pada umur < 2 bulan yaitu: kurang mau minum, kejang,
kesadaran menurun atau sukar dibangunkan, stridor pada waktu anak tenang,
wheezing, atau demam/terlalu dingin.
2) Anak dengan batuk pada umur 2 bulan sampai 5 tahun yaitu: tidak bisa
minum, kejang, kesadaran menurun atau sukar dibangunkan, stridor pada
waktu anak tenang, atau gizi buruk.
e. Penyuluhan mengenai ISPA. 1,8
1) Perorangan.
Menggunakan metode penyuluhan secara langsung kepada orang tua
penderita ISPA saat membawa anaknya berobat di Puskesmas Kutawaluya
dengan memberikan informasi mengenai tanda, bahaya dan cara mencegah
ISPA(Pneumonia).
2) Kelompok.
Penyuluhan ISPA dilaksanakan terhadap kelompok masyarakat di wilayah
kerja Puskesmas Kutawaluya melalui metode ceramah, diskusi kelompok dan
poster.
f. Pelatihan Kader.1
Pelatihan kader Pneumonia dilaksanakan minimal setahun sekali dengan
tujuan memberikan pengetahuan kepada para kader berupa pengenalan mengenai
gejala penyakit ISPA ringan, sedang dan berat berdasarkan perhitungan frekuensi
16
napas dengan mengunakan sound timer atau jam tangan, serta usaha – usaha
pencegahan ISPA.
g. Pencatatan dan pelaporan.
Dilaksanakan dengan cara pengisian formulir Sistem Pencatatan dan
Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) dan dilakukan harian, bulanan, dan
tahunan.
Kasus ISPA (Pneumonia) dilaporkan dalam formulir LB1.
4.3.2 Proses
4.3.2.1 Perencanaan
Ada perencanaan tertulis mengenai:
1) Penemuan penderita ISPA (Pneumonia): Akan dilaksanakan penemuan kasus
ISPA oleh dokter umum atau perawat terhadap pasien bayi dan balita yang
dibawa oleh orang tuanya untuk berobat ke poli MTBS setiap hari kerja, pukul
08.00-12.00 WIB.5
2) Penentuan diagnosis ISPA (Pneumonia): Akan dilakukan penentuan diagnosis
ISPA berdasarkan pedoman diagnosis ISPA yang ada dengan anamnesis dan
pemeriksaan fisik oleh dokter umum atau perawat atau bidan yang bertugas di
poli MTBS setiap hari kerja, pukul 08.00-12.00 WIB.
3) Pelayanan pengobatan penderita ISPA (Pneummonia): Akan dilakukan oleh
dokter umum atau perawat, bidan yang bertugas di poli MTBS setiap hari kerja,
pukul 08.00-12.00 WIB, sesuai pedoman tatalaksana ISPA.
4) Rujukan penderita ISPA (Pneumonia): Akan dilakukan rujukan bila ditemukan
penderita pneumonia berat dengan tanda bahaya umum ke Rumah Sakit terdekat
pada setiap hari kerja, pukul 08.00-12.00 WIB.
5) Penyuluhan ISPA ( Pneumonia)
a. Perorangan: Akan dilaksanakan penyuluhan secara langsung melalui teknik
wawancara dan memberikan informasi mengenai ISPA kepada orang tua
penderita yang datang berobat ke poli MTBS setiap hari kerja, pukul 08.00-
17
12.00 WIB.
b. Kelompok: Direncanakan satu kali setiap bulan.
6) Pelatihan kader: Direncanakan untuk dua desa yang kadernya belum pernah
mendapat pelatihan. (Sindangsari & Sindangmukti)
7) Pencatatan dan pelaporan
a. Pencatatan: Akan dilakukan setiap hari kerja.
b. Pelaporan: Akan dilaksanakan dalam bentuk laporan bulanan dan tahunan
oleh petugas P2ISPA.
4.3.2.2 Pengorganisasian
Terdapat struktur tertulis dan pembagian tugas yang teratur dalam melaksanakan tugasnya:
Bagan 2. Struktur organisasi bagian Pengendalian ISPA Puskesmas Kutawaluya6
Pengorganisasian dalam program Pengendalian ISPA dibagi berdasarkan jabatan:
a.Kepala Puskesmas (dr. Cucu):
- Sebagai penanggung jawab program.
- Monitoring pelaksanaan Pengendalian ISPA tingkat kecamatan.
- Melakukan evaluasi data hasil pelaksanaan kegiatan Pengendalian ISPA di wilayah
kerja.
b. Koordinator Pengendalian ISPA (Ibu E. Wina Winangsih, S.Kep ):
1. Penanggung jawab petugas Operasional Pengendalian ISPA
2. Penanggung Jawab Surveilance Penyakit
3. Pelaksana Program Pengobatan.
18
Kepala puskesmas
Dr. Cucu Siti Minpalah , M.Kes
Koordinator Pengendalian Penyakit Menular/ ISPAIbu E. Wina Winangsih, S.Kep
Tata Usaha
Kader tiap desa
4.3.2.3 Pelaksanaan:
1. Penemuan penderita ISPA (pneumonia): dilakukan secara passive case finding
oleh dokter umum atau perawat di BPU dan MTBS setiap hari kerja, pukul
08.00-12.00 WIB.
2. Penentuan diagnosis penderita ISPA (pneumonia): dilakukan oleh dokter umum
atau perawat, bidan sesuai pedoman diagnosis ISPA di poli MTBS setiap hari
kerja, pukul 08.00-12.00 WIB.
3. Pengobatan penderita ISPA: dilakukan oleh dokter umum atau perawat, bidan
sesuai pedoman penatalaksanaan ISPA di poli MTBS setiap hari kerja, pukul
08.00-12.00 WIB.
4. Rujukan penderita ISPA (pneumonia): tidak dilakukan rujukan karena tidak
didapatkan kasus pneumonia berat sepanjang periode Januari 2014 - Desember
2014 di Puskesmas Kutawaluya.
5. Penyuluhan ISPA : Penyuluhan perorangan dilakukan secara langsung melalui
wawancara orang tua penderita ISPA yang datang berobat pada setiap hari kerja,
pukul 08.00-12.00 WIB oleh dokter umum atau perawat. Penyuluhan kelompok
tidak dilaksanakan setiap bulan, selama tahun 2014 baru dilaksanakan kali.
6. Pelatihan kader : tidak dilaksanakan karena keterbatasan biaya dari dinas
kesehatan.
7. Pencatatan dan pelaporan: Pencatatan dilaksanakan setiap hari dengan pengisian
formulir SP2TP melalui format LB Program P2ISPA . Laporan dilakukan setiap
bulan sebelum tanggal 5 setiap bulan.
4.3.2.4 Pengawasan
1. Melalui pencatatan setiap hari dan pelaporan yang dilaksanakan dalam bentuk
laporan bulanan, pkp (penilaian kinerja puskesmas) dan tahunan oleh petugas
P2ISPA.
2. Melalui pertemuan bulanan yang diadakan oleh kepala Puskesmas Kutawaluya
12x/tahun.
4.3.3 Keluaran Penemuan penderita ISPA (pneumonia)
Angka insiden ISPA (Pneumonia) 10% - 20% per tahun.
Jumlah perkiraan/ target penemuan bayi dan balita penderita pneumonia
19
= insiden pneumonia bayi dan balita x jumlah bayi dan balita
= 10% x 3232 = 323,3 (dibulatkan menjadi 323).
Cakupan Penderita Pneumonia Balita ( Lampiran III, VI)
Target penemuan bayi dan balita penderita pneumonia dalam satu tahun (target
absolut satu tahun: 86%)
: 86%x 323 = 277, 78 (dibulatkan menjadi 278)
Atau 278/12 = 23 pasien Balita/bulan
Penemuan penderita ISPA di wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya (lampiranVI)
Pneumonia : 162 kasus
Bukan Pneumonia : 2265 kasus
Jumlah penderita pneumonia bayi dan balita yang ditangani di satu wilayah kerja pada
kurun waktu satu tahun
: 162
Cakupan Penderita Pneumonia Balita
Cakupan bayi dan
balita
Dengan
pneumonia yang
ditangani
=
Jumlah penderita pneumonia bayi dan
balita yang ditangani di satu wilayah
kerja pada kurun waktu satu tahun
Jumlah perkiraan penderita
Pneumonia bayi dan balita di satu
wilayah kerja pada waktu
yang sama
x 100%
= 162278
×100 %
= 58,27%
Penentuan diagnosis ISPA (pneumonia)
Jumlah diagnosis ISPA (pneumonia) sesuai metode
diagnosis oleh dokter
x 100%
Jumlah seluruh penderita ISPA (pneumonia) yang
20
didiagnosis
= 162162
×100 %
= 100%
3. Pelayanan pengobatan penderita ISPA (pneumonia)
Jumlah kasus ISPA yang ditangani sesuai standar
x 100%
Jumlah seluruh penderita ISPA yang diobati
= 162162
×100 %
= 100 %
4. Rujukan penderita ISPA (Pneumoni) tidak dilakukan = 0 %
Tidak dilakukan rujukan penderita ISPA karena tidak didapatkan kasus pneumonia
berat sepanjang periodeJanuari 2014 sampai dengan Desember 2014.
5. Penyuluhan
a. Penyuluhan perorangan: 100% (dilakukan pada setiap kali kunjungan penderita
dengan diagnosis ISPA khusunya pneumonia balita).
b. Penyuluhan kelompok : 12 kali dalam satu tahun (100%).
6. Pelatihan kader kesehatan.
Tidak dilakukan pelatihan kader kesehatan karena keterbatasan biaya dari dinas
kesehatan.Puskesmas sudah mengajukan surat permintaan pelatihan kader namun
belum mendapatkan persetujuan dari dinkes.
7. Pencatatan dan pelaporan.
100 % dilakukan pencatatan dan pelaporan kegiatan program.
4.3.4 Lingkungan
Lingkungan Fisik
o Kepadatan penduduk
21
= Jumlah penduduk Kutawaluya
Luas wilayah Kutawaluya
= 32991 jiwa
2340 Ha
= 14 jiwa per Ha
o Lokasi : Terdapat beberapa lokasi yang memiliki daerah akses sulit
o Transportasi : Sarana transportasi umum hanya ojek.
o Fasilitas kesehatan: Terdapat fasilitas kesehatan lain seperti klinik dan praktek `
dokter tetapi tidak teratur memberikan laporan temuan bayi
ataubalita dengan ISPA. 6
Lingkungan non fisik
o Perilaku masyarakat : Ada pemanfaatan puskesmas sebagai sarana pelayanan
kesehatan.
o Sosial budaya : Tidak menghambat program
o Sosial ekonomi : Menghambat program karena mayoritas memiliki
tingkat sosial ekonomi rendah.
o Status pendidikan : Rata-rata penduduk di wilayah Kutawaluya berstatus
pendidikan rendah.
4.3.5Umpan Balik
Adanya rapat kerja bulanan bersama Kepala Puskesmas dan lintas program untuk
mengevaluasi program yang telah dijalankan serta Rapat kerja dengan Dinas Kesehatan 1
bulan sekali.
4.3.6 Dampak
1. Langsung :
Menurunnya angka morbiditas dan mortalitas ISPA (pneumonia): Belum dapat dinilai.
2. Tidak langsung :
a. ISPA (pneumonia) tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat.
b. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat secara optimal: belum dapat dinilai.
Bab V
22
Pembahasan Masalah
5.1. Variabel Masalah
Tabel 1 : Variabel Masalah
No Variabel Tolok Ukur Keberhasilan
Variabel
Cakupan Masalah
1 Keluaran Cakupan penderita Pneumonia Balita
Pelatihan bagi kader untuk meningkatkan pengetahuan tentang ISPA (pneumonia balita)
86%
100%
58,27%
0%
27, 73%
100%
2 Masukan
Sarana : Sound timer
3 buah(100%)
2 buah(66,66%)
33,34 %
3 Proses Perencanaan Pelatihan kader
Dilakukan satu kali setahun
Tidak dilakukan (+)
4 LingkunganTransportasi
Fasilitas Kesehatan lain
Sosio ekonomi
Mendukung
Mendukung
Mendukung
Tidak
Tidak
Tidak
(+)
(+)
(+)
BAB VI
23
Perumusan Masalah
Dari pembahasan Evaluasi Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan
Akut (P2ISPA) Pneumonia Balita di Puskesmas Kutawaluya periode Januari 2014 sampai
dengan Desember 2014 didapatkan beberapa masalah seperti berikut:
1. Masalah menurut keluaran
a. Cakupan penderita pneumonia balita sebesar 58,27%dari target 86%.
b. Cakupan pelatihan bagi kader mengenai P2ISPA (pneumonia balita) sebesar
0%
2. Masalah menurut unsur lain (Penyebab Masalah) :
a. Dari Masukan
-Kader Pneumonia sebanyak 50 orang dari jumlah seharusnya 70 orang (10
orang/ desa). Kader yang ada tidak aktif
-Hanya ada dua buah sound timer.
b. Dari Proses (Pelaksanaan)
1) Pelatihan bagi kader tidak dilaksanakan.
2) Fasilitas kesehatan lainnya kurang kooperatif dengan puskesmas
Kutawaluya dalam program P2ISPA(Pneumonia).
c. Dari lingkungan
1) Fisik
Sarana transportasi umum terbatas
2) Non Fisik
Sebagian besar penduduk berpendidikan rendah dan
bermata pencaharian sebagai petani.
BAB VII
24
Prioritas Masalah
Masalah menurut keluaran:
1. Cakupan penderita pneumonia balita hanya sebesar 58,27% dari target 86%.
Besar masalah :27,73%.
2. Cakupan pelatihan bagi kader mengenai P2ISPA (pneumonia) sebesar 0% dari
target 100%.
Tabel 7.1 Menetapkan Prioritas Masalah Ditetapkan Dengan Teknik Skoring
No Parameter Masalah
A B
1. Besarnya masalah 5 4
2. Akibat yang ditimbulkan 5 4
3. Keuntungan sosial karena selesainya masalah 5 5
4. Teknologi yang tersedia dan dapat dipakai 3 3
5. Sumber daya yang tersedia untuk menyelesaikan
masalah
2 3
Total 20 19
Koding :
5=sangat penting; 4=penting; 3=cukup penting; 2=kurang penting; 1=tidak penting.
Dari masalah-masalah yang ditemukan di atas, ditentukan prioritas masalah utama
yang harus diselesaikan, yaitu:
1. Cakupan penderita pneumonia balita sebesar 58,27% dari target 86%. Besar
masalah 27, 73%.
2. Cakupan pelatihan bagi kader mengenai P2ISPA (pneumonia balita) sebesar 0%
dari target 100%.
BAB VIII
25
Penyelesaian Masalah
8.1 Masalah 1
Cakupan penderita pneumonia balita sebesar 58,27% dari target 86%. Besar masalah
27, 73 % .
1. Penyebab masalah :
a. Kurang kerjasama dengan Badan Pengobatan Swasta (BPS), pelaporan
dari BPS sering kali tidak masuk ke Puskesmas.
b. Penemuan kasus pneumonia balita dilakukan secara pasif
c. Tidak aktifnya kader pneumonia di desa dalam penemuan dan merujuk
kasus
d. Budaya masyarakat mengenal batuk 100 hari sehingga mereka
terlambat ke Puskesmas.
2. Penyelesaian masalah :
a. Kerjasama dengan BPS, meminta BPS melakukan pelaporan kasus ke
Puskesmas.
b. Mengadakan pelatihan dan refreshing mengenai Pneumonia secara
umum kepada kader yang dilakukan atas inisiatif programmer dengan
memanfaatkan sumber daya dari masyarakat dengan melakukan active
case finding pneumonia
c. Penyuluhan mengenai pneumonia dan bedanya dengan batuk 100 hari.
26
8.2 Masalah II
Cakupan pelatihan bagi kader mengenai P2ISPA (pneumonia balita) sebesar
0% dari target 100%.
1. Penyebab masalah :
a. Dana APBD untuk pelatihan kader pneumonia dari Dinas kesehatan
Karawang tidak mencukupi sehingga puskesmas Kutawaluya belum
mendapat kesempatan kembali untuk mendapatkan pelatihan.
2. Penyelesaian masalah :
a. Mengajukan permohonan ke dinas kesehatan Karawang untuk
mendapatkan jadwal pelatihan kader pneumonia untuk puskesmas
kuawaluya di tahun 2015
b. Mengadakan pelatihan mengenai Pneumonia secara umum kepada
kader yang ada atas inisiatif programmer dengan memanfaatkan sumber
daya dari masyarakat.
27
Bab IX
Penutup
9.1 Kesimpulan
Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan pada kegiatan cakupan
penemuan penderita pneumonia balita di Puskesmas kutawaluya periode
Januari 2014 sampai dengan Desember 2014 yaitu:
1. Cakupan penderita pneumonia balita adalah sebesar 58,27%.
2. Cakupan penentuan diagnosis penderita pneumonia balita adalah sebesar 100%.
3. Cakupan pelaksanaan pengobatan penderita pneumonia balita adalah sebesar
100%
4. Jumlah rujukan kasus pneumonia balita tidak ada.
5. Cakupan penyuluhan perorangan dan kelompok adalah sebesar 100%
6. Cakupan pelatihan kader untuk deteksi dini penderita pneumonia balitaadalah
0%.
7. Pencatatan dan pelaporan penderita pneumonia balita dilakukan 100% sesuai
tolok ukur.
28
9.2 Saran
Agar kegiatan cakupan penemuan penderita pneumonia balitadi
Puskesmas Kutawaluya di periode yangakan datang dapat berhasil dan berjalan dengan baik,
maka Puskesmas sebaiknya memperbaiki masalah yang ada dengan penyelesaian masalah
sebagai berikut:
Disarankan kepada Kepala Puskesmas sebagai penanggung jawab program untuk :
1. Bekerja sama dengan programmer bidang lainnya (lintas program) seperti bidang
promosi kesehatan dan bekerja sama dengan aparat desa (lintas sektor) untuk
melaksanakan penyuluhan penanggulangan ISPA khususnya mengenai
pneumonia balita
2. Memberdayakan tenaga kesehatan lainnya contohnya kader di wilayah kerja
Puskesmas Kutawaluya untuk diikut-sertakan dalam kegiatan cakupan
penemuan penderita pneumonia balitasupaya seluruh kegiatan yang
direncanakan dapat direalisasikan.
3. Memotivasi kader pneumonia yang ada agar lebih aktif dalam penjaringan dan
pelaporan kasus pneumonia balita.
4. Membentuk struktur organisasi dan pembagian tugas yang teratur dalam
menjalankan kegiatan cakupan penemuan penderita pneumonia
balitasehingga tiap orang mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-
masing dengan, serta membuat jadwal penyuluhan secara teratur.
5. Mengajukan permohonan pelatihan kader ke dinas kesehatan untuk tahun 2015.
6. Melakukan pelatihan mengenai ISPA/Pneumonia secara umum kepada kader oleh
programmer dengan memanfaatkan sumber daya dari masyarakat.
Apabila saran ini dilaksanakan maka diharapkan masalah tersebut tidak akan terulang
pada pelaksanaan kegiatan cakupan penemuan penderita pneumonia balita di
Puskesmas Kutawaluya pada periode mendatang.
29
Daftar Pustaka
1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pemberantasan Penyakit
Infeksi Saluran Pernafasan Akut untuk Penanggulangan Pneumonia pada Balita.
Ditjen PPM-PLP. Jakarta, 2011.
2. Ministry of Health Republic Indonesia. Demography and health survey. 2012. hal. 99.
3. Depkes RI. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional. Statistik
Penyakit Menular – Ditularkan Melalui Udara. Jakarta: 2013.
4. World Health Organization (WHO). Pengenalan Dini, Pelaporan, dan Manajemen
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi ISPA yang Berpotensi Menimbulkan
Kekhawatiran. Diunduh dari: http://www.who.int/pdf pada tanggal 31 Desember
2014.
5. World Health Organisation(WHO). Millenium development goals, Tujuan 4:
Menurunkan Angka Kematian Anak.
6. Data Pencatatan dan Pelaporan Bulanan Periode Januari 2014 sampai dengan
Desember 2014 Program P2ISPA(Pneumonia) Puskesmas Kutawaluya.
7. Data Demografi UPTD Puskesmas Kutawaluya tahun 2014.
8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Modul tatalaksana standar pneumonia. Jakarta, 2012.
9. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta:2010.
30