6
Faktor lesi oral Secara garis besar, etiologi lesi rongga mulut dapat dikelompokkan atas : 1. Faktor lokal, meliputi kebersihan rongga mulut yang jelek, iritasi kronis dari restorasi, gigi-gigi karies/akar gigi, gigi palsu (Smith,1989; Bolden,1982; Tambunan,1993). 2. Faktor luar, antara lain karsinogen kimia berupa rokok dan cara penggunaannya, tembakau, agen fisik, radiasu ionisasi, virus, sinar matahari (Scully,1992; Bolden,1982; Smith,1989). 3. Faktor host, meliputi usia, jenis kelamin, nutrisi imunologi dan genetik (Scully,1992; Smith,1989). Faktor-fakto r etiologi tersebut tidak bekerja 'secara terpisah, kombinasi dari berbagai faktor sering dijumpai bersama-sama. Pada dasawarsa terakhir, patogenesis molekular neoplasma menunjukkan bahwa neoplasma merupakan penyakit genetik. Terbentuknya tumor sebagai akibat terjadinya penyimpangan genetik yang disebabkan oleh faktor-faktor etiologi sehingga terjadi pembelahan gel yang berlebihan dan tidak terkendali. Gen yang menjadi sasaran perubahan genetik adalah onkogen (gen yang meningkatkan pertumbuhan), anti onkogen (gen yang menghambat pertumbuhan) dan gen yang mengatur apoptosis (Scully,1992).

Faktor Lesi Oral

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lesi oral

Citation preview

Page 1: Faktor Lesi Oral

Faktor lesi oral

Secara garis besar, etiologi lesi rongga mulut dapat dikelompokkan atas :

1. Faktor lokal, meliputi kebersihan rongga mulut yang jelek, iritasi kronis dari restorasi, gigi-

gigi karies/akar gigi, gigi palsu (Smith,1989; Bolden,1982; Tambunan,1993).

2. Faktor luar, antara lain karsinogen kimia berupa rokok dan cara penggunaannya, tembakau,

agen fisik, radiasu ionisasi, virus, sinar matahari (Scully,1992; Bolden,1982; Smith,1989).

3. Faktor host, meliputi usia, jenis kelamin, nutrisi imunologi dan genetik (Scully,1992;

Smith,1989).

Faktor-fakto r etiologi tersebut tidak bekerja 'secara terpisah, kombinasi dari

berbagai faktor sering dijumpai bersama-sama. Pada dasawarsa terakhir, patogenesis molekular

neoplasma menunjukkan bahwa neoplasma merupakan penyakit genetik. Terbentuknya tumor

sebagai akibat terjadinya penyimpangan genetik yang disebabkan oleh faktor-faktor etiologi

sehingga terjadi pembelahan gel yang berlebihan dan tidak terkendali. Gen yang menjadi sasaran

perubahan genetik adalah onkogen (gen yang meningkatkan pertumbuhan), anti onkogen (gen

yang menghambat pertumbuhan) dan gen yang mengatur apoptosis (Scully,1992).

Daftar pustaka

Bolden, T.E. 1982. The Prevention and Detection of Oral Cancer, dalam Stallard,R.E. A Textbook of Preventif Dentistry. Ed. Ke.2. Philadelphia. W.B. Sainders Company. 277-306.

Scully, C. 1992. Oncogen, Onco-Supressor, Carcinogenesis and Oral Cancer. British Dental Journal. 173. 53.

Tambunan, G. W. 1993. Diagnosis dan Tatalaksana Sepuluh Jenis Kanker Terbanyak di Indonesia. Editor dr. Maylani Handoyo. Ed.Ke-2. Penerbit Buku Kedokteran EGG. Jakarta. 185-198.

Page 2: Faktor Lesi Oral

Tembakau merupakan faktor etiologi tunggal yang paling penting. Tembakau dapat dikunyah-

kunyah, atau diletakkan dalam mulut untuk diisap, pada semua keadaan tersebut tembakau

mempunyai efek karsinogenik pada mukosa mulut.

Efek dari penggunaan tembakau yang tidak dibakar ini erat kaitannya dengan timbulnya “oral

leukoplakia” dan lesi mulut lainnya pada pipi, gingiva rahang bawah, mukosa alveolar, dasar

mulut dan lidah.

Kebiasaan mengunyah tembakau di masyarakat Asia dengan menggunakan campuran sirih dan

pinang yang sering dan dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan Karsinoma sel

skuamosa sesuai dengan letak campuran tembakau yang ditempatkan pada rongga mulut.

Mengunyah tembakau dengan menyirih dapat meningkatkan keterpaparan carcinogen tobacco

specific nitrosamine (TSNA) dan nitrosamine yang berasal dari alkaloid pinang.

2.2.2 Menyirih

Kebiasan menyirih atau "nginang" merupakan salah satu kebiasaan kuno yang dimulai sejak

berabad-abad tahun yang lalu. Menyirih mulai dilakukan oleh masyarakat di China dan India lalu

menyebar ke benua Asia termasuk Indonesia. Komposisi utama dari menyirih adalah daun sirih

(Piper betel leaves), buah pinang (Areaca nut), kapur sirih (Antacid), dan gambir (Uncaria

Gambier Roxb). Menurut penelitian, kegiatan menyirih dapat menimbulkan efek negatif terhadap

jaringan mukosa di rongga mulut yang dikaitkan dengan penyakit kanker mulut dan

Universitas Sumatera Utara

pembentukan karsinoma sel skuamosa yang bersifat malignan akibat komposisi menyirih,

frekuensi menyirih, durasi menyirih, dan penggunaan sepanjang malam.

2.2.3 Alkohol

Beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan antara konsumsi alkohol yang tinggi terhadap

terjadinya karsinoma sel skuamosa. Minuman alkohol mengandung bahan karsinogen seperti

etanol, nitrosamine, urethane contaminant.9 Alkohol dapat bekerja sebagai suatu solvent

Page 3: Faktor Lesi Oral

(pelarut) dan menimbulkan penetrasi karsinogen kedalam jaringan epitel. Acelylaldehyd yang

merupakan alkohol metabolit telah diidentifikasi sebagai promotor tumor. Alkohol merupakan

salah satu faktor yang memudahkan terjadinya leukoplakia, karena pemakaian alkohol dapat

menimbulkan iritasi pada mukosa.

Kombinasi Kebiasaan merokok dan minum alkohol menyebabkan efek sinergis sehingga

mempunyai resiko yang lebih besar untuk terjadinya kanker mulut. Asap rokok mengandung

bahan karsinogen dan alkohol menyebabkan dehidrasi dan rasa panas yang mempengaruhi

selaput lendir mulut. Meningkatnya premiabilitas mukosa ini akan menimbulkan rangsangan

menahun dimana timbul proses kerusakan dan pemulihan jaringan yang berulang-ulang sehingga

mengganggu keseimbangan sel dan sel mengalami displasia.

2.2.4.2 Faktor Gigi dan Mulut

Keadaan rongga mulut yang tidak terjaga ikut ambil peranan memicu timbulnya kanker rongga

mulut. Iritasi kronis yang terus menerus berlanjut dan dalam jangka waktu lama dari restorasi

yang kasar, gigi-gigi karies/akar gigi, dan gigi palsu yang letaknya tidak pas akan dapat memicu

terjadinya karsinoma.

2.2.4.3 Diet dan nutrisi

Diet dan nutrisi yang penting pada neoplasma mulut diindikasikan pada beberapa study populasi

dimana defisiensi dikaitkan pada resiko karsinoma sel skuamosa. Buah-buahan dan sayur-

sayuran (vitamin A dan C) yang tinggi merupakan proteksi terhadap neoplasma, sedangkan

daging dan cabe merah powder didiagnosa sebagai faktor resiko.

Zat besi berperan dalam melindungi pemeliharaan epitel. Defisiensi zat besi, menyebabkan

atropi epitel mulut dan Plummer Vinson Syndrome yang berhubungan dengan terjadinya kanker

mulut.

2.2.4.4 Jamur

Page 4: Faktor Lesi Oral

Kandidiasis dalam jaringan rongga mulut mempengaruhi patogenesis dari kanker mulut.

Kandidiasis ada hubungannya dengan diskeratosis pada epitelium walaupun tidak jelas apakah

kandida ikut berperan dalam etiologi diskeratosis.

Kandidiasis dapat menyebabkan proliferasi epitel dan karsinogen dari prokarsinogen in vitro,

chronik hyperplastic candidiasis yang berupa plak mukosa nodular atau bercak putih yang

berpotensial untuk terjadinya lesi malignan epitel oral.

2.2.4.5 Virus

Virus dipercaya dapat menyebabkan kanker dengan mengubah struktur DNA dan kromosom sel

yang diinfeksinya. Virus dapat ditularkan dari orang ke orang melalui kontak seksual. Virus

penyebab karsinoma sel skuamosa antara lain Human Papiloma Virus, herpes simplex virus tipe

1 (HSV-1), human immunodeficiency Virus (HIV), dan Epstein Barr Virus.4,5 Human Papiloma

Virus positif dijumpai lebih tinggi pada tumor rongga mulut (59%), faring (43%), dan laring

(33%).

2.2.4.6 Faktor Lingkungan

Sejumlah faktor lingkungan dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker, salah satunya adalah

pemaparan yang berlebihan dari sinar ultraviolet, terutama dari sinar matahari. Selain itu, radiasi

ionisasi karsinogenik yang digunakan dalam sinar x, dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga

nuklir dan ledakan bom atom juga dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21676/3/Chapter%20II.pdf