207
FILOSOFI PEMAKAMAN DAN KREMASI DALAM GEREJA ROMA KATOLIK (Studi Kasus di Rumah Duka dan Krematorium Oasis Lestari Kota Tangerang) Proposal Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mengerjakan Tugas Akhir Skripsi Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag) Oleh : Pipit Fitrianti 1113032100030 PROGRAM STUDI STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020

FILOSOFI PEMAKAMAN DAN KREMASI DALAM GEREJA ROMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52216... · 2020. 9. 9. · Kremasi dasar nilainya Lebih pada hal-hal praktis,

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • FILOSOFI PEMAKAMAN DAN KREMASI DALAM GEREJA

    ROMA KATOLIK

    (Studi Kasus di Rumah Duka dan Krematorium Oasis Lestari Kota Tangerang)

    Proposal Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

    Mengerjakan Tugas Akhir Skripsi

    Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag)

    Oleh :

    Pipit Fitrianti

    1113032100030

    PROGRAM STUDI

    STUDI AGAMA-AGAMA

    FAKULTAS USHULUDDIN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    2020

  • i

    Filosofi Pemakaman dan Kremasi dalam Gereja Roma Katolik

    (Studi Kasus di Rumah Duka dan Krematorium Oasis Lestari Kota

    Tangerang)

    Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

    Oleh:

    Pipit Fitrianti

    NIM : 1113032100030

    Di bawah Bimbingan :

    Dra.Hj. Hermawati, MA.

    NIP.195412261986032002

    PRODI STUDI AGAMA-AGAMA

    FAKULTAS USHULUDDIN

    UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    1441 H./2020 M.

  • ii

    PENGESAHAN PANITIA UJIAN

    Skripsi berjudul Filosofi Pemakaman dan Kremasi dalam Gereja Roma Katolik

    (Studi Kasus di Rumah Duka dan Krematorium Oasis Lestari Kota

    Tangerang)telah diajukan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin,

    Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 24 Juli

    2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

    Sarjana Agama (S.Ag) Program Strata (S-1) pada Program Studi Agama-agama.

    Jakarta, 12 Agustus 2020

    Sidang Munaqasyah

    Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap

    Syaiful Azmi, MA. Lisfa Sentosa Aisyah, MA.

    NIP:1971031019971031005 NIP: 1975050506 200501 2 003

    Anggota, Penguji I Penguji II

    Drs. M. Nuh Hasan, MA. Drs. Dadi Darmadi ,MA.

    NIP: 19610312198903 1 002 NIP: 19690707 199503 1 001

    Pembimbing

    Dra. Hermawati, MA

    NIP: 195412261 98603 2 002

  • iii

    SURAT PERNYATAAN

    ABSTRAK

  • iv

    Pipit Fitrianti

    ABSTRAK

    Judul Skripsi : “Filosofi Pemakaman dan Kremasi dalam Gereja Roma

    Katolik (Studi Kasus di Rumah duka dan Krematorium Oasis Lestari)”

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami apa filosofi pemakaman

    dan Kremasi dalam Gereja Roma Katolik, dan Tata cara upacara pemakaman dan

    Kremasi dalam Gereja Roma Katolik.

    Dalam Melakukan penelitian ini, penulis menggunakan penelitian lapangan (field

    research), yaitu penulis mengadakan penelitian lapangan di Rumah Duka dan

    Krematorium Oasis Lestari Kota Tangerang.

    Metode yang digunakan dalam Penulisan ini menggunakan Metode penelitian

    Kualitatif. Penelitian Kualitatif merupakan prosedur penelitian yang akan

    menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan dari perilaku

    seseorang yang dapat diamati.

    Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Gereja Katolik tetap Konsisten melihat

    pemakaman jenazah sebagai pilihan utama yang sesuai dengan keyakinan iman

    akan kebangkitan badan dan merupakan cara yang paling tepat untuk

    mengungkapkan iman dan pengharapan Gereja akan kesakralan Tubuh manusia.

    Kremasi dasar nilainya Lebih pada hal-hal praktis, Lebih Mudah, lebih praktis

    bagi keluarga yang merasa biaya pemakamannya Berat dan ongkosnya lebih

    murah.

    Kremasi tidak dilarang kalau ada alasan yang tidak bertentangan dengan Gereja

    (Legitimate).

    Kata Kunci :Filosofi, Katolik, Kremasi, Kesakralan Tubuh.

  • v

    KATA PENGANTAR

    Puji Syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkat dan Nikmat-Nya,

    yang telah diberikan kepada hamba-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

    studi untuk meraih gelar Sarjana Agama hingga pada tahap penulisan skripsi di

    Program Studi Agama-Agama Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta. Sholawat serta salam tersampaikan kepada Rasulullah Nabi Muhammad

    SAW beserta para sahabat dan keluarganya, semoga rahmat dan Syafaat beliau

    menjadi bekal sarana wasilah Allah SWT dengan makhluk ciptaan-Nya.

    Alhamdulillah atas Hidayah dan inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan

    penyusunan Skripsi ini yang berjudul : “Filosofi Pemakaman dan Kremasi dalam

    Gereja Roma Katolik (Studi Kasus di Rumah Duka dan Krematorium Oasis

    Lestari Kota Tangerang)”.

    Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal

    itu disadari karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki

    penulis. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis

    khususnya dan bagi pihak lain pada umumnya. Dalam penyusunan Skripsi ini,

    penulis banyak mendapat pelajaran, dukungan motivasi, bantuan berupa

    bimbingan yang sangat berharga dari berbagai pihak mulai dari pelaksanaan

    hingga penyusunan laporan skripsi ini.

  • vi

    Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-

    besarnya kepada orang-orang yang penulis hormati dan cintai yang membantu

    secara langsung maupun tidak langsung selama pembuatan skripsi ini.

    1. Ibu Dra. Hj. Hermawati, MA. Selaku Dosen Pembimbing Penulis yang

    dengan tulus dan sangat baik memberikan arahan dan pandangan-

    pandangan agar skripsi ini memperoleh hasil yang memuaskan. Semoga

    Allah SWT selalu memberikan kesehatan dan kemudahan bagi beliau.

    2. Bapak Prof Kautsar Azhari Noer, selaku Dosen Penasehat Akademik

    Penulis yang dalam memberikan konsultasi selalu dengan aura positif bagi

    penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan lancar.

    3. Bapak Dr. Yusuf Rahman, MA. Sebagai Dekan Fakultas Ushuluddin UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran Dekanat, semoga Bapak

    diberikan kelancaran memimpin Ushuluddin kearah Kemajuan.

    4. Bapak Syaiful Azmi, MA. dan Ibu Lisfa Sentosa, MA. sebagai Ketua dan

    Sekertaris Program Studi, Studi Agama-Agama yang selalu memberikan

    dukungan dan Support Moral terhadap penulis dalam mengerjakan Skripsi

    juga setiap proses birokrasi dan administrasi di Prodi.

    5. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin yang telah memberikan ilmu dalam

    setiap Mata Kuliah yang diikuti penulis, khususnya bagi Dosen-Dosen

    Program Studi Agama-Agama mulai dari Bapak Prof. Dr. Kautsar Azhari

    Noer, MA, Bapak Prof. Dr. Ikhsan Tanggok, MA, Bapak Dr. Amin

    Nurdin, MA, Bapak Wakil Dekan III Dr. Media Zainul Bahri, MA, Ibu Siti

  • vii

    Nadroh, MA dan Ibu Halimah Mahmudy, MA. semoga kesehatan dan

    kesuksesan selalu menyertai beliau-beliau.

    6. Seluruh Staff dan Karyawan di Bagian Tata Usaha dan Fakultas

    Ushuluddin , terutama Bapak Toto Tohari, M.Ag. yang telah membantu

    penulis dalam setiap birokrasi dan administrasi kampus di Ushuluddin.

    7. Para Karyawan/Karyawati Perpustakaan Utama dan Fakultas Ushuluddin

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan fasilitas dalam

    rangka penulisan skripsi ini.

    8. Kepala Direktur Utama PT Danita Ibu Bernadette Ania Desliana yang

    telah baik hati mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian lapangan

    di Rumah Duka dan Krematorium Oasis Lestari Kota Tangerang.

    9. Romo Johannes Adrianus Hendra Sutedja, S.J., Romo FX. Dedomau D. da

    Gomez, SJ dan Ibu Florentino Sunarsari, S. Sos. Yang baik hati telah

    bersedia mengizinkan penulis untuk penelitian dan menjadi narasumber

    dalam skripsi ini.

    10. Ayahanda terkasih Bapak Masari dan Almarhumah Ibunda tersayang Ibu

    Henny Andrianty yang telah memberikan dukungan penuh, baik, merawat,

    mendidik, dan memberikan support moral dan material juga senantiasa

    mendoakan bagi penulis mulai dari sekolah dasar hingga menimba ilmu di

    Kampus Pembaharu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta hingga pada proses

    penulisan skripsi ini. Tidak lupa untuk Kakak Perempuan penulis yaitu Tia

    Mutia Tunnimah, dan Juga Tidak Lupa bagi Ketiga adik-adik penulis yaitu

    Lia Amalia Sari, Muhammad Ilyas Afazany, dan Ahmad Yusuf Saifullah

  • viii

    yang selalu mendukung dan mendoakan yang terbaik bagi penulis. Semoga

    mereka selalu berada dalam lindungan Allah SWT.

    11. Untuk kawan-kawan dan sahabat-sahabat SAA 2013 yang berjuang

    bersama dalam proses pembelajaran di Ushuluddin dari Semester 1 hingga

    sekarang, terkhusus untuk sahabat-sahabat penulis mulai dari Mursanah,

    Fuji Ayu Amalia, Novi Karyahti, Yuliana, Sarah Muthia Maghfiroh (lala),

    Nur Fitri Barliyana (Fitri). Semoga mereka selalu berada dalam lindungan

    Allah SWT.

    12. Untuk Tante Ika Sutarti, Wa yuyang yang telah memberikan dukungan

    penuh baik merawat, mendidik dan memberikan support moral dan

    material juga senantiasa mendoakan bagi penulis. Semoga selalu berada

    dalam lindungan Allah SWT.

    13. Teman mengajarku Anita, Herni Rismayanti, Nida Farikha dan Vica Dwi

    Febriana yang selalu memberikan semangat dan Motivasi agar penulis bisa

    menyelesaikan ini.

    Semoga peran-peran beliau semua mendapatkan imbalan yang

    sepantasnya dan mendapatkan Ridho dari Allah SWT Amin. Penulis

    menyadari bahwa karya tulis ini bukanlah akhir dan puncak dari pencarian

    ilmu pengetahuan akan tetapi merupakan awal dan pintu dalam

    mengembangkan karya-karya ilmiah lainnya. Kritik dan saran serta solusi

    sangat penulis harapkan dari berbagai pihak guna penyempurnaan dan

    kebaikan karya-karya penulis nantinya.

    Tangerang , 12 Juli 2020

  • ix

    Penulis.

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................. i

    LEMBAR PENGESAHAN PANITIA SIDANG. ...................................... ii

    LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... iii

    ABSTRAK .................................................................................................... iv

    KATA PENGANTAR .................................................................................. v

    DAFTAR ISI ................................................................................................. ix

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ................................................................ 12

    C. Tujuan Penelitian ................................................................. 13

    D. Manfaat Penelitian ............................................................... 13

    E. Tinjauan Pustaka .................................................................. 14

    F. Metodologi Penelitian ......................................................... 16

    G. Sistematika Penelitian ......................................................... 21

    BAB II GAMBARAN UMUM OASIS LESTARI KOTA TANGERANG

    A. Sejarah Berdirinya Oasis Lestari Kota Tangerang .............. 22

    B. Letak Geografis dan Demografis Oasis Lestari .................. 24

    C. Fasilitas Oasis Lestari Kota Tangerang …………………... 26

    D. Keadaan Sosial Oasis Lestari Kota Tangerang …………… 32

    BAB III ANALISIS PROSESI PEMAKAMAN DAN KREMASI DALAM

    GEREJA ROMA KATOLIK

    A. Definisi Kematian ………………………………………… 34

    1. Kematian Secara Umum ……………………………… 37

    2. Kematian dalam Pandangan Alkitab ………………... .. 40

    3. Kematian dalam Pandangan Kristen ……... ………….. 43

    4. Kematian dalam Pandangan Gereja Roma Katolik. ....... 44

    B. Pengurusan Menjelang Meninggal Katolik ………………. 46

  • x

    C. Pengurusan Setelah Meninggal Katolik ………………….. 62

    1. Proses Merawat Jenazah …………………………. 63

    D. Prosesi Pemakaman ………………………………………. 79

    E. Prosesi Kremasi …………………………………………... 90

    BAB IV MAKNA FILOSOFIS PEMAKAMAN DAN KREMASI DALAM

    GEREJA ROMA KATOLIK

    A. Filosofi Pemakaman………………………………………. 101

    1. Pengertian Pemakaman ………………………………. 102

    B. Filosofi Kremasi ……………………………………... ..... 107

    1. Pengertian Kremasi …………….. ................................. 108

    2. Kremasi di Dunia Barat …………… ............................. 111

    3. Sejarah Kremasi ............................................................ 114

    C. Memahami Tradisi …………………….. ............................ 118

    D. Kebangkitan Badan ……………………………………. .... 125

    E. Tetap Menghormati Tubuh ……………………………….. 131

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan .......................................................................... 135

    B. Saran ..................................................................................... 139

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 140

    LAMPIRAN .................................................................................................. 146

  • xi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 ..................................................................................................... 146

    Surat Izin Penelitian ...................................................................... 146

    Lampiran 2 ..................................................................................................... 150

    Bukti Telah Melakukan Wawancara ............................................. 150

    Lampiran 3 ..................................................................................................... 153

    Pertanyaan Wawancara.................................................................. 153

    Lampiran 4 Hasil Wawancara ……………………………………………... 155

    Hasil Wawancara Romo J.A Hendra Sutedja S.J .......................... 155

    Hasil Wawancara Ibu Florentino Bowo Rini Sunarsari ............... 169

    Hasil Wawancara Romo FX Dedomau D, da Gomez, SJ ............. 178

    Lampiran 5 ..................................................................................................... 188

    Foto Kegiatan Lapangan ................................................................ 188

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Kehidupan manusia berlangsung dalam jangka waktu tertentu. Dalam

    perjalanan hidupnya, manusia mengalami perubahan. Ia mengalami sakit, tua

    dan mati. Peristiwa tersebut adalah kenyataan yang dialami oleh setiap

    manusia. Peristiwa kematian adalah peristiwa terakhir yang mesti dihadapi

    oleh manusia di dalam kehidupan. Kematian adalah puncak kehidupan

    manusia di dunia. Ketika manusia mati, tubuh manusia hancur, tetapi jiwanya

    tetap hidup. Pemahaman Teologi Kristiani memandang bahwa kematian, jiwa

    manusia hidup, dan jiwa hidup dalam keadaan terpisah dari badan (anima

    sparata). Gereja meyakini bahwa setiap jiwa dipisahkan dari badan, dalam

    kebangkitan Allah akan memberikan kehidupan abadi kepada badan baru

    yang diubah, dan mempersatukannya kembali dengan jiwa manusia.

    Keyakinan ini dikaitkan dengan Peristiwa Kristus yang telah bangkit dan

    hidup untuk selamanya, demikian juga manusia yang telah mati di dalam

    Kristus akan bangkit pada hari Kiamat.1

    Keunikan pandangan Katolik tentang kematian diungkapkan dengan tepat

    dalam liturgi Gereja. Dalam Doa Prefasi2 Arwah 1 diungkapkan dengan jelas

    sebagai berikut. “ Sebagian Umat beriman, kami yakin bahwa hidup hanyalah

    1Yosep Pranadi, Kematian dan Kehidupan Abadi : Sebuah Eksplorasi dalam Persfektif

    Gereja Katolik, (Bandung : Melintas, 2018), h. 255. 2 Prefasi (Latin : Praefatio) adalah doa pujian dan syukur meriah, yang merupakan bagian

    pertama dari Doa Syukur Agung dan Perayaan Ekaristi. Intisari Prefasi adalah ucapan syukur atas

    karya penebusan Kristus.

  • 2

    diubah, bukannya dilenyapkan. Dan sesudah roboh rumah kami di dunia ini,

    akan tersedia bagi kami kediaman abadi di Surga”.3 Doa prefasi tersebut

    mengungkapkan iman Gereja yang percaya bahwa setelah manusia mati,

    kehidupannya tidak berakhir. Dengan demikian, pengalaman kematian adalah

    suatu perubahan atau transformasi kehidupan, yakni transformasi dari alam

    fana ke alam baka. Gereja mengharapkan bahwa ada harapan akan

    kebangkitan bagi orang-orang yang telah meninggal. Paulus dalam suratnya

    memberikan nasihat kepada jemaat di Tesalonika agar orang-orang yang

    masih hidup tetap memiliki pengharapan : “Karena Jikalau kita Percaya,

    bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga mereka

    yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama

    dengan Dia (1 Tes. 4:14).

    Berdasarkan pemaparan diatas, dimengerti bahwa kematian adalah momen

    transisi antara kehidupan temporal di dunia dengan Kehidupan kekal bersama

    Allah. Kematian merupakan sebentuk gerakan dari kehidupan di dunia yang

    sifatnya sementara menuju kehidupan kekal. Kematian merupakan peristiwa

    perubahan atau transformasi keadaan manusia secara rohaniah (1 Kor.

    15:51).

    Sakit menjadi bagian dari Hidup Manusia, sekaligus merupakan

    pengalaman yang sangat khusus bagi kehidupan manusia. Selain rasa sakit,

    sejuta rasa lain yang akan dialami secara serentak. Sakit merupakan gejala

    3 Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Tata Perayaan Ekaristi (Yogyakarta :

    Kanisius,2005), h. 107.

  • 3

    yang begitu umum dan biasa, dan secara praktis sukar dipisahkan dari

    kehidupan manusia.

    Sebelum merumuskan sakit, pertama-tama mencoba membandingkan

    keadaan manusia dalam dua sisi situasi kehidupan yaitu ketika sehat dan

    ketika sakit. Sakit dapat didefinisikan setelah melihat situasi manusia dalam

    keadaan sehat.

    Manusia sehat yang ideal adalah manusia yang sehat, baik badan, jiwa

    maupun social. Segala daya dan tenaga, guna mencapai tujuan hidup yang

    ditentukan oleh Tuhan. Sakit merupakan situasi dimana terjadi

    ketidakseimbangan antara jasmani, rohani, dan lingkungan si sakit. Dapat

    dipahami bahwa penyakit merupakan gangguan kesehatan sehingga manusia

    kurang dapat menggunakan daya dan tenaga badan maupun jiwanya. Ia

    sendirilah yang harus menentukan sikap dan perbuatannya terhadap penyakit

    itu.

    Dalam kitab suci Perjanjian Lama, sakit sering dikaitkan dengan kutuk dan

    dosa. Penyakit dilihat sebagai Kutukan Allah atas dosa orang.

    Dalam Kateksimus Gereja Katolik, Kutipannya sebagai berikut :

    1502 : Manusia PL menanggung penyakit dengan memandang kepada

    Allah. Ia mengeluh kepada Allah mengenai penyakitnya (Maz, 38). Ia

    memohon penyembuhan-Nya (Maz, 6;3) Tuhan atas hidup dan mati. Penyakit

    menjadi menuju jalan pertobatan (Maz, 38;5) dan karena pengampunan oleh

    Allah terjadilah penyembuhan (Maz, 32;5).

  • 4

    1053 : Belas Kasih Yesus kepada orang sakit dan penyembuhan segala

    macam penyakit yang dilakukan-Nya adalah tanda-tanda bahwa Allah telah

    melawat umat-Nya (Luk. 7:16) dan bahwa kerajaan Allah sudah dekat.

    Dari kutipan ini jelas terlihat bagaimana gereja memandang sakit sebagai

    persatuan dengan sengsara Kristus. Melalui pengurapan sakramen ini, orang

    sakit ,menerima kekuatan dan anugerah untuk mempersatukan diri lebih erat

    lagi dengan sengsara Tuhan. 4

    Dalam Teologi sakramen pengurapan orang sakit, umumnya diakui bahwa

    sakramen itu juga memberikan pengampunan Dosa, termasuk dosa berat,

    dengan tetap ada kewajiban untuk mengakui dosa itu seandainya orang itu

    sakit menjadi sembuh. Kalau orang itu tidak sembuh lagi, maka sakramen

    pengurapan orang sakit itu memberikan pengampunan dosa dan penghapusan

    siksa dosa dengan memberikan pengampunan dosa dan penghapusan siksa

    dosa dengan memberikan indulgensi penuh, seperti terdapat dalam rumus

    liturgi sakramen. Bila keadaan orang sakit memungkinkan, maka bisa

    diterimakan sakramen pengakuan dosa, sakramen pengurapan orang sakit,

    dan sambut komuni (Victicum) sebagai bekal perjalanan menuju kepenuhan

    hidup dalam Allah. Namun biasanya orang sakit yang menerima minyak suci

    tidak mampu lagi ambil bagian aktif dalam liturgi yang dirayakan untuknya

    (atau bersamanya). Dengan demikian, terbuka peluang untuk

    mengembangkan teologi sakramen sebagai sakramen pengampunan dosa

    4 Romanus Romas, Pendampingan Patoral Orang Menjelang Ajal, STIPAS Tasahak

    Danum Pambelum, Juni 2017: h. 184.

  • 5

    yang sungguh-sungguh, bahkan pengampunan dosa yang terakhir bagi orang

    sakit yang bersangkutan, jika ia tidak sembuh lagi.5

    Kesamaan antara kedua sakramen itu terletak dalam hal pelayannya yang

    adalah iman. Keduanya merupakan sakramen kerahiman Allah bagi manusia

    lemah. Baik sakramen pertobatan maupun perminyakan menonjolkan segi

    kebutuhan manusia akan belas kasih Allah dan tindakan Gereja lewat imam

    sebagai tanda kelihatan dari pengampunan dan Belas kasih Allah.6

    Hidup dan Mati begitu dekat bagaikan dua sisi dari koin yang sama. Tetapi

    dekatnya kematian juga membuka tirai kenyataan bahwa banyak hal yang

    begitu gelap tentang kematian.7

    Kita sebagai manusia pasti memiliki rasa takut terhadap kematian, dengan

    cara berusaha memperpanjang hidup kita. Berkat kemajuan ilmu kedokteran

    kita memang berhasil untuk menunda saat kematian. Namun akhirnya kita

    semua pasti mati juga. Tetapi apa yang terjadi pada saat kematian?

    Pernafasan berhenti, jantung tidak berdenyut lagi dan badai mulai hancur.

    Hancurkan seluruh manusia? Hati kita rindu akan “Hidup seribu tahun lagi”,

    atau yang disebut dengan hidup kekal. Gereja Mengajarkan bahwa manusia

    bukan hanya tubuh, melainkan juga roh. Manusia diciptakan tuhan untuk

    mengenyam yang melampaui keadaan dunia fana ini.8

    5 Wawancara Pribadi dengan Johannes Adrianus Hendra Sutedja, S.J. (Imam Gereja

    Katolik, Pondok Labu Jakarta Selatan) Pada Tanggal 26 April 2019. 6 Albertus Sujoko, MSC, Praktek Sakramen Pertobatan dalam gereja Katolik

    (Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 2008), h. 153-154. 7 Dr. Petrus Maria Handoko, CM, Hidup di balik Kematian (Malang : Penerbit Dioma,

    2015), h. 5. 8 Pankat Kas, Ikutilah Aku, Warta Gembira untuk Para Calon Baptis (Yogyakarta :

    Penerbit Kanisius, 1986), h. 172.

  • 6

    Kematian adalah akhir dari kehidupan, ketiadaan nyawa dalam organisme

    biologis. Semua makhluk hidup pada akhirnya mati secara permanen, baik

    dari secara alami seperti penyakit atau dari penyebab tidak alami seperti

    kecelakaan. Setelah kematian tubuh makhluk hidup mengalami pembusukan.

    Semua orang tidak akan tahu apa itu kematian. Bagaimana rasa kematian, dll.

    Sampai orang itu merasakan kematian. Kematian dipandang sebagai

    keterpisahan seseorang dari komunitas tempat ia pernah hidup dan adanya

    penghormatan yang mendalam pada orang yang meninggal tersebut.9

    Bagi seorang Katolik kematian bukanlah semata-mata akhir hidup atau

    takdir yang terelakan, melainkan suatu peristiwa iman. Sebab pada saat

    kematian, kita mengambil bagian dalam misteri paskah Kristus. Ketika

    dibaptis kita sudah digabungkan dengan Kristus yang telah wafat dan bangkit.

    Maka pada saat kematian, bersama dengan Kristus kita beralih dari dunia fana

    ini kepada kehidupan kekal. Sebab “kalau kita bergabung dengan kristus dan

    turut mati bersama dengan Dia, maka kita akan bergabung dengan Dia pula

    dalam Kebangkitan” (Rm. 6:5). Kita menghadap Bapa dan sesudah disucikan

    dari dosa, kita diterima dalam keluarga Allah yang berbahagia, sambil

    menantikan penuh harapan kedatangan Kristus yang mulia dan kebangkitan

    semua orang pada akhir Zaman.10

    Kristus bukan hanya mengalahkan dosa,

    melainkan juga kematian. Akhirnya yang dimusnahkan adalah maut (1 Kor

    15:25). Jadi orang mati akan bangkit (Kor 1 15:35-36). Memang kristus

    menyelamatkan manusia, bukan hanya jiwanya, melainkan manusia

    9 Maya Dewi Ariani, Kompleks Pelayanan Kematian di Bantul, DIY. Skripsi Jurusan

    Arsitektur Fakultas Tehnik, Univ. Atma Jaya Yogyakarta (Yogyakarta, 2015), h. 24. 10

    Grafika Mardi Yuana . Upacara Pemakaman (Jakarta : Obor, 2011), h. 1.

  • 7

    seutuhnya termasuk tubuhnya. Maka penebusan Kristus baru selesai dengan

    sempurna bila jiwa disatukan kembali dengan badan, tetapi dalam keadaan

    baru, dimana tubuh kita dimuliakan menyerupai tubuh Kristus yang

    dimuliakan sesudah bangkit.11

    Jiwa manusia dipaksa bersatu dengan tubuh. Ketika manusia mengalami

    kematian, di situlah jiwa dibebaskan dari badan seperti tahanan dibebaskan

    dari penjara. Pandangan Plato ini tidak sejalan dengan pandangan Alkitabiah

    atau Kristiani. Sebab, tradisi Alkitabiah atau ajaran Kristiani mengajarkan

    bahwa jiwa dan tubuh bukanlah hal yang berlawanan, tetapi sebaliknya dua

    hal yang saling melengkapi.

    Jiwa bersifat abadi dan tidak akan hilang. Ia adalah daya Ilahi yang

    menghidupkan manusia. Ia mempengaruhi pikiran, perasaan, hasrat, dan

    keputusan-keputusan moral yang diambil manusia. Jiwa adalah inti pribadi

    terdalam dari manusia. Karena bersifat abadi, jiwa tidak terpengaruh oleh

    kematian manusia. Jiwa tetep hidup sekalipun tubuh menjadi rusak. Karena

    jiwa diciptakan oleh sang pencipta (Allah), keberadaan jiwa itu sangat

    ditentukan oleh relasinya dengan Allah. Semakin dekat dengan Allah, jiwa itu

    akan semakin hidup dan berkembang. Semakin menjauh dari Allah, jiwa itu

    akan semakin layu dan kering. Jiwa adalah Jati diri manusia yang selalu

    terkoneksi dengan sang pencipta. Karena adanya jiwa, manusia mampu

    mengenal menyadari kehadiran Allah dalam hidupnya. 12

    11

    Pankat Kas, Ikutilah Aku, Warta Gembira untuk Para Calon Baptis (Yogyakarta :

    Penerbit Kanisius, 1986), h. 173. 12

    Albertus Purnomo, OFM, Riwayat Api Penyucian Dalam kitab suci dan Tradisi

    (Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 2017 ) h. 38-39.

  • 8

    Sekalipun jiwa itu abadi, jiwa menjadi hidup jika ia berada dalam relasi.

    Di atas sudah disebutkan,jiwa berkembang dalam relasinya dengan Allah.

    Tetapi, sebenarnya bukan hanya Allah saja. Jiwa ada dalam relasinya dengan

    tubuh. Tanpa tubuh, jiwa tidak bisa memanifestasikan dirinya. Jiwa hidup

    juga dalam relasinya dengan jiwa-jiwa yang lainnya. Jadi, seandainya Allah

    telah menciptakan jiwa manusia jauh sebelum lahir ke dunia, jiwa itu baru

    hidup dan berkembang selama berada dalam tubuh jasmani dan dalam

    relasinya dengan yang lain.

    Dalam kehidupan saat ini orang bisa melakukan dua cara dalam mengurus

    soal jenazah ada yang melakukan dengan cara dikubur, atau dimakamkan ada

    juga ada yang memakai cara dibakar atau diperabukan atau yang sering juga

    disebut Kremasi.

    Gereja-gereja di Indonesia memiliki sikap yang berbeda-beda terhadap

    cara mengurus orang yang sudah meninggal, baik yang melakukan Kremasi

    maupun yang dimakamkan. Sebagian gereja yang dapat melayani jika

    keluarga yang ditinggalkan menginginkan orang yang meninggal tersebut

    dikremasikan, tetapi ada juga sebagian gereja yang tidak dapat melayani jika

    ada keluarga yang ditinggalkan ini menginginkan orang yang telah meninggal

    dikremasikan.

    Secara statistik kebanyakan yang melakukan Kremasi itu dari Etnis

    Tionghoa. Jawa, Sunda Ambon itu jarang yang melakukan Kremasi.

    Mengapa Etnis Tionghoa ini melakukan Kremasi ? karena di dalam tata nilai

    Umat Katolik yang dari Etnis Tionghoa makam itu sendiri sakral. Maka tidak

  • 9

    bisa seenaknya dipindahkan sedangkan akhir-akhir ini banyak yang

    melakukan Kremasi. Sejak tahun 60-an itu mulai terjadi penggusuran makam-

    makam, jadi banyak makam orang Tionghoa yang tergusur pada zaman itu.

    Ini pertama kalinya makam di gusur dan itupun menggoncangkan masyarakat

    Tionghoa dan itu bertepatan di Keramat Sentiong jauhar baru Jakarta pusat

    yang beralamat di Jl Raden Saleh masuk ke dalam dari Sebrang itu terdapat

    kuburan yang besar sekali yang sudah sangat tua makam orang Tionghoa juga

    kebanyakan yang dimakamkan disana suatu saat diumumkan bahwa “Makam

    itu akan dibongkar” dan itu pada zaman Ali Sadikin yang dikabarkan akan

    dijadikan perumahan. Dari sanalah orang Tionghoa itu diberi kesempatan

    untuk menggali kuburan keluarganya, mengangkat tulang-tulangnya dan

    memindahkannya. Dari sinilah Mereka orang-orang Tionghoa tidak terima

    jikalau makamnya di bongkar dan bagi umat Tionghoa ini belum pernah

    terpikirkan dan sangat mengejutkan bagi mereka dari segi kelanggengannya

    dan mereka tidak tahu akan dibawa kemana tulang-tulang dari hasil menggali

    kuburan ini?. Jadi menurut Etnis Tionghoa ini berpendapat bahwasannya

    makam itu tidak stabil (tidak aman) dari segi kelanggengannya, Makam

    Tionghoa Terkenal di Jakarta kecuali Sentiong ada juga di daerah Kebun

    Nanas Pemakaman Besar. Dalam suasana sosial politik yang kurang

    menyenangkan diarah ke Makam Mereka merasa kurang Aman karena sering

    dimintain uang karena makamnya dibersihkan dan kemudian orang yang

    membersihkannya meminta imbalan karena telah membersihkan makam itu

    padahal dalam pemakaman itu sudah dibayarkan semuanya kepada

  • 10

    sumbangan kebersihan dan penjagaan makam dari sinilah terlihat secara

    tudak resmi meminta paksa untuk membayar kebersihan tersebut dari sinilah

    Umat Etnis Tionghoa pun merasa tidak nyaman. Kenapa bisa di gusur? Dan

    ke tempat lain pun mereka tidak nyaman. Begitu pula ketika ada perayaan-

    perayaan Besar Tionghoa yaitu perayaan Ceng Beng yang diadakan setiap

    tanggal 5 April mereka orang-orang Tionghoa berziarah Ke Makam-makam

    dan ketika perayaan berjalan di daerah pemakaman orang-orang sekitar dan

    begitu pula preman sudah tahu bahwasannya mereka akan datang berziarah

    ke makam dan itu menjadi lahan dan kesempatan mereka mencari uang dan

    bagi Orang Tionghoa itu mereka tidak merasa nyaman dengan suasananya

    ibadatnya disana tidak nyaman begitupun dengan suasananya mereka juga

    tidak merasakan kenyamanan. Maka mereka Orang-orang Tionghoa banyak

    kemudian mengambil jalan sederhana yaitu dengan cara Mengkremasi

    Jenazah. Setelah di Kremasikan kemudian dimasukan ke dalam. Kalau Orang

    Tionghoa yang beragama Buddha atau yang beragama Konghuchu mereka

    punya Kolumbarium dan Orang Katolik Juga punya jadi tidak perlu repot lagi

    pergi ke Makam. Orang Katolik, Buddha juga boleh memakamkan Abu

    Jenazahnya ke dasar laut jadi itu semua praktis tidak ada lagi yang dinamakan

    meminta uang secara paksa (palak) dan tidak bisa dipindah-pindah lagi dan

    inilah sebabnya alasannya Mengapa Orang Tionghoa Katolik seperti orang

    Tionghoa yang bukan Katolik banyak yang memilih Kremasi. 13

    13

    Wawancara Pribadi dengan Johannes Adrianus Hendra Sutedja, S.J. (Imam Gereja

    Katolik, Pondok Labu Jakarta Selatan) Pada Tanggal 26 April 2019.

  • 11

    Banyak sebagian Umat Katolik, yang memilih untuk mengkremasikan

    Jenazah hingga saat ini, sehingga di kalangan orang Katolik sendiri timbul

    perbedaan pendapat tentang cara kremasi, ada yang setuju ada juga yang

    tidak setuju, bahkan tidak memperbolehkan. Banyak orang menilai bahwa

    kremasi bukanlah budaya orang Indonesia. Dalam hal ini perlu terlebih

    dahulu memahami alasan dari pandangan yang menolak cara kremasi dan

    berpendapat hanya cara penguburan yang diperbolehkan. Antara lain :

    1. Alasan Larangan Kremasi yaitu :

    a. Iman akan Kebangkitan Badan.

    b. Penghargaan akan tubuh sebagai anggota “Tubuh Mistik

    Kristus”, “Bait Roh Kudus”, sarana menjelmakan daya ilahi

    yang Kudus, begitu Kerap disucikan oleh sakramen-sakramen.

    c. Orang-orang kafir mengkremasikan jenazah sebagai ungkapan

    ketidak percayaan mereka akan kebangkitan badan.

    2. Alasan memilih kremasi Jenazah yaitu :

    a. Lebih Ekonomis.

    b. Tidak perlu pelihara Kuburan.

    c. Masalah Penyakit Menular.

    d. Lebih memilih tubuh cepat hancur daripada hancur dalam

    kuburan perlahan-lahan.14

    e. Harga tanah yang semakin mahal setiap tahun-Nya.15

    14

    Rm. Ignatius Joko Purnomo O’Carm, “Prima Putra Machinery Engineering”

    (November 2006 )h. 13.

  • 12

    Gereja mengizinkan Kremasi, sejauh hal ini tidak ingin menyangkal

    kepercayaan dan kebangkitan badan. Memang pada masa lalu, selama

    berabad-abad, Gereja Katolik melarang kremasi karena pada saat itu, kremasi

    sering kali dipandang sebagai ungkapan penolakan beberapa butir ajaran iman

    katolik, yaitu : 1) kebangkitan badan 2) keluhuran badan duniawi. Jadi

    sebenarnya, Gereja Katolik tidak memandang tindakan itu sendiri sebagai

    suatu yang negatif. Yang ditolak ialah alasan-alasan yang mendasari tindakan

    mengkremasi jenazah, yang berlawanan dengan iman Katolik.16

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis membatasi permasalahan

    yang akan di teliti dalam Field Research ini. Yaitu penulis hanya akan

    membahas “Filosofi Pemakaman dan Kremasi dalam Gereja Roma Katolik”

    Adapun rumusan masalah yang penulis buat yaitu :

    1. Bagaimana tata cara dan makna Filosofis upacara Pemakaman

    dan Kremasi dalam Gereja Roma Katolik di Rumah Duka dan

    Krematorium di Oasis Lestari Kota Tangerang?

    C. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut

    :

    a. sebagai salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan akhir

    perkuliahan untuk meraih gelar Sarjana Agama (S.Ag) dalam jurusan

    15

    Wawancara Pribadi dengan F. Bowo Rini Sunarsasi (Pimpinan Umum PT Danita &

    Pemimpin Umum Oasis Lestari di Jatake Tangerang, Banten) Pada Tanggal 22 Februari 2018. 16

    Dr. Petrus Maria Handoko, CM, Hidup di balik Kematian (Malang : Penerbit Dioma,

    2015), h. 35.

  • 13

    Studi Agama-Agama Fakultas Ushuluddin (UIN) Universitas Islam

    Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    b. Untuk mengembangkan wawasan penulis mengenai bagaimana tata

    cara pemakaman dan kremasi dalam Gereja Roma Katolik

    c. Untuk mengembangkan wawasan penulis mengenai bagaimana

    Filosofi Pemakaman dan Kremasi dalam Gereja Roma Katolik

    Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang

    penulis ajukan.

    D. Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut :

    1. Manfaat Teoritis

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangasih atau

    memperkaya konsep-konsep, teori-teori terhadap ilmu pengetahuan dari

    penelitian yang sesuai dengan bidang ilmu. Suatu penelitian secara teoritas

    dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan

    tentang Pemakaman dan Kremasi dalam Katolik.

    2. Manfaat Praktis

    Adapun Manfaat dari Penelitian Ini :

    a. Sebagai Informasi bagi masyarakat umum tentang tata cara

    pemakaman dan kremasi dalam Gereja Roma Katolik. Serta bagi umat

    Katolik agar dapat lebih memahami tata cara pemakaman dan kremasi

    dalam Gereja Roma Katolik.

  • 14

    b. Sebagai Informasi bagi masyarakat untuk lebih mengenal filosofi

    pemakaman dan kremasi dalam Gereja Roma Katolik.

    E. Tinjauan Pustaka

    Penulis menemukan satu judul yang membahas mengenai pemakaman dan

    kremasi dalam Katolik. Kajian Pustaka ini pada dasarnya adalah untuk

    mendapatkan gambaran yang jelas tentang hubungan topik yang akan diteliti

    dengan penelitian lain sejenisnya, yang pernah dilakukan oleh peneliti

    sebelumnya agar tidak ada pengulangan. Adapun karya tulis ilmiah yang

    berkaitan dengan Filosofi Pemakaman dan kremasi dalam Katolik adalah

    sebagai berikut :

    Pertama, Skripsi yang dituliskan oleh Maya Dewi Ariani, yang berjudul

    “Kompleks Pelayanan Kematian di Bantul, DIY”. Dari Universitas Atma

    Jaya Yogyakarta 2015, dalam penelitian ini menjelaskan bagaimana arsitektur

    komplek pelayanan kematian di bantul, menggambarkan konsep perencanaan

    dan perancangan dan begitupula menganalisis bangunan untuk orang yang

    meninggal.

    Kedua, Jurnal yang dituliskan oleh Hanny Frederic, yang berjudul

    “Konsep Persatuan dengan Kematian dan Kebangkitan Kristus berdasarkan

    Roma 6:1-14”. Dari Sekolah Tinggi Theologia Jaffray 2015, dalam penelitian

    ini menjelaskan bagaimana Konsep Persatuan dengan Kematian dan

    Kebangkitan Kristus berdasarkan Roma 6:1-14 diperoleh sebagai Kesimpulan

    berikut : Pertama, Orang percaya telah dipersatukan dengan kematian dan

  • 15

    kebangkitan Kristus melalui baptisan, yang berarti ia turut serta mengalami

    peristiwa-peristiwa yang dialami Kristus oleh Sejarah, yakni penyaliban,

    kematian, penguburan dan Kebangkitan Kristus. Kedua, persatuan dengan

    kematian dan kebangkitan Kristus mengakibatkan berlalunya ciptaan lama,

    yaitu kematian lama sebagai status atau kedudukan seseorang dalam

    persekutuannya dengan Adam. Ketiga, persatuan dengan kematian dan

    kebangkitan Kristus menghasilkan ciptaan baru, yaitu kehidupan baru

    sebagai status atau kedudukan orang percaya dalam persekutuan dengan

    Kristus. Keempat, kehidupan yang berpadanan dengan status baru orang

    percaya dalam Kristus adalah kehidupan dalam pengudusan yang meliputi

    hidup dalam pertobatan dan hidup untuk melayani Allah.

    Ketiga, Jurnal yang dituliskan Oleh Romanus Romas, yang berjudul

    “Pendampingan Pastoral Orang Menjelang Ajal”. Dari STIPAS Tahasak

    Danum Pambelum 2017, dalam penelitian ini menjelaskan bahwasanya

    tuntunan yang mendasar supaya kematian dihadapi secara damai, tidak

    sendirian, secara hormat dan manusiawi. Pendampingan orang yang

    menjelang ajal umumnya belum ditangani dengan baik di zaman modern

    sikap orang terhadap kematian dan sekarat semakin ditandai oleh kecemasan,

    ketakutan, ataupun sikap menghindar.

    Dari sebagian besar kajian pustaka yang ditulis dan yang saya temukan

    belum ada yang membahas secara spesifik mengenai “Filosofi pemakaman

    dan Kremasi dalam Katolik”. Oleh karena itu saya tertarik ingin menulis dan

    membahas Judul tersebut.

  • 16

    F. Metodologi Penelitian

    Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

    beberapa hal yang meliputi :

    1. Jenis Penelitian

    Dalam Melakukan penelitian ini, penulis menggunakan penelitian

    lapangan (field research), yaitu penulis mengadakan penelitan lapangan di

    Oasis Lestari di Rumah Duka, dan Krematorium Oasis Lestari Kota

    Tangerang.

    2. Metode Penelitian

    Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode penelitian

    kualitatif. Penelitian Kualitatif merupakan prosedur penelitian yang akan

    menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan dari perilaku

    seseorang yang dapat diamati.17

    Sedangkan dalam buku Samiaji Sarosa dijelaskan bahwa penelitian

    yang bersifat kualitatif adalah penelitian yang mencoba memahami fenomena

    yang terjadi dan penelitian berusaha untuk tidak memanifulasi data yang

    sesuai dengan fenomena yang terjadi, 18

    dengan kata lain, memahami realita

    sosial yang bersifat deskriptif.

    Penelitian Deskriptif adalah sebuah penelitian yang bertujuan untuk

    menggambarkan suatu gejala sosial, politik ekonomi dan budaya, yang mana

    17

    Lexy J. Meolong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT. Remaja

    Rosdakarya, 2007), h. 3. 18

    Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif dasar-dasar (Jakarta : PT. Indeks, 2012), h. 7.

  • 17

    dalam penelitian ini penulis berusaha untuk menggambarkan suatu gejala

    keagamaan. 19

    3. Data Penelitian

    Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini , penulis menggunakan dua

    data yang diperlukan yaitu,data primer dan data sekunder. 20

    a. Data Primer

    Data Primer adalah data penelitian utama atau pokok dan merupakan

    data yang didapat secara langsung dari yang berkaitan dengan permasalahan

    skripsi ini.

    Data primer diperoleh dari hasil pengamatan, pemahaman, dan

    wawancara dengan Tiga Narasumber. Tiga Narasumber tersebut adalah :

    1. Melakukan wawancara dengan pemimpin umum Oasis Lestrai di

    Jatake Kota Tangerang.

    2. Melakukan wawancara dengan Romo Johannes Adrianus Hendra

    Sutedja, S.J.

    3. Melakukan wawancara dengan Romo FX Dedomau D. Da Gomez,

    SJ.

    b. Data Sekunder

    Data sekunder adalah data yang digunakan sebagai pelengkap dan

    penunjang dari data primer. Adapun yang termasuk dalam data sekunder

    19

    U. Maman Kh, dkk, Metodologi Penelitian Agama Teori dan Praktik (Jakarta: PT Raja

    Grafindo Persada, 2006), h. 29. 20

    Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Reaserch Sosial (Bandung: Alumni,1983), h

    27.

  • 18

    adalah jurnal, buku-buku, skripsi dan tesis yang relevan dengan judul skripsi

    diatas. Diantaranya buku atau skripsi yang berkaitan dengan judul skripsi

    diatas adalah: “Riwayat Api Penyucian”, karya Albertus Purnomo, Ofm.

    “Pertobatan dalam tradisi Katolik”, karya Al. Purwa Hardiwiyono, MSF.

    “Pokok-pokok Iman Gereja”, karya Emanuel Martasudjita, Pr. “Merawat

    Jenazah”, karya Sr. Agustina, CB. “Tata laksana melepas Jenazah”, karya

    Komisi Liturgi Keuskupan Agung Semarang.

    4. Tehnik Pengumpulan Data

    Dalam melakukan penelitian lapangan (field research), penulis

    menggunakan tehnik penguumpulan data yang terbagi atas:

    a. Wawancara

    Wawancara adalah suatu kegiatan tanya jawab yang terjadi dua orang atau

    lebih dengan landasan dari tujuan penelitian. 21

    biasanya dalam penelitian

    kualitatif banyak menggunakan teknik wawancaa dalam pengumpulan data

    yang mana dalam melakukan wawancara peneliti dapat menggali data. 22

    Dalam teknik pengumpulan data wawancara ini, penulis akan melakukan

    wawancara kepada pemimpin Oasis Lestari di Jatake Kota Tangerang.

    b. Dokumentasi

    Metode dokumentasi adalah suatu metode yang digunakan untuk mencari

    data mengenai hal-hal atau variable berupa catatan, transkip, buku, surat

    21

    Anas Sudijono, Diklat metodologi Research dan bimbingan skripsi (Yogyakarta: UD.

    Rama, 1981), h. 18. 22

    Sarosa, Penelitian Kualitatif, h. 45.

  • 19

    kabar, dan VCD dengan maksud untuk mendapatkan informasi mengenai

    keagamaan, letak geografis, serta keadaan sosial Oasis lestari di Jatake Kota

    Tangerang.

    5. Pendekatan Penelitian

    Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan Antropologi

    Agama, pendekatan ini berupaya memahami kebudayaan-kebudayaan produk

    manusia yang berhubungan dengan agama. Sejauh mana agama memberi

    pengaruh terhadap budaya dan sebaliknya, sejauh mana kebudayaan suatu

    kelompok masyarakat memberi pengaruh terhadap agama.23

    Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan pendekatan Sosiologi

    Agama. Sosiologi Agama yaitu pendekatan yang mempelajari peran agama di

    dalam masyarakat, praktik, latar sejarah, perkembangan dan tema universal

    suatu agama di dalam masyarakat. 24

    6. Tehnik Analisis Data

    Tehnik analisi data yang penulis gunakan adalah metode deskriptif

    analitik, yaitu metode yang dilakukan dengan cara menguraikan sekaligus

    menganalisis data yang menjadi hasil pengkajian dan pendalaman atas bahan-

    bahan penelitian. metode deskriptif lebih banyak berkaitan dengan kata-kata

    dimana semua data-data hasil penelitian diterjemahkan ke dalam bentuk

    bahasa, baik lisan maupun tulisan. Kemudian, data-data yang berbentuk

    23

    Dr. Media Zainul Bahri, Wajah Sudi Agama – Agama (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,

    2015), h. 47. 24

    Daniel L. Pals, Seven Theoris of Religion. Penerjemah Iniyak Ridwan Muzier

    (Yogyakarta : IRCiSoD, 2011), h. 342.

  • 20

    bahasa ini dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian sehingga menghasilkan

    kesimpulan.25

    Dengan Menguraikan (Deskriptif) dan menganalisa (Analitik), penulis

    dapat memberikan gambaran secara maksimal atas objek penelitian yang

    dikaji dan dialami dalam penelitian ini. Hasil kajian dan penelitian dalam

    skripsi ini disajikan dalam bentuk narasi.

    7. Metode Penulisan

    Metode Penulisan skripsi ini berpedoman pada prinsip-prinsip yang diatur

    dan dibukukan dalam Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan

    Desertasi), yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development

    and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    G. Sistematika Penelitian

    Agar Mempermudah dalam pembahasan maka dari itu disusun

    sistematika Penulisan yang terdiri dari 5 (Lima) bab terdiri dari sub-sub

    bab sebagai berikut :

    Bab I Bab ini merupakan pendahuluan. Dalam bab ini tercakup di

    dalamnya lima pasal pembahasan yang terdiri dari Latar

    Belakang Masalah; Rumusan Masalah; Tujuan Penelitian;

    Manfaat Penelitian; Metode Penelitian; Tinjauan Pustaka;

    dan Sistematika Penulisan.

    25

    Nyonya Kutha Ratna, Metodologi Penelitian : Kajian Kebudayaan dan Ilmu Sosial

    Humaniora Pada Umumnya (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010), h. 337.

  • 21

    Bab II Bab ini akan Mendeskripsikan tentang gambaran umum

    Oasis Lestari Kota Tangerang, dimulai dari Sejarah

    berdirinya oasis lestari, letak geografis oasis lestari Kota

    Tangerang, keadaan sosial Oasis Lestari Kota Tangerang

    dan Fasilitas.

    Bab III Bab ini akan mendeskripsikan prosesi pemakaman dan

    kremasi dalam Katolik yang berisikan Makna Kematian

    dalam Katolik.Pengurusan Menjelang Meninggal dalam

    Katolik, Pengurusan Setelah Meninggal dalam Katolik,

    prosesi Pemakaman dan prosesi Kremasi dalam Gereja

    Roma Katolik

    Bab IV Bab ini merupakan tentang Makna Filosofis Pemakaman

    dan Kremasi dalam Gereja Roma Katolik

    Bab V Bab ini merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan

    dari seluruh kajian dalam skripsi ini, dan saran-saran yang

    sifatnya membangun dari penulis.

  • 22

    BAB II

    GAMBARAN UMUM OASIS LESTARI KOTA TANGERANG

    A. Sejarah Berdirinya Oasis Lestari Kota Tangerang

    “Tidak sedikit orang yang enggan, bahkan tabu, berbicara tentang

    kematian. Padahal kematian adalah yang sangat penting bagi manusia, bahkan

    dalam arti terentu dapat lebih penting daripada kehidupannya di dunia. Sebab

    kehidupan di dunia ini bagaimanapun indahnya tetaplah fana, tidak abadi

    sedangkan kehidupan setelah kematian, bagi kebanyakan orang diyakini

    sebagai kehidupan kekal abadi. Kehidupan kekal jauh lebih indah daripada

    kehidupan di dunia.”

    Kematian merupakan peristiwa penting, karena kematian bagaikan pintu

    menuju kehidupan yang baru. Oleh karena itu dalam tradisi banyak komunitas

    masyarakat maupun agama, yang meninggal harus dihormati dan diperlakukan

    sebaik-baiknya.

    Maka bermimpilah ia, di bumi ada didirikan sebuah tangga yang ujungnya

    sampai di langit, dan tampaklah malaikat-malaikat Allah turun dari tangga itu

    (kej 28:12). Nukilan ayat inilah yang mengilhami berdirinya Oasis Lestari,

    sarana menuju keabadian.1

    Oasis Lestari diresmikan pada Tanggal 5 April 2005, merupakan suatu

    komplek terpadu yang memiliki fasilitas Rumah Duka (Mortuarium) terdiri

    1Sewindu Oasis Lestari, “12 Tahun Membangun Tradisi Memuliakan Jiwa,” 2017 h. 3.

  • 23

    dari 6 Ruang Semayam, Krematorium (Crematorium), terdiri dari 3 Oven

    pembakaran, Rumah Abu (Columbarium) terdiri dari 2.500 ruang

    penyimpanan abu dan Dinding Memorial (Memorial Wall) yang dapat

    mengabadikan nama Almarhum di Oasis Lestari.2

    Oasis lestari dimiliki oleh Dana Konferensi Waligereja Indonesia (DP

    KWI) Dengan Tujuan menyediakan pelayanan yang lebih terjangkau bagi

    masyarakat luas karena mahalnya biaya pemakaman. Selain itu DP KWI

    berniat untuk memperbaiki standard Rumah Duka, Krematorium dan Rumah

    Abu di Indonesia terutama di Jakarta.

    Lebih dari itu, DP KWI berkeinginan untuk membangun sebuah momen

    peringatan atau yang disebut sebagai Dinding Memorial guna Mengenang

    dan Menjadi Kebanggaan bagi keluarga yang ditinggalkan. Melalui Dinding

    Memorial baik anak, cucu, maupun seluruh kerabat Almarhum dapat

    mengenang segala sesuatu tentang Almarhum didalam berkarya. membangun

    bisnis, keluarga dan lainnya. Pelayanan Dinding Memorial ini adalah untuk

    mengenang nama Almarhum dan merupakan yang pertama di Indonesia.3

    2 Wawancara Pribadi dengan Ir. Epesus Sirait (Kepala Krematorium dan Tehnik Umum

    PT Danita Oasis Lestari di Jatake Tangerang, Banten) Pada Tanggal 22 Februari 2018. 3 Oasis Lestari, “12 tahun membangun tradisi memuliakan jiwa,” (Jakarta : 2017), h. 12.

  • 24

    B. Letak Geografis dan Demografis Oasis Lestari Kota Tangerang

    Kompleks dan Bangunan Oasis Lestari Lokasinya diapit Sejumlah pabrik

    dan kawasan rumah penduduk.Oasis Lestari sungguh menjadi oase di

    Lingkungan sekitarnya selama sewindu ini, 2005-2013 Letak Oasis Lestari di

    Jalan Gatot Subroto km 7-8, Jatake Tangerang mudah dicapai dalam waktu

    yang relative singkat melalui tol Jakarta Merak (exit bitung). Arealnya, ditata

    dengan seksama dan nyaman diharapkan menjadi bagian dari proses

    penyembuhan kedukaan. Oasis Lestari dijadikan “Zona Hijau” diantara

    cerobong-cerobong asap pabrik-pabrik yang bertebaran di sepanjang jalan itu.

    Di lahan seluas 3,9 Hektar itu berdiri 3 Gedung Utama yang megah (Rumah

    Duka/mortarium, Krematorium/Pembakaran Jenazah, dan Kolumbarium

    /Rumah Abu) yang ditata sedemikian rupa, dikitari tanaman-tanaman, kolam-

    kolam, perpohonan rindang, dan barisan pohon bambu yang menjadi pagar

    tempat parkir mobil dan bus yang cukup luas. Bangunan gedung untuk

    kremasi misalnya, didesain “bermandikan cahaya” dengan arnomen kaca patri

    di langit-langit yang mampu mengusir kesan angker sebuah krematorium.

    Oasis Lestari menjadi One stop service untuk kedukaan.4

    “Baru kali ini, saya melihat tempat pembakaran mayat seindah ini,’ kesan

    pengunjung pada umumnya ketika datang ke Oasis Lestari untuk pertama

    kalinya.

    4 Sewindu Oasis Lestari, “Jejak Suplemen Majalah Hidup,” 2013 h. 3-4.

  • 25

    Oasis lestari, memang melayani orang yang berduka, bila ada sanak famili

    yang meninggal, entah di rumah sakit maupun dirumah, bersegeralah

    menelpon atau mendatangi sendiri ke Oasis Lestari. Sr Ulfrida Lempang JMJ

    bersama stafnya seperti Antonius Kris Biantro, Luhur Astoto, dan Margaretha

    Linawati akan melayani sesuai keinginan Anda.

    “Klien kami biasanya dari yayasan yang mengurus kematian, pengurus

    seksi kematian paroki/ lingkungan,atau umat langsung yang ditinggal mati

    keluarganya. Tidak semua Katolik. Karena Oasis Lestari Melayani untuk

    Umum,” tutur Antonius Kris Biantoro, karyawan senior di front Office sejak

    Oasis Lestari resmi berdiri 5 April 2005. Dalam catatan mereka, setiap bulan

    Oasis Lestari rata-rata menerima jenazah 30-50 Jenazah. Jenazah tersebut ada

    yang disemayamkan saja, kemudian dimakamkan. Atau setelah jenazah

    disemayamkan saja, kemudian dimakamkan. Atau setelah jenazah di

    semayamkan, lalu kremasi untuk dilarung ke laut atau disimpan di rumah Abu

    (Kolumbarium). “biasanya yang beragama Islam hanya disemayamkan,

    kemudian dimasukan ke peti mati untuk segera dimakamkan di luar kota.

    Kami juga melayani memandikan dan mengkafani jenazah secara Islam,” tutur

    Luhur.

    Arsitektur bangunan Oasis Lestari Ini memberikan kesan gaya klas

    minimalis dengan cat putih yang dominan untuk memberikan suasana

    simplistik dengan pilar-pilar kokoh yang menghiasi beberapa sudut bangun

    memancarkan aura keangunan, kenyamanan,dan kedamaian. Kompos warna

    putih yang mendominasi hampir seluruh bagian gedung memberi kesan bersih

  • 26

    dan indah. Bangunannya dikelilingi oleh tanam dan kolam ikan sehingga

    memberikan kesan yang sejuk.5

    C. Fasilitas Oasis Lestari :

    1. Rumah Duka

    Rumah Duka Oasis Lestari memberikan pelayanan 24 jam penuh dengan

    fasilitas ruang transit jenazah, kantor administrasi, kantin dan sarana umum

    untuk pengunjung.

    Ruang transit jenazah 6 X 4 meter, terdapat 2 tempat yang bersih dan steril

    untuk jenazah. Ruang pemandian jenazah berukuran 6 X 4 meter, dibagi

    menjadi 2 Ruangan, satu ruangan, satu ruangan digunakan untuk memandikan

    jenazah dilengkapi dengan shower dan satu ruangan lagi digunakan untuk

    membersihkan jenazah. Ruang rias jenazah berukuran 3 X 2 meter.

    Aula/Ruang semayaman dirancang Khusus untuk kapasitas 150 pelayat

    setiap ruangannya, ukurannya luas dan ketinggian ruang yang maksimal,

    dilengkapi dengan sistem tata udara yang membuat pengunjung dapat

    menikmati kenyamanan. Oasis lestari mempunyai 7 ruang persemayaman

    jenazah yang luas, ruang keluarga yang berukuran 4 X 3 meter dilengkapi

    dengan tempat tidur queen size dan kamar mandi yang terjaga kebersihannya.

    Fasilitas :

    5 Rm. Ignatius Joko Purnomo O’Carm, “Prima Putra Machinery Engineering”

    (November 2006 )h. 17.

  • 27

    a. Ruang Semayam yang luas memiliki kapasitas ruangan yang besar bisa

    menampung 100 s/d 150 kursi di dalamnya. Serta ruangan yang dingin

    yang bisa disesuaikan sesuai keinginan.

    b. Dispenser dan Kulkas dilengkapi dengan cooler serta kulkas bagi

    keluarga yang berduka, yang ingin menikmati kesegaran air minum,

    baik minuman dingin maupun minuman panas serta pedapat

    menyimpan makanan dan minuman dalam kulkas.

    c. Ruang tidur keluarga

    Khusus ruang semayam premium, memiliki tempat istirahat yaitu

    kamar tidur keluarga yang ber AC sebagai salah satu fasilitas yang

    ditawarkan sehingga keluarga berduka bisa beristirahat dengan

    nyaman dan tenang.

    d. Sound System dan Mic

    Setiap tempat memiliki fasilitas sound system dan Microfon untuk

    kegiatan acara Ibadah dan Doa. Salah satu tempat penginapan bagi

    keluarga yang sedang berduka dimana letaknya tidak jauh dan masih

    dalam satu kompleks/lingkungan Oasis Lestari. Jadi untuk keluarga

    tidak perlu jauh jauh cari penginapan karena fasilitas tersebut sudah

    termasuk di dalam paket pelayanan semayam.

    Fasilitas Lain :

    - Kantin

  • 28

    Memiliki 2 kantin yang berada di depan gedung Krematorium Oasis

    Lestari dan di Belakang gedung Rumah Duka Oasis Lestari. Kantin

    depan menyediakan minuman dingin dan minuman panas seperti :

    Kopi, Teh, dan lain lain. Sedangkan kantin yang belakang

    menyediakan makanan serta minuman dimana kedua kantin tersebut

    berada di dalam ruang terbuka hijau serta dapat dirasakan sejuknya

    udara di antara rindangnya perpohonan di sekitar lingkungan Oasis

    Lestari.

    - Ruang Terbuka Hijau

    Kebutuhan oksigen yang diperlukan manusia untuk menunjang

    kesehatan sangatlah diperlukan. Apalagi di lingkungan yang saat ini

    cenderung kurangnya tempat terbuka hijau dimana udara dijalanan

    cenderung berdebu dan kotor karena asap kendaraan. Oasis Lestari

    adalah tempat yang cocok memberikan suasana dan nuansa sejuk

    diantara taman dan pepohonan yang indah.

    - Parkir yang luas

    Oasis lestari memiliki tempat parkir yang luas baik parkir mobil

    maupun parkir motor. 6

    6 Oasis Lestari “Ketenangan Hati-Ketenangan Jiwa” https://oasislestari.co.id/rumah-abu/

    Diakses Pada 11 April 2019.

    https://oasislestari.co.id/rumah-abu/

  • 29

    2. Krematorium

    Krematorium Oasis Lestari merupakan salah satu tempat kremasi modern

    dan ramah lingkungan pada masa ini khususnya di daerah Jabodetabek.

    Menggunakan teknologi Krematorium kualitas standart terbaik Eropa

    yang paling modern dan ramah lingkungan. Pemeliharaan mesin dibawah

    supervise langsung para ahli dari Inggris. Sempurna dalam proses kremasi,

    cepat dan berkualitas. Memiliki 3 Oven kremasi dengan kualitas standart

    terbaik Eropa. Bermartabat memuliakan jiwa.

    Dua Aula krematorium yang masing-masing berukuran 10 Meter,

    dirancang denggan tata cahaya, tata artistik dan tata suara sehingga tercipta

    ruang yang tenang dan nyaman. Tiap aula krematorium dapat menampung 100

    orang yang dilengkapi dengan ruang keluarga. Lobby Krematorium Oasis

    Lestari dapat mengakomodasi 200 orang.

    Kremasi adalah suatu proses yang mempercepat perubahan tubuh menjadi

    abu. Untuk memberikan penghormatan yang tinggi terhadap Jenazah, proses

    ini dilakukan dengan elegan dan khidmat. Fasilitas Aula disediakan bagi

    Keluarga untuk melakukan upacara keagamaan sebelum Jenazah dimasukan

    ke dalam oven.

    Proses kremasi dilakukan dengan oven digital yang dipesan dari Leeds,

    Inggris. Oven Kremasi ini menggunakan teknologi yang modern ramah

    lingkungan sehingga pembakaran berlangsung cepat dan bersih. Pembakaran

    dengan oven ini hanya berlangsung sekitar 90 menit pada suhu 960 derajat

  • 30

    celcius. Peti jenazah yang dapat masuk ke dalam 2 oven kremasi tersebut

    adalah dengan panjang peti maksimal 215, lebar peti maksimal 87 cm, tinggi

    peti maksimal 70 cm dan tebal peti maksimal 6 cm.

    Tarif kremasi 2018 :

    Peti Kecil, Ukuran 80-100 cm ............................ Rp. 5.000.000,-

    Peti Dewasa, Tebal 2-3 cm.................................. Rp. 7.000.000,-

    Peti Dewasa,>- 4 cm atau Jumbo ....................... Rp. 9.000.000,-

    Catatan

    Ukuran peti maksimum untuk :

    Oven Standard = P x L x T = 215 X 80 X 75

    Oven Jumbo = P x L x T = 220 X 100 X 82

    Tarif dapat berubah sewaktu-waktu

    3. Kolumbarium

    Rumah Abu Oasis Lestari didesain terbuka untuk menimbulkan kesan

    simple dan nyaman. Lobby dari rumah abu dilengkapi dengan kolam ikan

    yang memanjang dimulai dari sisi kiri hingga menuju bundaran air mancur

    berada di area masuk kawasan Oasis Lestari, didalamnya terdapat ikan hias

    dan bunga lotus yang dapat menambah rasa nyaman.

    Rumah abu menampung 2030 Kotak Abu berukuran 38 X 48 X 60 cm

    yang tersusun rapi dan bersih. Hal ini sangat diutamakan karena merupakan

    salah satu kewajiban Oasis Lestari untuk memberikan pelayanan bagi para

  • 31

    keluarga. Lobby kolumbarium dapat digunakan oleh keluarga almarhum untuk

    mengadakan upacara keagamaan dengan kapasitas sebesar 200 orang. Di

    belakang bagian rumah abu terdapat kantor kolumbarium dan toilet.

    Selain penyimpanan abu, Rumah Abu juga memiliki “Memorial Service”

    yang meliputi pembuatan obituari dalam bentuk buku eksklusif, penulisan

    nama almarhum pada dinding memorial, serta pencantuman riwayat singkat

    dan family tree di dalam website Oasis Lestari.

    4. Wisma Oasis Lestari

    Wisma Oasis Lestari dibangun Tiga lantai, dibangun luas 696 meter

    persegi per lantainya. Wisma ini dirancang dengan arsitektur modern dalam

    perpaduan yang pas dengan bangunan-bangunan yang ada sebelumnya.

    Sebagai kontraktor pembangunan gedung milik Dana Pensiun KWI ini, PT

    Imesco dito yang sudah berpengalaman sejak 1979, baik dalam design dan

    kontruksi, khususnya perumahan dan tempat tinggal.

    Pemberkatan tiang pancang pertama pada tanggal 24 Oktober 2016, Oleh

    Romo Royke Djakarya-ketua pengurus Dana Pensiun KWI Sekaligus

    Komisaris Utama PT Danita – Oasis Lestari. Pemberkatan gedung ini,

    bersamaan waktu dengan Gedung Workshop Oleh Romo Julius Edyanto MSF

    – salah seorang Direktur PT Danita – Oasis Lestari. Gedung wokshop ini

    sudah digunakan sebagai tempat dan memperbaiki dan merawat fasilitas

    kawasan Oasis Lestari. Wisma Oasis Lestari dibangun dengan tujuan untuk

    menyediakan fasilitas penginapan bagi keluarga-keluarga yang

  • 32

    menyemayamkan jenazah anggota keluarga di Rumah Duka Oasis Lestari.

    Wisma ini terdiri dari 18 kamar tidur dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas lain

    berkualitas hotel. Harapannya, anggota keluarga dan kerabat yang sedang

    berduka dapat mengambil kesempatan untuk beristirahat dengan nyaman.

    Oasis Lestari dikelola secara bisnis modern. Fasilitas-fasilitas yang dibangun

    pun direncanakan tidak sembarangan. Romo Roy mengungkapkan , “Oasis

    Lestari dibangun agar orang terbantu untuk memuliakan jiwa saudaranya

    yang meninggal, menuju kehidupan abadi”.7

    D. Keadaan Sosial Oasis Lestari Kota Tangerang

    Sebelum mendirikan Oasis Lestari harus memenuhi tiga Kriteria yang ada

    di bawah ini : Pertama dapat memberikan nilai yang bermanfaat ekonomis

    bagi warga dilingkungan sekitar (kelurahan Jatake), Kedua dapat menciptakan

    lapangan kerja bagi warga sekitar yang membutuhkan , dan Ketiga harus

    ramah lingkungan. Jika tidak memenuhi tiga kriteria tersebut maka

    pembangunan Oasis Lestari tidak berjalan dengan lancar.

    Ketika Oasis Lestari sudah berdiri : harus selalu dapat memberikan

    pelayanan yang baik bagi orang yang sudah meninggal dengan tidak

    memandang suku, agama, ras, dan bahasa. Karena Indonesia adalah Negara

    kesatuan yang menjunjung tinggi Keberagaman. Oasis Lestari bukan sekedar

    tempat menempatkan jenazah, mengkremasinya dan Menyimpan abu Jenazah

    7 Sewindu Oasis Lestari, “12 th Membangun Tradisi Memuliakan Jiwa,” (Jakarta :

    2017), h. 12.

  • 33

    . Oasis Lestari dibangun untuk memberikan pelayanan agar semua orang yang

    meninggal dan keluarga yang berduka terlayani dengan baik. Dan juga tidak

    lupa tetap mendoakan bagi arwah-arwah yang disemayamkan, dikremasi dan

    abu jenazah yang masih ada di Oasis Lestari .8

    8 Wawancara Pribadi dengan F. Bowo Rini Sunarsasi (Pimpinan Umum PT Danita &

    Pemimpin Umum Oasis Lestari di Jatake Tangerang, Banten) Pada Tanggal 15 Februari 2019.

  • 34

    BAB III

    ANALISIS PROSESI PEMAKAMAN DAN KREMASI DALAM GEREJA

    ROMA KATOLIK

    A. Definisi Kematian

    Kematian pada dasarnya adalah kewajaran dalam hidup. Mati menjadi

    pasangan dari hidup. Setiap yang bernyawa pasti merasakan kematian. Tetapi

    kita memang sering tidak memahami kapan sang maut itu datang dan harus kita

    hadapi. Kematian datang bagaikan pencuri, menyelinap masuk lalu keluar

    membawa roh kehidupan kita dengan meninggalkan jasad kita tergolek tak

    berdaya. Terasa hidup menjadi terlalu singkat, terasa banyak tugas dan

    pekerjaan dan kewajiban yang belum terselesaikan. Kematin sering identik

    dengan tragedi yang membawa banyak kesedihan bagi yang ditinggalkan.1

    Kematian menjadi dramatis, apalagi kalau peristiwa itu melibatkan diri

    kita, orang yang sangat kita cintai, orang yang sangat kita butuhkan, orang

    yang mempengaruhi dan bahkan menentukan jalur hidup kita. Akibatnya,

    meskipun manusia hidup di alam dimana semua makhluk lahir, tumbuh dan

    mengalami kematian, tidak mudah menerima kematian diri sendiri, atau

    kematian orang yang dicintai sebagai suatu kenyataan yang wajar. Kita semua

    merasakan kesedihan yang barangkali bagi kebanyakan orang sungguh luar

    biasa mengalami kematian ayah dan ibu kita, orang yang kita sayangi, orang

    baik yang dibutuhkan oleh masyarakat, atau kematian yang mengenaskan dari

    1 Louis Leahy, S.J., Misteri Kematian Suatu Pendekatan Filosofis, ( Jakarta : Pt Gramedia

    Pustaka Utama, 1998), h. 10.

  • 35

    para pembunuhan korban sadis atau bencana alam. Kematian berarti

    keterpisahan jarak yang ditimbulkannya menjadi tak terukur, tak terbatas.

    Semakin dekat dengan jarak dan emosi kita dengan mereka, semakin kita tidak

    bisa menerima keterpisahan ini. Semakin jauh jarak semakin terasa wajar

    kematian itu. Kendati demikian, akhirnya bagi seluruh manusia toh kematian

    harus dan akan diterima sebagai “Nasib” , sesuatu yang tak mungkin terelakan,

    sebagaimana kelahiran itu sendiri, kehidupan itu sendiri, kendatipun ada upaya

    untuk menyikapi nasib, tetap tak terelakan.

    Masalah-masalah tersebut yang mengantarkan manusia pada suatu

    kesadaran mengapa ia harus mengalami kematian. 2

    Kematian adalah suatu kejadian yang tidak bisa dielakkan, maka peristiwa

    itu harus dijadikan sebagai personal yang harus diterima dan dihidupi secara

    bebas dan bertanggung jawab. Meninggal dengan pantas berarti menghadapi

    kematian dengan tenang. Kematian diterima sebagai bagian Integral dari

    Eksistensi manusia. Orang mampu mengatakan bahwa dia mau meninggal,

    tetapi bukan dia yang menentukan kematian. 3

    Kematian merupakan sebuah kepastian bagi manusia. Manusia yang hidup

    pasti mati. Kematian badani itu sudah bersifat alami. Itulah akhir kehidupan

    duniawi. Artinya ketika manusia hidup dan pada suatu saat meninggal atau

    mati entah dalam usia berapa pun, manusia mengakhiri kehidupan alaminya.

    2 Louis Leahy, S.J., Misteri Kematian Suatu Pendekatan Filosofis, ( Jakarta : PT

    Gramedia Pustaka Utama, 1998), h. 11. 3 P. Gonzales Nadeak, OFMCap, Lebih Baik Mati, (Medan : PT Bina Media Perintis,

    2004), h. 34.

  • 36

    dalam hal ini menjadi wajar dan diterima semua kebijaksanaan hidup berbagai

    bangsa yang melihat bahwa kehidupan ini bersifat fana, tidak kekal seperti

    orang Jawa bilang: urip iku mung mampir ngombe (= hidup ini hanya singgah

    hanya untuk minum, artinya hidup sementara saja).

    Teologi Neoskolastik bisa membahas makna kematian dalam tiga makna.

    Pertama: semua orang secara tidak terkecuali pasti mati. Dalam pengertian ini

    kematian dilihat sebagai kemestian yang umum berlaku untuk semua manusia.

    Bahkan dapat dikatakan bahwa eksistensi manusia menurut adanya adalah

    untuk mati. Kedua: kematian berarti akhir dari perjalanan dan penziarahan

    hidup. Dalam tradisi Kristiani dipahami bahwa kehidupan manusia antara

    kelahiran dan kematian merupakan suatu penziarahan, suatu keadaan

    perjalanan dan sekaligus masa waktu untuk membuat keputusan. Dalam

    pengertian ini kematian bukan hanya sebuah akhir tetapi sebuah pengabdian

    kehidupan di dunia ini. Jadi kehidupan ini hanyalah sekali. Keputusanku pada

    akhir hidup menjadi keputusan yang berlaku selamanya, dan tak dapat diulangi

    lagi. Ketiga: kematian secara tradisional dipandang sebagai akibat hukuman

    dosa. Tradisi Kristiani juga memahami kematian sebagai akibat dosa. “sebab

    itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh

    dosa itu juga maut,demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang,

    karena semua orang telah berbuat dosa”(Rm 5:12). Ajaran Paulus ini sering

    dirujuk dalam ajaran Gereja. Kita menafsirkan pernyataan “kematian sebagai

    hukuman dosa, melainkan bahwa kita mengalami kematian sebagai sesuatu

  • 37

    yang berlawanan dengan dinamik kehidupan dan makna seluruh kehidupan

    yang hanya bersumber pada Allah. 4

    1. Kematian Secara Umum

    Pandangan umum tentang Kematian yang sering di dengar, yaitu Kematian

    merupakan akhir dari kehidupan manusia di dunia ini. Kematian manusia akan

    terjadi seiring semakin tuanya usia dan berjalan secara alami sebagaimana

    makhluk hidup pada umumnya. Kematian dianggap sebagai sesuatu yang

    wajar apabila orang meninggal dalam usia yang sudah cukup tua dan banyak

    anak.5

    Ketika kematian tiba, tidak ada satu pun kuasa di atas bumi ini yang

    mampu menolaknya.6 Kematian adalah pemisahan pikiran dari tubuh, dan

    pada saat itu pikiran berpindah ke dalam suatu dunia kehidupan lain.

    Kematian menghantar manusia untuk memahami hidupnya dan sekaligus

    mengajaknya untuk percaya akan adanya kekuatan dan kekuasaan di luar

    dirinya yang membuat dia ada dan tiada kembali.7 Kateksimus Gereja Katolik

    Menulis :

    “Kematian adalah akhir perjalanan perziarahan manusia di dunia, titik

    akhir dari masa rahmat dan belas kasihan, yang Allah berikan kepadanya,

    4 Emmanuel Martasudjita, Pr, Pokok-Pokok Iman Gereja (Yogyakarta : Kanisius, 2013),

    h. 267. 5 Bdk, Peter C. Phan, 101 Tanya Jawab Tentang Kematian dan Kehidupan Kekal

    (Yogyakarta : Kanisius, 2005), h.79. 6 Norman J. Muckerman, CSSR, Menyingkap Keajaiban Rahasia di Balik Kehidupan

    Kematian Akhirat (Jakarta : Fidei, 2005), h. 8. 7 Ig. Joko Suyanto, Berziarah Bersama Allah Menuju Allah (Yogyakarta : Kanisius,

    2006), h. 107.

  • 38

    supaya melewati kehidupan di dunia ini sesuai dengan rencana Allah dan

    dengan demikian menentukan nasibnya yang terakhir” (KGK 1013).

    Kematian menjadi akhir dari perjalanan hidup di dunia dan akan

    memasuki hidup yang baru bersama Allah. Namun, kualitas perjalanan

    manusia di dunia sangat menentukan kelayakan untuk dapat hidup bersama

    Allah. Allah akan memperhitungkan semua perbuatan manusia di dunia.

    Kematian merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Mengapa?

    Karena manusia tidak tercipta dari percikan Ilahi ataupun perkawinan dewa-

    dewi seperti yang diceritakan oleh Mitos dan dongeng zaman purbakala.

    Sebaliknya, Al-kitab menyaksikan bahwa manusia tercipta dari debu tanah. Ia

    bahkan menjadi makhluk hidup karena Allah mengembuskan nafas kepadanya

    (Kej. 2:7). Itulah alasan mengapa manusia menjadi makhluk yang terbatas dan

    fana.

    Keterbatasan dan kefanaan manusia antara lain tampak dalam ketidak

    mampuannya untuk hadir diberbagai tempat sekaligus. Sebab, manusia sangat

    terikat oleh ruang dan waktu. Tubuh manusia mudah terserang oleh penyakit

    dan mengalami penuaan. Obat tercanggih sekalipun tidak dapat membuat

    manusia hidup untuk selamanya. Sekuat apapun tubuh manusia, pada akhirnya

    ia akan meninggal juga.

    Kematian memang bagian dari siklus hidup manusia di dunia. Kelirulah

    jika menganggap kematian semata-mata adalah akibat atau upah dari dosa.

    Kematian telah ditetapkan oleh Allah sejak semula bagi manusia yang adalah

  • 39

    makhluk ciptaan-Nya. Karena itu, sama seperti kehidupan, kematian manusia

    juga berada dalam Kuasa Allah. Tidak ada kematian terjadi diluar

    pengetahuan dan/atau kehendak-Nya.8

    Menginsafi kematian sebagai bagian dari kehidupan tidak lantas

    meniadakan ketakutan manusia. Pertama, karena tidak ada seorang pun yang

    tahu bilamana hal itu terjadi akan terjadi. Jika Ya, maka setiap orang

    barangkali akan berusaha hidup sebaik mungkin menjelang kematiannya.

    Kedua, karena tidak ada seorang pun yang mengetahui dengan pasti apa yang

    terjadi setelah kematian. Ketiga, ketakutan manusia akan kematian sering kali

    juga disebabkan oleh ketidaksiapannya untuk melepaskan segala sesuatu yang

    dimilikinya di dunia, seperti pasangan hidup, keluarga, jabatan, pekerjaan,

    harta benda, dan lain sebagainya. Manusia tidak mau melepaskan semua itu

    karena ia begitu mengasihinya dan tidak bersedia kehilangannya.

    Terlepas dari siap tidak siap, mau atau tidak mau, toh kematian pasti akan

    terjadi. Kali ini kematian dialami oleh orang yang kita kenal dan kasihi.

    Besok, lusa, atau waktu ke depan, kematian akan menjadi bagian kita. Karena

    itu, sebagai orang percaya kita meski bersiap diri untuk menghadap kematian.

    Bagaimana caranya? Tidak lain adalah menjalani hidup sebagaimana Tuhan

    kehendaki.hidup dalam kebenaran dan kasih antara seorang dengan yang lain.

    Hanya dengan cara tersebut, maka kematian tidak lagi menjadi perkara

    yang menakutkan. Sebaliknya, kematian diterima sebagai akhir dari perjalanan

    8 Sally Neparassi, ALLAH Merangkul : Maknai Kehidupan Kematian dalam Allah,

    (Jakarta : PT BPK Gunung Mulia, 2018), h. 10.

  • 40

    hidup kita di dunia. Bahkan, kematian dihayati sebagai pintu untuk memasuki

    babak kehidupan yang baru bersama dengan Tuhan, yakni kehidupan mulia

    dan kekal. Kehidupan tanpa pergumulan dan air mata. Kehidupan dimana

    sukacita dan damai sejahtera tidak akan pernah sirna.

    Tepatlah jika pemazmur berkata : “Berharga di mata Tuhan, kematian

    semua orang yang dikasihani-Nya.” Mengapa? Sebab, kematian mereka tidak

    sia-sia. Mereka meninggal di dalam rencana dan Kehendak Allah. Mereka

    juga meninggal dengan mewariskan teladan dan kenangan yang mendapat

    berkat bagi banyak orang. Meskipun jasad mereka hancur dan kembali

    menjadi tanah, karya dan prestasi mereka akan selalu diingat dan

    menginspirasi generasi selanjutnya. 9

    2. Kematian dalam Pandangan AlKitab

    Dalam kamus pintar Alkitab konsep kematian dijelaskan dalam Bahasa

    Yunani menggunakan beberapa istilah untuk bisa menjelaskan konsep

    kematian yang dimaksudkan oleh Alkitab secara khusus tertuju pada injil

    Lukas 16 : 19-31. Kata “Mati” ialah nekrous (akusatif, plural, maskulin) dari

    kata nekros (Ef 2:1,5), berarti ebnoksius to death “Kematian yang buruk,

    menjijikan, atau mortal “Yang mematikan” dalam (The Analytic Greek

    Lexicon). Kata nekrous juga dead “Mati” lifeless “tidak bernyawa” on a death

    person „orang mati‟ useless „tidak berguna, tidak bermanfaat‟ (A Concise

    9 Sally Neparassi, Allah Merangkul : Maknai Kehidupan Kematian dalam Allah, (Jakarta

    : PT BPK Gunung Mulia, 2018), h. 11.

  • 41

    Greek English Dictionary of The New Testament).10

    Konsep kematian

    menurut Alkitab merupakan suatu keadaan buruk, atau menjijikan, yang

    dialami oleh setiap manusia, dan arti lain yang dijelaskan juga kematian itu

    disebabkan oleh “Moral” yang artinya moral yang tidak benar itu “Yang

    Mematikan” , standart untuk mengetahui benar atau tidaknya moral manusia

    terhadap dirinya dan lingkungan dimana ia berlindung, itu terukur dari norma-

    norma dalam undang-undang yang ditetapkan. Namun dalam konteks ini yang

    tidak benar itu bukan tertuju pada Allah sendiri, sehingga standar untuk

    mengukur kebenaran moral harus sesuai dengan Alkitab, sebagai firman Allah

    yang satu-satunya, sungguh sangat benar untuk membuktikan kebenaran

    dengan seadil-adilnya tidak memihak. 11

    Menurut Alkitab, ketika manusia meninggal, jiwa dan roh orang-orang

    yang ada dalam Yesus Roh mereka akan pergi ke surga (Kor 5:5) dan sorga

    yang dimaksudkan adalah Firdaus. Sedangkan Jiwa-jiwa yang menolak Yesus

    akan masuk ke siksaan api neraka sementara bersama-sama dengan orang-

    orang dari zaman Nuh yang juga menolak Kristus (1 Ptr 3:1). Sesudah itu

    mereka akan dihukum untuk selama-lamanya di lautan api kekal (Why 20:15).

    Roh dan jiwa mereka di bawa oleh malaikat ke satu tempat yang dalam

    Alkitab disebut “ Dunia Orang Mati” atau “Alam Maut”.

    Oleh karena itu, ayat-ayat tersebut menunjukan bahwa roh orang mati

    tidak bisa berjalan sesukanya. Namun mereka tetep dikawal jadi arwah orang

    10

    Selvester M. Tacoy, M.Div. Kamus Pintar Alkitab, (Kalam Hidup Bandung, 2002), h.

    203. 11

    Agustian Faot,. Jonathan Octavianus,.Juanda, Kematian Bukan Akhir dari Segalanya,

    (Surabaya : Keruso, 2017), VOLUME 2 NUMBER 2, h. 17.

  • 42

    mati bersikap pasif tidak mempunyai pilihan lain, ia harus menuruti malaikat

    yang membawanya. Tidak ada kesempatan untuk beralih pilihan, masa ini

    sedang menunjukan siapa yang akan mengalami kebahagiaan dan siapa yang

    menderita tidak ada pilihan lain. Sebab penentuannya diwaktu hidup, setelah

    mati tidak bisa bersifat aktif dengan kata lain atau mereka akan dikomando

    oleh Malaikat yang ditugaskan Tuhan untuk menempati tempat yang

    ditentukan oleh Allah sendiri istilah yang dipakai oleh Alkitab untuk

    memberikan penjelasan dunia orang mati adalah “sheol” dalam Perjanjian

    Lama atau “Hades” dalam Perjanjian Baru .12

    Kutipan Injil : “Akulah kebangkitan dan hidup; barang siapa percaya

    kepada Ku, ia akan hidup walaupun ia udah mati, dan setiap orang yang

    hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya.”

    (Yohanes 11:25-26)

    Kutipan Al-Kitab : “Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu

    rahasia; kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan

    diubah............”(1 Kor 15:51).

    12

    Agustian Faot,. Jonathan Octavianus,.Juanda, Kematian Bukan Akhir dari Segalanya,

    (Surabaya : Keruso, 2017), VOLUME 2 NUMBER 2, h. 18.

  • 43

    3. Kematian dalam pandangan Kristen

    Semua manusia pasti akan menghadapi kematian. Kematian adalah satu

    kenyataan hidup.13

    Nafas hidup yang dihembuskan ke dalam hidung manusia

    akan ditarik kembali. Manusia akan mengalami kematian seperti makhluk

    hidup lainnya yang diciptakan Allah. Manusia yang berasal dari debu akan

    kembali menjadi debu, kematian akan tiba dan pasti akan tiba.14

    Kristus yang datang ke dunia sebagai manusia mengalami kematian yang

    sam dengan manusia. Iman akan kematian Yesus mengakui bahwa Ia adalah

    anak Allah (Bdk. Mrk 15:39) dan akan bangkit dari antara orang mati (Bdk.

    Luk 24:46). Kematian manusia memberi harapan akan kesatuan dengan

    Kristus yang “Telah Bangkit” dari mati (Mrk 16:6). Namun, didalam ketidak

    tahuan, keangkuhan serta kemanusiawian kita yang lemah , kita sama sekali

    tidak mengerti bahwa Allah telah bertindak dalam sejarah dan dalam

    kehidupan pribadi kita masing-masing. Kebangkitan Kristus memberi

    keyakinan dan harapan bahwa manusia yang telah mati akan dibangkitkan

    seperti Dia.

    Allah yang mengutus Yesus, mempunyai rencana besar untuk menarik

    kembali semua hal menjadi satu kesatuan di dalam tangan-Nya.15

    Maka, Allah

    telah bertindak untuk menebus kita dari kematian rohani dan dari kematian

    jasmani. Semua dosa dan kelemahan akan dipulihkan dalam darah Yesus

    13

    Gladys Hunt, Pandangan Kristen tentang Kematian (Jakarta : BPK Gunung Mulia,

    2000), h. 33. 14

    Bdk Alfonsus Maria de Ligouri, Kematian itu Indah (Jakarta : Obor, 2004), h.27. 15

    Otto Hentz SJ, Pengharapan Kristen (Yogyakarta : Kanisius, 2005), h.35.

  • 44

    Kristus. Kematian menjadi kehidupan abadi, sehingga kematian bukanlah

    sesuatu yang menakutkan tetapi suatu rahmat untuk di dapat memperoleh

    kehidupan abadi.16

    Bagi orang Kristen inti dari semua harapan adalah harapan akan Tuhan.

    Tuhan merupakan sumber keselamatan dan hidup baru semua orang Kristen.

    Oleh Karena itu, segala karya dan harapan akan menjadi nyata dalam

    penyelenggaraan Tuhan. Harapan manusia menunjukan hubungan mendasar

    dengan tuhan yang memberi arti pada semua usaha keras manusia. Semua

    orang yang telah ditebus dengan Kristus akan kembali untuk bersatu dengan-

    Nya (Bdk, Yoh 13:32). Yesus pernah berkata :

    “Janganlah gelisah hatimu, percayalah kepada Allah, percayalah juga

    kepada-Ku. Di rumah Bapa-ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian,

    tentu aku mengatakannya kepadamu. Sebab aku telah pergi ke situ untuk

    menyediakan tempat bagimu. Dan apabila aku telah pergi ke situ dan telah

    menyediakan tempat bagimu, aku akan datang kembali dan membawa kamu

    ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana aku berada, kamu pun berada” (Yoh

    14:1-3).

    Pada saat kematian inilah semua orang beriman akan dihimpun dan

    bertemu dengan Kristus. Semua orang beriman akan “Melihat Dia dalam

    keadaan yang sebenarnya” (1 Yoh 3:2). Oleh karena itu, kebersamaan dalam

    Kristus memberi jaminan akan hidup yang kekal, sehingga dapat dikatakan

    16

    Bdk., Lukas Wiryadinata, Mengapa Kematian Terjadi …? Sebuah Renungan atas

    Kematian (Yogyakarta : Pustaka Nusatama, 2004), h. 19.

  • 45

    “hari kematian lebih baik dari kehidupan” (Pkh 7:1). Rasul Paulus berkata,

    “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Fil 1:21).

    Kematian bagi Kristen menjadi saat yang membahagiakan karena penantian

    akan kebahagiaan bersama Kristus telah tiba.

    4. Kematian dalam Pandangan Gereja Roma Katolik

    Dalam Teologi Katolik Kematian itu “berarti beralih dari dunia Ini masuk

    ke dalam persekutuan Allah di Surga”. Karena Yesus Berkata : “Barang

    siapa yang percaya kepadaku, Ia tidak akan mati”.

    Di dalam ajaran Katolik adalah bahwa orang beralih dari hidup sementara

    di dunia ini masuk ke dalam kehidupan abadi di Surga. Maka dalam Teologi

    Katolik tidak dikenal dengan Kematian,yang ada adalah peralihan dari hidup

    ini kepada hidup kekal, Tubuh akan selesai di bumi ini. Itulah yang disebut

    sebagai orang mati. tubuh akan kembali ke tanah menjadi tanah karena tubuh

    diciptakan dari tanah. Tubuh akan menjadi ke tanah dan nafas Allah yang

    menjadi hidup manusia akan bersatu dengan Allah. Maka harus tahu Siapa

    Manusia dalam ajaran Katolik ? Manusia diciptakan dari tanah dia membawa

    struktur fana yaitu karena diciptakan dari tanah tetapi dia membawa unsur

    Ilahi. Manusia diciptakan oleh hembusan Allah ke dalam hidung Manusia,

    maka manusia membawa Keilahian. 17

    17

    Wawancara Pribadi dengan Johannes Adrianus Hendra Sutedja, S.J. (Imam Gereja

    Katolik, Pondok Labu Jakarta Selatan) Pada Tanggal 26 April 2019.

  • 46

    Dalam buku De Civitate Dei, Agustinus menjelaskan tentang rasa sakit yang

    akan dialami oleh jiwa mereka yang meninggal.

    Mengenai rasa sakit sementara, beberapa orang akan mengalami hanya pada

    waktu hidup di dunia ini, yang lainnya setelah kematian, dan sisanya baik dalam

    hidup ini maupun setelah kematian. Semuanya itu akan mendahului Pengadilan

    Terakhir yang paling keras. Beberapa akan menerima pengampunan di dunia yang

    akan datang untuk apa yang tidak bisa diampuni di dunia ini supaya mereka tidak

    dihukum dalam hukuman kehidupan kekal di dunia yang akan datang.

    Sebagian yang menjalani hukuman sementara di dunia dan sebagian yang lain

    setelah kematian. Mereka yang menderita hukuman sementara setelah mati, tidak

    akan mengalami peyucian karena belum menerima penghapusan dosa di dunia ini.

    Penyucian tersebut berlangsung sebelum Pengadilan Terakhir.18

    B. Pengurusan Menjelang Meninggal dalam Gereja Roma Katolik

    Pengurusan dalam Gereja Katolik disebut dengan Rexa Pastoral. Rexa

    Pastoral merupakan tritugas sebagai nabi yang mewartakan injil sebagai Imam

    yang menguduskan dengan pelayanan sakramen, dan sebagai raja yang murah hati

    dalam pelayanan, yang dilaksanakan untuk kaum beriman. Jadi, semacam

    pelayanan Gereja biasanya orang-orang yang ditunjuk oleh Imam setempat pada

    umatnya. Biasanya persiapan – persiapan ini sangat penting dan disebut juga

    persiapan rohani. 19

    18

    Albertus Purnomo, OFM, Riwayat Api Penyucian (Semarang : 2017, Kanisius), h. 115. 19

    Wawancara Pribadi dengan Johannes Adrianus Hendra Sutedja, S.J. (Imam Gereja

    Katolik, Pondok Labu Jakarta Selatan) Pada Tanggal 26 April 2019.

  • 47

    Cakupa