131
i FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM PERNIKAHAN DI KECAMATAN MAKASAR, JAKARTA TIMUR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.) Disusun Oleh: AJENG LINTANG CEMPAKA NIM : 1110070000021 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2015 M

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

  • Upload
    others

  • View
    24

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

i

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS

DALAM PERNIKAHAN DI KECAMATAN MAKASAR,

JAKARTA TIMUR

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi Salah Satu

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)

Disusun Oleh:

AJENG LINTANG CEMPAKA

NIM : 1110070000021

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H / 2015 M

Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah
Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah
Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah
Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah
Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

A happy marriage is the union of two good

forgivers.—Robert Quillen

The weak can never forgive. Forgiveness is an

attribute of the strong. —Mahatma Gandhi

Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua,

keluarga besar, dan kakak-kakak tercinta yang tiada henti

memberikan dukungan dan kasih sayang, pengukir senyum

dalam hari-hariku John, dan para sahabat atas semangat dan

perjuangan bersama selama ini, SALAM SUKSES!

Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

vii

ABSTRAK

A.) Fakultas Psikologi

B.) Februari 2015

C.) Ajeng Lintang Cempaka

D.) Faktor-Faktor yang Memengaruhi Forgiveness dalam Pernikahan di

Kecamatan Makasar, Jakarta Timur

E.) xv + 115 Halaman (belum termasuk lampiran)

F.) Merosotnya nilai pernikahan, membuat perceraian seringkali dipilih

sebagai jalan keluar bagi pasangan yang menghadapi konflik. Sebenarnya

masih ada jalan lain untuk menemukan resolusi konflik. Salah satu

alternatif untuk menemukan resolusi konflik adalah forgiveness.

Forgiveness dalam pernikahan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Ada tiga

faktor psikologis yang sangat berperan yaitu kualitas hubungan, apology

dan kepribadian. Selain itu, faktor demografi seperti usia dan gender juga

turut memberikan pengaruh.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kualitas hubungan

(yaitu trust, commitment, intimacy dan satisfaction), apology, tipe

kepribadian HEXACO (yaitu honesty-humility, emotionality, extraversion,

agreeableness, conscientiousness, dan openness to experience) dan faktor

demografi (usia dan gender) terhadap forgiveness dalam pernikahan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis regresi

berganda. Sampel berjumlah 200 orang yang telah menikah di Kecamatan

Makasar, Jakarta Timur yang terdiri dari 81 perempuan dan 119 laki-laki.

Teknik pengambilan sampelnya menggunakan teknik non-probability

sampling.

Hasil penelitian membuktikan bahwa secara bersamaan trust, commitment,

intimacy & satisfaction, apology, honesty-humility, emotionality,

extraversion, agreeableness, conscientiousness, & openness to experience

serta usia & gender memengaruhi forgiveness dalam pernikahan secara

signifikan sebesar 41,8%. Dalam penjabarannya terdapat tiga variabel

yang berpengaruh secara signifikan terhadap forgiveness dalam

pernikahan, yaitu variabel satisfaction dalam kualitas hubungan, apology,

dan kepribadian extraversion.

Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat dikaji dan dikembangkan

kembali. Penelitian selanjutnya disarankan untuk memakai sampel yang

lebih spesifik dan lebih banyak lagi dengan variabel lain seperti

constraints, social-cognitive determinant dan lain-lain.

A.) Daftar Bacaan : 57; buku: 12 + jurnal: 30 + artikel: 10 + skripsi: 2 +

thesis: 1 + dokumen: 2

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

viii

ABSTRACT

A.) Faculty of Psychology

B.) February 2015

C.) Ajeng Lintang Cempaka

D.) Factors Affecting Marital Forgiveness at Makassar District of East Jakarta

E.) xv + 115 pages (excluding attachments)

F.) The decline of marriage value has made divorce alternatively chosen as a

solution for couples with conflicts. Whilst actually there is another way to

find a conflict resolution, such as forgiveness .

Forgiveness in a marriage is influenced by several factors. There are three

psychological factors play important role, there are relationship quality,

apology and personality. In addition, demographic factors such as age and

gender are also influencing.

This study is conducted to determine the effect of relationship quality (the

level of trust, commitment, intimacy and satisfaction), apology, HEXACO

personality type (honesty-humility, emotionality, extraversion,

agreeableness, conscientiousness, and openness to experience) and

demographic factors (age and gender) toward marital forgiveness. This

study is using quantitative approach with multiple regression analysis.

Samples were taken from 200 people who are married; consisting of 81

women and 119 men. This study is using a nonprobability sampling

technique with accidental sampling method.

Research result proves that simultaneously relationships quality, apology,

HEXACO personality type and age & gender have influencing marital

forgiveness significantly up to 41.8%. The result also shows there are

three variables that significantly affect marital forgiveness: satisfaction

(relationships quality), apology, and extraversion personality.

Researcher is hoping that this research is to be reviewed and developed

deeper and further research is recommended by using more specific

samples and other variables, such as constraints, social-cognitive

determinant etc.

G.) References: 57; books: 12 + journals: 30+ articles: 10 + thesis: 3 +

documents: 2

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

ix

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Bismillahirahmanirrahiim

Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala

rahmat, hidayah, dan kekuatan yang diberikan-Nya, sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor-Faktor yang Memengaruhi

Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur”. Shalawat

serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW,

pemimpin dan tauladan kaum yang beriman, kepada keluarga, sahabat, dan

seluruh umat yang senantiasa mencintainya.

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat

untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Psikologi Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah. Selama pengerjaan skripsi ini peneliti dihadapkan

dengan beragam cobaan, kesulitan, rintangan dan penuh perjuangan serta

kesabaran yang telah memberikan banyak pelajaran hidup yang berarti bagi

peneliti.

Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena

itu, dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag., M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi,

Wadek I Dr. Abdul Rahman Shaleh M.Si, beserta jajarannya yang telah

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

x

memberikan kesempatan kepada peneliti untuk belajar dan mengembangkan

potensi sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu S. Evangeline I. Suaidy, M. Si, Psi selaku Dosen Pembimbing skripsi dan

Ibu Luh Putu Sutha Haryanthi, M. Psi sebagai Pembimbing Seminar

Proposal. Terima kasih atas segala bimbingan, arahan, kritik yang

membangun, dan waktu yang diberikan serta segala ilmu yang telah peneliti

dapatkan.

3. Kepada seluruh pihak dan responden yang telah membantu peniliti dalam

mengumpulkan data.

4. Kepada Ibu Neneng Tati Sumiati M. Si, Psi sebagai dosen Pembimbing

Akademik yang telah meluangkan waktu, menguatkan dan mencarikan solusi

terbaik bagi setiap masalah sejak awal perkuliahan hingga menjelang

kelulusan.

5. Seluruh dosen Fakultas psikologi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan sumbangsih ilmunya &

segenap staff Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

banyak membantu peneliti dalam mengurus berkas perlengkapan skripsi.

6. Dua sosok penyemangat hidup yang sangat peneliti hormati dan sayangi,

Papa dan Mama. Serta seluruh kakak-kakak ku Mbak Tiwuk, Mbak Dhita dan

Mas Galeh. Saya tidak akan dapat melukiskan rasa syukur dan terima kasih

saya atas segala dukungan dan doa yang diberikan oleh keluarga.

7. Kepada John, terima kasih untuk dukungan, nasihat, senyuman, semangat,

kehadiran dan doa yang selalu diberikan.

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

xi

8. Untuk sahabat-sahabat peneliti, yaitu Rava, Aul, dan Emmeletus atas

perjalanan suka dan duka selama 4 tahun kebersamaan ini, "cerita kita masih

panjang, maka jangan sudahi sampai disini”. Terima kasih atas tawa, tangis,

cerita, dukungan, semangat, dan segala kebersamaan ini.

9. Untuk teman-teman angkatan 2010, khususnya kelas A, walaupun kurang

kompak namun perjalanan kita penuh cerita, terimah kasih untuk segala

kebersamaan ini.

10. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu, terima

kasih untuk segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan untuk

membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya peneliti memohon kepada Allah SWT agar seluruh dukungan, bantuan,

bimbingan dari semua pihak dibalas dengan sebaik-baiknya balasan.

Selain itu mengingat kekurangan dan keterbatasan peneliti, maka segala kritik dan

saran yang bersifat membangun sangat diharapkan peneliti sebagai bahan

penyempurnaan.

Jakarta, 2 Februari 2015

Ajeng Lintang Cempaka

Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ ii

LEMBAR ORISINALITAS ........................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iv

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi

ABSTRAK ...................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi

BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................................... 9

1.2.1. Pembatasan masalah .......................................................... 9

1.2.2. Perumusan masalah .......................................................... 10

1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 11

1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................... 12

1.5. Sistematika Penulisan Penelitian ................................................. 12

BAB 2. LANDASAN TEORI ........................................................................ 14

2.1. Forgiveness .................................................................................. 14

2.1.1. Definisi Forgiveness .......................................................... 14

2.1.2. Dimensi Forgiveness ......................................................... 16

2.1.3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Forgiveness ................ 20

2.1.4. Tahapan Forgiveness ......................................................... 22

2.2. Pernikahan.................................................................................... 26

2.2.1. Definisi Pernikahan ............................................................ 26

2.2.2. Motivasi Menikah .............................................................. 27

2.3. Forgiveness dalam Pernikahan ......................................................... 29

2.3.1. Pengukuran Forgiveness dalam Pernikahan ...................... 30

2.4. Kualitas Hubungan....................................................................... 32

2.1.1. Definisi Kualitas Hubungan ............................................... 32

2.1.2. Dimensi Kualitas Hubungan .............................................. 32

2.1.3. Pengukuran Kualitas Hubungan ........................................ 34

2.5. Apology ........................................................................................ 34

2.5.1. Definisi Apology ................................................................ 34

2.5.2. Dimensi Apology ................................................................ 35

2.5.3. Pengukuran Apology .......................................................... 37

2.6. Kepribadian ................................................................................. 37

2.6.1. Definisi Kepribadian .......................................................... 37

2.6.2. Definisi Kepribadian Model HEXACO ............................. 38

2.6.3. Dimensi Kepribadian HEXACO ....................................... 39

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

xiii

2.6.4. Pengukuran Kepribadian HEXACO .................................. 42

2.7. Gender ......................................................................................... 42

2.8. Usia ............................................................................................. 44

2.9. Kerangka Berpikir ....................................................................... 46

2.10. Hipotesis Penelitian ................................................................. 51

BAB 3. METODE PENELITIAN .................................................................. 53

3.1. Populasi dan Sampel .................................................................... 53

3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ............... 54

3.3. Instrumen Penelitian ................................................................... 57

3.4. Uji Validitas Konstruk ................................................................ 62

3.4.1. Uji Validitas Konstruk Forgiveness .................................. 64

3.4.2. Uji Validitas Konstruk Kualitas Hubungan ....................... 66

3.4.3. Uji Validitas Konstruk Apology ......................................... 70

3.4.4. Uji Validitas Konstruk Kepribadian ................................. 72

3.5. Teknik Analisis Data ................................................................... 79

3.6. Prosedur Penelitian...................................................................... 82

BAB 4. HASIL PENELITIAN ....................................................................... 85

4.1. Kriteria Responden Penelitian ..................................................... 85

4.2. Hasil Analisis Deskriptif ............................................................ 86

4.3. Kategorisasi Hasil Penelitian ....................................................... 87

4.4. Uji Hipotesis Penelitian ............................................................... 90

4.4.1. Uji Regresi Berganda ......................................................... 90

4.4.2. Proporsi Varians Masing-masing Variabel Independen .... 96

BAB 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN .................................... 100

5.1. Kesimpulan ................................................................................ 100

5.2. Diskusi ...................................................................................... 101

5.3. Saran .......................................................................................... 108

5.3.1. Saran Metodologis ........................................................... 108

5.3.2. Saran Praktis ................................................................... 109

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 111

LAMPIRAN .................................................................................................. 116

Page 14: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Dimensi Kepribadian HEXACO .................................................... 41

Tabel 2.2 Tahapan Perkembangan Psikososial .............................................. 44

Tabel 3.1 Blueprint Skala Forgiveness ........................................................... 58

Tabel 3.2 Blueprint Skala Kualitas Hubungan ................................................ 59

Tabel 3.3 Blueprint Skala Apology ................................................................. 60

Tabel 3.4 Blueprint Skala Kepribadian ........................................................... 61

Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Forgiveness .................................................... 66

Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Trust ............................................................... 67

Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Intimacy .......................................................... 68

Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Commitment ................................................... 69

Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Satisfaction ..................................................... 70

Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Apology .......................................................... 71

Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Honesty-Humility ........................................... 72

Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Emotionality ................................................... 74

Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Extraversion ................................................... 75

Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Agreebleness .................................................. 76

Tabel 3.15 Muatan faktor Item Conscientiousness ........................................... 77

Tabel 3.16 Muatan faktor Item Openness to Experience .................................. 78

Tabel 4.1 Kriteria Responden ......................................................................... 85

Tabel 4.2 Deskriptive statistics ....................................................................... 87

Tabel 4.3 Norma Skor Kategorisasi ................................................................ 88

Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian ............................................ 88

Tabel 4.5 Model Summary .............................................................................. 91

Tabel 4.6 Tabel Anova .................................................................................... 91

Tabel 4.7 Koefisien Regresi ........................................................................... 92

Tabel 4.8 Proporsi varians masing-masing variabel independen ................... 97

Page 15: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 The pyramid model to REACH forgiveness .................................. 24

Gambar 2.2 Kerangka Berfikir .......................................................................... 50

Gambar 3.1 Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Forgiveness ........................ 65

Page 16: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Angket dan Leaflet

Lampiran B

Lampiran C

Lampiran D

Contoh Syntax Analisis Faktor Konfimatorik Variabel

Forgiveness

Contoh Output Analisis Faktor Konfirmatorik Variabel

Forgiveness

Path Diagram Analisis Faktor Konfirmatorik

Page 17: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan dibahas beberapa hal yaitu, latar belakang dilakukannya

penelitian, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian dan sistematika penulisan.

1.1. Latar Belakang

Individu yang telah mencapai usia dewasa memiliki tugas perkebangan untuk

menjalin hubungan dekat dengan individu lain, salah satunya dengan menikah.

Menikah merupakan tindakan institusional yang sah secara hukum untuk

menyatukan pria dan wanita dalam hubungan yang abadi sebagai suami istri

(Turner, 1996). Pasangan yang menikah akan saling membentuk intimasi,

memberikan afeksi dan dukungan satu sama lainnya, serta adanya rasa saling

menghargai dan menyayangi (Sari, 2004) yang akan membuat pasangan menikah

menjadi bahagia.

Jika sebuah pernikahan dianalogikan sebagai sebuah bangunan, maka

sebuah pernikahan hendaknya memiliki pilar-pilar penyangga agar kedudukannya

tetap kokoh dan kuat sehingga tujuan untuk memiliki pernikahan yang kekal dan

bahagia dapat tercapai. Menurut Sadarjoen (2009), terdapat empat pilar utama

dalam pernikahan, yaitu: cinta kasih tulus dan rasa hormat antar pasangan;

keterbukaan dalam pengelolaan penghasilan keluarga; penyesuaian dalam

kehidupan seksual; dan kebersamaan dalam aktivitas spiritual. Jika keempat pilar

tersebut dapat dibangun, dimiliki dan dirawat dengan baik, maka tujuan

Page 18: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

2

pernikahan dapat tercapai. Namun pada perjalanannya, pilar-pilar tersebut sering

menjumpai permasalahan.

Permasalahan yang seringkali merusak bahkan merobohkan pilar-pilar

pernikahan diatas sangat beragam, diantaranya adalah perselingkuhan, perdebatan

mengenai keuangan, ketidakbahagiaan seksual dan pernikahan beda agama. Di

Indonesia, satu dari sepuluh perceraian disebabkan karena gangguan pihak ketiga

(Badilag, 2012). Kemudian menurut studi pada tahun 2009, 30% pasangan pasti

bertengkar karena uang, paling tidak seminggu sekali dan berujung di perceraian

(Sondang, 2009). Selanjutnya, ketika 80% suami merasa bahagia dengan

kehidupan seksualnya, hanya 61% perempuan merasakan hal yang sama

(Fazriyati, 2013). Selain itu, ada kurang lebih 2,5 % pasangan beda agama yang

menikah di beberapa KUA Wonosari (Wahyuni, 2004).

Penjelasan di atas mengenai empat pilar pernikahan beserta berbagai

masalahnya menyadarkan kita bahwa kehidupan pernikahan sangat rentan dengan

beragam permasalahan. Selain permasalahan-permasalah besar pada empat pilar

utama, sering juga dijumpai konflik harian akibat komunikasi yang tidak lancar.

Permasalahan atau konflik itu sendiri bukanlah sesuatu yang buruk. Respons

terhadap konfliklah yang akan menentukan apakah konflik itu akan bermanfaat

atau berbahaya. Konflik pernikahan bisa bermanfaat untuk membantu pasangan

menikah untuk menjadi orang yang lebih dewasa dan memiliki hubungan yang

lebih dewasa, namun konflik juga dapat mengakibatkan kehancuran dalam

pernikahan.

Page 19: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

3

Konflik yang tidak dapat diatasi bersama dengan baik, dapat mengancam

hubungan pernikahan dan dapat menyebabkan kerusakan permanen atau

perceraian. Seperti yang telah terjadi dewasa ini, Indonesia tercatat sebagai negara

dengan perceraian tertinggi di Asia-Pasifik. Rata-rata satu dari sepuluh pasangan

menikah berakhir dengan perceraian di pengadilan (BKKBN, 2013). Angka

perceraian di Indonesia meningkat setiap tahunnya, terdapat 158.119 pasangan

bercerai pada tahun 2011, selanjutnya meningkat menjadi 297.841 pasangan

bercerai di tahun 2012 dan data terakhir yaitu 324.527 pasangan bercerai di tahun

2013 (Badilag, 2014). Data tersebut menunjukan bahwa perceraian akibat konflik

dalam pernikahan semakin sulit dihindari.

Untuk menyelesaikan konflik dan menjaga keharmonisan dalam

pernikahan, ada berbagai pilihan yang menawarkan solusi lebih baik, salah

satunya adalah dengan memaafkan. Thoresen (dalam Fincham, Hall & Beach,

2006) menjelaskan forgiveness melibatkan suatu perubahan prososial, selanjutnya

Worthington (dalam Fincham et al., 2006) menambahkan maksudnya adalah

ketika seseorang memaafkan, maka perilaku memaafkan akan muncul baik dalam

pikiran, perasaan dan tingkah laku. Proses ini menurunkan motivasi untuk

membalas dendam dan menjauhkan diri dari pelaku, dan meningkatnya motivasi

untuk membina hubungan kembali (McCullough, Rachal & Worthington, 1997).

Hal ini menyatakan bahwa forgiveness terjadi melalui serangkaian proses panjang

dan seharusnya terlaksana secara keseluruhan.

Dalam pernikahan, forgiveness sangat diperlukan karena memiliki banyak

sekali manfaat, diantaranya adalah dapat meningkatkan kepuasan pernikahan

Page 20: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

4

(Mirzadeh & Fallahchai, 2012) dan erat kaitannya dengan resolusi konflik

(Fincham et al., 2006). Forgiveness membantu individu untuk memulihkan

hubungan, melepaskan rasa sakit dan marah kemudian menyembuhkan luka

emosional pasca terjadinya konflik. Kemudian forgiveness juga merupakan salah

satu kunci kelanggengan dalam pernikahan (Fincham, Paleari & Regalia, 2002).

Forgiveness membantu meningkatkan emotional well-being, kesehatan fisik dan

kualitas intimate relationship seseorang (Fincham et al., 2006).

Namun forgiveness dalam pernikahan adalah hal yang rumit. Terdapat

paradoks bahwa individu yang paling sering disakiti seseorang adalah individu

yang dicintai (Fincham, Beach & Davila, 2004). Kemudian menurut William

Blake (dalam Fincham, 2009) lebih mudah memaafkan seorang musuh daripada

seorang teman. Sama halnya seperti memaafkan seorang teman, akan sulit bagi

seseorang untuk memaafkan pasangannya. Kesalahan yang dilakukan pasangan

akan dinilai sebagai perlakuan yang disengaja dan bentuk dari tidak menghargai

pasangannya, sehingga luka yang ditorehkan oleh pasangan akan terasa lebih

sakit. Oleh karena itu, tidak semua orang mau dan mampu secara tulus

memaafkan dan melupakan kesalahan pasangannya. Proses memaafkan

memerlukan kerja keras, kemauan kuat dan latihan mental karena terkait dengan

emosi individu yang fluktuatif, dinamis dan sangat reaktif terhadap stimulus dari

luar (Wardhati & Faturochman, 2008). Proses memaafkan ini sangat kompleks

dan dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Ada beberapa faktor yang memengaruhi forgiveness. Faktor pertama yang

dapat mempermudah seseorang memaafkan pasangan yaitu kualitas hubungan.

Page 21: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

5

Menurut Guldner dan Swensen (1995) kualitas hubungan terdiri dari empat

dimensi, yaitu trust, intimacy, commitment dan satisfaction. Masing-masing

dimensi ini memiliki pengaruh positif terhadap forgiveness.

Begitu penting untuk menjaga kualitas hubungan dalam kehidupan

pernikahan. Berkaitan dengan dimensi pertama, trust memengaruhi sikap individu

untuk mau terbuka tentang perasaan dan keinginannya kepada pasangannya.

Keterbukaan akan memudahkan kepercayaan kembali lagi sehingga konflik

serupa tidak akan terulang (Fincham, 2009). Trust in partner secara umum

signifikan berhubungan dengan dimensi positif pada forgiveness (Paleari, Regalia

& Fincham, 2009). Penelitian lain oleh Cairns, Tam, Hewstone & Niens (2005)

juga menemukan hubungan positif antara trust dengan forgiveness.

Kemudian intimacy, Fincham (2009) mengungkapkan bahwa individu

yang memiliki kedekatan yang baik dengan pasangannya menunjukan forgiveness

yang lebih baik, karena mereka dapat berkomunikasi secara lebih baik. Begitu

juga dengan komitmen, pasangan yang memiliki komitmen yang kuat dalam

perkawinannya akan memiliki orientasi jangka panjang yang jelas dan ingin

dicapai, sehingga kesalahan pasangan akan dinilai sebagai sesuatu yang harus

dimaafkan (McCullough, Fincham, & Tsang, 2003). Penelitian Paleari et al.

(2009) menemukan relationship intimacy dan relationship commitment memiliki

pengaruh positif terhadap forgiveness dalam pernikahan. Finkel et al. (dalam

Fincham et al., 2006) juga membuktikan komitmen yang lebih baik akan

memfasilitasi interpersonal forgiveness.

Page 22: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

6

Selanjutnya mengenai kepuasan, Fincham et al. (2006) dan Mirzadeh dan

Fallahchai (2012) mengatakan kepuasan pernikahan berkorelasi positif terhadap

forgiveness. Dengan adanya kualitas yang baik dalam keempat dimensi diatas,

diprediksikan bahwa forgiveness akan lebih mudah dan cepat dalam prosesnya.

Faktor kedua, faktor eksternal yang dapat memengaruhi forgiveness adalah

apology. Apology dari pihak bersalah meningkatkan kemampuan memaafkan pada

pihak yang tersakiti (McCullough et al., 1997). Sejalan dengan itu penelitian oleh

Strang et al. (2014) menemukan partisipan dalam penelitiannya lebih mudah

memutuskan untuk memaafkan setelah adanya apology. Para peneliti menemukan

bahwa apology diartikan sebagai hal yang paling dapat dipercaya dan tulus, serta

sebagai cara yang paling efektif dalam menyelesaikan konflik intrapersonal

(dalam Takaku, Weiner & Ohbuchi, 2001). Hal ini menunjukan bahwa apology

secara signifikan memiliki pengaruh positif pada forgiveness.

Faktor ketiga yang berpengaruh terhadap forgiveness adalah kepribadian.

Secara keseluruhan kepribadian memiliki fungsi sebagai penentu sikap dan

perilaku seseorang, termasuk untuk melakukan forgiveness. Dengan

menggunakan Five Factor Model of Personality, penelitian sejak tahun 1993

hingga 2008 secara keseluruhan menemukan adanya hubungan yang signifikan

antara kepribadian agreeableness dan neurotism dengan forgiveness, namun tidak

dengan ekstroversion, openness, dan conscientiousness (Caperton, 2008). Maltby

et al. (2008) mengungkapkan bahwa individu dengan kecenderungan neurotism

menunjukan kemungkinan menyimpan dendam dan keinginan menjauhi pelaku

hingga dua tahun setelah konflik terjadi. Hafnidar (2013) mengungkapkan bahwa

Page 23: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

7

agreeableness berkorelasi positif terhadap forgiveness pada diri sendiri maupun

orang lain.

Kemudian Five Factor Model of Personality telah dikembangkan oleh

Ashton dan Lee (2002), dengan mengganti kepribadian neurotism dengan

emotionality dan menambahkan kepribadian honesty-humility. Model kepribadian

Ashton dan Lee (2007) dikenal dengan sebutan HEXACO yaitu honesty-humility

(H), emotionality (E), extraversion (X), agreeableness (A), conscientiousness (C),

dan openness to experience (O). Kepribadian honesty-humility mengacu pada

kecenderungan pada perilaku alturistik prososial, sementara kepribadian

agreeableness mengindikasi kecenderungan individu untuk memaafkan dan

tolerasi sedangkan emotionality dimaksudkan untuk mengetahui tingkat empati

dan attachment seseorang (Wikipedia, 2014). Ashton et al. tahun 1998 (dalam

Neto & Mullet, 2004) menemukan bahwa tingginya score agreeableness dan

emotional stability berkorelasi tinggi terhadap forgiveness. Berdasarkan sumber-

sumber tersebut maka dapat diketahui bahwa kepribadian honesty-humility,

agreeableness dan emotionality adalah tipe kepribadian yang berkorelasi positif

dengan forgiveness.

Faktor lainnya yang dapat memengaruhi forgiveness adalah usia dan

gender. Penelitian Girard dan Mullet (1997) menemukan perbedaan tingkat dan

proses forgiveness berdasarkan usia, mereka mengklasifikasikan usia partisipan

kedalam empat kategori yaitu remaja, muda, paruh baya dan tua. Hasilnya usia

berpengaruh signifikan secara linier, artinya semakin tua usia seseorang maka

semakin mudah ia memaafkan.

Page 24: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

8

Lain halnya yang diteliti oleh Wade dan Goldman (2006), penelitian ini

melakukan intervensi untuk meningkatkan forgiveness dalam kelompok dengan

komposisi laki-laki dan perempuan yang berbeda tiap kelompoknya. Singkatnya

ditemukan bahwa perempuan lebih mudah memaafkan. Akan tetapi yang terjadi

di Indonesia, dari seluruh permohonan cerai yang diajukan ke pengadilan, 70%

penggugatnya adalah perempuan (BKKBN, 2013). Mungkin ini disebabkan

perempuan di Indonesia lebih sulit melakukan forgiveness. Perbedaan ini

menambah nilai urgensi penelitian serupa dilakukan di Indonesia.

Pada penelitian ini, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian di

Jakarta Timur. Jakarta adalah salah satu kota besar di Indonesia yang memiliki

angka perceraian cukup tinggi yakni 8.067 putusan cerai sepanjang Januari-

Agustus (Badilag, 2014). Kemudian wilayah yang memiliki perceraian tertinggi di

Jakarta adalah Jakarta Timur yaitu sebanyak 2.389 putusan cerai sepanjang

Januari-Agustus (Badilag, 2014). Perceraian yang tinggi di wilayah ini mungkin

saja mencerminkan masyarakat yang mulai mengesampingkan nilai pernikahan.

Berdasarkan fenomena dan beberapa penelitian yang telah dijabarkan,

faktor yang menarik dijadikan sebagai prediktor forgiveness adalah kualitas

hubungan, kepribadian, apology dan faktor demografi berupa gender dan usia.

Untuk itu peneliti mengajukan judul “Faktor-faktor yang Memengaruhi

Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur”.

Page 25: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

9

1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.2.1. Pembatasan Masalah

Agar Penelitian ini tidak meluas dan lebih terarah, maka perlu suatu pembatasan

masalah. Adapun pokok yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini

adalah forgiveness dalam pernikahan yang dipengaruhi variabel psikologi seperti

kualitas hubungan, apology, kepribadian dan variabel demografi berupa gender

dan usia. Adapun penjelasan mengenai variabel-variabel tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Pada penelitian ini forgiveness dalam pernikahan yang dimaksud adalah

peningkatan motivasi prososial setelah terjadi konflik dalam pernikahan.

Forgiveness dalam pernikahan ditandai dengan rendahnya keinginan

membalas dendam (retaliation) dan menjauhi pasangan (avoidance), serta

tingginya keinginan untuk memperbaiki hubungan (benevolence).

2. Kualitas hubungan dalam penelitian ini adalah persepsi individu mengenai

seberapa baik interaksi suami istri dalam pernikahannya yang terlihat dari

dimensi-dimensi yang menentukannya, yaitu trust, intimacy, commitment

dan satisfaction.

3. Apology dalam penelitian ini adalah permintaan maaf dari pasangan

karena telah menyakiti individu yang dilihat dari respon individu dalam

melaporkan permintaan maaf yang dilakukan oleh pasangannya saat atau

sesudah berkonflik.

4. Kepribadian adalah sebuah pola yang menetap / konsisten berkaitan

dengan bagaimana individu mempresepsikan dan berpikir tentang dirinya

Page 26: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

10

dan lingkungannya dalam berbagai konteks. Peneliti menggunakan teori

kepribadian oleh Ashton dan Lee (2007) dengan enam dimensi

kepribadian. Enam dimensi yang dimaksud adalaha honesty-humility (H),

emotionality (E), extraversion (X), agreeableness (A), conscientiousness

(C), dan openness to experience (O) karena kepribadian ini sesuai dengan

konsep forgiveness.

5. Faktor demografi dalam penelitian ini berupa informasi gender (laki-laki

dan perempuan) dan usia (dewasa muda dan dewasa madya).

6. Sampel dalam penelitian ini adalah perempuan dengan usia minimal 20

tahun dan laki-laki dengan usia minimal 25 tahun dengan status menikah

di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur.

1.2.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, muncul beberapa masalah yang dapat di

identifikasi yaitu:

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari kualitas hubungan, apology,

kepribadian, gender dan usia terhadap forgiveness dalam pernikahan?

2. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari dimensi trust dalam variabel

kualitas hubungan terhadap forgiveness dalam pernikahan?

3. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari dimensi intimacy dalam

variabel kualitas hubungan terhadap forgiveness dalam pernikahan?

4. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari dimensi commitment dalam

variabel kualitas hubungan terhadap forgiveness dalam pernikahan?

Page 27: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

11

5. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari dimensi satisfaction dalam

variabel kualitas hubungan terhadap forgiveness dalam pernikahan?

6. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari variabel apology terhadap

forgiveness dalam pernikahan?

7. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari dimensi honesty-humility dalam

variabel kepribadian terhadap forgiveness dalam pernikahan?

8. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari dimensi emotionality dalam

variabel kepribadian terhadap forgiveness dalam pernikahan?

9. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari dimensi extraversion dalam

variabel kepribadian terhadap forgiveness dalam pernikahan?

10. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari dimensi agreeableness dalam

variabel kepribadian terhadap forgiveness dalam pernikahan?

11. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari dimensi conscientiousness

dalam variabel kepribadian terhadap forgiveness dalam pernikahan?

12. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari dimensi opennes to experience

dalam variabel kepribadian terhadap forgiveness dalam pernikahan?

13. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari gender terhadap forgiveness

dalam pernikahan?

14. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari usia terhadap forgiveness dalam

pernikahan?

1.3. Tujuan Penelitian

Peneliti menentukan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

trust, intimacy, commitment dan satisfaction (dalam variabel kualitas hubungan),

Page 28: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

12

variabel apology, honesty-humility, emotionality, extraversion, agreeableness,

conscientiousness, openness to experience (dalam variabel kepribadian) serta

variasi gender dan usia sebagai variabel demografi terhadap forgiveness dalam

pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur. Kemudian untuk mengetahui

pula besarnya sumbangan dari masing-masing variabel terhadap forgiveness

dalam pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan dan

bahan perbandingan bagi pengembangan teori-teori psikologi yang

berkaitan dengan forgiveness dalam pernikahan.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pedoman dan

media pembelajaran bagi seluruh kalangan, khususnya bagi pasangan

menikah mengenai pentingnya forgiveness dalam pernikahan dan

memberikan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang memengaruhi

forgiveness sehingga dapat dilakukan usaha meningkatkan forgiveness

dalam pernikahan.

1.5. Sistematika Penulisan Penelitian

Sistematika penulisan dalam penelitian ini mengacu pada pedoman penulisan

APA ( American Psychologycal Association)-style dan pedoman penyusunan dan

penulisan skripsi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulisan

ini dibagi menjadi beberapa bahasan sebagai berikut:

Page 29: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

13

BAB 1 PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan dibahas beberapa hal yaitu, latar belakang

dilakukannya penelitian, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB 2 LANDASAN TEORI

Bab ini berisi landasan teori yang mendiskripsikan definisi dan

konsep dasar forgiveness dalam pernikahan, kualitas hubungan,

apology, kepribadian, gender dan usia; kerangka berpikir serta

hipotesis penelitian.

BAB 3 METODE PENELITIAN

Bab ini berisi pemaparan tentang populasi dan sampel, variabel

penelitian, definisi operasional variabel, instrumen pengumpulan data,

uji validitas konstruk, teknik analisis data, dan prosedur pengumpulan

data.

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Pada bab ini, akan diuraikan mengenai karakteristik responden

penelitian, deskripsi data, analisis data dan hasilnya.

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Pada bab ini, peneliti akan merangkum keseluruhan isi penelitian dan

menyimpulkan hasil penelitian. Kesimpulan dibuat berdasarkan

analisis dan interpretasi data yang telah dijabarkan pada bab

sebelumnya. Dalam bab ini juga akan dimuat diskusi dan saran

Page 30: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

14

BAB 2

LANDASAN TEORI

Bab ini berisi landasan teori yang mendiskripsikan definisi dan konsep dasar

forgiveness dalam pernikahan, kualitas hubungan, apology, kepribadian, gender

dan usia; kerangka berpikir serta hipotesis penelitian.

2.1. Forgiveness

2.1.1. Definisi Forgiveness

Para ahli telah berusaha meneliti dan merumuskan definisi forgiveness, seringkali

mereka menggunakan bahasa dan gambaran yang berbeda namun saling

melengkapi teori yang ada. Enright, Gassin, dan Wu (dalam McCullogh et al.,

2003) mendefinisikan forgiveness sebagai tindakan untuk mengatasi perasaan

negatif dan penghakiman terhadap pelaku, bukan dengan menolak hak untuk

bersikap negatif dan menghakimi, namun dengan berusaha melihat pelaku dengan

belas kasih, kemurahan hati dan cinta.

Forgiveness adalah ketika seseorang mengalami serangkaian perubahan

motivasional, yaitu a) menurunnya motivasi membalas dendam pada pelaku; b)

menurunnya motivasi menghindari pelaku; c) meningkatnya motivasi beritikad

baik dan berdamai dengan pelaku, meskipun pelaku sudah melakukan tindakan

yang menyakitkan (McCullough et al., 1997).

Worthington et al. (dalam Wade & Worthington, 2005) mengatakan

bahwa forgiveness terjadi bila 1. individu menyadari bahwa ia telah disakiti, 2.

Page 31: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

15

melawan rasa sakit hati kemudian melepaskan rasa sakit dan keinginan balas

dendam, dan muncul kembali rasa nyaman untuk memulihkan hubungan dengan

pelaku.

Pada tahun 2002, Rye dan Pargament (dalam Wade & Worthington, 2005)

mendefinisikan forgiveness sebagai tindakan untuk mengatasi perasaan negatif

(misal: permusuhan), kognisi negatif (misal: pikiran untuk membalas dendam)

dan perilaku negatif (misal: agresi verbal) saat terjadi ketidakadilan pada dirinya,

dan mungkin juga melibatkan respon positif (misal: kasih sayang) pada pelaku.

Philpot, C. (2006) dalam buku forgiveness: A Sampling as Research

Results (dikompilasi oleh American Psychological Association, 2006)

menyimpulkan definisi forgiveness dari beberapa ahli, forgiveness terjadi ketika

seseorang menyadari dirinya telah disakiti dan merasa seharusnya ia memperoleh

perlakuan yang lebih baik. Forgiveness adalah proses (atau hasil dari sebuah

proses) yang melibatkan perubahan emosi dan sikap terhadap orang yang

menyakiti. Sebagian ahli melihat ini sebagai proses mengambil keputusan untuk

memaafkan adalah disengaja dan dilakukan secara sukarela oleh individi yang

tersakiti. Proses ini menurunkan motivasi untuk membalas dendam atau

menjauhkan diri dari pelaku, dan melepaskan emosi negatif terhadap pelaku. Para

teoris berbeda pendapat mengenai seberapa jauh forgiveness juga menyiratkan

pergantian emosi negatif menjadi sikap positif seperti kasih sayang dan itikad

baik.

Berdasarkan berbagai definisi di atas peneliti menggunakan definisi

forgiveness yang dikemukakan oleh McCullough et al. (1997) yaitu a)

Page 32: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

16

menurunnya motivasi membalas dendam pada pasangan yang bersalah; b)

menurunnya motivasi menghindari pelaku; c) meningkatnya motivasi beritikad

baik dan berdamai dengan pelaku, meskipun pelaku sudah melakukan tindakan

yang menyakitkan.

2.1.2. Dimensi Forgiveness

Baumeister, Exline dan Sommer (dalam Worthington, 1998) menjelaskan dua

dimensi dari forgiveness yaitu dimensi intrapsikhis dan interpersonal. Dimensi

intrapsikhis melibatkan aspek emosi dan kognisi dari forgiveness. sedangkan

dimensi interpersonal melibatkan aspek sosial dari forgiveness. Berdasarkan

kehadiran dua dimensi ini, terdapat empat jenis forgiveness yaitu:

Tabel 2.1

Dimensi Forgiveness (Worthington, 1998)

Kombinasi Kehadiran Dimensi Jenis Forgiveness

Interpersonal Act + No Intrapsychic state Hollow Forgiveness

Intrapsychic state state + No Interpersonal Act Silent Forgiveness

Intrapsychic state + Interpersonal Act Total Forgiveness

No Intrapsychic state + No Interpersonal Act No Forgiveness

1. Hollow forgiveness

Kombinasi ini terjadi saat pihak yang tersakiti dapat mengekspresikan

forgiveness secara konkret melalui perilaku, namun ia belum dapat

merasakan dan menghayati adanya forgiveness didalam dirinya. Pihak

yang tersakiti masih menyimpan rasa dendam dan kebencian meskipun ia

telah mengatakan kepada pelaku “saya memafkan kamu”.

2. Silent Forgiveness

Kombinasi ini ke balikan dari kombinasi pertama. Dalam kombinasi ini

intrapsychic forgiveness dirasakan, namun tidak diekspresikannya melalui

Page 33: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

17

perbuatan dalam hubungan interpersonal, no interpersonal forgiveness.

Pihak yang tersakiti tidak lagi menyimpan perasaan marah, dendam, benci

kepada pelaku namun tidak mengekspresikannya. Pihak yang tersakiti

membiarkan pelaku terus merasa bersalah dan terus bertindak seakan-akan

pelaku tetap bersalah.

3. Total Forgiveness

Dalam kombinasi ini pihak yang tersakiti menghilangkan perasaan

kecewa, benci atau marah terhadap pelaku tentang kesalahan yang terjadi.

Kemudian, hubungan antara pihak yang tersakiti dengan pelaku pulih

secara total seperti keadaan sebelum peristiwa yang menyakitkan terjadi.

4. No Forgiveness

Dalam kombinasi ini, intrapsychic dan interpersonal forgiveness tidak

terjadi pada pihak yang tersakiti. Baumeister, Exline dan Sommer

menyebut kondisi ini sebagai total grudge combination. Keadaan ini

terjadi karena pihak yang tersakiti telah salah persepsi mengenai

forgiveness, berikut adalah persepsi salah yang menjadi faktor terjadinya

no forgiveness:

a. Claims on Reward and Benefit

Pihak yang tersakiti merasa bahwa dirinya berhak atas reward atau

keuntungan sebelum ia harus memaafkan. Karena ia beranggapan bahwa

pelaku telah memiliki ‘hutang’ yang harus dibayar karena telah menyakiti

dirinya.

Page 34: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

18

b. To Prevent Reccurence

Forgiveness dianggap dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya

pelanggaran atau peristiwa menyakitkan yang dialami pihak yang tersakiti

di masa mendatang. Dengan tidak diberikannya forgiveness kepada

pelaku, pihak yang tersakiti dapat terus mengingatkan pelaku untuk tidak

mengulangi perbuatannya.

c. Continued Suffering

Pihak tersakiti terus-menerus merasa menderita karena peristiwa

menyakitkan yang dialami olehnya. Saat konsekuensi dari pengalaman

menyakitkan yang dialami oleh pihak yang tersakiti di masa lalu

memengaruhi hubungannya dengan pelaku di masa depan, maka

forgiveness merupakan sesuatu yang sulit dilakukan.

d. Pride and Revenge

Pihak yang tersakiti merasa bahwa dengan memberikan maaf kepada

pelaku maka ia sudah melakukan perbuatan yang mempermalukan dirinya

bahkan menunjukkan rendahnya harga diri pihak yang tersakiti.

e. Principal Refusal

Pihak yang tersakiti menilai forgiveness sebagai pembebasan terhadap

pelaku dari pengadilan. Pihak yang tersakiti takut tidak mendapat

perlindungan hukum jika ia sudah memaafkan pelaku.

Selain dimensi dari Baumeister, Exline dan Sommer, terdapat pula

dimensi forgiveness yang dirumuskan oleh McCulough et al. (1997). Dimensi-

dimensi ini terus dipakai dalam berbagai penelitian, termasuk oleh Fincham et al.

Page 35: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

19

(2004) untuk mengembangkan alat ukur forgiveness dalam setting pernikahan.

Forgiveness memiliki tiga dimensi, yakni retaliation dan avoidance yang

termasuk dalam aspek negatif dari forgiveness, dan benevolence yang termasuk

dalam aspek positif dari forgiveness (Fincham et al., 2004). Adanya aspek positif

tidak dapat menjadi kesimpulan ketidakberadaan aspek negatif dari forgiveness.

Berikut penjelasan ketiga dimensi forgiveness tersebut yang berhasil dirangkum

dari Fincham et al. (2004):

1. Retaliation

McCullough et al. (1997) menyebutnya revenge, ditandai dengan

dorongan individu untuk membalas perbuatan pelaku. Dalam kondisi ini,

individu dalam keadaan marah, benci dan penuh dengan emosi negatif

lainnya sehingga muncul rasa dendam dan keinginan membalas. Dimensi

ini adalah dimensi negatif dari forgiveness, artinya rendahnya motivasi

membalas menggambarkan semakin dekat sesseorang pada keadaan

memaafkan.

2. Avoidance

Ditandai dengan individu yang menghindar atau menarik diri (withdrawal)

dari pelaku yang dinilai telah menyakiti atau menyinggung perasaannya.

Avoidance juga merupakan dimensi negatif dari forgiveness, artinya

rendahnya motivasi menghindar menggambarkan semakin dekat

sesseorang pada keadaan memaafkan.

Page 36: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

20

3. Benevolence

Ditandai dengan dorongan untuk berbuat baik terhadap pelaku yang telah

menyakitinya. Dengan berempati dan berkomunikasi dengan baik, itikad

baik ini dapat dicapai. Benevolence merupakan dimensi positif dari

forgiveness, artinya tingginya motivasi berbuat baik semakin

menggambarkan bahwa seseorang telah memaafkan.

Terdapat dua teori mengenai dimensi-dimensi forgiveness, namun

penelitian ini cenderung menggunakan dimensi yang dirangkum dalam Ficham et

al. (2004) karena sejalan dengan definisi forgiveness yang dipilih sebelumnya.

2.1.3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Forgiveness

Menurut McCullough et al. (1998), faktor penentu yang memengaruhi munculnya

perilaku memaafkan pada individu, yaitu:

1. Social Cognitive Determinant

Sikap empati terhadap pelaku muncul sebagai bagian terpenting dari

determinan sosial-konitif terhadap forgivenes. Variabel atribusi juga telah

memfasilitasi munculnya forgiveness, seperti meminta

pertanggungjawaban, menyalah-nyalahkan, luka yang parah dan

menghindari pelaku. Sehingga atribusi menjadi alasan utama terjadinya

empati dan forgiveness. Determinan kognitif lainnya adalah rumination,

image, dan afeksi yang terkait dengan konflik interpersonal yang dapat

menyebabkan individu melakukan balas dendam maupun menghindari

pelaku.

Page 37: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

21

2. Offense Related Determinant

Determinan ini berkaitan dengan tingkat kelukaan dan sejauh mana pelaku

meminta maaf (apology) dan mencari pengampunan. Tingkat kelukaan

adalah sejauh mana individu mempersepsi bahwa konflik yang terjadi

telah memberikan penderitaan bagi dirinya, semakin parah luka yang

dirasakan maka akan lebih sulit baginya untuk dapat memaafkan.

3. Relational Determinant

Faktor lain yang berpengaruh terhadap perilaku memaafkan adalah

sejauhmana kualitas hubungan interpersonal yang dimiliki oleh seseorang

terhadap pihak yang bertikai dengannya. Karena memaafkan dipahami

sebagai serangkaian perubahan motivasional setelah terjadinya konflik,

maka tingkat kedekatan, kepuasan, komitmen dan intimacy seharusnya

akan berhubungan positif dengan forgiveness. Ada tujuh hal yang menjadi

alasan kualitas hubungan sebagai faktor dari forgiveness, yaitu:

a. Individu merasa harus melestarikan relasinya dengan pihak tempat ia

saling bergantung dalam banyak hal.

b. Individu memiliki orientasi jangka panjang yang memotivasinya untuk

melupakan rasa sakit hatinya dan meningkatkan penerimaan akan

hubungan tersebut.

c. Dalam hubungan yang berkualitas, keduanya akan saling menggabungkan

minat mereka.

Page 38: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

22

d. Hubungan yang berkualitas akan memuculkan orientasi bersama yang

meningkatkan kesediaan untuk melakukan hal yang menyenangkan

pasangannya, meskipun harus mengorbankan diri sendiri.

e. Individu memiliki sejarah yang banyak bersama pasangannya, sehingga ia

memiliki akses berupa pikiran, perasaan dan motivasi keada pasangannya.

f. Hubungan yang berkualitas akan membuat korban merasa konflik yang

terjadi adalah untuk kebaikannya.

g. Dalam hubungan yang berkualitas, pelaku cenderung meminta maaf dan

mengungkapkan penyesalan serta memulihkan hubungan pasca konflik.

4. Personality Determinant

Determinan kepribadian dapat memengaruhi forgiveness dengan fasilitas

dari relational styles atau kecenderungan seseorang dalam pengalaman

berfikirnya atau sikapnya dalam menanggapi konflik atau pelaku. Dalam

big five factors model of personality diketahui bahwa kepribadian

agreeableness memengaruhi forgiveness secara signifikan.

Penjabaran di atas, mengungkapkan bahwa forgiveness bukan hanya

ditentukan oleh diri individu saja. Faktor sosial-kognitif dan kepribadian

merupakan faktor dari dalam diri individu, keduanya mendasari kemampuan

seseorang untuk memaafkan. Namun faktor hubungan dan permintaan maaf dari

orang yang bersalah juga bisa menentukan munculnya prilaku memaafkan.

2.1.4. Tahapan Forgiveness

Ada beberapa teoris yang mengungkap mengenai tahapan forgiveness, dua

diantaranya akan dibahas dalam sub bab ini.

Page 39: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

23

A. Enright dan Coyle (1998), mereka mengembangkan suatu model tahapan

forgiveness. Model ini meliputi aspek kognitif, afektif dan perilaku yang

terjadi dalam proses forgiveness. Tahapan tersebut dibagi kedalam empat

fase yaitu:

a. Uncovering phase

Individu menyadari bahwa dirinya telah diperlakukan tidak adil dan

merasakan emosi negatif serta perasaan terluka. Emosi negatif

(unforgiveness) harus dikonfrontasikan dan dipahami secara mendalam

sebelum proses penyembuhan dimulai.

b. Decision phase

Individu yang fokus dan merasa dirinya adalah korban akan terus

merasakan sakit mengalamin penderitaan yang berlanjut. Forgiveness

adalah cara untuk menyembuhkan dan memulihkan diri maka individu

harus memiliki komitmen untuk memaafkan pelaku. Pada fase ini pikiran,

perasaan dan dorongan untuk membalas dendam terhadap pelaku

dilepaskan, sebagai tanda dimulainya pemaafan.

c. Work phase

Pada tahapan ini, individu mulai bisa memaafkan, salah satunya dengan

berempati. Individu menempatkan dirinya pada posisi pelaku yang

mungkin juga merasa tertekan karena perasaan bersalah. Individu sudah

bisa menerima pelaku kembali menjadi bagian hidupnya. Lebih lanjut lagi

individu memilih untuk menawarkan beberapa bentuk perbuatan baik pada

pelaku.

Page 40: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

24

d. Outcome/Deepening phase

Pada tahapan terakhir ini, individu secara sadar merasa sembuh, pulih dan

penuh dengan emosi positif karena telah melakukan forgiveness. Secara

umum, individu menemukan makna dalam penyembuhan yang dialaminya

sehingga pada fase terakhir ini individu mengalami paradox of

forgiveness, sebagai salah satu sikap terhadap rasa sakit yang tidak adil

dan memberikan kemurahan hati pada orang lain, sehingga ia merasa telah

disembuhkan.

B. Worthington (1998), ia juga mencoba menjabarkan teori tahapan

forgiveness. Teori ini dikenal sebagai the pyramid model to REACH

forgiveness. Teori ini pada dasarnya hampir sama dengan tahapan oleh

Enright dan Coyle (1998). Model REACH ini seringkali digunakan untuk

intervensi saat terapi forgiveness. Ada lima tahapan menuju forgiveness

menurut Worthington (1998), yaitu:

Gambar 2.1 The pyramid model to REACH forgiveness

Page 41: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

25

1. Recall the hurt

Dengan tenang individu memanggil kembali rasa sakit dan terluka akibat

kejadian menyakitkan. Namun, tidak memposisikan diri sebagai korban

dan tidak perlu merasa berhak untuk menyalah-nyalahkan.

2. Empathize

Individu berusaha untuk mengetahui penyebab pelaku melakukan

kesalahan padanya dan memposisikan dirinya sebagai pihak yang

bersalah. Individu turut merasakan tekanan dan perasaan bersalah yang

dirasakan pelaku.

3. Alturistic gift

Individu membayangkan dan mengingat kembali bahwa dirinya juga

pernah berbuat salah lalu seseorang memafkannya secara tulus, untuk itu

ia merasa perlu dan layak memberikan maaf kepada orang lain juga.

Pemberian maaf bisa dianggap sebagai sebuah hadiah kemanusiaan, selain

untuk memulihkan diri sendiri forgiveness dalam prosesnya juga akan

memulihkan sebuah hubungan.

4. Commit publicly to forgive

Pada tahap ini individu telah menetapkan bahwa dirinya telah memaafkan.

Individu tidak pernah lagi secara sengaja mengingat kejadian, rasa sakit

dan membangkitkan emosi negatifnya. Pada perjalanannya, forgiveness

akan memberikan hubungan yang sehat sehingga bisa jadi kejadian

menyakitkan akan terlupakan.

Page 42: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

26

5. Hold on to forgive

Pada tahapan ini sebenarnya pemaafan sudah sempurna, namun individu

harus mempertahankannya. Individu dapat merasakan dan memaknai

keuntungan yang ia dapatkan setelah memaafkan.

Kedua teori mengenai tahapan forgiveness di atas menerangkan bahwa

memaafkan butuh proses. Pihak yang tersakiti harus melewati setiap fase yang

memiliki tugas yang berbeda. Bukan tidak mungkin seseorang gagal saat

melewati fase tertentu, dibutuhkan usaha, komitmen dan mungkin bantuan dari

pihak yang bersalah atau pihak lain agar dapat tuntas dalam memaafkan. Pada

akhirnya, individu yang mampu menyelesaikan tahap akhir dari memaafkan baru

bisa merasakan manfaat dan kekuatan memaafkan.

2.2. Pernikahan

2.2.1. Definisi Pernikahan

Beberapa definisi mengenai pernikahan akan diuraikan untuk memperoleh

gambaran yang jelas mengenai pernikahan. Strong, De Vault dan Cohen (1989)

mengatakan bahwa sebuah pernikahan adalah persatuan yang sah antara dua

orang, yang umumnya seorang pria dan seorang wanita, dimana mereka bersatu

secara seksual, bekerjasama secara ekonomi, dan juga diperbolehkan untuk

melahirkan, mengadopsi dan mengasuh anak. Persatuan ini diasumsikan dapat

berlangsung selamanya.

Selanjutnya definisi lain dijelaskan oleh Brehm (1997) mengenai

pernikahan sebagai: ekspresi tertinggi dari hubungan intim yang ditandai dengan

sumpah setia dihadapan publik sebagai itikad untuk hidup bersama selamanya.

Page 43: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

27

Kemudian berdasarkan Undang-undang No. 1 tahun 1974, pernikahan merujuk

pada pengertian perkawinan yaitu ikatan lahir batin antara seorang pria dan

seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah

tangga), yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa.

Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pernikahan

merupakan ikatan atau perjanjian yang terjadi antara pria dan wanita berupa

komitmen jangka panjang untuk sebisa mungkin menjadi suami istri untuk

selamanya, kemudian menjadi keluarga yang bahagia dan kekal, dimana

perjanjian tersebut dinyatakan secara terbuka dan tercatat secara hukum, sehingga

pasangan tersebut beserta anak-anaknya memiliki hak yang sah atas hukum yang

berlaku.

2.2.2. Motivasi Menikah

Ada berbagai alasan yang menyebabkan pria dan wanita mengikatkan diri dalam

suatu ikatan pernikahan. Turner dan Helms (1995) mengemukakan alasan-alasan

yang biasanya digunakan pria dan wanita untuk menikah, yaitu:

1. Persahabatan dan kebersamaan

Pernikahan merupakan kesempatan untuk menghilangkan kesepian dan

rasa terisolasi. Melalui persahabatan dan aktivitas yang dilakukan bersama

kebutuhan individu akan kebersamaan dapat terpenuhi.

2. Cinta

Kehidupan seseorang akan lebih terpuaskan jika dirinya merasa berarti

bagi orang lain. Seseorang pada umumnya ingin mendapatkan dan

Page 44: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

28

memberi cinta. Pernikahan memberikan kesempatan bagi pemenuhan

kebutuhan dasar akan cinta.

3. Kebahagiaan

Mendapatkan kebahagiaan adalah hal penting dalam kehidupan manusia.

Banyak orang mengharapkan pernikahan menjadi sumber kebahagiaannya.

Namun, harus disadari bahwa kebahagiaan tidak terletak pada institusi

pernikahan, melainkan pada individunya sendiri dan tergantung pada

bagaimana mereka berinteraksi dalam hubungan tersebut.

4. Legitimasi seksual dan anak-anak

Pernikahan memberikan persetujuan sosial bagi tingkah laku seksual dan

melahirkan anak. Pernikahan mengesahkan hubungan seksual dan

memberikan hak bagi pasangan menikah untuk memilik anak dengan

perlindungan hukum.

Berdasarkan penjabaran di atas, setiap individu yang akan menikah

mempunyai beberapa alasan mengapa mereka menikah, seperti persahabatan dan

kebersamaan, cinta, kebahagiaan dan legitimasi seksual dan anak. Namun, pada

dasarnya alasan mengapa setiap individu itu menikah berbeda-beda, termasuk

pasangan yang telah menikah sekalipun. Motivasi individu dan pasangan mungkin

awalnya berbeda, namun bukan berarti tidak dapat disesuaikan atau disatukan. Hal

ini tentunya menjadi suatu kewajaran dalam lingkungan sosial masyarakat

dikarenakan setiap individu mempunyai prinsip dan alasan hidup yang berbeda-

beda.

Page 45: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

29

2.3. Forgiveness dalam Pernikahan

Banyak peneliti percaya bahwa forgiveness merupakan hal terpenting dalam

keberhasilan pernikahan. Berdasarkan survei pada pasangan yang telah menikah

lebih dari 20 tahun, forgiveness merupakan salah satu faktor kunci kelanggengan

pernikahan (dalam Fincham et al., 2002). Secara umum forgiveness diyakini dapat

membantu pasangan untuk mengatasi kesulitan yang ada dan mencegah

munculnya masalah di masa depan. Mengingat pentingnya dan besarnya kegunaan

forgiveness dalam pernikahan, forgiveness telah dieksplorasi dan dikaitkan

dengan beberapa aspek pernikahan, diantaranya adalah konflik, kepuasan,

atribusi, komitmen dan empati (dalam Fincham et al., 2006).

Dalam kaitannya dengan konflik, Gordon (dalam Fincham et al., 2006)

berpendapat bahwa forgiveness penting dalam situasi dimana telah terjadi konflik

dalam pernikahan. Sayangnya, konflik dalam pernikahan terjadi terlalu sering

sehingga forgiveness mungkin menjadi komponen reguler pernikahan. Konflik

merupakan syarat yang mutlak untuk terjadinya pemaafan. Tanpa adanya konflik tidak

akan perlu ada pemaafan, sebab memang tidak ada yang perlu dimaafkan (Enright &

Coyle, dalam Fincham et al., 2004). Ada bermacam-macam kejadian yang dapat

menyulut ancaman bagi keberlangsungan hubungan interpersonal. Secara umum, terdapat

lima jenis kejadian menyakitkan dalam hubungan interpersonal, yaitu diasosiasi aktif

(misal: memutuskan hubungan), diasosiasi pasif (misal: mengacuhkan pasangan), kritik,

ketidaksetiaan, dan penipuan (Feeney, dalam Feeney 2011).

Forgiveness juga terkait dengan resolusi konflik pada pasangan yang

sudah menikah. Fincham et al. (dalam Fincham et al., 2006 ) menemukan bahwa

Page 46: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

30

tingginya retaliation dan avoidance pada kelompok para suami dan kurangnya

benevolence pada kelompok para istri menggambarkan resolusi konflik yang tidak

efektif. Konflik yang belum terselesaikan dapat meluas menjadi konflik masa

depan dan pada gilirannya akan menghambat resolusi mereka, sehingga siklus

interaksi negatif akan berkembang dan menjadi ciri khas pernikahan yang

bermasalah.

Kemudian forgiveness dapat membantu penyembuhan psikis individu

melalui pengaruhnya dalam menghadirkan perubahan positif, meningkatkan

kesehatan fisik dan mental, mengembalikan sense of personal power dari orang

yang tersakiti, dan membantu mewujudkan rekonsiliasi antara orang yang tersakiti

dan orang yang menyakiti (Philpot, 2006).

2.3.1 Pengukuran Forgiveness dalam Pernikahan

Dari hasil membaca literatur tentang penelitian-penelitian mengenai forgiveness,

peneliti memperoleh beberapa instrument untuk mengukur forgiveness,

diantaranya yaitu:

1. Marital Offence-Specific Forgiveness Scale (MOFS)

MOFS dikembangkan oleh Paleari, Regalia dan Fincham (2009) yang

terdiri dari sepuluh item. Item-item dalam alat ukur ini sesuai dengan dua

komponen forgiveness yaitu, resentment-avoidance dan benevolence.

MOFS dibuat untuk mengukur respon seseorang yang telah menikah dan

menerima kekerasan dalam enam bulan terakhir. MOFS memiliki

realibilitas alpha cronbach sebesar 0,80.

Page 47: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

31

2. Transgression-Related Interpersonal Motivation (TRIM)

TRIM-12 dikembangkan oleh McCullough et al. (1998) yang terdiri dari

12 item. Alat tes ini mengukur tingkat forgiveness yang terjadi dalam close

relationship, berdasarkan dua sub skala yakni avoidance dan revenge.

Kemudian alat ukur ini di revisi menjadi TRIM-18 oleh McCullough, Root

dan Cohen (2006) dengan menambahkan enam item yang mengukur

konsep benevolence. TRIM lebih tepat digunakan untuk mengukur respon

terhadap hal menyakitkan yang ekstrim dan serius. TRIM memiliki

realibilitas alpha cronbach sebesar 0,91.

3. Marital Forgiveness Scale (MFS)

MFS dikembangkan oleh Fincham, Beach dan Davila sejak tahun 2004,

kemudian alat ukur ini telah di revisi pada tahun 2013. MFS terdiri dari

sembilan item untuk mengukur tiga aspek pada forgiveness yaitu

retaliation, avoidance dan benevolence. Alat tes ini berisi mengenai

laporan diri / self report yang mengukur forgiveness dalam kehidupan

pernikahan seseorang. MFS memiliki realibilitas alpha cronbach sebesar

0,80.

Dari ketiga alat ukur forgiveness di atas, peneliti memilih menggunakan

alat ukur Marital Forgiveness Scale (MFS). Alat ukur ini mencakup pengukuran

atas tiga sub dimensi yang dimiliki forgiveness sehingga sesuai dengan kajian

teori, selain itu MFS biasa dipakai untuk mengukur forgiveness dalam pernikahan.

Page 48: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

32

2.4. Kualitas Hubungan

2.4.1. Definisi Kualitas Hubungan

Menurut Pierce, Sarason dan Nagle (1997), kualitas hubungan adalah tingkat baik

buruknya kesinambungan interaksi antara dua orang atau lebih yang mendalam

bertujuan memudahkan proses dalam suatu hubungan antara satu dengan yang

lain; kualitas hubungan ialah suatu hubungan intim antara satu individu dengan

individu lain yang dibina untuk menuju ke arah hubungan yang lebih baik,

merupakan salah satu kebutuhan pada usia dewasa muda. Dalam konteks

pernikahan kualitas hubungan seringkali disebut kualitas pernikahan, menurut

Hollist dan Miller (2005), kualitas pernikahan merupakan persepsi individu

mengenai keadaan seberapa baik interaksi pada suatu hubungan. Kemudian

menurut Helms dan Buehler (2007) kualitas pernikahan adalah cerminan dari

dimensi utama yang terdiri dari kualitas kognisi, perilaku dan afeksi dalam

pernikahan. Kedua definisi di atas hampir mirip, namun definisi kedua lebih

sesuai untuk penelitian ini.

2.4.2. Dimensi Kualitas Hubungan

Dimensi kualitas hubungan yang dipakai dalam penelitian ini adalah penjabaran

dari Guldner dan Swensen (1995) yang terdiri dari empat dimensi, yaitu:

1. Trust

Trust adalah harapan individu bahwa pasangannya akan memperlakukan

dirinya secara adil dan terhormat. Individu berharap pasangannya untuk

menjadi responsif terhadap kebutuhan mereka dan peduli untuk

kesejahteraan mereka. Ketika kepercayaan tersebut hilang, individu sering

Page 49: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

33

menjadi curiga dan mengurangi keterbukaan serta rendahnya

interdependent atau tidak dapat lagi saling bergantung. Dengan trust yang

tinggi individu dapat memprediksi perilaku pasangannya dan mengurangi

usaha mencari tahu / menyelidiki pasangannya.

2. Intimacy

Secara umum intimacy mengacu pada perasaan pada hubungan dekat

secara personal dan perasaan saling memiliki. Dengan adanya saling

pengertian dan banyaknya pegalaman bersama maka hubungan mereka

menjadi hubungan afeksi yang dekat. Intimacy memiliki ciri komunikasi,

transparansi, vulnerability dan timbal balik.

3. Committment

Committment adalah sejauh mana pasangan menikah memiliki rasa

kebersamaan, eklusivitas dan keberlangsungan hubungan / dedikasi dalam

hubungan mereka. Pasangan menikah biasanya memiliki komitmen untuk

hubungan mereka. Artinya, mereka mengharapkan pernikahan mereka

untuk terus berlangsung selamanya, mereka menginvestasikan waktu,

tenaga dan sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan

tersebut. Tanpa komitmen, pasangan merasa kurangnya rasa saling

membutuhkan dan kurangnya pengetahuan tentang pasangannya satu sama

lain.

4. Satisfaction

Satifaction adalah sejauh mana individu merasa puas dengan hubungan

mereka dengan pasangannya. Satifaction adalah kondisi mental yang

Page 50: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

34

mencerminkan perasaan mengenai keuntungan dan pengorbanan dalam

hubungan. Semakin banyak pengorbanan yang diberikan, umumnya

menyebabkan pasangan kurang puas dengan pasangan mereka. Demikian

pula, besarnya keuntungan yang dirasakan maka semakin puas seseorang

terhadap hubungan mereka.

Dari keempat dimensi kualitas hubungan, masing-masing mempunyai

peranan penting dalam menciptakan suatu hubungan dengan kualitas yang baik

antara satu individu dengan individu yang lain. Namun secara keselurahan, ketika

keempat dimensi tersebut mempunyai nilai yang tinggi maka suatu hal yang

mutlak kualitas hubungan yang baik akan tercipta.

2.4.3. Pengukuran Kualitas Hubungan

Untuk mengetahui kualitas hubungan pada seseorang dapat digunakan alat

sebagai pengukur kualitas hubungan individu dengan pasangannya. Alat ukur

yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa skala berisi item-item yang

dibuat oleh peneliti berdasarkan dimensi yang ada. Kualitas hubungan menurut

Guldner dan Swensen (1995) terdiri dari empat dimensi, yaitu: trust, intimacy,

commitment dan satisfaction. Kemudian berdasarkan dimensi-dimensi tersebut

peneliti membuat skala berdasarkan aspek-aspek yang ada, keseluruhannya

berjumlah 20 item.

2.5. Apology

2.5.1. Definisi Apology

Individu yang tersakiti lebih mungkin untuk memaafkan ketika pelaku mengakui

kesalahan mereka, menerima tanggung jawab atas tindakan mereka, menawarkan

Page 51: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

35

penebusan yang tulus dengan mengekspresikan rasa malu, penyesalan, dan

perbaikan atas perilaku mereka, dan berjanji melakukan yang lebih baik di masa

depan (Hannon, 2010;. Tabak, 2011 dalam Miller, 2012). Selanjutnya

ditambahkan oleh Luchies (dalam Miller, 2012) forgiveness yang diberikan tanpa

adanya apology yang tulus dari pelaku adalah bagaikan memberikan izin bagi

pelaku untuk mengulangi kesalahannya lagi.

Weiner et al. (dalam Mercado et al., 2009) mengemukakan bahwa

confession sangat penting untuk membantu proses forgiveness. Menurut Weiner

forgiveness dapat berlangsung sangat baik apabila pelaku meminta maaf secara

tulus dan sungguh-sungguh.

Chapman dan Thomas (2006) mengemukakan bahwa ada lima cara utama

individu meminta maaf yaitu pengungkapan penyesalan, mau tanggung jawab,

melakukan perbaikan, berjanji tidak mengulangi lagi dan meminta maaf.

2.5.2. Dimensi Apology

Apology dapat diungkapkan dengan berbagai cara. Chapman dan Thomas dalam

bukunya The Five Languages of Apology (2006), mengatakan bahwa apology

meliputi lima ungkapan berikut ini:

1. Penyesalan

Mengekspresikan penyesalan adalah ketika individu menyadari bahwa

dirinya sudah melakukan kesalahan sehingga sesuatu yang buruk dan

menyakitkan telah terjadi. Bentuk yang paling umum untuk

mengekspresikan penyesalan adalah ketika seseorang mengatakan kalimat

Page 52: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

36

sederhana, "Aku menyesal". Mengekspresikan penyesalan juga termasuk

pengungkapan rasa empati pelaku terhadap pihak yang tersakiti.

2. Mau bertanggung jawab

Mau bertanggung jawab adalah kemampuan bagi individu untuk mengakui

kesalahannya dan kesediaan untuk menanggung akibat buruk yang ia

timbulkan. Individu yang dapat bertanggung jawab menunjukan bahwa

dirinya tulus untuk meminta maaf dan layak untuk dimaafkan.

3. Melakukan perbaikan

Melakukan perbaikan atau membuat restitusi adalah ketika pihak yang

bersalah bertanya: "Apa yang bisa saya lakukan untuk membuat keadaan

ini membaik?". Membuat restitusi membutuhkan komunikasi dua arah,

pihak yang bersalah harus mendapat jawaban dan arahan dari pihak yang

disakiti untuk melakukan perbaikan.

4. Berjanji tidak mengulangi lagi

Tidak mengulangi lagi / benar-benar bertobat adalah ketika individu yang

melakukan pelanggaran tersebut melakukan usaha terbaik untuk

mengubah perilaku mereka. Pertobatan meliputi rasa menyesal yang dapat

mengubah pikiran seseorang yang kemudian menjadi itikad baik untuk

tidak mengulangi kesalahan yang sama.

5. Meminta maaf

Yang terakhir adalah meminta maaf, yaitu setelah seseorang mampu untuk

mengakui kesalahannya, menanggung akibat, melakukan perbaikan dan

Page 53: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

37

berusaha tidak mengulangi lagi. Pihak yang bersalah memohon agar

diberikan maaf oleh pihak yang tersakiti.

Seperti halnya forgiveness, apology juga sangatlah penting. Memaafkan

membutuhkan kelengkapan dalam pikiran, perasaan dan tingkah laku, demikian

pula apology. Apology yang dilakukan oleh pihak yang bersalah akan dilihat dan

dinilai oleh pihak yang tersakiti sebagai bentuk empati dan ketulusan yang dapat

dipercaya sehingga pihak yang tersakiti merasa layak untuk memberikan maaf.

2.5.3. Pengukuran Apology

Pengukuran apology dilakukan dengan menggunakan alat ukur berupa item-item

yang dibuat oleh peneliti berdasarkan aspek yang dijabarkan oleh Chapman dan

Thomas (2006). Aspek yang ada sebanyak lima dimensi yaitu, penyesalan,

kemauan bertanggung jawab, kemauan memperbaikai keadaan, tidak megulangi

kesalahan yang sama dan meminta maaf. Kemudian berdasarkan aspek-aspek

tersebut peneliti menyusun item sebanyak sepuluh butir. Alat ukur ini digunakan

untuk merangkum penilaian atau laporan individu mengenai apology yang

dilakukan pasangannya.

2.6. Kepribadian

2.6.1. Definisi Kepribadian

Eysenck (dalam Alwisol, 2009) mendefinisikan kepribadian sebagai keseluruhan

dari pola perilaku yang aktual atau potensial pada mahluk hidup. Kepribadian

ditentukan oleh faktor keturunan dan lingkungan yang berasal dan berkembang

melalui interaksi fungsional dari empat faktor utama yaitu faktor kognitif

Page 54: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

38

(kecerdasan), faktor konatif (karakter), faktor afektif (temperamen) dan faktor

somatik (konstitusi).

Pervin (dalam Mischel, Shoda & Smith, 2003) menjelaskan kepribadian

adalah organisasi yang kompleks dari kognisi, efek, dan perilaku yang

memberikan arah dan pola (koheren) untuk kehidupan seseorang. Seperti tubuh,

kepribadian terdiri dari kedua struktur dan proses dan mencerminkan sifat (gen)

dan nature (pengalaman). Selain itu, kepribadian termasuk efek dari masa lalu,

memori tentang masa lalu, serta konstruksi masa kini dan masa depan.

Selanjutnya definisi kepribadian menurut Allport (dalam Mischel et al.,

2003) adalah organisasi dinamis yang terdapat di dalam individu atas sistem-

sistem psikofisis yang menentukan penyesuaian dirinya yang khas terhadap

lingkungannya.

Berdasarkan berbagai definisi kepribadian di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa sebuah pola yang menetap / konsisten berkaitan dengan bagaimana

individu mempresepsikan dan berpikir tentang dirinya dan lingkungannya dalam

berbagai konteks.

2.6.2. Definisi Kepribadian Model HEXACO

Kepribadian model HEXACO merupakan alternatif dari Big-Five Factors. Model

baru ini konsisten saat diujikan lintas budaya. klasifikasi kepribadian HEXACO

dibagi menjadi enam dimensi yaitu honesty-humility (H), emotionality (E),

extraversion (X), agreeableness (A), conscientiousness (C), dan openness to

experience (O) (Ashton & Lee, 2007).

Page 55: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

39

Kepribadian model HEXACO juga memprediksi beberapa fenomena

kepribadian yang tidak dijelaskan dalam Big-Five Factors model, termasuk

hubungan faktor kepribadian dengan konstruks biologi dan pola perbedaan jenis

kelamin dalam ciri-ciri kepribadian. Selain itu, terdapat tiga dimensi yaitu

kepribadian honesty-humility, emotionality dan agreeableness yang mengukur

tingkat altursm dan empati individu, dimana sikap altursm dan empati berkorelasi

dengan forgiveness. Sehingga tipologi kepribadian HEXACO sangat sesuai

dengan konteks forgiveness.

2.6.3. Dimensi Kepribadian HEXACO

Aston dan Lee (2007) mengungkapkan bahwa kepribadian itu dapat

dikelompokan dalam enam kategori berikut ini:

a. Honesty-Humility (kejujuran-kerendahan hati) yaitu kecenderungan

individu untuk bersikap adil dan tulus dalam bekerja sama, dalam

bekerjasama dengan orang lain ia bisa saja dimanfaatkan tetapi ia tidak

terdorong untuk membalas dendam. Seseorang yang memilki level

honesty-humility yang tinggi memiliki kelebihan yaitu menurunnya resiko

dimanfaatkan oleh orang lain dan juga rendahnya resiko kehilangan karena

pemutusan kerjasama. (Aston & Lee, 2007).

b. Emotionality (emosional) yaitu individu yang tidak hanya sebatas dapat

berempati tetapi juga dapat membentuk kedekatan emosional dengan

orang lain. Selain, itu juga menunjukan pribadi yang sering menolak dan

senang ditolong (Aston & Lee, 2007).

Page 56: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

40

c. Extraversion adalah individu yang menyenangi hal-hal berbau sosial

seperti bersosialisasi, kepemimpinan dan hiburan (Aston & Lee, 2007).

Individu dengan skor tinggi pada trait Extraversion memiliki ciri pribadi

yang ramah, hangat dan asertif (Friedman & Schustack, 2008) serta

cenderung penuh kasih sayang, senang berbicara, dan menyenangkan

(Feist & Feist, 2010).

d. Agreeableness adalah individu yang mempunyai kecenderungan untuk

memaafkan dan toleran terhadap orang lain, dapat bekerja sama dengan

orang lain walau ia merasa telah dimanfaatkan. Individu dengan skor

tinggi memiliki sikap bertahan lama bekerjasama pada orang lain dan

resiko untuk dimanfaatkan orang lain (Aston & Lee, 2007). Individu

dengan skor tinggi pada trait agreeableness memiliki ciri pribadi yang

jujur, mudah percaya, suka menolong dan rendah hati (Friedman &

Schustack, 2009). Mereka yang memiliki skor rendah biasanya pelit,

mudah kesal, curiga dan penuh kritik terhadap orang lain (Feist & Feist,

2010).

e. Conscientiousness adalah individu yang menyenangi hal-hal yang

berhubungan dengan tugas seperti pekerjaan, perencanaan dan organisasi

(Aston & Lee, 2007). Individu dengan skor tinggi pada trait

conscientiousness memiliki ciri pribadi yang kompeten, hati-hati, tekun

dan ambisius (Friedman & Schustack, 2009) serta cenderung lebih

terkontrol, fokus pada pencapaian dan memiliki disiplin diri yang tinggi

(Feist & Feist, 2010).

Page 57: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

41

f. Openness to Experience adalah individu yang suka dengan hal-hal

berkaitan dengan ide seperti belajar, berfikir dan imajinasi (Aston & Lee,

2007). Individu dengan skor tinggi pada trait openness to experience

memiliki ciri pribadi yang imajinatif, estetis, toleran, dan penuh

keingintahuan intelektual (Friedman & Schustack, 2009). Sebaliknya,

mereka dengan skor rendah biasanya konvensional, rendah hati, dan

konservatif (Feist & Feist, 2010).

Tabel 2.2

Dimensi Kepribadian HEXACO (Aston dan Lee, 2007)

Dimensi Interpretasi Contoh Sifat

Kelebihan

Individu dengan

Skor Tinggi

Kelebihan

Individu dengan

Skor Rendah

Honesty-Humility

Saling tolong-

menolong

(Adil, jujur)

Jujur, tulus,

rendah hati

Mudah diajak

kerjasama (saling

membantu dan

tidak agresif)

Tidak memiliki

tindakan untuk

melawan ketika

mendapatkan

serangan dari

orang lain

Emotionality Menolong

sekitar

Empati/

kelekatan,

menghindari

bahaya, suka

membantu

Kelangsungan

hidup kerabat

(terutama

keturunan) dan

kelangsungan

hidup pribadi

Kehilangan

potensi yang

berhubungan

dengan diri dan

kerabat.

Extraversion

Keterlibatan

dalam usaha

sosial

Kemampuan

bersosialisasi,

jiwa

pemimpin

Manfaat terhadap

sosial (teman,

pasangan, musuh)

Energi dan

waktu, resiko

dari lingkungan

sosial

Agreeableness

Saling tolong-

menolong

(toleransi)

Toleransi,

pemaaf,

penonjolan

diri

Mudah diajak

berkerjasama

(saling membantu

dan tidak agresif)

Mengalami

kerugian karena

sering di

manfaatkan

orang lain

Conscientiousness

Keterlibatan

dalam

usahanya

dengan tugas

Rajin,

terencana,

terorganisasi

Keuntungan

materi

(peningkatan

penggunaan

sumber daya),

mengurangi risiko

Energi dan waktu

Openness to

Experience

Keterlibatan

dalam

usahanya

dengan tugas

Ingin tahu,

imajinatif

Keuntungan

materi dan sosial

Energi dan

waktu, resiko

dari lingkungan

sosial

Page 58: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

42

2.6.4. Pengukuran Kepribadian

HEXACO Personality Inventory Revised (HEXACO-PI-R) oleh Aston dan Lee

(2007) terdiri dari 60 item. HEXACO-PI-R mengukur skor kepribadian yang

diklasifikasikan dalam enam kategori yaitu honesty-humility (H), emotionality (E),

extraversion (X), agreeableness (A), conscientiousness (C), dan openness to

experience (O). Masing-masing kategori diukur dengan sepuluh item berupa

pernyataan-pernyataan yang dihadirkan dalam skala likert.

2.7. Gender

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) kata gender berarti jenis kelamin.

Gender adalah kata homograf dalam bahasa Indonesia yang memiliki arti:

hubungan sosial yang dikaitkan dengan diferensiasi seksual pada manusia

(Wikipedia, 2010). Dalam Webster’s New World, gender diartikan sebagai

perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan

tingkah laku, sedangkan dalam Women’s Studies Encyclopedia dijelaskan bahwa

gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya membuat perbedaan

(distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas dan karakterisk emosional

antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat (dalam

Setiawan, 2012).

Seperti yang telah disinggung di atas, gender dapat memengaruhi berbagai

perilaku, termasuk perilaku memaafkan. Para peneliti telah banyak melakukan

study dan menemukan pengaruh gender terhadap forgiveness. Berdasarkan

penelitian Heavey, Layne, dan Christensen (dalam Fincham et al., 2004),

perbedaanan gender yang lebih mendasar mencerminkan respon terhadap konflik

Page 59: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

43

pernikahan bukan reaksi dasar dalam memaafkan. Perempuan memiliki

kecenderungan lebih sering mengungkit kesalahan dan mendiskusikannya

dibandingkan pria. Akibatnya, sering kali istri yang menaikan isu-isu

permasalahan sebagai diskusi dan yang mengambil peran untuk memulai diskusi

tentang masalah (demand), sedangkan suami lebih sering berada dalam peran

untuk menghindari diskusi (withdraw). Dalam konteks ini, tingginya intesi suami

untuk menghindari diskusi maka akan menjadi bahan bakar yang menyebabkan

siklus destruktif dari demand-withdraw, kemudian mengarah pada perdebatan

yang tidak efektif.

Sejalan dengan temuan sebelumnya oleh Gonzales et al., (dalam Fincham

et al., 2002) pria dan wanita cenderung berbeda dalam merespon konflik /

bereaksi secara afektif maupun konitif lalu kemudian berefek secara langsung

ataupun tidak langsung terhadap forgiveness. Wanita melaporkan lebih banyak

perasaan marah, rusaknya hubungan dan kesulitan untuk memaafkan sedangkan

pria menunjukan hanya sedikit perubahan saat intervensi dilakukan dalam

penelitian mengenai forgiveness.

Sebuah penelitian eksperimental oleh Wade dan Goldman (2006)

membagi subjek penelitian dalam komposisi kelompok berdasarkan jenis kelamin,

kemudian masing-masing kelompok diberikan intervensi untuk memengaruhi

kemampuan memaafkan. Penelitian ini membuktikan bahwa perempuan lebih

dapat menurunkan rasa dendam dibanding laki-laki. Karena laki-laki lebih sulit

untuk melakukan empati terhadap individu yang telah menyakitinya.

Page 60: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

44

2.8. Usia

Usia didasarkan pada teori perkembangan psikososial oleh Erikson (dalam Papalia

et al., 2008) yang berkaitan dengan prinsip-prinsip perkembangan psikologi dan

sosial. Teori ini merupakan bentuk pengembangan dari teori psikoseksual yang

dicetuskan oleh Sigmund Freud. Erikson membagi tahapan perkembangan

psikososial menjadi delapan tahapan seperti yang tertera dalam tabel di bawah ini.

Tabel 2.3

Tahapan Perkembangan Psikososial Erikson

Tahap Perkiraan Usia Krisis Psikososial

I 12 - 18 bulan Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya)

II 12/18 bulan - 3 tahun Autonomy vs Doubt (kemandirian vs keraguan)

III 3 tahun – 6 tahun Initiative vs Guilt (inisiatif vs rasa bersalah)

IV 6 tahun – pubertas Industry vs Inferiority (ketekunan vs rasa

rendah diri)

V Puber - dewasa muda Identity vs Role Confusion (identitas vs

kekacauan identitas)

VI Dewasa muda (± 18

tahun – 40 tahun) Intimacy vs Isolation (keintiman vs isolasi)

VII Dewasa madya (± 40

tahun – 65 tahun)

Generativity vs Self Absorption (generativitas

vs stagnasi)

VIII Dewasa akhir / tua (±

65 ke atas)

Integrity vs Despair (integritas vs

keputusasaan)

*sumber: Papalia, 2008

Karena penelitian akan dilakukan pada subjek dengan usia antara 21 tahun

(untuk perempuan) / 23 tahun (untuk laki-laki) sampai 60 tahun saja, maka yang

dipakai hanya tahap perkembangan ke VI dan VII saja, yaitu usia dewasa muda

dan dewasa madya, dengan penjelasan sebagai berikut:

Page 61: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

45

a. Dewasa Muda

Akhir usia belasan sampai usia dua puluhan, individu memasuki usia

dewasa muda, dimana menurut Erik Erikson (dalam Miller, 2012),

individu tersebut memasuki periode perkembangan "intimacy vs

isolation". Pada usia ini, Erikson beranggapan, bahwa kita belajar

bagaimana membentuk hubungan intim yang dilakukan menjadi abadi.

b. Dewasa Madya

Saat ini frekuensi bergaul dengan teman dan manambah jumlah teman

akan berkurang, terutama pertemanan dengan lawan jenis, karena individu

telah terlibat hubungan pernikahan dan berkeluarga, memiliki banyak

teman dan menghabiskan banyak waktu bersama teman dinilai sebagai

perilaku yang beresiko (dalam Miller, 2012).

Variabel usia dalam konteks forgiveness sering diperhitungkan, salah

satunya dalam penelitian Enright dan Sobkoviak (dalam Girard & Mullet 1997)

yang menemukan bahwa kecenderungan memaafkan akan membentuk fungsi

menanjak saat disandingkan dengan variabel usia. Kemudian Helb dan Enright

(dalam Girard & Mullet 1997) juga menyatakan bahwa kecenderungan

memaafkan dipengaruhi oleh kematangan, semakin matang semakin mudah untuk

memaafkan.

Menurut Markman (2012) ada tiga hal yang dapat menjadi alasan mengapa

usia dapat memengaruhi forgiveness, yaitu:

Page 62: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

46

1. Orang dewasa cenderung lebih religius ketika mereka semakin tua. Orang-

orang yang religius cenderung mengampuni orang lain lebih sering

daripada mereka yang tidak religius.

2. Studi menunjukkan bahwa orang dewasa yang lebih tua mengalami

interaksi negatif yang lebih sedikit daripada orang dewasa muda. Selain

itu, karena pengalaman hidup mereka, orang dewasa madya tidak seperti

orang dewasa muda yang mudah marah dalam interaksi negatif.

3. Orang dewasa yang lebih tua memiliki skor agreeableness yang lebih

tinggi dan skor neurotisme yang lebih rendah daripada orang dewasa

muda.

Faktor-faktor di atas menjadi kombinasi yang membuat individu dengan usia

dewasa madya lebih mudah untuk memaafkan orang lain daripada individu

dengan usia dewasa muda.

2.9. Kerangka Berpikir

Secara umun harapan seseorang untuk menikah adalah mendapatkan kebahagiaan

dengan pernikahan yang kekal dan harmonis. Namun kenyataannya harapan-

harapan dalam pernikahan tersebut tidak selalu mudah untuk diwujudkan.

Hambatan dalam mewujudkan harapan muncul ketika permasalahan hadir

ditengah kehidupan pernikahan. Masalah terjadi ketika pasangan melakukan

kesalahan yang sangat mungkin menyebabkan seorang individu merasa sakit hati

(Fincham et al., 2004), permasalahan semacam ini sering juga disebut konflik.

Merosotnya nilai pernikahan, membuat perceraian seringkali dipilih sebagai jalan

keluar bagi pasangan yang menghadapi konflik, khususnya pada masyarakat

Page 63: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

47

Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dengan tercatatnya Indonesia sebagai negara

dengan perceraian tertinggi se-Asia-Pasifik (BKKBN, 2013). Padahal masih ada

jalan lain untuk menemukan resolusi konflik, forgiveness dapat menjadi salah satu

alternatifnya.

Forgiveness adalah rendahnya dorongan seseorang untuk menghindar dan

membalas dendam, dan tingginya dorongan untuk berbuat positif pada pihak yang

telah menyakitinya (McCullough et al., 1997). Pemaafan dalam pernikahan adalah

bentuk perbaikan bagi sebuah hubungan, melepaskan rasa sakit dan marah serta

menyembuhkan luka emosional (Dblasio & Proctor dalam Fincham et al., 2006).

Setidaknya apabila pasangan hendak bercerai pun maka pemaafan akan

membebaskan individu dari beban rasa sakit yang disebabkan oleh pasangannya.

Selain manfaat forgiveness dalam meredam konflik, forgiveness juga

memiliki manfaat lainnya. Agar pasangan menikah memperoleh kebahagiaan,

pasangan perlu menghadirkan forgiveness karena forgiveness dapat meningkatkan

kepuasan pernikahan (Fincham et al., 2006). Forgiveness sangat diperlukan dalam

pernikahan karena dapat menghadirkan perubahan positif, meningkatkan

kesehatan fisik dan mental, mengembalikan sense of personal power dari orang

yang tersakiti, membantu mewujudkan rekonsiliasi antara orang yang tersakiti dan

orang yang menyakiti, dan meningkatkan harapan untuk menemukan solusi dari

konflik dalam hubungan interpersonal (Philpot, 2006). Manfaat forgiveness begitu

banyak sehingga membuatnya penting untuk selalu hadir dalam hubungan

interpersonal apapun, khususnya dalam pernikahan.

Page 64: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

48

Selain mengetahui manfaat dari forgiveness, penting untuk mengetahui

berbagai faktor yang memengaruhi forgiveness dalam pernikahan. Banyak

penelitian yang telah berusaha untuk menjelaskan bagaimana proses forgiveness

itu terjadi dan hal apa saja yang dapat memengaruhinya.

Faktor pertama yang dapat mempermudah seseorang memaafkan pasangan

yaitu kualitas hubungan atau sering juga disebut relationship quality, relation-

determinant, marital quality, atau relationship-level. Menurut Guldner dan

Swensen (1992) kualitas hubungan terdiri dari empat dimensi, yaitu trust,

intimacy, commitment dan satisfaction. Kemudian McCullough et al. (1998)

merangkum berbagai penelitian dengan hasil dimensi closeness, satisfaction dan

commitment berpengaruh positif terhadap forgiveness. Masing-masing dimensi

menunjukan hubungan sedang sampai kuat terhadap forgiveness.

Faktor kedua, faktor eksternal yang dapat mempercepat proses forgiveness

adalah apology. Rasa percaya pihak yang tersakiti sangat mungkin dikembalikan

apabila dari pihak yang bersalah secara aktif melakukan tindakan apology.

Apology adalah salah satu bentuk altruism untuk membantu menyembuhkan pihak

yang tersakiti. Apology memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap

forgiveness, seseorang lebih mudah memaafkan setelah ia mendengar pengakuan

dari pasangannya (Strang et al., 2014).

Faktor ketiga yang berpengaruh terhadap forgiveness adalah kepribadian.

Secara keseluruhan kepribadian memiliki fungsi sebagai penentu sikap dan

perilaku seseorang, termasuk untuk melakukan forgiveness. Teori kepribadian

oleh Ashton dan Lee (2007) dengan enam dimensi kepribadian yaitu honesty-

Page 65: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

49

humility (H), emotionality (E), extraversion (X), agreeableness (A),

conscientiousness (C), dan openness to experience (O) dipilih karena klasifikasi

kepribadian HEXACO telah dilengkapi dengan dimensi-dimensi yang mengukur

tingkat altursm dan empati seseorang, dimana kedua hal itu memiliki korelasi

terhadap forgiveness.

Ashton et al. tahun 1998 (dalam Neto & Mullet, 2004) menemukan bahwa

kepribadian agreeableness berkorelasi positif dengan forgiveness, sedangkan

emotionality berkorelasi negatif dengan forgiveness. Kemudian Caperton (2008)

telah merangkum penelitian-penelitian yang memeriksa hubungan big five dengan

forgiveness, ditemukan bahwa kepribadian extraversion, openness, dan

conscientiousness tidak memiliki korelasi dengan forgiveness. Kemudian dalam

penelitian Hafnidar (2013) juga diketahui bahwa individu dengan skor

extraversion dan agreeableness yang tinggi memiliki skor forgiveness yang tinggi

pula.

Selain ketiga faktor psikologis tersebut, terdapat pula faktor demografi

yang turut menyumbangkan penjelasan mengenai forgiveness yaitu gender dan

usia. Penelitian Girard dan Mullet (1997) menemukan perbedaan tingkat dan

proses forgiveness berdasarkan usia, hasilnya semakin matang usia sesorang,

forgiveness semakin meningkat sehingga terlihat lebih jelas. Lain halnya yang

diteliti oleh Wade dan Goldman (2006), mereka meninjau forgiveness dengan

gender sebagai prediktornya, kemudian membuktikan bahwa perempuan lebih

dapat menurunkan rasa dendam dibanding laki-laki.

Page 66: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

50

Pembahasan di atas ialah berbagai faktor yang memengaruhi perilaku

seseorang dalam melakukan forgiveness. Selanjutnya, peneliti ingin meneliti

apakah faktor kulaitas hubungan, apology, tipe kepribadian HEXACO, beserta

faktor demografi berupa gender dan usia memiliki pengaruh terhadap forgiveness

dan faktor mana yang memiliki pengaruh paling besar yang memunculkan

forgiveness dalam pernikahan.

Gambar 2.2 Kerangka Berfikir

Apology

Kualitas Hubungan

Trust

Intimacy

Commitment

Satisfaction

Kepribadian

Honesty-Humility

Emotionality

Extraversion

Conscientiousness

Agreeableness

Openness to experience

Faktor Demografi

Gender

Usia

Forgiveness dalam

Pernikahan

Page 67: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

51

2.10. Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat apakah tinggi rendahnya forgiveness

yang merupakan dependent variable bergantung pada tinggi rendahnya skor pada

independent variable yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu kualitas

hubungan, apology, kepribadian, dan faktor demografi.

Bunyi hipotesis mayornya yaitu “ada pengaruh yang signifikan kualitas

hubungan, apology, kepribadian, dan faktor demografi berupa usia dan

gender terhadap forgiveness dalam pernikahan”.

Selanjutnya hipotesis minor penelitian ini adalah:

Ha1: Ada pengaruh signifikan trust terhadap forgiveness dalam pernikahan.

Ha2: Ada pengaruh signifikan intimacy terhadap forgiveness dalam pernikahan.

Ha3: Ada pengaruh signifikan commitment terhadap forgiveness dalam

pernikahan.

Ha4: Ada pengaruh signifikan satisfaction terhadap forgiveness dalam

pernikahan.

Ha5: Ada pengaruh signifikan apology terhadap forgiveness dalam pernikahan.

Ha6: Ada pengaruh signifikan honesty-humility terhadap forgiveness dalam

pernikahan.

Ha7: Ada pengaruh signifikan emotionality terhadap forgiveness dalam

pernikahan.

Ha8: Ada pengaruh signifikan extraversion terhadap forgiveness dalam

pernikahan.

Page 68: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

52

Ha9: Ada pengaruh signifikan agreeableness terhadap forgiveness dalam

pernikahan.

Ha10: Ada pengaruh signifikan conscientiousness terhadap forgiveness dalam

pernikahan.

Ha11: Ada pengaruh signifikan openness to experience terhadap forgiveness

dalam pernikahan.

Ha12: Ada pengaruh signifikan gender terhadap forgiveness pada dalam

pernikahan.

Ha13: Ada pengaruh signifikan usia terhadap forgiveness pada dalam pernikahan.

Page 69: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

53

BAB 3

METODE PENELITIAN

Bab ini berisi pemaparan tentang populasi dan sampel, variabel penelitian, definisi

operasional variabel, instrumen pengumpulan data, uji validitas konstruk, teknik

analisis data, dan prosedur pengumpulan data.

3.1. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah orang yang telah terikat

pernikahan heteroseksual dengan status ekonomi menengah ke atas (gaji di atas

UMR). Dengan demikian setiap anggota popolasi diharapkan memiliki

pendidikan dan penghasilan yang mencukupi sehingga meminimalisir bias.

Dengan begitu, peneliti dapat melihat lebih jelas pengaruh IV terhadap DV tanpa

adanya bias dari pengaruh sosial ekonomi terhadap DV.

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 200 orang. Responden adalah

perempuan dengan usia minimal 20 tahun dan laki-laki dengan usia minimal 25

tahun. Ini dimaksudkan untuk mendapat respon dari kalangan yang sudah siap

menjalani pernikahan, sesuai dengan usia ideal menikah dari BKKBN.

Pengambilan sampel dilakukan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur.

Pengambilan sampel pada penelitian ini bersifat non probability sampling yang

berarti kemungkinan terpilihnya anggota populasi yang akan menjadi sampel

tidak dapat ditentukan. Lebih spesifik lagi, peneliti menggunakan accidental

sampling dengan cara memilih sampel yang mudah ditemui untuk menjadi

responden, dengan alasan tidak adanya data yang diperoleh mengenai populasi

dan orang yang dipilih betul-betul memiliki kriteria sebagai sampel.

Page 70: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

54

3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel terbagi menjadi dua macam, yaitu variabel terikat (Dependent Variable)

dan variabel bebas (Independent Variable). Dependent variabel dalam penelitian

ini adalah forgiveness dalam pernikahan, dan independent variable penelitian ini

adalah kualitas hubungan yang terdiri dari trust, intimacy, commitment dan

satisfaction, apology, kepribadian yang terdiri dari enam dimensi yaitu honesty-

humility (H), emotionality (E), extraversion (X), agreeableness (A),

conscientiousness (C), dan openness to experience (O) yang biasa disingkat

HEXACO. Selain itu faktor demografi yaitu usia dan gender akan ikut dianaliasis

pengaruhnya terhadap forgiveness dalam pernikahan.

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan pada suatu

variabel atau konstruk dengan cara memberikan arti, menspesifikasikan kegiatan,

atau memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstruk

atas variabel tersebut. Definisi operasional dari variabel-variabel yang terdapat

dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Dependent Variabel : Forgiveness dalam pernikahan

Definisi operasional : Forgiveness dalam penelitian ini adalah

peningkatan motivasi prososial setelah terjadi konflik dalam pernikahan

seseorang. Forgiveness ditandai dengan rendahnya keinginan membalas

dendam (retaliation ) dan menjauhi pasangan (avoidance), serta tingginya

keinginan untuk memperbaiki hubungan (benevolence).

Page 71: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

55

2. Independent Variabel : Kualitas hubungan

Definisi operasional : Kualitas hubungan adalah persepsi individu

mengenai seberapa baik interaksi suami istri dalam pernikahannya yang

terlihat dari dimensi-dimensi yang menentukannya, yaitu:

a. Trust adalah harapan dan keyakinan individu pada kebaikan

pasangannya yang membuat komunikasi keduanya lancar sehingga

jauh dari perasaan curiga.

b. Intimacy adalah kedekatan emosional yang didapat dari pikiran dan

perasaan yang saling dibagi sehingga timbul saling pengertian.

c. Commitment adalah harapan dan usaha untuk menjaga

keberlangsungan hubungan untuk selamanya yang ditandai dengan

kesetian.

d. Satisfaction adalah sejauhmana terpenuhinya harapan pernikahan

sehingga timbul perasaan puas terhadap pernikahan.

3. Independent Variabel : Apology

Definisi operasional : Apology yang dimaksud peneliti adalah permintaan

maaf dari pasangan karena telah menyakiti individu. Pengukuran

dilakukan dengan melihat respon individu dalam melaporkan apology

yang dilakukan oleh pasangannya saat atau sesudah berkonflik. Skor

diukur dengan melihat lima aspek dari apology yaitu pengungkapan

penyesalan, mau bertanggung jawab, melakukan perbaikan, berjanji tidak

mengulangi lagi dan meminta maaf.

Page 72: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

56

4. Independent Variabel : Tipe kepribadian HEXACO

Definisi operasional : Tipe kepribadian HEXACO merupakan

pengembangan dan pembaharuan dari Big Five Factor Model. Ashton dan

Lee (2004) telah mengembangkan klasifikasi kepribadian dalam enam

kategori berikut ini:

a. Honesty-Humility adalah karakteristik yang cenderung untuk saling

menolong, tulus, adil dan mudah bekerjasama.

b. Emotionality adalah karakteristik yang cenderung merasa takut, cemas,

ketergantungan dan sentimentil namun dapat berempati dan mudah

dekat dengan orang lain.

c. Extraversion adalah karakteristik yang cenderung mampu menyatakan

apa yang dia rasakan, percaya diri, dan pandai bersosialisasi.

d. Agreeableness adalah karakteristik yang cenderung untuk memaafkan,

toleran terhadap orang lain, fleksibel dan tidak agresif dalam

bekerjasama.

e. Conscientiousness adalah karakteristik yang cenderung terorganisir,

tekun, perfeksionis, dan memiliki orientasi terhadap tugas / pencapaian.

f. Openness to Experience adalah karakteristik yang cenderung kreatif,

inovatif, imajinatif serta menyukai seni dan hal-hal yang baru.

5. Independent Variabel : Variabel demografi berupa Gender dan Usia

Definisi operasional : Gender yang dimaksud adalah jenis kelamin

individu yaitu laki-laki atau perempuan. Kemudian usia individu akan

digolongkan pada dewasa muda atau dewasa madya.

Page 73: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

57

3.3. Instrumen Penelitian

Bagian pertama yang wajib dimiliki instrumen penelitian adalah pengantar dan

inform concent. Pengantar berisi mengenai penjelasan identitas peneliti dan

maksud dari penelitian, sedangkan inform conscent berisi mengenai data diri

sampel dan tanda tangan sebagai tanda kesediaannya menjadi responden dalam

penelitian ini. Selanjutnya, terdapat empat alat ukur untuk mengukur variabel

forgiveness, kualitas hubungan, apology dan kepribadian.

Peneliti menggunakan skala model likert. Model ini terdiri dari pernyataan

positif (favorable) dan pernyataan negatif (unfavorable). Dalam penelitian ini

terdapat empat skala pengukuran yang terdiri dari beberapa item yang dilengkapi

dengan empat pilihan jawaban, yaitu ‘Sangat Setuju’ (SS), ‘Setuju’ (S), ‘Tidak

Setuju’ (TS), ‘Sangat Tidak Setuju’ (STS). Peneliti memilih untuk menghilangkan

pilihan netral untuk menghindari terjadinya pemusatan (central tendency).

Keempat skala pengukuran berikut terdiri dari dua kategori yaitu

pernyataan/item favorable dan unfavorable. Seluruh respon dari item ini diskoring

dengan bobot nilai SS = 4, S = 3, TS = 2, dan STS = 1 untuk pernyataan favorable

dan sebaliknya untuk penyataan unfavorable.

Intrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari empat alat

ukur. Adapun empat skala yang peneliti maksud yaitu:

1. Skala Pengukuran Forgiveness

Dalam penelitian ini bentuk alat ukur yang digunakan peneliti

mengadaptasi dari Marital Forgiveness Scale Revised yang dibuat oleh

Fincham, Beach dan Davila (2013). Skala ini disajikan dalam bentuk item-

Page 74: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

58

item berupa pernyataan yang dapat diisi sendiri tanpa bantuan wawancara.

Dalam skala ini variabel forgiveness dibagi dalam tiga dimensi, masing-

masing dimensi diukur dengan tiga item.

Tabel 3.1

Blueprint Skala Forgiveness

*Aturan pepenilpenilaian: karena forgiveness ditandai dengan tingginya

skor benevolence dan rendahnya skor avoidance dan retaliation, maka

item 1,3,4,5,6, dan 8 akan dinilai selayaknya item unfovorable.

2. Skala Pengukuran Kualitas Hubungan

Dalam penelitian ini peneliti membuat skala pengukuran berdasarkan

definisi dan dimensi-dimensi kualitas hubungan oleh Guldner dan

Swensen (1995). Dalam skala ini variabel kualitas hubungan dibagi dalam

empat dimensi, masing-masing dimensi diukur dengan lima item.

Dimensi

Forgiveness Indikator

Item

Favorable Unfavorable

Retaliation Penuh rasa dendam dan

keinginan membalas - 3,6,8

Avoidance

Menghindar atau

menarik diri

(withdrawal)

- 1,4,5

Benevolence Bersikap positif 2,7,9 -

Jumlah 9

Page 75: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

59

Tabel 3.2

Blueprint Skala Kualitas Hubungan

3. Skala Pengukuran Apology

Dalam penelitian ini peneliti membuat skala pengukuran berdasarkan

definisi dan dimensi-dimensi apology oleh Chapman dan Thomas (2006).

Dimensi

Kualitas

Hubungan

Indikator

Item

Favorable Unfavorable

Trust - Berharap dan yakin akan

kebaikan dan kejujuran

pasangan

- Mau terbuka tentang perasaan

dan keinginannya

13, 19, 5 2, 9

Intimacy - Dekat secara emosional

sehingga menimbulkan

kenyamanan dan saling

memahami

- Memiliki waktu untuk berbagi

pikiran dan perasaan

3, 10, 18 7, 14

Commitment - Usaha dan dedikasi untuk

mempertahankan pernikahan

- Setia dengan pasangan

1, 12, 17,

20 6

Satisfaction - Terwujudnya harapan

- Merasa puas pada pasanganya 4, 16 8, 11, 15

Jumlah 20

Page 76: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

60

Dalam skala ini variabel apology memiliki lima aspek, masing-masing

aspek diukur dengan dua item.

Tabel 3.3

Blueprint Skala Apology

4. Skala Pengukuran Kepribadian

Dalam penelitian ini bentuk alat ukur yang digunakan peneliti

mengadaptasi dari HEXACO-PI-R yang dibuat oleh Ashton dan Lee

(2007). Terdapat enam dimensi yang masing-masing diukur dengan

sepuluh item.

Dimensi Apology Indikator

Item

Favorable Unfavorable

Ungkapan

penyesalan

Pasangan

mengekspresikan

penyesalan

1 6

Kemauan

bertanggung jawab

Pasangan melakukan

tanggung jawab dengan

sungguh-sungguh

2 7

Melakukan

perbaikan

Pasangan melakukan

perbaikan 3 8

Berjanji tidak

mengulangi

Tidak mengulangi lagi /

benar-benar bertobat 4 9

Meminta maaf Meminta maaf dan

menampilkan

kerendahan hati

5 10

Jumlah 10

Page 77: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

61

Tabel 3.4

Blueprint Skala Kepribadian

Dimensi Indikator Item

Favorable Unfavorable

Honesty-Humility Tulus

Adil

Greed-Avoidance

Sederhana

6, 54

36

18

30

12, 60

42

24, 48

Emotionality Penakut

Pencemas

Ketergantungan

Sentimentil

5, 29

11

17

23, 47

53

35

41

59

Extraversion Berjiwa Sosial

Pandai Bergaul

Aktif

Berani

4

34, 58

16, 40

22

28, 52

10

46

Agreeableness Pemaaf

Lembut

Fleksibel

Sabar

3, 27

33, 51

39

45

9

15, 57

21

Conscientiousness Terorganisir

Rajin

Perfeksionis

Bijaksana

2

8

38, 50

26

32

14

20, 44, 56

Openness to

Experience

Mengapresiasi Seni

Ingin Tahu

Kreatif

Tidak Kuno

25

7

13

43

1

31

37, 49

19, 55

Jumlah 60

Page 78: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

62

3.4. Uji Validitas Konstruk

Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan CFA (Confirmatory Factor Analysis). Dalam CFA (Confirmatory

Factor Analysis), peneliti harus memiliki gambaran yang spesifik mengenai (a)

jumlah faktor, (b) variabel yang mencerminkan suatu faktor, dan (c) faktor-faktor

yang saling berkorelasi.

Tahapan dalam CFA diawali dengan merumuskan model teoritis

(hipotesis) tentang pengukuran variabel laten, kemudian model tersebut diuji

kebenarannya secara statistik menggunakan data. CFA lebih tepat digunakan pada

pengujian teori karena (a) langsung menguji teori dan (b) tingkat fit pada model

dapat diukur dalam berbagai cara. Adapun logika dasar dari CFA adalah sebagai

berikut:

1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang

didefinisikan secara operasional sehingga dapat disusun suatu pertanyaan

atau pernyataan untuk mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor,

sedangkan pengukuran terhadap faktor ini dilakukan melalui analisis

terhadap respon (jawaban atas item-itemnya).

2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja atau memberi

informasi tentang faktor tersebut saja atau dengan kata lain bersifat

unidimensional. Sebagai contoh, suatu konstruk psikologis yang disebut

kemampuan berpikir analogis.

3. Berdasarkan model unidimensional. Pada butir diatas, dapat disusun untuk

sehimpunan persamaan matematis. Persamaan tersebut dapat digunakan

Page 79: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

63

untuk memprediksi (dengan menggunakan data yang tersedia) matriks

korelasi antar item (yang seharusnya diperoleh), jika korelasi antar item

tersebut (unidimensional) benar. Matriks korelasi ini dinamakan sigma

(∑). Kemudian, matriks ini akan dibandingkan dengan matriks korelasi

yang diperoleh secara empiris dari data (disebut matriks S). Jika teori

tersebut benar (unidimensional), maka seharusnya tidak ada perbedaan

yang signifikan antara elemen matriks ∑ dengan elemen matriks S. secara

matematis dapat dituliskan: S - ∑ = 0.

4. Pernyataan matematis inilah yang dijadikan hipotesis nihil yang akan

dianalisis menggunakan CFA. Dalam hal ini, dilakukan uji signifikansi

dengan Chi-square. Jika Chi-square yang dihasilkan tidak signifikan (nilai

p > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nilai yang

menyatakan: “tidak ada perbedaan antara matriks S dan ∑” adalah tidak

ditolak (diterima). Artinya, teori yang menyatakan bahwa seluruh item

mengukur hanya satu faktor, dapat diterima kebenarannya (didukung oleh

data). Sebaliknya, jika nilai Chi-square yang diperoleh signifikan, maka

hipotesis nihil S - ∑ = 0 ditolak. Artinya, teori tersebut tidak didukung

oleh data (ditolak). Dengan kata lain, analisis faktor konfirmatori dalam

hal ini adalah pengujian terhadap hipotesis nihil (Ho) : S - ∑ = 0. Artinya,

tidak ada perbedaan antara matriks korelasi yang diperoleh dari hasil

observasi.

5. Jika teori diterima (model fit), langkah selanjutnya adalah menguji

hipotesis tentang signifikan tidaknya masing-masing item dalam

Page 80: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

64

mengukur apa yang hendak diukur. Uji hipotesis ini dilakukan dengan t-

test. Jika nilai t signifikan, berarti item yang bersangkutan adalah

signifikan dalam mengukur apa yang hendak diukur. Dengan cara seperti

ini, dapat dinilai butir item mana yang valid dan yang tidak valid didalam

konteks validitas konstruk.

6. Kemudian akan ditentukan item yang di-drop. Item harus di-drop jika

memiliki t-value -1,96 ≤ t ≤ 1,96, karena itu menandakan bahwa item tidak

valid. Item yang memiliki koefisien muatan faktor negatif juga di-drop

karena mengukur hal yang berlawanan dengan konsep yang didefinisikan.

Item dapat juga di-drop jika residualnya (kesalahan pengukuran)

berkorelasi dengan banyak residual item yang lainnya, karena item

tersebut mengukur juga hal lain selain konstruk yang hendak diukur.

Adapun pengujian analisis CFA seperti ini dilakukan dengan

menggunakan software LISREL 8.70 (Joreskog & Sorbom, 1999). Uji validitas

tiap alat ukur akan dipaparkan pada sub bab berikut.

3.4.1. Uji Validitas Konstruk Forgiveness

Peneliti menguji apakah sembilan item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur forgiveness. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan

dengan model satu faktor ternyata tidak fit, dengan Chi–Square = 228,02 ; df =27,

P-value = 0,00000, RMSEA = 0,193. Oleh karena itu, peneliti melakukan

modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item

dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti pada

gambar dibawah ini:

Page 81: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

65

Gambar 3.1 Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Forgiveness

Berdasarkan gambar 3.1, terlihat Chi–Square = 26,52 ; df = 18 ; P-value =

0,08840 ; RMSEA = 0,049. Nilai Chi–Square menghasilkan P-value > 0,05 (tidak

signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat

diterima di mana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu forgiveness. Untuk

variabel berikutnya path diagram dicantumkan pada lampiran.

Peneliti selanjutnya akan melihat apakah item tersebut mengukur faktor

yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu

di-drop atau tidak. Jika ada item yang harus di-drop artinya item tersebut tidak

ikut serta dianalisis. Pengujiannya dilakukan dengan langkah-langkah berikut :

1. Melihat hipotesis setiap item signifikian (t < -1,96 atau t > 1,96) atau tidak

signifikan (-1,96 ≤ t ≤ 1,96). Jika tidak signifikan maka item tersebut akan

di-drop karena secara statistik tidak memberikan informasi yang

bermakna.

2. Item harus memiliki muatan faktor yang positif. Jika negatif maka item

tersebut akan di-drop karena mengukur hal yang berlawanan dengan

konsep penelitian.

Page 82: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

66

3. Terakhir, untuk men-drop sebuah item dapat dilakukan dengan melihat

jumlah korelasi kesalahannya. Jika korelasi kesalahan item lebih besar dari

lima (>5), maka item tersebut akan di-drop. Hal ini dilakukan karena item

tersebut juga mengukur hal lain selain konstruk yang hendak diukur.

Hasilnya dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut:

Tabel 3.5

Muatan Faktor Item Forgiveness

No. Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

1 0,84 0,08 10,89 V

2 0,39 0,07 5,37 V

3 0,17 0,07 2,47 V

4 0,67 0,07 9,70 V

5 0,74 0,07 10,37 V

6 0,88 0,07 11,96 V

7 0,33 0,07 4,79 V

8 0,41 0,07 5,49 V

9 0,25 0,07 3,67 V

Keterangan: Tanda V = Signifikan (t > 1,96) ; X = Tidak Signifikan

Dari tabel 3.5 dapat kita lihat bahwa seluruh item signifikan (t >1,96) dan

semua koefisien bermuatan positif. Dengan demikian tidak perlu ada item yang

di-drop.

3.4.2. Uji Validitas Konstruk Kualitas Hubungan

1. Trust

Peneliti menguji apakah lima item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar

hanya mengukur trust. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model

satu faktor ternyata tidak fit, dengan Chi–Square = 28,69 ; df = 5; P-value =

0,00003; RMSEA = 0,154. Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi

terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan

Page 83: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

67

berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi–Square =

6,94; df = 3; P-value = 0,07370; RMSEA = 0,081. Nilai Chi–Square

menghasilkan P-value > 0,05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu

faktor (unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item mengukur satu faktor

saja yaitu trust.

Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut

perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilai-t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.6 berikut:

Tabel 3.6

Muatan Faktor Item Trust

No. Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

2 0,47 0,08 6,09 V

5 0,86 0,07 13,04 V

9 0,21 0,08 2,82 V

13 0,84 0,07 12,70 V

19 0,64 0,07 9,45 V

Keterangan: Tanda V = Signifikan (t > 1,96) ; X = Tidak Signifikan

Dari tabel 3.6 dapat kita lihat bahwa seluruh item signifikan (t >1,96) dan

semua koefisien bermuatan positif. Dengan demikian tidak perlu ada item yang

di-drop.

2. Intimacy

Peneliti menguji apakah lima item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar

hanya mengukur intimacy. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan

model satu faktor ternyata tidak fit, dengan Chi–Square = 38,17; df =3, P-value =

Page 84: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

68

0,00000, RMSEA = 0,183. Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi

terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan

berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model dengan Chi–Square = 4,48;

df = 3; P-value = 0,21445; RMSEA = 0,50. Nilai Chi–Square menghasilkan P-

value > 0,05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor

(unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item mengukur satu faktor saja

yaitu intimacy.

Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut

perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilai-t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.7 berikut:

Tabel 3.7

Muatan Faktor Item Intimacy

No. Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

3 0,75 0,07 10,48 V

7 0,72 0,07 9,90 V

10 0,68 0,07 9,30 V

14 0,61 0,08 8,20 V

18 0,54 0,08 6,95 V

Keterangan: Tanda V = Signifikan (t > 1,96) ; X = Tidak Signifikan

Dari tabel 3.7 dapat kita lihat bahwa seluruh item signifikan (t >1,96) dan

semua koefisien bermuatan positif. Dengan demikian tidak perlu ada item yang

di-drop.

3. Commitment

Peneliti menguji apakah lima item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar

hanya mengukur commitment. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan

Page 85: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

69

dengan model satu faktor ternyata model langsung fit, dengan Chi–Square = 8,63

; df =5, P-value = 0,12477, RMSEA = 0,060. Nilai Chi–Square menghasilkan P-

value > 0,05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor

(unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item mengukur satu faktor saja

yaitu commitment.

Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut

perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilai-t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.8 berikut:

Tabel 3.8

Muatan Faktor Item Commitment

No. Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

1 0,71 0,07 10,41 V

6 0,30 0,08 3,98 V

12 0,74 0,07 11,03 V

17 0,71 0,07 10,44 V

20 0,76 0,07 11,46 V

Keterangan: Tanda V = Signifikan (t > 1,96) ; X = Tidak Signifikan

Dari tabel 3.8 dapat kita lihat bahwa seluruh item signifikan (t >1,96) dan

semua koefisien bermuatan positif. Dengan demikian tidak perlu ada item yang

di-drop.

4. Satisfaction

Peneliti menguji apakah lima item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar

hanya mengukur satisfaction. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan

dengan model satu faktor ternyata tidak fit, dengan Chi–Square = 242,40 ; df =5;

P-value = 0,00000; RMSEA = 0,488. Oleh karena itu, peneliti melakukan

Page 86: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

70

modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item

dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi–

Square = 9,14 ; df = 4; P-value = 0,05763, RMSEA = 0,080. Nilai Chi–Square

menghasilkan P-value > 0,05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu

faktor (unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item mengukur satu faktor

saja yaitu satisfaction.

Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut

perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilai-t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.9 berikut:

Tabel 3.9

Muatan Faktor Item Satisfaction

No. Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

4 0,78 0,07 11,43 V

8 0,80 0,07 11,65 V

11 0,30 0,08 3,97 V

15 -0,30 0,08 -3,97 V

16 0,69 0,07 9,99 V

Keterangan: Tanda V = Signifikan (t > 1,96) ; X = Tidak Signifikan

Dari tabel 3.9 dapat kita lihat bahwa seluruh item signifikan (t >1,96) dan

ada empat item dengan koefisien bermuatan positif. Namun untuk item 15 karena

muatannya negatif maka dapat dikatakan item ini mengukur hal yang berlawanan

dengan konsep yang didefinisikan. Dengan demikian item 15 perlu di-drop.

3.4.3. Uji Validitas Konstruk Apology

Peneliti menguji apakah sepuluh item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur apology. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan

Page 87: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

71

dengan model satu faktor ternyata tidak fit, dengan Chi–Square = 432,82 ; df =35,

P-value = 0,00000, RMSEA = 0,239. Oleh karena itu, peneliti melakukan

modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item

dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi–

Square = 24,03 ; df = 6; P-value = 0,08889; RMSEA = 0,050. Nilai Chi–Square

menghasilkan P-value > 0,05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu

faktor (unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item mengukur satu faktor

saja yaitu apology.

Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut

perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilai-t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.10 berikut:

Tabel 3.10

Muatan Faktor Item Apology

No. Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

1 0,11 0,07 1,51 X

2 0,63 0,08 7,68 V

3 0,56 0,07 7,87 V

4 0,57 0,07 8,39 V

5 0,45 0,07 6,46 V

6 0,70 0,07 10,59 V

7 0,79 0,07 11,86 V

8 0,77 0,07 11,50 V

9 0,66 0,07 9,48 V

10 0,69 0,07 10,13 V

Keterangan: Tanda V = Signifikan (t > 1,96) ; X = Tidak Signifikan

Dari tabel 3.10 dapat kita lihat bahwa terdapat sembilan item yang

signifikan (t >1,96) dan semua koefisien bermuatan positif. Namun pada item 1

nilai t < 1,96 sehingga item 1 perlu di-drop.

Page 88: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

72

3.4.4. Uji Validitas Konstruk Kepribadian

1. Honesty-humility

Peneliti menguji apakah sepuluh item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur honesty-humility. Dari hasil awal analisis CFA yang

dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit, dengan Chi–Square =

137,62 ; df = 35, P-value = 0,00000, RMSEA = 0,121. Oleh karena itu, peneliti

melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada

beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit

dengan Chi–Square = 40,81 ; df = 29 ; P-value = 0,07152 ; RMSEA = 0,045.

Nilai Chi–Square menghasilkan P-value > 0,05 (tidak signifikan), yang artinya

model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item

mengukur satu faktor saja yaitu honesty-humility.

Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut

perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilai-t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.11 berikut:

Tabel 3.11

Muatan Faktor Item Honesty-Humility No. Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

6 0,21 0,07 3,11 V

12 0,91 0,06 14,59 V

15 -0,05 0,07 -0,72 X

24 0,56 0,07 8,49 V

30 0,54 0,07 7,40 V

36 0,39 0,07 5,90 V

42 0,48 0,07 6,96 V

45 0,61 0,07 8,43 V

54 0,41 0,07 4,58 V

60 0,78 0,06 12,38 V

Keterangan: Tanda V = Signifikan (t > 1,96) ; X = Tidak Signifikan

Page 89: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

73

Dari tabel 3.11 dapat kita lihat bahwa terdapat sembilan item yang

signifikan (t >1,96) dan sembilan item yang memiliki koefisien bermuatan positif.

Namun pada item 15 nilai t < 1,96 dan muatan koefisiennya negatif sehingga item

15 perlu di-drop.

2. Emotionality

Peneliti menguji apakah sepuluh item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur emotionality. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan

dengan model satu faktor ternyata tidak fit, dengan Chi–Square = 134,52 ; df =35;

P-value = 0,00000; RMSEA = 0,120. Oleh karena itu, peneliti melakukan

modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item

dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi–

Square = 38,91 ; df = 31; P-value = 0,15561; RMSEA = 0,036. Nilai Chi–Square

menghasilkan P-value > 0,05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu

faktor (unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item mengukur satu faktor

saja yaitu emotionality.

Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut

perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilai-t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.12 berikut:

Page 90: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

74

Tabel 3.12

Muatan Faktor Item Emotionality

No. Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

5 0,45 0,08 5,40 V

11 0,23 0,09 2,68 V

17 0,38 0,08 4,55 V

23 0,18 0,09 2,06 V

29 0,71 0,09 8,23 V

35 -0,19 0,09 -2,22 V

41 -0,15 0,09 -1,73 X

47 0,60 0,08 7,11 V

53 0,12 0,09 1,43 X

59 -0,13 0,09 -1,48 X

Keterangan: Tanda V = Signifikan (t > 1,96) ; X = Tidak Signifikan

Dari tabel 3.12 dapat kita lihat bahwa terdapat tujuh item yang signifikan

(t >1,96) dan tujuh item yang memiliki koefisien bermuatan positif. Namun pada

item 53 nilai t < 1,96; pada item 35 muatan koefisiennya negatif; pada item 41 dan

59 nilai t < 1,96 dan muatan koefisiennya negatif sehingga keempat item ini perlu

di-drop.

3. Extraversion

Peneliti menguji apakah sepuluh item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur extraversion. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan

dengan model satu faktor ternyata tidak fit, dengan Chi–Square = 208,54 ; df = 35

; P-value = 0,00000 ; RMSEA = 0,158. Oleh karena itu, peneliti melakukan

modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item

dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi–

Square = 33,68 ; df = 22 ; P-value = 0,05294 ; RMSEA = 0,052. Nilai Chi–

Square menghasilkan P-value > 0,05 (tidak signifikan), yang artinya model

dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item

mengukur satu faktor saja yaitu extraversion.

Page 91: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

75

Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut

perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilai-t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.13 berikut:

Tabel 3.13

Muatan Faktor Item Extraversion

No. Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

4 0,45 0,08 5,64 V

10 -0,52 0,08 -6,73 V

16 0,23 0,08 2,93 V

22 0,72 0,07 9,91 V

28 0,45 0,08 5,65 V

34 0,30 0,08 3,56 V

40 0,22 0,08 2,65 V

46 0,20 0,09 2,25 V

52 0,47 0,08 5,71 V

58 0,53 0,08 6,68 V

Keterangan: Tanda V = Signifikan (t > 1,96) ; X = Tidak Signifikan

Dari tabel 3.13 dapat kita lihat bahwa seluruh item signifikan (t >1,96) dan

ada sembilan item dengan koefisien bermuatan positif. Namun untuk item sepuluh

karena muatannya negatif maka dapat dikatakan item ini mengukur hal yang

berlawanan dengan konsep yang didefinisikan. Dengan demikian item sepuluh

perlu di-drop.

4. Agreeableness

Peneliti menguji apakah sepuluh item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur agreeableness. Dari hasil awal analisis CFA yang

dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit, dengan Chi–Square =

141,12 ; df =35 ; P-value = 0,00000 ; RMSEA = 0,123. Oleh karena itu, peneliti

melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada

Page 92: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

76

beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit

dengan Chi–Square = 36,91 ; df = 28 ; P-value = 0,12093 ; RMSEA = 0,040.

Nilai Chi–Square menghasilkan P-value > 0,05 (tidak signifikan), yang artinya

model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item

mengukur satu faktor saja yaitu agreeableness.

Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut

perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilai-t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.14 berikut:

Tabel 3.14

Muatan Faktor Item Agreeableness

No. Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

3 0,46 0,08 5,80 V

9 0,13 0,07 1,92 X

15 0,20 0,07 2,79 V

21 0,15 0,07 2,19 V

27 0,83 0,11 7,78 V

33 0,39 0,08 5,09 V

39 0,19 0,07 2,68 V

45 0,30 0,07 4,13 V

51 0,78 0,12 6,27 V

57 0,33 0,08 4,05 V

Keterangan: Tanda V = Signifikan (t > 1,96) ; X = Tidak Signifikan

Dari tabel 3.14 dapat kita lihat bahwa terdapat sembilan item yang

signifikan (t >1,96) dan seluruh item yang memiliki koefisien bermuatan positif.

Namun pada item 9 nilai t < 1,96 sehingga item 9 perlu di-drop.

5. Conscientiousness

Peneliti menguji apakah sepuluh item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur conscientiousness. Dari hasil awal analisis CFA yang

Page 93: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

77

dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit, dengan Chi–Square =

114,66 ; df =35 ; P-value = 0,00000, RMSEA = 0,107. Oleh karena itu, peneliti

melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada

beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit

dengan Chi–Square = 38,47 ; df = 26 ; P-value = 0,05477 ; RMSEA = 0,049.

Nilai Chi–Square menghasilkan P-value > 0,05 (tidak signifikan), yang artinya

model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item

mengukur satu faktor saja yaitu conscientiousness.

Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut

perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilai-t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.15 berikut:

Tabel 3.15

Muatan Faktor Item Conscientiousness

No. Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

2 0,39 0,08 4,93 V

8 0,45 0,09 5,23 V

14 0,58 0,08 7,66 V

20 0,66 0,08 8,64 V

26 0,56 0,08 7,14 V

32 0,15 0,08 1,83 X

38 0,33 0,08 4,04 V

44 0,52 0,08 6,96 V

50 0,19 0,08 2,38 V

57 0,20 0,09 2,28 V

Keterangan: Tanda V = Signifikan (t > 1,96) ; X = Tidak Signifikan

Dari tabel 3.15 dapat kita lihat bahwa terdapat sembilan item yang

signifikan (t >1,96) dan seluruh item yang memiliki koefisien bermuatan positif.

Namun pada item 32 nilai t < 1,96 sehingga item 32 perlu di-drop.

Page 94: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

78

6. Openness to Experience

Peneliti menguji apakah sepuluh item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur openness to experience. Dari hasil awal analisis CFA yang

dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit, dengan Chi–Square =

98,07; df =35, P-value = 0,00000; RMSEA = 0,095. Oleh karena itu, peneliti

melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada

beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit

dengan Chi–Square = 39,91 ; df = 31 ; P-value = 0,13119 ; RMSEA = 0,038.

Nilai Chi–Square menghasilkan P-value > 0,05 (tidak signifikan), yang artinya

model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item

mengukur satu faktor saja yaitu openness to experience.

Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikansi item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut

perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilai-t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.16 berikut:

Tabel 3.16

Muatan Faktor Item Openness to Experience

No. Item Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

1 0,51 0,08 6,70 V

7 0,49 0,08 6,03 V

13 0,48 0,08 6,00 V

19 0,38 0,08 4,56 V

25 0,16 0,08 1,92 X

31 0,53 0,08 7,05 V

37 -0,42 0,08 -5,26 V

43 0,04 0,08 0,50 X

49 0,54 0,08 7,13 V

57 0,49 0,08 6,08 V

Keterangan: Tanda V = Signifikan (t > 1,96) ; X = Tidak Signifikan

Page 95: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

79

Dari tabel 3.16 dapat kita lihat bahwa terdapat delapan item yang

signifikan (t >1,96) dan sembilan item yang memiliki koefisien bermuatan positif.

Namun pada item 25 dan 43 nilai t < 1,96; pada item 37 muatan koefisiennya

negatif sehingga ketiga item ini perlu di-drop.

3.5. Teknik Analisis Data

Untuk melihat pengaruh variabel-variabel independen terhadap forgiveness,

peneliti menggunakan analisis regresi berganda (multiple regression analysis).

Pengolahan data dilakukan dengan analisa data secara statistik sebagai cara untuk

mengetahui pengaruh variabel bebas (independent variabel) yaitu: kualitas

hubungan (trust, intimacy, commitment dan satisfaction), apology, kepribadian

(honesty-humility, emotionality, extraversion, agreeableness, conscientiousness,

dan openness to experience), gender dan usia terhadap variabel terikat (dependent

variabel) yaitu forgiveness. Ada empat tahap yang akan dilakukan untuk melihat

pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat (Pedhazur, 1997). Berikut ini

adalah tahapannya:

1. Peneliti menghintung konstan (a, , , …, dari persamaan regresi

Y = a + + + … + . Dengan begitu, peneliti dapat

menggunakan variabel-variabel untuk memprediksi Y partisipan.

Dalam hal ini hipotesis yang akan diukur, peneliti menggunakan teknis

analisis multiple regression atau analisis regresi berganda, dengan rumus:

y = a + b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+b7X7+b8X8+b9X9+ b10X10+ b11X11+b12X12+ b13X13+e

Page 96: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

80

Keterangan:

y = forgiveness

a = konstan, intercept

b = koefisien regresi

X1 = trust

X2 = intimacy

X3 = commitment

X4 = satisfaction

X5 = apology

X6 = honesty-humulity

X7 = emotionality

X8 = extraversion

X9 = agreeableness

X10 = conscientiousness

X11 = opennes to experience

X12 = gender

X13 = usia

e = residu (Hal yang memengaruhi DV diluar dari IV)

2. Peneliti akan menghitung proporsi varians dari forgiveness yang dapat

dijelaskan oleh variabel-variabel independen yang peneliti teliti, yaitu

.

3. peneliti akan menguji signifikansi dari hasil yang didapat. Jadi peneliti

dapat mengetahui apakah regresi dari forgiveness atas 13 variabel

signifikan secara statistik. Peneliti juga dapat mengetahui apakah

koefisien regresi (b) dari persamaan regresi secara statistik berbeda dari

nol. Terakhir, peneliti dapat menentukan relativitas pentingnya masing-

masing variabel independen dalam menjelaskan forgiveness.

4. Menilai apakah model regresi yang dihasilkan merupakan model yang

paling sesuai (memiliki error terkecil), dibutuhkan beberapa pengujian

dan analisis.

Page 97: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

81

a. R² (RSquare, Koefisien Determinasi Berganda)

Melalui regresi berganda ini akan diperoleh nilai R², yaitu nilai pengaruh

kualitas hubungan (trust, intimacy, commitment, satisfaction), apology,

kepribadian (honesty-humility, emotionality, extraversion, agreeableness,

conscientiousness, dan openness to experience) serta gender dan usia

terhadap forgiveness. R² digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh

independent variable (X) terhadap dependent variable (Y) atau merupakan

perkiraan proporsi varians dari IV. Untuk mendapatkan R², akan dilakukan

perhitungan dengan sistem komputerisasi menggunakan SPSS 19.0.

b. Uji F

Untuk membuktikan signifikansi regresi Y pada X maka digunakan uji F.

Berdasarkan hasil uji F, maka dapat dilihat pengaruh IV terhadap DV.

Untuk membuktikan hal tersebut dilakukan uji F dengan sistem

komputerisasi menggunakan SPSS 19.0.

c. Uji T

Uji t digunakan untuk melihat signifikansi pengaruh yang diberikan

independent variable (X) terhadap dependent variable (Y) secara sendiri-

sendiri atau parsial. Uji t ini digunakan untuk menguji kontribusi yang

diberikan sebuah independent variable terhadap dependent variable.

Penghitungan skor faktor pada tiap variabel tidak menjumlahkan item-item

seperti pada umumnya, tetapi dihitung dengan menggunakan maximum

likelihood, skor ini disebut true score. Item-item yang dianalisis oleh

maximum likelihood adalah item yang bermuatan positif dan signifikan.

Page 98: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

82

Adapun true score yang dihasilkan oleh maximum likelihood satuannya

berbentuk Zscore. Untuk menghilangkan bilangan negatif dari Zscore, semua

skor ditransformasi ke skala T yang semuanya positif dengan menetapkan

harga mean = 50 dan standar deviasi = 15. Langkah selanjutnya adalah

melakukan proses komputerisasi melalui formula Tscore = 50 + (15.z). Hasil

uji t ini akan diperoleh dari hasil regresi yang akan dilakukan oleh peneliti

dengan menggunakan SPSS 19.0.

3.6. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap

pengolahan data. Berikut penjelasannya:

1. Tahap Persiapan

a. Peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti.

b. Peneliti menentukan variabel yang akan diteliti dan melakukan studi

pustaka untuk mendapatkan landasan teori yang sesuai dengan variabel

dalam penelitian.

c. Peneliti menentukan subjek penelitian.

d. Peneliti mempersiapkan alat pengumpulan data dengan menenetukan dan

menyusun alat ukur atau instrument penelitian yang akan digunakan.

Dalam penelitian ini terdapat empat skala yaitu skala kualitas hubungan,

apology¸kepribadian dan forgiveness.

Page 99: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

83

2. Tahap Pelaksanaan

a. Peneliti memperbanyak kuesioner penelitian untuk dibagikan kepada 250

orang yang sudah menikah dan memenuhi karakteristik populasi

penelitian.

b. Peneliti mempersiapan reward bagi responden yang berpartisipas. Reward

dalam penelitian ini adalah leaflet (terlampir).

c. Pengambilan data dilakukan pada 22 September 2014 hingga 10 Oktober

2014. Peneliti datang ke kantor-kantor kelurahan, ke sekolah dan

perumahan untuk menemui langsung responden dan memberikan

kuisioner. Ada juga instansi yang meminta agar kuesioner dan reward

hanya diserahkan dan diambil pada beberapa hari kemudian.

3. Tahap Pengolahan Data

a. Peneliti menyebar kuesioner sebanyak 250 rangkap, dengan mengunakan

teknik accidental sampling. Namun beberapa rangkap kuesioner tidak

kembali pada peneliti, ada juga yang tidak lengkap pada bagian pengisian

skala dan faktor demografi yang hendak dianalisis, sehingga hanya

diperoleh 200 rangkap kuesioner yang dianggap sudah layak untuk tahap

berikutnya.

b. Peneliti melakukan skoring dengan membuat tabulasi terhadap hasil

jawaban responden.

c. Peneliti menganalisa jawaban responden dengan uji validitas konstruk

(CFA) terlebih dahulu, lalu dilanjutkan dengan analisis statistik multiple

regression untuk menguji hipotesis.

Page 100: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

84

4. Tahap Penulisan Laporan

a. Peneliti menjabarkan hasil uji validitas konstruk

b. Peneliti menjabarkan hasil analisis data

c. Peneliti membuat kesimpulan, diskusi dan saran.

Page 101: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

85

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini, akan diuraikan mengenai karakteristik responden penelitian,

deskripsi data, analisis data dan hasilnya.

4.1 Karakteristik Responden Penelitian

Dalam sub bab ini dibahas mengenai karakteristik responden penelitian

berdasarkan beberapa kriteria, yaitu usia, jenis kelamin, penghasilan, pekerjaan

serta pendidikan responden. Responden dalam penelitian ini adalah 200 orang

dengan status menikah yang berada di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur.

Berikut ini adalah tabel yang dapat menjelaskan karakteristik responden pada

penelitian ini:

Tabel 4.1

Tabel Karakteristik Responden

Kriteria Jumlah Persentase (%)

Gender Laki-laki 119 59.5

Perempuan 81 40.5

Usia Dewasa Muda 103 51.5

Dewasa Madya 97 48.5

Pekerjaan

PNS 25 12.5

Pegawai Swasta 109 54.5

Wiraswasta 30 15.0

Lain-lain 36 18.0

Penghasilan

2,5 juta – 3,5 juta 82 41.0

3,5 juta – 7 juta 64 32.0

Lebih dari 7 juta 54 27.0

Pendidikan

SMA 56 28.0

S1 116 58.0

S2 26 13.0

S3 2 1.0

Page 102: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

86

Tabel 4.1 menginformasikan banyak hal, berdasarkan kriteria gender dapat

diketahui bahwa dari total 200 responden yang digunakan, ada 119 orang atau

59.5 % adalah laki-laki, sisanya yaitu 81 orang atau 40.5 % adalah perempuan.

Kemudian berdasarkan kriteria usia dapat diketahui lebih banyak responden

dengan kriteria usia dewasa muda yaitu 103 orang atau 51.5 %.

Selanjutnya, berdasarkan pekerjaan diketahui mayoritas responden bekerja

sebagai pegawai swasta yaitu sebanyak 109 orang atau 54.5%. Selain itu

berdasarkan penghasilan, sebanyak 82 orang atau 41.0% responden yang

berpenghasilan 2,5 juta-3,5 juta dengan tingkat pendidikan terbanyak adalah S1

yaitu 116 orang atau 58.0%. Maka dapat disimpulkan bahwa responden dalam

penelitian ini termasuk dalam golongan pendidikan dan penghasilan menengah ke

atas. Dengan karakteristik seperti ini, diharapkan hasil yang didapat terhindar dari

bias sosial ekonomi.

4.2 Hasil Analisis Deskriptif

Hasil analisis deskriptif adalah hasil yang memberikan gambaran data penelitian.

Dalam hasil analisis deskriptif ini akan disajikan minimum, maksimum, mean dan

standar deviasi variabel serta kategorisasi tinggi dan rendahnya skor variabel

penelitian. Berikut ini adalah tabel 4.2 yang berisi analisis deskriptif yang didapat

dari output SPSS:

Page 103: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

87

Tabel 4.2

Descriptive Statistics

Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Trust 200 17.55 69.69 50.0000 13.62555

Intimacy 200 11.29 71.22 50.0000 13.04412

Commitment 200 8.27 65.09 50.0000 12.67067

Satisfaction 200 13.66 69.82 50.0000 12.76932

Apology 200 14.48 78.64 50.0000 13.75950

Honesty 200 1.48 75.19 50.0000 13.23327

Emotionality 200 25.11 81.23 50.0000 11.55018

Extraversion 200 16.03 84.01 50.0000 12.34149

Agreeableness 200 -1.53 105.86 50.0000 15.00000

Conscientiousness 200 20.47 84.80 50.0000 12.41406

Openness 200 19.99 89.61 50.0000 11.84384

Gender 200 1.00 2.00 1.6500 .54680

Usia 200 1.00 2.00 1.4850 .50103

Forgiveness 200 8.41 75.23 50.0000 13.67109

Valid N (listwise) 200

Berdasarkan penjelasan pada Bab 3, nilai mean dalam penelitian ini

ditetapkan sebesar 50 dengan Standar Deviasi (SD) sebesar 15. Pada tabel 4.2

diketahui bahwa variabel trust memiliki nilai minimum 17.55; nilai maksimum

69.69; mean 50.0000 dan SD = 13.62555. Dan seterusnya untuk membaca

informasi pada variabel lainnya. Kemudian dari informasi ini dapat dijabarkan

mengenai katagorisasi variabel.

4.3 Kategorisasi Hasil Penelitian

Kategorisasi variabel bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-

kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan

atribut yang diukur. Kontinum jenjang ini contohnya adalah dari rendah ke tinggi

yang akan peneliti gunakan dalam kategorisasi variabel penelitian. Sebelum

mengkategorisasikan skor masing-masing variabel berdasarkan tingkat rendah dan

tinggi, peneliti terlebih dahulu menetapkan norma dari skor dengan menggunakan

Page 104: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

88

nilai mean dan standar deviasi pada tabel sebelumnya dan berlaku pada semua

variabel. Adapun norma skor tersebut dapat digambarkan dalam tabel 4.3 di

bawah ini :

Tabel 4.3

Norma Skor Kategorisasi

Kategori Rumus

Rendah X < M

Tinggi X ≥M

Uraian mengenai gambaran kategorisasi skor masing-masing variabel

penelitian disajikan pada tabel 4.4 sebagai berikut:

Tabel 4.4

Kategorisasi Skor Variabel Penelitian

* Total Frequency 200

Variabel Katagorisasi Frequency Precent

Trust Rendah 109 54.5

Tinggi 91 45.5

Intimacy Rendah 103 51.5

Tinggi 97 48.5

Commitment Rendah 93 46.5

Tinggi 107 53.5

Satisfaction Rendah 105 52.5

Tinggi 95 47.5

Apology Rendah 113 56.5

Tinggi 87 43.5

Honesty-humility Rendah 83 41.5

Tinggi 117 58.5

Emotionality Rendah 93 46.5

Tinggi 107 53.5

Extraversion Rendah 87 43.5

Tinggi 113 56.5

Agreeableness Rendah 95 47.5

Tinggi 105 52.5

Conscientiousness Rendah 95 47.5

Tinggi 105 52.5

Openness Rendah 99 49.5

Tinggi 101 50.5

Forgiveness Rendah 84 42.0

Tinggi 116 58.0

Page 105: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

89

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa pada pada variabel pertama

yaitu trust sebanyak 109 subjek (54.5%) termasuk pada kategori rendah dan 91

subjek (45.5%) termasuk pada kategori tinggi. Kedua, pada variabel intimacy

sebanyak 103 subjek (51.5%) termasuk pada kategori rendah dan 97 subjek

(48.5%) termasuk pada kategori tinggi. Ketiga, pada variabel commitment

sebanyak 93 subjek (46.5%) termasuk pada kategori rendah dan 107 subjek

(53.5%) termasuk pada kategori tinggi. Keempat, pada variabel satisfaction

sebanyak 105 subjek (52.5%) termasuk pada kategori rendah dan 95 subjek

(47.5%) termasuk pada kategori tinggi. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa

mayoritas subjek dalam penelitian ini memiliki skor trust, intimacy dan

satisfaction yang rendah, serta commitment yang tinggi. Artinya lebih banyak

subjek yang merasa hubungan mereka memiliki tingkat percaya, kedekatan dan

kepuasan yang masih rendah, namun komitmen tetap terjaga.

Selanjutnya kelima, pada variabel apology sebanyak 113 subjek (56.5%)

termasuk pada kategori rendah dan 87 subjek (43.5%) termasuk pada kategori

tinggi. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa mayoritas subjek dalam

penelitian ini memiliki skor apology yang rendah. Artinya lebih banyak subjek

yang merasa bahwa pasangannya tidak pernah / tidak lengkap dalam melakukan

permintaan maaf.

Keenam, pada variabel honesty-humility sebanyak 83 subjek (41.5%)

termasuk pada kategori rendah dan 117 subjek (58.5%) termasuk pada kategori

tinggi. Ketujuh, pada variabel emotionality sebanyak 93 subjek (46.5%) termasuk

pada kategori rendah dan 107 subjek (53.5%) termasuk pada kategori tinggi.

Page 106: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

90

Kedelapan, pada variabel extraversion sebanyak 87 subjek (43.4%) termasuk

pada kategori rendah dan 113 subjek (56.5%) termasuk pada kategori tinggi.

kesembilan, pada variabel agreeableness sebanyak 95 subjek (47.5%) termasuk

pada kategori rendah dan 105 subjek (52.5%) termasuk pada kategori tinggi.

Kesepuluh, pada variabel conscientiousness sebanyak 95 subjek (47.5%)

termasuk pada kategori rendah dan 105 subjek (52.5%) termasuk pada kategori

tinggi. Kesebelas, pada variabel openness to experience sebanyak 99 subjek

(49.5%) termasuk pada kategori rendah dan 101 subjek (50.5%) termasuk pada

kategori tinggi. Dengan demikian dapat terlihat bahwa mayoritas subjek dalam

penelitian inii memiliki skor tinggi untuk keenam variabel kepribadian HEXACO.

Terakhir diperoleh hasil persentase variabel forgiveness sebanyak 84

subjek (42%) pada kategori rendah dan 116 subjek (58%) pada kategori tinggi.

Dengan demikian, dari hasil sebaran pada variabel forgiveness paling banyak

berada pada kategori tinggi. Artinya subjek dalam penelitian ini termasuk dalam

orang yang bisa melakukan pemaafan khususnya dalam pernikahan.

4.4 Uji Hipotesis Penelitian

4.4.1 Uji regresi berganda

Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis penelitian dengan teknik analisis

regresi berganda yang penghitungannya dibantu oleh software SPSS 19.0. Seperti

yang sudah disebutkan pada BAB 3, dalam regresi ada tiga hal yang dilihat yaitu,

melihat besaran R-square untuk mengetahui berapa persen (%) varians pada DV

yang dijelaskan oleh IV, kedua apakah IV berpengaruh signifikan terhadap DV,

Page 107: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

91

kemudian terakhir melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-

masing IV.

Langkah pertama peneliti menganalisis besaran R-square untuk

mengetahui berapa persen (%) varians pada DV yang dijelaskan oleh IV. Untuk

tabel R-square, dapat dilihat sebagai berikut:

Predictors: (Constant), Trust, intimacy, commitment, satisfaction, apology, honesty-humility,

Emotionality, extraversion, agreeableness, conscientiousness, dan openness to experience serta

gender dan usia

Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa perolehan R-square sebesar 0.418.

Artinya proporsi varians dari forgiveness yang dijelaskan oleh semua variabel

independen adalah sebesar 41.8%, sedangkan 58.2% sisanya dipengaruhi oleh

variabel lain di luar penelitian ini. Langkah kedua penguji menganalisis dampak

dari seluruh IV terhadap forgiveness. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel

4.6 berikut :

Tabel 4.6

Tabel Anova

Model Sum Of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 15561.210 13 1197.016 10.293 .000a

Residual 21631.611 186 116.299

Total 37192.821 199

a. Predictors: (Constant), Trust, intimacy, commitment, satisfaction, apology, honesty-humility,

Emotionality, extraversion, agreeableness, conscientiousness, dan openness to experience serta

gender dan usia

b. Dependent Variable: forgiveness

Tabel 4.5

Model Summary

Model R RSquare Adjusted Rsquare Std. Error Of The Estimate

1 .647a .418 .378 10.78420

Page 108: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

92

Jika melihat kolom signifikansi (p<0.05), maka hipotesis nihil yang

menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan seluruh variabel independen

terhadap forgiveness ditolak (H0 = ditolak). Artinya ada pengaruh yang signifikan

trust, intimacy, commitment, satisfaction, apology, honesty-humility, emotionality,

extraversion, agreeableness, conscientiousness, dan openness to experience serta

gender dan usia terhadap forgiveness.

Langkah ketiga adalah melihat koefisien regresi tiap independen variabel.

Jika p<0.05 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti bahwa IV

tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap forgiveness. Adapun

penyajiannya ditampilkan pada tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7

Koefisien Regresi

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 6.001 6.778 .885 .377

Trust -.085 .078 -.084 -1.085 .279

Intimacy .113 .109 .108 1.037 .301

Commitment .058 .093 .054 .623 .534

Satisfaction* .322 .104 .301 3.095 .002

Apology* .151 .072 .152 2.081 .039

Honesty .130 .079 .126 1.643 .102

Emotionality -.097 .073 -.082 -1.333 .184

Extraversion* .154 .073 .139 2.118 .035

Agreeableness -.006 .060 -.006 -.095 .925

Conscientiousness .000 .079 .000 -.006 .995

Opennestoexperience .094 .074 .081 1.268 .206

Gender -1.763 1.473 -.070 -1.197 .233

Usia 2.312 1.582 .085 1.462 .146

Dependent Variable: forgiveness

Keterangan : * = signifikan

Page 109: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

93

Dari tabel 4.7 dapat diketahui signifikansi pengaruh masing-masing

variabel bebas terhadap forgiveness dalam pernikahan. Berikut penjelasan dari

nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masing-masing variabel bebas:

1. Variabel Trust

Diperoleh nilai koefisien regresi negatif sebesar -0.084 dengan signifikansi

0.279 (p>0.05), hasil perhitungan ini menunjukan bahwa trust tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap forgiveness dalam pernikahan.

2. Variabel Intimacy

Diperoleh nilai koefisien regresi positif sebesar 0.108 dengan signifikansi

0.301 (p>0.05 hasil perhitungan ini menunjukan bahwa intimacy tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap forgiveness dalam pernikahan.

3. Variabel Commitment

Diperoleh nilai koefisien regresi positif sebesar 0.054 dengan signifikansi

0.534 (p>0.05), hasil perhitungan ini menunjukan bahwa commitment

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap forgiveness dalam

pernikahan.

4. Variabel Satisfaction

Diperoleh nilai koefisien regresi positif sebesar 0.301 dengan signifikansi

0.002 (p<0.05). Dari hasil tersebut menunjukan bahwa satisfaction

berpengaruh positif signifikan terhadap forgiveness dalam pernikahan.

Artinya, semakin tinggi satisfaction pada orang yang menikah maka

forgiveness mereka semakin tinggi, begitu pula sebaliknya.

Page 110: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

94

5. Variabel Apology

Diperoleh nilai koefisien regresi positif sebesar 0.152 dengan signifikansi

0.039 (p<0.05). Dari hasil tersebut menunjukan bahwa apology

berpengaruh positif signifikan terhadap forgiveness dalam pernikahan.

Artinya, semakin tinggi apology pada orang yang menikah maka

forgiveness mereka semakin tinggi, begitu pula sebaliknya.

6. Variabel Honesty-Humility

Diperoleh nilai koefisien regresi positif sebesar 0.126 dengan signifikansi

0.102 (p>0.05), hasil perhitungan ini menunjukan bahwa honesty-humility

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap forgiveness dalam

pernikahan.

7. Variabel Emotionality

Diperoleh nilai koefisien regresi negatif sebesar -0.082 dengan signifikansi

0.184 (p>0.05), hasil perhitungan ini menunjukan bahwa emotionality

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap forgiveness dalam

pernikahan.

8. Variabel Extraversion

Diperoleh nilai koefisien regresi positif sebesar 0.139 dengan signifikansi

0.035 (p<0.05). Dari hasil tersebut menunjukan bahwa extraversion

berpengaruh positif signifikan terhadap forgiveness. Artinya, semakin

tinggi extraversion pada orang yang menikah maka forgiveness mereka

semakin tinggi, begitu pula sebaliknya.

Page 111: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

95

9. Variabel Agreeableness

Diperoleh nilai koefisien regresi negatif sebesar -0.006 dengan

signifikansi 0.925 (p>0.05), hasil perhitungan ini menunjukan bahwa

agreeableness tidak berpengaruh secara signifikan terhadap forgiveness

dalam pernikahan.

10. Variabel Conscientiousness

Diperoleh nilai koefisien regresi positif sebesar 0.000 dengan signifikansi

0.995 (p>0.05), hasil perhitungan ini menunjukan bahwa

conscientiousness tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

forgiveness dalam pernikahan.

11. Variabel Openness to Experience

Diperoleh nilai koefisien regresi positif sebesar 0.081 dengan signifikansi

0.206 (p>0.05), hasil perhitungan ini menunjukan bahwa openness to

experience tidak berpengaruh secara signifikan terhadap forgiveness dalam

pernikahan.

12. Variabel Gender

Diperoleh nilai koefisien regresi negatif sebesar -0.070 dengan signifikansi

0.233 (p>0.05 hasil perhitungan ini menunjukan bahwa gender tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap forgiveness dalam pernikahan.

13. Variabel Usia

Diperoleh nilai koefisien regresi positif sebesar 0.085 dengan signifikansi

0.146 (p>0.05), hasil perhitungan ini menunjukan bahwa usia tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap forgiveness dalam pernikahan.

Page 112: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

96

Persamaan Regresi Forgiveness

Forgiveness = 9.610 – 0.084 Trust + 0.108 Intimacy + 0.054 Commitment +

0.301* Satisfaction + 0.152* Apology + 0.126 Honesty-Humility

– 0.082 Emotionality + 0.139* Extraversion – 0.006

Agreeableness + 0.000 Conscientiousness + 0.081 Openness to

Experience – 0.070 Gender + 0.085 Usia

Keterangan : * = signifikan

Berdasarkan tabel koefisien regresi dan persamaan regresi di atas, terdapat tiga

variabel yang signifikan pengaruhnya forgiveness dalam pernikahan, yaitu:

1. Satisfaction dengan nilai Beta 0.301

2. Apology dengan nilai Beta 0.152

3. Extraversion dengan nilai Beta 0.139

Kemudian langkah selanjutnya peneliti menguji penambahan proporsi

varians dari tiap variabel bebas. Tujuannya adalah melihat signifikansi sumbangan

dari tiap IV. Untuk analisis lengkapnya dibahas pada sub bab berikut.

4.4.2 Pengujian proporsi varians pada masing-masing variabel independen

Pengujian pada tahapan ini bertujuan untuk melihat apakah signifikan tidaknya

penambahan (incremented) proporsi varians dari tiap IV, yang mana IV tersebut

dianalisis secara satu per satu. Pada tabel kolom pertama adalah IV yang

dianalisis secara satu per satu, kolom ketiga merupakan total penambahan varians

DV dari tiap IV yang dianalisis satu per satu tersebut, kolom keenam merupakan

nilai murni varians DV dari tiap IV yang dimasukkan secara satu per satu, kolom

ketujuh adalah harga f -hitung bagi IV yang bersangkutan, kolom df adalah derajat

bebas bagi IV yang bersangkutan pula, yang terdiri dari numerator dan

Page 113: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

97

denumerator, kolom terakhir adalah kolom Sig. F Change yang fungsinya untuk

mengetahui signifikansinya. Apabila p <0.05 maka IV memiliki sumbangan yang

signifikan. Jika signifikan artinya bahwa penambahan (incremented) proporsi

varians dari IV yang bersangkutan, dampaknya signifikan. Besarnya proporsi

varians pada forgiveness dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut :

Tabel 4.8

Proporsi Varians Masing-Masing Variabel Independen

Model R R

Square

Adjusted

RSquare

Std. Error of the

Estimate

Change Statistics

RSquare

Change F Change df1 df2

Sig. F

Change

1 .349a .122 .118 12.84262 .122 27.503 1 198 .000

2 .517b .267 .260 11.75983 .146 39.141 1 197 .000

3 .518c .268 .257 11.78526 .001 .151 1 196 .698

4 .559d .313 .299 11.44773 .045 12.728 1 195 .000

5 .595e .354 .337 11.13248 .041 12.201 1 194 .001

6 .611f .373 .354 10.98941 .020 6.084 1 193 .015

7 .616g .379 .357 10.96464 .006 1.873 1 192 .173

8 .634h .401 .376 10.79692 .022 7.011 1 191 .009

9 .634i .402 .373 10.82343 .001 .066 1 190 .798

10 .634J .402 .370 10.85160 .000 12.684 1 189 .000

11 .638k .407 .373 10.82780 .005 1.832 1 188 .178

12 .642l .412 .374 10.81692 .005 1.379 1 187 .242

13 .647m .418 .378 10.78420 .006 2.136 1 186 .146

A. Predictors: (Constant), Trust

B. Predictors: (Constant), Trust, Intimacy

C. Predictors: (Constant), Trust, Intimacy, Commitment

D. Predictors: (Constant), Trust, Intimacy, Commitment, Satisfaction

E. Predictors: (Constant), Trust, Intimacy, Commitment, Satisfaction, Apology

F. Predictors: (Constant), Trust, Intimacy, Commitment, Satisfaction, Apology, Honesty

G. Predictors: (Constant), Trust, Intimacy, Commitment, Satisfaction, Apology, Honesty, Emotionality

H. Predictors: (Constant), Trust, Intimacy, Commitment, Satisfaction, Apology, Honesty, Emotionality,

Extraversion

I. Predictors: (Constant), Trust, Intimacy, Commitment, Satisfaction, Apology, Honesty, Emotionality,

Extraversion, Agreeableness

J. Predictors: (Constant), Trust, Intimacy, Commitment, Satisfaction, Apology, Honesty, Emotionality,

Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness

K. Predictors: (Constant), Trust, Intimacy, Commitment, Satisfaction, Apology, Honesty, Emotionality,

Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness, Opennestoexperience

L. Predictors: (Constant), Trust, Intimacy, Commitment, Satisfaction, Apology, Honesty, Emotionality,

Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness , Opennestoexperience, Gender

M. Predictors: (Constant), Trust, Intimacy, Commitment, Satisfaction, Apology, Honesty, Emotionality,

Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness, Opennestoexperience, Gender, Usia

Page 114: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

98

Maka dapat disimpulkan :

1. Variabel trust memberikan sumbangan varians sebesar 12.2% pada

forgiveness. Sumbangan ini signifikan secara statistik dengan nilai sebesar

0.000 (p<0.05).

2. Variabel intimacy memberikan sumbangan varians sebesar 14.6% pada

forgiveness. Sumbangan ini signifikan secara statistik dengan nilai sebesar

0.000 (p<0.05).

3. Variabel commitment memberikan sumbangan varians sebesar 0.1% pada

forgiveness. Sumbangan ini tidak signifikan secara statistik dengan nilai

sebesar 0.698 (p>0.05).

4. Variabel satisfaction memberikan sumbangan varians sebesar 4.5% pada

forgiveness. Sumbangan ini signifikan secara statistik dengan nilai sebesar

0.000 (p<0.05).

5. Variabel apology memberikan sumbangan varians sebesar 4.1% pada

forgiveness. Sumbangan ini signifikan secara statistik dengan nilai sebesar

0.001 (p<0.05).

6. Variabel honesty-humility memberikan sumbangan varians sebesar 2%

pada forgiveness. Sumbangan ini signifikan secara statistik dengan nilai

sebesar 0.015 (p<0.05).

7. Variabel emotionality memberikan sumbangan varians sebesar 0.6% pada

forgiveness. Sumbangan ini tidak signifikan secara statistik dengan nilai

sebesar 0.173 (p>0.05).

Page 115: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

99

8. Variabel extraversion memberikan sumbangan varians sebesar 2.2% pada

forgiveness. Sumbangan ini signifikan secara statistik dengan nilai sebesar

0.009 (p<0.05).

9. Variabel agreeablenesss memberikan sumbangan varians sebesar 0,1%

pada forgiveness. Sumbangan ini tidak signifikan secara statistik dengan

nilai sebesar 0.798 (p>0.05).

10. Variabel conscientiousness memberikan sumbangan varians sebesar 0%

pada forgiveness. Sumbangan ini signifikan secara statistik dengan nilai

sebesar 0.000 (p<0.05).

11. Variabel openness to experience memberikan sumbangan varians sebesar

0.5% pada forgiveness. Sumbangan ini tidak signifikan secara statistik

dengan nilai sebesar 0.178 (p>0.05).

12. Variabel gender memberikan sumbangan varians sebesar 0.5% pada

forgiveness. Sumbangan ini tidak signifikan secara statistik dengan nilai

sebesar 0.242 (p>0.05).

13. Variabel usia memberikan sumbangan sebesar 0.6% pada forgiveness.

Sumbangan ini tidak signifikan secara statistik dengan nilai sebesar 0.146

(p> 0.05).

Jadi dapat disimpulkan bahwa ada 7 variabel yang signifikan berdasarkan

proporsi variansnya yaitu variabel trust, intimacy, satisfaction, apology, honesty-

humility, extravertion, dan conscientiousness, dengan variabel intimacy yang

memberikan sumbangan terbesar terhadap forgiveness dalam pernikahan.

Page 116: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

100

BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

Pada bab ini, peneliti akan memaparkan secara lebih lanjut mengenai hasil

penelitian yang dilakukan. Dalam bab ini akan dimuat kesimpulan, diskusi dan

saran.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa

hipotesis mayor dalam penelitian ini diterima. Artinya ada pengaruh yang

signifikan antara kualitas hubungan (trust, intimacy, commitment dan

satisfaction), apology, kepribadian (honesty-humility, emotionality, extraversion,

agreeableness, conscientiousness, dan openness to experience), variabel

demografis (gender dan usia) terhadap forgiveness dalam pernikahan. Besar

kontribusi yang diberikan IV secara keseluruhan terhadap DV adalah 41,8%.

Kemudian pada hipotesis minor, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

dari 13 variabel bebas yang diuji pengaruhnya terhadap forgiveness dalam

pernikahan, hanya ada tiga variabel yang pengaruhnya signifikan. Dimensi

satisfaction dari kualitas hubungan, apology dan dimensi extraversion dari

kepribadian HEXACO memiliki nilai koefisien regresi yang signifikan.

Meskipun hanya tiga variabel yang dinyatakan signifikan pengaruhnya

terhadap forgiveness dalam pernikahan, ada beberapa variabel lain yang memiliki

sumbangan pengaruh yang signifikan berdasarkan proporsi varians yaitu trust,

intimacy, honesty-humility, dan conscientiousness. Variabel-variabel tersebut

Page 117: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

101

memiliki sumbangan varians yang berbeda-beda dalam pengaruhnya terhadap

forgiveness dalam pernikahan, dimana sumbangan varians terbesar didapat dari

dimensi intimacy pada variabel kualitas hubungan.

5.2 Diskusi

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan membuktikan bahwa ada pengaruh

yang signifikan antara IV terhadap DV. Kemudian diketahui juga bahwa variabel

satisfaction, apology dan extraversion berpengaruh signifikan terhadap

forgiveness dalam pernikahan. Pengaruh ketiga variabel tersebut adalah pengaruh

dengan arah positif, artinya semakin tinggi skor satisfaction, apology dan

extraversion seseorang maka semakin tinggi pula skor forgiveness yang dimiliki

orang tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian, dimensi dari kualitas hubungan yaitu

satisfaction memiliki pengaruh yang signifikan terhadap forgiveness dengan arah

yang positif. Jadi dapat disimpulkan, semakin tinggi tingkat kepuasan seseorang

dalam hubungan pernikahannya maka semakin mudah seseorang melakukan

pemaafan dalam pernikahannya. Sedangkan tiga dimensi lain dari kualitas

hubungan, yaitu trust, intimacy dan commitment tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap forgiveness.

Hasil tersebut sesuai dengan penelitan yang dilakukan oleh Mirzadeh dan

Fallahchai tahun 2012 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan

antara kepuasan pernikahan dengan pemaafan. Seorang yang lebih puas dengan

pernikahannya akan lebih jarang terlibat negative verbal behavior dengan

pasangannya sehingga masalah lebih mudah diatasi. Hubungan antara kepuasan

Page 118: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

102

dan pemaafan terletak pada kecenderungan individu untuk melakukan perbaikan,

kedekatan individu dengan pasangan dan kerjasama yang baik antara mereka

dengan pasangan.

Kualitas hubungan khususnya kepuasan sangat berpengaruh terhadap

forgiveness, setidakhnya terdapat tujuh alasan yang menyebabkan seseorang

memaafkan karena pengaruh kualitas hubungan yang dimilikinya. Tujuh alasan

itu adalah individu merasa harus mempertahankan hubungannya dengan orang

yang berarti dalam hidup, memiliki orientasi jangka panjang yang memotivasi

untuk melupakan rasa sakit hati, biasanya minat mereka dapat disatukan dan

memudahkan mendapatkan solusi, orientasi bersama yang meningkatkan

kesediaan untuk melakukan hal yang menyenangkan bagi pasangannya, memiliki

kenangan indah bersama pasangannya, individu merasa konflik yang terjadi

adalah untuk kebaikannya, kemudian dalam hubungan yang berkualitas orang

yang bersalah akan cenderung meminta maaf dan mengungkapkan penyesalan

serta memulihkan hubungan pasca konflik (McCullough et al., 1998).

Selain itu Fincham (2009) juga menyatakan bahwa kepuasan

memengaruhi bagaimana perspektif orang yang tersakiti terhadap kejadian

menyakitkan. Mereka lebih mudah memaafkan karena tidak menghiraukan detail

kejadian menyakitkan yang mereka alami dan cenderung lebih memiliki banyak

kenangan indah bersama pasangan. Maka individu yang merasa puas dengan

hubungan dalam pernikahannya akan cenderung lebih mudah memberikan maaf

kepada pasangannya.

Page 119: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

103

Kemudian penelitian ini juga menunjukan hasil bahwa variabel apology

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap forgiveness dengan arah positif. Jadi

dapat disimpulkan, semakin sering / lengkap pasangan melakukan permintaan

maaf maka semakin mudah seseorang memaafkan pasangannya.

Hal yang sama pentingnya dengan memberikan maaf adalah kemauan

meminta maaf. Seseorang akan sulit memaafkan jika orang yang bersalah tidak

minta maaf dan berupaya memperbaiki kesalahannya. Beberapa penelitian

(Darby, Schlenker & Ohbichi dalam Wardhati & Faturohcman, 2008) menemukan

bahwa meminta maaf sangat efektif dalam mengatasi konflik interpersonal, karena

permintaan maaf merupakan sebuah penyataan tanggung jawab tidak bersyarat

atas kesalahan dan sebuah komitmen untuk memperbaikinya.

Penelitian lain yang menguatkan bahwa apology berpengaruh terhadap

forgiveness adalah penelitian oleh Takaku et al. (2001). Pelaku yang meminta

maaf akan menunjukan sebuah ketulusan dan kemampuan untuk dipercaya

sehingga konflik dengan pasangan lebih mudah terselesaikan. Kemudian

McCullough et al. (1998) juga menjabarkan sebuah mekanisme dari pemaafan,

proses memaafkan akan lebih cepat jika pelaku melakukan pengakuan dan

permintaan maaf ditambah lagi apabila hubungan yang dijalani menemukan

kepuasan.

Selanjutnya, hasil penelitian ini menemukan variabel dari kepribadian

yaitu extraversion memiliki pengaruh yang signifikan terhadap forgiveness

dengan arah positif. Jadi dapat disimpulkan, semakin tinggi skor kepribadian

terbuka pada seseorang maka semakin mudah seseorang melakukan pemaafan

Page 120: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

104

dalam pernikahannya. Sedangkan lima dimensi lain dari variabel kepribadian

HEXACO, yaitu honesty-humility, emotionality, agreeableness,

conscientiousness, dan opennes to experience tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap forgiveness.

Pengaruh extraversion terhadap forgiveness ini sejalan dengan beberapa

penelitian yang mengkorelasikan kepribadian dengan forgiveness. Pada penelitian

McCullough, Bellah, Kilptrick dan Johnson (2001) diketahui bahwa kepribadian

extrversion tidak memiliki kecenderungan untuk menyimpan rasa dendam.

Kemudian dalam penelitian Hafnidar (2013) juga diketahui bahwa individu

dengan skor extraversion tinggi memiliki skor forgiveness yang tinggi pula.

Individu dengan skor extraversion tinggi berarti memiliki kepribadian yang

hangat dan emosi yang positif.

Extraversion memiliki ciri pribadi yang ramah, hangat dan asertif

(Friedman & Schustack, 2008) serta cenderung penuh kasih sayang, senang

berbicara, dan menyenangkan (Feist & Feist, 2010). Karakter-karakter yang

dimiliki oleh seorang extraversion cenderung mempermudahnya untuk

memaafkan dan melepas rasa dendam.

Hal itu juga dikarenakan dalam kepribadian extraversion terdapat sikap

empati maka individu yang memiliki kepribadian extraversion dapat memahami

dan melihat sudut pandang orang lain yang berbeda dari sudut pandang diri

sendiri dan mencoba untuk mengerti faktor apa saja yang melatarbelakangi

perilaku seseorang. Termasuk memahami dan memaklumi perbuatan yang

Page 121: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

105

menyakitkan oleh pasangannya mungkin saja diakibatkan salah satunya oleh

kesalahannya juga.

Terakhir pengaruh variabel demografi yaitu gender dan usia, dari hasil

penelitian ini, dapat diketahui perempuan lebih pemaaf daripada laki-laki

kemudian responden yang termasuk kelompok dewasa madya memiliki skor

forgiveness yang lebih tinggi daripada dewasa muda, namun pengaruh ini tidak

signifikan.

Berdasarkan yang telah dijelaskan pada Bab 1 mengenai latar belakang

masalah penelitian ini bahwa dalam sebuah pernikahan sangat diperlukan

forgiveness untuk melepas emosi negatif, menjaga dan mempertahankan

hubungan serta memperbaiki keadaan. Meskipun forgiveness dalam pernikahan

sangat diperlukan namun kenyataannya sulit untuk melakukannya. Penelitian ini

membuktikan bahwa memaafkan bukanlah hal yang mudah karena hampir

setengah responden masih memiliki skor forgiveness yang rendah. Namun

kesulitan untuk memaafkan sebenarnya dapat diatasi dengan meningkatkan

kualitas hubungan, menghargai permintaan maaf pasangan, dan menjadi pribadi

yang lebih terbuka.

Forgiveness dalam penikahan merupakan hasil interaksi yang kompleks.

Beberapa penelitian menunjukkan memaafkan berhubungan dengan kebahagian

psikologis (McCullough et al., 2001), empati (McCullough et al., 1997),

permohonan maaf dan perspective taking (Takaku et al., 2001), atribusi dan

penilaian kekejaman orang yang menyakiti (McCullough et al., 2003). Pada sisi

lain, memaafkan merupakan terapi yang efektif dalam kesejahteraan psikologis,

Page 122: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

106

kesehatan fisik dan intimate relationship yang baik (Fincham et al., 2006). Ketiga

variabel yang signifikan yaitu satisfaction, apology dan extraversion sesuai

dengan penelitian terdahulu, meskipun penelitian terdahulu menyatakan pengaruh

yang signifikan juga ditemukan pada dimensi kualitas hubungan trust, intimacy

dan commitment (McCullough, 1998), kepribadian humility dan emotionality

(Neto & Mullet, 2004), dan pengaruh signifikan dari gender (Wade & Goldman,

2006) dan usia (Girard& Mullet, 1997).

Meskipun tidak signifikan, ada beberapa variabel yang menarik untuk

dibahas karena memiliki perbedaan hasil dengan penelitian terdahulu, yaitu trust

serta kepribadian honesty-humility dan agreeableness. Trust secara positif

signifikan memengaruhi forgiveness (Paleari et al., 2009; Cairns et al., 2005).

Namun pada penelitian ini pengaruh trust justru negatif. Alasan berikut bisa jadi

merupakan alasan yang tepat. Trust adalah keyakinan individu bahwa

pasangannya akan memperlakukannya secara adil dan terhormat (Guldner &

Swensen, 1995). Namun demikian, Leary (dalam Miller, 2012) mengungkapkan

bahwa salah satu faktor yang meningkatkan keterlukaan seseorang akibat tindakan

yang dilakukan oleh pasangan adalah individu itu berharap mendapatkan

perlakuan-perlakuan positif dari pasangannya. Maka bisa dikatakan bahwa

individu yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi merasa sangat terluka ketika

pasangannya berbuat kesalahan kemudian menjadi sulit melakukan pemaafan.

Selanjutnya, variabel dengan hasil menarik yang perlu dikaji kembali

adalah variabel honesty-humility. Secara umum, kejujuran merupakan komponen

penting untuk menjalin komunikasi yang lancar sehingga mempermudah

Page 123: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

107

forgiveness. Namun dalam penelitian ini variabel honesty-humility tidak

memberikan pengaruh yang signifikan. Hal ini mungkin dikarenakan tingkat

kejujuran individu itu sendiri tidak begitu memengaruhi mereka untuk memaafkan

pasangan mereka, yang lebih diperlukan adalah kejujuran pasangan pada diri

individu itu. Bagaimana pasangan membuat pernyataan yang jujur dan terbuka,

akan mempermudah individu memiliki perspektif yang berbeda, yaitu perspektif

dari pasangannya.

Kemudian variabel agreeableness, individu dengan kepribadian

agreeableness lebih mudah melakukan pemaafan (Ashton dalam Neto & Mullet,

2004; Caperton, 2008; Hafnidar, 2013). Dalam konsepnya agreeableness

menggambarkan pribadi yang pemaaf, lembut, fleksibel dan penyabar. Namun

penelitian kali ini menunjukan hasil berbeda, agreeableness memberi pengaruh

negatif terhadap forgiveness. Dalam penelitian ini, agreeableness mengukur sikap

pemaaf pada individu secara umum, artinya dalam berbagai konteks dan setting,

bukan hanya dalam pernikahan. Sedangkan forgiveness dalam pernikahan

merupakan variable dengan konsep memaafkan khusus pada pasangannya.

Individu mungkin menjadi pemaaf pada orang lain, namun tidak pada

pasangannya. Hal ini disebabkan karena rasa sakit yang disebabkan oleh pasangan

lebih sakit daripada luka yang disebabkan orang lain.

Secara umum ketidaksesuaian/perbedaan yang dihasilkan dari penelitian

ini baik dengan hasil penelitian terdahulu maupun dengan asumsi peneliti

mungkin disebabkan oleh prosedur penelitian yang kurang baik, yaitu teknik

pengambilan sampel yang menggunakan teknik accidental sampling dimana

Page 124: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

108

metode pengambilan sampel dengan memilih orang yang mudah dijumpai.

Sehingga, terdapat kemungkinan telah menyamaratakan pengalaman yang sudah

dijalani oleh orang-orang yang telah menikah. Kemudian ketidaksempurnaan

dalam mengadaptasi dan membuat alat ukur yang memungkinkan munculnya

social desirability. Serta kemungkinan sampel yang telah menjawab dengan tidak

serius dan tertutup dalam merespon beberapa pertanyaan. Oleh karena itu, dari

kelemahan-kelemahan tersebut sangat memungkinkan sekali hasil yang diperoleh

tidak sesuai dengan harapan peneliti.

5.3 Saran

Setelah melalui seluruh proses dan penyusunan laporan hasil penelitian, peneliti

menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari penelitian ini. Oleh karena itu,

peneliti membagi saran menjadi dua yaitu saran metodologis dan praktis. Agar

dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya dan masukan bagi

pembaca, pasangan menikah, dan masyarakat umum sehingga dapat mengambil

manfaat dari penelitian ini.

5.3.1 Saran Metodologis

1. Saran bagi penelitian selanjutnya adalah untuk menggunakan teknik

probability sampling agar sampel lebih spesifik dan fokus pada tujuan

penelitian, sehingga mampu mendapatkan gambaran lain yang lebih baik

dari penelitian ini.

2. Pada penelitian ini, sampel yang digunakan adalah 200 orang yang

menikah, untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk lebih

Page 125: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

109

memperbanyak jumlah sampel yang berpartisipasi, agar hasil penelitian

yang dilakukan lebih representatif.

3. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa IV signifikan berpengaruh

terhadap forgiveness dalam pernikahan sebesar 41,8% dan 58,2%

dipengaruhi oleh variabel lainnya di luar dari penelitian ini. Sehingga

saran bagi penelitian selanjutnya, agar menambahkan variabel lain yang

memiliki pengaruh terhadap forgiveness seperti emphaty, attachment,

rumination, religiusitas, cognition, constraint, dan lain sebagainya.

4. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan melakukan pengkajian lebih

dalam pada variabel yang tidak signifikan dalam penelitian ini, antara lain

variabel trust, intimacy, commitment, honesty-humility, emotionality,

agreeableness, consciontiousness, gender dan usia.

5.3.2 Saran Praktis

1. Berdasarkan hasil penelitian ini, ditemukan bahwa dimensi satisfaction

dari kualitas hubungan berpengaruh signifikan terhadap forgiveness dalam

pernikahan. Untuk itu, peneliti menyarankan pada suami maupun istri agar

berusaha meningkatkan kualitas hubungan, terutama kepuasan dalam

pernikahan. Kepuasan dalam pernikahan dapat dibentuk dengan sering

meluangkan waktu bersama untuk saling berbagi cerita dan rekreasi

keluarga, dengan begitu akan banyak memori indah mengenai

kebersamaan dengan pasangan.

Page 126: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

110

2. Selain itu ditemukan juga bahwa variabel apology berpengaruh signifikan

terhadap forgiveness dalam pernikahan. Artinya, individu lebih mudah

memaafkan pasangannya yang meminta maaf. Untuk itu, peneliti

menyarankan pada pasangan menikah agar selalu meminta dan menerima

maaf dari pasangan apabila terjadi konflik dalam rumah tangga. Hampir

seluruh konflik rumah tangga disebabkan oleh kesalahan kedua belah

pihak, namun yang paling penting bukanlah siapa yang paling bersalah,

tapi siapa yang lebih dulu menyadari kesalahannya lalu kemudian

meminta maaf dan memperbaiki keadaan.

3. Terakhir, ditemukan bahwa dimensi extraversion dari kepribadian

HEXACO berpengaruh signifikan terhadap forgiveness dalam pernikahan.

Untuk itu, peneliti menyarankan pada pasangan menikah untuk menjadi

pribadi yang lebih terbuka, sehingga masalah yang ada dalam kehidupan

pernikahan dapat terselesaikan melalui komunikasi yang terjalin baik. Hal

ini bisa dimulai dengan mengenali dan memahami perasaan diri sendiri

kemudian mengungkapkan dan mengekspresikannya pada pasangan.

Selanjutnya mencoba untuk berperilaku ramah dengan menanyakan

perasaan dan aktivitas yang dijalani oleh pasangan.

Page 127: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

111

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, A. (2013). Manajemen konflik antarpribadi pasangan suami istri beda

agama. Tugas akhir. Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro

Semarang.

Alwisol. (2009). Psikologi kepribadian. Malang: UMM Press.

Ashton, M. C., & Lee, K. (2002). Six independent factors of personality variation:

a response to saucier. Europeans journals of personality, 16, 63-75.

Ashton, M. C., & Lee, K. (2007). Empirical, theoretical, and practical advantages

of the HEXACO model of personality structure. Society for Personality and

Social Psychology, 11(2), 150-166.

Badilag / Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama. (2012). Rekapitulasi faktor-

faktor penyebab terjadinya perceraian seluruh indonesia. Dokumen.

Badilag / Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama. (2014). Jumlah perceraian per

tahun seluruh Indonesia. Dokumen.

BKKBN online. (2013). Angka perceraian di Indonesia tertinggi di Asia-Pasifik.

Diambil pada 15 Mei 2014 dalam http://www.bkkbn.go.id/ViewBerita.aspx?

BeritaID=967.

Brehm, Sharon S. (1997). Intimate Relationships. (Second edition). New York :

McGraw Hill Companies.

Cairns, E., Tam, M., Hewstone, T. & Niens. (2005). Forgiveness in Northern Ireland.

Dalam kompilasi jurnal American Psychological Association. (2006).

Forgiveness: A sampling of research results. Washington, DC: Office of

International Affairs.

Caperton, D. (2008). An investigation of the reliability and validity of the caperton

forgiveness styles inventory. Disertasi. Indiana State University.

Chapman, G. & Thomas, J. (2006). The five languages of apology. Chicago:

Northfield Pubishing.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia (4th

edition). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Fazriyati, W. (2013). 13 rahasia seks pasangan menikah. Diambil pada 30 Mei 2014

Page 128: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

112

dalam http://female.kompas.com/read/2013/06/11/11010422/13.Rahasia.Seks.

Pasangan.Menikah

Feeney, J. A. (2011). Hurt feelings in couple relationships: Towards integrative models

of the negative effects of hurtful events. Journal of Social and Personal

Relationship, 21, 487-508.

Feist, J. & Feist, G.J. (2010). Teori kepribadian (7th

edition). Jakarta: Salemba

Humanika.

Fincham F.D., Hall, J.H., & Beach, S.R. (2006). Forgiveness in marriage: current

status and future directions. Family Relations, 55, 415–427.

Fincham, F. D. (2009). Forgiveness: integral to a science of close relationships?. Family

Institute, Florida State University.

Fincham, F. D., Beach, S. R., & Davila, J. (2004). Forgiveness and conflict

resolution in marriage. Journal of Family Psychology, 18, 72-81.

Fincham, F.D., Paleari, G., & Regalia, G. (2002). Forgiveness in marriage: the role

of relationship quality, attributions, and empathy. Personal Relationships, 9,

27-37.

Friedman, H. S. & Schustack, M. W. (2008). Kepribadian: Teori klasik dan riset

model (3th

edition, first book). Jakarta: Erlangga.

Girard, M. & Mullet, E. (1997). Forgiveness in adolesent, young, middle age and

older adult. Journal of Adult Development, 4, 209-220.

Guldner, G. T., & Swensen, C. H. (1995). Time spent together and relationship

quality: Long distance relationship as a test case. Journal of social &

personal relationship, 12, 313-320.

Hafnidar. (2013). The relationship among five factor model of personality,

spirituality, and forgiveness. International Journal of Social Science and

Humanity, 3 (2), 167-170.

Hapsari, E. (2014). Mengapa sering terjadi perselingkuhan. Diambil pada 30 Mei

2014 dalam http://www.republika.co.id/berita/humaira/samara/14/01/22/

mzrv4d-mengapa-banyak-terjadi-perselingkuhan.

Harrington, D. (2009). Confirmatory Factor Analysis. Oxford: University Press.

Helms, H. M & Buehler, C. (2007). Marital quality and personal well-being: A

meta-analysis. Columbia: Journal of Marriage and Family, 69, 576–593.

Page 129: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

113

Hollist, C.S. & Miller, R.B. (2005). Perceptions of attachment style and marital

quality in midlife marriage. Family Relations, 54, 46-57.

Imelda, N. F. (2004). Hubungan antara komitmen perkawinan dengan pemaafan

pada istri yang merasa disakiti. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas

Indonesia.

Kompas.com. (2011). Jujurlah tentang jumlah penghasilan anda. Diambil pada 30

Mei 2014 dalam http://female.kompas.com/read/2011/05/28/23060890/

Jujurlah.tentang.Jumlah. Penghasilan.Anda

Maltby, J., Wood, A.M., Day, L., Kon, T.W., Colley, A. & Linley, P.A. (2008).

Personality predictors of levels of forgiveness two and a half years after the

transgression. Journal of Research in Personality, 42, 1088–1094.

Markman, A. (2012). Why are people more forgiving when they get older?.

Diambil pada 15 Mei 2014 dalam

http://www.psychologytoday.com/blog/ulterior-motives/201204/why-are-

people-more-forgiving-when-they-get-older

McCullough, M. E., Fincham, F. D., & Tsang, J. (2003). Forgiveness, forbearance,

and time: The temporal unfolding of transgression-related interpersonal

motivation. Journal of personality and social psychology, 84, 540-557.

McCullough, M.E., Bellah, C.G., Kilptrick, S.D., & Johnson, J.L. (2001).

Vengefulness: Relationship with forgiveness, rumination, well-being and big

five. Society for personality and social psychology, 27 (5), 601-610.

McCulough, M. E., Rachal, K. C, & Worthington, E. L. (1997). Interpersonal forgiving

in close relationships. Journal of personality and social psychology, 73, 321-336.

McCulough, M. E., Rachal, K. C, Sandage, S. J., Worthington, E. L., Jr., Brown, S. W.,

& Hight, T. L. (1998). Interpersonal forgiving in close relationships II:

Theoretical elaboration and measurement. Journal of Personality and Social

Psychology, 75, 1586-1603.

Mercado, J., Cameron, E., Shekarforoosh, C., & Stratton, L. (2009). Forgiveness in

relation to marital satisfaction. Forgiveness & Marriage. Unpublished research

paper, Weber State University.

Miller, R. S. (2012). Intimate relationships (6th

edition). New York : McGraw Hill

Companies.

Mirzadeh, M. & Fallahchai, R. (2012). The relationship between forgiveness and

Page 130: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

114

marital satisfaction. Journal of Life Science and Biomedicine, 2(6), 278-282.

Mischel, W. (2003). Introduction to personality (7th edition). United States of

America: Lehigh Press.

Neto, F. & Mullet, E. (2004). Personality, self-esteem, and self-construal as

correlates of forgivingness. European Journal of Personality, 18, 15–30.

Paleari, G., Regalia, C., & Fincham, F. D. (2009). Measuring offence-spesific

forgiveness in marriage: The marital offence-specific forgiveness scale (MOFS).

Psychological assessment, 21, 194-209.

Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2008). Human development. (10th

edition,

second book). New York: McGraw-Hill.

Pedhazur, F.J. (1991). Multiple Regression in Behavioral Research: Explanation and

Prediction. USA: Thompson Learning Inc.

Philpot, C. (2006). Intergroup apologies and forgiveness. Thesis. University of

Queensland, Brisbane, Australia. Dalam kompilasi jurnal American

Psychological Association. (2006). Forgiveness: A sampling of research

results. Washington, DC: Office of International Affairs.

Pierce, G. D., Sarason, B., & Nagle. (1997). Assessing the quality of personal

relationship. Journal of personal and social relationship. 14(3), 339-356.

Sadarjoen, S. S. (2009). Empat pilar perkawinan. Diambil pada 30 Mei 2014 dalam

http://female.kompas.com/read/2009/11/16/08330162/empat.pilar.perkawinan

Sari, K. (2004). Forgiveness pada istri sebagai upaya untuk mengembalikan

keutuhan rumah tangga akibat perselingkuhan suami. Skripsi. Fakultas

Psikologi Universitas Indonesia.

Setiawan, D. (2012). Definisi gender. Diambil pada 30 Mei 2014 dalam

http://definisimu.blogspot.com/2012/11/definisi-gender.html

Sondang, E. (2009). Seiya sekata soal uang. Diambil pada 30 Mei 2014 dalam

http://m.tabloidnova.com/Nova/Keluarga/Pasangan/Seiya-Sekata-Soal-Uang

Strang, S., et al. (2014). Neural correlates of receiving an apology and active

forgiveness: An fMRI Study. PLOS ONE 9(2): e87654. doi:10.1371

Strong, B., De Vault, & Cohen (1989). The Marriage and Family Experiences (4th

edition). St Paul: West Publishing Co.

Page 131: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI FORGIVENESS DALAM ... · Forgiveness dalam Pernikahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur´ 6KDODZDW serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

115

Takaku, S., Weiner. B., & Ohbuchi, K. (2001). A cross-cultural examination of the

effects of apology and perspective taking on forgiveness. Journal of

Language and Social Psychology, 20, 144-166.

Turner, J. S. (1996). Encyclopedia of relationship across the lifespan. New York:

Holt Richard & Winston.

Turner, J.S. & Helms, D.B. (1995). Lifespan developmental (5th

edition). New

York : Holt Richard & Winston.

Undang-undang Republik Indonesia. (1974). Undang -Undang Republik Indonesia

Nomor I Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Wade, N. G. & Goldman, D. B. (2006). Sex, group composition, and the efficacy of

group interventions to promote forgiveness. Group Dynamics: Theory,

Research, and Practice, 10 (4), 297-308.

Wade, N. G. & Worthington, E. L. (2005). In search of a common core: a content

analysis of interventions to promote forgiveness. Educational publishing

foundation, 42, 160-177.

Wahyuni, S. (2004). Kontroversi pernikahan beda agama di Indonesia. Artikel.

Wardhati, L. T. & Faturochman.(2008). Psikologi pemaafan. Buletin Psikologi UGM.

Wikipedia. (2014). HEXACO model of personality structure. Diambil pada 15 Mei

2014 dalam http://en.wikipedia.org/wiki/HEXACOmodel_of_personality

structure

Worthington, E.L. (1997). Dimensions of forgiveness. Downers Grove, IL:

InterVarsity Press.