Upload
dewii-bembemm-uchuld
View
54
Download
23
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH FITOTERAPI
SIROSIS HATI
Disusun Oleh :
Dewi Sri Rahayu (A 0101 0035)
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia
2013
Sirosis Hati
Sirosis adalah suatu komplikasi dari banyak penyakit-penyakit hati yang dikarakteristikan
oleh struktur dan fungsi hati yang abnormal. Penyakit yang menjurus pada sirosis melakukan
begitu karena mereka melukai dan membunuh sel-sel hati, dan peradangan dan perbaikan yang
berkaitan dengan sel-sel hati yang mati menyebabkan terbentuknya jaringan parut. Sel-sel hati
yang tidak mati melipatgandakan/membiak dalam suatu usaha untuk menggantikan sel-sel
yang telah mati. Ini berakibat pada sekelompok-sekelompok sel-sel hati yang baru terbentuk
(regenerative nodules) dalam jaringan parut. Ada banyak penyebab-penyebab sirosis;
diantaranya termasuk kimia-kimia (seperti alkohol, lemak, dan obat-obat tertentu), virus-virus,
logam-logam beracun (seperti besi dan tembaga yang berakumulasi dalam hati sebagai suatu
akibat dari penyakit-penyakit genetik), dan penyakit autoimun hati dimana sistim imun tubuh
menyerang hati.
Hati adalah suatu organ tubuh yang penting. Ia melakukan banyak fungsi-fungsi yang
kritis, dua darinya adalah menghasilkan unsur-unsur yang diperlukan oleh tubuh, contohnya,
protein-protein pembeku yang diperlukan untuk pembekuan darah, dan mengeluarkan unsur-
unsur beracun yang dapat membahayakan tubuh, contohnya, obat-obat. Hati juga mempunyai
suatu peran yang penting dalam mengatur penyediaan glukosa (gula) dan lemak-lemap (lipids)
untuk tubuh yang digunakan oleh tubuh sebagai bahan bakar. Supaya dapat melakukan fungsi-
fungsi kritis ini, sel-sel hati harus bekerja secara normal, dan mereka harus mempunyai suatu
hubungan yang dekat dengan darah karena unsur-unsur yang ditambahkan atau dikeluarkan
oleh hati diangkut ke dan dari hati oleh darah.
Hubungan hati terhadap darah adalah unik. Tidak seperti kebanyakan organ-organ
tubuh, hanya sejumlah kecil darah disediakan pada hati oleh arteri-arteri. Kebanyakan dari
penyediaan darah hati datang dari vena-vena usus ketika darah kembali ke jantung. Vena
utama yang megembalikan darah dari usus disebut vena portal (portal vein). Ketika vena portal
melewati hati, ia terpecah kedalam vena-vena yang meningkat bertambah kecil. Vena-vena
yang paling kecil (disebut sinusoid-sinusoid karena struktur mereka yang unik) ada dalam
kontak yang dekat dengan sel-sel hati. Faktanya, sel-sel hati berbaris sepanjang sinusoid-
sinusoid. Hubungan yang dekat ini antara sel-sel hati dan darah dari vena portal mengizinkan
sel-sel hati untuk mengeluarkan dan menambah unsur-unsur pada darah. Sekali darah telah
melewati sinusoid-sinusoid, ia dikumpulkan dalam vena-vena yang meningkat bertambah besar
yang ahirnya membentuk suatu vena tunggal, vena hepatik (hepatic veins) yang
mengembalikan darah ke jantung.
Pada sirosis, hubungan antara darah dan sel-sel hati hancur. Meskipun sel-sel hati yang
selamat atau dibentuk baru mungkin mampu untuk menghasilkan dan mengeluarkan unsur-
unsur dari darah, mereka tidak mempunyai hubungan yang normal dan dekat dengan darah,
dan ini mengganggu kemampuan sel-sel hati untuk menambah atau mengeluarkan unsur-unsur
dari darah. Sebagai tambahan, luka parut dalam hati yang bersirosis menghalangi aliran darah
melalui hati dan ke sel-sel hati. Sebagai suatu akibat dari rintangan pada aliran darah melalui
hati, darah tersendat pada vena portal, dan tekanan dalam vena portal meningkat, suatu
kondisi yang disebut hipertensi portal. Karena rintangan pada aliran dan tekanan-tekanan
tinggi dalam vena portal, darah dalam vena portal mencari vena-vena lain untuk mengalir
kembali ke jantung, vena-vena dengan tekanan-tekanan yang lebih rendah yang membypass
hati. Sayangnya, hati tidak mampu untuk menambah atau mengeluarkan unsur-unsur dari
darah yang membypassnya. Itu adalah suatu kombinasai dari jumlah-jumlah sel-sel hati yang
dikurangi, kehilangan kontak normal antara darah yang melewati hati dan sel-sel hati, dan
darah yang membypass hati yang menjurus pada banyaknya manifestasi-manifestasi dari
sirosis.
Suatu penyebab kedua untuk persoalan-persoalan yang disebabkan oleh sirosis adalah
hubungan yang terganggu antara sel-sel hati dan saluran-saluran melalui mana empedu
mengalir. Empedu adalah suatu cairan yang dihasilkan oleh sel-sel hati yang mempunyai dua
fungsi yang penting: membantu dalam pencernaan dan mengeluarkan dan menghilangkan
unsur-unsur yang beracun dari tubuh. Empedu yang dihasilkan oleh sel-sel hati dikeluarkan
kedalam saluran-saluran yang sangat kecil yang melalui antara sel-sel hati yang membatasi
sinusoid-sinusoid, disebut canaliculi. Canaliculi bermuara kedalam saluran-saluran kecil yang
kemudian bergabung bersama membentuk saluran-saluran yang lebih besar dan lebih besar
lagi. Akhirnya, semua saluran-saluran bergabung kedalam satu saluran yang masuk ke usus
kecil. Dengan cara ini, empedu mencapai usus dimana ia dapat membantu pencernaan
makanan. Pada saat yang bersamaan, unsur-unsur beracun yang terkandung dalam empedu
masuk ke usus dan kemudian dihilangkan/dikeluarkan dalam tinja/feces. Pada sirosis, canaliculi
mengalami abnormal dan hubungan antara sel-sel hati canaliculi hancur/rusak, tepat seperti
hubungan antara sel-sel hati dan darah dalam sinusoid-sinusoid. Sebagai akibatnya, hati tidak
mampu menghilangkan unsur-unsur beracun secara normal, dan mereka dapat berakumulasi
dalam tubuh. Dalam suatu tingkat yang kecil, pencernaan dalam usus juga berkurang.
1. Gejala-Gejala dan Tanda-Tanda Sirosis
Pasien-pasien dengan sirosis mungkin mempunyai sedikit atau tidak ada gejala-gejala
dan tanda-tanda dari penyakit hati. Beberapa gejala-gejala mungkin adalah tidak spesifik, yaitu
mereka tidak memberi kesan bahwa hati adalah penyebab mereka. Beberapa dari gejala-gejala
dan tanda-tanda sirosis yang lebih umum termasuk :
Kulit yang menguning (jaundice) disebabkan oleh akumulasi bilirubin dalam darah
Kelelahan
Kelemahan
Kehilangan nafsu makan
Gatal
Mudah memar dari pengurangan produksi faktor-faktor pembeku darah oleh hati yang
sakit.
Pasien-pasien dengan sirosis juga mengembangkan gejala-gejala dan tanda-tanda dari
komplikasi-komplikasi sirosis yang dibahas berikutnya.
2. Komplikasi-Komplikasi Sirosis
a. Edema dan Ascites
Ketika sirosis hati menjadi parah, tanda-tanda dikirim ke ginjal-ginjal untuk menahan
garam dan air didalam tubuh. Kelebihan garam dan air pertama-tama berakumulasi dalam
jaringan dibawah kulit pergelangan-pergelangan kaki dan kaki-kaki karena efek gaya berat
ketika berdiri atau duduk. Akumulasi cairan ini disebut edema atau pitting edema. Pitting
edema merujuk pada fakta bahwa menekan sebuah ujung jari dengan kuat pada suatu
pergelangan atau kaki dengan edema menyebabkan suatu lekukan pada kulit yang berlangsung
untuk beberapa waktu setelah pelepasan dari tekanan. Sebenarnya, tipe dari tekanan apa saja,
seperti dari pita elastik kaos kaki, mungkin cukup untk menyebabkan pitting. Pembengkakkan
seringkali memburuk pada akhir hari setelah berdiri atau duduk dan mungkin berkurang dalam
semalam sebagai suatu akibat dari kehilnagan efek-efek gaya berat ketika berbaring. Ketika
sirosis memburuk dan lebih banyak garam dan air yang tertahan, cairan juga mungkin
berakumulasi dalam rongga perut antara dinding perut dan organ-organ perut. Akumulasi
cairan ini (ascites) menyebabkan pembengkakkan perut, ketidaknyamanan perut, dan berat
badan yang meningkat.
b. Spontaneous bacterial peritonitis (SBP)
Cairan dalam rongga perut (ascites) adalah tempat yang sempurna untuk bakteri-bakteri
berkembang. Secara normal, rongga perut mengandung suatu jumlah yang sangat kecil cairan
yang mampu melawan infeksi dengan baik, dan bakteri-bakteri yang masuk ke perut (biasanya
dari usus) dibunuh atau menemukan jalan mereka kedalam vena portal dan ke hati dimana
mereka dibunuh. Pada sirosis, cairan yang mengumpul didalam perut tidak mampu untuk
melawan infeksi secara normal. Sebagai tambahan, lebih banyak bakteri-bakteri menemukan
jalan mereka dari usus kedalam ascites. Oleh karenanya, infeksi didalam perut dan ascites,
dirujuk sebagai spontaneous bacterial peritonitis atau SBP, kemungkinan terjadi. SBP adalah
suatu komplikasi yang mengancam nyawa. Beberapa pasien-pasien dengan SBP tidak
mempunyai gejala-gejala, dimana yang lainnya mempunyai demam, kedinginan, sakit perut dan
kelembutan perut, diare, dan memburuknya ascites.
c. Perdarahan dari Varices-Varices Kerongkongan (Esophageal Varices)
Pada sirosis hati, jaringan parut menghalangi aliran darah yang kembali ke jantung dari
usus-usus dan meningkatkan tekanan dalam vena portal (hipertensi portal). Ketika tekanan
dalam vena portal menjadi cukup tinggi, ia menyebabkan darah mengalir di sekitar hati melalui
vena-vena dengan tekanan yang lebih rendah untuk mencapai jantung. Vena-vena yang paling
umum yang dilalui darah untuk membypass hati adalah vena-vena yang melapisi bagian bawah
dari kerongkongan (esophagus) dan bagian atas dari lambung.
Sebagai suatu akibat dari aliran darah yang meningkat dan peningkatan tekanan yang
diakibatkannya, vena-vena pada kerongkongan yang lebih bawah dan lambung bagian atas
mengembang dan mereka dirujuk sebagai esophageal dan gastric varices; lebih tinggi tekanan
portal, lebih besar varices-varices dan lebih mungkin seorang pasien mendapat perdarahan dari
varices-varices kedalam kerongkongan (esophagus) atau lambung.
Perdarahan dari varices-varices biasanya adalah parah/berat dan, tanpa perawatan
segera, dapat menjadi fatal. Gejala-gejala dari perdarahan varices-varices termasuk muntah
darah, muntahan dapat berupa darah merah bercampur dengan gumpalan-gumpalan atau
"coffee grounds" dalam penampilannya, yang belakangan disebabkan oleh efek dari asam pada
darah, mengeluarkan tinja/feces yang hitam dan bersifat ter disebabkan oleh perubahan-
perubahan dalam darah ketika ia melewati usus (melena), dan kepeningan orthostatic
(orthostatic dizziness) atau membuat pingsan (disebabkan oleh suatu kemerosotan dalam
tekanan darah terutama ketika berdiri dari suatu posisi berbaring).
Perdarahan juga mungkin terjadi dari varices-varices yang terbentuk dimana saja
didalam usus-usus, contohnya, usus besar (kolon), namun ini adalah jarang. Untuk sebab-sebab
yang belum diketahui, pasien-pasien yang diopname karena perdarahan yang secara aktif dari
varices-varices kerongkongan mempunyai suatu risiko yang tinggi mengembangkan
spontaneous bacterial peritonitis.
d. Hepatic Encephalopathy
Beberapa protein-protein dalam makanan yang terlepas dari pencernaan dan
penyerapan digunakan oleh bakteri-bakteri yang secara normal hadir dalam usus. Ketika
menggunakan protein untuk tujuan-tujuan mereka sendiri, bakteri-bakteri membuat unsur-
unsur yang mereka lepaskan kedalam usus. Unsur-unsur ini kemudian dapat diserap kedalam
tubuh. Beberapa dari unsur-unsur ini, contohnya, ammonia, dapat mempunyai efek-efek
beracun pada otak. Biasanya, unsur-unsur beracun ini diangkut dari usus didalam vena portal ke
hati dimana mereka dikeluarkan dari darah dan di-detoksifikasi (dihilangkan racunnya).
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, ketika sirosis terjadi, sel-sel hati tidak dapat
berfungsi secara normal karena mereka rusak atau karena mereka telah kehilangan hubungan
normalnya dengan darah. Sebagai tambahan, beberapa dari darah dalam vena portal
membypass hati melalui vena-vena lain. Akibat dari kelainan-kelainan ini adalah bahwa unsur-
unsur beracun tidak dapat dikeluarkan oleh sel-sel hati, dan, sebagai gantinya, unsur-unsur
beracun berakumulasi dalam darah.
Ketika unsur-unsur beracun berakumulasi secara cukup dalam darah, fungsi dari otak
terganggu, suatu kondisi yang disebut hepatic encephalopathy. Tidur waktu siang hari daripada
pada malam hari (kebalikkan dari pola tidur yang normal) adalah diantara gejala-gejala paling
dini dari hepatic encephalopathy. Gejala-gejala lain termasuk sifat lekas marah,
ketidakmampuan untuk konsentrasi atau melakukan perhitungan-perhitungan, kehilangan
memori, kebingungan, atau tingkat-tingkat kesadaran yang tertekan. Akhirnya, hepatic
encephalopathy yang parah/berat menyebabkan koma dan kematian.
Unsur-unsur beracun juga membuat otak-otak dari pasien-pasien dengan sirosis sangat
peka pada obat-obat yang disaring dan di-detoksifikasi secara normal oleh hati. Dosis-dosis dari
banyak obat-obat yang secara normal di-detoksifikasi oleh hati harus dikurangi untuk mencegah
suatu penambahan racun pada sirosis, terutama obat-obat penenang (sedatives) dan obat-obat
yang digunakan untuk memajukan tidur. Secara alternatif, obat-obat mungkin digunakan yang
tidak perlu di-detoksifikasi atau dihilangkan dari tubuh oleh hati, contohnya obat-obat yang
dihilangkan atau dieliminasi oleh ginjal-ginjal.
e. Hepatorenal Syndrome
Pasien-pasien dengan sirosis yang memburuk dapat mengembangkan hepatorenal
syndrome. Sindrom ini adalah suatu komplikasi yang serius dimana fungsi dari ginjal-ginjal
berkurang. Itu adalah suatu persoalan fungsi dalam ginjal-ginjal, yaitu, tidak ada kerusakn fisik
pada ginjal-ginjal. Sebagai gantinya, fungsi yang berkurang disebabkan oleh perubahan-
perubahan dalam cara darah mengalir melalui ginjal-ginjalnya. Hepatorenal syndrome
didefinisikan sebagai kegagalan yang progresif dari ginjal-ginjal untuk membersihkan unsur-
unsur dari darah dan menghasilkan jumlah-jumlah urin yang memadai walaupun beberapa
fungsi-fungsi penting lain dari ginjal-ginjal, seperti penahanan garam, dipelihara/dipertahankan.
Jika fungsi hati membaik atau sebuah hati yang sehat dicangkok kedalam seorang pasien
dengan hepatorenal syndrome, ginjal-ginjal biasanya mulai bekerja secara normal. Ini
menyarankan bahwa fungsi yang berkurang dari ginjal-ginjal adalah akibat dari akumulasi
unsur-unsur beracun dalam darah ketika hati gagal. Ada dua tipe dari hepatorenal syndrome.
Satu tipe terjadi secara berangsur-angsur melalui waktu berbulan-bulan. Yang lainnya terjadi
secara cepat melalui waktu dari satu atau dua minggu.
f. Hepatopulmonary Syndrome
Beberapa pasien-pasien dengan sirosis yang berlanjut dapat mengembangkan
hepatopulmonary syndrome. Pasien-pasien ini dapat mengalami kesulitan bernapas karena
hormon-hormon tertentu yang dilepas pada sirosis yang telah berlanjut menyebabkan paru-
paru berfungsi secara abnormal. Persoalan dasar dalam paru adalah bahwa tidak cukup darah
mengalir melalui pembuluh-pembuluh darah kecil dalam paru-paru yang berhubungan dengan
alveoli (kantung-kantung udara) dari paru-paru. Darah yang mengalir melalui paru-paru
dilangsir sekitar alveoli dan tidak dapat mengambil cukup oksigen dari udara didalam alveoli.
Sebagai akibatnya pasien mengalami sesak napas, terutama dengan pengerahan tenaga.
g. Hypersplenism
Limpa (spleen) secara normal bertindak sebagai suatu saringan (filter) untuk
mengeluarkan/menghilangkan sel-sel darah merah, sel-sel darah putih, dan platelet-platelet
(partikel-partikel kecil yang penting uktuk pembekuan darah) yang lebih tua. Darah yang
mengalir dari limpa bergabung dengan darah dalam vena portal dari usus-usus. Ketika tekanan
dalam vena portal naik pada sirosis, ia bertambah menghalangi aliran darah dari limpa. Darah
tersendat dan berakumulasi dalam limpa, dan limpa membengkak dalam ukurannya, suatu
kondisi yang dirujuk sebagai splenomegaly. Adakalanya, limpa begitu bengkaknya sehingga ia
menyebabkan sakit perut.
Ketika limpa membesar, ia menyaring keluar lebih banyak dan lebih banyak sel-sel
darah dan platelet-platelet hingga jumlah-jumlah mereka dalam darah berkurang.
Hypersplenism adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi ini, dan itu
behubungan dengan suatu jumlah sel darah merah yang rendah (anemia), jumlah sel darah
putih yang rendah (leucopenia), dan/atau suatu jumlah platelet yang rendah
(thrombocytopenia). Anemia dapat menyebabkan kelemahan, leucopenia dapat menjurus
pada infeksi-infeksi, dan thrombocytopenia dapat mengganggu pembekuan darah dan
berakibat pada perdarahan yang diperpanjang (lama).
h. Kanker Hati (hepatocellular carcinoma)
Sirosis yang disebabkan oleh penyebab apa saja meningkatkan risiko kanker hati
utama/primer (hepatocellular carcinoma). Utama (primer) merujuk pada fakta bahwa tumor
berasal dari hati. Suatu kanker hati sekunder adalah satu yang berasal dari mana saja didalam
tubuh dan menyebar (metastasizes) ke hati.
Gejala-gejala dan tanda-tanda yang paling umum dari kanker hati primer/utama adalah
sakit perut dan pembengkakan perut, suatu hati yang membesar, kehilangan berat badan, dan
demam. Sebagai tambahan, kanker-kanker hati dapat menghasilkan dan melepaskan sejumlah
unsur-unsur, termasuk yang dapat menyebabkan suatu peningkatan jumlah sel darah merah
(erythrocytosis), gula darah ang rendah (hypoglycemia), dan kalsium darah yang tinggi
(hypercalcemia).
3. Penyebab-Penyebab Umum Sirosis
a. Alkohol
Adalah suatu penyebab yang paling umum dari cirrhosis, terutam didunia barat.
Perkembangan sirosis tergantung pada jumlah dan keterautran dari konsumsi alkohol.
Konsumis alkohol pada tingkat-tingkat yang tinggi dan kronis melukai sel-sel hati. Tiga puluh
persen dari individu-individu yang meminum setiap harinya paling sedikit 8 sampai 16 ounces
minuman keras (hard liquor) atau atau yang sama dengannya untuk 15 tahun atau lebih akan
mengembangkan sirosis. Alkohol menyebabkan suatu jajaran dari penyakit-penyakit hati;
dari hati berlemak yang sederhana dan tidak rumit (steatosis), ke hati berlemak yang lebih
serius dengan peradangan (steatohepatitis atau alcoholic hepatitis), ke sirosis.
b. Nonalcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD)
Merujuk pada suatu spektrum yang lebar dari penyakit hati yang, seperti penyakit hati
alkoholik (alcoholic liver disease), mencakup dari steatosis sederhana (simple steatosis),
nonalcoholic steatohepatitis (NASH), ke sirosis. Semua tingkatan-tingkatan dari NAFLD
mempunyai bersama-sama akumulasi lemak dalam sel-sel hati. Istilah nonalkoholik digunakan
karena NAFLD terjadi pada individu-individu yang tidak mengkonsumsi jumlah-jumlah alkohol
yang berlebihan, namun, dalam banyak aspek-aspek, gambaran mikroskopik dari NAFLD adalah
serupa dengan apa yang dapat terlihat pada penyakit hati yang disebabkan oleh alkohol yang
berlebihan. NAFLD dikaitkan dengan suatu kondisi yang disebut resistensi insulin, yang pada
gilirannya dihubungkan dengan sindrom metabolisme dan diabetes mellitus tipe 2. Kegemukan
adalah penyebab yang paling penting dari resistensi insulin, sindrom metabolisme, dan diabetes
tipe 2. NAFLD adalah penyakit hati yang paling umum di Amerika dan adalah bertanggung
jawab untuk 24% dari semua penyakit hati. Faktanya, jumlah dari hati-hati yang dicangkokan
untuk sirosis yang berhubungan dengan NAFLD meningkat. Pejabat-pejabat kesehatan publik
khawatir bahwa epidemi (wabah) kegemukan sekarang ini akan meningkatkan secara dramatis
perkembangan dari NAFLD dan sirosis pada populasi.
c. Sirosis Kriptogenik, Cryptogenic cirrhosis (sirosis yang disebabkan oleh
penyebab-penyebab yang tidak teridentifikasi)
Adalah suatu sebab yang umum untuk pencangkokan hati. Di-istilahkan sirosis
kriptogenik (cryptogenic cirrhosis) karena bertahun-tahun dokter-dokter telah tidak mampu
untuk menerangkan mengapa sebagain dari pasien-pasien mengembangkan sirosis. Dokter-
dokter sekarang percaya bahwa sirosis kriptogenik disebabkan oleh NASH (nonalcoholic
steatohepatitis) yang disebabkan oleh kegemukan, diabetes tipe 2, dan resistensi insulin yang
tetap bertahan lama. Lemak dalam hati dari pasien-pasien dengan NASH diperkirakan
menghilang dengan timbulnya sirosis, dan ini telah membuatnya sulit untuk dokter-dokter
untuk membuat hubungan antara NASH dan sirosis kriptogenik untuk suatu waktu yang lama.
Satu petunjuk yang penting bahwa NASH menjurus pada sirosis kriptogenik adalah penemuan
dari suatu kejadian yang tinggi dari NASH pada hati-hati yang baru dari pasien-pasien yang
menjalankan pencangkokan hati untuk sirosis kriptogenik. Akhirnya, suatu studi dari Perancis
menyarankan bahwa pasien-pasien dengan NASH mempunyai suatu risiko mengembangkan
sirosis yang serupa seperti pasien-pasien dengan infeksi virus hepatitis C yang tetap bertahan
lama. Bagaimanapun, kemajuan ke sirosis dari NASH diperkirakan lambat dan diagnosis dari
sirosis secara khas dibuat pada pasien-pasien pada umur enampuluhannya.
d. Hepatitis Virus Yang Kronis
Adalah suatu kondisi dimana hepatitis B atau hepatitis C virus menginfeksi hati
bertahun-tahun. Kebanyakan pasien-pasien dengan hepatitis virus tidak akan mengembangkan
hepatitis kronis dan sirosis. Contohnya, mayoritas dari pasien-pasien yang terinfeksi dengan
hepatitis A sembuh secara penuh dalam waktu berminggu-minggu, tanpa mengembangkan
infeksi yang kronis. Berlawanan dengannya, beberapa pasien-pasien yang terinfeksi dengan
virus hepatitis B dan kebanyakan pasien-pasien terinfeksi dengan virus hepatitis C
mengembangkan hepatitis yang kronis, yang pada gilirannya menyebabkan kerusakan hati yang
progresif dan menjurus pada sirosis, dan adakalanya kanker-kanker hati.
e. Kelainan Genetik Yang Diturunkan/Diwariskan
Hal ini berakibat pada akumulasi unsur-unsur beracun dalam hati yang menjurus pada
kerusakkan jaringan dan sirosis. Contoh-contoh termasuk akumulasi besi yang abnormal
(hemochromatosis) atau tembaga (penyakit Wilson). Pada hemochromatosis, pasien-pasien
mewarisi suatu kecenderungan untuk menyerap suatu jumlah besi yang berlebihan dari
makanan. Melalui waktu, akumulasi besi pada organ-organ yang berbeda diseluruh tubuh
menyebabkan sirosis, arthritis, kerusakkan otot jantung yang menjurus pada gagal jantung, dan
disfungsi (kelainan fungsi) buah pelir yang menyebabkan kehilangan rangsangan seksual.
Perawatan ditujukan pada pencegahan kerusakkan pada organ-organ dengan mengeluarkan
besi dari tubuh melaui pengeluaran darah. Pada penyakit Wilson, ada suatu kelainan yang
diwariskan pada satu dari protein-protein yang mengontrol tembaga dalam tubuh. Melalui
waktu, tembaga berakumulasi dalam hati, mata-mata, dan otak. Sirosis, gemetaran, gangguan-
gangguan psikiatris (kejiwaan) dan kesulitan-kesulitan syaraf lainnya terjadi jika kondisi ini tidak
dirawat secara dini. Perawatan adalah dengan obat-obat oral yang meningkatkan jumlah
tembaga yang dieliminasi dari tubuh didalam urin.
f. Primary Biliary Cirrhosis (PBC)
Adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh suatu kelainan dari sistim imun yang
ditemukan sebagian besar pada wanita-wanita. Kelainan imunitas pada PBC menyebabkan
peradangan dan perusakkan yang kronis dari pembuluh-pembuluh kecil empedu dalam hati.
Pembuluh-pembuluh empedu adalah jalan-jalan dalam hati yang dilalui empedu menuju ke
usus. Empedu adalah suatu cairan yang dihasilkan oleh hati yang mengandung unsur-unsur
yang diperlukan untuk pencernaan dan penyerapan lemak dalam usus, dan juga campuran-
campuran lain yang adalah produk-produk sisa, seperti pigmen bilirubin. (Bilirubin dihasilkan
dengan mengurai/memecah hemoglobin dari sel-sel darah merah yang tua). Bersama dengan
kantong empedu, pembuluh-pembuluh empedu membuat saluran empedu. Pada PBC,
kerusakkan dari pembuluh-pembuluh kecil empedu menghalangi aliran yang normal dari
empedu kedalam usus. Ketika peradangan terus menerus menghancurkan lebih banyak
pembuluh-pembuluh empedu, ia juga menyebar untuk menghancurkan sel-sel hati yang
berdekatan. Ketika penghancuran dari hepatocytes menerus, jaringan parut (fibrosis) terbentuk
dan menyebar keseluruh area kerusakkan. Efek-efek yang digabungkan dari peradangan yang
progresif, luka parut, dan efek-efek keracunan dari akumulasi produk-produk sisa memuncak
pada sirosis.
g. Primary Sclerosing Cholangitis (PSC)
Adalah suatu penyakit yang tidak umum yang seringkali ditemukan pada pasien-pasien
dengan radang borok usus besar. Pada PSC, pembuluh-pembuluh empedu yang besar diluar
hati menjadi meradang, menyempit, dan terhalangi. Rintangan pada aliran empedu menjurus
pada infeksi-infeksi pembuluh-pembuluh empedu dan jaundice (kulit yang menguning) dan
akhirnya menyebabkan sirosis. Pada beberapa pasien-pasien, luka pada pembuluh-pembuluh
empedu (biasanya sebagai suatu akibat dari operasi) juga dapat menyebabkan rintangan dan
sirosis pada hati.
h. Hepatitis Autoimun
Adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh suatu kelainan sistim imun yang
ditemukan lebih umum pada wanita-wanita. Aktivitas imun yang abnromal pada hepatitis
autoimun menyebabkan peradangan dan penghancuran sel-sel hati (hepatocytes) yang
progresif, menjurus akhirnya pada sirosis.
i. Bayi-bayi yang dilahirkan tanpa pembuluh-pembuluh empedu (biliary
atresia)
Bayi-bayi lain dilahirkan dengan kekurangan enzim-enzim vital untuk mengontrol gula-
gula yang menjurus pada akumulasi gula-gula dan sirosis. Pada kejadian-kejadian yang jarang,
ketidakhadiran dari suatu enzim spesifik dapat menyebabkan sirosis dan luka parut pada paru
(kekurangan alpha 1 antitrypsin).
j. Penyebab-penyebab sirosis yang lebih tidak umum termasuk reaksi-reaksi
yang tidak umum pada beberapa obat-obat dan paparan yang lama pada
racun-racun, dan juga gagal jantung kronis (cardiac cirrhosis).
Pada bagian-bagian tertentu dari dunia (terutama Afrika bagian utara), infeksi hati
dengan suatu parasit (schistosomiasis) adalah penyebab yang paling umum dari penyakit hati
dan sirosis.
4. Mendiagnosis dan Mengevaluasi Sirosis
Tes tunggal yang paling baik untuk mendiagnosis sirosis adalah biopsi hati. Biopsi-biopsi
hati, bagaimanapun, membawa suatu risiko kecil untuk komplikasi-komplikasi serius, dan oleh
karenanya, biopsi seringkali dicadangkan untuk pasien-pasien yang mana diagnosis tipe
penyakit hati atau kehadiran sirosis tidak jelas. Kemungkinan sirosis mungkin disarankan oleh
sejarah, pemeriksaan fisik, atau tes rutin. Jika sirosis hadir, tes-tes lain dapat digunakan untuk
menentukan keparahan dari sirosis dan kehadiran dari komplikasi-komplikasi. Tes-tes juga
mungkin digunakan untuk mendiagnosis penyakit yang mendasarinya yang menyebabkan
sirosis. Berikut adalah beberapa contoh-contoh tentang bagaimana dokter-dokter menemukan,
mendiagnosis dan mengevaluasi sirosis:
Dalam mengambil suatu sejarah seorang pasien, dokter mungkin menemukan suatu
sejarah konsumsi alkohol yang berlebihan dan berkepanjangan, suatu sejarah
penyalahgunaan obat secara intra vena, atau suatu sejarah hepatitis. Potongan-
potongan informasi ini menyarankan kemungkinan penyakit hati dan sirosis.
Pasien-pasien yang diketahui mempunyai virus hepatitis B atau C kronis mempunyai
suatu kemungkinan yang tinggi mendapat sirosis.
Beberapa pasien-pasien dengan sirosis mempunyai hati-hati dan/atau limpa-limpa yang
membesar. Seorang dokter dapat seringkali merasakan/meraba ujung bagian bawah
dari hati yang membesar dibawah kandang tulang rusuk kanan dan merasakan ujung
dari limpa yang membesar dibawah kandang tulang rusuk kiri. Suatu sirosis hati juga
dirasakan lebih keras dan lebih tidak teratur daripada suatu hati yang normal.
Beberapa pasien-pasien dengan sirosis, terutama sirosis alkoholik, mempunyai tanda-
tanda seperti laba-laba yang kecil dan merah (telangiectasias) pada kulit, terutama pada
dada, yang terbuat dari pembuluh-pembuluh darah yang membesar dan menyebar.
Spider telangiectasias juga dapat terlihat pada individu-individu tanpa penyakit hati,
bagaimanapun.
Jaundice (kekuningan dari kulit dan putih-putih mata yang disebabkan oleh bilirubin
yang meningkat dalam darah) adalah umum diantara pasien-pasien dengan sirosis,
namun jaundice dapat terjadi pada pasien-pasien dengan penyakit hati tanpa sirosis dan
kondisi-kondisi lain seperti hemolysis(penghancuran sel-sel darah merah yang
berlebihan).
Pembengkakkan perut (ascites) dan/atau kaki-kaki (edema) karena penahanan cairan
adalah umum diantara pasien-pasien dengan sirosis meskipun penyakit-penyakit lain
dapat menyebabkan mereka secara umum, contohnya gagal jantung kongesti
(congestive heart failure).
Pasien-pasien dengan endapan-endapan tembaga yang abnormal pada mata-mata
mereka atau tipe-tipe tertentu penyakit syaraf mungkin mempunyai penyakit Wilson,
suatu penyakit genetik dimana ada penanganan dan akumulasi tembaga yang abnormal
diseluruh tubuh, termasuk hati yang dapat menjurus pada sirosis.
Varices-varices kerongkongan (Esophageal varices) mungkin ditemukan secara tak
terduga sewaktu endoskopi bagian atas (EGD), dan mereka sangat kuat menyarankan
sirosis.
Computerized tomography (CT atau CAT) atau magnetic resonance imaging (MRI) scans
dan pemeriksaan-pemeriksaan ultrasound dari perut yang dilakukan untuk sebab-sebab
yang lain daripada evaluasi kemungkinan penyakit hati mungkin secara tak terduga
mendeteksi hati-hati yang membesar, hati-hati yang benjol-benjol (nodul) secara
abnormal, limpa-limpa yang membesar, dan cairan dalam perut yang menyarankan
sirosis.
Sirosis yang telah lanjut menjurus pada suatu penurunan tingkat albumin dalam darah
dan penurunan faktor-faktor pembeku darah karena kehilangan kemampuan hati untuk
menghasilkan protein-protein ini. Jadi, penurunan tingkat-tingkat albumin dalam darah
atau perdarahan yang abnormal menyarankan sirosis.
Peningkatan yang abnormal dari enzim-enzim hati dalam darah (seperti ALT dan AST)
yang didapat secara rutin sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan tahunan
menyarankan peradangan atau luka pada hati dari banyak penyebab-penyebab dan
begitu juga sirosis.
Pasien-pasien dengan tingkat-tingkat besi yang meningkat dalam darahnya mungkin
mempunyai hemochromatosis, suatu penyakit hati genetik dimana besi ditangani secara
abnormal dan yang menjurus pada sirosis.
Auto-antibodies (antibodi antinuclear, antibodi anti-smooth muscle dan antibodi anti-
mitochondrial) kadangkala dideteksi dalam darah dan mungkin adalah suatu petunjuk
pada kehadiran dari hepatitis autoimun atau primary biliary cirrhosis, kedua darinya
dapat menjurus pada sirosis.
Kanker hati (hepatocellular carcinoma) mungkin dideteksi dengan CT dan MRI scans
atau ultrasound perut. Kanker hati paling umum berkembang pada individu-individu
dengan sirosis yang mendasarinya.
Jika ada suatu akumulasi cairan dalam perut, suatu contoh cairan dapat diangkat
menggunakan suatu jarum yang panjang. Cairan kemudian dapat diperiksa dan diuji.
Hasil-hasil dari pemeriksaan mungkin menyarankan kehadiran sirosis sebagai penyebab
dari cairan.
Pemeriksaan pada penderita hepatitis sirosis hati adalah :Anamnesis :
1. Nafsu makan menurun2. Mual, muntah3. Berat badan turun4. Riwayat adanya hepatitis di masa yang lalu atau riwayat hasil pemeriksan HBsAg positif di
masa lalu.
5. Keluhan lain sering disebabkan oleh adanya penyulit, misalnya perut besar, muntah darah, serta pennurunan kesadaran.
Pemeriksan fisik pada penyakit hepatitis sirosis hati :1. Pigmentasi muka2. Spider nevi dan eritema Palmaris3. Ginekomasti4. Atrofu testis5. Jari tubuh6. Pembesaran kelenjar parotis7. Adanya cairan bebas pada abdomen8. Edema tungkai9. Sklera yang ikterik pada kasus-kasus sirosis dekompensata.10. Pada kasus yang lanjut busa didapatkan gejala-gejala ensefalopatia hepatic, misalnya
flapping tremor, kesadaran yang menurun, dan lain-lain.
Pemeriksaan laboratik :Hematologi : darah lengkap, PPT dan INR
Biokimia : bilirubin, AST/ALT, alkali fosfatase, gamma GT, albumin dan globulin, bila ada asites, diperiksa ureum, kreatinin, dan elektrolit.
Imunologi : anto HCV, alfa-feto protein.
Pemeriksaan penunjang : USG, CT scan bila USG kuarng jelas, biopsy hati bila diagnostic lain belum jelas, EEG pada penderita dengan kecurigaan ensefalopatia hepatik.
Diagnosis pada penderita suspek sirosis hati dekompensata tidak begitu sulit, gabungan
dari kumpulan gejala yang dialami pasien dan tanda yang diperoleh dari pemeriksaan fisis
sudah cukup mengarahkan kita pada diagnosis. Namun jika dirasakan diagnosis masih belum
pasti, maka USG Abdomen dan tes-tes laboratorium dapat membantu.3
Pada pemeriksaan fisis, kita dapat menemukan adanya pembesaran hati dan terasa
keras, namun pada stadium yang lebih lanjut hati justru mengecil dan tidak teraba. Untuk
memeriksa derajat asites dapat menggunakan tes-tes puddle sign, shifting dullness, atau fluid
wave. Tanda-tanda klinis lainnya yang dapat ditemukan pada sirosis yaitu, spider telangiekstasis
(Suatu lesi vaskular ang dikelilingi vena-vena kecil), eritema palmaris (warna merah saga pada
thenar dan hipothenar telapak tangan), caput medusa, foetor hepatikum (bau yang khas pada
penderita sirosis), dan ikterus.3
Tes laboratorium juga dapat digunakan untuk membantu diagnosis, Fungsi hati kita
dapat menilainya dengan memeriksa kadar aminotransferase, alkali fosfatase, gamma glutamil
transpeptidase, serum albumin, prothrombin time, dan bilirubin. Serum glutamil oksaloasetat
(SGOT) dan serum glutamil piruvat transaminase (SGPT) meningkat tapi tidak begitu tinggi dan
juga tidak spesifik.3
Pemeriksaan radiologis seperti USG Abdomen, sudah secara rutin digunakan karena
pemeriksaannya noninvasif dan mudah dilakukan. Pemeriksaan USG meliputi sudut hati,
permukaan hati, ukuran, homogenitas, dan adanya massa. Pada sirosis lanjut, hati mengecil dan
noduler, permukaan irreguler, dan ada peningkatan ekogenitas parenkim hati. Selain itu USG
juga dapat menilai asites, splenomegali, thrombosis vena porta, pelebaran vena porta, dan
skrining karsinoma hati pada pasien sirosis.3
Klasifikasi Child Pugh
5. Penanganan pada Penderita Sirosis
a. Penanganan umum
Penanganan umum adalah :
Memberikan diet yang benar dengan kalori yang cukup sebanyak 2000-3000 kkal/hari dan
protein (75-100 g/hari)
Bilamana tidak ada koma hepatik dapat diberikan diet yang mengandung protein 1g/kg BB
Jika terdapat encephalopathy hepatic (koma hepatik), konsumsi protein diturunkan sampai
0,5 g/hari.
Disarankan mengkonsumsi suplemen vitamin. Multivitamin yang mengandung thiamine
100 mg dan asam folat 1 mg.
Diet ini harus cukup mineral dan vitamin; rendah garam bila ada retensi garam/air
bila ada asites, komsumsi cairan dibatasi < 1000 cc / hari.
Bahan makanan yang tidak boleh diberikan adalah sumber lemak, yaitu semua makanan
dan daging yang banyak mengandung lemak
Diet pada sirosis hepatis bertujuan memberikan makanan secukupnya guna
mempercepat perbaikan faal hati tanpa memberatkan pekerjaannya. Syarat diet ini adalah
kalori tinggi, dan protein disesuaikan dengan tingkat keadaan klinik pasien. Diet diberikan
secara berangsur-angsur disesuaikan dengan nafsu makan dan toleransi pasien terhadap pasien
terhadap protein.
b. Penanganan Dengan Fitoterapi
Pengalaman membuktikan bahwa pengobatan peradangan jaringan hati yang
disebabkan oleh virus menggunakan obat-obatan medis/kimia belum dapat memberikan hasil
yang optimal, bahkan yang lebih populer adalah menggunakan bahan alam. Berbagai penelitian
telah berhasil membuktikan bahwa beberapa obat bahan alam sangat efektif untuk digunakan
pada kondisi peradangan jaringan hati. Di samping itu, obat yang berasal dari bahan alam ini
relatif lebih aman, murah dan mudah diperoleh karena dapat disediakan sendiri di rumah
dengan proses pembuatan yang sederhana. Beberapa tanaman obat yang dapat digunakan
untuk pengobatan gangguan hati antara lain :
1) Milk Thistle / Sylibum marianum (L.) Gaertner.
Milk Thistle merupakan tanaman yang berasal dari daerah Laut Tengah dan telah
menyebar sampai ke Eropa dan Amerika Utara. Dilaporkan bahwa tanaman yang termasuk
dalam famili Asteraceae ini juga dapat dijumpai di bagian timur Amerika, California, Kanada dan
juga tumbuh di India, China, Amerika Selatan, Meksiko, Australia dan Afrika. Bagian tanaman
yang digunakan sebagai obat adalah biji dan telah direkomendasikan oleh paramedis di Eropa
sebagai suatu sediaan untuk melindungi dan mengobati kerusakan hati yang disebabkan oleh
penyakit hepatitis, terlalu banyak minum alkohol, sirosis dan kerusakan hari karena
penggunaan obat-obat kimia ataupun karena keracunan yang disebabkan oleh jamur.
Aktivitas hepatoprotektif milk thistle dilaporkan berasal dari biji yang mengandung
silymarin, yaitu suatu campuran flavonolignan yang terdiri dari silybin A, B (campuran keduanya
dikenal dengan silibinin), isosilybin A, B, silychristin dan silydianin. Silymarin bekerja sebagai
hepatoprotektif dengan cara menghambat masuknya toksin serta memblokir tempat berikatan
toksin dengan merubah membran luar sel hati. Silymarin juga meningkatkan produksi
glutathione oleh hati yang digunakan untuk detoksifikasi sel hati serta menstimulasi RNA
polymerase I dalam inti sel hati sehingga meningkatkan sintesa protein ribosom dan
kemampuan regenerasi sel hati. Dosis yang direkomendasikan adalah 200-400 mg dari suatu
ekstrak yang mengandung 70% silymarin terstandarisasi, dilakukan terhadap silibinin.
Sedangkan apabila menggunakan bahan mentah, dianjurkan dosis 12-15 gram per hari untuk
pengobatan berbagai penyakit hati, dan dosis ini setara dengan 200-400 mg silibinin. Dalam
suatu uji klinik pada manusia, dosis 420 mg silibinin memberikan manfaat terapeutik pada
pasien dengan gangguan sirosis akibat terlalu banyak mengkonsumsi alkohol.
2) Schisandra / Schisandra chinensis (Turcz.) Baillon
Tanaman yang termasuk dalam famili Schisandraceae atau Magnoliaceae ini dikenal baik
sebagai obat dalam pengobatan di negeri China. Schisandrin B, suatu lignan turunan
dibenzocyclooctadiene yang memrupakan komponen terbesar dalam buah schisandra telah
dilaporkan menunjukkan aktivitas antihepatotoksik terhadap kultur sel hati mencit yang
diinduksi dengan berbagai bahan kimia seperti asetaminofen, karbotetraklorida (CCl4) dan
tiasetamid. Dilaporkan bahwa dalam suatu uji klinik di China, dimana lebih dari 5000 kasus
berbagai tipe hepatitis yang diobati dengan schisandra telah menunjukkan penurunan SGPT
dan SGOT sebesar 84-97% dan 75% pasien memperlihatkan profil enzim hati menjadi normal.
Dalam kasus hepatitis yang disebabkan karena toksin, 83 dari 86 kasus menjadi normal dalam
kurun waktu 7-28 hari. Dosis yang direkomendasikan adalah 1,5-6 gram bahan mentah per hari
atau 1,5 gram tiga kali sehari.
3) Temulawak / Curcuma xanthorrhiza Roxb.
Temualwak merupakan tumbuhan asli Indonesia yang telah dikenal sejak dahulu karena
berbagai manfaatnya bagi kesehatan. Rimpang tanaman yang termasuk dalam famili
Zingiberaceae ini terbukti dapat meningkatkan produksi cairan empedu dalam hati dan
merangsang pengosongan kandung empedu sehingga dapat berperan dalam proses
metabolisme. Temulawak juga dapat mengurangi aktivitas SGOT serta menurunkan aktivitas
SGPT baik secara in vitro dan in vivo, maupun secara klinik. Fraksi kurkuminoid temulawak yang
terdiri dari kurkumin, desmetoksikurkumin dan bidesmetoksikurkumin diduga berperan dalam
hal ini. Suatu hasil uji klinik menunjukkan bahwa dosis yang digunakan untuk memperoleh
manfaat pengobatan dimana terdapat penurunan SGOT dan SGPT adalah 15-30 mg kurkumin,
tiga kali sehari.
4) Kunyit / Curcuma domestica Vahl.
Sama halnya dengan temulawak, rimpang kunyit telah digunakan sajak dahulu sebagai
bumbu untuk makanan dan untuk pemeliharaan fungsi hati. Tanaman yang termasuk satu
famili dengan temulawak ini juga mengandung kurkumin, yang selain digunakan untuk
pengobatan gangguan hati juga berkhasiat sebagai bakterisida dan fungisida sehingga banyak
digunakan sebagai obat sakit perut dan untuk membunuh kuman penyebab rasa kembung.
5) Meniran / Phyllanthus niruri L.
Meniran termasuk dalam famili Euphorbiaceae dan dikenal sebagai tanaman obat untuk
meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Dilaporkan bahwa suatu ekstrak hexan dari meniran
dosis 1 mg/ml terbukti mampu memberikan aktivitas antihepatotoksik terhadap kultur sel hati
tikus yang diinduksi dengan karbotetraklorida (CCl4). Meniran juga berfungsi sebagai liver
detoxifying pada penderita liver dan suatu ekstrak etanol 95% dari meniran ternyata efektif
membunuh virus hepatitis B. Mekanisme kerja meniran adalah dengan jalan memblok DNA
polymerase, suatu enzim yang dibutuhkan virus hepatitis B untuk berkembang biak. Meniran
juga dapat mereduksi peningkatan trigliserida, kolesterol dan fosfolipid dalam hati, jantung dan
ginjal sebagai hasil pemberian alkohol. Penelitian lain menyebutkan suatu ekstrak air meniran
dosis 0,63 mg/ml efektif terhadap virus hepatitis B.
6) Licorice / Glycyrrhiza glabra L.
Glycyrrhiza berasal dari bahasa Yunani yang berarti “sweet root” (akar manis). Tanaman
yang termasuk famili Fabaceae ini merupakan salah satu tanaman obat yang paling sering
digunakan dalam ramuan sejak dahulu terutama di negeri China. Dalam penelitian ditemukan
bahwa glycyrrhizin dalam ekstrak akar licorice terbukti menekan sekresi hepatitis B virus (HBV)
surface antigen (HbsAg) pada penderita hepatitis B. Glycyrrhizin selanjutnya berikatan dengan
hepatocytes pada suatu konsentrasi yang dapat mengubah keadaan HBV-related antigen pada
hepatocytes dan menekan sialilasi HbsAg. Uji klinik menggunakan suatu decocta dari akar
licorice yang diberikan secara oral 15-20 ml tiga kali sehari selama 10-20 hari memperlihatkan
adanya pengurangan sakit pada hati dalam selang waktu 8 hari dan pemeriksaan air kemih
menunjukkan hasil negatif terhadap pigmen bilirubin pada hari ke 10. Dosis yang
direkomendasikan adalah 1-5 gram akar licorice kering, tiga kali sehari dalam bentuk decocta
atau infusa selama tidak lebih dari 6 minggu.
DAFTAR PUSTAKA
Anonym. Living With Hepatitis : Sirosis Hati. 2007. Available from http://b3d70.wordpress.com/2007/07/31/sirosis-hati/
Husnul Mubarak. Sirosis Hati (Sirosis Hepatis). 2008. Available from http://cetrione.blogspot.com/2008/05/sirosis-hati-sirosis-hepatis.html
http://www.ikatanapotekerindonesia.net/pharmacy-news/34-pharmacy-news/308-pemanfaatan-tanaman-obat-untuk-sakit-hati.html
Mansjoer. A. dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid Pertama. Media Aesculapius FKUI. Jakarta. 2001. Hal 508-510
Sudoyo. A.W,dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Keempat Jilid I. Pusat Penertiban Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta. 2006. Hal 445-448