147
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA PENGRAJIN SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL (PIK) PENGGILINGAN KECAMATAN CAKUNG TAHUN 2013 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Disusun Oleh: AHMAD RIFQI FUADY NIM: 109101000076 PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2013 M

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA PENGRAJIN

SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL (PIK)

PENGGILINGAN KECAMATAN CAKUNG

TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

(SKM)

Disusun Oleh:

AHMAD RIFQI FUADY

NIM: 109101000076

PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS

KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1434 H / 2013 M

Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

ii

Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

iii

Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tangerang Selatan , Agustus 2013

Ahmad Rifqi Fuady

Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

iii

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Skripsi, Agustus 2013

Ahmad Rifqi Fuady, NIM : 109101000076

Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders

(MSDs) pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK)

Penggilingan Kecamatan Cakung Tahun 2013.

xvi + 105 halaman, 16 tabel, 2 bagan, 11 gambar, 5 lampiran

ABSTRAK

Musculoskeletal Disorders (MSDs) adalah sekelompok kondisi patologis

yang mempengaruhi fungsi normal dari jaringan halus sistem musculoskeletal yang

mencakup syaraf, tendon, otot, dan struktur penunjang seperti discus intervertebral.

MSDs umumnya terjadi karena faktor pekerjaan, faktor individu (usia, masa kerja,

status merokok, dan IMT), dan faktor lingkungan (Suhu dan Pencahayaan). Aktifitas

pembuatan sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK), memiliki potensi untuk

kejadian MSDs pada pekerjanya. Berdasarkan hasil studi pendahuluan menggunakan

kuesioner Nordic Body Map yang melibatkan 12 responden, ditemukan 83%

responden mengalami Musculoskeletal Disorders (MSDs).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada pengrajin sepatu di

Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan kecamatan Cakung. Penelitian

dilakukan pada bulan Mei – Juli 2013, dengan Jenis penelitian kuantitatif dan

menggunakan desain Cross Sectional Study. Pada penelitian ini, peneliti

menggunakan total sempel yaitu berjumlah 63 pengrajin. Untuk pengumpulan data,

peneliti menggunakan kuesioner (Data Individu), Nordic Body Map (Data Keluhan

MSDs, bersifat subjektif), WBGT Quest Temp 36 (data Suhu), dan Luksmeter

costom Luks -204 (Data Pencahayaan). Analisis uji statistik menggunakan uji Chi-

Square, T-test independent dan Mann Whitney dengan CI 95% dan alpha 5%.

Pada penelitian ini, dari 63 responden pengrajin sepatu diperoleh 29

responden (46 %) mengalami MSDs berat dan sebanyak 34 responden (54 %)

mengalami MSDs ringan. Secara statistik faktor pekerjaan berhubungan dengan

MSDs pada pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan

Kecamatan Cakung (P=0,003). Faktor lainnya tidak memiliki hubungan secara

statistik, yaitu faktor : Individu (usia, masa kerja, status merokok, dan IMT), dan

Faktor Lingkungan (Suhu dan Pencahayaan). Peneliti selanjutnya disarankan dapat

melakukan diagnosis secara klinis untuk mengetahui kejadian MSDs, serta meneliti

variabel-variabel lain yang kemungkinan memiliki hubungan dengan kejadian MSDs,

Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

iv

seperti variabel jenis kelamin, kesegaran jasmani, kekuatan fisik, getaran dan

psikososial (kepuasaan kerja, stress dan organisai kerja).

Kata kunci : Musculoskeletal Disorders (MSDs), Faktor Pekerjaan.

Daftar bacaan : (46)1979-2013

ISLAMIC STATE UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

Undergraduate thesis, August 2013

Ahmad Rifqi Fuady, NIM : 109101000076

FACTORS ASSOCIATED WITH MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDS)

COMPLAINTS ON CRAFTSMAN SHOES IN PERKAMPUNGAN INDUSTRI

KECIL (PIK) PENGGILINGAN, CAKUNG DISTRICT IN 2013.

xvi + 105 pages, 16 tables, 2 charts, 11 images, 5 attachments

ABSTRACT

Musculoskeletal Disorders (MSDs) is a group of pathological conditions that

affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system that includes the

nerves, tendons, muscles, and supporting structures such as intervertebral discus.

Generally, MSDs occurs because of occupational factors, individual factors (age,

years of service, smoking status, and BMI), and environmental factors (temperature

and lighting). Shoe manufacturing activity in Perkampungan Industri Kecil (PIK), has

the potential of MSDs incidents for worker. Based on the results of preliminary

studies using Nordic Body Map questionnaire involving 12 respondents, was found

83% of respondents suffered Musculoskeletal Disorders (MSDs).

The purpose of this study was to determine the factors are related

Musculoskeletal Disorders (MSDs) in the shoe craftsmen in Perkampungan Industri

Kecil (PIK) at penggilingan village, Cakung district. the research was conducted in

May-July 2013. The type of research is a quantitative research using a cross sectional

study design. In this study, the researchers used a total sample amounted to 63

craftsmen. Data collection using questionnaires, Nordic Body Map, WBGT Quest 36

Temp, and Luksmeter costom Luks -204. Statistical analysis using Chi-Square test,

independent T-test and Mann Whitney with 95% confidence level and alpha 5%.

In this study, of the 63 respondents shoe craftsman obtained 29 respondents

(46%) suffered severe MSDs and as many as 34 respondents (54%) suffered mild

MSDs. Statistically the work factor is related with the MSDs with shoe craftsmen in

perkampungan Industri Kecil (PIK) at Penggilingan Village, Cakung District. Other

factors did not have a statistically relation, ie factors: Individuals (age, duration of

Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

v

work, smoking status, and body mass index), and Environmental Factors

(Temperature and Illumination).

For further research is expected to examine other variables that may have a

significant relations with MSDs were not examined in this study, such as the labor

variables (gender, physical fitness, and physical strength), environmental factors

(vibration) and psychosocial factors (job satisfaction, stress and work organizations).

Keywords : Musculoskeletal Disorders (MSDs), Work Factors.

Reading list : (46) 1979-2012

CURRICULUM VITAE

A. Data Pribadi

Nama : Ahmad Rifqi Fuady

TTL : Ponorogo, 30 September 1991

Alamat : Komplek SMP N 1 Puding Besar, Bangka Belitung

Telp/HP : 0857-1815-8839

Jenis kelamin : Laki-laki

Kebangsaan : Indonesia

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Email : [email protected]

B. Riwayat Pendidikan

2009-Sekarang : Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Program

Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

2006-2009 : MA Sabilul Hasanah Palembang.

2003-2006 : Mts Islamic Centre Bahrul Ulum Sungailiat, Bangka

1997-2003 : SDN 388, Puding Besar

C. Pengalaman Kerja

2011 dan 2012 : Ketua Praktek Belajar Lapangan (PBL) I dan II di

Wilayah Kerja Puskesmas Pondok Jagung.

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

vi

2013 : Kerja Praktek Bidang HSE di PT. Pertamina EP Field

Jatibarang.

D. Pengalaman Organisasi

2010- 2011 : Koordinator Media Komisariat Dakwah Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syaif Hidayatullah

Jakarta

2009-2011 : Anggota Santri Jadi Dokter (SJD) Diknas Palembang.

2008-2009 :Koordinator Lembaga Pengembangan Bahasa MA Sabilul

Hasanah.

E. Pengalaman Kepanitiaan

2013 : Ketua pelaksana Workshop Kesehatan dan Keselamatan

Kerja (K3) “Contractor Safety Management System and

Work Permit”.

2013 : Anggota Pelaksanaan Seminar Profesi K3 “Tanggap

Darurat Gedung Bertingkat” FKIK 2013.

2012 : Ketua Pelaksana rangkaian Kegiatan Hidup Bebas

Hipertensi Pondok Jagung Timur.

F. Seminar dan Pelatihan

2013 : Training Integrated Management System (ISO 9001:

2008, ISO 14001 : 2004 & OHSAS 18001 : 2007).

2013 : Anggota Pelaksanaan Seminar Profesi K3 “Tanggap

Darurat Gedung Bertingkat” FKIK 2013.

2011 : Seminar Profesi K3 „Aman Berkendara”

2012 : Seminar Profesi dengan Tema “Lalai Listrik Waspadalah

Kebakaran”

2012 : Seminar Profesi K3 “Tanggap Darurat, Waspada Banjir”

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

vii

G. Kemampuan Komputer

1. Epi data danSPSS

2. Desain Grafis (Corel Draw, Photoshop, and Ulead Video)

3. Microsoft Office (Word, Excell, Presentation and Project)

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi Allah SWT karena atas sifat

Rahmaan dan Rahiim-Nya, penulis diberi kesehatan dan kemudahan dalam

menjalankan segala aktivitas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Musculoskeletal Disorders

(MSDs) Pada Pengrajin Sepatu Di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan

Kecamatan Cakung Tahun 2013”. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan

kepada Nabi besar kita, Nabi Muhammad SAW juga kepada para keluarganya, para

shahabatnya, para tabi‟ut-tabi‟innya dan kepada para pengikutnya yang senantiasa

dalam kebaikan hingga akhir zaman.

Untuk penyusunan skripsi ini tidak lupa saya ingin mengucapkan banyak

terima kasih kepada berbagai pihak, antara lain :

1. Ayahanda dan Ibunda tercinta, Aminuddin As. dan Mariatul Kibtiyah yang

telah berikhtiar, sabar, dan tawakal dalam mendidik anaknya dan memberi

dukungan serta selalu mendoakan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Prof. DR (hc). Dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

mengabdikan dirinya untuk dunia pendidikan kesehatan.

3. Ibu Ir. Febrianti, M.Si selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat

sekaligus Staf Dosen yang telah dengan sabar mendidik dan mengajarkan

ilmu dan pengetahuan yang berguna bagi masa depan penulis..

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

ix

4. Ibu Yuli Amran, MKM, dan Ibu Minsarnawati, SKM, M.Kes, selaku

pembimbing I dan pembimbing II yang telah bersabar dalam membimbing,

mendukung dan mengizinkan penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi

ini.

5. Ibu Meilani Anwar, Kak Nur Najmi, kak Ica, Kak Iqbal, Kak sekar, dan

Muhammad Fahad yang telah membantu dalam pelaksanaan studi

pendahuluan sehingga mendukung terhadap penyelesaian skripsi ini.

6. Mahasiswa Santri Jadi Dokter Sumatra Selatan 2009 yang telah bersama-sama

berjuang di ibu kota tercinta.

7. Rekan-rekan seperjuangan Kesehatan Masyarakat angkatan 2009, khususnya

rekan-rekan peminatan K3 2009 : Fadil, Defri, Fiqi, Dio, Novan, Reza, Ubay,

Vj, Denisa, Nia, Sandy, Selisca, Lina, Arifah, Diana, Henny, Amel, Desi, dan

Fil, yang telah bersama-sama menuntut ilmu, berdiskusi, menjadi teman yang

baik danmemberi dukungan terhadap penulisan skripsi ini.

Semoga ilmu dan pengetahuan yang telah diajarkan, bimbingan dan petunjuk

yang telah disampaikan serta dukungan yang telah diberikan dari berbagai pihak

terhadap penulis mendapatkan ganjaran pahala dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun skripsi ini.

Tangerang Selatan, Agustus 2013

Penulis

Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................. i

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................... ii

ABSTRAK ........................................................................................................... iii

CURRICULUM VITEA .................................................................................... v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii

DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xv

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 6

C. Pertanyaan Penelitian ......................................................................... 7

D. Tujuan Penelitian................................................................................ 8

1. Tujuan Umum ................................................................................ 8

2. Tujuan Khusus ............................................................................... 8

E. Manfaat Penelitian.............................................................................. 10

1. Manfaat Bagi Pengelola Industri ................................................... 10

2. Manfaat Bagi Peneliti .................................................................... 10

3. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan ................................................ 10

F. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 10

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Ergonomi ............................................................................................ 12

1. Definisi Ergonomi ......................................................................... 12

2. Manfaat Ergonomi ......................................................................... 13

B. Metode Pengukuran Ergonomi ......................................................... 15

1. Metode Rapid Entire Body Assesment (REBA) ............................ 15

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

xi

C. Pengendalian Bahaya Ergonomi ........................................................ 22

D. Musculoskeletal Disorders (MSDs) ................................................. 24

1. Definisi Musculoskeletal Disorders (MSDs) ............................... 24

2. Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) ................................ 25

3. Gejala Musculoskeletal Disorders (MSDs) ................................... 26

4. Dampak Musculoskeletal Disorders (MSDs) ................................ 27

5. Faktor Resiko Musculoskeletal Disorders (MSDs) ....................... 28

E. Kerangka Teori ................................................................................... 41

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangaka Konsep ............................................................................. 43

B. Definisi Operasional ........................................................................... 46

C. Hipotesis Penelitian ............................................................................ 49

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ................................................................................ 50

B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 50

C. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 50

D. Metode dan Tehnik Pengumpulan Data ............................................. 51

E. Instrumen Penelitian ........................................................................... 54

F. Managemen Data................................................................................ 55

1. Pengolahan Data ............................................................................ 55

2. Analisis Data ................................................................................. 56

BAB V HASIL

A. Hasil Analisis Univariat ..................................................................... 59

1. Gambaran Keluhan MSDs pada Pengrajin Sepatu

di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan

Kecamatan Cakung. ..................................................................... 59

2. Gambaran Risiko Pekerjaan pada Pengrajin Sepatu

di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan

Kecamatan Cakung ...................................................................... 61

Page 14: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

xii

3. Gambaran Status Merokok pada Pengrajin Sepatu

di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan

Kecamatan Cakung. ..................................................................... 62

4. Gambaran Usia pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan

Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung. ............. 63

5. Gambaran Indeks Masa Tubuh pada Pengrajin Sepatu

di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan

Kecamatan Cakung. ..................................................................... 64

6. Gambaran lama kerja pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan

Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung ............. 64

7. Gambaran Pencahayaan Area KerjaPengrajin Sepatu

di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan

Kecamatan Cakung. ..................................................................... 65

8. Gambaran Suhu Lingkungan pada Pengrajin Sepatu

di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan

Kecamatan Cakung. ..................................................................... 66

B. Hasil Analisi Bivariat ......................................................................... 67

1. Hubungan Antara Faktor Resiko Pekerjaan dengan Keluhan

MSDs pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri Kecil

(PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung. .................................... 67

2. Hubungan Antara Faktor Jumlah Konsumsi Rokok dengan

Keluhan MSDs pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan

Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung. ............. 68

3. Hubungan Antara Faktor usia dengan Keluhan MSDs pada

Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK)

Penggilingan Kecamatan Cakung................................................ 69

4. Hubungan Antara Faktor Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan

Keluhan MSDs pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan

Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung. ............ 70

5. Hubungan Antara Faktor Lama Kerja dengan Keluhan MSDs

pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK)

Page 15: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

xiii

Penggilingan Kecamatan Cakung................................................ 71

6. Hubungan Antara Faktor Intensitas Cahaya dengan Keluhan

MSDs pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri Kecil

(PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung. .................................... 72

7. Hubungan Antara Faktor Suhu Area Kerja dengan Keluhan

MSDs pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri Kecil

(PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung. .................................... 73

BAB VI PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 75

B. Gambaran Keluhan MSDs pada Pengrajin Sepatu

di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan

Cakung. .............................................................................................. 76

C. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan MSDs pada

Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK)

Penggilingan Kecamatan Cakung. ..................................................... 79

1. Hubungan Antara Resiko Pekerjaan dengan Keluhan MSDs .... 79

2. Hubungan Antara Jumlah Konsumsi Rokok dengan Keluhan

MSDs. .......................................................................................... 86

3. Hubungan Antara Faktor usia dengan Keluhan MSDs. .............. 88

4. Hubungan Antara Faktor Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan

Keluhan MSDs. .......................................................................... 91

5. Hubungan Antara Lama Kerja dengan Keluhan MSDs . ........... 93

6. Hubungan Antara Intensitas Cahaya dengan Keluhan MSDs. .... 95

7. Hubungan Antara Suhu Area Kerja dengan Keluhan MSDs. .... 99

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan............................................................................................. 102

B. Saran ................................................................................................... 105

1. Bagi Perusahaan . .......................................................................... 105

Page 16: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

xiv

2. Bagi Pekerja .................................................................................. 106

3. Bagi Peneliti Berikutnya ............................................................... 106

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 17: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

xv

DAFTAR TABEL

No. Tabel

Judul Tabel

Halaman

2.1 Nilai Ambang Batas Getaran untuk Pemajanan Lengan

dan Tangan Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja

No. 51/KEP/1999

38

5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat

Keluhan MSDs pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan

Industri Kecil (PIK) Penggilingan

Kecamatan Cakung 2013.

59

5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Risiko

Pekerjaan pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan

Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung

2013

61

5.3 Distribusi Responden Berdasarka Status Merokok pada

Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK)

Penggilingan Kecamatan Cakung 2013

62

5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK)

Penggilingan Kecamatan Cakung 2013

63

5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indeks Masa

Tubuh (IMT) Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri

Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung 2013

64

5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Kerja

Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK)

Penggilingan Kecamatan Cakung 2013.

64

5.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Pencahayaan Area Kerja Pengrajin Sepatu

di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan

Kecamatan Cakung 2013.

65

5.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Suhu Area

Kerja Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri Kecil

Page 18: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

xvi

(PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung 2013.

66

5.9 Analisis Hubungan antara Risiko Pekerjaan dengan

Keluhan MSDs pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan

Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung

2013.

67

5.10 Analisis Hubungan Antara Status Merokok dengan

Keluhan MSDs pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan

Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung

2013.

68

5.11 Analisis Hubungan antara Usia dengan Keluhan MSDs

pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri Kecil

(PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung 2013.

69

5.12 Analisis Hubungan antara IMT dengan Keluhan MSDs

pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri Kecil

(PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung 2013.

70

5.13 Analisis Hubungan Antara Lama Kerja dengan Keluhan

MSDs pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri

Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung 2013.

71

5.14 Analisis Hubungan antara intensitas Pencahayaan Area

Kerja dengan Keluhan MSDs pada Pengrajin Sepatu

di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan

Kecamatan Cakung 2013.

72

5.15 Analisis Hubungan antara suhu area kerja dengan

Keluhan MSDs pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan

Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung

2013.

73

Page 19: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

xvii

DAFTAR BAGAN

No. Bagan

Judul Bagan Halaman

2.1 Kerangka Teori. 42

3.1 Kerangka Konsep 45

Page 20: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

xviii

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar

Judul Gambar Halaman

2.1 Postur Janggal Pada Punggung 29

2.2 Postur Janggal Pada Leher 31

4.1 Area Heatstress Monitor WBGT Quest Temp 36 55

4.2 Luksmeter Costom luks 204 55

5.1 Postur Janggal Pengrajin Sepatu di Perkampungan

Industri Kecil (PIK)Penggilingan Kecamatan Cakung

2013

62

6.1 (a) Posisi janggal pada bagian penjahitan bahan, (b)

salah satu contoh desain kursi yang digunakan

pengrajin.

82

6.2 Ilustrasi contoh desain kerja dan sikaf kerja dinamis

(duduk di suatu saat dan berdiri atau duduk-berdiri

pada saat lainnya) (Tarwaka, 2011)

84

6.3 Ilustrasi contoh desain kursi sadel untuk sikaf kerja

duduk disuatu saat dan berdiri atau duduk-berdiri pada

saat lainnya. Ketinggian sadel dapat distel sesuai

dengan ketinggian kaki penggunanya (Tarwaka, 2011)

85

6.4 Kondisi ruang kerja pengrajin Sepatu di

Perkampungan Industri Kecil (PIK)

88

6.5 (a). Ilustrasi Desain Penerangan Umum Di Tempat

Kerja, (b) Ilustrasi Desain Penerangan Lokal Ditempat

Kerja (Tarwaka, 2011)

98

6.6 Ilustrasi penerangan kombinasi di tempat kerja

(Tarwaka, 2011)

98

Page 21: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah Ergonomi dapat diartikan sebagai suatu kajian ilmu, seni dan

penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala

fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun beristirahat dengan

segala kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia baik secara fisik

maupun mental sehingga dicapai suatu kualitas hidup secara keseluruhan yang

lebih baik. Penerapan Ergonomi pada berbagai bidang pekerja merupakan suatu

keharusan, hal ini didasari oleh penelitian yang menunjukkan bahwa setiap

aktifitas atau pekerjaan yang dilakukan, apabila tidak dilakukan secara

Ergonomis akan mengakibatkan ketidaknyamanan, biaya tinggi, kecelakaan dan

penyakit akibat kerja meningkat, performa kerja menurun sehingga berakibat

kepada penurunan efisiensi dan daya kerja (Tarwaka, 2013).

Ergonomi juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mengatur sikap atau postur

kerja, tata cara kerja, perencanaan yang tepat dan pencegahan penyakit akibat

kerja seperti nyeri pinggang dan gangguan Musculoskeletal Disorders (MSDs)

karena pada dasarnya pekerjaan akan mempengaruhi kesehatan dengan berbagai

cara (Pheasant, 1991). Selain itu penerapan Ergonomi, dapat meningkatkan

produktifitas kerja sebesar 10% atau lebih (Kroemer dan Grandjean, 1997).

Page 22: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

2

The Occupational Safety and Health Administration (OSHA) mendefinisikan

MSDs sebagai cidera dan gangguan pada otot, saraf, tendon, ligamen, sendi,

tulang rawan, pembuluh darah, dan cakram tulang belakang. Mereka tidak

termasuk cidera akibat slip, perjalanan, jatuh, atau kecelakaan serupa. Contoh

MSDs adalah termasuk Carpal Tunnel Syndrome, tendonitis, linu panggul.

Penggunaan yang paling umum dari istilah MSDs adalah untuk gangguan tangan,

pergelangan tangan, siku, lengan, atau bahu. Namun, suatu MSDs dapat

mempengaruhi bagian lain dari tubuh seperti leher, punggung, atau bahkan lutut.

MSDs tentunya lebih banyak terjadi pada sektor industri. Risiko juga tinggi

terjadi pada perawat rumah sakit, pekerja sektor transportasi udara,

pertambangan, proses pembuatan makanan, penyamakan kulit dan sektor

pembuatan/manufaktur seperti alat berat, kendaraan, perabotan, alat rumah

tangga, elektronik, tekstil, pakaian, dan sepatu (Susan Stock et.al, 2005).

Menurut Self- Reported Work- Related Illness (SWI) di UK, Melaporkan bahwa

pada tahun 2009-2010 diperkirakan prevalensi 572.000 orang di Inggris

menderita gangguan Musculoskeletal yang disebabkan atau diperburuk dengan

pekerjaannya dimasa lalu.

Laporan perusahaan asuransi terkemuka di U.S menunjukkan peregangan

otot yang berlebihan (overexertion) merupakan penyebab tertinggi kecelakaan

kerja (26%), dengan total kompensasi $13.4 milyar pada tahun 2003 (Tim

Ergoinstitute, 2008). Sementara itu berdasarkan Laporan Kesehatan Dunia

(2002) faktor risiko kerja terhadap penyakit tulang belakang adalah 37%,

Page 23: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

3

sedangkan berdasarkan WA State Fund (2003) penyakit cidera gangguan otot

rangka berhubungan dengan pekerjaan disebabkan oleh kegiatan mengangkat dan

membawa sebesar 32% (Depkes 2007).

Sementara itu di indonesia, penelitian yang dilakukan oleh Nurliah (2012),

pada penelitiannya terkait Analisis Risiko Musculoskeletal Disorders (MSDs)

pada Operator Forklift di PT. LLI, didapatkan angka kejadian MSDs cukup

tinggi, dari semua operator forklift yang menjadi responden, 87% mengalami

MSDs, titik keluhan yang dirasakan antara lain pinggang (65%), leher atas

(60%), leher bawah (60%), punggung (48%) dan bahu kanan (45%). Selain itu

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Zulfiqor (2010) pada Welder di bagian

Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia didapatkan pekerja dengan tingkat keluhan

MSDs ringan sebanyak 58 orang (77,3%) dan keluhan MSDs berat sejumlah 7

orang (9,3%).

Di wilayah Jakarta, pembinaan pengusaha industri kecil untuk meningkatkan

kualitas dan produktivitas telah dilakukan pemerintah melalui pembangunan

suatu tempat usaha industri kecil yang menyediakan sarana usaha, tempat tinggal

serta prasarana penunjang yang memadai dan ramah lingkungan. Salah satu pusat

pengembangan industri kecil yang ada di Jakarta adalah Perkampungan Industri

kecil (PIK) Pulogadung di Panggilingan – Cakung Jakarta Timur, dimana

perkampungan industri kecil (PIK) ini merupakan pusat industri terbesar yang

ada dijakarta, luas area pusat industri ini lebih dari 44 hektar dan memfasilitasi

Page 24: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

4

lebih dari 465 UKM dari 5 sentra produksi dan memiliki lebih dari 6000 tenaga

kerja (Profil perusahaan, 2012).

Dibawah pengelolaan Badan Pengelola Lingkungan Industri dan Pemukiman

(BPLIP) Pulogadung, pengembangan PIK Pulogadung diarahkan menjadi suatu

lingkungan serba lengkap yang mendukung kegiatan industri, niaga dan

pemukiman bagi para pengusaha industri kecil. Sesuai dengan perkembangan

kompetisi bisnis global, BPLIP Pulogadung telah memiliki masterplan

pengembangan PIK Pulogadung dari sebuah kawasan industri dan pemukiman

menjadi sebuah kawasan terpadu yang didalamnya terdapat Areal Wisata Belanja

dan Industri. Pengembangan tersebut menjadikan PIK Pulogadung tidak hanya

sebagai satu-satunya kawasan industri dan pemukiman bagi UKM tetapi juga

sebagai kawasan industri, pemukiman, promosi kebudayaan dan wisata belanja

pertama, unik dan satu-satunya di Indonesia.

Berbagai produk industri kecil telah mampu memenuhi pasar lokal bahkan

beberapa produk telah berhasil menumbus pasar ekspor. Jenis produk yang

dihasilkan dapat dimasukkan kedalam beberapa katagori produk antara lain :

Komoditi Garmen (pakaian jadi), Komoditi Kulit (tas, sepatu, bola), komoditi

Logam (kompor, onderdil), Produk Furniture dan produk aneka komoditi

lainnya.

Home industri sepatu merupakan salah satu contoh komoditi industri rumah

tangga yang cukup di minati oleh warga Perkampungan Industri Kecil (PIK), hal

ini dikarenakan kebutuhan akan sepatu mengalami peningkatan yang cukup

Page 25: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

5

signifikan. Dalam proses pembuatan sepatu yang dilakukan, ada beberapa

kegiatan yang harus dilakukan oleh pengrajin, mulai dari pengukuran,

menggambar pola, menggunting, menjahit, membuat alas, pengeleman dan

finishing. Kegiatan-kegiatan tersebut berpotensi mengakibatkan postur janggal

saat melakukan pekerjaannya.

Postur janggal atau sikap kerja yang tidak alamiah merupakan sikaf kerja

yang menyebabkan posisi-posisi bagian tubuh menjauhi posisi alamiahnya,

misalnya pergerakan lengan pekerja terlalu terangkat, posisi punggung yang

membungkuk, posisi leher mendongak keatas, dan posisi-posisi tidak Ergonomis

lainnya (Tarwaka, 2013). Ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan

dengan sikap kerja tubuh dalam melakukan pekerjaan. Dalam bekerja hendaknya

pekerjaan dilakukan dalam sikap duduk atau berdiri secara bergantian, posisi

punggung tegak lurus, selain itu semua sikap tubuh yang tidak alami harus

dihindari, seandainya hal ini tidak memungkinkan, hendaknya diusahakan agar

beban statik diperkecil (Anies, 2005).

Dari hasil pengamatan sebelumnya, ditemukan postur-postur janggal yang

secara tidak sadar dilakukan oleh para pengrajin, hal ini tentunya dapat berakibat

buruk pada kesehatan pekerja yang pada akhirnya dapat menurunkan

produktifitas mereka. Diantara postur janggal yang dilakukan oleh pengrajin

yang bekerja di Perkampungan Industri Kecil (PIK) adalah posisi leher >200

kedepan (66,67 %), posisi punggung > 200

kedepan (33,33%) dan posisi duduk

statis ketika melakukan pengeleman, pemotongan, dan finishing. Postur kerja

Page 26: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

6

yang dilakukan pengrajin tersebut tentunya memiliki potensi untuk teradinya

MSDs. Selain itu tata ruang kerja yang sempit, panas, pencahayaan kurang dan

desain tempat kerja yang tidak Ergonomis lainnya tentunya juga mempengaruhi

postur kerja yang mereka lakukan, apabila hal ini terjadi secara terus menerus

maka akan berakibat terjadinya MSDs pada pengrajin sepatu di Perkampungan

Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung.

Selain itu dari hasil studi pendahuluan menggunakan kuesioner Nordic Body

Map yang melibatkan 12 responden, ditemukan 10 responden yang mengalami

MSDs. Melalui identifikasi dan penilaian risiko diharapkan peneliti mampu

menilai pekerjaan yang dilakukan oleh penegerajin termasuk pekerjaan yang

berbahaya atau tidak, guna mengetahui secara dini risiko kejadian suatu penyakit,

sehingga dapat diambil suatu tindakan pencegahan dan perbaikan sedini

mungkin untuk mengurangi terjadinya MSDs. Dari hal tersebut, peneliti ingin

mengetahui lebih lanjut tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

MSDs pada pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) penggilingan

kecamatan Cakung.

B. Rumusan Masalah

Industri kerajinan sepatu merupakan salah satu sumber ekonomi yang cukup

banyak digeluti oleh warga Perkampungan Industri Kecil (PIK) penggilingan

kecamatan Cakung. Berdasarkan observasi yang dilakukan terdapat kegiatan

atau postur kerja janggal yang secara tidak sadar dilakukan oleh para pengrajin

tersebut, diantara postur janggal yang dilakukan antara lain posisi leher > 200

Page 27: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

7

kedepan (66,67%), posisi punggung > 200

kedepan (33,33%) dan posisi duduk

statis ketika melakukan pengeleman, pemotongan, dan finishing. Postur kerja

yang dilakukan pengrajin tersebut tentunya memiliki potensi untuk terjadinya

Musculoskeletal Disorders (MSDs) hal ini juga didukung dengan hasil studi

pendahuluan menggunakan kuesioner Nordic Body Map yang melibatkan 12

responden dan ditemukan 83% responden yang mengalami keluhan

Musculoskeletal Disorders (MSDs).

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran MSDs pada pengrajin sepatu daerah Perkampungan

Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung ?

2. Bagaimana gambaran faktor pekerjaan pada pengrajin sepatu Perkampungan

Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung ?

3. Bagaimana gambaran faktor pekerja (usia, masa kerja, status merokok, dan

IMT) pada pengrajin sepatu daerah Perkampungan Industri Kecil (PIK)

Penggilingan Kecamatan Cakung ?

4. Bagaimana gambaran faktor lingkungan (Suhu, Pencahayaan) pada industri

rumahan pengrajin sepatu daerah Perkampungan Industri Kecil (PIK)

Penggilingan Kecamatan Cakung ?

5. Apakah ada hubungan antara faktor pekerjaan dengan MSDs pada pengrajin

sepatu daerah Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan

Cakung ?

Page 28: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

8

6. Apakah ada hubungan antara faktor individu atau pekerja (usia, masa kerja,

status merokok, dan IMT) dengan MSDs pada pengrajin sepatu daerah

Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung ?

7. Apakah ada hubungan antara faktor lingkungan (Suhu, pencahayaan) dengan

MSDs pada pengrajin sepatu daerah Perkampungan Industri Kecil (PIK)

Penggilingan Kecamatan Cakung ?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan

Musculoskeletal Disorder (MSDs) pada pengrajin sepatu daerah

Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran MSDs pada pengrajin sepatu daerah

Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung ?

b. Diketahuinya gambaran faktor pekerjaan pada pengrajin sepatu daerah

Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung ?

c. Diketahuinya gambaran faktor individu atau pekerja (usia, masa kerja,

status merokok, dan IMT) pada pengrajin sepatu daerah Perkampungan

Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung ?

d. Diketahuinya hubungan antara risiko pekerjaan dengan MSDs pada

pengrajin sepatu daerah Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan

Kecamatan Cakung ?

Page 29: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

9

e. Diketahuinya hubungan antara faktor usia dengan MSDs pada pengrajin

sepatu daerah Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan

Kecamatan Cakung ?

f. Diketahuinya hubungan antara faktor masa kerja dengan MSDs pada

pengrajin sepatu daerah Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan

Kecamatan Cakung ?

g. Diketahuinya hubungan antara faktor banyaknya jumlah rokok yang

dikonsumsi dengan MSDs pada pengrajin sepatu daerah Perkampungan

Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung ?

h. Diketahuinya hubungan antara Indeks Masa Tubuh (IMT) responden

dengan MSDs pada pengrajin sepatu daerah Perkampungan Industri Kecil

(PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung dengan MSDs ?

i. Diketahuinya hubungan antara faktor IMT dengan MSDs pada pengrajin

sepatu daerah Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan

Kecamatan Cakung ?

j. Diketahuinya hubungan antara faktor suhu lingkungan dengan MSDs

pada pengrajin sepatu daerah Perkampungan Industri Kecil (PIK)

Penggilingan Kecamatan Cakung ?

k. Diketahuinya hubungan antara faktor pencahayaan dengan MSDs pada

pengrajin sepatu daerah Perkampungan Industri Kecil (PIK)

Penggilingan Kecamatan Cakung ?

Page 30: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

10

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Pengelola Industri

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan serta

pemahaman pekerja atau pengelola industri mengenai faktor-faktor yang

dapat mengakibatkan MSDs di tempat kerja di Industri Sepatu, sehingga

pengelola secara mandiri dapat melakukan upaya-upaya perlindungan

terhadap kesehatan pekerja dan meningkatkan produktivitas kerja.

2. Manfaat Bagi Peneliti

Meningkatkan pengetahuan dan memberikan pengalaman khususnya

dalam hal kajian faktor risiko MSDs, dan sebagai bentuk penerapan teori

identifikasi risiko penyakit akibat kerja serta sebagai pemantapan keilmuan

yang diperoleh selama ini.

3. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi mengenai

kejadian musculoskeletal disorders (MSDs) pada pekerja, khususnya pekerja

pembuatan sepatu.

F. Ruang Lingkup

Penelitian ini merupakan penilaian untuk mengetahui faktor-faktor yang

dapat mengakibatkan MSDs yang dilakukan pada pengrajin sepatu di daerah

Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung. Penelitian

dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 dengan menggunakan metode observasi,

wawancara menggunakan kuesioner Nordic Body Map serta alat bantu kamera

Page 31: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

11

dan handycam untuk merekam pergerakan yang dilakukan pekerja. Analisis

faktor risiko Ergonomi dengan metode REBA untuk mendapatkan tingkat risiko

MSDs yang dipengaruhi oleh faktor pekerjaan (postur Kerja, Durasi, Beban

Kerja, Gerakan Repatitif dan genggaman).

Page 32: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

12

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Ergonomi

1. Definisi Ergonomi

Kata Ergonomi berasal dari bahasa yunani: ergon (kerja) dan nomos

(peraturan, hukum). Pada berbagai negara digunakan istilah yang berbeda seperti

Arbeitswissenchaft di Jerman, Human Factors Engineering atau personal

Research di Amerika Utara. Ergonomi adalah penerapan ilmu biologis tentang

manusia bersama-sama dengan ilmu-ilmu teknik dan teknologi untuk mencapai

penyesuaian satu sama lain secara optimal dari manusia terhadap pekerjaannya,

yang manfaat dari padanya diukur dengan efisiensi dan kesejahteraan kerja

(Suma‟mur, 2009).

Menurut OSHA (2000) Ergonomi didefinisikan sebagai suatu ilmu dalam

merancang peralatan dan rincian pekerjaan sesuai dengan postur dan kapabilitas

pekerja dengan tujuan untuk mencegah dan menimalisir cidera pada pekerja.

Selain itu, International Ergonomic Association (IEA) menyebutkan bahwa

Ergonomi merupakan ilmu yang mempelajari anatomi dan aspek psikologi dari

manusia dalam lingkungan kerja, dimana hal tersebut bertujuan untuk

mendapatkan efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan untuk orang,

baik saat bekerja, di rumah, ataupun saat bermain. Intinya, ilmu ini mempelajari

interaksi manusia dengan elemen lainnya di dalam sebuah sistem, dan profesi

Page 33: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

13

yang mengaplikasikan prinsip-prinsip teori, data dan metode untuk mendesain

kerja yang mengoptimalkan kesejahteraan manusia dan kinerja sistem secara

keseluruhan. ilmu ini mempelajari tentang interaksi antara manusia, mesin dan

lingkungan serta efek yang diakibatkan oleh interaksi tersebut.

2. Manfaat Ergonomi

Tujuan atau manfaat dari ilmu Ergonomik adalah membuat pekerjaan

menjadi aman bagi pekerja/manusia dan meningkatkan efisiensi kerja untuk

mencapai kesejahteraan manusia. Keberhasilan aplikasi ilmu Ergonomik dilihat

dari adanya perbaikan produktivitas, efisiensi, keselamatan dan dapat

diterimanya sistem disain yang dihasilkan (mudah, nyaman, dan sebagainya)

(Pheasant, 2003). Keuntungan yang dapat diperoleh jika memanfaatkan ilmu

Ergonomi adalah (Pheasant, 2003):

a. Menurunnya probabilitas terjadinya kecelakaan, yang berarti:

1) Dapat mengurangi biaya pengobatan yang tinggi. Hal ini cukup berarti

karena biaya untuk pengobatan lebih besar daripada biaya untuk

pencegahan.

2) Dapat mengurangi penyediaan kapasitas untuk keadaan gawat darurat

b. Dengan menggunakan antropometri dapat direncanakan/ didesain:

1) Pakaian kerja

2) Workspace

3) Lingkungan kerja

4) Peralatan/ mesin

Page 34: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

14

5) Consumer product

c. Peningkatan hasil produksi, yang berarti menguntungkan secara ekonomi.

Hal ini antara lain disebabkan oleh:

1) Efisiensi waktu kerja yang meningkat

2) Meningkatnya kualitas kerja

3) Kecepatan pergantian pegawai (labour turnover) yang relatif rendah

Di sisi lain, jika kita mengabaikan faktor Ergonomik, maka akan timbul

beberapa masalah dan kerugian, antara lain (Pulat 1997):

a. Tingginya biaya material

b. Peningkatan angka absensi

c. Kualitas kerja yang rendah

d. Meningkatnya probabilitas terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan injury

to personal

e. Penurunan hasil produksi

f. Meningkatnya kecepatan pergantian pegawai (labour turnover)

g. Dibutuhkan kapasitas (waktu, tempat, tenaga medis, dll) yang lebih banyak

untuk menanggulangi masalah emergency/ gawat darurat.

h. Banyaknya waktu kerja yang terbuang

i. Tingginya biaya pengobatan/ medis

j. Meningkatnya kecepatan pergantian pegawai (labour turnover)

k. Dibutuhkan kapasitas (waktu, tempat, tenaga medis, dll) yang lebih banyak

untuk menanggulangi masalah emergency/ gawat darurat.

Page 35: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

15

B. Metode Pengukuran Ergonomi

Ada beberapa cara yang telah diperkenalkan dalam melakukan evaluasi

Ergonomi untuk mengetahui hubungan antara postur tubuh saat bekerja dengan resiko

keluhan otot skeletal. Metode tersebut diantaranya adalah : OWAS(Ovako Working

Postural Analysis system), Ergonomic Assesment Survey Method (EASY), Metode

Survey Baseline risk Identification of Ergonomic Factors (BRIEF), Metode Rapid

Upper Limb Assesment (RULA )dan Metode Rapid Entire Body Assesment (REBA).

Pada penelitian ini, dalam menganalisis postur kerja, peneliti menggunakan metode

REBA. Berikut ini akan dibahas tentang metode REBA.

1. Metode Rapid Entire Body Assesment (REBA)

Rapid Entire Body Assesment (REBA) dikembangkan untuk mengkaji

postur bekerja yang dapat ditemukan pada industri pelayanan kesehatan dan

industri pelayanan lainnya (Highnett and McAtamney, 2000). Sistem penilaian

REBA digunakan untuk menghitung tingkat risiko yang dapat terjadi sehubungan

dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan MSDs dengan menampilkan

serangkaian tabel-tabel untuk melakukan penilaian berdasarkan postur-postur

yang terjadi dari beberapa bagian tubuh dan melihat beban atau tenaga yang

dikeluarkan serta aktivitasnya.

Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan metode REBA untuk

menilai risiko pekerjaan yang dilakukan oleh pengrajin sepatu di Perkampungan

Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung, selain pengukuran

Page 36: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

16

menggunakan metode REBA cukup mudah dan tidak membutuhkan alat lain

selain kamera dan busur (MB-Ruler) hal ini juga dikarenakan Metode REBA

merupakan metode yang menerapkan pengukuran pada seluruh titik besar bagian

pergerakan tubuh saat pekerja melakukan aktifitas pekerjaannya. Pekerjaan

membuat sepatu merupakan pekerjaan yang membutuhkan pergerakan hampir

seluruh tubuh, hal inilah yang menjadikan metode REBA sesuai dengan

pekerjaan membuat sepatu.

a. Aplikasi REBA

Metode REBA dapat digunakan pada penilaian Ergonomi tempat kerja

yang memiliki postur kerja seperti :

1) Seluruh anggota tubuh digunakan/digerakkan

2) Postur dinamis, mobilitas tinggi atau postur yang tidak stabil, postur

janggal dan ekstrim terutama ketika menggunakan gaya yang

dikeluarkan sekuat-kuatnya.

3) Postur yang paling sering diulang-ulang (repetitif)

4) Postur yang dipertahankan paling lama/statis

5) Postur yang menimbulkan ketidaknyamanan dalam bekerja.

6) Mengangkat beban barang/benda mati maupun makhluk hidup

(manusia, hewan dan tumbuhan), baik sering dilakukan maupun

jarang.

Page 37: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

17

7) Untuk memonitor/membandingkan postur/perilaku pekerja yang

berisiko sebelum dan sesudah adanya modifikasi tempat kerja,

peralatan dan pelatihan Ergonomi.

b. Prosedur Penilaian REBA

Langkah-langkah penilaian postur tubuh, metode REBA membagi

penilaian postur tubuh menjadi 2 kelompok, kelompok A dan B. Kelompok

A terdiri dari anggota tubuh punggung, leher dan kaki. Sedangkan kelompok

B terdiri dari anggota tubuh bagian kiri dan kanan pada lengan atas, lengan

bawah dan pergelangan tangan. Berikut ini adalah langkah-langkah

penilaiannya, yaitu:

1. Kelompok A

a) Observasi dan tentukan postur punggung sesuai dengan katagori

metode REBA:

(1) Skor 1, posisi punggung yang baik adalah pada posisi tegak

(00) karena posisi ini memiliki skor terendah

(2) Skor 2, posisi punggung yang berisiko terkena MSDs adalah

pada saat fleksi/ekstensi 0-200

(3) Skor 3, posisi punggung fleksi 20-600 dan ekstensi lebih dari

200

(4) Skor 4 (skor tertinggi), posisi punggung fleksi >600.

Page 38: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

18

(5) Skor ini bertambah nilai 1 bila punggung miring ke

samping/berputar. Semakin besar skor yang didapat maka

semakin besar postur tersebut berisiko menimbulkan MSDs.

b) Observasi dan tentukan postur leher sesuai dengan katagori metode

REBA:

(1) Skor 1, posisi leher yang baik adalah saat fleksi 0-200 karena

posisi ini memiliki skor terendah

(2) Skor 2 (skor tertinggi), posisi leher fleksi/ekstensi >200.

(3) Skor ini bertambah nilai 1 bila leher miring ke

samping/berputar. Semakin besar skor yang didapat maka

semakin besar postur tersebut berisiko menimbulkan MSDs.

c) Observasi dan tentukan postur kaki sesuai dengan katagori metode

REBA:

(1) Skor 1, posisi kaki yang baik adalah ketika kedua kaki

menopang tubuh karena posisi ini memiliki skor terendah

(2) Skor 2, posisi tubuh yang ditopang dengan salah satu kaki atau

tidak stabil

(3) Skor ini dapat bertambah nilai 1 bila lutut fleksi 30-60o atau

ditambah nilai 2 bila lutut fleksi >60o (hanya untuk postur

berdiri). Semakin besar skor yang didapat maka semakin besar

postur tersebut berisiko menimbulkan MSDs.

Page 39: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

19

d) Masukkan setiap skor yang didapat (skor punggung, leher dan kaki)

ke dalam tabel A untuk mendapatkan Skor Kelompok A.

e) Observasi dan tentukan skor gaya/beban yang dikeluarkan untuk

mengangkat/mendorong objek kerja yang sesuai dengan katagori

tabel gaya/beban metode REBA:

(1) Skor 0, pada gaya/beban <5 kg

(2) Skor 1, pada gaya/beban 5-10 kg

(3) Skor 2, pada gaya/beban >10 kg.

(4) Skor ini dapat bertambah nilai 1 bila gaya/beban yang

digunakan secara cepat/terdesak.

f) Jumlahkan Skor tabel A dengan skor gaya/beban yang didapat

sehingga didapatkan Skor A.

2. Kelompok B

a) Observasi dan tentukan postur lengan atas bagian kanan dan kiri

sesuai dengan katagori metode REBA:

(1) Skor 1, posisi lengan atas yang baik adalah saat fleksi/ekstensi

0-200 karena posisi ini memiliki skor terendah

(2) Skor 2, posisi lengan atas saat fleksi 20-450 atau ekstensi >20

0.

(3) Skor 3, posisi lengan atas saat fleksi 45-900.

(4) Skor 4, posisi lengan atas saat fleksi >900

(5) Skor ini dapat bertambah nilai 1 bila lengan abduksi/rotasi dan

bertambah nilai 1 lagi bila bahu terangkat. Namun dapat

Page 40: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

20

berkurang nilai 1 bila terdapat penopang lengan. Semakin besar

skor yang didapat maka semakin besar postur tersebut berisiko

menimbulkan MSDs.

b) Observasi dan tentukan postur lengan bawah bagian kanan dan kiri

sesuai dengan katagori metode REBA:

(1) Skor 1, posisi lengan bawah saat fleksi 60-1000

(2) Skor 2, posisi lengan bawah saat fleksi <600 atau >100

0.

Semakin besar skor yang didapat maka semakin besar postur tersebut

berisiko menimbulkan MSDs.

c) Observasi dan tentukan postur pergelangan tangan bagian kanan

dan kiri sesuai dengan katagori metode REBA:

(1) Skor 1, posisi pergelangan tangan saat fleksi/ekstensi 0-150

(2) Skor 2, posisi pergelangan tangan saat fleksi/ekstensi >150

(3) Skor ini dapat bertambah nilai 1 bila pergelangan tangan

miring/berputar. Semakin besar skor yang didapat maka

semakin besar postur tersebut berisiko menimbulkan MSDs.

d) Masukkan setiap skor yang didapat (Skor lengan atas, lengan bawah

dan pergelangan tangan bagian kanan dan kiri) ke dalam tabel B

untuk mendapatkan Skor Kelompok B.

e) Observasi dan tentukan besar skor coupling (genggaman tangan

bagian kanan dan kiri) yang sesuai dengan katagori tabel coupling

metode REBA:

Page 41: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

21

(1) Skor 0, genggaman tangan yang terasa nyaman dan

memerlukan tenaga yang sedang

(2) Skor 1, genggaman tangan yang dapat diterima atau dilakukan

tapi tidak ideal, nyaman atau genggaman hanya dapat diterima

oleh bagian tubuh lainnya

(3) Skor 2, genggaman tangan yang kurang dapat dilakukan

meskipun masih mungkin dilakukan

(4) Skor 3, genggaman tangan yang janggal, tidak aman, tidak

berpegangan atau genggaman tidak dapat dilakukan oleh

bagian tubuh lainnya

(5) Semakin besar skor yang didapat maka semakin besar postur

tersebut berisiko menimbulkan MSDs.

(6) Jumlahkan Skor Kelompok B dengan skor coupling yang

didapat sehingga didapatkan Skor B bagian kanan dan kiri

anggota tubuh.

3. Masukkan Skor A dan B pada tabel C sehingga didapatkan Skor C

bagian kanan dan kiri anggota tubuh.

4. Observasi dan tentukan skor aktivitas kerja bagian kanan dan kiri

anggota tubuh dengan tabel aktivitas metode REBA:

a) Skor 1, bila satu atau lebih anggota tubuh mengalami postur statis

selama lebih dari 1 menit

Page 42: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

22

b) Skor ini dapat bertambah nilai 1 lagi bila terdapat postur repetitif

yang sedang sebanyak 4 x/menit (tidak termasuk berjalan)

c) Skor ini dapat bertambah nilai 1 lagi bila terdapat postur/gerakan

yang dilakukan secara cepat/tidak beraturan. Sehingga Skor

aktivitas kerja memiliki nilai maksimal 3.

d) Jumlahkan Skor C dengan Skor aktivitas sehingga didapatkan Skor

REBA.

e) Setelah mendapatkan nilai akhir Skor REBA, masukkkan nilai pada

katagori risiko untuk mengetahui tingkat risikonya dan level

perubahan untuk menentukan pengendalian yang akan diterapkan.

C. Pengendalian Bahaya Ergonomi

Berdasarkan rekomendasi dari National Institute for Occupational Safety and

Health (NIOSH), ada beberapa cara untuk mengendalikan bahaya Ergonomi yang

terjadi selama pelaksanaan tugas secara manual. Dari sudut pandang Ergonomi,

penekanan pertama menghilangkan atau mengurangi risiko (elimination), design

control, pengendalian administratif (rotasi kerja), dan penggunaan alat pelindung diri

(Janet Torma et al. 2009).

1. Elimination, yaitu menentukan apakah salah satu pekerjaan dengan faktor

risiko Ergonomi dapat dihilangkan. Jika ini mungkin, cara yang paling efektif

ialah dengan memeriksa/mengatur proses produksi dan mengurangi adanya

penanganan ganda.

Page 43: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

23

2. Substitution, yaitu mengganti alat atau bahan lama dengan alat atau bahan baru

yang aman dan Ergonomis, menyempurnakan proses produksi dan prosedur

penggunaan peralatan (Tarwaka et al, 2004).

3. Design control atau engineering control, yaitu dengan memodifikasi desain

kerja. Langkah ini paling efektif apabila dilakukan diskusi terlebih dahulu

dengan pekerja. Hal ini dengan dilakukan dengan mempertimbangkan area

kerja, beban atau tugas, dan peralatan yang digunakan pekerja.

4. Administrative control mengandalkan perilaku pekerja dan pengawasan.

Administrative control meliputi perawatan peralatan secara rutin, pengaturan

durasi kerja atau shift kerja, rotasi kerja dan variasi tugas, mengangkat beban

dengan tim atau berkelompok. Selain itu dengan mengadakan pendidikan dan

training berupa teknik manual handling, design tempat kerja, identifikasi faktor

risiko Ergonomi, bagaimana menggunakan perlengkapan dan peralatan masak

dengan aman dan sesuai kaidah Ergonomi, bagaimana menggunakan alat

pelindung diri.

5. Personal Protective Equipment, yaitu menggunakan alat pelindung diri (APD)

untuk mengurangi paparan faktor risiko. Namun, APD hanya penghalang yang

digunakan ketika pengendalian sebelumnya tidak dapat digunakan secara

efektif untuk menghilangkan risiko Ergonomi. Contoh nya seperti safety shoes,

celemek, masker, pakaian anti dingin, dan sarung tangan

Page 44: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

24

D. Musculoskeletal Disorders (MSDs)

1. Definisi Musculoskeletal Disorders (MSDs)

Studi tentang MSDs pada berbagai macam jenis industri telah banyak

dilakukan, beberapa studi tersebut menunjukkan bahwa otot yang sering kali

dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi otot-otot leher, bahu,

lengan , tangan, pinggang, jari, punggung dan otot-otot bagian bawah tubuh

lainnya (Tarwaka et al, 2004).

Menurut NIOSH (1997) yang dimaksud dengan Musculoskeletal

Disorders (MSDs) adalah sekelompok kondisi patologis yang mempengaruhi

fungsi normal dari jaringan halus sistem musculoskeletal yang mencakup

syaraf, tendon, otot, dan struktur penunjang seperti discus intervertebral. Istilah

Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada beberapa negara mempunyai sebutan

berbeda, misalnya di Amerika istilah ini dikenal dengan nama Cumulative

Trauma Disorders (CTDs), di Inggris dan Australia disebut dengan nama

Repetitif Strain Injury (RSI), sedangkan di Jepang dan Skandinavia dikenal

dengan sebutan Occupational Cervicubrachial Disorders (OCD). Istilah lain

yang beredar Overuse Syndrome (Pheasant, 1991).

Fokus penelitian dari MSDs adalah leher, bahu, punggung, lengan atas,

lengan bawah, pergelangan tangan dan kaki. MSDs pada awalnya menyebabkan

gangguan tidur; mati rasa/sensasi terbakar pada tangan, kekakuan atau

bengkak, nyeri pada pergelangan tangan, lengan, siku, leher atau punggung

yang diikuti dengan rasa tidak nyaman, rasa tegang yang menekan rasa sakit di

Page 45: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

25

kepala dan yang berhubungan dengan penyakit, kering, gatal atau nyeri di mata,

penglihatan yang buram/ganda, rasa nyeri atau kaku, kram, kesemutan,

gemetar, lemah dan pucatnya daerah yang terserang; menurunnya daya

genggam tangan dan gerakan pada bahu, leher/punggung, yang pada akhirnya

mengakibatkan ketidakmampuan seseorang untuk melakukan pergerakan dan

koordinasi gerakan anggota tubuh atau ekstrimitas sehingga dapat dilihat

bahwa MSDs akan mengakibatkan efisiensi kerja berkurang dan produktifitas

kerja menurun (Humantech, 1995) , hal ini akan berakibat pada

ketidakmampuan seseorang untuk melakukan gerakan dan koordinasi gerakan

anggota tubuh sehingga berakibat buruk pada efisiensi kerja dan produktivitas

kerjapun menurun.

2. Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs)

Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal

yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat

sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu

yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi,

ligament, dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya

diistilahkan dengan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) atau cidera

pada sistem musculoskeletal (Tarwaka et al, 2004).

Secara garis besar keluhan muskuloskeletal dapat dikelompokkan

menjadi dua, yaitu ;

Page 46: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

26

a. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat

otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera

hilang apabila pembebanan dihentikan, dan

b. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap.

Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot

masih terus berlanjut (Tarwaka et al, 2004).

Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena konstraksi oto yang

berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi

pembebanan yang panjang. Sebaliknya, keluhan otot kemungkinan tidak terjadi

apabila konstraksi otot hanya berkisar antara 15-20% dari kekuatan oto

maksimum. Namon apabila kontraksi otot melebihi 20%, maka peredaran darah

ke otot berkurang menurut kontraksi yang dipengaruhi oleh besarnya tenaga

yang diperlukan. Suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme

karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat

yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri otot (suma‟mur,2009; Garandjean,

1993).

3. Gejala Musculoskeletal Disorders (MSDs)

Gejala Musculoskeletal disorders (MSDs) dapat menyerang secara cepat

maupun lambat (berangsur-angsur), menurut Kromer (1989), ada 3 tahap

terjadinya MSDs yang dapat diidentifikasi yaitu:

Page 47: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

27

a. Tahap 1 : Sakit atau pegal-pegal dan kelelahan selama jam kerja tapi gejala

ini biasanya menghilang setelah waktu kerja (dalam satu malam). Tidak

berpengaruh pada performance kerja. Efek ini dapat pulih setelah istirahat.

b. Tahap 2 : Gejala ini tetap ada setelah melewati waktu satu malam setelah

bekerja. Tidak mungkin terganggu. Kadang-kadang menyebabkan

berkurangnya performance kerja;

c. Tahap 3 : Gejala ini tetap ada walaupun setelah istirahat, nyeri terjadi

ketika bergerak secara repetitive. Tidur terganggu dan sulit untuk melakukan

pekerjaan, kadang-kadang tidak sesuai kapasitas kerja.

4. Dampak Musculoskeletal Disorders (MSDs)

Dampak yang diakibatkan oleh MSDs pada aspek ekonomi perusahaan

yaitu (Pheasant, 1991) :

a. Pada aspek produksi yaitu berkurangnya output, kerusakan material, produk

yang akhirnya menyebabkan tidak terpenuhinya deadline produksi,

pelayanan yang tidak memuaskan, dll

b. Biaya yang timbul akibat absensi pekerja yang akan menyebabkan

penurunan keuntungan, biaya untuk pelatihan karyawan baru yang

menggantikan karyawan yang sakit, biaya untuk menyewa jasa konsultan

atau agensi

c. Biaya pergantian karyawan (turn over) untuk recruitment dan pelatihan

d. Biaya asuransi

e. Biaya lainnya (opportunity cost).

Page 48: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

28

5. Faktor Risiko Musculoskeletal Disorders (MSDs)

Faktor- Faktor penyebab dari timbulnya MSDs memang sulit untuk

untuk dijelaskan secara pasti. Namun penelitian-penelitian sebelumnya

memaparka beberapa faktor risiko yang tertentu selalu ada dan berhubungan

atau turut berperan dalam menimbulkan MSDs. Diantara Faktor-faktor tersebut

diklasifikasikan dalam tiga katagori yaitu pekerjaan, manusia atau pekerja,

lingkungan (Pheasant, 1991; Oborne, 1995) dan ditambah lagi dengan faktor

psikososial (Susan Stock, et al, 2005).

a. Faktor Pekerjaan

1. Postur Kerja

Posisi tubuh yang menyimpang secara signifikan terhadap posisi

normal saat melakukan pekerjaan dapat menyebabkan stress mekanik

lokal pada otot, ligamen, dan persendian. Hal ini mengakibatkan cidera

pada leher, tulang belakang, bahu, pergelangan tangan, dan lain-lain.

Sikap kerja tidak alamiah menyebabkan bagian tubuh bergerak

menjauhi posisi alamiahnya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari

pusat gravitasi, semakin tinggi pula terjadi keluhan otot skeletal. Sikap

kerja tidak alamiah pada umumnya karena ketidaksesuaian pekerjaan

dengan kemampuan pekerja (Grandjen, 1993).

Namun di lain hal, meskipun postur terlihat nyaman dalam

bekerja, dapat berisiko juga jika mereka bekerja dalam jangka waktu

yang lama. Pekerjaan yang dikerjakan dengan duduk dan berdiri,

Page 49: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

29

seperti pada pekerja kantoran dapat mengakibatkan masalah pada

punggung, leher dan bahu serta terjadi penumpukan darah di kaki jika

kehilangan kontrol yang tepat.

Postur janggal adalah posisi tubuh yang menyimpang secara

signifikan terhadap posisi normal saat melakukan pekerjaan

(Department of EH&S, Iowa State University, 2002). Bekerja dengan

posisi janggal meningkatkan jumlah energi yang dibutuhkan untuk

bekerja. Posis janggal menyebabkan kondisi dimana transfer tenaga

dari otot ke jaringan rangka tidak efisien sehingga mudah

menimbulkan lelah. Termasuk ke dalam postur janggal adalah

pengulangan atau waktu lama dalam posisi menggapai, berputar

(twisting), memiringkan badan, berlutut, jongkok, memegang dalam

kondisi statis, dan menjepit dengan tangan. Postur ini melibatkan

beberapa area tubuh seperti bahu, punggung dan lutut, karena bagian

inilah yang paling sering mengalami cidera (Straker, 2000). Diantara

Postur Junggal tersebut dapat dilihat dari gambar-gambar berikut :

a) Postur janggal pada punggung

Membungkuk Memutar Miring

Gambar 2.1 Postur Janggal Pada punggung ( Humantech 1989, 1995)

Page 50: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

30

1) Membungkuk, postur punggung yang merupakan faktor risiko

adalah membungkukkan badan sehingga membentuk sudut

fleksi >200 terhadap vertikal dan berputar.

2) Rotasi badan atau berputar (twisting) adalah adanya rotasi

atau torsi pada tulang punggung (gerakan, postur, posisi

badan yang berputar baik ke arah kiri maupun kanan) di

mana garis vertikal menjadi sumbu tanpa memperhitungkan

beberapa derajat besarnya sudut yang dibentuk, biasanya

dalam arah ke depan atau ke samping.

3) Miring : memiringkan badan (bending) dapat didefinisikan

sebagai fleksi dari tulang punggung, deviasi bidang median

badan dari garis vertikal tanpa memperhitungkan besarnya

sudut yang dibentuk, biasanya dalam arah ke depan atau

samping (Cohen et al, 1997).

b) Postur janggal pada leher

1) Menunduk, menunduk ke arah depan sehingga sudut yang

dibentuk oleh garis vertikal dengan sumbu ruas tulang leher >

150 (Bridger, 1995).

2) Tengadah, setiap postur dari leher yang mendongak ke atas

atau ekstensi.

Page 51: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

31

3) Miring, setiap gerakan dari leher yang miring, baik ke kanan

maupun ke kiri, tanpa melihat besarnya sudut yang dibentuk

oleh garis vertikal dengan sumbu dari ruas tulang leher.

4) Rotasi leher, setiap postur leher yang memutar, baik ke kanan

dan atau ke kiri, tanpa melihat berapa derajat besarnya rotasi

yang dilakukan.

Menunduk Menoleh Menekukkan Kepala Menengadah

Gambar 2.2 Postur Janggal Pada Leher ( Humantech 1989, 1995)

2. Beban Kerja

Beban merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

terjadinya gangguan otot rangka. Berat beban yang direkomendasikan

adalah 23-25 kg, sedangkan menurut Departemen Kesehatan (2009)

mengangkat beban sebaiknya tidak melebihi dari aturan yaitu laki-laki

dewasa sebesar 15-20 kg dan wanita (16-18 tahun) sebesar 12-15 kg.

Berdasarkan studi oleh (European Campaign On

Musculoskeletal Disordezs) terhadap 235 juta pekerja di beberapa

negara Eropa pada tahun 2008, diperoleh 18% pekerja telah

Page 52: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

32

mengalami MSDs diakibatkan pekerjaan memindahkan benda berat

dari container setiap harinya.

3. Durasi

Durasi adalah lamanya pajanan dari faktor risiko. Durasi selama

bekerja akan berpengaruh terhadap tingkat kelelahan. Kelelahan akan

menurunkan kinerja, kenyamanan dan konsentrasi sehingga dapat

menyebabkan kecelakaan kerja. Durasi didefinisikan sebagai durasi

singkat jika < 1 jam per hari, durasi sedang yaitu 1-2 jam per hari, dan

durasi lama yaitu > 2 jam per hari. Durasi terjadinya postur janggal

yang berisiko bila postur tersebut dipertahankan lebih dari 10 detik

(Brief Survey Methode dalam Humantech, 2003).

Suma‟mur (1989) mengungkapkan bahwa durasi berkaitan

dengan keadaan fisik tubuhpekerja. Pekerjaan fisik yang berat akan

mempengaruhi kerja otot, kardiovaskular, system pernapasan dan

lainnya. Jika pekerjaan berlangsung dalam waktu yang lama tanpa

istirahat, kemampuan tubuh akan menurun dan dapat menyebabkan

kesakitan pada anggota tubuh. Durasi atau lamanya waktu bekerja

dibagi menjadi durasi singkat yaitu kurang dari 1 jam/hari, durasi

sedang yaitu antara 1-2 jam/hari dan durasi lama yaitu lebih dari 2

jam/hari.

Page 53: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

33

4. Gerakan Repetitif/berulang

Pengulangan gerakan kerja dengan pola yang sama, hal ini bisa

terlihat pada dimana frekuensi pekerjaan yang harus dikerjakan tinggi,

sehingga pekerja harus terus menerus bekerja agar dapat menyesuaikan

diri dengan sistem.

Kekuatan beban dapat menyebabkan peregangan otot dan

ligamen serta tekanan pada tulang dan sendi – sendi sehingga terjadi

kerusakan mekanik badan vertebrata, diskus invertebrate, ligamen, dan

bagian belakang vertebrata. Kerusakan karena beban berat secara tiba

– tiba atau kelelahan akibat mengangkat beban berat yang ilakakn

secara berulang – ulang. Mikrotrauma yang berulang dapat

menyebabkan degenerasi tulang punggung daerah lumbal. (Riihiimaki,

1988)

5. Genggaman

Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak.

Sebagai contoh, pada saat tangan harus memegang alat, maka jaringan

otot tangan yang lunak akan menerima tekanan langsung dari

pegangan alat, dan apabila hal ini sering terjadi, dapat menyebabkan

rasa nyeri otot yang menetap (Tarwaka et al, 2004). Menurut

Suma‟mur (1989) memegang diusahakan dengan tangan penuh dan

memegang dengan hanya beberapa jari yang dapat menyebabkan

ketegangan statis lokal pada jari tersebut harus dihindarkan.

Page 54: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

34

b. Faktor Pekerja

1. Usia

Gangguan muskuloskeletal adalah salah satu masalah kesehatan

yang paling umum dan dialami oleh usia menengah ke atas

(Buckwalter et al. 1993). Beberapa studi menemukan usia menjadi

faktor penting terkait dengan MSDS (Guo al. 1995, Biering-Sorensen

1983) Prevalensi MSDs meningkat ketika orang memasuki masa kerja

mereka. Pada usia 35, kebanyakan orang mulai merasakan peristiwa

atau pengalaman pertama mereka dari sakit punggung tersebut. (Guo

et al. 1995, Chaffin 1979) Meskipun demikian, kelompok usia dengan

tingkat tertinggi dari nyeri punggung adalah kelompok usia 20-24

untuk pria, dan 30-34 kelompok usia bagi perempuan.

Penelitian rowe 1969 dan snook 1978, memperlihatkan

kelompok yang rentan terhadap nyeri punggung bawah adalah

kolompok dengan usia 31-40 tahun (stover H, 2000).Berdasarkan

penelitian yang dilakukan (Winda 2012 ) pada pekerja angkat-angkut

industri pemecahan batu di kecamatan karangnongko kabupaten

klaten, menyatakan bahwa Ada hubungan antara kebiasaan merokok

dengan keluhan muskuloskeletal. Usia merupakan faktor risiko keluhan

muskuloskeletal. Pekerja dengan usia = 30 memiliki risiko 4,4 kali

mengalami keluhan muskuloskeletal tingkat tinggi dibanding pekerja dengan

usia < 30 tahun.

Page 55: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

35

2. Masa Kerja

Penentuan waktu dapat diartikan sebagai teknik pengukuran

kerja untuk mencatat jangka waktu dan perbandingan kerja mengenai

suatu unsur pekerjaan tertentu yang dilaksanakan dalam keadaan

tertentu pula serta untuk menganalisa keterangan itu hingga ditemukan

waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan itu pada tingkat

prestasi tertentu. Berdasarkan penelitian Taufik (2010), dituliskan

bahwa ada hubungan antara masa kerja dengan MSDs yang dialami

oleh pekerja welder di bagian Fabrikasi.

3. Kebiasaan Merokok

Beberapa penelitian telah menyajikan bukti bahwa riwayat

merokok positif dikaitkan dengan MSDs seperti nyeri pinggang, linu

panggul, atau intervertebral disc hernia (Tarwaka, 2004).

Meningkatnya keluhan otot sangat erat hubungannya dengan lama dan

tingkat kebiasaan merokok. Semakin lama dan semakin tinggi

frekuensi merokok, semakin tinggi pula tingkat keluhan otot yang

dirasakan. Deyo dan Bass (1989) mengamati bahwa prevalensi nyeri

punggung meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah Pack-rokok

per tahun dan dengan tingkat merokok terberat. Pekerja yang memiliki

kebiasaan merokok berisiko 2,84 kali mengalami keluhan

muskuloskeletal dibanding dengan pekerja yang tidak memiliki

kebiasaan merokok .(Winda 2012)

Page 56: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

36

Selain itu efek rokok akan menciptakan respon rasa sakit,

mengganggu penyerapan kalsium pada tubuh sehingga meningkatkan

risiko tekanan osteoporosis menghambat penyembuhan luka patah

tulang serta menghambat degenerasi tulang. Adapun katagori merokok

dibagi menjadi 4 katagori yaitu : perokok berat(>20 batang per hari),

perokok sedang (10-20 batang per hari), perokok ringan (< 10 batang

per hari) dan tidak merokok (Bustan 2010).

4. Indeks Masa Tubuh

Walaupun pengaruhnya relatif keci, berat badan, tinggi badan,

dan masa tubuh merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya

keluhan sistem muskuloskeletal (Tarwaka, 2013). Menurut werner

(1994) dalam Terwaka (2004), menyatakan bahwa bagi pasien yang

gemuk (obesitas dengan masa tubuh >29 kg) mempunyai resiko 2,5

lebih tinggi dibandingkan dengan yang kurus (masa tubuh <20),

khususnya untuk otot kaki.

Indeks masa tubuh merupakan indikator yang digunakan untuk

melihat status gizi pekerja. Adapun rumus yang digunakan yaitu BB

(berat badan /tinggi badan (m)2), dari hasil hasil perhitungan rumus

tersebut menurut WHO (2005) dikatagorikan menjadi tiga yaitu kurus

(< 18,5) normal (18,5-25) dan gemuk (25-30) serta obesitas (> 30).

Semakin gemuk seseorang maka akan semakin berisiko untuk

mengalami keluhan muskuloskeletal.

Page 57: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

37

Penelitian lain menyatakan bahwa pada tubuh yang tinggi

umumnya sering mengalami keluhan sakit punggung, tatapi tubuh

tinggi tidak mempunyai pengaruh terhadap keluhan pada leher, bahu

dan pergelangan tangan. Selain itu tubuh yang tinggi umumnya

mempunyai bentuk tulang yang langsing sehingga secara biomekanik

rentan terhadap beban tekan dan rentan terhadapan tekukan, oleh

karena itu mempunyai resiko yang lebih tinggi terhadap terjadinya

keluhan otot skeletal (Tarwak, 2004).

c. Faktor Lingkungan

1. Getaran

Getaran dengan frekuensi tinggi akan meyebabkan kontraksi otot

bertambah, kontraksi statis ini akan menyebabkan peredaran darah

tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akibatnya

menimbulkan rasa nyeri otot (Suma‟mur, 1982). Paparan dari getaran

lokal terjadi ketika bagian tubuh tertentu kontak dengan objek yang

bergetar, seperti kekuatan alat-alat yang menggunakan tangan. Paparan

getaran seluruh tubuh terjadi ketika berdiri atau duduk dalam

lingkungan atau objek yang bergetar, seperti ketika mengoperasikan

kendaraan mesin yang besar (Cohen et al, 1997).

Respon organ atau jaringan tubuh terhadap getaran vertikal

diantaranya: 3-4 Hz (resonansi kuat pada membran vertebra

cervicalis), 4 Hz (resonansi pada vertebra lumbalis), 4-5 Hz (resonansi

Page 58: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

38

pada tangan), dan 4-5 Hz (resonansi sangat kuat pada sendi bahu)

(Pulat, 1997).

Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas Getaran untuk Pemajanan Lengan dan Tangan

Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 51/KEP/1999

2. Suhu

Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh mengakibatkan

sebagian energi di dalam tubuh dihabiskan untuk mengadaptasikan

suhu tubuh terhadap lingkungan. Apabila tidak disertai pasokan energi

yang cukup akan terjadi kekurangan suplai energi ke otot (Tarwaka,

2004).

Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan

kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja, sehingga gerakannya

menjadi lamban, sulit bergerak yang disertai dengan menurunnya

kekuatan otot (NIOSH, 1997). Menurut Manuaba (1983) mengatakan

bahwa Keadaan temperatur yang nyaman bagi orang indonesia adalah

22°-28° C. Bila temperatur di ruang kerja jauh di bawah atau di atas

Jumlah waktu per hari kerja Nilai percepatan pada frekuensi dominan

Jumlah waktu per hari kerja

m/det

2

Gram

(1) (2) (3)

4 jam dan kurang dari 8 jam

2 jam dan kurang dari 4 jam

1 jam dan kurang dari 2 jam

kurang dari 1 jam

4

6

8

12

0,4

0,61

0,81

1,22

Page 59: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

39

dari suhu normal tersebut, maka akan mengganggu kinerja dari pekerja

yang berada di ruangan tersebut (Charlotte, 2010).

3. Pencahayaan

Pencahayaan akan mempengaruhi ketelitian dan performa

kerja. Bekerja dalam kondisi cahaya yang buruk, akan membuat tubuh

beradaptasi untuk mendekati cahaya. Jika hal tersebut terjadi dalam

waktu yang lama meningkatkan tekanan pada otot bagian atas tubuh

(Bridger, 1995). Intensitas cahaya untuk membaca sekitar 300-700

luks, pekerjaan di kantor 400-600 luks, pekerjaan yang memerlukan

ketelitian 800-1200 luks dan pekerjaan di gudang 80-170 luks

(NIOSH, 1997).

Standar penerangan di Indonesia telah ditetapkan seperti

tersebut dalam Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No. 7 Tahun

1964, Tentang syarat-syarat kesehatan, kebersihan dan penerangan di

tempat kerja. Standar penerangan yang ditetapkan untuk di Indonesia

tersebut secara garis besar hampir sama dengan standar internasional.

Sebagai contoh di Australia menggunakan standar AS 1680 untuk

Interior Lighting' yang mengatur intensitas penerangan sesuai dengan

jenis dan sifat pekerjaannya. Secara ringkas intensitas penerangan

yang dimaksud dapat dijelaskan sebagai berikut (Tarwaka, 2013) :

Page 60: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

40

a. Penerangan untuk halaman dan jalan-jalan di lingkungan

perusahaan harus mempunyai intensitas penerangan paling sedikit

20 luks.

b. Penerangan untuk pekerjaan-pekerjaan yang hanya membedakan

barang kasar dan besar paling sedikit mempunyai intensitas

penerangan 50 luks.

c. Penerangan yang cukup untuk pekerjaan yang membedakan barang-

barang kecil secara sepintas lalu paling sedikit mempunyai

intensitas penerangan 100 luks.

d. Penerangan untuk pekerjaan yang membeda-bedakan barang kecil

agak teliti Paling sedikit mempunyai intensitas penerangan 200

luks.

e. Penerangan untuk pekerjaan yang membedakan dengan teliti dari

barang barang yang kecil dan halus, paling sedikit mempunyai

intensitas penerangan 300 luks.

f. Penerangan yang cukup untuk pekerjaan membeda-bedakan barang

halus dengan kontras yang sedang dalam waktu yang lama, harus

mempunyai intensitas penerangan paling sedikit 500 - 1.000 luks.

d. Faktor Psikososial

Faktor psikososial yaitu kepuasan kerja, stress mental, organisasi

kerja (shift kerja, waktu istirahat) (Dinardi, 1997). Organisasi kerja

didefinisikan sebagai distribusi dari tugas kerja tiap waktu dan diantara

Page 61: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

41

para pekerja, durasi dari tugas kerja dan durasi serta distribusi dari periode

istirahat. Durasi kerja dan periode istirahat memiliki pengaruh pada

kelelahan jaringan dan pemulihan. Studi khusus pada pengaruh organisasi

kerja pada gangguan leher telah dilakukan. Ditemukan bahwa kerja VDU

yang melebihi empat jam per hari berhubungan dengan gejala pada leher

(Riihimaki, 1998).

E. Kerangka Teori

Berdasarkan uraian teori di atas dapat disimpulkan bahwa ada berbagai faktor

risiko Ergonomi yang dapat menyebabkan terjadinya musculoskeletal disorders yaitu,

faktor pekerjaan seperti postur kerja, Beban Kerja, Durasi, Gerakan Repatitif,

Genggaman (Grandjen, 1993; Kuorinka et al, 1995, Cohen et. Al, 1997; NIOSH,

1997; Susan Stock et.al, 2005). Faktor Karakteristik individu atau pekerja seperti

usia, masa kerja, jenis kelamin, status merokok, aktifitas fisik (Tarwaka, 2013;

Pheasant, 1995; Oborne,1995). Faktor lingkungan kerja seperti Getaran, Suhu,

Pencahayaan dan faktor psikososial (Tarwaka, 2013; Susan Stock et.al, 2005).

Page 62: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

42

Bagan 2.1

Skema Kerangka teori : (Tarwaka, 2013; Grandjen, 1993; Kuorinka et al, 1995,

Cohen et. Al, 1997; NIOSH, 1997; Pheasant, 1995; Oborne,1995; Susan Stock et.al,

2005).

Faktor Pekerjaan

Postur kerja

Beban Kerja

Durasi

Gerakan Repatitif

genggaman

Musculoskeletal Disorders

(MSDs)

Faktor Psikososial

Karakteristik

Pekerja

Usia

Masa kerja

Status merokok

Aktifitas fisik

Lingkunga Kerja

Suhu

Getaran

pencahayaan

Page 63: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

43

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Tujuan Kerangka konsep ini dibuat untuk menjelaskan kaitan antara variabel

MSDs (Dependen) dengan faktor pekerjaan, faktor Pekerja (Usia, Masa kerja,status

merokok, Indeks Masa Tubuh (IMT) dan Faktor lingkungan kerja (suhu, dan

pencahayaan). Dalam penelitian ini tidak semua variabel diteliti, karena peneliti

hanya memasukkan faktor-faktor yang penting dan perlu diketahui terlebih dahulu

sebagai penyebab MSDs pada pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK)

Penggilingan Kecamatan Cakung. Adapun variabel-variabel yang diteliti dan variabel

yang tidak diteliti adalah sebagai berikut :

1. Faktor usia perlu diteliti karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa

kekuatan otot maksimal terjadi pada saat usia antara 20-29 tahun. Selanjutnya

terus terjadi penurunan sejalan dengan bertambahnya usia. Pada saat mencapai 60

tahun kekuatan otot menurun sampai 20% dan risiko keluhan otot akan

meningkat.

2. Setatus merokok perlu diteliti karena orang yang merokok akan merasa cepat

lelah saat melakukan aktivitas yang disebabkan kandungan oksigen didalam darah

rendah, pembakaran karbohidrat terhambat, terjadi penumpukkan asam laktat dan

akhirnya timbul rasa nyei otot.

Page 64: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

44

3. Faktor pekerjaan perlu diteliti karena pada saat melakukan aktifitas kerja, tanpa

disadari pekerja telah mengalami posisi atau postur kerja yang tidak Ergonomis,

gerakan berulang dan statis, hal ini cendrung membawa pekerja untuk

mengalamin nyeri pada otot.

4. Suhu lingkungan juga berpengaruh, paparan suhu dingin yang berlebihan dapat

menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan

pakerja menjadi lamban, sulit bergerak yang disertai dengan menurunnya

kekuatan otot.

5. Pencahayaan perlu diteliti karena akan mempengaruhi ketelitian dan performa

kerja. Bekerja dalam kondisi cahaya yang buruk, akan membuat tubuh

beradaptasi untuk mendekati cahaya. Jika hal tersebut terjadi dalam waktu yang

lama akan meningkatkan tekanan pada otot bagian atas tubuh.

6. Faktor aktifitas fisik / olahraga tidak diteliti karena hampir semua pekerja tidak

melakukan olah raga khusus.

7. Untuk faktor lingkungan seperti getaran tidak diteliti karena sulit untuk dilakukan

pengukuran, selain itu perlu tenaga ahli yang dapat mengukur besarnya getaran

yang diterima pekerja sehingga diperoleh nilai yang valid.

8. Untuk faktor psikososial seperti kepuasan kerja, stres mental dan organisasi kerja

tidak diteliti karena penelitian ini hanya terfokus terhadap pengukuran postur

kerja pekerjaan, faktor individu pekerja dan lingkungan kerja saja. Faktor

psikososial tidak diteliti karena beberapa penelitian menyatakan bahwa fakor

psikososial hanya memiliki hubungan yang lemah dengan MSDs. Selain itu perlu

Page 65: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

45

dilakukan penelitian terlebih dahulu terkait dengan faktor yang menyebabkan

pekerja stress sehingga membutuhkan waktu yang lama. Adapun skema kerangka

konsep dapat digambarkan sebagai berikut :

Bagan 3.1

Kerangka Konsep

Musculoskeletal Disorders

(MSDs)

Pencahayaan

Suhu

Status Merokok

IMT

Masa Kerja

Faktor Pekerjaan

(Berdasarkan Skor

Reba)

usia

Page 66: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

46

B. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

1

MusculoSkeletal

Disorders

(MSDs)

Suatu cidera yang yang

diekspresikan dengan rasa sakit,

kesemutan, pegal pegal, nyeri

tekan, pembengkakan dan

gerakan yang terhambat atau

gerakan minim atau kelemahan

pada anggota tubuh yang terkena

trauma. (Humatech , 1995)

Nordic Body

Map

Mengisi lembar Nordic

Body Map

0. Keluhan berat; jika memiliki

satu gejala atau lebih yang

menetap selama ≥ 3 hari

dalam waktu 7 (tujuh) hari

terakhir.

1. Keluhan ringan; jika memiliki

satu gejala atau lebih yang

menetap selama < 3 hari

dalam waktu 7 (tujuh) hari

terakhir. (Katharine et al.

2005)

Ordinal

2

Faktor

pekerjaan

berdasarkan

REBA

Nilai akhir dari hasil identifikasi

postur pekerja dengan

menggunakan metode REBA

1. Busur

2. Kamera

3. Stopwatch

4. Timbangan

1. Merekam kegiatan

pekerja dengan

menggunakan kamera.

2. Menilai postur pekerja

dengan menggunakan

metode REBA serta

mengukurnya dengan

menggunakan busur.

3. Menghitung lamanya

Skor akhir Reba

Rasio

Page 67: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

47

waktu melakukan

suatu pekerjaan.

3 Usia

Jumlah tahun yang dihitung mulai

dari responden lahir sampai saat

pengumpulan data dilakukan

Kuesioner Menyebarkan kuesioner/

wawancara

Tahun

Rasio

4 lama kerja

Waktu kerja responden terhitung

mulai pertama kerja sebagai

pengrajin sepatu sampai dengan

waktu dilakukannya penelitian

Kuesioner Menyebarkan kuesoner/

wawancara

Tahun Rasio

5

Indeks Masa

Tubuh

Kondisi status gizi pekerja saat

dilakukannya penelitian. Diukur

berdasarkan rasio antara berat

badan (kg) dengan tinggi badan

(m) pangkat 2

Pengukuran Timbangan badan dan

meteran

0. Obesitas (IMT > 25,1)

1. Normal (IMT= 18,5-25)

2. Kurus (IMT≤18,4)

Ordinal

6 Status merokok

Banyaknya jumlah rokok yang

dikonsumsi pekerja dalam sehari

Kuesioner

Menyebarkan kuesioner

Jumlah konsumsi rokok Rasio

7 Suhu Suhu ruangan atau lingkungan Area

Heatstress

Pengukuran, Observasi 0C Rasio

Page 68: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

48

lingkungan kerja yang memapar pekerja

selama proses kerja berlangsung.

Monitor

WBGT Quest

Temp 36

9 Pencahayaan

Besarnya intensitas cahaya yang

diterima di lingkungan kerja

Luks Meter Pengukuran, observasi 0. Luks

Rasio

Page 69: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

49

C. Hipotesis

1. Ada hubungan antara faktor risiko pekerjaan dengan MSDs pada pengrajin sepatu

daerah Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung.

2. Ada hubungan antara faktor usia dengan MSDs pada pengrajin sepatu daerah

Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung.

3. Ada hubungan antara faktor lama kerja dengan MSDs pada pengrajin sepatu

daerah Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung.

4. Ada hubungan antara faktor banyaknya konsumsi jumlah rokok dengan MSDs

pada pengrajin sepatu daerah Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan

Kecamatan Cakung.

5. Ada hubungan antara faktor IMT dengan MSDs pada pengrajin sepatu daerah

Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung.

6. Ada hubungan antara faktor suhu dengan MSDs pada pengrajin sepatu daerah

Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung.

7. Ada hubungan antara faktor pencahayaan dengan MSDs pada pengrajin sepatu

daerah Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung.

Page 70: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

50

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan

desain Cross Sectional Study, dimana proses pengumpulan data variabel dependen

dan independen dilakukan pada waktu yang bersamaan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan penilaian untuk mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan Musculoskeletal Disorders (MSDs) yang dilakukan pada

pengrajin informal pembuatan sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK)

Penggilingan Kecamatan Cakung. Penelitian dilakukan pada bulan Mei – Juli 2013.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh pengrajin sepatu sebanyak 63 orang

yang aktif bekerja di daerah Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan

Kecamatan Cakung.

2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus uji beda dua

proporsi berikut ini:

Page 71: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

51

⁄ √ ( ) √ ( ) ( )

( )

Keterangan :

n : Besar sampel

P : Rata-rata proporsi pada populasi {(P1 + P2)/2}

P1 : Proporsi usia pekerja < 35 tahun terhadap MSDs (5,67%)

(Rajnarayan. 2003)

P2 : Proporsi usia pekerja ≥ 35 tahun terhadap MSDs (36,26%)

(Rajnarayan. 2003)

Z2

1-α/2 : Derajat kemaknaan α pada uji dua sisi (two tail), α = 5%

Z1-β : Kekuatan uji 90%

Berdasarkan rumus di atas maka besar sampel yang dibutuhkan sebesar :

√ ( ) √ ( ) ( )

( )

n = 36 x 2

n = 72

Merujuk pada hasil perhitungan sampel di atas yaitu 72 sampel,

disimpulkan bahwa, jumlah sampel melebihi populasi yang ada yaitu sebesar 63

pengrajin, sehingga dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik total

sampling dengan jumlah sempel 63 orang.

D. Metode dan Tehnik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini berupa data primer dan sekunder.

Data primer diperoleh melalui metode :

1. Observasi lapangan, bertujuan untuk mendapatkan gambaran lingkungan kerja

(suhu dan pencahayaan ). Adapun langkah-langkah pengukuran lingkungan yang

dilakukan sebagai berikut

Page 72: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

52

a) Pengukuran Suhu

(1) Pastikan alat dalam kondisi baik dan berfungsi dengan benar serta masih

dalam masa kalibrasi.

(2) Periksa apakah daya baterai pada alat masih memadai.

(3) Lakukan kalibrasi internal dengan alat kalibrasi yang tersedia. Pastikan

bahwa perbedaan pembacaan dengan ukuran pada kalibrasi tidak lebih

dari 0,5.

(4) Kemudian lakukan pengaturan pada alat dengan mengikuti petunjuk pada

buku manual. Beberapa aspek yang diatur adalah: tanggal, waktu, bahasa,

satuan pengukuran, logging rate, heat index. Pastikan bahwa semua

pengaturan sesuai dengan ketentuan.

(5) Pasang alat pada tripod kamera dan bawa alat ke lokasi atau titik

pengukuran.

(6) Letakkan alat pada titik pengukuran dan sesuaikan ketinggian sensor

dengan kondisi pekerja.

(7) Buka tutup termometer suhu basah alami dan tutup ujung termometer

dengan kain katun yang sudah disediakan. Basahi kain katun dengan

aquadest secukupnya sampai pada wadah tersedia cukup aquadest untuk

menjamin agar termometer tetap basah selama pengukuran.

(8) Nyalakan alat dan biarkan alat selama 10 menit untuk proses adaptasi

dengan kondisi titik pengukuran. Waktu untuk adaptasi terdapat pada

manual.

Page 73: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

53

(9) Setelah melewati masa adaptasi, aktifkan tombol untuk logging atau

proses penyimpanan data dan data temperatur lingkungan akan disimpan

di dalam memori alat berdasarkan kelipatan waktu yang digunakan

(logging rate).

(10) Biarkan alat di titik pengukuran sesuai dengan waktu pengukuran yang

diinginkan.

(11) Bila telah selesai, non aktifkan fungsi logging dan kemudian alat bisa

pindah ke titik pengukuran yang lain atau data yang ada sudah bisa

dipindahkan ke komputer atau di cetak/print.

(12) Bila pengukuran dilanjutkan ke titik pengukuran yang lain tanpa harus

melakukan pemindahan data, maka langkah pengukuran diulang dari

langkah ketiga.

b) Pengukuran Pencahayaan

(1) Tentukan titik pengukuran penerangan setempat (meja pekerja).

(2) Pastikan alat ukur yang digunakan (Luksmeter costom Luks -204)

berfungsi dengan baik.

(3) Pada saat pengukuran, pastikan luksmeter/ sensor sejajar dengan posisi

permukaan titik sampling dan mengarah pada sumber cahaya.

(4) Sensor diletakkan sedekat mungkin dengan titik sampling.

(5) Pastikan operator tidak menimbulkan bayangan yang menghalangi

cahaya.

(6) Catat hasil pengukuran yang ditampilkan pada alat.

Page 74: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

54

2. Observasi lapangan, bertujuan untuk mendapatkan gambaran tahapan pekerjaan,

postur yang digunakan pekerja, durasi, serta frekuensi menggunakan kamera

digital kemudian dilakukan analisis tingkat risiko Ergonomi dengan

menggunakan form penilaian REBA terkait postur yang digunakan.

3. Wawancara, dilakukan menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data

karakteristik individu (Usia, masa kerja, Indeks Masa Tubuh, dan status

merokok).

4. Wawancara, dilakukan menggunakan kuesioner Nordic Body Map digunakan

untuk mendapatkan data bagian tubuh yang mengalami keluhan dan menentukan

tingkat MSDs perbagian tubuh yang dirasakan responden.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Kuesioner Nordic Body Map untuk mendapatkan data bagian tubuh yang

mengalami keluhan dan menentukan tingkat MSDs perbagian tubuh yang

dirasakan responden .

2. Lembaran penilaian REBA, untuk mendapatkan tingkat risiko pekerjaan sebagai

salah satu penyebab dari MSDs.

3. Kamera digital untuk mendokumentasikan posisi/postur responden pada saat

kerja.

4. Stopwatch untuk menghitung waktu (durasi/frekuensi)

5. Area Heatstress Monitor WBGT Quest Temp 36, untuk mengukur suhu ruangan

kerja.

Page 75: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

55

Gambar 4.1

Area Heatstress Monitor WBGT Quest Temp 36

6. Luksmeter costom Luks -204, untuk mengukur pencahayaan di area kerja.

Gambar 4.2

Luksmeter costom Luks -204

F. Manajemen Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara :

a. Data Coding, merupakan kegiatan megklasifikasi data dan memberi kode

untuk masing-masing kelas sesuai dengan tujuan dikumpulkannya data

b. Data Editing, merupakan penyuntingan data yang dilakukan sebelum proses

pemasukan data

Page 76: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

56

c. Data Structure dan Data file merupakan mengembangkan data sesuai

dengan analisis yang akan dilakukan dan jenis perangkat lunak yang

dipergunakan.

d. Data Entry, merupakan proses memasukkan data ke dalam program atau

fasilitas analisis data yang dalam hal ini mengunakan program aplikasi SPSS

untuk menganalisis data.

e. Data Cleaning, merupakan proses pembersihan data setelah data di entry.

2. Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan, diolah, dianalisis, dan diinterpretasikan untuk

dapat menggali dan menjawab masalah yang telah dirumuskan. Data tersebut

diolah dan dianalisis dengan analisis univariat dan bivariat.

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi variabel

independen dan variabel dependen. Variabel independen terdiri dari faktor

pekerjaan, faktor pekerja (Usia, Masa kerja, indeks masa tubuh, status

merokok) dan faktor Lingkungan (suhu dan pencahayaan) dan variabel

dependen adalah MSDs.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk menguji hipotesis penelitian, diterima

atau tidak. Analisis Uji Chi Square digunakan untuk menganalisis hubungan

antara variabel katagorik dan katagorik dengan batas kemaknaan p value ≤

0,05 yang berarti ada hubungan secara statistik antara variabel independen

Page 77: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

57

dengan variabel dependen, dan jika p value > 0,05 berarti tidak ada

hubungan secara statistik antara variabel independen dengan variabel

dependen pada estimasi derajat kepercayaan atau Confidential Interval (CI)

95%. Adapun persamaan Chi-Square sebagai berikut :

X² = (O-E) ²

E

Keterangan :

X² = Chi-Square

O = efek yang diamati

E = efek yang diharapkan

Sedangkan untuk melihat hubungan antara variabel independen

(numerik) dengan variabel dependen (katagorik), terlebih dahulu dilakukan

uji normalitas data numerik, bila hasil tes uji normalitas data berdistribusi

normal, maka dilanjutkan dengan uji t-independent. Setelah didapatkan hasil

uji T-test independen, jika nilai P dari levence teset ≤ 0,05 maka varian

berbeda dan nilai P > 0,05 maka varian sama. Rumus perhitungannya

sebagai berikut :

Akan tetapi jika data tersebut tidak memenuhi asumsi normalitas data,

maka data selanjutnya akan dilakukan uji dengan menggunakan uji Mann

Whitney.

t =

Page 78: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

58

Keterangan :

R1 = Jumlah peringkat sampel pertama

n1 = Jumlah sampel 1

n2 = Jumlah sampel 2

Page 79: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

59

BAB V

HASIL

A. Analisis Univariat

1. Gambaran MSDs pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri Kecil

(PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung.

Data MSDs diperoleh dengan menggunakan kuesioner (Nordic Body

Map) yang mengkatagorikan MSDs terdiri dari Keluhan berat dan ringan.

Keluhan berat, jika memiliki satu gejala atau lebih yang menetap selama ≥ 3 hari

dalam waktu 7 (tujuh) hari terakhir, sedangkan keluhan ringan, jika memiliki satu

gejala atau lebih yang menetap selama < 3 hari dalam waktu 7 (tujuh) hari

terakhir.

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat MSDs pada Pengrajin

Sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan

Kecamatan Cakung 2013.

Pada tabel 5.1, menunjukkan bahwa dari 63 responden (total sampel )

diperoleh sebanyak 29 responden (46 %) mengalami MSDs berat dan sebanyak

34 responden (54 %) mengalami MSDs ringan.

Indikator MSDs pada penelitian ini berdasarkan pada 28 titik tubuh pada

kuesioner Nordic Body Map , metode ini sangat sederhana, namun kelemahannya

Keluhan Jumlah %

Berat 29 46

Ringan 34 54

Total 63 100

Page 80: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

60

keluhan yang dirasakan itu bersifat subjektif. Dari data primer yang dikumpulkan,

distribusi frekuensi responden yang mengalami MSDs berdasarkan bagian tubuh

yang merasakan MSDs seperti nyeri, keram, pegal, dan MSDs lainnya dapat dilihat

pada grafik berikut :

Grafik 5.1

Distribusi Frekuensi MSDs Berdasarkan Anggota Tubuh Pengrajin Sepatu di

Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan

Kecamatan Cakung 2013

Dari grafik 5.1, diketahui mayoritas pengrajin menglami keluhan pada

bagian pinggang yaitu sebanyak 30 orang (14,02 %), leher bagian atas sebesar

(8,88 %) dan bahu kanan sebesar (8,88%), sementara itu titik keluhan paling

sedikit dirasakan pengrajin pada bagian lengan bawah kanan yaitu sebesar (0,47

%). Untuk tingkat keluhan mayoritas pengrajin hanya mengalami keluhan pada

tingkat nyeri ringan, untuk tingkat nyri ringan paling banyak dirasakan pada

0

5

10

15

20

25

30

35

Leh

er

bag

ian

ata

s

Leh

er

bag

ian

baw

ah

Bah

u k

iri

Bah

u k

anan

Len

gan

ata

s ki

ri

Pu

ngg

un

g

Len

gan

ata

s ka

nan

Pin

ggan

g

Bo

kon

g

Pan

tat

Siku

kir

i

Siku

kan

an

Len

gan

baw

ah k

iri

Len

gan

baw

ah k

anan

Pe

rgel

anga

n t

anga

n k

iri

Pe

rgel

anga

n t

anga

n…

Tan

gan

kir

i

Tan

gan

kan

an

Pah

a ki

ri

Pah

a ka

nan

Lutu

t ki

ri

Lutu

t ka

nan

Be

tis

kiri

Be

tis

kan

an

Pe

rgel

anga

n k

aki k

iri

Pe

rgel

anga

n k

aki k

anan

Kak

i kir

i

Kak

i kan

an

Penderita

Page 81: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

61

bagian pinggang yaitu sebesar 13,95 %, sedangkan untuk tingkat nyeri tak

tertahankan dirasakan pada bagian pinggang sebesar 18,75 %. Untuk tingkat

keseringan, mayoritas pengrajin mengalami MSDs sebanyak 1-2 kali dalam

seminggu (13,79 %) pada bagian bahu kanan dan pinggang.

2. Gambaran Risiko Pekerjaan pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan

Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung.

Hasil penelitian mengenai faktor pekerjaan diperoleh dari pengukuran

dengan metode REBA pada bagian tubuh leher, punggung, bahu, kaki, lengan

atas, lengan bawah dan pergelangan tangan dengan mempertimbangkan durasi,

frekuensi dan beban pekerjaan yang dilakukan oleh pengrajin Sepatu di

Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung. Adapun

gambaran distribusi frequensi responden berdasarkan risiko pekerjaan dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Risiko Pekerjaan pada Pengrajin

Sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan

Kecamatan Cakung 2013

Variabel Min-Max Mean Median SD 95% CI Mean

Risiko

pekerjaan

3-11 7,16 7,0 2,245 6.59 - 7,72

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa dari 63 responden, gambaran

distribusi risiko pekerjaan dengan nilai tengah skor REBA adalah 7,00 dan

standar deviasi 2,245. Sedangkan skor REBA terkecil adalah 3 dan skor REBA

terbesar adalah 11.

Page 82: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

62

Gambar 5.1

Postur Janggal Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri Kecil

(PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung 2013

3. Gambaran Status Merokok pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan

Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung.

Hasil penelitian terkait status merokok pengrajin sepatu di Perkampungan

Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung.

Tabel 5.3

Distribusi Responden Berdasarkan Status Merokok pada Pengrajin Sepatu di

Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan

Kecamatan Cakung 2013

Variabel Min-Max Mean Median SD 95% CI Mean

Jumlah

rokok

0-24 10,43 12,00 5,120 9,14 – 11,72

Berdasarkan tabel 5.3, diketahui bahwa variabel status merokok

berdistribusi tidak normal (P= 0,000 ), nilai rata-rata banyaknya jumlah rokok

yang dikonsumsi per hari oleh pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil

300

970

540

Page 83: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

63

(PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung adalah 10,43 batang. Sedangkan nilai

tengah banyaknya jumlah rokok yang dikonsumsi per hari oleh pengrajin sepatu

di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung adalah

12,00 batang dengan standar deviasi 5,120. Dari hasil tersebut diketahui ada

pengrajin yang tidak merokok (Min = 0). Sedangkan batang rokok yang

dikonsumsi oleh pengrajin paling banyak adalah 24 batang per hari.

4. Gambaran Usia pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri Kecil

(PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung.

Hasil penelitian terkait usia pengrajin sepatu di Perkampungan Industri

Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung.

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Pengrajin Sepatu di

Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan

Kecamatan Cakung 2013

Variabel Min-Max Mean Median SD 95% CI Mean

Usia 17-61 33,79 33,0 11,107 31,00 - 36,59

Berdasarkan tabel 5.4, diketahui bahwa variabel usia berdistribusi normal

(P= 0,200 ), nilai rata-rata usia pada pengrajin sepatu di Perkampungan Industri

Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung adalah 34 tahun, nilai tengah usia

pada pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan

Kecamatan Cakung adalah 33,0 tahun dengan standar deviasi 11,107. Adapun

usia responden paling muda adalah 17 tahun, dan paling tua adalah 61 tahun.

Page 84: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

64

5. Gambaran Indeks Masa Tubuh pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan

Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung.

Hasil penelitian terkait Indeks Masa Tubuh (IMT) pengrajin sepatu di

Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT)

Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan

Kecamatan Cakung 2013

IMT Jumlah (n) %

Obesitas (IMT > 25) 10 15,9

Normal (IMT = 18,5 - 25) 50 79,4

Kurus (IMT≤18,4) 3 4,8

Total 63 100 %

Dari data di atas dapat dilihat bahwa responden yang masuk dalam

katagori obesitas berjumlah 10 pekerja (15,9 %), responden yang masuk dalam

katagori under weight (kurus) berjumlah 3 pekerja (4,8 %) dan pekerja yang

memiliki IMT normal adalah sebesar 50 pekerja (79,4 %).

6. Gambaran Lama Kerja pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri

Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung.

Hasil penelitian terkait lama kerja pengrajin sepatu di Perkampungan

Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung adalah sebagai berikut:

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Kerja Pengrajin Sepatu di

Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan

Kecamatan Cakung 2013.

Variabel Min-Max Mean Median SD 95% CI Mean

Lama Kerja 0,08-35,00 8,4537 5,8333 8,6033 6,2870-10,6204

Page 85: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

65

Berdasarkan tabel 5.6, diketahui bahwa variabel lama kerja berdistribusi

tidak normal (P= 0,000 ), nilai tengah lama kerja pada pengrajin sepatu di

Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung adalah

5,8333. Untuk lama kerja paling rendah adalah 0,08 tahun, dan lama kerja paling

lama adalah 35 tahun.

7. Gambaran Pencahayaan pada Area Kerja Pengrajin Sepatu di

Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung.

Hasil penelitian terkait lama kerja pengrajin sepatu di Perkampungan

Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung.

Tabel 5.7

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pencahayaan Area Kerja Pengrajin

Sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan

Kecamatan Cakung 2013.

Variabel Min-Max Mean Median SD 95% CI Mean

Pencahayaan 19-830 181,94 145,00 141,218 146,37-217,50

Berdasarkan tabel 5.7, diketahui bahwa variabel Pencahayaan

berdistribusi tidak normal (P= 0,000 ), nilai tengah pencahayaan pada pengrajin

sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung

adalah 145,00 Luks, sedangkan nilai rata-rata pencahayaan adalah 181,94 Luks,

Untuk pencahayaan paling rendah adalah 19 luks, dan pencahayaan paling tinggi

adalah 830 Luks.

Page 86: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

66

8. Gambaran Suhu lingkungan pada Area Kerja Pengrajin Sepatu di

Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung.

Pada penelitian ini, data suhu lingkungan didapatkan dengan

menggunakan Area Heatstress Monitor WBGT Quest Temp 36, adapun

gambaran suhu lingkungan pada area kerja pengrajin sepatu di Perkampungan

Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung adalah sebagai berikut.

Tabel 5.8

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Suhu Area Kerja Pengrajin Sepatu

di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan

Kecamatan Cakung 2013.

Berdasarkan tabel 5.8, diketahui bahwa variabel suhu lingkungan

berdistribusi tidak normal (P= 0,000 ), nilai tengah suhu lingkungan pada area

kerja pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan

Kecamatan Cakung adalah 29.59 0C, sedangkan nilai rata-rata suhu

lingkungannya adalah 29.15 0C, Untuk suhu paling rendah adalah 27.30

0C, dan

suhu paling tinggi adalah 30.55 0C.

Variabel Min-Max Mean Median SD 95% CI Mean

Suhu 27.30-30.55 29.15 29.59 1.07787 28.88-29.42

Page 87: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

67

B. Analisis Bivariat

1. Hubungan antara Faktor Risiko Pekerjaan dengan MSDs pada Pengrajin

Sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan

Cakung.

Analisis hubungan antara faktor risiko pekerjaan dengan MSDs pada

pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan

Cakung, untuk data variabel risiko pekerjaan adalah berdistribusi tidak normal

(P= 0,003) sehingga dilakukan uji mann whitney dan hasilnya dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 5.9

Analisis Hubungan antara Risiko Pekerjaan dengan MSDs pada Pengrajin Sepatu

di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan

Kecamatan Cakung2013.

Variabel MSDs N Mean Rank P value

Risiko

Pekerjaan

Berat 29 39.29

0,003 Ringan 34 25.78

Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan uji mann whitney,

diperoleh nilai rata-rata rangking risiko pekerjaan dengan MSDs berat adalah

39,29 dan rata-rata rangking risiko pekerjaan dengan MSDs ringan adalah 27,78.

Adapun nilai probabilitas (P value) sebesar 0,003 (P value < 0,05) sehingga

dapat disimpulkan bahwa pada α (5%) terdapat hubungan antara risiko pekerjaan

dengan MSDs pada pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK)

Penggilingan Kecamatan Cakung 2013.

Page 88: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

68

2. Hubungan antara Faktor Jumlah Konsumsi Rokok dengan MSDs pada

Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan

Kecamatan Cakung.

Analisis hubungan antara status merokok dengan MSDs pada pengrajin

sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung.

Pada alpha 0,05 distribusi data status merokok adalah tidak normal. Kemudian

pada tahap selanjutnya dilakukan uji Mann Whitney, untuk mengetahui hubungan

antara status merokok dengan MSDs dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.10

Analisis Hubungan antara Status Merokok Dengan MSDs pada Pengrajin Sepatu

di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan

Kecamatan Cakung2013.

Variabel MSDs N Mean Rank P value

Status Merokok Berat 29 35.03 0,191

Ringan 34 29.41

Berdasarkan tabel hasil analisis di atas dengan menggunakan uji mann

whitney , diperoleh nilai rata-rata rangking status merokok dengan MSDs berat

adalah 35,03 dan rata-rata rangking status merokok dengan MSDs ringan adalah

29.41. Adapun nilai probabilitas (P value) sebesar 0,191 (P value > 0,05)

sehingga dapat disimpulkan bahwa pada α (5%) tidak ada hubungan antara status

merokok dengan MSDs pada pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil

(PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung 2013.

Page 89: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

69

3. Hubungan antara Faktor Usia dengan MSDs pada Pengrajin Sepatu di

Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung.

Analisis responden berdasarkan hubungan antara usia pengrajin dengan

terjadinya MSDs. Untuk variabel usia dan diketahui bahwa variabel usia

berdistribusi normal P value > 0,05 (P value = 0,200), sehingga dilakukan uji t-

test independent, uji tersebut digunakan untuk menguji dua variabel yaitu antara

variabel numerik dan dua variabel kegorik. Pada variabel usia pekerja merupakan

variabel numerik sedangkan MSDs merupakan variabel 2 katagorik.

Adapun hasil uji analisis yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 5.10

berikut:

Tabel 5.11

Analisis Hubungan antara Usia dengan MSDs pada Pengrajin Sepatu di

Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan

Kecamatan Cakung2013.

Variabel MSDs N Mean Std. Deviation P-value

Usia Berat 29 32.34 11.216 0.343

Ringan 34 35.03 11.027

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji t-test independent

diperoleh nilai rata-rata usia pada responden keluhan berat adalah 32.34 tahun

dengan standar deviasi 11.216 serta rata-rata responden dengan keluhan ringan

adalah 35.03 dengan standar deviasi 11.027. Dari data tersebut diperoleh p value

0.343 (p value > 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa pada alpha (5%) tidak

terdapat hubungan antara rata-rata usia pengrajin dengan MSDs berat dan rata-

Page 90: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

70

rata usia pekerja dengan MSDs ringan pada pada pengrajin sepatu di

Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung.

4. Hubungan antara faktor Indeks Masa Tubuh dengan MSDs pada pengrajin

sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan

Cakung.

Hasil analisis responden berdasarkan hubungan antara Indeks Masa Tubuh

pengrajin dengan terjadinya MSDs dapat dilihat pada tabel 5.14 berikut:

Tabel 5.12

Analisis hubungan antara IMT dengan MSDs pada pengrajin sepatu di

Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan

Kecamatan Cakung 2013.

Variabel

MSDs

Total

P value Berat Ringan

N % N % n %

Obesitas 1 33,3 2 66,7 3 100

0,811 Normal 24 48,0 26 52,0 50 100

Kurus 4 40,0 6 60,0 10 100

Dari hasil uji statistik yang dilakukan, diketahui responden yang masuk

dalam katagori obesitas paling banyak merasakan MSDs ringan yaitu sebanyak 2

orang (66,7 %), responden yang masuk dalam katagori IMT normal paling

banyak juga mengalami MSDs ringan yaitu sebanyak 26 orang (52%), sedangkan

untuk katagori responden dengan IMT kurus, juga banyak mengalami MSDs

ringan yaitu sebanyak 6 orang (60%).

Page 91: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

71

Dari hasil tersebut diperoleh nilai P Value sebesar 0,811 (P > 0,05)

sehingga dapat disimpulkan bahwa pada alpha (5%) tidak terdapat hubungan

yang signifikan antara setatus IMT pengrajin dengan MSDs pada pengrajin

sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung.

5. Hubungan antara faktor lama Kerja dengan MSDs pada pengrajin sepatu

di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung.

Analisis hubungan antara Lama Kerja dengan MSDs pada pengrajin

sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung.

Pada tahap awal pengujian dilakukan uji normalitas terlebih dahulu dan

didapatkan nilai (P = 0,000) sehingga disimpulkan bahwa pada alpha 0,05

distribusi data Lama Kerja adalah tidak normal. Kemudian pada tahap

selanjutnya dilakukan uji Mann Whitney, untuk mengetahui hubungan antara

Lama Kerja dengan MSDs dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.13 Analisis Hubungan antara Lama Kerja dengan MSDs pada Pengrajin Sepatu di

Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan

Kecamatan Cakung 2013.

Berdasarkan tabel analisis di atas dengan menggunakan uji mann whitney ,

diperoleh nilai rata-rata rangking Lama Kerja dengan MSDs berat adalah 30,60

dan rata-rata rangking Lama Kerja dengan MSDs ringan adalah 33,19. Adapun

Variabel MSDs N Mean Rank P value

Lama_kerja2 Berat 29 30.60 0,576

Ringan 34 33.19

Page 92: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

72

nilai probabilitas (P value) sebesar 0,576 (P value > 0,05) sehingga dapat

disimpulkan bahwa pada α (5%) tidak ada hubungan yang signifikan antara

Lama Kerja dengan MSDs pada pengrajin sepatu di Perkampungan Industri

Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung 2013.

6. Hubungan antara Faktor Intensitas Cahaya dengan MSDs pada Pengrajin

Sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan

Cakung.

Analisis hubungan antara intensitas cahaya dengan MSDs pada pengrajin

sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung.

Pada tahap awal pengujian dilakukan uji normalitas terlebih dahulu dan

didapatkan nilai (P = 0,000) sehingga disimpulkan bahwa pada alpha 0,05

distribusi data intensitas cahaya adalah tidak normal. Kemudian pada tahap

selanjutnya dilakukan uji Mann Whitney, untuk mengetahui hubungan antara

intensitas cahaya dengan MSDs dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.14 Analisis hubungan antara intensitas pencahayaan area kerja dengan MSDs pada

pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK)

Penggilingan Kecamatan Cakung 2013.

Berdasarkan tabel analisis di atas dengan menggunakan uji mann whitney ,

diperoleh nilai rata-rata rangking antara intensitas pencahayaan area kerja

Variabel MSDs N Mean Rank P value

Pencahayaan Berat 29 32.34 0,890

Ringan 34 31.71

Page 93: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

73

dengan MSDs berat adalah 32,34 dan rata-rata rangking antara intensitas

pencahayaan area kerja dengan MSDs ringan adalah 31,71. Adapun nilai

probabilitas (P value) sebesar 0,890 (P value > 0,05) sehingga dapat disimpulkan

bahwa pada α (5%) tidak ada hubungan yang signifikan antara intensitas

pencahayaan area kerja dengan MSDs pada pengrajin sepatu di Perkampungan

Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung 2013.

7. Hubungan antara Faktor Suhu area kerja dengan MSDs pada Pengrajin

Sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan

Cakung.

Analisis hubungan antara suhu area kerja dengan kejadian MSDs pada

pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan

Cakung. Untuk variabel suhu area kerja merupakan data berdistribusi tidak

normal. sehingga dilakukan uji Mann Whitney, untuk mengetahui hubungan

antara suhu area kerja dengan MSDs dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.15 Analisis Hubungan antara Suhu Area Kerja dengan MSDs pada Pengrajin

Sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK)

Penggilingan Kecamatan Cakung 2013.

Berdasarkan tabel analisis 5.15 dengan menggunakan uji mann

whitney , diperoleh nilai rata-rata rangking antara suhu area kerja dengan MSDs

berat adalah 28,74 0C dan rata-rata rangking antara suhu area kerja dengan

MSDs ringan adalah 34,78 0C. Adapun nilai probabilitas (P value) sebesar 0,187

Variabel MSDs N Mean Rank P value

Suhu Berat 29 28,74 0,187

Ringan 34 34,78

Page 94: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

74

(P value > 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa pada α (5%) tidak ada

hubungan antara suhu area kerja dengan MSDs pada pengrajin sepatu di

Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung 2013.

Page 95: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

75

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

1. Pada penelitian ini data MSDs didapatkan dari tabel Nordic Body Map,

melalui metode tersebut dapat diketahui bagian – bagian otot yang

mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman

(agak sakit) sampai pada rasa sangat sakit, dengan melihat dan

menganalisis peta tubuh (NBM) maka dapat diestimasikan jenis dan

tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja. Metode ini

sangat sederhana, namun kelemahannya keluhan yang dirasakan itu

bersifat subjektif sehingga akan mempengaruhi pengkategorian MSDs .

2. Terbatasnya area kerja dan tingginya mobilitas pekerja menyulitkan

peneliti dalam mengambil sudut gambar/video proses kerja yang

dilakukan oleh pengrajin, sehingga adakalanya pada suatu tugas kerja,

postur kerja yang diteliti menggunakan beberapa gambar yang

pengambilannya dilakukan pada waktu yang berbeda.

3. Pengukuran suhu lingkungan dilakukan pada titik area ruangan tertentu

atau tempat pekerja sering melakukan pekerjaannya, sehingga

diasumsikan untuk pekerja yang berada di tempat atau ruangan yang sama

memiliki paparan suhu yang sama juga, pengukuran ini memiliki

kelemahan yaitu tidak mampu memperhitungkan panas hasil metabolisme

tubuh dan kecepatan angin yang ada.

Page 96: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

76

B. Gambaran MSDs pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri

Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung.

Sistem Muskuloskeletal merupakan sistem yang kompleks dan

tersusun atas tulang, sendi, otot, ligamen, tendon, serta jaringan lain yang

menghasilkan struktur dan bentuk tulang. Sistem ini juga melindungi organ-

organ vital, yang memungkinkan terjadinya gerakan, menyimpan kalsium

serta mineral lain di dalam matriks tulang yang dapat dimobilisasi bila terjadi

defisiensi, dan merupakan tempat berlangsungnya hematopoiesis (produksi sel

darah merah) di dalam susmsum tulang (Kowalak et, al 2003). Ketika terdapat

suatu gaya atau kekuatan yang melampaui kekuatan tulang dan otot saat

menahan beban tentunya akan menyebabkan tidak seimbangannya sistem

muskuloskeletal, hal ini akan berdampak pada timbulnya keluhan pada sistem

muskoluskeletal.

Sementara itu keluhan muskoluskeletal itu sendiri merupakan keluhan

rasa tidak nyaman pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh

seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Keluhan

muncul diakibatkan oleh otot menerima beban statis secara berulang dan

dalam waktu yang lama, sehingga dapat menyebabkan keluhan berupa

kerusakan pada ligamen, sendi dan tendon. Ada beberapa cara yang telah

diperkenalkan dalam melakukan evaluasi Ergonomi untuk mengetahui

hubungan antara tekanan fisik dengan risiko keluhan otot skeletal.

Pengukuran fisik ini dapat dilakukan dengan Cheklist, Model Biomekanik,

Page 97: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

77

Model Fisik, Model Analitik, Pengamatan Melalui Monitor dan Nordic Body

Map (NBM). Pengukuran terhadap tekanan fisik ini cukup sulit karena

melibatkan berbagai faktor subjektif seperti kinerja, motivasi, harapan dan

toleransi dalam bekerja (Waters & Anderson 1996) dalam (Tarwaka 2004).

Pada penelitian ini, digunakan metode Nordic Body Map (NBM),

melalui NBM dapat diketahui bagian-bagian otot mana yang mengalami

MSDs dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman (agak sakit)

sampai sangat sakit (corlett, 1992) dalam (Tarwaka, 2004).

Pada grafik 5.1, diketahui mayoritas pengrajin mengalami keluhan

pada bagian pinggang yaitu sebanyak 14,02 %, leher bagian atas sebesar 8,88

% dan bahu kanan sebesar 8,88%, sementara itu titik keluhan paling sedikit

dirasakan pengrajin pada bagian lengan bawah kanan yaitu sebesar 0,47 %.

Untuk tingkat keluhan, mayoritas pengrajin hanya mengalami keluhan pada

tingkat nyeri ringan. Untuk tingkat nyeri ringan, paling bnyak dirasakan pada

bagian pinggang (13,95 %), sedangkan untuk tingkat nyeri tak tertahankan

paling banyak dirasakan pada bagian pinggang yaitu sebesar 18,75 %.

Berdasarkan studi European Survey on Working Conditions (ESWC

bahwa MSDs yang dirasakan oleh pekerja banyak dirasakan pada tubuh

bagian leher belakang, pinggang, serta otot-otot rangka bagian atas lainnya.

Pada bagian tubuh dengan keluhan sakit punggung atau pinggang serta

anggota tubuh bagian atas, banyak disebabkan oleh adanya pekerjaan berat

pada posisi janggal yang dilakukan berulang-ulang, mengangkat beban yang

Page 98: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

78

berat serta postur tubuh yang tidak dapat menyesuaikan dengan posisi obyek

target yang dikerjakan, sehingga tidak terlalu memperhatikan posisi yang

Ergonomis (European Agency for Safety and Health at Work, 2010).

Peneltian lain yang dipublikasikan tahun 2000 dengan desain Cross

Sectional yang dilakukan oleh Picavet HJS et. Al pada 22.415 pekerja di

belanda baik pria maupun wanita, menyatakan bahwa, prevalensi nyeri

pinggang karena membungkuk dan memutar tubuh adalah sebesar 40,6%.

Prevalensi sering pada posisi yang sama (statis) untuk waktu yang lama

sebesar 32,6 %, prevalensi untuk sering membuat gerakan yang tiba-tiba

sebesar 30,2 % dan prevalensi untuk mengangkat, membawa, mendorong dan

menarik sebesar 30,4 %. (Picavet HJS et. Al , 2000)

Berdasarkan Labour Force Survey (LFS) U.K prevalensi kasus

Musculoskeletal Disorders sebesar 1.144.000 kasus dengan menyerang

punggung sebesar 493.000 kasus, anggota tubuh bagian atas atau leher

426.000 kasus, dan anggota tubuh bagian bawah 224.000 kasus (Health and

Safety Commite 2006/2007 dalam Soleha, 2009). Pada 2007/2008

diperkirakan ada 538.000 orang di Britania Raya yang bekerja sejak tahun lalu

menderita Musculoskeletal Disorders yang disebabkan oleh pekerjaannya

(Health and Safety Executive, 2009).

Sementara itu di indonesia, penelitian yang dilakukan oleh Nurliah

(2012), pada penelitiannya terkait Analisis Risiko Musculoskeletal Disorders

(MSDs) pada Operator Forklift di PT. LLI, didapatkan angka kejadian MSDs

Page 99: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

79

cukup tinggi dari semua operator forklift yang menjadi responden, 87%

mengalami MSDs, titik keluhan yang dirasakan antara lain pinggang (65%),

leher atas (60%), leher bawah (60%), punggung (48%) dan bahu kanan (45%).

Selain itu Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Zulfiqor (2010) yang

dilakukan pada Welder di bagian Fabrikasi PT. Caterpillar Indonesia

didapatkan pekerja dengan tingkat keluhan MSDs ringan sebanyak 58 orang

(77,3%) dan keluhan MSDs berat sejumlah 7 orang (9,3%).

C. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan MSDs pada Pengrajin Sepatu

di Perkampungan Industri Kecil (PIK).

1. Hubungan antara Risiko Pekerjaan dengan MSDs.

Penilaian risiko pekerjaan dilakukan dengan menggunakan metode

REBA. Metode REBA diperkenalkan oleh Sue Hignett dan Lynn

Mcatammney yang diterbitkan dalam jurnal Apllied Ergonomics tahun

2000. Metode ini merupakan kolaboratif oleh tim Ergonomis, fisioterapi,

ahli okupasi dan para perawat yang mengidentifikasi sekitar 600 posisi di

industri manufakturing. Metode REBA, memungkinkan dilakukan suatu

analisis secara bersamaan dari posisi yang terjadi pada anggota tubuh

bagian atas (lengan, lengan bawah dan pergelangan tangan) badan, leher,

dan kaki. Metode ini juga mendefinisikan faktor-faktor lainnya yang

diduga dapat menentukan hasil penilaian akhir dari postur tubuh seperti:

beban atau gaya yang dilakukan, jenis pegangan atau jenis aktifitas otot

yang dilakukan pekerja. Hal ini memungkinkan untuk mengevaluasi baik

Page 100: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

80

posisi statis dan dinamis, dan keadaan yang dapat menunjukkan adanya

perubahan secara tiba-tiba pada postur atau posisi tidak setabil (Tarwaka,

2013).

Pada tabel 5.9, diperoleh nilai rata-rata rangking risiko pekerjaan

dengan MSDs berat adalah 39,29 dan rata-rata rangking risiko pekerjaan

dengan MSDs ringan adalah 27,78. Adapun nilai probabilitas (P value)

sebesar 0,003 (P value < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa pada α

(5%) terdapat hubungan antara risiko pekerjaan dengan MSDs pada

pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan

Kecamatan Cakung 2013. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Hendra dan Raharjo (2008) bahwa 83,7% pekerja kelapa

sawit merasakan MSDs pada leher dan punggung bawah dengan skor

risiko pekerjaan (REBA) 8-10/high risk.

Pengrajin sepatu merupakan salah satu profesi yang memiliki

potensi untuk terjadinya MSDs, hal ini dibuktikan dengan adanya

beberapa faktor seperti postur janggal pengrajin saat melakukan kegiatan

membuat pola, penjahitan bahan, pengeleman dan perangkain sepatu

hingga menjadi sebuah produk yang siap dipasarkan.

Kesesuaian antara desain kerja dengan pekerja perlu diperhatikan,

seperti halnya posisi tubuh pekerja dalam kondisi duduk cendrung

mengikuti desain kursi yang digunakan, saat ruas-ruas tulang menekuk ke

depan maka otot akan bekerja untuk menopang tulang/rangka bagian atas

Page 101: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

81

sampai kepala, sehingga otot akan melentur. Hal tersebut apabila semakin

sering dan semakin lama digunakan dengan berlebihan, maka hal

demikian akan menyebabkan hilangnya kelenturan pada otot tersebut,

dari sudut otot, sikap duduk yang baik adalah sedikit membungkuk.

Namun dari sudut tulang posisi duduk yang baik adalah tegak, agar

punggung tidak bungkuk dan otot perut tidak lemas, dianjurkan untuk

duduk pada posisi tegak, dan diselingi istirahat dengan melakukan

perenggangan dan sedikit membungkuk (Tarwaka, 2004 ).

Faktor pekerjaan ini juga dipengaruhi oleh tidak sesuainya desain

kerja dengan pekerja, desain kerja sangat ditentukan oleh jenis dan sifat

pekerjaan yang dilakukan. Baik desain kerja untuk posisi duduk maupun

posisi berdiri, keduanya mempunyai keuntungan dan kerugian (Tarwaka,

2013).

Ketidaksesuaian antara desain kerja dengan pekerja, mengakibatkan

posisi tubuh pekerja cendrung tidak Ergonomis. Pada penelitian ini,

ditemukan beberapa kondisi yang mempengaruhi posisi tubuh pengrajin

sepatu, salah satunya adalah desain kursi yang tidak sesuai dengan posisi

kerja pengrajin, posisi duduk saat melakukan pengeleman, pengesolan

dan penjahitan bahan merupakan beberapa temuan yang memungkinkan

untuk memicu MSDs.

Ketidaksesuaian tersebut dibuktikan dengan keadaan kursi yang

hanya terbuat dari kayu atau kaleng bekas kemasan lem yang berbentuk

Page 102: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

82

kotak, tidak ada sandaran dan ketinggian kursi tidak dapat diatur, hal ini

mengakibatkan posisi leher yang fleksi 360, posisi punggung fleksi 36

0

dan posisi lengan atas fleksi 610

, sikap kerja pengrajin yang tidak alamiah

ini menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi

alamiah tubuh, apabila kondisi ini terjadi dalam kurun waktu yang lama,

maka akan terjadi akumulasi keluahan yang pada akhirnya dapat

menyebabkan terjadinya cidera otot. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh

Tarwaka (2011) bahwa, di Indonesia, sikap kerja tidak alamiah dalam

bekerja lebih banyak disebabkan oleh tidak sesuainya antara dimensi alat

dan stasiun kerja dengan ukuran tubuh manusia, kondisi tersebut akan

menyebabkan sikap paksa pada waktu pekerja mengoprasikan mesin.

Gambar 6.1

(a) Posisi janggal pada bagian penjahitan bahan, (b) salah satu contoh

desain kursi yang digunakan pengrajin.

360

360

610

a b

Page 103: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

83

Dari keadaan sikap kerja pengrajin tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa, kesesuaian antara pengrajin dengan desain kerja

terutama kursi yang digunakan sangat perlu diperhatikan, hal ini

dikarenakan pekerjaan membuat sepatu kebanyakan dilakukan pada

posisi duduk. Menurut Clark (1996) dalam terwaka (2011), menyatakan

bahwa desain stasiun kerja dengan posisi duduk yang benar mempunyai

derajat stabilitas tubuh yang tinggi, mengurangi kelelahan dan keluhan

subjektif bila bekerja lebih dari 2 jam, disamping itu pekerja juga dapat

mengendalikan kaki untuk melakukan gerakan relaksasi.

Desain kerja pada pekerjaan yang kebanyakan dilakukan dalam

posisi duduk, perlu mempertimbangkan hal-hal antara lain (Tarwaka,

2013; Anies,2005);

a. Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau

sikap berdiri secara bergantian.

b. Sudut pandang yang netral yang tidak menyebabkan leher

mendongak.

c. Terdapat injakan kaki sebagai sarana relaksasi.

d. Posisi tangan yang netral yang tidak menyebabkan bahu

terangkat.

Page 104: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

84

a. Semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindari, seadainya

hal ini tidak memungkinkan, hendaknya diusahakan agar beban

statik diperkecil.

b. Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak

membebani, melainkan dapat memberikan relaksasi pada otot-

otot yang sedang tidak dipakai untuk bekerja dan tidak

minimbulkan penekanan pada bagian tubuh (paha). Hal ini

dimaksudkan untuk mencegah terjadinya gangguan sirkulasi

darah dan sensibilitas pada paha, mencegah keluhan kesemutan

yang dapat mengganggu aktivitas.

Gambar 6.2

Ilustrasi contoh desain kerja dan sikap kerja dinamis (duduk di

suatu saat dan berdiri atau duduk-berdiri pada saat lainnya)

(Tarwaka, 2013)

Page 105: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

85

Gambar 6.3

Ilustrasi contoh desain kursi sadel untuk sikap kerja duduk disuatu saat

dan berdiri atau duduk-berdiri pada saat lainnya. Ketinggian sadel

dapat distel sesuai dengan ketinggian kaki penggunanya

(Tarwaka, 2013)

Namun pada kenyataannya memang sulit untuk merubah desain

kerja pada suatu perusahaan, terutama perusahaan sekala industri kecil,

selain biaya yang relatif mahal, kebanyakan pihak pemilik usaha kurang

memperdulikan hal-hal terkait desain kerja yang baik. Menyadari hal

tersebut, salah satu cara terbaik untuk mengurangi kelelahan akibat posisi

duduk adalah dengan berdiri dan berjalan sejenak disekeliling stasiun

kerja setelah mengalami ketegangan otot-otot selama duduk, seperti

bekerja dengan duduk 1 jam, berdiri dan berjalan 5 menit kemudian

melakukan peregangan otot yang mengalami ketegangan (Tarwaka,

2013). Selain relatif mudah dilakukan, kegiatan ini dapat menguragi

Page 106: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

86

tegang pada otot sehingga otot yang tegang pun merasakan relaksasi, dan

yang lebih menarik lagi kegiatan ini juga tidak membutuhkan biaya sama

sekali.

2. Hubungan antara Faktor Jumlah Konsumsi Rokok dengan MSDs.

Menurut Terwaka (2011), kebiasaan merokok sangat erat kaitannya

dengan lama dan tingkat kebiasaan rokok. Semakin lama dan semakin

tinggi frekuensi merokok, semakin tinggi pula tingkat keluhan otot yang

dirasakan. Penelitian yang dilakukan oleh Boshuizen (1993) menemukan

hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan keluhan otot

pinggang, khususnya untuk pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot.

Berdasarkan Annuals of Rheumatic Diseases (Croasmun, 2003)

melaporkan bahwa dari hasil studi yang dilakukan terhadap 13.000

perokok dan non perokok dengan rentang usia antara 16 s.d 64 tahun,

bahwa perokok memiliki risiko 50 % lebih besar untuk mengalami

MSDs. Hal ini dikarenakan efek rokok akan menciptakan respon rasa

sakit atau sebagai permulaan rasa sakit, mengganggu penyerapan kalsium

pada tubuh sehingga meningkatkan risiko terkena osteoporosis,

menghambat penyembuhan luka patah tulang serta menghambat

degenerasi tulang. Selain itu, efek rokok akan menciptakan respon rasa

sakit atau sebagai permulaan rasa sakit, mengganggu penyerapan kalsium

pada tubuh sehingga meningkatkan risiko terkena osteoporosis.

Page 107: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

87

Berdasarkan tabel analisis 5.10 dengan menggunakan uji mann

whitney, diperoleh nilai rata-rata rangking banyaknya batang rokok yang

dikonsumsi dengan MSDs berat adalah 35,03 dan rata-rata rangking

banyaknya batang rokok yang dikonsumsi dengan MSDs ringan adalah

29.41. Adapun nilai probabilitas (P value) sebesar 0,191 (P value > 0,05)

sehingga dapat disimpulkan bahwa pada α (5%) tidak ada hubungan yang

signifikan antara jumlah batang rokok yang dikonsumsi dengan MSDs

pada pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK)

Penggilingan Kecamatan Cakung 2013. Hal ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan Said (2012) pada pekerja mekanik di Electric Truck

Section PT. Kaltim Prima Coal.

Tidak sesuainya antara teori dengan fakta yang ada, dimungkinkan

karena banyaknya pengrajin yang masuk pada katagori tidak merokok

atau prokok ringan juga mengalami MSDs berat. Kondisi ruang kerja

yang sempit dan kurangnya ventilasi ruangan, memungkinkan setatus

pekerja yang tidak merokok menjadi prokok pasif. Menurut Tarwaka

(2011) Kondisi ini juga dapat mengakibatkan penurunan kapasitas paru-

paru, sehingga kemampuan untuk mengkonsumsi oksigen menurun dan

sebagai akibatnya, daya tahan tubuh juga menurun, hal ini akan

mengakibatkan pekerja mudah lelah sehingga terjadi penumpukan asam

laktat dan akhirnya timbul rasa nyeri pada otot.

Page 108: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

88

Gambar 6.4

Kondisi ruang kerja pengrajin Sepatu

di Perkampungan Industri Kecil (PIK)

Selain itu penururnan kapasitas paru-paru kemungkinan juga

dipengaruhi oleh paparan zat iritan yang terkandung dalam lem yang

digunakan pengrajin sebagai perekat bahan sepatu, dimana zat perekat

yang digunakan kemungkinan besar mengandung benzen, keton dan

senyawa lainnya yang apabila terpapar secara terus menerus akan

berakibat pada penurunan kapasitas paru-paru, batuk-batuk dan lain

sebagainya. Batuk yang terus menerus kemungkinan akan menyebabkan

tekanan di tulang belakang meningkat, sehingga terjadi kelelahan otot

punggung yang mungkin akan berakibat pada keluahan MSDs.

3. Hubungan antara Faktor Usia dengan MSDs

Pada umumnya MSDs dirasakan pada usia antara 35 - 65 tahun

(Chaffin, 1979). Keluhan pertama biasanya dirasakan pada usia 25 tahun

dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya

Page 109: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

89

usia. Hal ini terjadi karena pada usia setengah baya, kekuatan dan

ketahanan otot manusia mulai menurun sehingga risiko terjadinya

keluhan otot meningkat (Tarwaka, 2013). Penelitian lain juga mengatakan

bahwa pada saat usia mencapai 60 tahun, kekuatan otot menurun hingga

20 %, pada saat penurunan kekuatan otot inilah risiko kejadian MSDs

meningkat (Betti‟e, et al, 1989) dalam (Tarwaka, 2013).

Riihimaki et. Al (1989) menjelaskan bahwa usia mempunyai

hubungan yang sangat kuat dengan keluhan otot, terutama untuk otot

leher dan bahu, bahkan ada beberapa ahli lainnya menyatakan bahwa usia

merupakan penyebab utama terjadinya keluhan otot.

Pada penelitian ini, berdasarkan hasil uji statistik, diperoleh nilai

rata-rata usia pada responden keluhan berat adalah 32.34 tahun dengan

standar deviasi 11.216 serta rata-rata responden dengan keluhan ringan

adalah 35.03 dengan standar deviasi 11.027. Dari data tersebut diperoleh

p value 0.343 (p value > 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa pada

alpha (5%) tidak terdapat hubungan antara rata-rata usia pengrajin dengan

MSDs berat dan rata-rata usia pekerja dengan MSDs ringan pada pada

pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan

Kecamatan Cakung.

Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa, hasil tersebut

tidak sejalan dengan pendapat Bernard (1997) yang mengatakan bahwa

usia merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan kejadian

Page 110: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

90

gangguan degeneratif, hilangnya kekuatan jaringan dengan bertambahnya

usia mungkin meningkatkan peluang atau keparahan kerusakan jaringan

otot, sehingga dapat menimbulakan gangguan pada sistem

Musculoskeletal. pada penelitian Munir (2012), juga mengatakan bahwa

pada P value 0,012 terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan

kejadian MSDs.

Tidak sesuainya antara teori dan hasil penelitian yang dilakukan

kemungkinan dikarenakan faktor usia bukanlah faktor utama yang

menyebabkan keluahan MSDs, hal ini sesuai yang dikatakan oleh

Tarwaka (2004), bahwasanya usia merupakan faktor kombinasi yang

menyebabkan terjadinya MSDs seperti LBP, CTS dan sebagainya.

Artinya usia tidak bisa berdiri sendiri untuk mengakibatkan terjadinya

gangguan MSDs tersebut, namun ada faktor-faktor lain yang mungkin

lebih dominan.

Bridger (2003) menyatakan bahwa suatu kemungkinan karyawan

atau pekerja senior mempunyai ambang batas nyeri yang lebih tinggi.

Pengalaman kerja yang lama dengan kemungkinan sakit punggung yang

berulang membuat karyawan seniorpun mengabaikan keluhan punggung

yang ringan dan menganggap keluhan tersebut sebagian dari

pekerjaannya yang wajar sehingga tidak melaporkan keluhan nyeri

punggung yang ringan tersebut.

Page 111: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

91

4. Hubungan Indeks Masa Tubuh dengan MSDs

Tulang belakang atau lumbal memegang peranan penting dalam

menahan beban tubuh, mereka yeng memiliki propors tubuh yang normal,

maka beban pada tulang belakangnya juga dalam batas yang normal.

Untuk mengukur kesesuaian berat badan seseorang dengan tinggi badan

digunakanlah perhitungan Indeks masa tubuh. Indeks masa tubuh adalah

berat badan dalam kilogram di bagi dengan tinggi badan dalam meter

dikuadratkan. Kemudian dibuat pengkatagorian, kurus ≤ 18,4, normal

18,5-25,0 dan gemuk IMT ≥ 25,1.

Dari hasil uji statistik yang dilakukan, diketahui responden yang

masuk dalam katagori obesitas paling banyak merasakan MSDs ringan

yaitu sebanyak 2 orang (66,7 %), responden yang masuk dalam katagori

IMT normal paling banyak juga mengalami MSDs ringan yaitu sebanyak

26 orang (52%), sedangkan untuk katagori responde dengan IMT kurus,

juga banyak mengalami MSDs ringan yaitu sebanyak 6 orang (60%).

Kondisi badan seseorang yang terlampau gemuk akan semakin

berisiko untuk mengalami keluhan muskuloskeletal. Seseorang dengan

kelebihan berat badan akan berusaha untuk menyangga berat badan dari

depan dengan mengontraksikan otot punggung bawah. Jika kondisi

tersebut berlanjut terus menerus, maka akan terjadi penekanan pada

bantalan saraf tulang belakang yang menyebabkan hernia nucleus

pulposus (Tan HC dan Horn SE. 1998).

Page 112: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

92

Dari hasil uji statistik yang dilakukan, Pada penelitian ini diperoleh

nilai P Value sebesar 0,811 (P > 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa

pada alpha (5%) tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status

IMT pengrajin dengan MSDs pada pengrajin sepatu di Perkampungan

Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung. Hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Munir (2012) yang menyatakan

bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara IMT dengan kejadian

MSDs (P=0,713) pada pekerja bagian Final Packing pada perusahaan x

tahun 2012.

Tidak sesuainya antara hasil penelitian yang dilakukan dengan hasil

penelitian sebelumnya, kemungkinan dikarenakan rata-rata IMT pada

pengrajin adalah sebesar 21 Kg/m2 (normal). Selain itu pekerjaan

membuat sepatu merupakan salah satu pekerjaan yang tidak terlalu

membutuhkan tenaga yang kuat karena beban yang diangkat tidak lebih

dari 5 kg. Hal ini sesuai yang dijelaskan oleh Tarwaka (2011) yang

mengatakan bahwa keluhan sitem muskuloskeletal yang terkait dengan

ukuran tubuh manusia lebih disebabkan oleh kondisi keseimbangan

struktur rangka dalam menerima beban, baik beban berat tubuh manusia

itu sendiri, maupun beban tambahan lainnya.

Page 113: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

93

5. Hubungan Lama Kerja dengan MSDs

Masa kerja merupakan faktor risiko yang sangat mempengaruhi

seorang pekerja untuk meningkatkan risiko terjadinya Musculoskeletal

Disorders, terutama untuk jenis pekerjaan yang menggunakan kekuatan

kerja yang tinggi. Riihimaki et al. (1989) menjelaskan bahwa masa kerja

mempunyai hubungan yang kuat dengan keluhan otot. Sama halnya

seperti penelitian yang dilakukan oleh Manuaba yang menyatakan masa

kerja lebih mempengaruhi MSDs pada pekerjaan yang membutuhkan

pengerahan tenaga yang besar (Manuaba, 1996).

Berdasarkan tabel 5.13 dengan menggunakan uji mann whitney ,

diperoleh nilai rata-rata rangking Lama Kerja dengan MSDs berat adalah

30,60 dan rata-rata rangking Lama Kerja dengan MSDs ringan adalah

33,19. Adapun nilai probabilitas (P value) sebesar 0,576 (P value > 0,05)

sehingga dapat disimpulkan bahwa pada α (5%) tidak ada hubungan yang

signifikan antara Lama Kerja dengan MSDs pada pengrajin sepatu di

Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung

2013.

Gangguan pada sitem Musculoskeletal hampir tidak pernah

dirasakan secara langsung, tetapi merupakan hasil akumulasi dari paparan

atau hal-hal kecil maupun hala-hal besar yang terjadi secara terus

menerus dalam waktu yang lama. Masa kerja seseorang merupakan faktor

pendukung yang berkontribusi sebagai faktor yang cukup mempengaruhi

Page 114: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

94

terjadinya MSDs. Usia pekerjaan atau lamanya orang bekerja untuk tugas

yang sama akan terkait dengan kesegaran jasmani dan ketahanan fisik

tubuh seseorang, orang yang pekerjaannya memerlukan energi yang

cukup besar, namun tidak memiliki waktu yang cukup untuk beristirahat,

maka resiko untuk mengalami keluhan otot akan meningkat.

Selain itu MSDs berdasarkan masa kerja seseorang erat kaitannya

dengan jenis pekerjaan yang dilakukan, beban kerja yang berat tentunya

akan lebih cepat menimbulkan dampak baik secara fisik maupun mental

dibandingkan beban kerja yang ringan. Contonya pekerjaan mengelem

bahan sepatu tentunya akan lebih cepat mengalami penurunan kapasitas

paru dibandingkan pekerjaan membuat pola. Hal ini dikarenakan

pekerjaan mengelem bahan sepatu terpapar langsung oleh bahan kimia

berbahaya yang mungkin terkandung dalam lem yang digunakan,

penurunan kapasitas paru tersebut akan berdampak pada kemampuan

paru-paru untuk mengkonsumsi oksigen menurun dan sebagai akibatnya,

daya tahan tubuh juga menurun, sehingga mengakibatkan pekerja mudah

lelah, lalu terjadi penumpukan asam laktat dan akhirnya timbul rasa nyeri

pada otot. Hal inilah yang menjadi asumsi peneliti mengapa masa kerja

tidak berpengngaruh terhadap MSDs pada pengrajin sepatu di

Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung.

Page 115: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

95

6. Hubungan Intensitas Pencahayaan dengan MSDs

Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan

tenaga kerja dapat melihat objek-objek yang dikerjakan secara jelas,

cepat, dan tanpa upaya-upaya yang tidak perlu (Suma‟mur 1984).

Penerangan yang cukup dan diatur secara baik juga akan membantu

menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan menyenangkan sehingga

dapat memelihara konsentrasi dalam bekerja. Intensitas penerangan yang

sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan jelas akan meningkatkan

produktifitas pekerjaannya. Sanders & Mc Cormic (1987) dalam Terwaka

(2011) menyimpulkan bahwa, dari hasil penelitian pada 15 perusahaan, di

mana seluruh perusahaan yang diteliti menunjukkkan kenaikan hasil kerja

4 - 35 %.

Pada sebagian besar pekerjaan sangat diperlukan suatu kondisi

dimana pekerja harus mampu melihat suatu objek kerja dengan baik. Pada

beberapa situasi intensitas cahaya yang tidak baik dan tidak sesuai akan

menyulitkan seseorang untuk dapat melihat objek dengan baik,

kekurangan intensitas penerangan tersebut bahkan memungkinkan akan

mempengaruhi posisi atau postur kerja untuk membungkuk agar posisi

mata mendekati objek yang dikerjakan. Pada banyak kasus, postur tubuh

akan menyesuaikan dengan pekerjaan yang dilakukan untuk dapat melihat

objek dengan jelas (Tarwaka, 2013 ). Hal ini akan menjadikan tubuh

Page 116: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

96

stress, terjadi kelelahan dan kepenatan sehingga memungkinkan untuk

terjadinya MSDs

Pada penelitian ini, diperoleh nilai rata-rata rangking antara

intensitas pencahayaan area kerja dengan MSDs berat adalah 32,34 dan

rata-rata rangking antara intensitas pencahayaan area kerja dengan MSDs

ringan adalah 31,71. Adapun nilai probabilitas (P value) sebesar 0,890 (P

value > 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa pada α (5%) tidak ada

hubungan yang signifikan antara intensitas pencahayaan area kerja

dengan MSDs pada pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil

(PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung 2013.

Secara teori, intensitas cahaya merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi terjadinya MSDs, hal ini sesuai dengan pernyataan

Bridger (1995) yang mengatakan bahwa, Intensitas cahaya yang kurang

memiliki potensi untuk mempengaruhi posisi kerja seseorang, jika tingkat

intensitas cahaya atau penerangan pada suatu tempat tidak memenuhi

persyaratan maka hal tersebut dapat menyebabakan postur leher untuk

fleksi ke depan (menunduk) dan postur tubuh untuk fleksi

(membungkuk) yang berisiko mengalami MSDs.

Pada penelitian ini diperoleh hasil yang berbeda, hal ini

kemungkinan dikarenakan rata-rata intensitas cahaya yang digunakan

adalah sebesar 181,94 Luks, sedangkan untuk pekerjaan pembuatan

sepatu merupakan pekerjaan yang digolongkan sebagai pekerjaan yang

Page 117: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

97

membeda-bedakan barang-barang kecil dan halus dengan teliti, standar

intensitas penerangan nasional dari IESNA (Illuminating Engineering

Siciety Of North America, 2000 ) menetapkan standar penerangan untuk

jenis pekerjaan ini setidaknya membutuhkan paling sedikit 300 luks

pencahayaan.

Selain itu ada kemungkinan lama kerja yang dilakukan oleh

pengrajin sepatu juga mempengaruhi penglihatan mereka, secara umum,

kelelahan dan gangguan pada mata dapat diakibatkan oleh melihat suatu

objek yang sama secara berulang-ulang pada waktu yang lama, hal ini

terbukti dari rata-rata lama kerja yang dilakukan pekerja setiap hari

adalah 11 jam (>8 jam). Walaupun intensitas penerangan lokal yang

digunakan sesuai dengan jenis pekerjaannya, kondisi melihat suatu objek

yang sama secara berulang-ulang pada waktu yang lama, akan

mengakibatkan kelelahan pada mata, kelelahan pada mental, kerusakan

indra mata dan kecelakaan kerja meningkat (Tarwaka, 2013).

Untuk mengendalikan resiko yang dapat ditimbulkan oleh

pencahayaan ditempat kerja, dapat dilakukan beberapa modifikasi sitem

penerangan yang sudah ada. Modifikasi dapat dilakukan denagn berbagai

alternatif, diantaranya (Tarwaka, 2013) :

a. Menaikan/ menurunkan letak lampu yang didasarkan pada

objek kerja.

b. Merubah posisi lampu.

Page 118: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

98

c. Menambah atau mengurangi jumlah lampu.

d. Mengganti jenis lampu yang digunakan sesuai dengan jenis

pekerjaannya.

e. Mengganti tudung lampu.

Gambar 6.5

(a) Ilustrasi Desain Penerangan Umum Di Tempat Kerja, (b) Ilustrasi

Desain Penerangan Lokal Ditempat Kerja (Tarwaka, 2013)

Gambar 6.6

Ilustrasi penerangan kombinasi di tempat kerja (Tarwaka, 2013)

a b

Page 119: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

99

7. Hubungan Antara Suhu Area Kerja dengan MSDs

Suhu lingkungan erat hubungannya dengan eksistensi kehidupan

manusia yang ada di dalam lingkungan tersebut. Produktivitas, efisiensi

dan efektivitas kerja sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim (cuaca) kerja

(Suma‟mur, 2009). Beda suhu lingkungan baik suhu dingin maupun suhu

panas dengan suhu tubuh yang terlampau jauh menyebabkan sebagian

energi yang ada dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh untuk

beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Apabila hal ini tidak diimbangi

dengan pasokan energi yang cukup, maka akan terjadi kekurangan suplai

oksigen ke otot. Sebagai akibatnya, peredaran darah kurang lancar, suplai

oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan

terjadi penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri otot

(suma‟mur, 1982;Grandjean, 1993) dalam (Terwaka, 2011).

Pada penelitian ini, diperoleh nilai rata-rata rangking antara suhu

area kerja dengan MSDs berat adalah 28,74 0C dan rata-rata rangking

antara suhu area kerja dengan MSDs ringan adalah 34,78 0C. Berdasarkan

(SNI 16-7063-2004), nilai ambang batas suhu kerja dengan indek suhu

basah dan bola (ISBB) untuk beban kerja ringan tidak boleh melebihi 300

C, untuk pekerjaan dengan beban kerja sedang tidak boleh melebihi

26,70C, sedangkan untuk pekerjaan dengan beban kerja berat tidak boleh

melebihi 25,0 0C. Dari data suhu yang dihasilkan, pada penelitian ini

dapat disimpulkan bahwa paparan suhu area kerja pada pengrajin sepatu

Page 120: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

100

di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung

cukup tinggi yakni dengan rata-rata suhu 29,15 0

C, sedangkan penelitian

lain menyatakan bahwa untuk suhu nyaman bagi orang indonesia adalah

antara 24-26 0

C (suma‟mur, 2009). Kondisi ini tentunya akan berefek

buruk bagi pekerja terutama penurunan produktifitas mereka, .

Pada penelitian ini didapatkan nilai probabilitas (P value) sebesar

0,187 (P value > 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa pada α (5%)

tidak ada hubungan yang signifikan antara suhu area kerja dengan MSDs

pada pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK)

Penggilingan Kecamatan Cakung 2013. Meskipun tidak terdapat

hubungan yang signifikan secara statistik antara suhu area kerja dengan

MSDs, faktor suhu perlu diperhatikan demi kenyamanan dan peningkatan

produktifitas pekerja.

Pada penelitian ini, diasumsikan faktor suhu di pengaruhi oleh

keberadaan dan kecepatan angin. Hasil observasi yang dilakukan,

beberapa pengrajin menggunakan kipas angin di area kerja mereka, hal

ini akan menurunkan suhu yang cukup tinggi di area kerja mereka. Selain

itu lama kerja mereka juga dapat mempengaruhi faktor suhu, hal ini

dibuktikan dengan rata-rata lama kerja mereka adalah 11 jam kerja per

hari (> 8 jam), kondisi ini memungkinkan untuk pekerja dengan suhu area

kerja yang normal juga berpotensi untuk terjadinya MSDs berat. Selain

itu ada kemungkinan pekerja baru yang bekerja di industri ini tidak

Page 121: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

101

dilakukannya aklimatisasi pekerja yang bertujuan untuk penyesuaian

seseorang terhadap suatu iklim (cuaca) tertentu agar tidak mengalami efek

buruk baik secara fisik maupun psikis. menurut Suma‟mur (2009), orang

indonesia pada umumnya beraklimatisasi iklim tropis, yang suhunya

sekitar 28-32 0C dengan kelembapan 85-95 %. hal inilah yang menjadi

asumsi peneliti bahwa faktor suhu area kerja tidak berpengaruh dengan

MSDs pada pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK)

Penggilingan Kecamatan Cakung.

Sebagai upaya preventif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan

akibat lingkungan kerja yang bersuhu tinggi, yang paling penting

dilakukan adalah aklimatisasi pekerja kepada lingkungan kerjanya. Selain

itu di ruangan kerja yang bersuhu tinggi juga harus tersedia cukup air

minum yang bertujuan agar pekerja tidak kekurangan cairan atau

dehidrasi. Untuk mencapai hasil pencegahan yang sebaik-baiknya harus

dikordinasikan aspek teknik-teknologi dan aspek kedokteran, pendekatan

teknik dan teknologi dimaksudkan untuk menurunkan suhu lingkungan di

tempat kerja, sedangkan aspek medis mengevaluasi efek suhu kepada

tenaga kerja (Suma‟mur, 2009).

Page 122: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

102

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terkait faktor-faktor

yang berhubungan dengan MSDs pada pengrajin sepatu di Perkampungan

Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung 2013, maka dapat

ditarik simpulan, sebagai berikut :

1. Sebagian besar pengrajin mengalami keluhan MSDs pada bagian

pinggang (14,02 %), leher bagian atas (8,88 %) dan bahu kanan (8,88%).

Untuk tingkat keluhan berat (18,75 %) maupun keluhan ringan (13,95 %)

paling banyak terjadi pada bagian pinggang.

2. Berdasarkan skor REBA (resiko pekerjaan), kategori MSDs berat,

memiliki rata-rata rangking 39,29, sedangkan kategori MSDs ringan

adalah 27,28.

3. Rata-rata Jumlah rokok yang di konsumsi per hari oleh pengrajin sepatu

adalah 12 batang, sedangkan batang rokok yang dikonsumsi oleh

pengrajin paling banyak adalah 24 batang per hari.

4. Rata-rata usia pengrajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK)

Penggilingan Kecamatan Cakung adalah 34 tahun. Adapun usia

responden paling muda adalah 17 tahun, dan paling tua adalah 61 tahun.

Page 123: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

103

5. Rata-rata IMT pada pengrajin sepatu adalah 20,973. Nilai Indeks Masa

Tubuh (IMT) paling kecil adalah 15,28 dan yang paling besar adalah

35,90.

6. Rata-rata lama kerja pengrajin sepatu adalah 5,8 tahun. Untuk lama kerja

paling cepat adalah 0,08 tahun, dan lama kerja paling lama adalah 35

tahun.

7. Rata-rata nilai pencahayaan area kerja pengrajin sepatu adalah 181,94

Luks, Untuk pencahayaan paling rendah adalah 19 luks, dan pencahayaan

paling tinggi adalah 830 Luks.

8. Kategori MSDs berat memiliki nilai rata-rata suhu 28,74 0C, sedangkan

kategori MSDs ringan adalah 34,78 0C.

9. Ada hubungan antara risiko pekerjaan dengan MSDs pada pengrajin

sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan

Cakung 2013 (P=0,003).

10. Tidak ada hubungan antara kejadian MSDs pada pengrajin sepatu dengan

status merokok (P= 0,191), usia (P = 0,062), IMT (P= 0,818), Lama

Kerja (P = 0,576), intensitas pencahayaan (P = 0,890), dan suhu (P =

0,187).

Page 124: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

104

B. Saran

1. Bagi Perusahaan.

Untuk menanggulangi dan mencegah MSDs pada pekerja pihak

perusahaan dapat melakukan upaya-upaya sebagai berikut:

a. Menyediakan kursi yang telah didesain sesuai dengan jenis pekerjaan

yang dilakukan pengrajin, untuk meminimalisir posisi janggal pada

pengrajin sepatu.

b. Membatasi jam kerja pekerja atau bisa dilakukan dengan rotasi kerja.

c. Menyediakan penerangan yang sesuai dengan pekerjaan pengrajin

sepatu (300-500 luks).

2. Bagi Pekerja.

a. Berdiri dan berjalan sejenak di sekeliling stasiun kerja setelah

mengalami ketegangan otot-otot selama duduk, seperti bekerja dengan

duduk 1 jam, berdiri dan berjalan 5 menit kemudian melakukan

peregangan otot yang mengalami ketegangan.

b. Menggunakan APD yang disediakan oleh perusahaan.

c. Melakukan aktifitas fisik diluar waktu kerja seperti berolahraga untuk

menghindari terjadinya MSDs, dan mencegah terjadinya beberapa

penyakit pada tubuh seperti penyakit jantung dan osteoporosis.

3. Bagi Peneliti Berikutnya

a. Untuk peneliti selanjutnya, sebaiknya dapat lebih objektif meneliti

tentang MSDs yaitu secara diagnosis.

Page 125: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

105

b. Untuk design studi, dapat digunakan case control yaitu meneliti

perbedaan eksposur pada sampel pekerja yang terkena MSDs sebagai

kasus dan pekerja yang tidak terkena MSDs sebagai kontrol.

c. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti variabel-

variabel lain yang kemungkinan memiliki hubungan dengan MSDs

yang tidak diteliti pada penelitian ini, seperti variabel pekerja (jenis

kelamin, kesegaran jasmani, dan kekuatan fisik), lingkungan (getaran)

dan psikososial (kepuasaan kerja, stress dan organisai kerja).

d. Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan diagnosis MSDs secara

klinis dan uji lab.

Page 126: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

DAFTAR PUSTAKA

Battié, M.C., Bigos, S.J., Fisher, L.D.,Hansson, T.H., Jones, M.E., Wortley,M.D.

(1989). Isometric lifting as astrength predictor of industrial back pain.. Spine

Bernard, Bruce P., M.D, M.P.H et al.(1997). Musculoskeletal Disorder and

Workplace Factor : A Critical Review Of Epidemiologic Evidence for Work

Related Musculoskeletal Disorder of the Neck, Upper Extremity, and low

Back. U.S. Departement of Health and Human Services: NIOS

Bridger, R.S. 1995. Introduction to Ergonomics. Singapore: McGraww Hill, Inc.

Buckwalter JA, Woo SL-Y, Goldberg VM, Hadley EC, Booth F, Oegema TR, et al.

(1993). Soft-tissue aging and musculoskeletal function. J Bone Joint Surg

(Am) 75A(10):1533–1548.

Bustan, M.N. 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta: Jakarta

Cady LD Jr., Thomas PC, Karwasky RJ. 1985. Program for increasing health and

physical fitness of firefighters. J Occup Med 27(2):110–114.

Chaffin, D.B. (1979). Manual materials handling the cause of overexertioninjury and

illness in industry. Journal ofEnvironmental Pathology and Toxicology

Cohen, Alexander L. et al. 1997. Elements of Ergonomics Programs. A Primer Based

on Workplace Evaluations of Musculoskeletal Disorders. Amerika: U.S

Departement of Health and Human Services. NIOSH

Croasmun, Jeanie. 2003. Link Reported Between Smoking and MSDs. Annuals of

Rheumatic Diseases: Reuters. Available at:

http://www.ergoweb.com/news/detail.cfm?id=670.

DiNardi, Salvatore R. 1997. The Occupational Environment-Its Evaluation and

Control. Virginia: American industrial Hygiene Association.

Grandjean, E. 1993. Fitting The Task to The Man. 4th

Edition. Taylor & Francis, Inc :

London.

Guo HR, Tanaka S, Cameron LL, Seligman PJ, Behrens VJ, Ger J, et al. [1995]. Back

pain among workers in the United States: national estimates and workers at

high risk. Am J Ind Med 28(5):591–602.

Health and safety executive united kingdom (HSE) UK. 2007. Understanding

ergonomic at woek : reduce accidents and ill health and increase produktivity

by fitting the taks to the worker. http://www.hse.gov.uk diunduh pada tanggal

1 september 2013.

Page 127: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

Hendra & Suwandi Rahardjo. 2008. Risiko Ergonomi Dan Keluhan Musculoskeletal

Disorders(MSDs) Pada Pekerja Panen Kelapa Sawit. FKM UI : Depok.

Hignett and McAtamney. 2000. REBA Employee Assessment Worksheet: Based on

Technical Note: Rapid Entire Body Assessment (REBA), Applied Ergonomics

31 (2000) 201-205. Diunduh tanggal 10 Mei 2013

www.personal.health.usf.edu/tbernard/HollowHills/REBA.pdf

Hignett, S & McAtamney, L. (2000). Technical Note Rapid Entire Body Assesment

(REBA). Elsevier Journal, 201-205. Nottingham, UK.

Humantech. 2003. Applied Ergonomics Training Manual. Humantech Inc : Berkeley

Australia.

Humantech, 1989, 1995. Applied Ergonomics Training Manual 2nd Edition.

Australia: Barkeley Vale.

Janet Torma et al. 2009. Ergonomic Processes Implementation Guide and Tools for

Mining Industry. NIOSH

Kowalak et al. 2003. Buku Ajar Patofisiologi. Penerbit buku kedokteran EGC :

Jakarta

Kuorinka, et al. 1987. Standardized Nordic questionnaire for the analysis of

musculoskeletal symptoms.

Manuaba, A. 2000. Ergonomi, Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Editor : Sritomo

Wignyosubroto an Stefanus Eko Wiranto. Proceeding Seminar Nasional

Ergonomi 2000, Guna Wijaya, Surabaya: 1-4.

Muchsin, Said. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan

Musculoskeletal disorders (msds) pada pekerja mekanik Di electric truck

section pt. Kaltim prima coal. Jakarta : 2012

Munir, syahrul. 2012. Analisis nyeri punggung bawah pada pekerja bagian final

packing dan part supply di pt. X tahun 2012. Tesis. Perpustakaan, FKM UI.

National Institute for Occupational Safety and Health. 2007. Ergonomic Guidelines

for Manual Material Handling. 4676 Columbia Parkway Cincinnati.

Oborne, David J. 1995. Ergonomics at Work. Human Factor in Design and

Development. 3rd edition. John Wiley and Sons ltd : Chicester.

OSHA 3125.2000. Ergonomi: the study of work. Diunduh tanggal 10 Mei 2013.

http://www.osha.gov/Publication/osha3125.pdf

Page 128: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

Pheasant, Stephen. 1991. Ergonomics, Work and Health. Maryland. Aspen

Publishers, Insc : Maryland, Gaithersburg.

Pheasant, Stephen.2003.Bodyspace: Antropometry, Ergonomic, and the design of

work. Scond Edition. London : Taylor and Francis.

Pheasant, Stephen. 1986. Body Space: Anthropometry, Ergonomics and Design.

London and Philadelphia: Taylor and Francis.

Picavet HSJ and Schouten JSAG. Pyysical Load in Daily Life and Low Back

Problems in the General Population. The morgen study. In: preventive

Medicine. 2000

Pulat, B. Mustafa, dan Alexander, David C. 1997. Industrial Ergonomics: Case

Studies. McGraw-Hill, Inc.

Rahmawati, suci. 2009. Analisa tingkat risiko terjadinya Musculoskeletal disorders

(msds) pada aktifitas Pekerjaan di unit produksi donat pd. Safari donat

Tahun 2009.FKIK UIN Jakarta : 2009

Rajnarayan, R. Tiwari . 2003. Low Back Pain among Textile Workers: Indian Journal

Of Occupational And Environmental Medicine.

Sanders, John A, JR. 1995. Anthropometric Methods: Designing to Fit The Human

Body, Human Factors and Ergonomic Society

Sanders, M.S. & Mccormick,E.J. 1987. Human Factors In Engeneering and Design,

6th

edt. McGraw-Hill Book Campany. USA: 331-454

Stanton, Neville et al. 2005. Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods.

London: CRC Press.

Stover H. Snook, Basic Risk Factors: An Overview in : Occupational Ergonomic

Methods. USA : CRC Press.

Suma‟mur. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta :

Sagung Sato.

Susan Stock et.al. 2005. Work-related Musculoskeletal Disorders, Guide and Tools

for Modified Work. National Library of Quebec : Montréal.

Tan HC dan Horn SE. 1998. Pratical manual of physical medicine and rehabilitation.

St. louis, Mosby.

Tarwaka, et al. 2004. Ergonomi untuk Kesehatan, Keselamatan & Produktivitas.

Edisi I, Cetakan I. Surakarta : UNIBA Press.

Page 129: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

Tarwaka, et al. 2013.Ergonomi Industri. Edisi 1, Cetakan 2. Surakarta : HARAPAN

PRESS.

Tim ergoinstitute. 2008. Cidera Otot-Rangka. 2008 [cited 2008 Juni 07]. Available:

http: www.ergoinstitute.com.

Van Dieen, J.H. SMA. Jansen and AF. Housher. Differences in Law Back Load

Between Kneeing and Seated Working at Ground Level. Applied Ergonomics

1997

Zulfiqor, M.T. 2010. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Keluhan

Musculosceletal Disorders pada Welder di Bagian Fabrikasi PT.

CATERPILLAR INDONESIA Tahun 2010. FKIK UIN SYAHID

JAKARTA: 2010.

Page 130: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Kpd. Yth. Responden

Assalamualaikum Wr. Wb.

Saya Ahmad Rifqi Fuady mahasiswa Universitas Islam Negeri Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, jurusan Kesehatan Masyrakat, peminatan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja semester akhir bermaksud meneliti tentang

“faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs)

pada pengerajin sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan

kecamatan Cakung. Penelitian ini merupakan bagian dari skripsi untuk memenuhi

syarat mendapat gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Kuesioner ini tidak akan mempengaruhi penilaian terhadap pekerjaan dan posisi

saudara. Untuk keperluan tersebut diharapkan kesediaan dan kesungguhan saudara

untuk menjawab pertanyaan dengan sebenar-benarnya karena kejujuran jawaban yang

saudara berikan sangat mempengaruhi proses penelitian ini.

Atas partisipasi dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

Pernyataan:

Saya menyatakan bahwa saya secara sukarela bersedia untuk menjadi

responden

dalam penelitian ini.

Peneliti

( ________________________ )

Responden

( ________________________ )

LAMPIRAN I

Page 131: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

NO Responden..................

A Karakter Pekerja (Diisi oleh peneliti)

1 Nama Responden

2 Umur responden....................................Tahun (tanggal lahir)

[ ] [ ]A1

3 Devisi Pekerja

4 Berat Badan.....................................kg (Diukur Peneliti) [ ] [ ] A2

5 Tinggi Badan....................................cm (Diukur Peneliti) [ ] [ ] [ ] A3

B Masa Kerja (Diisi oleh peneliti)

1 Kapan Anda Mulai Bekerja di industri sepatu.........Tahun [ ] [ ] [ ] [ ] B1

2 Apakah sebelumnya pernah bekerja di industri lain

1. Ya 2. Tidak

[ ] [ ] B2

3 Berapa lama anda bekerja di industri sebelumnya [ ] [ ] B3

C Kebiasaan Merokok

1 Apakah anda pernah merokok ?

1. Ya 2. Tidak (langsung Ke nomor D1)

[ ] [ ] C1

2 Sudah berapa lama anda merokok ...................tahun [ ] [ ] C2

3 Berapa batang rokok yang anda habiskan setiap hari?

............batang

[ ] [ ] C3

D Keluhan MSDs

1

Apakah selama 7 hari terakhir anda pernah mengalami

masalah (pegal, kesemutan, nyeri, mati rasa, kaku, kramp,

gatal, sakit, tidak nyaman) pada bagian anggota badan?

1. Ya 2. Tidak (SELESAI)

[ ] E1

2 Sebutkan bagian apa saja! (LIHAT LAMPIRAN 3)

(JAWABAN DIISI PADA

LAMPIRAN 2)

3

Pernahkan anda pada 7 hari terakhir tidak dapat mengerjakan

pekerjaan yang biasa Anda lakukan akibat masalah tersebut?

1. Ya 2. Tidak

[ ] E3

4 Berapa total waktu anda mengalami keluhan dalam satu

tahun/12 bulan terakhir? ...................... hari

[ ] [ ] [ ] E4

E Pengukuran Lingkungan Diisi oleh peneliti

Page 132: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

1. Suhu :......................0 C

2. Pencahayaan :.......................Luks

SEBUTKAN NOMOR PADA BAGIAN TUBUH YANG ANDA RASAKAN

KELUHAN !

Page 133: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

No Lokasi Rasa Sakit Keluhan yang

dirasa

Tingkat

Keluhan

Waktu

Timbulnya Frekuensi

0. Leher atas 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4

1. Leher bawah 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4

2. Bahu kiri 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4

3. Bahu kanan 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4

4. Lengan kiri atas 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4

5. Punggung atas 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4

6. Lengan kanan atas 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4

7. Punggung bawah 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4

8. Pinggang 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4

9. Bokong 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4

10. Siku kiri 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4

11. Siku kanan 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4

12. Lengan kiri bawah 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4

13. Lengan kanan bawah 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4

14. Pergelangan tangan kiri 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4

15. Pergelangan tangan kanan 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4

16. Tangan kiri 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4

17. Tangan kanan 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4

18. Paha kiri 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4

19. Paha kanan 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4

20. Lutut kiri 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4

21. Lutut kanan 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4

22. Betis kiri 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4

23. Betis kanan 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4

24. Pergelangan kaki kiri 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4

25. Pergelangan kaki kanan 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4

26. Telapak kaki kiri 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4

27. Telapak kaki kanan 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4

Keterangan:

1. Keluhan : 1.Sakit/nyeri, 2. Panas, 3. Kramp, 4. Mati rasa, 5. Bengkak, 6. Kaku/Kesemutan, 7. Pegal (JAWABAN BOLEH

> 1)

2. tingkat keluhan : 1. Nyeri ringan, 2. Nyeri mengganggu pekerjaan, 3. Nyeri semakin berat & menggangu konsentrasi, 4.

Nyeri hebat, semakin terasa kuat, 5. Nyeri tak tertahankan (butuh istirahat)

3. Waktu timbulnya : 1. Saat Bekerja 2. Setelah Bekerja 3. Malam Hari/Saat Istirahat 4. Frekuensi munculnya : 1. Setiap Hari (beberapa kali) 2. Setiap Hari (satu kali) 3. 3-4 kali/minggu 4. 1-2

kali/minggu

Page 134: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system
Page 135: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

NO Grup A

Tabel A

Skor Beban

Skor A

Grub B Tabel

B Coupling

Skor B

Tabel C

Skor Aktifitas

SKOR REBA

MSDs Punggung/ Pinggang

Leher Kaki Lengan

Atas Lengan Bawah

Pergelangan / jari

1 2 3 1 4 0 4 4 1 2 5 1 6 7 2 9 berat

2 2 1 2 3 0 3 2 1 2 2 1 3 3 2 5 ringan

3 3 3 1 5 0 5 2 1 3 3 1 4 5 2 7 ringan

4 2 1 2 3 0 3 2 1 3 3 0 3 3 2 5 berat

5 2 3 1 4 0 4 3 1 2 4 1 5 5 2 7 berat

6 2 3 1 4 0 4 2 2 2 3 1 4 4 2 6 berat

7 2 3 2 5 0 5 2 2 2 3 1 4 5 2 7 berat

8 2 3 1 4 0 4 4 1 2 5 1 6 7 2 9 ringan

9 2 2 2 4 0 4 1 1 2 2 1 3 3 2 5 ringan

10 2 1 1 2 0 2 3 1 3 5 0 5 4 2 6 ringan

11 2 1 1 2 0 2 1 2 3 3 1 3 3 2 5 berat

12 3 2 1 4 0 4 2 1 3 3 1 4 4 2 6 berat

13 1 3 1 3 0 3 2 1 2 2 0 2 2 2 4 ringan

14 2 1 1 2 0 2 3 1 3 5 0 5 4 2 6 berat

15 3 3 2 6 0 6 2 1 3 3 2 5 7 2 9 ringan

16 2 2 1 3 0 3 2 1 2 2 0 2 2 2 4 ringan

17 2 2 1 3 0 3 2 1 2 2 0 2 2 2 4 ringan

18 3 3 2 6 0 6 2 1 3 3 1 4 6 2 8 ringan

19 2 2 2 4 0 4 1 1 2 2 0 2 3 2 5 ringan

20 2 2 1 3 0 3 1 1 2 2 0 2 2 1 3 ringan

21 3 3 2 6 0 6 2 2 3 4 2 6 8 2 10 berat

22 4 3 2 7 0 7 2 2 3 4 0 4 7 2 9 berat

23 3 3 2 6 0 6 2 1 3 3 2 5 7 2 9 berat

24 3 3 1 5 0 5 3 1 3 5 1 5 6 2 8 berat

25 3 3 1 5 0 5 1 1 3 2 1 3 4 2 5 ringan

26 3 3 1 5 0 5 3 1 3 5 1 5 6 2 8 berat

LAMPIRAN II

Nilai Resiko Pekerjaan Berdasarkan Metode REBA

Page 136: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

27 2 3 2 5 0 5 4 1 2 5 0 5 6 2 8 berat

28 3 3 1 5 0 5 2 1 2 2 1 3 4 2 6 ringan

29 4 3 2 7 0 7 3 2 2 5 1 5 8 2 10 berat

No Grup A

Tabel A

Sekor Beban

Sekor A

Grub B Tabel

B Coupling

Skor B

Tabel C

Skor Aktifitas

SKOR REBA

MSDs Punggung/ pinggang

Leher Kaki Lengan

Atas Lengan Bawah

Pergelangan / jari

30 4 2 2 6 0 6 3 2 3 5 2 7 9 2 11 berat

31 3 3 2 6 0 6 1 1 3 2 1 3 5 1 6 ringan

32 1 3 2 3 0 3 1 1 2 2 1 2 2 2 4 ringan

33 1 1 2 2 0 2 2 2 1 2 0 2 2 1 3 ringan

34 3 3 1 5 0 5 2 1 3 3 1 4 5 2 7 ringan

35 3 2 2 5 0 5 3 1 3 5 1 6 8 2 10 ringan

36 3 3 2 6 0 6 2 1 3 3 0 3 5 1 6 berat

37 3 2 2 5 0 5 2 3 3 3 0 3 4 1 5 berat

38 3 2 2 5 0 5 3 1 3 5 0 5 6 2 8 berat

39 3 2 2 5 0 5 3 1 3 5 1 6 8 2 10 berat

40 3 3 2 6 0 6 3 1 3 5 0 5 7 2 9 ringan

41 3 3 2 6 0 6 3 1 3 5 0 5 7 2 9 ringan

42 2 1 2 3 0 3 2 1 3 3 0 3 3 2 5 berat

43 3 3 2 6 0 6 2 2 3 4 2 6 8 2 10 berat

44 4 3 2 7 0 7 2 2 3 4 0 4 7 2 9 ringan

45 3 3 2 6 0 6 2 1 3 3 2 5 7 2 9 berat

46 3 1 2 4 0 4 2 1 3 3 2 5 5 2 7 ringan

47 4 2 2 6 0 6 3 2 3 5 2 7 9 2 11 ringan

48 3 3 2 6 0 6 2 2 3 4 2 6 8 2 10 berat

49 3 2 2 5 0 5 2 3 3 3 0 3 4 1 5 ringan

50 3 2 2 5 0 5 3 1 3 5 0 5 6 2 8 ringan

51 2 2 2 4 0 4 2 1 2 2 0 2 3 1 4 ringan

52 1 1 2 2 0 2 2 2 1 2 0 2 2 1 3 ringan

Page 137: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

53 4 2 2 6 0 6 3 2 3 5 2 7 9 2 11 berat

54 2 2 2 4 0 4 2 1 2 2 0 2 3 2 5 ringan

55 3 2 2 5 0 5 3 1 3 5 0 5 6 1 7 ringan

56 3 2 2 5 0 5 3 1 3 5 0 5 6 2 8 berat

57 3 2 2 5 0 5 3 2 3 5 0 5 6 2 8 ringan

58 3 3 2 6 0 6 3 1 3 5 1 6 8 2 10 Berat

59 2 3 2 5 0 5 2 1 3 3 0 3 4 2 6 ringan

60 4 3 2 7 0 7 2 1 3 3 1 4 7 2 9 Berat

61 2 2 1 3 0 3 2 1 3 3 2 5 4 2 6 ringan

62 3 3 2 6 0 6 3 1 3 5 0 5 7 2 9 Berat

63 3 3 2 6 0 6 2 2 3 4 2 6 8 2 10 ringan

Page 138: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

Frequensi Keluhan MSDs Berdasarkan Anggota Tubuh Pengrajin Sepatu di

Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung 2013.

NO Bagian Tubuh Penderita Tingkat Keluhan Tingkat keseringan

1 2 3 4 5 1 2 3 4

0 Leher bagian atas 19 15 1 1 2 3 2 3 10

1 Leher bagian bawah 12 5 4 1 2 2 4 2 4

2 Bahu kiri 16 12 2 2 2 2 3 9

3 Bahu kanan 19 16 1 2 3 2 2 12

4 Lengan atas kiri 3 3 3 3 3

5 Punggung 9 4 1 1 1 2 3 3 1 2

6 Lengan atas kanan 4 2 1 1 1 1 2

7 Pinggang 30 18 5 2 2 3 5 5 8 12

8 Bokong 9 6 2 1 1 5 3

9 Pantat 4 3 1 1 1 2

10 Siku kiri 3 2 1 1 2

11 Siku kanan 4 2 1 1 1 1 2

12 Lengan bawah kiri 4 1 2 1 2 1 1

13 Lengan bawah kanan 1 1 1

14 Pergelangan tangan kiri 5 2 2 1 2 2 1

15 Pergelangan tangan kanan 3 1 1 1 1 2

16 Tangan kiri 7 4 1 2 3 3 1

17 Tangan kanan 8 6 1 1 3 2 1 2

18 Paha kiri 4 2 2 1 1 2

19 Paha kanan 4 2 1 1 1 1 1 1

20 Lutut kiri 5 2 1 1 1 2 1 2

21 Lutut kanan 7 1 1 1 1 1 1 2 3

22 Betis kiri 7 4 1 1 1 3 2 2

23 Betis kanan 9 6 2 1 2 2 2 3

24 Pergelangan kaki kiri 3 3 2 1

25 Pergelangan kaki kanan 2 2 1 1

26 Kaki kiri 6 2 3 1 1 3 2

27 Kaki kanan 7 2 3 1 1 2 3 2

Total 214 129 34 20 12 16 42 42 48 87

Keterangan

Tingkat keluhan

1. Nyeri ringan

2. Nyeri mengganggu pekerjaan

3. Nyeri semakin berat & menggangu

konsentrasi

4. Nyeri hebat, semakin terasa kuat

5. Nyeri tak tertahankan (butuh istirahat)

Keterangan

Tingkat keseringan

1. Setiap hari ( beberapa kali)

2. Setiap ( hari satu kali)

3. 3-4 kali /minggu

4. 1-2 kali /minggu

LAMPIRAN III

Page 139: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

VISUAL SCALE

Keterangan tingkat keluhan

6. Nyeri ringan

7. Nyeri mengganggu pekerjaan

8. Nyeri semakin berat & menggangu konsentrasi

9. Nyeri hebat, semakin terasa kuat

10. Nyeri tak tertahankan (butuh istirahat)

1 2 5 4 3

LAMPIRAN IV

Page 140: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

Hasil SPSS

A. Analisis Univariat

1. Keluhan MSDs

Descriptives

Statistic Std. Error

MSDs Mean .54 .063

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound .41

Upper Bound .67

5% Trimmed Mean .54

Median 1.00

Variance .252

Std. Deviation .502

Minimum 0

Maximum 1

Range 1

Interquartile Range 1

Skewness -.163 .302

Kurtosis -2.039 .595

Keluhan MSDs

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid berat 29 46.0 46.0 46.0

ringan 34 54.0 54.0 100.0

Total 63 100.0 100.0

LAMPIRAN V

Page 141: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

2. FAKTOR KERJA.

Descriptives

Statistic Std. Error

Skor_REBA Mean 7.16 .283

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 6.59

Upper Bound 7.72

5% Trimmed Mean 7.18

Median 7.00

Variance 5.039

Std. Deviation 2.245

Minimum 3

Maximum 11

Range 8

Interquartile Range 4

Skewness -.090 .302

Kurtosis -1.098 .595

3. SETATUS MEROKOK

Descriptives

Statistic Std. Error

status_rokok Mean 1.29 .069

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 1.15

Upper Bound 1.42

5% Trimmed Mean 1.31

Median 1.00

Variance .304

Std. Deviation .551

Minimum 0

Maximum 2

Range 2

Interquartile Range 1

Skewness .036 .302

Kurtosis -.476 .595

Page 142: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

4. UMUR

Descriptives

Statistic Std. Error

umur Mean 33.79 1.399

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 31.00

Upper Bound 36.59

5% Trimmed Mean 33.36

Median 33.00

Variance 123.360

Std. Deviation 11.107

Minimum 17

Maximum 61

Range 44

Interquartile Range 18

Skewness .445 .302

Kurtosis -.600 .595

5. IMT

Descriptives

Statistic Std. Error

IMT Mean 20.9738 .37884

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 20.2165

Upper Bound 21.7311

5% Trimmed Mean 20.7955

Median 20.6439

Variance 9.042

Std. Deviation 3.00699

Minimum 15.28

Maximum 35.90

Range 20.62

Interquartile Range 3.45

Skewness 1.935 .302

Kurtosis 8.829 .595

Page 143: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

6. LAMA KERJA Descriptives

Statistic Std. Error

Lama_kerja2 Mean 8.4537 1.08391

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 6.2870

Upper Bound 10.6204

5% Trimmed Mean 7.5865

Median 5.8333

Variance 74.017

Std. Deviation 8.60330

Minimum .08

Maximum 35.00

Range 34.92

Interquartile Range 10.00

Skewness 1.504 .302

Kurtosis 1.741 .595

7. PENCAHAYAAN.

Descriptives

Statistic Std. Error

Pencahayaan Mean 181.94 17.792

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 146.37

Upper Bound 217.50

5% Trimmed Mean 162.31

Median 145.00

Variance 19942.641

Std. Deviation 141.218

Minimum 19

Maximum 830

Range 811

Interquartile Range 109

Skewness 3.223 .302

Kurtosis 12.946 .595

Page 144: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

8. SUHU.

Statistic Std. Error

suhu Mean 29.1517 .13580

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 28.8803

Upper Bound 29.4232

5% Trimmed Mean 29.1769

Median 29.5900

Variance 1.162

Std. Deviation 1.07787

Minimum 27.30

Maximum 30.55

Range 3.25

Interquartile Range 1.47

Skewness -.412 .302

Kurtosis -.954 .595

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

suhu .198 63 .000 .901 63 .000

a. Lilliefors Significance Correction

B. Analisis Bivariat

1. Hubungan antara faktor pekerjaan dengan keluhan MSDs

Ranks

MSDs N Mean Rank Sum of Ranks

Skor_REBA berat 29 39.29 1139.50

ringan 34 25.78 876.50

Total 63

Test Statisticsa

Skor_REBA

Mann-Whitney U 281.500

Wilcoxon W 876.500

Z -2.943

Asymp. Sig. (2-tailed) .003

a. Grouping Variable: MSDs

Page 145: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

8. Hubungan antara faktor setatus merokok dengan keluhan MSDs

Ranks

MSDs N Mean Rank Sum of Ranks

Jumlah_rokok Berat 29 35.03 1016.00

Ringan 34 29.41 1000.00

Total 63

Test Statistics

a

Jumlah_rokok

Mann-Whitney U 405.000

Wilcoxon W 1000.000

Z -1.309

Asymp. Sig. (2-tailed) .191

a. Grouping Variable: MSDs

9. Hubungan antara faktor umur dengan keluhan MSDs

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

F Sig. t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference Lower Upper

umur Equal variances assumed

.256 .615 -.956 61 .343 -2.685 2.809 -8.302 2.933

Equal variances not assumed

-.954 59.111 .344 -2.685 2.813 -8.314 2.945

Page 146: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

10. Hubungan antara faktor Indeks Masa Tubuh dengan keluhan MSDs

IMT_2 * MSDs Crosstabulation

MSDs

Total berat ringan

IMT_2 kurus Count 4 6 10

% within IMT_2 40.0% 60.0% 100.0%

normal Count 24 26 50

% within IMT_2 48.0% 52.0% 100.0%

obesitas Count 1 2 3

% within IMT_2 33.3% 66.7% 100.0%

Total Count 29 34 63

% within IMT_2 46.0% 54.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square .419a 2 .811

Likelihood Ratio .425 2 .808

Linear-by-Linear Association .016 1 .899

N of Valid Cases 63

a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,38.

11. Hubungan antara faktor lama Kerja dengan keluhan MSDs

Ranks

MSDs N Mean Rank Sum of Ranks

Lama_kerja2 berat 29 30.60 887.50

ringan 34 33.19 1128.50

Total 63

Test Statisticsa

Lama_kerja2

Mann-Whitney U 452.500

Wilcoxon W 887.500

Z -.559

Asymp. Sig. (2-tailed) .576

a. Grouping Variable: MSDs

Page 147: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26496/1/ahmad... · affect the normal function of soft tissue musculoskeletal system

12. Hubungan antara faktor itensitas cahaya dengan keluhan MSDs

Ranks

MSDs N Mean Rank Sum of Ranks

Pencahayaan berat 29 32.34 938.00

ringan 34 31.71 1078.00

Total 63

Test Statisticsa

Pencahayaan

Mann-Whitney U 483.000

Wilcoxon W 1078.000

Z -.138

Asymp. Sig. (2-tailed) .890

a. Grouping Variable: MSDs

13. Hubungan antara faktor suhu lingkungan dengan keluhan MSDs

Ranks

MSDs N Mean Rank Sum of Ranks

suhu Berat 29 28.74 833.50

ringan 34 34.78 1182.50

Total 63

Test Statistics

a

suhu

Mann-Whitney U 398.500

Wilcoxon W 833.500

Z -1.318

Asymp. Sig. (2-tailed) .187

a. Grouping Variable: MSDs