61
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap negara di dunia adalah saling membutuhkan untuk melakukan hubungan perdagangan internasional. Hal ini dikarenakan setiap negara tidak mampu memenuhi semua kebutuhannya sendiri. Maka perdagangan internasional dilakukan dengan tujuan memperoleh barang dan/atau jasa yang tidak dapat dihasilkan didalam negeri, mengimpor teknologi yang lebih modern dari negara lain, memperluas pasar produk-produk dalam negeri, dan memperoleh keuntungan spesialisasi. Perdagangan internasional semakin mudah dilakukan seiring dengan berkembangnya globalisasi, dimana seperti tidak adanya batas antar negara di dunia. Hubungan perdagangan internasional, tidak akan pernah terlepas dari nilai tukar mata uang suatu negara dengan negara lain atau yang biasa dikenal dengan kurs. Perbedaan kurs pada prinsipnya ditentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran mata uang tersebut (Levi, 1996:129). Kurs merupakan salah satu harga penting dalam perekonomian terbuka, karena ditentukan oleh adanya keseimbangan antara permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar. Kurs dapat dijadikan alat untuk mengukur kondisi perekonomian suatu negara. Pertumbuhan nilai mata uang yang stabil menunjukkan bahwa negara tersebut 1

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap negara di dunia adalah saling membutuhkan untuk melakukan

hubungan perdagangan internasional. Hal ini dikarenakan setiap negara tidak

mampu memenuhi semua kebutuhannya sendiri. Maka perdagangan

internasional dilakukan dengan tujuan memperoleh barang dan/atau jasa

yang tidak dapat dihasilkan didalam negeri, mengimpor teknologi yang lebih

modern dari negara lain, memperluas pasar produk-produk dalam negeri, dan

memperoleh keuntungan spesialisasi. Perdagangan internasional semakin

mudah dilakukan seiring dengan berkembangnya globalisasi, dimana seperti

tidak adanya batas antar negara di dunia.

Hubungan perdagangan internasional, tidak akan pernah terlepas dari

nilai tukar mata uang suatu negara dengan negara lain atau yang biasa

dikenal dengan kurs. Perbedaan kurs pada prinsipnya ditentukan oleh

besarnya permintaan dan penawaran mata uang tersebut (Levi, 1996:129).

Kurs merupakan salah satu harga penting dalam perekonomian terbuka,

karena ditentukan oleh adanya keseimbangan antara permintaan dan

penawaran yang terjadi di pasar. Kurs dapat dijadikan alat untuk mengukur

kondisi perekonomian suatu negara. Pertumbuhan nilai mata uang yang

stabil menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki kondisi ekonomi yang

relatif baik atau stabil (Salvator, 1997:10).

Seperti negara-negara lain didunia, Indonesia juga melakukan

hubungan perdagangan dengan negara lain, salah satunya adalah dengan

Negara Jepang. Indonesia-Jepang melakukan hubungan perdagangan baik

dari sektor migas maupun non-migas. Ekspor Indonesia ke Jepang untuk

non-migas, komoditi yang diperdagangkan meliputi hasil-hasil kelautan, bijih

logam, batu bara, kayu, gabus, mesin-mesin listrik, dan alat-alat lainnya.

Sebaliknya, Indonesia mengimpor beberapa komoditas dari Jepang, meliputi

besi dan baja, mesin industri, dan kendaraan bermotor. Setiap tahunnya,

hubungan perdagangan antara kedua negara, mengalami peningkatan

volume. Baik dari sisi ekspor Indonesia ke Jepang maupun Impor Indonesia

1

Page 2: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

dari Jepang. Berikut persentase ekspor Indonesia ke Jepang dan impor

Indonesia dari Jepang berdasarkan total nilai ekspor-impor non migas.

Tabel 1: Hubungan Perdagangan antara Indonesia-Jepang

Sumber: Bank Indonesia, data diolah

Dari tabel diatas terlihat bahwa setiap tahun terjadi peningkatan nilai ekspor

dan impor antara Indonesia dan Jepang. Tentunya, ketika melakukan hubungan

perdagangan terjadi kompleksitas system pembayaran. Kompleksitas sistem

pembayaran dalam perdagangan internasional semakin bertambah tinggi dalam

kondisi perekonomian global. Hal tersebut terjadi akibat makin besarnya volume dan

keanekaragaman barang dan jasa yang diperdagangkan. Oleh karena itu, upaya

untuk meraih manfaat dari globalisasi ekonomi harus didahului upaya untuk

menentukan kurs valas pada tingkat yang menguntungkan. Upaya penentuan kurs

valas menjadi pertimbangan penting bagi negara yang terlibat dalam perdagangan

internasional karena kurs valas berpengaruh besar pada biaya dan manfaat dalam

perdagangan internasional (Sri Isnowati, 2002:1).

Di Indonesia, ada tiga sistem yang dipergunakan dalam kebijakan

nilai tukar rupiah sejak tahun 1971 hingga sekarang. Antara tahun 1971-1978

dianut sistem tukar tetap (fixed exchange rate) dimana nilai rupiah secara

langsung dikaitkan dengan dollar Amerika Serikat (USD). Sejak 15 November

2

Tahun Ekspor (%) Impor (%)

2005 7.9 9.7

2006 8.0 6.6

2007 7.8 6.0

2008 6.4 8.7

2009 11.6 12.5

2010 12.9 15.4

2011 15.1 15.0

2012 17.0 16.7

Page 3: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

1978 sistem nilai tukar diubah menjadi mengambang terkendali (managed

floating exchange rate) dimana nilai tukar rupiah tidak lagi semata-mata

dikaitkan dengan USD. Dengan sistem nilai tukar ini, meskipun diarahkan ke

sistem nilai tukar mengambang bebas tapi Bank Indonesia masih melakukan

pengendalian secara berkala, selektif, dan pada waktu yang tepat. Sistem

yang ketiga dalah sistem nilai tukar mengambang bebas (purely free floating

exchange rate). Sistem nilai tukar ini, kurang efektif jika diterapkan di

Indonesia karena melihat segala dampak dari sistem itu sendiri dan

kondisi/struktur perekonomian Indonesia yang sulit untuk menerapkannya.

Sehingga kemungkinan Bank Indonesia akan bertahan untuk menerapkan

sistem manage floating axchange rate.

Hubungan perdagangan antara dua negara, secara langsung akan

mempengaruhi nilai tukar mata uang antara dua negara yang bersangkutan.

Seiring dengan meningkatnya nilai impor Indonesia, membuat rupiah

mengalami depresiasi. Hal ini dikarenakan semakin tinggi tingkat

pertumbuhan pendapatan (relative terhadap negara lain) makin besar pula

permintaan akan impor sehingga permintaan akan valuta asing juga

mengalami peningkatan. Kurs valuta asing cenderung meningkat dan harga

mata uang sendiri turun. (Nopirin, 1997:148)

Grafik 1: Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah Terhadap Yen

Grafik 2: Fluktuasi Kurs Rupiah Terhadap Dolar Amerika Serikat

3

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

0.002000.004000.006000.008000.00

10000.0012000.0014000.00

Page 4: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

02000400060008000

100001200014000

Sumber: Bank Indonesia, data diolah

Dari grafik 1 dan 2 dapat dijelaskan bahwa selama periode penelitian,

perubahan nilai tukar rupiah terhadap yen lebih fluktuatif dibandingkan

perubahan nilai tukar anatara rupiah dengan dolar AS. Grafik 1 menjelaskan

bahwa semenjak tahun 2007, rupiah terus mengalami depresiasi terhadap

yen. Bahkan mulai tahun 2009, nilai tukar rupiah terhadap yen selalu diatas

Rp 10,000. Jika dihubungkan dengan tabel 1, ekspor-impor Indonesia ke dan

dari Jepang juga menunjukkan peningkatan. Sementara dari grafik 2 dapat

disimpulkan bahwa pada periode yang sama rupiah cenderung stabil

terhadap dolar. Pada periode penelitian tahun 2008 tengah terjadi krisis

global. Hal ini menyebabkan Indonesia juga terkena dampaknya. Pada tahun

tersebut rupiah mengalami depresiasi terhadap bebarapa mata uang negara

lain.

Namun, dalam jangka pendek perubahan dalam nilai tukar baik itu

depresiasi maupun apresiasi dapat disebabkan oleh banyak faktor baik faktor

fundamental maupun non fundamental. Faktor fundamental atau faktor

ekonomi yang dapat mempengaruhi adalah tingkat inflasi, tingkat suku

bunga, jumlah uang beredar, aliran modal yang masuk maupun keluar, posisi

neraca pembayaran internasional Indonesia serta kebijakan-kebijakan

moneter yang dijalankan pemerintah. Sedangkan faktor non fundamental

antara lain faktor psikologis, faktor sosial-politik dan keamanan negara.

Sehubungan dengan fenomena diatas, maka penelitian ini bertujuan

untuk menganalisis bagaimana pengaruh variabel perbedaan suku bunga riil,

4

Page 5: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

inflasi, cadangan devisa, total nilai ekspor dan total nilai impor terhadap

fluktuasi kurs rupiah Indonesia-yen Jepang.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan sebelumnnya dapat ditarik

adanya beberapa permasalahan yang dapat dibahas dan diteliti lebih lanjut.

Masalah-masalah tersebut antara lain:

1. Seberapa besar pengaruh masing-masing variabel dalam mempengaruhi

fluktuasi kurs rupiah terhadap yen?

2. Variabel apakah yang paling dominan mempengaruhi fluktuasi kurs

rupiah terhadap yen?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh variabel perbedaan suku bunga

riil, inflasi, cadangan devisa, total nilai ekspor dan total nilai impor

terhadap fluktuasi kurs rupiah Indonesia-yen Jepang.

2. Untuk mengetahui bariabel yang paling dominan mempengaruhi

perubahan nilai tukar rupiah terhadap yen.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat,

adapun kontribusi penelitian yang ingin dicapai adalah:

1. Manfaat Akademis

a. Output dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah

pemahaman mengenai pengaruh variabel perbedaan suku bunga riil,

inflasi, cadangan devisa, total nilai ekspor dan total nilai impor

terhadap fluktuasi kurs rupiah Indonesia-yen Jepang.

b. Sebagai bahan kajian dan sumbangan pemikiran yang berkaitan

dengan perhitungan seberapa besar pengaruh pengaruh variabel

perbedaan suku bunga riil, inflasi, cadangan devisa, total nilai ekspor

dan total nilai impor terhadap fluktuasi kurs rupiah Indonesia-yen

Jepang.

5

Page 6: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

c. Sebagai bahan bacaan dan referensi bagi peneliti yang selanjutnya

dalam tema yang sama.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti: untuk menumbuhkembangkan sikap kritis peneliti

terhadap pengaruh variabel perbedaan suku bunga riil, inflasi,

cadangan devisa, total nilai ekspor dan total nilai impor terhadap

fluktuasi kurs rupiah Indonesia-yen Jepang.

b. Bagi Lembaga (BI dan pemerintahan): Dapat dijadikan sumber

informasi tambahan untuk menentukan alat intervensi yang paling

tepat dalam menjaga kestabilan nilai tukar rupiah.

BAB II

KAJIAN TEORI

6

Page 7: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

2.1 Landasan Teori

Landasan teori sangat penting digunakan sebagai acuan dalam

melakukan penelitian kuantitatif. Berikut landasan teori yang digunakan

dalam penelitian.

2.1.1 Pengertian Valuta Asing dan Kurs

Valuta asing (valas) atau sering disebut foreign exhange (forex)

adalah mata uang asing dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk

melakukan transaksi ekonomi keuangan internasional dan ada catatan nilai

tukar secara resmi dari bank sentral. Kurs adalah pertukaran antara dua mata

uang yang berbeda, yaitu merupakan perbandingan nilai mata atau harga

antara mata uang tersebut. Nilai tukar biasanya berubah-ubah, dapat berupa

apresiasi maupun depresiasi. Depresiasi mata uang rupiah terhadap yen

berarti menurunnya nilai rupiah terhadap yen Jepang. Deperisi mata uang

negara membuat harga barang-barang domestik menjadi lebih murah bagi

pihak asing. Sedangkan apresiasi mata uang rupiah terhadap yen artinya

kenaikan harga rupiah terhadap yen Jepang. Hal ini akan menyebabkan

harga barang-barang domestik menjadi lebih mahal bagi pihak luar negeri.

Mata uang yang sering digunakan dalam transaksi perdagangan internasional dianggap sebagai mata uang keras (hard currency).

“Hard currency is a currency that freely traded without may restrictions and for which there is usually strong external demand. Hard currencies are often called freely convertible currencies” (Adwin, 2002:2).

Jadi, mata uang tersebut nilainya stabil dan bahkan cenderung

mengalami apresiasi terhadap mata uang negara lain. Pada umumnya mata

uang keras adalah mata uang dari negara-negara kelompok industri maju,

yaitu dollar-Amerika, yen-Jepang, deutchmark-Jerman, poundsterling-Inggris

dan franc-Perancis. Sebaliknya amta uang yang jarang digunakan untuk

transaksi tersebut dianggap sebagai mata uang lemah (soft currency) yang

nilainya relatif tidak stabil bahkan sering mengalami depresiasi terhadap mata

uang negara lain. Umumnya mata uang ini adalah mata uang negara-negara

7

Page 8: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

kelompok negara berkembang. Misalnya rupiah-Indonesia, peso-Filipina,

bath-Thailand.

2.1.2 Teori Paritas Suku Bunga (Interest Rate Parity)

Terdapat beberapa pendapat mengenai pengertian teori paritas suku

bunga menurut beberapa ilmuwan ekonomi, yakni:

1. Paritas suku bunga (interest rate parity) merupakan teori yang paling

dikenal dalam keuangan internasional. Doktrin paritas suku bunga ini

mendasarkan nilai kurs berdasarkan tingkat bunga antar negara yang

bersangkutan. Dalam negara dengan sistem kurs valas bebas, tingkat

bunga domestik (i) cenderung disamakan dengan tingkat bunga luar

negeri (i*) dengan memperhitungkan perkiraan laju depresiasi mata uang

negara yang bersangkutan terhadap negara lain (Baile dan McMohan,

1986:20-26).

2. Interest Rate Parity menyatakan bahwa tingkat bunga relatif menentukan

relativitas antara kurs forward dan kurs spot. Interest Rate Parity (paritas

tingkat suku bunga) menghubungkan tingkat suku bunga domestik dan

luar negeri beserta perubahan nilai tukar yang diharapkan dari nilai mata

uang domestik terhadap mata uang asing (M. Faisal 2001).

3. Perbedaan tingkat suku bunga akan berdampak pada perubahan jumlah

investasi di suatu negara, baik yang berasal dari investor domestik

maupun dari investor asing, khususnya pada jenis investasi portfolio yang

umunya berjangka pendek. Perubahan tingkat suku bunga ini akan

berpengaruh pada perubahan jumlah permintaan dan penawaran di pasar

uang domestik. Apabila dalam suatu negara terjadi peningkatan aliran

modal masuk (capital inflows) dari luar negeri, hal ini menyebabkan

terjadinya perubahan nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap

mata uang asing di pasar valuta asing (Madura, 2000, p. 101).

Maka, dapat disimpulkan bahwa teori paritas suku bunga adalah

hubungan antara tingkat suku bunga domestik dan luar negeri yang dapat

berpengaruh pada nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing.

Hubungan tersebut dijelaskan secara matematik dalam persamaan berikut:

8

Page 9: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

iD = iF – Et+1 – Et

Et

Dimana:

iD = Tingkat suku bunga riil domestik

iF = Tingkat suku bunga riil asing

Et+1 – Et = Ekspektasi apresiasi mata uang domestik

Et

Artinya, tingkat suku bunga riil domestik dipengaruhi oleh tingkat suku

bunga riil asing dikurangi ekspektasi apresiasi mata uang domestik.

Teori paritas suku bunga terdiri dari dua bentuk yaitu paritas suku

bunga tertutup (covered interest rate parity) dan paritas suku bunga tidak

tertutup (uncovered interest rate parity). Paritas Suku Bunga Tertutup

(Covered Interest Rate Parity) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara

kurs spot, kurs forward, dan variabel suku bunga. Paritas suku bunga tertutup

ini menjelaskan hubungan yang erat antara suku bunga dengan pergerakan

kurs spot dan kurs forward mata uang tertentu khususnya mata uang keras

(hard currency) seperti dolar Amerika dan Yen Jepang. Paritas suku bunga

tertutup dipandang sebagai dasar yang lebih relevan untuk menjelaskan kurs

valas.

Paritas Suku Bunga Tidak Tertutup (Uncovered Interest Rate Parity)

juga digunakan untuk menganalisis model kurs valas. Dalam teori paritas

suku bunga tidak tertutup, diasumsikan pasar yang efisien terjadi bila kurs

forward merupakan peramal yang tidak bias untuk nilai kurs spot pada masa

yang akan datang. Selanjutnya, konsep yang akan digunakan adalah konsep

paritas suku bunga tertutup.

Dalam menjelaskan keberlakuan teori paritas suku bunga antar negara,

yang paling mudah adalah melalui investasi internasional khususnya

investasi portofolio. Investor yang akan melakukan kegiatan investasi, pasti

terlebih dahulu akan memperhitungkan Expected Return yang akan

diperoleh, baik investasi domestik maupun asing. Untuk dapat dibandingkan,

maka nilai mata uang harus dikonversi ke dalam salah satu mata uang

misalnya dikonversikan ke dalam Rupiah. Dalam teori paritas suku bunga,

9

Page 10: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

hasil dari perhitungan Expected Return antara deposito domestik dan

deposito asing adalah sama jika risiko valas diabaikan.

Menurut Baillie dan Mc Mahon (1998) ada beberapa asumsi yang

mendasari terciptanya kondisi paritas suku bunga yaitu:

1. Surat berharga dalam dan luar negeri dianggap mempunyai batas waktu

dan resiko identik.

2. Tidak adanya perbedaan dalam pengendalian/pengawasan yang

dilakukan oleh pemerintah terhadap sistem moneter, sistem perpajakan

dan resiko politis.

3. Tidak adanya biaya transaksi dalam valuta asing.

Konsep paritas suku bunga sangat penting karena konsep tersebut

menghubungkan antara kebijakan perubahan suku bunga dengan variabel

kurs yang fluktuasinya dapat mempengaruhi perekonomian. Secara teoritis,

hubungan antara suku bunga dan kurs dapat diuraikan sebagai berikut;

dengan memperhatikan tingkat depresiasi nilai mata uang domestik terhadap

mata uang luar negeri dan suku bunga domestik lebih kecil dari suku bunga

asing, maka akan terjadi pelarian modal ke luar negeri yang pada akhirnya

akan berdampak melemahnya nilai tukar mata uang domestik terhadap mata

uang asing. Demikian juga sebaliknya jika suku bunga domestik lebih tinggi

dari suku bunga asing maka diperkirakan akan menarik arus modal masuk

sehingga akan memperkuat nilai tukar mata uang domestik.

2.1.3 Teori Purchasing Power Parity (PPP)

Teori PPP diperkenalkan oleh Gustav Cassel yang menjelaskan

hubungan antara harga komoditi dalam mata uang domestik (lokal) dengan

dengan nilai tukar. Teori ini menyatakan bahwa nilai tukar akan meyesuaikan

diri dari waktu ke waktu untuk mencerminkan selisih inflasi antara dua

negara, akibat adanya daya beli konsumen untuk membeli produk domestik

akan sama dengan daya beli untuk membeli produk luar negeri. Asumsi

utama yang mendasari teori PPP adalah pasar komoditi merupaka pasar

yang efisien dilihat dari alokasi, operasional, penentuan harga dan informasi.

(Tucker, 1991).

10

Page 11: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

Oleh karena itu, bila indeks harga di kedua negara identik, the law of

one price menjustifikasi teori PPP (Baillie dan McMahon,1990). Artinya bila

produk yang sama dijual pada pasar yang berbeda dan tidak ada hambatan

dalam penjualan maupun biaya transportasi, maka harga produk cenderung

sama pada dua pasar tersebut. Bila kedua pasar tersebut adalah dua negara

berbeda, harga produk biasanya dinyatakan dala mata uang yang berbeda,

namun harga produknya tetap masih sama. Perbandingan harga hanya

memerlukan suatu konversi satu mata uang ke mata uang lain. Teori PPP

dibedakan benjadi dua, yaitu bentuk Absolute dan bentuk Relatif.

Teori PPP Absolute menyatakan bahwa harga dari dua produk

homogen di negara-negara yang berbeda akan sama jika diukur dalam valuta

yang sama. Kurs valuta asing dinyatakan dalam nilai harga kedua negara:

St = Pt / Pt*

Dimana:

St = Kurs spot

Pt dan Pt* = harga rata-rata tertimbang dari komoditi di dua negara.

(* menunjukkan luar negeri).

Dengan kata lain, teori PPP absolute menerangkan kurs spot

ditentukan oleh harga relatif dari sejumlah barang yang sama (ditunjukkan

oleh indeks harga). Dalam kaitannya dengan inflasi (kenaikan harga produk

secara umum) dapat disimpulkan bahwa menurut teori ini suatu negara yang

mata uangnya mengalami tingkat inflasi yang tinggi seharusnya mengurangi

nilai mata uangnya relatif terhadap mata uang negara lain yang tingkat

inflasinya lebih rendah. Sementara itu, teori PPP Relatif mengatakan

persentase perubahan kurs nominal antara dua negara akan sama dengan

persentase peubahan inflasi di antara kedua negara. Dengan kalimat lain,

PPP Relatif menerangkan bahwa harga-harga dan kurs mengalami

perubahan sedemikian rupa sehingga nisbah daya beli domestik dan luar

negeri dari setiap negara tetap bertahan. Apabila dinyatakan dalam konteks

11

Page 12: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

future, harapan perubahan kurs valuta asing sama dengan harapan

perbedaan inflasi:

∆ St = ∆ Pt - ∆ P*t

Dimana:

∆ St = harapan perubahan kurs

PPP Relatif ini penting karena ia dapat diterapkan sementara PPP

absolut tidak, asalkan faktor-faktor penyebab deviasi PPP absolut dari waktu

ke waktu cukup stabil, perubahan-perubahan persentase tingkat-tingkat

harga relatif rnasih dapat mem-perkirakan perubahan persentase kurs. Selain

itu, bentuk relatif teori paritas daya beli ini merupakan versi alternatif yang

memperhitungkan kemungkinan ketidaksempurnaan pasar seperti biaya

transportasi, tarif, dan kuota, sehingga produk yang sama di negara yang

berbeda tidak perlu menjadi sama bila diukur dengan mata uang yang sama.

Dengan dermikian, versi ini menyatakan bahwa tingkat perubahan dalam

harga-harga produk seharusnya agak sama bila diukur dengan mata uang

yang sama (Madura, 2000:215).

Madura (2000) mengatakan bahwa:

"Country with high inflation rates have de-preciating currencies, and over the long run, the rate of depreciation of the ex-change rate is approximately equal to the differential in national inflation rates.”

Menurut Lindert dan Kindleberger (1988:363), dalam jangka panjang

dapat diperkirakan bahwa ada hubungan antara tingkat harga dan nilai tukar

yang didukung oleh kenyataan bahwa barang-barang dan jasa dapat dibeli di

suatu negara atau di ne-gara lainnya sehingga hipotesis PPP lebih relevan

jika diaplikasikan untuk mengamati pergerakan atau fluktuasi nliai tukar

dalam jangka panjang daripada jangka pendek. Untuk menunjukkan

terjadinya konflik antara stabilisasi harga dalam negeri dengan stabilisasi nilai

tukar, PPP merupakan suatu temuan yang sangat berharga.

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar dan Hubungannya

12

Page 13: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar adalah

faktor-faktor atau kondisi seperti faktor fundamental, faktor analisis, faktor

psikologis dan faktor spekulasi. Sedangkan secara tidak langsung,

panawaran dan permintaan dari suatu mata uang dipengaruhi oleh:

1. Posisi Neraca Pembayaran atau Balance of Payment

Neraca Pembayaran (balance of payment) adalah ukuran semua

transaksi antara penduduk dalam negeri dengan penduduk luar negeri

selama periode waktu tertentu. Neraca pembayaran dibagi menjadi dua

komponen yaitu neraca berjalan dan neraca modal. Neraca berjalan

(current account) adalah ukuran perdagangan barang dan jasa

internasional suatu negara. Komponen utamanya adalah neraca

perdagangan, yaitu selisih antara ekspor dan impor. Jika impor lebih

tinggi dari ekspor maka yang terjadi adalah defisit neraca perdagangan.

Sebaliknya jika ekspor lebih tinggi dari impor, yang terjadi adalah surplus

neraca perdagangan. Neraca modal (capital account) mencerminkan

perubahan-perubahan dalam kepemilikan aset jangka pendek dan jangka

panjang. Investasi luar negeri jangak panjang mengukur semua investasi

modal antar negara, termasuk investasi asing langsung dan pembelian

sekuritas yang yang berjangka waktu jatuh tempo lebih dari 1 tahun.

Investasi asing jangka pendek mengukur arus dana yang diinvestasikan

dalam sekuritas-sekuritas berjangka waktu kurang dari 1 tahun.

Hasil surplus menunjukkan adanya aliran dana valuta asing yang

masuk netto di dalam perekonomian negara melalui transaksi financial &

asset, sedangkan hasil defisit menandakan telah terjadi aliran dana

keluar netto ke luar negeri (Krugman, 2000:23). Ketika posisi neraca

pembayaran menunjukkan surplus maka akan mendorong apresiasi mata

uang domestik.

2. Selisih Tingkat Inflasi

Pengertian mengenai inflasi dalam ruang lingkup ilmu ekonomi

banyak sekali dijumpai. Menurut Lehner adalah keadaan dimana terjadi

kelebihan permintaan terhadap barang dalam suatu perekonomian

secara keseluruhan. Sedangkan FW Paish memberikan penjelasan

mengenai inflasi sebagai suatu kondisi dimana pendapatan nasional

13

Page 14: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

meningkat jauh lebih cepat bila dibandingkan dengan peningkatan barang

dan jasa yang dihasilkan dalam suatu perekonomian. Boediono ( 19992)

mendefinisikan inflasi sebagai suatu proses kenaikan harga-harga secara

umum dan berlangsung secara terus-menerus dalam periode tertentu.

Dalam beberapa pengertian diatas, perlu digaris bawahi bahwa definisi

inflasi mencakup aspek-aspek berikut:

a. Tendency, yaitu berupa kecenderungan harga-harga untuk

meningkat, artinya dalam suatu waktu tertentu dimungkinkan

terjadinya penurunan harga tetapi secara keseluruhan mempunyai

kecenderungan (trend) meningkat.

b. Sustained, kenaikan harga yang terjadi tidak hanya berlangsung

dalam waktu tertentu saja, melainkan secara terus menerus dalam

jangka waktu yang lama.

c. General level of price, harga dalam konteks inflasi dimaksudkan

sebagai harga barang-barang secara umum, bukan dalam artian satu

atau dua jenis barang.

Ketika terjadi kenaikan tingkat inflasi yang mendadak dan besar di

suatu negara akan menyebabkan meningkatnya impor oleh negara

tersebut terhadap berbagai barang dan jasa dari luar negeri, sehingga

makin diperlukan banyak valuta asing untuk membayar transaksi impor

tersebut. Hal ini akan mengakibatkan meningkatnya permintaan terhadap

valuta asing (Madura, 2000:210). Kenaikan tingkat inflasi juga bisa

mempengaruhi ekspektasi masyarakat dalam memegang suatu mata

uang karena kenaikan inflasi dapat mengurangi nilai riil suatu mata uang.

Tingkat inflasi domestik yang melebihi tingkat inflasi luar negeri akan

mengakibatkan nilai kurs domestik terdepresiasi terhadap mata uang

asing.

3. Selisih Tingkat Suku Bunga

Menurut John Maynard Keynes tingkat bunga adalah imbalan jasa

(harga) yang harus dibayar kepada si penabung agar ia bersedia untuk

melepaskan bagian tabungan yang ditahan (disimpan) dalam bentuk

dana likuid, untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam investasi. Dengan

14

Page 15: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

kata lain, tingkat bunga adalah harga yang harus dibayar agar dana

likuiditas itu tidak disimpan melainkan dilepaskan untuk investasi.

Menurut Mankiw (1999), suku bunga adalah ukuran atau tariff yang

menunjukkan seberapa banyak yang harus dibayarkan oleh peminjam

kepada pemberi hutang yang merupakan selisih dari yang dipinjam.

Menurut Nopirin (1992), tingkat suku bunga tidak lain adalah harga yang

terjadi di pasar uang dan pasar modal. Jadi, tingkat suku bunga juga

mempunyai fungsi alokatif dalam perekonomian khususnya dalam

penggunaan uang dan modal.

Perubahan tingkat suku bunga akan berdampak pada perubahan

nilai investasi di suatu negara, baik yang berasal dari investor domestik

maupun investor asing, khususnya pada jenis-jenis investasi portofolio,

yang umumnya berjangka pendek. Perubahan tingkat suku bunga ini

akan berpengaruh pada perubahan jumlah permintaan dan penawaran di

pasar domestik. Tingkat suku bunga riil pada umumnya lebih sering

dibandingkan antar negara guna mengukur pergerakan nilai tukar mata

uang.

4. Nilai Ekspor dan Impor

Di dalam pasar bebas perubahan kurs tergantung pada beberapa

faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawarang valuta asing.

Bahwa valuta asing diperlukan guna melakukan transaksi pembayaran

atas perdagangan antar negara baik impor maupun ekspor. Makin

produktif suatu negara dalam menghasilan barang dan jasa sedangkan

permintaan akan barang dan jasa tersebut didalam negaranya kurang

dari penawaran, maka nilai ekspor negara tersebut akan makin tinggi.

Ketika transaksi pembayaran dilakukan maka akan melibatkan valuta

asing. Ekspor akan mendorong suplay valuta asing didalam negeri

meningkat. Namun disisi lain, demand mata uang domestik akan

menyusul meningkat. Hal ini dikarenakan valuta asing yang diterima

eksportir akan ditukar kembali ke dalam mata uang domestik. Tingginya

permintaan mata uang domestik akan berdampak pada apresiasi mata

uang domestik terhadap mata uang asing.

15

Page 16: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

Kondisi sebaliknya, ketika pertumbuhan pendapatan (relatif

terhadap negara lain) makin tinggi, akan meningkatkan kemampuan

untuk impor. Hal ini akan berdampak makin besar pula permintaan akan

valuta asing. Kurs valuta asing cenderung meningkat dan harga harga

mata uang sendiri akan turun. (Nopirin, 1997:148)

2.2 Penelitian Terdahulu

1. Tri Wibowo dan Hidayat Amir (2001) dalam “Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah”. Penelitian dilakukan dengan

menggunakan Model Messed an Rogoff. Dari pengujian atas beberapa

model menghasilkan model terbaik bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi besaran nilai tukar rupiah terhadap US$ adalah selisih

pendapatan riil Indonesia dan Amerika, selisih inflasi Indonesia dan

Amerika, selisih suku bunga Indonesia dan Amerika serta nilai tukar

rupiah terhadap US$ satu bulan sebelumnya (lag -1).

2. Adwin Surya Atmaja (2002) dalam “Analisa Perserakan Nilai Tukar

Rupiah Terhadap Dolar Amerika Setelah Diterapkannya Kebijakan Sistem

Nilai Tukar Mengambang Bebas di Indonesia”. Penelitian ini bertujuan

menganalisis tentang hubungan berbagai variabel ekonomi, yaitu inflasi,

tingkat suku bunga, jumlah uang beredar, pendapatan nasional di

Indonesia dan Amerika Serikat serta posisi neraca pembayaran

internasional Indonesia, dalam mempengaruhi pergerakan nilai tukar

rupiah terhadap dolar Amerika. Dari analisis data diperoleh hasil bahwa

hanya variabel jumlah uang beredar yang memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika,

sedangkan variabel-variabel yang lainnya tidak. Dengan koefisien

determinasi sebesar 32.5% mengindikasikan bahwa 67.5% dari variabel

terikat dipengaruhi oleh variabel-variabel lain di luar variabel bebas yang

digunakan dalam penelitian ini.

3. Iqbal Abdillah, Ramli, Wahyu Aryo Pratomo, Jhon Tafbu Ritonga (2007)

dalam “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fluktuasi Nilai Tukar

Rupiah”. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian adalah

jumlah uang beredar, inflasi, dan tingkat suku bunga dengan observasi

16

Page 17: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

penelitian mulai Januari 2000 sampai dengan Desember 2004. Hasil

estimasi menunjukkan bahwa jumlah uang beredar, inflasi dan suku

bunga mempunyai pengaruh yang signifikan secara statistik terhadap

fluktuasi nilai tukar rupiah.

4. Agus Budi Santoso (2008) dalam ”Kemampuan Inflasi pada Model

Purchasing Power Parity dalam Menjelaskan Nilai Tukar Rupiah

Terhadap Dolar Amerika Serikat”. Tujuan dari penelitian ini adalah

menganalisis hubungan antara variabel inflasi, pendapatan nasional dan

tingkat suku bunga dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika

Serikat. Metode yang digunakan adalah Error Corection Model (ECM).

Hasilnya menunjukkan bahwa dalam jangka pendek inflasi berpengaruh

secara positif namun pengaruhnya tidak signifikan terhadap fluktuasi kurs

rupiah terhadap dolar AS. Disisi lain, variabel pendapatan nasional dan

tingkat suku bunga berpengaruh secara signifikan terhadap fluktuasi kurs

rupiah terhadap dolar AS.

5. I Wayan Wardita (2008) dalam “Pengaruh Selisih Suku Bunga Bank

Indonesia dengan Suku Bunga Internasional, inflasi, dan Cadangan Emas

Terhadap Kurs Rupiah Terhadap US Dollar”. Hasil dari penelitian

menujukkan bahwa secara parsial variabel selisih suku bunga BI dengan

suku bunga internasional dan inflasi mempunyai hubungan yang tidak

signifikan dengan fluktuasi kurs hanya variabel cadangan emas yang

mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap fluktuasi kurs.

Sedangkan secara simultan, ketiga variabel mempunyai pengaruh yang

signifikan dengan variabel terikat yakni kurs rupiah terhadap dolar AS.

6. Triyono (2008) dalam “Analisis Perubahan Kurs Rupiah Terhadap Dolar

Amerika”. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh variabel

jumlah uang beredar, inflasi, tingkat suku bunga SBI dan nilai impor

Indonesia Terhadap Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS. Metode

analisis yang digunakan adalah Error Correction Model (ECM). Hasil dari

estimasi menggunakan ECM bahwa dalam jangka panjang variabel

inflasi, tingkat suku bunga SBI dan nilai impor berpengaruh secara

signifikan dengan hubungan yang positif terhadap nilai tukar rupiah

17

Page 18: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

terhadap dolar AS. Sedangkan jumlah uang beredar mempunyai

hubungan negatif terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

7. Doni (2009) dalam “Dampak Tingkat Inflasi, Suku Bunga, dan Jumlah

Uang Beredar Terhadap Nilai Tukar Dolar Amerika pada Emiten di Bursa

Efek Indonesia”. Penelitian ini bertujuan mengukur seberapa jauh

pengaruh tingkat inflasi, suku bunga dan jumlah uang beredar dalam

mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.Hasil penelitian

adalah secara parsial tingkat inflasi, suku bunga dan jumlah uang beredar

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan nilai tukar.

Sebaliknya ketika dilakukan regresi secara simultan, ketiga variabel

mempunyai pengaruh yang signifikan. Hasil lain menunjukkan bahwa

terdapat hubungan kausalitas antara variabel inflasi dan jumlah uang

beredar terhadap nilai tukar.

8. Grisvia Agustin (2009) dalam “Analisis Paritas Daya Beli pada Kurs

Rupiah Terhadap Dolar Amerika Serikat Periode September 1997-

Desember 2007 dengan Menggunakan Metode Error Correction Model”.

Hasil analisis menunjukkan keberlakuan teori PPP di Indonesia. Bahwa

dalam jangka pendek maupun jangka panjang, perbedaan tingkat harga

diantara kedua negara, jumlah uang beredar dan nilai impor akan

berpengaruh secara positif terhadap nilai tukar mata uangnya.

Sedangkan selisih tingkat suku bunga dan cadangan devisa berpengaruh

negatif terhadap perubahan kurs antara rupiah terhadap dolar. Variabel

nilai ekspor tidak berpengaruh secara signifikan.

9. Apip Supriadi (2010) dalam “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Nilai Tukar di Indonesia Periode 1990-2008”. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pendapatan nasional,

inflasi, dan tingkat bunga terhadap nilai tukar di Indonesia periode 1990-

2008. Alat analisis menggunakan analisis regresi. Hasil penelitian anai

adalah pendapatan nasional, inflasi, dan tingkat suku bunga secara

simultan berpengaruh terhadap nilai tukar di Indonesia.

10. Yunika Murdayanti (2012) dalam “Pengaruh Gross Domestic Product,

Inflasi, Suku Bunga, Money Supply, Current Account, dan Capital Account

Terhadap Nilai Kurs Rupiah Indonesia – Dollar Amerika”. Periode

18

Page 19: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

penelitian adalah mulai Agustus 1998 sampai Desember 2001. Hasil dari

penelitian menunjukkan bahwa money supply menjadi satu-satunya

variabel yang terdapat multikolinieritas sehingga dikeluarkan dari regresi

linier. Variabel Gross Domestic Product, Inflasi, Suku Bunga, Money

Supply, dan Capital Account mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap perubahan kurs sedangkan current account tidak berpengaruh

signifikan.

2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, dan landasan teori

di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :

1. Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas yaitu

selisih tingkat suku bunga, selisih inflasi, cadangan devisa, nilai ekspor

dan nilai impor terhadap variabel terikat yakni nilai tukar rupiah terhadap

yen.

2. Diduga variabel nilai ekspor paling berpengaruh terhadap perubahan nilai

tukar rupiah terhadap yen.

2.4 Kerangka Berfikir

Berdasarkan atas telaah teori serta hasil penelitian terdahulu, maka

dapat disusun kerangka berpikir sebagai berikut.

19

Kurs Rp/¥

Ekspektasi Rp/¥

Supply&Demand Valuta Asing

Selisih Suku Bunga

Selisih tingkat Inflasi

Cadangan Devisa

Nilai Ekspor Nilai Impor

Page 20: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskripsi

kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui berapa

besar pengaruh variabel-variabel bebas yang digunakan dalam

mempengaruhi variabel terikat yakni fluktuasi kurs rupiah terhadap yen.

Variabel-variabel tersebut disusun menjadi sebuah model yang diestimasikan

menggunakan alat analisis regresi, selanjutnya hasilnya dideskripsikan.

3.2 Lingkup Penelitian

Lingkup penelitian ini adalah fluktuasi nilai tukar mata uang rupiah

Indonesia dan yen Jepang. Penelitian dilakukan diantara kedua negara

karena perubahan nilai tukar antara rupiah dengan yen lebih fluktuatif

dibandingkan perubahan nilai tukar rupiah dengan mata uang negara lain.

Penelitian dilakukan selama periode kuartal I 2005 sampai kuartal I 2012

dikarenakan didalam penelitian ini ingin diketahui kondisi nilai tukar mata

uang diantara kedua negara 4 tahun sebelum krisis global dan 4 tahun

sesudahnya.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,

yaitu data yang diperoleh dari publikasi yang diterbitkan lembaga-lembaga

terkait. Seperti Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik, dan Bank of Japan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data berupa metode kepustakaan yaitu dengan

membaca literatur-literatur, jurnal ilmiah dan penelitian-penelitian lain yang

berkaitan dan menunjang baik secara langsung maupun tidak langsung

dengan penelitian ini.

20

Page 21: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

3.5 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari yang kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi

populasi bukanlah hanya orang, tetapi juga obyek berupa benda-benda alam

yang lain. Populasi juga bukanlah sekedar jumlah yang ada pada obyek

ataupun subyek yang dipelajari, melainkan meliputi seluruh karakteristik

ataupun sifat yang dimiliki oleh obyek atau subyek tersebut (Sugiyono, 2005).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perilaku perubahan nilai tukar

rupiah terhadap yen sepanjang waktu.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah perubahan kurs rupiah

terhadap dolar selama periode 2005-2012.

3.6 Definisi Variabel Operasional

Variabel operasional adalah variabel-variabel yang digunakan dalam

penelitian yang digunakan sebagai sumber data. Berikut variabel-variabel

operasional yang digunakan adalah:

1. Nilai tukar atau kurs

Harga mata uang yang terhadap mata uang negara lain atau banyaknya

mata uang yang harus dikorbankan untuk mendapatkan mata uang

lainnya. Kurs yang digunakan adalah nilai kurs rupiah terhadap yen

(IDR/JPY). Data diperoleh dari kepustakaan Bank Indonesia (BI).

2. Selisih tingkat suku bunga riil

Harga yang dibayarkan per satuan mata uang yang dipinjam per periode

waktu tertentu, dinyatakan dalam persentase. Tingkat suku bunga yang

digunakan adalah tingkat suku bunga yang ditentukan oleh masing-

masing pemegang otoritas moneter diantara kedua negara. Tingkat suku

bunga Indonesia menggunakan BI rate yakni yang dikelurkan oleh Bank

Indonesia sebagai pemegang otoritas moneter Indonesia. Tingkat suku

bunga Jepang menggunakan tingkat suku bunga yang dikeluarkan ole)h

Bank of Japan. Tingkat suku bunga yang dikeluarkan oleh pemegang

21

Page 22: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

otoritas moneter adalah tingkat suku bunga acuan yang selanjunya untuk

diimplementasikan ke tingkat suku bunga deposito.

Tingkat suku bunga riil diperoleh dengan mengurangi suku bunga

nominal dengan inflasi yang terjadi. Selisih tingkat suku bunga riil

diperoleh dari tingkat suku bunga riil Indonesia dikurangi tingkat suku

bunga riil Jepang.

λ = λr – λr*

Dimana:

λ = Selisih tingkat suku bunga

λr = Tingkat suku bunga riill Indonesia

λr* = Tingkat suku bunga riil Jepang

3. Selisih tingkat inflasi

Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara menyeluruh dan

berlangsung terus-menerus selama periode tertentu. Data tingkat inflasi

yang digunakan adalah data inflasi bulanan yang dikeluarkan oleh BPS

dan diolah menjadi kuartalan. Selisih tingkat inflasi diperoleh dari

mengurangi tingkat inflasi Indonesia dengan tingkat inflasi Jepang.

Π = π – π*

Dimana:

Π = Selisih inflasi

Π = Tingkat inflasi Indonesia

π* = Tingkat inflasi Jepang

4. Posisi cadangan devisa

Simpanan mata uang asing oleh bank sentral dan otoritas moneter.

Simpanan ini merupakan asset bank sentral yang tersimpan dalam

beberapa mata uang cadangan (reserve currency) seperti dolar, euro

atau yen dan digunakan untuk menjamin kewajibannya, yaitu mata uang

lokal yang diterbitkan, dan cadangan berbagai bank yang disimpan di

bank sentral oleh pemerintah atau lembaga keuangan. Dalam penelitian

ini variabel yang digunakan adalah posisi cadangan devisa.

5. Nilai ekspor

Nilai ekspor ditentukan oleh kombinasi dari perkembangan harga dan

volume ekspor. Perkembangan harga dan perkembangan volume

22

Page 23: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

tersebut, pada gilirannya, ditentukan masing-masing oleh sejumlah faktor

yang berbeda. Indonesia sebagai negara kecil di pasar global untuk

hampir semua produk ekspor, artinya Indonesia adalah price taker, maka

perkembangan harga adalah faktor eksogen bagi Indonesia. Sedangkan

perkembangan volume ditentukan oleh faktor-faktor dari sisi suplai

domestik. Nilai ekspor yang digunakan dalam penelitian adalah nilai

ekspor non migas hasil hubungan perdagangan Indonesia ke Jepang.

Data nilai ekspor diperoleh dari BPS dan Bank Indonesia.

6. Nilai impor

Nilai impor ditentukan oleh kombinasi dari perkembangan harga dan

volume impor Indonesia dari luar negeri. Nilai impor lebih dipengaruhi dari

peningkatan pendapatan nasional suatu negara. Nilai impor yang

digunakan adalah nilai impor non migas Indonesia dari Jepang. Data nilai

impor diperoleh dari BPS dan Bank Indonesia.

3.7 Metode Analisis

Berdasar pada tujuan penelitian yang pertama yaitu untuk mengetahui

seberapa besar pengaruh variabel-variabel bebas yang terdiri dari selisih

suku bunga riil, selisih tingkat inflasi, cadangan devisa, nilai ekspor dan nilai

impor berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat yakni

perubahan nilai tukar rupiah terhadap yen dapat dilakukan dengan metode

analisis regresi berganda. Sedangkan untuk tujuan yang kedua yaitu variabel

mana yang mempunyai pengaruh paling dominan bila dibandingkan dengan

variabel yang lainnya dalam mempengaruhi perubahan nilai tukar rupiah,

dapat diselesaikan menggunakan metode analisis regresi parsial. Untuk

mengetahui pengaruh secara simultan digunakan uji-F dan untuk mengetahui

pengaruh secara parsial digunakan uji-t.

Model dasar yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

Kurs=β0+ β1SSBR+ β2SINF+β3CADEV +β4 EKS+β5 IMP+ε

Dimana:

Kurs = Nilai tukar rupiah terhadap yen

SSBR = Selisis suku bunga riil Indonesia-Jepang

SINF = Selisih tingkat inflasi Indonesia-Jepang

23

Page 24: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

Cadev = Cadangan devisa Indonesia

Eks = Nilai ekspor Indonesia ke Jepang

Imp = Nilai impor Indonesia dari Jepang

3.8 Uji Asumsi Klasik

Di dalam model regresi klasik, untuk memperoleh nilai pemerkira yang tidak

bias dan efisien dari persamaan regresi linear berganda dengan metode

kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square, OLS), maka dalam

menganalisa data haruslah dipenuhi asumsi-asumsi klasik. Asumsi klasik

tersebut diantaranya adalah:

1) Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi linear yang sempurna antara variabel-variabel

bebas (Gujarati, 2004). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

korelasi diantara variabel bebas. Untuk mengetahui ada tidaknya

multikolinearitas didalam model regresi adalah sebagai berikut:

1. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris

sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel bebas banyak

yang tidak signifikan mempengaruhi variabel terikat.

2. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas dengan

melakukan regresi antar variabel bebasnya. Jika antar variabel bebas

nilai R2 lebih besar dari nilai R2 model utama, maka hal ini merupakan

indikasi adanya multikolinearitas. Tidak adanya korelasi yang tinggi

antar variabel bebas tidak berarti bebas dari multikolinearitas.

Multikolinearitas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua

atau lebih variabel bebas.

3. Multikolinearitas dapat juga dilihat dari (1) nilai tolerance dan

lawannya (2) variance inflation factor (VIF). Tolerance mengukur

variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan

oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama

dengan nilai VIF tinggi dan menunjukkan adanya kolonieritas yang

tinggi. Nilai cutoff yang umum dipakai adalah nilai tolerance 0,10 atau

sama dengan nilai VIF diatas 10.

24

Page 25: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

2) Uji Heteroskedatisitas

Uji heteroskedatisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidak samaan variance dari residual atau pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan atau

pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika

berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah

yang homoskedastisitas. Kebanyakan data crossection mengandung

situasi heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data mewakili

sebagai ukuran (kecil, sedang, dan besar). Berikut ini cara untuk

mendeteksi ada tau tidaknya heteroskedastisitas (Gujarati, 2004):

a. Uji Park. Setelah dilakukan uji park jika masing-masing variabel

menunjukkan hasil tidak signifikan pada tingkat 5% maka model

empiris yang digunakan tidak terdapat masalah heteroskedatisitas.

b. Uji Glejser. Setelah dilakukan pengujian jika koefisien variabel

independen lebih besar dari 5% maka dapat disimpulkan ada

heteroskedatisitas.

3) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel terikat dan variabel bebas, keduanya mempunyai distribusi

normal ataukah tidak. (Gujarati: 2004) untuk uji model regresi yang baik

adalah memiliki distribusi data yang normal atau tidak, dapat dilakukan

dengan cara:

a. Melihat nilai Jarque Bera Test. Jika nilai probabilitas Jarque Bera lebih

besar dari 5% maka distribusi error adalah normal artinya model yang

digunakan lolos uji normalitas.

4) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model

regresi linear ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t

dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya) (Gujarati, 2004).

Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu

berkaitan satu sama lain. Ada beberapa cara yang digunakan untuk

25

Page 26: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

mendeteksi ada atau tidaknya korelasi, salah satunya yaitu dengan uji

Durbin-Watson (DW-test).

a. Nilai DW kurang dari 1,10 ada auto korelasi

b. Nilai DW1,10 sampai 1,54 tanpa kesimpulan

c. Nilai DW 1,55 sampai 2,46 tidak ada korelasi

d. Nilai DW 2,46 sampai 2,90 tanpa kesimpulan

e. Nilai DW Lebih dari 2,90 ada autokorelasi

3.9 Uji Statistik

Uji statistik ini dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan ada

tidaknya korelasi antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dari hasil

regresi berganda akan diketahui besarnya koefisien masing-masing variabel.

Dari besarnya koefisien akan dilihat adanya hubungan dari variabel-variabel

bebas, baik secara terpisah maupun bersama-sama terhadap variabel terikat.

Untuk melakukan uji atas hipotesa, dilakukan dengan cara:

1. Uji Statistik Simultan (F-test)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas

yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-

sama terhadap variabel terikat (Gujarati: 2004). Hipotesis nol dan

hipotesis alternatif yang akan diuji pada uji statistik F adalah sebagai

berikut:

H0= Variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh signifikan

terhadap variabel terikat.

H1= Variabel bebas secara tidak bersama-sama berpengaruh

signifikan terhadap variabel terikat.

Sedangkan hipotesis diterima atau ditolak dengan cara membandingkan

nilai F hitung dengan nilai F tabel. Nilai F hitung dapat diperoleh dengan

rumus sebagai berikut :

Fhit =

R2/ ( k−1 )(1−R2 )/ (n−k )

26

Page 27: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

Nilai F tabel dapat dilihat dengan mengetahui tingkat signifikansi () dan

derajat bebas sebesar n-k- (dimana n jumlah observasi, k = jumlah

variabel bebas). Adapun ketentuan untuk menerima atau menolak adalah

sebagai berikut :

H0 akan ditolak jika nilai F hitung F tabel

H0 akan diterima jika nilai F hitung F tabel

2. Uji Statistik Parsial (t-test)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat. Hipotesis nol

dan hipotesis alternatif yang akan diuji pada uji statistik t adalah sebagai

berikut (Gujarati, 2004).

H0 = Variabel bebas secara individual berpengaruh signifikan

terhadap variabel terikat.

H1 = Variabel bebas secara individual tidak berpengaruh signifikan

terhadap variabel terikat.

Sedangkan hipotesis diterima atau ditolak dengan cara membandingkan

nilai t hitung dengan nilai t tabel. Nilai t hitung dapat diperoleh dengan

rumus sebagai berikut:

t hit =

b−BSb

Nilai t tabel dapat dilihat dengan mengetahui tingkat signifikansi () dan

derajat bebas sebesar n-k- (dimana n jumlah observasi, k jumlah

variabel bebas). Adapun ketentuan dari uji ini adalah :

H0 akan ditolak jika nilai t-hitung t-tabel

H0 akan diterima jika nilai t-hitung t-tabel

3. Koefisien Determinan

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Nilai

koefisien determinasi adalah diantara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil

berarti kemampuan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan variasi

variabel terikat amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-

variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan

27

Page 28: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

untuk memprediksi variasi variabel terikat. Secara umum koefisien

determinasi untuk data silang (crossection) relatif rendah karena adanya

variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk

data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien

determinasi yang tinggi.

3.10 Tahapan Analisis

Untuk memulai penelitian, terlebih dahulu dilakukan pencarian data-

data yang diperlukan dari sumber-sumber yang terpercaya dan relevan

dengan topik yang akan diteliti yakni data kurs antara rupiah-yen, data tingkat

suku bunga Indonesia dan Jepang, Inflasi Indonesia dan Jepang, Cadangan

devisa Indonesia, nilai ekspor Indonesia dari Jepang dan nilai impor

Indonesia dari Jepang. Selain itu juga dilakukan pencarian literatur dan

jurnal-jurnal ilmiah yang dapat digunakan sebagi acuan dalam melakukan

penelitian.

Setelah data-data yang diperlukan diperoleh, tahap selanjutnya

adalah mengelompokkan variabel-variabel tersebut kedalam kelompok

negara yang bersangkutan. Langkah selanjutnya adalah melakukan

perhitungan selisih tingkat suku bunga riil dan inflasi diantara kedua negara.

Selanjutnya menentukan model estimasi yang akan digunakan untuk

diregresi. Selanjutnya dilakukan estimasi dengan menggunakan alat analisis

regresi. Untuk menilai apakah model yang digunakan tepat, maka

serangkaian uji asumsi klasik harus dilakukan agar hasil penelitian valid.

BAB IV

28

Page 29: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Pengujian atas model penelitian adalah menggunakan model regresi

berganda. Yakni merupakan model regresi yang digunakan untuk jenis

penelitian yang mempunyai variabel bebas lebih dari atau sama dengan dua.

Dengan menggunakan Eviews, diperoleh hasil pengolahan data sebagai

berikut:

Tabel 2: Hasil Regresi Model Utama

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

SSBR -124.3966 136.7593 0.909602 0.3725

SINF 349.1618 201.0757 1.736470 0.0959

CADEV -9.108807 2.525127 3.607267 0.0015

EKS -0.076429 0.025829 -2.959087 0.0070

IMP 0.044727 0.013739 3.255545 0.0035

C 7058.746 1817.705 3.883328 0.0000

R-squared 0.841210 F-statistic 13.17506

Adjusted R-squared 0.684952 Prob(F-stat) 0.000004

Durbin-Watson stat 1.322560

Sumber: data sekunder, diolah dengan Eviews

4.2 Hasil Uji Asumsi Klasik

Setelah dilakukan serangkaian pengujian asumsi klasik untuk menguji

ketepatan model yang digunakan dalam penelitian maka diperoleh hasil

sebagai berikut:

4.2.1 Uji Multikolinearitas

Untuk menguji apakah terdapat korelasi antar variabel bebasnya.

Penilaian terdapat maslah multikolinearitas atau tidak dapat dilakukan

dengan melihat nilai R2 dari regresi parsial terhadap masing-masing variabel

bebas. Hasil dari regresi tersebut menunjukkan bahwa masing-masing

regresi parsial mempunyai nilai R2 yang lebih kecil dari nilai R2 regresi utama.

Maka model regresi yang digunakan bebas dari masalah multikolinearitas.

29

Page 30: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

4.2.2 Uji Heteroskedasitas

Uji heteroskedatisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidak samaan variance dari residual atau pengamatan ke

pengamatan yang lain. Untuk mengetahuinya dapat dilakukan dengan uji

Park. Setelah dilakukan uji park jika masing-masing variabel menunjukkan

hasil tidak signifikan pada tingkat 5% maka model empiris yang digunakan

tidak terdapat masalah heteroskedatisitas. Hasil uji park pada model

diperoleh bahwa masing-masing variabel bebas tidak signifikan pada tingkat

5%. Maka model empiris bebas heteroskedasitas.

4.2.3 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel terikat dan variabel bebas, keduanya mempunyai distribusi normal

ataukah tidak. (Gujarati: 2004). Untuk memperoleh hasilnya dapat dilakukan

dengan melihat nilai Probabilitas Jarque Bera. Jika nilai probabilitas Jarque

Bera lebih besar dari 5% maka distribusi error adalah normal artinya model

yang digunakan lolos uji normalitas. Hasil estimasi diperoleh nilai Probabilitas

Jarque Bera adalah 0.06122 artinya tidak signifikn pada tingkat 5% sehingga

distribusi error model adalah normal.

4.2.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model

regresi linear ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t

dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya) (Gujarati, 2004). Masalah

autokorelasi dapat didetekdi dengan melihat nilai Durbin-Watson dari hasil

regresi. Nilai DW penelitian adalah 1.322560 maka tidak dapat disimpulkan

apakah terdapat masalah autokorelasi didalam model regresi.

4.3 Analisis Hasil Penelitian

Dari hasil estimasi dengan menggunakan program Eviews didapat

persamaan regresi penelitian adalah:

Y=7058 ,7−124 ,4 SSBR+339 ,2SINF−9 ,1CADEV−0 ,07 EKS+0 ,04 IMP+ε

30

Page 31: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

Hasil penghitungan dengan menggunakan α = 5%, menunjukkan

bahwa terdapat dua variabel bebas yang tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel terikat. Variabel bebas tersebut adalah selisih tingkat suku

bunga dan selisih inflasi diantara Indonesia dan Jepang. Sedangkan variabel

bebas yang lain mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai tukar

rupiah terhadap yen. Nilai R-squared 0,84 menunjukkan bahwa variabel

bebas secara keseluruhan memberikan pengaruh sebesar 84% terhadap

variabel terikat sehingga 16% dari perubahan nilai tukar rupiah terhadap yen

dipengaruhi oleh variabel bebas lain diluar model. Konstanta penelitian

adalah 7058.746 artinya ketika tidak ada variabel bebas yang mempengaruhi

variabel terikat maka nilai kurs rupiah terhadap yen adalah Rp 7.058,746.

4.3.1 Selisih Tingkat Suku Bunga Riil

Dari hasil estimasi diketahui bahwa koefisien variabel bebas selisih

tingkat suku bunga riil negatif atau berlawanan arah yakni -124.3966 artinya

ketika terjadi kenaikan selisih tingkat suku bunga riil antara Indonesia dan

Jepang sebesar 1%, maka akan mendorong apresiasi rupiah terhadap yen

sebesar 124.4%. Kondisi ini sesuai dengan teori bahwa apabila tingkat suku

bunga suatu negara lebih tinggi dibandingkan negara lain (tingkat suku bunga

internasional) maka akan mendorong apresiasi mata uang domestik. Hal ini

dikarenakan spekulan akan berspekulasi positif terhadap mata uang

domestik atau investor akan berfikir bahwa investasi di domestik lebih

menguntungkan sehingga permintaan mata uang domestik akan naik yang

akhirnya berdampak pada apresiasi mata uang domestik. Sebaliknya apabila

tingkat suku bunga suatu negara lebih rendah dari pada tingkat suku bunga

negara lain maka mata uang negara tersebut akan mengalami depresiasi.

Namun, hasil observasi menunjukkan tingkat probabilitas variabel selisih

tingkat suku bunga riil sebesar 0.3725 artinya tidak signifikan dalam derajat

kepercayaan 5%.

Bank Indonesia memilih menempuh kebijakan moneter yang

diarahkan untuk menyerap kelebihan likuiditas agar tidak menambah tekanan

terhadap inflasi dan melemahnya nilai tukar. Namun demikian upaya

menstabilkan kembali nilai tukar dan laju inflasi dilakukan dengan tetap

31

Page 32: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

menjaga agar kenaikan suku bunga yang terlalu dras-tis dan berlebihan

dapat dihindarkan (Agustin, 2009).

4.3.2 Selisih Tingkat Inflasi

Koefisien yang dihasilkan dari estimasi model utama untuk variabel

selisih tingkat inflasi adalah positif atau searah yakni dengan nilai koefisien

349.1618 artinya setiap kenaikan selisih inflasi akan menyebabkan nilai tukar

rupiah naik yang berarti mendepresiasi kurs rupiah terhadap yen sebesar

349.17%. Dengan tingkat signifikansi sebesar 0.0959 lebih besar dari 5%.

Meskipun tidak signifikan dalam derajat kepercayaan 5%, namun arah

koefisiennya sesuai dengan teori paritas daya beli relatif dimana semakin

tinggi inflasi di Indonesia maka nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing

akan makin terdepresiasi.

Pengaruh tingkat harga terhadap nilai tukar berlangsung cukup cepat

atau tingkat harga cenderung bersifat fleksibel. Sifat tingkat harga yang

ternyata fleksibel ini antara lain dipicu oleh kebijakan administered price oleh

pemerintah dalam periode penelitian yang beberapa kali mengalami

perubahan (kenaikan harga). Kebijakan-kebijakan administered price oleh

pemerintah antara lain berupa kenaikan tarif dasar listrik, harga bahan bakar

minyak dan air minum meningkatkan cost of production yang ditanggung oleh

produsen. Di sisi lain, kondisi sosial yang tidak sepenuhnya stabil merespon

dampak administered price tersebut secara cepat sehingga menimbulkan

tuntutan-tuntutan kenaikan upah dan gaji akibat besarnya ekspektasi inflasi

yang terbentuk. Kombinasi dari hal-hal tersebut menyebabkan tingkat harga

bergerak menyesuaikan secara lebih cepat atau fleksibel

Dilihat dari penyebabnya, kenaikan tingkat harga atau tingkat inflasi

yang terjadi adalah merupakan kombinasi dari imported inflation akibat

depresiasi nilai tukar, gangguan pasokan dan distribusi barang-barang

kebutuhan pokok, kenaikan harga karena kebijakan pemerintah di bidang

harga dan pendapatan (administered price) dan melonjaknya uang beredar

akibat ekspansi moneter. Selain itu, tingginya laju inflasi juga disebabkan

ekspektasi inflasi masyarakat yang cenderung berlebihan. Dalam

hubungannya dengan nilai tukar, tingkat harga memiliki hubungan timbal

32

Page 33: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

balik atau kausalitas. Sehingga implikasi dari hubungan ini adalah depresiasi

nilai tukar perlu dikendalikan untuk menekan laju inflasi dan demikian pula

inflasi perlu ditekan agar tidak memicu depresiasi. (Agustin, 2009).

4.3.3 Cadangan Devisa

Hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel cadangan devisa

berpengaruh secara negatif signifikan artinya nilai tukar rupiah terhadap yen

mempunyai hubungan saling berkebalikan dengan cadangan devisa. Dengan

nilai koefisien sebesar -9.108807 dan nilai probabilitas 0.0015 maka setiap

ada kenaikan cadangan devisa Indonesia sebesar 1% akan berpengaruh

pada penurunan nilai tukar rupiah artinya rupiah terapresiasi (berhubungan

negatif) sebesar 9.11%. Kondisi ini sesuai dengan teori bahwa cadangan

devisa dan kurs mempunyai hubungan negatif atau berlawanan arah. Makin

besar jumlah cadangan devisa yang dimiliki maka kepercayaan luar negeri

atas kemampuan negara kita untuk mengatasi external shocks akan

meningkat sehingga dapat menekan berspekulasi atas mata uang domestik

sehingga nilai tukar akan menguat.

Semenjak 1997, pemerintah memutuskan untuk menghapus rentang

intervensi dan menganut system nilai tukar mengambang bebas. Walaupun

Indonesia telah menganut sistem nilai tukar mengambang bebas, otoritas

moneter masih melakukan intervensi dengan melepas cadangan devisa di

pasar valas. Kegiatan intervensi valas ini masih tetap dilakukan dengan

maksud untuk menghilangkan distorsi-distorsi di pasar valuta asing

mengingat pasar ini belum sempurna dan belum rasional.

Dalam sistem nilai tukar mengambang bebas, selain faktor

permintaan dan penawaran, nilai tukar juga digerakkan oleh political and

social (unrest) news. Sehingga apabila sepenuhnya diserahkan kepada

mekanisme pasar, maka bukan correct price yang diperoleh, melainkan hasil

dari market failure.

4.3.4 Nilai Ekspor

Variabel nilai ekspor mempunyai hasil koefisien senilai -0.076429 dan

probabilitas 0.0070 artinya bahwa variabel ini berpengaruh secara negatif

signifikan. Setiap kenaikan variabel nilai ekspor sebesar 1% akan

33

Page 34: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

mengakibatkan apresiasi rupiah sebesar 0.076% (berhubungan negatif).

Hasil estimasi atas variabel nilai ekspor juga mendukung teori yang ada

menganai ekspor-impor, yakni bahwa peningkatan nilai ekspor domestik ke

asing akan mendorong apresiasi rupiah. Makin banyak ekspor yang

dilakukan sebuah negara maka permintaan akan mata uang domestik akan

meningkat sehingga mata uangnya apresiasi.

Dari sisi penawaran, sumber utama pasokan valuta asing di pasar

adalah devisa hasil ekspor, sterilisasi valuta asing oleh bank sentral, dan

aliran modal masuk asing baik berupa penanaman modal asing (foreign

direct investment), investasi portofolio maupun pinjaman luar negeri. Namun

surplus perdagangan sektor ekspor masih belum mampu memberikan

dampak apresiasi terhadap rupiah akibat kondisi pasar valuta asing domestik

yang masih tetap tipis. Selain itu sektor ekspor sendiri masih banyak

mengalami hambatan. Hambatan-hambatan tersebut tidak saja datang dari

luar negeri atau faktor eksternal akibat makin ketatnya persaingan

perdagangan namun juga datang dari dalam negeri. Sehingga kinerja ekspor

yang semula diharapkan menjadi motor penggerak perekonomian tidak dapat

mengoptimalkan momentum depresiasi rupiah yang terjadi.

Dari sisi eksternal, melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia

terutama di negara-negara tujuan ekspor dan turunnya harga-harga

komoditas utama mengakibatkan ekspor, khususnya ekspor nonmigas

kurang mampu menyumbang devisa. Khusus untuk ekspor nonmigas, selain

disebabkan sisi permintaan yang menurun, penurunan harga ekspor yang

lebih rendah daripada harga pada tingkat wajar juga disebabkan oleh

semakin ketatnya persaingan harga dian-tara negara-negara asia yang mata

uangnya juga mengalami depresiasi. Penurunan ekspor juga dipengaruhi

oleh adanya penetapan syarat-syarat tambahan bagi produk ekspor

Indonesia seperti penerapan persyaratan ramah lingkungan dan

perlindungan hak konsumen. Dari sisi internal, menurunnya ekspor antara

lain dipengaruhi oleh terjadinya gangguan pada produksi dan distribusi yang

disebabkan oleh faktor ketidakpastian sehu-bungan dengan masih maraknya

aksi mo-gok buruh, gangguan keamanan dan masih belum pulihnya fungsi

intemediasi perbankan.

34

Page 35: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

4.3.5 Nilai Impor

Variabel total nilai impor memiliki koefisien regresi sebesar 0.044727.

Hal ini berarti bahwa hubungan antara variabel total nilai impor dan nilai tukar

adalah serah (positif). Dimana pertumbuhan variabel nilai impor sebesar 1%

akan mengakibatkan pertumbuhan nilai tukar (depresiasi) rupiah sebesar

0.045%. Hubungan ini sesuai dengan teori dimana pertumbuhan pasca impor

yang berarti meningkatnya pemba-yaran kepada eksportir asing akan mengu-

rangi pasokan valuta asing di dalam negeri sehingga mendepresiasi nilai

tukar. Penga-ruh depresiasi yang dipengaruhi oleh total nilai impor pada

perubahan nilai tukar dise-babkan masih besamya kandungan impor pada

bahan baku maupun barang modal yang dipergunakan oleh industri dalam

negeri.

4.4 Analisa Dengan Pendekatan Statistik

Uji statistik ini dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan ada

tidaknya korelasi antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dari hasil

regresi berganda yang telah dilakukan, diketahui besarnya koefisien masing-

masing variabel. Dari besarnya koefisien akan dilihat adanya hubungan dari

variabel-variabel bebas, baik secara terpisah maupun bersama-sama

terhadap variabel terikat. Untuk melakukan uji atas hipotesa, dilakukan

dengan cara:

4.4.1 Uji F (F-test)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel

bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara

bersama-sama terhadap variabel terikat (Gujarati: 2004). Dengan tingkat

signifikansi α=0.005 dan derajat kebebasan df=23 dan hipotesis statistik yang

akan diuji adalah:

H0= Variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh signifikan

terhadap variabel terikat.

H1= Variabel bebas secara tidak bersama-sama berpengaruh

signifikan terhadap variabel terikat.

Dengan ketentuan:

35

Page 36: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

H0 akan ditolak jika nilai F hitung F tabel

H0 akan diterima jika nilai F hitung F tabel

Setelah dilakukan perhitungan maka nilai F hitung yang diperoleh

adalah 31,5. Nilai F hitung lebih kecil dari F tabel yakni 35,172 sehingga H0

diterima.

4.4.2 Uji t (t-test)

Uji t dilakukan untuk melihat derajat signifikansi koefisien-koefisien

masing-masing variabel bebas dalam penelitian secara terpisah terhadap

variabel terikat. Dengan tingkat signifikansi α=0.005 dan derajat kebebasan

df=23, maka didapat perbandingan nilai t tabel dan t hitung sebagai berikut:

Tabel 3: Nilai t tabel dan t hitung

Variabel t Tabel t Hitung

Selisih Suku Bunga Riil 2,069 1,906

Selisih Tingkat Inflasi 2,069 2,005

Cadangan Devisa 2,069 1,452

Nilai Ekspor 2,069 0,963

Nilai Impor 2,069 1,008

Sumber: Data diolah

Dengan hipotesis statistic penelitian adalah sebagai berikut:

H0 = Variabel bebas secara individual berpengaruh signifikan

terhadap variabel terikat.

H1 = Variabel bebas secara individual tidak berpengaruh signifikan

terhadap variabel terikat.

Dengan ketentuan:

H0 akan ditolak jika nilai t-hitung t-tabel

H0 akan diterima jika nilai t-hitung t-tabel

36

Page 37: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

Maka dari nilai t-hitung dapat diketahui bahwa nilai t untuk semua

variabel berada dibawah nilai t tabel, sehingga dari hal ini dapat dikatakan

bahwa semua variabel bebas yakni selisih suku bunga riil, selisih inflasi,

cadangan devisa, nilai ekspor dan nilai impor secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap variabel terikat yakni nilai tukar rupiah terhadap yen atau

dengan demikian maka H0 diterima.

4.4.3 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Nilai

koefisien determinasi adalah diantara nol dan satu. Setelah dilakukan regresi

berganda, diperoleh Nilai R2 model adalah 0,84 menunjukkan bahwa variabel

bebas secara keseluruhan memberikan pengaruh sebesar 84% terhadap

variabel terikat sehingga 16% dari perubahan nilai tukar rupiah terhadap yen

dipengaruhi oleh variabel bebas lain diluar model.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil analisis dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan

bahwa:

37

Page 38: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

1. Seluruh variabel yang meliputi variabel selisih suku bunga riil di Indonesia

dengan Jepang, selisih tingkat inflasi Indonesia dengan Jepang, cadangan

devisa, nilai ekspor dan nilai impor secara bersama-sama berpengaruh

pada nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat.

2. Variabel nilai ekspor memberikan pengaruh paling besar secara parsial

terhadap variabel terikat ditunjukkan dengan hasil uji t yang paling

signifikan.

3. Variabel selisih suku bunga riil di Indonesia dengan Jepang berpengaruh

secara negatif signifikan pada nilai tukar Rupiah terhadap Yen Jepang.

Peningkatan pada selisih siku bunga riil di Indonesia menyebabkan nilai

tukar Rupiah terhadap Yen Jepang mengalami apresiasi. Hal ini

mengindikasikan bahwa suku bunga masih relevan dijadikan sebagai

piranti kebijakan moneter untuk mempengaruhi fluktuasi nilai tukar dan

juga investasi asing.

4. Variabel selisih tingkat Inflasi di Indonesia dan Jepang tidak berpengaruh

secara positif signifikan pada nilai tukar Rupiah terhadap Yen Jepang.

Dalam prakteknya para investor tidak hanya memperhatikan ekspektasi

inflasi, namun juga memperhatikan keadaan perekonomian yang sedang

terjadi dinegara tersebut terutama sektor riil, sehingga kepercayaan

investor menjadi hal yang lebih penting dalam menanamkan modalnya.

5. Variabel cadangan devisa di Indonesia berpengaruh secara negatif

signifikan pada nilai tukar Rupiah terhadap Yen Jepang. Peningkatan

cadangan devisa sutu negara menyebabkan nilai tukar negara tersebut

apresiasi. Intervensi pemerintah sangat diperlukan untuk mengurangi

gejolak nilai tukar yang berlebihan. Intervensi tersebut dengan melakukan

kecukupan cadangan devisa.

6. Variabel total nilai ekspor memiliki pengaruh yang negatif namun tidak

signifikan terhadap nilai tukar. Peningkatan nilai ekspor dapat membawa

dampak apresiasi nilai tukar rupiah namun masih besarnya kendala dari

internal maupun eksternal yang dihadapi sektor ekspor serta devisa hasil

ekspor yang tidak seluruhnya kembali ke dalam negeri mengakibatkan

sektor ekspor belum mampu memberikan kontribusi dalam menambah

pasokan valuta asing untuk mengapresasi nilai tukar rupiah.

38

Page 39: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

7. Variabel total nilai impor memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap

nilai tukar. Masih besarnya ketergantungan produksi dalam negeri

terhadap barang modal dan bahan baku yang diimpor memberikan

kontribusi besarnya impor yang selanjutnya memberikan dampak

depresiasi terhadap nilai tukar karena mengurangi penawaran valuta asing

di dalam negeri untuk pembayaran impor dalam valuta asing.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan bagi pihak-pihak yang terkait dengan

penelitian ini adalah:

1. Perlunya menjaga kestabilan tingkat harga yang merupakan cerminan dari

tingkat inflasi, hal ini dikarenakan perbedaan tingkat inflasi dapat

memperburuk nilai tukar rupiah baik dalam jangka pendek maupun jangka

panjang. Oleh karena itu, kebijakan moneter dengan sasaran tunggal yaitu

pengendalian inflasi (inflation targeting) perlu didukung dan dilaksanakan

di Indonesia. Namun demikian, kebijakan pengendalian inflasi yang

dilakukan haruslah dengan tetap menjaga output loss yang seminimal

mungkin.

2. Bagi pemerintah perlu dilakukan upaya dan kebijakan-kebijakan untuk

meningkatkan ekspor baik migas maupun non-migas mengingat devisa

dari ekspor masih sangat diperlukan untuk menambah pasokan devisa

pada sisi supply yang dapat menahan fluktuasi nilai tukar yang berlebihan.

3. Bagi penelitian selanjutnya agar mampu menyajikan data yang lebih bisa

memberikan gambaran yang lebih nyata yakni dengan periode waktu

penelitian diperpanjang, dan menambah variabel ekonomi lainnya,

sehingga dapat terlihat perilaku nilai tukar yang lebih nyata.

39

Page 40: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Iqbal dkk, (Vol. 2 No.1, Januari 2007), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah, MEPA Ekonomi, LIPI.

Agustin, Grisvia, (Vol. 1 No. 1, 2009), Analisis Paritas Daya Beli Pada Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Serikat Periode September 1997-Desember

40

Page 41: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

2007 Dengan Menggunakan Metode Error Correction Model, JESP, Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi : Universitas Negeri Malang.

Atmadja, Adwin Surja, (Vol. 4, No.1, Mei 2002: 69-78), Analisa PergerakanNilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika Setelah Diterapkannya Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas di Indonesia, Jurnal Akuntansi & Keuangan, Fakultas Ekonomi : Universitas Kristen Petra

Bank Indonesia http://www.bi.go.id/ diakses pada tanggal 1 Juni 2012

Bank of Japan. http://www.boj.or.jp/en/statistics/dl/depo/tento/te120530.pdf. diakses pada 1 Juni 2012

Data Inflasi BPS http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=03&notab=6 diakses pada tanggal 1 Juni 2012

Doni, 2009, Dampak Tingkat Inflasi, Suku Bunga, dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Nilai Tukar Dollar Amerika Pada Emiten Di Bursa Efek Indonesia.

Gujarati, Damodar N. Basic Econometrics. Fourth Edition. New York : The Mc Graw-Hill Companies, 2001

Isnowati, Sri. (Vol.9 No.1 Maret 2002). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika: Pendekatan Moneter 1987-1991. Jurnal Bisnis dan Ekonomi

Krugman, Paul R dan Maurice Obstfeld, Ekonomi Internasional, Jilid 1, Edisi Kelima, Jakarta : PT Indeks Kelompok Gramedia, 2001

Kurs Bank Indonesia http://www.ortax.org/ortax/?mod=kursbi&page=neg&id=SGD&jenis=_&search=2005-6-4&search_2=2012-6-29 diakses pada tanggal 1 Juni 2012

Levi, Maurice D, 2001, Keuangan Internasional. Yogyakarta : Andi

Madura, Jeff. 2000. International Management. USA: South-Western College Publishing

Murdayanti, Yunika, (Vol. X No. 1, Maret 2012), Pengaruh Gross Domestic Product, Inflai, Suku Bunga, Money Supply, Current Acount dan Capital Account Terhadap Nilai Kurs Rupiah Indonesia-Dollar Amerika, Ecosains, Dosen Fakultas Ekonomi : Universitas Negeri Jakarta.

Salvator, Dominick. 1997. International Economics, Sixth Edition. New York: John Wiley & Sons Inc

Santoso, Agus Budi, (Vol. 15 No. 1, Maret 2008), Kemampuan Inflasi Pada Model Purchasing Power Parity Dalam Menjelaskan Nilai Tukar Rupiah Terhadap

41

Page 42: Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

Dollar Amerika Serikat, Jurnal Bisnis Dan Ekonomi, Fakultas Ekonomi : Universitas Stikubank Semarang.

Sugiyono, Prof. Dr, 2008, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung : Alfabeta

Supriadi, Apip, (Vol. 2 No. 1, Juni 2010), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Di Indonesia Periode 1990-2008, Magister Manajemen, Dosen Fakultas Ekonomi : Universitas Siliwangi Tasikmalaya

Triyono, (Vol. 9, No. 2, Desember 2008), Analisis Perubahan Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi : Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Wardita, I Wayan, (Vol. 6 No.2, 2008), Pengaruh Selisih Suku Bunga Bank Indonesia Dengan Suku Bunga Internasional, Inflasi, Dan Cadangan Emas Terhadap Kurs US Dollar, Forum Manajemen, Dosen STIMI “Handayani” : Denpasar

Wibowo, Tri dan Hidayat Amir, (Vol. 9 No. 4, Desember 2005), Faktor-Faktor Ynang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah, Jurnal Kajian Ekonomi dan Keuangan, Jakarta : Departemen Keuangan RI.

42