7
FOBIA 26 APR A. Pengertian Fobia Fobia berasal dari istilah Yunani ‟phobos‟ yang berarti lari ( fight ), takut dan panik ( panic-fear ), takut hebat ( terror ). Istilah ini memang dipakai sejak zaman hippocrates. Menurut Jaspers (1923), fobia adalah rasa takut yang sangat dan tidak dapat diatasi terhadap suatu keadaan dan tugas Kemudian Ross (1937) menyebutkan bahwa fobia adalah rasa takut yang khas yang disadari oleh penderita sebagai suatu tidak masuk akal, tetapi tidak dapat mengatasinya. Sementara Errera (1962) mengungkapkan bahwa fobia adalah rasa tak selalu ada terhadap suatu benda atau pendapat yang dalam keadaan biasa tidak menimbulkan rasa takut. disebutkan, fobia adalah rasa ketakutan yang berlebihan pada sesuatu hal atau fenomena. Dengan begitu banyak pendapat tentang fobia, dapat disimpulkan bahwa fobia adalah suatu bentuk rasa takut yang : 1. Tidak sesuai dengan keadaan lingkungan. 2. Tidak dapat diterangkan atau dihilangkan dengan penjelasan. 3. Tidak dapat diatasi denga kemauan. 4. Menyebabkan orang mengelak daripadanya. Fobia bisa dikatakan dapat menghambat kehidupan orang yang mengidapnya. Bagi sebagian orang, perasaan t pengidap Fobia sulit dimengerti. Itu sebabnya, pengidap tersebut sering dijadikan bulan bulanan oleh teman sekitarny Ada perbedaan “bahasa” antara pengamat fobia dengan seorang pengidap fobia. Pengamat fobia menggunakan bahasa logika sementara seorang pengidap fobia biasanya menggunakan bahasa rasa. Bagi pengamat dirasa lucu jika seseorang berbadan besar takut dengan hewan kecil seperti kecoak atau tikus. Sementara dibayangan mental seorang pengidap fobia subjek menjadi benda yang sangat besar, berwarna, sangat menjijikkan ataupun menakutkan. Itulah bedanya fobia dengan rasa t biasa, yaitu sesuatu yang ditakuti oleh penderita fobia biasanya bukanlah obyek yang menakutkan bagi sebagian besar normal. Dalam keadaan normal setiap orang memiliki kemampuan mengendalikan rasa takut. Akan tetapi bila seseorang terpapar t menerus dengan subjek Fobia, hal tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya fiksasi. Fiksasi adalah suatu keadaan di mental seseorang menjadi terkunci, yang disebabkan oleh ketidak-mampuan orang yang bersangkutan dalam me perasaan takutnya. Penyebab lain terjadinya fiksasi dapat pula disebabkan oleh suatu keadaan yang sangat ekstrim sep bom, terjebak lift dan sebagainya. Seseorang yang pertumbuhan mentalnya mengalami fiksasi akan memiliki kesulitan emosi ( mental blocks ) dikemudian harinya. Hal tersebut dikarenakan orang tersebut tidak memiliki saluran pelepasan emosi (katarsis) yang tepat. Setiap

FOBIA

Embed Size (px)

Citation preview

FOBIA26APRA. Pengertian Fobia

Fobia berasal dari istilah Yunani phobos yang berarti lari (fight), takut dan panik (panic-fear), takut hebat (terror). Istilah ini memang dipakai sejak zaman hippocrates. Menurut Jaspers (1923), fobia adalah rasa takut yang sangat dan tidak dapat diatasi terhadap suatu keadaan dan tugas yang biasa. Kemudian Ross (1937) menyebutkan bahwa fobia adalah rasa takut yang khas yang disadari oleh penderita sebagai suatu hal yang tidak masuk akal, tetapi tidak dapat mengatasinya. Sementara Errera (1962) mengungkapkan bahwa fobia adalah rasa takut yang selalu ada terhadap suatu benda atau pendapat yang dalam keadaan biasa tidak menimbulkan rasa takut. Dalam Wikipedia disebutkan, fobia adalah rasa ketakutan yang berlebihan pada sesuatu hal atau fenomena. Dengan begitu banyak pendapat tentang fobia, dapat disimpulkan bahwa fobia adalah suatu bentuk rasa takut yang : 1. 2. 3. 4. Tidak sesuai dengan keadaan lingkungan. Tidak dapat diterangkan atau dihilangkan dengan penjelasan. Tidak dapat diatasi denga kemauan. Menyebabkan orang mengelak daripadanya.

Fobia bisa dikatakan dapat menghambat kehidupan orang yang mengidapnya. Bagi sebagian orang, perasaan takut seorang pengidap Fobia sulit dimengerti. Itu sebabnya, pengidap tersebut sering dijadikan bulan bulanan oleh teman sekitarnya. Ada perbedaan bahasa antara pengamat fobia dengan seorang pengidap fobia. Pengamat fobia menggunakan bahasa logika sementara seorang pengidap fobia biasanya menggunakan bahasa rasa. Bagi pengamat dirasa lucu jika seseorang berbadan besar takut dengan hewan kecil seperti kecoak atau tikus. Sementara dibayangan mental seorang pengidap fobia subjek tersebut menjadi benda yang sangat besar, berwarna, sangat menjijikkan ataupun menakutkan. Itulah bedanya fobia dengan rasa takut biasa, yaitu sesuatu yang ditakuti oleh penderita fobia biasanya bukanlah obyek yang menakutkan bagi sebagian besar orang normal. Dalam keadaan normal setiap orang memiliki kemampuan mengendalikan rasa takut. Akan tetapi bila seseorang terpapar terus menerus dengan subjek Fobia, hal tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya fiksasi. Fiksasi adalah suatu keadaan dimana mental seseorang menjadi terkunci, yang disebabkan oleh ketidak-mampuan orang yang bersangkutan dalam mengendalikan perasaan takutnya. Penyebab lain terjadinya fiksasi dapat pula disebabkan oleh suatu keadaan yang sangat ekstrim seperti trauma bom, terjebak lift dan sebagainya. Seseorang yang pertumbuhan mentalnya mengalami fiksasi akan memiliki kesulitan emosi (mental blocks) dikemudian harinya. Hal tersebut dikarenakan orang tersebut tidak memiliki saluran pelepasan emosi (katarsis) yang tepat. Setiap kali orang tersebut

berinteraksi dengan sumber Fobia secara otomatis akan merasa cemas dan agar nyaman maka cara yang paling mudah dan cepat adalah dengan cara mundur kembali/regresi kepada keadaan fiksasi. Kecemasan yang tidak diatasi seawal mungkin berpotensi menimbulkan akumulasi emosi negatif yang secara terus menerus ditekan kembali ke bawah sadar (represi). Pola respon negatif tersebut dapat berkembang terhadap subjek subjek fobia lainnya dan intensitasnya semakin meningkat. Walaupun terlihat sepele, pola respon tersebut akan dipakai terus menerus untuk merespon masalah lainnya. Itu sebabnya seseorang penderita fobia menjadi semakin rentan dan semakin tidak produktif. Fobia merupakan salah satu dari jenis jenis hambatan sukses lainnya. Fobia dapat menghambat kehidupan seseorang yang mengidapnya. Bagi sebagian orang, perasaan takut seorang yang mengidap Fobia sulit dimengerti. Para pengidap Fobia biasanya menghindari keadaan-keadaan yang bisa memicu terjadinya kecemasan atau menjalaninya dengan penuh tekanan. Penderita biasanya menghindari keadaan-keadaan yang bisa memicu terjadinya kecemasan atau menjalaninya dengan penuh tekanan. Penderita menyadari bahwa kecemasan yang timbul adalah berlebihan dan karena itu mereka sadar bahwa mereka memiliki masalah. Semua ini memang tergantung pada sudut pandang. Sudut pandang subjek penderita fobia dan sudut pandang orang lain adalah berbeda. Orang yang mengalami fobia akan melihatnya berdasarkan apa yang ia rasakan, sementara kita yang tidak mengalami fobia akan melihatnya berdasarkan nalar dan logika. Apabila penderita fobia secara tidak sengaja atau terpaksa bersinggungan dengan obyek yang ditakuti, maka akan terjadi reaksi panik, cemas, gemetar, nafas pendek dan cepat, jantung berdebar, keringat dingin, ingin muntah, kepala pusing, badan lemas, tidak mampu bergerak, atau bahkan sampai pingsan. Pada kasus fobia yang lebih parah, gejala kecemasan yang sangat hebat selalu menyertai penderita. Penderita akan terus-menerus merasa takut walaupun disekitarnya tidak ada obyek yang ditakutinya. Perasaan cemas bisa muncul hanya dengan membayangkan atau mengingat obyek yang ditakuti. Sebagian besar penderita fobia menyembunyikan ketakutannya, atau tidak berterus terang kepada orang lain soal rasa takutnya yang tak wajar karena takut dianggap gila atau sakit jiwa oleh orang lain. Sebenarnya fobia bukanlah gangguan mental yang serius, orang yang menderita fobia tetap bisa beraktivitas normal dengan cara menghindari sumber rasa takutnya. B. Penyebab Munculnya Fobia Fobia merupakan rasa takut yang berlebihan. Rasa takut secara umum dapat timbul sebagai interaksi dari 3 faktor berikut ini: 1. 2. 3. Secara biologik ditentukan sejak lahir. Bergantung pada proses maturasi. Rasa takut yang berasal dari pembelajaran pengamalan seseorang dan sosial.

Secara spesifik, rasa takut dapat disebabkan antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. pengaruh filogenetik pengaruh keturunan kepribadian pengaruh budaya dan daerah pengaruh faal (fungsi) tubuh faktor biokimia trauma dan tekanan teladan orang lain

Kemudian menurut DSM IV TR, seseorang dikatakan mengalami fobia apabila memenuhi karakteristik sebagai berikut: 1. 2. Mengalami ketakutan yang luar biasa, tidak masuk akal, dan persisten terhadap kehadiran suatu objek atau situasi. Individu menyadari bahwa perasaan takut tersebut berlebihan dan tidak masuk akal.

3. 4. 5.

Individu cenderung menghindari situasi yang menimbulkan fobia, atau bila tidak dapat dihindari, individu akan merasakan stres dan kecemasan yang hebat. Perasaan takut yang intens tersebut secara signifikan mempengaruhi dan menganggu kehidupan sehari-hari individu, baik di dalam pekerjaan/ sekolah ataupun fungsi sosial. Untuk individu dibawah usia 18 tahun, keadaan tersebut sudah berlangsung minimal selama 6 bulan.

Suatu trauma yang mendadak sering disertai fobia dari benda yang ada hubungannya dengan peristiwa itu. Trauma dapat berupa psikologi atau fisik. Fobia juga mulai setelah adanya tekanan yang umum dalam kehidupan. Sekali fobia telah terjangkit, maka dapat menjalar (generalize) ke panca indera yang lain. Fobia dapat ditimbulkan akibat pengalaman menakutkan yang secara psikologis tidak dapat terselesaikan dengan baik. Misalnya fobia pada ruangan tertutup terjadi ketika pada usia 3-5 tahun anak mendapat hukuman dari orang tuanya secara berlebihan (misalnya dimasukan ke ruangan yang terkunci, sempit, gelap serta sering ditakut-takuti), sehingga menyebabkan ketakutan yang tidak tertanggulangi. Rasa takut yang tidak tertanggulangi ini kemudian masuk ke alam bawah sadar anak, dan muncul kembali dalam bentuk fobia ketika anak berusia dewasa. Fobia juga bisa diperoleh setelah individu mengalami kejadian yang tidak menyenangkan (menyebabkan rasa sakit dan penderitaan) yang sangat membekas dalam ingatan. Kecelakaan tragis dapat menyebabkan individu trauma dan pada akhirnya mengalami fobia terhadap kendaraan atau lalu lintas Namun sesungguhnya sulit dimengerti bagaimana munculnya fobia atau rasa takut pada suatu hal. Ya, kembali lagi karena sebagian orang menganggapnya menjadi sebuah keanehan dan keganjilan. Namun bagi si penderita gangguan pengendalian rasa takut, apa yang dirasakannya adalah sebuah hal yang sangat menakutkan, menjijikkan bahkan mengerikan. Semua ini memang tergantung pada sudut pandang. Sudut pandang subjek penderita fobia dan sudut pandang orang lain adalah berbeda. Orang yang mengalami fobia akan melihatnya berdasarkan apa yang ia rasakan, sementara kita yang tidak mengalami fobia akan melihatnya berdasarkan nalar dan logika. C. Pengelompokan Jenis Fobia Menurut konsultan ilmiah Christine V Meaty Psi, fobia dapat dikelompokkan secara garis besar dalam tiga bagian, di antaranya: 1. 2. 3. Fobia sederhana atau spesifik, yaitu fobia terhadap suatu objek atau keadaan tertentu, seperti pada binatang, tempat tertutup, ketinggian, dan lain lain. Fobia social, yaitu fobia terhadap pemaparan situasi sosial, seperti takut jadi pusat perhatian. Orang seperti ini senang menghindari tempat-tempat ramai. Fobia kompleks, yaitu fobia terhadap tempat atau situasi ramai dan terbuka misalnya di kendaraan umum atau mal. Orang seperti ini bisa saja takut keluar rumah.

Kata fobia memang tak lepas dari rasa takut. Penggolongan rasa takut dan fobia menurut L.Marks ( 1969) antara lain : 1. Rasa takut yang biasa ( normal fears )

Kebanyakan anak mempunyai rasa takut yang jamak, seperti takut ditinggal orang tua, suara keras, orang asing, hewan dan keadaan yangtidak biasa. Pada orang dewasa terdapat rasa takut terhadap tempat tinggi, lift, tempat gelap. Laba-laba, menghadapi ujian yang sifatnya ringan dan cukup diatasi dengan penjelasan yang singkat. 1. 1. Rasa takut yang tidak biasa ( abnormal fears / fobia ) Fobia terhadap rangsang dari luar, antara lain : Agora fobia ( phobic anxiety state ) merupakan jenis fobia tersering dan tersukar untuk diatasi dokter, dan sering membutuhkan perawatan rumah sakit apabila terlalu hebat rasa takutnya sehingga membuat penderita tidak dapat melakukan apapun. Fobia ini sering terjadi pada wanita, biasanya setelah pubertas ( 15-35 tahun ), biasanya ditandai dengan ketakutan untuk : pergi sendiri perjalanan ruang yang terbuka keramaian / tempat-tempat umum mis : pasar, banyak orang

Akibat fobia tersebut, penderita menjadi terpaku di rumah, sebagian menjadi ketakutan akan bayangan akan pingsan dan ditinggalkan diantara orang banyak, yang menjadi salah satu masalah penting bagi kebanyakan penderita ini adalah tidaktersedianya kemungkinan untuk bisa keluar dari satu lingkungan tertentu

Fobia sosial adalah adalah orang yang takut pada aktivitas social karena takut akan terjadinya rasa canggung dan cemas pada waktu makan, minum, berbicara di depan umum maupun dalam menghadapi jenis kelamin lain. Rasa takut ini berlainan dengan rasa takut pada orang banyak seperti agoraphobia dimana takut mengenai jumlah orang bukan perorangan yang memperhatikannya seperti fobia social. Fobia ini sering mengenai remaja, dimana frekuensinya sama antara wanita maupun pria. Fobia social biasanya disertai harga diri yang rendah dan takut untuk dikritik.

1.

Fobia hewan, fobia ini saling berbatas jelas dan jarang terdapat dalam rumah sakit jiwa. Penderita kebanyakan wanita dan terjadi sejak kecil. Fobia khusus adalah fobia yang terbatas pada situasi yang spesifik misalnya : tempat tinggi, petir, guntur dll. Fobia ini biasanya timbul pada masa kanak-kanak atau dewasa muda dan menetap sampai puluhan tahun bila tidak diobati. Fobia terhadap rangsangan dari dalam, antara lain : Fobia terhadap penyakit, merupakan rasa takut yang sangat terhadap penyakit khusus mis : kanker, sakit jantung dll. Fobia obsesif, merupakan rasa takut terhadap perasaan sendiri yang disadari oleh penderita namun tidak atas kehendaknya dimana ia tidak dapat mengatsinya lagi mis: khawatir menyakiti orang lain atau mengeluarkan kata-kata kotor dll

D. AGORAFOBIA Arti harfiah dari agorafobia adalah takut akan keramaian atau tempat terbuka. Secara lebih khusus agorafobia menunjukkan ketakutan akan terperangkap, tanpa cara yang mudah untuk terlepas bila kecemasan menyerang. Keadaan-keadaan yang sulit bagi penderita agoraphobia adalah antri di bank atau pasar swalayan, duduk di tengah-tengah bioskop atau ruang kelas dan mengendarai bis atau pesawat terbang. Beberapa orang menderita agorafobia setelah mengalami serangan panik pada salah satu keadaan tersebut. Yang lainnya hanya merasakan tidak nyaman dan tidak pernah mengalami serangan panik. Agorafobia sering mempengaruhi kegiatan sehari-hari, kadang sangat berat sehingga penderita hanya diam di dalam rumah. Setiap periode 6 bulan, telah terdiagnosis agorafobia pada 3,8% wanita dan 1,8% pria. Penyakit ini paling sering muncul pada awal usia 20 tahun, jarang terjadi diatas usia 40 tahun. Pengobatan terbaik untuk agorafobia adalah terapi pemaparan. Dengan bantuan seorang ahli, penderita mencari, mengendalikan dan tetap berhubungan dengan apa yang ditakutinya sampai kecemasannya secara perlahan berkurang karena sudah terbiasa dengan keadaan tersebut (proses ini disebut habituasi). Terapi pemaparan telah membantu lebih dari 90% penderita yang menjalaninya secara rutin. Kepada penderita yang mengalami depresi berat diberikan obat anti-depresi. Psikoterapi dilakukan agar penderita lebih memahami pertentangan psikis yang melatarbelakangi terjadinya kecemasan. 1. E. Fobia Sosial

Kemampuan seseorang untuk menjalin hubungan yang serasi dengan yang lainnya melibatkan berbagai aspek kehidupan, termasuk hubungan keluarga, pendidikan, pekerjaan, hobi, kencan dan perjodohan. Kecemasan tertentu dalam situasi sosial adalah normal, tetapi penderita fobia sosial merasakan kecemasan yang berlebihan sehingga mereka menghindari situasi sosial atau menghadapinya dengan penuh tekanan. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa 13% penduduk pernah mengalami fobia sosial. Keadaan-keadaan yang sering memicu terjadi kecemasan pada penderita fobia sosial adalah:

berbicara di depan umum tampil di depan umum (main drama atau main musik)

makan di depan orang lain menandatangani dokumen sebelum bersaksi menggunakan kamar mandi umum. Penderita merasa penampilan atau aksi mereka tidak tepat. Mereka seringkali khawatir bahwa kecemasannya akan tampak, sehingga mereka berkeringat, pipinya kemerahan, muntah, gemetaran atau suaranya bergetar; jalan pikirannya terganggu atau tidak mampu menemukan kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan maksud mereka. Jenis fobia sosial yang lebih umum ditandai dengan kecemasan pada hampir seluruh situasi sosial. Penderita fobia sosial menyeluruh biasanya merasa bahwa penampilannya tidak sesuai dengan yang diharapkan, mereka akan merasa terhina atau dipermalukan. Beberapa orang memiliki rasa malu yang wajar dan menunjukkan malumalu pada masa kanak-kanak yang di kemudian hari berkembang menjadi fobia sosial. Yang lainnya mengalami kecemasan dalam situasi sosial pertama kali pada masa pubertas. Fobia sosial sering menetap jika tidak diobati, sehingga penderita menghindari aktivitas yang sesungguhnya ingin mereka ikuti. Terapi pemaparan merupakan sejenis terapi perilaku yang efektif untuk mengatasi fobia sosial. Obat anti-depresi (misalnya sertralinklonazepam), juga bisa membantu beberapa penderita fobia sosial. Psikoterapi dilakukan agar penderita lebih memahami pertentangan batin yang mungkin melatarbelakangi terjadinya fobia sosial.

1.

F. Fobia Spesifik

Fobia spesifik merupakan penyakit kecemasan yang paling sering terjadi. Sekitar 7% wanita dan 4,3% pria mengalami fobia spesifik setiap periode 6 bulan. Beberapa fobia spesifik (misalnya takut binatang, kegelapan atau orang asing) mulai timbul pada masa kanak-kanak. Banyak fobia yang menghilang setelah penderita beranjak dewasa. Fobia lainnya (misalnya takut hewan pengerat, serangga, badai, air, ketinggian, terbang atau tempat tertutup) baru timbul di kemudian hari. 5% penduduk menderita fobia tingkat tertentu pada darah, suntikan atau cedera; dan penderita bisa mengalami pingsan, yang tidak terjadi pada fobia maupun penyakit kecemasan lainnya. Sebaliknya, banyak pendeita penyakit kecemasan yang mengalami hiperventilasi, yang menimbulkan perasaan akan pingsan, tetapi mereka tidak pernah benar-benar pingsan. Penderita seringkali dapat mengatasi fobia spesifik dengan cara menghindari benda atau keadaan yang ditakutinya. Terapi pemaparan merupakan sejenis terapi perilaku dimana penderita secara bertahap dihadaptkan kepada benda atau keadaan yang ditakutinya. Terapi ini merupakan pengobatan terbaik untuk fobia spesifik. Obat-obatan tidak terlalu bermanfaat dalam mengatasi fobia spesifik. Benzodiazepin (obat anit-cemas) bisa diberikan sebagi pengendali fobia jangka pendek pada penderita yang takut terbang ketika akan bepergian dengan pesawat terbang. Psikoterapi dilakukan agar penderita memahami pertentangan psikis yang mungkin melatarbelakangi terjadinya fobia spesifik. G. Mengatasi Fobia Saat seseorang mengalami rentetan peristiwa buruk (traumatis) ataupun ekstrim, timbul ketegangan luar biasa. Karena tubuh manusia tidak mungkin terus menerus tegang, upaya peredaan ketegangan biasanya dilakukan manusia secara tanpa sadar melalui mekanisme pertahanan diri dengan cara penekanan (repression) gangguan tersebut ke bawah sadar. Jika seseorang tidak mampu mengatasi peristiwa traumatis tersebut, praktis pertumbuhan normal mentalnya mengalami degradasi ataupun terhenti (fiksasi). Pada peristiwa fiksasi tersebut, mental kita membentuk konfigurasi mental tertentu dan relatif permanen. Dikemudian hari jika terdapat stimulan yang sama atau mirip, maka pola respon yang akan dipakai adalah pola respon yang terakhir dikenal atau biasa disebut regresi. Anehnya meski fobia dirasakan tidak nyaman namun banyak juga yang tidak mau menghilangkan gangguan tersebut, padahal apabila diperhatikan fobia dapat menyebabkan kerugian seperti : Energi mental untuk tumbuh / naik derajat menjadi terkuras karena habis digunakan untuk merespon sumber ketakutan dengan cara yang salah. Berisiko menghambat karir, jika fobia berhubungan

dengan produktifitas atau pekerjaan. Mengganggu kehidupan sosial ataupun keluarga. Menjadi model atau teladan yang salah bagi bawahan kita, anak anak kita, dalam menyikapi persoalan. Dapat merembet ke fobia lainnya. Bila sudah sangat parah dan menganggu, fobia memang sebaiknya harus segera diatasi dengan pemberian treatmen tertentu. Tidak semua fobia harus selalu ditreatmen dengan segera. Misalnya, bila ada seseorang yang mengalami fobia ular, namun orang tersebut tinggal di kota metropolitan yang jauh dari hutan belantara (dan jauh dari ular tentunya), maka fobia tersebut tidak terlalu membutuhkan treatmen dengan segera. Namun berbeda jika objek fobia tersebut adalah kucing, hewan yang mudah dan sering ditemui dalam lingkungan kita sehari-hari. Bila melihat betapa intensnya ketakutan penderita terhadap kucing dan betapa repot dia dibuatnya, maka sudah selayaknya fobia tersebut perlu dihilangkan. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi fobia yang ada. Segala tindakan tersebut intinya dilakukan untuk menghilangkan ketakutan, antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. Melawannya secara frontal, tetapi cara ini tidak disarankan, karena selain menyakitkan, jika gagal, beresiko memperparah fobia. Melawan dengan emosi lain yang lebih kuat, misalnya : rasa jijik dapat dikalahkan dengan motivasi uang Fear Factor. Takut gelap, dikalahkan dengan keinginan menemani pacar ke tempat gelap. Psikoterapi baik secara perorangan maupun berkelompok. Tujuan dari terapi ini memberikan bantuan dan dukungan agar ia dapat menghilangkan rasa cemas dan takutnya. Psikoanalisa agar penderita dapat menggali penyebabnya sehingga dapat menghilangkan fobia tersebut, akan tetapi hal ini membutuhkan waktu yang amat panjang. Desensitisasi. Prinsip dari terapi ini adalah dengan mendekatkan benda atau keadaan yang menakutkan pada penderita mulai dari yang ringan hingga yang paling menakutkan sehingga penderita lambat laun akan hilang rasa takutnya. Dalam kondisi relaks, individu diminta untuk menghadirkan objek atau situasi yang ditakutinya tersebut dalam imajinasi, dengan intensitas yang bertahap Pembanjiran. Prinsip dari terapi ini sama dengan desensitisasi, hanya dimulai dari yang paling menakutkan hingga yang paling ringan sehingga diharapkan rasa takut itu akan hilang dengan sendirinya seiring dengan keyakinan penderita. Terapi kimiawi dengan memberikan obat anti cemas atau penenang ringan tetapi harus sesuai dengan indikasi dokter. Hipnoterapi

6. 7. 8.

Fobia terjadi karena pikiran bawah sadar kita salah memberi arti terhadap peristiwa traumatis yang menyebabkan fobia. Mungkin penderita tidak tahu apa yang menyebabkan terjadinya fobia. Dengan hipnoterapi, penderita dibimbing untuk menemukan penyebab fobianya, kemudian dilakukan pembelajaran ulang atas peristiwa penyebab fobia tersebut. Dengan pemahaman yang baru mengenai peristiwa traumatis tersebut, maka fobia akan sembuh seketika dan tidak kambuh dalam waktu yang sangat lama atau bahkan selamanya. Banyak penderita fobia yang enggan pergi ke para ahli untuk mengikuti terapi karena takut harus bersinggungan dengan obyek yang ditakuti. Namun dalam hipnoterapi penderita tidak akan diminta berhadapan dengan obyek yang ditakuti kalau masih merasa takut. Penderita tidak akan dipaksa untuk melawan rasa takut. Namun, sesungguhnya tidak ada obat yang paling ampuh untuk mengatasi fobia selain keyakinan penderita bahwa ia dapat mengatasinya dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari hal itu. Sulit dimengerti bagaimana munculnya fobia atau rasa takut pada suatu hal. Ya, kembali lagi karena sebagian orang menganggapnya menjadi sebuah keanehan dan keganjilan. Namun bagi penderita, gangguan pengendalian rasa takut, apa yang dirasakannya adalah sebuah hal yang sangat menakutkan, menjijikkan bahkan mengerikan. Semua ini memang tergantung pada sudut pandang. Sudut pandang subjek penderita fobia dan sudut pandang orang lain adalah berbeda. Orang yang mengalami fobia akan melihatnya berdasarkan apa yang ia rasakan, sementara kita yang tidak mengalami fobia akan melihatnya berdasarkan nalar dan logika. Rasa takut itu memang sudah lumrah, wajar dan manusiawi. Takut adalah respon dari diri manusia atas tanda atau sinyal bahaya yang akan datang. Rasa takut pada sosok binatang buas seperti harimau menjadi sinyal bahwa bahaya akan datang bila kita

berada dekat dengannya. Takut salah artinya kita mencegah supaya tidak terjadi bahaya dan efek buruk yang muncul akibat kesalahan kita.

http://rimuu.wordpress.com/2010/04/26/fobia/