Upload
dinhliem
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Faktor-faktor Penentu Konversi HutanMangrove di Kabupaten PasuruanBerdasarkan Perkembangan StrukturRuang
Nuniek Sri Widyanti3607 100 056
PENDAHULUAN
Perkembangan Struktur RuangNo. Kecamatan RUTRD 1990-2010 RTRW 2009 – 2029
Kebijakan Struktur
Tata Ruang
Kegiatan Utama yang
dikembangkan
Kebijakan Struktur Tata
Ruang
Kegiatan Utama yang
dikembangkan
1 Bangil Pusat SSWPBangil
Pertanian Pusat SSWP Bangil perdagangan dan jasa, pendidikan, industri
2 Kraton Wilayah penunjang SSWP Bangil
Pertanian Wilayah PenunjangSSWP Bangil
perdagangan dan jasa, pendidikan, industri
3 Rejoso Wilayah penunjang SSWP Gondang Wetan
Tanaman Pangan Wilayah Penunjang SSWP Gondang Wetan
industri, perikanan, pertanian dan peternakan
4 Lekok Wilayah penunjang SSWP Grati
Peternakan Wilayah Penunjang SSWP Grati
Perikanan, peternakan, Perdagangan dan Jasa, dan Perkebunan
5 Nguling Wilayah penunjang SSWP Grati
Peternakan Wilayah Penunjang SSWP Grati
Perikanan, peternakan, Perdagangan dan Jasa, dan Perkebunan
Konversi Hutan Mangrove di PasuruanPesisir Kabupaten Pasuruan memiliki kesesuaian untuk tanaman mangrove, namun seiring perkembangan struktur ruang Kabupaten Pasuruan ditemui
adanya kegiatan konversi lahan mangrove
Kawasan pantai berhutan bakau di Kabupaten Pasuruan rawan terjadi penebangan liar, alih fungsi lahan, dan pencemaran air laut yang diakibatkan
pembuangan limbah industri. .
Hutan bakau yang rusak di Kabupaten Pasuruan seluas 69,33 persen dari 476 hektare. Seluas 125 hektare rusak berat, 205 hektare rusak ringan, dan hanya
146 hektare yang dalam kondisi bagus
Dampak Konversi Hutan MangroveDari segi ekonomi, konversi hutan mangrove berdampak terhadap penurunan hasil perikanan.
Pada tahun 2006 total produksi perikanan laut sebesar 9.817, 51 ton, pada tahun 2007 menurun menjadi 9541,35 ton dan pada tahun 2008 kembali menurun menjadi 9.409,27 ton
seperti menurunnya kualitas lingkungan pantai, meningkatnya laju pencemaran dan sedimentasi, semakin langkanya sumber benih alam, menyusutnya jumlah dan jenis hasil tangkapan, dan
semakin jauhnya intrusi air laut ke daratan
Pemerintah (dinas kehutanan, DKP, BLH) melakukan program rehabilitasi mangrove . Namun
upaya yang telah dilakukan kurang berhasi
Upaya yang pernahdilakukan
Pertanyaan Penelitian:Apa Saja Faktor-faktor Penentu Konversi Hutan Mangrove di
Kabupaten Pasuruan Berdasarkan Perkembangan StrukturRuang?
Konversi hutan mangrove berdampak terhadap penurunan hasil perikanan danterganggunya ekosistem di pesisir. Konversi hutan mangrove sudah terjadi
sejak tahun 1990 hingga saat ini seiring dengan perkembangan struktur ruang. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh
perkembangan struktur ruang terhadap konversi hutan mangrove di KabupatenPasuruan.
Menganalisis karakteristik konversi hutan mangrove di Kabupaten Pasuruan.
Menganalisis model konversi hutan mangrove diKabupaten Pasuruan berdasarkan perkembangan
struktur ruang.
Simulasi model untuk mencari faktor-faktorkonversi hutan mangrove di Kabupaten Pasuruan
berdasarkan perkembangan struktur ruang.
merumuskan faktor-faktor penentu konversihutan mangrove di Kabupaten Pasuruan
berdasarkan perkembangan struktur ruang.
Ruang Lingkup Wilayah
Wilayah penelitian adalah kecamatan-kecamatan di pesisir Kabupaten Pasuruan yang terdiri dari 5 kecamatan antara lain; Kecamatan Bangil, Kraton, Rejoso, Lekok, dan Nguling (Gambar 1.1) dengan batas-batas administrasi sebagai berikut:
• Sebelah Utara : Selat Madura dan Kabupaten Sidoarjo• Sebelah Barat : Kecamatan Beji, Gempol, Kabupaten Mojokerto • Sebelah Selatan : Kecamatan Rembang, Wonorejo, Gondangwetan, Grati, Kejayan• Sebelah Timur : Kabupaten Probolinggo.
Peta Orientasi Wilayah Penelitian
Simulasi model untuk mencarifaktor-faktor penentu konversihutan mangrove di Kabupaten
Pasuruan berdasarkanperkembangan struktur ruang
• Konversi hutan mangrove di Kabupaten Pasuruan telah terjadi sejaktahun 1990 dan mencapa lebih dari 60 % dari total luas hutan mangrove
•Upaya yang ada belum memberikan hasil optimal
•Konversi hutan mangrove berdampak terhadap penurunan hasil perikanan danterganggunya ekosistem di pesisir
Konversi hutan mangrove di Kabupaten Pasuruan menjadi kawasan budidaya berdampak pada terganggunya keseimbangan ekosistem kawasan pesisir serta penurunan hasil perikanan. Konversi hutan mangrove sudah terjadi sejak tahun
1990 hingga saat ini seiring dengan perkembangan struktur ruang.
Faktor-faktor Penentu Konversi Hutan Mangrove di KabupatenPasuruan Berdasarkan Perkembangan Struktur Ruang
Menganalisiskarakteristik
konversi hutanmangrove di pesisirKabupaten Pasuruan
Tujuan Penelitian: Mendapatkan merumuskan faktor-faktor penentu konversi hutanmangrove di Kabupaten Pasuruan berdasarkan perkembangan struktur ruang
Latar belakang
Rumusan masalah
HasilPenelitian
Apa saja faktor-faktor penentu konversi hutan mangrove di Kabupaten Pasuruan berdasarkan perkembangan struktur ruang?
Pertanyaan penelitian
Menganalisis model konversi hutan
mangrove di KabupatenPasuruan berdasarkan
perkembangan strukturruang.
TINJAUAN PUSTAKA
SINTESA TEORIIndikator Karakterisitik Konversi Hutan Mangrove• Luas perubahan konversi hutan mangrove
Luasan perubahan pemanfaatan lahan mangrove sebagai kawasanlindung menjadi kawasan budidaya
• Laju perubahan konversi hutan mangrove
Kecepatan perubahan penggunaan lahan dari hutan mangrove sebagai kawasan lindung menjadi kawasan budidaya
• Jenis perubahan konversi hutan mangrove
Jenis perubahan konversi hutan mangrove di kawasan pesisirsangat mempengaruhi dampak yang timbul terhadap keberlanjutanhutan mangrove.
SINTESA TEORIIndikator Faktor-faktor Penentu Konversi Hutan Mangrove di
Kabupaten Pasuruan Berdasarkan Perkembangan StrukturRuang Terhadap
• Kebijakan struktur ruang wilayah Kebijakan strukur ruang wilayah meliputi pusat kegiatan dan fungsi kegiatan yang ditetapkan.
• Perkembangan infrastrukturPerkembangan infrastruktur meliputi perkembangan ketersediaan infrastruktur berupa jaringan jalan, listrik, dan air
Gambar 2.2
Struktur Ruang
Fungsi Kegiatan Pusat Kegiatan Infrastruktur
Pola Ruang
Konversi
KONSEPTUALISASI TEORI
Teori Perubahan
Pemanfaatan Lahan
KonversiHutanMangrove
KarakteristikKonversiHutan Mangrove :• Luas perubahanhutanmangrove
•Laju kecepatan perubahan•Jenis konversi hutanmangrove
Teori EkosistemHutan Mangrove
PenyebabPerubahan
PemanfaatanLahan
Teori StrukturRuang
Faktor-faktor Penentu Konversi Hutan Mangrove
di Kabupaten Pasuruan
berdasarkan Perkembangan Struktur Ruang
Indikator Faktor-faktor Penentu Konversi Hutan Mangrove di Kabupaten Pasuruan Berdasarkan Perkembangan Struktur Ruang Terhadap:- Kebijakan Struktur Ruang Wilayah- Perkembangan Infrastruktur
METODE PENELITIAN
• Pendekatan Rasionalistik• Pendekatan ini biasanya dengan menggunakan metode
theoretical analytic dan empirical analytic yakni dengan menggunakan teori-teori yang digunakan untuk melakukan analisis dan menggambarkan/analisa untuk mendapatkanpengaruh perkembangan struktur ruang terhadap konversilahan mangrove di Kabupaten Pasuruan
PendekatanPenelitian
• Jenis penelitian yang digunakan dalampenelitian ini adalah jenis penelitiankausal dan deskriptif
JenisPenelitian
Variabel-variabel analisiskarakteristik konversi hutan mangrove
No. Variabel Definisi operasional
1 Luas perubahanhutan mangrove
Luas mangrove yangberubah (berkurang),dengan satuan Ha
2 Laju kecepatanperubahanhutan mangrove
Kecepatan perubahanyang terjadi pada hutanmangrove, dengan satuanHa/tahun
3 Jenis perubahanhutan mangrove
Lokasi penggunaan lahanhutan mangrove danperubahannya
Variabel-variabel AnalisaFaktor-faktor Penentu dari Model Konversi Hutan Mangrove di Kabupaten
Pasuruan Berdasarkan Perkembangan Struktur RuangNo. Variabel Sub Variabel Jenis Variabel Definisi operasional Kategori
1 Luas perubahan hutan mangrove
Dependen luasan perubahan hutan mangrove tahun 2003-2010
--
2 Kebijakan Struktur Ruang
Pusat Kegiatan Independen Sistem pusat pelayanan yangditetapkan
(1) PKL(2) PPK(3) PKW(4) PKN
Perkembang-anFungsi Kegiatan
Independen Perubahan fungsi kegiatanstruktur ruang RUTRD 1990-2010 dengan RTRW 2009-2029
(1) Pertanian →industri, perdagangan dan jasa(2)Tanaman Pangan → industri, perikanan(3) Peternakan →perikanan, perdagangan dan jasa
3 Perkembang-anInfrastruktur
Perkembang-anJaringan Jalan
Independen panjang perkembangan jaringanjalan tahun 2003-2010
--
Perkembang-anJaringan air
Independen Perkembangan distribusi airtahun 2003-2010
--
Perkembang-anJaringan listrik
Independen Perkembang distribusi listriktahun 2003-2010
--
No. Data Sumber Data Instansi1 Luas hutan mangrove di
pesisir Kabupaten Pasuruan 8tahun terakhir dan upayareboisasi hutan mangrove
Penyusunan Perencanaan dan Pengelolaan Kawasan Pesisir Kabupaten Pasuruan tahun 2009
• Dinas Kelautan dan Perikanan Kab.Pasuruan
• Dinas Kehutanan KabupatenPasuruan
• Badan Lingkungan HidupKabupaten Pasuruan
• Bappeda Kabupaten Pasuruan
2 Peta persebaran hutanmangrove di pesisirKabupaten Pasuruan
RTRW Kabupaten Pasuruan tahun2003, RTRW Kabupaten Pasuruan2009, Penyusunan Perencanaan dan Pengelolaan Kawasan Pesisir Kabupaten Pasuruan tahun 2009, peta guna lahan time series
• Bappeda Kabupaten Pasuruan• Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Pasuruan
3 Perkembangan infrastrukturjaringan jalan
Data panjang jaringan jalan per kecamatan tahun 2003 - 2010
• Dinas PU Bina Marga KabupatenPasuruan
• Dinas PU Bina Marga Provinsi JawaTimur
4 Perkembangan infrastruktur jaringan listrik
Data distribusi listrik per kecamatan tahun 2003 - 2010
• PLN Kabupaten Pasuruan
5 Perkembangan infrastruktur jaringan PDAM
Data distribusi air PDAM per kecamatan tahun 2003 – 2010
• PDAM Kabupaten Pasuruan
No. Sasaran Penelitian Input data Teknik Analisa Output
1 Analisa karakteristik konversihutan mangrove
Variebel karakteristik konversihutan mangrove:• Luas perubahan hutan
mangrove• Laju percepatan perubahan
lahan• Jenis Perubahan Lahan
• Dekriptifkuantitatif
• Teknikoverlay
Karakteristik konversihutan mangrove
2 Analisa faktor-faktor penentu darimodel konversi hutan mangrovedi Kabupaten Pasuruanberdasarkan perkembanganstruktur ruang
• Variabel dependent (Y): luasperubahan hutan mangrove
• Variabel independent (X):- perkembangan fungsi kegiatan-perkembangan jaringan jalan-perkembangan fungsi kegiatan- perkembangan jaringan listrik- perkembangan jaringan air
Analisa Regresi
Model konversi hutanmangrove di KabupatenPasuruan berdasarkan
struktur ruang
3 Simulasi model untuk mencarifaktor-faktor penentu konversihutan mangrove di KabupatenPasuruan berdasarkanperkembangan struktur ruang
Model Konversi Hutan Mangrovedi Kabupaten PasuruanBerdasarkan PerkembanganStruktur Ruang
Deskriptifkuantitatif
Faktor-faktor penentukonversi hutan mangrove diKabupaten Pasuruanberdasarkan struktur ruang
Analisis HasilStudi
LiteraturPerumusanMasalah
TeoriPerubahan
PemanfaatnLahan
• Analisa deskriptifkuantitatif• overlay
EkosistemMangrove
Teori StrukturRuang
cKonversi
HutanMangrove
PenyebabPerubahan
PemanfaatanLahan
Variabel karakteristik
konversi hutan mangrove:
- jenis konversi hutan mangrove - luas perubahan hutan mangrove- Laju konversi hutan mangrove
Karakteristik konversi hutan
mangrove
Variabel Model Konversi Hutan Mangrove di Kabupaten Pasuruan Berdasarkan Perkembangan Struktur Ruang : • perkembangan fungsi
kegiatan
• pusat kegiatan
• perkembangan jaringan jalan
• perkembangan fungsi jalan
• perkembangan jaringan listrik
• perkembangan jaringan air
Simulasi Model untuk mencari Faktor-faktor Konversi Hutan
Mangrove di Kabupaten Pasuruan Berdasarkan
Perkembangan Struktur Ruang
Faktor-faktor Penentu
Konversi Hutan Mangrove
Berddasarkan Perkembangan Struktur Ruang
analisaregresi
Konversi hutan mangrove di Kabupaten Pasuruan menjadi kawasan budidaya berdampak pada terganggunya keseimbangan ekosistem kawasan pesisir serta penurunan hasil perikanan.
Konversi hutan mangrove seiring dengan perkembangan stuktur ruang dari tahun 1990 – 2010 dan upaya pemerintah dalam mengurangi konversi hutan mangrove kurang berhasil.
Model Konversi Hutan Mangrove di Kabupaten Pasuruan Berdasarkan
Perkembangan Struktur Ruang
Hasil & Pembahasan
Gambaran Umum
Penggunaan Lahan
Ekosistem Hutan Mangrove
• Jenis Mangrove :▫ Api-api (Avicennia marina)▫ Bakau merah (Rhizopora
stylosa)▫ Prapat ( Sonneratia alba)▫ Tinjang (Bruguiera
gymnorrhiza
NoLuas (Ha) / banyaknya
(batang)Lokasi
TahunPelaksanaan
Instansi
1 20.000 batang DesaPenunggul,
Nguling2006
Badan Lingkungan Hidup
2 40.000 batang Desa Jarangan, Rejoso 2007
Badan Lingkungan Hidup
3 17.500 batang Nguling2008
Badan Lingkungan Hidup
4 10.000 batang Desa Jarangan, Rejoso 2008
Badan Lingkungan hidup
5 50 Ha Seluruh desa di pesisir 2009
Dinas Kehutanan
6 15.000 batang jenis api-api
Kecamatan Rejoso dan
Kraton2009
Dinas Kelautan dan Perikanan
7 150.000 batang jenis tinjang dan api-api
Seluruh desa di pesisir 2009
Badan Lingkungan Hidup
8 10.000 batang Desa Penunggul,
Nguling2009
Pemkab, CSR Danone Aqua
9 2.500 batang Desa Mlaten, Nguling 2009
Pemkab, CSR Danone Aqua
Upaya Reboisasi:
Ekosistem Hutan Mangrove
• Luasan Eksisting Hutan Mangrove Tahun 2003, 2008, 2010luasan hutan mangrove Kabupaten Pasuruan cenderung menurun. Pada tahun 2003 - 2008 terjadi penurunan hutan mangrove seluas110 ha. Kemudian pada tahun 2008 – 2010 menurun kembali seluas169,53 ha
No KecamatanLuas Eksisting (Ha)
2003 2008 20101 Bangil 328,4 27,2 1.942 Kraton 126,9 66 81.193 Rejoso 43,5 111 32.044 Lekok 38,5 33 30.85 Nguling 13 173,8 95,5
Total 550,71 441 241,47
Eksisting Hutan Mangrove 2003
Ekosistem Hutan Mangrove 2009
Analisa Karakteristik KonversiHutan Mangrove
Karakteristik Konversi Hutan Mangrove
Luasan Perubahan Hutan Mangrove
No Kecamatan
Luas Eksisting (Ha) Luas Penurunan (Ha)
2003 2008 2010 Periode 1
Periode2
1 Bangil 328,4 27,21.94
- 301,22 - 25,26
2 Kraton 126,9 66 81.19 - 60,93 15,193 Rejoso 43,5 111 32.04 67,47 - 78,964 Lekok 38,5 33 30.8 - 5,6 - 2,25 Nguling 13 173,8 95,5 160,56 - 78,3
Total 550,71 441 241,47 - 139,71 - 169,53
Karakteristik Konversi HutanMangrove
• Kecepatan PerubahanPada periode 1 tingkat perubahan laju kecepatan perubahan hutan mangrove terbagi menjadi 3
kelompok yaitu; (1) kelompok tingkat perubahan kategori lambat tanpa disertai adanya penambahanluasan hutan mangrove yaitu Kecamatan Lekok, (2) kelompok tingkat perubahan kategori lambat disertaiadanya penambahan luasan hutan mangrove yaitu Kecamatan Nguling dan Rejoso, dan (3) kelompoktingkat perubahan kategori cepat di Kecamatan Bangil dan Kraton.
Pada periode 2 tingkat perubahan didominasi kategori lambat dan hampir semua kecamatanmengalami penurunan luasan hutan mangrove kecuali Kecamatan Kraton
Keterangan Tingkat Kecepatan
Vi > Vrata-rata CepatVrata-rata > Vi > 0 Lambat
Vi = 0 Tetap
No KecamatanKecepatan Perubahan (Ha) Tingkat Perubahan
V1 (Ha/tahun)V2
(Ha/tahun)Periode
1Periode 2
1 Bangil - 60,24 - 12,63 Cepat Lambat
2 Kraton - 12,19 7,6 Cepat Lambat
3 Rejoso 13,49 - 39,48 Lambat Lambat
4 Lekok - 1,12 - 1,1 Lambat Lambat
5 Nguling 32,11 - 39,15 Lambat Lambat
Peta Perubahan Hutan Mangrove
Karakteristik Konversi HutanMangrovePeta Perubahan Hutan Mangrove di
Kecamatan Bangil dan Kraton
Karakteristik Konversi Hutan MangrovePeta Perubahan Hutan
Mangrove diKecamatan Rejoso,
Lekok, Nguling
Karakteristik Konversi HutanMangrove
Kec. Bangil Kec. Kraton Kec. Rejoso Kec. Lekok Kec, Nguling
Luas Perubahan hutan mangrovePada periode 1 dan 2 mengalami penurunan luasan hutan mangrove
Pada periode 1mengalamipenuruna luasandan pada periode 2mengalamipenambahanluasan
Pada periode 1mengalamipenambahanluasan dan padaperiode 2mengalamipenurunan luasan
Pada periode 1dan 2 mengalamipenurunan luasan
Pada periode 1mengalamipenambahanluasan dan padaperiode 2mengalamipenurunan luasan
Kecepatan Perubahan Hutan MangroveKecepatanperubahan lambat
Kecepatanperubahan lambat
Kecepatanperubahan lambat
Kecepatanperubahan lambat
Kecepatanperubahan lambat
Jenis Perubaha Hutan MangroveDidominasiperubahanmenjadi tambak
Didominasiperubahan menjaditambak
Didominasiperubahan menjaditambak
Didominasiperubahanmenjadi tambak
Perubahan menjadipermukiman
Analisa Faktor-faktor Penentudari Model Konversi HutanMangrove di KabupatenPasuruan BerdasarkanPerkembangan Struktur Ruang
Model Luas Perubahan Hutan Mangrove dengan PusatKegiatan
• Koefisien regresi X sebesar - 330,78 menyatakan bahwa adanya hubungan linier negatif antara pusat kegiatan dengan luas perubahanhutan mangrove, dimana kenaikan per skala pusat kegiatan akan menyebabkan luas penurunan hutan mangrove sebesar 330,783 Ha.
No Hasil Nilai
1 R square 0,907
2 Signifikansi 0,012
3 Model Y= 335,09 - 330,78 X
Model Luas Perubahan Hutan Mangrove denganPerkembangan Fungsi Kegiatan
Berdasarkan hasil analisis regresi linier dengan nilai alpha 5 persen diketahuibahwa fungsi kegiatan tidak berpengaruh terhadap luas perubahan hutanmangrove di Kabupaten Pasuruan.
No Hasil Nilai
1 R square 0,5502 Signifikansi 0,453 Model Y= 174,62 X1 + 223,339 X2 - 186,108
Model Luas Perubahan Hutan Mangrove dengan PerkembanganJaringan Jalan
Persamaan regresi tersebut memiliki arti koefisien regresi X sebesar -13,7menyatakan bahwa adanya hubungan linier negatif antara perkembanganjaringan jalan dengan perubahan luasan hutan mangrove, di mana perubahan 1km dari nilai X (perkembangan jaringan jalan) akan menyebabkan penurunanluas hutan mangrove sebesar 13,7 Ha.
No Hasil Nilai
1 R-square 0,784
2 Signifikansi 0,046
3 Model Y= 460.23 – 13,17 X
Model Luas Perubahan Hutan Mangrove dengan PerkembanganJaringan Air
Persamaan regresi tersebut memiliki arti koefisien regresi X sebesar 0,001 menyatakan bahwa adanya hubungan linier negatif antara perkembanganjaringan air dengan konversi hutan mangrove, di mana perubahan 1 m3 dari nilai X (perkembangan jaringan air) akan menyebabkan penuruan luasan hutanmangrove sebesar 0,001 Ha.
No Hasil Nilai1 R square 0,9122 Signifikansi 0,0113 Model Y= 62,445 - 0,001X
Model Luas Perubahan Hutan Mangrove denganPerkembangan Jaringan Listrik
Persamaan regresi tersebut memiliki arti koefisien regresi X sebesar -0,26 menyatakan bahwa adanya hubungan linier negatif antara perkembangan jaringan listrik dengan luasperubahan hutan mangrove mangrove, di mana perubahan 1 Kw dari nilai X (perkembangan jaringan listrik) akan menyebabkan penurunan luas hutan mangrove sebesar: 0,26 Ha.
No Hasil Nilai
1 R square 0,932
2 Signifikansi 0,008
3 Model Y= 44.237 – 0.26 X
Model Konversi Hutan Mangrove BerdasarkanPerkembangan Struktur Ruang
No.Faktor-faktor penentu KonversiHutan Mangrove BerdasarkanPerkembangan Struktur Ruang
R2 Model
1 Pusat kegiatan 0,907 Y = 335,09 - 330.783 X
2 Perkembangan Jaringan Jalan 0,784 Y= 460.23 – 13,17 X
3 Perkembangan Jaringan Air 0,912 Y= 62,445 - 0,001X
4 Perkembangan Jaringan Listrik 0,932 Y= 44.237 – 0,26 X
Simulasi Model Konversi HutanMangrove di Kabupaten PasuruanBerdasarkan PerkembanganStruktur Ruang
Simulasi Model Konversi Hutan Mangrove di KabupatenPasuruan Berdasarkan Faktor Pusat Kegiatan
Berdasarkan hasil simulasi didapatkan semakin tinggi kenaikan skala pusatkegiatan semakin besar luas penurunan hutan mangrove. Apabila skala pusat
kegiatan tetap persentase perubahan sama dengan 0 atau mendekati 0. Apabila skala pusat kegiatan diturunkan luas konversi akan berkurang atau
terjadi peningkatan luasan hutan mangrove.
No. Kecamatan Luas EksistingPerubahan
HutanMangrove (Ha)
Persentaseperubahan (%) jikasebagai PKW (Y= -
657,259 Ha)
Persentaseperubahan (%) jikasebagai PKL (Y= -
326,476 Ha)
Persentaseperubahan (%)
jika sebagai PPK (Y= 4,307 Ha)
1 Bangil - 326.48 - 3.3 % - 0 % 3.3 %
2 Kraton - 45.74 - 6.1 % - 2.8 % 0.5 %3 Rejoso - 11.49 - 6.5 % - 3.1 % 0.2 %4 Lekok - 7.80 - 6.5 % - 3.2 % 0.1 %5 Nguling 82.26 - 7.4 % - 4.1 % - 0.8 %
Simulasi Model Konversi Hutan Mangrove di KabupatenPasuruan Berdasarkan Faktor Perkembangan Jaringan Jalan
Berdasarkan hasil simulasi didapatkan persentase perubahan terbesar diKecamatan Bangil. Sesuai kondisi eksisting Kecamatan Bangil memiliki
perkembangan panjang jaringan jalan yang lebih pesat dibandingkankecamatan lain. Semakin panjang jaringan jalan, konversi hutan mangrove
cenderung akan semakin besar.
No. Kecamatan Luas EksistingKonversi HutanMangrove (Ha)
Luas PrediksiKonversi HutanMangrove (Ha)
PersentasePerubahan (%)
1 Bangil - 326,48-1224.57 -9.0
2 Kraton - 45,74-435.6735 -3.9
3 Rejoso - 11,49-455.2167 -4.4
4 Lekok - 7,80-435.0301 -4.3
5 Nguling 82,26-286.9515 -3.7
Simulasi Model Konversi Hutan Mangrove di Kabupaten PasuruanBerdasarkan Faktor Perkembangan Jaringan Air
• Berdasarkan hasil simulasi didapatkan persentase perubahan terbesar diKecamatan Bangil. Sesuai kondisi eksisting Kecamatan Bangil memilikiintensitas distribusi air PDAM tertinggi, sedangkan Kecamatan Lekokmemiliki distribusi air paling rendah. Berdasarkan hasil simulasi didaptkanSemakin tinggi perkembangan distribusi air PDAM (jaringan air PDAM), luaspenurunan hutan mangrove semakin tinggi (konversi hutan mangrove).
No. Kecamatan Luas EksistingKonversi HutanMangrove (Ha)
Luas PrediksiKonversi HutanMangrove (Ha)
PersentasePerubahan
(%)
1 Bangil - 326,48 -1178.9595 -8.52 Kraton - 45,74 -599.637 -5.53 Rejoso - 11,49 -158.249 -1.54 Lekok - 7,80 -37.555 -0.35 Nguling 82,26
-222.287 -3.0
Simulasi Model Konversi Hutan Mangrove di Kabupaten PasuruanBerdasarkan Faktor Perkembangan Jaringan Listrik
Berdasarkan hasil simulasi didapatkan persentase perubahan terbesar di KecamatanBangil. Sesuai kondisi eksisting Kecamatan Bangil memiliki distribusi listrik terbesar.Semakin besar perkembangan distribusi listrik, semakin tinggi luas perubahan hutanmangrove dan potensi konversi hutan mangrove.
No. Kecamatan Luas EksistingKonversi HutanMangrove (Ha)
Luas PrediksiKonversi HutanMangrove (Ha)
PersentasePerubahan
(%)
1 Bangil - 326,48 -431.10 -7.62 Kraton - 45,74 -48.94 -0.93 Rejoso - 11,49 7.25 0.24 Lekok - 7,80 24.86 0.35 Nguling 82,26 10.77 -0.7
• Faktor Pusat KegiatanPusat kegiatan merupakan skala pelayanan pusat kegiatan perkotaan yang telah ditetapkan diKabupaten Pasuruan. Berdasarkan hasil analisa didapatkan semakin tinggi skala pusatpelayanan semakin besar penurunan luasan hutan mangrove di wilayah penelitian. Denganmeningkatnya skala pelayanan pusat kegiatan maka kebutuhan akan fasilitas dan utilitas,tingkat aktivitas dan mobilitas pun akan semakin tinggi pula. Hal ini mendorong adanyakebutuhan akan lahan yang tinggi, sehingga ada kecenderungan konversi lahan. Konversilahan di kecamatan pesisir Kabupaten Pasuruann berupa konversi lahan mangrove.
• Faktor Jaringan JalanPerkembangan kegiatan pada suatu wilayah bisa dilihat dari perkembangan jaringan jalan,semakin tinggi perkembangan jaringan jalan di suatu wilayah semakin tinggi tingkataksesbilitas di wilayah tersebut. Hal ini yang memicu konversi lahan karena kebutuhan lahanyang tinggi.
• Faktor Jaringan Air dan Faktor Jaringan Listrik (utilitas)Jaringan air dan jaringan listrik merupakan elemen fisik ruang/kota yang berfungsimenghubungkan fungsi utama dengan pusat kegiatan. Dengan adanya pertambahandistribusi jaringan air dan distribusi listrik hal ini mengindikasikan adanya pertambahanpenduduk, pertambahan penduduk mengindikasikan adanya perkembangan kegiatan padawilayah tersebut. Perkembangan kegiatan dan perkembangan penduduk mengakibatkankebutuhan akan lahan semakin tinggi sehingga ada kecenderungan mengkonversi lahan-lahan tidak terbangun seperti kawasan hutan mangrove. Sehingga semakin jaringan air danlistrik berkembang di suatu wilayah, maka akan mendorong konversi hutan mangrove diKabupaten Pasuruan menjadi semakin tinggi.
Kesimpulan dan Saran
TERIMA KASIH
Kesimpulana. Kecamatan Bangil mengalami penurunan luasan hutan mangrove pada periode 1 dan 2,
kecepatan perubahan lambat, dan jenis perubahan menjadi tambak. Kecamatan Kratonmengalami penurunan luasan hutan mangrove pada periode 1 dan pada periode 2 mengalamipenambahan luasan mangrove, kecepatan perubahan lambat, dan jenis perubahan menjaditambak. Kecamatan Rejoso mengalami penambahan luasan mangrove pada periode 1 danpenurunan luasan pada periode 2, kecepatan perubahan lambat, dan jenis perubahan menjaditambak. Kecamatan Lekok mengalami penurunan luasan hutan mangrove pada periode 1 dan2, kecepatan perubahan lambat, dan jenis perubahan menjadi tambak. Kecamatan Rejosomengalami penambahan luasan mangrove pada periode 1 dan penurunan luasan pada periode2, kecepatan perubahan lambat, dan jenis perubahan menjadi permukiman.
b. Faktor-faktor penentu konversi hutan mangrove berdasarkan perkembanganstruktur ruang adalah pusat kegiatan, perkembangan jaringan air, perkembanganjaringan jalan, dan perkembangan jaringan listrik.
Rekomendasi
RekomendasiHasil penelitian ini dapat dipergunakan oleh pemerintah sebagai bahan masukandalam pengendalian konversi hutan mangrove di Kabupaten Pasuruan.
Rekomendasi Penelitian Lanjutan• Perlu penelitian lebih lanjut dengan cakupan wilayah yang lebih mikro
(lingkup desa).• Penelitian lebih lanjut untuk faktor-faktor penentu konversi lahan selain
hutan mangrove berdasarkan perkembangan struktur ruang. • Perlu penelitian lanjutan untuk menentukan arahan pengendalian konversi
hutan mangrove di wilayah studi.