Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Kata Pengantar Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pendidikan Ganesha
Assalamu’alaikum wr. Wb.
Apresiasi setinggi-tingginya sudah patutlah kita sematkan pada para pejuang
pendidikan di Indonesia, baik pada level pendidikan dasar, menengah maupun pendidikan
tinggi sebagai pengemban amanat mulia Undang-undang Dasar 1945. Amanat muliatersebut
termaktub dalam Undang-undang Dasar 1945, pasal 31 ayat (3) mengamanatkan bahwa
pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan Undang-Undang.
Pada saat ini amanat tersebut diimplementasikan melalui Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendididikan Nasional. Pasal 4 ayat 5 menjelaskan bahwa
pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan
berhitung bagi segenap warga masyarakat. Salah satu wujud nyata pengembangan dari
implementasi tersebut adalah publikasi hasil karya yang dilakukan dosen-dosen di Indonesia
baik hasil penelitian maupun kajian kepustakaan.
Tourism, Economics, Accounting dan Management (TEAM) menjadi isu penting
dalam perkembangan peradaban menuju globalisasi di tahun 2016. TEAM menjadi kajian
penting guna menunjang pengembangan yang komprehensip pada bidang ekonomi, terlebih
Indonesia telah membuka diri dalam persaingan tenaga kerja di wilayah Asia Tenggara akan
membentuk sebuah kawasan yang terintegrasi yang dikenal sebagai Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) pada tahun 2015. Muara pengembangan TEAM nantinya dapat menjadi acuan
dalam implementasi nyata guna mengembangkan potensi ekonomi yang dimiliki Indonesia,
karena isu tersebut ini semakin mendapat perhatian utama di banyak negara karena
ternyata dapat memberikan kontribusi nyata terhadap perekonomian.
Semoga Hasil kajian TEAM yang diterbitkan dalam prosiding ini diharapkan menjadi
bagian dari pengembangan potensi Indonesia dalam memasuki zona MEA 2015 dan
menyongsong pasar bebas Asia 2020. Sekaligus sebagai implementasi nyata pengembangan
keilmuan ekonomi institusi nasional.
Akhir kata kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
penerbitan prosiding ini. Pejuang bukanlah hanya orang yang mengangkat senjata untuk
merebut kemerdekaan, namun juga bagi mereka yang mencurahkan pikirannya dalam
mencerdasakan anak bangsa dalam mengisi kemerdekaan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Singaraja, 26 Oktober 2016
Dekan Fakultas Ekonomi Universitasn Pendidikan Ganesha
Kata Pengantar Ketua Panitia
Globalisasi merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari, yang terjadi pada
berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam konteks bisnis maupun akademik. Gejala ini
ditandai dengan pertukaran produk, sumber daya, teknologi dan informasi, ide, budaya,
investasi, dan sebagainya, yang terjadi antar negara. Bahkan, pertukaran sumber daya
manusiapun telah banyak memberi warna pada fenomena ini. Contoh yang dapat diambil
adalah dalam mobilisasi dan pertukaran tenaga kerja.
Pertukaran-pertukaran dalam skala internasional tersebut tidak terjadi serta merta,
tetapi melalui proses dan dapat terjadi pada tingkat perusahaan, pemerintahan, maupun
individu. Lebih jauh, globalisasi menunjukkan pengembangan atau ekspansi dalam bidang
yang dipertukarkan, yang memerlukan interaksi, komunikasi, dan koneksi antar pihak-pihak
terkait. Hal ini memberikan tantangan tersendiri, khususnya terkait dengan
kebersinambungan pertukaran tersebut.
Tantangan lain yang dapat diprediksi adalah persaingan. Tidak dapat dipungkiri
bahwa internasionalisasi menjadi semacam tren, sehingga para pelaku berlomba-lomba
beroperasi atau berkinerja secara global. Dengan demikian, globalisasi memberikan dua
dampak yaitu peluang dan tantangan.
Demikian pula, sebagai insan yang bergerak di bidang akademik, dosen pun
berkepentingan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang bagaimana
bersaing di era globalisasi ini. Hal tersebutlah yang mendasari kami untuk mengangkat isu
ini dalam sebuah kegiatan Seminar Nasional berjudul Tourism, Economics Accounting, and
Management (TEAM), yang pertama. Ecara sesifik, tema seminar ini adalah Competing in
the globalised economy through innovation and entrepreneurship.
Adapun tujuan seminar ini adalah untuk saling berbagi informasi, pengetahuan, dan
wawasan di bidang TEAM khususnya inovasi dan kewirausahaan dapat tercapai. Tiga
pembicara bertaraf internasional didatangkan untuk berbagi pengalaman, pengetahuan,
dan wawasan di bidang inovasi dan kewirausahaan. Prof. Dr. John Vong dari National
Unviersity of Singapore, adalah seorang pakar di bidang entrepreneurship. Banyak karya
beliau didedikasikan untuk menambah ranah pegetahuan dan keilmuan di bidang
entrepreneurship, khususnya di Asia. Salah satu karyanya adalah buku Technopreneur.
Pembicara kedua adalah Prof. Dr. I Komang Gede Bendesa, M.A.D.E., dari Universitas
Udayana. Saat ini, beliau menjabat sebagai Direktur Program Studi Doktor Pariwisata di
Universitas Udayana. Dedikasi yang tinggi ditunjukkan oleh beliau di bidang ekonomi dan
pariwisata dengan melahirkan banyak karya tulis berbasis riset. Selanjutnya, pembicara
ketiga adalah Dr. Ary Widiastini, S.STPar., M.Par, seorang dosen dari Fakultas Ekonomi,
Undiksha. Beliau adalah dosen muda yang telah banyak memenangkan hibah penelitian
maupun pengabdian kepada masyarakat bertaraf nasional.
Kami bersyukur dapat menghadirkan 100 peserta dari sejumlah universitas di Bali
dan luar Bali. Karya peserta seminar dituangkan dalam buku prosiding ini dengan harapan
dapat memberi manfaat baik secara praktis maupun teoritis. Melalui kesempatan ini, kami
menghaturkan banyak terima kasih dan apresiasi kepada bapak dan ibu peserta seminar
yang berpartisipasi dalam seminar ini dan kepada pihak-pihak yang berperan dalam
penyelenggaraan seminar. Akhir kata, dengan segala kerendahan hati, kami memohon maaf
apabila terdapat hal-hal yang kurang berkenan terkait dengan kegiatan seminar ini. Kami
berharap dapat berjumpa kembali pada Seminar TEAM kedua yang direncanakan
terselenggara pada tahun mendatang.
Singaraja, 26 Oktober 2016
Ketua Panitia
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL TEAM
(Tourism-Economics-Accounting-Management)
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
Pelindung
Rektor Universitas Pendidikan Ganesha
Penanggungjawab Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pendidikan Ganesha
Pimpinan Redaksi Trianasari
Sekretaris Kadek Rai Suwena
Penyunting Ahli Naswan Suharsono
Trianasari
Edy Sujana Anantawikrama Tungga Atmadja
I Wayan Bagia I Made Ary Widiastini I Putu Gede Diatmika
Lulup Endah Tripalupi Gede Adi Yuniarta
Putu Sukma Kurniawan
Made Aristia Prayudi
Editor Layout
Ida Bagus Sutra Isvara Permas
I Kadek Jonh Stiawan
Alamat Redaksi: Fakultas Ekonomi Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), Jl.Udayana No.11 (Kampus Tengah) Singaraja Bali, Telp (0362) 22570-26830, Fax (0362)-26830
Email: [email protected]
DAFTAR ISI
Kata Pengantar Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pendidikan Ganesha ................................................................. i
Kata Pengantar Ketua Panitia .................................................................... iii
Susunan Redaksi dan Penyunting ............................................................... v
Daftar Isi ...................................................................................................... vi
Industri Pariwisata Kesehatan Herbal di Era Ekonomi Global
– Tinjauan Desa Pancasari Made Handijaya Dewantara ..................................................................... 1–16
Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Financial Performance
(Kajian Empiris Pada Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia) Septia Mawarni, Bramantika Oktavianti, Muhammad Subhan ................ 17-36
Pengaruh Kepemilikan Institusional dan Proporsi Komisaris Independen terhadap Kebijakan Dividen I Ketut Sunarwijaya ................................................................................ 37-48
CSR dan Sustainabilitas LPD (Lembaga Perkreditan Desa) Gine Das Prena ....................................................................................... 49-61
Pengaruh Economic Value Added, Market Value Added Dan Residual
Income Terhadap Return Saham (Studi Kasus Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia) Tahun 2012-2014
Putu Kepramareni, Ni Luh Gede Novitasari, Ni Luh Eka Sinthia Dewi ..... 62-76
Wirausaha dan Keresahaan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak (Sebuah Kajian Teori)
I Nyoman Putra Yasa, Gede Mandirta Tama, Ida Ayu Gede Danika Esa Pradnyani ............................................................................................... 77-87
Pembentukan BUMDesa dan Komunitas Wirausaha untuk Meningkatkan Pembangunan Ekonomi di Desa Komang Adi Kurniawan Saputra, I Putu Julianto ................................. 88-102
Manajemen Laba Ditinjau dari Proporsi Dewan Komisaris Independen, Komite Audit dan Ukuran Perusahaan Ni Nyoman Ayu Suryandari ................................................................ 103-123
Pemberdayaan UKM sebagai Pemediasi Pengaruh Implementasi Program Csr Terhadap Kesejahteraan Ukm Di Kabupaten Malang
Ratnawati, M. Taufiq Noor Rokhman .................................................. 124-142
Pengaruh Motivasi Berwirausaha, Kepribadian Wirausaha, Ketidakpastian Lingkungan dan Pengetahuan Akuntansi pada Penggunaan Sistem
Informasi Akuntansi dalam Pembuatan Keputusan Berwirausaha I Putu Mega Juli Semara Putra .......................................................... 143-169
Pengaruh Efektivitas Sistem Informasi Akuntansi dan Penggunaan
Teknologi Informasi pada Kinerja Karyawan Ni Made Rai Juniariani ...................................................................... 170-196
Penerapan Kebijakan Green Economy sebagai Upaya untuk Mengatasi Green Criminology
Desak Nyoman Sri Werastuti ............................................................. 197-216
Fenomena Audit Judgement
I Gusti Ayu Ratih Permata Dewi ......................................................... 217-234
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Modal dengan Pertumbuhan Ekonomi sebagai Variabel Pemoderasi
Ida Ayu Nyoman Yuliastuti ................................................................. 235-256
Pengaruh Pelayanan Fiskus dan Pengetahuan Perpajakan pada Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar
Timur Ni Putu Riski Martini ......................................................................... 257-272
Profitabilitas, Kepemilikan Keluarga dan Tindakan Penghindaran Pajak I Putu Edy Arizona ............................................................................. 273-287
Pemberdayaan Industri Mebel di Kota Pasuruan dalam Perspektif Capacity
Building melalui Unsur Pengembangan Akses Pasar dan Introduksi
Teknologi
Nunuk Indarti .................................................................................... 288-301
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba Ni Putu Yuria Mendra ........................................................................ 302-326
Kualitas Sistem Pengendalian Intern Koperasi berdasarkan Ukuran Koperasi, Jenis Koperasi serta Pengalaman Kepengurusan dan Manajemen Ni Nyoman Ayu Suryandari, Ni Luh Gde Novitasari ............................ 327-343
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Human Resource Accounting Disclosure
Ni Made Sunarsih .............................................................................. 344-358
Anteseden Pengembangan Karir Fungsional dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Dosen di Samarinda
Dirga Lestari AS, Indra Suyoto Kurniawan, Ibnu Abni Lahaya ............ 359-375 Evaluasi Efisiensi Pasar berdasarkan Reaksi atas Stock Split
Ni Putu Shinta Dewi ........................................................................... 376-401
Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan dan Locus of Control Terhadap
Hubungan Antara Partisipasi Anggaran Dengan Budgetary Slack Pada
Manajer Rumah Sakit Swasta di Denpasar Intan Priliandani ................................................................................ 402-416
Fuzzy Logic Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Kredit di Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) Surabaya
Maria M.S.W Punomo, A.A Gde Satia Utama ....................................... 417-425
Penerapan Model ARIMA untuk Peramalan Jumlah Wisatawan Mancanegara di Bali (Periode April 2016-Desember 2017)
Ni Putu Lisa Ernawatiningsih ............................................................. 426-434
Pengaruh CSR Pada Hubungan Kualitas Laba Terhadap Kinerja Perusahaan I Dewa Made Endiana ........................................................................ 435-452
Pengembangan Kemampuan Budaya Inovasi Birokrasi Pemerintah Daerah Bali Menuju Pasar Global Pariwisata
Gede Wirata, Ida Ayu Putu Sri Widnyani ............................................ 453-470
Implementasi Sak Etap Dalam Tata Kelola Keuangan Pelaku UMKM
(Studi Fenomenologis Pelaku Umkm Unit Usaha Sarung Samarinda) Aspyan Noor, Ibnu Abni Lahaya, Indra Suyoto Kurniawan ................. 471-487
Efek Moderasi Tingkat Pengetahuan Akuntansi Berkomputer Padahubungan Kualitas Informasi dan Perceived Net Benefits
Agus Kuntoro ..................................................................................... 488-513
Penerapan Anggaran Biaya Produksi sebagai Alat Perencanaan dan
Pengendalian Produksi pada PT. Surya Rengo Containers Cabang Surabaya Supri Setiyaji, Ma’ruf Sya’ban, Zeni Rusmawati ................................. 514-528
Multiplier Effect Keberadaan Masjid Kubah Emas pada Masyarakat Kota
Depok Siti Marti’ah ....................................................................................... 529-540
Keahlian Pemakaian Software Akuntansi Mahasiswa Akuntansi
Universitas Udayana
I Kadek Satria Nova, Ni Putu Kepramareni ......................................... 541-559
Hubungan Positif Partisipasi Anggota terhadap Sisa Hasil Usaha pada Koperasi Merta Rahayu Br. Mekarsari, Carangsari Kec. Petang Tahun
2010-2014 Putu Diah Asrida, Ida Bagus Dwi Adnyana ......................................... 560-573
Investasi Saham dan Perencanaan Keuangan: Siapkan Wirausaha Muda
Ni Kadek Sinarwati ............................................................................ 574-589
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perolehan Modal Usaha UMKM
pada Lembaga Keuangan di Kabupaten Gianyar I Gede Cahyadi Putra, I Ketut Sunarwijaya, I Gusti Ngurah Bagus Gunadi ............................................................ 590-601
Pengaruh Struktur Pengendalian Intern terhadap Efisiensi Penyaluran Kredit pada Lembaga Perkreditan Desa I Gusti Ngurah Bagus Gunadi, I Gusti Ayu Imbayani ......................... 602-620
Peran Media dalam Pengembangan Wisata Religi Nyoman Dini Andiani, Ni Made Ary Widiastini .................................... 621-629
Implementasi Sightseeing Denpasar sebagai Program Promosi sebagai Strategi Pemasaran Pariwisata Kota Denpasar I Gede Putra Nugraha ........................................................................ 630-641
Buah Lokal Jadi Raja di Negeri Sendiri Gusti Ayu Ketut Rencana Sari Dewi ................................................... 642-652
Analisis Kinerja Saham Dengan Metode Arbitrage Pricing Theory (Studi Pada Saham Sektor Keuangan Di Bursa Efek Indonesia) Fridayana Yudiaatmaja ...................................................................... 653-659
Segmentasi Konsumen dan Strategi Customer Relationship Management pada Bisnis Start-Up Toko Online
Putu Sukma Kurniawan ..................................................................... 660-676
Kewirausahaan Berbasis Identitas Keagamaan (Studi Kasus terhadap
“Bakso Celeng 100% Haram” di Bali) Putu Eka Dianita Marvilianti Dewi Anantawikrama Tungga Atmadja ....................................................... 677-685
Literasi Keuangan: Implementasi dalam Pembelajaran Kewirausahaan di Perguruan Tinggi Nyoman Trisna Herawati .................................................................... 686-701
Akuntabilitas Auditor dalam Perspektif Ajaran Karma Phala
Ida Ayu Budhananda Munidewi ......................................................... 702-718
Pengaruh Motivasi Kualitas, Karir dan Motivasi Ekonomi terhadap Minat Mahasiswa Magister Akuntansi Universitas Pancasila Mengikuti Sertifikasi Chartered Accountant
Rusdiana, Nurmala Ahmar, Darmansyah ........................................... 719-735
Penyajian Pendapatan Komprehensif Lain dan Komponennya pada
Industri Barang Konsumsi (Studi Empiris pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2015) Yudhistiro Ardy .................................................................................. 736-742
Industri Pariwisata Kesehatan Herbal Di Era Ekonomi Global – Tinjauan Desa Pancasari
Made Handijaya Dewantara Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia
ABSTRAK
Penelitian ini bermaksud menggambarkan peluang dan ancaman yang bisa menjadi dasar pemikiran perkembangan pariwisata kesehatan di Desa
Pancasari, sekaligus bagaimana proses pengelolaan ke depannya. Penelitian
kemudian dilakukan teknik pengumpulan data berupa wawancara dan
observasi di Desa Pancasari, dan selanjutnya dianalisis melalui deskriptif
kualitatif.Pariwisata kesehatan menjadi dasar pengembalian otentisitas pariwisata di Bali yang berbasis kebudayaan dan nilai-nilai leluhur, untuk
menghadapi era ekonomi global.
Melalui proses penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa peluang
pengembangan budidaya tanaman obat-obatan masih sangat terbuka luas
sejalan dengan semakin berkembangnya industri jamu herbal, obat, herbal,
fitofarmaka dan kosmetika tradisional di Desa Pancasari. Dalam kaitannya dengan pariwisata, pemanfaatan tanaman obat tentunya dapat menjadi suatu
daya tarik bagi wisatawan untuk mengetahui jenis-jenis, pemanfaatan serta
proses pengolahan tanaman obat hingga siap untuk dikonsumsi. Melalui
kegiatan wisata alternatif ini, keuntungan tidak hanya dirasakan oleh
wisatawan yang datang (tentunya berupa kesembuhan penyakit), melainkan juga untuk masyarakat sekitar di Desa Pancasari.
Kata kunci : pariwisata kesehatan, desa pancasari, tanaman obat-obatan
ABSTRACT This study intends to describe the opportunities and threats that could be
used as consideration for the development of medical tourism in the village ofPancasari, as well as to know how the process of managing this type of tourism. The study then conducted the data collection techniques such as interviews and observations in the village Pancasari, and is analyzed by qualitative descriptive. Medical tourism became the basis of returning the authenticity of tourism in Bali-based culture and values of their ancestors, in order to face global economy.
Through the research process can be concluded that the chances of developing the cultivation of medicinal plants is still very open broadly in line with the development of herbal industry, medicine, herbal, fitofarmaka and traditional cosmetics in the village Pancasari. In relation to tourism, the utilization of medicinal plants can certainly be an attraction for tourists to know the types, utilization and processing of medicinal plants until they are ready for consumption. Through this alternative tourism activities, the benefits are not only felt by tourists who come (surely be cure diseases), but also for the surrounding community in the village Pancasari. Keywords : medical tourism, village Pancasari, medical plants
1
mailto:[email protected]
PENDAHULUAN
Perkembangan medical tourism di Indonesia khususnya Bali juga sangat memiliki peluang untuk tumbuh lebih besar, dengan potensi yang dimiliki Bali sebagai destinasi pariwisata yang sudah sangat populer di dunia.Maka kreativitas dalam menciptakan produk wisata baru sangat diperlukan, salah satunya adalah melalui medical tourism.Bali merupakan destinasi pariwisata yang memiliki perencanaan pariwisata berbasis budaya, oleh karena itu sangatlah tepat apabila produk-produk wisata yang ditawarkan
memiliki ke khasan atau keunikan yang berasal dari budaya Bali itu sendiri. Dalam konsep medical tourismproduct budaya bali termasuk dalam kelompok alternative, therapy dan treatments dimana kebudayaan tersebut memiliki istilah Usada.
Usada adalah pengetahuan pengobatan tradisional Bali, sebagai sumber konsep untuk memecahkan masalah di bidang kesehatan.Dengan menguasai konsep usada tersebut dan memanfaatkannya dalam kerangka konseptual di bidang pencegahan, pengobatan, rehabilitasi serta penelitian berguna untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan.
Dalam kaitan dengan medical tourism, usada merupakan bagian dari medical tourism product yang di bagi berdasarkan perbedaan tipe pelayanan yang ditawarkan medical services.Dalam pelaksanaannya usada lebih banyak memanfaatkan tanaman obat, dimana tanaman tersebut tumbuh dan berkembang sangat baik di Bali khususnya di Desa Pancasari.
Tanaman Obat dan manfaatnya dalam budaya Bali termasuk ke dalam usada (ilmu penngobatan tradisional Bali) yang secara spesifik dijelaskan di dalam Lontar Usada Taru Pramana. Dalam lontardijelaskan bahan obat yang berasal dari tumbuh-tumbuan.Yang secara mitologi tumbuh-tumbuhan
itu dapat berbicara dan menceritrakan khasiat dirinya. Penggunaan tanaman obat untuk menyembuhkan penyakit dan merawat kesehatan telah dilakukan selama berabad-abad. Dari catatan sejarah, dahulu masyarakat umumnya telah memahami banyak hal mengenai tumbuh-tumbuhan yang bermanfaat sebagai obat serta cara pemanfaatannya. Tumbuhan yang merupakan bahan baku obat tradisonal tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Di hutan tropis Indonesia terdapat 30.000 spesies tumbuhan. Dari jumlah tersebut
sekitar 9.600 spesies diketahui berkhasiat obat, tetapi baru 200 spesies yang telah dimanfaatkan sebagai bahan baku pada industri obat tradisional (B. Utomo, 2011: 4).
Tanaman obat biasanya tumbuh di tanah pekarangan atau tanah yang dianggap tidak produktif seperti lereng atau jurang, lembah sungai dan tanah pekarangan belakang rumah. Efek samping obat tradisional relatif kecil jika digunakan secara tepat, yang meliputi kebenaran bahan, ketepatan dosis, ketepatan waktu penggunaan, ketepatan cara penggunaan, ketepatan telaah informasi, dan tanpa penyalahgunaan obat tradisional itu sendiri (Raymond, 2008). Walauapun tetap memiliki kelemahan yaitu penggunaan atau pengolahan yang tidak praktis, kelebihan atau manfaat pengunaan tanaman obat menurut Dr Budi Utomo, antara lain: 1. Tidak adanya efek samping
pengunaannya jika sudah sesuai anjuran
2. Efektif untuk penyembuhan penyakit tertentu yang sering sulit
disembuhkan oleh obat-obatan kimia.
3. Murah, mengingat umumnya biasa ditanam di pekarangan rumah, sebagian besar bahkan biasa ditemukan tumbuh liar, dikebun-kebun atau sawah sekitar
4. Pengobatan umumnya dapat dilakukan oleh anggota keluarga
2
sendiri tanpa bantuan medis atau paramedis.
Peluang pengembangan budidaya tanaman obat-obatan masih sangat terbuka luas sejalan dengan semakin berkembangnya industri jamu, obat, herbal, fitofarmaka dan kosmetika tradisional. Dalam kaitannya dengan pariwisata, pemanfaatan tanaman obat tentunya dapat menjadi suatu daya tarik bagi wisatawan untuk mengetahui jenis-jenis, pemanfaatan serta proses pengolahan tanaman obat hingga siap untuk dikonsumsi. Selain itu khasiat tanaman obat untuk menyembuhkan penyakit dan
merawat kesehatan dapat menjadi medical services bagi wisatawan. Bisnis pariwisata kesehatan di Bali dapat menjadi solusi atas maraknya persoalan lingkungan hidup di tengah kemajuan pariwisata.Pariwisata kesehatan juga dapat membawa Bali kembali kepada hakikat pariwisata yang berbasis budaya dan nilai-nilai para leluhur. Meskipun potensi pariwisata kesehatan saat ini tampak di Desa Pancasari, namun tidak menutup kemungkinan jenis pariwisata ini juga bisa dikembangkan di daerah lain. Penelitian ini bermaksud menggambarkan peluang dan ancaman yang bisa menjadi dasar pemikiran perkembangan pariwisata kesehatan di Desa Pancasari, sekaligus bagaimana proses pengelolaan ke depannya. TELAAH LITERATUR
Pariwisata kesehatan (medical tourism) telah muncul sebagai pariwisata alternatif dan menjadi variasi produk pariwisata.Beberapa negara secara aktif telah mengembangkan jenis industri ini sekaligus mendapatkan atensi lebih dari pemerintah.Diperkirakan pariwisata alternatif jenis medical tourism industry ini, secara global saat ini menghasilkan pendapatan tahunan hingga US $ 60 miliar (negatif 40 miliar), dan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan
pariwisata tahunan sebesar 20% (Horowitz, 2007). Jumlah wisatawan yang tertarik (dikategorikan sebagai medical tourists) juga mengalami peningkatan, dari 19 juta wisatawan pada tahun 2005 menjadi 25,8 juta pada tahun 2007, dengan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 16,5% (RNCOS, 2008). Pertumbuhan jumlah wisatawan ini disinyalir dikarenakan ketidakmampuan jenis obat biasa dalam menjamin penyembuhan penyakit.Jenis pengobatan herbal juga tidak mengandung efek samping.
Terdapat dua definisi mengenai "medical tourism" yang dapat ditemukan dalam literatur atau internet.Definisi pertama, pariwisata kesehatan sebagai pariwisata alternatif mengacu pada perjalanan dengan tujuan mendapatkan pelayanan kesehatan.Adapun definisi kedua secara lebih umum digunakan pada bidang usaha dan media, hal ini juga muncul di kedua literatur baik pariwisata maupun kesehatan (Reed, 2008).Pendapat dari Smith dan Puczko (2009) memberikan gambaran berbeda terhadap dua jenis pariwisata kesehatan yaitu medical tourism dan wellness tourism.Keduanya ditempatkan sebagai dua konsep pariwisata kesehatan dalam arti luas. Adapun Goodrich (1987), memberikan pendapat bahwa pariwisata kesehatan mengacu pada destinasi wisata yang menarik wisatawan dengan menggunakan fasilitas kesehatan atau jasa atraksi wisata yang masih tradisional. Sebagai contoh, penggunaan yoga dan massage di Nirmalyam Retreat Ayurvedic dan hotel-hotel di India dapat dilihat sebagai pariwisata kesehatan dari pada medical tourism (Connell, 2006).
Sementara itu industri pariwisata memandang medical tourism sebagai kombinasi dari medical services dan tourism services (Connell, 2006; Garcia-Altes, 2005), sedangkan industri medis kurang optimis pada kombinasi dari medical services dan tourism services (AMA,
3
2008; Bies dan Zacharia, 2007; Luntungan dan Carrera, 2010; Reed, 2008). Oleh karena itu pendekatan yang digunakan sangat berpengaruh dalam menentukan perspektif yang akan diberikan terhadap kegiatan medical tourism. Cara yang paling baik digunakan dalam menggunakan pendekatan dalam bidang ilmu pariwisata adalah dengan menggunakan teori-teori pariwisata, pariwisata terbentuk berdasarkan berbagai disiplin ilmu, oleh karena itu dalam melakukan pendekatan terhadap kegiatan pariwisata akan lebih baik menggunakan berbagai
disiplin ilmu terkait. Medical tourism product dapat
didefinisikan sebagai suatu gabungan
(group) yang terdiri dari tujuan medical tourist (patient’s) atau berbagai tipe pelayanan yang ditawarkan oleh medical tourism services (tourist supply). Cormany (2008) membedakan produk berdasarkan tipe pelayanan yang ditawarkan olehmedical services kedalam enam bagian: major surgeries, minor surgeries, cosmetic/plastic surgeries, diagnostic services, alternative therapy treatments, and lifestyle/wellbeing services. Sehingga medical tourism product dapat dikelompokan menjadi enam bagian yang dapat dilihat dari table 1 tersebut.
Tabel1.Produk UtamaMedicalTourism
Cosmetic/Plastc
Surgeries
Facialcosmeticsurgery:rhytidectomy,eyelidsurgery(blepharoplasty), nosereshaping,broworforeheadlift,earsurgery:otoplasty
Bodycontouring:liposuction(lipoplasty,tummytuck(abdominoplasty), breastaugmentation(augmentationmammoplasty),breast lift(mastopexy),thighlift,buttocklift,lowerbodylift(beltlipectomy)
AlternativeTherapy Treatments
Chinesemedicine,acupuncture,herbaltreatments,Ayurvedic treatments,
PanchaKarma,tai-chi
Wellbeing/Lifestye RemodelingServices
Spatherapy,yogatherapy,meditationtherapy,holistictherapy, thermaltherapy(mineralsprings,balneotherapy),thermotherapy, thalassotherapy,
Algaetherapy,aromatherapy,cryotherapy,electrotherapy, magneto therapy,-healingmud(fangotherapy),occupational
therapy(stress management),massage(pampering),diet(nutritional)programs,detox programs,NewAge,spiritualtourism
MajorSurgeries
Orthopedicsurgeries:hipreplacement,hipresurfacing,knee replacement
Spinalprocedures:spinalfusion,spinaldiscreplacement Limitedcardiacprocedures:angioplasty,cardiacdiagnostic
procedures Gynecologicalsurgeries:partialhysterectomy,totalhyst
erectomy, radical Hysterectomy,bilateralsalpingooophorectomy Generalsurgeries:vascular,stomachandbowel,kidneyan
durinary, gallbladderremoval,Herniarepair,cataractsurgery,LASIKsurgery, hemorrhoidremoval,Endolaserveinsurgery
Other medicalprocedures:bariatricsurgery,fertilitytreatment, Oncology,transplants,stemcell treatments,sexresignment,addiction treatments
MinorSurgeries
Dentalprocedures:dentalwork,cosmeticdentistry,crowns,bonding, veneers,whitening,bridges,bonegrafts,rootcanals,toothextractions
Eye,ear,nose,andthroattreatments
Sumber: Gahlinger(2008: I-IV), MarsekandSharpe(2009: 39-76),Smithand
4
Puczko.(2009:7) Dari ke-6 faktor pembentuk
medical tourism product tersebut masing-masing memiliki empat komponen yang dibutuhkan dan saling mempengaruhi. Ke-4 komponen tersebut terdiri dari medical facilities and related services, accommodation and F & B services, tourist facilities and related services, dan government policies and sociocultural factors. Desa Pancasari yang berlokasi di areal pegunungan dan dekat dengan pusat studi tumbuhan di Kebun Raya
Eka Karya tentunya mempunyai potensi akan jumlah tanaman obat yang tersedia. Selain itu, jenis penyembuhan berupa usada, yang sekaligus merupakan pengobatan khas Bali akan menjadi hal menarik untuk dikombinasikan menjadi medical tourism product. METODE
Penelitian ini dijalankan di Desa Pancasari. Desa Pancasari merupakan wilayah kecamatan Sukasada yang terletak kurang lebih 15 Km di Sebelah Barat Kota Kabupaten Buleleng. Kedudukannnya sangat strategis karena merupakan salah satu kecamatan penyangga lumbung beras Kabupaten Buleleng. Batas-batas Desa Pancasari adalah sebagai berikut : Sebelah Utara : Desa Gitgit dan Gobleg Buleleng Sebelah Timur: Bukit Bedugul dan Kebun Raya Eka Karya Sebelah Selatan: Kecamatan Baturiti Sebelah Barat : Bukit Bedugul dan Kebun Raya Eka Karya Desa Pancasari termasuk dalam daerah kawasan pegunungan yang berbukit-bukit dibagian utara dan melandai kearah selatan dengan morfologi dan ketinggian daerah dengan pembagian sebagai berikut : kemiringan lereng 5-40% dengan topografinya yang berbukit terletak sebagian besar di wilayah bagian utara, sedangkan dengan jenis
morfologi yang bergelombang (kemiringan 2-5%) terletak sebagian besar di wilayah bagian selatan, untuk kemiringan 0-2% menempati wilayah bagian selatan ke arah tenggara. Curah hujan relatif banyak di wilayah utara (wilayah pegunungan dan berbukit-bukit), dengan batas wilayah seperti yang disebutkan di atas. Penggunaan lahan di Wilayah Desa Pancasari digunakan untuk persawahan serta sisanya digunakan untuk pemukiman dan pemanfaatan
lainnya. Struktur perekonomian di desa Pancasari masih bercorak agraris yang dibuktikan dengan penggunaan lahan sawah secara optimal oleh masyarakat.Sebagian besar masyarakatnya melaksanakan budidaya cocok tanam, termasuk di antaranya tumbuh-tumbuhan obat-obatan.Hal ini juga didukung dengan keberadaan Kebun Raya Eka Karya di Bedugul yang membantu para petani dalam mengembangkan bibit-bibit unggul di bidang obat-obatan. Penelitian ini dijalankan selama 2 bulan dari bulan Januari 2014 sampai Maret 2012. Penelitian dijalankan dengan menggunakan dua buah metode yaitu metode wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan kepada dua puluh informan yang masing-masing terdiri dari pemilik lahan, petani, dan wakil masyarakat, yang dipilih secara acak. Setelah data-data terkumpul, analisis dilakukan dengan menggunakan deskriptif kualitatif. HASIL DAN PEMBAHASAN
Potensi wisata yang dimiliki
desa Pancasari yang dapat dikembangkan sebagai objek medical tourism terletak pada keanekaragaman vegetasi tanaman terutama tanaman obat.Hampir seluruh rumah di desa Pancasari membudidayakan tanaman obat dipekarangan rumah ataupun lahan-lahan yang tidak digunakan. Selain
5
itu, keadaan geografis desa Pancasari, yang terletak di daerah perbukitan dan keadaan iklim yang dingin menyebabkan tumbuhan dapat tumbuh secara liar di jalan-jalan desa dan semak-semak, dimana tidak jarang tumbuhan-tumbuhan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat.
Daya tarik lainnya terletak pada kehidupan sosial masyarakat desa Pancasari. Masyarakat desa Pancasari tidak hanya membudidayakan tanaman obat tetapi juga memiliki pengetahuan tradisional tentang pemanfaatan dan
cara pengolahan tanaman obat serta
diaplikasikan di kehidupan sehari-hari untuk perawatan kesehatan keluarga. Tanaman obat diolah dalam bentuk loloh dan jamu serta ada pula tanaman obat yang diolah menjadi makanan seperti bubur.Selain digunakan untuk perawatan kesehatan, tanaman obat juga digunakan untuk menyembuhkan penyakit, seperti daun binahong, jahe merah, daun wungu, alpukat. Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan wakil petani, ditemukan daftar vegetasi tanaman obat yang terdapat di desa Pancasari dan pemanfaatannya seperti tabel
berikut ini. Tabel 2. Daftar Tanaman Obat yang Dibudidayakan oleh masyarakat Desa
Pancasari serta Pemanfaatannya
No Nama jenis Nama Ilmiah/kelompoknya
Pemanfaatan
1. Adas Foeniculum Vulgare Mill Penurun panas, Ekspectoran, anti diare, stimulansia, obat kuat, bahan pengawet.
2. Alang-alang Imperata Cylindrica Penurun panas, deuretik, mengehentikan pendarahan, menghilangkan haus, penyakit radang ginjal akut
3. Alpukat Persea Americana Mill Anti radang, deuretik dan menghilangkan rasa sakit.
4. Andong Cordyline Fruticosa (Linn). A. Cheval
Mengehentikan pendarahan
5. Barucina Artemisi Vulgaris L Mengehentikan pendarahan, melancarkan peredaran darah.
6. Belimbing Wuluh
Averrhoa Bilimbi L Anti radang, penyakit darah tinggi
7. Beluntas Pluchea Indica (L) Lees Menambah nafsu makan dan membantu pencernaan
8. Brotowali Tinospora Crispa (L) Niers
Menghilangkan rasa sakit dan penurun panas, penyakit demam kuning
9. Cakar
Ayam/Cemara Kipas Gunung
Selanginella Doederleinii
Hieron
Infeksi saluran nafas
10. Daun dewa atau samsit
Gynura Segetum (Lour) Merr
Penyakit batuk darah, mimisan, menghilangkan bekuan darah.
11. Daun Jinten Coleus Amboinicus Lour Jika dimasak menjadi sop dapat memperbaiki ASI.
12. Daun Wungu Graptophyllum Pictum(L) Penyakit wasir, ambeien.
6
Griff
13. Duet Eugenia Cumini Penyakit kencing manis, dan sering ngompol.
14. Jahe Merah Zingiber Officinale Linn. Var. Rubrum
Obat batuk.
15. Keji Beling Strobilanthes crispus BL Penyakit batu ginjal, kencing tidak lancar.
16. Kelor Moringa Aleifera Lamk Bahan makanan, penyakit rematik, biduran.
17. Kemangi Ocium Bassillicum Ferina Citratum
Mengurangi bau mulut dan panas dalam.
18. Kembang Telang
Clitoria Ternatea L Pembersih darah, mempercepat pematangan bisul.
19. Kumis Kucing Orthosiphon Aristatus (BI) Miq
Penyakit batu ginjal
20. Kunyit Curcuma Longa Linn Bahan makanan, melancarkan haid, penyakit demam
21. Lengkuas Merah
Alpinia Purpurata. K. Schum
Penyakit rematik
22. Lidah Buaya Aloe Vera L Bahan makanan, bahan shampoo, anti radang, untuk pencahar
23. Mengkudu Morinda Citrifolia L Menghilangkan hawa lembab tubuh, pembersih darah, peluruh kencing , antiseptic
24. Mimba/ Intaran
Azadirachta Indica Juss Penyakit diabetes, anti piretik
25. Pegagan / daun piduh
Centella Asiatica Anti Infeksi
26. Pepaya Carica Papaya L Bahan makanan, penyakit malaria, demam, melancarkan ASI
Sumber : Observasi PULE-3 tahun 2012 Selain vegetasi tanaman
obat dan kehidupan sosial masyarakat desa, Desa Pancasari juga memiliki keadaan alam yang masih alami dan keadaan iklim yang dingin sehingga terdapat beberapa aktivitas wisata yang bisa dilakukan di desa Pancasari seperti Treking dan seightseeing.
Aksesibilitas Desa Pancasari Lokasi Desa Pancasari cukup strategis, dapat diakses melalui jalan raya provinsi Bedugul-Singaraja dengan menempuh perjalanan ± 30 menit dari pusat Kota Buleleng menggunakan kendaraan pribadi atau kendaraan umum. Secara umum kondisi fisik jalan Dapat menunjang kegiatan pariwisata di
desa Pancasari .
7
Gambar 2. Jalan Desa Pancasari
Amenities Fasilitas yang tersedia di dasa Pancasari secara umum dapat
menunjang perkembangan pariwisata di desa tersebut. Adapun fasilitas yang terdapat di desa Pancasari meliputi penginapan, rumah makan, pasar tradisional, mini market, tempat ibadah, namun jumlahnya masih terbatas. Ancilaries
Pemerintah Desa Pancasari terdiri dari Kepala Desa yang selanjutnya disebut dengan nama Perbekel dan perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Adapun tugas dan wewenang Perbekel salah satunya yaitu urusan kemasyarakatan adalah pemberdayaan masyarakat melalui pembinaan kehidupan sosial budaya masyarakat yang meliputi bidang kesehatan, pendidikan, adat istiadat, dan bidang lainnya. Selain itu terdapat Organisasi Lembaga Permasyarakatan Desa (LPD), Organisasi Tani. Gambaran umum mengenai pengembangan Medical Tourism product di Desa Pancasari, dijelaskan melalui analisis kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman dari pengembangan produk pariwisata ini, sebagai berikut : Kekuatan (Strength) 1. Keanekaragamam vegetasi
tanaman obat yang dimiliki oleh masyarakat desa Pancasari. Desa Pancasari memiliki keunggulan tersendiri dimana
diwilayah desa Pancasari sendiri banyak ditumbuhi berbgai macam tanaman obat-obatan yang
dijadikan bahan utama dalam medical tourism.Sehingga ketersediaan dalam menyupply bahan utama produk sudah terjamin.Berbagai macam varietas tanaman obat-obatan yang tumbuh disekitar desa Pancasari beberapa diantaranya merupakan jenis tanaman obat yang tumbuh di lokasi serta iklim yang tertentu saja sehingga tidak semua tanaman obat-obatan dapat tumbuh di berbagai wilayah jadi jenis vegetasinya disesuaikan dengan tekstur tanah serta iklim sekitar.Hal ini menjadi kekuatan masyarakat desa Pancasari dalam mengembangkan medical tourism.
2. Kehidupan sosial budaya masyarakat, dalam menerapkan pengetahuan. Pada zaman modern seperti sekarang ini sangat menarik jika berbicara tentang kehidupan masyarakat desa karna pola kehidupan meraka sangat berbeda dengan masyarakat sekarang. Jika Berbicara tentang masyarakat Desa tidak akan terlepas dari pola hidup tradisional baik dari segi interaksi sosial kehidupannya dengan sesama maupun dengan alam sekitar yang masih banyak dikuasai oleh adat istiadat lama. Adat istiadat adalah suatu aturan yang sudah mantap dan mencakup segala konsepsi sistem budaya yang mengatur tindakan
8
atau perbuatan manusia dalam kehidupanya. Jadi, masyarakat desa Pancasari tradisional di dalam melangsungkan kehidupannya berdasarkan pada cara-cara atau kebiasaan-kebiasaan lama yang masih diwarisi dari nenek moyangnya. Kehidupan mereka belum terlalu dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang berasal dari luar lingkungan sosialnya. Kebudayaan masyarakat tradisional merupakan hasil adaptasi terhadap lingkungan alam dan sosial sekitarnya tanpa menerima
pengaruh luar. salah sato contohnya dapat terlihat dari pengusaan berbagai tanaman obat-obatan yang dijadikan sebagai alternatif dalam pengobatan yang bersifat tradisional yang didasarkan atas dasar filosofi budaya dan agama Hindu, yang sumber ajarannya terdapat pada lontar husada tersebut.
3. Lingkungan yang masih alami Kondisi lingkungan desa Pancasari masih terlihat masih asri dimana desa Pancasari belum tersentuh oleh berbagai pembangunan, dimana sebagian besar lahan yang ada dipergunakan untuk lahan persawahan. Lahan pekarangan rumah masyarakatpun dimanfaatkan sebagai lahan pengembangan tanaman obat-obatan sehingga vegetasi berbagai jenis tanaman obat-obatan yang dilestarikan oleh masyarakat, maupun yang
tumbuh secara liarpun masih terjaga habitatnya, sehingga kebutuhan akan kuantity tanaman obatnya masih terpenuhi.
4. Akses jalan desa dalam keadaan baik Kondisi fisik jalan didalam desa sangat menunjang. Jalan adalah hal yang sangat berpengaruh dalam mengembangkan potensi objek wisata. Apabila akses jalan untuk menempuh ke tempat wisata tidak memadai, pastinya orang akan malas untuk mengunjunginya. Akses jalan
merupakan salah satu kemudahan dalam kegiatan wisata dengan kondisi jalan yang baik wisatawan akan merasa mudah untuk menjangkau lokasi yang dituju.
5. Kondisi iklim serta keamanan yang mendukung. Kondisi iklim desa Pancasari yang stabil sehingga vegetasi tanaman obat-obatanpun tetap terjaga, selain itu wisatawanpun dapat mengunjungi desa Pancasari tanpa adanya hambatan perubahan iklim.Selain iklim, faktor keamanan sangat menunjang suatu destinasi agar terus berkembang. Stabilitas keamanan desa Pancasari sangat kondusif karena keterlibatan masyarakat desa dalam menggalang persatuan dan kesatuan dalam semangat gotong-royong manjaga keamanan desa sangat kuat.
Kelemahan (Weakness) 1. SDM masyarakat lokal
Sumber daya manusia penduduk lokal setempat masih rendah. Hal tersebut dapat terlihat dari tingkat pendidikan dan mata pencaharian mereka sebagian besar penduduk desa Pancasari bermata pencaharian sebagai petani sehingga, hal ini akan bedampak pada :
a. Kemampuan pengalaman untuk mengelola dan mengembangkan, potensi wisata masih minim dan belum merata,
b. Kemampuan berbahasa asing yang rendah
c. Kurangnya pengetahuan dibidang pariwisata
d. Minimnya tenaga ahli Dari dari beberapa hal diatas secara langsung akan
9
berpengaruh terhadap tourism produk yang ditawarkan kepada wisatawan.
2. Keterbatasan informasi Hal ini memang biasanya sering dialami oleh masyarakat pedesaan khususnya masyarakat desa Pancasari. Keterbatasan informasi baik melalui media elektronik maupun media massa tentang segala bentuk perubahan serta perkembangan yang sifatnya global, yang dapat menyebabkan ketertingalan dalam berbagai aspek seperti rendahnya pemahaman, minimnya kreatifitas
serta langkah-langkah inovatif dalam pengembangan potensi medical tourism product. Hal ini disadari juga bahwa tidak semua masyarakat pedesaan dapat menggunakan tehnologi imformasi yang telah berkembang saat ini, salah satu contohnya yaitu melalui internet.
3. Fasilitas penunjang masih kurang Pada intinya fungsi fasilitas haruslah bersifat melayani dan mempermudah kegiatan atau aktivitas pengunjung/wisatawan yang dilakukan dalam rangka mendapat pengalaman rekreasi.Disamping itu fasilitas dapat pula menjadi daya tarik wisata. Fasilitas yang penyajiannya disertai dengan keramahtamahan yang menyenangkan wisatawan dapat menjadi daya traik, dimana keramahtamahan dapat mengangkat pemberian jasa menjadi suatu atraksi wisata sehingga wisatawan benar-benar merasa puas tidak hanya dari segi pengobatanya saja tetapi juga dari
segi pelayanan fasilitas pariwisatanya. Namun ketersediaan fasilitas didesa Pancasari masih sangat terbatas dimana fasilitas seperti penginapan dan restoran yang ada masih sangat minim jumlahnya.Lemahnya fasilitas pariwisata menjadi suatu
hambatan yang manjadi faktor pendukung berkembangnya medical tourism.
Peluang (Opportunity)
1. Product pariwisata yang tergolong baru medical tourism product
merupakansalah satu produk wisata alternatif yang tergolong baru, walaupun diluar negeri juga telah ada jenis wisata yang sama tetapi jenis racikan pengemasan serta nilai filosofnya sangat berbeda dan mempunyai cirri khas tersendiri sehingga mempunyai
daya tarik tarik tersendiri bagi wisatawan, dan tingkat kompetisi didalam industry pariwisatanyapun tidak terlalu ketat persainganya. 2. Tren medical tourism yang semakin berkembang Hal ini dapat terlihat telah muncul medical tourism di banyak negara sebagai bentuk perdagangan yang telah memberikan nilai tambah pada produk wisata.Negara-negara tersebut secara aktif telah mengembangkan ke dalam industri yang mendapat dukungan dan investasi pemerintah.Diperkirakan bahwa medical tourism industry secara global saat ini menghasilkan pendapatan tahunan hingga US $ 60 miliar (negatif 40 miliar), terhadap pertumbuhan tahunan sebesar 20% (Horowitz, Rosensweig, & Jones, 2007). Sedangkan di Indonesia. Pasalnya, selama ini model pengobatan alternatif belum banyak digali, sementara banyak turis asing datang ke Indonesia tertarik dengan pengobatan alternatif tersebut. “Ini realitas. Banyak wisman datang menikmati Pengobatan Kesehatan alternatif dan bisa dijadikan komersial bisnis wisata,” 3. Segmen pasar yang memadai internasional maupun nasional
10
http://id.88db.com/id/Services/Post_Detail.page/Health_Medical/Supplement_Nutrition/?PostID=234391http://id.88db.com/id/Services/Post_Detail.page/Health_Medical/Supplement_Nutrition/?PostID=234391
Daya tarik medical tourismterhadap konsumen (wisatawan) baik nasional maupun internasional terus bertambah. Hal ini dapat dilihat dari Jumlah medical tourists yang mengalami peningkatan, dari 19 juta wisatawan pada tahun 2005. menjadi 25,8 juta pada tahun 2007, dengan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 16,5% (RNCOS, 2008). Dengan adanya hal tersebut membuktikan bahwa dewasa ini banayak orang yang cukup tertarik dengan munculnya medical tourism.Hal ini menjadi peluang bagi desa Pancasari untuk bergerak di bidang pariwisata dalam mengembangkan medical tourism. Memahami pengertian pasar pariwisata dapat dijelaskan melalui pengertian permintaan pariwisata menurut (Mathieson dan Wall), adalah jumlah total dari orang yang melakukan perjalanan atau ingin melakukan perjalanan untuk menggunakan fasilitas da pelayanan wisata ditempat yang jauh dari tempat tinggal dan tempat kerja. 5. Kebudayaan masyarakat Bali yang mendukung Hal ini ditunjang oleh pelestarian budaya bali sebagai kebudayaan lokal yang terus dilestarikan yang menjadi jadi diri masarakat bali khususnya desa Pancasari sehingga unsur nilai filosofis yang melekat didalam medical tourism ini tidak hilang dan tetap dipertahankan. 6. Sebagai salah satu langkah konservasi Dengan adanya medical tourism tersebut dengan kata lain alam lingkungan yang ada disekitar desa Pancasariyang banyak ditumbuhi vegetasi berbagai macam tanaman obat akan tetap dijaga. 7. Membuka lapangan pekerjaan Dengan adanya medical tourism sebagai wisata alternatif didesa
Pancasari tersebut otomatis akan terserap pula sejumlah tenaga kerja yang ada, baik dari pengembangan medical tourismnya sendiri maupun dari sarana penunjang lainya seperti akomodasi restoran maupun sarana transportasi.
Ancaman (Treat) 1. Pembangunan yang tidak
terkontrol di Bali secara umum Merambahnya industry pariwisata di Bali membawa dampak serta perubahan sangat pesat khususnya dari segi pembangunan sarana prasarana
pariwisata yang berdampak pada pemanfaatan lahan, hal ini dirasakan dapat mengancam keberlanjutan medical tourism didesa Pancasari karena dengan tidak terkontrolnya hal tersebut dapat mempengaruhi perubahan fungsi lahan dipedesaan dari alamiah akan tersentuh oleh berbagai macam pembagunan yang pada akhirnya merusak nilai estetika lahan sebelumnya.
2. Adanya persaingan diantara pengembang produk sejenis
Hal tersebut dianggap sebagai ancaman karena kita sadari bahwa khusunya didaerah bali berbagai jenis macam tanaman obat-obatan juga banyak tersebar di beberapa tempat lain khususnya didesa lain selain di desa Pancasari, dengan filosofi yang sama maka akan timbul kesamaan atau kemiripan yang akan menimbulkan persaingan yang ketat didalam wilayah bali sendiri. Rancangan Medical Tourism Product di Desa Pancasari Deskripsi produk Produk wisata yang kami rancang di desa Pancasari dibagi menjadi dua jenis: 1. Herba Learn and Practice
Paket wisata ini merupakan paket wisata yang ditawarkan untuk mereka yang ingin mengetahui jenis tanaman obat dan proses pengolahannya. Aktivitas yang terdapat dalam paket ini dimulai dari
11
pengenalan tanaman obat hingga praktik untuk mengolahnya. Wisatawan tidak hanya memperoleh pengetahuan tentang tanaman obat tetapi juga dapat menjaga kesehatan atau menyembuhkan diri dari stres dan rutinitas. Paket wisata ini terdiri dari beberapa aktivitas yang dilaksanakan dalam satu hari, adapun aktivitas-aktivitas tersebut adalah : a. Introduction
Pada sesi ini wisatawan akan diberikan informasi awal mengenai
tanaman obat (filosofi dan kegunaannya). Sesi introduction akan dipandu oleh kepala desa Pancasari yang didampingi oleh tour guide.
b. Tracking around the Village Wisatawan akan diajak mengelilingi desa untuk melihat tanaman obat secara langsung ke lading-ladang penduduk dan jalan-jalan desa. Lama perjalanan sekitar 3-4 jam termasuk istirahat dan mengambil foto-foto pemandangan sekitar.
Gambar 4.Ilustrasi Kegiatan Treking dan seightseeing. c. Making Jamu
Pada kegiatan ini wisatawan akan diajak melihat proses pengolahan dan mengolah langsung tanaman obat menjadi jamu, boreh dan body mask dengan bahan-bahan yang telah disiapkan sebelumnya. Pengolahan dilakukan berdasarkan resep yang telah dirancang oleh masyarakat setempat (tabel 3). Setelah sesi berakhir, wisatawan akan disuguhkan jamu / Herba drink dan diberikan gift dari hasil olahan tanaman obat.
d. Pengobatan dengan Menginap
Dalam produk utama ini, pasien yang memiliki penyakit dalam tingkat kritis akan dibina di dalam sebuah areal khusus layaknya penginapan, dengan kepastian untuk mendapatkan kesembuhan. Di dalam usaha pengobatannya, akan digunakan banyak tanaman obat-obatan di sekitar Desa Pancasari ditambah dengan pengobatan alternatif Usada. Pengobatan dan penginapan akan dibimbing oleh dokter khusus, ahli spiritual Bali, dan perawat yang siaga selama 24 jam. Jenis pengobatan dan fasilitas yang diperoleh disesuaikan dengan harga yang dibayar.
12
Tabel 3. Daftar Resep Pengolahan Tanaman Obat
Resep Tanaman yg digunakan
Nama Ilmiah Peralatan yang diperlukan
Jamu (Tonic drinks)
Tumeric Galanga Tamarind Palm sugar
Curcuma domestica Alpinia galanga Tamarindus
Antiseptic, tonic Warming, antifungal (itching), expectorant. Cleansing + slimming Tonic and energizing
Body Scrubs ( Boreh)
Beras Jahe Clove
Galangal
Oryza sativa Zingiber aromaticum Eugenia caryophylata
Kaempferia galangal
Exfoliates, Stimulates nevous system, aids digestion, Antiseptic, Analgesic, Warming,
relieves itching (due to allergies)
Body Mask Jagung Lidah Buaya
Zea Mays Aloe vera
Draws out toxins and smoothes the skin, Tonic and healing for skin
2. Healt Treatment Paket wisata ini merupakan perawatan kesehatan dan penyembuhan penyakit dengan ramuan-ramuan obat tradisional. Wisatawan yang ingin melalukan medical treatment, akan dirawat dengan menggunakan ramuan-ramuan obat tradisional sesuai dengan keluhan penyakitnnya. Wisatawan akan dirawat di rumah-rumah warga, mengikuti aktivitas warga setempat serta dirawat dengan makanan dan minuman tradisional
yang disesuaikan dengan keluhan kesehatan wisatawan. Lama perawatan 5-10 hari tergantung dari keluhan yang diderita pasien, biasanya untuk kasus-kasus penyakit ringan. Harga Produk Harga produk yang ditawarkan akan sangat variatif tergantung dari jenis penyakit, umur, dan fasilitas yang akan dinikmati. Penjelasan mengenai harga produk akan terlampir dalam tabel di bawah ini.
Deskripsi Harga
Penggolongan Harga
50$/ malam 100$ / malam 200$ / malam
Waktu 1 – 3 malam 1 – 3 minggu 1 – 2 bulan
Jenis Penyakit Ringan (rematik, asam
urat, stress, insomnia)
Sedang (kecanduan zat
adiktif, stroke ringan, gangguan disfungsi seksual)
Berat (diabetes, sakit
jantung, amnesia, kanker)
Usia 20-40 tahun 40-60 tahun 60 tahun ke atas
Fasilitas Kamar, tempat tidur (plus AC), fasilitas olahraga
Kamar, tempat tidur (plus AC), terapi kesehatan satu kali sehari.
Kamar tidur dan ruang tamu, tempat tidur (plus AC), perawat pribadi, terapi
13
kesehatan (3 kali sehari)
Keunggulan produk Keunggulan produk ini antara lain: 1. Menawarkan Konsep wisata yang
unik dimana menggabungkan antara kesehatan dan pariwisata, yaitu alternative medical services.
2. Wisatawan dapat memperoleh pengetahuan baru, terutama mengenai tanaman obat dan proses pengolahannya dan merupakan pengetahuan asli Indonesia.
3. Produk ini dapat dilaksanakan
kapan saja, tidak dipengaruhi oleh musim serta didukung oleh keadaan geografis desa dan sosial masyarakatnya.
4. Pengembangan produk ini selain dapat memberikan manfaat kepada wisatawan juga dapat memberikan manfaat kepada masyarakat desa berupa lapangan pekerjaan serta konservasi alam.
5. Termasuk produk pariwisata baru, dimana belum ada banyaknya pesaing
Segmen Pasar
Pasar yang kami layani adalah wisatawan mancanegara dari berbagai
kalangan maupun usia yang ingin melakukan perawatan kesehatan dan wisatawan yang ingin mempelajari teknik perawatan kesehatan tradisional Bali melalui tanaman obat dan hasil olahannya. Kami memilih pangsa pasar wisatawan asing, khususnya wisatawan Eropa dan Amerika, karena di kalangan wisatawan asing, khususnya wisatawan Eropa dan Amerika, pengobatan tradisional terutaman menggunakan tanaman obat sangat
jarang ditemui dan tentunya ini menjadi daya tarik utama bagi segmen pasar ini. Selain itu ada dilihat dari sisi demand market, wisata yang bersifat Back to Nature sangat digemari oleh wisatawan Amerika dan Eropa. Dengan kata lain wisatawan yang kami layani merupakan wisatawan yang memiliki ketertarikan di bidang kesehatan terutama kesehatan tradisional. Pasar ini merupakan niche market (ceruk pasar), dimana masih belum banyak produk pariwisata yang melirik segmen pasar ini di Bali.
Tabel Segmentasi Pasar
Demografis Wilayah
Pangsa Pasar Utama Pensiunan, Umur di atas 60 tahun
Eropa dan Amerika Asia dan Australia Indonesia Pangsa Pasar Kedua Akhir Masa Kerja
Pangsa Pasar Ketiga Usia Produktif
14
KESIMPULAN Desa Pancasari memiliki keunggulan dalam kondisi alam mereka yang menarik dan kedekatan posisi mereka dengan Kebun Raya Eka Karya sehingga memiliki potensi besar untuk dilakukan perjalanan wisata. Perjalanan wisata yang akan dijalankan di desa ini akan menjadi lebih spesifik sebab akan mengandalkan kekayaan tanaman obat yang tumbuh di sekitar perdesaan ini. Hal lainnya adalah
pengembangan jenis wisata alternatif yang berbeda dengan jenis wisata selama ini yang berkembang di kawasan Bedugul.
Peluang pengembangan budidaya tanaman obat-obatan masih sangat terbuka luas sejalan dengan semakin berkembangnya industri jamu, obat, herbal, fitofarmaka dan kosmetika tradisional. Dalam kaitannya dengan pariwisata, pemanfaatan tanaman obat tentunya dapat menjadi suatu daya tarik bagi wisatawan untuk mengetahui jenis-jenis, pemanfaatan serta proses pengolahan tanaman obat hingga siap untuk dikonsumsi. Selain itu khasiat tanaman obat untuk menyembuhkan penyakit dan merawat kesehatan dapat menjadi medical services bagi wisatawan. Setiap wisatawan akan dikenakan biaya yang berbeda tergantung tingkat penyakit dan umur pasien. Selain itu, kegiatan wisata yang dipilih akan menentukan
diversifikasi harga selanjutnya. Diharapkan melalui kegiatan wisata alternatif ini, keuntungan tidak hanya dirasakan oleh wisatawan yang datang (tentunya berupa kesembuhan penyakit), melainkan juga untuk masyarakat sekitar di Desa Pancasari.Hal ini selanjutnya akan mengembalikan industri pariwisata Bali yang berbasis kebudayaan dan nilai-nilai leluhur. Kembalinya jati diri pariwisata Bali ke basisnya ke arah kebudayaan, akan menguatkan lagi posisi pulau ini ke era pariwisata global. Pariwisata global pun akan
menambah kembali jumlah wisatawan asing dari mana saja, untuk belajar mengenai pariwisata kesehatan di Bali. IMPLIKASI DAN KETERBATASAN Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan implikasi kepada beberapa pihak.Pertama, kepada petani dan masyarakat di Desa Pancasari agar semakin mengembangkan peluang pariwisata kesehatan yang mereka
miliki agar bisa mampu berkontribusi pada pembukaan lapangan pekerjaan.Kedua, bagi pemerintah agar hasil penelitian ini mampu menjadi awal mula menjembatani para petani di Desa Pancasari untuk berwirausaha.Penyelenggaraan festival tanaman kesehatan, perbaikan akses, dan pemberian kredit lunak menjadi salah satunya. Ketiga, bagi petani tumbuhan herbal lainnya agar bisa meniru dan melakukan hal serupa pada lahan yang mereka miliki di tempat lain. Penelitian ini masih membutuhkan cukup banyak pengembangan di beberapa lini.Penelitian dengan topik serupa dapat dilakukan melalui pendekatan yang berbeda misalnya dengan menganalisis implikasi keberadaan pariwisata kesehatan bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat.Ruang lingkup dan rentang waktu penelitian juga bisa dilakukan lebih lama, agar data yang diperlukan semakin kaya. REFERENSI Adiputra, N (2006) Horticulture
which is considered as medicinal plants in some governmental offices in Badung and Denpasar City. Udayana Medical Journal, 37 (131): 29-38.
B. Utomo. 2011. Pengobatan Herba
Kelas Professional.Malang : School of Traditional Medicine PULE-3
15
B. Utomo. 2007. Dasar-Dasar
Penyembuhan Tradisional .Malang : School of Traditional Medicine PULE-3
Raymond, Obomsawin .2008. The
efficacy & safety of Traditional plant medicines. National
aboriginal health organization Ottawa, Ontario Canada
SK Menkes No.
149/SK/Menkes/IV/1978 www. PULE-3.com www. wikipedia.com /tanaman obat
16
Pengaruh Intellectual Capital
Terhadap Financial Performance
(Kajian Empiris Pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia)
Septia Mawarnia, Bramantika Oktaviantib, Muhammad Subhanc a FEB Unmul, Jl. Tanah Grogot No.1, Samarinda, Indonesia
bFEB Unmul, Jl. Tanah Grogot No.1, Samarinda, Indonesia cFEB Unmul, Jl. Tanah Grogot No.1, Samarinda, Indonesia
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh intellectual capital
yang dimiliki oleh perusahaan terhadap financial performance pada perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel independen yang digunakan adalah intellectual capital yang terdiri dari pshyical capital (VACA), human capital (VAHU) dan structural capital (STVA) yang akan dihitung pengaruhnya terhadap financial performance yang diukur dengan Return On Assets (ROA). Sampel ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Populasi dari perusahaan perbankan yang terdatar di Bursa Efek
Indonesia sebesar 42 perusahaan, dengan 24 perusahaan yang memenuhi kriteria penentuan sample. Jumlah tahun pengamatan selama 3 tahun yang
terhitung sejak tahun 2012-2014. Hasil penelitian membuktikan jika variabel-variabel intellectual capital yaitu VACA, VAHU, dan STVA memiliki pengaruh yang rendah terhadap financial performance yang dibuktikan dari nilai Adjusted R Square sebesar 35,2%. Hasil pengujian variabel VACA terhadap financial performance memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan. Pengaruh VACA
terhadap ROA yang tidak signifikan mengindikasikan rendahnya pengaruh
ekuitas terhadap laba bersih yang dihasilkan perusahaan. Hubungan pengaruh antara variabel VAHU dengan financial performance memiliki pengaruh yang
negatif dan signifikan. Terakhir adalah hubungan pengaruh antara variabel STVA dengan financial performance memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan. Kontribusi penelitian ini terhadap perusahaan adalah untuk mengidentifikasi sejumlah faktor yang mempengaruhi kinerja intellectual capital dalam mendukung financial performance serta sebagai bahan pertimbangan bagi pihak manajemen dalam meningkatkan kontribusi dari intellectual capital untuk meningkatkan financial performance dalam menghadapi persaingan global.
Kata kunci: VACA, VAHU, STVA, ROA.
17
mailto:[email protected]
PENDAHULUAN
Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode tertentu, sehingga penting bagi perusahaan untuk melakukan pengukuran kinerja perusahaan setiap tahunnya. Financial performance perusahaan merupakan suatu gambaran mengenai kondisi keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu. Informasi financial performance bertujuan untuk menetapkan kebijakan yang akan diambil oleh manajemen dan merupakan tolak ukur suatu saham untuk dapat dikatakan profitable atau non profitable (Ningrum, 2012). Kinerja yang baik akan ditunjukkan melalui keberhasilan manajemen dalam menghasilkan laba yang maksimal bagi perusahaan (Hery, 2015:192).
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui kondisi tersebut adalah dengan melalui analisis terhadap rasio keuangan pada profitabilitas perusahaan. Salah satu bentuk dari rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba adalah Return on Asset (ROA). ROA merupakan rasio keuntungan bersih perusahaan setelah pajak yang juga dapat dijadikan dasar pengukuran untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian keuntungan dari aset yang dimiliki perusahaan. (Bambang, 1997). ROA yang positif menunjukan
jika dari total aset yang dipergunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya jika ROA negatif menunjukan jumlah aset yang dipergunakan tidak mampu memberikan keuntungan/rugi. Berdasarkan penjelasan tersebut maka semakin tinggi ROA berarti semakin tinggi pula jumlah laba yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset.
Dalam dekade terakhir ini intellectual capital dianggap penting untuk diungkap dan
diperbincangkan, karena mengandung intangible asset yang digunakan menentukan nilai perusahaan (Nugroho, 2012:2). Pesatnya pertumbuhan dan perkembangan ekonomi yang ditandai dengan berkembangnya teknologi informasi, ketatnya persaingan bisnis, serta penciptaan inovasi bisnis yang semakin modern menunjukkan jika perkembangan ekonomi kini dikendalikan oleh teknologi dan pengetahuan. Kondisi tersebut secara
tidak langsung memaksa perusahaan untuk mengubah strategi bisnisnya, dari strategi yang mengandalkan sumber daya yang bersifat fisik (labor based business) menjadi strategi yang mengandalkan sumber daya berbasiskan pengetahuan (knowledge based business) (Sawarjuwono dan Kadir, 2003).
Statement tersebut mengindikasikan jika intellectual capital turut menjadi salah satu faktor penentu utama perolehan laba suatu perusahaan yang dapat dianggap sebagai kekuatan untuk mencapai kesuksesan bisnis (Prasetyanto, 2013). Intellectual capital didefinisikan sebagai jumlah yang dihasilkan dari tiga elemen utama organisasi yaitu human capital, structural capital, dan customer capital yang mana hal-hal tersebut berkaitan dengan pengetahuan dan teknologi serta dapat memberikan nilai lebih bagi perusahaan berupa keunggulan bersaing organisasi (Sawarjuwono dan Kadir, 2003).
Resource Based Theory (RBT)
merupakan teori yang mendukung pernyataan diatas, meyakini bahwa perusahaan akan mencapai keunggulan apabila perusahaan tersebut memiliki sumber daya yang unggul. RBT memandang sebuah perusahaan sebagai kumpulan kemampuan serta aset atau sumber daya berwujud maupun tak berwujud (Firer dan Williams, (2003) dalam Hadiwijaya, (2013)). Perbedaan sumber daya dan kemampuan
18
perusahaan dengan perusahaan pesaing akan memberikan keuntungan kompetitif (Hadiwijaya, 2013). Berdasarkan penjelasan dari RBT tersebut maka dapat ditarik asumsi yaitu bagaimana perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan lain untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dengan mengelola sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan kemampuan perusahaan.
Konsep yang digunakan untuk melakukan pengukuran intellectual capital telah dikembangkan oleh para peneliti, diantaranya adalah Pulic (1998, 1999, 2000) dalam Ulum (2007) yang telah mengembangkan suatu model yang dikenal dengan Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM). VAICTM merupakan suatu model yang mengukur intellectual capital melalui efisiensi dari nilai tambah (value added) yang dihasilkan melalui pshyical capital (VACA), human capital (VAHU) dan structural capital (STVA) yang dimiliki perusahaan. Value added merupakan indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai.
Sejumlah penelitian mengenai pengaruh modal intelektual terhadap kinerja perusahaan telah dilakukan oleh sejumlah peneliti di Indonesia. Pada perusahaan perbankan yang listing di BEI tahun 2009 dan 2010, modal intelektual dapat mempengaruhi ROA dan BOPO, namun modal intelektual tidak dapat digunakan untuk memprediksi pertumbuhan laba perusahaan (Rustiarini dan Gama, 2012). Modal intelektual berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA dan ROE, dan modal intelektual berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap BOPO (Margawari, 2015).
Terkait hal tersebut, kondisi perbankan di Indonesia yang telah melalui sejumlah tahapan krisis keuangan Asia pada tahun 1997-1998, tidak saja berdampak pada buruknya aspek likuiditas perbankan,
akan tetapi juga pada solvabilitas dan rentabilitas dari lembaga-lembaga perbankan secara nasional, mengingat lembaga perbankan merupakan pasar yang sangat dominan dalam industri keuangan di Indonesia dan bank juga sebagai sebuah institusi yang memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara. Untuk memperkuat industri perbankan harus dilakukan upaya yang berkesinambungan. Salah satu upaya tersebut adalah dengan
melakukan penggabungan usaha melalui akuisisi.
Berdasarkan pengamatan pada data keuangan perbankan telah terjadi akuisisi pada dikisaran tahun 2003 hingga 2011. Hal tersebut mengakibatkan kinerja perbankan pasca dilakukannya akuisisi bergerak secara fluktuatif dan terdapat kecenderungan penurunan kinerja pada tahun 2014, hal tersebut bisa dilihat dari rata-rata ROA perbankan setelah melakukan akuisisi. Pada tahun 2012, ROA perbankan sebesar 2.10%, naik menjadi 2.11% pada tahun 2013, dan mengalami penurunan menjadi 1.51% pada tahun berikutnya. Penurunan kinerja tersebut juga terjadi pada kinerja perusahaan perbankan secara keseluruhan periode 2012-2014 yang terdaftar di BEI, dengan rata-rata ROA 2,44% pada tahun 2012, menurun menjadi 2,41% pada 2013, dan hal yang sama juga terjadi pada tahun 2014 sebesar 1,92%.
Sejumlah faktor yang diduga mempengaruhi fluktuasi financial performance diantaranya adalah faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yang mempengaruhi ialah kondisi diluar perusahaan, antara lain situasi politik dan keamanan, melemahnya nilai tukar mata uang, naik turunnya suku bunga bank, dan sebagainya yang tidak bisa dikendalikan oleh perusahaan. Sementara itu, faktor internal yang mempengaruhi adalah financial performance diantaranya adalah adanya campur tangan yang
19
berlebihan dari para pemilik bank, lemahnya manajemen bank dan diabaikannya prinsip kehati-hatian oleh kalangan pelaku usaha dalam lembaga perbankan yang menyebabkan kinerja perbankan semakin buruk.
Lebih lanjut kondisi perekonomian saat ini terkait dilakukannya pembentukan pasar tunggal yang diistilahkan dengan nama Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) akan mengakibatkan
meningkatnya kompetisi diantara tenaga kerja maupun antar perusahaan, sehingga untuk dapat memenangkan persaingan, perusahaan harus meningkatkan kemampuan tenaga kerja sesuai standar internasional, namun pertanyaannya apakah Indonesia telah mampu mewujudkan hal tersebut, khususnya di bidang jasa perbankan dengan memaksimalkan pemanfaatan asset yaitu intellectual capital assets. Oleh karena itu berdasarkan penjelasan diatas, riset ini bertujuan untuk mengukur pengaruh intellectual capital terhadap financial performance perusahaan sektor perbankan di Indonesia. Alasan dipilihnya sektor perbankan dikarenakan sektor ini merupakan salah satu sektor yang sangat sensitif dan peduli terhadap keberadaan intellectual capital yang terdapat diperusahaan.
TELAAH LITERATUR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
Financial Performance Kinerja perusahaan secara
umum merupakan gambaran prestasi yang dicapai oleh perusahaan dalam operasionalnya. Kinerja perusahaan adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya sumber daya yang dimiliki (Riniati,
2015). Penilaian kinerja perusahaan mengandung makna suatu proses atau sistem penilaian mengenai pelaksanaan kemampuan kerja suatu perusahaan (organisasi) berdasarkan standar tertentu (Kaplan dan Norton, 1996 dalam Riyanto, 2011).
Kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisis dan mengevaluasi laporan keuangan. Informasi posisi keuangan dan financial performance di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa depan. Financial performance perusahaan merupakan gambaran kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu baik mencakup aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dananya. Kinerja menunjukkan sesuatu yang berhubungan dengan kekuatan serta kelemahan suatu perusahaan (Riniati, 2015).
Rasio keuangan merupakan suatu perhitungan rasio dengan menggunakan laporan keuangan yang berungsi sebagai alat ukur dalam menilai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan antara satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Perbandingan dapat diakukan antara satu pos dengan pos lainnnya dalam satu laporan keuangan atau antarpos yang ada di antara laporan keuangan. Dengan menggunakan alat analisis yang berupa rasio keuangan dapat menjelaskan dan memberikan gambaran kepada penganalisis tentang baik dan buruknya keadaan atau posisi keuangan dari suatu periode ke periode berikutnya (Hery, 2015: 138).
Penelitian ini menggunakan Return on Assets (ROA) sebagai dasar pengukuran financial performance. Ukuran kinerja perbankan yang paling tepat adalah dengan mengukur
20
kemampaun perbankan dalam menghasilkan laba atau profit dari berbagai kegiatan yang dilakukannya, sebagaimana umumnya tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk mencapai nilai (value) yang tinggi, dimana untuk mencapai value tersebut perusahaan harus dapat secara efisien dan efektif dalam mengelola berbagai macam kegiatannya (Gilbert, 1984 dalam Syofyan, 2002).
Ukuran profitabilitas yang
tepat dalam menilai kinerja industri perbankan adalah ROA. ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan atau laba secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Semakin tinggi nilai ROA, semakin efisien perusahaan dalam menggunakan asetnya (Hery, 2005:193). Berdasarkan Surat Ketetapan Bank Indonesia No. 23/67/KEP/DIR, Bank Indonesia menetapkan suatu bank yang sehat apabila nilai batas minimum ROA adalah 1% (Margawari, 2015). Teori Sumber Daya atau Resources
Based Theory (RBT) Resources Based Theory (RBT) membahas mengenai sumber daya yang dimiliki perusahaan dan bagaimana perusahaan tersebut dapat mengolah dan memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya. Kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber dayanya dengan baik dapat menciptakan keunggulan kompetitif sehingga dapat menciptakan nilai bagi perusahaan. Teori ini dipelopori oleh Penrose (1959) yang mengemukakan bahwa sumber daya perusahaan adalah
heterogen, tidak homogen, jasa produktif yang tersedia berasal dari sumber daya perusahaan yang memberikan karakter unik bagi tiap-tiap perusahaan (Wahdikorin, 2010).
Agar dapat bersaing organisasi membutuhkan dua hal utama, pertama organisasi harus memiliki keunggulan dalam sumber daya yang dimilikinya, baik berupa aset yang berwujud (tangible assets) maupun yang tidak berwujud (intangible assets), kedua, adalah kemampuan dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya tersebut secara efektif (Pramelasari, 2010). Kombinasi dari aset dan kemampuan akan menciptakan kompetensi yang khas dari sebuah perusahaan, sehingga mampu memiliki keunggulan kompetitif dibanding para pesaingnya.
Kinerja perusahaan sangat terkait dengan teknik atau cara pengkombinasian terbaik dari tenaga kerja dan modal yang dimiliki, yang dalam RBT dinyatakan sebagai sumber daya yang unik, bernilai dan susah ditiru (Margawari, 2015). Sumber daya perusahaan dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu sumber daya yang berwujud, tidak berwujud dan sumber daya manusia. Masing-masing sumber daya tersebut memiliki kontribusi yang berbeda dalam upaya mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan sehingga perusahaan harus dapat menentukan sumber daya kunci yang dapat menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan yang berkelanjutan. Ada empat kriteria sumber daya dalam suatu perusahaan agar dapat mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan, yaitu:
1. Sumber daya harus menambah nilai positif bagi perusahaan, membantu perusahaan dalam memanfaatkan peluang pasar atau membantu dalam mengurangi ancaman pasar.
21
2. Sumber daya harus unik agar memberikan keunggulan kompetitif. Sumber daya yang dimiliki oleh beberapa perusahaan di pasar tidak dapat memberikan keunggulan kompetitif, karena mereka tidak dapat merancang dan melaksanakan strategi bisnis yang unik dibandingkan dengan kompetitor yang lain.
3. Sumber daya harus sukar ditiru, agar dapat menjadi
dasar keunggulan kompetitif yang secara terus menerus jika perusahaan yang tidak memegang sumber daya ini tidak bisa meniru sumber daya tersebut.
4. Sumber daya tidak dapat digantikan dengan sumber daya lainnya oleh perusahaan pesaing. Dalam hal ini, pesaing tidak dapat mencapai kinerja yang sama dengan mengganti sumber daya aternatif lainnya. Dari penjelasan tersebut, dapat
disimpulkan menurut konsep teori RBT bahwa intellectual capital memenuhi kriteria sebagai sumber daya yang unik untuk menciptakan keunggulan kompetitif bagi perusahaan sehingga nilai perusahaan dapat tercipta.
Intellectual Capital
Intellectual capital merujuk pada modal tidak berwujud (intangible assets) atau tidak kasat mata (invisible) yang terkait dengan pengetahuan dan pengalaman manusia serta teknologi yang digunakan. “The sum of everything everybody in your company knows that gives you a competitive edge in the market place. It is intellectual material-knowledge, information, intellectual property, experience that can be put to use to create wealth” (Stewart, 1997). Dalam kutipan tersebut, Stewart menyatakan bahwa intellectual capital adalah gabungan dari semua (benda atau orang) yang
dapat memberikan nilai pasar yang kompetitif berupa pengetahuan, informasi, properti intelektual, pengalaman yang dapat menciptakan kekayaan bagi perusahaan. “IC includes all the processes and the assets which are not normally shown on the balance-sheet and all the intangible assets (trademarks, patent and brands and customer’s loyality) which modern accounting methods consider…” (Roos, et al. 1997). Roos et al menjelaskan bahwa intellectual capital terdiri atas semua proses dan aset yang tidak diungkapkan dalam neraca dan semua aset yang tidak berwujud (ciri khas, hak paten, merek dan loyalitas pelanggan) yang mulai dipertimbangkan dalam metode akuntansi modern. Intellectual capital dapat didefinisikan sebagai “jumlah dari apa yang dihasilkan oleh tiga elemen utama organisasi (human capital, structural capital, customer capital) yang berkaitan dengan pengetahuan dan teknologi yang dapat memberi nilai lebih bagi perusahaan berupa keunggulan bersaing organisasi” (Sawarjuwono dan Kadir, 2003). Sehingga dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa intellectual capital adalah berbagai macam sumber daya yang dimiliki perusahaan yang berupa keterampilan, pengetahuan, kompetensi, dan sumber daya lain yang bersifat intangible asset yang bisa menciptakan nilai tambah dan menyebabkan keunggulan kompetitif berkelanjutan bagi suatu perusahaan. Secara umum Intellectual capital terdiri dari tiga elemen utama yaitu:
1. Human Capital (modal manusia) 2. Structural Capital atau
Organizational Capital (modal organisasi)
3. Relational Capital atau Costumer Capital (modal pelanggan).
(Stewart 1998, Sveiby 1997, Saint-Onge 1996, Bontis 2000 dalam Sawarjuwono dan Kadir, 2003)
22
Teknik pengukuran intellectual capital yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengukuran model Pulic (1998, 1999, 2000) yang diukur menggunakan VAIC™. Keunggulan metode VAIC™ adalah karena data yang dibutuhkan relatif mudah diperoleh dari berbagai sumber dan jenis perusahaan. Data yang dibutuhkan untuk menghitung berbagai rasio tersebut adalah angka-angka keuangan yang standar yang umumnya tersedia dari laporan
keuangan perusahaan. Alternatif pengukuran intellectual capital lainnya terbatas hanya menghasilkan indikator keuangan dan non-keuangan yang unik yang hanya untuk melengkapi profil suatu perusahaan secara individu. Indikator-indikator tersebut, khususnya indikator non-keuangan, tidak tersedia atau tidak tercatat oleh perusahaan yang lain. Konsekuensinya, kemampuan untuk menerapkan pengukuran intellectual capital alternatif tersebut secara konsisten terhadap sample yang besar dan terdiversifikasi menjadi terbatas (Firer dan Williams, 2003) dalam (Ulum, 2007).
Value Added Intellectual
Coefficient (VAIC™)
Value Added Intellectual Coefficient (VAIC™) adalah sebuah metode yang dikembangkan oleh Pulic (1998, 1999, 2000), untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tak berwujud (intangible asset) yang dimiliki oleh perusahaan. VAIC™ merupakan alat untuk mengukur kinerja intellectual capital perusahaan. Model ini relatif mudah dan sangat mungkin untuk dilakukan karena dikonstruksikan dari akun-akun dalam laporan keuangan (neraca, laporan laba rugi). Perhitungannya dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added (VA). VA adalah indikator paling obyektif
untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai (value creation). Value added didapat dari selisih antara output dan input (Ulum, 2007).
Nilai output (OUT) adalah revenue dan mencakup seluruh produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan untuk dijual, sedangkan input (IN) meliputi seluruh beban yang digunakan perusahaan untuk memproduksi barang atau jasa dalam
rangka menghasilkan revenue. Namun, yang perlu diingat adalah bahwa beban karyawan tidak termasuk dalam IN. Beban karyawan tidak termasuk dalam IN karena karyawan berperan penting dalam proses penciptaan nilai. VA dipengaruhi oleh efisiensi dari Capital Employed (CE), Human Capital (HC), dan Structural Capital (SC) (Ulum, 2007). 1. Value added Capital Employed (VACA)
VACA menggambarkan seberapa banyak value added yang dihasilkan dari modal fisik yang digunakan. Disumsikan bahwa jika 1 unit dari CE menghasilkan return yang lebih besar daripada perusahaan yang lain, maka berarti perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkan CE-nya (Pulic, 1998). Dengan demikian, pemanfaatan CE yang lebih baik merupakan bagian dari intellectual capital perusahaan.
2. Value Added Human Capital (VAHU)
VAHU menunjukkan berapa banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Hubungan antara VA dan HC mengindikasikan kemampuan dari HC untuk menghasilkan nilai bagi perusahaan dari dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja tersebut. Pulic berargumen bahwa total salary and wage costs adalah indikator dari HC perusahaan.
23
Semakin banyak value added yang dihasilkan dari setiap rupiah yang dikeluarkan oleh perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan telah mengelola sumber daya manusia secara maksimal sehingga menghasilkan tenaga kerja berkualitas yang pada akhirnya akan meningkatkan financial performance.
3. Structural Capital Value Added (STVA)
STVA menunjukkan kontribusi structural capital (SC) dalam penciptaan nilai. STVA mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai. SC bukanlah ukuran yang independen sebagaimana HC, ia dependen terhadap value creation (Pulic, 1999), artinya, semakin besar kontribusi HC dalam value creation, maka akan semakin kecil kontribusi SC dalam hal tersebut. Lebih lanjut Pulic menyatakan bahwa SC adalah VA dikurangi HC, yang hal ini telah diverifikasi melalui penelitian empiris pada sektor industri tradisional (Pulic, 2000).
Rasio terakhir adalah menghitung kemampuan intelektual perusahaan dengan menjumlahkan coefisien-coefisien yang telah dihitung sebelumnya. Hasil penjumlahan tersebut diformulasikan dalam indikator baru yang unik, yaitu VAIC™. Pengembangan Hipotesis Pengaruh Intellectual Capital terhadap Financial performance
Sumber daya manusia yang berketerampilan, berpengetahuan dan berkompetensi tinggi merupakan bagian dari intellectual capital yang mampu memberikan nilai tambah (value added), yang dapat memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Pernyataan tersebut memiliki arti apabila perusahaan mampu memanfaatkan dan mengelola
potensi yang dimiliki karyawannya dengan baik, maka hal itu dapat meningkatkan produktivitas karyawan, sehingga jika produktivitas karyawan meningkat, maka pendapatan dan profit perusahaan juga akan meningkat. Intellectual capital diukur dengan menggunakan tiga faktor yaitu VACA, VAHU, STVA.
VACA merupakan indikator untuk mengukur value added yang diterima dari pemanfaatkan satu unit modal fisik. Perusahaan
dikatakan berhasil memanfaatkan CA dengan baik apabila CA menghasilkan keuntungan yang lebih besar. Apabila satu unit dari capital employed (CE) menghasilkan return yang lebih besar dari pada perusahaan yang lain, maka berarti perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkan CE nya (Pulic, 1998). VACA merupakan kemampuan perusahaan untuk mengelola sumber daya berupa capital asset yang apabila dikelola dengan baik maka akan meningkatkan financial performance perusahaan (Ulum, 2008), rumus untuk menghitung VACA adalah:
VAHU adalah
Indikator efisiensi nilai tambah human capital. Pengukuran ini untuk membandingkan antara value added yang diterima dari dana yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap tenaga kerja (Ulum, 2008). Hubungan antara value added dan human capital mengindikasikan kemampuan HC dalam menciptakan nilai bagi perusahaan, namun perusahaan juga harus dapat memaksimalkan sumber daya yang dimiliki untuk menciptakan keunggulan kompetitif. Rumus dari VAHU adalah:
VACA = VA ÷ CE
VAHU = VA÷CE
24
STVA adalah indikator efisiensi nilai tambah structural capital. STVA ini mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu rupiah dari value added dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai (Ulum, 2008). Hubungan antara VA dan SC yang digunakan dihitung dengan cara yang berbeda karena HC dan SC berada dalam proporsi terbalik dalam penciptaan nilai. Rumus dari STVA adalah :
Meningkatnya pendapatan dan
laba perusahaan dapat mengakibatkan ROA perusahaan meningkat. Peningkatan ROA inilah yang mengindikasikan peningkatan financial performance, sehingga menghasilkan keuntungan kompetitif bagi perusahaan. Kuncoro (2006) dalam Rustiarini dan Gama (2012) menyatakan bahwa semakin baik perusahaan dalam mengelola intellectual capital tersebut, maka semakin baik perusahaan dalam mengelola aset. Intellectual capital diakui sebagai aset perusahaan karena mampu menghasilkan keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif diperoleh perusahaan yang memiliki aset atau kapabilitas yang khas. Dapat dikatakan bahwa intellectual capital memberikan kontribusi pada financial performance perusahaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa jika intlellectual capital dikelola dengan baik oleh perusahaan maka dapat meningkatkan financial performance perusahaan. Hubungan intellectual capital dengan financial performance perusahaan telah dibuktikan oleh beberapa peneliti. Ulum (2007), Rustiarini dan Gama (2012), dan Margawari (2015) telah membuktikan bahwa intellectual capital mempunyai pengaruh positif terhadap financial performance. Hal
ini menunjukkan bahwa intellectual capital merupakan keunggulan kompetitif perusahaan sehingga diharapkan meningkatkan financial
performance perusahaan.
Untuk meningkatkan competitive advantages, Intellectual Capital merupakan sumberdaya yang terukur, oleh karenanya Intellectual Capital akan memberikan kontribusi terhadap financial performance perusahaan (Harrison dan Sullivan, 2000; Chen et al., 2005; Abdolmohammadi, 2005). Intellectual Capital itu sendiri terbentuk dari 3 unsur yaitu Value Added Capital Employed (VACA), Value Added Human Capital (VAHU), dan Structural Capital Value Added (STVA), sehingga berdasarkan hal tersebut Intellectual Capital dipercaya mampu berkontribusi untuk meningkatkan financial performance suatu perusahaan. Sejumlah penelitian berhasil membuktikan jika IC (VAIC™) mempunyai pengaruh positif terhadap financial performance perusahaan (Firer dan Williams, 2003), (Chen et al. 2005) dan (Tan et al. 2007). Berdasarkan penjelasan tersebut maka dengan menggunakan VAIC™ yang diformulasikan oleh Pulic (1998; 1999; 2000) sebagai ukuran kemampuan intelektual perusahaan diajukanlah hipotesis sebagai berikut:
H1 : Value Added Capital Employed sebagai bagian dari Intellectual Capital berpengaruh positif terhadap financial performance
H2: Value Added Human Capital sebagai bagian dari Int