38
PENGANTAR PENGANTAR FILSAFAT ilmu FILSAFAT ilmu H. HILALUDDIN HANAFI H. HILALUDDIN HANAFI

Filsafat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: Filsafat

PENGANTAR PENGANTAR FILSAFAT ilmuFILSAFAT ilmu

H. HILALUDDIN HANAFIH. HILALUDDIN HANAFI

Page 2: Filsafat

ORIENTASI PERKULIAHAN

- Tujuan perkuliahan

- Hasil yang diharapkan

- Proses perkuliahan

Page 3: Filsafat

PENGERTIANPENGERTIAN• Kata filsafat = Yunani filosofia, fisofein =

mencintai kebijaksanaan. Philosophis, philein yang berarti mencintai, atau philia yang berarti cinta, dan shopia yang berarti kearifan. Dari kata tersebut lahirlah kata Inggris philosophy yang biasanya diterjemahkan sebagai kata “cinta kearifan

Page 4: Filsafat

Konep PlatoKonep Plato

• Plato memberikan istilah dengan dialektika yang berarti seni berdiskusi. Dikatakan demikian karena, filsafat harus berlsg sebagai upaya memberikan kritik terhdp berbagai pendapat yang berlaku. Kearifan atau pengertian intelektual yang diperoleh lewat proses pemeriksaan secara kritis ataupun dengan berdiskusi.

Page 5: Filsafat

Konep PlatoKonep Plato

• Juga diartikan sebagai suatu penyelidikan terhadap sifat dasar yang penghabisan dari kenyataan. Karena seseorang filosof akan selalu mencari sebab-sebab dan asas-asas yang penghabisan (terakhir) dari benda-benda.

Page 6: Filsafat

Konsep CiceroKonsep Cicero

• Cicero menyebutnya Filsafat sebagai “ ibu dari semua seni” (the mother of all the art). Juga sebagai arts vitae yaitu filsafat sebagai kehidupan.

Page 7: Filsafat

Konsep al-FarabiKonsep al-Farabi

• Menurut al_farabi, filsafat adalah ilmu yang menyelidiki hakikat yang sebenarnya dari segala yang ada (al-ilmu bil-maujudat bi manusia hiya al-maujudat).

Page 8: Filsafat

Konsep Rene DescarteKonsep Rene Descarte

• Menurut Rene Descarte, filsafat merupakan kumpulan segala pengetahuan, dimana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikannya.

Page 9: Filsafat

Konsep Francis BaconKonsep Francis Bacon

• Menurut Francis Bacon, filsafat merupakan induk agung dari ilmu-ilmu, dan filsafat menangani semua pengetahuan sebagai bidangnya.

Page 10: Filsafat

Konsep John DeweyKonsep John Dewey• Sebagai tokoh pragmatisme, John Dewey,

berpendapat bahwa haruslah dipandang sebagai suatu pengungkapan mengenai perjuangan manusia secara terus-menerus dalam upaya melakukan penyesuaian berbagai tradisi yang membentuk budi manusia. Tegasnya, filsafat sebagai suatu alat untuk membuat penyesuaian di antara yg lama dan yg baru dlm suatu kebudayaan.

Page 11: Filsafat

Filsafat sebagai ilmuFilsafat sebagai ilmu

• Dikatakan sebagai ilmu karena di dalam pengertian filsafat mengandung empat pertanyaan ilmiah, yaitu : Bagaimanakah, mengapakah, ke manakah, dan apakah.

• Pertanyaan bagaimana menanyakan sifat-sifat yang dapat ditangkap atau yang tampak oleh indera. Jawaban atau pengetahuan yang diperolehnya bersifat deskriptif (penggambaran).

Page 12: Filsafat

Filsafat sebagai ilmuFilsafat sebagai ilmu• Pertanyaan mengapa menanyakan tentang

sebab (asal mula suatu obyek. Jawaban atau pengetahuan yang diperolehnya bersifat kausalitas (sebab akibat). Pertanyaan ke mana menanyakan tentang apa yang terjadi masa lampau, masa sekarang, dan masa yang akan datang. Jawaban yang diperoleh ada tiga jenis pengetahuan, yaitu:

Page 13: Filsafat

• Pertama, pengetahuan yang timbul dari hal-hal yang selalu berulang-ulang (kebiasaan, yang nantinya dijadikan dasar untuk mengetahui apa yang akan terjadi.

Page 14: Filsafat

• Kedua pengetahuan yang timbul dari pedoman yang terkandung dalam adat istiadat/kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Dalam hal ini tidak dipermasalahkan apakah pedoman tersebut selalu dipakai atau tidak. Pedoman yang selalu dipakai disebut hukum.

Page 15: Filsafat

• Ketiga, pengetahuan yang timbul dan pedoman yang dipakai (hukum) sebagai suatu hal yang dijadikan pegangan. Tegasnya, pengetahuan yang diperoleh dari jawaban ke manakah adalah pengetahuan yang bersifat normative.

Page 16: Filsafat

• Pertanyaan apakah yang menanyakan tentang hakikat atau inti mutlak dari suatu hal. Hakikat ini sifatnya sangat dalam (radix) dan tidak lagi bersifat empiris, sehingga hanya dapat dimengerti oleh akal. Jawaban atau pengetahuan yang diperolehnya ini kita akan dapat mengetahui hal-hal yang sifatnya sangat umum, universal, abstrak.

Page 17: Filsafat

• Dengan demikian, kalau ilmu-ilmu yang lain (selain filsafat) bergerak dari tidak tahu ke tahu, sedang ilmu filsafat bergerak dari tidak tahu ke tahu selanjutnya ke hakikat.

Page 18: Filsafat

• Untuk mencari/memperoleh pengetahuan hakikat, haruslah dilakukan dengan abstraksi, yaitu suatu perbuatan akal untuk menghilangkan keadaan, sifat-sifat yang secara kebetulan (sifat-sifat yang tidak harus ada/aksidensia), sehingga akhirnya tinggal keadaan/sifat yang harus ada (mutlak) yaitu substansia, maka pengetahuan hakikat dapat diperolehnya.

Page 19: Filsafat

Filsafat sebagai Cara BerpikirFilsafat sebagai Cara Berpikir• Berpikir secara filsafat dapat diartikan sebagai

berpikir yang sangat mendalam sampai hakikat, atau berpikir secara global/menyeluruh, atau berpikir yang dilihat dari berbagai sudut pandang pemikiran atau sudut pandang ilmu pengetahuan. Berfikir yang demikian ini debagai upaya untuk dapat berpikir secara tepat dan benar serta dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini harus memenuhi persyaratan:

Page 20: Filsafat

Harus sistematisHarus sistematis

• Pemikiran yang sistematis ini dimaksudkan untuk menyusun suatu pola pengetahuan yang rasional. Sistematis adalah masing-masing unsur suatu keseluruhan. Sistematika pemikiran seorang filsof banyak dipengaruhi oleh keadaan dirinya, lingkungan, zamannya, pendidikan, dan sistem pemikiran yang mempengaruhi.

Page 21: Filsafat

Harus KonsepsionalHarus Konsepsional• Secara umum istilah konsepsional berkaitan

dengan ide atau gambaran yang melekat pada akal pikiran yang berada dalam intelektual. Gambaran tersebut mempunyai bentuk tangkapan sesuai dengan rillnya . sehingga maksud dari ‘konsepsional’ tersebut sebagai upaya untuk menyusun suatu bagan yang terkonsepsi (jelas). Karena berpikir secara filsafat sebenarnya berpikir tentang hal dan prosesnya.

Page 22: Filsafat

Harus KoherenHarus Koheren• Koheren atau runtut adalah unsur-

unsurnya tidak boleh mengandung uraian-uraian yang bertentangan satu sama lain. Koheren atau runtut di dalamnya memuat suatu kebenaran logis. Sebaliknya, apabila suatu uraian yang di dalamnya tidak memuat kebenaran logis, maka uraian tersebut dikatakan sebagai uraian yang tidak koheren/runtut.

Page 23: Filsafat

Harus rasionalHarus rasional

• Yang dimaksud dengan rasional adalah unsur-unsurnya berhubungan secara logis. Artinya, pemikiran filsafat harus diuraikan dalam bentuk yang logis, yaitu suatu bentuk kebenaran yang mempunyai kaidah-kaiadah berpikir (logika).

Page 24: Filsafat

Harus SinoptikHarus Sinoptik

• Sinoptik artinya pemikiran filsafat harus melihat hal-hal secara menyeluruh atau dalam kebersamaan secara integral.

Page 25: Filsafat

Harus mengarah kepada Harus mengarah kepada pandangan duniapandangan dunia

• Yang dimaksud adalah pemikiran filsafat sebagai upaya untuk memahami semua realitas kehidupan dengan jalan menyusun suatu pandangan (hidup) dunia, termasuk di dalamnya menerangkan tentang dunia dan semua hal yang berada di dalamnya (dunia).

Page 26: Filsafat

Filsafat sebagai Pandangan HidupFilsafat sebagai Pandangan Hidup

• To be continued

Page 27: Filsafat

CABANG-CABANG FILSAFAT CABANG-CABANG FILSAFAT

• Filsafat merupakan bidang studi yang luas yg memerlukan pembagian yang lebih kecil lagi. Filsafat dapat dikelompokkan menjadi empat bidang induk:

• Filsafat tentang pengetahuan,, • Filsafat tentang keseluruhan kenyataan, • Filsafat tentang tindakan, • Sejarah Filsafat

Page 28: Filsafat

– Filsafat tentang pengetahuan, terdiri:

• Epitemologi

• Logika

• kritik ilmu-ilmu

Page 29: Filsafat

Filsafat tentang keseluruhan kenyataan, terdiri:• metafisika (ontologi)

• metafisika khusus, terdiri :

• teologi metafisik

• antropologi

• kosmologi

Page 30: Filsafat

–Filsafat tentang tindakan, terdiri :•etika

•estetika

Page 31: Filsafat

Pembagian FilsafatPembagian Filsafat

–Metafisika (filsafat ttg hal yang ada)

–Efistemologi (teori pengetahuan)

–Metodologi (teori tentang metode)

–Logika ( teori tentang penyimpulan)

–Etika (filsafat ttg pertimbangan moral)

–Esterika (filsafat tentang keindahan)

• -Sejarah filsafat

Page 32: Filsafat

Ilmu, Filsafat, AgamaIlmu, Filsafat, Agama

• Ilmu, filsafat dan agama mempunyai hubungan yang terkait dan reflektif dengan manusia. Dikatakan terkait karena ketiganya tidak dapat bergerak dan berkembang jika tidak ada tiga alat dan tenaga utama yang berada di dalam diri manusia.

Page 33: Filsafat

Ilmu, Filsafat, AgamaIlmu, Filsafat, Agama

• Tiga alat dan tenaga utama manusia adalah : akal pikir, rasa, dan keyakinan, sehingga dengan ketiga hal tersebut manusia dapat mencapai kebahagiaan bagi dirinya.

Page 34: Filsafat

• Ilmu dan filsafat dapat bergerak dan berkembang berkat akal pikiran manusia. Juga, agama dapat bergerak dan berkembang berkat adanya keyakinan. Akan tetapi ketiga alat dan tenaga utama tersebut tidak dapat berhubungan dengan ilmu, filsafat, dan agama apabila tidak didorong dan dijalankan oleh kemauan manusia yang merupakan tenaga tersendiri yang terdapat dalam diri manusia.

Page 35: Filsafat

• Dikatakan reflektif, karena ilmu, filsafat, dan agama baru dapat dirasakan (diketahui) faedahnya/manfaatnya dalam kehidupan manusia, apabila ketiganya merefleksi (lewat proses pantul diri) dalam diri manusia.

Page 36: Filsafat

• Ilmu mendasarkan pada akal pikir lewat pengalaman dan indera, dan filsafat mendasarkan pada otoritas akal murni secara bebas dalam penyelidikan terhadap kenyataan dan pengalaman terutama dikaitkan dengan kehidupan manusia. Sedangkan agama mendasarkan pada otoritas wahyu. Harap dibedakan agama yang berasal dari pertumbuhan dan perkembangan filsafat yang mendasarkan pada konsep-konsep tentang kehidupan dunia, terutama konsep-konsep ttg moral.

Page 37: Filsafat

• Menurut Prof. Nasroen, S.H, mengemukakan bahwa filsafat yang sejati haruslah berdasarkan pada agama. Malahan filsafat yang sejati itu adalah terkandung dalam agama.

Page 38: Filsafat

• Apabila filsafat tidak berdasarkan pada agama dan filsafat hanya semata-mata berdasarkan pada akal pikir saja, maka filsafat tsb tidak akan memuat kebenaran obyektif, karena yang memberikan penerangan dan putusan adalah akal pikiran. Sedangkan kesanggupan akal pikiran terbatas, sehingga filsafat yang berdasarkan pada akal pikir semata-mata akan tidak sanggup memberi kepuasan bagi manusia, terutama dalam rangka pemahamannya terhadap yang gaib.