Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
FILOSOFI PEMAKAMAN DAN KREMASI DALAM GEREJA
ROMA KATOLIK
(Studi Kasus di Rumah Duka dan Krematorium Oasis Lestari Kota Tangerang)
Proposal Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Mengerjakan Tugas Akhir Skripsi
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag)
Oleh :
Pipit Fitrianti
1113032100030
PROGRAM STUDI
STUDI AGAMA-AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2020
i
Filosofi Pemakaman dan Kremasi dalam Gereja Roma Katolik
(Studi Kasus di Rumah Duka dan Krematorium Oasis Lestari Kota
Tangerang)
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Pipit Fitrianti
NIM : 1113032100030
Di bawah Bimbingan :
Dra.Hj. Hermawati, MA.
NIP.195412261986032002
PRODI STUDI AGAMA-AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H./2020 M.
ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul Filosofi Pemakaman dan Kremasi dalam Gereja Roma Katolik
(Studi Kasus di Rumah Duka dan Krematorium Oasis Lestari Kota
Tangerang)telah diajukan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin,
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 24 Juli
2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Agama (S.Ag) Program Strata (S-1) pada Program Studi Agama-agama.
Jakarta, 12 Agustus 2020
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap
Syaiful Azmi, MA. Lisfa Sentosa Aisyah, MA.
NIP:1971031019971031005 NIP: 1975050506 200501 2 003
Anggota, Penguji I Penguji II
Drs. M. Nuh Hasan, MA. Drs. Dadi Darmadi ,MA.
NIP: 19610312198903 1 002 NIP: 19690707 199503 1 001
Pembimbing
Dra. Hermawati, MA
NIP: 195412261 98603 2 002
iii
SURAT PERNYATAAN
ABSTRAK
iv
Pipit Fitrianti
ABSTRAK
Judul Skripsi : “Filosofi Pemakaman dan Kremasi dalam Gereja Roma
Katolik (Studi Kasus di Rumah duka dan Krematorium Oasis Lestari)”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami apa filosofi pemakaman
dan Kremasi dalam Gereja Roma Katolik, dan Tata cara upacara pemakaman dan
Kremasi dalam Gereja Roma Katolik.
Dalam Melakukan penelitian ini, penulis menggunakan penelitian lapangan (field
research), yaitu penulis mengadakan penelitian lapangan di Rumah Duka dan
Krematorium Oasis Lestari Kota Tangerang.
Metode yang digunakan dalam Penulisan ini menggunakan Metode penelitian
Kualitatif. Penelitian Kualitatif merupakan prosedur penelitian yang akan
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan dari perilaku
seseorang yang dapat diamati.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Gereja Katolik tetap Konsisten melihat
pemakaman jenazah sebagai pilihan utama yang sesuai dengan keyakinan iman
akan kebangkitan badan dan merupakan cara yang paling tepat untuk
mengungkapkan iman dan pengharapan Gereja akan kesakralan Tubuh manusia.
Kremasi dasar nilainya Lebih pada hal-hal praktis, Lebih Mudah, lebih praktis
bagi keluarga yang merasa biaya pemakamannya Berat dan ongkosnya lebih
murah.
Kremasi tidak dilarang kalau ada alasan yang tidak bertentangan dengan Gereja
(Legitimate).
Kata Kunci :Filosofi, Katolik, Kremasi, Kesakralan Tubuh.
v
KATA PENGANTAR
Puji Syukur ke hadirat Allah SWT atas segala berkat dan Nikmat-Nya,
yang telah diberikan kepada hamba-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
studi untuk meraih gelar Sarjana Agama hingga pada tahap penulisan skripsi di
Program Studi Agama-Agama Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Sholawat serta salam tersampaikan kepada Rasulullah Nabi Muhammad
SAW beserta para sahabat dan keluarganya, semoga rahmat dan Syafaat beliau
menjadi bekal sarana wasilah Allah SWT dengan makhluk ciptaan-Nya.
Alhamdulillah atas Hidayah dan inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Skripsi ini yang berjudul : “Filosofi Pemakaman dan Kremasi dalam
Gereja Roma Katolik (Studi Kasus di Rumah Duka dan Krematorium Oasis
Lestari Kota Tangerang)”.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal
itu disadari karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
penulis. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pihak lain pada umumnya. Dalam penyusunan Skripsi ini,
penulis banyak mendapat pelajaran, dukungan motivasi, bantuan berupa
bimbingan yang sangat berharga dari berbagai pihak mulai dari pelaksanaan
hingga penyusunan laporan skripsi ini.
vi
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada orang-orang yang penulis hormati dan cintai yang membantu
secara langsung maupun tidak langsung selama pembuatan skripsi ini.
1. Ibu Dra. Hj. Hermawati, MA. Selaku Dosen Pembimbing Penulis yang
dengan tulus dan sangat baik memberikan arahan dan pandangan-
pandangan agar skripsi ini memperoleh hasil yang memuaskan. Semoga
Allah SWT selalu memberikan kesehatan dan kemudahan bagi beliau.
2. Bapak Prof Kautsar Azhari Noer, selaku Dosen Penasehat Akademik
Penulis yang dalam memberikan konsultasi selalu dengan aura positif bagi
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan lancar.
3. Bapak Dr. Yusuf Rahman, MA. Sebagai Dekan Fakultas Ushuluddin UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran Dekanat, semoga Bapak
diberikan kelancaran memimpin Ushuluddin kearah Kemajuan.
4. Bapak Syaiful Azmi, MA. dan Ibu Lisfa Sentosa, MA. sebagai Ketua dan
Sekertaris Program Studi, Studi Agama-Agama yang selalu memberikan
dukungan dan Support Moral terhadap penulis dalam mengerjakan Skripsi
juga setiap proses birokrasi dan administrasi di Prodi.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin yang telah memberikan ilmu dalam
setiap Mata Kuliah yang diikuti penulis, khususnya bagi Dosen-Dosen
Program Studi Agama-Agama mulai dari Bapak Prof. Dr. Kautsar Azhari
Noer, MA, Bapak Prof. Dr. Ikhsan Tanggok, MA, Bapak Dr. Amin
Nurdin, MA, Bapak Wakil Dekan III Dr. Media Zainul Bahri, MA, Ibu Siti
vii
Nadroh, MA dan Ibu Halimah Mahmudy, MA. semoga kesehatan dan
kesuksesan selalu menyertai beliau-beliau.
6. Seluruh Staff dan Karyawan di Bagian Tata Usaha dan Fakultas
Ushuluddin , terutama Bapak Toto Tohari, M.Ag. yang telah membantu
penulis dalam setiap birokrasi dan administrasi kampus di Ushuluddin.
7. Para Karyawan/Karyawati Perpustakaan Utama dan Fakultas Ushuluddin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan fasilitas dalam
rangka penulisan skripsi ini.
8. Kepala Direktur Utama PT Danita Ibu Bernadette Ania Desliana yang
telah baik hati mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian lapangan
di Rumah Duka dan Krematorium Oasis Lestari Kota Tangerang.
9. Romo Johannes Adrianus Hendra Sutedja, S.J., Romo FX. Dedomau D. da
Gomez, SJ dan Ibu Florentino Sunarsari, S. Sos. Yang baik hati telah
bersedia mengizinkan penulis untuk penelitian dan menjadi narasumber
dalam skripsi ini.
10. Ayahanda terkasih Bapak Masari dan Almarhumah Ibunda tersayang Ibu
Henny Andrianty yang telah memberikan dukungan penuh, baik, merawat,
mendidik, dan memberikan support moral dan material juga senantiasa
mendoakan bagi penulis mulai dari sekolah dasar hingga menimba ilmu di
Kampus Pembaharu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta hingga pada proses
penulisan skripsi ini. Tidak lupa untuk Kakak Perempuan penulis yaitu Tia
Mutia Tunnimah, dan Juga Tidak Lupa bagi Ketiga adik-adik penulis yaitu
Lia Amalia Sari, Muhammad Ilyas Afazany, dan Ahmad Yusuf Saifullah
viii
yang selalu mendukung dan mendoakan yang terbaik bagi penulis. Semoga
mereka selalu berada dalam lindungan Allah SWT.
11. Untuk kawan-kawan dan sahabat-sahabat SAA 2013 yang berjuang
bersama dalam proses pembelajaran di Ushuluddin dari Semester 1 hingga
sekarang, terkhusus untuk sahabat-sahabat penulis mulai dari Mursanah,
Fuji Ayu Amalia, Novi Karyahti, Yuliana, Sarah Muthia Maghfiroh (lala),
Nur Fitri Barliyana (Fitri). Semoga mereka selalu berada dalam lindungan
Allah SWT.
12. Untuk Tante Ika Sutarti, Wa yuyang yang telah memberikan dukungan
penuh baik merawat, mendidik dan memberikan support moral dan
material juga senantiasa mendoakan bagi penulis. Semoga selalu berada
dalam lindungan Allah SWT.
13. Teman mengajarku Anita, Herni Rismayanti, Nida Farikha dan Vica Dwi
Febriana yang selalu memberikan semangat dan Motivasi agar penulis bisa
menyelesaikan ini.
Semoga peran-peran beliau semua mendapatkan imbalan yang
sepantasnya dan mendapatkan Ridho dari Allah SWT Amin. Penulis
menyadari bahwa karya tulis ini bukanlah akhir dan puncak dari pencarian
ilmu pengetahuan akan tetapi merupakan awal dan pintu dalam
mengembangkan karya-karya ilmiah lainnya. Kritik dan saran serta solusi
sangat penulis harapkan dari berbagai pihak guna penyempurnaan dan
kebaikan karya-karya penulis nantinya.
Tangerang , 12 Juli 2020
ix
Penulis.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................. i
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA SIDANG. ...................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... iii
ABSTRAK .................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 12
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 13
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 13
E. Tinjauan Pustaka .................................................................. 14
F. Metodologi Penelitian ......................................................... 16
G. Sistematika Penelitian ......................................................... 21
BAB II GAMBARAN UMUM OASIS LESTARI KOTA TANGERANG
A. Sejarah Berdirinya Oasis Lestari Kota Tangerang .............. 22
B. Letak Geografis dan Demografis Oasis Lestari .................. 24
C. Fasilitas Oasis Lestari Kota Tangerang …………………... 26
D. Keadaan Sosial Oasis Lestari Kota Tangerang …………… 32
BAB III ANALISIS PROSESI PEMAKAMAN DAN KREMASI DALAM
GEREJA ROMA KATOLIK
A. Definisi Kematian ………………………………………… 34
1. Kematian Secara Umum ……………………………… 37
2. Kematian dalam Pandangan Alkitab ………………... .. 40
3. Kematian dalam Pandangan Kristen ……... ………….. 43
4. Kematian dalam Pandangan Gereja Roma Katolik. ....... 44
B. Pengurusan Menjelang Meninggal Katolik ………………. 46
x
C. Pengurusan Setelah Meninggal Katolik ………………….. 62
1. Proses Merawat Jenazah …………………………. 63
D. Prosesi Pemakaman ………………………………………. 79
E. Prosesi Kremasi …………………………………………... 90
BAB IV MAKNA FILOSOFIS PEMAKAMAN DAN KREMASI DALAM
GEREJA ROMA KATOLIK
A. Filosofi Pemakaman………………………………………. 101
1. Pengertian Pemakaman ………………………………. 102
B. Filosofi Kremasi ……………………………………... ..... 107
1. Pengertian Kremasi …………….. ................................. 108
2. Kremasi di Dunia Barat …………… ............................. 111
3. Sejarah Kremasi ............................................................ 114
C. Memahami Tradisi …………………….. ............................ 118
D. Kebangkitan Badan ……………………………………. .... 125
E. Tetap Menghormati Tubuh ……………………………….. 131
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 135
B. Saran ..................................................................................... 139
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 140
LAMPIRAN .................................................................................................. 146
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 ..................................................................................................... 146
Surat Izin Penelitian ...................................................................... 146
Lampiran 2 ..................................................................................................... 150
Bukti Telah Melakukan Wawancara ............................................. 150
Lampiran 3 ..................................................................................................... 153
Pertanyaan Wawancara.................................................................. 153
Lampiran 4 Hasil Wawancara ……………………………………………... 155
Hasil Wawancara Romo J.A Hendra Sutedja S.J .......................... 155
Hasil Wawancara Ibu Florentino Bowo Rini Sunarsari ............... 169
Hasil Wawancara Romo FX Dedomau D, da Gomez, SJ ............. 178
Lampiran 5 ..................................................................................................... 188
Foto Kegiatan Lapangan ................................................................ 188
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan manusia berlangsung dalam jangka waktu tertentu. Dalam
perjalanan hidupnya, manusia mengalami perubahan. Ia mengalami sakit, tua
dan mati. Peristiwa tersebut adalah kenyataan yang dialami oleh setiap
manusia. Peristiwa kematian adalah peristiwa terakhir yang mesti dihadapi
oleh manusia di dalam kehidupan. Kematian adalah puncak kehidupan
manusia di dunia. Ketika manusia mati, tubuh manusia hancur, tetapi jiwanya
tetap hidup. Pemahaman Teologi Kristiani memandang bahwa kematian, jiwa
manusia hidup, dan jiwa hidup dalam keadaan terpisah dari badan (anima
sparata). Gereja meyakini bahwa setiap jiwa dipisahkan dari badan, dalam
kebangkitan Allah akan memberikan kehidupan abadi kepada badan baru
yang diubah, dan mempersatukannya kembali dengan jiwa manusia.
Keyakinan ini dikaitkan dengan Peristiwa Kristus yang telah bangkit dan
hidup untuk selamanya, demikian juga manusia yang telah mati di dalam
Kristus akan bangkit pada hari Kiamat.1
Keunikan pandangan Katolik tentang kematian diungkapkan dengan tepat
dalam liturgi Gereja. Dalam Doa Prefasi2 Arwah 1 diungkapkan dengan jelas
sebagai berikut. “ Sebagian Umat beriman, kami yakin bahwa hidup hanyalah
1Yosep Pranadi, Kematian dan Kehidupan Abadi : Sebuah Eksplorasi dalam Persfektif
Gereja Katolik, (Bandung : Melintas, 2018), h. 255. 2 Prefasi (Latin : Praefatio) adalah doa pujian dan syukur meriah, yang merupakan bagian
pertama dari Doa Syukur Agung dan Perayaan Ekaristi. Intisari Prefasi adalah ucapan syukur atas
karya penebusan Kristus.
2
diubah, bukannya dilenyapkan. Dan sesudah roboh rumah kami di dunia ini,
akan tersedia bagi kami kediaman abadi di Surga”.3 Doa prefasi tersebut
mengungkapkan iman Gereja yang percaya bahwa setelah manusia mati,
kehidupannya tidak berakhir. Dengan demikian, pengalaman kematian adalah
suatu perubahan atau transformasi kehidupan, yakni transformasi dari alam
fana ke alam baka. Gereja mengharapkan bahwa ada harapan akan
kebangkitan bagi orang-orang yang telah meninggal. Paulus dalam suratnya
memberikan nasihat kepada jemaat di Tesalonika agar orang-orang yang
masih hidup tetap memiliki pengharapan : “Karena Jikalau kita Percaya,
bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga mereka
yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama
dengan Dia (1 Tes. 4:14).
Berdasarkan pemaparan diatas, dimengerti bahwa kematian adalah momen
transisi antara kehidupan temporal di dunia dengan Kehidupan kekal bersama
Allah. Kematian merupakan sebentuk gerakan dari kehidupan di dunia yang
sifatnya sementara menuju kehidupan kekal. Kematian merupakan peristiwa
perubahan atau transformasi keadaan manusia secara rohaniah (1 Kor.
15:51).
Sakit menjadi bagian dari Hidup Manusia, sekaligus merupakan
pengalaman yang sangat khusus bagi kehidupan manusia. Selain rasa sakit,
sejuta rasa lain yang akan dialami secara serentak. Sakit merupakan gejala
3 Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Tata Perayaan Ekaristi (Yogyakarta :
Kanisius,2005), h. 107.
3
yang begitu umum dan biasa, dan secara praktis sukar dipisahkan dari
kehidupan manusia.
Sebelum merumuskan sakit, pertama-tama mencoba membandingkan
keadaan manusia dalam dua sisi situasi kehidupan yaitu ketika sehat dan
ketika sakit. Sakit dapat didefinisikan setelah melihat situasi manusia dalam
keadaan sehat.
Manusia sehat yang ideal adalah manusia yang sehat, baik badan, jiwa
maupun social. Segala daya dan tenaga, guna mencapai tujuan hidup yang
ditentukan oleh Tuhan. Sakit merupakan situasi dimana terjadi
ketidakseimbangan antara jasmani, rohani, dan lingkungan si sakit. Dapat
dipahami bahwa penyakit merupakan gangguan kesehatan sehingga manusia
kurang dapat menggunakan daya dan tenaga badan maupun jiwanya. Ia
sendirilah yang harus menentukan sikap dan perbuatannya terhadap penyakit
itu.
Dalam kitab suci Perjanjian Lama, sakit sering dikaitkan dengan kutuk dan
dosa. Penyakit dilihat sebagai Kutukan Allah atas dosa orang.
Dalam Kateksimus Gereja Katolik, Kutipannya sebagai berikut :
1502 : Manusia PL menanggung penyakit dengan memandang kepada
Allah. Ia mengeluh kepada Allah mengenai penyakitnya (Maz, 38). Ia
memohon penyembuhan-Nya (Maz, 6;3) Tuhan atas hidup dan mati. Penyakit
menjadi menuju jalan pertobatan (Maz, 38;5) dan karena pengampunan oleh
Allah terjadilah penyembuhan (Maz, 32;5).
4
1053 : Belas Kasih Yesus kepada orang sakit dan penyembuhan segala
macam penyakit yang dilakukan-Nya adalah tanda-tanda bahwa Allah telah
melawat umat-Nya (Luk. 7:16) dan bahwa kerajaan Allah sudah dekat.
Dari kutipan ini jelas terlihat bagaimana gereja memandang sakit sebagai
persatuan dengan sengsara Kristus. Melalui pengurapan sakramen ini, orang
sakit ,menerima kekuatan dan anugerah untuk mempersatukan diri lebih erat
lagi dengan sengsara Tuhan. 4
Dalam Teologi sakramen pengurapan orang sakit, umumnya diakui bahwa
sakramen itu juga memberikan pengampunan Dosa, termasuk dosa berat,
dengan tetap ada kewajiban untuk mengakui dosa itu seandainya orang itu
sakit menjadi sembuh. Kalau orang itu tidak sembuh lagi, maka sakramen
pengurapan orang sakit itu memberikan pengampunan dosa dan penghapusan
siksa dosa dengan memberikan pengampunan dosa dan penghapusan siksa
dosa dengan memberikan indulgensi penuh, seperti terdapat dalam rumus
liturgi sakramen. Bila keadaan orang sakit memungkinkan, maka bisa
diterimakan sakramen pengakuan dosa, sakramen pengurapan orang sakit,
dan sambut komuni (Victicum) sebagai bekal perjalanan menuju kepenuhan
hidup dalam Allah. Namun biasanya orang sakit yang menerima minyak suci
tidak mampu lagi ambil bagian aktif dalam liturgi yang dirayakan untuknya
(atau bersamanya). Dengan demikian, terbuka peluang untuk
mengembangkan teologi sakramen sebagai sakramen pengampunan dosa
4 Romanus Romas, Pendampingan Patoral Orang Menjelang Ajal, STIPAS Tasahak
Danum Pambelum, Juni 2017: h. 184.
5
yang sungguh-sungguh, bahkan pengampunan dosa yang terakhir bagi orang
sakit yang bersangkutan, jika ia tidak sembuh lagi.5
Kesamaan antara kedua sakramen itu terletak dalam hal pelayannya yang
adalah iman. Keduanya merupakan sakramen kerahiman Allah bagi manusia
lemah. Baik sakramen pertobatan maupun perminyakan menonjolkan segi
kebutuhan manusia akan belas kasih Allah dan tindakan Gereja lewat imam
sebagai tanda kelihatan dari pengampunan dan Belas kasih Allah.6
Hidup dan Mati begitu dekat bagaikan dua sisi dari koin yang sama. Tetapi
dekatnya kematian juga membuka tirai kenyataan bahwa banyak hal yang
begitu gelap tentang kematian.7
Kita sebagai manusia pasti memiliki rasa takut terhadap kematian, dengan
cara berusaha memperpanjang hidup kita. Berkat kemajuan ilmu kedokteran
kita memang berhasil untuk menunda saat kematian. Namun akhirnya kita
semua pasti mati juga. Tetapi apa yang terjadi pada saat kematian?
Pernafasan berhenti, jantung tidak berdenyut lagi dan badai mulai hancur.
Hancurkan seluruh manusia? Hati kita rindu akan “Hidup seribu tahun lagi”,
atau yang disebut dengan hidup kekal. Gereja Mengajarkan bahwa manusia
bukan hanya tubuh, melainkan juga roh. Manusia diciptakan tuhan untuk
mengenyam yang melampaui keadaan dunia fana ini.8
5 Wawancara Pribadi dengan Johannes Adrianus Hendra Sutedja, S.J. (Imam Gereja
Katolik, Pondok Labu Jakarta Selatan) Pada Tanggal 26 April 2019. 6 Albertus Sujoko, MSC, Praktek Sakramen Pertobatan dalam gereja Katolik
(Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 2008), h. 153-154. 7 Dr. Petrus Maria Handoko, CM, Hidup di balik Kematian (Malang : Penerbit Dioma,
2015), h. 5. 8 Pankat Kas, Ikutilah Aku, Warta Gembira untuk Para Calon Baptis (Yogyakarta :
Penerbit Kanisius, 1986), h. 172.
6
Kematian adalah akhir dari kehidupan, ketiadaan nyawa dalam organisme
biologis. Semua makhluk hidup pada akhirnya mati secara permanen, baik
dari secara alami seperti penyakit atau dari penyebab tidak alami seperti
kecelakaan. Setelah kematian tubuh makhluk hidup mengalami pembusukan.
Semua orang tidak akan tahu apa itu kematian. Bagaimana rasa kematian, dll.
Sampai orang itu merasakan kematian. Kematian dipandang sebagai
keterpisahan seseorang dari komunitas tempat ia pernah hidup dan adanya
penghormatan yang mendalam pada orang yang meninggal tersebut.9
Bagi seorang Katolik kematian bukanlah semata-mata akhir hidup atau
takdir yang terelakan, melainkan suatu peristiwa iman. Sebab pada saat
kematian, kita mengambil bagian dalam misteri paskah Kristus. Ketika
dibaptis kita sudah digabungkan dengan Kristus yang telah wafat dan bangkit.
Maka pada saat kematian, bersama dengan Kristus kita beralih dari dunia fana
ini kepada kehidupan kekal. Sebab “kalau kita bergabung dengan kristus dan
turut mati bersama dengan Dia, maka kita akan bergabung dengan Dia pula
dalam Kebangkitan” (Rm. 6:5). Kita menghadap Bapa dan sesudah disucikan
dari dosa, kita diterima dalam keluarga Allah yang berbahagia, sambil
menantikan penuh harapan kedatangan Kristus yang mulia dan kebangkitan
semua orang pada akhir Zaman.10
Kristus bukan hanya mengalahkan dosa,
melainkan juga kematian. Akhirnya yang dimusnahkan adalah maut (1 Kor
15:25). Jadi orang mati akan bangkit (Kor 1 15:35-36). Memang kristus
menyelamatkan manusia, bukan hanya jiwanya, melainkan manusia
9 Maya Dewi Ariani, Kompleks Pelayanan Kematian di Bantul, DIY. Skripsi Jurusan
Arsitektur Fakultas Tehnik, Univ. Atma Jaya Yogyakarta (Yogyakarta, 2015), h. 24. 10
Grafika Mardi Yuana . Upacara Pemakaman (Jakarta : Obor, 2011), h. 1.
7
seutuhnya termasuk tubuhnya. Maka penebusan Kristus baru selesai dengan
sempurna bila jiwa disatukan kembali dengan badan, tetapi dalam keadaan
baru, dimana tubuh kita dimuliakan menyerupai tubuh Kristus yang
dimuliakan sesudah bangkit.11
Jiwa manusia dipaksa bersatu dengan tubuh. Ketika manusia mengalami
kematian, di situlah jiwa dibebaskan dari badan seperti tahanan dibebaskan
dari penjara. Pandangan Plato ini tidak sejalan dengan pandangan Alkitabiah
atau Kristiani. Sebab, tradisi Alkitabiah atau ajaran Kristiani mengajarkan
bahwa jiwa dan tubuh bukanlah hal yang berlawanan, tetapi sebaliknya dua
hal yang saling melengkapi.
Jiwa bersifat abadi dan tidak akan hilang. Ia adalah daya Ilahi yang
menghidupkan manusia. Ia mempengaruhi pikiran, perasaan, hasrat, dan
keputusan-keputusan moral yang diambil manusia. Jiwa adalah inti pribadi
terdalam dari manusia. Karena bersifat abadi, jiwa tidak terpengaruh oleh
kematian manusia. Jiwa tetep hidup sekalipun tubuh menjadi rusak. Karena
jiwa diciptakan oleh sang pencipta (Allah), keberadaan jiwa itu sangat
ditentukan oleh relasinya dengan Allah. Semakin dekat dengan Allah, jiwa itu
akan semakin hidup dan berkembang. Semakin menjauh dari Allah, jiwa itu
akan semakin layu dan kering. Jiwa adalah Jati diri manusia yang selalu
terkoneksi dengan sang pencipta. Karena adanya jiwa, manusia mampu
mengenal menyadari kehadiran Allah dalam hidupnya. 12
11
Pankat Kas, Ikutilah Aku, Warta Gembira untuk Para Calon Baptis (Yogyakarta :
Penerbit Kanisius, 1986), h. 173. 12
Albertus Purnomo, OFM, Riwayat Api Penyucian Dalam kitab suci dan Tradisi
(Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 2017 ) h. 38-39.
8
Sekalipun jiwa itu abadi, jiwa menjadi hidup jika ia berada dalam relasi.
Di atas sudah disebutkan,jiwa berkembang dalam relasinya dengan Allah.
Tetapi, sebenarnya bukan hanya Allah saja. Jiwa ada dalam relasinya dengan
tubuh. Tanpa tubuh, jiwa tidak bisa memanifestasikan dirinya. Jiwa hidup
juga dalam relasinya dengan jiwa-jiwa yang lainnya. Jadi, seandainya Allah
telah menciptakan jiwa manusia jauh sebelum lahir ke dunia, jiwa itu baru
hidup dan berkembang selama berada dalam tubuh jasmani dan dalam
relasinya dengan yang lain.
Dalam kehidupan saat ini orang bisa melakukan dua cara dalam mengurus
soal jenazah ada yang melakukan dengan cara dikubur, atau dimakamkan ada
juga ada yang memakai cara dibakar atau diperabukan atau yang sering juga
disebut Kremasi.
Gereja-gereja di Indonesia memiliki sikap yang berbeda-beda terhadap
cara mengurus orang yang sudah meninggal, baik yang melakukan Kremasi
maupun yang dimakamkan. Sebagian gereja yang dapat melayani jika
keluarga yang ditinggalkan menginginkan orang yang meninggal tersebut
dikremasikan, tetapi ada juga sebagian gereja yang tidak dapat melayani jika
ada keluarga yang ditinggalkan ini menginginkan orang yang telah meninggal
dikremasikan.
Secara statistik kebanyakan yang melakukan Kremasi itu dari Etnis
Tionghoa. Jawa, Sunda Ambon itu jarang yang melakukan Kremasi.
Mengapa Etnis Tionghoa ini melakukan Kremasi ? karena di dalam tata nilai
Umat Katolik yang dari Etnis Tionghoa makam itu sendiri sakral. Maka tidak
9
bisa seenaknya dipindahkan sedangkan akhir-akhir ini banyak yang
melakukan Kremasi. Sejak tahun 60-an itu mulai terjadi penggusuran makam-
makam, jadi banyak makam orang Tionghoa yang tergusur pada zaman itu.
Ini pertama kalinya makam di gusur dan itupun menggoncangkan masyarakat
Tionghoa dan itu bertepatan di Keramat Sentiong jauhar baru Jakarta pusat
yang beralamat di Jl Raden Saleh masuk ke dalam dari Sebrang itu terdapat
kuburan yang besar sekali yang sudah sangat tua makam orang Tionghoa juga
kebanyakan yang dimakamkan disana suatu saat diumumkan bahwa “Makam
itu akan dibongkar” dan itu pada zaman Ali Sadikin yang dikabarkan akan
dijadikan perumahan. Dari sanalah orang Tionghoa itu diberi kesempatan
untuk menggali kuburan keluarganya, mengangkat tulang-tulangnya dan
memindahkannya. Dari sinilah Mereka orang-orang Tionghoa tidak terima
jikalau makamnya di bongkar dan bagi umat Tionghoa ini belum pernah
terpikirkan dan sangat mengejutkan bagi mereka dari segi kelanggengannya
dan mereka tidak tahu akan dibawa kemana tulang-tulang dari hasil menggali
kuburan ini?. Jadi menurut Etnis Tionghoa ini berpendapat bahwasannya
makam itu tidak stabil (tidak aman) dari segi kelanggengannya, Makam
Tionghoa Terkenal di Jakarta kecuali Sentiong ada juga di daerah Kebun
Nanas Pemakaman Besar. Dalam suasana sosial politik yang kurang
menyenangkan diarah ke Makam Mereka merasa kurang Aman karena sering
dimintain uang karena makamnya dibersihkan dan kemudian orang yang
membersihkannya meminta imbalan karena telah membersihkan makam itu
padahal dalam pemakaman itu sudah dibayarkan semuanya kepada
10
sumbangan kebersihan dan penjagaan makam dari sinilah terlihat secara
tudak resmi meminta paksa untuk membayar kebersihan tersebut dari sinilah
Umat Etnis Tionghoa pun merasa tidak nyaman. Kenapa bisa di gusur? Dan
ke tempat lain pun mereka tidak nyaman. Begitu pula ketika ada perayaan-
perayaan Besar Tionghoa yaitu perayaan Ceng Beng yang diadakan setiap
tanggal 5 April mereka orang-orang Tionghoa berziarah Ke Makam-makam
dan ketika perayaan berjalan di daerah pemakaman orang-orang sekitar dan
begitu pula preman sudah tahu bahwasannya mereka akan datang berziarah
ke makam dan itu menjadi lahan dan kesempatan mereka mencari uang dan
bagi Orang Tionghoa itu mereka tidak merasa nyaman dengan suasananya
ibadatnya disana tidak nyaman begitupun dengan suasananya mereka juga
tidak merasakan kenyamanan. Maka mereka Orang-orang Tionghoa banyak
kemudian mengambil jalan sederhana yaitu dengan cara Mengkremasi
Jenazah. Setelah di Kremasikan kemudian dimasukan ke dalam. Kalau Orang
Tionghoa yang beragama Buddha atau yang beragama Konghuchu mereka
punya Kolumbarium dan Orang Katolik Juga punya jadi tidak perlu repot lagi
pergi ke Makam. Orang Katolik, Buddha juga boleh memakamkan Abu
Jenazahnya ke dasar laut jadi itu semua praktis tidak ada lagi yang dinamakan
meminta uang secara paksa (palak) dan tidak bisa dipindah-pindah lagi dan
inilah sebabnya alasannya Mengapa Orang Tionghoa Katolik seperti orang
Tionghoa yang bukan Katolik banyak yang memilih Kremasi. 13
13
Wawancara Pribadi dengan Johannes Adrianus Hendra Sutedja, S.J. (Imam Gereja
Katolik, Pondok Labu Jakarta Selatan) Pada Tanggal 26 April 2019.
11
Banyak sebagian Umat Katolik, yang memilih untuk mengkremasikan
Jenazah hingga saat ini, sehingga di kalangan orang Katolik sendiri timbul
perbedaan pendapat tentang cara kremasi, ada yang setuju ada juga yang
tidak setuju, bahkan tidak memperbolehkan. Banyak orang menilai bahwa
kremasi bukanlah budaya orang Indonesia. Dalam hal ini perlu terlebih
dahulu memahami alasan dari pandangan yang menolak cara kremasi dan
berpendapat hanya cara penguburan yang diperbolehkan. Antara lain :
1. Alasan Larangan Kremasi yaitu :
a. Iman akan Kebangkitan Badan.
b. Penghargaan akan tubuh sebagai anggota “Tubuh Mistik
Kristus”, “Bait Roh Kudus”, sarana menjelmakan daya ilahi
yang Kudus, begitu Kerap disucikan oleh sakramen-sakramen.
c. Orang-orang kafir mengkremasikan jenazah sebagai ungkapan
ketidak percayaan mereka akan kebangkitan badan.
2. Alasan memilih kremasi Jenazah yaitu :
a. Lebih Ekonomis.
b. Tidak perlu pelihara Kuburan.
c. Masalah Penyakit Menular.
d. Lebih memilih tubuh cepat hancur daripada hancur dalam
kuburan perlahan-lahan.14
e. Harga tanah yang semakin mahal setiap tahun-Nya.15
14
Rm. Ignatius Joko Purnomo O’Carm, “Prima Putra Machinery Engineering”
(November 2006 )h. 13.
12
Gereja mengizinkan Kremasi, sejauh hal ini tidak ingin menyangkal
kepercayaan dan kebangkitan badan. Memang pada masa lalu, selama
berabad-abad, Gereja Katolik melarang kremasi karena pada saat itu, kremasi
sering kali dipandang sebagai ungkapan penolakan beberapa butir ajaran iman
katolik, yaitu : 1) kebangkitan badan 2) keluhuran badan duniawi. Jadi
sebenarnya, Gereja Katolik tidak memandang tindakan itu sendiri sebagai
suatu yang negatif. Yang ditolak ialah alasan-alasan yang mendasari tindakan
mengkremasi jenazah, yang berlawanan dengan iman Katolik.16
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis membatasi permasalahan
yang akan di teliti dalam Field Research ini. Yaitu penulis hanya akan
membahas “Filosofi Pemakaman dan Kremasi dalam Gereja Roma Katolik”
Adapun rumusan masalah yang penulis buat yaitu :
1. Bagaimana tata cara dan makna Filosofis upacara Pemakaman
dan Kremasi dalam Gereja Roma Katolik di Rumah Duka dan
Krematorium di Oasis Lestari Kota Tangerang?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut
:
a. sebagai salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan akhir
perkuliahan untuk meraih gelar Sarjana Agama (S.Ag) dalam jurusan
15
Wawancara Pribadi dengan F. Bowo Rini Sunarsasi (Pimpinan Umum PT Danita &
Pemimpin Umum Oasis Lestari di Jatake Tangerang, Banten) Pada Tanggal 22 Februari 2018. 16
Dr. Petrus Maria Handoko, CM, Hidup di balik Kematian (Malang : Penerbit Dioma,
2015), h. 35.
13
Studi Agama-Agama Fakultas Ushuluddin (UIN) Universitas Islam
Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Untuk mengembangkan wawasan penulis mengenai bagaimana tata
cara pemakaman dan kremasi dalam Gereja Roma Katolik
c. Untuk mengembangkan wawasan penulis mengenai bagaimana
Filosofi Pemakaman dan Kremasi dalam Gereja Roma Katolik
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang
penulis ajukan.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangasih atau
memperkaya konsep-konsep, teori-teori terhadap ilmu pengetahuan dari
penelitian yang sesuai dengan bidang ilmu. Suatu penelitian secara teoritas
dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan
tentang Pemakaman dan Kremasi dalam Katolik.
2. Manfaat Praktis
Adapun Manfaat dari Penelitian Ini :
a. Sebagai Informasi bagi masyarakat umum tentang tata cara
pemakaman dan kremasi dalam Gereja Roma Katolik. Serta bagi umat
Katolik agar dapat lebih memahami tata cara pemakaman dan kremasi
dalam Gereja Roma Katolik.
14
b. Sebagai Informasi bagi masyarakat untuk lebih mengenal filosofi
pemakaman dan kremasi dalam Gereja Roma Katolik.
E. Tinjauan Pustaka
Penulis menemukan satu judul yang membahas mengenai pemakaman dan
kremasi dalam Katolik. Kajian Pustaka ini pada dasarnya adalah untuk
mendapatkan gambaran yang jelas tentang hubungan topik yang akan diteliti
dengan penelitian lain sejenisnya, yang pernah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya agar tidak ada pengulangan. Adapun karya tulis ilmiah yang
berkaitan dengan Filosofi Pemakaman dan kremasi dalam Katolik adalah
sebagai berikut :
Pertama, Skripsi yang dituliskan oleh Maya Dewi Ariani, yang berjudul
“Kompleks Pelayanan Kematian di Bantul, DIY”. Dari Universitas Atma
Jaya Yogyakarta 2015, dalam penelitian ini menjelaskan bagaimana arsitektur
komplek pelayanan kematian di bantul, menggambarkan konsep perencanaan
dan perancangan dan begitupula menganalisis bangunan untuk orang yang
meninggal.
Kedua, Jurnal yang dituliskan oleh Hanny Frederic, yang berjudul
“Konsep Persatuan dengan Kematian dan Kebangkitan Kristus berdasarkan
Roma 6:1-14”. Dari Sekolah Tinggi Theologia Jaffray 2015, dalam penelitian
ini menjelaskan bagaimana Konsep Persatuan dengan Kematian dan
Kebangkitan Kristus berdasarkan Roma 6:1-14 diperoleh sebagai Kesimpulan
berikut : Pertama, Orang percaya telah dipersatukan dengan kematian dan
15
kebangkitan Kristus melalui baptisan, yang berarti ia turut serta mengalami
peristiwa-peristiwa yang dialami Kristus oleh Sejarah, yakni penyaliban,
kematian, penguburan dan Kebangkitan Kristus. Kedua, persatuan dengan
kematian dan kebangkitan Kristus mengakibatkan berlalunya ciptaan lama,
yaitu kematian lama sebagai status atau kedudukan seseorang dalam
persekutuannya dengan Adam. Ketiga, persatuan dengan kematian dan
kebangkitan Kristus menghasilkan ciptaan baru, yaitu kehidupan baru
sebagai status atau kedudukan orang percaya dalam persekutuan dengan
Kristus. Keempat, kehidupan yang berpadanan dengan status baru orang
percaya dalam Kristus adalah kehidupan dalam pengudusan yang meliputi
hidup dalam pertobatan dan hidup untuk melayani Allah.
Ketiga, Jurnal yang dituliskan Oleh Romanus Romas, yang berjudul
“Pendampingan Pastoral Orang Menjelang Ajal”. Dari STIPAS Tahasak
Danum Pambelum 2017, dalam penelitian ini menjelaskan bahwasanya
tuntunan yang mendasar supaya kematian dihadapi secara damai, tidak
sendirian, secara hormat dan manusiawi. Pendampingan orang yang
menjelang ajal umumnya belum ditangani dengan baik di zaman modern
sikap orang terhadap kematian dan sekarat semakin ditandai oleh kecemasan,
ketakutan, ataupun sikap menghindar.
Dari sebagian besar kajian pustaka yang ditulis dan yang saya temukan
belum ada yang membahas secara spesifik mengenai “Filosofi pemakaman
dan Kremasi dalam Katolik”. Oleh karena itu saya tertarik ingin menulis dan
membahas Judul tersebut.
16
F. Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
beberapa hal yang meliputi :
1. Jenis Penelitian
Dalam Melakukan penelitian ini, penulis menggunakan penelitian
lapangan (field research), yaitu penulis mengadakan penelitan lapangan di
Oasis Lestari di Rumah Duka, dan Krematorium Oasis Lestari Kota
Tangerang.
2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode penelitian
kualitatif. Penelitian Kualitatif merupakan prosedur penelitian yang akan
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan dari perilaku
seseorang yang dapat diamati.17
Sedangkan dalam buku Samiaji Sarosa dijelaskan bahwa penelitian
yang bersifat kualitatif adalah penelitian yang mencoba memahami fenomena
yang terjadi dan penelitian berusaha untuk tidak memanifulasi data yang
sesuai dengan fenomena yang terjadi, 18
dengan kata lain, memahami realita
sosial yang bersifat deskriptif.
Penelitian Deskriptif adalah sebuah penelitian yang bertujuan untuk
menggambarkan suatu gejala sosial, politik ekonomi dan budaya, yang mana
17
Lexy J. Meolong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), h. 3. 18
Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif dasar-dasar (Jakarta : PT. Indeks, 2012), h. 7.
17
dalam penelitian ini penulis berusaha untuk menggambarkan suatu gejala
keagamaan. 19
3. Data Penelitian
Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini , penulis menggunakan dua
data yang diperlukan yaitu,data primer dan data sekunder. 20
a. Data Primer
Data Primer adalah data penelitian utama atau pokok dan merupakan
data yang didapat secara langsung dari yang berkaitan dengan permasalahan
skripsi ini.
Data primer diperoleh dari hasil pengamatan, pemahaman, dan
wawancara dengan Tiga Narasumber. Tiga Narasumber tersebut adalah :
1. Melakukan wawancara dengan pemimpin umum Oasis Lestrai di
Jatake Kota Tangerang.
2. Melakukan wawancara dengan Romo Johannes Adrianus Hendra
Sutedja, S.J.
3. Melakukan wawancara dengan Romo FX Dedomau D. Da Gomez,
SJ.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang digunakan sebagai pelengkap dan
penunjang dari data primer. Adapun yang termasuk dalam data sekunder
19
U. Maman Kh, dkk, Metodologi Penelitian Agama Teori dan Praktik (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2006), h. 29. 20
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Reaserch Sosial (Bandung: Alumni,1983), h
27.
18
adalah jurnal, buku-buku, skripsi dan tesis yang relevan dengan judul skripsi
diatas. Diantaranya buku atau skripsi yang berkaitan dengan judul skripsi
diatas adalah: “Riwayat Api Penyucian”, karya Albertus Purnomo, Ofm.
“Pertobatan dalam tradisi Katolik”, karya Al. Purwa Hardiwiyono, MSF.
“Pokok-pokok Iman Gereja”, karya Emanuel Martasudjita, Pr. “Merawat
Jenazah”, karya Sr. Agustina, CB. “Tata laksana melepas Jenazah”, karya
Komisi Liturgi Keuskupan Agung Semarang.
4. Tehnik Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian lapangan (field research), penulis
menggunakan tehnik penguumpulan data yang terbagi atas:
a. Wawancara
Wawancara adalah suatu kegiatan tanya jawab yang terjadi dua orang atau
lebih dengan landasan dari tujuan penelitian. 21
biasanya dalam penelitian
kualitatif banyak menggunakan teknik wawancaa dalam pengumpulan data
yang mana dalam melakukan wawancara peneliti dapat menggali data. 22
Dalam teknik pengumpulan data wawancara ini, penulis akan melakukan
wawancara kepada pemimpin Oasis Lestari di Jatake Kota Tangerang.
b. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah suatu metode yang digunakan untuk mencari
data mengenai hal-hal atau variable berupa catatan, transkip, buku, surat
21
Anas Sudijono, Diklat metodologi Research dan bimbingan skripsi (Yogyakarta: UD.
Rama, 1981), h. 18. 22
Sarosa, Penelitian Kualitatif, h. 45.
19
kabar, dan VCD dengan maksud untuk mendapatkan informasi mengenai
keagamaan, letak geografis, serta keadaan sosial Oasis lestari di Jatake Kota
Tangerang.
5. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan Antropologi
Agama, pendekatan ini berupaya memahami kebudayaan-kebudayaan produk
manusia yang berhubungan dengan agama. Sejauh mana agama memberi
pengaruh terhadap budaya dan sebaliknya, sejauh mana kebudayaan suatu
kelompok masyarakat memberi pengaruh terhadap agama.23
Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan pendekatan Sosiologi
Agama. Sosiologi Agama yaitu pendekatan yang mempelajari peran agama di
dalam masyarakat, praktik, latar sejarah, perkembangan dan tema universal
suatu agama di dalam masyarakat. 24
6. Tehnik Analisis Data
Tehnik analisi data yang penulis gunakan adalah metode deskriptif
analitik, yaitu metode yang dilakukan dengan cara menguraikan sekaligus
menganalisis data yang menjadi hasil pengkajian dan pendalaman atas bahan-
bahan penelitian. metode deskriptif lebih banyak berkaitan dengan kata-kata
dimana semua data-data hasil penelitian diterjemahkan ke dalam bentuk
bahasa, baik lisan maupun tulisan. Kemudian, data-data yang berbentuk
23
Dr. Media Zainul Bahri, Wajah Sudi Agama – Agama (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2015), h. 47. 24
Daniel L. Pals, Seven Theoris of Religion. Penerjemah Iniyak Ridwan Muzier
(Yogyakarta : IRCiSoD, 2011), h. 342.
20
bahasa ini dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian sehingga menghasilkan
kesimpulan.25
Dengan Menguraikan (Deskriptif) dan menganalisa (Analitik), penulis
dapat memberikan gambaran secara maksimal atas objek penelitian yang
dikaji dan dialami dalam penelitian ini. Hasil kajian dan penelitian dalam
skripsi ini disajikan dalam bentuk narasi.
7. Metode Penulisan
Metode Penulisan skripsi ini berpedoman pada prinsip-prinsip yang diatur
dan dibukukan dalam Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan
Desertasi), yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development
and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
G. Sistematika Penelitian
Agar Mempermudah dalam pembahasan maka dari itu disusun
sistematika Penulisan yang terdiri dari 5 (Lima) bab terdiri dari sub-sub
bab sebagai berikut :
Bab I Bab ini merupakan pendahuluan. Dalam bab ini tercakup di
dalamnya lima pasal pembahasan yang terdiri dari Latar
Belakang Masalah; Rumusan Masalah; Tujuan Penelitian;
Manfaat Penelitian; Metode Penelitian; Tinjauan Pustaka;
dan Sistematika Penulisan.
25
Nyonya Kutha Ratna, Metodologi Penelitian : Kajian Kebudayaan dan Ilmu Sosial
Humaniora Pada Umumnya (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010), h. 337.
21
Bab II Bab ini akan Mendeskripsikan tentang gambaran umum
Oasis Lestari Kota Tangerang, dimulai dari Sejarah
berdirinya oasis lestari, letak geografis oasis lestari Kota
Tangerang, keadaan sosial Oasis Lestari Kota Tangerang
dan Fasilitas.
Bab III Bab ini akan mendeskripsikan prosesi pemakaman dan
kremasi dalam Katolik yang berisikan Makna Kematian
dalam Katolik.Pengurusan Menjelang Meninggal dalam
Katolik, Pengurusan Setelah Meninggal dalam Katolik,
prosesi Pemakaman dan prosesi Kremasi dalam Gereja
Roma Katolik
Bab IV Bab ini merupakan tentang Makna Filosofis Pemakaman
dan Kremasi dalam Gereja Roma Katolik
Bab V Bab ini merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan
dari seluruh kajian dalam skripsi ini, dan saran-saran yang
sifatnya membangun dari penulis.
22
BAB II
GAMBARAN UMUM OASIS LESTARI KOTA TANGERANG
A. Sejarah Berdirinya Oasis Lestari Kota Tangerang
“Tidak sedikit orang yang enggan, bahkan tabu, berbicara tentang
kematian. Padahal kematian adalah yang sangat penting bagi manusia, bahkan
dalam arti terentu dapat lebih penting daripada kehidupannya di dunia. Sebab
kehidupan di dunia ini bagaimanapun indahnya tetaplah fana, tidak abadi
sedangkan kehidupan setelah kematian, bagi kebanyakan orang diyakini
sebagai kehidupan kekal abadi. Kehidupan kekal jauh lebih indah daripada
kehidupan di dunia.”
Kematian merupakan peristiwa penting, karena kematian bagaikan pintu
menuju kehidupan yang baru. Oleh karena itu dalam tradisi banyak komunitas
masyarakat maupun agama, yang meninggal harus dihormati dan diperlakukan
sebaik-baiknya.
Maka bermimpilah ia, di bumi ada didirikan sebuah tangga yang ujungnya
sampai di langit, dan tampaklah malaikat-malaikat Allah turun dari tangga itu
(kej 28:12). Nukilan ayat inilah yang mengilhami berdirinya Oasis Lestari,
sarana menuju keabadian.1
Oasis Lestari diresmikan pada Tanggal 5 April 2005, merupakan suatu
komplek terpadu yang memiliki fasilitas Rumah Duka (Mortuarium) terdiri
1Sewindu Oasis Lestari, “12 Tahun Membangun Tradisi Memuliakan Jiwa,” 2017 h. 3.
23
dari 6 Ruang Semayam, Krematorium (Crematorium), terdiri dari 3 Oven
pembakaran, Rumah Abu (Columbarium) terdiri dari 2.500 ruang
penyimpanan abu dan Dinding Memorial (Memorial Wall) yang dapat
mengabadikan nama Almarhum di Oasis Lestari.2
Oasis lestari dimiliki oleh Dana Konferensi Waligereja Indonesia (DP
KWI) Dengan Tujuan menyediakan pelayanan yang lebih terjangkau bagi
masyarakat luas karena mahalnya biaya pemakaman. Selain itu DP KWI
berniat untuk memperbaiki standard Rumah Duka, Krematorium dan Rumah
Abu di Indonesia terutama di Jakarta.
Lebih dari itu, DP KWI berkeinginan untuk membangun sebuah momen
peringatan atau yang disebut sebagai Dinding Memorial guna Mengenang
dan Menjadi Kebanggaan bagi keluarga yang ditinggalkan. Melalui Dinding
Memorial baik anak, cucu, maupun seluruh kerabat Almarhum dapat
mengenang segala sesuatu tentang Almarhum didalam berkarya. membangun
bisnis, keluarga dan lainnya. Pelayanan Dinding Memorial ini adalah untuk
mengenang nama Almarhum dan merupakan yang pertama di Indonesia.3
2 Wawancara Pribadi dengan Ir. Epesus Sirait (Kepala Krematorium dan Tehnik Umum
PT Danita Oasis Lestari di Jatake Tangerang, Banten) Pada Tanggal 22 Februari 2018. 3 Oasis Lestari, “12 tahun membangun tradisi memuliakan jiwa,” (Jakarta : 2017), h. 12.
24
B. Letak Geografis dan Demografis Oasis Lestari Kota Tangerang
Kompleks dan Bangunan Oasis Lestari Lokasinya diapit Sejumlah pabrik
dan kawasan rumah penduduk.Oasis Lestari sungguh menjadi oase di
Lingkungan sekitarnya selama sewindu ini, 2005-2013 Letak Oasis Lestari di
Jalan Gatot Subroto km 7-8, Jatake Tangerang mudah dicapai dalam waktu
yang relative singkat melalui tol Jakarta Merak (exit bitung). Arealnya, ditata
dengan seksama dan nyaman diharapkan menjadi bagian dari proses
penyembuhan kedukaan. Oasis Lestari dijadikan “Zona Hijau” diantara
cerobong-cerobong asap pabrik-pabrik yang bertebaran di sepanjang jalan itu.
Di lahan seluas 3,9 Hektar itu berdiri 3 Gedung Utama yang megah (Rumah
Duka/mortarium, Krematorium/Pembakaran Jenazah, dan Kolumbarium
/Rumah Abu) yang ditata sedemikian rupa, dikitari tanaman-tanaman, kolam-
kolam, perpohonan rindang, dan barisan pohon bambu yang menjadi pagar
tempat parkir mobil dan bus yang cukup luas. Bangunan gedung untuk
kremasi misalnya, didesain “bermandikan cahaya” dengan arnomen kaca patri
di langit-langit yang mampu mengusir kesan angker sebuah krematorium.
Oasis Lestari menjadi One stop service untuk kedukaan.4
“Baru kali ini, saya melihat tempat pembakaran mayat seindah ini,’ kesan
pengunjung pada umumnya ketika datang ke Oasis Lestari untuk pertama
kalinya.
4 Sewindu Oasis Lestari, “Jejak Suplemen Majalah Hidup,” 2013 h. 3-4.
25
Oasis lestari, memang melayani orang yang berduka, bila ada sanak famili
yang meninggal, entah di rumah sakit maupun dirumah, bersegeralah
menelpon atau mendatangi sendiri ke Oasis Lestari. Sr Ulfrida Lempang JMJ
bersama stafnya seperti Antonius Kris Biantro, Luhur Astoto, dan Margaretha
Linawati akan melayani sesuai keinginan Anda.
“Klien kami biasanya dari yayasan yang mengurus kematian, pengurus
seksi kematian paroki/ lingkungan,atau umat langsung yang ditinggal mati
keluarganya. Tidak semua Katolik. Karena Oasis Lestari Melayani untuk
Umum,” tutur Antonius Kris Biantoro, karyawan senior di front Office sejak
Oasis Lestari resmi berdiri 5 April 2005. Dalam catatan mereka, setiap bulan
Oasis Lestari rata-rata menerima jenazah 30-50 Jenazah. Jenazah tersebut ada
yang disemayamkan saja, kemudian dimakamkan. Atau setelah jenazah
disemayamkan saja, kemudian dimakamkan. Atau setelah jenazah di
semayamkan, lalu kremasi untuk dilarung ke laut atau disimpan di rumah Abu
(Kolumbarium). “biasanya yang beragama Islam hanya disemayamkan,
kemudian dimasukan ke peti mati untuk segera dimakamkan di luar kota.
Kami juga melayani memandikan dan mengkafani jenazah secara Islam,” tutur
Luhur.
Arsitektur bangunan Oasis Lestari Ini memberikan kesan gaya klas
minimalis dengan cat putih yang dominan untuk memberikan suasana
simplistik dengan pilar-pilar kokoh yang menghiasi beberapa sudut bangun
memancarkan aura keangunan, kenyamanan,dan kedamaian. Kompos warna
putih yang mendominasi hampir seluruh bagian gedung memberi kesan bersih
26
dan indah. Bangunannya dikelilingi oleh tanam dan kolam ikan sehingga
memberikan kesan yang sejuk.5
C. Fasilitas Oasis Lestari :
1. Rumah Duka
Rumah Duka Oasis Lestari memberikan pelayanan 24 jam penuh dengan
fasilitas ruang transit jenazah, kantor administrasi, kantin dan sarana umum
untuk pengunjung.
Ruang transit jenazah 6 X 4 meter, terdapat 2 tempat yang bersih dan steril
untuk jenazah. Ruang pemandian jenazah berukuran 6 X 4 meter, dibagi
menjadi 2 Ruangan, satu ruangan, satu ruangan digunakan untuk memandikan
jenazah dilengkapi dengan shower dan satu ruangan lagi digunakan untuk
membersihkan jenazah. Ruang rias jenazah berukuran 3 X 2 meter.
Aula/Ruang semayaman dirancang Khusus untuk kapasitas 150 pelayat
setiap ruangannya, ukurannya luas dan ketinggian ruang yang maksimal,
dilengkapi dengan sistem tata udara yang membuat pengunjung dapat
menikmati kenyamanan. Oasis lestari mempunyai 7 ruang persemayaman
jenazah yang luas, ruang keluarga yang berukuran 4 X 3 meter dilengkapi
dengan tempat tidur queen size dan kamar mandi yang terjaga kebersihannya.
Fasilitas :
5 Rm. Ignatius Joko Purnomo O’Carm, “Prima Putra Machinery Engineering”
(November 2006 )h. 17.
27
a. Ruang Semayam yang luas memiliki kapasitas ruangan yang besar bisa
menampung 100 s/d 150 kursi di dalamnya. Serta ruangan yang dingin
yang bisa disesuaikan sesuai keinginan.
b. Dispenser dan Kulkas dilengkapi dengan cooler serta kulkas bagi
keluarga yang berduka, yang ingin menikmati kesegaran air minum,
baik minuman dingin maupun minuman panas serta pedapat
menyimpan makanan dan minuman dalam kulkas.
c. Ruang tidur keluarga
Khusus ruang semayam premium, memiliki tempat istirahat yaitu
kamar tidur keluarga yang ber AC sebagai salah satu fasilitas yang
ditawarkan sehingga keluarga berduka bisa beristirahat dengan
nyaman dan tenang.
d. Sound System dan Mic
Setiap tempat memiliki fasilitas sound system dan Microfon untuk
kegiatan acara Ibadah dan Doa. Salah satu tempat penginapan bagi
keluarga yang sedang berduka dimana letaknya tidak jauh dan masih
dalam satu kompleks/lingkungan Oasis Lestari. Jadi untuk keluarga
tidak perlu jauh jauh cari penginapan karena fasilitas tersebut sudah
termasuk di dalam paket pelayanan semayam.
Fasilitas Lain :
- Kantin
28
Memiliki 2 kantin yang berada di depan gedung Krematorium Oasis
Lestari dan di Belakang gedung Rumah Duka Oasis Lestari. Kantin
depan menyediakan minuman dingin dan minuman panas seperti :
Kopi, Teh, dan lain lain. Sedangkan kantin yang belakang
menyediakan makanan serta minuman dimana kedua kantin tersebut
berada di dalam ruang terbuka hijau serta dapat dirasakan sejuknya
udara di antara rindangnya perpohonan di sekitar lingkungan Oasis
Lestari.
- Ruang Terbuka Hijau
Kebutuhan oksigen yang diperlukan manusia untuk menunjang
kesehatan sangatlah diperlukan. Apalagi di lingkungan yang saat ini
cenderung kurangnya tempat terbuka hijau dimana udara dijalanan
cenderung berdebu dan kotor karena asap kendaraan. Oasis Lestari
adalah tempat yang cocok memberikan suasana dan nuansa sejuk
diantara taman dan pepohonan yang indah.
- Parkir yang luas
Oasis lestari memiliki tempat parkir yang luas baik parkir mobil
maupun parkir motor. 6
6 Oasis Lestari “Ketenangan Hati-Ketenangan Jiwa” https://oasislestari.co.id/rumah-abu/
Diakses Pada 11 April 2019.
https://oasislestari.co.id/rumah-abu/
29
2. Krematorium
Krematorium Oasis Lestari merupakan salah satu tempat kremasi modern
dan ramah lingkungan pada masa ini khususnya di daerah Jabodetabek.
Menggunakan teknologi Krematorium kualitas standart terbaik Eropa
yang paling modern dan ramah lingkungan. Pemeliharaan mesin dibawah
supervise langsung para ahli dari Inggris. Sempurna dalam proses kremasi,
cepat dan berkualitas. Memiliki 3 Oven kremasi dengan kualitas standart
terbaik Eropa. Bermartabat memuliakan jiwa.
Dua Aula krematorium yang masing-masing berukuran 10 Meter,
dirancang denggan tata cahaya, tata artistik dan tata suara sehingga tercipta
ruang yang tenang dan nyaman. Tiap aula krematorium dapat menampung 100
orang yang dilengkapi dengan ruang keluarga. Lobby Krematorium Oasis
Lestari dapat mengakomodasi 200 orang.
Kremasi adalah suatu proses yang mempercepat perubahan tubuh menjadi
abu. Untuk memberikan penghormatan yang tinggi terhadap Jenazah, proses
ini dilakukan dengan elegan dan khidmat. Fasilitas Aula disediakan bagi
Keluarga untuk melakukan upacara keagamaan sebelum Jenazah dimasukan
ke dalam oven.
Proses kremasi dilakukan dengan oven digital yang dipesan dari Leeds,
Inggris. Oven Kremasi ini menggunakan teknologi yang modern ramah
lingkungan sehingga pembakaran berlangsung cepat dan bersih. Pembakaran
dengan oven ini hanya berlangsung sekitar 90 menit pada suhu 960 derajat
30
celcius. Peti jenazah yang dapat masuk ke dalam 2 oven kremasi tersebut
adalah dengan panjang peti maksimal 215, lebar peti maksimal 87 cm, tinggi
peti maksimal 70 cm dan tebal peti maksimal 6 cm.
Tarif kremasi 2018 :
Peti Kecil, Ukuran 80-100 cm ............................ Rp. 5.000.000,-
Peti Dewasa, Tebal 2-3 cm.................................. Rp. 7.000.000,-
Peti Dewasa,>- 4 cm atau Jumbo ....................... Rp. 9.000.000,-
Catatan
Ukuran peti maksimum untuk :
Oven Standard = P x L x T = 215 X 80 X 75
Oven Jumbo = P x L x T = 220 X 100 X 82
Tarif dapat berubah sewaktu-waktu
3. Kolumbarium
Rumah Abu Oasis Lestari didesain terbuka untuk menimbulkan kesan
simple dan nyaman. Lobby dari rumah abu dilengkapi dengan kolam ikan
yang memanjang dimulai dari sisi kiri hingga menuju bundaran air mancur
berada di area masuk kawasan Oasis Lestari, didalamnya terdapat ikan hias
dan bunga lotus yang dapat menambah rasa nyaman.
Rumah abu menampung 2030 Kotak Abu berukuran 38 X 48 X 60 cm
yang tersusun rapi dan bersih. Hal ini sangat diutamakan karena merupakan
salah satu kewajiban Oasis Lestari untuk memberikan pelayanan bagi para
31
keluarga. Lobby kolumbarium dapat digunakan oleh keluarga almarhum untuk
mengadakan upacara keagamaan dengan kapasitas sebesar 200 orang. Di
belakang bagian rumah abu terdapat kantor kolumbarium dan toilet.
Selain penyimpanan abu, Rumah Abu juga memiliki “Memorial Service”
yang meliputi pembuatan obituari dalam bentuk buku eksklusif, penulisan
nama almarhum pada dinding memorial, serta pencantuman riwayat singkat
dan family tree di dalam website Oasis Lestari.
4. Wisma Oasis Lestari
Wisma Oasis Lestari dibangun Tiga lantai, dibangun luas 696 meter
persegi per lantainya. Wisma ini dirancang dengan arsitektur modern dalam
perpaduan yang pas dengan bangunan-bangunan yang ada sebelumnya.
Sebagai kontraktor pembangunan gedung milik Dana Pensiun KWI ini, PT
Imesco dito yang sudah berpengalaman sejak 1979, baik dalam design dan
kontruksi, khususnya perumahan dan tempat tinggal.
Pemberkatan tiang pancang pertama pada tanggal 24 Oktober 2016, Oleh
Romo Royke Djakarya-ketua pengurus Dana Pensiun KWI Sekaligus
Komisaris Utama PT Danita – Oasis Lestari. Pemberkatan gedung ini,
bersamaan waktu dengan Gedung Workshop Oleh Romo Julius Edyanto MSF
– salah seorang Direktur PT Danita – Oasis Lestari. Gedung wokshop ini
sudah digunakan sebagai tempat dan memperbaiki dan merawat fasilitas
kawasan Oasis Lestari. Wisma Oasis Lestari dibangun dengan tujuan untuk
menyediakan fasilitas penginapan bagi keluarga-keluarga yang
32
menyemayamkan jenazah anggota keluarga di Rumah Duka Oasis Lestari.
Wisma ini terdiri dari 18 kamar tidur dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas lain
berkualitas hotel. Harapannya, anggota keluarga dan kerabat yang sedang
berduka dapat mengambil kesempatan untuk beristirahat dengan nyaman.
Oasis Lestari dikelola secara bisnis modern. Fasilitas-fasilitas yang dibangun
pun direncanakan tidak sembarangan. Romo Roy mengungkapkan , “Oasis
Lestari dibangun agar orang terbantu untuk memuliakan jiwa saudaranya
yang meninggal, menuju kehidupan abadi”.7
D. Keadaan Sosial Oasis Lestari Kota Tangerang
Sebelum mendirikan Oasis Lestari harus memenuhi tiga Kriteria yang ada
di bawah ini : Pertama dapat memberikan nilai yang bermanfaat ekonomis
bagi warga dilingkungan sekitar (kelurahan Jatake), Kedua dapat menciptakan
lapangan kerja bagi warga sekitar yang membutuhkan , dan Ketiga harus
ramah lingkungan. Jika tidak memenuhi tiga kriteria tersebut maka
pembangunan Oasis Lestari tidak berjalan dengan lancar.
Ketika Oasis Lestari sudah berdiri : harus selalu dapat memberikan
pelayanan yang baik bagi orang yang sudah meninggal dengan tidak
memandang suku, agama, ras, dan bahasa. Karena Indonesia adalah Negara
kesatuan yang menjunjung tinggi Keberagaman. Oasis Lestari bukan sekedar
tempat menempatkan jenazah, mengkremasinya dan Menyimpan abu Jenazah
7 Sewindu Oasis Lestari, “12 th Membangun Tradisi Memuliakan Jiwa,” (Jakarta :
2017), h. 12.
33
. Oasis Lestari dibangun untuk memberikan pelayanan agar semua orang yang
meninggal dan keluarga yang berduka terlayani dengan baik. Dan juga tidak
lupa tetap mendoakan bagi arwah-arwah yang disemayamkan, dikremasi dan
abu jenazah yang masih ada di Oasis Lestari .8
8 Wawancara Pribadi dengan F. Bowo Rini Sunarsasi (Pimpinan Umum PT Danita &
Pemimpin Umum Oasis Lestari di Jatake Tangerang, Banten) Pada Tanggal 15 Februari 2019.
34
BAB III
ANALISIS PROSESI PEMAKAMAN DAN KREMASI DALAM GEREJA
ROMA KATOLIK
A. Definisi Kematian
Kematian pada dasarnya adalah kewajaran dalam hidup. Mati menjadi
pasangan dari hidup. Setiap yang bernyawa pasti merasakan kematian. Tetapi
kita memang sering tidak memahami kapan sang maut itu datang dan harus kita
hadapi. Kematian datang bagaikan pencuri, menyelinap masuk lalu keluar
membawa roh kehidupan kita dengan meninggalkan jasad kita tergolek tak
berdaya. Terasa hidup menjadi terlalu singkat, terasa banyak tugas dan
pekerjaan dan kewajiban yang belum terselesaikan. Kematin sering identik
dengan tragedi yang membawa banyak kesedihan bagi yang ditinggalkan.1
Kematian menjadi dramatis, apalagi kalau peristiwa itu melibatkan diri
kita, orang yang sangat kita cintai, orang yang sangat kita butuhkan, orang
yang mempengaruhi dan bahkan menentukan jalur hidup kita. Akibatnya,
meskipun manusia hidup di alam dimana semua makhluk lahir, tumbuh dan
mengalami kematian, tidak mudah menerima kematian diri sendiri, atau
kematian orang yang dicintai sebagai suatu kenyataan yang wajar. Kita semua
merasakan kesedihan yang barangkali bagi kebanyakan orang sungguh luar
biasa mengalami kematian ayah dan ibu kita, orang yang kita sayangi, orang
baik yang dibutuhkan oleh masyarakat, atau kematian yang mengenaskan dari
1 Louis Leahy, S.J., Misteri Kematian Suatu Pendekatan Filosofis, ( Jakarta : Pt Gramedia
Pustaka Utama, 1998), h. 10.
35
para pembunuhan korban sadis atau bencana alam. Kematian berarti
keterpisahan jarak yang ditimbulkannya menjadi tak terukur, tak terbatas.
Semakin dekat dengan jarak dan emosi kita dengan mereka, semakin kita tidak
bisa menerima keterpisahan ini. Semakin jauh jarak semakin terasa wajar
kematian itu. Kendati demikian, akhirnya bagi seluruh manusia toh kematian
harus dan akan diterima sebagai “Nasib” , sesuatu yang tak mungkin terelakan,
sebagaimana kelahiran itu sendiri, kehidupan itu sendiri, kendatipun ada upaya
untuk menyikapi nasib, tetap tak terelakan.
Masalah-masalah tersebut yang mengantarkan manusia pada suatu
kesadaran mengapa ia harus mengalami kematian. 2
Kematian adalah suatu kejadian yang tidak bisa dielakkan, maka peristiwa
itu harus dijadikan sebagai personal yang harus diterima dan dihidupi secara
bebas dan bertanggung jawab. Meninggal dengan pantas berarti menghadapi
kematian dengan tenang. Kematian diterima sebagai bagian Integral dari
Eksistensi manusia. Orang mampu mengatakan bahwa dia mau meninggal,
tetapi bukan dia yang menentukan kematian. 3
Kematian merupakan sebuah kepastian bagi manusia. Manusia yang hidup
pasti mati. Kematian badani itu sudah bersifat alami. Itulah akhir kehidupan
duniawi. Artinya ketika manusia hidup dan pada suatu saat meninggal atau
mati entah dalam usia berapa pun, manusia mengakhiri kehidupan alaminya.
2 Louis Leahy, S.J., Misteri Kematian Suatu Pendekatan Filosofis, ( Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama, 1998), h. 11. 3 P. Gonzales Nadeak, OFMCap, Lebih Baik Mati, (Medan : PT Bina Media Perintis,
2004), h. 34.
36
dalam hal ini menjadi wajar dan diterima semua kebijaksanaan hidup berbagai
bangsa yang melihat bahwa kehidupan ini bersifat fana, tidak kekal seperti
orang Jawa bilang: urip iku mung mampir ngombe (= hidup ini hanya singgah
hanya untuk minum, artinya hidup sementara saja).
Teologi Neoskolastik bisa membahas makna kematian dalam tiga makna.
Pertama: semua orang secara tidak terkecuali pasti mati. Dalam pengertian ini
kematian dilihat sebagai kemestian yang umum berlaku untuk semua manusia.
Bahkan dapat dikatakan bahwa eksistensi manusia menurut adanya adalah
untuk mati. Kedua: kematian berarti akhir dari perjalanan dan penziarahan
hidup. Dalam tradisi Kristiani dipahami bahwa kehidupan manusia antara
kelahiran dan kematian merupakan suatu penziarahan, suatu keadaan
perjalanan dan sekaligus masa waktu untuk membuat keputusan. Dalam
pengertian ini kematian bukan hanya sebuah akhir tetapi sebuah pengabdian
kehidupan di dunia ini. Jadi kehidupan ini hanyalah sekali. Keputusanku pada
akhir hidup menjadi keputusan yang berlaku selamanya, dan tak dapat diulangi
lagi. Ketiga: kematian secara tradisional dipandang sebagai akibat hukuman
dosa. Tradisi Kristiani juga memahami kematian sebagai akibat dosa. “sebab
itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh
dosa itu juga maut,demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang,
karena semua orang telah berbuat dosa”(Rm 5:12). Ajaran Paulus ini sering
dirujuk dalam ajaran Gereja. Kita menafsirkan pernyataan “kematian sebagai
hukuman dosa, melainkan bahwa kita mengalami kematian sebagai sesuatu
37
yang berlawanan dengan dinamik kehidupan dan makna seluruh kehidupan
yang hanya bersumber pada Allah. 4
1. Kematian Secara Umum
Pandangan umum tentang Kematian yang sering di dengar, yaitu Kematian
merupakan akhir dari kehidupan manusia di dunia ini. Kematian manusia akan
terjadi seiring semakin tuanya usia dan berjalan secara alami sebagaimana
makhluk hidup pada umumnya. Kematian dianggap sebagai sesuatu yang
wajar apabila orang meninggal dalam usia yang sudah cukup tua dan banyak
anak.5
Ketika kematian tiba, tidak ada satu pun kuasa di atas bumi ini yang
mampu menolaknya.6 Kematian adalah pemisahan pikiran dari tubuh, dan
pada saat itu pikiran berpindah ke dalam suatu dunia kehidupan lain.
Kematian menghantar manusia untuk memahami hidupnya dan sekaligus
mengajaknya untuk percaya akan adanya kekuatan dan kekuasaan di luar
dirinya yang membuat dia ada dan tiada kembali.7 Kateksimus Gereja Katolik
Menulis :
“Kematian adalah akhir perjalanan perziarahan manusia di dunia, titik
akhir dari masa rahmat dan belas kasihan, yang Allah berikan kepadanya,
4 Emmanuel Martasudjita, Pr, Pokok-Pokok Iman Gereja (Yogyakarta : Kanisius, 2013),
h. 267. 5 Bdk, Peter C. Phan, 101 Tanya Jawab Tentang Kematian dan Kehidupan Kekal
(Yogyakarta : Kanisius, 2005), h.79. 6 Norman J. Muckerman, CSSR, Menyingkap Keajaiban Rahasia di Balik Kehidupan
Kematian Akhirat (Jakarta : Fidei, 2005), h. 8. 7 Ig. Joko Suyanto, Berziarah Bersama Allah Menuju Allah (Yogyakarta : Kanisius,
2006), h. 107.
38
supaya melewati kehidupan di dunia ini sesuai dengan rencana Allah dan
dengan demikian menentukan nasibnya yang terakhir” (KGK 1013).
Kematian menjadi akhir dari perjalanan hidup di dunia dan akan
memasuki hidup yang baru bersama Allah. Namun, kualitas perjalanan
manusia di dunia sangat menentukan kelayakan untuk dapat hidup bersama
Allah. Allah akan memperhitungkan semua perbuatan manusia di dunia.
Kematian merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Mengapa?
Karena manusia tidak tercipta dari percikan Ilahi ataupun perkawinan dewa-
dewi seperti yang diceritakan oleh Mitos dan dongeng zaman purbakala.
Sebaliknya, Al-kitab menyaksikan bahwa manusia tercipta dari debu tanah. Ia
bahkan menjadi makhluk hidup karena Allah mengembuskan nafas kepadanya
(Kej. 2:7). Itulah alasan mengapa manusia menjadi makhluk yang terbatas dan
fana.
Keterbatasan dan kefanaan manusia antara lain tampak dalam ketidak
mampuannya untuk hadir diberbagai tempat sekaligus. Sebab, manusia sangat
terikat oleh ruang dan waktu. Tubuh manusia mudah terserang oleh penyakit
dan mengalami penuaan. Obat tercanggih sekalipun tidak dapat membuat
manusia hidup untuk selamanya. Sekuat apapun tubuh manusia, pada akhirnya
ia akan meninggal juga.
Kematian memang bagian dari siklus hidup manusia di dunia. Kelirulah
jika menganggap kematian semata-mata adalah akibat atau upah dari dosa.
Kematian telah ditetapkan oleh Allah sejak semula bagi manusia yang adalah
39
makhluk ciptaan-Nya. Karena itu, sama seperti kehidupan, kematian manusia
juga berada dalam Kuasa Allah. Tidak ada kematian terjadi diluar
pengetahuan dan/atau kehendak-Nya.8
Menginsafi kematian sebagai bagian dari kehidupan tidak lantas
meniadakan ketakutan manusia. Pertama, karena tidak ada seorang pun yang
tahu bilamana hal itu terjadi akan terjadi. Jika Ya, maka setiap orang
barangkali akan berusaha hidup sebaik mungkin menjelang kematiannya.
Kedua, karena tidak ada seorang pun yang mengetahui dengan pasti apa yang
terjadi setelah kematian. Ketiga, ketakutan manusia akan kematian sering kali
juga disebabkan oleh ketidaksiapannya untuk melepaskan segala sesuatu yang
dimilikinya di dunia, seperti pasangan hidup, keluarga, jabatan, pekerjaan,
harta benda, dan lain sebagainya. Manusia tidak mau melepaskan semua itu
karena ia begitu mengasihinya dan tidak bersedia kehilangannya.
Terlepas dari siap tidak siap, mau atau tidak mau, toh kematian pasti akan
terjadi. Kali ini kematian dialami oleh orang yang kita kenal dan kasihi.
Besok, lusa, atau waktu ke depan, kematian akan menjadi bagian kita. Karena
itu, sebagai orang percaya kita meski bersiap diri untuk menghadap kematian.
Bagaimana caranya? Tidak lain adalah menjalani hidup sebagaimana Tuhan
kehendaki.hidup dalam kebenaran dan kasih antara seorang dengan yang lain.
Hanya dengan cara tersebut, maka kematian tidak lagi menjadi perkara
yang menakutkan. Sebaliknya, kematian diterima sebagai akhir dari perjalanan
8 Sally Neparassi, ALLAH Merangkul : Maknai Kehidupan Kematian dalam Allah,
(Jakarta : PT BPK Gunung Mulia, 2018), h. 10.
40
hidup kita di dunia. Bahkan, kematian dihayati sebagai pintu untuk memasuki
babak kehidupan yang baru bersama dengan Tuhan, yakni kehidupan mulia
dan kekal. Kehidupan tanpa pergumulan dan air mata. Kehidupan dimana
sukacita dan damai sejahtera tidak akan pernah sirna.
Tepatlah jika pemazmur berkata : “Berharga di mata Tuhan, kematian
semua orang yang dikasihani-Nya.” Mengapa? Sebab, kematian mereka tidak
sia-sia. Mereka meninggal di dalam rencana dan Kehendak Allah. Mereka
juga meninggal dengan mewariskan teladan dan kenangan yang mendapat
berkat bagi banyak orang. Meskipun jasad mereka hancur dan kembali
menjadi tanah, karya dan prestasi mereka akan selalu diingat dan
menginspirasi generasi selanjutnya. 9
2. Kematian dalam Pandangan AlKitab
Dalam kamus pintar Alkitab konsep kematian dijelaskan dalam Bahasa
Yunani menggunakan beberapa istilah untuk bisa menjelaskan konsep
kematian yang dimaksudkan oleh Alkitab secara khusus tertuju pada injil
Lukas 16 : 19-31. Kata “Mati” ialah nekrous (akusatif, plural, maskulin) dari
kata nekros (Ef 2:1,5), berarti ebnoksius to death “Kematian yang buruk,
menjijikan, atau mortal “Yang mematikan” dalam (The Analytic Greek
Lexicon). Kata nekrous juga dead “Mati” lifeless “tidak bernyawa” on a death
person „orang mati‟ useless „tidak berguna, tidak bermanfaat‟ (A Concise
9 Sally Neparassi, Allah Merangkul : Maknai Kehidupan Kematian dalam Allah, (Jakarta
: PT BPK Gunung Mulia, 2018), h. 11.
41
Greek English Dictionary of The New Testament).10
Konsep kematian
menurut Alkitab merupakan suatu keadaan buruk, atau menjijikan, yang
dialami oleh setiap manusia, dan arti lain yang dijelaskan juga kematian itu
disebabkan oleh “Moral” yang artinya moral yang tidak benar itu “Yang
Mematikan” , standart untuk mengetahui benar atau tidaknya moral manusia
terhadap dirinya dan lingkungan dimana ia berlindung, itu terukur dari norma-
norma dalam undang-undang yang ditetapkan. Namun dalam konteks ini yang
tidak benar itu bukan tertuju pada Allah sendiri, sehingga standar untuk
mengukur kebenaran moral harus sesuai dengan Alkitab, sebagai firman Allah
yang satu-satunya, sungguh sangat benar untuk membuktikan kebenaran
dengan seadil-adilnya tidak memihak. 11
Menurut Alkitab, ketika manusia meninggal, jiwa dan roh orang-orang
yang ada dalam Yesus Roh mereka akan pergi ke surga (Kor 5:5) dan sorga
yang dimaksudkan adalah Firdaus. Sedangkan Jiwa-jiwa yang menolak Yesus
akan masuk ke siksaan api neraka sementara bersama-sama dengan orang-
orang dari zaman Nuh yang juga menolak Kristus (1 Ptr 3:1). Sesudah itu
mereka akan dihukum untuk selama-lamanya di lautan api kekal (Why 20:15).
Roh dan jiwa mereka di bawa oleh malaikat ke satu tempat yang dalam
Alkitab disebut “ Dunia Orang Mati” atau “Alam Maut”.
Oleh karena itu, ayat-ayat tersebut menunjukan bahwa roh orang mati
tidak bisa berjalan sesukanya. Namun mereka tetep dikawal jadi arwah orang
10
Selvester M. Tacoy, M.Div. Kamus Pintar Alkitab, (Kalam Hidup Bandung, 2002), h.
203. 11
Agustian Faot,. Jonathan Octavianus,.Juanda, Kematian Bukan Akhir dari Segalanya,
(Surabaya : Keruso, 2017), VOLUME 2 NUMBER 2, h. 17.
42
mati bersikap pasif tidak mempunyai pilihan lain, ia harus menuruti malaikat
yang membawanya. Tidak ada kesempatan untuk beralih pilihan, masa ini
sedang menunjukan siapa yang akan mengalami kebahagiaan dan siapa yang
menderita tidak ada pilihan lain. Sebab penentuannya diwaktu hidup, setelah
mati tidak bisa bersifat aktif dengan kata lain atau mereka akan dikomando
oleh Malaikat yang ditugaskan Tuhan untuk menempati tempat yang
ditentukan oleh Allah sendiri istilah yang dipakai oleh Alkitab untuk
memberikan penjelasan dunia orang mati adalah “sheol” dalam Perjanjian
Lama atau “Hades” dalam Perjanjian Baru .12
Kutipan Injil : “Akulah kebangkitan dan hidup; barang siapa percaya
kepada Ku, ia akan hidup walaupun ia udah mati, dan setiap orang yang
hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya.”
(Yohanes 11:25-26)
Kutipan Al-Kitab : “Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu
rahasia; kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan
diubah............”(1 Kor 15:51).
12
Agustian Faot,. Jonathan Octavianus,.Juanda, Kematian Bukan Akhir dari Segalanya,
(Surabaya : Keruso, 2017), VOLUME 2 NUMBER 2, h. 18.
43
3. Kematian dalam pandangan Kristen
Semua manusia pasti akan menghadapi kematian. Kematian adalah satu
kenyataan hidup.13
Nafas hidup yang dihembuskan ke dalam hidung manusia
akan ditarik kembali. Manusia akan mengalami kematian seperti makhluk
hidup lainnya yang diciptakan Allah. Manusia yang berasal dari debu akan
kembali menjadi debu, kematian akan tiba dan pasti akan tiba.14
Kristus yang datang ke dunia sebagai manusia mengalami kematian yang
sam dengan manusia. Iman akan kematian Yesus mengakui bahwa Ia adalah
anak Allah (Bdk. Mrk 15:39) dan akan bangkit dari antara orang mati (Bdk.
Luk 24:46). Kematian manusia memberi harapan akan kesatuan dengan
Kristus yang “Telah Bangkit” dari mati (Mrk 16:6). Namun, didalam ketidak
tahuan, keangkuhan serta kemanusiawian kita yang lemah , kita sama sekali
tidak mengerti bahwa Allah telah bertindak dalam sejarah dan dalam
kehidupan pribadi kita masing-masing. Kebangkitan Kristus memberi
keyakinan dan harapan bahwa manusia yang telah mati akan dibangkitkan
seperti Dia.
Allah yang mengutus Yesus, mempunyai rencana besar untuk menarik
kembali semua hal menjadi satu kesatuan di dalam tangan-Nya.15
Maka, Allah
telah bertindak untuk menebus kita dari kematian rohani dan dari kematian
jasmani. Semua dosa dan kelemahan akan dipulihkan dalam darah Yesus
13
Gladys Hunt, Pandangan Kristen tentang Kematian (Jakarta : BPK Gunung Mulia,
2000), h. 33. 14
Bdk Alfonsus Maria de Ligouri, Kematian itu Indah (Jakarta : Obor, 2004), h.27. 15
Otto Hentz SJ, Pengharapan Kristen (Yogyakarta : Kanisius, 2005), h.35.
44
Kristus. Kematian menjadi kehidupan abadi, sehingga kematian bukanlah
sesuatu yang menakutkan tetapi suatu rahmat untuk di dapat memperoleh
kehidupan abadi.16
Bagi orang Kristen inti dari semua harapan adalah harapan akan Tuhan.
Tuhan merupakan sumber keselamatan dan hidup baru semua orang Kristen.
Oleh Karena itu, segala karya dan harapan akan menjadi nyata dalam
penyelenggaraan Tuhan. Harapan manusia menunjukan hubungan mendasar
dengan tuhan yang memberi arti pada semua usaha keras manusia. Semua
orang yang telah ditebus dengan Kristus akan kembali untuk bersatu dengan-
Nya (Bdk, Yoh 13:32). Yesus pernah berkata :
“Janganlah gelisah hatimu, percayalah kepada Allah, percayalah juga
kepada-Ku. Di rumah Bapa-ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian,
tentu aku mengatakannya kepadamu. Sebab aku telah pergi ke situ untuk
menyediakan tempat bagimu. Dan apabila aku telah pergi ke situ dan telah
menyediakan tempat bagimu, aku akan datang kembali dan membawa kamu
ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana aku berada, kamu pun berada” (Yoh
14:1-3).
Pada saat kematian inilah semua orang beriman akan dihimpun dan
bertemu dengan Kristus. Semua orang beriman akan “Melihat Dia dalam
keadaan yang sebenarnya” (1 Yoh 3:2). Oleh karena itu, kebersamaan dalam
Kristus memberi jaminan akan hidup yang kekal, sehingga dapat dikatakan
16
Bdk., Lukas Wiryadinata, Mengapa Kematian Terjadi …? Sebuah Renungan atas
Kematian (Yogyakarta : Pustaka Nusatama, 2004), h. 19.
45
“hari kematian lebih baik dari kehidupan” (Pkh 7:1). Rasul Paulus berkata,
“Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Fil 1:21).
Kematian bagi Kristen menjadi saat yang membahagiakan karena penantian
akan kebahagiaan bersama Kristus telah tiba.
4. Kematian dalam Pandangan Gereja Roma Katolik
Dalam Teologi Katolik Kematian itu “berarti beralih dari dunia Ini masuk
ke dalam persekutuan Allah di Surga”. Karena Yesus Berkata : “Barang
siapa yang percaya kepadaku, Ia tidak akan mati”.
Di dalam ajaran Katolik adalah bahwa orang beralih dari hidup sementara
di dunia ini masuk ke dalam kehidupan abadi di Surga. Maka dalam Teologi
Katolik tidak dikenal dengan Kematian,yang ada adalah peralihan dari hidup
ini kepada hidup kekal, Tubuh akan selesai di bumi ini. Itulah yang disebut
sebagai orang mati. tubuh akan kembali ke tanah menjadi tanah karena tubuh
diciptakan dari tanah. Tubuh akan menjadi ke tanah dan nafas Allah yang
menjadi hidup manusia akan bersatu dengan Allah. Maka harus tahu Siapa
Manusia dalam ajaran Katolik ? Manusia diciptakan dari tanah dia membawa
struktur fana yaitu karena diciptakan dari tanah tetapi dia membawa unsur
Ilahi. Manusia diciptakan oleh hembusan Allah ke dalam hidung Manusia,
maka manusia membawa Keilahian. 17
17
Wawancara Pribadi dengan Johannes Adrianus Hendra Sutedja, S.J. (Imam Gereja
Katolik, Pondok Labu Jakarta Selatan) Pada Tanggal 26 April 2019.
46
Dalam buku De Civitate Dei, Agustinus menjelaskan tentang rasa sakit yang
akan dialami oleh jiwa mereka yang meninggal.
Mengenai rasa sakit sementara, beberapa orang akan mengalami hanya pada
waktu hidup di dunia ini, yang lainnya setelah kematian, dan sisanya baik dalam
hidup ini maupun setelah kematian. Semuanya itu akan mendahului Pengadilan
Terakhir yang paling keras. Beberapa akan menerima pengampunan di dunia yang
akan datang untuk apa yang tidak bisa diampuni di dunia ini supaya mereka tidak
dihukum dalam hukuman kehidupan kekal di dunia yang akan datang.
Sebagian yang menjalani hukuman sementara di dunia dan sebagian yang lain
setelah kematian. Mereka yang menderita hukuman sementara setelah mati, tidak
akan mengalami peyucian karena belum menerima penghapusan dosa di dunia ini.
Penyucian tersebut berlangsung sebelum Pengadilan Terakhir.18
B. Pengurusan Menjelang Meninggal dalam Gereja Roma Katolik
Pengurusan dalam Gereja Katolik disebut dengan Rexa Pastoral. Rexa
Pastoral merupakan tritugas sebagai nabi yang mewartakan injil sebagai Imam
yang menguduskan dengan pelayanan sakramen, dan sebagai raja yang murah hati
dalam pelayanan, yang dilaksanakan untuk kaum beriman. Jadi, semacam
pelayanan Gereja biasanya orang-orang yang ditunjuk oleh Imam setempat pada
umatnya. Biasanya persiapan – persiapan ini sangat penting dan disebut juga
persiapan rohani. 19
18
Albertus Purnomo, OFM, Riwayat Api Penyucian (Semarang : 2017, Kanisius), h. 115. 19
Wawancara Pribadi dengan Johannes Adrianus Hendra Sutedja, S.J. (Imam Gereja
Katolik, Pondok Labu Jakarta Selatan) Pada Tanggal 26 April 2019.
47
Cakupa