77
i PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Universitas Negeri Semarang Oleh Singgih Budi Utomo 3450402527 FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN 2007

FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

i

PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR

KABUPATEN SRAGEN

SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum

pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

Singgih Budi Utomo

3450402527

FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN

2007

Page 2: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

ii

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian

skripsi pada :

Hari :

Tanggal :

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Sugito, S.H Drs. Rustopo S.H, M.Hum NIP. 130529532 NIP. 130515746

Mengetahui : Ketua Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan

Drs. Slamet Sumarto, M.Pd. NIP. 131570070

Page 3: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

iii

iii

PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi ini telah dipertahankan didepan siding Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu

Sosial, Univerditas negeri Semarang pada :

Hari :

Tanggal :

Penguji Skripsi

Pujiono, S.H

NIP. 132207403

Anggota 1 Anggota II

Drs. Sugito, S.H Drs. Rustopo S.H, M.Hum NIP. 130529532 NIP. 130515746

Mengetahui : Dekan,

Drs. Sunardi. MM NIP. 130367998

Page 4: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

iv

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar

hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian

atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini

dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Juli 2007

Singgih Budi Utomo NIM 3450402543

Page 5: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

v

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum,

sehingga mereka merubah keadaannya sendiri (Q.S ArRo’du:11).

Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya (Al-Baqarah:286).

Ketabahan, kesabaran, keuletan, serta usaha dan doa merupakan

kunci keberhasilan dalam meraih kesuksesan.

PERSEMBAHAN

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT atas

terselesaikannya skripsi ini, peneliti

mempersembahkan kepada : Bapak, ibu, dan kakakku terrcinta untuk doa dan

kasih sayangnya yang selalu mengiringi langkahku.

Kakek, Nenekku (mbah marto), serta Dwi aryningsih yang kusayangi yang selalu memberikan dukungan dan doa.

Teman-temanku Henie, Mogol, Martina,

Akher, Yudha, adiel, sothok, penyet, adh,

penyet dan teman-teman yang lainnya atas

dorongan semangatnya. Untuk teman-temanku ilmu hukum angkatan

‘02 Anak-anak kos Evergrëën. Almamaterku yang aku banggakan.

Page 6: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

vi

vi

PRAKATA

Dengan Mengucap Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi yang bejudul ”Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Sepeda

Motor Di Dealer Panorama Motor Kabupaten Sragen, sebagai salah satu syarat

untuk menyelesaikan pendidikan pada program studi Ilmu Hukum Fakultas

Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.

Dalam Penulisan skripsi ini, penulis telah mendapatkan bantuan dan

pertolongan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, Msi, Rektor Universitas Negeri

Semarang

2. Drs. H. Sunardi, MM, Dekan Fakultas Ilmu Sosial.

3. Drs. Slamet Sumarto, M.Pd Ketua Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan

Universitas Negeri Semarang.

4. Dra. Martitah, M. Hum, Ketua Program Studi Ilmu Hukum S1

5. Pujiono, S.H, selaku dasen penguji skripsi.

6. Drs. Sugito S.H, yang telah membimbing dan memberi pengarahan hingga

selesai penyusunan skripsi ini.

7. Drs. Rustopo S.H, M.Hum, yang telah membimbing dan memberi

pengarahan hingga selesai penyusunan skripsi ini selesai.

8. Bp. Djarwanto selaku kepala cabang Dealer Panorama Motor yang telah

memberi ijin untuk melakukan penelitian.

Page 7: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

vii

vii

9. Ny. Harmamik selaku Admnistrasi Dealer Panorama Motor yang telah

memberikan informasi sehingga penyusunan skipsi ini selesai.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Tentu saja besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat dan menambah pengetahuan bagi kita semua. Amin.

Semarang, Juli 2007

Penulis

Page 8: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

viii

viii

SARI

Budi Utomo, Singgih, 2007. berjudul Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli di Dealer Panorama Motor Kabupaten Sragen Jurusan Hukum Dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, Uneversitas Negeri Semarang. Drs. Sugito S.H. Drs. Rustopo S.H, M.Hum 64 H. Kata Kunci : Pelaksanaan Perjanjian, Pembiayaan Konsumen

Dalam dunia perdagangan, salah satu sistim pembiayaan alternatif yang cukup berperan aktif dalam menunjang dunia usaha akhir-akhir ini sewa beli. Sewa beli adalah salah satu bentuk perjanjian yang memberikan kemudahan bagi masyarakat khususnya kota Sragen untuk mendapatkan sepeda motor dengan sistim pembayaran berkala”.

Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana prosedur pelaksanaan perjanjian sewa beli sepeda motor di Dealer Panorama Motor Kabupaten sragen?, (2) Bagaimana penyelesaiannya apabila terjadi perselisihan antara pihak dealer Panorama Motor dan pihak debitur (konsumen) yang timbul karena wanprestasi ?. Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian sewa beli sepeda motor di Dealer Panorama Motor Kabupaten sragen. (2) Untuk mengetahui bagaimana cara menyelesaikan masalah apabila terjadi perselisihan antara pihak dealer Panorama Motor dan konsumen yang timbul karena wanprestasi.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Lokasi penelitian di Dealer Panorama Motor Kabupaten Sragen, Pendekatan yang digunakan berupa metode yuridis sosiologis. Sumber data dalam penelitian ini adalah Kepala cabang Dealer Panorama Motor kabupaten sragen, Administrasi Dealer Panorama Motor, Debt Colector, surveyor, dan Konsumen Dealer Panorama Motor. Tehnik pengumpulan data berupa wawancara, dan dokumen. Validitas dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi, data yang dikumpulkan dianalisis dengan cara pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan verifikasi data atau penarikan kesimpulan.sewa beli (Hire Purchase) adalah jualbeli barang dimana penjual melaksanakan penjualan barang dengan cara memperhitungkan setiap pembayaran yang dilakukan pembeli dengan pelunasan atas harga barang yang telah disepakati bersama dan yang diikat dalam suatu perjanjian, serta hak milik suatu barang tersebut baru beralih dari penjual kepada pembeli setelah harganya dibayar lunas.

Hasil penelitian ini yaitu pelaksanaan perjanjian perjanjian sewa beli merupakan perjanjian hutang piutang dengan penyerahan hak milik setelah pembayaran angsuran yang terakhir, artinya dalam perjanjian sewa beli tersebut penyerahan hak milik sepenuhnya di tangan konsumen setelah pembayaran angsuran yang terakhir kali dibayar lunas oleh konsumen, dan selama angsuran tersebut belum dilunasi oleh konsumen maka BPKB sepeda motor tersebut tetap di pegang oleh pihak dealer.

Masalah yang timbul dalam pelaksanaan perjanjian sewa beli sepeda motor di dealer Panorama Motor kabupaten Sragen adalah keterlambatan atau penunggakan pembayaran angsuran/cicilan oleh pihak konsumen. Upaya penyelesaian terhadap masalah yang timbul dalam pelaksanaan perjanjian sewa beli kendaraan bermotor roda dua di dealer Panorama motor kabupaten Sragen dikenal dengan istilah” Collection Management Atau Account Receivable(A/R) Management’. Dalam menyelesaikan

Page 9: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

ix

ix

permasalahan akibat wanprestasi, Dealer Panorama Motor menggunakan sistim “prosedur penanganan terhadap customer bermasalah” yang bagi menjadi delapan tahapan waktu penyelesaian. Apabila terjadi permasalahan yang berkaitan dengan yuridis hukum maka Dealer Poanorama Motor Kabupaten Sragen secara khsusus memerlukan kehadiran legal yang ditunjuk oleh pihak manajemen. Tapi pada prinsipnya setiap permasalahan yang diakibatkan oleh costumer diselesaikan secara kekeluargaan dan apabila tidak bisa diserahkan pengadilan atau pihak yang berwajib.

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Proses pembuatan perjanjian sewa beli sepeda motor Kabupaten Sragen telah memenuhi syarat-syarat perjanjian sebagaimana diatur dalam pasal 1320 KUHPerdata. Upaya Penyelesaian apabila terjadi perselisihan antara pihak kreditur (perusahaan pembiayaan) dan pihak debitur (konsumen) yang timbul karena wanprestasi di Dealer Panorama Moor dikenal dengan istilah” Collection Management Atau Account Receivable(A/R) Management’. Istilah tersebut adalah suatu proses pengelolaan (account receivable) untuk mencegah atau mengurangi kerugian perusahaan yang mungkin timbul akibat keterlambatan pembayaran dari konsumen. Dalam menyelesaikan permasalahan akibat wanprestasi Dealer Panorama Motor menggunakan sistim “prosedur penanganan terhadap konsumen bermasalah” yang dibagi menjadi delapan tahapan waktu penyelesaian.

Page 10: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

x

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................................... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ........................................................................... iii

PERNYATAAN.................................................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v

PRAKATA ........................................................................................................... vi

SARI...................................................................................................................... vii

DAFTAR ISI......................................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xiii

BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah................................................. 4

C. Perumusan Masalah............................................................................ 5

D. Tujuan Penelitian................................................................................ 5

E. Manfaat Penelitian.............................................................................. 6

F. Sistimatika Skripsi .............................................................................. 6

BAB II. Kajian Pustaka......................................................................................... 8

A. Pengertian Perjanjian Pada Umumnya ............................................... 8

1. Pengertian Perjanjian.................................................................... 8

2. Syarat sahnya Perjanjian .............................................................. 10

Page 11: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

xi

xi

3. Asas-asas Hukum Perjanjian ........................................................ 12

4. Macam-macam Perjanjian ............................................................ 14

5. Akibat-akibat Perjanjian............................................................... 15

6. Hapusnya Perjanjian..................................................................... 16

B. Tinjauan Umum Tentang Pembiayaan Konsumen (consumer

Finance) ............................................................................................. 18

1. Pengertian Pembiayaan Konsumen .............................................. 18

2. Dasar Hukum Perjanjian Pembiayaan Konsumen (consumer

finance) ........................................................................................ 22

3. Para Pihak dan Kedudukannya dalam Pembiayaan

Konsumen (consumer finance) .................................................... 24

4. Dokumen Pembiayaan Konsumen ............................................... 27

5. Mekanisme Transaksi Pembiayaan Konsumen............................ 28

6. Jaminan-jaminan Dalam Pembiayaan Konsumen........................ 33

C. Wanprestasi ........................................................................................ 34

BAB III. METODE PENELITIAN ..................................................................... 37

A. Dasar Penelitian.................................................................................. 37

B. Lokasi Penelitian ................................................................................ 37

C. Fokus Penelitian ................................................................................. 38

D. Pendekatan Studi Penelitian ............................................................... 38

E. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 38

1. Wawancara ................................................................................... 38

2. Dokumen ...................................................................................... 39

Page 12: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

xii

xii

F. Objektivitas dan Keabsahan Data....................................................... 39

1. Objektivitas................................................................................... 40

2. Keabsahan Data ............................................................................ 41

G. Metode Analisis Data.......................................................................... 41

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................... 44

A. Hasil Penelitian ................................................................................... 44

1. Gambaran Umum Objek Penelitian .............................................. 44

2. Struktur Organisasi Kantor PT FIF Cabang Kota Tegal............... 47

3. Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Sepeda Motor Pada PT

FIF Cabang Kota Tegal................................................................. 48

4. Masalah yang timbul dalam pelaksanaan perjanjian

pembiayaan kendaraan bermotor roda dua pada PT FIF

Cabang Kota Tegal ....................................................................... 65

B. Pembahasan......................................................................................... 68

1. Pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen sepeda motor

pada PT FIF cabang Kota Tegal.................................................... 68

2. Masalah yang timbul dalam pelaksanan perjanjian

pembiayaan kendaraan bermotor roda dua pada PT FIF

Cabang Kota Tegal dan upaya penyelesaiannya........................... 76

BAB VI. PENUTUP ............................................................................................. 92

A. Simpulan ............................................................................................. 92

B. Saran.................................................................................................... 94

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 95

LAMPIRAN

Page 13: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam dunia perdagangan kita mengenal berbagai macam perjanjian,

salah satu diantaranya adalah “Perjanjian Sewa Beli“. Perjanjian ini timbul

dalam praktek karena adanya tuntutan kebutuhan yang semakin berkembang

dalam masyarakat.

Perjanjian sewa beli di Indonesia dewasa ini berkembang dengan

pesat. Hal ini dapat kita lihat dalam praktek sehari-hari, banyaknya peminat

dari masyarakat terhadap perjanjian tersebut, terutama dalam pemenuhan

kebutuhan sekundernya. Baik dalam kalangan produsennya (penjual) maupun

konsumen (pembeli). Perjanjian tersebut sering kita jumpai pula dalam

praktek dunia perdagangan sepeda motor. Bahkan perjanjian sewa beli

tersebut dapat dikatakan tumbuh dan berkembang subur di Indonesia.

Namun pertumbuhan tersebut tidaklah disertai dengan perkembangan

perangkat peraturan secara memadai. Di Indonesia perjanjian sewa beli ini

belum diatur dalam suatu undang–undang tersendiri, sehingga dalam praktek

sering timbul masalah-masalah yang berkaitan dengan lembaga sewa beli

tersebut. Dengan keadaan yang demikian ini lembaga sewa beli dirasa kurang

memberikan suatu kepastian hukum. Oleh sebab itu maka perlu diadakannya

suatu perundang-undangan yang mengatur tentang sewa beli.

Page 14: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

2

2

sepeda motor merupakan salah satu kebutuhan transportasi yang sangat

fital, karena dengan memiliki dan menggunakan sepeda motor dirasa dapat

mendukung segala aktifitas manusia itu sendiri. Misalnya saja saperti ketika

akan pergi ke tempat kerja, sekolah, berkunjung ke tempat kerabat, atau

bahkan sebagai sarana dalam melaksanakan pekerjaannya seperti sales yang

harus berkeliling dari tempat satu ke tempat lainnya dengan menggunakan

sepeda motor. Selain itu sepeda motor dirasa lebih mudah dan praktis

dibanding dengan alat transportasi lainnya untuk mendukung segala aktifitas

manusia. Oleh karena itu kebutuhan akan sepeda motor sebagai alat trasportasi

sangatlah tinggi.

Tetapi karena keterbatasan kemampuan ekonomi keluarga yang tidak

memungkinkan untuk membeli sepeda motor di dealer secara tunai. Maka dari

itu diperlukan cara yang tepat dan benar menurut hukum. Kerukunan,

kebersamaan, dan kekeluargaan merupakan cara yang dirasa cukup baik untuk

mencapai tujuan bersama itu.

Menyadari keterbatasan ekonomi penduduk kota Sragen, maka salah

satu dealer yang ada di kota Sragen yaitu Dealer Panorama Motor memberikan

kemudahan dalam mendapatkan sepeda motor, membeli sepeda motor dengan

cara angsuran dan menggunakan perjanjian sewa beli dimana perjanjian

tersebut memuat tentang hak dan kewajiban dari pihak penjual dan pembeli.

Melihat kenyataan yang ada, perjanjian sewa beli sepeda motor sangat

diminati oleh masyarakat kota Sragen, sehingga perjanjian tersebut tumbuh

Page 15: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

3

3

subur dalam masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa lembaga sewa beli

mendapatkan tempat dalam masyarakat kota Sragen, baik dalam kalangan

menengah keatas maupun masyarakat menengah kebawah.

Perjanjian sewa beli mempunyai manfaat ganda, yaitu memberi

keuntungan kedua belah pihak, baik bagi penjual maupun pembeli. Bagi

penjual sepeda motor untung karena kendaraannya akan lebih banyak terjual.

Sedangkan keuntungan bagi pembeli adalah bahwa pembeli akan segera dapat

memperoleh barang (sepeda motor) walaupun mereka belum mempunyai uang

yang cukup secara kontan.

Secara umum kesepakatan perjanjian yang ada masih sangat

sederhana, yaitu hanya memuat ketentuan pelaksanaan pembelian sepeda

motor itu sendiri yang merupakan realisasi dari perjanjian. Dapat dijelaskan

pula bahwa kesepakatan yang terjadi di dealer Panorama Motor adalah suatu

perikatan yang mengikat antara kedua belah pihak.

Dari penjelasan diatas, maka hubungan hukum yang lahir antara pihak

dealer dengan pembelinya merupakan suatu hubungan hukum yang lahir

karena adanya suatu perjanjian. Dimana sesuai dengan asas kebebasan

berkontrak, maka setiap orang dapat melakukan perjanjian yang perjanjian

tersebut akan mengikat para pihak yang membuatnya, seperti yang terjadi

dalam Dealer Panorama Motor Kabupaten Sragen.

Kesepakan atau perjanjian yang ada di dealer Panorama Motor tersebut

dapat digolongkan perjanjian sewa beli, karena dalam hal ini pihak dealer

Page 16: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

4

4

akan menyerahkan hak milik sepenuhnya atas sepeda motor kepada setiap

pembeli setelah mereka memenuhi dan melaksanakan kewajiban sebagai

penyewa sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati bersama.

Dalam praktek perjanjian sewa beli menggunakan perjanjian baku atau

standar, yaitu dituangkan dalam bentuk formulir. Dari segi biaya dan waktu

bentuk perjanjian memang lebih hemat karena penjual tinggal menyodorkan

formulir yang sudah dipersiapkan sebelumnya, sedang calon penyewa tinggal

menyatakan kehendaknya untuk menerima atau menolak isi perjanjian

tersebut.

Akan tetapi jika diamati bentuk perjanjian seperti ini akan lebih

menguntungkan bagi penjual, karena mengenai isi perjanjiannya ditentukan

secara sepihak yaitu oleh penjual sepeda motor. Sehingga dalam keadaan yang

demikian ini pembeli hanya bersikap pasif yaitu tinggal menyatakan menerima

atau menolak isi perjanjian yang tertera dalam formulir tersebut. Dalam artian

bahwa pihak dealer menawarkan suatu ketentuan saja dan tinggal calon

pembeli yang menentukan menerima atau menolak saja, pembeli tidak dapat

melakukan penawaran terhadap isi dari surat perjanjian sewa beli tersebut.

Maka tidak mungkin jika pengusaha dalam menentukan isi

perjanjiannya lebih mementingkan hak-haknya daripada kewajibannya, dan

bagi pembeli tidak ada kebebasan untuk ikut menentukan isi perjanjiannya.

Dalam perjanjian sewa beli sepeda motor, penyerahan hak milik baru akan

dilakukan pada saat pembayaran angsuran terakhir/pelunasan dan pembeli

Page 17: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

5

5

dilarang untuk menjual atau mengalihkan kendaraan yang menjadi obyek sewa

beli kepada orang lain sebelum dibayar lunas. Namun dalm kenyataan yang

ada sering kita jumpai adanya pembeli sewa yang melanggar larangan

tersebut.

Dari uraian diatas maka penulis merasa tertarik dan mempunyai

kenginan untuk mengetahui secara lebih mendalam lagi mengenai praktek

perjanjan sewa beli sepeda motor di Dealer Panorama Motor kabupaten

Sragen. Untuk itu dalam penulisan skripsi ini, penulis memilih judul

“PELAKSANAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI

DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN”.

B. PEMBATASAN MASALAH

Dalam penelitian penulis membatasi masalah ini tentang prosedur

perjanjian, dan penyelesaian perselisihan antara pihak yang menyewakan dan

pihak penyewa sepeda motor dalam perjanjian sewa beli.

C. RUMUSAN MASALAH

Dari rumusan masalah di atas, maka permasalahan yang akan diajukan

dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pelaksanaan perjanjian sewa beli di Dealer Panorama Motor

Kabupaten Sragen?

2. Bagaimana penyelesaiannya apabila terjadi perselisihan antara pihak yang

menyewakan (Dealer Panoram Motor) dengan pihak penyewa yang timbul

karena adanya wanprestasi?

D. TUJUAN PENELITIAN

Page 18: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

6

6

Di dalam suatu penelitian pada umumnya mempunyai tujuan tertentu.

Begitu juga penulis disini sudah barang tentu tidak terlepas dari adanya tujuan

tersebut. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. untuk mengetahui lebih jelas tentang bagaimana pelaksanaan perjanjian

sewa beli sepeda motor di Dealer Panorama Motor di Daerah tingkat II

Kabupaten Sragen.

2. untuk mengetahui bagaimana cara menyelesaikan masalah antara pihak

dealer dan penyewa sepeda motor apabila terjadi perselisihan yang timbul

karena wanprestasi.

E. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini mempunyai manfaat bagi perkembangan

ilmu hukum.

2. Manfaat praktis

a) Menambah wawasan mengenai wanprestasi dan penyelesaian dalam

perjanjian sewa beli.

b) Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang terkait dengan masalah

skripsi ini.

c) Dapat digunakan untuk pedoman bagi peneliti-peneliti berikutnya.

F. SISTEMATIKA SKRIPSI

Page 19: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

7

7

Sistematika skripsi ini terdiri dari tiga bagian yaitu :

1. Bagian awal skripsi

Bagian awal skripsi terdiri dari ; Halaman judul, halaman

pengesahan, abstraksi, halaman motto dan persembahan, halaman kata

pengantar, daftar isi, daftar bagan, daftar tabel, daftar gambar, daftar

lampiran.

2. Bagian utama skripsi berisi :

Bab kesatu berisi pendahuluan tentang latar belakang masalah,

Penegasan istilah, Permasalahan, Tujuan Penelitian, manfaat penelitian,

sistematika penulisan skripsi.

Bab kedua berisi Tinjauan Pustaka tentang tinjauan umum

perjanjian, berisi pengertian perjanjian,asas-asas perjanjian, syarat sahnya

perjanjian. Kemudian dilanjutkan dengan tinjauan umum perjanjian jual

beli yang berisi pengertian perjanjian jual beli, kewajiban para pihak

dalam jual beli, peralihan hak dalam jual beli, wanprestasi, dan resiko

dalam jual beli.

Bab ketiga berisi Metode penelitian tentang Dasar penelitian,

lokasi penelitian, fokus penelitian, sumber data, alat dan teknik

pengumpulan data, keabsahan data, analisis data.

Bab keempat berisi tentang hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab

ini akan membahas tentang prosedur perjanjian sewa beli dan

Page 20: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

8

8

penyelesaian sengketa apabila terjadi wanprestasi di dealer Panorama

motor Kabupaten Sragen.

Bab kelima berisi tentang Penutup yang terdiri dari simpulan dan

saran yang akan penulis kemukakan dalam skripsi ini.

3. Bagian akhir skripsi atau penutup berisi daftar pustaka dan lampiran-

lampiran.

Page 21: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN UMUM PERJANJIAN

1. Pengertian Perjanjian pada umumnya

Pengertian perjanjian menurut ketentuan pasal 1313 KUH Perdata

adalah sebagai berikut : “suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan

mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya pada satu orang lain atau

lebih”. Mengenai batasan tersebut para sarjana hukum perdata umumnya

berpendapat bahwa definisi atau batasan atau yang terdapat didalam

ketentuan pasal 1313 KUH Perdata kurang lengkap dan bahkan dikatakan

terlalu luas banyak mengandung kelemahan-kelemahan.

Kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam Pasal 1313 KUH

Perdata sebagai berikut:

a. Hanya menyangkut sepihak saja

Hal tersebut dapat dilihat dalam perumusan “satu orang atau lebih”

kata “mengikatkan” sifatnya hanya datang dari satu pihak saja, tidak

dari dua pihak. Seharusnya dirumuskan “saling mengikatkan diri” jadi

consensus antara pihak-pihak.

b. Kata “perbuatan” mencakup tanpa consensus

Pengertian “perbuatan” termasuk juga tindakan melaksanakan tugas

tanpa kuasa, tindakan melawan hukum yang tidak mengandung

consensus seharusnya menggunakan kata “persetujuan”.

Page 22: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

10

c. Pengertian perjanjian terlalu luas

Pengertian perjanjian dalam Pasal tersebut terlalu luas karena

mencakup juga pelangsungan perkawinan, janji kawin juga diatur

dalam lapangan hukum keluarga.

d. Tanpa menyebut tujuan

Dalam Pasal 1313 KUH Perdata tidak disebutkan tujuan mengadakan

perjanjian, sehingga pihak-pihak mengaitkan diri itu tidak jelas untuk

apa (Abdul Kadir Muhammad,1992:78).

Berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut di atas, maka kiranya

perlu diadakan perbaikan-perbaikan mengenai perjanjian tersebut.

Pengertian perjanjian akan lebih baik apabila “sebagai satu perbuatan

hukum dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya atau saling

mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih” (J Satrio 1982: 322).

Para ahli hukum memberikan suatu pengertian perjanjian yang

berbeda-beda. Perjanjian adalah:”Suatu persetujuan yang diakui oleh

hukum” (Abdul Kadir Muhammad,1992). Persetujuan ini merupakan arti

yang pokok dalam dunia usaha dan menjadi dasar dari kebanyakan

transaksi dagang.

Sedangkan Subekti memberikan pengertian perjanjian adalah

“suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana

dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal” (Subekti 1991

: 1). Dari peristiwa itulah, timbul hubungan antara dua orang tersebut yang

dinamakan perikatan. Dalam bentuknya perjanjian ini berupa rangkaian

perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan

atau ditulis

Page 23: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

11

Suatu perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang

atau dua pihak, berdasarkan yang mana pihak yang satu berhak menuntut

suatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk

memenuhi kebutuhan itu. Pihak yang berhak menuntut sesuatu dinamakan

kriditur sedangkan pihak yang berkewajiban untuk memenuhi dinamakan

debitur atau si berhutang.

2. Asas-asas Perjanjian

a. Asas Kepribadian

Asas kepribadian ini dapat kita lihat dalam pasal 1315 KUH

Perdata yang berbunyi pada umumnya tak seorangpun dapat

mengikatkan diri atas nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu

janji dari pada untuk dirinya sendiri.

Maksud mengikatkan diri pada pasal 1315 KUH Perdata adalah

diajukan pada memikul kewajiban-kewajiban atau menyanggupi

melakukan sesuatu, sedangkan meminta ditetapkannya suatu janji

ditujukan pada memperoleh hak-hak atas sesuatu atau mengenai

sesuatu.

b. Asas Konsensualitas

Arti asas konsensualitas pada dasarnya perjanjian dan perikatan

yang timbul, karena itu sudah sah apabila sudah sepakat mengenai hal-

hal yang pokok dan tidak diperlukan suatu formalitas.(Subekti,1982 :

15)

Dari asas ini dapat disimpulkan bahwa perjanjian itu cukup

secara lisan saja, namun undang-undang menetapkan bahwasannya

Page 24: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

12

suatu perjanjian diharuskan diadakan secara tertulis tetapi yang

demikian itu merupakan suatu pengecualian.

Pada umumnya perjanjian itu adalah sah dalam arti sudah

mengikat. Apabila sudah tercapai kesepakatan mengenai kesepakatan

yang pokok dalam perjanjian.

Berdasarkan pasal 1320 KUH Perdata atau suatu pengertian

bahwa untuk membuat suatu perjanjian harus ada kesepakatan antara

pihak-pihak yang membuat perjanjian.

Berdasarkan Pasal 1338 KUH Perdata menentukan suatu

perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua

belah pihak atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang

dinyatakan cukup untuk itu .

Para pihak yang membuat undang-undang itu telah

mengikatkan dirinya untuk memenuhi perjanjian yang dibuat secara

sah adalah berlaku sebagai undang-undang (Subekti,1982 : 15)

c. Asas Kebebasan Berkontrak

Asas ini berhubungan dengan isi perjanjian. Pada dasarnya

setiap orang bebas untuk mengadakan dan menentukan isi

perjanjian.asas kebebasan berkontrak inilah yang memungkinkan

lahirnya perjanjian-perjanjian baru yang tidak terdapat dalam KUH

Perdata dan dapat masuk dan berkembang di Indonesia. Meskipun

demikian tidak berarti bahwa terhadap perjanjian tersebut tidak dapat

diberlakukan KUH Perdata.

Hukum perjanjian itu menganut sistem terbuka hal ini

tercantum dalam pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata yang berbunyi:

Page 25: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

13

“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-

undang bagi mereka membuatnya.“

3. Syarat-syarat Sahnya Perjanjian

Suatu perjanjian dianggap sah apabila mengikat kedua belah pihak

dan memenuhi syarat-syarat perjanjian yang tercantum dalam pasal 1320

KUH Perdata yaitu :

a. Sepakat mereka yang mengikatkan diri.

Sepakat mengikatkan diri artinya pihak-pihak yang mengikatkan

perjanjian ini mempunyai persesuaian kehendak tentang hal-hal pokok

dari perjanjian yang diadakan. Kata sepakat ini lahir dari kehendak

yang bebas dari kedua belah pihak, mereka menghendaki secara

timbal balik. Dengan kata sepakat maka perjanjian tidak dapat ditarik

secara sepihak saja namun atas kehendak kedua belah pihak. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa sepakat yang dimaksud adalah

perjanjian atau perikatan yang timbul atau lahir sejak tercapainya

kesepakatan, sebagaimana diatur dalam pasal 1321 KUH Perdata yang

memberikan pengertian bahwa perjanjian yang diadakan para pihak itu

tidak akan terjadi bilamana ada kekhilafan, paksaan atau penipuan di

dalam sepakat yang diadakan.

b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

Kecakapan untuk membuat suatu perikatan artinya orang yang

membuat perjanjian harus cakap menurut hukum. Menurut pasal 1329

Page 26: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

14

KUH Perdata “setiap orang adalah cakap untuk membuat perikatan

jika ia oleh undang-undang tidak dinyatakan cakap”, sedangkan orang-

orang yang tidak termasuk cakap hukum dalam membuat persetujuan

diatur dalam pasal 1330 KUH Perdata yaitu :

1) Orang-orang yang belum dewasa

2) Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan

3) Orang-orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh

undang-undang

c. Suatu hal tertentu

Yang diperjanjikan dalam suatu perjanjian haruslah suatu

barang yang jelas atau tertentu. Barang yang dimaksudkan dalam

perjanjian paling sedikit harus ditentukan jenisnya, jumlahnya

walaupun tidak diharuskan oleh undang-undang.

d. Suatu sebab yang halal (causa)

Kata ‘causa’ berasal dari bahasa latin artinya sebab. Sebab

adalah suatu yang menyebabkan orang membuat perjanjian. Tetapi

yang dimaksud dengan causa yang halal bukanlah sebab dalam arti

yang menyebabkan atau mendorong orang membuat perjanjian

melainkan sebab dalam arti isi perjanjian itu sendiri yang

menggambarkan tujuan yang akan dicapai oleh pihak-pihak yang

melakukan perjanjian.

Undang-undang tidak memperdulikan apa yang menjadi

sebab orang mengadakan perjanjian, namun yang diperhatikan atau yang

Page 27: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

15

diawasi oleh undang-undang ialah isi perjanjian itu, yang

menggambarkan tujuan yang hendak dicapai oleh pihak-pihak, apakah

dilarang undang-undang atau tidak.

Dari uraian tentang syarat-syarat sahnya perjanjian di atas maka

syarat tersebut dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu syarat subjektif dan

syarat objektif. Syarat subjektif terdapat dalam dua syarat pertama karena

melekat pada diri orang yang menjadi subjek perjanjian, apabila tidak

terpenuhi maka perjanjian itu dapat dibatalkan oleh salah satu pihak,

sedangkan syarat objektif terdapat dalam dua syarat yang terakhir, apabila

syarat objektif tidak terpenuhi maka perjanjian tersebut batal demi hukum.

4. Akibat-akibat Perjanjian

Akibat–akibat yang ditimbulkan karena adanya perjanjian diatur

dalam pasal-pasal KUH Perdata yaitu :

a. Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-

undang bagi mereka yang membuatnya. Suatu perjanjian tidak dapat

ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak atau karena

alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan untuk itu dan

perjanjian itu dilaksanakan dengan itikad baik. Sesuai dengan pasal

1338 KUH Perdata.

b. Suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas

dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut

sifat perjanjian, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan dan undang-

undang. Sesuai dengan pasal 1339 KUH Perdata

Page 28: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

16

c. Suatu perjanjian hanya berlaku antara pihak-pihak yang membuatnya.

Suatu perjanjian tidak dapat membawa rugi dan manfaat bagi pihak

ketiga (selain dalam hal yang diatur dalam pasal 1317 KUH Perdata).

Sesuai pasal 1340 KUH Perdata.

d. Tiap orang yang berpiutang boleh mengajukan batalnya segala

perbuatan yang tidak diwajibkan yang dilakukan oleh orang yang

berpiutang, asalkan dapat dibuktikan. Sesuai dengan pasal 1341 KUH

Perdata.

5. Wanprestasi dalam suatu perjanjian

Menurut pasal 1365 KUH Perdata, wanprestasi adalah tiap

perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian pada seorang lain,

mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu,

mengganti kerugian tersebut.

Istilah wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang berarti

prestasi buruk, artinya debitur tidak memenuhi prestasinya sebagaimana

yang telah ditentukan dalam perjanjian.

Wanprestasi seorang debitur dapat berupa :

a. Sama sekali tidak memenuhi prestasi

b. Tidak tunai memenuhi prestasinya

c. Terlambat memenuhi prestasinya

d. Keliru memenuhi prestasinya (Abdul Kadir Muhammad, 2000:203-

204)

Page 29: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

17

Dalam perjanjian sewa beli apabila pihak penyewa melakukan

salah satu dari bentuk-bentuk wanprestasi, maka untuk pelaksanaan

hukumnya Undang-undang menghendaki penyewa untuk memberikan

pernyataan lalai kepada pihak yang menyewakan.

Dengan demikian, wanprestasi yang dilakukan oleh pihak yang

penyewa itu pokoknya harus secara formal dinyatakan telah lebih dahulu,

yaitu dengan memperingatkan penyewa bahwa penyewa atau pihak

menghendaki pembayaran seketika atau jangka waktu pendek yang telah

ditentukan. Singkatnya, hutang itu harus ditagih dan yang lalai harus

ditegur dengan peringatan atau sommatie.

Cara pemberian teguran terhadap debitur yang lalai tersebut telah

diatur dalam dalam pasal 1238 KUH Perdata yang menentukan bahwa

teguran itu harus dengan surat perintah.atau dengan akta sejenis. Yang

dimaksud dengan surat perintah dalam pasal tersebut adalah peringatan

resmi dari juru sita pengadilan, sedangkan yang dimaksud dengan akta

sejenis adalah suatu tulisan biasa (bukan resmi), surat maupun telegram

yang tujuannya sama yakni untuk memberi peringatan peringatan kepada

debitur untuk memenuhi prsetasi dalam waktu seketika atau dalam tempo

tertentu, sedangkan menurut Ramelan Subekti akta sejenis lazim

ditafsirkan sebagai suatu peringatan atauy teguran yang boleh dilakukan

secara lisan, asal cukup tegas yang menyatakan desakan kreditur kepada

debitur agar memenuhi prestasinya seketika atau dalam waktu tertentu.

Page 30: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

18

B. Tinjauan Umum Perjanjian Sewa Beli

1. Pengetian Perjanjian Sewa Beli

Mengenai perjanjian sewa beli ini ada beberapa definisi dari para

pakar di Indonesia diantaranya yaitu, Sewa beli sebenarnya semacam jual

beli, setidak-tidaknya sewa beli lebih mendekati jual beli dari pada sewa

menyewa, meskipun ia merupakan campuran dari keduanya dan diberikan

jual sewa menyewa (Prof. R. Subekti SH : 52)

Menurut Prof. Dr. Ny. Sri Soedewi Masychoen Sofyan, SH : 25

memberikan definisi perjanjian sewa beli sebagai berikut :

“HIRE PUCHASE (HUUR KOOP) : ialah lembaga

jaminan yang banyak terjadi dalam praktek di Indonesia namun sampai kini belum dapat pengaturannya dalam Undang-Undang. Perjanjian sewa beli adalah perjanjian dimana hak tersebut akan berakih pada pembeli sewa jika harga barang tersebut sudah dibayar lunas”.

Menurut isi dari SK Menteri Perdagangan dan Kopersi No. 34 / KP

/ II / 1980 adlah sebagai berikut :

“sewa beli (Hire Purchase) adalah jualbeli barang dimna penjual melaksanakan penjualan barang dengan cara memperhitungkan setiap pembayaran yang dilakukan pembeli dengan pelunasan atas harga barang yang telah disepakati bersama dan yang diikat dalam suatu perjanjian, serta hak milik suatu barang tersebut baru beralih dari penjual kepada pembeli setelah harganya dibayar lunas”.

Perjanjian sewa beli adalah termasuk perjanjian jenis baru yang

timbul dalam masyarakat. Sebagaimana perjanjian jenis baru, sewa beli di

Indonesia belum diatur dalam Dari beberapa definisi yang dikemukakan

Page 31: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

19

oleh para pakar hukum diatas dan juga surat keputusan Menteri

Perdagangan dan Kopersi tidak ada keseragaman. Namun kalau

diperhatikan, dapat ditarik kesimpulan bahwa perjanjian sewa beli lebih

cenderung mengarah atau menjurus pada bentuk perjanjian jual beli, dari

pada sewa menyewa. Karena dalam perjanjian sewa beli, peralihan hak

milik adalah yang menjadi pokok utamanya. Jadi tujuan sewa beli adalah

untuk menjual barang, bukan untuk menyewakan atau menjadi penyewa

barang.

Perjanjian sewa beli adalah merupakan percampuran antara

perjanjian jual beli dan sewa menyewa. Oleh karena itu pihak pembeli

tidak dapat membeli barang sekaligus atau lunas, maka diadakn suatu

perjanjan dimana pembeli diperbolehkan mengangsur dengan beberapa

kali angsuran. Sedangkan hak milik baru akan berpindah tangan pada saat

pembeli sudah membayar semua angsuran dengan lunas. Dan selama

angsuran tersebut belum dilunasi maka pembeli masih menjadi penyewa.

Sebagai penyewa, maka ia hanya berhak atas pemakaian atau

mengambil manfaat atas barang tersebut dan penyewa tidak mempunyai

hak untuk mengalihkan atau memindah tangankan barang tersebut kepada

orang lain. Jika hal tersebut dilakukan oleh pembeli sewa, maka ia akan

dikenai sanksi pidana karena dianggap menggelapkan barang milik orang

lain.

undang-undang tersendiri, akan tetapi baru diatur dalam SK

Menteri Perdagangan dan Koperasi no. 34 / KP / II / 1980. namun dalam

Page 32: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

20

SK Menteri tersebut belum dijelaskan mengenai hak-hak dan kewajiban

para pihak dalam sewa beli. Disitu hanya dijelaskan tentang perjanjian

kegiatan usaha sewa beli, jual beli dengan angsuran, dan sewa.

Mengenai objek perjanjian sewa beli telah ditentukan secara jelas

dalam pasal 2 ayat (1) SK Menteri tersebut, yaitu semua barang niaga

tahan lama yang baru dan tidak mengalami perubahan tekhnis, baik berasal

dari produksi sendiri ataupun hasil perakitan (assembling) atau hasil

produksi lainnya didalam negeri.

Namun dalam pasal tersebut tidak dijelaskan mengenai wujudnya

apakah barang bergerak atau tetap. Dalam perjanjian sewa beli yang

bertindak sebagai subyek adalah penjual sewa. Mengenai pihak yang dapat

menjadi pembeli sewa, ini bisa perseorangan atau badan hukum. Penjual

sewa ataupun pembeli sewa ini umumnya sering dengan istilah “para

pihak”.

2. Hak Dan Kewajiban Para Pihak Dalam Sewa Beli

Dalam perjanjian sewa beli seperti ini berarti diperlukan hak dan

kewajiban yang sama antara penjual dan penuyewa. Hak dan kewajiban

sewa beli hampir sama dengan hak dan kewajiban dalam jual beli, yaitu

mempunyai tujuan mengalihkan hak milik atas suatu barang. Hanya saja

ada perbedaan mengenai cara pembayaran serta perolehan miliknya.

Dari uraian diatas, jika melihat dari perjanjiannya maka kewajiban

penjual sewa adalah sebagai berikut :

Page 33: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

21

a. Menyerahkan barang atau benda (tanpa hak milik) kepada pembeli

sewa.

b. Menyerahkan hak milik secara penuh kepada pembeli sewa, setelah

obyek tersebut dilunasi

Kewajiban yang pertama tersebut dilakukan oleh penjual sewa

pada saat ditutupnya perjanjian sewa beli antara penjual sewa dan pembeli

sewa. Yang diserahkan adalah hanya untuk menguassaai atas barangnya

saja, bukan hak milik atas barang. Penyerahan ini dimaksudkan agar

barang yang menjadi obyek sewa beli tersebut dapat digunakan atau

diambil manfaatnya oleh pembeli sewa.

Kewajiban yang kedua untuk menyerahkan hak milik dari suatu

barang itu kepada pembeli sewa secara sepenuhnya yang dimaksud adalah

bahwa penjual sewa setelah menyerahkan hak tersebut, bebas berbuat apa

saja atas barang miliknya. Penyerahan ini dilakukan setelah pembeli sewa

melunasi angsuran-angsuran yang menjadi harga barang tersebut.

3. Bentuk dan Isi Perjanjian Sewa Beli

a. bentuk perjanjian sewa beli

Bentuk perjanjian sewa beli Sesuai dengan sistem terbuka yang

dianut dalam Buku III KUH Perdata mengenal adanya asas kebebasan

berkontrak (pasal 1338 ayat 1) maka pihak dalam membuat perjanjian

sewa beli, para pihak diberikan kebebasan untuk menentukan bentuk

dan isi perjanjiannya. Hukum perjanjian memberikan kebebasan

Page 34: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

22

sepenuhnya pada masyarakat untuk mengadakan perjanjian yang berisi

apa saja asalkan tidak melanggar Undang-Undang, ketertiban umum,

dan Kesusilaan.

Sehingga berdasarkan hal tersebut diatas, maka perjanjian

sewa beli dapat dibuat secara lisan maupun tulisan. Namun agar para

pihak yang terlibat dalam perjanjian sewa beli itu merasa aman dari

penyelewengan atau penipuan, maka perjanjian sewa beli harus

dituangkan dalam bentuk tertulis, baik itu dengan akta notaris maupun

akta dibawah tangan.

b. isi perjanjian sewa beli

Isi perjanjian sewa beli sepeda motor yang dituangkan dalam

bentuk tulisan baik dengan akta notaris maupun akta dibawah tangan

pada umumnya berisi tentang :

1) Tanggal mulai berlakunya perjanjian sewa beli.

2) Jumlah angsuran dan berapa kali angsuran tersebut harus dibayar

oleh pembeli sewa.

3) Jangka waktu untuk tiap-tiap angsuran.

4) Penjelasan mengenai ciri dan jenis barang serta keadaan barang.

5) Harga barang apabila dibeli secara tunai.

6) Cara pembayaran angsuran tidak dengan tunai.

7) Tanda tangan pihak-pihak yang mengadakan perjanjian diatas

materai, minimal Rp. 6000, 00.

Page 35: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

23

8) Hal-hal yang dianggap perlu seperti : angsuran, bunga, pajak,

asuransi, dan lain sebaginya (Prof. R. Subekti SH 1990:56 ).

4. Resiko Dalam Sewa Beli

Pada perjanjian-perjanjian tertentu, mengenai resiko telah ada

pengaturannya, seperti yag telah dijelaskan dalam uraian diatas misalnya :

pada perjanjian resiko ada pada pihak pembeli (pasal 1460 KUHPerdata),

sedangkan pada perjanjian sewa menyewa resiko ditentukan pada pihak

penjual (pasal 1553 KUHPerdata).

Kedua perjanjian resiko tersebut sebenarnya adalah merupakan

unsur dari perjanjian sewa beli. Tetapi perjanjian sewa beli bukanlah

perjanjian jual beli atau penjanjian sewa menyewa, tetapi merupakan

perjanjian jenis baru. Oleh karena itu mengenai siapa yang menjadi

penanggung resiko apabila terjadi suatu overmacht tidak ada ketentuan

yang mengaturnya.

5. Berakhirnya Perjanjian Sewa Beli

dimuka telah dijelaskan bahwa perjanjian sewa beli sampai saat

sekarang belum ada Undang-Undang khusus yang mengaturnya. Sewa beli

hanya didasari oleh SK Menteri No. 34 / KP / II / 1980. Dimana dalam SK

Menteri ini, sewa beli belum diuraikan secra lengkap dan rinci, Termasuk

di dalam isinya belum memuat tentang kapan berakhirnya suatu perjanjian

sewa beli.

Berakhirnya perjanjian sewa beli ini, para pihak boleh sesuai

dengan kesepakatan para pihak sehingga sudah barang tentu disisni

Page 36: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

24

terdapat kemungkinan cara untuk mengakhirinya. Adapun kemungkinan-

kemungkinan yang dapat dijadikan cara untuk mengakhiri suatu perjanjian

tersebut :

a. apabila angsuran sudah dibayar lunas oleh pihak penyewa

b. apabila salah satu pihak meninggal dunia dan tidak ada ahli warisnya

yang meneruskan, atau mungkin ada ahli warisnya yang namun tidak

mau meneruskan

c. apabila terjadi perampasan barang yang menjadi obyek perjanjian sewa

beli oleh pihak penjual sewa terhadap pihak lawannya

d. apabila setelah adanya putusan dari pengadilan yang bersifat tetap (Prof.

Subekti 1991 : 43)

Dari uraian diatas yang paling umum terjadi dalam hal peralihan

hak secara penuh dalam sewa beli sepeda motor terjadi jika si pembeli

sewa telah membayar angsuran sepeda motor guna melunasi harga barang

yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.

Page 37: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. DASAR PENELITIAN

Kegiatan penelitian merupakan kegiatan yang dilaksanakan atau

dilakukan untuk memecahkan masalah secara ilmiah, sistematis, dan logis.

Maka perlu penerapan langkah-langkah tertentu yang mendukung penelitian.

Metode penelitian yang digunakan untuk mengkaji tentang pelaksanaan

perjanjian sewa beli sepeda motor pada Dealer Panorama Motor di Daerah

Tingkat II Kabupaten Sragen adalah metode kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan

data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang diamati (Moleong 2002 : 3).

“Metode penelitian kualitatif digunakan dalam penelitian dengan beberapa pertimbangan. Diantaranya yaitu metode ini menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti dan responden, selain itu metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Moleong, 2002 : 5)”.

Terkait dengan jenis penelitian tersebut, maka pendekatan penelitian

bertumpu pada pendekatan fenomenologis, yakni usaha untuk memahami arti

peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap situasi tertentu (Moleong, 2002 : 9).

Disini peneliti berusaha untuk masuk kedalam dunia konseptual para subyek

yang diteliti sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana

suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka disekitar peristiwa dalam

Page 38: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

26

kehidupan sehari-harinya. Dengan pendekatan inilah diharapkan bahwa

pelaksanaan Perjanjian sewa beli sepeda motor pada Dealer Panorama Motor

di Daerah Tingkat II Kabupaten Sragen dapat dideskripsikan secara teliti dan

mendalam.

B. LOKASI PENELITIAN

Lokasi yang digunakan untuk penelitian yaitu DEALER PANORAMA

MOTOR KABUPATEN SARAGEN.

Alasan pemilihan lokasi penelitian di Dealer Panorama Motor

kabupaten Sragen adalah sebagai berikut :

1. lokasi dekat dengan kediaman peneliti sehingga memudahkan peneliti

melakukan penelitian.

2. lokasi mudah dijangkau.

3. Di Dealer Panorama Motor Kabupaten Sragen, terdapat berbagai

penyimpangan dalam perjanjian sewa beli. Sehingga secara normatif dapat

diteliti sesuai dengan metode yang digunakan.

C. FOKUS PENELITIAN

Fokus dasarnya adalah masalah yang bersumber dari pengalaman

peneliti atau melalui pengetahuan yang bersumber dari pengalaman peneliti

melalui pengetahuan yang diperoleh melalui kepustakaan ilmiah atau

kepustakaan lainnya (Moleong, 1991:65).

Fokus dalam penelitian ini tentang pelaksanaan perjanjian sewa beli

sepeda motor, dan penyelesaian perselisihan antara pihak dealer dan pihak

penyewa jika terjadi wanprestasi dalam perjanjian sewa beli sepeda motor.

Page 39: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

27

D. SUMBER DATA PENELITIAN

Sumber data penelitian utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-

kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-

lain (lofland 1984:47). Sumber data penelitian yang digunakan peneliti untuk

memperoleh data adalah :

1. Kata-kata dan tindakan

Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau

diwawancarai merupakan sumber data utama, sumber data utama dicatat

melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video, pengambilan foto,

atau film (DR. Lexy J. Moleong, M.A 2000:112).

Dalam menggunakan kata-kata dan tindakan, peneliti melakukan

secara sadar dan terarah, karena memang telah direncanakan sebelumnya

oleh peneliti. Dan dari pelbagai informasi yang tersedia tidak seluruhnya

akan digali oleh peneliti, karena peneliti mempunyai seperangkat tujuan

yang diharapkan akan bisa dicapai untuk memecahkan sejumlah masalah

penelitian.

2. Sumber data tertulis

Sumber data tertulis adalah sumber data yang berasal dari sumber

buku dan majalah ilmiah, arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi

(DR. Lexy J. Moleong, M.A 2000:113). Sumber buku diatas sangat

berharga bagi peneliti guna menjajaki keadaan perseorangan atau

masyarakat di tempat penelitian dilakukan.

Page 40: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

28

E. Tekhnik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa tekhnik

pengumpulan data, antara lain :

1. Observasi

Observasi atau pengamatan berarti setiap kegiatan untuk

melakukan pengukuran (DR. Irawan Soehartono 1995:69). Akan tetapi,

observasi atau pengamatan dalam penelitian ini akan dipersempit, yaitu

pengamatan dengan indera penglihatan yang berarti tidak mengajukan

pertanyaan-pertanyaan

Dalam observasi atau pengamatan dalam penelitian ini peneliti

secara langsung melakukan pengamatan tentang pelaksanaan perjanjian

sewa beli sepeda motor, dan penyelesaian perselisihan antara pihak dealer

(yang menyewakan) dan pihak penyewa dalam perjanjian sewa beli sepeda

motor di Dealer Panorama Motor.

2. Wawancara (Interview)

Wawancara adalah pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan langsung oleh pewawancara kepada responden, dan jawaban-

jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat perekam (DR. Irawan

Soehartono 1995:69). Maksud mengadakan wawancara adalah

mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan,

motivasi, tuntutan dan kebulatan; merekonstruksi kebulatan-kebulatan

sebagai yang telah dialami di masa lalu (M. Iqbal Hasan, 2002 : 85).

Page 41: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

29

Wawancara dilakukan dengan responden secara bebas terpimpin

artinya dengan melakukan tanya jawab secara langsung kepada responden

dengan memberikan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan

sebelumnya. Penulis juga mengajukan pertanyaan lain sesuai dengan

perkembangan yang ada pada waktu penelitian berlangsung. Wawancara

dilakukan untuk memperoleh data atau informasi tentang masalah yang

diteliti.

3. Studi Dokumen

Studi dokumen adalah teknik pengumpulan data yang tidak

langsung ditujukan pada subjek penelitian, namun melalui dokumen (DR.

Irawan Soehartono 1995:69). Dokumen yang digunakan dalam penelitian

ini adalah dokumen yang diperoleh dari arsip-arsip yang berhubungan

dengan terjadinya suatu perjanjian sewa beli dan wanprestasi dalam suatu

perjanjian sewa beli di dealer Panorama Motor kota Sragen.

F. Keabsahan Data

Moleong memandang bahwa data merupakan konsep paling penting

bagi penelitian kualitatif yang diperbaharui dari konsep kesatuan atau validitas

dan keandalan atau reabilitas versi positifisme dan disesuaikan dengan tuntutan

pengetahuan, kriteria dan paradigma sendiri (Moleong, 2002: 171).

Dalam penelitian ini teknik pemeriksaan data yang digunakan yaitu

triangulasi. Triangulasi merupakan bentuk pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan

Page 42: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

30

atau sebagai pembanding dalam data itu. Menurut Denzim membedakan

empat macam bentuk pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber,

metode, penyidik dan teori (Moleong, 2002: 178).

Menurut Patton, triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan

mengecek balik derajad kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu

dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif hal ini dapat dicapai dengan

jalan :

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara

2. Membandingkan dengan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa

yang dikatakan secara pribadi.

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang mengenai situasi peneliti

dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.

4. Membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai pendapat

dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang berpendidikan menengah

atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan.

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan

(Moleong, 2002: 178).

Triangulasi dengan memanfaatkan sumber yang berarti membandingkan

dengan mengecek balik derajad kepercayaan suatu informasi yang diproses melalui

waktu dan alat yang berbeda dalam metode penelitian kualitatif ini hanya dapat

dicapai dengan dua bahan pembanding yaitu :

1. Membandingkan data hasil pengamatan di lokasi penelitian dengan hasil

wawancara dengan responden.

Page 43: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

31

2. Membandingkan hasil wawancara dengan responden dengan isi dokumen

yang berkaitan dengan fokus penelitian.

G. Metode Analisis Data

Analisis data adalah proses yang merinci usaha secara formal untuk

menemukan tema dan merumuskan hipotesis atau ide seperti yang disarankan

oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan

hipotesis itu (Moleong 2003 : 3).

Analisis data dilakukan dengan mengkaji makna yang terkandung

didalamnya. Kategori data, kriteria untuk setiap kategori, analisis hubungan

antar kategori, dilakukan peneliti sebelum membuat interpretasi. Peranan

statistik tidak diperlukan karena ketajaman analisis peneliti terhadap makna

dan konsep dari data cukup sebagai dasar dalam menyusun temuan penelitian,

karena dalam penelitian kualitatif selalu bersifat deskriptif, artinya data yang

dianalisa dalam bentuk deskriptif fenomena, tidak berupa angka atau koofisien

tentang hubungan antar variabel.

Menurut Milles dan Huberman (1992 : 91) terdapat dua jenis analisis

data, yaitu :

1. Analisis mengalir/flow analysis models

Dalam analisis mengalir, tiga komponen analisis yakni reduksi

data, sajian data, penarikan kesimpulan atau verifikasi dilakukan secara

mengalir dengan proses pengumpulan data dan saling bersamaan.

2. Analisis Interaksi/interactive analysis models

Dalam analisis interaksi, komponen reduksi data dan sajian data

dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Setelah data

Page 44: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

32

terkumpul, maka tiga komponen analisis (reduksi data, sajian data,

penarikan simpulan atau verifikasi) berinteraksi.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis jenis yang

kedua yaitu model interaksi atau interactive analysis models, dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

a. Pengumpulan data

Peneliti mencari data melalui wawancara, observasi,

dokumentasi pada Dealer Panorama Motor di Daerah Tingkat II

Kabupaten Sragen, dan kemudian melaksanakan pencatatan data.

b. Reduksi data

Setelah data tersebut terkumpul dan tercatat semua, selanjutnya

direduksi yaitu menggolongkan, mengartikan, membuang yang tidak

perlu dan mengorganisasikan sehingga nantinya mudah dilakukan

penarikan kesimpulan jika yang diperoleh kurang lengkap maka

peneliti mencari kembali data yang diperlukan di lapangan.

3. Penyajian data

Data yang telah direduksi tersebut merupakan sekumpulan

informasi yang kemudian disusun atau diajukan sehingga memberikan

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

4. Penarikan kesimpulan atau verifikasi

Setelah data disajikan, maka dilakukan penarikan kesimpulan atau

verifikasi. Dalam penarikan kesimpulan atau verifikasi ini, didasarkan

pada reduksi data yang merupakan jawaban atas masalah yang diangkat

Page 45: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

33

dalam penelitian ini. Secara sistematis, langkah-langkah analisis interaksi

dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut :

Model Analisis Interaksi

(Milles dan Huberman dalam Rohidi 1992:20)

H. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti membagi empat tahap yaitu ; tahap

sebelum ke lapangan, pekerjaan lapangan, analisis data dan penulisan laporan.

Pada tahap pertama pra lapangan, peneliti mempersiapkan segala

macam yang diperlukan sebelum peneliti terjun ke dalam kegiatan penelitian yaitu :

1. Menyusun rancangan penelitian

2. Mempertimbangkan secara konseptual teknis serta praktis terhadap tempat

yang akan digunakan dalam penelitian

3. Membuat surat ijin penelitian

4. Menentukan informasi pada responden yang akan membantu peneliti

dengan syarat-syarat tertentu

Pengumpulan Data

Penyajian Data

Reduksi Data

Kesimpulan Atau Verifikasi

Page 46: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

34

5. Mempersiapkan perlengkapan penelitian

6. Dalam penelitian, peneliti harus bertindak sesuai etika yang berkaitan

dengan tata cara penelitian yaitu di Dealer Panorama Motor Daerah tingkat

II Kabupaten Sragen.

Tahap kedua yaitu pelaksanaan penelitian yang dilakukan di Dealer

Panorama Motor Daerah Tingkat II Kabupoaten Sragen.

Pelaksanaannya yaitu :

1. Melakukan wawancara dengan Kepala dealer Panorama Motor dan pegawai-

pegawainya.

2. Mengambil data-data di Dealer Panorama Motor Daerah Tingkat II Kabupaen

Sragen yang menunjang dalam penelitian ini.

3. Melakukan wawancara dengan para nasabah Dealer Panorama Motor cabang

Sragen dan anggota masyarakat lain yang berkaitan dengan fokus penelitian.

4. Mengamati obyek penelitian yaitu Dealer Panorama Motor cabang Sragen dan

kondisi masyarakat di sekitarnya.

Tahap ketiga yaitu analisis data, setelah semua data yang di lapangan

terkumpul, maka peneliti akan mereduksi, menyajikan data serta mengambil

kesimpulan/verifikasi data. Setelah tahap analisis data selesai dan telah diperoleh

kesimpulan, maka penulis masuk pada tahap keempat yaitu penulisan laporan.

Laporan penelitian ditulis berdasarkan hasil yang peroleh dilapangan.

Pada tahap keempat yaitu pekerjaan laporan dengan bersungguh-sungguh

mengambil data yang diperlukan di lapangan dengan menggunakan

Page 47: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

35

kemampuan yang dimiliki dan berusaha memahami latar belakang penelitian

dengan cara wawancara, pengambilan data, dan pengamatan yang sebenarnya

terjadi di lapangan.

Page 48: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

36

BAB 1V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Gambaran umum dealer panorama motor

Dealer panorama motor adalah suatu usaha perorangan yang

bergerak dibidang jual beli sepeda motor baik dengan cara tunai (cash)

maupun kredit. Penjualan sepeda di dealer panorama motor dengan

menggunakan sistim kredit perlu digunakan sebuah perjanjian, yang biasa

disebut dengan perjanjian sewa beli. Dealer panorama motor berdiri dan

disahkan pada tahun 1996 dan beralamat di jalan Raya Sukowati nomor 303

Sragen

Berdirinya Dealer panorama motor di kota Sragen juga mempunyai

visi dan misi sebagai berikut, yaitu antara lain :

1. Visi

Ikut membantu masyarakat menciptakan lapangan pekerjaan khususnya

bagi penduduk kota Sragen.

2. Misi

a. Meningkatan taraf perekonomian kota Sragen menjadi lebih baik.

b. Menekan tingkat pengangguran khususnya kota Sragen.

Menyadari dan menyikapi kejadian yang ada dikota Sragen maka

dealer panorama motor berusaha untuk memberikan kemudahan bagi

masyarakat kota Sragen, yaitu dengan memberikan kemudahan untuk

Page 49: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

37

pengertian perjanjian yang berbeda-beda. Diantaranya yaitu, perjanjian

mendapatkan sepeda motor dengan sistim kredit. Sehingga masyarakat tidak

merasa berat untuk membayar kendaraan bermotor secara tunai

Untuk mendirikan dealer panorama motor di kabupaten Sragen

pengusaha diwajibkan untuk memiliki ijin usaha. Untuk dapat memiliki ijin

usaha harus mengajukan permohonan dengan melengkapi syarat-syarat

sebagaimana ditentukan dalam Surat Keputusan Menteri dan Koperasi

NO.34/KP/II/1980. Adapun yang menjadi syarat tersebut adalah :

a. Permohonan harus memiliki surat ijin usaha perdagangan (SIUP).

b. Permohonan harus menentukan salah satu kegiatan sewa beli atau jual

beli dengan angsuran atau sewa sebagai kegiatan usaha.

c. Perusahaan harus berbentuk badan hukum yang berdasar hukum yang

berlaku di Indonesia.

d. Modal perusahaan atau saham perusahaan seluruhnya milik warga

Negara Indanesia (WNI).

e. Direksi atau penanggung jawab perusahaan dan seluruh pengurus

perusahaan adalah WNI.

f. Mempunyai kantor tetap di Indonesia yang beralamat jelas.

g. Perusahaan harus memperkerjakan seorang tenaga ahli dibidangnya.

h. Tidak memperkerjakan tenaga kerja atau tenaga ahli warga Negara

asing, kecuali atas rekomendasi menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh

Negara.

i. Mempunyai rencana kerja untuk sedikitnya dalam jangka waktu 5 (lima)

tahun.

Page 50: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

38

j. Dalam hal diperlukannya asuransi maka penutupannya harus dilakukan

pada perusahaan asuransi nasional yang berkedudukan di Indonesia.

2. Pelaksanaan perjanjian sewa beli sepeda motor di dealer Panorama

Motor cabang Sragen

Menurut sistim terbuka yang mengenal adanya asas kebebasan

berkontrak dalam hukum perjanjian, maka bentuk perjanjian sewa beli pada

dasarnya adalah bebas. Para pihak diberi kebebasan untuk memilih bentuk

perjanjian yang mereka kehendaki, yaitu dapat secara lisan maupun tulisan.

Perjajian secara tulisan dapat dibedakan yaitu dengan akte dibawah tangan

atau dengan akte notaris.

Namun didalam prakteknya perjanjian sewa beli kendaraan

bermotor di dealer panorama motor, selalu dituangkan dalam bentuk tertulis

dengan akta dibawah tangan, yaitu dalam bentuk standar. Disini pihak dealer

Panorama Motor telah menyediakan formulir yang telah memuat isi

perjanjian untuk para calon penyewa.

Perjanjian sewa beli kendaraan bermotor di Dealer Panorama

Motor dituangkan dalam bentuk standar maka proses pembuatannyapun juga

mudah, yaitu apabila ada yang mengajukan permohonan perjanjian sewa beli

untuk jenis kendaraan tertentu, maka pihak dealer hanya tinggal

menyodorkan yang sebelumnya telah mereka persiapkan kepada calon

penyewa. Sedangkan calon penyewa juga tinggal menandatangani perjanjian

sewa beli tersebut, jika calon penyewa tersebut setuju dengan isi dari surat

perjanjian yang disodorkan oleh pihak dealer, perjanjian sewa beli sepeda

motor di Dealer Panorama Motor kabupaten Sragen dapat berlangsung.

Page 51: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

39

Dengan ditandatanganinya surat perjanjian oleh kedua pihak, maka

terjadilah perjanjian sewa beli. Jadi tidak memerlukan beberapa saksi, pada

umumnya surat perjanjian sewa beli tersebut cukup ditempeli dengan

materai minimal Rp.6000,- (enam ribu rupiah) agar kekuatan hukum lebih

kuat.

Calon penyewa akan menerima kendaraan yang dibelinya secara

kredit setelah penyewa tersebut lebih dahulu membayar uang muka kepada

pihak dealer panorama motor. Mengenai jumlah uang muka yang harus

dibayar oleh penyewa biasanya berkisar antara 30% sampai 40% dari jumlah

harga kendaraan tersebut. Biasanya besarnya uang muka tersebut ditetapkan

oleh pihak dealer saja, calon penyewa hanya bersifat pasif dan harus mau

menerimanya (wawancara dengan Ny. Harmamik selaku admistrasi tanggal

14 Februari 2007).

Jadi untuk dapat menutup perjanjian sewa beli kendaraan bermotor

tersebut tidak memerlukan syarat-syarat yang bermacam-macam. Syarat-

syarat yang diajukan pada pihak penyewa tersebut antara lain :

a. Menyerahkan Fotocopi KTP calon penyewa.

b. Menyerahkan Slip gaji (bagi pegawai negeri).

c. Fotocopi Kartu Keluarga.

d. Menyetujui semua ketentuan yang ada dalam surat perjanjian sewa beli.

Dalam hal ini dapat dilakukan dengan penandatanganan akte perjanjian

sewa beli dibawah tangan.

Page 52: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

40

e. Bersedia membayar uang muka yang telah ditetapkan pihak dealer

(wawancara dengan Deva Triwidodo selaku penyewa pada tanggal 01

maret 2007).

Setelah surat perjanjian sewa beli ditandatangani kedua pihak,

maka timbullah suatu perikatan diantara mereka yang memberikan hak dan

kewajiban bagi kedua belah pihak. Dalam prakteknya bahwa sebelum calon

penyewa tersebut menandatangani perjanjian sewa beli pihak dealer

biasanya mengadakan survey lapangan yang bertujuan untuk mengetahui

apakah calon penyewa tersebut sudah memenuhi syarat sebagai calon

penyewa di dealer panorama motor atau tidak.

Adapun syarat-syarat yang sudah ditetapkan oleh dealer panorama

motor kepada calon penyewa, agar dapat menjadi penyewa kendaraan

bermotor di dealer panorama motor adalah sebagai berikut :

1. Calon penyewa harus mempunyai pekerjaan tetap

2. Calon penyewa harus mempunyai penghasilan tetap

3. Calon penyewa tidak pernah berurusan dengan polisi atau cacat kelakuan

(wawancara dengan Bp. Yudha Saputra selaku surveyor pada tanggal 25

februari 2007)

Dari data yang terkumpul setelah penulis mengadakan wawancara

dengan salah satu karyawan dealer panorama motor, hak dan kewajiban

kedua pihak dalam praktek perjanjian sewa beli sepeda motor secara umum

dapat penulis uraikan sebagai berikut :

1. Hak dan kewajiban pihak yang menyewakan (dealer panorama motor)

adalah sebagai berikut:

Page 53: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

41

a. Hak penjual sewa

1) Penjual sewa berhak atas pembayaan harga kendaraan bermotor

dari pembeli sewa, sesuai dengan kesepakatan mereka dalam

perjanjian.

2) Penjual sewa berhak aas pembayaran uang denda sebagai akibat

dari terjadinya keterlambatan pembayaran yangs seharusnya

dilakukan oleh pihak pembeli sewa tepat pada waktunya yang

diperjanjikan.

3) Penjual sewa berhak untuk memegang atau menahan surat Bukti

Pemilikan Kendaraan Bermotor yang disewa belikan sebagai

jaminan selang angsuran belum dibayar lunas.

4) Penjual sewa berhak untuk menarik kembali kendaraan bermotor

yang menjadi obyek perjanjian sewa-beli, apabila pihak pihak

pembeli sewa melanggar ketentuan-ketentuan yang terdapat

dalam perjanjian sewa beli, termasuk juga apabila tidak

melakukan pembayaran angsuran sebagaimana yang telah

disepakati bersama oleh kedua belah pihak .

b. Kewajiban penjual sewa

Disamping hak-hak diatas, penjual sewa juga mempunyai

kewajiban-kewajiban sebagai berikut :

1) Menyerahkan kendaraan bermotor yang dijadikan obyek

perjanjian sewa beli tersebut kepada penyewa pada saat

dibayarkan uang muka ( down payment).

Page 54: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

42

2) Menyerahkan hak milik atas kendaraan bermotor yang mernjadi

obyek perjanjian sewa beli kepada penyewa setelah penyewa

membayar angsuran terakhir sekaligus merupakan pelunasan

terhadap harga kendaraan bermotor. Dalam hal ini yang

diserahkan adalah BPKB-nya.

2. Hak dan kewajiban penyewa

Hak dan kewajiban penyewa adalah sebagai barikut :

a. Hak penyewa

1) Penyewa berhak atas penyerahan kendaraan bermotor yang

menjadi obyek perjanjian sewa beli setelah penyewa membayar

uang muka.

2) Penyewa berhak menerima penyerahan hak milik atas kendaraan

bermotor yang menjadi obyek perjanjian sewa beli tersebut,

setelah angsuran yang terakhir dibayar lunas atau sesudah harga

kendaraan tersebut dibayar lunas oleh penyewa.

b. Kewajiban penyewa

Yang menjadi kewajiban utama penyewa adalah sebagai

berikut:

1) Membayar angsuran sepeda motor sesuai dengan isi perjanjian

sewa-beli yang sudah disepakati oleh kedua belah pihak.

2) Penyewa tidak boleh atau dilarang memindahtangankan obyek

perjanjian sewa-beli kepada pihak ketiga selama perjanjian sewa

beli masih berlangsung. Dalam hal ini angsuran belum dilunasi

seluruhnya oleh pihak penyewa.

Page 55: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

43

3) Membayar biaya balik nama dan biaya perpamjangan surat tanda

nomor kendaraan (STNK) maupun surat-suat yang lain yang ada

hubungannya denan kendaraan tersebut.

4) Menjaga serta merawat kendaraan bermotor yang menjadi obyek

perjanjian sew beli atas biaya sendiri

5) Menanggung seluruh resiko atas kendaraan bermotor tersebut,

sejak kendaraan bermotor diserahkan pada pihak penyewa

(wawancara dengan Ny. Harmamik, selaku administrasi pada

tanggal 28 februari 2007)

3. Masalah yang timbul dalam pelaksanaan perjanjian sewa beli sepeda

motor di dealer Panorama Motor Kota Sragen

Perlu diketahui bahwa dalam suatu perjanjian dalam bentuk apapun

kedua belah pihak saling mengikatkan diri untuk melakukan suatu yang

sudah diperjanjikan. Namun dalam prakteknya tidak menutup kemungkinan

bahwa salah satu pihak yang sudah menyepakati perjanjian tersebut tidak

melaksanakan apa yang sudah diperjanjikan.

Dalam suatu perjanjian sewa beli apabila seorang penyewa tidak

mau melaksanakan apa yang sudah diperjanjikan maka seorang penyewa

tersebut dapat dikatakan telah lalai atau alfha atau seorang penyewa tersebut

sudah melakukan wanprestasi.

Mengenai wanprestasi atau ingakar janji yang paling umum terjadi

di dealer panorama motor adalah masalah penuggakan pembayaran angsuran

dari pihak penyewa. Hal ini ditegaskan bahwa jika penyewa membayar

angsuran namun tidak tepat pada waktunya maka pihak dealer diijinkan

Page 56: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

44

mendatangi penyewa untuk menagih tunggakan angsuran tersebut

(wawancara dengan Aidil Rohmat selaku deep colector pada tanggal 15

februari 2007).

Penuggakan pembayaran angsuran sepeda motor di dealer

Panorama motor disini biasanya disebabkan oleh beberapa faktor yang

mendorongnya. Adapun faktor-faktor yang mendorong seorang penyewa

melakukan wanprestasi adalah sebagai berikut:

a. Ekonomi

Pihak penyewa biasanya merasa terbebani dengan angsuran

yang harus dibayar setiap bulan, karena penyewa masih mencukupi

kebutuhan keluarga mereka sehari-harinya.

b. penyewa pergi

dalam hal ini penyewa biasanya pergi atau raib karena dirasa

bahwa penyewa tidak dapat melanjutkan angsuran dan penyewa merasa

takut apabila pihak dealer akan melaporkan pada pihak yang berwajib

(wawancara dengan Bp. Deva Triwidodo selaku pennyewa sepeda motor

pada tanggal 01 maret 2007).

Masalah yang timbul dalam perjanjian sewa beli sepeda motor

di Dealer Panorama Motor kabupaten Sragen tidak hanya masalah

penuggakan pembayaran angsuran saja, tapi juga terjadinya pemindah

tanganan obyek perjanjian sewa beli yaitu sepeda motor kepada pihak

ketiga (wawancara dengan Ny. Harmamik selaku administrasi pada

tanggal 14 februari 2007)

Page 57: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

45

B. PEMBAHASAN

1. Pelaksanaan perjajian sewa beli sepeda motor di dealer panorama

motor kabupaten SRAGEN.

Mekanisme pelaksanaan perjanjian sewa beli sepeda motor di

dealer Panorama Motor cabang Sragen pada dasarnya sama dengan

perjanjian sewa beli yang dilakukan oleh dealer yang lain, yaitu dengan

menggunakan perjanjian tertulis diatas materai minimal Rp.6000,00.

Untuk dapat melakukan perjanjian sewa beli sepeda motor

didealer Panorama Motor cabang Sragen, calon penyewa harus memenuhi

beberapa syarat yang sudah ditetapkan oleh pihak dealer. Syarat-syarat

tersebut antara lain adalah :

a. Calon penyewa harus mempunyai pekerjaan tetap.

b. Calon penyewa harus mempunyai penghasilan tetap.

c. Calon penyewa tidak pernah cacat kelakuan.

d. Calon penyewa harus mau memenuhi semua hak dan kewajibannya.

Beberapa pakar hukum di Indonesia memberikan definisi

perjanjian adalah “suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang

lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu

hal” (Subekti 1991 : 1). Dari peristiwa itulah, timbul hubungan antara dua

orang tersebut yang dinamakan perikatan. Dalam bentuknya perjanjian ini

berupa rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau

kesanggupan yang diucapkan atau ditulis

Perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau

dua pihak, berdasarkan yang mana pihak yang satu berhak menuntut suatu

Page 58: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

46

hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk

memenuhi kebutuhan itu. Pihak yang berhak menuntut sesuatu dinamakan

kreditur sedangkan pihak yang berkewajiban untuk memenuhi dinamakan

debitur atau si berhutang.

Namun ada pakar lain yang mengatakan perjanjian adalah “Suatu

persetujuan yang diakui oleh hukum” (Abdul Kadir Muhammad,1992).

Persetujuan ini merupakan arti yang pokok dalam dunia usaha dan

menjadi dasar dari kebanyakan transaksi dagang.

Pengertian perjanjian menurut ketentuan pasal 1313 KUH Perdata

adalah sebagai berikut : “suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan

mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya pada satu orang lain atau

lebih”. Mengenai batasan tersebut para sarjana hukum perdata umumnya

berpendapat bahwa definisi atau batasan atau yang terdapat didalam

ketentuan pasal 1313 KUH Perdata kurang lengkap dan bahkan dikatakan

terlalu luas banyak mengandung kelemahan-kelemahan.

Suatu perjanjian dianggap sah apabila mengikat kedua belah pihak

dan memenuhi syarat-syarat perjanjian yang tercantum dalam pasal 1320

KUH Perdata yaitu :

a. Sepakat mereka yang mengikatkan diri

Sepakat mengikatkan diri artinya pihak-pihak yang

mengikatkan perjanjian ini mempunyai persesuaian kehendak tentang

hal-hal pokok dari perjanjian yang diadakan. Kata sepakat ini lahir dari

kehendak yang bebas dari kedua belah pihak, mereka menghendaki

Page 59: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

47

secara timbal balik. Dengan kata sepakat maka perjanjian tidak dapat

ditarik secara sepihak saja namun atas kehendak kedua belah pihak.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sepakat yang dimaksud

adalah perjanjian atau perikatan yang timbul atau lahir sejak

tercapainya kesepakatan, sebagaimana diatur dalam pasal 1321 KUH

Perdata yang memberikan pengertian bahwa perjanjian yang diadakan

para pihak itu tidak akan terjadi bilamana ada kekhilafan, paksaan atau

penipuan di dalam sepakat yang diadakan.

b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

Kecakapan untuk membuat suatu perikatan artinya orang yang

membuat perjanjian harus cakap menurut hukum. Menurut pasal 1329

KUH Perdata “setiap orang adalah cakap untuk membuat perikatan

jika ia oleh undang-undang tidak dinyatakan cakap”, sedangkan orang-

orang yang tidak termasuk cakap hukum dalam membuat persetujuan

diatur dalam pasal 1330 KUH Perdata yaitu :

1) Orang-orang yang belum dewasa

2) Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan

3) Orang-orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh

undang-undang

c. Suatu hal tertentu

Yang diperjanjikan dalam suatu perjanjian haruslah suatu

barang yang jelas atau tertentu. Barang yang dimaksudkan dalam

perjanjian paling sedikit harus ditentukan jenisnya, jumlahnya

walaupun tidak diharuskan oleh undang-undang.

Page 60: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

48

d. Suatu sebab yang halal (causa)

Kata ‘causa’ berasal dari bahasa latin artinya sebab. Sebab

adalah suatu yang menyebabkan orang membuat perjanjian. Tetapi

yang dimaksud dengan causa yang halal bukanlah sebab dalam arti

yang menyebabkan atau mendorong orang membuat perjanjian

melainkan sebab dalam arti isi perjanjian itu sendiri yang

menggambarkan tujuan yang akan dicapai oleh pihak-pihak yang

melakukan perjanjian.

Undang-undang tidak memperdulikan apa yang menjadi sebab

orang mengadakan perjanjian, namun yang diperhatikan atau yang

diawasi oleh undang-undang ialah isi perjanjian itu, yang

menggambarkan tujuan yang hendak dicapai oleh pihak-pihak, apakah

dilarang undang-undang atau tidak.

Dari uraian tentang syarat-syarat sahnya perjanjian di atas maka

syarat tersebut dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu syarat subjektif dan

syarat objektif. Syarat subjektif terdapat dalam dua syarat pertama karena

melekat pada diri orang yang menjadi subjek perjanjian, apabila tidak

terpenuhi maka perjanjian itu dapat dibatalkan oleh salah satu pihak,

sedangkan syarat objektif terdapat dalam dua syarat yang terakhir, apabila

syarat objektif tidak terpenuhi maka perjanjian tersebut batal demi hukum.

Mengenai definisi perjanjian sewa beli ini ada beberapa definisi

dari para pakar di Indonesia diantaranya yaitu, Sewa beli sebenarnya

semacam jual beli, setidak-tidaknya sewa beli lebih mendekati jual beli

Page 61: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

49

dari pada sewa menyewa, meskipun ia merupakan campuran dari

keduanya dan diberikan jual sewa menyewa (Prof. R. Subekti SH : 52)

Menurut isi dari SK Menteri Perdagangan dan Kopersi No. 34 / KP

/ II / 1980 adlah sebagai berikut :

“sewa beli (Hire Purchase) adalah jual beli barang dimana penjual melaksanakan penjualan barang dengan cara memperhitungkan setiap pembayaran yang dilakukan pembeli dengan pelunasan atas harga barang yang telah disepakati bersama dan yang diikat dalam suatu perjanjian, serta hak milik suatu barang tersebut baru beralih dari penjual kepada pembeli setelah harganya dibayar lunas”.

Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para pakar hukum

diatas dan undang-undang serta surat keputusan Menteri Perdagangan dan

Kopersi tidak ada keseragaman. Namun kalau diperhatikan, dapat ditarik

kesimpulan bahwa perjanjian sewa beli lebih cenderung mengarah atau

menjurus pada bentuk perjanjian jual beli, dari pada sewa menyewa.

Karena dalam perjanjian sewa beli, peralihan hak milik adalah yang

menjadi pokok utamanya. Jadi tujuan sewa beli adalah untuk menjual

barang, bukan untuk menyewakan atau menjadi penyewa barang.

Perjanjian sewa beli adalah merupakan percampuran antara

perjanjian jual beli dan sewa menyewa. Oleh karena itu pihak pembeli

tidak dapat membeli barang sekaligus atau lunas, maka perlu diadakan

suatu perjanjan dimana pembeli diperbolehkan mengangsur dengan

beberapa kali angsuran. Sedangkan hak milik baru akan berpindah tangan

pada saat pembeli sudah membayar semua angsuran dengan lunas. Dan

selama angsuran tersebut belum dilunasi maka pembeli masih menjadi

penyewa.

Page 62: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

50

Sebagai penyewa, maka ia hanya berhak atas pemakaian atau

mengambil manfaat atas barang tersebut dan penyewa tidak mempunyai

hak untuk mengalihkan atau memindah tangankan barang tersebut kepada

orang lain. Jika hal tersebut dilakukan oleh pembeli sewa, maka ia akan

dikenai sanksi pidana karena dianggap menggelapkan barang milik orang

lain.

Mengenai objek perjanjian sewa beli telah ditentukan secara jelas

dalam pasal 2 ayat (1) SK Menteri perdagangan dan koperasi nomor No.

34 / KP / II / 1980, yaitu adalah semua barang niaga tahan lama yang baru

dan tidak mengalami perubahan tekhnis, baik berasal dari produksi sendiri

ataupun hasil perakitan (assembling) atau hasil produksi lainnya didalam

negeri.

Namun dalam pasal tersebut tidak dijelaskan mengenai wujudnya

apakah barang bergerak atau tetap. Dalam perjanjian sewa beli yang

bertindak sebagai subyek adalah penjual sewa. Mengenai pihak yang dapat

menjadi penyewa, ini bisa perseorangan atau badan hukum. Penjual sewa

ataupun pembeli sewa ini umumnya sering dengan istilah “para pihak”.

Dalam perjanjian sewa beli seperti ini berarti diperlukan hak dan

kewajiban yang sama antara penjual dan penyewa. Hak dan kewajiban

sewa beli hampir sama dengan hak dan kewajiban dalam jual beli, yaitu

mempunyai tujuan mengalihkan hak milik atas suatu barang. Hanya saja

ada perbedaan mengenai cara pembayaran serta perolehan miliknya.

Dari uraian diatas, jika melihat dari perjanjiannya maka kewajiban

penjual sewa adalah sebagai berikut :

Page 63: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

51

a. Menyerahkan barang atau benda (tanpa hak milik) kepada pembeli

sewa.

b. Menyerahkan hak milik secara penuh kepada pembeli sewa, setelah

obyek tersebut dilunasi

Kewajiban yang pertama tersebut dilakukan oleh penjual sewa

pada saat ditutupnya perjanjian sewa beli antara penjual sewa dan pembeli

sewa. Yang diserahkan adalah hanya untuk menguasai atas barangnya

saja, bukan hak milik atas barang. Penyerahan ini dimaksudkan agar

barang yang menjadi obyek sewa beli tersebut dapat digunakan atau

diambil manfaatnya oleh pembeli sewa.

Kewajiban yang kedua untuk menyerahkan hak milik dari suatu

barang itu kepada pembeli sewa secara sepenuhnya yang dimaksud adalah

bahwa penjual sewa setelah menyerahkan hak tersebut, bebas berbuat apa

saja atas barang miliknya. Penyerahan ini dilakukan setelah penyewa

melunasi angsuran-angsuran yang menjadi harga barang tersebut.

Mengenai bentuk dan isi perjanjian sewa beli di Dealer Panorama

Motor dapat berupa:

a. bentuk perjanjian sewa beli

Bentuk perjanjian sewa beli Sesuai dengan sistem terbuka yang

dianut dalam Buku III KUH Perdata mengenal adanya asas kebebasan

berkontrak (pasal 1338 ayat 1) maka pihak dalam membuat perjanjian

sewa beli, para pihak diberikan kebebasan untuk menentukan bentuk

dan isi perjanjiannya. Hukum perjanjian memberikan kebebasan

Page 64: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

52

sepenuhnya pada masyarakat untuk mengadakan perjanjian yang berisi

apa saja asalkan tidak melanggar Undang-Undang, ketertiban umum,

dan Kesusilaan.

Sehingga berdasarkan hal tersebut diatas, maka perjanjian

sewa beli dapat dibuat secara lisan maupun tulisan. Namun agar para

pihak yang terlibat dalam perjanjian sewa beli itu merasa aman dari

penyelewengan atau penipuan, maka perjanjian sewa beli harus

dituangkan dalam bentuk tertulis, baik itu dengan akta notaris maupun

akta dibawah tangan.

b. isi perjanjian sewa beli

Isi perjanjian sewa beli sepeda motor yang dituangkan dalam

bentuk tulisan baik dengan akta notaris maupun akta dibawah tangan

pada umumnya berisi tentang :

1) Tanggal mulai berlakunya perjanjian sewa beli.

2) Jumlah angsuran dan berapa kali angsuran tersebut harus dibayar

oleh pembeli sewa.

3) Jangka waktu untuk tiap-tiap angsuran.

4) Penjelasan mengenai ciri dan jenis barang serta keadaan barang.

5) Harga barang apabila dibeli secara tunai.

6) Cara pembayaran angsuran tidak dengan tunai.

7) Tanda tangan pihak-pihak yang mengadakan perjanjian diatas

materai, minimal Rp. 6000, 00.

8) Hal-hal yang dianggap perlu seperti : angsuran, bunga, pajak,

asuransi, dan lain sebaginya (Prof. R. Subekti SH 1990:56 ).

Page 65: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

53

Pada perjanjian-perjanjian tertentu, mengenai resiko telah ada

pengaturannya, seperti yag telah dijelaskan dalam uraian diatas misalnya :

pada perjanjian resiko ada pada pihak pembeli (pasal 1460 KUHPerdata),

sedangkan pada perjanjian sewa menyewa resiko ditentukan pada pihak

penjual (pasal 1553 KUHPerdata).

Mengenai resiko dalam sebenarnya adalah merupakan unsur dari

perjanjian sewa beli. Tetapi perjanjian sewa beli bukanlah perjanjian jual

beli atau penjanjian sewa menyewa, tetapi merupakan perjanjian jenis

baru. Oleh karena itu mengenai siapa yang menjadi penanggung resiko

apabila terjadi suatu overmacht tidak ada ketentuan yang mengaturnya.

dimuka telah dijelaskan bahwa perjanjian sewa beli sampai saat

sekarang belum ada Undang-Undang khusus yang mengaturnya. Sewa beli

hanya didasari oleh SK Menteri No. 34 / KP / II / 1980. Dimana dalam SK

Menteri ini, sewa beli belum diuraikan secara lengkap dan rinci, Termasuk

di dalam isinya belum memuat tentang kapan berakhirnya suatu perjanjian

sewa beli.

Pada dasarnya berakhirnya perjanjian sewa beli terdapat beberapa

kemungkinan cara untuk mengakhirinya. Adapun kemungkinan-

kemungkinan yang dapat dijadikan cara untuk mengakhiri suatu perjanjian

sewa beli adalah sebagai beikut :

a. Apabila angsuran sudah dibayar lunas oleh pihak penyewa

b. Apabila salah satu pihak meninggal dunia dan tidak ada ahli warisnya

yang meneruskan, atau mungkin ada ahli warisnya yang namun tidak

mau meneruskan

Page 66: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

54

c. Apabila terjadi perampasan barang yang menjadi obyek perjanjian

sewa beli oleh pihak penjual sewa terhadap pihak lawannya

d. Apabila setelah adanya putusan dari pengadilan yang bersifat tetap

(Prof. Subekti 1991 : 43)

Dari uraian baik menurut pakar hukum maupun menurut Undang-

Undang diatas yang paling umum terjadi dalam hal peralihan hak secara

penuh dalam sewa beli sepeda motor terjadi jika si penyewa telah

membayar angsuran sepeda motor guna melunasi harga barang yang telah

disepakati oleh kedua belah pihak. Sedangkan mengenai masalah resiko

siapa yang harus menanggung biaya apabila penyewa telah terbukti

melakukan wanprestasi, adalah penyewa sendiri. Karena penyewa dirasa

telah melanggar isi dari perjanjian sewa beli yang sudah disepakatinya

bersama antara penyewa dan pihak Dealer.

2. Penyelesaian masalah yang terjadi dalam pelaksanaan perjanjian

sewa beli sepeda motor di dealer Panorama Motor cabang Sragen

Masalah yang timbul dalam pelaksanaan perjanjian sewa beli

sepeda motor di Dealer Panorama Motor cabang Sragen yang biasa terjadi

adalah masalah penunggakan pembayaran angsuran oleh penyewa, namun

tidak menutup kemungkinan bahwa penyewa tersebut juga memindah

tangankan objek perjanjian pada pihak ketiga (wawancara dengan Ny.

Harmamik selaku administrasi tanggal 28 Februari 2007). Jika penyewa

tidak mau membayar angsuran sepeda motor selama dua bulan berturut-

turut maka penyewa tersebut sudah dianggap melakukan wanprestasi atau

ingkar janji.

Page 67: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

55

Perlu dipahami bahwa dalam suatu perjanjian sewa beli dalam

bentuk apapun, berarti kedua belah pihak saling mengikatkan dirinya

untuk melaksanakan sesuatu yang telah diperjanjikan (prestasi). Namun

dalam kenyataan yang ada tidak menutup kemungkinan dapat terjadi

bahwa salah satu pihak tidak melaksanakan apa yang telah diperjanjikan.

Dalam suatu perjanjian apabila salah satu pihak tidak

melaksanakan kewajiban atau yang telah diperjajikannya, maka dapat

dikatakan telah melakukan wanprestasi. Dapat pula dikatakan bahwa

penyewa lalai atau alfha atau ingkar janji atau bahkan telah melakukan

sesuatu hal yang dilarang atau tidak boleh dilakukan.

Dimuka telah dijelaskan, wanprestasi menurut pasal 1365 KUH

Perdata, adalah tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian

pada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan

kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.

Mengenai wanprestasi yang paling umum terjadi dalam praktek

adalah masalah pembayaran angsuran dari penyewa. Jika penyewa tidak

mau membayar angsuran sepeda motor selama dua bulan berturut-turut,

maka sesuai pasal yang telah ditentukan dalam perjanjian yang dibuat atas

kesepakatan bersama yaitu antara pihak dealer dengan calon penyewa,

maka pihak yang menyewakan (dealer) sepeda motor atau kuasanya

berhak datang untuk menagih pada penyewa.

Namun dalam prakteknya apabila si penyewa terbukti tidak

melunasi angsuran sepeda motor selama dua kali berturut-turut maka

Page 68: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

56

pihak yang menyewakan memberikan surat peringatan pertama bagi

sipenyewa untuk segera melunasi tunggakan cicilan tersebut.

Apabila jika dengan surat peringatan pertama penyewa belum

melunasi tunggakan cicilan maka pihak dealer diperbolehkan datang

langsung ke alamat sipenyewa untuk menagih tunggakan angsuran

tersebut. Jika pada waktu tersebut pihak dealer datang untuk menagih uang

angsuran pada pihak penyewa, dan pihak penyewa belum mempunyai

uang untuk melunasi maka pihak penyewa berhak untuk mengajukan

permohonan bahwa penyewa akan melunasi tunggakan angsuran dalam

jangka waktu maksimal dua minggu.

Dengan adanya pengajuan permohonan dari penyewa untuk

melunasi tunggakan angsuran, maka pihak dealer harus mau memenuhi

hak dari sipenyewa, dan pihak yang menyewakan tidak bisa langsung

menarik sepeda motornya sampai batas yang ditentukan oleh sipenyewa,

karena itu sudah termasuk dalam surat perjanjian. Biasanya permohonan

tersebut dilakukan dengan lisan oleh pihak penyewa.

Tapi jika dalam jangka waktu yang sudah disepakati bersama itu

pihak penyewa belum juga melunasi tunggakan angsurannya, maka pihak

yang menyewakan berhak untuk mencabut sepeda motor tersebut dengan

paksa, dan penyewa diwajibkan membayar denda atau kerugian yang

ditanggung, serta uang transport yang telah ditentukan oleh pihak yang

menyewakan.

Meskipun kendaraan bermotor yang menjadi obyek perjanjian

tersebut sudah ditarik oleh pihak penjual, maka pihak penyewa diberi hak

Page 69: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

57

untuk menebus kembali kendaraan yang sudah ditarik dalam waktu yang

sudah ditentukan oleh pihak yang menyewakan. Serta sipenyewa

diwajibkan melunasi semua angsuran yang belum dilunasi ditambah

dengan semua biaya yang telah dikeluarkan oleh pihak yang menyewakan.

Jika kendaraan bermotor yang menjadi obyek dari perjanjian

tersebut tidak ditebus kembali maka kendaraan tersebut akan menjadi hak

sepenuhnya oleh pihak penjual. Pihak pembeli tidak mempunyai hak suatu

apapun atas obyek yang telah diperjanjikan, semua pembayaran yang

sudah dikeluarkan oleh penyewa kepada dealer akan menjadi hak

sepenuhnya oleh pihak dealer. Setelah itu perjanjian sewa beli tersebut

dianggap berakhir dan tidak ada keterikatan lagi antara kedua pihak.

Selain masalah pembayaran, sering juga kita jumpai terjadinya

wanprestasi dari penyewa namun dengan kasus yang lain. Wanprestasi

yang dimaksud adalah dilakukannya pemindah tanganan obyek perjanjian

yaitu kendaraan bermotor dengan cara dijual kepada pihak ketiga oleh

penyewa sebelum sipenyewa membayar angsuran sampai lunas kepada

pihak dealer.

Seperti yang telah kita ketahui ciri khas perjanjian sewa beli adalah

bahwa hak milik akan berpindah tangan pada penyewa pada saat harga

barang dibayar lunas. Oleh karena itu jika harga barang belum dibayar

lunas , maka penyewa belum mempunyai hak milik sepenuhnya atas

barang yang menjadi obyek perjanjian. Penyewa hanya berhak memakai

dan menggunakan barang tersebut seuai dengan sifat dan tujuannya,

Page 70: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

58

sehingga pemindah tanganan yang menjadi obyek perjanjian sewa beli

adalah merupakan hal yang dilarang dan dapat diancam dengan tindakan

pidana penggelapan (pasal 372 KUHP) dan tindak pidana penipuan (pasal

378 KUHP)

Beberapa aspek yuridis yang harus diperhatikan dalam mengkaji

terjadinya suatu tindak pidana yang terkait dengan perjajian sewa beli di

dealer panorama motor cabang Sragen yaitu antara lain :

1. Tindak pidana penggelapan (pasal 372 KUHP)

Suatu perbuatan dapat dikategorikan sebagai tindak pidana

penggelapan apabila memenuhi beberapa unsur-unsur sebagai berikut :

a. Barang siapa.

b. Dengan sengaja memiliki dengan melawan hukum.

c. Barang yang sama sekali atau sebagian adalah milik orang lain

Jadi meskipun STNK dan BPKB sepeda motor tersebut atas

nama penyewa, itu tidak bisa dijadikan sebagai alasan, karena tetap

saja penyewa tidak berhak menjual atau memindah tangankan kepada

pihak ketiga karena sifat dari kendaraan bermotor tersebut adalah

motor sewaan. Jadi sipenyewa berkewajiban untuk menjaga dan

merawat obyek perjanjian tersebut.

2. Tindak pidana penipuan (pasal 378 KUHP)

Suatu perbuatan dapat di kategorikan sebagai tindak pidana

penipuan apabila meliputi unsur-unsur sebagai berikut :

a. Barang siapa.

b. Dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain.

Page 71: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

59

c. Dengan melawan hukum baik nama palsu atau keadaan palsu, tipu

muslihat maupun perkataan bohong.

d. Membujuk orang agar menyerahkan barang.

Apabila unsur-unsur dalam pasal 378 KUHP dikaitkan dengan

perjanjian sewa beli yang telah ditanda tangani bersama ternyata alamat,

nama dan persyaratan yang tertera dan terlampir dalam surat perjanjian

hanya dipinjam nama saja oleh orang lain atau pihak ketiga dilakukan

dengan sengaja, maka tindakan penyewa dapat dituduh telah melakukan

tindak pidana “persekongkolan jahat karena telah melakukan penipuan

untuk mendapatkan fasilitas pembiayaan untuk keuntungan diri sendiri

atau orang lain”.

Menurut keterangan yang diperoleh dari dealer panorama motor

ini, mengenai adanya larangan tersebut pasti pihak dealer memberitahu

atau menjelaskan kepada penyewa untuk tidak mengalihkan atau menjual

kendaraan yang menjadi obyek perjanjian sewa beli sebelum angsuran

lunas. Penjelasan ini diberikan pada waktu disepakatinya perjanjian sewa

beli, sehingga apabila calon penyewa tersebut merasa keberatan dengan isi

surat perjanjian tersebut, maka perjanjian sewa beli tersebut tidak akan

jadi dilaksanakan.

Namun demikian dalam prakteknya tetap banyak juga penyewa

yang melanggar isi dari perjanjian sewa beli tersebut. Biasanya pihak

penyewa menjual kembali obyek perjanjian yaitu kendaraan bermotor

yang disewa belinya sebelum sipenyewa membayar lunas ansurannya. Hal

Page 72: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

60

ini dilakukan penyewa dengan alasan ekonomi, yaitu karena adanya

tuntutan kebutuhan yang mendesak kepada penyewa kemudian penyewa

menjual kendaran bermotor yang disewa belinya dari dealer secara

sembunyi-sembunyi atau tanpa sepengetahuan dealer. Pihak penjual

sendiri juga dirasa jarang melakukan pengawasan terhadap obyek yang

diperjanjikan yang berada di tangan penyewa.

Pada umumnya penjual baru tahu kalau kendaraan tersebut telah

dipindahtangankan atau dijual oleh penyewa apabila penyewa macet

dalam pembayaran angsurannya. Jika terjadi kemacetan oleh pihak

penyewa maka pihak dealer akan memberikan peringatan baik secara lisan

ataupun tulisan. Kalau peringatan ini diabaikan maka dealer akan segera

menarik kendaan yang menjadi obyek perjanjian sewa beli. Biasanya pada

waktu dealer akan melakukan penarikan inilah dealer baru tahu kalau

kendaraan yang menjadi obyek perjanjian sewa beli tersebut telah

digelapkan atau dipindah tangankan oleh penyewa.

Apabila ada kejadian seperti ini maka tindakan dealer adalah

mengusut dimana kendaraan yang menjadi obyek perjanjian tersebut

berada untuk dapat ditarik kembali. Pihak ketiga sebagai pembeli kedua

tersebut tidak mempunyai alasan untuk mempertahankan kendaraan

tersebut untuk tetap dapat dikuasainya.

Jika pihak ketiga tetap mempertahankan kendaraan yang menjadi

obyek perjanjian tersebut, maka ia dianggap sebagai penadah dan bisa

dikenai sanksi pidana. Menurut pasal 1471 KUHPerdata, jual beli barang

Page 73: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

61

milik orang lain adalah batal. Sehingga jual beli yang dilakukan penyewa

dengan pihak ketiga juga ikut batal selama perjanjian sewa beli antara

penyewa dan dealer masih berlangsung.

Menyikapi kejadian diatas, penyelesaian selanjutnya dalam praktek

adalah pihak dealer memberikan kebijakan kepada penyewa untuk

melunasi angsuran yang masih kurang sesuai yang ada dalam perjanjian.

Sehingga kebijakan seperti ini dapat penulis anggap sebagai suatu

kelonggaran yang diberikan bagi pihak penyewa maupun pihak ketiga

yang beitikad baik.

Apabila penyewa mau bertanggung jawab dan mengangsur

kembali sampai angsuran tersebut lunas, maka kendaraan dapat diserahkan

kembali pada sipenyewa. Tetapi jika penyewa tidak mau melunasi

kekurangan angsurannya, maka pihak ketigalah yang harus bertanggung

jawab atas pelunasan angsurannya. Itupun kalau pihak ketiga masih mau

mendapatkan sepeda motor yang menjadi obyek perjanjian sewa beli

tersebut.

Apabila dalam hal ini pihak ketiga ternyata bersedia meneruskan

angsuran, maka pihak ketiga tinggal meneruskan perjanjian yang telah

dibuat antara pihak dealer dan penyewa. Kecuali kalau pihak pihak ketiga

menginginkan balik nama dari penyewa ke pihak ketiga, maka akan dibuat

kembali perjanjian lagi pada pihak ketiga yang menginginkan obyek

perjanjian tersebut bisa balik nama. Pihak ketiga tidak perlu membayar

uang muka kepada dealer, namun pihak ketiga tetap akan dikenai biaya

balik nama atas obyek perjanjian serta meneruskan angsuran yang belum

terbayar oleh penyewa.

Page 74: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

62

Dari uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwa kedudukan

pihak ketiga dalam hal ini tetap lemah, karena apabila kendaraan yang

telah ia beli secara lunas dari pihak penyewa ternyata benar-benar ditarik

oleh dealer dan penyewa tidak mau bertanggung jawab, maka pihak ketiga

akan kehilangan kendaraan yang telah ia bayar. Namun apabila pihak

ketiga menginginkan kendaraanya lagi maka ia harus melunasi

kekurangan angsuran berikut dendanya.

Namun kalau diperhatikan dari uraain diatas, sumber pokok dari

permasalahan adalah terjadinya kemacetan pembayaran angsuran, dan

pemindah tanganan obyek perjanjian yang dilakukan oleh pihak

penyewa.meskipun larangan-larangan itu sudah dijelaskan sebeluymnya

pada saat perjanjian itu mendapat kesepakan antara kedua pihak.

Apabila penyewa dan pihak ketiga sama-sama tidak mau

melakukan pelunasan angsurannya, maka kendaraan bermotor tersebut

akan beralih hak milik sepenuhnya menjadi milik dealer. Mengenai uang

yang sudah dibayar pihak ketiga kepada penyewa tersebut, pihak dealer

tidak mau tahu dan itu merupakan urusan dari pihak penyewa dengan

pihak ketiga.

Tentang masalah resiko dalam perjanjian sewa beli, sesuai dengan

praktek yang ada di Dealer Panorama Motor, mengenai siapa yang

menanggung resiko sudah ditetapkan dalam surat perjanjian sewa beli

yaitu dibebankan pada penyewa sejak penyewa menerima kendaraan

bermotor atau obyek perjanjian. Hal ini terjadi karena penjual sewa yang

Page 75: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

63

menentukan isi dari perjanjian sewa beli tersebut secara sepihak. Dengan

demikian tentunya pihak dealer menentukan isi perjanjian sewa beli

tersebut dengan lebih menguntungkan dirinya sendiri dibandingkan

dengan penyewa.

Jadi berakhirnya perjanjian sewa beli sepeda motor pada umumnya

pada saat pembayaran agsuran yang terakhir. Sedangkan kemungkinan

berakhirnya perjanjian sewa beli ini dengan cara lain dapat dikatakan

jarang terjadi. Hal ini dikarenakan pihak dealer bertindak teliti dalam

menentukan calon pembeli sewa.

Untuk masalah penyelesaian perselisihan yang terjadi seperti kasus

diatas, biasanya pihak deler menggunakan dua cara yaitu dengan

musyawarah mufakat, dan dengan gugatan pengadilan. Namun dalam

praktek yang biasa terjadi pihak dealer biasanya lebih memilih

menggunakan cara musyawarah mufakat, karena dengan menggunakan

cara tersebut dirasa lebih efektif dan tidak terlalu rumit, serta biaya yang

dikeluarkanpun lebih murah dibandingkan dengan menggunakan cara

gugatan pengadilan.

Namun tidak menutup kemungkinan untuk menyelesaikan

perselisihan yang timbul dalam perjanjian sewa beli ini melalui gugatan

pengadilan. Hal itu dilakukan oleh pihak dealer apabila penyewa sudah

benar-benar tidak mau bertanggung jawab kesalahan yang sudah

diperbuatnya, dengan maksud memindahtangankan obyek perjanjian

tersebut.

Page 76: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

64

BAB V

PENUTUP

A. SIMPULAN

Dari empat bab yang telah penulis kemukakan diatas maka dapat

diambil kesimpulan tentang pelaksanaan Perjanjian sewa beli di Dealer

Panorama Motor kabupaten Sragen yaitu diantaranya :

1. Perjanjian sewa beli sepeda motor di Dealer Panorama Motor merupakan

perjanjian tunggal dengan berdasarkan kesepakatan bersama antara pihak

dealer dengan calon penyewa sepeda motor.

2. Apabila terjadi penyewa melakukan wanprestasi dalam perjanjian sewa

beli maka yang bertanggung jawab sepenuhnya terhadap resiko adalah

penyewa. Hal ini sesuai dengan isi dari perjanjian sewa beli yang sudah

diepakati antara kedua belah pihak.

3. Untuk masalah penyelesain perselisihan dalam perjanjian sewa beli

kendaraan bermotor didalam prakteknya dapat ditempuh dengan dua cara

yaitu melalui musyawarah mufakat dan melalui gugatan di pengadilan.

4. Penyelesaiasn perselisihan dengan cara melalui gugatan pengadilan adalah

merupakan jalan terakhir yang ditempuh oleh dealer, apabila penyewa

sudah benar-benar tidak mau bertanggung jawab atas semua kesalahannya,

yaitu dengan maksud memindah tangankan kendaraan bermotor yang

menjadi obyek dari perjanjian sewa beli.

Page 77: FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN  · PDF filei PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR DI DEALER PANORAMA MOTOR KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk

65

B. SARAN

Dari simpulan diatas, maka penulis berusaha memberikan saran yaitu

antara lain :

1. Pihak dealer seharusnya memberikan kesempatan bagi pihak penyewa

untuk ikut serta dalam menentukan isi dari perjanjian sewa beli sepeda

motor agar penyewa tidak merasa terbebani dengan syarat-syarat yang

diajukan pihak dealer.

2. Pihak dealer sebaiknya lebih sering mengadakan pengawasan terhadap

obyek yang diperjanjikan yaitu kendaraan bermotor, agar pihak dealer tahu

apabila pihak penyewa bermaksud memindah tangankan obyek perjanjian

sewa beli kepada pihak ketiga.

3. Penyewa sepeda motor di dealer Panorama Motor Cabang Sragen

harusnya sadar akan kewajibanya untuk membayar angsuran tepat pada

waktunya agar tidak terjadi kredit macet yang selama ini pihak merugikan

dealer panorama motor cabang Sragen.