FH UII Pelaksanaan Asuransi Jasa Raharja Terhadap Korban 2

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/20/2019 FH UII Pelaksanaan Asuransi Jasa Raharja Terhadap Korban 2

    1/19

    Pelaksanaan Asuransi Jasa Raharja Terhadap Korban

    Kecelakaan Lalu Lintas Di Yogyakarta 

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

    (Strata-1) pada Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia

    Yogyakarta

    Oleh :

    Moh Dendrawi

     No. Mahasiswa : 05410397

    Program Studi : Ilmu Hukum

    UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

    FAKULTAS HUKUM

    YOGYAKARTA

    2009 

  • 8/20/2019 FH UII Pelaksanaan Asuransi Jasa Raharja Terhadap Korban 2

    2/19

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. 

    Latar Belakang

    Indonesia sudah mengalami perkembangan yang begitu signifikan

    dibidang asuransi. Mulai sejak zaman sebelum masehi yaitu pada masa kekaisaran

    Yunani kuno yang dipimpin oleh Alexander the Great. Hingga pada abad ke-201 

    Hal ini ditandai adanya beberapa istilah dan karakter perasuransian yang timbul di

    Indonesia.

    Dalam bidang transportasi, asuransi sangatlah diperlukan. Karena

    transportasi adalah suatu kebutuhan dimana setiap orang pasti mengawali

    aktifitasnya dari transportasi. Sehingga menyebabkan setiap orang pasti melalui

    tahapan transportasi sebelum menjalankan aktifitas lainnya. Terlepas dari berbagai

    resikonya, mau tidak mau mereka tetap menjalaninya. Baik itu resiko yang berasal

    dari diri sendiri maupun yang disebabkan oleh orang lain.

    Aktifitas transportasi yang ada di seluruh wilayah Indonesia relatif padat,

    khususnya di kota Yogyakarta. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan penduduk

    yang sangat tinggi. Mayoritas penduduk Yogyakarta adalah pendatang, baik itu

     pekerja maupun pelajar. Dengan demikian terjadi sebuah peningkatan

     perekonomian dan kesejahteraan, sehingga tingkat mobilitas akan meningkat pula,

     baik orang maupun barang.

    1  Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,

    1999, hlm 1 

  • 8/20/2019 FH UII Pelaksanaan Asuransi Jasa Raharja Terhadap Korban 2

    3/19

    2

    Pengguna kendaraan bermotor sudah selayaknya mendapat perlindungan,

    salah satunya ialah melalui asuransi yang sudah ditetapkan oleh pemerintah yaitu

    asuransi Jasa Raharja. Pemerintah memang melindungi masyarakat dari kerugian

    akibat kecelakaan lalu lintas, melalui PT Jasa Raharja (Persero) santunan

    dibayarkan kepada anggota masyarakat yang mengalami kecelakaan atau musibah

    saat menggunakan kendaraan bermotor. Masyarakat berhak mendapat santunan

     jika terjadi kecelakaan saat perjalanan.2 

    UUD 1945 Pasal 34 ayat 2 yang memberi amanat kepada negara agar

    mengembangkan sistem jamsos bagi seluruh rakyat dan memberdayakan

    masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.

    Asuransi kecelakaan lalu lintas yang diwajibkan Undang-Undang tersebut

    merupakan asuransi tanggung wajib yang diberikan pemerintah kepada

    masyarakat. Dengan demikian pemerintah harus melaksanakannya.

    Menurut Peter F Drucker, pada dasarnya suatu perusahaaan itu tidak

    dirumuskan nama, anggran dasar atau anggaran rumah tangga perusahaan

    tersebut, tetapi dirumuskan oleh keinginan pelanggan yang dipuaskan pada waktu

    ia membeli produk atau jasa dari perusahaan termaksud. Pelanggan dalam hal ini

    adalah konsumen, yaitu pemakai terakhir dari produk atau jasa.3 

    Perusahaan asuransi sebagai perusahaan jasa, menjual jasa kepada

     pelanggan pada satu sisi, sedangkan pada sisi yang lain perusahaan asuransi

    2 http://www1.surya.co.id/v2/?p=7731 , 18 april 2009 3 Sri Rejeki Hartono,  Hukum Asuransi & Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika, Jakarta,

    1992, hlm 8 

  • 8/20/2019 FH UII Pelaksanaan Asuransi Jasa Raharja Terhadap Korban 2

    4/19

    3

    adalah sebagai investor dari tabungan masyarakat kepada investasi yang

     produktif.4 

    Salah satu upaya untuk melindungi warga negara khususnya dari risiko

    kecelakaan lalu lintas jalan adalah memberikan santunan kepada korban

    kecelakaan lalu lintas jalan atau kepada ahli warisnya. Dana untuk keperluan itu

    dipungut dari pemilik kendaraan bermotor sebagaimana ditetapkan dalam

    Undang-undang nomor 34 Tahun 1964 tentang Dana Kecelakaan Lalu Lintas

    Jalan dan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1965 tentang Ketentuan-

    ketentuan Pelaksanaan Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan, serta menunjuk PT

    (Persero) Asuransi Kerugian Jasa Raharja sebagai Badan Penyelenggara.

    PT. Asuransi Jasa Raharja (Persero) adalah merupakan suatu perusahaan

    asuransi dimana salah satu produk asuransi pada Asuransi Jasa Raharja yang

    ditawarkan kepada masyarakat adalah produk asuransi kerugian Jasa Raharja,

    sejalan dengan diterbitkan UU No.2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian,

    yang antara lain mengharuskan bahwa Perusahaan Asuransi yang telah

    menyelenggarakan program asuransi sosial dilarang menjalankan asuransi lain

    selain program asuransi sosial, maka terhitung mulai tanggal 1 Januari 1994 Jasa

    Raharja melepaskan usaha non wajib dan surety bond  dan kembali menjalankan

     program asuransi sosial yaitu mengelola pelaksanaan UU. No.33 tahun 1964 dan

    UU. No.34 tahun 1964.

    Asuransi Jasa Raharja ini dimaksudkan untuk mengutamakan

     penyelenggaraan program Asuransi Sosial dan Asuransi Wajib sejalan dengan

    4  Ibid, hlm 8-9 

  • 8/20/2019 FH UII Pelaksanaan Asuransi Jasa Raharja Terhadap Korban 2

    5/19

    4

    kebutuhan masyarakat. Tujuan dari Asuransi Jasa Raharja dapat dilihat pada

    Catur Bakti Ekakarsa Jasa Raharja sebagai misi perusahaan, antara lain yaitu :

    1. 

    Bakti kepada Masyarakat, dengan mengutamakan perlindungan dasar

    dan pelayanan prima sejalan dengan kebutuhan masyarakat.

    2. 

    Bakti kepada Negara, dengan mewujudkan kinerja terbaik sebagai

     penyelenggara Program Asuransi Sosial dan Asuransi Wajib, serta

    Badan Usaha Milik Negara.

    3. 

    Bakti kepada Perusahaan, dengan mewujudkan keseimbangan

    kepentingan agar produktivitas dapat tercapai secara optimal demi

    kesinambungan perusahaan.

    4. 

    Bakti kepada Lingkungan, dengan memberdayakan potensi sumber

    daya bagi keseimbangan dan kelestarian lingkungan.

    Pembayaran Premi dalam program asuransi kecelakaan pada PT Jasa

    Raharja dikenal dengan 2 (dua) bentuk yaitu Iuran Wajib (IW) dan Sumbangan

    Wajib (SW). Pengutipan iuran wajib dilaksanakan pada setiap penumpang yang

    akan menggunakan alat transportasi umum membayarkan iuran wajib yang

    disatukan dengan ongkos angkut pada saat membeli karcis atau membayar tarif

    angkutan dan pengutipan ini dilakukan oleh masing-masing operator (pengelola)

    alat transportasi tersebut, sedangkan pengutipan pada sumbangan wajib diambil

     pada saat pembayaran sumbangan wajib dilakukan secara periodik (setiap tahun)

    di kantor Samsat pada saat pendaftaran atau perpanjangan STNK. Asuransi

    Kerugian ini memiliki beberapa faedah atau manfaat diantaranya adalah pertama,

  • 8/20/2019 FH UII Pelaksanaan Asuransi Jasa Raharja Terhadap Korban 2

    6/19

    5

    santunan berupa penggantian biaya rawatan dan pengobatan ( sesuai ketentuan).

    Kedua, santunan kematian. Ketiga, santunan cacat tetap.

    Dalam hal korban kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Yogyakarta itu

    sendiri, korban kecelakaan menanggung kerugian yang sangat besar sekali, bisa

    materi bahkan jasmani yang seharusnya mendapatkan pembayaran dari pihak PT

    Asuransi Jasa Raharja. Berdasarkan PP No. 8 Tahun 1965, bahwa setiap orang

    yang menjadi korban kecelakaan lalu lintas berhak atas pembayaran dana

    kecelakaan lalu lintas. Pembayaran dana akan diberikan dalam kondisi sebagai

     berikut :

    1. 

    Meninggal dunia;

    2. 

    Cacat tetap;

    3. 

    Biaya perawatan;

    4. 

    Biaya penguburan.

     Namun dalam kenyataannya, sering terjadi kekecewaan para korban

    kecelakaan terhadap perusahaan asuransi yang dianggap bekerja tidak profesional

    dalam menangani klaim. Perusahaan asuransi jasa Raharja hanya dianggap

    mengumbar janji-janji manis tetapi belum dapat mewujudkannya. Pengajuan

    klaim oleh korban kecelakaan sering di persulit oleh pihak asuransi. Pihak

    asuransi meminta berbagai macam persyaratan yang harus dipenuhi oleh para

    korban. Setelah di penuhi, pihak asuransi malah meminta persyaratan yang lain.

    Hal ini tentu saja menyulitkan para korban karena harus memenuhi persyaratan

    lain yang diajukan oleh pihak asuransi. Walaupun semua persyaratan yang

    diajukan sudah dipenuhi, pemegang polis tetap saja harus menunggu klaim

  • 8/20/2019 FH UII Pelaksanaan Asuransi Jasa Raharja Terhadap Korban 2

    7/19

    6

    dibayarkan. Dan kinerja perusahaan asuransi Jasa Raharja pada saat ini dapat

    dikatakan umumnya belum menggembirakan, yang mana dari pihak pengelola

    usaha asuransi belum memberikan pelayanan yang baik, bahkan sering kali

    muncul kesan dipersulit ketika akan menggugat hak, baik dalam asuransi jiwa

    maupun dalam asuransi kerugian sehingga mengakibatkan pada saat tertanggung

    mengajukan klaim dipenuhi dengan persyaratan yang terkesan berbelit-belit.

    Untuk itu penulis merasa tertarik menulis skripsi tentang pelaksanaan asuransi

    Jasa Raharja terhadap korban kecelakaan lalu lintas di Yogyakarta.

    B.  Rumusan Masalah

    Dengan melihat latar belakang diatas maka kita dapat melihat

     permasalahan yang ada yaitu sebagai berikut :

    1. 

    Bagaimanakah pelaksanaan asuransi Jasa Raharja terhadap korban

    kecelakaan lalu lintas ?

    2. 

    Bagaimanakah penyelesaian hukum perselisihan klaim antara korban

    dengan pihak asuransi Jasa Raharja ?

    C.  Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan permasalahan sebagaimana yang kita ketahui setiap

     penelitian pasti ada tujuannya, begitu juga dengan penelitian ini yang mempunyai

    tujuan sebagai berikut :

    1. 

    Untuk mengetahui gambaran secara nyata tentang pelaksanaan

     perlindungan hukum yang diberikan terhadap pihak yang menjadi

  • 8/20/2019 FH UII Pelaksanaan Asuransi Jasa Raharja Terhadap Korban 2

    8/19

    7

    korban dalam kecelakaan lalu lintas jalan di PT. (Persero) Asuransi

    Jasa Raharja cabang Yogyakarta.

    2. 

    Untuk mengetahui bagaimana penyelesaian hukum perselisihan

    klaim antara korban dengan pihak PT. (Persero) Asuransi Jasa

    Raharja cabang Yogyakarta.

    3. 

    Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu

    syarat untuk mencapai gelar kesarjanaan di bidang ilmu hukum

     pada Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.

    D.  Tinjauan Pustaka

    Menurut Pasal 246 KUHD, asuransi atau pertanggungan adalah suatu

     perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang

    tertanggung dengan menerima suatu premi untuk memberikan pengantian

    kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang

    diharapkan, yang mungkinkan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak

    tertentu.

    Asuransi haruslah mencakup baik perhimpunan dana atau pun pemindahan

    resiko, tetapi tidak mesti keduanya. Asuransi itu sendiri dapat didefinisikan

    sebagai alat sosial untuk mengurangi resiko dengan menggabungkan unit-unit

    exposures yang cukup jumlahnya untuk membuat kerugian-kerugian individual

    mereka secara bersamaan dapat diramalkan.5 

    5 A Hasymi Ali, Pengantar Asuransi, Bumi Aksara, Jakarta, 2002, hlm 29-30 

  • 8/20/2019 FH UII Pelaksanaan Asuransi Jasa Raharja Terhadap Korban 2

    9/19

    8

    Dari pengertian Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang tersebut

    dapat disimpulkan ada beberapa unsur yang terlibat dalam asuransi, yaitu:

    1. 

    Pihak-pihak;

    2. 

    Status pihak-pihak;

    3. 

    Objek asuransi;

    4. 

    Peristiwa asuransi;

    5.  Hubungan asuransi.6 

    sedangkan asuransi menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992

    adalah sebagai berikut :

    “Asuransi atau Pertanggungan adalah perjaniian antara dua pihak

    atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri

    kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk

    memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,

    kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau

    tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akandiderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak

     pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkanatas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”.

    Dalam pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa asuransi atau

     pertanggungan itu terjadi karena suatu perjanjian antara dua orang atau lebih.

    Sehingga pertanggungan itu sah apabila memenuhi syarat sahnya perjanjian yang

    telah diatur didalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Adapun syarat sah

     perjanjian menurut pasal 1320 KUHPerdata yaitu sebagai berikut :

    1. 

    Sepakat untuk mengikatkan diri.

    2. 

    Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.

    3. 

    Suatu hal tertentu.

    6 Abdulkadir Muhammad, op.it , hlm 8-9 

  • 8/20/2019 FH UII Pelaksanaan Asuransi Jasa Raharja Terhadap Korban 2

    10/19

    9

    4. 

    Suatu sebab yang halal.

    Disamping keempat syarat tersebut diatas terdapat pula syarat-syarat yang

    lain yang harus dipenuhi yaitu bebas dari kekhilafan, paksaan dan adanya

     penipuan, sedangkan untuk syarat khusus bagi perjanjian asuransi harus

    memenuhi ketentuan-ketentuan dalam buku 1 Bab IX KUH Dagang,ialah :

    1. 

    Asas Indemnitas/ principle of indemnity.

    2. 

    Asas kepentingan/ principle of insurable interest. 

    3. 

    Asas kejujuran yang sempurna/at most good faith. 

    4. 

    Asas subrogasi pada kepentingan.7 

    Menurut Prof. Emmy Pangaribuan perjanjian asuransi itu mempunyai

    sifat-sifat sebagai berikut :

    1. 

    Perjanjian asuransi atau pertanggungan pada dasarnya adalah suatu

     perjanjian penggantian kerugian (shcadeverzekering atau

    indemtniteits contract ). Penanggung mengikatkan diri untuk

    menggantikan kerugian karena pihak tertanggung menderita kerugian

    dan yang diganti itu adalah seimbang dengan kerugian yang sungguh-

    sungguh diderita.

    2. 

    Perjanjian asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian bersyarat.

    Kewajiban mengganti rugi dari dari penanggung hanya dilaksanakan

    kalau peristiwa yang tidak tertentu atas nama diadakan pertanggungan

    itu terjadi.

    7 Sri Rejeki Hartono,op.cit, hlm 97-98 

  • 8/20/2019 FH UII Pelaksanaan Asuransi Jasa Raharja Terhadap Korban 2

    11/19

    10

    3. 

    Perjanjian asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian timbal balik.

    Kewajiban penanggung mengganti rugi diharapkan dengan kewajiban

    tertanggung membayar premi.

    4. 

    Kerugian yang diderita adalah sebagai akibat dari peristiwa yang tidak

    tertentu atas mana diadakan pertanggungan.

    Pelaksanaan Asuransi Sosial Kecelakaan Lalu Lintas merupakan suatu

    upaya pemerintah dalam memberikan perlindungan jaminan sosial kepada

    masyarakat khususnya korban kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas juga

    merupakan suatu pelanggaran terhadap peraturan dan perundang-undangan

    tentang lalu lintas,yang mana maksudnya adalah kecelakaan lalu lintas tersebut

    sifatnya dapat merugikan orang lain maupun diri sendiri yang luka maupun

    meninggal dunia.

    Pihak Jasa Raharja juga tetap memberikan dana santunan kepada korban

    kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh alat angkutan lalu lintas yang lalai

    membayar sumbangan wajib, yang kemudian Pihak Jasa Raharja dapat menuntut

     balik kepada pemilik kendaraan penyebab kecelakaan yang lalai dalam

     pembayaran sumbangan wajib untuk membayar semua penggantian kerugian yang

    telah dikeluarkan oleh pihak Jasa Raharja.

    Mungkin banyak masyarakat yang tidak mengetahui berapa jumlah

    Sumbangan Wajib Dana Pertanggungan Kecelakaan Lalu Lintas Jalan

    (SWDKLLJ ) yang akan diterimanya. Menurut Peraturan Menteri Keuangan

     Nomor 36/PMK.010/2008 Tentang Besar Santunan dan sumbangan Wajib Dana

    Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Menteri Keuangan Republik Indonesia telah

  • 8/20/2019 FH UII Pelaksanaan Asuransi Jasa Raharja Terhadap Korban 2

    12/19

    11

    menaikkan besaran santunan kepada korban kecelakaan bagi penumpang

    angkutan umum maupun korban kecelakaan akibat tertabrak kendaraan bermotor.

    Menurut Pasal 2 Ayat (1) dan Pasal 3 besaran santunan tersebut adalah sebagai

     berikut8 :

    Pasal 2 Ayat ( 1 ) berbunyi :

    a. 

    Ahli waris dari korban yang meninggal dunia berhak memperoleh

    santunan sebesar Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).

     b. 

    Korban yang mengalami cacat tetap berhak memperoleh santunan

    yang besarnya dihitung berdasarkan angka prosentase sebagaimana

    ditetapkan dalam Pasal 10 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 18

    Tahun 1965 dari besar santunan meninggal dunia sebagaimana

    dimaksud dalam huruf (a).

    c. 

    Korban yang memerlukan perawatan dan pengobatan berhak

    memperoleh santunan berupa penggantian biaya perawatan dan

     pengobatan dokter paling besar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta 

    rupiah) .  

    Pasal 3 berbunyi :

    Dalam hal korban meninggal dunia akibat kecelakaan alat angkutan

    lalu lintas jalan tidak mempunyai ahli waris, kepada pihak yang

    menyelenggarakan penguburan diberikan penggantian biaya

     penguburan sebesar Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah).

    8 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 36/PMK.010/2008 Tentang Besar Santunan dansumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Menteri Keuangan Republik Indonesia 

  • 8/20/2019 FH UII Pelaksanaan Asuransi Jasa Raharja Terhadap Korban 2

    13/19

    12

    Perjanjian asuransi merupakan perjanjian antara dua pihak, yaitu antara

     penanggung (perusahaan asuransi) dengan tertanggung atau pemegang polis. Para

     pihak didalam Asuransi Kecelakan Lalu Lintas ini diatur didalam ketentuan

    Undang-Undang Nomor 34 tahun 1964, tiga pihak yang terlibat dalam Asuransi

    Kecelakaan (Askel), yaitu:

    1. 

    Pihak pemilik/penguasaha kendaraan bermotor, yang dapat

    menjadi penyebab kecelakaan lalu lintas.

    2. 

    Pihak pengguna jalan raya bukan penumpang, yang dapat

    menjadi korban kecelakaan lalu lintas.

    3. 

    Pihak penguasa dana, yaitu pemerintah yang didelegasikan

    kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN)9.

    Masing-masing pihak mempunyai kewajiban dan hak yang harus

    dipenuhinya. Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 5 Undang-Undang

     Nomor 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Lalu

    Lintas, mengatur hal-hal sebagai berikut :

    Pasal 3 Ayat (1) :

    a) 

    Tiap penumpang yang sah dari kendaraan bermotor

    umum, kereta-api, pesawat terbang, perusahaan

     penerbangan nasional dan kapal perusahaan

     perkapalan/pelayaran nasional, wajib membayar

    iuran melalui pengusaha/pemilik yang bersangkutan

    untuk menutup akibat keuangan disebabkan

    kecelakaan penumpang dalam perjalanan.

     b) 

    Penumpang kendaraan bermotor umum di dalam

    kota dibebaskan dari pembayaran iuran wajib.

    c) 

    Iuran wajib tersebut pada sub a diatas digunakan

    untuk mengganti kerugian berhubung dengan:I.

    9  Abdulkadir Muhammad, op.it , hlm 186 

  • 8/20/2019 FH UII Pelaksanaan Asuransi Jasa Raharja Terhadap Korban 2

    14/19

    13

    kematian, danII. cacat tetap, akibat dari kecelakaan

     penumpang

     Namun di dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1964 tentang Dana

    Pertanggungan Wajib Kecelakaan Lalu Lintas mengatur sebagai berikut :

    1. 

    Kewajiban pengusaha/pemilik angkutan lalu lintas jalan

    (termasuk kereta api) untuk memberikan Sumbangan Wajib

    setiap tahun untuk dana kecelakaan lalu lintas jalan, yang

    dibayarkan paling lambat setiap bulan Juni (Pasal 2 dan Pasal

    3);

    2. 

    Setiap korban yang menjadi korban mati atau cacat tetap

    akibat kecelakaan lalu lintas jalan (termasuk kereta api) akan

    diberikan santunan yang besarnya diatur oleh PP (Pasal 4);

    3. 

    Pengurusan dana kecelakaan lalu lintas jalan dilakukan oleh

     perusahaan negara yang ditunjuk oleh Menteri Khusus untuk

    itu (Pasal 5).

    Berdasarkan ketentuan diatas maka dibentuklah PT Asuransi Jasa Raharja

    yang bertanggung jawab menyantuni korban kecelakaan lalu lintas. Adapun

    kewajiban dan tanggung jawab pengemudi serta pemilik kendaraan yang terlibat

    kecelakaan lalu lintas adalah sebagai berikut :

    1. 

    Kewajiban pengemudi yang terlibat kecelakaan yang diatur

    dalam Pasal 27 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992

    tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, setiap pengemudi

  • 8/20/2019 FH UII Pelaksanaan Asuransi Jasa Raharja Terhadap Korban 2

    15/19

    14

    kendaraan bermotor yang terlibat kecelakaan lalu lintas wajib

    :

    a. 

    Menghentikan kendaraan (kewajiban ini dapat

    tidak dilaksanakan apabila keadaan memaksa

    misalnya pengemudi tersebut terancam

    keselamatannya);

     b. 

    Menolong orang korban kecelakaan (kewajiban

    ini dapat tidak dilaksanakan apabila keadaan

    memaksa misalnya pengemudi tersebut

    terancam keselamatannya);

    c. 

    Melaporkan kecelakaan kepada kantor polisi

    terdekat.

    2. 

    Tanggung jawab perdata pengemudi pihak yang dirugikan

    diatur dalam Pasal 28 Undang-Undang Nomor 14 Tahun

    1992 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan yaitu

     pengemudi kendraan bermotor yang terlibat kecelakan lalu

    lintas bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh

     penumpang dan atau pemilik barang atau pihak ketiga, yang

    timbul karena kelalaiannya atau kesalahan pengemudi dalam

    mengemudikan kendaraan bermotor.

    3. 

    Keadaan yang dapat meniadakan tanggung jawab pengemudi

    diatur dalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor 14 Tahun

  • 8/20/2019 FH UII Pelaksanaan Asuransi Jasa Raharja Terhadap Korban 2

    16/19

    15

    1992 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, yaitu sebagai

     berikut :

    a. 

    Adanya keadaan memaksa yang tidak dapat

    dielakkan atau diluar kemampuan;

     b. 

    Disebabkan oleh perilaku korban atau pihak

    ketiga;

    c. 

    Disebabkan oleh gerakan orang atau hewan

    walaupun telah diambil tindakan pencegahan;

    d. 

    Pengemudi kendaraan bermotor yang terlibat

    kecelakan lalu lintas bertanggung jawab atas

    kerugian yang diderita oleh penumpang dan atau

     pemilik barang atau pihak ketiga, yang timbul

    karena kelalaiannya atau kesalahan pengemudi

    dalam mengemudikan kendaraan bermotor.

    Perjanjian asuransi yang bertujuan memberikan perlindungan dan ganti

    kerugian pada hakikatnya terdapat kesenjangan waktu antara prestasi pihak

     pertama atau penanggung dengan prestasi pihak kedua atau tertanggung.10

     

    Kesenjangan waktu tersebut terjadi karena walaupun pihak tertanggung telah

    memenuhi prestasi dengan membayar premi namun pihak penanggung tidak

    secara langsung melaksanakan prestasi sebagaimana mestinya.

    Kesenjangan yang terjadi biasanya adalah ketika pelaksanaan layanan dan

    komunikasi eksternal antara penanggung dengan tertanggung, dimana

    10 Sri Rejeki Hartono, op. cit, hlm 91. 

  • 8/20/2019 FH UII Pelaksanaan Asuransi Jasa Raharja Terhadap Korban 2

    17/19

    16

    kesenjangan yang terjadi yakni mengenai mekanisme pembayaran. Dalam hal ini,

    apakah asuransi sosial yang diwajibkan oleh UU tersebut dibiayai oleh negara apa

    tidak, yang dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang hal itu dan

     bagaimanakah cara menanggulangi permasalahan tersebut.

    E. Metode Penelitian

    1. Objek Penelitian

    Pelaksanaan Asuransi PT. Jasa Raharja (persero) Terhadap Korban

    Kecelakaan Lalu Lintas di Yogyakarta.

    2. Subjek Penelitian

    Yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini adalah :

    a. Direktur PT. Jasa Raharja Yogyakarta.

     b. Kasat Lantas Yogyakarta.

    c. Korban kecelakaan.

    3. Sumber Data

    a. Data Primer

    Yaitu berupa keterangan atau informasi yang diperoleh langsung

    dari subjek penelitian.

     b. Data Sekunder

    Yaitu data yang diperoleh dari bahan-bahan tertulis, yang terdiri

    dari :

    1) 

    Bahan hukum primer, yaitu berupa peraturan perundang-undangan

    yaitu :

    a. 

    Kitab Undang – Undang Hukum Perdata.

  • 8/20/2019 FH UII Pelaksanaan Asuransi Jasa Raharja Terhadap Korban 2

    18/19

    17

     b. 

    Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.

    c. 

    Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1964 Tentang Dana

    Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.

    d. 

    Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha

    Perasurasian.

    e. 

    Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 Tentang Undang-

    Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

    f. 

    Peraturan Menteri Keuangan Nomor 36/PMK.010/2008

    Tentang Besar Santunan dan sumbangan Wajib Dana

    Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Menteri Keuangan Republik

    Indonesia .

    2) Bahan hukum sekunder, yaitu berupa buku-buku literatur, jurnal,

    artikel yang berkaitan dengan obyek penelitian.

    3) Bahan hukum tersier, yaitu berupa kamus dan ensiklopedi.

    4. Teknik Pengumpulan Data

    a. Studi Kepustakaan

    Yaitu dengan mempelajari buku-buku dan literatur yang berkaitan

    dengan materi yang diteliti.

     b. Studi Lapangan

    Untuk pengumpulan data digunakan metode wawancara, yaitu

    mengumpulkan data dengan mengadakan tanya jawab langsung

  • 8/20/2019 FH UII Pelaksanaan Asuransi Jasa Raharja Terhadap Korban 2

    19/19

    18

    dengan responden. Pedoman wawancara ini dipakai pada saat

    melakukan pengumpulan data berupa daftar pertanyaan yang masih

     bersifat terbuka dan hanya meliputi garis besar pertanyaan,

    sehingga terbuka kemungkinan untuk mengembangkan lebih lanjut.

    5. Metode Pendekatan

    Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan secara

    yuridis normatif, yaitu data dan fakta yang diteliti, dikaji dan

    dikembangkan berdasarkan pada hukum.

    6. Analisis Data

    Data-data yang diperoleh baik dari studi kepustakaan maupun

     penelitian lapangan akan dianalisa dengan metode deskriptif kualitatif,

    yaitu dengan menguraikan data-data yang diperoleh dihubungkan dengan

    masalah yang diteliti, menganalisa dan menggambarkan kenyataan-

    kenyataan yang terjadi dalam objek penelitian sehingga akan diperoleh

    kesimpulan dan pemecahan dari permasalahan tersebut.