Upload
riska-ananda
View
483
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Makalah farmakologi
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Cairan sangat diperlukan oleh tubuh. Sebagian besar penyusun tubuh adalah
cairan. Cairan ini digunakan untuk proses metabolisme sel. Proses metabolisme inilah
yang nantinya akan menghasilkan energy dan kemudian digunakan untuk
melangsungkan proses kehidupan. Anjuran untuk mengkonsumsi air minum sebanyak 8
gelas air atau sebanding dengan 2 liter setiap harinya, tentu menjadikan tanda tanya
dalam pikiran kita. Apa yang terjadi dalam tubuh kita dengan air sebanyak itu. Dari
sekian banyak air yang kita minum tentunya tidak semua air tersebut diserap dan
digunakan oleh tubuh.
Segala bentuk cairan yang masuk dalam tubuh akan diserap di usus halus yang
kemudian masuk ke pembuluh darah dan akan disebarkan ke seluruh tubuh. Sebelum
diedarkan ke seluruh tubuh tentunya cairan ini akan melalui tahap filtrasi terlebih dahulu
di ginjal tepatnya di glomerolus. Setiap menit kira-kira 1 liter darah yang mengandung
plasma mengalir melalui semua glomurolus dan sekitar 10 persen dari jumlah plasma
tersebut disaring keluar. Plasma yang berisi semua garam, glukosa dan benda halus
lainnya disaring. Sel dan protein plasma terlalu besar untuk dapat menembusi pori
saringan dan tetap tinggal pada aliran darah. Zat-zat yang masih dibutuhkan oleh tubuh
ini kemudian disebar ke seluruh tubuh. Dan zat-zat yang tidak diperlukan tubuh ini
dilanjutkan perjalanannya ke tubulus dan akan dikeluarkan oleh tubuh melalui sistem
perkemihan.
Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan
1
Bisa kita bayangkan apa yang terjadi apabila zat-zat yang tidak diperlukan oleh
tubuh yang bersifat toksik ini tidak dikeluarkan oleh tubuh. Maka pasti akan terjadi
gangguan atau kelainan pada sistem perkemihan kita.
Sebagai perawat tentunya akan sering kita temui orang-orang yang mengalami
gangguan pada sistem perkemihan. Makalah ini disusun penulis agar penulis dan
pembaca memperoleh pengetahuan tentang gangguan serta pengobatan sistem
perkemihan.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Adapun penulis menyusun makalah ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan
tentang implikasi proses keperawatan dalam pemberian obat sistem perkemihan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui berbagai jenis obat yang digunakan dalam sistem perkemihan;
b. Mengetahui jenis klasifikasi obat-obat sistem perkemihan;
c. Mengetahui dosis yang benar dalam pemberian obat sistem perkemihan;
d. Mengetahui efek samping pemberian obat sistem perkemihan;
e. Mengetahui implementasi keperawatan dalam penggunaan obat pada sistem
perkemihan.
Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan
2
BAB II
KONSEP OBAT FARMAKOLOGI DALAM SISTEM PERKEMIHAN
A. ANTISEPTIK SALURAN KEMIH
Antiseptik saluran kemih terbatas hanya untuk pengobatan infeksi saluran
kemih. Obat bekerja pada tubulus ginjal dan kandung kemih, sehingga efektif dalam
mengurangi pertumbuhan bakteri. Urinalis dan pembiakan serta tes sensitifitas biasanya
dilakukan sebelum dimulainya terapi obat. Kelompok antiseptik saluran kemih adalah
nitrofurantoin, metenamin, quinolon, dan trimetoprim.
1. Nitrofurantoin
Nitrofurantoin (Furadantin, Macrodantin) pertama kali diresepkan untuk
ISK pada tahun 1953. Nitrofurantoin merupakan bakteriostatik atau bakterisidal,
tergantung dari dosis obat, dan efektif untuk melawan banyak organisme gram
positif dan gram negatif, terutama terhadap E. coli. Obat ini dipakai untuk
pengobatan ISK akut dan kronik. Pada fungsi ginjal yang normal, obat akan cepat
dieliminasi karena waktu paruhnya yang singkat yaitu 20 menit; tetapi obat ini dapat
menumpuk pada serum jika terjadi gangguan saluran kemih. Pseudomonas
aeruginosa resisten terhadap nitrofurantoin, tetapi pada populasi mutan resisten yang
peka terhadap nitrofurantoin jarang ada. Resistensi klinis muncul secara lambat.
Tidak ada restisten silang di antara nitrofurantoin dan obat antimikroba lain.
Mekanisme kerja nitrofurantoin tidak diketahui, diduga obat ini
mengahmabat sistem enzim bakteria termasuk siklus asam trikarboksilat. Aktivitas
nitrofurantoin sangat diperkuat pada pH 5,5 atau kurang.
Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan
3
Farmakokinetik
Nitrofurantoin diabsorbsi dengan baik setelah ditelan tetapi dengan
cepat dimetabolisme dan diekskresikan dengan cepat sehingga tidak
memungkinkan kerja antibakteri sistemik. Di dalam ginjal, obat ini di
ekskresikan ke dalam urin baik dengan filtrasi glomerulus maupun dengan
sekresi tubulus. Dengan dosis harian rata-rata, konsentrasi μg/mL dicapai di
dalam urin. Pada gagal ginjal, kadar di dalam urin tidak cukup untuk kerja
antibakteri, tetapi kadar dalam darah yang tinggi dapat menyebabkan keracunan.
Nitrofurantoin memberikan warna coklat pada urin.
Indikasi Klinik
Obat ini adalah salah satu alternatif untuk pengobatan infeksi saluran
kemih bawah tanpa komplikasi dan pencegahan rekurens infeksi saluran kemih
bawah.
Penggunaan Klinik
Dosis harian rata-rata untuk infeksi saluran kemih pada orang dewasa
ialah 100 mg per oral 4 kali sehari yang dimakan bersama makanan atau susu.
Nitrofurantoin tidak boleh diberikan kepada pasien infusiensi ginjal yang berat.
Nitrofurantoin dapat diberikan berbulan-bulan untuk menekan infeksi kronis
saluran kemih. Lebih disukai untuk mempertahankan pH urin di bawah 5,5.
Dosis tunggal harian nitrofurantoin, 100 mg, dapat mencegah kekambuhan
infeksi saluran kemih pada wanita.
Nitrofuran lain, furazolidon 400 mg/hari per oral (5-8 mg/kg/hari pada
anak-anak dapat mengurangi diare karena kolera dan mungkin memperpendek
ekskresi vibrio. Obat ini biasanya tidak berhasil untuk shigelosis.
Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan
4
Efek Samping
a. Toksisitas Langsung : Anoreksia, mual dan muntah merupakan efek
samping utama (dan sering) nitrofurantoin. Neuropati dan anemia hemolitik
terjadi pada individu dengan defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase.
Nitrofurantoin mengantagonis efek asam nalidiksat.
b. Reaksi Alergi : Berbagai rash pada kulit, infiltrasi ke paru-paru, dan reaksi
hipersensitif lain.
Interaksi Obat
Nitrofurantoin berinteraksi pada antasida terutama yang mengandung
Mg trisilikat dapat menurunkan absorbsi obat ini. Obat ini mengantagonis asam
nalidiksat dan oksolinat. Kadar serum fenitoin menurun bila diberikan
bersamaan dengan obat ini.
Sediaan dan Dosis
Nitrofurantoin tersedia dalam bentuk tablet dan kapsul 50 mg, 100 mg,
serta suspensi.
Dosis dewasa : 3-4x sehari 50 mg/hari.
Anak-anak : 5-7 mg/kg/BB/hari dibagi 4 dosis.
2. Metenamin
Metenamin (Mandelamine, Hiprex) menimbulkan efek bakterisidal jika pH
urin kurang d 5,5. Obat ini tersedia dalam bentuk garam mandelat (masa kerja
singkat) dan sebagai garam hipurant. Metenamin efektif dalam melawan organisme
gram positif dan gram negatif, terutama E Coli dan Pseudomonas aeruginosa. Obat
ini dipakai untuk infeksi saluran kemih kronik. Obat ini cepat diabsorpsi melalui
saluran gastrointestinal, dan sekitar 90% dari obat ini diekskresi tanpa mengalami
Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan
5
perubahan. Metenamin membentuk amonia dan formaldehida dalam urin yang asam;
oleh karena itu, urin perlu diasamkan untuk menghasilkan efek bakterisidal. Sari
buah cranberry (beberapa gelas ukuran delapan ounce perhari), asam askorbat, dan
amonium klorida dapat diapakai untuk menurunkan pH urin.
Farmakokinetik
Metenamin dan garamnya diabsorbsi secara tepat disaluran cerna
setelah pemberian secara oral, dan 10-30% dari dosis yang diberikan dihidrolisis
oleh asam lambung sehingga obat ini sebaiknya diberikan dalam bentuk salut
enterik.
Meskipun obat ini didistribusikan ke seluruh cairan tubuh termasuk sel
darah merah, cairan serebrospinalis dan sinovial, serta pleura, tetapi obat ini
tidak menunjukkan aktivitas antibakteri karena formaldehid tidak terbentuk
pada pH fisiologis. Lebih dari 90% obat ini diekskresikan kedalam urin dan
lebih dari 20% nya dihirdolisis menjadi formaldehid bebas.
Indikasi
Obat ini digunakan untuk profilaksis infeksi saluran kemih rekurens.
Obat ini sangat bermanfaat pada prostatitis dan neurogenik bladder, dan
terbentuk residu urine karena waktunya cukup untuk membentuk formaldehid.
Efek Samping
Metenamin dan garamnya cukup aman serta relatif ditoleransi dengan
baik. Efek samping yang biasanya terjadi adalah gangguan saluran cerna yang
meliputi mual, muntah, dan diare terutama bila dosis obat diberikan lebih dari
4x500 mg/hari, meskipun diberikan dalam bentuk salut enterik. Dengan dosis
besar juga, mungkin dapat menimbulkan iritasi saluran kemih yang ditandai
dengan disuria dan hematuria. Bila keluaran urin menurun, metenamin dapat
Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan
6
menimbulkan kristaluria. Selain itu juga terdapat beberapa reaksi alergi terhadap
zat warna pada Hiprex.
Interaksi Obat
Obat-obat yang meningkatkan pH urin (seperti asetazolamid dan
natrium bikarbonat) mencegah hidrolisis metamin menjadi formaldehid.
Metenamin tidak boleh diberikan bersamaan dengan golongan sulfa karena akan
meningkatkan terjadinya kristaluria.
Sediaan dan Dosis
Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 500 mg dan 1 g serta suspensi.
Metenamin Mandelat Metenamin HipuratDewasa : 4x1 gr/hari setelah makan
Anak 6-12 tahun : 4x500 mg/hariAnak < 6 tahun : 18,3 mg/kg BB/hari dibagi dalam 4 dosis
Dewasa dan anak > 12 tahun : 2x1 gr/hariAnak 6-12 tahun : 2x500 mg/hari atau 25-50mg/kg BB/hari dibagi dalam 2 dosis
3. Quinolon
Quinolon merupakan salah satu dan kelompok antiseptik saluran kemih
terbaru dan efektif dalam melawan ISK bagian bawah. Asam nalidiksat (NegGram)
dikembangkan pada tahun 1964, dan sinoksasin (Cinobac), norfloksasin (Noroxin),
dan siprofloksasin hidroklorida (Cipro) dipasarkan pada tahun 1980an. Quinolon
terbaru (sinoksasin, norfioksasin, dan siprofloksasin) efektif dalam melawan banyak
macam ISK. Dosis obat harus diturunkan jika terdapat disfungsi ginjal. Waktu paruh
dari obat-obat iniadalah 2-4 jam tetapi menjadi lebih lama jika terdapat disfungsi
ginjal.
Farmakokinetik
Sinoksasin diabsorpsi dengan baik dan saluran gastrointestinal, dan
35% dari norfloksasin diabsorpsi dari saluran gastrointestinal. Sinoksasin tinggi
Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan
7
berikatan dengan protein, tetapi norfloksasin hanya 10-15% yang berikatan
dengan protein. Waktu paruh dari ke dua obat ini adalah singkat; obat-obat ini
biasanya diberikan dua kali sehari. Baik sinoksasin maupun norfloksasin
diekskresi sebagai metabolit tanpa mengalami perubahan ke dalam urin. Selain
itu sebagian dari metabolit norfloksasin diekskresikan ke dalam feses.
Farmakodinamik
Sinoksasin dan norfloksasin menghambat sintesis DNA bakteri.
Norfloksasin merupakan obat antibakterial saluran kemih yang kuat dan efektif
untuk melawan mikroorganisme gram positif dan gram negatif, termasuk
Pseudomonas aeruginosa. Sinoksasin juga efektif dalam melawan banyak
organisme yang sama.
Mula kerja dari kedua obat ini tidah diketahui. Waktu untuk mencapai
konsentrasi puncak dari kedua obat ini adalah sama, 1-2 jam. Lama kerja
sinoksasin adalah 10-12 jam tetapi untuk norfloksasin tidak diketahui. Antasid
mengurangi absorpsi obat- obat ini. Probenesid memperpanjang kerja sinoksasin
dan norfloksasin. Obat-Obat ini mempengaruhi hasil dari beberapa pemeriksaan
Iaboratorium, mungkin menyebabkan peningkatan BUN, kreatinin serum, alkali
fosfatase serum, SGOT dan SGPT serum.
Efek Samping
Pemakaian asam nalidiksat dapat menimbulkan efek samping berikut:
sakit kepala, pusing, sinkope (pingsan), neuritis penifer, gangguan penglihatan,
dan ruam kulit. Mual, muntah, diare, sakit kepala, dan gangguan penglihatan
dapat terjadi pada pemakaian sinoksasin dan norfloksasin.
Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan
8
EFEK SAMPING(S&N) Mual, muntah, kram, pusing, sakit kepala, fotofobia, ruam kulit
(S) Pruritus, diare(N) Konstipasi
NORFLOKSASIN (N)(Noroxin)
SINOKSASIN (S)(Cinobac)
KONTRADIKSI(S&N) Penyakit hati dan ginjal yang berat, riwayat serangan kejang
INTERAKSI(S&N) Probenesid, antasid
(N) TeofilinPemeriksaan laboratorium :
(S&N) Peningkatan BUN, kreatinin, ALP, SGOT, SGPT serum
REAKSI YANG MERUGIKAN(S) Serangan kejang
(N) Kristaluria
EFEK TERAPEUTIK(S) Mengobati ISK dan mencegah kekambuhan ISK
(N) Mengobati ISK yang berat akibat organisme gram negatif
FARMAKOKINETIKAbsorbsi : PO;(S) Diabsorbsi dengan buruk(N) 35% diabsorbsiDistribusi : PP;(S) 60-80%(N) 10-15%Metabolisme : t½;(S) 1,5-2 jam(N) 3-4 jamEliminasi: (S&N)Dieksresi ke dalam urin tanpa mengalami perubahan(N) Beberapa diekskresi di feses
FARMAKODINAMIK(S) PO: Mula : TD
P: 1-2 jam L: 10-12 jam
(N) PO: Mula: TD P:1-2 jam
L: TD
Skema 1 membandingkan persamaan dan perbedaan antara kedua obat quinolon, sinoksasin dan norfloksasin.
Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan
9
KET :PO: per oral, PP: pengikatan pada protein, t½: waktu paruhP: waktu mencapai kadar puncak L: lama kerjaTD: tidak diketahui.
4. Trimetoprim
Trimetoprim (Proloprim, Trimpex) dapat dipakai tersendiri untuk
pengobatan ISK atau dalam kombinasi dengan sulfonamid, sulfametoksazol
(preparat kombinasi mi secara generik dikenal sebagai ko-trimoksazol), untuk
mencegah terjadinya organisme yang resisten terhadap trimetoprim. Obat ini
menghasilkan efek bakterisidal dengan masa kerja lambat untuk melawan hampir
semua organisme gram positif dan gram negatif. Trimetoprim dipakai untuk
pengobatan dan pencegahan ISK akut dan kronik. Jumlah trimetropim dalam cairan
prostat adalah kira-kira dua sampai tiga kali lebih besar dari jumlahnya dalam cairan
vaskular. Dalam keadaan normal waktu paruh dari trimetoprim adalah 9-11 jam;
waktu paruhrya akan lebih panjang jika terdapat disfungsi ginjal.
Farmakokinetik
Absorbsi melalui saluran cerna cepat dan lengkap, kadar puncak
plasma dicapai dalam waktu 2 jam dan waktu paruh 11 jam. Distribusi cepat ke
seluruh jaringan termasuk SSP, saliva dan empedu yang kadarnya cukup tinggi.
Efek Samping
Efek sampingnya terutama gejala-gejala gastrointestinal, yaitu mual
dan muntah; dan masalah kulit, seperti ruam kulit dan pruritus. Untuk
menghindari resistensi lebih lanjut yang semakin sering terjadi, sebaiknya
jangan digunakan sebagai obat pencegah. Resistensi dari kuman uropatogen
terhadap trimetoprim sudah meningkat.
Dosis
Dosis, setiap malam 300 mg selama 3-7 hari atau 2 dd 200 mg. Untuk
anak-anak 5-12 tahun: 2 dd 3 mg/kg BB.
Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan
10
OBAT DOSIS PEMAKAIAN DAN PERTIMBANGANNitrofurantoin (Furadantin, Macrodantin)
D: PO: 50-100 mg. q.i.d., p.c. Untuk ISK akut dan kronik. Klirens kreatinin yang normal menjamin efektifitas obat. Neuropati perifer merupakan efek yang merugikan. Dapat menimbulkan iritasi gastrointestinal. Dipakai bersama makanan dapat mengurangi rasa tidak enak pada gastrointestinal.
Metenamin (Mandelamine)
D: PO: 1 g, setiap 12 jam untuk garam hipurat, atau q.i.d. untuk garam mandelat.
Untuk ISK kronik. pH urin harus asam (< 5,5). Tidak boleh dipakai bersama sulfonamid. Dapat menyebabkan kristaluria, sehingga perlu banyak minum. Dapat menimbulkan iritasi gastrointestinal, sehingga obat perlu dipakai bersama makanan.
Trimetropim (Protoprim,Trimpex)
D: PO: 100 mg, setiap 12 jam.
Untuk pencegahan dan pengobatan ISK akut dan kronik baik pada pria maupun pada wanita. Dosis tinggi dapat menimbulkan rasa tidak enak pada gastrointestinal. Obat dapat dikombinasi dengan sulfametoksazol (Bactrim).
QuinolonAsam nalidiksat (NegGram)
D: PO: 1 g, q.i.d., selama 1-2 minggu, 1 g, b.i.d., untuk pemakaian jangka panjang.A: PO: 55 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 4 selama 1-2 minggu; 33 mg/kg/hari untuk pemakaian jangka panjang.
Untuk ISK akut dan kronik. Resistensi obat dapat terjadi. Tinggi berikatan dengan protein. Tidak didistribusikan ke dalam cairan prostat.
Sinoksasin (Cinobac)
D: PO: 1 g/hari, dalam dosis terbagi 2-4 selama 1-2 minggu.
Untuk ISK akut dan kronik. Lebih efektif daripada asam nalidiksat. Diabsorbsi ke dalam jaringan prostat.
Norfloksasin (Noroxin)
D: PO: 400 mg, b.i.d., selama 1-2 minggu.
Untuk ISK akut dan kronik. Merupakan obat yang paling kuat dari kelompok quinolon. Makanan dapat menghambat absorbsi obat.
Siprodoksasin (Cipro)
D: PO: 250-500 mg, setiap 12 jam, infeksi berat; 500-750 mg, setiap 12 jam.
Mempunyai efek antibakterial spektrum luas. Untuk ISK, infeksi kulit dan jaringan lunak, serta infeksi tulang dan sendi. Antasid menghambat absorbsi obat.
KET : D: dewasa, A: anak-anak, PO: per-oral.
5. Interaksi Obat-ObatFarmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian
Obat Sistem Perkemihan11
Tabel 1 memuat daftar antiseptik saluran kemih, dosis, pemakaian, dan pertimbangan pemakaiannya.
Interaksi obat-obat berikut ini dapat terjadi :
1. Asam nalidiksat meningkatkan efek warfarin (Coumadin).
2. Antasid mengurangi absorbsi nitrofurantoin.
3. Kebanyakan dari antiseptiksaluran kemih menyebabkan hasil positif palsu pada
pemeriksaan Clinitest.
4. Natrium bikarbonat menghambat kerja metenamin.
5. Metenamin yang dipakai bersama sulfonamida meningkatkan risiko terbentuknya
kristaluria.
B. ANALGESIK SALURAN KEMIH
Fenazopiridin hidroklorida (Pyridium), suatu analgesik zat warna azo,
merupakan suatu analgesik saluran kemih yang telah dipakai sejak 40 tahun yang lalu.
Obat ini dipakai untuk meredakan nveri, rasa terbakar, dan sering berkemih serta rasa
dorongan berkemih yang merupakan gejala dan ISK bagian bawah. Obat ini dapat
menimbulkan gangguan gastrointestinal, anemia hemolitik, nefrotoksisitas, dan
hepatotoksisitas. Urin akan berubah warna menjadi jingga kemerahan akibat zat warna,
tetapi hal ini tidak membahayakan. Fenazopiridin dapat mengubah pemeriksaan glukosa
urin (Clinitest), sehingga pemeriksaan darah perlu dilakukan untuk memantau kadar
gula.
Farmakokinetik
Fenazopiridin diabsorpsi dengan baik melalui saluran gastrointestinal.
Persentase pengikatan pada protein dan waktu paruhnya tidak diketahui.
Fenazopiridin dimetabolisme oleh hati dan diekskresikan ke dalam urin, yang
berwarna jingga kemerahan akibat zat warna dalam obat yang tidak berbahaya.
Farmakodinamik
Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan
12
Fenazopiridin telah tersedia sejak beberapa dasawarsa yang lalu untuk
mengurangi nyeri dan rasa tidak enak sewaktu berkemih. Obat ini mempunyai efek
anestetik pada selaput lendir saluran kemih; tetapi cara kerja pastinya tidak
diketahui. Waktu untuk mencapai konsentrasi dalam serum untuk obat ini adalah 5
jam, dan lama kerjanya adalah 6-8 jam. Fenazopiridin biasanya diberikan beberapa
kali dalam sehari. Pada penyakit hati atau ginjal yang berat, hepatotoksisitas atau
nefrotoksisitas, berturut-turut, dapat terjadi.
Indikasi
Obat ini digunakan untuk mengurangi nyeri, rasa terbakar, urigensi dan
frekuensi kencing yang berlebihan yang erat kaitannya dengan iritasi saluran kemih.
Gejala-gejala ini dapat disebabkan oleh infeksi (sistitis), trauma, pembedahan,
endoskpi serta kateterisasi. Obat ini sebaiknya dihentikan apabila nyeri sudah
terkontrol atau tidak boleh dilanjutkan setelah 48 jam pemakaian karena tidak ada
bukti bahwa kombinasi obat ini dengan antibiotika lebih bermanfaat dibandingkan
dengan pemberian obat ini secara tunggal.
Efek Samping
Efek samping yang paling sering adalah gangguan saluran cerna dan
pusing. Obat ini membentuk warna urin menjadi oranye atau merah. Dan ada pada
beberapa kasus anemia hemoitik, gangguan ginjal dan hati yang timbul, terutama
pada pemberian dosis takar lajak.
Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan
13
FENAZOPIRIDIN(Pyridim)
KONTRADIKSIPenyakit hati dan ginjal yang berat
INTERAKSITidak diketahui
FARMAKOKINETIKAbsorbsi : PO; diabsorbsi dengan baik
Distribusi : PP; TD(Metabolisme : t½; TD
Eliminasi: ke dalam urin
FARMAKODINAMIKPO: Mula : TD
P: 5 jam L: 6-8 jam
EFEK TERAPEUTIKMeredakan iritasi saluran kemih akibat infeksi
EFEK SAMPINGAnoreksia, mual, muntah, diare, sakit ulu hati, ruam kulit, urin berwarna jingga-merah
REAKSI YANG MERUGIKANHepatotoksisitas, nefrotoksisitas, trombositopenia, agranulositopenia, lekopenia, anemia hemolitik
Skema 2 menjelaskan perilaku farmakologik dari fenazopiridin.
KET : PO: per oral, PP: pengikatan pada protein, t½: waktu paruh, P: waktu mencapai kadar puncak, L: lama kerja, TD: tidak diketahui.
Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan
14
C. PERANGSANG SALURAN KEMIH
Jika fungsi kandung kemih menurun atau hilang akibat kandung kemih
neurogenik (suatu disfungsi akibat lesi pada sistem saraf) akibat cedera medula spinalis
(paraplegia, hemiplegia) atau cedera kepala yang berat, maka dapat dipakai
parasimpatomimetik untuk merangsang miksi (berkemih). Obat pilihannya, yaitu
betanekol klorida (Urecholine), merupakan suatu perangsang saluran kemih, juga dikenal
sebagai parasimpatomimetik yang bekerja langsung (kolinomimetik), dan obat ini
bekerja dengan meningkatkan tonus kandung kemih.
D. ANTISPASMODIK SALURAN KEMIH
Spasme saluran kemih akibat infeksi atau cedera dapat diredakan dengan
antispasmodik yang bekerja langsung pada otot polos dari saluran kemih. Kelompok
obat-obat ini (dimetil sulfoksida juga dikenal dengan DMSOI, oksibutinin, dan flavoksat)
merupakan kontraindikasi jika terdapat obstruksi saluran kemih atau gastrointestinal,
atau jika orang tersebut menderita glaukoma. Antispasmodik mempunyai efek yang sama
dengan antimuskarinik, parasimpatolitik, dan antikolinergik. Efek sampingnya meliputi
mulut kering, peningkatan denyut jantung, pusing, distensi usus halus, dan konstipasi.
Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan
15
Tabel 2 memuat obat-obat yang tergolong dalam analgesik, perangsang, dan antispasmodik saluran kemih.
OBAT DOSIS PEMAKAIAN DAN PERTIMBANGANAnalgesik Saluran KemihFenazopiridin (Pyridium)
D: PO: 100-200 mg, t.i.d., p.c.A: PO: 12 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 3
Untuk sistisis kronik untuk meredakan nyeri dan rasa terbakar sewaktu berkemih. Urin akan berwarna jingga kemerahan. Dapat dipakai bersama-sama dengan antibiotik.
Perangsang Saluran KemihBetanekol (Urecholine) D: PO: 10-50 mg,
b.i.d., t.i.d., q.i.d.Untuk kandung kemih yang hipotonik atau atonik. Tidak boleh dipakai jika terdapat tukak peptik, dapat menimbulkan rasa tidak enak pada ulu hati, kram abdomen, mual, muntah, diare, dan kembung.
Antispasmodik Saluran KemihFlavoksat (Urispas)
Oksibutinin (Ditropan)
Dimetil sulfoksida (Demasorb)
D: PO: 100-200 mg, t.i.d., atau q.i.d.
D: PO: 5 mg, b.i.d., atau t.i.d.A (< 5 tahun): PO: 5 mg, b.i.d.
Diteteskan pada kandung kemih: 50 mL
Untuk spasme saluran kemih. Harus dihindari oleh penderita glaukoma. Hati-hati pemakaiannya pada orang lanjut usia.
Untuk spasme saluran kemih. Merupakan kontraindikasi pada orang yang mengalami masalah pada jantung, ginjal, hati, dan prostat.
Untuk sistitis. Dimasukkan ke dalam kandung kemih untuk didiamkan selama 15 menit. Efek tambahannya adalah peradangan, anastetik, dan bakteriostatik.
KET : D: dewasa, A: anak-anak, PO: sesudah makan, >: lebih dari
E. DIURETIK
Diuretika adalah obat yang bekerja pada ginjal untuk meningkatkan ekskresi air
dan natrium klorida. Secara normal, rearbsorbsi garam dan air dikendalikan masing-
masing oleh aldosteron dan vasopresin (hormon antidiuretik, ADH). Sebagian besar
diuretik bekerja dengan menurunkan rearbsobsi oleh tubulus (atas). Ekskresi elektrolit
yang meningkat diikuti oleh peningkatan ekskresi air, yang penting untuk
mempertahankan keseimbangan osmotik. Diuretik digunakan untuk mengurangi edema
Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan
16
pada gagal jantung kongestif, beberapa penyakit ginjal, dan sirosis hepatis. Beberapa
diuretik, terutama tizaid secara luas digunakan pada terapi hipertensi, namun kerja
hipotensif jangka panjangnya tidak hanya berhubungan dengan sifat diuretiknya.
Tizaid dan senyawa yang berkaitan bersifat aman, aktif secara oral, namun
merupakan diuretik yang relatif lemah. Obat yang lebih efektif adalah high celling atau
diuretik loop. Obat ini mempunyai awitan yang sangat cepat dan durasi kerja yang cukup
pendek. Obat ini sangat kuat dan bisa menyebabkan ketidakseimbanangan elektrolit serta
dehidrasi yang seruis. Metolazon merupakan obat yang berkaitan dengan tizaid dan
aktivitasnya berada diantara diuretik loop dan tizaid. Metolazon mempunyai efek
sinergis yang kuat dengan furosemid dan kombinasi tersebut bisa efektif pada edema
yang resisten dan pada pasien dengan gagal ginjal yang seruis. Tizaid dan diuretik loop
meningkatkan ekskresi kalium, dan mungkin dibutuhkan suplemen kalium untuk
mecegah hipokalemia.
Beberapa diuretik bersifat ‘hemat kalium’. Duiretik ini lemah bila digunakan
tersendiri, namum menyebabkan retensi kalium dan sering diberikan bersama tizaid atau
diuretik loop untuk mencegah hipokalemia.
1. Tizaid
Tizaid terbentuk dari inhibitor karbonat anhidrase. Akan tetapi aktivitas
diuretik obat ini tidak berhubungan dengan efeknya pada obat tersebut. Tizaid
digunakan secara luas pada terapi gagal jantung ringan dan hipertensi, dimana telah
terbukti bahwa obat tersebut menurukan insidensi stroke. Terdapar banyak macam
tizaid, namun satu-satunya perbedaan utama adalah durasi kerjanya. Yang paling
banyak digunakan adalah bendroflumetiazid.
Mekanisme Kerja
Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan
17
Tizaid bekerja terutama pada segmen awal tubulus distal, dimana tizaid
menghambat rearbsorbsi NaCl dengan terikat pada sinporter yang berperan
untuk kontraspor Na+/Cl- elektronetral. Terjadi peningkatan eksresi Cl-, Na+ dan
disertai H2O. Beban Na yang meningkat dalam tubulus distal menstimulasi
pertukaran Na+ dengan K+ dan H+, meningkatkan sekresinya dan hipokalemia
dan alkalosis metabolik.
Efek Simpang
Efek simpang termasuk kelemahan, impotensi dan kadang-kadang
ruam kulit. Reaksi alergi yang serius (misalnya trombositopenia) jarang terjadi.
Yang lebih sering terjadi adalah efek metabolik seperti berikut :
- Hipokalemia bisa mempresitipasi aritmia jantung, terutama pada pasien yang
mendapat digitalis. Hal ini dapat dicegah dengan pemberian suplemen kalium
bila dibutuhkan, atau terapi kombinasi dengan diuretik hemat kalium.
- Hiperurisemia. Kadar asam urat dalam darah sering kali meningkat karena
tizaid disekresi oleh sistem sekresi asam organik dalam tubulus dan
berkompetisi untuk sekresi asam urat. Keadaan in dapar mempresitipasi gout.
- Toleransi glukosa bisa terhanggu dan tizaid adalah kontraindikasi pada
pasien diabetes tidak tergantung insulin.
- Lipid. Tizaid meningkatkan kadar kolesterol plasma paling tidak selama 6
bulan pertama pemberian obat, tetapi signifikansinya tidak jelas.
2. Diuretik Loop
Diuretik loop (biasanya furosemid) diberikan secara oral dan digunakan
untuk mengurangi edema perifer dan edema paru pada gagal jantung sedang sampai
berat. Obat ini diberikan secara intravena pada pasien dengan edema paru akibat
Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan
18
gagal ventrikel akut. Tidak seperti tizaid, diuretik loop efektif pada pasien dengan
penurunan fungsi ginjal.
Mekanisme Kerja
Obat yang bekerja di loop menghambat rearbsorbsi NaCl dalam ansa
Henle asendens segmen tebal. Segmen ini mempunyai kapasitas yang besar
untuk merearbsorsi NaCl sehingga obat yang bekerja pada tempat ini
menyebabkan diuresis yang lebih hebat daripada duiretik lain. Diuretik loop
bekerja pada membran lumen dengan cara menghambat kontraspor Na+/K+/2Cl-.
(Na+ secara aktif ditranspor keluar sel ke dalam intertisium oleh pompa yang
tergantung pada Na+/K+ -ATPase di membran basolateral). Spesifisitas diuretik
loop disebabkan oleh konsentrasi lokalnya yang tinggi dalam tubulus ginjal.
Akan tetapi, pada dosis tinggi obat ini bisa menginduksi perubahan komposisi
elektrolik dalam endolimfe dan menyebabkan ketulian.
Efek Simpang
Obat ini bekerja di loop dan dapat menyebabkan hiponatremia,
hipotensi, hipovolemia, dan hipokalemia. Kehilangan kaliun seperti dengan
pemberian tizaid, secara klinis seringkali tidak penting kecuali bila terdapat
faktor resiko tambahan untuk aritmia (misalnya terapi dengan digoksin).
Ekskresi kalium dan magnesium meningkat dan dapat terjadi hipomagnesemia.
Penggunaan diuretik loop yang berlebihan (dosis tinggi, pemberian secara
intravena) bisa menyebabkan ketulian yang tidak dapat pulih kembali.
3. Diuretik Hemat Kalium
Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan
19
Diuterik ini bekerja pada segmen yang berespon terhadap aldosteron pada
nefron distal, dimana homeostatis K+ dikendalikan. Aldosteron menstimulasi
rearbsorbsi Na+ dengan mengantagonis aldosteron (spironolakton) atau memblok
kanal Na+ (amilorid, triamteren). Hal ini menyebabkan potensial listrik epitel tubulus
menurun, sehingga gaya untuk sekresi K+ berkurang. Obat ini dapat menyebabkan
hiperkalemia berat, terutama pada pasien dengan gangguan ginjal. Hiperkalemia
juga mungkin terjadi bila pasien mengkonsumsi inhibitor ACE (misalnya kaptopril),
karena obat ini menurunkan sekresi aldosteron (dan selanjutnya ekskresi K+).
Sprinolakton secara kompetitif memblok ikatan aldosteron pada reseptor
sitoplasma sehingga meningkatkan ekskresi Na+ (Cl- dan H2O) dan menurunkan
sekresi K+ yang ‘diperkuat oleh listrik’. Sprinolakton merupakan diuretik lemah,
karena hanya 2% dari rearbsorbsi Na+ total yang berada dibawah kendali aldosteron.
Sprinolakton digunakan terutama pada penyakit hati dengan asites, sindrom Conn,
(hiperaldosteronisme primer) dan gagal jantung berat.
Amilorid dan triamteren menurunkan preamibilitas membran lumen
terhadap Na+ pada distal nefron dengan mengisi kanal Na+ dan menghambatnya
dengan perbandingan 1:1. Hal ini meningkatkan ekskresi Na+ (Cl- dan H2O) dan
menurunkan ekskresi K+.
Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan
20
BAB III
IMPLIKASI PEMBERIAN OBAT PADA SISTEM
PERKEMIHAN DALAM PROSES KEPERAWATAN
A. IMPLIKASI KEPERAWATAN : ANTISEPTIK SALURAN KEMIH
PENGKAJIAN
Kaji pasien untuk adanya tanda dan gejala infeksi saluran kemih (frekuensi, urgensi,
nyeri dan rasa terbakar saat berurinasi; demam; urin keruh atau berbau busuk)
sebelum dan secara periodik selama terapi.
Dapatkan spesimen untuk kultur dan sensitivitas sebelum dan selama pemberian
obat.
Pantau perbandingan asupan dan haluaran. Beritahu dokter adanya selisih total yang
signifikan.
Pertimbangan Tes Lab: HSD harus dipantau secara rutin pada pasien yang menjalani
terapi jangka panjang.
Dapat menyebabkan peningkatan glukosa serum, alkaline fosfatase, BUN dan
kreatinin.
Dapat menyebabkan hasil positif palsu pada tes glukosa urin dengan tembaga sulfat
(Clinitest ). Gunakan metode tes enzimatik glukosa (Ketodiastix atau Tes-tape)
untuk memeriksa glukosa urin.
DIAGNOSA KEPERAWATAN POTENSIAL
Resiko tinggi infeksi (indikasi).
Nyeri (indikasi).
Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan
21
Kurang pengetahuan sehubungan dengan program pengobatan (penyuluhan
pasien/keluarga).
PERENCANAAN
Tanda-Tanda dan gejala-gejala infeksi saluran kemih pada klien akan hilang dalam
10 hari.
IMPLEMENTASI
PO: Berikan bersama makanan atau susu untuk meminimalkan iritasi GI, untuk
memperlambat dan meningkatkan absorbsi, untuk meningkatkan konsentrasi
puncak, dan untuk memperpanjang durasi konsentrasi terapeutik dalam urin.
Jangan menggerus tablet atau membuka kapsul.
Berikan preparat cair denga alat ukur yang sudah dikalibrasi. Kocok dengan baik
sebelum diberikan. Suspensi oral dapat dibantu dengan air, susu, jus buah atau
formula bayi. Kumur dengan air setelah pemberian suspensi oral untuk mencegah
perubahan warna gigi.
Penyuluhan Kepada Klien/Keluarga
Nitrofurantoin :
Instruksikan pasien untuk mengkonsumsi obat dalam 24 jam sesuai anjuran. Jika
ada satu dosis yang terlewat, segera konsumsi dan buat jarak sekitar 2-4 jam
dengan dosis berikutnya. Jangan melewati atau menggandakan dosis yang
terlupa.
Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan
22
Dapat menyebabkan pusing atau mengantuk. Peringatkan pasien untuk tidak
mengendarai kendaraan atau melakukan aktifitas lain yang memerlukan
kewaspadaan sampai respons terhadap obat diketahui.
Beritahu pasien bahwa obat ini dapat menyebabkan urin berwarna kuning-karat
sampai cokelat, yang tidak berarti apa-apa.
Anjurkan pasien untuk memberitahu dokter jika terjadi demam, menggigil, nyeri
dada, dispnea, ruam kulit, kebas atau kesemutan pada jari tangan dan kaki, atau
ketidaknyamanan GI yang tidak dapat ditoleransi. Laporkan juga tanda-tanda
superinfeksi (urin keruh atau berbau busuk; iritasi perineum; disuria).
Instruksikan pasien untuk berkonsultasi dengan dokter jika tidak ada perbaikan
yang terlihat dalam beberapa hari setelah terapi dimulai.
Metenamin :
Nasehatkan klien untuk meminum sari buah cranberry atau meminum vitamin C
atas persetujuan dokter untuk menjaga agar urin tetap asam. Makanan yang
bersifat basa, seperti susu dan beberapa macam sayur-sayuran, dapat
rneningkatkan pH urin. pH urin harus kurang dan 5,5 agar antiseptik dapat
efektif.
Quinolon :
Nasehatkan klien untuk menghindari menjalankan mesin yang berbahaya atau
mengemudikan mobil sewaktu memakai obat, terutama jika timbul rasa pusing.
Nasehatkan klien bahwa fotosensitivitas merupakan efek samping dan hampir
Semua obat dalam kelompok ini. Klien harus menggunakan sunblock dan baju
pelindun jika terkena sinar matahari.
Beritahu klien untuk minum sedikitnya enam sampai delapan gelas (gelas ukuran
8 ounce) cairan setiap harinya untuk mencegah pembentukan kristaluria.
Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan
23
Fenazopiridin :
Nasehatkan klien bahwa urin akan berubah warna menjadi jingga kemerahan
yang tidak berbahaya.
Betanekol :
Beritahu klien untuk melaporkan jika mengalami rasa tidak enak pada abdomen,
diare, mual, muntah, bertambahnya air liur, rasa dorongan berkemih, kulit wajah
kemerahan, atau berkeringat.
EVALUASI
Efektifitas terapi ditunjukkan dengan:
Hilangnya tanda dan gejala infeksi. Terapi harus dilanjutkan selama minimal 7 hari
dan selama sedikitnya 3 hari setelah urin menjadi steril.
Berkurangnya frekuensi infeksi pada terapi supersif kronik.
B. IMPLIKASI KEPERAWATAN : DIURETIK
PENGKAJIAN
Informasi umum: Kaji status cairan selama terapi. Pantau berat badan harian,
perbandingan asupan dan haluaran, jumlah dan lokasi edema, bunyi paru, turgor
kulit dan membran mukosa.
Kaji pasien untuk adanya anoreksia, kelemahan otot, kebas, kesemutan, parestesia,
konfusi dan rasa haus yang berlebihan. Segera beritahu dokter bila terjadi tanda-
tanda ketidakseimbangan elektrolit.
Peningkatan tekanan intracranial: Pantau status neurologik dan tekanan intracranial
pada pasien-pasien yang menerima diuretic osmotik untuk menurunkan edema
serebri.
Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan
24
Peningkatan tekanan intraokuler: Pantau nyeri mata yang menetap atau bertambah
atau penurunan tajam penglihatan.
Pertimbangan tes lab: Pantau elektrolit (khususnya kalium) glukosa, darah, BUN
dan kadar asam urat serum sebelum dan secara periodik selama terapi.
Diuretik tiazid dapat menyebabkan peningkatan kadar kolesterol, lipoprotein
densitas-rendah (LDL) dan trigliserida serum.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN POTENSIAL
Kelebihan volume cairan (indikasi)
Kurang pengetahuan sehubungan dengan program pengobatan (penyuluhan
pasien/keluarga)
IMPLEMENTASI
Berikan diuretic oral di pagi hari untuk menghindari terganggunya siklus tidur.
Banyak diuretic tersedia dalam kombinasi dengan antihipertensi atau diuretic hemat
kalium.
PENYULUHAN PASIEN/KELUARGA
Informasi umum: Peringatkan pasien untuk melakukan perubahan posisi secara
perlahan guna meminimalkan hipotensi ortostatik. Peringatkan pasien bahwa
penggunaan alcohol , latihan dalam cuaca panas, atau berdiri untuk waktu lama
selama terapi dapat memperkuat hipotensi ortostatik.
Instruksikan pasien untuk berkonsultasi dengan dokter mengenai pedoman kalium
diet.
Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan
25
Instruksikan pasien untuk memantau berat badan setiap minggu dan memberi tahu
dokter bila terdapat perubahan yang bermakna. Intruksikan pasien yang menderita
hipertensi mengenai teknik yang benar memantau tekanan darah setiap minggu.
Peringatkan pasien untuk menggunakan tabir surya dan pakaian pelindung guna
mencegah reaksi fotosensitivitas.
Anjurkan pasien untuk berkonsultasi dahulu dengan dokter atau apoteker sebelum
menggunakan obat bebas bersama obat ini.
Instruksikan pasien untuk memberi tahu dokter atau dokter gigi mengenai program
pengobatan ini sebelum dilakukan tindakan atau pembedahan.
Anjurkan pasien untuk segera menghubungi dokter bila terjadi kelemahan otot,
kram, mual, pusing, kebas atau kesemutan pada ekstremitas.
Tekankan pentingnya pemeriksaan tindak lanjut yang rutin.
Hipertensi: Tekankan pentingnya melanjutkan terapi tambahan untuk hipertensi
(pengurangan berat badan, latihan teratur, pembatasan asupan natrium, pengurangan
stress, pengurangan konsumsi alcohol, dan berhenti merokok)
EVALUASI
Efektivitas terapi ditunjukkan dengan:
Menurunnya tekanan darah
Meningkatnya haluaran urin
Berkurangnya edema
penurunan tekanan intracranial
tidak terjadinya hipokalemia pada pasien-pasien yang mendapat diuretic
pengobatan hiperaldosteronemia
Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan
26
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penggunaan obat tidak bisa dilakukan sembarangan. Harus ada serangkaian
pemeriksaan sebelum memutuskan memberikan obat kepada pasien. Juga harus ada
pengecekan berulang kali sebelum memberikan obat kepada pasien sehingga dapat
meminimalisir kemungkinan terburuk yang akan terjadi apabila ceroboh dalam
pemberian obat.
Kepatuhan dalam pemberian obat terjadi apabila aturan pakai obat diresepkan
serta pemberiannya di rumah sakit diikuti dengan benar. Sehingga sangat bijaksana jika
perawat mau mengecek obat yang akan diberikan demi kesembuhan pasien.
Cara pemberian obat pada klien yang menderita gangguan pada sistem
perkemihan pun harus diperhatikan para perawat sebagaimana kita ketahui bahwa peran
dari saluran perkemihan sangat penting dalam proses pengeluaran zat-at yang tidak
digunakan oleh tubuh dan zat-zat yang mengandung toxic.
B. SARAN
Adapun saran dalam makalah yang telah kami susun ini ialah :
1. Sebaiknya tidak sembarangan atau mengira-ngira dalam memberikan dosis obat
kepada pasien.
2. Kaji penyakit pasien sebelum memberikan obat, dan berikan obat sesuai dengan
tujuan pemberian.
Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan
27
3. Jangan memberikan obat yang efek samping yang tinggi yang tidak sesuai dengan
kemampuan tubuh pasien dalam mencerna, hal itu dapat menimbulkan terjadinya hal
yang fatal bagi pasien.
Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan
28