Upload
others
View
14
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEBERADAAN BAHAN BERBAHAYA BISPHENOL A (BPA)
YANG TERKANDUNG DALAM KONTAINER PLASTIK
MAKANAN DAN MINUMAN
DGD. DHARMA SANTHI
I NYOMAN GEDE SUYASA
I WAYAN JANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, Ida Sang
Hyang Widhi Wasa karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul ―FAKTOR-FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAHAN BERBAHAYA
BISPHENOL A (BPA) YANG TERKANDUNG DALAM KONTAINER
PLASTIK MAKANAN DAN MINUMAN‖.
Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Prof.
Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang
diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan
Program S1 di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan
kepada Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof.
Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT(K), M.Kes atas kesempatan yang diberikan kepada
penulis untuk mengikuti pendidikan program S1. Tidak lupa pula penulis ucapkan
terima kasih kepada Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana yang dijabat oleh Dr.dr. Dewa Putu Gde Purwa Samatra,
Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi
mahasiswa Program S1 pada Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana.
Terimakasih pula penulis sampaikan kepada keluarga yang selalu
memberikan dukungan baik moral dan materiil, serta motivasi kepada penulis
dalam penyusunan skripsi ini. Terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu.
Semoga Tuhan yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu
melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan
dan penyelesaian skripsi ini, serta kepada penulis sekeluarga. Akhir kata, semoga
skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi masyarakat
umum dalam rangka memperluas wawasan yang kita miliki.
Denpasar, 27 November 2016
Penulis
3
ABSTRAK
Penggunaan plastik sebagai kemasan pangan merupakan hal yang melekat
dengan kehidupan masyarakat. Bahan utama pembuatan plastik polikarbonat
adalah senyawa bisphenol A (BPA). BPA dapat masuk ke dalam tubuh manusia
terutama karena kemampuannya bermigrasi ke dalam bahan makanan yang
dikemas. BPA berpotensi mengakibatkan ketidaknormalan perkembangan
endometrium yang dapat menyebabkan infertilitas serta meningkatkan risiko
terkena kanker payudara. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan
pengetahuan, siap dan tindakan dengan keberadaan kontainer plastik
Jenis penelitian observasional dengan rancangan cross sectional, besar
sampel dari populasi ibu rumah tangga di kabupaten Badung sebanyak 360 ibu
rumah tangga. Pengambilan sampel dengan metode sampling wilayah. Teknik
pengumpulan data primer mengenai karakteristik, pengetahuan, sikap dan
tindakan menggunakan kuesioner oleh petugas. Analisis data menggunakan
statistik multivarian
Hasil penelitian diperoleh pengetahuan tidak baik sebanyak 307 responden
(85,28%), sikap baik sebesar 358 responden (99,44%), tindakan tidak baik
sebanyak 258 responden (71,67%) dan keberadaan kontainer plastik di rumah
tangga sebesar 328 (91,11%)
Ada hubungan pengetahuan dan tindakan dengan keberadaan kontainer
plastik dengan P – 0,000, variable sikap tidak ada hubungan dengan keberadaan
kontainer plastik dengan nilai P = 1,000. Variabel yang dominan berhubungan
dengan keberadaan kontainer plastik adalah tindakan dengan nilai expB = 5,975.
Diharapkan ibu rumah tangga menggunakan kontainer plastik sebagai
wadah makanan dan minuman sesuai dengan kode peruntukannya
Kata kunci: Bisphenol A, Plastik, Makanan dan Minuman
4
ABSTRACT
The use of plastics as food packaging are inherent to the life of the
community. The main ingredient is the manufacture of polycarbonate plastics
compound bisphenol A (BPA). BPA may get into the human body is mainly
because of its ability to migrate into foodstuffs were packed. BPA has the
potential to lead to abnormal development of the endometrium which can cause
infertility and increase the risk of developing breast cancer. The aim of research to
determine the relationship of knowledge, ready and action by the presence of
plastic containers
An observational study with design cross setctional, a large sample of
the population housewife in Badung with 360 housewives. Sampling methods of
sampling area. The technique of collecting primary data on the characteristics,
knowledge, attitude and practice using a questionnaire by the officer. Analysis of
data using statistical multivariance
The results were obtained knowledge is not good as much as 307
respondents (85.28%), good attitude of 358 respondents (99.44%), the action is
not good as much as 258 respondents (71.67%) and the presence in the household
plastic containers of 328 ( 91.11%)
No relation between knowledge and action by the presence of a plastic
container with a P - 0.000, variable attitudes are not related to the presence of a
plastic container with a value of P = 1.000. The dominant variable related to the
presence of plastic containers is an action expB value = 5.975.
Expected housewives use plastic containers as food and beverage
containers in accordance with the code designation
Keywords: Bisphenol A, Plastics, Food and Beverages
5
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ………………………………………………. i
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………… ii
ABSTRAK ..................................................................................................... iii
ABSTRACT …………………………………………………………… iv
KATA PENGANTAR ………………………………………………..... v
DAFTAR ISI ……………………………………………………………. vi
DAFTAR TABEL ………………………………………………………….. viii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… ix
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….. 1
A. Latar Belakang ……………………………………………………… 1
B. Perumusan Masalah ………………………………………………….. 3
C. Tujuan …………………………………………………………………. 3
D. Manfaat ……………………………………………………………….. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 5
A. Jenis dan Sifat Fisik Kimia Plastik …………………………………. 5
B. Plastik Sebagai Kemasan Pangan ……………………………………… 9
C. Pemilihan Plastik Untuk Kontainer Makanan dan Minuman …………… 12
D. Migrasi Additive Plastik ………………………………………………. 15
E. Dampak dan Bahaya Plastik Terhadap Kesehatan ……………………… 16
F. Aktivitas Estrogenik Bisphenol-A ……………………………………. 19
G. Bisphenol A dan Fungsi Reproduksi dan Perkembangan ……………… 20
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN …………………………… 23
A. Kerangka Konsep ……………………………………………………… 23
B. Variabel Penelitian ………………………………………………….. 23
C. Definisi Operasional ………………………………………………….. 24
BAB IV METODELOGI PENELITIAN …………………………………. 26
A. Desain Penelitian …………………………………………………….. 26
B. Populasi dan Sampel ………………………………………………….. 26
6
C. Instrumen Penelitian …………………………………………………. 27
D. Prosedur penelitian …………………………………………………… 27
E. Analisis data ……………………………………………………………. 27
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………….. 28
A. Karakteristik Responden ………………………………………………… 28
B. Deskripsi Variabel ………………………………………………….. 30
C. Analisis Data …………………………………………………………. 32
D. Pembahasan …………………………………………………………… 37
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ……………………………………… 41
A. Simpulan ………………………………………………………………. 41
B. Saran …………………………………………………………………. 41
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 42
LAMPIRAN
7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia modern sekarang, penggunaan kemasan pangan merupakan hal
yang melekat dengan kehidupan masyarakat. Kemasan pangan berfungsi untuk
melindungi pangan dari kerusakan fisik, kerusakan kimia, dan kerusakan biologik
sehingga masa simpan (shelf life) pangan menjadi lebih panjang (BPOM RI,
2009). Salah satu kemasan pangan yang sering digunakan masyarakat adalah
plastik. Jenis plastik yang umum digunakan adalah plastik polikarbonat
(polycarbonate/PC). Bahan utama pada pembuatan plastik polikarbonat adalah
senyawa 2,2-bis (4-hidroksifenil) propan atau yang dikenal dengan nama
bisphenol-A (BPA).
BPA banyak ditemukan di botol susu bayi sehingga membuat botol susu
menjadi tahan lama dan tampak mengkilat, sebagai campuran plastik untuk
membuat gelas anak batita (sippy cup), botol minum polikarbonat, dan kaleng
kemasan makanan dan minuman, termasuk kaleng susu formula. Plastik jenis juga
digunakan untuk pembuatan lensa kacamata, CD, DVD, komputer, perlengkapan
olah raga, perlengkapan medis, dental sealants (plastik tipis yang digunakan
untuk menutupi permukaan gigi, terutama gigi geraham untuk mencegah
kerusakan gigi), serta pelapis beberapa produk kertas termal, termasuk kertas
untuk struk ATM dan mesin penghitung uang (Anonim, 2016 ; BPOM RI, 2015).
Pada akhir tahun 1990-an muncul berbagai pertanyaan berkaitan dengan
tingkat keamanan dan efek samping dari BPA dimana diketahui bahwa BPA
bermigrasi dari kemasan plastik kedalam tubuh hewan uji, dimana menimbulkan
keabnormalan dalam chromosom hewan uji. Migrasi monomer terjadi, karena
dipengaruhi suhu makanan atau penyimpanan dan proses pengolahannya.
Semakin tinggi suhu makanan yang dikemas plastik, semakin banyak pula
monomer yang dapat bermigrasi ke makanan. Peneliti dari University of
Cincinnati menemukan, eksposur terhadap air mendidih menyebabkan botol
8
plastik polikarbonat melepaskan BPA hingga 55 kali lebih cepat dari air dingin
atau air bertemperatur normal. Faktor lain yang berpengaruh adalah luas
permukaan yang berkontak, kecepatan migrasi, jenis bahan plastik, serta tingkat
lamanya makanan tersebut disimpan. Karena, semakin lama kontak antara
makanan dan kemasan plastik, jumlah monomer yang bermigrasi makin tinggi
jumlahnya (Erliza, 1987; Syarief, 2014; Anonim, 2016).
Berdasarkan hasil penelitian Sun tahun 2000 dari Departement of
Chemistry, Faculty of Science, National University of Singapore pada karya
ilmiahnya Migration of Bisphenol A in Baby Milk Bottles mengatakan zat kimia
bisphenol (BPA) di temukan dalam plastik yang termasuk kelompok bahan kimia
yang dikenal sebagai endokrin pengganggu, yang dapat menghalangi aktivitas
hormon natural dalam tubuh, terutama estrogen. Beberapa penelitian lain
menunjukkan bahwa BPA, baik dalam bentuk aktif maupun inaktif mampu
menembus plasenta. Pada fetus, perubahan BPA inaktif menjadi aktif ini
dimungkinkan karena organ hati dan jantungnya dapat menghasilkan enzim yang
mampu mengubah senyawa konjugat BPA-glucuronic acid menjadi BPA
estrogenik yang toksik. Hal tersebut menunjukkan bahwa fetus mempunyai
kemungkinan tertinggi terpapar BPA melalui plasenta. Di dalam rahim, paparan
estrogen pada waktu yang tidak tepat dalam kadar yang melebihi atau kurang dari
normal dapat menyebabkan efek merugikan terhadap perkembangan berbagai
organ dan sistem, termasuk sistem reproduksi (pada perempuan dan laki-laki),
perkembangan otak, kelenjar susu, dan sistem imun. Jika rute paparannya melalui
pangan yang tertelan, maka bayi mempunyai kemungkinan untuk terpapar BPA
lebih besar daripada kelompok umur lainnya. Menurut U.S. Food and Drug
Administration (U.S. FDA), bayi merupakan populasi yang sensitif terhadap BPA
karena sistem saraf dan sistem endokrinnya sedang dalam tahap perkembangan
demikian juga dengan sistem hepatiknya untuk mendetoksifikasi dan
mengeliminasi senyawa kimia, misalnya BPA. Sedangkan pada orang laki – laki
dewasa ditemukan ada korelasi antara BPA dengan penurunan produksi sperma,
penambahan berat prostat, dan kanker testis pada laki-laki. Sementara pada
9
perempuan dewasa, BPA berpotensi mengakibatkan ketidaknormalan
perkembangan endometrium yang dapat menyebabkan infertilitas serta
meningkatkan risiko terkena kanker payudara (BPOM RI, 2015; Candy, 2008).
Dalam menjaga dan memelihara kesehatan terutama keluarga, ibu memiliki
keterkaitan yang erat. Sebagai pengelola rumah tangga, ibu selalu dilibatkan
secara langsung dengan pemilahan bahan kemasan pangan yang dipergunakan.
Plastik dipilih karena tidak mudah pecah, ringan, desain yang menarik dan
ketersediaan produk dengan kisaran harga yang bervariasi (Rahma, 2009).
Berdasarkan uraian-uraian permasalahan tersebut di atas, maka peneliti tertarik
untuk mengevaluasi pengetahuan dengan perilaku dan tindakan ibu rumah tangga
di Kabupaten Badung terhadap bahaya Bisphenol A yang terkandung dalam
dalam kontainer makanan dan minuman terhadap kesehatan‖.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah ―Faktor-faktor apakah yang
berhubungan dengan keberadaan bahan berbahaya Bisphenol A yang Terkandung
dalam Kontainer Plastik Makanan dan Minuman di Kabupaten Badung?‖.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan keberadaan bahan
berbahaya Bisphenol A yang Terkandung dalam Kontainer Plastik Makanan dan
Minuman.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan keberadaan bahan
berbahaya Bisphenol A yang Terkandung dalam Kontainer Plastik Makanan
dan Minuman.
10
b. Untuk mengetahui hubungan sikap dengan keberadaan bahan berbahaya
Bisphenol A yang Terkandung dalam Kontainer Plastik Makanan dan
Minuman.
c. Untuk mengetahui hubungan Tindakan dengan keberadaan bahan berbahaya
Bisphenol A yang Terkandung dalam Kontainer Plastik Makanan dan
Minuman.
d. Untuk mengetahui faktor yang dominan berhubungan dengan keberadaan
bahan berbahaya Bisphenol A yang Terkandung dalam Kontainer Plastik
Makanan dan Minuman
D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi ibu rumah tangga terhadap pemilihan
penggunaan kontainer makanan dan minuman plastik yang mengandung
Bisphenol A .
2. Memberikan informasi tambahan kepada masyarakat termasuk ibu rumah
tangga mengenai dampak Bisphenol A terhadap kesehatan.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Plastik adalah bahan pengemas yang mudah didapat dan sangat fleksibel
penggunaannya. Selain untuk mengemas langsung bahan makanan, seringkali
digunakan sebagai pelapis kertas. Plastik adalah salah satu bahan yang dapat kita
temui di hampir setiap barang. Mulai dari wadah makanan, pengemasan, botol
minum, kantong plastik, alat makan (sendok, garpu, piring, mangkok, gelas).
Masing-masing jenis plastik mempunyai tingkat bahaya yang berbeda tergantung
dari bahan kimia penyusunnya, jenis makanan yang dibungkus (asam, berlemak),
lama kontak dan suhu makanan saat disimpan (Rahma, W, 2009).
A. Jenis dan Sifat Fisik Kimia Plastik
1. PET — Polyethylene Terephthalate
Biasanya, pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur
ulang dengan angka 1 di tengahnya dan tulisan PETE atau PET (polyethylene
terephthalate) di bawah segitiga
Dalam pertekstilan PET biasa disebut dengan polyester. Biasa dipakai
untuk botol plastik yang jernih/transparan/tembus pandang seperti botol air
mineral, botol jus, dan hampir semua botol minuman lainnya. Tidak untuk air
hangat apalagi panas. Untuk jenis ini, disarankan hanya untuk satu kali
penggunaan dan tidak untuk mewadahi pangan dengan suhu > 600C, hal ini akan
mengakibatkan lapisan polimer pada botol tersebut akan meleleh dan
mengeluarkan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker)
Di dalam membuat PET, menggunakan bahan yang disebut dengan SbO3
(antimoni trioksida), yang berbahaya bagi para pekerja yang berhubungan dengan
pengolahan ataupun daur ulangnya, karena antimoni trioksida masuk ke dalam
tubuh melalui sistem pernafasan, yaitu akibat menghirup debu yang mengandung
senyawa tersebut. Terkontaminasinya senyawa ini dalam periode yang lama akan
mengalami : iritasi kulit dan saluran pernafasan. Bagi pekerja wanita, senyawa ini
meningkatkanmasalah menstruasi dan keguguran, pun bila melahirkan, anak
12
mereka kemungkinan besar akan mengalami pertumbuhan yang lambat hingga
usia 12 bulan.
2. HDPE — High Density Polyethylene
a. Umumnya, pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur
ulang dengan angka 2 di tengahnya, serta tulisan HDPE (high density
polyethylene) di bawah segitiga.
b. Biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu, galon air
minum, dan lain-lain.
c. HDPE merupakan salah satu bahan plastik yang aman untuk digunakan
karena kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik
berbahan HDPE dengan makanan/minuman yang dikemasnya.
d. HDPE memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras hingga semifleksibel,
buram dan lebih tahan terhadap bahan kimia dan kelembapan, melunak
pada suhu 750C.
3. V — Polyvinyl Chloride
Tertera logo daur ulang (terkadang berwarna merah) dengan angka 3 di
tengahnya, serta tulisan V — V itu berarti PVC (polyvinyl chloride), yaitu jenis
plastik yang paling sulit didaur ulang.
a. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan botol-
botol, sulit di daur ulang
b. PVC mengandung DEHA yang dapat bereaksi dengan makanan yang dikemas
dengan plastik berbahan PVC ini saat bersentuhan langsung dengan makanan
tersebut karena DEHA lumer pada suhu 150C.
c. Reaksi yang terjadi antara PVC dengan makanan yang dikemas dengan plastik
ini berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan.
d. Plastik jenis ini sebaiknya tidak untuk mewadahi pangan yang mengandung
lemak/minyak, alkohol dan dalam kondisi panas.
e. Sebaiknya kita mencari alternatif pembungkus makanan lain yang tidak
mengandung bahan pelembut, seperti plastik yang terbuat dari polietilena atau
bahan alami (daun pisang misalnya).
13
4. LDPE — Low Density Polyethylene
Tertera logo daur ulang dengan angka 4 di tengahnya, serta tulisan LDPE
(low density polyethylene) yaitu plastik tipe cokelat (thermoplastic/dibuat dari
minyak bumi), biasa dipakai untuk tempat makanan, plastik kemasan, dan botol-
botol yang lembek.
a. Sifat mekanis jenis plastik LDPE adalah kuat, fleksibel, kedap air tetapi
tembus cahaya, fleksibel dan permukaan agak berlemak. Melunak pada
suhu 700C.
b. Barang berbahan LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi tetap baik untuk
tempat makanan karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan
yang dikemas dengan bahan ini.
5. PP — Polypropylene
a. Tertera logo daur ulang dengan angka 5 di tengahnya, serta tulisan PP PP
(polypropylene) adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik, terutama
untuk yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat
menyimpan makanan, botol minum dan terpenting botol minum untuk
bayi.
b. Karakteristik adalah biasa botol transparan yang tidak jernih atau berawan,
keras tetapi fleksibel. Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya
tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, minyak,
stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap. Melunak pada suhu
1500C.
c. Carilah dengan kode angka 5 bila membeli barang berbahan plastik untuk
menyimpan kemasan berbagai makanan dan minuman.
6. PS — Polystyrene
a. Tertera logo daur ulang dengan angka 6 di tengahnya, serta tulisan PS PS
(polystyrene) ditemukan tahun 1839, oleh Eduard Simon, seorang
apoteker dari Jerman, secara tidak sengaja.
b. Terdapat dua macam PS, yaitu yang kaku dan lunak/berbentuk foam.
14
c. PS yang kaku biasanya jernih seperti kaca, kaku, getas, mudah terpengaruh
lemak dan pelarut (seperti alkohol), mudah dibentuk, melunak pada suhu
950C. Contoh : wadah plastik bening berbentuk kotak untuk wadah
makanan.
d. PS yang lunak berbentuk seperti busa, biasanya berwarna putih, lunak,
mudah terpengaruh lemak dan pelarut lain (seperti alkohol). Bahan ini
dapat melepaskan styrene jika kontak dengan pangan. Contohnya yang
sudah sangat terkenal styrofoam. Biasanya digunakan sebagai wadah
makanan atau minuman sekali pakai, karton wadah telur, dll.
e. Kemasan styrofoam sebaiknya tidak digunakan dalam microwave.
f. Kemasan styrofoam yang rusak/berubah bentuk sebaiknya tidak digunakan
untuk mewadahi makanan berlemak/berminyak terutama dalam keadaan
panas.
g. Polystyrene merupakan polimer aromatik yang dapat mengeluarkan bahan
styrene ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan.
h. Selain tempat makanan, styrene juga bisa didapatkan dari asap rokok, asap
kendaraan dan bahan konstruksi gedung.
i. Bahan ini harus dihindari, karena selain berbahaya untuk kesehatan otak,
mengganggu hormon estrogen pada wanita yang berakibat pada masalah
reproduksi, dan pertumbuhan dan sistem syaraf, juga karena bahan ini
sulit didaur ulang. Pun bila didaur ulang, bahan ini memerlukan proses
yang sangat panjang dan lama.
j. Bahan ini dapat dikenali dengan kode angka 6, namun bila tidak tertera
kode angka tersebut pada kemasan plastik, bahan ini dapat dikenali
dengan cara dibakar (cara terakhir dan sebaiknya dihindari). Ketika
dibakar, bahan ini akan mengeluarkan api berwarna kuning-jingga, dan
meninggalkan jelaga.
15
7. OTHER
a. Tertera logo daur ulang dengan angka 7 di tengahnya, serta tulisan
OTHER Other (SAN/styrene acrylonitrile, ABS - acrylonitrile butadiene
styrene, PC - polycarbonate, Nylon)
b. Dapat ditemukan pada tempat makanan dan minuman seperti botol minum
olahraga, alat-alat rumah tangga, peralatan makan bayi dan plastik
kemasan.
c. PC - Polycarbonate dapat ditemukan pada botol susu bayi, gelas anak
batita (sippy cup).
d. Dapat mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam
makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon,
kromosom pada ovarium, penurunan produksi sperma, dan mengubah
fungsi imunitas.
e. Dianjurkan untuk tidak dipergunakan untuk tempat makanan ataupun
minuman karena Bisphenol-A dapat berpindah ke dalam minuman atau
makanan jika suhunya dinaikkan karena pemanasan. Untuk mensterilkan
botol susu, sebaiknya direndam saja dalam air mendidih dan tidak
direbus atau dipanaskan dengan microwave. Botol yang sudah retak
sebaiknya tidak digunakan lagi.
f. SAN dan ABS memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia dan
suhu, kekuatan, kekakuan, dan tingkat kekerasan yang telah ditingkatkan.
g. Biasanya terdapat pada mangkuk mixer, pembungkus termos, piring, alat
makan, penyaring kopi.
h. SAN dan ABS merupakan salah satu bahan plastik yang sangat baik untuk
digunakan (Iman, 2005).
B. Plastik Sebagai Kemasan Pangan
Kemasan plastik saat ini mendominasi industri makanan di Indonesia,
menggeser penggunaan kemasan logam dan gelas. Hal ini disebabkan karena
kelebihan dari kemasan plastik yaitu ringan, fleksibel, multiguna, kuat, tidak
bereaksi, tidak karatan dan bersifat termoplastis (heat seal), dapat diberi warna
16
dan harganya yang murah. Kelemahan dari plastik karena adanya zat monomer
dan molekul kecil dari plastik yang mungkin bermigrasi ke dalam bahan pangan
yang dikemas.
Bahan pembuat plastik dari minyak dan gas sebagai sumber alami, dalam
perkembangannya digantikan oleh bahan-bahan sintetis sehingga dapat diperoleh
sifat-sifat plastik yang diinginkan dengan cara kapolimerisasi, laminasi, dan
ekstruksi (Syarief, 1989).
Komponen utama plastik sebelum membentuk polimer adalah monomer,
yakni rantai yang paling pendek. Polimer merupakan gabungan dari beberapa
monomer yang akan membentuk rantai yang sangat panjang. Bila rantai tersebut
dikelompokkan bersama-sama dalam suatu pola acak, menyerupai tumpukan
jerami maka disebut amorp, jika teratur hampir sejajar disebut kristalin dengan
sifat yang lebih keras dan tegar (Syarief, 1989).
Menurut Eden dalam Davidson (1970), klasifikasi plastik menurut struktur
kimianya terbagi atas dua macam yaitu :
1. Linear, bila monomer membentuk rantai polimer yang lurus (linear) maka
akan terbentuk plastik thermoplastik yang mempunyai sifat meleleh pada
suhu tertentu, melekat mengikuti perubahan suhu dan sifatnya dapat balik
(reversible) kepada sifatnya yakni kembali mengeras bila didinginkan.
2. Jaringan tiga dimensi, bila monomer berbentuk tiga dimensi akibat
polimerisasi berantai, akan terbentuk plastik thermosetting dengan sifat
tidak dapat mengikuti perubahan suhu (irreversible). Bila sekali pengerasan
telah terjadi maka bahan tidak dapat dilunakkan kembali.
Proses polimerisasi yang menghasilkan polimer berantai lurus mempunyai
tingkat polimerisasi yang rendah dan kerangka dasar yang mengikat antar atom
karbon dan ikatan antar rantai lebih besar daripada rantai hidrogen. Bahan yang
dihasilkan dengan tingkat polimerisasi rendah bersifat kaku dan keras (Flinn dan
Trojan, 1975).
Bahan kemasan plastik dibuat dan disusun melalui proses yang disebabkan
polimerisasi dengan menggunakan bahan mentah monomer, yang tersusun
17
sambung-menyambung menjadi satu dalam bentuk polimer. Kemasan plastik
memiliki beberapa keunggulan yaitu sifatnya kuat tapi ringan, inert, tidak karatan
dan bersifat termoplastis (heat seal) serta dapat diberi warna. Kelemahan bahan
ini adalah adanya zat-zat monomer dan molekul kecil lain yang terkandung dalam
plastik yang dapat melakukan migrasi ke dalam bahan makanan yang dikemas.
(Winarno, 1994).
Plastik berisi beberapa aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat-
sifat fisiko kimia plastik itu sendiri. Bahan aditif yang sengaja ditambahkan itu
disebut komponen non plastik, diantaranya berfungsi sebagai pewarna,
antioksidan, penyerap cahaya ultraviolet, penstabil panas, penurun viskositas,
penyerap asam, pengurai peroksida, pelumas, peliat, dan lain-lain (Crompton,
1979). Bahan kemasan plastik dibuat dan disusun melalui proses yang disebut
polimerisasi dengan menggunakan bahan mentah monomer, yang tersusun
sambung-menyambung menjadi satu dalam bentuk polimer. Dalam plastik juga
terkandung beberapa aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat fisiko
kimia plastik itu sendiri. Bahan aditif yang ditambahkan tersebut disebut
komponen nonplastik yang berupa senyawa anorganik atau organik yang memiliki
berat molekul rendah. Bahan aditif dapat berfungsi sebagai pewarna, antioksidan,
penyerap sinar UV, anti lekat dan masih banyak lagi (Winarno, 1994).
Menurut Erliza dan Sutedja (1987) plastik dapat dikelompokkan atas dua
tipe, yaitu thermoplastik dan termoset. Thermoplastik adalah plastik yang dapat
dilunakkan berulangkali dengan menggunakan panas, antara lain polietilen,
polipropilen, polistiren dan polivinilklorida. Sedangkan termoset adalah plastik
yang tidak dapat dilunakkan oleh pemanasan, antara lain phenol formaldehid dan
urea formaldehid.
Syarief, (1989) membagi plastik menjadi dua berdasarkan sifat-sifatnya
terhadap perubahan suhu, yaitu: a) termoplastik: meleleh pada suhu tertentu,
melekat mengikuti perubahan suhu dan mempunyai sifat dapat balik (reversibel)
kepada sifat aslinya, yaitu kembali mengeras bila didinginkan, b) termoset: tidak
dapat mengikuti perubahan suhu (irreversibel). Plastik jenis termoset tidak begitu
18
menarik dalam proses daur ulang karena selain sulit penanganannya juga
volumenya jauh lebih sedikit (sekitar 10%) dari volume jenis plastik yang bersifat
termoplastik (Moavenzadeh dan Taylor, 1995). Pada kemasan plastik, perubahan
fisiko kimia pada wadah dan makanannya sebenarnya tidak mungkin dapat
dihindari. Industri pangan hanya mampu menekan laju perubahan itu hingga
tingkat minimum sehingga masih memenuhi syarat konsumen. Banyak ragam
kemasan plastik untuk makanan dan minuman, beberapa contoh misalnya:
polietilen, polipropilen, polistiren, poliamida, polisulfon, poliester, poliuretan,
polikarbonat, polivinilklorida, polifenilinoksida, polivinilasetat, poliakrilonitril
dan melamin formaldehid. Plastik diatas dapat digunakan dalam bentuk lapis
tunggal, ganda maupun komposit, dengan demikian kombinasi dari berbagai
ragam plastik dapat menghasilkan ratusan jenis kemasan (Crompton, 1979).
Penggunaan plastik sebagai bahan pengemas mempunyai keunggulan dibanding
bahan pengemas lain karena sifatnya yang ringan, transparan, kuat, termoplatis
dan selektif dalam permeabilitasnya terhadap uap air, O2, CO2. Sifat
permeabilitas plastik terhadap uap air dan udara menyebabkan plastik mampu
berperan memodifikasi ruang kemas selama penyimpanan (Winarno, 1987). Ryall
dan Lipton (1972) menambahkan bahwa plastik juga merupakan jenis kemasan
yang dapat menarik selera konsumen.
C. Pemilihan Plastik Untuk Kontainer Makanan dan Minuman
Tidak mudah untuk menentukan jenis plastik yang baik untuk wadah atau
kemasan makanan. Di pasaran diperkirakan banyak dijumpai bahan kemasan yang
sebetulnya tidak cocok dengan jenis makanan dan minuman yang dikemas. Setiap
jenis makanan memiliki sifat yang perlu dilindungi, yang harus dapat
ditanggulangioleh jenis plastik tertentu. Kesalahan material kemasan dapat
mengakibatkan kerusakan bahan makanan dan minuman yang dikemas (Buckle,
1987).
Selain dengan melihat pengkodean yang telah ditetapkan, aman-tidaknya
wadah plastik (food grade dan non-food grade) bisa diketahui dari simbol atau
19
pertanda khusus yang tertera di wadah plastik tersebut, diantaranya (Anonim,
2010):
1. Simbol Food Grade
Bergambar gelas dan garpu, artinya wadah tersebut aman digunakan untuk
makanan dan minuman.
2. Simbol Non-Food Grade
Gambar garpu dan gelas dicoret, artinya wadah tersebut tidak didesain untuk
makanan karena kandungan zat kimia di dalamnya bisa membahayakan
kesehatan.
3. Simbol Microwave Save
Gambar garis bergelombang, artinya wadah aman untuk digunakan sebagai
penghangat makanan di dalam microwave karena tahan suhu yang tinggi.
4. Simbol Non-Microwave
Gambar garis bergelombang dicoret, artinya wadah tidak boleh digunakan
untuk menghangatkan makanan di dalam microwave karena tidak tahan
suhu yang tinggi atau panas.
5. Simbol Oven Save
Gambar oven (dua garis horizontal), artinya aman digunakan sebagai
penghangat makanan di dalam oven. Meski terbuat dari plastik, wadah ini
tahan terhadap suhu tinggi.
6. Simbol Non-Oven
Gambar dua garis horizontal dicoret, artinya wadah tidak tahan suhu tinggi.
7. Simbol Grill Save
Gambar pemanggang atau grill (tiga segitiga terbalik), artinya wadah aman
digunakan untuk suhu tinggi.
8. Simbol Non-Grill Save
Gambar pemanggang dicoret, artinya wadah tidak boleh digunakan untuk
memanggang.
9. Simbol Freezer Save
20
Gambar bunga salju, artinya wadah aman digunakan untuk menyimpan
makanan atau minuman dengan suhu rendah atau beku.
10. Simbol Non-Freezer Save
Gambar bunga salju dicoret, artinya wadah tidak boleh untuk disimpan
dalam lemari pendingin.
11. Simbol Cut Save
Gambar pisau, artinya wadah aman digunakan sebagai alas saat memotong
bahan-bahan makanan.
12. Simbol Non-Cut Save
Gambar pisau dicoret, artinya tidak untuk wadah memotong.
13. Simbol Dishwasher Save
Gambar gelas terbalik, artinya wadah aman untuk dicuci dalam mesin
pencuci.
14. Simbol Non-Dishwasher Save
Gambar gelas dicoret, artinya gelas harus dicuci manual.
Adapun Cara Mengenal jenis Plastik pada Kemasan adalah :
1. Periksa nomor kode daur ulang, biasanya diletakkan pada bagian bawah
botol, dalam tutup, atau dicetak pada label untuk kemasan fleksibel,
2. Periksa keras atau lunak : PP ditekan akan balik kebentuk semula; HDPE
ditekan tidak kembali; LDPE lebih lunak dari HDPE; PET keras; PC lebih
keras; PVC kurang keras.
3. Periksa permukaan mengkilap atau tidak : PC, PET dan PVC mengkilat; PP
mengkilat tapi tidak keras; HDPE dan LDPE tidak mengkilat.
4. Test bakar : HDPE dan LDPE akan berbau wax; PC berbau phenol; PVC
berbau chlorine; PET berbau buah
5. Kemasan tersebut harus dapat melindungi produk dari kerusakan fisik dan
mekanis.
6. Cegah penggunaan botol susu bayi dan cangkir bayi (dengan lubang
penghisapnya) berbahan polycarbonate, cobalah pilih dan gunakan botol
susu bayi berbahan kaca, polyethylene, atau polypropylene. Gunakanlah
21
cangkir bayi berbahan stainless steel, polypropylene, atau polyethylene.
Untuk dot, gunakanlah yang berbahan silikon, karena tidak akan
mengeluarkan zat karsinogenik sebagaimana pada dot berbahan latex.
7. Jika penggunaan plastik berbahan polycarbonate tidak dapat dicegah,
janganlah menyimpan air minum ataupun makanan dalam keadaan panas.
8. Hindari penggunaan botol plastik untuk menyimpan air minum. Jika
penggunaan botol plastik berbahan PET (kode 1) dan HDPE (kode 2), tidak
dapat dicegah, gunakanlah hanya sekali pakai dan segera dihabiskan karena
pelepasan senyawa antimoni trioksida terus meningkat seiring waktu. Bahan
alternatif yang dapat digunakan adalah botol stainless steel atau kaca.
9. Cegahlah memanaskan makanan yang dikemas dalam plastik, khususnya
pada microwave oven, yang dapat mengakibatkan zat kimia yang terdapat
pada plastik tersebut terlepas dan bereaksi dengan makanan lebih cepat. Hal
ini pun dapat terjadi bila kemasan plastik digunakan untuk mengemas
makanan berminyak atau berlemak.
10. Bungkuslah terlebih dahulu makanan dengan daun pisang atau kertas
sebelum dibungkus dengan plastik pembungkus ketika akan dipanaskan di
microwave oven.
11. Cobalah untuk menggunakan kemasan berbahan kain untuk membawa
sayuran, makanan, ataupun belanjaan dan gunakanlah kemasan berbahan
stainless steel atau kaca untuk menyimpan makanan atau minuman.
12. Cegah penggunaan piring dan alat makan plastik untuk masakan.
Gunakanlah alat makan berbahan stainless steel, kaca, keramik, dan kayu.
13. Terapkan, sebarkan dan ajaklah setiap orang di lingkungan rumah, kantor,
sekolah, kampus, dan di manapun untuk mengetahui informasi ini dan
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari (Nurheti, 2007).
D. Migrasi Additive Plastik
Selama proses pengemasan dan penyimpanan makanan, kemungkinan
terjadi migrasi (pemindahan) bahan plastik pengemas dari bungkus ke makanan
yang dikemas sehingga formulasi plastik akan terus berkembang. Bahan yang
22
berpindah dapat berupa residu polimer (monomer), katalis maupun aditive lain
seperti filler, stabilizer, plasticizer dan flalameretardant serta pewarna. Aditive ini
pada umumnya bersifat racun, terikat secara kimia atau fisika pada polimer dalam
bentuk asli atau modifikasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi migrasi adalah :
1. Luas permukaan yang berkontak,
2. Kecepatan migrasi,
3. Jenis bahan plastik,
4. Temperatur dan waktu kontak.
1. Luas permukaan yang berkontak
Tingkat kontak bahan pengemas dengan bahan pangan sangat penting.
Contohnya katup kecil yang digunakan dalam mesin pengolah pangan yang besar
akan kurang penting dibandingkan dengan film yang digunakan dalam jumlah
besar untuk mengemas makanan retail. Hal yang sama ditemui pada sebuah
sarung tangan atau conveyor yang digunakan dalam waktu singkat untuk
menangani berton-ton makanan dalam pabrik memiliki kemungkinan migrasi
bahan kimia yang lebih rendah dibanding dengan kaleng berpernish atau botol
plastik yang akan kontak dengan isinya selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-
tahun. Kemampuan bahan pengemas harus jelas.
Bahan-bahan yang sering digunakan sebagai bahan yang bersentuhan
dengan makanan antara lain:
1. Kertas dan karton
2. Plastik
3. Vernish dan pelapis (pada logam)
4. Kaca
5. Keramik
6. Logam dan alloy (tanpa pelapisan)
7. Elastomer dan karet
8. Regenerated sellulosa
9. Lilin parafindan lilin micro crystaline
23
10. Kayu, termasuk kulit kayu
11. Produk tekstil
E. Dampak dan Bahaya Plastik Terhadap Kesehatan
Adapun zat-zat penyusun plastik yang berbahaya bagi kesehatan adalah (Koswara,
2006):
1. Monomer vinil klorida, dapat bereaksi dengan guanin dan sitosin pada DNA
dan mengalami metabolisme dalam tubuh, sehingga memiliki potensi yang
cukup tinggi untuk menimbulkan tumor dan kanker pada manusia terutama
kanker hati.
2. Monomer vinil sianida (akrilonitril), bereaksi dengan adenin pada DNA dan
memiliki potensi yang cukup tinggi untuk menimbulkan penyakit kanker.
Dampak akrilonitril sudah terbukti pada hewan percobaan yaitu
menimbulkan cacat lahir pada tikus yang memakannya.
3. Monomer vinil asetat, telah terbukti menimbulkan kanker tiroid, uterus dan
hati (liver) pada hewan.
4. Monomer lainnya, seperti akrilat, stirena, metakriat dan senyawa turunannya
seperti vinil asetat, polivinil klorida, kaprolaktam, formaldehida, kresol,
isosianat organik, heksa metilandiamin, melamin, epodilokkloridin,
bispenol dan akrilonitril yang dapat menimbulkan iritasi pada saluran
pencernaan terutama mulut, tenggorokan dan lambung.
Selain monomer, zat aditif yang berbahaya bagi kesehatan diantaranya:
1. Dibutil ptalat (DBP) dan Dioktil ptalat (DOP), merupakan zat aditif yang
populer digunakan dalam proses plastisasi, namun dibalik kepopuleran itu
ternyata DBP dan DOP ternyata menyimpan suatu zat kimia yaitu zat
benzen. Benzen termasuk larutan kimia yang sulit dicerna oleh sistem
pencernaan. Benzen juga tidak dapat dikeluarkan melalui feses atau urin.
Akibatnya, zat ini semakin lama semakin menumpuk dan berbalut lemak.
Hal tersebut bisa memicu kanker pada darah atau leukemia (Rahma, W,
2009).
24
2. Timbal (Pb) merupakan racun bagi ginjal dan kadmium (Cd) yang
merupakan pemicu kanker dan racun bagi ginjal dimana keduanya
merupakan bahan aditif untuk mencegah kerusakan pada plastik.
3. Senyawa nitrosamine, yang timbul akibat reaksi antara komponen dalam
plastik yang bersifat karsinogenik (Winarno, 1994).
4. Ester ptalat, yang digunakan untuk melenturkan ternyata dapat mengganggu
sistem endokrin (Anonim, 2009).
5. Bisphenol A (BPA) yang terdapat pada plastik polikarbonat (PC)
merupakan zat aditif yang dapat merangsang pertumbuhan sel kanker dan
memperbesar resiko pada kehamilan (Anonim, 2008).
6. Bahan aditif senyawa penta kloro bifenil (PCB) yang ditambahkan sebagai
bahan pelembut. PCB berfungsi sebagai satic agent dan ikut menentukan
kualitas plastik. Bahan pelembut seperti PCB sekarang sudah dilarang
pemakaiannya karena dapat menimbulkan kematian jaringan dan kanker
pada manusia (karsinogenik). Tanda dan gejala keracunan PCB ini berupa
pigmentasi pada kulit dab benjolan-benjolan, gangguan pencernaan, serta
tangan dan kaki lemas. Pada wanita hamil PCB dapat mengakibatkan
kematian bayi dalam kandungan serta bayi lahir cacat. Pada keracunan
menahun, PCB dapat menyebabkan kematian jaringan hati dan kanker hati.
Bahan pelembut lain yang dapat menimbulkan masalah adalah DEHA.
Berdasarkan hasil uji pada hewan, DEHA dapat merusakkan sistem peranakan dan
menghasilkan janin yang cacat, selain mengakibatkan kanker hati. Untuk
menghindari bahaya yang mungkin terjadi jika setiap hari kita terkontaminasi oleh
DEHA, maka sebaiknya kita mencari alternatif pembungkus makanan lain yang
tidak mengandung bahan pelembut, seperti plastik yang terbuat dari polietilena
atau bahan alami (daun pisang misalnya).
Meskipun bisphenol A (BPA) membuat plastik jadi keras dan tahan
guncangan, uji coba memperlihatkan bahan itu dapat meleleh ke dalam makanan
dan minuman ketika dipanaskan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa
polimerisasi kurang sempurna dari bahan - bahan di atas yang terjadi pada saat
25
produksi, atau terjadinya depolimerisasi akibat pemanasan (baik yang disengaja
untuk tujuan sterilisasi maupun tak disengaja selama penyimpanan) dapat
melepaskan BPA dan turunannya ke makanan (4 -
- -
setelah pemasangan dental sealant), di mana konsentrasi tersebut cukup efektif
untuk menginduksi proliferasi sel target estrogen (seperti sel kanker payudara)
dalam kultur (Brotons dkk., 1994; Olea dkk., 1996; Biles dkk., 1997). Data-data
tersebut menunjukkan bahwa manusia dalam kehidupan sehari-hari terdedah
terhadap BPA, sehingga tubuhnya bisa terkontaminasi dengan.bahan tersebut
melalui berbagai cara, seperti melalui proses ingesti atau absorpsi melalui kulit
dan membran mukosa. Ikezuki dkk. (2002) dan Schonfelder dkk. (2002)
melaporkan bahwa konsentrasi BPA dalam tubuh wanita hamil yang diteliti
mencapai 0,3 - 18,9 ng/ml dalam serum, 1 - 2 ng/ml dalam cairan folikel, 0,2 - 9,2
ng/ml dalam serum fetus, 8,3 ng/ml dalam cairan amnion dan 1 - 104,9 ng/g
jaringan plasenta. Sementara itu, penelitian dengan hewan eksperimental
menunjukkan bahwa pendedahan pralahir terhadap BPA menimbulkan perubahan
jarak anus dan genital luar (anogenital distance), peningkatan ukuran prostat,
penurunan berat epididymis dan perubahan siklisitas estrus dan tingkat LH plasma
(Gupta, 2000; Rubin dkk., 2001).
Bahan kimia Bisphenol A (BPA) digunakan secara luas untuk produk kemasan
kaleng makanan, kaleng atau kotak susu, pipa air dan juga bahan campuran pada
tambalan gigi, menurut hasil penelitian ternyata bahan tersebut dapat
mempengaruhi kerja estrogen didalam tubuh terutama pada bagian otak. Tim
peneliti dari Universitas Cincinnati (UC), yang dipimpin oleh Scott Belcher PhD,
menulis pada suatu artikel pada Journal Endokrinologi yang dimuat bulan
Desember 2005, mengatakan bahwa BPA menunjukkan efek yang negatif
terhadap jaringan otak, dan yang lebih mengejutkan dengan dosis yang kecil
sekalipun. Hasil penelitian tersebut juga menerangkan bahwa estrogen berperan
pada pertumbuhan dan mematangkan sel otak selain fungsinya sebagai hormon
reproduksi. Sudah lama diketahui bahwa peran estrogen sebagai hormon utama
26
bagi perkembangan sexualitas wanita, sedangkan BPA bekerja mempengaruhi
estrogen sehingga dapat menimbulkan terjadinya kanker payudara, dan pada
Januari 2005 journal cancer menyebutkan bahwa tim peneliti UC juga
menyebutkan bahwa BPA juga dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker
prostat.
F. Aktivitas Estrogenik Bisphenol-A
Walau tidak dikategorikan sebagai bahan berbahaya di kebanyakan negara,
tetapi ternyata BPA dapat bertingkah laku sebagai estrogen analog dalam sistem
biologi. Aktivitas estrogenik BPA pertama sekali ditemukan oleh Dodds dan
Lawson (1936). Semenjak penemuan tersebut berbagai penelitian in vitro maupun
in vivo telah dilakukan untuk memahami potensi estrogenik BPA. Penelitian in
vitro seperti yang dilaporkan oleh Krishnan ddk. (1993) menemukan bahwa
dinding tabung atau botol polikarbonat ternyata membebaskan BPA selama proses
sterilisasi dengan autoklaf dan bahan tersebut dapat menginduksi respon
estrogenik pada kultur jamur. Selanjutnya telah dihitung bahwa potensi estrogenik
dari BPA yang terlepas dari dinding tabung tersebut lebih kurang 0,00015 kali
aktivitas 17 -estradiol (E2) (Gaido dkk., 1997). Kuiper dkk. (1997) menemukan
pula bahwa BPA dapat berinteraksi dengan reseptor estrogen dan dengan
potensi berturut-turut 0,0001 atau 0.0002 kali potensi E2 dan dietilstilbestrol
(DES). Dalam kultur, sel turunan kelenjar hipofisis tikus yang dikenal responsif
terhadap E2, Maruyama dkk. (1999) juga melaporkan bahwa BPA menunjukkan
aktifitas estrogenik dengan kekuatan 0,0001 kali kekuatan E2. Bukti estrogenisitas
BPA in vitro lainnya telah banyak dipublikasikan (Meerts dkk., 2001; Dengan
penelitian in vivo, BPA juga menunjukkan aktifitas estrogenik dengan kekuatan
lebih kurang 0,0001 kali kekuatan E2 dalam merangsang efek uterotrofik setelah
pemberian subkutan pada tikus yang telah diovariektomi (Milligan dkk., 1998).
Efek uterotrofik (Ashby & Tinwell, 1998; Jekat dkk., 2000; Laws dkk., 2000;
Yamasaki dkk., 2000; Kim dkk., 2001; Matthews dkk., 2001) atau efek
perangsangan pertumbuhan kelenjar hipofisis (Goloubkova dkk., 2000) atau efek
pengubahan histofungsional sistem saraf (Naciff dkk., 2002; Ramos dkk., 2003)
27
dari BPA dosis tinggi secara oral atau subkutan juga telah dilaporkan oleh
berbagai kelompok peneliti.
Efek samping Bisphenol-A :
Kanker payudara
Kanker prostat
Gangguan ginjal
Merusak sel telur dan kromosom
Mengganggu kualitas hormon testosteron
Mengganggu produksi sperma
Hiperaktif
Obesitas karena meningkatkan produksi sel lemak
Resisten terhadap insulin
Gangguan hati
G. Bisphenol A dan Fungsi Reproduksi dan Perkembangan
Berbagai penelitian yang ditujukan untuk lebih memahami efek BPA
terhadap fungsi reproduksi dan perkembangan pada hewan eksperimental,
khususnya hewan pengerat (rodentia), telah dipublikasikan. Dosis oral 640 mg/kg
berat badan pada hari ke-6 sampai dengan hari ke-15 kehamilan pada tikus tidak
menimbulkan efek yang dapat diamati pada fetus (Morrissey dkk., 1987). Hasil
yang sama telah dilaporkan pula oleh beberapa kelompok peneliti walaupun
rentang pemberian dosis BPA telah diperpanjang mulai dari periode kehamilan
sampai akhir masa laktasi (hari ke-21 pascalahir) (Cagen dkk., 1999; Kwon dkk.,
2000; Elswick dkk., 2000; Rubin dkk., 2001; Welsch dkk., 2000; 2001).
Sebaliknya, Rubin dkk (2001) telah melaporkan pula hasil yang bertentangan
dengan kelompok-kelompok peneliti tersebut di atas. Mereka mengamati
terjadinya gangguan siklus estrus keturunan F1
betina yang berasal dari induk yang terdedah terhadap BPA sejak periode pasca
implantasi sampai akhir masa laktasi dengan dosis 0,1 – 1,2 mg/kg berat badan.
Dosis yang digunakan oleh Rubin dkk (2001) sebenarnya jauh lebih rendah jika
28
dibanding dengan dosis yang digunakan oleh kelompok-kelompok peneliti
tersebut, yaitu dengan dosis tertinggi mencapai 32 mg/kg berat badan. Apa
penyebab terjadinya variasi respon terhadap pendedahan BPA melalui rute yang
sama pada strain tikus yang sama ini, yaitu tikus Sprague-Dawley, masih
membutuhkan kajian lebih lanjut lagi.
Para ahli reproduksi sejak beberapa tahun terakhir meneliti dampak unsur
Bisphenol A, yang lazim digunakan di pabrik plastik sebagai unsur pelunak
plastik agar mudah dibentuk. Unsur ini juga digunakan sebagai pelapis bagian
dalam kaleng bahan makanan awetan agar tidak berkarat, pada gigi palsu dan pada
botol susu bayi. Bisphenol A diketahui memiliki pengaruh seperti hormon wanita
estrogen. Diduga, turunnya jumlah sperma pada laki-laki disebabkan paparan
unsur tsb dalam jumlah besar. Juga fenomena menarik, berupa semakin cepatnya
anak perempuan mencapai pubertas, diduga keras diakibatkan unsur Bisphenol A
tsb. Hasil pengamatan yang lebih komprehensif pasca pendedahan in utero telah
dilaporkan oleh kelompok peneliti yang dipimpin oleh Chaboud (Chabout dkk.,
2001; Fialkowski dkk., 2000; Schonfelder dkk., 2001; Talsness dkk, 2000; 2001).
Kelompok peneliti ini melaporkan bahwa pendedahan terhadap BPA pada usia
kehamilan 6 – 21 hari akan menimbulkan gangguan pada hampir semua parameter
yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan perkembangan yang diamati,
baik pada jantan maupun betina F1. Reduksi jarak antara anus dan organ genital
luar (anogenital distance), percepatan penurunan testis dan separasi prepusium,
penurunan berat organ reproduksi (testis, epididymis, kelenjar prostata, dan
vesikula seminalis) serta perubahan histologi testis adalah beberapa parameter
yang terpengaruh akibat pendedahan BPA in utero pada jantan yang dilaporkan
oleh kelompok peneliti ini. Sementara pada betina dapat diamati terjadinya
percepatan pembukaan vagina, perlambatan siklus estrus, penurunan tingkat
progesteron darah serta perubahan histologi vagina. Namun demikian, hasil-hasil
amatan di atas gagal dikonfrimasi oleh Tinwell dkk (2002) terutama pada dosis-
dosis rendah. Satu-satunya efek yang dapat dikonfirmasi kembali oleh kelompok
29
peneliti ini pada dosis rendah adalah terjadinya penurunan produksi harian
spermatozoa.
Pendedahan BPA pasca lahir melalui jalur laktasi juga memberi hasil yang
bervariasi. Pendedahan induk pada periode laktasi dengan BPA cukup efektif
untuk meningkatkan berat testis dan mengganggu spermatogenesis pada saat
pubertas (Atanassova dkk., 2000). Jika pendedahan, baik melalui diet maupun
subkutan, dilakukan pada periode pubertas (Stoker dkk., 1999) atau dilanjutkan
sampai dewasa (Takahashi & Oishi, 2001) BPA akan mengakibatkan gangguan
pada kelenjar prostat, hipofisis, dan testis serta menurunkan berat badan.
Gangguan spermatogenesis juga terjadi pada tikus dewasa yang didedahkan
dengan BPA dosis rendah (Sakaue dkk., 2001). Sebaliknya, Nagao dkk (1999)
dan Ashby dan Lefevre (2000) tidak menemukan perubahan apa pun pada organ-
organ reproduksi atau perkembangan, baik pada jantan maupun pada betina, yang
terdedah terhadap BPA selama periode laktasi atau periode pubertas.
30
BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Kerangka Konsep Pengetahuan, Perilaku, dan Tindakan Masyarakat mengenai
bahaya Bisphenol A adalah sebagai berikut :
Gambar 1
Kerangka Konsep Penelitian
Karakteristik :
Usia
Pendidikan
Penghasilan Keluarga
Lama Menggunakan Kontainer makanan dan
minuman yang
mengandung Bisphenol A
Sumber Informasi :
− Keluarga
− Tetangga
− Media Cetak
− Media Elektronik
Pengetahuan
Sikap
Tindakan
Tindakan Ibu
Rumah Tangga
Penggunaan
kontainer makanan
dan minuman yang
mengandung
Bisphenol A
keberadaan
kontainer makanan
dan minuman yang
mengandung
Bisphenol A di
rumah tangga
31
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah pengetahuan, perilaku, tindakan dan keberadaan
kontainer plastik makanan dan minuman yang mengandung Bisphenol A.
C. Definisi Operasional
Definisi Operasional masing-masing variabel yang akan diteliti diberikan
batasan sesuai dengan tujuan penelitian tertuang dalam beberapa batasan
operasional sebagai berikut:
Tabel 1
Definsi Operasional Variabel
No Variabel Definisi Operasional Kriteria
dan Cara
Pengukuran
Skala Data
1. Perilaku
masyarakat
Identifikasi terhadap
perilaku masyarakat beserta
tindakan yang terdiri dari
pengetahuan, sikap dan
tindakan yang berhubungan
dengan penggunaan
kontainer yang mengandung
Bisphenol A untuk makanan
dan minuman
a. Pengetahuan Tingkat pengetahuan
responden yang diukur dan
diketahui melalui
kemampuan menjawab
beberapa pertanyaaan
kuesioner yang
berhubungan bahaya
Bisphenol A
Baik = skor
jawaban 6 - 12
Tidak baik = skor
jawaban 0 - <6
Cara pengukuran :
Kuesioner
Wawancara
Ordinal
b. Sikap Sikap responden yang
diukur dan diketahui melalui
jawaban beberapa
pertanyaaan kuesioner yang
berhubungan dengan
perilaku dalam penggunaan
kontainer yang mengandung
Bisphenol A
Baik = skor
jawaban 24 - 36
Tidak baik = skor
jawaban 12 - <24
Cara pengukuran :
Kuesioner
Wawancara
Ordinal
32
c. Tindakan Tindakan responden yang
diukur dan diketahui melalui
jawaban beberapa
pertanyaaan kuesioner yang
berhubungan dengan
tindakan dalam penggunaan
kontainer yang mengandung
Bisphenol A
Baik = skor
jawaban 4,5 - 9
Tidak baik = skor
jawaban 0 – <4,5
Cara pengukuran :
Observasi
Wawancara
Ordinal
2. Keberadaan
Kontainer
Makanan dan
Minuman Yang
mengandung
Bisphenol A
Keberadaan Kontainer
Makanan dan Minuman
Yang mengandung
Bisphenol A
Ada
Tidak ada
Cara pengukuran :
Observasi
Nominal
33
BAB IV
METODE PENELITIAN
D. Desain Penelitian
Penelitian Pengetahuan, Perilaku, dan Tindakan Ibu Rumah Tangga di
Kabupaten Badung terhadap Bahaya Bisphenol A yang Terkandung dalam
Kontainer Makanan dan Minuman Terhadap Kesehatan bila dilihat dari jenis
penelitian, maka penelitian ini termasuk penelitian observational dengan
rancangan cross sectional
E. Populasi dan sampel
Populasi dalam penelitian ini ditetapkan; semua ibu rumah tangga yang
tinggal di Kabupaten Badung. Sampel penelitian adalah ibu rumah tangga yang
bersedia diwawancara.
Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus untuk populasi
penelitian yang tidak diketahui (M. Zainudin, 1999) yaitu :
2
2
)(D
PQZn
Dimana:
P = proporsi (insiden rate)
Z = derajat kepercayaan 95 %
d2 = simpangan ditetapkan sebesar 10% (0,1)
n = besar sampel
12,59
)1,0(
81,019,096,12
2
n = dibulatkan 60 IRT
Di Kabupaten Badung, terdapat 6 kecamatan, sehingga jumlah sampel
yang di dalam penelitian ini menjadi 360 IRT.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampling
wilayah (cluster random sampling). Dimana pengambilan sampel dilakukan
dengan membagi populasi menjadi beberapa fraksi, mulai dari tiap-tiap kecamatan
ditentukan dua desa yang terpilih diambil sampelnya secara acak.
34
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, yang
digunakan untuk mendapatkan data-data berupa karakteristik maupun kondisi
responden. Untuk kegiatan observasi tersedia lembar observasi terhadap semua
variabel yang diteliti.
G. Prosedur Penelitian
Penelitian ini melibatkan mahasiswa yang berjumlah 3 orang. Mengingat
banyaknya data yang dikumpulkan dalam kuesioner, kepada mahasiswa yang
ditugaskan terlebih dahulu diberikan penjelasan sebelum diterjunkan ke lapangan.
Dengan berpedoman kuesioner para mahasiswa melakukan wawancara
terhadap responden, untuk mendapatkan data tentang pengetahuan, perilaku dan
tindakan yang berhubungan dengan bahaya Bisphenol A yang terdapat dalam
kontainer makanan dan minuman.
Setelah wawancara selesai, dilanjutkan dengan pengamatan terhadap
keberadaan kontainer makanan dan minuman yang mengandung bahan kimia
Bisphenol A.
H. Analisis Data
Data hasil wawancara berdasarkan kuisioner dan observasi dianalisis
deskriptif, dengan menggambarkan keadaan dari variabel-variabel yang diteliti,
disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan tabulasi silang dilengkapi dengan
prosentase. Untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel bebas terhadap
variabel terikat dilakukan uji multivariace.
35
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik responden
1. Umur dan Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diuraikan tentang karakteristik
responden menurut umur, pendidikan responden. Umur responden dalam
penelitian ini minimal 17 tahun dan maksimal 73 tahun dengan rerata umur 40,35
± 9,50 tahun. Distribusi responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 2
Distribusi Responden Menurut Pendidikan
Tahun 2016
No Pendidikan Jumlah
F (orang) % (persen)
1 SD 40 11.11
2 SMP 61 16.94
3 SMA 192 53.33
4 Diploma 42 11.67
5 Sarjana 25 6.94
Jumlah 360 100,00
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa . Ini artinya ada kemudahan
dalam penyampaian informasi tentang peringatan bahan bisphenol A yang
terkandung pada kontainer plastik makanan dan minuman.
2. Sumber Informasi
Secara umum responden pada saat melihat media cetak atau elektronik
lebih menyukai berita 68,06% untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik
berikut
36
Grafik 2
Kesukaan Respoden Terhadap Informasi Di Media Cetak/Elektronik
Berdasarkan grafik di atas responden yang menyukai informasi kesehatan
sebesar 22,5% hal ini menunjukkan responden belum terlalu banyak mengakses
informasi tentang kesehatan.
Berkaitan dengan informasi tentang kesehatan khususnya tentang
Bisphenol A (BPA) yang terkandung dalam kontainer plastik makanan dan
minuman dapat dilihat pada grafik berikut
Grafik 3
37
Informasi Tentang Bisphenol A (BPA)
Melihat grafik 2 menunjukkan responden memperoleh informasi tentang
Bisphenol A (BPA) yang terkandung dalam kontainer plastik makanan dan
minuman media paling banyak pada media elektronik 80% (288 orang)
B. Deskripsi variabel
1. Pengetahuan
Pengetahuan responden tentang kandungan Bisphenol A pada kontainer
palstik makanan dan minuman di Kabupaten Badung dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 3
Tingkat Pengetahuan Responden tentang Kandungan Bisphenol A dalam
Kontainer Plastik Makanan dan Minuman di Kabupaten Badung Tahun 2016
No Pengetahuan Frekuensi Prosentase
1 Tidak Baik 307 85.28
2 Baik 53 14.72
Pengetahuan responden dilihat pada tabel 3, menunjukkan pengetahuan
responden tentang adanya bahan yang mengandung Bisphenol A pada kontainer
plastik masih rendah sebesar 84,28%.
2. Sikap
Sikap responden tentang adanya kandungan Bisphenol A pada kontainer
palstik makanan dan minuman di Kabupaten Badung dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4
Sikap Responden tentang Kandungan Bisphenol A dalam Kontainer Plastik
Makanan dan Minuman di Kabupaten Badung Tahun 2016
38
No Sikap Frekuensi Prosentase
1 Tidak Baik 2 0.56
2 Baik 358 99.44
Berdasarkan Tabel 4, menunjukkan sikap responden tentang adanya bahan
yang mengandung Bisphenol A pada kontainer plastik cukup positif dengan
kategori baik sebesar 99,44%.
3. Tindakan
Tindakan responden tentang adanya kandungan Bisphenol A pada
kontainer palstik makanan dan minuman di Kabupaten Badung dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 5
Tindakan Responden tentang Kandungan Bisphenol A dalam Kontainer Plastik
Makanan dan Minuman di Kabupaten Badung Tahun 2016
No Tindakan Frekuensi Prosentase
1 Tidak Baik 258 71.67
2 Baik 102 28.33
Melihat Tabel 5, menunjukkan tindakan responden tentang adanya bahan
yang mengandung Bisphenol A pada kontainer plastik masih negatif dengan
kategori tidak baik sebesar 71,67%.
4. Keberadaan Kontainer Plastik Makanan dan Minuman
Hasil observasi terhadap keberadaan plastik di rumah tangga menunjukan
rata-rata memiliki wadah plastik sebanyak 10,34 buah dengan standar deviasi
5,65, paling banyak memiliki wadah plastik sebanyak 35 buah keberadaan
kontainer plastik dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6
39
Keberadaan Kontainer Plastik Makanan dan Minuman
di Kabupaten Badung Tahun 2016
No Kontainer Plastik Frekuensi Prosentase
1 Ada 328 91.11
2 Tidak ada 32 8.89
Melihat tabel di atas, terlihat sebagian besar 91,11% (328 orang) rumah tangga
memiliki kontainer plastik.
Responden menyatakan sering memakai kontainer plastik sebanyak
60,83% (219 orang), kadang-kadang memakai kontainer plastik sebesar 34,17%
(123 orang) dan jarang memakai kontainer plastik sejumlah 18 orang (5,00%).
Pemakaian kontainer plastik sesuai kode peruntukan dapat dilihat pada tabel
berikut
Tabel 7
Pemakaian Kontainer Plastik Makanan dan Minuman Sesuai Kode Peruntukan
di Kabupaten Badung Tahun 2016
No Pemakaian Sesuai Kode
Peruntukan
Frekuensi Prosentase
1 Tidak 303 84.17
2 Ya 57 15.83
Berdasarkan tabel 7, menunjukkan sebagian besar rumah tangga tidak
memakai kotainer plastik makanan dan minuman sesuai dengan kode
peruntukannya. Keamanan kemasan plastik dapat dikenali dari logo atau tulisan
yang tertera, misalnya , tulisan ‗aman untuk makanan‘ atau food safe / for food
use /food grade. Tetap pada prinsipnya, tidak ada satu pun jenis plastik yang
mutlak aman untuk kemasan pangan. Salah satu cara untuk meminimalkan bahaya
plastik dengan cara meminimalkan penggunaannya. Beberapa jenis plastik yang
40
relatif aman digunakan sebagai kemasan pangan adalah PP, HDPE, LDPE, dan
PET. Secara umum, bila ditinjau dari sifatnya, sebaiknya kemasan plastik tidak
digunakan untuk pangan yang bersifat asam, mengandung lemak atau minyak,
terlebih dalam keadaan panas. Jika memungkinkan, gunakan alternatif lain
sebagai kemasan pangan, misalnya kaca/gelas. Pemilihan kemasan plastik harus
benar-benar selektif karena dampak negatif kemasan plastik tidak langsung dapat
dilihat karena sifatnya yang akumulatif dan akibat yang ditimbulkan dalam jangka
panjang sangat perlu diwaspadai.
C. Analisis Data
Tabulasi silang antara variabel pengetahuan, sikap, tindakan dengan
keberadaan kontainer plastik di rumah tangga dapat dilihat pada tabel berikut
41
Tabel 8
Tabulasi Silang Pengetahuan, Sikap, Tindakan Dengan Keberadaan Kontainer
Plastik Makanan Dan Minuman Di Kabupaten Badung 2016
No Variabel Kategori Keberadaan Kontainer
Plastik
Total P Value/
OR
Ada Tidak
1 Pengetahuan
Tidak Baik 290
(94,46%)
17
(5,54%)
307
(100%)
0,000/
6,734
Baik 38
(71,70%)
15
(28,30%)
53
(100%)
2 Sikap
Tidak Baik 2
(100%)
0 2
(100%)
1,000
Baik 326
(91.06%)
32
(8,94%)
358
(100%)
3 Tindakan
Tidak Baik 248
(96.12%)
10
(3.88%)
258
(100%)
0,000
6,820
Baik 80
(91.11%)
22
(8.89%)
102
(100%)
Berdasarkan tabel di atas menunjukan dari 307 orang berpengetahuan
tidak baik terdapat kontainer plastik makanan dan minuman sebesar 94,46% (290
orang), dari 2 orang sikap tidak baik memiliki kontainer plastik sebesar 100% (2
orang) dan tindakan tidak baik dari 258 orang memiliki kontainer sebesar 96,12%
(248 orang).
42
Berdasarkan uji chi square menunjukkan ada hubungan antara
pengetahuan dengan keberadaan kontainer plastik makanan dan minuman dengan
p = 0,000 < 0,05. OR 6,734 berarti responden dengan pengetahuan tidak baik
kemungkinan akan memiliki kontainer makanan dan minuman 6,734 kali lebih
tinggi dibandingkan dengan pengetahuan responden yang baik. Sikap responden
tidak ada hubungan dengan keberadaan kontainer makanan dan minuman dengan
nilai p = 1,000 > 0,05. Sedangkan variabel tindakan ada hubungan dengan
keberadaan kontainer makanan dan minuman dengan nilai p = 0,000 < 0,05. OR
6,820 berarti responden dengan tindakan tidak baik kemungkinan memiliki
kontainer makanan dan minuman 6,820 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
responden tindakan yang baik.
Tabulasi silang antara variabel pengetahuan, sikap, tindakan dengan
pemakaian kontainer plastik makanan dan minuman sesuai kode peruntukannya
dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 9
Tabulasi Silang Pengetahuan, Sikap, Tindakan Dengan pemakaian kontainer
plastik makanan dan minuman sesuai kode peruntukannya Di Kabupaten Badung
2016
No Variabel Kategori Pemakaian Sesuai
Kode Peruntukan
Total P Value/
OR
Tidak Ya
1 Pengetahuan Tidak Baik 280
(91,21%)
27
(8,79%)
307
(100%)
0,000/
13,527
Baik 23
(43,40%)
30
(56,60%)
53
(100%)
2 Sikap Tidak Baik 2 0 2 1,000
43
(100%) (100%)
Baik 301
(84,08%)
57
(15,92%)
358
(100%)
3 Tindakan Tidak Baik 245
(94,96%)
13
(5.04%)
258
(100%)
0,000
14,297
Baik 56
(56,86%)
44
(43,14%)
102
(100%)
Berdasarkan tabel di atas menunjukan dari 307 orang berpengetahuan
tidak baik pemakaian tidak sesuai peruntukan kode plastik makanan dan minuman
sebesar 91,21% (280 orang), dari 2 orang sikap tidak baik pemakaian tidak sesuai
peruntukan kode sebesar 100% (2 orang) dan tindakan tidak baik dari 245 orang
pemakaian tidak sesuai peruntukan kode sebesar 94,96% (245 orang).
Berdasarkan uji chi square menunjukkan ada hubungan antara
pengetahuan dengan pemakaian sesuai peruntukan kode plastik makanan dan
minuman dengan p = 0,000 < 0,05. OR 13,527 berarti responden dengan
pengetahuan tidak baik kemungkinan akan pemakaian tidak sesuai peruntukan
kode makanan dan minuman 15,527 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
pengetahuan responden yang baik. Sikap responden tidak ada hubungan dengan
pemakaian sesuai peruntukan kode plastik makanan dan minuman dengan nilai p
= 1,000 > 0,05. Sedangkan variabel tindakan ada hubungan dengan pemakaian
sesuai peruntukan kode plastik makanan dan minuman dengan nilai p = 0,000 <
0,05. OR 14,297 berarti responden dengan tindakan tidak baik kemungkinan
pemakaian tidak sesuai peruntukan kode plastik makanan dan minuman 14,297
kali lebih tinggi dibandingkan dengan responden tindakan yang baik.
Setelah dilakukan analisis data dengan bivariate, dilanjutkan dengan uji
multivariate dengan menggunakan uji regresi logistic untuk mendapatkan adjust
OR masing-masing variabel yang dimasukan dalam uji regresi logistik.
44
Berdasarkan uji chi square variable bebas yang dimasukan dalam uji regresi
logistic adalah variabel pengetahuan dan tindakan karena memiliki nilai P < 0,05.
Hasil regresi logistic dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 10
Hasil Regresi Logistik variabel Pengetahuan, Tindakan Dengan Keberadaan
Kontainer Plastik Makanan Dan Minuman Di Kabupaten Badung 2016
No Variabel B Sig ExpB CI Goodness of fit
Hosmer-
Lemeshow
Chi
Square
Sig
1 Constant -3,610 0,000 0,027 0,749 0,688
2 Pengetahuan 1,736 0,000 5,676 2,506 – 12,857
3 Tindakan 1,788 0,000 5,975 2,643 – 13,508
Berdasarkan tabel 8 menunjukkan ketepatan data terhadap model regresi
dapat dilihat dari hasil uji Goodness of fit dari Hosmer-Lemeshow memperoleh
hasil nilai sig 0,688 > 0,05 yang artinya data fit dengan model regresi logistik.
Adjust OR untuk variabel pengetahuan diperoleh nilai 5,676 dengan p = 0,000
artinya responden dengan pengetahuan tidak baik kemungkinan memiliki
Kontainer Plastik Makanan Dan Minuman 5,676 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan responden yang memiliki pengetahuan baik. Untuk variabel tindakan
diperoleh nilai sebesar 5,975 dengan p = 0,000 artinya responden dengan tindakan
tidak baik kemungkinan memiliki Kontainer Plastik Makanan Dan Minuman
5,975 kali lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang memiliki tindakan
baik. Dari kedua variabel tersebut yang dominan mempengaruhi keberadaan
kontainer plastik makanan dan minuman adalah variabel tindakan karena memiliki
nilai ExpB paling tinggi.
45
Untuk mencari adjust OR variabel pengetahuan dan tindakan terhadap
pemakaian kontainer plastik makanan dan minuman sesuai kode peruntukannya
di peroleh hasil regresi logistic pada tabel berikut
Tabel 11
Hasil Regresi Logistik variabel Pengetahuan, Tindakan Dengan Pemakaian
Kontainer Plastik Makanan Dan Minuman Sesuai Kode Peruntukannya
Di Kabupaten Badung 2016
No Variabel B Sig ExpB CI Goodness of fit
Hosmer-
Lemeshow
Chi
Square
Sig
1 Constant -4,041 0,000 0,018 0,004 0,998
2 Pengetahuan 3,204 0,000 24,627 9,338 – 64,951
3 Tindakan 3,155 0,000 23,459 9,384 – 58,643
Melihat tabel 11 ketepatan data terhadap model regresi dapat dilihat dari
hasil uji Goodness of fit dari Hosmer-Lemeshow memperoleh hasil nilai sig 0,998
> 0,05 yang artinya data fit dengan model regresi logistik. Adjust OR untuk
variabel pengetahuan diperoleh nilai 24,627 dengan p = 0,000 artinya responden
dengan pengetahuan tidak baik kemungkinan pemakaian kontainer plastik
makanan dan minuman sesuai kode peruntukannya 24,627 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan baik. Untuk variabel
tindakan diperoleh nilai sebesar 23,459 dengan p = 0,000 artinya responden
dengan tindakan tidak baik kemungkinan memiliki pemakaian kontainer plastik
makanan dan minuman sesuai kode peruntukannya 23,459 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan responden yang memiliki tindakan baik. Dari kedua variabel
tersebut yang dominan mempengaruhi pemakaian kontainer plastik makanan dan
46
minuman sesuai kode peruntukannya adalah variabel pengetahuan karena
memiliki nilai ExpB paling tinggi.
D. Pembahasan
Dalam dunia modern sekarang, penggunaan kemasan pangan merupakan hal
yang melekat dengan kehidupan masyarakat, dan dari sisi “food safety” kemasan
makanan bukan sekedar bungkus tetapi juga sebagai pelindung agar makanan
aman dikonsumsi. Kemasan pada makanan juga mempunyai fungsi kesehatan,
pengawetan, kemudahan, penyeragaman, promosi dan informasi. Namun tidak
semua kemasan makanan aman bagi makanan yang dikemasnya. Kemasan yang
paling sering kita jumpai saat ini adalah plastik dan styrofoam (Sulcahan dan Nur
W, 2007). Plastik adalah bahan pengemas yang mudah didapat dan sangat
fleksibel penggunaannya. Kemasan plastik mempunyai kelebihan seperti ringan,
fleksibel, multiguna, kuat, tidak bereaksi, tidak karatan dan bersifat termoplastis
(heat seal), dapat diberi warna dan harganya yang murah (Syarief, 1989). Masing-
masing jenis plastik mempunyai tingkat bahaya yang berbeda tergantung dari
bahan kimia penyusunnya, jenis makanan yang dibungkus (asam, berlemak), lama
kontak dan suhu makanan saat disimpan (Rahma, W, 2009). Bahan utama pada
pembuatan plastik polikarbonat adalah senyawa bisphenol A (BPA).
BPA bermigrasi ke dalam makanan dan minuman melalui epoksi resin
yang melapisi kaleng atau melalui kemasan plastik yang terbuat dari polikarbonat.
Pangan yang disimpan dalam kemasan atau dipanaskan dalam wadah yang
mengandung BPA dapat tercemar BPA yang bermigrasi dari kemasan ke dalam
pangan pada saat dipanaskan. Scheter, dkk tahun 2010 mengukur kadar BPA
dalam 105 jenis makanan kaleng untuk manusia maupun untuk hewan peliharaan
seperti kucing dan anjing. Kadar BPA dalam makanan diukur menggunakan
metode HRGC/LRMS. Hasilnya, BPA terdeteksi dalam 63 dari 105 sampel,
termasuk kalkun segar, kalengan kacang hijau, dan susu formula kalengan.
Tingkat terdeteksi berkisar 0,23-65,0 ng/ g b/b dan tidak berhubungan dengan
jenis makanan atau kemasan tetapi berhubungan dengan pH. Tingkat BPA yang
47
lebih tinggi ditemukan pada sampel yang memiliki pH 5 dibandingkan sampel
yang lebih asam atau basa. Nilai asupan harian yang dapat ditoleransi (tolerable
daily intake) untuk BPA yang ditetapkan oleh European Commission adalah 0,05
mg/kg berat badan/hari. Namun, umumnya kadar paparan BPA lebih rendah
daripada nilai TDI tersebut. Selain melalui rute tertelan, BPA dapat pula masuk ke
dalam tubuh melalui kontak kulit, misalnya pada pekerja industri yang terlibat
langsung pada pembuatan produk yang mengandung BPA serta pada individu
yang menggunakan mesin penghitung uang. BPA juga terkandung dalam kadar
rendah di udara dan debu di dalam ruangan, serta pada dental sealants, namun
tingkat paparannya terhadap manusia relatif lebih kecil daripada paparan melalui
pangan. Di dalam tubuh, dalam bentuk bebas, BPA bersifat sedikit lipofilik (dapat
larut dalam lemak). Namun melalui proses metabolisme di dalam hati, BPA
diubah menjadi senyawa yang agak lebih hidrofilik (dapat larut dalam air). Dalam
bentuk aktifnya, senyawa BPA memiliki aktivitas hormon estrogen sehingga jika
masuk ke dalam tubuh dapat memimik (meniru) hormon estrogen. Selain itu, BPA
juga merupakan salah satu senyawa endocrine disruptors yang dapat mengganggu
biosintesis, sekresi, kerja, atau metabolisme alami suatu hormon (Anonim b,
2014).
BPA yang masuk ke tubuh dapat diserap dalam saluran cerna lalu
dimetabolisme di dalam hati membentuk senyawa yang inaktif, yaitu konjugat
BPA-glucuronic acid yang tidak memiliki aktivitas hormonal dan tidak berbahaya.
Senyawa ini bersifat larut dalam air sehingga dapat dikeluarkan dari tubuh melalui
urin. Selain itu ada pula senyawa inaktif lain yang dihasilkan dalam jumlah yang
lebih sedikit, yaitu BPA sulfat. Baik BPA-glucuronic acid maupun BPA sulfat,
keduanya dapat diukur kadarnya di dalam tubuh, namun demikian hanya BPA
bentuk bebas (BPA bentuk aktif) saja yang berpotensi menimbulkan efek
merugikan bagi kesehatan. Beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa BPA,
baik dalam bentuk aktif maupun inaktif mampu menembus plasenta. BPA bebas
yang telah menembus plasenta dan mencapai fetus, kebanyakan tetap berada
dalam bentuk aktifnya, sedangkan bila senyawa yang menembus plasenta adalah
48
bentuk inaktifnya maka senyawa tersebut dapat diubah kembali menjadi BPA
bentuk aktif. Pada fetus, perubahan BPA inaktif menjadi aktif ini dimungkinkan
karena organ hati dan jantungnya dapat menghasilkan enzim yang mampu
mengubah senyawa konjugat BPA-glucuronic acid menjadi BPA estrogenik yang
toksik (Anonim b, 2014).
Berdasarkan hasil penelitian Sun tahun 2000 dari Departement of
Chemistry, Faculty of Science, National University of Singapore pada karya
ilmiahnya Migration of Bisphenol A in Baby Milk Bottles mengatakan BPA
termasuk kelompok bahan kimia yang dikenal sebagai ―Endocrine Disrupting
Hormone (EDC)‖, yang dapat menghalangi aktivitas hormon natural dalam tubuh,
terutama estrogen (Sun, 2000; Senjen dan Azoulay 2008). Disamping itu,
ditemukan ada korelasi antara BPA dengan penurunan produksi sperma,
penambahan berat prostat, dan kanker testis pada laki-laki. Sementara pada
perempuan, BPA berpotensi mengakibatkan ketidaknormalan perkembangan
endometrium yang dapat menyebabkan infertilitas serta meningkatkan risiko
terkena kanker payudara (Anonim, 2014; Biddinger and Kahn, 2006; Candy,
2008).
Dalam menjaga dan memelihara kesehatan terutama keluarga, ibu memiliki
keterkaitan yang erat. Sebagai pengelola rumah tangga, ibu selalu dilibatkan
secara langsung dengan pemilahan bahan kemasan pangan yang dipergunakan.
Pengetahuan ibu berpengaruh terhadap perilaku dan tindakan ibu dalam memilih
kemasan makanan. Pengetahuan adalah hasil ―tahu‖, ini setelah orang melakukan
pengindraan terhadap sesuatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalaui panca
indra manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2011). Dari hasil penelitian diketahui pengetahuan responden
tentang adanya bahan yang mengandung Bisphenol A pada kontainer plastik
masih rendah sebesar 84,28%. Informasi tentang Bisphenol A (BPA) yang
terkandung dalam kontainer plastik makanan dan minuman umumnya diketahui
dari med ia elektronik yaitu sekitar 80%. Berdasarkan observasi sikap responden
49
tentang adanya bahan yang mengandung Bisphenol A pada kontainer plastik
cukup positif dengan kategori baik sebesar 99,44%. tindakan responden tentang
adanya bahan yang mengandung Bisphenol A pada kontainer plastik masih
negatif dengan kategori tidak baik sebesar 71,67%. Hasil observasi terhadap
keberadaan plastik di rumah tangga menunjukan rata-rata memiliki wadah plastik
sebanyak 10,34 buah dengan standar deviasi 5,65, paling banyak memiliki wadah
plastik sebanyak 35 buah keberadaan kontainer plastik Sebanyak 91,11% (328
orang) rumah tangga memiliki kontainer plastik. Responden menyatakan sering
memakai kontainer plastik sebanyak 60,83% (219 orang), kadang-kadang
memakai kontainer plastik sebesar 34,17% (123 orang) dan jarang memakai
kontainer plastik sejumlah 18 orang (5,00%). Pemakaian kontainer plastik sesuai
kode peruntukan menunjukkan sebagian besar rumah tangga tidak memakai
kotainer plastik makanan dan minuman sesuai dengan kode peruntukannya.
Penggunaan plastik sebagai kemasan pangan semakin meningkat seiring
dengan perkembangan industri plastik. Namun demikian, adanya berbagai kajian
mengenai plastik, terutama dampaknya terhadap kesehatan, telah membuka
wawasan para konsumen untuk lebih bijak dalam penggunaan plastik sebagai
kemasan pangan. Pada prinsipnya, tidak ada satu pun jenis plastik yang mutlak
aman untuk kemasan pangan. Keamanan penggunaan plastik sebagai kemasan
pangan didasarkan pada jumlah migran/monomer plastik (bahan-bahan kimia
yang membentuk plastik) yang bermigrasi ke dalam pangan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi jumlah migran dari pengemas ke dalam pangan antara lain adalah
konsentrasi migran; kekuatan ikatan/mobilitas bahan kimia dalam pengemas
tersebut; ketebalan kemasan; sifat alami pangan dalam kaitan kontak dengan
pengemas (kering, berair, berlemak, asam, alkoholik); kelarutan bahan kimia
terhadap pangan; lama dan suhu kontak. Beberapa jenis plastik yang relatif aman
digunakan sebagai kemasan pangan adalah PP, HDPE, LDPE, dan PET.
Keamanan kemasan dapat dikenali dari logo atau tulisan yang tertera, misalnya ,
tulisan ‗aman untuk makanan‘ atau food safe / for food use / food grade. Logo
atau tulisan atau kode plastik tersebut biasanya dicetak timbul pada benda plastik
50
yang bersangkutan. Walaupun begitu, banyak juga kemasan plastik yang tidak
mencatumkan logo atau keterangan apapun sehingga kita sebagai konsumen harus
lebih berhati-hati dalam penggunaannya. Secara umum, bila ditinjau dari sifatnya,
sebaiknya kemasan plastik tidak digunakan untuk pangan yang bersifat asam,
mengandung lemak atau minyak, terlebih dalam keadaan panas. Jika
memungkinkan, gunakan alternatif lain sebagai kemasan pangan, misalnya
kaca/gelas.
51
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Bersdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Ada hubungan pengetahuan dengan keberadaan bahan berbahaya Bisphenol A
yang Terkandung dalam Kontainer Plastik Makanan dan Minuman dengan
nilai P = 0,000.
2. Tidak ada hubungan sikap dengan keberadaan bahan berbahaya Bisphenol A
yang Terkandung dalam Kontainer Plastik Makanan dan Minuman dengan
nilai P = 1,000.
3. Ada hubungan Tindakan dengan keberadaan bahan berbahaya Bisphenol A
yang Terkandung dalam Kontainer Plastik Makanan dan Minuman dengan
nilai P = 0,000.
4. Faktor tindakan yang dominan berhubungan dengan keberadaan bahan
berbahaya Bisphenol A yang Terkandung dalam Kontainer Plastik Makanan
dan Minuman dengan nilai expB sebesar 5,975.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dapat disarankan sebagai berikut :
1. Kepada ibu rumah tangga diharapkan menggunakan wadah plastik sebagai
kontainer makanan dan minuman memperhatikan kode yang sesuai untuk
peruntukannya.
2. Kepada instansi terkait agar melakukan pendidikan kesehatan untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bahaya Bisphenol A yang
terkandung dalam kontainer plastik makanan dan minuman apabila
pemakaiannya tidak sesuai kode perubtukannya.
52
DAFTAR PUSTAKA
Albert, 2006. Mengenal Simbol Pada Kemasan Plastik. ebookpangan.com.
Diakses tanggal 03 Maret 2010.
BPOM R.I, 2009. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia,
Peringatan Publik Tentang Kemasan Kantong Plastik ―Kresek‖ Nomor:
KH.00.02.1.55.290 Tanggal 14 Juli 2009, Jakarta.
BPOM R.I, 2009. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia,
Keterangan Pers Tentang Kemasan Makanan dari Plastik Polietilen (PE) dan
Polipropilen (PP) Nomor: KH.00.02.1.55.289 Tanggal 14 Juli 2009, Jakarta.
BPOM R.I, 2009. Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya Badan
POM RI, Sistem Keamanan Terpadu Peralatan Makan dan Minum, Jakarta.
Candy, 2008. Bahan Plastik Beracun Pada Peralatan Makan Anak.
http://asiuntukbayiku.multiply.com/journal/item/52/Bahan_Plastik_Beracun_Pada
_Peralatan_Makan_Anak. diakses tanggal 29 Januari 2015
Erliza dan Sutedja. 1987. Pengantar Pengemasan. Laboratorium Pengemasan,
Jurusan TIP. IPB. Bogor.
Hidayat, Afia, 2010. Plastik Botol Minuman Keseharian Ternyata
Berbahaya.http://www.ristek.go.id/index.php?mod=News&conf=v&id=1657.
Diakses tanggal 29 Januari 2015.
Hesarika, Ayudia, 2009. Perilaku Pekerja Depot Air Isi Ulang Dalam Menjaga
Kualitas Air Minum Isi Ulang Di Kecamatan Medan Baru Kota Medan. Skripsi,
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Iman, 2005. 2008. Jenis-Jenis Plastik Menurut Kadar Kimia Yang Membahayakan
Bagi Tubuh. http://www/aryafatta.wordpress.com. Diakses tanggal 29 Januari
2015.
Irianto, Kus., Waluyo, Kusno., 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Yrama Widya,
Bandung.
Khomsan, Ali, 2003. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Mimi, Nurminah. 2002. Penelitian Sifat Berbagai Bahan Kemasan Plastik dan
Kertas Serta Pengaruhnya terhadap Bahan yang dikemas. http://www.iptek.net.id
(diakses tanggal: 29 Januari 2015).
53
Mujiarto, Iman, 2008. Sifat Karakteristik Material Plastik.
http://mesinunimus.files.wordpress.com/2008/02/sifat-karakteristik-material-
plastik.pdf. Diakses tanggal 29 Januari 2015.
Lashon, Dodi, 2010. Perilaku Penjual Makanan Yang Menggunakan Plastik Dan
Styrofoam Di Universitas Sumatera Utara Dan Sekitarnya Tahun 2010. Skripsi,
Medan.
Machfoedz, Irham, 2008. Teknik Membuat Alat Ukur Penelitian. Fitramaya,
Yogyakarta.
Mujiarto, Iman, 2005. Sifat dan Karakteristik Material Plastik dan Bahan
Material. Jurnal Penelitian, Amni Semarang.
Notoatmodjo, Soekidjo, 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Kesehatan. Andi Offset, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. PT Rineka
Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Ketiga. PT
Rineka Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2007. Promosi Kesehatan dan Imu Perilaku. PT Rineka
Cipta, Jakarta.
Nyoman, 2006. Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2006.
Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan DEPKES RI, Jakarta.
Purwanto, Heri, 1998. Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan. Penerbit
Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Rahma, W, 2009. Bahaya Penggunaan Plastik. Seminar Kimia Universitas
Palangkaraya.
Sarwono., Sarlito, Wirawan, 1997. Psikologi Remaja. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Singarimbun, Masri dan Efendi, Sofian, 1995. Metode Penelitian Survai. Penerbit
PT Pustaka LP3ES, Jakarta.
Suyitno, 1990. Bahan-Bahan Pengemas. Univeritas Gajah Mada, Yogyakarta.
54
Sutrisno, 2006. Masalah Kemasan Plastik dan Bahaya Plastik Bagi Anak-anak dan
Wanita.. http://fkparl. blogspot.com. Diakses tanggal 26 Mei 2010.
Syarief, R., S.Santausa, St.Ismayana B. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan.
Laboratorium Rekayasa Proses Pangan, PAU Pangan dan Gizi, IPB
Utiya, 2009. Masalah lingkungan yang berkaitan dengan penggunaan plastik. PT.
Tenang Jaya Sejahtera (http://www.tenangjaya.com). Di akses tanggal 29 Januari
2015
Winarno, F.G. dan Jennie. 1982. Kerusakan Bahan Pangan dan Cara
Pencegahannya. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Winarno, F.G, F.G. 1983. Gizi Pangan, Teknologi dan Konsumsi. Penerbit
Gramedia. Jakarta.
Winarno, F.G, F.G., Srikandi F. dan Dedi F. 1986. Pengantar Teknologi Pangan.
Penerbit PT. Media. Jakarta. Winarno, F.G. 1987. Mutu, Daya Simpan,
Transportasi dan Penanganan Buah-buahan dan Sayuran. Konferensi Pengolahan
Bahan Pangan dalam Swasemba dan Eksport. Departemen Pertanian. Jakarta.
Yuliarti, Nurheti 2007. Awas Bahaya di Balik Lezatnya Makanan. Penerbit Andi.
Yogyakarta
55
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEBERADAAN BAHAN BERBAHAYA BISPHENOL A (BPA)
YANG TERKANDUNG DALAM KONTAINER PLASTIK
MAKANAN DAN MINUMAN
No Responden:………..
I. Data Responden
1. Nama responden : .................................................
2. Umur : ……….tahun
3. Penghasilan Keluarga : Rp. ....................................
4. Pendidikan : 1. SD
2. SMP/ Sederajat
3. SMA/ Sederajat
4. Diploma/ Sederajat
5. Sarjana Strata I/ II/ III
II. Sumber Informasi 1. Informasi tentang apa yang paling saudara suka ketika melihat media
cetak/elektronik?
(pilihan dapat lebih dari satu) a. Berita
b. Kesehatan
c. Olahraga
d. Hobi (misal. masakan, cocok tanam, dll)
e. Ekonomi
f. Lain-lain, sebutkan.........
2. Dari mana saja saudara pernah mendengar informasi tentang Bisphenol A
(BPA) yang terkandung dalam kontainer plastik makanan dan minuman?
(pilihan dapat lebih dari satu) a. Media Elektronik (Televisi, radio, internet)
b. Media Cetak (Buku, koran, majalah, brosur, dll)
c. Teman
d. Keluarga
e. Tetangga
f. Lain – lain, sebutkan ..........
56
3. Menurut saudara informasi mengenai Bisphenol A (BPA) yang terkandung
dalam kontainer plastik makanan dan minuman lebih mudah dipahami
melalui media apa?
(pilihan dapat lebih dari satu)
a. Media Elektronik (Televisi, radio, internet)
b. Media Cetak (Buku, koran, majalah, brosur, dll)
c. Teman
d. Keluarga
e. Tetangga
f. Lain – lain, sebutkan .........
III. Data Perilaku
A. Pengetahuan 1. Apa manfaat wadah plastik dalam kehidupan sehari-hari?
a. Digunakan untuk menyimpan makanan dan minuman yang mudah
didapat dan sangat fleksibel penggunaannya
b. Digunakan untuk pembuatan lensa kacamata, CD, DVD, komputer,
perlengkapan olah raga, perlengkapan medis, dental sealants (plastik
tipis yang digunakan untuk menutupi permukaan gigi, terutama gigi
geraham untuk mencegah kerusakan gigi), serta pelapis beberapa
produk kertas termal, termasuk kertas untuk struk ATM
c. Semua benar
2. Kemasan plastik saat ini mendominasi industri makanan di Indonesia,
menggeser penggunaan kemasan logam dan gelas. Hal ini disebabkan
karena:
a. Kemasan plastik sifatnya ringan, fleksibel, multiguna, kuat, tidak
bereaksi, tidak karatan, dapat diberi warna dan harganya yang murah.
b. Bahan berbahaya pembuat plastik dapat berpindah ke dalam bahan
pangan yang dikemas
c. Semua kemasan plastik aman untuk menyimpan makanan dan minuman
panas
3. Bagaimana memilih kemasan makanan dan minuman yang baik terbuat dari
plastik?
a. Ada label/ standar dan tidak meleleh ketika diisi dengan makanan/
minuman panas
b. Merck terkenal
c. Dapat ditemukan dimana saja dengan harga terjangkau
4. Apakah dampak yang ditimbulkan jika salah menggunakan wadah plastik
dalam mengemas makanan dan minuman?
a. Dapat membahayakan kesehatan
b. Merusak cita rasa makanan/minuman
57
c. Tidak ada
5. Bahan kimia pembuat plastik dapat berpindah ke dalam bahan makanan dan
menimbulkan efek terhadap kesehatan. Efek kesehatan berkut yang dapat
timbul adalah:
a. Efek terhadap kesehatan dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan kanker
b. Efek terhadap perubahan hormon, penurunan jumlah sperma,
infertilitas, endometriosis dan gangguan sistem imun
c. Benar semua
6. Yang tidak termasuk kemasan plastik untuk makan dan minuman adalah:
a. PVC
b. Styrofoam
c. Kaleng
7. Kemasan plastik yang dapat didaur ulang adalah:
a. Melamin
b. PET, PETE (Polyethylene terephthalate)
c. PVC (Polyvinyl chloride)
8. Kemasan plastik yang sulit atau tidak dapat didaur ulang adalah:
a. Melamin
b. PET, PETE (Polyethylene terephthalate)
c. HDPE (High Density Polyethylene)
9. Keamanan kemasan plastik untuk makanan dan mnuman dapat dikenali dari
logo atau tulisan yang tertera pada bagan bawah kemasan plastik. Logo
untuk bahan plastik yang tidak boleh untuk makanan dan minuman panas
adalah:
a.
b.
c.
58
10. Logo untuk bahan plastik yang baik untuk kemasan pangan adalah:
a.
b.
c.
11. Apakah plastik aman digunakan untuk menyimpan makanan yang panas
menurut saudara?
a. Aman, tergantung jenis/simbol plastik yang digunakan sesuai dengan
kondisi makanan
b. Tidak aman
c. Terpaksa karena tidak ada tempat lain
12. Bagaimanakan menggunakan kemasan plastik untuk makanan dan minuman
agar terhindar dari efek terhadap kesehatan?
a. Pilih kemasan plastik yang relatif aman digunakan sebagai kemasan
pangan seperti plastik dengan kode PP, HDPE, LDPE, dan PET
b. Jangan gunakan kemasan plastik untuk makanan dan mnuman yang
bersifat asam, mengandung lemak atau minyak, terlebih dalam keadaan
panas
c. Benar semua
59
B. Sikap
Buatlah saudara checklist (✓) pada salah satu kolom setiap pertanyaan di bawah
ini :
No. Pernyataan S KS TS
1. Simbol/kode yang tertera di bagian bawah kemasan
wadah plastik/botol berguna untuk menilai plastik
tersebut baik atau tidak digunakan untuk makanan dan
minuman
2. Simbol ―food grade‖ yang tertera pada bagian bawah
wadah plastik aman digunakan untuk makanan dan
minuman
3. Wadah plastik dengan simbol ―Microwave Save” aman
digunakan di dalam microwave dalam suhu yang tinggi
4. Tempat makanan/minuman plastik yang berasal dari
kemasan botol mineral (contoh : Aqua) boleh digunakan
lebih dari 3 kali hingga kemasannya tidak bagus
5. Wadah plastik yang tidak sesuai penggunaanya dengan
kode dan simbol yang tertera dapat membahayakan
kesehatan
6. Sangat baik menyimpan makanan dengan suhu tinggi di
dalam botol kemasan ulang
7. Produk plastik yang kuat dan layak digunakan memiliki
ciri jika ditekan akan mudah kembali kebentuk semula
8. Daun pisang lebih aman untuk membungkus makanan
dibanding plastik
9. Produk plastik memiliki kelebihan yang praktis, murah
dan fleksibel
10. Dalam kantong plastik terdapat zat kimia berbahaya
11. Jika makanan yang dikemas dalam plastik yang tidak
memenuhi standar akan menyebabkan berpindahnya zat
berbahaya ke dalam tubuh
12. Dalam menjaga dan memelihara kesehatan terutama
keluarga, ibu memiliki peran dalam mengelola rumah
tangga termasuk memilih kualitas wadah plastik sebagai
penyimpanan makanan dan minuman
Keterangan:
60
S = Setuju
KS = Kurang Setuju
TS = Tidak Setuju
61
C. Tindakan
Buatlah tanda checklist (✓) pada salah satu kolom setiap pertanyaan di
bawah ini :
No. Pernyataan Ya Tidak
1. Apakah saudara memperhatikan tanda dan jenis
pengenal pada kemasan plastik jika ingin
membelinya?
2. Apakah saudara membawa wadah sendiri jika ingin
membeli makanan pedagang kaki lima, misalnya :
bakso
3. Apakah saudara pernah menggunakan botol
minuman kemasan ulang (Aqua) hingga kemasannya
tidak terlihat bagus?
4. Apakah saudara terlebih dahulu mendinginkan
makanan dan minuman panas sebelum dikemas
dalam peralatan makan/minum plastik?
5. Apakah saudara melapisi wadah plastik dengan daun
pisang jika digunakan untuk tempat makanan yang
masih panas?
6. Apakah saudara berusaha untuk mengurangi
pemakaian plastik untuk menanggulagi kerusakan
lingkungan?
7. Apakah saudara memperhatikan penggunaan botol
susu sesuai dengan kode yang tertera?
8. Apakah saudara juga pernah mengajak
teman/keluarga dalam pemanfaatan produk plastik
yang sudah tidak tepakai lagi
9 Memiliki pola hidup sehat
IV. Kelompok Acuan 1. Siapa orang yang mengajak saudara untuk membeli produk wadah plastik
tempat menyimpan makanan dan minuman?
(pilihan dapat lebih dari satu) a. Keluarga
b. Tetangga
c. Keinginan sendiri
d. Lihat iklan media cetak/elektronik
e. Lain-lain, sebutkan...
62
2. Siapa orang yang paling sering mengingatkan saudara untuk memperhatikan
penggunaan wadah plastik penyimpanan makanan dan minuman sebelum
membelinya?
(pilihan dapat lebih dari satu) a. Tetangga
b. Keluarga
c. Hanya mendengar/melihat media cetak/elektronik
d. Lain-lain, sebutkan ...........
3. Apa yang dilakukan orang disekitar saudara, agar anda dapat menggunakan
wadah plastik dalam penyimpanan makanan dan minuman sesuai dengan
kondisi yang sebaiknya?
a. Menyuruh saudara memperhatikan kode pemakaian plastik dan
menyesuaikan terhadap kondisi makanan dan minuman
b. Menyuruh saudara hanya memakainya
c. Selalu mempromosikan harga, bentuk plastiknya dan keunikannnya saja
V. Niat 1. Apa alasan saudara untuk memilih wadah plastik sebagai tempat
penyimpanan makanan dan minuman ?
a. Karena lebih praktis dan ekonomis
b. Untuk kebutuhan rumah tangga
c. Saran, dari orang lain (keluarga, tetangga, dan lain-lain)
2. Ketika saudara terlanjur memiliki wadah terbuat dari plastik yang tidak sesuai
dengan standar, apa yang saudara lakukan ?
a. Menghubungi pihak customer produksi plastik tersebut untuk mengetahui
apakah wadah tersebut sesuai standar dan aman penggunaannya
b. Beralih fungsi dengan tidak memakainya untuk menyimpan makanan dan
minuman tetapi memanfaatkan sebagai suatu kreasi lain
c. Tetap memakainya hingga dirasa tidak diperlukan lagi
VI. Oberservasi Kemasan Makanan dan Minuman dari Bahan Plastik
1. Apakah ada perabotan/peralatan rumah tangga dari bahan plastik yang
tanpa kode?
a. Ada
b. Tidak
2. Berapa jumlah peraboatan/peralatan rumah tangga dari bahan plastik?
……………… buah
3. Apakah ibu sering memakai perabotan/peralatan rumah tangga dari bahan
plastik ?
63
a. Sering
b. Kadang-kadang
c. Jarang
4. Apakah ibu memakai perabotan/peralatan rumah tangga dari bahan plastic
sudah sesuai kode yang tertera dibawahnya?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah perabotan/ peralatan rumah tangga dari bahan plastik dipakai
untuk memanaskan bahan makanan/ minuman?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah perabotan/peralatan rumah tangga dari bahan plastik dipakai
sebagai wadah bahan makanan/ minuman yang panas
a. Ya
b. Tidak
64
Descriptives
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
umur 360 17.00 73.00 40.3472 9.50115
jumlah perabotan 360 .00 35.00 10.3389 5.65012
Valid N (listwise) 360
Frequency Table
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
SD 40 11.1 11.1 11.1
SMP 61 16.9 16.9 28.1
SMA 192 53.3 53.3 81.4
Diploma 42 11.7 11.7 93.1
Sarjana 25 6.9 6.9 100.0
Total 360 100.0 100.0
Crosstabs
65
kat pengetahuan * keberadaan perabotan plastik
Crosstab
keberadaan perabotan plastik Total
ada tidak
kat pengetahuan
Tidak Baik
Count 290 17 307
Expected Count 279.7 27.3 307.0
% within kat pengetahuan 94.5% 5.5% 100.0%
Baik
Count 38 15 53
Expected Count 48.3 4.7 53.0
% within kat pengetahuan 71.7% 28.3% 100.0%
Total
Count 328 32 360
Expected Count 328.0 32.0 360.0
% within kat pengetahuan 91.1% 8.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 28.921a 1 .000 .000 .000
Continuity Correctionb 26.178 1 .000
Likelihood Ratio 21.394 1 .000 .000 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 28.840c 1 .000 .000 .000
66
N of Valid Cases 360
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.71.
b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is 5.370.
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for kat
pengetahuan (Tidak Baik /
Baik)
6.734 3.111 14.576
For cohort keberadaan
perabotan plastik = ada
1.318 1.110 1.564
For cohort keberadaan
perabotan plastik = tidak
.196 .104 .367
N of Valid Cases 360
67
kat pengetahuan * pemakaian sesuai kode
Crosstab
pemakaian sesuai kode Total
tidak ya
kat pengetahuan
Tidak Baik
Count 280 27 307
Expected Count 258.4 48.6 307.0
% within kat pengetahuan 91.2% 8.8% 100.0%
Baik
Count 23 30 53
Expected Count 44.6 8.4 53.0
% within kat pengetahuan 43.4% 56.6% 100.0%
Total
Count 303 57 360
Expected Count 303.0 57.0 360.0
% within kat pengetahuan 84.2% 15.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 77.521a 1 .000 .000 .000
Continuity Correctionb 73.975 1 .000
Likelihood Ratio 59.191 1 .000 .000 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 77.305c 1 .000 .000 .000
N of Valid Cases 360
68
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.39.
b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is 8.792.
69
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for kat
pengetahuan (Tidak Baik /
Baik)
13.527 6.911 26.477
For cohort pemakaian sesuai
kode = tidak
2.102 1.542 2.864
For cohort pemakaian sesuai
kode = ya
.155 .101 .239
N of Valid Cases 360
Kat-sikap * keberadaan perabotan plastik
Crosstab
keberadaan perabotan plastik Total
ada tidak
Kat-sikap
Tidak Baik
Count 2 0 2
Expected Count 1.8 .2 2.0
% within Kat-sikap 100.0% 0.0% 100.0%
Baik
Count 326 32 358
Expected Count 326.2 31.8 358.0
% within Kat-sikap 91.1% 8.9% 100.0%
Total Count 328 32 360
70
Expected Count 328.0 32.0 360.0
% within Kat-sikap 91.1% 8.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .196a 1 .658 1.000 .830
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .373 1 .541 1.000 .830
Fisher's Exact Test 1.000 .830
Linear-by-Linear Association .196c 1 .658 1.000 .830
N of Valid Cases 360
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .18.
b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is .442.
71
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
For cohort keberadaan
perabotan plastik = ada
1.098 1.063 1.134
N of Valid Cases 360
Kat-sikap * pemakaian sesuai kode
Crosstab
pemakaian sesuai kode Total
tidak ya
Kat-sikap
Tidak Baik
Count 2 0 2
Expected Count 1.7 .3 2.0
% within Kat-sikap 100.0% 0.0% 100.0%
Baik
Count 301 57 358
Expected Count 301.3 56.7 358.0
% within Kat-sikap 84.1% 15.9% 100.0%
Total
Count 303 57 360
Expected Count 303.0 57.0 360.0
% within Kat-sikap 84.2% 15.8% 100.0%
72
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .378a 1 .538 1.000 .708
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .692 1 .406 1.000 .708
Fisher's Exact Test 1.000 .708
Linear-by-Linear Association .377c 1 .539 1.000 .708
N of Valid Cases 360
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .32.
b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is .614.
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
For cohort pemakaian sesuai
kode = tidak
1.189 1.137 1.244
N of Valid Cases 360
kat-tindakan * keberadaan perabotan plastik
73
Crosstab
keberadaan perabotan plastik Total
ada tidak
kat-tindakan
Tidak Baik
Count 248 10 258
Expected Count 235.1 22.9 258.0
% within kat-tindakan 96.1% 3.9% 100.0%
Baik
Count 80 22 102
Expected Count 92.9 9.1 102.0
% within kat-tindakan 78.4% 21.6% 100.0%
Total
Count 328 32 360
Expected Count 328.0 32.0 360.0
% within kat-tindakan 91.1% 8.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 28.254a 1 .000 .000 .000
Continuity Correctionb 26.112 1 .000
Likelihood Ratio 24.992 1 .000 .000 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 28.176c 1 .000 .000 .000
N of Valid Cases 360
74
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.07.
b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is 5.308.
75
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for kat-tindakan
(Tidak Baik / Baik)
6.820 3.099 15.010
For cohort keberadaan
perabotan plastik = ada
1.226 1.104 1.361
For cohort keberadaan
perabotan plastik = tidak
.180 .088 .366
N of Valid Cases 360
kat-tindakan * pemakaian sesuai kode
Crosstab
pemakaian sesuai kode Total
tidak ya
kat-tindakan
Tidak Baik
Count 245 13 258
Expected Count 217.2 40.9 258.0
% within kat-tindakan 95.0% 5.0% 100.0%
Baik
Count 58 44 102
Expected Count 85.9 16.2 102.0
% within kat-tindakan 56.9% 43.1% 100.0%
Total Count 303 57 360
76
Expected Count 303.0 57.0 360.0
% within kat-tindakan 84.2% 15.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 79.620a 1 .000 .000 .000
Continuity Correctionb 76.786 1 .000
Likelihood Ratio 72.069 1 .000 .000 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 79.399c 1 .000 .000 .000
N of Valid Cases 360
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16.15.
b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is 8.911.
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for kat-tindakan
(Tidak Baik / Baik)
14.297 7.231 28.269
For cohort pemakaian sesuai
kode = tidak
1.670 1.407 1.982
77
For cohort pemakaian sesuai
kode = ya
.117 .066 .208
N of Valid Cases 360
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases
Included in Analysis 360 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 360 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 360 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of
cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
ada 0
tidak 1
Categorical Variables Codings
78
Frequency Parameter
coding
(1)
kat-tindakan
Tidak Baik 258 .000
Baik 102 1.000
kat pengetahuan
Tidak Baik 307 .000
Baik 53 1.000
79
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed Predicted
keberadaan perabotan plastik Percentage
Correct
ada tidak
Step 0
keberadaan perabotan
plastic
ada 328 0 100.0
tidak 32 0 .0
Overall Percentage 91.1
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -2.327 .185 157.913 1 .000 .098
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0
Variables
katpengetahuan(1) 28.921 1 .000
kattindakan(1) 28.254 1 .000
Overall Statistics 50.203 2 .000
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
80
Chi-square df Sig.
Step 1
Step 41.311 2 .000
Block 41.311 2 .000
Model 41.311 2 .000
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 174.660a .108 .240
a. Estimation terminated at iteration number 6 because
parameter estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 .749 2 .688
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
keberadaan perabotan plastik =
ada
keberadaan perabotan plastik =
tidak
Total
Observed Expected Observed Expected
Step 1
1 223 221.994 5 6.006 228
2 25 26.006 5 3.994 30
3 67 68.006 12 10.994 79
81
4 13 11.994 10 11.006 23
Classification Tablea
Observed Predicted
keberadaan perabotan plastik Percentage
Correct
ada tidak
Step 1
keberadaan perabotan
plastik
ada 328 0 100.0
tidak 32 0 .0
Overall Percentage 91.1
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a
katpengetahuan(1) 1.736 .417 17.327 1 .000 5.676
kattindakan(1) 1.788 .416 18.451 1 .000 5.975
Constant -3.610 .363 99.118 1 .000 .027
Variables in the Equation
82
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a
katpengetahuan(1) 2.506 12.857
kattindakan(1) 2.643 13.508
Constant
a. Variable(s) entered on step 1: katpengetahuan, kattindakan.
83
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases
Included in Analysis 360 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 360 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 360 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of
cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
tidak 0
ya 1
Categorical Variables Codings
Frequency Parameter
coding
(1)
kat-tindakan
Tidak Baik 258 .000
Baik 102 1.000
kat pengetahuan
Tidak Baik 307 .000
Baik 53 1.000
84
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed Predicted
pemakaian sesuai kode Percentage
Correct
tidak ya
Step 0
pemakaian sesuai kode
tidak 303 0 100.0
ya 57 0 .0
Overall Percentage 84.2
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -1.671 .144 133.907 1 .000 .188
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0
Variables
katpengetahuan(1) 77.521 1 .000
kattindakan(1) 79.620 1 .000
Overall Statistics 137.979 2 .000
85
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1
Step 128.745 2 .000
Block 128.745 2 .000
Model 128.745 2 .000
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 185.820a .301 .516
a. Estimation terminated at iteration number 6 because
parameter estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 .004 2 .998
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
pemakaian sesuai kode = tidak pemakaian sesuai kode = ya Total
Observed Expected Observed Expected
Step 1
1 224 224.062 4 3.938 228
2 56 55.938 23 23.062 79
3 21 20.938 9 9.062 30
86
4 2 2.062 21 20.938 23
87
Classification Tablea
Observed Predicted
pemakaian sesuai kode Percentage
Correct
tidak ya
Step 1
pemakaian sesuai kode
tidak 301 2 99.3
ya 36 21 36.8
Overall Percentage 89.4
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a
katpengetahuan(1) 3.204 .495 41.927 1 .000 24.627
kattindakan(1) 3.155 .467 45.557 1 .000 23.459
Constant -4.041 .439 84.919 1 .000 .018
Variables in the Equation
95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
88
Step 1a
katpengetahuan(1) 9.338 64.951
kattindakan(1) 9.384 58.643
Constant
a. Variable(s) entered on step 1: katpengetahuan, kattindakan.
89