Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PERAWAT PADA PERAWATAN LUKA
PASCA OPERASI DI RUANG RAWAT BEDAH RSUD PANEMBAHAN SENOPATI
BANTUL YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES A. Yani Yogyakarta
Disusun Oleh: DWI ASTUTI
32115012
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
2013
ii
HALAMAN PENGESAHAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PERAWAT PADA PERAWATAN LUKA
PASCA OPERASI DI RUANG RAWAT BEDAH RSUD PANEMBAHAN SENOPATI
BANTUL YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Oleh: DWI ASTUTI
NPM: 32115012
Telah dipertahankan di Depan Dewan Penguji dan Diterima Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Keperawatan di Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Tanggal : 05 Februari 2013
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam karya tulis ilmiah ini tidak terdapat
karya tulis yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, Februari 2013
Dwi Astuti
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat, barakah dan hidayahNya sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi yang
berjudul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri
Perawat pada Perawatan Luka Pasca Operasi di Ruang Rawat Bedah RSUD
Panembahan Senopati Bantul.
Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bimbingan, arahan, masukan dan
bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu dan pada
kesempatan ini dengan kerendahan hati peneliti mengucapkan terimakasih yang
setulus-tulusnya kepada:
1. dr. I Edi Purwoko, Sp.B., M.Kes., selaku Ketua STIKES A Yani Yogyakarta.
2. Dwi Susanti, S. Kep. Ns., selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES A
Yani Yogyakarta.
3. Abdul Majid S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Pembibimbing I yang dengan sabar telah
memberikan bimbingan dan pengarahan kepada peneliti.
4. Sulistyaningsih S.Kep.,Ns, selaku pembibimbing II yang juga penuh kesabaran dan
tekun telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada peneliti.
5. dr. I Wayan Sudana, M.Kes., selaku Direktur RSUD Panembahan Senopati Bantul.
6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang berperan baik langsung
maupun tidak langsung dalam penyusunan hasil penelitian ini.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya
sebagai imbalan atas segala amal kebaikan dan bantuannya.
Akhirnya besar harapan peneliti semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita
semua. Amin
Yogyakarta, Februari 2013
Peneliti
v
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PERAWAT PADA PERAWATAN LUKA
PASCA OPERASI DI RUANG RAWAT BEDAH RSUD PANEMBAHAN SENOPATI
BANTUL YOGYAKARTA
Dwi Astuti 1, Abdul Majid 2, Sulistyaningsih 3
INTISARI Latar Belakang: APD adalah alat untuk melindungi tubuh pekerja dari potensi bahaya atau kecelakaan kerja. Petugas rumah sakit berisiko 1,5 kali lebih besar mengalami infeksi dibandingkan pekerja sektor lain. Salah satu cara perlindungan bagi petugas kesehatan dengan penggunaan APD yang dipengaruhi oleh faktor predisposisi, pendukung, pendorong. Tujuan: Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan APD pada perawatan luka pasca operasi di ruang rawat bedah RSUD Panembahan Senopati Bantul. Metode: Penelitian survey analitik, metode cross sectional, sampel 30 orang, di ruang rawat bedah RSUD Panembahan Senopati Bantul. Analisis dengan Chi Square, regresi multipel logistik IK 95%. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan 53,3% perawat menggunakan APD dalam perawatan luka pasca operasi. Tidak ada hubungan antara pendidikan (ρ=1.000), masa kerja (ρ=0.26), sikap (ρ=0.299) dengan penggunaan APD. Terdapat hubungan antara sarana (ρ=0.001), pengetahuan (ρ=0.001) dengan penggunaan APD. Faktor paling dominan berhubungan dengan penggunaan APD adalah pengetahuan, OR 0,58. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara pengetahuan (ρ=0.001), sarana (ρ=0.001) dengan penggunaan APD. Tidak ada hubungan antara pendidikan (ρ=1.000), masa kerja (ρ=0.261), sikap (ρ=0.299) dengan penggunaan APD. Terdapat hubungan antara sarana (ρ=0.001), pengetahuan (ρ=0.001) dengan penggunaan APD. Faktor paling dominan berhubungan dengan penggunaan APD adalah pengetahuan, OR 0,58 (0.005–0.622) IK 95%. Kata Kunci: APD, Kecelakaan Kerja, Faktor Perilaku ______________________________________ 1Mahasiswa STIKES A Yani Yogyakarta 2Dosen Poltekes Kemenkes Yogyakarta 3Dosen STIKES A Yani Yogyakarta
vi
FACTORS ASSOCIATED WITH THE USE OF PARAMEDIC PERSONAL PROTECTIVE EQUIPMENTS IN POST-OPERATIVE WOUND CARE IN
THE AFTER-SURGERY WARD AT PANEMBAHAN SENOPATI LOCAL HOSPITAL, BANTUL YOGYAKARTA
Dwi Astuti1, Abdul Majid2, Sulistyaningsih3
ABSTRACT
Background: Personal Protective Equipment (PPE) is an equipment to protect a worker’s body from accidents. The health-workers at risk are of 1,5 times greater than other sector’s workers. One way to protect health workers is the utilization of PPE that is influenced by predisposing, enabling, reinforcing factors. Objective: To study the factors associated with the use of PPE in post-operative wound care in the after-surgical ward at Panembahan Senopati Local Hospital, Bantul. Method: An analytical survey research by operating a cross-sectional method on a sample of 30 nurses was conducted in the After-Surgical Ward at Panembahan Senopati Local Hospital, Bantul. Data collected were analyzed with Chi Square and multiple logistic regressions with 95% level of confidence. Results: The study showed that 53.3% nurses used PPE during post-operative wound care. There was no relation between the use of PPE with health-workers’ education (ρ=1.000), period of employment (ρ=0261), and attitude (ρ=0299). An association between equipment availability and the use of PPE was found (ρ=0.001). The most dominant factor associated with the use of PPE is the workers’ knowledge (OR=0.58). Conclusion: There was a significant relationship between the use of PPE with knowledge (ρ=0.001) and equipment (ρ=0.001). There was no relationship between the use of PPE with education (ρ=1.000), period of employment (ρ=0261), and attitude (ρ =0299). The most dominant factor associated with the use of PPE is knowledge (OR=0.58 (0.005–0.622, LC 95%). Keywords: PPE, accidents, behavioral factors ______________________________________ 1Student at STIKES Achmad Yani, Yogyakarta 2Lecturer at POLTEKES of the Ministry of Health, Yogyakarta 3Lecturer at STIKES Achmad Yani, Yogyakarta
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........ .................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN………………………………………………………………………………………………….iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... iv
INTISARI .......................................................................................................................... v
ABSTRACT ..................................................................................................................... vi
HALAMAN MOTTO ..................................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian .............................................................................................. 6
E. Keaslian Penelitian .............................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 8
A. Tinjauan Teori..................................................................................................... 8
1.Pembedahan ..................................................................................................... 8
2.Perawatan Luka .............................................................................................. 13
3.Alat Pelindung Diri (APD) ............................................................................ 19
B. Landasan Teori .................................................................................................. 29
C. Kerangka Teori ................................................................................................. 31
D. Kerangka Konsep Penelitian ............................................................................. 32
E. Hipotesa ............................................................................................................. 32
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................. 33
A.Desain Penelitian ............................................................................................... 33
x
B.Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................. 33
C.Populasi dan Sampel .......................................................................................... 33
D.Variabel Penelitian ............................................................................................. 34
E.efinisi Operasional.............................................................................................. 36
F.Validitas dan Reliabilitas .................................................................................... 38
G.Alat dan Metode Pengumpulan Data ................................................................. 40
H.Metode Pengolahan dan Analisis Data .............................................................. 42
I. Etika Penelitian................................................................................................... 44
J.Pelaksanaan Penelitian ........................................................................................ 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................................ 48
A.Hasil Penelitian .................................................................................................. 48
B.Pembahasan ........................................................................................................ 56
C.Keterbatasan Penelitian ...................................................................................... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 60
A.Kesimpulan ........................................................................................................ 60
B.Saran................................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 62
LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
Hal Gambar 2.1 Kerangka Teori..................................................................... 31
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian………………………………...
32
xii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel Penelitian…………………... 36
Tabel 4.1. Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Pendidikan, Masa Kerja, Pengetahuan, Sikap Dalam Perawatan Luka Pasca Operasi di Ruang Rawat Bedah RSUD Panembahan Senopati Bantul Tahun 2013............................................... 49
Tabel 4.2.
Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Sarana Prasarana dalam Perawatan Luka Pasca Operasi di Ruang Rawat Bedah RSUD Panembahan Senopati Bantul. Tahun 2013.................................................................................... 50
Tabel 4.3.
Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Penggunaan APD dalam Perawatan Luka Pasca Operasi di Ruang Rawat Bedah RSUD Panembahan Senopati Bantul Tahun 2013..................................................................................... 51
Tabel 4.4.
Hubungan Faktor Predisposisi dengan Penggunaan APD…. 51
Tabel 4.5.
Kandidat Pemodelan Analisa Multivariat dengan uji Regresi Logistik…………………………………………..... 54
Tabel 4.6.
Full Model Analisa Multivariat dengan uji Regresi Logistik…………………………………………………….. 54
Tabel 4.7.
Hasil Pemodelan Analisa Multivariat dengan uji Regresi Logistik…………………………………………………...... 55
Tabel 4.8.
Model Akhir Analisa Multivariat dengan uji Regresi Logistik…………………………………………………...... 55
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Penyusunan KTI
Lampiran 2 Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 3 Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 4 Kuesioner Penelitian
Lampiran 5 Ijin Uji Validitas
Lampiran 6 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas
Lampiran 7 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 8 Ijin Penelitian dari Sekretariat Daerah Propinsi DI Yogyakarta
Lampiran 9 Ijin Penelitian dari BAPEDA Kabupaten Bantul
Lampiran 10 Ijin Penelitian dari RSUD Panembahan Senopati Bantul
Lampiran 11 Tabulasi Data Penelitian
Lampiran 12 Hasil Analisa Univariat
Lampiran 13 Hasil Analisa Bivariat
Lampiran 14 Hasil Analisa Multivariat
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan kerja adalah bagian dari kesehatan masyarakat atau aplikasi dalam
suatu masyarakat pekerja dan masyarakat sekitarnya yang mempunyai tujuan untuk
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik secara fisik, mental maupun
sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat di sekitar perusahaan atau organisasi
melalui usaha preventif, promotif dan kuratif terhadap gangguan kesehatan akibat
kerja atau lingkungannya (Notoatmodjo, 2003).
Data International Labour Organization (ILO) setiap tahun terdapat 2 juta orang
di dunia yang meninggal karena masalah-masalah kerja, 270 juta orang mengalami
kecelakaan kerja dan 160 juta mengalami penyakit akibat kerja. Data lain dari World
Health Organization (WHO) tahun 2010 dari 35 juta pekerja kesehatan 3 juta
diantaranya terpajan patogen darah, 2 juta terpajan virus Hepatitis B Virus (HBV),
0,9 juta terpajan virus Hepatitis C Virus (HCV) dan 170.000 terpajan virus Human
Imunodeficiency Virus (HIV/AIDS), 15.000 diantaranya menderita HCV, 70.000
HBV, 1000 kasus HIV, lebih dari 90% kasus terjadi di negara berkembang, 8–12%
terjadi pada pekerja Rumah Sakit (Depkes RI, 2010).
Laporan lain tentang penyakit akibat kerja maupun kecelakaan kerja di USA
didapatkan data bahwa terdapat 5000 petugas kesehatan terinfeksi Hepatitis B, 47
positif HIV dan didapatkan 600.000 – 1.000.000 luka tusuk jarum yang dilaporkan
(diperkirakan lebih dari 60% tidak dilaporkan) dalam setiap tahun. Kejadian lain dari
Amerika (1998) mencatat frekuensi angka Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di
Rumah Sakit lebih tinggi 41% dibanding pekerja lain dengan angka KAK terbesar
adalah Needle Stick Injuries (NSI) atau cedera jarum suntik (Depkes RI, 2010) .
Data angka kecelakaan akibat kerja yang terjadi di Indonesia adalah kasus
Dermatitis Kontak Iritan Kronik Tangan yang dialami oleh 65.4% petugas pembersih
suatu rumah sakit di Jakarta pada tahun 2004, sedangkan menurut penelitian dr
Joseph tahun 2005 - 2007 mencatat bahwa angka KAK NSI mencapai 38-73% dari
total petugas kesehatan. Insiden akut secara signifikan lebih besar terjadi pada
2
pekerja rumah sakit dibandingkan dengan seluruh pekerja di semua kategori baik dari
jenis kelamin, ras, umur dan status pekerjaan (Depkes RI, 2010).
Rumah sakit adalah tempat kerja yang tidak bisa terlepas dari adanya kecelakaan
kerja maka setiap petugas berhak mendapatkan perlindungan. Berdasarkan Undang-
Undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan pada pasal 23 Tentang Kesehatan
Kerja menekankan pentingnya kesehatan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja
secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya hingga
diperoleh produktifitas kerja yang optimal. Kesehatan kerja meliputi pelayanan
kesehatan kerja dan pencegahan penyakit akibat kerja.
Petugas kesehatan mempunyai risiko terinfeksi karena kontak dengan penyakit
infeksi maupun cairan tubuh pasien di tempat kerja atau komunitas. Tingginya
paparan darah pada petugas kesehatan akan meningkatkan risiko terinfeksi bagi
petugas kesehatan dimana angka eksposure rate sebesar 3,4/100 pekerja per tahun
dari 24.000 petugas kesehatan yang diamati selama tiga tahun (Yusron, 2008).
Pekerja RS berisiko 1,5 kali lebih besar dari golongan pekerja lain. Probabilitas
penularan HIV setelah luka tusuk jarum suntik yang terkontaminasi HIV 4 : 1000.
Risiko penularan HBV setelah luka tusuk jarum suntik yang terkontaminasi HBV 27
- 37: 100 sedangkan risiko penularan HCV setelah luka tusuk jarum suntik yang
mengandung HCV 3 - 10 : 100 (Depkes RI, 2010).
Penelitian lain tentang Tingkat Risiko Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
dan Higiene Petugas Laboratorium Klinik RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta
ditemukan bahwa berdasarkan penggunaan APD dari 4 laboratorium yang ada
ternyata lebih dari 40% petugas yang ada di 3 laboratorium (Anak, IGD dan
Hematologi) rawan terinfeksi karena tidak menggunakan APD (Anwar dan
Perwitasari, 2006).
Pekerjaan perawat mempunyai risiko yang besar terhadap kecelakaan dan
penyakit akibat kerja. Risiko ini terjadi karena perawat selalu berhubungan langsung
dengan orang sakit sehingga meningkatkan risiko terpapar oleh agen infeksi atau
penyakit, bahaya kimia maupun bahaya fisik (Jarvis, 2007).
3
Beberapa penelitian membuktikan bahwa bidang medis mempunyai risiko
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Menurut penelitian WHO (2002),
darah dan cairan tubuh merupakan media penularan penyakit dari pasien ke tenaga
kesehatan. HBV, HCV, HIV menjadi ancaman terbesar bagi tenaga kesehatan dan
pada tahun tersebut ditemukan 16.000 kasus penularan HCV, 66.000 HBV, 1.000
kasus HIV pada tenaga kesehatan di seluruh dunia (Yusron, 2008).
Data lain dari WHO tahun 2004 menyebutkan dari berbagai macam penyakit
infeksi yang ada dilaporkan bahwa jumlah tenaga kesehatan yang terinfeksi berkisar
antara 20-60% dari semua kasus infeksi di seluruh dunia (Buku Pedoman PPI RS,
2007). Angka kejadian infeksi yang tinggi dan munculnya berbagai macam penyakit
infeksi baru menuntut perlindungan bagi petugas kesehatan, salah satu cara
perlindungan adalah dengan pemakaian APD secara tepat dan benar.
Perlindungan bagi petugas sangat dibutuhkan karena apabila petugas kesehatan
terinfeksi akan berisiko sebagai carier yang dapat menularkan infeksi kepada pasien
maupun petugas yang lain, mengurangi produktifitas kerja serta meningkatkan biaya
kesehatan (Yusron, 2008). Menurut Permenaker No. 08/Men/VII/2010, APD adalah
alat untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh
tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja.
APD untuk keperluan kewaspadaan standar terdiri atas sarung tangan, gaun
pelindung, pelindung mata dan masker bedah. APD yang digunakan oleh petugas
kesehatan harus disesuaikan dengan melakukan penilaian risiko potensi pajanan
terhadap penyakit menular yang mungkin berkaitan dengan prosedur yang dilakukan
saat memberikan pelayanan rutin (WHO, 2008).
Penggunaan APD berhubungan dengan berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut
diantaranya tidak lepas dari cara berperilaku dari para petugas kesehatan. Menurut
teori Green (1980) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007) teori yang membentuk
perilaku dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu: faktor predisposing (prediposisi),
enabling (pendukung) dan reinforcing (pendorong). Faktor-faktor yang tergolong
sebagai faktor predisposisi dalam penggunaan APD antara lain pengetahuan, sikap,
pendidikan dan masa kerja. Faktor pendukung adalah ketersediaan alat sarana atau
prasarana APD sedangkan faktor pendorong merupakan kebijakan dan penilaian
4
yang menjadi penyebab tidak langsung yang mempengaruhi perilaku petugas
kesehatan dalam hal ini perawat, sehubungan dengan penggunaan APD yang bisa
berupa kebijakan perusahaan yang mengatur pengawasan serta sanksi yang
diberikan.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Panembahan Senopati Bantul merupakan
rumah sakit yang terus berkembang dan menjadi tujuan rujukan dari puskesmas
maupun rumah sakit di sekitarnya, berbagai macam kasus penyakit ditangani di
rumah sakit ini yang tentunya memerlukan penanganan dan perawatan yang khusus.
Kasus bedah yang masuk ke ruang rawat bedah selama tahun 2011 adalah 2154
orang pasien, 836 pasien diantaranya memerlukan tindakan pembedahan.
Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang
menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang
akan ditangani dengan membuat sayatan untuk tindakan perbaikan yang diakhiri
dengan penutupan dan penjahitan luka. Kasus - kasus pembedahan menuntut
kesiapan petugas dalam penanganan serta perawatan secara aman dan terlindungi
baik sebelum maupun sesudah tindakan pembedahan (Sjamsuhidajat. 2010).
Lingkungan dan fasilitas rumah sakit di Ruang rawat bedah sudah cukup
bersih, ventilasi cukup, pembuangan sampah sudah dipisahkan dan sarana APD juga
sudah
tersedia. Kebijakan tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja serta Pencegahan
Penyakit Infeksi sudah dilaksanakan oleh RSUD Panembahan Senopati Bantul.
Peneliti tertarik pada kasus bedah karena persentase kasus yang terus meningkat
dan banyaknya masalah yang dihadapi baik sebelum maupun sesudah pembedahan.
Pengamatan peneliti pada bulan Maret 2012, masih didapatkan petugas yang belum
menggunakan APD secara benar dalam melakukan tindakan perawatan luka pasca
operasi. Wawancara dengan tiga perawat yang sedang melakukan perawatan luka
pasca operasi mendapatkan data bahwa mereka tidak menggunakan APD karena
merasa terganggu dalam melakukan tindakan, berdasarkan fakta di atas maka betapa
pentingnya perilaku penggunaan APD itu ditanamkan pada semua petugas rumah
sakit khususnya perawat untuk mengantisipasi dan meminimalkan terjadinya
kecelakaan kerja ataupun penyakit akibat kerja. Kenyataan dan fakta tersebut
5
mendorong minat dari peneliti untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan penggunaan alat pelindung diri khususnya pada perawat.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan
masalah,”Apakah Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat
Pelindung Diri Perawat pada Perawatan Luka Pasca operasi di Ruang Rawat Bedah
RSUD Panembahan Senopati Bantul?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat
pelindung diri perawat pada perawatan luka pasca operasi di ruang rawat bedah
RSUD Panembahan Senopati Bantul.
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan APD
perawat pada perawatan luka pasca operasi di ruang rawat bedah RSUD
Panembahan Senopati Bantul.
b) Mengetahui hubungan antara sikap dengan penggunaan APD perawat pada
perawatan luka pasca operasi di ruang rawat bedah RSUD Panembahan
Senopati Bantul.
c) Mengetahui hubungan antara pendidikan dengan APD perawat pada
perawatan luka pasca operasi di ruang rawat bedah RSUD Panembahan
Senopati Bantul.
d) Mengetahui hubungan antara masa kerja dengan penggunaan APD perawat
pada perawatan luka pasca operasi di ruang rawat bedah RSUD
Panembahan Senopati Bantul.
e) Mengetahui hubungan antara ketersediaan APD perawat dengan
penggunaan APD pada perawatan luka pasca operasi di ruang rawat bedah
RSUD Panembahan Senopati Bantul.
6
f) Mengetahui faktor yang paling dominan berhubungan dengan penggunaan
APD perawat pada perawatan luka pasca operasi di ruang rawat bedah
RSUD Panembahan Senopati Bantul.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu Keperawatan
Sebagai masukan dan memberikan informasi untuk mendukung ilmu
keperawatan khususnya dalam penggunaan APD perawat pada saat tindakan
perawatan luka pasca operasi.
2. Bagi Rumah Sakit
Sebagai masukan dan sebagai bahan pertimbangan bagi RSUD Panembahan
Senopati Bantul dalam menentukan kebijakan lebih lanjut di bidang kesehatan
dan keselamatan kerja khususnya dalam penggunaan APD perawat pada saat
tindakan perawatan luka pasca operasi.
3. Bagi Perawat dan Petugas Kesehatan
Sebagai motivasi bagi perawat dan petugas kesehatan untuk menggunakan
APD yang sudah disediakan dan mentaati peraturan pemakaian APD perawat
pada saat perawatan luka pasca operasi.
4. Bagi Peneliti
Sebagai tambahan pengetahuan tentang penggunaan APD perawat pada
tindakan perawatan luka pasca operasi.
E. Keaslian Penelitian
1. Anwar dan Perwitasari (2006), tentang Alat Pelindung Diri (APD) dan Higiene
Petugas Laboratorium Klinik RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta ditemukan
bahwa tingkat risiko berdasarkan penggunaan APD dari 4 laboratorium yang
terdapat di Rumah Sakit ini lebih 40% dari petugas di 3 laboratorium (IGD,
Hematologi dan Anak) berisiko tinggi terhadap infeksi penyakit berbahaya
seperti HIV/ AIDS, virus HBV karena tidak menggunakan APD. Penelitian ini
bersifat cross sectional dengan responden sebanyak 48 orang. Pengumpulan data
dengan sistem angket (penyebaran kuesioner) dan observasi (pengamatan).
7
Perbedaan dengan penelitian yang sedang dilakukan oleh peneliti adalah variabel
penelitian, lokasi penelitian, cara analisa data dan responden yang diteliti.
Persamaan dengan penelitian yang sedang dilakukan adalah cara pengumpulan
data dengan metode cross sectional dengan lembar observasi dan kuesioner.
2. Mulyanti (2008), tentang Faktor Predisposing, Enabling dan Reinforcing
Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri Dalam Asuhan Persalinan Normal Di
RS Meuraxa Banda Aceh ditemukan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan secara statistik antara variabel umur, ketersediaan APD dengan
penggunaan APD dan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan,
sikap, penilaian dan kebijakan dengan penggunaan APD oleh bidan dalam
melakukan persalinan normal di RSU Meuraxa. Penelitian deskriptif dengan
pendekatan cross sectional, jumlah sampel 29 orang. Wawancara berpegang
pada kuesioner dan lembar observasi. Analisa data menggunakan uji korelasi
pearson dan uji linier berganda pada taraf kepercayaan 95% (α=0,005). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa hanya 45% dari populasi bidan yang diteliti
menggunakan APD dengan baik dan benar. Perbedaan dengan penelitian yang
sedang dilakukan peneliti adalah lokasi penelitian, jumlah responden dan
variabel yang diteliti, pada analisa bivariat dilakukan dengan uji chi square (X2),
pada analisa multivariat dengan uji regresi logistik. Persamaan adalah
penggunaan metode pengumpulan data cross sectional dan variabel yang diteliti
3. Wiyoto (2009), tentang Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Kepatuhan
Penggunaan Alat Pelindung Diri pada Perawat. Penelitian menggunakan metode
kuantitatif dengan jumlah responden 56 perawat dari ruang rawat. Analisis
hipotesis menggunakan regresi sederhana. Hasil penelitian ditemukan adanya
korelasi hubungan yang sangat kuat antara gaya kepemimpinan dengan
kepatuhan perawat dalam penggunaan APD dengan nilai r=0,987, hubungan
signifikan karena ρ=0,000 lebih kecil dari nilai toleransi 0,005. Perbedaan
dengan penelitian yang sedang dilakukan peneliti adalah metode penelitian,
banyaknya responden, metode analisa data dan variabel yang diteliti.
Persamaannya adalah mencari hubungan antara suatu faktor dengan pemakaian
APD, metode penelitian kuantitatif.
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum RSUD Panembahan Senopati Bantul
Penelitian ini dilakukan di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Rumah
sakit ini merupakan rumah sakit Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul yang
terletak di Jl. Dr Wahidin Sudirohusodo no.14 Bantul Yogyakarta.
RSUD Panembahan Senopati adalah rumah sakit tipe B Non Pendidikan
dengan Penerapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
(PPK-BLUD). Rumah sakit ini memberikan pelayanan kesehatan baik rawat
jalan mupun rawat inap. Pelayanan rawat jalan di RSUD Panembahan Senopati
saat ini mempunyai 18 poliklinik, pelayanan rawat inap terdiri dari 9 ruang
rawat inap dan 1 ruang ICU dengan kapasitas pasien 289 tempat tidur.
Pelayanan rawat inap pada kasus bedah ada di Ruang Rawat Melati dan
Nusa Indah 2 dengan kapasitas pasien 57 tempat tidur dengan jumlah 31
perawat yang mayoritas berpendidikan D3 Keperawatan. Kasus bedah yang
ditangani adalah bedah umum, bedah orthopedi dan bedah onkologi. RSUD
Panembahan Senopati telah mempunyai berbagai program untuk
mengendalikan adanya infeksi nosokomial maupun kecelakaan dan penyakit
akibat kerja. Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Infeksi serta
Program Peningkatan Mutu Internal telah melakukan berbagai upaya contohnya
dengan mengadakan sosialisasi, pelatihan dan merencanakan program–
program yang mendukung pengendalian infeksi di rumah sakit. Fasilitas
penggunaan APD sudah disediakan secara memadai oleh rumah sakit.
49
2. Analisis Hasil Penelitian
a. Analisa Univariat
Analisa Univariat merupakan salah satu analisis data hasil penelitian
dengan mendistribusikan variabel penelitian ke dalam tabel distribusi
frekwensi.
1) Faktor Predisposing
Dalam penelitian ini faktor predisposing yang dilakukan analisa
univariat adalah umur, pendidikan, masa kerja, pengetahuan dan sikap
responden. Adapun hasil penelitian dapat dideskripsikan sebagai berikut:
Tabel 4.1 Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Pendidikan, Masa Kerja,
Pengetahuan, Sikap Dalam Perawatan Luka Pasca Operasi di Ruang Rawat Bedah RSUD Panembahan Senopati
Bantul Tahun 2013
Faktor Predisposisi Jumlah (frekwensi)
Persentase (%)
Pendidikan a. D IV/ S1 Kep 3 10 b. D3 Kep 27 90
Masa Kerja a. ≤ 5 tahun 16 53.3 b. > 5 tahun 14 46.7
Pengetahuan a. Baik 14 46.7 b. Kurang 16 53.3
Sikap a. Baik 19 63.3 b. Kurang 11 36.7
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa mayoritas
perawat yang dijadikan sampel dalam penelitian ini berpendidikan D3
Keperawatan yaitu sebanyak 27 orang perawat (90%). Masa kerja dari
responden termasuk dalam kategori ≤ 5 tahun sebanyak 16 orang perawat
atau sebesar 53,3% dari jumlah sampel. Berdasarkan faktor pengetahuan
50
tentang APD didapatkan hasil bahwa ada 16 orang perawat (53,3%)
dengan pengetahuan kurang dan 14 orang perawat (46,7%) dengan
pengetahuan baik sedangkan untuk faktor sikap didapatkan hasil bahwa
19 orang perawat (63,3%) mempunyai nilai sikap baik serta 11 orang
perawat (36,7%) dengan nilai sikap kurang dalam penggunaan APD.
2) Faktor Pendukung
Faktor pendukung yang dianalisa dalam penelitian ini adalah
ketersediaan sarana prasarana dalam penggunaan APD dengan hasil
dalam tabel berikut:
Tabel 4.2 Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Sarana Prasarana Dalam
Perawatan Luka Pasca Operasi di Ruang Rawat Bedah RSUDPanembahan Senopati Bantul Tahun 2013
Sarana Prasarana Jumlah
(frekwensi) Persentase
(%) Baik 20 66.7 Kurang 10 33.3
Jumlah 30 100
Ketersediaan sarana prasarana menurut hasil penelitian sesuai
dengan Tabel 4.2 diatas didapatkan data bahwa sebanyak 20 orang
responden (66,7%) menyatakan bahwa sarana prasarana baik dan 10
orang responden (33,3%) menyatakan bahwa sarana prasarana
penggunaan APD masih kurang.
51
3) Penggunaan APD
Analisa distribusi frekwensi responden berdasar penggunaan APD
didapatkan hasil seperti Tabel 4.3. di bawah ini:
Tabel 4.3. Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Penggunaan APD
Dalam Perawatan Luka Pasca Operasidi Ruang Rawat Bedah RSUD Panembahan Senopati Bantul Tahun 2013
Penggunaan APD Jumlah
(frekwensi) Persentase
(%) Pakai 16 53.3 Tidak Pakai 14 46.7 Jumlah 30 100
Tabel di atas menunjukkan hasil penelitian bahwa dari 30 responden
yang diteliti terdapat 16 orang perawat (53.3%) yang memakai APD dan
14 orang perawat (46.7%) tidak pakai APD.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis untuk melihat ada tidaknya hubungan
antara faktor predisposisi dari masing-masing individu dan faktor pendukung
dalam hal ini sarana dan prasarana terhadap penggunaan alat pelindung diri
di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Hubungan ini di analisa dengan uji
chi-square. Hasil analisis tersebut ada pada Tabel 4.4. di bawah ini:
Tabel 4.4.
Hubungan Faktor Predisposisi dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri
Variabel
Penggunaan APD Total % ρ OR
(IK 95%) Ya Tdk f % f %
Pendidikan 0.53 (0.04--0.67) a. DIV/S1 2 67 1 33 3 100 1.000 b. D3 Kep 14 52 13 48 27 100
Masa Kerja 2.31 (0.09-0.89) a. >5 tahun 9 64 5 46 14 100 0.261 b. ≤ 5 tahun 7 34 9 56 16 100
52
Variabel
Penggunaan APD Total % ρ OR
(IK 95%) Ya Tidak f % f % Pengetahuan 8
(2.76 - 17.6) a.Baik 12 86 2 14 14 100 0.001 b.Kurang 4 25 12 75 16 100 Sikap 3
(0.64- 4.02) a.Baik 12 63 7 37 19 100 0.299 b.Kurang 4 36 7 64 11 100 Sarana 27
(2.70 - 269.5) a.Baik 15 75 5 25 20 100 0.001 b.Kurang 1 10 9 90 10 100
Berdasarkan hasil penelitian seperti yang ada pada Tabel 4.4. diatas
hasil uji statistik pada faktor pendidikan dan penggunaan APD didapatkan
hasil bahwa responden dengan pendidikan DIV/S1 memiliki persentase
pemakaian APD sebesar 67% dan nilai ρ = 1.000 yang artinya tidak ada
hubungan. Nilai OR antara pendidikan dengan penggunaan APD adalah 0,53
yang berarti bahwa responden dengan pendidikan D3 Kep berpeluang 53%
lebih rendah resikonya untuk tidak menggunakan APD dibandingkan
responden berpendidikan DIV/S1.
Uji statistik antara masa kerja dan penggunaan APD didapatkan hasil
bahwa responden dengan masa kerja > 5 tahun memiliki persentase
penggunaan APD sebesar 64% dengan nilai ρ = 0.261yang artinya tidak ada
hubungan. OR antara masa kerja dengan penggunaan APD adalah 2 yang
berarti bahwa responden dengan masa kerja > 5 tahun berpeluang 2 kali
lebih besar dalam penggunaan APD dibandingkan responden dengan masa
kerja ≤ 5 tahun.
Sedangkan hasil uji antara pengetahuan dan penggunaan APD
didapatkan hasil bahwa responden dengan pengetahuan baik memiliki
persentase penggunaan APD sebesar 86% dan nilai ρ = 0, 001 yang artinya
ada hubungan. OR antara pengetahuan dengan penggunaan APD adalah 8.00
yang berarti bahwa responden dengan pengetahuan baik berpeluang 8 kali
53
lebih besar menggunakan APD dibandingkan responden berpengetahuan
kurang.
Hasil uji statistik antara faktor sikap dan penggunaan APD adalah
responden dengan sikap baik mempunyai persentase penggunaan APD
sebesar 63% dengan nilai ρ = 0.299 yang berarti tidak ada hubungan secara
statistik. Nilai OR antara sikap dengan penggunaan APD adalah 3.00 yang
berarti bahwa responden dengan sikap baik berpeluang 3 kali lebih besar
dalam penggunaan APD dari pada responden dengan sikap kurang.
Sedangkan untuk variabel sarana prasarana dengan penggunaan APD
didapatkan responden dengan sarana prasarana baik dan menggunakan APD
sebesar 75% dengan nilai ρ = 0.001 yang artinya ada hubungan. OR antara
sarana prasarana dengan penggunaan APD adalah 27 yang berarti bahwa
responden dengan sarana prasarana baik berpeluang 27 kali lebih besar
dalam penggunaan APD dibandingkan responden dengan sarana prasarana
kurang.
Interpretasi nilai apabila OR > 1 artinya mempertinggi resiko, OR = 1
maka tidak terdapat asosiasi atau hubungan sedangkan apabila OR < 1
artinya mengurangi resiko (Riwidigdo, 2010).
c. Analisa multivariat
Analisa multivariat ini bertujuan untuk mencari faktor apakah yang
paling dominan berhubungan dengan penggunaan alat pelindung diri dalam
perawatan luka pasca operasi di Ruang Rawat Bedah RSUD Panembahan
Senopati Bantul dengan menggunakan uji multipel regresi logistik dengan
tingkat kepercayaan 95%. Faktor yang berpengaruh terhadap penggunaan
APD dalam penelitian ini adalah faktor sikap, sarana dan pengetahuan
seperti dalam Tabel 4.5 di bawah ini:
54
Tabel 4.5
Kandidat Pemodelan Analisa Multivariat Dengan Uji Regresi Logistik
Variabel ρ OR Sikap 0.299 3.00 (0.642 – 14.02 ) Sarana 0.001 27 ( 2.70 – 269.5 ) Pengetahuan 0.001 18 (2.756 – 117.6)
Tiga variabel yang menjadi kandidat permodelan seperti Tabel 4.5
diatas yang akan diuji secara multivariat yaitu variabel yang mempunyai
ρ< 0.25. Ketiga variabel tersebut adalah sikap, sarana dan pengetahuan.
Tabel 4.6. Full Model Analisa Multivariat Dengan Uji Regresi Logistik
B S.E. Wald df Sig. Exp (B)
95% C.I.for EXP(B)
Low Upp Sikap -1.444 1.174 1.513 1 .219 .236 .024 2.356 Sarana -3.384 1.442 5.507 1 .019 .034 .002 .573 Pengetahuan -2.824 1.265 4.985 1 .026 .059 .005 .708
Tabel 4.6 di atas menunjukkan hasil dari analisa multivariat terhadap
faktor sikap, sarana dan pengetahuan. Hasil analisa didapatkan data bahwa
sikap mempunyai nilai Exp B (OR) 0.236, sarana dengan OR 0.002 dan
pengetahuan memiliki nilai OR 0.059 pada interval kepercayaan 95%.
55
Tabel 4.7. Hasil Pemodelan Analisa Multivariat Dengan Uji Regresi Logistik
Variabel Model 1 Model 2
Sikap 0.219 - Sarana 0.019 0.021 Pengetahuan 0.026 0.019
Berdasarkan hasil permodelan (model ke-2) yang tertera di dalam
tabel 4.7. didapatkan data bahwa variabel sarana (ρ = 0.021) dan
pengetahuan (ρ = 0.19) mempunyai hubungan yang bermakna dengan
penggunaan APD.
Tabel 4.8. Model Akhir Analisa Multivariat Dengan Uji Regresi Logistik
B S.E. Wald df Sig. Exp (B)
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Sarana -3.258 1.410 5.339 1 .021 .038 .002 .610 Pengetahuan -2.855 1.214 5.526 1 .019 .058 .005 .622
Tabel diatas menunjukkan bahwa setelah dilakukan kontrol antara
variabel sikap, sarana dan pengetahuan, variabel yang mempunyai pengaruh
terhadap penggunaan APD hanyalah variabel pengetahuan dan sarana
prasarana. Kekuatan hubungan dapat dilihat dari nilai OR masing-masing
variabel. Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa OR pengetahuan
lebih besar dengan nilai 0.058 (0.005 - 0.62) dibandingkan dengan sarana
dengan nilai OR 0,038 (0.002 – 0.610) pada interval kepercayaan 95%.
Sehingga dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor yang paling
dominan berhubungan dengan penggunaan APD pada perawatan luka pasca
operasi di RSUD Panembahan Senopati Bantul adalah faktor pengetahuan.
56
B. Pembahasan
1. Faktor predisposisi dalam penggunaan APD
a. Pendidikan
Dari hasil penelitian mayoritas pendidikan responden adalah D3 Kep
yaitu sebesar 90% dari jumlah sampel. Tingkat penggunaan APD secara
presentase di dominasi oleh responden dengan pendidikan DIV/S1 yaitu
sebesar 67%. Nilai Odds Rasio antara pendidikan dengan penggunaan APD
adalah sebesar 54%. Hal ini sesuai dengan teori UNESCO yang dikutip oleh
Lunardi bahwa hasil pendidikan adalah adanya perubahan pada kemampuan,
penampilan atau perilakunya. Perubahan perilaku berkaitan dengan
penambahan pengetahuan, sikap atau ketrampilan (Notoadmodjo, 2007).
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Mulyanti (2008) bahwa secara statistik tidak ada hubungan antara
pendidikan dengan penggunaan APD.
b. Masa Kerja
Hasil penelitian bahwa sebagian besar responden mempunyai masa
kerja ≤ 5 tahun (53.3%) sedangkan penggunaan APD yang dihubungkan
dengan masa kerja di dominasi oleh responden dengan masa kerja > 5 tahun
dengan persentase sebesar 64%. Hasil uji satatistik antara masa kerja dengan
penggunaan APD menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara masa
kerja dengan penggunaan APD dengan nilai ρ = 0.099.
Menurut Pandji (2001) pengalaman untuk kewaspadaan terhadap
kecelakaan akan bertambah sesuai dengan usia dan masa kerja. Masa kerja
bisa membedakan cara kerja dan kehati-hatian dari pekerja lama dan baru.
Orang yang sudah lama bekerja tentu lebih terampil dan memiliki hasil kerja
yang lebih baik. Teori di atas sesuai dengan hasil penelitian bahwa
responden dengan masa kerja > 5 tahun mempunyai persentase penggunaan
APD yang lebih baik daripada responden yang mempunyai masa kerja ≤ 5
tahun.
57
c. Pengetahuan
Hasil penelitian tentang gambaran tingkat pengetahuan tentang
penggunaan APD pada 30 perawat di ruang rawat bedah RSUD Panembahan
Senopati Bantul diperoleh hasil bahwa 53,3% responden masih dalam
kategori pengetahuan kurang. Hasil uji statistik pengetahuan mempunyai
nilai ρ = 0.001 yang artinya ada hubungan antara pengetahuan dan
penggunaan APD dengan nilai OR 18 sehingga responden dengan
pengetahuan baik akan berpeluang 18 kali lebih besar untuk menggunakan
APD dibandingkan dengan responden dengan pengetahuan kurang.
Pengetahuan itu sendiri dapat diperoleh dari pengamatan dan pengalaman
inderawi yang dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan
aposteriori yang dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila
seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat dan gejala
yang ada pada objek empiris tersebut (Notoadmodjo, 2010). Hubungan ini
didukung dengan hasil analisa multivariat bahwa pengetahuan adalah faktor
yang paling dominan berhubungan dengan penggunaan APD, dengan nilai
ρ = 0.19 dan OR 0.058.
d. Sikap
Penelitian ini mendapatkan data bahwa mayoritas dari responden
(63.3%) memiliki sikap yang baik dalam penggunaan APD. Hasil uji
statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara sikap dengan
penggunaan APD dengan nilai ρ = 0.299.
Sikap adalah determinan perilaku, karena mereka berkaitan dengan
persepsi, kepribadian dan motivasi. Sebuah sikap merupakan suatu keadaan
sikap mental, yang dipelajari dan diorganisasi menurut pengalaman dan yang
menyebabkan timbulnya pengaruh khusus atas reaksi seseorang
menunjukkan rasa suka atau tidak suka seseorang terhadap suatu objek,
orang dan situasi serta dengan siapa seseorang berhubungan.
58
Sikap ini memiliki berbagai tingkatan yaitu menerima, merespon,
menghargai dan bertanggungjawab (Notoadmodjo, 2007). Hasil penelitian
ini berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Mulyanti (2008) karena responden dengan kategori sikap baik hanya 63%
yang menggunakan APD, sedangkan sikap dalam penggunaan APD sendiri
masih di dukung oleh faktor yang lain misalnya sarana prasarana,
pengetahuan, lingkungan.
2. Faktor pendukung dalam penggunaan APD
Faktor pendukung dalam penelitian ini adalah ketersediaan sarana
prasarana penggunaan APD. Sarana yang disediakan juga harus memadai dalam
perbandingan antara jumlah pekerja dengan alat (Laurenta, 2001). Data yang
didapat dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 66,7% responden
yang menyatakan bahwa ketersediaan sarana prasarana sudah dalam kategori
baik. Hal ini menunjukkan bahwa RSUD Panembahan Senopati memang sudah
menyediakan fasilitas yang cukup memadai untuk penggunaan APD. Hasil uji
statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara sarana prasarana dan
penggunaan APD dengan nilai ρ = 0.001. Secara proporsi responden yang
menyatakan sarana prasarana dalam kategori baik 75% diantaranya
menggunakan APD di bandingkan dengan responden dengan sarana prasarana
kurang hanya 10% yang menggunakan APD, hal ini mendukung hasil uji
statistik bahwa sarana prasarana berhubungan dengan penggunaan APD.
3. Penggunaan APD
Penggunaan APD yang wajib pada perawatan luka pasca operasi pada
penelitian ini adalah masker, sarung tangan dan gaun. Hasil dari observasi
menunjukkan bahwa responden yang menggunakan APD secara baik dan benar
sebesar 53.3%. Hasil ini menunjukkan bahwa lebih dari sebagian responden
sudah menggunakan APD sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. APD adalah
seperangkat alat yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau
59
sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya atau
kecelakaan kerja. Secara teknis APD tidak bisa sempurna melindungi tubuh
akan tetapi dapat mengurangi tingkat keparahan dari kecelakaan yang terjadi
(Permenaker, 2010).
Uji statistik antara faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan
APD dapat disimpulkan bahwa faktor pengetahuan dan sarana mempunyai
hubungan yang signifikan dengan penggunaan APD. Sedangkan dari analisa
multivariat didapatkan hasil bahwa pengetahuan adalah faktor yang paling
dominan berhubungan dengan penggunaan APD dengan nilai ρ = 0.19 dan nilai
OR = 0.058 dengan interval kepercayaan 95%.
C. Keterbatasan Penelitian
Ketika melakukan penelitian, peneliti menyadari bahwa penelitian ini
memiliki keterbatasan yaitu observasi terhadap penggunaan APD hanya
dilakukan satu kali observasi sehingga belum bisa memberikan gambaran yang
sebenarnya. Sebaiknya observasi dilakukan minimal tiga kali observasi, karena
pada saat tidak dilakukan observasi kemungkinan responden dapat melakukan
tindakan yang tidak sesuai prosedur penggunaan APD sesuai kriteria dalam
penelitian.
Faktor yang tidak diteliti adalah faktor pendukung yang berupa peraturan
dan kebijakan yang ditetapkan oleh rumah sakit atau instansi yang berwenang
khususnya pada penggunaan APD pada penelitian ini, karena peneliti tidak bisa
mengendalikan faktor tersebut.
60
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan penggunaan
APD dengan nilai ρ = 0.001
2. Tidak terdapat hubungan secara statistik antara faktor sikap dengan
penggunaan APD dengan nilai ρ = 0.299
3. Tidak terdapat hubungan secara statistik antara faktor pendidikan dengan
penggunaan APD dengan nilai ρ = 1.000.
4. Tidak terdapat hubungan secara statistik antara faktor masa kerja dengan
penggunaan APD dengan nilai ρ = 0.261
5. Terdapat hubungan yang signifikan antara sarana prasarana dengan
penggunaan APD dengan nilai ρ = 0.001.
6. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan penggunaan APD adalah
faktor pengetahuan dengan nilai OR = 0.058 (0.05 - 0.622).
B. Saran
Berdasarkan hasil, pembahasan dan kesimpulan dari penelitian tentang faktor –
faktor yang mempengaruhi penggunaan APD pada perawatan luka pasca operasi
di ruang rawat bedah RSUD Panembahan Senopati Bantul ada beberapa saran
yang peneliti ajukan antara lain:
1. Bagi RSUD Panembahan Senopati
a. Dilihat dari persentase pendidikan dari 30 responden hanya ada 3
responden yang sudah berpendidikan DIV/S1. Saran yang kami ajukan
adalah agar RSUD Panembahan Senopati bisa meningkatkan kegiatan
misalnya sosialisasi, pelatihan atau kegiatan lain yang bisa mendukung
61
pendidikan sehingga bisa berpengaruh baik terhadap pengetahuan dan
kinerja perawat.
b. Pengetahuan perawat tentang penggunaan APD dengan kriteria kurang
masih cukup tinggi (53,3 %). Saran bagi RS maupun petugas PPI agar
diberikan sosialisasi ataupun Continuing Nursing Education (CNE)
tentang APD sehingga pengetahuan karyawan dapat ditingkatakan dan
akan berpengaruh baik pada penggunaan APD.
c. Mayoritas responden sudah memiliki nilai sikap yang baik terhadap
penggunaan APD namun masih ada 36, 7 % yang memiliki nilai sikap
kurang. Saran agar RS dan PPI memotivasi karyawan, memberikan
sosialisasi ataupun diskusi serta melakukan pengawasan secara
berkesinambungan terhadap karyawan dalam penggunaan APD
sehingga diharapkan karyawan akan menjadi terbiasa dengan
penggunaan APD.
d. Sarana prasarana penggunaan APD menurut mayoritas responden sudah
ada, namun ada sebagian kecil responden yang menyatakan belum ada.
Mohon kepada pihak pengelola sarana dan prasarana bisa melakukan
kontrol apakah sarana yang disediakan memang sudah memadai baik
dalam jumlah maupun mutunya. APD yang masih kurang tersedia dari
hasil penelitian ini adalah gaun pelindung.
2. Bagi Perawat, diharapkan hasil penelitian ini bisa bermanfaat sebagai
masukan dan motivasi untuk menggunakan APD secara baik sehingga bisa
meminimalkan terjadinya penyakit maupun kecelakaan akibat kerja.
62
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, A. &Perwitasari, D. (2006). Alat Pelindung Diri(APD) dan Higiene Petugas
Laboratorium Klinik RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi revisi.
Jakarta. PT Rineka Cipta. Boediono, S.(2003). Hygiene Perusahaan dalam Bunga Rampai Hiperkes dan K3. Buku Protap Pelayanan Keperawatan RSUD Panembahan Senopati Tahun 2009. Dahlan, M. S.(2008). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 3. Jakarta.
Salemba Medika Depkes RI. (2009). Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RSUD
Panembahan Senopati Bantul. . (2007). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan
Fasilitas Kesehatan Lainnya, Kesiapan Menghadapi Emerging Infectious Disease Jakarta
. (2010). Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit (K3-Ifrs). Jakarta Hidayat. (2008). Ketrampilan dasar praktik klinik. Jakarta. Salemba Medika Inetna (2007). Buku Practical Wound Management, From Caring To Curing
Wound.Yogyakarta. Jarvis, W.R. (2007). Hospital Infections. USA. Lippincott Jarvis & Wilkins 5th
Edition. A Wolters Kluwer Business. Iskandar, A. M. (2010). Tentang Alat Pelindung Diri. Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Per.08/Men/VII/2010. Istikomah, N. (2010). Perbedaan Perawatan Luka dengan Povodine Iodine 10% dan
NaCl 0.9% Terhadap Penyembuhan Luka Operasi Prostatektomi di Ruang Anggrek RSUD Tugurejo Semarang.
Lolok, L.,Kusnanto, H. & Subronto, Y.W. (2006). Manajemen Risiko Penularan
Penyakit HIV/AIDS di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
63
Machfoed. (2008). Statistic Deskriptif. Cetakan ke-6. Yogyakarta. Fitramaya Morison M.J. (2003). Manajemen Luka. Jakarta. EGC Mulyanti, D. (2008). Faktor Predisposing, Enabling dan Reinforcing Terhadap
Penggunaan Alat Pelindung Diri Dalam Asuhan Persalinan Normal Di RS Meuraxa Banda Aceh
Nursalam . (2008). Konsep dan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Edisi 2.
Jakarta. Salemba Medika Notoatmodjo, S.(2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta. . (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta. Rineka Cipta. . (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta.Rineka Cipta. Pandji, A. (2001) Psikologi Kerja. Yogyakarta. Liberty Presiden Republik Indonesia. (1992). UU Nomor : 23 Tahun 1992 Tentang
Kesehatan. Jakarta. Tanggal : 17 September 1992 Kementerian Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia. (2010).
Per.08/Men/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri. Jakarta. Tanggal: 06 Juli 2010
Riwidigdo, H. (2009). Statistik untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta. Pustaka
Rihama. Rothrock, JC. PhD. (2007). Care Of The Patient In Surgery. Elshevier Mosby San
Antonio. Texas. Saryono. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Mitra Cendekia Sjamsuhidajat. (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta. EGC Sugiyono.(2008). Metodologi Penelitian Kualitatif R&D. Bandung. Alfabeta. Suma'mur, P.K. (1992). Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan Kerja.
Jakarta. P.T. Toko Gunung Agung. Supari, S.F. (2006). Kepmenkes tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Rumah Sakit Dan Fasilitas Kesehatan lainnya.
64
Suriadi. (2004). Perawatan Luka. Jakarta. Penerbit CV Sagung Seto. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (Lembaran
Negara Republik Indonesia Wawan &Wati. (2011). Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta.
Nuha Medika. WHO (2008). Infeksi Saluran Nafas Akut Yang Cenderung Menjadi Epidemic Dan
Pandemic. Jenewa: WHO Wiyoto, M. (2009). Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Kepatuhan Penggunaan
Alat Pelindung Diri pada Perawat. Yusron, M. (2008). Kepatuhan Prinsip-Prinsip Pencegahan Infeksi (Universal
Precaution) pada Perawat di RSUD Abdoel Muluk Bandar Lampung.