Click here to load reader
Upload
rica
View
177
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tumbuhan Harimonting
Tumbuhan Harimonting merupakan tumbuhan yang tumbuh liar pada tempat yang
mendapat sinar matahari cukup, seperti di lereng gunung, semak belukar,
lapangan yang tidak terlalu gersang.Tumbuhan ini biasanya ditemukan sampai
pada ketinggian 1650 meter diatas permukaan laut.
2.1.1. Morfologi Tumbuhan Harimonting
Rhodomyrtus tomentosa W.ait. merupakan tanaman liar dengan tinggi mencapai 3
m. Pada saat mudanya, tipis, dan berwarna keputih-putihan seperti bulu domba.
Daunnya bersebrangan dengan tiga tulang daun yang tegak, panjang tangkainya
0,25-0,5 cm. Daunnya memanjang dengan panjang 2,5-3 cm. Ujungnya tumpul
sampai runcing, diatasnya berwarna keputih-putihan. Bunganya tersembunyi pada
kelopak, dengan luas 3,7-4 cm, dan panjang tangkai kelopaknya 1,25-2,5 cm,
dengan pasangan bilik pada dasar tiap bunganya: 5 kelopak, 5 daun bunga yang
sedikit berwarna putih, diluar dengan merah keungu-unguan atau keseluruhan
merah muda. Kebanyakan benang sari berwarna merah muda, dengan kepala putik
berwarna kuning. Buahnya dapat dimakan dengan panjang 1-25 cm, mempunyai
mahkota dengan daun yang keras, diatas hijau mengkilap sampai keungu-unguan,
dengan daging buah yang manis. Biji-bijinya kebanyakan kecil-kecil ( F.S.P.Ng,
1978).
2.1.2. Sistematika tumbuhan Harimonting adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuhan )
Divisio : Magnoliphyta (berbunga)
Universitas Sumatera Utara
Kelas : Magnoliopsida(berkeping dua / dikotil )
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae (Suku jambu – jambuan )
Genus : Rhodomyrtus
Spesies : Rhodomyrtus tomentosa W.ait.
2.1.3. Manfaat Tumbuhan Harimonting
Salah satu tumbuhan yang digunakan sebagai tumbuhan obat adalah tumbuhan
Harimonting (R. tomentosa. W.Ait.). Bagian yang digunakan sebagai obat adalah
daun yang berfungsi sebagai obat diare. Buahnya dapat dimakan karena rasanya
manis.
2.2. Senyawa Flavonoida
Senyawa flavonoida sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk
daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, bunga, buah, dan biji. Kebanyakan flavonoida
ini berada di dalam tumbuh – tumbuhan kecuali alga. Namun ada juga flavonoida
yang terdapat dalam hewan, misalnya dalam kelenjar bau berang – berang dan
sekresi lebah. Dalam sayap kupu – kupu dengan anggapan bahwa flavonoida
berasal dari tumbuh – tumbuhan yang menjadi makanan hewan tersebut dan tidak
dibiosintesis di dalam tubuh mereka. Penyebaran jenis flavonoida pada golongan
tumbuhan yang tersebar yaitu angiospermae, klorofita, fungi, briofita (Markham,
1988).
2.2.1. Struktur dasar senyawa flavonoida
Senyawa flavonoida adalah senyawa yang mengandung C15 terdiri atas dua inti
fenolat yang dihubungkan dengan tiga satuan karbon. Struktur dasar flavonoida
dapat digambarkan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
C C CA B
Kerangka dasar senyawa flavonoida
Cincin A adalah karakteristik phloroglusinol atau bentuk resorsinol tersubstitusi
O
C3OH
HO
C6
O
C3
HO
C6 Namun sering terhidroksilasi lebih lanjut :
O
C3OH
HO
HO
C6
A
OCH3O
C3OCH3
H3CO
H3CO
C6
A
Cincin B adalah karakteristik 4-, 3,4-, 3,4,5- terhidroksilasi
C3(A)C6
R
R'
R''
B
R = R’ = H, R’ = OH
R = H, R’ = R” = OH
R = R’ = R” = OH
(juga, R = R’ = R” = H) (Sastrohamidjojo, 1996).
Universitas Sumatera Utara
2.2.2. Klasifikasi senyawa Flavonoida
Flavonoida mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi sehingga
menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spektrum sinar ultraviolet dan
spectrum sinar tampak, umumnya dalam tumbuhan terikat pada gula yang disebut
dengan glikosida
(Harbone, 1996).
Menurut Robinson (1995), flavonoida dapat dikelompokkan berdasarkan
keragaman pada rantai C3 yaitu :
1.Flavonol
Flavonol paling sering terdapat sebagai glikosida, biasanya 3-glikosida, dan
aglikon flavonol yang umum yaitu kamferol, kuersetin, dan mirisetin yang
berkhasiat sebagai antioksidan dan antiimflamasi. Flavonol lain yang terdapat di
alam bebas kebanyakan merupakan variasi struktur sederhana dari flavonol.
Larutan flavonol dalam suasana basa dioksidasi oleh udara tetapi tidak begitu
cepat sehingga penggunaan basa pada pengerjaannya masih dapat dilakukan.
2. Flavon
Flavon berbeda dengan flavonol dimana pada flavon tidak terdapat gugusan 3-
hidroksi. Hal ini mempunyai serapan UV-nya, gerakan kromatografi, serta reaksi
warnanya. Flavon terdapat juga sebagai glikosidanya lebih sedikit daripada jenis
O
O
OH
flavonol
HO
HO
OH
Universitas Sumatera Utara
glikosida pada flavonol. Flavon yang paling umum dijumpai adalah apigenin dan
luteolin. Luteolin merupakan zat warna yang pertama kali dipakai di Eropa. Jenis
yang paling umum adalah 7-glukosida dan terdapat juga flavon yang terikat pada
gula melalui ikatan karbon-karbon. Contohnya luteolin 8-C-glikosida. Flavon
dianggap sebagai induk dalam nomenklatur kelompok senyawa flavonoida.
O
O
flavon
OH
OH1
2
34105
6
78
91'
2'
3'
4'
5'
6'
3. Isoflavon
Isoflavon merupakan isomer flavon, tetapi jumlahnya sangat sedikit dan sebagai
fitoaleksin yaitu senyawa pelindung yang terbentuk dalam tumbuhan sebagai
pertahanan terhadap serangan penyakit. Isoflavon sukar dicirikan karena reaksinya
tidak khas dengan pereaksi warna manapun. Beberapa isoflavon (misalnya
daidzein) memberikan warna biru muda cemerlang dengan sinar UV bila diuapi
amonia, tetapi kebanyakan yang lain tampak sebagai bercak lembayung yang
pudar dengan amonia berubah menjadi coklat.
O
O OHOH
HO
Struktur Isoflavon
Universitas Sumatera Utara
4. Flavanon
Flavanon terdistribusi luas di alam. Flavanon terdapat di dalam kayu, daun dan
bunga. Flavanon glikosida merupakan konstituen utama dari tanaman genus
prenus dan buah jeruk ; dua glikosida yang paling lazim adalah neringenin dan
hesperitin, terdapat dalam buah anggur dan jeruk.
O
O Struktur Flavanon
5. Flavanonol
Senyawa ini berkhasiat sebagai antioksidan dan hanya terdapat sedikit sekali jika
dibandingkan dengan flavonoida lain. Sebagian besar senyawa ini diabaikan
karena konsentrasinya rendah dan tidak berwarna.
O
OOH
Struktur Flavanonol
6. Katekin
Katekin terdapat pada seluruh dunia tumbuhan, terutama pada tumbuhan berkayu.
Senyawa ini mudah diperoleh dalam jumlah besar dari ekstrak kental Uncaria
gambir
dan daun teh kering yang mengandung kira-kira 30% senyawa ini. Katekin
berkhasiat sebagai antioksidan.
Universitas Sumatera Utara
OHO
OHOH
OHOH
Struktur Katekin
7. Leukoantosianidin
Leukoantosianidin merupakan senyawa tan warna, terutama terdapat pada
tumbuhan berkayu. Senyawa ini jarang terdapat sebagai glikosida, contohnya
melaksidin, apiferol.
O
OHHO OH
Struktur Leukoantosianidin
8. Antosianin
Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas
dalam tumbuhan. Pigmen yng berwarna kuat dan larut dalam air ini adalah
penyebab hampir semua warna merah jambu, merah marak , ungu, dan biru dalam
daun, bunga, dan buah pada tumbuhan tinggi. Secara kimia semua antosianin
merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal yaitu sianidin, dan semuanya
Universitas Sumatera Utara
terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan atau pengurangan gugus
hidroksil atau dengan metilasi atau glikosilasi.
O
OH Struktur Antosianin
9.Khalkon
Khalkon adalah pigmen fenol kuning yang berwarna coklat kuat dengan sinar UV
bila dikromatografi kertas. Aglikon flavon dapat dibedakan dari glikosidanya,
karena hanya pigmen dalam bentuk glikosida yang dapat bergerak pada
kromatografi kertas dalam pengembang air (Harborne, 1996).
O Struktur Khalkon
10. Auron
Auron berupa pigmen kuning emas yang terdapat dalam bunga tertentu dan
briofita. Dalam larutan basa senyawa ini berwarna merah ros dan tampak pada
kromatografi kertas berupa bercak kuning, dengan sinar ultraviolet warna kuning
kuat berubah menjadi merah jingga bila diberi uap amonia (Robinson, 1995).
HCO
O Struktur Auron
Prazat utama flavonoida sendiri sudah diketahui tanpa keraguan sebagai
hasil dari banyak percobaan, tetapi masih banyak pertanyaan yang belum terjawab
Universitas Sumatera Utara
mengenai jalur rinci yang diikuti. Sering teramati bahwa dalam spesies tumbuhan
tertentu semua flavoida yang berbeda-beda mempunyai pola hidroksilasi cincin
yang sama, perbedaan hanya terdapat asetilasi, glikosilasi, dan struktur bagian C-
3. Pengamatan ini menunjukkan bahwa terdapat senyawa antara C-15 yang umum
diubah menjadi berbagai senyawa flavonoida setelah pola hidroksilasi cincin
terbentuk.
Akan tetapi, tampaknya berbagai gugus hidroksil ini sesungguhnya
dimasukkan pada tahap yang berlainan dalam sintesis. Misalnya, jika hidroksil-7
harus terdapat pada produk akhir (misalnya sianidin), gugus ini harus terdapat
pada cincin A kalkon. Pemasukan gugus hidroksil-3 ke dalam molekul yang sudah
mengandung hidroksil-4 dapat terjadi bahkan pada tahap akhir jalur, dan jika telah
ditambahkan tidak dapat dihilangkan. Hidroksil-3 ini terjadi dalam sistem bebas
sel. Gugus hidroksil-2 yang tidak begitu lazim sering kali ditambahkan pada tahap
flavonol dan jika telah ditambahkan biasanya tidak dihilangkan. Hidroksil-3 yang
menjadi ciri flavonol dan antosianidin tampaknya juga ditambahkan pada tahap
flavanonol. Hidroksilase-3 adalah oksigenase mikrosom, tetapi hidriksilasi-3
dikatalisis oleh enzim yamg larut. Pada flavonoida C-glikosida, gula terikat pada
atom karbon flavonoida dan dalam hal ini gula tersebut terikat langsung pada inti
benzene dengan suatu ikatan karbon-karbon yang tahan asam (Robinson,1995).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Harborne (1996), dikenal sekitar sepuluh kelas flavonoida
dimana semua flavonoida, menurut strukturnya, merupakan turunan senyawa
induk flavon dan semuanya mempunyai sejumlah sifat yang sama yakni: Golongan flavonoida Penyebaran Ciri khas
Antosianin
Proantosianidin
Flavonol
Flavon
pigmen bunga merah marak, dan
biru juga dalam daun dan
jaringan lain.
terutama tan warna, dalam daun
tumbuhan berkayu.
Terutamako-pigmen tanwarna
dalam bunga sianik dan asianik;
tersebar luas dalam daun.
seperti flavonol
larut dalam air, λmaks 515-545 nm,
bergerak dengan BAA pada kertas.
menghasilkan antosianidin (warna
dapat diekstraksi dengan amil
alkohol) bila jaringan dipanaskan
dalam HCl 2M selama setengah
jam.
Setelah hidrolisis, berupa bercak
kuning mirip pada kromatogram
Forestal bila disinari dengan sinar
UV;maksimal spektrum pada 330-
350 nm.
Setelah hidrolisis, berupa bercak
coklat redup pada kromatogram
forestal; maksimal spektrum pada
330-350nm.
Universitas Sumatera Utara
Golongan flavonoida Penyebaran Ciri khas
Biflavonil
Khalkon dan auron
Flavanon
Isoflavon
Glikoflavon
tanwarna; hampir seluruhnya
terbatas pada gimnospermae.
pigmen bunga kuning, kadang-
kadang terdapat juga dalam
jaringan lain
tanwarna; dalam daun dan buah
( terutama dalam Citrus )
tanwarna; sering kali dalam akar;
hanya terdapat dalam satu
suku,Leguminosae
Seperti Flavonol
Pada kromatogram BAA berupa
bercak redup dengan Rf tinggi.
Dengan amonia berwarna merah
Maksimal spektrum 370-410nm.
Berwarna merah kuat dengan
Mg/HCl; kadang-kadang sangat
pahit.
Bergerak pada kertas dengan
pengembang air; tak ada uji warna
yang khas
Mengandung gula yang terikat
melalui ikatan C-C; bergerak
dengan pengembang air, tidak
seperti flavon biasa.
2.2.3. Sifat kelarutan Flavonoida
Aglikon flavonoida adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia
senyawa fenol, yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. Tetapi
harus diingat, bila dibiarkan dalam larutan basa, dan di samping itu terdapat
oksigen, banyak yang akan terurai. Karena mempunyai sejumlah gugus hidroksi,
atau suatu gula, flavonoida merupakan senyawa polar, maka umumnya flavonoida
cukup larut dalam pelarut polar seperti Etanol (EtOH), Metanol (MeOH), Butanol
(BuOH), Aseton, Dimetilsulfoksida (DMSO), Dimetilformamida (DMF), Air dan
lain-lain. Adanya gula yang terikat pada flavonoida (bentuk yang umum
ditemukan) cenderung menyebabkan flavonoida lebih mudah larut dalam air dan
dengan demikian campuran pelarut yang disebut diatas dengan air merupakan
pelarut yang lebih baik untuk glikosida. Sebaliknya, aglikon yang kurang polar
seperti isoflavon, flavanon dan flavon serta flavonol yang termetoksilasa
Universitas Sumatera Utara
cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti Eter dan Kloroform (Markham,
1988).
2.3. Teknik Pemisahan
Tujuan dari teknik pemisahan adalah untuk memisahkan komponen yang akan
ditentukan berada dalam keadaan murni, tidak tercampur dengan komponen-
komponen lainnya. Ada 2 jenis pemisahan:
1. Pemisahan kimia adalah suatu teknik pemisahan yang berdasarkan adanya
perbedaan yang besar dari sifat-sifat fisika komponen dalam campuran
yang akan di pisahkan.
2. Pemisahan fisika adalah suatu teknik pemisahan yang didasarkan pada
perbedaan-perbedaan kecil dari sifat-sifat antara senyawa-senyawa yang
termasuk dalam suatu golongan (Muldja, 1995).
2.3.1. Kromatografi
Kromatografi merupakan suatu cara pemisahan fisik dengan unsur-unsur yang
akan dipisahkan terdistribusiskan antara dua fase, satu dari fasa-fasa ini
membentuk lapisan stasioner dengan luas permukaan yang besar dan yang lainnya
merupakan cairan yang merembes lewat. Fasa stasioner mungkin suatu zat padat
atau suatu cairan dan fasa yang bergerak mungkin suatu cairan atau suatu gas
(Underwood, 1981).
2.3.1.1. Kromatografi Lapisan Tipis
Kromatografi lapisan tipis (KLT) dapat dipakai dengan dua tujuan. Yang
pertama, dipakai selayaknya sebagai metode untuk mencapai hasil kualitatif,
kuantitatif, dan preparative.Kedua dipkai untuk menjajaki sistem pelarut dan
sistem penyangga yang akan dipakai dalam kromatografi kolom atau kromatografi
cair kinerja tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Pada hakikatnya Kromatografi lapisan tipis melibatkan dua sifat fase : sifat
fasa diam atau sifat lapisan dan sifat fase gerak atau campuran pelarut
pengembang .Fasa diam dapat berupa serbuk halus yang berfungsi sebagai
permukaan penyerap (kromatografi cair padat ) atau berfungsi sebagai penyangga
untuk lapisan zat cair (kromatografi cair-cair).Fasa diam pada KLT sering disebut
penyerap, walaupun sering berfungsi sebagai penyangga untuk lapisan zat cair di
dalam sistem kromatogarafi cair-cair . Hampir segala macam serbuk dapat dipakai
sebagai penyerap pada KLT , yaitu : silika gel (asam silikat). Alumina (aluminium
oksida),kiselgur (tanah diatome), dan selulosa. Fasa gerak dapat berupa hampir
segala macam pelarut atau campuran pelarut (Sudjadi, 1986).
2.3.1.2. Kromatografi Kolom
Kolom kromatografi atau tabung untuk pengaliran karena gaya tarik bumi
(gravitasi) atau sistem bertekanan rendah biasanya terbuat dari kaca yang
dilengkapi dengan keran jenis tertentu pada bagian bawahnya untuk mengatur
aliran pelarut. Ukuran keseluruhan kolom sungguh beragam, tetapi biasanya
panjangnya sekurang –kurangnya 10 kali garis tengah dalamnya dan mungkin saja
sampai 100 kali.
Pada kromatografi kolom, campuran yang akan dipisahkan diletakkan
berupa pita pada bagian atas kolom penyerap yang berada dalam tabung kaca,
tabung logam atau bahkan tabung plastik. Pelarut (fasa gerak ) dibiarkan mengalir
melalui kolom karena aliran yang disebabkan oleh gaya berat atau didorong oleh
tekanan. Pita senyawa linarut bergerak melalui kolom dengan laju yang berbeda,
memisah dan dikumpulkan berupa fraksi ketika keluar dari alas kolom (Gritter ,
1991).
2.3.1.3.Harga Rf (Retension Factor)
Mengidentifikasi noda – noda dalam lapisan tipis lazim menggunakan harga Rf
yang diidentifikasi sebagai perbandingan antara jarak perambatan suatu zat
Universitas Sumatera Utara
dengan jarak perambatan pelarut yang dihitung dari titik penotolan pelarut zat.
Jarak yang ditempuh oleh tiap bercak dari titik penotolan diukur dari pusat bercak.
Untuk mengidentifikasi suatu senyawa, maka harga Rf senyawa tersebut dapat
dibandingkan dengan harga Rf senyawa pembanding (Sastrohamidjojo, 1991).
penotolantitikdaripelarutperambaJarakpenotolantitikdaribercaknperambatJarakRf
tana
=
2.3.2. Ekstraksi
Ekstraksi dapat dilakukan dengan metode maserasi, sokletasi, dan perkolasi.
Sebelum ekstraksi dilakukan, biasanya serbuk tumbuhan dikeringkan lalu,
dihaluskan dengan derajat kehalusan tertentu, kemudian diekstraksi dengan salah
satu cara diatas. Ekstraksi dengan metode sokletasi dapat dilakukan secara
bertingkat dengan berbagai pelarut berdasarkan kepolarannya, misalnya n-
heksana, eter, benzena, kloroform, etil asetat, metanol, etanol, dan air.
Ekstraksi dianggap selesai bila tetesan terakhir memberikan reaksi negatif
terhadap senyawa yang diekstraksi. Untuk mendapatkan larutan ekstrak pekat
biasanya pelarut ekstrak diuapkan dengan menggunakan alat rotari evaporator
(Harbone, 1996).
2.4.Teknik Spektroskopi
Teknik spektroskopi adalah salah satu teknik analisis kimia – fisika yang
mengamati tentang interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektronagnetik.
Ada dua macam instrument pada teknik spekstroskopi yaitu spectrometer dan
spektrofotometer. Instrumen yang memakai monokromator celah tetap pada
bidang focus disebut sebagai spectrometer. Apabila spectrometer tersebut
Universitas Sumatera Utara
dilengkapi dengan detektor yang bersifat fotoelektrik maka disebut
spektrofotometer (Muldja, 1995).
Informasi Spektroskoi Inframerah menunjukkan tipe-tipe dari adanya
gugus fungsi dalam satu molekul . Resonansi magnetik inti memberikan informasi
tentang bilangan dari setiap tipe dari atom hidrogen. Kombinasinya dan data
kadang-kadang menentukan struktur yang lengkap dari molekul yang tidak
diketahui (Pavia, 1986).
Walaupun spektrum infra – merah merupakan kekhasan sebuah molekul
secara menyeluruh, gugus atom tertentu memberikan penambahan pita-pita pada
kerapatan tertentu, ataupun didekatnya, apapun bangun molekul selebihnya.
Keberlakuan seperti itulah yang memungkinkan kimiawan memperoleh informasi
tentang struktur yang berguna serta mendapatkan acuan bagi peta umum frekuensi
gugus yang khas (Silverstain , 1986).
2.4.1. Spektrometri ultra violet
Serapan molekul di dalam derah ultra ungu dan terlihat dari spektrum bergantung
pada struktur ultra elektronik dari molekul. Penyerapan sejumlah energi,
menghasilkan percepatan dari elektron dalam orbital tingkat dasar ke orbital yang
berenergi lebih tinggi di dalam keadaan tereksitasi (Silverstein, 1986).
Spektrum Flavonoida biasanya ditentukan dalam larutan dengan pelarut
Metanol (MeOH) atau Etanol (EtOH). Spektrum khas terdiri atas dua maksima
pada rentang 240-285 nm (pita II) dan 300-550 nm (pita I). Kedudukan yang tepat
dan kekuatan nisbi maksima tersebut memberikan informasi yang berharga
mengenai sifat flavonoida dan pola oksigenasinya. Ciri khas spektrum tersebut
ialah kekuatan nisbi yang rendah pada pita I dalam dihidroflavon, dihidroflavonol,
dan isoflavon serta kedudukan pita I pada spektrum khalkon, auron dan antosianin
yang terdapat pada panjang gelombang yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Ciri spektrum golongan flavonoida utama dapat ditunjukkan sebagai berikut :
(Markam, 1988)
λ maksimum
utama (nm)
λ maksimum tambahan
(nm) (dengan intensitas
nisbi)
Jenis flavonoida
475-560
390-430
365-390
350-390
250-270
330-350
300-350
± 275 (55%)
240-270 (32%)
240-260 (30%)
± 300 (40%)
± 300 (40%)
tidak ada
tidak ada
Antosianin
Auron
Kalkol
Flavonol
Flavonol
Flavon dan biflavonil
Flavon dan biflavonil
λ maksimum
utama (nm)
λ maksimum tambahan
(nm) (dengan intensitas
nisbi)
Jenis flavonoida
275-295
± 225
310-330
310-330 (30%)
310-330 (30%)
310-330 (25%)
Flavanon dan flavononol
Flavonon dan flavononon
Isoflavon
2.4.2. Spektrofotometri Infra Merah (FT - IR)
Spekrum infra merah suatu molekul adalah hasil transisi antara tingkat energi
getaran yang berlainan. Pancaran infra merah yang kerapatannya kurang dari 100
cm-1 (panjang gelombang lebih daripada 100 µm) diserap oleh sebuah molekul
organik dan diubah menjadi putaran energi molekul.
Penyerapan ini tercantum, namun spektrum getaran terlihat bukan sebagai
garis – garis melainkan berupa pita – pita. Hal ini disebabkan perubahan energi
Universitas Sumatera Utara
getaran tunggal selalu disertai sejumlah perubahan energi putaran (Silverstein,
1986).
2.4.3. Spektrofotometri Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR)
Spektrometri Resonansi Magnetik Inti (Nuclear Magnetic Rresonance, NMR )
merupakan alat yang berguna pada penentuan struktur molekul organik. Teknik
ini memberikan informasi mengenai berbagai jenis atom hidrogen dalam molekul.
Struktur NMR memberikan informasi mengenai lingkungan kimia atom
hydrogen, jumlah atom hydrogen dalam setiap lingkungan dan struktur gugusan
yang berdekatan dengan setiap atom hydrogen (Cresswell, 1982).
Pergeseran kimia adalah pengukuran medan dalam keadaan bebas. Semua
proton-proton dalam satu molekul yang ada dalam lingkungan kimia yang serupa
kadang-kadang menunujukkan pergeseran kimia yang sama. Setiap senyawa
memberikan penaikan menjadi puncak absorpsi tunggal dalam spektrum NMR
(Bernasconi,1995).
Universitas Sumatera Utara