Upload
hakiet
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PRINSIP KONSISTENSI DAN KECUKUPAN BAHAN
AJAR MATERI SISTEM HUKUM DAN PERADILAN
NASIONAL PADA BUKU TEKS KELAS X DI
SMAN 6 SURAKARTA
SKRIPSI
Oleh :
ENDAH SUHADATI
K 6406026
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PRINSIP KONSISTENSI DAN KECUKUPAN BAHAN
AJAR MATERI SISTEM HUKUM DAN PERADILAN
NASIONAL PADA BUKU TEKS KELAS X DI
SMAN 6 SURAKARTA
Oleh :
ENDAH SUHADATI
K 6406026
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Endah Suhadati. K 6406026. PRINSIP KONSISTENSI DAN KECUKUPAN BAHAN AJAR MATERI SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL PADA BUKU TEKS KELAS X DI SMAN 6 SURAKARTA.Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Oktober, 2010.
Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui prinsip konsistensi pada materi sistem hukum dan peradilan nasional di dalam buku teks Pendidikan Kewarganegaraan kelas X, (2) untuk mengetahui prinsip kecukupan pada materi sistem hukum dan peradilan nasional di dalam buku teks Pendidikan Kewarganegaraan kelas X.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif tunggal terpancang. Tehnik pengumpulan data melalui Focus Group Discussion (FGD), wawancara, analisis dokumen, observasi. Untuk menerapkan validitas data digunakan trianggulasi data. Tehnik analisis data yang digunakan adalah Analisis Isi (content analysis)
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Buku teks Pendidikan Kewarganegaraan kelas X terbitan Ganeca dan Erlangga belum sepenuhnya memenuhi prinsip konsistensi dengan indikator yang telah ditentukan pada silabus. Hal ini dibuktikan dengan materi yang disajikan pada kedua buku tersebut belum konsisten dengan silabus yang ada dan terdapat beberapa kesalahan dalam penulisan konsep, misalnya: beberapa peta konsep tentang penggolongan hukum, peta konsep tentang susunan lembaga peradilan, materi pembelajaran pada buku teks yang lebih banyak dibandingkan dengan materi pembelajaran yang ada pada silabus ini menunjukkan bahwa buku tersebut belum sepenuhnya mencakup prinsip konsistensi. (2) Materi Sistem Hukum dan Peradilan Nasional pada buku teks Pendidikan Kewarganegaraan kelas X terbitan Ganeca dan Erlangga belum sepenuhnya memenuhi prinsip kecukupan yaitu prinsip dimana materi yang harus diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Hal ini dibuktikan dengan indikator-indikator yang terdapat pada pada silabus belum sepenuhnya terdapat pada buku Pendidikan Kewarganegaraan kelas X terbitan Ganeca dan Erlangga, perlu adanya pengurangan ataupun penambahan materi pada buku terbitan Ganeca maupun Erlangga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAC
Endah Suhadati. K 6406026. THE CONSISTENCY AND SUFFICIENCY PRINCIPLE OF TEACHING MATERIAL OF LAW SYSTEM AND NATIONAL JUSTICE IN TEXTBOOKS AT THE TENTH GRADE OF SMA NEGERI 6 SURAKARTA. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret University Surakarta, Oktober, 2010.
The research is aimed (1) to know consistency principle of the law system and national justice material in the textbooks of Civic Education at the tenth grade and (2) to know the sufficiency principle of the law system and national justice material in the textbooks of Civic Education at the tenth grade.
The research used single stake qualitative method. The technique of collecting data was done by focus group discussion (FDG), interviews, document analysis, and observation. To implement the validity of data, it used data triangulation. The technique of analyzing data used was content analysis.
Based on the result of study, it can be concluded that (1) textbooks of Civic Education at the tenth grade published by Ganeca and Erlangga have not met the consistency principle with basic competence which has been determined in the syllabus. It is proven by the presented material in both textbooks have not consistent yet with the syllabus and there are some mistakes in writing concept, for example: some of concept mapping of law division, concept mapping of institution justice formation. Teaching material in the textbooks which is greater than the teaching material existing in the syllabus shows that the textbooks do not fully cover the consistency principle. (2) the material of law system and national justice in the textbooks of Civic Education at the tenth grade published by Ganeca and Erlangga have not met the sufficiency principle which means that teaching materials should de sufficient to help students master the basic competence in teaching learning process. It is proven by indicators that exists in syllabus have not existed in the textbooks of Civic Education at the tenth grade published by Ganeca and Erlangga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
"Books are not to believed but to be subjected to inquiry”
(William of Baskerville)
”Allah akan meninggikan kepada orang-orang yang beriman diantara kamu
dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat”
(QS. Al Mujadalah: 11)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan kepada:
• Bapak dan Ibu tercinta yang telah
memberikan segalanya
• Adik-adik tersayang, Agung dan Tri
• Teman-teman PPKn angkatan 2006
• FKIP Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang memberikan
kenikmatan dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
guna memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Selama pembuatan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai
pihak. Untuk itu, penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatulah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan
ijin penelitian guna menyusun skripsi ini;
2. Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si., Pembantu Dekan 1 Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan
ijin penelitian guna menyusun skripsi ini;
3. Drs. Amir Fuady, M.Hum., Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ijin
penelitian guna menyusun skripsi ini;
4. Drs. Saiful Bachri, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FKIP UNS Surakarta, yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi;
5. Dr. Sri Haryati, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan FKIP UNS memberikan ijin untuk menyusun skripsi;
6. Drs.Suyatno, M.Pd. Pembimbing I yang dengan sabar telah memberikan
bimbingan, pengarahan dan dorongan selama penulis menyelesaikan skripsi
ini;
7. Winarno,S.Pd.,M.Si. Pembimbing II yang dengan sabar telah memberikan
bimbingan, pengarahan dan dorongan selama penulis menyelesaikan skripsi
ini;
8. Muh. Hendri Nuryadi, S.Pd., Pembimbing Akademik yang telah memberikan
bimbingan serta pengarahan;
9. Drs. Makmur Sugeng, M.Pd., Kepala Sekolah SMA Negeri 6 Surakarta yang
telah memberikan ijin penelitian;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
10. Bapak/Ibu guru SMA Negeri 6 Surakarta yang telah membantu dalam
penyusunan skripsi ini;
11. Segenap Bapak/Ibu dosen Program Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, sehingga
penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini;
12. Berbagai pihak yang telah membantu penulis demi lancarnya penulisan skripsi
ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penyusunan skripsi ini telah berusaha semaksimal mungkin, namun
penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan karena
keterbatasan penulis. Dengan segala rendah hati penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan juga dunia pragmatika.
Surakarta, November 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ............................................................................................................. i
PENGAJUAN SKRIPSI .................................................................................. ii
PERSETUJUAN .............................................................................................. iii
PENGESAHAN ............................................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
ABSTRACT ....................................................................................................... vi
MOTTO ........................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ............................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 7
1. Prinsip Bahan Ajar Konsistensi dan Kecukupan ................ 7
a. Pengertian Bahan Ajar .................................................... 7
b. Jenis Bahan Ajar ............................................................. 8
c. Prinsip Pemilihan bahan Ajar ......................................... 10
d. Ukuran (Indikator) Prinsip Bahan Ajar Konsitensi dan
Kecukupan ...................................................................... 12
e. Teori Elaborasi dalam Mengorganisasikan
Materi Pembelajaran ....................................................... 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
f. Urutan Elaborasi Materi Pembelajaran ........................... 16
g. Langkah-Langkah Pengajaran yang Diorganisasi
Dengan Model Elaborasi ................................................. 17
h. Buku Teks Pelajaran Pendidikan Dasar dan Menengah 18
2. Bahan Ajar dalam Pendidikan Kewarganegaraan ................ 20
a. Pengembangan Bahan Ajar di Sekolah ........................... 20
b. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan ............... 22
c. Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan
Kewarganegaraan ............................................................ 26
d. Analisis Penyusunan Bahan Ajar ..................................... 27
3. Materi Sistem Hukum dan Peradilan Nasional .................... 27
a. Tinjauan tentang Sistem Hukum ................................... 27
b. Tinjauan tentang Peradilan Nasional ............................. 36
B. Kerangka Berfikir..................................................................... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 44
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ................................................. 45
C. Sumber Data ............................................................................. 46
D. Teknik Pengambilan Sampel.................................................... 47
E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 47
F. Validitas Data ........................................................................... 50
G. Analisis Data ............................................................................ 51
H. Prosedur Penelitian................................................................... 52
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................... 54
B. Deskripsi Hasil Penelitian ...................................................... 61
C. Temuan Studi .......................................................................... 81
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................. 85
B. Implikasi ................................................................................... 85
C. Saran ........................................................................................ 86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 88
LAMPIRAN ..................................................................................................... 91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Waktu dan Kegiatan Penelitian .......................................................... 44
Tabel 2. Prinsip Kecukupan untuk Buku Ganeca ............................................ 62
Tabel 3. Prinsip Kecukupan pada Buku Erlangga ........................................... 66
Tabel 4. Prinsip Konsistensi pada Buku Ganeca ............................................. 69
Tabel 5. Prinsip Konsistensi pada buku Erlangga............................................ 72
Tabel 6. Silabus PKn Kelas X .......................................................................... 76
Tabel 7. Materi pada buku PKn Kelas X penerbit Ganeca karangan
Sujiyanto ............................................................................................ 77
Tabel 8. Materi Pembelajaran pada Silabus dan pada buku terbitan Erlangga 80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Alur Analisis Penyusunan Bahan Ajar .......................................... 27
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran .......................................................... 43
Gambar 3. Struktur Organisasi Perpustakaan SMA Negeri 6 Surakarta ........ 61
Gambar 4. Bagan Susunan/lembaga Peradilan yang ada di Indonesia ........... 79
Gambar 5. Bagan Susunan/lembaga Peradilan yang ada di Indonesia .......... 80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Silabus Kelas X SMAN 6 Surakarta ..................................... 91
Lampiran 2 Buku Paket Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA
Kelas X Penerbit Ganeca ....................................................... 94
Lampiran 3 Buku Paket Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA
Kelas X Penerbit Erlangga ..................................................... 124
Lampiran 4 Instrumen Penilaian Buku Teks ............................................. 160
Lampiran 5 Deskripsi Penilaian Buku Teks Pelajaran .............................. 162
Lampiran 6 Hasil Penilaian Buku Teks ..................................................... 171
Lampiran 7 Trianggulasi Data ................................................................... 183
Lampiran 8 Hasil Wawancara ................................................................... 197
Lampiran 9 Hasil Analisis Buku Teks ....................................................... 206
Lampiran 10 Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi Kepada Dekan
FKIP UNS .............................................................................. 212
Lampiran 11 Surat Keputusan Ijin Penulisan Skripsi Dari Dekan FKIP
UNS ........................................................................................ 213
Lampiran 12 Surat Permohonan Ijin Penelitian Kepada Rektor UNS ........ 215
Lampiran 13 Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian di SMA
Negeri 6 Surakarta.................................................................. 216
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak bangsa Indonesia lahir hingga era reformasi ini, seluruh bangsa
Indonesia telah menyadari pentingnya peran pendidikan dalam mengembangkan
potensi manusia hingga optimal untuk menjadikannya insan pembangunan yang
berkualitas.
Insan pembangunan yang berkualitas dapat diperoleh melalui pendidikan
dan negara Indonesia telah menyediakan tempat-tempat pembelajaran bagi siswa
sekolah dasar hingga ke sekolah yang berjenjang lebih tinggi untuk memperoleh
pendidikan.
Menurut Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan bangsa.
Menurut WS Winkel (1991: 6):
Pendidikan adalah pantauan yang diberikan dari orang dewasa kepada orang yang belum dewasa, agar mencapai perubahan-perubahan prinsip dalam diri anak yang sedang menuju pada taraf kedewasaan. Dengan pendidikan maka akan menjadikan peserta didik manusia dewasa yang mampu menjadi seorang individu yang benar-benar berguna bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendapat lain diungkapkan oleh Kevin Carmody and Zane Berge (2005:
3) yaitu “Education can be defined as an activity undertaken or initatied to effect
changes in knowledge, skill, and attitudes of individuals, groups or communities”.
Artinya bahwa pendidikan itu dapat didefinisikan sebagai kegiatan yang dilakukan
untuk memperoleh perubahan dalam pengetahuan, kemampuan, dan sikap dari
individu, kelompok atau komunitas.
Produk yang dihasilkan oleh proses pendidikan adalah berupa lulusan
yang memiliki kemampuan melaksanakan peranan-peranannya untuk masa yang
akan datang. Sehingga pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin
dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan
dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara adekwat dalam
kehidupan masyarakat. Pengajaran bertugas mengarahkan proses ini agar sasaran
dari perubahan itu dapat tercapai sebagaimana yang diinginkan.
Tenaga kependidikan merupakan suatu komponen yang penting dalam
penyelenggaraan pendidikan, yang bertugas menyelenggarakan kegiatan
mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola, dan atau memberikan
pelayanan teknis dalam bidang pendidikan. Selain itu tenaga kependidikan harus
mempunyai kompetensi yang harus wajib ada. Hal ini terdapat pada pasal 10 ayat
(1) Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyatakan
bahwa “Kompetensi guru meliputi kompetensi paedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional”. Di dalam isi pasal
tersebut dapat dimaknai bahwa pendidik atau tenaga kependidikan sebagai
komponen yang penting dalam pembelajaran harus memiliki empat kompetensi
tersebut. Kompetensi profesional merupakan kemampuan seorang tenaga pendidik
dalam menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi
yang ditetapkan dalam standar Standar Nasional Pendidikan. Sehingga dapat
dikatakan bahwa kompetensi profesional merupakan kompetensi yang erat
hubungannya dengan materi pembelajaran. Maka dari itu muncullah sebuah
tuntutan kepada pendidik untuk selalu mengikuti perkembangan ilmu sesuai
dengan bidang yang mereka tekuni agar tercapai sebuah keprofesionalan.
Pencapaian keprofesionalan tersebut perlu dipahami adanya standar
kompetensi guru. Standar kompetensi guru adalah suatu ukuran yang ditetapkan
atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan berperilaku
layaknya seorang guru untuk menduduki jabatan fungsional sesuai bidang tugas,
kualifikasi dan jenjang pendidikan.
Ruang lingkup standar kompetensi guru meliputi tiga komponen
kompetensi, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Pertama, komponen kompetensi pengelolaan pembelajaran yanng mencakup: 1. penyusuan perencanaan pembelajaran, 2. pelaksanaan interaksi belajar mengajar, 3. penilaian prestasi belajar pesrta didik, 4. pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian. Kedua, komponen kompetensi pengembangan potensi yang diorientasikan pada pengembangan profesi. Ketiga, komponen kompetensi penguasaan akademik yang mencakup: 1. pemahaman wawasan kependidikan, 2. penguasaan bahan kajian akademik. (Depdiknas dalam Abdul Majid 2008: 6)
Berkembangnya keilmuan juga harus diikuti oleh perkembangan materi
yang ada di sekolah-sekolah. Menurut Adjat Sudrajat (2009: http: //natalegawa.
com) menyatakan bahwa, ”Perkembangan materi atau bahan ajar harus
memperhatikan tuntutan kurikulum’’. Artinya bahan belajar yang akan kita
kembangkan harus sesuai dengan kurikulum. Pada kurikulum tingkat satuan
pendidikan, standar kompetensi lulusan telah ditetapkan oleh pemerintah, namun
bagaimana untuk mencapainya dan apa bahan ajar yang digunakan diserahkan
sepenuhnya kepada para pendidik sebagai tenaga profesional. Dalam hal ini, guru
dituntut untuk mempunyai kemampuan mengembangkan bahan ajar sendiri.
Untuk mendukung kurikulum, sebuah bahan ajar bisa saja menempati posisi
sebagai bahan ajar pokok ataupun suplementer. Bahan ajar pokok adalah bahan
ajar yang memenuhi tuntutan kurikulum. Sedangkan bahan ajar suplementer
adalah bahan ajar yang dimaksudkan untuk memperkaya, menambah ataupun
memperdalam isi kurikulum.
Abdullah Idi (2007: 198) menyatakan bahwa: "Beberapa penulis
berpendapat bahwa isi yang diseleksi harus memberikan orientasi yang paling
berguna bagi dunia disekeliling kita. Dengan kata lain, isi tersebut harus
konsisten dengan realitas sosial’’.
Masalah yang sering dihadapi guru berkenaan dengan bahan ajar pada
materi sistem hukum dan peradilan nasional adalah guru memberikan bahan ajar
atau materi pembelajaran tersebut terkadang terlalu luas atau terlalu sedikit, terlalu
mendalam atau terlalu dangkal, urutan penyajian yang tidak tepat, dan jenis materi
bahan ajar yang tidak sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai oleh siswa.
Berkenaan dengan buku sumber sering terjadi setiap ganti semester atau ganti
tahun ganti buku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Melihat pada kenyataan yang ada, bahwa masih adanya materi yang tidak
sesuai dengan prinsip-prinsip bahan ajar di SMA Negeri 6 Surakarta ternyata
didukung oleh beberapa penemuan studi di SMA dan SMP. Hal ini ditunjukkan
pada hasil skripsi oleh Susilo Tri Widodo (2007: 115) memberikan beberapa
kesimpulan dari hasil penelitiannya tentang analisis materi kewarganegaraan di
SMA yang menyatakan bahwa “Materi kewarganegaraan yang ada di SMA
Negeri 8 Surakarta untuk standar kompetensi Bangsa dan Negara dan Nilai,
Norma, dan hukum belum sepenuhnya memenuhi prinsip relevansi, ketepatan dan
konsistensi”.
Selain temuan di atas, hal ini ditunjukkan juga pada hasil skripsi oleh
Wahyudi (2008: 101) memberikan beberapa kesimpulan dari hasil penelitiannya
tentang analisis materi kewarganegaraan di SMP yang menyatakan bahwa :
Faktor yang mempengaruhi relevansi materi kewarganegaraan di SMP N 16 Surakarta untuk standar kompetensi Norma dalam Masyarakat dan Makna Proklamasi Kemerdekaan dan Konstitusi Pertama ada beberapa yang mempengaruhinya, yakni kurikulum yang ada di sekolah dan kemampuan guru dalam penyampaian materi pembelajaran.
Dengan adanya temuan mengenai studi analisis materi Kewarganegaraan
yang lebih memfokuskan prinsip relevansi sehingga dimungkinkan sudah
banyaknya buku yang telah relevan. Kemudian didukung pernyataan yang harus
mementingkan prinsip konsistensi maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berkenaan dengan materi Kewarganegaraan khususnya pada
materi sistem hukum dan peradilan nasional dengan prinsip bahan ajar konsistensi
dan kecukupan pada buku teks kelas X yang ada di SMA Negeri 6 Surakarta.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dalam penelitian ini peneliti
mengajukan beberapa perumusan masalah, dengan harapan agar lebih
memfokuskan pembahasan dalam penelitian ini. Adapun beberapa perumusan
masalah tersebut sebagai berikut:
1. Bagaimana prinsip konsistensi pada materi sistem hukum dan peradilan
nasional di dalam buku teks Pendidikan kewarganegaraan kelas X?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
2. Bagaimana prinsip kecukupan pada materi sistem hukum dan peradilan
nasional di dalam buku teks Pendidikan kewarganegaraan kelas X
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah jawaban terhadap permasalahan yang dikaji
dalam penelitian. Adapun tujuan penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui prinsip konsistensi pada materi sistem hukum dan
peradilan nasional di dalam buku teks Pendidikan Kewarganegaraan kelas X.
2. Untuk mengetahui prinsip kecukupan pada materi sistem hukum dan
peradilan nasional di dalam buku teks Pendidikan Kewarganegaraan kelas X.
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini, dapat diambil manfaat baik secara teoritis maupun
praktis. Adapun manfaat penelitian tersebut sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai bahan perbaikan pada materi sistem hukum dan peradilan nasional di
dalam buku teks pendidikan kewarganegaraan kelas X.
b. Memberikan sumbangan bagi disiplin ilmu yang bersangkutan dalam upaya
mengembangkan prinsip bahan ajar konsistensi dan kecukupan pada buku
teks pendidikan kewarganegaraan kelas X.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
1) Untuk menambah pengetahuan dan memperdalam kajian terhadap materi-
materi kewarganegaraan sehingga di dalam penyampaian materi nantinya
tidak terdapat perluasan materi.
2) Hasil penelitian ini digunakan oleh penulis sebagai salah satu persyaratan
guna memperoleh gelar kesarjanaan pada program studi Pendidikan
Kewarganegaraan Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial di Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
b. Bagi Pendidik
1) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan ilmu bagi
pendidik yang mengampu mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan
dalam perbaikan materi yang diajarkan.
2) Hasil penelitian ini digunakan sebagai evaluasi bagi guru atau pendidik
terhadap perbaikan materi yang akan disampaikan kepada siswa-siswinya.
c. Bagi Pembaca
1) Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi peneliti lain yang
akan mengadakan penelitian lebih lanjut terutama yang berhubungan
studi analisis materi kewarganegaraan di Sekolah
2) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pembanding untuk kajian
tentang analisis materi kewarganegaraan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Prinsip Bahan Ajar Konsistensi dan Kecukupan
a. Pengertian Bahan Ajar
Menurut National Center for Vocational Education Research
Ltd/National Center for Competency Based Training menyatakan bahwa:
Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.( Abdul Majid, 2008: 174).
Menurut Kemp dalam Abdul Gafur (1982: 86) menjelaskan bahwa
bahan ajar adalah ”Materi pelajaran dalam hubungannya dengan proses
penyusunan disain instruksioanal merupakan gabungan antara pengetahuan
(fakta dan informasi yang terperinci), keterampilan (langkah-langkah,
prosedur, keadaan dan syarat-syarat) dan faktor sikap”.
Menurut Oemar Hamalik (2003: 132) menyatakan bahwa:
Bahan pengajaran pada hakikatnya adalah isi kurikulum itu sendiri. Isi kurikulum senantiasa mengacu ke usaha pencapaian tujuan-tujuan kurikulum dan tujuan-tujuan instruksional bidang studi. Bahan pengajaran itu sendiri adalah sebagai rincian dari pada pokok-pokok bahasan dan subpokok-subpokok bahasan dalam GBPP (Garis-garis Besar Program Pengajaran) atau kurikulum bidang studi bersangkutan.
Menurut Sulikin (2009: http ://blog.unnes.ac.id) menyatakan bahwa:
Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai. Sejalan dengan berbagai aspek standar kompetensi, materi
pembelajaran dalam bahan ajar juga dapat dibedakan menjadi jenis materi
pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Pendapat lain diungkapkan oleh Reigeluht (dalam Degeng 1987:
295) nenyatakan bahwa ”Materi pembelajaran aspek kognitif secara
terperinci dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan
prosedur”. Materi jenis fakta adalah materi berupa nama-nama objek, nama
tempat, nama orang, lambang, peristiwa sejarah, nama bagian atau komponen
suatu benda, dan lain sebagainya. Materi jenis konsep berupa pengertian,
definisi, hakekat inti isi. Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus, postulat,
adagium, paradigma, teorema. Materi jenis prosedur berupa langkah-langkah
mengerjakan sesuatu secara urut.
Menurut Bloom, dkk (dalam Aunurrahman, 2009: 49) ”Materi
pembelajaran aspek kognitif terdiri dari enam jenis perilaku, yaitu: 1)
pengetahuan, 2) pemahaman, 3) penerapan, 4) analisis, 5) sintesis, 6)
evaluasi”, sedangkan menurut Krathwohl dan Bloom dkk (dalam
Aunurrahman, 2009: 51) menyatakan bahwa ”Materi pembelajaran aspek
afektif terdiri dari lima jenis perilaku, yaitu: 1) penerimaan, 2) partisipasi, 3)
penilaian dan penentuan sikap, 4) organisasi, 5) pembentukan pola hidup”.
Menurut Simpson (dalam Aunurrahman , 2009: 53) menyatakan
bahwa ”Materi pembelajaran aspek psikomotorik terdiri dari tujuh jenis
perilaku, yaitu: 1) persepsi, 2) kesiapan, 3) gerakan terbimbing, 4) gerakan
terbiasa, 5) gerakan komplek, 6) penyesuaian, 7) kreativitas”.
Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu
kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga
secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan
terpadu. Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan
bagian yang penting dalam proses belajar mengajar, yang menempati
kedudukan yang menentukan keberhasilan belajar mengajar yang berkaitan
dengan ketercapaian tujuan pengajaran, serta menentukan kegiatan-kegiatan
belajar mengajar.
a. Jenis Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan bagian yang paling penting dalam proses
belajar mengajar, selain bahan ajar terdapat juga media pembelajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
dapat dijadikan sebagai penentu keberhasilan belajar mengajar. Hal ini
dipertegas dengan pendapat Basuki Wibawa (2001: 12) menyatakan bahwa:
Dalam suatu proses belajar mengajar, pesan yang disalurkan oleh media dari sumber pesan ke penerima pesan itu ialah isi pelajaran. Dengan perkataan lain, pesan itu ialah isi pelajaran yang berasal dari kurikulum yang disampaikan oleh guru kepada siswa. Pesan ini dapat bersifat rumit dan mungkin harus dirangsang dengan cermat supaya dapat dikomunikasikan dengan baik kepada siswa.
Menurut pendapat Sadiman,dkk (1996: 19) menyatakan bahwa,
”media atau bahan sebagai sumber belajar merupakan komponen dari sistem
instruksional dan macam-macam pengelompokan media terdiri dari media
grafis, media audio dan media proyeksi diam”.
Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa media atau bahan sebagai
sumber belajar merupakan komponen dari sistem instruksional di samping
pesan, orang, teknik latar dan peralatan. Media atau bahan adalah perangkat
lunak (software) berisi pesan atau informasi pendidikan yang biasanya
disajikan dengan mempergunakan peralatan. Sedangkan peralatan atau
perangkat keras (hardware) sendiri merupakan sarana untuk dapat
menampilkan pesan yang terkandung pada media tersebut.Macam-macam
pengelompokan media:
1. Media grafis, antara lain: gambar / foto, sketsa, diagram, bagan / chart,
grafik, kartun, poster, peta dan globe, papan flanel / flanel board, papan
buletin / bulletin board.
2. Media Audio, antara lain: radio, alat perekam pita magnetic,
laboratorium bahasa.
3. Media proyeksi diam, antara lain: film bingkai (slide), film rangkaian
(film strip), overhead proyektor, proyektor opaque, tachitoscope,
microprojection dengan mikrofilm.
Menurut Abdul Majid (2008: 174) bentuk bahan ajar paling tidak
dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu: “bahan cetak, bahan ajar dengar,
bahan ajar pandang dengar dan bahan ajar interaktif”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Bahan cetak (printed) antara lain handout, buku, modul, lembar kerja
siswa, brosur, leafleat, wallchart, foto/gambar, model/maket.
2) Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan, hitam, dan
compact disk audio.
3) Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk,
film.
4) Bahan ajar interaktif (interactive teaching material ) seperti compact
disk interaktif.
b. Prinsip Pemilihan Bahan Ajar
Perumusan pemilihan bahan ajar diwujudkan dalam bentuk standar
kompetensi yang diharapkan dikuasai oleh siswa. Standar kompetensi meliputi
standar materi atau standar isi dan standar pencapaian. Standar materi
berisikan jenis, kedalaman, dan ruang lingkup materi pembelajaran yang harus
dikuasi siswa, sedangkan standar penampilan berisikan tingkat penguasaan
yang harus ditampilkan siswa. Setelah pokok-pokok materi pembelajaran
ditentukan, materi tersebut kemudian diuraikan. Uraian materi pembelajaran
dapat berisikan butir-butir materi penting yang harus dipelajari siswa atau
dalam bentuk. Urutan perlu diperhatikan agar pembelajaran menjadi runtut.
Perlakuan (cara mengajarkan/menyampaikan dan mempelajari) perlu dipilih
setepat-tepatnya agar tidak salah mengajarkan atau mempelajarinya .
Menurut Aunurrahman (2009: 79) prinsip pemilihan bahan ajar,
yaitu: ”Prinsip relevansi, prinsip konsistensi, dan prinsip kecukupan”.
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Prinsip relevansi artinya keterkaitan. Materi pembelajarn hendaknya
relevan atau ada kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Sebagai misal, jika kompetensi yang
diharapkan dikuasai siswa berupa menghafal fakta, maka materi
pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta atau bahan hafalan.
2) Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus
dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
harus meliputi empat macam. Misalnya kompetensi dasar yang harus
dikuasai siswa adalah mendeskripsikan pengertian, menganalisis peranan,
menunjukkan sikap, menganalisis upaya, maka materi yang harus
diajarkan sesuai dengan kompetensi dasar tersebut.
3) Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup
memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang
diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu
banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan
membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk
mempelajarinya.
Materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru dan
harus dipelajari siswa hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-
benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Mimin Haryati (2007:
9) bahwa prinsip yang perlu diperhatikan dalam menentukan materi pokok
dan uraian materi pokok antara lain :
1) Prinsip relevansi, yaitu adanya kesesuaian antara materi pokok dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai.
2) Prinsip konsistensi, yaitu adanya keajegan antara materi pokok dengan kompetensi dasar dan standar kompetensi.
3) Prinsip adekuasi, yaitu adanya kecakupan materi ajar yang diberikan untuk mencapai kompetensi dasar yang telah ditentukan.
Uraian diatas dapat peneliti simpulkan selain memperhatikan jenis
materi pembelajaran juga harus memperhatikan prinsip relevansi, prinsip
konsistensi, dan prinsip kecukupan yang perlu digunakan dalam menentukan
cakupan materi pembelajaran yang menyangkut keluasan dan kedalaman
materinya. Keluasan cakupan materi berarti menggambarkan berapa banyak
materi-materi yang dimasukkan ke dalam suatu materi pembelajaran,
sedangkan kedalaman materi menyangkut seberapa detail konsep-konsep
yang terkandung di dalamnya harus dipelajari/dikuasai oleh siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Adanya temuan yang mengkaji mengenai prinsip relevansi sehingga
dimungkinkan telah dihasilkan buku yang relevan. Maka juga perlu diadakan
pengkajian mengenai prinsip konsistensi dan prinsip kecukupan pada bahan
ajar agar dapat menghasilkan materi ajar yang sesuai dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar.
Mengkaji bahan ajar yang sesuai dengan prinsip konsistensi dan
prinsip kecukupan perlu digunakan sebuah teori Elaborasi dalam
mengorganisasikan materi pembelajaran, karena teori ini mengatur
pembelajaran dengan suatu cara untuk memudahkan pengendalian siswa serta
dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar yang lebih nyata dan
bermakna.
c. Ukuran (Indikator) Prinsip Bahan Ajar Konsistensi Dan Kecukupan
Mengukur prinsip bahan ajar, baik konsistensi maupun prinsip
kecukupan terdapat indikator-indikator yang berpatokan pada Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP). Ukuran (indikator) prinsip bahan ajar
konsistensi adalah:
1) Cakupan materi, memuat sebagai berikut:
(a) Kelengkapan ruang lingkup materi (memuat pengetahuan, sikap, dan
keterampilan civic)
(b) Keluasan materi
(c) Kedalaman materi
(d) Relevansi/keterkaitan dengan nilai-nilai pancasila
(e) Mengembangkan wawasan global
(f) Mengembangkan wawasan demokrasi
(g) Mengembangkan wawasan kebhinnekaan
(h) Mendorong pengembangan pengetahuan kewarganegaraan
(i) Mendorong pengembangan kecakapan kewarganegaraan
(j) Mendorong pengembangan nilai-nilai kewarganegaraan
(k) Menyadarkan pentingnya hak asasi manusia (HAM)
(l) Menyadarkan pentingnya kepastian dalam hokum (rule of law)
(m)Mengembangkan budaya politik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
(n) Menyadarkan pentingnya sikap positif terhadap konstitusi Negara.
2) Keakuratan materi, terdiri dari:
(a) Kebenaran fakta
(b) Kebenaran konsep
(c) Kebenaran teori
(d) Kebenaran hokum/prinsip
(e) Kebenaran prosedur
(f) Ketepatan nilai
Sedangkan ukuran (indikator) prinsip bahan ajar kecukupan adalah:
1) Teknik Penyajian, meliputi:
(a) Sistematika sajian tiap bab utuh/lengkap
(b) Kelogisan sajian materi
(c) Keruntutan sajian konsep
(d) Keseimbangan sajian materi (subtansi) antar bab dan antar subbab
2) Penyajian pesan pembelajaran, meliputi:
(a) Menggunakan alat pemusat perhatian
(b) Menerapkan prinsip perulangan repetisi
(c) Mendorong partisipasi aktif peserta didik
(d) Berpusat pada peserta didik
(e) Merangsang berfikir kritis, kreatif, dan inovatif
(f) Penyajian bersifat komunikatif dan interaktif
(g) Sajian atau pembahasan tidak bias gender
(h) Membatasi materi yang tidak relevan
Pada uraian diatas dapat dilihat bahwa penentuan kategori prinsip
kecukupan dan prinsip konsistensi terdiri dari beberapa indikator, dimana pada
setiap indikatornya guru dan ahli harus menilai berdasarkan sudut pandang
mereka apakah buku teks yang mereka nilai sangat sesuai atau sesuai atau cukup
sesuai atau kurang sesuai dengan ukran yang diharapkan.
Sangat sesuai diberikan nilai 4, berarti indikator yang di harapkan benar-
benar ada dan teraplikasi dengan baik pada buku paket tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Sesuai diberikan nilai 3, berarti indikator yang diharapkan ada meskipun
tidak sangat sesuai.
Cukup sesuai diberikan nilai 2, berarti indikator yang diharapkan masih
ada yang kurang, sehingga cenderung satu indikator menutupi indikator yang lain.
Kurang sesuai diberikan nilai 1, berarti indikator yang diharapkan pada
masih banyak yang belum tercapai dengan kata lain buku teks tersebut hanya
menerangkan kulit luarnya saja tanpa ada pendalaman dan penguasaan seluruh
materi yang diajarkan.
Prinsip konsistensi dan prinsip kecukupan bahan ajar pada materi sistem
hukum dan peradilan nasional di dalam instrument penilaian Badan Standar
Penilaian Nasional merupakan penilaian tahap ke II dengan kategori penilaian
sebagai berikut:
1) Lolos. Buku teks pelajaran dinyatakan lolos penilaian seleksi tahap ke II
berdasarkan profil hasil penilaian dari seluruh empat komponen penilaian
apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
a) Komponen kelayakan isi mempunyai rata-rata skor komposit minimal
2,75 pada setiap subkomponen.
b) Komponen kebahasan, penyajian, dan kegrafikan, mempunyai rata-
rata skor komposit lebih besar dari 2,50 pada setiap sub komponen.
2) Lolos dengan perbaikan. Buku teks pelajaran dinyatakan lolos dengan
perbaikan, apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: komponen
kebahasan, penyajian dan kegrafikan mempunyai rata-rata skor
komposit kurang dari atau sama dengan 2,50 dengan presentase kurang
dari 30% pada setiap sub komponen.
3) Tidak Lolos. Buku teks pelajaran dinyatakan tidak lolos apabila
subkomponen mempunyai rata-rata skor 1 dari salah satu penilai pada
semua komponen.
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa penarikan kategori berasal dari
rata-rata tiap indikator, sehingga penentuan lolos, lolos dengan perbaikan ataupun
tidak lolos adalah berdasarkan hasil rata-rata yang didapat, yang tidak lain disusun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
dari penilaian guru dan ahli terhadap tiap indikator berdasarkan sudut pandang
mereka dari ukuran-ukuran buku paket tersebut.
d. Teori Elaborasi dalam Mengorganisasikan Materi Pembelajaran
Teori elaborasi berkaitan dengan cara mengorganisasikan
pembelajaran pada tingkat struktur isinya, yang berkaitan dengan cara
memilih, menata dan menunjukkan saling hubungan materi pembelajaran.
Menurut Degeng (1988: 296) menyatakan bahwa :
Teori elaborasi mendeskripsikan cara pengorganisasian pengajaran dengan mengikuti urutan umum-ke-rinci. Urutan umum-ke-rinci dimulai dengan menampilkan epitome (struktur isi bidang studi yang dipelajari), kemudian mengelaborasi bagian-bagian yang ada dalam epitome secara lebih rinci.
Menurut Reigeluth dan Stein (dalam Degeng, 1988: 296) ada 7
komponen strategi yang diintegrasikan dalam teori elaborasi adalah sebagai
berikut: ”1) urutan elaboratif, 2) urutan prasyarat belajar, 3) rangkuman, 4)
sintesis, 5) analogi, 6) pengaktif strategi kognitif, 7) kontrol belajar”.
Menurut E. Mulyasa (2007: 150) ”Tujuan teori elaborasi adalah
untuk mengintegrasikan pengetahuan baru tentang pembelajaran dan
componen display theory (CDT), teori ini hanya berhubungan dengan domain
kognitif , tetapi telah mencakup banyak komponen strategi motivasi”. Teori
elaborasi mengatur pembelajaran dengan suatu cara untuk memudahkan
pengendalian mahapeserta didik, tetapi pada tingkat makro hal ini berarti
pengendalian terhadap pemilihan dan pengurutan sebagaimana sistesis dan
reviu. Urutan dari sederhana ke kompleks memungkinkan mahapeserta didik
membuat keputusan mengenai gagasan-gagasannya.
Teori elaborasi dapat digunakan untuk mengorganisasikan
pembelajaran mulai dari yang berisi satu materi standar sampai kepada
serangkaian kompetensi dalam kurikulum. Karena kekuatan teori ini pada
penyususnan dan penataan materi pembelajaran, maka makin banyak bagian-
bagian materi pembelajaran yang dapat diorganisasikan akan memberikan
pengaruh terhadap hasil belajar yang lebih nyata dan bermakna.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
e. Urutan Elaborasi Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah pokok-pokok materi pelajaran yang
harus dipelajari siswa sebagai sarana pencapaian kemampuan dasar yang akan
dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian yang disusun berdasarkan
indikator pencapaian belajar. Materi pembelajaran atau pokok-pokok materi
tersebut perlu dirinci atau diuraikan kemudian diurutkan untuk memudahkan
kegiatan pembelajaran.
M. Joko Susilo (2006:123) menyatakan bahwa:
Yang harus diperhatikan dalam merinci atau menguraikan materi pelajaran adalah menentukan jenis materi pembelajaran. Terdapat dua jenis klasifikasi materi pembelajaran. Pertama, klasifikasi materi pelajaran menjadi pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural, yang berisi informasi, konsep, generalisasi, fakta dan lain sebagainya. Kedua, klasifikasi materi pelajaran yang dibagi menjadi 4 jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan prosedur.”
Menurut E. Mulyasa (2007: 153) menyatakan bahwa: ”Pada
pokoknya teori elaborasi memiliki tiga macam urutan penataan pembelajaran,
berdasarkan konsep, prinsip, dan prosedur”.
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Pertama, penataan
elaborasi berdasarkan konsep, hal ini dilakukan bila materi pokok
pembelajaran ditujukan untuk mengetahui konsep-konsep dari pembelajaran
yang diberikan. Langkah pertama adalah memilih semua konsep yang akan
diajarkan, kemudian merancang urutan materi berdasarkan konsep yang paling
umum, paling mudah dan paling dikenal oleh peserta didik, yang selanjutnya
dikenal sebagai epitome. Tahapan elaborasi menjabarkan konsep-konsep lain
yang lebih rinci dan bermakna. Kedua, penataan elaborasi berdasarkan prinsip,
jika tujuan utama pembelajaran untuk mengetahui prinsip-prinsip, maka
patokan urutan elaborasi menggunakan acuan prinsip-prinsip yang akan
diajarkan. Setelah semua prinsip dipelajari dan dipilih sesuai dengan tujuan
pembelajaran, ditetapkan prinsip-prinsip yang paling penting sebagai epitome.
Selanjutnya elaborasi menguraikan lebih rinci prinsip-prinsip lain sesuai
aturan yang disyaratkan. Ketiga, penataan elaborasi berdasarkan prosedur,
penataan ini dilakukan bila tujuan utama pembelajaran ingin memahami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
prosedur-prosedur. Hal ini dipilih dari semua prosedur yang akan diajarkan,
yang paling dekat dengan kompetensi dasar, paling umum dan paling
sederhana, sebagai epitome. Selanjutnya elaborasi dilakukan berdasarkan
upaya menjabarkan prosedur-prosedur lain secara lebih rinci.
Seperti telah dikemukakan, umumnya materi pembelajaran terdiri
dari gabungan konsep, prinsip, dan prosedur, bahkan juga seperangkat fakta.
Pada pelaksanaan elaborasi, bergantung pada materi yang paling dominan,
penataan urutan yang didasarkan pada hanya satu diantara tiga materi
pembelajaran tersebut. Dengan demikian, materi pembelajaran lain menjadi
struktur pendukung dan melengkapi pokok penetaan yang dikembangkan.
Materi pembelajaran pendukung harus diletakkan sedekat mungkin
dengan materi pembelajaran pokok yang menjadi patokan dalam penataan.
Misalnya, jika pada elaborasi berdasarkan prosedur yang diperlukan materi
pembelajaran konsep dan prinsip, maka konsep dan prinsip disajikan pada
tahapan elaborasi prosedur tersebut.
f. Langkah-Langkah Pengajaran Yang Diorganisasi Dengan Model
Elaborasi
Menurut I Nyoman Sudana Degeng (1988: 307) ”Terdapat 7 langkah
pengajaran yang diorganisasi dengan model elaborasi”.
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Penyajian kerangka isi. Pengajaran dimulai dengan menyajikan kerangka
isi: struktur yang memuat bagian-bagian yang paling penting dari bidang
studi
2) Elaborasi tahap pertama. Elaborasi tahap pertama adalah mengelaborasi
tiap-tiap bagian yang ada dalam kerangka isi, mulai dari bagian yang
terpenting. Elaborasi tiap-tiap bagian diakhiri dengan rangkuman dan
pensistesis yang hanya mencakup konstruk-konstruk yang baru saja
diajarkan (pensisntesis sederhana)
3) Pemberian rangkuman dan sistesis eksternal. Pada akhir elaborasi tahap
pertama, diberikan rangkuman dan diikuti dengan pensitesis eksternal.
Rangkuman berisi pengertian-pengertian singkat mengenai konstruk-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
konstruk yang diajarkan dalam elaborasi dan pensitesis eksternal
menunjukkan, a) hubungan-hubungan penting yang ada antar bagian yang
telah dielaborasi, b) hubungan antara bagian-bagian yang telah
dielaborasi dengan kerangka isi.
4) Elaborasi tahap kedua. Setelah elaborasi tahap pertama berakhir dan
diintegrasikan dengan kerangka isi, pengajaran diteruskan ke elaborasi
tahap kedua yang mengelaborasi bagian pada elaborasi tahap pertama
dengan maksud membawa si belajar pada tingkat kedalaman sebgaimana
ditetapkan dalam tujuan pengajaran. Seperti halnya dalam elaborasi tahap
pertama, setiap elaborasi tahap kedua disertai rangkuman dan pensitesis
internal.
5) Pemberian rangkuman dan sistesis ekternal. Pada akhir elaborasi tahap
kedua, diberikan rangkuman dan sintesis eksternal, seperti pada elaborasi
tahap pertama.
6) Setelah semua elaborasi tahap kedua disajikan, disintesiskan dan
diintegrasikan kedalam kerangka isi, pola seperti ini akan berulang
kembali untuk elaborasi tahap ketiga, dan seterusnya, sesuai dengan
tingkat kedalaman yang diterapkan oleh tujuan pengajaran.
7) Pada tahap akhir pengajaran, disajikan kembali kerangka isi untuk
mensintesiskan keseluruhan isi bidang studi yang telah diajarkan.
g. Buku Teks Pelajaran Pendidikan Dasar dan Menengah
Buku teks pelajaran sebagai sumber informasi seyogjanya memiliki
kualitas yang baik, yang memenuhi kriteria standar tertentu. Seperti yang
ditegaskan dalam Peraturan Menteri Nomor 11 Pasal 3 ayat (1) yang
menyatakan bahwa “Buku teks pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang
digunakan pada satuan pendidikan dasar dan menengah dipilih dari buku-buku
teks pelajaran yang telah ditetapkan oleh Menteri berdasarkan rekomendasi
penilaian kelayakan dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)”.
Hal-hal penting yang perlu dipertimbangkan bagi sebuah buku yang
dapat memenuhi syarat untuk terjadinya proses berpikir dan belajar mandiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
menurut BSNP (2009: http://www.bsnp-indonesia.org) yakni “Strategi
pengolahan informasi, tingkat perkembangan psikologi peserta didik, dan
proses belajar aktif”.
Hal tersebut dapat dijelaskana sebagai berikut:
1) Strategi pengolahan informasi
Sebuah buku yang baik harus mampu membangkitkan minat dan perhatian
anak (atensi) untuk membaca teks bacaan. Hal ini diperlukan agar
informasi mampu diserap sebagai rangsangan. Namun segala sesuatu yang
diserap ini baru bisa berarti (meaningful) dan diingat bila informasi
(tulisan) diolah dalam ingatan jangka panjang, misalnya dikategorisasikan,
diberi makna, dan bisa dikaitkan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki
sebelumnya (prior knowledge). Informasi yang disimpan dengan organisasi
yang baik akan membentuk jaringan pengetahuan yang saling terjalin, tidak
sekedar merupakan ingatan asosiatif belaka. Berarti sebuah buku harus
tampil dalam“wajah” yang keterbacaannya tinggi, menarik minat dan
memikat. Selain itu isi bahasannya harus dapat mengoptimalkan tingkat
berolah pikir peserta didik, misalnya dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan, pemecahan masalah, pemberian contoh-contoh konkret,
eksperimen, dan penelusuran proses dari pengalamannya.
2) Tingkat Perkembangan Psikososial Peserta Didik
Kesanggupan untuk menerima dan mengolah informasi secara optimal
dipengaruhi oleh tingkat perkembangan psikososial seseorang. Artinya
penyajian yang baik, bahasa yang baik (readable) saja belum menjamin
materi yang disajikan dapat mengoptimalkan proses belajar. Untuk itu,
diperlukan kesadaran tentang pentingnya ciri-ciri kematangan kognitif dan
sosial emosional pembaca yang akan menjadi sasaran buku pembelajaran.
Misalnya, kemampuan kebahasaan seseorang,keakraban bahasan, tingkat
kesulitan konsep yang di bahas, menghargai keberagaman, dan kesesuaian
konteks.
3) Proses Belajar Aktif Belajar secara bermakna akan mudah terjadi apabila
peserta didik terlibat aktif dalam proses belajar secara terus menerus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Melalui keterlibatan tersebut dapat terjalin komunikasi interaktif yang
diperlukan bagi terpeliharanya suasana belajar, dan diperolehnya umpan
balik yang diperlukan untuk memacu pembelajaran yang berkelanjutan.
Melalui perolehan umpan balik, khususnya yang positif, akan menimbulkan
rasa puas yang berfungsi sebagai rewards bagi diri peserta didik, yang pada
akhirnya akan membangkitkan motivasi dari dalam diri sendiri untuk
menyukai belajar (internal motivation). Dengan demikian, penyajian
sebuah buku hendaknya memuat contoh-contoh yang dekat dengan
kehidupan sehari-hari, yang merangsang peserta didik untuk
mencoba/mengaplikasikan pengetahuan yang diperolehnya, agar peserta
didik memiliki peluang untuk menjadi kreatif dan inovatif. Melalui
penyajian seperti tersebut di atas, lebih lanjut pada diri peserta didik dapat
terbentuk transfer of learning, dari segala sesuatu yang dipelajari dari buku
ke dalam kehidupan nyata sehari-hari.
2. Bahan Ajar dalam Pendidikan Kewarganegaraan
a. Pengembangan Bahan Ajar di Sekolah
Dalam mengembangkan bahan ajar harus memiilih jenis materi yang
sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditentukan. Jumlah atau ruang
lingkup yang cukup memadai harus diperhatikan sehingga mempermudah
siswa dalam mencapai standar kompetensi.
Berpijak dari aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang telah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah memilih jenis materi
yang sesuai dengan aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan
kompetensi dasar tersebut. Materi yang akan diajarkan perlu diidentifikasi
apakah termasuk jenis fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan
lebih daripada satu jenis materi. Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi
yang akan diajarkan, maka guru akan mendapatkan kemudahan dalam cara
mengajarkannya. Setelah jenis materi pembelajaran teridentifikasi, langkah
berikutnya adalah memilih jenis materi tersebut yang sesuai dengan standar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
kompetensi atau kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Identifikasi
jenis materi pembelajaran juga penting untuk keperluan mengajarkannya.
Cara yang paling mudah untuk menentukan jenis materi
pembelajaran yang akan diajarkan adalah dengan jalan mengajukan
pertanyaan tentang kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa.
Dengan mengacu pada kompetensi dasar, kita akan mengetahui
apakah materi yang harus kita ajarkan berupa fakta, konsep, prinsip, prosedur,
aspek sikap, atau psikomotorik. Menurut Abdul Gafur (1982: 87) ”Terdapat 6
pertanyaan penuntun untuk mengidentifikasi jenis materi pembelajaran”.
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa mengingat
nama suatu objek, simbol atau suatu peristiwa? Kalau jawabannya “ya”
maka materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah”fakta”. Contoh:
Nama-nama ibu kota kabupaten, peristiwa sejarah, nama-nama organ
tubuh manusia.
2) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa kemampuan
untuk menyatakan suatu definisi, menuliskan ciri khas sesuatu,
mengklasifikasikan atau mengelompokkan beberapa contoh objek sesuai
dengan suatu definisi ? Kalau jawabannya “ya” berarti materi yang
diajarkan adalah ”konsep”. Contoh:Seorang guru menunjukkan beberapa
tumbuh-tumbuhan kemudian siswa diminta untuk mengklasifikasikan atau
mengelompokkan mana yang termasuk tumbuhan berakar serabut dan
mana yang berakar tunggang.
3) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menjelaskan
atau melakukan langkah-langkah atau prosedur secara urut atau membuat
sesuatu ? Bila “ya” maka materi yang harus diajarkan adalah “prosedur”.
Contoh: Langkah-langkah mengatasi permasalahan dalam mewujudkan
masyarakat demokrasi; langkah-langkah cara membuat magnit buatan;
cara-cara membuat sabun mandi, cara membaca sanjak, cara
mengoperasikan komputer, dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
4) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menentukan
hubungan antara beberapa konsep, atau menerapkan hubungan antara
berbagai macam konsep ? Bila jawabannya “ya”, berarti materi
pembelajaran yang harus diajarkan termasuk dalam kategori ”prinsip”.
Contoh: Hubungan hubungan antara penawaran dan permintaan suatu
barang dalam lalu lintas ekonomi. Jika permintaan naik sedangkan
penawaran tetap, maka harga akan naik. Cara menghitung luas persegi
panjang. Rumus luas persegi panjang adalah panjang dikalikan lebar.
5) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa memilih
berbuat atau tidak berbuat berdasar pertimbangan baik buruk, suka tidak
suka, indah tidak indah? Jika jawabannya “Ya”, maka materi pembelajaran
yang harus diajarkan berupa aspek afektif,sikap,atau nilai. Contoh: Ali
memilih mentaati rambu-rambu lalulintas meskpipun terlambat masuk
sekolah setelah di sekolah diajarkan pentingnya mentaati peraturan
lalulintas.
6) Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa melakukan
perbuatan secara fisik? Jika jawabannya “Ya”, maka materi pembelajaran
yang harus diajarkan adalah aspek motorik. Contoh: Dalam pelajaran
lompat tinggi, siswa diharapkan mampu melompati mistar 125 centimeter.
Materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah teknik lompat tinggi.
b. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan
Menurut Permendiknas No. 23 Tahun 2006, Mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut:
1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiata bermasyrakat, berbangsa dan bernegara, serta anti korupsi.
3) Berkembang secara positif dan demokaratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyrakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Pendapat lain diungkapkan oleh David Kerr (1999: http://
www/imca.org.uk), yaitu ”Citizenship education is a process to encompas the
preparation of young people for their roles and responsibilities as citizen and
particular, the role of education (through schooling, teaching, and learning)
in that prepatory process”. Artinya bahwa kewarganegaraan atau pendidikan
kewarganegaraan ditafsirkan secara luas untuk mencakup persiapan orang
muda untuk mereka dalam peran tanggungjawabnya sebagai warga negara dan
khususnya peranan pendidikan (melalui pendidikan, pengajaran dan belajar)
dalam proses persiapan.
Berdasarkan tujuan PKn (Civic Education) di atas perlu adanya
penguasaan sejumlah kompetensi kewarganegaraan. Dari sejumlah
kompetensi yang diperlukan, yang terpenting adalah penguasaan terhadap
pengetahuan dan pemahaman tertentu, pengembangan kemampuan intelektual
dan partisipatoris, pengembangan karakter dan sikap mental tertentu, dan
komitmen yang benar terhadap nilai dan prinsip dasar demokrasi
konstitusional. ”Berdasarkan kompetensi yang diperlukan, terdapat tiga
komponen utama yang perlu dipelajari dalam PKn, yaitu civic knowledge,
civic skills, dan civic dispositions”. (Dasim Budimansyah, 2007: 55).
Civic Knowledge (pengetahuan kewarganegaraan) berkaitan dengan
kandungan atau apa yang seharusnya diketahui oleh warganegara. Komponen
pertama ini harus diwujudkan dalam bentuk lima pertanyaan penting yang
secara terus menerus harus diajukan sebagai sumber belajar PKn. Civic Skill
(Kecakapan Kewarganegaraan) jika warganegara mempraktekkan hak-
haknya dan menunaikan kewajiban-kewajibannya sebagai anggota
masyarakat yang berdaulat, mereka tidak hanya perlu menguasai pengetahuan
dasar sebagaimana diwujudkan dalam lima pertanyaan sebagaimana
diuraikan di muka, namun mereka pun perlu memiliki kecakapan-kecakapan
intelektual dan partisipatoris yang relevan. Kecakapan-kecakapan intelektual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
kewarganegaraan sekalipun dapat dibedakan namun satu sama lain tidak
sama tidak dapat dipisahkan. Kecakapan berpikir kritis tentang isu politik
tertentu, misalnya, seseorang harus memahami terlebih dahulu isu itu,
sejarahnya, relevansinya dimasa kini, juga serangkaian alat intelektual atau
pertimbangan tertentu yang berkaitan dengan isu itu. Kecakapan-kecakapan
intelektual yang penting untuk seorang warganegara yang berpengetahuan,
efektif, dan bertanggungjawab, disebut sebagai kemampuan berpikir kritis.
Kecakapan intelektual lain yang dipupuk oleh civic education yang bermutu
adalah kemampuan mendeskripsikan. Kemampuan untuk mendeskripsikan
fungsi-fungsi dan proses-proses seperti sistem cheks and balance atau
judicial review menunjukkan adanya pemahaman. Melihat dengan jelas dan
mendeskripsikan kecenderungan-kecenderungan seperti berpartisipasi dalam
kehidupan kewarganegaraan , imigrasi, atau pekerjaan, membantu warga
negara untuk selalu menyesuaikan diri dengan peristiwa-peristiwa yang
sedang aktual dalam pola jangka waktu yang lama.
Disamping mensyaratkan pengetahuan dan kemampuan intelektual,
pendidikan untuk warga negara dan masyarakat demokratis harus difokuskan
pada kecakapan-kecakapan yang dibutuhkan untuk partisipasi yang
bertanggungjawab , efektif, dan ilmiah, dalam proses politik dan dalam civil
society. Kecakapan-kecakapan tersebut jika meminjam istilah Branson dapat
dikategorikan sebagai interacting, monitoring, and influencing. Civic
disposition (watak kewarganegaran) mengisyaratkan pada karakter publik
maupun privat yang penting bagi pemeliharaaan dan pengembangan
demokrasi konstitusional. Karakter privat seperti tanggung jawabmoral,
disiplin diri dan penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia dari
setiap individu adalah wajib. Karakter publik juga tidak kalah penting.
Kepedulian sebagai warga negara, kesopanan, mengindahkan aturan main
(rule of law), berpikir kritis, dan kemauan untuk mendengar, bernegosiasi,
dan berkompromi merupakan karakter yang sangat diperlukan agar demokrasi
berjalan sukses.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Pentingnya watak kewarganegaraan ini jarang sekali ditegaskan.
Karakter publik dan privat yang mendasari demokrasi , dalam jangka panjang,
mungkin lebih merupakan dampak dari pengetahuan atau kecakapan yang
dikuasi oleh negara.
Menurut Facrul Razi (2009: http://blogs.myspace.com) menyatakan bahwa:
Civic education dapat memberikan nilai-nilai demokrasi dengan tujuan : Pertama, Dapat memberikan sebuah gambaran mengenai hak dan kewajiban warga negara sebagai bagian dari integral suatu bangsa dalam upaya mendukung terealisasinya proses transisi menuju demokrasi, dengan mengembangkan wacana demokrasi, penegakan HAM dan civil society dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kedua, Menjadikan warga negara yang baik (good citizen) menuju kehidupan berbangsa dan bernegara yang mengedepankan semangat demokrasi keadaban, egaliter serta menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia. Ketiga, Meningkatkan daya kritis masyarakat sipil. Keempat, Menumbuhkan kesadaran dan keterlibatan masyarakat sipil secara aktif dalam setipa kegiatan yang menunjang demokratisasi, penegakan HAM dan perwujudan civil society.
Adapun ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan menurut
Permendiknas N0. 23 Tahun 2006 meliputi aspek-aspek ”(1)persatuan dan
kesatuan; (2)norma, hukum dan peraturan; (3)hak asasi manusia; (4)kebutuhan
warga negara; (5)konstitusi negara; (6)kekuasaan dan politik; (7)Pancasila;
(8)globallisasi”.
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan,
Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah
pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi
dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan
Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan.
2) Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga,
Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku dimasyarakat, Peraturan-
peratuaran daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, Sistim hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan
Interrnasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
3) Hak asasi manusia, meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan
kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan Internasional
HAM, Pemajuan, penghoramatan dan perlindungan HAM.
4) Kebutuhan warga negara, meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri
sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan
mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri,
Persamaan kedudukan warga negara.
5) Konstitusi negara, meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang
pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia,
Hubungan dasar negara dan konstitusi.
6) Kekuasaan dan politik, meliputi: Pemerintah desa dan kecamatan,
Pemerintah daerah dan otonomi, pemerintah pusat, Demokrasi dan sitem
politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani,
Sistem Pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi.
7) Pancasila, meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan
ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara,
Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila
sebagai ideologi terbuka.
8) Globalisasi, meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri
Indonesia di era globalisas, Dampak globalisasi, Hubungan Internasional
dan organisasi Internasional, dan Mengevaluasi globalisasi.
c. Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Kewarganegaraan
Menurut Permendiknas No. 23 tahun 2006 Standar Kompetensi
Lulusan Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Atas sebagai
berikut:
1) Memahami hakekat bangsa dan Negara Kesatuan Repubilik Indonesia
2) Menganalisis sikap positif terhadap penegakan hukum, peradilan nasional, dan tindakan anti korupsi
3) Menganalisis pola-pola dan partisipasi aktif dalam pemajuan, penghormatan serta penegakan HAM baik di Indonesia maupun di luar negeri
4) Menganalisis peran dan hak warganegara dan sistem pemerintahan NKRI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
5) Menganalisis budaya politik demokrasi, konstitusi, kedaulatan negara, keterbukaan dan keadilan di Indonesia
6) Mengevaluasi hubungan internasional dan sistem hukum internasional
7) Mengevaluasi sikap berpolitik dan bermasyarakat madani sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
8) Menganalisis peran Indonesia dalam politik dan hubungan internasional, regional, dan kerja sama global lainnya
9) Menganalisis sistem hukum internasional, timbulnya konflik internasional, dan mahkamah internasional.
d. Analisis Penyusunan Bahan Ajar
Analisis penyusunan bahan ajar memiliki alur tersendiri. Berikut ini
salah satu contoh alur dalam analisis penyusunan bahan ajar menurut
Depdiknas (2007: 7):
Gambar 1. Alur Analisis Penyusunan Bahan Ajar
3. Materi Sistem Hukum dan Peradilan Nasional
a. Tinjauan tentang Sistem Hukum
Menurut Lili Rasjidi, dan I.B. Wyasa Putra dalam Ishaq (2008: 181)
yaitu:
Satu kesatuan sistem yang tersusun atas integritas sebagai komponen sistem hukum, yang masing-masing memiliki fungsi tersendiri dan terikat dalam satu kesatuan hubungan yang saling terkait, bergantung, mempengaruhi, bergerak dalam kesatuan proses, yakni proses sistem hukum untuk mewujudkan tujuan hukum.
Pedapat lain tentang sistem hukum diungkapkan oleh Sudikno
Mertokusumo dalam Ishaq (2008: 182), bahwa ” sistem hukum itu merupakan
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Bahan Ajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
tatanan, suatu kesatuan yang utuh terdiri atas bagian- bagian atau unsur-unsur
yang saling berkaitan erat satu sama lain”.
Menurut Lawrence M. Friedman, ” sistem hukum itu terdiri atas
struktur, substansi, dan budaya hukum”.
Menurut Marwan Mas (2004: 105), menjelaskan bahwa ” sistem
hukum adalah susunan sebagai satu kesatuan yang tersusun dari sejumlah
bagian yang dinamakan subsistem hukum, yang secara bersama-sama
mewujudkan kesatuan yang utuh”.
Uraian diatas dapat peneliti simpulkan bahwa sistem hukum
merupakan satu kesatuam yang utuh dan saling berkaitan untuk mencapai
tujuan hukum.
Unsur-unsur atau komponen sistem hukum menurut Lili Rasjidi dan
I.B. Wyasa Putra dalam Ishaq (2008: 182-183), yaitu: ”masyarakat hukum,
budaya hukum, filsafat hukum, ilmu pendidikan hukum, konsep hukum,
pembentukan hukum, bentuk hukum, penerapan hukum, dan evaluasi hukum”.
Hal tersebut dapat dijelasskan sebagai berikut:
1) Masyarakat hukum, merupakan himpunan kelompok kesatuan hukum,
baik individu ataupun kelompok yang strukturnya ditentukan oleh tipenya
masing-masing (sederhana, negara, atau masyarakat internasional).
2) Budaya hukum, merupakan pemikiran manusia dalam usahanya mengatur
kehidupannya; dikenal tiga budaya hukum masyarakat hukum, yaitu
budaya hukum tertulis, tidak tertulis, kombinatif.
3) Filsafat hukum, merupakan formulasi nilai tentang cara mengatur
kehidupan manusia; dapat bersifat umum (universal), dapat bersifat
khusus(milik suatu masyarakat hukum terte ntu).
4) Ilmu pendidikan hukum, merupakan media komunikasi antara teori dan
praktik hukum; juga merupakan media pengembangan teori-teori hukum,
desain-desain, dan for mula-formula hukum praktis (konsep hukum).
5) Konsep Hukum, merupakan formulasi kebijaksanaan hukum yang
ditetapkan oleh suatu masyarakat hukum; berisi tentang budaya hukum,
nilai hukum (konsepsi filosofis) yang dianutnya; dan mengenai proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
pembentukan , penetapan, pengembangan, dan pembangunan hukum
yang hendak dilaksananakannya.
6) Pembentukan hukum, merupakan bagian proses hukum yang meliputi
lembaga-aparatur- dan sarana pembentukan hukum; menurut konsep
hukum yang telah ditetapkan; termasuk prosedur-prosedur yang harus
dilaluinya.
7) Bentuk hukum; merupakan hasil proses pembentukan hukum; dapat
berupa peraturan perundang-undangan(jika pembentukannya melalui
legislatif, atau lembaga-lembaga negara yang melaksanakan fungdi
legislatif), dapat berupa keputusan hakim (jika hakim diberi kewe nangan
untuk itu).
8) Penerapan hukum, merupakan proses kelanjutan dari proses
pembentukan hukum ; meliputi lembaga, aparatur, saran, dan prosedur
penerapan hukum.
9) Evaluasi hukum; merupakan proses pengujian kesesuaian antara hukum
yang berbentuk dengan konsep yang telah ditetapkan sebelumnya, dan
pengujian kesesuaian antara hasil penerapan hukum dengan undang-
undang dan tujuan hukum yang telah ditetapkan sebelumnyadalam
konsep ataupun dalam peraturan perundangan.
Hukum dapat dibagi dalam sebuah jenis-jenis hukum sebagai
berikut, menurut Chainur Arrasjid (2004 : 96) hukum berdasarkan sumbernya
dapat dibagi dalam :
1) Hukum undang-undang, yaitu hukum yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan.
2) Hukum kebiasaan (adat), yaitu hukum yang dijumpai dalam suatu ketentuan-ketentuan kebiasaan atau ketentuan adat-istiadat yang diyakini atau ditaati oleh anggota dan para penguasa masyrakat.
3) Hukum traktat, yaitu hukum yang diadakan oleh negara-negara berdasarkan sutau perjanjian.
4) Hukum yurisprudensi, yaitu hukum yang terbentuk oleh keputusan hakim.
5) Hukum ilmu, yaitu hukum yang pada dasarnya ilmu hukum yang terdapat dalam pandangan-pandangan para ahli hukum yang terkenal dan sangat berpengaruh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Menurut Sri Haryati (1997: 29-31) menyatakan bahwa, ”Hukum
dapat dibagi menurut bentuknya, menurut tempat berlakunya, menurut cara
mempertahankannya, menurut sifatnya, serta menurut isinya”.
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Menurut bentuknya, hukum dapat dibagi dalam :
1) Hukum tertulis, hukum ini dapat pula merupakan hukum tertulis yang
dikodifikasikan dan hukum tertulis yang tidak dikodifikasikan.
2) Hukum tak tertulis
Menurut tempat berlakunya, hukum dapat dibagi dalam:
1) Hukum nasional, yaitu hukum yang berlaku dalam suatu negara.
2) Hukum internasional, yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum
dalam dunia internasional.
3) Hukum asing, yaitu hukum yang berlaku dalam negara lain.
4) Hukum gereja, yaitu kumpulan norma ditetapkan oleh gereja untuk para
anggota-anggotanya (hukum kamonik).
Menurut waktu berlakunya, hukum dapat dibagi dalam:
1) Ius constitutum (hukum positif), yaitu hokum yang berlaku sekarang bagi
suatu masyarakat tertentu dalam suatu negara tertentu.
2) Ius constituendum, yaitu hukum yang diharapkan berlaku pada waktu yang
akan datang.
3) Hukum asasi (hukum alam), yaitu hukum yang berlaku dimana-mana
dalam waktu dan untuk segala bangsa didunia. Hukum ini tidak mengenal
batas waktu melainkan berlaku untuk selama-lamanya (abadi) terhadap
siapapun juga diseluruh tempat.
Menurut cara mempertahankannya, hukum dapat dibagi dalam:
1) Hukum material, yaitu hukum yang memuat peraturan-peraturan yang
mengatur kepentingan-kepentingan dan hubungan-hubungan yang
berwujud perintah-perintah dan larangan-larangan. Contoh: Hukum pidana
dan Hukum Perdata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
2) Hukum formal (Hukum proses atau Hukum acara), yaitu hukum yang
memuat peraturan-peraturan yang mengatur bagaimana cara-cara
melakasanakan dan mempertahankan hukum material atau peraturan-
paraturan yang mengatur bagaimana caranya mengajukan suatu perkara
pidana ke muka pangadilan dan bagaimana cara hakim memberikan
keputusan. Contoh: Hukum Acara Pidana dan Hukum Acara Perdata.
Menurut sifatnya, hukum dapat dibagi dalam:
1) Hukum yang memaksa, yaitu hukum yang dalam keadaan bagaimanapun
juga harus dan mempunyai paksaan mutlak.
2) Hukum yang mengatur, yaitu hukum yang dapat dikesampingkan apabila
pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat peraturan-peraturan sendiri
dalam suatu perjanjian.
Menurut wujudnya, hukum dapat dibagi dalam:
1) Hukum Obyektif, yaitu hukum dalam suatu negara yang berlaku umu dan
tidak mengenai orang atau golongan tertentu. Hukum ini hanya menyebut
peraturan hukum saja yang mengatur hubungan hukum antara dua orang
atau lebih.
2) Hukum Subyektif, yaitu hukum yang timbul dari hukum obyektif dan
berlaku terhadap seorang tertentu atua lebih. Hukum Subyektif sering
disebut dengan hak.
Menurut isinya, hukum dapat dibagi dalam:
1) Hukum privat atau hukum sipil, yaitu hukum yang mengatur hubungan-
hubungan antara orang-oarang yang satu dengan orang yang lain, dengan
menitik beratkan kepada kepentingan perseorangan.
2) Hukum publik atau hukum negara, yaitu hukum yang mengatur hubungan
antar negara dengan alat-alat perlengkapan atau hubungan antara negara
dengan perseorangan (warga negara).
Sumber hukum merupakan suatu tempat dimana dapat ditemukannya
dan digalinya suatu hukum. Menurut Chainur Arrasjid (2004 : 48-82)
apabila diklasifikasikan, ”Sumber hukum ada dua, yaitu sumber hukum
material dan sumber hukum formal”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Sumber Hukum Material
Sumber hukum material ialah tempat dari mana materi hukum itu diambil.
Sumber hukum ini merupakan faktor yang membantu pembentukan
hukum, misalnya: hubungan sosial, hubungan kekuatan politik, situasi
sosial ekonomis, tradisi, hasil penelitian ilmiah, perkembangan
internasional, keadaan geografis. Dengan demikian, sumber-sumber
hukum secara material dapat ditinjau dari berbagai sudut antara lain
sebagai berikut:
a) Sumber Hukum Menurut Ahli Sejarah
Menurut ahli sejarah memakai perkataan sumber hukum dalam dua
arti:
(1) Dalam arti sumber pengenalan hukum, yakni semua tulisan,
dokumen, inskripsi dan sebagainya. Dari sumber tersebuut dalam
mengenal hukum suatu bangsa pada suatu waktu.
(2) Dengan melihat dan mempergunakan dokumen-dokumen dapat
diketahui hukum yang berlaku pada masa sekarang.
b) Sumber Hukum Menurut Ahli Filsafat
Bagi seorang ahli filsafat sumber hukum juga dilihat dalam dua arti:
(1) Ukuran apakah yang harus dipakai orang untuk mengetahui benar-
benar apakah sesuatu hal bersifat adil atau tidak.
(2) Apa sebab orang taat pada hukum.
c) Sumber Hukum Menurut Ahli Sosiologis
Menurut ahli sosiologi sumber hukum adalah masyarakat seluruhnya
yang ditinjau adalah keadaan-keadaan ekonomi, pandangan agama,
ekonomi, pskologi, dan filsafat.
d) Sumber Hukum Menurut Ahli Ekonomi
Bagi seorang ahli ekonomi maka yang menjadi sumber hukumnya
ialah apa yang tampak di lapangan penghidupan ekonomis.
e) Sumber Hukum Menurut Ahli Agama
Sumber hukum bagi seorang ahli agama adalah kitab suci.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
2) Sumber Hukum Formal
Sumber hukum formal merupakan bentuk-bentuk perwujudan dari sebuah
hukum. Bentuk ini menyatakan kepada kita tentang adanya, isi serta
berlakunya peraturan-peraturan hukum yang bersangkutan. Sumber hukum
formal sebagai berikut:
a) Undang-undang
Undang-undang ialah peraturan negara yang diadakan untuk
menyelenggarakan pemerintah pada umumnya, yang
dibentukberdasarkan UUD dan untuk melaksanakan UUD. Menurut
Prof Buys (Chainur Arrasjid 2004 : 51), dalam ilmu pengetahuan
hukum undang-undang dapat dibedakan dalam dua arti yaitu undang-
undang dalam arti formil dan undang-undang dalam arti materiil.
Undang-undang dalam arti formil, yaitu setiap peraturan atau
ketetapan yang dibentuk oleh alat perlengkapan Negara yang diberi
kekuatan membentuk Undang-undang dan diundangkan sebagaimana
mestinya. Undang-undang dalam arti materiil, setiap peraturan atau
ketetapan yang yang isinya berlaku mengikat umum (setiap orang).
Untuk membedakan undang-undang dalam arti formil dengan
undang-undang dalam arti materiil, biasanya digunakan istilah sendiri
yaitu untuk undang-undang dalam arti formil dengan sebutan undang-
undang, sedang untuk undang-undangdalam arti materiil dengan
istilah peraturan.
b) Kebiasaan dan adat
Kebiasaan dan adat tidak sama, maka dari itu ada juga perbedaan
antara hukum kebiasaan dengan hukum adat. Kebiasaan adalah
perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-ulang dalam hal
sama. Adat adalah sumber kaidah yang sifatnya agak sakral,
merupakan tradisi, kadang-kadang juga anggapan-anggapan
keagamaan. Hukum kebiasaan adalah himpunan kaidah-kaidah yang
meskipun tidak ditentukan oleh badan-badan pembuat peraturan
perundang-undangan namun ditaati juga, sebab orang yakin bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
kaidah-kaidah itu merupakan hukum. Hukum adat adalah tata hukum
Indonesia yang bersumber pada adat istiadat, tidak semua adat
merupakan hukum. Adat/kebiasaan dapat diakui sebagai hukum
adat/kebiasaan harus dipenuhi dua unsur yaitu:
(1) Unsur kenyataan bahwa adat/kebiasaan itu dalam keadaan yang
sama selalu diindahkan oleh rakyat.
(2) Unsur psikologis bahwa terdapat adanya keyakinan bahwasanya
adat/ kebiasaan mempunyai kekuatan hukum adat (opinion
necessitas/kewajiban hukum).
c) Traktat
Traktat disebut juga treaty adalah perjanjian antar Negara. Traktat itu
mengikat dan berlaku sebagai peraturan hukum terhadap warga
Negara dari masing-masing Negara yang mengadakan perjanjian.
Oleh karena itu, traktat dapat dikatakan debagai sumber hukum.
Traktat ada beberapa macam sebagai berikut:
(1) Traktat bilateral yaitu traktat yang diadakan antara dua Negara.
(2) Traktat Multilateral yaitu traktat yang diadakan antara lebih dari dua negara.
(3) Traktat Kolektif/traktat terbuka yaitu traktat multilateral, yang memberikan kesempatan kepada Negara-negara yang pada permulaan tidak turut mengadakannya, tetapi kemudian menjadi pihaknya.
d) Yurisprudensi
Yurisprudensi adalah keputusan hakim yang terdahulu yang sering
diikuti dan dijadikan dsar keputusan oleh hakim kemudian mengenai
masalah yang sama. Timbulnya yurisprudensi bertolak dari ketentuan
pasal 22 AB yang menyatakan bahwa bilamana hakim menolak
menyelesaikan suatu perkara dengan alasan bahwa peraturan
perundang-undangan yang bersangkutan tidak menyebutkan , tidak
jelas atau tidak lengkap, maka ia dapat dituntut untuk dihukum karena
menolak mengadili.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
e) Pendapat Para Ahli Hukum
Pendapat para ahli hukum yang terkenl juga berpengaruh dalam
pengambilan keputusan oleh hakim. Hal ini terlihat dalam
yurisprudensi, dalam penetapan apa yang menjadi dasar keputusannya,
hakim sering menyebut pendapat seseorang sarjana hukum mengenai
soal yang harus dikerjakan.
Dalam definisi hukum, setiap sarjana hukum mempunyai pandangan
atau pendapat yang berbeda antara satu dengan yang lainnya dalam
merumuskan tujuan hukum tersebut.
Dalam literatur dikenal beberapa teori tentang tujuan hukum.
Menurut Sudikno (1995: 64-68) ”Teori tentang tujuan hukum dibagi menjadi
3, yaitu teori etis, teori utilitas dan teori gabungan”.
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Teori Etis
Menurut teori etis hukum semata-mata bertujuan keadilan. Isi hukum
ditentukan oleh keyakinan kita yang etis tentang apa yang adil dan tidak.
Pendukung teori ini: Geny, Van Apeldoorn.
2) Teori Utilitas/ Utilitirianisme
Menurut teori ini hukum ingin menjamin kebahagiaan yang terbesar bagi
manusia dalam jumlah yang sebanyak-banyaknya (the greatest good of
the greatest number). Pada hakekatnya menurut teori ini tujuan hukum
adalah manfaat dalam menghasilkan kesenangan atau kebahagiaan yang
terbesar bagi jumlah orang yang terbanyak. Pendukung teori ini adalah:
Jeremy Bentham, Ted Henderiek.
3) Teori Gabungan
Menurut teori ini adalah tujuan pokok dan pertama dari hukum adalah
ketertiban. Kebutuhan akan ketertiban ini syarat pokok bagi adanya suatu
masyarakat manusia yang teratur. Di samping ketertiban tujuan lain dari
hukum adalah tercapainya keadilan yang berbeda-beda isi dan ukurannya
menurut masyarakat dan zamannya. Pendukung teori ini: Mochtar
Kusumaatmadja, Bassiouni.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Pada dasarnya tujuan dari dibentuknya suatu hukum adalah
menciptakan tatanan masyarakat yang tertib, menciptakan ketertiban, dan
keseimbangan.
b. Tinjauan Tentang Peradilan Nasional
Lembaga hukum (lembaga peradilan) adalah lembaga yang mengatur
segala sesuatu tentang hukum. Peran lembaga hukum dalam menjalankan
hukum adalah mengatur segala sesuatu hukum yang berlaku.
”Peradilan Nasional adalah suatu keseluruhan komponen peradilan
nasioanal, pihak-pihak dalam proses peradilan , hirarki kelembagaan peradilan
maupun aspek-aspek yang bersifat prosedural yang saling berkait sedemikian
rupa, sehingga terwujud suatu keadilan hukum”. (www.scribd.com).
Ketentuan Umum Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang
Kekuasaan Kehakiman menegaskan bahwa ”Kekuasaan kehakiman adalah
kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila demi terselengaranya
Negara Hukum Republik Indonesia”.
Berdasarkan pasal 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004,
kekuasaan kehakiman dilakukan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan
di bawahnya dalam lingkungan sebagai berikut ”1) Lingkungan Peradilan
Umum, 2) Lingkungan Peradilan Agama, 3) Lingkungan Peradilan Militer,
4)Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara, dan 5) Oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi”.
Lingkungan Peradilan Umum adalah salah satu pelaku kekuasaan
kehakiman rakyat bagi rakyat pencari keadilan pada umumnya, baik mengenai
perkara perdata maupun perkara pidana. Kekuasaan Kehakiman di
lingkungan peradilan umum dilaksanakan oleh pengadilan negeri. Menurut
Ishaq (2008: 62), menjelaskan bahwa ” Peradilan Umum ini terdiri atas: 1)
Pengadilan Negeri, 2) Pengadilan Tinggi, 3) Mahkamah Agung”.
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Pengadilan Negeri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Pengadilan negeri merupakan pengadilan tingkat pertama atau pengadilan
sehari-hari yang secara langsung mengadili perkara perdata dan pidana
bagi orang-orang sipil. Pengadilan negeri ini dibentuk dengan Keputusan
Presiden. Usul pembentukan pengadilan negeri diajukan oleh Menteri
Kehakiman bedasarkan persetujuan Ketua Mahkamah Agung.
Pengadilan negeri berkedudukan di Kotamadya atau ibukota Kabupaten.
Pada tiap-tiap pengadilan negeri ditempatkan suatu Kejaksaan Negeri.
Dalam hal kekuasaan mengadili menurut Andi Hamzah dalam Ishaq
(2008: 63), ada dua macam yang biasa disebut kompetensi, yaitu:
a) Kekuasaan berdasarkan peraturan hukum mengenai pembagian kekuasaan mengadili (attributie van rechts macht) kepada suatu macam pengadilan (pengadilan negeri) bukan kepada pengadilan lain.
b) Kekuasaan berdasarkan peraturan hukum mengenai pembagian kekuasaan mengadili (distributie van rechts macht) di antara satu macam pengadilan-pengadilan negaeri.
2) Pengadilan Tinggi
Menurut R. Soesilo dalam Ishaq (2008: 64), menjelaskan bahwa:
Kompetensi absolut pengadilan tinggi tidak memeriksa perkara-perkara
tingkat pertama dan semata-mata hanya bertindak sebagai hakim ba
nding, yaitu antara lain sebagai berikut:
a) Memutuskan perselisihan-perselisihan peradilan (yurisdiksi), yaitu
perselisihan-perselisihan antara pengadilan negeri yang
berkedudukan dalam daerah-daerahnya, mengenai kekuasaan untuk
mengadili suatu perkara tertentu.
b) Memutuskan dalam tingkat banding perkara-perkara pidana dan
perkara perdata dari semua keputusan pengadilan negeri yang
dimintakan banding.
3) Mahkamah Agung
Mahkamah Agung berkedudukan di ibukota Negara Republik Indonesia.
Mahkamah Agung menurut pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung adalah salah satu pelaku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
kekuasaan kehakiman sebagaimana dimaksud dalam Undang – Undang
Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
Mahkamah Agung diberi kekuasaan dan kewenangan berdasarkan
Undang-Undang No. 5 Tahun 2004 tentanng Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung pada pasal 30,
31, 31 A, 35, 45A.
a) Pasal 30
(1) Mahkamah Agung dalam tingkat kasasi membatalkan putusan
atau penetapan pengadilan-pengadilan dari semua lingkungan
peradilan, karena:
(a) Tidak berwenang atau melampaui batas wewenang
(b) Salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku
(c) Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan
perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan
batalnya putusan yang bersangkutan.
(2) Dalam sidang permusyawaratan, setiap hakim agung wajib
menyampaikan pertimbangan atau pendapat tertulis terhadap
perkara yang sedang diperiksa dan menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari putusan.
(3) Dalam hal sidang permusyawaratantidak dapat dicapai mufakat
bulat, pendapat hakim agung yang berbeda wajib dimuat dalam
putusan.
b) Pasal 31
(1) Mahkamah Agung mempunyai wewenang menguji peraturan
perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-
undang.
(2) Mahkamah Agung menyatakakn tidak sah peraturan perundang-
undangan di bawah undang-undang atas alasan bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau
pembentukannya tidak memenuhi ketentuan yang berlaku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
(3) Putusan mengenai tidak sahnya peraturan perundang-undangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diambil baik
berhubungan dengan pemeriksaan pada tingkat kasasi maupun
berdasarkan permohonan langsung pada Mahkamah Agung.
(4) Peraturan perundang-undangan yang dinyatakan tidak sah
sebagaimana dimaksud pada ayat (3)tidak mempunyai kekuatan
hukum mengikat.
(5) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib dimuat dalam
Berita Negara Republik Indonesia dalam jangka waktu paling
lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak putusan diucapkan.
c) Pasal 31 A
(1) Permohonan pengujian peraturan perundang-undangan di bawah
undang-undang terhadap undang-undang diajukan langsung oleh
pemohon atau kuasanya kepada Mahkamah Agung, dan dibuat
secara tertulis dalam bahasa Indonesia.
(2) Permohonan sekurang-kurangnya harus memuat:
(a) nama dan alamat pemohon
(b) uraian mengenai perihal yang menjadi dasar permohonan dan
wajib menguraikan dengan jelas bahwa: materi muatan ayat ,
pasal, dan/atau bagian peraturan perundang-undangan
dianggap bertentangan dengan peraturn perundang-undangan
yang lebih tinggi dan/atau ;pembentukan peraturan
perundang-undangan tidak memenuhi ketentuan yang berlaku.
(c) hal-hal yang diminta untuk diputus.
(3) Dalam hal Mahkamah Agung berpendapat bahwa permohonan
atau permohonannya tidak memenuhi syarat, amar putusan
menyatakan permohonan tidak diterima.
(4) Dalam hal Mahkamah Agung berpendapat bahwa permohonan
beralasan, amar putusan menyatakan permohonan dikabulkan .
(5) Dalam hal permohonan dikabulkan sebagaimana dimaksud pada
ayat (4), amar putusan menyatakan dengan tegas materi muatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
ayat, pasal, dan/atau bagian dari peraturan perundang-undangan
yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi.
(6) Dalam hal peraturan perundang-undangan tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan/atau
tidak bertentangan dalam pembentukannya, amar putusan
menyatakan permohonan ditolak.
d) Pasal 35
Mahkamah Agung memberikan pertimbangan hukum kepada
Presiden dalam permohonan grasi dan rehabilitasi.
e) Pasal 45 A
(1) Mahkamah Agung dalam tingkat kasasi mengadili perkara yang
memenuhi syarat untuk diajukan kasasi, kecuali perkara yang oleh
undang-undang ini dibatasi pengajuannya.
(2) Perkara yang dikecualikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
(a) Putusan tentang praperadilan
(b) Per kara pidana yang diancam dengan pidana penjara paling
lama (1) satu tahun dan/atau diancam pidana denda;
(c) Perkara tata usaha negara yang objek gugatannya berupa
keputusan pejabat daerah yang jangkauan keputusannya
berlaku di wilayah daerah yang bersangkutan.
(3) Permohonan kasasi terhadap perkara sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) atau permohonan kasasi yang tidak memenuhi syarat-
syarat formal, dinyatakan tidak dapat diterima dengan penetapan
ketua pengadilan tingkat pertama dan berkas perkaranya tidak
dikirimkan ke Mahkamah Agung.
(4) Penetapan ketua pengadilan sebagimana dimaksud pada ayat (3)
tidak dapat diajukan upaya hukum.
(5) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan
ayat (4) diatur lebih lanjut oleh Mahkamah Agung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Lingkungan Peradilan Agama adalah peradilan agama islam yang
memutuskan perkara-perkara timbul antara orang-orang islam, yang berkaitan
dengan nikah, rujuk, talak (perceraian), nafkah, waris, dan lain-lain. Peradilan
agama dilaksanakan oleh Pengadilan Agama.
Lingkungan Peradilan Militer adalah merupakan peradilan yang
hanya mengadili dalam lapangan pidana khususnya para anggota militer.
Kekuasaan Kehakiman dilingkungan peradilan militer dilaksanakan oleh
Pengadilan Militer.
Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara adalah peradilan yang
memeriksa dan memutus semua sengketa tata usaha negara. Kekuasaan
Kehakiman dilingkungan peradilan tata usaha negara dilaksanakan oleh
Pengadilan Tata Usaha Negara.
Mahkamah Konstitusi merupakan lembaga peradilan yang mengadili
pada tingkat pertama dan terakhir yang putusanya bersifat final untuk menguji
Undang-undang terhadap UUD, memutus sengketa antar lembaga negara,
pembubaran partai politik, dan perselisihan pemilihan pemilu.
Hukum sebagai perlindungan kepentingan manusia harus
dilaksanakan. Pada umumnya kita semua melaksanakan hukum. Bahkan
seringkali tanpa kita sadari kita melaksanakan hukum. Apabila terjadi
pelangaran hukum atau sengketa, pelaksanaan atau penegakan hukum itu
diserahkan kepada penguasa, dalam hal ini kekuasaan kehakiman.
B. Kerangka Berfikir
Kegiatan belajar siswa didasarkan materi ajar (bahan ajar). Di dalam
penyusunan materi ajar haruslah memenuhi prinsip konsistensi dan
kecukupan bahan ajar antara standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Dalam memenuhi sebuah prinsip tersebut perlu diadakannya identifikasi
materi pendidikan kewarganegaraan di SMA khususnya pada pokok bahasan
sistem hukum dan peradilan nasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Untuk mengidentifikasi materi tersebut maka digunakan teori
elaborasi yang merupakan teori untuk mengorganisasikan materi
pembelajaran mulai dari isi yang berkaitan dengan cara memilih, manata, dan
menunjukkan saling hubungan antara satu materi standar sampai kepada
serangkaian kompetensi dalam kurikulum. Dalam mengidentifikasi materi
tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu yang pertama: dengan melihat jenis
materi kognitif, afektif, dan psikomotorik maka standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang ada pada silabus SMA harus disesuaikan dengan
prinsip konsistensi. Kedua: materi kuliah di prodi PPKn khususnya pada
pokok bahasan sistem hukum dan peradilan nasional diorganisasikan dengan
teori elaborasi sehingga materi tersebut memenuhi prinsip kecukupan.
Adapun ukuran dari prinsip konsistensi adalah 1) Cakupan materi, memuat
sebagai berikut: kelengkapan ruang lingkup materi (memuat pengetahuan,
sikap, dan keterampilan civic), keluasan materi, kedalaman materi,
relevansi/keterkaitan dengan nilai-nilai pancasila, mengembangkan wawasan
global, mengembangkan wawasan demokrasi, mengembangkan wawasan
kebhinnekaan, mendorong pengembangan pengetahuan kewarganegaraan,
mendorong pengembangan kecakapan kewarganegaraan, mendorong
pengembangan nilai-nilai kewarganegaraan, menyadarkan pentingnya hak
asasi manusia (HAM), menyadarkan pentingnya kepastian dalam hokum (rule
of law), mengembangkan budaya politik, menyadarkan pentingnya sikap
positif terhadap konstitusi Negara, 2) Keakuratan materi, terdiri dari:
kebenaran fakta, kebenaran konsep, kebenaran teori, kebenaran
hukum/prinsip, kebenaran prosedur, ketepatan nilai.
Sedangkan pada prinsip kecukupan terdapat indikator sebagai
berikut: 1) Teknik Penyajian, meliputi: sistematika sajian tiap bab
utuh/lengkap, kelogisan sajian materi, keruntutan sajian konsep,
keseimbangan sajian materi (subtansi) antar bab dan antar subbab, 2)
Penyajian pesan pembelajaran, meliputi: menggunakan alat pemusat
perhatian, menerapkan prinsip perulangan repetisi, mendorong partisipasi
aktif peserta didik, berpusat pada peserta didik, merangsang berfikir kritis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
kreatif, dan inovatif, penyajian bersifat komunikatif dan interaktif, sajian atau
pembahasan tidak bias gender, membatasi materi yang tidak relevan. Dengan
adanya indikator (ukuran) dari prinsip konsistensi dan prinsip kecukupan
dapat menghasilkan suatu materi Pendidikan Kewargangaraan di SMA yang
sesuai dengan prinsip konsistensi dan kecukupan.
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran
Materi Pendidikan Kewarganegaraan di SMA
Identifikasi Materi
Teori Elaborasi
Materi Kuliah Prodi PPKn di Perguruan Tinggi
Prinsip Kecukupan: 1) cakupan materi, 2) keakuratan materi.
Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar
Prinsip Konsistensi:1) Teknik penyajian 2) Penyajian pesan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian, dalam hal ini peneliti memilih lokasi penelitian di
SMA Negeri 6 Surakarta. Hal ini diambil dengan pertimbangan:
a. Ada masalah yang menarik untuk diteliti
b. Tersedianya data yang menunjang penelitian
c. Diberikannya ijin penelitian
d. Buku terbitan Ganeca dan buku terbitan Erlangga merupakan buku panduan
yang digunakan di SMAN 6 Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian direncanakan enam bulan yang dimulai pada bulan
Februari 2010 sampai dengan bulan Oktober 2010. Kegiatan tersebut dapat
digambarkan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 1. Rencana Waktu Penelitian
No Tahap Tahun 2010
Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt
1. Pengajuan judul
2. Pengajuan
Proposal
3 Perijinan
Penelitian
4. Pelaksanaan
Penelitian
5. Analisis Data
6. Penyusunan
Laporan Akhir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Menurut Kirk dan Miller (dalam Moleong, 1998: 3) mendefinisiksn
bahwa “Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial
yang secara fundamental bergantung pada pengamatan tersebut pada manusia
dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam
bahasanya dan peristilahannya”.
Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Lexy J. Moleong, 2008: 4)
menyatakan bahwa “Metodologi kualitatif adalah prosedur yang menghasilkan
data diskriptif berupa kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati”.
Penelitian ini merupakan sebuah penelitian kualitatif yang bersifat
deskriptif sebab dalam penelitian itu mengarah pada pendeskripsian secara rinci
dan mendalam mengenai prinsip konsistensi dan kecukupan pada buku teks kelas
X pada materi sistem hukum dan peradilan nasional.
2. Strategi Penelitian
Agar masalah yang diteliti dapat diungkap dan dipecahkan maka setelah
menentukan bentuk penelitian selanjutnya menentukan strategi penelitian yang
akan dipakai. Menurut H.B Sutopo (2002: 112) bahwa “Di dalam penelitian
kualitatif di kenal adanya studi kasus tunggal dan studi kasus ganda, kemudian
keduanya masih dibedakan dengan jenis penelitian terpancang atau holistik
penuh”.
Jadi berdasarakan uraian di atas penelitian ini menggunakan strategi
penelitian tunggal terpancang. Artinya bahwa penelitian ini terarah pada satu
karakteristik dan satu sasaran atau lokasi yaitu hanya di SMA N 6 Surakarta dan
terpancang pada prinsip konsistensi dan kecukupan bahan ajar pada buku teks
kelas X pada materi sistem hukum dan peradilan nasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
C. Sumber Data
Menurut H.B. Sutopo (2002: 50) menyatakan bahwa “Sumber data dalam
penelitian kualitatif dapat berupa manusia, peristiwa atau aktifitas, tempat atau
lokasi, benda, beragam gambar dan rekaman, dokumen atau arsip”.
Adapun sumber data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
data yang berupa peristiwa, serta dokumen atau arsip.
1. Peristiwa atau Aktivitas
Peristiwa atau aktivitas merupakan pengamatan terhadap proses
bagaimana sesuatu terjadi secara lebih pasti karena menyaksikan sendiri secara
langsung. Dalam penelitian ini aktivitas yang kami amati yaitu kegiatan atau
aktivitas dari kegiatan belajar mengajar untuk mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan dan aktivitas yang ada di perpustakaan SMA N 6 Surakarta.
Kemudian peneliti mencatat berbagai hal yang penting sebagai data yang
digunakan sebagai pendukung hasil penelitian.
2. Dokumen
Dokumen merupakan sumber data yang sudah lama digunakan dalam
penelitian. Sumber data ini dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan
untuk meramalkan.
Menurut Guba dan Lincoln, bahwa dokumen dan record dapat digunakan untuk keperluan penelitian, karena alasan yang dapat dipertanggung-jawabkan seperti berikut ini: a. dokumen dan record digunakan karena merupakan sumber yang
stabil, kaya, dan mendorong. b. Berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian. c. Keduanya berguna dan sesuia dengan penelitian kualitatif karena
sifatnya yang alamiah, sesuia dengan konteks, lahir dan berada dalam konteks.
d. Record relatif murah dan tidak sukar diperoleh, tetapi dokumen harus dicari dan ditemukan.
e. Keduanya tidak reaktif sehingga sukar ditemukan dengan tehnik kajian isi.
f. Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki. (Lexy J Moleong 2007: 217)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Adapun dokumen dan arsip yang akan digunakan peneliti sebagai sumber
data:
a. Kurikulum SMA N 6 Surakarta yang dipakai (lihat lampiran no. 1).
b. Buku Paket yang digunakan yaitu:
1) Sujiyanto, Muhlisin. 2006. Praktik Belajar Kewarganegaraan
untuk SMA kelas X. Jakarta: Ganeca Exact (lihat lampiran no.
2).
2) Budiyanto. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA
kelas X. Jakarta: Erlangga (lihat lampiran no. 3).
c. Referensi-referensi kepustakaan yang relevan dengan materi
pelajaran.
D. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel dalam suatu penelitian merupakan hal yang penting dalam
memperoleh data dan bahan pengolahan data. Dalam suatu penelitian kualitatif
sering kali peneliti menggunakan teknik Purposive Sampling. Jadi dalam
penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Tehnik ini lebih bersifat
selektif dalam mengambil sampel. Peneliti melandaskan pada kaitan teori yang
digunakan, keingintahuan pribadi, karakteristik empirik yang dihadapi. Tehnik ini
mengarah kepada generalisasi yang bersifat teoritik.
Jadi dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling
dengan sampel buku Pendidikan Kewarganegaraan yang digunakan oleh guru di
SMA Negeri 6 Surakarta yaitu Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA kelas X
karangan Budiyanto dan Praktik Belajar Kewarganegaraan untuk SMA kelas X
karangan Sujiyanto, Muhlisin.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara operasional yang ditempuh
oleh penulis untuk memperoleh data yang diperlukan. Berhasil tidaknya suatu
penelitian tergantung pada data yang obyektif. Oleh karena itu sangat perlu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
diperhatikan teknik pengumpulan data yang dipergunakan sebagai alat pengambil
data. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang diperlukan adalah :
1. Facus Group Discusion (FGD)
Tehnik pengumpulan data ini sangat bermanfaat dalam menggali data
terutama mengenai sikap, minat dan kondisi serta dapat menggali keinginan serta
kebutuhan peneliti. Dalam FGD menurut H.B Sutopo (2002: 63 ) bahwa “Peneliti
harus sudah melakukan persiapan sebelumnya dengan mengembangkan pedoman
tertulis mengenai fokus permasalahannya, atau berbagai hal pokok yang akan
dibahas”.
Melalui teknik ini peneliti melakukan diskusi dengan guru PKN kelas X
yang ada di SMA Negeri 6 Surakarta dan seorang ahli dalam pembuatan buku
teks mengenai prinsip konsistensi dan prinsip kecukupan bahan ajar pada materi
sistem hukum dan peradilan nasional pada buku teks kelas X. Langkah-langkah
yang dilakukan peneliti antara lain:
a. Persiapan awal
Peneliti menentukan tempat untuk pelaksanaan diskusi dan perlengkapan
untuk pelaksanaan. Peneliti mempersiapkan instrumen penilaian buku teks Pkn
kelas X (lihat lampiran no. 4) yang akan didiskusikan kemudian menetukan
narasumber yang akan diikut sertakan dalam diskusi.
b. Pelakasanaan FGD
Pelaksanaan dilakukan dalam ruangan tertentu, peneliti sebagai moderator
untuk memberikan berbagai pertanyaan kepada narasumber. Narasumber
memberikan berbagai jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh moderator.
Kemudian moderator mencatat hal-hal yang penting dan mendukung sebagai
data hasil penelitian.
c. Menyimpulkan hasil FGD
Peneliti selaku pemegang peran dalam jalannya diskusi menutup kegiatan
tersebut, kemudian peneliti membuat simpulan tersendiri dari hasil diskusi.
Forum Group Discussion (FGD) dilaksanakan pada hari Rabu 7 Juli
2010. Ruang yang digunakan adalah ruang perpustakaan SMA Negeri 6
Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewweer) yang mengajukan
pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewwee) yang memberi jawaban atas
pertanyaan itu. (Lexy J Moleong, 1998: 135)
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan secara mendalam dan
informal. Wawancara secara mendalam yaitu wawancara yang dilakukan secara
rinci untuk memperoleh data yang berhubungan dengan masalah penelitian,
sedangkan wawancara secara informal yaitu wawancara dilakukan secara tidak
resmi dalam arti dilakukan dimanapun, oleh siapapun dan dalam keadaan
bagaimanapun. Wawancara informal dapat dilakukan pada waktu yang tepat guna
mendapatkan data yang diinginkan. Disamping itu, wawancara dalam penelitian
ini juga dilakukan secara terbuka, maksudnya responden tahu bahwa mereka
diwawancarai serta tahu maksud dan tujuan diwawancarai. Wawancara ini
dilakukan antara peneliti dengan guru Pendidikan Kewarganegaraan kelas X dan
seorang Ahli dalam pembuatan buku teks. Wawancara dilakukan pada tanggal 4
September 2010.
3. Analisis Dokumen
Analisis dokumen merupakan salah satu metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan melihat dokumen yang telah terkumpul, mempelajari kemudian
menganalisanya. Dokumen sebagai sumber data yang berbentuk tulisan ataupun
gambar yang dapat memberikan keterangan tentang keadaan masa sekarang
ataupun masa lalu yang sewaktu-waktu dapat dilihat kembali. Hal ini sesuai
dengan pendapat H.B. Sutopo (2002: 54) “Dokumen merupakan bahan tertulis
atau benda peninggalan yang bergayutan dengan peristiwa tersebut, ia bisa
merupakan bahan tertulis atau benda peninggalan yang berkaitan dengan suatu
aktifitas atau peristiwa tertentu”.
Analisis dokumen yang peneliti lakukan adalah peneliti mengumpulkan
data-data yang diperoleh dari dokumen-dokumen dan mempelajari buku-buku,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
laporan-laporan, peraturan, arsip-arsip ataupun dokumen lainnya yang relevan
dengan permasalahan penelitian.
4. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Menurut pendapat H.B.
Sutopo (2002: 64) menjelaskan bahwa “Teknik observasi digunakan untuk
menggali data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan benda, serta rekanan
gambar”.
Penelitian ini menggunakan teknik observasi langsung yaitu cara
pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan gejala-
gejala yang tampak pada objek penelitian yang dilakukan secara langsung pada
tempat terjadinya peristiwa. Dalam hal ini peneliti akan mengadakan observasi
dengan cara terjun secara langsung ke lokasi penelitian yaitu di SMA N 6
Surakarta.
F. Validitas Data
H.B. Sutopo (2002 : 78) berpendapat “Validitas data adalah pengujian
data yang didapat dalam penelitian untuk mengetahui apakah data tersebut
kebenarannya dipertanggungjawabkan atau tidak”.
Pengujian data dilakukan dengan triangulasi data untuk menjamin
kemantapan dari data penelitian ini. Menurut Lexy J. Moleong (2008: 330) bahwa
“Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data itu”.
Menurut Patton yang dikutip oleh H.B. Sutopo (2002: 78) triangulasi
data ada empat macam, yaitu “Trianggulasi data, trianggulasi metode, trianggulasi
peneliti, trianggualasi teori”.
Hal tersebut dapata dijelaskan sebagai berikut:
1. Triangulasi Data, artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap
kebenarannya bila digali dari beberapa sumber yang berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
2. Triangulasi Metode, jenis triangulasi ini bisa dilakukan oleh seorang peneliti
dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik dan
metode yang berbeda.
3. Triangulasi Peneliti, yaitu hasil penelitian baik data atau simpulan mengenai
bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa
peneliti.
4. Triangulasi Teori, triangulasi ini dilakukan peneliti dengan menggunakan
perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan trianggulasi data. Sebab cara
ini mengarahkan peneliti agar dalam pengumpulan data harus menggunakan
beragam data yang tersedia, artinya data yang sama atau sejenis akan lebih
mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber yang berbeda. Hal ini
dapat dilakukan antara lain dengan cara mencari data dari informan. Selain itu
menggunakan perbandingan data yang diperoleh dari informan maupun dari hasil
pengamatan dengan dokumen yang berhubungan dengan permasalahan dalam
penelitian ini.
G. Analisis Data
Menurut Lexy J. Moleong (2008: 280) “Analisis data adalah proses
mengorganisasikan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar, sehingga
dapat ditemukan tema dan tempat dirumuskan hipotesis kerja seperti disarankan
oleh data”. Dalam penelitian ini menggunakan analisis isi (content analysis).
Menurut Budd dalam Bungin (2001: 134),”Metode analisis isi pada dasarnya
merupakan suatu teknik sistematik untuk menganalisis isi pesan dan mengolah
pesan, atau suatu alat untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku
komunikasi yang terbuka dari komunikator yang dipilih”. Adapun komponen
utama dalam proses analisis ini, yaitu:
1. Menentukan Permasalahan.
Permasalahan merupakan titik tolak dari keseluruhan penelitian.
Didalam penelitian ini mengangkat masalah tentang materi sistem hukum dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
sistem peradilan nasional pada buku teks kelas X apakah sudah memenuhi
prinsip konsistensi dan prinsip kecukupan.
2. Menyususun Kerangka Pemikiran
Sebelum mengumpulkan data, peneliti diharapkan telah mampu
merumuskan gejala atau permasalahan yang akan diteliti dan peneliti telah
mengemukakan definisi konseptual. Didalam penelitian ini telah dijabarkan
definisi dari prinsip konsistensi dan prinsip kecukupan.
3. Menyusun Perangkat Metodologi
Tahap ini peneliti menyusun perangkat metodologi yang akan
dipergunakan. Dalam penelitian ini digunakan instrument penilaian buku teks
yang memuat prinsip konsistensi dan prinsip kecukupan.
4. Analisis Data
Merupakan analisis terhadap data yang berhasil dikumpulkan oleh
peneliti melalui perangkat metodologi yang digunakan.
5. Interpretasi Data
Merupakan intepretasi terhadap hasil analisis data. Pada bagian ini si
peneliti mendiskusikan hasil analisis data, melalui interpretasi terhadap hasil
analisis data, dengan mempergunakan kerangka pemikiran atau kerangka teori
yang yang semula telah ditetapkan.
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Persiapan
Tahap ini terbagi menjadi dua kegiatan meliputi:
a. Mengurus perijinan penelitian
b. Menyususun protokol penelitian, pengembangan pedoman pengumpulan
data dan menyusun jadwal kegiatan penelitian
2. Pengumpulan Data
Tahap ini terbagi menjadi tiga kegiatan meliputi:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
a. Mengumpulkan data di lokasi studi dengan melakukan observasi dan
mencatat serta menyimpan dokumen
b. Melakukan review dan pembahasan beragam data yang telah terkumpul
c. Memilah dan mengatur data sesuai kebutuhan
3. Analisis Data
Tahap ini terbagi menjadi empat kegiatan meliputi:
a. Menentukan teknik analisa data yang tepat sesuai proposal penelitian
b. Mengembangkan sajian data dengan analisis lanjut kemudian di cross
check kan dengan temuan dilapangan
c. Setelah dapat data yang sesuai intensitas kebutuhan maka dilakukan proses
verifikasi dan pengayaan dengan mengkonsultasikan dengan orang yang
dianggap lebih ahli
d. Setelah selesai, baru dibuat simpulan akhir sebagai temuan penelitian
4. Penyusunan Laporan Penelitian
Tahap ini terbagi menjadi tiga kegiatan meliputi:
a. Penyusunan laporan awal
b. Review laporan; dengan melakukan pengecekan ulang laporan yang telah
tersusun bilamana terdapat kekeliruan atau kesalahan untuk kemudian
dilakukan perbaikan laporan
c. Penyusunan laporan akhir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
BAB IV
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 6 Surakarta
SMA Negeri 6 Surakarta berdiri pada tahun 1976 dengan nama Sekolah
Menengah Persiapan Pembangunan (SMPP) No. 44 Surakarta. Meskipun bernama
SMPP kurikulum yang digunakan adalah kurikulum SMA (kurikulum 1975 untuk
SMA).
SMPP berdiri dan dirintis oleh SMA Negeri 5 Surakarta yang ada pada
saat itu. Kepala sekolahnya adalah Drs. R. M. Soepeno, kepala sekolah SMPP
yang pertama adalah Drs. Soekijo.
Perubahan nama sekolah dari SMPP Negeri 40 Surakarta menjadi SMA
Negeri 6 Surakarta ditetapkan pada tahun 1985. Selanjutnya perubahan SMA
Negeri 6 Surakarta menjadi SMU Negeri 6 Surakarta ditetapkan pada tahun 1977.
Seiring dengan perubahan kurikulum, maka pada saat pemberlakuan kurikulum
KTSP nama tersebut berubah kembali menjadi SMA Negeri 6 Surakarta.
2. Kurikulum yang Digunakan
Ada beberapa kurikulum yang digunakan oleh SMA Negeri 6 Surakarta:
Tahun 1976-1983 : kurikulum 1975 SMA
Tahun 1983-1985 : kurikulum 1984 SMA untuk kelas 1 dan kurikulum
1975 untuk kelas 2 dan 3
Tahun 1985-1986 : kurikulum 1984 SMA untuk kelas 1 dan 2, serta
kurikulum 1975 untuk kelas 3
Tahun 1986-1987 : kurikulum 1984 SMA untuk kelas 1,2 dan 3
Tahun 1994-1995 : kurikulum 1994 SMA untuk kelas 1 dan kurikulum
1984 untuk kelas 2 dan 3
Tahun 1995-1996 : kurikulum 1994 SMA untuk kelas 1 dan 2, serta
kurikulum 1984 untuk kelas 3
Tahun 1996-1997 : kurikulum 1994 SMA untuk kelas 1,2 dan 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Tahun 2004-2005 : kurikulum berbasis kompetensi untuk kelas 1 dan
kurikulum 1994 SMA untuk kelas 2 dan 3
Tahun 2005-2006 : kurikulum berbasis kompetensi untuk kelas 1 dan 2,
kurikulum 1994 SMA untuk kelas 3
Tahun 2006-2007 : kurikulum berbasis kompetensi untuk kelas 1, 2 dan 3
Tahun 2007-sekarang : kurikulum KTSP untuk kelas 1, 2 dan 3.
3. Nama-Nama Kepala Sekolah
Kepala sekolah yang pernah memimpin SMPP dan SMA Negeri 6
Surakarta berturut-turut adalah :
Drs. Soekidjo : 1977-1981
Drs. Romeo Wirodimejo : 1981-1989
Soegiman, B. Sc : 1989-1991
Drs. A. Manungku : 1991-1992
Widagdo. B. A (kepala sekolah selama 4 bulan) : 1992-1992
Ign. Sutaryo : 1992-1995
Dra. Hj. Tatik Sutarto, M.M : 1995-1999
Drs. H. Soenarso, M.M : 1999-2004
Drs. Sartono Praptoharjono : 2004-2005
Drs.H.M Thoyibun, S.H. M.M : 2005-2007
Drs. Ngadiyo, M.Pd : 2007-2008
Drs. Makmur Sugeng, M.Pd : 2008-sekarang
4. Keadaan Sekolah dan Lingkungan Belajar Mengajar
SMA N 6 Surakarta beralamatkan di :
Jalan : Mr. Sartono No.30 Surakarta
Telepon : (0271) 853209
Kelurahan : Nusukan
Kecamatan : Banjarsari
Kota : Surakarta
Kode pos : 57135
SMA N 6 Surakarta terletak di :
Di sebelah Timur SMA N 5 Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Di sebelah Barat SLB Surakarta
Di sebelah Selatan Jl. Mr. Sartono No.30
Di sebelah Timur jalan jederal Sutoyo No.14
Di sisi utara jalan menuju AUB Surakarta.
Berdasarkan letaknya yang berada ditepi jalan raya, maka lokasi sekolah
mudah dijangkau oleh kendaraan umum dan dapat dikatakan strategis. Dengan
demikian akan mendukung kelancaran proses belajar mengajar.
5. Susunan Organisasi SMA Negeri 6 Surakarta
Susunan organisasi SMA Negeri 6 Surakarta adalah sebagai berikut :
a. Kepala Sekolah : Drs. Makmur Sugeng, M. P
b. Wakil kepala sekolah :
1) Urusan Kurikulum : Tri Bagiyo, S. Pd, M. M
2) Urusan Kesiswaan : Drs. H. Wuryanto
3) Urusan Sarana Prasarana : Drs. Supriyadi
4) Urusan Humas : Drs. Arti Yuono
c. Kepala Tata Usaha : Mulyoto
d. Koordinator BP/BK : Dra. Sri Mulyani
e. Komite Sekolah : H. Samsul Bahri, S. E
6. Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah memegang peranan penting dalam keberhasilan
dan kelancaraan kegiatan belajar mengajar di sekolah, sebab secara langsung ikut
membantu/mendukung kegiatan mutu tenaga edukatif dan peserta didik.
Perpustakaan sekolah merupakan saran penting untuk menunjang mutu
pendidikan sehingga tidak berlebihan jika dikatakan perpustakaan sekolah
merupakan jantung pendidikan, sehingga selayaknyalah jika perpustakaan
memerlukan pengelolaan yang baik dan professional.
a. Tujuan dan fungsi perpustakaan
1) Tujuan perpustakaan
Adanya perpustakaan mempunyai beberapa tujuan, yaitu membantu
bguru, karyawan, dan siswa dalam memenuhi kebutuhan sumber belajar
serta memacu minat baca siswa, guru,dan karyawan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
2) Fungsi perpustakaan
a) Sebagai tempat memperoleh tambahan pengetahuan dan pusat
informasi
b) Sebagai tempat penelitian
c) Sebagai tempat rekreasi dan hiburan
b. Kepengurusan perpustakaan SMA Negeri 6 Surakarta
Untuk meningkatkan pelayanan dan pemulihan yang sebaik-baiknya
dalam perpustakaan, maka perpustakaan dikelola secara khusus dengan
susunan pengurus sebagai berikut :
1) Koordinator perpustakaan : Ibu Mugi Rahayu
2) Bagian administrasi :
a) Ibu Ari Setyowati, S. E
b) Bp. Jayanto
c) Ibu Ayu Puspita sari.
c. Persyaratan menjadi anggota perpustakaan SMA Negeri 6 Surakarta
1) Siswa SMA Negeri 6 Surakarta
2) Mengisi kartu keanggotaan
3) Mengumpulkan pas foto 2 lembar (2x3)
4) Kartu anggota berlaku selama menjadi siswa SMA Negeri 6 Surakarta.
d. Sistem Peminjaman
Ada 2 Sistem peminjaman di perpustakaan, yaitu:
1) Sistem terbuka
Yakni dimana peminjam dapat memilih sendiri buku-buku yang
dikehendaki dan didaftarkan di bagian sirkulasi dengan membawa kartu
keanggotaan.
2) Sistem tertutup
Yakni dimana peminjam mencatat buku yang dikehendaki dengan
mencatat nomor bukunya kemudian diserahkan ke bagian sirkulasi.
e. Proses peminjaman dan pengembalian
1) Buku paket
a) Proses peminjaman bagi siswa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
(1) Dilakukan secara kolektif.
(2) Ketua kelas menghubungi petugas perpustakaan untuk mengambil
blangko peminjaman.
(3) Blangko peminjaman diisi identitas siswa (nama, kelas, dan nomor
absen).
(4) Buku dibagikan petugas perpustakaan kepada siswa di dalam kelas
(5) Blangko diisi nomor buku paket yang dipinjam dan ditandatangani
rangkap dua.
(6) Blangko yang sudah diisi dikumpulkan dan diserahkan kepada
petugas perpustakaan 1 lembar dan dibawa siswa 1 lembar.
(7) Bagi siswa SMA Negeri 6 Surakarta buku paket yang dipinjamkan
dalam jangka waktu.
b) Proses peminjaman bagi guru dan karyawan
(1) Dicatat dalam buku peminjaman guru dan karyawan.
(2) Diperbolehkan menggunakan selama masih diperlukan.
2) Buku non paket
a) Bagi siswa
(1) Siswa mengambil buku yang dikehendaki dari rak buku
(2) Didaftarkan dibagian sirkulasi dengan menunjukan kartu anggota
(3) Dicatat pada kartu anggota oleh petugas perpustakaan
(4) Siswa menandatangani kartu peminjaman buku dan buku
peminjaman
(5) Buku dibawa pulang
(6) Kartu peminjaman diletakkan dalam kotak pengambilan sesuai
dengan tanggal saat harus mengembalikan buku.
b) Proses pengambilan buku
Pengembalian buku harus dilakukan sendiri oleh peminjam
melalui proses sebagi berikut:
(1) Nomor buku dicocokkan dengan nomor pada kartu dan buku
peminjaman
(2) Buku dicek apakah ada kerusakan atau tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
(3) Petugas menandatangani kartu peminjaman dan kartu anggota dan
kemudian dikembalikan kepada siswa
f. Peraturan peminjaman
1) Yang boleh meminjam hanya siswa yang memiliki kartu
2) Jangka waktu peminjamanmaksimal 1 minggu
3) Keterlambatan tiap buku dikenakan denda Rp. 100,00/hari
4) Maksimal 2 peminjamanbuku yang berlainan judul
5) Buku yang rusak atau hilang merupakan tanggungjawab peminjam dan
peminjam harus mengganti sesuai dengan buku yang hilang/rusak
6) Kartu anggota hanya boleh dipakai yang bersangkutan
7) Peminjam harus mentaati peraturan yang berlaku.
g. Koleksi buku dan majalah serta surat kabar
1) Koleksi buku yang ada di SMA 6 Surakarta dibagi menjadi 10 golongan
ilmu pengetahuan.
a) Golongan 000 - 099 : Karya umum
b) Golongan 100 -199 : Filsafat dan Ilmu Jiwa
c) Golongan 200 -299 : Agama
d) Golongan 300 -399 : Ilmu ekonomi, sosial, hukum, dan bimbingan
e) Golongan 400 – 499 : Bahasa
f) Golongan 500 – 599 : Eksakta, Matematika, Fisika, Biologi, Kimia.
g) Golongan 600 – 699 : Teknologi dan Keterampilan
h) Golongan 700 – 799 : Kesenian, olahraga, dan hiburan
i) Golongan 800 – 899 : Kesusastraan
j) Golongan 900 – 999 : Sejarah dan Geografi
2) Koleksi surat kabar
a) Jawa pos
b) Suara Merdeka
c) Solo Pos
d) Cempaka
3) Koleksi majalah
a) MOP
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
b) Hello
c) Penyebar Semangat
d) Horison
e) Derap Guru
f) Littora
g) Didik
h) Bina tani
i) Sasmita
h. Pengadaan buku
Buku yang ada di perpustakaan SMA N 6 Surakarta diadakan melalui:
1) Dropping dari pemerintah untuk buku-buku paket
2) Dropping dari pemerintah untuk buku-buku non paket
3) Pembelian untuk buku-buku non paket dari dana komite sekolah
4) Sumbangan dari siswa kelas XII yang sudah lulus.
i. Langkah-langkah pemrosesan buku
Buku yang akan menjadi koleksi perpustakaan harus diproses dulu
dengan ketentuan:
1) Buku yang rusak dicatat dalam percatatan penambahan buku
2) Pembuatan berita acara yang ditandatangani kepala sekolah
3) Pemberian stempel perpustakaan
4) Pemberian label
5) Diinventaris
6) Disampul plastik
j. Tata tertib pengunjung perpustakaan
1) Tidak diperkenankan membawa tas, jaket, dan makanan
2) Berpakaian rapi dan sopan
3) Diwajibkan mengisi daftar hadir
4) Setelah membaca buku di perpustakaan, buku dikembalikan
5) Dilarang makan, minum, dan merokok diruang perpustakaan
6) Dilarang mengadakan kegiatan yang dapat mengganggu ketenangan
perpustakaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
k. Struktur organisasi perpustakaan SMA Negeri 6 Surakarta
Gambar 3. Struktur Organisasi Perpustakaan SMA Negeri 6 Surakarta
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Suatu buku teks harus memenuhi prinsip konsistensi dan prinsip
kecukupan. Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang
harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga
harus meliputi empat macam. Misalnya kompetensi dasar yang harus dikuasai
siswa adalah mendeskripsikan pengertian, menganalisis peranan, menunjukkan
sikap, menganalisis upaya, maka materi yang harus diajarkan sesuai dengan
kompetensi dasar tersebut.
Prinsip kecukupan berarti materi yang diajarkan hendaknya cukup
memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan.
Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu
sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga
yang tidak perlu untuk mempelajarinya.
Dalam penelitian ini peneliti menguji prinsip konsistensi dan prinsip
kecukupan pada materi sistem hukum dan peradilan nasional. Materi ini
merupakan materi pokok bahasan kedua untuk mata pelajaran kewarganegaraan
yang diberikan pada siswa/siswi pada jenjang pendidikan menengah khususnya
kelas X berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Kepala Sekolah
Karyawan
pelayanan pengolahan pengadaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Adapun buku teks yang diteliti adalah buku Kewarganegaraan untuk
SMA kelas X terbitan Erlangga karangan Budiyanto dan buku Kewarganegaraan
SMA kelas X terbitan Ganeca karangan Sujiyanto Muhlisin. Peneliti
menggunakan kedua buku teks tersebut karena kedua buku teks tersebut
digunakan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.
Dalam meneliti prinsip konsistensi dan prinsip kecukupan bahan ajar
materi sistem hukum dan peradilan nasional pada buku teks kelas X di SMA
Negeri 6 Surakarta, peneliti menggunakan metode pengumpulan data analisis
data, observasi dan FGD (Focus Group Discusion). Melalui teknik Focus Group
Discusion (FGD) peneliti melakukan penilaian terhadap buku Pendidikan
Kewarganegaraan dengan menggunakan instrument penilaian dan sebagai
responden guru PKN kelas X yang ada di SMA Negeri 6 Surakarta dan seorang
ahli materi dalam penulisan buku. Peneliti menyediakan 9 butir pernyataan untuk
prinsip kecukupan dan 3 butir pernyataan untuk prinsip konsistensi. Dan setiap
butir pernyataan terdapat skor 1 sampai dengan 4, dimana:
Skor 4 berarti sangat baik
Skor 3 berarti cukup baik
Skor 2 berarti kurang baik
Skor 1 berarti sangat tidak baik.
Hasil penelitian yang telah peneliti lakukan sebagai berikut:
Tabel 2. Prinsip Kecukupan untuk Buku Ganeca pada Materi Sistem Hukum dan
Peradilan Nasional.
No Butir Skor Rata-
rata Komponen Ahli Guru 1 Guru 2 Peneliti
A
1
Cakupan Materi
Memuat pengetahuan, sikap, dan
keterampilan
Kewarganegaraan secara
komprehensif
3 3 4 3 3,25
B Kedalaman Materi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
2 Materi dimulai dari pengenalan
fakta, konsep/teori,
prinsip/hukum, prosedur,
nilai/norma sampai hubungan
antarkonsep yang mencakup
sesuai dengan SK dan
KD tiap-tiap satuan pendidikan.
3 3 4 4 3,5
C
3
Keterkaitan dengan Panca sila
Pembahasan materi dikaitkan
dengan nilai-nilai
Pancasila
4 3 4 3 3,5
D
4
Ketepatan Fakta
Fakta yang disajikan sesuai
dengan kenyataan empiris dan
sesuai dengan materi
Sajian
3 3 3 3 3
E
5
Ketepatan Konsep
Konsep yang disajikan tidak
menimbulkan salah pengertian
dan sesuai dengan kajian
kewarganegaraan
3 3 3 3 3
F
6
Ketepatan Teori
Teori yang disajikan dapat
dipertanggungjawabkan
kebenarannya sesuai dengan
kajian kewarganegaraan
2 3 4 3
3
G
7
Ketepatan Prinsip
Prinsip/hukum yang disajikan
memiliki legitimasi keilmuan
sesuai dengan kajian
3 4 4 4 3,75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
kewarganegaraan
H
8
Ketepatan Prosedur
Prosedur yang disajikan runtut
(memiliki tahapan yang logis dan
sistematis) dan
sesuai dengan kajian
kewarganegaraan
2 3 4 2 2,75
I
9
Kebenaran Nilai
Nilai yang disajikan sesuai
dengan filosofi bangsa
(Pancasila) dan sesuai dengan
pokok bahasan tiap bab/subbab
3 4 3 3 3,25
Rata-rata 3,22
(Sumber: BSNP 2007)
Dari penilaian yang diberikan oleh para informan dapat disimpulkan
bahwa didalam buku Ganeca belum sepenuhnya memuat prinsip kecukupan
karena teori yang disajikan belum tepat dengan kajian kewarganegaraan dan
prosedur yang disajikan belum runtut dan sesuai dengan kajian kewarganegaraan
Pada buku Pendidikan Kewarganegaraan terbitan Ganeca seluruh butir
memuat prinsip kecukupan memiliki nilai rata-rata 3,22 yang berarti kategori
baik. Dari tabel dapat dilihat skor tertinggi adalah 3,75 dan skor terendah adalah
2,75. Skor tertinggi pada terdapat pada butir ke-7 yang berisi tentang prinsip /
hukum yang disajikan memiliki legitimasi keilmuan sesuai dengan kajian
Kewarganegaraan, sedangkan skor terendah terdapat pada butir ke-8 yang berisi
tentang prosedur yang disajikan runtut (memiliki tahapan yang logis dan
sistematis) dan sesuai dengan kajian Kewarganegaraan.
Para informan memberikan skor tertinggi pada butir ke- 7 memiliki
pendapat tersendiri, adapun pendapat mereka yang diambil dari wawancara yang
dilakukan oleh peneliti pada hari Sabtu tanggal 4 September 2010. Menurut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Informan ahli, ”pada butir ke-7 memberikan skor 3 karena materi hukum yang
disajikan diambil dari sumber-sumber pokok”. Menurut informan Guru I,
menjelaskan bahwa:
Pada butir ke-7 jika dilihat dari daftar pustaka yang ada pada buku Ganeca, buku rujukan yang digunakan bersumber pada buku-buku induk/ buku yang membahas khusus materi hukum atau politik sehingga prinsip hukum yang disajikan benar-benar memiliki legitimasi keilmuan sesuai dengan kajian kewarganegaraan.
Menurut informan Guru II, menjelaskan bahwa:
Pada butir ke-7 dilihat dari materi yang disajikan dengan menggunakan pendapat para tokoh ilmu hukum didalamnya sudah pasti buku Ganeca ini menggunakan rujukan buku yang pengarangnya sudah ahli dalam bidangnya, jika kita lihat didaftar pustakanya terdapat buku karangan Miriam Budiardjo yang menulis buku tentang dasar-dasar ilmu politik, kemudian Chainur Arrasyid yang menulis tentang dasar-dasar ilmu hukum.
Dari hasil wawancara para responden, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa pada butir ke-7 ini mendapat skor tertinggi karena teori atau sumber
digunakan telah merujuk pada sumber-sumber primer atau sumber pokok dari
materi tersebut, kemudian prinsip/hukum yang disajikan memiliki legitimasi
keilmuan sesuai dengan kajian kewarganegaraan hal ini dapat dilihat pada daftar
pustaka yang ada dalam buku Pendidikan Kewarganegaraan terbitan Ganeca
buku-buku rujukan/ materi yang diambil berasal dari buku-buku yang digunakan
oleh para mahasiswa PPKn dalam perkuliahan.
Para responden memberikan skor terendah pada butir ke- 8 memiliki
pendapat tersendiri, adapun pendapat mereka yang diambil dari wawancara yang
dilakukan oleh penulis. Menurut informan ahli menjelaskan bahwa ” pada butir
ke-8 ini penjelasan pada buku Ganeca ini belum komprehensif dalam perspektif
kewarganegaraan, dalam artian belum mencakup tentang civic knowledge, civic
skill, dan civic disposition”. Informan Guru I menjelasakn bahwa, ”Pada buku
Ganeca ini penyajian materinya sudah urut namun kesesuaian dalam kajian
kewarganegaraannya masih kurang.” Menurut informan Guru II, menjelaskan
bahwa: ” Materi pada buku ini sudah bagus dalam penyajiannya runtut dari
bahasan fakta, konsep, prinsip, prosedur, dan kajiannya sudah sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
kajian kewarganegaraan karena merujuk pada sumber-sumber buku yang
membahas khusus tentang materi tersebut”.
Dari hasil wawancara para informan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
pada butir ke-8 ini mendapat skor terendah dikarenakan penjelasan belum
komprehensif dalam perspektif kewarganegaraan yaitu tiga komponen utama
yang perlu dipelajari dalam PKn, yaitu civic knowledge, civic skills, dan civic
dispositions disamping itu penyajian materi dalam buku Pendidikan
Kewarganegaraan terbitan Ganeca prosedur yang disajikan sudah runtut.
Tabel 3. Prinsip Kecukupan pada Buku Erlangga pada Materi Sistem Hukum dan
Peradilan Nasional.
No Butir Skor Rata-
rataKomponen Ahli Guru 1 Guru 2 Peneliti
A
1
Cakupan Materi
Memuat pengetahuan, sikap,
dan keterampilan
Kewarganegaraan secara
komprehensif
3 3 4 3 3,25
B
2
Kedalaman Materi
Materi dimulai dari pengenalan
fakta, konsep/teori,
prinsip/hukum, prosedur,
nilai/norma sampai hubungan
antarkonsep yang mencakup
sesuai dengan SK dan
KD tiap-tiap satuan
pendidikan.
2 4 4 4 3,5
C
3
Keterkaitan dengan Pancasila
Pembahasan materi dikaitkan
dengan nilai-nilai
3 4 4 3 3,5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Pancasila
D
4
Ketepatan Fakta
Fakta yang disajikan sesuai
dengan kenyataan empiris dan
sesuai dengan materi
sajian
2 4 4 3 3,25
E
5
Ketepatan Konsep
Konsep yang disajikan tidak
menimbulkan salah pengertian
dan sesuai dengan kajian
kewarganegaraan
2 3 4 2 2,75
F
6
Ketepatan Teori
Teori yang disajikan dapat
dipertanggungjawabkan
kebenarannya sesuai dengan
kajian kewarganegaraan
3 4 4 3 3,5
G
7
Ketepatan Prinsip
Prinsip/hukum yang disajikan
memiliki legitimasi keilmuan
sesuai dengan kajian
kewarganegaraan
3 4 4 3 3,5
H
8
Ketepatan Prosedur
Prosedur yang disajikan runtut
(memiliki tahapan yang logis
dan sistematis) dan
sesuai dengan kajian
kewarganegaraan
3 4 4 4 3,75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
I
9
Kebenaran Nilai
Nilai yang disajikan sesuai
dengan filosofi bangsa
(Pancasila) dan sesuai dengan
pokok bahasan tiap bab/subbab
3 4 4 3 3,5
Rata-rata 3,49
(Sumber: BSNP 2007)
Dari penilaian yang diberikan oleh para informan dapat disimpulkan
bahwa buku Erlangga belum memenuhi prinsip kecukupan karena materi belum
diurutkan sesuai dengan fakta, konsep, prinsip hukum, prosedur, nilai dan terdapat
kesalahan dalam penulisan konsep sehingga dapat menimbulkan salah pengertian
Pada buku pendidikan Kewarganegaraan terbitan Erlangga seluruh butir
memuat prinsip kecukupan memiliki nilai rata-rata 3,49 yang berarti kategori
baik. Dari tabel dapat dilihat skor tertinggi adalah 3,75 dan skor terendah adalah
2,75. Skor tertinggi terdapat pada butir ke-8 yang berisi tentang prosedur yang
disajikan runtut (memiliki tahapan yang logis dan sistematis) dan sesuai dengan
kajian Kewarganegaraan, sedangkan skor terendah terdapat pada butir ke-5 yang
berisi tentang konsep yang disajikan tidak menimbulkan salah pengertian dan
sesuai dengan kajian Kewarganegaraan.
Para informan memberikan skor tertinggi pada butir ke- 8 memiliki
pendapat tersendiri, adapun pendapat mereka yang diambil dari wawancara yang
dilakukan oleh peneliti hari Sabtu tanggal 4 September 2010. Menurut informan
ahli menjelaskan bahwa,”Pada butir ke-8 ini penjelasan pada buku Erlangga ini
belum komprehensif dalam perspektif kewarganegaraan, dalam artian belum
mencakup tentang civic knowledge, civic skill, dan civic disposition”. Menurut
informan Guru I menjelaskan bahwa, ”Penyajian materinya sudah urut dan
kesesuaian dalam kajian kewarganegaraannya lebih baik dibandingkan dengan
buku Ganeca.” Menurut informan Guru II menjelaskan bahwa, ”Sama dengan
pendapat saya yang tadi, bahwa buku Erlangga sama halnya dengan buku Ganeca
keduanya telah memiliki penyajian materi yang urut dan sesuai dengan kajian
kewarganegaraan”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Dari hasil wawancara para informan, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa pada butir ke-8 ini mendapat skor tertinggi karena materi yang disajikan
sudah urut yakni mulai dari fakta, konsep, prosedur, hingga prinsip selain itu
penjelasan dalam buku Erlangga cakupan perspektif kewarganegaraan yaitu tiga
komponen utama yang perlu dipelajari dalam PKn, yaitu civic knowledge, civic
skills, dan civic disposition lebih baik.
Para informan memberikan skor terendah pada butir ke-5 memiliki
pendapat tersendiri, adapun pendapat mereka yang diambil dari wawancara yang
dilakukan oleh peneliti hari Sabtu tanggal 4 September 2010. Menurut informan
ahli, ”konsep yang disajikan pada buku Erlangga tidak kontekstual/ tidak sesuai
dengan dinamika yang berkembang dan dimungkinkan dapat mengakibatkan
pemahaman siswa keliru”. Menurut informan Guru I, ” konsep yang disajikan
pada buku erlangga secara menyeluruh sudah bagus, namun penulis buku harus
lebih teliti dalam menulis atau dalam membuat peta konsep”. Menurut informan
Guru II, ”konsep yang disajikan pada buku ini sudah bagus karena pengarang
bukunya juga mengutip dari sumber-sumber yang dapat dipercaya”.
Dari hasil wawancara para informan peneliti dapat menyimpulkan skor
terendah terdapat pada butir ke-5 dikarenakan konsep yang disajikan tidak
kontekstual dan tidak sesuai dengan dinamika yang berkembang selain itu
terdapat beberapa kesalahan dalam penulisan dalam peta konsep sehingga
dimungkinkan dapat menimbulkan pemahaman yang keliru pada siswa.
Tabel 4. Prinsip Konsistensi pada Buku Ganeca pada Materi Sistem Hukum dan
Peradilan Nasional.
No Butir Skor Rata-
rata Komponen Ahli Guru 1 Guru 2 Peneliti
A
1
Keseimbangan Materi
Uraian substansi
antarbab dan
antarsubbab
proporsional dengan
2 4 4 3 3,25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
mempertimbangkan SK
dan KD.
B
2
Keluasan Materi
Materi yang disajikan
mencerminkan jabaran
substansi materi yang
terkandung dalam
Standar Kompetensi
(SK) dan Kompetensi
Dasar (KD) tiap-tiap
satuan pendidikan .
2 4 4 4 3,5
C
3
Penyajian Materi
Penyajian materi
bersifat interaktif dan
partisipatif yang
memotivasi peserta
didik terlibat secara
mental dan emosional
untuk belajar secara
mandiri dan kelompok
dalam pencapaian SK
dan KD.
3 4 4 3 3,5
Rata-rata 3,42
(Sumber: BSNP 2007)
Dari penilaian yang diberikan oleh para informan dapat disimpulkan
bahwa pada buku Ganeca prinsip konsistensi belum terpenuhi karena uraian
substansi antarbab dan antarsubbab belum proporsional dan materi yang
dijabarkan belum sesuai dengan SK dan KD.
Pada buku Pendidikan Kewarganegaraan terbitan Ganeca seluruh butir
yang memuat prinsip konsistensi memiliki nilai rata-rata 3,42 yang berarti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
kategori baik. Dari tabel dapat dilihat skor tertinggi adalah 3,5 dan skor terendah
adalah 3,25. Skor tertinggi terdapat pada butir ke-2 yang berisi tentang materi
yang disajikan mencerminkan jabaran substansi materi yang terkandung dalam
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetansi Dasar (KD) tiap-tiap satuan
pendidikan dan butir ke-3 yakni penyajian materi bersifat interaktif dan
partisipatif yang memotivasi peserta didik terlibat secara mental dan emosional
untuk belajar secara mandiri dan kelompok dalam pencapaian SK dan KD,
sedangkan skor terendah terdapat pada butir ke-1 yang berisi tentang uraian
substansi antar bab dan antar sub bab proporsional dengan mempertimbangkan
SK dan KD.
Para informan memberikan skor tertinggi pada butir ke-2 dan 3 memiliki
pendapat tersendiri, adapun pendapat mereka yang diambil dari wawancara yang
dilakukan oleh peneliti pada hari Sabtu tanggal 4 September 2010. Menurut
informan ahli, ” Pada butir ke- 2 materi belum mencakup kompetensi sehingga
diberi skor 2 kemudian pada butir ke 3 penyajian materi masih kaku dan
monoton”. Menurut informan Guru I, ” Pada butir ke-2 dan butir ke- 3 diberi nilai
4 pada buku Ganeca materi yang disajikan sudah cukup menjabarkan SK dan KD
yang telah ditentukan selain itu buku ganeca ini telah berusaha memberkan materi
yang dapat menambah keinginan siswa untuk belajar”. Menurut informan Guru II,
menjelaskan bahwa:
Setiap penulis buku pelajaran pasti memperhatikan SK dan KD tentang materi yang akan ditulis jadi sudah dapat dipastikan bahwa pada buku ganeca ini materinya sesuai SK dan KD yang telah ditentukan. Kemudian untuk butir ke-3 dengan adanya peta konsep kemudian ada cetak biru untuk poin-poin tambahan yang dianggap penting ini membuktikan bahwa buku Ganeca berusaha untuk menyajikan materi yang bersifat interaktif dan partisipatif.
Dari hasil wawancara para informan, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa pada butir ke-2 dan ke-3 ini mendapat skor tertinggi karena penyajian
materi dengan adanya peta konsep, kolom fokus kewarganegaraan dengan cetakan
berwarna, dapat menambah keinginan siswa untuk mempelajari materi sistem
hukum dan peradilan nasional dan materi yang ditulis dibuku Pendidikan
Kewarganegaraan terbitan Ganeca tersebut telah disesuaikan dengan standar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan pada tiap-tiap satuan
pendidikan.
Para informan memberikan skor terendah pada butir ke-1 memiliki
pendapat tersendiri, adapun pendapat mereka yang diambil dari wawancara yang
dilakukan oleh peneliti pada hari Sabtu tanggal 4 September 2010. Menurut
informan ahli, ”Pada buku Ganeca ini kurang cukup mencakup konsistensi dan
indikator yang terdapat dalam buku tersebut harus lebih rinci dan bisa
ditambahkan”. Menurut informan Guru I, ”Untuk masalah uraian setiap substansi
antar sub babnya sudah proporsional karena sudah berpatokan pada SK dan KD
yang benar”. Menurut informan Guru II, ”Substansi antar sub bab sudah bagus
penjabarannya pun sudah proporsional tidak ada yang berlebihan”.
Dari hasil wawancara informan peneliti dapat menyimpulkan bahwa skor
terendah terdapat pada butir ke-1 dikarenakan uraian substansi antar subbab
kurang mencakup konsistensi dan kurang proporsional, sehingga harus
disesuaikan dengan kajian kewarganegaraan.
Tabel 5. Prinsip Konsistensi pada buku Erlangga pada Materi Sistem Hukum dan
Peradilan Nasional.
No Butir Skor Rata-
rata Komponen Ahli Guru 1 Guru 2 Peneliti
A
1
Keseimbangan Materi
Uraian antarsubbab
proporsional dengan
mempertimbangkan SK
dan KD.
2 4 4 3 3,25
B
2
Keluasan Materi
Materi yang disajikan
mencerminkan jabaran
substansi materi yang
terkandung dalam
Standar Kompetensi
3 4 4 3 3,5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
(SK) dan Kompetensi
Dasar (KD) tiap-tiap
satuan pendidikan .
C
3
Penyajian Materi
Penyajian materi
bersifat interaktif dan
partisipatif yang
memotivasi peserta
didik terlibat secara
mental dan emosional
untuk belajar secara
mandiri dan kelompok
dalam pencapaian SK
dan KD.
2 4 4 3 3,25
Rata-rata 3,25
(Sumber: BSNP 2007)
Dari penilaian yang diberikan oleh para informan dapat disimpulkan
bahwa Buku Erlangga belum sepenuhnya memenuhi prinsip konsistensi karena
materi belum bersifat interaktif dan komunikatif hal ini dapat dilihat dari
penyajiannya yang masih bersifat naratif.
Pada buku Pendidikan Kewarganegaraan terbitan Erlangga seluruh butir
memuat prinsip konsistensi memiliki nilai rata-rata 3,25 yang berarti kategori
baik. Dari tabel dapat dilihat skor tertinggi adalah 3,5 dan skor terendah adalah
3,25. Skor tertinggi terdapat pada butir ke-2 yang berisi tentang, materi yang
disajikan mencerminkan jabaran substansi materi yang terkandung dalam Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetansi Dasar (KD) pada tiap-tiap satuan pendidikan.
Sedangkan skor terendah terdapat pada butir ke- 1 yakni uraian substansi antar
bab dan antar subbab proporsional dengan mempertimbangkan SK dan KD dan
butir ke-3 yang berisi tentang penyajian materi bersifat interaktif dan partisipatif
yang memotivasi peserta didik terlibat secara mental dan emosional untuk belajar
secara mandiri dan kelompok dalam pencapaian SK dan KD.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Para informan memberikan skor tertinggi pada butir ke-2 memiliki
pendapat tersendiri, adapun pendapat mereka yang diambil dari wawancara yang
dilakukan oleh peneliti pada hari Sabtu tanggal 4 September 2010. Menurut
informan ahli, ”Materi yang disajikan pada buku Erlangga sudah lebih baik
dibandingkan dengan buku Ganeca tapi tetap perlu adanya penambahan indikator
sehingga materinya pun dapat lebih berkembang.” Menurut informan Guru I,
”Untuk masalah uraian setiap substansi antarsubbabnya sudah proporsional karena
sudah berpatokan pada SK dan KD yang benar”. Menurut informan Guru II,
”Substansi antarsubbab sudah bagus penjabarannya pun sudah proporsional tidak
ada yang berlebihan.”
Dari hasil wawancara para informan, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa pada butir ke-2 ini mendapat skor tertinggi karena pada buku Pendidikan
Kewarganegaraan terbitan Erlangga materi yang dijabarkan sudah mencakup
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan pada tiap-tiap
satuan pendidikan.
Para informan memberikan skor terendah pada butir ke- 1 dan ke-3
memiliki pendapat tersendiri, adapun pendapat mereka yang diambil dari
wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada hari Sabtu tanggal 4 September
2010. Menururt informan Ahli menjelaskan bahwa:
Pada butir ke-1 keterkaitan antar sub bab kurang tampak dan butir ke-3 pada buku Erlangga sama halnya dengan buku Ganeca penyajiannya masih bersifat kaku dan monoton hal ini dapat dilihat dari cara bertutur dalam menyajikan materi dan diharapkan dalam penyajiannya disesuaikan dengan cara berpikir siswa.
Menurut informan Guru I, menjelaskan bahwa:
Pada butir ke- 1 uraian substansi antar subbabnya sudah proporsional, sama dengan buku Ganeca tadi bahwa butir ke- 3 diberi nilai 4 karena pada buku Erlangga materi yang disajikan sudah cukup menjabarkan SK dan KD yang telah ditentukan selain itu buku ganeca ini telah berusaha memberikan materi yang dapat menambah keinginan siswa untuk belajar.
Menurut informan Guru II, menjelaskan bahwa:
Untuk uraian substansi antar subbabnya sudah cukup proporsional sudah
sesuai dngan SK dan KD, untuk yang butir ke- 3 sama aja dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
komentar pada buku Ganeca tadi bedanya kalau dibuku Ganeca dicetak
biru kalau di buku Erlangga dicetak hijau.Warna-warna tersebut secara
tidak langsung dapat menambah minat siswa dalam membaca buku
tersebut.
Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa skor terendah terdapat
pada butir ke-1 dan ke-3 dikarenakan uraian substansi antar sub bab kurang
proporsional hal ini dapat dilihat dengan banyaknya pembahasan tentang KD 1
dan KD 2 dibandingkan dengan KD 3,4,dan 5, selain itu penyajiannya masih
bersifat kaku dan monoton hal ini dapat dilihat dari cara bertutur dalam
menyajikan materi.
Dari hasil analisis buku yang berpedoman dengan prinsip konsistensi dan
prinsip kecukupan, pada buku terbitan Ganeca mempunyai beberapa poin yang
perlu dikaji dalam penyajiannya antara lain sebagai berikut:
1. Keterkaitan dengan kajian kewarganegaraan. Seperti pendapat informan ahli
dengan informan Guru I bahwa buku Ganeca belum mencakup kajian
kewarganegaraan secara komprehensif, berdasarkan kompetensi
kewarganegaraan yang diperlukan, terdapat tiga komponen utama yang perlu
dipelajari dalam PKn, yaitu civic knowledge, civic skills, dan civic disposition.
Pada buku Ganeca yang ditonjolkan adalah civic knowledge dan civic
disposition. Sedangkan civic skillnya belum sepenuhnya disajikan.
a. Civic knowledge (pengetahuan kewarganegaraan) berkaitan dengan
kandungan atau apa yang seharusnya diketahui oleh warganegara. Pada sub
bab pengertian sistem hukum dan peradilan nasional sudah mencakup
tentang pengetahuan kewarganegaraan yang seharusnya diketahui tentang
seluruh materi yang berkaitan dengan sistem hukum dan peradilan nasional.
b. Civic disposition, dimana (watak kewarganegaran) mengisyaratkan pada
karakter publik maupun privat yang penting bagi pemeliharaaan dan
pengembangan demokrasi konstitusional. Karakter privat seperti tanggung
jawab moral, disiplin diri dan penghargaan terhadap harkat dan martabat
manusia dari setiap individu adalah wajib. Karakter publik seperti
kepedulian sebagai warga negara, kesopanan, mengindahkan aturan main
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
(rule of law), berpikir kritis, dan kemauan untuk mendengar, bernegosiasi,
dan berkompromi merupakan karakter yang sangat diperlukan agar
demokrasi berjalan sukses. Pada buku Ganeca civic disposition ditunjukkan
pada sub bab sikap terhadap hukum yang berlaku namun pada pembahasan
materi sub bab tersebut tidak menunjukkan kesesuaian dari sub bab tersebut.
c. Civic skill merupakan kecakapan kewarganegaraan yang terdiri dari,
kecakapan-kecakapan intelektual dan partisipatoris yang relevan. Didalam
buku Ganeca pada sub bab peran serta masyarakat dalam pemberantasan
korupsi, kolusi, dan nepotisme tidak menunjukkan adanya kecakapan
kewarganegaraan, melainkan hanya sebatas pengetahuan tentang
pencegahan dan pemberantasan korupsi.
2. Pada Ganeca kurang mencakup prinsip konsistensi. Prinsip konsistensi berarti
ajeg, taat asas pada Pendidikan Kewarganegaraan antar kompetensi dasar,
indikator, dan materi pembelajaran. Dapat dilihat perbandingannya sebagai
berikut:
Tabel 6. Silabus PKn Kelas X
Kompetensi
Dasar
Materi Pembelajaran Indikator
Mendeskripsikan
pengertian sistem
hukum dan
peradilan
Nasional
a. Pengertian Hukum
b. Tata Hukum
Indonesia
c. Penggolongan
Hukum
d. Sumber Hukum
e. Dasar hukum
lembaga-lembaga
peradilan
a. Mendeskripsikan
pengertian hukum
b. Menentukan macam-
macam penggolongan
hukum
c. Mendeskripsikan
sumber hukum formal
dan material
d. Menjelaskan sistem tata
hukum Indonesia
e. Mendeskripsikan
pengertian lembaga
peradilan nasional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
f. Menguraikan dasar
hukum lembaga-lembaga
peradilan nasional.
Tabel 7. Materi pada buku PKn Kelas X penerbit Ganeca karangan Sujiyanto
Standar
Kompetensi
Lulusan
Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar
Materi
Pembelajaran
Menganalisis sikap
positif terhadap
penegakan hukum,
peradilan nasional,
dan tindakan anti
korupsi
Menampilkan
sikap positif
terhadap
sistem
hukum dan
peradilan
nasional.
Mendeskripsikan
pengertian
sistem hukum
dan peradilan
Nasional
a. Pengertian
sistem hukum
b. Sistem hukum
Indonesia
c. Jenis-jenis
hukum
Nasional
d. Peradilan
Nasional
Pada materi pembelajaran ”Peradilan Nasional” dalam buku terbitan Ganeca
hanya menguraikan dasar hukum lembaga-lembaga peradilan nasional, tanpa
adanya materi yang mendiskripsikan pengertian lembaga peradilan nasional
dengan demikian buku tersebut tidak sesuai dengan indikator yang telah
ditentukan pada Silabus.
Dari hasil analisis buku yang berpedoman dengan prinsip konsistensi dan
prinsip kecukupan, pada buku terbitan Erlangga mempunyai beberapa poin yang
perlu dikaji dalam penyajiannya antara lain sebagai berikut:
1. Keterkaitan dengan kajian Kewarganegaraan. Menurut informan ahli
menjelaskan bahwa, ”penjelasan pada buku Erlangga ini belum komprehensif
dalam perspektif kewarganegaraan, dalam artian belum mencakup tentang
civic knowledge, civic skill, dan civic disposition”. Berdasarkan kompetensi
kewarganegaraan yang diperlukan, terdapat tiga komponen utama yang perlu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
dipelajari dalam PKn, yaitu civic knowledge, civic skills, dan civic
disposition.
a. Civic knowledge (pengetahuan kewarganegaraan) berkaitan dengan
kandungan atau apa yang seharusnya diketahui oleh warganegara. Pada
buku Erlangga civic knowledge ditunjukkan pada sub bab sistem hukum dan
peradilan nasional.
b. Civic disposition, dimana (watak kewarganegaran) mengisyaratkan pada
karakter publik maupun privat yang penting bagi pemeliharaaan dan
pengembangan demokrasi konstitusional. Civic disposition pada buku
Erlangga ditunjukkan pada sub bab menunjukkan sikap dan ketentuan
hukum yang berlaku.
c. Civic skill merupakan kecakapan kewarganegaraan yang terdiri dari,
kecakapan-kecakapan intelektual dan partisipatoris yang relevan.
Kecakapan tersebut didalam buku Erlangga terdapat pada sub bab peran
serta dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia, namun pembahasan
materi pada sub bab tersebut belum menunjukkan peran serta siswa secara
konkret sehingga didalam sub bab tersebut masih sebatas pengetahuan.
2. Penyajian konsep. Sesuai yang dijelaskan oleh ahli bahwa di dalam buku
Erlangga konsep yang disajikan pada tidak kontekstual/ tidak sesuai dengan
dinamika yang berkembang dan dimungkinkan dapat mengakibatkan
pemahaman siswa keliru. Beberapa contoh konsep yang dapat menyebabkan
pemahan siswa keliru, yakni sebagai berikut:
a. Di dalam info kewarganegaraan pada halaman 45 terdapat penjelasan
tentang Tata urutan perundang-undangan, di dalam buku Erlangga
dituliskan tata urutan peraturan perundang-undangan yang lama yakni: TAP
MPR No. III/MPR/2003, sebenarnya sudah terdapat tata urutan perundang-
undangan yang baru, yaitu: Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004. Konsep
tersebut menunjukkan bahwa konsep yang disajikan tidak sesuai dengan
dinamika yang berkembang.
b. Kesalahan penulisan pada peta konsep, terdapat beberapa kesalahan sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
1) Penulisan konsep pada halaman 47 dijelaskan bahwa, ”penggolongan
hukum berdasarkan tugas dan fungsinya dibagi menjadi 2, yaitu:a)
hukum material, b) hukum formal, dibagi menjadi 2 yakni: (1) hukum
waris, (2) hukum waris”.
Konsep yang benar adalah sebagai berikut:
Penggolongan hukum berdasarkan tugas dan fungsinya dibagi menjadi
2 yaitu:
a) Hukum material, terdiri dari: Hukum Dagang, Hukum Pidana,
Hukum Perdata.
b) Hukum formal, terdiri dari: Hukum Acara Pidana, Hukum Acara
Perdata, dan Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara.
2) Penulisan konsep pada halaman 51 di dalam bagan susunan badan atau
lembaga terdapat kesalahan sebagai berikut:
Gambar 4. Bagan susunan/lembaga peradilan yang ada di Indonesia
Penulisan bagan susunan badan atau lembaga yang benar adalah
sebagai berikut:
Mahkamah Agung
Pengadilan Tinggi Umum/ Sipil
Pengadilan Tinggi
Pengadilan Tinggi Militer
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Gambar 5. Bagan susunan/lembaga peradilan yang ada di Indonesia
3. Materi tidak proporsional, di dalam buku terbitan Erlangga materi yang
dijabarkan pada Standar Kompetensi Mendeskripsikan pengertian sistem
hukum dan peradilan nasional melebihi materi pembelajaran yang telah
ditentukan oleh silabus, hal ini menyebabkan buku tersebut tidak memenuhi
prinsip konsistensi. Perbandingan materi pembelajaran dapat dilihat sebagai
berikut.
Tabel 8. Materi Pembelajaran pada Silabus dan pada buku terbitan Erlangga
Materi Pembelajaran pada Silabus Materi Pembelajaran Pada buku terbitan
Erlangga
a. Pengertian Hukum
b. Tata hukum Indonesia
c. Penggolongan Hukum
d. Sumber Hukum
e. Dasar hukum lembaga-
lembaga peradilan.
a. Pengertian sistem hukum
b. Tujuan hukum
c. Sumber hukum
d. Penggolongan hukum
e. Sanksi hukum
f. Perbedaan hukum pidana dan
hukum perdata
g. Peradilan Nasional
Mahkamah Agung
Pengadilan Tinggi Agama
Pengadilan Umum
Pengadilan Tinggi Militer
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
C. Temuan Studi
Pada buku pendidikan Kewarganegaraan terbitan Ganeca seluruh butir
memuat prinsip kecukupan memiliki nilai rata-rata 3,22 yang berarti kategori
baik. Dari tabel dapat dilihat skor tertinggi adalah 3,75 dan skor terendah 2,75.
Skor tertinggi terdapat pada butir ke- 7 yang berisi tentang prinsip / hukum yang
disajikan memiliki legitimasi keilmuan sesuai dengan kajian Kewarganegaraan,
karena karena teori atau sumber digunakan telah merujuk pada sumber-sumber
primer atau sumber pokok dari materi tersebut, kemudian prinsip/hukum yang
disajikan memiliki legitimasi keilmuan sesuai dengan kajian kewarganegaraan hal
ini dapat dilihat pada daftar pustaka yang ada dalam buku Pendidikan
Kewarganegaraan terbitan Ganeca buku-buku rujukan/ materi yang diambil
berasal dari buku-buku yang digunakan oleh para mahasiswa PPKn dalam
perkuliahan.
Sedangkan skor terendah terdapat pada butir ke-8 yang berisi tentang
prosedur yang disajikan runtut (memiliki tahapan yang logis dan sistematis) dan
sesuai dengan kajian Kewarganegaraan dikarenakan penjelasan belum
komprehensif dalam perspektif kewarganegaraan yaitu tiga komponen utama
yang perlu dipelajari dalam PKn, yaitu civic knowledge, civic skills, dan civic
dispositions disamping itu penyajian materi dalam buku Pendidikan
Kewarganegaraan terbitan Ganeca prosedur yang disajikan sudah runtut.
Pada buku Pendidikan Kewarganegaraan terbitan Erlangga seluruh butir
memuat prinsip kecukupan memiliki nilai rata-rata 3,49 yang berarti kategori
baik. Dari tabel dapat dilihat skor tertinggi adalah 3,75 dan skor terendah 2,75.
Skor tertinggi terdapat pada butir ke- 8 yang berisi tentang prosedur yang
disajikan runtut (memiliki tahapan yang logis dan sistematis) dan sesuai dengan
kajian Kewarganegaraan, karena materi yang disajikan sudah urut yakni mulai
dari fakta, konsep, prosedur, hingga prinsip selain itu penjelasan dalam buku
Erlangga cakupan perspektif kewarganegaraan yaitu tiga komponen utama yang
perlu dipelajari dalam PKn, yaitu civic knowledge, civic skills, dan civic
disposition lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Sedangkan skor terendah terdapat pada butir ke-5 yang berisi tentang
konsep yang disajikan tidak menimbulkan salah pengertian dan sesuai dengan
kajian Kewarganegaraan, dikarenakan konsep yang disajikan tidak kontekstual
dan tidak sesuai dengan dinamika yang berkembang selain itu terdapat beberapa
kesalahan dalam penulisan dalam peta konsep sehingga dimungkinkan dapat
menimbulkan pemahaman yang keliru pada siswa.
Pada buku Ganeca seluruh butir memuat prinsip konsistensi memiliki
nilai rata-rata 3,42 yang berarti kategori baik. Dari tabel dapat dilihat skor
tertinggi adalah 3,5 dan skor terendah adalah 3,25. Skor tertinggi terdapat pada
butir ke- 2 yang berisi tentang materi yang disajikan mencerminkan jabaran
substansi materi yang terkandung dalam Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD) tiap-tiap satuan pendidikan dan butir ke-3 yang berisi
tentang penyajian materi bersifat interaktif dan partisipatif yang memotivasi
peserta didik terlibat secara mental dan emosional untuk belajar secara mandiri
dan kelompok dalam pencapaian SK dan KD, karena penyajian materi dengan
adanya peta konsep, kolom fokus kewarganegaraan dengan cetakan berwarna,
dapat menambah keinginan siswa untuk mempelajari materi sistem hukum dan
peradilan nasional dan materi yang ditulis dibuku Pendidikan Kewarganegaraan
terbitan Ganeca tersebut telah disesuaikan dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang telah ditetapkan pada tiap-tiap satuan pendidikan.
Sedangkan skor terendah terdapat pada butir ke-1 yang berisi tentang
uraian substansi antar subbab proporsional dengan mempertimbangkan SK dan
KD dikarenakan uraian substansi antar subbab kurang mencakup konsistensi dan
kurang proporsional, sehingga harus disesuaikan dengan kajian kewarganegaraan.
Pada buku Erlangga seluruh butir memuat prinsip konsistensi memiliki
nilai rata-rata 3,25 yang berarti kategori baik. Dari tabel dapat dilihat skor
tertinggi adalah 3,5 dan skor terendah 3,25. Skor tertinggi terdapat pada butir ke-2
yang berisi tentang , materi yang disajikan mencerminkan jabaran substansi
materi yang terkandung dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar
(KD) pada tiap-tiap satuan pendidikan, karena pada buku Pendidikan
Kewarganegaraan terbitan Erlangga materi yang dijabarkan sudah mencakup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan pada tiap-tiap
satuan pendidikan.
Sedangkan skor terendah terdapat butir ke-1 yang berisi tentang uraian
substansi antar subbab proporsional dengan mempertimbangkan SK dan KD
kemudian untuk butir ke-3 yang berisi tentang penyajian materi bersifat
interaktif dan partisipatif yang memotivasi peserta didik terlibat secara mental dan
emosional untuk belajar secara mandiri dan kelompok dalam pencapaian SK dan
KD, dikarenakan uraian substansi antar subbab kurang proporsional hal ini dapat
dilihat dengan banyaknya pembahasan tentang KD 1 dan KD 2 dibandingkan
dengan KD 3,4,dan 5, selain itu penyajiannya masih bersifat kaku dan monoton
hal ini dapat dilihat dari cara bertutur dalam menyajikan materi.
Dari hasil penelitian tersebut di atas, temuan studi yang dapat diperoleh
adalah sebagai berikut:
Prinsip kecukupan pada materi sistem hukum dan peradilan nasional di
dalam buku teks Pendidikan Kewarganegaraan kelas X penerbit Ganeca dan
Erlangga di SMA Negeri 6 Surakarta berkategori baik. Dapat dilihat dari rata-rata
hasil penilaian pada buku Ganeca adalah 3,22 dan pada buku Erlangga adalah
3,49, yang dimana jika nilai rata-rata di atas 3 maka berkategori baik. Namun
disamping itu masih terdapat beberapa kesalahan dalam penulisan dan penjabaran
materi pada kedua buku tersebut, sehingga buku teks Pendidikan
Kewarganegaraan Kelas X terbitan Ganeca dan Erlangga ini belum sepenuhnya
memuat prinsip kecukupan.
Prinsip konsistensi pada materi sistem hukum dan peradilan nasional di
dalam buku teks Pendidikan Kewarganegaraan kelas X terbitan Ganeca dan
Erlangga di SMA Negeri 6 Surakarta berkategori baik. Dapat dilihat dari rata-rata
hasil penilaian pada buku terbitan Ganeca adalah 3,42 dan pada buku Erlangga
adalah 3,25, yang dimana jika nilai rata-rata di atas 3 maka berkategori baik.
Namun belum sepenuhnya memenuhi prinsip konsistensi. Hal ini dibuktikan
dengan indikator-indikator yang terdapat pada silabus belum sepenuhnya terdapat
pada buku Pendidikan Kewarganegaraan kelas X terbitan Ganeca dan Erlangga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Penelitian mengenai prinsip konsistensi dan prinsip kecukupan di dalam
buku Pendidikan Kewarganegaraan kelas X terbitan Ganeca dan pada buku
Pendidikan Kewarganegaraan kelas X terbitan Erlangga pada materi sistem
hukum dan peradilan nasional menunjukkan bahwa belum sepenuhnya mencakup
kedua prinsip tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa materi sistem hukum dan
peradilan nasional tersebut tidak mendukung teori elaborasi tentang
pengorganisasian materi pembelajaran dan prinsip konsistensi dan prinsip
kecukupan, karena dalam menyajikan materi yang ada di dalam kedua buku
tersebut belum diorganisasikan sesuai dengan teori elaborasi. Dimana dalam teori
elaborasi menekankan bahwa dalam mengorganisasikan materi pembelajaran
dimulai dari umum ke rinci berdasarakan teori keilmuan, sedangkan kedua buku
teks tersebut mengorganisasikan materi pembelajaran dari khusus ke umum
berdasarkan silabus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi permasalahan yang telah diuraikan di depan maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Pertama, Materi Sistem Hukum dan Peradilan Nasional pada buku teks
Pendidikan Kewarganegaraan kelas X terbitan Ganeca dan Erlangga belum
sepenuhnya memenuhi prinsip konsistensi yaitu keajegan/taat asas, dimana materi
yang harus diajarkan siswa harus sesuai dengan kompetensi dasar yang telah
ditentukan pada silabus. Hal ini dibuktikan dengan materi yang disajikan pada
kedua buku tersebut belum konsisten dengan silabus yang ada dan terdapat
beberapa kesalahan dalam penulisan konsep, misalnya: beberapa peta konsep
tentang penggolongan hukum, peta konsep tentang susunan lembaga peradilan,
materi pembelajaran pada buku teks yang lebih banyak dibandingkan dengan
materi pembelajaran yang ada pada silabus ini menunjukkan bahwa buku tersebut
belum sepenuhnya mencakup prinsip konsistensi.
Kedua, Materi Sistem Hukum dan Peradilan Nasional pada buku teks
Pendidikan Kewarganegaraan kelas X terbitan Ganeca dan Erlangga belum
sepenuhnya memenuhi prinsip kecukupan yaitu prinsip dimana materi yang harus
diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai
kompetensi dasar yang diajarkan. Hal ini dibuktikan dengan indikator-indikator
yang terdapat pada silabus belum sepenuhnya terdapat pada buku Pendidikan
Kewarganegaraan kelas X terbitan Ganeca dan Erlangga, perlu adanya
pengurangan ataupun penambahan materi pada buku tersebut.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas peneliti dapat memberikan implikasi
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
1. Implikasi Teoritis
Penelitian mengenai prinsip konsistensi dan prinsip kecukupan di
dalam buku Pendidikan Kewarganegaraan kelas X terbitan Ganeca dan pada
buku Pendidikan Kewarganegaraan kelas X terbitan Erlangga pada materi
sistem hukum dan peradilan nasional menunjukkan bahwa belum sepenuhnya
mencakup kedua prinsip tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa kedua buku
tersebut tidak mendukung teori elaborasi tentang pengorganisasian materi
pembelajaran dan prinsip konsistensi dan prinsip kecukupan.
2. Implikasi Praktis
Penelitian mengenai prinsip konsistensi dan prinsip kecukupan di
dalam buku Pendidikan Kewarganegaraan kelas X terbitan Ganeca dan pada
buku Pendidikan Kewarganegaraan kelas X terbitan Erlangga pada materi
sistem hukum dan peradilan nasional menunjukkan bahwa belum sepenuhnya
mencakup kedua prinsip tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa kedua buku
tersebut belum layak digunakan sebagai bahan ajar karena dapat
mengakibatkan pembelajaran pada materi sistem hukum dan peradilan
nasional yang dilakukan oleh guru dan siswa kurang maksimal, maka guru
mata pelajaran di SMA/SMK/MA tidak boleh hanya mendasarkan
pengajarannya pada buku-buku tersebut tetapi harus merujuk pada
perkembangan ilmu pengetahuan yang didukung oleh fenomena yang nyata.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang ada maka saran yang
diberikan oleh peneliti yaitu:
1. Bagi Guru
Untuk menghasilkan materi kewarganegaraan khususnya pada materi
sistem hukum dan peradilan nasional agar memenuhi prinsip konsistensi dan
prinsip kecukupan dan berdasarkan hasil penelitian bahwa materi sistem hokum
dan peradilan nasional pada buku teks kewarganegaraan kelas X terbitan Ganeca
dan Erlangga belum sepenuhnya memenuhi prinsip konsistensi dan prinsip
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
kecukupan maka guru harus melakukan kajian terhadap materi yang akan
diberikan sehingga materi yang diberikan kepada siswa merupakan kualitas yang
maksimal.
2. Bagi Penulis Buku Teks
Buku teks pelajaran sebagai sumber informasi seyogjanya memiliki
kualitas yang baik, yang memenuhi kriteria standar tertentu. Namun demikian
berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa materi sistem hukum dan
peradilan nasional pada buku teks Kewarganegaraan kelas X terbitan Ganeca dan
Erlangga belum sepenuhnya memenuhi prinsip konsistensi dan prinsip kecukupan
Untuk mendapatkan kualitas yang baik penulis buku harus memperhatikan prinsip
pemilihan bahan ajar yang ada khususnya prinsip konsistensi dan prinsip
kecukupan. Disarankan pada buku terbitan Ganeca dan Erlangga dalam penyajian
materi kewarganegaraan pada materi sistim hukum dan peradilan nasional dapat
dikemas sedemikian rupa sehingga tidak hanya bersifat abstrak, tetapi selalu ada
kesesuaian antara teori dan fakta.
3. Bagi Peneliti Lain
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa materi sistem hukum
dan peradilan nasional pada buku teks Kewarganegaraan kelas X terbitan Ganeca
dan Erlangga belum sepenuhnya memenuhi prinsip konsistensi dan prinsip
kecukupan Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk kompetensi-kompetensi
yang lain, sehingga bisa dievaluasi pengembangan silabus dari kurikulum yang
ada maupun buku mata pelajaran yang beredar dipasaran.