Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKITISPA PADA MASYARAKAT DI WILAYAH KERJAPUSKESMAS TEUNOM KECAMATAN TEUNOM
KABUPATEN ACEH JAYA
SKRIPSI
OLEH
RUSNAINI
09C10104067
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMARTAHUN 2013
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKITISPA PADA MASYARAKAT DI WILAYAH KERJAPUSKESMAS TEUNOM KECAMATAN TEUNOM
KABUPATEN ACEH JAYA
SKRIPSI
OLEH
RUSNAINI
09C10104067
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk MemperolehGelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT2013
LEMBAR PENGESAHAN
JudulSkripsi :FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHIPENYAKIT ISPA PADA MASYARAKAT DIWILAYAHKERJA PUSKESMASTEUNOMKECAMATANTEUNOM KABUPATENACEH JAYA
NamaMahasiswa : RUSNAININIM : 09C10104067Program Studi : ILMU KESEHATAN MASYAAKAT
Menyetujui,KomisiPembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Kiswanto,M.SiSusi Sriwahyuni. SKMNIDN.0119107602 NIDN. 198405162011032002
Mengetahui
DekanFakultas Fakultas Kesehatan KetuaJurusan Fakultas KesehatanMasyarakat Masyarakat
SufyanAnwar,SKM. MARS Citra OvalisaRahmi, SKMNIDN.0121067602
ABSTRAK
Rusnaini Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyakit ISPA di Wilayah KerjaPuskesma Teunom Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya. Dibawahbimbingan Kiswanto,M.Si dan Susi Sriwahyuni,SKM.
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebabkematian yang sering dialami oleh anak-anak di negara berkembang. Untukmeningkatkan upaya perbaikan kesehatan masyarakat, Departemen Kesehatan RImenetapkan 10 program prioritas masalah kesehatan yang ditemukan dimasyarakat untuk mencapai tujuan Indonesia Sehat 2010, dimana salah satudiantaranya adalah Program Pencapaian Penyakit Menular termasuk penyakitInfeksai Saluran Pernapasan Akut.sampel dalam penelitian ini adalah 60 masyarakat yang menjadi pasien diPuskesmas Teunom Kecamtan Teunom Kabupaten Aceh Jaya. Teknikpengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan metode Quotasampling.Hasil penelitian diketahui bahwa dari 14 responden yang pendidikan masyarakattinggi 7,1% yang mengalami penyakit ISPA, dibandingkan dari 16 respondenyang pendidikan masyarakat rendah 93,8% yang mengalami penyakit ISPA. Dari49 responden yang pengetahuan masyarakat baik 10,2% yang mengalami penyakitISPA, sedangkan dari 11 responden yang pengetahuannya tidak baik 90,9% yangmengalami penyakit ISPA. Dari 29 responden yang informasi masyarakat baik17,2% yang mengalami penyakit ISPA, sedangkan dari 31 responden yanginformasinya tidak baik 96,8% yang mengalami penyakit mengalami penyakitISPA. Dari 53 responden yang lingkungan masyarakatnya baik 7,5% yangmengalami penyakit ISPA, sedangkan dari 7 responden yang pengetahuannyatidak baik 71,4% yang mengalami penyakit ISPA.Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan semua variabel independen(pendidikan, pengetahuan, informasi, lingkungan) tidakmempunyai hubungandengan penyakit ISPA dimana p value> α (0,05).Kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Jaya diharapkan agar dapatmengambil kebijakan untuk meningkatkan program pencegahan ISPA baik secaraumum maupun khusus.
Kata Kunci :pengetahuan, pendidikan,informasi, lingkungan dan ISPA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Adapunriwayathiduppenulisadalahsebagaiberikut:
NamaLengkap : RusnainiTempat/tanggallahir : Cot Trap, 10 Oktober 1990JenisKelamin : PerempuanAgama : IslamKebangsaan/Suku : Indonesia/AcehStatus : BelumMenikahPekerjaan : MahasiswiAlamat : Desa Cot Trap, KecamatanTeunom
KabupatenAceh Jaya
NamaOrangtua,Ayah : Tgk. AmiruddinPekerjaan : TaniIbu : MaisarahPekerjaan : TaniAlamat : Desa Cot Trap, KecamatanTeunom
KabupatenAceh Jaya
RiwayatPendidikan :SD Negeri 6 Cot Trap : Berijazahtahun 2003SMP Negeri 4 PayaBaro:Berijazahtahun 2006SMA Negeri 1 Teunom : Berijazahtahun 2009S-I Jurusan Epidemiologi Fakultas Kesehatan MasyarakatUniversitasTeukuUmar masuktahun 2009
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Polusi adalah sejenis gas yang dapat membahayakan yang berasal atau
dihasilkan oleh asap-asap baik dari asap kendaraan bermotor maupun asap-asap
sisa pembakaran dari pabrik-pabrik tertentu. Jarang sekali kita temui keadaan
dijalan yang bersih tanpa adanya polusi dari asap kendaraan bermotor. Polusi juga
dapat menimbulkan penyakit, karena didalam polusi itu terkandung virus-virus
penyakit yang dapat membahayakan kesehatan kita. Banyak warga yang
mengeluh akibat adanya polusi, sampai sekarangpun belum ada cara yang ampuh
untuk menangani polusi, karena semakin hari semakin banyak orang yang
mengendarai kendaraan bermotor sehingga banyak pula asap-asap yang dihasilkan
dan hal itu akan menyebabkan polusi udara (Prathama, 2001)
Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun
kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas,
radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara
mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal,
regional, maupun global.
Pencemaran udara di Indonesia dapat kita lihat, yaitu semakin banyaknya
pembangunan-pembangunan gedung-gedung bertingkat, monorel untuk
mengurangi kemacetan sehingga banyak pohon-pohon yang di tebang, kendaraan
bermotor yang makin meningkat sehingga asap-asap kendaraan mencemari udara,
banyaknya penebangan hutan untuk membuat bangunan tempat tinggal yang
2
mewah sehingga sumber oksigen berkurang, banyaknya masyarakat yang
membuang sampah sembarangan sehingga mencemari air. Semua hal tersebut
adalah sebagian kegiatan atau fenomena yang ada dalam pencemaran udara,
dimana semua itu akan menyebabkan gangguan pada kesehatan manusia itu
sendiri (Depkes RI. 2002).
Secara umum partikel-partikel yang mencemari udara dapat merusak
lingkungan dan menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia.Partikel-partikel
tersebut dapat menimbulkan berbagai macam penyakit saluran pernapasan. Pada
saat menarik nafas, udara yang mengandung partikel akan terhirup masuk
kedalam paru-paru. Ukuran debu partikel yang masuk kedalam paru-paru akan
menentukan letak penempelan atau pengendapan partikel tersebut. Partikel yang
berukuran kurang dari 5 mikron akan bertahan di saluran nafas bagian atas,
sedangkan partikel 3-5 mikron akan tertahan dibagian tengah, partikel lebih kecil
1-3 mikron akan masuk kekantong paru-paru, menempel pada alveoli. Partikel
yang lebih kecil, kurang 1 mikron akan ikut keluar saat dihembuskan (DepkesRI,
2002).
ISPA adalah infeksi akut yang menyerang saluran pernapasan yaitu organ
tubuh yang dimulai dari hidung ke alveolibeserta adneksa (Romelan,
2006).Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab
kematian yang sering dialami oleh anak-anak di negara berkembang. Untuk
meningkatkan upaya perbaikan kesehatan masyarakat, Departemen Kesehatan RI
menetapkan 10 program prioritas masalah kesehatan yang ditemukan di
masyarakat untuk mencapai tujuan Indonesia Sehat 2010, dimana salah satu
3
diantaranya adalah Program Pencapaian Penyakit Menular termasuk penyakit
Infeksai Saluran Pernapasan Akut (Depkes RI, 2002).
Periode batuk-pilek pada balita yang menderita ISPA di Indonesia
diperkirakan sebesar 3 sampai 6 kali pertahun, berarti seorang balita rata-rata
mendapat serangan batuk-pilek sebanyak 3 sampai 6 kali pertahun, sehingga
sebagian besar kunjungan balita kesarana pelayanan kesehatan merupakan
kunjungan penderita ISPA yaitu sebesar 40%-60% di Puskesmas dan 15%-30% di
Rumah Sakit (Depkes RI, 2002).
Di Indonesia ISPA meerupakan penyebab kematian balita nomor satu,
sejak tahun 2000 angka kematian balita akibat ISPA 5 per 1000 balita. Kejadian
ISPA pada balita di Indonesia diperkirakan sebesar 3 sampai 6 kali pertahun. Ini
berarti seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk sebanyak 3 sampai 6 kali
setahun (Depkes RI. 2002).
Beberapa faktor yang berkaitan dengan penyakit ISPA yang terjadi
masyarakat diantaranya adalah (a) pendidikan masyarakat tentang kebersihan dan
kesehatan, (b) pengetahuan masyarakat tentang memeliharaha kesehatan dan
lingkungannya, (c) informasi yang diperoleh masyarakat dari penyuluh kesehatan
tentang penyakit dan penyebab penyakit tersebut khususnya pada penyakit ISPA,
serta (d) lingkungan sekitar masyarakat yang tidak bersih dan membakar sampah
secara sembarangan. (Notoadmodjo. 2003)
Polusi udara yang terjadi di daerah Teunom merupakan salah satu dari
penyebab tingginya kasis ISPA, hal ini dapat di lihat dari kehidupan sehari-hari
masyarakat Teunom yaitu hampir seluruh masyarakat Teunom memiliki
kendaraan baik sepeda motor dan mobil yang yang menyebabkan polutan, selain
4
itu juga disebabkan oleh pembakaran hutan oleh masyarakat sekitar, pembakaran
sampah yang tidak teratur, masyarakat yang merokok di sembarang tempat,
kebersihan lingkungan yang membuang sampah sembarangan dan lain
sebagainya. Hal-hal tersebut akan mencemari udara dimana masyarakat akan
menghirup udara yang telah tercemari sehingga akan mengganggu kesehatan
masyarakat sekitar. Pencemaran udara ini akan langsung terlihat efekknya pada
anak-anak balita yang masih rentan atau mudah untuk terinfeksi penyakit,
terutama penyakit ISPA. Anak-anak yang masih balita sangat rentan terkena
penyakit karena ketahanan tubuh mereka yang masih terlalu muda untuk melawan
penyakit.Anak balita lebih rentan terkena penyakit karena mereka lebih dekat
dengan orang tua, dimana terkadang orang tuanya perokok dan merokok
disembarang tempat.
Beberapa faktor yang berkaitan dengan tingginya insiden ISPA antara
lain adalah status gizi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dimana faktor
resiko terjadinya ISPA, status gizi merupakan faktor yang paling
berhubungan.Berdasarkan penelitian (Kartasasmita, 2000), diketahui bahwa
Prevalensi ISPA cenderung lebih tinggi pada anak dengan status gizi buruk.
Pada tahun 2011 di Puskesmas Teunom pasien yang mengalami ISPA
adalah sebanyak 622 orang pasien, kemudian terjadinya peningkatan kasus pada
tahun 2012 yaitu sebanyak 708 orang pasien yang mengalami ISPA ini semua
terjadi karena keadaan dan kondisi lingkungan sangat berpengaruh terhadap
polusi udara di Daerah Teunom yang kurang memadai dan belum memenuhi
standar kesehatan sesuai dengan ketentuan syarat kesehatan (Puskesmas Teunom,
2012).
5
Jumlah desa di wilayah kerja Puskesmas Teunom sebanyak 22 desa, dan
jumlah penduduk pada tahun 2011-2012 sebanyak 18.122 jiwa, yang terdiri dari
9.049 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 9.073 jiwa berjenis kelamin perempuan.
Tenaga kesehatan yang tersedia di Puskesmas Teunom seluruhnya adalah
sebanyak 67 orang.
Menurut penelitian awal dikatakan bahwa masyarakat sekitar wilayah
kerja Puskesmas Teunomkurang memahami sepenuhnya tentang penyakit ISPA
dan faktor apa saja yang berhubungan dengan penyakit ISPA secara umum.Hal ini
dikarenakan masyarakat sekitar merasa bahwa penyakit ISPA hanyalah penyakit
yang biasa terjadi pada anak.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan suatu
penelitian dalam bentuk skripsi yang diberi judul:“Faktor-faktor yang
mempengaruhi Penyakit ISPA pada masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan Bagaimana
pengaruhpengetahuan, pendidikan, lingkungan dan informasi terhadap
penyakitISPA pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Teunom
Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013?.
6
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1.Tujuan Umum
Untuk mengetahui Bagaimana pengaruh Faktor-faktor pengetahuan,
pendidikan, lingkungan dan informasi terhadap penyakit ISPA pada masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengaruh faktor Pengetahuan terhadap penyakit ISPA
pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Teunom Kabupaten
Aceh Jaya Tahun 2013.
2. Untuk mengetahui pengaruh faktor pendidikan terhadap penyakit ISPA pada
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Teunom Kabupaten
Aceh Jaya Tahun 2013.
3. Untuk mengetahui pengaruh faktor Informasi terhadap penyakit ISPA pada
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Teunom Kabupaten
Aceh Jaya Tahun 2013.
4. Untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan terhadap penyakit ISPA pada
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Teunom Kabupaten
Aceh Jaya Tahun 2013.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Praktis
1. Bagi masyarakat sebagai bahan informasi mengenai pengaruh polusi
udara terhadap penyakit ISPA di Puskesmas Kecamatan Teunom
Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013.
7
2. Bagi Puskesmas Teunom sebagai bahan masukan untuk meningkatkan
pengetahuan tentang pengaruh polusi udara terhadap penyakit ISPA di
Puskesmas Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013.
3. Dapat menjadi bahan masukan bagi masyarakat untuk memperbaiki
kondisi lingkungan agar terhindar dari bahaya pengaruh polusi udara
terhadap kesehatan.
1.4.2. Manfaat Teoritis
1. Bagi peneliti dapat menambah wawasan dalam melakukan penelitian
khususnya Faktor-faktor pengetahuan, pendidikan, lingkungan dan
informasi terhadap penyakit ISPA pada masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013
2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar sebagai
salah satu bahan masukan atau informasi guna menambah bahan
perpustakaan yang dapat digunakan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.
3. Bagi pihak lain diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi
untuk dipelajari dibangku perkuliahan, dan dapat membandingkan antara
teori dengan praktek yang sesungguhnya di lapangan khususnya tentang
penyakit ISPA.
8
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1.Pengetahuan
Pendapat dari WHO (2000) bahwa pengetahuan diperoleh dari
pengalaman, selain itu juga dari guru, orang tua, buku, dan media masa.
Pengetahuan adalahsesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran.
Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam seperti motivasi dan
faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia serta keadaan sosial budaya
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003).
Secara garis besar menurut (Notoatmodjo. 2005) domain tingkat
pengetahuan (kognitif) mempunyai enam tingkatan, meliputi: mengetahui,
memahami, menggunakan, menguraikan, menyimpulkan dan mengevaluasi. Ciri
pokok dalam taraf pengetahuan adalah ingatan tentang sesuatu yang diketahuinya
baik melalui pengalaman, belajar, ataupun informasi yang diterima dari orang
lain.Pengetahuan merupakan hasil dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Menurut Bloom(dalam Notoatmodjo. 2000) kecakapan berfikir pada
manusia dapat dibagi dalam 6 kategori yaitu :
1. Pengetahuan (knowledge) mencakup ketrampilan mengingat kembali faktor-
faktor yang pernah dipelajari.
2. Pemahaman (comprehension)meliputi pemahaman terhadap informasi yang
ada.
9
3. Penerapan (application)mencakup ketrampilan menerapkan informasi atau
pengetahuan yang telah dipelajari ke dalam situasi yang baru.
4. Analisis (analysis)meliputi pemilahan informasi menjadi bagian-bagian atau
meneliti dan mencoba memahami struktur informasi.
5. Sintesis (synthesis) mencakup menerapkan pengetahuan dan ketrampilan
yang sudah ada untuk menggabungkan elemen-elemen menjadi suatu pola
yang tidak ada sebelumnya.
6. Evaluasi (evaluation)meliputi pengambilan keputusan atau menyimpulkan
berdasarkan kriteria-kriteria yang ada biasanya pertanyaan memakai kata:
pertimbangkanlah, bagaimana kesimpulannya.
Pengetahuan atau kognitif menurut Green merupakan hasil dari tahu dan
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan terjadi melalui panca indera penglihatan, penciuman, rasa dan
raba.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga.Teori pengetahuan berkaitan dengan sumber-sumber
pengetahuan.Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih
langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. (Notoatmodjo,
2003)
2.2. Polusi Udara
Polusi adalah sejenis gas yang dapat membahayakan yang berasal atau
dihasilkan oleh asap-asap baik dari asap kendaraan bermotor maupun asap-asap
sisa pembakaran dari pabrik-pabrik tertentu. Jarang sekali kita temui keadaan
10
dijalan yang bersih tanpa adanya polusi dari asap kendaraan bermotor. Polusi juga
dapat menimbulkan penyakit, karena didalam polusi itu terkandung virus-virus
penyakit yang dapat membahayakan kesehatan kita. Banyak warga yang
mengeluh akibat adanya polusi, sampai sekarangpun belum ada cara yang ampuh
untuk menangani polusi, karena semakin hari semakin banyak orang yang
mengendarai kendaraan bermotor sehingga banyak pula asap-asap yang dihasilkan
dan hal itu akan menyebabkan polusi udara (Prathama, 2001)
Pencemaran udara atau polusi udara adalah kehadiran satu atau lebih
substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat
membahayakan kesehatan makhluk hidup, seperti asap pabrik,asap kendaraan, dan
pembakaran hutan (Depkes RI. 2002)
Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun
kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas,
radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara
mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal,
regional, maupun global (Riyadi. 2000)
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 1999 mengenai
Pengendalian Pencemaran Udara,Pencemaran udara adalah masuknya atau
dimasukanya zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam udara ambient oleh
kegiatan manusia sehingga mutu udara ambient turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan udara ambient tidak memenuhi fungsinya.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 pasal 1 ayat 12
mengenai Pencemaran Lingkungan,Pencemaran udara adalah pencemaran yang
disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pencemaran yang berasal dari
11
pabrik, kendaraan bermotor, pembakaran sampah, sisa pertanian, dan peristiwa
alam seperti kebakaran hutan, letusan gunung api yang mengeluarkan debu, gas,
dan awan panas.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1407 tahun
2002 tentang Pedoman Pengendalian Dampak Pencemaran Udara, pencemaran
udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain
ke dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan atau mempengaruhi kesehatan manusia.
Menurut Wikipedia Indonesia, Ensiklopedia Bebas,pencemaran udara
adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer
dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan
tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.
Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan
manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau
polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan
dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun
global.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pencemaran
udaraadalah peristiwa masuknya, atau tercampurnya, polutan (unsur-unsur
berbahaya) ke dalam lapisan udara (atmosfer) yang dapat mengakibatkan
menurunnya kualitas udara (lingkungan). Umumnya, polutan yang mencemari
udara berupa gas dan asap. Gas dan asap tersebut berasal dari hasil proses
pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna, yang dihasilkan oleh mesin-mesin
pabrik, pembangkit listrik dan kendaraan bermotor. Selain itu, gas dan asap
12
tersebut merupakan hasil oksidasi dari berbagai unsur penyusun bahan bakar,
yaitu: CO2 (karbondioksida), CO (karbonmonoksida), SOx (belerang oksida) dan
NOx (nitrogen oksida).
2.3. Penyakit ISPA
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut, istilah
ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections
(ARI). Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari
saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah)
termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena sistem
pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian penyakit batuk pilek pada balita di
Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali per tahun, yang berarti seorang balita rata-
rata mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun (Nur. 2004)
Menurut (Darmawan. 2000) Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni
infeksi, saluran pernafasan dan akut, dimana pengertiannya sebagai berikut :
1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta
organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
3. Infeksi Akut adalah Infeksi yang langsung sampai dengan 14 hari. batas 14
hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa
penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung
lebih dari 14 hari.
13
ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran
pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru – paru) dan organ adneksa
saluran pernafasan. dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran
pernafasan (respiratory tract). Sebagian besar dari infeksi saluran pernafasan
hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan
dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi
paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian. Program
Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan
yaitu ISPA non- Pneumonia ataudikenal masyarakat dengan istilah batuk pilek
dan ISPA Pneumonia, apabila batuk pilek disertai gejala lain seperti kesukaran
bernapas, peningkatan frekuensi nafas (nafas cepat).
Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkhus dilapisi oleh membran
mukosa bersilia, udara yang masuk melalui rongga hidung disaring, dihangatkan
dan dilembabkan. Partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut yang
terdapat dalam hidung, sedangkan partikel debu yang halus akan terjerat dalam
lapisan mukosa. Gerakan silia mendorong lapisan mukosa ke posterior ke rongga
hidung dan ke arah superior menuju faring.
Secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat
menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat
berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi oleh
bahan pencemar. Produksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan
penyempitan saluran pernafasan dan rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran
pernafasan. Akibat dari hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bernafas
14
sehingga benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran
pernafasan, hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan.
Menurut WHO, sekresi lendir atau gejala pilek terjadi juga pada penyakit
common cold disebabkan karena infeksi kelompok virus jenis rhinovirus dan atau
coronavirus. Penyakit ini dapat disertai demam pada anak selama beberapa jam
sampai tiga hari. Sedangkan pencemaran udara diduga menjadi pencetus infeksi
virus pada saluran nafas bagian atas. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah,
darah, bersin, udara pernafasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh
orang sehat kesaluran pernafasannya.
2.3.1. Penyebab penyakit ISPA
Secara umum, efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat
menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat
berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi oleh
bahan pencemar. Produksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan
penyempitan saluran pernafasan dan rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran
pernafasan. Akibat dari hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bernafas
sehingga benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran
pernafasan, hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan
(Almatseir. 2003).
a. Tanda-tanda bahaya secara umum (Depkes RI. 2002)
1. Pada sistem pernafasan : napas cepat dan tak teratur, sesak, kulit wajah
kebiruan, suara napas lemah atau hilang, mengi, suara nafas seperti ada
cairannya sehingga terdengar keras
15
2. Pada sistem peredaran darah dan jantung : denyut jantung cepat dan
lemah, tekanan darah tinggi, tekanan darah rendah dan gagal jantung.
3. Pada sistem saraf : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung,
kejang, dan koma.
4. Gangguan umum : letih dan berkeringat banyak.
b. Pencegahan ISPA dapat dilakukan (Depkes RI. 2002) dengan :
1. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
2. Imunisasi.
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
4. Mencegah kontak dengan penderita ISPA
2.3.2. Pengaruh Pengetahuan Masyarakat dengan Penyakit ISPA
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu, penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, penciuman, pendengaran,
rasa dan raba, sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh mata dan
telinga.Pengetahuan yang dimaksud disini adalah pengetahuan masyarakat dalam
menjaga lingkungannya, terutama ibu-ibu dalam menjaga anak-anaknya agar
terhindar dari penyakit-penyakit dan bahaya dari penyakit tersebut yang dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak, serta tindakan yang
dilakukan oleh ibu bila anaknya terkena suatu penyakit Pneumonia
(Notoadmodjo, 2005).
Dari penelitian yang dilakukan oleh Depkes RIdidapat bahwa salah satu
faktor pengetahuan masyarakat, khususnya ibu sangat berhubungan dengan
keberhasilan penanganan penyakit ISPA pada balita, hal ini terlihat dari 139 balita
16
yang meninggal akibat penyakit ISPA 30 balita (22,0%) tidak di bawa kerumah
sakit untuk berobat, hal ini disebabkan karena masih rendahnya pengetahuan
masyarakat khususnya ibu-ibu tentang penyakit ISPA, keadaan ini juga sesuai
dengan hasil survey demografi dan kesehatan Indonesia (1999), dari 13.260 anak
yang menderita batuk dengan nafas cepat, dan sebanyak 20,5% diobati sendiri dan
11,7% tidak diobati (Depkes RI, 2002)
Myrnawati (dalam Darmawan. 2000) juga menyatakan bahwa faktor
yang mempengaruhi ISPA dan Pneumonia pada balita adalah gizi kurang, tidak
mendapat ASI yang memadai, kepadatan tempat tinggal, imunisasi yang tidak
memadai dan defisiensi vitamin A.
2.4.Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Masyarakat
Menurut (Notoatmodjo. 2003) Faktor-faktor yang mempengaruhi
Kesehatan masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan hasil tahu dari terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu.Pengetahuan terjadi melalui panca indera pengelihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba.Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
2. Pendidikan
Pendidikan adalah proses dimana seseorang mengambil kemampuan
sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya didalam masyarakat
dimana pun hidup, proses social dimana orang di hadapkan pada
17
pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (lingkungan yang
datang sekolah), sehingga ia dapat memperoleh atau mengalami
pengembangan kemampuan social dan kemampuan individu yang
optimum.
3. Informasi.
Informasi adalah segala sesuatu hal atau kejadian yang diperoleh baik
dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh
jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan
atau peningkatan pengetahuan. Adanya informasi baru mengenai sesuatu
hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan
terhadap hal tersebut.
4. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada
dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal
balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap
individu.
5. Sosial Budaya
Sosial budaya adalah Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang
tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan
demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak
melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan
tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,
18
sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan
seseorang.
6. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang
diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.
Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan
pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar
selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil
keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara
ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.
7. Usia
Usia adalah umur atau lamanya perjalanan hidup seseorang. Usia
mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap
dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam
masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan
persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua,
selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak
waktu untuk membaca.. Dua sikap tradisional mengenai jalannya
perkembangan selama hidup :
19
1. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang
dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga
menambah pengetahuannya.
2. Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah
tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat
diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya
usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain seperti
misalnya kosa kata dan pengetahuan umum.
8. Dukungan Keluarga
Dukungan Keluarga adalah suatu upaya yang diberikan kepada orang
lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam
melakukan seseutu hal atau kegiatan.
2.5. Kerangka Teoritis
Faktor Predisposisi1. Pengetahuan2. Pendidikan3. Informasi4. Lingkungan
Faktor pendukung1. Pengalaman2. Sosial Budaya3. Usia
Faktor pendorong1. Dukungan Keluarga2. Sikap Petugas Kesehatan
Gambar 2.1 Kerangka TeoriSumber : dari buku ilmu kesehatan masyarakat dan pronsip-prinsip dasar
(Notoatmodjo, 2003)
Penyakit ISPA
20
2.6.Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependent
1. Pengetahuan2. Pendidikan3. Informasi4. Lingkungan
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
2.7.Hipotesis Penelitian
1. Adanya Pengaruh antara faktor pengetahuan terhadap Penyakit ISPA pada
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom
Kabupaten Aceh jaya
2. Adanya Pengaruh antara faktor pendidikanterhadap Penyakit ISPA pada
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom
Kabupaten Aceh jaya
3. Adanya Pengaruh antara faktor informasiterhadap Penyakit ISPA pada
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom
Kabupaten Aceh jaya
4. Adanya Pengaruh antara faktor lingkunganterhadap Penyakit ISPA pada
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom
Kabupaten Aceh jaya
PENYAKITISPA
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini bersifatAnalitikdeskriptif dengan pendekatan Cross
Sectional, dimana variable bebas dan terikat diteliti pada saat yang bersamaan saat
penelitian dilakukan, yang bertujuanuntuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi penyakit ISPA masyarakat diwilayah kerja Puskesmas Teunom
Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya tahun 2013.
3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom
Mei sampai dengan Agustus tahun 2013.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang menjadi
pasien di Puskesmas Teunom Kecamtan Teunom Kabupaten Aceh Jaya sebanyak
150 orang
3.3.2. Sampel
Menurut Notoatmodjo (2005) cara pengambilan sampel pada penelitian
ini adalah secara acak sederhana atau random sampling dengan rumus sebagai
berikut:
Nn =
1 + N (d)2
22
Keterangan : N : Populasi PenelitianS : Sampel PenelitianD : Tingkat Kesalahan/ eror yang di gunakan
150n =
1 + 150 (0,1)2
150n =
1 + 150 (0,01)
150n =
1 + 1,5
150n =
2,5n = 60
Jadi jumlah keseluruhan yang diambil adalah sebanyak 60 responden,
teknik pengambilan sampel menggunakan Quota Sampling dimana anggota
populasi dapat dijadikan sampel yang terpenting jumlah sampel yang telah
ditetapkan dapat dipenuhi.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Setelah data dikumpulkan penulis melakukan pengolahan data dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Editing (memeriksa), yaitu data yang telah didapatkan di edit untuk
mengecek ulang atau mengoreksi untuk mengetahui kebenaran
2. Coding, dimana data yang telah didapat dari hasil penelitian dikumpul
dan diberi kode.
3. Tabulating data, data yang telah dikoreksi kemudian dikelompokkan
dalam bentuk tabel.
23
3.5. Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer
Data yang diperoleh dari peninjauan langsung kelapangan melalui
wawancara dan observasi dengan menggunakan kuisioner dan checklist yang
telah disusun sebelumnya.
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari dinas kesehatan Kabupaten Aceh Jaya,
Puskesmas Teunom serta intansi terkait lainnya.
3.6. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
NO Variabel Keterangan Variabel Dependen
1 Penyakit ISPA Definisi Infeksi akut yang menyerangsaluran pernapasan yaitu organ
tubuhyang dimulai hidung kealveoli
besertaadneksa.Cara ukur ObservasiAlat Ukur Kartu BerobatHasil Ukur 1.Berat
2. RinganSkala ukur Ordinal
NO Variabel Keterangan Variabel Independen
1 Pengetahuan Definisi Pemahaman mengenaiPenyakitISPA
Cara ukur WawancaraAlat Ukur KuesionerHasil Ukur 1. Baik
2. Tidak BaikSkala ukur Ordinal
24
2 Pendidikan DefinisiJenjang pendidikan formal yangditempuhresponden dibuktikandengan ijazah
Cara ukur WawancaraAlat Ukur KuesionerHasil Ukur 1.Tinggi
2. Menengah3. Rendah
Skala ukur Ordinal
3 Informasi Definisi pesan yangdidapat oleh respondenMengenaipenyakitISPA
Cara ukur WawancaraAlat Ukur KuesionerHasil Ukur 1. Baik
2. Tidak BaikSkala ukur Ordinal
4 Lingkungan Definisi keadaan tempat tinggal respondendan situasi keluarga
Cara ukur WawancaraAlat Ukur KuesionerHasil Ukur 1. Baik
2. Tidak BaikSkala ukur Ordinal
3.7. Aspek Pengukuran Variabel
Aspek pengukuran yang digunakan dalam pengukuranvariabel dalam
penelitian ini adalah skala Guddman yaitu memberi skor dari nilai tertinggi ke
nilai terendah berdasarkan jawaban responden (Notoatmodjo, 2003).
1. Penyakit ISPA
Berat : jika kartu berobat yang digunakan responden menunjukkan
banyak catatan tentang penyakit ISPA.
Ringan :jika kartu berobat yang digunakan responden menunjukkan tidak
banyak catatan tentang penyakit ISPA.
25
2. Pengetahuan
Baik: jika responden mendapat skor nilai ≥ 4 dari total skor.
Tidak baik: jika responden mendapat skor nilai < 4 dari total skor.
3. Pendidikan
a. Tinggi : Apabila responden tamat pendidikan Diploma,
Sarjana, Spesialis, dan Doktor.
a. Menengah : Apabila responden tamat pendidikan SMA, SMK,
Dan MA
b. Rendah : Apabila responden hanya tamat pendidikan
SD/MI, SMP/MTs
4. Informasi
Baik: jika responden mendapat skor nilai ≥ 3 dari total skor.
Tidak baik: jika responden mendapat skor nilai < 3 dari total skor.
5. Lingkungan
Baik: jika responden mendapat skor nilai ≥ 3 dari total skor.
Tidak baik: jika responden mendapat skor nilai < 3 dari total skor
6. ISPA
Tinggi: jika responden mendapat skor nilai ≥ 2 dari total skor.
Rendah: jika responden mendapat skor nilai < 2 dari total skor.
3.8. Teknik Analisis Data
3.8.1. Analisis Univariat
Analisis Univariat dilakukan untuk mendapat data tentang distribusi
frekuensi dari masing-masing variabel, kemudian data ini di sajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi.
26
3.8.2. Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hipotesis dengan menentukan
hubungan antara variabel independen (variabel bebas) dengan variabel dependen
(variabel terikat) dengan menggunakan uji statistikChi-square (X2).
Kemudian untuk mengamati derajat hubungan antara variabel tersebut
akan di hitung nilai odd ratio (OR)
a. Bila tabel 2 x 2, dan dijumpai nilai expected (harapan) kurang dari 5,
maka yang digunakan adalah “Fisher’s Exact Test”
b. Bila tabel 2 x 2 tidak ada nilai E < 5, maka uji yang dipakai
sebaiknya “Continutity Correction (a)”
c. Bila tabel lebih dari 2 x 2, misalnya 3 x 2, 3 x 3, dan sebagai berikut,
maka di gunakan uji “Pearson Chi-Square”
Analisis data dilakukan dengan menggunakan perangkat computer untuk
membuktikan yaitu dengan ketentuan p value> 0,05 (H0 diterima) sehingga
disimpulakan tidak ada hubungan yang bermakna.
27
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum
Puskesmas Teunom terletak di jalan Banda Aceh-Meolaboh, KM 189
Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya.
Adapun batas-batas wilayah kerja puskesmas Teunom :
1. Sebelah utara berbatasan dengan kabupaten pidie
2. Sebelah timur berbatasan dengan kabupaten aceh barat
3. Sebelah selatan berbatasan dengan samudra hindia
4. Sebelah barat berbatasan dengan kecamtan panga
Puskesmas teunom melakukan pelayanan kesehatan terhadap 4
kemukiman,22 desa dan 82 dusun dengan luas wilayah 66km2,puskesmas teunom
terletak 38 Km dari ibu kota kabupaten aceh jaya 60 KM dari ibu kota aceh barat
dan 189 Km dari ibu kota propinsi aceh ,dengan jarak tempuh desa terdekat 2 KM
dan jarak terjauh 25 Km.puskesmas teunom membawahi 8 pustu,7 polindes dan 4
posyandu plus.Jumlah penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas Teunom
Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya 18.122 jiwa, yang terdiri dari 6014
KK.
A. Visi Puskesmas Teunom: Terwujudnya pelyanan kesehatan dasar yang
optimal dan bermutu mewujudkan teunom sehat
28
B. Misi Puskesmas Teunom:
- Memberikan pelayanan kesehatan secara profesional kepada masyarakat
- Meningkatkan sumber daya untuk menunjang mutu pelayanan
- Menyiapkan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan dasar yang
optimal
- Menggerakkan peran serta dan kemandirian masyarakat
- Meningkatkan kemitraan dan kerja sama lintas sekitar dan swasta
- Meningkatkan sistem informasi kesehatan
4.1.2 Analisis Univariat
Sebelum dilakukannya analisis bivariat untuk meihat hubungan antar
variabel maka terlebih dahulu dibuat analisi univariat dengan tabel distribusi
frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti:
1. Pengetahuan
Tabel 4.1. Disstribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Masyarakat diWilayah Kerja Puskesmas Teunom Kecamatan TeunomKabupaten Aceh Jaya.
NO Pengetahuan Masyarakat Frekuensi %
1 Baik 49 81,7%2 Tidak Baik 11 18,3%
Total 60 100Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Dari tabel 4.1. diketahui bahwa pengetahuanmasyarakat di wilayah kerja
puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya terhadap penyakit
ISPA yang baik sebanyak 49 orang (81,7%) sedangkan yang tidak baik hanya 11
orang (18,3%).
29
2. Pendidikan
Tabel 4.2. Disstribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Masyarakat diWilayah Kerja Puskesmas Teunom Kecamatan TeunomKabupaten Aceh Jaya.
NO Pendidikan Masyarakat Frekuensi %
1 Tinggi 14 23%2 Menengah 30 50%3 Rendah 16 27%
Total 60 100Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Dari tabel 4.2. diketahui bahwa pendidikan masyarakat di wilayah kerja
puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya yang paling
banyak adalah tingkat menegah yaitu sebanyak 30 orang (50%) sedangkan yang
tinggi hanya 14 orang (23%) dan yang rendah 16 orang (27%).
3. Informasi
Tabel 4.3. Disstribusi Responden Berdasarkan Inormasi Masyarakat diWilayah Kerja Puskesmas Teunom Kecamatan TeunomKabupaten Aceh Jaya.
NO Informasi Masyarakat Frekuensi %
1 Baik 29 48,3%2 Tidak Baik 31 51,7%
Total 60 100Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Dari tabel 4.3. diketahui bahwa informasimasyarakat di wilayah kerja
puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya terhadap penyakit
ISPA yang baik sebanyak 29 orang (48,3%) sedangkan yang tidak baik hanya 31
orang (51,7%).
30
4. Lingkungan
Tabel 4.4. Disstribusi Responden Berdasarkan Lingkungan Masyarakat diWilayah Kerja Puskesmas Teunom Kecamatan TeunomKabupaten Aceh Jaya.
NO Lingkungan Masyarakat Frekuensi %
1 Baik 53 88,3%2 Tidak Baik 7 11,7%
Total 60 100Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Dari tabel 4.4. diketahui bahwa lingkunganmasyarakat di wilayah kerja
puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya terhadap penyakit
ISPA yang baik sebanyak 53 orang (88,3%) sedangkan yang tidak baik hanya 7
orang (11,7%).
5. ISPA
Tabel 4.5. Disstribusi Responden Berdasarkan penyakit ISPA yang terjadipada Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas TeunomKecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya.
NO Penyakit ISPA Frekuensi %
1 Tinggi 54 90%2 Rendah 6 10%
Total 60 100Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Dari tabel 4.5. diketahui bahwa penyakit ISPA yang terjadi
padamasyarakat di wilayah kerja puskesmas Teunom Kecamatan Teunom
Kabupaten Aceh Jaya yang tinggi sebanyak 54 orang (90%) sedangkan yang
rendah hanya 6 orang (10%)
31
5.1.3 Analisis Bivariat
Analisi bivariat untuk mengetahui hubunbgan variabel independen dan
dependen. Pengujian ini menggunakan uji chi-square. Dikatakan ada hubungan
dengan bermakna secara statistik jika diperoleh nilai p < 0,05.
a. Pengetahuan masyarakat tentang penyakit ISPA
Tabel 4.6. Pengetahuan masyarakat dengan Penyakit ISPA di wilayah kerjapuskesmas Teunom Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya
Pengetahuan Penyakit ISPA TotalRendah Tinggi p
n % n % n % ORBaik 5 10,2 44 89,8 49 100 1,0 0.880Tidak Baik 1 9,1 10 90,9 11 100Jumlah 6 10 54 90 60 100Sumber:Data Primer (diolah tahun 2013)
Dari tabel 4.6. di atas diketahui bahwa 49 responden yang pengetahuan
masyarakat baik 10,2% yang mengalami penyakit ISPA, sedangkan dari 11
responden yang pengetahuannya tidak baik 90,9% yang mengalami penyakit
mengalami penyakit ISPA. Dari hasil uji chi square didapat nilai p Value = 1,0
dan ini lebih besar dari α = 0,05 sehingga tidak adanyapengaruh yang signifikan
antara pengetahuan masyarakat dengan penyakit ISPA di wilayah kerja
puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya.
Dilihat dari OR 0,880 maka dapat diartikan bahwa masyarakat yang
memiliki pengetahuan baik mempunyai peluang 1 kali untuk mengalami penyakit
ISPA.
32
b. Pendidikan masyarakat tentang penyakit ISPA
Tabel 4.7. Pendidikan masyarakat dengan Penyakit ISPA di wilayah kerjapuskesmas Teunom Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya
Pendidikan Penyakit ISPA TotalRendah Tinggi p
n % n % n % ORTinggi 1 7,1 13 92,9 14 100 0,688 -Mengengah 4 13,3 26 86,7 30 100Rendah 1 6,3 15 93,8 16 100Jumlah 6 10 54 90 60 100Sumber:Data Primer (diolah tahun 2013)
Dari tabel4.7di atas diketahui bahwa 14 responden yang pendidikan
masyarakat tinggi 7,1% yang mengalami penyakit ISPA, sedangkan dari 16
responden yang pendidikan masyarakat rendah 93,8% yang mengalami penyakit
ISPA. Dari hasil uji chi square didapat nilai p Value = 0,688 dan ini lebih besar
dari α = 0,05 sehingga tidakadanyapengaruh yang signifikan antara pendidikan
masyarakat dengan penyakit ISPA di wilayah kerja puskesmas Teunom
Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya.
c. Informasi masyarakat tentang penyakit ISPA
Tabel 4.8. Informasi masyarakat dengan Penyakit ISPA di wilayah kerjapuskesmas Teunom Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya
Informasi Penyakit ISPA TotalRendah Tinggi p
n % n % n % ORBaik 5 17,2 24 82,8 29 100 0,980.160Tidak Baik 1 3,2 30 96,8 31 100Jumlah 6 10 54 90 60 100Sumber:Data Primer (diolah tahun 2013)
Dari tabel di atas diketahui bahwa 29 responden yang informasi
masyarakat baik 17,2% yang mengalami penyakit ISPA, sedangkan dari 31
33
responden yang informasinya tidak baik 96,8% yang mengalami penyakit
mengalami penyakit ISPA. Dari hasil uji chi square didapat nilai p Value = 0,98
dan ini lebih besar dari α = 0,05 sehingga tidak adanyapengaruh yang signifikan
antara informasi masyarakat dengan penyakit ISPA di wilayah kerja puskesmas
Teunom Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya.
Dilihat dari OR 0,160 maka dapat diartikan bahwa masyarakat yang
memiliki informasi baik tidak mempunyai peluang untuk mengalami penyakit
ISPA.
d. Lingkungan masyarakat tentang penyakit ISPA
Tabel 4.9. Lingkungan masyarakat dengan Penyakit ISPA di wilayah kerjapuskesmas Teunom Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya
Lingkungan Penyakit ISPA TotalRendah Tinggi p
n % n % n % ORBaik 4 7,5 49 92,5 53 100 0,1404,900Tidak Baik 2 28,6 5 71,4 7 100Jumlah 6 10 54 90 60 100Sumber:Data Primer (diolah tahun 2013)
Dari tabel di atas diketahui bahwa 53 responden yang lingkungan
masyarakatnya baik 7,5% yang mengalami penyakit ISPA, sedangkan dari 7
responden yang pengetahuannya tidak baik 71,4% yang mengalami penyakit
ISPA. Dari hasil uji chi square didapat nilai p Value = 0,140 dan ini lebih besar
dari α = 0,05 sehingga tidakadanyapengaruh yang signifikan antara lingkungan
masyarakat dengan penyakit ISPA di wilayah kerja puskesmas Teunom
Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya.
34
Dilihat dari OR 4,900 maka dapat diartikan bahwa masyarakat yang
memiliki lingkungan baik mempunyai 5 kali peluang untuk tidak mengalami
penyakit ISPA.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengetahuan dengan penyakit ISPA
Pengetahuan yang baik belum tentu tidak mengalami penyakit ISPA.Hal
ini terlihat dari masyarakat Teunom yang berada disekitar wilayah kerja
Puskesmas Teunom yang rata-rata mempunyai pengetahuan yang baik tetapi
masih juga mengalami penyakit ISPA.
Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan diwilayah kerja
puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya, diketahui bahwa
tidak adanyapengaruh antara pengetahuan dengan penyakit ISPA dimana hasil
chi-square menunjukkan nilainya lebih besar dari α = 0,05 yaitu 1,0. Selain itu
dari 49 responden yang pengetahuan masyarakat baik 10,2% yang mengalami
penyakit ISPA, sedangkan dari 11 responden yang pengetahuannya tidak baik
90,9% yang mengalamipenyakit ISPA.
Menurut Notoatmodjo (2003) Pengetahuan atau kognitif merupakan hasil
tahu dari terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu.Pengetahuan terjadi melalui panca indera pengelihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga.
35
4.2.2 Pendidikan dengan penyakit ISPA
Pendidikan yang baik belum tentu tidak mengalami penyakit ISPA.Hal
ini terlihat dari masyarakat Teunom yang berada disekitar wilayah kerja
Puskesmas Teunom yang rata-rata mempunyai pendidikan yang baik tetapi masih
juga mengalami penyakit ISPA.
Hasil penelitian menunujukkan bahwa tidakadanya pengaruh antara
pendidikan dengan penyakit ISPA dimana hasil chi-square menunjukkan nilainya
lebih besar dari α = 0,05 yaitu 0,688. Selain itu dari 14 responden yang
pendidikan masyarakat tinggi 7,1% yang mengalami penyakit ISPA,
dibandingkan dari 16 responden yang pendidikan masyarakat rendah 93,8% yang
mengalami penyakit ISPA.
Menurut Notoatmodjo (2003) Pendidikan adalah proses dimana
seseorang mengambil kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya
didalam masyarakat dimana pun hidup, proses social dimana orang di hadapkan
pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (lingkungan yang datang
sekolah), sehingga ia dapat memperoleh atau mengalami pengembangan
kemampuan social dan kemampuan individu yang optimum.
4.2.2 Informasi dengan penyakit ISPA
Informasi yang baik belum tentu tidak mengalami penyakit ISPA.Hal ini
terlihat dari masyarakat Teunom yang berada disekitar wilayah kerja Puskesmas
Teunom yang rata-rata mempunyai informasi yang baik tetapi masih juga
mengalami penyakit ISPA.
36
Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan diwilayah kerja
puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya, diketahui bahwa
tidak adanya pengaruh antara informasi dengan penyakit ISPA dimana hasil chi-
square menunjukkan nilainya lebih besar dari α = 0,05 yaitu 0,98. Selain itu dari
29 responden yang informasi masyarakat baik 17,2% yang mengalami penyakit
ISPA, sedangkan dari 31 responden yang informasinya tidak baik 96,8% yang
mengalamipenyakit ISPA.
Menurut Notoatmodjo (2003) Informasi adalah segala sesuatu hal atau
kejadian yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat
memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan
perubahan atau peningkatan pengetahuan. Adanya informasi baru mengenai
sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan
terhadap hal tersebut.
4.2.3 Lingkungan dengan penyakit ISPA
Lingkungan yang baik belum tentu tidak mengalami penyakit ISPA.Hal
ini terlihat dari masyarakat Teunom yang berada disekitar wilayah kerja
Puskesmas Teunom yang rata-rata mempunyai lingkungan yang baik tetapi masih
juga mengalami penyakit ISPA.
Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan diwilayah kerja
puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya, diketahui bahwa
tidak adanya pengaruh antara lingkungan dengan penyakit ISPA dimana hasil chi-
square menunjukkan nilainya lebih besar dari α = 0,05 yaitu 0,140. Selain itu dari
53 responden yang lingkungan masyarakatnya baik 7,5% yang mengalami
37
penyakit ISPA, sedangkan dari 7 responden yang pengetahuannya tidak baik
71,4% yang mengalami penyakit ISPA.
Menurut Notoatmodjo (2003) Lingkungan adalah segala sesuatu yang
ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.
Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam
individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya
interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh
setiap individu.
38
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Tidak adanya pengaruh antara pengetahuan dengan penyakit ISPA ( PValue
(1,0) >α (0,05)).
2. Tidak adanya pengaruh antara pendidikan dengan penyakit ISPA ( PValue
(0,688) >α (0,05)).
3. Tidak adanya pengaruh antara informasi dengan penyakit ISPA ( PValue
(0,98) >α (0,05)).
4. Tidak adanya pengaruh antara lingkungan dengan penyakit ISPA ( PValue
(0,140) >α (0,05)).
5.2 Saran
1. Kepada bapak-bapak, dan ibu-ibu diharapkan agar dapat lebih
meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan
lingkungan dan memelihara kesehatan keluarga, serta mencari
informasi agar lebih meningkatkan pengetahuan tentang penyakit
ISPA dan juga ikut serta berperan aktif keluarga dalam menjaga
\kebersihan lingkungan dan seggala faktor yang dapat mempengaruhi
penyakit ISPA sehingga keluarga dapat terjauh dari penyakit ISPA.
2. Kepada Kepala Puskesmas Teunom diharapkan agar dapat lebih
meningkatkan lagi penyuluhan kesehatan dan promosi kesehatan
yang berkaitan dengan penyakit ISPA.
39
3. Kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Jaya diharapkan
agar dapat mengambil kebijakan untuk meningkatkan program
pencegahan ISPA baik secara umum maupun khusus.
40
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S, 2003 Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Penerbit : PT Gramedia PustakaUtama. Jakarta
Anonimous. 1997. Undang-undang No. 23 Pasal 1 ayat 2 Mengenai PencemaranLingkungan. Jakarta.
Anonimous. 1999.Peraturan Pemerintah RI No. 41 mengenai pengendalianpencemaran udara. Jakarta
Anonimous. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 1407 tentang PedomanPengendalian Dampak Pencemaran Udara. Jakarta.
Anonimous.2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta.
Darmawan, 2000.Infeksi SaluranPernafasan Akut (ISPA).Penerbit : EGC.Jakarta
Depkes RI, 2002.Standar ProsedurOperasional Klinik Sanitasi, UntukPuskesmas. Jakarta
Depkes. 2002. Profil kesehatan masyarakat Indonesia. Jakarta: Depkes RI.
Kartasasmita. 2000. Status Gizi Terhadap Penyakit ISPA. Penerbit : PT GramediaPustaka Utama. Jakarta
Notoatmodjo, S. 2000.Ilmu Kesehatan Masyarakat. Penerbit: RinekaCipta.Jakarta
Notoatmodjo, S. 2003.Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-prinsip Dasar,Penerbit: Rineka Cipta.Jakarta
Notoatmodjo, S. 2005.Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2005.Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Penerbit: Rineka aCipta.Jakarta
Nur, H, 2004. Faktor - Faktor YangBerhubungan Dengan KejadianPenyakit ISPAPada Balita.Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Peraturan Pemerintah RI. 1999. Pengendalian Pencemaran Udara. Jakarta
Prathama. 2001. Perilaku dalam Organisasi. Penerbit: Erlangga. Jakarta.
Puskesmas Teunom, 2012. Laporan Kegiatan Tahunan Puskesmas SosialTeunom.
41
Riyadi. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat, dasar-dasar dan sejarahperkembangannya. Penerbit: Rineka Cipta. Jakarta
Romelan. 2006. Penyakit ISPA. Penerbit: Rineka Cipta.Jakarta
SK. MenKes. 2002. Pedoman Pengendalian Dampak Pencemaran Udara. Jakarta
WHO. 2006. Indoor air pollutan and household energy. Available from: U.SEnviromental protection agency. Indoor air pullutan: An introductionfor health professionals.