23
LAPORAN PENDAHULUAN FEBRIS KONVULSI I. PENGERTIAN Febris Konvulsi adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (diatas 38 0 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstra kronium. ( Ngostiyok, 1997) Kejang demam adalah kejang yang berlangsung pada anak antara 3 bulan – 5 tahun yang berlangsungkurang dari 15 menit. ( Lab/UPF Ilmu Penyakit Syaraf, 1994) Sedangkan menurut Consensus Statement Of Febrile Zeizures (1980) kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan – 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intra kronial atau penyebab tertentu. II. ETIOLOGI Hingga kini belum jelas dietahui. Demam sering disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis

FEBRIS Konvulsi askep

Embed Size (px)

DESCRIPTION

asuhan keperawatan

Citation preview

Page 1: FEBRIS Konvulsi askep

LAPORAN PENDAHULUAN

FEBRIS KONVULSI

I. PENGERTIAN

Febris Konvulsi adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu

tubuh (diatas 380 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstra kronium.

( Ngostiyok, 1997)

Kejang demam adalah kejang yang berlangsung pada anak antara 3 bulan – 5 tahun

yang berlangsungkurang dari 15 menit.

( Lab/UPF Ilmu Penyakit Syaraf, 1994)

Sedangkan menurut Consensus Statement Of Febrile Zeizures (1980) kejang

demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 3

bulan – 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya

infeksi intra kronial atau penyebab tertentu.

II. ETIOLOGI

Hingga kini belum jelas dietahui. Demam sering disebabkan oleh infeksi

saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastra enteritis, dan infeksi saluran

kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi, kadang-kadang demam

tidak begitu tinggi dapat menyebabkan kejang.

Page 2: FEBRIS Konvulsi askep

III. PATOFISIOLOGI

IV. GEJALA KLINIS

Dikenal 2 bentuk kejang demam :

2. Kejang demam sederhana.

3. Kejang demam komplikata.

Kejang demam sederhana Kejang demam komplikata

1. Usia 6 bulan – 3 tahun (kurang

5 tahun)

1. Terutama 0-3 tahun

2. Faktor keturunan :+ + + 2. Tidak jelas

3. Type : Tonik klonik.

(modifikasi kejang grandmol

3. Tonik klonik seperti grondmol

atau hemi konvoisi

4. Lama : kebanyakan 1-3 menit

kejang4. > 10 menit

5. Keadaan : pada saat panas

biasanya klinis karena infeksi

(ISPA) menyertai kejang

5. Kebanyakan peradangan SSp,

intra kronial venous trombose,

GPGDO atau sesudah vaksinasi

6. Kelaianan patologik 6. Gambaran peradangan dan

Demam

Perubahan Keseimbangan

Metabolisme di otak meninggi

Kebutuhan O2 dan energi di otak meninggi

Difusi ion kalium dan natrium

Pelepasan muatan Listrik

Neuro transmitter eksilator Kejang

Page 3: FEBRIS Konvulsi askep

perbahan vaskuler

7. kelainan neurologis sesudah

kejang : baik

7. + + +

8. Anti konvulsan : tidak perlu 8. Diperlunya untuk jangka panjang

9. Prognose : baik9. Perlu diawasi sering terjadi efek

neurologis dan kejang

10. ECG : Cepat menjadi normal 10. Abnormal selama panas

V. FAKTOR RESIKO

1. Demam

2. Keturunan

3. Perkembangan terlambat

4. Masalah-masalah pada neonatus

5. Anak-anak dalam perawatan khusus

6. Kadar nutrien rendah

Resiko meningkat dengan : 1. Usia dini

2. Cepatnya anak mendapat kejang setelah demam.

3. Temperatur rendah saat kejang

4. Riwayat keluarga kejang demam

5. Riwayat keluarga epilepsi

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Darah cengkop : Glukosa, serum elektrolit, serum kreatinis.

2. Fondostopi

3. Transkeminasi kepala

4. Punksi lumbol terutama pada anak usia < 1 tahun

5. EEG < flektro enchepholo grophy >

VII. PENEGAKAN DIAGNOSA

Diagnosa dapat ditegakan berdasarkan atas :

Page 4: FEBRIS Konvulsi askep

1. Anemnesa

Menanyakan keluhan yang dirasakan

Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat kesehatan dahulu

2. Gejala klinis

3. Pemeriksaan laboratorium

VIII. DIAGNOSA BANDING

1. Meningitis

2. Ensepholitis

3. Subdural empyemo

IX. PENATALAKSANAAN

1. Fase akut

Pada waktu tegang pasien dimiringkan untuk mencegah ospirasi ludah atau

muntahan, jalan nafas harus bebas, perhatikan kesadaran, tensi, nadi, suhu dan

fungsi jantung.

Obat-obatan yang diberikan

Diazapan 0,3 – 0,5 mg/kg BB. IV

Asam volproat 15 – 40 mg/kg BB/hari

Antiperetik kompres alkohol

Pengobatan penyebab

Pengobatan soportif

Keseimbangan cairan dan elektrolit

Bebaskan jalan nafas

O2 dan sebagainya

2. Terapi pencegahan

1. Kejang demam sederhana

Page 5: FEBRIS Konvulsi askep

Diberikan penegahan intermitten dalam arti memberikan anti konvuison, bila

timbul panas pada pasien yang pernah mengalami kejang demam digonotan

dpozepom parenteral 0,3 – 0,5 mg/kg BB/8 20m bila suhu tubuh > 38,5 oC.

2. Kejang demam komplikata

Diberikan pencegahan terus menerus dengan pemberian anti konvulson

setiap hari selama 2-3 bebas kejang sampai melampaui batas peka kejang

demam max 5 tahun.

Pencegahan diberikan bila

Kejang >15 menit

Diikuti kelainan neurologik

Adanya riwayat kejang tanpa panas pada keluarga.

Adanya perkembangan neurologik yang abnormal sebelum kejang

demam yang pertama

Kejang demam pada anak usia < 1tahun

Bila ada kelainan EEG

X. FAKTOR PENYULIT

1. Epilepsi

2. kelumpuhan anggota badan

3. ganguan mental dan belajar

XI. DIAGNOSA

Dengan penaggulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya baik dan tidak

menyebabkan kematian, frekwensi berulangnya berkisar antara 25 – 30 % resiko

untuk mendapatkan epilepsi rendah.

(Mansyoer A. 1999)

Pada kejang demam komplek tingkat tinggi perkembangan dapat terganggu akibat

aktifitas kejang pada neurotransmiter diotak sehingga dapat terjadi perkembangan

terlambat bahkan refordasi mental.

(Marillyn E. Doengoes, 2000)

Page 6: FEBRIS Konvulsi askep

ASUHAN KEPERAWATAN

I. PERKAWINAN

1. Identitas

Page 7: FEBRIS Konvulsi askep

Nama, alamat, umur, jenis kelamin, agama, kebangsaan, tanggal MRS

2. Keluhan utama kejang

3. Riwayat penyakit sekarang

Betul ada kejang apa tidak

Disertai dengan kejang atau tidak, sejak kapan naka menderita demam ?

Pola serangan, bersifat umum atau local.

Keadaan - sebelum, saat-saat setelah kejang

Sebelum aura yang dapat menimbulkan kejang (ras lapar,

muntah, lelah, sakit perut, sakit kepala dan lain-lain)

Selama ditanya kejang dimulai kapan dan proses

penjalarannya

Selah pasien tertidur, ada perasaan sadar, kesadaran menurun

4. Riwayat penyakit dahulu

Frekwensi serangan

Pasien pernah mengalami kejang sebelumnya apa tidak.

Umur terjadi kejang untuk pertama kalinya

Frekwensi kejang bertahap

Neilson (1975) kejang demam yang pertama terjadi dan didapatkan faktor

keturunan kemungkinan berulangnya kejang demam akan lebih besar.

- pernah trauma atau tidak

5. Riwayat imunisasi : efek samping dari imunisasi DPT

6. Riwayat keluarga

Ada anggota keluarga yang menderita kejang ( 25% kejang demam

mempunyai faktor keturunan)

Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit syara/lainnya.

7. Riwayat kehamilan dan persalinan

Penyakit yang pernah diderita ibu selama hamil, trauma perdarahan

pervaginem, obat yang digunakan selama hamil

Apakah ada kelahiran sukar, spontan, tindakan (forcep/vokum) perdarahan

antepartom, aspiksia dan lain-lain.

Page 8: FEBRIS Konvulsi askep

8. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan

Kelainan motorik hemiparese permonen bertelor antara 0,1 – 0,2 %

Nelson : apabila kejang berlangsung > 15 menit dan kejang > 1x/24 jam

penurunan IQ dan kecendrungan adanya gangguan mental dan belajar

9. Pola-pola fungsi kesehatan

a. Pola nutrisi

Anak akn mengalami penurunan nafsu makan karena demam, sehingga makan

Cuma sedikit atau tidak mau sama sekali

b. Pola aktifitas dan latihan

Aktifitas pasien aka terganggu karena harus terah baring

c. Pola tidur dan istirahat

Tidur dan istirahat pasien akan terganggu karena tubuh paien panas dan

kemungkinan besar terjadi kejang

d. Mekanisme koping akibat hospitalisasi

Anak akan menangis kuat, menjerit dan memanggil ibunya dan menolak

kehadiran orang lain termasuk perawat.

e. Pola eliminasi

BAB dan BAK pasien akan dibantu oleh ibu klien atau anggota keluarga yang

lain

f. Pola hubungan dn peran

Setelah pasien MRS dan harus tirah baring pasien tidakbisa bermain dengan

teman-temannya

g. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

Setelah MRS pasien tidak mandi, hanya di seko 2x oleh ibunya atau

keluarganya

10. Pemeriksaan fisik

a. - Keadaan umum : kesadaran, tensi, nadi, suhu, pernafasan

- Kepala : ada tanda-tanda makro/mokro epoli atau tidak

Disproporsi bentuk kepala

Page 9: FEBRIS Konvulsi askep

Tanda-tanda tidak meningkat

Gangguan netrus tronial

Gangguan geralk bola mata

pemeriksaan kulit/integomen

mungkin didapatkan turgor kulit menurun atau sionosis.

dada : ada retroksi atat dada, suara nafas tambahan pada kejang demam,

atau tidak

abdomen : ada peningkatan peristaltic usus pada kejang demam yang

diprovakosi oleh GE atau tidak.

Pemeriksaan kesadaran

Pada kejang demam sederhana tidak terjadi defisit neurologis, sedangkan

pada kejang demam komplek dapat terjadi sefisit neorologis sehingga

pasien mungkin dalam kondisi shock atau kesadaran sempulur.

b. Pemeriksaan penunjang

Daerah lengkap, EEG, CT scen, dan lain-lain

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Potensial kejang berulang sampai dengan hipertermi

2. pof. Insuri/trauma sampai dengan perubahan kesadaran, berkurangnya koordinasi

otak, emosi yang labil.

3. kurangnya pengetahuan sampai dengan keterbatasan informasi

4. resiko kerusakan sel otak

5. peningkatan suhu tubuh sampai dengan adanya proses ekstra kronium

6. resiko keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan

kejang

III. INTERVENSI KEPERAWATAN

DP I : pot. Kejang berulang sampai dengan hipertermi

Tujuan : Klien mengalamki kejang selama perawatan

KH : - klien tidak kejang

Page 10: FEBRIS Konvulsi askep

- Suhu 36,5 – 37,5 oC

- Nadi 120 – 140x/menit

- RR 30 – 60 x /menit

- Kesadaran CM.

Rencana tindakan

1. lakukan pendekatan teropoitik pada klien dan keluarga.

2. observasi TTV

3. longgarkan pakaian, beri pakaian tipis yang dapat menyerap keringat

4. beri kompres dingin

5. batasi aktifitas selama suhu tubuh menaik

6. kolaborasi dengan dokter dalam terapi obat-obatan anti konvolsi, sedotin dan anti

piretek.

Rasional :

1. agar klien dan keluarga percaya dan kooperatif dalam tindakan medis maupun

keperawatan

2. pemantauan teratur dapat menentukan tindakan

3. proses konduksi akan terhalang oleh pakaian yang ketat dan tidak menyerap

keringat

4. perpindahan panas sel konduksi

5. aktifitas berlebih dapat meningkatkan panas dan metabolisme tubuh.

6. merupakan peran interdepemdem perawat

DP II : Pot. Injury/trauma berhubungan dengan perubahan kesadaran, berkurangnya

koordinasi otot dan emosi yang labil

Tujuan : tidak didapatkan injury/trauma pada diri klien

KH : - Injury tidak ada

- Keadaan umum klien baik dan segar

- TTV dalam batas normal

Intervensi :

1. Jelaskan setiap prosedur tindakan pada klien dan keluarga (orang tua).

2. Beri pengamanan disisi tempat tidur

Page 11: FEBRIS Konvulsi askep

3. Pantau dan kaji secara cermat selama kejang berlangsung.

4. Catat tipe kejang dan frekwensi kejang.

5. Observasi TTV secara teratur.

Rasional :

1. Agar klien dan keluarga mengetahui tujuan tindakan.

2. Agar keamanan klien terjamin.

3. Selama kejang berlangsung keberadaan perawat sangat penting, agar

kecemasan keluarga berkurang dan mengetahui tindakan selanjutnya.

4. Dengan mengetahui tipe dan frekwensi kejang dapat menentukan tindakan

selanjutnya.

5. Observasi yang teratur dan teliti dapat mengetahui perkembangan klien.

DP III : Kurang pengetahuan sampai dengan kurang informasi.

KH : - Ibu dan keluarga ikut serta dalam program pengobatan.

- Adanya pemahaman akan proses penyakit dengan prognosis.

Tujuan : klien dan ibu mengerti tentang penyakit klien dan cemas berkurang.

Intervensi :

1. Kaji proses penyakit dan harapan masa depan.

2. Kaji status mental.

3. Memberikan informasi mengenai terapi obat – obatan, interaksi dan efek

samping dan pentingnya kekuatan pada program.

Rasional :

1. Memberi pengetahuan dasar dimana kita membuat pilihan.

2. Membantu mengontrol pemahaman lingkungan dan mengurangi jumlah

patogen yang ada.

3. Menaikan pemahaman dan menaikan kerja dalam menyembuhkan profilaksis

dan mengurangi resiko kambuhnya komplikasi.

DP IV : Resiko kerusakan sel otak.

Tujuan : tidak terjadi kerusakan sel otak

Page 12: FEBRIS Konvulsi askep

KH: - pemenuhan O2 diotak

- tidak terjadi kejang ulang.

- tidak ada sesak nafas.

Intervensi :

1. Baringkan pasien di tempat yang rata, kepala dimiringkan.

2. Singkirkan benda – benda berbahaya di sekitar pasien, lepaskan pakaian yang

mengganggu pernafasan.

3. Bila suhu tubuh tinggi berikan kompres air hangat secara intensif.

4. Kolaborasi dengan dokter.

Rasional :

1. O2 diotak terpenuhi, air way bebas.

2. Pasien terhindar dari cidera dan pernafasan teratur.

3. Kompres air hangat mempercepat penurunan panas.

4. Kolaborasi dalam pemberian obat seperti anti piretik, anti konvulson.

DP V : Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya proses

ekstrakronium.

Tujuan : Suhu tubuh kembali normal dalam waktu 24 jam pertama.

KH : - Permukaan kulit waktu disentuh terasa hangat.

- Pasien tidak menangis.

Intervensi :

1. Pantau suhu tubuh pasien.

2. Berikan kompres hangat.

3. Anjurkan pasien untuk minum banyak.

4. Kolaborasi dengan tim medis.

Rasional :

1. Perubahan suhu yang mendadak dapat menimbulkan kejang ulang.

2. Dengan kompres hangat mempercepat penurunan suhu tubuh.

3. Dengan adanya panas metabolisme tubuh meningkat.

4. Untuk memberikan anti piretik.

Page 13: FEBRIS Konvulsi askep

DP VI : Resiko keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan

berhubungan dengan proses kejang.

Tujuan : pertumbuhan dan perkembangan optimal sesuai dengan usia anak.

KH : - pasien tidak shock/samnolen.

- GCS 456.

- Berat badan sesuai usia.

- Motorik halus, motorik kasar, sosialisasi anak sesuai usia.

Intervensi :

1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang tumbuh kembang anak.

2. Diskusikan pada keluarga cara-cara stimulasi tumbuh kembang anak sesuai

dengan kemampuannya berkomunikasi dengan anak.

Rasional :

I : sebagai indikasi ada atu tidaknya perbedaan pemahaman keluarga dengan

konsep yang ada.

IV. PELAKSANAAN

Tahap pelaksanaan adalah perwujudan dari rencana tindakan yang telah disusun

sebelumnya pada tahap perencanaan untuk mengatasi masalah pasien secara

optimal.

(Nasrul Efendi, 1995)

V. EVALUASI

Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik dan terencana tentang kesehatan

pasien dengan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan . Dalam evaluasi tujuan

tersebut terdapat tiga aaalternatif, yaitu :

- Tujuan tercapai : pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan

standar yang telah ditetapkan.

- Tujuan tercapai sebagian : pasien menunjukkan perubahan sebagian

sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

- Tujuan tidak tercapai : pasien tidak menunjukkan perubahan dan

kemajuan sama sekali.

Page 14: FEBRIS Konvulsi askep

RIWAYAT IMUNISASI

JENIS UMUR CARA JUMLAH

BCG 0 – 2 bulan 1C 1x

DPT 2, 3, 4 bulan 1M 3x

Polio 1-5 bulan Refisi 4x

Capak 9 bulan 5C 4x

Heportits 0, 1, 6 bulan 1M 3x

(mansyoer A. 1999)

RIWAYAT TUMBUH KEMBANG

MENURUT KOEHLBERG

USIA FISIK Motorik Kasar Motorik Halus Sosial Emosional

15 bln Berjalan sendiri Pegang cangkir Memasukkan

jari kelubang Membuka

Bermain solitary play

Page 15: FEBRIS Konvulsi askep

kotak Melempar

benda18 bln Lari

jatuh Men

arik mainan Naik

dengan tangga bantuan

Menggunakan sendok

Membuka hal. Buku

Menyususn balok

24 bln BB 4x

BB lhr

TB bauik

Berlari sudah baik

Naik tangga sendiri

Membuka pintu

Membuka kunci

Menggunting Menggunakan

sendok dengan baik

DAFTAR PUSTAKA

Efendi, nasrul (1995) Pengantar Proses Keperawatan EGC, Jakarta.

Diktat Medis dan Askep Penyakit Anak.

FKUI (2000), kapita Selecto Kedokteran Edisi III jilid 2, Media Auscataplus,

Jakarta.

Page 16: FEBRIS Konvulsi askep

Lab/UPF Ilmu Penyakit Syaraf (1994), Pedoman Diagnosa Dan Terapi, RSUD

Dr. Soetomo Surabaya.

Marlyn D (2000), Rencana Asuhan Keperawatan EGC, Jakarta.

Ngotiyah (1997), Perawatan Anak Sakit EGC, Jakarta.