13
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jamur Aspergillus Niger adalah mikroba yang paling banyak digunakan dalam produksi asam sitrat secara komersial. Dalam metabolismenya A. niger dapat menghasilkan asam sitrat sehinga fungi ini banyak digunakan sebagai model fermentasi karena fungi ini tidak menghasilkan mikotoksin sehingga tidak membahayakan A. niger dapat tumbuh dengan cepat, oleh karena itu A. niger banyak digunakan secara komersial dalam produksi asam sitrat, asam glukonat, dan pembuatan berapa enzim seperti amilase, pektinase, amiloglukosidase, dan selulase. Asam sitrat merupakan metabolit primer yang dihasilkan dari proses fermentasi. Asam sitrat merupakan asam organik yang penggunannya cukup luas di dunia industri. Hampir 70% dari produksi asam sitrat digunakan oleh industri makanan sebagai bahan tambahan karena memiliki rasa yang enak dan aman dikonsumsi. Dan kurang lebih 10% dari produksi asam sitrat digunakan untuk bidang kosmetik dan farmasi, seperti untuk bahan pengisi pembuatan antacid, multivitamin, dan senyawa pelarut aspirin. Asam sitrat juga digunakan untuk senyawa pengkelat logam, sehingga banyak digunakan untuk membersihkan boiler dan instalasi sejenis. Kemampuan asam sitrat untuk mengkelat logam menjadikannya berguna sebagai bahan sabun dan deterjen. Dengan meng-kelat logam pada air sadah, asam sitrat 1

Fermentasi asam sitrat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fermentasi asam sitrat oleh aspergillus niger

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jamur Aspergillus Niger adalah mikroba yang paling banyak digunakan dalam produksi asam sitrat secara komersial. Dalam metabolismenya A. niger dapat menghasilkan asam sitrat sehinga fungi ini banyak digunakan sebagai model fermentasi karena fungi ini tidak menghasilkan mikotoksin sehingga tidak membahayakan A. niger dapat tumbuh dengan cepat, oleh karena itu A. niger banyak digunakan secara komersial dalam produksi asam sitrat, asam glukonat, dan pembuatan berapa enzim seperti amilase, pektinase, amiloglukosidase, dan selulase.

Asam sitrat merupakan metabolit primer yang dihasilkan dari proses fermentasi. Asam sitrat merupakan asam organik yang penggunannya cukup luas di dunia industri. Hampir 70% dari produksi asam sitrat digunakan oleh industri makanan sebagai bahan tambahan karena memiliki rasa yang enak dan aman dikonsumsi. Dan kurang lebih 10% dari produksi asam sitrat digunakan untuk bidang kosmetik dan farmasi, seperti untuk bahan pengisi pembuatan antacid, multivitamin, dan senyawa pelarut aspirin. Asam sitrat juga digunakan untuk senyawa pengkelat logam, sehingga banyak digunakan untuk membersihkan boiler dan instalasi sejenis. Kemampuan asam sitrat untuk mengkelat logam menjadikannya berguna sebagai bahan sabun dan deterjen. Dengan meng-kelat logam pada air sadah, asam sitrat memungkinkan sabun dan deterjen membentuk busa dan berfungsi dengan baik tanpa penambahan zat penghilang kesadahan. Demikian pula, asam sitrat digunakan untuk memulihkan bahan penukar ion yang digunakan pada alat penghilang kesadahan dengan menghilangkan ion-ion logam yang terakumulasi pada bahan penukar ion tersebut sebagai kompleks sitrat.

Asam sitrat termasuk salah satu produk andalan yang di ekspor Indonesia ke berbagai negara. Termasuk negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Inggris, dan lain-lain. Kebutuhan dunia akan asam sitrat terus meningkat dari tahun ke tahun dan produksi asam sitrat setiap tahunya meningkat sebesar 2- 3%.

Asam sitrat merupakan produk metabolit primer dari fermentasi substrat yang mengandung unsur karbon oleh jamur Aspergillus Niger. Berbagai proses fermentasi asam sitrat telah dikembangkan. Proses Koji merupakan fermentasi tradisional yang menggunakan substrat padat dan dapat digolongkan sebagai fermentasi permukaan. Proses fermentasi bawah permukaan menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan fermentasi permukaan (Bailey dan Ollis, 1986).

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui proses produksi asam sitrat oleh Aspergillus Niger

Untuk mengetahui pengaruh komposisi media fermentasi pada produksi asam sitrat oleh Aspergillus Niger.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori

Fermentasi adalah reaksi dengan menggunakan biokatalis untuk mengubah bahan baku menjadi produk. Biokatalis yang digunakan adalah bakteri, yeast atau jamur (fungi).

Asam sitrat merupakan suatu senyawa organik, yang banyak ditemukan pada daun dan buah tumbuhan yang mempunyai rasa asam. Senyawa ini merupakan bahan pengawet alami yang baik, selain dipakai sebagai penambahan rasa masam pada makanan juga dapat digunakan untuk minuman ringan. Dalam biokimia, asam sitrat dikenal sebagai senyawa antara yang penting dalam metabolisme makhluk hidup, sehingga ditemukan pada hampir semua makhluk hidup. Zat ini juga dapat digunakan sebagai zat pembersih yang ramah lingkungan dan sebagai antioksidan.

Asam sitrat terdapat pada berbagai jenis buah dan sayuran, namun ditemukan pada konsentrasi tinggi, yang dapat mencapai 8 % bobot kering. Rumus kimia asam sitrat adalah C6H8O7. Struktur asam ini tercermin pada nama IUPAC nya asam 2- hidroksi-1,2,3-propanatrikarboksilat.

Aspergillus niger merupakan Sebagai inokulum pada pembuatan asam sitrat digunakan strain-strain tertentu dari Aspergillus Niger, Aspergillus fumaricus, Aspergillus japonicus, atau Aspergillus wentii. Pada penelitian ini digunakan sejumlah strain Aspergillus Niger karena memiliki kemampuan produksi yang paling baik dalam fermentasi asam sitrat (Currie, 1917). A. niger dapat tumbuh optimum pada suhu 35-37 C, dengan suhu minimum 6-8 C, dan suhu maksimum 45-47 C. Selain itu, dalam proses pertumbuhannya fungi ini memerlukan oksigen yang cukup (aerobik). A. niger memiliki warna dasar berwarna putih atau kuning dengan lapisan konidiospora tebal berwarna coklat gelap sampai hitam.

A.niger dalam pertumbuhannya berhubungan langsung dengan zat makanan yang terdapat dalam substrat, molekul sederhana yang terdapat disekeliling hifa dapat langsung diserap sedangkan molekul yang lebih kompleks harus dipecah dahulu sebelum diserap ke dalam sel, dengan menghasilkan beberapa enzim ekstra seluler seperti protease, amilase, mananase, dan -glaktosidase. Bahan organik dari substrat digunakan oleh Aspergillus niger untuk aktivitas transport molekul, pemeliharaan struktur sel, dan mobilitas sel.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Proses Produksi

Dalam proses produksi asam sitrat yang sampai saat ini lazim digunakan, biakan kapang Aspergillus niger diberi sukrosa agar membentuk asam sitrat. Setelah kapang disaring dari larutan yang dihasilkan, asam sitrat diisolasi dengan cara mengendapkannya dengan kalsium hidroksida membentuk garam kalsium sitrat. Asam sitrat di-regenerasi-kan dari kalsium sitrat dengan penambahan asam sulfat.

Fermentasi asam sitrat

Dapat dilakukan menggunakan 2 macam metode fermentasi : permukaan (surface process) dan bawah permukaan (submerged process).

Pada tahap tropofase, sebagian dari glukosa digunakan untuk membentuk miselium dan respirasi.

Pada tahap idiofase, sisa glukosa diubah menjadi asam organik, termasuk asam sitrat.

Produksi berkisar antara 4069% dalam bentuk asam sitrat1hidrat (123 g per 100 g sukrosa) atau asam sitrat anhidrat (112 g per 100 g sukrosa).

Medium untuk nutrisi

Sumber karbon : berbagai amilum dapat digunakan (kentang, hidrolisat amilum, sirup glukosa, sukrosa, molase, dll).

Penambahan trace elements (Cu, Mn, Mg, Fe, Zn, Mo) dalam skala ppm. Bila berlebih dapat berakibat toksik.

Fe merupakan faktor penentu, jumlahnya tergantung pada sumber karbon yang digunakan.

Komponen medium lainnya : sumber nitrogen, fosfat, juga diperlukan

pH harus diatur < 3.0, untuk menekan pembentukan asam oksalat dan asam

glukonat. Selain itu dapat mengurangi kemungkinan terkontaminasi.

3.1.1 Galur Pembentuk Asam Sitrat

Secara alami asam sitrat merupakan produk metabolisme primer, tidak diekskresi oleh mikroorganisme dalam jumlah yang cukup berarti. Penggunaan Aspergillus niger sp sebagai agen biologis dapat menekan produk-produk samping yang tidak diinginkan seperti : asam oksalat, asam isositrat dan asam glukonat.

Proses penguraian glukosa menjadi piruvat, alkohol, laktat, atau CO2 dan air dapat berlangsung melalui beberapa jalan metabolisme, tergantung keadaan lingkungan, keadaan sel, atau macam jasadnya. Satu macam jasad hidup dapat melakukan satu atau lebih jalur metabolisme penguraian glukosa, tergantung keperluan dan proses penguraian tersebut (Wirahadi-kusumah, 1988 ). Daur asam sitrat dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1. Daur asam trikarboksilat (Krebs) sebagai bagian utama penghasil metabolisme energy

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan

Proses pembuatan asam sitrat dapat berjalan dengan maksimal tergantung dari parameter fermentasi yang optimal dan komposisi media fermentasi. Kondisi media yang baik ialah tergantung pada konsentrasi gula, waktu sintesa asam sitrat, suplai oksigen, suhu, pH, dan komposisi media fermentasi.

4.1.1 Kandungan gula

Umumnya konsentrasi gula yang tinggi diperlukan untuk mendapatkan hasil yang banyak. Larutan dengan konsentrasi 14-20 % dapat dipergunakan. Substitusi parsial terhadap sukrosa dan fruktosa atau glukosa, yang menghasilkan konsentrasi gula 1-5 % (diluar total 14 %) akan menghasilkan asam sitrat yang lebih sedkkit bila dibandingkan dengan media yang hanya mengandung sukrosa. Hidrolisa parsial selama sterilisasi juga menurunkan hasil asam sitrat.

4.1.2 Profil Waktu asam sitrat

Fermentasi dilakukan dengan malt berbeda sorgum dari 24 jam menjadi 216 jam. Hasil maksimum asam sitrat diperoleh setelah 144 jam (7 hari).

4.1.3 Suplai oksigen

Suplai oksigen (melalui udara) yang terlalu banyak justru akan menurunkan rendemen. Kadang-kadang justru rendemen akhir fermentasi dengan suplai udara khusus sama saja dengan rendemen akhir fermentasi tanpa suplai udara. Tetapi suplai udara yang terlalu sedikit juga berakibat tidak baik terhadap asam sitrat.

4.1.4 Suhu

Suhu yang tepat tergantung pada organisme dan kondisi fermentasi. Biasanya fermentasi dilakukan pada suhu 2535oC. Doelgar dan Prescott menegaskan bahwa 26 28oC adalah suhu yang paling optimum. Mereka menyatakan bahwa jumlah asam sitrat yang dihasilkan akan meningkat seiring dengan peningkatan suhu dari 8 28oC. Diatas 30oC produksi asam sitrat akan menurun dan produksi asam oksalat justru akan meningkat. Aspergillus niger pada suhu inkubasi menghasilkan kalsium sitrat sebanyak 2530 gram dari 200 gram molase yang mengalami dua hari fermentasi. selain itu juga dihasilkan kalsium glukonat.

4.1.5 Keasaman (pH)

Kemantapan pH adalah faktor yang terpenting dalam proses fermentasi. Garam-garam anorganik dan pH sangat berpengaruh terhadap porporsi asam sitrat dan oksalat yang dihasilkan. Jadi pH dan garam anorganik harus demikian hingga produksi asam sitrat tinggi dan sebaliknya asam oksalat ditekan serendah mungkin. Penggunaan pH rendah banyak menguntungkan yakni hasil asam sitrat yang tinggi, pembentukan asam oksalat tertekan dan bahaya kontaminasi minimum.

2.3.6 Komposisi Media Fermentasi

Komposisi media fermentasi sangat mempengaruhi produksi asam sitrat. Media fermentasi asam sitrat harus mengandung makronutrien seperti sumber karbon, nitrogen, fosfat, kalium, magnesium dan mikronutrien sperfti Fe, Zn dan Mn. Gula monosakarida dan disakarida sebagai sumber karbon dapat dimetabolisme dengan cepat oleh Aspergillus Niger. Penggunaan garam ammonium sebagai sumber nitrogen merupakan pilihan yang tepat karena selama proses ammonium akan dikonsumsi oleh Aspergillus Niger dan melepaskan ion hidrogen sehingga akan menurunkan pH media fermentasi sehingga meningkatkan hasil produksi asam sitrat.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulam

Produksi asam sitrat oleh Aspergillus Niger sangat dipengaruhi oleh komposisi media fermentasi. Pada penelitian-penelitian ini produksi asam sitrat akan tercapai pada konsentrasi 14-22 %. Sumber nitrogen dalam bentuk ammonium ataupun urea tidak mempengaruhi produksi asam sitrat. Akumulasi asam sitrat akan tercapai jika konsentrasi fosfat, Fe, Zn da Mn lebih rendah dari konsentrasi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan optimum biomassa.

5.2 Saran

Dalam proses fementasi pembuatan asam sitrat harus dilakukan pada laboratorium steril dan khusus yang terpisah dari laboratorium lain. Hal ini dimungkinkan untuk menghindari terjadinya kontaminasi akibat Aspergiilus Niger dan hal-hal yang berpengaruh dalam proses fermentasi harus diperhatikan untuk menghasilkan asam sitrat yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Bailey, James E, dkk.1986.Biochemical Engineeering Fundamentals, Second Edition Mc.Graw Hill Chemical Engineering Series. Singapura.

Cate,Prescott S, dkk. 1959.Industrial Microbiology, Mc.Graw Hill Book Company. New York.

Kishore, K.A., M.P. Kumar, V.R. Krishna, V. Ravi and G.V. Reddy. 2008.Optimization of process variables of citric acid production using Aspergillus niger in a batch fermentor. Engineering Letters. 16 (4): p572.

Moo Young Murray, Comprehensive Biotechmology, Vol.3, Pergamon Press, New York, 1984.

Rohr, Max, dkk.1984.Citric Acid, Institut Fur Biochemische Tchnologie and Mikrobiologie Technische Wien Australia.

Parekh S, Vinchi VA and Strobel RJ (2000) Improvement of microbial strains and fermentation process. Appl Microbial Biotechnol 54:287-301

Shuler, Michael L,dkk.1992.Bioprocess Engineering Basic Concept, Prentice-Hall International, Inc.Nem Jersey.

Wikipedia.2014.Asam Sitrat(online). http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_sitrat. Diakses tanggal 4 April 2015.

Wikipedia.2013. Aspergillus niger(online). http://id.wikipedia.org/wiki/Aspergillus_niger. Diakses tanggal: 2April 2015.

9