Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sikap Masyarakat Terhadap Pasien Dengan Gangguan Jiwa

Embed Size (px)

DESCRIPTION

faktor gangguan jiwa

Citation preview

Berikut ini adalah versi HTML dari filehttp://repository.unri.ac.id/bitstream/123456789/1952/1/PDF%20JURNAL.pdf.*G o o g l e* membuat versi HTML dari dokumen tersebut secara otomatispada saat menelusuri web.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PASIEN DENGANGANGGUAN JIWA*Page 1**FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP**MASYARAKAT TERHADAP PASIEN DENGAN **GANGGUAN JIWA*Ira Kusumawati(1)Veny Elita(2)Widia Lestari(3)[email protected], hp 081281040302/*Abstract*//This study aims to determine the factors that influence people'sattitudes towards patients//with mental disorders. This research method using a method that isdescriptive correlation//design, with a total sample of 99 respondents. Measuring instrumentused was a//questionnaire with 28 statements developed by researchers. The analysisis used univariate//and bivariate analysis with Chi-square test. The results showed thatthe culture, the mass//media, past experiences, educational institutions, and those that areconsidered important//influencing public attitudes towards patients with mental disorders, asevidenced by p//value 0.05). Based on the//results of this study are expected to provide information such as thehealth center for//counseling on mental health to the community to increase knowledgeabout public attitudes//towards patients with mental disorders.//Keywords : Faktocrs, attitude, mental disorders//Reference : 25 (1995-2011)/*PENDAHULUAN*Sebanyak tujuh provinsi mempunyaiprevalensi gangguan jiwa berat yaituNanggroe Aceh Darussalam, SumateraBarat, Sumatera Selatan, BangkaBelitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta,Nusa Tenggara Barat (Depkes RI, 2008).Hal tersebut didukung oleh data WHObahwa 41 juta penduduk Indonesiamengalami gangguan jiwa. Diantaranyapenyalahgunaanobat(44,0%),keterbelakanganmental(34,9%),disfungsi mental (16,2%) dan disintegrasimental (5,8%). The IndonesianPsychiatric Epidemiologic Networkmenyatakan bahwa di 11 kota diIndonesia ditemukan 18,5% daripenduduk dewasa menderita gangguanjiwa (Videbeck, 2008).Hasil penelitian Harvard dan/International Organization for Migration//(IOM) /pada Tahun 2007 terhadapmasyarakat yang terkena dampak konflikdi 14 kabupaten dalam wilayah ProvinsiNanggroe Aceh Darussalam (NAD),memperlihatkan 35% mengalami gejaladepresi, 10 % gejala /Post Traumatic//Stress Disorder /dan 3% dengan gejalakecemasan lainnya (Idwar, 2011).Berdasarkan data Riset KesehatanDasar (Riskesdas), 2007 (Depkes RI,2007) menyebutkan 14,1% pendudukIndonesia mengalami gangguan jiwa dariringan hingga berat. Data dari 33 rumah-----------------------------------------------------------------------*Page 2*sakit jiwa di seluruh Indonesiamenyebutkan hingga kini jumlahpenderita jiwa berat mencapai 2,5 jutaorang. Indonesia memiliki prevalensisekitar 11% dari total penduduk dewasa .Menurut penelitian WHO di beberapanegara berkembang menunjukkan bahwa30 50 % pasien yang berobat kefasilitas pelayanan kesehatan umumternyata menderita gangguan kesehatanjiwa.Berdasarkan data Rumah Sakit JiwaTampan Pekanbaru, terjadi peningkatanjumlah pasien rawat inap yang masukpada tahun 2010 sejumlah 1129 jiwa,meningkat di tahun 2011 menjadi 1162jiwa untuk wilayah Pekanbaru dansekitarnya (Rekam Medik Rumah SakitJiwa Tampan, 2011). Hasil surveimahasiswa PSIK UR pada tahun 2012didapatkan 0,63% kasus gangguan jiwadi RW 01 Kelurahan Simpang baruKecamatan Tampan Pekanbaru.Pandangan keluarga dan masyarakattentang penderita gangguan jiwa selaludiidentikkan dengan sebutan orang gila,setan dianggap sebagai penyebabpenyakit gangguan jiwa dan individuyang terganggu jiwanya dianggapkerasukan setan (Videbeck, 2008). Makadari itu penderita gangguan jiwa tidakdibawa berobat ke dokter malainkanhanya di bawa ke orang pintar (Hawari,2007), bahkan masyarakat maupun daripihak keluarga dengan sengajamengasingkan anggota keluarga yangmengalami gangguan jiwa, karena jikamenampakkan gejala gangguan jiwadianggap kemasukan roh halus, dijauhi,diejek, dikucilkan dari masyarakatnormal (Videbeck, 2008).Hal tersebut sesuai dengan yangdinyatakan oleh Depkes RI (2006) bahwapenanganan gangguan jiwa di Indonesiadilakukan dengan cara dipasung olehsebagian kalangan, bahkan keluargadengan sengaja mengasingkan anggotakeluarga yang mengalami gangguan jiwakarena dianggap aib. Demikian jugaketika keluarga mengetahui salah satuanggotanya mulai menampakkan gejalagangguan jiwa dianggap kemasukan rohhalus. Masyarakat memilih membawanyake dukun, bukan ke dokter jiwa (Depkes,2006).Persepsi masyarakat bahwa penderitagangguan jiwa adalah sesuatu yangmengancam juga harus diluruskan.Selama ini keluarga masih beranggapanbahwa penanganan penderita gangguanjiwa adalah tanggung jawab pihak RumahSakit Jiwa saja, padahal faktor yangmemegang peranan penting dalam halperawatan penderita adalah keluarga sertamasyarakat di sekitar penderita gangguanjiwa tersebut (Juliansyah, 2009). Takjarang penderita yang mengalamigangguan kejiwaan sering keluar masukrumah sakit karena mengalamikekambuhan.Berdasarkan wawancara penelitidengan petugas kesehatan jiwa yang telahterlatih di Kota Pekanbaru bulanSeptember 2012, salah satu penyebabmasih tingginya penanganan pengobatanjiwa dengan cara dipasung adalah karenapengetahuan masyarakat yang masihrendah serta kekhawatiran keluargaterhadap perilaku pasien dengangangguan jiwa, salah satunya adalahperilaku mengamuk yang dapat melukaiorang lain. Umumnya yang datang kerumah sakit jiwa adalah pasien yangsudah mengalami gangguan jiwa yangcukup berat. Namun peneliti belummenemukan hasil penelitian penyebabmengapa pasien tidak segera berobatpada saat kondisi gangguan jiwa pasienmasih dalam kondisi ringan. Kemudianlagi, sebagian besar pasien yang secaramedis telah dinyatakan sembuh dan dikembalikan kepada keluarganya, namunsetelah beberapa bulan kemudian kambuhlagi karena kurangnya perhatian keluargamereka. Bahkan ada beberapa keluargayang tidak mau menjemput pasien yangtelah dinyatakan sembuh sehingga tetapmenjadi tanggungan rumah sakit.-----------------------------------------------------------------------*Page 3*Berdasarkan wawancara penelitidengan lima keluarga di KelurahanSimpang Baru Kecamatan Tampan,menyatakan bahwa mereka takut kepadapasien dengan gangguan jiwa karenaadanya kekhawatiran terhadap perilakupasien dengan gangguan jiwa, salahsatunya adalah perilaku mengamuk.Namun ada juga keluarga yangmenyatakan apabila memiliki anggotakeluarga dengan gangguan jiwa akansegera membawa keluarganya ke rumahsakit jiwa agar penyakitnya tidakbertambah parah.Banyak faktor yang mempengaruhisikap masyarakat terhadap pasien dengangangguan jiwa terutama yangberhubungan dengan kebudayaan,lembaga pendidikan dan agama,pengalaman masa lalu, emosional, mediamassa, dan orang lain yang dianggappenting. Berdasarkan masalah diataspenulis tertarik untuk mengetahui faktorfaktor apa saja yang mempengaruhi sikapmasyarakat terhadap pasien dengangangguan jiwa.*METODOLOGI PENELITIAN*Penelitianinimenggunakanrancangan penelitian dengan metode/deskriptif /yang bersifat korelasi. Populasipada penelitian ini adalah seluruhmasyarakat di wilayah PuskesmasSimpang Baru Panam KecamatanTampan Pekanbaru. Dalam hal ini,populasi adalah 18.490 orang yangterbagi dalam 4.405 Kepala Keluarga(KK). Teknik pengambilan sampel yangdigunakan adalah /accidental sampling/yaitu dilakukan dengan mengambil kasusatau responden yang kebetulan ada atautersedia di suatu tempat sesuai dengankonteks penelitian, dengan waktu yangtelah ditentukan peneliti. Sampel padapenelitian ini adalah 99 orang.Analisa yang digunakan adalah/univariat /dan /bivariat/. Pada analisa/univariat /digunakan untuk mengetahuidistribusi frekuensi, sedangkan /bivariat/menggunakan uji /Chi Square./*HASIL PENELITIAN*Tabel. 3Distribusifrekuensiberdasarkankarakteristik responden*N**o**Karakteristik**Responden**Fre**kuensi**Persen**tase**(%)*Jenis Kelamin*1 *Laki-laki3434,3*2 *Perempuan6565,7Agama*1 *Islam99100Suku*1 *Minang7171,7*2 *Jawa2828,3Pendidikan*1 *SD77,1*2 *SMP212,2*3 *SMA2828,3*4 *D32323,2*5 *S12024,2Jumlah99100Dari tabel diatas, diketahui distribusijenis kelamin responden paling banyakadalah perempuan sebanyak 65 orang(65,7 %). Agama responden seluruhnyaadalah Islam. Suku responden palingbanyak adalah Minang dengan jumlah 71orang (71,7 %). Sedangkan pendidikanpaling banyak adalah SMA, sebanyak 28orang (28,3 %).Tabel 5/Distribusi frekuensi berdasarkan sikap//masyarakat terhadap pasien dengan//gangguan jiwa./No. SikapFrekuensiPersentase(%)12PositifNegatif722772,727,3Jumlah99100Pada distribusi frekuensi sikapmasyarakat terhadap pasien dengangangguan jiwa, didapatkan 72 orang(72,7%) bersikap positif, dan yang-----------------------------------------------------------------------*Page 4*bersifat negatif berjumlah 27 orang(27,3%).Tabel. 6/Hubungan nilai budaya dan sikap/BuDayaSikapTotalOR/p/valueNegatifPositifn % N %Negatif1680 4 20 20 24,726,987,80,000Positif1113,968 86,179Jumlah2727,372 72,799Dari tabel diatas, diperoleh bahwaada sebanyak 16 dari 20 (80 %)responden yang nilai budayanya negatifmempunyai sikap negatif terhadap pasiengangguan jiwa. Sedangkan diantararesponden yang nilai budayanya positif ,ada 11 dari 79 (13,9%) yang mempunyaisikap negatif terhadap pasien gangguanjiwa. Hasil uji statistik diperoleh nilai /p/=0,000 maka dapat disimpulkan adaperbedaan proporsi kejadian sikap negatifterhadap pasien gangguan jiwa antaramasyarakat yang mempunyai nilaibudaya negatif dengan masyarakat yangmempunyai nilai budaya positif.Diperoleh pula nilai OR =24,72 artinyamasyarakat yang mempunyai nilaibudaya negatif mempunyai peluang 24,72kali untuk bersikap negatif terhadappasien gangguan jiwa dibandingkandengan masyarakat yang mempunyainilai budaya positif.Tabel. 7/Hubungan media dengan sikap/MediaSikapTotalOR/p/valueNegatifPositifN % n %Negatif2363,91336,136 26,07,70,000Positif4 6,35993,763Juml 2 27 7 72 99ah7 ,3 2 ,788,3Dari tabel diatas, diperoleh bahwaada sebanyak 23 dari 36 (63,9 %)responden yang nilai medianya negatifmempunyai sikap negatif terhadap pasiengangguan jiwa. Sedangkan diantararesponden yang nilai medianya positif ,ada 4 dari 63 (6,3) yang mempunyaisikap negatif terhadap pasien gangguanjiwa. Hasil uji statistik diperoleh nilai /p/=0,000 maka dapat disimpulkan adaperbedaan proporsi kejadian sikap negatifterhadap pasien gangguan jiwa antaramasyarakat yang mempunyai nilai medianegatif dengan masyarakat yangmempunyai nilai positif.Tabel. 8/Hubungan emosi dan sikap/EmosiSikapTotalOR/p/valueNegatifPositifN % N %Negatif8 42,11157,919 2,330,86,60,184Positif1923,86176,380Jumlah2727,37272,799Dari tabel diatas, diperoleh bahwaada sebanyak 8 dari 19 (42,1 %)responden yang nilai emosinya negatifmempunyai sikap negatif terhadap pasiengangguan jiwa. Sedangkan diantararesponden yang nilai emosinya positif,ada 19 dari 80 (23,8%) yang mempunyaisikap negatif terhadap pasien gangguanjiwa. Hasil uji statistik diperoleh nilai /p/=0,184 maka dapat disimpulkan tidak adaperbedaan proporsi kejadian sikap negatifterhadap pasien gangguan jiwa antaramasyarakat yang mempunyai nilai emosinegatif dengan masyarakat yangmempunyai nilai emosi positif. Dandiperoleh pula nilai OR =2,3 artinyamasyarakat yang mempunyai nilai emosinegatif tidak mempunyai peluang 2,3 kaliuntuk bersikap negatif terhadap pasien-----------------------------------------------------------------------*Page 5*gangguan jiwa dibandingkan denganmasyarakat yang mempunyai nilai emosipositif.Tabel. 9/Hubungan pengalaman masa lalu dan//sikap/PengalamanSikapTotalOR/p/valueNegatifPositifn % N %Negatif2656,52043,546 67,68,5531,80,000Positif 1 1,95298,153Jumlah 2727,37272,799Dari tabel diatas, diperoleh bahwaada sebanyak 26 dari 46 (56,5 %)responden yang nilai pengalamannyanegatif mempunyai sikap negatif terhadappasien gangguan jiwa. Sedangkandiantara responden yang nilaipengalamannya positif, ada 1 dari 53(1,9%) yang mempunyai sikap negatifterhadap pasien gangguan jiwa. Hasil ujistatistik diperoleh nilai /p/= 0,000 makadapat disimpulkan ada perbedaanproporsi kejadian sikap negatif terhadappasien gangguan jiwa antara masyarakatyang mempunyai nilai pengalamannegatif dengan masyarakat yangmempunyai nilai pengalaman positif.Tabel. 10Hubungan lembaga pendidikan dan sikapLembagapendidikanSikapTotalOR/p/valueNegatifPositifn % n %Negatif2779,47 20,634- 0,000Positif 0 0 6510065Jumlah2727,37272,799Dari tabel diatas, diperoleh bahwaada sebanyak 27 dari 34 (79,4 %)responden yang nilai pendidikannyanegatif mempunyai sikap negatif terhadappasien gangguan jiwa. Sedangkandiantara responden yang nilaipendidikannya positif tidak ada 1orangpun dari 65 (100%) yangmempunyai sikap negatif terhadap pasiengangguan jiwa. Hasil uji statistikdiperoleh nilai /p/= 0,000 maka dapatdisimpulkan ada perbedaan proporsikejadian sikap negatif terhadap pasiengangguan jiwa antara masyarakat yangmempunyai nilai pendidikan negatifdengan masyarakat yang mempunyainilai pendidikannya positif.Tabel. 11/Hubungan orang lain yang dianggap//penting dan sikap/KategoriOrang lainSikapTotalOR/p/valueNegatifPositifN % n %Negatif2757,42042,647 0,40,30,50,000Positif0 0 5210052Jumlah2727,37272,799Dari tabel diatas, diperoleh bahwaada sebanyak 27 dari 47 (57,4 %)responden yang menilai orang lain yangdianggap penting negatif mempunyaisikap negatif terhadap pasien gangguanjiwa. Sedangkan diantara responden yangmenilai orang lain yang dianggap pentingpositif tidak ada 1 orangpun dari 52(100%) yang mempunyai sikap negatifterhadap pasien gangguan jiwa. Hasil ujistatistik diperoleh nilai /p/= 0,000 makadapat disimpulkan ada perbedaanproporsi sikap negatif terhadap pasiengangguan jiwa antara masyarakat yangmempunyai orang lain dianggap penting-----------------------------------------------------------------------*Page 6*negatif dengan masyarakat yangmempunyai orang lain dianggap penting.*PEMBAHASAN**1. Kebudayaan*Berdasarkan hasil penelitian yangtelahdilakukandenganmenggunakan uji/Chi-Square,/didapatkan p value < artinya Hoditolak berarti ada hubungan antaranilai kebudayaan dengan sikapmasyarakat terhadap pasien dengangangguanjiwa.Kebudayaanmemberikan corak pengalaman bagiindividu dalam suatu masyarakat.Kebudayaan telah menanamkan garispengarah sikap individu terhadapberbagai masalah (Hergenhan dalamAzwar, 2009). Dalam hal inikebudayaan dapat mempengaruhisikap masyarakat terhadap pasiendengan gangguan jiwa terutama jikakebudayaan tersebut telah tertanamsejak kecil pada diri individu. Padanilai kebudayaan yang mempunyaitradisi orang gangguan jiwa harusdipasung dan dikurung, menganggaphal yang berlaku itu adalah benar.*2. Media Massa*Dari hasil yang telah dianalisa,media massa dapat mempengaruhisikap masyarakat terhadap pasiengangguan jiwa dengan nilai p value < artinya Ho ditolak. Masyarakatyang tersugesti dengan media massaakan membawa perubahan terhadapsikap. Salah satunya sikap terhadappasien dengan gangguan jiwa.Bermacam-macampendapatmasyarakat tentang media massayang menyajikan seputar gangguanjiwa. Pernyataan bahwa masyarakatmerasa takut terhadap orang dengangangguan jiwa karena media cetakmemberikan informasi yang tidakjelas tentang gangguan jiwa, danpernyataan bahwa dengan mediamassa juga dapat menambahwawasan tentang gangguan jiwa.Beberapa media massa juga seringmenyajikan tentang kasus-kasusyang terjadi akibat gangguan jiwa.Adanya informasi yang menjelaskanbahwa orang dengan gangguan jiwaberisiko menimbulkan bahaya,sangat mensugesti masyarakatterhadap semua pasien gangguanjiwa, sehingga untuk programprogram tertentu seperti terapi dalammasyarakat sering tidak berjalansesuai dengan yang diinginkan.*3. Emosi*Hasil analisa dari perhitunganyang dilakukan, diperoleh p value > (0,184 > 0,05) artinya Ho gagalditolak artinya bahwa emosi tidakmempengaruhi sikap masyarakatterhadap pasien dengan gangguanjiwa. Suatu bentuk sikap terkadangdidasari oleh emosi, yang berfungsisebagai semacam penyaluranfrustrasi atau pengalihan bentukmekanisme pertahanan ego. Sikapdemikian dapat merupakan sikapyang sementara dan segera berlalubegitu frustrasi telah hilang akantetapi dapat pula merupakan sikapyang lebih persisten dan bertahanlama (Sunaryo, 2004).*4. Pengalaman masa lalu*Hasil analisa dari perhitunganyang dilakukan, diperoleh p value < (0,000 < 0,05) artinya Ho ditolakberarti pengalaman masa lalumempengaruhi sikap masyarakatterhadap pasien dengan gangguanjiwa. Pada penelitian ini, masyarakatyang mempunyai masa lalu negatifmempunyai sikap negatif pulaterhadap pasien gangguan jiwa. Halini masyarakat menyimpan traumaterhadap apa yang pernah dialami*5. Lembaga pendidikan*Dari analisa lembaga pendidikan,diperoleh bahwa p value < (0,000 artinya emosi pada penelitianini tidak mempengaruhi sikap masyarakatterhadap pasien dengan gangguan jiwa.*DAFTAR PUSTAKA*Aimul, H. (2003). /Riset Keperawatan//dan teknik penulisan. /(edisi 1).Jakarta: Salemba MedikaAzwar. (2009). /Sikap Manusia Teori dan//Pengukurannya/.Yogyakarta:Pustaka PelajarDepkes RI. (2006). /Keperawatan jiwa://teori dan tindakan keperawatan/.Jakarta: Direktorat JenderalBina Pelayanan MedikDepkes RI. (2008). /Riskesdas 2007/.Jakarta: Badan Penelitian danPengembangan,DepartemenKesehatan RIHidayat, A. A. (2007)./Riset//Keperawatan//dan//Teknik//Penulisan Ilmiah. /(edisi 2).Jakarta: Salemba MedikaHawari. (2007). /Pendekatan holistic pada//gangguan jiwa skizofenia. /FKUI:JakartaIdwar. (2009). /Perilaku Masyarakat//dalam Penanganan Gangguan//Jiwa di Kota Langsa Provinsi//Nanggroe Aceh Darussalam ./Diaksesmelaluihttp://repository.usu.ac.id padahari Kamis, 16 Agustus 2012-----------------------------------------------------------------------*Page 8*Imron. (2010). /Metodologi penelitian//bidang kesehatan/. Jakarta: SagungSeto.Juliansyah. (2009). /Stigma penderita//gangguan jiwa/. Diakses melaluihptt://pontianakpost.com/?mib=berita.detail&id=24662 padahari Sabtu tanggal 07 Juli 2012Kusumawati, F. & Hartono, Y. (2010)./Buku ajar keperawatan jiwa./Jakarta: Salemba MedikaMaramis, W. F (2004). /Catatan Ilmu//Kedokteran Jiwa/. (edisi tujuh).Surabaya: Airlangga UniversitasPressMaslim, R. (2002). /Diagnosis gangguan//jiwa, rujukan PPDGJ-III/. Jakarta:FK AtmajayaNasir, A & Muhith, A. (2011). /Dasar-//dasar//keperawatan//jiwa:pengantar dan teori/. Jakarta:EGCNiam h, K. (2011). /Persepsi masyarakat//tentang gangguan jiwa di//Kelurahan//Tambak//Rejo//Kecamatan Gayam Sari Kota//Semarang/. Diakses melalui/digilib.unimus.ac.id/download.ph//p?id=6172 /pada hari Kamis, 16Agustus 2012Notoatmodjo. (2005)./Metodologi//penelitian kesehatan. /Jakarta: RinekaCipta.Nursalam. (2008)./Konsep dan//penerapan metedelogi penelitian//ilmu keperawatan/, (edisi 2).Jakarta: Salemba MedikaNursalam. (2009)./Konsep dan//Penerapan Metodologi Penelitian//Ilmu Keperawatan Pedoman//Skripsi, Tesis, dan Instrumen//Penelitian Keperawatan/. Jakarta:SalembaRekam medik Rumah Sakit JiwaTampan.(2011).Dataakuntabilitas penderita gangguanjiwa: RSJ TampanSantrock, J. (1999). /Psychology the//scieneces of mind and behavior/,University of Dallas : BrownPublisherSerambinews.com (2009). /Dua penderita//gangguan jiwa dipasung/. Diaksesdarisitushptt://serambinews.com/news/view/16740/dua-penderita-gangguanjiwa-dipasung pada tanggal 27Agustus 2012Sundeen, S. (1995). /Principle and//practise of psyhyatric nursing/.Mosby Year Book: St. LouisSunaryo. (2004). /Psikologi untuk//keperawatan/, Jakarta: EGCTownsend, M.C. (2005). /Essentials of//Psychiatric Mental Health//Nursing /(3th ed). Philadelphia:F.A Davis CompanyVidebeck, S.L (2008). /Buku ajar//keperawatan jiwa/. Bandung :Refika AditamaYosep, I. (2007). /Keperawatan jiwa/.Bandung : Refika Aditama