Upload
yoas-marc-pamungkas
View
1.386
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
-
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah terdapat proses belajar mengajar yang merupakan
interaksi antara guru dan siswa. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan
pendidikan banyak tergantung kepada proses belajar yang dialami
siswa itu sendiri sebagai anak didik. Agar siswa berhasil, siswa harus
mampu memahami materi pelajaran yang nantinya diharapkan siswa
dapat menyelesaikan ujian dengan baik sebagai hasil evaluasi belajar.
Dalam aktivitas belajar salah satu hal yang dilakukan guru selain
menjelaskan materi adalah memberikan tugas. Tugas tersebut
meliputi menjawab soal latihan buatan sendiri, soal dalam buku
pegangan, mengerjakan pekerjaan rumah (PR), ulangan harian,
ulangan umum, dan juga ujian. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah
untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi.
Hal yang menjadi perhatian peneliti di sini adalah pekerjaan
rumah (PR). PR merupakan tugas yang diberikan pada pelajar oleh
guru sekolah untuk dikerjakan di luar sekolah. Alasan pemberian PR
adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi-
materi yang telah diajarkan oleh guru. Selain itu PR adalah alat untuk
mempercepat langkah perolehan pengetahuan. PR dipercaya menjadi
arti penting bagi kedisiplinan ingatan murid. Ingatan tidak hanya
1
digunakan sebagai perolehan pengetahuan saja tetapi juga sebagai
latihan mental individu. Oleh karena itu PR dianggap sebagai strategi
penting dalam pengajaran.
Berkaitan dengan hal tersebut peneliti melakukan studi awal
melalui angket kepada siswa SMA Negeri 1 Sukoharjo. Dari survei
tersebut peneliti memperoleh data tentang pandangan siswa tentang
PR, cara mereka mengerjakan PR, serta faktor-faktor yang
mempengaruhi siswa dalam menyelesaikan PR-nya. Hasil studi awal
pada 25 siswa SMA menunjukkan 60 % siswa menyatakan PR perlu
karena dengan adanya PR dapat memotivasi siswa untuk belajar.
Sisanya menyatakan bahwa PR itu tidak perlu diberikan karena PR
membebani siswa, PR yang sudah susah payah dikerjakan juga
jarang dibahas oleh guru, dan siswa sudah capek oleh kegiatan
ekskul atau les-les di bimbel.
Pada siswa SMA banyak yang menganggap PR itu penting,
namun kenyataannya mereka tidak menjadikan PR itu sebagaimana
mestinya. Berdasarkan uraian tersebut, tampak bahwa PR yang
diberikan tidak dapat mencapai tujuannya. Padahal jika dilihat dari
tujuan pemberian PR itu sendiri adalah supaya siswa berlatih,
mengolah kembali materi pelajaran, menyusun jalan pikiran secara
berantai, belajar membagi waktunya dengan baik, belajar teknik-
teknik studi yang efisien dan efektif. Beranjak dari fenomena diatas
peneliti tertarik untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
2
mempengaruhi rendahnya motivasi siswa SMA dalam mengerjakan
pekerjaan rumah. Adanya informasi mengenai faktor-faktor tersebut
diharapkan dapat menjadi masukan bagi para guru mengenai upaya-
upaya yang dapat dilakukan untuk membuat PR menjadi lebih efektif,
dan membangkitkan motivasi siswa dalam mengerjakan PR.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas rumusan masalah
dalam Karya Tulis ini adalah :
1. Bagaimanakah tingkat motivasi siswa SMA Negeri 1 Sukoharjo
dalam mengerjakan PR?
2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi rendahnya motivasi
siswa SMA Negeri 1 Sukoharjo dalam mengerjakan PR?
3. Bagaimana cara menanggulangi rendahnya motivasi siswa SMA
Negeri 1 Sukoharjo dalam mengerjakan PR?
C. Tujuan Penulisan
Dalam penulisan Karya Tulis ini memiliki beberapa tujuan yang
dapat melandasi penulis dalam penyusunan Karya Tulis ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui dan menginformasikan kepada pembaca
tentang motivasi siswa SMA Negeri 1 Sukoharjo dalam
mengerjakan PR
3
2. Untuk mengetahui dan menginformasikan kepada pembaca
tentang faktor yang mempengaruhi rendahnya motivasi siswa
SMA Negeri 1 Sukoharjo dalam mengerjakan PR.
3. Untuk menginformasikan cara-cara menanggulangi rendahnya
motivasi siswa SMA Negeri 1 Sukoharjo dalam mengerjakan PR.
D. Manfaat Penulisan
Dalam penulisan Karya Tulis ini terkandung dua jenis manfaat
yang dapat diperoleh yaitu :
1. Manfaat bagi penulis
a. Kita mendapatkan informasi mengenai faktor-faktor yang
menyebabkan rendahnya motivasi siswa SMA Negeri 1
Sukoharjo dalam mengerjakan PR berdasarkan hasil
wawancara, observasi, dan kuisioner
b. Kita dapat mengetahui dan menginformasikan faktor-faktor
yang menyebabkan rendahnya motivasi siswa SMA Negeri 1
Sukoharjo dalam mengerjakan PR.
c. Kita menjadi lebih bertanggungjawab dalam menyelesaikan
tugas
2. Manfaat bagi pembaca
a. Dapat menambah pengetahuan pembaca dalam pembuatan
Karya Tulis.
4
b. Dapat mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan
rendahnya motivasi siswa SMA Negeri 1 Sukoharjo dalam
mengerjakan PR.
c. Mendorong pembaca untuk memberikan solusi cara
mengatasi rendahnya motivasi siswa SMA Negeri 1 Sukoharjo
dalam mengerjakan PR.
d. Sebagai bahan introspeksi bagi pelajar yang malas
mengerjakan PR.
5
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pembatasan Istilah
1. Pekerjaan rumah (PR)
Pekerjaan rumah (PR) merupakan salah satu instrumen
yang dipergunakan guru dalam pembelajaran. Tidak semua PR
membantu siswa untuk mengetahui, memiliki keterampilan dan
pemahaman tentang apa yang sedang mereka pelajari. Melalui
pemberian PR kepada siswa diharapkan proses pencapaian
tujuan pembelajaran berjalan dua arah, di sekolah dan di rumah.
Guru yang tidak jeli menakar hal ini akan menjadikan
bumerang bagi guru, antara lain anak justru semakin tidak
termotivasi dan mencintai belajar.
2. Siswa
Siswa bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri untuk
meningkatkan motivasi belajar pada dirinya agar memperoleh
hasil belajar yang memuaskan. Motivasi berupa tekad yang kuat
dari dalam diri siswa untuk sukses secara akademis, akan
membuat proses belajar semakin giat dan penuh semangat. Yang
dimaksudkan siswa dalam penelitian ini adalah pelajar yang
6
bersekolah di SMA, terutama siswa kelas X dan kelas XI IPA SMA
Negeri 1 Sukoharjo
3. Motivasi
Motivasi adalah dorongan psikologis yang mengarahkan
seseorang ke arah suatu tujuan. Motivasi membuat keadaan
dalam diri individu muncul, terarah, dan mempertahankan
perilaku, menurut Kartini Kartono motivasi menjadi dorongan
(driving force) terhadap seseorang agar mau melaksanakan
sesuatu.
Motivasi yang ada pada setiap orang tidaklah sama,
berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Untuk itu,
diperlukan pengetahuan mengenai pengertian dan hakikat
motivasi, serta kemampuan teknik menciptakan situasi sehingga
menimbulkan motivasi/dorongan bagi mereka untuk berbuat atau
berperilaku sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh individu
lain/ organisasi.
B. Pengertian
Wlodkowski (dalam Suciati, 2001:52) menjelaskan motivasi
sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku
tertentu, serta yang memberi arah dan ketahanan (persistence) pada
tingkah laku tersebut. Sementara Ames dan Ames (Suciati, 2001:53)
menjelaskan motivasi sebagai perspektif yang dimiliki seseorang
mengenai dirinya sendiri dan lingkungannya. Menurut definisi ini,
7
konsep diri yang positif akan menjadi motor penggerak bagi kemauan
seseorang.
Dalam proses belajar, motivasi seseorang tercermin melalui
ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses, meskipun
dihadang banyak kesulitan. Motivasi juga ditunjukkan melalui
intensitas unjuk kerja dalam melakukan suatu tugas.
Dari berbagai teori motivasi yang berkembang, Keller telah
menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang dapat
diterapkan dalam proses pembelajaran, yang disebut sebagai model
ARCS, yaitu:
1. Attention (Perhatian)
Perhatian peserta didik muncul karena didorong rasa ingin
tahu. Oleh sebab itu, rasa ingin tahu ini perlu mendapat
rangsangan, sehingga peserta didik akan memberikan perhatian
selama proses pembelajaran. Rasa ingin tahu tersebut dapat
dirangsang melalui elemen-elemen yang baru, aneh, lain dengan
yang sudah ada, kontradiktif atau kompleks.
Apabila elemen-elemen tersebut dimasukkan dalam rencana
pembelajaran, hal ini dapat menstimulus rasa ingin tahu peserta
didik. Namun, perlu diperhatikan agar tidak memberikan stimulus
yang berlebihan, untuk menjaga efektifitasnya.
2. Relevance (Relevansi)
8
Relevansi menunjukkan adanya hubungan materi
pembelajaran dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik.
Motivasi peserta didik akan terpelihara apabila mereka
menganggap bahwa apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan
pribadi atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang.
3. Confidence (Percaya diri)
Merasa diri kompeten atau mampu, merupakan potensi
untuk dapat berinteraksi secara positif dengan lingkungan. Prinsip
yang berlaku dalam hal ini adalah bahwa motivasi akan meningkat
sejalan dengan meningkatnya harapan untuk berhasil. Harapan ini
seringkali dipengaruhi oleh pengalaman sukses di masa lampau.
Motivasi dapat memberikan ketekunan untuk membawa
keberhasilan (prestasi), dan selanjutnya pengalaman sukses
tersebut akan memotivasi untuk mengerjakan tugas berikutnya.
4. Satisfaction (Kepuasan)
Keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan
menghasilkan kepuasan. Kepuasan karena mencapai tujuan
dipengaruhi oleh konsekuensi yang diterima, baik yang berasal
dari dalam maupun luar individu. Untuk meningkatkan dan
memelihara motivasi peserta didik, dapat menggunakan
pemberian penguatan (reinforcement) berupa pujian, pemberian
kesempatan, dsb.
C. Dasar Teori
9
PR dapat digunakan sebagai alat untuk mempercepat langkah
perolehan pengetahuan. PR dapat berguna bagi kedisiplinan ingatan
murid. PR merupakan suatu latihan mental yang baik, karena melatih
ingatan dan pengetahuan yang diperoleh dari sekolah untuk dipelajari
ulang di rumah. Oleh karena itu, PR dianggap sebagai strategi penting
dalam suatu proses belajar.
PR merupakan salah satu bagian dari evaluasi yang dilakukan
oleh pengajar terhadap proses belajar-mengajar. Evaluasi berarti
penentuan sampai seberapa jauh sesuatu berharga, bermutu atau
bernilai. Evaluasi terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa dan
terhadap proses belajar-mengajar mengandung penilaian terhadap
hasil belajar atau proses belajar itu, sampai seberapa jauh keduanya
dapat dinilai baik.
Pekerjaan Rumah (PR) dapat dibagi ke dalam beberapa bentuk.
Bentuk pertama adalah pekerjaan rumah sebagai belajar sendiri.
Contoh-contoh dari pekerjaan rumah bentuk pertama adalah
mempelajari satu bab dari buku pelajaran, menterjemahkan bahasa
asing, membaca dan menghafal sajak. Pekerjaan rumah ini efektif jika
bahan tersebut dapat dipelajari sendiri oleh murid.
Bentuk kedua adalah pekerjaan rumah sebagai latihan.
Contohnya adalah membuat soal matematika atau fisika yang sudah
dipelajari aturan dan prinsip-prinsipnya. Syaratnya agar efektif ialah
bahwa semua siswa telah memahami aturan itu dan telah sanggup
10
menerapkannya. Bila siswa-siswa tidak atau belum memiliki
pengetahuan dan kemampuan itu, maka siswa akan kandas dan tak
sanggup membuat pekerjaan rumah itu. Siswa merasa frustasi dan
merasa jengkel terhadap bidang studi itu atau menyalinnya saja dari
teman sekelas. Pekerjaan rumah serupa itu sudah jelas tidak ada
bahkan negatif hasilnya.
Bentuk ketiga adalah pekerjaan rumah yang berbentuk proyek.
Pada pekerjaan rumah yang berupa proyek biasanya siswa
ditugaskan untuk mengumpulkan sejumlah bahan berhubungan
dengan suatu masalah untuk menyusun laporan, membuat
percobaan, atau demonstrasi. Efektif tidaknya pekerjaan rumah ini
bergantung antara lain pada sifat pekerjaan itu. Jika pekerjaan itu
terlalu sulit, maka tidak akan efektif. Jadi masalah yang dihadapkan
kepada anak harus sesuai dengan latar belakang pengetahuan dan
kemampuan anak agar efektif.
Pekerjaan rumah harus didasarkan atas apa yang telah dikuasai
anak. Di samping itu pekerjaan rumah harus didasarkan pada
pengetahuan dan ketrampilan yang telah dikuasai oleh semua murid.
Pengajaran berprograma sangat efektif sebagai pekerjaan rumah.
D. Hipotesis
Sebelum mengadakan penelitian, dalam Karya Tulis ini penulis
memberikan hipotesis atas permasalahan yang akan dibahas dalam
Karya Tulis ini. Hipotesis tersebut adalah rendahnya motivasi siswa
11
dalam mengerjakan PR tidak hanya berasal dari faktor internal saja
tetapi juga berasal dari faktor eksternal. Dengan mengetahui faktor-
faktor tersebut penulis dapat mengemukakan solusi dari masalah
tersebut.
12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan
pendekatan studi deskriptif. Informan dalam penelitian ini adalah
siswa SMA Negeri 1 Sukoharjo kelas X dan kelas XI IPA. Informasi
tersebut penulis dapat dari jawaban kuesioner yang penulis bagikan
kepada informan tersebut dan dari hasil wawancara enam orang
informan yang telah penulis pilih.
Pemilihan informan penelitian ini berdasarkan pengambilan
sampel kasus tipikal, yaitu sampel yang dianggap dapat mewakili
kelompok normal dari fenomena yang sedang diteliti.
B. Waktu Penelitian
No. Tanggal Kegiatan Tempat
1. 1 November 2009 Perencanaan Kelas XI IPA 1
2. 20 November 2009 Membuat Kuesioner
Rumah Yoas Marc P., Jl.
Mayor Soenaryo 18 Rt. 4
Rw I
3. 23 November 2009 Membagikan kuesioner SMA Negeri 1 Sukoharjo
4. 25 November 2009Membuat rancangan
penulisanKelas XI IPA 1
5. 5 November – Selesai Menulis Karya Tulis Rumah Yoas Marc
Pamungkas, Jl. Mayor
13
Soenaryo 18 Rt. 4 Rw I
6 9 Januari 2010
Mengkonsultasikan
kepada Ibu Titik
Sugiyarsiti.
SMA Negeri 1 Sukoharjo
7 11 Januari 2010 Wawancara
SMA Negeri 1
Sukoharjo, Rumah Ibu
Ratih, dan Rumah Ibu
Listyaning.
8 12 Januari 2010 Editing & Penyelesaian
Rumah Yoas Marc
Pamungkas, Jl. Mayor
Soenaryo 18 Rt. 4 Rw I
C. Subyek dan Obyek
Subyek penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Sukoharjo.
Sedangkan objeknya adalah PR (Pekerjaan Rumah).
D. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1
Sukoharjo. Sedangkan sampel penelitian adalah siswa SMA Negeri 1
Sukoharjo kelas X dan kelas XI IPA (Perwakilan Kelas 2 anak).
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan 4
teknik yang menurut penulis mudah untuk dilaksanakan.
1. Teknik pertama menggunakan teknik kajian pustaka, yaitu data-
data yang digunakan dalam penyusunan Karya Tulis ini diberasal
dari referensi yang penulis cari di perpustakaan maupun internet.
14
2. Teknik kedua menggunakan teknik kuesioner, yaitu lembar
pertanyaan yang jawabannya berupa informasi yang dapat
dijadikan sebagai bukti hasil penelitian dan untuk memperkuat
gagasan yang penulis susun dalam Karya Tulis ini
3. Teknik ketiga menggunakan teknik wawancara, yaitu data-data
yang digunakan dalam penulisan Karya Tulis ini berasal dari enam
orang narasumber, yaitu dua orang guru dan empat orang siswa.
Hasil dari wawancara tersebut akan dijadikan bukti hasil penelitian
dan memperkuat gagasan yang penulis susun dalam Karya Tulis
ini.
4. Teknik yang keempat menggunakan teknik observasi, yaitu hasil
pengamatan penulis di lapangan yang berupa data dan foto yang
digunakan sebagai bukti hasil penelitian yang dapat memperkuat
gagasan yang penulis susun dalam Karya Tulis ini.
F. Teknik Analisis Data
1. Editing
Editing adalah pemeriksaan kembali kuisioner setelah
wawancara, hal ini dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan
adanya pengisian instrumen yang kurang lengkap. Di samping
menggunakan pedoman wawancara juga dilakukan pencatatan
keterangan penting yang diberikan oleh responden, hal ini
dimaksudkan untuk merekam data yang tidak termasuk dalam
pedoman wawancara. Adapun yang perlu mendapatkan perhatian
15
dalam editing ini adalah: lengkap tidaknya pengisian, kejelasan
makna jawaban, kesesuaian jawaban satu sama lain, dan
keseragaman satuan data.
2. Koding
Koding dilakukan oleh peneliti dimaksudkan untuk
menyeragamkan penafsiran responden yang berbeda-beda dari
satu pertanyaan. Hal ini dimaksudkan untuk membantu
memudahkan dalam menganalisa data. Dalam hal ini dilakukan
klasifikasi dengan tanda tertentu, lazimnya dalam bentuk angka.
3. Tabulasi
Tabulasi merupakan langkah selanjutnya setelah
pengkodingan dilakukan.
16
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Data Penelitian
Dalam menyelesaikan Karya Tulis ini, penulis melakukan
penelitian dengan cara membagikan kuisioner kepada siswa kelas X
dan XI IPA. Setelah dikumpulkan maka hasil dari kuisioner tersebut
adalah sebagai berikut :
No. Data Hasil Respon Presentase
1. Menurut kamu, apakah PR itu perlu diberikan di sekolah?
Perlu Memilih 60 %
Tidak Perlu Memilih 40 %
2. Jika kamu sulit mengerjakan PR, apa yang kamu lakukan untuk dapat menyelesaikannya?
Bertanya pada orang tua
Memilih 28 %
Tidak Memilih 72 %
Bertanya pada guru les di Bimbel.
Memilih 52 %
Tidak Memilih 48 %
Mencontek teman yang sudah mengerjakan waktu di sekolah.
Memilih 80 %
Tidak Memilih 20 %
3.Apakah kamu sering merasa malas mengerjakan PR
Sering Memilih 68 %
Jarang Memilih 32 %
Tidak Pernah Memilih 0 %
4. Dari ke-10 pernyataan di bawah ini, berilah tanda lingkaran ( ) mana yang membuat kamu malas mengerjakan PR lagi? Beri penjelasan! (boleh dipilih lebih dari satu)
Tindakan guru setelah PR itu dikerjakan
Memilih 56 %
Tidak Memilih 44 %
Jika PR sudah dikerjakan, ternyata tidak diberi nilai namun hanya ditandatangani saja.
Memilih 64 %
Tidak Memilih 36 %
Bentuk PR yang Memilih 12 %
17
itu-itu saja. Tidak memilih 88 %
Batas waktu pengerjaan PR terlalu singkat
Memilih 40 %
Tidak Memilih 60 %
PR yang diberikan sulit.
Memilih 76 %
Tidak Memilih 24 %
Ikut-ikutan teman Memilih 8 %
Tidak Memilih 92 %
Kurangnya dukungan dari orang tua.
Memilih 12 %
Tidak Memilih 88 %
PR harus dikerjakan sesuai atau sama dengan isi buku pelajaran.
Memilih 20 %
Tidak memilih 80 %
Sakit/Tidak enak badan, jadi tidak mengerjakan PR dulu.
Memilih 48 %
Tidak Memilih 52 %
PR dari pelajaran yang disukai dikerjakan, tapi PR dari pelajaran yang tidak disukai tidak dikerjakan.
Memilih 48 %
Tidak Memilih 52 %
Selain itu penulis juga melakukan penelitian dengan cara
mengadakan wawancara kepada 6 orang narasumber. Setelah
dikumpulkan maka hasil dari wawancara tersebut adalah sebagai
berikut :
1. PR itu perlu diberikan agar memacu siswa untuk belajar, dan
dapat digunakan sebagai sarana pengembangan materi.
2. Menurut narasumber, sebagai orang tua, mereka pernah
membantu anaknya dalam mengerjakan PR, tetapi kalau tidak
18
bisa, anak tersebut bertanya kepada guru di bimbingan belajar,
teman yang lbih pintar, atau guru mata pelajaran tersebut.
3. Menurut narasumber yang juga menjadi guru bimbingan belajar,
sebagian besar muridnya menanyakan PR yang sulit kepada guru
bimbelnya.
4. Siswa-siswi SMA Negeri 1 Sukoharjo seharusnya tidak malas, dan
kalaupun anak menjadi malas karena tertekan kegiatan yang
terlalu banyak dan biasanya diluar jam sekolah digunakan untuk
refreshing, bermain, dsb.
5. Saran dari narasumber yang diberikan kepada penulis
berdasarkan 10 pernyataan yang penulis ajukan, antara lain :
a. PR sebaiknya dari siswa untuk siswa (PR tersebut yang
membuat siswa dan dikerjakan oleh siswa yang lain).
b. Memunculkan motivasi persaingan antar kelompok.
c. Pemberian PR seharusnya diberikan sesuai dengan tingkat
kesulitannya
d. Siswa harus sadar bahwa mereka memiliki visi-misi untuk
bersungguh-sungguh dalam bersekolah.
Berdasarkan observasi yang penulis lakukan di lingkungan SMA
Negeri 1 Sukoharjo, maka hasil yang penulis peroleh adalah :
19
1. Banyak Siswa SMA Negeri 1 Sukoharjo yang menanyakan PR
kepada guru di Bimbingan Belajar
2. Sebagian besar tugas siswa-siswi SMA Negeri 1 Sukoharjo hanya
ditandatangani oleh guru mata pelajarannya saja. Hal tersebut
dikarenakan Banyaknya PR dari siswa sehingga waktu dalam
pemberian nilai terbatas.
3. Sering sekali penulis melihat, teman yang mencontek Pekerjaan
Rumah teman lain yang sudah selesai, hal tersebut dipengruhi
oleh faktor dari teman dan tingkat kesulitan dari PR tesebut.
4. Sebagian siswa juga pasti pernah menyanyakan PR kepada orang
tuanya. Tetapi kalau tidak bisa, anak tersebut bisa bertanya
kepada guru di bimbingan belajar, teman yang lbih pintar, atau
guru mata pelajaran tersebut.
B. Analisis Data
Berdasarkan data yang diperoleh dari data di atas ada banyak
faktor yang mempengaruhi rendahnya motivasi siswa SMA terhadap
PR. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya motivasi siswa SMA
dalam pengerjaan PR dapat dikelompokkan ke dalam faktor ekternal
dan internal.
1. Faktor Eksternal
a. Tindak lanjut guru dalam pemberian PR
20
Faktor yang mempengaruhi rendahnya motivasi siswa
dalam mengerjakan PR adalah tindak lanjut dari pemberian PR.
Seluruh siswa dalam penelitian ini merasakan bahwa guru yang
kurang memperhatikan tindak lanjut dari pemberian PR
menjadikan mereka kurang termotivasi mengerjakan PR.
“Hal itu membuat pengetahuan kita dangkal dan hanya
mengerti setengah-setengah saja” (Jawaban kuisioner dari
perwakilan kelas X.1)
Sekalipun para guru menyatakan bahwa mereka
membahas, mencocokkan dan memberikan nilai pada PR siswa,
namun sebagian siswa menyatakan bahwa guru biasanya hanya
membahas soal-soal PR yang dianggapnya sulit atau hanya
menandatangi PR yang sudah mereka kerjakan tanpa
membahasnya. Menurut mereka soal yang sulit bagi seseorang
belum tentu sulit bagi yang lain, karenanya mereka ingin sekali
soal-soal PR dapat dibahas semuanya, sehingga mereka dapat
mengetahui benar-tidaknya yang telah mereka kerjakan.
b. Pemberian nilai
Faktor pemberian nilai juga ikut mempengaruhi motivasi
siswa dalam mengerjakan PR. Menurut para siswa, tidak adanya
pemberian nilai untuk apa yang sudah mereka kerjakan akan
menurunkan motivasi mereka dalam mengerjakan PR.
21
“Saya merasa usaha saya tidak dihargai, bahkan saat ada
PR dan tugas yang sangat banyak dan kemudian PR
tersebut hanya ditandatangani, saya menjadi kecewa. Hal
tersebut membuat saya malas mengerjakan.” (Jawaban
kuisioner dari perwakilan kelas X.7)
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Woolfolk, bahwa
siswa perlu mendapatkan penghargaan dan reward (hadiah) atas
apa yang telah mereka kerjakan. Reward yang diberikan bisa
berupa nilai, hadiah atau sekedar pujian, dengan demikian siswa
akan termotivasi untuk mengerjakan PR.
c. Jenis PR
Jenis PR yang diberikan oleh guru juga mempengaruhi
motivasi siswa untuk mengerjakannya. Guru mengatakan bahwa
jenis PR yang diberikan berbeda-beda untuk tiap mata pelajaran.
Semua tergantung dari materi pelajarannya. Tiap guru memiliki
cara yang berbeda pula untuk membuat siswa tertarik dengan
PR yang diberikan.
“Kalau PRnya itu-itu aja malah bikin bosan, tapi kalau pake
variasi bisa tambah bersemangat” (Jawaban kuisioner dari
perwakilan kelas X.5)
Para siswa menyatakan bahwa selama ini sekolah banyak
menggunakan BTS sebagai panduan siswa mengerjakan tugas.
22
Dalam BTS terdapat soal-soal latihan dari materi pelajaran yang
diajarkan. Pada kenyataannya siswa lebih tertarik mengerjakan
PR dari hasil observasi, praktikum atau mencari artikel-artikel
dari koran dan tidak hanya dari BTS (Buku Tugas Siswa).
d. Beban dan waktu pemberian PR
Banyaknya PR yang diberikan dan waktu pemberian PR
juga mempengaruhi motivasi siswa dalam mengerjakan PR.
Salah satu yang dirasa siswa menjadi penyebab mereka tidak
mengerjakan PR adalah banyak PR yang harus mereka kerjakan
dalam waktu yang bersamaan. Siswa merasa bahwa pada saat-
saat tertentu mereka mendapat PR dari berbagai mata pelajaran
secara bersamaan. Hal ini menyulitkan mereka dalam
mengerjakan PR dengan baik.
“Karena waktu yang sangat singkat & PR yang banyak
membuat malas, sehingga mengakibatkan hasil yang tidak
memuaskan.” (Jawaban kuisioner perwakilan kelas X.2)
Kondisi ini menunjukkan pentingnya koordinasi antara para
guru pengajar, sehingga pemberian tugas dapat dijadwalkan
dengan lebih baik. Di samping itu, hal ini juga menunjukkan
perlunya usaha integratif dari para guru, sehingga satu tugas
23
dapat mencapai sasaran pengajaran dari berbagai mata
pelajaran.
Waktu pemberian PR menurut guru juga ikut
mempengaruhi motivasi siswa dalam mengerjakan PR. Seluruh
guru dalam penelitian ini mengatakan bahwa mereka
memberikan PR ketika materi pelajaran selesai diberikan.
Namun, banyak siswa dalam penelitian ini mengeluhkan bahwa
sekarang ini banyak tugas yang diberikan oleh guru sebelum
materi pelajaran diberikan, sehingga hal tersebut menjadi
hambatan bagi siswa untuk mengerjakannya. Siswa merasa
kesulitan karena tidak tahu materi yang diajarkan.
Tugas guru yang utama sekarang ini bukan lagi
menyampaikan pengetahuan, melainkan memupuk pengertian,
membimbing mereka untuk belajar sendiri. Namun demikian
hasil penelitian ini menunjukkan pentingnya pembekalan bagi
siswa untuk mengerjakan PR tanpa harus mengajarkan
segalanya secara penuh. Para siswa perlu mendapatkan
informasi pendahuluan yang menolongnya untuk mengeksplorasi
lebih lanjut secara mandiri.
e. Tingkat kesulitan
Tingkat kesulitan PR juga menjadi salah satu faktor
motivasi siswa dalam mengerjakan PR. PR yang terlalu sulit
24
akan membuat siswa tidak termotivasi untuk mengerjakan tugas,
sehingga ada kemungkinan untuk mencontek teman.
“Kalau soalnya susah, kita tidak dapat mengerjakan,
sehingga membuat malas.” (Jawaban kuisioner perwakilan
kelas X.10)
Hasil penelitian ini mungkin menjadi sesuatu yang
kontroversial. Di satu sisi PR diharapkan dapat menjadi sarana
bagi siswa untuk berlatih dan belajar, sehingga semestinya PR
itu tidak terlalu mudah. Namun di sisi lain ternyata PR yang
dianggap sulitpun menurunkan motivasi. Hal ini tampaknya
menjadi suatu tantangan tersendiri bagi para guru untuk
menyajikan PR yang cukup menantang namun juga berada
dalam jangkauan kemampuan siswa atau paling tidak siswa
memiliki ’modal’ untuk mengerjakan dan mengeskplorasinya.
f. Pengaruh teman
Teman juga mempengaruhi motivasi siswa dalam
mengerjakan PR. Teman-teman yang selalu mengerjakan PR di
sekolah menjadikan siswa enggan mengerjakan PR yang
seharusnya dikerjakan dirumah.
“Kalo temen-temen mengerjakan, aku juga ikut ngerjain,
tapi kalo banyak yang nggak, aku juga ikut-ikutan nggak
25
ngerjain.”(Jawaban wawancara perwakilan siswa kelas X.1,
No. 4)
Teman dapat menjadi faktor yang mempengaruhi belajar
siswa. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik bagi diri
siswa, sebaliknya teman yang jelek pasti akan mempengaruhi
sifat buruk pula.
Hal tersebut juga didukung oleh Sardiman (1994), bahwa
kompetisi atau persaingan dengan teman sekelas juga dapat
menumbuhkan motivasi untuk membangkitkan minat belajar
siswa. Dalam hal ini teman ikut mempengaruhi motivasi untuk
mengerjakan PR.
Hasil ini menunjukkan bahwa usaha untuk membangun
motivasi siswa untuk belajar secara komunitas perlu dilakukan,
sehingga siswa dapat menjadi motivator bagi teman lainnya dan
iklim dalam kelas menjadi iklim yang kondusif bagi anak untuk
belajar.
g. Dukungan orang tua
Faktor keluarga juga mempengaruhi rendahnya motivasi
siswa terhadap PR. Orang tua yang kurang memperhatikan
prestasi anaknya ternyata juga ikut mempengaruhi rendahnya
motivasi anak dalam mengerjakan PR. Beberapa siswa mengaku
bahwa orang tua mereka kurang memperhatikan proses belajar
26
mereka, namun orang tua menuntut anaknya untuk memperoleh
prestasi yang baik disekolah.
“Orang tua nggak pernah peduli saya belajar atau tidak.”
(Jawaban kuisioner dari perwakilan kelas X.6)
Hasil di atas menunjukkan bahwa perhatian kepada proses
belajar maupun prestasi belajar anak sangat penting dalam
membangun motivasi anak dalam belajar. Orang tua yang
kurang/tidak memperhatikan proses belajar anaknya dapat
menyebabkan anak menjadi kurang berhasil dalam belajarnya.
Sikap kurang memperhatikan proses belajar dapat muncul
dalam berbagai bentuk, misalnya acuh tak acuh terhadap belajar
anak, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan dan
kebutuhan anak dalam belajar, tidak mengatur waktu belajar,
tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau
tahu bagaimana kemajuan belajar anak dan kesulitan-kesulitan
yang dialami dalam belajar.
h. Bahan/sumber dalam mengerjakan PR
Bahan atau sumber yang digunakan untuk mengerjakan PR
juga berpengaruh bagi siswa. Ketika siswa tidak tahu bahan atau
sumber yang akan digunakan untuk mengerjakan PR, hal
tersebut tidak akan membuat mereka termotivasi untuk
mengerjakan PR.
27
“Kalo suruh mencari dari sumber yang sulit ditemukan
malah jadi males buat ngerjainnya, mending nyontek punya
temen.” (Jawaban wawancara perwakilan kelas XI IPA,
No.4)
Agar tugas yang diberikan memenuhi fungsinya maka
perlu diusahakan supaya siswa mengetahui bahan baku apa
yang harus dipergunakan dan sumber-sumber apa yang dapat
dipergunakan.
Selain itu, yang mempengaruhi rendahnya motivasi siswa
SMA terhadap PR adalah cara mengajar guru. Siswa berharap
guru dapat menjelaskan materi secara mendetil sehingga
dengan demikian siswa akan mengerti materi pelajaran dan
termotivasi untuk mengerjakan PR.
Sebagai manajer lingkungan belajar, guru hendaknya
mampu mempergunakan pengetahuan tentang teori belajar-
mengajar dan teori perkembangan sehingga kemungkinan untuk
menciptakan situasi belajar mengajar yang menimbulkan
kegiatan belajar pada siswa mudah dilaksanakan dan sekaligus
memudahkan pencapaian tujuan yang diharapkan.
2. Faktor Internal
a. Minat terhadap mata pelajaran
Mata pelajaran yang disukai siswa berpengaruh juga
terhadap motivasi mengerjakan PR. Siswa yang menyukai mata
28
pelajaran tertentu akan termotivasi untuk mengerjakan PR dari
mata pelajaran tersebut. Sebaliknya jika tidak, motivasi
mengerjakan PR juga rendah.
“Karena pelajaran yang kita sukai, cenderung mudah dan
menyenangkan.” (Jawaban kuisioner dari perwakilan kelas
X IPA 6)
Tingkat kesukaran, keluasan dan kedalaman makna yang
terkandung dalam bahan pelajaran akan turut mempengaruhi
sikap dan minat belajar para siswa selama mengikuti KBM.
b. Kondisi fisik
Beberapa siswa mengaku, ketika mereka merasa kelelahan
dengan kegiatan di sekolah ataupun luar sekolah, mereka
menjadi kurang termotivasi dalam mengerjakan PR. Banyaknya
kegiatan yang dilakukan siswa baik di luar sekolah maupun
kegiatan ekstra di dalam sekolah membuat siswa kelelahan. Hal
ini membawa dampak bagi turunnya motivasi siswa dalam
mengerjakan PR.
“Ya kalo sedang sakit, mau lihat buku saja sudah malas,
apalagi ngerjain PR. Ah, Capek deh!” (Jawaban kuisioner
dari perwakilan kelas XI IPA 1)
29
Kelelahan dapat mempengaruhi belajar, sehingga siswa
haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam
belajarnya.
Tidak dapat disangkal bahwa kegiatan-kegiatan di luar
sekolah maupun kegiatan ekstra di dalam sekolah juga dapat
berdampak positif bagi perkembangan pribadi siswa. Akan tetapi
kenyataan dalam penelitian ini menunjukkan perlunya siswa
mendapatkan pengarahan agar dapat lebih selektif dalam
mengikuti kegiatan, sehingga tidak sampai berdampak pada fisik
yang kelelahan.
C. Interpretasi Data
Banyak penelitian telah dilakukan untuk melihat dampak positif
pekerjaan rumah terhadap siswa baik secara akademis maupun tidak.
Penelitian terdahulu juga banyak ditujukan pada upaya untuk melihat
kelompok siswa yang paling mendapatkan manfaat dari pengerjaan
PR. Akan tetapi masih sangat minim penelitian yang menggali secara
komprehensif mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
siswa dalam mengerjakan PR, lebih-lebih yang dilakukan dalam
konteks di Indonesia.
Oleh karena itu, penulis kemudian berinisiati untuk mengadakan
penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi siswa dalam mengerjakan PR, terutama di kalangan siswa
SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010. Dari hasil
30
penelitian tersebut, penulis dapat menyatakan bahwa faktor-faktor
tersebut terdiri dari faktor internal dan faktor internal yang telah
penulis kemukakan di Karya Tulis ini. Sebagian besar siswa yang
malas belajar menyatakan bahwa yang membuat mereka malas
belajar adalah kedua jenis faktor tersebut yang kemudian dijabarkan
menjadi sepuluh faktor.
Dari guru-guru yang telah penulis wawancarai, menyatakan
bahwa ada banyak solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi faktor-
faktor yang mempengaruhi rendahnya motivasi siswa SMA Negeri 1
Sukoharjo dalam mengerjakan PR. Antara lain :
1. Memberi feed back(timbal balik) yang baik kepada siswa atas PR
yang telah dikerjakan.
2. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga
siswa bisa menyukai pelajaran tersebut.
3. PR sebaiknya dari siswa untuk siswa (PR tersebut yang membuat
siswa dan dikerjakan oleh siswa yang lain).
4. Memunculkan motivasi persaingan antar kelompok.
5. Pemberian PR seharusnya diberikan sesuai dengan tingkat
kesulitannya
6. Siswa harus sadar bahwa mereka memiliki visi-misi untuk
bersungguh-sungguh dalam bersekolah.
31
32
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, tampak
bahwa ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam
upaya mendorong para siswa mengerjakan PR. Hal-hal tersebut
meliputi:
1. 60% Siswa yang telah penulis berikan kuisioner menyatakan
bahwa PR itu perlu diberikan, karena dengan adanya PR dapat
memotivasi siswa untuk belajar. 68% Siswa yang telah penulis
berikan kuisioner juga menyatakan, bahwa mereka sering
merasakan malas mengerjakan PR atau dengan kata lain, 68%
Siswa SMA Negeri 1 Sukoharjo tingkat motivasi mengerjakan
PRnya rendah, dikarenakan oleh beberapa faktor.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya motivasi siswa SMA
Negeri 1 Sukoharjo dalam mengerjakan PR dibagi menjadi 2
faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal yaitu :
a. Faktor Eksternal
1) Tindak lanjut guru dalam pemberian PR yang kurang baik
2) Sering tidak adanya pemberian nilai
3) Jenis PR yang monoton
4) Banyaknya PR dan waktu pemberian PR yang singkat
33
5) Tingkat kesulitan yang tinggi
6) Jika temannya mengerjakan, siswa lain juga ikut
mengerjakan, atau sebaliknya
7) Kurangnya dukungan orang tua
8) Bahan/sumber dalam mengerjakan PR yang sulit
b. Faktor Internal
1) Kondisi fisik yang kurang baik/sakit
2) Hanya mengerjakan PR yang disukai saja
3. Banyak cara yang bisa diterapkan untuk menanggulangi
rendahnya motivasi siswa SMA Negeri 1 Sukoharjo dalam
mengerjakan PR, antara lain :
a. Memberi feed back(timbal balik) yang baik kepada siswa atas
PR yang telah dikerjakan.
b. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga
siswa bisa menyukai pelajaran tersebut.
c. PR sebaiknya dari siswa untuk siswa (PR tersebut yang
membuat siswa dan dikerjakan oleh siswa yang lain).
d. Memunculkan motivasi persaingan antar kelompok.
e. Pemberian PR seharusnya diberikan sesuai dengan tingkat
kesulitannya
f. Siswa harus sadar bahwa mereka memiliki visi-misi untuk
bersungguh-sungguh dalam bersekolah.
34
B. Saran
Untuk itu beberapa hal yang dapat disarankan kepada guru dan
siswa adalah:
1. Memberi feed back kepada siswa atas PR yang telah dikerjakan.
Beberapa cara pemberian feedback yang dapat dilakukan antara
lain dengan cara menanyakan kembali PR yang telah dikerjakan
oleh siswa, mengoreksi hasil pekerjaan siswa, memberikan cara
menyelesaikan tugas pada tugas yang dirasa sulit bagi siswa.
2. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga
siswa bisa menyukai pelajaran tersebut.
3. PR sebaiknya dari siswa untuk siswa (PR tersebut yang membuat
siswa dan dikerjakan oleh siswa yang lain).
4. Memunculkan motivasi persaingan antar kelompok.
5. Pemberian PR seharusnya diberikan sesuai dengan tingkat
kesulitannya
6. Siswa harus sadar bahwa mereka memiliki visi-misi untuk
bersungguh-sungguh dalam bersekolah.
35
36