7
, c - ISSN 1858 - 3954 lURNAL ILMIAH ILMU-ILMU PERTANIAN VOLUME 7, No.3 Oktober 2011 Model Adaptasr Pengelolaan Terumbu Kamng Berbasis Resiliensi Eco-Socio System Masudin Sangaji, Achmad Fahrudin, M. Mukhlis Kamal dan Ismudi Muchsiu Pengaruh Plant Catalyst Terhadap Pertumbuhan Dan HasH Tanaman Anggrek Bulan (Phalaenopsis) Fitri Mahyudi Pengaruh Naungan Dan Pemberian Kompos Jerami Terhadap Pertumbuhan dan KandunganAntioksidan Pada Sirih Merah (Piper betle L. Var Rubrum) Jamzuri Hadie, Wiwieu Robiaty dan Rini Hustiany Studi Kelayakan Kualitas Air Di Sekitar Tambang Batubara Untuk Kegiatan Usaha Budidaya Ikan Anny Rimalia Tmgkat Produktivitas Padi ( Oryza sativa L) Sawah Tadah Hujan Terhadap Perbedaan Varietas Di Kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru Yayuk Minta Wabyuningsih Analisis Ekonomi Usaha Budidaya Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) Di Kolam Kawasan Mentaos Timur Kelurahan Banjarbaru Utara Provinsi Kalimantan Selatan Tri Dekayanti Pertumbuhan Dan Hasil Tiga Varietas Padi Lokal Dengan Pemberian Beberapa Tmgkat Salinitas Air Ratna Analisis Kelayakan Usahatani Padi (Oryza sativa L) Pada Penggunaan Cendawan Antagonis (Trichoderma spp) Dengan Pestisida Kimia Terhadap Padi Sawah di Desa Pasar Kamis Kecamatan Kertak Hanyar Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan Wasdiyanta Pendapatan Usaha Pengolahan Dodol Waluh Di Desa Liang Anggang Kecamatan Bati-Bati Kabupaten TanahLaut Eddy Triatmoko FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ACHMAD YANI BANJARMASIN BANJARBARU ISSN CHLOROPHYL VOL. 7 NO.3 HLM 372 - 417 Oktober 2011 1858 - 3954

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ACHMAD YANI …msp.fpik.ipb.ac.id/download/publikasi/m_mukhlis_kamal/ART2011_MMK.pdf · Analisis Ekonomi Usaha Budidaya Ikan Lele Sangkuriang ... karang

  • Upload
    docong

  • View
    237

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ACHMAD YANI …msp.fpik.ipb.ac.id/download/publikasi/m_mukhlis_kamal/ART2011_MMK.pdf · Analisis Ekonomi Usaha Budidaya Ikan Lele Sangkuriang ... karang

, c - ISSN 1858 - 3954

lURNAL ILMIAH ILMU-ILMU PERTANIAN

VOLUME 7, No.3 Oktober 2011

Model Adaptasr Pengelolaan Terumbu Kamng Berbasis Resiliensi Eco-Socio System Masudin Sangaji, Achmad Fahrudin, M. Mukhlis Kamal dan Ismudi Muchsiu

Pengaruh Plant Catalyst Terhadap Pertumbuhan Dan HasH Tanaman Anggrek Bulan (Phalaenopsis) Fitri Mahyudi

Pengaruh Naungan Dan Pemberian Kompos Jerami Terhadap Pertumbuhan dan KandunganAntioksidan Pada Sirih Merah (Piper betle L. Var Rubrum) Jamzuri Hadie, Wiwieu Robiaty dan Rini Hustiany

Studi Kelayakan Kualitas Air Di Sekitar Tambang Batubara Untuk Kegiatan Usaha Budidaya Ikan Anny Rimalia

Tmgkat Produktivitas Padi ( Oryza sativa L) Sawah Tadah Hujan Terhadap Perbedaan Varietas Di Kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru Yayuk Minta Wabyuningsih

Analisis Ekonomi Usaha Budidaya Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) Di Kolam Kawasan Mentaos Timur Kelurahan Banjarbaru Utara Provinsi Kalimantan Selatan Tri Dekayanti

Pertumbuhan Dan Hasil Tiga Varietas Padi Lokal Dengan Pemberian Beberapa Tmgkat Salinitas Air Ratna

Analisis Kelayakan Usahatani Padi (Oryza sativa L) Pada Penggunaan Cendawan Antagonis (Trichoderma spp) Dengan Pestisida Kimia Terhadap Padi Sawah di Desa Pasar Kamis Kecamatan Kertak Hanyar Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan Wasdiyanta

Pendapatan Usaha Pengolahan Dodol Waluh Di Desa Liang Anggang Kecamatan Bati-Bati Kabupaten TanahLaut Eddy Triatmoko

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ACHMAD YANI BANJARMASIN

BANJARBARU ISSN CHLOROPHYL VOL. 7 NO.3 HLM 372 - 417 Oktober 2011 1858 - 3954

Page 2: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ACHMAD YANI …msp.fpik.ipb.ac.id/download/publikasi/m_mukhlis_kamal/ART2011_MMK.pdf · Analisis Ekonomi Usaha Budidaya Ikan Lele Sangkuriang ... karang

Chlorophyl Volume. 7 NO.3 Oktober 2011 halaman 372-377 372

MODEL ADAPTASI PENGELOLAAN TERUMBU KARANG BERBASIS RESILIENSI ECO-SOCIO SYSTEM

Adaptation Models Of Coral Reefs Management Based On Resilience Eco-Socio System

Masudin Saogaj(, Achmad Fahrudin", M. Mukhlis Kamal"),1smudi Muchsio'"

ABSTRACT

The key to improving the adaptability is the resilience of coral reefs. The purpose of this study are: I) Analysis of eco-socio index resilience of coral reefs in the Kotania Bay, 2) Analysis of adaptation model of coral reef management, 3) Scenario adaptation models coral reef management. Results of analysis showed that the Kotania Bay has a value of eco-socio highest resiliency and lowest 0.74 and 0.1 are categorized in the high resilient, Midle resilient, low resilient, very low resilient. Adaptation strategies of coral reef management in the Kotania Bay can he done in three alternative livelihood options that step cage nets, seaweed cultivation, and cultivation of mangrove crabs. To errsure-the effectiveness of adaptation strategies will be adaptation scenario designs consisting of a pessimistic scenario, the optimistic scenario, and a very optimistic scenario'.

Keyword: adaptation, model, coral reef, resilience, eco-socio system

PENDAHULUAN

Adaptasi merupakan kemampuan sistern sosial dan ekologi (eco-socio) yang terkait sangat era!, untuk menghadapi situasi barn tanpa mengurangi kesempatan mendapatkan pilihan masa depan. Kunci untuk meningkatkan kapasitas adaptif ialab resiliensi yang merupakan strategi yang mulai dikembangkan (Folke et al. 2002). Pengembangan konsep ini sejalan dengan pendapat Berkes and Seixas (2005) babwa pengembangan resiliensi socio-ecological system merupakan kunci bagi pembangunan yang berkelanjutan. Namun, pengembangan resiliensi di negara berkembang masih sangat diabaikan, sementara resiliensi sangat sesuai digunakan untuk mengkaji pengelolaan pesisir khususnya bila dikaji dari aspek perubaban mendadak (Holling, 1973).

Holling (2001) mendefiniskan resiliensi sebagai kapasitas keterkaitan sistem ekologi dan sosial untuk mengabsorbsi gangguan dari perubaban yang bersifat mendadak, sebingga mampu mempertahankan struktur dan proses esensial serta menyediakan urnpan balik.

Dalam kaitan dengan konsep pengelolaan ekosistem pesisir, maka resiliensi sanga! sesuai diterapkan pada ekosistem peslslr dengan dinarnika yang kompleks seperti terurnbu karang.

Semakin bertambahnya nilai sosial­ekonorni surnberdaya yang ada di terurnbu karang seperti ikan, udang lobster, teripang dan molluska dan surnberdaya lainnya, maka aktivitas yang mendorong masyarakat untuk memarlfaatkan potensi terse but semakin besar pula. Dengan dernikian tekanan ekologis yang dipengaruhi oleh tekanan sosial terhadap ekosistem terumbu karang juga akan semakin meningkat. Meningkatnya tekanan ini tentunya dapat mengancam keberadaan dan kelangsungan ekosistem terurnbu karang dan biota yang bidup di dalarnnya.

Berbagai strategi adaptasi yang selama ini dilakukan belurn mampu mengatasi laju kerusakan terumbu karang secara permanen dan bahkan sering menimbulkan konflik kepentingan antar stakeholder pemarlfaat ekosistem terumbu karang. Persoalan yang mendasar adalab mekanisme pengelolaan ekosistem

• Mahasiswa Pascasrujana Program S3 SPL-IPB dan Slaf Pengajar FPIK Unppati Ambon .. 3M ..P ... .u60/.iV n.,lW" ... h" ... .uMS..P Y..P}X }YB

... Slaf Pengajar Departemen MSP FPIK IPB dan Guru Besar (Emeritus) FPIK IPB

Page 3: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ACHMAD YANI …msp.fpik.ipb.ac.id/download/publikasi/m_mukhlis_kamal/ART2011_MMK.pdf · Analisis Ekonomi Usaha Budidaya Ikan Lele Sangkuriang ... karang

373 Model Adaptasi Pengelolaan Terumbu Karang Berbasis Resiliensi Eco-Socio System

terumbu karang tidak efektif untuk memberikan kesempatan dan ruang yang cukup bagi terumbu karang untuk melakukan proses reorganisasi diri dan recovery. Penditian ini bertuSuan', l) Analisis kondisi resiliensi eco-socio terumbu karang di Teluk Kotania, 2) Analisis model adaptasi pengelolaan terumbu karang, 3. Skenario model adaptasi pengelolaan terumbu karang

METODOLOGI

Waktu dan tempat Penelitian dilakukan pada bulan

September 2010 sampai Pebruari 2011, berlokasi di Teluk Kotania Provinsi Maluku.

Pengumpulan Data Pengumpulan data terdiri atas data

primer dan data sekunder. Data primer diperoleb dengan pengamatan langsung di lapangan, sedangkan data sekunder

diperoleb dari berbagai instansi dan laporan serta basil-basil penelitian yang relefan dengan kajian penelitian.

T\!\mik ana\i-s.\-s. data - Analisis terumbu klIrang

Hasil pengamatan kondisi terumbu karang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan software CPCE, sedangkan presentase tutupan karang yang ditemukan, menggunakan kategori KLH (2001), sebagai berikut :

0,0% - 29,9%: buruk 25,0% - 49,9%: sedang 50,0% - 74,9%: baik 75,0% - 100%: sangat baik

- Analisis resiliensi eco-socio terumbu klIrang

Parameter-parameter yang ijadikan Indikator untuk menilai resiliensi eco-socio sistem mengacu pada Sangaji M (2011) seperti pada Tabell.

b I Ta e 1. In I ator an tena reSI lenSI eCO-SOCIO slstem terum u d kri T b k arang

No. Indikator Resiliensi Ekologi Kriteria Resiliensi

l. Presentasi tutupan karang >30%.(1): 31 -50"/,,2); 51-750/,,3); < 750/,,4) modifikasi dari (KLH. 2001)

2. Keane<aragaman ienis karang > 40ienis(l); 40-59 jenis (2); < 60jenis (3) 3. Suhu 23-25"C (4); 26-35"C (3); 19-22"C (2); <I9"C dan >35"C (I) (Nybakken.

1988) 4. Keberadaan Achantaster olancii Tdk ada (2); ada (l) 5. Kelimpahan ikan karang > 76jenis (I); 77-152jenis (2); < 153 jenis (3) 6. Kelimpahan ikan herbivora > 15 ienis( I); 26-50 ienis(2); <50 ienis (3) ( 7. Keberadaan bulu babi Tdk ada (I); ada (2) 8. Kekeruban 0 0.25 NTU(3); 0.26 0.50 NTU(2); <0.50 NTU(I) 9. Jenis eksploitasi ekosistem terumbu Memancing+tangkap tradisional(4); memancing+tangkap tradisional+bahan

karang bangunan(3); memancing, tangkap lradisional+peledaklpotassium(2); seluruhjenis kegiatan (I)

No. Indikator Resiliensi Sosial-Ekonomi Kriteria ResiJiensi I. Tingkatpendidlkan <74% SD: rendah(l); 50-74% SD+SMP: sedang(2); >50% SD+SMP:

tinggj(3) 2. Potensi konflik Tdk ada (3); rendah (2); tinggi (l) 3. Kearifao loka! Tdk ada (I); ada (2) 4. Tingkat kepatuhan masyarakat Tdk patuh (I); patuh (2); sangat patuh (3) 5. Pemahamao fungsi terumbu karang minim (l); cnkup (2); baik (3) 6. Kelembagaan nelayan Tdkada(I);ada 2) 7. Jenis Mata Pencaharian 1 (I); 1-2(2); <2 3) 8. Alokasi waktu pemanfaatan ekosistem parub waktu (3); musiman (2); setiap hari (I)

terumbu karang 9. Ketergantungan dari ekosistem rendah (3); sedaog (2); tinggi (I)

terumbu karang .-Sumber: Sangajl M (2011)

Page 4: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ACHMAD YANI …msp.fpik.ipb.ac.id/download/publikasi/m_mukhlis_kamal/ART2011_MMK.pdf · Analisis Ekonomi Usaha Budidaya Ikan Lele Sangkuriang ... karang

374 Chlorophyl Volume. 7 No.3 Oktober 2011 halaman 372-377

Penyusunan komposit indeks resiliensi dalam penelitian 1m

menggunakan formula matematik sebagai berikut:

I. Composit indeks resiliensi terumbu karang ,

CRI = 2: IR j .af !.,

Dimana: CRI = Komposit indeks resiliensi J R, = Parameter indeks resiliensi ke-i (i =

1,2,3, ..... ,9) a, = Bobot parameter ekologi ke-i

2. Composit indeks resiliensi eco-socio terumbu karang (Sangaji 2011)

CRI (Eko-socio) CRI(eko)'W(eko) + CRl(soeio)'W(socio)

Dimana:

CRI(Eko-socio) = komposit indeks resiliensi eko-

CRI(Eko)

CRI(Socio) W(eko) W(socio)

sosio = komposit indeks resiliensi ekologi

= komposit indeks resiliensi socio = bobot ekologi = bobot socio

Analisis model adaptasi Formula yang digunakan dalam

analisis 1nI adalab teknik Metode Perbandingan Eksponensial/MPE (Marimin 2008 da/am Sangaji 2011) dengan persamaan :

m

Total Nilai(TN i) = I (RKij) (TKKj)

j=1

Dimana: TNi = total nilai altematifke-i RKg = dernjat kepentingan relatif kriteria ke-j

pada piliha keputusan ke-i TKK I = derajat kepentingan kriteria keputusan

ke:i; TKK j>O; bulat n = jUmJall pilihan keputusan

m = jumlall kriteria keputusan

Selanjutnya araban tingkatan kelas resiliensi mengacu pada tingkatan kelas resiliensi yang dikemukakan Sangaji

(2011) seperti terlihat pada Tabel 2, berikut:

Tabel 2 Arahan kelas dan tingkat resiliensi ekososio sistem

Selan..s. CRI Tingkatan/Kelas resiliensi om s CRI s 0.2 Very low resilientlsangat

rendab 0.21 < CRl < 0.4 Low resilientlrendall 0.41 < CRl < 0.6 Midle resilientlsedang 0.61 < CRI < 0.8 Highly resilientltingj(i 0.81 S CRI S 1.0 Extrime resilientlsangat

tinggi .. Sumber. SangaJI M (201 1)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penilaian Resiliensi Eco-Socio Terumbu Karang

Nilai resiliensi' ekologi-sosial (eco­socio) terun1bu karang merupakan kombinasi penilaian antara resiliensi ekologi dan resiliensi sosial. Hasil penilaian resiliensi eco-socio menunjukan bahwa Teluk Kotania merniliki resiliensi dengan nilai resiliensi tertinggi 0.74 dan nilai resiliensi terendab 0.10 yang berturut­turut ditempati oleh stasiun 3 (St.3) dan stasiun . 15 (St.l5). Nilai resiliensi ekologi-sosial dari ke-19 stasiun penelitian ditampilkan pada Gambar 2.

Grafik Resillensi Eko-Sosio

0.74 0-712

"fijn~I~l:iid 1 3 5 7 9 II B B V a

Gambar I. Grafik nilai resiliensi eco-socio terumbukarang

Nilai resiliensi yang dimiliki ini sangat berfariasi yang pada prinsipnya menggambarkan besarnya respon ekosistem terun1bu karang di setiap stasiun. Pada sisi yang lain dengan adanya

Page 5: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ACHMAD YANI …msp.fpik.ipb.ac.id/download/publikasi/m_mukhlis_kamal/ART2011_MMK.pdf · Analisis Ekonomi Usaha Budidaya Ikan Lele Sangkuriang ... karang

375

Model Adaptasi Pengelolaan Terumbu Karang Berbasis Resiliensi Eco-Socio System

kombinasi resiliensi ekologi dan resiliensi sosial dengan sendirinya teIjadi perubahan nilai resiliensi, sehingga tingkatan resiliensi ekologi-sosial (eco-socio) juga mengaiaIni berubah dengan sendirinya pada setiap stasi un penelitian.

lika nilai tingkatan kelas resiliensi eco-socio menggunakan standar yang dikemukakan oleh Sangaji (2011) serta mengacu pada Ostrom (1990) dalam Carpenter and Brock (2004); Carpenter et al (2009), maka kelas resiliensi eco-socio terumbu karang dapat dikategorikan menjadi beberapa kelas resiliensi. Sebaran kelas resiliensi eco-socio menunjukan lokasi di perairan Pulau Marsegu merniliki 4 kelas yaitu very low resilient yang ditempati oleh stasiun 1 (St.I), low resilient ditempati oleh stasiun (St.2) dan stasiun 4 (St.4), midle resilient di stasiun 5 (St.5) dan stasiun 6 (St.6), serta high resilient berada pada stasiun 3(St.3). Se1ain itu, pada gugus perairan Pulau Osi yang terdiri atas 4 stasiun penelitian dengan 3 kelas resiliensi yaitu; very low resilient yang berada pada stasiun 12(St.12), low resilient yang terletak pada stasiun 13 (St.13), serta kelas high resilient yang tersebar di dua stasiun yaitu stasiun 10 (St.! 0) dan stasiun II (St.!I). Sementara itu, untuk stasiun 17 (St.17) yang terletak di perairan tanjung kawa merniliki kelas high resilient, dan stasiun 18(St.J8) dan stasiun 19(5t.J9) yang tersebar di perairan Pelita laya merniliki dua kelas resiliensi masing-masing very low resilient dan midle resilient, unruk

stasiun 14(St.14) dan stasiun 15(St.l5) yang berada di perairan Pulau Burung merniliki kelas resilient masing-masing midle resilient dan very low resilient, sedangkan untuk stasiun yang tersebar di perairan Pulau Tatumbu merniliki kelas very low resilient di stasiun 16 (St. 16) dan low resilient yang ditempati oleh stasiun 17(S1.17), pada sisi yang lain di perairan Pulau Buntal memiliki kelas very low resilient dan midle resilient yang masing­masing ditempati oleh stasiun 18(St.18) dan stasiun 19 (St.l9).

Penilaian Model Adaptasi Pengelolaan Terumbu Karang

Partisipasi masyarakat daiaIll menentukan pilihan pengelolaan ekosistem terumbu karang mutlak diperlukan. Untuk itu, pengelolaan yang bersifat adaptif­partisipatif sangat dibutuhkan. Model adaptasi ini berdasarkan pilihan nelayan terhadap mata pencaharian altematif yang berhubungan dengan aktifitas sehari-hari guna mengurangi tekanan terhadap ekosistem terumbu karang. Hasil analisis menunjukan terdapat 3 jenis mata pencaharian yang memiliki nilai signifikan yang dapat dijadikan altematif mata pencaharian guna mengurangi tekanan terhadap terumbu karang. Penilaian terhadap tiga mata pencaharian altematif berbasis perikanan (budidaya kepiting bakau, keraIllbah jaring tancap, dan budidaya rumput laut) pada setiap kriteria, seperti terlihat pada Tabel 3.

a e em man ternatJ T b 13 P '1' al mata penc ah' anan potensl Nilai Alternatif Mats Pencaharian

Kriteria Bobo! Kepitiog B.kau KJT RumputLaut

Ketersediaan bibit di alam 8 8,099 8,\02 8,123 Potensi pasar 7 8,241 8,315 8,212 Alokasi waktu 6 7,787 7,131 7,421 Teknologi yang sudah dipakai 7 7,468 6,218 8,151 Dampak ke terumbu karane 9 6,755 8,401 7,817 Daya serap tenaga kerja 5 7,411 7,\03 7,432 Nilai tambah produk 5 6,603 7,212 7,112 Biodiversity 8 5,512 8,011 7,077 Pvtensi konflik. 4 5,519 7,121 6,187

Page 6: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ACHMAD YANI …msp.fpik.ipb.ac.id/download/publikasi/m_mukhlis_kamal/ART2011_MMK.pdf · Analisis Ekonomi Usaha Budidaya Ikan Lele Sangkuriang ... karang

376

Chlorophyl Volume. 7 No.3 Oktober 2011 haIaman 372-377

Penilaian alternatif mata pencaharian seperti yang ditampiikan pada Tabel diatas, setelah di analisis dengan menggunakan teknik MPE maka terlihat jelas prioritas mata pencaharian yang dapat dijadikan sebagai mata pencaharian

altematif yang berpotensi mengurangi tekanan terhadap ekosistem terumbu karang. Hasil analisis MPE terhadap pilihan mata pencaharian ditampiikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil perhitungan signifikansi nil· aJ mata penc ah · al anan ternan No lenis Mata Pencaharian NilaiMPE 1 Keoitinl! bakau 52.783.520,39 2 Kerambah iarinl! tancao 247.247.592,7 3 Budidava rumout laut 139349.268,5

Dari Tabel 4 terlihat jelas bahwa sebagian besar masyarakat nelayan di Teluk Kotania yang beraktifitas di areal terumbu karang lebih menghendaki kerambah jaring tancap sebagai mata pencaharian altematif dengan nilai tertinggi yaitu sebesar 247.247.592,7 sedangkan budidaya rumput laut menempati urutan kedua sebagai mata pencaharian alternatif yang juga potensial untuk diterapkan, diikuti dengan budidaya kepiting bakau yang menjadi prioritas ketiga. Kondisi ini memberi gambaran bahwa sekitar 46% masyarakat nelayan lebih menghendaki kerambahjaring tancap sebagai mata pencaharian altematif yang dapat dilakukan sebagai prasyarat untuk mengurangi aktifitas yang selama ini mereka tekuni di areal ekosistem terumbu karang, sedangkan terdapat 26% nelayan menghendaki budidaya rumput laut dan 10% menghendaki budidaya kepiting bakan. Terdapatnya tiga mata pencaharian yang dikehendaki masyarakat nelayan merupakan gambaran model adaptasi pengelolaan terumbu karang di Teluk Kotania

Skenario Model Adaptasi Pengelolaan Terumbu Karang

Berdasarkan hasil penilaian terhadap model adaptasi yang telah dibahas sebelumnya, maka dikembangkan skenario model adaptasi partisipasif­adaptif menjadi riga skenario yaitu skenario 1, skenario 2, dan skenario 3.

Prioritas Persentasi Potensial3 9,851%= 10% Potensial 1 46,143% - 46% Potensial2 26,006% - 26%

Skenario 1, merupakan 5 cenario yang dikembangkan berdasarkan pilihan mata pencaharian 5 skenario 5 budidaya kepiting bakau yang dikehendaki masyarakat nelayan. Adanya .nilai persentasi sebesar 10% masyarakat yang memilih budidaya kepiting bakau menandakan besarnya tingkat partisipasi masyarakat untuk mengurangi tekanan terhadap ekosistem terumbu karang. Skenario model adaptasi ini diikuti dengan usaha konservasi sebesar 30%,dengan tujuan memberikan ruang bagi pemulihan kondisi terumbu karang sebesar 40%. Meskipun disertai usaha konservasi, namun Scenario ini temyata belum mampu menciptakan ruang yang cukup bagi pertumbuhan dan perkembangan terumbu karang, sehingga Scenario ini dapat disebut sebagai Scenario pesimisris.

Skenario 2, adalah 5 skenario yang dikembangkan berdasarkan kenyataan bahwa terdapat 26% masyarakat nelayan yang beraktifitas di areal ekosistem terumbu karang, menghendaki mata pencaharian budidaya rumput laut sebagai mata pencaharian yang layak guna menghindari tekanan terhadap ekosistem terumbu karilng. Skenario ini disertasi dengan upaya konservasi dan rehabilitasi ekosistem terumbu karang sebesar 30%, sehingga memungkinkan terciptanya daya resiliensi terumbu karang yang lebih baik karena ditunjang oleh ketersediaan presentasi ruang ekologi sebesar 56%. Skenario ini akan meningkatkan daya

Page 7: FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ACHMAD YANI …msp.fpik.ipb.ac.id/download/publikasi/m_mukhlis_kamal/ART2011_MMK.pdf · Analisis Ekonomi Usaha Budidaya Ikan Lele Sangkuriang ... karang

377 Model Adaptasi Pengelolaan Terumbu Karang Berbasis Resiliensi Eco-Socio System

resilient terumbu karang dari waktu ke waktu, dengan demikian maka 6skenario ini dapat disebut sebagai 6 skenario optimis.

Skenario 3, merupakan desain skenario yang mengacu ·pada kenyataan bahwa terdapat 46% masyarakat nelayan menghendaki mata pencaharian keramba jarring tancap untuk dijadikan sebagai mata pencaharian 6skenario6yang sesuai guna menghindari tekanan dan menciptakan ruang ekologi yang 'cukup untuk memperbaiki kondisi resiliensi terumbu karang di Teluk Kotania. Penerapan skenario ini disertasi dengan upaya konservasi dan rehabilitasi ekosistem terumbu karang sebesar 30%. Skenario jill diharapkan mampu memicu peningkatan daya resiliensi terumbu karang yang lebih baik bahkan dapat menciptakan kondisi resiliensi yang lebih stabil dari kondisi resiliensi aWal, karena mampu menciptakan ruang eco-socio sebesar 76% bagi peningkatan daya resilient terumbu karang. Besarnya peluang keberhasilan yang dapat terjadi dengan penerapan skenario ini, sehingga 6 skenario ini dapat disebut sebagai 6skenario sangat optimis.

KESIMPULAN

1. Teluk Kotania memiliki indeks resiliensi eco-socio yang berkisar dari 0.10 sampai 0.74 yang dikategorikan menjadi 4 kelas resiliensi yaitu very low resilient, low resilient, middle resilient, dan high resilient.

2. Strategi adaptasi pengelolaan terumbu karang di Teluk Kotania dapat dilakukan dengan tiga pilihan mata pencaharian altematif yaitu keramba jarring tancap, budidaya rumput lau!, dan budidaya kepiting bakau.

3. Untuk menjarnin keetektifan strategi adaptasi maka terdapat desain skenario yang terdiri dari scenario pesimis, skenario optimis, dan skenario sangat optimis.

DAFTAR PUSTAKA Berkes F, CS Seixas. 2005. Building

resilience in lagoon socio-ecological systems: a local-level perspective. Ecosystems 8: 967-974.

Carpenter SR, Brock W A. 2004. Spatial Complexity, Resilience and Policy Diversity: Fishing on Lake-rich Landscapes. Ecology and Society 9(1):8 (online) tp://www.ecologyandsociety.org/vol 9Jiss]}art8.

Carpenter SR, Folke C, Scheffer M, Westley F. 2009. Resilience: Accounting for The Non computable. Ecology and Society. http://www.ecologyandsociety.org/v oll4/art 13/

Folke C et al. 2002. Resilience and Sustainable Development: Building Adaptive Capacity in a World of Transformations. Ambio 31: 37-40.

Holling CS. 1973. Resilience and Stability of Ecological Systems. Annual Review of Ecology and Systematics 4:1-23.

Holling CS. 2001. Understanding the Complexity of Economic, Ecological, and Social Systems. Ecosystems 4: 390-405.

Kantor Menteri Lingkungan Hidup. 2001. Kepmen-LH No.04 Tahun 2001 tentang kriteria baku kerusakan terumbu karang. Jakarta

Sangaji M. 2011. Formulasi indeks resiliensi eco-soeio system terumbu karag: Studi kasus di Teluk Kotania Provinsi Maluku. Jumal Ichtios vol.1:1-9.