17

Click here to load reader

flavonoid

  • Upload
    rica

  • View
    177

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: flavonoid

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tumbuhan Harimonting

Tumbuhan Harimonting merupakan tumbuhan yang tumbuh liar pada tempat yang

mendapat sinar matahari cukup, seperti di lereng gunung, semak belukar,

lapangan yang tidak terlalu gersang.Tumbuhan ini biasanya ditemukan sampai

pada ketinggian 1650 meter diatas permukaan laut.

2.1.1. Morfologi Tumbuhan Harimonting

Rhodomyrtus tomentosa W.ait. merupakan tanaman liar dengan tinggi mencapai 3

m. Pada saat mudanya, tipis, dan berwarna keputih-putihan seperti bulu domba.

Daunnya bersebrangan dengan tiga tulang daun yang tegak, panjang tangkainya

0,25-0,5 cm. Daunnya memanjang dengan panjang 2,5-3 cm. Ujungnya tumpul

sampai runcing, diatasnya berwarna keputih-putihan. Bunganya tersembunyi pada

kelopak, dengan luas 3,7-4 cm, dan panjang tangkai kelopaknya 1,25-2,5 cm,

dengan pasangan bilik pada dasar tiap bunganya: 5 kelopak, 5 daun bunga yang

sedikit berwarna putih, diluar dengan merah keungu-unguan atau keseluruhan

merah muda. Kebanyakan benang sari berwarna merah muda, dengan kepala putik

berwarna kuning. Buahnya dapat dimakan dengan panjang 1-25 cm, mempunyai

mahkota dengan daun yang keras, diatas hijau mengkilap sampai keungu-unguan,

dengan daging buah yang manis. Biji-bijinya kebanyakan kecil-kecil ( F.S.P.Ng,

1978).

2.1.2. Sistematika tumbuhan Harimonting adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuhan )

Divisio : Magnoliphyta (berbunga)

Universitas Sumatera Utara

Page 2: flavonoid

Kelas : Magnoliopsida(berkeping dua / dikotil )

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae (Suku jambu – jambuan )

Genus : Rhodomyrtus

Spesies : Rhodomyrtus tomentosa W.ait.

2.1.3. Manfaat Tumbuhan Harimonting

Salah satu tumbuhan yang digunakan sebagai tumbuhan obat adalah tumbuhan

Harimonting (R. tomentosa. W.Ait.). Bagian yang digunakan sebagai obat adalah

daun yang berfungsi sebagai obat diare. Buahnya dapat dimakan karena rasanya

manis.

2.2. Senyawa Flavonoida

Senyawa flavonoida sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk

daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, bunga, buah, dan biji. Kebanyakan flavonoida

ini berada di dalam tumbuh – tumbuhan kecuali alga. Namun ada juga flavonoida

yang terdapat dalam hewan, misalnya dalam kelenjar bau berang – berang dan

sekresi lebah. Dalam sayap kupu – kupu dengan anggapan bahwa flavonoida

berasal dari tumbuh – tumbuhan yang menjadi makanan hewan tersebut dan tidak

dibiosintesis di dalam tubuh mereka. Penyebaran jenis flavonoida pada golongan

tumbuhan yang tersebar yaitu angiospermae, klorofita, fungi, briofita (Markham,

1988).

2.2.1. Struktur dasar senyawa flavonoida

Senyawa flavonoida adalah senyawa yang mengandung C15 terdiri atas dua inti

fenolat yang dihubungkan dengan tiga satuan karbon. Struktur dasar flavonoida

dapat digambarkan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

Page 3: flavonoid

C C CA B

Kerangka dasar senyawa flavonoida

Cincin A adalah karakteristik phloroglusinol atau bentuk resorsinol tersubstitusi

O

C3OH

HO

C6

O

C3

HO

C6 Namun sering terhidroksilasi lebih lanjut :

O

C3OH

HO

HO

C6

A

OCH3O

C3OCH3

H3CO

H3CO

C6

A

Cincin B adalah karakteristik 4-, 3,4-, 3,4,5- terhidroksilasi

C3(A)C6

R

R'

R''

B

R = R’ = H, R’ = OH

R = H, R’ = R” = OH

R = R’ = R” = OH

(juga, R = R’ = R” = H) (Sastrohamidjojo, 1996).

Universitas Sumatera Utara

Page 4: flavonoid

2.2.2. Klasifikasi senyawa Flavonoida

Flavonoida mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi sehingga

menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spektrum sinar ultraviolet dan

spectrum sinar tampak, umumnya dalam tumbuhan terikat pada gula yang disebut

dengan glikosida

(Harbone, 1996).

Menurut Robinson (1995), flavonoida dapat dikelompokkan berdasarkan

keragaman pada rantai C3 yaitu :

1.Flavonol

Flavonol paling sering terdapat sebagai glikosida, biasanya 3-glikosida, dan

aglikon flavonol yang umum yaitu kamferol, kuersetin, dan mirisetin yang

berkhasiat sebagai antioksidan dan antiimflamasi. Flavonol lain yang terdapat di

alam bebas kebanyakan merupakan variasi struktur sederhana dari flavonol.

Larutan flavonol dalam suasana basa dioksidasi oleh udara tetapi tidak begitu

cepat sehingga penggunaan basa pada pengerjaannya masih dapat dilakukan.

2. Flavon

Flavon berbeda dengan flavonol dimana pada flavon tidak terdapat gugusan 3-

hidroksi. Hal ini mempunyai serapan UV-nya, gerakan kromatografi, serta reaksi

warnanya. Flavon terdapat juga sebagai glikosidanya lebih sedikit daripada jenis

O

O

OH

flavonol

HO

HO

OH

Universitas Sumatera Utara

Page 5: flavonoid

glikosida pada flavonol. Flavon yang paling umum dijumpai adalah apigenin dan

luteolin. Luteolin merupakan zat warna yang pertama kali dipakai di Eropa. Jenis

yang paling umum adalah 7-glukosida dan terdapat juga flavon yang terikat pada

gula melalui ikatan karbon-karbon. Contohnya luteolin 8-C-glikosida. Flavon

dianggap sebagai induk dalam nomenklatur kelompok senyawa flavonoida.

O

O

flavon

OH

OH1

2

34105

6

78

91'

2'

3'

4'

5'

6'

3. Isoflavon

Isoflavon merupakan isomer flavon, tetapi jumlahnya sangat sedikit dan sebagai

fitoaleksin yaitu senyawa pelindung yang terbentuk dalam tumbuhan sebagai

pertahanan terhadap serangan penyakit. Isoflavon sukar dicirikan karena reaksinya

tidak khas dengan pereaksi warna manapun. Beberapa isoflavon (misalnya

daidzein) memberikan warna biru muda cemerlang dengan sinar UV bila diuapi

amonia, tetapi kebanyakan yang lain tampak sebagai bercak lembayung yang

pudar dengan amonia berubah menjadi coklat.

O

O OHOH

HO

Struktur Isoflavon

Universitas Sumatera Utara

Page 6: flavonoid

4. Flavanon

Flavanon terdistribusi luas di alam. Flavanon terdapat di dalam kayu, daun dan

bunga. Flavanon glikosida merupakan konstituen utama dari tanaman genus

prenus dan buah jeruk ; dua glikosida yang paling lazim adalah neringenin dan

hesperitin, terdapat dalam buah anggur dan jeruk.

O

O Struktur Flavanon

5. Flavanonol

Senyawa ini berkhasiat sebagai antioksidan dan hanya terdapat sedikit sekali jika

dibandingkan dengan flavonoida lain. Sebagian besar senyawa ini diabaikan

karena konsentrasinya rendah dan tidak berwarna.

O

OOH

Struktur Flavanonol

6. Katekin

Katekin terdapat pada seluruh dunia tumbuhan, terutama pada tumbuhan berkayu.

Senyawa ini mudah diperoleh dalam jumlah besar dari ekstrak kental Uncaria

gambir

dan daun teh kering yang mengandung kira-kira 30% senyawa ini. Katekin

berkhasiat sebagai antioksidan.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: flavonoid

OHO

OHOH

OHOH

Struktur Katekin

7. Leukoantosianidin

Leukoantosianidin merupakan senyawa tan warna, terutama terdapat pada

tumbuhan berkayu. Senyawa ini jarang terdapat sebagai glikosida, contohnya

melaksidin, apiferol.

O

OHHO OH

Struktur Leukoantosianidin

8. Antosianin

Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas

dalam tumbuhan. Pigmen yng berwarna kuat dan larut dalam air ini adalah

penyebab hampir semua warna merah jambu, merah marak , ungu, dan biru dalam

daun, bunga, dan buah pada tumbuhan tinggi. Secara kimia semua antosianin

merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal yaitu sianidin, dan semuanya

Universitas Sumatera Utara

Page 8: flavonoid

terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan atau pengurangan gugus

hidroksil atau dengan metilasi atau glikosilasi.

O

OH Struktur Antosianin

9.Khalkon

Khalkon adalah pigmen fenol kuning yang berwarna coklat kuat dengan sinar UV

bila dikromatografi kertas. Aglikon flavon dapat dibedakan dari glikosidanya,

karena hanya pigmen dalam bentuk glikosida yang dapat bergerak pada

kromatografi kertas dalam pengembang air (Harborne, 1996).

O Struktur Khalkon

10. Auron

Auron berupa pigmen kuning emas yang terdapat dalam bunga tertentu dan

briofita. Dalam larutan basa senyawa ini berwarna merah ros dan tampak pada

kromatografi kertas berupa bercak kuning, dengan sinar ultraviolet warna kuning

kuat berubah menjadi merah jingga bila diberi uap amonia (Robinson, 1995).

HCO

O Struktur Auron

Prazat utama flavonoida sendiri sudah diketahui tanpa keraguan sebagai

hasil dari banyak percobaan, tetapi masih banyak pertanyaan yang belum terjawab

Universitas Sumatera Utara

Page 9: flavonoid

mengenai jalur rinci yang diikuti. Sering teramati bahwa dalam spesies tumbuhan

tertentu semua flavoida yang berbeda-beda mempunyai pola hidroksilasi cincin

yang sama, perbedaan hanya terdapat asetilasi, glikosilasi, dan struktur bagian C-

3. Pengamatan ini menunjukkan bahwa terdapat senyawa antara C-15 yang umum

diubah menjadi berbagai senyawa flavonoida setelah pola hidroksilasi cincin

terbentuk.

Akan tetapi, tampaknya berbagai gugus hidroksil ini sesungguhnya

dimasukkan pada tahap yang berlainan dalam sintesis. Misalnya, jika hidroksil-7

harus terdapat pada produk akhir (misalnya sianidin), gugus ini harus terdapat

pada cincin A kalkon. Pemasukan gugus hidroksil-3 ke dalam molekul yang sudah

mengandung hidroksil-4 dapat terjadi bahkan pada tahap akhir jalur, dan jika telah

ditambahkan tidak dapat dihilangkan. Hidroksil-3 ini terjadi dalam sistem bebas

sel. Gugus hidroksil-2 yang tidak begitu lazim sering kali ditambahkan pada tahap

flavonol dan jika telah ditambahkan biasanya tidak dihilangkan. Hidroksil-3 yang

menjadi ciri flavonol dan antosianidin tampaknya juga ditambahkan pada tahap

flavanonol. Hidroksilase-3 adalah oksigenase mikrosom, tetapi hidriksilasi-3

dikatalisis oleh enzim yamg larut. Pada flavonoida C-glikosida, gula terikat pada

atom karbon flavonoida dan dalam hal ini gula tersebut terikat langsung pada inti

benzene dengan suatu ikatan karbon-karbon yang tahan asam (Robinson,1995).

Universitas Sumatera Utara

Page 10: flavonoid

Menurut Harborne (1996), dikenal sekitar sepuluh kelas flavonoida

dimana semua flavonoida, menurut strukturnya, merupakan turunan senyawa

induk flavon dan semuanya mempunyai sejumlah sifat yang sama yakni: Golongan flavonoida Penyebaran Ciri khas

Antosianin

Proantosianidin

Flavonol

Flavon

pigmen bunga merah marak, dan

biru juga dalam daun dan

jaringan lain.

terutama tan warna, dalam daun

tumbuhan berkayu.

Terutamako-pigmen tanwarna

dalam bunga sianik dan asianik;

tersebar luas dalam daun.

seperti flavonol

larut dalam air, λmaks 515-545 nm,

bergerak dengan BAA pada kertas.

menghasilkan antosianidin (warna

dapat diekstraksi dengan amil

alkohol) bila jaringan dipanaskan

dalam HCl 2M selama setengah

jam.

Setelah hidrolisis, berupa bercak

kuning mirip pada kromatogram

Forestal bila disinari dengan sinar

UV;maksimal spektrum pada 330-

350 nm.

Setelah hidrolisis, berupa bercak

coklat redup pada kromatogram

forestal; maksimal spektrum pada

330-350nm.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: flavonoid

Golongan flavonoida Penyebaran Ciri khas

Biflavonil

Khalkon dan auron

Flavanon

Isoflavon

Glikoflavon

tanwarna; hampir seluruhnya

terbatas pada gimnospermae.

pigmen bunga kuning, kadang-

kadang terdapat juga dalam

jaringan lain

tanwarna; dalam daun dan buah

( terutama dalam Citrus )

tanwarna; sering kali dalam akar;

hanya terdapat dalam satu

suku,Leguminosae

Seperti Flavonol

Pada kromatogram BAA berupa

bercak redup dengan Rf tinggi.

Dengan amonia berwarna merah

Maksimal spektrum 370-410nm.

Berwarna merah kuat dengan

Mg/HCl; kadang-kadang sangat

pahit.

Bergerak pada kertas dengan

pengembang air; tak ada uji warna

yang khas

Mengandung gula yang terikat

melalui ikatan C-C; bergerak

dengan pengembang air, tidak

seperti flavon biasa.

2.2.3. Sifat kelarutan Flavonoida

Aglikon flavonoida adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia

senyawa fenol, yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. Tetapi

harus diingat, bila dibiarkan dalam larutan basa, dan di samping itu terdapat

oksigen, banyak yang akan terurai. Karena mempunyai sejumlah gugus hidroksi,

atau suatu gula, flavonoida merupakan senyawa polar, maka umumnya flavonoida

cukup larut dalam pelarut polar seperti Etanol (EtOH), Metanol (MeOH), Butanol

(BuOH), Aseton, Dimetilsulfoksida (DMSO), Dimetilformamida (DMF), Air dan

lain-lain. Adanya gula yang terikat pada flavonoida (bentuk yang umum

ditemukan) cenderung menyebabkan flavonoida lebih mudah larut dalam air dan

dengan demikian campuran pelarut yang disebut diatas dengan air merupakan

pelarut yang lebih baik untuk glikosida. Sebaliknya, aglikon yang kurang polar

seperti isoflavon, flavanon dan flavon serta flavonol yang termetoksilasa

Universitas Sumatera Utara

Page 12: flavonoid

cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti Eter dan Kloroform (Markham,

1988).

2.3. Teknik Pemisahan

Tujuan dari teknik pemisahan adalah untuk memisahkan komponen yang akan

ditentukan berada dalam keadaan murni, tidak tercampur dengan komponen-

komponen lainnya. Ada 2 jenis pemisahan:

1. Pemisahan kimia adalah suatu teknik pemisahan yang berdasarkan adanya

perbedaan yang besar dari sifat-sifat fisika komponen dalam campuran

yang akan di pisahkan.

2. Pemisahan fisika adalah suatu teknik pemisahan yang didasarkan pada

perbedaan-perbedaan kecil dari sifat-sifat antara senyawa-senyawa yang

termasuk dalam suatu golongan (Muldja, 1995).

2.3.1. Kromatografi

Kromatografi merupakan suatu cara pemisahan fisik dengan unsur-unsur yang

akan dipisahkan terdistribusiskan antara dua fase, satu dari fasa-fasa ini

membentuk lapisan stasioner dengan luas permukaan yang besar dan yang lainnya

merupakan cairan yang merembes lewat. Fasa stasioner mungkin suatu zat padat

atau suatu cairan dan fasa yang bergerak mungkin suatu cairan atau suatu gas

(Underwood, 1981).

2.3.1.1. Kromatografi Lapisan Tipis

Kromatografi lapisan tipis (KLT) dapat dipakai dengan dua tujuan. Yang

pertama, dipakai selayaknya sebagai metode untuk mencapai hasil kualitatif,

kuantitatif, dan preparative.Kedua dipkai untuk menjajaki sistem pelarut dan

sistem penyangga yang akan dipakai dalam kromatografi kolom atau kromatografi

cair kinerja tinggi.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: flavonoid

Pada hakikatnya Kromatografi lapisan tipis melibatkan dua sifat fase : sifat

fasa diam atau sifat lapisan dan sifat fase gerak atau campuran pelarut

pengembang .Fasa diam dapat berupa serbuk halus yang berfungsi sebagai

permukaan penyerap (kromatografi cair padat ) atau berfungsi sebagai penyangga

untuk lapisan zat cair (kromatografi cair-cair).Fasa diam pada KLT sering disebut

penyerap, walaupun sering berfungsi sebagai penyangga untuk lapisan zat cair di

dalam sistem kromatogarafi cair-cair . Hampir segala macam serbuk dapat dipakai

sebagai penyerap pada KLT , yaitu : silika gel (asam silikat). Alumina (aluminium

oksida),kiselgur (tanah diatome), dan selulosa. Fasa gerak dapat berupa hampir

segala macam pelarut atau campuran pelarut (Sudjadi, 1986).

2.3.1.2. Kromatografi Kolom

Kolom kromatografi atau tabung untuk pengaliran karena gaya tarik bumi

(gravitasi) atau sistem bertekanan rendah biasanya terbuat dari kaca yang

dilengkapi dengan keran jenis tertentu pada bagian bawahnya untuk mengatur

aliran pelarut. Ukuran keseluruhan kolom sungguh beragam, tetapi biasanya

panjangnya sekurang –kurangnya 10 kali garis tengah dalamnya dan mungkin saja

sampai 100 kali.

Pada kromatografi kolom, campuran yang akan dipisahkan diletakkan

berupa pita pada bagian atas kolom penyerap yang berada dalam tabung kaca,

tabung logam atau bahkan tabung plastik. Pelarut (fasa gerak ) dibiarkan mengalir

melalui kolom karena aliran yang disebabkan oleh gaya berat atau didorong oleh

tekanan. Pita senyawa linarut bergerak melalui kolom dengan laju yang berbeda,

memisah dan dikumpulkan berupa fraksi ketika keluar dari alas kolom (Gritter ,

1991).

2.3.1.3.Harga Rf (Retension Factor)

Mengidentifikasi noda – noda dalam lapisan tipis lazim menggunakan harga Rf

yang diidentifikasi sebagai perbandingan antara jarak perambatan suatu zat

Universitas Sumatera Utara

Page 14: flavonoid

dengan jarak perambatan pelarut yang dihitung dari titik penotolan pelarut zat.

Jarak yang ditempuh oleh tiap bercak dari titik penotolan diukur dari pusat bercak.

Untuk mengidentifikasi suatu senyawa, maka harga Rf senyawa tersebut dapat

dibandingkan dengan harga Rf senyawa pembanding (Sastrohamidjojo, 1991).

penotolantitikdaripelarutperambaJarakpenotolantitikdaribercaknperambatJarakRf

tana

=

2.3.2. Ekstraksi

Ekstraksi dapat dilakukan dengan metode maserasi, sokletasi, dan perkolasi.

Sebelum ekstraksi dilakukan, biasanya serbuk tumbuhan dikeringkan lalu,

dihaluskan dengan derajat kehalusan tertentu, kemudian diekstraksi dengan salah

satu cara diatas. Ekstraksi dengan metode sokletasi dapat dilakukan secara

bertingkat dengan berbagai pelarut berdasarkan kepolarannya, misalnya n-

heksana, eter, benzena, kloroform, etil asetat, metanol, etanol, dan air.

Ekstraksi dianggap selesai bila tetesan terakhir memberikan reaksi negatif

terhadap senyawa yang diekstraksi. Untuk mendapatkan larutan ekstrak pekat

biasanya pelarut ekstrak diuapkan dengan menggunakan alat rotari evaporator

(Harbone, 1996).

2.4.Teknik Spektroskopi

Teknik spektroskopi adalah salah satu teknik analisis kimia – fisika yang

mengamati tentang interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektronagnetik.

Ada dua macam instrument pada teknik spekstroskopi yaitu spectrometer dan

spektrofotometer. Instrumen yang memakai monokromator celah tetap pada

bidang focus disebut sebagai spectrometer. Apabila spectrometer tersebut

Universitas Sumatera Utara

Page 15: flavonoid

dilengkapi dengan detektor yang bersifat fotoelektrik maka disebut

spektrofotometer (Muldja, 1995).

Informasi Spektroskoi Inframerah menunjukkan tipe-tipe dari adanya

gugus fungsi dalam satu molekul . Resonansi magnetik inti memberikan informasi

tentang bilangan dari setiap tipe dari atom hidrogen. Kombinasinya dan data

kadang-kadang menentukan struktur yang lengkap dari molekul yang tidak

diketahui (Pavia, 1986).

Walaupun spektrum infra – merah merupakan kekhasan sebuah molekul

secara menyeluruh, gugus atom tertentu memberikan penambahan pita-pita pada

kerapatan tertentu, ataupun didekatnya, apapun bangun molekul selebihnya.

Keberlakuan seperti itulah yang memungkinkan kimiawan memperoleh informasi

tentang struktur yang berguna serta mendapatkan acuan bagi peta umum frekuensi

gugus yang khas (Silverstain , 1986).

2.4.1. Spektrometri ultra violet

Serapan molekul di dalam derah ultra ungu dan terlihat dari spektrum bergantung

pada struktur ultra elektronik dari molekul. Penyerapan sejumlah energi,

menghasilkan percepatan dari elektron dalam orbital tingkat dasar ke orbital yang

berenergi lebih tinggi di dalam keadaan tereksitasi (Silverstein, 1986).

Spektrum Flavonoida biasanya ditentukan dalam larutan dengan pelarut

Metanol (MeOH) atau Etanol (EtOH). Spektrum khas terdiri atas dua maksima

pada rentang 240-285 nm (pita II) dan 300-550 nm (pita I). Kedudukan yang tepat

dan kekuatan nisbi maksima tersebut memberikan informasi yang berharga

mengenai sifat flavonoida dan pola oksigenasinya. Ciri khas spektrum tersebut

ialah kekuatan nisbi yang rendah pada pita I dalam dihidroflavon, dihidroflavonol,

dan isoflavon serta kedudukan pita I pada spektrum khalkon, auron dan antosianin

yang terdapat pada panjang gelombang yang tinggi.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: flavonoid

Ciri spektrum golongan flavonoida utama dapat ditunjukkan sebagai berikut :

(Markam, 1988)

λ maksimum

utama (nm)

λ maksimum tambahan

(nm) (dengan intensitas

nisbi)

Jenis flavonoida

475-560

390-430

365-390

350-390

250-270

330-350

300-350

± 275 (55%)

240-270 (32%)

240-260 (30%)

± 300 (40%)

± 300 (40%)

tidak ada

tidak ada

Antosianin

Auron

Kalkol

Flavonol

Flavonol

Flavon dan biflavonil

Flavon dan biflavonil

λ maksimum

utama (nm)

λ maksimum tambahan

(nm) (dengan intensitas

nisbi)

Jenis flavonoida

275-295

± 225

310-330

310-330 (30%)

310-330 (30%)

310-330 (25%)

Flavanon dan flavononol

Flavonon dan flavononon

Isoflavon

2.4.2. Spektrofotometri Infra Merah (FT - IR)

Spekrum infra merah suatu molekul adalah hasil transisi antara tingkat energi

getaran yang berlainan. Pancaran infra merah yang kerapatannya kurang dari 100

cm-1 (panjang gelombang lebih daripada 100 µm) diserap oleh sebuah molekul

organik dan diubah menjadi putaran energi molekul.

Penyerapan ini tercantum, namun spektrum getaran terlihat bukan sebagai

garis – garis melainkan berupa pita – pita. Hal ini disebabkan perubahan energi

Universitas Sumatera Utara

Page 17: flavonoid

getaran tunggal selalu disertai sejumlah perubahan energi putaran (Silverstein,

1986).

2.4.3. Spektrofotometri Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR)

Spektrometri Resonansi Magnetik Inti (Nuclear Magnetic Rresonance, NMR )

merupakan alat yang berguna pada penentuan struktur molekul organik. Teknik

ini memberikan informasi mengenai berbagai jenis atom hidrogen dalam molekul.

Struktur NMR memberikan informasi mengenai lingkungan kimia atom

hydrogen, jumlah atom hydrogen dalam setiap lingkungan dan struktur gugusan

yang berdekatan dengan setiap atom hydrogen (Cresswell, 1982).

Pergeseran kimia adalah pengukuran medan dalam keadaan bebas. Semua

proton-proton dalam satu molekul yang ada dalam lingkungan kimia yang serupa

kadang-kadang menunujukkan pergeseran kimia yang sama. Setiap senyawa

memberikan penaikan menjadi puncak absorpsi tunggal dalam spektrum NMR

(Bernasconi,1995).

Universitas Sumatera Utara