46
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA PADA MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TEUNOM KECAMATAN TEUNOM KABUPATEN ACEH JAYA SKRIPSI OLEH RUSNAINI 09C10104067 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKITISPA PADA MASYARAKAT DI WILAYAH KERJAPUSKESMAS TEUNOM KECAMATAN TEUNOM

KABUPATEN ACEH JAYA

SKRIPSI

OLEH

RUSNAINI

09C10104067

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMARTAHUN 2013

Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKITISPA PADA MASYARAKAT DI WILAYAH KERJAPUSKESMAS TEUNOM KECAMATAN TEUNOM

KABUPATEN ACEH JAYA

SKRIPSI

OLEH

RUSNAINI

09C10104067

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk MemperolehGelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

MEULABOH, ACEH BARAT2013

LEMBAR PENGESAHAN

JudulSkripsi :FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHIPENYAKIT ISPA PADA MASYARAKAT DIWILAYAHKERJA PUSKESMASTEUNOMKECAMATANTEUNOM KABUPATENACEH JAYA

NamaMahasiswa : RUSNAININIM : 09C10104067Program Studi : ILMU KESEHATAN MASYAAKAT

Menyetujui,KomisiPembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Kiswanto,M.SiSusi Sriwahyuni. SKMNIDN.0119107602 NIDN. 198405162011032002

Mengetahui

DekanFakultas Fakultas Kesehatan KetuaJurusan Fakultas KesehatanMasyarakat Masyarakat

SufyanAnwar,SKM. MARS Citra OvalisaRahmi, SKMNIDN.0121067602

Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

ABSTRAK

Rusnaini Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyakit ISPA di Wilayah KerjaPuskesma Teunom Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya. Dibawahbimbingan Kiswanto,M.Si dan Susi Sriwahyuni,SKM.

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebabkematian yang sering dialami oleh anak-anak di negara berkembang. Untukmeningkatkan upaya perbaikan kesehatan masyarakat, Departemen Kesehatan RImenetapkan 10 program prioritas masalah kesehatan yang ditemukan dimasyarakat untuk mencapai tujuan Indonesia Sehat 2010, dimana salah satudiantaranya adalah Program Pencapaian Penyakit Menular termasuk penyakitInfeksai Saluran Pernapasan Akut.sampel dalam penelitian ini adalah 60 masyarakat yang menjadi pasien diPuskesmas Teunom Kecamtan Teunom Kabupaten Aceh Jaya. Teknikpengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan metode Quotasampling.Hasil penelitian diketahui bahwa dari 14 responden yang pendidikan masyarakattinggi 7,1% yang mengalami penyakit ISPA, dibandingkan dari 16 respondenyang pendidikan masyarakat rendah 93,8% yang mengalami penyakit ISPA. Dari49 responden yang pengetahuan masyarakat baik 10,2% yang mengalami penyakitISPA, sedangkan dari 11 responden yang pengetahuannya tidak baik 90,9% yangmengalami penyakit ISPA. Dari 29 responden yang informasi masyarakat baik17,2% yang mengalami penyakit ISPA, sedangkan dari 31 responden yanginformasinya tidak baik 96,8% yang mengalami penyakit mengalami penyakitISPA. Dari 53 responden yang lingkungan masyarakatnya baik 7,5% yangmengalami penyakit ISPA, sedangkan dari 7 responden yang pengetahuannyatidak baik 71,4% yang mengalami penyakit ISPA.Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan semua variabel independen(pendidikan, pengetahuan, informasi, lingkungan) tidakmempunyai hubungandengan penyakit ISPA dimana p value> α (0,05).Kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Jaya diharapkan agar dapatmengambil kebijakan untuk meningkatkan program pencegahan ISPA baik secaraumum maupun khusus.

Kata Kunci :pengetahuan, pendidikan,informasi, lingkungan dan ISPA

Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Adapunriwayathiduppenulisadalahsebagaiberikut:

NamaLengkap : RusnainiTempat/tanggallahir : Cot Trap, 10 Oktober 1990JenisKelamin : PerempuanAgama : IslamKebangsaan/Suku : Indonesia/AcehStatus : BelumMenikahPekerjaan : MahasiswiAlamat : Desa Cot Trap, KecamatanTeunom

KabupatenAceh Jaya

NamaOrangtua,Ayah : Tgk. AmiruddinPekerjaan : TaniIbu : MaisarahPekerjaan : TaniAlamat : Desa Cot Trap, KecamatanTeunom

KabupatenAceh Jaya

RiwayatPendidikan :SD Negeri 6 Cot Trap : Berijazahtahun 2003SMP Negeri 4 PayaBaro:Berijazahtahun 2006SMA Negeri 1 Teunom : Berijazahtahun 2009S-I Jurusan Epidemiologi Fakultas Kesehatan MasyarakatUniversitasTeukuUmar masuktahun 2009

Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Polusi adalah sejenis gas yang dapat membahayakan yang berasal atau

dihasilkan oleh asap-asap baik dari asap kendaraan bermotor maupun asap-asap

sisa pembakaran dari pabrik-pabrik tertentu. Jarang sekali kita temui keadaan

dijalan yang bersih tanpa adanya polusi dari asap kendaraan bermotor. Polusi juga

dapat menimbulkan penyakit, karena didalam polusi itu terkandung virus-virus

penyakit yang dapat membahayakan kesehatan kita. Banyak warga yang

mengeluh akibat adanya polusi, sampai sekarangpun belum ada cara yang ampuh

untuk menangani polusi, karena semakin hari semakin banyak orang yang

mengendarai kendaraan bermotor sehingga banyak pula asap-asap yang dihasilkan

dan hal itu akan menyebabkan polusi udara (Prathama, 2001)

Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun

kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas,

radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara

mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal,

regional, maupun global.

Pencemaran udara di Indonesia dapat kita lihat, yaitu semakin banyaknya

pembangunan-pembangunan gedung-gedung bertingkat, monorel untuk

mengurangi kemacetan sehingga banyak pohon-pohon yang di tebang, kendaraan

bermotor yang makin meningkat sehingga asap-asap kendaraan mencemari udara,

banyaknya penebangan hutan untuk membuat bangunan tempat tinggal yang

Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

2

mewah sehingga sumber oksigen berkurang, banyaknya masyarakat yang

membuang sampah sembarangan sehingga mencemari air. Semua hal tersebut

adalah sebagian kegiatan atau fenomena yang ada dalam pencemaran udara,

dimana semua itu akan menyebabkan gangguan pada kesehatan manusia itu

sendiri (Depkes RI. 2002).

Secara umum partikel-partikel yang mencemari udara dapat merusak

lingkungan dan menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia.Partikel-partikel

tersebut dapat menimbulkan berbagai macam penyakit saluran pernapasan. Pada

saat menarik nafas, udara yang mengandung partikel akan terhirup masuk

kedalam paru-paru. Ukuran debu partikel yang masuk kedalam paru-paru akan

menentukan letak penempelan atau pengendapan partikel tersebut. Partikel yang

berukuran kurang dari 5 mikron akan bertahan di saluran nafas bagian atas,

sedangkan partikel 3-5 mikron akan tertahan dibagian tengah, partikel lebih kecil

1-3 mikron akan masuk kekantong paru-paru, menempel pada alveoli. Partikel

yang lebih kecil, kurang 1 mikron akan ikut keluar saat dihembuskan (DepkesRI,

2002).

ISPA adalah infeksi akut yang menyerang saluran pernapasan yaitu organ

tubuh yang dimulai dari hidung ke alveolibeserta adneksa (Romelan,

2006).Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab

kematian yang sering dialami oleh anak-anak di negara berkembang. Untuk

meningkatkan upaya perbaikan kesehatan masyarakat, Departemen Kesehatan RI

menetapkan 10 program prioritas masalah kesehatan yang ditemukan di

masyarakat untuk mencapai tujuan Indonesia Sehat 2010, dimana salah satu

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

3

diantaranya adalah Program Pencapaian Penyakit Menular termasuk penyakit

Infeksai Saluran Pernapasan Akut (Depkes RI, 2002).

Periode batuk-pilek pada balita yang menderita ISPA di Indonesia

diperkirakan sebesar 3 sampai 6 kali pertahun, berarti seorang balita rata-rata

mendapat serangan batuk-pilek sebanyak 3 sampai 6 kali pertahun, sehingga

sebagian besar kunjungan balita kesarana pelayanan kesehatan merupakan

kunjungan penderita ISPA yaitu sebesar 40%-60% di Puskesmas dan 15%-30% di

Rumah Sakit (Depkes RI, 2002).

Di Indonesia ISPA meerupakan penyebab kematian balita nomor satu,

sejak tahun 2000 angka kematian balita akibat ISPA 5 per 1000 balita. Kejadian

ISPA pada balita di Indonesia diperkirakan sebesar 3 sampai 6 kali pertahun. Ini

berarti seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk sebanyak 3 sampai 6 kali

setahun (Depkes RI. 2002).

Beberapa faktor yang berkaitan dengan penyakit ISPA yang terjadi

masyarakat diantaranya adalah (a) pendidikan masyarakat tentang kebersihan dan

kesehatan, (b) pengetahuan masyarakat tentang memeliharaha kesehatan dan

lingkungannya, (c) informasi yang diperoleh masyarakat dari penyuluh kesehatan

tentang penyakit dan penyebab penyakit tersebut khususnya pada penyakit ISPA,

serta (d) lingkungan sekitar masyarakat yang tidak bersih dan membakar sampah

secara sembarangan. (Notoadmodjo. 2003)

Polusi udara yang terjadi di daerah Teunom merupakan salah satu dari

penyebab tingginya kasis ISPA, hal ini dapat di lihat dari kehidupan sehari-hari

masyarakat Teunom yaitu hampir seluruh masyarakat Teunom memiliki

kendaraan baik sepeda motor dan mobil yang yang menyebabkan polutan, selain

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

4

itu juga disebabkan oleh pembakaran hutan oleh masyarakat sekitar, pembakaran

sampah yang tidak teratur, masyarakat yang merokok di sembarang tempat,

kebersihan lingkungan yang membuang sampah sembarangan dan lain

sebagainya. Hal-hal tersebut akan mencemari udara dimana masyarakat akan

menghirup udara yang telah tercemari sehingga akan mengganggu kesehatan

masyarakat sekitar. Pencemaran udara ini akan langsung terlihat efekknya pada

anak-anak balita yang masih rentan atau mudah untuk terinfeksi penyakit,

terutama penyakit ISPA. Anak-anak yang masih balita sangat rentan terkena

penyakit karena ketahanan tubuh mereka yang masih terlalu muda untuk melawan

penyakit.Anak balita lebih rentan terkena penyakit karena mereka lebih dekat

dengan orang tua, dimana terkadang orang tuanya perokok dan merokok

disembarang tempat.

Beberapa faktor yang berkaitan dengan tingginya insiden ISPA antara

lain adalah status gizi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dimana faktor

resiko terjadinya ISPA, status gizi merupakan faktor yang paling

berhubungan.Berdasarkan penelitian (Kartasasmita, 2000), diketahui bahwa

Prevalensi ISPA cenderung lebih tinggi pada anak dengan status gizi buruk.

Pada tahun 2011 di Puskesmas Teunom pasien yang mengalami ISPA

adalah sebanyak 622 orang pasien, kemudian terjadinya peningkatan kasus pada

tahun 2012 yaitu sebanyak 708 orang pasien yang mengalami ISPA ini semua

terjadi karena keadaan dan kondisi lingkungan sangat berpengaruh terhadap

polusi udara di Daerah Teunom yang kurang memadai dan belum memenuhi

standar kesehatan sesuai dengan ketentuan syarat kesehatan (Puskesmas Teunom,

2012).

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

5

Jumlah desa di wilayah kerja Puskesmas Teunom sebanyak 22 desa, dan

jumlah penduduk pada tahun 2011-2012 sebanyak 18.122 jiwa, yang terdiri dari

9.049 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 9.073 jiwa berjenis kelamin perempuan.

Tenaga kesehatan yang tersedia di Puskesmas Teunom seluruhnya adalah

sebanyak 67 orang.

Menurut penelitian awal dikatakan bahwa masyarakat sekitar wilayah

kerja Puskesmas Teunomkurang memahami sepenuhnya tentang penyakit ISPA

dan faktor apa saja yang berhubungan dengan penyakit ISPA secara umum.Hal ini

dikarenakan masyarakat sekitar merasa bahwa penyakit ISPA hanyalah penyakit

yang biasa terjadi pada anak.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan suatu

penelitian dalam bentuk skripsi yang diberi judul:“Faktor-faktor yang

mempengaruhi Penyakit ISPA pada masyarakat di wilayah kerja

Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan Bagaimana

pengaruhpengetahuan, pendidikan, lingkungan dan informasi terhadap

penyakitISPA pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Teunom

Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013?.

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

6

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1.Tujuan Umum

Untuk mengetahui Bagaimana pengaruh Faktor-faktor pengetahuan,

pendidikan, lingkungan dan informasi terhadap penyakit ISPA pada masyarakat di

wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengaruh faktor Pengetahuan terhadap penyakit ISPA

pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Teunom Kabupaten

Aceh Jaya Tahun 2013.

2. Untuk mengetahui pengaruh faktor pendidikan terhadap penyakit ISPA pada

masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Teunom Kabupaten

Aceh Jaya Tahun 2013.

3. Untuk mengetahui pengaruh faktor Informasi terhadap penyakit ISPA pada

masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Teunom Kabupaten

Aceh Jaya Tahun 2013.

4. Untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan terhadap penyakit ISPA pada

masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Teunom Kabupaten

Aceh Jaya Tahun 2013.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Praktis

1. Bagi masyarakat sebagai bahan informasi mengenai pengaruh polusi

udara terhadap penyakit ISPA di Puskesmas Kecamatan Teunom

Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013.

Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

7

2. Bagi Puskesmas Teunom sebagai bahan masukan untuk meningkatkan

pengetahuan tentang pengaruh polusi udara terhadap penyakit ISPA di

Puskesmas Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013.

3. Dapat menjadi bahan masukan bagi masyarakat untuk memperbaiki

kondisi lingkungan agar terhindar dari bahaya pengaruh polusi udara

terhadap kesehatan.

1.4.2. Manfaat Teoritis

1. Bagi peneliti dapat menambah wawasan dalam melakukan penelitian

khususnya Faktor-faktor pengetahuan, pendidikan, lingkungan dan

informasi terhadap penyakit ISPA pada masyarakat di wilayah kerja

Puskesmas Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2013

2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar sebagai

salah satu bahan masukan atau informasi guna menambah bahan

perpustakaan yang dapat digunakan bagi pihak-pihak yang

berkepentingan.

3. Bagi pihak lain diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi

untuk dipelajari dibangku perkuliahan, dan dapat membandingkan antara

teori dengan praktek yang sesungguhnya di lapangan khususnya tentang

penyakit ISPA.

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

8

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1.Pengetahuan

Pendapat dari WHO (2000) bahwa pengetahuan diperoleh dari

pengalaman, selain itu juga dari guru, orang tua, buku, dan media masa.

Pengetahuan adalahsesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran.

Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam seperti motivasi dan

faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia serta keadaan sosial budaya

(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003).

Secara garis besar menurut (Notoatmodjo. 2005) domain tingkat

pengetahuan (kognitif) mempunyai enam tingkatan, meliputi: mengetahui,

memahami, menggunakan, menguraikan, menyimpulkan dan mengevaluasi. Ciri

pokok dalam taraf pengetahuan adalah ingatan tentang sesuatu yang diketahuinya

baik melalui pengalaman, belajar, ataupun informasi yang diterima dari orang

lain.Pengetahuan merupakan hasil dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Menurut Bloom(dalam Notoatmodjo. 2000) kecakapan berfikir pada

manusia dapat dibagi dalam 6 kategori yaitu :

1. Pengetahuan (knowledge) mencakup ketrampilan mengingat kembali faktor-

faktor yang pernah dipelajari.

2. Pemahaman (comprehension)meliputi pemahaman terhadap informasi yang

ada.

Page 14: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

9

3. Penerapan (application)mencakup ketrampilan menerapkan informasi atau

pengetahuan yang telah dipelajari ke dalam situasi yang baru.

4. Analisis (analysis)meliputi pemilahan informasi menjadi bagian-bagian atau

meneliti dan mencoba memahami struktur informasi.

5. Sintesis (synthesis) mencakup menerapkan pengetahuan dan ketrampilan

yang sudah ada untuk menggabungkan elemen-elemen menjadi suatu pola

yang tidak ada sebelumnya.

6. Evaluasi (evaluation)meliputi pengambilan keputusan atau menyimpulkan

berdasarkan kriteria-kriteria yang ada biasanya pertanyaan memakai kata:

pertimbangkanlah, bagaimana kesimpulannya.

Pengetahuan atau kognitif menurut Green merupakan hasil dari tahu dan

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Pengetahuan terjadi melalui panca indera penglihatan, penciuman, rasa dan

raba.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga.Teori pengetahuan berkaitan dengan sumber-sumber

pengetahuan.Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih

langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. (Notoatmodjo,

2003)

2.2. Polusi Udara

Polusi adalah sejenis gas yang dapat membahayakan yang berasal atau

dihasilkan oleh asap-asap baik dari asap kendaraan bermotor maupun asap-asap

sisa pembakaran dari pabrik-pabrik tertentu. Jarang sekali kita temui keadaan

Page 15: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

10

dijalan yang bersih tanpa adanya polusi dari asap kendaraan bermotor. Polusi juga

dapat menimbulkan penyakit, karena didalam polusi itu terkandung virus-virus

penyakit yang dapat membahayakan kesehatan kita. Banyak warga yang

mengeluh akibat adanya polusi, sampai sekarangpun belum ada cara yang ampuh

untuk menangani polusi, karena semakin hari semakin banyak orang yang

mengendarai kendaraan bermotor sehingga banyak pula asap-asap yang dihasilkan

dan hal itu akan menyebabkan polusi udara (Prathama, 2001)

Pencemaran udara atau polusi udara adalah kehadiran satu atau lebih

substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat

membahayakan kesehatan makhluk hidup, seperti asap pabrik,asap kendaraan, dan

pembakaran hutan (Depkes RI. 2002)

Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun

kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas,

radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara

mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal,

regional, maupun global (Riyadi. 2000)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 1999 mengenai

Pengendalian Pencemaran Udara,Pencemaran udara adalah masuknya atau

dimasukanya zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam udara ambient oleh

kegiatan manusia sehingga mutu udara ambient turun sampai ke tingkat tertentu

yang menyebabkan udara ambient tidak memenuhi fungsinya.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 pasal 1 ayat 12

mengenai Pencemaran Lingkungan,Pencemaran udara adalah pencemaran yang

disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pencemaran yang berasal dari

Page 16: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

11

pabrik, kendaraan bermotor, pembakaran sampah, sisa pertanian, dan peristiwa

alam seperti kebakaran hutan, letusan gunung api yang mengeluarkan debu, gas,

dan awan panas.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1407 tahun

2002 tentang Pedoman Pengendalian Dampak Pencemaran Udara, pencemaran

udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain

ke dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke

tingkat tertentu yang menyebabkan atau mempengaruhi kesehatan manusia.

Menurut Wikipedia Indonesia, Ensiklopedia Bebas,pencemaran udara

adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer

dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan

tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.

Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan

manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau

polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan

dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun

global.

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pencemaran

udaraadalah peristiwa masuknya, atau tercampurnya, polutan (unsur-unsur

berbahaya) ke dalam lapisan udara (atmosfer) yang dapat mengakibatkan

menurunnya kualitas udara (lingkungan). Umumnya, polutan yang mencemari

udara berupa gas dan asap. Gas dan asap tersebut berasal dari hasil proses

pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna, yang dihasilkan oleh mesin-mesin

pabrik, pembangkit listrik dan kendaraan bermotor. Selain itu, gas dan asap

Page 17: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

12

tersebut merupakan hasil oksidasi dari berbagai unsur penyusun bahan bakar,

yaitu: CO2 (karbondioksida), CO (karbonmonoksida), SOx (belerang oksida) dan

NOx (nitrogen oksida).

2.3. Penyakit ISPA

ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut, istilah

ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections

(ARI). Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari

saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah)

termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.

Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena sistem

pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian penyakit batuk pilek pada balita di

Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali per tahun, yang berarti seorang balita rata-

rata mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun (Nur. 2004)

Menurut (Darmawan. 2000) Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni

infeksi, saluran pernafasan dan akut, dimana pengertiannya sebagai berikut :

1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh

manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

2. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta

organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.

3. Infeksi Akut adalah Infeksi yang langsung sampai dengan 14 hari. batas 14

hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa

penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung

lebih dari 14 hari.

Page 18: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

13

ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran

pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru – paru) dan organ adneksa

saluran pernafasan. dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran

pernafasan (respiratory tract). Sebagian besar dari infeksi saluran pernafasan

hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan

dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi

paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian. Program

Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan

yaitu ISPA non- Pneumonia ataudikenal masyarakat dengan istilah batuk pilek

dan ISPA Pneumonia, apabila batuk pilek disertai gejala lain seperti kesukaran

bernapas, peningkatan frekuensi nafas (nafas cepat).

Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkhus dilapisi oleh membran

mukosa bersilia, udara yang masuk melalui rongga hidung disaring, dihangatkan

dan dilembabkan. Partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut yang

terdapat dalam hidung, sedangkan partikel debu yang halus akan terjerat dalam

lapisan mukosa. Gerakan silia mendorong lapisan mukosa ke posterior ke rongga

hidung dan ke arah superior menuju faring.

Secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat

menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat

berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi oleh

bahan pencemar. Produksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan

penyempitan saluran pernafasan dan rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran

pernafasan. Akibat dari hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bernafas

Page 19: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

14

sehingga benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran

pernafasan, hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan.

Menurut WHO, sekresi lendir atau gejala pilek terjadi juga pada penyakit

common cold disebabkan karena infeksi kelompok virus jenis rhinovirus dan atau

coronavirus. Penyakit ini dapat disertai demam pada anak selama beberapa jam

sampai tiga hari. Sedangkan pencemaran udara diduga menjadi pencetus infeksi

virus pada saluran nafas bagian atas. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah,

darah, bersin, udara pernafasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh

orang sehat kesaluran pernafasannya.

2.3.1. Penyebab penyakit ISPA

Secara umum, efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat

menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat

berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi oleh

bahan pencemar. Produksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan

penyempitan saluran pernafasan dan rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran

pernafasan. Akibat dari hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bernafas

sehingga benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran

pernafasan, hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan

(Almatseir. 2003).

a. Tanda-tanda bahaya secara umum (Depkes RI. 2002)

1. Pada sistem pernafasan : napas cepat dan tak teratur, sesak, kulit wajah

kebiruan, suara napas lemah atau hilang, mengi, suara nafas seperti ada

cairannya sehingga terdengar keras

Page 20: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

15

2. Pada sistem peredaran darah dan jantung : denyut jantung cepat dan

lemah, tekanan darah tinggi, tekanan darah rendah dan gagal jantung.

3. Pada sistem saraf : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung,

kejang, dan koma.

4. Gangguan umum : letih dan berkeringat banyak.

b. Pencegahan ISPA dapat dilakukan (Depkes RI. 2002) dengan :

1. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.

2. Imunisasi.

3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.

4. Mencegah kontak dengan penderita ISPA

2.3.2. Pengaruh Pengetahuan Masyarakat dengan Penyakit ISPA

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu, penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, penciuman, pendengaran,

rasa dan raba, sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh mata dan

telinga.Pengetahuan yang dimaksud disini adalah pengetahuan masyarakat dalam

menjaga lingkungannya, terutama ibu-ibu dalam menjaga anak-anaknya agar

terhindar dari penyakit-penyakit dan bahaya dari penyakit tersebut yang dapat

mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak, serta tindakan yang

dilakukan oleh ibu bila anaknya terkena suatu penyakit Pneumonia

(Notoadmodjo, 2005).

Dari penelitian yang dilakukan oleh Depkes RIdidapat bahwa salah satu

faktor pengetahuan masyarakat, khususnya ibu sangat berhubungan dengan

keberhasilan penanganan penyakit ISPA pada balita, hal ini terlihat dari 139 balita

Page 21: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

16

yang meninggal akibat penyakit ISPA 30 balita (22,0%) tidak di bawa kerumah

sakit untuk berobat, hal ini disebabkan karena masih rendahnya pengetahuan

masyarakat khususnya ibu-ibu tentang penyakit ISPA, keadaan ini juga sesuai

dengan hasil survey demografi dan kesehatan Indonesia (1999), dari 13.260 anak

yang menderita batuk dengan nafas cepat, dan sebanyak 20,5% diobati sendiri dan

11,7% tidak diobati (Depkes RI, 2002)

Myrnawati (dalam Darmawan. 2000) juga menyatakan bahwa faktor

yang mempengaruhi ISPA dan Pneumonia pada balita adalah gizi kurang, tidak

mendapat ASI yang memadai, kepadatan tempat tinggal, imunisasi yang tidak

memadai dan defisiensi vitamin A.

2.4.Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Masyarakat

Menurut (Notoatmodjo. 2003) Faktor-faktor yang mempengaruhi

Kesehatan masyarakat adalah sebagai berikut:

1. Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan hasil tahu dari terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu.Pengetahuan terjadi melalui panca indera pengelihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba.Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

2. Pendidikan

Pendidikan adalah proses dimana seseorang mengambil kemampuan

sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya didalam masyarakat

dimana pun hidup, proses social dimana orang di hadapkan pada

Page 22: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

17

pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (lingkungan yang

datang sekolah), sehingga ia dapat memperoleh atau mengalami

pengembangan kemampuan social dan kemampuan individu yang

optimum.

3. Informasi.

Informasi adalah segala sesuatu hal atau kejadian yang diperoleh baik

dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh

jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan

atau peningkatan pengetahuan. Adanya informasi baru mengenai sesuatu

hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan

terhadap hal tersebut.

4. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh

terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada

dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal

balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap

individu.

5. Sosial Budaya

Sosial budaya adalah Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang

tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan

demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak

melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan

tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,

Page 23: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

18

sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan

seseorang.

6. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang

diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.

Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan

pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar

selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil

keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara

ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

7. Usia

Usia adalah umur atau lamanya perjalanan hidup seseorang. Usia

mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap

dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin

membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam

masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan

persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua,

selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak

waktu untuk membaca.. Dua sikap tradisional mengenai jalannya

perkembangan selama hidup :

Page 24: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

19

1. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang

dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga

menambah pengetahuannya.

2. Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah

tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat

diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya

usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain seperti

misalnya kosa kata dan pengetahuan umum.

8. Dukungan Keluarga

Dukungan Keluarga adalah suatu upaya yang diberikan kepada orang

lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam

melakukan seseutu hal atau kegiatan.

2.5. Kerangka Teoritis

Faktor Predisposisi1. Pengetahuan2. Pendidikan3. Informasi4. Lingkungan

Faktor pendukung1. Pengalaman2. Sosial Budaya3. Usia

Faktor pendorong1. Dukungan Keluarga2. Sikap Petugas Kesehatan

Gambar 2.1 Kerangka TeoriSumber : dari buku ilmu kesehatan masyarakat dan pronsip-prinsip dasar

(Notoatmodjo, 2003)

Penyakit ISPA

Page 25: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

20

2.6.Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependent

1. Pengetahuan2. Pendidikan3. Informasi4. Lingkungan

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

2.7.Hipotesis Penelitian

1. Adanya Pengaruh antara faktor pengetahuan terhadap Penyakit ISPA pada

masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom

Kabupaten Aceh jaya

2. Adanya Pengaruh antara faktor pendidikanterhadap Penyakit ISPA pada

masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom

Kabupaten Aceh jaya

3. Adanya Pengaruh antara faktor informasiterhadap Penyakit ISPA pada

masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom

Kabupaten Aceh jaya

4. Adanya Pengaruh antara faktor lingkunganterhadap Penyakit ISPA pada

masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom

Kabupaten Aceh jaya

PENYAKITISPA

Page 26: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

21

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifatAnalitikdeskriptif dengan pendekatan Cross

Sectional, dimana variable bebas dan terikat diteliti pada saat yang bersamaan saat

penelitian dilakukan, yang bertujuanuntuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi penyakit ISPA masyarakat diwilayah kerja Puskesmas Teunom

Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya tahun 2013.

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Teunom Kecamatan Teunom

Mei sampai dengan Agustus tahun 2013.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang menjadi

pasien di Puskesmas Teunom Kecamtan Teunom Kabupaten Aceh Jaya sebanyak

150 orang

3.3.2. Sampel

Menurut Notoatmodjo (2005) cara pengambilan sampel pada penelitian

ini adalah secara acak sederhana atau random sampling dengan rumus sebagai

berikut:

Nn =

1 + N (d)2

Page 27: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

22

Keterangan : N : Populasi PenelitianS : Sampel PenelitianD : Tingkat Kesalahan/ eror yang di gunakan

150n =

1 + 150 (0,1)2

150n =

1 + 150 (0,01)

150n =

1 + 1,5

150n =

2,5n = 60

Jadi jumlah keseluruhan yang diambil adalah sebanyak 60 responden,

teknik pengambilan sampel menggunakan Quota Sampling dimana anggota

populasi dapat dijadikan sampel yang terpenting jumlah sampel yang telah

ditetapkan dapat dipenuhi.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Setelah data dikumpulkan penulis melakukan pengolahan data dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing (memeriksa), yaitu data yang telah didapatkan di edit untuk

mengecek ulang atau mengoreksi untuk mengetahui kebenaran

2. Coding, dimana data yang telah didapat dari hasil penelitian dikumpul

dan diberi kode.

3. Tabulating data, data yang telah dikoreksi kemudian dikelompokkan

dalam bentuk tabel.

Page 28: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

23

3.5. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data yang diperoleh dari peninjauan langsung kelapangan melalui

wawancara dan observasi dengan menggunakan kuisioner dan checklist yang

telah disusun sebelumnya.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari dinas kesehatan Kabupaten Aceh Jaya,

Puskesmas Teunom serta intansi terkait lainnya.

3.6. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

NO Variabel Keterangan Variabel Dependen

1 Penyakit ISPA Definisi Infeksi akut yang menyerangsaluran pernapasan yaitu organ

tubuhyang dimulai hidung kealveoli

besertaadneksa.Cara ukur ObservasiAlat Ukur Kartu BerobatHasil Ukur 1.Berat

2. RinganSkala ukur Ordinal

NO Variabel Keterangan Variabel Independen

1 Pengetahuan Definisi Pemahaman mengenaiPenyakitISPA

Cara ukur WawancaraAlat Ukur KuesionerHasil Ukur 1. Baik

2. Tidak BaikSkala ukur Ordinal

Page 29: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

24

2 Pendidikan DefinisiJenjang pendidikan formal yangditempuhresponden dibuktikandengan ijazah

Cara ukur WawancaraAlat Ukur KuesionerHasil Ukur 1.Tinggi

2. Menengah3. Rendah

Skala ukur Ordinal

3 Informasi Definisi pesan yangdidapat oleh respondenMengenaipenyakitISPA

Cara ukur WawancaraAlat Ukur KuesionerHasil Ukur 1. Baik

2. Tidak BaikSkala ukur Ordinal

4 Lingkungan Definisi keadaan tempat tinggal respondendan situasi keluarga

Cara ukur WawancaraAlat Ukur KuesionerHasil Ukur 1. Baik

2. Tidak BaikSkala ukur Ordinal

3.7. Aspek Pengukuran Variabel

Aspek pengukuran yang digunakan dalam pengukuranvariabel dalam

penelitian ini adalah skala Guddman yaitu memberi skor dari nilai tertinggi ke

nilai terendah berdasarkan jawaban responden (Notoatmodjo, 2003).

1. Penyakit ISPA

Berat : jika kartu berobat yang digunakan responden menunjukkan

banyak catatan tentang penyakit ISPA.

Ringan :jika kartu berobat yang digunakan responden menunjukkan tidak

banyak catatan tentang penyakit ISPA.

Page 30: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

25

2. Pengetahuan

Baik: jika responden mendapat skor nilai ≥ 4 dari total skor.

Tidak baik: jika responden mendapat skor nilai < 4 dari total skor.

3. Pendidikan

a. Tinggi : Apabila responden tamat pendidikan Diploma,

Sarjana, Spesialis, dan Doktor.

a. Menengah : Apabila responden tamat pendidikan SMA, SMK,

Dan MA

b. Rendah : Apabila responden hanya tamat pendidikan

SD/MI, SMP/MTs

4. Informasi

Baik: jika responden mendapat skor nilai ≥ 3 dari total skor.

Tidak baik: jika responden mendapat skor nilai < 3 dari total skor.

5. Lingkungan

Baik: jika responden mendapat skor nilai ≥ 3 dari total skor.

Tidak baik: jika responden mendapat skor nilai < 3 dari total skor

6. ISPA

Tinggi: jika responden mendapat skor nilai ≥ 2 dari total skor.

Rendah: jika responden mendapat skor nilai < 2 dari total skor.

3.8. Teknik Analisis Data

3.8.1. Analisis Univariat

Analisis Univariat dilakukan untuk mendapat data tentang distribusi

frekuensi dari masing-masing variabel, kemudian data ini di sajikan dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi.

Page 31: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

26

3.8.2. Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hipotesis dengan menentukan

hubungan antara variabel independen (variabel bebas) dengan variabel dependen

(variabel terikat) dengan menggunakan uji statistikChi-square (X2).

Kemudian untuk mengamati derajat hubungan antara variabel tersebut

akan di hitung nilai odd ratio (OR)

a. Bila tabel 2 x 2, dan dijumpai nilai expected (harapan) kurang dari 5,

maka yang digunakan adalah “Fisher’s Exact Test”

b. Bila tabel 2 x 2 tidak ada nilai E < 5, maka uji yang dipakai

sebaiknya “Continutity Correction (a)”

c. Bila tabel lebih dari 2 x 2, misalnya 3 x 2, 3 x 3, dan sebagai berikut,

maka di gunakan uji “Pearson Chi-Square”

Analisis data dilakukan dengan menggunakan perangkat computer untuk

membuktikan yaitu dengan ketentuan p value> 0,05 (H0 diterima) sehingga

disimpulakan tidak ada hubungan yang bermakna.

Page 32: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

27

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum

Puskesmas Teunom terletak di jalan Banda Aceh-Meolaboh, KM 189

Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya.

Adapun batas-batas wilayah kerja puskesmas Teunom :

1. Sebelah utara berbatasan dengan kabupaten pidie

2. Sebelah timur berbatasan dengan kabupaten aceh barat

3. Sebelah selatan berbatasan dengan samudra hindia

4. Sebelah barat berbatasan dengan kecamtan panga

Puskesmas teunom melakukan pelayanan kesehatan terhadap 4

kemukiman,22 desa dan 82 dusun dengan luas wilayah 66km2,puskesmas teunom

terletak 38 Km dari ibu kota kabupaten aceh jaya 60 KM dari ibu kota aceh barat

dan 189 Km dari ibu kota propinsi aceh ,dengan jarak tempuh desa terdekat 2 KM

dan jarak terjauh 25 Km.puskesmas teunom membawahi 8 pustu,7 polindes dan 4

posyandu plus.Jumlah penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas Teunom

Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya 18.122 jiwa, yang terdiri dari 6014

KK.

A. Visi Puskesmas Teunom: Terwujudnya pelyanan kesehatan dasar yang

optimal dan bermutu mewujudkan teunom sehat

Page 33: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

28

B. Misi Puskesmas Teunom:

- Memberikan pelayanan kesehatan secara profesional kepada masyarakat

- Meningkatkan sumber daya untuk menunjang mutu pelayanan

- Menyiapkan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan dasar yang

optimal

- Menggerakkan peran serta dan kemandirian masyarakat

- Meningkatkan kemitraan dan kerja sama lintas sekitar dan swasta

- Meningkatkan sistem informasi kesehatan

4.1.2 Analisis Univariat

Sebelum dilakukannya analisis bivariat untuk meihat hubungan antar

variabel maka terlebih dahulu dibuat analisi univariat dengan tabel distribusi

frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti:

1. Pengetahuan

Tabel 4.1. Disstribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Masyarakat diWilayah Kerja Puskesmas Teunom Kecamatan TeunomKabupaten Aceh Jaya.

NO Pengetahuan Masyarakat Frekuensi %

1 Baik 49 81,7%2 Tidak Baik 11 18,3%

Total 60 100Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)

Dari tabel 4.1. diketahui bahwa pengetahuanmasyarakat di wilayah kerja

puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya terhadap penyakit

ISPA yang baik sebanyak 49 orang (81,7%) sedangkan yang tidak baik hanya 11

orang (18,3%).

Page 34: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

29

2. Pendidikan

Tabel 4.2. Disstribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Masyarakat diWilayah Kerja Puskesmas Teunom Kecamatan TeunomKabupaten Aceh Jaya.

NO Pendidikan Masyarakat Frekuensi %

1 Tinggi 14 23%2 Menengah 30 50%3 Rendah 16 27%

Total 60 100Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)

Dari tabel 4.2. diketahui bahwa pendidikan masyarakat di wilayah kerja

puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya yang paling

banyak adalah tingkat menegah yaitu sebanyak 30 orang (50%) sedangkan yang

tinggi hanya 14 orang (23%) dan yang rendah 16 orang (27%).

3. Informasi

Tabel 4.3. Disstribusi Responden Berdasarkan Inormasi Masyarakat diWilayah Kerja Puskesmas Teunom Kecamatan TeunomKabupaten Aceh Jaya.

NO Informasi Masyarakat Frekuensi %

1 Baik 29 48,3%2 Tidak Baik 31 51,7%

Total 60 100Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)

Dari tabel 4.3. diketahui bahwa informasimasyarakat di wilayah kerja

puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya terhadap penyakit

ISPA yang baik sebanyak 29 orang (48,3%) sedangkan yang tidak baik hanya 31

orang (51,7%).

Page 35: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

30

4. Lingkungan

Tabel 4.4. Disstribusi Responden Berdasarkan Lingkungan Masyarakat diWilayah Kerja Puskesmas Teunom Kecamatan TeunomKabupaten Aceh Jaya.

NO Lingkungan Masyarakat Frekuensi %

1 Baik 53 88,3%2 Tidak Baik 7 11,7%

Total 60 100Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)

Dari tabel 4.4. diketahui bahwa lingkunganmasyarakat di wilayah kerja

puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya terhadap penyakit

ISPA yang baik sebanyak 53 orang (88,3%) sedangkan yang tidak baik hanya 7

orang (11,7%).

5. ISPA

Tabel 4.5. Disstribusi Responden Berdasarkan penyakit ISPA yang terjadipada Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas TeunomKecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya.

NO Penyakit ISPA Frekuensi %

1 Tinggi 54 90%2 Rendah 6 10%

Total 60 100Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)

Dari tabel 4.5. diketahui bahwa penyakit ISPA yang terjadi

padamasyarakat di wilayah kerja puskesmas Teunom Kecamatan Teunom

Kabupaten Aceh Jaya yang tinggi sebanyak 54 orang (90%) sedangkan yang

rendah hanya 6 orang (10%)

Page 36: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

31

5.1.3 Analisis Bivariat

Analisi bivariat untuk mengetahui hubunbgan variabel independen dan

dependen. Pengujian ini menggunakan uji chi-square. Dikatakan ada hubungan

dengan bermakna secara statistik jika diperoleh nilai p < 0,05.

a. Pengetahuan masyarakat tentang penyakit ISPA

Tabel 4.6. Pengetahuan masyarakat dengan Penyakit ISPA di wilayah kerjapuskesmas Teunom Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya

Pengetahuan Penyakit ISPA TotalRendah Tinggi p

n % n % n % ORBaik 5 10,2 44 89,8 49 100 1,0 0.880Tidak Baik 1 9,1 10 90,9 11 100Jumlah 6 10 54 90 60 100Sumber:Data Primer (diolah tahun 2013)

Dari tabel 4.6. di atas diketahui bahwa 49 responden yang pengetahuan

masyarakat baik 10,2% yang mengalami penyakit ISPA, sedangkan dari 11

responden yang pengetahuannya tidak baik 90,9% yang mengalami penyakit

mengalami penyakit ISPA. Dari hasil uji chi square didapat nilai p Value = 1,0

dan ini lebih besar dari α = 0,05 sehingga tidak adanyapengaruh yang signifikan

antara pengetahuan masyarakat dengan penyakit ISPA di wilayah kerja

puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya.

Dilihat dari OR 0,880 maka dapat diartikan bahwa masyarakat yang

memiliki pengetahuan baik mempunyai peluang 1 kali untuk mengalami penyakit

ISPA.

Page 37: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

32

b. Pendidikan masyarakat tentang penyakit ISPA

Tabel 4.7. Pendidikan masyarakat dengan Penyakit ISPA di wilayah kerjapuskesmas Teunom Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya

Pendidikan Penyakit ISPA TotalRendah Tinggi p

n % n % n % ORTinggi 1 7,1 13 92,9 14 100 0,688 -Mengengah 4 13,3 26 86,7 30 100Rendah 1 6,3 15 93,8 16 100Jumlah 6 10 54 90 60 100Sumber:Data Primer (diolah tahun 2013)

Dari tabel4.7di atas diketahui bahwa 14 responden yang pendidikan

masyarakat tinggi 7,1% yang mengalami penyakit ISPA, sedangkan dari 16

responden yang pendidikan masyarakat rendah 93,8% yang mengalami penyakit

ISPA. Dari hasil uji chi square didapat nilai p Value = 0,688 dan ini lebih besar

dari α = 0,05 sehingga tidakadanyapengaruh yang signifikan antara pendidikan

masyarakat dengan penyakit ISPA di wilayah kerja puskesmas Teunom

Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya.

c. Informasi masyarakat tentang penyakit ISPA

Tabel 4.8. Informasi masyarakat dengan Penyakit ISPA di wilayah kerjapuskesmas Teunom Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya

Informasi Penyakit ISPA TotalRendah Tinggi p

n % n % n % ORBaik 5 17,2 24 82,8 29 100 0,980.160Tidak Baik 1 3,2 30 96,8 31 100Jumlah 6 10 54 90 60 100Sumber:Data Primer (diolah tahun 2013)

Dari tabel di atas diketahui bahwa 29 responden yang informasi

masyarakat baik 17,2% yang mengalami penyakit ISPA, sedangkan dari 31

Page 38: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

33

responden yang informasinya tidak baik 96,8% yang mengalami penyakit

mengalami penyakit ISPA. Dari hasil uji chi square didapat nilai p Value = 0,98

dan ini lebih besar dari α = 0,05 sehingga tidak adanyapengaruh yang signifikan

antara informasi masyarakat dengan penyakit ISPA di wilayah kerja puskesmas

Teunom Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya.

Dilihat dari OR 0,160 maka dapat diartikan bahwa masyarakat yang

memiliki informasi baik tidak mempunyai peluang untuk mengalami penyakit

ISPA.

d. Lingkungan masyarakat tentang penyakit ISPA

Tabel 4.9. Lingkungan masyarakat dengan Penyakit ISPA di wilayah kerjapuskesmas Teunom Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya

Lingkungan Penyakit ISPA TotalRendah Tinggi p

n % n % n % ORBaik 4 7,5 49 92,5 53 100 0,1404,900Tidak Baik 2 28,6 5 71,4 7 100Jumlah 6 10 54 90 60 100Sumber:Data Primer (diolah tahun 2013)

Dari tabel di atas diketahui bahwa 53 responden yang lingkungan

masyarakatnya baik 7,5% yang mengalami penyakit ISPA, sedangkan dari 7

responden yang pengetahuannya tidak baik 71,4% yang mengalami penyakit

ISPA. Dari hasil uji chi square didapat nilai p Value = 0,140 dan ini lebih besar

dari α = 0,05 sehingga tidakadanyapengaruh yang signifikan antara lingkungan

masyarakat dengan penyakit ISPA di wilayah kerja puskesmas Teunom

Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya.

Page 39: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

34

Dilihat dari OR 4,900 maka dapat diartikan bahwa masyarakat yang

memiliki lingkungan baik mempunyai 5 kali peluang untuk tidak mengalami

penyakit ISPA.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengetahuan dengan penyakit ISPA

Pengetahuan yang baik belum tentu tidak mengalami penyakit ISPA.Hal

ini terlihat dari masyarakat Teunom yang berada disekitar wilayah kerja

Puskesmas Teunom yang rata-rata mempunyai pengetahuan yang baik tetapi

masih juga mengalami penyakit ISPA.

Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan diwilayah kerja

puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya, diketahui bahwa

tidak adanyapengaruh antara pengetahuan dengan penyakit ISPA dimana hasil

chi-square menunjukkan nilainya lebih besar dari α = 0,05 yaitu 1,0. Selain itu

dari 49 responden yang pengetahuan masyarakat baik 10,2% yang mengalami

penyakit ISPA, sedangkan dari 11 responden yang pengetahuannya tidak baik

90,9% yang mengalamipenyakit ISPA.

Menurut Notoatmodjo (2003) Pengetahuan atau kognitif merupakan hasil

tahu dari terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu.Pengetahuan terjadi melalui panca indera pengelihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

mata dan telinga.

Page 40: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

35

4.2.2 Pendidikan dengan penyakit ISPA

Pendidikan yang baik belum tentu tidak mengalami penyakit ISPA.Hal

ini terlihat dari masyarakat Teunom yang berada disekitar wilayah kerja

Puskesmas Teunom yang rata-rata mempunyai pendidikan yang baik tetapi masih

juga mengalami penyakit ISPA.

Hasil penelitian menunujukkan bahwa tidakadanya pengaruh antara

pendidikan dengan penyakit ISPA dimana hasil chi-square menunjukkan nilainya

lebih besar dari α = 0,05 yaitu 0,688. Selain itu dari 14 responden yang

pendidikan masyarakat tinggi 7,1% yang mengalami penyakit ISPA,

dibandingkan dari 16 responden yang pendidikan masyarakat rendah 93,8% yang

mengalami penyakit ISPA.

Menurut Notoatmodjo (2003) Pendidikan adalah proses dimana

seseorang mengambil kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya

didalam masyarakat dimana pun hidup, proses social dimana orang di hadapkan

pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (lingkungan yang datang

sekolah), sehingga ia dapat memperoleh atau mengalami pengembangan

kemampuan social dan kemampuan individu yang optimum.

4.2.2 Informasi dengan penyakit ISPA

Informasi yang baik belum tentu tidak mengalami penyakit ISPA.Hal ini

terlihat dari masyarakat Teunom yang berada disekitar wilayah kerja Puskesmas

Teunom yang rata-rata mempunyai informasi yang baik tetapi masih juga

mengalami penyakit ISPA.

Page 41: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

36

Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan diwilayah kerja

puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya, diketahui bahwa

tidak adanya pengaruh antara informasi dengan penyakit ISPA dimana hasil chi-

square menunjukkan nilainya lebih besar dari α = 0,05 yaitu 0,98. Selain itu dari

29 responden yang informasi masyarakat baik 17,2% yang mengalami penyakit

ISPA, sedangkan dari 31 responden yang informasinya tidak baik 96,8% yang

mengalamipenyakit ISPA.

Menurut Notoatmodjo (2003) Informasi adalah segala sesuatu hal atau

kejadian yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat

memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan

perubahan atau peningkatan pengetahuan. Adanya informasi baru mengenai

sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan

terhadap hal tersebut.

4.2.3 Lingkungan dengan penyakit ISPA

Lingkungan yang baik belum tentu tidak mengalami penyakit ISPA.Hal

ini terlihat dari masyarakat Teunom yang berada disekitar wilayah kerja

Puskesmas Teunom yang rata-rata mempunyai lingkungan yang baik tetapi masih

juga mengalami penyakit ISPA.

Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan diwilayah kerja

puskesmas Teunom Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya, diketahui bahwa

tidak adanya pengaruh antara lingkungan dengan penyakit ISPA dimana hasil chi-

square menunjukkan nilainya lebih besar dari α = 0,05 yaitu 0,140. Selain itu dari

53 responden yang lingkungan masyarakatnya baik 7,5% yang mengalami

Page 42: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

37

penyakit ISPA, sedangkan dari 7 responden yang pengetahuannya tidak baik

71,4% yang mengalami penyakit ISPA.

Menurut Notoatmodjo (2003) Lingkungan adalah segala sesuatu yang

ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.

Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam

individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya

interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh

setiap individu.

Page 43: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

38

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Tidak adanya pengaruh antara pengetahuan dengan penyakit ISPA ( PValue

(1,0) >α (0,05)).

2. Tidak adanya pengaruh antara pendidikan dengan penyakit ISPA ( PValue

(0,688) >α (0,05)).

3. Tidak adanya pengaruh antara informasi dengan penyakit ISPA ( PValue

(0,98) >α (0,05)).

4. Tidak adanya pengaruh antara lingkungan dengan penyakit ISPA ( PValue

(0,140) >α (0,05)).

5.2 Saran

1. Kepada bapak-bapak, dan ibu-ibu diharapkan agar dapat lebih

meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan

lingkungan dan memelihara kesehatan keluarga, serta mencari

informasi agar lebih meningkatkan pengetahuan tentang penyakit

ISPA dan juga ikut serta berperan aktif keluarga dalam menjaga

\kebersihan lingkungan dan seggala faktor yang dapat mempengaruhi

penyakit ISPA sehingga keluarga dapat terjauh dari penyakit ISPA.

2. Kepada Kepala Puskesmas Teunom diharapkan agar dapat lebih

meningkatkan lagi penyuluhan kesehatan dan promosi kesehatan

yang berkaitan dengan penyakit ISPA.

Page 44: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

39

3. Kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Jaya diharapkan

agar dapat mengambil kebijakan untuk meningkatkan program

pencegahan ISPA baik secara umum maupun khusus.

Page 45: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

40

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S, 2003 Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Penerbit : PT Gramedia PustakaUtama. Jakarta

Anonimous. 1997. Undang-undang No. 23 Pasal 1 ayat 2 Mengenai PencemaranLingkungan. Jakarta.

Anonimous. 1999.Peraturan Pemerintah RI No. 41 mengenai pengendalianpencemaran udara. Jakarta

Anonimous. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 1407 tentang PedomanPengendalian Dampak Pencemaran Udara. Jakarta.

Anonimous.2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta.

Darmawan, 2000.Infeksi SaluranPernafasan Akut (ISPA).Penerbit : EGC.Jakarta

Depkes RI, 2002.Standar ProsedurOperasional Klinik Sanitasi, UntukPuskesmas. Jakarta

Depkes. 2002. Profil kesehatan masyarakat Indonesia. Jakarta: Depkes RI.

Kartasasmita. 2000. Status Gizi Terhadap Penyakit ISPA. Penerbit : PT GramediaPustaka Utama. Jakarta

Notoatmodjo, S. 2000.Ilmu Kesehatan Masyarakat. Penerbit: RinekaCipta.Jakarta

Notoatmodjo, S. 2003.Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-prinsip Dasar,Penerbit: Rineka Cipta.Jakarta

Notoatmodjo, S. 2005.Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2005.Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Penerbit: Rineka aCipta.Jakarta

Nur, H, 2004. Faktor - Faktor YangBerhubungan Dengan KejadianPenyakit ISPAPada Balita.Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Peraturan Pemerintah RI. 1999. Pengendalian Pencemaran Udara. Jakarta

Prathama. 2001. Perilaku dalam Organisasi. Penerbit: Erlangga. Jakarta.

Puskesmas Teunom, 2012. Laporan Kegiatan Tahunan Puskesmas SosialTeunom.

Page 46: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA …

41

Riyadi. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat, dasar-dasar dan sejarahperkembangannya. Penerbit: Rineka Cipta. Jakarta

Romelan. 2006. Penyakit ISPA. Penerbit: Rineka Cipta.Jakarta

SK. MenKes. 2002. Pedoman Pengendalian Dampak Pencemaran Udara. Jakarta

WHO. 2006. Indoor air pollutan and household energy. Available from: U.SEnviromental protection agency. Indoor air pullutan: An introductionfor health professionals.