Upload
hoangmien
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
TINJAUAN PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA DENGAN ALASAN PUTUSAN
PENGADILAN NEGERI SURABAYA HANYA DIDASARKAN PADA PEMBACAAN
BAP KEPOLISIAN DALAM PERKARA NARKOTIKA (STUDI KASUS DALAM
PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 2836/K/PID.SUS/2010
TANGGAL 25 JANUARI 2011)
SKRIPSI
Disusun dan diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat
Sarjana dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh
RAHMATIKA
E1107061
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Penulisan Hukum (Skripsi)
TINJAUAN PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA DENGAN ALASAN PUTUSAN
PENGADILAN NEGERI SURABAYA HANYA DIDASARKAN PADA PEMBACAAN BAP
KEPOLISIAN DALAM PERKARA NARKOTIKA (STUDI KASUS DALAM PUTUSAN
MAHKAMAH AGUNG NOMOR 2836/K/PID.SUS/2010
TANGGAL 25 JANUARI 2011)
Oleh :
RAHMATIKA
E1107106
Penulisan Hukum (Skripsi) ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan
Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, 19 Juli 2011
Dosen Pembimbing
Bambang Santoso,S.H.,M.Hum. NIP. 19620209 198903 1001
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
iii
PENGESAHAN PENGUJI
Penulisan Hukum ( Skripsi )
TINJAUAN PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA DENGAN ALASAN PUTUSAN
PENGADILAN NEGERI SURABAYA HANYA DIDASARKAN PADA PEMBACAAN BAP
KEPOLISIAN DALAM PERKARA NARKOTIKA (STUDI KASUS DALAM PUTUSAN
MAHKAMAH AGUNG NOMOR 2836/K/PID.SUS/2010
TANGGAL 25 JANUARI 2011)
Disusun oleh :
RAHMATIKA
E 1107061
Telah diterima dan di sahkan oleh Tim Penguji Penulisan Hukum ( Skripsi )
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 19 Juli 2011
TIM PENGUJI
1. Kristiyadi, SH.,M.Hum : ........................................................ NIP. 19581225 198601 1001
2. Edy Herdyanto, SH.,MH : ........................................................ NIP. 19570629 198503 1002
3. Bambang Santoso, SH., M.Hum : ........................................................ NIP. 19620209 198903 1001
MENGETAHUI
Dekan
Prof.Dr.Hartiwiningsih,S.H.,M.Hum
NIP : 195702031985032001
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
iv
PERNYATAAN
Nama : Rahmatika
NIM : E 1107061
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) .
TINJAUAN PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA DENGAN
ALASAN PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SURABAYA HANYA
DIDASARKAN PADA PEMBACAAN BAP KEPOLISIAN DALAM
PERKARA NARKOTIKA (STUDI KASUS DALAM PUTUSAN
MAHKAMAH AGUNG NOMOR 2836/K/PID.SUS/2010 TANGGAL 25
JANUARI 2011)
adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan
hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukan dalam daftar pustaka. Apabila
dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima
sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya
peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.
Surakarta, Juni 2011
yang membuat pernyataan
RAHMATIKA
NIM E1107061
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
v
ABSTRAK
RAHMATIKA, E1107061, 2011 TINJAUAN PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA DENGAN ALASAN PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SURABAYA HANYA DIDASARKAN PADA PEMBACAAN BAP KEPOLISIAN DALAM PERKARA NARKOTIKA (STUDI KASUS DALAM PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 2836/K/PID.SUS/2010 TANGGAL 25 JANUARI 2011). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Penelitian ini bertujuan untuk menanggulangi penyalahgunaan narkoba dan untuk mengetahui kesesuaian pengajuan kasasi oleh terdakwa dengan alasan putusan Pengadilan Negeri Surabaya hanya didasarkan pada pembacaan BAP Kepolisian dalam perkara narkotika dalam ketentuan KUHAP.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian hukum doktrinal yang keilmuan hukumnya bersifat prespektif, dengan mengambil pendekatan pendekatan kasus (case approach). Bahan hukum yang terdiri dari primer, sekunder dan tersier. Bahan hukum primer merupakan data utama dalam penelitian ini sedangkan bahan hukum sekunder dan tersier digunakan untuk mendukung data primer. Teknik pengumpulan bahan hukum adalah dengan menggunakan studi pustaka dan rujukan inernet.
Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Pengajuan kasasi oleh terdakwa dengan alasan putusan Pengadilan Negeri Surabaya hanya didasarkan pada pembacaan BAP Kepolisian dalam perkara Narkotika adalah sudah sesuai dengan ketentuam KUHAP. Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung dalam memeriksa dan memutus pengajuan kasasi oleh terdakwa dengan alasan Putusan Pengadilan Negeri Surabaya hanya didasarkan pada keterangan BAP Kepolisian adalah sudah tepat karena melihat fakta-fakta yang ada mengarah bahwa terdakwa tidak bersalah dan upaya Hakim dalam memutus perkara sudah berdasar keadilan.
Kata kunci : Putusan Hakim, Upaya Hukum, Narkotika, BAP
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
vi
MOTTO
Pintu kebahagiaan terbesar adalah do’a kedua orang tua. Berusahalah mendapatkan
do’a itu dengan berbakti pada mereka berdua agar do’a mereka menjadi benteng yang
kuat yang menjagamu dari semua hal yang tidak anda sukai.
(La Tahzan)
Jangan mudah marah, sebab marah hanya akan merusak keadaan jiwa, merubah
perilaku, memperburuk pergaulan, merusak cinta dan memutuskan tali silaturahmi (La
Tahzan)
Senyum adalah kunci kebahagiaan, cinta adalah pintunya, kegembiraan adalah taman
bunganya, iman adalah cahayanya, dan keamanan adalah terbukanya.
(La Tahzan)
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan kerendahan hati penulis mempersembahkan karya ini kepada Allah
SWT, yang selalu memberikan Rahmat serta jalan yang terbaiknya untuk ku
· Kepada Mama tercinta yang selalu memberikan semangat dalam hidupku
serta memberikan doa dan kasih sayangnya
· Seluruh Keluarga besarku atas perhatian, doa, dan semangatnya.
· Kekasihku tersayang: Raditya Dwipa Nugraha yang telah memberikan
semangat dan dukungan
· Kepada sahabat-sahabatku dan teman-temanku angkatan 2007 FH UNS,
terima kasih untuk saat-saat terindah yang kita lalui bersama
· Almamaterku, Universitas sebelas Maret Surakarta
· Untuk pembaca yang budiman.
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
viii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa semata alam atas segala
rahmat dan karuniaNya yang telah diberikan kepada Penulis, sehingga Penulis
mampu menyelesaikan tugas penulisan hukum dengan judul TINJAUAN
PENGAJUAN KASASI OLEH TERDAKWA DENGAN ALASAN PUTUSAN
PENGADILAN NEGERI SURABAYA HANYA DIDASARKAN PADA
PEMBACAAN BAP KEPOLISIAN DALAM PERKARA NARKOTIKA
(STUDI KASUS DALAM PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR
2836/K/PID.SUS/2010 TANGGAL 25 JANUARI 2011). Penulisan hukum ini
disusun untuk memenuhi dan melengkapi syarat-syarat untuk memperoleh derajat
Sarjana dalam Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Dalam penulisan hukum ini, penulis mengalami banyak hambatan dan
permasalahan baik secara langsung maupun tidak langsung mengenai penyelesaian
penulisan hukum ini. Namun atas bimbingan, bantuan moral maupun materiil, serta
saran dari berbagai pihak yang tidak henti-hentinya memberi semangat dan selalu
mendukung penulis. Sehingga tidak ada salahnya dengan kerendahan hati dan
perasaan yang tulus dari hati yang paling dalam, penulis memberikan penghargaan
berupa ucapan terima kasih atas berbagai bantuan yang telah banyak membantu
Penulis selama melaksanakan studi sampai terselesaikannya penyusunan penulisan
hukum ini, maka pada kesempatan kali ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H.,M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret yang telah banyak memberikan kemudahan
kepada penulis dalam proses belajar mengajar dan menyelesaikan penulisan
hukum ini.
2. Bapak Edy Herdyanto, S.H, M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Acara. Yang
telah membantu dalam penyusunan skripsi ini dan memberikan ilmu-ilmu
tentang hukum acara pidana.
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
ix
3. Bapak Bambang Santoso, S.H., M.Hum Selaku Pembimbing Skripsi yang
telah sabar menyediakan waktu dan tidak lelah memberikan bimbingan,
dukungan, nasihat, motivasi demi kemajuan Penulis.
4. Bapak Muhammad Rustamaji S.H. M.H. dan Bapak Kristiyadi, S.H, M.Hum.
selaku dosen Hukum acara pidana yang telah memberikan dasar-dasar
hukum acara pidana.
5. Bapak Harjono, S.H, M.H selaku ketua program non reguler Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret.
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
atas segala bimbingannya kepada seluruh mahasiswa termasuk Penulis
selama Penulis menempuh studi di Fakultas Hukum Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
7. Ketua Unit PPH Bapak Lego Karjoko S.H., M.Hum dan Mas Wawan
anggota PPH yang banyak membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.
8. Seluruh staff dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret yang
telah banyak membantu segala kepentingan Penulis selama Penulis
menempuh studi di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
9. Kepada MAMA tersayang yang telah mmemberikan kasih sayangnya kepada
penulis dan memberikan semua untuk kelancaran karya tulis ini,serta segala
yang telah Beliau berikan.I LOVE YOU MAMA.
10. Seluruh keluarga yang telah memberikan semangat,dorongan serta
bantuannya kepada penulis.
11. Kepada sepupuku Rani Dindha yang telah meberikan banyak nasehat dan
dukungannya kepada penulis.
12. Kekasihku Raditya Dwipa Nugraha yang memberikan dukungan moril
kepada penulis.
13. Sahabat-sahabat kuliahku, Hanik, Sakina, Ike, Karolina yang telah banyak
membantu selama kuliah, menyelesaikan skripsi dan menemani baik di
kuliah maupun di luar kuliah dan teman-teman Angkatan 2007 FH UNS
yang masih mengikuti perkuliahan semester 8 : Alynda, Dini, Mba Ajeng,
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
x
dan seluruh teman- teman FH UNS yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
14. Orang-orang terdekat: Indira Wijayanti Halim, Astrini Wijayanti yang telah
membantu untuk bertukar pikiran dan menambah wawasan penulis tentang
karya tulis ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan hukum ini masih jauh dari
kesempurnaan, mengingat kemampuan Penulis yang masih sangat terbatas. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun dalam penulisan hukum
ini dan kedepannya akan Penulis terima dengan senang hati. Semoga penulisan ini
dapat bermanfaat dalam kemajuan hukum di Indonesia dan bagi semua pihak. Amin.
Surakarta, Juni 2011
Penulis
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... iii
PERNYATAAN.................................................................................................... iv
ABSTRAK.. .......................................................................................................... v
MOTTO ................................................................................................................ vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ...................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 8
E. Metode Penelitian ......................................................................... 9
F. Sistematika Penulisan ................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 13
A. Kerangka Teori ............................................................................ 13
1. Tinjauan tentang Putusan Hakim ............................................ 13
2. Tinjauan tentang Pertimbangan Hakim ................................... 17
3. Tinjauan tentang BAP ..................... ....................................... 20
4. Tinjauan tentang Upaya Hukum ............................................. 21
5. Tinjauan tentang Narkotika ..................................................... 24
B. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 25
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... .................................. 27
A. Kesesuaian Pengajuan Kasasi oleh Tedakwa dengan Alasan
Putusan Pengadilan Negeri Surabaya Hanya Didasarkan pada
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
xii
Keterangan BAP Kepolisian dalam Perkara Narkotika dengan
Ketentuan KUHAP. ..................................................................... 27
B. Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung dalam Memeriksa dan
Memutus Pengajuan Kasasi oleh Terdakwa dengan Alasan
Putusan Pengadilan Negeri Surabaya Hanya Didasarkan pada
Keterangan BAP Kepolisian ......................................................... 45
BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 51
A. Simpulan ....................................................................................... 51
B. Saran-Saran .................................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyalahgunaan narkoba merupakan masalah yang menyangkut seluruh
aspek kehidupan manusia, baik fisik, biologik, psikologik, dan sosial. Mengingat
dampak penyalahgunaan narkoba yang sangat merugikan, mencakup kematian
dini, kecacatan fisik, dan kerugian sosial ekonomi masyarakat, maka sangat
diperlukan tindakan pencegahan penyalahgunaan narkoba tersebut. Upaya
pencegahan dapat mencakup pencegahan primer (untuk tidak mencoba narkoba),
pencegahan sekunder (mencegah bagi mereka yang telah memakai narkoba untuk
tidak menjadi adiksi) dan pencegahan tersier (melakukan pemulihan bagi mereka
yang telah mengalami adiksi).
Di Indonesia saat ini angka penyalahgunaan Narkoba telah mencapai titik
yang mengkawatirkan, karena pada saat sekitar awal tahun 1990-an masalah
Narkoba masih belum popular dan oleh jaringan pengedar hanya dijadikan
sebagai negara transit saja, belakangan ini telah dijadikan sebagai negara tujuan
atau pangsa pasar dan bahkan dinyatakan sebagai negara produsen/pengeksport
Narkoba terbesar di dunia.
Keinginan untuk memperoleh keuntungan yang besar dalam jangka waktu
cepat dalam situasi ekonomi yang memburuk seperti sekarang ini, diprediksikan
akan mendorong munculnya pabrik-pabrik gelap baru dan penyalahgunaan
Narkoba. Kondisi ini tentunya menjadi keprihatinan dan perhatian semua pihak
baik pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat dan seluruh lapisan masyarakat
Indonesia pada umumnya untuk mencari jalan penyelesaian yang paling baik guna
mengatasi permasalahan Narkoba ini sehingga tidak sampai merusak sendi-sendi
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Menyadari bahwa penyalahgunaan Narkoba ini sama halnya dengan
penyakit masyarakat lainnya seperti perjudian, pelacuran, pencurian dan
pembunuhan yang sulit diberantas atau bahkan dikatakan tidak bisa dihapuskan
sama sekali dari muka bumi, maka apa yang dapat dilakukan secara realistik
hanyalah bagaimana cara menekan dan mengendalikan sampai seminimal
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
2
mungkin angka penyalahgunaan Narkoba serta bagaimana kita melakukan upaya
untuk mengurangi dampak buruk yang diakibatkan oleh penyalahgunaan Narkoba
ini.
Dengan demikian perlu dicari upaya yang paling ideal, efektif dan aplikatif
serta realistik dalam penanggulangan masalah Narkoba ini dengan melibatkan
semua potensi baik dari unsur pemerintah, swasta, Lembaga Swadaya
Masyarakat, tokoh masyarakat dan tokoh agama serta masyarakat umum
perorangan maupun kelompok. Sampai dengan saat ini upaya penanggulangan
penyalahgunaan Narkoba yang dilakukan oleh lembaga formal pemerintah (Dep.
Kes, Imigrasi, Bea dan Culai, Polri, BNN, BNP, dan lain-lain) maupun oleh
lembaga swadaya masyarakat lainnya masih belum optimal, kurang terpadu dan
cenderung bertindak sendiri-sendiri secara sektoral.
Masalah penyalahgunaan Narkoba ini tidak tertangani secara maksimal,
sehingga kasus penyalagunaan Narkoba makin hari bukannya makin menurun tapi
cenderung semakin meningkat baik secara kualitas maupun kuantitas. Disisi lain,
belum ada upaya pembinaan khusus terhadap pengguna sebagai korban, karena
masih beranggapan bahwa para pengguna itu adalah penjahat dan tanpa
mendalami lebih jauh mengapa mereka sampai mengkonsumsi atau menyalah-
gunakan Narkoba. Sampai sekarangpun peran serta masyarakat dirasakan masih
sangat kurang, mereka masih berpandangan bahwa pemberantasan
penyalahgunaan Narkoba adalah tugas dan tanggung jawab pemerintah. Dengan
demikian mereka kurang peduli dan kurang berpartisipasi secara aktif dalam
upaya pre-emtif, preventif dan kuratif maupun rehabilitatif.
Menyinggung persoalan Narkotika yang merupakan masalah yang sangat
kompleks, maka diperlukan upaya penanggulangan secara komprehensif dan terus
menerus serta melibatkan peran serta masyarakat secara aktif. Narkotika bisa
diibaratkan pisau yang bermata dua, di satu sisi Narkotika merupakan obat atau
bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan
pengembangan ilmu pengetahuan tetapi di sisi lain dapat pula menimbulkan
ketergantungan yang sangat merugikan apabila disalahgunakan atau digunakan
tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan saksama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
3
Maraknya penyalahgunaan Narkoba sudah merambah sampai ke seluruh
pelosok wilayah Negara Indonesia, mulai dari tingkat sosial ekonomi menengah
bawah sampai tingkat sosial ekonomi atas, dari kalangan artis sampaai rakyat
jelata. Dan lebih parahnya lagi remaja dan generasi muda yang notabene adalah
harapan bangsa dan negara di masa depan merupakan target dari peredaran
Narkotika. Oleh karena itu kita semua perlu mewaspadai bahaya dan pengaruhnya
terhadap ancaman kelangsungan pembinaan generasi muda.
Untuk itulah Indonesia sebagai negara hukum harus bisa melakukan
penegakan hukum yang tegas dalam pemberantasan peredaran Narkotika,
sehingga diharapkan generasi muda sebagai penerus masa depan bangsa dan
negara bisa terlepas dari pengaruh narkotika serta kemudian bisa menjadi generasi
bangsa yang produktif yang ikut membangun dan memajukan bangsa dan negara
kita yang tercinta ini.
Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat),
demikianlah penegasan yang terdapat dalam Pasal 1 ayat (2) UUD 1945. Sebagai
negara hukum bertujuan untuk menciptakan adanya keamanan, dan ketertiban,
keadilan dan kesejahteraan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara serta menghendaki agar hukum ditegakkan artinya hukum harus
dihormati dan ditaati oleh siapapun tanpa terkecuali baik oleh seluruh warga
masyarakat, penegak hukum maupun oleh penguasa negara, segala tindakannya
harus dilandasi oleh hukum.
Hukum menetapkan apa yang harus dilakukan dan atau apa yang boleh
dilakukan serta yang dilarang. Sasaran hukum yang hendak dituju bukan saja
orang-orang yang berbuat melawan hukum, melainkan juga perbuatan hukum
yang mungkin akan terjadi, dan kepada alat perlengkapan negara untuk bertindak
menurut hukum. Sistem bekerjanya hukum yang demikian itu merupakan salah
satu bentuk penegakan hukum (Evi Hartanti, 2006: 1).
Dalam suatu negara hukum seperti di Indonesia, Pengadilan adalah suatu
badan atau lembaga peradilan yang merupakan tumpuan harapan untuk
memperoleh keadilan. Oleh karena itu jalan yang terbaik untuk mendapatkan
penyelesaian suatu perkara dalam negara hukum adalah melalui lembaga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
4
peradilan tersebut. Dalam suatu lembaga peradilan, hakim memegang peranan
penting karena hakim dalam hal ini bertindak sebagai penentu untuk memutuskan
suatu perkara yang diajukan ke pengadilan.
Hakim dalam memutus suatu perkara memiliki kebebasan karena
kedudukan hakim secara konstutisional dijamin oleh Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam Penjelasan Pasal 24 dan Pasal 25
yang berbunyi bahwa Kekuasaan Kehakiman ialah kekuasaan yang merdeka,
artinya terlepas dari pengaruh dan campur tangan kekuasaan pemerintah.
Berhubung dengan itu, harus diadakan jaminan dalam Undang-Undang tentang
kedudukan para hakim. Hal ini sesuai dengan ciri dari Negara hukum itu sendiri
yaitu terdapat suatu kemerdekaan hakim yang bebas, tidak memihak dan tidak
dipengaruhi oleh Kekuasaan Legislatif dan Eksekutif. Kebebasan hakim tersebut
tidak dapat diartikan bahwa hakim dapat melakukan tindakan sewenang-wenang
terhadap suatu perkara yang sedang ditanganinya, akan tetapi hakim tetap terikat
pada peraturan hukum yang berlaku.
Dalam hal kebebasan hakim ini, juga berarti bahwa hakim harus dapat
memberi penjelasan dalam menerapkan Undang-Undang terhadap suatu perkara
yang ditanganinya. Penjelasan tersebut diberikan berdasarkan penafsiran dari
hakim itu sendiri. Penafsiran disini bukan semata-mata berdasaran akal, ataupun
sebuah uraian secara logis, namun hakim dalam hal ini harus bisa memilih
berbagai kemungkinan berdasarkan keyakinannya.
Hakim sebagai penentu untuk memutuskan suatu perkara yang diajukan ke
pengadilan, dalam menjatuhkan putusan harus memiliki pertimbangan-
pertimbangan. Adapun pertimbangan-pertimbangan hakim tersebut, di samping
berdasarkan pasal-pasal yang diterapkan terhadap terdakwa, sesungguhnya juga
didasarkan atas keyakinan dan kebijaksanaan hakim itu sendiri. Hakim dalam
mengadili suatu perkara berdasarkan hati nuraninya. Sehingga hakim yang satu
dengan yang lain memiliki pertimbangan yang berbeda-beda dalam menjatuhkan
suatu putusan.
Menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana (KUHAP), dijelaskan bahwa Hakim adalah pejabat Peradilan Negara yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
5
diberi wewenang oleh Undang-undang untuk mengadili. Mengadili adalah
serangkaian tindakan hakim untuk menerima, memeriksa, dan memutus perkara
pidana berdasarkan asas bebas, jujur, dan tidak memihak di sidang Pengadilan
dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-undang ini. Sedangkan
proses mengadili adalah serangkaian tindakan hakim untuk menerima, memeriksa
dan memutus perkara pidana. Proses mengadili tersebut harus berdasarkan asas :
1. Perintah tertulis, yaitu segala tindakan hukum hanya dapat dilakukan jika ada
perintah tertulis dari pejabat yang berwenang sesuai dengan Undang-undang.
2. Bebas, jujur, dan tidak memihak di dalam sidang pengadilan. Tidak memihak
di sini maksudnya bahwa hakim harus mengambil keputusan yang seadil-
adilnya, sehingga yang benar tidak merasa dirugikan atas keputusan tersebut.
Hakim tidak memihak diartikan tidak berat sebelah dalam pertimbangan dan
penilaiannya. Hakim juga tidak menjalankan perintah dari pemerintah.
3. Adanya kesempatan untuk memperoleh bantuan hukum guna pembelaan atas
dirinya.
4. Sidang terbuka, dimana pemeriksaan dijalankan secara objektif dan dihadiri
khalayak ramai dengan tertib agar dapat mengikuti atau mengawasi jalannya
pemeriksaan.
5. Pembuktian, dimana tersangka atau terdakwa tidak dibebani kewajiban
pembuktian kecuali diatur lain dalam Undang-Undang.
Hakim tetaplah seorang manusia biasa yang tidak terlepas dari kesalahan.
Sehingga dimungkinkan dalam memberikan putusannya untuk mencari kebenaran
dan keadilan belum tentu benar secara mutlak, dan barang kali terdapat
kekeliruan ataupun kesalahan dalam memberikan putusannya. Meskipun demikian
dalam menjatuhkan putusannya hakim diharapkan agar selalu berhati-hati. Hal ini
dimaksudkan untuk menjaga agar jangan sampai suatu putusan penuh dengan
kekeliruan yang akibatnya akan menimbulkan rasa tidak puas, ketidakadilan dan
dapat menjatuhkan kewibawaan pengadilan.
Dalam menegakkan hukum pidana, hakim dalam memberikan putusan
tidak akan terlepas dari suatu lembaga yang disebut lembaga pengadilan yang
dalam pelaksanaannya dilakukan oleh hakim. Dalam melaksanakan tugas, hakim
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
6
harus bebas dari pengaruh dan campur tangan dari pihak manapun, sehingga
hakim dapat bersikap adil dalam memberikan putusan. Sehubungan dengan
putusan, hakim tidak dapat dipengaruhi oleh pihak manapun, disini kebebasan
hakim bukan merupakan kebebasan tanpa batas, melainkan kebebasan yang diikat
oleh tanggungjawab untuk menciptakan hukum yang sesuai dengan pancasila dan
perasaan keadilan masyarakat (Wahyu Affandi, 1981: 20).
Menurut Nanda Agung Dewantara Hakim harus dapat
mempertanggungjawabkan terhadap apa yang diputuskannya dan tidak hanya
pada Pengadilan yang lebih tinggi, melainkan juga kepada masyarakat pada
umumnya. Dari ketentuan-ketentuan tersebut diatas, bahwa sifat kebebasan
Hakim itu merupakan suatu kebebasan yang diberi batas-batas oleh Undang-
undang yang berlaku, sebab Hakim diberi kebebasan hanya seluas dan sejauh
Hakim mengambil keputusan itu untuk dapat memberikan suatu keadilan dalam
menyelesaikan suatu perkara pidana, dan pada akhirnya tujuan Hakim diberi
kebebasan itu ialah untuk mencapai Negara Hukum Republik Indonesia, yang
berarti Hakim sebagai tempat untuk mencari keadilan bagi para pencari keadilan.
Dengan demikian dapatlah disimpulkan, bahwa kebebasan Hakim tidak bersifat
mutlak melainkan “kebebasan yang terikat/terbatas” (gebonden vrijheid) (Nanda
Agung Dewantara.1987: 29- 51).
Berdasarkan hal di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dalam rangka penulisan skripsi dengan judul TINJAUAN PENGAJUAN
KASASI OLEH TERDAKWA DENGAN ALASAN PUTUSAN
PENGADILAN NEGERI SURABAYA HANYA DIDASARKAN PADA
PEMBACAAN BAP KEPOLISIAN DALAM PERKARA NARKOTIKA
(STUDI KASUS DALAM PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR
2836/K/PID.SUS/2010 TANGGAL 25 JANUARI 2011)
B. RUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah dimaksudkan agar suatu penelitian yang dilakukan
lebih fokus dan terarah sehingga sasaran dan tujuan dilakukannya penelitian
hukum tersebut dapat tercapai dan mendapatkan hasil yang diharapkan. Dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
7
adanya perumusan masalah akan dapat memudahkan penulis dalam mencari,
mengumpulkan, menyusun dan menganalisa bahan hukum.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, penulis
merumuskan permasalahan untuk selanjutnya dikaji lebih rinci. Adapun
perumusan masalah yang hendak diangkat dalam penelitian hukum ini adalah
sebagai berikut :
1. Apakah pengajuan kasasi oleh terdakwa dengan alasan putusan Pngadilan
Negeri Surabaya hanya didasarkan pada keterangan BAP Kepolisian dalam
perkara narkotika sesuai dengan ketentuan KUHAP
2. Bagaimanakah pertimbangan Hakim Mahkamah Agung dalam memeriksa
dan memutus pengajuan kasasi oleh terdakwa dengan alasan putusan
Pengadilan Negeri Surabaya hanya didasarkan pada keterangan BAP
Kepolisian
C. TUJUAN PENELITIAN
Dalam suatu penelitian ada tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti.
Tujuan ini tidak dilepas dari permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan objektif
a. Untuk mengetahui kesesuaian pengajuan kasasi oleh terdakwa dengan
alasan putusan Pengadilan Negeri Surabaya hanya didasarkan pada
keterangan BAP Kepolisian dalam perkara narkotika dengan ketentuan
KUHAP
b. Untuk mengetahui pertimbangan Hakim Mahkamah Agung dalam
memeriksa dan memutus pengajuan kasasi oleh terdakwa dengan alasan
putusan Pengadilan Negeri Surabaya hanya didasarkan pada keterangan
BAP Kepolisian
2. Tujuan subjektif
a. Untuk memperoleh bahan hukum dan informasi sebagai bahan utama
dalam penyusunan penulisan hukum (skripsi) guna memenuhi persyaratan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
8
akademis bagi penulis dalam pencapaian gelar kesarjanaan dalam bidang
Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b. Untuk mengembangkan dan memperluas wacana pemikiran dan
pengetahuan serta untuk lebih meningkatkan dan mendalami berbagai teori
yang penulis dapat selama masa perkuliahan di Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta
D. MANFAAT PENELITIAN
Penulis pun berharap bahwa kegiatan penelitian hukum ini akan dapat
bermanfaat baik bagi penulis sendiri, bagi orang lain dan juga bagi bidang ilmu
yang diteliti. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian hukum ini
adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian hukum ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumbangan
karya ilmiah dalam perkembangan ilmu pengetahuan hukum. Memberikan
masukan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya,
dalam ilmu hukum pada umumnya dan khususnya hukum pidana yang
berkaitan dengan tindak pidana narkotika.
b. Salah satu usaha memperbanyak wawasan dan pengalaman serta
menambah pengetahuan tentang Hukum Acara Pidana
c. Hasil penelitian hukum ini dapat dipakai sebagai bahan untuk mengadakan
penelitian yang sejenis berikutnya, disamping itu sebagai pedoman bagi
penelitian yang lain.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan jawaban atas masalah yang menjadi pokok bahasan dalam
penelitian
b. Untuk lebih mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir dinamis
sekaligus untuk mengetahui sejauh mana kemampuan penulis dalam
menerapkan ilmu yang diperoleh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
9
E. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Menurut Peter Mahmud Marzuki, penelitian hukum adalah suatu proses
untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin
hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi” (Peter Mahmud Marzuki,
2010: 35). Penelitian hukum menurut Hutchison dibedakan menjadi 4 tipe
yaitu: Doctrinal Research; Reform-Oriented Research,Theoretical Research;
Fundamental Research (Hutchison dalam Peter Mahmud Marzuki, 2007: 32-
33). Ketiga tipe penelitian hukum yang dikemukakan Hutchinson yaitu
Doctrinal Research, Reform-Oriented Research, dan Reform-Oriented
Research menurut Peter Mahmud Marzuki merupakan penelitian doktrinal
sedangkan penelitian sosiolegal termasuk dalam tipe keempat yaitu
Fundamental Research (Peter Mahmud Marzuki, 2010: 33). Penelitian hukum
ini termasuk kedalam penelitian doktrinal atau normatif karena bidang
keilmuan hukum bersifat preskriptif yaitu melihat hukum sebagai norma
sosial bukan gejala sosial.
2. Sifat Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini dalah penelitian yang bersifat preskriptif
dan terapan. Sebagai suatu ilmu yang bersifat preskriptif, ilmu hukum
mempelajari tujuan hukum, nilai nilai keadilan, validitas aturan hukum,
konsep konsep hukum dan norma norma hukum. Sebagai ilmu terapan ilmu
hukum menetapkan standar prosedur, ketentuan ketentuan, rambu-rambu
dalam melaksanakan aturan hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2010:22).
3. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang dipakai dalam penelitian hukum diantaranya:
a. Pendekatan perundang-undangan (Statute Approach).
b. Pendekatan kasus (Case Approach).
c. Pendekatan historis (Historical Approach).
d. Pendekatan perbandingan (Comparative Approach).
e. Pendekatan konseptual (Conseptual Approach) (Peter Mahmud Marzuki,
2010: 93-94). Dalam penulisan hukum ini penulis menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
10
pendekatan kasus (Case Approach) yaitu pendekatan terhadap putusan
Mahkamah Agung. 2836/K/PID.SUS/2010 TANGGAL 25 JANUARI
2011)
4. Sumber Penelitian
Penelitian ini menggunakan sumber-sumber penelitian berupa bahan
hukum primer dan sekunder. Bahan hukum primer adalah bersifat autoritatif,
yaitu mempunyai otoritas, yang meliputi :
a. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)
b. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana
c. Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman
d. Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
e. Putusan MAHKAMAH AGUNG 2836/K/PID.SUS/2010 TANGGAL 25
JANUARI 2011
Sedangkan bahan-bahan hukum sekunder berupa semua publikasi
tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi, yang
meliputi : buku teks, kamus hukum dan jurnal hukum yang relevan dengan
topik penelitian
5. Teknik Pengumpulan Sumber Penelitian
Teknik pengumpulan bahan hukum yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah studi kepustakaan, yaitu pengumpulan bahan hukum
sekunder. Penulis mengumpulkan bahan hukum sekunder yang ada
hubungannya dengan masalah yang akan diteliti yang digolongkan sesuai
dengan katalogisasi. Selanjutnya bahan hukum yang diperoleh kemudian
dipelajari, diklasifikasikan, dan selanjutnya dianalisis lebih lanjut sesuai
dengan tujuan dan permasalahan penelitian. Teknik pengumpulan bahan
hukum yang dipergunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah: Studi
dokumen atau bahan pustaka yaitu pengumpulan bahan hukum sekunder.
Penulis mengumpulkan bahan hukum sekunder dari peraturan perundang-
undangan, buku-buku, karangan ilmiah, dokumen resmi, serta pengumpulan
bahan hukum melalui media internet.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
11
6. Teknik Analisis Bahan hukum
Dalam penelitian ini, isu hukum akan dianalisis dengan dengan logika
deduktif. Pengunaan metode deduksi berpangkal dari pengajuan premis
mayor (pernyataan bersifat umum). Kemudian diajukan premis minor (bersifat
khusus), dari kedua premis itu kemudian ditarik suatu kesimpulan atau
conclusion (Peter Mahmud Marzuki, 2006:47). Di dalam logika silogistik
untuk penalaran hukum yang bersifat premis mayor adalah aturan hukum
sedangkan premis minornya adalah fakta hukum. Logika deduktif merupakan
suatu teknik untuk menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi
kasus yang bersifat individual ( Johnny Ibrahim, 2008:249).
F. SISTEMATIKA PENULISAN HUKUM
Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai sistematika
penulisan hukum, maka penulis menjabarkannya dalam sistematika penulisan
hukum. Adapun sistematika penulisan hukum terdiri dari 4 (empat) bab dimana
tiap-tiap bab terbagi dalam sub-sub bagian yang dimaksudkan untuk memudahkan
pemahaman terhadap keseluruhan hasil penelitian ini. Sistematika penulisan
hukum tersebut adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian dan
Sistematika Penulisan Hukum
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan Kerangka Teori yang berisi :Tinjauan Tentang
Putusan Hakim, Tinjauan Pertimbangan Hakim, Tinjauan Tentang
Kebebasan Hakim, Tinjauan Tentang BAP. Tinjauan Tentang Upaya
Hukum. Tinjauan Tentang Narkotika, Kerangka Pemikiran dan Dalam
kerangka pemikiran, memberikan gambaran hubungan antara konsep-
konsep khusus yang ingin dan akan di teliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
12
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan mengenai mengetahui kesesuaian pengajuan
kasasi oleh terdakwa dengan alasan putusan Pengadilan Negeri
Surabaya hanya didasarkan pada keterangan BAP Kepolisian dalam
perkara narkotika dengan ketentuan KUHAP dan pertimbangan
Hakim Mahkamah Agung dalam memeriksa dan memutus pengajuan
kasasi oleh terdakwa dengan alasan putusan Pengadilan Negeri
Surabaya hanya didasarkan pada keterangan BAP Kepolisian
BAB IV : PENUTUP
Bab ini merupakan penutup yang menguraikan secara singkat tentang
simpulan akhir dari pembahasan dan jawaban atas rumusan
permasalahan, dam saran-saran yang didasarkan atas permasalahan
yang diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Tentang Putusan Hakim
a. Pengertian Putusan Hakim
Suatu perkara pidana dapat dikatakan selesai atau berakhir
apabila hakim telah mengeluarkan suatu putusan. Pengertian putusan
hakim itu sendiri adalah suatu karya menemukan hukum yaitu
menetapkan bagaimanakah seharusnya menurut hukum dalam suatu
peristiwa yang menyangkut kehidupan dalam suatu negara hukum,
sedangkan pengertian lain mengenai putusan hakim adalah hasil
musyawarah yang bertitik tolak dari surat dakwaan dengan segala sesuatu
yang terbukti dalam pemeriksaan di sidang pengadilan (M. Yahya
Harahap, 2006:326).
Menurut Pasal 1 angka 11 Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana, yang dimaksud dengan Putusan Pengadilan adalah pernyataan
hakim yang diucapakan dalam sidang pengadilan terbuka, yang dapat
berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum
dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.
Syarat sahnya putusan hakim sangat penting artinya karena akan
dilihat apakah suatu putusan memiliki kekuatan hukum atau tidak.
Adapun syarat sahnya suatu putusan hakim yaitu:
a. Memuat hal-hal yang diwajibkan;
b. Diucapkan di sidang yang terbuka untuk umum.
Pasal 18 Undang-undang Nomor 4 tahun 2004 menyebutkan
bahwa pengadilan memeriksa dan memutus perkara pidana dengan
hadirnya terdakwa, kecuali apabila undang-undang menentukan lain.
13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
14
b. Jenis-jenis Putusan
Menurut Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, putusan
pengadilan yang berkenaan dengan terdakwa ada tiga macam yaitu:
1) Putusan yang mengandung pembebasan terdakwa
Jika pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang
didakwakan oleh jaksa penuntut umum terhadap terdakwa sebagai
mana tersebut dalam surat dakwaan, tidak terbukti secara sah dan
meyakinkan, maka berdasarkan Pasal 191 ayat (1) Kitab Undang-
undang Hukum Acara Pidana, terdakwa harus dibebaskan dari
dakwaan dan segala tuntutan hukum. Di dalam penjelasan Pasal 191
ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana disebutkan
bahwa yang dimaksud dengan “perbuatan yang didakwakan
kepadanya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan” adalah tidak
cukup terbukti menurut penilaian hakim atas dasar pembuktian
dengan menggunakan alat bukti menurut ketentuan hukum secara
pidana ini.
2) Putusan yang mengandung pelepasan terdakwa dari segala tuntutan
hukum (Ontslag van Rechsvervolging)
Jika pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang
didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu bukan
merupakan suatu tindak pidana, maka terdakwa diputus lepas dari
segala tuntutan hukum (Pasal 191 ayat (2) Kitab Undang-undang
Hukum Acara Pidana). Putusan yang mengandung pelepasan dari
segala tuntutan hukuman dapat pula terjadi terhadap terdakwa,
karena ia melakukan tindak pidana dalam keadaan tertentu, sehingga
ia tidak dapat dipertanggungjawabkan atas putusannya itu. Tegasnya
terdakwa tidak dapat dijatuhi hukuman, meskipun perbuatan yang
didakwakan itu terbukti sah, apabila:
a) Kurang sempurna akalnya atau sakit berubah akalnya (Pasal 44
ayat (1) KUHAP);
b) Keadaan memaksa (overmacht) (Pasal 48 KUHAP);
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
15
c) Pembelaan darurat (Nood weer) (Pasal 49 KUHAP);
d) Melakukan perbuatan untuk menjalankan peraturan Undang-
undang (Pasal 50 KUHAP);
e) Melakukan perbuatan untuk menjalankan perintah jabatan yang
diberikan oleh kuasa yang berhak untuk itu (Pasal 50 KUHAP).
Putusan pelepasan dari segala tuntutan hukum, didasarkan
pada kriteria:
a) Apa yang didakwakan kepada terdakwa memang terbukti secara
sah dan meyakinkan.
b) Tetapi sekalipun terbukti, hakim berpendat bahwa perbuatan
yang didakwakan tidak merupakan tindak pidana.
c) Putusan yang mengandung penghukuman terdakwa
(veroordeling)
Dalam Pasal 193 ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum
Acara Pidana menyebutkan bahwa jika pengadilan berpendapat
bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan
kepadanya, maka pengadilan menjatuhkan pidana.
Dengan demikian hakim menjatuhkan pidana terhadap
terdakwa yaitu apabila dari hasil pemeriksaan di sidang pengadilan,
kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan kepadanya
adalah terbukti secara sah dan meyakinkan, yang telah ditentukan
oleh Pasal 183 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.Dalam
praktek, hakim menjatuhkan putusan dengan mempertimbangkan
hal-hal yang memberatkan dan meringankan terdakwa.
Hal yang memberatkan antara lain, adalah dalam persidangan
terdakwa tidak mengakui bersalah, memberikan keterangan berbelit-
belit, dan terdakwa pernah dihukum. Sedangkan yang meringankan
adalah mengakui terus terang, terdakwa mempunyai tanggungan
keluarga, terdakwa masih muda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
16
c. Isi Putusan
Dalam Pasal 25 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang
Kekuasaan Kehakiman menyebutkan bahwa:
(1) Segala putusan pengadilan selain harus memuat alasan-alasan dan
dasar-dasar putusan itu, juga harus memuat pula Pasal-Pasal
bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar
untuk mengadili;
(2) Tiap putusan pengadilan ditanbahan hukumngani oleh ketua serta
hakim yang memutus dan panitera yang ikut serta bersidang;
(3) Penetapan-penetapan, ikhtiar-ikhtiar rapat permusyawaratan dan
berita-berita acara tentang pemeriksaan sidang ditanbahan
hukumngani oleh hakim dan panitera.
Dalam Pasal 197 ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana diatur formalitas yang harus dipenuhi suatu putusan hakim, dan
berdasarkan ayat (2) Pasal tersebut kalau ketentuan tersebut tidak
dipenuhi, kecuali yang tersebut pada huruf g, putusan batal demi hukum.
Adapun formalitas yang diwajibkan untuk dipenuhi di dalam putusan
hakim sebagaimana diatur dalam Pasal 197 (1) dan (2) Kitab Undang-
undang Hukum Acara Pidana adalah:
(1) Kepala putusann yang dituliskan berbunyi: “ DEMI KEADILAN
BERDASRKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”
(2) Nama lengkap, tempat lahir, umur, atau tanggal lahir, jenis
kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama, dan pekerjaan
terdakwa;
(3) Dakwaan, sebagaimana terdapat dalam surat dakwaan;
(4) Pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai fakta dan
keadaan beserta alat pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan
di sidang yang menjadi dasar penentuan kesalahan terdakwa;
(5) Tuntutan pidana, sebagaimana terdapat dalam surat dakwaan;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
17
(6) Pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum
dari putusan, disertai keadaan yang memberatkan dan meringankan
terdakwa;
(7) Hari dan tanggal diadakannya musyawarah majelis hakim kecuali
perkara diperiksa oleh hakim tunggal;
(8) Pernyataan kesalahan terdakwa, pernyataan telah dipenuhinya
semua unsur dalam tindak pidana disertai dengan kualifikasinya
dan pemidanaan atau tindakan yang dijatuhkan;
(9) Ketentuan kepada siapa biaya perkara dibebankan dengan
menyebut jumlahnya yang pasti dan ketentuan mengenai barang
bukti;
(10) Keterangna bahwa seluruh surat ternyata palsu atau keterangan
dimana letaknya kepalsuan itu, jika terdapat surat otentik dianggap
palsu;
(11) Perintah supaya terdakwa ditahan atau tetap dalam tahanan atau
dibebaskan;
(12) Hari dan tanggal putusan, nama penuntut umum, nama hakim yang
memutus dan nama paniterrra.
(13) Tidak dipenuhinya ketentuan dalam ayat (1) huruf a, b, c, d, e, f, h,
i, j, k, dan l Pasal ini mengakibatkan putusan batal demi hukum.
Dalam pelaksanaan putusan pengadilan setelah selesai
proses persidangan, maka hakim mengambil keputusan yang diucapkan
dimuka sidang yang terbuka untuk umum. Keputusan itu sekarang harus
dilaksanakan dalam hal itu tidak mungkin dilaksanakan sendiri oleh
hakim. Putusan hakim tersebut baru dapat dilaksanakan apabila putusan
itu telah mempunyai kekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde).
2. Tinjauan Tentang Pertimbangan Hakim
Beberapa pertimbangan putusan hakim yaitu;
a. Berdasarkan surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
18
b. Berdasarkan alat bukti yang diajukan sehingga dapat ditarik kesimpulan
peristiwa yang terjadi (keyakinan Hakim).
Seorang hakim haruslah independen, tidak memihak kepada siapapun
juga, kalau sudah dalam sidang semuanya diperlakukan sama. Hakim harus
berpegang kepada Tri Parasetya Hakim Indonesia. Hakim harus dapat
membedakan antar sikap kedinasan sebagai jabatannya sebagai pejabat
negara yang bertugas menegakkan keadilan dengan sikap hidup sehari-hari
sebagai bagian dari keluarga dan masyarakat. Untuk membedakan itu hakim
mempunyai kode etik sendiri bagaimana supaya dia dapat mengambil sikap.
Indikator yang dapat digunakan untuk melihat dan merasakan bahwa
suatu putusan telah memenuhi rasa keadilan atau tidak. Indikator itu antara
lain dapat ditemukan di dalam “pertimbangan hukum” yang digunakan
Hakim. Pertimbangan hukum merupakan dasar argumentasi Hakim dalam
memutuskan suatu perkara. Jika argumen hukum itu tidak benar dan tidak
sepantasnya (proper), maka orang kemudian dapat menilai bahwa putusan itu
tidak benar dan tidak adil.
Pertimbangan hukum yang tidak benar dapat terjadi karena berbagai
kemungkinan:
a. Hakim tidak mempunyai cukup pengetahuan hukum tentang masalah yang
sedang ditangani. Namun secara normatif seharusnya hal ini tidak boleh
terjadi, karena Hakim dapat memerintahkan setiap pihak untuk
menyediakan ahli yang akan memberikan keterangan dan menjelaskan
pokok persoalannya di dalam persidangan.
b. Hakim sengaja menggunakan dalil hukum yang tidak benar atau tidak
semestinya karena adanya faktor lain seperti adanya tekanan pihak-pihak
tertentu, suap, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi indepensi Hakim
yang bersangkutan.
c. Hakim tidak memiliki cukup waktu untuk menuliskan semua argumen
hukum yang baik disebabkan karena terlalu banyaknya perkara yang harus
diselesaikan dalam kurun waktu yang relatif singkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
19
d. Hakim malas untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasannya,
sehingga berpengaruh terhadap kualitas putusan yang dibuatnya. Faktor ini
merupakan faktor yang pengaruhnya tidak langsung, namun cukup
menentukan kualitas putusan.
Menurut Sudikno Mertokusumo dalam menegakkan hukum ada tiga
unsur yang harus selalu diperhatikan yaitu : kepastian hukum, kemanfaatan
dan keadilan. Demikian juga putusan hakim untuk menyelesaikan suatu
perkara yang diajukan di Pengadilan, bahwa putusan yang baik adalah yang
memperhatikan tiga nilai unsure yaitu yuridis (kepastian hukum), nilai
sosiologis (kemanfaatan),dan folosofis (keadilan).
Kepastian hukum menekankan agar hukum atau peraturan itu
ditegakkan sebagaimana yang diinginkan oleh bunyi hukum atau
peraturannya. Sedangkan nilai sosiologis menekankan kepada kemanfaatan
bagi masyarakat. Masyarakat mengharapkan bahwa pelaksanaan hukum harus
memberi manfaat, karena memang hukum adalah untuk memberi kemanfaatn
bagi manusia, maka dalam melaksanakan hukum jangan sampai justru
menimbulkan keresahan dalam masyarakat,. Demikian juga hukum
dilaksanakan bertujuan untuk mencapai keadilan, sehingga diharapkan hukum
akan memberikan rasa keadilan bagi masyarakat.
Pertentangan yang terjadi dalam setiap menanggapi putusan hakim
terhadap suatu perkara, dengan apa yang diinginkan masyarakat, biasanya
berkisar antara sejauh mana pertimbangan unsure yuridis (kepastian hukum)
dengan unsure filosofis (keadilan) ditampung didalamnya. Kepastian hukum
harus ditegakkan agar tidak timbul keresahan. Tetapi terlalu menitik beratkan
pada kepastian hukum, terlalu ketat mentaati hukum akibatnya kaku dan akan
menimbulkan rasa tidak adil. Apapun yang terjadi memang peraturannya
adalah demikian sehingga Undang-undang itu sering terasa kejam apabila
dilaksanakan secara ketat (http//:Sosiologi Hukum.blog.spon).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
20
3. Tinjauan tentang BAP
a. Pengertian BAP
Sesuai dengan KUHP pada bab XVI bagian ketiga tentang acara
pemeriksaan biasa, bagian keempat tentang pembuktian dan putusan dalam
acara pemeriksaan biasa, bagian kelima acara pemeriksaan singkat, bagian
keenam tentang acara pemeriksaan cepat. Dalam bab tersebut diterangkan
mengenai mekanisme penanganan tindak pidana. Dalam hal ini unsur
terpenting dari proses tersebut adalah dengan adanya suatu ringkasan
keterangan saksi dan atau tersangka yang dikemas dalam suatu bentuk
Tanya jawab dan disusun oleh penyidik / penyidik pembantu dalam format
yang telah baku sesuai dengan juklak / juknis yang pelaksanaannya diatur
oleh Perkab No. 12/ 2009.
Berita Acara Pemeriksaan (BAP) adalah suatu proses pemeriksaan
yang menceritakan alur dari suatu peristiwa atau kejadian baik itu yang
disaksikan oleh orang yang melihat (saksi) maupun orang yang melakukan
tindak pidana tersebut (tersangka). BAP tersebut bisa menceritakan atau
menggambarkan suatu rangkaian peristiwa secara jelas dan urut serta dapat
menjelaskan suatu kejadian.
b. Jenis Berita Acara Pemeriksaan ( BAP )
Sesuai dengan Juklak / Juknis yang diatur oleh Perkab No. 12/ 2009.
Jenis Berita Acara Pemeriksaan ( BAP ) terbagi dalam :
1) Berita Acara Pemeriksaan ( BAP ) Saksi
BAP Saksi adalah suatu format baku yang telah diatur oleh Juklak/
Juknis dan memuat tentang keterangan yang disampaikan oleh
Seorang saksi kepada pejabat Kepolisian yang berwenang dan
kemudian pada bagian akhir Berita Acara Pemeriksaan tersebut baik
saksi maupun pejabat yang berwenang meberikan tanda tangannya.
2) Berita Acara Pemeriksaan ( BAP ) Saksi Ahli
BAP Saksi Ahli adalah suatu format baku yang telah diatur oleh
Juklak/ Juknis dan memuat tentang Pendapat yang disampaikan oleh
Seorang saksi Ahli kepada pejabat Kepolisian yang berwenang dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
21
kemudian pada bagian akhir Berita Acara Pemeriksaan tersebut baik
saksi maupun pejabat yang berwenang meberikan tanda tangannya.
3) Berita Acara Pemeriksaan ( BAP ) Tersangka
BAP Tersangka adalah suatu format baku yang telah diatur oleh
Juklak/ Juknis dan memuat tentang keterangan yang disampaikan oleh
Seorang Tersangka kepada pejabat Kepolisian yang berwenang dan
kemudian pada bagian akhir Berita Acara Pemeriksaan tersebut baik
saksi maupun pejabat yang berwenang meberikan tanda tangannya.
4) Berita Acara Pemeriksaan ( BAP ) Lanjutan
BAP Lanjutan adalah suatu format baku yang telah diatur oleh Juklak/
Juknis dan memuat tentang keterangan lanjutan yang disampaikan
oleh Seorang Saksi/ Tersangka kepada pejabat Kepolisian yang
berwenang dan kemudian pada bagian akhir Berita Acara Pemeriksaan
tersebut baik saksi maupun pejabat yang berwenang meberikan tanda
tangannya.
5) Berita Acara Pemeriksaan ( BAP ) Konfrontir
BAP Konfrontir adalah suatu format baku yang telah diatur oleh
Juklak/ Juknis dan memuat tentang keterangan yang disampaikan
secara bersama – sama oleh Seorang atau lebih Saksi/ Tersangka
kepada pejabat Kepolisian yang berwenang dan kemudian pada bagian
akhir Berita Acara Pemeriksaan tersebut baik saksi maupun pejabat
yang berwenang meberikan tanda tangannya.
4. Tinjauan tentang Upaya Hukum
Upaya hukum dalam hukum acara pidana di Indonesia diatur dalam
KUHAP. Upaya hukum dibedakan menjadi upaya hukum biasa dan upaya
hukum luar biasa. Upaya hukum biasa diatur dalam Bab XVII KUHAP
sementara pengaturan tentang upaya hukum luar terdapat dalam Bab XVIII
KUHAP.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
22
a. Upaya hukum biasa
1) Banding
Pemeriksaan tingkat banding dalam hukum pidana diatur dalam
Pasal 233 sampai dengan Pasal 243 KUHAP. Pengajuan banding
diajukan selambat-lambatnya dalam waktu 7 (tujuh) hari sesudah
putusan dijatuhkan, atau setelah putusan diberitahukan kepada terdakwa
yang tidak hadir dalam pengucapan putusan. Pengajuan banding yang
diajukan melampaui tenggang waktu tersebut harus ditolak dengan.
membuat surat keterangan.
Pada dasarnya setiap putusan pengadilan dapat diajukan
permohonan banding, tetapi ada kekecualiannya yang sebagaiman yang
diatur dalam Pasal 67 KUHAP. Kekecualian untuk mengajukan
banding mnurut Pasal 67 KUHAP yaitu:
a) Putusan bebas
b) Lepas dari segala tuntutan hukum yang menyangkut masalah
kurang tepatnya penerapan hukum
c) Putusan pengadilan dalam acara cepat
2) Kasasi
Kasasi diatur dalam Pasal Pasal 244 sampai dengan Pasal 262
KUHAP. Dalam hukum acara pidana di indonesia dikenal 2 macam
kasasi, yaitu kasasi oleh pihak – pihak termasuk Jaksa / Penuntut
Umum dan kasasi demi kepentingan hukum oleh Jaksa Agung. Kasasi
demi kepentingan hukum tidak membawa akibat hukum apa – apa bagi
pihak yang bersangkutan. Permohonan kasasi diajukan di Kepaniteraan
Pengadilan yang memutus perkara yang bersangkutan dalam tingkat
pertama, selambat – lambatnya 14 ( empat belas ) hari setelah putusan
Pengadilan Tinggi diberitahukan. Memori kasasi dan.kontra memori
kasasi diajukan di Kepaniteraan Pengadilan yang memutus perkara
yang bersangkutan dalam tingkat pertama. Dalam Pasal 253 ayat (1)
disebutkan pemeriksaan dalam tingkat kasasi dilakukan oleh
Mahkamah Agung atas permintaan para pihak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 244 dan Pasal 248 guna menentukan :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
23
a) Apakah benar suatu peraturan hukum tidak diterapkan atau
diterapkan tidak sebagaiman mestinya;
b) Apakah benar cara mengadili tidak dilakukan menurut ketentuan
undang-undang;
c) Apakah benar pengadilan telah melampaui batas kewenangannya.
b. Upaya hukum luar biasa
Sebagaimana yang telah dikemukakan diatas bahwa upaya hukum
dalam hukum acara pidana di Indonesia diatur dalam Bab XVIII KUHAP.
Terdapat dua macam upaya hukum luar biasa yaitu kasasi demi
kepentingan hukum dan peninjauan kembali.
1) Kasasi demi kepentingan hukum
Berdasarkan Pasal 259 ayat (1) KUHAP, demi kepentingan
hukum terhadap semua putusan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap dari pengadilan lain selain daripada Mahkamah Agung,
dapat diajukan satu kali permohonan kasasi oleh Jaksa Agung. Kasasi
demi kepentingan hukum yang diajukan oleh Jaksa Agung ini tidak
boleh merugikan terdakwa, hal ini sebagaimana yang diatur dalam Pasal
259 ayat (2) : putusan kasasi demi kepentingan hukum tidak boleh
merugikan pihak yang berkepentingan.
2) Peninjauan Kembali
Terhadap putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum
tetap dan putusan berupa pemidanaan, terpidana atau ahli warisnya
dapat mengajukan peninjauan kembali. Pengajuan dapat di kuasakan
kepada penasehat hukum. Menurut Pasal 264 ayat (1) KUHAP
permohonan peninjauan kembali harus diajukan kepada Pengadilan
yang memutus dalam tingkat pertama. Alasan untuk mengajukan
Peninjauan Kembali diatur dalam Pasal 263 ayat (2) KUHAP, yaitu
sebagai berikut :
Permintaan peninjauan kembali dilakukan atas dasar:
a) Apabila terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat,
bahwa jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
24
berlangsung, hasilnya akan berupa putusan bebas atau putusan lepas
dari segala tuntutan hukum atau tuntutan penuntut umum tidak
dapat diterima atau terhadap perkara itu diterapkan ketentuan pidana
yang lebih ringan;
b) Apabila dalam pelbagai putusan terdapat pernyataan bahwa sesuatu
telah terbukti, akan tetapi hal atau keadaan sebagai dasar dan alasan
putusan yang dinyatakan telah terbukti itu, ternyata telah
bertentangan satu dengan yang lain;
c) Apabila putusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu kekhilafan
hakim atau suatu kekeliruan yang nyata.
Peninjauan kembali merupakan upaya hukum luar biasa, oleh
karenanya tidak boleh sembarangan diajukan oleh terpidana, syarat -
syarat untuk mengajukan Peninjauan Kembali seperti yang disebutkan
dalam Pasal 263 ayat (2) KUHAP pun cukup terbatas. Oleh karenanya
dapat dikatakan jika semakin banyak peninjauan kembali yang
dikabulkan oleh Mahkamah Agung, berarti masih banyak putusan
pengadilan di Indonesia yang mengandung kekeliruan.
5. Tinjauan tentang Narkotika
Dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
dijelaskan pengertian narkotika. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal
dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana
terlampir dalam Undang-Undang ini.
Dalam Undang-Undang ini, Narkotika dibedakan menjadi 3 golongan,
yaitu :
a. Narkotika Golongan I;
b. Narkotika Golongan II; dan
c. Narkotika Golongan III.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
25
B. Kerangka Pemikiran
TINDAK PIDANA NARKOTIKA
UU No. 35 tahun 2009
PENEGAKAN HUKUM
PROSES PERSIDANGAN
PEMBUKTIAN DAKWAAN
PEMBACAAN BAP
DASAR PERTIMBANGAN HAKIM
PUTUSAN
UPAYA HUKUM KASASI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
26
PENJELASAN PEMIKIRAN :
Untuk mengetahui apakah seseorang bersalah atau tidak terhadap perkara
yang didakwakan, bukan merupakan hal yang mudah. Hal tersebut harus dengan
dibuktikan alat-alat bukti yang cukup. Untuk membuktikan bersalah tidaknya
seseorang terdakwa haruslah melalui proses pemeriksaan didepan sidang
pengadilan. Untuk membuktikan benar tidaknya terdakwa melakukan perbuatan
yang didakwakan diperlukan adanya suatu pembuktian.
Dalam pembuktian ini, hakim perlu memperhatikan kepentingan
masyarakat dan kepentingan terdakwa. Kepentingan masyarakat berarti bahwa
seseorang yang telah melanggar ketentuan pidana atau undang-undang pidana
lainnya, harus mendapat hukuman yang setimpal dengan kesalahannya.
Sedangkan kepentingan terdakwa berarti bahwa terdakwa harus diperlakukan
secara adil sedemikian rupa, sehingga tidak ada seorang yang tidak bersalah
mendapat hukuman. Dan bila memang terbukti bersalah maka hukuman itu harus
seimbang dengan kesalahannya.
Pembuktian memegang peranan yang sangat penting dalam proses
pemeriksaan sidang pengadilan, karena dengan pembuktian inilah nasib terdakwa
ditentukan, dan hanya dengan pembuktian suatu perbuatan pidana dapat dijatuhi
hukuman pidana. Sehingga apabila hasil pembuktian dengan alat-alat bukti yang
ditentukan undang-undang tidak cukup membuktikan kesalahan yang didakwakan
kepada terdakwa, maka terdakwa dibebaskan dari hukuman, dan sebaliknya jika
kesalahan terdakwa dapat dibuktikan, maka terdakwa harus dinyatakan bersalah
dan kepadanya akan dijatuhkan pidana. . Oleh karena itu hakim harus hati-hati,
cermat, dan matang menilai dan mempertimbangkam nilai pembuktian. Menilai
sampai mana batas minimum “kekuatan pembuktian” atau bewijs kracht dari
setiap alat bukti yang disebut dalam pasal 184 KUHAP.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
27
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kesesuaian Pengajuan Kasasi oleh Terdakwa dengan Alasan Putusan
Pengadilan Negeri Surabaya Hanya Didasarkan pada Keterangan BAP
Kepolisian dalam Perkara Narkotika dengan Ketentuan KUHAP
1. Deskripsi Kasus
a. Awal mulanya terdakwa M. Arief Iskandar bin Munfasila pada hari jum’at
tanggal 22 Januari 2010 sekitar jam 20.00 Wib pergi ke tempat the Master
Karaoke dan Biliard di jalan Ngiden Surabaya yang sebelumnya sudah
janjian bertemu dengan Sdr Anang di ROOM E No. 5 di tempat karaokean
dan ternyata Sdr Anang bersama dengan temannya yang bernama Ribut;
b. Dan pada saat karaoke bareng Sdr Anang minya tolong kepada terdakwa
untuk dibantu membelikan sabu-sabu, lalu dijawab oleh terdakwa
dicarikan dimana terdakwa tidak tahu, namun Sdr Anang menyuruh terus
menerus dengan kata-kata ayo tolonglah lalu dijawab oleh terdakwa ayo di
coba cari di Bendul Merisi Surabaya barangkali ada;
c. Selanjutnya terdakwa M Arief Iskandar bin Munfasila berangkat bersama
Sdr Anang dan Ribut meluncur menuju daerah Bendul Marisi Surabaya
dengan naik mobil dalam perjalanan Sdr Anang menyerahkan uang kepada
terdakwa sebesar Rp 450.000,- (empat ratus lima puluh ribu rupiah) untuk
dibelikan sabu-sabu setelah sampai di Bendul Marisi Surabaya terdakwa
turun langsung masuk gang, kemudian ketemu dengan anak muda sedang
cangkruan dan terdakwa mas tempat jual abu-sabu dimana langsung
dijawab oleh salah satu anak yang cangkruk, mau beli berapa lalu
terdakwa jawa Rp 450.00,- dan uang Rp 450.000,- langsung diminta dan
dibawa masuk lorong setelah itu kembali lagi dengan menyerahkan
bungkusan plastik kecil berisi sabu-sabu kepada terdakwa dan langsung
oleh terdakwa dikantongi selanjutnya terdakwa kembali ketempat Sdr
Anang yang sudah menunggu, setelah itu terdakwa masuk mobik Sdr
Anang,terdakwa bilang kepada Sdr Anang bahwa barang pesanannya
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
28
sudah ada selanjutnya mobil jalan menuju Plaza Marina Surabaya, sampai
di dekat Plaza Marina Surabayaterdakwa langsung ditangkap dan
dilakukan penggeledahan oleh Sdr Anang ( yang ternyata anggota Ditserse
Narkoba Polda Jatim) dengan menyita 1 (satu) paket plastik klip Narkotika
jenis sabu-sabu dengan berat 0,9 ( nol koma sembilan) gram beserta
bungkusnya atau berat bersih 0,3( nol oma tiga) gram tanpa pembungkus
yang ada di saku jaket terdakwa sebelah kanan yang sedang dipakai oleh
terdakwa dengan disaksikan oleh temannya bernama Ribut.Selanjutnya
terdakwa dan barang buktnya dibawa ke Kantor Ditserse Narkoba Polda
Jatim guna penyidikan lebih lanjut;
d. Bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan laboratoris Kriminalistik Polda
Jatim Surabaya No. : ab.0646/KNF/2010, tanggal 1 Februari 2010 yang
diambil di atas sumpah jabatan oleh Ir. Fajar Septi Ariningsih, Imam
Mukyi, S.si At dan Luluk Muryani, yang menyimpulkan bahwa barang
bukti No.Lab.0530 / 2010/KNF yang disita dari terdakwa berupa kristal
warna putih tersebut di atas adalah benar kristal metamfetamina terdaftar
dalam golongan I No. Urut 61 lampiran I UU RI No.35 Tahun 2009
tentang Narkotika;
e. Perbuatan Terdakwa melanggar pasal sebagaimana diatur dan diancam
pidana dalam pasal 112 ayat (1) UU RI NO.35 Tahun 2009 tentang
Narkotika;
2. Identitas Terdakwa
Nama : M. ARIEF ISKANDAR bin MUNFASILA;
Tempat lahir : Surabaya;
Umur/tanggal lahir : 26 tahun/14 Agustus 1984;
Jenis kelamin : Laki-laki;
Kebangsaan : Indonesia;
Tempat tinggal : jalan semolowaru elok, Blok L/16 Surabaya;
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
29
3. Dakwaan Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Surabaya
Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Surabaya mendakwa terdakwa
melakukan tindak pidana sebagai berikut :
Terdakwa ditahan:
a. Penyidik sejak tanggal 23 Januari 2010 sampai dengan tanggal 11 Februari
2010;
b. Perpanjangan oleh Penuntut Umum sejak tanggal 12 Februari 2010
sampai dengan tanggal 23 Maret 2010;
c. Penuntut Umum sejak tanggal 22 Maret 2010 sampai dengan tanggal 10
April 2010;
d. Perpanjangan oleh Ketua Pengadilan Negeri sejak tanggal 05 April 2010
sampai dengan tanggal 04 Mei 2010;
e. Perpanjangan oleh Ketua Pengadilan Negeri sejak tanggal 05 Mei 2010
sampai dengan tanggal 03 Juli 2010;
f. Penahanan Wakil Ketua/Hakim Pengadilan Tinggi sejak tanggal 28 Juni
2010 sampai dengan tanggal 27 Juli 2010;
g. Perpanjangan oleh Wakil Ketua/Hakim Pengadilan Tinggi sejak tanggal
28 Juli 2010 sampai dengan tanggal 25 September 2010;
h. Perpanjangan berdasarkan Penetapan Wakil Ketua Mahkamah Agung RI
Bidang Yudisial Nomor 2055/2010/S.1009.Tah.Sus/PP/2010/MA,
tanggal 22 Desember 2010, Terdakwa diperintahkan untuk ditahan
selama 50 (lima puluh) hari, terhitung sejak tanggal 16 November 2010;
i. Perpanjangan berdasarkan Penetapan Ketua Mahkamah Agung RI u.b
Wakil Ketua Mahkamah Agung RI Bidang Yudisial Nomor 2056/2010/
S.1009.Tah.Sus/PP/2010/MA, tanggal 22 Desember 2010, Terdakwa
diperintahkan untuk ditahan selama 60 (enam puluh) hari, terhitung sejak
tanggal 05 Januari 2011;
Yang diajukan di muka persidangan Pengadilan Negeri Surabaya,
karena didakwa :
Bahwa ia Terdakwa M. Arief Iskandar bin Munfsila, pada hari
Jumat tanggal 22 Januari 2010, sekitar pk 22.00 Wib atau setidak-tidaknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
30
pada waktu lain dalam bulan Januari 2010, bertempat di Jl. Margerejo dekat
Plaza Marina Surabaya atau setidak-tidaknya disuatu tempat termasuk dalam
wilayah hukum Pengadilan Negeri Surabaya, yang tanpa hak atau melawan
hukum memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan Narkotika
Golongan I bukan tanaman berupa kristal metamfetamina warna putih jenis
sabu-sabu sebanyak 1 (satu) poket plastik klip dengan berat 0,9 (nol koma
sembilan) gram beserta bungkusnya atau berat bersih 0,3 (nol koma tiga)
gram tanpa pembungkusnya yang dilakukan terdakwa dengan cara sebagai
berikut :
a. Awal mulanya terdakwa M. Arief Iskandar bin Munfasila pada hari
Jum’at, tanggal 22 Januari 2010 sekitar jam 20.00 Wib pergi
ketempat The Master Karaoke dan Billyard di Jalan Nginden
Surabaya yang sebelumnya sudah janjian bertemu dengan Sdr Anang di
Room E No. 5 di tempat karaokean dan ternyata Sdr Anang bersama
dengan temannya yang bernama Ribut;
b. Dan pada saat karaoke bareng Sdr Anang minta tolong kepada terdakwa
untuk dibantu mencarikan atau membelikan sabu-sabu, lalu dijawab oleh
terdakwa dicarikan dimana terdakwa tidak tahu, namun Sdr Anang
menyuruh terus menerus dengan kata-kata ayo tolonglah lalu dijawab oleh
terdakwa ayo dicoba cari di Bendul Merisi Surabaya barangkali ada;
c. Selanjutnya terdakwa M Arief Iskandar bin Munfasila berangkat bersama-
sama dengan Sdr Anang dan Ribut meluncur menuju daerah Bendul
Merisi Surabaya dengan naik mobil dalam perjalanan Sdr Anang
menyerahkan uang kepada Terdakwa sebesar Rp 450.000,- (empat ratus
lima puluh ribu rupiah) untuk dibelikan sabu-sabu setelah sampai di
Bendul Merisi Surabaya terdakwa turun langsung masuk gang, kemudian
ketemu dengan anak muda muda sedang cangkruan dan terdakwa tanya
mas tempat jual sabu-sabu dimana langsung dijawab oleh salah satu anak
yang cangkruk, mau beli berapa lalu terdakwa jawab Rp 450.000,- dan
uang Rp 450.000,- langsung diminta dan dibawa masuk lorong
setelah itu kembali lagi dengan menyerahkan bungkusan plastik kecil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
31
berisi sabu-sabu kepada terdakwa dan langsung oleh terdakwa
dikantongi selanjutnya terdakwa kembali ketempat Sdr Anang yang
sudah menunggu, setelah itu terdakwa masuk kedalam mobil Sdr Anang,
terdakwa bilang kepada sdr Anang bahwa barang pesanannya sudah ada
selanjutnya mobil jalan menuju Plaza Marina Surabaya, sampai
didekat Plaza Marina Surabaya terdakwa langsung ditangkap dan
dilakukan penggeledahan oleh Sdr Anang (yang ternyata Anggota
Ditserse Narkoba Polda Jatim dengan menyita 1 (satu) poket plastik klip
Narkotika jenis sabu-sabu dengan berat 0,9 (nol koma sembilan) gram
beserta bungkusnya atau berat bersih 0,3 (nol koma tiga) gram tanpa
pembungkusnya yang ada disaku jaket terdakwa sebelah kanan yang
sedang dipakai oleh Terdakwa dengan disaksikan oleh temannya
bernama Ribut. Selanjutnya terdakwa dan barang buktinya dibawa ke
Kantor Ditserse Narkoba Polda Jatim guna penyidikan lebih lanjut;
d. Bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan laboratoris Kriminalistik Polda
Jatim Surabaya No. : ab.0646/KNF/2010, tanggal 1 Februari 2010 yang
diambil di atas sumpah jabatan oleh Ir. Fajar Septi Ariningsih, Imam
Mukti, S.si Apt dan Luluk Mulyani, yang menyimpulkan bahwa barang
bukti No.Lab.0530 /2010/KNF yang disita dari terdakwa berupa kristal
warna putih tersebut di atas adalah benar kristal metamfetamina terdaftar
dalam golongan I No. urut 61 lampiran I UU RI No.35 Tahun 2009
tentang Narkotika;
e. Perbuatan Terdakwa melanggar pasal sebagaimana diatur dan diancam
pidana dalam pasal 112 ayat (1) UU RI NO.35 Tahun 2009 tentang
Narkotika;
4. Tuntutan Pidana
Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Surabaya mengajukan tuntutan pidana
bagi terdakwa sebagai berikut :
Membaca tuntutan pidana Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan
Negeri Surabaya, tanggal 12 Mei 2010, sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
32
a. Menyatakan Terdakwa M. ARIEF ISKANDAR bin MUNFASILA terbukti
secara sah dan menurut hukum telah bersalah melakukan tindak pidana
sebagaimana dalam dakwaan yaitu Pasal 112 ayat (1) Undang-Undang RI
No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika;
b. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa M. ARIEF ISKANDAR bin
MUNFASILA, dengan pidana penjara selama 5 (lima) tahun 6 (enam)
bulan potong tahanan;
c. Pidana denda sebesar Rp 800.000.000,- (delapan ratus ribu rupiah)
subsidair selama 6 (enam) bulan kurungan;
d. Menyatakan barang bukti berupa : 1 (satu) poket plastik klip berisi sabu-
sabu seberat 0,9 gram dengan pembungkusnya atau berat bersih 0,3 gram
jaket hitam lorek-lorek dan 1 (satu) buah HP merek Nokia warna hitam
model 6100 type NPL-2 beserta kartunya dirampas untuk
dimusnahkan;
e. Menetapkan biaya perkara sebesar Rp 5.000,- (lima ribu rupiah);
5. Amar Putusan Pengadilan Negeri Surabaya
Amar Putusan Pengadilan Negeri Surabaya No:
977/Pid.B/2010/PN.SBY, tanggal 24 Juni 2010 berbunyi sebagai berikut :
a. Menyatakan Terdakwa M. ARIEF ISKANDAR bin MUNFASILA terbuki
di atas terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
pidana “Tanpa Hak Menguasai Narkotika Golongan I Jenis Sabu”;
b. Menghukum ia oleh karena itu dengan pidana penjara selama 4 (empat)
tahun dan denda sebesar Rp 800.000,- (delapan ratus ribu rupiah) subsidair
1 (satu) bulan penjara;
c. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalaninya dikurangkan
seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
d. Menyatakan Terdakwa tetap ditahan;
e. Menyatakan barang bukti berupa : 1 (satu) paket plastik klip berisi sabu-
sabu seberat 0,9 gram dengan pembungkusnya atau berat bersih 0,3 gram ,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
33
jaket hitam lorek-lorek dan 1 (satu) buah HP merek Nokia warna hitam
model 6100 type NPL-2 beserta kartunya dirampas untuk dimusnahkan;
f. Menghukum Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp 5.000,-
(lima ribu rupiah);
6. Amar Putusan Pengadilan Tinggi Surabaya
Amar Putusan Pengadilan Tinggi Negeri Surabaya Nomor
592/PID/2010/PT.SBY, tanggal 14 Oktober 2010 berbunyi sebagai berikut:
a. Menerima permintaan banding dari Terdakwa/Penasihat Hukum
Terdakwa;
b. Menguatkan putusan Pengadilan Negeri Surabaya, Nomor
977/Pid.B/2010/PN.Sby, tanggal 24 Juni 2010, yang dimintakan banding
tersebut;
c. Memerintahkan agar terdakwa tetap ditahan;
d. Membebankan biaya perkara kepada Terdakwa tersebut dalam dua tingkat
peradilan, yang dalam tingkat banding sebesar Rp 5000,- (lima ribu
rupiah);
7. Alasan-Alasan Pengajuan Kasasi oleh Terdakwa
Terdakwa berkeberatan terhadap putusan Pengadilan Tinggi Surabaya
dengan mengajukan upaya hukum kasasi atas dasar alasan-alasan sebagai
berikut :
Tentang Keberatan Dengan Putusan Pengadilan Negeri Surabaya No.
997/PID/2010/PN.SBY,tanggal 17 Juni 2010.
Putusan A Quo Bertentangan Dengan KUHAP.
a. Hak Untuk Didampingi Oleh Penasihat Hukum Di setiap Tingkat
Pemeriksaan Proses Pengadilan (Ex PASAL 56 KUHAP)
Bahwa, Terdakwa di jadikan tersangka dan terdakwa karena
telah melanggar ketentuan pasal 112 ayat 1 UU Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika, yang ancaman hukumannya di atas 5 (lima) tahun.
Menurut ketentuan Pasal 56 KUHAP, telah dinyatakan dengan jelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
34
apabila "dalam hal tersangka atau terdakwa disangka atau didakwa
melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau ancaman
pidana lima belas tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu
yang diancam dengan pidana lima tahun atau lebih yang tidak
mempunyai penasihat hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada
semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan WAJIB menunjuk
penasihat hukum bagi tersangka".
Dari rumusan tersebut kiranya sangat jelas apabila pejabat mulai
dari tingkat penyidikan, penuntutan sampai peradilan diwajibkan untuk
menyediakan penasihat hukum bagi terdakwa, tetapi dalam perkara ini
ketentuan yang ditetapkan dalam pasal 56 KUHAP 'diabaikan oleh seluruh
pejabat disemua tingkatan, sehingga terdapat semacam kesenjangan untuk
mengabaikan dan atau tidak memenuhi hak tersangka/terdakwa sebagai
warga negara yang harus mendapatkan perlakuan sama di hadapan hukum.
b. Hak Untuk Meringankan Mengajukan Saksi Ahli Atau Meringankan.
Bahwa salah satu hak yang diberikan atau dijamin oleh Undang
undang (KUHAP) kepada tersangka atau terdakwa adalah hak untuk
mengajukan saksi ahli atau saksi yang meringankan (a decharge), tetapi
hak itu juga diabaikan dan tidak dipenuhi oleh Majelis Hakim tingkat
pertama, karena proses pelaksanaan sidang PERTAMA di "PAKSA"
sampai dengan TAHAP PEMERIKSAAN TERDAKWA, tanpa dihadiri
oleh seluruh saksi yang telah diperiksa tahap penyidikan, sehingga posisi
Terdakwa yang saat itu tidak didampingi oleh penasehat hukum tidak
mempunyai pilihan lain kecuali hanya mengikuti saja seluruh
permintaan Jaksa dan Majelis Hakim. Tanpa memberikan ruang yang
cukup kepada Terdakwa berkait dengan halnya untuk mengajukan saksi
ahli atau saksi A decharge.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
35
c. Hak Untuk Diadili Secara Obyektif Dan Fair Sesuai Dengan
Ketentuan Hukum Acara.
Bahwa dalam perkara ini Terdakwa merasa perkara yang diadili
pada tingkat pertama di Pengadilan Negeri Surabaya tidak berjalan
obyektif dan tidak fair, karena :
1) Pelaksanaan sidang pertama di Paksa untuk dituntaskan sampai acara
pemeriksaan terdakwa, tanpa memberikan ruang kepada terdakwa untuk
mengusahakan adanya saksi ahli atau saksi a decharge;
2) Dalam perkara ini seluruh saksi sengaja tidak dihadirkan;
3) Seluruh saksi dalam perkara ini diberikan penyidik dengan MODAL
Berita Acara Sumpah, sehingga terdapat tindakan secara sistemik
dan kesengajaan agar seluruh saksi dapat menghindar dari
pemeriksaan di depan persidangan;
4) Tidak ada upaya sedikitpun dari Majelis Hakim untuk
memerintahkan kepada Jaksa Penuntut Umum agar menghadirkan
seluruh saksi dalam perkara ini, atau setidak tidaknya memberikan
kesempatan kepada Jaksa Penuntut Umum memanggil seluruh saksi
pada sidang berikutnya;
5) Dalam Perkara Ini Tidak Ada Saksi Yang Diajukan Di Depan
Persidangan.
Bahwa, perlu Terdakwa sampaikan apabila dalam perkara ini
seluruh saksi tidak dihadirkan di depan persidangan, dan ironisnya
seluruh saksi dalam perkara a quo. DIBEKALI dengan BERITA
ACARA SUMPAH, sehingga tidak berlebihan apabila dalam perkara
ini terdapat upaya secara terencana yang sistematik dengan sengaja
MENGHUKUM TERDAKWA, hanya cukup dengan keterangan yang
ada pada (Berita Acara Pemerikasaan) BAP saja dalam hal tersebut
Majelis Hakim juga tidak memerintahkan atau setida tidaknya
memberikan waktu kepada saudara Jaksa Penuntut Umum untuk
memanggil dan atau menghadirkan seluruh atau sebagian saksi untuk
di sidang berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
36
Selama ini Terdakwa tidak dapat melihat adanya bukti
apabila terdapat upaya untuk memanggil seluruh saksi secara patut
sebagaimana dimaksud dalam rumusan Pasal 146 ayat 2 KUHAP,
tetapi hanya dengan BEKAL Berita Acara Sumpah saja majelis
BERANI untuk memerintahkan kepada Jaksa Penuntut Umum
membacakan SELURUH keterangan saksi dalam BAP, sehingga
seluruh keterangan saksi yang diberikan dalam BAP penyidik tidak
dapat diuji kebenarannya di depan persidangan. Terlebih tidak jelas
dalam Berita Acara Sumpah, apakah benar dilakukan sumpah
sesuai dengan ketentuan Ex. Pasal 159 - 167 KUHAP.
6) Majelis Hakim Tidak Tepat Dalam Memposisikan Saksi Mat Ribut
(Informan Polisi) Tetapi Dianggap Sebagai Teman Dari Terdakwa.
Bahwa dalam perkara ini terdapat tiga orang saksi, masing masing :
a) Saksi AH TRlWIJOYO aI. ANANG (saksi polisi)
b) Saksi NANANG BUDIUTOMO seorang polisi
c) Saksi MAT RIBUT (informan polisi)
Dari ketiga orang saksi tersebut, menurut majelis hakirn
tingkat pertama dalam putusan dalam hal. 8 alinea 5 dan 6 pada
pokoknya menyatakan seolah olah saksi Mat Ribut adalah teman
terdakwa, adalah pertimbangan yang tidak berdasar dan tidak sesuai
dengan fakta yang terungkap dalam BAP, karena antara terdakwa
dengan saksi Mat Ribut tidak pernah kenal dan terdakwa hanya
mengenal saksi AH. Triwijoyo Alias anang seorang polisi.
2. Majelis Hakim Tidak Memperhatikan Dan Atau Mempertimbangkan
Posisi Terdakwa Saat Dipaksa Oleh Saksi-Saksi Masing-Masing 2
(Dua Orang Polisi Dan 1 (Satu) Informan.
Bahwa dengan memperhatikan posisi terdakwa yang dipaksa
oleh saksi AH Triwijoyo untuk membeli sabu-sabu tetapi terdakwa
dengan tegas menolak, dan saksi Anang terus mendesak minta tolong
secara terus menerus yang disertai saksi-saksi lainnya. Akhirnya tidak
ada pilihan lainnya bagi terdakwa kecuali menuruti permintaan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
37
saksi AH Triwijoyo untuk membantu mencarikan sabu. Terdakwa
sempat menanyakan tempat menjual sabu karena terdakwa tidak
tabu, tetapi yang mengherankan setelah terdakwa bersedia membantu
dengan haraban para saksi dan berhasil membeli sabu dari uang saksi
AH Triwijoyo, seorang polisi, justru terdakwa ditangkap oleh AH
Triwijoyo teman terdakwa Sedangkan penjualnya tidak ditangkap,
padahal yang mengarahkan Terdakwa masuk gang dan yang
menyuruh tanya pada anak yang lagi nongkrong adalah saksi Anang,
sedangkan saksi-saksi sendiri ada di lokasi.
Sehingga sangat tidak adil apabila posisi terdakwa yang
(TERJEPIT) awalnya rnenolak dan didesak secara terus rnenerus
dengan tekanan dan bentakan untuk rnembantu membeli narkoba
akhimya dijebak dan ditangkap sendiri oleh AH Triwijoyo dan harus
dijatuhi hukuman 4 tahun penjara dan denda Rp 800.000.000,-
(delapan ratus juta rupiah) atau subsidair 1 bulan.
Apabila hal ini dibiarkan terjadi dan menimpa terdakwa,
maka dapat dipastikan jika tidak ada keadilan bagi terdakwa dalam
perkara ini, kecuali apabila terdakwa benar-benar sedang
menggunakan atau menguasai sabu-sabu sebelumnya sangat layak
menanggung beban yang demikian, terlebih dalam hasil Labfor darah
dan urin terdakwa yang negatif sengaja hasilnya tidak disertakan
dalam berkas. Juga hasil rekam CDR (Call Date Record), telepon dan
sms terdakwa dipastikan terdakwa bukan pemain narkoba, hal ini
semakin membuktikan apabila terdakwa memang sengaja dikerjai dan
benar benar dijebak oleh saksi AH Triwijoyo yang bertujuan
untuk menghancurkan masa depan dan kehidupan terdakwa untuk
kepentingan tertentu.
3. Unsur-Unsur Pasal Yang Didakwakan Tidak Terpenuhi.
Bahwa didepan persidangan apabila Majelis Hakim tingkat
pertama bersikap obyektif maka dapat dipastikan terdakwa bebas dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
38
tuntutan hukum sebab unsur dalam pasal yang didakwakan secara
material dan substansial tidak terpenuhi.
Karena unsur-unsur yang terkandung dalam Pasal 112 ayat
1 Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika yaitu
unsur memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika
golongan satu bukan tanaman tidak terpenuhi.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia
a. Memiliki
Kata memiliki mempunyai arti 1. Mempunyai; ia sudah tidak
mempunyai orang tua lagi; 2. mengambil secara tidak sah untuk:
dijadikan kepunyaan; ia dipersalahkan karena - senjata api;
Dalam persidangan sangat jelas apabila sabu sabu terbukti bukan
milik terdakwa dan terdakwa juga tidak mempunyai sabu, bahkan
terdakwa tidak ada niat untuk memiliki;
b. Menyimpan
Kata menyimpan mempunyai arti; 1. menaruh ditempat yang aman
supaya jangan rusak, hilang, dan sebagainya; - surat di lemari; 2.
menabung uang; kami - uang di bank; 3. memegang (rahasia)
teguh teguh; menyembunyikan ; - rahasia baik baik; perasaan di
hati; 4. mempunyai (ilmu, kesaktian, dsb); rupanya ia juga -
kesaktian; 5. mengandung; ada sesuatu didalamnya; gelang akar
bahar itu - berbagai bagai khasiat;
Dalam persidangan sangat nyata dan jelas terbukti terdakwa
diberi uang oleh saksi Anang dan Ribut (informan) dan disuruh
dengan cara paksa untuk membeli sabu sabu, sehingga dipastikan
apabila sabu yang dibeli oleh terdakwa atas suruhan dan uang
dari polisi dan informan, tidak disimpan ditempat yang aman
supaya tidak diketahui oleh polisi, dan terdakwa hanya disuruh
membeli sabu-sabu dengan uang dari orang yang menyuruh
(apalagi yang menyuruh polisi yang telah dikenal lama). Maka
dipastikan jika tidak ada upaya dari terdakwa untuk:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
39
menyimpan sabu tersebut agar tidak diketahui oleh polisi yang
menyuruhnya, dengan demikian unsur ini juga tidak terpenuhi.
c. Menguasai
Kata menguasai mempunyai arti berkuasa atas (sesuatu);
memegang kekuasaan atas (sesuatu); siapa yang tanah yang
subur ini?; 2. mengenakan kuasa (pengaruh, dsb) atas; dapat
mengatasi keadaan; tentara kita dapat daerah yang rawan itu; 3.
mengurus; selain sebagai kontraktor, perusahaan itu juga
perkebunan teh; 4. menahan; mengendalikan : untung dia masih
dapat - kemarahannya; 5. mampu sekali di bidang ilmu. Apabila
terdakwa dianggap menguasai sabu karena terdakwa disuruh
dengan diberi uang oleh polisi dart informan polisi untuk membeli
sabu, kemudian ditangkap adalah sangat naif, karena
bertentangan dengan teori kausalitet, mengingat kapasitas terdakwa
hanya sebatas menjalankan perintah (sebagai orang yang disuruh)
dan dikasih uang oleh polisi Untuk membeli sabu dan setelah
sabu dibeli ternyata terdakwa ditangkap. Apakah ini yang
dimaksud dengan terdakwa menguasai, kenapa pada saat terjadi
transaksi ketika terdakwa membeli sabu dari penjualnya tidak
langsung ditangkap sekalian oleh polisi yang menyuruhnya
(saksi), sedangkan para saksi berada dalam lokasi dan atau
setidaknya tidak jauh dari lokasi transaksi sehingga sangat tidak
relevan apabila terdakwa yang hanya sebatas menjalankan
perintah dianggap menguasai sabu.
d. Menyediakan
Kata menyediakan mempunyai arti 1. menyiapkan;
mempersiapkan : ia sendiri yang makan siang untuk suaminya; 2.
mengadakan (menyiapkan, mengatur, dsb) sesuatu untuk : suami
istri yang baik selalu waktu untuk anak anaknya; 3.
mencadangkan : untuk perbaikan rumahnya, ia uang sejuta rupiah;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
40
Terdakwa tidak menyediakan sabu, karena posisi terdakwa hanya
sebatas disuruh (yang terus menerus oleh polisi dan informan
polisi) untuk membeli sabu.
Dari uraian tersebut maka dapat dipastikan apabila unsur ini
tidak terpenuhi.
8. Pembahasan
Terhadap putusan yang oleh hakim pengadilan tingkat pertama, maka
baik terdakwa atau penuntut umum diberikan hak untuk mengajukan
keberatan atau menolak putusan atau yang dalam KUHAP dikenal dengan
istilah upaya hukum. Lembaga upaya hukum ini di dalam KUHAP telah
diatur secara lengkap dan terperinci. hak untuk mengajukan upaya hukum
merupakan hak baik bagi terdakwa maupun penuntut umum. Upaya hukum
ini menurut KUHAP ada dua macam, yaitu upaya hukum biasa dan luar
biasa. Salah satu jenis upaya hukum biasa ini disebut dengan Kasasi.
Upaya Kasasi adalah hak yang diberikan hukum kepada terdakwa
maupun kepada penuntut umum. Penggunaan hak tersebut tergantung
sepenuhnya kepada terdakwa dan penuntut umum. Apabila mereka bisa
menerima putusan yang dijatuhkan oleh hakim, mereka dapat tidak
mempergunakan hak tersebut. Sebaliknya jika mereka tidak bisa menerima
putusan tersebut, maka dapat mempergunakan hak untuk mengajukan
permintaan pemeriksaan Kasasi kepada Mahkamah Agung.
Maksud dan tujuan kasasi erat kaitannya dengan pelaksanaan fungsi
dan wewenang Mahkamah Agung sebagai badan peradilan tertinggi dalam
memimpin dan mengawasi pengadilan rendahan, demi terciptanya kesatuan
dan keseragaman penerapan hukum dalam wilayah negara kita. Dalam
Undang-Undang Nomor 14 tahun 1985 jo Undang-Undang Nomor 5 tahun
2004 tentang Mahkamah Agung, diatur fungsi dan wewenang Mahkamah
agung Republik Indonesia yang terdiri dari :
a. Mahkamah Agung bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus :
permohonan kasasi, sengketa tentang kewenangan mengadili dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
41
permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap;
b. Mahkamah Agung mempunyai wewenang menguji secara meteriil
terhadap peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang;
c. Mahkamah Agung mempunyai wewenang pengawasan tertinggi terhadap
penyelenggaraan peradilan dari semua lingkungan peradilan dalam
menjalankan kekuasaan kehakiman.
d. Mahkamah Agung mengawasi tingkah laku dan perbuatan para hakim di
semua lingkungan peradilan dalam menjalankan tugasnya;
e. Mahkamah Agung berwenang memberikan petunjuk, teguran atau
peringatan yang dipandang perlu kepada pengadilan di semua lingkungan
peradilan;
f. Mahkamah Agung memberikan nasihat hukum kepada Presiden selaku
Kepala Negara dalam rangka pemberian atau penolakan grasi;
g. Mahkamah Agung dan pemerintah melakukan pengawasan atas penasihat
hukum dan notaris;
h. Mahkamah Agung memberikan pertimbangan-pertimbangan dalam bidang
hukum baik diminta maupun tidak kepada lembaga tinggi negara yang
lain.
Dalam hubungannya dengan fungsi dan kewenangan Mahkamah
Agung tersebut, maksud dan tujuan kasasi adalah :
a. Koreksi atas kesalahan atau kekeliruan putusan pengadilan bawahan
(Pengadilan Negeri atau Pengadilan Tinggi)
Dalam hal ini Mahkamah Agung, melalui koreksi atas putusan
pengadilan bawahan tersebut bertujuan untuk memperbaiki dan
meluruskan kesalahan atau kekeliruan penerapan hukum. Maksudnya agar
peraturan hukum benar-benar diterapkan sebagaimana mestinya; agar cara
mengadili dilaksanakan menurut ketentuan undang-undang; agar
pengadilan bawahan dalam mengadili tidak melampaui batas
wewenangnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
42
b. Menciptakan dan membentuk hukum baru
Penciptaan atau pembentukan hukum baru tersebut, bukanlah
berarti Mahkamah Agung membentuk peraturan-peraturan hukum baru
dalam kapasitasnya sebagai pembentuk undang-undang. Disini bukanlah
dimaksud bahwa Mahkamah Agung telah bertindak sebagai badan
legislatif. Menciptakan hukum baru di sini, dalam arti bahwa Mahkamah
Agung melalui Yurisprudensinya menciptakan sesuatu yang baru dalam
praktek hukum. Penciptaan hukum baru tersebut, dimaksudkan untuk
mengisi kekosongan hukum yang menghambat jalannya peradilan. Dalam
hubungan ini, M.Yahya Harahap mengatakan, berdasarkan jabatan dan
wewenang yang ada padanya dalam bentuk judge made law, sering
Mahkamah Agung menciptakan hukum baru guna mengisi kekosongan
hukum, maupun dalam rangka mensejahterakan makna dan jiwa ketentuan
undang-undang sesuai dengan ”elastisitas” pertumbuhan lajunya
perkembangan nilai dan kesadaran masyarakat.
Apabila putusan kasasi, baik yang berupa koreksi atas kesalahan
penerapan hukum maupun yang bersifat penciptaan hukum baru telah
mantap dan selalu dipedomani oleh pengadilan-pengadilan dalam
mengambil keputusan, dengan demikian putusan Mahkamah Agung tadi
menjadi yurisprudensi tetap. Putusan Mahkamah Agung dalam
menciptakan hukum baru tidak hanya berdaya upaya mengisi kekosongan
hukum atau menafsirkan ketentuan undang-undang yang benar-benar
senafas dengan bunyi undang-undang itu sendiri.
c. Terciptanya keseragaman penerapan hukum
Melalui yurisprudensi, Mahkamah Agung berusaha untuk
melaksanakan fungsi pengawasan tertinggi yang dimilikinya dalam rangka
mewujudkan terciptanya keseragaman penerapan hukum. Putusan
Mahkamah Agung, baik yang bersifat penafsiran suatu ketentuan undang-
undang, maupun yang merupakan penciptaan hukum baru itu, akan sangat
berpengaruh bagi jalannya peradilan di Indonesia. Karena putusan-putusan
Mahkamah Agung, meskipun tidak merupakan presedent, tetapi pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
43
umumnya akan selalu menjadi panutan bagi pengadilan-pengadilan
bawahan. Bila pengadilan bawahan memutus lain, dari pada hal yang telah
digariskan Mahkamah Agung, maka bila perkara tersebut sampai pada
pemeriksaan tingkat kasasi, putusan pengadilan bawahan demikian tentu
akan dibatalkan oleh Mahkamah Agung. Disinilah terlihat secara kongrit
fungsi pengawasan dan koreksi fungsi Mahkamah Agung terhadap
pengadilan bawahan
Pasal 253 ayat (1) KUHAP menyatakan bahwa pemeriksaan dalam
tingkat Kasasi dilakukan oleh Mahkamah Agung atas permintaan para
pihak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 244 dan Pasal 248 KUHAP
guna menentukan :
1) Apakah benar suatu peraturan hukum tidak diterapkan atau diterapkan
sebagaimana mestinya.
2) Apakah benar cara mengadili tidak dilaksanakan menurut ketentuan
Undang-undang.
3) Apakah benar pengadilan telah melampaui batas wewenangnya.
Cara mengadili tidak dilaksanakan menurut ketentuan Undang-
undang, misalnya pengadilan dilakukan di belakang pintu tertutup tanpa
alasan menurut Undang-undang. Mengenai melampaui batas
wewenangnya adalah kewenangan badan-badan peradilan yang telah
ditentukan dan diatur dalam perundang-undangan. Demikian halnya
dengan penjatuhan hukuman telah ditentukan, jenis dan maksimal
hukuman yang boleh dijatuhkan dan hal penanganan perkara, perkara apa
saja yang dapat ditangani atau diperiksa dan diadili masing-masing badan
peradilan. Bahkan proses penanganan perkara atau tata cara mengadili, dan
syarat-syarat yang diperlukan untuk menjatuhkan hukuman telah
ditentukan perundang-undangan.
Menurut KUHAP suatu permohonan Kasasi dapat ditolak untuk
diperiksa oleh Mahkanah Agung, jika :
1) Putusan yang dimintakan Kasasi ialah putusan bebas (Pasal 244
KUHAP).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
44
2) Melewati tenggang waktu penyampaian permohonan Kasasi kepada
panitera pengadilan yang memeriksa perkaranya, yaitu empat belas hari
sesudah putusan disampaikan kepada terdakwa (Pasal 245 KUHAP).
3) Sudah ada keputusan Kasasi sebelumnya mengenai perkara tersebut.
Kasasi hanya dilakukan sekali.
4) Pemohon tidak mengajukan memori Kasasi (Pasal 248 ayat (1)
KUHAP, atau tidak memberitahukan alasan Kasasi pada panitera, jika
pemohon tidak memahami hukum (Pasal 248 ayat (2) KUHAP), atau
pemohon terlambat mengajukan memori Kasasi, yaitu empat belas hari
sesudah mengajukan permohonan Kasasi (Pasal 248 ayat (1) dan (4)
KUHAP).
5) Tidak ada alasan Kasasi atau tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 253
ayat (1) KUHAP tentang alasan Kasasi.
Menurut pendapat Penulis alasan pengajuan kasasi oleh terdakwa
dalam perkara narkotika di atas sudah sesuai dengan ketentuan Pasal 253
ayat (1) KUHAP terdiri dari:
1) Apakah benar suatu peraturan hukum tidak diterapkan atau diterapkan
tidak sebagaimana mestinya;
2) Apakah benar cara mengadili tidak dilaksanakan menurut ketentuan
undang-undang;
3) Apakah benar pengadilan telah melampaui batas kewenangannya.
Ketiga hal ini keberatan kasasi yang dibenarkan undang-undang
sebagai alasan kasasi. Di luar ketiga alasan ini, keberatan kasasi ditolak
karena tidak dibenarkan undang-undang. Penentuan alasan kasasi yang
limitatif dengan sendirinya serta sekaligus membetasi wewenang
Mahkamah Agung memasuki pemeriksaan perkara dalam tingkat kasasi,
terbatas hanya meliputi kekeliruan pengadilan atas ketiga hal tersebut. Di
luar ketiga hal itu, undang-undang tidak membenarkan Mahkamah Agung
menilai dan memeriksanya. Oleh karena itu, bagi seseorang yang
mengajukan permohonan kasasi, harus benar-benar memperhatikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
45
keberatan kasasi yang disampaikan dalam memori kasasi, agar keberatan
itu dapat menganai sasaran yang ditentukan Pasal 253 ayat (1) KUHAP.
B. Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung dalam Memeriksa dan
Memutus Pengajuan Kasasi oleh Terdakwa dengan Alasan Putusan
Pengadilan Negeri Surabaya Hanya Didasarkan pada Keterangan BAP
Kepolisian
1. Pertimbangan Mahkamah Agung
Terhadap alasan-alasan terdakwa dalam mengajukan kasasi,
Mahkamah Agung membuat pertimbangan sebagai berikut :
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas Mahkamah
Agung berpendapat, bahwa putusan Pengadilan Tinggi Surabaya, Nomor
592/PID / 2010/PT.SBY, tanggal 14 Oktober 2010, yang menguatkan putusan
Pengadilan Negeri Surabaya, Nomor : 977/Pid.B/2010/PN.SBY, tanggal 24
Juni 2010, tidak dapat dipertahankan lagi, oleh karena itu harus
dibatalkan dan Mahkamah Agung akan mengadili sendiri perkara tersebut
seperti tertera di bawah ini;
Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasasi Terdakwa
dikabulkan, maka biaya perkara dalam semua tingkat peradilan dibebankan
kepada Negara;
Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2004 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 48
Tahun 2009, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981, Undang-Undang Nomor
14 Tahun 1985 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor
3 Tahun 2009 serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan;
2. Amar Putusan Mahkamah Agung
Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi/Terdakwa :
M. ARIEF ISKANDAR bin MUNFASILA, tersebut;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
46
Membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Surabaya, Nomor :
592/PID/2010/PT.SBY, tanggal 14 Oktober 2010, yang menguatkan
putusan Pengadilan Negeri Surabaya, Nomor : 977/Pid.B/2010/PN.SBY,
tanggal 24 Juni 2010;
M E N G A D I L I S E N D I R I
a. Menyatakan Terdakwa M. ARIEF ISKANDAR bin MUNFASILA,
tersebut di atas terbukti melakukan perbuatan yang didakwakan kepadanya
akan tetapi perbuatan tersebut bukan merupakan kejahatan ataupun
pelanggaran;
b. Melepaskan Terdakwa dari segala tuntutan hukum;
c. Memulihkan hak Terdakwa dalam kemampuan, kedudukan dan harkat
serta martabatnya;
d. Memerintahkan agar Terdakwa dikeluarkan dari tahanan;
e. Membebankan biaya perkara dalam semua tingkat peradilan kepada
Negara;
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah
Agung pada hari Selasa, tanggal 25 Januari 2011, oleh R. IMAM
HARJADI, S.H. M.H. Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah
Agung sebagai Ketua Majelis, H. MANSUR KARTAYASA, S.H. M.H., dan
SRI MURWAHYUNI, SH. MH., Hakim-Hakim Agung sebagai anggota, dan
diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh
Ketua Majelis beserta Hakim-Hakim Anggota tersebut, dan dibantu oleh
TETY SITI ROCHMAT SETYAWAS.H., Panitera Pengganti dengan tidak
dihadiri oleh Jaksa Penuntut Umum dan Terdakwa;
3. Pembahasan
Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah
Agung, Mahkamah Agung adalah Pengadilan Negara Tertinggi dari semua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
47
Lingkungan Peradilan, yang dalam melaksanakan tugasnya terlepas dari
pengaruh pemerintah dan pengaruh-pengaruh lainnya.
Adapun kekuasaan Mahkamah Agung disebutkan dalam Pasal 28
sampai dengan Pasal 30 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 seperti
berikut ini:
Pasal 28 menyebutkan bahwa:
a. Mahkamah Agung bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus:
1) Permohonan kasasi;
2) Sengketa tentang kewenangan mengadili;
3) Permohonan peninjauan kembali putusan Pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
b. Untuk kelancaran pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksudkan ayat (1)
Ketua Mahkamah Agung menetapkan pembidangan tugas dalam
Mahkamah Agung.
Pasal 29 menyebutkan bahwa: Mahkamah Agung memutus
permohonan kasasi terhadap putusan Pengadilan Tingkat Banding atau
Tingkat Terakhir dari semua Lingkungan Peradilan.
Pasal 30 menyebutkan bahwa: Mahkamah Agung dalam tingkat
kasasi membatalkan putusan atau penetapan Pengadilan-pengadilan dari
semua Lingkungan Peradilan karena :
a. Tidak berwenang atau melampaui batas wewenang;
b. Salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku;
c. Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan
perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya
putusan yang bersangkutan.
Pasal 30 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 jo Undang-Undang
Nomor 5 tahun 2004 tentang Mahkamah Agung, menyebutkan bahwa:
“Mahkamah Agung dalam tingkat kasasi membatalkan putusan atau :
a. Tidak berwenang atau melampaui batas wewenang;
b. Salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
48
c. Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-
undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang
bersangkutan.”
Salah satu fungsi Mahkamah Agung adalah fungsi Yustisia adalah
fungsi yang terpenting dari Mahkamah Agung, dikatakan terpenting karena
fungsi yustisia tersebut sangat menentukan (mempengaruhi) jalannya
penyelenggaraan peradilan. Fungsi Yustisia dimaksud adalah fungsi
Mahkamah Agung dalam bidang peradilan. Mengenai tugas peradilan,
walaupun hanya menyangkut bagian dari fungsi tersebut, fungsi pemegang
monopoli dari peradilan kasasi dalam posisinya sebagai puncak tunggal dari
semua lingkungan peradilan yang ada. Dalam melaksanakan fungsi peradilan
tersebut, pemeriksaan perkara kasasi masih didampingi dengan fungsi untuk
memutuskan sengketa yurisdiksi antara hakim dan pengadilan, kemudian
memutus dalam tingkat banding terhadap putusan-putusan arbitrase.
Apabila dalam pelaksanaan atau dalam penyelenggaraan peradilan,
terdapat hal-hal yang belum diatur dalam undang-undang dan hal itun
dipandang segera untuk diatur demi kelancaran penyelenggaraan peradilan,
maka Mahkamah Agung berwenang untuk mengatur hal dimaksud.
Kewenangan Mahkamah Agung mengatur hal demikian itu, diatur dalam
Pasal 79 Undang-Undang Nomor 14 tahun 1985 jo Undang-Undang Nomor 5
tahun 2004 tentang Mahkamah Agung yaitu ” Mahkamah Agung dapat
mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi kelancaran
penyelenggaraan peradilan apabila terdapat hal-hal yang belum cukup diatur
dalam Undang-undang ini.”
Maksud diadakannya ketentuan tersebut, ialah untuk menanggulangi
kekosongan hukum yang terjadi dalam penyelenggaraan peradilan. Apabila
terjadi kekosongan hukum dalam penyelenggaraan peradilan, maka
Mahkamah Agung dapat menggunakan kewenangannya untuk membuat
aturan pelengkap guna mengisi kekosongan hukum tersebut.
Dalam Pasal 153 ayat (1) KUHAP, dinyatakan bahwa pemeriksaan
tingkat kasasi dilakukan oleh Mahkamah Agung atas permintaan para pihak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
49
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 244 KUHAP dan Pasal 248 KUHAP,
guna menentukan apakah benar suatu peraturan hukum tidak diterapkan atau
diterapkan tidak sebagainama mestinya, apakah benar cara mengadili tidak
dilaksanakan menurut ketentuan undang-undang, apakah benar pengadilan
telah melampaui batas kewenangannya. Pasal 244 KUHAP mengatur tentang
putusan pengadilan tingkat terakhir yang dapat dimintakan kasasi dan para
pihak (terdakwa atau penuntut umum) yang dapat mengajukan permohonan
kasasi. Pasal 248 KUHAP mengatur tentang kewajiban mengajukan alasan
dan memasukan memori kasasi oleh pemohon kasasi.
Pasal 30 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 jo Undang-Undang
Nomor 5 tahun 2004 tentang Mahkamah Agung menyebutkan bahwa :
a. Mahkamah Agung dalam tingkat kasasi membatalkan putusan atau
penetapan pengadilan-pengadilan dari semua lingkungan peradilan karena:
1) Tidak berwenang atau melampaui batas wewenang;
2) Salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku;
3) Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan
perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya
putusan yang bersangkutan.
b. Dalam sidang permusyawaratan, setiap Hakim Agung wajib
menyampaikan pertimbangan atau pendapat tertulis terhadap perkara yang
sedang diperiksa dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari putusan.
c. Dalam hal sidang permusyawaratan tidak dapat dicapai mufakat bulat,
pendapat hakim agung yang berbeda wajib dimuat dalam putusan.
d. Pelaksanaan lebih lanjut ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan ayat (3) diatur oleh Mahkamah Agung.
Dengan berpedoman pada Pasal 30 Undang-Undang Nomor 14 Tahun
1985 jo Undang-Undang Nomor 5 tahun 2004 tentang Mahkamah Agung,
maka arti “kasasi” adalah pembatalan putusan atau penetapan pengadilan
tingkat banding atau tingkat terakhir karena tidak sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku. Tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dapat terjadi berupa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
50
a. Melampaui batas kewenangannya yang ditentukan perundang-undangan;
b. Penerapan yang tidak tepat atau keliru;
c. Melanggar hukum yang berlaku;
d. Tidak memenuhi syarat yang ditentukan perundang-undangan
Menurut Penulis pertimbangan hakim Mahkamah Agung dalam
memeriksa dan memutus perkara permohonan kasasi terdakwa perkara
narkotika di atas, sudah sesuai dengan prinsip keadilan bagi pemohon kasasi.
Pertimbangan hakim mahkamah agung tersebut sangat bersifat progresif
karena hanya tidak menggunakan paradigma positivismedan legal formal,
melainkan menggunakan pendekatan keadilan yang bersifat substansial
(substantial justice).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
51
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam bab hasil penelitian dan
pembahasan, maka dapat dibuat simpulan sebagai berikut :
1. Pengajuan kasasi oleh terdakwa dengan alasan putusan Pengadilan Negeri
Surabaya hanya didasarkan pada keterangan BAP Kepolisian dalam perkara
Narkotika adalah sudah sesuai dengan ketentuan KUHAP khususnya ketentuan
Pasal 253 ayat (1) KUHAP yang menyatakan bahwa pemeriksaan dalam
tingkat Kasasi dilakukan oleh Mahkamah Agung atas permintaan para pihak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 244 dan Pasal 248 KUHAP guna
menentukan :
a. Apakah benar suatu peraturan hukum tidak diterapkan atau diterapkan
sebagaimana mestinya.
b. Apakah benar cara mengadili tidak dilaksanakan menurut ketentuan
Undang-undang
c. Apakah benar pengadilan telah melampaui batas wewenangnya.
2. Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung dalam memeriksa dan memutus
pengajuan kasasi oleh terdakwa dengan alasan Putusan Pengadilan Negeri
Surabaya hanya didasarkan pada keterangan BAP Kepolisian adalah sudah
tepat karena melihat fakta-fakta yang ada semua mengarah bahwa terdakwa
tidak bersalah dan upaya Hakim dalam memeriksa dan memutus perkara sudah
berdasar keadilan.
B. Saran-Saran
1. Agar Hakim bersikap lebih teliti dalam melihat dan memutus suatu pekara
lebih melihat fakta-fakta dalam masyarakat dan tidak hanya mengacu pada
BAP.
2. Agar Aparat Penegak Hukum tidak menyalah gunakan jabatannya untuk
kepentingan pribadi sepeti yang dilakukan Sdr Anang selaku Anggota Ditserse
51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
52
Narkoba Polda Jatim dalam tindakannya menjebak Sdr Arief Iskandar bin
Munfasila.
3. Agar masyarakat juga tidak menyalahgunakan obat-obat narkotika,karena
narkotika itu sendiri hanya digunakan untuk pelayanan kesehatan dan
pengetahuan umum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
53
DAFTAR PUSTAKA
Agung Dewantara Nanda. 1987. Masalah Kebebasan Hakim dalam Menangani
Suatu Perkara Pidana. Jakarta: Aksara Persada Indonesia. Andi Hamzah. 2000. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: CV. Sapta Artha
Jaya. Bambang Sunggono. 2003. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada. Balkin, Jack M & Sanford Levinson, 2001, “Understanding the Constitutional
Revolution. Virginia Law Review. Vol. 87, No. 6. Bambang Sutiyoso dan Sri Hastuti. 2004. Perkembangan Kekuasaan Kehakiman
di Indonesia. Yogyakarta: UII Press. H.B. Sutopo. 1998. Pengantar Penelitian Kualitatif Dasar-dasar Teoritis dan
Praktis.Surakarta : UNS Press http//:Sosiologi Hukum.blog.spon Johnny Ibrahim. 2006. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif.
Malang: Bayumedia Publising. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Moch. Faisal Salam. 2001. Hukum Acara Pidana Dalam Teori dan Praktek.
Bandung: Mandar Maju. M. Yahya Harahap. 2002. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP.
Jakarta: Sinar Grafika. Rusli Muhammad. 2006. Potret Lembaga Pengadilan Indonesia. Jakarta: Raja
Grafindo Persada. R. Abdoel Djamali. 2005. Pengantar Hukum Indonesia. Edisi Revisi. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada. Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 1984. Penelitian Hukum Normatif Suatu
Tinjauan Singkat. Jakarta: Rajawali Press. Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen IV. Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 Tentang Narkotika Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 Tentang Kekuasan Kehakiman