Fasilitator komunikasi pembangunan

Embed Size (px)

Citation preview

PenerimaManfaat PenyuluhanPertanian

A. PengertianPenerimaManfaatPenyuluhanPertanianDalambanyakkepustakaanpenyuluhanpertanian, selaludisebutadanyasasaranatauobyekpenyuluhanpertanian, yaitu: Pengertianitutelahmenempatkanpetanidankeluarganyadalamkedudukan dibandingparapenentukebijakanpembangunanpertanian, danpemangkukepentinganpembangunanpertanian yang lainnya.

petanidankeluarganya. yang lebihrendah parapenyuluhpertanian,

Karenaitu, Mardikanto (1996) telahmenggantiistilahsasaranpenyuluhan menjadipenerimamanfaat (beneficiaries).

Dalam pengertian penerima manfaat tersebut, terkandung makna bahwa:

1) Berbeda dengan kedudukannya sebagai sasaran penyuluhan, sebagai penerima manfaat, petanidan keluarganya memiliki kedudukan yang setara dengan penentu kebijakan, penyuluh dan pemangku kepentingan agribisnis yang lain.

2) Penerima manfaat bukanlah obyek atau sasaran tembak yang layak dipandang rendah oleh penentu kebijakan dan para penyuluh, melainkan ditempatkan pada posisi terhormat yang perlu dilayani dan atau difasilitasi sebagai rekan sekerja dalam mensukseskan pembangunan pertanian.

3) Berbedadengankedudukannyasebagai sasaranpenyuluhan yang tidakpunyapilihanataukesempatanuntukmenawarsetiapmateri yang disuluhkanselainharusmenerima/mengikutinya, penerimamanfaatmemilikiposisitawar yang harusdihargaiuntukmenerimaataumenolakinovasi yang disampaikanpenyu-luhnya. 4) Penerimamanfaattidakberadadalamposisi di bawahpenentukebijakandanparapenyuluh, melainkandalamkedudukansetaradanbahkanseringjustrulebihtinggikedudukannya, dalamartimemilikikebebasanuntukmengikutiataupunmenolakinovasi yang disampaikanolehpenyuluhnya.

5) Proses belajar yang berlangsungantarapenyuluhdanpenerimamanfaatnyabukanlahbersifatvertikal (penyuluhmengguruipenerimamanfaatnya), melainkanproses belajarbersama yang partisipatip.

a) Budayawan, Artis, dll yang berperan dalam diseminasi inovasi, serta promosi produk yang dihasilkan maupun yang dibutukan pelaku utama.

B. RagamPenerimaManfaatPenyuluhanPertanianpenerimamanfaatpenyuluhanpertaniandapatdibedakandalam:

1) Pelakuutama. yangterdiridaripetanidankeluarganya. Dikatakandemikian, karenapelakuutamausahataniadalahparapetanidankeluarganya, selainsebagaijuru-tani, sekaligussebagaipengelolausahatani berperandalammemobilisasidanmemanfaatkansumberdaya (factor-faktorproduksi) tercapainyapeningkatandanperbaikanmutuproduksi, efisiensiusahatanisertaperlindungandanpelestariansumberdaya-alamberikutlingkunganhidup lain.

yang yang demi yang

2) Penentukebijakan, yang terdiridariaparatbirokrasipemerintah (eksekutif, legislatifdanyudikatif) sebagaiperencana, pelaksana, danpengendalikebijakanpembangunanpertanian. Termasukdalamkelompokpenentukebijakanadalah, elitmasya-rakatsejak di arasterbawah (desa) yang secaraaktifdilibatkandalampengambilankeputusandanimplementasikebijakanpembangunanpertania n.

3) Pemangkukepentingan yang lain, yang kegiatanpembangunanpertanian. Termasukdalamkelompokiniadalah,

mendukung/memperlan-car

b) Peneliti yang berperan dalam: penemuan, pengujian, dan pengembangan inovasi yang diperlukan oleh pelaku utama c) Produsen sarana produksi dan peralatan/mesin pertanian, yang dibutuhkan untuk penerapan inovasi yang dihasilkan para peneliti d) Pelaku-bisnis (distributor/penyalur/pengecer) sarana produksi dan peralatan/mesin pertanian yang diperlukan, dalam jumlah, mutu, waktu, dan tempat yang tepat, serta pada tingkat harga yang terjangkau oleh pelaku utama.

e) Pers, media-masa dan pusat-pusat informasi yang menyebar-luaskan informasi-pasar (permintaan dan penawaran serta harga produk yang dihasilkan dan dibutuhkan),inovasi yangdihasilkan para peneliti, serta jasa lain yang diperlukan pelaku utama f) Aktivis LSM, tokoh masyarakat, dll yang berperan sebagi organisator, fasilitator, dan penasehat pelaku utama

C. KarakteristikPenerimaManfaat Selainkeragamannya, karakteristikmasingmasingkelompokpenerimamanfaatjugaperlumendapatperhatiandalamkegiatanpenyuluhanpert anian. Hal inipenting, kaitannyadenganpemilihandanpenetapan: materi, metoda, waktu, tempat, danperlengkapanpenyuluhan yang diperlukan. Beberapakarakteristikpenerimamanfaatyngperludicermatiadalah;

1) Karakteristik pribadi, yang mencakup: jenis kelamin, umur, suku/etnis, agama. 2) Status sosial ekonomi, yang meliputi: tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan keterlibatannya dalam kelompok/ organisasi kemasyarakatan 3) Perilaku keinovatifan sebagaimana yang dikelompokkan oleh Rogers (1971) yang terdiri dari: perintis (inovator), pelopor (early adopter), penganut dini (early majority), penganut lambat (late majority) dan kelompok yang tidak bersedia berubah (laggards). 4) Moral ekonomi yang dibedakan dalam moral subsistensi dan moral rasionalitas.

Fasilitatorkomunikasipembangunan Dalam praktek komunikasi pembangunan, sumber atau komunikator diperankanolehfasilitator atau agen perubahan.Lippit (1958) danrogers (1983) menyebut penyuluh/fasilitaroitusebagai agenperubahan, yaituseorang yang atasnamapemerintahataupenyelenggarakomunikasipembangunanberkewajibanuntukmempengaruhi proses pengambilankeputusan yang dilakukanolehpenerimamanfaatdalamkegiatanpembangnunan. Fasilitatoradalahpekerja professional danatautercapainyatujuantujuankomunikasipembangunan.Karenaitu, fasilitatorharuslahmemilikikualifikasitertentubaik yang menyangkuytkompetensi, kepribadiansikap, danketerampilanberkomunikasiuntukmemfasilitasikomunikasipembangunan. Ragam fasilitator

Berdasarkan status dan lembaga tempatnya bekerja, fasilitator dibedakan dalam (UU No.16 Tahun 2006) 1. Pegawai negeri sipil (pns ), yaitu pegawai negeri yang ditetapkan dengan status jabatan fungsional sebgai fasilitator. Fasilitator komunikasi pembangunan PNS mulai dikenal sejak awal 1970an seiring dengan dikembangkannya konsep catur sarana unit desa dalam program BIMAS. 2. Fasilitator swasta, yaitu fasikitator komunikasi pembangunan yang berstatus sebagai karyawan perusahaan swasta. Termasuk kategori penyuluh swasta adalah penyuluh dari lembaga swadaya masyarakat (LSM). 3. Fasilitator swadaya, yaitu fasilitator komunikasi pembangunan yang berasal dari masyarakat yang secara suka rela melakukan kegiatan komunikasi pembangunan di lingkungannya.Dalam praktek komunikasi pembanguan, fasilitator tersebut terdiri dari : a. b. c. d. e. f. Aparat fungsional pemerintah Pelaku bisnis, pusat informasi dan media Pegiat lembaga non-pemerintah atau LSM Tokoh masyarakat Kelompok professional Sukarelawan, dll.

Peranfasilitator

Secara konvensional peran fasilitator hanya dibatasi pada kewajibannya untuk menyampaikan inovasi dan atau mempengaruhi penerimaan manfaat melalui metoda dan teknik-teknik tertentu sampai mereka (penerima manfaat) dengan kesadaran dan kemampuannya sendiri secara sukarela melaksanakan program/kegiatan dan atau mengadopsi inovasi yang disampaikan.

Fasilitator juga harus mampu menjadi jembatan penghubung antara pemerintah atau penyelenggara komunikasi pembangunan yang diwakili dengan mesyarakatnya, baik dalam hal menyampaikan inovasi atau kebijakan-kebijakan yang harus diterima dan dilaksanakan oleh masyarakat, maupun untuk menyampaikan umpan balik atau tanggapan masyarakat kepada pemerintah/lembaga penyelenggara komunikasi pembangunan yang bersangkutan. Sehubungan dengan peran yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab setiap fasilitator seperti itu, Levin (1943) mengenalkan adanya 3 tahapan peran penyuluh yang terdiri atas kegiatan kegiatan : a. Pencairan diri dengan masyarakat penerima manfaat b. Menggerakkan masyarakat untuk melakukan perubahan c. Pemantapan hubungan dengan masyarakat sebagai penerimamanfaat Lebih lanjut mardikanto (2003) menyampaikan beragam peran fasilitator komunikasi pembangunan yang disebutnya sebagai edfikasi, yaitu akronim dari : 1. Peranedukasi, yaitu berperan sebagai pendidik dalam arti untuk mengembangkan proses belajar bersama penerima manfaat 2. Peran diseminasi inovasi, yaitu peran penyebar luasan informasi/inovasi dariluarkepadamasyarakatpeerimamanfaat/sebaliknya 3. Peran fasilitasi, yaitu memberikan kemudahan dana tau menunjukan sumber-sumber kemudahan yang diperlukan oleh penrima manfaat dan pemangku kepentingan pembangunan yang lain. 4. Peran konsultasi, yaitu sebagai penasehat atau pemberi alternative pemecahan masalah yang dihadapi oleh masyarakat penerima manfaat dan pemangku kepentingan pembangunan yang lain. 5. Peran advokasi, yaitu memberikan peran bantuan kaitannya dengan rumusan / pengambilan keputusan kebijakan yang berpihak kepada kepentingan masyarakat penerima manfaat. 6. Peran supervisi, yaitu peran sebgai penyedia (supervisor) pelaksana kegiatan advokasi dan komunikasi pembanguan yang ditawarkan atau dilaksanakan oleh masyarakat penerima manfaat. 7. Peran pemantauan / evaluasi, yaitu peran untuk melakukan pengamatan, pengukuran, dan penilaian atas proses dan hasil-hasil komunikasi pembangunan.