100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING DAN KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN DI MUKA BUMI ( Eksperimen Kelas X di SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011) Skripsi Disusun oleh : ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM

LEARNING DAN KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR

GEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER

DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN DI MUKA BUMI

( Eksperimen Kelas X di SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011)

Skripsi

Disusun oleh :

ERMA SUSILOWATI

K5407020

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM

LEARNING DAN KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR

GEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER

DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN DI MUKA BUMI

( Eksperimen di Kelas X SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011)

Oleh :

Erma Susilowati

K 5407020

Skripsi

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Mendapatkan Gelar Sarjana

Program Studi Pendidikan Geografi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 3: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd Rita Noviani, S.Si, M.Sc

NIP. 19560420 198303 1 003 NIP. 19751110 200312 2 013

Page 4: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk

memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada Hari : ................................................

Tanggal : ................................................

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Partoso Hadi, M.Si .......................

Sekretaris : Setya Nugraha, S.Si, M.Si .......................

Anggota I : Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd ......................

Anggota II : Rita Noviani, M.Sc .......................

Disahkan oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd

Page 5: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Erma Susilowati, K5407020. “PENGARUH PENGGUNAAN MODEL

PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING DAN KONVENSIONAL

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA PADA KOMPETENSI

DASAR ATMOSFER DAN PENGARUHYA TERHADAP KEHIDUPAN DI

MUKA BUMI (EKSPERIMEN KELAS X DI SMA NEGERI 5

SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011)”. Skripsi, Surakarta : Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Mei 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) ada tidaknya perbedaan

(pengaruh) hasil belajar yang signifikan antara siswa SMA yang diajar dengan model

pembelajaran quantum learning dan model pembelajaran konvensional pada mata

pelajaran geografi kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di

muka bumi”, (2) model pembelajaran manakah yang lebih baik diantara model

pembelajaran quantum learning dan model pembelajaran konvensional terhadap hasil

belajar geografi siswa SMA pada kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap

kehidupan di muka bumi.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian quasi eksperimen. Populasinya

adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2010/2011. Sampel

diambil dengan teknik purposive. Sampel yang dipilih adalah Kelas X-8, dan Kelas X-9.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, instrumen observasi dan

pengumpulan data hasil belajar siswa dengan menggunakan tes dalam bentuk pilihan

ganda. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji t.

Hasil penelitian menunjukkan : (1) Ada perbedaan hasil belajar yang signifikan

antara siswa SMA yang diajar dengan model pembelajaran quantum learning dan model

pembelajaran konvensional pada mata pelajaran geografi kompetensi dasar atmosfer dan

pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi. Hal ini, sesuai dengan keputusan uji

hipotesis menggunakan uji t dengan t hitung sebesar 2,108 dan t tabel = 1,667 (t hitung > t tabel),

lihat halaman 72. (2) Model pembelajaran quantum learning lebih baik dibandingkan

dengan model pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar geografi

siswa SMA pada kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di

muka bumi. Hal ini, ditunjukan dengan ditemukannya rerata skor postest kelas

eksperimen lebih tinggi daripada rerata kelas kontrol (75,625 > 71,528) lihat halaman 69.

Kata Kunci : Quantum Learning, Hasil Belajar Geografi, Atmosfer

Page 6: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT

Erma Susilowati, K5407020. “THE EFFECT OF USING QUANTUM AND

CONVENTIONAL LEARNING TO THE OUTCOME STUDY OF SENIOR HIGH

SCHOOL STUDENTS IN THE CASE OF BASIC COMPETENCY ATMOSPHERE

AND ITS INFLUENCE ON THE EARTH (STUDY CASE TO STUDENTS CLASS X

IN SENIOR HIGH SCHOOL 5 SURAKARTA, YEAR 2010/2011)”. Thesis, Surakarta:

Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, May 2011.

The purposes of this research are: (1) To determine whether there is a significant

impact between the students taught using quantum learning and those who are taught

using conventional learning, in the case of “Basic competency atmosphere and its

influence on the earth”. (2) To determine what model which is better than between

quantum and conventional learning applied to geography lesson on Senior High School

students in the case of “Basic competency atmosphere and its influence on the earth”.

This research used a quasi experimental research method. The population of the

research was all of students class X Senior High School 5 Surakarta, year 2010/2011.

The samples were taken by using purposive sampling technique. The selected samples are

students class X-8 and X-9. This research employed documentation and observation

information as the technique of collecting data. Then, the outcome study of students were

collected using multiple choice test. This research utilized t test as the technique of

analyzing data.

The result of this research are: (1) there is significant impact between the

students taught using quantum learning and those who are taught using conventional

learning on Geography lesson, in the case “Basic competency atmosphere and its

influence on the earth”. The result is in accordance with the decision of the hypothesis

test using t test with t calculate equal to 2,108, and t table = 1,667 (t calculate> t tables).

(2) quantum learning model is better than conventional learning model in improving the

outcome of high school students learning geography in atmospheric basic competence

and its influence on life on earth. It is shown by the postest result that the mean score of

experiment class is higher than the mean score of control class (75,625 >

71,528)seepage69.

Key Words : Quantum learning, result of learning geography, atmosphere

Page 7: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

“Man jadda wa jadda; siapa yang bersungguh-sungguh pasti

akan berhasil ”

( Anonim )

“Seberapa pun besar permasalahan yang dihadapi, tetaplah

bersabar.

Karena kemenangan itu sesungguhnya akan datang bersama

dengan

kesabaran. Jalan keluar datang bersama kesulitan. Dan, dalam

setiap

kesulitan itu ada kemudahan.”

(Anonim)

“ Gunakan kegagalan untuk menyiksa diri,supaya dia ingat

tidak boleh mengulangi itu lagi, kemudian cukupkanlah

marah itu dan mulai sayangi dan katakan untung aku punya

pribadi sebaik kamu yang akan menjadi pribadi yang lebih

kuat setelah kesalahan ini “.

(Mario Teguh)

Page 8: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada :

Bapak, Ibu dan Eyang tercinta.

Mba Erna, Mba Naning, Mas Fuad, Mba Yuni,

Mas Joko, Ismi, Afra dan Gibran tersayang.

Cuy, Fyka, Okta, Hany, Lulu, Mintha, Nurul, Rini,

dan teman-teman Geo 2007 sahabat sejatiku.

Almamater yang kubanggakan.

Page 9: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Quantum

Learning dan Konvensional Terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Pada Kompetensi

Dasar Atmosfer dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Di Muka Bumi” sebagai

salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program S1 Pendidikan

Geografi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Selain karena kemudahan yang telah diberikan oleh-Nya, keberhasilan

penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan

terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada semua pihak yang telah turut

membantu, terutama kepada:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah berkenan

memberikan ijin dan fasilitas dalam menempuh pendidikan pada Program S1

Pendidikan Geografi, khususnya dalam penyususan skripsi ini.

2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang

telah memberikan ijin untuk penelitian.

3. Drs. Partoso Hadi, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah

memberikan ijin, dukungan, serta petunjuk bagi penulis dalam meyelesaikan

skripsi ini.

4. Setya Nugraha, S.Si, M.Si selaku Sekertaris Program Studi Pendidikan

Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

yang telah begitu sabar memberikan motivasi, saran, dan pembelajaran hidup

yang tidak mungkin akan penulis lupakan selamanya. Semoga penulis mampu

meneladani beliau.

Page 10: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

5. Drs. Djoko Subandriyo, M.Pd selaku pembimbing pertama yang telah begitu

sabar memberikan bimbingan, motivasi, arahan, saran, petunjuk, dan dukungan

bagi penulis dalam penulisan skripsi ini.

6. Rita Noviani, M.Sc selaku pembimbing kedua yang telah begitu sabar

memberikan bimbingan, motivasi, arahan, saran, petunjuk, dan dukungan bagi

penulis dalam penulisan skripsi ini.

7. Dr. Sarwono, M.Pd selaku Pembimbing Akademik yang begitu sabar telah

memberikan pengarahan maupun motivasi kepada penulis selama belajar di

UNS.

8. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Geografi FKIP UNS yang

secara tulus dan ikhlas memberikan ilmunya kepada penulis.

9. Drs. Makmur Sugeng, M.Pd selaku Kepala SMA Negeri 5 Surakarta yang

telah memberi ijin dan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan

penelitian.

10. Ika Agustina Yaniastiwi, S.Pd selaku Guru Geografi SMA Negeri 5 Surakarta

yang telah memberikan bantuan, arahan dan masukan selama pengambilan

data.

11. Siswa – siswi SMA Negeri 5 Surakarta atas kerjasama yang telah diberikan

pada saat pengambilan data.

12. Teman-teman Geografi angkatan 2005, 2006, dan 2008 yang telah memberi

semangat dan motivasi dalam proses penelitian ini.

13. Mas Aji, Mas Yopi dan teman-teman di Varian yang telah banyak membatu

kelancaran penyusunan skripsi.

14. Teman-teman kos Al-Ashr dan kos Arimbi yang telah memberikan motivasi.

15. Semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung telah membantu

kelancaran penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.

Surakarta, Mei 2011

Penulis

Page 11: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

halaman

JUDUL ....................................................................................................................... i

PENGAJUAN ............................................................................................................ ii

PERSETUJUAN ....................................................................................................... iii

PENGESAHAN…………………………………………………………….. ........ iv

ABSTRAK ................................................................................................................. v

MOTTO ..................................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ..................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ix

DAFTAR ISI.............................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL.......................................................................................... ......... xiv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN............... .......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah......... ................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah..... ........................................................................... 4

C. Pembatasan Masalah...... ......................................................................... 4

D. Perumusan Masalah ................................................................................ 5

E. Tujuan Penelitian...... .............................................................................. 5

F. Manfaat Penelitian... ................................................................................ 6

Page 12: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

BAB II LANDASAN TEORI...... ............................................................................. 7

A. Tinjauan Pustaka............................................................................ 7

1. Pembelajaran Geografi.............................................................. ....... 7

2. Hasil Belajar ...................................................................................... 10

3. Model Pembelajaran .......................................................................... 14

B. Penelitian yang Relevan................................................................. 37

C. Kerangka Berpikir.......................................................................... 39

D. Hipotesis Penelitian........................................................................ 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................... 43

A. Tempat dan Waktu Penelitian...................................................... 43

1. Tempat Penelitian.................................................................... 43

2. Waktu Penelitian...................................................................... ...... 43

B. Metode dan Desain penelitian..................................................... 43

1. Desain Penelitian..................................................................... 44

2. Variabel Penelitian.................................................................. 45

C. Populasi dan Sampel..................................................................... 45

1. Populasi Penelitian................................................................... 45

2. Sampel Penelitian..................................................................... 45

D. Teknik Pengumpulan Data........................................................... 46

1. Instrumen Penelitian................................................................ ....... 46

2. Uji Coba Instrumen................................................................. ........ 47

E. Teknik Analisis Data................................................................... 50

1. Uji Prasyarat Analisis............................................................... 52

2. Pengujian Hipotesis.................................................................. 53

Page 13: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

BAB IV HASIL PENELITIAN.................................................................... 55

A. Deskripsi Lokasi………………………………………….......... 55

B. Proses Pembelajaran……………………………………………. 57

C. Deskripsi Data……………………...………………………….. 60

1. Uji Soal…….……………………………………………….. 61

2. Hasil Belajar………………………………………………... 65

D. Uji Prasayarat Analisis……....................................................... 71

E. Pengujian Hipotesis……………………………………………. 71

1. Hipotesis Pertama…………………………………………. 71

2. Hipotesis Kedua…………………………………………… 72

F. Pembahasan Hasil Analisis Data………………………………. 72

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN……………………. 82

A. Kesimpulan……………………………………………………… 82

B. Implikasi Hasil Penelitian………………………………………. 82

1. Implikasi Teoritis……………………………………………. 82

2. Implikasi Praktis…………………………………………….. 83

C. Saran…………………………………………………………….. 83

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 84

LAMPIRAN

Page 14: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 2.1 Penggolongan Ranah Kognitif berdasarkan Taksonomi Bloom...... 12

Tabel 2.2 Perbandingan Penelitian yang Relevan…………………………… 37

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian……………………………………….. 43

Tabel 3.2 Nonrandomized Pretest-Postest Kontrol Group Desaign……….. 44

Tabel 4.1 Daftar Sarana dan Prasarana Penunjang KBM SMA N 5 Surakarta 55

Tabel 4.2 Jumlah Siswa SMA Negeri 5 Surakarta ….……………………… 56

Tabel 4.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Quantum Learning……… 57

Tabel 4.4 Langkah-langkah Model Pembelajaran Konvensional…………... 59

Tabel 4.5 Data Statistik Uji Validitas …………….………………………… 62

Tabel 4.6 Hasil Uji Coba Validitas Instrumen Tes………………………….. 62

Tabel 4.7 Indeks Kesukaran Instrumen Tes…………………………………. 63

Tabel 4.8 Daya Beda Butir Soal Instrumen Tes…………………………….. 63

Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Observasi Dengan Skala Likert.......................... 64

Tabel 4.10Data Pretest dan Postest Kelas Eksperimen.................................... 65

Tabel 4.11Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Dan Postest Kelas Eksperimen.. 65

Tabel 4.12 Data Pretest dan Postest Kelas Kontrol........................................... 67

Tabel 4.13Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Dan Postest Kelas Kontrol …… 67

Tabel 4.14Data Statistik Postest Kelas Eksperimen dan Kontrol……………. 69

Tabel 4.15Distribusi Frekuensi Nilai Postest Kelas Eksperimen Dan

Kelas Kontrol…………………………………….......................... 69

Tabel 4.16Rangkuman Hasil Analisis Uji t………………………………….. 72

Page 15: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 2.1 Contoh Kerangka Konsep 1……………………………………. 24

Gambar 2.2 Contoh Kerangka Konsep 2.................................................. 25

Gambar 2.3 Bagan Alur Paradigma Penelitian……………………………... 41

Gambar 4.1 Rekapan Hasil Instrumen Observasi…………………………… 64

Gambar 4.2 Histogram Nilai Pretest Dan Postest Kelas Eksprimen……….... 66

Gambar 4.3 Histogram Hasil Belajar Siswa Pada Kelas Kontrol ………….. 68

Gambar 4.4 Histogram Perbandingan Nilai Postest Kelas Eksperimen Dan

Kelas Kontrol…………………………………………………… 70

Page 16: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1 Citra Lokasi SMA Negeri 5 Surakarta ………….. ............................. 89

Lampiran 2 Lokasi SMA Negeri 5 Surakarta……………………………... ........... 90

Lampiran 3 Silabus………………………………………………………… .......... 92

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen… ........ 97

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol……... .......... 117

Lampiran 6 Materi Atmosfer Kelas X SMA……………………………… ......... 135

Lampiran 7 Media Pembelajaran Atmosfer Kelas X SMA………………............. 172

Lampiran 8 Kisi-Kisi Soal Uji Prasyarat……………………………… .............. 207

Lampiran 9 Soal Uji Prasyarat ................................................................................ 215

Lampiran 10 Lembar Jawaban dan Kunci Jawaban Soal Uji Prasyarat…... ............ 219

Lampiran 11 Kisi – kisi Soal Pretest dan Postest………………………….. ............ 222

Lampiran 12 Soal Postest .......................................................................................... 223

Lampiran 13 Lembar Jawaban dan Kunci Jawaban Soal Postest ............................. 231

Lampiran 14 Uji Validitas ...................................................................................... 234

Lampiran 15 Hasil Perhitungan Validitas Soal ......................................................... 241

Lampiran 16 Data Reliabilitas .................................................................................. 242

Lampiran 17 Uji Reliabilitas………………………………………………... .......... 246

Lampiran 18 Taraf Kesukaran dan Daya Beda Butir Soal…………………. ........... 247

Lampiran 19 Data Induk…………………………………………………… ........... 252

Lampiran 20 Data Pretest………………………………………………….. .......... 253

Page 17: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

Lampiran 21 Uji Kesamaan Kemampuan Awal……………………………. .......... 254

Lampiran 22 Data Postest…………………………………………………... .......... 255

Lampiran 23 Uji Kesamaan Variansi Postest………………………………. ........... 256

Lampiran 24 Perhitungan Uji T…………………………………………….. .......... 257

Lampiran 25 Instrumen Observasi………………………………………….. ........ 259

Lampiran 26 Hasil Rekapan Instrumen Observasi…………………………. ........ 268

Lampiran 27 Daftar Instrumen Musik .................................................................... 271

Lampiran 28 Daftar Siswa ........................................................................................ 273

Lampiran 29 Foto Penelitian……………....………………………………... .......... 278

Lampiran 30 Suplemen………………………………………….. ........................... 281

Lampiran 31 Perijinan ............................................................................................ 296

Page 18: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan proses belajar mengajar dicirikan dengan tercapainya tujuan

pembelajaran. Proses belajar mengajar dinilai berhasil apabila hasil belajar siswa

lebih tinggi dari nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM), sebaliknya proses

belajar mengajar dinilai belum berhasil apabila pencapaian hasil belajar masih

belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM). Keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar berkaitan dengan kemampuan dan kecakapan siswa dalam

mempelajari setiap mata pelajaran yang diajarkan seperti mata pelajaran Geografi.

Salah satu masalah yang dihadapi dalam pembelajaran Geografi adalah

masalah pelaksanaan proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa

kurang terdorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir sehingga mereka

cenderung pasif dan menyebabkan siswa merasa bosan (Sanjaya, 2007 : 1). Hal

senada diungkap oleh Haryono (dalam A‟La, 2010: 138) bahwa sekitar 5% siswa

pada kelas akselerasi menghadapi kebosanan dengan pelajaran yang ada sehingga

pembelajaran yang dilakukan guru menimbulkan teror bagi siswa. Kebosanan

siswa dalam pembelajaran tersebut disebabkan kurang menariknya model

pembelajaran yang digunakan guru. Apalagi sikap siswa yang mengesampingkan

pembelajaran Geografi karena dianggap hafalan semata menjadikan mereka malas

untuk memahaminya.

Masalah di atas menjadi salah satu penyebab belum tercapainya hasil

pembelajaran Geografi. Hasil belajar mata pelajaran Geografi yang rata-rata

belum memenuhi batas kriteria ketuntasan minimal (KKM) diantara mata

pelajaran yang lain, membuktikan kepada siswa SMA untuk mengakui bahwa

mata pelajaran Geografi termasuk mata pelajaran yang membutuhkan pemahaman

sehingga siswa harus benar-benar memahami pokok bahasan yang diajarkan.

Berdasarkan deskripsi di atas, dipandang perlu adanya pengembangan

berbagai model, strategi, dan metode pembelajaran Geografi. Model pembelajaran

yang dapat menambah motivasi berprestasi siswa dan menumbuhkan

Page 19: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

pembelajaran yang bermakna, menyenangkan, dialogis, kreatif dan dinamis

sebagaimana tuntutan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Belajar bermakna diartikan sebagai proses

mengaitkan informasi-informasi baru pada konsep yang relevan yang terdapat

dalam struktur kognitif siswa. Pembelajaran harus berpusat pada siswa sehingga

pembelajaran yang berpusat pada guru harus ditinggalkan. Oleh karena itu,

diperlukan inovasi model pembelajaran bermakna.

Quantum learning adalah pembelajaran yang mengoptimalkan belajar

dan motivasi berprestasi siswa. Model pembelajaran ini diibaratkan seperti

mengubah energi menjadi cahaya, seperti halnya pada teori kuantum (DePorter

dan Hernacki, 2008: 14). Dari proses tersebut, quantum learning menciptakan

konsep motivasi, langkah-langkah menumbuhkan minat, dan belajar aktif, selain

itu belajar dari lingkungan sekitar. Simulasi konsep belajar aktif diciptakan

dengan kegiatan: “belajar apa saja dari setiap situasi, menggunakan apa yang

dipelajari untuk keuntungan pembelajar, mengupayakan agar segalanya

terlaksana, bersandar pada kehidupan.” Gambaran ini disandingkan dengan

konsep belajar pasif yang terdiri dari: “tidak dapat melihat adanya potensi belajar,

mengabaikan kesempatan untuk berkembang dari suatu pengalaman belajar,

membiarkan segalanya terjadi, menarik diri dari kehidupan.” (Akhmad Sudrajat

dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com).

Model pembelajaran quantum learning yang lebih mengupayakan pada

keaktifan siswa mempunyai asas “Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan

antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Asas ini menjelaskan bahwa prinsip

menjembatani jurang antara siswa dan guru akan memudahkan guru membangun

jalinan komunikasi yang baik, menyelesaikan pelajaran lebih cepat, membuat

hasil belajar lebih melekat dan memastikan terjadinya pengalihan pengetahuan

atau membuat rencana pengajaran yang dapat menyeberang ke dunia anak dengan

cara mengerti minat, hasrat dan pikiranya, sehingga guru dapat membawa siswa

sepenuhnya ke dalam proses pembelajaran.

Page 20: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Dalam penelitian yang akan dilakukan, kompetensi dasar (KD) yang

dipilih adalah Atmosfer dan Pengaruhnya terhadap kehidupan di Muka Bumi.

Pemilihan KD Atmosfer dalam penerapan model pembelajaran quantum learning

karena siswa dapat mempelajari materi sesuai dengan lingkungan yang ada

didekat mereka, seperti siswa dapat mempelajari bentuk-bentuk awan ketika

sedang menatap langit pada saat siang hari, siswa dapat mempelajari kondisi

cuaca dan iklim pada bulan april-oktober (musim kemarau) dan oktober-april

(musim penghujan). Selain itu, siswa dapat mengembangkan imajinasi dan

kreativitas seni melukisnya dengan kerangka konsep sehingga siswa diharapkan

lebih tertarik untuk mempelajari dan memahami pelajaran Geografi.

Pada KD ini, menggunakan dua model pembelajaran yaitu model

pembelajaran quantum learning dan model pembelajaran konvensional.

Penerapan dua model pembelajaran ini didasarkan pada konsep sudut

pandang/pusat pembelajarannya. Model pembelajaran quantum learning yang

berpusat pada siswa dan model pembelajaran konvensional berpusat pada guru

dalam penerapannya pada KD Atmosfer pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa

akan lebih baik yang mana karena siswa sudah terbiasa dengan model

pembelajaran berpusat pada guru.

Penerapan model pembelajaran quantum learning dan konvensional akan

dilaksanakan di SMA N 5 Surakarta. Hal ini karena, pada saat dilakukan observasi

di kelas X SMA N 5 Surakarta rata-rata siswa merasa bosan dan

mengesampingkan pelajaran Geografi karena dianggap hafalan dan materi kurang

menarik sehingga nilai yang diperoleh rata-rata hanya sebatas nilai KKM (kriteria

ketuntasan minimal). Hal ini sesuai dengan hasil belajar semester ganjil tahun

ajaran 2010/2011 yaitu sebesar 6,8 (KKM 6,6).

Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Quantum

Learning dan Konvensional Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa SMA Pada

Kompetensi Dasar Atmosfer dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan di Muka

Bumi (Eksperimen Kelas X di SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran

2010/2011)”.

Page 21: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti dapat

mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Dalam proses pembelajaran siswa kurang terdorong untuk mengembangkan

kemampuan berpikir, hal ini karena adanya faktor eksternal (model

pembelajaran, guru, dan lingkungan) dan internal (motivasi, sikap, dan

prestasi) dalam diri siswa sehingga mempengaruhi hasil belajar.

2. Kurang tertariknya siswa pada pelajaran Geografi karena materi Geografi

dianggap hafalan dan siswa cenderung mengesampingkan / menggampangkan

pelajaran Geografi daripada pelajaran eksakta.

3. Ketidaktepatan model pembelajaran yang digunakan guru dalam kompetensi

dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi akan

mengakibatkan siswa di SMA N 5 Surakarta merasa bosan dan cenderung

pasif sehingga hasil belajar siswa belum dapat memenuhi kriteria ketuntasan

(KKM).

4. Penggunaan model pembelajaran yang berpusat pada keaktifan guru dan

model pembelajaran yang berpusat pada keaktifan siswa perlu dilakukan

pengujian hasil belajar siswa khususnya pada kompetensi dasar atmosfer dan

pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, sebagaimana telah penulis uraikan di atas,

yaitu adanya faktor eksternal (model pembelajaran, guru dan lingkungan) dan

internal (motivasi, sikap, dan prestasi) siswa dalam mempengaruhi hasil belajar

agar masalah dapat dikaji dengan mendalam peneliti memandang perlu untuk

membatasi masalah dengan hanya melihat pada faktor eksternal mengenai

penggunaan model pembelajaran sehubungan dengan judul penelitian yaitu

pengaruh penggunaan model pembelajaran quantum learning dan model

pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar Geografi siswa SMA pada

kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi.

Page 22: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas maka rumusan

masalah yang akan dikaji sebagai berikut.

1. Apakah ada perbedaan (pengaruh) hasil belajar yang signifikan antara siswa

SMA yang diajar dengan model pembelajaran quantum learning dan model

pembelajaran konvensional pada mata pelajaran Geografi kompetensi dasar

atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi?”

2. Apakah model pembelajaran quantum learning lebih baik dibandingkan

dengan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar Geografi

siswa SMA pada kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap

kehidupan di muka bumi?

E. Tujuan Penelitian

Bertolak dari rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah

untuk:

1. Mengetahui ada tidaknya perbedaan (pengaruh) hasil belajar yang signifikan

antara siswa SMA yang diajar dengan model pembelajaran quantum learning

dan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran Geografi

kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka

bumi”,

2. Mengetahui model pembelajaran yang lebih baik diantara model

pembelajaran quantum learning dan model pembelajaran konvensional

terhadap hasil belajar Geografi siswa SMA pada kompetensi dasar atmosfer

dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi.

Page 23: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

F. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

a. Manfaat penelitian ini secara teoritis untuk menambah dan mengembangkan

wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan khususnya Geografi serta

lebih mendukung ketepatan penggunaan model pembelajaran yang telah ada

sehubungan dengan masalah yang diteliti.

b. Sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa pada

mata pelajaran Geografi.

c. Sebagai bahan kajian untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut tentang

pengaruh model pembelajaran quantum learning terhadap hasil belajar siswa

pada mata pelajaran Geografi.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi siswa yaitu memudahkan siswa memahami pelajaran Geografi

serta menarik perhatian siswa untuk memperdalam pelajaran Geografi.

b. Manfaat bagi guru yaitu menambah wawasan dalam menggunakan model

pembelajaran yang digunakan khususnya pada kompetensi dasar atmosfer dan

pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi.

Page 24: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembelajaran Geografi

Pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi

sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa (Sanjaya, 2007:

11). Pembelajaran sebagai upaya untuk membelajarkan siswa yang menempatkan

siswa sebagai sumber kegiatan. Pembelajaran dipengaruhi oleh perkembangan

teknologi dengan asumsi yaitu pembelajaran mempermudah siswa mempelajari

segala sesuatu lewat berbagai macam media (Sanjaya, 2007: 11).

Pembelajaran dapat diaplikasikan melalui berbagai mata pelajaran seperti

Geografi. Menurut IGI (dalam http://belajargeo.blogspot.com) Geografi adalah

ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena di geosfer (muka

bumi) dengan sudut pandang kelingkungan (ekologis) dan kewilayahan (regional)

dalam konteks keruangan (space), sedangkan menurut Hartshorne (dalam

Sumaatmadja, 2001: 9) Geografi sebagai bidang ilmu mencari penjelasan dan

interpretasi tentang karakter variabel dari suatu tempat ke tempat lain sebagai

hasil interaksi faktor-faktor Geografi yang mencirikan tempat-tempat di

permukaan bumi sebagai dunia kehidupan manusia dan interaksi pemanfaatan

sumber daya lingkungan bagi kepentingan hidup manusia. Jadi pembelajaran

Geografi adalah suatu proses yang terencana dalam mempelajari gejala-gejala di

permukaan bumi secara keseluruhan. Gejala-gejala tersebut meliputi aspek fisik

(alam) dan aspek sosialnya, dengan memperhatikan interaksi, interelasi dan

integritas keruangannya.

Dari pengertian-pengertian yang dikemukakan di atas, menurut

Sumaatmadja (2001: 12) Geografi dan studi Geografi berkenaan dengan: 1)

permukaan bumi (geosfer), 2) alam lingkungan (atmosfer, litosfer, hidrosfer,

biosfer), 3) umat manusia dengan kehidupannya (antroposfer), 4) penyebaran

keruangan gejala alam dan kehidupan termasuk persamaan dan perbedaan, serta 5)

analisis hubungan keruangan gejala-gejala Geografi di permukaan bumi. Beberapa

Page 25: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

studi Geografi yang dikemukakan di atas, dalam dunia pendidikan unsur-unsur

studi Geografi tertuang dalam suatu perencanaan pembelajaran yang dirancang

sedemikian rupa supaya tujuan pembelajaran tercapai.

a. Perencanaan Pembelajaran

Suatu proses pembelajaran tentunya harus dilandasi dengan adanya

perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran merupakan komponen

penting dari sistem pembelajaran secara utuh (Suwarna, 2006 : 33). Suatu

sistem harus memenuhi empat kriteria yaitu: 1) suatu bagian memiliki atau

dapat dibagi menjadi bagian yang lebih kecil; 2) setiap bagian mempunyai

fungsi tersendiri; 3) dari setiap fungsi harus dilakukan secara bersama; dan 4)

fungsi yang dijalankan secara bersama mempunyai tujuan tertentu.

Model umum sistem pembelajaran tersusun atas komponen input,

proses dan output, bahkan dapat dilengkapi dengan outcame. Komponen

input dapat berupa siswa, materi, metode, alat, media pembelajaran, dan

perangkat pembelajaran. Komponen proses berupa tempat atau aktivitas

berinteraksinya berbagai input seperti masukan siswa, masukan berupa alat-

alat termasuk guru dan kurikulum. Untuk komponen output merupakan

cerminan langsung maupun tidak langsung dari proses pembelajaran yang

berlangsung seperti hasil belajar siswa dan perubahan sikap siswa dalam

mengikuti KBM. Selain itu, Penggunaan metode dan media dalam suatu

kegiatan belajar mengajar sangatlah penting, khususnya pembelajaran

Geografi yang menekankan pada konsep keruangan, artinya siswa dituntut

tahu tentang suatu fenomena Geografi di suatu wilayah tertentu.

b. Kompetensi Dasar

Menurut Findi dan Crunkilton dalam Mulyasa (2006: 38) mengartikan

“Kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas keterampilan, sikap

dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan”. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa kompetensi mencakup tugas keterampilan, sikap dan

apresiasi yang harus dimiliki oleh siswa untuk dapat melaksanakan tugas-

tugas pembelajaran sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu. Kompetensi dasar

Page 26: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

setiap mata pelajaran berbeda-beda tergantung dari pokok bahasan yang

diajarkan.

Berdasarkan studi Geografi, kompetensi dasar pada fenomena alam

atmosfer seperti cuaca dan iklim dipelajari di kelas X semester genap dengan

standar kompetensi menganalisi unsur-unsur geosfer, sedangkan kompetensi

dasarnya adalah atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka

bumi.

Menurut Seokardi, Lela dan Suryono (1983: 18) atmosfer adalah

selimut gas tebal yang secara menyeluruh menutupi bumi. Dengan kata lain

Atmosfer merupakan lapisan udara yang mengelilingi bumi. Sifat-sifat dari

atmosfer antara lain : 1) memiliki massa dan tekanan; 2) dapat berpidah

tempat dan dapat mengembang dan menyusut; 3) tidak berasa, berwarna, dan

tidak berbau. Lapisan atmosfer terdiri atas bermacam-macam unsur seperti

nitrogen dengan jumlah 78%, oksigen 21%, argon 0,98% dan karbondioksida

0,03%. Lapisan atmosfer secara umum dibagi menjadi 5 bagian:

a. Troposfer : lapisan ini merupakan lapisan paling bawah dan merupakan

tempat pembentukan segala proses cuaca dan aktifitas

manusia.

b. Stratosfer : lapisan yang menunjukkan perubahan temperatur yang kecil

kearah vertikal.

c. Mesosfer : lapisan yang dapat memantulkan gelombang radio dan

televisi. Selain itu, di lapisan ini meteor yang jatuh kebumi

terbakar dan terurai sehingga tidak sampai ke permukaan

bumi.

d. Termosfer : lapisan yang ketinggiannya 80 km sampai batas antara

atmosfer dengan angkasa luar.

e. Ekosfer : lapisan yang menjadi batas antara atmosfer dengan angkasa

luar.

Dari kelima lapisan yang ada di atmosfer, lapisan troposferlah yang

paling banyak terjadi gejala-gejala alam seperti hujan, petir, angin, jalur

transportasi udara dan lain-lain, sedangkan pengaruh atmosfer terhadap

Page 27: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

kehidupan di muka bumi banyak sekali salah satunya adalah fenomena cuaca

dan iklim yang dapat mempengaruhi pola kehidupan manusia, hewan dan

tumbuhan. Pola kehidupan hewan yang dipengaruhi oleh cuaca dan iklim

misalnya hewan yang hidup di daerah dingin umumnya berbulu tebal dan

tubuhnya pendek.

Dampak dari adanya cuaca dan iklim yaitu dampak positif dan negatif.

Dampak positif seperti manfaat iklim dan cuaca dalam kehidupan sehari-hari

berpengaruh terhadap bidang pertanian, bidang perikanan, bidang

perhubungan atau transportasi, bidang pariwisata, dan bidang industri,

sedangkan dampak negatif yaitu pengaruh pemanasan global yang

menyebabkan terjadinya angin la Nina dan El nino serta mencairnya es di

kutub.

2. Hasil Belajar

Menurut Witherington dalam Annurahman (2009:35) belajar yaitu suatu

perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru

dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian, sedangkan

pengertian secara umum belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu

untuk memperoleh suatu perubahan dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah

melalui latihan atau pengalaman (Anurahman, 2009:35).

Untuk dapat mengetahui sejauh mana seseorang menerima belajarnya

maka perlu dilakukan evaluasi. Hasil dari evaluasi tersebut disebut dengan hasil

belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006 : 250), hasil belajar merupakan hal

yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi

siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila

dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut

terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor, sedangkan dari

sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom (dalam Dimyanti dan Mujiono, 2006)

hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah salah satunya

adalah ranah kognitif.

Page 28: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri

dari 6 aspek perilaku yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,

sintesis dan evaluasi.

1) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah

dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan

dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip atau metode.

2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang

hal yang dipelajari.

3) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk

mengahadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya menggunakan

prinsip.

4) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam

bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik

misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang lebih kecil.

5) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya

kemampuan menyusun suatu program kerja.

6) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa

hal berdasarkan kriteria tertentu. Misalnya kemampuan menilai hasil

karangan.

Page 29: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dirangkum sebagai berikut:

Tabel 2.1. Penggolongan Ranah Kognitif (Pengetahuan) Berdasarkan

Taksonomi Bloom

RANAH KOGNITIF-PENGETAHUAN (KNOWLEDGE)

Kategori jenis

perilaku

Kemampuan internal Kata kerja operasional

Pengetahuan

(C1)

Mengetahui………

Misalnya : Istilah

Fakta

Aturan

Urutan

Metode

Mengidentifikasi

Menyebutkan

Memberi nama pada

Menyusun daftar

Menggaris bawahi

Menjodohkan

Memilih

Memberikan definisi

Pemahaman

(C2)

Menterjemahkan

Menafsirkan

Memperkirakan

Menentukan……..

Misalnya : Metode

Prosedur

Memahami……..

Misalnya : Konsep

Kaidah

Prinsip

Kaitan antara

Fakta

Isi pokok

Mengartikan

Menginteprestasikan……

Misalnya : Tabel

Grafik

Bagan

Menjelaskan

Menguraikan

Merumuskan

Merangkum

Mengubah

Memberikan contoh tentang

Menyadur

Meramalkan

Memperkirakan

Menerangkan

Penerapan

(C3)

Memecahkan masalah

Membuat bagan & grafik

Menggunakan………….

Misalnya : Metode/prosedur

Konsep

Kaidah

Prinsip

Memperhitungkan

Membuktikan

Menghasilkan

Menunjukan

Melengkapi

Menyediakan

Menyesuaikan

Menemukan

Analisa

(C4)

Mengenali kesalahan

Membedakan………..

Misalnya:Fakta dari

interprestasi

Memisahkan

Menerima

Menyisihkan

Menghubungkan

Page 30: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Data dari kesimpulan

Menganalisa…………

Misalnya : Struktur dasar

Bagian-bagian

Hubungan antara

Memilih

Membandingkan

Mempertentangkan

Membagi

Membuat diagram/skema

Menunjukan hubungan antara

Sintesa

(C5)

Menghasilkan……………

Misalnya : Klasifikasi

Karangan

Kerangka teoritis

Menyusun…………..

Misalnya : Rencana

Skema

Program kerja

Mengkategorikan

Mengkombinasikan

Mengarang Menciptakan

Mendesain Mengatur

Menyusun kenmbali

Merangkaikan

Menghubungkan

Menyimpulkan Merancangkan

Membuat pola

Evaluasi

(C6)

Menilai berdasarkan norma

internal….

Misalnya : Hasil karya seni

Mutu karangan

Mutu ceramah

Program

Penataran menilai

berdasarkan norma eksternal..

Misalnya : Hasil karya seni

Mutu karangan

Mutu pekerjaan

penataran

Mempertimbangkan……………

Misalnya : Baik-buruknya

Pro-kontanya

Untung ruginya

Memperhitungkan

Membuktikan Menghasilkan

Menunjukan Melengkapi

Menyediakan Menyesuaikan

Menemukan

Menurut Anwar ( 2006: 84) Untuk dapat mempelajari suatu materi

dengan baik diperlukan struktur kognitif yang baik. Struktur kognitif

menurut Dahar (dalam Anwar , 2006: 84) adalah organisasi informasi yang

meliputi fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah

dipelajari dan diingat oleh siswa. Struktur kognitif yang baik akan

mendukung peristiwa belajar dan memudahkan mengingat apa yang telah

dipelajari, karena struktur kognitif yang baik akan memudahkan seseorang

belajar dengan jalan membantu pebelajar untuk memasukan sejumlah

informasi dan konsep (Sastrawijaya dalam Anwar, 2006:84).

Page 31: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Hasil belajar yang mencakup ranah kognitif tersebut dapat diukur melalui

evaluasi hasil belajar. Menurut Annurahman (2009: 159), evaluasi adalah

kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauhmana hendaknya tujuan telah

tercapai, sedangkan evaluasi hasil belajar lebih menekankan kepada diperolehnya

informasi tentang seberapakah perolehan siswa dalam mencapai tujuan pengajaran

yang ditetapkan.

3. Model Pembelajaran

Pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi

sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa. Pembelajaran

sebagai upaya untuk membelajarkan siswa yang menempatkan siswa sebagai

sumber dari kegiatan. Pembelajaran dipengaruhi oleh perkembangan teknologi

dengan asumsi pembelajaran mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu

lewat berbagai macam media (Sanjaya, 2007 : 11).

Menurut Sumantri dan Permana (2001: 114) model merupakan cara-cara

yang di tempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar

menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya

prestasi belajar anak yang memuaskan. Setiap model pembelajaran mempunyai

karakteristik tertentu dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Model pembelajaran terbentuk dari satu kesatuan yang utuh antara

pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik pembelajaran (Sudrajat,

(http://akhmadsudrajat.wordpress.com). Pendekatan dapat diartikan sebagai titik

tolak atau sudut pandang guru terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada

pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di

dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatarbelakangi metode

pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu (Sanjaya, 2007: 125). Dilihat dari

sudut pandang pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan

pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered

approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada

guru (teacher centered approach).

Dari model pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan

ke dalam strategi pembelajaran. Kemp (dalam Sanjaya, 2007: 124)

Page 32: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran

yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai

secara baik dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J.R David,

Sanjaya (2007: 124) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung

makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat

konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu

pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat

dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning

dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Sanjaya, 2007: 125). Ditinjau

dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat

dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran

deduktif.

Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk

mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu.

Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something”

sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Gulo, 2004: 3). Jadi,

metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata

dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode

pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi

pembelajaran, diantaranya: ceramah; demonstrasi; diskusi; simulasi;

laboratorium; pengalaman lapangan; brainstorming; debat, dan sebagainya.

Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan taktik

pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara

yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara

spesifik (Sanjaya, 2007: 125). Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas

dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang

tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada

kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode

diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong

Page 33: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat

berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.

Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam

melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual

(Sanjaya, 2007: 125). Misalkan, ada dua orang sama-sama menggunakan metode

ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya.

Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor,

sementara yang satunya lagi kurang diselingi humor, tetapi lebih banyak

menggunakan alat bantu elektronik karena dia sangat menguasai bidang itu.

Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan dari setiap guru, sesuai dengan

kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan.

Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekaligus juga seni.

Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang

tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan

kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan

suatu model pembelajaran, metode, dan teknik pembelajaran.

Menurut Joyce dan Weil (dalam Sumaatmadja, 2001: 101) model

pembelajaran adalah:

“A model teaching is a plan or pattern that can be use to shape curriculum

(longterm courses of studies), to design instructional materials, and to guide

instruction in the classroom and other settings.”

Berdasarkan konsep tersebut, model pembelajaran dapat digunakan untuk

menyusun kurikulum, merancang bahan pelajaran dan menuntun pelajaran di

dalam kelas atau pada kondisi lainnya. Model pembelajaran ini merupakan suatu

pola yang disusun bagi kepentingan pelaksanaan pengajaran sesuai dengan tujuan

yang harus dicapai serta disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku, sehingga

model pembelajaran harus memenuhi persyaratan yang berkenaan dengan

pengorganisasian tujuan, materi pelajaran, pengalaman belajar, dan evaluasinya.

Aspek-aspek tersebut yang memberikan ciri terhadap jenis atau bentuk model

pengajaran yang akan dikembangkan (Sumaatmadja, 2001: 101).

Page 34: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Model pembelajaran yang paling banyak digunakan guru adalah model

pembelajaran konvensional yang lebih menekankan pada keaktifan guru dan

belum banyak juga guru yang menggunakan model pembelajaran quantum

learning yang lebih menekankan pada keaktifan siswa. Kedua model

pembelajaran akan dijelaskan sebagai berikut.

a. Model Quantum Learning

Belajar memerlukan model yang tepat. Model belajar yang tepat

memungkinkan siswa lebih baik dan efisien. Model belajar disesuaikan

dengan materi pelajaran yang dipelajari dan juga disesuaikan dengan kondisi

siswa. Berbagai model pembelajaran banyak dikembangkan salah satunya

adalah model quantum learning yang lebih menekankan pada keaktifan

siswa.

Menurut DePorter dan Henarcki (2008 : 16) quantum learning ialah

interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya dengan kata lain

quantum learning adalah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar

yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar

sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Metode quantum

learning termasuk metode belajar yang terbukti baik untuk semua umur.

Quantum learning berakar dari upaya Georgi Lozanov, pendidik

berkebangsaan Bulgaria dengan melakukan eksperimen yang disebutnya

suggestology (suggestopedia). Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan

pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detil apa pun memberikan

sugesti positif atau negatif. Untuk mendapatkan sugesti positif, beberapa

teknik digunakan. Para murid di dalam kelas dibuat menjadi nyaman. Musik

dipasang, partisipasi mereka didorong lebih jauh. Poster-poster besar, yang

menonjolkan informasi, ditempel. Guru-guru yang terampil dalam seni

pengajaran sugesti bermunculan. Prinsip suggestology hampir mirip dengan

proses accelerated learning, pemercepatan belajar: yakni, proses belajar yang

memungkinkan siswa belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan

upaya yang normal, dan dibarengi kegembiraan. Suasana belajar yang baik

Page 35: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

diciptakan melalui campuran antara lain unsur-unsur hiburan, permainan, cara

berpikir positif, dan emosi yang sehat.

Quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program

neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak

mengatur informasi. Program ini meneliti hubungan antara bahasa dan

perilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian siswa dan

guru. Para pendidik dengan pengetahuan NLP mengetahui bagaimana

menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan

positif – faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang paling baik.

Semua ini dapat pula menunjukkan dan menciptakan gaya belajar terbaik dari

setiap orang (DePorter dan Hernacki, 2008).

Otak manusia dibagi menjadi dua belahan yaitu belahan kanan dan

belahan kiri. Berdasarkan eksperimen dua belahan otak menunjukkan bahwa

masing-masing otak bertangung jawab atas cara berpikir yang berbeda-beda

dan mengkhususkan diri pada kemampuan-kemampuan tertentu. Walaupun

penyilangan memang terjadi. Otak kiri bersifat logis, sekuensial, linear dan

rasional, sehingga sisi ini sangat teratur, walaupun berdasarkan realitas otak

kiri mampu melakukan penafsiran abstrak dan simbolis seperti eksperi verbal,

menulis, membaca dan simbolisme. Berbeda dengan otak kiri, otak kanan

bersifat acak, tidak teratur, intuitif dan holistik. Cara berpikirnya sesuai

dengan kemampuan nonverbal seperti perasaan, emosi, kesadaran yang

berkenaan dengan perasaan, kesadaran spasial, pengenalan bentuk, pola,

musik, seni, kepekaan warna, kreativitas dan visualisasi.

Otak manusia mempunyai jutaan sel saraf yang disebut dengan neuron,

yang dapat berinteraksi dengan sel-sel lain disepanjang cabang yang disebut

dendrit. Penghubung antar dendrit disebut dengan mielin. Mielin adalah

protein lemak yang dikeluarkan oleh otak untuk melapisi hubungan antara

dendrit ketika kita mempelajari suatu informasi baru. Berdasarkan sel-sel

saraf otak yang dimiliki manusia, pengulangan informasi akan memudahkan

otak menyerap lebih banyak informasi dan lebih mudah dalam mengingat

informasi karena sel-sel saraf menjadi terhubung. Tanpa pengulangan

Page 36: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

berkala, mielin akan hilang (DePorter dan Hernacki, 2008). Menurut

Confucious (dalam Beaulieu, 2008) “Apa yang kudengar aku lupa. Apa yang

kulihat aku ingat. Apa yang kulakukan aku paham”. Beberapa peryataan

inilah yang mendasari model quantum learning memasukkan tahap

pengulangan pada berlangsungnya proses pembelajaran.

Model quantum learning berpijak pada cara belajar yang nyaman dan

menyenangkan dengan asas utamanya “Bawalah dunia mereka ke dunia kita,

dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Asas ini menjelaskan bahwa

prinsip menjembatani jurang antara siswa dan guru akan memudahkan guru

membangun jalinan komunikasi yang baik, menyelesaikan pelajaran lebih

cepat, membuat hasil belajar lebih melekat dan memastikan terjadinya

pengalihan pengetahuan atau membuat rencana pengajaran yang dapat

menyeberang ke dunia anak dengan cara mengerti minat, hasrat dan

pikiranya, sehingga guru dapat membawa siswa sepenuhnya ke dalam proses

pembelajaran (Pupuh dan Sutikno, 2007: 106).

Dalam model pembelajaran quantum learning, siswa dituntut untuk

aktif dan lebih mengerti manfaat apa yang akan diperoleh pada saat mereka

mempelajari sesuatu hal yang biasa disingkat dengan “AMBAK” (Apa

Manfaatnya Bagiku) karena dengan begitu siswa akan lebih termotivasi untuk

melakukannya dan mempelajarinya lebih dalam sehingga tujuan

pembelajaran akan tercapai. Untuk dapat memunculkan motivasi maka perlu

dilakukan penciptaan minat terlebih dahulu. Menciptakan minat hanya bisa

dilakukan oleh pribadi yang bersangkutan sehingga dalam suatu proses

pembelajaran bagaimana cara untuk menumbuhkan minat siswa, guru perlu

melakukan inovasi pembelajaran lebih menarik lagi dari sebelumnya. Setelah

tujuan tercapai berdasarkan “AMBAK” yang diperoleh, maka perlu dilakukan

perayaan. Perayaan bertujuan untuk menumbuhkan percaya diri dan

memotivasi diri untuk pekerjaan berikutnya agar lebih sempurna. Perayaan

bisa dilakukan dengan cara pesta, namun dalam proses belajar mengajar

perayaan cukup dilakukan dengan bertepuk tangan, mengucapkan wow, hore

dan yes serta kata-kata motivasi yang lain.

Page 37: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Untuk lebih mendukung tercipta dan tercapainya suatu tujuan

pembelajaran, perlu dilakukan penataan pentas atau lingkungan belajar yang

tepat. Dalam model quantum learning, penataan ruang kelas dibuat dengan

suasana yang santai dan senyaman mungkin dengan cara memutar musik

supaya terasa santai, terjaga dan siap untuk berkonsentrasi.

Alasan penggunaan iringan musik sangat penting karena sebenarnya

berhubungan dan mempengaruhi kondisi fisiologis siswa. Selama melakukan

pekerjaan mental yang berat, tekanan darah dan denyut jantung cenderung

meningkat, gelombang-gelombang otak meningkat, dan otot-otot menjadi

tegang. Namun, dengan iringan musik membuat pikiran selalu siap dan

mampu berkonsentrasi dan denyut nandi dan tekanan darah menjadi menurun,

gelombang otak melambat serta otot-otot relaks. Selain itu, pemutaran musik

yang lembut sebagai “latar belakang” pada saat siswa memasuki kelas dapat

meningkatkan kemampuan siswa untuk memfokuskan perhatiannya dan dapat

meningkatkan tingkat energi fisik sehingga musik berfungsi sebagai penata

hati siswa, pengubah keadaan mental siswa, dan pendukung lingkungan

belajar siswa pada saat siswa memiliki banyak pikiran sehingga musik akan

membantu siswa fokus pada pelajaran, bekerja lebih baik dan mengingat lebih

banyak (Susilowati, 2009: 71-73)

1) Metode Quantum Learning

Ada dua metode dalam model pembelajaran quntum learning yang

cukup baik dalam membantu siswa lebih memahami dan mengingat,

yaitu kerangka konsep dan catatan TS (Tulis Susun).

a) Kerangka konsep

Menurut Atmojo (dalam http://www.susilochem04.co.cc) Mind

map atau pemetaan pikiran merupakan satu bentuk metode belajar

yang baik untuk memahami kerangka konsep materi pelajaran.

Namun, dalam penelitian ini istilah peta pikiran diubah menjadi

kerangka konsep yang diambil dari pengertian peta pikiran menurut

Atmojo karena istilah peta dalam peta pikiran berbeda dengan

istilah peta dalam konsep Geografi yang artinya suatu gambaran dari

Page 38: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

permukaan bumi, biasanya dalam skala tertentu dan digambarkan di

atas bidang datar melalui suatu system proyeksi (Sinaga, 1995:1).

Kerangka konsep dapat diartikan abstraksi atau gambaran yang

dibangun dengan menggeneralisasi suatu pengertian yang

tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur secara langsung

sehingga agar dapat diamati harus dijabarkan dalam variabel-

variabel yang berupa bagan atau kerangka yang sistematis.

(Suparyanto dalam http://dr-suparyanto.blogspot.com).

Kerangka konsep merupakan salah satu metode belajar yang

dikembangkan oleh Tony Buzan pada tahun 1970-an yang

didasarkan pada cara kerja otak. Disebut metode karena kerangka

konsep ini berupa urutan langkah-langkah yang sistematis. Otak

mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, bentuk-bentuk,

suara musik, dan perasaan. Otak menyimpan informasi dengan pola

dan asosiasi seperti pohon dengan cabang dan rantingnya. Otak tidak

menyimpan informasi menurut kata demi kata atau kolom demi

kolom dalam kalimat baris yang rapi seperti yang kita keluarkan

dalam berbahasa. Untuk mengingat kembali dengan cepat apa yang

telah kita pelajari sebaiknya meniru cara kerja otak dalam bentuk

kerangka konsep. Kerangka konsep dapat membangkitkan ide-ide

orisinil dan memicu ingatan yang mudah karena dapat mengaktifkan

kedua belah otak sehingga pikiran tidak akan menjadi mandeg.

Kerangka konsep adalah alternatif pemikiran keseluruhan otak

terhadap pemikiran linear. Kerangka konsep menggapai ke segala

arah dan menangkap berbagai pikiran dari segala sudut (Michael

Michalko dalam Buzan, 2007: 2). Senada dengan pendapat tersebut,

Buzan (2007: 103) mengungkapkan bahwa kerangka konsep adalah

alat berpikir kreatif yang mencerminkan cara kerja alami otak.

Kerangka konsep memungkinkan otak menggunakan semua gambar

dan asosiasinya dalam pola radial dan jaringan sebagaimana otak

dirancang seperti yang secara internal selalu digunakan otak.

Page 39: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Kerangka konsep (kerangka konsep), yaitu cara yang paling mudah

untuk memasukan dan mengambil informasi dari otak. Kerangka

konsep merupakan teknik yang paling baik dalam membantu proses

berfikir otak secara teratur karena menggunakan teknik grafis yang

berasal dari pemkiran manusia yang bermanfaat untuk menyediakan

kunci-kunci universal.

Untuk dapat membuat kerangka konsep maka harus

diperhatikan langkah-langkah dalam mempraktekkan kerangka

konsep. Namun sebelum membuat sebuah kerangka konsep

diperlukan beberapa bahan, yaitu kertas kosong tak bergaris, pena

dan pensil warna, otak serta imajinasi. Buzan (2007: 15)

mengemukakan tujuh langkah untuk membuat kerangka konsep.

Tujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut:

(1) Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya

diletakkan mendatar. Mengapa? Karena memulai dari tengah

memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah

dan untuk mengungkapkan dirinya dengan lebih bebas dan alami.

(2) Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral. Mengapa? Karena

sebuah gambar bermakna seribu kata dan membantu otak

menggunakan imajinasi. Sebuah gambar sentral akan lebih

menarik, membuat otak tetap terfokus, membantu otak

berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak.

(3) Gunakan warna. Mengapa? Karena bagi otak, warna sama

menariknya dengan gambar. Warna membuat kerangka konsep

lebih hidup, menambah energi pada pemikiran kreatif dan

menyenangkan.

(4) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan

hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu

dan dua, dan seterusnya. Mengapa? Karena otak bekerja menurut

asosiasi. Otak senang mengaitkan dua (atau tiga atau empat) hal

Page 40: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

sekaligus. Bila cabang-cabang dihubungkan akan lebih mudah

dimengerti dan diingat.

(5) Buatlah garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus.

Mengapa? Karena garis lurus akan membosankan otak. Cabang-

cabang yang melengkung dan organis seperti cabang-cabang

pohon jauh lebih menarik bagi mata.

(6) Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Mengapa? Karena

kata kunci tunggal memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas

kepada kerangka konsep.

(7) Gunakan gambar. Mengapa? Karena seperti gambar sentral, setiap

gambar bermakna seribu kata.

Page 41: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Berikut ada beberapa contoh kerangka konsep.

mbar 2.1. Contoh Kerangka Konsep 1

(Buzan, 2007: 131)

Gambar 2.1. Contoh Kerangka Konsep 1

(Buzan, 2007: 131)

Page 42: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Gambar 2.2. Contoh Kerangka Konsep 2

(Buzan, 2007: 35)

Page 43: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

b) Catatan TS (Tulis Susun)

Catatan TS merupakan singakatan dari Catatan Tulis dan

Susun. Tulis dan susun maksudnya adalah mendengarkan apa yang

dibicarakan oleh guru seraya menuliskan poin-poin utamanya. Salah

satu ciri dari catatan TS ini adalah memudahkan dalam mencatat

pemikiran dan kesimpulan dari infromasi yang diterima. Dalam hal

ini, catatan TS mengkoordinasikan kedua aktivitas mental untuk

mencapai hasil yang lebih baik. Langkah-langkah dalam membuat

catatan TS sebagai berikut.

(1) Gunakan selembar kertas bisa bergaris atau tidak bergaris dan

gambarlah garis secara vertikal, kira-kira sepertiga bagian dari

tepi kanan. Sisi iri kertas untuk menuliskan catatan sedangkan

sisi kanan untuk menyususn catatan.

(2) Di sisi kiri tulis apa yang dikatakan pembicara yang berupa

point-point penting, istilah, diagram, dan bagan-bagan,

sedangkan di sisi kanan, catat pikiran, perasaan, reaksi,

pertanyaan-pertanyaan apapun yang muncul. Dalam menyusun

catatan TS boleh menggunakan simbol-simbol.

Menulis pikiran dengan cara ini membantu memusatkan

konsentrasi dan mengalihkan kembali pikiran atau pusat perhatian

kepada pembicara atau guru.

Berdasarkan kedua metode di atas, dapat membantu siswa

menciptakan minat dan motivasi dalam mengikuti proses belajar

mengajar, sehingga siswa lebih mengerti dan memahami pokok

bahasan yang dismapiakan.

2) Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Quantum

Learning

Setiap model pembelajaran pembelajaran memiliki keunggulan dan

kelemahannya. Demikian halnya dengan model pembelajaran quantum

learning. Menurut DePorter, Reardon, dan Nourie, 2008: 11; DePorter

Page 44: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

dan Hernacki, 2008: 14; dan Djoko Saryono (dalam

http://pkab.wordpress.com /2008/04/02/pembelajaran-quantum/), model

pembelajaran quantum leraning memiliki keunggulan yang menjadi

karakteristik umum model pembelajaran ini. Beberapa karakteristik

umum yang tampak membentuk quantum learning sebagai berikut.

(1) Quantum learning berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika

kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep kuantum dipakai.

Oleh karena itu, pandangan tentang pembelajaran, belajar, dan

pembelajar diturunkan, ditransformasikan, dan dikembangkan dari

berbagai teori psikologi kognitif; bukan teori fisika kuantum. Dapat

dikatakan di sini bahwa pembelajaran kuantum tidak berkaitan erat

dengan fisika kuantum – kecuali analogi beberapa konsep kuantum.

Hal ini membuatnya lebih bersifat kognitif daripada fisis.

(2) Quantum learning lebih bersifat humanistis, bukan positivistis-

empiris, “hewan-istis”, dan atau nativistis. Manusia selaku pembelajar

menjadi pusat perhatiannya. Potensi diri, kemampuan pikiran, daya

motivasi, dan sebagainya dari pembelajar diyakini dapat berkembang

secara maksimal atau optimal. Hadiah dan hukuman dipandang tidak

ada karena semua usaha yang dilakukan manusia patut dihargai.

Kesalahan dipandang sebagai gejala manusiawi. Ini semua

menunjukkan bahwa keseluruhan yang ada pada manusia dilihat

dalam perspektif humanistis.

(3) Quantum learning lebih bersifat konstruktivis(tis), bukan positivistis-

empiris, behavioristis, dan atau maturasionistis. Quantum learning

lebih menekankan pentingnya peranan lingkungan dalam mewujudkan

pembelajaran yang baik dan optimal dan memudahkan keberhasilan

tujuan pembelajaran.

(4) Quantum learning berupaya memadukan, menyinergikan, dan

mengolaborasikan faktor potensi-diri manusia selaku pembelajar

dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran.

Page 45: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Dalam pandangan quantum learning, lingkungan fisikal-mental dan

kemampuan pikiran atau diri manusia sama-sama pentingnya dan

saling mendukung. Karena itu, baik lingkungan maupun kemampuan

pikiran atau potensi diri manusia harus diperlakukan sama dan

memperoleh stimulan yang seimbang agar pembelajaran berhasil baik.

(5) Quantum learning memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu

dan bermakna, bukan sekadar transaksi makna. Dapat dikatakan

bahwa interaksi telah menjadi kata kunci dan konsep sentral dalam

quantum learning. Karena itu, quantum learning memberikan tekanan

pada pentingnya interaksi, frekuensi dan akumulasi interaksi yang

bermutu dan bermakna. Di sini proses pembelajaran dipandang

sebagai penciptaan interaksi-interaksi bermutu dan bermakna yang

dapat mengubah energi kemampuan pikiran dan bakat alamiah

pembelajar menjadi cahaya-cahaya yang bermanfaat bagi keberhasilan

pembelajar. Interaksi yang tidak mampu mengubah energi menjadi

cahaya harus dihindari, kalau perlu dibuang jauh dalam proses

pembelajaran. Dalam kaitan inilah komunikasi menjadi sangat penting

dalam quantum learning.

(6) Quantum learning sangat menekankan pada pemercepatan

pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. Di sini pemercepatan

pembelajaran diandaikan sebagai lompatan kuantum. Pendeknya,

menurut pembelajaran kuantum, proses pembelajaran harus

berlangsung cepat dengan keberhasilan tinggi. Untuk itu, segala

hambatan dan halangan yang dapat melambatkan proses pembelajaran

harus disingkirkan, dihilangkan, atau dieliminasi. Di sini pelbagai kiat,

cara, dan teknik dapat dipergunakan, misalnya pencahayaan, iringan

musik, suasana yang menyegarkan, lingkungan yang nyaman,

penataan tempat duduk yang rileks, dan sebagainya. Jadi, segala

sesuatu yang menghalangi pemercepatan pembelajaran harus

dihilangkan pada satu sisi dan pada sisi lain segala sesuatu yang

Page 46: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

mendukung pemercepatan pembelajaran harus diciptakan dan dikelola

sebaik-baiknya.

(7) Quantum learning sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran

proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-

buat. Kealamiahan dan kewajaran menimbulkan suasana nyaman,

segar, sehat, rileks, santai, dan menyenangkan, sedang keartifisialan

dan kepura-puraan menimbulkan suasana tegang, kaku, dan

membosankan. Karena itu, pembelajaran harus dirancang, disajikan,

dikelola, dan difasilitasi sedemikian rupa sehingga dapat diciptakan

atau diwujudkan proses pembelajaran yang alamiah dan wajar. Di

sinilah para perancang dan pelaksana pembelajaran harus bekerja

secara proaktif dan suportif untuk menciptakan kealamiahan dan

kewajaran proses pembelajaran.

(8) Quantum learning sangat menekankan kebermaknaan dan

kebermutuan proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang tidak

bermakna dan tidak bermutu membuahkan kegagalan, dalam arti

tujuan pembelajaran tidak tercapai. Sebab itu, segala upaya yang

memungkinkan terwujudnya kebermaknaan dan kebermutuan

pembelajaran harus dilakukan oleh pengajar atau fasilitator.

(9) Quantum learning memiliki model yang memadukan konteks dan isi

pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana yang

memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang

menggairahkan atau mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis.

Isi pembelajaran meliputi penyajian yang prima, pemfasilitasan yang

lentur, keterampilan belajar-untuk-belajar, dan keterampilan hidup.

(10) Quantum learning memusatkan perhatian pada pembentukan

keterampilan akademis, keterampilan (dalam) hidup, dan prestasi

fisikal atau material. Ketiganya harus diperhatikan, diperlakukan, dan

dikelola secara seimbang dan relatif sama dalam proses pembelajaran;

tidak bisa hanya salah satu di antaranya. Dikatakan demikian karena

pembelajaran yang berhasil bukan hanya terbentuknya keterampilan

Page 47: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

akademis dan prestasi fisikal pembelajar, namun lebih penting lagi

adalah terbentuknya keterampilan hidup pembelajar.

(11) Quantum learning menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian

penting proses pembelajaran. Tanpa nilai dan keyakinan tertentu,

proses pembelajaran kurang bermakna. Untuk itu, pembelajar harus

memiliki nilai dan keyakinan tertentu yang positif dalam proses

pembelajaran. Di samping itu, proses pembelajaran hendaknya

menanamkan nilai dan keyakinan positif dalam diri pembelajar. Nilai

dan keyakinan negatif akan membuahkan kegagalan proses

pembelajaran. Misalnya, pembelajar perlu memiliki keyakinan bahwa

kesalahan atau kegagalan merupakan tanda telah belajar; kesalahan

atau kegagalan bukan tanda bodoh atau akhir segalanya. Dalam proses

pembelajaran dikembangkan nilai dan keyakinan bahwa hukuman dan

hadiah (punishment dan reward) tidak diperlukan karena setiap usaha

harus diakui dan dihargai. Nilai dan keyakinan positif seperti ini perlu

terus-menerus dikembangkan dan dimantapkan.

(12) Quantum learning mengutamakan keberagaman dan kebebasan,

bukan keseragaman dan ketertiban. Keberagaman dan kebebasan

dapat dikatakan sebagai kata kunci selain interaksi.

(13) Quantum learning mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam

proses pembelajaran. Aktivitas total antara tubuh dan pikiran

membuat pembelajaran bisa berlangsung lebih nyaman dan hasilnya

lebih optimal.

Selain keunggulan dari model pembelajaran quantum learning di

atas, model pembelajaran ini memiliki beberapa kelemahan. Menurut

Varid Kriastianto (dalam http://varidkristianto.blogspot.com /2009/05/

metode-modelpembelajaran-model-pembelajaran.html) kelemahan model

pembelajaran quantum learning sebagai berikut.

(1) Penerapan model pembelajaran ini menuntut perubahan pola berpikir

para pelaksana pembelajaran, budaya pengajaran dan pendidikan, dan

Page 48: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

struktur organisasi sekolah dan struktur pembelajaran sebagaimana

karakteristik umum di atas.

(2) Model pembelajaran ini hanya memperkuat satu spesifikasi satu

bidang ilmu. Hal ini akan memperlemah daya ingatan siswa.

(3) Model pembelajaran hanya tertuju kepada kasus yang telah nyata dan

dialami, artinya permasalahan yang diberikan kepada siswa

merupakan kejadian-kejadian yang ada di sekitar siswa atau bahkan

siswa pernah mengalami kejadian tersebut.

(4) Quantum learning cenderung “memangkas” realitas alam raya yang

begitu kompleks dengan ribuan bidang ilmu.

(5) Menjauhnya nilai-nilai religiutas dalam menelaah ilmu pengetahuan

3) Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Quantum Learning

Langkah-langkah pembelajaran dengan quantum learning adalah

dengan konsep TANDUR (Tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan,

ulangi dan rayakan). Berikut penjelasannya:

(1) Prosedur Tumbuhkan

Prinsip utama dalam prosedur ini adalah “sertakan diri mereka, pikat

mereka, puaskan AMBAK (apa manfaatnya bagiku)”. Penerapan

prosedur ini dalam pembelajaran berbasis quantum learning dapat

dilakukan dengan berbagai aktivitas. Aktivitas yang dapat dipilih

adalah dapat berupa aktivitas menyanyi, bertepuk tangan, dan

bermain. Pada pembelajaran KD Atmosfer dan pengaruhnya

terhadap kehidupan di muka bumi, siswa memeperhatikan gambar-

gambar yang ditayangkan melalui powerpoint oleh guru.

(2) Prosedur Alami

Prinsip utama dalam prosedur ini adalah “Berikan mereka

pengalaman belajar, tumbuhkan „kebutuhan untuk mengetahui‟.

Pada prosedur ini siswa mulai memasuki proses belajar dalam

pembelajaran atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di

Page 49: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

muka bumi. Mereka diberi kesempatan untuk membuat kerangka

konsep atau catatan TS.

(3) Prosedur Namai

Prosedur namai dalam pembelajaran atmosfer dan pengaruhnya

terhadap kehidupan di muka bumi merupakan prosedur yang sangat

penting. Siswa dapat diberikan “data” tepat saat minat memuncak.

Mereka dapat mengaktualisasikan dirinya menemukan konsep-

konsep. Konsep tersebut adalah pemberian nama dari gambar yang

ditunjukkan guru.

(4) Prosedur Demonstrasikan

Dalam prosedur ini, guru memberikan kesempatan bagi mereka

untuk mengaitkan pengalaman dengan data baru sehingga mereka

menghayati dan membuatnya sebagai pengalaman pribadi. Aktivitas

dalam prosedur ini berwujud aktivitas gerak yang diwujudkan dalam

kinerja atau performansi. Sifat istimewanya adalah siswa dapat

memiliki kemampuan secara sempurna melalui praktik atau

dilatihkan. Dalam hal ini, siswa mendemosntrasikan hasil kerja

mereka di depan teman-teman.

(5) Prosedur Ulangi

Seperti telah diuraikan di atas, aktivitas gerak dapat menjadikan

siswa memiliki keterampilan yang sempurna, khususnya dalam

memahami suatu materi pelajaran. Dalam prosedur ulangi, semua

siswa dibimbing guru mengulangi pokok bahasan yang telah

dibahas.

(6) Prosedur Rayakan

Prosedur rayakan dalam penerapan TANDUR melahirkan aspek

sikap. Dikatakan demikian karena dalam prosedur R tersebut siswa

diberi respons-respons khusus dari guru maupun dari siswa-siswa

lain di kelasnya secara serentak. Respons tersebut berbentuk

applause, gerakan toss yang diberikan guru kepada siswanya dan

memberi seruan dengan kata-kata serentak disertai gerakan dua

Page 50: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

tangan. Perayaan tersebut akan menambatkan belajar dengan asosiasi

positif.

b. Model Pembelajaran Konvensional

Model pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran

yang lebih dikenal dengan model pembelajaran klasik atau tradisional.

Menurut Ketut Juliantra (dalam http://edukasi.kompasiana.com/2009

/12/20/modelpembelajaran-pembelajaran-konvensional/) sumber belajar

dalam model pembelajaran konvensional lebih banyak berupa informasi

verbal yang diperoleh dari buku dan penjelasan guru atau ahli, sehingga

model pembelajaran konvensional sering diartikan dengan model

pembelajaran yang bersifat satu arah saja. Maksudnya hampir seluruh

kegiatan pembelajaran dikendalikan penuh oleh guru. Seluruh sistem

diarahkan kepada rangkaian kejadian yang rapi dalam lembaga

pendidikan sesuai dengan ketentuan kurikulum yang telah ditetapkan,

tanpa ada usaha untuk mencari dan menetapkan strategi belajar mengajar

yang berbeda sesuai dengan tema dan kesulitan belajar setiap individu.

Model pembelajaran konvensional atau tradisional bukan berarti

tidak bermanfaat, tetapi kurang dapat menumbuhkan potensi berpikir,

sikap dan ketrampilan siswa. Adapun kelemahan dan kelebihan

pembelajaran konvensional menurut Sunarto (dalam http://sunartombs.

wordpress.com) sebagai berikut:

Kelebihan pengajaran model pembelajaran konvensional lebih baik

untuk:

1) Berbagi informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain.

2) Menyampaikan informasi dengan cepat.

3) Membangkitkan minat akan informasi.

4) Mengajari siswa yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan.

Namun demikian model pembelajaran tersebut mempunyai beberapa

kelemahan sebagai berikut:

Page 51: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

1) Tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan

mendengarkan.

2) Sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik

dengan apa yang dipelajari.

3) Pendekatan tersebut cenderung tidak memerlukan pemikiran yang

kritis.

4) Pendekatan tersebut mengasumsikan bahwa cara belajar siswa itu

sama dan tidak bersifat pribadi.

Pada pinsipnya model pembelajaran konvensional merupakan

model pembelajaran yang disesuaikan dengan perencanaan kurikulum

sekolah yang berlandaskan kurikulum dari Depdiknas. Metode

pembelajaran konvensional yaitu metode ceramah.

Salah satunya model pembelajaran konvensional yang paling

banyak digunakan guru adalah metode ceramah. Metode ceramah

menurut Suwarna (2006: 106) adalah penerapan dan penuturan secara

lisan oleh guru terhadap kelasnya, yang mana dalam pelaksanaannya

guru dapat menggunakan alat bantu mengajar untuk memperjelas uraian

yang disampaikan kepada siswa.

Dalam metode ceramah peran guru sangat dominan yaitu guru

sebagai subjek penyampai informasi serta sebagai pusat perhatian.

Komunikasi yang terjadi cenderung satu arah (one way traffic

comunication). Dalam hal ini, peran serta siswa dalam kegiatan belajar

mengajar dengan metode ceramah adalah mendengarkan dengan teliti

dan mencatat hal-hal penting yang disampaikan oleh guru, maka proses

pembelajaran menjadi membosankan dan kurang menarik.

Metode ceramah sama dengan strategi pembelajaran ekspositori

yang lebih menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal

dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa

dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Ada beberapa langkah

Page 52: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

dalam menerapkan metode ceramah yang bersifat ekspositoris menurut

Sanjaya (2007: 183), yaitu:

(1) Persiapan (preparation)

Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk

menerima pelajaran, tujuan yang ingin dicapai dalam tahap persiapan

adalah mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang pasif,

membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar, merangsang

dan menggugah rasa ingin tahu siswa, dan menciptakan suasana dan

iklim pembelajaran yang terbuka.

(2) Penyajian (presentatioon)

Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi

pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan dengan

memperhatikan penggunaan bahasa, intonasi suara, dan menjaga

kontak mata dengan siswa.

(3) Menghubungkan (correlation)

Langkah korelasi merupakan langkah menghubungkan materi

pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang

memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam

struktur pengetahuan yang telah dimilikinya.

(4) Menyimpulkan (generalization)

Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti dari

materi pelajaran yang telah disajikan.

(5) Penerapan (aplication)

Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa

setelah mereka menyimak penjelasan guru. Dalam langkah ini, guru

dapat mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan pemahaman

materi pelajaran oleh siswa dengan cara melakukan evaluasi dan

penugasan.

Page 53: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Berdasarkan langkah-langkah di atas, metode ceramah mempunyai

kelebihan dan kelemahan dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Kelebihan metode ceramah menurut Zaini, Bermawy, dan Ayu (2008:

90-91) yaitu metode yang baik jika digunakan untuk menyampaikan

informasi dan baik jika dipakai untuk pengajaran pada tingkatan yang

rendah yaitu pengetahuan dan pemahaman, dari pembelajaran ranah

kognitif, terutama pada kelas besar, sedangkan kelemahan dari metode

ceramah yang hanya mengandalkan indera pendengaran sebagai alat

belajar yang dominan yaitu mudah terganggu oleh hal-hal visual dan

rentan terhadap kebisingan dan faktor otak yang cepat melupakan

informasi yang didapatkan dianggap sebagai hal yang dominan.

Page 54: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

B. PENELITIAN YANG RELEVAN

Tabel 2.2. Perbandingan Penelitian Yang Relevan

No Nama Peneliti dan Judul Penelitian Tujuan Metode Data Hasil

1 Aris Haryanto K5403018

Pengaruh metode pembelajaran Quantum

Teaching terhadap hasil belajar siswa mata

pelajaran Geografi kompetensi dasar permsalahan

kependudukan dan upaya penanggulangannya di

Indonesia (Eksperimen di kelas VIII SMP Negeri

10 Surakarta tahun ajaran 2007-2008)

1. Untuk mengetahui pembelajaran

yang lebih baik antara metode

pembelajaran quantum teaching

dengan metode pembelajaran

ceramah dalam meningkatkan hasil

belajar.

Metode

eksperimen

dengan

analisis data

uji statistik.

Tes Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang

signifikan penggunaan antara metode pembelajaran

Quantum Teaching dibandingkan dengan metode

pembelajaran ceramah terhadap hasil belajar siswa yang

ditunjukkan dengan hasil analisis uji t (tobs > t tab = 1,880

> 1, 6450 pada taraf signifikansi sebesar 5 %.

2 Margiyanto S810505009

Pengaruh penggunaan metode Quantum Learning

dan metode Ekspositori terhadap presentasi

belajar ditinjau dari motivasi belajar siswa pada

mata pelajaran matematika (penelitian pada siswa

SMP Negeri di Kabupaten Banjarnegara)

1. Mengetahui metode Quantum

learning dan metode ekspositori

terhadap prestai belajar matematika

siswa.

2. Mengetahui pengaruh motivasi

belajar terhadap prestasi belajar

matematika siswa

3. Mengetahui interaksi pengaruh

antara metode pembelajaran dan

motivasi belajar terhadap prestasi

belajar siswa

Metode

eksperimen

dengan

desain

faktorial 2x2

dan teknik

analisis

varians

(annava) dua

jalur.

Tes dan

angket

1) ada perbedaan pengaruh antara penggunaan metode

quantum learning dengan metode ekspositori terhadap

prestasi beljaar matematika (f hitung = 34,314 > f tabel

= 3,96).

2) Ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa

yang memiliki motivasi belajar tinggi dan siswa yang

memiliki motivasi belajar rendah 9 f hitung = 19,414 > f

tabel = 3,96).

3) tidak ada interakti pengaruh antara penggunaan metode

pembelajarn dan motivasi belajar terhadap prestasi

belajar matematika siswa ( f hitung = 0,393 < f tabel =

3,91).

Page 55: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

3 Erma Susilowati K5407020

Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran

Quantum Learning Terhadap Hasil Belajar

Geografi Siswa SMA Pada Kompetensi Dasar

Atmosfer dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan

di Muka Bumi (Eksperimen Kelas X Di SMA

Negeri 5 Surakarta)

1. Untuk mengetahui ada tidaknya

perbedaan hasil belajar yang

signifikan antara siswa yang

diajar dengan model pem-

belajaran quantum learning dan

siswa yang diajar dengan model

pembalajaran konvensional pada

KD Atmosfer dan pengaruhnya

terhadap kehidupan di muka

bumi

2. Untuk mengetahui manakah

model pembelajaran yang lebih

baik antara model pembelajaran

quantum learning dan model

pembelajaran konvensional

terhadap hasil belajar Geografi

siswa SMA pada kompetensi

dasar atmosfer dan pengaruhnya

terhadap kehidupan di muka

bumi.

Metode

quasi

eksperimen

dengan

rancangan

prestes-

postest dan

teknik

analisis uji t

Doku-

mentasi,

Obser-

vasi dan

tes

1. Ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa

SMA yang diajar dengan model pembelajaran quantum

learning dan siswa SMA yang diajar dengan model

pembelajaran konvensional pada mata pelajaran

Geografi kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya

terhadap kehidupan di muka bumi. Hal ini, sesuai

dengan keputusan uji hipotesis menggunakan uji t

dengan t hitung sebesar 2.108, dan t tabel = 1,667 (t hitung > t

tabel).

2. Model pembelajaran quantum learning lebih baik

dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional

dalam meningkatkan hasil belajar Geografi siswa SMA

pada kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya

terhadap kehidupan di muka bumi. Hal ini, sesuai

dengan hasil rerata postest kelas eksperimen yang lebih

baik dibandingkan dengan kelas control (75,625 >

71,528)

Page 56: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

C. KERANGKA BERPIKIR

Pengembangan kepribadian seorang manusia tidak lepas dari peran

pendidikan khususnya pendidikan secara formal seperti SD, SMP, SMA, dan

Perguruan Tinggi. Pada tingkat SMA, siswa kelas X tingkat kematangan

kepribadiannya masih dalam masa transisi antara masa praremaja ke masa remaja.

Perkembangan masa transisi pada siswa SMA mempengaruhi motivasi belajar dan

cara berpikir sehingga berpengaruh pula tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam

penelitian ini, objek penelitian yang digunakan adalah siswa kelas X SMA N 5

Surakarta yang berjumlah dua kelas. Masing-masing kelas digunakan sebagai

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil akhir dari kelompok

ekperimen dan kelompok kontrol adalah hasil belajar.

Keberhasilan suatu hasil belajar siswa tidak lepas dari peran guru dalam

memainkan model pembalajaran yang digunakan. Model pembelajaran yang

menarik tentunya banyak diminati banyak siswa sehingga gairah belajar siswa

meningkat. Dengan meningkatnya gairah belajar siswa maka hasil belajarpun ikut

meningkat.

Salah satu model pembalajaran yang menarik adalah model pembelajaran

quantum learning. Model ini merupakan model pembelajaran yang menekankan

pada keaktifan siswa. Banyak metode-metode yang dapat digunakan seperti game,

asah otak, musik, kerangka konsep dan TS. Metode pembelajaran quantum

learning disusun dalam suatu konsep sedemikian rupa agar tujuan pembelajaran

tercapai. Konsep pembelajaran quantum learning lebih dikenal dengan nama

TANDUR. TANDUR merupakan rancangan pengajaran yang akan dilakukan

dengan memperhatikan teknik penerapan dan pemilihan metode. Dalam konsep

quantum learning juga menggunakan instrumen musik untuk membangkitkan

semangat belajar siswa agar lebih termotivasi.

Namun, disisi lain masih banyak guru yang menggunakan model

pembelajaran konvensional seperti ceramah. Metode ceramah ini merupakan

metode mengajar yang paling klasik dan paling banyak digunakan oleh guru.

Dalam hal ini, guru semata-mata hanya memindahkan pengetahuan yang

39

Page 57: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

dimilikinya kepada siswa sehingga menjadikan siswa pasif. Dalam model ini

kemungkinan guru untuk melibatkan siswa sangat kecil sekali sehingga akan

mengakibatkan kejenuhan dan kebosanan pada siswa, selain itu siswa kurang

dirangsang dalam memecahkan masalah. Salah satu alasan masih banyaknya guru

menggunakan metode konvensional seperti ceramah dan diskusi adalah penerapan

model konvensional sangatlah mudah, tidak memerlukan biaya yang mahal, dan

cepat untuk menyelesaikan pokok bahasan yang sangat banyak.

Mata pelajaran Geografi di kelas X terbagi menjadi beberapa kompetensi

dasar, salah satunya adalah Atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di

muka bumi. Pada kompetensi dasar atmosfer, penggunaan model pembelajaran

quantum learning dan model pembelajaran konvensional tentunya mempunyai

pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar siswa.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas dapat disimpulkan bahwa salah

satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran

Geografi adalah penggunan model pembelajaran. Pada mata pelajaran Geografi

belum tentu kompetensi dasar yang satu dengan kompetensi dasar yang lain cocok

dalam penggunaan model pembelajaran yang sama. Bisa saja, kompetensi dasar

atmosfer dan pengaruhya terhadap kehidupan di muka bumi mempunyai hasil

belajar siswa yang lebih tinggi jika menggunakan model pembelajaran quantum

learning dibandingkan dengan model konvensional. Atau bahkan sebaliknya,

model pembelajaran quantum learning tidak berhasil dalam meningkatan hasil

belajar siswa dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.

Page 58: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Untuk lebih jelas dapat digambarkan alur paradigma penelitiannya sebagai

berikut:

Gambar 2.3. Bagan Alur Paradigma Penelitian

Instrumen musik, kerangka

konsep dan catatan TS

Model pembelajaran

quntum learning

Model pembelajaran

konvensional

Ceramah

Postest

(Kemampuan setelah diberi perlakuan)

Hasil belajar

Kelompok Eksperimen > Kelompok Kontrol

Kelompok Kontrol Kelas X9

Kelompok Eksperimen Kelas X8

Siswa Kelas X

SMA N 5 Surakarta

Dua Kelas X

Kelas X8 dan X9

Pretest

(Kemampuan awal)

KD atmoser dan pengaruhnya terhadap

kehidupan di muka bumi

Page 59: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

D. RUMUSAN HIPOTESIS

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Ada perbedaan (pengaruh) hasil belajar yang signifikan antara siswa SMA

yang diajar dengan model pembelajaran quantum learning dan model

pembelajaran konvensional pada mata pelajaran Geografi kompetensi dasar

atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi.

2. Model pembelajaran quantum learning lebih baik dibandingkan dengan

model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar Geografi siswa SMA

pada kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di

muka bumi.

Page 60: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 5 Surakarta Jalan Letjen Sutoyo

18 Surakarta, kelas X tahun ajaran 2010/2011.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan satu kompetensi dasar yaitu atmosfer dan

pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi pada semester genap tahun

pelajaran 2010/2011, sebanyak 3 kali tatap muka.

Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian

No Jadwal kegiatan

Waktu Pelaksanaan

Agst‟01–

Sept „01

Okt‟01-

Nov‟01

Des‟01-

Jan‟11

Feb‟11-

Maret „11

April‟11-

Juni‟11

1 Pengajuan Judul X

2 Penulisan proposal

penelitian X X X

3 Penyusunan instrumen

penelitian X X

4 Pengumpulan data X x

5 Penulisan laporan

penelitian x X

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian quasi eksperimental

(eksperimen semu). Menurut Sudjana dan Ibrahim (1989: 43) penggunaan metode

penelitian quasi eksperimental dimaksudkan bahwa pembelajaran di kelas dalam

situasi interaksi antara manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungan

akan sulit dilakukan pengontrolan sehingga desain yang cocok digunakan adalah

Page 61: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

desain dengan pengontrolan yang sesuai dengan kondisi yang ada. Maksudnya

kelas yang akan dijadikan penelitian tidak mungkin dilakukan pengubahan-

pengubahan tetapi harus sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah dua kelas yaitu satu kelas untuk

kelas kontrol dan satu kelas untuk kelas eksperimen. Masing-masing kelas akan

dikenai pretest dan postest. Dalam hal ini rancangan yang digunakan adalah

pretest-postest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

Subjek penelitian dikelompokkan dalam dua kelas, yaitu 1 kelas

eksperimen dan 1 kelas kontrol. Pada kelas eksperimen, siswa mengikuti

pembelajaran dengan model pembelajaran quantum learning dengan metode

kerangka konsep dan catatan TS, sedangkan pada kelas kontrol siswa mengikuti

proses pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional dengan media

buku LKS. Untuk mengukur hasil belajar kedua kelompok, digunakan alat yang

sama yaitu tes. Hasil kedua pengukuran tersebut kemudian dibandingkan dan

dianalisis. Sebelum diberikan perlakuan, terlebih dahulu dilakukan pretest kepada

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen untuk mengetahui kemampuan awal.

Adapun desain penelitian yang digunakan sebagai berikut:

Tabel 3.2. Nonrandomized Pretestt-Postest Kontrol Group Desaign

Kelompok Pratest Perlakukan

(variabel bebas)

Postest

(variabel terikat)

Eksperimen

Kontrol

Y1

Y1

X

-

Y2

Y2

Sumber : Seniati, Yulianto, dan Bernadette ( 2009: 126)

Keterangan :

Y1 : Hasil tes awal (pratest)

Y2 : Hasil tes akhir (postest)

Page 62: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

2. Variabel Penelitian

Sesuai dengan rancangan yang telah ditentukan, terdapat dua macam

variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel

yang dipilih untuk dicari pengaruhya terhadap variabel terikat. Variabel bebas

dalam penelitian ini adalah model pembelajaran (model pembelajaran quantum

learning dan model pembelajaran konvensional), sedangkan variabel terikat

adalah variabel yang kehadirannya dipengaruhi oleh variabel lain. Dalam

penelitian ini variabel terikatnya adalah hasil belajar Geografi siswa SMA pada

kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit

mempunyai satu sifat yang sama (Hadi, 1998 : 220). Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 5 Surakarta yang berjumlah sembilan

kelas, masing-masing kelasnya terdiri dari 36 siswa.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari populasi atau sejumlah penduduk yang

jumlahnya kurang dari jumlah populasi (Hadi, 1998: 221). Sampel penelitian yang

digunakan adalah dua kelas dari sembilan kelas X yang ada di SMA Negeri 5

Surakarta, yaitu kelas X8 dan kelas X9. Dalam penelitian ini untuk mengambil

dua kelas dari sembilan kelas yang ada di SMA N 5 Surakarta dilakukan dengan

menggunakan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel dengan

tujuan tertentu. Dipilihnya kelas X8 dan kelas X9 karena kedua kelas mempunyai

kemampuan seimbang dilihat dari hasil semesteran kemudian dibuktikan dengan

nilai pretest; kedua kelas mempunyai jumlah siswa yang sama yaitu 36 siswa; KD

yang dibahas sama yaitu atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka

bumi dan dalam ruang lingkup sekolah yang sama. Namun, untuk menentukan

kelas mana yang akan dijadikan kelas eksperimen dan kelas mana yang akan

dijadikan kelas kontrol, kedua kelas dipilih dengan melakukan undian. Kelas yang

Page 63: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

keluar pertama pada saat dilakukan undian maka kelas tersebut yang akan

dijadikan kelas eksperimen.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dokumentasi,

Observasi, dan tes. Ketiga teknik pengumpulan data dijelaskan sebagai berikut.

1. Metode dokumentasi untuk memenuhi data yang bersifat sekunder seperti

foto selama penelitian berlangsung, perijinan dan data administrasi sekolah.

2. Metode observasi digunakan untuk mengetahui / mengamati apakah model

pembelajaran yang digunakan guru selama proses pembelajaran berlangsung

sudah sesuai dengan rancangan pembelajaran yang dibuat atau belum.

3. Metode tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa kedua kelas

yaitu kelas ekperimen dan kelas kontrol pada mata pelajaran Geografi dengan

kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka

bumi.

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka data yang diambil adalah hasil

belajar Geografi siswa SMA kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya

terhadap kehidupan di muka bumi dengan tes awal (pretest) dan tes akhir (postest)

ditinjau dari aspek kognitif yang diperoleh langsung dari siswa dengan

menggunakan tes objektif.

1. Instrumen Penelitian

Berdasarkan teknik pengumpulan data yang telah ditetapkan, data yang

didapatkan adalah data pengamatan model pembelajaran pada saat

dilaksanakannya penelitian dari hasil observasi dan hasil belajar Geografi yang

diperoleh dari tes.

a. Observasi

Observasi merupakan alat pengumpul data yang banyak digunakan untuk

mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan

yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi

buatan (Sudjana dan Ibrahim, 1989). Dalam penelitian ini, observasi

digunakan untuk mengamati kesesuaian model pembelajaran yang digunakan

Page 64: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

guru selama berlangsungnya proses pembelajaran berlangsung. Instrumen

obeservasi berisi tentang aktifitas guru dan siswa pada saat proses

pembelajaran. Penilaian instrumen observasi dilakukan dengan menggunakan

skala likert. Skala likert merupakan alat ukur yang digunakan untuk menilai

instrumen salah satunya instrumen observasi. Skala likert menilai/mengukur

instrumen yang disajikan dengan menggunakan penilaian sangat kurang

setuju, kurang setuju, setuju, sangat setuju dan sangat-sangat setuju yang

disimbolkan dengan angka 1, 2, 3, 4, dan 5.

b. Tes

Menurut Arikunto (2006: 32) tes adalah serentetan pertanyaan atau

latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,

pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu

atau kelompok. Tes yang dibuat merupakan tes penilaian kognitif dengan

menggunakan instrumen berupa soal-soal bentuk objektif dengan lima

alternatif jawaban a, b, c, d, dan e. Soal-soal tersebut digunakan pada saat

pretest dan postest, sehingga soal pretest dan postest isinya sama baik dalam

kalimat, urutan nomor dan strukturnya. Tujuannya untuk mengetahui ada

tidaknya perubahan hasil belajar setelah diberi materi. Penggunaan soal-soal

pretest dan postest pada kelas quantum learning dan konvensional sama.

Langkah-langkah pembuatan tes objektif sebagai berikut:

a. Membuat kisi-kisi soal tes

b. Menyusun soal-soal tes

c. Mengadakan uji coba tes untuk mengetahui validitas dan reliabilitas soal.

2. Uji Coba Instrumen

Untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas butir soal yang telah

dibuat maka perlu dilakukan uji coba terlebih dahulu.

a. Uji Validitas Soal

Validitas merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2002: 158). Tes

dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak di ukur.

Page 65: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Teknik yang digunakan dalam menentukan validitas item soal adalah dengan

menggunakan rumus korelasi product moment. Rumus korelasi product

moment sebagai berikut.

2222 YYNXXN

YXXYnrxy

(Arikunto, 2006: 72)

Keterangan :

rxy = kooefisien validitas suatu item

X = nilai tiap-tiap item dari semua responden

Y = Nilai total seluruh responden

N = Jumlah seluruh responden

Kriteria : rxy > r tabel (0,05), maka item dinyatakan valid

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah keajegan suatu tes apabila diteskan kepada subjek

yang sama, dalam waktu yang berlainan atau kepada subjek yang berbeda

pada waktu yang sama. Rumus yang digunakan dalam uji reliabilitas yaitu

rumus KR 20.

Rumus KR 20

[

] *

+

(Arikunto, 2006: 100)

Keterangan :

r11 : reliabilitas tes secara keseluruhan

p : proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q : proporsi subjek yang menjawab item dengan salah ( q = 1 – p )

∑pq : jumlah hasil perkalian antara p dan q

k : banyaknya item

S : standart deviasi dari tes ( standart deviasi adalah akar varians)

Page 66: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Kriteria : Apabila r11 > rtabel (0,05) maka instrumen dinyatakan reliabel

Patokan yang digunakan:

0,00 ≤ rxy < 0,20 : sangat rendah

0,20 ≤ rxy < 0,40 : rendah

0,40 ≤ rxy < 0,60 : cukup

0,60 ≤ rxy < 0,80 : tinggi

0,80 ≤ rxy < 1,00 : sangat tinggi

(Arikunto, 2006: 75)

c. Indeks Kesukaran

Menurut Arikunto (2006: 207) indeks kesukaran adalah bilangan yang

menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal. Soal yang baik untuk alat

ukur hasil belajar adalah soal yang mempunyai indeks kesukaran yang

memadai dalam artian soal tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal

yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi

memecahkan masalah yang dihadapi dan akan menyebabkan siswa menjadi

putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi. Untuk

mengetahui indeks kesukaran dari masing-masing butir soal digunakan

rumus:

(Arikunto, 2006 : 210)

Keterangan :

P : Indeks kesukaran

B : Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Klasifikasi derajat kesukaran butir soal sebagai berikut:

Item dikategorikan sukar jika 0,00 < P ≤ 0,30

Item dikategorikan sedang jika 0,03 < P ≤ 0,70

Item dikategorikan mudah jika 0,70 < P ≤ 1,00

(Arikunto, 2006 : 210)

Page 67: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

d. Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara

siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan rendah

(Arikunto, 2006: 211). Rumus untuk menghitung daya pembeda sebagai

berikut.

(Arikunto, 2006 : 218)

Keterangan :

D : Daya pembeda

J : Jumlah peserta tes

JA : Banyaknya peserta kelompok atas

JB : Banyaknya peserta kelompok bawah

BA : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan

benar

BB : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu

dengan benar

PA =

: Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB =

: Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Klasifikasi daya pembeda:

0,00 ≤ D < 0,20 : Jelek

0,20 ≤ D < 0,40 : Cukup

0,40 ≤ D < 0,70 : Baik

0,70 ≤ D < 1,00 : Baik sekali

(Arikunto, 2006 : 218)

E. Teknik Analisis Data

Setelah terkumpul data, maka langkah selanjutnya adalah analisis data.

Dalam penelitian ini ada dua hipotesis yang perlu dilakukan analisis data yaitu:

Page 68: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

1. Hipotesis 1

Hipotesis pertama berbunyi “ada perbedaan hasil belajar yang

signifikan antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran quantum

learning dan siswa SMA yang diajar dengan model pembelajaran

konvensional pada kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap

kehidupan di muka bumi”. Hipotesis pertama mengunakan teknik analisis

data uji t (t test) karena data yang digunakan berupa data interval dengan

hipotesis komparatif dua sampel independen. Dua sampel independen

tersebut adalah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang hanya

dicari perbandingannya yaitu ada perbedaan atau tidak.

Uji t digunakan untuk menguji hipotesis apakah hipotesis diterima atau

tidak. Syarat diterimanya hipotesis (Ha) apabila nilai t hitung > t tabel ( t

hitung merupakan harga mutlak, jadi tanda (+) atau (-) tidak

dilihat/diperhatikan). Dalam pengujian hipoetsis taraf signifikansi yang

digunakan adalah 5%.

2. Hipotesis 2

Hipotesis yang kedua berbunyi “ model pembelajaran quantum learning

lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional dalam

meningkatkan hasil belajar Geografi siswa SMA pada kompetensi dasar

atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi”.

Teknik analisis data yang digunakan pada hipotesis kedua sama dengan

hipotesis pertama yaitu uji t, hanya saja dalam hipotesis kedua uji t digunakan

untuk memperkuat dugaan bahwa quantum learning lebih baik dibandingkan

dengan model pembelajaran konvensional, dan pada hakekatnya indikator

dari lebih baik adalah perolehan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada saat

dilakukan postest. Apabila nilai rata-rata postest kelas eksperimen (model

pembelajaran quantum learning) lebih besar daripada nilai rata-rata kelas

kontrol (model pembelajaran kovensional) maka model pembelajaran

quantum learning dianggap lebih baik dibandingkan dengan model

pembelajaran konvensional.

Page 69: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Namun, sebelum dilakukan analisis dengan uji t maka perlu dilakukan uji

prasyarat analisis. Hal ini, dimaksudkan untuk mengetahui apakah kelasnya

homogen atau tidak.

1. Uji Prasyarat Analisis

Uji prasyarat analisis yang digunakan adalah uji homogenitas. Uji

homogenitas digunakan untuk menguji kesamaan varians antara dua kelompok

yang dibandingkan atau untuk menguji apakah antara dua kelompok tersebut

mempunyai populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas dilakukan

dengan menggunakan rumus uji Bartlett dengan prosedur:

a. Hipotesis

b. Taraf Signifikan (α)= 0,05

c. Statistik Uji

)

Dengan :

k : banyaknya populasi = banyaknya sampel

N : banyaknya seluruh nilai (ukuran)

nj : banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j = ukuran sampel ke-j

fj : nj – 1 = derajat kebebasan untuk ; j = 1,2,…, k;

f : N – k = ∑

(

)

( )

;

( )

d. Dearah Kritik (DK) :{X2 | X

2 > X

2α ; k-1}

e. Keputusan Uji

Page 70: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

H0 ditolak jika X2 hitung terletak di daerah kritik

f. Kesimpulan

a) Variansi / populasi homogen jika H0 di terima

b) Variansi / populasi tidak homogen jika H0 di tolak

(Budiyono, 2009: 176)

2. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis nol (Ho), maka hipotesis statistik dirumuskan

sebagai berikut:

a. Hipotesis 1

Hipotesis pertama berbunyi “ada perbedaan hasil belajar yang

signifikan antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran quantum

learning dan siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional

pada komptensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka

bumi”. Hipotesis pertama apabila dirumuskan dengan hipotesis statistik

sebagai berikut:

Ho : A = B

Ha : A ≠ B

Keterangan :

A : Model quantum learning

B : Model konvensional

Maksud dari hipotesis statistik sebagai berikut:

Ho : Tidak ada perbedaan (pengaruh) hasil belajar yang signifikan antara

siswa SMA yang diajar dengan model quantum learning dan siswa

yang diajar dengan model konvensional untuk mata pelajaran

Geografi pada kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap

kehidupan di muka bumi.

Ha : Terdapat perbedaan (pengaruh) hasil belajar yang signifikan antara

siswa SMA yang diajar dengan model quantum learning dan siswa

yang diajar dengan model konvensional untuk mata pelajaran

Page 71: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Geografi pada kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap

kehidupan di muka bumi.

b. Hipotesis 2

Hipotesis kedua berbunyi “ model pembelajaran quantum learning lebih

baik dibandingkan dengan model pembelajaaran konvensional dalam

meningkatkan hasil belajar Geografi siswa SMA pada kompetensi dasar

atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi”. Hipoteis

kedua jika dirumuskan dengan hipotesis ststistik sebagai berikut:

Ho : A < B

Ha : A ≥ B

Keterangan :

A : Model quantum learning

B : Model konvensional

Maksud dari hipotesis statistik sebagai berikut:

Ho : Model pembelajaran quantum learning tidak lebih baik dibandingkan

dengan model pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil

belajar Geografi siswa SMA pada kompetensi dasar atmosfer dan

pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi.

Ha : Model pembelajaran quantum learning lebih baik dibandingkan dengan

model pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar

Geografi siswa SMA pada kompetensi dasar atmosfer dan

pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi.

Page 72: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang digunakan adalah SMA Negeri 5 Surakarta. Secara

geografis SMA Negeri 5 Surakarta berada pada 7o33‟00‟‟LS dan 110

o49‟40”BT

dan terletak di Jalan Letjen Sutoyo nomor 18 Surakarta, Telepon: 0271 854751,

Fax: 0271 854751 Web: www.sma5solo.sch.id (Lampiran 1 dan lampiran 2).

SMA Negeri 5 Surakarta diresmikan sejak tanggal 1 September 1950 di Banjarsari

kemudian pada tahun 1977 SMA Negeri 5 Surakarta pindah ke Jl. Letjen Sutoyo

18 Surakarta sampai sekarang dengan luas 3000m2. Sarana dan prasarana

penunjang kelancaran kegiatan belajar mengajar secara umum cukup lengkap.

Adapun rincian sarana dan prasarana penunjang KBM terdapat dalam tabel 4.1

dibawah ini.

Tabel 4.1. Daftar Sarana dan Prasarana Penunjang KBM SMA N 5 Surakarta

Jenis Sarpras Jumlah Kondisi Jenis Sarpras Jumlah Kondisi

Ruang kepala

sekolah

1 Baik Ruang Parkir 4 Baik

Ruang wakasek 1 Baik Kamar Mandi 24 Baik

Ruang tamu 1 Baik Kantin 4 Baik

Ruang kelas 28 Baik Ruang OSIS 1 Baik

Laboratorium 12 Baik Ruang

Multimedia

1 Baik

Perpustakaan 1 Baik Ruang Satpam 1 Baik

Ruang Guru 1 Baik Masjid 1 Baik

Aula 1 Baik Gudang 2 Baik

Ruang BK 1 Baik Ruang sapala,

pramuka

1 Baik

Koperasi 1 Baik Ruang Penjaga 2 Baik

Ruang UKS 1 Baik Ruang

keterampilan

1 Baik

Ruang Tata

Usaha

1 Baik Laptop 25 Baik

Ruang ganti 2 Baik LCD 20 Baik

Sumber: Buku Panduan SMA N 5 Surakarta

Page 73: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Khusus untuk media pembelajaran Geografi di SMA N 5 Surakarta cukup

lengkap diantaranya globe, peta, media 3D seperti gunungapi, patahan dan lipatan

yang disimpan dalam laboratorium IPS serta buku, baik buku pegangan siswa

maupun buku Geografi yang lain yang disimpan di perpustakaan. Selain sarana

dan prasarana, kegiatan belajar mengajar didukung oleh tenaga pengajar yang

sudah berpengalaman dan bergelar sarjana (baik S1 maupun S2) dengan jumlah

80 guru yang terdiri 74 guru tetap dan 6 guru tidak tetap dan 21 Karyawan yang

terdiri dari 7 karyawan tetap dan 14 karyawan tidak tetap, khusus untuk guru

Geografi di SMA N 5 Surakarta ada 3 orang yaitu satu guru mengajar di kelas X

dan XII, satu guru mengajar di kelas XI dan satu guru mengajar di Kelas XII,

sedangkan jumlah siswa tahun ajaran 2010/2011 sebanyak 970 siswa, dengan

rincian terdapat pada tabel 4.2 dibawah ini.

Tabel 4.2. Jumlah Siswa SMA Negeri 5 Surakarta

Kelas Laki-laki Perempuan

X 126 196

Total 325

Kelas IA IS

Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

XII 51 90 88 104

Total 141 192

XI 54 89 77 94

Total 143 171

Sumber: Dokumen SMA N 5 Surakarta

Kurikulum yang digunakan SMA N 5 Surakarta tahun ajaran 2010/2011

adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP merupakan

kurikulum operasional yang disusun dan dirancang oleh masing-masing sekolah

dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi dasar yang

dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Dalam mata

pelajaran Geografi kelas X semester ganjil tahun ajaran 2010/2011, kompetensi

dasar menganalisis unsur-unsur geosfer dibagi menjadi 3 pokok bahasan yaitu 1)

Litosfer dan Pedosfer; 2) Atmosfer; dan 3) Hidrosfer.

Page 74: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

B. Proses Pembelajaran

Pada penelitian yang telah dilakukan kompetensi dasar yang dipilih

merupakan kompetensi dasar menganalisis unsur-unsur geosfer dengan pokok

bahasan atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi yang

diajarkan sebanyak 3 kali tatap muka. Satu kali tatap muka 2 jam pelajaran. 1 jam

pelajaran 45 menit. Langkah-langkah satu kali tatap muka dari pertemuan pertama

sampai pertemuan ketiga terdapat dalam tabel 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4.3. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Quntum Learning

Pertemuan ke- Model Pembelajaran Quantum Learning

Tahap Guru Siswa

I

Tumbuhkan Guru memutar iringan

musik

Guru memberi salam dan

mengabsen

Guru menjelaskan indikator

dan tujuan pembelajaran

Guru memberi instruksi

untuk berdiri dan

menghirup udara

Siswa mendengarkan

iringan musik

Siswa menjawab salam dan

tunjuk jari

Siswa memperhatikan

indikator dan tujuan yang

dijelaskan guru

Siswa berdiri dan

menghirup udara serta

menjawab pertanyaan guru.

Alami Guru menujukan gambar

tentang struktur lapisan

atmosfer dengan

powerpoint

Dan membagikan lembar

kerangka konsep

Siswa memperhatikan

gambar struktur lapisan

atmosfer

Siswa melengkapi kerangka

konsep dengan melihat

struktur lapisan atmosfer di

powerpoint.

Namai Guru menujukkan gambar

pesawat terbang, awan,

hujan dengan powerpoint

Siswa menyebutkan

kegunaan lapisan atmosfer

dalam catatan TS.

Demostrasikan Guru meminta siswa untuk

mempresentasikan hasil

pekerjaan siwa ke depan

Perwakilan dari siswa

mendemonstrasikan hasil

pekerjaannya di depan

teman-teman.

Ulangi Guru menginatkan kembali

materi yang baru dipelajari

Siswa mengingat kembali

materi yang baru dipelajari

dengan cara menjawab

pertanyaan dari guru

Rayakan Guru menambah materi

belajar siswa dengan

membuat peta curah hujan

di Indonesia

Guru bertepuk tangan untuk

merayakan keberhasilan

pembelajaran yang telah

dilakukan

Guru memberi salam

Siswa mencatat tambahan

materi yaitu membuat peta

curah hujan di Indonesia

Seluruh siwa bertepuk

tangan merayakan

keberhasilan pembelajaran

yang telah dilakukan

Siswa menjawab salam dari

guru.

Page 75: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

II

Tumbuhkan Guru memutar iringan

musik

Guru memberi salam dan

mengabsen

Guru menjelaskan indikator

dan tujuan pembelajaran

Guru mengulas materi

sebelumnya

Siswa mendengarkan

iringan musik

Siswa menjawab salam dan

tunjuk jari

Siswa memperhatikan

indikator dan tujuan yang

dijelaskan guru

Siswa memperhatian dan

memahami penjelasan guru

Alami Guru meminta siswa

membentuk kelompok yang

masing-masing kelompok

terdiri dari 4 siswa

Guru memberi soal rebutan

dan satu set paket yang

berisi satu soal dan satu

lembar kerangka konsep

serta lem.

Siswa membuat kelompok

yang terdiri dari 4 siswa

Siswa menjawab

pertanyaan dengan

mengacungkan jari dan

yang menjawab benar akan

diberi satu set paket yang

berisi satu soal, satu lembar

kerangka konsep dan lem.

Namai Guru mendampingi siswa

mengerjakan satu set paket

tentang klasifikasi iklim

berdasarkan persebaran

jenis vegetasi

Siswa merangkai satu jari

kerangka konsep sesuai

dengan isi paket yang

diperoleh dan menjawab

soal yang didapat berkaitan

dengan klasifikasi iklim

Demonstrasikan Guru meminta siswa untuk

mempresentasikan hasil

diskusi kelompok di depan

Perwakilan kelompok maju

kedepan untuk

mempresentasikan hasil

kerja mereka.

Ulangi Guru mengingatkan

kembali materi yang telah

dibahas

Guru melakukan evaluasi

Siswa memperhatkan dan

memahami penjelasan guru

Siswa menjawab

pertanyaan yang berikan

guru secara tertulis.

Rayakan Guru memberikan pujian

dengan bertepuk tangan

Guru menambah bahan

belajar siswa dengan

membuat kerangka konsep

untuk pertemuan ketiga

tentang global warming

Guru memberi salam

Siswa ikut bertepuk tangan

untuk merayakan

keberhasilan belajar mereka

Siswa mencatat dan

mendengarkan bahan

belajar tambahan yang

dibacakan guru

Siswa menjawab salam.

III

Tumbuhkan Guru memutar iringan

musik

Guru memberi salam dan

mengabsen

Guru menjelaskan indikator

dan tujuan pembelajaran

Guru mengingtakan

kembali materi yang telah

dipelajari seblumnya

Siswa mendengarkan

iringan musik

Siswa menjawab salam dan

tunjuk jari

Siswa memperhatikan

indikator dan tujuan yang

dijelaskan guru

Siswa memperhatikan

uraian materi yang

disampaiakan guru

Alami Guru menampilan video

global warming

Siswa memperhatiakn

video yang ditampilkan

guru melalui tayangan LCD

Namai Guru mendampingi siswa Siswa merangkum isi video

Page 76: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

III

merangkum video dengan

catatan TS

dengan catatan TS dan

mencocokannya dengan

kerangka konsep yang telah

mereka buat di rumah.

Demonstrasikan Guru meminta siswa

mempresentasikan hasil

kerja siswa di depan teman-

teman

Perwakilan dari salah satu

siswa mempresentaikan

catatan TS dan Kerangka

konsep yang telah

dikerjakannya.

Ulangi Guru mengingatkan

kembali materi yang telah

dibahas

Guru melakukan evaluasi

Siswa memperhatikan dan

memahami penjelasan guru

Siswa menjawab

pertanyaan yang berikan

guru secara tertulis.

Rayakan Guru memberikan pujian

kepada seluruh siswa

dengan bertepuk tangan

Guru menutup pertemuan

dengan salam

Siswa ikut bertepuk tangan

untuk merayakan

keberhasilan belajar mereka

Siswa menjawab salam

guru.

Sumber: RPP Kelas Eksperimen

Tabel 4.4. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Konvensional

Pertemuan ke- Model Pembelajaran Konvensional

Guru Siswa

I

Guru memberi salam dan

mengabsen

Siswa menjawab salam dan tunjuk

jari setelah dipanggil guru.

Guru menjelaskan indikator dan

tujuan yang akan dicapai

Siswa mendengarkan tujuan dan

indikator yang disampaikan guru

Guru mengkaitkan materi yang

akan dibahas dengan kejadian

yang ada di lingkungan sekitar

Siswa memperhatiakan dan

mdendengarkan cerita yang berkaitan

dengan materi yang akan dibahas

Guru menjelaskan materi

berkaitan dengan definisi,

struktur dan manfaat atmosfer

Siswa memperhatikan dan memahami

penjelasan guru dengan mencatat

point-point penting

Guru melakukan evaluasi Siswa menjawab soal-soal secara

tertulis yang diberikan guru

Guru merangkum materi yang

telah dibahas

Siswa memahami dan memperhatikan

rangkuman materi untuk

mengingatkan materi yang telah

dibahas

Guru memberi tugas membuat

peta persebaran curah hujan di

Indonesia

Siswa mencatat tugas yang diberikan

guru di buku tulis mereka

Guru mengakhiri pelajaran

dengan salam

Siswa menjawab salam guru untuk

mengakhiri pelajaran

II

Guru memberi salam dan

mengabsen

Siswa menjawab salam dan tunjuk

jari setelah dipanggil guru.

Guru menjelaskan indikator dan

tujuan yang akan dicapai

Siswa mendengarkan tujuan dan

indikator yang disampaikan guru

Guru membahas materi yang

dismapiakan pada pertemuan

sebelumnya

Siswa mendengarkan dan mengingat

kembali materi yang sudah diajarkan

pada pertemuan sebelumnya

Page 77: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

II

Guru menjelaskan materi

berkaitan dengan klasifikasi iklim

berdasarkan persebaran vegetasi

Siswa memperhatikan dan memahami

penjelasan guru dengan mencatat

point-point penting berkaitan dengan

klasifikasi iklim berdasarkan

persebaran vegetasinya.

Guru melakukan evaluasi Siswa menjawab soal-soal secara

tertulis yang diberikan guru

Guru merangkum materi yang

telah dibahas

Siswa memahami dan memperhatikan

rangkuman materi untuk

mengingatkan materi yang telah

dibahas

Guru memberi tugas untuk

membuat artikel berkaitan dengan

global warming

Siswa mencatat tugas yang diberikan

guru di buku tulis mereka.

Guru mengakhiri pelajaran

dengan salam

Siswa menjawab salam guru untuk

mengakhiri pelajaran

III

Guru mengucapkan salam dan

mengabsen

Siswa menjawab salam dan tunjuk

jari setelah dipanggil guru.

Guru menjelaskan indikator dan

tujuan yang akan dicapai

Siswa mendengarkan tujuan dan

indikator yang disampaikan guru

Guru membahas materi yang

dismapiakan pada pertemuan

sebelumnya tentang klasifikasi

iklim

Siswa mendengarkan dan mengingat

kembali materi klasifikasi iklim

berdasrkan persebarannya

Guru menjelaskan materi

berkaitan dengan global warming

Siswa memperhatikan dan memahami

penjelasan guru dengan mencatat

point-point penting berkaitan dengan

global warming

Guru memberi kesempatan

kepada siswauntuk bertanya

Perwakilan siswa bertanya berkaitan

dengan isu ulat bulu

Guru melakukan evaluasi Siswa menjawab soal-soal secara

tertulis yang diberikan guru

Guru merangkum materi yang

telah dibahas

Siswa memahami dan memperhatikan

rangkuman materi untuk

mengingatkan materi yang telah

dibahas

Guru mengakhiri pelajaran

dengan salam

Siswa menjawab salam guru untuk

mengakhiri pelajaran

Sumber: RPP Kelas Kontrol

C. DESKRIPSI DATA

Pada penelitian ini melibatkan dua kelas yang ada di SMA Negeri 5

Surakarta yaitu kelas X8 dan kelas X9 sejumlah 72 siswa yang masing-masing

kelas terdiri dari 36 siswa pada tahun ajaran 2010/2011. Kelas X8 merupakan

kelas eksperimen dengan model pembelajaran quantum learning, sedangkan kelas

X9 merupakan kelas kontrol dengan model pembelajaran konvensional.

Page 78: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

1. Uji Soal

Sebelum kedua kelas diberi perlakuan model pembelajaran, masing-

masing kelas dikenai pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa mengenai

kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi.

Hasil pretest untuk mengetahui kemampuan awal dapat diketahui setelah

menghitung validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya beda instrumen tes

yang telah diujikan.

a. Validitas Soal

Berdasarkan uji validitas soal secara empiris dari 50 soal diperoleh 40

soal yang valid (rxy > rtabel = 0,329). 10 butir soal yang tidak valid (drop)

adalah nomor 10, 13, 16, 23, 27, 28, 29, 31, 38, dan 39. Dari 10 butir soal

yang tidak valid (drop) tidak digunakan sehingga dari 50 soal yang dibuat

hanya 40 soal yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan awal siswa

dan mengukur kemampuan siswa setelah dikenai perlakuan (postest). Adapun

tabel 4.5 data validitas soal sebagai berikut:

Page 79: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Tabel 4.5. Data Statistik Uji Validitas

N0 rxy r table Validitas

N0 rxy r tabel Validitas

1 0,381 0,329 Valid

26 0,418 0,329 Valid

2 0,353 0,329 Valid

27 -0,036 0,329 Invalid

3 0,367 0,329 Valid

28 -0,040 0,329 Invalid

4 0,623 0,329 Valid

29 -0,112 0,329 Invalid

5 0,359 0,329 Valid

30 0,345 0,329 Valid

6 0,394 0,329 Valid

31 -0,025 0,329 Invalid

7 0,489 0,329 Valid

32 0,366 0,329 Valid

8 0,377 0,329 Valid

33 0,400 0,329 Valid

9 0,418 0,329 Valid

34 0,375 0,329 Valid

10 -0,116 0,329 Invalid

35 0,367 0,329 Valid

11 0,397 0,329 Valid

36 0,417 0,329 Valid

12 0,412 0,329 Valid

37 0,333 0,329 Valid

13 -0,227 0,329 Invalid

38 -0,084 0,329 Invalid

14 0,420 0,329 Valid

39 0,050 0,329 Invalid

15 0,366 0,329 Valid

40 0,397 0,329 Valid

16 -0,169 0,329 Invalid

41 0,423 0,329 Valid

17 0,377 0,329 Valid

42 0,348 0,329 Valid

18 0,366 0,329 Valid

43 0,421 0,329 Valid

19 0,408 0,329 Valid

44 0,469 0,329 Valid

20 0,350 0,329 Valid

45 0,329 0,329 Valid

21 0,342 0,329 Valid

46 0,387 0,329 Valid

22 0,340 0,329 Valid

47 0,347 0,329 Valid

23 -0,130 0,329 Invalid

48 0,379 0,329 Valid

24 0,505 0,329 Valid

49 0,349 0,329 Valid

25 0,372 0,329 Valid

50 0,353 0,329 Valid

Sumber: Data Hasil Olahan Uji Validitas

Uji validitas di atas menggunakan rumus korelasi product moment.

Sebagai contoh hasil perhitungan butir soal nomor 1 pada taraf signifikan 5%,

n = 36 dan rtabel = 0,329 diperoleh rxy sebesar 0,381 (lampiran 14). Hasil uji

validitas pada tabel 4.3 dapat disimpulkan dalam tabel 4.4 dibawah ini.

Tabel 4.6. Hasil Uji Coba Validitas Instrumen Tes

Pokok

Bahasan Jml soal awal

Keputusan uji vaiditas Jml soal

akhir Valid Tidak valid

Atmosfer 50 40 10 40

Sumber: Data Rekapan Hasil Uji Validitas

Page 80: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

b. Reliabilitas

Dari 40 soal yang valid kemudian dilakukan uji reliabilitas. Dari hasil

perhitungan dengan taraf signifikan 5%, jumlah butir soal (k) = 40, dan rtabel =

0,329 diperoleh r11 = 0,865, karena r11 > rtabel maka instrumen dikatakan

reliabel (H1 diterima dan H0 Ditolak). Berdasarkan kriteria indeks reliabilias,

instrumen tes yang digunakan mempunyai reliabilitas yang sangat tinggi.

Perhitungan uji reliabilitas instrumen tes disajikan pada lampiran 16 dan

lampiran 17.

c. Taraf Kesukaran

Berdasarkan hasil uji reliabilitas dengan jumlah soal 40 butir dapat

diketahui taraf kesukaran dari masing-masing butir soal sebagai berikut:

Tabel 4.7. Indeks Kesukaran Instrumen Tes

Jumlah soal Indeks kesukaran

Total Sukar Sedang Mudah

40 9 28 3 40

Sumber: Hasil Rekapan Taraf Kesukaran

Untuk perhitungan hasil uji reliabilitas yang lain disajikan dalam lampiran 18.

d. Daya Beda

Untuk mengetahui sejauh mana butir-butir soal dapat membedakan

kemampuan siswa yang satu dengan siswa lainnya, pada instrumen ini

dilakukan pengujian daya beda butir soal (lampiran 18). Berdasarkan hasil

yang diperoleh daya beda butir soal disajikan ke dalam tabel 4.6 berikut ini.

Tabel 4.8. Daya Beda Butir Soal Instrumen Tes

Jumlah

butir

Daya beda Total

Jelek Cukup Baik Baik sekali

40 5 27 8 0 40

Sumber: Hasil Rekapan Uji Daya Beda Butir Soal

Page 81: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

e. Hasil Observasi

Observasi dilakukan pada saat proses belajar mengajar berlangsung.

Ada tiga observer dalam penelitian ini. Penilaian observasi dilakukan dengan

cara mencari rata-rata dari masing-masing kriteria penilaian pada lembar

observasi (Lampiran 26). Hasil penilaian observer disajikan dalam tabel 4.7

berikut ini.

Tabel 4.9. Hasil Perhitungan Observasi Dengan Skala Likert

Kriteria

penilaian

Observer 1 Observer 2 Observer 3

QL Konv. QL Konv. QL Konv

I 67 % 78% 78% 73% 70% 73%

II 74% 72% 78% 70% 70% 63%

Sumber: Data Hasil Rekapan Intrumen Observasi

Gambar 4.1. Hasil Penilaian Instrumen Observasi Dengan Skala Likert

Sumber: Rekapan hasil Instrumen Observasi

Berdasarkan gambar 4.1 di atas, selama proses belajar mengajar, tahap

persiapan dan langkah-langkah yang digunakan guru sudah sesuai dengan

rancangan pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. Hal ini ditunjukkan

dengan rata-rata kriteria penilaian yang menunjukkan nilai 67%-78% yang

artinya sesuai.

0% 40% 60% 80% 100% 20%

STS TS CS S SS

Page 82: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

2. Hasil Belajar

a. Model Pemelajaran Quantum Learning

Kelas X8 sebagai kelas eksperimen dengan model pembelajaran

quanatum learning mempunyai jumlah siswa sebanyak 36 siswa. Pada tahap

pretest hasil penilaian menunjukkan bahwa nilai tertinggi = 87,5, nilai

terendah = 40, rata-rata = 62,153, nilai tengah = 56,25 dan standar deviasinya

14,119, sedangkan pada tahap postest hasil penilaian menunjukkan nilai

tertinggi = 95, nilai terendah = 60, rata-rata = 75,626, nilai tengah = 77,5, dan

standar deviasinya 9,246 (lampiran 22).

Berdasarkan data pretest dan postest kelas eksperimen dapat

disimpulkan dalam tabel 4.10 berikut ini.

Tabel 4.10. Data Pretest dan Postest Kelas Eksperimen

Data Jumlah Siswa Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata Sd

Pretest 36 40 60 62,153 14,119

Postest 36 87,5 95 75,626 9,246

Sumber: Data hasil Olahan Pretest dan Postest

Untuk lebih jelas data hasil belajar siswa disajikan dalam bentuk

distribusi frekuensi pada tabel 4.11 berikut ini.

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Dan Postest Kelas Eksperimen

No Interval Frekuensi

Pretest Postest

1 40-48,5 5 0

2 49-56,5 13 0

3 57-64,5 2 4

4 65-72,5 7 11

5 73-80,5 4 12

6 81-88,5 5 7

7 89-96,5 0 2

Sumber: Data Olahan Nilai Pretest dan Postest Kelas Eksperimen

Page 83: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Untuk lebih mudah dipahami, maka nilai hasil belajar siswa kelas

eksperimen dengan model pembelajaran quantum learning disajikan dalam

bentuk histrogram dibawah ini.

Gambar 4.2. Histogram Nilai Pretest dan Postest Kelas Eksprimen

Sumber: Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Postest Kelas Eksperimen

Berdasarkan gambar 4.2 menunjukkan bahwa persebaran tiap interval

nilai hasil belajar siswa antara pretest dan postest tidak sama, pada nilai

pretest kebanyakan siswa mendapat nilai antara 49-56,5 sebanyak 13 siswa

sedangkan pada nilai postest kebanyakan siswa mendapat nilai antara 73-80,5

sebanyak 12 siswa dari 36 siswa. Dilihat dari persebaran nilai dengan

perolehan siswa terbanyak, nilai rata-rata pretest dan postest berbeda. Nilai

rata-rata pretest 62,153 dan nilai rata-rata postest 75,625 sehingga

mempunyai selisih 13,472. Berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh, pada

nilai pretest rata-rata siswa belum mencapai nilai KKM (belum tuntas)

sedangkan nilai KKMnya adalah 66. Namun setelah dilakukan perlakuan

dengan model pembelajaran quantum learning rata-rata siswa dapat mencapai

nilai KKM (sudah tuntas). Hal ini dapat disimpulkan bahwa tujuan

0

2

4

6

8

10

12

14

40-48,5 49-56,5 57-64,5 65-72,5 73-80,5 81-88,5 89-96,5

5

13

2

7

4 5

0 0 0

4

11 12

7

2

Fre

kue

nsi

Interval

Nilai Pretest dan Postest Kelas Eksperimen

Pretest

Postest

Page 84: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

pembelajaran yang telah disampaikan dengan model pembelajaran quantum

learning hasil belajar siswa dapat meningkat dan tuntas.

b. Model Pembelajaran Konvensional

Kelas X9 sebagai kelas kontrol dengan model pembelajaran

konvensional mempunyai jumlah siswa sebanyak 36 siswa dengan hasil

pretest menunjukan nilai tertinggi = 90, nilai terendah = 30, rata-rata = 58,958,

nilai tengah = 55 dan standar deviasinya 18,645 (lampiran 20), sedangkan

hasil postest menunjukan nilai tertinggi = 80, nilai terendah = 47,5, rata-rata

= 71,528, nilai tengah = 72,5 dan standar deviasinya 7,103 (lampiran 22).

Berdasarkan data pretest dan postest kelas kontrol dapat disimpulkan

dalam tabel 4.12 di bawah ini.

Tabel 4.12. Data Pretest dan Postest Kelas Kontrol

Data Jumlah Siswa Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata Sd

Pretest 36 90 30 58,958 18,645

Postest 36 80 47,5 71,528 7,103

Sumber: Data Hasil Olahan Nilai Pretest dan Postest Kelas Kontrol

Untuk lebih jelas data hasil belajar siswa di sajikan dalam bentuk

distribusi frekuensi pada tabel 4.13 berikut ini.

Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Dan Postest Kelas Kontrol

No Interval Frekuensi

Pretets Postest

1 30-38,5 5 0

2 39-47,5 10 1

3 48-56,5 4 4

4 57-65,5 4 3

5 66-74,5 3 14

6 75-83,5 5 17

7 84-92,5 5 0

Sumber: Data Hasil Olahan Pretest dan Postest Kelas Kontrol

Page 85: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Untuk lebih mudah dipahami, maka nilai hasil belajar siswa kelas

eksperimen dengan model pembelajaran konvensional disajikan dalam bentuk

histrogram dibawah ini.

Gambar 4.3 . Histogram Hasil Belajar Siswa Pada Kelas Kontrol

Sumber: Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Postest Kelas Kontrol

Berdasarkan gambar 4.3 menunjukkan bahwa persebaran tiap interval

nilai hasil belajar siswa antara pretest dan postest tidak sama, pada nilai

pretest kebanyakan siswa mendapat nilai antara 39-47,5 sebanyak 10 siswa

sedangkan pada nilai postest kebanyakan siswa mendapat nilai antara 75-83,5

sebanyak 17 siswa dari 36 siswa. Dilihat dari persebaran nilai dengan

perolehan siswa terbanyak, nilai rata-rata pretest dan postest berbeda. Nilai

rata-rata pretest 58,958 dan nilai rata-rata postest 71,528 sehingga mempunyai

selisih 12,57. Berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh, pada nilai pretest

rata-rata siswa belum memenuhi nilai KKM (belum tuntas), sedangkan nilai

KKMnya adalah 66. Namun pada saat dilakukan postest rata-rata siswa

sudah mencapai nilai KKM (sudah tuntas). Hal ini dapat disimpulkan bahwa

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

30-38,5 39-47,5 48-56,5 57-65,5 66-74,5 75-83,5 84-92,5

5

10

4 4 3

5 5

0 1

4 3

14

17

0

Fre

kue

nsi

Interval

Nilai Pretest dan Postest Kelas Kontrol

Pretest

Postest

Page 86: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

tujuan pembelajaran yang telah disampaikan dengan model pembelajaran

konvensional sudah tercapai dan hasilnya meningkat.

c. Perbandingan Nilai Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Deskripsi statistik nilai postest kelas eksperimen dan kelas kontrol

disajikan pada Tabel 4.14 berikut:

Tabel 4.14. Data Statistik Postest Kelas Eksperimen dan Kontrol

Postest N Mean SD Nilai Min Nilai Max

Eksperimen 36 75,625 9,246 60 95

Kontrol 36 71,528 7,103 47,5 80

Sumber: Data Hasil Olahan Nilai Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Distribusi frekuensi nilai postest kelas eksperimen dan kelas kontrol

disajikan dalam tabel 4.15 berikut.

Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi Nilai Postest

Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol

No Interval Frekuensi

Eksperimen Kontrol

1 47-53,5 0 2

2 54-60,5 3 0

3 61-67,5 6 7

4 68-74,5 6 10

5 75-81,5 12 17

6 82-88,5 7 0

7 89-95 2 0

Sumber: Data Olahan nilai Postest Kelas Eksperimen dan Kontrol

Untuk lebih mudah dipahami, maka nilai postest (nilai hasil belajar)

siswa kelas eksperimen dan kontrol dapat disajikan dalam bentuk histrogram

dibawah ini.

Page 87: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Gambar 4.4. Histogram Perbandingan Nilai Postest

Kelas Eksperimen dan Kontrol

Sumber: Distribusi Frekuensi Nilai Postest Kelas Eksperimen dan Kontrol

Berdasarkan gambar 4.4 antara nilai postest kelas eksperimen dan kelas

kontrol terdapat perbedaan. Nilai postest kelas eksperimen persebarannya

lebih merata dilihat dari rentang nilainya (standar deviasi) yang lebih besar

yaitu 9,246 dan kebanyakan siswa mendapat nilai pada interval 75-81,5

sebanyak 12 siswa sedangkan pada kelas kontrol persebarannya tidak merata

dilihat dari rentang nilainya (standar deviasi) yaitu sebesar 7,103 dan

kebanyakan siswa mendapat nilai pada interval 75-81,5 sebanyak 17 siswa.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa dengan model pembelajaran qauntum

learning hasil belajarnya lebih baik dibandingkan dengan model

pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar siswa dilihat

dari tidak ada siswa yang mendapat nilai 82 ke atas pada pembelajaran

konvensional.

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

47-53,5 54-60,5 61-67,5 68-74,5 75-81,5 82-88,5 89-95

0

3

6 6

12

7

2 2

0

7

10

17

0 0

Fre

kue

nsi

Interval

Perbandingan Nilai Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Eksperimen

Kontrol

Page 88: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

D. Uji Prasyarat Analisis

Sebelum melaksanakan analisis variansi untuk menguji hipotesis

penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis dengan uji

homogenitas.

1. Uji Kemampuan Awal

Untuk mengetahui kesamaan kemampuan awal antara kelas eksperimen

dan kelas kontrol maka harus dilakukan uji homogenitas dengan rumus uji

barlett dengan menggunakan nilai pretest. Dari hasil perhitungan kesamaan

kemampuan awal dengan taraf signifikan 5% diperoleh χ2 = 3,589 dan χ

2tabel

= 3,841 (lampiran 21). Hal ini menunjukkan bahwa Xhitung < Xtabel, sehingga

H0 diterima. H0 diterima artinya variansi kedua populasi sama (tidak ada

perbedaan kemampuan awal antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol).

2. Uji Homogen

Uji homogenitas yang digunakan adalah uji Barllet dengan taraf

signifikan 5%. Hasil uji homogenitas antara kelas eksperimen dan kelas

kontrol diperoleh nilai sebesar X2

hitung = 3.57, sedangkan nilai X

2tabel = 3.841

(Lampiran 23). Hal ini menunjukkan bahwa X2

hitung = 3.57 < X2

tabel = 3.841,

sehingga dapat disimpulkan populasi variansi kedua kelompok sama /

homogen.

E. Pengujian Hipotesis

1. Hipotesis Pertama

Uji hipotesis pertama dilakukan setelah uji prasyarat analisis terpenuhi.

Untuk mengetahui uji hipotesis pertama analisis data yang digunakan adalah uji t.

berikut disajikan rangkuman analisis data hasil belajar siswa setelah mendapat

perlakukan model pembelajaran quantum learning dan model pembelajaran

konvensional.

Page 89: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Tabel 4.16. Rangkuman Hasil Analisis Uji t

Hasil

Belajar

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol thitung

N Mean SD N Mean SD

Postest 36 75,625 85,491 36 71,582 50,456 2.108

Sumber : data hasil analisis postest

Keputusan uji hasil analisis data menggunakan uji t dengan taraf signifikan

5%; db = 70 dan t tabel = 1,667 diperoleh t hitung sebesar 2.108 (Lampiran 24),

sehingga dapat disimpulkan bahwa harga t hitung lebih besar dari harga t tabel (2.108

> 1,667). t hitung > t tabel (2.108 > 1,667) artinya keputusan uji menolak Ho dan

menerima Ha. Dengan penerimaan Ha maka ada perbedaaan hasil belajar yang

signifikan antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran quantum learning

dan siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional pada kompetensi

dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap kerhidupan di muka bumi.

2. Hipotesis Kedua

Hipotesis kedua menggunakan analisis data seperti yang digunakan untuk

menguji hipotesis pertama yaitu analisis uji t. Namun, analisis uji t digunakan

sebagai syarat dalam memperkuat hipotesis kedua. Hipotesis kedua dibuktikan

berdasarkan perolehan nilai rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu

nilai rata-rata kelas eksperimen 75,625 dan nilai rata-rata kelas kontrol 71,528

(75,625 > 71,528) dan rentang nilai (standar deviasi) kelas eksperimen lebih besar

daripada rentang nilai (standar deviasi) kelas kontrol (9,246 > 7,103). Hal ini

menandakan bahwa hasil belajar model pembelajaran quantum learning lebih baik

dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional pada kompetensi dasar

atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi.

F. Pembahasan Hasil Analisis Data

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model

pembelajaran quantum learning dan model pembelajaran konvensional terhadap

hasil belajar Geografi siswa SMA pada kompetensi dasar atmosfer dan

Page 90: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi. Populasi yang digunakan adalah

siswa kelas X SMA Negeri 5 Surakarta dengan jumlah sampel dua kelas yaitu

kelas X8 dan kelas X9. Kelas X8 sebagai kelas eksperimen dan kelas X9 sebagai

kelas kontrol. Dalam pembagian kelas eksperimen dan kelas kontrol, peneliti tidak

mendasarkan pada pemerolehan hasil pretest melainkan dengan cara undian. Hal

ini karena kedua kelas mempunyai kemampuan awal yang sama pada kemampuan

kognitif. Namun, Pemilihan kedua kelas dari sembilan kelas di SMA Negeri 5

Surakarta dilakukan secara purposive, maksudnya kelas dipilih dengan tujuan-

tujuan penelitian. Tujuan-tujuan tersebut antara lain: 1) kedua kelas mempunyai

kemampuan awal yang sama dilihat dari kemampuan kognitif semesteran dan

dibuktikan dengan nilai pretest; 2) kedua kelas mempunyai jumlah siswa yang

sama yaitu 36 siswa; 3) KD yang dibahas sama yaitu atmosfer dan pengaruhnya

terhadap kehidupan di muka bumi; dan 4) dalam ruang lingkup sekolah yang

sama.

Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel

terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran (X) yaitu

model pembelajaran quantum learning dan konvensional, sedangkan variabel

terikatnya adalah hasil belajar Geografi (Y). Pengambilan data dilakukan dua kali

yaitu berupa pretest dan postest.

Pretest dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal masing-masing siswa

pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pretest berupa data / nilai awal sebelum

masing-masing kelas yaitu kelas X8 dan kelas X9 dikenai perlakuan model

pembelajaran, sedangkan postest (hasil belajar) dilakukan setelah siswa kelas

eksperimen dikenai pelakuan model pembelajaran. Postest yang diberikan berupa

tes untuk mengukur kemampuan kognitif siswa dengan soal-soal pilihan ganda

sebanyak 40 butir soal.

Pada kelas eksperimen yaitu kelas X8 model pembelajaran yang digunakan

adalah model pembelajaran quantum learning sedangkan pada kelas kontrol yaitu

kelas X9 model pembelajaran yang digunakan adalah konvensional. Berdasarkan

perbedaan perlakukan yang diberikan pada kedua kelas, terdapat dua hipotesis.

Page 91: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Namun, sebelum membahas kedua hipotesis akan dibahas validitas, reliabilitas,

daya beda butir soal dan taraf kesukaran butir soal.

Validitas digunakan untuk mengetahui apakah setiap butir soal yang akan

diujikan mencakup isi materi yang dipelajari. Validitas dapat diketahui dengan

menggunakan rumus kolerasi product moment. Berdasarkan hasil uji validitas

soal dari 50 soal diperoleh 40 soal yang valid (rxy > rtabel = 0,329). 10 butir soal

yang tidak valid (drop) adalah nomor 10, 13, 16, 23, 27, 28, 29, 31, 38, dan 39,

sedangkan 40 butir soal hasil validitas kemudian dilakukan uji reliabilitas.

Reliabilitas digunakan untuk mengukur keajegan suatu tes apabila diteskan

kepada subjek yang sama dalam waktu yang berlainan hasilnya akan tetap ajeg /

tetap. Hasil uji reliabilitas dari 40 soal yang valid diperoleh r11 = 0,865 dan rtabel =

0,329, karena r11 > rtabel maka instrumen dikatakan reliabel dengan indeks

reliabilitas sangat tinggi.

Butir soal yang telah diuji reliabilitas, kemudian dilakukan pengukuran

taraf kesukaran butir soal dan daya beda butir soal. Taraf kesukaran digunakan

untuk mengetahui apakah soal itu baik. Maksudnya soal itu tidak terlalu mudah

dan tidak terlalu sukar, sehingga siswa tidak merasa jenuh dalam menjawab soal-

soal. Berdasarkan hasil uji reliabilitas dengan jumlah soal 40 butir dapat diketahui

taraf kesukaran dari masing-masing butir antara lain: 1) taraf sukar berjumlah 9;

2) taraf sedang berjumlah 28; dan 3) taraf mudah berjumlah 3, sedangkan daya

beda butir soal digunakan untuk mengetahui apakah tiap butir soal dapat

digunakan untuk membedakan kemampuan siswa yang satu dengan siswa yang

lain. Berdasarkan hasil yang diperoleh, daya beda butir 1 – 40 antara lain : 1) jelek

dengan jumlah soal 5; 2) cukup dengan jumlah soal 27; dan 3) baik dengan jumlah

soal 8. Setelah dilakukan analisis butir soal maka dilanjutkan dengan pemberian

perlakukan. Pada saat diberikan perlakukan model pembelajaran, dilakukan

observasi.

Observasi dilakukan untuk mengetahui/mengamati apakah model

pembelajaran yang digunakan guru selama proses pembelajaran berlangsung

sudah sesuai dengan rancangan pembelajaran yang dibuat atau belum. Hasil

Page 92: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

observasi pada saat proses belajar mengajar berlangsung, baik kelas eksperimen

maupuan kelas kontrol menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan guru

sudah sesuai dengan rancangan pembelajaran. Observasi dilakukan oleh tiga

orang observer. Hal ini, dibuktikan dengan nilai observasi yang menunjukkan

60%-80% yang berarti sesuai.

Sebelum masing-masing kelas diberi perlakukan, kedua kelas dilakukan

pretest. Pretest diadakan untuk mengetahui apakah kedua kelas mempunyai

kemampuan awal yang seimbang (homogen) atau tidak. Hasil pretest untuk kelas

X8 (kelas eksperimen) nilai rata-rata yang diperoleh 62,153 dan Sd = 14,119,

sedangkan kelas X9 (kelas kontrol) nilai rata-rata yang diperoleh 58,958 dan Sd =

18,645. Untuk mengetahui kesamaan kemampuan awal antara kelas eksperimen

dan kelas kontrol maka harus dilakukan uji homogenitas dengan rumus uji barlett.

Hasil uji homogenitas menggunakan rumus uji barlett diperoleh χ2 = 3,589 dan

χ2

tabel = 3,841 (Xhitung < Xtabel,). Hal ini menunjukkan bahwa variansi kedua

populasi sama (tidak ada perbedaan kemampuan awal antara kelas eksperimen

dengan kelas kontrol).

Berdasarkan hasil perhitungan nilai rata-rata kedua kelas mempunyai selisih

3,195 lebih besar kelas X8 dibandingkan kelas X9 dan mempunyai selisih Sd

4,526 lebih besar kelas X9 dibandingkan kelas X8. Namun kedua kelas

dinyatakan mempunyai kemampuan awal sama karena setiap kelas tidak mungkin

mempunyai rentang nilai (Sd) dan rata-rata yang sama persis. Hal ini juga

diperkuat dengan hasil perhitungan homogenitas Xhitung < Xtabel, (χ2 = 3,589 dan

χ2

tabel = 3,841). Dengan adanya kesamaan kemampuan awal antara kedua kelas

maka dapat disimpulkan bahwa antara kelas X8 dan kelas X9, kemampuan siswa

dalam mengerjakan soal dan daya serap dalam menerima materi seimbang

sehingga penelitian bisa dilanjutkan.

Pemberian perlakukan pada kelas eksperimen (X8) dan kelas kontrol (X9)

dilakukan sebanyak tiga kali tatap muka. Kelas X8 diberi perlakukan model

pembelajaran quantum learning dengan mengunakan metode kerangka konsep

dan catatan TS dengan menggunakan media powerpoint, sedangkan di kelas X9

diberi perlakukan model pembelajaran konvensional dengan menggunakan

Page 93: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

metode ceramah tanpa menggunakan media, setelah tiga kali tatap muka selesai

kemudian dilakukan postest untuk mengetahui hasil belajar siswa. Kelas X8

dengan model pembelajaran quantum learning nilai rata-rata yang diperoleh

75,625 dan Sd = 9,246, sedangkan kelas X9 dengan model pembelajaran

konvensional nilai rata-rata yang diperoleh 71,528 dan Sd = 7,103. Hal ini

menunjukkan bahwa dengan memperlakukan siswa dengan model pembelajaran

yang biasa saja seperti model pembelajaran konvensional yang lebih menekankan

pada komunikasi satu arah yaitu guru sebagai pusatnya, hasil belajar siswa lebih

kecil dibandingkan jika guru menggunakan model pembelajaran yang melibatkan

keaktifan siswa (model pembelajaran quantum learning). Keterlibatan siswa

dalam proses pembelajaran akan membangkitkan minat dan motivasi siswa untuk

lebih memperdalam dan memahami pokok bahasan yang diajarkan (mata

pelajaran Geografi KD atmosfer).

Berdasarkan hasil belajar siswa setelah diberi perlakukan model

pembelajaran, maka dilakukan uji prasyarat analisis menggunakan uji

homogenitas dengan rumus uji barllet. Hasil dari uji homogenitas kedua kelas

mempunyai variansi populasi yang homogen, sehingga dapat dilakukan pengujian

hipotesis.

Hipotesis pertama diterima yaitu ada perbedaan hasil belajar yang signifikan

antara siswa SMA yang diajar dengan model pembelajaran quantum learning dan

siswa SMA yang diajar dengan model pembelajaran konvensional pada mata

pelajaran Geografi kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap

kehidupan di muka bumi. Hal ini, sesuai dengan keputusan uji hipotesis

menggunakan uji t dengan perolehan t hitung sebesar 2,108, dan t tabel = 1,667

(t hitung > t tabel).

Perbedaaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen yang diajar dengan

model pembelajaran quantum learning dan siswa yang diajar dengan model

pembelajaran konvensional ternyata hasilnya lebih baik siswa yang diajar dengan

model pembelajaran quantum learning dibandingkan dengan siswa yang diajar

dengan model pembelajaran konvensional. Perbedaan ini disebabkan karena

Page 94: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

model pembelajaran quantum learning melibatkan siswa untuk berperan aktif

dalam memahami materi yaitu dengan cara mendiskusikan kerangka konsep yang

sudah disediakan oleh guru maupun yang dibuat sendiri, membuat catatan TS dari

gambar-gambar dan video yang ditayangkan guru, dan memperhatikan siswa yang

mempresentasikan hasil karyanya di depan kelas sehingga siswa merasa senang

dan merasa diperhatikan, sedangkan pada model pembelajaran konvensional siswa

tidak berperan aktif dalam proses pembelajaran. Siswa hanya sebagai pendengar

setia karena guru dari awal sampai akhir pelajaran hanya menjelaskan materi

dengan berpedoman pada buku pegangan guru dan siswa tanpa menggunakan

media sehingga materi yang tersampaikan sedikit sekali yang dapat terserap oleh

siswa dan siswa menjadi bosan serta malas untuk memahami pokok bahasan yang

diajarkan.

Hipotesis kedua berbunyi “Model pembelajaran quantum learning lebih

baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional dalam

meningkatkan hasil belajar Geografi siswa SMA pada kompetensi dasar atmosfer

dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi”.

Berdasarkan hasil belajar siswa, model pembelajaran quantum learning

ternyata lebih baik jika dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.

Hal ini sesuai dengan perolehan nilai rata-rata postest kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Nilai rata-rata hasil postest siswa yang belajar dengan model

pembelajaran quantum learning 75,625 dan Sd = 9,246, sedangkan nilai rata-rata

siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional 71,528 dan Sd =

7.103. Jika dilihat pada histogram, gambar 4.3, siswa yang diajar dengan model

pembelajaran quantum learning lebih baik hasilnya dibandingkan dengan model

pembelajaran konvensional.

Lebih baiknya model pembelajaran quantum learning dibandingkan dengan

model pembelajaran konvensional karena adanya kelemahan dan kelebihan kedua

model pembelajaran. Kelebihan model pembelajaran quantum learning antara

lain: 1) Siswa merasa tertarik dan senang saat menggunakan kerangka konsep dan

catatan TS sehingga siswa termotivasi untuk lebih memperdalam materi. Hal ini

berdasarkan kesan siswa selama mengikuti pembelajaran dengan model quantum

Page 95: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

learning selama tiga kali pertemuan; 2) Rata-rata siswa mudah memahami materi

dengan kerangka konsep yang dilakukan pada tahap alami dan namai sesuai

dengan prosedur TANDUR dalam RPP; 3) Siswa menjadi lebih bisa

mengembangkan kreatifitasnya dalam menggambar pada saat mengerjakan

kerangka konsep dan catatan TS.

Kelemahan model pembelajaran quantum learning antara lain: 1) Perbedaan

kondisi siswa saat belajar berbeda-beda. Maksudnya ada siswa yang

membutuhkan musik saat belajar dan ada siswa yang butuh ketenangan saat

belajar. Hal ini dapat dilihat dari perolehan hasil belajar siswa pada kelas

eksperimen yaitu masih ada siswa yang nilai hasil belajarnya rendah (nilai sebesar

60) ; 2) Siswa yang gaya belajarnya hanya mengandalkan audio tidak dapat

mengikuti model pembelajaran quantum learning karena tidak terbiasa melakukan

pencatatan, meringkas, menggambar dan berimajinasi sehingga sulit dalam

memahami pokok bahasan dengan kerangka konsep dan catatan TS, sehingga

untuk membantu siswa yang tidak bisa menggambar, diajarkan dengan membuat

kerangka konsep yang sangat sederhana (tanpa ada gambar-gambar dan hanya

jari-jari yang saling terhubung); dan 3) Pada pertemuan awal model pembelajaran

quantum learning belum sesuai dengan alokasi waktu yang ditentukan sehingga

penyampaian materi membutuhkan waktu lebih karena siswa baru memasuki

tahap adaptasi setelah mengalami perubahan model pembelajaran.

Sama halnya dengan model pembelajaran quantum learning, model

pembelajaran konvensional juga memiliki kelebihan dan kelemahan sebagai

berikut: kelebihan 1) Siswa mendapat pengetahuan yang lebih dari guru karena

dalam menjelaskan materi, guru dapat mengkaitkannya dengan pengetahuan dan

pengalaman yang pernah dialami guru; 2) Cara penyajian yang mudah dan tidak

memerlukan biaya. Hal ini karena guru tidak perlu menyiapkan alat dan bahan

yang rumit, cukup dengan buku sumber yang diperlukan; dan 3) Semua materi

dapat tersampaikan. Tersampaikannya semua materi karena guru dari awal sampai

akhir menjelaskan secara lisan materi yang dibahas. Kelemahan model

pembelajaran konvensional yaitu: 1) Siswa cepat bosan karena siswa hanya

mendengarkan penjelasan dari guru karena siswa tidak dilibatkan dalam proses

Page 96: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

pembelajaran dan tidak diberi kesempatan untuk bertanya atau menjawab

pertanyaan; 2) Sebagian siswa mengantuk karena merasa seperti dibacakan cerita

oleh guru; dan 3) Banyak siswa yang berbicara sendiri. Hal ini karena siswa tidak

dilibatkan dalam proses pembelajaran sehingga untuk mengurangi kebosanan dan

rasa ingin tidur (mengantuk) maka siswa berbicara sendiri dengan teman

sebangkunya. Adanya kelemahan dan kelebihan masing-masing model

pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa hanya saja dalam

pemerolehan hasil belajar model pembelajaran quantum learning lebih baik

dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.

Berdasarkan kedua hipotesis dapat disimpulkan bahwa pengunaan model

pembelajaran quantum learning lebih baik dibandingkan dengan model

pembelajaran konvensional karena prinsip dari model pembelajaran quantum

learning yang berusaha mengubah suasana belajar menjadi nyaman dan

menyenangkan bagi siswa dengan memadukan minat dan motivasi menjadi satu

kesatuan sehingga belajar lebih baik dan efisien serta menuntut keaktifan siswa

dalam mencapai tujuan pembelajaran, sedangkan model pembelajaran

konvensional lebih mengutamakan pada keaktifan guru sehingga siswa menjadi

pasif atau terbiasa untuk menerima informasi yang diberikan guru dan siswa

menjadi manja (kurang kreativitas dalam belajar).

Perbedaan hasil belajar geografi siswa dan lebih baiknya model

pembelajaran quantum learning pada KD atmosfer dan pengaruhya terhadap

kehidupan di muka bumi karena pada KD atmosfer, siswa dapat memilih gambar

atau mengimajinasikan dengan sederhana gambar-gambar yang akan dibuat

kerangka konsep dan catatan TS. Contohnya siswa dapat menggambar bentuk

awan atau gambar bumi menangis untuk dijadikan pusat kerangka konsep,

sedangkan pada model pembelajaran konvensional sebagian siswa tidak dapat

mengimajinasikan pokok-pokok bahasan yang dijelaskan guru karena sudah tidak

tertarik dan merasa bosan dengan pelajaran yang disampaikan.

Hasil ini diperkuat dan sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh 1)

Aris Haryanto (2008) dengan judul Pengaruh metode pembelajaran Quantum

Teaching terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran Geografi kompetensi dasar

Page 97: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

permasalahan kependudukan dan upaya penanggulangannya di Indonesia

(Eksperimen di kelas VIII SMP Negeri 10 Surakarta tahun ajaran 2007-2008); dan

2) Margiyanto (2008) dengan judul Pengaruh penggunaan metode Quantum

Learning dan metode Ekspositori terhadap presentasi belajar ditinjau dari

motivasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika (penelitian pada siswa

SMP Negeri di Kabupaten Banjarnegara).

Model pembelajaran quantum learning merupakan model pembelajaran

yang mengupayakan pada keaktifan siswa dan pengubahan ruang belajar yang

nyaman, santai, terjaga dan menyenangkan bagi siswa. Namun, dalam penelitian

yang telah dilakukan penataan pentas tidak dilakukan karena kondisi kelas sudah

nyaman, terjaga, bersih dan posisi serta pasangan duduk siswa sudah sesuai

dengan minat siswa dan untuk menumbuhkan konsentrasi siswa pada saat

dilakukan proses belajar mengajar diperdengarkan iringan musik. Metode yang

digunakan dalam pengajaran quantum learning adalah kerangka konsep dan

catatan TS. Kerangka konsep merupakan cara merangkum materi yang disajikan

dalam bentuk diagram bergambar. Gambar yang dituangkan sesuai dengan tema

yang sedang dirangkum sehingga anak mudah untuk memahaminya, sedangkan

catatan TS merupakan cara merangkum materi yang sedang dibahas oleh guru.

Namun, pada saat mencatat rangkuman siswa membuat dua kolom yang sebelah

kiri untuk rangkuman dan sebelah kanan untuk kesan saat mendengar atau melihat

tayangan yang disajikan guru. Dalam metode kerangka konsep dan catatan TS

siswa dituntut untuk aktif sehingga siswa dapat mengembangkan kreatifitas dan

menuangkan pendapatnya dalam memahami materi.

Langkah-langkah pembelajaran quantum learning yang mengusung konsep

TANDUR (tumbuhkan, alami, namai, demontrasi, ulangi dan rayakan) dan

penggunaan instrumen musik membuat siswa tidak merasa jenuh saat belajar. Hal

ini dibuktikan di kelas eksperimen (X8 SMA N 5 Surakarta) tidak ada anak yang

mengantuk saat dilakukan proses belajar mengajar bahkan semua siswa aktif

melakukan diskusi, meskipun jam pelajaran berlangsung di jam pelajaran terkahir

(jam ke 7-8; 12.15-13.45 WIB).

Page 98: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Berbeda dengan model pembalajaran konvensional yang menggunakan

metode ceramah yang menitihberatkan pada keaktifan guru sehingga siswa

cenderung pasif. Siswa tidak dapat mengembangkan kreatifitas dan

menyampaikan pendapatnya pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Hal

ini dibuktikan di kelas konrol (X9 SMA N 5 Surakarta) banyak siswa yang

mengantuk, melamun, berbicara sendiri dengan teman pada saat proses belajar

mengajar berlangsung, meskipun jam pelajaran berlangsung pada pagi hari (jam

ke 3-4; 08.30-10.15 WIB).

Kekurangan dalam penelitian ini yaitu kurangnya penggunaan media pada

kelas kontrol. Penggunaan media pada kelas kontrol dan kelas eksperimen

haruslah sama/seimbang tidak boleh dibeda-bedakan, dalam hal ini penggunaan

media powerpoint. Meskipun kelas kontrol menggunakan metode ceramah,

namun dalam penerepaan taktik pembelajarannya media powerpoint boleh

digunakan untuk mendukung kelancaran proses pembelajaran karena mata

pelajaran geografi lebih mengutamakan pada aspek spasial yang dapat dijelaskan

dengan peta (Lampiran 30).

Page 99: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan dapat

disimpulkan sebagai berikut.

1. Ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa SMA yang diajar dengan model

pembelajaran quantum learning dan siswa SMA yang diajar dengan model pembelajaran

konvensional pada mata pelajaran Geografi kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya

terhadap kehidupan di muka bumi. Hal ini, sesuai dengan keputusan uji hipotesis

menggunakan uji t dengan t hitung sebesar 2,108, dan t tabel = 1,667 (t hitung > t tabel).

2. Model pembelajaran quantum learning lebih baik dibandingkan dengan model

pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar Geografi siswa SMA pada

kompetensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi. Hal ini,

dibuktikan dengan hasil nilai rata-rata kelas eksperimen (model pembelajaran quantum

learning) lebih besar dibandingkan dengan kelas control (model pembelajaran

konvensional) menyatakan ( 75,625 > 71,528 ).

B. Implikasi Hasil Penelitian

Berdasarkan pada kajian teori serta mengacu pada hasil penelitian, peneliti

menyampaikan implikasi yang berguna baik secara teoritis maupun secara praktis dalam

upaya meningkatkan hasil belajar Geografi.

1. Implikasi Teoritis

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar Geografi siswa khususnya pada

komptensi dasar atmosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan di muka bumi dapat

ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran quantum learning, meskipun

demikian model pembelajaran yang digunkan harus disesuaikan dengan pokok bahasan yang

akan diajarkan.

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru Geografi untuk

menggunakan model pembalajaran yang bervariasi seperti model pembelajaran quantum

learning agar siswa tidak merasa bosan dan termotivasi serta tertarik untuk mempelajari

materi yang diajarkan sehingga siswa lebih mudah memahami materi yang dipelajari seperti

Page 100: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN · PDF fileGEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER MUKA BUMI Skripsi ERMA SUSILOWATI K5407020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

dalam model pembelajaran quantum learning yang menggunakan metode peta konsep dan

catatan TS.

C. Saran

Berdasarkan implikasi di atas, ada beberapa hal yang perlu peneliti sarankan demi

kemajuan dan perbaikan pegajaran Geografi.

1. Perlunya penggunaan model pembelajaran quantum learning untuk kompetensi dasar

dengan pokok bahasan yang memerlukan hafalan dan pemahaman lebih.

2. Dalam menggunakan model pembelajaran quantum learning sebaiknya dikombinasikan

dengan permainan-permainan yang menarik perhatian siswa agar siswa tidak merasa

bosan dengan metode-metode yang ada dalam model pembelajaran quantum learning.

3. Penggunaan sumber, alat dan media pada semua kelas yang digunakan sebagai penelitian

harus disamakan tidak boleh dibeda-bedakan untuk mendapatkan hasil yang akurat dan

memuaskan.

4. Sebelum memilih model pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian sebaiknya

pelajari terlebih dahulu materi yang akan diajarkan dan pada saat penyusunan RPP

sumber dan media belajar harus diperkaya.