4
FISIOLOGI RESPIRASI DAN ANESTESI Sistem respirasi adalah suatu sistem yang berperan dalam menyediakan oksigen serta mengeluarkan karbondioksida dari tubuh. Secara fungsional system respirasi dibagi menjadi 2 yaitu pars konduktoria (saluran nafas) dan pars respiratoria. Pars konduktoria berfungsi menghantarkan udara nafas dari lingkungan sekitar masuk ke saluran nafas. Pars konduktoria terdiri dari cavum nasi, faring, trachea, bronkus primer, bronkus sekunder, bronkus tertier, bronkiolus dan alveolus di bronkiolus terminalis. Trakea berfungsi sebagai saluran ventilasi dan jalur pembersihan sekret trakea dan bronkus, memiliki panjang rata-rata 10-13 cm. Trakea bercabang menjadi dua batang bronkus utama di carina ke kanan dan kiri. Letak percabangan bronkus ke kanan terletak lebih vertikal, sedangkan percabangan ke kiri terletak lebih horizontal.

Fisiologi Respirasi Dan Anestesi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

respirasi

Citation preview

FISIOLOGI RESPIRASI DAN ANESTESI

Sistem respirasi adalah suatu sistem yang berperan dalam menyediakan oksigen serta mengeluarkan karbondioksida dari tubuh.Secara fungsional system respirasi dibagi menjadi 2 yaitu pars konduktoria (saluran nafas) dan pars respiratoria. Pars konduktoria berfungsi menghantarkan udara nafas dari lingkungan sekitar masuk ke saluran nafas. Pars konduktoria terdiri dari cavum nasi, faring, trachea, bronkus primer, bronkus sekunder, bronkus tertier, bronkiolus dan alveolus di bronkiolus terminalis.Trakea berfungsi sebagai saluran ventilasi dan jalur pembersihan sekret trakea dan bronkus, memiliki panjang rata-rata 10-13 cm. Trakea bercabang menjadi dua batang bronkus utama di carina ke kanan dan kiri. Letak percabangan bronkus ke kanan terletak lebih vertikal, sedangkan percabangan ke kiri terletak lebih horizontal.

Pars respiratoria adalah bagian system respirasi yang mampu melakukan proses difusi O2-CO2 dimulai dari bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, saccus alveolaris, dan berakhir di alveolus.Reoksigenisasi adalah pertukaran periodik gas dalam alveolar yang mengandung banyak CO2 dengan gas segar dari udara bebas yang mengandung O2. Pertukaran ini dapat terjadi karena adanya sikus tekanan dalam saluran pernafasan.Mekanisme pernafasan terbagi menjadi inspirasi dan ekspirasi.Inspirasi terjadi ketika rongga toraks bertambah besar. Saat dinding toraks membesar pleura parietal yang melekat di dinding toraks akan bergerak bersama dan kubah diagfragma akan turun.Mekanismenya :Rangsangan otomatis dating dari pusat pernafasan dorsal medulla oblongata. Sinyal dibawa N. splenikus ke diafragma diafragma berkontraksi, terjadi perluasan volume toraks dan paru + penurunan tekanan intra toraks udara atmosfer mengalir masuk ke paru.Ekspirasi biasanya terjadi secara pasif ketika otot-otot inspirasi berelaksasi sehingga rongga toraks kembali mengecil. Elastisitas dari jaringan paru menyebabkan paru mempunyai daya recoil dan mengecilkan alveolus sehingga udara keluar dari paru.Mekanismenya :Rangsang dari pusat pernafasan di dorsal medulla oblongata di hentikan oleh pusat pneumotaksisk di medulla oblongata sinyal terhenti diafragma relaksasi rongga toraks menyempit tekanan naik udara keluar.Volume paru-paru pada akhir pernafasan normal disebut kapasitas fungsional residual (FRC). Pada volume ini, elastisitas dari paru-paru mendekati recoil luar elastis dada. Penutupan kapasitas biasanya di bawah FRC, tetapi terus meningkat seiring bertambahnya usia. peningkatan ini mungkin berhubungan untuk kompensasi dari penurunan elastisitas pembuluh darah.Sedangkan volume ekspirasi paksa dalam 1 detik (FEV1) dan kapasitas vital paksa (FVC) tergantung usaha. Aliran ekspirasi paksa (FEF 25-75%) adalah upaya lebih dan usaha dari adanya obstruksi.Anestesi dapat menyebabkan gangguan pada fungsi paru, baik pada pasien yang bernafas spontan maupun dengan ventilasi mekanik. Gangguan oksigenasi darah terjadi pada sebagian orang yang menjalani anesthesia, oleh karena itu pemberian O2 rutin dilakukan dengan tekanan O2 sekitar 0,3-0,4 L.Perubahan dalam mekanika paru karena anestesi umum terjadi tak lama setelah induksi. Posisi terlentang dapat mengurangi FRC sekitar 0,8-1,0 L, dan induksi anestesi umum lebih lanjut dapat mengurangi FRC sekitar 0,4-0,5 L. Penurunan FRC dapat menyebabkan kolaps alveolar dan kompresi atelektasis karena hilangnya otot inspirasi, kekakuan dinding dada, dan pergeseran diafragma ke atas.Hipoksemia ringan sampai sedang (saturasi O2 85 % - 90 %) tetap dapat terjadi pada hampir sebagian pasien yang menjalani operasi dan menetap mulai dari beberapa detik sampai 30 menit walau sudah dilakukan pemberian O2.Akibat pertama karena pengaruh anesthesia adalah hilangnya tonus otot yang menyebabkan perubahan keseimbangan antara gaya keluar (otot-otot pernafasan) dan gaya ke dalam (jaringan elastis paru) sehingga kapasitas residu fungsional (FRC) akan turun. Peristiwa ini akan menyebabkan penurunan komplians dan peningkatan resistensi pernafasan.Pemberian opioid seperti morfin atau fentanyl dapat mendepresi respon pusan pernafasn terhadap hiperkarbia. Efek ini dapat dinetralisasi dengan pemberian antagonis opioid, yaitu nalokson. Obat anastetik inhalasi juga dapat mendepresi pusat pernafasan dan menyebabkan perubahan pada aliran darah di paru, sehingga menyebabkan mismatch ventilasi/perfusi dan penurunan oksigenisasi.