44
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Cairan sangat diperlukan oleh tubuh. Sebagian besar penyusun tubuh adalah cairan. Cairan ini digunakan untuk proses metabolisme sel. Proses metabolisme inilah yang nantinya akan menghasilkan energy dan kemudian digunakan untuk melangsungkan proses kehidupan. Anjuran untuk mengkonsumsi air minum sebanyak 8 gelas air atau sebanding dengan 2 liter setiap harinya, tentu menjadikan tanda tanya dalam pikiran kita. Apa yang terjadi dalam tubuh kita dengan air sebanyak itu. Dari sekian banyak air yang kita minum tentunya tidak semua air tersebut diserap dan digunakan oleh tubuh. Segala bentuk cairan yang masuk dalam tubuh akan diserap di usus halus yang kemudian masuk ke pembuluh darah dan akan disebarkan ke seluruh tubuh. Sebelum diedarkan ke seluruh tubuh tentunya cairan ini akan melalui tahap filtrasi terlebih dahulu di ginjal tepatnya di glomerolus. Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan 1

Farmakologi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah farmakologi

Citation preview

Page 1: Farmakologi

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Cairan sangat diperlukan oleh tubuh. Sebagian besar penyusun tubuh adalah

cairan. Cairan ini digunakan untuk proses metabolisme sel. Proses metabolisme inilah

yang nantinya akan menghasilkan energy dan kemudian digunakan untuk

melangsungkan proses kehidupan. Anjuran untuk mengkonsumsi air minum sebanyak 8

gelas air atau sebanding dengan 2 liter setiap harinya, tentu menjadikan tanda tanya

dalam pikiran kita. Apa yang terjadi dalam tubuh kita dengan air sebanyak itu. Dari

sekian banyak air yang kita minum tentunya tidak semua air tersebut diserap dan

digunakan oleh tubuh.

Segala bentuk cairan yang masuk dalam tubuh akan diserap di usus halus yang

kemudian masuk ke pembuluh darah dan akan disebarkan ke seluruh tubuh. Sebelum

diedarkan ke seluruh tubuh tentunya cairan ini akan melalui tahap filtrasi terlebih dahulu

di ginjal tepatnya di glomerolus. Setiap menit kira-kira 1 liter darah yang mengandung

plasma mengalir melalui semua glomurolus dan sekitar 10 persen dari jumlah plasma

tersebut disaring keluar. Plasma yang berisi semua garam, glukosa dan benda halus

lainnya disaring. Sel dan protein plasma terlalu besar untuk dapat menembusi pori

saringan dan tetap tinggal pada aliran darah. Zat-zat yang masih dibutuhkan oleh tubuh

ini kemudian disebar ke seluruh tubuh. Dan zat-zat yang tidak diperlukan tubuh ini

dilanjutkan perjalanannya ke tubulus dan akan dikeluarkan oleh tubuh melalui sistem

perkemihan.

Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

1

Page 2: Farmakologi

Bisa kita bayangkan apa yang terjadi apabila zat-zat yang tidak diperlukan oleh

tubuh yang bersifat toksik ini tidak dikeluarkan oleh tubuh. Maka pasti akan terjadi

gangguan atau kelainan pada sistem perkemihan kita.

Sebagai perawat tentunya akan sering kita temui orang-orang yang mengalami

gangguan pada sistem perkemihan. Makalah ini disusun penulis agar penulis dan

pembaca memperoleh pengetahuan tentang gangguan serta pengobatan sistem

perkemihan.

B. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Adapun penulis menyusun makalah ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan

tentang implikasi proses keperawatan dalam pemberian obat sistem perkemihan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui berbagai jenis obat yang digunakan dalam sistem perkemihan;

b. Mengetahui jenis klasifikasi obat-obat sistem perkemihan;

c. Mengetahui dosis yang benar dalam pemberian obat sistem perkemihan;

d. Mengetahui efek samping pemberian obat sistem perkemihan;

e. Mengetahui implementasi keperawatan dalam penggunaan obat pada sistem

perkemihan.

Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

2

Page 3: Farmakologi

BAB II

KONSEP OBAT FARMAKOLOGI DALAM SISTEM PERKEMIHAN

A. ANTISEPTIK SALURAN KEMIH

Antiseptik saluran kemih terbatas hanya untuk pengobatan infeksi saluran

kemih. Obat bekerja pada tubulus ginjal dan kandung kemih, sehingga efektif dalam

mengurangi pertumbuhan bakteri. Urinalis dan pembiakan serta tes sensitifitas biasanya

dilakukan sebelum dimulainya terapi obat. Kelompok antiseptik saluran kemih adalah

nitrofurantoin, metenamin, quinolon, dan trimetoprim.

1. Nitrofurantoin

Nitrofurantoin (Furadantin, Macrodantin) pertama kali diresepkan untuk

ISK pada tahun 1953. Nitrofurantoin merupakan bakteriostatik atau bakterisidal,

tergantung dari dosis obat, dan efektif untuk melawan banyak organisme gram

positif dan gram negatif, terutama terhadap E. coli. Obat ini dipakai untuk

pengobatan ISK akut dan kronik. Pada fungsi ginjal yang normal, obat akan cepat

dieliminasi karena waktu paruhnya yang singkat yaitu 20 menit; tetapi obat ini dapat

menumpuk pada serum jika terjadi gangguan saluran kemih. Pseudomonas

aeruginosa resisten terhadap nitrofurantoin, tetapi pada populasi mutan resisten yang

peka terhadap nitrofurantoin jarang ada. Resistensi klinis muncul secara lambat.

Tidak ada restisten silang di antara nitrofurantoin dan obat antimikroba lain.

Mekanisme kerja nitrofurantoin tidak diketahui, diduga obat ini

mengahmabat sistem enzim bakteria termasuk siklus asam trikarboksilat. Aktivitas

nitrofurantoin sangat diperkuat pada pH 5,5 atau kurang.

Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

3

Page 4: Farmakologi

Farmakokinetik

Nitrofurantoin diabsorbsi dengan baik setelah ditelan tetapi dengan

cepat dimetabolisme dan diekskresikan dengan cepat sehingga tidak

memungkinkan kerja antibakteri sistemik. Di dalam ginjal, obat ini di

ekskresikan ke dalam urin baik dengan filtrasi glomerulus maupun dengan

sekresi tubulus. Dengan dosis harian rata-rata, konsentrasi μg/mL dicapai di

dalam urin. Pada gagal ginjal, kadar di dalam urin tidak cukup untuk kerja

antibakteri, tetapi kadar dalam darah yang tinggi dapat menyebabkan keracunan.

Nitrofurantoin memberikan warna coklat pada urin.

Indikasi Klinik

Obat ini adalah salah satu alternatif untuk pengobatan infeksi saluran

kemih bawah tanpa komplikasi dan pencegahan rekurens infeksi saluran kemih

bawah.

Penggunaan Klinik

Dosis harian rata-rata untuk infeksi saluran kemih pada orang dewasa

ialah 100 mg per oral 4 kali sehari yang dimakan bersama makanan atau susu.

Nitrofurantoin tidak boleh diberikan kepada pasien infusiensi ginjal yang berat.

Nitrofurantoin dapat diberikan berbulan-bulan untuk menekan infeksi kronis

saluran kemih. Lebih disukai untuk mempertahankan pH urin di bawah 5,5.

Dosis tunggal harian nitrofurantoin, 100 mg, dapat mencegah kekambuhan

infeksi saluran kemih pada wanita.

Nitrofuran lain, furazolidon 400 mg/hari per oral (5-8 mg/kg/hari pada

anak-anak dapat mengurangi diare karena kolera dan mungkin memperpendek

ekskresi vibrio. Obat ini biasanya tidak berhasil untuk shigelosis.

Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

4

Page 5: Farmakologi

Efek Samping

a. Toksisitas Langsung : Anoreksia, mual dan muntah merupakan efek

samping utama (dan sering) nitrofurantoin. Neuropati dan anemia hemolitik

terjadi pada individu dengan defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase.

Nitrofurantoin mengantagonis efek asam nalidiksat.

b. Reaksi Alergi : Berbagai rash pada kulit, infiltrasi ke paru-paru, dan reaksi

hipersensitif lain.

Interaksi Obat

Nitrofurantoin berinteraksi pada antasida terutama yang mengandung

Mg trisilikat dapat menurunkan absorbsi obat ini. Obat ini mengantagonis asam

nalidiksat dan oksolinat. Kadar serum fenitoin menurun bila diberikan

bersamaan dengan obat ini.

Sediaan dan Dosis

Nitrofurantoin tersedia dalam bentuk tablet dan kapsul 50 mg, 100 mg,

serta suspensi.

Dosis dewasa : 3-4x sehari 50 mg/hari.

Anak-anak : 5-7 mg/kg/BB/hari dibagi 4 dosis.

2. Metenamin

Metenamin (Mandelamine, Hiprex) menimbulkan efek bakterisidal jika pH

urin kurang d 5,5. Obat ini tersedia dalam bentuk garam mandelat (masa kerja

singkat) dan sebagai garam hipurant. Metenamin efektif dalam melawan organisme

gram positif dan gram negatif, terutama E Coli dan Pseudomonas aeruginosa. Obat

ini dipakai untuk infeksi saluran kemih kronik. Obat ini cepat diabsorpsi melalui

saluran gastrointestinal, dan sekitar 90% dari obat ini diekskresi tanpa mengalami

Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

5

Page 6: Farmakologi

perubahan. Metenamin membentuk amonia dan formaldehida dalam urin yang asam;

oleh karena itu, urin perlu diasamkan untuk menghasilkan efek bakterisidal. Sari

buah cranberry (beberapa gelas ukuran delapan ounce perhari), asam askorbat, dan

amonium klorida dapat diapakai untuk menurunkan pH urin.

Farmakokinetik

Metenamin dan garamnya diabsorbsi secara tepat disaluran cerna

setelah pemberian secara oral, dan 10-30% dari dosis yang diberikan dihidrolisis

oleh asam lambung sehingga obat ini sebaiknya diberikan dalam bentuk salut

enterik.

Meskipun obat ini didistribusikan ke seluruh cairan tubuh termasuk sel

darah merah, cairan serebrospinalis dan sinovial, serta pleura, tetapi obat ini

tidak menunjukkan aktivitas antibakteri karena formaldehid tidak terbentuk

pada pH fisiologis. Lebih dari 90% obat ini diekskresikan kedalam urin dan

lebih dari 20% nya dihirdolisis menjadi formaldehid bebas.

Indikasi

Obat ini digunakan untuk profilaksis infeksi saluran kemih rekurens.

Obat ini sangat bermanfaat pada prostatitis dan neurogenik bladder, dan

terbentuk residu urine karena waktunya cukup untuk membentuk formaldehid.

Efek Samping

Metenamin dan garamnya cukup aman serta relatif ditoleransi dengan

baik. Efek samping yang biasanya terjadi adalah gangguan saluran cerna yang

meliputi mual, muntah, dan diare terutama bila dosis obat diberikan lebih dari

4x500 mg/hari, meskipun diberikan dalam bentuk salut enterik. Dengan dosis

besar juga, mungkin dapat menimbulkan iritasi saluran kemih yang ditandai

dengan disuria dan hematuria. Bila keluaran urin menurun, metenamin dapat

Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

6

Page 7: Farmakologi

menimbulkan kristaluria. Selain itu juga terdapat beberapa reaksi alergi terhadap

zat warna pada Hiprex.

Interaksi Obat

Obat-obat yang meningkatkan pH urin (seperti asetazolamid dan

natrium bikarbonat) mencegah hidrolisis metamin menjadi formaldehid.

Metenamin tidak boleh diberikan bersamaan dengan golongan sulfa karena akan

meningkatkan terjadinya kristaluria.

Sediaan dan Dosis

Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 500 mg dan 1 g serta suspensi.

Metenamin Mandelat Metenamin HipuratDewasa : 4x1 gr/hari setelah makan

Anak 6-12 tahun : 4x500 mg/hariAnak < 6 tahun : 18,3 mg/kg BB/hari dibagi dalam 4 dosis

Dewasa dan anak > 12 tahun : 2x1 gr/hariAnak 6-12 tahun : 2x500 mg/hari atau 25-50mg/kg BB/hari dibagi dalam 2 dosis

3. Quinolon

Quinolon merupakan salah satu dan kelompok antiseptik saluran kemih

terbaru dan efektif dalam melawan ISK bagian bawah. Asam nalidiksat (NegGram)

dikembangkan pada tahun 1964, dan sinoksasin (Cinobac), norfloksasin (Noroxin),

dan siprofloksasin hidroklorida (Cipro) dipasarkan pada tahun 1980an. Quinolon

terbaru (sinoksasin, norfioksasin, dan siprofloksasin) efektif dalam melawan banyak

macam ISK. Dosis obat harus diturunkan jika terdapat disfungsi ginjal. Waktu paruh

dari obat-obat iniadalah 2-4 jam tetapi menjadi lebih lama jika terdapat disfungsi

ginjal.

Farmakokinetik

Sinoksasin diabsorpsi dengan baik dan saluran gastrointestinal, dan

35% dari norfloksasin diabsorpsi dari saluran gastrointestinal. Sinoksasin tinggi

Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

7

Page 8: Farmakologi

berikatan dengan protein, tetapi norfloksasin hanya 10-15% yang berikatan

dengan protein. Waktu paruh dari ke dua obat ini adalah singkat; obat-obat ini

biasanya diberikan dua kali sehari. Baik sinoksasin maupun norfloksasin

diekskresi sebagai metabolit tanpa mengalami perubahan ke dalam urin. Selain

itu sebagian dari metabolit norfloksasin diekskresikan ke dalam feses.

Farmakodinamik

Sinoksasin dan norfloksasin menghambat sintesis DNA bakteri.

Norfloksasin merupakan obat antibakterial saluran kemih yang kuat dan efektif

untuk melawan mikroorganisme gram positif dan gram negatif, termasuk

Pseudomonas aeruginosa. Sinoksasin juga efektif dalam melawan banyak

organisme yang sama.

Mula kerja dari kedua obat ini tidah diketahui. Waktu untuk mencapai

konsentrasi puncak dari kedua obat ini adalah sama, 1-2 jam. Lama kerja

sinoksasin adalah 10-12 jam tetapi untuk norfloksasin tidak diketahui. Antasid

mengurangi absorpsi obat- obat ini. Probenesid memperpanjang kerja sinoksasin

dan norfloksasin. Obat-Obat ini mempengaruhi hasil dari beberapa pemeriksaan

Iaboratorium, mungkin menyebabkan peningkatan BUN, kreatinin serum, alkali

fosfatase serum, SGOT dan SGPT serum.

Efek Samping

Pemakaian asam nalidiksat dapat menimbulkan efek samping berikut:

sakit kepala, pusing, sinkope (pingsan), neuritis penifer, gangguan penglihatan,

dan ruam kulit. Mual, muntah, diare, sakit kepala, dan gangguan penglihatan

dapat terjadi pada pemakaian sinoksasin dan norfloksasin.

Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

8

Page 9: Farmakologi

EFEK SAMPING(S&N) Mual, muntah, kram, pusing, sakit kepala, fotofobia, ruam kulit

(S) Pruritus, diare(N) Konstipasi

NORFLOKSASIN (N)(Noroxin)

SINOKSASIN (S)(Cinobac)

KONTRADIKSI(S&N) Penyakit hati dan ginjal yang berat, riwayat serangan kejang

INTERAKSI(S&N) Probenesid, antasid

(N) TeofilinPemeriksaan laboratorium :

(S&N) Peningkatan BUN, kreatinin, ALP, SGOT, SGPT serum

REAKSI YANG MERUGIKAN(S) Serangan kejang

(N) Kristaluria

EFEK TERAPEUTIK(S) Mengobati ISK dan mencegah kekambuhan ISK

(N) Mengobati ISK yang berat akibat organisme gram negatif

FARMAKOKINETIKAbsorbsi : PO;(S) Diabsorbsi dengan buruk(N) 35% diabsorbsiDistribusi : PP;(S) 60-80%(N) 10-15%Metabolisme : t½;(S) 1,5-2 jam(N) 3-4 jamEliminasi: (S&N)Dieksresi ke dalam urin tanpa mengalami perubahan(N) Beberapa diekskresi di feses

FARMAKODINAMIK(S) PO: Mula : TD

P: 1-2 jam L: 10-12 jam

(N) PO: Mula: TD P:1-2 jam

L: TD

Skema 1 membandingkan persamaan dan perbedaan antara kedua obat quinolon, sinoksasin dan norfloksasin.

Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

9

KET :PO: per oral, PP: pengikatan pada protein, t½: waktu paruhP: waktu mencapai kadar puncak L: lama kerjaTD: tidak diketahui.

Page 10: Farmakologi

4. Trimetoprim

Trimetoprim (Proloprim, Trimpex) dapat dipakai tersendiri untuk

pengobatan ISK atau dalam kombinasi dengan sulfonamid, sulfametoksazol

(preparat kombinasi mi secara generik dikenal sebagai ko-trimoksazol), untuk

mencegah terjadinya organisme yang resisten terhadap trimetoprim. Obat ini

menghasilkan efek bakterisidal dengan masa kerja lambat untuk melawan hampir

semua organisme gram positif dan gram negatif. Trimetoprim dipakai untuk

pengobatan dan pencegahan ISK akut dan kronik. Jumlah trimetropim dalam cairan

prostat adalah kira-kira dua sampai tiga kali lebih besar dari jumlahnya dalam cairan

vaskular. Dalam keadaan normal waktu paruh dari trimetoprim adalah 9-11 jam;

waktu paruhrya akan lebih panjang jika terdapat disfungsi ginjal.

Farmakokinetik

Absorbsi melalui saluran cerna cepat dan lengkap, kadar puncak

plasma dicapai dalam waktu 2 jam dan waktu paruh 11 jam. Distribusi cepat ke

seluruh jaringan termasuk SSP, saliva dan empedu yang kadarnya cukup tinggi.

Efek Samping

Efek sampingnya terutama gejala-gejala gastrointestinal, yaitu mual

dan muntah; dan masalah kulit, seperti ruam kulit dan pruritus. Untuk

menghindari resistensi lebih lanjut yang semakin sering terjadi, sebaiknya

jangan digunakan sebagai obat pencegah. Resistensi dari kuman uropatogen

terhadap trimetoprim sudah meningkat.

Dosis

Dosis, setiap malam 300 mg selama 3-7 hari atau 2 dd 200 mg. Untuk

anak-anak 5-12 tahun: 2 dd 3 mg/kg BB.

Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

10

Page 11: Farmakologi

OBAT DOSIS PEMAKAIAN DAN PERTIMBANGANNitrofurantoin (Furadantin, Macrodantin)

D: PO: 50-100 mg. q.i.d., p.c. Untuk ISK akut dan kronik. Klirens kreatinin yang normal menjamin efektifitas obat. Neuropati perifer merupakan efek yang merugikan. Dapat menimbulkan iritasi gastrointestinal. Dipakai bersama makanan dapat mengurangi rasa tidak enak pada gastrointestinal.

Metenamin (Mandelamine)

D: PO: 1 g, setiap 12 jam untuk garam hipurat, atau q.i.d. untuk garam mandelat.

Untuk ISK kronik. pH urin harus asam (< 5,5). Tidak boleh dipakai bersama sulfonamid. Dapat menyebabkan kristaluria, sehingga perlu banyak minum. Dapat menimbulkan iritasi gastrointestinal, sehingga obat perlu dipakai bersama makanan.

Trimetropim (Protoprim,Trimpex)

D: PO: 100 mg, setiap 12 jam.

Untuk pencegahan dan pengobatan ISK akut dan kronik baik pada pria maupun pada wanita. Dosis tinggi dapat menimbulkan rasa tidak enak pada gastrointestinal. Obat dapat dikombinasi dengan sulfametoksazol (Bactrim).

QuinolonAsam nalidiksat (NegGram)

D: PO: 1 g, q.i.d., selama 1-2 minggu, 1 g, b.i.d., untuk pemakaian jangka panjang.A: PO: 55 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 4 selama 1-2 minggu; 33 mg/kg/hari untuk pemakaian jangka panjang.

Untuk ISK akut dan kronik. Resistensi obat dapat terjadi. Tinggi berikatan dengan protein. Tidak didistribusikan ke dalam cairan prostat.

Sinoksasin (Cinobac)

D: PO: 1 g/hari, dalam dosis terbagi 2-4 selama 1-2 minggu.

Untuk ISK akut dan kronik. Lebih efektif daripada asam nalidiksat. Diabsorbsi ke dalam jaringan prostat.

Norfloksasin (Noroxin)

D: PO: 400 mg, b.i.d., selama 1-2 minggu.

Untuk ISK akut dan kronik. Merupakan obat yang paling kuat dari kelompok quinolon. Makanan dapat menghambat absorbsi obat.

Siprodoksasin (Cipro)

D: PO: 250-500 mg, setiap 12 jam, infeksi berat; 500-750 mg, setiap 12 jam.

Mempunyai efek antibakterial spektrum luas. Untuk ISK, infeksi kulit dan jaringan lunak, serta infeksi tulang dan sendi. Antasid menghambat absorbsi obat.

KET : D: dewasa, A: anak-anak, PO: per-oral.

5. Interaksi Obat-ObatFarmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian

Obat Sistem Perkemihan11

Tabel 1 memuat daftar antiseptik saluran kemih, dosis, pemakaian, dan pertimbangan pemakaiannya.

Page 12: Farmakologi

Interaksi obat-obat berikut ini dapat terjadi :

1. Asam nalidiksat meningkatkan efek warfarin (Coumadin).

2. Antasid mengurangi absorbsi nitrofurantoin.

3. Kebanyakan dari antiseptiksaluran kemih menyebabkan hasil positif palsu pada

pemeriksaan Clinitest.

4. Natrium bikarbonat menghambat kerja metenamin.

5. Metenamin yang dipakai bersama sulfonamida meningkatkan risiko terbentuknya

kristaluria.

B. ANALGESIK SALURAN KEMIH

Fenazopiridin hidroklorida (Pyridium), suatu analgesik zat warna azo,

merupakan suatu analgesik saluran kemih yang telah dipakai sejak 40 tahun yang lalu.

Obat ini dipakai untuk meredakan nveri, rasa terbakar, dan sering berkemih serta rasa

dorongan berkemih yang merupakan gejala dan ISK bagian bawah. Obat ini dapat

menimbulkan gangguan gastrointestinal, anemia hemolitik, nefrotoksisitas, dan

hepatotoksisitas. Urin akan berubah warna menjadi jingga kemerahan akibat zat warna,

tetapi hal ini tidak membahayakan. Fenazopiridin dapat mengubah pemeriksaan glukosa

urin (Clinitest), sehingga pemeriksaan darah perlu dilakukan untuk memantau kadar

gula.

Farmakokinetik

Fenazopiridin diabsorpsi dengan baik melalui saluran gastrointestinal.

Persentase pengikatan pada protein dan waktu paruhnya tidak diketahui.

Fenazopiridin dimetabolisme oleh hati dan diekskresikan ke dalam urin, yang

berwarna jingga kemerahan akibat zat warna dalam obat yang tidak berbahaya.

Farmakodinamik

Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

12

Page 13: Farmakologi

Fenazopiridin telah tersedia sejak beberapa dasawarsa yang lalu untuk

mengurangi nyeri dan rasa tidak enak sewaktu berkemih. Obat ini mempunyai efek

anestetik pada selaput lendir saluran kemih; tetapi cara kerja pastinya tidak

diketahui. Waktu untuk mencapai konsentrasi dalam serum untuk obat ini adalah 5

jam, dan lama kerjanya adalah 6-8 jam. Fenazopiridin biasanya diberikan beberapa

kali dalam sehari. Pada penyakit hati atau ginjal yang berat, hepatotoksisitas atau

nefrotoksisitas, berturut-turut, dapat terjadi.

Indikasi

Obat ini digunakan untuk mengurangi nyeri, rasa terbakar, urigensi dan

frekuensi kencing yang berlebihan yang erat kaitannya dengan iritasi saluran kemih.

Gejala-gejala ini dapat disebabkan oleh infeksi (sistitis), trauma, pembedahan,

endoskpi serta kateterisasi. Obat ini sebaiknya dihentikan apabila nyeri sudah

terkontrol atau tidak boleh dilanjutkan setelah 48 jam pemakaian karena tidak ada

bukti bahwa kombinasi obat ini dengan antibiotika lebih bermanfaat dibandingkan

dengan pemberian obat ini secara tunggal.

Efek Samping

Efek samping yang paling sering adalah gangguan saluran cerna dan

pusing. Obat ini membentuk warna urin menjadi oranye atau merah. Dan ada pada

beberapa kasus anemia hemoitik, gangguan ginjal dan hati yang timbul, terutama

pada pemberian dosis takar lajak.

Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

13

Page 14: Farmakologi

FENAZOPIRIDIN(Pyridim)

KONTRADIKSIPenyakit hati dan ginjal yang berat

INTERAKSITidak diketahui

FARMAKOKINETIKAbsorbsi : PO; diabsorbsi dengan baik

Distribusi : PP; TD(Metabolisme : t½; TD

Eliminasi: ke dalam urin

FARMAKODINAMIKPO: Mula : TD

P: 5 jam L: 6-8 jam

EFEK TERAPEUTIKMeredakan iritasi saluran kemih akibat infeksi

EFEK SAMPINGAnoreksia, mual, muntah, diare, sakit ulu hati, ruam kulit, urin berwarna jingga-merah

REAKSI YANG MERUGIKANHepatotoksisitas, nefrotoksisitas, trombositopenia, agranulositopenia, lekopenia, anemia hemolitik

Skema 2 menjelaskan perilaku farmakologik dari fenazopiridin.

KET : PO: per oral, PP: pengikatan pada protein, t½: waktu paruh, P: waktu mencapai kadar puncak, L: lama kerja, TD: tidak diketahui.

Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

14

Page 15: Farmakologi

C. PERANGSANG SALURAN KEMIH

Jika fungsi kandung kemih menurun atau hilang akibat kandung kemih

neurogenik (suatu disfungsi akibat lesi pada sistem saraf) akibat cedera medula spinalis

(paraplegia, hemiplegia) atau cedera kepala yang berat, maka dapat dipakai

parasimpatomimetik untuk merangsang miksi (berkemih). Obat pilihannya, yaitu

betanekol klorida (Urecholine), merupakan suatu perangsang saluran kemih, juga dikenal

sebagai parasimpatomimetik yang bekerja langsung (kolinomimetik), dan obat ini

bekerja dengan meningkatkan tonus kandung kemih.

D. ANTISPASMODIK SALURAN KEMIH

Spasme saluran kemih akibat infeksi atau cedera dapat diredakan dengan

antispasmodik yang bekerja langsung pada otot polos dari saluran kemih. Kelompok

obat-obat ini (dimetil sulfoksida juga dikenal dengan DMSOI, oksibutinin, dan flavoksat)

merupakan kontraindikasi jika terdapat obstruksi saluran kemih atau gastrointestinal,

atau jika orang tersebut menderita glaukoma. Antispasmodik mempunyai efek yang sama

dengan antimuskarinik, parasimpatolitik, dan antikolinergik. Efek sampingnya meliputi

mulut kering, peningkatan denyut jantung, pusing, distensi usus halus, dan konstipasi.

Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

15

Page 16: Farmakologi

Tabel 2 memuat obat-obat yang tergolong dalam analgesik, perangsang, dan antispasmodik saluran kemih.

OBAT DOSIS PEMAKAIAN DAN PERTIMBANGANAnalgesik Saluran KemihFenazopiridin (Pyridium)

D: PO: 100-200 mg, t.i.d., p.c.A: PO: 12 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 3

Untuk sistisis kronik untuk meredakan nyeri dan rasa terbakar sewaktu berkemih. Urin akan berwarna jingga kemerahan. Dapat dipakai bersama-sama dengan antibiotik.

Perangsang Saluran KemihBetanekol (Urecholine) D: PO: 10-50 mg,

b.i.d., t.i.d., q.i.d.Untuk kandung kemih yang hipotonik atau atonik. Tidak boleh dipakai jika terdapat tukak peptik, dapat menimbulkan rasa tidak enak pada ulu hati, kram abdomen, mual, muntah, diare, dan kembung.

Antispasmodik Saluran KemihFlavoksat (Urispas)

Oksibutinin (Ditropan)

Dimetil sulfoksida (Demasorb)

D: PO: 100-200 mg, t.i.d., atau q.i.d.

D: PO: 5 mg, b.i.d., atau t.i.d.A (< 5 tahun): PO: 5 mg, b.i.d.

Diteteskan pada kandung kemih: 50 mL

Untuk spasme saluran kemih. Harus dihindari oleh penderita glaukoma. Hati-hati pemakaiannya pada orang lanjut usia.

Untuk spasme saluran kemih. Merupakan kontraindikasi pada orang yang mengalami masalah pada jantung, ginjal, hati, dan prostat.

Untuk sistitis. Dimasukkan ke dalam kandung kemih untuk didiamkan selama 15 menit. Efek tambahannya adalah peradangan, anastetik, dan bakteriostatik.

KET : D: dewasa, A: anak-anak, PO: sesudah makan, >: lebih dari

E. DIURETIK

Diuretika adalah obat yang bekerja pada ginjal untuk meningkatkan ekskresi air

dan natrium klorida. Secara normal, rearbsorbsi garam dan air dikendalikan masing-

masing oleh aldosteron dan vasopresin (hormon antidiuretik, ADH). Sebagian besar

diuretik bekerja dengan menurunkan rearbsobsi oleh tubulus (atas). Ekskresi elektrolit

yang meningkat diikuti oleh peningkatan ekskresi air, yang penting untuk

mempertahankan keseimbangan osmotik. Diuretik digunakan untuk mengurangi edema

Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

16

Page 17: Farmakologi

pada gagal jantung kongestif, beberapa penyakit ginjal, dan sirosis hepatis. Beberapa

diuretik, terutama tizaid secara luas digunakan pada terapi hipertensi, namun kerja

hipotensif jangka panjangnya tidak hanya berhubungan dengan sifat diuretiknya.

Tizaid dan senyawa yang berkaitan bersifat aman, aktif secara oral, namun

merupakan diuretik yang relatif lemah. Obat yang lebih efektif adalah high celling atau

diuretik loop. Obat ini mempunyai awitan yang sangat cepat dan durasi kerja yang cukup

pendek. Obat ini sangat kuat dan bisa menyebabkan ketidakseimbanangan elektrolit serta

dehidrasi yang seruis. Metolazon merupakan obat yang berkaitan dengan tizaid dan

aktivitasnya berada diantara diuretik loop dan tizaid. Metolazon mempunyai efek

sinergis yang kuat dengan furosemid dan kombinasi tersebut bisa efektif pada edema

yang resisten dan pada pasien dengan gagal ginjal yang seruis. Tizaid dan diuretik loop

meningkatkan ekskresi kalium, dan mungkin dibutuhkan suplemen kalium untuk

mecegah hipokalemia.

Beberapa diuretik bersifat ‘hemat kalium’. Duiretik ini lemah bila digunakan

tersendiri, namum menyebabkan retensi kalium dan sering diberikan bersama tizaid atau

diuretik loop untuk mencegah hipokalemia.

1. Tizaid

Tizaid terbentuk dari inhibitor karbonat anhidrase. Akan tetapi aktivitas

diuretik obat ini tidak berhubungan dengan efeknya pada obat tersebut. Tizaid

digunakan secara luas pada terapi gagal jantung ringan dan hipertensi, dimana telah

terbukti bahwa obat tersebut menurukan insidensi stroke. Terdapar banyak macam

tizaid, namun satu-satunya perbedaan utama adalah durasi kerjanya. Yang paling

banyak digunakan adalah bendroflumetiazid.

Mekanisme Kerja

Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

17

Page 18: Farmakologi

Tizaid bekerja terutama pada segmen awal tubulus distal, dimana tizaid

menghambat rearbsorbsi NaCl dengan terikat pada sinporter yang berperan

untuk kontraspor Na+/Cl- elektronetral. Terjadi peningkatan eksresi Cl-, Na+ dan

disertai H2O. Beban Na yang meningkat dalam tubulus distal menstimulasi

pertukaran Na+ dengan K+ dan H+, meningkatkan sekresinya dan hipokalemia

dan alkalosis metabolik.

Efek Simpang

Efek simpang termasuk kelemahan, impotensi dan kadang-kadang

ruam kulit. Reaksi alergi yang serius (misalnya trombositopenia) jarang terjadi.

Yang lebih sering terjadi adalah efek metabolik seperti berikut :

- Hipokalemia bisa mempresitipasi aritmia jantung, terutama pada pasien yang

mendapat digitalis. Hal ini dapat dicegah dengan pemberian suplemen kalium

bila dibutuhkan, atau terapi kombinasi dengan diuretik hemat kalium.

- Hiperurisemia. Kadar asam urat dalam darah sering kali meningkat karena

tizaid disekresi oleh sistem sekresi asam organik dalam tubulus dan

berkompetisi untuk sekresi asam urat. Keadaan in dapar mempresitipasi gout.

- Toleransi glukosa bisa terhanggu dan tizaid adalah kontraindikasi pada

pasien diabetes tidak tergantung insulin.

- Lipid. Tizaid meningkatkan kadar kolesterol plasma paling tidak selama 6

bulan pertama pemberian obat, tetapi signifikansinya tidak jelas.

2. Diuretik Loop

Diuretik loop (biasanya furosemid) diberikan secara oral dan digunakan

untuk mengurangi edema perifer dan edema paru pada gagal jantung sedang sampai

berat. Obat ini diberikan secara intravena pada pasien dengan edema paru akibat

Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

18

Page 19: Farmakologi

gagal ventrikel akut. Tidak seperti tizaid, diuretik loop efektif pada pasien dengan

penurunan fungsi ginjal.

Mekanisme Kerja

Obat yang bekerja di loop menghambat rearbsorbsi NaCl dalam ansa

Henle asendens segmen tebal. Segmen ini mempunyai kapasitas yang besar

untuk merearbsorsi NaCl sehingga obat yang bekerja pada tempat ini

menyebabkan diuresis yang lebih hebat daripada duiretik lain. Diuretik loop

bekerja pada membran lumen dengan cara menghambat kontraspor Na+/K+/2Cl-.

(Na+ secara aktif ditranspor keluar sel ke dalam intertisium oleh pompa yang

tergantung pada Na+/K+ -ATPase di membran basolateral). Spesifisitas diuretik

loop disebabkan oleh konsentrasi lokalnya yang tinggi dalam tubulus ginjal.

Akan tetapi, pada dosis tinggi obat ini bisa menginduksi perubahan komposisi

elektrolik dalam endolimfe dan menyebabkan ketulian.

Efek Simpang

Obat ini bekerja di loop dan dapat menyebabkan hiponatremia,

hipotensi, hipovolemia, dan hipokalemia. Kehilangan kaliun seperti dengan

pemberian tizaid, secara klinis seringkali tidak penting kecuali bila terdapat

faktor resiko tambahan untuk aritmia (misalnya terapi dengan digoksin).

Ekskresi kalium dan magnesium meningkat dan dapat terjadi hipomagnesemia.

Penggunaan diuretik loop yang berlebihan (dosis tinggi, pemberian secara

intravena) bisa menyebabkan ketulian yang tidak dapat pulih kembali.

3. Diuretik Hemat Kalium

Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

19

Page 20: Farmakologi

Diuterik ini bekerja pada segmen yang berespon terhadap aldosteron pada

nefron distal, dimana homeostatis K+ dikendalikan. Aldosteron menstimulasi

rearbsorbsi Na+ dengan mengantagonis aldosteron (spironolakton) atau memblok

kanal Na+ (amilorid, triamteren). Hal ini menyebabkan potensial listrik epitel tubulus

menurun, sehingga gaya untuk sekresi K+ berkurang. Obat ini dapat menyebabkan

hiperkalemia berat, terutama pada pasien dengan gangguan ginjal. Hiperkalemia

juga mungkin terjadi bila pasien mengkonsumsi inhibitor ACE (misalnya kaptopril),

karena obat ini menurunkan sekresi aldosteron (dan selanjutnya ekskresi K+).

Sprinolakton secara kompetitif memblok ikatan aldosteron pada reseptor

sitoplasma sehingga meningkatkan ekskresi Na+ (Cl- dan H2O) dan menurunkan

sekresi K+ yang ‘diperkuat oleh listrik’. Sprinolakton merupakan diuretik lemah,

karena hanya 2% dari rearbsorbsi Na+ total yang berada dibawah kendali aldosteron.

Sprinolakton digunakan terutama pada penyakit hati dengan asites, sindrom Conn,

(hiperaldosteronisme primer) dan gagal jantung berat.

Amilorid dan triamteren menurunkan preamibilitas membran lumen

terhadap Na+ pada distal nefron dengan mengisi kanal Na+ dan menghambatnya

dengan perbandingan 1:1. Hal ini meningkatkan ekskresi Na+ (Cl- dan H2O) dan

menurunkan ekskresi K+.

Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

20

Page 21: Farmakologi

BAB III

IMPLIKASI PEMBERIAN OBAT PADA SISTEM

PERKEMIHAN DALAM PROSES KEPERAWATAN

A. IMPLIKASI KEPERAWATAN : ANTISEPTIK SALURAN KEMIH

PENGKAJIAN

Kaji pasien untuk adanya tanda dan gejala infeksi saluran kemih (frekuensi, urgensi,

nyeri dan rasa terbakar saat berurinasi; demam; urin keruh atau berbau busuk)

sebelum dan secara periodik selama terapi.

Dapatkan spesimen untuk kultur dan sensitivitas sebelum dan selama pemberian

obat.

Pantau perbandingan asupan dan haluaran. Beritahu dokter adanya selisih total yang

signifikan.

Pertimbangan Tes Lab: HSD harus dipantau secara rutin pada pasien yang menjalani

terapi jangka panjang.

Dapat menyebabkan peningkatan glukosa serum, alkaline fosfatase, BUN dan

kreatinin.

Dapat menyebabkan hasil positif palsu pada tes glukosa urin dengan tembaga sulfat

(Clinitest ). Gunakan metode tes enzimatik glukosa (Ketodiastix atau Tes-tape)

untuk memeriksa glukosa urin.

DIAGNOSA KEPERAWATAN POTENSIAL

Resiko tinggi infeksi (indikasi).

Nyeri (indikasi).

Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

21

Page 22: Farmakologi

Kurang pengetahuan sehubungan dengan program pengobatan (penyuluhan

pasien/keluarga).

PERENCANAAN

Tanda-Tanda dan gejala-gejala infeksi saluran kemih pada klien akan hilang dalam

10 hari.

IMPLEMENTASI

PO: Berikan bersama makanan atau susu untuk meminimalkan iritasi GI, untuk

memperlambat dan meningkatkan absorbsi, untuk meningkatkan konsentrasi

puncak, dan untuk memperpanjang durasi konsentrasi terapeutik dalam urin.

Jangan menggerus tablet atau membuka kapsul.

Berikan preparat cair denga alat ukur yang sudah dikalibrasi. Kocok dengan baik

sebelum diberikan. Suspensi oral dapat dibantu dengan air, susu, jus buah atau

formula bayi. Kumur dengan air setelah pemberian suspensi oral untuk mencegah

perubahan warna gigi.

Penyuluhan Kepada Klien/Keluarga

Nitrofurantoin :

Instruksikan pasien untuk mengkonsumsi obat dalam 24 jam sesuai anjuran. Jika

ada satu dosis yang terlewat, segera konsumsi dan buat jarak sekitar 2-4 jam

dengan dosis berikutnya. Jangan melewati atau menggandakan dosis yang

terlupa.

Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

22

Page 23: Farmakologi

Dapat menyebabkan pusing atau mengantuk. Peringatkan pasien untuk tidak

mengendarai kendaraan atau melakukan aktifitas lain yang memerlukan

kewaspadaan sampai respons terhadap obat diketahui.

Beritahu pasien bahwa obat ini dapat menyebabkan urin berwarna kuning-karat

sampai cokelat, yang tidak berarti apa-apa.

Anjurkan pasien untuk memberitahu dokter jika terjadi demam, menggigil, nyeri

dada, dispnea, ruam kulit, kebas atau kesemutan pada jari tangan dan kaki, atau

ketidaknyamanan GI yang tidak dapat ditoleransi. Laporkan juga tanda-tanda

superinfeksi (urin keruh atau berbau busuk; iritasi perineum; disuria).

Instruksikan pasien untuk berkonsultasi dengan dokter jika tidak ada perbaikan

yang terlihat dalam beberapa hari setelah terapi dimulai.

Metenamin :

Nasehatkan klien untuk meminum sari buah cranberry atau meminum vitamin C

atas persetujuan dokter untuk menjaga agar urin tetap asam. Makanan yang

bersifat basa, seperti susu dan beberapa macam sayur-sayuran, dapat

rneningkatkan pH urin. pH urin harus kurang dan 5,5 agar antiseptik dapat

efektif.

Quinolon :

Nasehatkan klien untuk menghindari menjalankan mesin yang berbahaya atau

mengemudikan mobil sewaktu memakai obat, terutama jika timbul rasa pusing.

Nasehatkan klien bahwa fotosensitivitas merupakan efek samping dan hampir

Semua obat dalam kelompok ini. Klien harus menggunakan sunblock dan baju

pelindun jika terkena sinar matahari.

Beritahu klien untuk minum sedikitnya enam sampai delapan gelas (gelas ukuran

8 ounce) cairan setiap harinya untuk mencegah pembentukan kristaluria.

Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

23

Page 24: Farmakologi

Fenazopiridin :

Nasehatkan klien bahwa urin akan berubah warna menjadi jingga kemerahan

yang tidak berbahaya.

Betanekol :

Beritahu klien untuk melaporkan jika mengalami rasa tidak enak pada abdomen,

diare, mual, muntah, bertambahnya air liur, rasa dorongan berkemih, kulit wajah

kemerahan, atau berkeringat.

EVALUASI

Efektifitas terapi ditunjukkan dengan:

Hilangnya tanda dan gejala infeksi. Terapi harus dilanjutkan selama minimal 7 hari

dan selama sedikitnya 3 hari setelah urin menjadi steril.

Berkurangnya frekuensi infeksi pada terapi supersif kronik.

B. IMPLIKASI KEPERAWATAN : DIURETIK

PENGKAJIAN

Informasi umum: Kaji status cairan selama terapi. Pantau berat badan harian,

perbandingan asupan dan haluaran, jumlah dan lokasi edema, bunyi paru, turgor

kulit dan membran mukosa.

Kaji pasien untuk adanya anoreksia, kelemahan otot, kebas, kesemutan, parestesia,

konfusi dan rasa haus yang berlebihan. Segera beritahu dokter bila terjadi tanda-

tanda ketidakseimbangan elektrolit.

Peningkatan tekanan intracranial: Pantau status neurologik dan tekanan intracranial

pada pasien-pasien yang menerima diuretic osmotik untuk menurunkan edema

serebri.

Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

24

Page 25: Farmakologi

Peningkatan tekanan intraokuler: Pantau nyeri mata yang menetap atau bertambah

atau penurunan tajam penglihatan.

Pertimbangan tes lab: Pantau elektrolit (khususnya kalium) glukosa, darah, BUN

dan kadar asam urat serum sebelum dan secara periodik selama terapi.

Diuretik tiazid dapat menyebabkan peningkatan kadar kolesterol, lipoprotein

densitas-rendah (LDL) dan trigliserida serum.

DIAGNOSIS KEPERAWATAN POTENSIAL

Kelebihan volume cairan (indikasi)

Kurang pengetahuan sehubungan dengan program pengobatan (penyuluhan

pasien/keluarga)

IMPLEMENTASI

Berikan diuretic oral di pagi hari untuk menghindari terganggunya siklus tidur.

Banyak diuretic tersedia dalam kombinasi dengan antihipertensi atau diuretic hemat

kalium.

PENYULUHAN PASIEN/KELUARGA

Informasi umum: Peringatkan pasien untuk melakukan perubahan posisi secara

perlahan guna meminimalkan hipotensi ortostatik. Peringatkan pasien bahwa

penggunaan alcohol , latihan dalam cuaca panas, atau berdiri untuk waktu lama

selama terapi dapat memperkuat hipotensi ortostatik.

Instruksikan pasien untuk berkonsultasi dengan dokter mengenai pedoman kalium

diet.

Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

25

Page 26: Farmakologi

Instruksikan pasien untuk memantau berat badan setiap minggu dan memberi tahu

dokter bila terdapat perubahan yang bermakna. Intruksikan pasien yang menderita

hipertensi mengenai teknik yang benar memantau tekanan darah setiap minggu.

Peringatkan pasien untuk menggunakan tabir surya dan pakaian pelindung guna

mencegah reaksi fotosensitivitas.

Anjurkan pasien untuk berkonsultasi dahulu dengan dokter atau apoteker sebelum

menggunakan obat bebas bersama obat ini.

Instruksikan pasien untuk memberi tahu dokter atau dokter gigi mengenai program

pengobatan ini sebelum dilakukan tindakan atau pembedahan.

Anjurkan pasien untuk segera menghubungi dokter bila terjadi kelemahan otot,

kram, mual, pusing, kebas atau kesemutan pada ekstremitas.

Tekankan pentingnya pemeriksaan tindak lanjut yang rutin.

Hipertensi: Tekankan pentingnya melanjutkan terapi tambahan untuk hipertensi

(pengurangan berat badan, latihan teratur, pembatasan asupan natrium, pengurangan

stress, pengurangan konsumsi alcohol, dan berhenti merokok)

EVALUASI

Efektivitas terapi ditunjukkan dengan:

Menurunnya tekanan darah

Meningkatnya haluaran urin

Berkurangnya edema

penurunan tekanan intracranial

tidak terjadinya hipokalemia pada pasien-pasien yang mendapat diuretic

pengobatan hiperaldosteronemia

Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

26

Page 27: Farmakologi

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penggunaan obat tidak bisa dilakukan sembarangan. Harus ada serangkaian

pemeriksaan sebelum memutuskan memberikan obat kepada pasien. Juga harus ada

pengecekan berulang kali sebelum memberikan obat kepada pasien sehingga dapat

meminimalisir kemungkinan terburuk yang akan terjadi apabila ceroboh dalam

pemberian obat.

Kepatuhan dalam pemberian obat terjadi apabila aturan pakai obat diresepkan

serta pemberiannya di rumah sakit diikuti dengan benar. Sehingga sangat bijaksana jika

perawat mau mengecek obat yang akan diberikan demi kesembuhan pasien.

Cara pemberian obat pada klien yang menderita gangguan pada sistem

perkemihan pun harus diperhatikan para perawat sebagaimana kita ketahui bahwa peran

dari saluran perkemihan sangat penting dalam proses pengeluaran zat-at yang tidak

digunakan oleh tubuh dan zat-zat yang mengandung toxic.

B. SARAN

Adapun saran dalam makalah yang telah kami susun ini ialah :

1. Sebaiknya tidak sembarangan atau mengira-ngira dalam memberikan dosis obat

kepada pasien.

2. Kaji penyakit pasien sebelum memberikan obat, dan berikan obat sesuai dengan

tujuan pemberian.

Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

27

Page 28: Farmakologi

3. Jangan memberikan obat yang efek samping yang tinggi yang tidak sesuai dengan

kemampuan tubuh pasien dalam mencerna, hal itu dapat menimbulkan terjadinya hal

yang fatal bagi pasien.

Farmakologi | Implikasi Proses Keperawatan Dalam Pemberian Obat Sistem Perkemihan

28