24
FILASAFAT ILMU BAB I MENGENAL FILSAFAT ILMU A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ilmu Filsafat bersumber dari bahasa Yunani philosophia. Philos memiliki arti; teman. Kawan, sahabat. Sedangkan Sophia bearti kebijaksanaan, maka jika dilihat dari kata tersebut maka philosophia akan bearti cinta kebijaksanaan. Dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat berarti alam pikiran atau alam berfikir. Berfilsafat artinya berfikir. Namun tidak semua berfikir bearti berfilsafat. Berfilsafat adalah berfikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Filsafat adalah hasil akan seorang manusia yang mencari dan memikirkan seuatu kebenaran dengan sedalam dalamnya, dengan kata lain filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran sesuatu. 1.Filsafat Sebagai Ilmu Dikatakan filsafat sebagai ilmu karena dalam pengertian filsafat terkandung empat pertanyaan ilmiah: bagaimanakah, mengapakah, kemanakah, dan apakah. 1

FILASAFAT ILMU.docx

  • Upload
    tinot

  • View
    17

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Penjelasan mengenai pengertian filsafat ilmu

Citation preview

FILASAFAT ILMU

BAB I

MENGENAL FILSAFAT ILMU

A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ilmu

Filsafat bersumber dari bahasa Yunani philosophia. Philos memiliki arti; teman.

Kawan, sahabat. Sedangkan Sophia bearti kebijaksanaan, maka jika dilihat dari kata tersebut

maka philosophia akan bearti cinta kebijaksanaan.

Dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat berarti alam pikiran atau alam berfikir.

Berfilsafat artinya berfikir. Namun tidak semua berfikir bearti berfilsafat. Berfilsafat adalah

berfikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Filsafat adalah hasil akan seorang manusia

yang mencari dan memikirkan seuatu kebenaran dengan sedalam dalamnya, dengan kata lain

filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran sesuatu.

1. Filsafat Sebagai Ilmu

Dikatakan filsafat sebagai ilmu karena dalam pengertian filsafat terkandung empat

pertanyaan ilmiah: bagaimanakah, mengapakah, kemanakah, dan apakah.

Pertanyaan bagaimanakah menanyakan sifat-sifat yang dapat ditanggkap atau yang

tampak oleh indra. Jawaban yang dapat diperoleh bersifat deskriptif.

Pertanyaan mengapa menanyakan tentang sebab (asal mula) suatu objek. Jawban

yang diperoleh bersifat kausalitas.

Pertanyaan kemanakah menanyakan apa yang terjadi dimasa lampau, masa sekarang,

masa yang akan datang. Jawaban yang akan diperoleh ada tiga jenis: pengetahuan yang

timbul dari dari hal yang selalu berulang-ulang, pengetahuan yang timbul dari pedoman yang

terkandung dalam adat istiadat atau kebiasaan yang terkandung dalam masyarkat, dan

pengetahuan yang timbul dari pedoman yang dipakai atau hukum.

Pertanyaan apakah menanyakan tentang hakikat atau inti mutlak dari suatu hal.

Hakikat ini sifatnya sangat dalam. Hakikat ini sifatnya sangat dalam dan tidak lagi bersifat

empiris, sehingga hanya dapat dimengerti oleh akal.

1

2. Filsafat Sebagai Cara Berfikir

Berbifikr secara filsafat dapat diartikan sebagai berfikir yang sangat mendalam

sampai pada hakikat, atau berfikir secara global atau berfikir dilihat dari berbagai sudut

pandang pemikiran atau sudut pandang ilmu pengetahuan. Berfikir yang demikian ini

sebagai upaya untuk berfikir secara tepat dan benar serta dapat dipertanggung jawabkan.

Hal ini harus memenuhi persyaratan:

a. Harus sistematis, maksudnya untuk menyusun suatu pola pengetahan yang

rasional. Sistematis adalah masing-masing unsure saling berkaitab satu dengan

yang lain secara teratur dalam keseluruhan.

b. Harus konsepsional, mkasudnya adalah upaya untuk menyusun suatu bagan yang

terkonsepsi (jelas). Karena berfikir secara filsafat sebenarnya berfikir tentang hal

dan prosesnya.

c. Harus koheren, koheren adalah unsure-unsurnya tidak mengandung uraian-uraian

yang bertentangan satu sama lain.

d. Harus rasional, maksud rasional adalah unsure-unsurnya berhubungan secara

logis, artinya pemikiran filsafat harus diuraikan dalam bentuk logis, yaitu suatu

bentu kebenaran yang mempunyai kaidah-kaidah berfikir (logika).

e. Harus sinoptik, artinya pemikiran filsafat harus melihat hal-hal menyeluruh atau

dalam kebersamaan secara intergral.

f. Harus mengarah kepada pandangan dunia, maksudnya adalah pemikiran filsafat

sebagai upaya memahami semua realitas kehidupan dengan jalan menyusun suatu

pandang (hidup) dunia, termasuk di dalamnya menerangkan tentang dunia dan

semua hal yang berada di dalamnya.

3. Filsafat Ilmu

Filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang cirri-ciri pengetahuan ilmiah adalah proses

penyelidikan ilmiah itu sendiri.

B. Defenisi Filsafat dan Filsafat Ilmu

1. Definisi Filsafat

Istilah filsafat berasal dari bahasa Arab falsafah yang berasal dari bahasa Yuniai,

philosophia yang berati pengetahuan. Filasafat adalah hasil akal manusia yang mencari

dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain filsafat

adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala

2

sesuatu. Tujuan filsafat dengan mengetahui sesuatu yang tidak hanya dari segi yang

lahiriah, tetapi juga yang hakiki, akan memperluas ckrawala padangan kita tentang

sesuatu itu.

2. Defines Filsaft Ilmu

The Liang Gie mendefiniskan filsafat ilmu adlah segenap pemikiran reflektif terhadap

persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu

dengan segala segi dari kehidupan. Filsafat ilmu dapat dibedakan menjadi dua:

a. Filsafat ilmu dalam arti luas, menampuang permasalahan yang menyangkut

hubungan ke luar dari kegiatan ilmiah, seperti:

o Imilkasi ontologik-metafisik dari citra dunia yang bersiat ilmiah

o Tata susila yang menjadi pegangangan penyelenggaraan ilmu

o Konsekuensi pragmatic-etika penyelanggara ilmu dan sebagainya.

b. Filsafat ilmu dalam arti sempit, menampung permasalahan yang bersangkutan

dengan hubungan ke dalam yang terdapat di dalam ilmu, yaitu yang menyangkut

sifat pengetahuan ilmiah dan cara-cara mengusahakan serta mencapai

pengetahuan ilmiah.

C. Objek dan Metode Filsafat Ilmu

1. Objek Filsafat Ilmu

Filsafat lmu sebagaiman halnya dnegan bidang-bidang ilmu yang lain, juga

memiliki objek material dan objek formal tersendiri:

a. Objek material filasafat ilmu, adalah objek yang dijadikan sasaran penyelidikan

oleh suatu ilmu atau objek yang dipelajri suatu ilmu itu, objek material fisafat

ilmu adalah ilmu pengetahuan itu sendiri.

b. Objek formal filsafat ilmu, adalah sudut pandang dari mana sang subjek

menelaah objek material. Setiap ilmu pasti berbeda dalam objek formalnya.

Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat ilmu pengetahuan, artinya filsafat ilmu

lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar imu pengetahuan, seperti

apa hakikat imu itu sesungguhnya, bagaimana cara memperoleh kebenaran

ilmiah, dan apa fungsi pengetahuan itu bagi manusia.

Cirri-ciri persoalan kefilsafatan yaitu bersifat umu, tidak menyangkut fakta,

bersangkut dengan nilai-nilai, bersifat kritis, dan bersifat sinoptif. Kemudian ada

cirri-ciri berfikir kefilsafatan yaitu radikal, universal, konseptula, koheren,

sistematis, komprehensif, bebas, dan bertangguang jawab.3

2. Metode Filsafat Ilmu

Seperti telah diketahui bahwa berfikir adalah kegiatan mental yang menghasilkan

suatu perbuatan. Metode ilmiah merupakan cara bekerja pikiran tersebut. Langkah-

langkah sebagai alur berfikir yang tercakup dlam metode ilmiah dapat dijabarkan

dalam kegiatan ilmiah. Langkah-langkah tersebut adalah:

a. Rumusan masalah

b. Menetukan khasanah pengetahuan ilmiah

c. Penyusunan kerangka berfikir dalam penyusunan hipotesis

d. Penyusunan hipotesis

e. Pengujian hipotesis

f. Penarikan kesimpulan.

D. Cabang-Cabang Filsafat dan Kegunaan Filsafat

1. Cabang-Cabang Filsafat

Telah kita ketahui bahwa filsafat adalah sebagai induk yang mencakup semua ilmu

khusus. Akan tetapi, dalam perkembangan selanjutnya ilmu-ilmu khusus itu satu demi satu

memisahakan diri ari induknya. Adapun cabang-cabang filsafat yaitu, metafisika, logika,

etika, estetika, epistemologi, dan filsafat-filsafat khusus lainnya.

2. Kegunaan Filsafat

Tujuan filsafat adalah mencari hakikat kebenaran esuatu, baik dalam logika

(kebenaran berfikir), etika (berprilaku), maupun metafisika (hakikat keaslian). Adapun

mamfaat mempelajri ada bermacam-macam namun sekurang-kurangnya ada empat

mamfaatnya yaitu:

a. Agar terlatih berfikir serius.

b. Agar mampu memahami filsafat.

c. Agar mungkin menjadi ahli filsafat.

d. Agar menjadi warga Negara yang baik.

Selain itu ada beberapa mamfaat secara konkrit kita mempelajari filsafat yaitu

sebagai berikut:

4

a. Filsafat menolong mendidik, membangun diri sendiri, dengan berfikir lebih

mendala, kita mengalami dan menyadari kerohanian kita.

b. Filsafat memberikan kebiasaan dan kepandain untuk melihat dan memecahkan

perusal-persoaln dalam hidup sehari-hari.

c. Filsafat memberikan pandangan yang luas.

d. Filsafat merupakan latihan untuk berfikir sendiri.

e. Filsafat memberikan dasa-dasar, baik untuk hidup kita sendiri, maupun untuk

ilmu-ilmu pengetahuan lainnya.

E. Ruang Lingkup Filsafat

Pembagian filsafat berdasarkan pada struktur pengetahuan filsafat yang berkembang

sekarang ini, terbagi menjadi tiga bidang, yaitu filsafat sistematis filsafat khusus, dan filsafat

keilmuan.

1. Filsaat sistematis, terdiri dari:

a. Metafisika

b. Epistemologi

c. Logika

d. Etika

e. Estetika

2. Filsafat khusus terdiri dari:

a. Filsafat Seni

b. Filsafat Kebudayaan

c. Filsafat Pendidikan

d. Filsafat Sejarah

e. Filsafat Bahasa

f. Filsafat Hukum

g. Filsafat Budi

h. Filsafat Politik

i. Filsafat Agama

j. Filsafat Kehidupan

k. Filsafat Nilai

3. Filsafat keilmuan terdiri dari:

a. Filsafat matematika

5

b. Filsafat biologi

c. Filsaat Linguistik

d. Filsafat Psikologi

e. Filsafat Ilmu-ilmu sosial

Dalam studi filsafat untuk memahaminya secara baik paling tidak kita harus

mempelajari ilmu bidang pokok yaitu:

1. Metafisika merupakan cabang filsafat yang memuat suatu bagian dari persoalan

filsafat yang membicarakan tentang prinsip-prinsip yang paling universal,

membicarakan karakteristik hal-hal yang sangat mendasar, dan membicarakan

persoalan-persoalan seperti hubungan akal dengan benda dan lain-lain.

2. Epistemology, berkaitang dengan metafisika, bedanya persoalannya berpusat pada

apakan ada yang didalamnya memuat seperti problem, asal pengetahuan, sumber-

sumber pengetahuan, dan mana pengetahuan yang benar, dan bagaimana kita dapat

mengetahuinya.

3. Logika, adalah bidang pengetahuan yang mempelajari segenap asas, aturan, dan tata

cara penalaran yang batul.

4. Etika, yaitu yang membicarakan tentang prilaku dan tindakan manusia, dengan

penekanan yang baik dan yang buruk.

5. Sejarah filsafat, adalah laporan suatu peristiwa yang berkaitan dengan pemikiran

filsafat. Filsafat ini memuat berbagai pemikiran kefilsafatan (yang beraneka ragam)

mulai dari berbagai zaman pra-Yunani hingga zaman modern.

6

BAB II

FILSAFAT, PENGETAHUAN DAN ILMU

A. Sumber Filsafat

Di dunia Barat yang pertama sekali befilsafat adalah orang-orang Yunani. Plato

menyebutkan bahwa filsafat bermula dari sebuah ketakjuban, dan keheranan. Hanya manusia

yang dapat jaktub, yang jadi subjek. Keheranan menyatakan diri dalam pertanyaan yang

menanyakan itu adalah manusia. Yang ditanyakan segala sesuatu yang belum jelas dengan

menginginkan kebenaran dari gerak asli pikiran manusia. Maka dari ketakjuban dan

keheranan itu akan muncul berbagai macam pertanyaan. Dalam tiap ruang dan waktu akan

selalu ada pertanyaan-pertanyaan yang meminta dijawab oleh filsafat. Maka sejarah filsafat

menghidangkan kepada kita jawaban yang berbeda atas setiap pertanyaan.

Filsafat sesungguhnya adalah tafsiran kenyataan. Manusia dalam tiap kurun dan di

negerinya masing-masing menghadapi kenyataan-kenyataan pokok yang sama dan dibentuk

oleh kemanusiaan. Di samping perbedaan lahir manusia, ada persamaan batin, yakni tabiat

asli. Tabiat itu dimiliki setiap manusia, membentuk kemanusiaan, menghadapi soal-soal yang

sama. Maka filsafat memberikan interpretasi atas soal-soal itu, yang membentuk pandangan

manusia dan sikap hidup serta tujuan hidup.

Ada tiga sikap pikiran manusia dalam menghadapi segala sesuatu; yang pertama ia

percaya, kedua ia tidak percaya, dan ketiga ia sangsi. Pada sikap yang pertama dan kedua

pikiran itu tidak bekerja. Sedangkan kesangsian akan membentuk pertanyaan-pertanyaan.

Tiap penemuan dimulai dengan tanda Tanya. Tanda Tanya menunjukkan gejala kesangsian.

Sejarah filsafat adalah adalah sejarah perkembangan pikiran manusia. Dapat pula ia dikatakan

sejarah kesangsian manusia dalam usahanya mencari kebenaran dari kebenaran.

B. Filsafat, Ilmu, Kebudayaan, dan Agama

1. Filsafat dan Ilmu

Kata ilmu berasal dari bahasa arab (‘alima) yang bearti pengetahuan. Ilmu adalah

pengetahuan. Pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan yang pasti, eksak dan betul-

betul terorganisasi. Jadi pengetahuan yang berasaskan kenyataan dan tersusun baik. Ilmu

haruslah sistematis dan berdasarkan metodologi dan ia berusaha mencapai generalisasi.

7

Ada beberapa macam jenis ilmu;

a. Ilmu praktis. Ilmu yang tidak hanya berhenti pada teori, tetapi juga menuju kepada

dunia kenyataan.

b. Ilmu praktis normatitif. Ia memberikan ukuran-ukuran dan norma-norma

c. Ilmu praktis positif. Ia mengkaji bagaimana membuat suatu atau tindakan apa

yang harus dilakukan untuk mencapai hasil tertentu

d. Ilmu spekulatis ideografis. Ilmu spekulatif yang tujuannya mengkaji tujuan objek

dalam wujud nyata dalam ruang dan waktu tertentu

e. Ilmu spekulatif-nomotetis. Ia berusaha mendapatkan hukum umum

f. Ilmu spekulatif teoritis. Ia bertujuan memahami kausalitas.

Teori kebenaran dari ilmu ditentukan oleh empat tingkat:

a. Hipotesis atau dugaan pikiran. Seorang akan memulai dengan sebuah hipotesis,

dugaan itu didukung dengan fakta atau data-data yang dapat mendukung hipotesis

itu sendiri.

b. Apabila fakta fakta menyokong, mulai tahap kerja ilmiah yang pertama dan

kedua.

c. Pada tahap ke tiga, manakala hukum belum dapat dipastikan, ilmuwan

menyimpulkan teori, yakni hipotesis yang bertaut dan logis, yang sudah diuji oleh

data-data.

d. Apa bila penjelasan fakta sampai pada kepastian hukum, yakni hukum alam,

sampai ilmu ke tingkat yang tertinggi, dan sampai pulalah ia pada ujung kerjanya

Hubungan filsafat dengan ilmu menurut pandangn filsuf terbagi menjadi dua;

a. Hubungan erat antara keduanya. Perkembangan ilmu harus bersama sama dengan

filsafat, bahkan ada yang menyamakan antara filsafat dengan imu.

b. Filsafat tidak berkaitan dengan ilmu. Ia otonom dan tidak mau diperalat oleh ilmu

2. Filsafat dan Kebudayaan

Kebudayaan adalah cara berfikir dan cara merasa, yang menyatakan diri dalam

seluruh segi kehidupan sekelompok manusia yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu

ruang dan dalam satu waktu.

8

Kuntjaraningrat membagi kebudayaan dalam tujuh pase, yaitu: peralatan dan

perlengkapan hidup manusia, mata pencaharian, hidup dan sistem ekonomi, sistem

kemasyarakatan, bahasa, kesenian, ilmu pengetahuan dan religi.

Dengan demikian jelaslah betapa filsafat itu mengendalikan cara berfikir kebudayaan.

Di belakang tiap kebudayaan selalu kita temukan filsafat. Perbedaan kebudayaan dapat

dipulangkan kepada perbedaan filsafat.

3. Filsafat dan Agama

Ada dua jenis kategori agama dibumi ini:

a. Agama budaya, yaitu agama yang dibentuk dari kebudayaan, agama ini tumbuh

dibumi, dan pertama sekali dibentuk oleh filsafat, dan tentukan dirumuskan oleh

para filsuf.

b. Agama langit, yaitu agama yang diturunkan dari langit, agama ini dibentuk oleh

wahyu Tuhan.

Baik filsafat maupun agama, keduanya menentukan norma-norma baik dan buruk.

Perbedaan besar antara filsafat dan agama, antara satu filsafat dengan filsafat lain, antara

suatu agama dengan agama lain ialah, mana manakah yang baik itu dan mana mana pulakah

yang buruk itu. Perbedaan inilah yang membedakan filsafat dengan agama, antara filsafat

dengan filsafat dan antara agama dengan agama.

C. Teori, Aliran dan Jenis-jenis Pengetahuan

1. Teori Pengetahuan

Berbicara tentang teori pengetahuan, idealisme mengemukakan pandangannya bahwa

pengetahuan yang diperoleh melalui indra tidak pasti dan tidak lengkap, karena dunia hanya

merupakan tiruan belaka, sifatnya maya (bayangan), yang menyimpang dari kenyataan

sebenarnya. Ada beberapa teori yang dijadikan acuan untuk menetukkan apakah pengetahuan

itu benar atau salah yaitu:

a. Teori korespondensi, menurut teori ini kebenaran merupakan persesuaian anatar fakta

dan situasi nyata. Kebenaran merupkan persesuaian antara pernyataan dalam pikiran

dengan situasi lingkungannya.

b. Teori korensi, menurut teori ini kebeneran bukan persesuaian antara pikiran dengan

kenyataan melainkan kesesuain secara harmonis antara pendapat/pikiran kita dengan

pengetahuan kita yang telah dimiliki.

9

c. Teori pragmatism, menurut teori ini kebenaran tidak bersesuaian dengan kenyataan,

sebab kita hanya bisa mengetahui dari pengalaman kita saja.

2. Aliran-Aliran dalam Masalah Pengetahuan

Persoalan pengetahuan yang bertalian dengan sumber-sumber pengetahuan, dijawab oleh

aliran-aliran berikut ini:

a. Rasionalisme,berpandangan bahwa semua pengetahuan bersumber pada akal,

akal memperoleh bahan lewat indra untuk kemudian diolah oleh akal, sehingga

menjadi pengetahuan.

b. Empirisme, berpendirian bahwa semua pengetahaun diperoleh lewat indra. Indra

memperoleh kesankesan dari alam nyata, untuk kemudian kesan-kesan tersebut

berkumpul dalam diri manusia, sehingga menjadi pengalaman.

c. Realisme, adalah aliran yang menyatakan bahwa objek-objek pengetahuan yang

diketahui dalam diri sendiri. Objek-objek tersebut tidak bergantung adanya pada

yang mengetahui yang mencerap atau tidak bergantung pada fikiran.

d. Kritisisme, adalah aliran yang berusha menjawab persoalan pengethaun tokohnya

adalah Immanuel Kant. Titik tolak Kant adalag ruang dan waktu sebaga dua

bentu pengamatan.

e. Idealisme, berpendirian bahwa pengetahuan adalah proses-proses mental atau

proses-prose psikologis yang sifatnya subjektif.

f. Positivisme, berpendirian bahwa kepercyaan-kepercayaan yang dogmatis harus

dinganti dengan pengetahuan faktawai.

g. Pragmatis, tidak mempersoalkan hakikat pengetahuan melainkan menanyakan

apa guna pengetahuan tersebut.

3. Jenis-Jenis Pengetahuan

Manusia berusaha mencari pengetahuan dan kebenaran, yang dapat diperolehnya dengan

melalui beberapa sumber:

a. Pengetahuan wahyu. Manusia memperoleh pengetahuan dan kebenaran atas dasr

wahyu yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia. Tuhan telah memberikan

pengetahuan dan kebenaran kepada manusia pilihannya, yang dapat dijadikan

petunjuk bagi manusia dalam kehidupannya wahyu merupakan firman Tuhan.

10

b. Pengetahuan intuitif, pengetahuan intuitif diperoleh manusia dari dalam dirinya

sendiri, pada saat ia menghyatti sesuatu. Pengetahuan intuitif muncul secara tiba-

tiba dalam kesadaran manusia.

c. Pengetahuan rasional, pengetahuan ini merupakan pengetahuan yang diperoleh dari

latihan rsio/akal semata, tidak disertai dengan observasi terhadap peristiwa-

peristiwa factual.

d. Pegetahuan empiris, pengetahuan ini diperoleh atas bukti pengindraan dengan

pengelihatan, pendengaran, dan sentuhan indra-indra lainnya sehingga kita

memiliki konsep dunia di sekitar kita.

e. Pengetahuan otoritas, kita menerima suatu pengetahuan itu benar bukan karena

telah mengeknya di luar dari diri kita, melainkan telah dijamin oleh otoritas

(sesuatu sumber yang berwibawa, mwmiliki wewenang, memilik hak).

11

BAB III

DASAR-DASAR PENGETAHUAN

A. Definisi dan Ciri-Ciri Ilmu Pengetahuan

1. Definisi Ilmu Pengetahuan

Istilah ilmu pengetahuan diambil dari kata bahasa inggris science yang berasal dari

bahasa latin scientia dari bentuk kata kerja scire yang berarti mempelajari, mengetahui. The

Liang Gie (1987) memberikan pengertian ilmu adalah rangkain aktivitas penelaahan yang

mencari penjelasan suatu metode untuk memperoleh pemahaman secara rasional empiris

mengenai dunia ini dalam berbagai seginya, dan keseluruhan pengetahuan sistematis yang

menjelaskan berbagai gejala yang ingin dimengerti manusia.

2. Ciri-Ciri ilmu pengetahuan

Cirri pengetahuan ilmiah antara lain adalah persoalan dalam ilmu itu penting untuk

segera dipecahkan dengan maksud untuk memperoleh jawaban. Mennurut The Liang Gie

ilmu pengetahuan ilmiah mempunyai lima cirri pokok yaitu:

a. Empiris, pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengamatan dan ercobaan

b. Sistematis, berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan

pengetahuan itu mempunyai hubungan dan teratur.

c. Objektif, ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan dan

kesukaan pribadi.

d. Analitis, pengetahuan ilmiah berusha mebeda-bedakan pokok soalnya kedalam

bagian yang terperinci untuk memahami berbagai sifat, hubungan, dan peranan

dari bagian-bagian itu

e. Verifikasi, dapat diperiksa kebenarannya oleh siap pun juga.

B. Penalaran dan Logika

1. Penalaran

Manusia adalah makhluk yang diberi kemampuan berpiki, merasa, melihat,

mendengar, bersikap, dan bertindak. Sikap dan tindakannya diperoleh atau bersumber pada

pengetahuan yang didapatkan melalui proses kegiatan berpikir, merasa, melihat, dan

mendengar.penalaran mengahsilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan berpikir dan tidak

12

dikaitkan dengan perasaan, penalaran sebagai suatu proses berpikir berdasarkan dalam dua

hal yaitu logika dan analitis. Logis adalah salah satu cirri penalaran mengandung pengertian

bahwa setiap bentuk penalaran mempunyai logikanya masing-masing. Dengan kata lain dapat

disimpulkan bahwa penalaran adalah suatu berfikir logis, dimana berpikir logis adalah suatu

kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu atau logika tertentu.

2. Logika

Apakah pernyataan atau pengetahuan yang dihasilkan melalui penalaran itu

mempunyai dasar kebenaran? Untuk menjawab hal ini maka perlu dilacak, apakah proses

berfikir atau penalaran yang dilakukan itu telah dilakukan melalui suatu cara tertentu dan

kemudian sampai kepada cara penarikan simpulan yang sahih sesuai dengan cara tertentu

tersebut? cara penarikan kesimpula ini disebut logika. Dalam dunia keilmuan secara garis

besar dapat dibedakan menjadi dua jenis penarikan kesimpulan, yakni logika induktif dan

logika deduktif.

Logika induktif adalah suatu cara penarikan kesimpulan pada suatu prses berpiki

dengan menyimpulkan sesuatu yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat

individual. Logika deduktif adalah suatu cara penarikan kesimpulan pada suatu proses

berpikir yang sebaliknya dari legika induktif.

13

BAB V

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN

A. Zaman Purba (15 SM-7 SM)

Pada dasranya manusia dizaman purba hanyalah menerima semua peristiwa sebagai

fakta. Sekalipun dilaksanakan pengamatan, pengumpulan data dan sebgainya, namun mereka

sekedar menerima pengumpulan saja. Perkembangan pengetahuan dan kebudayaan manusia

pada zaman purba dapat diruntut jauh ke belakang, bahkan sebelum abad ke- 15 SM,

terutama pada zaman batu. Pengetahuan pada masa itu diarahkan pada pengetahuan yang

bersifat praktis, yaitu pengetahuan yang memberikan mamfaat langsung kepada masyarakat.

Sesua dengan namanya zaman batu pada masa itu manusia menggunakan batu sebagai

peralatan. Perkembangan kebudayaan terjadi lebih cepat setelah manusia menemukan dan

menggunkan api dalam kehidupan sehari-hari.

B. Zaman Yunani (7 SM-6 SM)

Zaman yunani kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa

ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapat. Yunani pada

masa itu dianggap sebagai gudang ilmu filsafat, karena bangsa Yunani pada masa itu tidak

lagu mempercayai mitologi-mitologi. Bangsa Yunani juga dpat menerima pengalaman yang

didasarkab pada sikap receptive attitude (sikap menerima begitu saja), melainkan

menubuhkan sikap an inquiring attitud (suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara

kritis). Sikap inilah yang menajdi cikal bakal tumbuhnya ilmu pengetahuan modern. Sikap

kritis inilah menjadikan bngsa Yunani tampil sebagai ahli piki terkenal sepanjang zaman.

C. Zaman Pertengahan (6 M-15 M)

Zaman pertengahan merupakan suatu kurun waktu yang ada hubungannya dengan

sejarah bangsa-bangsa dibenua eropa. Pengertian umum zaman pertengahan yang berkaitan

dengan perkembangabn pengetahuan ialah suatu periode panjang yang dimulai dari jatuhnya

kekaisaran romawi barat tahun 478 M hingga timbulnya Renaissance di Italia. Zaman

pertengahan ditandai dengan pengarh cukup besar dari agam katolik terhadap kekaisaran dan

perkembangan kebudayaan pada saat itu.

14

D. Zaman Renaissance (14 M-17 M)

Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran yang bebas

dari dogma-dogma agama. Renaissance ialah zaman peralihan ketika kebudayaan. Abad

pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern. Menusuai pada zaman ini

adlaha manusia yang merindukan pemikiran yang bebas. Manusia ingin mencapai kemajuan

atas usaha sendiri, tidak didasarkan atas campuran tangan ilahi.

E. Zaman Modern (17 M-19 m)

Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan dalm bidang ilmiah.

Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern sesungguhnya sudah dirintis sejak

zaman Renaissane. Seperti zaman .

F. Zaman Kontemporer (Abad ke-20-Sekarang)

Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman kontemporer berkembangan dengan

sangat cepata. Masiang-masinga ilmu mengembangkan disiplin keilmuannya dan berbagai

macam penemuan-penemuannya. Penemuan dan penciptaan terjadi silih berganti dan makin

sering. Informasi ilmiah diproduksi dengan cepat, melipat dua setiap tahun, bahakan dalam

disiplin-disiplin tertentu seperti genetika setiap dua tahun.

15

BAB IIV

ETIKA KEILMUAN

A. Antara Etika, Moral, Norma, dan Kesusilaan

Etika secara etimologi berasal dari kata yunani ethos yang berarti watak kesusilaan

atau adat. Secara terminology etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku

atau perbuaatan manusia dalam hubungan dengan baik buruk. Moral berasal dari kata latin

mos jamaknya mores yang berarti adat atau cara hidup. Etika dan moral sama artinya, tetapi

dalam penilaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk

perbuatan yang sedang dinilai. Adapun etika dipakai untuk pengkajian sistem nilai.

Kesusilaan adalah hasil suatu “menjadi” yang terjadi di dalam jiwa. Perkembangan

dari nafsu alamiah yang gelap sampao kepada kehendak yang sadar, yang artinya sampai

kepada kesadaran kesusilaan yang telah tumbuh lengkap, disebabkan oleh aktivitas jiwa

sendiri. Oleh karena itu, tugas kesusilaan pertama ialaha meningkatkan perkembangan itu

dalam diri manusia sendiri. Kesusilaan hanya berkaitan dengan bati kita.

B. Hubungan Antara Nilai dan Budaya

Hal-hal yang berhubungan dengan penilain sesungguhnya merupakan bagian yang

tidak terpisahkan dari kebudayaan. Hal ini dapat dipahami dengan menyimak fenomena

kehidupan manusia. Ketika seorang anak lahir dan berkembangan menjadi dewasa, hidup

dalam lingkungan budaya tertentu. Sistuasi demikian, disadari ataupun tidak disadari, si anak

dikenalkan dengan berbagai tata nilai dan yang akan tertatanam melalui proses sosialisasi

atau inkultural dari orang tua atau lingkungan pergaulannya. Nilai yang tertatanam pada si

anak akan ikut berpengaruh dalam proses penilaian. Faktor budaya berpengaruh dominan

dalam proses penialain. Ini dapat dilihat dalam kehidupan, bahwa cara penilain sesamma

waraga masyarakat dari lingkungan budaya yang sama atas objek yang sama, maka hasilnya

kurang lebih sama.

C. Peranan Ilmu Terhadap Pengembangan Kebudayaan Nasional

Dalam pengembangan kebudayaan nasional nilai kritis, rasional, logis objektif,

terbuka, menjunjung kebenaran dan mengabdi secara nasional sangat diperlukan.

pengembangan kebudayaan nasional pada hakikatnya adalah perubahan dari kebudayaan

yang sekarang bersifat komvensional kea rah situasi kebudayaan yang lebih mencerminkan

aspis rasi tujuan nasional.

16