14
Jurnal Komunikasi Pembangunan ISSN 1693-3699 Juli 2009, Vol. 07, No. 2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyuluh dalam Pemanfaatan Media E. O. M. Anwas a) , Sumardjo b) , P. S. Asngari c) , dan P. Tjitropranoto c) a) Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Depdiknas, Jl. RE Martadinata Ciputat Jakarta Selatan, email [email protected] , b) Mayor Komunikasi Pembangunan, Gedung Departemen KPM IPB Wing 1 Level 5, Jalan Kamper Kampus IPB Darmaga, Telp. 0251-8420252, Fax. 0251-8627797, c) Mayor Penyuluhan Pembangunan, Gedung Departemen KPM IPB Wing 1 Level 5, Jalan Kamper Kampus IPB Darmaga, Telp. 0251-8420252, Fax. 0251-8627797 Abstrak A long side the community changes and demands, the competency of agricultural extension agents should be increased by means of learning process. This learning process is not merely taken place within formal education but also by means of the utilization of a variety of media whether they are mass media, programmed media, or environmental media. The present study was to analyze the media utilization intensity, and the dominant factors influence their media utilization intensity. The study used explanatory research method on 170 agricultural extension agents who work within paddy farmer area (Karawang) and within vegetable farmer area (Garut). Samples from paddy farmer area were taken by using random sampling technique, while those from vegetable farmer area were taken by using census method. Then data verification was conducted toward 206 farmers who were the clients of the agricultural extension agents. Data collection was conducted during February to April 2009. Data were analyzed using descriptive technique and regression analysis. The result of the study showed that the extent of media utilization tended to be at a low level. Several dominant factors influenced their media utilization. Keyword: agricultural extension agents, mass media, programmed media, environmental media 1. Pendahuluan Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang cepat seiring tuntutan perubahan zaman. Tuntutan perubahan ini mempengaruhi semua aspek kehidupan manusia termasuk sektor pertanian. Salah satu tantangan peru- bahan zaman di sektor pertanian adalah adanya tuntutan globalisasi. Globalisasi menuntut adanya kompetisi. Kompetisi ini hanya akan bisa dimenangkan dengan menjamin mutu dalam berbagai hal. Dengan demikian kata kunci untuk bisa eksis di era globalisasi adalah bagaimana meningkatkan mutu sumber daya manusia, mutu produksi, dan daya saing? Persaingan secara global ini akan dimenangkan oleh individu dan or- ganisasi yang dinamis, yang terus belajar meningkatkan kemampuannya. Sebaliknya individu yang tidak bisa menyesuaikan dengan perubahan karena berbagai alasan akan semakin tertinggal dan terpinggirkan. Akibatnya masalah- masalah sosial seperti: pengangguran, keterbelakangan, kemiskinan, kerawan- an sosial, kekurangan pangan, kesehat- an, pendidikan, dan aspek-aspek sosial lainnya semakin komplek. Seiring perubahan zaman tersebut, masalah pertanian yang dihadapi para petani juga semakin kompleks. Masalah mereka dimulai dari meningkatkan jumlah dan mutu produksi serta pemasaran, hingga akses informasi petani yang terus berkembang pesat. Di sini para petani dituntut untuk bisa menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Akibatnya petani yang bisa menyesuaikan dengan perkembangan zaman akan bisa eksis. Sebaliknya, petani yang tidak bisa menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi ini akan terpinggirkan. Oleh karena itu, peran penyuluh menjadi penting sebagai fasilitator dalam mengembangkan potensi petani. Sebagai konsekuensinya penyuluh dituntut untuk mampu menyesuaikan dengan perubahan dan

Faktor -Faktor yang Mempengaruhi Penyuluh dalam

  • Upload
    others

  • View
    18

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Jurnal Komunikasi Pembangunan

ISSN 1693-3699 Juli 2009, Vol. 07, No. 2

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyuluhdalam Pemanfaatan Media

E. O. M. Anwas a), Sumardjo b), P. S. Asngari c), dan P. Tjitropranoto c)

a)Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Depdiknas, Jl. RE Martadinata Ciputat Jakarta Selatan, [email protected], b)Mayor Komunikasi Pembangunan, Gedung Departemen KPM IPB Wing 1 Level 5, Jalan

Kamper Kampus IPB Darmaga, Telp. 0251-8420252, Fax. 0251-8627797, c) Mayor Penyuluhan Pembangunan,Gedung Departemen KPM IPB Wing 1 Level 5, Jalan Kamper Kampus IPB Darmaga, Telp. 0251-8420252, Fax.

0251-8627797

Abstrak

A long side the community changes and demands, the competency of agricultural extension agents should beincreased by means of learning process. This learning process is not merely taken place within formal education butalso by means of the utilization of a variety of media whether they are mass media, programmed media, orenvironmental media. The present study was to analyze the media utilization intensity, and the dominant factorsinfluence their media utilization intensity. The study used explanatory research method on 170 agricultural extensionagents who work within paddy farmer area (Karawang) and within vegetable farmer area (Garut). Samples frompaddy farmer area were taken by using random sampling technique, while those from vegetable farmer area weretaken by using census method. Then data verification was conducted toward 206 farmers who were the clients of theagricultural extension agents. Data collection was conducted during February to April 2009. Data were analyzedusing descriptive technique and regression analysis. The result of the study showed that the extent of mediautilization tended to be at a low level. Several dominant factors influenced their media utilization.

Keyword: agricultural extension agents, mass media, programmed media, environmental media

1. Pendahuluan

Ilmu pengetahuan dan teknologiberkembang cepat seiring tuntutanperubahan zaman. Tuntutan perubahanini mempengaruhi semua aspekkehidupan manusia termasuk sektorpertanian. Salah satu tantangan peru-bahan zaman di sektor pertanian adalahadanya tuntutan globalisasi. Globalisasimenuntut adanya kompetisi. Kompetisiini hanya akan bisa dimenangkandengan menjamin mutu dalam berbagaihal. Dengan demikian kata kunci untukbisa eksis di era globalisasi adalahbagaimana meningkatkan mutu sumberdaya manusia, mutu produksi, dan dayasaing?

Persaingan secara global ini akandimenangkan oleh individu dan or-ganisasi yang dinamis, yang terusbelajar meningkatkan kemampuannya.Sebaliknya individu yang tidak bisamenyesuaikan dengan perubahan karenaberbagai alasan akan semakin tertinggaldan terpinggirkan. Akibatnya masalah-

masalah sosial seperti: pengangguran,keterbelakangan, kemiskinan, kerawan-an sosial, kekurangan pangan, kesehat-an, pendidikan, dan aspek-aspek sosiallainnya semakin komplek.

Seiring perubahan zaman tersebut,masalah pertanian yang dihadapi parapetani juga semakin kompleks. Masalahmereka dimulai dari meningkatkanjumlah dan mutu produksi sertapemasaran, hingga akses informasipetani yang terus berkembang pesat. Disini para petani dituntut untuk bisamenyesuaikan dengan perkembanganzaman. Akibatnya petani yang bisamenyesuaikan dengan perkembanganzaman akan bisa eksis. Sebaliknya,petani yang tidak bisa menyesuaikandengan perubahan yang terjadi ini akanterpinggirkan. Oleh karena itu, peranpenyuluh menjadi penting sebagaifasilitator dalam mengembangkanpotensi petani. Sebagai konsekuensinyapenyuluh dituntut untuk mampumenyesuaikan dengan perubahan dan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyuluhdalam Pemanfaatan Media

69

tuntutan masyarakat yang terusberkembang.

Tenaga penyuluh merupakan ujungtombak pelaksanaan penyuluhan dilapangan. Seperti halnya profesi gurudalam pendidikan formal, penyuluhmemiliki peran yang sangat strategiskarena berhadapan langsung denganklien di lapangan. Oleh karena itu,keberhasilan penyuluhan diasumsikanberkorelasi positif dengan kualitaspenyuluh di lapangan yang sesuaidengan tuntutan masyarakat danperkembangan zaman tersebut. Namunmenurut Sumardjo (2008) dan Slamet(2008), kendala utama dalammenghadapi tantangan penyuluhan saatini adalah keterbatasan tenagaprofesional di bidang penyuluhanpembangunan.

Kredibilitas penyuluhaan akan bisadidongkrak apabila para penyuluhmampu menunjukkan kemampuannyasesuai tuntutan kebutuhan dan potensimasyarakat. Di sini penyuluh dituntutuntuk terus meningkatkan kualifikasi-nya. Dengan kata lain penyuluh harusterus belajar. Sebaliknya, jika penyuluhtidak bisa mengikuti perubahantersebut, kredibilitasnya akan semakinmenurun dan ditinggalkan kliennya.

Kondisi ini menunjukkan bahwahanya dengan melalui proses belajar,penyuluh akan mampu menyesuaikandengan perubahan dan perkembanganyang terjadi. Menurut Susanto (2008),tidak ada cara yang lebih tepat untukmeningkatkan kualitas SDM selainmelalui belajar. Hanya dengan carabelajar kompetensi penyuluh dapatditingkatkan. Belajar dalam hal ini tidakhanya terbatas pada pendidikan formal,tetapi juga termasuk pendidikan non-formal dan informal. Begitu pula mediabelajar sebagai wahana untukmelakukan proses belajar sangatbervariasi. Para penyuluh dapatmelakukan proses belajar melalui

berbagai media belajar baik yangdirancang secara khusus (by design)maupun yang dimanfatkan (byutilization).

Permasalahan yang paling mendasarterkait dengan proses belajar dalammeningkatkan kualitas SDM adalahkemauan dari yang bersangkutan untukbelajar. Dalam hal ini penyuluh harusmemiliki inisiatif dan aktif untukmencari berbagai media belajar yangbisa dimanfaatkan untuk meningkatkankompetensinya. Di era informasi inibanyak media yang bisa dimanfaatkanuntuk keperluan belajar. Denganmemanfaatkan media, penyuluh dapatbelajar tanpa harus bergantung padadosen/instruktur, atau tanpa harusmenunggu perintah (tugas belajar).Penyuluh dituntut bisa mengatur waktuuntuk bekerja, keluarga, masyarakat,dan juga waktu untuk belajar denganmemanfaatan berbagai media belajaryang ada di sekitar mereka. Oleh karenaitu menarik untuk dilakukan pengkajiantentang pemanfaatan media belajar danfaktor-faktor yang mempengaruhinyaguna meningkatkan kemampuanpenyuluh.

Telah dijelaskan sebelumnya bahwaseiring dengan perkembangan zaman,penyuluh dituntut untuk terus mening-katkan kemampuannya melalui peman-faatan media belajar. Berdasarkanperpektif pemanfaatannya, mediabelajar dapat digolongkan ke dalam tigakelompok yaitu (1) media belajar umumatau media massa, (2) media belajaryang diprogram secara khusus untukterciptanya proses belajar, dan (3)media di sekitar lingkungan yang dapatdimanfaatkan untuk proses belajar. Atasdasar pemikiran dan asumsi-asumsi diatas permasalahannya adalah bagaimanatingkat pemanfaatan media belajar yangdilakukan penyuluh pertaian, danfaktor-faktor apa saja yang dominanmempengaruhi pemanfaatan media

E. O. M. Anwas, et al.

70

belajar?. Oleh karena itu tujuan peneli-tian ini adalah (1) menganalisis tingkatpemanfaatan media belajar yangdilakukan penyuluh pertanian; (2)menganalisis faktor-faktor yangdominan mempengaruhi pemanfaatanmedia belajar.

2. Metode PenelitianPenelitian ini merupakan

penelitian eksplanatori (explanatoryresearch). Populasi adalah penyuluhpertanian Pegawai Negeri Sipil (PNS)yang bertugas di daerah pertanian padi(kabupaten Karawang) dan daerahpertanian sayuran (kabupaten Garut)Provinsi Jawa Barat. Sampel penyuluhyang bertugas di daerah pertanian padidilakukan dengan teknik randomsampling dan di daerah sayuran dengansensus, seluruhnya berjumlah 170penyuluh.

Pengumpulan data penelitian inidilakukan pada bulan Februari s.d. April2009, melalui: questioner, wawancaramendalam, studi dokumentasi danobservasi. Questioner sebelumnya dila-kukan ujicoba terhadap 30 penyuluh diKabupaten Bogor. Hasil ujicoba inimenunjukan bahwa questioner terujikevaliditasannya (validitas isi danvaliditas konstruk) dan realiabilitasnya(melalui uji cronbach alpha). Analisis

data menggunakan: analisis deskriptif,analisis korelasi, dan analisis regresiberganda. Untuk memudahkan dalamanalisis data ini menggunakan aplikasiSPSS versi 14.

3. Hasil dan Pembahasan3.1 Karakteristik Pribadi Penyuluh

Umur penyuluh PNS sebagian besarsudah relatif tua. Rataan skor (Tabel 1)umur mencapai 51. Apabila dikaitkandengan usia pensiun fungsionalpenyuluh PNS yaitu 60 tahun, dapatdiprediksi bahwa sepuluh tahun kedepan jumlah penyuluh akan berkurangsekitar 76 persen. Kondisi ini hampirsama di daerah pertanian padi(Karawang) dan sayuran (Garut).

Pendidikan formal penyuluh lebihdari setengahnya sudah berpendidikansetingkat sarjana. Pengalaman kerjapenyuluh juga sudah relatif lama(berpengalaman). Jika dikaitkan denganumur penyuluh yang juga sudah tua,maka pengalaman kerja ini berbandinglurus dengan umur penyuluh. Artinyasemakin tua umur penyuluh, makapengalaman kerjanya juga makin lama.Sedangkan aspek motivasi penyuluhdalam melaksanakan penyuluhan dalamkatagori sedang dengan sebaran relatifrendah.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyuluhdalam Pemanfaatan Media

71

Tabel 1Sebaran Persentase dan Rataan Skor Karakteristik Pribadi PenyuluhKarakteristik

PribadiPenyuluh skor

KatagoriKarawang

(n=80)Garut(n=90) Sebaran

(%)Rataan(RS)(%) (RS) (%) (RS)

Umur tahun ≥ 40 3 0 1(X1.1) 41 – 47 26 21 23

48 – 54 55 50 62 51 59 5155 ≤ 16 17 17

Pend.Formal

tahun SLTA 14 9 11

(X1.2) Diploma 44 26 34S1 33 60 47S2 8 6 8

Peng. Kerja tahun ≥ 17 14 6 9(X1.3) 18 – 25 33 34 34

26 – 33 45 26 48 23 47 2634 ≤ 9 12 11

Kep. Media Skor SangatRendah

0 0 0

Kominfo Rendah 48 21 53(X1.4) Sedang 44 53 61 65 34 59

Tinggi 9 18 14Motivasi skor Sangat

Rendah0 0 0

(X1.5) Rendah 23 16 19Sedang 59 63 72 63 66 63Tinggi 19 12 15

Keterangan: RS = Rataan Skor0 – 25 = Sangat rendah, 26 – 50 = Rendah, 51 – 75 = Sedang, 76 – 100 = Tinggi

Kepemilikan media komunikasi daninformasi (koran, majalah/tabloid,brosur/leaflet, media radio, televisi,handphone, dan internet) dalamkategori sedang, namun jika memper-hatikan sebaran menunjukkan kategorirelatif rendah. Kepemilikan mediakomunikasi dan informasi yang paling

banyak (Gambar 1) adalah majalah. Jikadikaji lebih mendalam, majalah yangdimiliki penyuluh adalah Sinar Taniyang diterbitkan oleh DepartemenPertanian. Sedangkan media televisiseperti halnya dalam masyarakatIndonesia merupakan media massa yangpaling digemari masyarakat.

Gambar 1. Diagram Kepemilikan Media Komunikasi dan Informasi

E. O. M. Anwas, et al.

72

3.2 Karakteristik Lingkungan Penyuluh

Karakteristik lingkungan penyuluh-an yang terdiri dari: dukungan keluarga,dukungan kebijakan pemerintah kabu-paten, dukungan lembaga penyuluhan

terhadap kondusivitas belajar danbekerja, dan tuntutan klien menun-jukkan rataan skor kategori sedang(Tabel 2) dengan sebarannya skor relatifrendah.

Tabel 2Sebaran Persentase dan Rataan Skor Karakteristik Lingkungan Penyuluh

KategoriDukunganKeluarga

KebijakanPemda

Kondv.Belajar

Kondv.Bekerja

Tuntutan Klien

% RataanSkor

% RataanSkor

% RataanSkor

% RataanSkor

% RataanSkor

SangatRendah

2 27 22 3 1

Rendah 33 52 41 57 39 41 29Sedang 54 61 19 19 51 54 44 54Tinggi 11 2 2 6 27Jumlah 100 100 100 100 100

Keterangan: 0 – 25 = Sangat rendah, 26 – 50 = Rendah, 51 – 75 = Sedang, 76 – 100 = Tinggi

Dukungan keluarga penyuluh terha-dap pemanfaatan media ditunjukandengan rataan skor dalam kategorisedang dengan sebaran skor relatifrendah. Dukungan kebijakan pemerin-tah kabupaten Karawang dan Garutterhadap penyuluhan ditunjukan denganrataan skor pada kategori rendah.Dukungan lembaga penyuluhan ditingkat kabupaten dalam menciptakaniklim belajar yang kondusif (kondusi-vitas belajar) dinilai penyuluh masihrendah. Dukungan lembaga penyuluhandi tingkat kabupaten dalam menciptakaniklim bekerja yang kondusif (kondusi-vitas bekerja) ada dalam kategorisedang yang sebaranya relatif rendah.Begitu pula rataan skor tuntutan kliendalam kategori cenderung sedang,dengan sebaran skor relatif rendah.Rendahnya tingkat dukungan lingkung-an penyuluhan dalam pemanfaatanmedia belajar ini diasumsikan ber-pengaruh terhadap intensitas pemanfaat-an media.

3.3 Intensitas Pemanfaatan Media

Media yang dimaksudkan dalampenelitian ini adalah media belajar,yaitu diartikan sebagai wahana yangdapat digunakan proses pembelajaranbaik dalam pendidikan formal, non-formal, maupun informal. Mengacukepada konsep media: AECT (1986),Anderson (1993), Mc Luhan (Budiargo,2004), Sadiman (1986), dan Severin andTankard (2001), media belajar tersebutdikelompokkan menjadi tiga yaitumedia massa, media terprogram danmedia lingkungan.

Intensitas pemanfaatan media massaadalah tingkat keseringan penyuluhdalam memanfaatkan berbagai mediakomunikasi publik dalam meningkatkankemampuannya. Bentuknya adalah ko-ran, majalah, buku, radio, televisi, daninternet. Media terprogram merupakanwahana komunikasi pembelajaran yangdirencanakan secara khusus dalammenciptakan proses belajar guna me-ningkatkan kompetesi penyuluh. Ben-tuknya adalah pendidikan formal lanjut-an, intensitas pelatihan, dan intensitaspertemuan antar penyuluhan. Intensitas

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyuluhdalam Pemanfaatan Media

73

pemanfaatan media lingkungan meru-pakan aktivitas penyuluh dalam mem-pelajari kondisi lingkungan di sekitartempat tugasnya dalam memperkayakemampuannya yang terkait denganpelaksanaan tugasnya sebagai penyuluh.Lingkungan yang dimaksudkan adalahlingkungan alam, lingkungan usahatani,dan lingkungan pendalaman inovasimandiri.

Hasil penelitian ini menunjukkanbahwa intensitas pemanfaatan mediaoleh penyuluh cenderung rendah.Secara lebih khusus intensitas peman-faatan media massa (Tabel 3) yaituintensitas pemanfaatan koran, majalah,buku, radio dan internet cenderungrendah, kecuali intensitas pemanfaatanmedia televisi cenderung tinggi.

Tabel 3Sebaran Persentase dan Rataan Skor Pemanfaatan Media Massa

KategoriKoran Majalah Buku Radio Televisi Internet

% RataanSkor

% Rataan

Skor

% RataanSkor

% RataanSkor

% RataanSkor

% RataanSkor

SangatRendah

72 18 33 74 24 75 17 5 82 8

Rendah 18 38 11 21 3 11Sedang 7 7 54 12 3 11 7Tinggi 4 22 4 1 81 89 1Jumlah 100 100 100 100 100 100

Keterangan: 0 – 25 = Sangat rendah, 26 – 50 = Rendah, 51 – 75 = Sedang, 76 – 100 = Tinggi

Subtansi informasi yang diperolehpenyuluh dari terpaan (keterdedahan)media koran (Tabel 4) bersifat umumyang kurang sesuai dengan kebutuhanpenyuluhan. Informasi pertanian yangdibutuhkan dalam penyuluhan ternyata

hanya 25 persen saja. Ini berartisubstansi koran yang dibaca olehpenyuluh cenderung informasi bersifatumum seperti: politik, hiburan,olahraga, ekonomi bisnis, dan informasilainnya.

Tabel 4Sebaran Presentase Jenis Informasi dan Rataan Pemanfaatan Media Massa

JenisMedia

Jenis informasi yang diperoleh dari media RataanPemanfaatan*)Hbrn&OR Politik Ekbis Pend. Pertanian Lain-lain

Koran 22 35 29 32 25 24 18Majalah 7 14 75 30 86 11 54Buku 8 18 55 41 65 4 24Radio 51 21 41 33 23 4 17Televisi 76 61 64 52 43 7 89Internet 14 0 7 0 2 2 8

*) Ket: Rataan pemanfaatan: 0 – 25 = Sangat rendah, 26 – 50 = Rendah, 51 – 75 = Sedang, 76– 100 = Tinggi

E. O. M. Anwas, et al.

74

Untuk lebih meyakinkan informasi yangdiperoleh dari koran, dapat dianalisisdari karakteristik nama koran yangsering dibaca penyuluh (Gambar 2).Koran yang sering dibaca adalah koranlokal tingkat kabupaten yaitu Radar

Garut dan Radar Karawang sebesar 39persen, bahkan di Karawang mencapai54 persen. Selanjutnya diikuti olehKoran Pikiran Rakyat sebagai koranlokal tingkat provinsi Jawa Baratmencapai 31 persen.

Gambar 2. Nama Koran yang sering dibaca Penyuluh

Sebagai koran lokal, selain me-nyajikan informasi lokal, juga informasinasional dan juga global dalampersfektif lokal. Koran nasional adadalam kisaran 10 s.d. 20 persen.Apabila dianalisis lebih mendalam,subtansi semua jenis koran yang seringdibaca penyuluh adalah informasiumum. Informasi yang terkait langsungdengan penyuluhan masih kurang.Terbukti pula masih belum ada koran(harian) yang secara khusus membahas

tentang pertanian seperti dalam majalahSinar Tani. Padahal informasi aktualyang perlu disajikan dalam mediaharian (koran) seringkali lebih menarik.

Intensitas pemanfaatan majalah(Tabel 4) secara umum ditujukan dalamrataan skor dalam kategori sedang,namun setelah memperhatikan sebaranskor menunjukkan relatif rendah.Adapun nama majalah yang seringdibaca penyuluh disajikan dalamGambar 3.

Gambar 3 Nama Majalah yang dibaca Penyuluh

Majalah Sinar Tani dan Trubusmerupakan majalah yang paling seringdibaca penyuluh. Kedua majalah terse-but subtansinya secara spesifikmerupakan majalah pertanian, sedang-kan majalah Tempo dan Gatra cen-derung bersifat umum. Majalah Sinar

Tani diterbitkan sebulan dua kali olehDepartemen Pertanian dan didistri-busikan kepada seluruh penyuluh PNSdi Indonesia dengan pembiayaandipotong dari penghasilan mereka. Olehkarena itu wajar apabila 98 persenpenyuluh (Gambar 3) memiliki majalah

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyuluhdalam Pemanfaatan Media

75

Sinar Tani dan hampir seluruhnyamembaca majalah ini. Topik-topikaktual yang terkait dengan pertanianmenjadi bahasan utama majalah SinarTani. Majalah ini juga menyajikaninovasi atau teknologi baru, kajianpermasalahan pertanian, sharing penga-laman, dan juga sebagai mediakomunikasi.

Hasil pendalaman juga diketahuibahwa melalui majalah ini informasiyang sering dibaca penyuluh (Tabel 4.)sebagian besar adalah informasipertanian. Ada tiga jenis informasitertinggi yang diperoleh penyuluh darimajalah, yaitu: informasi pertanian (86persen), informasi tentang ekonomi danbisnis 75 persen, dan informasi yangterkait dengan pendidikan 30 persen.Ketiga jenis informasi tersebut sangatdibutuhkan untuk kegiatan penyuluhanpertanian.

Intensitas pemanfaatan buku secaraumum menunjukkan kategori sangat

rendah dengan rataan skor 24. Ren-dahnya membaca buku ini terkaitdengan budaya baca bangsa Indonesiayang secara umum memang masihrendah termasuk kaum terdidik sepertipenyuluh.

Intensitas pemanfaatan radio jugasangat rendah. Hal ini ditunjukkandengan rataan skor hanya 17. Dimasyarakat, media radio ke-populerannya kalah dengan mediatelevisi yang mampu menyajikan pesanaudio visual. Hal ini juga terbukti dilingkungan penyuluh, bahwa peman-faatan radio sangat rendah. Materisiaran radio atau acara yang diikutipenyuluh sebagian besar cenderungbersifat hiburan (Tabel 4). Data inididukung pula oleh stasiun radio yangsering didengarkan penyuluh dalam(Gambar 4) sebagian besar adalah radioswasta yang materi siarannya masihkurang relevan dengan kegiatanpenyuluhan.

Gambar 4 Stasiun Radio yang diikuti Penyuluh

Intensitas pemanfaaat media televisiditunjukkan dengan rataan skor kategoritinggi yaitu 89, dengan 81 persen.Tingginya intensitas pemanfaatan mediatelevisi ini membuktikan bahwa mediatelevisi menjadi media yang paling

digemari oleh masyarakat, termasukpenyuluh. Hanya saja substansi acaratelevisi didominasi oleh hiburan (Tabel4), sedangkan yang terkait denganpenyuluhan masih kurang.

E. O. M. Anwas, et al.

76

Gambar 5 Stasiun Televisi yang sering diikuti Penyuluh

Gambar 5 menunjukkan stasiuntelevisi yang sering ditonton penyuluhcenderung menyiarkan acara yangbersifat umum. Intensitas pemanfaatanmedia televisi sudah tinggi, tetapisubstansinya kurang sesuai dengankegiatan penyuluhan. Ini adalah tan-tangan dan sekaligus peluang bagai-mana menyediakan substansi yangterkait dengan penyuluhan melaluimedia televisi secara kontinyu.

Intensitas pemanfaatan media inter-net masih sangat rendah. Terbuktirataan skor hanya 8, bahkan 82 persenpenyuluh menyatakan belum pernahmengakses media ini. Artinya hanya 12persen penyuluh yang sudah pernah

mengakses internet dengan intensitasyang sangat rendah. Rendahnyaintensitas pemanfaatan media ini terkaitdengan keterbatasan sarana danprasarana untuk mengakses internet,termasuk di kantor penyuluhan (BPP)belum tersedia internet. Begitu pulajenis informasi (Tabel 4) yang seringdiakses penyuluh adalah informasihiburan

Pemanfaatan media terprogram,yang meliputi tingkat pendidikan formallanjutan, intensitas mengikuti pertemu-an antar penyuluh, dan intensitas dalammengikuti pelatihan dalam katagorisedang, dengan sebaran skor relatifrendah (Tabel 5).

Tabel 5Sebaran Persentase dan Rataan Skor Pemanfaatan Media Terprogram

KategoriPendidikan

lanjutanPertemuanPenyuluh

Pelatihan

% RataanSkor

% RataanSkor

% RataanSkor

Sangat Rendah 21 3 72 20Rendah 28 50 2 24Sedang 34 17 2Tinggi 17 78 93 2Jumlah 100 100 100

Keterangan: 0 – 25 = Sangat rendah, 26 – 50 = Rendah, 51 – 75 = Sedang, 76 – 100 = Tinggi

Tingkat pendidikan formal lanjutanyang dilakukan penyuluh dalam kata-gori rendah, bahkan intensitas pelatihandalam lima tahun terakhir menunjukkankategori sangat rendah. Ini dapatdiartikan bahwa komitmen pemerintah

dalam peningkatan SDM penyuluh didaerah pertanian padi dan sayuranmasih rendah. Padahal sesuai UUNomor UU No. 16 tahun 2006,peningkatan SDM penyuluh yang secaratersurat diwujudkan dalam bentuk

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyuluhdalam Pemanfaatan Media

77

pendidikan dan latihan merupakantanggungjawab pemerintah.

Sebaliknya, intensitas pertemuanantar penyuluh dalam kategori tinggi.Pertemuan antar penyuluh merupakanpertemuan rutin sebulan dua kali,tempatnya di Balai PertemuanKecamatan baik di kecamatan masing-masing atau dibagi dalam wilayah(beberapa kecamatan). Pertemuan antarpenyuluh ini merupakan media belajarterutama memecahkan masalah-masalahyang dihadapi oleh masing-masing

penyuluh di lapangan. Pertemuan inijuga merupakan media untuk berbagi(sharing) pengalaman dan informasiatau temuan baru yang terkait denganpelaksanaan tugas penyuluhan.

Secara umum intensitas peman-faatan media lingkungan (intensitaspengamatan terhadap lingkungan alam,intensitas pengamatan terhadap ling-kungan usahatani, dan intensitas pen-dalaman inovasi mandiri) dalamkategori rendah, seperti disajikan dalamTabel 6.

Tabel 6Sebaran Persentase dan Rataan Skor Pemanfaatan Media Lingkungan

KategoriPengamatan Alam Pengamatan

UsahataniPendalaman

Inovasi Mandiri% Rataan

Skor% Rataan

Skor% Rataan

SkorSangat Rendah 82 16 66 21 1Rendah 15 27 51Sedang 2 8 41 51Tinggi 1 0 6Jumlah 100 100 100

Ket: 0 – 25 = Sangat rendah, 26 – 50 = Rendah, 51 – 75 = Sedang, 76 – 100 = Tinggi

Secara rinci intensitas pengamatanlingkungan alam dan intensitas penga-matan lingkungan usahatani menunjuk-kan skor sangat rendah. Hasil inimenunjukkan bahwa penyuluh kurangpeduli dengan lingkungan baiklingkungan alam maupun lingkunganusahatani dan perubahannya di tempatmereka bertugas. Intensitas pendalamaninovasi mandiri menunjukkan rataanskor dalam kategori sedang, namunsebaran skor menunjukkan relatifrendah. Pendalaman inovasi inidiwujudkan dalam aktivitas pendalamaninovasi melalui referensi buku-bukuatau sumber lainnya, melakukanujicoba, serta belajar bersama-samadengan petani yang dilakukan olehpenyuluh masih rendah.

3.4 Faktor-faktor yang MempengaruhiIntensitas Pemanfaatan Media

Hasil analisis korelasi ProductMoment Pearson (r) diketahui peubahyang memiliki hubungan nyatadisajikan dalam Tabel 7. Peubah yangberhubungan dengan intensitas terhadappemanfaatan media massa secaraberturut-turut dimulai dari yang palingkuat hubunganya adalah: tingkatpendidikan formal, kepemilikan mediakomunikasi dan informasi, dukungankeluarga, dan motivasi. Ini dapatditafsirkan bahwa makin tinggi keempatpeubah tersebut, semakin tinggi pulaintensitas pemanfaatan media massanya,begitu juga sebaliknya.

E. O. M. Anwas, et al.

78

Tabel 7Nilai Koefisien Korelasi Faktor-faktor yang Berhubungan dengan IntensitasPemanfaatan Media

Koefisien Korelasi (rs)

PeubahMediaMassa

MediaTerprogram

MediaLingkungan

(X1.1) Umur ,015,306**

,071,226**

,178*,226**

,123,113,023,073

-,014,490**

-,036,157*

,305**,156*

,127,047,014

,208**

-,162*,214**-,164*,173*,190*,154*

,115,127

,169*,350**

(X1.2) Pendidikan Formal(X1.3) Lama Bekerja(X1.4) Kepemilikan Media(X1.5) Motivasi(X2.1) Dukungan Keluarga(X2.2) Dukungan Kebijakan Pemda(X2.3) Dukungan Kondusivitas Belajar(X2.4) Dukungan Kondusivitas Bekerja(X2.5) Tuntutan Klien/Petani

Keterangan: ** Signifikan pada taraf α 0,01* Signifikan pada taraf α 0,05

Dalam intensitas pemanfaatan me-dia terprogram, peubah yang memilikihubungan nyata dan signifikan adalahtingkat pendidikan formal, kepemilikanmedia komunikasi dan informasi,motivasi, dukungan keluarga, dan tun-tutan klien atau petani. Ini berarti makintinggi keempat peubah tersebut, se-makin tinggi pula intensitas peman-faatan media terprogram, begitu jugasebaliknya. Seperti dalam pemanfaatanmedia massa, di sini peubah pendidikanformal juga menjadi koefisien korelasipaling tinggi dibandingkan denganpeubah lainnya. Peubah lain yangmemiliki hubungan nyata pada tarafsignifikan 0,01 adalah motivasi dantuntutan klien/petani.

Dalam intensitas pemanfaatan me-dia lingkungan, peubah yang memilikihubungan nyata dan positip adalahtingkat pendidikan formal, kepemilikanmedia massa, motivasi, dukungan ke-luarga, dukungan kondusivitas bekerja,dan tuntutan klien atau petani. Semakin

tinggi peubah-peubah tersebut semakinmeningkat pula intensitas pemanfaatanmedia lingkungan. Sedangkan peubahyang memiliki hubungan nyata negatifadalah umur dan lama bekerja. Inimenunjukkan bahwa semakin ber-tambah umur penyuluh (tua) dansemakin lama bekerja sebagai penyuluhPNS menunjukkan penurunan terhadapintensitas pemanfaatan media. Dengankata lain faktor umur dan pengalamanbekerja ini menjadikan malas untukbelajar dengan media lingkungan.

Untuk mengetahui faktor-faktoryang mempengaruhi pemanfaatan me-dia menggunakan uji regresi berganda.Hasil analisis regresi berganda (Tabel 8)menunjukan bahwa faktor-faktor yangberpengaruh terhadap pemanfaatanmedia adalah: (1) tingkat pendidikanformal, (2) tuntutan klien, (3) motivasi,(4) dukungan keluarga, dan (5) tingkatkepemilikan media komunikasi daninformasi.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyuluhdalam Pemanfaatan Media

79

Tabel 8Nilai koefisien Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Media

Peubah

Intensitas Pemanfaatan Media (rs)Media Massa Media

TerprogramMedia

Lingkungan

X12 Pendidikan Formal ,245,157

-,175

-

,445-

,204-

,149

146---

,405

X14 Kepemilikan MediaX15 MotivasiX21 Dukungan KeluargaX25 Tuntutan Klien

Secara lebih rinci intensitaspemanfaatan media massa secara nyatadan positif dipengaruhi secara berurutandari yang paling menentukan yaitu: (1)tingkat pendidikan formal, (2)dukungan keluarga, dan (3) tingkatkepemilikan media komunikasi daninformasi. Tingkat pendidikan formalmerupakan pengaruh yang palingdominan dalam pemanfaatan mediamassa. Hal ini dapat ditafsirkan bahwatingkat pendidikan yang tinggi mencer-minkan kesadaran pentingnya ilmupengetahuan dan kemandirian untukbelajar melalui berbagai sumbersehingga memiliki pengaruh yang nyataterhadap pemanfaatan media massa.Kepemilikan media komunikasi daninformasi terkait dengan ketersediaandan kedekatan dengan media massa ituuntuk dimanfaatkan di lingkungankeluarganya. Begitupula dukungankeluarga baik secara finansial maupunmoril memberikan dukungan adanyakemampuan mengakses media massa.

Intensitas pemanfaatan media massayang rendah disebabkan oleh tingkatkepemilikan media massa dan dukungankeluarga yang relatif rendah, meskipuntingkat pendidikan formal tinggi. Olehkarena itu untuk meningkatkanpemanfaatan media massa di kalanganpenyuluh, pendidikan formal perludidorong untuk terus ditingkatkansehingga memiliki kesadaran yang

tinggi akan pentingnya pendidikan dankemandirian belajar melalui mediamassa. Mengupayakan kemudahanakses media komunikasi dan informasioleh pemerintah dan lembaga penyu-luhan agar penyuluh memanfaatkanmedia massa sebagai salah satu mediabelajar dalam meningkatkan kompeten-sinya.

Intensitas pemanfaatan media ter-program secara nyata dipengaruhi olehtingkat pendidikan formal, motivasi,dan tuntutan klien. Rendahnya inten-sitas pemanfaatan media terprogramdisebabkan oleh motivasi dan tuntutanklien yang relatif rendah, meskipuntingkat pendidikan formal tinggi.

Oleh karena itu untuk dapatmeningkatkan intensitas pemanfaatanmedia terprogram, motivasi dalammelaksanakan penyuluhan, dan tingkatpendidikan formal penyuluh harusditingkatkan. Begitu pula tuntutan kliensebagai tantangan dari masyarakat perludijawab oleh penyuluh dan lembagapenyuluhan melalui peningkatankemampuannya dalam bentuk belajar,yaitu pemanfaatan media terprogram.

Dalam intensitas pemanfaatanmedia lingkungan secara langsung dansignifikan dipengaruhi oleh: tuntutanklien/sasaran dan tingkat pendidikanformal. Rendahnya intensitas peman-faatan media lingkungan disebabkantuntutan klien yang relatif rendah,

E. O. M. Anwas, et al.

80

meskipun tingkat pendidikan formaltinggi.

Tuntutan klien/petani merupakanfaktor yang dominan mempengaruhipemanfaaatan media lingkungan. Peu-bah ini sebagai wujud dari tuntutanpetani dalam menerapkan inovasi atauteknologi baru kepada penyuluh.Tuntutan ini merupakan tantangan bagipenyuluh untuk meningkatkan kemam-puannya melalui belajar dalam hal inidengan memanfaatkan media ling-kungan. Bentuk pembelajaran ini dila-kukan melalui kegitan pengamatanterhadap lingkungan alam, pengamatanterhadap lingkungan usahatani, sertamendalami kemampuan inovasi secaramandiri.

Menarik untuk dikaji lebihmendalam bahwa tingkat pendidikanformal memiliki pengaruh yang nyatadan positif kepada semua pemanfaatanmedia, baik pemanfaatan media massa,pemanfaatan media terprogram, maupunpemanfaatan media lingkungan. Diketa-hui bahwa tingkat pendidikan formalpenyuluh lebih dari setengahnya sudahmencapai jenjang sarjana (Tabel 1) ataurelatif sudah tinggi.

Namun terbukti tingkat pemanfaatanmedia baik media massa, mediaterprogram, dan juga media lingkunganmasih rendah. Asumsinya adalahpenyuluh yang berpendidikan tinggidapat ditafsirkan memiliki kesadaranyang baik untuk terus belajar denganmemanfaatkan berbagai media belajar.Ini dapat ditafsirkan bahwa mutupendidikan formal penyuluh perluditingkatkan. Di sisi lain melanjutkanpendidikan formal oleh penyuluh tidakhanya sekedar untuk memenuhipersyaratan administrasi untuk bisamenjadi Penyuluh Ahli, akan tetapipendidikan formal harus ditempuhmelalui sebuah proses untuk mening-katkan kemampuannya, termasukmemiliki kesadaran untuk pemanfaatanmedia sebagai proses belajar (tuntutan

profesi penyuluh). Belajar tidak hanyamelalui pendidikan formal, tetapidengan memanfaatkan berbagai mediayang ada di sekitar penyuluh baik mediamassa, media terprogram, maupunmedia lingkungan.

4. Simpulan dan Saran4.1 Kesimpulan

(1) Intensitas pemanfaatan media bela-jar yang dilakukan oleh penyuluhpertanian, baik intensitas pemanfat-an media massa, intensitaspemanfatan media terprogram, danintensitas pemanfatan media ling-kungan dalam katagori rendah.

(2) Intensitas pemanfaatan media massayang rendah disebabkan oleh tingkatkepemilikan media massa dandukungan keluarga yang relatifrendah, meskipun tingkat pendidik-an formal tinggi. Rendahnyaintensitas pemanfaatan media ter-program dan media lingkungandisebabkan oleh motivasi dantuntutan klien yang cenderungrendah, meskipun tingkatpendidikan formal tinggi.

4.2 Saran

Untuk meningkatkan intensitaspemanfaatan media dapat ditempuhmelalui: (a) memfasilitasi kemudahanbagi penyuluh untuk mengakses mediamassa yang sesuai dengan kebutuhanmereka; (b) meningkatkan motivasipenyuluh dengan cara menciptakanlingkungan penyuluhan yang kondusifuntuk pemanfaatan media belajar(proses belajar); (c) meningkatkanpartisipasi petani dalam penyuluhansehingga tuntutan petani sebagai kliendapat meningkat sehingga mendorongpenyuluh untuk belajar; (d)meningkatkan mutu pendidikan formalpenyuluh yang tidak hanya sekedarmendapatkan izajah untuk bisa menjadiPenyuluh Ahli, akan tetapi pendidikan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyuluhdalam Pemanfaatan Media

81

formal harus ditempuh melalui sebuahproses untuk meningkatkankemampuannya, termasuk memilikikesadaran untuk pemanfaatan mediasebagai proses belajar (tuntutan profesipenyuluh).

Daftar Pustaka

AECT. 1986. Definisi TeknologiPendidikan; Satuan Tugas Definisidan Terminologi AECT. Jakarta:Rajawali.

Anderson, Ronald H. 1993. Selectingand Developing Media forInstruction, Van Nostrand ReinholdCompany, Inc.

Budiargo, Dian. 2004. Media Equationdalam Pembelajaran. MakalahSeminar Nasional Teknologi Pen-didikan. Depdiknas. Jakarta 1 s.d. 2Desember 2004.

Sadiman, Arief S. 1986. MediaPendidikan; Pengertian, Pengem-bangan, dan Pemanfaatanya.Jakarta: Rajawali.

Severin, J Werner dan James W.Tankard. 2001. CommunicationTheory: Origin, Methods, and Usesin The Mass Media. EddisonWesley Lngman, Inc.

Susanto, Djoko. 2008. PerananPenyuluh Pembangunan dalamMeningkatkan Kualitas SDM.Dalam Pemberdayaan ManusiaPembangunan yang Bermartabat.Penyunting: Adjat Sudrajat dan IdaYustina. Bogor: Pustaka BangsaPress.

Sumardjo. 2008. Penyuluhan Pemba-ngunan Pilar Pendukung Kemajuandan Kemandirian Masyarakat.Dalam Pemberdayaan ManusiaPembangunan yang Bermartabat.Penyunting: Adjat Sudrajat dan IdaYustina. Bogor: Pustaka BangsaPress.

Slamet, Margono. 2008. MenujuPembangunan Berkelanjutan mela-lui Implementasi UU No. 16 tahun2006 tentang Sistem PenyuluhanPertanian, Perikanan, dan Kehutan-an. Dalam Pemberdayaan ManusiaPembangunan yang Bermartabat.Penyunting: Adjat Sudrajat dan IdaYustina. Bogor: Pustaka BangsaPress.

Undang-undang No. 16 tahun 2006tentang Sistem Penyuluhan Perta-nian, Perikanan, dan Kehutanan.